· web viewhal ini diwujudkan melalui pembentukan ‘komite nasional mengenai kebijakan corporate...

38
MAKALAH ETIKA BISNIS BAB MENGENAI “Good Governance” Kelompok 7 DISUSUN OLEH: KETUA : GUGUS A. BAKTIOWIDHI ANGGOTA : GANDARU ALIF FIRMANDA SASTYA DWI R. FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Upload: others

Post on 30-Apr-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1:  · Web viewHal ini diwujudkan melalui pembentukan ‘Komite Nasional Mengenai Kebijakan Corporate Governance’ melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekuin tahun …

MAKALAH ETIKA BISNISBAB MENGENAI “Good Governance”

Kelompok 7

DISUSUN OLEH:KETUA : GUGUS A. BAKTIOWIDHI

ANGGOTA : GANDARU ALIF FIRMANDA

SASTYA DWI R.

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISJURUSAN MANAJEMEN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANGOKTOBER 2013

Page 2:  · Web viewHal ini diwujudkan melalui pembentukan ‘Komite Nasional Mengenai Kebijakan Corporate Governance’ melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekuin tahun …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum, Good Governance adalah pemerintahan yang baik. Dalam versi World

Bank, Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan yang solid dan

bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,

penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik

maupun secara administratif menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan

politican framework bagi tumbuhnya aktifitas usaha. Hal ini bagi pemerintah maupun swasta

di Indonesia ialah  merupakan suatu  terobosan mutakhir dalam menciptakan kredibilitas

publik dan untuk melahirkan bentuk manajerial yang handal.

Di Era reformasi hingga saat ini perbincangan good governance selalu menjadi

perbincangan menarik baik dari jajaran politisi, akademisi, birokrat maupun kalangan

mahasiswa. Dalam dunia kampus, Isu-isu mengenai good governance seolah menjadi isu

yang penting dibahas dalam rangkaian studi administrasi Negara konsep-konsep mengenai

pemerintahan yang baik pun diajarkan seperti demokratisasi, desentralisasi, deregulasi,

debirokratisasi, reinventing government dan lain sebagainya. Pada dekade awal abad ke-21,

Bangsa Indonesia menghadapi gelombang besar pada masa reformasi berupa meningkatnya

tuntutan demokratisasi, desentralisasi, dan globalisasi. Sekalipun keadaan serupa pernah

terjadi pada beberapa kurun waktu yang Ialu/ namun tuntutan saat ini mangandung nuansa

yang berbeda sesuai dengan kemajuan zaman.

Globalisasi yang menyentuh berbagai bidang kehidupan di seluruh wilayah

pemerintahan negara menuntut reformasi sistem perekonomian dan pemerintahan, termasuk

birokrasinya, sehingga memungkinkan interaksi perekonomian antar daerah dan antarbangsa

berlangsung lebih efisien. Kunci keberhasilan pembangunan perekonomian adalah daya

saing, dan kunci dari daya saing adalah efisiensi proses pelayanan, serta mutu ketepatan dan

kepastian kebijakan public. Kunci keberhasilan pembangunan perekonomian adalah daya

saing dan kunci dari daya saing adalah efisiensi proses pelayanan, mutu, dan kepastian

kebijakan publik. Dalam upaya menghadapi tantangan tersebut, salah satu prasyarat yang

perlu dikembangkan adalah komitmen yang tsnggi untuk menerapkan nilai luhur dan prinsip

tata kelola (good governance) dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan negara, sebagaimana

Page 3:  · Web viewHal ini diwujudkan melalui pembentukan ‘Komite Nasional Mengenai Kebijakan Corporate Governance’ melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekuin tahun …

diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945.

Good Governance diIndonesia sendiri mulai benar – benar dirintis dan diterapkan

sejak meletusnya era Reformasi yang dimana pada era tersebut telah terjadi perombakan

sistem pemerintahan yang menuntut proses demokrasi yang bersih sehingga Good

Governance merupakan salah satu alat Reformasi yang mutlak diterapkan dalam

pemerintahan baru. Akan tetapi, jika dilihat dari perkembangan Reformasi yang sudah

berjalan selama 15 tahun ini, penerapan Good Governance di Indonesia belum dapat

dikatakan berhasil sepenuhnya sesuai dengan cita – cita Reformasi sebelumnya. Masih

banyak ditemukan kecurangan dan kebocoran dalam pengelolaan anggaran dan akuntansi

yang merupakan dua produk utama Good Governance.

Pentingnya penerapan good Gevernance di beberapa negara sudah meluas mulai +

tahun 1980, dan di Indonesia good gevernance mulai dikenal secara lebih dalam + tahun 1990

sebagai wacana penting yang muncul dalam berbagai pembahasan, diskusi, penelitian, dan

seminar, baik di lingkungan pemerintah, dunia usaha swasta, dan masyarakat termasuk di

lingkungan para akademisi. Sejak terjadinya krisis moneter dan krisis kepercayaan yang

mengakibatkan perubahan dramatis pada tahun 1998, Indonesia telah memulai berbagai

inisiatif yang dirancang untuk mempromosikan Good Governance, akuntabilitas dan

partisipasi yang lebih luas. Ini berbagai awal yang penting dalam menyebarluaskan gagasan

yang menmgarah pada perbaikan Governance dan demokrasi partisipatoris di Indonesia.

Good Governance dipandang sebagai paradigma baru dan menjadi ciri yang perlu ada dalam

sistem administrasi publik. Secara umum, Governance diartikan sebagai kualitas hubungan

antara pemerintah dan masyarakat yang dilayani dan dilindunginya, Governance mencakup 3

(tiga) domain yaitu state (negara/pemerintahan), private sectors (sektor swasta/dunia usaha),

dan society (masyarakat). Oleh sebab itu, Good Governance sektor publik diartikan sebagai

suatu proses tata kelola pemerintahan yang baik, dengan melibatkan stakeholders), terhadap

berbagai kegiatan perekonomian, sosial politik dan pemanfaatan berbagai sumber daya

seperti sumber daya alam, keuangan, dan manusia bagi kepentingan rakyat yang dilaksanakan

dengan menganut asas: keadilan, pemerataan, persamaan, efesiensi, transparansi dan

akuntabilitas (World Conference on Governance, UNDP, 1999).

Good governance dapat dimaknai secara berlainan, sedangkan sisi yang lain dapat

diartikan sebagai kinerja suatu lembaga, misalnya kinerja pemerintahan, perusahaan atau

organisasi kemasyarakatan, Apabila istilah ini dirujuk pada asli kata dalam bahasa Inggris:

governing maka artinya adalah mengarahkan atau mengendalikan, Karena itu good

Page 4:  · Web viewHal ini diwujudkan melalui pembentukan ‘Komite Nasional Mengenai Kebijakan Corporate Governance’ melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekuin tahun …

governance dapat diartikan sebagai tindakan untuk mengarahkan, mengendalikan, atau

memengaruhi masalah publik. Oleh karena itu ranah good governance tidak terbatas pada

negara atau birokrasi pemerintahan, tetapi jugs pada ranah masyarakat sipil yang

dipresentasikan oleh organisasi nonpe-merintah dan sektor swasta. Singkatnya, tuntutan

terhadap good governance tidak hanya ditujukkan kepada penyelenggara negara atau

pemerintah, me-lainkan juga pada masyarakat di luar struktur birokrasi pemerintahan.

