direktorat jenderal pelayanan kesehatanyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/warta yankes ed 1...

52
01 2016 Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal ginjal hampir di seluruh dunia. Indepth News Transplantasi Ginjal 04 Perubahan nama ini menjadi satu langkah kecil dari kebijakan strategis Kementerian Kesehatan, Laporan Utama Saya Yankes 13 Reportase Perpres No.19 / 2016 21 DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN Penyesuaian iuran jaminan kesehatan guna peningkatan kualitas Pelayanan Kesehatan

Upload: duongngoc

Post on 29-Jul-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

GILIR AN SAK IT, B ARU INGAT

KESEHATAN ITU PENTING

012016

Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal ginjal hampir di seluruh dunia.

Indepth NewsTransplantasi Ginjal04

Perubahan nama ini menjadi satu langkah kecil dari kebijakan strategis Kementerian Kesehatan,

Laporan UtamaSaya Yankes13

ReportasePerpres No.19 / 2016

21

DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN

DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANKEMENTERIAN KESEHATAN R.I Penyesuaian iuran jaminan kesehatan guna

peningkatan kualitas Pelayanan Kesehatan

Page 2: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

GILIR AN SAK IT, B ARU INGAT

KESEHATAN ITU PENTING

012016

Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal ginjal hampir di seluruh dunia.

Indepth NewsTransplantasi Ginjal04

Perubahan nama ini menjadi satu langkah kecil dari kebijakan strategis Kementerian Kesehatan,

Laporan UtamaSaya Yankes13

ReportasePerpres No.19 / 2016

21

DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN

DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANKEMENTERIAN KESEHATAN R.I Penyesuaian iuran jaminan kesehatan guna

peningkatan kualitas Pelayanan Kesehatan

Page 3: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal
Page 4: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

Perubahan itu PastiAwal tahun 2016, Kementerian Kesehatan mengimplementasikan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada tanggal 29 September 2015. Dengan adanya peraturan ini membawa perubahan bagi setiap organisasi dibawah Kementerian Kesehatan, diantaranya Ditjen Bina Upaya Kesehatan yang sekarang menjadi Ditjen Pelayanan Kesehatan.Perubahan nama ini menjadi satu langkah kecil dari kebijakan strategis Kementerian Kesehatan, karena kita melihat tuntutan perubahan dan perkembangan yang semakin dinamis. Sehingga struktur organisasi pun harus dapat menyesuaikan, sekaligus dengan para pimpinan di lingkungan Ditjen Pelayanan Kesehatan.

Hal ini juga membawa perubahan nama Warta BUK berganti menjadi Warta Yankes. Saat ini Warta Yankes edisi I menyajikan informasi terkait perubahan organisasi dan tata kerja. Selanjutnya, menampilkan rubrik Indepth News yang mengulas isu atau berita yang berkembang di masyarakat terkait transplantasi organ di Indonesia. Informasi terkini, telah terbit Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan yang diulas dari aspek kepesertaan, iuran, aspek pelayanan kesehatan, aspek penyelenggaraan, pembiayaan, aspek mutu dan pengawasan. Serta berbagai informasi lainnya.

Pada kesempatan ini, Redaksi mengucapkan selamat telah dilantiknya Dirjen Pelayanan Kesehatan, dr. Bambang Wibowo, Sp.OG (K), MARS beserta Pimpinan Tinggi Pratama dan Pejabat Administrasi di lingkungan Ditjen Pelayanan Kesehatan. Semoga amanah dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya.

salam redaksi

selamat Membaca !

Sekretaris Ditjen Pelayanan KesehatanDr. dr. agus hadian rahim, sp. Ot (K), M.epid, Mh. Kes

1

Page 5: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

CONTENTS

INdoNesIa juga mampu transplantasi ginjal

04

07

13

“Transplantasi pertama kali berhasil diumumkan pada 4 Maret 1945 di Rumah Sakit Peter Bent Brigham di Boston, Massachusetts. Operasi pertama ini dilakukan oleh Dr. Joseph E. Murray, yang pada tahun 1990 menerima nobel dalam fisiologi atau kedokteran. ,”

t SuSuNaN rEdakSi

PENaNgguNg Jawab Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan

rEdakTur - Dr. dr. Agus Hadian Rahim, SpOT (K), M.Epid, MH.Kes

- Yuliana Sriwahyuni, SH, MH

PENyuNTiNg- dr. Yuwanda Nova, SH, MARS

- Eti Ekawati, SH, MH

- Ani Mindo Chaerani, SE

- Auliyana Zahrawani T, SKM

- Denny Sugarna

- Inu Wisnujati, S.Kom

- Desi Syetiani, S.Sos

- dr. Asral Hasan, MPH

- Teti Ratnawati, S.Sos, MM

- dr. Agus Kamal Purba, MPH

- Retna Pusparini, S.Kep

- Siti Fatimah. S.Sos

graPhiC dESigN- Lydia Okva Anjelia, S.I.Kom

- Rachmat Fathoni, S.Sos

- Rohmad Fajri Susetyo, S.I.Kom

FOTOgraFEr - Ika Juniarti, S.Sos

- Dini Iswari Putri, S.I.Kom

SEkrETariaT - Ahmad Rifai, SH

- Leonardo Michael Matitaputty, SH

- Diyan Sri Harnanto, SH

- Bayu Koli Nugroho, SH

- Meidina Terianawati, ST

COvEr dESigN- shutterstock

11

Celah Tindak pidana pada Transplantasi ginjal

Siapapun pasti terkejut ketika dihadapkan dengan

kenyataan bahwa ia mengalami gagal ginjal.

LapoRaN uTama

saya yaNkesLima tahun, bukanlah waktu yang singkat untuk membawa sebuah

perubahan.

Cuci darah Bukan akhir segalanya, Transplantasi ginjal jawabannya

02

Page 6: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

18

22

33

Re-organisasi ini tentunya membawa perubahan pula pada tubuh jabatan struktural di lingkungan Ditjen Pelayanan Kesehatan

Masyarakat pada umumnya lebih memilih pengobatan

mana yang cocok dan tidak cocok

16

27

17

42

FOTO bErSaMa dirJEN yaNkES

PROSPEK PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI ‘DI FASILITAS KESEHATAN

TONgkaTESTaFET

kEPEMiMPiNaN

Pengaduan Pelayanan JKn.

laPorKan...!!!

Masyarakat Indonesia sudah merasakan berjalannya Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Jadilah MaSyarakaT CErdaS

MEMilih PENgObaTaN

sekaRaNg

TuTI asWaNI dr. Tri muhammad Hani, maRs

03

Page 7: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

INdoNesIa juga mampu TRaNspLaNTasI gINjaL

“Transplantasi pertama kali

berhasil diumumkan pada 4

Maret 1945 di Rumah Sakit

Peter Bent Brigham di Boston,

Massachusetts. Operasi pertama

ini dilakukan oleh Dr. Joseph E.

Murray, yang pada tahun 1990

menerima nobel dalam fisiologi

atau kedokteran. ,”

RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN

RSUP H. ADAMMALIK

RSUP dr. CIPTOMANGUNKUSUMO

RSUP dr. HASAN SADIKIN

RSUP dr. SARDJITO RSUD dr. SYAIFUL ANWAR

RSUP dr. KARIADI

RSUD dr. MOEWARDI

RSUD dr. SOETOMO

RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU

RSUP dr. M HOESIN

RSUP DR. MDJAMIL

Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal ginjal hampir di seluruh dunia. Tidak dapat dipungkiri bahwa transplantasi ginjal di Indonesia belum dilaksanakan secara optimal. Namun, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan berkomitmen akan terus melakukan pengembangan pelayanan Transplantasi Ginjal di Indonesia.

Transplantasi ginjal di luar negeri memang lebih populer dibandingkan dengan cuci darah. Pada kenyataannya biaya cuci darah Di Indonesia memang menjadi beban pembiayaan negara yang sangat tinggi, dimana ada sekitar 55,000 penduduk Indonesia melakukan dialisis atau cuci darah setiap tahunnya. Jika dibandingkan, transplantasi ginjal ternyata lebih murah dengan cuci darah yang dilakukan terus-menerus dalam kurun waktu tertentu.

INdepTH NeWs

PENgEMbaNgaN rS PuSaT TraNSPlaNTaSi giNJal

04

Page 8: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

Di Indonesia, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menjadi rumah sakit di kawasan Asia Tenggara yang sampai tahun 2014 telah berhasil melakukan transplantasi ginjal dengan teknik laparoskopi sebanyak 100 kali. Di Indonesia, transplantasi ginjal pertama kali memang dilakukan di RSCM tanggal 11 November 1977, yang dipimpin oleh Prof. Otta dari Tokyo, dengan ginjal donor yang berasal dari adik pasien gagal ginjal tersebut. Prof. Otta yang telah berjasa membantu cangkok ginjal pada 2 pasien pertama di RSCM. Pada operasi ketiga, baru dilakukan seluruhnya oleh dokter Indonesia. Dengan pencapaian yang mampu diraih rumah sakit pemerintah ini, terbukti bahwa kemampuan rumah sakit di Indonesia tak kalah hebat dari rumah sakit dengan kualitas terbaik di luar negeri.

Sejak 2013 lalu, sebanyak 14 rumah sakit telah menyatakan komitmennya dalam pelayanan transplantasi ginjal, diantaranya RSUPN Ciptomangunkusumo Jakarta, Rumah Sakit PGI Cikini Jakarta, RSUP Kariadi Semarang, RSPAD Gatot Subroto Jakarta, RSUD Dr. Sutomo Surabaya, RSUP Sardjito Yogyakarta, RS Pringhadi Medan, RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, RSUP M Djamil Padang, RSUP sanglah Denpasar, dll. Selain RSCM, berikut daftar sukses rumah sakit di Indonesia yang berhasil melakukan transplantasi ginjal.

RSUP M Djamil Padang Sukses Operasi Transplantasi Ginjal Pertama (2010)

Di Kota Padang, seorang istri rela berbagi ginjal dengan sang suaminya. Pasangan suami istri Dwi Widyawati Renita Putri (42th) dan Asri Rostian (49 th) berhasil dengan selamat setelah menjalani transplantasi ginjal yang pertama kali dilaksanakan di RSUP M Djamil Padang dan juga pertama kali dilaksanakan di rumah sakit di luar pulau jawa. Keberhasilan operasi dilakukan oleh 20 tim dokter dari RSUP M Djamil Padang bersama RSCM Jakarta.

RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Operasi Transpantasi Ginjal Pertama (2014)

Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan, RSHS lakukan operasi transplantasi ginjal pertama pada 15 November 2014. Dengan jumlah tim sekitar 60 orang yang terdiri dari berbagai disiplin, diantaranya Penyakit Dalam, Bedah, Anastesi, Urologi, Bedah Urologi, Bedah Vaskuler, Radiologi, Patologi Anatomi, Kedokteran Nuklir, Kedokteran Forensik, Psikiatri, Farmasi, Gizi dan tenaga kesehatan lainnya.

Operasi diawah koordinasi dr. Tjahyodjati, SpB, SpU dengan pendampingan dari Tim RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo berlangsung selama 5 jam. Pasien yang mendapatkan transplantasi (resipien) adalah DNS (32) yang diketahui mengalami gagal ginjal sejak September 2013. DNS warga Kecamatan Buah Batu Bandung yang berprofesi sebagai seorang dokter ini mendapatkan donor dari NNS, kakak kandung pasien.

