warta anggaran 25 ed. khusus

Upload: anugrah-ilahi

Post on 13-Oct-2015

68 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • EDISIKHUSUS

    EDISIKHUSUS

    EDISIKHUSUS

    www.anggaran.depkeu.go.id

    Majalah Keuangan Sektor Publik EDISI 25 TAHUN 2012WARTA

    Anggaran Infrastrukturdalam APBN

    (VGF)(VGF)

    Anggaran Infrastrukturdalam APBN

    Dukungan Pemerintah dalamPembangunan Infrastruktur:Dukungan Pemerintah dalamPembangunan Infrastruktur:Viability Gap FundViability Gap Fund

    Anggaran dana transfer sebagaiupaya mendukung kesinambunganpembangunan daerah

    Anggaran dana transfer sebagaiupaya mendukung kesinambunganpembangunan daerah

    Pengeluaran Pemerintah berperanpenting dalam mendukung

    pertumbuhan ekonomi

    Pengeluaran Pemerintah berperanpenting dalam mendukung

    pertumbuhan ekonomi

    APBN 2013:Memperkuat Perekonomian Domestik

    APBN 2013:Memperkuat Perekonomian Domestik

    anggaran

  • 3WARTA ANGGARAN | Edisi 24 Tahun 2012

    Segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kita telah menyelesaikan salah satu tugas penting dalam perencanaan anggaran dan belanja negara. Tugas ini menjadi penting karena sebagai salah satu sumber pertumbuhan domestik, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) diharapkan dapat memberikan dorongan akselerasi yang lebih kuat pada pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

    Peran APBN tidak hanya dilihat dari jumlahnya yang mencapai 18,2 persen terhadap PDB, tetapi juga dari kualitas alokasi anggaran yang lebih baik, persepsi positif yang ditimbulkan serta harapan rasional positif dari masyarakat.

    Berdasarkan kesepakatan dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), volume belanja negara dalam APBN tahun 2013 ditetapkan sebesar Rp1.683 triliun atau meningkat 8,7 persen dari tahun lalu. Untuk memenuhi kebutuhan belanja yang semakin meningkat, pemerintah menargetkan pendapatan negara sebesar Rp1.529,7 triliun, baik dari penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak dan penerimaan hibah. Alokasi anggaran yang besar tersebut akan digunakan untuk mendukung pendanaan berbagai program pembangunan yang dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga sesuai dengan tugas dan fungsinya. Adapun Kementerian/Lembaga yang mendapat tugas ntuk mengelola anggaran terbesar antara lain, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Perhubungan, Kementerian Pertanian dan Kementerian Pertahanan.

    Seperti kita ketahui, APBN 2013 masih mengalami defisit sebesar Rp153,3 triliun atau sekitar 1,65 persen dari PDB. Hal ini mencerminkan bahwa APBN masih diperlukan sebagai stimulasi pembangunan dan pendorong pertumbuhan ekonomi. Turunnya defisit anggaran dari total defisit APBN-P 2012 sekitar Rp190 triliun atau 2,23 persen dari PDB, mencerminkan tekad pemerintah dalam menjaga kesehatan APBN dan keberlanjutan fiskal kita.

    Saat ini, APBN kita masih menghadapi beberapa tantangan, antara lain terkait dengan upaya menyehatkan struktur anggaran belanja negara. Komposisi belanja negara masih didominasi oleh belanja-belanja yang sifatnya wajib seperti, belanja pegawai, belanja barang operasional, kewajiban pembayaran bunga utang, serta berbagai jenis subsidi dan transfer ke daerah.

    Langkah-langkah strategis yang akan dilakukan pemerintah untuk menyikapi terbatasnya fiskal adalah sebagai berikut:1. Mengurangi pendanaan bagi kegiatan-kegiatan yang bersifat konsumtif dan tetap mengedepankan alokasi belanja untuk

    mendukung pembiayaan bagi kegiatan-kegiatan infrastruktur yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi (pro growth), menciptakan kesempatan kerja (pro job), mengentaskan kemiskinan (pro poor) dan ramah lingkungan (pro environment).

    2. Melaksanakan kebijakan subsidi yang efisien dengan penerima subsidi yang tepat sasaran, melalui pengendalian besaran subsidi.

    3. Menghindari tambahan pengeluaran melalui pengusulan untuk menetapkan pengeluaran sebagai persentase tertentu dari APBN dalam Undang-Undang (mandatory spending) yang bertentangan dengan kaidah pengelolaan keuangan negara.

    4. Mempercepat implementasi Sistem Penganggaran Berbasis Kinerja dan Kerangkan Pengeluaran Jangka Menengah.5. Menerapkan sistem reward dan punishment dalam pengalokasian anggaran sebagai insentif bagi Kementerian/Lembaga

    ataupun daerah untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dengan biaya yang lebih hemat.

    Kita juga perlu mengevaluasi pelaksanaan anggaran tahun 2012, antara lain melalui penyerapan anggaran. Sampai saat ini, kita masih memiliki kecenderungan untuk melaksanakan kegiatan pada akhir tahun sehingga terjadi penumpukan, khususnya pada triwulan IV. Seyogyanya, kinerja penyerapan anggaran lebih ditingkatkan sehingga dapat mendorong percepatan perekonomian masyarakat. Penumpukan penyelesaian di akhir tahun akan menimbulkan konsekuensi pada rendahnya kualitas hasil pembangunan sekaligus berkurangnya nilai tambah kegiatan bagi masyarakat.

    Akhir kata, saya himbau sekali lagi, mari kita gunakan APBN dengan sebaik-baiknya. Penggunaan anggaran merupakan tanggung jawab kita bersama kepada rakyat, mari kita cegah penyimpangannya dan semoga dapat mencapai sasaran. Semoga apa yang telah kita lakukan dapat memberi manfaat kepada masyarakat dan kemajuan negara Indonesia.

    Menteri Keuangan RI

    SAMBUTANMENTERI KEUANGAN

    foto: VIVAnews

  • LAPORAN UTAMAAPBN 2013:

    Menyongsong Era Baru Optimisme Pembangunan Indonesia

    Munculnya Asumsi Lifting GasDi APBN 2013

    Viability Gap Fund :Skema Baru Pembiayaan Infrastruktur

    Project Based Sukuk

    Anggaran Infrastruktur DalamAPBN 2013

    Upaya Mendukung Program Ketahanan Pangan Nasional

    Dirjen Perimbangan Keuangan,Marwanto Harjowiryono

    Direktur Penyusunan APBN,Purwiyanto

    APBN 2013:Dana Transfer Ke Daerah

    Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomiyang Berkualitas

    Asumsi Makro EkonomiAPBN 2013

    Perjalanan Ruu Menjadi UU APBN 2013

    PERISTIWA

    RENUNGAN

    ENGLISH CORNER

    POJOK FOTO

    RESENSI

    INTERMEZO

    Kisah Perjalanan Seorang PNS

    Bang Bujet & Pren:Ke Luar Negeri

    Just a Cigarette per Litre

    Menggunakan Lampu Kilat / External Flashpada Kamera DSLR (on Camera Flash)

    Karena (semestinya)Tak Ada Karya Yang Sia-sia

    6

    11

    14

    25

    48

    52

    54

    58

    DAFTAR ISI

    8

    17

    20

    59

    28

    35

    foto: dok. pribadi

    foto: dok. pribadi

    foto: dok. pribadi

    44

    37

    4

  • PENANGGUNG JAWABSekretaris Ditjen Anggaran

    REDAKTURMeriyam Megia Shahab

    REDAKTUR PELAKSANARini Ariviani F. Langgeng Suwito Waskito Arief Masdi M. Indra Zakaria Tarigan Sunawan Agung S. Ahmad Junaidi Arif Kelana Putra Robby Martaputra Ade Permadi

    DESAIN GRAFIS DAN FOTOGRAFERFransiskus Edy SantosoWirawan SetiadjiDana Hadi

    KEUANGANAlbert Trisija

    ALAMATGedung Sutikno Slamet Lt.11Jl. Dr. Wahidin no. 1Jakarta 10710Telepon: (021) 3435 7505

    PENGARAHDirektur Jenderal Anggaran

    Redaksi menerima artikel untik dimuat dalam majalah ini.Artikel ditulis dalam huruf Arial 11 spasi 1.5 maksimal 5 halaman.Artikel dapat dikirim ke [email protected] majalah tidak mencerminkan kebijakan Direktorat Jenderal Anggaran

    Pembaca yang budiman

    Tanggal 23 Oktober 2012 yang lalu, pemerintah telah mencapai kesepakatan dengan DPR terhadap angka-angka yang tercantum dalam Rancangan Undang-undang (RUU) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara menjadi UU APBN. Persetujuan DPR ini merupakan salah satu tahapan dalam siklus penganggaran kita.Selanjutnya, Kementerian/ Lembaga mengajukan Rencana Kerja Anggaran-nya (RKA) ke Kementerian Keuangan c.q Ditjen Anggaran. Hasil akhirnya adalah berupa Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), yang pada tahun 2013 dilaksanakan oleh Ditjen Anggaran.

    Tak kurang sebesar Rp 1.683 trilliun dialokasikan pemerintah untuk membiayai seluruh program kerja pada tahun 2013. Jumlah ini naik sebesar 8,7 % atau Rp 134,7 trilliun dari APBN-Perubahan 2012 yang jumlahnya mencapai Rp 1.548,31 trilliun. Dari total alokasi APBN 2013 tersebut, sebesar Rp 1.154,38 dialokasikan untuk belanja pemerintah pusat dan untuk belanja daerah naik Rp 49,854 trilliun dari alokasi APBN-P 2012 menjadi sebesar Rp 528,63 trilliun.

    Ada sesuatu yang baru pada APBN 2013. Yaitu digunakannya lifting gas sebagai salah satu asumsi makro dalam penyusunan APBN 2013, yang selama ini kita hanya mengenal lifting minyak dalam asumsi makro penyusunan APBN. Hal ini dimaksudkan agar APBN 2013 dapat lebih transparan dengan memberikan kejelasan atas pendapatan negara yang berasal dari sumber daya alam, khususnya sektor gas Indonesia. Alasan lainnya adalah secara alamiah minyak bumi yang bisa diangkat dari perut bumi semakin lama semakin menipis. Pada APBN 2013 lifting gas dipatok sebesar 1,36 juta barel per hari dan lifting minyak dipatok 900 ribu barel per hari.

    Pembaca yang budiman.

    Pada Warta Anggaran edisi 25 ini, kami tampil dalam bentuk yang berbeda dari biasanya. Bahasan tentang Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tahun 2013, kami jadikan satu-satunya Laporan Utama. Untuk menguatkan laporan utama, kami mengadakan wawancara dengan Dirjen Perimbangan Keuangan, Marwanto Harjowiryono tentang dana transfer daerah. Tak lupa wawancara dengan Direktur Penyusunan APBN, Purwiyanto mengenai dampak APBN terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkualitas juga kami lakukan. Undang-Undang APBN 2013 secara utuh kami sajikan dalam bentuk sisipan. Beberapa rubrik sengaja kami tiadakan pada edisi 25 ini, karena kami ingin edisi 25 ini menjadi Edisi Khusus yang membahas APBN 2013. Namun, rubrik segar dan ringan-seperti Bung Budget dan Pojok Photografi -tetap saya sampaikan kepada para pembaca agar majalah anggaran ini tetap ringan dan enak dibaca.

    Masih dalam suasana Hari Oeang Republik Indonesia (hari jadi Kementerian Keuangan) yang beberapa waktu lalu, kami juga mengucapkan kepada seluruh jajaran pimpinan dan pegawai dilingkungan Kementerian Keuangan Selamat Hari Oeang Republik Indonesia ke 66. Harapan kami, semoga seluruh pegawai dan jajaran pimpinan Kemenkeu dapat terus mengawal stabilitas keuangan Indonesia melalui sejumlah kebijakan yang dikeluarkannya dengan dilandasi Integritas, Profesional, Sinergis, Pelayanan dan Kesempurnaan, sebagai nilai-nilai yang tinggi dalam berkarya di Kemenkeu.