Sejarah Good Governance

Good governance di Indonesia mulai popular sejak era reformasi bahkan

mengalahkan reformasi politik yang yang pernah popular ditahun 1998, dengan adanya

symbol good governance ini seolah-olah Indonesia masuk dalam standar dunia.

Perkembangan Good governance di Indonesia tidak terlepas dari sejarahnya yang panjang di

Negara-negara dunia.

Dalam konteks masa lalu, governance tidak dikenal. Hal ini karena perubahan

pandangan mengenai governance yang semula adalah government. Dalam jurnal yang ditulis

oleh sutoro eko yang tentunya juga akan banyak mewarnai tulisan saya, kita bisa melihat

beberapa tahapan sejarah singkat dalam perkembangan Good Governance,

Tahap I dilalui dengan konsolidasi pemerintahan yang demokratis didunia barat pada

abad 20,

Tahap ke II adalah pasca perang dunia yang justru peran Negara semakin kuat, basis-

basis politik, ekonomi dan control terhadap masyarakat begitu kuatnya, program-

program welfare state menjadi semakin luas. Negara menjadi omnipotent. Bahkan

bukan sesuatu yang baru Negara menjadi kendaraan tangguh dalam membawa

perubahan social

Tahap III kekuatan Negara yang tidak diragukan dalam memanajerial masyarakat,

membawa barat kepada orientasi yang lain yaitu Negara-negara dunia ketiga, Negara

dunia ke III menjadi perhatian perluasan devlopmentalisme atau moderenisme, namun

sangat disayangkan karena disisi lain kawasan-kawasan Asia, Afrika dan Amerika

Latin justru muncul rezim otoritarian, sehingga konsep modernisasi yang ditawarkan

sebagai pendorong birokrasi yang rasional ditolak mentah karena mereka ditopang

oleh aliansi birokrasi sipil, militer dan masyarakat bisnis internasional.

Tahap IV pada dekade 1980-an menjadi angin segar bagi perkembangan

demokratisasi dan modernisme, karena kenyataan pahit diterima oleh Amerika ketika

reagen naik dan di inggris Margaret naik harus mengahadpi problem serius yaitu

krisis ekonomi dan financial. Kepercayaan masyarakat terhadap Negara akhirnya

Page 5:  · Web viewHal ini diwujudkan melalui pembentukan ‘Komite Nasional Mengenai Kebijakan Corporate Governance’ melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekuin tahun …

menjadi sirna karena Negara bukan sebagai solusi tapi akar dari masalah krisis.

Akhirnya perkembangan pesat terhadap “penyesuaian struktural”, yang lahir dalam

bentuk deregulasi, debirokratisasi, privatisasi, pelayanan publik berorientasi pasar.

Berkembangnya isu-isu baru ini menandai kemenangan pandangan modernisme yang

sejak lama menghendaki peran negara secara minimal, dan sekaligus kemenangan

pasar dan swasta.

Tahap V atau tahap finishing tahun 1990-an proyek demokratisasi yang sudah

diperjuangkan masa lalu berkembang luas ke santero negeri yang ditandai dengan

cara pandang baru terhadap pemerintahan yakni ditandai munculnya governance dan

good governance.

Konsep governance dan good governance dari IMF dan World Bank awalnya hanya

dimaknai sebagai kinerja pemerintahan yang efektif mengingat pengalaman masa lalu bagi

pemerintahan yang buruk yang tentunya juga punya sejarah panjang saat Asia dan Afrika

merdeka sekitar 1960-an lembaga donor ini (world bank) banyak memberikan bantuan untuk

membangun asistensi badan pemerintahan dan pelatihan pejabat public yang diberi nama

institution building. Baru pada tahun 1990-an konsep ini mengalami revitalisasi menjadi

institutional capacity building dibawah rubric Governance for development. Gagasan

governance yang di promosikan oleh badan internasional ini dalam rangka mendorong

reformasi ekonomi dan demokratisasi politik yang diarahkan pada pemerintahan yang baik.

Seiring dengan perjalanan waktu, konsep Good Governance diarahkan pada proses

multi arah yang sebelumnya setelah tahun 1990-an pun masih pada konsep yang lama hanya

terpaku pada pemerintah, namun saat ini konsep tersebut bersifat multiarah artinya tidak

sebatas pada pemerintah namun juga diluar dari pemerintah itu sendiri (masyarakat dan

swasta).

Kesimpulannya governance tidak sekedar pemerintah atau pemerintahan yang

mempunyai kekuasaan dan kewenangan namun lebih dari itu bagaimana kekuasaan dan

kewenangan ini harus bersinerngi dan berinteraksi dengan actor diluar dari pemerintahan.

Artinya bagaimana pemerintah mampu menjadi fasilitator demi kepentingan actor-aktor

tersebut dengan membuat kebijakan dan lain sebagainya.

Page 6:  · Web viewHal ini diwujudkan melalui pembentukan ‘Komite Nasional Mengenai Kebijakan Corporate Governance’ melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekuin tahun …

1.2 Tujuan Penulisan

Maksud dan tujjuan pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas kelompok

mata kuliah Etika Bisnis mengenai Good Governance dan juga memberikan pengetahuan dan

wawasan agar kita dapat memahami dan mengetahui apa yang di maksud dengan Good

Governance dan apa kaitannya dengan etika bisnis.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dari Good Governance ?

2. Bagaimana prinsip dari Good Governance ?

3. Apa saja pilar – pilar Good Governance ?

4. Bagaimana karakteristik dari Good Governance ?

5. Bagaimana kaitnnya Good Governance dengan etika bisnis / Good coorporate

Governance ?

Page 7:  · Web viewHal ini diwujudkan melalui pembentukan ‘Komite Nasional Mengenai Kebijakan Corporate Governance’ melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekuin tahun …

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep dari Good Governance

Governance merupakan terminologi yang digunakan menggantikan istilah

government, menunjukkan  penggunaan otoritas politik, dan administrasi dalam mengelola

masalah kenegaraan. Istilah ini secara khusus menggambarkan perubahan peranan

pemerintah dari pemberi pelayanan kepada fasilitator, dan perubahan kepemilikan dari milik

negara menjadi milik rakyat. Pusat perhatian utama gevernance  adalah perbaikan kinerja

atau perbaikan kualitas. Governance berarti proses pengambilan keputusan dan proses di

mana keputusan diimplementasikan atau tidak diimplementasikan. Governance dapat

digunakan dalam beberapa konteks sepeerti corporate governance, international governance,

national governance, dan local governance.

Tiga hal yang melatar belakangi munculnya good governance, yaitu:

1. Muncul fenomena yang disebut Samuel P. Hutington sebagai “gelombang

demokratisasi berskala global”. Gelombang ini mulanya muncul di Korea Selatan dan

di beberapa negara Amerika Latin yang menenggelamkan politik birokratik otoriter

pada dasawarsa tahun 1980-an dan berikutnya menyapu bersih sosialisme di eropa

pada awal dasawarsa tahun 1990-an.

