gagahprama.files.wordpress.com · web viewkemudian di observasi dan pendokumentasian kegiatan...

58
LAPORAN KEGIATAN OBSERVASI DAN PENDOKUMENTASIAN PERAYAAN MUHARRAM 1437 H UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL

Upload: others

Post on 09-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

LAPORAN KEGIATANOBSERVASI DAN PENDOKUMENTASIAN

PERAYAAN MUHARRAM 1437 H

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

2015

Page 2: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Kegiatan Observasi Dan Pendokumentasian Perayaan Muharram 1437 H tepat pada waktunya.

Terima kasih kami ucapakan kepada :

1. Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FIS Unesa.2. Dosen Pengampu Mata Kuliah Sejarah Nasiona Indonesia 1500 – 1800 M

( Masa Islam )3. Pengurus Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, DIY4. Pemerintahan Kabupaten Banyuwangi.5. Camat Rogojampi dan Kepala Desa Aliyan Rogojampi.6. Kepala Desa Mayang, Kecamatan Mayang, Kab. Jember.7. Keluarga saya yang telah memberikan suasana yang kondusif sehingga

pembuatan laporan ini akhirnya terselesaikan dengan baik.8. Teman – teman seperjuangan yang bersama sama telah memberikan

bantuan baik moril maupun material.

Laporan ini bertujuan untuk mengetahui prosesi kegiatan dan tradisi Muharram di daerah – daerah. Kemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Demikian, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah senantiasa meridhoi segala usaha kita.

Surabaya, 24 Oktober 2015

Penyusun

Page 3: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

SURAT KEPUTUSAN PIMPINAN ANGKATAN 2014 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FIS UNESA

Berdasarkan keputusan dari Pimpinan Angkatan 2014 Jurusan Pendidikan Sejarah FIS Unesa tentang pembentukan Kelompok dan Tim Kegiatan Observasi Dan Pendokumentasian Perayaan Muharram 1437 H di daerah – daerah. Berikut nama mahasiswa yang di tunjuk menjadi tim kegiatan :

Nama NIM Keterangan1 Mas Gagagh Prama W 14040284008 Ketua2 M Haris Nasution 14040284114 Anggota3 Tantri Sukma A 14040284100 Anggota4 Pradita Rahma H 14040284106 Anggota

Tim diatas tersebut di tugaskan untuk melakukan Observasi dan Pendokumentasian kegiatan Muharram pada :

Hari / Tanggal : Selasa – Minggu / 13 – 18 Oktober 2015

Waktu : 07.00 – Selesai

Tempat Observasi :

1. Kegiatan Mubeng Beteng(Topo Bisu) Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, DIY

2. Kegiatan Tahlilan Selametan Kampung di Kepala Desa Mayang, Kecamatan Mayang, Kab. Jember.

3. Kegiatan Keboan Desa Aliyan Kecamatan Rogojampi Kab. Banyuwangi.

Demikian surat tugas ini dibuat, untuk dilaksanakan dengan seksama dan penuh tanggung jawab.

Surabaya, 11 Oktober 2015

Pimpinan Angkatan 2014 JurusanPendidikan Sejarah FIS Unesa

Mas Gagah Prama WibawaNIM. 14040284008

Page 4: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tradisi  adalah  sebuah  kata  yang  sangat  akrab  terdengar  dan  terdapat  di

segala bidang. Tradisi  menurut  etimologi  adalah  kata  yang  mengacu  pada 

adat  atau  kebiasaan  yang  turun  temurun,  atau  peraturan  yang  dijalankan 

masyarakat.1  Secara  langsung,  bila  adat  atau  tradisi  disandingkan  dengan 

stuktur  masyarakat  melahirkan   makna  kata  kolot,  kuno,  murni  tanpa 

pengaruh,  atau  sesuatu  yang  dipenuhi  dengan   sifat  takliq.

Tradisi  merupakan  sinonim  dari  kata  “budaya”  yang  keduanya  merupakan 

hasil  karya.  Tradisi  adalah  hasil  karya  masyarakat,  begitupun  dengan 

budaya.  Keduanya saling  mempengaruhi.  Kedua  kata  ini  merupakan 

personafikasi  dari  sebuah  makna  hukum  tidak  tertulis,  dan  hukum  tak 

tertulis  ini  menjadi  patokan  norma  dalam  masyarakat  yang  dianggap  baik 

dan  benar.2

Indonesia merupakan negara yang memiliki keudayaan majemuk terutama di

Pulau Jawa. Namun, tak lantas kemajemukan budaya tersebut menjadi

penghalang untuk melestarikan dan mengajarkan ke-Islam-an di Negara ini

khususnya di Pulau Jawa. Wali Songo merupakan tokoh yang berpengaruh

terhadap penyebaran Islam di Pulau Jawa yang mengajarkan islam tanpa

meninggalkan kebudayaan detempat sehingga munculah kebudayaan daerah nan

islami.

Kita sebagai generasi kontemporer tentu masih mengenal atau bahkan

melestarikan kebudayaan tersebut tanpa meninggalkan unsur ukhrowi.

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia: Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa, (Ed-3. Cet-1  Jakarta ; Balai Pustaka 2001) h. 12082 Ibid., h. 1208

Page 5: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

Diharapkan agar kita mengerti, mempelajari, mengamalkan dan meneruskannya

selama itu tidak menyalahi aturan agama Islam (Al-Qur’an dan Hadist).

Dalam laporan ini terdiri atas beberapa tradisi kebudayaan islam berkenaan

peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1437 / 1 Suro 1949. Diantaranya

kegiatan Mubeng Beteng di Yogyakarta, Tahlilan Selametan di Jember, dan

Keboan Desa Aliyan Banuwangi.

1.2. Tujuan Kegiatan

Tujuan kegiatan ini adalah

a. Memberikan pemahaman tentang kekayaan budaya Indonesia.

b. Observasi kegiatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1437 / 1 Suro 1949.

c. Pendokumentasian kegiatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1437 / 1 Suro

1949.

d. Melestarikan kebudayaan Indonesia agar tetap terjaga dan lestari.

Page 6: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

BAB 2 PEMBAHASAN

1. Kegiatan Mubeng Beteng Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, DIY

a. Aspek-aspek Sosial Budaya, Geografis, Demografis dan Potensi Kraton

Yogyakarta

1. Aspek Sosial Budaya

Kraton Yogyakarta merupakan Istana Kesultanan yang masih

bernuansa Jawa tradisional walaupun ditengah-tengah proses modernisasi kota

Jogja. Dalam hal ini, kraton tidak hanya melaksanakan fungsinya sebagai

wahana pelestarian budaya, tetapi juga melakukan interaksi terhadap

masyarakat sebagai wujud rasa sosial yang tinggi, mengingat bahwa Kraton

Yogyakarta merupakan kediaman gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri

Sultan Hamengkubuwana X. Contoh nyatanya adalah hal- hal yang terjadi

belum lama ini, bahwa 40 ribuan warga melakukan pisowanan ageng ke

Kraton Yogyakarta. Pisowanan ageng tersebut bertujuan untuk meminta

penjelasan atau klarifikasi dari Sri Sultan HB X. Tradisi ini dilakukan ketika

terjadi kebuntuan informasi, sehingga rakyat mendatangi raja. Mereka

memohon penjelasan langsung dari sang raja agar memperoleh kepuasan atas

informasi yang tengah beredar di masyarakat. Menurut Gregorius Sahdan,

pisowanan ageng ini merupakan tradisi baru dalam konteks hubungan kawula

lan gusti di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari semua ini terlihat jelas bahwa

Kraton Yogyakarta melaksanakan peran sosialnya.

Sedangkan nilai-nilai budaya Kraton dapat dilihat dengan melihat

ritual semedi. Dimana Kraton meyakini bahwa siapa yang sedang bersemedi

maka ia selalu berada dalam keagungan Tuhan YME. Di dalam ritual ini,

orang yang bersemedi akan menghadapi berbagai rintangan. Contohnya, saat

berada di Pasar Beringharja, maka gambaran rintangannya adalah wanita-

wanita cantik, makanan lezat, minuman segar, kain bagus berwarna-warni dan

bau-bauan yang wangi dan sedap. Sedangkan dalam Kepatihan akan dijumpai

rintangan yang berupa kekuasaan, derajat, pangkat dan uang.

Page 7: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

Kraton Yogyakarta melakukan upacara ritual tiap tahunnya yang dikenal

dengan nama upacara grebeg.

Grebeg adalah upacara keagamaan yang dilakukan 3 kali dalam

setahun. Bertepatan pada lahinya Nabi Muhammad SAW (grebeg Maulud),

hari raya idul fitri (grebeg Syawal) dan pada hari raya idul adha (grebeg

Besar). Pada hari itu, Sri Sultan berkenan memberi sedekah berupa gunungan-

gunungan berisikan makanan dan lain- lain kepada rakyat.

