mahmudahrisalatul.files.wordpress.com · web view2014. 6. 14. · bab i. pendahuluan. latar...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata pelajaran matematika merupakan suatu mata pelajaran yang sangat
penting. Selain membaca dan menulis, matematika merupakan kemampuan dasar
yang harus dimiliki siswa. Sehingga mata pelajaran Matematika perlu diberikan
kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta
didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif.
Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berfikir, oleh karena itu
logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang terasa
membosankan, menyeramkan, menakutkan dan sukar untuk dipahami oleh
sebagian siswa. Banyak siswa yang berusaha menghindari mata pelajaran tersebut.
Hal ini tidak sesuai dengan tujuan matematika yang diamanatkan dalam
kurikulum pendidikan matematika bahwa yang menjadi prioritas utama dalam
pembelajaran matematika harus menyenangkan, artinya ada keterkaitan antara
hakikat matematika dengan hakekat siswa baik pengalaman sehari-hari atau
kemampuannya sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran di sekolah dasar.
Proses pembelajaran matematika biasanya diawali dengan pengenalan dan
pengembangan konsep, kemudian siswa dilatih mengerjakan soal dengan aturan
dan rumus matematika yang telah dijelaskan.
Selain itu, dari segi gurunya, dalam menerangkan masih banyak yang
menggunakan metode ceramah, dan proses pembelajaran cenderung teksbook
sehingga materi yang disampaikan guru tidak begitu berkesan pada siswa.
Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses
pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan
penemuannya sendiri. Pembelajaran yang bermakna akan membawa siswa pada
pengalaman belajar yang mengesankan. Dalam konteks ini Proses pembelajaran
yang berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu
konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan moderator
dalam proses pembelajaran tersebut. Proses pembelajaran yang cenderung
1
teksbook ini yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika siswa di
sekolah rendah.
Rendahnya hasil belajar siswa, sebaiknya perlu diwaspadai guru. Salah
satu faktor penyebab rendahnya pengertian siswa terhadap konsep-konsep
matematika adalah pola pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Guru
sebaiknya mengidentifikasi apa saja kesulitan siswa dalam menerima pelajaran
yang disampaikan guru, yang menyebabkan siswa kesulitan dalam menyelesaikan
soal matematika. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti
dengan salah satu guru matematika di sekolah dasar terdapat masalah yang
dialami oleh guru salah satunya yaitu siswa sering gaduh jika dijelaskan materi.
Selain itu juga terdapat suatu masalah terkait dengan pemahaman siswa terhadap
materi yang disampaikan oleh guru. Salah satu materi yang sulit diterima siswa
kelas IV SD adalah materi tentang operasi hitung bilangan bulat.
Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari bilangan bulat positif,
bilangan bulat negatif, dan bilangan nol. Operasi hitung campuran bilangan bulat
adalah operai hitung yang tanda operasinya berbeda (lebih dari satu). Materi ini
memang merupakan salah satu topik yang dianggap sulit oleh siswa. Siswa
kadang tidak bisa membedakan mana bilangan positif dan mana bilangan negatif.
Merekat tetap menyelesaikan soal-soal operasi hitung campuran bilangan bulat
tetap seperti mereka mengerjakan soal biasa. Kadang mereka juga mengabaikan
urutan pengerjaan.
Siswa ketika dihadapkan pada operasi hitung campuran yang berbentuk
seperti -15 – (-17) + 10. Banyak siswa yang masih salah dalam mengerjakan.
Siswa kurang begitu paham bagaimana seharusnya menyiasati bentuk-bentuk soal
yang seperti itu yang kerap disajikan dalam buku paket sebagai latihan. Sebagian
siswa ada yang mengerjakan hanya memperhatikan urutan penulisan saja. Ada
juga yang masih bingung dengan sifat-sifat operasi hitung campuran bilangan
bulat.
Mungkin itu juga disebabkan kurangnya pemahaman guru untuk
bagaimana menanamkan pengertian agar tidak bersifat abstrak. Padahal pola
berpikir siswa kelas IV SD belum formal atau masih konkrit, sementara salah satu
karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat
2
abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam matematika
karena masih berada pada taraf berpikir kongkrit.
Berdasarkan hasil wawancara guru tidak pernah menggunakan media
pembelajaran yang konkrit seperti alat peraga untuk memperjelas pemahaman
siswa terhadap konsep operasi hitung bilangan bulat. Guru hanya menerapkan
metode ceramah jika belum mengerti maka dengan dijelaskan kembali materinya.
Jika menggunakan metode ceramah peserta didik masih belum faham maka
menggunakan metode yang lain seperti menggunakan metode diskusi dan
permainan. Hal itu yang menyebabkan pemahaman siswa hanya terpaku pada itu-
itu saja. Mungkin saja hal tersebut juga dipicu malasnya belajar siswa, sehingga
siswa tidak pernah maju untuk bertambah pemahamannya. Sebagai mediator dan
fasilitator, guru harus mampu membantu siswa menyelesaikan masalahnya.
Oleh karena hal-hal di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tindakan kelas terhadap siswa terkait dengan materi bilangan bulat. Peneliti ingin
menggunakan alat peraga untuk menjelaskan materi operasi hitung campuran
bilangan bulat. Hal itu akan dilakukan peneliti agar dapat meningkatkan
pemahaman peneliti terkait dengan materi bilangan nulat karena peneliti
menganggap cara berfikir siswa kelas IV SD masih konkrit belum abstrak jadi
peneliti ingin menggunakan alat peraga untuk menjelaskannya. Judul penelitian
tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti adalah “Upaya meningkatkan
pemahaman operasi hitung campuran bilangan bulat dengan menggunakan alat
peraga pada siswa kelas IV di MIN Pandansari”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah yang
akan diajukan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Media pembelajaran apa yang diterapkan oleh guru untuk meningkatkan
pemahaman siswa dalam materi operasi hitung campuran bilangan bulat pada
siswa kelas IV di MIN Pandansari?
2. Apakah penggunaan alat peraga dalam pembelajaran dapat meningkatkan
pemahaman siswa pada operasi hitung campuran bilangan bulat pada siswa
kelas IV di MIN Pandansari?
3
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai
melalui kegiatan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui media pembelajaran yang diterapkan oleh guru untuk
meningkatkan pemahaman siswa dalam materi operasi hitung campuran
bilangan bulat pada siswa kelas IV di MIN Pandansari.
2. Mengetahui apakah penggunaan alat peraga dalam pembelajaran dapat
meningkatkan pemahaman siswa pada operasi hitung campuran bilangan
bulat pada siswa kelas IV di MIN Pandansari
D. Hipotesis Tindakan
Jika alat peraga diterapkan dalam pengajaran materi operasi hitung
campuran bilangan bulat pada siswa kelas IV di MIN Pandansari maka
pemahaman siswa terhadap konsep operasi hitung campuran bilangan bulat akan
meningkat.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
a. Agar siswa dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal
matematika terkait dengan materi operasi hitung campuran bilangan
bulat.
b. Siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya dengan kemampuan
menyelesaikan soal matematika pada operasi hitung campuran bilangan
bulat dengan menggunakan alat peraga.
c. Siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan aktif , kreatif, dan
menyenangkan.
2. Bagi Guru / Peneliti
4
a. Dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini peneliti memiliki
pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman tentang Penelitian Tindakan
Kelas.
b. Peneliti mampu mendeteksi permasalahan yang ada di dalam proses
pembelajaran, sekaligus mencari alternatif pemecahan masalah yang
tepat.
c. Peneliti mampu memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelas dalam
rangka meningkatkan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal
matematika pada operasi hitung campuran bilangan bulat.
d. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai langkah awal untuk
penelitian selanjutnya
3. Bagi Sekolah
a. Sebagai masukan bagi guru SD dalam mengajarkan matematika pada
operasi hitung campuran bilangan bulat dengan menggunakan alat
peraga.
b. Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha-usaha yang mengarah
pada peningkatan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal
matematika melalui alat peraga.
c. Sebagai acuan untuk melakukan kegiatan yang sejenis.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
Landasan teori adalah seperangkat definisi, konsep, yang disusun rapi serta
sistematis tentang variabel-variabel dalam sebuah penelitian. Pada bagian ini yang
dibahas adalah teori-teori tentang ilmu-ilmu yang diteliti. Penyajian teori dalam
landasan teori dianggap tidak terlalu sulit karena bersumber dari bacaan-bacaan.
Teori yang dikemukakan harus benar-benar menjadi dasar bidang yang diteliti.
Berdasarkan judul penelitian tindakan kelas “Upaya menungkatkan pemahaman
operasi hitung campuran bilangan bulat dengan menggunakan alat peraga pada
siswa kelas IV di MIN Pandansari”, berikut akan dipaparkan penjelasan dari
beberapa istilah yang berkaitan dengan judul tersebut.
A. Hakikat Matematika
Mata pelajaran matematika merupakan suatu mata pelajaran yang sangat
penting. Sehingga mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua
peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Matematika
tumbuh dan berkembang karena proses berfikir, oleh karena itu logika adalah
dasar untuk terbentuknya matematika.
1. Pengertian Matematika
Istilah mathematics (Inggris), mathematik (Jerman), mathematique
(Perancis), matematico (Itali), matematiceski (Rusia), atau
mathematick/wiskunde (Belanda) berasala dari perkataan latin mathematica,
yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematice, yang berarti
“relating to learning”. Perkataan ini mempunyai akar kata mathema yang
berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Pernyataan mathematike
berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu
mathanein yang mengandung arti belajar berpikir).1
Berikut ini definisi tentang matematika:
Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran
dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan
1 Erman Suherman Ar, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Universitas Pendidikan Matematika), hal.15
6
jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang yaitu aljabar,
analisis dan gometri.
Matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian
yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang
didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan
simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada
mengenai bunyi.
Matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau
pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.
Matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna
karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk
membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial,
ekonomi dan alam.2
Matematika itu teorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan,
definisi-definisi, aksioma-aksioma dan dalil-dalil yang dibuktikan
kebenarannya, sehingga matematika disebut ilmu deduktif.3
Berdasarkan beberapa definisi di atas peneliti menyimpulkan bahwa
matematika adalah ilmu tentang logika dan pola berfikir mengenai konsep-
konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya yang terbagi kedalam
tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.
2. Matematika Sebagai Ilmu Deduktif
Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif. Ini berarti proses
pengerjaan matematik harus bersifat deduktif. Matematika tidak menerima
generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif), tetapi harus berdasarkan
pembuktian deduktif. Meskipun demikian untuk membantu pemikiran, pada
tahap-tahap permulaan sering kali kita memerlukan bantuan contoh-contoh
khusus atau ilustrasi geometris.
3. Matematika Sebagai Ilmu Terstruktur
Matematika mempelajari tentang pola keteraturan, tentang struktur
yang terorganisasikan. Hal ini dimulai dari unsur-unsur yang tidak
terdefinisikan (undefined terms, basic terms, primitive terms), kemudian pada
2 Ibid., hal. 173 Sri Subarinah,Inovasi Pembelajaran Matematika SD,(DEPDIKNAS,2006), hal. 1
7
unsur yang didefinisikan, ke aksioma/postulat, dan akhirnya pada teorema
(Ruseffendi, 1980:50). Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis,
terstruktur. logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana
sampai pada konsep yang paling kompleks.
4. Matematika Sebagai Ratu dan Pelayan Ilmu
Matematika sebagai ratu atau ibunya ilmu dimaksudkan bahwa
matematika adalah sebagai sumber dari ilmu yang lain. Dengan perkataan
lain, banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangannya bergantung
dari matematika.
B. Hakikat Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik
ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga
ssendiri.4
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif
tetap sebagai hasil dari pengalaman.5
Arti kata belajar di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Sedangkan dalam Kamus
Bahasa Inggris, belajar atau to learn (verb) mempunyai arti: (1) to gain
knowledge, comprehension, or mastery of through experience or study; (2) to
fix in the mind or memory; memorize; (3) to acquire through experience; (4)
to become in forme of to find out. Jadi, ada empat macam arti belajar menurut
kamus bahasa inggris, yaitu memperoleh pengetahuan atau menguasai
pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat,
menguasai melalui pengalaman, dan mendapat informasi atau menemukan.6
4 Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset,2011), hal. 875 Erman Suherman Ar, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Universitas
Pendidikan Matematika), hal. 76 Purwa Atmaja Prawira,Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru,(Jogjakarta:Ar-Ruzz
Media,2012),hal. 224
8
Belajar adalah key term yang paling vital dalam usaha pendidikan,
sehingga tanpa ada belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.
Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam
berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan. Untuk
mendapat hasil belajar yang ideal kemampuan para pendidik teristimewa guru
dalam membimbing belajar murid-muridnya amat dituntut. Jika guru dalam
keadaan siap dan memiliki kemampuan tinggi dalam menunaikan
kewajibannya, harapan terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas
sudah tentu akan tercapai.7
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar belajar siswa dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondsi jasmani
dan rohani siswa.
Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan
disekitar siswa.
Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.8
C. Pemahaman
Pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu
dengan pikiran. Karena itu belajar berarti harus mengerti secara mentak makna
dan filosofinya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga
menyebabkan siswa dapat Comprehension atau pemahaman, memiliki arti yang
sangat mendasar yang meletakkan bagian-bagian belajar pada proporsinya. Tanta
itu, skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna.memahami suatu situasi. hal
ini sangat penting bagi siswa yang belajar. Memahami maksudnya, menangkap
maknanya, adalah tujuan akhir dari setiap belajar.9
7 Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset,2011), hal. 94-95
8 Ibid., hal. 129
9 Sardiman,Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 42-43
9
Pemahaman atau komprehensi adalah tingkat kemampuan yang
mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang
diketahuinya.10
Tingkat pemahaman (comprehension) kategori pemahaman dihubungkan
dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan dan informasi yang telah
diketahui dengan kata-kata sendiri.11
Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pengetahuan adalah pemahaman.
Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori yaitu:
Tingkat rendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam
arti sebenarnya.
Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan
bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau
menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan
yang pokok dengan yang bukan pokok.
Tingkat ketiga yaitu pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi
diharapkan seseorang mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuat
ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti
waktu, dimensi, kasus ataupun masalahnya.12
D. Alat Peraga
Media pembelajaran adalah meliputi alat bantu guru dalam mengajar
(teaching aids) serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerimaan
pesan belajar (siswa). Alat bantu itu dimaksudkan untuk memberikan pengalaman
lebih konkret, memotivasi serta mempertinggi daya serap dan daya ingat siswa
dalam belajar.13
Alat peraga adalah suatu alat yang diperagakan baik berupa alat atau benda
yang sesungguhnya maupun berupa benda tiruannya guna memberikan gambaran
yang lebih jelas kepada anak didik tentang sesuatu yang dipelajarinya. Strategi
penggunaan alat peraga dapat membuat situasi menjadi nyata bagi murid-murid
10 M. Ngalim Purwanto,Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset,2004), hal. 44
11 Hamdani,Strategi Belajar Mengajar,(Bandung:Pustaka Setia,2011), hal. 15112 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset, 2005), hal. 2413 Zaenal Aqib, Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif),
(Bandung: YRAMA WIDYA,2013), hal. 49
10
sehingga membantu memotivasi murid-murid, dan mampu membangkitkan minat
murid-murid terhadap persoalan yang dihadapi.14
Alat peraga pengajaran, teaching aids, atau audiovisual aids (AVA) adalah
alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas
materi pelajaran yang disampaikannya kepada siswa dan mencegah terjadinya
verbalisme pada diri siswa. Pengajaran yang menggunakan banyak verbalisme
tentu akan segera membosankan, sebaliknya pengajaran akan lebih menarik bila
siswa gembira belajar atau senang karena mereka merasa tertarik dan mengerti
pelajaran yang diterimanya.15
Berdasarkan beberapa pengertian diatas peneliti menyimpulkan bahwa alat
peraga adalah alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu
memperjelas materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa agar siswa lebih
memahami materi tersebut dengan mudah.
Pada dasarnya anak belajar melalui benda/objek kongkrit. Untuk
memahami konsep abstrak anak memerlukan benda-benda konkrit (riil) sebagai
perantara atau visualisasinya. Konsep abstrak itu dicapai melalui tingkat- tingkat
belajar yang berbeda-beda. Bahkan orang dewasapun yang pada umumnya sudah
dapat memahami konsep abstrak, pada keadaan tertentu, sering memerlukan
visualisasi.
Selanjutnya sifat abstrak yang baru dipahami siswa itu akan mengendap,
melekat, dan tahan lama bila siswa belajar melalui perbuatan dan dapat dimengerti
siswa, bukan hanya melakukan mengingat-ingat fakta. Kebanyakan siswa
memerlukan praktek untuk memelihara ketrampilan aritmatika dasar mereka
melalui latihan matematika. Karena itulah, dalam pembelajaran matematika kita
sering menggunakan alat peraga.
Fungsi atau Faedah alat peraga:
a. Proses belajar mengajar termotivasi. Baik siswa maupun guru, dan
terutama siswa, minatnya akan timbul. Ia akan senang, terangsang, tertarik,
dan karena itu akan bersifat positif terhadap pengajaran matematika.
14 Max A. Sobel dan Evan M.Maletsky,Mengajar Matematika:Sebuah Buku Sumber Alat Peraga, Aktivitas, dan Strategi,(Jakarta:Erlangga,2004), hal. 67
15 Moh.Uzer Usman,Menjadi Guru Profesional,(Bandung:PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2002), hal. 31
11
b. Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk kongkrit dan karena
itu lebih dapat dipahami dan dimengerti, dan dapat ditanamkan pada
tingkat-tingkat yang lebih rendah.
c. Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam
sekitar akan lebih dapat diahami.
d. Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk kongkrit yaitu dalam
bentuk model matematik yang dapat dipakai sebagai obyek penelitian
maupun sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan relasi baru menjadi
bertambah banyak.16
Selain dari fungsi atau faedah tersebut diatas, penggunaan alat peraga itu
dapat dikaitkan dan dihubungkan dengan salah satu atau beberapa dari:
a. Pembentukan konsep.
b. Pemahaman konsep.
c. Latihan dan penguatan.
d. Pelayanan terhadap perbedaan individual; termasuk pelayanan
terhadap anak lemah dan anak berbakat.
e. Pengukuran; alat peraga dipakai sebagai alat ukur.
f. Pengamatan dan penemuan sendiri ide-ide dan relasi baru serta
penyimpulannya secara umum; alat peraga sebagai obyek penelitian
maupun sebagai alat untuk meneliti.
g. Pemecahan masalah pada umumnya.
h. Pengundangan untuk berfikir.
i. Pengundangan untuk berdiskusi.
j. Pengundangan partisipasi aktif.17
Alat peraga itu dapat berupa benda riil, gambarnya atau diagramnya.
Keuntungan alat peraga benda riil adalah benda-benda itu dapat dipindah-
pindahkan (dimanipulasikan). Sedangkan kelemahannya tidak dapat disajikan
dalam buku (tulisan). Oleh karena itu untuk bentuk tulisannya kita buat
gambarnya atau diagramnya, tetapi kelemahannya ialah tidak dapat
dimanipulasikan. Banyak alat peraga buatan pabrik yang bermanfaat, namun
16 Ruseffendi,Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini,(Bandung:TARSITO,1990), hal. 1-2
17 Ibid., hal. 3
12
kebanyakan guru akan lebih suka memakai alat peraga yang dapat dengan cepat
dirangkai dan digunakan.