    Wassalam

    TATA USAHA DAN DISTRIBUSIRully WirastaningrumFaisal KhabibiFadly Anshory LubisDimas Abdilla

    PENYUNTINGI.G.A Krisna MurtiEko WidyasmoroHisyami Adib AsyrofiMujono Basuki

    SALAM REDAKSI

    EDISIKHUSUS

    EDISIKHUSUS

    EDISIKHUSUS

    www.anggaran.depkeu.go.id

    Majalah Keuangan Sektor Publik EDISI 25 TAHUN 2012WARTA

    Anggaran Infrastrukturdalam APBN

    (VGF)(VGF)

    Anggaran Infrastrukturdalam APBN

    Dukungan Pemerintah dalamPembangunan Infrastruktur:Dukungan Pemerintah dalamPembangunan Infrastruktur:Viability Gap FundViability Gap Fund

    Anggaran dana transfer sebagaiupaya mendukung kesinambunganpembangunan daerah

    Anggaran dana transfer sebagaiupaya mendukung kesinambunganpembangunan daerah

    Pengeluaran Pemerintah berperanpenting dalam mendukung

    pertumbuhan ekonomi

    Pengeluaran Pemerintah berperanpenting dalam mendukung

    pertumbuhan ekonomi

    APBN 2013:Memperkuat Perekonomian Domestik

    APBN 2013:Memperkuat Perekonomian Domestik

    anggaran

    5WARTA ANGGARAN | Edisi 24 Tahun 2012

  • foto: Soh KC

    e t e n g a h a b a d y a n g l a l u p e m b a n g u n a n b a n g s a i n i Smenekankan pada ranah politik dan

    diplomasi. Saat ini ranah ekonomi menjadi ujung tombak pembangunan. Dalam membangun perekonomian sebuah negara, anggaran pemerintah memiliki peran vital di dalamnya. Tak pelak isu-isu di seputar penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) selalu menjadi sorotan setiap tahunnya.

    Beberapa saat yang lalu pemerintah sudah merampungkan APBN untuk tahun 2013. Dengan asumsi pada tahun 2013 Indonesia akan tumbuh sebesar 6,8 persen, tingkat inflasi 4,9 persen, tingkat suku bunga SPN 3 bulan 5,0 persen, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Rp9.300/US$, harga minyak mentah Indonesia US$100, lifting minyak 900 ribu barel/hari, dan lifting gas 1.360 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD), Pemerintah mengalokasikan total anggaran belanja negara untuk tahun

    2013 sebesar Rp1.683,0 triliun. Untuk memenuhi kebutuhan belanja negara tersebut, Pemerintah juga menargetkan penerimaan negara sebesar Rp1.529,7 triliun ditambah hibah sebesar Rp4,5 triliun. Komposisi belanja dan pendapatan negara tersebut menciptakan defisit sebesar Rp153,3 triliun. Nantinya, defisit ini sebagian besar akan dibiayai dari pembiayaan dalam negeri (lihat Info Grafis Komponen APBN 2013).

    APBN 2013 membawa banyak warna baru di dalamnya. Berkaitan dengan hal tersebut, pembahasan APBN dalam ulasan khusus kali ini juga akan dipaparkan dengan cara baru. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pemaparan mengenai APBN 2013 kali ini akan difokuskan pada isu-isu baru yang muncul dalam APBN 2013. Isu-isu yang diangkat tersebut ialah munculnya asumsi lifting gas, viability gap fund yang merupakan skema baru pembiayaan infrastruktur, project based sukuk untuk mendukung percepatan pembangunan infrastruktur

    dan pengembangan pasar keuangan, anggaran infrastruktur APBN 2013, dan upaya mendukung program ketahanan pangan nasional.

    Ya, Infrastruktur! Saat ini infrastruktur-lah yang menjadi primadona dalam lingkup pembangunan Indonesia. APBN 2013 s e m a k i n m e n e g a s k a n u r g e n s i infrastruktur. Karena dengan adanya infrastruktur, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesiayang saat ini sudah termasuk tinggiakan dapat didorong semakin tinggi untuk mencapai titik optimalnya. Bahkan bukan tidak mungkin, j ika infrastruktur telah rampung d i t ambah dengan modal bonus demografi yang kita miliki, Indonesia dapat melakukan quantum leap (loncatan besar) dalam pembangunannya. Untuk itu, mari kita sambut era baru pembangunan Indonesia dengan rasa optimis yang tinggi. Selamat menikmati.

    *) Penulis adalah Staf Seksi Analisis Ekonomi Makro, Subdit Analisis Ekonomi Makro dan

    Penerimaan Negara, Dit. P-APBN.

    APBN 2013:MENYONGSONG ERA BARU OPTIMISME PEMBANGUNAN INDONESIA

    Oleh : Arif Kelana Putra *

    LAPORAN UTAMA

    6

  • APBN2013

    Asumsi Makro

    Pertumbuhan Ekonomi (%)Inflasi (%)SPN 3 Bln (%)Nilai Tukar (Rp/US$)ICP (US$/brl)Lifting Minyak (rblr/hr)Lifting Gas (MBOEPD)

    6,84,95,0

    9.300,00100,0900,0

    1.360,0

    Asumsi Makro

    Kemiskinan 9,5-10,5% ;Pengangguran 5,8-6,1% ;Penyerapana TK 1% Pertumbuhan 450ribu TK

    PAJAKDALAMNEGERI PENERIMAAN

    HIBAH

    4,5

    PENERIMAANPERPAJAKAN

    BAGIAN LABA BUMN

    33,5PENDAPATAN BLU

    23,5PNBP LAINNYA

    78,0

    PENERIMAAN SDA

    197,2PENERIMAAN NEGARABUKAN PAJAK

    332,2

    PAJAKPERDAGANGANINTERNASIONAL

    58,7

    PENERIMAANNEGARA

    PENERIMAANDALAM NEGERI

    TRANSFERDAERAH

    DANAPERIMBANGAN

    444,8

    DANA OTONOMI KHUSUSDAN PENYESUAIAN

    83,8BELANJA PEGAWAI

    241,1SUBSIDI

    317,2 BELANJAMODAL

    216,1

    PEMBAYARANBUNGAUTANG

    113,2

    BELANJAHIBAH

    3,6 TAMBAHANANGGARAN12,7

    BELANJASOSIAL

    63,4

    BELANJALAIN-LAIN

    20,0

    BELANJAPEMERINTAHPUSAT

    BELANJANEGARA

    SURPLUS / DEFISIT153,3TERHADAP PDB1,65%

    1.529,7

    1.525,21.193,0

    1.134,3

    1.683,0 1.154,4

    528,6

    KESEIMBANGANPRIMER

    40,1

    PEMBIAYAAN153,3

    PEMBIAYAANLUAR NEGERI 19,4

    PENERUSANPINJAMAN (SLA)7,0

    PEMBAYARAN CICILANPOKOK UTANGLUAR NEGERI58,4

    PENARIKAN PINJAMANLUAR NEGERI45,9

    NON-PERBANKANDALAM NEGERI

    158,5

    PERBANKANDALAM NEGERI

    14,3

    PEMBIAYAANDALAM NEGERI

    172,8

    INFO GRAFISKOMPONEN APBN 2013

    (Triliunan Rupiah)

    LAPORAN UTAMA

    7WARTA ANGGARAN | Edisi 24 Tahun 2012

  • MUNCULNYA ASUMSI LIFTING GASDI APBN 2013

    Oleh : Arif Kelana Putra

    APBN banyak membawa nuansa baru dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Selain karena mulai tergambarkannya desain babak akhir dari arah kebijakan pembangunan ekonomi

    seperti tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) periode 2010-2014, nuansa baru yang

    mewarnai APBN 2013 juga terkait dengan munculnya asumsi dasar ekonomi makro yang baru, yaitu asumsi dasar lifting gas.

    LAPORAN UTAMA

    foto: JKpics

    8

  • asuknya lifting gas ke dalam asumsi dasar ekonomi makro MAPBN 2013 diharapkan dapat

    lebih memberikan kejelasan atas pendapatan negara yang berasal dari sumber daya alam, khususnya sektor gas Indonesia. Hal tersebut diharapkan dapat membuat APBN 2013 menjadi lebih transparan. Selain itu, munculnya lifting gas ini juga terkait dengan penurunan alamiah lifting minyak yang disebabkan banyaknya sumur produksi yang sudah tua. Sehingga diperlukan upaya untuk menjaga pencapaian target penerimaan negara. Penurunan alamiah tersebut terlihat dari penurunan rata-rata lifting minyak selama beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2004, rata-rata lifting minyak masih berada di atas 1 juta barel per hari. Namun, kemudian terus mengalami penurunan hingga akhirnya rata-rata lifting minyak hanya sebesar 899,8 ribu barel per hari pada tahun 2011 (lihat Grafik 1).

    Sebenarnya lifting gas tersebut bukan sesuatu yang benar-benar baru dalam APBN. Karena selama ini lifting gas sudah merupakan bagian dari variabel yang mempengaruhi perhitungan pendapatan negara bukan pajak. Namun, baru saat ini lifting tersebut dimunculkan dan menjadi bagian dari asumsi dasar ekonomi makro. Mengapa pilihannya adalah lifting gas? Hal ini karena keberadaan gas yang sangat penting sebagai sumber daya alternatif dari minyak bumi. Selain itu, gas merupakan salah satu sumber daya alam y a n g m a s i h c u k u p m e m a d a i

    ketersediaannya. Sehingga ke depannya, sektor gas akan diupayakan agar dapat berkontribusi maksimal bagi penerimaan negara.

    Perkembangan Sektor GasBerbeda dengan cadangan minyak bumi yang terus menipis, cadangan gas bumi I ndones i a mas i h cukup be sa r. Berdasarkan data tahun 2010, total cadangan gas Indonesia diperkirakan mencapai 157,14 triliun standar kaki kubik (trillion standard cubic feet/TSCF) atau sekitar 3,0 persen dari cadangan gas dunia, yang terdiri atas cadangan terbukti 108,4 TSCF dan cadangan potensial 48,74 TSCF. Total cadangan gas bumi tersebut tersebar di beberapa wilayah Indonesia, dengan dua terbesar adalah Natuna (51,46 TSCF) dan Papua (24,32 TSCF).

    Perkembangan produksi gas bumi Indonesia relatif stabil dan masih cukup tinggi, walaupun dua tahun belakangan ini sempat mengalami sedikit penurunan. Pada tahun 2010, produksi gas bumi Indonesia mencapai 1.577 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD), naik 159 MBOEPD dari 1.418 MBOEPD pada 2009. Penyebab kenaikan produksi tersebut adalah mulai berproduksinya beberapa l apangan baru ser t a optimalisasi produksi pada lapangan yang sudah ada. Namun kemudian, produksi gas bumi Indones ia menga lami penurunan menjadi 1.461 MBOEPD pada tahun 2011 dan diprediksi pada tahun 2012 juga mengalami penurunan

    1.037,8

    1.002,9

    951,9

    899,0

    930,3

    949,6940,9

    899,8

    1.050,0

    1.000,0

    950,0

    900,0

    850,0

    menjadi 1.348 MBOEPD.

    Potensi produksi gas Indonesia masih bisa ditingkatkan lagi mengingat masih tingginya cadangan gas yang dimiliki Indonesia, baik yang sudah terbukti maupun yang potensial. Untuk itu, terdapat beberapa proyek andalan yang mulai dilaksanakan pada tahun 2012, yaitu lapangan Peciko, yang akan memproduksi gas 170 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), Gajah-Baru, dan Terang Serasun (300 MMSCFD). Sedangkan untuk tahun 2013, proyek andalannya adalah Sumpal (74 MMSCFD) dan Sebuku (100 MMSCFD).

    Pemanfaatan gas sebagian besar memang masih diperuntukan untuk ekspor. Seperti halnya yang terjadi pada tahun 2011, dari total produksi sebesar 8.428,4 MMSCFD, sejumlah 53 persen diekspor ke luar negeri. Sedangkan sisanya yang sebesar 41,2 persen digunakan untuk keperluan domestik. PGN, PLN, dan industri pupuk merupakan pengguna terbesar gas di dalam negeri. Masing-masing menggunakan gas sebesar 752,7 MMSCFD (8,9 persen terhadap total produksi), 721,4 MMSCFD (8,6 persen), dan 615,3 MMSCFD (7,3 persen) (lihat Grafik 2).

    Sementara itu, total ekspor gas Indonesia ke luar negeri cenderung mengalami fluktuasi. Pada tahun 2007, total ekspor gas Indonesia mencapai sebesar 3.833 MMSCFD. Kemudian jumlah in i mengalami penurunan sebesar 0,1 persen hingga mencapai 3.828 MMSCFD pada tahun 2008. Serupa dengan tahun sebelumnya, pada tahun 2009 total ekspor gas Indonesia ke luar negeri pun mengalami penurunan sebesar 5,3 Sumber: Kementerian ESDM

    2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

    ribu barel/hariGrafik 1. Perkembangan Rata-rata Lifting Minyak, Tahun 2004-2011

    LAPORAN UTAMA

    Sektor gas sangat potensial sekali untuk dikembangkan menjadi energi alternatif pengganti energi minyak. Selain karena cenderung lebih ramah lingkungan, saat ini harga gas pun relatif jauh lebih murah dibandingkan dengan harga minyak yang memang sedang mengalami peningkatan yang cukup tinggi dalam beberapa tahun belakangan ini.

