wawancara mendalam.pdf
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 wawancara mendalam.pdf
1/16
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Metode penelitian
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskripstif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati. (Moleong, 2005: 3).
Penulis menggunakan metode kualitatif dalam melakukan penelitian ini,
dimana metode ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-
dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Dalam penelitian ini yang
lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data, bukan banyaknya
(kuantitas) data. (Kriyantono, 2006:56-57)
Demi melakukan kegiatan penelitian yang bersifat sistematis dan dapat
dipertanggung jawabkan dalam “Analisis Strategi Program Dokumenter Swara Liyan
di TVRI”, maka pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif disini diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian
mendalam tentang ucapan, tingkah laku, dan tulisan yang dapat diamati dari suatu
individu, kelompok, organisasi atau masyarakat dalam suatu konteks setting tertentu
yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistic. Pendekatan
kualitatif bertujuan untuk mendapat pemahaman yang sifatnya umum terhadap
kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan
terlebih dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial
-
8/18/2019 wawancara mendalam.pdf
2/16
yang menjadi fokus penelitian, dan kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa
pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut. (Ruslan, 2003:215)
3.2 Jenis penelitian
Jenis atau tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Deskriptif.
Adapun tujuan dari jenis riset ini yaitu membuat deskripsi secara faktual, akurat dan
sistematis tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Penelitian
ini menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antar
variabel. (Rachmat Kriyantono, 2006)
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang terbatas pada usaha
mengungkapkan satu masalah atau keadaaan atau peristiwa sebagaimana adanya
(Nawawi, 1996: 2). Penelitian deskriptif merupakan penelitian hanyalah
memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan
hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Ciri lain penelitian
deskriptif ialah bertitik berat pada observasi dan suasana ilmiah (naturalis setting)
peneliti bertindak sebagai pengamat (Issac & Michael 1981: 46).
Data yang dikumpulkan dalam penelitian deskriptif adalah bukan berupa
angka-angka, melainkan berupa kata-kata dan gambar. Hal ini disebabkan adanya
pendekatan metode kualitatif. Selain itu, semua yang telah dikumpulkan
berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Pada penulisan
laporan demikian, penulis dalam menganalisa data yang sangat kaya tersebut dan
sejauh mungkin dalam bentuk aslinya. (Moleong, 2004:11)
-
8/18/2019 wawancara mendalam.pdf
3/16
Peneliti menggunakan metode wawancara mendalam, observasi mendalam,
dokumentasi-dokumentasi, rekaman bukti-bukti fisik lainnya (Kriyantono 2006 :66)
dengan melakukan wawancara mendalam (indepth interview) kepada para
narasumber ( Informan) yang dalam penelitian ini adalah produser, editor,
cameraman dari program Swara Liyan di TVRI yang akan diwawancarai berdasarkan
pertanyan-pertanyaan yang dibuat oleh peneliti dengan topic penelitian.
Metode wawancara mendalam adalah metode riset di mana periset melakukan
kegiatan wawancara tatap muka secara mendalam dan terus-menerus (lebih dari satu
kali) untuk menggali informasi dari responden (informan). Metode ini
memungkinkan peneliti untuk mendapatkan alasan detail dari jawaban responden
yang antara lain mencakup opininya, motivasinya, nilai-nilai ataupun pengalaman-
pengalamannya (Kriyantono 2006 :65).
Penelitian ini akan memberikan gambaran deskriptif mengenai berbagai
realitas yang ada pada proses produksi program “Swara Liyan” di TVRI yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas program tersebut berdasarkan pola kerja yang
dilakukan oleh tim produksi. Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai sarana
penggalian interpretasi data yang disajikan dalam bentuk deskripsi detail, kutipan-
kutipan atau komentar yang berasal dari wawancara mendalam dan catatan lapangan
selama peneliti melakukan observasi.
-
8/18/2019 wawancara mendalam.pdf
4/16
3.3 Metode Pengumpulan Data
Menurut Meleong metode penelitian sebagai salah satu bagian penelitian
merupakan salah satu unsur yang sangat terpenting. Sedangkan menurut Lofland
sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan, seperti dokumen dan lain-lain (Meleong, 2005:
157)
Peneliti mengutip Rosady Ruslan Dalam bukunya Metode Penelitian Public
Relation dan Komunikasi, Peneliti mengutip Rosady Ruslan, bahwa metode
pengumpulan data diperoleh melalui dua cara, yaitu: (Ruslan, 2003:29-30)
3.3.1 Data Primer ( primary data)
Adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian perorangan,
kelompok, dan organisasi secara langsung. Terdapat dua metode yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan data primer, yaitu:
A.
Metode Survei
Metode survei adalah metode pengumpulan data primer yang
menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis. Diperlukan adanya kontak atau
hubungan antara peneliti dan dengan subyek (responden) penelitian untuk
memperoleh data yang diperlukan. Data penelitian berupa data subyek yang
menyatakan opini, sikap, pengalaman, atau karakteristik subyek penelitian
secara individual atau secara kelompok. Data yang diperoleh sebagian besar
merupakan data deskriptif, meskipun demikian, pengumpulan data dengan
metode survei dapat dirancang untuk menjelaskan sebab-akibat atau
mengungkapkan ide-ide (Indrianto & Supomo, 2002:152). Peneliti
menggunakan teknik wawancara mendalam (in-depth interview) untuk
-
8/18/2019 wawancara mendalam.pdf
5/16
memperoleh pengumpulan data. Menurut Rachmat Kriyantoro Dalam bukunya
Riset Komunikasi, Menurut Rachmat Kriyantoro metode wawancara
mendalam adalah metode penelitian dimana peneliti melakukan kegiatan
wawancara tatap muka secara mendalam dan terus menerus (lebih dari satu
kali) untuk menggali informasi dari responden. Karena itu, responden disebut
juga informan. Karena wawancara dilakukan lebih dari sekali, maka disebut
juga “intensive-interview”. Metode ini memungkinkan peneliti untuk
mendapatkan alasan detail dari jawaban responden yang antara lain mencakup
opininya, motivasinya, nilai-nilai ataupun pengalaman-pengalamannya
(Kriyantono, 2006:100). Peneliti mendapatkan data secara langsung dari
Produser, Kreatif, dan Editor secara langsung dari Tim Produksi “Suara
Liyan” TVRI dengan melakukan wawancara secara mendalam (in-depth
interview). Hasil wawancara tersebut selanjutnya dicatat oleh peneliti sebagai
data penelitian.
B.
Metode Observasi
Metode observasi adalah proses pencatatan pola perilaku subyek (orang),
obyek (benda), atau kejadian sistematik tanpa adanya pertanyaan atau
komunikasi dengan individu-individu yang diteliti. Kelebihan metode
observasi dibandingkan dengan metode survei bahwa data yang dikumpulkan
umumnya tidak terdistorsi, lebih akurat dan bebas dari response bias. Untuk
mendapatkan data yang akurat, peneliti melakukan observasi langsung (direct
observation) dengan menjadi participant observation, yaitu observasi dengan
cara melibatkan diri atau menjadi bagian dari lingkungan sosial atau organisasi
yang diamati. (Indrianto & Supomo, 2002:157-159) Peneliti mengobservasi
dengan terjun langsung sebagai Tim Produksi untuk melakukan tahapan
-
8/18/2019 wawancara mendalam.pdf
6/16
produksi Suara Liyan” TVRI dari mulai pra produksi, produksi, sampai pasca
produksi. Melalui metode ini, peneliti dapat memperoleh data yang relatif lebih
banyak dan akurat, karena peneliti dapat secara langsung mengamati perilaku
dan kejadian-kejadian dalam lingkungan sosial yang diteliti.
3.3.2 Data Sekunder ( secondary data)
Memperoleh data dalam bentuk yang sudah jadi (tersedia) melalui
publikasi dan informasi yang dikeluarkan di berbagai organisasi atau
perusahaan (Ruslan, 2003:30). Data sekunder didapat dengan cara studi
kepustakaan (literature) yaitu membaca buku-buku, majalah serta data dan
bahan referensi dari berbagai sumber yang berhubungan atau berkaitan
dengan permasalah yang diteliti guna melengkapi data-data yang sudah ada.
Untuk mencatat percakapan wawancara menggunakan alat Bantu berupa
perekam suara (tape recorder ). Selain wawancara, penggunaan data sekunder
lain juga digunakan seperti : data tertulis di tempat penelitian atau data-data
yang didapat dari TVRI tersebut dan melakukan observasi untuk memberikan
kemudahan bagi peneliti untuk menyempurnakan sebagai penelitian.
3.4 Obyek Penelitian
Objek penelitian adalah sesuatu meliputi ada dan yang mungkin ada. Sesuatu
yang ada ialah sesuatu yang dapat disentuh dengan indera, sehingga lebih mudah
menunjukan bukti kebenarannya. Sedangkan sesuatu yang mungkin ada adalah
sesuatu yang sekarang belum ada, akan tetapi tidak mustahil ada setelah melalui
proses pembuktian. (Nawawi, 2005:3)
-
8/18/2019 wawancara mendalam.pdf
7/16
Program “Swara Liyan” di TVRI merupakan objek pada penelitian ini. Peneliti
ingin mengetahui bagaimana sebuah tim melakukan strategi proses produksi program
seperti apa yang diterapkan pada teori yang sudah di kupas di bab sebelumnya.
3.4.1 Informan
Menurut Lexy J. Moleong, informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Informan harus
memiliki banyak pengalaman tentang latar penelitian. Ia berkewajiban secara
sukarela menjadi anggota tim dengan kebaikan dan kesukarelaan tentang nilai-nilai,
sikap, bangunan, dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian tersebut. (Moleong,
2004:132)
Informan yang dipilih dalam penelitian ini merupakan tim produksi dari
program “Suara Liyan” TVRI. Dan tentunya mereka mengalami pengalaman
mengenai proses produksi program tersebut, yaitu:
1.
Produser
Produser merupakan orang yang bertanggung jawab
memberikan,mengubah ide/gagasan kreatif ke dalam konsep yang matang
dan praktis juga dapat dijual. Produser harus memastikan adanya persiapan
ke-modal-an atau dukungan keuangan bagi terlaksananya produksi program
TV serta mampu mengelola keseluruhan proses produksi dari persiapan
hingga pendistribusian termasuk melaksanakan penjadwalan. Produser juga
terkadang ikut terlibat secara langsung dalam proses pengambilan
keputusan setiap harinya ( producer executive). Produser harus mampu
menerjemahkan keinginan dan pandangan para pendukung modal
-
8/18/2019 wawancara mendalam.pdf
8/16
(investor), klien, atasan, dan juga audien melalui proses produksinya.
(Morissan, 2008 : 213)
Produser program “Suara Liyan” TVRI adalah Agus Hariyadi, beliau
merupakan orang yang mengkoordinasikan dan mengontrol semua aspek
produksi program. Produser pun bertanggung jawab secara general
terhadap kualitas suatu acara yang dipimpin.
2.
Editor
Editor program “Suara Liyan” TVRI adalah, Zulhelmi Tanjung beliau
bertugas untuk menyunting gambar dan bertanggung jawab terhadap
editing video yang di hasilkan dari proses produksi.
3.
Kameramen
Kameramen program “Suara Liyan” TVRI adalah Agil Samal, tugasnya
adalah mengambil gambar sesuai dengan ide atau pum cerita yang akan di
angkat, meskipun formatnya berupa dokumenter namun kameramen juga
harus jeli gambar mana yang akan di ambil.
3.5 Teknik Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, yaitu wawancara mendalam, pengamatan yang dituliskan dalam
catatan lapangan, dokumen pribadi, dokmen resmi, gambar, foto dan sebagainya.
(Moleong, 2004:247)
Pada gambar dibawah ini dijelaskan bahwa analisis data kualitatif dimulai dari
analisis berbagai data yang berhasil dikumpulkan peneliti di lapangan. Data tersebut
terkumpul melalui wawancara mendalam dan observasi langsung. Kemudian data
tersebut di klasifikasikan ke dalam kategori-kategori tertentu. Pengklasifikasian atau
-
8/18/2019 wawancara mendalam.pdf
9/16
pengkategorian ini harus mempertimbangka kesahihan (kevalidan), dengan
memperhatikan kompetensi subjek penelitian, tingkat autentisitasnya dan melakukan
triangulasi berbagai sumber data. (Kriyantono, 2006:194)
Fakta Empiris Tataran
Konseptual
Gambar 3.5 Proses Analisis Data Kualitatif
Dari hasil wawancara mendalam dan observasi, peneliti mengkategorikan
dalam kategori analisis:
1.
Konsep dan perencanaan program “Suara Liyan” TVRI
2. Analisis SWOT program “Suara Liyan” TVRI
3. Strategi proses produksi program “Suara Liyan” TVRI
3.5.1. Koding
Koding dimaksudkan untuk mengorganisasi dan mensistemasi data
secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran
tentang topik yang dipelajari. Langkah awal koding secara praktis dan efektif
dapat dilakukan melalui: pertama, peneliti menyusun transkripsi verbatim (kata
demi kata) atau catatan lapangannya sedemikian rupa sehingga ada kolom
Berbagai Data di
Lapangan
Analisis/KlasifikasiData/Kategorisasi
Ciri-ciri umum
Pemanknaan/Interpretasi ciri-ciri
umum
Kesahihan Data:-Kompetensi Subjek- Authenticity & Triangulasi
- Intersubjecvity Agreement
BERTEORI &
KONTEKSTUAL
-
8/18/2019 wawancara mendalam.pdf
10/16
kosong yang cukup besar disebelah kiri dan kanan transkrip. Hal ini akan
memudahkannya membutuhkan kode-kode atau catatan tertentu di atas transkrip
tersebut. Kedua, peneliti secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada
baris-baris transkrip dan atau catatan lapangan. Sebagian peneliti mengusulkan
pemberian nomor secara urut dari satu baris kebaris lain, sementara peneliti lain
mengusulkan penomoran baru untuk tiap paragraph baru. Ketiga, peneliti
memberikan nama masing-masing berkas dengan kode tertentu. Kode yang
dipilih haruslah kode yang mudah diingat dan dianggap paling paling tepat
mewakili berkas tersebut dan selalu membubuhkan tanggal di tiap berkas.
(Poerwandari, 2007:3)
Dalam koding ini terbagi menjadi tiga bagian seperti yang diungkapkan
Strauss dan Corbin (1990), yaitu koding terbuka (open coding), koding aksial
(axial coding), dan koding selektif (selective coding). (Poerwandari, 2007:184)
A.
Pengkodean Terbuka (Open Coding)
1.
Pelabelan Fenomena
Langkah awal dalam analisis adalah pelabelan fenomena. Yang
dimaksudkan dengan pelabelan fenomena adalah pemeberian nama
terhadap benda, kejadian atau informasi yang diperoleh melalui
pengamatan dan atau wawancara. Pada hakikatnya, pelabelan itu
merupakan suatu pembuatan nama dari setiap fenomena dengan
konsep-konsep tertentu. Jadi pelabelan fenomena itu adalah suatu
kegiatan konseptualisasi data.
-
8/18/2019 wawancara mendalam.pdf
11/16
2. Penemuan dan Penamaan Kategori
Setiap fenomena yang sudah diberi label pada hakikatnya
adalah unit-unit data yang masih berserakan. Kapasitas intelektual
manusia tidak cukup kuat untuk memproses dan menganalisis
informasi yang jumlahnya besar secara sekaligus. Perlu dipisahkan
kedalam beberapa kelompok untuk menyederhanakan data tersebut.
Penyederhanaan data itu pada umumnya dilakukan dengan cara
mereduksi data sehingga menjadi lebih ringkas dan padat, kemudian
membagi-bagi ke dalam kelompok-kelompok tertentu (kategorisasi)
sesuai sifat dan subtansinya. Proses kategorisasi ini pada dasarnya
tergantung pada tujuan penelitian yang sudah ditetapkan pada
rancangan penelitian.
Dalam pemberian nama kategori ini, peneliti membuat sendiri
nama yang sesuai dengan kelompok unit data, tetapi adakalanya
meminjam istilah yang sudah dibuat oleh peneliti atau ahli lainnya.
Namun demikian, cara pemberian nama yang paling dianjurkan,
adalah dengan menggunakan istilah yang dipakai oleh subjek yang
diteliti, karena cara inilah yang disarankan sesuai dengan pendekatan
emic yang menjadi ciri dari setiap penelitian kualitatif.
3.
Penyusunan Kategori
Dasar untuk penyusunan kategori adalah sifat dan ukurannya.
Yang dimaksudkan dengan sifat disini adalah karakteristik atau atribut
suatu kategori (yang berfungsi sebagai ranah ukuran, dimensional
-
8/18/2019 wawancara mendalam.pdf
12/16
range), sedangkan ukuran adalah posisi dari sifat dalam suatu
kontitium. Setiap kategori data bisa ditempatkan dimana saja di
sepanjang kontitium dimensional yang terpisah. Beberapa profil itu
dapat dikelompokkan sehingga membentuk suatu pola. Profil
dimensional ini menggambarkan sifat khusus dari suatu fenomena
dalam kondisi-kondisi ada.
( http://www.infoskripsi.com/Theory/Metode-Penelitian-Kualitatif-
Grounded-Theory-Approach.html ) diakses tanggal 29 Oktober 2012
B.
Pengkodean Terporos ( Axial Coding)
Pengkodean terporos adalah seperangkat prosedur penempatan data
kembali dengan cara-cara baru dengan membuat kaitan antarkategori.
Pengkodean ini diawali dari penentuan jenis kategori kemudian dilanjutkan
dengan penemuan hubungan antar kategori atau antarsubkategori.
( http://www.infoskripsi.com/Theory/Metode-Penelitian-Kualitatif-Grounded-
Theory-Approach.html ) diakses tanggal 29 Oktober 2012
C.
Pengkodean Terpilih (Selective Coding)
Mengingat masalah penelitian dalam Grounded Theory masih bersifat
umum, mungkin sekali peneliti menemukan sejumlah besar data dengan
kategori dan hubungan antarkategori/subkategori yang banyak dan bervariasi.
Kenyataan ini tentu dapat membingungkan, karena datanya masih belum
terfokus pada titik tertentu. Untuk menyederhanakannya perlu dilakukan proses
penggabungan dan atau seleksi secara sistematis.
-
8/18/2019 wawancara mendalam.pdf
13/16
( http://www.infoskripsi.com/Theory/Metode-Penelitian-Kualitatif-Grounded-
Theory-Approach.html ) diakses tanggal 29 Oktober 2012
3.6.
Keabsahan Penelitian
Diperlukan teknik pemeriksaan terhadap data untuk menetapkan data. Alat
penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak
kelemahan ketika dilakukan secara terbuka apalagi tanpa kontrol, dan sumber data
kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi akurasi dari penelitian.
Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada
empat kriteria yang digunakan dalam menetapkan penelitian :
3.6.1 Credibility ( Kepercayaan )
Penerapan kriterium derajat kepercayaan (kreadibiltas) pada dasarnya
menggantikan konsep validitas internal dari non kualitatif. Kriterium ini
berfungsi: Pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat
kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada
kenyataan ganda yang telah diteliti. (Moleong, 2006:324)
Melibatkan penetapan bahwa hasil penelitian kualitatif itu kredibel atau
dapat dipercaya dari perspektif peserta penelitian. Hal ini karena tujuan dari
penelitian kualitatif adalah untuk menggambarkan dan memahami fenomena
dari sudut pandang kepentingan peserta penelitian, maka peserta penelitian
merupakan satu-satunya pihak yang bisa mensahkan tingkat krediabilitas dari
hasil penelitian ini. (Bryman, 2008:377)
Dalam penelitian ini, peneliti melampirkan pernyataan bahwa penelitian
ini benar-benar dilakukan oleh informan untuk memenuhi standar atau kriteria
-
8/18/2019 wawancara mendalam.pdf
14/16
credibility. Selain itu, agar peneliti bisa menyelami lebih dalam apa yang terjadi
sesuai dengan realitas yang ada, dilakukan observasi secara langsung dengan
terjun langsung kedalam proses produksi Peneliti juga melakukan transkrip dari
wawancara, kemudian coding ke dalam tahapan coding, mulai dari open coding,
axial coding, dan selective coding, sehingga bisa dianalisis dengan akurat.
3.6.2 Transferability ( Keteralihan )
Kriteria keteralihan berbeda dengan validitas eksternal non kualitatif.
Konsep validitas tersebut menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan dapat
ditetapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar yang
diperoleh pada sampel secara representatif. (Moleong, 2006:324)
Transferability juga menjelaskan apakah hasil penelitian ini dapat
diterapkan pada situasi yang lain. Konsep validitas menyatakan bahwa
generalisasi suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks
dalam populasi yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh pada sampel
yang secara representative mewakili populasi itu. (Bryman, 2008:377)
3.6.3 Dependability ( Kebergantungan )
Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dengan melakukan audit
terhadap keseluruhan proses penelitian. Menekankan kebutuhan peneliti untuk
memperkirakan penelitiannya untuk konteks-konteks yang selalu berubah
selama penelitian ini berlangsung. Penelitian ini bertanggung jawab untuk
menggambarkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam setting penelitian dan
bagaimana perubahan-perubahan ini mempengaruhi cara penelitian ini
mendapatkan hasil penelitian. Dependability adalah parallel keandalan. Sebagai
-
8/18/2019 wawancara mendalam.pdf
15/16
parallel keandalan data riset kualitatif, peneliti perlu memastikan bahwa arsip-
arsip lengkap harus dijaga dari semua tahap yang menyangkut riset itu. Proses
perumusan masalah, pemilihan peserta riset, mencatat lingkungan kerja, catatan
wawancara, analisis data dan cara lain yang tak kalah diakses. Kemudian peneliti
bertindak sebagai auditor, dan pasti pada bagian akhir untuk menetapkan
prosedur diberapa banyak dan termasuk yang sudah diikuti. Ini juga meliputi
tingkat untuk membuat kesimpulan yang benar. Auditing tidak mempunyai
pendekatan popular untuk menambah dependability dari riset kualitatif.
Beberapa studi yang menyoroti permasalahan dihubungkan dengan gagasan
auditing. Ini sangat menuntut auditor, mengingat riset kualitatif itu
menghasilkan frekuensi data yang besar. (Sugiyono, 2007:277)
3.6.4 Confirmability ( Kepastian )
Hampir sama dengan dependability, yaitu menguiji hasil penelitian
dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan
fungsi dari proses penelitian maka proses tersebut telah memenuhi standar
confirmability. Confirmability mempunyai kaitan dengan objektivitas yang
lengkap di dalamnya riset sosial, peneliti harus berbuat secara jujur, dengan
kata lain harus nyata dalam melakukan riset. Terdapat beberapa jenis strategi
untuk meningkatkan confirmability. Peneliti bisa mendokumentasikan prosedur
untuk melakukan cek dan ricek data yang didapat dari penelitian. Penelitian
bisa juga aktif mencari dan menggambarkan berbagai kelemahan atau hal-hal
kontradiktif yang ada dalam observasi sebelumnya. Setelah peneliti melakukan
riset, seseorang bisa bertindak sebagai auditor yang menguji teknik
-
8/18/2019 wawancara mendalam.pdf
16/16
pengumpulan data dan menganalisi prosedur serta melakukan penelitian
tentang kemungkinan adanya bias atau distorsi. (Bryman, 2008:379).
3.7
Kelemahan & Keterbatasan Penelitian
Setiap penelitian tentunya memiliki kelemahan dan keterbatasan, apa lagi
penelitian pemula seperti penulis saat ini di dalam proses melakukan penelitian.
kelemahan dan keterbatasan penelitian yang dimiliki adalah sebagai berikut:
1. Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh informan dikarenakan jam kerja
yang padat sehingga sulit untuk peneliti mendiskusikan masalah penelitian
secara mendalam dengan waktu yang singkat.
2. Penjelasan Informan yang terkadang terlalu bertele-tele dan sangat jauh
dari apa yang di tanyakan.