aliran kepercayaan agama ahmadiyah

Upload: jhesa

Post on 16-Jul-2015

181 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

ALIRAN KEPERCAYAAN AGAMA AHMADIYAHKATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Ahmadiyah ini dengan baik. Dalam makalah ini dibahas tentang asal mula Ahmadiyah, pendiri Dalam pembuatan makalah ini, penulis tidak bisa lepas dari beberapa pihak, oleh karena itu dalam karya tulis ini pula penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada: 1. Kedua orang tua yang telah membesarkan, mengasuh, membiayai pendidikan penulis dengan ikhlas dan selalu mendoakan penulis dengan sebaik-baik doa. 2. Drs. H.Bakharudin Fannani,M.A selaku dosen pembimbing matakuliah Study AgamaAgama yang telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi yang berupa tenaga maupun fikiran demi terselesaikannya makalah ini. 3. Semua pihak yang banyak membantu dan memberi semangat kepada penulis. Makalah ini tersusun dalam bentuk yang masih sederhana dan banyak kekurangan, walaupun penulis telah berusaha maksimal. Untuk itulah penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Terakhir kalinya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Dan hanya kepada Allah SWT kita memohon taufiq dan hidayah-Nya. Penulis DAFTAR ISI Kata Pengantar.1 Daftar Isi...2 Bab I Pendahuluan3 a. Latar Belakang Masalah3 b. Rumusan Masalah..3 c. Tujuan Penulisan Makalah4 Bab II Pembahasan5 a. Pendiri Ahmadiyah....5 b. Sejarah Berdirinya Ahmadiyah.6 c. Dua Kelompok Ahmadiyah...9 d. Gerakan Ahmadiyah di Indonesia.10 e. Tadzkirah: Wahyu dan Al-Quran.12 Bab III Penutup.14 a. Kesimpulan14

Daftar Pustaka...15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mirza Ghulam Ahmad merupakan antek dan pembela penjajah Inggris sewaktu orang-orang Muslim dan Hindu berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan. Sekarang khalifah-khalifah Mirza Ghulam Ahmad menetap di Inggris karena negara-negara Muslim tidak mau menerima mereka disebabkan ajaran-ajarannya yang sesat dan menyesatkan. Mereka mendapatkan kembali perlindungan majikannya yang terdahulu, yaitu pemerintah Inggris sang Penjajah (Pemerintah biadab yang membunuh ribuan kaum muslimin di India pada saat itu). Mirza Ghulam Ahmad yang mengaku sebagai Nabi dan Rasul serta mengharamkan hukum Jihad mendapatkan inspirasi (mengaku Nabi dan Rasul secara bertahap) dari pemerintah Inggris yang menjajah India selama kurang lebih 100 tahun. Sokongan Inggris kepada Mirza Ghulami Ahmad bertujuan agar penduduk India (khususnya Muslim) tidak melakukan perlawanan terhadap mereka. Inggris baru keluar dari India pada tahun 1947 dengan dideklarasinya kemerdekaan Negara India dan Pakistan. Dulunya Mirza Ghulami Ahmad mengharamkan hukum Jihad melawan penjajah Inggris, maka sekarang Ahmadiyah mendapatkan pembelaan dari mereka atas dasar balas jasa, bukan alasan HAM, karena sebenarnya penjajahan itu sendiri bertentangan dan melanggar hak asasi manusia. Kalau saja orang-orang Muslim dan Hindu di India pada saat itu mengikuti ajaran Ahmadiyah, mungkin sampai sekarang mereka belum mendapatkan kemerdekaan. Begitu juga kalau orang Indonesia mengikuti ajaran Ahmadiyah yang masuk ke Negeri ini sejak tahun 1925, mungkin juga kita sebagai bangsa Indonesia masih dijajah oleh Belanda dan sampai sekarang kita tidak mendapatkan kemerdekaan. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, maka dapat ditarik rumusan permasalahan sebagai berikut: a. Siapakah Pendiri Ahmadiyah? b. Bagaimanakah Sejarah Berdirinya Ahmadiyah? c. Apasajakah Dua Kelompok Ahmadiyah? d. Bagaimanakah Gerakan Ahmadiyah di Indonesia? e. Apakah Kitab Ahmadiyah? C. Tujuan Penulisan Makalah Tujuan dibuatnya makalah ini selain memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi AgamaAgama adalah untuk mengetahui: a. Pendiri Ahmadiyah

b. Sejarah Berdirinya Ahmadiyah c. Dua Kelompok atau Golongan yang terdapat dalam Ahmadiyah d. Gerakan Ahmadiyah di Indonesia (GAI) e. Tadzkirah: Wahyu dan al-Quran

BABA II PEMBAHASAN A. Pendiri Ahmadiyah Pendiri ahmadiyah bernama lengkap Mirza Ghulam Ahmad bin Mirza Ghulam Murtadza bin Atha Muhammad bin Gull Muhammad. Mirza Ghulam Ahmad dilahirkan di kota Qadiyan, Distrik kabupaten Gurdaspur, Propinsi Punjab, India. Dia tumbuh dari keluarga yang terkenal suka khianat kepada agama dan negara. Begitulah dia tumbuh, mengabdi kepada penjajahan dan senantiasa mentaatinya. Ketika dia mengangkat dirinya menjadi nabi, kaum muslimin bergabung menyibukkan diri dengannya sehingga mengalihkan perhatian dari jihad melawan penjajahan Inggris. Oleh pengikutnya dia dikenal sebagai orang yang suka menghasut/berbohong, banyak penyakit, dan pecandu narkotik. Adapun mengenai tahun kelahirannya, ada beberapa versi berbeda yaitu: 1) Menurut Mirza Ghulam Ahmad, dia dilahirkan pada tahun 1839 atau 1840 M. Saat itu adalah akhir zaman pemerintahan Sikh. (Dia mengaku) pada tahun 1857 M dia (Mirza Ghulam Ahmad) berumur 16 tahun, dan jenggot serta kumisnya belum tumbuh. 2) Menurut Mirza Ghulam Ahmad, dia dilahirkan pada tahun 1845 M.[1] 3) Menurut Tabib Nuruddin, Khalifah Ahmadiyah pertama, Mirza Ghulam Ahmad lahir pada tahun 1840 M.[2] 4) Menurut anaknya, Mirza Ghulam Ahmad lahir pada tahun 1836 atau 1837 M.[3] 5) Menurut anaknya Mirza Ghulam Ahmad dilahirkan pada tanggal 13 februari 1835 M bertepatan dengan tanggal 14 syawal 1250 H, yaitu pada hari jumat.[4] 6) Menurut anaknya, Mirza Ghulam Ahmad lahir pada tahun 1831 M, ada juga yang bilang dia dilahirkan tanggal 17 februari 1832 M, dan menurut anaknya, dia juga lahir pada tahun 1833 atau 1834.[5] Dengan banyaknya versi tentang tahun kelahiran Mirza Ghulam Ahmad, tentunya menjadi tidak lazim karena hamper setiap tahun mulai dari tahun 1831 s/d 1840 dan 1845 Mirza Ghulam Ahmad dilahirkan. Hal itu terjadi karena klaim Mirza Ghulam Ahmad mendapat ilham dan mukjizat yang berkaitan erat dengan umurnya sendiri. Ketika tidak ada kecocokan antara

