profil perkebunan kelapa sawit di indonesia

37
PROFIL PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI INDONESIA SEJARAH, PERKEMBANGAN, PERANAN, PERUSAHAAN, DAN PROSPEK KELAPA SAWIT DI INDONESIA MAKALAH Disusun untuk mengetahui profil perkebunan kelapa sawit di Indonesia Dosen Pengampu Mata Kuliah Tanaman Penghasil Getah dan Minyak Dr.Ir. Cucu Suherman Viktor Zar, M.Si. Yudithia Maxiselly, SP.,MP. Oleh Alfredo L Sihombing 150510120025 Ruth Damayanthi P 150510120048 Diva Zahra K .P 150510120060 Anggun Dwitasari 150510120061 Whisnu Bramastyo 150510120092 Deddy P 150510120187 i

Upload: whisnu-bramastyo

Post on 16-Jan-2016

128 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Makalah ini berisi tentang profil perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang disusun berdasarkan sudut pandang mahasiswa.

TRANSCRIPT

Page 1: Profil Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia

PROFIL PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI INDONESIA

SEJARAH, PERKEMBANGAN, PERANAN, PERUSAHAAN, DAN PROSPEK KELAPA SAWIT DI INDONESIA

MAKALAH

Disusun untuk mengetahui profil perkebunan kelapa sawit di Indonesia

Dosen Pengampu Mata Kuliah Tanaman Penghasil Getah dan Minyak

Dr.Ir. Cucu Suherman Viktor Zar, M.Si.

Yudithia Maxiselly, SP.,MP.

Oleh

Alfredo L Sihombing 150510120025

Ruth Damayanthi P 150510120048

Diva Zahra K.P 150510120060

Anggun Dwitasari 150510120061

Whisnu Bramastyo 150510120092

Deddy P 150510120187

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2015

i

Page 2: Profil Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga penyusun dapat

menyelesaikan makalah berjudul profil perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Penyusun juga

mengucapkan terima kasih kepada Dr.Ir. Cucu Suherman Viktor Zar, M.Si. dan Ibu Yudithia

Maxiselly, SP.,MP. yang telah membimbing penyusun dalam menyelesaikan makah ini.

Makalah ini berisi tentang sejarah, perkembangan, peranan, perusahaan, dan prospek

kelapa sawit di Indonesia. Kelapa sawit memang berasal dari Afrika tetapi Indonesia

merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia, tetapi penerimaan pendapatan dari kelapa

sawit di Indonesia lebih kecil bila dibandingkan dengan Malaysia. Oleh sebab itu penyusun

menyusun makalah ini untuk mengetahui profil perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Penyusunan makalah ini tidak luput dari kekurangan. Oleh sebab itu penyusun

menerima kritik dan saran dari pembaca terhormat. Penyusun berharap agar makalah ini

dapat memberikan wawasan tentang perkebunan kelapa sawit.

Ttd

Penyusun

ii

Page 3: Profil Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR................................................................................................................iv

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

i.a Latar Belakang...................................................................................................................1

i.b Rumusan Masalah.............................................................................................................1

i.c Tujuan...............................................................................................................................2

PEMBAHASAN........................................................................................................................2

ii.a. Sejarah Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia..............................................................2

ii.b. Perkembangan Kelapa Sawit di Indonesia......................................................................3

ii.c. Peranan Kelapa Sawit bagi Indonesia.............................................................................5

ii.c.1. Kontribusi bagi Perekonomian Lokal.......................................................................5

ii.c.2. Kontribusi Kelapa Sawit bagi Negara......................................................................6

ii.d. Prospek Kelapa Sawit Di Indonesia................................................................................8

ii.e. Perusahaan Kelapa Sawit di Indonesia..........................................................................11

PENUTUP................................................................................................................................18

iii.a. Kesimpulan...................................................................................................................18

iii

Page 4: Profil Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sawit.......................................................................................................................6

Gambar 2. Kebun Sawit..........................................................................................................14

iv

Page 5: Profil Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia

5

Page 6: Profil Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

i.a Latar BelakangTanaman kelapa sawit termasuk tanaman tahunan.Tanaman ini terdiri dari dua

spesies dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian

komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit.Elaeis guineensis, berasal dari

Afrika barat di antara Angola dan Gambia dan Elaeis oleifera yang berasal dari

Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Tanaman yang biasanya dipergunakan untuk

pertanian komersil dan untuk mengambil pengeluaran minyak memilikia nama latin

Elaeis guineensis Jacq.Tanaman ini berasal dari Nigeria, Afrika Barat.

Kelapa sawit dapat tumbuh hingga tingginya mencapai 24 meter.Tanaman ini

memiliki bunga,buah yang berupa tandan,dan bercabang banyak.Buahnya berukuran

kecil dan bila sudah matang akan berwarna merah kehitaman.Buah sawit memiliki

daging buah yang padat,dimana daging buah dan kulit buah mengandung

minyak.Minyak ini dapat diolah menjadi minyak goreng,sabun,dan lilin,sedangkan

sisanya dapat digunakan sebagai pakan ternak,seperti bahan pembuatan makanan

ayam.Tempurung buahnya dapat pula dimanfaatkan sebagai bahan bakar atau arang.

Kelapa sawit merupakan tanaman yang menjadi komoditas penting karena

dapat menghasilkan CPO dan PKO yaitu minyak dari buah sawit dan biji sawit yang

dapat dimanfaatkan untuk pembuatan sabun, bahan bakar, minyak goreng, dan lain-

lain. Usaha kelapa sawit yang menggiurkan telah dimanfaatkan beberapa pihak untuk

membuka perkebunan kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit selain mendatangkan

keuntungan bagi pengusaha juga membuka lapangan pekerjaan baru. Oleh sebab itu

kelompok penyusun membuat makalah tentang profil perkebunan kelapa sawit untuk

mengetahui perkebunan kelapa sawit di Indonesia secara akurat.

i.b Rumusan MasalahKelapa sawit merupakan komoditas yang memberikan devisa besar untuk

negara. Akan tetapi pendapatan kelapa sawit Indonesia masih tertinggal dibanding

Malaysia. Pengelolaan industri kelapa sawit yang kurang baik diduga menjadi salah

satu penyebabnya.