    9WARTA ANGGARAN | Edisi 24 Tahun 2012

    800,0

  • Sama seperti halnya lifting minyak, lifting gas juga merupakan produksi gas siap jual yang ditargetkan oleh Pemerintah, yang dapat diolah, diekspor dan digunakan sepenuhnya. Satuan dari lifting gas yang digunakan dalam asumsi dasar ekonomi makro adalah ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD). Kepanjangan MBOEPD adalah M barrel oil equivalent per day. M (mille) dalam satuan tersebut merupakan angka romawi yang menunjukkan satuan ribu (000). Jadi M tersebut bukan lah million dalam bahasa inggris, yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah juta. Hal ini harus dicermati karena seringkali orang keliru dalam menyebutkannya, sehingga keliru

    pula dalam menafsirkan angka lifting gas tersebut. Kandungan energi gas berbeda dari minyak, maka digunakan lah satuan tersebut (barel setara minyak/barel oil equ i va lent ) untuk memudahkan penggunaan dalam asumsi dasar ekonomi makro serta agar dapat disandingkan dengan lifting minyak mentah yang menggunakan satuan ribu barel per hari.

    Selain satuan barel oil equivalent (BOE), satuan lain yang sering digunakan dalam sektor gas adalah british thermal unit (BTU) dan standard cubic feet (SCF). BTU merupakan satuan untuk menghitung energi yang setara dengan 1.055 KiloJoules. Sebagai gambaran, jumlah

    tersebut merupakan jumlah energi yang dibutuhkan untuk memanaskan air seberat 0,454 Kg. Bertolak belakang dengan namanya, satuan non-metric tersebut lebih sering digunakan oleh Amerika Serikat, Kanada, dan Kepulauan Karibia dibandingkan di Inggris itu sendiri (atau belahan dunia lainnya) di mana satuan kalori lebih populer digunakan. BTU ini juga digunakan sebagai satuan ukuran harga gas alam. Satuan SCF juga biasa digunakan dalam kegiatan eksplorasi dan produksi sektor gas. Satu SCF gas alam kira-kira setara dengan 1.030 BTU (kisarannya adalah 1.010-1.070 BTU, tergantung kualitas ketika dibakar).

    Mengenal Variabel Lifting Gas

    persen hingga mencapai 3.626 MMSCFD. Baru kemudian pada tahun 2010 dan 2011, total ekspor gas mengalami kenaikan hingga di atas 4.000 MMSCFD, yaitu sebesar 4.827 MMSCFD pada tahun 2010 dan 4.468 MMSCFD pada tahun 2012 (lihat Grafik 3).

    Sektor gas sangat potensial sekali untuk dikembangkan menjadi energi alternatif pengganti energi minyak. Selain karena cenderung lebih ramah lingkungan, saat ini harga gas pun relatif jauh lebih murah dibandingkan dengan harga minyak yang memang sedang mengalami peningkatan yang cukup tinggi dalam beberapa tahun belakangan ini.

    Ke depannya, perekonomian Indonesia diprediksi akan menjadi salah satu perekonomian terbesar di dunia. Tentunya semakin besar perekonomian suatu negara, kebutuhan akan energi pun akan semakin besar pula. Sehingga apabila Indonesia berhasi l dalam upaya menjadikan gas sebagai energi alternatif utama pengganti minyak bumi, maka ongkos pembangunan ( co s t o f development) yang muncul dari keperluan konsumsi energi akan berkurang secara signifikan. Tampaknya, signal-signal seperti itulah yang ingin dimunculkan dari kehadiran lifting gas dalam APBN 2013.

    *) Penulis adalah Staf Seksi Analisis Ekonomi Makro, Subdit Analisis Ekonomi Makro dan

    Penerimaan Negara, Dit. P-APBN

    6.000

    5.000

    4.000

    3.000

    2.000

    1.000

    0

    40,0

    35,0

    30,0

    25,0

    20,0

    15,0

    10,0

    5,0

    0,0

    -5,0

    -10,02007 2008 2009 2010 2011

    MMSCFD Persen

    LOSSES 488.3 5.8

    TOTAL 8,428.4 100

    DOMESTIKPUPUKKILANGPET. KIMIAKONDENSASILPGPGNPLNKRAKATAU STEELINDUSTRI LAIN**CITY GASPEMAKAIAN SENDIRI

    615.3 7.389.5 1.193.5 1.112.8 0.238.0 0.5

    752.7 8.9721.4 8.651.6 0.6

    552.1 6.60.20 0.002

    544.6 6.5SUB TOTAL DOMESTIK 3,471.9 41.2

    EKSPORFEED KILANG LNGLPGGAS PIPA

    3,543.7 42.0- 0.0

    924.5 11.0SUB TOTAL EKSPOR 4,468.2 53.0

    MMSCFD (%)

    PERT

    AM

    INA

    0.96

    4 BS

    CFD

    DOMESTIK41.2%

    KPS7.464 BSCFD

    PROD*8.428 BSCFD

    EKSPOR53.0%

    *) Status s/d Nop (Angka Produksi Net)**) Penyaluran KKS ke industri selain pengguna PGN

    Grafik 2. Pemanfaatan Gas Tahun 2011

    Sumber: Kementerian ESDM

    Grafik 3. Perkembangan Ekspor Gas Indonesia, Tahun 2007-2011

    Sumber: Kementerian ESDM

    -2,4-0,1

    3.833 3.828 3.626

    4.8274.468

    Total Ekspor (LHS)Pertumbuhan (RHS)

    -5,3

    33,1

    -7,4

    LAPORAN UTAMA

    10 WARTA ANGGARAN | Edisi Khusus Tahun 2012

  • VIABILITY GAP FUND :SKEMA BARU PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

    Oleh : Ahmad Nawawi *

    Asumsi pertumbuhan ekonomi 7,0 7,6% pada tahun 2014

    memerlukan dana pembangunan infrastruktur minimal 5% dari PDB per tahun yang berasal dari Swasta,

    BUMN, dan Pemerintah.

    LAPORAN UTAMA

    foto: Andrzej Pobiedziski

    11

  • emerintah memerlukan dukungan swasta dan BUMN dalam kegiatan Pinvestasi terutama infrastruktur

    untuk mendorong per tumbuhan ekonomi. Ada 2 alasan mengapa dukungan ini diperlukan. Pertama, ke b u t u h a n i nve s t a s i t e r u t a m a infrasturktur memerlukan pendanaan yang sangat besar. Kedua, anggaran pemerintah secara total hanya sekitar 20% dari total pendapatan nasional (Produk Domestik Bruto atau PDB). Dari 20% ini, 80% anggaran pemerintah habis untuk mendanai kebutuhan yang bersifat wajib seperti belanja pegawai, alokasi anggaran untuk pendidikan dan pembayaran kembali utang.

    Namun karena kebutuhan dana yang sangat besar, masih terdapat kekurangan pendanaan (financing gap). Untuk itu, Pemerintah merasa perlu membentuk Kerjasama Pemerintah Swasta atau KPS (Public Private Partnership) untuk menutup i f i nanc i ng gap da l am pembangunan infrastruktur tersebut.

    KPS diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 67 Tahun 2005 yang diamandemen menjadi Perpres Nomor 56 Tahun 2011 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Alasan pembentukan KPS adalah: (i) negara tidak mempunyai dana yang cukup untuk membiayai pembangunan infrastruktur yang jumlahnya banyak dengan nilai yang besar; dan (ii) efisiensi teknologi, dalam hal operasi dan pemeliharaan dari proyek-proyek infrastruktur.

    Berdasarkan Perpres tersebut, badan u s a h a y a n g m e m b a n g u n d a n mengoperasikan infrastruktur mendapat dua insent i f . Per t ama, jaminan pemerintah berupa kompensasi finansial dan/atau kompensasi dalam bentuk lain yang diberikan oleh Pemerintah kepada swasta melalui skema pembagian risiko untuk proyek kerjasama. Jaminan berbentuk kompensasi finansial diberikan oleh Pemerintah melalui badan usaha yang khusus didirikan untuk tujuan penjaminan infratsruktur yaitu PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PPI). Peran PT PPI adalah sebagai badan

    usaha penjamin infrastruktur yang menyediakan jaminan pemerintah atas berbagai risiko infrastruktur yang mungkin timbul. Jaminannya adalah apabila dalam awal periode sampai akhir periode terjadi risiko-risiko yang dapat mengurangi pendapatan badan usaha bersangkutan maka, Pemerintah memberikan jaminan.

    Kedua, dukungan pemerintah berupa kontribusi fiskal maupun nonfiskal berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk meningkatkan kelayakan finansial proyek KPS. Dukungan Pemerintah diberikan kepada proyek KPS yang memiliki tingkat kelayakan ekonomi memadai namun tingkat kelayakan finansialnya marjinal, sehingga dukungan P e m e r i n t a h d i b e r i k a n u n t u k meningkatkan kelayakan finansial dari proyek kerjasama tersebut. Selain itu, dukungan Pemerintah juga dimaksudkan untuk menjadikan tarif layanan dari proyek kerjasama menjadi terjangkau bagi masyarakat. Salah satu dukungan Pemerintah berupa kontribusi fiskal yang diberikan oleh Pemerintah dalam rangka meningkatkan kelayakan finansial proyek KPS adalah Viability Gap Fund (VGF).

    Pengertian VGF adalah pembiayaan dalam bentuk tunai atas sebagian biaya pembangunan proyek yang dilaksanakan melalui skema KPS dengan badan usaha dalam rangka penyediaan layanan infrastruktur yang terjangkau bagi masyarakat.

    Dukungan Pemerintah dalam bentuk VGF dimaksudkan untuk mendorong investasi di bidang infrastruktur dan penyediaan layanan infrastruktur yang terjangkau bagi masyarakat. VGF akan menurunkan tarif keekonomian suatu proyek agar lebih terjangkau bagi masyarakat. Tujuan lain VGF, antara lain: (a) meningkatkan minat Badan Usaha untuk berpartisipasi dalam proyek kerjasama yang layak secara ekonomi, namun belum secara finansial atau kelayakan finansial yang marjinal; (b) meningkatkan kepastian penyediaan proyek infrastruktur dengan mengacu kepada kualitas dan waktu yang direncanakan; dan (c) meningkatkan

    ketersediaan infrastruktur dengan tarif layanan yang terjangkau sesuai dengan kemampuan masyarakat.

    Pember ian dukungan ke layakan dilaksanakan berdasarkan prinsip bahwa proyek kerjasama tersebut harus memenuhi kriteria kelayakan (eligibility criteria). Proyek KPS dapat mengajukan permintaan dukungan kelayakan dengan memenuhi kriteria: a. dilaksanakan melalui skema kerjasama

    Pemerintah dengan Badan Usaha sebagaimana diatur dalam Perpres Nomor 67 Tahun 2005 dan perubahannya;

    b. termasuk dalam sektor infrastruktur sebagaimana diatur dalam Perpres Nomor 67 Tahun 2005 dan perubahannya;

    c. penyediaan infrastruktur didasarkan pada prinsip pengguna membayar (user pay principle);

    d. di dalam perjanjian kerjasama diatur skema pengalihan asset dari Badan Usaha kepada PJPK pada akhir periode kerjasama;

    e. tidak terdapat lagi alternatif yang dapat dilakukan untuk membuat proyek kerjasama menjadi layak;

    f. telah dilakukan pra studi kelayakan yang komperehensif;

    g. porsi kepemilikan swasta dalam ekuitas Badan Usaha Pemenang Lelang paling kurang sebesar 51% dari keseluruhan ekuitas;

    h. Badan Usaha Pemenang Lelang harus m e m b i ay a i t e r l e b i h d a h u l u pembangunan proyek infrastruktur dengan menggunakan seluruh ekuitas Badan Usahanya sebelum dukungan kelayakan dapat dicairkan.

    Untuk memberikan gambaran utuh mengenai VGF, berikut ini alur pengajuan sampai dengan penetapan dokumen kelayakan VGF.

    Dukungan Pemerintah dalam bentuk VGF dimaksudkan untuk mendorong investasi di bidang infrastruktur dan p e n y e d i a a n l a y a n a n infrastruktur yang terjangkau bagi masyarakat.

    LAPORAN UTAMA

    12 WARTA ANGGARAN | Edisi Khusus Tahun 2012

  • PJPKKementerian Keuangan

    Menteri Keuangan Komite Dukungan Kelayakan

    I.

    II.

    III.