ilham dan mukjizat yang diterima oleh Mirza Ghulam Ahmad dengan usia hidupnya, maka tahun kelahirannya tidak menetapkan secara pasti. Tujuannya agar para pengikut ahmadiyah mempercayai ilham dan mukjizat yang Mirza Ghulam Ahmad terima sebagai sebuah kebenaran, sebagaimana keyakinan mereka terhadap kenabian Mirza Ghulam Ahmad dan ajarannya. Di antara yang melawan dakwah Mirza Ghulam Ahmad adalah Syaikh Abdul Wafa, seorang pemimpin Jamiah Ahlul Hadits di India. Beliau mendebat dan mematahkan hujjah Mirza Ghulam Ahmad, menyingkap keburukan yang disembunyikannya, kekufuran serta penyimpangan pengakuannya. Ketika Mirza Ghulam Ahmad masih juga belum kembali kepada petunjuk kebenaran, Syaikh Abul Wafa mengajaknya ber-mubahalah (berdoa bersama), agar Allah mematikan siapa yang berdusta di antara mereka, dan yang benar tetap hidup. Tidak lama setelah bermubahalah, Mirza Ghulam Ahmad menemui ajalnya tahun 1908M. Pada awalnya Mirza Ghulam Ahmad berdakwah sebagaimana para dai Islam yang lain, sehingga berkumpul di sekelilingnya orang-orang yang mendukungnya. Selanjutnya dia mengklaim bahwa dirinya adalah seorang mujaddid (pembaharu). Pada tahap berikutnya dia mengklaim dirinya sebagai Mahdi Al-Muntazhar dan Masih Al-Maud. Lalu setelah itu mengaku sebagai nabi dan menyatakan bahwa kenabiannya lebih tinggi dan agung dari kenabian Nabi kita Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. B. Sejarah Lahirnya Ahmadiyah Sejarah Ahmadiyah tidak lepas dari pendirinya yaitu Mirza Ghulam Ahmad. Seorang pengikut ahmadiyah yang kemudian menjadi khalifah II, Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad menulis riwayat hidup Mirza Ghulam Ahmad. Berikut petikannya: Pendiri Jemaat Ahmadiyah bernama Hazrat MIrza Ghulam Ahmad. Nama beliau yang asli hanyalah Ghulam Ahmad. Mirza melambangkan keturunan Moghul (Kerajaan Islam yang pernah ada di India). Kebisaannya adalah suka menggunakan nama Ahmad bagi nama beliau secara ringkas. Maka, waktu menerima baiat dari orang-orang, beliau hanya memakai nama ahmad. Dalam ilham-ilham, Allah Taala sering memanggil beliau dengan nama Ahmad juga. Hazrat Ahmad lahir pada tanggal 13 februari 1835 M, atau 14 Syawal 1230H, hari jumat pada waktu sholat subuh, di rumah Mirza Ghulam Murtaza di desa Qadian. Beliau lahir kembar, saat ia lahir, beserta beliau lahir pula seorang anak perempuan yang tidak berapa lama kemudian meninggal. Demikianlah sempurna sudah kabar gaib yang tertera di dalam kitab-kitab agama Islam bahwa Imam Mahdi akan lahir kembar. Qadian terletak 57km sebelah timur kota Lahore, dan 24km kota Amritsar di propinsi Punjab India. Lebih jauh perkembangan pergerakan ini ditulis: Pergerakan jamaah Ahmadiyah dalam islam adalah suatu organisasi keagamaan dengan ruang lingkup internasional yang memiliki cabang di 174 negara tersebar di Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia, Australia, dan Eropa. Saat ini jumlah anggotanya di seluruh dunia lebih dari 150 juta orang, dan angkanya terus bertambah dari hari ke hari. Jemaah ini adalah golongan

islam yang paling dinamis dalam sejarah era modern. Jamaah ahmadiyah didirikan tahun 1889 oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad ( 1835-1908 ) di qadian, suatu desa didaerah Punjab, India. Beliau mendakwahkan diri sebagai pembaharu (mujadid) yang diharapkan dating di akhir zaman dan beliau adalah seseorang yang ditunggu kedatangannya oleh semua masyarakat beragama (Mahdi dan Al-Masih). Beliau memulai pergerakan ini sebagai perwujudan dari ajaran dan pesan Islam yang sarat dengan kebajikan, perdamaian, persaudaraan, universal dan tunduk patuh pada kehendakNya dalam kemurnian yang sejati. Hazrat Ahmad menyatakan bahwa Islam sebagai agama bagi umat manusia:Agama orang-orang yang berada di jalan yang lurus. Lahirnya aliran Ahmadiyah merupakan serentetan peristiwa sejarah dalam islam, yang kemunculannya tidak terlepas dari situasi dan kondisi umat muslim sendiri pada saat itu. Sejak kelahiran Turki Usmani dalam serangannya ke benteng Wina tahun 1683, pihak Barat mulai bangkit menyerang kerajaan tersebut, dan serangan itu lebih efektif lagi di abad ke 18. Selanjutnya di abad berikutnya bangsa Eropa didorong oleh semangat refolusi industry dan ditunjang oleh berbagai penemuan baru, mereka mampu mencipta senjata-senjata modern. Secara agresif mereka dapat menjarah daerah-daerah Islam di satu pihak, sedangkan di pihak lain, ummat muslim sendiri masih tenggelam dalam kebodohan dan sikap yang apatis dan fatalistis. Akhirnya Inggris dapat merampas India dan Mesir, Perancis dapat menguasai Afrika Utara, sedangkan bangsa Eropa lainnya dapat menjarah daerah-daerah Islam lainnya. Sesudah India menjadi kolonia Inggris, tampaknya sikap ummat Muslim yang masih sangat tradisional dan fatalistis, dengan disertai semangat antipasti dan fanatisme keagamaan yang berelbihan dalam menghadapi tradisi barat, menyebabkan mereka semakin terisolasi. Keadaan kaum Muslimin India ini, semakin buruk terutama sesudah terjadinya pemberontakan Mutiny di tahun 1857. Sebagai akibat pemberontakan tersebut, pihak Inggris menjadi lebih curiga dan bersikap reaksioner terhadap ummat Islam. Inggris berkeyakinan bahwa ummat Islam lah yang menjadi biang keladi pemberontakan tersebut, dan oleh karena itu harus bertanggung jawab. Selain itu ia pun menuduh ummat Muslimin ingin mengembalikan hak-hak kemaharajaan Mughal, disamping itu Inggris mengenggap oposisi ummat Muslim adalah karena didorong oleh semangat nasionalisme yang menyala-nyala, sedangkan kaum Hindu tampak dapat menyembunyikannya, sehingga mereka dapat diajak bekerja sama dengan pemerintah Inggris. Dengan demikian, posisi kaum Hindu jauh lebih baik bila dibandingkan dengan posisi ummat Islam. Sebagaimana diketahui, kaum Hindu di bawah pemerintahan colonial Inggris, lebih bersikap kooperatif daripada umat Islam, karena itu sikap nonkoorperatif ummat Muslim India saat itu semakin memojokkan posisi mereka serta membawanya kedalam situasi keterasingan di negeri sendiri. Selain itu mereka semakin tenggelam dalam keterbelakangan dan perselisihan dengan sesame Muslim, karena masalah khilafiyah di satu pihak, dan dipihak lain hubungan

diantara mereka terutama yang telah mendapat didikan system Barat, semakin jauh jarak yang memisahkannya. Situasi ummat Muslim di India saat itu boleh jadi tidak jauh berbeda dengan keadaan ummat Muslim Indonesia di zaman pemerintahan colonial Belanda. Dalam keadaan demikian, intelektual kaum ulama Islam sebagai digambarkan oleh Maulana Muhammad Ali, telah tenggelam sampai ketingkat yang paling bawah sehingga pertarungan antar sesame kelompok Muslim karena pebedaan paham yang kecil saja telah dipandang sebagai pengabdian terhadap Islam yang paling besar, dan menghukum Muslim lainnya sebagai kafir. Demikianlah situasi ummat Muslim yang melatarbelakangi munculnya gerakan Mahdiisme Ahmadiyah. Kemahdiyan Ahmadiyah berorientasi pada pembaharuan pemikiran. Disini Mirza Ghulam Ahmad yang mengaku telah diangkat sebagai al-Mahdi dan alMasih oleh Tuhan, merasa mempunyai tanggung jawab moral untuk memajukan Islam dan Ummat Muslim dengan member interpretasibaru terhadap ayat-ayat al-Quran sesuai tuntutan zamannya, sebagai yang diilhamkan Tuhan kepadanya. Motif Mirza Ghulam Ahmad ini tampaknya didorong oleh gencarnya serangan kaum misionaris Kristen dan propaganda kaum Hindu terhadap ummat Muslim saat itu. Dalam hubungan ini, Wilfrad Cantwell Smith menggambarkan bahwa Ahmadiyah yang lahir menjelang akhir abad ke 19, ditengah huru hara runtuhnya masyarakat Islam lama dan infiltrasi budaya dengan sikapnya yang baru, serangan gencar kaum misionaris Kristen (terhadap Islam), dan berdirinya Universitas Aligarh yang baru, maka lahirnya Ahmadiyah adalah sebagai protes terhadap keberhasilan kaum misionaris Kisten memperoleh pengikut-pengikut baru. Juga sebagai protes terhadap paham rasionalis dan westernisasi yang dibawa oleh Sayyid Ahmad Khan dengan Aligarhnya.[6] C. Dua Kelompok Ahmadiyah Terdapat dua kelompok Ahmadiyah. Keduanya sama-sama memercayai bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Isa al Masih yang telah dijanjikan Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi, dua kelompok tersebut memiliki perbedaan prinsip: 1. Ahmadiyah Qadian, di Indonesia dikenal dengan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (berpusat di Bogor), merupakan kelompok yang mempercayai bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang mujaddid (pembaru) dan seorang nabi yang tidak membawa syariat baru. 2. Ahmadiyah Lahore, di Indonesia dikenal dengan Gerakan Ahmadiyah Indonesia (berpusat di Yogyakarta), adalah kelompok yang secara umum tidak menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi, melainkan hanya sekadar mujaddid dari ajaran Islam. Selengkapnya, Ahmadiyah Lahore mempunyai keyakinan bahwa mereka: 1. Percaya pada semua akidah dan hukum yang tercantum dalam Al Quran dan hadis, serta percaya pada semua perkara agama yang telah disetujui para ulama salaf dan ahlussunnah wal-jama'ah dan yakin bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang terakhir.

