unnesblog.unnes.ac.id/.../12/bentang-sosial-masyarakat-jawa.docx · web viewlunturnya bahasa jawa...
TRANSCRIPT
Krisis bahasa JawaDi susun untuk memenuhi pengganti UTS
Nama : Darma yunita
Nim : 3401415033
Dosen : Fajar
UNNIVERSITAS NEGERI SEMARANGSEMARANG
2016
1. Pendahuluan
a. Latar belakang
Seiring perkembangan zaman ini globalisasi semakin melunturkan
sendi-sendi budaya masyarakat Indonesia, terkhususnya pada
masyarakat Jawa, generasi muda sekarang ini sudah sangat terbawa oleh
arus globalisasi sehingga melupakan budaya nya yang telah ada. Hal itu
dapat menghapus budaya yang telah ada di daerah Jawa ini, sehingga
kita telah menghapus budaya yang tak ternilai harganya itu, untuk itu
kita sebagai generasi muda harus tetap melestarikan budaya kita sendiri,
terutama dalam perbahasaan.
b. Rumusan masalah
1. Dimana keberadaan bahasa Jawa ?
2. Bagaimana melestarikan bahasa Jawa sebagai budaya masyarakat
jawa ?
3. Mengapa terjadinya krisis bahasa jawa ?
4. Apa dampak jika tidak melestarikan bahasa Jawa ?
5. Siapa yang akan melestarikan bahasa Jawa ?
c. Tujuan
Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas pengganti ulangan tengah
semester mata kuliah Bentang social masyarakat Jawa. Dan menjelaskan
tentang keberadaan bahasa Jawa di era globalisasi ini, agar tetap
terlestarikan sehingga tidak tergeserkan oleh perkembangan zaman dengan
hadir nya globalisasi. Dan berusaha mendeskripsikan bentuk penggunaan
bahasa Jawa, faktor penyebab semakin memudarnya penggunaan bahasa
Jawa, serta solusi untuk menyebarluaskan bahasa Jawa dalam menjaga dan
melestarikan warisan budaya Indonesia
2. Hasil dan pembahasan
A. Keberadaan bahasa Jawa dalam masyarakat Jawa
Manusia merupakan mahkluk individu dan sosial. Sebagai mahkluk
sosial, manusia perlu berinteraksi dengan manusia lain. Dalam berinteraksi,
manusia memerlukan bahasa untuk menyampaikan pikirannya, berinteraksi
dan mengidentifikasikan diri. Dengan demikian, bahasa merupakan unsur
terpenting dalam sebuah komunikasi. Di Negara ini terutama di daerah-
daerah banyak bahasa yang di gunakan untuk berinteraksi.
Bahasa Jawa merupakan bahasa atau budaya masyarakat Jawa, bahasa
yang kini sedikit demi sedikit mulai tergantikan oleh bahasa yang tren di
dunia pasaran dalam perkembangan globalisasi saat ini. Belum lagi,
tantangan yang menuntut kecakapan bahasa asing, entah Inggris, Korea,
atau Mandarin. Seiring perkembangan ini bahasa Jawa akan semakin buram
jika kita sebagai masyarakat Jawa tidak melestarikan bahasa kita sendiri.
saat ini anak muda lebih memilih memakai bahasa Indonesia atau bahasa
Inggris maupun bahasa keren lainnya dalam dialog sehari-hari, bila di
bandingkan dengan menggunakan bahasa budaya nya sendiri,yaitu bahasa
Jawa. Sehingga saat ini bahasa Jawa sudah sangat tergeser oleh hadir nya
globalisasi. Bahkan sangat Jarang anak muda menggunakan bahasa budaya
nya sendiri. Bahkan, saat ini, di pelosok desa bahasa Jawa juga mengalami
krisis.
Dengan kata lain, bahasa Jawa tak lagi sebagai sumber linguistik
generasi muda. Dengan perkembangan teknologi dan lain sebagainya, kini
anak muda lebih suka mengucapkan yes atau okay ketimbang inggih.