1

Page 7: Profil Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia

i.c TujuanUntuk mengetahui profil perkebunan kelapa sawit di Indonesia baik dari sisi

sejarah, perkembangan, peranan, perusahaan, dan prospek kelapa sawit tersebut.

BAB II

PEMBAHASAN

ii.a. Sejarah Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan

diIndonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada

tahun

Gambar 1. Tanaman Sawit

1848. Ketika itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan

Amsterdam untuk ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai

diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha

perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Haller, seorang berkebangsan

Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang

dilakukannya di ikuti oleh K.Schdt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit

di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang.

Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi dipantai timur Sumatera (Deli) dan Aceh.

Luas areal perkebunannya saat itu sebesar 5.123 ha.Indonesia mulai mengekspor

minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara-negara Eropa, kemudian di

tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton.

Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan mengalami perkembangan yang

cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor negara Afrika pada waktu itu,

namun kemajuan pesat yang dialami Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan

perekonomia nasional. Hasil perolehan ekspor minyak sawit hanya meningkatkan

perekonomian negara asing yang berkuasa di Indonesia, termasuk Belanda.

Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami

kemunduran. Secara keseluruhan produksi kelapa sawit terhenti. Lahan perkebuanan

2

Page 8: Profil Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia

mengalami penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada sehingga produksi

Minyak sawit Indonesia hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948 – 1949. Pada

hal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor minyak sawit sebesar 250.000 ton.

Setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pada tahun 1957

pemerintah mengambil alir perkebunan dengan alasan politik dan keamanan.

Pemerintah menempatkan perwira-perwira militer disetiap jenjang manajemen

perkebunan yang bertujuan mengamankan jalannya produksi. Pemerintah juga

membentuk BUMIL (Buruh Militer) yang merupaka wadah kerja sama antara buruh

perkebunan dengan militer. Perubahan manajemen dalam perkebunan dan kondisi

sosial politik serta keamanan dalam negri yang tidak kondusif menyebabkan produksi

kelapa sawit mengalami penurunan. Pada priode tersebut posisi Indonesia sebagai

pemasok minyak sawit dunia terbesar mulai tergeser oleh Malysia.

Memasuki pemerintahan Orde Baru, pembangunan perkebunan diarahkan

dalam rangka menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dan sebagai sektor penghasil devisa negara. Pemerintah terus mendorong

pembukaan lahan baru untuk perkebunan sampai dengan tahun 1980 luas lahan

mencapai 294.560 ha.dengan produksi CPO sebesar 721.172 ton. Sejak saat itu Lahan

perkebunan kelapa sawit diIndonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat.

Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah yang melaksanakan program perkebunan

inti rakyat perkebunan (PIR-bun). Dalam pelaksanaanya perkebunan besar sebagai

inti membina dan menampung hasil perkebunan rakyat disekitarnya yang menjadi

plasma. Perkembangan perkebunan semakin pesat lagi setelah pemerintah

mengembangkan program lanjutan yaitu PIR Transmigrasi sejak tahun 1986. Program

tersebut berhasil menambah luas lahan da produksi kelapa sawit. Pada tahun 1990 an

luas perkebunan kelapa sawit mencapai lebih dari 1,6 juta ha yang tersebar diberbagai

sentra produksi seperti Sumatera dan Kalimantan.

ii.b. Perkembangan Kelapa Sawit di IndonesiaTanaman kelapa sawit dapat berkembang biak secara generatif.Buah sawit

yang sudah matang dapat menghasilkan embrio yang akan berkecambah

menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula).

3

Page 9: Profil Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia

Jenis kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkangnya,terdiri dari

Dura,Pisifera,dan Tenera.Dura merupaak jenis sawit yang memiliki buah dengan

cangkang tebal.Hal ini dianggap dapat memperpendek umur mesin pengolahan,

namun biasanya tandan buahnya besar‐besar dan kandungan minyak pertandannya

berkisar 18%. Pisifera merupaak jenis sawit yang memiliki buah,diaman buahnya

tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril ,sehingga sangat jarang

menghasilkan buah. Dan Tenera adalah jenis kelapa sawit yang merupakan

persilangan antara indukan Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab

melengkapi kekurangan masing‐masing induk dengan sifat cangkang buah tipis

namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase daging

perbuahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat

mencapai 28%.Kelapa sawit jenis Tenera biasanya digunakan untuk pertanian

komersial di Indonesia.

Industri sawit di Indonesia telah berkembang pesat dengan dukungan

pertumbuhan perkebunan yang sangat pesat pula hingga menca[pai lebih dari 6.3 juta

hektar yang terdiri dari sekitar 60% yang diusahakan oleh perkebinan besar dan 40%

oleh perkebunan rakyat. Pertumbuhan perkebunan sawit ini tidak terlepas dari politik

ekspansi pada akhir 1970an disertai pengenalan PIR sebagai sarana untuk

menggerakkan keikut sertaan rakyat dalam budidaya perkebunan sawit. Sejak

program peningkatan perkebunan sawit digelorakan pertumbuhan perkebunan sawit

mencapai rata-rata diatas 7%/tahun, bahkan pada PELITA III, IV dan V tumbuh

diatas 10%/tahun hingga menjelang krisis ekonomi 1997. Setelah krisis pertumbuhan

arela juga semakin pesat dengan persentase yang tetap tinggi antara 8-10%/tahun.

Pertumbuhan pesat juga terjadi pad ke dua jenis pengusahaan yaitu perkebunan besar

dan perkebunan rakyat. Sampai dengan tahun 2007 tercatat 965 perusahaan dengan

luas perkebunan 3.753 juta hektar yang dimiliki oleh perkebunan Negara swasta

nasional dan asing. Sementara perkebunan rakyat telah mencapai 2,565 juta hektar,

suatu perkembangan yang luar biasa mengingat pada awal pengenalanya hanya 3.125

hektar (1979) yang hanya mewakili 1,20% saja dari total perkebunan sawit yang ada

ketika itu.