“RSUP Sanglah Denpasar Sukses Trasnplantasi Ginjal Pertama”

Di wilayah Indonesia Timur, masyarakat kini dapat melakukan transplantasi ginjal di RSUP Sanglah. Pada tanggal 18 Januari 2016 RSUP Sanglah telah melakukan operasi transplantasi yang pertama. RSUP Sanglah Bali mencanangkan program Transplantasi Ginjal sebagai pengembangan pelayanan di Bali dan di wilayah Indonesia Timur. Program ini sejalan dengan program penanggulangan penyakit ginjal terminal Kementrian Kesehatan, yang menunjuk beberapa RS tipe A termasuk RSUP Sanglah dalam pelayanan Cangkok Ginjal. Langkah awal program transplantasi ginjal di RSUP Sanglah diampu oleh tim Transplantasi Ginjal RS-Cipto Manngunkusumo/FK-UI Jakarta.

05

Page 9: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

PENYEBAB PENYAKIT GINJAL DI INDONESIA

56

4

7

8

9 10 1

2

Sumber : 7th Annual report of Indonesia Renal Registry (2014)

10 %27 %

1 %37 %

1 %1 %7 %7 %7 %2 %

Page 10: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

Siapapun pasti terkejut ketika dihadapkan dengan kenyataan

bahwa ia mengalami gagal ginjal. Suatu kondisi dimana salah satu organ dalam tubuh tidak mampu lagi menjalankan fungsinya. Dalam kondisi ini, ginjal tidak dapat mengeluarkan sisa-sisa makanan dan mempertahankan cairan elektrolit didalam tubuh. Tidak hanya itu, dapat juga mengganggu metabolisme tulang dan pembentukan sel-sel darah merah. Jika ini terjadi dan lalu dibiarkan, tentu saja akan berpengaruh buruk bagi penderita. Tanpa penanganan yang tepat, gagal ginjal akan mengakibatkan penumpukan racun, cairan ekstra dan mineral berbahaya dalam darah yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.

Ginjal berbentuk seperti kacang, yang terdiri dari sepasang organ, kiri dan kanan dengan ukuran sekitar 10-12 cm atau sebesar kepalan tangan, terletak di dekat tengah punggung, tepat di bawah tulang rusuk, berada di setiap sisi tulang belakang. Ginjal

mengandung sekitar satu juta nefron atau saringan darah yang sangat kecil. Ibarat mesin pengolah yang sangat canggih, setiap harinya ginjal memproses sekitar 200 liter darah untuk menyaring sekitar 2 liter produk limbah dan air ekstra. Limbah dan air ekstra akan menjadi urin, yang mengalir ke kandung kemih melalui tabung yang disebut ureter. Kandung kemih menyimpan urin sampai melepaskannya melalui buang air kecil.

“Jika fungsi ginjal terganggu, disitulah mulai muncul gangguan metabolisme. Ketidakseimbangan mengakibatkan tubuh tidak dapat mengeluarkan sisa-sisa makanan, mempertahankan cairan tubuh, bahkan menganggu pembentukan tulang dan pembentukan sel-sel darah merah,” ungkap dr. Maruhum Bonar H. Marbun SpPD-KGH, Tim Transplantasi Ginjal RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta saat ditemui Warta Yankes di Divisi Ginjal Hipertensi FKUI/RSCM, Jumat (11/3).

Hati-hati bagi Anda yang memiliki

garis keturunan penderita Diabetes Melitus dan Hipertensi. Karena data 7th Report of Indonesian Renal Registry (IRR) pada tahun 2014, Hipertensi dan Diabetes masih menempati posisi pertama dan kedua sebagai penyebab gagal ginjal, dengan persentase ginjal hipertensi 37% diikuti oleh nefropati diabetika sebanyak 27%.

Namun, faktor risiko gagal ginjal saat ini terjadi bukan hanya bagi orang tua yang mengalami hipertensi dan diabetes. Gangguan autoimun dan infeksi juga dapat menyebabkan gagal ginjal. Anak-anak dan usia produktif juga mempunyai faktor risiko yang sama, karena diakibatkan oleh glomerulopati primer (GNC) yang memberikan proporsi yang cukup tinggi sampai 10%. Kemudian diikuti dengan gangguan penyumbatan saluran kemih atau Nefropati Obstruksi sebanyak 7%, karena Asam Urat sebanyak 1%, Penyakit Lupus sebanyak1% dan penyebab lain sebanyak 18%

“Faktor risiko, bukan ada hanya pada

CuCi darah bukaN akhir SEgalaNya,

TraNSPlaNTaSi giNJal JawabaNNya

07

Page 11: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

orang tua dan orang yang mengalami garis keturunan hipertens dan diabetes. Bagi anak-anak dan usia produktif, kecenderungan glomerulopati primer lebih besar. Maka, hati-hati dari sekarang, perbaiki pola hidup.,” jelasnya.

Ketika menghadapi pasien gagal ginjal, tidak banyak orang yang lantas kemudian menerima begitu saja bahwa ia mengalami gagal ginjal. Padahal, pengobatan dan penanganan yang terlambat akan berpengaruh buruk bagi pasien.

“Pasien ketika diberitahu terkait gagal ginjal yang dialaminya, biasanya tidak langsung percaya. Ia kemudian mencari tahu ke dokter lain sebagai second opinion, bahkan ada pula yang memakai jalur pengobatan alternatif. Tapi setelah mentok, kembali lagi ke rumah sakit. Seharusnya penanganan pengobatan segera dilakukan,” kata dr. Bonar.

Tatalaksana pasien gagal ginjal terdiri dari, Hemodialisis (HD) atau yang lebih sering kita sebut dengan cuci darah. Menurut dr. Bonar, HD merupakan cara atau penanganan yang paling banyak dilakukan oleh pasien gagal ginjal di Indonesia. Kedua, Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD), dan ketiga transplantasi ginjal.

Sampai saat ini, penanganan yang lebih populer di Indonesia adalah HD atau cuci darah. dr. Bonar menyayangkan dimana kemampuan Indonesia dalam penanganan gagal ginjal baru sebatas cuci darah.

Sementara untuk CAPD, pasien biasanya takut terjadi infeksi karena CAPD harus dilakukan secara mandiri. Tidak banyak yang memilih karena banyak pasien yang merasa tidak mandiri. CAPD Kadang menjadi pilhan kedua. Setelah itu, jika pasien punya donor, baru disiapkan untuk transplantasi.

“Kalau di Luar Negeri, yang namanya orang gagal ginjal, segera dimasukan dalam program transplantasi ginjal. Terlebih lagi bagi penderita gagal ginjal pada anak. Gagal ginjal pada anak harus langsung masuk kedalam program tranplantasi ginjal. Jika ditunda lama, pembuluh darahnya semakin jelek dan untuk dilakukan tindakan tidak begitu baik,” lengkapnya.

Cuci darah menurut dr. Bonar pada dasarnya merupakan terapi pengganti sebelum masuk ke program transplantasi ginjal. Indonesia telah mampu melakukan transplantasi ginjal. Namun, sejumlah penanganan kasus ginjal kronik melalui transplantasi ginjal selama ini masih menemui sejumlah hambatan.

Perkembangannya masih sangat

terbatas di Indonesia, salah satunya terkait pemerataan pelayanan kesehatan, dimana kemampuan melakukan prosedur transplantasi ginjal baru bisa dilakukan di sejumlah rumah sakit di Indonesia. Menumpuknya jumlah pasien dan daftar antri tunggu untuk prosedur transplantasi merupakan permasalahan yang terjadi di lapangan. Bukan hanya itu, keterbatasan lainnya juga dari segi pembiayaan. Tingginya biaya transplantasi ginjal di Indonesia seringkali dianggap penyebab enggannya masyarakat untuk melakukan transplantasi ginjal. Walaupun saat ini telah ada Jaminan Kesehatan Nasional ( JKN) melalui BPJS.

“Biaya transplantasi ginjal yang dicover BPJS hanya sebesar 250 Juta. Padahal, trasnplantasi ginjal sendiri dapat menghabiskan biaya 350-400 juta rupiah. Hal ini lah yang menyebabkan mengapa pasien kemudian membayar ratusan juga untuk penanganan ini. Kekurangan pembiayaan ini yang pada akhirnya dibebankan pasien atau rumah sakit.

“Sejak Desember 2015 lalu BPJS telah menghitung kembali biaya transplantasi ginjal, terutama difokuskan menghitung biaya yang akan dikeluarkan untuk persiapan dan perawatan pendonor sebelum dan sesudah tindakan transplantasi. Selama ini kan BPJS hanya mengkoding untuk orang sakit. Pendonor ini kan orang sehat, maka dari itu kenapa selama ini tidak masuk koding BPJS,” jelasnya.

Saat ini diperkirakan 25 Juta penduduk Indonesia mengalami gangguan fungsi ginjal. Pertumbuhan kasus ginjal kronik stadium akhir di Indonesia mencapai 2000 kasus baru per tahun. Dari 70,000 kasus ginjal tahap akhir di Indonesia, 10% diantaranya menjalani hemodialisa atau cuci darah. Meski cuci darah bukan akhir dari segalanya, bagi seseorang yang harus melakukan cuci darah dua kali sampai tiga kali seminggu bukanlah pilihan mudah. Karena itu, Transplantasi ginjal adalah sebuah pilihan.

Transplantasi ginjal adalah suatu metode terapi dengan cara memanfaatkan sebuah ginjal sehat (pendonor) melalui prosedur pembedahan. Ginjal akan mengambil

manfaat Transplantasi ginjal

BAGI PENERIMA DONOR

Melakukan kegiatan yang menyehatkan seperti istirahat dan menghabiskan waktu dengan keluarga dan teman

Pemeriksaan fisik, darah, rontgen jantung dan paru-paru

Menjaga kesehatan pikiran dan tubuh

Minum obat sesuai yang diresepkan

01

02

03

04

06

Diet dan melakukan pedoman berolahraga

Jagalah semua janji dengan tim perawatan kesehatan

BAGI PENDONOR

Tim Advokasi terdiri dari sejumlah dokter psikatri. Tim akan mewawancarai calon donor untuk mengidentifikasi kedewasaan, kewarasan dan kemungkinan tindak pidana

Pada tahap ini diselidiki motif seseorang untuk mendonorkan ginjalnya

01

Pemeriksaan tingkat kecocokan donor ditinjau dari 3 aspek yakni : kecocokan golongan darah,03

02

tipe organ, dan pengecekan ulang ke calon penerima donor untuk melihat ada tidaknya infeksi atau reaksi negatif

05

08

Page 12: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

alih fungsi kedua ginjal yang sudah rusak. Ginjal baru bersama ginjal lama yang fungsinya sudah memburuk akan bekerja bersama-sama untuk mengeluarkan sampah metabolisme dari dalam tubuh.

Transplantasi ginjal dirasa sebagian orang dan kalangan lebih baik ketimbang cuci darah. Walaupun harus melalui syarat atau tahap, juga prosedur yang panjang, transplantasi hanya dilakukan 1 kali. Sementara cuci darah memerlukan

ada BeBeRapa pRoseduR yaNg HaRus dILakukaN uNTuk meNeNTukaN peRsIapaN

opeRasI TRaNspLaNTasI gINjaL :

waktu seumur hidup. Dengan transplantasi ginjal, kualitas hidup akan jauh lebih baik.

Lalu bagaimana dengan tingkat keberhasilan transplantasi ginjal? Tingkat keberhasilan transplantasi ginjal diatas lebih 90 persen jika dipersiapkan dengan baik. “Ada protokolnya, ada flow chart-nya. Seharusnya bagus jika dipersiapkan,” tegas dr. Bonar.

Transplantasi ginjal merupakan

terapi yang ideal karena menghasilkan rehabilitasi yang lebih baik dibanding cuci darah dan akan menimbulkan perasaan sehat seperti orang normal. Dengan melakukan transplantasi ginjal, dapat mengatasi seluruh komplikasi yang terjadi akibat penurun fungsi ginjal. Selain itu, lebih unggul dari segi prosedur, kualitas hidup, ketergantungan pada fasilitas medik, maupun biaya.

BAGI PENERIMA DONOR

Melakukan kegiatan yang menyehatkan seperti istirahat dan menghabiskan waktu dengan keluarga dan teman

Pemeriksaan fisik, darah, rontgen jantung dan paru-paru

Menjaga kesehatan pikiran dan tubuh

Minum obat sesuai yang diresepkan

01

02

03

04

06

Diet dan melakukan pedoman berolahraga

Jagalah semua janji dengan tim perawatan kesehatan

BAGI PENDONOR

Tim Advokasi terdiri dari sejumlah dokter psikatri. Tim akan mewawancarai calon donor untuk mengidentifikasi kedewasaan, kewarasan dan kemungkinan tindak pidana

Pada tahap ini diselidiki motif seseorang untuk mendonorkan ginjalnya

01

Pemeriksaan tingkat kecocokan donor ditinjau dari 3 aspek yakni : kecocokan golongan darah,03

02

tipe organ, dan pengecekan ulang ke calon penerima donor untuk melihat ada tidaknya infeksi atau reaksi negatif

05

09

Page 13: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

1Memiliki

riwayat kesehatan yang baik

syaRaT doNoR gINjaL

3Dilakukan

secara sukarela

4Berasal

dari donor hidup

5Tidak boleh

untuk tujuan komersial

2memILIkI

goLoNgaN daRaH yaNg sama

10

Page 14: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

Ternyata perkembangan transplantasi ginjal di Indonesia juga menemui masalah, ketika muncul oknum-oknum yang memanfatkan kondisi terutama dalam hal kebutuhan donor ginjal. Layaknya ‘membeli daging di pasar’, organ manusia ini juga dengan mudah diperjual-belikan.

Pada Januari 2016 lalu, Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia berhasil membongkar sindikat jual-beli ginjal. Dalam transaksi tersebut, pembeli ginjal harus membayar Rp 225-300 juta untuk satu ginjal. Dana tersebut belum termasuk biaya operasi yang juga harus ditanggung pembeli.

Namun, Sebenarnya tidak ada celah dalam melakukan operasi atas perdagangan organ karena sudah diatur dalam UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 64 ayat (3) bahwa “organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjual-belikan dengan dalih apapun”. Dokter yang akan melakukan operasi transplantasi ginjal sudah ada SOP yang jelas di rumah sakit.

“Transplantasi ginjal dilaksanakan oleh tim medis berdasarkan prosedural medis yang terstruktur sesuai SOP”, itulah diungkapkan Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Kementerian Kesehatan RI, dr. Tri Hesty Widyastoeti, Sp.M, MPH bersama dr. Tunggul D. Situmorang, Sp.PD, KGH dalam sebuah acara live talkshow di salah satu tv swasta (18/2).

Maraknya isu praktik jual beli ginjal yang beredar di kalangan masyarakat agaknya mulai menimbulkan berbagai tudingan keterlibatan tim medis dalam tindak komersialisasi tersebut. Pada dasarnya sudah

Undang-undang Kesehatan pasal 192 yang menyebutkan “setiap orang yang dengan sengaja

memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh dengan dalih apa pun sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 64 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). “ Sehingga bagi pelakunya dapat

dijatuhkan hukuman pidana sebagaimana aturan tersebut diatas, dan apabila melibatkan dokter dan rumah sakit maka bisa dicabut izin praktik dan izin

operasionalnya.

terdapat regulasi yang berhubungan dengan kasus tersebut.

Di samping itu, terdapat pula aturan internal yang ditetapkan oleh tiap rumah sakit yang diatur dalam suatu SOP yang yang sangat terstruktur dan ketat.

“Apabila pemeriksaan tim advokasi memberikan hasil yang baik, maka operasi dapat segera dilakukan. Namun, apabila terdapat sedikit saja kecurigaan dalam pemeriksaan tersebut, maka proses segera dihentikan dan tidak dilanjutkan guna menghindari hal-hal yang tidak

diinginkan”, jelas dr. Hesty.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Kemenkes juga berupaya untuk mencegah transaksi jual beli organ dengan membentuk Komite Nasional transplantasi organ jaringan dan sel.

Komite Nasional Transplantasi Organ dan Sel ini juga nantinya akan mengatur bagaimana membuat pendonor teregistrasi dan layak untuk dilakukan transplantasi. Ini tentu saja merupakan regulasi yang diharapkan agar tidak terjadi lagi perdagangan organ di masyarakat.

CELAH TINDAK PIDANA PADA TRANSPLANTASI GINjAL

11

Page 15: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

Legalitas Transplantasi organ di Indonesia

Awal bulan Februari, kita dikagetkan berita penggeledahan RSUP dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta terkait praktik jual

beli ginjal. Hal ini diketahui ketika adanya laporan dari korban yang merasa kesakitan pasca operasi ginjal. Kemudian Bareskrim Mabes Polri melakukan pengembangan kasus kejahatan dan penyelidikan sindikat penjualan organ tubuh.

Sekarang kita tidak berbicara sejauhmana kasus tersebut berjalan, tetapi kita memfokuskan apakah transplantasi ginjal atau organ itu bagian dari praktek legal ? atau regulasi apa yang sudah dibuat Kementerian Kesehatan untuk mengatur transplantasi tersebut ?

Berikut hasil wawancara dengan Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan, dr. Tri Hesty Widyastoeti Marwotosoeko, Sp.M, MPH bersama beberapa media pada waktu dan tempat yang berbeda.

Seperti apa prosedur legal transplantasi organ di Indonesia ?

Jawab :

Terkait dengan mekanisme pemberian donor diatur secara global dalam Undang-Undang Kesehatan, akan tetapi saat ini sedang disusun Peraturan Pemerintah tentang transplantasi organ jaringan dan sel.

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 65 :

Pertama, Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu. Kedua, Pengambilan organ dan/atau jaringan tubuh dari seorang donor harus memperhatikan kesehatan pendonor yang bersangkutan dan mendapat persetujuan pendonor dan/atau ahli waris atau keluarganya. Ketiga, Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Apakah transplantasi organ merupakan praktek legal ?

Jawab :

Tentunya. Karena didasari atas penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan melalui transplantasi organ/jaringan tubuh, implant obat/alat kesehatan, bedah plastik dan rekonstruksi, serta penggunaan sel punca. Tetapi dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk dikomersialkan atau diperjualbelikan. Hal ini juga sudah diatur pada Undang-Undang Kesehatan, Pasal 64.

Kemudian, pada Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia, pada Pasal 17 menjelaskan dilarang memperjual belikan alat dan atau jaringan tubuh manusia.

Tindakan pengusutan dugaan jual beli organ manusia yang melibatkan rumah sakit. Sanksi tegas terhadap RS dan Dokter yang terlibat ?

Jawab :

Apabila telah terbukti bahwa telah terjadi jual beli organ maka hal tersebut adalah tindak pidana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Kesehatan pasal 192 yang menyebutkan “setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh dengan dalih apa pun, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Sehingga bagi pelakunya dapat dijatuhkan hukuman pidana sebagaimana aturan tersebut diatas, dan apabila melibatkan dokter dan rumah sakit maka bisa dicabut izin praktik dan izin operasionalnya.

Apa upaya konkrit dari pihak Kemenkes untuk mencegah transaksi jual beli organ?

Jawab :

Perlu adanya mekanisme kontrol dalam penyediaan cangkok ginjal di Indonesia, misalnya dengan membuat organ centre, sehingga rumah sakit tidak perlu memikirkan asal organ dari pendonor dan lebih fokus kepada proses transplantasinya. Sekaligus, perlu dibuat Komite Nasional transplantasi organ jaringan dan sel, dan setiap donor harus terdaftar oleh Komite Nasional.

Tanggapan atas fenomena jual beli organ yang marak di dunia maya?

Jawab:

Kita memang tidak bisa cegah seseorang menjual ginjalnya, karena memang kita tidak mengatur hal tersebut. Apalagi seseorang yang menjual ginjal karena tuntutan ekonomi. Tetapi, kita harus mengatur regulasi transplantasi, bukan hanya pada ginjal, tapi bisa hati, kornea maupun organ lainnya sampai ke sel punca, oleh karena itu kita namakan sebagai transplantasi organ. Dalam regulasi tersebut yang harus kita atur bagaimana cara menyiapkan mental pendonor sampai pada mengkontrol kualitas organ pendonor.

Untuk mengatasi penjualan ginjal, Kementerian Kesehatan tentunya tidak bisa bekerja sendiri, mengatur setiap orang. Disinilah kita perlu bekerja sama dengan Kepolisian Republik Indonesia untuk menindak tegas apabila adanya indikasi jual beli organ yang dengan jelas dilarang dalam peraturan perundang-undangan.

12

Page 16: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

laPoRaN utaMa

saya yaNkes

lima tahun, bukanlah waktu yang singkat untuk membawa sebuah perubahan. Meneruskan segala visi dan misi yang sudah berjalan

hingga batas akhir tercapai kesuksesan. tepatnya pada tanggal 29 September 2015, Menteri Kesehatan melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 tahun 2015 tentang organisasi dan tata Kerja Kementerian Kesehatan telah melakukan perombakan struktur organisasi dan membawa nama Ditjen Bina upaya Kesehatan menjadi Ditjen Pelayanan Kesehatan.

DIRJEN BERSAMA PIMPINAN UPT

ESELON I&II

13

Page 17: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal
Page 18: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal
Page 19: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

Perubahan nama ini menjadi satu langkah kecil dari kebijakan strategis Kementerian Kesehatan, karena kita melihat tuntutan perubahan dan perkembangan yang semakin dinamis. Sehingga struktur organisasi pun harus dapat menyesuaikan.

Nama Ditjen Pelayanan Kesehatan bukan hanya sekedar dimaknai secara ceremonial saja. Melainkan nama yang memiliki peningkatan dari apa yang pernah kita kerjakan. Dulunya, kita berbuat mengupayakan, namun saat ini kita harus bertindak aktif melayani. Kita tahu tidak ada kesuksesan tanpa upaya dan tidak akan ada upaya, jika kita tidak bertindak. Dengan tindakan melayani inilah, secara otomatis Ditjen Pelayanan Kesehatan turut bekerja meningkatkan pelayanan kesehatan di Indonesia dan menjadikan masyarakat Indonesia Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan.

Jika kita menoleh sejenak ke belakang, Ditjen Bina upaya Kesehatan memiliki 103 jabatan struktural, berbanding dengan saat ini, dimana terjadi perampingan menjadi 79 jabatan struktural. tentunya perampingan ini menjadi bagian dari reformasi dan birokrasi di Kementerian Kesehatan yang

akan menciptakan postur organisasi lebih proporsional, sehingga dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas dan produktifitas organisasi.