Bila membuat alat peraga, supaya diperhatikan agar alat peraga itu:
a. Tahan lama (dibuat dari alat-alat yang cukup kuat).
b. Bentuk dan warnanya menarik.
c. Sederhana dan mudah dilola (tidak rumit).
d. Ukurannya sesuai (seimbang) dengan ukuran fisik anak.
e. Dapat menyajikan (dalam bentuk riil, gambar atau diagram) konsep
matematika.
f. Sesuai dengan konsep (catatan: bila membuat alat peraga seperti
segtiga berdaerah atau bola masif, mungkin anak beranggapan segitiga
itu bukan hanya rusuk-rusuknya saja tetapi berdaerah, bahwa bola itu
masif, bukan hanya kulitnya saja; jelas ini tidak sesuai dengan konsep
segitiga dan konsep bola).
g. Dapat menunjukkan konsep matematika dengan jelas.
h. Peragaan itu supaya merupakan dasar bagi tumbuhnya konsep abstrak.
i. Bila kita juga mengharapkan agar siswa belajar aktif (sendiri atau
berkelompok) alat peraga itu supaya dapat dimanipulasikan, yaitu
dapat diraba, dipegang, dipindahkan dan diutak-atik, atau dipasangkan
dan dicopot, dan lain-lain.
j. Bila mungkin dapat berfaedah lipat(banyak).18
William Burton memberikan petunjuk bahwa dalam memilih alat peraga
yang akan digunakan hendaknya kita memperhatikan hal-hal berikut.
1. Alat-alat yang dipilih harus sesuai dengan kematangan dan kematangan siswa
serta perbedaan individual dalam kelompok.
2. Alat yang dipilih harus tepat, memadai, dan mudah digunakan.
3. Harus direncanakan dengan teliti dan diperiksa lebih dahulu.
4. Penggunaan alat peraga harus disertai kelanjutannya seperti dengan diskusi,
analisis, dan evaluasi.
5. Sesuai dengan batas kemampuan biaya.19
18 Erman Suherman Ar, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Universitas Pendidikan Matematika), hal. 244
19 Moh.Uzer Usman,Menjadi Guru Profesional,(Bandung:PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2002), hal. 32
13
Macam-macam Alat Peraga Pembelajaran Matematika
a. Alat Peraga Kekekalan Luas
Luas daerah persegi panjang, luas daerah bujursangkar, luas daerah jajar
genjang, luas daerah segitiga, luas daerah trapesium, luas daerah belah
ketupat, luas daerah layang-layang, luas permukaan kubus, luas permukaan
balok, luas permukaan limas, luas permukaan prisma, dan lain-lain.
b. Alat Peraga Kekekalan Panjang
Tangga garis bilangan, pita garis bilangan, neraca bilangan, mistar hitung dan
batang Cuisenaire.
c. Alat Peraga Kekekalan Volume
Uraian ¿, blok Dienes, volume kubus, volume balok, volume tabung, volume
kerucut, volume bola, dan lain-lain.
d. Alat Peraga Kekekalan Banyak
Abakus biji (Romawi, Rusia, dan Cina/Jepang), lidi dan kartu nilai tempat.
e. Alat Peraga untuk Percobaan dalam Teori Kemungkinan
Uang logam, dadu (bermata dan berwarna), kartu (domino dan bridge),
bidang empat (bermata dan berwarna), gangsingan (segitiga, bujursangkar,
segilima, segi-n), dan lain-lain.
f. Alat Peraga untuk pengukuran dalam Matematika
Meteran, busur derajat, jepit bola, sperometer, klinometer, hipsometer, jangka
sorong (segmat).
g. Bangun-bangun Geometri
Macam-macam daerah segitiga, macam-macam daerah segiempat, daerah
lingkaran, daerah ellips, pengubinan daerah segitiga, pengubinan daerah segi
empat, pengubinan derah lingkaran, pengubunan daerah ellips, kerangka
benda ruang, dan benda-benda ruang.
h. Alat Peraga untuk Permainan dalam Matematika
Mesin fungsi, saringan Eratosthenes, bujursangkar ajaib, menara Hanoi,
mobiles, perkalian tulang Napier, Nomogrof, Pita Mobius, dan lain-lain.20
20 Erman Suherman Ar, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Universitas Pendidikan Indonesia), hal. 245-246
14
Alat peraga yang digunakan peneliti adalah alat peraga berupa tangga
garisbilangan. Tangga garisbilangan adalah alat peraga dan mainan anak-anak
yang dapat meningkatkan partisipasi anak belajar secara aktif dalam memahami
konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian.21
Tangga garisbilangan dibuat dari kertas manila atau kertas lain yang cukup
kuat. kertasnya memanjang seperti pita dan diatassnya digambar garisbilangan
dengan tangga-tangganya. tangga-tangga ini adalah batas ruasgaris pada garis
bilangan itu.
E. Bilangan Bulat
Bilangan bulat merupakan bilangan yang terdiri dari bilangan cacah dan
negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4,… sehingga
negatif dari bilangan cacah yaitu -1,-2,-3,-4,… dalam hal ini -0 = 0 maka tidak
dimasukkan lagi secara terpisah. Bilangan bulat dituliskan tanpa menggunakan
komponen desimal atau pecahan.
Himpunan semua bilangan bulat dilambangkan dengan Z atau yang
berasal dari Zahlen ( bahasa Jerman untuk bilangan ). Himpunan Z tertutup
terhadap operasi penjumlahan, operasi pengurangan dan operasi perkalian.
Maksudnya jumlah, seleisih dan hasil kali dari bilangan bulat juga merupakan
bilangan bulat. Tetapi hasil pembagian dua bilangan bulat belum tentu bilangan
bulat, oleh karena itu Z tidak tertutup terhadap operasi pembagian. Bilangan bulat
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, salah satu contohnya untuk
menentukan kedalaman laut, jika kita mengatakan kedalaman 20 m dibawah
permukaan laut maka kita tulis -20m. Pada garis bilangan, letak bilangan bulat
dapat dinyatakan sebagai berikut.
* * * * * * * * * *
-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
21 Ruseffendi,Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini,(Bandung:TARSITO,1990., hal. 7
15
Berdasarkan garis bilangan diatas, bilangan bulat positif terletak disebelah
kanan nol atau disebut dengan bilangan asli sedangkan bilangan bulat negatif
terletak disebelah kiri nol.
Operasi Penjumlahan dan Perkalian Bilangan Bulat
Penambahan Perkalian
closure: a + b adalah bilangan bulat a × b adalah bilangan bulat
Asosiatif: a + (b + c) = (a + b) + c a × (b × c) = (a × b) × c
Komutatif: a + b = b + a a × b = b × a
Eksistensi unsur
identitas:
a + 0 = a a × 1 = a
Eksistensi unsur invers: a + (−a) = 0
Distribusif: a × (b + c) = (a × b) + (a × c)
Tidak ada pembagi nol jika a × b = 0, maka a = 0
atau b = 0 (atau keduanya)
Untuk pengurangan bilangan bulat, perhatikan model dibawah ini.
model – a−b=−(a+b)
model a−(−b)=a+b
Ketika dijumpai suatu soal maka kerjakan bagian yang ada dalam kurung
selanjutnya mulai dari yang terdepan.
F. Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat
Operasi hitung meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian, sedangkan operasi hitung campuran berarti dalam satu soal terdapat
dua atau lebis operasi hitung.
Dalam menyelesaikan operasi hitung campuan bilangan bulat, terdapat dua
hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Tanda operasi hitung
2. Tanda kurung
Apabila dalam suatu operasi hitung campuran bilangan bulat terdapat
tanda kurung, pengerjaan yang berada dalam tanda kurung harus dikerjakan
terlebih dahulu. Apabila dalam suatu operasi hitung bilangan bulat tidak terdapat
16
4* * * * * * * * * *0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
tanda kurung, pengerjaannya berdasarkan sifat-sifat operasi hitung sebagai
berikut:
1. Operasi penjumlahan (+) dan pengurangan (-) sama kuat, artinya
operasi yang terletak di sebelah kiri dikerjakan terlebih dahulu.
2. Operasi perkalian (x) dan pembagian (:) sama kuat, artinya operasi yang
terletak di sebelah kiri dikerjakan terlebih dahulu.
3. Operasi perkalian (x) dan pembagian (:) lebih kuat dari pada operasi
penjumlahan (+) dan pengurangan (-), artinya operasi perkalian (x) dan
pembagian (:) dikerjakan terlebih dahulu dari pada operasi penjumlahan
(+) dan pengurangan (-).
Contoh:
1. 4 + 5 = n n = 9
5
2. 7 - 4 = n n = 3
n -4
7
* * * * * * * * * *
-1 01 2 3 4 5 6 7 8
3. 7 + ( -5 ) + 4 = n n = 6
n
4
-5
7
* * * * * * * * * *
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Perhatikan contoh berikut ini:
1. 24+56 ×42−384 :12=24+(56 × 42)−(384 :12)
17
n
¿24+2.352−32
¿2.376−32
¿2.344
2. 360+800 × 80:200=360+(800 ×80 :200)
¿360+(64.000: 200)
¿360+320
¿680
3. (480:12)×(−15)+1.350=(40×(−15))+1.350
¿−600+1.350
¿750
BAB III
METODE PENELITIAN
18
A. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan yaitu pendekatan
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berfungsi
untuk menemukan. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya
adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada
generalisasi.22
Penelitian ini mengkaji mengenai upaya meningkatkan pemahaman
operasi hitung campuran bilangan bulat dengan menggunakan alaat peraga pada
siswa kelas IV di MIN Pandansari. Melalui penelitian ini akan dapat diketahui
mengenai penerapan media pembelajaran berupa alat peraga oleh guru di kelas,
hal-hal apa saja yang dilakukan guru dalam meningkatkan pemahaman dan
keaktifan siswa dalam belajar. Oleh karena itu, Untuk mencapai tujuan tersebut,
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan penelitian bersifat
deskriptif, yakni penelitian yang memusatkan perhatian kepada masalah-masalah
aktual, sebagaimana adanya pada masa sekarang, pada saat penelitian dilakukan.