2. Nabi Muhammad SAW adalah khatamun-nabiyyin. Sesudahnya tidak akan datang nabi lagi, baik nabi lama maupun nabi baru. 3. Sesudah Nabi Muhammad SAW, malaikat Jibril tidak akan membawa wahyu nubuwwat kepada siapa pun. 4. Apabila malaikat Jibril membawa wahyu nubuwwat (wahyu risalat) satu kata saja kepada seseorang, maka akan bertentangan dengan ayat: walkin raslillhi wa khtamun-nabiyyn (QS 33:40) dan berarti membuka pintu khatamun-nubuwwat. 5. Sesudah Nabi Muhammad SAW silsilah wahyu nubuwwat telah tertutup, tetapi silsilah wahyu walayat tetap terbuka agar iman dan akhlak umat tetap cerah dan segar. 6. Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW, bahwa di dalam umat ini tetap akan datang auliya Allah, para mujaddid dan para muhaddats, tetapi tidak akan datang nabi. 7. Mirza Ghulam Ahmad adalah mujaddid abad 14 H. Dan, menurut hadis, mujaddid akan tetap ada. Dan kepercayaan kami bahwa Mirza Ghulam Ahmad bukan nabi, tetapi berkedudukan sebagai mujaddid. 8. Percaya kepada Mirza Ghulam Ahmad bukan bagian dari Rukun Islam dan Rukun Iman. Maka, orang yang tidak percaya kepada Mirza Ghulam Ahmad tidak bisa disebut kafir. 9. Seorang Muslim, apabila mengucapkan kalimah thayyibah, dia tidak boleh disebut kafir. Mungkin dia bisa salah, tetapi seseorang dengan sebab berbuat salah dan maksiat tidak bisa disebut kafir. 10. Ahmadiyah Lahore berpendapat bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah pelayan dan pengemban misi Nabi Muhammad SAW. D. Gerakan Ahmadiyah Di Indonesia (GAI) Faham Ahmadiyah Anjuman Isyaati Islam atau Ahmadiyah Lahore masuk ke Indonesia pada tahun 1924 dengan perantaraan dua mubaligh, Mirza Wali Ahmad Baig dalam Maulana Ahmad. Berkat rahmat Allah, pada tanggal 10 Desember 1928 Gerakan Ahmadiyah Indonesia (sentrum Lahore) didirikan oleh Bapak R.Ng.H. Minhajurrahman Djajasugita dkk, yang mendapat Badan Hukum Nomor I x tanggal 30 April 1930. GAI adalah Gerakan yang mandiri tak ada hubungan organisatoris dengan organisasi manapun di dunia ini, termasuk dengan Ahmadiyah Anjuman Isyaati Islam (Ahmadiyah Gerakan Penyiaran Islam) Lahore. Hubungannya hanyalah secara spiritual saja. Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang organisasi kemasyarakatan, yang mewajibkan organisasi kemasyarakatan berasaskan Pancasila, maka GAI juga berasaskan Pancasila. Anggaran Dasar GAI telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Tanggal 28 November 1986 Nomor 95 Lampiran Nomor 35. Dan pula telah termasuk dalam Daftar Organisasi Kemasyarakatan Lingkup Nasional yang terdaftar di Depdagri (lihat: SUARA KARYA Tanggal 9 Agustus 1994), Hal. VIII, pada : D. AGAMA, 10). Dalam melaksanakan aktivitas dakwahnya, GAI telah menerbitkan seratusan judul bukubuku agama dalam bahasa Belanda, Jawa dan Indonesia serta lembaga pendidikan formal bernama Yayasan Perguruan Islam Republik Indonesia (PIRI) di Yogyakarta dan di berbagai

daerah, yang menyelenggarakan pendidikan (sekolah) mulai tingkat Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi. Sebagai Gerakan Pembaharuan Dalam Islam, Ahmadiyah (Lahore) tidak menyimpang dari Quran Suci dan Sunnah Nabi, baik dibidang akidah maupun syariah. Secara rinci Akidah Ahmadiyah telah dirumuskan oleh Maulana Muhammad Ali, M.A., LL.B., dalam bukunyaAlbayanu fir-rujuilal-quran (1930:33-35) sebagai berikut: 1. Kita percaya dengan yakin akan Keesaan Allah dan Kenabian Nabi Suci Muhammad saw. 2. Kita percaya dengan yakin bahwa Nabi Muhammad saw. adalah Nabi terakhir dan yang terbesar diantara sekalian Nabi. Dengan datangnya beliau, agama telah disempurnakan oleh Allah. Oleh sebab itu sepeninggal beliau tak akan ada Nabi lagi yang diutus, akan tetapi pada tiap-tiap permulaan abad akan diutus Mujaddid (Pembaharu), untuk melayani dan menegakkan Islam. 3. Kita percaya dengan yakin bahwa Quran Suci adalah firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Suci Muhammad saw. Tak ada satu pun ayat yang harus dihapus (mansukh) dan ayat-ayatnya tetap murni untuk selama-lamanya. Sampai hari Qiyamat Quran menjadi pedoman petunjuk bagi kaum Muslimin. 4. Kita mengakui bahwa Hazrat Mirza Ghulam Ahmad adalah Mujaddid abad 14 Hijriyah. Beliau bukan Nabi dan tak pernah mengaku Nabi. 5. Kita percaya bahwa Allah kerap kali mewahyukan sabda-Nya kepada orang-orang suci yang dipilih oleh Allah di antara kaum Muslimin, meskipun mereka bukan Nabi. Orangorang semacam ini disebut Mujaddid atau Muhaddats, artinya orang yang diberi sabda Allah. Anugerah semacam itu acapkali disebut Zillun-Nubuwah, artinya bayang-bayang kenabian. Sebagaimana kata Zilullah, demikian pula kata Zillun-Nabi atau bayangbayang Nabi, ini bukan berarti Nabi yang sungguh-sungguh. 6. Barang siapa mengucapkan kalimah syahdat, Asyhadu alla ilaha illallah, wa-asyhadu anna Muhammadarrasulullah, dan percaya akan arti dan maksudnya, maka ia adalah orang Islam, bukan orang kafir. 7. Kita menghormati dan memuliakan para sahabat, para Wali dan para Ulama besar Islam. Kita tak membeda-bedakan penghormatan kita terhadap para sahabat, para Wali, para Muhaddats dan para Mujaddid. 8. Bagi kita, menyebut kafir kepada orang Islam adalah perbuatan yang amat keji. Oleh sebab itu, tak akan bersalat makmum di belakang siapa saja yang menyebut kafir kepada orang Islam; hal ini untuk menunjukkan betapa tak suka kita terhadap perbuatan semacam itu; sikap demikian kita lakukan terhadap siapa saja, baik itu orang Ahmadi