Dengan perampingan struktur organisasi artinya pekerjaan serta tanggung jawab yang diberikan Menteri Kesehatan akan semakin terarah. untuk itu, Ditjen Pelayanan Kesehatan diminta mengelola pelayanan kesehatan primer, rujukan, tradisional maupun fasilitas pelayanan kesehatan serta meningkatkan mutu dan akreditasi pelayanan kesehatan. Melalui susunan organisasi (1) Sekretariat Direktorat Jenderal, (2) Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer, (3) Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan, (4) Direktorat Pelayanan Kesehatan tradisional, (5) Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan (6) Direktorat Mutu dan akreditasi Pelayanan Kesehatan.

Foto bersama Dirjen YANKES

16

Page 20: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

tongkat Estafet Kepemimpinan ibarat olahraga lari estafet, pelari berlari

dengan kecepatan penuh dari satu titik ke titik lainnya untuk memindahkan tongkat ke pelari berikutnya. Seperti halnya, sebuah organisasi yang kapan saja bisa silih berganti, diberikan kepada seseorang dengan kompetensi atau gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Dalam pembangunan kesehatan, Ditjen Pelayanan Kesehatan telah melalui tiga belas tongkat estafet kepemimpinan yang tentunya memiliki satu tujuan memberikan akses pelayanan kesehatan yang bermutu kepada masyarakat.

Selama menjadi bagian di Kementerian Kesehatan, ternyata nama Ditjen Pelayanan Kesehatan pernah disadangkan pada era tahun 1975, yang saat itu Direktur Jenderal di pimpin pertama kali oleh Prof. dr. Drajat Prawiranegara. Dan pemimpin kedua

dijabat oleh dr. IGM Brata Ranuh, MPH pada tahun 1978 - 1983.

Nama Ditjen Pelayanan Kesehatan berganti menjadi Ditjen Pelayanan Medik hingga tahun 2005. Pemimpin ketiga tahun 1983 – 1988 dipimpin dr. H. Moh Isa; dr. Broto Wasisto, MPH (pemimpin keempat, periode 1988 – 1993); dr. Soeyoga, MPH (pemimpin kelima, periode 1993 – 1998) dan pada bulan Mei s.d Juni 1998 pemimpin keenam oleh dr. E. Sutarto, SKM. Selanjutnya pemimpin ketujuh, periode 1998 – 2000 dipimpin oleh dr. Sri astuti S Suparmanto, MSc (PH); pemimpin kedelapan, Prof. dr. ahmad Djoyosugito, MHa, FICS (periode 2000 – 2003); dan pemimpin kesembilan, periode Maret s.d Juni 2005 kembali dijabat oleh dr. Sri astuti S Suparmanto, MSc (PH).

tahun 2005, terjadi perubahan nama Ditjen Pelayanan Medik menjadi Ditjen

Bina Pelayanan Medik yang dipimpin oleh dr. Farid W. Husain, Sp.B, KBD (pemimpin kesepuluh, periode 2005 – 2010).

Hal yang sama terjadi pada tahun 2010, nama Ditjen Bina Pelayanan Medik berganti menjadi Ditjen Bina upaya Kesehatan hingga 2015, dengan kepemimpinan saat itu dr. Supriyantoro, Sp.P, MaRS (pemimpin kesebelas, periode 2010 – 2013). Berlanjut tongkat estafet diberikan kepada Prof. dr. akmal taher, Sp.u(K) hingga masa purnabakti (pemimpin keduabelas, periode 2013 – 2015).

Kementerian Kesehatan melakukan re-organisasi di tahun 2016, nama Ditjen Bina upaya Kesehatan kembali menjadi Ditjen Pelayanan Kesehatan, dengan kepemimpinan dr. Bambang Wibowo, Sp.oG(K), MaRS (pemimpin ketigabelas, periode 2016 – saat ini) yang telah dilantik pada tanggal 10 Februari 2016.

10 Februari 2016 - Pelantikan Dirjen Pelayanan Kesehatan , dr.Bambang Wibowo, Sp.OG(K), Mars

17

Page 21: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

Re-organisasi ini tentunya membawa perubahan pula pada tubuh jabatan struktural di lingkungan Ditjen Pelayanan Kesehatan. Menteri Kesehatan Republik Indonesia Prof. dr. Nila Moeloek, Sp.M(K) telah melantik dr. Bambang Wibowo, Sp.oG(K) sebagai Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan. Secara khusus Menkes berpesan bahwa FKtP harus menjadi benteng yang kuat dalam meningkatkan upaya promotif dan preventif sebagai upaya utama dalam mengendalikan biaya kesehatan serta meningkatkan mutu pelayanannya, sehingga masyarakat dapat merasakan kenyamanan, keselamatan dan keamanan yang tinggi dalam menjalankan pengobatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Selanjutnya perubahan pada Pimpinan tinggi Pratama, diantaranya Dr. dr. agus Hadian Rahim, Sp.ot(K), M.Epid, MH.Kes sebagai Sekretaris Ditjen Pelayanan Kesehatan; dr. Gita Maya Koemara Sakti Soepono, MHa sebagai Direktur Pelayanan Kesehatan Primer; dr. tri Hesty Widyastoeti Marwotosoeko, Sp.M, MPH sebagai Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan; Dra. Meinarwati, apt, M.Kes sebagai Direktur Pelayanan Kesehatan tradisional; dr. Eka Viora, Sp.KJ sebagai Direktur Mutu dan akreditasi Pelayanan Kesehatan dan dr. Sigit Priyohutatomo, MPH sebagai Direktur Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Pada kesempatan itu juga, Menkes berpesan agar menjalankan tugas dan lakukan percepatan reformasi birokrasi melalui upaya perbaikan, cari terobosan dan cara baru sehingga dapat membangun sistem pelayanan publik yang berkualitas, bersih dan melayani melalui tata pemerintahan yang baik.

Selain itu, Pejabat administrasi (eselon III dan IV) juga telah dilantik Sekretaris Jenderal Kementerian

Kesehatan. Diantaranya, Sekretariat Ditjen Pelayanan Kesehatan adalah (1) dr. H.R. Soeko Werdi Nindito Daroekosoemo, MaRS sebagai Kabag Program dan Informasi; (2) Yuliana Sriwahyuni, SH, MH sebagai Kabag Hukormasi; (3) Hartono, SKM, M.Kes sebagai Kabag Keuangan dan BMN; (4) Eko Heppy Purwanto, SKM, MM, MaRS sebagai Kabag Kepegawaian dan umum; (5) dr. Indri Yogyaswari sebagai Kasubag Program; (6) dr. ockti Palupi Rahayuningtyas, MPH sebagai Kasubag anggaran; (7) Akhmad Rizki Taufik, ST, M.Kes sebagai Kasubag Informasi dan Evaluasi; (8) Nursal, SH, M.Hum sebagai Kasubag Peraturan Perundang-undangan; (9) Jajang Subagya, SKM, M.KKK sebagai Kasubag organisasi dan tata laksana; (10) dr. Yuwanda Nova, SH, MaRS sebagai kasubag advokasi Hukum dan Humas; (11) Rani, SE sebagai Kasubag Perbendaharaan; (12) Endang Ruhiyat, SE sebagai Kasubag Verifikasi dan akuntansi; (13) tosan Pambudi Witjaksono, SE, MM sebagai Kasubag Pengelolaan Barang Milik Negara; (14) Didik Suharsono, S.Kom sebagai Kasubag Kepegawaian; (15) Erwin Burhanuddin, St sebagai Kasubag

layanan Pengadaan; (16) Imin Suryaman, S.Sos sebagai Kasubag tata usaha dan Rumah tangga.

Selanjutnya, Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer adalah (1) drg. Saraswati, MPH sebagai Kasubdit Puskesmas; (2) drg. Haslinda, M.Kes sebagai Kasubdit Klinik; (3) dr. Novana Perdana Putri sebagai Kasubdit Praktik Perorangan; (4) dr. Ganda Raja Partogi Sinaga adalah Kasie Yankes Puskesmas; (5) dr. Monika Saraswati Sitepu, M.Sc adalah Kasie Penunjang Yankes Puskesmas; (6) dr. Kamal amiruddin, MaRS sebagai Kasie Yankes Klinik; (7) dr. Ernawati octavia, MKM sebagai Kasie Penunjang Yankes Klinik; (8) dr. laode Muhammad Hajar Dony sebagai Kasie Pelayanan Medis; (9) dr. upik Rukmini, MKM sebagai Kasie Pelayanan Non Medis; (10) Rospita Panjaitan, SKM, M.Kes sebagai Kasubag tata usaha.

Kemudian, Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan adalah (1) dr. Nani Hidayanti Widodo, Sp.M, MaRS sebagai Kasubdit Yanmed dan Keperawatan; (2) dr. Mujaddid, MMR sebagai Kasubdit Pelayanan Penunjang; (3) dr. Budi Sylvana, MaRS sebagai Kasubdit Pelayanan

Sekarang YANKES.

18

Page 22: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

Gawat Darurat terpadu; (4) dr. tengku Djumala Sari sebagai Kasubdit Pengelolaan Rujukan dan Pemantauan RS; (5) dr. Ina Rosalina Dadan, Sp.a (K), M.Kes, MH.Kes sebagai Kasubdit RS Pendidikan; (6) dr. Ira Melati, MKM sebagai Kasie Rawat Jalan dan Gawat Darurat; (7) dr. Wiwi ambarwati sebagai Kasie Rawat Inap, Intensif dan Bedah; (8) Dra. Zuharina, apt sebagai Kasie Pelayanan Penunjang Medik; (9) dr. Else Mutiara Sihotang, Sp.aK sebagai Kasie Pelayanan Penunjang Non Medik; (10) dr. Iin Dewi astuti sebagai Kasie Pra Rumah Sakit; (11) dr. Wita Nursanthi Nasution, MaRS sebagai Kasie antar Rumah Sakit; (12) Dr. dr. Yout Savithri, MaRS sebagai Kasie Pengelolaan Pelayanan Rujukan; (13) drg. Idawatylina sebagai Kasie Pemantauan dan Evaluasi Rumah Sakit; (14) dr. Ester Marini lubis, MKM sebagai Kasie Jejaring Rumah Sakit Pendidikan; (15) dr. ady Iswadi thomas sebagai Kasie Pemantauan dan Evaluasi Rumah Sakit Pendidikan dan (15) H. asral Hasan, MPH sebagai Kasubag tata usaha.

untuk Direktorat Pelayanan Kesehatan tradisional adalah (1) Drs. I Gusti Bagus Sarjana, M.Kes sebagai

Kasubdit Yankes tradisional Empiris; (2) dr. Yuniati Situmorang, M.Kes sebagai Kasubdit Yankes tradisional Komplementer; (3) dr. Rinni Yudhi Pratiwi toeloes, M.Pet sebagai Kasubdit Yankes tradisional Integrasi; (4) dr. Gita Swisari, MKM sebagai Kasie Yankes Penyehatan tradisional; (5) Siti Munawaroh, SKM, M.Si sebagai Kasie Yankes asuhan Mandiri; (6) Haryani, SKM, MHSM sebagai Kasie Yankes tradisional Komplementer Mandiri; (7) drg. Puthut tri Prasetyo Sudibagio, MK3 sebagai Kasie Yankes tradisional Komplementer Berkelompok; (8) dr. aldrin Neilwan P, Sp.ak, MaRS, M.Biomed, M.Kes sebagai Kasie Yankes tradisional Integrasi di Fasilitas Kesehatan tingkat Pertama; (9) Darmayanti, SKM, MKM sebagai Kasie Yankes tradisional Integrasi di Fasilitas Kesehatan tingkat lanjutan; dan (10) Priatmo triwibowo, SKM sebagai Kasubag tata usaha.

Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah (1) Ir. Rakhmat Nugroho, MBat sebagai Kasubdit Fasilitas Yankes Primer; (2) H. Suryono Nugroho, BE, St, MM sebagai Kasubdit Fasilitas Yankes Rujukan; (3)

Ir. Hanafi sebagai Kasubdit Fasilitas Yankes Primer; (4) Dra. Rahmi Purwakaningsih, M.Kes sebagai Kasie Sarana dan Prasarana; (5) Sugiarto, St sebagai Kasie Peralatan; (6) R. Muhammad Kosim, MPH sebagai Kasie Sarana dan Prasarana; (7) dr. andry Chandra, MaRS sebagai Kasie Peralatan; (8) Ir. Noverita Dewayani sebagai Kasie Sarana dan Prasarana; (9) agung Nugroho oktavianto, St, M.Si sebagai Kasie Peralatan; dan (10) teti Ratnawati, S.Sos, MM sebagai Kasubag tata usaha.

Selanjutnya, Direktorat Mutu dan akreditasi Pelayanan Kesehatan adalah (1) dr. Kamba Mohamad Taufiq, MMR sebagai Kasubdit Mutu dan akreditasi Yankes Primer; (2) dr. B. Eka anoegrahi Wahjoeni, M.Kes sebagai Kasubdit Mutu dan akreditasi Yankes Rujukan; (3) drg. Risma Sitorus, MPPM sebagai Kasubdit Mutu dan akreditasi Yankes lainnya; (4) drg. Dewi Kartini Sari, M.Kes sebagai Kasie Mutu Pelayanan Yankes Primer; (5) dr. Dewi Irawati, MKM sebagai Kasie akreditasi Pelayanan Yankes Primer; (6) dr. andi ardjuna Sakti, SH, MPH sebagai Kasie Mutu Pelayanan Yankes Rujukan; (7) dr. Desriana Elizabeth Ginting, MaRS sebagai Kasie akreditasi Pelayanan Yankes Rujukan; (8) Siti Romlah, MKM sebagai Kasie Mutu Pelayanan Yankes lainnya; (9) Dini Rahmadian Dewi Rahayu, S.Kp, MKM sebagai Kasie akreditasi Pelayanan Yankes lainnya; (10) Dra. akas Yekti angembani sebagai Kasubag tata usaha.

Kepada pejabat administrasi, Sekjen menekankan bahwa pejabat administrasi merupakan pejabat kunci penggerak roda organisasi yang memegang peranan penting sebagai perencana awal sekaligus pelaksana utama dari proses kerja yang telah ditetapkan. untuk itu, lakukan pengembangan kompetensi, tingkatkan wawasan dan kemampuan untuk membantu pimpinan dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan dengan memegang teguh nilai-nilai Kementerian Kesehatan dan kode etik aparatur Sipil Negara.***

19

Page 23: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

REPORTASEPenyesuaiaan Iuran Jaminan Kesehatan

Guna Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan

Page 24: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional bersama Kementerian Kesehatan RI,

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, dan Asosiasi Rumah Sakit Vertikal Kementerian Kesehatan RI, mengadakan konferensi pers tekait Peraturan Presiden No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden No.12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan pada Rabu, 17 Maret 2016 di Rumah Sakit Dharmais Pusat Kanker Nasional Jakarta.

Menurut Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional Dr. dr. Tb. Rachmat Sentika, Sp.A, MARS, sesuai dengan peraturan perundangan, bahwa maksimal dalam kurun 2 (dua) tahun iuran Program Jaminan Kesehatan harus dievaluasi. Pembahasan terhadap Peraturan Presiden ini sudah dilakukan sejak akhir tahun 2014 di lintas kementerian, baik Kementerian Kesehatan, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Keuangan, Kementerian Hukum dan HAM, Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) dan BPJS Kesehatan, serta stakeholder terkait lainnya.

Hasil pembahasan lintas kementerian tersebut berupa penyesuaian iuran yang tertuang dalam Perpres dan sudah merupakan perhitungan aktuaris oleh para ahli, termasuk rekomendasi dari DJSN. Pertimbangan untuk opsi penyesuaian iuran adalah opsi secara umum untuk keberlanjutan program.

Jika sebelumnya iuran peserta

perorangan kelas III Rp 25.500, kelas II Rp 42.500, dan kelas I Rp 59.500, kini besarannya disesuaikan menjadi Rp 30.000 untuk kelas III, Rp 51.000 untuk kelas II, serta Rp 80.000 untuk kelas III. Ketentuan ini mulai berlaku pada 1 April 2016 mendatang.

Sementara untuk peserta Pekerja Penerima Upah (PPU), baik swasta maupun pemerintah, tidak ada perubahan besaran tarif iuran. Untuk PNS/TNI/Polri/pegawai pemerintah non PNS, proporsi iurannya 3% dibayarkan oleh pemerintah dan 2% dipotong dari gaji pegawai. Bagi peserta PPU dari swasta, besaran iurannya juga tetap sama, yaitu 4% dibayarkan oleh pemberi kerja dan 1% dipotong dari penghasilan karyawan.

Yang berubah dari PPU adalah adanya penyesuaian hak kelas perawatan peserta PPU swasta. Kini kelas II diperuntukkan bagi pekerja dengan penghasilan sampai dengan Rp 4 juta per bulan, sementara kelas I bagi pekerja dengan penghasilan lebih dari Rp 4 juta sampai dengan Rp 8 juta per bulan.

Bagi iuran masyarakat miskin dan tidak mampu yang masuk dalam kategori peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI), tetap dijamin oleh pemerintah sesuai dengan Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Bahkan saat ini, terdapat 57% peserta BPJS Kesehatan (sekitar 92,4 juta jiwa) yang iurannya ditanggung pemerintah.

Sementara itu, Sekjen Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes menjelaskan kenaikan iuran ini juga akan meningkatkan manfaat pelayanan kesehatan. Dia mengklaim peningkatan ini sesuai dengan kenaikan tarif iuran sehingga akan berdampak langsung terhadap kualitas layanan.

“Seperti penyesuaian rasio distribusi peserta dengan fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) seperti puskesmas, klinik pratama, dan dokter praktik perorangan dengan rasio dokter terhadap peserta satu berbanding lima ribu. Ini berarti distribusi pesertanya lebih merata pada setiap FKTP,” tuturnya.

Sedangkan untuk peningkatan akses pelayanan di fasilitas kesehatan yang bekerja sama akan ditambah. Untuk FKTP menjadi 36.309 dan untuk jumlah fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan (FKRTL) menjadi 2.068 buah rumah sakit dan klinik utama.

“Kinerja FKTP terhadap pelayanan kepada masyarakat dapat dilakukan melalui kontrak berbasis komitmen pelayanan sehingga upaya promotif dan preventif berjalan optimal. Penambahan manfaat pelayanan kesehatan yang dirasakan sudah mencakup pelayanan KB (tubektomi interval) dan pemeriksaan medis dasar di rumah sakit (UGD),” tutup Sekjen.

Penyesuaiaan Iuran Jaminan Kesehatan Guna Peningkatan Kualitas Pelayanan

Kesehatan

21

Page 25: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

22

Page 26: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

Masyarakat Indonesia sudah merasakan berjalannya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Tentu program ini membawa sebuah perubahan. Masyarakat kini tidak perlu bingung atau takut bangkrut karena permasalahan tingginya biaya kesehatan yang dialaminya, dengan kata lain biaya out of pocket yang ditanggung sendiri akan berkurang.

Dua tahun pelaksanaan JKN ini, artinya sudah cukup waktu untuk melihat fakta di lapangan maupun hasil evaluasi, apakah terdapat kekurangan maupun kesulitan, yang nantinya dapat menghambat jalannya program ini. Dari hasil inilah, telah dibuat sebuah peraturan yang tertulis, dengan harapan menjadi solusi dari segala hambatan pelaksanaan JKN ini. Dan terbitlah, Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.

Pada kesempatan ini, Saya membedah pasal demi pasal dan perubahan apa yang dibawa. Berikut pokok Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan :

asPeK KePesertaan

Pasal 5 Ayat (1) diubah menjadi : Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya sebagaimana dimaksud dalam Pasal

4 ayat (1) huruf a meliputi Pekerja Penerima Upah, istri/suami yang sah, anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak angkat yang sah, sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.

Catatan : Ayat (1) penegasan Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya sejumlah maksimal 5 orang meliputi Pekerja Penerima Upah, istri/suami yang sah, anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak angkat yang sah.

Pasal 12 Ayat (2) diubah menjadi : Identitas Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa Kartu Indonesia Sehat yang paling sedikit memuat nama dan nomor identitas Peserta yang terintegrasi dengan Nomor Identitas Kependudukan (NIK) kecuali untuk bayi baru lahir dari ibu yang terdaftar sebagai PBI.

Pasal 12 ditambah dengan Ayat (2a) yang berbunyi : Kartu Indonesia Sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan kepada Peserta secara bertahap.

Catatan : Penegasan bahwa identitas Peserta adalah KIS yang terintegrasi dengan NIK dan akan diberikan secara bertahap.

asPeK iuran

Pasal 16 Ayat (3) diubah menjadi : Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan peserta bukan Pekerja dibayar oleh Peserta atau

pihak lain atas nama Peserta.

Catatan : Penegasan bahwa iuran Peserta PBPU dan BP dapat dibayarkan oleh orang lain atas nama Peserta.

Pasal 16A Ayat (1) diubah menjadi : Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta PBI Jaminan Kesehatan serta penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah sebesar Rp 23.000,00 (dua puluh tiga ribu rupiah) per orang per bulan.

Pasal 16A Ayat (2) : Ketentuan besaran Iuran Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2016.

Catatan : Kenaikan besaran Iuran PBI dan penduduk yang didaftarkan Pemerintah Daerah sebesar Rp 19.225,00 menjadi sebesar Rp 23.000,00 per orang per bulan yang berlaku mulai 1 Januari 2016.

Pasal 16D diubah menjadi : Batas paling tinggi Gaji atau Upah per bulan yang digunakan sebagai dasar perhitungan besaran Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Penerima Upah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16C dan pegawai pemerintah non pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16B ayat (1) sebesar Rp 8.000.000,- (delapan juta rupiah).

Catatan : Perubahan batas atas Gaji/Upah per bulan menjadi sebesar Rp 8.000.000,00 (Sebelum perubahan dengan menggunakan perhitungan 2 kali PTKP dengan status kawin dan 1 orang anak).

AB

pokok-pokok peRuBaHaN pada peRpResNomoR 19 TaHuN 2016

dr. tri Muhammad hani, Mars

23

Page 27: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

Pasal 16F diubah menjadi : Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja :

1. Sebesar Rp 30.000,00 (tiga puluh ribu rupiah) per orang per bulan dengan Manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III.

2. Sebesar Rp 51.000,00 (lima puluh satu ribu rupiah) per orang per bulan dengan Manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas II.

3. Sebesar Rp 80.000,00 (delapan puluh ribu rupiah) per orang per bulan dengan Manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas I.

4. Ketentuan besaran Iuran Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mulai berlaku pada tanggal 1 April 2016.

Catatan : Kenaikan besaran Iuran PBPU dan BP menjadi :

1. Dari Rp 25.500,00 menjadi Rp 30.000,00 per orang per bulan dengan Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III.

2. Dari Rp 42.500,00 menjadi Rp 51.000,00 per orang per bulan dengan Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas II.