Bahkan, mereka sudah terjajah dengan dunia alay, seperti halnya pada
nyanyian yang sedang tren-tren saat ini, ketimbang nyanyian lagu bahasa
Jawa, mereka lebih memilih lagu yang lagi tren yang sangat popular.
kita sebagai masyarakat Jawa harus melestarikan budaya kita agar tidak
tergeser seiring dengan datangnya globalisasi, ter utama bahasa Jawa bagi
mereka yang tinggal di Pulau Jawa.
Oleh karena itu, generasi muda suku Jawa sudah sepantasnya
melestarikan bahasa Jawa demi kelangsungan dan tetap terjaganya bahasa
Jawa di Pulau Jawa. Apalagi, bahasa Jawa merupakan bahasa budi yang
menyiratkan budi pekerti luhur, atau merupakan cerminan dari tata krama
dan tata krama berbahasa menunjukkan budi pekerti pemakainya. Dalam
penggunaannya, bahasa Jawa memiliki aksara sendiri, yaitu aksara jawa,
dialek yang berbeda dari tiap daerah, serta Unggah-ungguh basa (etika
berbahasa Jawa) yang berbeda. Bahasa Jawa dibagi menjadi tiga tingkatan
bahasa yaitu ngoko (kasar), madya (biasa), dan krama (halus). Dalam
tingkatan bahasa ini, penggunaannya berbeda-beda sesuai dengan lawan
yang yang diajak berbicara. Sehari-hari, ngoko digunakan untuk berbicara
dengan teman sebaya atau yang lebih muda, madya digunakan untuk
berbicara dengan orang yang cukup resmi, dan krama digunakan untuk
berbicara dengan orang yang dihormati atau yang lebih tua.
Oleh sebab itu, bahasa Jawa memiliki etika bahasa yang baik untuk
digunakan dan mencerminkan karakteristik adat budaya Indonesia sebagai
bangsa timur. Bahasa Jawa yang dulu merupakan bahasa yang besar, dengan
ber-tambahnya waktu, penggunaannya semakin berkurang. Saat ini para
kaum muda di Pulau Jawa, khususnya yang masih di usia sekolah, sebagian
besar tidak menguasai bahasa Jawa. Hal ini bisa disebabkan oleh gencarnya
serbuan beragam budaya asing dan arus informasi yang masuk melalui
bermacam sarana seperti televisi dan lain-lain.
Pemakaian bahasa gaul, bahasa asing, dan bahasa seenaknya sendiri
(campuran Jawa-Indonesia Inggris) juga ikut memperparah kondisi bahasa
Jawa yang semakin lama semakin surut. Betapa tidak, saat ini murid tingkat
sekolah dasar hingga sekolah menengah yang mendapatkan pelajaran bahasa
Jawa sebagian besar dari bangku sekolah. Sementara pelajaran bahasa Jawa
yang dulunya merupakan pelajaran wajib sekarang sudah mulai dihilangkan
dari daftar matapelajaran sekolah. Meskipun ada, jam mata-pelajarannya
juga sangat sedikit, hanya 2 X 45 menit dalam seminggu, sedangkan
penggunaan bahasa Jawa di lingkungan rumah pun tidak lagi seketat seperti
di masa-masa dulu. Orang tua tidak lagi membiasakan bahasa Jawa sebagai
bahasa sehari-hari untuk berkomunikasi di keluarga. Sebagian besar malah
mengajarkan bahasa Indonesia atau bahasa asing kepada anak-anak mereka.
Bahasa Jawa, apalagi bahasa Krama Inggil pun semakin terabaikan.
Kita sebagai generasi harus senantiasa melestarikan budaya daerah
kita sendiri. Upaya ini penting agar bahasa Jawa tetap terlestarikan sebagai
bagian tidak terlepaskan dari kekayaan bahasa di TanahAir. kita sebagai
masyarakat Jawa tidak boleh menganggap bahasa daerah, seperti bahasa
Jawa adalah bahasa kampungan atau murahan. Justru, bahasa tersebut
adalah budaya yang tidak ternilai. Semakin jauhnya generasi saat ini dengan
bahasa daerah akan mengancam kelestarian budaya kita. Ini mestinya
menjadi keprihatinan dan tanggung jawab kita bersama. sudah lama suku
Jawa mengalami krisis budaya, di mana generasi mudanya banyak yang tak
mampu berbahasa Jawa, baik ngoko,kromo ataupun kromo inggil. Terutama
di kota-kota besar. Hal ini karena faktor orang tua yang kurang peduli
dengan budaya Jawa yang merupakan budayanya sendiri. kalau begini
caranya, bukan tidak mungkin dalam kurun waktu 50 tahun lagi yang akan
datang, tidak ada lagi generasi di pulau Jawa yang mampu berbahasa Jawa.
