shamadabdus.files.wordpress.com€¦ · web view2013. 2. 4. · , kami akan membahas sedikit...
TRANSCRIPT
KONSEP KETUHANAN ANIMISME DAN DINAMISME
Makalah
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Agama
Oleh:
ABD.SHAMAD
E01211001
Dosen Pengampu:
Drs. Kasno, M.Ag
NIP : 195912011986031006
JURUSAN AKIDAH FILSAFAT
FAKULTAS USHULUDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, berkat rahmat, hidayah dan inayah Allah kami dapat
merampungkan makalah ini. Walaupun banyak hal yang harus ditempuh
sebelumnya, namun hasil akhirnya sudah membanggakan kami secara pribadi.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW sebagai peletak dasar Islam. Shalawat dan salam juga semoga tercurahkan
kepada sahabat dan kerabatnya yang telah membantu perjuangan penyebaran
agama Islam.
Dalam makalah yang berjudul Konsep Ketuhanan Animisme dan
Dinamismme, kami akan membahas sedikit banyak tentang perkembangan
kepercayaan manusia pada awalnya. Bagaimana kepercayaan mereka sebelum
sampai pada apa yang ditemukan sekarang. Animisme sebagai kepercayaan pada
roh dan dinamisme sebagai kepercayaan pada kekuatan gaib yang melekat pada
benda-benda terus berkembang sesuai keadaan sosial kemasyarakatan dan
kebutuhan masing-masing.
Terakhir kali, kami ucapkan banyak terimakasih kepada Dosen pengajar
dan teman-teman yang telah ikut berpatisipasi baik aktif maupun pasif dalam
merampungkan makalah ini. Dan Sebagai manusia yang tidak lepas dari lupa dan
salah, dalam makalah ini tentunya banyak ditemukan berbagai kesalahan dan
kelalaian. Maka dari itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam
kesempurnaan makalah ini sangat kami harapkan.
Harapan kami, semoga makalah ini memberikan kemanfaatan bagi para
pembaca, baik dari kalangan akademisi atau mereka yang ingin mengetahui
sedikit banyak tentang konsep ketuhanan menurut kepercayaan animisme dan
dinamisme.
Surabaya, 19 Desenber 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses perkembangan manusia tidak lepas dari sejarahnya. Berawal dari
yang paling kecil dan terkesan kekanak-kanakan sampai besar dengan
kedewasaan. Semua berjalan beriringan mengikuti alurnya waktu dan kebutuhan
yang harus dipenuhinya. Kebutuhan ini bisa berupa kebutuhan jasmani atau
rohani yang mewarnai corak perkembangannya masing-masing mengantarkan
manusia ke pintu kesempurnaan.
Dalam sejarah peradaban, dikenal beberapa zaman dalam pemetaan. Ada
zaman batu, perunggu sampai pada zaman kontemporer yang segalanya tampak
serba mudah dan terpenuhi. Begitulah manusia dengan ketidakpuasannya
melakukan perubahan dalam efisiensi dan pemenuhan kebutuhan sesuai harapan.
Meskipun di balik semua itu banyak juga yang dikorbankan sebagai nilai tukar
dari perubahan dalam progresifitas sejarah kehidupan.
Selain perkembangan peradaban, perkembangan kepercayaan atau
keyakinan dalam ranah spiritual juga tida bisa terpisahkan sebagai roh dari sekian
perubahan. Kepercayaan ini juga beralan seiring perkembangan pola piker
manusia. Dan semakin maju manusia, maka semakin sedikit Tuhan-Tuhan yang
dipercayainya sebagai jawaban dari kelemahannya.