Kriteria dalam metode kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti
adalah data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang
sekedar yang terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna dibalik yang
terlihat dan terucap tersebut. Untuk mendapatkan data yang pasti, maka
diperlukan berbagai sumber data dan berbagai teknik pengumpulan data. Dua
sumber data yang memberikan data yang berbeda, maka data tersebut belum pasti.
Pengumpulan data dengan observasi dan wawancara yang menghasilkan
data berbeda, maka data tersebut juga belum pasti. Bila data yang diperoleh masih
diragukan, dan belum memperoleh kepastian, maka penelitian masih harus terus
dilanjutkan. Hal tersebut dilakukan agar benar-benar diperoleh data yang pasti.
Jadi, pengumpulan data dengan teknik triangulasi adalah pengumpulan data yang
22 Sugiyono,Memahami Penelitian Kualitatif,(Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 1
19
menggunakan berbagai sumber dan teknik pemgumpulan data secara simultan,
sehingga dapat diperoleh data yang pasti.
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dipandu oleh teori,
tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan.
Oleh karena itu, analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-
fakta yang ditemukan dan kemudian dapat dikonstruksikan menjadi hipotesis atau
teori. Jadi dalam penelitin kualitatif dilakukan analisis data untuk membangun
hipotesis analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak peneliti
menyusun proposal, melaksanakan pengumpulan data di lapangan, sampai peneliti
mendapatkan seluruh data.23
Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama,
menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat
hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih
dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap
pola-pola nilai yang dihadapi.24
Dengan digunakan metode kualitatif, maka data yang didapat akan lebih
lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan penelitian
dapat dicapai. Dengan metode kualitatif, hanya bisa diteliti beberapa variabel
saja, sehingga seluruh permasalahan yang dirumuskan tidak akan terjawab dengan
metode kuantitatif. Dengan metode kualitatif maka akan dapat diperoleh data yang
lebih tuntas, pasti, sehingga memiliki kredibilitas yamg tinggi.25
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilaksanakan peneliti yaitu penelitian tindakan kelas.
Penelitian tindakan kelas yaitu suatu proes inkuiri yang sistematis yang dilakukan
oleh guru, kepala sekolah, konselor sekolah atau stake holder lain dalam
lingkungan belajar atau mengajar untuk mengumpulkan informasi mengenai
23 Sugiyono,Memahami Penelitian Kualitatif,(Bandung: CV Alvabeta,2013), hal. 1-324 Lexy J.Moleong,Metodologi Penelitian Kualitatif,( Bandung:PT Rosda Karya,2011), hal. 9-
1025 Sugiyono,Memahami Penelitian Kualitatif,(Bandung: Alfabeta,2013), hal. 181
20
bagaimana sekolah berjalan, bagaimana mengajar dan bagaimana siswa-sisswa
belajar dengan baik.26
Proses penelitian tindakan kelas melibatkan lima langkah esensial.
Pertama, mengajukan pertanyaan,, mengidentifikasi suatu masalah, atau
mendefinisikan suatu bidang. Kedua, memutuskan data yang seharusnya
dikumpulkan, bagaimana seharusnya dikumpulkan dan berapa sering. Ketiga,
mengumpulkan dan meganalisis data. Keempat, menjelaskan bagaimana temuan-
temuan yang dapat digunakan dan diterapkan. Kelima, membuat atau berbagi
temuan-temuan dan merencanakan untuk tindakan bagi yang lainnya.
Karakteristik penelitian tindakan yaitu: (1) sistematik, artinya penelitian
tindakan direncanakan dan metodologinya berhubungan dengan pengajaran. (2)
tidak dimulai dengan suatu jawaban, artinya peneliti tidak mengetahui apa yang
terjadi ketika sebelum memulai, peneliti adalah pengamat yang tidak biasa. (3)
kajiannya tidak harus merinci secara ketat atau efektif tergantung pada tujuan.
Jika terlalu detail akan kehilangan apa yang dicari dan laporan akan tidak dibaca
ataau dipahami. (4) harus terencana sebelum mengumpulkan data. (5) lama
penelitiannya bervariasi tergantung pertanyaan, lingkungan peneliti, dan
parameter pengumpulan data. (6) observasi harus teratur tetapi tidak harus lama.
(7) penelitian tindakan kelas berada pada suatu kontinum dari sederhana dan
informasi sampai detail dan formal. (8) penelitian tindakan merupakan penelitian
yang grounded dalam teori. (9) penelitian tindakan bukan merupakan studi
kuantitatif. (10) Hasil kuantitatif penelitian ini terbatas.27
Langkah-langkah penelitian tindakan kelas yaitu langkah pertama
merumuskan masaalaah sesuai bidang studi atau interesnya. Berikutnya
merencanakan langkah-langkah mengumpulkan data. Jenis data yang diambil
disesuaikan dengan pertanyaan penelitian. Metode pengumpulan data dipilih yang
sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan. Selanjutnya mengumplkan data dan
melakukan analisis terhadap data secara kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan
hasil analisiss dataa dirumuskan simpulan yang bermakna,, sehingga dapat dibuat
suatu perencanaan tindakan. Bila rencana tindakan telah ditetapkan kemudian
26 Tatang Yuli Eko Siswono,Penelitian Pendidikan Matematika,(Unesa University Press,2010), hal. 147
27 Ibid., hal. 144-145
21
dipraktekkan dan mendapat temuan, peneliti berbagi temuan tersebut dengan
peneliti lain. Temuan tersebut masih perlu dikaji dengan literatur yang sesuai. Bila
proses penelitian telah menjawab pertanyaan penelitian atau menghasilkan suatu
simpulan yang optimal, maka berbagi temuan dilakukan dengan menuliskan
laporan, artikel, presentai atau seminar. Perputaran proses itu terjadi terus meneus,
sampai tujuan penelitian dicapai dan dihassilkan perbaikan yang optimal.28
Tujuan dari penelitian tindakan bagi guru adalah untuk meningkatkan hasil
belajar siswa di kelas, memfokuskan pada perhatiannya, metode-metode yang
memberi manfaat padaa prakteknya. Data dikumpulkan dari berbagai sumber
termasuk kualitatif dan kuantitatif. Kajiannya dilakukan secara kontinu, fleksibel
dan tetap dalam penyusunannya.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di MIN PANDANSARI. Lokasi
penelitian berada di Desa Pandansari, Kecamatan Ngunut, Kabupaten
Tulungagung. Peneliti memilih lokasi penelitian tersebut karena berdasarkan
wawancara dengan guru mata pelajaran matematika pembelajaran matematika di
sekolah ini memiliki kondisi siswa yang kurang optimal dalam kegiatan
pembelajaran matematika, siswa kurang mampu memahami pelajaran yang
disampaikan guru dan metode yang digunakan dalam pembelajaran masih secara
umum belum menggunakan metode-metode yang lain agar siswa lebih faham
terhadap materi yang disampaikan guru. Untuk subjek penelitian dalam penelitian
ini adalah kelas IV MI Islam Sumber kembar, karena pada kelas IV sedang
ditempuh pelajaran mengenai operasi hitung campuran bilangan bulat. Penelitian
akan dilaksanakan pada semester genap Tahun Ajaran 2013/2014.
C. Kehadiran Peneliti
Sesuai dengan jenis penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas maka
kehadiran peneliti sebagai pelaksana penelitian, peneliti bertindak sebagai
pengajar yang membuat rancangan pembelajaran sesuai dengan media yang
digunakan yaitu menggunakan media tangga garisbilangan sekaligus
menyampaikan bahan ajar selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk
28 Ibid., hal. 150
22
memperlancar penelitian, dalam penelitian ini peneliti meminta bantuan teman
sejawat yang pada saat yang sama juga melakukan penilitian di MIN Pandansari.
Kehadiran teman sejawat dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
membantu peneliti dalam pelaksanaan penelitian sebagai pengamat dan pembuat
catatan lapangan. Kehadiran teman sejawat disini juga sebagai upaya untuk
mengurangi unsur subjektivitas peneliti agar hasil penelitian yang didapatkan
valid dan dapat dipertanggung jawabkan.
D. Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil wawancara kepada salah satu guru matematika yang mengajar di MIN
Pandansari untuk mengetahui adanya masalah dalam pembelajaran di sekolah
tersebut.
2. Skor hasil pekerjaan secara individu pada latihan yang diberikan ketika
penelitian berlangsung.
3. Hasil observasi yang dilakukan melalui pengamatan oleh teman sejawat
dengan lembar observasi yang disediakan oleh peneliti.
4. Catatan lapangan dari rangkaian kegiatan siswa dalam pembelajaran tindakan
selama penelitian.
Untuk memperoleh data dilapangan dalam rangka mendiskripsikan dan
menjawab permasalahan yang sedang diteliti, peneliti menggunakan metode
pengumpulan data, antara lain :
1. Interview
Interview atau wawancara merupakan metode pengumpulan data yang
menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subyek atau
responden. Dalam interview biasanya terjadi Tanya jawab sepihak yang dilakukan
secara sistematis dan berpijak pada tujuan penelitian.29
Inteview ini digunakan oleh peneliti guna mengetahui adanya masalah
dalam pembelajaran di MIN Pandansari. Jenis wawancara yang digunakan peneliti
adalah wawancara semiterstruktur. Dalam pelaksanaannya peneliti ingin
menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak
29Yatim Riyanto, MetodologiPenelitianPendidikan (Surabaya: SIC, 2010), hal. 82.
23
wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara
peneliti secara teliti mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
2. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan
pengamatan terhadap obyek penelitian. Observasi dapat dilaksanakan secara
langsung maupun tidak langsung.
Observasi langsung adalah mengadakan pengamatan secara langsung
(tanpa alat) terhadap gejala-gejala subyek yang diselidiki, baik pengamatan
itudilakukan di dalam situasi sebenarnya maupun dilakukan di dalam situasi
buatan yang khusus diadakan. Sedangkan observasi tak langsung adalah
mengadakan pengamatan terhadap gejala-gejala subyek yang diselidiki dengan
perantara sebuah alat. Pelaksanaannya dapat berlangsung di dalam situasi yang
sebenarnya maupun di dalam situasi buatan.30
Dalam penelitian ini, peneliti dengan bantuan teman sejawat mengadakan
pengamatan dan pencatatan sistematik terhadap situasi pembelajaran dengan
metode inkuiri. Hasil observasi digunakan peneliti untuk mengetahui kekurangan
dalam proses pembelajaran sehingga dapat diperbaiki pada siklus berikutnya.
3. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis.31 Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan mencatat
data-data yang sudah ada, metode ini lebih mudah dibandingkan dengan metode
pengumpulan data yang lain.
Metode ini digunakan untuk menguatkan data-data yang diperoleh dengan
observasi, catatan lapangan dan wawancara. Dengan metode ini, keadaan data
yang diperoleh dengan cara observasi, catatan lapangan dan wawancara akan
semakin kuat. Yang digali dalam metode ini adalah:
a. Data guru matematika MIN Pandansari Kecamatan Ngunut Kabupaten
Tulungagung.
b. Data peserta didik MIN Pandansari Kecamatan Ngunut Kabupaten
Tulungagung.
30Ibid.,hal. 96.31 Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian,(Jakarta: PT RINEKA CIPTA,2002), hal.135
24
c. Data hasil belajar peserta didik kelas IV MIN Pandansari Kecamatan
Ngunut Kabupaten Tulungagung.
4. Tes
Tes adalah serentetan atau latihan yang digunakan untuk mengukur
ketrampilan, pengetahuan, sikap, intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok.32 Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan tes sebagai alat untuk mengambil data hasil belajar peserta didik.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung, dan setelah pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat
wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang
diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum
memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap
tertentu diperoleh data yang dianggap kredibel.33
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui 3 (tiga) tahap, yaitu :
1. Data Reduction
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan.34
Data yang direduksi adalah hasil pekerjaan individu dan kelompok pada
latihan yang diberikan ketika penelitian berlangsung, observasi mengenai metode
menggunakan media balok pecahan yang dilakukan saat penelitian berlangsung,
dan catatan lapangan yang dilakukan oleh peneliti, teman sejawan, dan guru
matematika MIN Pandansari mengenai hal-hal atau data-data yang mendukung
peneliti dalam melakukan penelitian.
2. Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, pie shart,
pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data 32Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian,(Yogyakarta: TERAS, 2009), hal. 6533Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif ,(Bandung:Alfabeta, 2013), hal. 91.34Ibid.,hal. 247
25
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah
dipahami.35
Data-data yang disajikan adalah data-data hasil pekerjaan siswa,
wawancara, observasi, dan catatan lapangan yang dilakukan di MIN Pandansari
tentang upaya meningkatkan minat belajar matematika dengan menggunakan
media balok pecahan
Data yang telah disajikan tersebut selanjutnya dibuat penafsiran dan
evaluasi untuk membuat perencanaan tindakan selanjutnya. Hasil penafsiran dan
evaluasi ini dapat berupa penjelasan tentang: (1) perbedaan antara rancangan dan
pelaksanaan tindakan, (2) perlunya perubahan tindakan, (3) alternatif tindakan
yang sianggap tepat, (4) tanggapan peneliti, teman sejawat dan guru yang terlibat
dalam pengamatan dan pencatatan lapangan terhadap tindakan yang telah
dilakukan, dan (5) kendala yang dihadapi dan sebab-sebab kendala itu muncul.
3. Penarikan Kesimpulan dan verifikasi
Langkah ketiga dalam analisi data menurut Miles and Huberman adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan
yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.36 Oleh
karena itu dalam tahap ini akan dilakukan kegiatan verifikasi, yaitu menguji
kebenaran, kekokohan, dan kecocokan makna-makna yang muncul dari data yang
telah direduksi dan disajikan di atas.
Pada penelitian ini dapat diketahui tingkat keberhasilan terhadap
pemahaman materi yang telah disampaikan jika rata-rata pemahaman siswa dalam
satu kelas mencapai 75 %.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Selain menganalisis data, peneliti juga harus menguji keabsahan data agar
memperoleh data yang valid. Untuk menetapkan keabsahan data tersebut
35Ibid,hal. 24936Ibid,hal. 252.
26
diperlukan teknik pemeriksaan. Adapun dalam teknik yang digunakan dalam
pemeriksaan keabsahan data adalah sebagai berikut:
1. Kriteria derajat kepercayaan, kriteria ini berfungsi: pertama melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan media balok pecahan sedemikian rupa
sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai; kedua,
mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan
pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.
2. Kriteria keteralihan, yaitu kriteria untuk mengetahui kesamaan antara konteks
pengirim dan penerima.
3. Kriteria kebergantungan merupakan subtitusi istilah reliabilitas dalam
penelitian nonkualitatif. Jika dua atau beberapa kali diadakan pengulangan
suatu studi dalam suatu kondisi yang sama dan hasilnya secara esensial sama,
maka dikatakan reliabilitasnya tercapai.
4. Kriteria kepastian, yaitu kriteria yang berasal dari objektivitas nonkualitatif.
Disini pemastian bahwa sesuatu itu objektif atau tidak bergantung pada
persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat, dan penemuan
seseorang.37
Dalam penelitian ini derajat kepercayaan diukur melalui tiga teknik yaitu:
1. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi
dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan. Teknik
ini dilakukan dengan cara peneliti mengadakan pengamatansecara teliti, rinci dan
terus-menerus selama proses penelitian di lapangan.38
2. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu.39 Pada penelitian ini peneliti melakukan
triangulasi dengan jalan:
a. Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan,
b. Mengeceknya dengan berbagai sumber data,
37 Lexy J.Moleong,Metodologi Penelitian Kualitatif,( Bandung:PT Rosda Karya 2011), hal. 324-32538 Ibid., hal. 32939Ibid., hal. 330
27
c. Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat
dilakukan.
3. Pemeriksaan sejawat
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil
akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat.40
Pengecekan sejawat yang dimaksud disini adalah mendiskusikan proses dan hasil
penelitian dengan dosen pembimbing/ teman mahasiswa yang sedang atau telah
mengadakan penelitian penelitian tindakan kelas atau orang yang berpengalaman
mengadakan penelitian penelitian tindakan kelas. Hal ini dilakukan beberapa kali
dengan harapan penelti mendapat masukan-masukan baik dari segi metodologi
maupun konteks penelitian demi tercapainya kesempurnaan .
G. Tahap-Tahap Penelitian
Agar penelitian pada suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah, seorang peneliti harus mengikuti prosedur penelitian.
Yang dimaksud dengan prosedur penelitian adalah tahap – tahap kegiatan untuk
menyelesaikan penelitian.
Dalam penelitian ini tahapan yang dilalui yaitu mulai dari tahap pra
lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data.
1. Tahap pra-lapangan
Ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam
tahapan ini ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika
penelitian lapangan. Adapun kegiatan dan pertimbangan tersebut diuraikan
sebagai berikut:
a. Menyusun rancangan penelitian.
b. Memilih lapangan penelitian.
Pemilihan lapangan penelitian diarahkan oleh teori substantif yang
dirumuskan dalam bentuk hipotesis kerja walaupun masih tentatif sifatnya. 41
c. Mengurus perizinan.
Pada tahap ini yang dilakukan peneliti adalah meminta surat pengantar dari
ketua IAIN Tulungagung untuk menunjukkan identitas bahwa peneliti benar-
benar mahasiswa IAIN Tulungagung yang akan mengadakan penelitian. 40Ibid.,hal. 332.41Ibid., hal.127.
28
Kemudian menghubungi tempat penelitian, yaitu peneliti menyampaikan
surat pengantar kepada kepala sekolah MIN Pandansari untuk mendapatkan
persetujuan mengadakan penelitian serta melakukan studi lapangan.
d. Menjajaki dan menilai lapangan.
Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana dengan baik apabila
peneliti sudah membaca terlebih dahulu dari kepustakaan atau mengetahui
melalui orang dalam tentang situasi dan kondisi daerah tempat penelitian
dilakukan.42
e. Memilih dan memanfaatkan informan.
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tetang situasi dan kondisi latar penelitian. Kegunaan informan bagi peneliti
ialah membantu agar secepatnya dan tetap seteliti mungkin dapat
membenamkan diri dalam konteks setempat.43
f. Menyiapkan perlengkapan penelitian.
Peneliti hendaknya menyiapkan tidak hanya perlengkapan fisik, tetapi segala
macam perlengkapan penelitian yang diperlukan. Pada tahap ini peneliti
menyiapkan proposal penelitian yang berisikan judul penelitian, masalah
penelitian dan latar belakang masalah, tujuan penelitian, kajian pustaka, jenis
dan sumber data, teknik pengambilan data, dan teknik pengolahan data.
g. Persoalan etika penelitian.
