wasituya.docx

14
Bidang peternakan merupakan sektor penting bagi manusia karena menghasilkan produk pangan bermutu tinggi. Tingginya permintaan masyarakat akan produk peternakan berkualitas tinggi, memacu para peternak meningkatkan produktivitas agar menghasilkan performa yang bagus sesuai tujuan pemeliharaannya. Sangat disayangkan selama pemeliharaan ternak tersebut, tak jarang banyak peternak yang mengesampingkan dampak terhadap lingkungan sekitar dan masyarakat pada kawasan dekat peternakan tersebut. Dampak lingkungan tersebut antara lain limbah, polusi, pengalihan lahan, berkurangnya sumber daya air. Limbah merupakan masalah yang krusial didalam masyarakat. Limbah peternakan meliputi feses, urin dan gas. Saat pemeliharaan ternak hingga pemotongan ternak limbah paling banyak adalah feses.Feses dalam dunia agribisnis hanya dikenal sebagai bahan pokok untuk memenuhi kebutuhan pupuk, briket dan kini yang paling modern adalah biogas. Namun karena pengolahannya hanya digunakan sebatas cara tersebut. Pengolahan feses yang seharusnya menjadi hasil ikutan yang memiliki nilai ekonomi tinggi tidak dapat dikembangkan ranah bidang lain. Hal ini dikarenakan paradigma masyarakat luas yang masih beranggapan bahwa limbah peternakan identik dengan sesuatu yang kotor, bau, menjijikan dan kini dianggap sebagai pemicu pemanasan global. Feses sebagian besar merupakan bahan organik yang dapat terurai oleh mikroorganisme menjadi senyawa sederhana melalui suatu proses yang disebut biokonversi sehingga masih dapat dikembangkan menjadi suatu wujud lain selain pupuk dan biogas. Optimalisasi penggunaan limbah fases ternak dapat melalui proses fermentasi yang menghasilkan alkohol. Alkohol memiliki kemampuan sebagai sanitasi, yang dapat digunakan sebagai agensi pencegahan mikrobia patogen. Alkohol merupakan bahan untuk membuat hand sanithyzer. Harapannya dapat merubah paradigma masyarakat mengenai feses limbah peternakan yang kotor ternyata dapat bermanfaat untuk menjaga kebersihan dan kesehatan, menambah variasi pengolahan limbah peternakan, menambah ketrampilan serta meningkatkan nilai ekonomi limbah peternakan. Tujuan

Upload: amir

Post on 21-Sep-2015

217 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Bidang peternakan merupakan sektor penting bagi manusia karena menghasilkan produk pangan bermutu tinggi. Tingginya permintaan masyarakat akan produk peternakan berkualitas tinggi, memacu para peternak meningkatkan produktivitas agar menghasilkan performa yang bagus sesuai tujuan pemeliharaannya. Sangat disayangkan selama pemeliharaan ternak tersebut, tak jarang banyak peternak yang mengesampingkan dampak terhadap lingkungan sekitar dan masyarakat pada kawasan dekat peternakan tersebut. Dampak lingkungan tersebut antara lain limbah, polusi, pengalihan lahan, berkurangnya sumber daya air. Limbah merupakan masalah yang krusial didalam masyarakat. Limbah peternakan meliputi feses, urin dan gas. Saat pemeliharaan ternak hingga pemotongan ternak limbah paling banyak adalah feses.Feses dalam dunia agribisnis hanya dikenal sebagai bahan pokok untuk memenuhi kebutuhan pupuk, briket dan kini yang paling modern adalah biogas. Namun karena pengolahannya hanya digunakan sebatas cara tersebut. Pengolahan feses yang seharusnya menjadi hasil ikutan yang memiliki nilai ekonomi tinggi tidak dapat dikembangkan ranah bidang lain. Hal ini dikarenakan paradigma masyarakat luas yang masih beranggapan bahwa limbah peternakan identik dengan sesuatu yang kotor, bau, menjijikan dan kini dianggap sebagai pemicu pemanasan global.Feses sebagian besar merupakan bahan organik yang dapat terurai oleh mikroorganisme menjadi senyawa sederhana melalui suatu proses yang disebut biokonversi sehingga masih dapat dikembangkan menjadi suatu wujud lain selain pupuk dan biogas. Optimalisasipenggunaan limbah fases ternak dapat melalui proses fermentasi yang menghasilkan alkohol. Alkohol memiliki kemampuan sebagai sanitasi, yang dapat digunakan sebagai agensi pencegahan mikrobia patogen. Alkohol merupakan bahan untuk membuat hand sanithyzer. Harapannya dapat merubah paradigma masyarakat mengenai feses limbah peternakan yang kotor ternyata dapat bermanfaat untuk menjaga kebersihan dan kesehatan, menambah variasi pengolahan limbah peternakan, menambah ketrampilan serta meningkatkan nilai ekonomi limbah peternakan.Tujuan1. Mengetahui proses pembuatan alkohol berbahan dasar fases.2. Mengetahui apakah handsanitaizer berbahan fases dapat dibuat.3. Mengetahui proses pembuatan handsanitaizerManfaat 1. Pemerintah:Membantu untuk mengatasi masalah limbah peternakanMeningkatkan pendapatan APBNMengurangi penggangguranMenambah variasi produk pengolahan feses