atau pun bukan. Sebaliknya, kita mau bersalat makmum di belakang siapa saja yang tak mengafirkan Islam. 9. Kita mengakui akan benarnya Hadis Nuzulul-Masih atau turunnya al-Masih. Akan tetapi oleh Quran Suci sendiri dengan kata-kata yang terang telah berfirman bahwa Nabi Isa a.s. telah wafat, maka kita percaya bahwa Masih yang akan turun pada akhir zaman bukanlah Nabi Isa bangsa Israel, melainkan seorang Mujaddid yang sifat-sifatnya ada persamaannya dengan Nabi Isa a.s. 10. Kita percaya bahwa tak ada paksaan untuk memeluk agama Islam, dan kita percaya pula bahwa tak ada Imam Mahdi yang datang menyiarkan Islam dengan pedang. Adapun Imam Mahdi yang sesungguhnya ialah seorang Mujaddid dan dianugerahi petunjuk dan sabda Allah untuk menegakkan, menjaga dan menghayati agama Islam yang sejati. E. Tadzkirah: Wahyu dan Alquran a. Wahyu dan Al-Quran Menurut jemaat Ahmadiyah bahwa Mirza Ghulam Ahmad berpegang teguh pada AlQuran suci 30 juz dan sunnah Rasulullah SAW (PB JAI, 1984 : 17). Kitab syariat Mirza Ghulam Ahmad adalah kitab syariat nabi Muhammad SAW, yaitu Al-Quran suci berisi 144 surat dan terbagi 30 juz. Ahmadiyah tidak kitab lain selain Al-Quranul Hakim (Syafi R. Batuah, 1980 : 9). Namun, selain wahyu yang telah dibukukan (Al-Quran) juga diakui masih banyak turun wahyu kepada Mirza Ghulam Ahmad yang kemudian dituliskan dalam berbagai buku karyanya yang berjumlah lebih 86 buku dalam Bahasa Urdu, Arab, dan Persi (PB JAI, 1984 : 17 dan 24). Tuhan menghubungi manusia dengan perantara wahyu. Hubungan itu bermacam-macam menurut keadaan dan menurut penerimanya. Dari semua hubungan yang suci itu yang paling sempurna, yang paling dilingkupi ialah Al-Quran. Menurut Ahmadiyah bahwa Al-Quran telah ditakdirkan untuk ada selama-lamanya dan tidak dapat diungguli oleh wahyu-wahyu terdahulu dan sesudahnya (PB JAI, 1984 : 28). b. Tadzkirah berisi Wahyu Baru dan Ayat Al-Quran Salah satu buku Mirza Ghulam Ahmad ialah Tadzkirah. Judul lengkap buku ini adalah Tadzkirah Yaniy Wahyun Muqaddasun Ruyaa wa Kusyuufa Hadhratu Masiihu Mauudu alaihishshalaatu wassalam, artinya: Tadzkirah yaitu wahyu suci, Mimpi dan Kasyaf Hadhrat Masih Mauud atasnya Shalawat dan Salam. Dari judul tersebut dapat difahami bahwa Tadzkirah adalah wahyu suci. Selain buku tersebut yang juga memuat wahyu dan Ilham Mirza Ghulam Ahmad antara lain buku Haqiqatul wahyi dan al-Istifta. Menurut pengakuan Mirza Ghulam Ahmad bahwa wahyu yang pertama diterimanya berbunyi: Ya Ahmad baarakallahu fiika, artinya: Wahai Ahmad! Allah telah memberi berkah kepadamu (Tadzkirah, 1907 : 43-70). Turunnya wahyu yaitu mimpi berjumpa Rasulullah secara

fisik bukan ruh, dan Allah SWT berbicara langsung dengan Mirza Ghulam Ahmad (Tadzkirah, 1907 : 43). Mirza Ghulam Ahmad berkata: Allah SWT berbicara dengan saya, bahwa Dia sangat sering berkata-kata dengan saya dan mewahyukan kepada saya hal-hal ghaib, dan membukakan kepada saya rahasia-rahasia yang berhubungan dengan masa akan datang dan yang tidak Dia bukakan pada orang yang tidak Dia cintai dan dekat kepada-Nya. Sesungguhnya Dia mengangkat saya sebagai nabi dalam arti itu.

BAB III PENUTUPA. Kesimpulan Ahmadiyah adalah gerakan yang lahir pada tahun 1900M, yang dibentuk oleh pemerintah kolonial Inggris di India. Didirikan untuk menjauhkan kaum muslimin dari agama Islam dan dari kewajiban jihad dengan gambaran/bentuk khusus, sehingga tidak lagi melakukan perlawanan terhadap penjajahan dengan nama Islam. Gerakan ini dibangun oleh Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadiyani. Corong gerakan ini adalah Majalah Al-Adyan yang diterbitkan dengan bahasa Inggris. Mirza Ghulam Ahmad hidup pada tahun 1839-1908M. Dia dilahirkan di desa Qadian, di wilayah Punjab, India tahun 1839M. Dia tumbuh dari keluarga yang terkenal suka khianat kepada agama dan negara. Begitulah dia tumbuh, mengabdi kepada penjajahan dan senantiasa mentaatinya. Ketika dia mengangkat dirinya menjadi nabi, kaum muslimin bergabung menyibukkan diri dengannya sehingga mengalihkan perhatian dari jihad melawan penjajahan Inggris. Oleh pengikutnya dia dikenal sebagai orang yang suka menghasut/berbohong, banyak penyakit, dan pecandu narkotik. Pemerintah Inggris banyak berbuat baik kepada mereka. Sehingga dia dan pengikutnya pun memperlihatkan loyalitas kepada pemerintah Inggris. Di antara yang melawan dakwah Mirza Ghulam Ahmad adalah Syaikh Abdul Wafa, seorang pemimpin Jamiah Ahlul Hadits di India. Beliau mendebat dan mematahkan hujjah Mirza Ghulam Ahmad, menyingkap keburukan yang disembunyikannya, kekufuran serta penyimpangan pengakuannya. Ketika Mirza Ghulam Ahmad masih juga belum kembali kepada petunjuk kebenaran, Syaikh Abul Wafa mengajaknya bermubahalah (berdoa bersama), agar Allah mematikan siapa yang berdusta di antara mereka, dan yang benar tetap hidup. Tidak lama setelah bermubahalah, Mirza Ghulam Ahmad menemui ajalnya tahun 1908M.

DAFTAR PUSTAKADjalaluddin, Amin.2003.Ahmadiyah dan Pembajakan Al-Quran.Jakarta:Lembaga Penelitian Pengkajian Islam.

Fathoni, Muslih.2002.Paham Mahdi Ahmadiyah dan Syiah.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. Djalaluddin, Amin.2010.Jejak Hitam sang Pendusta dan Penghianat Agama Mirza Ghulam Ahmad Qadiyani dan fakta penghinaan Ahmadiyah terhadap Agama.Jakarta:Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam.[1] [2] [3] [4] [5] [6]

Taryahul Qulub hal. 68. Risalah Nuruddin Siratul mahdi Jilid 2 hal. 150. Ibid, Jilid 3 hal. 76. Ibid, Jilid 3 hal. 74,302,194. Muslih Fathoni, Paham Mahdi Muhammadiyah Perspektif, (Jakarta:Raja Grafindo, 2002), hlm. 53.

AhmadiyyahDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Artikel ini membutuhkan lebih banyak catatan kaki untuk pemastian.Silakan bantu memperbaiki artikel ini dengan menambahkan catatan kaki dari sumber yang terpercaya.

Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar WikipediaMerapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.