Salah satu ciri utama penelitian kualitatif ialah orang sebagai alat atau sebagai
instrumen yang mengumpulkan data. Hal itu dilakukan dalam pengamatan
berperanserta, wawancara mendalam, pengumpulan dokumen, foto dan
sebagainya. Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak menghormati,
tidak mematuhi, dan tidak mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan pribadi.
Beberapa segi praktis yang perlu dilakukan peneliti dalam menghadapi etika
diuraikan sebagai berikut:
1) Sewaktu tiba dan berhadapan dengan orang-orang pada latar penelitian,
beritahuka secara jujur dan secara terbbuka maksud dan tujuan
kedatangan peneliti.
42Ibid.,hal 130.43Ibid.,hal. 132.
29
2) Pandang dan hargailah orang-orang yang ditekiti bukan sebagai objek,
melainkan sebagai orang yang sama derajatnya dengan peneliti.
3) Hargai, hormati, dan patuhi semua peraturan, norma, nilai masyarakat,
kepercayaan, adat-istiadat, kebiasaan, kebudayaan, tabu yang hidup
dalam masyarakat tempat penelitian dilakukan.
4) Peganglah kerahasiaan segala sesuatu yang berkenaan dengan informasi
yang diberikan oleh subjek.
5) Tulislah segala kejadian, peristiwa, ceritera dan lain-lain secara jujur,
benar, jangan ditambah dan diberi bumbu, dan nyatakanlah sesuai dengan
keadaan aslinya.
2. Tahap pekerjaan lapangan
Pada tahap ini peneliti menggunakan tahap-tahap penelitian tindakan kelas
model Spiral dari Kemis dan Taggart. Pelaksanaan tindakannya meliputi:
a. Perencanaan (plan), yang dilakukan pada tahap ini adalah: (a) menyusun
rencana kegiatan; (b) menyiapkan materi pelajaran yang akan disajikan;
(c) menyiapkan format observasi; (d) menyiapkan perangkat tes akhir
pelajaran, yang dimaksud disini adalah untuk melihat sejauh mana
prestasi hasil belajar peserta didik.
b. Pelaksanaan tindakan (act), dalam tahap ini peneliti melakukan tindakan
sesuai dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya.
c. Observasi (observe), kegiatan yang dilakukan yaitu mendokumentasikan
segala sesuatu yang berhubungan dengan pemberian tindakan. Hal ini
diperoleh dari lembar observasi, catatan lapangan, dan hasil wawancara
maupun hasil tes akhir.
d. Refleksi (reflect), dalam tahap ini akan dilakukan beberapa tahap antara
lain: (1) menganalisis hasil pekerjaan siswa; (2) menganalisis hasil
wawancara; (3) menganalisis lembar observasi; (4) menganalisis lembar
observasi peneliti.
Tahap refleksi ini ditujukan sebagai pertimbangan apakah kriteria
yang ditetapkan tercapai atau tidak. Jika tidak maka dilanjutkan ke siklus
berikutnya. Pada siklus berikutnya, perencanaan direvisi dengan memperbaiki
kekurangan-kekurangan dari siklus pertama.
30
3. Tahap analisis data
Pada tahap ini peneliti mempelajari seluruh data yang telah didapatkan dari
berbagai sumber yang digunakan dalam penelitian ini. Kemudian dilakukan
analisis data dengan langkah-langkah yang sudah dijelaskan pada tahap
analisis data.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto ,Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
31
Aqib, Zaenal . (2013). Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual (Inovatif). Bandung: YRAMA WIDYA.
Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
M. Maletsky, Evan dan A.Sobel, Max. (2004). Mengajar Matematika: Sebuah
Buku Sumber Alat Peraga, Aktivitas, dan Strategi. Jakarta: Erlangga.
Moleong, Lexy J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosda
Karya.
Prawira ,Atmaja, Purwa. (2011). Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Purwanto, Ngalim ,M. (2004). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Riyanto, Yatim .(2010). MetodologiPenelitian Pendidikan. Surabaya: SIC.
Ruseffendi.(1990). Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini. Bandung:
TARSITO.
Sardiman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Siswono, Eko, Yuli ,Tatang. (2010). Penelitian Pendidikan Matematika. Unesa
University Press.
Subarinah, Sri. (2006). Inovasi Pembelajaran Matematika SD. DEPDIKNAS.
Sudjana, Nana. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset.
Sugiyono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alvabeta.
Suherman Ar, Erman. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Universitas Pendidikan Matematika
Syah, Muhibbin. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset.
Tanzeh,Ahmad. (2009). Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: TERAS.
32
Usman, Uzer ,Moh. (2002). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset.
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
33
Nama Sekolah : MIN Pandansari Ngunut Tulungagung
Mata Pelajaran : MATEMATIKA
Kelas/ Semester : IV/ I (Satu)
Pertemuan Ke :1 (satu)
Alokasi Waktu :2 JP x35 Menit
Standar Kompetensi :
1. Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam
pemecahan masalah
Kompetensi Dasar :
1.1. Melakukan operasi hitung campuran
Indikator :
Menyelesaikan operasi hitung campuran bilangan bulat (operasi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian)
1. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu menyelesaikan operasi hitung campuran bilangan
bulat (operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian)
2. Materi Ajar (Materi Pokok)
Bilangan Bulat
Bilangan bulat merupakan bilangan yang terdiri dari bilangan cacah dan
negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4,… sehingga
negatif dari bilangan cacah yaitu -1,-2,-3,-4,… dalam hal ini -0 = 0 maka tidak
dimasukkan lagi secara terpisah. Bilangan bulat dituliskan tanpa menggunakan
komponen desimal atau pecahan.
Himpunan semua bilangan bulat dilambangkan dengan Z atau yang
berasal dari Zahlen ( bahasa Jerman untuk bilangan ). Himpunan Z tertutup
terhadap operasi penjumlahan, operasi pengurangan dan operasi perkalian.
Maksudnya jumlah, seleisih dan hasil kali dari bilangan bulat juga merupakan
34
bilangan bulat. Tetapi hasil pembagian dua bilangan bulat belum tentu bilangan
bulat, oleh karena itu Z tidak tertutup terhadap operasi pembagian. Bilangan bulat
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, salah satu contohnya untuk
menentukan kedalaman laut, jika kita mengatakan kedalaman 20 m dibawah
permukaan laut maka kita tulis -20m. Pada garis bilangan, letak bilangan bulat
dapat dinyatakan sebagai berikut.
* * * * * * * * * *
-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
Berdasarkan garis bilangan diatas, bilangan bulat positif terletak disebelah
kanan nol atau disebut dengan bilangan asli sedangkan bilangan bulat negatif
terletak disebelah kiri nol.
Operasi Penjumlahan dan Perkalian Bilangan Bulat
Penambahan Perkalian
closure: a + b adalah bilangan bulat a × b adalah bilangan bulat
Asosiatif: a + (b + c) = (a + b) + c a × (b × c) = (a × b) × c
Komutatif: a + b = b + a a × b = b × a
Eksistensi unsur
identitas:
a + 0 = a a × 1 = a
Eksistensi unsur invers: a + (−a) = 0
Distribusif: a × (b + c) = (a × b) + (a × c)
Tidak ada pembagi nol jika a × b = 0, maka a = 0
atau b = 0 (atau keduanya)
Untuk pengurangan bilangan bulat, perhatikan model dibawah ini.
model – a−b=−(a+b)
model a−(−b)=a+b
Ketika dijumpai suatu soal maka kerjakan bagian yang ada dalam kurung
selanjutnya mulai dari yang terdepan.
G. Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat
Operasi hitung meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
35
4* * * * * * * * * *0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
pembagian, sedangkan operasi hitung campuran berarti dalam satu soal terdapat
dua atau lebis operasi hitung.
Dalam menyelesaikan operasi hitung campuan bilangan bulat, terdapat dua
hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Tanda operasi hitung
2. Tanda kurung
Apabila dalam suatu operasi hitung campuran bilangan bulat terdapat
tanda kurung, pengerjaan yang berada dalam tanda kurung harus dikerjakan
terlebih dahulu. Apabila dalam suatu operasi hitung bilangan bulat tidak terdapat
tanda kurung, pengerjaannya berdasarkan sifat-sifat operasi hitung sebagai
berikut:
4. Operasi penjumlahan (+) dan pengurangan (-) sama kuat, artinya
operasi yang terletak di sebelah kiri dikerjakan terlebih dahulu.
5. Operasi perkalian (x) dan pembagian (:) sama kuat, artinya operasi yang
terletak di sebelah kiri dikerjakan terlebih dahulu.
6. Operasi perkalian (x) dan pembagian (:) lebih kuat dari pada operasi
penjumlahan (+) dan pengurangan (-), artinya operasi perkalian (x) dan
pembagian (:) dikerjakan terlebih dahulu dari pada operasi penjumlahan
(+) dan pengurangan (-).
Contoh:
3. 4 + 5 = n n = 9
5
4. 7 - 4 = n n = 3
n -4
7
36
n
* * * * * * * * * *
-1 01 2 3 4 5 6 7 8
3. 7 + ( -5 ) + 4 = n n = 6
n
4
-5
7
* * * * * * * * * *
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Perhatikan contoh berikut ini:
4. 24+56 ×42−384 :12=24+(56 × 42)−(384 :12)
¿24+2.352−32
¿2.376−32
¿2.344
3. Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya Jawab
penugasan
4. Sumber Belajar (Media Pembelajaran)
Sumber
- Ayo Belajar Matematika untuk SD dan MI Kelas IV (Burhan
Mustakim, Ary Astuty : 2008) Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
- Buku LKS Matematika kelas IV MI semester I.