Dan tak kalah nilai budayanya adalah pertunjukan seni. Kraton

Yogyakarta sering menggelar seni pertunjukan. Acara ini menjadi ritual

fungsional dari istana. Di antaranya, adalah pertunjukan Tari Bedoyo yang

disucikan, pertunjukan wayang kulit, wayang wong dan lain-lain. Gambaran

dari wayang wong adalah suatu drama tarian berdasarkan cerita Mahabharata

dan Ramayana. Pada zaman dahulu, wayang ini hanya ditarikan di Kraton

atau di tempat tinggal para ningrat. Hanya orang yang khusus yang dapat

membawakan drama tari ini. Drama ini hanya ditarikan pada acara khusus

seperti pada ulang tahun raja atau pangeran, peringatan penobatan raja, atau

pada penyambutan tamu agung.

Dari semua contoh di atas, sudah terlihat jelas bahwa Kraton

Yogyakarta yang memiliki bangunan-bangunan, lapangan-lapangan, halaman

–halaman serta acara-acara seni yang mengandung unsur budaya dapat

melestarikan nilai-nilai sosio kultural bangsa Indonesia secara turun temurun.

2. Aspek Geografi

Daerah Kraton terletak di hutan Garjitawati, dekat Desa Beringin dan

Desa Pacetokan. Kompleks Kratonnya terletak di tengah-tengah, tetapi daerah

Kraton membentang antara sungai Code dan sungai Winanga, dari utara ke

selatan, dari Tugu sampai Krapyak. Karena daerah ini dianggap kurang

memadai untuk membangun sebuah Kraton dengan bentengnya, maka aliran

sungai Code dibelokkan sedikit ke timur dan aliran sungai Winanga sedikit ke

Page 8: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

barat. Sebuah pantun Mijil menggambarkan letak geografis dari Kraton

Yogyakarta ini secara populer, berikut pantun Mijil tersebut :

Kali Nanga pancingkok ing puri,

Gunung Gamping kulon,

Hardi Mrapi ler wetan prenahe,

Candi Jonggrang mangungkang ing kali,

Palered Magiri, Girilaya Kidul

Artinya:

Sungai Winanga membelok (ke kanan) waktu mendekati Kraton (puri),

Gunung Gamping terletak di sebelah Barat, sedangkan Gunung Merapi

letaknya di sebelah Timur. Candi Jonggrang dibangun terlalu dekat pinggir

kali (Opak), Plered (Ibu Kota Negeri Mataram dahulu), Magiri (tempat

makam Raja-raja Mataram) dan Girilaya (Gunung Kidul) terletak di sebelah

Selatan (Kraton). Kraton Yogyakarta terletak di pusat kota Yogyakarta.

Letaknya sangat strategis, diantara dua lapangan besar yang sering disebut

Alun-Alun Utara (LOR) dan Alun-Alun Selatan (Kidul). Secara geografis

Yogyakarta terletak di pulau Jawa bagian Tengah. Kraton Yogyakarta yang

beralamat di Jalan Ratawijayan I Yogyakarta sangat dekat dengan Malioboro,

dari arah Malioboro lurus ke selatan kita sudah sampai di lokasi wisata

tersebut yang luasnya kurang lebih 3.185,80 km². Kraton Yogyakarta juga

merupakan istana resmi Kesultanan Yogyakarta sampai tahun 1950 ketika

pemerintah Negara Bagian Republik Indonesia menjadikan Kesultanan

Yogyakarta sebagai sebuah daerah berotonomi khusus setingkat provinsi

hingga saat ini dengan nama Daerah Istimewa Yogyakarta

3. Potensi Kraton Yogyakarta

Kraton Yogyakarta merupakan tempat yang mengandung warisan

kebudayan Nasional yang wajib dilestarikan. Kraton Yogyakarta ini

merupakan kerajaan yang masih eksis keberadaannya dalam melaksanakan

aktivitas pemerintahan kepada rakyatnya ditengah era modernisasi dan

Page 9: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

globalisasi yang sedang meningkat ini. Kemenarikan bangunan Kraton

Yogyakarta bukan hanya terletak pada sofistikasi arsitektur Jawa, tetapi lebih-

lebih pada kandungan nilai-nilai kultural-edukatif yang visualisasinya nampak

dalam simbol-simbol.

Melalui bangunan kraton nilai-nilai luhur yang telah tersaring dari

berbagai rekaman sejarah dan budaya secara non-verbal divisualisasi dan

disosialisasikan agar menjadi sumber inspirasi yang tidak pernah kering bagi

setiap generasi dalam memperjuangkan keluhuran martabat manusia. Nilai

kebudayaan yang dimiliki oleh Kraton Yogjakarta sudah sepatutnya dikenal

oleh orang banyak, baik itu secara Nasional ataupun Internasional, sehingga

akan menarik wisatawan mancanegara ataupun domestik untuk datang dan

mengunjungi Kraton Yogyakarta. Hal ini tentunya akan menjadi magnet

untuk bidang pariwisata di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Potensi

Kraton Yogyakarta dalam kepariwisataan tentunya sangat tinggi, bahkan

rencananya Kraton Yogyakarta akan dijadikan BCB (Bangunan Cagar

Budaya) bertaraf Internasional, walaupun hal itu masih dalam tahap

pengajuan.

Kepariwisataan di DIY khususnya untuk wisata ke Kraton Yogyakarta

tentunya akan sangat potensial dan menguntungkan banyak pihak, baik itu

dari golongan atas seperti para pengusaha penginapan dan pengrajin, maupun

dari kalangan bawah yakni para penjual cindramata, oleh-oleh khas jogja dan

lain-lain. Apabila Kraton Yogyakarta ini dimanfaatkan secara maksimal,

misalnya dengan meningkatkan infrastruktur dan prasarana, tentunya akan

lebih banyak membuat wisatawan baik lokal maupun mancanegara tertarik

dan datang mengunjungi Kraton Yogyakarta ini. Dengan begitu, selain dapat

mempertahankan budaya Nasional, dari satu bidang kepariwisataan ini, DIY

bisa mendapatkan pendapatan lebih untuk daerahnya.

Page 10: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

b. Profil dan Keunggulan dari Kraton Yogyakarta

1. Profil Kraton Yogyakarta

Luas Kraton Yogyakarta adalah 14.000 m2. Di dalamnya terdapat banyak

bangunan-bangunan, halaman-halaman dan lapangan-lapangan. Selain tanah

untuk bangunan Keraton Yogyakarta, seluruh tanah di Yogyakarta juga

merupakan milik Kraton, tanah yang digunakan oleh rakyat merupakan

pinjaman, tidak disewakan dan tidak boleh dijual.

Didalam Kraton selain terdapat para Abdi Dalem, tentunya juga terdapat

penghuni tetap Kraton, dalam hal ini yaitu Raja atau Sultan, Prameswari dan

juga anak-anak mereka yaitu para pangeran dan putri. Dalam sebuah kerajaan

tentunya akan ada pewarisan tahta dari seorang Raja kepada penerus

selanjutnya.

Di Keraton Yogyakarta dalam menentukan penerus kepemimpinan Raja

dilakukan secara turun-temurun. Anak yang dipilih menjadi Putra Mahkota

calon penerus Raja adalah putra tertua dari Prameswari Raja, namun apabila

Prameswari tidak memiliki putra melainkan hanya putri saja, maka boleh

dipilih putra tertua dari Selir. Tetapi, apabila dari Selir tetap tidak memiliki

putra juga, maka akan dipilih putra tertua dari adik sang Raja. Untuk menantu,

(suami dari putri Raja) walaupun memiliki putra, tetapi tidak diizinkan untuk

menjadi penerus Raja, karena yang diizinkan menjadi penerus hanyalah anak

yang berketurunan asli dari Raja (Ayahnya harus keturunan Raja). Untuk istri

Raja, dahulu calon istri raja dipilih dari golongan bangsawan dengan cara

dijodohkan, namun kini karena sudah zaman modern, Raja bebas untuk

memilih calon istri dari kalangan manapun. Contohnya adalah Sri Sultan

Hamengku Buwono X, beliau memilih istri dari kalangan biasa.

Dahulu, tempat kediaman Raja berbeda dengan keluarganya, sang raja

tinggal bersama Prameswari di Gedung Kuning (dipakai sampai Sri Sultan

HB IX), putra-putranya tinggal di Kesatrian, sedangkan putri-putrinya di

Keputren. Bagi putra mahkota yang nantinya akan menjadi pengganti Raja,

Page 11: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

beliau ditempatkan di Gedung Pringgodani. Namun sekarang tempat

kediaman Raja sudah disatukan dengan keluarganya, yakni di Kedhaton.

Lebih jelasnya, kompleks Kraton Yogyakarta dan lingkungan sekitarnya

terdiri atas bangunan berikut :

1. Kedaton/ Gedung Prabayeksa.

Gedung Prabayeksa merupakan tempat peninggalan pusaka-pusaka

Keraton Yogyakarta. Dindingnya gebyog, kayunya berwarna sawo

matang dan lantainya marmer. Condrosengkolo berdirinya gedung ini

berbunyi "Warna sanga rasa tunggal" yang berarti tahun 1694 Jawa. Di

dalamnya terdapat lampu yang tak pernah padam yang bernama Kyai

Wiji. Praba artinya cahaya dan yeksa artinya besar, jadi merupakan

cahaya yang besar atau terang. Semua itu mengandung arti perjalanan

roh di zaman akhirat itu mengikuti jalannya cahaya sampai di sebuah

tempat yang tetap, yang terang dan langgeng. Menurut K.P.H.

Bringtodiningrat, lampu itu adalah simbol dari sinar yang tak pernah

padam. Dan menurut Dr. Th Pigeaud merupakan simbol dari Het Licht

van once geest atau dalam bahasa Indonesia berarti sinar semangat

jiwa kita.

2. Bangsal Kencana.

Bangsal ini berbentuk pendapa dilingkari emper (kaki lima) pada

keempat sisinya. Bentuk semacam ini dinamakan sinom. Lantainya

dari marmer, tiang- tiangnya kayu jati, palfonnya dihiasi ukiran-ukiran

yang sangat indah. Bangsal ini dikelilingi tratag, berlantai marmer,

berlantai besi dan beratap seng tempat ini dipakai untuk gamelan jika

ada tamu-tamu agung. Bangsal kencana adalah gambaran bersatunya

kawula gusti. Maka dari itu cendrosengkolo berdirinya tempat ini

berbunyi "Trus satunggal panditaningrat" atau tahun 1719.

3. Regol Danapratapa.

Page 12: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

Di kanan kiri regol ini ditanami pohon dersono. Dersono berarti baik,

utama. Regol Danapratapa memberi nasihat kepada kita bahwa sebaik-

baik manusia ialah ia yang suka memberi dengan ikhlas serta suka

memberantas hawa nafsunya.

4. Regol Sri Manganti

Di halaman ini terdapat 2 bangsal, bangsal Sri Manganti di sebelah

barat dan bangsal Trajumas di sebelah timur.

5. Sri Manganti.

Berasal dari kata “Sri” artinya Raja, dan “Manganti” artinya menanti

(Sri Manganti=menanti Raja), sehingga Sri Manganti dapat

disimpulkan sebagai sebuah bangsal yang difungsikan sebagai ruang

tunggu bagi tamu kerajaan, dan dilengkapi dengan seperangkat

gamelan termasuk musisinya untuk menghibur tamu saat menunggu.

Di dalam bangsal ini juga di simpan pusaka-pusaka Keraton berupa

gamelan seperti kyai Guntur madu dan kyai Nogowilogo. Namun

sekarang Sri Manganti telah beralih fungsi menjadi tempat kesenian

yang dapat di lihat oleh setiap orang.

6. Bangsal Trajumas.

Di dalam bangsal ini disimpan bermacam-macam perlengkapan

upacara Kraton, seperti tandu jempana, plongko, Joli, meja hias dan

lain-lain. Tandu jempana adalah kendaraan massal yang diangkut oleh

20-30 orang, peninggalan Sri Sultan Hamengkubuwana VII.

7. Bangsal Ponconiti.

Ponco berarti lima, symbol dari panca indera kita. Niti berarti

menyelidiki, memeriksa. Di sinilah Sultan mulai meneliti panca

inderanya, mempersatukan pikirannya untuk sujud kepada-Nya,

menjunjung tinggi perintah-Nya. Karena itulah di kanan kiri pohon ini

ditanami pohon tanjung.

8. Bangsal Brajanala.

Page 13: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

Terdapat sebuah tembok dari batu bata disebut "renteng mentog

baturana" Braja berarti senjata, nala berarti hati, renteng berarti susah

atau khawatir dan baturana berarti batu pemisah. Semuanya

mempunyai arti "ta usahlah Tuan khawatir kalau menjadi alat Tuhan

YME untuk menjalankan hukum Negara yang adil"

9. Sitihinggil.

Ada sebuah tratag atau tempat beristirahat dari anyaman bambu.

Kanan kiri ditumbuhi pohon gayam dengan daun-daunnya yang

rindang serta bunga- bunganya yang harum wangi. Menggambarkan

muda-mudi yang sedang dirindu cinta asmara. Di tengah-tengah

dahulu ada selo-gilangnya, tempat singgasana Sri Sultan.

Menggambarkan pemuda-pemudi duduk bersanding di kursi temanten.

10. Tarub Agung.

Bangunan ini terdiri dari 4 tiang tinggi dari besi dan mempunyai

bentuk 4 persegi. Arti bangunan ini ialah "siapa yang sedang atau

gemar bersemesi, sujud kepada Tuhan YME. Selalu berada dalam

keagungan. Tempat ini juga merupakan tempat pembesar-pembesar

menunggu rombongan untuk bersama-sama masuk ke Keraton.

11. Alun-alun Utara.

Merupakan satu bagian dari kompleks Keraton yang sangat penting.

Sebab, di sinilah raja dapat berhubungan langsung dengan rakyat,

seperti dalam latihan watangan (tournoi), rompongan macan, grebeg,

maleman sekaten dan lain- lain.

12. Bangsal Kemagangan.

Di tempat ini ada sebuah jalan ke barat menuju dapur Kraton Gebulen

dan jalan lain menuju ke timur ke dapur Kraton Sekullanggen.

13. Bangsal Kemandungan.

Bangsal ini bekas pesanggrahan Sri Sultan Hamengkubuwana I di desa

Pandak Karangnangka waktu perang Giyanti (1746-1755 ) M. pohon

Page 14: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

yang ditanam di sini ialah pohon kepel yang menggambarkan

bersatunya kemauan, bersatuan benih, bersatunya rasa dan cita-cia.

Pohon pelem menggambarkan kemauan bersama. Pohon darsono

menggambarkan cinta kasih satu sama lain.

14. Regol Kemagangan.

Magang berarti calon. Di halaman ini dulu prajurit diuji

ketangkasannya dalam mempergunakan tombak, dihadiri oleh

pangeran-pengeran dan kerabat lainnya. Regol ini dihiasi dengan

cendrosengkolo "dwi naga rasa tunggal yaitu tahun 1682.

15. Krapyak.

Krapyak adalah sebuah podium tinggi dari batu bata untuk Sri Sultan

kalau baginda sedang memperhatikan tentara atau kerabatnya

memperlihatkan ketangkasannya mengepung, memburu dan mengejar

rusa. Krapyak adalah gambaran dari tempat asal roh-roh.

16. Masjid Besar.

Masjid ini berbentuk pendopo tertutup dengan serambi terbuka di

mukanya. Atapnya bertingkat, tiang-tiang masjid terdiri atas batang

kayu jati bulat-bulat, menjulang ke atas menahan kedua atap masjid.

Konstruksi dan arsiteknya orang jawa asli.

17. Bangsal Pangapit atau Bangsal Pasewakan.

Di tempat ini panglima-panglima perang menerima perintah perang

dari Sri Sultan atau menunggu giliran untuk melaporkan sesuatu.

Kemudian dipakai untuk caos (tempat jaga) para bupati Anom Jaba.

Sekarang dipakai untuk keperluan kepariwisataan.

18. Bangsal Pemandengan.

Bangsal ini dapat disamakan dengan pundak yang menyokong badan

Sri Sultan. Atapnya abdi dalem Kori yang bertugas menyampaikan

permintaan rakyat kepada Sri Sultan.

19. Bangsal Pacikeran.

Page 15: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

Tempat ini merupakan tempat jaga pegawai-pegawai Keraton yang

tugasnya melaksanakan keputusan-keputusan hakim, yaitu abdi dalem

Singonegoro dan Mertolutut (algojo-algojo Keraton).

20. Bangsal Manguntur Tangkil.

Adalah sebuah bangsal kecil yang terletak di tratag Siti Inggil. Jadi

merupakan bangsal dalam bangsal. Ini berarti dalam badan kita ada

roh atau jiwa. Maguntur Tangkil berarti tempat yang tinggi untuk

anangkil, yaitu untuk menghadap Tuhan YME dengan cara hening

cipta atau semedi.

21. Bangsal Wilono.

Merupakan tempat pusaka-pusaka Keraton saat upacara grebeg. Di

lantai

tengah bangsal ini bertuliskan cendrosengkolo "Tiranta puratining

madya wilono" yang berarti tahun 1855 dan suryosengkolo"Linungit

kembar gatraning ron" yang berarti tahun 1925.

22. Gedung Kuning.

Gedung ini berwarna kuning. Merupakan gambaran tempat roh-roh

yang telah hening, bening, murni, yaitu surga langgeng. Dipakai untuk

tempat tinggal pribadi Sri Sultan Hamengkubuwana I sampai X.

23. Gedung Purwaretna.

Gedung ini bertingkat tiga, gambaran dari baitul makmur, baitul

muharram, dan baitul muhaddas. Jendela ada 4, menggambarkan 4

kiblat atau 4 angka ketauhidan, yaitu syariat, tarikat, hakikat dan

makrifat. Merupakan kantor sekretaris pribadi Sri Sultan.

24. Gedung Patehan.

Sebuah gedung untuk mempersiapkan teh bagi tamu-tamu.

25. Gedung Baya.

Page 16: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

Merupakan tempat untuk menyimpan minuman dan alat makan. Ada 2

buah gedung untuk menyimpan gamelan, gamelan slendro (selatan)

dan gamelan pelog (utara).

26. Gedung Pringgodani.

Dipakai untuk menyimpan lukisan-lukisan Raden Saleh dan beberapa

potret tentang perkawinan putra-putri Sultan. Dulu dijadikan kediaman

Putra Mahkota.

27. Gedung Pemerintah Agung Keraton.

Yang digunakan untuk mengatur administrasi Keraton.

28. Banjar Wilopo.

29. Gedung Siliran.

Merupakan tempat penyimpanan lampu.

30. Gedung Kas Keraton

31. Bangsal Kotak.

Sebagai ruang tunggu Kenari.

32. Pagelaran.

33. Pasar (Beringharja).

Merupakan tempat melakukan transaksi jual beli masyarakat lokal.

34. Kepatihan.

35. Tugu.

Merupakan symbol dari tempat Alif Mutakalliman Wahid, badan Ilafi,

bersatunya kawula dan gusti, bersatunya hamba dengan Tuhannya,

suatu suasana dalam cita rasa yang memberi keyakinan bahwa segala

sesuatu dapat terjadi karena izin dari Yang Kuasa.

36. Regol Gedung Mlati.

37. Regol Kemandungan.

38. Alun-alun Selatan.

39. Bale Bang.

Dahulu digunakan untuk menyimpan Gamelan Sekati.

Page 17: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

40. Bangsal Mandalasana.

Merupakan tempat musik.

c. Pengantar Kegiatan Mubeng Beteng

Setiap malam pergantian malam tahun baru Hijriah atau 1 Muharam

atau di wilayah Yogyakarta/Jawa dikenal dengan 1 suro, maka ada sebuah

tradisi yang bisa disebut unik untuk masa sekarang ini, yakni berjalan

dimalam hari mengelilingi wilayah Keraton Yogyakarta. Yang dinamakan

wilayah keraton disini ialah benteng luar, jadi mengeliling dan melintasi

benteng yang ada di empat penjuru, pojok beteng Utara-Barat, Pojok beteng

Kulon/Barat, Pojok beteng Wetan/Timur dan Pojok Beteng Utara-Timur.

maka tersebutlah yang dinamakan “Mubeng Beteng” atau keliling beteng.

Tradisi “Mubeng Beteng” merupakan hal yang telah berlangsung lama, turun-

temurun dari generasi ke generasi, bisa jadi telah berlangsung semenjak

berdirinya Keraton Ngayogyakarta. Dan ini juga bukan jalan biasa, melainkan

sebuah ritual berjalan tanpa berbicara. Maka disebutlah acraa ini dengan

kalimat “Prosesi Lampah Budaya Topo Bisu Mubeng Benteng” dan

dilaksanakan pada malam hari.

Berikut ketua panitia pelaksanaan Mubeng Keraton Ngayogyakarta

Hadiningrat, DIY :

1. KRT. Gondo Hadiningrat

2. KRT. Wijoyo Pamungkas

3. KRT. Projo Suwasono

Secara singkat berikut proses tahapan kegiatan Mubeng Beteng,

Prosesi dimulai dengan acara kenduri pada pukul 21.00, kemudian dilanjutkan

dengan pembacaan doa, di Bangsal Pancaniti. Lagu Macapat Dhandanggula,

Kinanthi, dan Sinom selanjutnya disenandungkan. Diakhiri dengan sambutan-

sambutan oleh panitia dan Dinas Kebudayaan DIY. Para peserta topo bisu

mubeng beteng akan berjalan dari alun-alun utara melalui jalan kauman, Jalan

Page 18: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

Wahid Hasyim, Pojok Beteng Kulon, Gading, Pojok Beteng Wetan, melalui

Jalan Brigjen Katamso, menyusuri Jalan Ibu Ruswo, Jalan Pekapalan dan

berakhir di Keben.

d. Sejarah Mubeng Beteng(Tapa Bisu)

Pada awalnya tapa bisu Mubeng Beteng adalah tradisi asli Jawa yang

berkembang pada abad ke-6 sebelum Mataram-Hindu. Tradisi asli Jawa ini

disebut muser atau munjer yang artinya mengelilingi pusat. Semula yang

dimaksud adalah pusat wilayah desa. Ketika pedesaan berkembang menjadi

kerajaan, muser menjadi tradisi mengelilingi pusat kerajaan.

"Sumber sejarah lain menyebutkan Mubeng Beteng merupakan tradisi

Jawa-Islam yang dimulai ketika Kerajaan Mataram membangun benteng

mengelilingi keraton yang selesai pada 1 Suro 1580," kata kerabat Keraton

Ngayogkarta Hadiningrat, KRT Gunokadiningrat

Berbagai sumber sejarah lainnya pun ada pula yang mengatakan

bahwa tradisi ‘mubeng beteng’ merupakan tradisi Jawa-Islam yang dimulai

pada era Kerajaan Mataram Islam (Kotagede), dimana pihak kerajaan

membangun benteng yang mengelilingi Keraton dan selesai pada tanggal 1

Suro 1580. Setelah dibangunnya benteng-benteng tersebut, para prajurit

keraton mengelilingi benteng untuk menjaga wilayah keraton dari ancaman

musuh yaitu kerajaan Pajang. Di tengah perseteruan tersebut, pihak keraton

pun membangun parit di sekeliling benteng, dan tugas keliling akhirnya

dialihkan kepada para abdi dalem Keraton. Pada akhirnya, agar tidak terkesan

seperti halnya militer, para abdi dalem itulah yang menjalankan tugasnya

dengan membisu sambil membaca doa-doa dalam hati sebagai keselamatan

seperti halnya topo bisu dalam tradisi ‘mubeng beteng’ saat ini.

Page 19: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

e. Prosesi Mubeng Beteng

Prosesi ini dimulai dengan Sekitar pukul 21.00 WIB, masyarakat dari

DIY maupun Jawa Tengah mulai berdatangan ke Bangsal Pancaniti, Keben

Keraton Yogyakarta. Mereka datang dan duduk bersila mendengarkan para

Abdi Dalem melantunkan tembang Macapat yang berisi doa-doa. Kemudian

Pukul 22.00 WIB para adbi dalem memberikan nasi dan teh yang berarti

berkah dan anugrah rejeki yang harus disyukuri, dengan di iringi Macapat

yang berisi doa – doa para peserta menikmati makanan dan minuman yang

telah diberikan oleh para abdi dalem. Kemudian dilanjutkan sambutan –

sambutan dari Kepanitiaan dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DIY.

Pukul 23.00 WIB persiapan mubeng beteng akan dilakukan, Para

Brogodo ( Polisi Keamanan Keraton ) mulai membetuk barisan dan kawalan

kegiatan Mubeng Beteng ini. Para abdi dalem membawa bendera dari masing

– masing paguyubannya dan di pimpin oleh bendera sang Merah Putih sebagai

bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemudian para abdi dalem

memberikan sebuah bunga yang harum dan padat untuk di genggam dan

dijadikan alat berdzikir saat prosesi mubeng beteng dilakukan. Pukul 23.30

WIB para abdi dalem dan peserta membuat barisan secara berturutan dan

mempersiapan keberangkatan. Tepat pukul 00.00 setelah bunyi lonceng Kyai

Brajanala berdenting sebanyak 12 kali yang terletak di Regol Kaben sebagai

tanda pergantian hari, prosesi mubeng beteng dimulai, para peserta topo bisu

mubeng beteng akan berjalan dari alun-alun utara melalui jalan kauman, Jalan

Wahid Hasyim, Pojok Beteng Kulon, Gading, Pojok Beteng Wetan, melalui

Jalan Brigjen Katamso, menyusuri Jalan Ibu Ruswo, Jalan Pekapalan dan

berakhir di Keben. Kegiatan ini berakhir sekitar pukul 01.30 ketika para

peserta mubeng beteng tiba di finish yaitu Keben.

Page 20: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

f. Keunikan Mubeng Beteng pada tahun 1437 H

Ada satu pemandangan menarik yang belum pernah terjadi

sebelumnya di serangkaian prosesi lampah bisu mubeng beteng tahun 1437 H.

GBPH Prabukusumo memanggil dua abdi dalem kaprajan yakni KRT

Gondohadiningrat dan KRT Condropurnomo yang sama-sama mengklaim diri

sebagai panitia ritual tersebut. Usai memberikan prakata sebelum prosesi

pemberangkatan peserta, Prabu berinisiatif memanggil kedua abdi dalem

tersebut untuk duduk saling bertatapan. Tanpa banyak berkata, sembari

tersemyum Prabu yang juga adik Sultan tersebut memerintahkan kedua abdi

dalemnya untuk bersalaman.

"Mriki lenggah wonten ing ngajengan. Sampun sakniki salaman KRT

Gondo lan KRT Condro mangga. (Sekarang mari duduk di depan. Sudah

sekarang bersalaman)," ucap Prabu.

Kedua abdi dalem tersebut langsung bersalaman dihadapan

masyarakat yang memang telah berkerumun di kedua sisi Bangsal Ponconiti.

Sontak, tepukan tangan langsung membahana ditengah suasana yang

sebelumnya terasa begitu khusuk lantaran tembang-tembang Macapat

diperdengarkan. "Jadi abdi dalem itu harus rukun semua, tak boleh ada yang

berselisih. Rukun dan 'nyengkuyung' bukan malah memperlihatkan

ketidakharmonisan," imbuh Prabu.

g. Makna dari Kegiatan Mubeng Beteng

Menurut KRT Gondo Hadiningrat, adalah prosesi yang dimaknai

sebagai bentuk perenungan diri berupa tirakat atau lelaku sekaligus berdoa

untuk Yogyakarta maupun Indonesia ke depan yang lebih baik. "Dimaknai

sebagai instropeksi diri dan berdoa, baik diri sendiri maupun untuk sesama,

Yogyakarta dan Indonesia. Jadi arti luasnya dari Yogyakarta untuk NKRI,"

Sebagai bentuk perenungan dan introspeksi diri, selama tirakat atau lelaku

mengelilingi benteng, masyarakat dilarang berbicara, minum, ataupun

merokok. Perjalanan berlangsung dalam keheningan total sebagai simbol

Page 21: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

keprihatinan sekaligus evaluasi terhadap segala perilaku dan perbuatan selama

setahun terakhir.

Makna lain tentang mubeng beteng ini yaitu untuk perenungan diri,

berintropeksi serta refleksi terhadap apa saja yang telah diperbuat selama satu

tahun agar siap menghadapi tahun yang akan datang. Dalam perenungan ini,

masyarakat diharapkan dapat menghilangkan perbuatan serta sikap yang

negatif, sementara sikap dan perbuatan yang positif terus dipertahankan untuk

kehidupan yang lebih baik. Selama menjalani ritual tersebut, masyarakat

mengucap syukur serta memanjatkan doa permohonan untuk perlindungan,

keselamatan (dijauhkan dari hal-hal yang buruk), kesejahteraan dirinya,

keluarga, bangsa dan negara kepada Tuhan. Mubeng benteng ini hanyalah

sarana agar semakin memahami dan menyadari bahawa kehidupan ini sudah

ada yang mengatur, yakni Tuhan Yang Maha Esa.

2. Tradisi Tahlilan / Selametan Kampung di Kepala Desa Mayang, Kecamatan

Mayang, Kab. Jember.

a. Profil Kabupaten Jember

Kabupaten Jember secara geografis terletak dengan lokasi koordinat

7º59’6” – 8º33’56” Lintang Selatan dan 6º27’9”-7º14’33” Bujur Timur.

Wilayah Kabupaten Jember di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten

Bondowoso dan Kabupaten Probolinggo, sebelah timur berbatasan dengan

Kabupaten Banyuwangi sedangkan sebelah barat berbatasan dengan

Kabupaten Lumajang dan sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia.

Luas wilayah Kabupaten Jember 3.293,34 Km2 yang terbagi menjadi tiga

puluh satu kecamatan dan Jember menjadi ibukotanya.

Dataran wilayah Kota Jember banyak dibentuk oleh jenis tanah litosol

dan regosol coklat kekuningan. Kondisi ini sangat menentukan tingkat

kesuburan dan kedalaman efektif tanah, dimana tingkat kesuburan tersebut

adalah berkisar di atas 90 cm. Iklim di Kota Jember adalah iklim tropis.

Angka temperatur berkisar antara 23ºC – 31ºC, dengan musim kemarau

Page 22: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

terjadi pada bulan Mei sampai bulan Agustus dan musim hujan terjadi pada

bulan September sampai bulan Januari. Sedangkan curah hujan cukup banyak,

yakni berkisar antara 1.969 mm sampai 3.394 mm.

Mayoritas penduduk Kabupaten Jember terdiri atas Suku Jawa dan

Suku Madura, dan sebagian besar beragama Islam. Selain itu terdapat warga

Tionghoa dan Suku Osing. Suku Madura dominan di Jember bagian Utara dan

merupakan mayoritas di sejumlah tempat. Bahasa Jawa dan Madura

digunakan di banyak tempat, sehingga umum bagi masyarakat di Jember

menguasai dua bahasa daerah tersebut dan juga saling pengaruh tersebut

memunculkan beberapa ungkapan khas Jember.

Kabupaten Jember mempunyai potensi besar untuk berkembang

menjadi kota raya. Tanahnya yang subur menjadikan kota di belahan timur

Jawa Timur ini dikenal sebagai daerah agraris dan penghasil berbagai

komoditas pertanian (padi, jagung, kedelai), hortikultura dan perkebunan.

Dari segi topografi, sebagian Kabupaten Jember di wilayah selatan merupakan

dataran rendah yang relatif subur untuk pengembangan tanaman padi dan

tanaman pangan lainnya. Kabupaten Jember merupakan daerah subur untuk

kegiatan pertanian dan perkebunan. Karena itu wajar, kalau setiap tahun

Kabupaten Jember mengalami surplus beras hingga mencapai 200 ribu ton.

Untuk masa mendatang Jember mencoba untuk mengembangkan tanaman

impor, seperti Buah Naga Merah (Dragon Fruit) dan Cabe Jepang (Bullnose

Pepper).

Produksi unggulan perkebunan andalan Jember yakni komoditi

tembakau. Penggemar cerutu alias aficionado tahu persis bahwa cerutu buatan

Kuba, Amerika, Swiss, dan jerman mahal dan berkelas. Kabupaten Jember

lewat tembakau Besuki merupakan salah satu pemasok cerutu tersebut.

Tembakau Besuki ini dimanfaatkan terutama untuk pembalut cerutu

(deklabad) selain sebagai bahan pengikat (Binder) serta pengisi (filler) aroma

cerutu yang berkualitas tersebut.

Page 23: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

b. Pengantar Tradisi Selametan

Acara tahlilan yang kedengarannya tak lagi asing di telinga orang

Indonesia merupakan salah satu tradisi zaman wali songo yang sampai

sekarang masih diamalkan oleh sebagian besar masyarakat. Bahkan ada

sebagian orang masih mempercayai bahwa tradisi semacam ini dapat

membawa keberuntungan tersendiri bagi yang menyelenggarakannya.

Keberuntungan ini bisa berupa ketenangan hati bagi yang berhajat,

berlimpahnya rezeki serta menambah rasa kebersamaan antar sesama dan

bahkan mampu menambah dekat kepada Sang Pencipta selaku pemberi rezeki.

Namun apabila kita mau jujur, asal usul tradisi ini sebenarnya berasal

dari kebudayaan Hindu-Budha yang termodifikasi oleh ide-ide kreatif pada

wali songo, penyebar agama Islam di Jawa. Awalnya tradisi tahlilan ini belum

ada, sebab masyarakat zaman dulu masih mempercayai kepada makhluk-

makhluk halus dan gaib. Oleh sebab itu, mereka berusaha meminta sesuatu

kepada makhluk-makhluk gaib tersebut berdasarkan keinginan yang

dikehendakinya. Agar keinginan itu terkabul, maka mereka membuat

semacam sesajen yang nantinya ditaruh di tempat-tempat yang dianggap

keramat, seperti punden dan pohon-pohon besar. Melihat kenyataan tersebut,

selain menyebar dakwah Islam, para wali songo juga bertekad ingin merubah

kebiasaan mereka yang sangat kental akan nuansa tahayyul untuk kemudian

diarahkan kepada kebiasaan yang bercorak islami dan realistik.

Untuk itulah, mereka berdakwah lewat jalur budaya dan kesenian yang

cukup disukai oleh masyarakat dengan sedikit memodifikasi serta membuang

unsur-unsur yang berseberangan dengan Islam. Dengan begitu, agama Islam

akan cepat berkembang di tanah Jawa dengan tidak membuang mentah-

mentah tradisi yang selama ini mereka lakukan.

Mengenai keabsahan tahlilan dan sunnah diamalkan dalam kehidupan

sehari-hari. Tradisi tahlilan memang belum ada pada masa Rasul, tetapi

bacaan di dalam tahlilan, Rasul dan para sahabat telah mencontohkannya.

Page 24: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

Secara dzahir saja isi daripada tahlilan tersebut sangat baik karena berisi

bacaan-bacaan kalimah thayyibah dan surat-surat dari al-Quran yang sudah

terkenal fadhilah dan keutamaannya, misalnya surah al-Fatihah. Diriwayatkan

oleh Ibnu Abbas dalam kitab Shahih Muslim: 

سورة وخواتيم الكتاب فاتحة قبلك نبى يؤتهما لم أوتيتهما بنورين أبشر

) مسلم ) صحيح أعطيته إلا منهما بحرف تقرأ لن  البقرة

Artinya: 

Bergembiralah engkau (Muhammad Saw) dengan dua cahaya yang diberikan

kepadamu dan belum pernah diterima oleh nabi sebelummu yakni surat al-Fatihah

dan beberapa ayat terakhir surat al-Baqarah. Tidaklah kamu membaca satu huruf

dari keduanya kecuali engkau akan diberi imbalannya. (H.R. Shahih Muslim) 

Selain dari surat Al Fatihah, masih banyak lagi surat-surat dalam

bacaan tahlil yang terkenal akan fadhilah dan keutamaan surat tersebut, seperti

surat al-Ikhlas, al-Falaq, al-Nass dan juga surat Yasin.

1. Sejarah Tahlilan Hingga Populer di Zaman Sekarang

Sebenarnya  tradisi bacaan Tahlil atau tahlilan sebagaimana yang

dilakukan kaum muslimin sekarang ini, tidak di jumpai  secara khusus pada

zaman nabi Muhammad SAW. dan para sahabatnya. Tetapi tradisi itu mulai

ada sejak zaman ulama muta’akhirin (khalaf) sekitar abad ke-11 hijriyah yang

mereka lakukan berdasarkan istinbath dari Al Qur’an dan Hadits Nabi SAW,

lalu mereka menyusun rangkaian bacaan tahlil, mengamalkannya secara rutin

dan mengajarkannya kepada kaum muslimin.

Pendapat pertama bahwa yang pertama kali menyusun tahlil adalah

Sayyid Ja’far Al- Barzanji. Sedangkan pendapat yang kedua mengatakan

bahwa yang menyusun tahlil pertama kali adalah Sayyid Abdullah bin Alwi

Page 25: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

Al Haddad. Dari kedua pendapat di atas pendapat yang paling Rajih (kuat)

tentang siapa penyusun pertama rangkaian bacaan tahlil adalah Sayyid

Abdullah bin Alwi Al Haddad. Hal itu didasarkan pada argumentasi bahwa

Imam Al- Haddad yang wafat pada tahun 1132 H lebih dahulu daripada

Sayyid Ja’far Al – Barzanji yang wafat pada tahun 1177 H. Statemen tersebut

diperkuat lagi oleh tulisan Sayyid Alwi bin Ahmad bin Hasan bin Abdullah

bin Alwi Al-Haddad dalam syarah Ratib Al Haddad, bahwa konon kebiasaan

imam Abdullah Al Haddad stelah membaca Ratib adalah membaca tahlil dan

para jamaah yang hadir dalam majlis Al-Haddad ikut membaca tahlil secara

bersama-sama, tidak ada yang saling mendahului di antara mereka sampai

beratus-ratus kali.

2. Tahlilan Pelaksanaannya

Kata “Tahlilan” berasal dari kata “tahlil” yang dalam bahasa Arab

bermakna mengucapkan kalimat thayyibah “Laa ilaaha illallah”, yang berarti

tiada Tuhan selain Allah swt. Makna tahlil kemudian berkembang menjadi

serangkaian bacaan yang terdiri dari kumpulan dzikir seperti tasbih, tahmid,

shalawat, takbir, tahlil dan beberapa bacaan dzikir yang lain, serta ayat-ayat

Al-Qur’an dan doa. Oleh karena bacaan tahlil lebih dikenal dan lebih dominan

daripada yang lainnya, maka kata tahlil terpilih menjadi nama serangkaian

bacaan tersebut. Dengan demikian, rangkaian bacaan inilah yang

menimbulkan istilah tahlilan, yang berarti kegiatan berkumpulnya orang-

orang di suatu tempat untuk membaca tahlil.

Tradisi tahlilan ini diadakan oleh sebagian besar masyarakat agar

orang yang sudah meninggal diterima amalnya di sisi Allah dan mendapat

ampunan atas dosanya yang telah diperbuatnya selama hidup di dunia. Hal ini

berdasarkan firman Allah.

Artinya: Dan orang-orang yang datang sesudah mereka, mereka

berkata, “Ya Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang

Page 26: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan

kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb

kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang” (QS.

Al-Hasyr: 10)

Tahlilan memiliki beberapa tujuan yang manfaatnya tidak hanya

dirasakan bagi keluarga yang melaksanakan saja, namun juga dapat dirasakan

oleh para undangan yang menghadirinya. Di antara tujuan tahlilan bagi para

undangan yang hadir dalam acara ini adalah:

1. Menghibur keluarga almarhum/almarhumah

2. Mengurangi beban keluarga almarhum/almarhumah

3. Mengajak keluarga almarhum/almarhumah agar senantiasa

bersabar atas musibah yang telah dihadapinya.

Adapun tujuan tahlilan bagi keluarga almarhum/almarhumah adalah:

1. Dapat menyambung dan mempererat tali silaturahmi antara para

undangan dengan keluarga almarhum/almarhumah.

2. Meminta maaf atas kesalahan yang pernah diperbuat oleh

almarhum / almarhumah semasa hidupnya kepada para undangan.

3. Sebagai sarana penyelesaian terhadap hak-hak dan kewajiban-

kewajiban almarhum / almarhumah terhadap orang-orang yang

masih hidup.

4. Melakukan amal shaleh dan mengajak beramal shaleh dengan

bersilaturahmi, membaca doa dan ayat-ayat al-Qur’an, berdzikir,

dan bersedekah.

5. Berdoa kepada Allah agar segala dosa-dosa

almarhum/almarhumah diampuni, dihindarkan dari siksa neraka

dan diberikan tempat terbaik di sisi Allah.

Page 27: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

6. Untuk mengingat akan kematian bagi para undangan dan keluarga

almarhum serta dapat mempersiapkan diri untuk menghadapinya.

Tahlilan sudah merupakan tradisi yang sudah dilakoni oleh sebagian

masyarakat secara turun-temurun semenjak masuknya Islam di Jawa dan

Madura hingga sekarang ini untuk memperingati waktu kematian seseorang.

Tradisi ini diselenggarakan secara berurutan, yaitu mulai malam ketujuh,

keempat puluh, keseratus, pendak pisan (satu tahun), pendak pindho (dua

tahun) hingga keseribu hari dari wafatnya seseorang. Setelah itu, tahlilan

dilaksanakan secara periodik setiap tahun pada tanggal dan bulan kematiannya

yang oleh masyarakat lebih dikenal dengan istilah kenduri atau slametan

dalam rangka kirim doa, atau juga sering disebut dengan istilah “haul”.

Setelah acara selesai, biasanya yang mempunyai hajat (dalam hal ini

adalah tuan rumah atau ahli warisnya) menghidangkan makanan dan minuman

kepada para undangan tahlil, bahkan sebelum pulang pun juga diberi berkat

(makanan/jajanan yang dibungkus untuk dibawa pulang) dengan maksud

bersedekah. Seperti yang sudah disebutkan di atas, tujuan diadakannya

tahlilan ialah mengirim doa dan pahala yang diperuntukkan bagi si mayit

melalui serangkaian bacaan tahlil dan diteruskan dengan doa agar amal

seseorang yang ditahlili (si mayit) diterima dan dosa-dosanya diampuni oleh

Allah swt.

Maksud pahala disini bukan hanya berarti balasan dari Allah terhadap

seseorang atas ketaatannya menjalankan perintah Allah dan menjauhi

larangan-Nya, namun makna pahala dalam acara tahlilan ini ialah

kenyamanan dan kenikmatan atas Rahmat dan Maghfirah Allah swt yang

dirasakan seseorang baik diperoleh dari amal salehnya selama hidup di dunia

maupun atas pemberian hadiah dari orang lain melalui mengirimkan pahala

Page 28: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

kepada seseorang yang dituju. Sehingga menghadiahkan pahala dimaksudkan

untuk menjadikan ganjaran dari sebuah amal agar dapat dinikmati oleh orang

lain yang dituju dan juga dapat dinikmati oleh orang yang membaca itu

sendiri.

