antologi.upi.eduantologi.upi.edu/file/jurnal_ai.doc · web viewpada petunjuk teknis peraturan...

14
Antologi PGSD UPI Kampus Purwakarta, Vol. 2, No.2, Juni 2014 1 CPENERAPAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR Oleh: Ai Erlinawati 1 , Hafiziani Eka Putri 2 , Suprih Widodo 3 [email protected] , [email protected] , [email protected] S1 PGSD UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS PURWAKARTA ABSTRACT The success of the process of achieving competence a subject depends on several aspects. One of the aspects that influence is how a teacher in implementing the learning. The tendency of learning is still centered on the teacher to tell or speak. This kind of learning will make children less interested and motivated in participating in learning activities that result in low student learning outcomes and knowledge gained is not meaningless learners. Mathematics will be easy to understand with good reasoning abilities. Given the importance of mathematical reasoning abilities in learning the students are required to have this capability. The step to facilitate students in understanding the concepts being taught, one that can be done to improve the ability of reasoning in the learning of mathematics is to use a learning approach that is relevant to be applied by guru.Dari some kinds of learning, there is an interesting learning and can lead to increased learning outcomes in reasoning ability learners thatapproach cooperative learning type of Team Games Tournament (TGT). This research is Classroom Action Research (CAR), which aims to improve the performance of teachers in implementing the learning. The development of learners can be researchers used instruments such as observation sheets and test sheets in each cycle. Based on the results of research conducted on Class Action that has done can be concluded that the activity of learners and improve the ability of reasoning in the learning of mathematics classroom primary school the application of approach cooperative learning to the type of IGT subjects experienced congruency improvement. As can be seen from the increase in the average value of the class and Classical Absorption and increased student has achieved the expected results of researchers. Keywords: Cooperative Learning, TGT, Mathematical Reasoning. 1 Penulis Penanggung Jawab 2 Dosen Pembimbing 1 3 Dosen Pembimbing 2

Upload: others

Post on 08-Jan-2020

48 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: antologi.upi.eduantologi.upi.edu/file/JURNAL_AI.doc · Web viewPada petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No 06/C/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang penilaian

Antologi PGSD UPI Kampus Purwakarta, Vol. 2, No.2, Juni 2014 1

CPENERAPAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK

MENINGKATKAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR

Oleh:Ai Erlinawati1, Hafiziani Eka Putri2, Suprih Widodo3

[email protected], [email protected], [email protected]

S1 PGSD UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS PURWAKARTA

ABSTRACTThe success of the process of achieving competence a subject depends on several aspects. One of the aspects that influence is how a teacher in implementing the learning. The tendency of learning is still centered on the teacher to tell or speak. This kind of learning will make children less interested and motivated in participating in learning activities that result in low student learning outcomes and knowledge gained is not meaningless learners. Mathematics will be easy to understand with good reasoning abilities. Given the importance of mathematical reasoning abilities in learning the students are required to have this capability. The step to facilitate students in understanding the concepts being taught, one that can be done to improve the ability of reasoning in the learning of mathematics is to use a learning approach that is relevant to be applied by guru.Dari some kinds of learning, there is an interesting learning and can lead to increased learning outcomes in reasoning ability learners thatapproach cooperative learning type of Team Games Tournament (TGT). This research is Classroom Action Research (CAR), which aims to improve the performance of teachers in implementing the learning. The development of learners can be researchers used instruments such as observation sheets and test sheets in each cycle. Based on the results of research conducted on Class Action that has done can be concluded that the activity of learners and improve the ability of reasoning in the learning of mathematics classroom primary school the application of approach cooperative learning to the type of IGT subjects experienced congruency improvement. As can be seen from the increase in the average value of the class and Classical Absorption and increased student has achieved the expected results of researchers.Keywords: Cooperative Learning, TGT, Mathematical Reasoning.

Keberhasilan suatu proses pencapaian kompetensi suatu mata pelajaran bergantung kepada beberapa aspek. Salah satu aspek yang sangat mempengaruhi adalah bagaimana cara seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran. Kecenderungan pembelajaran saat ini masih berpusat pada guru dengan bercerita atau berceramah.

Peserta didik kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Karenanya tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran rendah. Pembelajaran semacam ini akan membuat anak kurang tertarik dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang berakibat pada rendahnya hasil belajar peserta didik serta tidak bermaknanya pengetahuan yang

1 Penulis Penanggung Jawab

2 Dosen Pembimbing 1

3 Dosen Pembimbing 2

Page 2: antologi.upi.eduantologi.upi.edu/file/JURNAL_AI.doc · Web viewPada petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No 06/C/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang penilaian

Ai Erlinawati Penerapan Cooperative Learning tipe TGT 2

diperoleh peserta didik. Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika, tentu saja kemampuan penalarannya juga harus ikut dikembangkan sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Adjie dan Rostika (2006, hlm. 1) “materi matematika akan mudah dipahami dengan adanya kemampuan nalar yang baik. Penalaran dapat berkembang jika penguasaan matematikanya pun baik”. Pada petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No 06/C/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang penilaian perkembangan peserta didik dicantumkan indikator dari kemampuan penalaran sebagai hasil belajar matematika. Indikator tersebut adalah: a) Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, diagram; b) mengajukan dugaan; c) melakukan manipulasi matematika; d) memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi; e) menarik kesimpulan dari pernyataan; f) memeriksa kesahihan suatu argument; g) menentukan pola atau sifat dari gejala matematika untuk membuat generalisasi (Setyono, 2008, hlm. 1).

Kemampuan penalaran yang dikembangkan dalam penelitian ini terfokus pada pokok bahasan kesebangunan. Pada pokok bahasan kesebangunan terdapat banyak pembahasan untuk menarik kesimpulan dari pembuktian, untuk membuktikan kebenaran dari sebuah pernyataan, atau untuk memberikan alasan terhadap suatu jawaban. Ketiga hal tersebut melibatkan kemampuan penalaran dalam mengerjakan soal. Untuk itu perlu dirancang pendekatan pembelajaran yang dapat mempermudah peserta didik untuk memahami konsep yang diajarkan sehingga daya serap klasikalnya mencapai 85% seperti yang diungkapkan Depdikbud (Trianto, 2006, hlm. 241).

Untuk mempermudah peserta didik dalam memahami konsep yang diajarkan, salah satu yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan penalaran pada pembelajaran matematika adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang relevan untuk diterapkan oleh guru. Dari beberapa macam pembelajaran, ada pembelajaran yang menarik dan dapat memicu peningkatan hasil belajar dalam kemampuan penalaran peserta didik yaitu pendekatan cooperative learning tipe TGT.

Alasan peneliti menggunakan pendekatan cooperative learning tipe TGT dalam meningkatkan kemampuan penalaran matematis ini karena memiliki banyak kelebihan diantaranya pelajaran yang terkesan sulit dapat dibuat mudah dan menyenangkan melalui games dan tournament. Selain itu adanya penelitian oleh Fitriani (2010, hlm. 90) yang menunjukan bahwa adanya peningkatan kemampuan penalaran peserta didik setelah menggunakan pembelajaran TGT.

Cooperative learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Dimana pada tiap kelompok tersebut terdiri dari peserta didik-peserta didik berbagai tingkat kemampuan, melakukan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk tidak hanya belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga bersama-sama mencapai keberhasilan. Semua Peserta didik berusaha sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dan melengkapinya.

Melalui TGT peserta didik akan menikmati bagaimana suasana turnamen karena peserta didik berkompetisi dengan peserta didik yang memiliki kemampuan yang setara. Adapun Langkah-langkah TGT yang dikemukakan oleh Slavin (2005) adalah sebagai berikut, pertama-tama guru menyampaikan materi kepada peserta

Page 3: antologi.upi.eduantologi.upi.edu/file/JURNAL_AI.doc · Web viewPada petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No 06/C/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang penilaian