Liwa-e-Ahmadiyyat (Bendera Ahmadiyah)

Ahmadiyyah (Urdu: Ahmadiyyah) atau sering pula ditulis Ahmadiyah, adalah sebuah gerakan keagamaan Islam yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908) pada tahun 1889, di sebuah kota kecil yang bernama Qadian di negara bagian Punjab, India. Mirza Ghulam Ahmad mengaku sebagai Mujaddid, al Masih dan al Mahdi.[1] Para pengikut Ahmadiyah, yang disebut sebagai Ahmadi atau Muslim Ahmadi, terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama ialah "Ahmadiyya Muslim Jama'at" (atauAhmadiyah Qadian). Pengikut kelompok ini di Indonesia membentuk organisasi bernamaJemaat Ahmadiyah Indonesia, yang telah berbadan hukum sejak 1953 (SK Menteri Kehakiman RI No. JA 5/23/13 Tgl. 13-3-1953).[2] Kelompok kedua ialah "Ahmadiyya Anjuman Isha'at-e-Islam Lahore" (atau Ahmadiyah Lahore). Di Indonesia, pengikut kelompok ini membentuk organisasi bernama Gerakan Ahmadiyah Indonesia, yang mendapat Badan Hukum Nomor I x tanggal 30 April 1930. Anggaran Dasar organisasi diumumkan Berita Negara tanggal 28 November 1986 Nomor 95 Lampiran Nomor 35. [3] Atas nama Pemerintah Indonesia, Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, dan Jaksa Agung Indonesia pada tanggal 9 Juni 2008 telah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama, yang memerintahkan kepada penganut Ahmadiyah untuk menghentikan kegiatannya yang bertentangan dengan Islam.[4]

Daftar isi[sembunyikan]

1 Tujuan pendirian 2 Ahmadiyah Qadian dan Lahore 3 Sejarah penyebaran di Indonesia

o o

3.1 Ahmadiyah Qadian 3.2 Ahmadiyah Lahore

4 Status di Berbagai Negara

o o o o

4.1 Pakistan 4.2 Indonesia 4.3 Malaysia 4.4 Brunei Darussalam

5 Kontroversi ajaran Ahmadiyah 6 Ahmadiyah menurut pengikutnya 7 Bai'at dalam Jemaat Ahmadiyah 8 Sepuluh syarat Bai'at 9 Para Pemimpin Ahmadiyah sepeninggal Hazrat Mirza Ghulam Ahmad

o o

9.1 Khalifah Ahmadiyah Qadiyan 9.2 Amir Gerakan Ahmadiyah (AAIIL)

10 Media elektronik 11 Rujukan 12 Pranala luar

[sunting]Tujuan

pendirian

Kenetralan sebagian atau keseluruhan artikel ini dipertentangkan. Silakan melihat pembicaraan di halaman diskusi artikel ini.

Jemaat Muslim Ahmadiyah adalah satu organisasi keagamaan Internasional yang telah tersebar ke lebih dari 185 negara di dunia[5]. Pergerakan Jemaat Ahmadiyah dalam Islam adalah suatu organisasi keagamaan dengan ruang lingkup internasional yang memiliki cabang di 174 negara tersebar di Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia, Australia dan Eropa. Saat ini jumlah keanggotaannya di seluruh dunia lebih dari 150 juta orang. [6] Jemaat Ahmadiyah Internasional juga telah menerjemahkan al Quran ke dalam bahasa-bahasa besar di dunia dan sedang

merampungkan penerjemahan al Quran ke dalam 100 bahasa di dunia. Sedangkan Jemaat Ahmadiyah di Indonesia telah menerjemahkan al Quran dalam bahasa Indonesia, Sunda, dan Jawa.

[sunting]Ahmadiyah

Qadian dan Lahore

Mirza Ghulam Ahmad, pendiri aliran Ahmadiyyah.

Terdapat dua kelompok Ahmadiyah. Keduanya sama-sama mempercayai bahwa Mirza Ghulam Ahmadadalah Isa al Masih yang telah dijanjikan Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi dua kelompok tersebut memiliki perbedaan prinsip:

Ahmadiyah Qadian, di Indonesia dikenal dengan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (berpusat diBogor[7]), yakni kelompok yang mempercayai bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang mujaddid(pembaharu) dan seorang nabi yang tidak membawa syariat baru.

Pokok-Pokok Ajaran Ahmadiyah Qadian sebagai berikut: 1. Mengimani dan meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad, laki-laki kelahiran India yang mengaku menjadi nabi, adalah nabinya. 2. Mengimani dan meyakini bahwa "Tadzkirah" yang merupakan kumpulan sajak buatan Mirza Ghulam Ahmad adalah kitab sucinya. Mereka menganggap bahwa wahyu adalah yang diturunkan kepada Mirza Ghulam Ahmad. 3. Mengimani dan meyakini bahwa kitab "Tadzkirah" derajatnya sama dengan Alquran. 4. Mengimani dan meyakini bahwa wahyu dan kenabian tidak terputus dengan diutusnya Nabi Muhammad saw. Mereka beranggapan bahwa risalah kenabian terus berlanjut sampai hari kiamat. 5. Mengimani dan meyakini bahwa Rabwah dan Qadian di India adalah tempat suci sebagaimana Mekah dan Madinah.

6. Mengimani dan meyakini bahwa surga berada di Qadian dan Rabwah. Mereka menganggap bahwa keduanya sebagai tempat turunnya wahyu. 7. Wanita Ahmadiyah haram menikah dengan laki-laki di luar Ahmadiyah, namun laki-laki Ahmadiyah boleh menikah dengan wanita di luar Ahmadiyah. 8. Haram hukumnya salat bermakmum dengan orang di luar Ahmadiyah.

Ahmadiyah Lahore, di Indonesia dikenal dengan Gerakan Ahmadiyah Indonesia (berpusat di Yogyakarta). Secara umum kelompok ini tidak menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi, melainkan hanya sekedar mujaddid dari ajaran Islam [8].

Selengkapnya, Ahmadiyah Lahore mempunyai keyakinan bahwa mereka: 1. Percaya pada semua aqidah dan hukum-hukum yang tercantum dalam al Quran dan Hadits, dan percaya pada semua perkara agama yang telah disetujui oleh para ulama salaf dan ahlus-sunnah wal-jama'ah, dan yakin bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang terakhir. 2. Nabi Muhammad SAW adalah khatamun-nabiyyin. Sesudahnya tidak akan datang nabi lagi, baik nabi lama maupun nabi baru. 3. Sesudah Nabi Muhammad SAW, malaikat Jibril tidak akan membawa wahyu nubuwat kepada siapa pun. 4. Apabila malaikat Jibril membawa wahyu nubuwwat (wahyu risalat) satu kata saja kepada seseorang, maka akan bertentangan dengan ayat: walkin raslillhi wa khtamun-nabiyyn (QS 33:40), dan berarti membuka pintu khatamun-nubuwwat. 5. Sesudah Nabi Muhammad SAW silsilah wahyu nubuwwat telah tertutup, akan tetapi silsilah wahyu walayat tetap terbuka, agar imandan akhlak umat tetap cerah dan segar. 6. Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW, bahwa di dalam umat ini tetap akan datang auliya Allah, para mujaddid dan paramuhaddats, akan tetapi tidak akan datang nabi. 7. Mirza Ghulam Ahmad adalah mujaddid abad 14 H. Dan menurut Hadits, mujaddid akan tetap ada. Dan kepercayaan kami bahwa Mirza Ghulam Ahmad bukan nabi, tetapi berkedudukan sebagai mujaddid. 8. Percaya kepada Mirza Ghulam Ahmad bukan bagian dari Rukun Islam dan Rukun Iman, maka dari itu orang yang tidak percaya kepada Mirza Ghulam Ahmad tidak bisa disebut kafir. 9. Seorang muslim, apabila mengucapkan kalimah thayyibah, dia tidak boleh disebut kafir. Mungkin dia bisa salah, akan tetapi seseorang dengan sebab berbuat salah dan maksiat, tidak bisa disebut kafir. 10. Ahmadiyah Lahore berpendapat bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah pelayan dan pengemban misi Nabi Muhammad SAW.[9]

