pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di indonesia dapat diwujudkan melalui peningkatan investasi dan...
TRANSCRIPT
Bab I
Pendahuluah
Assalamua’laikum wr.wb
Dalam pembangunan ekonomi Negara – Negara sedang berkembang termasuk Indonesia,
pengangguran semakin bertambah jumlahnya lapangan kerja semakin sempit SDM tenaga
kerja yang tidak memenuhi persyaratan untuk masuk dalam lapangan kerja. Tinggakt
pengangguran suatu Negara sangat berdampak pada pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi suatu Negara. Semakin tinggi tinggakat pengannguran maka akan berdampak pada
pendapatan perkapita.
Selain pemerintah, swasta juga punya andil dalam pembangunan dan pertumbuhan
perekonomian suatu Negara terutapa peran swasta yaitu dengan investasi dan membuka
lapangan kerja. Anggaran pemerintah sangat berpengaruh pada kondisi perekonomian.
Anggaran pemerintah dapat berpengaruh pada tingkat output. Pengaruhnya tergantung pada
pengaruh anggaran terhadap sector swasta. Pengaruh anggaran pemerintah terhadap sektor
swasta dapat bersifat substitusi atau komplemnenter. Anggaran pemerintah yang bersifat
substitusi dengan swasta jika in vestasi poemerintah bersaing dengan investasi swata.
Anggaran pemerintah dapat bersifat komplementer denagn sektor swata apabila investasi
pemerintah digunakan dalam pembangunan infrastruktur fisik maupun nonfisik. Hal ini
akan meninggkatkan Ekonomies Of Scale melaului perluasan pasar yang selanj utnya akan
meningkatkan keuntungan sektor swasta.
Investasi pemerintah juga akan meningkatkan pendapatan secara langsung maupun tidak
langsung melalui multiplier effect, sehingga sektor swasta akan terdorong untuk melakukan
investasi karena keuntungan diperoleh akan meninggkat sejalan dengan peningkatan pada
pemerintah pada permintaan terhadap barang akhir.
Maka dengan investasi dan perluasan pasar akan meningkatkan pembangunan dan
pertumbuhan perekonoian yang lebih baik.
1
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pembanguan ekonomi Negara – Negara sedang berkembang, yang semakin bertambah
jumlahnya merupakan masalah yang lebih tumit dan lebih serius dari masalah perubahan
dalam distribusi pendapatn yang kurang menguntungkan penduduk yang berpendapatan
terendah.
Negara – Negara sedang berkembang seperti Indonesia peranan pemerintah masih tergolong
besar. Anggaran pemerintah tergolong sangat mempengaruhi perekonomian. Anggaran
pemeritah dapat mempengaruhi tingakt output. Pengaruhnya tergantung terhadap anggaran
terhadap sektor swata. Pengaruh anggaran pemerintah terhadap sektor swata yang bersifat
substitusi. Anggaran pemerintah yang bersifat substitusi dengan sector swata jika investasi
pemerintah bersaing dengan sektor swasta. Anggaran pemerintah dapat bersifat substitusi
dengan sektor swasta apabila investasi pemerintah digunakan dalam pembangunan
infrastruktur fisik maupun non fisik. Hal ini akan meningkatakan Economies Of Scale mulai
dengan perluasan pasar selanjutnya akan meningklatkan keuntungan swata.
Investasi pemerintah juga dapan meningkatkan secara langsung maupun tidak langsung
melalui multiplier effect, hingga sektor swata akan terdorong untuk melakukan investasi
karena keuntungan yang diperoleh akan meingkat sejalan dengan peningkatan pada
permintaan terhadap barang akhir.
Investasi merupakan suatu komponen yang penting dalam menetukan GNP. Investasi
memiliki peranan yang sangat penting dalam permintaan agregat. Biasanya perluasan
investasi memiliki sifat yang sangat tidak stabil sehingga sering mengalami fluktuasi yang
menyebabkan terjadinya resesi. Investasi dan perluasan pasar sangat penting bagi
pertumbuhan ekonomi dan perbaikan dalam produktivitas tenaga kerja . Pertumbuhan
ekonomi sangat tergantung pada tenaga kerja dan jumlah capital. Investasi akan menanbah
jumlah (stock) dari capital. Tanpa investasi maka tidak aka ada pabrik, masin – masin baru
dan dengan demikian tidak ada ekspansi.
Dalam kaitanya dengan stabilisasi untuk mengatasi akibat buruk dari adanya fluktuasi
investasi maka rumusan masalah yang diambil adalah bagaimanakah pengaruh tingkat
investasi publik, suku bunga domestic rill, inflasi domestic, beban hutang luar negeri dan
produk domestic bruto terhadap tingkat investasi swasta di investasi.
2
Bab II
pembahasan
1. Pembangunan Ekonomi
A. Pengertian Pembangunan Ekonomi
Pada umumnya setiap orang tentu menginginkan keadaan yang lebih baik dari
keadaannya sekarang, untuk semua aspek kehidupannya. Meskipun demikian pengertian
kehidupan yang lebih baik ini mungkin sekali akan berbeda-beda pada setiap orang.
Perbedaan ini merupakan refleksi dari perbedaan dalam kebutuhannya masing-masing.
Sebagai contoh, orang yang telah memiliki rumah tinggal yang memadai dan tingkat
konsumsi yang cukup, mungkin ingin memperbaiki kehidupannya dengan memiliki alat
transportasi yang baik dan nyaman untuk keluarganya. Sebaliknya bagi keluarga yang
masih belum mampu memenuhi kebutuhan pangan mereka sehari-hari, perbaikan yang
dinginkan adalah berupa kecukupan pangan bagi mereka sekeluarga.
Setiap orang dengan caranya masing-masing tentu ingin mendayagunakan segala
sumberdaya, aset, dan kemampuannya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Limpahan sumberdaya yang diterima (resource endowment), jumlah aset yang dikuasai,
dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang dan setiap golongan masyarakat tidaklah
sama. Ini akan berimplikasi pada kemampuan orang atau golongan masyarakat tersebut
untuk mencapai tujuan mereka dalam rangka memperbaiki aspek-aspek kehidupannya.