Di lihat dari aspek lain, yaitu penyebaran pengusaahn sawit pada saat ini telah

meluas hampir ke semua kepulauan besar di Indonesia yang tersedia lahan yang luas.

Bahkan di Jawa akhir-akhir ini juga telah mengikuti mengembangkan sawit,

4

Page 10: Profil Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia

meskipun perkembanganya sangat terbatas karena keterbatas lahan dengan harga dan

luasan yang sesuai. Posisi Indonesia memang menempatkan kita pada kawasan yang

mempunyai prospek baik untuk pengembangan sawit dilihat dari berbaagai aspek

termasuk potensi permintaan domestic.

Perkembangan perkebunan sawit ini sudah barang tentu membuka lapangan usaha

baru, karena pada umumnya perkebunan sawit diusahakan diatas tanah yang baru dibuka atau

belum diusahakan sebelumnya. Dampak langsung yang akan segera terlihat terhadap

kehadiran perkebunan sawit adalah terjadinya investasi yang menambaha kapasitas produksi

sector pertanian (perkebunan), dengan berbagai kesempatan yang timbul yakni lapangan

kerja baru. Pertumbuhan areal yang masih terjadi jelas sumber pertumbuhan pertama yang

muncul segera setelah investasi ke dalam industri sawit diputuskan. Secara keseluruhan

industri sawit memang sangat menguntungkan karena dilihat dari segi pengusahaan

perkebuinan Daya Penyebaran (backward linkage) Pertanian cukup tinggi 1,3399 dan

Derajad Kepekaan (forward linkage) 1,5176 berdasarkan perhitungan BPS dari Tabel I-O

untuk tahun 2005 (BPS, 2008). Sementara untuk Industri Pengolahan masing-masing 1,7273

dan 3,0627. Dengan demikian secara aggregate memang cukup besar alas an untuk

mendorong industri sawit dengan karakter industri semacam itu. Namun jika dilihat dari sisi

penyerapan tenaga kerja industri sawit adalah penopang kelangsungan kesempatan kerja di

sector perkebunannya dengan angka yang cukup besar dibandingkan dengan industri

makanan lainya, terutama minyak goreng.

ii.c. Peranan Kelapa Sawit bagi Indonesia

ii.c.1. Kontribusi bagi Perekonomian LokalKelapa sawit menyediakan lapangan kerja untuk banyak petani kecil, dengan

lebih dari 6,7 juta ton kelapa sawit dihasilkan oleh petani kecil pada 2008. Pada 2006,

sekitar 1,7 hingga 2 juta orang bekerja di industri kelapa sawit. Pada 2008, Komisi

Minyak Sawit Indonesia mendapati bahwa lebih dari 41 persen total perkebunan

kelapa sawit dimiliki petani kecil, dan 49 persen dimiliki swasta – sisanya yang 10

persen dimiliki pemerintah. Industri kelapa sawit berperan besar dalam pendapatan

penduduk pedesaan, terutama petani kecil. Pada 1997, pendapatan rata-rata petani

kecil kelapa sawit tujuh kali pendapatan petani yang mengandalkan hidup dari

tanaman pangan.

5

Page 11: Profil Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia

Untuk melihat peranan yang lebih besar dari kehadiran industri sawit pada

tahap selanjutnya adalah dampak peningkatan pendapatan pada para pelaku, terutama

pada kelompok lemah, yakni para pekerja perkebunan dan industri serta petani

pekebun rakyat yang mempunyai posisi khusus. Dampak terhadap ekonomi regional

memang dapat dikatakan terlihat segera (immediate), tetapi memelihara peran yang

berkelanjutan menjadi lebih penting lagi. Karena persoalan kesejahteraan yang

berlanjut, keadilan dan dampak lingkungan akan muncul kemudian dalam jangka

panjang (setelah satu dasawarsa). Hal ini pasti melampaui batas control mekanisme

demokrasi yang kita kembangkan dengan siklus lima tahunan yang melahirkan politik

anggaran (fiscal) maupun kebijakan pengembangan industrinya.

Peranan penting industri kelapa sawit bagi pembangunan pedesaan sudah

dimaklumi, baik oleh Pemerintah Indonesia maupun sektor swasta. Misalnya,

Pemerintah Indonesia pernah melaksanakan serangkaian program perbaikan social

ekonomi yang diperuntukkan bagi petani kecil kelapa sawit. Sebelum 2001,

penggunaan ‘lahan inti’ kelapa sawit disarankan untuk meningkatkan pendapatan

lebih dari 500.000 orang petani. Zen et al (2006) juga mengemukakan adanya

sejumlah prakarsa oleh perusahaan kelapa sawit komersial yang dimaksudkan untuk

memperbaiki status sosial-ekonomi sejumlah besar penduduk pedesaan. Misalnya,

pada 1996, sebuah perusahaan di Sumatra membagikan masing-masing tiga ekor sapi

kepada 500 keluarga karyawan untuk melahap limbah minyak kelapa sawit dan

bungkil inti sawit. Pada 2003, jumlah sapi sudah berlipat dua, areal panen per

karyawan meningkat dari 10 menjadi 15 hektare, dan pendapatan karyawan

meningkat secara proporsional. Prakarsa komersial lainnya meliputi areal kelapa sawit

dan lahan inti masyarakat.

ii.c.2. Kontribusi Kelapa Sawit bagi NegaraMinyak sawit adalah produk pertanian kedua terbesar Indonesia; pada 2008,

Indonesia menghasilkan lebih dari 18 juta ton minyak sawit. Selama dasawarsa yang

lalu, minyak sawit merupakan ekspor pertanian Indonesia yang paling penting. Pada

2008, Indonesia mengekspor lebih dari $14,5 juta dalam bentuk produk yang

berkaitan dengan sawit. Industri minyak sawit Indonesia mengalami pertumbuhan

pesat dalam beberapa tahun belakangan ini, kira-kira 1,3 juta ha lahan baru dijadikan

perkebunan kelapa sawit sejak 2005, sehingga mencapai hampir 5 juta ha pada 2007

(mencakup 10,3 persen dari 48,1 juta ha lahan pertanian). Perluasan luar biasa ini

6

Page 12: Profil Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia

terjadi karena imbal hasil tinggi yang dipicu oleh permintaan yang semakin besar.