[sunting]Sejarah

penyebaran di IndonesiaQadian

[sunting]Ahmadiyah

Tiga pemuda dari Sumatera Tawalib yakni suatu pesantren di Sumatera Barat meninggalkan negerinya untuk menuntut Ilmu. Mereka adalah (alm) Abubakar Ayyub, (alm) Ahmad Nuruddin, dan (alm) Zaini Dahlan. Awalnya meraka akan berangkat ke Mesir, karena saat itu Kairoterkenal sebagai Pusat Studi Islam. Namun Guru mereka menyarankan agar pergi ke India karena negara tersebut mulai menjadi pusat pemikiran Modernisasi Islam. Sampailah ketiga pemuda Indonesia itu di Kota Lahore dan bertemu dengan Anjuman Isyaati Islam atau dikenal dengan nama Ahmadiyah Lahore. Setelah beberapa waktu disana, merekapun ingin melihat sumber dan pusat Ahmadiyah yang ada di desa Qadian. Dan setelah mendapatkan penjelasan dan keterangan, akhirnya mereka Bai'at di tangan Hadhrat Khalifatul Masih II r.a.,Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a. Kemudian tiga pemuda itu memutuskan untuk belajar di Madrasah Ahmadiyah yang kini disebut Jamiah Ahmadiyah. Merasa puas dengan pengajaran disana, Mereka mengundang rekan-rekan pelajar di Sumatera Tawalib untuk belajar di Qadian. Tidak lama kemudian duapuluh tiga orang pemuda Indonesia dari Sumatera Tawalib bergabung dengan ketiga pemuda Indonesia yang terdahulu, untuk melanjutkan studi juga baiat masuk ke dalam Jemaat Ahmadiyah. Dua tahun setelah peristiwa itu, para pelajar Indonesia menginginkan agar Hadhrat Khalifatul Masih II r.a. berkunjung ke Indonesia. Hal ini disampaikan (alm) Haji Mahmud - juru bicara para pelajar Indonesia dalam Bahasa Arab. Respon positif terlontar dari Hadhrat Khalifatul Masih II r.a.. Ia meyakinkan bahwa meskipun beliau sendiri tidak dapat mengunjungi Indonesia, beliau akan mengirim wakil beliau ke Indonesia. Kemudian, (alm) Maulana Rahmat Ali HAOT dikirim sebagai muballigh ke Indonesia sebagai pemenuhannya. Tanggal 17 Agustus 1925, Maulana Rahmat Ali HAOTdilepas Hadhrat Khalifatul Masih II r.a berangkat dari Qadian. Tepatnya tanggal 2 Oktober 1925 sampailah Maulana Rahmat Ali HAOT diTapaktuan, Aceh. Kemudian berangkat menuju Padang, Sumatera Barat. Banyak kaum intelek dan orang orang biasa menggabungkan diri dengan Ahmadiyah. Pada tahun 1926, Disana, Jemaat Ahmadiyah mulai resmi berdiri sebagai organisasi.[10] Tak beberapa lama, Maulana Rahmat Ali HAOT berangkat ke Jakarta, ibukota Indonesia. Perkembangan Ahmadiyah tumbuh semakin cepat, hingga dibentuklah Pengurus Besar (PB) Jemaat Ahmadiyah dengan (alm) R. Muhyiddin sebagai Ketua pertamanya. Terjadilah Proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Di dalam meraih kemerdekaan itu tidak sedikit para Ahmadi Indonesia yang ikut berjuang dan meraih kemerdekaan. Misalnya (alm) R. Muhyiddin. Beliau dibunuh oleh tentara Belanda pada tahun 1946 karena beliau merupakan salah satu tokoh penting kemerdekaan Indonesia. Juga ada beberapa Ahmadi yang bertugas sebagai prajurit di Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, dan mengorbankan diri mereka untuk negara. Sementara para Ahmadi yang lain berperan di bidang masing-masing untuk kemerdekaan Indonesia, seperti (alm) Mln. Abdul Wahid dan (alm) Mln. Ahmad Nuruddin berjuang sebagai penyiar radio, menyampaikan pesan kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia. Sementara itu, muballigh yang lain (alm) Mln. Sayyid Syah Muhammad merupakan salah satu tokoh penting sehingga Soekarno,Presiden pertama Republik Indonesia, di kemudian hari menganugerahkan gelar veteran kepada beliau untuk dedikasi beliau kepada negara. Pada tahun lima puluhan, Jemaat Ahmadiyah Indonesia mendapatkan legalitas menjadi satu Organisasi keormasan di Indonesia. Yakni dengan dikeluarkannya Badan Hukum oleh Menteri Kehakiman RI No. JA. 5/23/13 tertanggal 13-31953. Ahmadiyah tidak pernah berpolitik, meskipun ketegangan politik di Indonesia pada tahun 1960-an sangat tinggi. Pergulatan politik ujung-ujungnya membawa kejatuhan Presiden pertama Indonesia, Soekarno, juga memakan banyak korban. Satu lambang era baru di Indonesia pada masa itu adalah gugurnya mahasiswa kedokteran Universitas Indonesia, Arif Rahman Hakim, yang tidak lain melainkan seorang khadim Ahmadiyah. Dia terbunuh di tengah

ketegangan politik masa itu dan menjadi simbol bagi era baru pada masa itu. Oleh karena itu iapun diberikan penghargaan sebagai salah satu Pahlawan Ampera. Di Era 70-an, melalui Rabithah Alam al Islami semakin menjadi-jadi di awal 1970an, para ulama Indonesia mengikuti langkah mereka. Maka ketika Rabithah Alam al Islami menyatakan Ahmadiyah sebagai non muslim pada tahun 1974, hingga MUImemberikan fatwa sesat terhadap Ahmadiyah. Sebagai akibatnya, Banyak mesjid Ahmadiyah yang dirubuhkan oleh massa yang dipimpin oleh ulama. Selain itu, banyak Ahmadi yang menderita serangan secara fisik. Periode 90-an menjadi periode pesat perkembangan Ahmadiyah di Indonesia bersamaan dengan diluncurkannya Moslem Television Ahmadiyya (MTA). Ketika Pengungsi Timor Timur yang membanjiri wilayah Indonesia setelah jajak pendapat dan menyatakan bahwa Timor Timur ingin lepas dari Indonesia, hal ini memberikan kesempatan kepada Majelis Khuddamul Ahmadiyah Indonesia untuk mengirimkan tim Khidmat Khalq untuk berkhidmat secara terbuka. Ketika Tahun 2000, tibalah Hadhrat Mirza Tahir Ahmad ke Indonesia datang dari London menuju Indonesia. Ketika itu beliau sempat bertemu dan mendapat sambuatan baik dari Presiden Republik Indonesia, Abdurahman Wahid dan Ketua MPR, Amin Rais. [11]

[sunting]Ahmadiyah

Lahore

Tahun 1924 dua pendakwah Ahmadiyah Lahore Mirza Wali Ahmad Baig dan Maulana Ahmad, datang ke Yogyakarta. Minhadjurrahman Djojosoegito, seorang sekretaris di organisasi Muhammadiyah, mengundang Mirza dan Maulana untuk berpidato dalam Muktamar ke-13 Muhammadiyah, dan menyebut Ahmadiyah sebagai "Organisasi Saudara Muhammadiyah". [12] Pada tahun 1926, Haji Rasul mendebat Mirza Wali Ahmad Baig, dan selanjutnya pengajaran paham Ahmadiyah dalam lingkup Muhammadiyah dilarang. Pada Muktamar Muhammadiyah 18 di Solo tahun 1929, dikeluarkanlah pernyataan bahwa "orang yang percaya akan Nabi sesudah Muhammad adalah kafir". Djojosoegito yang diberhentikan dari Muhammadiyah, lalu membentuk dan menjadi ketua pertama dari Gerakan Ahmadiyah Indonesia, yang resmi berdiri 4 April 1930.[12]

[sunting]Status

di Berbagai Negara

Masjid Ahmadiyyah di Paramaribo, Suriname

[sunting]PakistanDi Pakistan, parlemen telah mendeklarasikan pengikut Ahmadiyah sebagai non-muslim. Pada tahun 1974, pemerintah Pakistan merevisi konstitusinya tentang definisi Muslim, yaitu "orang yang meyakini bahwa Nabi Muhammad adalah nabi terakhir.[13] Penganut Ahmadiyah, baik Qadian maupun Lahore, dibolehkah menjalankan kepercayaannya di Pakistan, namun harus mengaku sebagai agama tersendiri di luar Islam. [14]