Dalam sejarahnya banyak ditemukan berbagai kepercayaan sesuai
kebutuhan dalam perkembangan manusia. Berawal dari banyak Tuhan dalam
menerangkan ketidakmampuan dan kebodohan sampai pada kepercayaan akan
satu Tuhan yang mengungguli segalanya. Namun, akankah semua konsep
kepercayaan lama ikut terpendam dan tinggal sejarahnya?. Animisme dan
Dinamisme misalnya, tidak adakah pengaruh dan praktik-praktik mereka sekarang
walau tidak dalam bungkus aliran lamanya?. Terkait hal ini, kami merasa tertarik
untuk menulis sebuah makalah yang mencoba membongkar konsep-konsep
ketuhanan lama, khususnya Dinamisme dan Animisme agar apa yang dijalankan
sekarang menjadi semakin jelas dan terlepas dari kepercayaan lama yang tidak
diperlukan dengan wajah-wajah barunya.
B. umusan Masalah
Dalam makalah ini, kami akan membahas sedikit banyak tentang:
1. Apa itu agama, pengertian dan sejarahnya?
2. Apa itu Dinamisme dan Animisme?
3. Bagaimana konsep ketuhanan Dinamisme dan Animisme?
4. Bagaimana keadaan Dinamisme dan Animisme di dunia Moderen?
5. Adakah contoh konkret dari kepercayaan Animisme dan Dinamisme
sekarang?
C. Tujuan
Setelah memabaca makalah ini, kami mengharapkan pembaca mengerti
sedikit banyak tentang:
1. Agama, pengertian dan sejarahnya.
2. Pengertian Dinamisme dan Animisme.
3. Konsep ketuhanan Dinamisme dan Animisme.
4. Dinamisme dan Animisme dalam dunia moderen.
5. Mengetahui contoh konkret Dinamisme dan Animisme dalam bentuk
azimat.
BAB II
ANIMISME DAN DINAMISME
A. Agama, Pengertian dan Sejarah
Menurut sebagian pendapat, agama berasal dari bahasa sansekerta yang
diartikan dengan haluan dan jalan. Pendapat lain mengatakan bahwa agama
berasal dari dua buah kata, yaitu A yang artinya tidak, dan GAMA yang artinya
kacau balau. Jadi agama adalah tidak adanya kacau balau atau dengan kata lain
teratur. Dari sini dapat disimpulkan bahwa hidup beragama adalah hidup yang
teratur, sesuai dengan haluan atau jalan yang telah dilimpahkan Tuhan dengan
dijiwai oleh semangat kebaktian.
Pada dasarnya beragama merupakan kecenderungan manusia yang sesuai
dengan instink dan fitrahnya untuk mengakui adanya kekuatan yang luar biasa di
atas alam yang ada ini. Di sini memeluk sebuah agama merupakan tuntutan hati
nurani manusia. Mengingkari agama berarti mengingkari hati nuraninya sendiri.
Hal ini bisa dibuktikan dengan peristiwa-peristiwa mereka yang mengngkari
agama ketika mendapat kesulitan atau sesuatu yang di luar kemampuannya lalu
menyebut nama Tuhan sebagai pelarian. Walau terkadang Tuhan yang disebutnya
bisa saja tanpa nama. Karena ketika Tuhan bisa diungkapkan dengan banyak
nama, maka otomatis Dia bisa diungkapkan tanpa nama.
Paham beragama ini terus berkembang seiring dengan perkembangan
pikiran manusia dan kebutuhan-kebutuhan mereka. Semakin maju ilmu manusia
yang berarti lebih banyak yang dapat dilakukannya sendiri, maka semakin sedikit
Tuhan yang dipercayainya. Hali ini dapat dilihat dari perubahan berangsur-angsur
dari keyakinan akan banyak Tuhan (polytheisme) sampai pada keyakinan akan
satu Tuhan (monotheisme).