Kebun kelapa sawit Indonesia yang luas berada di Sumatra, mencakup lebih dari 75

persen total areal kelapa sawit matang dan 80 persen total produksi minyak sawit.

Provinsi produksi utama di Indonesia adalah Riau, Sumatra Utara, Sumatra Selatan,

Jambi, dan Sumatra Barat. Pada 2008, sekitar 49 persen perkebunan kelapa sawit

dimiliki swasta, 41 persen dimiliki petani kecil, dan sisanya yang 10 persen dimiliki

pemerintah. Perkebunan swasta adalah penghasil minyak sawit terbesar di Indonesia,

menghasilkan lebih dari 9,4 juta ton berdasarkan perhitungan pada 2008. Pada tahun

yang sama, perkebunan petani kecil menghasilkan 6,7 juta ton, dan perkebunan

pemerintah menghasilkan 2,2 juta ton.

Dipandang dari segi sejarah pada masa lalu, peranan (share) sektor pertanian

dalam sebagian indikator ekonomi Indonesia digambarkan dengan peranannya dalam

perolehan PDB, penyerapan tenaga kerja dan perolehan hasil ekspor dan lain-lain

adalah sebagai berikut.

1. Peranannya dalam PDB pada awal berdirinya NKRI cukup besar (>50%). Dalam

penelusuran data sekunder lebih lanjut (2009-2011), yang diterbitkan oleh

berbagai institusi misalnya Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pertanian,

dengan informasi yang lebih lengkap secara nominal, bahwa produksi minyak

sawit (CPO) pada tahun 2009 mencapai 19,3 juta ton; dengan asumsi harga CPO

pasar lokal rata-rata Rp7 juta per ton, maka nilai produknya adalah

Rp135,3trilyun. Sementara itu nilai PDB pertanian, PDB non migas dan PDB total

atas dasar harga berlaku, berturut-turut adalah Rp857,2 trilyun, Rp5.141,4 trilyun

dan Rp5.606,2 trilyun; sehingga peranan produksi minyak sawit terhadap PDB

pertanian, PDB non migas dan PDB total berturut-turut adalah 15,8%, 2,6% dan

2,4%.

2. Peranannya dalam penyerapan tenaga kerja. penyerapan tenaga kerja di subsektor

perkebunan kelapa sawit juga cukup besar; dengan asumsi setiap sepuluh ha luas

lahan perkebunan diperlukan rata-rata 4 orang tenaga kerja lapangan, maka

perkebunan kelapa sawit yang pada tahun 2011 seluas sekitar 8,9 juta ha akan

dapat menyerap sekitar 3,5 juta orang, dan ditambah lagi di bagian pengangkutan,

pengolahan dan laboratorium akan menyerap 500 ribu orang. Jika dihitung juga

tenaga kerja administrasi kebun, panen, angkutan, pengolahan dan laboratorium

7

Page 13: Profil Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia

secara total kebutuhan tenaga kerja pada subsektor perkebunan kelapa sawit dapat

mencapai 4,5 juta orang.  

3. Membantu nilai ekspor pertanian tetap tinggi.

Peran kelapa sawit pada dunia internasional sangatlah vital dan besar dimana

dunia Internasional seakan-akan tidak lepas memandang pengaruh kelapa sawit pada

sektor industri minyak dunia. Dengan kenyataan bahwa produksi minyak nabati di

seluruh dunia yang mencapai 150.000.000 ton (seratus lima puluh juta ton) pada tahun

2009, lebih dari 40.000.000 ton (empat puluh juta ton) dihasilkan oleh kelapa sawit,

yang notabene hanya dapat dibudidayakan di daerah tropis Asia, Afrika dan Amerika

Selatan. Hal ini menjadikan kelapa sawit sangat penting bahwa produksi dan

penggunaan minyak sawit harus dilakukan secara berkelanjutan berdasarkan ekonomi

kelayakan sosial dan lingkungan dengan tujuan untuk dapat melanjutkan pemasokan

dunia atas minyak nabati yang sangat dibutuhkan tanpa merugikan pihak lain.

ii.d. Prospek Kelapa Sawit Di IndonesiaKelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memiliki peran

penting bagi perekonomian nasional, terutama sebagai penyedia lapangan kerja,

sumber pendapatan dan devisa negara. Pada tahun 2007, perkebunan kelapa sawit

menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 3,30 juta kepala

keluarga petani, serta memberikan sumbangan devisa sebanyak US$6,20 miliar.

Sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia masih akan tumbuh dengan

pesat. Bisinfocus (2006) memprediksi pertumbuhan tanaman kelapa sawit melalui

penambahan 5-8 juta ha sampai tahun 2020. Hal ini berimplikasi pada penambahan

tanaman sawit sebesar 4-500.000 ha per tahun. Sebagai catatan, rata-rata 3-400.000 ha

tanaman sawit telah dibangun setiap tahunnya pada periode tahun 2000 sampai 2006.

Perkembangan tanaman sawit akan banyak terjadi di terutama Sumatera karena

wilayah ini memiliki kondisi tanah dan iklim yang baik untuk pengembangan sawit,

disamping infrastruktur yang sudah berkembang. Meskipun Meskipun demikian,

perkembangan tanaman sawit juga terjadi di Kalimantan dan Papua karena lahan yang

layak di Sumatera semakin jarang.

Provinsi Riau telah lama menjadikan perkebunan sebagai andalan dalam

mencapai pertumbuhan ekonomi (economic growth), peningkatan kesejahteraan

penduduk dan penciptaan lapangan pekerjaan. Perkebunan di Provinsi Riau sebagian

berada di Kabupaten Rokan Hilir. Kabupaten rokan hilir merupakan salah satu

8

Page 14: Profil Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia

kabupaten di Provinsi Riau yang juga menjadikan sektor perkebunan dalam mencapai

pertumbuhan ekonomi selain sektor migas, komoditi sawit tetap menjadi komoditi

andalan dalam subsektor perkebunan yang diharapkan mampu mendongkrak

perekonomian, mempercepat laju pertumbuhan ekonomi dan banyak menciptakan

lapangan kerja.

a. Perkebunan kelapa sawit secara netto penyerap CO2

Dalam planet bumi, hanya tumbuhan/tanaman yang memiliki kemampuan

dalam menyerap CO2. Tumbuhan seperti perkebunan, memiliki mekanisme proses

fotosintesis (asimilasi) yang menyerap CO2 atmosfir bumi dan energi matahari dan

disimpan dalam bentuk biomass (stok karbon). Selain proses fotosintesis, tumbuhan

juga melakukan pernafasan/respirasi yang menghasilkan CO2 ke atmosfir bumi. Oleh

sebab itu, yang perlu dilihat adalah penyerapan netto-nya yakni CO2 yang diserap

dikurangi CO2 yang dilepas.

Data empiris tersebut menunjukkan bahwa secara netto kelapa sawit dan hutan

alam tropis (juga tanaman lainnya) adalah penyerap CO2 dari atmosfir bumi. Namun

kemampuan perkebunan kelapa sawit dalam menyerap CO2 (secara netto) lebih besar

dibandingkan hutan alam tropis.

Pada perkebunan (kelapa sawit) pertumbuhan biomas (termasuk produksinya)

masih terjadi sampai kelapa sawit ditebang (umur 25 tahun), sehingga laju fotosintesis

lebih besar dari laju respirasi. Sedangkan hutan alam tropis yang sudah mencapai

umur dewasa (mature) pertumbuhan biomas sudah berhenti atau sangat kecil,

sehingga laju fotosintesis sudah sama (mendekati) laju respirasi

b. Perkebunan kelapa sawit berfungsi hutan

Berdasarkan definisi hutan dengan konsep land cover change yang dianut

banyak negara maupun definisi hutan yang dianut FAO, perkebunan termasuk

perkebunan kelapa sawit dapat dikategorikan sebagai hutan (berfungsi ekologis

hutan), meskipun secara administratif tidak berada dalam kawasan hutan. Alasannya

adalah sebagai berikut.

Pertama, Perkebunan kelapa sawit merupakan penumbuhan land cover

(afforestasi menurut konsep land cover change); memiliki canopy cover

hampir/mendekati 100 persen pada umur dewasa (syarat FAO, lebih besar dari 10

9

Page 15: Profil Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia

persen); dan memiliki ketinggian pohon setelah dewasa lebih dari 5 meter dan luas

sehamparan diatas 0,5 hektar (FAO mensyaratkan tinggi pohon 5 meter dan luas lebih

dari 0,5 hektar). Dengan demikian memenuhi kriteria minimal (threshold) bahkan

diatas definisi hutan FAO.

Kedua, Perkebunan kelapa sawit merupakan permanen crop yang baru di

replanting setelah 25 tahun (timber plantation yang oleh FAO dikategorikan hutan,

dipanen 7-10 tahun per siklus) yang berarti fungsi ekologis kelapa sawit lebih lama

daripada timber plantation. Selain itu, perkebunan kelapa sawit juga memiliki

perakaran yang massif/padat, berlapis serta permukaan tanah mengandung banyak

bahan organik (pelepah daun, batang) yang berfungsi sebagai bagian dari konservasi

tanah dan air seperti mengurangi aliran air permukaan (water run-off) sebagaimana

salah satu fungsi hutan.

Ketiga, Perkebunan kelapa sawit merupakan bagian dari pelestarian fungsi

ekologis seperti pelestarian daur CO2, daur O2 dan daur air (H2O) melalui

mekanisme fotosintesis dan respirasi tanaman kelapa sawit. Fungsi ini juga

merupakan bagian dari fungsi hutan secara ekologis.

Keempat, Pembudidayaan kelapa sawit melalui perkebunan merupakan suatu

mekanisme efektif melestarikan plasma nutfah (biodiversity), yakni tanaman kelapa

sawit beserta organisme yang ada, fungsi ekologis dan fungsi ekonomi secara lintas

generasi. Kelapa sawit yang pada awalnya (tahun 1870) hanya empat varietas di

Kebun Raya Bogor, melalui perkebunan kelapa sawit, plasma nutfah tersebut

terlestarikan secara lintas generasi dan bahkan berhasil dikembangkan menjadi

puluhan varietas baru. Fungsi pelestarian plasma nutfah seperti ini juga merupakan

fungsi hutan. Berdasarkan alasan diatas maka perkebunan kelapa sawit secara

ekologis dapat dikategorikan sebagai hutan. Apalagi dikaitkan dengan upaya

penyerapan CO2 (untuk mengurangi pemanasan global) perkebunan kelapa sawit

lebih unggul dibanding hutan alam.

c. Penghasil energi terbarukan secara efisien

Sumber energi abadi bagi kehidupan di planet bumi adalah sinar matahari.

Tumbuhan di planet bumi ini merupakan alat kehidupan untuk memanen energi dari

matahari, untuk kebutuhan kehidupan di bumi. Melalui proses fotosintesa tumbuhan,

energi matahari ditangkap dan disimpan dalam bentuk energi biokimia (biomass).

10

Page 16: Profil Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia

Tentu saja secara alamiah kemampuan jenis tumbuhan untuk menangkap energi

matahari berbeda-beda.

Dari segi efisiensi proses penangkapan energi matahari (efisiensi fotosintesis,

efisiensi konversi radiasi) perkebunan kelapa sawit lebih unggul (lebih efisien) hampir

dua kali lipat dari kemampuan hutan tropis. Kemudian dari segi hasil proses

penangkapan energi matahari (produksi biomass dan bahan kering) perkebunan

kelapa sawit juga lebih unggul daripada hutan tropis. Pertumbuhan biomass dan bahan

kering tersebut merupakan indikator produksi energi terbarukan (renewable energy),

laju penyerapan netto CO2 sekaligus laju akumulasi stok karbon yang diserap

persatuan waktu. Kemudian bila dibandingkan kemampuan kelapa sawit dengan

tanaman minyak nabati lainnya ternyata kelapa sawit juga lebih unggul dalam

menangkap energi matahari dan menyimpannya dalam bentuk biomass (minyak

sawit).

Dengan demikian, perkebunan kelapa sawit adalah penyerap CO2, penghasil

energi terbarukan tertinggi dan termurah. Sebagai satu ekosistem planet bumi, emisi

CO2 yang terlanjur tinggi dihasilkan khususnya dari 10 negara pengemisi CO2

terbesar dunia, oleh perkebunan kelapa sawit diserap dan sebagian disimpan dalam

bentuk biomass, sebagian lagi ditukar dengan energi terbarukan yang lebih murah

serta tersedia bagi seluruh masyarakat dunia secara lintas generasi. Dengan

tersedianya energi yang lebih murah dan ramah lingkungan, konsumsi BBF global

yang telah tinggi selama ini, dapat dikurangi.

Jadi negara-negara pengemisi GHG terbesar dunia, seharusnya berterimakasih pada para petani kelapa sawit, karena sebagian sampah mereka (emisi CO2) diserap oleh kelapa sawit, dan ditukar dengan energi baru dan oksigen. Jika tetap ingin menikmati kemewahan hidup (konsumsi energi tinggi) silahkan mengganti sebagian BBF dengan minyak sawit.

ii.e. Perusahaan Kelapa Sawit di Indonesia

11

Page 17: Profil Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia

Gambar 2. Kebun Sawit di Sumatera

Indonesia memiliki banyak perusahaan sawit yang beroperasi. Beberapa Profil

Perusahaan Perkebunan Sawit di Indonesia yaitu:

1. PT. Socfin Indonesia

Berdasarkan akta pendiriannya berkedudukan di Medan, Jl. K.L. Yos

Sudarso No.106, PO BOX 1254, Medan - 20115, merupakan perusahaan

agribisnis yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan karet, serta

produksi benih unggul kelapa sawit.

PT. Socfin Indonesia menghasilkan 3 jenis komoditi utama, yaitu kelapa

sawit, karet, dan benih kelapa sawit.

PT. Socfin Indonesia didirikan pada tanggal 7 Desember 1930 dengan

nama Socfin Medan S.A. Pada tahun 1965, PT. Socfin Indonesia dialihkan di

bawah pengawasan pemerintah Indonesia berdasarkan penetapan Presiden No.

6 Tahun 1965. Pada tahun 1968, PT.  Socfin Indonesia menjadi perusahaan

patungan antara Plantation Nord Sumatra S.A. - Belgia (pemilik saham

Socfin) dengan pemerintah RI dengan nama PT. Socfin Indonesia (Socfindo),

berdasarkan UU penanaman modal asing No. 01/1967 dengan perbandingan

kepemilikan 60% saham Plantation Nord Sumatra dan 40% saham pemerintah

Republik Indonesia. Pada tanggal 13 Desember 2001, sejalan dengan

privatisasi beberapa BUMN oleh pemerintah RI., telah terjadi perubahan

kepemilikan saham Socfindo menjadi 90% saham Plantation Nord

Sumatra dan 10% saham pemerintah RI di bawah kementerian BUMN. Saat

ini, PT. Socfin Indonesia memiliki tiga unit bisnis utama yaitu sebagai

produsen minyak kelapa sawit dan karet, serta produsen benih kelapa sawit

unggul. Dalam pengelolaan ketiga bisnis utama tersebut, PT. Socfin Indonesia

telah menerapkan standar dan kualitas yang tinggi melalui aplikasi ISO

9001:2008, ISO 14001:2007, OHSAS 18001:2007 dan juga sebagai anggota

dari RSPO.

PT. Socfin Indonesia sebagai perusahaan perkebunan kelapa sawit dan karet

yang telah berdiri 100 tahun menyadari pentingnya usaha yang berkelanjutan

dalam mengembangkan bisnisnya. Konsep berkelanjutan (sustainability) menjadi

landasan dalam beroperasinya usaha perkebunan kelapa sawit dan karet di

perusahaan kami.

12

Page 18: Profil Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia

Produk yang dihasilkan dan dipasarkan secara komersial oleh PT. Socfin

Indonesia terdiri atas tiga bagian, yaitu

1. Benih  dan bibit Kelapa Sawit

2. Minyak Kelapa Sawit dan Turunannya

3. Karet

Ketiga produk tersebut memiliki kualitas yang teruji dan terbukti, selalu

mengandalkan kualitas, serta tidak kalah bersaing dengan produk yang lain yang

ada dipasar

Bibit & Benih Kelapa Sawit

Benih dan bibit kelapa sawit yang diproduksi oleh PT. Socfin Indonesia

memiliki kualitas yang teruji dan terbukti, selalu mengandalkan kualitas. Produk

akhir dari komoditi kelapa sawit yang dipasarkan berupa CPO, RDB Olein, RDB

Stearin, Fatty Acid, Crude PKO dan Cake dengan daerah pemasaran untuk

memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor.

