Transcript
  • 8/18/2019 wawancara mendalam.pdf

    1/16

    BAB 3

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 

    Metode penelitian

    Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

    deskripstif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

    diamati. (Moleong, 2005: 3). 

    Penulis menggunakan metode kualitatif dalam melakukan penelitian ini,

    dimana metode ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-

    dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Dalam penelitian ini yang

    lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data, bukan banyaknya

    (kuantitas) data. (Kriyantono, 2006:56-57) 

    Demi melakukan kegiatan penelitian yang bersifat sistematis dan dapat

    dipertanggung jawabkan dalam “Analisis Strategi Program Dokumenter Swara Liyan

    di TVRI”, maka pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan kualitatif. 

    Pendekatan kualitatif disini diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian

    mendalam tentang ucapan, tingkah laku, dan tulisan yang dapat diamati dari suatu

    individu, kelompok, organisasi atau masyarakat dalam suatu konteks setting tertentu

    yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistic. Pendekatan

    kualitatif bertujuan untuk mendapat pemahaman yang sifatnya umum terhadap

    kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan

    terlebih dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial

  • 8/18/2019 wawancara mendalam.pdf

    2/16

    yang menjadi fokus penelitian, dan kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa

    pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut. (Ruslan, 2003:215)

    3.2 Jenis penelitian

    Jenis atau tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Deskriptif.

    Adapun tujuan dari jenis riset ini yaitu membuat deskripsi secara faktual, akurat dan

    sistematis tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Penelitian

    ini menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antar

    variabel. (Rachmat Kriyantono, 2006)

    Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang terbatas pada usaha

    mengungkapkan satu masalah atau keadaaan atau peristiwa sebagaimana adanya

    (Nawawi, 1996: 2). Penelitian deskriptif merupakan penelitian hanyalah

    memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan

    hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Ciri lain penelitian

    deskriptif ialah bertitik berat pada observasi dan suasana ilmiah (naturalis setting)

    peneliti bertindak sebagai pengamat (Issac & Michael 1981: 46).

    Data yang dikumpulkan dalam penelitian deskriptif adalah bukan berupa

    angka-angka, melainkan berupa kata-kata dan gambar. Hal ini disebabkan adanya

    pendekatan metode kualitatif. Selain itu, semua yang telah dikumpulkan

    berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Pada penulisan

    laporan demikian, penulis dalam menganalisa data yang sangat kaya tersebut dan

    sejauh mungkin dalam bentuk aslinya. (Moleong, 2004:11)

  • 8/18/2019 wawancara mendalam.pdf

    3/16

    Peneliti menggunakan metode wawancara mendalam, observasi mendalam,

    dokumentasi-dokumentasi, rekaman bukti-bukti fisik lainnya (Kriyantono 2006 :66)

    dengan melakukan wawancara mendalam (indepth interview) kepada para

    narasumber ( Informan) yang dalam penelitian ini adalah  produser, editor,

    cameraman dari program Swara Liyan di TVRI yang akan diwawancarai berdasarkan

    pertanyan-pertanyaan yang dibuat oleh peneliti dengan topic penelitian. 

    Metode wawancara mendalam adalah metode riset di mana periset melakukan

    kegiatan wawancara tatap muka secara mendalam dan terus-menerus (lebih dari satu

    kali) untuk menggali informasi dari responden (informan). Metode ini

    memungkinkan peneliti untuk mendapatkan alasan detail dari jawaban responden

    yang antara lain mencakup opininya, motivasinya, nilai-nilai ataupun pengalaman-

    pengalamannya (Kriyantono 2006 :65).

    Penelitian ini akan memberikan gambaran deskriptif mengenai berbagai

    realitas yang ada pada proses produksi program “Swara Liyan”  di TVRI yang

    bertujuan untuk meningkatkan kualitas program tersebut berdasarkan pola kerja yang

    dilakukan oleh tim produksi. Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai sarana

    penggalian interpretasi data yang disajikan dalam bentuk deskripsi detail, kutipan-

    kutipan atau komentar yang berasal dari wawancara mendalam dan catatan lapangan

    selama peneliti melakukan observasi.