    PPP Book Readyto Offer Project

    DokumenPQ

    MelakukanPQ

    Mengajukan UsulanPenetapan Awal denganHasil Konsultasi denganShort Listed Bidders

    Menerima UsulanPenetapan Awal denganHasil Konsultasi denganShort Listed Bidders

    Evaluasi Kelayakanatas UsulanPenetapan Awal

    Surat Penolakan

    Penetapan Awal

    Rekomendasi

    Penetapan Awal

    Nota Keuangan

    DokumenRfP

    MelakukanPelelangan

    Menyampaikan AcaraHasil Pelelangan (BAHP),beserta dokumen terkait

    Menerima BAHP,beserta dokumen terkait

    Evaluasi atas BAHP,beserta dokumenpendukung

    Penetapan DukunganKelayakan

    Rekomendasi

    Penetapan DokumenKelayakan

    Alokasi Anggaran

    VGF merupakan salah satu skema baru pembiayaan dalam APBN 2013. Pemerintah telah mengalokasikan anggaran untuk dukungan kelayakan dalam bentuk tunai atau VGF bagi beberapa proyek pembangunan sistem penyediaan air minum (SAPM), yaitu SPAM Umbulan Jawa Timur dan SPAM Bandar Lampung. Pada tahap awal, Pemerintah memilih proyek penyediaan air minum (SPAM) karena untuk mendukung peningkatan pelayanan air minum dan air bersih kepada masyarakat sesuai dengan target Millenium Development Goals (MDGs).Namun demikian ada beberapa hal yang masih menjadi catatan terkait skema VGF. Pertama, agar dapat dilaksanakan, proyek i n f r a s t ruk tu r deng an s kema VGF

    memerlukan peraturan pelaksanaan. Sebelum tahun 2013 peraturan pelaksanaan mengenai VGF diharapkan sudah ditetapkan. Peraturan ini antara lain mengatur mengenai teknis pelaksanaan VGF, termasuk aturan main yang jelas mengenai bagaimana tata cara agar sebuah proyek dapat memakai dana VGF. Kedua, konsekuensi dari dukungan VGF m e n g h a r u s k a n Pe m e r i n t a h u n t u k menyiapkan dana yang cukup. Selain itu, juga akan memberikan dampak terhadap anggaran pendidikan dan financing. Oleh karena itu, pengalokasian dana harus realistis dan efisien, agar tidak terjadi inefisiensi belanja.

    *) Penulis adalah Pegawai Direktorat Penyusunan APBN

    Surat Pernyataan Proyektidak dapat DukunganKelayakan

    Tidak

    Ya

    Tidak

    Ya

    LAPORAN UTAMA

    ilust

    rasi:

    istim

    ewa

    13WARTA ANGGARAN | Edisi 24 Tahun 2012

  • PROJECT BASED SUKUK

    Oleh : Adam Marchino *

    Penerbitan Project Based Sukuk (PBS) ditujukan untuk mendiversifikasi sumber pembiayaan APBN, mendukung percepatan

    pembangunan proyek infrastruktur dan pengembangan pasar keuangan, khususnya pasar keuangan syariah, mendorong

    peningkatan pelayanan umum, pemberdayaan industri dalam negeri, dan investasi pemerintah, serta meningkatkan transparansi

    pelaksanaan kegiatan oleh K/L karena perkembangan pelaksanaan proyek akan dipantau oleh investor dan publik.

    Penerbitan Project Based Sukuk (PBS) ditujukan untuk mendiversifikasi sumber pembiayaan APBN, mendukung percepatan

    pembangunan proyek infrastruktur dan pengembangan pasar keuangan, khususnya pasar keuangan syariah, mendorong

    peningkatan pelayanan umum, pemberdayaan industri dalam negeri, dan investasi pemerintah, serta meningkatkan transparansi

    pelaksanaan kegiatan oleh K/L karena perkembangan pelaksanaan proyek akan dipantau oleh investor dan publik.

    foto: Jerzy Mller

    Operators

    LAPORAN UTAMA

    14

  • Selain kriteria di atas, kegiatan tersebut harus terlebih dahulu mendapat alokasi dalam APBN serta merupakan kegiatan prioritas sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan telah memperoleh p e r s e t u j u a n B a d a n P e r e n c a n a a n Pembangunan Nasional dalam kaitannya dengan kesiapan dan kelayakan teknis pelaksanaan proyek. Pelaksanaan proyek dilakukan oleh pemrakarsa dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam bidang pelaksanaan APBN, serta yang paling penting adalah pemanfaatan obyek hasil pembiayaan tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

    Secara ringkas, proses penganggaran dan siklus PBS dengan skema Project Underlying dan Project Financing dapat dilihat pada chart berikut.

    ndang-Undang No 19 Tahun 2008, Pasal 4 menyebutkan: USBSN diterbitkan untuk

    membiayai APBN termasuk membiayai pembangunan proyek. Yang dimaksud dengan membiayai pembangunan proyek adalah pembiayaan untuk pembangunan proyek-proyek yang telah mendapatkan alokasi dalam APBN, termasuk proyek infrastruktur dalam sek tor energ i , te l ekomun ika s i , perhubungan, per tanian, industri manufaktur, dan perumahan rakyat. Kemudian disebutkan juga dalam Pasal 7 Ayat 2. Yang berbunyi: Dalam rangka penerbitan Surat Berharga Syariah Negara untuk pembiayaan proyek, Menteri berkoordinasi dengan Menteri yang bertanggungjawab di bidang perencanaan pembangunan nasional. Koordinasi tersebut meliputi jenis, nilai, dan waktu pelaksanaan proyek. Proyek yang akan dibiayai merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari program APBN. Selain itu dasar hukum penerbitan PBS juga tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2011 tentang Pembiayaan Proyek Melalui Penerbitan SBSN dan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Penggunaan Kegiatan APBN Sebagai Aset Surat Berharga Syariah Negara.

    Pada prinsipnya, pembiayaan proyek melalui Project Based Sukuk dapat dilakukan apabila telah memenuhi kriteria-kriteria tertentu, dapat berupa Project Underlying atau Project Financing. Adapun perbandingan mekanisme pembiayaan Project Underlying dan Project Financing dapat dilihat pada tabel berikut.

    Project Underlying Project Financing

    ?Obyek pembiayaan berupa proyek / kegiatan (Belanja Modal, Rupiah Murni) dalam APBN tahun berjalan.

    ?Obyek pembiayaan ditetapkan Menteri Keuangan setelah UU APBN disahkan, sehigga tidak mempengaruhi besaran defisit.

    ?Sifat pembiayaannya masih tetap Rupiah Murni dan terbatas hanya Belanja Modal.

    ?T i d a k a d a p e r u b a h a n s i s t e m penganggaran.

    ?Mekanisme pembiayaan diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

    ?Obyek pembiayaan berupa proyek infrastruktur yang di earmarked dengan Sukuk Negara.

    ?Obyek pembiayaan ditetapkan bersama-sama Pemerintah dan DPR dalam pembahasan UU APBN, karena besarannya dapat mempengaruhi besaran defisit APBN

    ?Sifat pembiayaannya bukan Rupiah Murni dan tidak terbatas pada Belanja Modal.

    ?Ada penyesuaian mekanisme penganggaran.

    ?Mekanisme pembiayaan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

    Kemenkeu(BUN/PKN)

    INVESTOR

    SATKER (KL)(Pemrakarsa

    Pengguna proyek)proyek/

    PROJECT UNDERLYING

    EPCCONTRACTORS

    BAPPENAS

    5b. PelaksanaanPembangunan / Konstruksi

    3c. Pembayaran Im

    balan & N

    ilai Nom

    inal SukukLaporan Pengelolaan BM

    N

    7. Pemanfaatan:sesuai PP 38/2008(dalam hal tidak

    digunakan sendiri oleh K/L)

    6. PengelolaanPaska

    Konstruksi

    5a. Kontrak Pengadaan /

    Pembangunan

    3b. Sukuk Proceeds

    3a. Penerbitan Sukuk

    2. Persetujuan Penganggaran Proyek/

    1. Usulan Pembiayaan Proyek

    4. Pelaksanaan A

    PBN

    Sumber: Kementerian Keuangan

    Project Underlying

    Pada prinsipnya, pembiayaan proyek melalui Project Based Sukuk dapat dilakukan apabila telah memenuhi kriteria-kriteria tertentu, dapat berupa Project Underlying atau Project Financing.

    LAPORAN UTAMA

    15WARTA ANGGARAN | Edisi 24 Tahun 2012

  • Kemenkeu Bappenas K/L

    Pertimbangan Pengelolaan Utang

    terkait aspek Penilaian Kesiapan Proyek/Kegiatan

    Kelayakan dan

    Penyiapan Proyek /Kegiatan

    dan Studi Kelayakannya

    rencana

    Pengajuan Proyek/Kegiatan

    Usulan

    Pelaksanaan Pengelolaan

    Paska Konstruksi

    Proyek/

    DIPA

    Tolak/Setuju

    PenolakanPersetujuan

    Daftar Kegiatan Prioritas

    PelaksanaanPenerbitan SBSN

    Pengalokasiandalam APBN/P

    underlying project dapat dilihat pada grafik berikut.

    Sedangkan untuk skema project financing, penerbitan atau pembiayaan perdana direncanakan akan dilakukan pada tahun 2013. Saat ini sedang dalam tahap peny iapan Proyek/Keg ia t an dan kelengkapan peraturan operasional terkait penganggaran, proyek atau kegiatan yang akan dibiayai akan disampaikan ke DPR bersamaan dengan pembahasan APBN 2013.

    Untuk pelaksanaan pembiayaan melalui Project Based Sukuk pada tahun 2013, te lah d i tempuh langkah- langkah persiapan. Dari segi peraturan di bidang penganggaran, tengah dirumuskan beberapa peraturan, antara lain adalah pengaturan SBSN-PBS sebagai salah satu sumber pendanaan APBN, PMK petunjuk penyusunan RKA/KL RAPBN 2013, mekanisme DIPA Lanjutan untuk kegiatan yang belum selesai pada akhir t a h u n 2 0 1 3 , s e r t a t a t a c a r a pembayaran/pencairan dalam rangka pelaksanaan proyek. Dari segi proyek atau kegiatan, proyek yang akan dibiayai melalui penerbitan SBSN tahun 2013 adalah pembangunan jalur ganda KA Kroya-Cirebon, dengan indikatif sebesar Rp800 miliar, kemudian dilanjutkan tahun 2014 Rp700 miliar. Pada saat ini status pelaksanaan adalah dalam tahap pengusulan dari K/L ke Bappenas.

    *) Penulis adalah Pegawai Direktorat Penyusunan APBN

    Skema pembiayaan melalui Project Based Sukuk memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah jumlah pembiayaan dapat lebih besar karena pendanaan yang bersumber dari pasar keuangan dengan basis investor yang luas, yield yang lebih kompetitif, pilihan currency yang lebih beragam, jangka waktu atau tenor lebih panjang bila dibandingkan dengan pembiayaan dari pinjaman ataupun utang luar negeri.

    Project Based Sukuk dengan skema Underlying Project telah dilakukan mulai tahun 2012. Sejauh ini obyek pembiayaan berupa proyek/ kegiatan pada dua kementerian, yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perhubungan . Sedangkan untuk mekanisme pembiayaan dilakukan dengan cara mengalihkan sumber pendanaan yang semula Rupiah Murni menjadi Project Based Sukuk. Profil PBS

    3.50

    2.00

    1.50

    1.00

    0.50

    PBS 001(6 Thn)

    PBS 002(10 Thn)

    PBS 003(15 Thn)

    2.50

    3.00

    PBS 004(25 Thn)

    ?Penerbitan Perdana Januari 2012.

    ?Total (4 Seri).

    outstanding per 18 Juni 2012: Rp 12,2 Triliun

    ?Tenor: 6, 10, 15, & 25 tahun.4.92

    2.85

    1.02

    3.47

    Project Financing

    Sumber: Kementerian Keuangan

    1

    234

    5

    67

    8

    Sumber: Kementerian Keuangan

    LAPORAN UTAMA

    foto: istimewa

    16 WARTA ANGGARAN | Edisi Khusus Tahun 2012

  • Infrastruktur merupakan primadona sorotan luas masyarakat, terutama dikarenakan

    perannya yang penting dan strategis bagi pertumbuhan ekonomi dan ketersediaan

    infrastruktur yang kurang memadai.

    ANGGARAN INFRASTRUKTURDALAM APBN 2013

    Oleh : Nararia Sanggrama Wijaya *

    Infrastruktur merupakan primadona sorotan luas masyarakat, terutama dikarenakan

    perannya yang penting dan strategis bagi pertumbuhan ekonomi dan ketersediaan

    infrastruktur yang kurang memadai.

    foto: John Smith

    LAPORAN UTAMA

    17

  • antangan terbesar pembangunan di bidang infrastruktur adalah Tmas ih rendahnya kua l i t a s

    infrastruktur di Indonesia yang salah satunya tercermin dari posisi Indonesia yang berada pada peringkat 82 dari 142 negara (World Economic Forum, 2011) untuk daya sa ing infras truk tur. Rendahnya daya saing infrastruktur tersebut menjadi salah satu faktor utama dari rendahnya daya saing Indonesia secara umum yang dalam tahun 2011-2012 berada di peringkat 46 dari 142 negara yang dinilai (menurun 2 peringkat dari 2010-2011). Untuk itu, RKP 2013 menggariskan bahwa fokus prioritas pembangunan infrastruktur adalah peningkatan dukungan daya saing sektor riil dan penyediaan infrastruktur dasar bag i pen ingkat an kese jahteraan masyarakat.

    Infrastruktur dapat didefinisikan sebagai kebutuhan dasar fisik, sebagai layanan dan fas i l i t as , yang diperlukan agar perekonomian dapat berfungsi dengan baik. Istilah ini umumnya merujuk kepada hal infrastruktur teknis atau fisik yang mendukung jaringan struktur seperti jalan, kereta api, air bersih, bandara, kanal, waduk, tanggul, pengelolaan limbah, perlistrikan, telekomunikasi, p e l a b u h a n . S e c a r a f u n g s i o n a l , infrastruktur dapat juga didefinisikan sebagai pendukung kelancaran aktivitas ekonomi masyarakat dalam hal distribusi aliran produksi barang dan jasa. Dalam

    beberapa pengertian, istilah infrastruktur t e r m a s u k p u l a i n f r a s t r u k t u r sosial kebutuhan dasar seperti antara lain sekolah dan rumah sakit (Wikipedia). Sementara itu, dalam RKP 2013 disebutkan bahwa pembangunan infrastruktur mencakup pembangunan sarana dan prasarana pengairan dan irigasi; transportasi; perumahan dan p e r m u k i m a n ; ko m u n i k a s i d a n informatika; serta pertanahan dan penataan ruang.

    Mengingat pentingnya pembangunan infrastruktur bagi perekonomian, pemerintah berupaya untuk melakukan percepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia, melalui masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI) yang telah diluncurkan Pemerintah sejak tahun 2011. Pembangunan infrastruktur juga menjad i pr ior i t as ut ama da lam pembangunan nasional.

    Pemerintah berupaya meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur melalui peningkatan alokasi anggaran untuk mendukung pembangunan infrastruktur dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, Pemerintah berencana mengalokas ikan anggaran untuk pembangunan infrastruktur sebesar Rp188,4 triliun atau meningkat dari a lokas i pada t ahun 2012 yang diperkirakan sebesar Rp174,9 triliun (lihat grafik). Alokasi anggaran tersebut

    diharapkan dapat mengatasi berbagai permasalahan terkait penyediaan infrastruktur. Dalam hal pembangunan transportasi, permasalahan yang dihadapi adalah rendahnya kualitas dan kapasitas infrastruktur transportasi; rendahnya tingkat keselamatan transpor tasi nasional; dan tingginya tingkat kemacetan serta buruknya manajemen transportasi di wilayah perkotaan. Sementara itu, ketersediaan energi masih sangat tergantung kepada produksi minyak bumi, yaitu 49 persen, sedangkan kecenderungan produksi minyak bumi terus menurun dalam lima tahun terakhir ini. Terkait dengan ketahanan pangan, dukungan infrastruktur pertanian, perikanan dan kelautan yang relatif masih terbatas dan terkendala dengan kondisi iklim ekstrim menjadi permasalahan utama.

    Dengan memberikan alokasi yang lebih besar untuk pembangunan infrastruktur, p e m e r i n t a h b e r h a r ap k u a l i t a s infrastruktur akan meningkat sehingga dapat mencapai berbagai target pembangunan, terutama dalam rangka mendukung domestic connectivity , ketahanan energi, dan ketahanan pangan. Terkait dengan domestic connectivity yang merupakan salah satu sasaran penting dalam MP3EI, arah pembangunan infrastruktur adalah mengatasi bottleneck dalam rangka memperlancar jalannya roda ekonomi antardaerah, yang pada akhirnya dapat memperkuat ekonomi nasional.

    Untuk merealisasikan tujuan tersebut, pemerintah berupaya melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas seta pelayanan sarana dan prasarana perhubungan. Pada tahun 2013, pemerintah juga akan membangun jalan Lintas Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Papua sepanjang 19.370 km, membangun jalan dan jembatan baru masing-masing sepanjang 166 km dan 6.974 m, serta melakukan pemeliharaan jalan dan jembatan pada lebih dari 35 ribu km ruas jalan dan 247.692,0 m jembatan. Selain melakukan pembangunan jalan, pemerintah juga be rupaya memperba i k i s a r ana

    200,0

    180,0

    160,0

    140,0

    120,0

    100,0

    80,0

    60,0

    40,0

    20,0

    0,02007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

    (tril

    iun

    Rp)

    ANGGARAN INFRASTRUKTUR, 2007-2013

    59,8

    78,791,3

    99,4

    128,7

    174,9188,4

    Non K/L K/L Lainnya PERHUBUNGAN PU

    Sumber : Kementerian Keuangan

    LAPORAN UTAMA

    18 WARTA ANGGARAN | Edisi Khusus Tahun 2012

  • transportasi, baik itu transportasi darat, udara, maupun laut. Selain pembangunan ja lan untuk transpor tas i darat , Pemerintah juga memberikan perhatian besar terhadap peningkatan sarana perkeretaapian dengan membangun jaringan rel kereta api 383,37 km jalur ganda, dan pengadaan 92 unit lokomotif, kereta rel diesel (KRD), kereta rel listrik (KRL), tram, dan railbus. Untuk meningkatkan pelayanan transportasi udara, pada tahun 2013 akan dilakukan pengembangan dan rehabilitasi 120 bandara dan pembangunan 15 bandar udara baru. Transportasi laut juga mendapat perhatian Pemerintah agar dapat lebih dioptimalkan. Untuk itu, Pemerintah akan membangun kapal perintis dan penumpang sebanyak 20 unit; membangun terminal transportasi jalan pada 24 lokasi; serta membangun prasarana 61 dermaga penyeberangan.Masalah energi juga menjadi salah satu hal yang mendapat perhatian besar saat ini. Pembangunan energi difokuskan pada langkah untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik dan meningkatkan rasio elektrifikasi disamping upaya untuk meningkatkan diversifikasi energi dan pengembangan energi terbarukan. Untuk mendukung program ketahanan energi tersebut, Pemerintah akan melakukan peningkatan kapasitas pembangk i t sebesar 188 MW, membangun jaringan transmisi sepanjang 3.625 kilometer sirkuit (kms), melakukan

    peningkatan gardu induk sebesar 4.740 Mega Volt Ampere (MVA), membangun jaringan distribusi 9.319,76 kms, dan gardu distribusi 213,46 MVA. Selain itu, pembangunan infrastruk tur juga dilakukan melalui penambahan jaringan gas pada empat kota, peningkatan sambungan-sambungan rumah yang teraliri gas bumi melalui pipa sejumlah 16.000 SR; serta pembangunan satu Kilang Mini Plant LPG.

    Dalam rangka mencapai program ketahanan pangan mencapai surplus beras sebesar 10 juta ton pada tahun 2014, pemerintah melakukan berbagai upaya mengingat ketersedian pangan merupakan hal krusial bagi penduduk miskin. Untuk itu perlu ada langkah konkret seperti upaya meningkatkan

    produktivitas lahan pertanian dan luasan areal pertanian baru. Peningkatan kapasitas sarana prasarana pertanian juga menjadi prioritas untuk mencapai ketahanan pangan, terutama pada kapasitas jaringan irigasi dan waduk. Pada tahun 2013, Pemerintah menargetkan pencetakan sawah seluas 100.000 hektar, meningkatkan luas layanan jaringan irigasi sekitar 107.302 hektar, mengembangkan optimasi air sepanjang 524.084 hektar, serta membangun 164 embung/situ.

    Dalam rangka mendukung tercapainya berbagai sasaran pada prioritas pembangunan infrastruktur dalam tahun 2013 tersebut , arah keb i j akan pembangunan infrastruktur berdasarkan RPJMN 2010-2014 mempunyai fokus pada: (1) meningkatkan pelayanan infrastruktur sesuai dengan Standar Pe l ayanan M in ima l ( SPM) ; (2 ) mendukung peningkatan daya saing sektor riil; dan (3) meningkatkan Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS). Dengan tetap berpegang kepada arah kebijakan pembangunan infrastruktur, pemerintah berhadap mampu mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sehingga mampu meningkatkan tingkat perekonomian lokal ataupun nasional, yang pada akhirnya akan memberikan manfaa t sebesar-besarnya bag i kesejahteraan masyarakat Indonesia.

    *) Penulis adalah Pegawai pada Dit. Penyusunan APBN

    P e m b a n g u n a n e n e r g i difokuskan pada langkah untuk memenuhi kebutuhan t e n a g a l i s t r i k d a n m e n i n g k a t k a n r a s i o elektrifikasi disamping upaya u n t u k m e n i n g k a t k a n diversifikasi energi dan p e n g e m b a n g a n e n e r g i terbarukan.

    LAPORAN UTAMA

    foto: Marcelo Terraza

    19

  • Sebagaimana dipahami bersama bahwa pembangunan pertanian mempunyai arti strategis, tidak hanya bagi

    negara-negara berkembang tetapi juga bagi negara maju seperti Uni Eropa, Amerika, Australia dan Jepang.

    UPAYA MENDUKUNG PROGRAMKETAHANAN PANGAN NASIONAL

    Oleh: Waskito Prayogi dan Nurul Kartikasari *

    foto: Gen Feanor

    LAPORAN UTAMA

    20

  • embahas masalah pertanian berarti membahas tentang M ke l a n g s u n g a n h i d u p ,

    mengingat per tanian merupakan penyedia bahan pangan, bahan sandang dan bahkan papan. Secara garis besar, pertanian memberikan kontribusi yang penting bagi negara antara lain, melalui peranan dalam hal (Subejo, 2007): (1) penyedia bahan pangan, (2) penyedia lapangan kerja, (3) penyedia bahan baku bagi industri, (4) sumber devisa, dan (5) pen j ag a ke le s t ar i an l i ngkungan (konservasi lahan, mencegah banjir, penyedia udara yang sehat serta amenity).Peluang pengembangan pertanian serta arti penting pertanian adalah fakta bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian yang sangat besar dan potensi pangan yang besar pula mengingat pertumbuhan penduduk nasional yang cukup signifikan yaitu 200 juta jiwa di tahun 2000 dan diperkirakan mencapai 400 juta jiwa pada tahun 2040. Potensi pertanian Indonesia dengan segala keterbatasannya sebenarnya memiliki kedudukan yang cukup baik di kancah internasional.

    Program Ketahanan Pangan NasionalSebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, maka peningkatan jumlah penduduk akan menyebabkan peningkatan kebutuhan bahan pangan dalam jumlah yang besar pula. Untuk menjaga penyediaan bahan pangan masyarakat maka pemerintah berupaya mencanangkan program ketahanan pangan nasional. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi masyarakat yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, terjangkau dan bermutu. Menurut FAO (1993), ketahanan pangan berarti akses bagi semua penduduk untuk makanan yang cukup untuk hidup sehat dan aktif. Dengan demikian ketahanan pangan nasional merupakan agregat dari ketahanan pangan rumah tangga (Ginandjar,2005).

    Ketahanan pangan dapat diartikan sebagai terpenuhinya pangan dengan ketersediaan yang cukup, tersedia setiap saat di semua daerah, mudah diperoleh

    rumah tangga, dan aman dikonsumsi dengan harga yang terjangkau. Ketahanan pangan mencakup komponen: (1) ketersediaan pangan, (2) distribusi dan konsumsi pangan, (3) penerimaan oleh masyarakat, (4) diversifikasi pangan, dan (5) keamanan pangan. Tujuan program ketahanan pangan adalah untuk memfasilitasi terjaminnya masyarakat untuk memproleh pangan yang cukup setiap saat, sehat dan halal. Sasaran yang ingin dicapai adalah (1) dicapainya ketersediaan pangan tingkat nasional, regional dan rumah tangga yang cukup, aman dan halal, (2) meningkatnya keragaman produksi dan konsumsi p a n g a n m a s y a r a k a t , d a n ( 3 ) meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah kerawanan pangan. Khusus untuk beras, BAPPENAS menetapkan sasaran pemenuhan konsumsi beras dari produksi dalam negeri sebesar 90-95 persen (Deptan, 2006).

    Program ketahanan pangan menargetkan tambahan produksi pertanian khususnya beras. Mengingat beras merupakan bahan makanan pokok yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Untuk mendukung peningkatan produksi pertanian dan menyukseskan program ketahanan pangan nasional, maka pemerintah memberikan berbagai macam dukungan antara lain melalui subsidi pertanian, penyuluhan pertanian, intensifikasi, perluasan lahan pertanian, serta tambahan anggaran penelitian di sektor pertanian. Program besar tersebut dipastikan juga bakal melibatkan komunitas petani, termasuk petani kecil sebagai bagian dari pengembangan program ini. Pemerintah berupaya men ingka tkan produks i pangan khususnya beras yang melibatkan seluruh komunitas petani termasuk aparatur pemerintahan. Sedangkan Perum Bulog melalui anggaran subsidi pangan diharapkan dapat menyerap/membeli hasil produksi beras petani, termasuk petani kecil sesuai dengan harga keekonomian dan sekaligus menjualnya dengan harga bersubsidi kepada masyarakat miskin (rumah tangga sasaran).

    Subsidi Pertanian Pemberian subsidi pertanian merupakan salah satu kebijakan utama pembangunan pertanian yang telah lama dilaksanakan dengan jenis dan jumlah subsidi yang berbeda dari waktu ke waktu. Tujuannya adalah meningkatkan produksi pertanian terutama bahan makanan pokok. Subsidi bidang pertanian meliputi pemberian subsidi pangan, pupuk, benih, dan bunga kredit ketahanan pangan. Pemberian subsidi pertanian juga merupakan salah satu kebijakan Pemerintah dalam memperkuat program ketahanan pangan nasional sebagai upaya mencapai sasaran surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014 serta meningkatkan produksi berbagai komoditi pangan lainnya, diversifikasi pangan dan stabilisasi harga pangan.

    Subsidi pangan adalah subsidi yang diberikan dalam bentuk penyediaan beras murah untuk masyarakat miskin (Raskin) melalui program operasi pasar

    khusus (OPK) beras. Subsidi pangan bertujuan untuk menjamin distribusi dan ketersediaan beras dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat miskin. Subsidi ini disalurkan melalui Perum Bulog.

    Melalui subsidi pangan ini, setiap Kepala Keluarga miskin yang menjadi target subsidi akan menerima beras per bulan selama beberapa bulan, dengan harga y a n g d i t e t a p k a n l e b i h m u r a h dibandingkan harga pasar. Di sisi lain, subs id i pangan jug a men jamin penyerapan beras petani oleh Perum Bulog. Dalam upaya menjaga harga dasar gabah di tingkat petani tetap stabil maka Perum Bulog diwajibkan membeli beras petani dengan harga yang telah ditetapkan oleh Pemerintah (HPP) melalui Instruksi Presiden. Perum Bulog akan menyerap sebagian hasil panen di dalam negeri dan digunakan untuk penyaluran beras RASKIN. Dengan demikian Perum Bulog mempunyai dua peran sekaligus, di satu sisi menjaga harga dasar gabah di tingkat petani dan di sisi lain menyalurkan beras dengan harga murah kepada masyarakat miskin.

    Beban subsidi ini timbul sebagai

    LAPORAN UTAMA

    21WARTA ANGGARAN | Edisi 24 Tahun 2012

  • LAPORAN UTAMA

    konsekuensi dari adanya kebijakan pemerintah dalam rangka penyediaan pupuk bagi petani dengan harga jual pupuk yang lebih rendah dari harga pasar. Tujuan utama subsidi pupuk adalah agar harga pupuk di tingkat petani dapat tetap terjangkau oleh petani, sehingga dapat mendukung peningkatan produktivitas petani, dan mendukung program ketahanan pangan.

    Beban subsidi pupuk dipengaruhi oleh biaya pengadaan pupuk yang bersubsidi yang merupakan selisih antara harga eceran tertinggi (HET) dengan harga pokok produksi (HPP) dan cakupan volume (r ibu ton) pupuk yang memperoleh subsidi. Khusus untuk urea, HPP dipengaruhi oleh pasokan gas bagi produsen pupuk. Karena harga gas d i p e r h i t u n g k a n d a l a m d o l a r (US$/MMBTU), maka besaran subsidi pupuk urea juga dipengaruhi oleh kurs dolar. Selain HET, harga gas, dan kurs, subsidi pupuk juga dipengaruhi oleh biaya transportasi ke daerah terpencil dan biaya pengawasan.

    Penyaluran subsidi pupuk berdasarkan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) dan dilakukan secara tertutup melalui masing-masing perusahaan produsen pupuk yaitu PT Pupuk Sriwijaya, PT Pupuk Kalimantan Timur, PT Pupuk Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, dan PT Pupuk Iskandar Muda.

    Subsidi pupuk sebagai salah satu input per tanian biasanya lebih mudah diimplementasikan di lapangan apabila dibandingkan dengan subsidi harga output pertanian, penyebabnya antara la in : (a) sebagian besar petani menghadapi kendala biaya produksi dengan orientasi minimisasi biaya, sehingga insentif input lebih sesuai; (b)

    i n s e n t i f i n p u t l e b i h m u d a h mengakselerasi adopsi teknologi guna m e n i n g k a t k a n p r o d u k t i v i t a s dibandingkan dengan insentif output, (c) apabila pengelolaan subsidi menggunakan prinsip bergaransi dan profesionalisme maka penjaminan harga lebih mudah dicapai pada input dibandingkan output. Pasokan pupuk (terutama urea) diproduksi di dalam negeri dan harga domestik (subsidi) lebih rendah dari harga internasional (Departemen Pertanian, 2005).

    Subsidi benih adalah subsidi untuk pengadaan benih unggul padi, kedelai, dan jagung. Tujuan utama pemberian subsidi ben ih ada lah agar pet an i b i sa mendapatkan benih berkualitas dengan harga yang ter jangkau. Dengan ketersediaan benih berkualitas maka produksi pertanian diharapkan dapat meningkat. Subsidi ini disalurkan melalui perusahaan negara penyedia benih, yaitu PT Sang Hyang Seri (Persero), dan PT Pertani (Persero).

    Terdapat beberapa keuntungan dengan adanya subsidi benih diantaranya adalah : (a) meningkatkan produksi benih padi bermutu secara nasional; (b) antisipasi peningkatan pemanfaatan benih bermutu dari varietas unggul oleh petani; (c) harga benih relative lebih murah dan terjangkau oleh petani; (d) jangkauan spasial dan partisipasi petani dalam pemanfaatan benih bermutu akan meningkat khususnya di daerah marginal

    yang secara komersiil kurang menarik bagi produsen benih.

    Subsidi bunga kredit program bidang pertanian adalah subsidi yang disediakan untuk menutup selisih antara bunga pasar dengan bunga yang ditetapkan lebih rendah oleh pemerintah untuk berbagai skim kredit program bidang pertanian seperti Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), termasuk beban resiko (risk sharing) bagi kredit yang tidak dapat ditagih kembali (default). Tujuan utama subsidi bunga kredit program bidang pertanian adalah membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pendanaan petani dengan tingkat bunga yang lebih rendah dari bunga pasar.

    Penyaluran subsidi kredit program bidang pertanian dilakukan melalui lembaga keuangan milik negara seperti PT Permodalan Nasional Madani (PNM), beberapa bank BUMN, dan bank pembangunan daerah (BPD). Selain melalui BUMN, subsidi kredit program bidang pertanian juga disalurkan melalui perusahaan swasta (antara lain PT Bank Agroniaga, PT Bank Central Asia Tbk, dan PT Bank Bukopin). Alokasi subsidi tersebut akan digunakan antara lain untuk subsidi bunga atas skim kredit ketahanan pangan (KKP). Dalam perkembangannya terdapat tambahan jenis subsidi bunga kredit program bidang pertanian yaitu Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Pertanian (KPEN-RP), Kredit Usaha pembibitan sapi (KUPS),dan

    Tujuan utama pemberian subsidi benih adalah agar petani bisa mendapatkan benih berkualitas dengan harga yang terjangkau

    foto: sta Skjervy

    22 WARTA ANGGARAN | Edisi Khusus Tahun 2012

  • LAPORAN UTAMA

    subsidi skema resi gudang (SSRG).

    Perkembangan Subsidi Pertanian Perkembangan anggaran subsidi di sektor pertanian, selama kurun waktu 2007-2012, cenderung mengalami peningkatan sebesar Rp23,0 triliun atau tumbuh rata-rata 22,4 persen per tahun dari sebesar Rp13,2 triliun pada tahun 2007 dan diperkirakan mencapai Rp36,2 triliun pada tahun 2012. Pada APBN 2013, subsidi di sektor pertanian diperkirakan mencapai Rp34,5 triliun, terdiri dari subsidi pangan Rp17,2 triliun, subsidi pupuk Rp15,9 triliun, subsidi benih Rp137,9 miliar, dan subsidi bunga kredit program Rp1,2 triliun.

    Peningkatan anggaran subsidi di sektor pertanian itu sejalan dengan upaya untuk m e n d u k u n g , m e n j a g a , s e r t a meningkatkan program ketahanan pangan nasional melalui peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu produksi pertanian.

    Perkembangan Produksi Pertanian Situasi ketahanan pangan nasional pada p e r i o d e t a h u n 2 0 0 7 - 2 0 1 2 memperlihatkan kecenderungan yang semakin baik. Hal ini ditunjukkan dengan: (1) meningkatnya sebagian besar produksi beberapa komoditas pangan penting; (2) ketersediaan energi dan protein yang terus meningkat dari tahun ke tahun dan bahkan telah melebihi tingkat ketersediaan energi dan protein yang direkomendasikan; (3) konsumsi masyarakat yang meningkat, baik jumlah maupun kualitasnya dan sudah mencapai Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan; serta (4) stabilnya pergerakan harga pangan, baik secara umum maupun pada saat menjelang hari-hari besar nasional. Selain itu, semakin mantapnya ketahanan pangan didukung dengan meningkatnya rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) dan nilai nominal upah buruh; serta jumlah penduduk miskin baik secara nominal maupun persentase yang semakin menurun.

    Pada tingkat rumah tangga, rata-rata konsumsi kalori penduduk pada tahun 2010 mencapai 1957 kkal per kapita per

    tahun dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) mencapai 80,6. Dominasi konsumsi beras (padi-padian) masih cukup besar yaitu 60,9 persen dari angka ideal sebesar 50,00 persen dari Angka Kecukupan Gizi (AKG). Sementara itu, konsumsi ikan meningkat dari 30,48 kg/kapita/tahun pada tahun 2010 menjadi 31,64 kg/kapita/tahun pada tahun 2011. Terjaganya tingkat konsumsi tersebut diperkirakan karena relatif terjaganya daya beli masyarakat, tercapainya pelaksanaan Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) , ser ta tercapainya fasilitasi penguatan dan pengembangan pemasaran produk perikanan dalam negeri. Pada tingkat makro, produksi bahan pangan dalam negeri tersebut selain dapat menjamin ketersediaan pangan bagi penduduk, juga d iharapkan mampu mendukung

    pertumbuhan ekonomi nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dan Nilai Tukar Petani/Nelayan (NTP/NTN). Pada tahun 2011, PDB sektor pertanian secara luas mampu tumbuh 3,0 persen. NTP dan NTN masing-masing mencapai 105,73 dan 106,24. Capaian tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya dimana NTP dan NTN masing-masing mencapai 100,8 dan 105,5 (Rencana Kerja Pemerintah, 2013).

    Perkembangan produksi di sektor pertanian khususnya untuk Padi, Jagung dan Kedelai, selama kurun waktu 2007-2012, cenderung mengalami peningkatan sebanyak 17,3 juta ton atau tumbuh rata-rata 4,5 persen per tahun dari sebesar 71,0 juta ton pada tahun 2007 dan diperkirakan mencapai 88,3 juta ton pada

    40.000,0

    35.000,0

    30.000,0

    25.000,0

    20.000,0

    15.000,0

    10.000,0

    5.000,0 5,0

    10,0

    15,0

    20,0

    25,0

    30,0 (%)(Miliar Rp)

    2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

    Perkembangan Subsidi Sektor Pertanian, 2007-2013

    Pangan Pupuk

    Benih Bunga Kredit Program% terhadap Belanja Subsidi

    Jenis Produksi 2007 2008 2009 2010 2011 2012

    PadiJagungKedelai

    57.157.43513.287.527

    592.534

    60.325.92516.317.252

    775.710

    64.398.89017.629.748

    974.512

    66.469.39418.327.636

    907.031

    65.756.90417.643.250

    851.286

    68.594.06718.945.124

    779.741

    Sumber: Badan Pusat Statistik

    Ket:- Data 2011 adalah Angka Tetap- Data 2012 adalah Angka Ramalan

    Tabel 1. Perkembangan Produksi Pertanian, 2007-2012(ton)

    23WARTA ANGGARAN | Edisi 24 Tahun 2012

  • tahun 2012. Perkiraan produksi pertanian pada tahun 2012 terdiri dari Padi sebanyak 68,6 juta ton, Jagung sebanyak 18,9 juta ton dan Kedelai sebanyak 779,7 ribu ton.