3. Dari Rp 59.500,00 menjadi Rp 80.000,00 per orang per bulan dengan Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas I

4. Berlaku mulai 1 April 2016.

Pasal 16H ditambah Ayat (4) yang berbunyi : Pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan bagi anggota keluarga yang lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diawali dengan pemberian surat kuasa dari Pekerja kepada Pemberi Kerja untuk melakukan pemotongan tambahan iuran dan menyetorkan kepada BPJS Kesehatan.

Catatan : Penambahan mekanisme pemberian surat kuasa dari Pekerja kepada Pemberi Kerja untuk melakukan pemotongan tambahan iuran dan menyetorkan kepada BPJS Kesehatan untuk pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan bagi anggota keluarga yang lain.

Pasal 17 Ayat (5) yang berbunyi : “Keterlambatan pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) oleh Pemberi Kerja selain penyelenggara negara, dikenakan denda administratif sebesar 2% (dua persen) per bulan dari total iuran yang tertunggak paling banyak untuk waktu 3 (tiga) bulan, yang dibayarkan bersamaan dengan total iuran yang tertunggak oleh Pemberi Kerja” DIHAPUS DAN AKAN DIATUR TERSENDIRI.

Pasal 17 Ayat (6) yang berbunyi : “Dalam hal keterlambatan pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) lebih dari 3 (tiga) bulan, penjaminan dapat diberhentikan sementara” DIHAPUS DAN AKAN DIATUR TERSENDIRI.

Pasal 17A Ayat (3) yang berbunyi : “Keterlambatan pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan denda keterlambatan sebesar 2% (dua persen) per bulan dari total iuran yang tertunggak paling banyak untuk waktu 6 (enam) bulan yang dibayarkan bersamaan dengan total iuran yang tertunggak” DIHAPUS DAN AKAN DIATUR TERSENDIRI.

Pasal 17A Ayat (4) yang berbunyi : “Dalam hal keterlambatan pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) lebih dari 6 (enam) bulan, penjaminan dapat diberhentikan sementara” DIHAPUS DAN AKAN DIATUR TERSENDIRI.

Terdapat penambahan Pasal 17A.1 dengan pokok-pokok subsansi sebagai berikut :

1. Apabila Peserta terlambat membayar iuran lebih dari tanggal 10, penjaminan peserta diberhentikan sementara.

2. Status Peserta aktif kembali apabila :

a. Membayar iuran bulan tertunggak (maksimal 12 bulan); dan

b. Membayar iuran bulan berjalan.

3. Apabila Peserta akan mendapatkan pelayanan rawat inap dalam jangka waktu 45 hari sejak status kepesertaannya aktif kembali, wajib membayar denda sebesar 2,5% dari biaya pelayanan dikali bulan tertunggak (maksimal 12 bulan) atau maksimal Rp30.000.000,00

4. Untuk Peserta PPU, pembayaran iuran tertunggak dan denda ditanggung

oleh Pemberi Kerja. Ketentuan ini juga berlaku untuk Pemberi Kerja Penyelenggara Negara.

5. Ketentuan pembayaran iuran dan denda DIKECUALIKAN untuk Peserta yang TIDAK MAMPU yang dibuktikan dengan surat keterangan dari instansi yang berwenang.

6. Ketentuan pemberhentian sementara penjaminan Peserta dan pengenaan denda mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2016.

asPeK PeLaYanan Kesehatan

Pasal 21 Ayat (1) terdapat perubahan nomenklatur dari Imunisasi Dasar menjadi Imunisasi Rutin.

Pasal 21 Ayat (3) diubah menjadi : Pelayanan imunisasi rutin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi pemberian jenis imunisasi rutin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Catatan : Penegasan jenis IMUNISASI RUTIN sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Pasal 21 Ayat (4) diubah menjadi : Pelayanan keluarga berencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi konseling, pelayanan kontrasepsi termasuk vasektomi dan tubektomi, bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

Pasal 21 ditambah dengan Ayat (4a) yang berbunyi : Ketentuan mengenai pemenuhan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi bagi peserta Jaminan Kesehatan di Fasilitas Kesehatan diatur dengan Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

Catatan : (1). Penegasan pelayanan KONTRASEPSI VASEKTOMI DAN TUBEKTOMI masuk sebagai Manfaat Promotif Preventif; (2). Amanat pengaturan pemenuhan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi bagi peserta Jaminan Kesehatan di Fasilitas Kesehatan diatur dengan Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

Pasal 21 Ayat (5) diubah menjadi : Vaksin untuk imunisasi rutin serta alat dan obat kontrasepsi sebagaimana dimaksud

C

24

Page 28: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

pada ayat (3) dan ayat (4) disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Catatan : Penegasan penyediaan Vaksin untuk imunisasi rutin serta alat dan obat kontrasepsi oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 22 Ayat (1) huruf b terdapat perubahan yaitu :

1. Pelayanan transfusi darah TIDAK DIJAMIN di FKTP.

2. Tambahan Pelayanan yang dijamin pada FKRTL yaitu : pelayanan pemeriksaan, pengobatan, dan KONSULTASI MEDIS DASAR untuk pelayanan kesehatan pada UNIT GAWAT DARURAT;

3. Terdapat tambahan manfaat Pelayanan keluarga berencana kecuali yang telah dibiayai Pemerintah.

Pasal 23 terkait Manfaat Rawat Inap terdapat perubahan batasan kelas rawat untuk PPU dengan Gaji/Upah :

1. Sampai dengan Rp 4.000.000,00 di kelas II.

2. Gaji Rp 4.000.000,00 sampai dengan Rp8.000.000,00 di kelas I.

3. Pimpinan dan anggota DPRD beserta anggota keluarganya memiliki hak ruang perawatan kelas I. (Sebelumnya menggunakan perhitungan 1,5 - 2 kali PKTP status kawin dengan anak 1).

Pasal 24 diubah dengan substansi pokok sebagai berikut :

1. Peserta yang menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi dapat meningkatkan haknya. Apabila terdapat selisih biaya dapat dibayar oleh :

a. Peserta yang bersangkutan;

b. Pemberi Kerja; atau

c. Asuransi kesehatan tambahan.

2. Peserta PBI dan penduduk yang didaftarkan Pemerintah Daerah tidak dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti asuransi kesehatan tambahan.

3. Pemerintah Daerah sebagai Pemberi Kerja tidak dapat membayarkan selisih biaya pelayanan kesehatan akibat

peningkatan hak dari Peserta yang didaftarkannya..

Pasal 25 Penegasan pelayanan kesehatan yang TIDAK DIJAMIN khususnya :

1. Pelayanan kesehatan yang dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja;

2. Pelayanan kesehatan yang dijamin oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang ditanggung oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas;

3. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment);

4. Alat dan obat kontrasepsi.

asPeK PenYeLenGGaraan

Pasal 27A ditambah dengan Ayat (2) yang berbunyi : “Ketentuan mengenai tata cara kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam perjanjian kerja sama antara BPJS Kesehatan dan penyelenggara program jaminan sosial di bidang kecelakaan kerja dan kecelakaan lalu lintas”.

Catatan : Penegasan bahwa tata cara kerja sama dengan BPJS Ketenagakerjaan dan Jasa Raharja diatur dengan perjanjian kerja sama (PKS).

Pasal 27B yang berbunyi : “Dalam hal Fasilitas Kesehatan tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, maka mekanisme penjaminannya disepakati bersama antara BPJS Kesehatan dan asuransi kesehatan tambahan atau badan penjamin lainnya” DIHAPUS karena bertentangan dengan sistem rujukan berjenjang.

Pasal 29 Ayat (2) yang berbunyi : “Dalam jangka waktu paling sedikit 3 (tiga) bulan selanjutnya Peserta berhak memilih Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang diinginkan”

DITAMBAH ayat sehingga menjadi :

Pasal 29 Ayat (2a) : Untuk kepentingan pemerataan, BPJS Kesehatan dapat melakukan pemindahan peserta dari suatu Fasilitas Kesehatan tingkat pertama ke Fasilitas Kesehatan tingkat pertama lain yang masih dalam wilayah yang

sama.

Pasal 29 Ayat (2b) : Pemindahan peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (2a) dilakukan dengan mempertimbangkan rekomendasi dari dinas kesehatan kabupaten/kota setelah berkoordinasi dengan asosiasi Fasilitas Kesehatan, dan organisasi profesi.

Pasal 29 Ayat (2c) : Dalam hal peserta yang dipindahkan sebagaimana diimaksud pada ayat (2a) keberatan, maka peserta dapat meminta untuk dipindahkan ke Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang diinginkannya.

Catatan : Penambahan pengaturan redistribusi Peserta di FKTP untuk kepentingan pemerataan dengan memperhatikan rekomendasi Dinas Kesehatan dan berkoordinasi dengan Asosiasi Faskes dan Organisasi Profesi. Apabila Peserta keberatan dapat meminta untuk dipindahkan ke FKTP yang diinginkan.

Pasal 32 Ayat (3) diubah menjadi : Komite Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas unsur Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, BPJS Kesehatan, asosiasi profesi, perguruan tinggi, dan tenaga ahli.

Catatan : Menambahkan keterlibatan BKKBN dalam Komite Nasional.

Pasal 32A Ayat (1) diubah menjadi : Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas ketersediaan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dalam penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan.

Pasal 32A Ayat (2) diubah menjadi : Obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang digunakan dalam pelayanan kesehatan yang merupakan program pemerintah disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Catatan : Penegasan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah atas ketersediaan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 36 DITAMBAH Ayat (4a) yang berbunyi : Dalam rangka pelaksanaan kerjasama dengan Fasilitas Kesehatan,

D

25

Page 29: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

BPJS Kesehatan berkoordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota.

Catatan : Menambahkan pengaturan keterlibatan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan kerja sama dengan Faskes.

Terdapat penambahan Pasal 36A dengan substansi pokok yaitu :

1. Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan DILARANG menarik biaya pelayanan kesehatan kepada Peserta selama Peserta mendapatkan manfaat pelayanan kesehatan sesuai dengan haknya.

2. Dalam hal pemberian pelayanan gawat darurat, Fasilitas Kesehatan baik yang bekerja sama maupun yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan DILARANG menarik biaya pelayanan kesehatan kepada Peserta.

3. Biaya pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditanggung oleh BPJS Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

asPeK PeMbiaYaan

Pasal 39 DITAMBAH Ayat (5) yang berbunyi : Menteri dalam meninjau besaran kapitasi dan non kapitasi serta Indonesian Case Based Groups (INA- CBG’s) dan non Indonesian Case Based Groups (non INA-CBG’s) sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan dengan memperhitungkan kecukupan iuran dan kesinambungan program sampai dengan 2 (dua) tahun ke depan yang dilakukan bersama dengan BPJS Kesehatan, DJSN, dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan.

Catatan : Penegasan bahwa peninjauan tarif harus memperhatikan kecukupan iuran dan kesinambungan program sampai dengan 2 tahun ke depan yang dilakukan bersama oleh Menteri Kesehatan bersama dengan BPJS Kesehatan, DJSN, dan Menteri Keuangan.

profesi dalam pengawasan terhadap penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.

Terdapat penambahan Pasal 46C dengan substansi pokok yaitu : Pengawas Ketenagakerjaan pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dapat melakukan pemeriksaan terhadap Pemberi Kerja yang melakukan pelanggaran, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Demikian sekilas review terkait terbitnya Perpres Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Perpres Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Sebenarnya masih terdapat beberapa perubahan yang belum sempat ditulis secara detail, namun secara pribadi substansi-substansi pokok yang seringkali menjadi pertanyaan masyarakat sudah saya coba uraikan diatas.