Antologi PGSD UPI Kampus Purwakarta, Vol. 2, No.2, Juni 2014 3

didik. Ada hal yang harus diperhatikan oleh guru sebelum menyampaikan pembelajaran yaitu kesiapan peserta didik dalam menerima materi ajar. Setelah menyampaikan materi guru membagi kelompok peserta didik. Setiap kelompok beranggotakan empat sampai enam peserta didik yang terdiri dari peserta didik yang heterogen yaitu peserta didik yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Adapun pembagian ini dapat dilihat dari peringkat peserta didik. Untuk menguji pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan guru dan untuk memperdalam pengetahuan peserta didik, guru membagikan soal matematika sebagai bahan diskusi peserta didik. Peserta didik mendiskusikan jawaban dari soal yang telah diberikan guru. Tujuan dari diskusi ini adalah agar setiap peserta didik yang mempunyai kemampuan tinggi dapat membantu peserta didik yang mempunyai kemampuan menengah kebawah. Hal ini pun mengajarkan pentingnya kekeluargaan dan tanggungjawab. Peran guru sendiri adalah memantau jalannya diskusi dengan berkeliling kelas sekaligus memberikan bimbingan apabila ada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal. Diskusi kelas diakhiri dengan presentasi dari tiap-tiap kelompok. Presentasi dilakukan di depan kelas oleh perwakilan peserta didik yang ditunjuk oleh guru. Perwakilan ini menuliskan jawabannya dipapan tulis dan menjelaskannya kepada peserta didik lainnya. Kemudian guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja peserta didik. Memasuki babak turnamen, peserta didik dirombak menjadi kelompok turnamen, kelompok turnamen sendiri terdiri dari peserta didik yang mempunyai kemampuan setara atau disebut pula kelompok homogen. Kelompok turnamen menduduki meja turnamen yang telah disediakan. Sebelum memulai turnamen guru memberikan aturan permainan dari turnamen dan guru juga membagikan kartu pertanyaan untuk setiap meja turnamen

sesuai dengan jumlah peserta yang akan mengisi setiap meja. Kartu-kartu yang berisi soal (pertanyaan) ini telah dipersiapkan oleh guru terlebih dahulu sebelumnya. Setelah selesai turnamen, maka dilakukan penjumlahan skor tiap kelompok. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik. Penggeseran dilakukan kegiataan turnamen selajutnya.

Cooperative learning tipe TGT memiliki beberapa komponen, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Slavin (2005, hlm. 166) bahwa komponen-komponen pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari: “Presentasi kelas, tim (kelompok), game, turnamen, menentukan skor tim, rekognisi tim (penghargaan kelompok) dan pergeseran”.

Pembelajaran TGT ini dapat memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan penalarannya, dengan adanya presentasi kelas dan diskusi peserta didik dapat berfikir induktif maupun deduktif pada saat menyelesaikan soal-soal turnamen. Dengan adanya kegiatan diskusi dalam pembelajaran dapat membangun penalaran peserta didik dengan mengembangkan pikirannya, mencari tahu, menyusun bukti, sehingga dapat menarik kesimpulan secara logis dengan pernyataan yang didapatnya. Pada kegiatan turnamen di perlukan penalaran deduktif dalam menjawab pertanyaan yang mengaitkan rumus (yang sudah diterima sebelumnya) dengan pertanyaan-pertanyaan dalam soal.METODE

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran. Penelitian ini menggunakan desain penelitian model spiral yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc.Taggart, didalamnya memuat prosedur penelitian yang terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Tahapan-tahapan prosedur penelitian ini akan berlangsung pada setiap satu siklus dan terus berulang pada siklus

1 Penulis Penanggung Jawab

2 Dosen Pembimbing 1

3 Dosen Pembimbing 2

Page 4: antologi.upi.eduantologi.upi.edu/file/JURNAL_AI.doc · Web viewPada petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No 06/C/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang penilaian

Ai Erlinawati Penerapan Cooperative Learning tipe TGT 4

berikutnya. Pada tahap perencanaan guru terlebih dahulu mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran, menyusun bahan ajar yang diperlukan dalam pembelajaran, membuat media atau alat peraga untuk menunjang proses pembelajaran, serta menyusun lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

Tahap berikutnya adalah tindakan. Pada tahap tindakan, guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh guru. Pada waktu bersamaan dengan tindakan dilakukan pula tahap observasi sesuai dengan lembar observasi yang telah direncanakan pada tahap perencanaan. Tahap terakhir yaitu refleksi. Pada tahap refleksi guru membuat peninjauan kembali terkait pembelajaran yang telah dilakukan. Peninjauan tersebut diantaranya berupa kekurangan dan kelebihan guru saat mengajar ataupun kelebihan dan kekurangan peserta didik dalam menerima pelajaran dari guru. Setelah peninjauan kembali dilakukan, guru kemudian merancang strategi baru untuk meningkatkan kinerja guru yang masih dianggap kurang serta mempertahankan strategi guru yang dianggap baik. Selain itu dilakukan pula rancangan strategi untuk membuat peserta didik lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang diharapkan oleh guru, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.