Dalam pelaksanaannya Tahlilan antar Jawa dan Madura memiliki

perbedaan yang menarik berikut penjelasannya :

1. Tahlil versi Jawa

- Sebelum tahlil dimulai masyarakat / undangan

berkumpul dan berbicara sambil bersalaman kepada

sesama undangan.

- Acara dimulai dengan pembacaan Surat al – Fatiha

dilanjutkan pembacaan Surat Yasin dan Dzikiran

kemudian ditutup dengan Do’a.

- Setelah pembacaan do’a dilanjutkan menikmati

hidangan dari tuan rumah dan mendapat berkatan.

- Setelah acara selesai para undangan pulang sambil

bersalaman pada tuan rumah.

2. Tahlil versi Madura

- Sebelum acara tahlil dimulai Pagi – Sore hataman Al –

Quran, kemudian do’a hataman.

- Malamnya sambil menunggu undangan datang,

seseorang mengaji membacakan surat al – ikhlas

sampai acara mau dimulai.

- Kemudian acara tahlil dimulai dengan pembaan Surat

Al – Fatiha dilanjutkan pembacaan Surat Yasin,

kemudian dilanjutkan pembacaan Tahlil yang

Page 29: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

didalamnya diiring Burdah ( Tahlil Kuno), kemudian

ditutup do’a.

- Setelah pembacaan do’a dilanjutkan menikmati

hidangan dari tuan rumah dan mendapat berkatan.

- Setelah acara selesai para undangan pulang sambil

bersalaman pada tuan rumah.

- Untuk dimadura, biasanya para undangan ada yang

menemani tuan rumah untuk tidak tidur sambil

berkumpul dan bercerita agar sang tuan rumah senang.

-

3. Kegiatan Keboan Desa Aliyan Kecamatan Rogojampi Kab. Banyuwangi.

a. Profil Kabupaten Banyuwangi

Kabupaten Banyuwangi secara geografis terletak antara 113 53 - 114

38 Bujur timur dan 7 43 - 8 46 Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten

Banyuwangi di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Situbondo,

sebelah timur berbatasan dengan Selat Bali sedangkan sebelah barat

berbatasan dengan Kabupaten Jember dan sebelah selatan berbatasan dengan

Samudra Hindia. Luas wilayah Kabupaten Banyuwangi 5.782,50 Km2 yang

terbagi menjadi dua puluh satu kecamatan.

Kabupaten Banyuwangi merupakan sentra penghasil ikan laut.

Produksi perikanan dari perairan umum di kabupaten ini berjumlah 195.699

ton, sekurangnya 22 persen berasal dari Kecamatan Muncar. Laporan statistik

perikanan dan kelautan provinsi Jatim menunjukkan sekitar 150 ton ikan laut

di pasarkan ke ibukota negara, jakarta.

Di sektor pertanian, padi merupakan bahan pangan andalan, tidak kurang dari

682.000 ton padi dihasilkan dari luas panen padi sawah yang mencapai

118.577 hektar. Beras yang dihasilkan adalah jenis IR-64 beraroma wangi

yang merupakan salah satu andalan kegiatan perdagangan Banyuwangi.

Page 30: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

Di sektor peternakan, ternak yang menjadi andalan adalah sapi potong.

Banyuwangi rata-rata memberikan kontribusi sebesar 13.000 ekor per tahun

dengan kenaikan sebanyak sepuluh persen. Lahan untuk pangan ternak seperti

rumput raja, rumput gajah, dan rumput sateria seluas 302,45 hektar dinilai

mencukupi untuk mendukung kegiatan beternak sapi.

Sedangkan untuk sektor perkebunan, komoditas unggulannya adalah

kakao, kopi, karet, tebu glondong, gula merah, dan kopra. Sektor perdagangan

tidak hanya mengandalkan penjualan produk pertanian saja. Produk hasil

olahan industri besar, sedang dan kecil serta kerajinan rumah tangga seperti

anyaman bambu dan batik uling, batik khas Banyuwangi.

Penunjang kegiatan perdagangan kabupaten ini antara lain pelabuhan

tanjung wangi dan pelabuhan ketapang. Keberadaan kedua pelabuhan ini

dapat menunjang kegiatan ekonomi di Banyuwangi, terutama untuk

mengembangkan sektor pariwisata.

b. Pengantar KeboanUpacara adat yang berkaitan erat dengan sistem religi merupakan salah

satu wujud kebudayaan yang paling sulit dirubah dan digantikan salah satunya

Adat " Kebo -Keboan".merupakan  ragam Seni Budaya Tradisi Banyuwangi

yang masih terjaga dan dilestarikan hingga sekarang. acara Adat yang

dilaksanakan setiap satu tahun sekali  tepatnya bulan Muharam  atau Suro

(penanggalan Jawa) yang jatuh pada hari minggu,(minggu pertama dan ke

dua)  diyakini memiliki kekuatan Magis. Konon, ritual ini muncul sejak abad

ke-18. Di Banyuwangi, kebo-keboan dilestarikan di dua tempat yakni di Desa

Aliyan, Kecamatan  Rogojampi, dan Desa Alas Malang, Kecamatan

Singojuruh. Ritual Kebo-Keboan dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur

masyarakat Desa setempat atas hasil panen yang melimpah sekaligus sebagai

upacara bersih desa, agar seluruh warganya diberi keselamatan.

Yang di Desa Aliyan itu namanya Keboan, bukan Kebo-keboan.

"Masyarakat desa yang menjadi `manusia kerbau` di desa Aliyan tidak

Page 31: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

ditentukan oleh pemuka adat desa setempat. Melainkan arwah leluhur yang

memilih siapa saja yang menjadi Keboan. Sedangkan di desa Alasmalang,

pemeran Kebo-keboan dipilih oleh pemuka adat," kata Budiono.

Meski namanya Keboan, ritual ini tidak menggunakan hewan kerbau

sebagai sarana upacara. Kerbau yang digunakan adalah binatang jadi-jadian

berupa manusia berdandan mirip kerbau, lalu beraksi layaknya kerbau di

sawah.

Hampir semua pemain Keboan di desa Aliyan kesurupan roh leluhur.

Semalam sebelum tampil, orang-orang yang menjadi pemeran kerbau bisa

kesurupan roh leluhur. "Perangai orang yang kesurupan mirip kerbau. Hampir

semua pemain Keboan di desa Aliyan kesurupan roh leluhur. Jumlah Keboan

desa Aliyan tidak tentu. "Kadang banyak yang jadi `keboan` tahun ini, tahun

berikutnya bisa jadi jumlahnya menyusut," Menurut Kepala Desa Aliyan

c. Sejarah Keboan di Aliyan Rogojampi

Konon, ritual ini muncul sejak abad ke-18. Di Banyuwangi, kebo-

keboan dilestarikan di dua tempat yakni di Desa Aliyan, Kecamatan 

Rogojampi, dan Desa Alas Malang, Kecamatan Singojuruh. Ritual Kebo-

Keboan dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat Desa

setempat atas hasil panen yang melimpah sekaligus sebagai upacara bersih

desa, agar seluruh warganya diberi keselamatan.

Munculnya ritual Kebo – Keboan di Desa Aliyan berawal terjadinya

musibah wabah penyakit Pagebluk. kala itu, seluruh warga diserang penyakit.

hama juga menyerang tanaman Padi dan Polowijo.karena parahnya Dukuh

Karang Mukti mengalami Paceklik(gagal panen). sehingga bayak orang

terutama Anak-anak terkena penyakit Busung Lapar akhirnya banyak warga

kelaparan dan mati. Ki Buyut Wongso Kenongo sebagai sesepuh Desa kala itu

mengajak kedua anaknya Den Pekik dan Den Priggo, untuk melakukan

sesuatu buat warga yang sangat memprihatinkan.akhirnya keduanya

melakukan Pertapaanya.

Page 32: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

Selang beberapa minggu setelah  Bertapa ,rumah Ki B/uyut Wongso

Kenongo di datangi orang Gila.yang pada akhirya orang gila tersebut

mengajak dan menunjukan Pertapaanya kedua Anaknya tersebut dengan

tempat yang berbeda  Wilayah,wilayah  Barat Den Pringgo dan Timur Den

Pekik,.dan pada malam harinya orang gila memerintahkan warga untuk

menghias halaman rumah  Ki Buyut Wongso Kenongo dengan Janur

Kuning,empat ikat Padi, anak Pisang,dan bibit kelapa, sedangkan Ki Buyut

membentangkan Kain Sarungnya di halaman rumahnya.malam harinya Ki

Buyut mengajak warganya untuk Tirakatan dan Pagi harinya  mengadakan

Selamatan " Tumpeng Songo"(gelar sepapan).