Terkait perubahan nominal iuran tentu menimbulkan pro dan kontra, itu sudah pasti. Ada sedikit harapan bahwa terbitnya Permenkes tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta Program JKN tinggal menunggu waktu saja. Tarif pelayanan yang dimaksud adalah nilai Kapitasi dan Tarif INA CBGs. Semoga seperti harapan pribadi saya bahwa sekitar bulan April - Juni mendatang akan terbit Permenkes ini yang kemudian diikuti oleh naiknya versi CBGs dengan perubahan tarif yang lebih baik lagi, sehingga pelayanan peserta program JKN tidak menjadi SUB STANDAR namun mengarah ke standar yang ideal berdasarkan Standar Profesi Kedokteran.

Persoalan JKN bukan hanya masalah UNTUNG atau RUGI sebuah Faskes, namun yang lebih penting dari itu semua adalah terciptanya KENDALI BIAYA tanpa harus mengorbankan MUTU PELAYANAN. Inilah sesungguhnya hakikat dasar dari KENDALI MUTU dan KENDALI BIAYA.

Semoga.

F

Terdapat PENAMBAHAN Pasal 39A yang berbunyi :

1. Untuk kepentingan pembayaran biaya pelayanan kesehatan, BPJS Kesehatan dapat meminta rekam medis peserta berupa ringkasan rekam medis kepada Fasilitas Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat identitas pasien, diagnosis, serta riwayat pemeriksaan dan pengobatan yang ditagihkan biayanya.

Catatan : Pengaturan bahwa BPJS Kesehatan dapat meminta rekam medis berupa ringkasan rekam medis.

asPeK Mutu

Pasal 45 Ayat (2) diubah menjadi : Dalam hal Peserta dan/atau Fasilitas Kesehatan tidak mendapatkan pelayanan yang baik dari BPJS Kesehatan, dapat menyampaikan pengaduan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan/atau Menteri.

Catatan : Pengaturan keterlibatan Dinas Kesehatan dalam menangani pengaduan Peserta dan/atau Fasilitas Kesehatan.

Penambahan BAB XIA Pasal 46A terkait Pencegahan Kecurangan (Fraud) Dalam Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan sebagaimana telah diatur dalam Permenkes Nomor 36 Tahun 2015 tentang Pencegahan Kecurangan (Fraud) Dalam Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan.

asPeK PenGaWasan

Terdapat PENAMBAHAN BAB XIII tentang PENGAWASAN yang terinci dalam Pasal 46B dan Pasal 46C.

Terdapat penambahan Pasal 46B dengan substansi pokoknya adalah : Pengaturan keterlibatan Dinas Kesehatan, Badan Pengawas Rumah Sakit Dewan Pengawas Rumah Sakit, perhimpunan/ asosiasi perumahsakitan dan/atau organisasi

E

G

26

Page 30: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

pRospek peLayaNaN keseHaTaN TRadIsIoNaL INTegRasI ‘dI FasILITas keseHaTaN

TUTI ASWANIDirektorat Pelayanan Kesehatan Tradisional subdit pelayanan kesehatan tradisional integrasi

Dalam Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Kesehatan 2009).

Paradigma sehat ini merupakan strategi pembangunan kesehatan untuk semua sehat di tahun 2010, dimana mengarah kepada mempertahankan kondisi sehat dan tidak sakit serta produktif yang dikenal dengan upaya promotif dan preventif ketimbang upaya kuratif yang hanya menekankan pada upaya penanganan orang-orang sakit. Dalam upaya kesehatan program yang diperlukan adalah program kesehatan yang lebih “efektif” yaitu program kesehatan yang mempunyai model-model pembinaan kesehatan (Health Development Model) sebagai paradigma pembangunan kesehatan yang diharapkan mampu menjawab tantangan sekaligus memenuhi program upaya kesehatan (SKN 2012). Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu di fasilitas kesehatan baik di Puskesmas maupun Rumah sakit. Puskesmas adalah penanggungjawab

penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama, sedang Rumah sakit merupakan rujukan pelayanan kesehatan lanjutan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien (Depkes RI, 2009).

Saat ini fasilitas pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan melalui cara Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi yaitu suatu bentuk pelayanan kesehatan yang mengombinasikan pelayanan kesehatan konvensional dengan Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer, baik bersifat sebagai pelengkap atau pengganti. Tujuan pelayanan kesehatan tradisional menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional, pengobatan tradisional ini dimaknai sebagai salah satu upaya pengobatan dan/atau perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran dan/atau ilmu keperawatan, yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan. Adanya penerapan pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan diharapkan dapat menggali potensi pelayanan kesehatan tradisional yang merupakan kearifan lokal di masing-masing daerah sehingga

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan Negara.

27

Page 31: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

dapat diwujudkan pelayanan kesehatan tradisional yang aman, bermanfaat, dan ilmiah.

Berdasarkan kongres WHO tahun 2008 tentang pengobatan tradisional di Beijing, memberikan resolusi agar mengembangkan pelayanan kesehatan tradisional sesuai kondisi negaranya.

Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 Jenis Pelayanan Kesehatan Tradisional (Yankestrad) yang sering digunakan oleh masyarakat di Indonesia terdiri dari 4 jenis, yaitu yankestrad ramuan (pelayanan kesehatan yang menggunakan jamu, aromaterapi, gurah, homeopati dan spa), keterampilan dengan alat (akupunktur, chiropraksi, kop/bekam, apiterapi, ceragem, dan akupresur), keterampilan tanpa alat (pijat-urut, pijat-urut khusus ibu/bayi, pengobatan patah tulang, dan refleksi), dan keterampilan dengan pikiran (hipnoterapi, pengobatan dengan meditasi, prana, dan tenaga dalam). Sejumlah 89.753 dari 294.962 (30,4 %) rumah tangga di Indonesia memanfaatkan yankestrad dalam 1 tahun terakhir. Jenis yankestrad yang dimanfaatkan oleh rumah tangga terbanyak adalah keterampilan tanpa alat (77,8%) dan ramuan (49,0%) (RISKESDAS, 2013).

Data diatas menunjukkan bahwa adanya kecenderungan “back to nature” yang sangat dirasakan oleh masyarakat Indonesia dan memiliki minat yang tinggi terhadap cara-cara tradisional dalam memelihara kesehatannya.

Profil kesehatan Indonesia tahun 2012 yang di rilis oleh kementerian kesehatan, jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan pengobatan secara alternatif, komplementer, dan tradisional di Indonesia berjumlah 103 kabupaten/kota atau sekitar 20.7% dari 497 kabupaten/kota. Hal ini merupakan suatu antitesis dimana Indonesia hakikatnya merupakan suatu negara multikultur yang tentunya mempunyai beragam kearifan lokal yang dapat dikembangkan dalam hal pelayanan kesehatan. Fakta lain juga menyatakan bahwa dari 2.083 rumah sakit yang ada di Indonesia, hanya 55 rumah sakit saja yang melaksanakan pelayanan kesehatan tradisional, alternatif dan komplementer (Kemenkes, 2013).

Konsep Pelayanan Kesehatan tradisional integrasi

Awalnya, Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer (Yankestradkom) berada pada Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI dan terbagi pada 4 Subdit, yaitu Bina Yankestrad Ramuan, Bina Yankestrad Komplementer, Bina Yankestrad Keterampilan dan Bina Penapisan dan kemitraan.

Dengan adanya re-organisasi Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer berubah nama menjadi Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional (Yankestrad) yang saat ini berada dibawah naungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, karena melihat perkembangan pelayanan kesehatan tradisional, berada di Rumah Sakit dan Puskesmas sudah memberikan pelayanan kesehatan tradisional integrasi.

Direktorat Yankestrad dibagi atas 3 Subdit yaitu Subdit Yankestrad Empiris, Subdit Yankestrad Komplementer dan Subdit Yankestrad Integrasi. Untuk Yankestrad Integrasi, program yang akan dilaksanakan harus disesuaikan dengan kebijakan yang dibuat di negara Indonesia.

Dalam Deklarasi Alma Ata Tahun 1978, WHO telah memaparkan tentang kebijakan perspektif upaya integrasi pelayanan kesehatan tradisional yakni model kebijakan disesuaikan dengan kondisi masing- masing negara.

Kondisi saat ini didukung dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No. 103 tahun 2014, mengenai Pelayanan Kesehatan Tradisional maka untuk Pelayanan Kesehatan Tradisional integrasi terdiri atas tiga kategori yaitu pertama, pelayanan kesehatan tradisional integrasi dengan menggunakan keterampilan; kedua, pelayanan kesehatan tradisional integrasi dengan menggunakan ramuan; dan ketiga, pelayanan kesehatan tradisional integrasi dengan menggunakan kombinasi keterampilan dan ramuan dalam satu kesatuan sistim penyehatan tradisional.

Pada Pelayanan kesehatan tradisional integrasi yang menggunakan

keterampilan dapat menggunakan teknik manual yaitu berupa teknik manipulasi dan gerakan dari satu atau beberapa bagian tubuh, atau teknik terapi energi yaitu teknik pengobatan dengan menggunakan lapangan energi baik dari luar maupun dari dalam tubuh itu sendiri, atau teknik terapi olah pikir yaitu dengan memanfaatkan kemampuan pikiran untuk memperbaiki fungsi tubuh.

Sedangkan untuk pelayanan kesehatan tradisional integrasi yang menggunakan ramuan, dapat menggunakan bahan alam yaitu berupa tumbuhan, hewan, mineral, tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut.

Pelayanan kesehatan tradisional integrasi harus memiliki kesamaan, keharmonisan dan kecocokan yang merupakan satu kesatuan keilmuan yang dilakukan pada satu sistem penyehatan tradisional dalam pemberian pelayanan kesehatan tradisional komplementer terhadap pasien/klien. Namun konsep pelayanan kesehatan tradisional integrasi ini masih banyak perdebatan, apakah sama atau berbeda makna antara” tradisional atau alternatif komplementer”.

Dari beberapa literatur WHO, menyebutkan bahwa Traditional Medicine atau pelayanan kesehatan tradisional mempunyai arti yang sama dengan Complementary alternative medicine. Perbedaannya ada beberapa negara yang menyebutkan pelayanan diluar konvensional adalah traditional medicine, dan pola pengembangan pelayanannya dengan metode yang diperoleh secara turun menurun. Sedangkan beberapa negara lain menyebutnya Complementary alternative medicine menggunakan pelayanan non konvensional sudah berbagai bidang metode pengobatan, mulai dari penggunaan produk alami (natural product), pengobatan dengan pikiran dan tubuh (mind and body medicine) dan pengobatan dengan manipulasi bagian tubuh (manipulative and body -based practices). Kenyataannya bahwa Complementary alternative medicine sebagian besar diberikan bersama dengan pelayanan konvensional (Newsletter Tradkom, 2012).

28

Page 32: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

implementasi Pelayanan Kesehatan tradisional integrasi

Implementasi NSPK dan Regulasi dilakukan untuk peningkatan kualitas pelayanan kesehatan tradisional di fasilitas kesehatan pemerintah, swasta dan masyarakat sekaligus menunjang penertiban iklan layanan kesehatan tadisional yang tidak layak dan menyesatkan masyarakat.

Program Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional, dalam pelaksanaannya masih memberikan pembekalan kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan kapasitasnya berupa pelatihan yang terkait dengan pelayanan kesehatan tradisional akupunktur medik, herbal medik dan akupresur di dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional integrasi di RS maupun Puskesmas.

Adapun Pelayanan Akupunktur Medik ini, merupakan jenis pelayanan manual dengan menggunakan alat jarum akupunktur. Akupunktur berasal dari kata acus yang berarti jarum dan punktura yang berarti penusukan.