Kondisi tersebut juga kian diperparah dengan adanya pandangan
generasi muda terhadap bahasa Jawa. Mereka menganggap bahasa Jawa
adalah bahasa orang-orang desa, orang udik, orang-orang pinggiran, atau
orang-orang zaman dulu. Mereka mengaku malu dan gengsi menggunakan
bahasa Jawa dan memilih menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa gaul.
Banyak pemuda Jawa yang tidak dapat berbicara menggunakan bahasa
Jawa, namun mengerti jika diajak berbicara menggunakan bahasa Jawa. Ini
disebabkan sejak kecil mereka telah dibiasakan berbicara bahasa Indonesia
oleh keluarganya.
Adanya krisis budaya ini sebenarnya merupakan tanggung jawab
semua orang tua Jawa. Seharusnya merekapun wajib menggunakan bahasa
Jawa di rumah. Minimal bahasa Jawa ngoko. Lebih baik lagi bahasa Jawa
kromo dan kromo inggil. Sebenarnya ada bahasa Jawa yang lebih tinggi dan
lebih sulit lagi, yaitu bahasa Jawa Kuno. Karena tidak di lestarikan bahasa
Jawa kuno ini pun tergeser seiring dengan perkembanagan zaman. Boleh
dikatakan bahasa Jawa Kuno ini sudah lenyap. Jadi, begitupun dengan
bahasa Jawa ngoko, kromo, dan juga inggil. jika bahasa Jawa ngoko,kromo
dan kromo inggil tidak diajarkan kepada anak-anak sejak usia dini, maka
sekitar 50 tahun lagi, bahasa Jawapun akan lenyap dari permukaan bumi.
Lunturnya bahasa Jawa membuat kualitas budi pekerti dan tata krama para
pemuda di Jawa semakin menurun. Karena cenderung tidak bisa berbahasa
Jawa halus mereka lebih memilih berbahasa Indonesia yang dianggap lebih
mudah.
Maka dari itu, pendidikan berbahasa Jawa yang baik dan benar perlu
ditanamkan sejak dini supaya bahasa Jawa tetap terjaga kelestariannya dan
karakteristik mayarakat suku Jawa yang dikenal berbudi luhur dan memiliki
tata krama yang baik tetap terjaga..
Oleh karena itu, semua orang tua Jawa, bertangguungjawab untuk
melestarikan bahasa Jawa. Dengan cara mengajarkan anak-anak nya dengan
cara memakai bahasa Jawa dalam percakapan sehari-hari.
B. Factor memudarnya bahasa Jawa
Globalisasi menuntut seseorang terutama kalangan pemuda untuk
mampu menggunakan bahasa yang global dan mendunia sehingga dapat
berperan aktif menuju modernisasi. Misalnya saja penggunaan bahasa
Inggris di daerah kota dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sangat
mempengaruhi kedudukan bahasa Jawa yang rasanya semakin terabaikan.
Memudarnya bahasa Jawa di Jawa tentunya memiliki berbagai alasan yang
sangat nyata. Dapat dilihat dan dirasakan bahwa perkembangan jaman dan
perkembangan bahasa Jawa yang saat ini telah menurun drastis.Banyak
pemuda yang tidak bisa menggunakan bahasa Jawa dengan baik, dan
memilih menggunakan bahasa Indonesia. Namun ketidakbisaan ini bukan
semata-mata hanya kesalahan pemuda itu sendiri, tetapi banyak faktor yang
menyebabkan hal itu dapat terjadi. Keluarga termasuk faktor yang paling
berpengaruh, karena keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama
kali dikenal oleh anak.
C. Solusi untuk melestarikan bahasa Jawa
Sebagai masyarakat asli Jawa, masyarakat seharusnya dapat mem-
pertahankan dan melestarikan budaya berbahasa Jawa. Siapa lagi yang akan
meneruskan budaya warisan nenek moyang jika bukan masyarakat Jawa itu
sendiri. Jangan sampai setelah budaya sudah hilang atau dinyatakan milik
negara lain barulah masyarakat peduli dan merasa memiliki. Untuk itu
menjaga dari sekarang sangatlah penting agar tidak menyesal kemudian.
Lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang tepat sebagai
prasarana untuk mempertahankan budaya berbahasa Jawa, karena siswa
dapat belajar serta dapat mempraktekkan dengan guru maupun teman-
temannya. Penggunaan bahasa Jawa dalam pembelajaran untuk waktu
tertentu juga dapat meningkatkan ketrampilan berbahasa Jawa, jadi semua
warga sekolah ikut berpartisipasi dalam melestarikan penggunaan bahasa
Jawa. Di lingkungan keluarga sebaiknya para orang tua juga mengajarkan
bahasa Jawa kepada anak-anaknya sehingga anak-anak akan terbiasa dengan
bahasa Jawa. Bisa tidaknya seseorang mempelajari bahasa bukan dari
mudah atau sulitnya bahasa itu, melainkan dari pembiasaan. Namun,
kenyataannya orang tua cenderung mengajarkan anak-anaknya dengan
pengantar bahasa Indonesia. Sarana yang lain ialah melalui media-media
yang telah ada di sekitar. Sekarang ini banyak saluran televisi yang
memiliki tayangan-tayangan maupun berita dengan menggunakan bahasa
Jawa, terutama saluran televisi lokal atau daerah. Namun, percuma apabila
tayangan tersebut memiliki sedikit peminat.
Maka dari itu, masyarakat terutama pemuda maupun remaja sebaiknya
menyempatkan diri menonton acara tersebut sebagai tanda rasa peduli
terhadap bahasa asli sendiri dan menjadi sarana belajar bahasa Jawa. Selain
televisi juga masih ada beberapa sarana yang menggunakan bahasa Jawa,
meskipun jumlahnya masih terbilang sedikit.Jadi, jangan malu untuk
menyempatkan diri memahami dan mempelajari sebagai tanda melestarikan
budaya Jawa melalui internet, televisi, radio, koran, dan lebih utama lagi
dengan perbincangan langsung.
3. Penutup
a. kesimpulan
Kita sebagai generasi harus senantiasa melestarikan budaya daerah kita
sendiri. Upaya ini penting agar bahasa Jawa tetap terlestarikan sebagai
bagian tidak terlepaskan dari kekayaan bahasa di TanahAir. kita sebagai
masyarakat Jawa tidak boleh menganggap bahasa daerah, seperti Jawa
adalah bahasa kampungan atau murahan. Justru, bahasa tersebut adalah
budaya yang tidak ternilai. Sema kin jauhnya generasi saat ini dengan
bahasa daerah akan mengancam kelestarian budaya kita. Ini mestinya
menjadi keprihatinan dan tanggung jawab kita bersama.
b. Saran
Orang tua seharusnya mengajarkan anaknya untuk melestarikan bahasa
Jawa sejak dini. Dan generasi muda suku Jawa pun sudah sepantasnya
melestarikan bahasa Jawa demi kelangsungan dan tetap terjaganya bahasa
Jawa di Pulau Jawa. Apalagi, bahasa Jawa merupakan bahasa budi yang
menyiratkan budi pekerti luhur, atau merupakan cerminan dari tata krama
dan tata krama berbahasa menunjukkan budi pekerti pemakainya.
4. Daftar pustaka
ttps://fsui.wordpress.com/
budayangakunyaorangjawatetapitakbisaberbahasajawahariyanto-imadha/
http://www.republika.co.id/berita/koran/islam-digest-koran/15/09/20/
nuz0wy1-madrasah-dan-konservasi-bahasa-jawa