Tidak berapa lama warga di kejutkan adanya dua orang yang tubuhnya

penuh lumpur berlari -lari di tengah perkampungan seperti kesurupan .setelah

mungkin mersa bingung akhirnya kedua orang tersebut menjatuhkan dirinya

di kaki Ki Buyut dan di kaki orang gila.selanjutnya kedua orang tersebut di

pasangi seperti kerbau dan di bawa keliling kampung dan sampai di rumah Ki

Buyut langsung di pakai membajak lalu orang gila mengambil semua padi di

pojok halaman dan di sebarkan seperti orang. Ngurit dan kedua orang tersebut

bergulung di lumpur dan mengambil padinya.dan Ki Buyut membagikan

kepada warganya untuk di pakai Bibit.setelah di sadarkan dan mandikan

kedua orang tersebut tenyata Den Pekik dan Den Pringgo.

Warga beda keturunan itu hingga sekarang tidak bisa akur dalam

segala hal. Oleh karena itu, setelah diberi doa di Balai Desa Aliyan, "keboan"

asal Sukodono bergerak ke Kedawung dan Sukodono, dan selanjutnya mampir

ke makam Den Pringgo.

Sementara "keboan" asal Aliyan bergerak ke Aliyan Krajan, Timurjo,

dan Cempokosari, dan kemudian mampir ke makam Den Pekik. Dalam ritual

ini, warga yang kerasukan roh leluhur desa bertindak seperti kerbau.

Menyeruduk warga yang melihat. Kemudian mereka satu per satu

mencemplungkan diri di dua kubangan lumpur dekat balai desa.  Tak pelak,

Page 33: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

rambut dan celana pendek mereka menjadi basah. Setiap manusia yang

"dipilih" leluhur menjadi "keboan" tidak bisa mengelak. Sekali roh nenek

moyang merasuki tubuh seorang warga desa, maka segala tindak-tanduk orang

tersebut seperti kerbau.

Manusia yang menjadi "keboan" bergerak ke sana ke mari tanpa kenal

lelah. Ada warga yang mengikuti pergerakan "keboan". Bila lelaki dewasa

yang menjadi "keboan" maka pengiringnya adalah lelaki dewasa. Sebaliknya,

bila yang menjadi "keboan" lelaki remaja, pengiringnya berusia sebaya.

Pengiring tidak bisa memaksa "keboan" untuk bergerak ke mana-mana. Hanya

sebatas mengarahkan. Bahkan waktu acara ritual tolak bala kapan dibuka

terserah kemauan leluhur.

Mereka terlihat saling melempar air selokan menggunakan timba.

Tidak boleh marah bila terkena siraman air. Bila terkena, dipersilakan untuk

mengambil air dari selokan, kemudian air itu disiramkan ke arah kerumunan

orang. Begitu juga bila warga ada yang ditarik oleh "keboan" ke dalam

kubangan lumpur, juga tidak boleh marah. Semua warga membaur, saling

siram air selokan, dan ada yang "dibanting" manusia "keboan" ke dalam

kubangan lumpur. Lokasi dan ukuran kubangan lumpur ini ditentukan

’leluhur’.

Warga desa Aliyan menganggap benih padi yang dicuri bila ditanam

di sawah, diyakini dapat membawa panen yang melimpah dan dijauhi hama.

Benih padi itulah yang diarak keliling desa menggunakan becak hias sebagai

bagian dari ritual tolak bala di Desa Aliyan, Banyuwangi.

d. Pelaksanaan Keboan Aliyan

Ritual keboan ini diawali dengan kenduri desa yang digelar sehari

sebelumnya. Warga bergotong royong mendirikan sejumlah gapura dari janur

yang digantungi hasil bumi di sepanjang jalan desa sebagai perlambang

kesuburan dan kesejahteraan. Esok paginya, warga pun menggelar selamatan

di empat penjuru desa, yang dilanjutkan dengan ider bumi. Para petani yang

Page 34: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

didandani kerbau lalu berkeliling desa mengikuti empat penjuru mata angin.

Saat berkeliling desa inilah, para "kerbau" itu melakukan ritual layaknya

siklus bercocok tanam, mulai dari membajak sawah, mengairi, hingga

menabur benih padi. Para petani itu diyakini kerasukan roh gaib. Mereka

berjalan seperti kerbau yang sedang membajak sawah. Mereka juga

berkubang, bergumul di lumpur, dan bergulung-gulung di sepanjang jalan

yang dilewati. Saat berjalan pun di pundak mereka terpasang peralatan

membajak.

Page 35: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

BAB 3 KESIMPULAN

a. Kesimpulan

i. Tradisi Mubeng Beteng

Tradisi yang dimulai denganberjalan dimalam hari mengelilingi

wilayah Keraton Yogyakarta. Yang dimaksud wilayah keraton

disini ialah benteng luar, jadi mengeliling dan melintasi benteng

yang ada di empat penjuru, pojok beteng Utara-Barat, Pojok

beteng Kulon/Barat, Pojok beteng Wetan/Timur dan Pojok Beteng

Utara-Timur. maka tersebutlah yang dinamakan “Mubeng Beteng”

atau keliling beteng. Makna tentang mubeng beteng ini yaitu untuk

perenungan diri, berintropeksi serta refleksi terhadap apa saja yang

telah diperbuat selama satu tahun agar siap menghadapi tahun yang

akan datang. Dalam perenungan ini, masyarakat diharapkan dapat

menghilangkan perbuatan serta sikap yang negatif, sementara

sikap dan perbuatan yang positif terus dipertahankan untuk

kehidupan yang lebih baik.

ii. Tahlilan / Selametan

Acara tahlilan yang kedengarannya tak lagi asing di telinga orang

Indonesia merupakan salah satu tradisi zaman wali songo yang

sampai sekarang masih diamalkan oleh sebagian besar masyarakat.

Tahlilan ini dimulai dengan pembacaan surat al – fatiha, Surat

Yasin, Tahlil ( Ayat Pendek dan Doa – doa) kemudian di tutup

do’a penutup. Kemudian tuan rumah menyajikan makanan yang

sudah disiapkan sebelumnya, dan sambil dinikmati bersama para

undangan berbincang – bincang. Kemudian setelah usai maka para

undangan meninggalkan tempat untuk pulag menuju rumah

masing – masing. Tujuan tahlilan adalah menghadiahkan pahala

kepada orang yang sudah meninggal dan juga dimaksudkan untuk

Page 36: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

menjadikan ganjaran dari sebuah amal agar dapat dinikmati oleh

orang lain membaca tahlilan.

iii. Keboan Aliyan Rogojampi Banyuwangi

Keboan, sebuah ritual yang tidak menggunakan hewan kerbau

sebagai sarana upacara. Kerbau yang digunakan adalah binatang

jadi-jadian berupa manusia berdandan mirip kerbau, lalu beraksi

layaknya kerbau di sawah. Manusia yang menjadi "keboan"

bergerak ke sana ke mari tanpa kenal lelah. Ada warga yang

mengikuti pergerakan "keboan". Bila lelaki dewasa yang menjadi

"keboan" maka pengiringnya adalah lelaki dewasa. Sebaliknya,

bila yang menjadi "keboan" lelaki remaja, pengiringnya berusia

sebaya. Pengiring tidak bisa memaksa "keboan" untuk bergerak ke

mana-mana. Hanya sebatas mengarahkan. Bahkan waktu acara

ritual tolak bala kapan dibuka terserah kemauan leluhur. Acara

yang dimulai dengan kenduri dan selametan bumi ini dimaksudkan

sebgai rasa bentuk syukur kepada sang pencipta. Kemudian

manusia secara tersendirinya kemasukan roh leluhur kampong

berup kerbau dan belagak seperti kerbau.

Page 37: gagahprama.files.wordpress.com · Web viewKemudian di Observasi dan Pendokumentasian kegiatan muharram tersebut untuk di arsipkan dan di lestarikan. Kami menyadari bahwa laporan ini

Daftar Pustaka :

http://www.jogjatrip.com/id/259/keraton-kasultanan-yogyakarta ( Diakses 08 November

2015 )

http://eta-midsummer.blogspot.co.id/2010/01/profil-kabupaten-jember.html ( diakses 08 November 2015 )

Sumber Data: Jawa Timur Dalam Angka 2007 (01-9-2007) BPS Propinsi Jawa Timur Jl. Raya

Kendangsari Industri 43-44, Surabaya Telp (031) 8438873 Fax (031) 8494007

http://banyuwangikab.go.id/profil/gambaranumum.html