Adapun unsur-unsur sebuah agama yang membangun dan dilestarikan
adalah sebagai berikut:
1. Adanya kekuatan gaib yang diyakini (Tuhan)
2. Adanya perasaan takut dan cinta (keimanan)
3. Paham adanya keyakinan yang disucikan (konsep ketuhanan)
4. Adanya keyakinan bahwa kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat tergantung
dengan adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang diyakini (Tuhan).1
B. Pengertian Dinamisme dan Animisme
Sebelum masuk pada pembahasan konsep ketuhanan Dinamisme dan
Animisme, terlebih dahulu seseorang perlu mengetahui pengertian dari
Dinamisme dan Animisme untuk mempermudah pemahaman dan menghindari
kesalah pahaman dengan menyelaraskan pemahaman dari pengertian yang
mungkin saja sebelumnya berbeda. Dan eksisnya suatu hal sebenarnya tidak jauh
dari definisinya sendiri sebagai kata universal yang mewakilinya dengan
memasukkan cakupan dan pembersihan dari hal-hal luar yang tidak berhubungan
dalam mempertegas kategori dan ruang lingkupnya. Oleh karena itu, makalah ini
pun dimulai dari penjelasan sebuah definisi.
a) Dinamisme
Secara etimologis, dinamisme berasal dari kata Yunani dynamis atau
dynaomos yang artinya kekuatan atau tenaga. Dari sini dapatdiambil kata
kunci dari dinamisme yaitu kekuatan atau tenaga. Jika dikembangkan dalam
sebuah pengertian tentang aliran akan didapatkan sebagai kepercayaan
(anggapan) akan adanya kekuatan atau gaib yang terdapat pada berbagai
barang, baik yang hidup atau mati di mana kuatan gaib ini memancarkan
pengaruhnya secara gaib pula pada apa yang ada di sekitarnya.
Dalam Kamus Ilmiah Populer yang disusun Tim Pustaka Agung Harapan,
dinamisme diartikan sebagai kepercayaan primitif di mana semua benda
mempunyai kekuatan yang bersifat gaib.2 Orang primitif dengan
pengetahuannya yang minim mempercayai hal ini sebagi jawaban dari
ketidakmampuannya dalam mengungkap dan memahaminya lebih dalam.
Sementara hal-hal tersebut dengan berbagai kegunaannya tidak pernah llepas
dari kehidupan. Dan kepercayaan akan kekuatan gaib di dalamnya mungkin
1Abu Ahmadi, Perbandingan Agama, (PT. Rineka Cipta; Jakarta, 1991), 082Tim Pustaka Agung Harapan, Kamus Ilmiah Populer (Pustaka Agung Harapan,
Surabaya) 103
menjadi satu-satunya cara mereka menjelaskan dan memahami berbagai
kejadian dalam menghapus rasa penasaran yang selalu memburunya.
b) Animisme
Kata animisme berasal dari anima yang berarti nyawa atau roh. Kata roh di
sini menjadi kata kunci dalam pemahaman konsep animisme. Kalau
dikembangkan, animisme dapat diartikan sebagai sebuah kepercayaan
terhadap adanya makhluk halus atau roh-roh yang ada pada setiap benda baik
benda hidup atau benda mati sekalipun. Tidak hanya percaya, mereka bahkan
memuliakan roh-roh tersebut. Penghormatan ini dilakukan agar tidak
mendapat gangguan mereka tetapi justru mendapat keberuntungan dari mereka
dengan adanya penghormatan. Karena roh-roh ini dapat memberi banyak
manfaat (dalam keyakinan mereka) dan dapat dimintai pertolongan.
Sedangkan pengertian roh dalam masyarakat primitif tidak sama dengan
pengertian roh pada masyarakat modern. Masyarakat primitif belum bisa
membayangkan roh yang bersifat immateri. Karenanya, roh terdiri atas materi
yang sangat halus sekali. Sifat dari roh ini adalah memiliki bentuk, umur, dan
mampu makan.3 Hal ini dapat diketahui dari sesajen yang diberikan
masyarakat primitif sebagai bentuk hadiah pada roh-roh tersebut.
Teori animisme ini, pertama kali dikemukakan oleh taylor, seorang sarjana
aliran evolusionisme bangsa Inggris yang mengatakan bahwa segala seuatu
yang ada di dunia ini semuanya bernyawa (memiliki roh). Dan roh-roh ini ada
yang melekat pada diri manusia yang disebut jiwa, ada juga yang tidak
melekat pada diri manusia atau terpisah dari badan, seperti lelembut atau
hantu, genderuwo dan lainnya. Kepercayaan animisme ini merupakan asas
kepercayaan agama manusia primitif.