2. Terjadinya kehancuran antara sistematik berbagai dasarinstitusional  bagi proses

pengelolaan distribusi sumber ekonomi pada sebagian besar masyarakat dunia ketiga.

Institusi bisnis dan politik yang seharusnya memiliki prinsip pengelolaan berbeda

telah berubah menjadi sekutu dan melipat gandakan tumbuhnya kronisme.

Transparansi, akuntabilitas publik dan alokasi berbagai sumber ekonomi gagal

berkembang dalam dunia bisnis.

3. Terakumulasinya kegagalan struktural adjusment program yang diprakarsai IMF dan

bank dunia. Program ini memiliki dan menganut asumsi dasar bahwa negara

merupakan satu-satunya lembaga penghambat proses terjadinya globalisasi ekonomi

(Suryanto, 2001).

Pembaharuan tata pemerintahan atau governance reform adalah adanya kesadaran

bahwa tradisi, institusi dan proses tata pemerintahan yang berlaku berada di bawah standar

Page 8:  · Web viewHal ini diwujudkan melalui pembentukan ‘Komite Nasional Mengenai Kebijakan Corporate Governance’ melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekuin tahun …

yang dapat diterima dan kebulatan tekad serta tindakan untuk meningkatkannya. Pihak terkait

atau stakeholders adlah pihak yang dipengaruhi oleh atau berkaitan dengan keputusan

institusi, organisasi atau jejaring, dan oleh karenanya mencakup seluruh masyarakat

Indonesia dan mitra-mitra internasional Indonesia.

Tata kepemerintahan mempunyai makna yang jauh lebih luas dari pemerintahan. Tata

pemerintahan menyangkut cara-cara yang disetujui bersama dalam mengatur pemerintahan

dan kesepakatan yang dicapai antara individu, masyarakat madani, lembaga masyarakat, dan

pihak swasta.

Ada dua hal penting dalam hubungan ini:

Semua pelaku harus saling tahu apa yang dilakukan oleh pelaku lainnya.

Adanya dialog agar para pelaku saling memahami perbedaan di antara mereka.

Melalui proses tersebut, diharapkan akan tumbuh konsensus dan sinergi di dalam

masyarakat. Perbedaan yang ada justru menjadi salah satu warna dari berbagai warna yang

ada dalam tata pengaturan tersebut.

Dari uraian tersebut dapat diformulasikan ciri tata pemerintahan yang baik, yaitu:

Mengikutsertakan masyarakat.

Transparan dan bertanggung jawab.

Efektif dan adil.

Menjamin adanya supremasi hukum.

Menjamin prioritas-prioritas politik, sosial dan ekonomi didasarkan pada konsensus

masyarakat.

Memerhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam proses

pengambilan keputusan, termasuk menyangkut alokasi sumber daya pembangunan.

Sektor publik sebagai salah satu unsur Good Governance terkait erat dengan tugas

pokok dan fungsi lembaga penyelenggaraan kekuasaan negara, baik eksekutif, legislatif

maupun yudikatif, dan menjadi domain yang terpenting dalam upaya mewujudkan Good

Governance. Peran birokrasi/administrasi publik adalah membantu pemerintahan dalam

merumuskan dan melaksanakan kebijakan publik. Penerapan Good Governance di sektor

publik akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan terselenggarahnya Good Governance

pada sektor swasta/dunia usaha. Hal ini karena kebijakan publik diperlukan untuk mendorong

terciptanya lingkungan yang kondusif bagi pemanfaatan peluang dan kegairahan kegiatan

produktif masyarakat. Artinya bahwa peran pemerintah melalui kebijakan publik sangat

Page 9:  · Web viewHal ini diwujudkan melalui pembentukan ‘Komite Nasional Mengenai Kebijakan Corporate Governance’ melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekuin tahun …

penting, untuk menfasilitasi terjadinya mekanisme pasar dengan benar dan mencegah

timbulnya monopoli komersial dan KKN (korupsi, kolusi nepotisme).

Konsep Good Governance sebenarnya telah lama dilaksanakan oleh semua pihak

yaitu Pemerintah, Swasta dan Masyarakat, namun demikian masih banyak yang rancu

memahami konsep Governance. Secara sederhana, banyak pihak menerjemahkan governance

sebagai Tata Pemerintahan. Tata pemerintahan disini bukan hanya dalam pengertian struktur

dan manajemen lembaga yang disebut eksekutif, karena pemerintah (government) hanyalah

salah satu dari tiga aktor besar yang membentuk lembaga yang disebut governance. Dua

aktor lain adalah private sektor (sektor swasta) dan civil society (masyarakat madani).

Karenanya memahami governance adalah memahami bagaimana integrasi peran antara

pemerintah (birokrasi), sektor swasta dan civil society dalam suatu aturan main yang

disepakati bersama. Lembaga pemerintah harus mampu menciptakan lingkungan ekonomi,

politik, sosial budaya, hukum dan keamanan yang kondusif. Sektor swasta berperan aktif

dalam menumbuhkan kegiatan perekonomian yang akan memperluas lapangan kerja dan

meningkatkan pendapatan, sedangkan civil society harus mampu berinteraksi secara aktif

dengan berbagai macam aktifitas perekonomian, sosial dan politik termasuk bagaimana

melakukan kontrol terhadap jalannya aktifitas-aktifitas tersebut.

Mewujudkan konsep good governance dapat dilakukan dengan mencapai keadaan

yang baik dan sinergi antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat sipil dalam

pengelolaan sumber-sumber alam, sosial, lingkungan dan ekonomi. Prasyarat minimal untuk

mencapai good governance adalah adanya transparansi, akuntabilitas, partisipasi,

pemberdayaan hukum, efektifitas dan efisiensi, dan keadilan. Kebijakan publik yang

dikeluarkan oleh pemerintah harus transparan, efektif dan efisien, serta mampu menjawab

ketentuan dasar keadilan. Sebagai bentuk penyelenggaraan negara yang baik maka harus

keterlibatan masyarakat di setiap jenjang proses pengambilan keputusan (Hunja, 2009).

Konsep good governance dapat diartikan menjadi acuan untuk proses dan struktur

hubungan politik dan sosial ekonomi yang baik. Human interest adalah faktor terkuat yang

saat ini mempengaruhi baik buruknya dan tercapai atau tidaknya sebuah negara serta

pemerintahan yang baik. Sudah menjadi bagian hidup yang tidak bisa dipisahkan bahwa

setiap manusia memiliki kepentingan. Baik kepentingan individu, kelompok, dan/atau

kepentingan masyarakat nasional bahkan internasional. Dalam rangka mewujudkan setiap

kepentingan tersebut selalu terjadi benturan. Begitu juga dalam merealisasikan apa yang

namanya “good governance” benturan kepentingan selalu lawan utama. Kepentingan

melahirkan jarak dan sekat antar individu dan kelompok yang membuat sulit tercapainya kata

Page 10:  · Web viewHal ini diwujudkan melalui pembentukan ‘Komite Nasional Mengenai Kebijakan Corporate Governance’ melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekuin tahun …

“sepakat”. Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada

proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara

bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan sektor

swasta bagi penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara. Negara berperan

memberikan pelayanan demi kesejahteraan rakyat dengan sistem peradilan yang baik dan

sistem pemerintahan yang dapat dipertanggungjawaban kepada publik. Meruju pada 3 (tiga)

pilar pembangunan berkelanjutan. Dalam pembangunan ekonomi, lingkungan, dan

pembangunan manusia. Good governance menyentuh 3 (tiga) pihak yaitu pihak pemerintah

(penyelenggara negara), pihak korporat atau dunia usaha (penggerak ekonomi), dan

masyarakat sipil (menemukan kesesuaiannya). Ketiga pihak tersebut saling berperan dan

mempengaruhi dalam penyelenggaraan negara yang baik. Sinkronisasi dan harmonisasi antar

pihak tersebut menjadi jawaban besar. Namun dengan keadaan Indonesia saat ini masih sulit

untuk bisa terjadi (Efendi, 2005).