    Pemerintah sangat menyadari besarnya peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia. Untuk mengembangkan sektor pertanian maka Pemerintah berupaya meningkatkan anggaran pertanian dari tahun ke tahun termasuk di dalamnya subsidi pertanian. Pertumbuhan penduduk yang pesat memang harus diimbangi dengan peningkatan produksi pertanian.

    Sebagai salah satu sektor strategis di Indonesia, maka pembangunan pertanian menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan serta kondisi lingkungan sosial-ekonomi-politik-budaya yang sangat dinamis. Pemerintah telah

    menyusun dan mengembangkan berbagai target pembangunan dengan menetapkan tujuan, arah, strategi, dan kebijakan sebagai pedoman bagi seluruh pelaku pembangunan per tanian. Opera s iona l i s a s i pembangunan pertanian jangka panjang yang dijabarkan dalam rencana pembangunan jangka menengah (lima tahunan) dan dijabarkan leb ih l an jut ke da lam rencana pembangunan pertanian tahunan. Strategi pencapaian masing-masing tujuan dijabarkan dengan jelas, didukung dengan kebijakan dan program yang akan diimplementasikan secara menyeluruh, teritegrasi, efisien dan sinergi, baik oleh pemerintah, bekerjasama dengan instansi luar pertanian, maupun dengan swasta dan pengusaha serta mengupayakan keterlibatan masyarakat terutama petani. Salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan per t an ian ada lah p e m b e r i a n s u b s i d i p e r t a n i a n .

    Berdasarkan data yang ada, pemberian subsidi pertanian yang meliputi subsidi pupuk, benih, bunga kredit program (KKP) dan subsidi pangan selalu meningkat dari tahun ke tahun.

    Hal ini menunjukan keberpihakan pemerintah dalam bidang pertanian dan upaya mendukung program ketahanan pangan nasional. Dengan adanya pemberian subsidi pertanian diharapkan produksi pertanian akan meningkat khususnya beras. Mengingat komoditas tersebut merupakan bahan makanan pokok masyarakat Indonesia. Di sisi lain, dengan adanya peningkatan produksi pertanian diharapkan akan menambah kesejahteraan masyarakat di pedesaan khususnya para petani.

    *) Penulis adalah Pegawai Direktorat Penyusunan APBN

    LAPORAN UTAMA

    foto: nnstalker / Habeeb24

  • Wawancara denganDirjen Perimbangan Keuangan,

    Marwanto Harjowiryono

    APBN 2013:DANA TRANSFERKE DAERAH

    foto: dok. pribadi

    LAPORAN UTAMA

    25

  • variabel yang digunakan, dan alokasi per daerah . Sebaga i contoh da lam pembahasan RAPBN 2013, dibahas dan disepakati seluruh bobot variabel-var iabe l yang d igunakan untuk menghitung alokasi DAU per daerah dengan target utama Indeks Williamsons (indeks yang mengukur ketidakmerataan kapasitas fiskal daerah) harus lebih rendah daripada tahun 2012. Bobot-bobot tersebut kemudian dimasukan kedalam aplikasi. Secara otomatis, alokasi per daerah dapat dihitung sesuai dengan formula yang telah ditetapkan dalam UU No. 33/2004. Perhitungan alokasi dana-dana transfer lainnya menggunakan mekanisme yang sama. Oleh karena itu, setiap alokasi dana transfer per daerah adalah hasil yang given dari aplikasi dan formula.

    Apa prioritas alokasi dana transfer ke daerah Tahun Anggaran 2013Implementasi kebijakan anggaran Tr a n s f e r k e D a e r a h s e l a i n memperhatikan kebutuhan pendanaan urusan pemerintahan di daerah, juga memper t imbangkan kemampuan keuangan negara dan tujuan yang hendak dicapai dalam setiap tahun anggaran berdasarkan program/kegiatan yang telah ditetapkan sebagai prioritas dalam pembangunan nasional. Kebijakan anggaran Transfer ke Daerah pada tahun 2013 diarahkan untuk mendukung kesinambungan pembangunan di daerah dan meningkatkan kualitas pelaksanaan program/kegiatan yang menjadi prioritas daerah berdasarkan SPM yang telah ditetapkan untuk masing-masing bidang. Secara umum, kebijakan Transfer ke Daerah tahun 2013 diarahkan untuk:a. meningkatkan kapasitas fiskal daerah

    serta mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah, serta antardaerah;

    b. menyelaraskan besaran kebutuhan pendanaan di daerah sesuai dengan pembagian urusan pemerintahan an t a ra pusa t , p rov in s i , dan kabupaten/kota;

    c. meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antardaerah;

    d. mendukung kesinambungan fiskal nasional;

    e. meningkatkan kemampuan daerah dalam menggali potensi ekonomi daerah;

    f. meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya nasional;

    g. meningkatkan sinkronisasi antara rencana pembangunan nasional dengan pembangunan daerah;

    h. meningkatkan daya saing daerah; danI. meningkatkan perhatian terhadap

    pembangunan di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan.

    Apa yang dimaksud dengan Dana Insentif Daerah (DID) dan bagaimana mekanisme penyalurannya?Dana Insentif Daerah yang selanjutnya disingkat DID adalah Dana Penyesuaian dalam APBN yang merupakan reward bagi daerah-daerah yang telah berhasil meningkatkan kinerja di bidang pengelolaan keuangan, pendidikan, serta ekonomi dan kesejahteraan. Selain sebagai reward, dana ini juga diharapkan sebagai pemicu bagi daerah-daerah lainnya yang belum mendapatkan DID untuk meningkatkan kinerjanya dan juga agar daerah-daerah yang sudah b e r k i n e r j a b a i k u n t u k mempertahankannya.

    Dalam mengalokasikan DID, digunakan 3 kriteria, yaitu:a. Kriteria kinerja keuangan yang terdiri

    dari opini BPK atas LKPD, penetapan Perda APBD tepat waktu, dan peningkatan PAD

    b. Kriteria kinerja pendidikan yang terdiri dari tingkat partisipasi sekolah dan peningkatan IPM

    c. Kriteria kinerja ekonomi dan kesejahteraan, terdiri dari tingkat pertumbuhan ekonomi, penurunan tingkat kemiskinan, penurunan tingkat pengangguran, serta klaster kemampuan fiskal daerah.

    Apa yang dimaksud dengan DAK Re imbur sement dan baga imana mekanismenya?DAK Reimbursement adalah istilah lain dari Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2). P2D2

    ecara resmi Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan SBelanja Negara (RAPBN) 2013

    telah disetujui oleh DPR, 23 Oktober 2012 lalu. Dana transfer daerah pada APBN 2013 bertambah sebesar Rp 10 triliun dari rencana semula (RAPBN) yaitu dari Rp 518,9 triliun menjadi Rp 528,6 triliun. Penambahan anggaran ini berasa l dar i penambahan dana infrastruktur, dana otomatis penyesuaian, dana otonomi khusus, dan dana bagi hasil.

    Berikut petikan wawancara dengan Direk tur Jendera l Per imbangan Keuangan Kementerian Keuangan Marwanto Harjowiryono.

    Mohon dijelaskan mengenai alokasi dana transfer ke daerah untuk Tahun Anggaran 2013Pemerintah dan Badan Anggaran DPR RI telah menyepakati alokasi Dana Transfer ke Daerah TA 2013 sebesar Rp 528,63 triliun. Dana transfer daerah terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH) sebesar Rp 101,96 triliun, Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp 311,139 triliun dan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp3 1,69 triliun. DBH terdiri atas DBH Pajak sebesar Rp 49,95 triliun dan DBH Sumber Daya Alam (SDA) sebesar Rp 52 triliun.

    Alokasi Transfer ke Daerah 2013(Rp Triliun)

    No. Jenis Transfer 2012 2013

    1 Dana Bagi Hasil 108,42 101,96

    a. Pajak 51,68 49,95

    b. Sumber Daya Alam 56,75 52,01

    2 Dana Alokasi Umum 273,81 311,14

    3 Dana Alokasi Khusus 26,12 31,69

    4 Dana Otonomi Khusus

    11,95 13,45

    5 Dana Penyesuaian 58,47 70,39

    Jumlah 478,78 528,62

    Sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat, dapatkah Bapak jelaskan apakah yang dibahas Pemerintah di DPR mengenai dana Transfer ke Daerah?Hal yang utama yang dibahas dan disepakati oleh Pemerintah dan DPR mengenai dana transfer ke daerah adalah arah kebijakan, kriteria dan bobot

    LAPORAN UTAMA

    26 WARTA ANGGARAN | Edisi Khusus Tahun 2012

  • valid dari pemerintah daerah sesuai dengan peraturan menteri keuangan. Seringkali pemerintah daerah terlambat dalam menyampaikan laporan atau keliru dalam menyusun laporan sehingga DJPK tidak dapat menyalurkan sesuai jadwal. Selain itu keterlambatan penerbitan j u k n i s p e n g g u n a a n DA K d a r i kementerian terkait memengaruhi ketepatan waktu penyerapan oleh pemda. Hal ini menyebabkan pemda tidak dapat menyerap anggaran DAK secara optimal.

    Upaya apa yang dilakukan oleh Kement e r i a n Keuangan d a l am menyelesaikan permasalahan tersebut?D J P K s e c a r a k o n s i s t e n mengkomunikasikan baik melalui surat dan komunikasi secara langsung kepada Pemda yang masih belum menyampaikan laporan yang dibutuhkan. Upaya ini dilakukan agar penyaluran dapat dilakukan sesuai jadwal. Selain itu, koordinasi dengan kementerian terkait untuk mempercepat proses penerbitan dilakukan secara intensif.

    Pemerintah daerah kadang ada yang

    tertipu dengan iming-iming alokasi anggaran yang meminta imbalan.

    menurut PMK 149/PMK.07/2012 adalah dana yang bersumber dari APBN dan dialokasikan sebagai insentif kepada daerah provinsi, kabupaten, dan kota percontohan Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi. Yang menjadi daerah percontohan adalah pemerintah daerah yang bersedia ikut dalam proyek dan berada pada Provinsi Jambi, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, dan Maluku Utara. Dana P2D2 diberikan kepada daerah-daerah percontohan jika daerah-daerah tersebut berhasi l melaksanakan kegiatan DAK sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Penentuan daerah-daerah yang mendapatkan alokasi dana P2D2 dilakukan berdasarkan hasil verifikasi keluaran yang dilaksanakan oleh BPKP.

    Permasalahan apa yang sering muncul dalam pelaksanaan transfer ke daerah?Ketepatan waktu dalam penyaluran dana transfer ke daerah menjadi permasalahan yang kerap dihadapi DJPK. Hal ini terjadi karena penyaluran beberapa jenis dana transfer ke daerah mensyaratkan re ko m e n d a s i p e n y a l u r a n d a r i kementerian terkait atau laporan yang

    foto: dok. pribadi

    LAPORAN UTAMA

    27WARTA ANGGARAN | Edisi 24 Tahun 2012

  • Wawancara denganDirektur Penyusunan APBN,Purwiyanto

    Wawancara denganDirektur Penyusunan APBN,Purwiyanto

    Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomiyang Berkualitas

    LAPORAN UTAMA

    28

  • pemerataan; serta (c) strukturnya harus ditopang secara proporsional oleh berbagai sektor pendukungnya, baik dari pendekatan permintaan agregat maupun penawaran agregat.

    Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2013 t e l a h m e n g a m a n a t k a n b a h w a pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dicapai melalui kegiatan ekonomi yang banyak menyerap tenaga kerja dan mengurangi pengangguran/kemiskinan.

    Sejauh mana peran Pemerintah dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas?Sebenarnya yang berperan dalam pertumbuhan ekonomi yang tidak hanya pemerintah. Sektor swasta dan rumah tangga juga berperan penting. Lihat saja pada rumus GDP untuk menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara dimana Y = C + I + G + (x-m). Peran pemerintah (G) berupa seberapa besar pengeluaran pemerintah yang tercermin pada alokasi belanja di APBN. Semakin besar pengeluaran pemerintah maka semakin besar pula peran pemer in t ah da l am mendukung pertumbuhan ekonomi. Peran tersebut sering pula dinyatakan oleh berapa besar ratio pengeluaran pemerintah terhadap GDP.