Meskipun masih belum diakui sepenuhnya sebagai agama, menurut Tylor
ada empat tahap proses yang dilalui animisme untuk bisa diakui sebagai
agama primitif. Tahap pertama, masyarakat primitif mengkhayalkan adanya
hantu jiwa (ghost-soul) orang mati yang mengunjungi orang hidup. Hantu jiwa
3Loekisno Choiril Warsito, Paham Ketuhanan Modern Sejarah Dan Pokok-Pokok Ajarannya, (Surabaya: Elkaf, 2003), 62.
inilah yang mengganggu orang-orang yang masih hidup. Tahap kedua, jiwa
menampakkan diri. Tahap ketiga, timbul kepercayaan dalam masyarakat
tersebut bahwa segala sesuatu berjiwa. Tahap keempat, dari yang berjiwa itu
ada yang menonjol, seperti pohon besar atau batu yang aneh. Akhirnya, yang
paling menonjol dari kesemuanya itu disembah.4
C. Konsep Ketuhanan dan Peribadatan
Selain adanya hal yang dipyakini dan yang meyakini, salah satu syarat
agama adalah adanya konsep kepercayaan atau ketuhanan yang membedakannya
dari yang lain. Begitu pula dalam dinamisme dan animisme sebagai sebuah
kepercayaan. Berangkat dari berbagai pengertian di atas, dapat dimunculkan
beberapa konsep sebagaimana berikut:
a. Dinamisme
Sebagai kepercayaan terhadap benda yang memiliki kekuatan gaib, dalam
dinamisme dilakukan klasifikasi benda-benda yang memancarkan kekuatan
gaib menjadi tiga bagian.5
1. Benda-benda keramat
Yang dimaksud benda-benda keramat bagi orang primitif ialah benda yang
memiliki kekuatan luar biasa dan jarang ditemukan bandingnya sehingga
bagi mereka terkesan gaib, seperti logam mas, perak, besi dan lainnya.
Dan untuk menyatakan kekeramatannya, ada berbagai kriteria dengan
masing-masing bagian mempunyai kesaktiannya (makna) sendiri-sendiri.
Misalnya ada kebiasaan di Goa untuk menimbang sepotong rantai dari
emas pada tiap-tiap tahun. Kalau beratnya bertambah ada harapan baik
bagi kerajaan. Sebaliknya jika berkurang maka berarti malapetaka.
2. Binatang-binatang keramat
Pada kepercayaan bangsa primitif, terdapat suatu anggapan terhadap
beberapa jenis binatang yang keramat. Binatang-binatang ini dilarang
diburu kecuali pada waktu suci. Bahkan ada binatang yang dianggap dapat
4Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama Wisata Pemikiran Dan Kepercayaan Manusia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), 63.
5Ahmadi, Perbandingan Agama, 35-39
menurunkan manusia. Pada umumnya binatang keramat ini dimiliki tiap-
tiap klan dan sangat dihormati. Selain itu, binatang ini dilarang dianiaya,
diburu sewenang-wenang dan dimakan dagingnya dengan sembarangan.
Dan hanya dengan upacara-upacara resmi saja diadakan penyembelihan
hewan-hewan ini. Seperti buaya, harimau, perkutut dan lainnya.
3. Orang-orang keramat
Dalam masyarakat primitif ada kepercayaan bahwa beberapa manusia ada
yang dianggap suci, bertuah, keramat dan sebagainya. Mereka dihormati
lebih dari yang lainnya, baik karena keturunannya maupun karena
ilmunya. Menurut mereka, orang-orang tersebut memiliki kekuatan gaib.