Sesungguhnya usaha untuk menerapkan kemampuan dalam pengelolaan sumberdaya dan
aset yang dimiliki untuk mencapai keadaan yang lebih baik adalah merupakan aktifitas
pembangunan. Kemampuan mengelola, ketersediaan sumberdaya, dan jumlah aset yang
dimiliki dengan demikian merupakan tiga faktor utama yang menentukan keberhasilan
pelaksanaan pembangunan. Semakin tinggi kemampuan mengelola akan membuat
semakin banyak alternatif-alternatif yang dapat dikembangkan untuk melaksanakan
pembangunan. Demikian juga dalam hal sumberdaya, semakin banyak sumberdaya yang
dikuasai dan semakin besar tingkat penguasaan terhadap sumberdaya tersebut, akan
semakin besar pula peluang pembangunan yang dilaksanakan akan berhasil dengan lebih
baik. Dalam hal jumlah aset, kecenderungannya adalah bahwa semakin banyak aset yang
3
dikuasai (misalnya dukungan infrastruktur, sarana, dan prasarana) akan semakin mudah
mewujudkan rencana dalam pelaksanaan pembangunan.
Pengertian kemampuan di atas mencakup kemampuan dalam hal penguasaan ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan teknologi. Untuk setiap aktifitas pembangunan mulai
dari yang paling sederhana, misalnya aktifitas nelayan kecil mengail ikan, sampai
aktifitas pembangunan yang kompleks misalnya usaha negara-negara anggota Uni Eropa
untuk membangun suatu sistem perekonomian yang akan memperkuat posisi mereka
dalam relasi perdagangan international, semuanya membutuhkan kemampuan dalam tiga
aspek tersebut di atas.
Untuk mengail ikan nelayan memerlukan pengetahuan sederhana tentang perlengkapan
pancing, jenis umpan yang dapat digunakan, dan lokasi yang kemungkinan banyak
ikannya. Nelayan ini juga memerlukan keterampilan untuk mengangkat pancing,
sehingga ikan yang telah mematuk umpan tidak sampai terlepas. Nelayan ini juga
menerapkan teknologi sederhana bagaimana matakail dibuat dan digunakan agar dapat
membantu meningkatkan produktifitasnya dalam mengail. Demikian juga halnya dengan
kolaborasi negara-negara anggota Uni Eropa. Mereka memerlukan ilmu pengetahuan
dalam bidang ekonomi dan perdagangan international, sehingga dapat memformulasikan
sistem transaksi yang dapat diandalkan (reliable). Mereka memerlukan keterampilan
negosiasi untuk mewujudkan maksud mereka, tidak saja agar diterima oleh negara-
negara anggota, melainkan juga untuk sosialisasi rencana dan program mereka agar tidak
mendapatkan tantangan dari negara-negara lain di dunia. Mereka juga memerlukan
teknologi pendukung untuk mewujudkan maksud mereka, misalnya berupa teknologi
monitoring dan komunikasi yang sangat penting bagi keberlangsungan proyek mereka.
Sumberdaya untuk pembangunan umumnya dibedakan atas:
sumberdaya alam (natural resources),
sumberdaya manusia (human resources),
sumberdaya modal (capital), dan sumberdaya berupa teknologi. Modal dan teknologi
sering juga digolongkan sebagai sumberdaya buatan (man made resources).
Sumberdaya alam meliputi misalnya lahan, bahan tambang (minyak, batu bara), hutan
dan sebagainya.
4
Dalam aktifitas pembangunan beberapa ahli percaya bahwa berbagai jenis sumberdaya
tersebut berbeda-beda kedudukannya, sesuai dengan kontribusinya masing-masing
terhadap aktivitas pembangunan. Keterbatasan pemilikan lahan bukan faktor yang
sifatnya kritis yang menyebabkan kemiskinan. Faktor kritis (critical factor) penyebab
kemiskinan adalah rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Peningkatan kualitas
populasi dan investasi pendidikan sangat penting untuk upaya-upaya pembangunan dan
pengentasan kemiskinan di suatu wilayah.
Dalam faktor-faktor penentu keberhasilan pembangunan, sumberdaya manusia bersama-
sama teknologi dipisahkan dari kelompok sumberdaya, dan digolongkan dalam kelompok
lain yang lebih kritikal dari sumberdaya dan aset, yaitu kemampuan mengelola. Kualitas
sumberdaya manusia yang baik bila dipadukan dengan kemampuan dan penguasaan
teknologi yang maju akan memberikan peluang yang lebih besar bagi seseorang atau
sekelompok masyarakat untuk menemukan alternatif pendayagunaan sumberdaya dan
aset yang dimilikinya secara lebih efisien sehingga hasil yang dicapai menjadi lebih
optimal.
Jumlah aset yang dimiliki sebelumnya (initial assets) merupakan faktor yang
menentukan keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Dengan pemilikan aset yang lebih
baik, individu atau kelompok masyarakat tertentu akan memiliki peluang yang lebih baik
dan kemudahan yang lebih banyak dalam pelaksanaan pembangunan. Selanjutnya hasil
pembangunan dapat berkontribusi pada pembentukan aset yang lebih baik. Kenyataan
inilah yang melatarbelakangi munculnya problema lingkaran setan kemiskinan (vicious
circle of poverty).
Orang-orang miskin umumnya tidak memiliki aset yang baik dan kemampuan mereka
sangat terbatas. Meskipun sumberdaya di sekitar mereka kadangkala melimpah, tapi
penguasaan mereka terhadap sumberdaya tersebut sangat terbatas. Konsekuensinya,
dalam upaya dan aktifitas pembangunan yang mereka laksanakan mereka menjadi jauh
tertinggal, dibandingkan kelompok masyarakat lain yang mempunyai kemampuan, aset
dan pengusaan sumberdaya yang lebih baik. Kondisi ini terus berlanjut berjalan ke arah
pelebaran gap kaya miskin, karena yang kaya akan semakin kaya karena hasil
pembangunan mereka lebih baik, sementara yang miskin akan semakin tertinggal karena
pembangunan yang dijalankannya berjalan jauh lebih lambat.
5
Aktifitas pembangunan ini dapat dilakukan oleh seorang individu, sekelompok
masyarakat, sebuah komunitas masyarakat dalam suatu wilayah propinsi, negara atau
bahkan juga komunitas international. Dalam pembangunan yang dilaksanakan oleh
sekelompok masyarakat atau kumpulan komunitas yang lebih luas, secara umum
cenderung mempunyai kekuatan yang lebih besar dan karenanya juga memiliki implikasi
yang lebih luas. Hal ini karena dalam aktifitas pembangunan mereka kemampuan, aset
dan sumberdaya dipadukan. Meskipun demikian sinkronisasi diperlukan dalam aktifitas
ini sehingga perbedaan yang ada di antara individu-individu anggota kelompok tersebut
tidak membesar dan berkembang menjadi konflik yang tidak menguntungkan bagi
aktifitas pembangunan.
Dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa setiap individu ingin perbaikan dalam
kehidupannya, dan bahwa keinginan individu-individu tersebut berbeda-beda tergantung
kebutuhannya masing-masing, maka tujuan pembangunan juga berbeda-beda. Aktifitas
pembangunan yang melibatkan lebih dari satu individu memerlukan suatu perekat untuk
mengkoordinasikan segenap aktifitas secara sinergis. Perekat tersebut lazimnya berupa
tujuan yang sama. Bila tujuan yang sama dapat diangkat menjadi tujuan bersama, maka
kemudian akan mudahlah melakukan koordinasi untuk memadukan segenap sumberdaya,
aset dan kemampuan yang dimiliki dalam kelompok tersebut untuk mencapai hasil
pembangunan yang optimal.
B. Tantangan Pembangunan
Menyikapi era perdagangan bebas ASEAN (AFTA) 2003, dimana terjadi persaingan
pasar yang tinggi antara negara-negara ASEAN, perlu kebijakan pemerintah Indonesia
dalam menjawab tantangan pembangunan di berbagai sektor, sehingga produk barang
dan jasa yang dihasilkan mampu bersaing dengan produk negara lain. Salah satunya
adalah pembangunan di sektor pertanian. Kebijakan pembangunan tersebut adalah untuk
menghasilkan produk pertanian dan perkebunan seperti industri agribisnis yang
menghasilkan produk pertanian handal dan berkualitas ekspor. Untuk itu diperlukan
pemberdayaan petani sebagai persiapan sumber daya petani profesional yang siap
bersaing dalam menghasilkan produk pertanian.
Tantangan utama pembangunan ekonomi nasional adalah bagaimana memberdayakan
masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama pengusaha kecil,
6
menengah dan koperasi, dengan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan. Sistem ini
mensyaratkan adanya partisipasi yang luas dari seluruh masyarakat, baik dalam proses
pembangunan ekonomi itu sendiri, maupun dalam menikmati hasil-hasilnya.
Tantangan pembangunan pertanian dalam menghadapi era agribisnis adalah kenyataan
bahwa pertanian Indonesia didominasi oleh skala kecil yang dilaksanakan oleh berjuta-
juta petani. Sebagian besar tingkat pendidikannya sangat rendah. Sebanyak 87% dari 35
juta tenaga kerja pertanian berpendidikan SD ke bawah, berlahan sempit, bermodal kecil
dan memiliki produktifitas yang rendah. Kondisi ini memberikan dampak yang kurang
menguntungkan terhadap persaingan di pasar global, karena petani dengan skala usaha
kecil itu pada umumnya belum mampu menerapkan teknologi maju yang spesifik lokasi.
Hal ini selanjutnya berakibat kepada rendahnya efisiensi usaha dan jumlah serta mutu
produk yang dihasilkan.
Secara garis besar kewenangan pemerintah pusat dalam bidang pembangunan pertanian
terbatas pada aspek pengaturan, penetapan standar, pedoman dan norma. Dalam UU No.
22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah pada pasal 7, ayat 2 disebutkan bahwa
kewenangan pemerintah pusat meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional secara
makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga
perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia,
pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi yang strategis, konservasi dan
standarisasi nasional.
Dampak globalisasi yang utama adalah berlakunya liberalisasi perdagangan,
perkembangan IPTEK yang amat cepat dalam kemajuan di bidang komunikasi yang
menyebabkan makin mudah keluar masuknya informasi antar negara. Hal ini juga
berpengaruh pada kebijakan pembangunan pertanian.
Telah diketahui umum bahwa walaupun sudah ada usaha-usaha nyata dari pihak bangsa-
bangsa sedang berkembang sendiri maupun dari pihak negara donor, dan walaupun
terjadi tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi di negara sedang berkembang, kemiskinan
penduduk terus meningkat secara mutlak. Situasi ini ditandai dengan keadaan gizi yang
sangat tidak stabil dan terus menerus kekurangan dalam mencukupi kebutuhan penduduk
yang terus meningkat. Selain itu juga ditandai oleh adanya pengangguran dan
7
kekurangan pekerjaan yang menimpa para pencari kerja yang jumlahnya terus bertambah
dan juga akibat terjadinya marginalisasi sosial-ekonomi masyarakat desa serta kota.
Jumlah penduduk yang harus puas dengan penghasilan yang pas-pasan, bahkan di bawah
minimun, sebenarnya terus bertambah. Namun ini baru merupakan salah satu dari
permasalahan sebenarnya. Disisi lain, polaritasi yang menonjol antara “yang miskin” dan
“yang kaya” telah terjadi pada beberapa tingkatan kehidupan. Misalnya antara bangsa
maju dengan bangsa sedang berkembang, antara wilayah yang lebih maju dengan
wilayah terkebelakang dalam suatu negara, dan akhirnya antara beberapa strata sosial
dan seterusnya ke bawah sampai ke tingkat desa.
Kebanyakan negara dapat menyelesaikan hal-hal yang potensial dalam melaksanakan
program pembangunan pedesan ini. Masalahnya adalah apakah mereka akan dapat
mengarahkan seluruh kekuatan potensial ini dengan cepat tanpa menimbulkan terlampau
banyak akibat sosial dan politik. Dimana-mana telah tumbuh perasaan rakyat akan
keadilan, persamaan sosial dan batas kemiskinan yang masih dapat diterima.
Pembangunan ekonomi memerlukan stabilitas politik pada keadaan tertentu. Akan tetapi
banyak negara menghadapi bahaya kegelisahan politik yang cukup besar sebagai akibat
dari ketidakpuasan rakyat. Dimana masa lalu kegelisahan semacam ini sering menjadi
masalah penduduk kota. Kini hal tersebut bisa juga terjadi di daerah pedesaan, tempat
kesadaran politik semakin tumbuh. Penduduk pedesaan tidak lagi mau diam menerima
penyelewengan-penyelewengan bantuan pembangunan dibandingkan dengan sektor
industri perkotaan.
Ternyata kebanyakan negara sektor pedesaan tidak cukup dipersiapkan untuk
melaksanakan tugas berat ini. Memang sekarang ini masalah pertanian lebih mendapat
perhatian, tetapi kekurangan sumber daya manusia dan modal, kondisi struktur sosial dan
peraturan tanah serta kelemahan administrasi, telah menghambat berlangsungnya
terobosan pembangunan secara besar-besaran. Konsep-konsep pembangunan pedesaan
mulai dari paket-paket pembangunan masyarakat dan pendekatan pembangunan
pedesaan terpadu sampai dengan konsepsi kebutuhan dasar di masa lalu ternyata bukan
merupakan alat yang secara umum efektif dan layak.