Alat
Alat peraga tangga garisbilangan
Papan tulis
Spidol
5. Langkah-Langkah Pembelajaran
37
Tahap
(sintaks)Kegiatan pembelajaran
Pendekatan/
metode
Alokasi
waktu
Pendahulu
an
a. Guru Memulai dengan
membuka pelajaran dengan
salam dan mengorganisir kelas
b. Guru Menyampaikan tujuan
pembelajaran dan hasil belajar
yang diharapkan dapat dicapai
oleh tiap siswa
c. guru menginformasikan cara
belajar apa yang akan
digunakan.
Ceramah 15 menit
Inti a. Guru menjelaskan materi
tentang operasi hitung campuran
bilangan bulat
b. Siswa memperhatikan apa yang
dijelaskan oleh guru, dan
menanyakan materi yang belum
difahami
c. Guru menjelaskan cara
penggunaan alat peraga
d. Guru memberi contoh cara
melakukan operasi hitung
campuran bilangan bulat
menggunakan alat peraga
e. Siswa memperhatikan dan
memahami cara penggunaan alat
peraga tersebut
f. Siswa diminta untuk
menggunakan alat peraga dalam
melakukan operasi hitung
Ceramah
Tanya jawab
Ceramah
Praktek
Praktek
Praktek
40 menit
38
campuran bilangan bulat
g. Guru mengamati dan
membimbing dalam penggunaan
alat peraga
Penutup
a. Memberikan tugas (PR) yang
sudah disiapkan
b. Mengarahkan siswa untuk
melakukan refleksi.
c. Menegaskan kembali
kesimpulan materi.
d. Mengucapkan salam
Ceramah
15 menit
6. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian proses dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat
keaktifan siswa serta unjuk kerja siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Kriteria keberhasilan : jika memperagakan alat peraga
rata-rata aktifitas siswa menunjukkan kriteria sangat baik atau baik
Penilaian hasil belajar secara tertulis dilakukan diakhir pembelajaran.
Kriteria keberhasilan: sekurang-kurangnya 90% keseluruhan peserta
didik mendapatkan nilai ≥ 75.
Mengetahui
Kepala Sekolah MIN Pandansari
Drs. H. Kirom Rofi’i M.Pd.I
NIP. 196210 111982 031 002
Tulungagung, 05 juni 2014
Guru Mata Pelajaran
Risalatul Mahmudah
NIM. 3214113143
MEDIA PEMBELAJARAN
A. MEDIA
1. Alasan memilih media:
39
Mudah dibawa
Mudah digunakan
Lebih praktis
Mudah untuk memahami materi
2. Pertimbangan memilih media:
Dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran
Lebih efektif
Penggunaanya tidak membuang banyak waktu
terjangkau
3. Cara membuat media tangga garis bilangan:
Tangga garisbilangan dibuat dari kertas manila atau kertas lain yang cukup
kuat. kertasnya memanjang seperti pita dan diatasnya digambar
garisbilangan dengan tangga-tangganya. tangga-tangga ini adalah batas
ruasgaris pada garis bilangan itu.
4. Cara penggunaan media:
Contoh : 5 + (-3)
Langkah:
Mulai dari 0 melangkah ke depan sampai 5 setelah itu berbalik
melangkah sampai 3. Hasilnya adaalah 2.
Setelah melangkah dari 5 kenapa berbalik karena dijumlah dengan
negatif sehingga arahnya berlawanan
Lampiran 2
40
SOAL TES INDIVIDU
(waktu: 30 menit)
Nama :
No. Absen :
Kerjakan soal di bawah ini dengan benar dan tepat!
1. 8 + (-6) + 5
2. 7 – (-3) + 4
3. 15 × 3 + 20 × 4 + 10
4. 240+600 ×30 :200
5. (144 :12)×(−15)+1.240
Lampiran 3
41
Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran
No. Jawaban Skor
1. 8 + (-6) + 5 = 8 – 6 + 5
= 2 + 5
= 7
15
2. 7 – (-3) + 4 = 7 + 3 + 4
= 14
15
3. 15 × 3 + 20 × 4 + 10
= (15 × 3) + (20 × 4) + 10
= 45 + 80 + 10
= 135
20
4. 240 + 600 × 30 : 200
= 240 + (18.000 : 200)
= 240 + 90
= 330
25
5. (144 :12)×(−15)+1.240
= (12 × (-15)) + 1.240
= -180 + 1.240
= 1.060
25
Lampiran 4
42
Lembar Observasi
1. Lembar Observasi untuk Guru terhadap Proses Penyampaian Materi
Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat dengan Menggunakan Media
Berupa Alat Peraga
Nama Guru : ..................... Hari/Tgl : ......................Mata Pelajaran : ...................... Jam ke : ......................Kelas : ......................Materi : ......................
Berilah tanda (√) pada kolom skor yang disediakan!
No. Aspek yang DiamatiSkor
1 2 3 4
1. Melakukan apersepsi
2. Menjelaskan tujuan pembelajaran
3. Memberikan motivasi kepada siswa
4. Mengkondisikan siswa agar siap menerima
pembelajaran
5. Menjelaskan materi operasi hitung campuran
bilangan bulat dengan menggunakan madia
berupa alat peraga
6. Memberikan latihan soal
7. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam
mempraktekkan alat peraga
8. Melakukan pemeriksaan terhadap hasil tes
individu siswa
9. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
tujuan pembelajaran
10. Memberikan kesimpulan materi yang diajarkan
43
Keterangan Skor : 4 = sangat baik
3 = baik
2 = cukup baik
1 = kurang
Peneliti
44
Lembar Observasi terhadap Reaksi yang Ditimbulkan Siswa Kelas 2
pada Saat Pembelajaran Berlangsung
Berilah tanda (√) pada kolom skor yang disediakan!
No. Aspek yang DiamatiSkor
1 2 3 4
1.Perhatian siswa terhadap materi yang
disampaikan oleh guru
2. Perhatian siswa terhadap guru
3.Keseriusan siswa dalam memperhatikan
penjelasan guru
4.
Keseriusan siswa dalam ikut berpartisipasi
memperagakan alat peraga dalam proses
pembelajaran
5. Semangat siswa saat diberikan latihan soal
6. Gairah siswa dalam mengerjakan soal latihan
7.Keinginan siswa untuk mengkomunikasikan
idenya lewat bicara langsung
8. Keinginan siswa untuk bertanya kepada guru
9.Sikap siswa dengan soal pemecahan masalah
sehari-hari
10. Ketepatan waktu dalam mengerjakan soal latihan
Keterangan Skor : 4 = sangat baik
3 = baik
2 = cukup baik
1 = kurang
Peneliti
45
Lampiran 5
Berikut hasil wawancara peneliti dengan Ibu lilik Nuraini terkait dengan
kesulitan peserta didik dalam memahami pelajaran matematika :
Peneliti : Selamat siang bu ?
Guru : Selamat siang
Peneliti :Sejak kapan ibu menjadi guru matematika disekolah MIN Pandansari
ini?
Guru : Saya menjadi guru disekolah MIN Pandansari ini sudah sejak tahun 2004,
tetapi pada saat itu status saya disini masih GTT. Saya menjadi PNS pada
tahun 2009 tetapi angkatan 2007.
Peneliti : Kurikulum apa yang saat ini digunakan dalam proses pembelajaran?
Guru : Kurikulum yang saat ini digunakan dalam pembelajaran di kelas adalah
kurikulum KTSP karena sekolah ini belum menerapkan kurikulum 2013
karena dirasa masih sulit untuk menerapkan kurikulum 2013. Jika
menerapkan kurikulum KTSP mata pelajaran yang satu dengan yang
mata pelajaran yang lain di pisah tidak seperti kurikulum 2013 yang
antara pelajaran satu dengan pelajaran yang lain selalu di kaitkan.
Peneliti : Bagaimana pembelajaran matematika didalam kelas?
Guru : Pembelajaran dikelas dilaksanakan dengan seperti biasa menggunakan
metode ceramah, diskusi, kelompok, permainan dan disesuaikan dengan
materi yang disampaikan.
Peneliti : Apakah ada kesulitan yang ibu alami ketika pembelajaran didalam
kelas?
Guru : Ada, biasanya peserta didik itu suka gaduh jika disaat guru menjelaskan
materi. Supaya peserta didik lebih perhatian lagi dengan materi yang
disampaikan terkadang saya buat beberapa kelompok untuk berdiskusi,
46
permainan dan peserta didik disuruh mengumpulkan banyak poin setelah
terkumpul banyak nanti yang paling banyak mendapat hadiah.
Peneliti : Apakah ada kesulitan yang dialami peserta didik dalam memahami
materi?
Guru : Ada kesulitan, kesulitannya yaitu anak-anak kurang faham tentang materi
pecahan dan materi hitung campuran pada bilangan bulat positif dan
negatif. Untuk materi pecahan peserta didik terkadang merasa
kebingungan dalam menentukan penyebut pecahan. Pada kelas 4 ini yang
lebih banyak itu peserta didik merasa bingung dalam menyelesaikan
operasi hitung campuran bilangan bulat positif dan negatif.
Peneliti : Bagaimana usaha guru untuk mengatasi kesulitan tersebut ?
Guru : Caranya yaitu dengan dijelaskan kembali materinya, jika menggunakan
metode ceramah peserta didik masih belum faham maka menggunakan
metode yang lain seperti yang saya katakan tadi dengan menggunakan
metode diskusi dan permainan. Agar peserta didik lebih mudah dalam
menentukan penyebutnya maka peserta didik dianjurkan untuk
menghafal perkalian atau kelipatan selain itu dibuatkan tabel kelipatan.
Peneliti :Selain metode ceramah, diskusi dan permainan apa ibu sudah
menerapkan metode lain atau menggunakan alat peraga seperti itu ?
Guru : Saya belum pernah menerapkan metode yang lain metode yang saya
gunakan masih metode yang umum saja, selain itu untuk menjelaskan
materi pecahan dan operasi hitung campuran bilangan bulat saya juga
belum pernah menggunakan alat peraga. Biasanya kalau yang
menggunakan media berupa alat peraga itu yang materi tentang bangun
datar.
47
TABEL LEMBAR WAWANCARA KEPADA SISWA
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana menurutmu materi
operasi hitung campuran yang
telah disampaikan oleh guru?
2. Apa manfaat mempelajari materi
ini?
3. Bagaimana menurutmu metode
yang digunakan guru dalam
menyampaikan materi ini?
4. Bagaimana menurutmu media
pembelajaran yang telah
digunakan oleh guru?
5. Penyampaian materi tentang
operasi hitung campuran bilangan
bulat jika menggunakan media
berupa alat peraga itu membuat
kalian lebih faham atau tidak?
6. Dan seterusnya.
Peneliti
48
Lampiran 6
FIELD NOTE
Pada hari Minggu 16 Maret 2014 pukul 17.00 WIB (5 sore) peneliti datang
kerumah Ibu Lilik Nuraini yang beralamat di Dusun Miri Dudo, Desa Miri
Gambar, Kec. Sumbergempol, Kab. Tulungagung untuk bertanya apakah Ibu Lilik
Nuraini bersedia untuk di wawancarai mengenai kesulitan peserta didik dalam
memahami pelajaran matematika, ternyata beliau bersedia untuk di wawancarai
mengenai kesulitan peserta didik dalam memahami pelajaran matematika. Beliau
meminta peneliti agar melakukan wawancaranya di sekolah saja pada hari Senin
tanggal 17 Maret 2014 di karenakan pada saat itu Ibu Lilik masih ada acara.
Pada hari Senin tanggal 17 Maret 2014 pukul 09.30 WIB peneliti datang
ke sekolah MIN Pandansari, Ngunut, Tulungagung. Peneliti datang ke sekolah
tersebut dikarenakan Ibu lilik Nuraini merupakan guru matematika kelas IV di
sekolah MIN Pandansari, Ngunut, Tulungagung. Kedatangan peneliti disambut
dengan baik oleh guru-guru yang lain di MIN Pandansari. Karena pada saat
peneliti datang ibu Lilik masih mengajar maka peneliti menunggu ibu Lilik di
kantor dan bercakap-cakap dengan guru mata pelajaran yang lain yang sudah
selesai mengajar. Setelah ibu Lilik selesai mengajar peneliti dipersilahkan untuk
melaksanakan wawancara dengan beliau. Peneliti mulai melaksanakan wawancara
pada pukul 09.45 WIB dan mengakhiri wawancara pada pukul 10.15 WIB dan
kegiatan wawancara tersebut berjalan dengan lancar.
Berikut hasil wawancara peneliti dengan Ibu lilik Nuraini terkait dengan
kesulitan peserta didik dalam memahami pelajaran matematika :
Peneliti : Selamat siang bu ?
Guru : Selamat siang
Peneliti :Sejak kapan ibu menjadi guru matematika disekolah MIN Pandansari
ini?
49
Guru : Saya menjadi guru disekolah MIN Pandansari ini sudah sejak tahun 2004,
tetapi pada saat itu status saya disini masih GTT. Saya menjadi PNS pada
tahun 2009 tetapi angkatan 2007.
Peneliti : Kurikulum apa yang saat ini digunakan dalam proses pembelajaran?
Guru : Kurikulum yang saat ini digunakan dalam pembelajaran di kelas adalah
kurikulum KTSP karena sekolah ini belum menerapkan kurikulum 2013
karena dirasa masih sulit untuk menerapkan kurikulum 2013. Jika
menerapkan kurikulum KTSP mata pelajaran yang satu dengan yang
mata pelajaran yang lain di pisah tidak seperti kurikulum 2013 yang
antara pelajaran satu dengan pelajaran yang lain selalu di kaitkan.
Peneliti : Bagaimana pembelajaran matematika didalam kelas?
Guru : Pembelajaran dikelas dilaksanakan dengan seperti biasa menggunakan
metode ceramah, diskusi, kelompok, permainan dan disesuaikan dengan
materi yang disampaikan.
Peneliti : Apakah ada kesulitan yang ibu alami ketika pembelajaran didalam
kelas?
Guru : Ada, biasanya peserta didik itu suka gaduh jika disaat guru menjelaskan
materi. Supaya peserta didik lebih perhatian lagi dengan materi yang
disampaikan terkadang saya buat beberapa kelompok untuk berdiskusi,
permainan dan peserta didik disuruh mengumpulkan banyak poin setelah
terkumpul banyak nanti yang paling banyak mendapat hadiah.
Peneliti : Apakah ada kesulitan yang dialami peserta didik dalam memahami
materi?
Guru : Ada kesulitan, kesulitannya yaitu anak-anak kurang faham tentang materi
pecahan dan materi hitung campuran pada bilangan bulat positif dan
negatif. Untuk materi pecahan peserta didik terkadang merasa
kebingungan dalam menentukan penyebut pecahan. Pada kelas 4 ini yang
50
lebih banyak itu peserta didik merasa bingung dalam menyelesaikan
operasi hitung campuran bilangan bulat positif dan negatif.
Peneliti : Bagaimana usaha guru untuk mengatasi kesulitan tersebut ?
Guru : Caranya yaitu dengan dijelaskan kembali materinya, jika menggunakan
metode ceramah peserta didik masih belum faham maka menggunakan
metode yang lain seperti yang saya katakan tadi dengan menggunakan
metode diskusi dan permainan. Agar peserta didik lebih mudah dalam
menentukan penyebutnya maka peserta didik dianjurkan untuk
menghafal perkalian atau kelipatan selain itu dibuatkan tabel kelipatan.
Peneliti :Selain metode ceramah, diskusi dan permainan apa ibu sudah
menerapkan metode lain atau menggunakan alat peraga seperti itu ?
Guru : Saya belum pernah menerapkan metode yang lain metode yang saya
gunakan masih metode yang umum saja, selain itu untuk menjelaskan
materi pecahan dan operasi hitung campuran bilangan bulat saya juga
belum pernah menggunakan alat peraga. Biasanya kalau yang
menggunakan media berupa alat peraga itu yang materi tentang bangun
datar.
Analisis Hasil Wawancara :
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti Kurikulum yang saat
ini digunakan dalam pembelajaran di sekolah MIN Pandansari adalah kurikulum
KTSP karena sekolah ini belum menerapkan kurikulum 2013 karena dirasa masih
sulit untuk menerapkan kurikulum 2013. Jika menerapkan kurikulum KTSP mata
pelajaran yang satu dengan yang mata pelajaran yang lain di pisah tidak seperti
kurikulum 2013 yang antara pelajaran satu dengan pelajaran yang lain selalu di
kaitkan.
Pembelajaran dikelas dilaksanakan dengan seperti biasa menggunakan
metode ceramah, diskusi, kelompok, permainan dan disesuaikan dengan materi
yang disampaikan. Guru terkadang mengalami kesulitan karena siswa jika
51
dijelaskan suka gaduh sendiri dan untuk menanggapi hal tersebut guru
menerapkan metode diskusi atau kelompok.
Dalam pemahaman materi siswa mengalami kesulitan, kesulitannya yaitu
siswa kurang faham tentang materi pecahan dan materi hitung campuran pada
bilangan bulat positif dan negatif. Untuk materi pecahan siswa terkadang merasa
kebingungan dalam menentukan penyebut pecahan. Pada kelas 4 ini yang lebih
banyak itu siswa merasa bingung dalam menyelesaikan operasi hitung campuran
bilangan bulat positif dan negatif.
Cara yang dilakukan guru untuk mengatasi masalah pemahaman siswa
tentang materi yaitu dengan dijelaskan kembali materinya, jika menggunakan
metode ceramah siswa masih belum faham maka menggunakan metode yang lain
seperti menggunakan metode diskusi dan permainan. Agar siswa lebih mudah
dalam menentukan penyebutnya maka siswa dianjurkan untuk menghafal
perkalian atau kelipatan selain itu dibuatkan tabel kelipatan. Selain metode diatas
guru belum pernah menerapkan metode yang lain atau menggunakan alat peraga.
Dari hasil wawancara diatas peneliti menyimpulkan bahwa terdapat
masalah utama terkait dengan pembelajaran matematika yang dilaksanakan pada
siswa kelas 4 di MIN Pandansari yaitu kurangnya pemahaman siswa terhadap
operasi hitung campuran bilangan bulat positif dan negatif. Siswa terkadang suka
bingung jika di suruh mengerjakan operasi campuran bilangan positif dengan
bilangan negatif.
Untuk menanggapi masalah yang terjadi tersebut peneliti ingin
menggunakan media berupa alat peraga seperti garis bilangan untuk
meningkatkan pemahaman siswa terkait dengan materi operasi hitung campuran
bilangan bulat positif dan negatif. Peneliti ingin menggunakan media berupa alat
peraga karena dirasa media tersebut cocok dan selain itu guru mata pelajaran
matematika di sekolah tersebut belum pernah menggunakan media berupa alat
peraga agar siswa lebih mengerti tentang materi tersebut.
Dari masalah yang terdapat diatas dan bagaimana penyelesaian yang akan
dilaksanakan peneliti dalam meningkatkan pemahaman siswa terkait dengan
52
materi operasi hitung campuran bilangan bulat positif dan negatif . Peneliti ingin
mengambil judul penelitian tindakan kelas “Upaya meningkatkan pemahaman
operasi hitung campuran bilangan bulat dengan menggunakan alat peraga pada
siswa kelas 4 di MIN Pandansari”.
Dokumentasi pada saat wawancara:
53
54