Pada penelitian ini, sekolah yang dijadikan lokasi penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri 2 Cigelam, Kecamatan Babakancikao, Kabupaten Purwakarta. Adapun alasan mengapa SDN 1 Cigelam dipilih sebagai lokasi penelitian adalah karena SDN 1 Cigelam merupakan salah satu sekolah dasar yang terletak di daerah pedesaan, dengan fasilitas yang kurang memadai, dan lingkungan sekitar yang masih awam terhadap pendidikan. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa SDN 1 Cigelam yang memilih meneruskan untuk melanjutkan sekolah ke sekolah menengah

yang belum terakreditasi. Lokasi yang kurang strategis dan keadaan tersebut sedikit banyaknya ternyata membawa dampak terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa. Kurangnya perhatian dari para orang tua yang mayoritas bermatapencaharian petani dengan latar pendidikan yang rendah menyebabkan sulitnya mengembangkan potensi anak. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakuakan penelitian di SDN 1 Cigelam. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 1 Cigelam yang berjumlah 28 siswa, yaitu 14 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki.

Teknik pengumpulan data dilakuakn dengan tiga cara yaitu dokumentasi, observasi, dan lembar tes penalaran. Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi dapat dilakuakn dengan cara mengabadikan kejadian-kejadian yang perlu diamati menggunakan kamera atau sebagainya. Dapat pula dengan mengecek arsipkan dokumen-dokumen tertentu sebagai bahan informasi. Teknik observasi ini digunakan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar. Tes kemampuan penalaran matematis. Yaitu sebuah tes untuk mengukur penalaran matematis peserta didik berdasarkan indikator penalaran matematis.HASIL DAN PEMBAHASAN

Data awal penelitian diperoleh peneliti dari guru kelas. Data awal yang digunakan guru adalah hasil ulangan peserta didik pada materi sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang. Peneliti menjadikan ini sebagai data awal karena menganggap bahwa materi sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang sangat kental akan penalarannya dan hal ini sejalan dengan variabel yang diteliti oleh peneliti. Adapun data hasil ulangan peserta didik pada materi sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Nilai Prasiklus Peserta didik

Page 5: antologi.upi.eduantologi.upi.edu/file/JURNAL_AI.doc · Web viewPada petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No 06/C/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang penilaian

Antologi PGSD UPI Kampus Purwakarta, Vol. 2, No.2, Juni 2014 5

NoKelas

Intervalfi xi fi.xi

Kumulatif fAtas Bwh

1 32-45 2 38,5 77 2 282 46--59 1 52,5 52,5 3 263 60-73 13 66,5 864,5 16 254 74-87 4 80,5 322 20 125 88-101 8 94,5 756 28 8

Tabel 4.6 adalah tabel nilai peserta didik kelas V SDN 1 Cigelam siklus 1. Adapun nilai rataannya adalah ∑fi = 28; ∑fi.xi =

1540 maka = = 55. Gambar 1

menunjukan diagram persentase kelulusan peserta didik.

Gambar 1 Diagram Kelulusan PrasiklusPada Gambar 1 dapat diketahui bahwa peserta didik yang tidak lulus lebih besar dari peserta didik yang lulus. Pada saat pra siklus terdapat 13 peserta didik yang tidak lulus KKM dari 28 peserta didik, jika diprosentasikan peserta didik yang lulus ulangan pada tahap pra siklus adalah 46,43% dan yang belum lulus 53,57% dan ini masih jauh dari yang diharapkan peneliti.