  • 8/18/2019 wawancara mendalam.pdf

    4/16

    3.3  Metode Pengumpulan Data

    Menurut Meleong  metode penelitian sebagai salah satu bagian penelitian

    merupakan salah satu unsur yang sangat terpenting. Sedangkan menurut Lofland

    sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan,

    selebihnya adalah data tambahan, seperti dokumen dan lain-lain (Meleong, 2005:

    157)

    Peneliti mengutip Rosady Ruslan Dalam bukunya Metode Penelitian Public

    Relation dan Komunikasi, Peneliti mengutip Rosady Ruslan, bahwa metode

    pengumpulan data diperoleh melalui dua cara, yaitu: (Ruslan, 2003:29-30)

    3.3.1 Data Primer ( primary data)

    Adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian perorangan,

    kelompok, dan organisasi secara langsung. Terdapat dua metode yang dapat

    digunakan untuk mengumpulkan data primer, yaitu:

    A. 

    Metode Survei

    Metode survei adalah metode pengumpulan data primer yang

    menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis. Diperlukan adanya kontak atau

    hubungan antara peneliti dan dengan subyek (responden) penelitian untuk

    memperoleh data yang diperlukan. Data penelitian berupa data subyek yang

    menyatakan opini, sikap, pengalaman, atau karakteristik subyek penelitian

    secara individual atau secara kelompok. Data yang diperoleh sebagian besar

    merupakan data deskriptif, meskipun demikian, pengumpulan data dengan

    metode survei dapat dirancang untuk menjelaskan sebab-akibat atau

    mengungkapkan ide-ide (Indrianto & Supomo, 2002:152). Peneliti

    menggunakan teknik wawancara mendalam (in-depth interview) untuk

  • 8/18/2019 wawancara mendalam.pdf

    5/16

    memperoleh pengumpulan data. Menurut Rachmat Kriyantoro Dalam bukunya

    Riset Komunikasi, Menurut Rachmat Kriyantoro metode wawancara

    mendalam adalah metode penelitian dimana peneliti melakukan kegiatan

    wawancara tatap muka secara mendalam dan terus menerus (lebih dari satu

    kali) untuk menggali informasi dari responden. Karena itu, responden disebut

     juga informan. Karena wawancara dilakukan lebih dari sekali, maka disebut

     juga “intensive-interview”. Metode ini memungkinkan peneliti untuk

    mendapatkan alasan detail dari jawaban responden yang antara lain mencakup

    opininya, motivasinya, nilai-nilai ataupun pengalaman-pengalamannya

    (Kriyantono, 2006:100). Peneliti mendapatkan data secara langsung dari

    Produser, Kreatif, dan Editor secara langsung dari Tim Produksi “Suara

     Liyan”  TVRI dengan melakukan wawancara secara mendalam (in-depth

    interview). Hasil wawancara tersebut selanjutnya dicatat oleh peneliti sebagai

    data penelitian.

    B. 

    Metode Observasi

    Metode observasi adalah proses pencatatan pola perilaku subyek (orang),

    obyek (benda), atau kejadian sistematik tanpa adanya pertanyaan atau

    komunikasi dengan individu-individu yang diteliti. Kelebihan metode

    observasi dibandingkan dengan metode survei bahwa data yang dikumpulkan

    umumnya tidak terdistorsi, lebih akurat dan bebas dari response bias. Untuk

    mendapatkan data yang akurat, peneliti melakukan observasi langsung (direct

    observation) dengan menjadi  participant observation, yaitu observasi dengan

    cara melibatkan diri atau menjadi bagian dari lingkungan sosial atau organisasi

    yang diamati. (Indrianto & Supomo, 2002:157-159) Peneliti mengobservasi

    dengan terjun langsung sebagai Tim Produksi untuk melakukan tahapan

  • 8/18/2019 wawancara mendalam.pdf

    6/16

    produksi Suara Liyan” TVRI dari mulai pra produksi, produksi, sampai pasca

    produksi. Melalui metode ini, peneliti dapat memperoleh data yang relatif lebih

    banyak dan akurat, karena peneliti dapat secara langsung mengamati perilaku

    dan kejadian-kejadian dalam lingkungan sosial yang diteliti.

    3.3.2 Data Sekunder ( secondary data)

    Memperoleh data dalam bentuk yang sudah jadi (tersedia) melalui

    publikasi dan informasi yang dikeluarkan di berbagai organisasi atau

    perusahaan (Ruslan, 2003:30). Data sekunder didapat dengan cara studi

    kepustakaan (literature) yaitu membaca buku-buku, majalah serta data dan

    bahan referensi dari berbagai sumber yang berhubungan atau berkaitan

    dengan permasalah yang diteliti guna melengkapi data-data yang sudah ada.