2. Masyarkat :Membantu masyarakat menambah ketrampilanMembantu masyarakat untuk membantu, menembah penghasilan.Memotivasi , masyarakat untuk meningkatkan animo menjaga kesehatan .Mengembangkan ekonomi kreatifMeningkakan ketertarikan masyarakat terhadap bidang peternakan

3. Akademisi :Mengembangkan inovasi limbah Dapat mengamalkan tri darma perguruan tinggi.4. Pribadi :Melatih kemampuan menulis karya ilmiah .Mendapatkan pengalaman dan dapat menyalurkan ide.Menambah wawasan bidang peternakan

Tinjauan Pustaka

Sapi yang dipelihara di Indonesia berupa sapi potong dan sapi perah. Jumlah sapi potong mencapai 12868000 ekor dan sapi perah 444000 ekor pada tahun 2013 (Direkorat peternakan, 2013). Muladno (2013), menyatakan bahwa kondisi peternakan di Indonesia 98% dipelihara oleh peternak kecil dengan skala pemeliharaan ternak 2-3 ekor. Menurut Ridwan dalam Prayitno dan Ringgar (2014), satu ekor sapi dewasa dapat menghasilkan 23,59 kg kotoran tiap harinya. Kondisi pemeliharaan yang masih tradisional pada tingkat peternak, umumnya limbah kotoran tersebut kurang mendapatkan penangan dan pengolahan yang baik. Jumlah fases yang cukup banyak tersebut , sangat disayangkan jika tidak terolah secara maksimal dan dapat menimbulkan dampak negatif. Dampak tersebut anatara lainmenyebabkan polusi udara, polusi air, mengganggu estetika lingkungan, dan tak jarang mendapat protes dari masyarakat akibat dampak yang ditimbulkan.Dampak polusi udara yang ditimbulkan dari limbah fases sangatlah berbahaya, karena mrngandung CH4 yang dapat menyebabkan pemanasan global. Pemanasan global terjadi karena meningkatnya temperatur rata-rata pada atsmofer, meningkatnya temperatur air laut dan daratan (Susanta dan Sutjahjo , 2007) . Peningkatan temperatr tersebut salah satunya disebabkan akumulasi CH4 yang berasal dari kotoran peternakan skala kecil sampai besar yang ada di dunia. CH4 merupakan penyumbang terbesar kedua setelah CO2 dalam pengikisan lapisan ozon di atsmofer terutama diwilayah kutub ( Suwedi, 2011) . Jika pengikisan ozon terus terjadi maka dapat menahan radiasi panas matahari untuk keluar dari atmosfer bumi sehingga membuat komponen biotik dan abiotik yang ada di bumi seperti terperangkap dalam pemanas raksasa. Pemanasan yang menimpa seluruh wilayah permukaan di bumi membuat es di kutub mencair dan menyebabkan tenggelamnya wilayah pesisir karena meningkatnya volume air di laut.Dampak dari polusi air juga sangat berbahaya karena menyebabkan ganguan ekosistem di alam. Gangguan pada tingkat ekosistem sampai bioma sangatlah terasa. Hal inimengingat air dibutuhkan oleh semua mahluk hidup. Bagi masyarakat pada umumnya, air yang tercemar merupakan air yang tidak layak konsumsi dan dipakai untuk kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan berekreasi. Air yang mengandung limbah peternakan umumnya mengandung