Peneliti mengawali pertemuan pertama pada siklus pertama dengan terlebih dahulu menyampaikan materi ajar. Setelah itu berdiskusi kelompok. Diskusi ini terdiri dari peserta didik yang terdiri dari lima sampai enam orang dengan kemampuan yang berbeda atau disebut jug kelompok heterogen yang di dalamnya terdapat peserta didik dengan kemampuan tinggi, menengah dan rendah. Pada saat diskusi ini guru memberikan lembar kertas yang berisi

tentang soal penalaran. Kemudian diakhir diskusi perwakilan peserta didik mempresentasikan hasil kerjanya. Pada pertemuan kedua peneliti melakukan turnamen. Kelompok turnamen sendiri berbeda dengan kelompok diskusi. Kelompok turnamen terdiri dari lima sampai enam orang dengan kemampuan yang homogen yaitu peserta didik dengan kemampuan tinggi akan berada dalam satu meja dengan peserta didik yang mempunyai kemampuan tinggi. Begitupun peserta didik dengan kemampuan rendah akan melakukan turnamen dengan peserta didik yang mempunyai kemampuan rendah. Peneliti hanya bertugas sebagai pemantau. Aktivitas peserta didik pada siklus pertama yaitu terlihat masih banyaknya peserta didik yang kurang terlibat aktif dalam diskusi dan masih ada peserta didik yang kebingungan dengan aturan turnamen tetapi itu hanya berlangsung dimenit awal turnamen dan peneliti memaklumi hal itu karena ini baru pertama kalinya peserta didik melakukan TGT. Terkadang juga masih banyak peserta didik yang mengalami ketidaksepakatan jawaban. Pada saat seperti ini peneliti memang perlu bertindak sebagai wasit untuk menyelesaikan ketidaksepakatan terhadap aturan dan jawaban, tetapi jika penelitian tersebut berkeliling kelas dan langsung berintervensi begitu masalah muncul, gangguan seperti ini pun akan berkurang. Terkadang terlihat peserta didik yang kecewa karena walaupun dia sudah berusaha tetapi hasil yang diharapkan tidak ia dapat. Dalam kasus ini peneliti mengingatkan kepada peserta didik untuk tidak berkecil hati karena turnamen tidak akan berlangsung hanya sekali. Masih ada kesempatan untuk peserta didik lain jika mereka memang mau berusaha. Akhirnya peserta didikpun mengerti bahwa tiap turnamen akan datang dan pergi. Tiap kali mereka akan berusaha melakukan yang terbaik, apakah mereka menang atau kalah, karena turnamen lainnya akan segera berlangsung lagi. Adapun hasil evaluasi

1 Penulis Penanggung Jawab

2 Dosen Pembimbing 1

3 Dosen Pembimbing 2

Page 6: antologi.upi.eduantologi.upi.edu/file/JURNAL_AI.doc · Web viewPada petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No 06/C/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang penilaian

Ai Erlinawati Penerapan Cooperative Learning tipe TGT 6

yang dilakuakn pada pertemuan pada siklus pertama ini disajikan dalam bentuk Tabel 2.

Tabel 2Nilai Evaluasi Peserta didik Siklus I

Adapun nilai rataannya adalah ∑fi = 28;

∑fi.xi = 2072 maka = = 65,79.

Gambar 4.3 menunjukan diagram persentase kelulusan peserta didik.

Gambar 2 Diagram Kelulusan Siklus 1

Dari Gambar 2 dapat diketahui bahwa peserta didik yang lulus lebih besar dari peserta didik yang lulus. Pada saat siklus 1 terdapat 10 peserta didik yang tidak lulus KKM dari 28 peserta didik, jika dipersentasikan peserta didik yang lulus evaluasi pada siklus I adalah 64,29% dan yang belum lulus 35,71% dan ini masih kurang dari yang diharapken peneliti. Maka penelitian berlanjut ke siklus II.

Pembelajaran disiklus II ini diawali dengan presentai dari peneliti mengenai materi simetri lipat dan simetri putar. Untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan oleh peneliti dibentuklah kelompok diskusi dengan peserta didik yang sama seperti kelompok pada siklus I.