    Untuk mencatat percakapan wawancara menggunakan alat Bantu berupa

    perekam suara (tape recorder ). Selain wawancara, penggunaan data sekunder

    lain juga digunakan seperti : data tertulis di tempat penelitian atau data-data

    yang didapat dari TVRI tersebut dan melakukan observasi untuk memberikan

    kemudahan bagi peneliti untuk menyempurnakan sebagai penelitian. 

    3.4 Obyek Penelitian

    Objek penelitian adalah sesuatu meliputi ada dan yang mungkin ada. Sesuatu

    yang ada ialah sesuatu yang dapat disentuh dengan indera, sehingga lebih mudah

    menunjukan bukti kebenarannya. Sedangkan sesuatu yang mungkin ada adalah

    sesuatu yang sekarang belum ada, akan tetapi tidak mustahil ada setelah melalui

    proses pembuktian. (Nawawi, 2005:3)

  • 8/18/2019 wawancara mendalam.pdf

    7/16

    Program “Swara Liyan” di TVRI merupakan objek pada penelitian ini. Peneliti

    ingin mengetahui bagaimana sebuah tim melakukan strategi proses produksi program

    seperti apa yang diterapkan pada teori yang sudah di kupas di bab sebelumnya.

    3.4.1 Informan

    Menurut Lexy J. Moleong, informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk

    memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Informan harus

    memiliki banyak pengalaman tentang latar penelitian. Ia berkewajiban secara

    sukarela menjadi anggota tim dengan kebaikan dan kesukarelaan tentang nilai-nilai,

    sikap, bangunan, dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian tersebut. (Moleong,

    2004:132)

    Informan yang dipilih dalam penelitian ini merupakan tim produksi dari

    program “Suara Liyan”  TVRI. Dan tentunya mereka mengalami pengalaman

    mengenai proses produksi program tersebut, yaitu:

    1. 

    Produser

    Produser merupakan orang yang bertanggung jawab

    memberikan,mengubah ide/gagasan kreatif ke dalam konsep yang matang

    dan praktis juga dapat dijual. Produser harus memastikan adanya persiapan

    ke-modal-an atau dukungan keuangan bagi terlaksananya produksi program

    TV serta mampu mengelola keseluruhan proses produksi dari persiapan

    hingga pendistribusian termasuk melaksanakan penjadwalan. Produser juga

    terkadang ikut terlibat secara langsung dalam proses pengambilan

    keputusan setiap harinya ( producer executive). Produser harus mampu

    menerjemahkan keinginan dan pandangan para pendukung modal

  • 8/18/2019 wawancara mendalam.pdf

    8/16

    (investor), klien, atasan, dan juga audien melalui proses produksinya.

    (Morissan, 2008 : 213)

    Produser program “Suara Liyan”  TVRI adalah Agus Hariyadi, beliau

    merupakan orang yang mengkoordinasikan dan mengontrol semua aspek

    produksi program. Produser pun bertanggung jawab secara general

    terhadap kualitas suatu acara yang dipimpin.

    2. 

    Editor

    Editor program “Suara Liyan”  TVRI adalah, Zulhelmi Tanjung beliau

    bertugas untuk menyunting gambar dan bertanggung jawab terhadap

    editing video yang di hasilkan dari proses produksi.

    3. 

    Kameramen

    Kameramen program “Suara Liyan”  TVRI adalah Agil Samal, tugasnya

    adalah mengambil gambar sesuai dengan ide atau pum cerita yang akan di

    angkat, meskipun formatnya berupa dokumenter namun kameramen juga

    harus jeli gambar mana yang akan di ambil.

    3.5 Teknik Analisis Data

    Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari

    berbagai sumber, yaitu wawancara mendalam, pengamatan yang dituliskan dalam

    catatan lapangan, dokumen pribadi, dokmen resmi, gambar, foto dan sebagainya.