Dengan berbagai statement negatif yang dilontarkan terhadap pemerintah atas

keadaan Indonesia saat ini. Banyak hal mendasar yang harus diperbaiki, yang berpengaruh

terhadap clean and good governance, diantaranya (Efendi, 2005):

1. Integritas Pelaku Pemerintahan,

Peran pemerintah yang sangat berpengaruh, maka integritas dari para pelaku

pemerintahan cukup tinggi tidak akan terpengaruh walaupun ada kesempatan

untuk melakukan penyimpangan misalnya korupsi.

2. Kondisi Politik dalam Negeri,

Jangan menjadi dianggap lumrah setiap hambatan dan masalah yang

dihadirkan oleh politik. Bagi terwujudnya good governance konsep politik

yang tidak/kurang demokratis yang berimplikasi pada berbagai persoalan di

lapangan. Maka tentu harus segera dilakukan perbaikan.

3. Kondisi Ekonomi Negara,

Krisis ekonomi bisa melahirkan berbagai masalah sosial yang bila tidak

teratasi akan mengganggu kinerja pemerintahan secara menyeluruh.

4. Kondisi Sosial Masyarakat,

Masyarakat yang solid dan berpartisipasi aktif akan sangat menentukan

berbagai kebijakan pemerintahan. Khususnya dalam proses penyelenggaraan

pemerintahan yang merupakan perwujudan riil good governance. Masyarakat

juga menjalankan fungsi pengawasan yang efektif dalam pelaksanaan

penyelenggaraan pemerintahan. Namun jika masyarakat yang belum berdaya

Page 11:  · Web viewHal ini diwujudkan melalui pembentukan ‘Komite Nasional Mengenai Kebijakan Corporate Governance’ melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekuin tahun …

di hadapan negara, dan masih banyak timbul masalah sosial di dalamnya

seperti konflik dan anarkisme kelompok, akan sangat kecil kemungkinan good

governance bisa ditegakkan.

5. Sistem Hukum,

Menjadi bagian yang tidak terpisahkan disetiap penyelenggaraan negara.

Hukum merupakan faktor penting dalam penegakan good governance.

Kelemahan sistem hukum akan berpengaruh besar terhadap kinerja

pemerintahan secara keseluruhan. Good governanance tidak akan berjalan

dengan baik di atas sistem hukum yang lemah. Oleh karena itu penguatan

sistim hukum atau reformasi hukum merupakan kebutuhan mutlak bagi

terwujudnya good governance.

Nilai-nilai Bebas Good Governance

Karena Good Governance merupakan sebuah nilai yang bebas maka wajar banyak

individu dan lembaga memaknainya secara beragam tentang konsep Good Governance. Bank

Dunia memberi batasan Good Governance sebagai pelayanan publik yang efisien, sistem

peradilan yang dapat diandalkan, serta pemerintahan yang bertanggungjawab pada publiknya.

Komunitas Eropa merumuskan good governance sebagai pengelolaan kebijakan sosial

ekonomi yang masuk akal, pengambilan keputusan yang demokratis, transparansi

pemerintahan dan pertanggungjawaban finansial yang memadai, penciptaan lingkungan yang

bershabat dengan pasar bagi pembangunan, langkah-langkah untuk memerangi korupsi,

penghargaan terhadap aturan hukum, penghargaan terhadap HAM, kebebasan pers dan

ekspresi.

Sedangkan UNDP (1997) memberi pengertian good governance sebagai sebuah

konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara dan sektor swasta bagi

penyelenggaraan pemerintahan dalam sebuah negara. Hal ini merupakan sebuah dialog yang

melibatkan seluruh partisipan, sehingga setiap orang merasa terlibat dalam urusan

pemerintahan. Secara tegas, UNDP mengidentifikasi 6 karakteristik good governance:

Partisipatif.

Transparan dan bertanggungjawab.

Efektif dan berkadilan.

Mempromosikan supremasi hukum.

Memastikan bahwa prioritas sosial, ekonomi, dan politik didasarkan pada konsensus

Page 12:  · Web viewHal ini diwujudkan melalui pembentukan ‘Komite Nasional Mengenai Kebijakan Corporate Governance’ melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekuin tahun …

dalam masyarakat.

Memastikan bahwa suara penduduk miskin dan rentan didengarkan dalam proses

pembuatan keputusan.

Dari pemaparan diatas sesungguhnya Good Governance adalah sebuah nilai yang

memang sudah berkembang sebelumnya, konsep partisipatif, transparent, bertanggung jawab,

efektif efisien, supermasi hokum adalah sebuah konsekuensi logis sebuah Negara. Nilai-nilai

seperti ini bersifat bebas, bebas dalam artian mempunyai definisi dan pengertian yang

berbeda tergantung pada dasar pemikiran yang dianut oleh sebuah Negara. Secara ide Good

Governance dinilai lebih menarik disbanding teori modernisasi yang dahulu banyak dikecam

oleh Negara-negara, dari sisi ini Good Governance belajar dari kegagalan teori tersebut kalau

modernisasi yang menjadi objek adalah Mayarakat dan pasar yang dikendalikan Negara,

sekarang Good Governance lebih mengorientasikan Negara sebagai “terdakwa” sehingga

dipaksa untuk membagikan Sumber Daya kepada masyarakat, namun mayarakat dalam hal

ini justru di dominasi para swasta (capital).

Transformasi Good Governance

Seperti dijelaskan sebelumnya, Good Governance tidak lain merupakan sebuah

manifestasi politik moderenisme baru yang bersumber pada ideology liberalism, kekuatan

ideology yang dibangun dalam Good Governance membawa pengaruh nilai-nilai Good

Governance dalam proses aplikasinya. Watak ideology liberalism yang cenderung pada

kebebasan individu dan ekonomi kapitalisnya justru akan membuka akses pasar yang tidak

terkendali, hal ini akan membawa dampak buruk mengingat akses masyarakat terutama

golongan miskin akan lemah karena mereka tidak mempunyai kemampuan partisipasi dalam

proses politik dan ketidakmampuan kompetisi dalam sector ekonomi.

Sejarah telah membuktikan bahwa kapitalisasi yang besar-besaran telah

menghancurkan tanah ulayat, membuat involusi pertanian, meminggirkan masyarakat dan

memperbesar kemiskinan struktural.

Indonesia cukup menjadi contoh dalam hal ini apalagi ketika dibukanya kerjasama

AFTA (Asian Free Trade Area) yang banyak mematikan pasar-pasar local karena

ketidakmampunannya dalam berkompetisi, padahal sector inilah yang memperkuat pasar

dalam negeri.

Page 13:  · Web viewHal ini diwujudkan melalui pembentukan ‘Komite Nasional Mengenai Kebijakan Corporate Governance’ melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekuin tahun …

2.2 Prinsip – Prinsip Good Governance

Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas prinsip-prinsip di

dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan tolak ukur kinerja suatu

pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa dinilai bila ia telah bersinggungan dengan

semua unsur prinsip-prinsip good governance. Menyadari pentingnya masalah ini, prinsip-

prinsip good governance diurai satu persatu sebagaimana tertera di bawah ini:

1.      Partisipasi Masyarakat

Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik

secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili

kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan

berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara

konstruktif.

2.      Tegaknya Supremasi Hukum

Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di

dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia.

3.      Transparansi

Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses

pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang

berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan

dipantau.

4.      Peduli pada Stakeholder

Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani semua

pihak yang berkepentingan.

5.      Berorientasi pada Konsensus

Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda

demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-

kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan

prosedur-prosedur.

6.      Kesetaraan

Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau

mempertahankan kesejahteraan mereka.

Page 14:  · Web viewHal ini diwujudkan melalui pembentukan ‘Komite Nasional Mengenai Kebijakan Corporate Governance’ melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekuin tahun …

7.      Efektifitas dan Efisiensi

Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil sesuai

kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada

seoptimal mungkin.

8.      Akuntabilitas

Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi

masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga

yang berkepentingan. Bentuk pertanggung jawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya

tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan.

9.      Visi Strategis

Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas

tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa saja yang

dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus

memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya dan sosial yang menjadi dasar

bagi perspektif tersebut.

2.3 Pilar – Pilar Good Governance

Good Governance hanya bermakna bila keberadaannya ditopang oleh lembaga yang

melibatkan kepentingan publik. Jenis lembaga tersebut adalah:

Negara

Menciptakan kondisi politik, ekonomidan sosial yang stabil.

Membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan.

Menyediakan public service yang efektif dan accountable.

Menegakkan HAM.

Melindungi lingkungan hidup.

Mengurus standar kesehatan dan standar keselamatan public.

Sektor Swasta

Menjalankan industry.

Menciptakan lapangan kerja.

Menyediakan insentif bagi karyawan.

Meningkatkan standar hidup masyarakat.

Memelihara lingkungan hidup.

Mentaati peraturan.

Page 15:  · Web viewHal ini diwujudkan melalui pembentukan ‘Komite Nasional Mengenai Kebijakan Corporate Governance’ melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekuin tahun …

Masyarakat

Menjaga agar hak-hak masyrakat terlindungi.

Mempengaruhi kebijakan public.

Sebagai sarana chek and balance pemerintah.

Mengawasi penyalahgunaan kewenangan sosial pemerintah.

Sarana komunikasi agar anggota masyarakat.

Agar Good Governance dapat berjalan dengan baik, dibutuhkan dari semua pihak.

Baik itu pihak pemerintah, swasta dan masyarakat. Dan untuk mencapai good governance

yang efektif dan efisien, kesetaraan, interpretasi, serta etos kerja dan moral yang tinggi yang

akan digunakan sebagai nilai dasar yang harus dipegang teguh oleh seluruh komponen yang

harus langsung dengan good governance.

2.4 Karakteristik dari Good Governance

Karakteristik Dasar Good Governance

Ada tiga karakteristik dasar good governance:

Diakuinya semangat pluralisme. Artinya, pluralitas telah menjadi sebuah keniscayaan

yang tidak dapat dielakkan sehingga mau tidak mau, pluralitas telah menjadi suatu

kaidah yang abadi. Dengan kata lain, pluralitas merupakan sesuatu yang kodrati

(given) dalam kehidupan. Pluralisme bertujuan mencerdaskan umat melalui perbedaan

konstruktif dan dinamis, dan merupakan sumber dan motivator terwujudnya

kreativitas yang terancam keberadaannya jika tidak terdapat perbedaan. Satu hal yang

menjadi catatan penting bagi kita adalah sebuah peradaban yang kosmopolit akan

tercipta apabila manusia memiliki sikap inklusif dan kemampuan (ability)

menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar. Namun, dengan catatan, identitas

sejati atas parameter-parameter otentik agama tetap terjaga.

Tingginya sikap lolcransi, baik terhadap saudara sesama agama maupun terhadap

umat agama lain. Secara sederhana, Toleransi dapat diartikan sebagai sikap suka

mendengar dan menghargai pendapat dan pendirian orang lain. Senada dengan hal itu,

Quraish Shihab menyatakan bahwa agama tidak semata-mata mempertahankan

kelestariannya sebagai sebuah agama, namun juga mengakui eksistensi agama lain

dengan memberinya hak hidup, berdampingan, dan saling menghormati.

Tegaknya prinsip demokrasi. Demokrasi bukan sekadar kebebasan dan persaingan,

demokrasi juga merupakan suatu pilihan untuk bersama-sama membangun dan

Page 16:  · Web viewHal ini diwujudkan melalui pembentukan ‘Komite Nasional Mengenai Kebijakan Corporate Governance’ melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekuin tahun …

memperjuangkan perikehidupan warga dan masyarakat yang semakin sejahtera.

2.5 Kaitannya Good Governance Dengan Etika Bisnis / Good Coorporate Governance

(GCG)

Beberapa negara juga mempunyai definisi tersendiri tentang Good Coorporate

Governance. Beberapa negara mendefinisikannya dengan pengertian yang agak mirip

walaupun ada sedikit perbedaan istilah. Kelompok negara maju (OECD), umpamanya

mendefinisikan Good Coorporate Governance sebagai cara-cara manajemen perusahaan

bertanggung jawab pada shareholder-nya. Para pengambil keputusan di perusahaan haruslah

dapat dipertanggungjawabkan, dan keputusan tersebut mampu memberikan nilai tambah bagi

shareholders lainnya. Karena itu  fokus utama di sini terkait dengan proses pengambilan

keputusan dari perusahaan yang mengandung nilai-nilai transparency, responsibility,

accountability, dan tentu saja fairness.

,ADB (Asian Development Bank) menjelaskan bahwa Good Coorporate Governance

mengandung empat nilai utama yaitu: Accountability, Transparency, Predictability dan

Participation. Pengertian lain datang dari Finance Committee on Corporate Governance

Malaysia. Menurut lembaga tersebut Good Coorporate Governance merupakan suatu proses

serta struktur yang digunakan untuk mengarahkan sekaligus mengelola bisnis dan urusan

perusahaan ke arah peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan. Adapun

tujuan akhirnya adalah menaikkan nilai saham dalam jangka panjang tetapi tetap

memperhatikan berbagai kepentingan para stakeholder lainnya.

Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance

merupakan:

i. Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran dewan

komisaris, Direksi, Pemegang Saham dan Para Stakeholder lainnya.

ii. Suatu sistem pengecekan dan perimbangan kewenangan atas pengendalian

perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang: pengelolaan yang

salah dan penyalahgunaan aset perusahaan.

iii. Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian,

berikut pengukuran kinerjanya.