Strategi yang berbeda diterapkan oleh peneliti dalam memilih perwakilan yang akan mempresentasikan hasil diskusi. Jika pada siklus I guru membiarkan siswa memilih siapa yang akan presentasi maka di siklus kedua ini guru sendiri yang memilih siswa untuk emmpresentasikan hasil kerjanya dengan cara menggunakan kocokan. Hal ini dilakuykan untuk menghindari saling ketergantungan atau saling mengandalkan. Sehingga dengan strategi ini diharapkan tanggungjawab siswa terhadap kelompoknya dapat terpupuk.

Pada pertemuan kedua guru melakukan turnamen. Kelompok turnamen mengalami perubahan setelah proses penggeseran. Proses penggeseran ini sendiri merupakan sebuah penghargaan dalam TGT dimana setiap peserta didik yang mendapatkan nilai tertinggi di mejanya dapat meningkat satu langkah ke meja diatasnya dan sebaliknya jika peserta didik dalam mejanya mendapatkan poin terendah maka ia harus turun satu meja.

Pembelajaran di siklus II ini adalah terlihat banyaknya peserta didik yang aktif dalam pembelajaran dan hal ini menunjukkan hal yang positif. Antusiasme peserta didik dan tanggung jawab peserta didik juga terlihat dari kegigihan peserta didik dalam berturnamen. Waalupun terkadang terpancar kekecewaan ketika mengetahui bahwa kelompoknya tidak termasuk pada tiga tim terbaik. Disinilah guru harus bersikap bijak dan terus menjadi alarm untuk peserta didik agar tidak mudah patah semangat karena kesempatan akan datang lagi di lain hari. Peran guru sangat penting untuk mengingatkan peserta didik agar paham konsep kompetisi, diamana ada yang menang pasti harus ada yang kalah. Tapi bukan waktunya untuk menyesali diri ketika usaha belum mencapai hasil yang diinginkan, itu tandanya usaha kita masih harus lebih keras lagi, lakukan yang terbaik, itu adalah kuncinya. Adapun hasil evaluasi

No Kelas Interval fi xi fi.xi

Kumulatif fAtas Bwh

1 27-37 2 32 64 2 282 38-48 4 43 172 6 263 49-59 4 54 216 10 224 60-70 6 65 390 16 185 71-81 4 76 304 20 126 82-92 8 87 696 28 8

Page 7: antologi.upi.eduantologi.upi.edu/file/JURNAL_AI.doc · Web viewPada petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No 06/C/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang penilaian

Antologi PGSD UPI Kampus Purwakarta, Vol. 2, No.2, Juni 2014 7

peserta didik pada siklus ke II disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3Nilai Evaluasi Siswa Siklus II

Adapun nilai rataannya adalah ∑fi = 28;

∑fi.xi = 2072 maka = = 74. Gambar

4.3 menunjukan diagram persentase kelulusan peserta didik. Pesentase kelulusan di sajikan dalam bentuk diagram pada gambar 3.

Gambar 3 Diagram Kelulusan Siklus 1

Dari Gambar 3 dapat diketahui bahwa peserta didik yang lulus lebih besar dari peserta didik yang lulus. Pada saat siklus 1 terdapat 3 peserta didik yang tidak lulus KKM dari 28 peserta didik, jika dipersentasikan peserta didik yang lulus ulangan pada siklus II adalah 89,21% dan yang belum lulus 10,71% dan ini sesuai dengan yang diharapken peneliti.

Rekapitulasi daya serap klasikal peserta didik disajikan dalam bentuk diagram batang seperti pada Gambar 4. Gambar 4 menunjukkan diagram daya serap klasikal peserta didik pada saat prasiklus, siklus 1 dan siklus II. Pada saat pra siklus terdapat 13 peserta didik yang tidak lulus KKM dari 28 peserta didik, jika diprosentasikan daya

serap klasikal peserta didik pada tahap pra siklus adalah 46,43% dan ini masih jauh dari yang diharapken peneliti. Kemudian pada siklus I ada penambahan kelulusan sebanyak 3 orang, walaupun tidak signifikan tetapi ini merupakan langkah yang baik bagi peneliti sehingga prosentasi daya serap klasikalnya menjadi 54,57%. Karena tujuan yang ingin dicapai peneliti belum tercapai maka penelitian dilanjutkan ke siklus tiga. Pada siklus ke tiga ini ada tiga murid yang belum dapat mencapai KKM sedangkan 25 lainnya telah mencapai KKM bahkan beberapa peserta didik ada yang mendapat skor penuh. Persentase daya serap klasikal pada siklus ke tiga mencapai 89,29%. Terlihat peningkatan yang signifikan dari siklus I ke siklus II. Dengan tercapainya tujuan yang ingin diteliti yaitu daya serap klasikal mencapai ≥ 85% maka berakhirlah penelitian pada siklus ke dua.