[sunting]Indonesia

Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menetapkan semenjak tahun 1980 tentang "sesatnya Jemaat Ahmadiyah Qadiyah yang berada di luar Islam"[15], lalu ditegaskan kembali pada fatwa MUI yang dikeluarkan tahun 2005 bahwa "Aliran Ahmadiyah, baik Qodiyani ataupun Lahore, sebagai keluar dari Islam, sesat dan menyesatkan".[16][17]

[sunting]MalaysiaDi Malaysia Ahmadiyah telah lama dilarang.[18]

[sunting]Brunei

Darussalam

Sebagaimana di Malaysia, di Brunei Darussalam pun status terlarang ditetapkan untuk Ahmadiyah.[19]

[sunting]Kontroversi

ajaran Ahmadiyah

Menurut sudut pandang umum umat Islam, ajaran Ahmadiyah (Qadian) dianggap melenceng dari ajaran Islam sebenarnya karena mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi yaitu Isa al Masih dan Imam Mahdi, hal yang bertentangan dengan pandangan umumnya kaum muslim yang mempercayai Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir walaupun juga mempercayai kedatangan Isa al Masih dan Imam Mahdi setelah Beliau saw(Isa al Masih dan Imam Mahdi akan menjadi umat Nabi Muhammad SAW) [20]. Perbedaan Ahmadiyah dengan kaum Muslim pada umumnya adalah karena Ahmadiyah menganggap bahwa Isa al Masih dan Imam Mahdi telah datang ke dunia ini seperti yang telah dinubuwwatkan Nabi Muhammad SAW. Namun umat Islam pada umumnya mempercayai bahwa Isa al Masih dan Imam Mahdi belum turun ke dunia. Sedangkan permasalahanpermasalahan selain itu adalah perbedaan penafsiran ayat-ayat al Quran saja.[rujukan?] Ahmadiyah sering dikait-kaitkan dengan adanya kitab Tazkirah. Sebenarnya kitab tersebut bukanlah satu kitab suci bagi warga Ahmadiyah, namun hanya merupakan satu buku yang berisi kumpulan pengalaman ruhani pendiri Jemaat Ahmadiyah, layaknya diary. Tidak semua anggota Ahmadiyah memilikinya, karena yang digunakan sebagai pegangan dan pedoman hidup adalah Al Quran-ul-Karim saja. [21] Ada pula yang menyebutkan bahwa Kota suci Jemaat Ahmadiyah adalah Qadian dan Rabwah. Namun tidak demikian adanya, kota suci Jemaat Ahmadiyah adalah sama dengan kota suci umat Islam lainnya, yakni Mekkah dan Madinah. [22] Sedangkan Ahmadiyah Lahore mengakui bahwa Mirza Ghulam Ahmad hanyalah mujaddid dan tidak disetarakan dengan posisi nabi, sesuai keterangan Gerakan Ahmadiyah Indonesia (Ahmadiyah Lahore) untuk Indonesia yang berpusat di Yogyakarta. Kendatipun demikian, masih banyak kontroversi dan hitam putih persepsi yang tidak bisa disamakan antara Jemaat Ahmadiyah dan umat muslim.

[sunting]Ahmadiyah

menurut pengikutnya

Pada tahun 1835, di sebuah desa bernama Qadian, di daerah Punjab, India, lahir seorang anak laki-laki bernama Ghulam Ahmad. Orang tuanya Muslim dan ia tumbuh dewasa menjadi seorang Muslim yang luar biasa. Sejak awal kehidupannya,

Mirza Ghulam Ahmad sudah amat tertarik pada telaah dan khidmat agama Islam. Ia sering bertemu dengan individual Kristiani, Hindu ataupun Sikh dalam perdebatan publik, serta menulis dan bicara tentang mereka. Hal ini menjadikan lingkungan keagamaan menjadi tertarik kepadanya dan ia dikenal baik oleh para pimpinan komunitas. Mirza Ghulam Ahmad mulai menerima wahyu Ilahi sejak usia muda dan dengan berjalannya waktu maka pengalaman perwahyuannya berlipat kali secara progresif. Setiap wahyu yang diterimanya kemudian terpenuhi pada saatnya, sebagian di antaranya yang berkaitan dengan masa depan masih menunggu pemenuhannya. Dakwahnya menyatakan diri sebagai Imam Mahdi dan Masih Mau'ud (al Masih) dilakukan di akhir tahun 1890, dan dipublikasikan ke seluruh dunia. Pernyataannya, seperti juga halnya para pembaharu Ilahiah lainnya seperti Nabi Isa dan Nabi Muhammad SAW, langsung mendapat tentangan luas. Sebelum menyatakan dirinya sebagai Masih Mau'ud, Allah SWT telah menjanjikan kepada Mirza Ghulam Ahmad melalui wahyu bahwa:

Aku akan membawa pesanmu sampai ke ujung-ujung dunia. Mirza Ghulam Ahmad

Wahyu ini memberikan janji akan adanya dukungan Ilahi dalam penyebaran ajaran Jemaat yang telah dimulainya di dalam Islam. Mentaati perintah Tuhan, Mirza Ghulam Ahmad menyatakan diri sebagai Al-Masih bagi umat Kristiani, sebagai Imam Mahdi bagi umat Muslim, sebagai Krishna bagi umat Hindu, dan lain sebagainya. Jelasnya, ia adalah "Nabi Yang Dijanjikan" bagi masing-masing bangsa, dan ditugaskan untuk menyatukan umat manusia di bawah bendera satu agama. Nabi Muhammad SAW sebagai nabi umat Islam adalah seorang nabi yang membawa ajaran yang bersifat universal; dan sosok Mirza Ghulam Ahmad yang menyatakan diri sebagai al Masih yang dijanjikan juga menyatakan dirinya tunduk dan menjadi refleksi dari Muhammad, Khataman Nabiyin. Menjelaskan tentang tujuan diutusnya wujud Masih Mau'ud, ia menjelaskan:

Tugas yang diberikan Tuhan kepadaku ialah agar aku dengan cara menghilangkan hambatan di antara hamba dan Khalik-nya, menegakkan kembali di hati manusia, kasih dan pengabdian kepada Allah. Dan dengan memanifestasikan kebenaran lalu mengakhiri semua perselisihan dan perang agama, sebagai fondasi dari kedamaian abadi serta memperkenalkan manusia kepada kebenaran ruhaniah yang telah dilupakannya selama ini. Begitu juga aku akan menunjukkan kepada dunia makna kehidupan keruhanian yang hakiki yang selama ini telah tergeser oleh nafsu duniawi. Dan melalui kehidupanku sendiri, memanifestasikan kekuatan Ilahiah yang sebenarnya dimiliki manusia namun hanya bisa nyata melalui doa dan ibadah. Di atas segalanya adalah aku harus menegakkan kembali Ketauhidan Ilahi yang suci, yang telah sirna dari hati manusia, yang bersih dari segala kekotoran pemikiran [23] polytheistik . Mirza Ghulam Ahmad

Menyusul wafatnya Mirza Ghulam Ahmad pada tahun 1908, para Muslim Ahmadi memilih seorang pengganti sebagai Khalifah. Sosok Khalifah merupakan pimpinan keruhanian dan administratif dari Jemaat Islam Ahmadiyah. Pimpinan tertinggi dari Jemaat Ahmadiyah di seluruh dunia pada saat ini (2007) adalah Hadhrat Mirza Masroor Ahmad

yang berkedudukan di London, dan terpilih sebagai Khalifah kelima. Ia banyak berkunjung ke berbagai negara dan cermat mengamati budaya dan masyarakat lainnya. Dengan bimbingan seorang Khalifah, Jemaat Ahmadiyah berada di barisan terdepan dalam khidmat dan kesejahteraan kemanusiaan. Banyak sekolah-sekolah, klinik dan rumah sakit yang didirikan di berbagai negeri, dimana mereka yang papa dan miskin dirawat secara gratis. Saat terjadi bencana alam, Jemaat Ahmadiyah membantu secara sukarela secara finansial ataupun fisik tanpa membedakan agama, warna kulit atau pun bangsa. Jemaat Ahmadiyah telah memiliki jaringan televisi global yang bernama "MTA (Muslim Television Ahmadiyya) International", yang mengudara dua puluh empat jam sehari dalam beberapa bahasa dunia. Layanan ini diberikan tanpa memungut biaya. Jemaat Ahmadiyah telah menyebar ke lebih dari 170 negara di dunia dan populasinya diperkirakan sudah mencapai 80 juta manusia yang telah berbai'at ke dalam Jemaat pada tahun 2001.