    (Moleong, 2004:247)

    Pada gambar dibawah ini dijelaskan bahwa analisis data kualitatif dimulai dari

    analisis berbagai data yang berhasil dikumpulkan peneliti di lapangan. Data tersebut

    terkumpul melalui wawancara mendalam dan observasi langsung. Kemudian data

    tersebut di klasifikasikan ke dalam kategori-kategori tertentu. Pengklasifikasian atau

  • 8/18/2019 wawancara mendalam.pdf

    9/16

    pengkategorian ini harus mempertimbangka kesahihan (kevalidan), dengan

    memperhatikan kompetensi subjek penelitian, tingkat autentisitasnya dan melakukan

    triangulasi berbagai sumber data. (Kriyantono, 2006:194)

    Fakta Empiris Tataran

    Konseptual

    Gambar 3.5 Proses Analisis Data Kualitatif

    Dari hasil wawancara mendalam dan observasi, peneliti mengkategorikan

    dalam kategori analisis:

    1. 

    Konsep dan perencanaan program “Suara Liyan” TVRI

    2.  Analisis SWOT program “Suara Liyan” TVRI

    3.  Strategi proses produksi program “Suara Liyan” TVRI

    3.5.1. Koding

    Koding dimaksudkan untuk mengorganisasi dan mensistemasi data

    secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran

    tentang topik yang dipelajari. Langkah awal koding secara praktis dan efektif

    dapat dilakukan melalui: pertama, peneliti menyusun transkripsi verbatim (kata

    demi kata) atau catatan lapangannya sedemikian rupa sehingga ada kolom

    Berbagai Data di

    Lapangan

    Analisis/KlasifikasiData/Kategorisasi

    Ciri-ciri umum

    Pemanknaan/Interpretasi ciri-ciri

    umum

    Kesahihan Data:-Kompetensi Subjek- Authenticity & Triangulasi

    - Intersubjecvity Agreement

    BERTEORI &

    KONTEKSTUAL

  • 8/18/2019 wawancara mendalam.pdf

    10/16

    kosong yang cukup besar disebelah kiri dan kanan transkrip. Hal ini akan

    memudahkannya membutuhkan kode-kode atau catatan tertentu di atas transkrip

    tersebut. Kedua, peneliti secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada

    baris-baris transkrip dan atau catatan lapangan. Sebagian peneliti mengusulkan

    pemberian nomor secara urut dari satu baris kebaris lain, sementara peneliti lain

    mengusulkan penomoran baru untuk tiap paragraph baru. Ketiga, peneliti

    memberikan nama masing-masing berkas dengan kode tertentu. Kode yang

    dipilih haruslah kode yang mudah diingat dan dianggap paling paling tepat

    mewakili berkas tersebut dan selalu membubuhkan tanggal di tiap berkas.

    (Poerwandari, 2007:3)

    Dalam koding ini terbagi menjadi tiga bagian seperti yang diungkapkan

    Strauss dan Corbin (1990), yaitu koding terbuka (open coding), koding aksial

    (axial coding), dan koding selektif (selective coding). (Poerwandari, 2007:184)

    A. 

    Pengkodean Terbuka (Open Coding)

    1. 

    Pelabelan Fenomena

    Langkah awal dalam analisis adalah pelabelan fenomena. Yang

    dimaksudkan dengan pelabelan fenomena adalah pemeberian nama

    terhadap benda, kejadian atau informasi yang diperoleh melalui

    pengamatan dan atau wawancara. Pada hakikatnya, pelabelan itu

    merupakan suatu pembuatan nama dari setiap fenomena dengan

    konsep-konsep tertentu. Jadi pelabelan fenomena itu adalah suatu

    kegiatan konseptualisasi data.

  • 8/18/2019 wawancara mendalam.pdf

    11/16

    2.  Penemuan dan Penamaan Kategori

    Setiap fenomena yang sudah diberi label pada hakikatnya

    adalah unit-unit data yang masih berserakan. Kapasitas intelektual

    manusia tidak cukup kuat untuk memproses dan menganalisis

    informasi yang jumlahnya besar secara sekaligus. Perlu dipisahkan

    kedalam beberapa kelompok untuk menyederhanakan data tersebut.

    Penyederhanaan data itu pada umumnya dilakukan dengan cara

    mereduksi data sehingga menjadi lebih ringkas dan padat, kemudian

    membagi-bagi ke dalam kelompok-kelompok tertentu (kategorisasi)

    sesuai sifat dan subtansinya. Proses kategorisasi ini pada dasarnya

    tergantung pada tujuan penelitian yang sudah ditetapkan pada

    rancangan penelitian.

    Dalam pemberian nama kategori ini, peneliti membuat sendiri

    nama yang sesuai dengan kelompok unit data, tetapi adakalanya

    meminjam istilah yang sudah dibuat oleh peneliti atau ahli lainnya.

    Namun demikian, cara pemberian nama yang paling dianjurkan,

    adalah dengan menggunakan istilah yang dipakai oleh subjek yang

    diteliti, karena cara inilah yang disarankan sesuai dengan pendekatan

    emic yang menjadi ciri dari setiap penelitian kualitatif.

    3. 

    Penyusunan Kategori

    Dasar untuk penyusunan kategori adalah sifat dan ukurannya.

    Yang dimaksudkan dengan sifat disini adalah karakteristik atau atribut

    suatu kategori (yang berfungsi sebagai ranah ukuran, dimensional

  • 8/18/2019 wawancara mendalam.pdf

    12/16

    range), sedangkan ukuran adalah posisi dari sifat dalam suatu

    kontitium. Setiap kategori data bisa ditempatkan dimana saja di

    sepanjang kontitium dimensional yang terpisah. Beberapa profil itu

    dapat dikelompokkan sehingga membentuk suatu pola. Profil

    dimensional ini menggambarkan sifat khusus dari suatu fenomena

    dalam kondisi-kondisi ada.

    ( http://www.infoskripsi.com/Theory/Metode-Penelitian-Kualitatif-

    Grounded-Theory-Approach.html ) diakses tanggal 29 Oktober 2012

    B. 

    Pengkodean Terporos ( Axial Coding)

    Pengkodean terporos adalah seperangkat prosedur penempatan data

    kembali dengan cara-cara baru dengan membuat kaitan antarkategori.

    Pengkodean ini diawali dari penentuan jenis kategori kemudian dilanjutkan

    dengan penemuan hubungan antar kategori atau antarsubkategori.

    ( http://www.infoskripsi.com/Theory/Metode-Penelitian-Kualitatif-Grounded-

    Theory-Approach.html ) diakses tanggal 29 Oktober 2012

    C. 

    Pengkodean Terpilih (Selective Coding)

    Mengingat masalah penelitian dalam Grounded Theory masih bersifat

    umum, mungkin sekali peneliti menemukan sejumlah besar data dengan

    kategori dan hubungan antarkategori/subkategori yang banyak dan bervariasi.

    Kenyataan ini tentu dapat membingungkan, karena datanya masih belum

    terfokus pada titik tertentu. Untuk menyederhanakannya perlu dilakukan proses

    penggabungan dan atau seleksi secara sistematis.

  • 8/18/2019 wawancara mendalam.pdf

    13/16

    ( http://www.infoskripsi.com/Theory/Metode-Penelitian-Kualitatif-Grounded-

    Theory-Approach.html ) diakses tanggal 29 Oktober 2012

    3.6. 

    Keabsahan Penelitian

    Diperlukan teknik pemeriksaan terhadap data untuk menetapkan data. Alat

    penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak

    kelemahan ketika dilakukan secara terbuka apalagi tanpa kontrol, dan sumber data

    kualitatif yang kurang credible  akan mempengaruhi akurasi dari penelitian.

    Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada

    empat kriteria yang digunakan dalam menetapkan penelitian :

    3.6.1  Credibility  ( Kepercayaan )

    Penerapan kriterium derajat kepercayaan (kreadibiltas) pada dasarnya

    menggantikan konsep validitas internal dari non kualitatif. Kriterium ini

    berfungsi: Pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat

    kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada

    kenyataan ganda yang telah diteliti. (Moleong, 2006:324)

    Melibatkan penetapan bahwa hasil penelitian kualitatif itu kredibel atau

    dapat dipercaya dari perspektif peserta penelitian. Hal ini karena tujuan dari

    penelitian kualitatif adalah untuk menggambarkan dan memahami fenomena

    dari sudut pandang kepentingan peserta penelitian, maka peserta penelitian

    merupakan satu-satunya pihak yang bisa mensahkan tingkat krediabilitas dari

    hasil penelitian ini. (Bryman, 2008:377)

    Dalam penelitian ini, peneliti melampirkan pernyataan bahwa penelitian

    ini benar-benar dilakukan oleh informan untuk memenuhi standar atau kriteria

  • 8/18/2019 wawancara mendalam.pdf

    14/16

    credibility. Selain itu, agar peneliti bisa menyelami lebih dalam apa yang terjadi

    sesuai dengan realitas yang ada, dilakukan observasi secara langsung dengan

    terjun langsung kedalam proses produksi Peneliti juga melakukan transkrip dari

    wawancara, kemudian coding ke dalam tahapan coding, mulai dari open coding,

    axial coding, dan selective coding, sehingga bisa dianalisis dengan akurat.

    3.6.2  Transferability ( Keteralihan )

    Kriteria keteralihan berbeda dengan validitas eksternal non kualitatif.

    Konsep validitas tersebut menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan dapat

    ditetapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar yang

    diperoleh pada sampel secara representatif. (Moleong, 2006:324)

    Transferability  juga menjelaskan apakah hasil penelitian ini dapat

    diterapkan pada situasi yang lain. Konsep validitas menyatakan bahwa

    generalisasi suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks

    dalam populasi yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh pada sampel

    yang secara representative mewakili populasi itu. (Bryman, 2008:377)

    3.6.3   Dependability ( Kebergantungan )

    Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dengan melakukan audit

    terhadap keseluruhan proses penelitian. Menekankan kebutuhan peneliti untuk

    memperkirakan penelitiannya untuk konteks-konteks yang selalu berubah

    selama penelitian ini berlangsung. Penelitian ini bertanggung jawab untuk

    menggambarkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam setting penelitian dan

    bagaimana perubahan-perubahan ini mempengaruhi cara penelitian ini

    mendapatkan hasil penelitian.  Dependability adalah parallel keandalan. Sebagai

  • 8/18/2019 wawancara mendalam.pdf

    15/16

    parallel keandalan data riset kualitatif, peneliti perlu memastikan bahwa arsip-

    arsip lengkap harus dijaga dari semua tahap yang menyangkut riset itu. Proses

    perumusan masalah, pemilihan peserta riset, mencatat lingkungan kerja, catatan

    wawancara, analisis data dan cara lain yang tak kalah diakses. Kemudian peneliti

    bertindak sebagai auditor, dan pasti pada bagian akhir untuk menetapkan

    prosedur diberapa banyak dan termasuk yang sudah diikuti. Ini juga meliputi

    tingkat untuk membuat kesimpulan yang benar.  Auditing tidak mempunyai

    pendekatan popular untuk menambah dependability  dari riset kualitatif.

    Beberapa studi yang menyoroti permasalahan dihubungkan dengan gagasan

    auditing.  Ini sangat menuntut auditor, mengingat riset kualitatif itu

    menghasilkan frekuensi data yang besar. (Sugiyono, 2007:277)

    3.6.4  Confirmability ( Kepastian )

    Hampir sama dengan dependability, yaitu menguiji hasil penelitian

    dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan

    fungsi dari proses penelitian maka proses tersebut telah memenuhi standar

    confirmability. Confirmability  mempunyai kaitan dengan objektivitas yang

    lengkap di dalamnya riset sosial, peneliti harus berbuat secara jujur, dengan

    kata lain harus nyata dalam melakukan riset. Terdapat beberapa jenis strategi

    untuk meningkatkan confirmability. Peneliti bisa mendokumentasikan prosedur

    untuk melakukan cek dan ricek data yang didapat dari penelitian. Penelitian

    bisa juga aktif mencari dan menggambarkan berbagai kelemahan atau hal-hal

    kontradiktif yang ada dalam observasi sebelumnya. Setelah peneliti melakukan

    riset, seseorang bisa bertindak sebagai auditor yang menguji teknik

  • 8/18/2019 wawancara mendalam.pdf

    16/16

    pengumpulan data dan menganalisi prosedur serta melakukan penelitian

    tentang kemungkinan adanya bias atau distorsi. (Bryman, 2008:379).

    3.7 

    Kelemahan & Keterbatasan Penelitian

    Setiap penelitian tentunya memiliki kelemahan dan keterbatasan, apa lagi

    penelitian pemula seperti penulis saat ini di dalam proses melakukan penelitian.

    kelemahan dan keterbatasan penelitian yang dimiliki adalah sebagai berikut:

    1.  Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh informan dikarenakan jam kerja

    yang padat sehingga sulit untuk peneliti mendiskusikan masalah penelitian

    secara mendalam dengan waktu yang singkat.

    2.  Penjelasan Informan yang terkadang terlalu bertele-tele dan sangat jauh

    dari apa yang di tanyakan.


Top Related