Gambar 4Diagram Rekapitulasi Kelulusan Peserta

didikKESIMPULAN

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilaksanakan tentang pendekatan cooperative learning tipeTGT (TGT) untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis peserta didik di kelas V SDN 1 Cigelam dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :1. Aktivitas belajar peserta didik kelas V

SDN 1 Cigelam saat penerapan pendekatan cooperative learning tipe TGT (TGT) pada pokok bahasan kesebangunan mengalami peningkatan.

1 Penulis Penanggung Jawab

2 Dosen Pembimbing 1

3 Dosen Pembimbing 2

NoKelas

Intervalfi xi fi.xi

Kumulatif fAtas Bwh

1 32-45 2 38,5 77 2 28

2 46-59 1 52,5 52,5 3 26

3 60-73 13 66,5 864,5 16 25

4 74-87 4 80,5 322 20 12

5 88-101 8 94,5 756 28 8

Page 8: antologi.upi.eduantologi.upi.edu/file/JURNAL_AI.doc · Web viewPada petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No 06/C/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang penilaian

Ai Erlinawati Penerapan Cooperative Learning tipe TGT 8

Peningkatan tersebut dapat dilihat dari bertambahnya keaktifan siswa pada 10 kategori yang dinilai yaitu; 1) Memperhatikan penjelasan guru atau peserta didik lainnya; 2) Peserta didik berdiskusi dengan kelompoknya; 3) Peserta didik mengajukkan pertanyaan yang bervariatif; 4) Menemukan alternatif jawaban dengan menggunakan penalaran; 5) Peserta didik aktif menjawab pertanyaan yang diajukan guru; 6) Membaca buku atau mempelajari mata pelajaran; 7) Peserta didik menjawab soal-soal turnamen; 8) Peserta didik bersikap sportif pada saat turnamen; 9) Peserta didik bertanggung jawab terhadap hasil kerjanya; 10) Bersama dengan guru membuat kesimpulan materi yang dipelajari.

2. Kemampuan penalaran matematis peserta didik kelas V SDN 1 Cigelam pada pokok bahasan kesebangunan setelah menggunakan pendekatan cooperative learning tipe TGT (TGT) mengalami peningkatan yang sangat baik. Adapun peningkatan tersebut dapat terlihat dari nilai rata-rata kelas dan Daya Serap Klasikal (DSK) siswa yang meningkat dan telah mencapai hasil yang diharapkan peneliti, oleh karena itu penelitian dihentikan pada siklus II.

Page 9: antologi.upi.eduantologi.upi.edu/file/JURNAL_AI.doc · Web viewPada petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No 06/C/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang penilaian

Antologi PGSD UPI Kampus Purwakarta, Vol. 2, No.2, Juni 9

DAFTAR PUSTAKA

Adjie, Nahrowi dan Deti, K. (2006). Konsep Dasar Matematika. Bandung: UPI Press

Fitriani, W. (2010). Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) dalam meningkatkan kemampuan penalaran siswa sekolah dasar. Skripsi UPI kampus Purwakarta: Tidak diterbitkan.

Setyono. (2008). Peningkatan Kemampuan Penalaran Siswa Dalam Pembelajaran Matematika. [Online] Tersedia di: http://setyono.blogspot.com/2008/07/bab-i-pendahuluan_09.html [Diakses 5 Maret 2014]

Slavin, R.E. (2005).Cooperative Learning: Theory, Research and Practice. Alih Bahasa, Lita (2009). Cooperative Learning: Teori, riset dan praktik. Bandung: Nusa Media.

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.