E. Coli. E. Coli dalam jumlah besar dapat menyebabkan penyakit diare. Diare masa inkubasinya berlangsung dari 12 jam sampai 3 hari dengan gejala timbul 18 sampai 48 jam setah mengkonsumsi dengan gejala nyeri dan diare terkadang juga disertai demam dan muntah (Arisman , 2009). Polusi tanah, dampak polusi terhadap tanah kurang begitu terasa , namun pemberian kotoran ternak secara langsung ketanah dinilai kurang baik. Penilaian dapat menjadi seperti itu jika ditanah tersebut banyak tanaman yang bermanfaat untuk kehidupan manusia. Hal ini karenanilai C/N pada kotor masih tinggi. Tingginya C/N membuat mikrobia mendatangi tanah tersebut untuk mendapatkan energi untuk bertahan hidup. Mikrobia dalam mempertahankan hidupnya secara bersaamaan merebut unsur hara yang seharusnya untuk tanaman (Yuwono, 2005). Kita bisa membayangkan pemberian kotoran ternak secara langsung dalam jangka waktu yang lama membuat taman tersebut mati. Banyaknya masalah yang ada di masyarakat akibat kotoran ternak yang tidak terolah tersebut, maka diperlukan pengolahan limbah yang tepat.

)

Metode penelitian Penulis menggunakan berbagai metode untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, yang semuanya diharapkan akan saling melengkapi dan menyempurnakan antara data yang satu dengan data lainnya. Adapun metode yang digunakan memiliki saling keterkaitan yaitu observasi, studi literatur, dokumentasi .1. Observasi atau pengamatan merupakan metode pengmpulan data dengan pengamatan terhadap suatu hal secara langsung, teliti dan sistematis dilakukan pada tanggal 16 April 2015. Observasi yaitu suatu pengumpulan data dan pencatatan terhadap gejala-gejala yang diteliti (Usman, 1996). Teknik yang digunakan penulis dalam pencarian data adalah dengan cara mengamati keadaan dan mencatat hal-hal yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang penulis susun di lokasi yang menjadi objek penelitian.2. Studi literatur merupakan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data melalui benda benda tertulis seperti buku pustaka, jurnal, majalah, laporan penelitian, dokumen, catatan harian dan lain sebagainya. Pengumpulan data dengan cara mengidentifikasikan secara sistematis penemuan, analisis dokumen-dokumen yang memuat tentang informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian (Consuelo,1993).3. Dokumentasi merupakan kegiatan pengambilan obyek gambar yang dilakukan saat pengamatan kegiatan yang dilakukan pada kandang Laboratorium Ternak Potong Kerja dan Kesayangan Universitas Gadjah Mada tanggal 16 April 2015.4. Wawancara WawancaraWawancara merupakan tata cara pengambilan data dengan menyampaikan pertanyaan kepada narasumber yang relevan dengan materi yang diajukan. Wawancara dilakukan dengan dosen biokimia nutrisi ternak Universitas Gadjah Mada dan anak kandang Laboratorium Ternak Potong Kerja dan Kesayangan