2. PT Perkebunan Nusantara V

PT Perkebunan Nusantara V (Persero), yang selanjutnya disebut

“Perusahaan”, pada awalnya merupakan Badan Usaha Milik Negara yang

didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) No. 10

tahun 1996 tanggal 14 Pebruari 1996 tentang Penyetoran Modal Negara

Republik Indonesia untuk pendirian Perusahaan. Pada awalnya merupakan

konsolidasi proyek-proyek pengembangan kebun eks PT Perkebunan (PTP) II,

PTP IV dan PTP V di Provinsi Riau.

Anggaran Dasar Perusahaan diaktakan oleh Harun Kamil SH., Notaris

di Jakarta dengan Akta No. 38 tanggal 11 Maret 1996 dan telah mendapat

pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. C2-

8333.HT.01.01TH.96 tanggal 8 Agustus 1996 dan telah diumumkan dalam

Berita Negara Republik Indonesia No. 80 tanggal 4 Oktober 1996 serta

Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 8565/1996.

Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan.

Perubahan terakhir sejalan dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No. 72

tahun 2014 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik

13

Page 19: Profil Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia

Indonesia ke dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT

Perkebunan Nusantara III yang mengalihkan 90% saham PTPN V dari milik

Negara menjadi milik PTPN III. Perubahan struktur saham ini merubah status

Perusahaan dari BUMN menjadi Anak Perusahaan Holding BUMN

Perkebunan dengan PTPN III sebagai Champion.

Perubahan tersebut diatas dituangkan dengan Akta No. 26 tanggal 23

Oktober 2014 dibuat dihadapan Nanda Fauz Iwan, SH. M.Kn. Notaris di

Jakarta Selatan. Dan telah mendapat pengesahan dari Menkumham RI melalui

Surat Nomor: AHU-10531.40.20.2014 tanggal 04 November 2014.

Perusahaan  per Desember 2014 memiliki kebun inti sawit dengan total

luas areal tanaman seluas 78.340,09 Ha dengan komposisi TM seluas

57.419,60 ha, TBM seluas 17.540,09 ha, TB/TU/TK seluas 2.736, areal

bibitan seluas 127,40 ha dan areal non produktif seluas 517 ha. Perusahaan 

juga memiliki kebun inti karet dengan total luas areal 8.184 ha dengan

komposisi TM seluas 5.215 ha, TBM seluas 2.898 ha, TB/TU/TK seluas 68 ha

dan bibitan seluas 3 ha.

Untuk mengolah komoditi kelapa sawit, Perusahaan memiliki 12 unit

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan total kapasitas olah terpasang sebesar 570

ton TBS per jam dengan hasil olahan berupa minyak sawit dan inti sawit.

Kemudian untuk mengolah lanjut komoditi inti sawit, Perusahaan memiliki 1

unit Pabrik Palm Kernel Oil dengan kapasitas terpasang sebesar 400 ton inti

sawit/hari dengan hasil olahan berupa Palm Kernel Oil (PKO) dan Palm

Kernel Meal (PKM).

Pengelolaan areal tanaman saat ini memasuki peralihan dari siklus

tanaman pertama (Gen-1) menuju siklus tanaman kedua (Gen-2). Siklus

pertama dimulai pada era tahun 1980-an melalui proyek-proyek

pengembangan kebun eks PT Perkebunan (PTP) II, IV dan V di Provinsi Riau.

Peralihan dari Gen-1 menuju Gen-2 telah dimulai sejak tahun 2003 yang

ditandai denganreplanting areal-areal tanaman usia tua/tua renta yang sudah

menurun nilai ekonomis produksinya. Fase peralihan Gen-1 ke Gen-2 ini

diperkirakan tuntas pada tahun 2017. Pada saat itulah, seluruh tanaman

Perusahaan merupakan tanaman Gen-2 yang diharapkan lebih produktif

dibandingkan Gen-1, sebagai buah dari inovasi berlanjut di bidang budidaya

tanaman.

14

Page 20: Profil Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia

3. Grup Musim Mas

Berkantor pusat di Singapura, Musim Mas beroperasi secara global di

seluruh spektrum bisnis kelapa sawit. Musim mas terintegrasi dengan operasi

yang mencakup seluruh rantai minyak sawit: dari perkebunan kelapa sawit

hulu ke tengah dan operasi hilir, menghasilkan produk yang memiliki nilai

tambah seperti lemak khusus (specialty fats), oleokimia, biodiesel, sabun, lilin

dan produk fungsional.

Kegiatan usaha perusahaan ini meliputi keseluruhan rantai pasokan minyak

kelapa sawit: 

a. Mengelola perkebunan kelapa sawit untuk menghasilkan tandan buah segar (TBS) 

b. Pengolahan buah sawit untuk menghasilkan minyak sawit mentah (CPO) dan inti

sawit (PK) 

c. Proses pemecahan inti sawit untuk mendapatkan minyak inti sawit (PKO) 

d. Penyulingan CPO dan PKO

e. Pengolahan lebih lanjut untuk menghasilkan produk bernilai tambah seperti lemak

khusus (specialty fats), oleokimia, biodiesel, sabun, lilin dan produk-produk

fungsional seperti pengemulsi

f. Pabrikasi dan pemasaran barang-barang konsumen seperti produk minyak goreng

dan produk perawatan tubuh 

g. Pengiriman dan pemasaran produk bernilai tambah ke destinasi global

15

Page 21: Profil Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia

Segmen hilir Grup Musim Mas memproses lebih lanjut hasil penyulingan

minyak sawit dan produk inti sawit menjadi produk turunan seperti lemak khusus

(specialty fats), sabun, oleokimia, biofuel dan produk fungsional untuk aplikasi

industri di sektor makanan dan non-makanan. Sebagai perusahaan yang terintegrasi

perusahaan group Musim Mas menyediakan berbagai jenis minyak sawit dan produk

turunan berkualitas tinggi seperti dibawah ini:

Lemak khusus (specialty fats) seperti alternatif lemak coklat (cocoa butter), lemak

roti, shortening, margarin dan lemak yang dibuat khusus lainnya untuk aplikasi

makanan

Soap noodle (bahan baku), sabun komersial dan produk perawatan 

Lilin

Oleokimia seperti asam lemak, lemak alkohol, glicerine, medium chain triglyceride

dan turunan lainnya. Banyak digunakan sebagai alternatif untuk petrokimia,

16

Page 22: Profil Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia

oleokimia merupakan rantai hidrokarbon yang berperan penting dalam

membersihkan minyak dan kotoran. Oleh karena itu, produk ini banyak digunakan di

industri perawatan tubuh dan rumah tangga. Oleokimia juga digunakan sebagai

bahan baku atau perantara di sektor farmasi, karet, plastik, cat dan pelumas

Produk fungsional untuk digunakan sebagai surfaktan

Biodiesel dari kelestarian minyak sawit bersertifikat

Produk farmasi seperti Medium Chain Trigliserida (MCT)

4. PT Astra Agro Lestari Tbk 

Astra Agro Lestari Tbk  adalah salah satu perusahaan agribisnis karet

dan kelapa sawit terbesar di Indonesia. Astra Agro Lestari merupakan anak

usaha dari PT Astra Internasional yang menjaga, mengelola dan memanfaat

beberapa perkebunan yang berada di beberapa wilayah di Indonesia

diantaranya Sumatra, Sulewesi dan Kalimantan. Perseroan dalam menjalankan

bisnisnya selalu berorientasi pada kesehatan lingkungan, pelestarian

lingkungan yang berdampak secara umum selalu dijaga dan dilindungi supaya

tidak menyebabkan berbagai dampak negatif seperti banjir, kebakaran serta

pemanasab global. PT Astra agro lestari sebagai perusahaan yang sudah

terdaftar di Bursa Efek Indonesia ini memiliki produk unggulan yakni berupa

CPO (crude palm oil) dengan kapasitas produksi mencapai lebih dari 1 ribu

ton per tahun.

5. Grup Cargill

Cargill Tropical Palm memproduksi minyak sawit, kernel dan minyak

kernel berkelanjutan yang berkualitas tinggi yang tumbuh dilahan perkebunan

milik kami dan petani plasma lokal di Indonesia. Perkebunan kami

berberlokasi di Indonesia. PT. Hindoli di Sumatera Selatan, merupakan

investasi pertama dalam bidang perkebunan kelapa sawit di Indonesia, pada

tahun 1996, serta PT. Harapan Sawit Lestari dan PT. Indo Sawit Kekal di

Kalimantan Barat yang diakuisisi pada tahun 2005. Keseluruhannya mencakup

41,000 hektar. Mempekerjakan lebih dari 10,000 orang. Cargill juga

bekerjasama dengan lebih dari 14,000 petani plasma dalam memproduksi

minyak sawit yang berkelanjutan. Cargill mendukung upaya untuk membantu

para petani plasma tersebut dalam mengadopsi praktek perkebunan yang

17

Page 23: Profil Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia

berkelanjutan, meningkatkan pemanfaatan lahan, meningkatkan kualitas dan

kuantitas panen, dan mempromosikan keselamatan kerja dan praktek kerja

yang efisien. Ditahun 2013, petani plasma dari PT. Hindoli memperoleh

penghasilan hampir tiga kali lipat pendapatan rata-rata nasional Indonesia.

Sebagai anggota pendiri Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO)

yang dibentuk pada tahun 2004, Cargill adalah pendukung aktif produksi

minyak sawit berkelanjutan. PT. Hindoli dan PT. Harapan Sawit Lestari telah

di sertifikasi oleh RSPO dan International Sustainability and Carbon

Certification (ISCC).

BAB III

PENUTUP

iii.a. KesimpulanKelapa sawit merupakan tanaman yang menguntungkan sehingga

banyak perusahaan yang bergerak di bidang produksi kelapa sawit baik swasta

maupun milik pemerintah. Pengelolaan perusahaan sawit yang biasanya

mencakup perkebunan dan pabrik pengolahan yang baik akang meningkatkan

nilai jual sawit tersebut. Indonesia yang menjadi produsen terbesar kelapa

sawit masih tertinggal dibanding Malaysia yang menjadi produsen terbesar

18

Page 24: Profil Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia

kedua dalam hal penerimaan devisa negara. Hal ini disebabkan agroindustri di

Malaysia dikelola secara berkelanjutan dan optimal.

DAFTAR PUSTAKA

http://palm-oil.webs.com/history.htm diakses pada tanggal 10 Maret 2015 Pukul 17.00 WIB

Anonim. 2013. Indonesia dan Perkebunan Kelapa Sawit Dalam Isu Lingkungan Global.

Jakarta: Gabungan Pengusaha Kelapa sawit Indonesia

Sumanti, wiwik. 2014. Analisis Peran kebun Kelapa Sawit Terhadap Kemampuan

Penyerapan Kaebon di Kabupaten Rokan Hilir. Riau: Universitas Riau

(Haryanto,Bode.2002.Bahan Bakar Alternatif Biodiesel. http://library.usu.ac.id/download/ft/kimia-bode.pdf. Diakses 5 Maret 2015.22.48.)

19

Page 25: Profil Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia

Supraniningsih,Juliati.2012.Pengembangan Kelapa Sawit sebagai Biofuel dan Produksi Minyak Sawit serta Hambatannya. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=250249&val=6691&title=PENGEMBANGAN%20KELAPA%20SAWIT%20SEBAGAI%20BIOFUEL%20DAN%20PRODUKSI%20MINYAK%20SAWIT%20SERTA%20HAMBATANNYA. Diakses 5 Maret 2015.22.51.

http://www.socfindo.co.id/ diakses pada 5 Maret 2015 pukul 20.00

http://www.ptpn5.com diakses pada 5 Maret 2015 pukul 20.00

http://www.musimmas.co.id/ diakses pada 5 Maret 2015 pukul 20.00

http://www.astra-agro.co.id/ diakses pada 5 Maret 2015 pukul 20.00

http://www.cargill.co.id/ diakses pada 5 Maret 2015 pukul 20.00

20