    Namun sesungguhnya peran pemerintah tidak hanya terletak pada besarnya alokasi belanja dalam APBN. Tapi juga dengan menggul irkan kebi jakan-kebijakan berupa peraturan yang dapat menciptakan iklim investasi yang sehat, sehingga ada dana segar yang masuk ke dalam negeri. Tak kalah penting adalah jaminan kepastian hukum serta stabilitas keamanan. Misal, demo buruh atau sweeping yang terus menerus terjadi akan menyebabkan ancaman investor akan merelokasi investasinya ke negara lain yang lebih aman atau murah tenaga kerjanya. Disamping itu, pemberian intensif pajak sebagai aspek pemicu pertumbuhan ekonomi maupun aspek

    Oleh karena itu, penjabaran tema pembangunan RKP 2013 tetap dalam koridor untuk menjalankan empat jalur strategi pembangunan, yakni mendorong

    pertumbuhan (pro-growth), memperluas k e s e m p a t a n k e r j a ( p r o - j o b ) , menanggulangi kemiskinan (pro-poor), serta merespon persoalan-persoalan perubahan iklim (pro-environment). Oleh karena itu, sasaran utama pembangunan nasional 2010-2014 yang akan dicapai pada tahun 2013 dalam kerangka peningkatan kesejahteraan rakyat, adalah tercapainya pertumbuhan ekonomi pada kisaran 6,87,2 persen, menurunnya pengangguran terbuka menjadi 5,86,1 persen, dan menurunnya tingkat kemiskinan menjadi 9,510,5 persen. Perekonomian yang tumbuh berkualitas diharapkan mampu memberikan ruang yang lebih besar bagi terciptanya perluasan kesempatan kerja dan menurunnya tingkat kemiskinan, sehingga makin banyak keluarga Indonesia yang d a p a t m e n i k m a t i h a s i l - h a s i l pembangunan.

    Terkait dengan penciptaan kesempatan kerja, kinerja perekonomian domestik yang cukup baik selama ini telah mampu memberikan dampak positif bagi perluasan kesempatan kerja dan penurunan tingkat pengangguran. Selama periode 2007 hingga Februari 2012, terjadi peningkatan jumlah penduduk usia produktif sebesar 9,5 persen, yang diiringi peningkatan jumlah penduduk yang bekerja dari 99,93 juta jiwa menjadi 112,8 juta jiwa atau telah tercipta peningkatan kesempatan kerja sebesar 12,9 persen. Dengan perkembangan tersebut, telah terjadi penurunan tingkat pengangguran dari 9,11 persen pada tahun 2007 menjadi 6,32 persen pada F e b r u a r i 2 0 1 2 . M e m b a i k n y a perekonomian domestik yang disertai dengan penurunan tingkat pengangguran pada tahun 2007-2011 juga berdampak pada penurunan tingkat kemiskinan di tanah air, hingga pada September 2011 menjadi 12,36 persen, atau telah terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 130 ribu jiwa dibandingkan bulan Maret 2011.

    Apa parameter pencapaian APBN 2013 dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi tersebut?Paremeternya yang paling mudah d i i den t i f i k a s i ada l ah b i l a y ang

    alah satu sasaran pembangunan dalam RKP 2013 adalah agar Sperekonomian nasional diharapkan

    mampu tumbuh lebih baik pada tahun 2013. Perekonomian yang tumbuh juga harus disertai dengan peningkatan kesejahteraan rakyat. Oleh sebab itu, pemerintah terus gencar mewacanakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang dicapai harus berkualitas.

    Tentu timbul pertanyaan, pertumbuhan ekonomi yang berkualitas seperti apa yang ingin diwujudkan oleh Pemerintah. Selain itu, peran serta dan tindakan apa yang dilakukan agar pertumbuhan tersebut tercapai. Pertumbuhan ekonomi pada suatu sektor ekonomi seharusnya mampu mendorong perkembangan pada sektor lainnya, begitu Direktur Penyusunan APBN, P u r w i y a n t o , M A m e n g a w a l i pembicaraannya dengan Mujono dan Dana Hadi (photographer) dari Warta Anggaran pertengahan November 2012 yang lalu. Berikut ini petikan wawancara melengkapi Edisi Khusus 25 Warta Anggaran :

    Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas?Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas itu berhubungan erat dengan sustainable economic growth yaitu pertumbuhan ekonomi apa yang dapat menghidupi dirinya sendiri. Artinya pertumbuhan ekonomi pada suatu sektor ekonomi akan memicu pertumbuhan atau perkembangan sektor ekonomi yang lainnya.

    J i k a e ko n o m i t u m b u h , n a mu n pertumbuhan tersebut didasarkan pada import yang tinggi, maka bisa dikatakan per tumbuhan te r sebu t kurang berkualitas. Karena pertumbuhan tersebut sangat bergantung pada negara lain.

    Secara umum, ada tiga syarat yang harus d i p e n u h i d a l a m m e n c i p t a k a n pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas, yaitu (a) mampu membuka lapangan kerja serta bisa menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan, (b) bersifat inklusif dan berdimensi

    LAPORAN UTAMA

    29WARTA ANGGARAN | Edisi 24 Tahun 2012

  • mewujudkan pencapaian tersebut?S t r a t e g i u n t u k m e w u j u d k a n pertumbuhan ekonomi yang berkualitas telah dituangkan dalam RKP 2013. Berbicara strategi maka erat kaitannya dengan tantangan yang kita dihadapi. Sebagaimana tertuang dalam RKP 2013 beberapa tantangan yang kita hadapi meliputi mendorong percepatan per tumbunan ekonomi, menjaga stabilitas ekonomi dan mempercepat pengurangan pengangguran dan kemiskinaan.

    Peningkatan iklim investasi dan usaha, percepatan pembangunan infrastruktur (national connetivity), penciptaan kesempatan kerja khususnya tenaga kerja muda, peningkatan ketahanan pangan melalui pencapaian surplus beras 10 juta ton, pembangunan Minimum Essential Force merupakan sebagian strategi yang d icanangkan pemer int ah da lam menghadapi tantangan diatas.

    D i samping i tu , dengan kond i s i perekonomian global yang masih diselimuti ketidakpastian maka penguatan ekonomi domestik menjadi kunci agar perekonomian dapat tumbuh kondusif. Untuk menunjang perekonomian domestik tersebut diperlukan kebijakan f i ska l yang mampu mendorong

    p e r t u m b u h a n e k o n o m i y a n g berkelanjutan.

    ditargetkan/diharapkan dapat tercapai. Tentu dengan syarat faktor-faktor internal bersifat stabil/given atau asumsi-asumsi yang ditetapkan tidak berubah. Namun, kesuksesan dapat juga dapat d i l ihat b i la pemerintah mampu menjaga/mengendalikan perekonomian a t au memin ima l i s i r penurunan pertumbuhan ekonomi jika terjadi krisis global.

    Maksudnya, bila pertumbuhan ekonomi itu turun yang disebabkan oleh krisis global (misal harga minyak dunia naik) apakah bisa dikatakan pemerintah gagal ? Jadi harus dilihat secara komprehensif tidak bisa parsial. Maka, jika ada yang berpendapat bahwa peran pemerintah itu dikaitkan atau dihubungkan pada hasil akhir, menurut saya itu kurang pas. Karena sebetulnya peran pemerintah itu pada kebijakan yang dibuat.

    Dalam konteks kita, pemerintah telah mentargetkan penurunan kemiskinan menjadi sebesar 9,5% s.d 10,5%. Dan setiap pertumbuhan ekonomi sebesar 1 % ditargetkan dapat menyerap sekitar 450.000 tenaga kerja, dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 5,8% s.d 6,1%. Apa strategi yang akan dilakukan untuk

    foto: dok. pribadi

    LAPORAN UTAMA

    30 WARTA ANGGARAN | Edisi Khusus Tahun 2012

  • dampak multiplier yang lebih besar dan berkelanjutan.

    Belanja modal merupakan komponen belanja utama yang memiliki dampak multiplier besar dan berkelanjutan. Hal ini karena belanja modal itu sifatnya pengeluaran untuk pembayaran perolehan aset dan/atau menambah nilai aset tetap/aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan melebihi batas minimal kapitalisasi aset tetap/aset lainnya yang ditetapkan Pemerintah.

    Namun demikian, upaya peningkatan belanja modal tersebut terkendala oleh sempitnya ruang fiskal akibat besarnya porsi pengeluaran wajib. Sehingga ruang bagi pemerintah untuk bermanuver relat i f sempit . Oleh sebab itu , pemerintah mengupayakan untuk lebih menambah proporsi belanja yang produktif dan mengurangi belanja yang kurang produktif.

    Hal ini dapat dilihat dari perkembangan proporsi belanja modal terhadap belanja pemerintah pusat yang terus mengalami kenaikan. Dari 12,7 persen pada tahun 2007 dan menjadi 17,0 persen pada tahun 2013. Di samping itu, di luar alokasi anggaran belanja modal sebesar Rp193,8 triliun tersebut pada tahun 2013, pemerintah masih mengalokasikan anggaran cadangan untuk: (1) anggaran infras truk tur untuk peningkatan pembangunan infrastruktur dan energi; (2) pemetaan dan pembangunan shelter di daerah rawan bencana; dan (3) penyelesaian pembangunan perumahan warga baru di Nusa Tenggara Timur. Anggaran cadangan tersebut berpotensi meningkatkan alokasi anggaran belanja modal.

    Tentu banyak tantangan yang harus d i h a d a p a i d a l a m mew u j ud ka n pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Tantangan apa saja yang harus dihadapi baik yang berasala dari perekonomian global maupun domestik?Tantangan itu tidak hanya berasal dari dalam, tapi juga dari pihak ekstern seperti gejolak ekonomi global. Khusus untuk tantangan yang diakibatkan gejolak

    ekonomi global maka dapat kita sikapi dengan kebijakan pengetatan import terhadap produk-produk yang bisa dibuat didalam negeri.

    Untuk tantangan dari dalam, maka dibutuhkan perubahan atau penyamaan persepsi antara pemerintah dan para pelaku ekonomi. Sehingga permasalahan yang terjadi dibidang ekonomi dapat identifikasi secara tepat. Agar penentuan prioritas pembangunan juga dapat tepat sesuai permasalahan yang terjadi.

    Di tahun 2013, proses pemulihan ekonomi dunia memang menghadapi berbagai tantangan yang juga dapat memberikan pengaruh terhadap kondisi perekonomian domestik sehingga perlu diwaspadai dan diantisipasi dampaknya. Krisis utang yang masih dialami oleh beberapa negara di Eropa diperkirakan masih akan berlanjut. Krisis utang tersebut berdampak pada aktivitas ekonomi di wilayah Eropa, termasuk kegiatan industri manufaktur, investasi maupun arus modal. Sementara itu, Amerika Serikat (AS) pada awal 2013 harus dapat memenuhi komitmennya untuk memangkas anggaran belanja dan menaikkan target pajak (fiscal cliff). Hal lain yang patut diwaspadai adalah risiko perlambatan ekonomi Cina sebagai partner dagang utama Indonesia.

    Mengingat negara-negara kawasan Eropa dan negara maju merupakan tujuan e k s p o r u t a m a n e g a r a - n e g a r a berkembang, maka pelemahan ekonomi yang terjadi menyebabkan penurunan permintaan ekspor atas berbagai produk dari negara-negara berkembang. Hal tersebut pada gilirannya menjadi beban baru bagi perekonomian negara berkembang, khususnya yang memiliki eksposur perdagangan internasional tinggi terhadap kawasan Eropa dan negara maju seperti Cina, India, Singapura, dan Indonesia.

    Khusus untuk Indonesia, perlambatan ekspor dan impor mulai terdeteksi sejak akhir tahun 2011. Pada Oktober 2011 misalnya, kinerja ekspor dan impor hanya tumbuh masing-masing 17,8 persen dan 28,2 persen, atau jauh lebih rendah bila

    terbuk t i dengan d i te t apkannya penanggulangan kemiskinan sebagai salah satu perioritas nasional. Dalam upaya mewujudkannya maka Pemerintah menetapkan arah kebijakan untuk mendukung penurunan t i ngka t kemiskinan pada tahun 2013, yaitu: (1) mendorong terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan padat karya (pro-growth & pro-job), khususnya pertumbuhan sektor-sektor usaha yang melibatkan orang miskin pro-poor; (2) menjaga kestabilan produksi dan ketersediaan stok bahan pangan; (3) meningkatkan keberdayaan dan kemand i r i an masyaraka t un tuk berpartisipasi aktif dalam memperkuat