Arti Penting dari Good Coorporate Governance (GCG)

Page 17:  · Web viewHal ini diwujudkan melalui pembentukan ‘Komite Nasional Mengenai Kebijakan Corporate Governance’ melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekuin tahun …

Good Coorporate Governance diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang

efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Penerapan GCG

perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya

sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna

produk dan jasa dunia usaha. Prinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pilar

adalah:

a. Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan yang

menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan, melaksanakan peraturan

perundang-undangan dan penegakan hukum secara konsisten (consistent law

enforcement) .

b. Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman dasar

pelaksanaan usaha.

c. Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena

dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan kepedulian dan melakukan kontrol

sosial (social control) secara obyektif dan bertanggung jawab.

Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan) adalah suatu subjek yang

memiliki banyak aspek. Salah satu topik utama dalam tata kelola perusahaan adalah

menyangkut masalah akuntabilitas dan tanggung jawab/ mandat, khususnya implementasi

pedoman dan mekanisme untuk memastikan perilaku yang baik dan melindungi kepentingan

pemegang saham. Fokus utama lain adalah efisiensi ekonomi yang menyatakan bahwa sistem

tata kelola perusahaan harus ditujukan untuk mengoptimalisasi hasil ekonomi,  dengan

penekanan kuat pada kesejahteraan para pemegang saham. Ada pula sisi lain yang merupakan

subjek dari tata kelola perusahaan, seperti sudut pandang pemangku kepentingan, yang

menunjuk perhatian dan akuntabilitas lebih terhadap pihak-pihak lain selain pemegang

saham, misalnya karyawan atau lingkungan.

Peranan Etika dalam Good Corporate Governance

1. Code of Corporate and Business Conduct

Kode Etik dalam tingkah laku berbisnis di perusahaan (Code of Corporate and

Business Conduct)” merupakan implementasi salah satu prinsip Good Corporate Governance

Page 18:  · Web viewHal ini diwujudkan melalui pembentukan ‘Komite Nasional Mengenai Kebijakan Corporate Governance’ melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekuin tahun …

(GCG). Kode etik tersebut menuntut karyawan & pimpinan perusahaan untuk melakukan

praktek-praktek etik bisnis yang terbaik di dalam semua hal yang dilaksanakan atas nama

perusahaan. Apabila prinsip tersebut telah mengakar di dalam budaya perusahaan (corporate

culture), maka seluruh karyawan & pimpinan perusahaan akan berusaha memahami dan

berusaha mematuhi “mana yang boleh” dan “mana yang tidak boleh” dilakukan dalam

aktivitas bisnis perusahaan. Pelanggaran atas Kode Etik merupakan hal yang serius, bahkan

dapat termasuk kategori pelanggaran hukum.

2. Nilai Etika Perusahaan

Kepatuhan pada Kode Etik ini merupakan hal yang sangat penting untuk

mempertahankan dan memajukan reputasi perusahaan sebagai karyawan & pimpinan

perusahaan yang bertanggung jawab, dimana pada akhirnya akan memaksimalkan nilai

pemegang saham (shareholder value). Beberapa nilai-nilai etika perusahaan yang sesuai

dengan prinsip-prinsip GCG, yaitu kejujuran, tanggung jawab, saling percaya, keterbukaan

dan kerjasama. Kode Etik yang efektif seharusnya bukan sekedar buku atau dokumen yang

tersimpan saja. Namun Kode Etik tersebut hendaknya dapat dimengerti oleh seluruh

karyawan & pimpinan perusahaan dan akhirnya dapat dilaksanakan dalam bentuk tindakan

(action). Beberapa contoh pelaksanaan kode etik yang harus dipatuhi oleh seluruh karyawan

& pimpinan perusahaan, antara lain masalah informasi rahasia dan benturan kepentingan

(conflict of interest).

a. Informasi rahasia

Seluruh karyawan harus dapat menjaga informasi rahasia mengenai

perusahaan dan dilarang untuk menyebarkan informasi rahasia kepada pihak lain yang

tidak berhak. Informasi rahasia dapat dilindungi oleh hukum apabila informasi

tersebut berharga untuk pihak lain dan pemiliknya melakukan tindakan yang

diperlukan untuk melindunginya. Beberapa kode etik yang perlu dilakukan oleh

karyawan yaitu harus selalu melindungi informasi rahasia perusahaan dan termasuk

Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) serta harus memberi respek terhadap hak

yang sama dari pihak lain. Selain itu karyawan juga harus melakukan perlindungan

dengan seksama atas kerahasiaan informasi rahasia yang diterima dari pihak lain.

Adanya kode etik tersebut diharapkan dapat terjaga hubungan yang baik dengan

pemegang saham (share holder), atas dasar integritas (kejujuran) dan transparansi

(keterbukaan), dan menjauhkan diri dari memaparkan informasi rahasia. Selain itu

dapat terjaga keseimbangan dari kepentingan perusahaan dan pemegang sahamnya

dengan kepentingan yang layak dari karyawan, pelanggan, pemasok maupun

Page 19:  · Web viewHal ini diwujudkan melalui pembentukan ‘Komite Nasional Mengenai Kebijakan Corporate Governance’ melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekuin tahun …

pemerintah dan masyarakat pada umumnya.

b. Conflict of interrest

Seluruh karyawan & pimpinan perusahaan harus dapat menjaga kondisi yang

bebas dari suatu benturan kepentingan (conflict of interest) dengan perusahaan. Suatu

benturan kepentingan dapat timbul bila karyawan & pimpinan perusahaan memiliki,

secara langsung maupun tidak langsung kepentingan pribadi didalam mengambil

suatu keputusan, dimana keputusan tersebut seharusnya diambil secara obyektif,

bebas dari keragu-raguan dan demi kepentingan terbaik dari perusahaan. Beberapa

kode etik yang perlu dipatuhi oleh seluruh karyawan & pimpinan perusahaan, antara

lain menghindarkan diri dari situasi (kondisi) yang dapat mengakibatkan suatu

benturan kepentingan. Selain itu setiap karyawan & pimpinan perusahaan yang

merasa bahwa dirinya mungkin terlibat dalam benturan kepentingan harus segera

melaporkan semua hal yang bersangkutan secara detail kepada pimpinannya

(atasannya) yang lebih tinggi.

Terdapat 8 (delapan) hal yang termasuk kategori situasi benturan kepentingan

(conflict of interest) tertentu, sebagai berikut :

a) Segala konsultasi atau hubungan lain yang signifikan dengan, atau berkeinginan

mengambil andil di dalam aktivitas pemasok, pelanggan atau pesaing

(competitor).

b) Segala kepentingan pribadi yang berhubungan dengan kepentingan perusahaan.

c) Segala hubungan bisnis atas nama perusahaan dengan personal yang masih ada

hubungan keluarga (family), atau dengan perusahaan yang dikontrol oleh personal

tersebut.

d) Segala posisi dimana karyawan & pimpinan perusahaan mempunyai pengaruh

atau kontrol terhadap evaluasi hasil pekerjaan atau kompensasi dari personal yang

masih ada hubungan keluarga .

e) Segala penggunaan pribadi maupun berbagi atas informasi rahasia perusahaan

demi suatu keuntungan pribadi, seperti anjuran untuk membeli atau menjual

barang milik perusahaan atau produk, yang didasarkan atas informasi rahasia

tersebut.

f) Segala penjualan pada atau pembelian dari perusahaan yang menguntungkan

pribadi.

g) Segala penerimaan dari keuntungan, dari seseorang / organisasi / pihak ketiga

yang berhubungan dengan perusahaan.

Page 20:  · Web viewHal ini diwujudkan melalui pembentukan ‘Komite Nasional Mengenai Kebijakan Corporate Governance’ melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekuin tahun …

h) Segala aktivitas yang terkait dengan insider trading atas perusahaan yang telah go

public, yang merugikan pihak lain.

c. Sanksi

Setiap karyawan & pimpinan perusahaan yang melanggar ketentuan dalam

Kode Etik tersebut perlu dikenakan sanksi yang tegas sesuai dengan ketentuan /

peraturan yang berlaku di perusahaan, misalnya tindakan disipliner termasuk sanksi

pemecatan (Pemutusan Hubungan Kerja). Beberapa tindakan karyawan & pimpinan

perusahaan yang termasuk kategori pelanggaran terhadap kode etik, antara lain

mendapatkan, memakai atau menyalahgunakan asset milik perusahaan untuk

kepentingan / keuntungan pribadi, secara fisik mengubah atau merusak asset milik

perusahaan tanpa izin yang sesuai dan menghilangkan asset milik perusahaan .Untuk

melakukan pengujian atas Kepatuhan terhadap Kode Etik tersebut perlu dilakukan

semacam audit kepatuhan (compliance audit) oleh pihak yang independent, misalnya

Internal Auditor, sehingga dapat diketahui adanya pelanggaran berikut sanksi yang

akan dikenakan terhadap karyawan & pimpinan perusahaan yang melanggar kode

etik.Akhirnya diharpkan para karyawan maupun pimpinan perusahaan mematuhi

Code of Corporate & Business Conduct yang telah ditetapkan oleh perusahaan

sebagai penerapan GCG.

Tujuan Penerapan Good Corporate Governance

Penerapan sistim GCG diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah bagi semua

pihak yang berkepentingan (stakeholders) melalui beberapa tujuan berikut:

Meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan kesinambungan suatu organisasi yang

memberikan kontribusi kepada terciptanya kesejahteraan pemegang saham, pegawai

dan stakeholders lainnya dan merupakan solusi yang elegan dalam menghadapi

tantangan organisasi kedepan.

Meningkatkan legitimasi organisasi yang dikelola dengan terbuka, adil, dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Mengakui dan melindungi hak dan kewajiban para share holders dan stakeholders.

Dalam menerapkan nilai-nilai Tata Kelola Perusahaan, Perseroan menggunakan

pendekatan berupa keyakinan yang kuat akan manfaat dari penerapan Tata Kelola Perusahaan

yang baik. Berdasarkan keyakinan  yang kuat, maka akan tumbuh semangat yang tinggi

Page 21:  · Web viewHal ini diwujudkan melalui pembentukan ‘Komite Nasional Mengenai Kebijakan Corporate Governance’ melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekuin tahun …

untuk menerapkannya sesuai standar internasional. Guna memastikan bahwa Tata Kelola

Perusahaan diterapkan secara konsisten di seluruh lini dan unit organisasi, Perseroan

menyusun berbagai acuan sebagai pedoman bagi seluruh karyawan. Selain acuan yang

disusun sendiri,  Perseroan juga mengadopsi peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam hal penerapan prinsip GCG harus disadari bahwa penerapan Tata Kelola

Perusahaan yang baik hanya akan efektif dengan adanya asas kepatuhan dalam kegiatan

bisnis sehari-hari, terlebih dahulu diterapkan oleh jajaran manajemen dan kemudian diikuti

oleh segenap karyawan. Melalui penerapan yang konsisten, tegas dan berkesinambungan dari

seluruh pelaku bisnis. Dengan pemberlakukan Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas akankah implementasi GCG di Indonesia akan terwujud ? Hal ini

tergantung pada penerapan dan kesadaran dari perseroan tersebut akan pentingnya prinsip

GCG dalam dunia usaha.

STUDI KASUS

(ETIKA BISNIS TAK BERJALAN DI INDONESIA: ADA APA DALAM CORPORATE

GOVERNANCE?)

Dalam studi kasus ini akan membahas berbagai kendala penerapan konsep CG

(Corporate Governance) di Indonesia, dari sudut pandang etika bisnis. Bagian pertama

Page 22:  · Web viewHal ini diwujudkan melalui pembentukan ‘Komite Nasional Mengenai Kebijakan Corporate Governance’ melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekuin tahun …

meninjau ulang makna/pengertian konsep CG. Bagian kedua membahas perkembangan

konsep CG berkaitan dengan pandangan umum mengenai pelaksanaan CG di Indonesia.

Berbagai kendala penerapan CG di Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan etika bisnis,

dibahas pada bagian berikutnya, dan diakhiri dengan bagian penutup.

Berbagai isu yang berhubungan dengan Corporate Governance - disingkat CG- menjadi

populer di Indonesia di penghujung abad ke-20, tepatnya setelah terjadinya krisis ekonomi

dalam bulan Juni 1997. Isu semacam itu menguat kembali setelah runtuhnya beberapa

raksasa bisnis dunia seperti Enron and WorldCom di AS1, dan tragedi jatuhnya HIH dan One-

tel di Australia pada permulaan abad ke 21. Isu CG semakin gempar setelah berbagai

lembaga keuangan multilateral, seperti World Bank dan ADB mengungkap bahwa penyebab

krisis keuangan yang melanda berbagai negara, terutama di Asia, tak lain adalah buruknya

pelaksanaan Corporate Governance. Dalam hal ini, Indonesia merupakan negara yang paling

menderita serta paling lambat bangkit dari dampak tersebut (ADB 2000). Di Indonesia, krisis

ekonomi ini telah berkembang dan bersifat multi dimensi, karena diikuti krisis politik serta

berbagai masalah dalam negeri lainnya.

Hal ini diperparah oleh lemahnya mekanisme berbagai institusi penyangga sistem

perekonomian negara. Keadaan menjadi semakin parah karena rendahnya kadar penegakan

hukum sebagai benteng terakhir yang diharapkan dapat menjamin tegaknya aturan dan

berjalannya sistem yang ada. Apalagi, larinya modal dalam negeri ke negara lain (capital

flights) sangat besar jumlahnya, sehingga secara teknis menyebabkan Indonesia dianggap

bangkrut. Dalam kondisi demikian, tidak mengherankan bila lembaga keuangan terbesar di

dunia (IMF) datang menawarkan program penyelamatan ekonomi kepada Indonesia.

Lembaga ini mensyaratkan adanya perbaikan serta peningkatan praktik CG di Indonesia

(Kurniawan & Indriantoro 2000). Letter of intent yang ditandatangani pemerintah RI bersama

lembaga ini menjadi tonggak awal dimulainya reformasi sistem CG nasional secara legal-

formal2. Hal ini diwujudkan melalui pembentukan ‘Komite Nasional Mengenai Kebijakan

Corporate Governance’ melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekuin tahun 1999.

Pada tahun berikutnya, dihasilkan kode etik untuk pelaksanaan CG melalui ‘Code for Good

Corporate Governance’ (2000). Namun demikian, hingga tulisan ini selesai, penerapan kode

etik itu belum bersifat wajib (mandatory) atau masih bersifat himbauan (optional) dan hanya

ditujukan pada perusahaan yang tercatat dipasar modal. Masalahnya sekarang, Corporate

Governance itu harus seperti apa.

KENAPA CORPORATE GOVERNANCE?

Page 23:  · Web viewHal ini diwujudkan melalui pembentukan ‘Komite Nasional Mengenai Kebijakan Corporate Governance’ melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekuin tahun …

Dari paparan di atas, pertanyaan paling mendasar yang muncul dari kalangan umum

adalah; kenapa berbagai praktik yang dilakukan perusahaan (corporate) berhubungan dengan

krisis ekonomi-nasional secara menyeluruh. Salah satu alternatif jawaban atas pertanyaan ini

dapat dilihat dari sudut pandang organisasi sebagai sebuah sistem. Fenomena ini dapat

diamati melalui pemahaman bahwa sebuah sistem terdiri dari berbagai komponen (sub-

system) seperti “perusahaan” dan kelembagaan (institusi) lainnya yang akan berinteraksi di

dalam sistem tersebut. Sebagaimana kutipan yang disajikan di awal tulisan ini, Adam Smith

mengibaratkan sistem ini melalui permainan papan catur besar. Setiap bidak yang berada di

papan permainan mempunyai fungsi/peranan serta aturan main (motion) yang berbeda-beda.

Misalnya, fungsi serta aturan main bidak ‘gajah’ dengan ‘kuda’ adalah berbeda, dan pemain

berperan untuk menjaga agar semua bidak berfungsi/berperan dan berjalan sesuai dengan

aturan mainnya, sehingga permainan dapat dilaksanakan secara baik. Sebagai sebuah sistem,

permainan akan menjadi lancar dan menarik, jika semua komponennya berjalan sesuai

dengan fungsi atau peranannya dan berinteraksi secara harmoni. Sebaliknya, jika bidak dan

pemain tidak mengikuti aturan main yang ditetapkan, akan terjadi kekacauan (disorder)

dengan akibat tidak tercapainya tujuan permainan yang diinginkan. Pada intinya, sistem

adalah adalah kesatuan antar komponen sehingga bila satu komponen berjalan menyimpang,

maka system akan menjadi kacau.

Dari metafora di atas, jelas bahwa CG sebenarnya merupakan suatu sistem, yang

terdiri dari berbagai perangkat/kelembagaan serta aturan main (code of conduct) dan hukum

yang dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan (cheks and balances) agar sistem dapat

bekerja secara optimal. Secara umum, CG dapat dibedakan dengan fenomena manajemen

lainnya melalui pemahaman istilah sederhana berikut. Manajemen dapat diartikan sebagai

suatu mekanisme yang akan menjamin bahwa segala sesuatu “dilakukan secara benar” (doing

things right) atau manajemen berhubungan dengan aktivitas manages the “things” (Takala

1998). Sementara CG adalah mekanisme untuk “melakukan sesuatu yang benar, secara

benar” (doing the right things right), dengan penekanan makna pada “the right things”.

Melalui pembedaan yang sangat mendasar ini, terlepas dari setuju atau tidaknya seseorang,

pembelajaran yang bisa dipetik dalam hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Konsep

manajemen, merupakan hal yang sudah dikenal, diterapkan untuk jangka waktu panjang dan

berkembang secara pesat. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, berbagai teknik manajemen

telah menjadi semakin canggih dan variatif.

Tetapi konsep ini dianggap belum mampu menjawab pertanyaan; kenapa dengan

manajemen yang canggih sekalipun, perusahaan kelas dunia seperti Enron bisa runtuh? Salah

Page 24:  · Web viewHal ini diwujudkan melalui pembentukan ‘Komite Nasional Mengenai Kebijakan Corporate Governance’ melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekuin tahun …

satu kelemahan dari konsep ini adalah tidak dipisahkannya prinsip yang “benar” dengan yang

“salah” sebelum dilakukan (do) secara “benar”. Artinya, terlepas dari apakah sesuatu hal itu

“benar” atau “salah” semuanya dikerjakan “secara benar” atau telah sesuai dengan prosedur.

Dalam kasus Enron, misalnya, pengelola perusahaan melalui teknik yang canggih dan

meng(make-up) sedemikian rupa terhadap kinerja usaha perusahaan sehingga mampu

menutupi kondisi perusahaan yang sebenarnya.

Dibalik hal tersebut, sebagaimana terbukti belakangan, keadaan internal perusahaan

ini jauh dari kondisi sehat (Zandstra 2002). Berbeda dengan konsep ini, CG memberikan

penekanan pada the right things sebelum dikerjakan secara benar. Berkaitan dengan ini hal

yang paling mendasar adalah sebelum memutuskan atau melakukan sesuatu perlu

dipertimbangkan apakah hal tersebut “benar” (right) atau “salah” (wrong) sebelum dilakukan

(do) dengan “benar”. Dengan demikian, konsep CG sama sekali tidak berlawanan dengan

konsep manajemen, tetapi lebih bersifat saling mendukung satu sama lainnya.

Tegasnya, melakukan “sesuatu secara benar” adalah penting, tetapi memutuskan apakah yang

akan dilakukan itu adalah “sesuatu yang benar” merupakan hal yang lebih penting. Adalah

sesuatu yang mudah diucapkan namun sulit untuk dilakukan jika kita berbicara mengenai

kriteria suatu dikotomi antara sesuatu yang “benar” dengan “salah”. Menurut penulis, hal ini

lebih bermuara kepada masalah moralitas, dan dalam konteks CG, aplikasi dari dikotomi ini

berkaitan dengan etika bisnis individu yang berada di dalam sebuah sistem (akan dibahas

lebih detail pada bagian kendala penerapan CG).

DAFTAR PUSTAKA

http://www.transparansi.or.id/tentang/good-governance/

http://blog.umy.ac.id/stratasatu/2012/06/30/penerapan-konsep-good-governance-dalam

proses-manajemen-perkotaan/

Page 25:  · Web viewHal ini diwujudkan melalui pembentukan ‘Komite Nasional Mengenai Kebijakan Corporate Governance’ melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekuin tahun …

http://beritagratis.blogspot.com/2009/10/penerapan-good-governance-di-indonesia.html

http://www.transparansi.or.id/tentang/good-governance/

Miko Kamal, Undang Undang PT dan Harapan Implementasi GCG, www.alf.com, 2008

Sita Supomo, Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Prinsip GCG,

www.worldbank.org

http://id.wikipedia.org/wiki/Good_Governance

http://www.seputarindonesia.com/edisicetak/index2.php?

option=com_content&task=view&id=257847&pop=1&page=0 (Reformasi Birokrasi dan

Pembangunan Ekonomi)

Sebagian dikutip dalam buku Yeremias T. Keban. 2008. Enam Dimensi Strategis Administrasi

Publik. Yogyakarta : Gava Media