Pembahasan

Pengolahan limbah yang diketahui dan beredar di masyarakat, feses sapi hanya dimanfaatkan untuk pembutan kompos, brisket, dan biogas. Pemanfaatan feses sebagai produk tersebut nampaknya belum maksimal. Kondisi feses sapi yang semakin menumpuk dan tidak ada variasi dalam pemanfaatannya tidak akan menambah nilai produk olahan limbah tersebut.Pembuatan pupuk kompos yang memerlukan waktu lama tidak sebanding dengan hasil yang diberikan. Penambahan kecepatan proses kompos siap pakai pun harus dengan penambahan starter bakteri maupun penambahan unsur mineral lain. Pengkajian dari segi efisiensi bahan juga tidak sebanding dengan hasilnya. Umumnya mereka menjual langsung feses ternaknya per karung atau memanfaatkannya sebagai pupuk di sawah dan kebunnya. Feses yang tidak diolah memiliki harga yang lebih rendah dibandingkan feses yang diolah. Harga feses sapi Rp300 per kg, apabila dibuat tidak heran jika Harga pupuk kompos yang sangat rendah , yaitu Rp 1500 Kg juga membuat produsen kompos pelan tapi pasti semakin menjauh.Pemanfaatan feses sebagai bahan bakar seperti biogas dan briket juga tidak terlalu memberi dampak yang signifikan. Energi yang dihasilkan dari biogas maupun briket tidak begitu besar., apabila dibuat menjadi briket Rp3000 Kondis kekinian ini jika dibiarkan, bukan tidak mungkin bila feses sapi tidak termanfaatkan lagi dan kemudian hari akan menjadi masalah besar.Feses sapi yang masih mengandung hemiselulosa 18,6%, selulosa 25,2%, dan lignin 20,2% (Sihotang, 2010). Banyak kandungan serat tersebut akan menjadi sebuah potensi tersendiri. Serat tersebut dapat dimanfaatkan menjadi produk handsanithyzer sekaligus menanggulangi masalah feses dikemudian hari. Handsanithyzer bermanfaat dalam pembersih tangan dari bakteri karena mengandung alkohol. Peran feses sapi adalah sebagai sumber substrat yaitu serat kasar yang digunakan selama fermentasi terkontrol dan produknya adalah alkohol. Hal ini juga dapat menjadi inovasi baru tentang penanganan limbah peternakan yang sampai hari ini masih dianggap sebagai penyumbang terbesar polusi udara khususnya gas metan.Feses kaya akan bahan organik yang dapat difermentasi menjadi alkohol. Alkohol merupakan bahan dalam pembuatan hand sanitizer. Metode penelitian yang digunakandalampenelitianyaitu metode fermentasi, destilasi dan mixing. Feses sapiyang mengandung polisakarida difermentasi pada kondisi anaerob menggunakan Saccharomyces cerevisiae.Hasil fermentasi didestilasi untuk mendapatkan alkohol pada suhu 85C. Uap alkohol dialirkan pada tabung evaporator. Alkohol dialirkan pada tabung pengembunan untuk mengubahnya menjadi cair. Suhu maksimal pada tabung pengembunan 20C agar alkohol mengembun secara maksimal karena jika suhu lebih dari 20C maka tidak banyak alkohol yang mengembun. Alkohol yang didapat destilasi dimixing dengan gliserol dengan perbandingan 4:1 sehingga terbentuk hand sanitizer.Hand sanitizer yang mengandung 80% alkohol ini dapat menjadi pembunuh kuman yang efektif.

Penutup

A. KesimpulanFeses dapat difermentasi dan disuling sehingga menghasilkan alkohol murni. Alkohol dapat dibuat menjadi hand sanitizer. Inovasi pembuatan feses menjadi hand sanitizer dapat mengatasi permasalahan limbah feses.

B. SaranSebaiknya panitia lomba karya tulis IASC lebih baik lagi kedepannya.