Misalnya dalam pewayangan. Kresna dan Rama dianggap penjelmaan
Wisnu. Sehingga mereka diyakini sakti, berhak memerintak kerajaan dan
mendapat kedudukan tinggi dalam masyarakat. Selain itu, dalam zaman
sekarang ada kiai dalam masyarkat pedesaan yang selalu didewakan
seakan tidak pernah salah. Hal ini merupakan sisa-sisa dinamisme.
b. Animisme
E.B Tylor berpendapat bahwa agama primitif timbul dari animisme. Maka
dapat dikatakan bahwa animisme adalah cikal bakal agama. Karena sesuai
dasar pertama dalam agama yakni iman atau percaya, maka hal ini dirasa
benar adanya. Lebih lanjut Tylor menjelaskan karakteristik yang dimiliki
semua agama, baik besar maupun kecil, kuno atau modern adalah kepercayaan
pada roh yang berpikir, bertindak, dan merasa seperti pribadi manusia.6 Inilah
yang menjadi titik persamaannya dengan animisme, yakni percaya pada roh.
Apabila ditinjau dari bentuknya, animisme memiliki beberapa sifat yang
menyerupai sifat agama, misalnya dalam animisme orang mempercayai
barang yang gaib dan barang-barang ruhaniah, memuja kekuatan dan
kekuasaan yang maha tinggi untuk mendapatkan limpahan kasih saying dan
kebahagiaan hidupnya, insyaf akan kelemahan manusia sehingga mereka
dengan rela dan patuh menyandarkan diri pada kekuatan gaib.
6Daniel L. Pals, Seven Theories Of Religion Dari Animisme E.B. Tylor, Materialisme Karl Marx Hingga Antropologi C. Geertz, (Yogyakarta: Qalam, 2001), 41.
Dalam kepercayaan animisme ini, terdapat banyak ragam kepercayaan.
Kepercayaan-kepercayaan tersebut dikelompokkan menjadi empat.7
1. Kepercayaan dan penyembahan kepada alam (Naturewonship). Seperti
penyembahan pada api, matahari, bintang dan lainnya.
2. Kepercayaan dan penyembahan kepada benda-benda (folishworship).
Dalam anggapan mereka siapa saja yang memakai atau menggunakan
benda-benda tersebut akan terhindar dari malapetaka dan kesengsaraan
hidup. Seperti kepercayaan pada batu akik, besi buat jimat, air buat obat,
api untuk membakar mayat dan lainnya
3. Kepercayaan dan penyembahan kepada binatang binatang
(animalworship). Binatang-binatang ini dipuja karena dianggap
memberikan keselamatan dan kemanfaatan. Seperti sapi di Bali, Lembu di
Mesir, ular di india, buaya dan lainnya.
4. Kepercayaan dan penyembahan kepada roh nenek moyang (ancestor-
worship). Dalam kepercayaan orang primitif, roh orang-orang yang sudah
mati masih hidup dan dapat diminta pertolongannya. Maka tidak jarang
lagi orang yang mengadakan peringatan bagi si mati selama tiga atau tujuh
hari, seratus hari dan seterusnya. Ditambah dengan pemberian sesajen
kepada roh-roh btersebut. Bahkan roh-roh ini dapat dipanggil oleh orang-
orang tertentu untuk dimintai doa restu dan lainnya.
D. Dinamisme dan Animisme dalam Dunia Moderen
Ketika berbicara tentang dunia moderen, terbayang dalam benak seseorang
berbagai alat canggih, obat-obatan teruji dan lainnya. Hal ini hanya memandang
kulit luarnya saja tanpa menyatu dengan kehidupan yang sebenarnya. Dalam
masyarakat yang katanya moderen, ternyata masih banyak ditemukan praktik-
praktik pembuatan dan penggunaan azimat, meminta tolong orang pintar agar
tidak turun hujan ketika hajatan, kekuatan keris dan lainnya.
Fenomena di atas terjadi di pedesaan maupun di kota besar seperti
Surabaya. Hal tersebut sudah menjadi kebiasaan dan banyak ditemukan penulis di
7Ahmadi, Perbandingan Agama, 42-46
desanya juga di sebuah pondok yang ditempati sekarang di Surabaya. Yang
diketahui penulis, sesepuh pondok membuat azimat dengan tulisan tangan lalu di-
scan dan tinggal memperbanyak (biasanya santri yang melakukan). Selebihnya
tentang yang lain-lain terkait dengan petunjuk atau himabuan tidak diketahui.
Karena hal tersebut berhubungan dengan sesepuh dan tamunya. Di akhir makalah
ini penulis melampirkan contoh azimat yang pernah dia print.
Bertolak belakang dengan fenomena di atas, sebagian orang (peneliti)
mengatakan bahwa agama lahir untuk menjawab ketidakmampuan atau
keterbatasan manusia. Sehingga ketika melihat sejarah manusia yang tidak
sanggup menjelaskan alam, mereka menuhankan alam. Hal ini terus berkembang
dari sekian banyak kekuatan yang dipercaya samapai pada satu kekuatan tertinggi
(monoteisme) seiring dengan perkembangan manusia. Dan menurut mereka
(peneliti) agama ini akan hilang setelah manusia semakin maju dan sanggup
menjelaskan segalanya.
Apa yang dikatakan di atas tidak sepenuhnya benar. Apa lagi melihat
fenomena yang ada di mana Dinamisme dan Animisme sebagai kepercayaan yang
sering dikaitkan dengan masyarakat primitif, ternyata masih banyak ditemukan
prakteknya di dunia moderen sekarang ini. Bahkan bisa dikatakan berkembang
dengan semakin banyaknya penemuan hal-hal baru.
Eksisnya Dinamisme dan Animisme dalam dunia moderen, khususnya di
pedesaan memberikan sinyal bahwa kepercayaan ini seakan menyatu dengan
manusia dan tidak bisa ditinggalkan, tetapi hanya perlu diluruskan. Karena
dipercayai atau tidak, mereka yang merasakan efeknya (kekuatan) tidak mungkin
menolaknya. Dan terkait hal-hal gaib yang tidak tampak oleh mata, di sini bukan
wilayah pengetahuan yang mudah diterangkan dan pembuktiannya dirasakan
banyak orang. Tetapi harus mempunyai pengalaman sendiri dalam membuktikan
objektivitasnya.
Dalam kitab-kitab kuno karya ulama salaf sendiri, banyak ditemukan
beberapa ajaran atau tulisan yang mengandung unsur Animisme dan Dinamisme.
Selain azimat dan keutamaan-keutamaan, ada juga ayat atau bacaan-bacaan
tertentu yang memiliki formula dengan ketentuannya. Kitab yang terkenal dalam
bahasannya akan hal yang mengandung Animisme dan Dinamisme ini seperti Abu
Ma’syar dan Syamsul Ma’arif yang biasa dipegang dan menjadi rujukan para kiai.
Contoh yang dapat diambil dalam Islam sendiri misalnya keutamaan hari tertentu,
ayat-ayat yang memiliki nilai lebih ketika dibaca sesuai prosedur yang ditentukan,
keutamaan nama-nama tertentu dan lainnya.
E. Contoh Azimat Pelarisan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Paham beragama terus berkembang seiring dengan perkembangan pikiran
manusia dan kebutuhan-kebutuhan mereka. Semakin maju ilmu manusia yang
berarti lebih banyak yang dapat dilakukannya sendiri, maka semakin sedikit
Tuhan yang dipercayainya. Hali ini dapat dilihat dari perubahan berangsur-angsur
dari keyakinan akan banyak Tuhan (polytheisme) sampai pada keyakinan akan
satu Tuhan (monotheisme).
Secara etimologis, dinamisme berasal dari kata Yunani dynamis atau
dynaomos yang artinya kekuatan atau tenaga. Dari sini dapatdiambil kata kunci
dari dinamisme yaitu kekuatan atau tenaga. Jika dikembangkan dalam sebuah
pengertian tentang aliran akan didapatkan sebagai kepercayaan (anggapan) akan
adanya kekuatan atau gaib yang terdapat pada berbagai barang, baik yang hidup
atau mati di mana kuatan gaib ini memancarkan pengaruhnya secara gaib pula
pada apa yang ada di sekitarnya.
Sebagai kepercayaan terhadap benda yang memiliki kekuatan gaib, dalam
dinamisme dilakukan klasifikasi benda-benda yang memancarkan kekuatan gaib
menjadi tiga bagian.
1. Benda-benda keramat
2. Binatang-binatang keramat
3. Orang-orang keramat
Kata animisme berasal dari anima yang berarti nyawa atau roh. Kata roh di
sini menjadi kata kunci dalam pemahaman konsep animisme. Kalau
dikembangkan, animisme dapat diartikan sebagai sebuah kepercayaan terhadap
adanya makhluk halus atau roh-roh yang ada pada setiap benda baik benda hidup
atau benda mati sekalipun. Tidak hanya percaya, mereka bahkan memuliakan roh-
roh tersebut. Penghormatan ini dilakukan agar tidak mendapat gangguan mereka
tetapi justru mendapat keberuntungan dari mereka dengan adanya penghormatan.
Karena roh-roh ini dapat memberi banyak manfaat (dalam keyakinan mereka) dan
dapat dimintai pertolongan.
Dalam kepercayaan animisme ini, terdapat banyak ragam kepercayaan.
Kepercayaan-kepercayaan tersebut dikelompokkan menjadi empat.
1. Kepercayaan dan penyembahan kepada alam (Naturewonship). Seperti
penyembahan pada api, matahari, bintang dan lainnya.
2. Kepercayaan dan penyembahan kepada benda-benda (folishworship). Dalam
anggapan mereka siapa saja yang memakai atau menggunakan benda-benda
tersebut akan terhindar dari malapetaka dan kesengsaraan hidup. Seperti
kepercayaan pada batu akik, besi buat jimat, air buat obat, api untuk
membakar mayat dan lainnya
3. Kepercayaan dan penyembahan kepada binatang binatang (animalworship).
Binatang-binatang ini dipuja karena dianggap memberikan keselamatan dan
kemanfaatan. Seperti sapi di Bali, Lembu di Mesir, ular di india, buaya dan
lainnya.
4. Kepercayaan dan penyembahan kepada roh nenek moyang (ancestor-worship).
Dalam kepercayaan orang primitif, roh orang-orang yang sudah mati masih
hidup dan dapat diminta pertolongannya. Maka tidak jarang lagi orang yang
mengadakan peringatan bagi si mati selama tiga atau tujuh hari, seratus hari
dan seterusnya. Ditambah dengan pemberian sesajen kepada roh-roh
btersebut. Bahkan roh-roh ini dapat dipanggil oleh orang-orang tertentu untuk
dimintai doa restu dan lainnya.
B. Saran
Dalam menanggapi berbagai macam agama, sebaiknya seseorang tidak
terlalu ekstrim atau bersikap fanatic yang berlebihan terhadap keyakinannya.
Sehingga tercipta kerukunan antar-agama dan bisa saling bekerjasama dalam
membangun Negara. Karena walau bagaimanapun semuanya terpengaruh oleh
latar belakang masing-mamsing dan pengetahuannya. Selain itu, semuanya tidak
yang memberikan garansi keselamatan kecuali janji-janji saja sesuai kepercayaan
dan sama-sama memiliki peluang keselamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1991. Perbandingan Agama. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Agama Wisata Pemikiran Dan Kepercayaan Manusia.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009.
Pals, Daniel L. Seven Theories Of Religion Dari Animisme E.B. Tylor,
Materialisme Karl Marx Hingga Antropologi C. Geertz. Yogyakarta:
Qalam, 2001.
Tim Pustaka Agung Harapan. ________. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:
Pustaka Agung Harapan.
Warsito, Loekisno Choiril. Paham Ketuhanan Modern Sejarah Dan Pokok-Pokok
Ajarannya. Surabaya: Elkaf, 2003.