8
Program pembangunan nasional diorientasikan pada masalah penanggulangan
kemiskinan, tenaga kerja di pedesaan, ketahan pangan, pemberdayaan pengusaha kecil
menegah dan koperasi. Pembangunan di bidang pertanian diarahkan pada peningkatan
produktivitas pangan yang meliputi padi, palawija dan hortikultura yang dilakukan
melalui intensifikasi, diversifikasi, rehabilitasi dan ekstensifikasi. Pada dasarnya
pembangunan pertanian adalah merupakan bagian dari pembangunan ekonomi, yaitu
suatu proses atau kegiatan manusia untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
petani.
Pembangunan sektor pertanian menjadi sangat strategis mengingat sumber daya manusia
yang berada di sektor ini cukup banyak. Dengan kata lain, pembangunan-pembangunan
di sektor ini mempunyai dampak yang luas terhadap pengentasan kemiskinan, perbaikan
kualitas sumber daya manusia, pemerataan pembangunan dan keadilan sosial.
Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting
karena selain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, juga merupakan sektor
andalan penyumbang devisa negara di sektor non migas. Besarnya kesempatan kerja
yang dapat diserap dan besarnya jumlah penduduk yang masih tergantung pada sektor ini
memberikan arti bahwa di masa mendatang sektor ini masih perlu ditumbuhkembangkan.
C. Ukuran Keberhasilan Pelaksanaan Pembangunan
Ukuran keberhasilan pembangunan idealnya harus ditentukan berdasarkan dimensi
pembangunan, yakni tergantung kepada fokus dan orientasi pembangunan yang
dilaksanakan dan dimensi mana yang lebih menjadi perhatian bersama bagi:
1) Pengambil keputusan (Decision maker)
2) Perencana (planner) sebagai perencana dan perancang (berbagai aktifitas
pembangunan, tujuan dan targetnya serta pelaksanaannya),
3) Pelaksana pembangunan itu sendiri sebagai pihak yang menjalankan atau sering
disebut juga sebagai agen pembangunan,
4) Masyarakat yang menjadi sasaran pembangunan.
9
Dimensi yang menjadi perhatian ini kemudian diberikan indikator. Indikator-indikator
dari berbagai dimensi pembangunan inilah yang kemudian dijadikan tolok ukur atau
ukuran keberhasilan pelaksanaan pembangunan.
Secara teori semua kelompok dimensi pembangunan yang telah dikemukakan terlebih
dahulu, dapat dicarikan indikator-indikatornya dan kemudian dipergunakan sebagai
ukuran keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Meskipun demikian, dalam
kenyataannya berbagai pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan di
berbagai tingkatan menerapkan ukuran dan indikator yang berbeda-beda untuk
menunjukkan tingkat keberhasilan pelaksanaan pembangunan.
Pengukuran keberhasilan pembangunan harus melewati dua tahap, yaitu:
(1) Tahapan identifikasi target pembangunan, dan
(2) Tahapan aggregasi karakteristik pembangunan
Tahapan identifikasi target pembangunan diperlukan agar dapat menentukan secara
jelas siapa yang akan menikmati hasil pelaksanaan pembangunan dan bagaimana
upaya-upaya yang dapat dilakukan agar hasil pembangunan tersebut benar-benar
dinikmati oleh mereka yang berhak. Sedangkan tahapan aggreasi karakteristik
pembangunan diperlukan untuk menjaga agar ketika skala kegiatan pembangunan
diperluas, target yang dituju tetap memenuhi karakteristik dan kriteria yang telah
ditetapkan pada tahap identifikasi.
Ravalion and Datt (1996) menyarankan agar dapat diperoleh ukuran keberhasilan
pembangunan yang lebih peka, maka faktor-faktor berikut perlu diperhitungkan,
yaitu:
(1) pengeluaran real setiap orang dewasa,
(2) akses kepada barang yang tidak dipasarkan,
(3) distribusi intra rumah tangga dan
(4) karakteristik personal.
10
Pengeluaran real merupakan indikasi yang lebih akurat dari kemampuan seseorang
untuk memenuhi kebutuhannya. Pengeluaran real lebih mendekati kepada pengertian
disposable income, yaitu pendapatan bersih setelah diperhitungkan berbagai pajak
dan penyusutan-penyusutan. Akses kepada barang yang tidak dipasarkan perlu untuk
merepresentasikan seberapa jauh fasilitas pelayanan publik dapat menjangkau
masyarakat, baik fasilitas publik tersebut berupa infrastruktur, sarana maupun
prasarana untuk berbagai jenis kegiatan dan aktifitas pembangunan masyarakat.
Kalau kita memperhatikan kelaziman pemakaiannya, maka ukuran pembangunan
yang didasarkan pada dimensi ekonomi merupakan jenis yang paling luas
dipergunakan di berbagai bagian dunia. Ukuran ini terutama dalam bentuk pendapatan
dengan berbagai variasi dan turunannya, seperti produk domestik bruto (PDB),
pendapatan nasional, pendapatan wilayah, pendapatan perkapita, pendapatan rumah
tangga, distribusi pendapatan, tingkat investasi, tingkat dan nilai ekspor maupun
impor dan seterusnya.
Variasi yang lain dari ukuran pembangunan tipe ini adalah dengan pendekatan
pengentasan kemiskinan, yakni bahwa keberhasilan pembangunan diukur dengan
seberapa jauh upaya-upaya pembangunan dapat mengentaskan kemiskinan. Secara
garis besar problema kemiskinan dapat dibedakan atas dua jenis, yakni kemiskinan
absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut biasanya dinyatakan dengan
tingkatan tertentu yang harus dipenuhi atau diperlukan untuk dapat menjalankan
hidup secara layak. Tingkatan ini lazim dikenal dengan garis kemiskinan. Ukuran
yang dipakai sebagai garis kemiskinan ini berbeda-beda, tergantung sudut pandang
dan fokus penelaahan yang bersangkutan. Sedangkan kemiskinan relatif adalah
keadaan kekurangan yang dikenali setelah melakukan perbandingan dengan
mendasarkan pada suatu dimensi yang sama, misalnya dimensi daerah, dimensi
sektor, dimensi negara dst. Kemiskinan absolut berhubungan dengan besarnya
pendapatan yang diperoleh, sedangkan kemiskinan relatif berhubungan dengan
distribusinya.
Di Indonesia, beberapa jenis ukuran keberhasilan pembangunan yang banyak
digunakan adalah:
11
1) Berdasarkan pendapatan dan nilai produksi, seperti: PDB, pertumbuhan ekonomi,
pendapatan perkapita, dan distribusi pendapatan.