[sunting]Bai'at

dalam Jemaat Ahmadiyah

Bulan Desember 1888, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad mengaku telah menerima ilham Ilahi untuk mengambil bai'at dari orang-orang. Bai'at yang pertama diselenggarakan di kota Ludhiana pada tanggal 23 Maret 1889 di rumah seorang mukhlis bernama Mia Ahmad Jaan. Dan orang yang bai'at pertama kali adalah Hadhrat Maulvi Nuruddin (yang nantinya menjadi Khalifah pertama Jemaat Ahmadiyah). Pada hari itu kurang lebih 40 orang telah bai'at. [24].

[sunting]Sepuluh

syarat Bai'at

1. Orang yang bai'at, berjanji dengan hati jujur bahwa dimasa yang akan datang hingga masuk ke dalam kubur, senantiasa akan menjauhi syirik. 2. Akan senantiasa menghindarkan diri dari segala corak bohong, zina, pandangan birahi terhadap bukan muhrim, perbuatan fasik, kejahatan, aniaya, khianat, huru-hara, pemberontakan; serta tidak akan dikalahkan oleh gejolak-gejolak hawa nafsunya meskipun bagaimana juga dorongan terhadapnya. 3. Akan senantiasa mendirikan salat lima waktu tanpa putus-putusnya, semata-mata karena mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya. Dan dengan sekuat tenaga akan senantiasa mengerjakan salat tahajjud, dan mengirimkan shalawat kepada Yang Mulia Rasulullah saw, dan memohon ampun dari kesalahan dan memohon perlindungan dari dosa; akan ingat setiap saat kepada nikmat-nikmat Allah, lalu mensyukuri dengan hati tulus, serta memuji dan menjunjung-Nya dengan hati yang penuh kecintaan. 4. Tidak akan kesusahan apapun yang tidak pada tempatnya terhadap makhluk Allah umumnya dan kaum Muslimin khususnya karena dorongan hawa nafsunya, baik dengan lisan atau dengan tangan atau dengan cara papaun juga. 5. Akan tetap setia terhadap Allah Taala baik dalam segala keadaan susah ataupun senang, dalam duka atau suka, nikmat dan musibah; pendeknya, akan rela atas putusan Allah. Dan senatiasa akan bersedia menerima segala kehinaan dan kesusahan di dalam jalan Allah. Tidak akan memalingkan mukanya dari Allah Taala ketika ditimpa suatu musibah, bahkan akan terus melangkah ke muka.

6. Akan berhenti dari adat yang buruk dan dari menuruti hawa nafsu. Dan benar-benar akan menjunjung tinggi perintah al Quran Suci atas dirinya. Firman Allah dan sabda Rasul-Nya itu akan menjadi pedoman baginya dalam setiap langkahnya. 7. Meninggalkan takabur dan sombong; akan hidup dengan merendahkan diri, beradat lemah lembut, berbudi pekerti halus, dan sopan santun. 8. Akan menghargai agama, kehormatan agama dan mencintai Islam lebih dari pada jiwanya, hartanya, anakanaknya, dan dari segala yang dicintainya. 9. Akan selamanya menaruh belas kasihan terhadap makhluk Allah umumnya, dan akan sejauh mungkin mendatangkan faedah kepada umat manusia dengan kekuatan dan nikmat yang dianugerahkan Allah Taala kepadanya. 10. Akan mengikat tali persaudaraan dengan hamba ini "Imam Mahdi dan al Masih Mau'ud", semata-mata karena Allah dengan pengakuan taat dalam hal ma'ruf dan akan berdiri di atas perjanjian ini hingga mautnya, dan menjunjung tinggi ikatan perjanjian ini melebihi ikatan duniawi, baik ikatan keluarga, ikatan persahabatan, ataupun ikatan kerja.

[sunting]Para

Pemimpin Ahmadiyah sepeninggal Hazrat Mirza Ghulam AhmadAhmadiyah Qadiyan

[sunting]Khalifah

1. Hadhrat Hakim Maulana Nur-ud-Din, Khalifatul Masih I, 27 Mei 1908 - 13 Maret 1914 2. Hadhrat Alhaj Mirza Bashir-ud-Din Mahmood Ahmad, Khalifatul Masih II, 14 Maret 1914 - 7 November 1965 3. Hadhrat Hafiz Mirza Nasir Ahmad, Khalifatul Masih III, 8 November 1965 - 9 Juni 1982 4. Hadhrat Mirza Tahir Ahmad, Khalifatul Masih IV, 10 Juni 1982 - 19 April 2003 5. Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih V, 22 April 2003 - sekarang

[sunting]Amir

Gerakan Ahmadiyah (AAIIL)

Gerakan Ahmadiyah (Ahmadiyah Movement) atau Ahmadiyah Lahore tidak mengenal khalifah sebagai pemimpin, akan tetapi seorang Amir yang diangkat sebagai pemimpin. Adapun para Amir tersebut adalah sbb: 1. Hazrat Maulana Hakim Nurudin 2. Maulana Muhammad Ali MA. LLB. 3. Maulana Sadrudin 4. Dr. Saed Ahmad Khan 5. Prof. Dr. Asghar Hamid Ph.D 6. Prof. Dr.Abdul Karim Saeed

[sunting]Media

elektronik

Salah satu media elektronik milik Ahmadiyah yang terbesar adalah televisi. Mereka telah membuat satu televisi yang mereka namai MTA, yaitu Moslem Television Ahmadiyya. Proyek ini dirintis oleh Khalifah Ahmadiyah yang ke-empat, Mirza Tahir Ahmad [25].

[sunting]Rujukan1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. ^ http://www.alislam.org/introduction/index.html ^http://www.thepersecution.org/world/indonesia/05/jai_pr2108.html ^ http://www.ahmadiyah.org/index.php?go=tentang ^ "SKB Ahmadiyah diterbitkan". BBCIndonesia.com. 9 Juni 2008. Diakses pada 26 Agustus 2008. ^ http://alislam.org/introduction/index.html ^ "Bukan Sekedar Hitam Putih", [1] halaman 1 ^ http://www.ahmadiyya.or.id/kontak ^ http://www.ahmadiyah.org/ ^ http://www.ahmadiyah.org/index.php ^ Subjek "Mengundang Ahmadiyah ke Indonesia", Diskusi Sdr.Nadri Saaduddin, [2] ^ [3]a b

12. ^ Beck, Herman (2005). The rupture between the muhammadiyah and the ahmadiyya. Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde (BKI) 161-2/3 (2005):210-246 13. 14. ^http://www.pakistani.org/pakistan/constitution/amendments/2amendment.html ^ http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=319274&kat_id=3

15. ^ Ahmadiyah Qadiyan, Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam Musyawarah Nasional II tanggal 1117 Rajab 1400 H/ 26 Mei 1 Juni 1980 M. 16. ^ Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor: 11/MUNAS VII/MUI/15/2005 Tentang Aliran Ahmadiyah, Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional MUI VII, pada 19-22 Jumadil Akhir 1426 H / 26-29 Juli 2005 M. 17. ^ Penjelasan Tentang Fatwa Aliran Ahmadiyah, Bidang Aqidah Dan Aliran Keagamaan, Musyawarah Nasional (MUNAS) VII MUI tanggal 26-29 Juli 2005 M./19-22 Jumadil Akhir 1426 H. 18. 19. 20. 21. 22. 23. ^ http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=319274&kat_id=3 ^ http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=319274&kat_id=3 ^ http://www.halalguide.info/index.php?option=com_content&task=view&id=111&Itemid=29 ^ Buku: klarifikas Tazkirah ^ buku: Kami Orang Islam ^ Khutbah Islamiah, h. 34

http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmadiyyah