wisata agro perkebunan kelapa sawit
TRANSCRIPT
LOMBA PENULISAN ARTIKEL PERKEBUNAN
Tema
Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit Yang Berkelanjutan Berwawasan
Lingkungan Dalam Menuju Kesejahteraan Masyarakat
Judul Artikel
WISATA AGRO PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
Sebagai Bentuk Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit Yang Berkelanjutan
Berwawasan Lingkungan Dalam Menuju Kesejahteraan Masyarakat
Oleh :
V I N A D E S Y A N A
PONTIANAK
2012
BIOGRAFI SINGKAT PENULIS
Nama : VINA DESYANA
Tempat, tanggal lahir : Pontianak, 29 Desember 1992
Status : Mahasiswa aktif semester V Prodi Pendidikan Kimia FKIP
Universitas Tanjungpura
Alamat : Jl. Tanjung Pura Gg. Tani Komp. Mitra Keluarga B 5
No. HP : 0852 5044 1236
Email : [email protected]
Latar Belakang dan Ringkasan Isi Artikel
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi unggulan yang menjadi solusi bagi krisis energy
dunia karena dapat dikembangkan menjadi bahan bakar biofuel. Selain itu, terdapat berbagai
produk unggulan lain yang merupakan hasil pengolahan kelapa sawit, seperti komestik, lilin,
sabun, margarine, minyak goreng, yoghurt, obat-obatan, pulp, karbon aktif, asap cair, pakan
ternak, dll. Indonesia merupakan negara yang sangat diuntungkan dan patut bersyukur karena
memiliki lahan yang luas dan cocok bagi perkebunan kelapa sawit, khususnya Kalimantan
Barat. Perkebunan kelapa sawit pada saat ini berbeda dengan perkebunan kelapa sawit
konvensional. Dalam perkebunan kelapa sawit konvensional, eksklusifitas menjadi ciri yang
utama, dimana masyarakat dan kondisi lingkungan di sekitarnya diabaikan. Hal ini berbeda
dengan perkebunan kelapa sawit modern yang bercirikan inklusifitas. Masyarakat dan kondisi
lingkungan menjadi faktor yang cukup dominan untuk diperhitungkan dalam beroperasinya
perkebunan kelapa sawit dan disinilah RSPO memainkan peranan yang signifikan dalam
menjadikan perkebunan kelapa sawit menjadi perkebunan yang dapat diterima oleh semua
pihak. Pembangunan berkelanjutan hanya dapat dicapai jika dampak sosial dan dampak
lingkungan seimbang dengan tujuan ekonomi yang diharapkan. Pariwisata sebagai salah satu
sektor pembangunan tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan
yang telah dicanangkan oleh pemerintah sesuai dengan tujuan pembangunan nasional. Wisata
agro Perkebunan Kelapa Sawit adalah salah satu bentuk kegiatan wisata yang dilakukan di
kawasan perkebunan kelapa sawit yang menyajikan suguhan pemandangan alam kawasan
perkebunan dan aktivitas di dalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan,
pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan
wisatawan dapat membeli produk-produk unggulan kelapa sawit tersebut sebagai oleh-oleh.
Wisata agro memiliki banyak manfaat baik itu bagi petani local, masyarakat, swasta dan
pemerintah. Hal itu diantaranya dapat menciptakan produk wisata baru (diversifikasi),
memunculkan peluang bagi petani local untuk meningkatkan pendapatan, dan menjadi sarana
pendidikan bagi masyarakat awam. Di Kalimantan Barat banyak sekali daerah yang dapat
diseleksi menjadi kawasan wisata agro perkebunan kelapa sawit antara lain Kapuas Hulu,
Ketapang, Landak, Sanggau, dsbg. Pemeran utama didalam wisata agro adalah petani,
pengunjung/wisatawan, dan pemerintah atau institusi. Peran mereka bersama dengan
interaksi mereka adalah penting untuk menuju sukses dalam pengembangan wisata agro.
WISATA AGRO PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
Sebagai Bentuk Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit Yang Berkelanjutan
Berwawasan Lingkungan Dalam Menuju Kesejahteraan Masyarakat
Kelapa Sawit, Anugerah Tuhan bagi Indonesia
Krisis energi untuk bahan dasar kehidupan manusia telah menjadi fakta yang sangat
mengkhawatirkan. Energi alternatif menjadi pilihan tepat dalam rangka mengantisipasi
kekhawatiran akan krisis energi. Salah satu pengembangan sektor energi alternatif adalah
pengembangan perkebunan kelapa sawit untuk dikembangkan menjadi bahan bakar biofuel.
Beberapa institusi seperti Bank Dunia (World Bank) dan International Finance Corporation
(IFC) menaruh perhatian khusus dalam mengembangkan sustainable energy melalui bahan
dasar kelapa sawit.
Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat diuntungkan dengan adanya perubahan
penggunaan energi dunia ini karena hanya dua negara yang mendominasi industri/perkebunan
kelapa sawit, yaitu Malaysia dan Indonesia. Malaysia pertumbuhannya cenderung melambat
karena adanya keterbatasan lahan, sedangkan di Indonesia potensi pengembangan lahannya
masih terbuka.
Sebagai informasi, luas lahan kelapa sawit di Indonesia kira-kira 8,5 juta hektar. Persentase
5% dari luas lahan Indonesia yang 190 juta hektar. Sementara itu luas wilayah Provinsi
Kalimantan Barat adalah 146.807 km² (7,53% luas Indonesia). Berdasarkan Perda Nomor 5
Tahun 2004 tentang RTRW Provinsi Kalimantan Barat, luas wilayah Kalimantan Barat
adalah 14.680.700 Ha ,dari keluasan tersebut 41,54 % merupakan Pertanian Lahan Kering
(PLK) seluas 6.097.913 Ha. Dari 6.097.913 Ha yang memungkinkan, Dinas Perkebunan
Provinsi Kalimantan Barat mengalokasikan untuk lahan perkebunan seluas 3.500.000 Ha dan
1.500.000 Ha dikhususkan bagi perkebunan kelapa sawit. 683.108,19 Ha lahan dari
1.500.000 Ha yang sudah terealisasi penanamannya oleh perusahaan sawit yang telah
mengantongi Izin Lokasi, IUP, dan HGU.
Dalam rangka mengembangkan Biofuel ini, beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit
mulai menerapkan konsep mengenai sustainable palm oil, sehingga pasokan Biofuel juga
tidak lantas mengabaikan kondisi sosial dan lingkungan yang terdapat di sekitar perkebunan
kelapa sawit. Terlebih lagi dengan keberadaan Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO),
perkebunan kelapa sawit berkewajiban untuk menjaga aspek lingkungan dan memperhatikan
kondisi sosial yang ada di sekitarnya.
Kelapa Sawit yang Multifungsi
Kelapa Sawit sebagai tanaman industri memiliki berbagai macam kegunaan baik untuk
industri pangan maupun non pangan. Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam
peruntukannya karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan
tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya,
mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang
kosmetik.
Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah
menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng
dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah,
rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi
bahan baku margarin. Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri
kosmetika. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan
sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan
ternak. Ampas yang disebut bungkil inti sawit itu digunakan sebagai salah satu bahan
pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Sisa
pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan
difermentasikan menjadi kompos.
Secara umum, kegunaan-kegunaan diatas dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Produk pangan
Berasal dari minyak sawit / CPO dan minyak inti sawit antara lain: emulsifier, margarine,
minyak goreng, minyak makan, shortening, vanaspati, confectioneries, es krim, yoghurt.
2. Produk non pangan/Oleochemicals
Berasal dari minyak sawit / CPO dan minyak inti sawit antara lain: senyawa ester, lilin,
kosmetik, farmasi, biodiesel.
3. Produk samping / limbah antara lain:
tandan kosong sawit untuk pulp dan kertas, kompos, karbon dan rayon
cangkang untuk bahan bakar dan karbon aktif, asap cair, fenol, briket arang, dan
tepungtempurung.
serat untuk medium density atau fibre board dan bahan bakar
pelepah dan batang sawit untuk furniture, pulp & kertas, pakan ternak
bungkil inti sawit untuk pakan ternak
sludge untuk pakan ternak
Urgensi Peranan RSPO dalam Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit yang
Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan
Perusahaan perkebunan kelapa sawit harus memiliki kejelasan komitmen dalam
mengembangkan pola produksi perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan, terutama dari
aspek lingkungan dan aspek sosial. Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) berisi prinsip
dan kriteria yang mencakup aspek lingkungan dan aspek sosial. Prinsip dan kriteria yang
terdapat di dalam RSPO wajib dilaksanakan oleh setiap perusahaan perkebunan kelapa sawit,
sehingga perusahaan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan harus memiliki komitmen
sosial dan komitmen lingkungan. Untuk menghindari degradasi lingkungan secara
berlebihan, RSPO yang beranggotakan berbagai pihak hadir untuk mewujudkan perkebunan
kelapa sawit yang berkelanjutan berwawasan lingkungan di Indonesia.
Upaya untuk mewujudkan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan ini dapat dilihat
dalam 8 Prinsip di dalam RSPO, yaitu:
1. komitmen terhadap transparansi
2. Memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku
3. Komitmen terhadap ekonomi dan kelayakan jangka panjang
4. Penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik
5. Tanggungjawab lingkungan dan konservasi kekayaan alam dan keanekaragaman
hayati
6. Tanggungjawab kepada pekerja, individu-individu dan komunitas dari kebun dan
pabrik
7. Pengembangan perkebunan baru secara bertanggung jawab
8. Komitmen terhadap perbaikan terus menerus pada wilayah-wilayah utama aktivitas.
Dari keberadaan RSPO sendiri memiliki implikasi berantai, yaitu:
1. Perusahaan perkebunan kelapa sawit yang telah memperoleh sertifikasi RSPO akan
dinilai bahwa perusahaan tersebut sudah memiliki akuntabilitas terhadap aspek sosial
dan aspek lingkungan.
2. Preferensi pasar akan tergiring kepada Crude Palm Oil/minyak sawit mentah yang
“environmental friendly” dan akan memberikan keuntungan yang signifikan bagi
pihak perusahaan.
3. Kualitas lingkungan dapat dimonitoring dengan alat monitoring yang terukur dan
dapat dibuktikan secara ilmiah.
4. Keterlibatan masyarakat dalam mendukung perkebunan kelapa sawit akan
memberikan keamanan investasi sekaligus juga memberikan manfaat positif bagi
masyarakat yang bersangkutan.
Dengan demikian, perkebunan kelapa sawit pada saat ini berbeda dengan perkebunan kelapa
sawit konvensional. Dalam perkebunan kelapa sawit konvensional, eksklusifitas menjadi ciri
yang utama, dimana masyarakat dan kondisi lingkungan di sekitarnya diabaikan. Hal ini
berbeda dengan perkebunan kelapa sawit modern yang bercirikan inklusifitas. Masyarakat
dan kondisi lingkungan menjadi faktor yang cukup dominan untuk diperhitungkan dalam
beroperasinya perkebunan kelapa sawit dan disinilah RSPO memainkan peranan yang
signifikan dalam menjadikan perkebunan kelapa sawit menjadi perkebunan yang dapat
diterima oleh semua pihak.
CSR sebagai Komitmen Sosial Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit
Perkembangan areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia semakin meluas. Perluasan
tersebut kerapkali menyemai kontroversi dan hubungan konfliktual antara pihak perusahaan,
pemerintah (daerah maupun pusat) dan pihak Lembaga Swadaya Masyarakat yang
berorientasi “environmentalist”. Kontestasi ini dapat diartikan bahwa masing-masing pihak
memaknai dan memiliki pandangan yang berbeda terhadap pengembangan perkebunan
kelapa sawit. Pihak perusahaan melihat bahwa pengembangan perkebunan kelapa sawit
sejalan dengan upaya untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, terutama
masyarakat di sekitar perkebunan. Pihak pemerintah melihat bahwa pengembangan
perkebunan kelapa sawit merupakan langkah strategis yang dilakukan oleh pemerintah daerah
dalam mengundang investor untuk berinvestasi di daerahnya, sehingga diharapkan dengan
keberadaan investasi di daerahnya, maka akan secara otomatis mendongkrak pendapatan asli
daerah. Kemudian, pihak LSM akan melihat bahwa pengembangan perkebunan kelapa sawit
berkontribusi bagi kerusakan hutan dan degradasi lingkungan.
Ketiga pihak yang saling berargumentasi ini belum menemukan kesepahaman dan kesamaan
pandangan dalam memandang pengembangan perkebunan kelapa sawit hingga pada saat ini,
terutama pihak perusahaan perkebunan kelapa sawit dengan pihak LSM. Namun, apabila kita
melihat secara lebih dalam dan lebih netral mengenai perseteruan “yang mungkin sulit untuk
berakhir” antara pihak perusahaan perkebunan kelapa sawit dengan LSM lingkungan,
sebenarnya Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) hadir sebagai sarana untuk
mengembangkan perkebunan kelapa sawit secara berkelanjutan. Keanggotaan RSPO ini juga
terdiri dari berbagai stakeholder, yaitu pemerintah, LSM, pengusaha perkebunan kelapa
sawit, sehingga RSPO dilihat dari segi keberadaannya merupakan lembaga intermediary dan
memiliki aturan yang harus dipenuhi oleh anggota RSPO dalam rangka mengembangkan
perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan. Tentunya dengan adanya RSPO, perkebunan
kelapa sawit secara tidak langsung diharapkan dapat mentransformasikan dirinya dari
perkebunan kelapa sawit konvensional menuju perkebunan kelapa sawit yang modern.
Pengertian perkebunan kelapa sawit yang modern dalam hal ini adalah perkebunan kelapa
sawit yang memiliki perhatian penuh dalam memberikan dampak positif bagi masyarakat di
sekitarnya dengan tidak mengurangi kualitas lingkungan secara signifikan.
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang disahkan DPR
tanggal 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR, yaitu keempat ayat dalam Pasal
74 UU tersebut menetapkan kewajiban semua perusahaan dibidang sumber daya alam untuk
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Respon perusahaan perkebunan kelapa
sawit cukup positif di dalam menerapkan komitmen sosial sebagaimana tercantum di dalam
UU No. 40 tahun 2007, bahkan sudah tidak heran lagi perusahaan perkebunan kelapa sawit
mengembangkan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai bentuk nyata atas
kepeduliannya terhadap masyarakat di sekitar perkebunan.
Potensi Wisata Agro dalam Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit yang
Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan
Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menjadi tema yang kuat dan
kontroversial. Kuat karena hampir semua negara di dunia menyetujui tema ini, kontroversial
karena tema ini seolah-olah menjadi retorika belaka bagi negara- negara dunia maju.
Pembangunan berkelanjutan hanya dapat dicapai jika dampak sosial dan dampak lingkungan
seimbang dengan tujuan ekonomi yang diharapkan.
Pariwisata sebagai salah satu sektor pembangunan tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan
pembangunan berkelanjutan yang telah dicanangkan oleh pemerintah sesuai dengan tujuan
pembangunan nasional. Pariwisata yang melibatkan antara lain pelaku, proses
penyelenggaraan, kebijakan, supply dan demand, politik, sosial budaya yang saling
berinteraksi dengan eratnya, akan lebih realistis bila dilihat sebagai sistem dengan berbagai
subsistem yang saling berhubungan dan mempengaruhi. Dalam kerangka kesisteman
tersebut, pendekatan terhadap fungsi dan peran pelaku, dampak lingkungan, peningkatan
pengetahuan dan kesejahteraan masyarakat, serta kesetaraan dalam proses penyelenggaraan
menjadi semakin penting.
Wisata agro Perkebunan Kelapa Sawit adalah salah satu bentuk kegiatan wisata yang
dilakukan di kawasan pertanian yang menyajikan suguhan pemandangan alam kawasan
perkebunan dan aktivitas di dalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan,
pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan
wisatawan dapat membeli produk-produk unggulan kelapa sawit sebagai oleh-oleh. Wisata
agro tersebut ikut melibatkan wisatawan dalam kegiatan-kegiatan pertanian. Wisata agro ini
juga merupakan suatu upaya dalam rangka menciptakan produk wisata baru (diversifikasi)
dan merupakan kegiatan pengembangan wisata yang berkaitan dengan kegiatan pedesaan dan
perkebunan yang mampu meningkatkan nilai tambah kegiatan perkebunan dan kesejahteraan
pedesaan.
Di Kalimantan Barat banyak sekali daerah yang dapat diseleksi menjadi kawasan wisata agro
perkebunan kelapa sawit. Berikut ini adalah data wilayah Potensi Pengembangan Komoditi
Kelapa Sawit :
No Nama Daerah Luas Lahan
1 Kabupaten Bengkayang Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 3.9152 Kabupaten Kapuas Hulu Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 10.4463 Kabupaten Ketapang Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 49.9364 Kabupaten Kubu Raya Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 1.862
Status Lahan: Perkebunan Rakyat 5 Kabupaten Landak Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 10.7596 Kabupaten Melawi Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 6.4047 Kabupaten Pontianak Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 164
Status Lahan: Perkebunan Rakyat 8 Kabupaten Sambas Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 8.037
Status Lahan: Perkebunan Rakyat 9 Kabupaten Sanggau Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 63.238
Status Lahan: Perkebunan Rakyat 10 Kabupaten Sekadau Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 24.63411 Kabupaten Sintang Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 19.04612 Kota Singkawang Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 1.260
Sumber : http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/commodityarea.php?ia=61&ic=2
Pemeran utama didalam wisata agro adalah petani, pengunjung/wisatawan, dan pemerintah
atau institusi. Peran mereka bersama dengan interaksi mereka adalah penting untuk menuju
sukses dalam pengembangan wisata agro.
Keuntungan dari pengembangan wisata agro bagi petani local khususnya kelapa sawit dapat
dirinci sebagai berikut:
1. Wisata agro dapat memunculkan peluang bagi petani lokal untuk meningkatkan
pendapatan dan meningkatkan taraf hidup serta kelangsungan operasi mereka;
2. Menjadi sarana yang baik untuk mendidik orang banyak/masyarakat tentang
pentingnya pertanian dan kontribusinya untuk perekonomian secara luas dan
meningkatkan mutu hidup;
3. Mengurangi arus urbanisasi ke perkotaan karena masyarakat telah mampu
mendapatkan pendapatan yang layak dari usahanya di desa (wisata agro)
4. Wisata agro dapat menjadi media promosi untuk produk-produk unggulan kelapa
sawit, diantaranya seperti minyak goreng, sabun, lilin, kosmetik, kompos, dan lain
sebagainya yang dapat dipasarkan disini. Bahkan kemudian menciptakan nilai tambah
dan “direct-marking” merangsang kegiatan ekonomi masyarakat di daerah dimana
wisata agro dikembangkan khususnya di Kalimantan Barat.
Sedangkan manfaat wisata agro bagi pengunjung adalah sebagai berikut: Menjalin hubungan
kekeluargaan dengan petani atau masyarakat local, meningkatkan kesehatan dan kesegaran
tubuh, beristirahat dan menghilangkan kejenuhan, mendapatkan petualangan yang
mengagumkan, mendapatkan makanan yang benar-benar alami, mendapatkan suasana yang
benar-benar berbeda, dan biaya yang murah karena wisata agro relatif lebih murah dari wisata
yang lainnya.
Pola pengelolaan wisata agro yang dikembangkan atau dibangun perlu dilakukan dengan
mengikutsertakan masyarakat setempat dalam berbagai kegiatan yang menunjang usaha
wisata agro. Dengan keikutsertaan masyarakat di dalam pengembangan wisata agro
diharapkan dapat ditumbuhkembangkan interaksi positif dalam bentuk rasa ikut memiliki
untuk menjaga eksistensi obyek.
Peran serta masyarakat dapat dilakukan melalui :
1. Masyarakat desa yang memiliki lahan perkebunan kelapa sawit di dalam kawasan yang
dibangun agar tetap dapat mengolah lahannya sehingga menunjang peningkatan hasil produk
pertanian yang menjadi daya tarik wisata agro dan di sisi lain akan mendorong rasa memiliki
dan tanggungjawab di dalam pengelolaan kawasan secara keseluruhan.
2. Melibatkan masyarakat desa setempat di dalam kegiatan perusahaan secara langsung
sebagai tenaga kerja, baik untuk pertanian maupun untuk pelayanan wisata, pemandu dan
lain-lain. Untuk itu pihak pengelola perlu melakukan langkah-langkah dan upaya untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja khusus yang berasal dari
masyarakat.
3. Menyediakan fasilitas dan tempat penjualan hasil perkebunan kelapa sawit, kerajinan dan
cendera mata khas masyarakat desa di sekitar kawasan, sehingga dapat memperkenalkan khas
setempat sekaligus untuk meningkatkan penghasilan. Produk-produk unggulan kelapa sawit
tersebut dapat dipamerkan dan dijual dalam outlet-outlet sekitar kawasan wisata agro.
Disamping itu, dapat pula diikutsertakan di dalam penampilan atraksi seni dan budaya
setempat untuk disajikan kepada wisatawan.
Pada hakekatnya pengembangan wisata agro mempunyai tujuan ganda termasuk promosi
produk unggulan kelapa sawit, meningkatkan volume penjualan, membantu meningkatkan
perolehan devisa, membantu meningkatkan pendapatan petani dan masyarakat sekitar,
disamping untuk meningkatkan jenis dan variasi produk pariwisata Indonesia.
Ada beberapa aspek yang perlu dilaksanakan untuk pengembangan wisata agro menurut Situs
Departemen Pertanian (2007) yaitu:
1. Aspek pengembangan sumberdaya manusia.
Sumberdaya manusia mulai dari pengelola sampai kepada masyarakat berperan penting
dalam keberhasilan pengembangan Wisata agro. Kemampuan pengelola Wisata agro dalam
menetapkan target sasaran dan menyediakan, mengemas, menyajikan paket-paket wisata
serta promosi yang terus menerus sesuai dengan potensi yang dimiliki sangat menentukan
keberhasilan dalam mendatangkan wisatawan. Dalam hal ini keberadaan/peran pemandu
wisata dinilai sangat penting. Kemampuan pemandu wisata yang memiliki pengetahuan ilmu
dan keterampilan menjual produk wisata sangat menentukan. Pengetahuan pemandu wisata
seringkali tidak hanya terbatas kepada produk dari objek wisata yang dijual tetapi juga
pengetahuan umum terutama hal-hal yang lebih mendalam berkaitan dengan produk wisata
tersebut.
2. Aspek sumber daya alam.
Sebagai bagian dari usaha pertanian, usaha Wisata agro sangat mengandalkan kondisi
sumberdaya alam dan lingkungan. Sumberdaya alam dan lingkungan tersebut mencakup
sumberdaya objek wisata yang dijual serta lingkungan sekitar termasuk masyarakat. Untuk
itu upaya mempertahankan kelestarian dan keasrian sumberdaya alam dan lingkungan yang
dijual sangat menentukan keberlanjutan usaha Wisata agro.
Kondisi lingkungan masyarakat sekitar sangat menentukan minat wisatawan untuk
berkunjung. Sebaik apapun objek wisata yang ditawarkan namun apabila berada di tengah
masyarakat tidak menerima kehadirannya akan menyulitkan dalam pemasaran objek wisata.
3. Aspek promosi, baik melalui media informasi atau dari mulut ke mulut.
Kegiatan promosi merupakan kunci dalam mendorong kegiatan Wisata agro. Informasi dan
pesan promosi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti melalui leaflet, booklet,
pameran, cinderamata, mass media (dalam bentuk iklan atau media audiovisual), serta
penyediaan informasi pada tempat public (hotel, restoran, bandara dan lainnya). Dalam kaitan
ini kerjasama antara objek Wisata agro dengan Biro Perjalanan, Perhotelan, dan Jasa
Angkutan sangat berperan.