2) Berdasarkan investasi: tingkat investasi, jumlah PMA (Penanaman Modal Asing)
dan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri), dan jumlah FDI (Foreign Direct
Investment) yaitu investasi langsung oleh pihak asing.
3) Berdasarkan kemiskinan dan pengentasannya: jumlah penduduk miskin, garis
kemiskinan Sayogyo yang diadopsi oleh BPS (setara beras 320 kg di desa dan 480
di kota), tingkat kecukupan pangan (2100 kilokalori intake), tingkat kecukupan 52
jenis komoditas pangan, tingkat pemenuhan kebutuhan dasar sembilan bahan
pokok (BPN), Poverty Gap dan Severity Index, serta metode RAO (16 kg beras
dikali 1,25 kemudian dibagi dengan rata-rata rasio pangan terhadap pengeluaran
total).
4) Berdasarkan keadaan sosial kemasyarakatan dan kelestarian lingkungan: tingkat
pendidikan (untuk berbagai level dan kombinasinya), tingkat kesehatan (meliputi
kesehatan ibu dan anak dan akses kepada fasilitas hidup yang sehat), tingkat dan
kualitas lingkungan (meliputi tingkat pencemaran berbagai aspek, tingkat
keruasakan hutan, tingkat degradasi lahan dan seterusnya.
Dalam pengukuran keberhasilan pembangunan ini ada ukuran single dimension (dimensi
tunggal) dan adapula yang multi dimension (dimensi ganda). Dimensi tunggal adalah
ukuran pembangunan yang hanya memperhatikan satu dimensi pembangunan saja dalam
penyusunan indikatornya, sedangkan dimensi ganda adalah ukuran keberhasilan
pembangunan yang indikator-indikatornya memadukan berbagai dimensi secara integral.
Contoh ukuran keberhasilan pembangunan multi dimensi adalah indikator
pembangunan manusia atau Human Development Index (HDI) dari World Bank.
Indikator-indikator yang digunakan dalam HDI adalah: tingkat harapan hidup bayi,
tingkat literasi orang dewasa, rasio partisipasi sekolah dasar dan lanjutan dan PDB per
kapita. Indikator-indikator ini masing-masing diberikan indeks dan selanjutnya
digabungkan menjadi indeks pembangunan manusia
12
D. Kebijakan investasi Mempengaruhi Pembangunan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah bagian dari pembangunan sebuah Negara, bias dikatakan
sebagai salah satu indicator penting untuk menjelaskan bahwa suatu Negara itu mampu
secara financial atau sejahtera. Keberhasilan tidak akan terlihat tanpa adanya hasil riil
berupa pertumbuhan dari sesuatu yang dibangun oleh pemerintah di bidang ekonomi,
begitu juga tanpa pertumbuhan ekonomi maka pembangunan suatu negara tidak akan
berjalan sebagaimana mestinya. Pada kondisi ini, pertumbuhan ditandai dengan
masuknya dana kedalam sisitem ekonomi suatu Negara.
Begitu juga dengan pengalaman Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini sesudah
terjadinya masa krisis ekonomi pada tahun 1998. Kondisi tersebut bukan hanya merusak
sistem ekonomi yang terbangun selama dekade sebelumnya tetapi juga aspek lain seperti
politik, hukum, dan pemerintahan. Kita dihadapkan pada banyak pilihan yang sebenarnya
tidak mengijinkan kita memilih atas kehendak dan keinginan sendiri. Kondisi ini
menandakan bahwa posisi tawar kita tidak menguntungkan baik secara internal maupun
eksternal. Secara sederhana, Indonesia memerlukan dan dan dukungan finansial yang
besar untuk bisa membangun kembali apa yang sudah hancur dan mempertahankan yang
masih ada.
Sejumlah pemikiran untuk perbaikan pun sudah digulirkan, sampai akhirnya pemerintah
mengambil pilihan untuk memberikan sebagian hak dan wewenang tersebut kepada
lembaga-lembaga finansial internasional dan sejumlah negara lain. Sebenarnya apa yang
dibutuhkan? Sederhana, Indonesia memerlukan ‘dana baru’ dalam bentuk investasi.
Mengapa harus investasi? Karena secara perhitungan ekonomi saat itu Indonesia tidak
mempunyai ‘saving’ atau tabungan untuk meredam gejolak ekonomi saat itu. Oleh
karena itu, salah satu cara yang ditempuh adalah dengan bantuan lembaga finansial
internasional dan mengundang sejumlah investor untuk mulai menanamkan modalnya di
Indonesia.
Lantas, bila sejumlah dana sudah bisa ditarik masuk ke dalam dan kepercayaan terhadap
kondisi ekonomi Indonesia sudah pulih, apakah hal itu sudah menjadi bukti bahwa kita
sudah berada pada level yang aman? atau apakah status sebagai negara
miskin/terbelakang sudah lepas dari kita? ternyata tidak demikian, karena sejumlah
konsep mengatakan bahwa kesejahteraan sebuah negara tidak bisa hanya diukur dengan
13
jumlah dana yang terserap, peningkatan GDP, atau kurs mata uang yang menguat, tetapi
perubahan kehidupan masyarakatnya. Hal ini pun tidak bisa dinafikan.
Begitu pentingnya peran dan dukungan dari investasi terhadap kelanjutan pembangunan
dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia sangat disadari betul oleh pemerintah. Sebab
sejumlah proyek infrastruktur membutuhkan dukungan dana yang besar, bukan hanya
infrastruktur ekonomi tetapi juga infrastruktur bidang sosial dan kehidupan masyarakat.
Peran serta dan dukungan non materiil pun dibutuhkan, di semua level pemerintahan
pusat dan daerah, serta di semua level masyarakat kota dan pedesaan.
Permasalahan yang muncul kemudian adalah perubahan dan perbaikan tidak hanya bisa
digantungkan pada besarnya dana yang masuk tetapi juga kesiapan/kualitas internal.
Peran pemerintah baik pusat maupun daerah sangat penting, ‘nilai jual’ daerah terhadap
investor sangat ditentukan oleh kondisi daerah dan nasional. Kondisi yang dimaksud
adalah kualitas SDM pemerintah, manajemen pelayanan, kualitas masyarakat, fasilitas
dan kemudahan yang diberikan, serta stabilitas politik dan penegakan hukum.
Sinkronisasi arah dan kehendak dari pemerintah pusat dan daerah pun mutlak diperlukan.
Daerah dengan wewenang dan keinginannya pun tidak bisa dikesampingkan begitu saja,
sebaliknya peran pemerintah pusat pun sebagai koordinasi sentral pun perlu ditegaskan
kembali. Berdasarkan hal-hal diatas perlu kiranya untuk menyimak kembali kondisi
kebijakan investasi yang dijalankan oleh pemerintah selama ini, berkaitan dengan tujuan
perbaikan dan perubahan perekonomian Indonesia beserta sejumlah permasalahan yang
mengikutinya.
E. Konsep dan Tujuan Pembangunan Secara Umum
Arah dan tujuan suatu negara tidak bisa dilepaskan dari konsep pembangunan yang
dirancangnya. Istilah pembangunan tetap dan masih akan menjadi aspek penting dalam
merancang setiap kebijakan pemerintah. Konsep pembangunan yang dirancang
setidaknya bukan hanya menonjolkan keberhasilan ekonomi sebagai faktor yang
dominan tetapi juga memasukkan faktor lain yang tidak bisa diabaikan. Faktor-faktor
yang mendukung tersebut berupa perbaikan pada bidang pendidikan, pengurangan
tingkat kemiskinan, tingkat kesejahteraan dan kesehatan masyarakat, serta masih banyak
faktor lain.
14
Mudrajad Kuncoro setidaknya menjelaskan hal diatas sebagai apa yang disebut
‘indikator kunci pembangunan’. Selain itu pula proses pembangunan yang dijalankan
bukan hanya dilihat dari segi fisik (physical result) tetapi juga harus membawa sejumlah
perubahan (growth with change) yang sifatnya non material. Setidaknya ada 3 perubahan
yang perlu terjadi dalam proses pembangunan, yaitu perubahan struktur ekonomi
(misalnya dari pertanian kepada industri lalu ke bidang jasa), perubahan kelembagaan
(misalnya reformasi birokrasi dan SDM), dan perubahan kenaikan pendapatan perkapita
(GNP riil dibagi jumlah penduduk).
Indikator kunci yang dimaksud di atas adalah indikator ekonomi dan indikator sosial.
Beberapa variabel yang masuk dalam indikator ekonomi antara lain GNP perkapita dan
laju pertumbuhan ekonomi, sedangkan variabel dalam indikator social antara lain
Human Development Index dan (Physical Quality Life Index) Indeks Mutu hidup
Bahkan indicator-indikator ini digunakan sebagai acuan terhadap pengelompokkan
Negara tersebut dalam kaitannya dengan sistem ekonomi global.
Namun kenyataan yang terjadi tidak bisa disederhanakan dengan hanya mengandalkan
kedua indikator tersebut, sebab sebenarnya proses pembangunan yang berjalan bersifat
kompleks. Ada sejumlah permasalahan baru dan laten yang tidak bisa diselesaikan begitu
saja, bahkan untuk memetakan permasalahannya juga cukup sulit. Permasalahan tersebut
bisa berasal dari pemerintah sendiri sebagai pelaksana dan penggagas pembangunan,
juga dari sector swasta atau masyarakat sendiri. Bahkan dipercaya bahwa pembangunan
sudah gagal untuk bisa menjadi jawaban dalam memperbaiki permasalahan-
permasalahan laten seperti kemiskinan dan keterbelakangan.
Dikatakan bahwa pertumbuhan (pembangunan) semata tidak banyak menyelesaikan
persoalan dan kadang-kadang mempunyai akibat yang tidak menguntungkan.
BahkanTodaro mengatakan bahwa pembangunan adalah proses multidimensi yang
mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur social, sikap-sikap rakyat dan
lembaga-lembaga nasional, dan juga akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan
kesenjangan (inequality) dan pemberantasan kemiskinan absolut (Bryant,1989). Dapat
dimengerti bahwa pembangunan bukanlah konsep statis melainkan dinamis dan
merupakan proses tiada akhir.
15
Bila kita berkaca dari hal diatas, maka apa yang dialami oleh Indonesia tidak jauh
berbeda. Isu-isu yang diangkat seputar pembangunan yang dijalankan adalah
pengentasan kemiskinan, peningkatan daya beli dan pendapatan masyarakat, penurunan
tingkat pengangguran, dan hal-hal lainnya. Oleh karena itu sudah pasti bahwa pemerintah
perlu merancang konsep dan arah pembangunan apa yang menjadi pilihan kita kedepan.
Sejumlah pihak mengatakan bahwa konsep ekonomi kita berbeda dengan negara lain di
dunia. Kita mengenal adanya sistem ekonomi Pancasila, sebagian lagi memasukkan
istilah ekonomi kerakyatan. Namun semua itu pada prinsipnya bermuara pada
kepentingan dan perbaikan dalam kehidupan masarakat. Setidaknya ada beberapa
karakteristik dari ekonomi Pancasila atau pun kerakyatan tersebut yang diberikan oleh
penggagasnya. Dengan mengutip pendapat Mubyarto bahwa ciri dari sistem ekonomi
Pancasila adalah roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan ekonomi, social dan
moral, kehendak kuat untuk pemerataan, nasionalisme menjiwai setiap kebijaksanaan
ekonomi, koperasi merupakan sokoguru, dan imbangan yang tegas antara perencanaan di
tingkat nasional dan desentralisasi (Kuncoro,1997).
Saat ini kita mengetahui penjabaran konsep dan arah pembangunan melalui beberapa
kebijakan yang dijalankan pemerintah. Salah satu kebijakan yang ada tertuang dalam
peraturan perundang-undangan. Setidaknya ada dua peraturan perundang-undangan yang
mengatur bidang permbangunan secara makro yaitu UU Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Program Pembangunan nasional (Propenas) 2000-2004 dan UU Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Selain itu dapat dilihat dalam
peraturan perundang-undangan yang bersifat sektoral.
Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah sudah membuat RPJP (Rencana Pembangunan
Jangka Panjang) nasional, yang diharapkan nantinya itu akan menjadi arah dan acuan
bagi kebijakan pembangunan ke depan. RPJP tersebut kemudian direalisasikan kedalam
bentuk RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) nasional yang kemudian
diterjemahkan lagi menjadi RKP (Rencana Kerja Pemerintah) yang sifatnya tahunan.
Dalam Rancangan terakhirnya pemerintah melalui Bappenas sudah menyusun bebrerapa
hal pokok yang menjadi sasaran pembangunan ekonomi Untuk 20 tahun kedepan.
Sasaran tersebut adalah
16
Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh dimana pertanian (dalam arti luas)
dan pertambangan menjadi basis aktivitas ekonomi yang menghasilkan produk-
produk secara efisien dan modern, industri manufaktur yang berdaya saing global
menjadi motor penggerak perekonomian, dan jasa menjadi perekat ketahanan
ekonomi.
Pendapatan perkapita pada tahun 2025 mencapai sekitar US$ 6000 dengan tingkat
pemerataan yang relatif baik dan jumlah penduduk miskin tidak lebih dari 5 persen.
Kemandirian pangan dapat dipertahankan pada tingkat aman dan dalam kualitas gizi
yang memadai serta tersedianya instrumen jaminan pangan untuk tingkat rumah
tangga.
Kelanjutan operasionalisasi dari RPJM 2004-2009 yang diatur dalam Peraturan
Presiden Nomor 7 tahun 2005 dan kemudian diwujudkan dalam bentuk RKP
Pemerintah yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2004 dan
Perpres 19 tahun 2006 sebagai peraturan pelaksana. Fungsi dari RPJM adalah menjadi
pedoman umum bagi pemerintah pusat (diwakili oleh kementrian dan lembaga) serta
pemerintah daerah dalam menyusun rencana kerjanya masing-masing.
2. Pertumbuhan Ekonomi
A. PENGERTIAN PERTUMBUHAN EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto
riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau
berkembang bila terjadi pertumbuhan outputriil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang
lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita.
Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output
riil per orang.
B. Sumber Kenaikan Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi umumnya didefinisikan sebagai kenaikan GDP riil per kapita.
Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product, GDP) adalah nilai pasar keluaran
total sebuah negara, yang merupakan nilai pasar semua barang jadi dan jasa akhir
17
yang diproduksi selama periode waktu tertentu oleh faktor-faktor produksi yang
berlokasi di dalam sebuah negara.
Kenaikan GDP dapat muncul melalui:
1. Kenaikan penawaran tenaga kerja
Penawaran tenaga kerja yang meningkat dapat menghasilkan keluaran yang lebih
banyak. Jika stok modal tetap sementara tenaga kerja naik, tenaga kerja baru
cenderung akan kurang produktif dibandingkan tenaga kerja lama.
2. Kenaikan modal fisik atau sumber daya manusia
Kenaikan stok modal dapat juga menaikkan keluaran, bahkan jika tidak disertai oleh
kenaikan angkatan kerja. Modal fisik menaikkan baik produktivitas tenaga kerja
maupun menyediakan secara langsung jasa yang bernilai. Investasi dalam modal
sumber daya manusia merupakan sumber lain dari pertumbuhan ekonomi.
3. Kenaikan produktivitas
Kenaikan produktivitas masukan menunjukkan setiap unit masukan tertentu
memproduksi lebih banyak keluaran. Produktivitas masukan dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor termasuk perubahan teknologi, kemajuan pengetahuan lain, dan
ekonomisnya skala produksi.
C. PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KENAIKAN PRODUKTIVITAS
Sementara negara-negara miskin berpenduduk padat dan banyak hidup pada taraf
batas hidup dan mengalami kesulitan menaikkannya, beberapa negara maju seperti
Amerika Serikat dan Kanada, negara-negara Eropa Barat, Australia, Selandia Baru,
dan Jepang menikmati taraf hidup tinggi dan terus bertambah.Pertambahan penduduk
berarti pertambahan tenaga kerja serta berlakunya hukum Pertambahan Hasil yang
Berkurang mengakibatkan kenaikan output semakin kecil, penurunan produk rata-rata
serta penurunan taraf hidup. Sebaliknya kenaikan jumlah barang-barang kapital,
kemajuan teknologi, serta kenaikan kualitas dan keterampilan tenaga kerja cenderung
mengimbangi berlakunya hukum Pertambahan Hasil yang Berkurang. Penyebab
rendahnya pendapatan di negara-negara sedang berkembang adalah berlakunya
18
hukum penambahan hasil yang semakin berkurang akibat pertambahan penduduk
sangat cepat, sementara tak ada kekuatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi
berupa pertambahan kuantitas dan kualitas sumber alam, kapital, dan kemajuan
teknologi.
D. Faktor penggerak pertumbuhan ekonomi dalam menanggulangi kemiskinan
Dua hal esensial harus dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi adalah,
pertama sumber-sumber yang harus digunakan secara lebih efisien. Ini berarti tak
boleh ada sumber-sumber menganggur dan alokasi penggunaannya kurang
efisien.Yang kedua, penawaran atau jumlah sumber-sumber atau elemen-elemen
pertumbuhan tersebut haruslah diusahakan pertambahannya.Elemen-elemen yang
memacu pertumbuhan ekonomi tersebut adalah sebagai berikut.
1) Sumber-sumber Alam
Elemen ini meliputi luasnya tanah, sumber mineral dan tambang, iklim, dan lain-
lain. Beberapa negara sedang berkembang sangat miskin akan sumber-sumber
alam, sedikitnya sumber-sumber alam yang dimiliki meruoakan kendala cukup
serius. Dibandingkan dengan sedikitnya kuantitas serta rendahnya persediaan
kapital dan sumber tenaga manusia maka kendala sumber alam lebih serius.
2) Sumber-sumber Tenaga Kerja
Masalah di bidang sumber daya manusia yang dihadapi oleh negara-negara sedang
berkambang pada umumnya adalah terlalu banyaknya jumlah penduduk,
pendayagunaannya rendah, dan kualitas sumber-sumber daya tenaga kerja sangat
rendah.
3) Kualitas Tenaga Kerja yang Rendah
Negara-negara sedang berkembang tak mampu mengadakan investasi yang
memadai untuk menaikkan kualitas sumber daya manusia berupa pengeluaran
untuk memelihara kesehatan masyarakat serta untuk pendidikan dan latihan kerja.
4) Akumulasi Kapital
19
Untuk mengadakan akumulasi kapital diperlukan pengorbanan atau penyisihan
konsumsi sekarang selama beberapa decade. Di negara sedang berkembang,
tingkat pendapatan rendah pada tingkat batas hidup mengakibatkan usaha
menyisihkan tabungan sukar dilakukan. Akumulasi kapital tidak hanya berupa
truk, pabrik baja, plastik dan sebagainya; tetapi juga meliputi proyek-proyek
infrastruktur yang merupakan prasyarat bagi industrialisasi dan pengembangan
serta pemasaran produk-produk sektor pertanian. Akumulasi kapital sering kali
dipandang sebagai elemen terpenting dalam pertumbuhan ekonomi. Usaha-usaha
untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan memusatkan pada
akumulasi kapital. Hal ini karena, pertama, hampir semua negara-negara
berkembang mengalami kelangkaan barang-barang kapital berupa mesi-mesin dan
peralatan produksi, bangunan pabrik, fasilitas umum dan lain-lain. Kedua,
penambahan dan perbaikan kualitas barang-barang modal sangat penting karena
keterbatasan tersedianya tanah yang bisa ditanami.
E. Peranan penting pemerintah dalam pertumbuhan ekonomi
Beberapa negara sedang berkembang mengalami ketidak stabilan sosial, politik,
dan ekonomi. Ini merupakan sumber yang menghalangi pertumbuhan ekonomi.
Adanya pemerintah yang kuat dan berwibawa menjamin terciptanya keamanan
dan ketertiban hukum serta persatuan dan perdamaian di dalam negeri. Ini sangat
diperlukan bagi terciptanya iklim bekerja dan berusaha yang merupakan motor
pertumbuhan ekonomi.
Ketidakmampuan atau kelemahan setor swasta melaksanakan fungsi
entreprenurial yang bersedia dan mampu mengadakan akumulasi kapital dan
mengambil inisiatif mengadakan investasi yang diperlukan untuk memonitori
proses pertumbuhan.
Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil akumulasi kapital dan investasi yang
dilakukan terutama oleh sector swasta yang dapat menaikkan produktivitas
perekonomian. Hal ini tidak dapat dicapai atau terwujud bila tidak didukung oleh
adanya barang-barang dan pelayanan jasa sosial seperti sanitasi dan program
pelayanan kesehatan dasr masyarakat, pendidikan, irigasi, penyediaan jalan dan
20
jembatan serta fasilitas komunikasi, program-program latihan dan keterampilan,
dan program lainnya yang memberikan manfaat kepada masyarakat.
Rendahnya tabungan-investasi masyarakat (sekor swasta) merupakan pusat atau
faktor penyebab timbulnya dilema kemiskinan yang menghambat pertumbuhan
ekonomi. Seperti telah diketahui hal ini karena rendahnya tingkat pendapatan dan
karena adanya efek demonstrasi meniru tingkat konsumsi di negara-negara maju
olah kelompok kaya yang sesungguhnya bias menabung.
Hambatan sosial utama dalam menaikkan taraf hidup masyarakat adalah jumlah
penduduk yang sangat besar dan laju pertumbuhannya yang sangat cepat. Program
pemerintahlah yang mampu secara intensif menurunkan laju pertambahan
penduduk yang cepat lewat program keluarga berencana dan melaksanakan
program-program pembangunan pertanian atau daerah pedesaan yang bisa
mengerem atau memperlambat arus urbanisasi penduduk pedesaan menuju ke
kota-kota besar dan mengakibatkan masalah-masalah social, politis, dan ekonomi.
Pemerintah dapat menciptakan semangat atau spirit untuk mendorong pencapaian
pertumbuhan ekonomi yang cepat dan tidak hanya memerlukan pengembangan
faktor penawaran saja, yang menaikkan kapasitas produksi masyarakat, yaitu
sumber-sumber alam dan manusia, kapital, dan teknologi;tetapi juga faktor
permintaan luar negeri. Tanpa kenaikkan potensi produksi tidak dapat
direalisasikan.
F. Strategi pertumbuhan ekonomi
1. Industrialisasi Versus Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian bersifat menggunakan teknologi padat tenaga kerja dan
secara relatif menggunakan sedikit kapital; meskipun dalam investasi pada pembuatan
jalan, saluran dan fasilitas pengairan, dan pengembangan teknologinya. Kenaikan
produktivitas sektor pertanian memungkinkan perekonomian dengan menggunakan
tenaga kerja lebih sedikit menghasilkan kuantitas output bahan makanan yang sama.
Dengan demikian sebagian dari tenaga kerja dapat dipindahkan ke sektor industri
tanpa menurunkan output sector pertanian. Di samping itu pembangunan atau
21
kenaikkan produktivitas dan output total sektor pertanian akan menaikan pendapatan
di sektor tersebut.
2. Strategi Impor Versus Promosi Ekspor
Stategi industrialisasi via substitusi impor pada dasarnya dilakukan dengan
membangun industri yang menghasilkan barang-barang yang semula diimpor.
Alternatif kebijakan lain adalah strategi industrialisasi via promosi ekspor. Kebijakan
ini menekankan pada industrialisasi pada sektor-sektor atau kegiatan produksi da
dalam negeri yang mempunyai keunggulan komparatif hingga dapat memproduksinya
dengan biaya rendah dan bersaing dengan menjualnya di pasar internasional. Strategi
ini secara relatif lebih sukar dilaksanakan karena menuntut kerja keras agar bisa
bersaing di pasar internasional.
3. Perlunya Disertivikasi
mengadakan disertivikasi bagi negara-negara pengekspor utama minyak dan gas
bumi merupakan upaya mempertahankan atau menstabilkan penerimaan devisanya
22
BAB III
Penutup
1. Kesimpulan
Investasi merupakan suatu komponen yang penting dalam menetukan GNP. Investasi
memiliki peranan yang sangat penting dalam permintaan agregat. Biasanya perluasan
investasi memiliki sifat yang sangat tidak stabil sehingga sering mengalami fluktuasi
yang menyebabkan terjadinya resesi. Investasi dan perluasan pasar sangat penting
bagi pertumbuhan ekonomi dan perbaikan dalam produktivitas tenaga kerja.
Pertumbuhan ekonomi sangat tergantung pada tenaga kerja dan jumlah capital.
Investasi akan menanbah jumlah (stock) dari capital. Tanpa investasi maka tidak aka
ada pabrik, masin – masin baru dan dengan demikian tidak ada ekspansi.
2. Saran
Investasi ditujukan untuk memajukan pembangunan ekonomi di Indonesia
selanjutnya, maka pertimbangan kriteria investasi seharusnya diarahkan kepada
sektor-sektornya yang “growing points” dalam perekonomian, yaitu pada bidang atau
lapangan yang dapat memberi perkembangan yang lebih cepat, membutuhkan
investasi tambahan yang cukup besar tetapi mempunyai permintaan yang sudah
tersedia. Hal tersebut akan memberikan external economies yang sangat penting bagi
industri-industri lainnya yang ada dan akan menimbulkan permintaan produk
suplementer dan jasa. Dengan kata lain, investasi itu harus diarahkan sedemikian rupa
sehingga memajukan integrasi horizontal dan vertikal dalam proses produksi.
23
DAFTAR PUSTAKA
http://dwikartikasari-18211665.blogspot.com/2012/10/b-pertumbuhan-ekonomi.html
Kamaluddin, Rustian. 1987. Beberapa Aspek Pembangunan Nasional dan Pembangunan
Daerah. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Siagian, H. 1989. Pembangunan Ekonomi dalam Cita-Cita dan Realita. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti.
24