4. Aspek sarana transportasi.
Kehadiran konsumen/wisatawan juga ditentukan oleh kemudahan-kemudahan yang
diciptakan, mulai dari pelayanan yang baik, kemudahan akomodasi dan transportasi sampai
kepada kesadaran masyarakat sekitarnya.
5. Aspek kelembagaan, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat
Pengembangan Wisata agro memerlukan dukungan semua pihak pemerintah, swasta terutama
pengusaha Wisata agro, lembaga yang terkait seperti perjalanan wisata, perhotelan dan
lainnya, perguruan tinggi serta masyarakat. Pemerintah bertindak sebagai fasilitator dalam
mendukung berkembangnya Wisata agro dalam bentuk kemudahan perijinan dan lainnya.
Intervensi pemerintah terbatas kepada pengaturan agar tidak terjadi iklim usaha yang saling
mematikan. Untuk itu kerjasama baik antara pengusaha objek Wisata agro, maupun antara
objek Wisata agro dengan lembaga pendukung (perjalanan wisata, perhotelan dan lainnya)
sangat penting.
Sedangkan menurut Spillane, (1994) untuk dapat mengembangkan suatu kawasan menjadi
kawasan pariwisata (termasuk juga wisata agro) ada lima unsur yang harus dipenuhi seperti
dibawah ini:
1. Attractions
Dalam konteks pengembangan wisata agro, atraksi yang dimaksud adalah, hamparan
kebun/lahan pertanian, keindahan alam, keindahan taman, budaya petani tersebut serta segala
sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas pertanian tersebut.
2. Facilities
Fasilitas yang diperlukan mungkin penambahan sarana umum, telekomunikasi, hotel dan
restoran pada sentra-sentra pasar.
3. Infrastructure
Infrastruktur yang dimaksud dalam bentuk Sistem pengairan, Jaringan komunikasi, fasilitas
kesehatan, terminal pengangkutan, sumber listrik dan energi, system pembuangan
kotoran/pembungan air, jalan raya dan system keamanan.
4. Transportation
Transportasi umum, Bis-Terminal, system keamanan penumpang, system Informasi
perjalanan, tenaga Kerja, kepastian tarif, peta kota/objek wisata.
5. Hospitality
Keramah-tamahan masyarakat akan menjadi cerminan keberhasilan sebuah system pariwisata
yang baik.
Aspek Keberlanjutan Wisata Agro
Pembangunan berkelanjutan pada umumnya mempunyai sasaran memberikan manfaat bagi
generasi sekarang tanpa mengurangi manfaat bagi generasi mendatang. Agar wisata agro
dapat berkelanjutan maka produk wisata agro yang ditampilkan harus harmonis dengan
lingkungan local spesifik. Dengan demikian masyarakat akan peduli terhadap sumberadaya
wisata karena memberikan manfaat sehingga masyarakat merasakan kegiatan wisata sebagai
suatu kesatuan dalam kehidupannya. Partisipasi lokal memberikan banyak peluang secara
efektif dalam kegiatan pembangunan dimana hal ini berarti bahwa memberi wewenang atau
kekuasaan pada masyarakat sebagai pemeran social dan bukan subjek pasif untuk mengelola
sumberdaya membuat keputusan dan melakukan control terhadap kegiatan –kegiatan yang
mempengaruh kehidupan sesuai dengan kemampuan mereka. Adanya kegiatan wisata agro
haruslah menjamin kelestarian lingkungannya terutama yang terkait dengan sumberdaya
hayati renewable maupun non renewable sehingga dapat menjamin peningkatan
kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut.
Sumber :
Ariyanto. 2003. Ekonomi Pariwisata. (Online).( http://www.geocities.com/ariyanto
eks79/home.htm diakses tanggal 13 Desember 2012).
Lindberg K. dan Hawkins E.D, 1995. Ekoturisme : Petunjuk Untuk Perencanaan dan
Pengelolaan. The Ecotourism Society. North Benington: Vermont.
Spillane, James.1994. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan prospeknya.Yogyakarta: Kanisius.
http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/commodityarea.php?ia=61&ic=2
http://www.pustaka-deptan.go.id/agritek/ppua0150.pdf