Akupunktur juga merupakan suatu metode terapi dengan penusukan pada titik-titik dipermukaan tubuh untuk mengobati penyakit maupun kondisi kesehatan lainnya.

Stimulasi akupunktur dilakukan pada titik anatomis tertentu pada tubuh dengan berbagai macam teknik melalui penyisipan jarum besi yang tipis menembus kulit menggunakan tangan atau dengan stimulasi listrik (National Center for Complementary and Alternative Medicine. 2012).

Pelayanan Herbal Medik merupakan termasuk jenis pelayanan kesehatan tradisional Ramuan yang akan diimplementasikan di fasilitas kesehatan. Berdasarkan tingkat pembuktian khasiat, persyaratan bahan baku yang digunakan, dan pemanfaatannya, obat bahan alam Indonesia dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: jamu, obat herbal terstandar (OHT), dan fitofamaka.

konsep pengembangan obat Bahan alam Indonesia dapat di gambar

seperti di bawah ini

29

Page 33: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

Jamu merupakan salah satu warisan budaya bangsa yang perlu dilestarikan, dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kesehatan dan kesejahteraan seluruh rakyat serta duta kebanggaan bangsa. Istilah Jamu berasal dari kata “djampi” dan “oesodo” yang telah dikenal masyarakat sejak jaman dahulu, merupakan way of life dan budaya bangsa Indonesia.

Perkembangan peradaban bangsa Indonesia juga telah memperkaya khasanah Jamu. Jamu telah dimanfaatkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia, misalnya pada peradaban Hindu, Budha dan peradaban asli lainnya. Jamu juga banyak tercatat pada beberapa simbul budaya seperti candi (Borobudur dan Prambanan), karya sastra nenek moyang (serat centini), budaya masyarakat Bali, budaya Melayu, peradaban Islam dan beberapa literatur bangsa Arab dan Persia. Dalam perkembangannya istilah Jamoe kemudian mengalami penyesuaian ejaan yang disempurnakan (EYD) sehingga menjadi Jamu seperti yang dikenal masyarakat sekarang ini.

Jamu memiliki nilai historis, menjaga dan mengembangkan warisan leluhur bangsa Indonesia (traditional knowlegde) yang dikenal luas masyarakat. Jamu merupakan warisan turun-temurun yang bersumber pada kekayaan alam. Bukti empirik menunjukkan bahwa Jamu dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat, utamanya dalam upaya promotif dan preventif. Jamu Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang tinggi karena berasal dari keragaman budaya dan kearifan lokal masyarakat serta keragaman hayati yang sangat tinggi. Jamu juga merupakan produk ekonomi kreatif bangsa Indonesia yang berbasis budaya turun- temurun dan sudah saatnya diusulkan sebagai salah satu World Heritage. Jamu sebagai aset nasional mempunyai dimensi manfaat yang luas diantaranya kesehatan, perekonomian dan sosial budaya. Sudah saatnya Jamu Indonesia dikembangkan menjadi komoditi yang kompetitif baik ditingkat lokal, regional maupun global (Tilaar M 2010).

Pada awal tahun 2010, diterbitkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 003/ Menkes/PER/I/2010 tentang Saintifikasi Jamu (SJ) yang membuktikan khasiat jamu dengan metode Penelitian berbasis

Pelayanan Kesehatan. Hingga saat ini, telah menghasilkan kurang lebih 400 dokter yang tersebar di hampir seluruh wilayah/provinsi/kabupaten di Indonesia yang telah dilatih saintifikasi Jamu. Salah satu tujuannya adalah mendorong terbentuknya jejaring dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya, dalam rangka upaya preventif, promotif, rehabilitatif dan paliatif melalui penggunaan jamu.

Pelayanan kesehatan tradisional akupresur di Puskesmas telah dilakukan pelatihan bagi petugas tenaga kesehatan. Akupresur merupakan bagian dari pengobatan tradisional cina (Traditionlal Chinese Medicine). Akupresur adalah teknik manual dengan tekan jari (Ody, 2008), yang merupakan cara pijat berdasarkan ilmu akupunktur atau bisa

juga disebut akupunktur tanpa jarum (Sukanta,2008). Pemijatan dilakukan pada titik akupunktur di bagian tertentu tubuh untuk menghilangkan keluhan atau penyakit yang diderita. Akupresur bertujuan untuk menyeimbangkan Chi dan aliran energi kehidupan yang mengalir di seluruh tubuh (Gottlieb, 2000), serta mencegah penyakit (Ody, 2008),

Peningkatan kapasitas Dokter dalam pelayanan Akupunktur Medik dan Herbal medik di Rumah Sakit serta pelatihan Akupresur bagi Tenaga Kesehatan di Puskesmas yang ada dan telah diimplementasikan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

30

Page 34: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

Dalam pelaksanaan pencapaian target dari tahun 2012-1-2015, program pelayanan kesehatan tradisional masih belum memuaskan, masih banyak hambatan yang dihadapi di lapangan. Hambatan yang ditemukan terutama pemahaman tentang kesehatan tradisional dan komplementer dari pemegang kebijakan kesehatan daerah dan pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan masih rendah atau belum mengetahui program pelayanan kesehatan tradisional, sehingga regulasi/kebijakan program pelayanan tradisional dan komplementer belum optimal. Juga ditemukan ketersediaan SDM khususnya tenaga kesehatan yang memiliki pendidikan dan atau kompetensi pelayanan pengobatan tradisional dan komplementer masih sangat kurang. Dalam program pelayanan kesehatan tradisional integrasi belum masuknya ilmu kesehatan tradisional komplementer di dalam kurikulum pendidikan kesehatan dan atau kedokteran, sehingga tenaga kesehatan masih tergantung dengan pola pikir konvensional. Hambatan terbesar di penyelenggara pelayanan kesehatan integrasi adalah jaminan pembiayaan untuk pelayanan kesehatan tradisional sangat terbatas dalam Jaminan Sosial Kesehatan Nasional (hanya akupunktur).

sasaran PeLaYanan Kesehatan traDisiOnaL inteGrasi

Berdasarkan PP No. 103 tahun 2014 Pasal 7 ayat 1, dimana Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi merupakan pelayanan kesehatan yang mengombinasikan pelayanan kesehatan konvensional dengan Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer. Pelayanan kesehatan tradisional integrasi ini dilakukan secara bersama oleh tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan tradisional untuk pengobatan/perawatan pasien/klien di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Dalam pelaksanaannya harus ditetapkan oleh pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang bersangkutan. Sedangkan untuk fasilitas Pelayanan Kesehatan bukan merupakan rumah sakit, persetujuan pimpinan diberikan setelah mendapatkan rekomendasi dari tim yang dibentuk oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. Persetujuan pimpinan rumah sakit

sekurang-kurangnya memuat tentang Penyelenggaran pelayanan kesehatan integrasi di Rumah Sakit, metode pelayanan kesehatan integrasi yang akan diterapkan dalam unit pelayanan, Sumber Daya Manusia kesehatan yang akan memberikan pelayanan; dan Fasilitas, prasarana dan peralatan yang akan digunakan.

Pengaturan penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional integrasi diharapkan untuk tujuan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan tradisional integrasi yang aman, bermutu dan efektif, terpenuhinya kebutuhan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan, memberikan acuan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional integrasi bagi pemerintah, pemerintah daerah, organisasi profesi dan praktisi, mewujudkan manajemen yang terpadu dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional integratif serta terlaksananya pembinaan dan pengawasan secara berjenjang oleh pemerintah dan lintas sektor terkait serta dapat melibatkan organisasi profesi tenaga kesehatan terkait.

Sasaran pengaturan penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional integrasi meliputi:

Penanggung jawab dan pengelola program pelayanan kesehatan di Dinas Kesehatan

Organisasi Profesi tenaga kesehatan tradisional dan organisasi profesi tenaga kesehatan lainnya yang terkait.

Konsil tenaga kesehatan tradisional dan Konsil Tenaga Kesehatan lainnya yang terkait.

Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan

Komite Medik di Rumah Sakit

PrinsiP PenYeLenGGaraan PeLaYanan Kesehatan traDisiOnaL inteGrasi

Prinsip Pelayanan kesehatan tradisional komplementer yang dapat diintegrasikan di

fasilitas pelayanan kesehatan harus memenuhi kriteria aman (safety), bermanfaat (efikasi) dan bermutu (quality), minimal telah melalui uji praklinik, memiliki ijin edar dari Badan

POM digunakan secara rasional dan tidak bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat.

Bentuk Penyelenggaraan Integrasi bisa pada satu orang artinya tenaga kesehatan dengan pendidikan profesi memiliki kompetensi dan kewenangan tambahan dalam bidang kesehatan tradisional atau Integrasi pada orang dan fasilitas yang berbeda, yaitu integrasi yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama dengan tenaga kesehatan tradisional pada fasilitas pelayanan yang berbeda. Di dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional integrasi wajib memiliki Standar Praktik Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi yang disusun di fasilitas pelayanan yang meliputi:

Berpraktik sesuai kewenangannya, memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Ijin Praktik (SIP), memiliki sertifikat kompetensi di bidang kesehatan tradisional serta Surat Persetujuan Pelayanan kesehatan tradisional integrasi sesuai dengan profesi.

Pasien ditangani secara konvensional, bila dipandang perlu dapat diberikan pelayanan kesehatan tradisional integrasi.

Berorientasi pada kebutuhan terbaik pasien

Meminta persetujuan tindakan setelah terlebih dahulu manfaat dan risiko yang mungkin terjadi (informed consent)

Melaksanakan evaluasi berkala.

Memilih pelayanan kesehatan tradisional integrasi dengan pendekatan praktik terbaik berdasarkan bukti (evidence based) serta berlandaskan pada pengalaman klinis, keyakinan dan pertimbangan nilai-nilai dan konteks budaya lingkungan setempat.

Menggunakan teknik dan teknologi yang telah terbukti efektif dan aman.

Peraturan Menteri Kesehatan No 1 tahun 2012 tentang “sistem rujukan” bahwa dalam penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan wewenang atau tanggungjawab timbal balik terhadap penanganan suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan. Pelimpahan dilakukan dari unit terkecil

1

2

3

4

5

6

a

b

c

d

e

f

g

31

Page 35: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

atau berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu. Sistem rujukan medik dapat berupa pengiriman pasien, specimen, pemeriksaan penunjang diagnose dan rujukan pengetahuan tentang penyakit. Prinsip rujukan dilaksanakan berdasarkan atas keterbatasan kemampuan, kewenangan, dan keterbatasan fasilitas. Pelayanan medis dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan konvensional, dan bila memerlukan pelayanan kesehatan tradisional komplementer dapat dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan tradisional yang dapat merupakan fasilitas jejaring sehingga perkembangan pasien tetap dapat diikuti oleh tenaga medis sebagai perujuk.

Pelaksanaan terakhir adalah pelayanan kesehatan tradisional integrasi harus tercakup dalam sistem pencatatan dan pelaporan di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan sistem pencatatan dan pelaporan pasien yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan tersebut.

LanGKah Ke DePan

Terselenggaranya pelayanan kesehatan tradisional integrasi yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat, keamanan, dan tidak melanggar norma masyarakat sebagai bentuk pelayanan kesehatan tradisional yang terintegrasi dalam Sistem Kesehatan Nasional yang menjunjung tinggi budaya serta memberdayakan masyarakat agar dapat meningkatkan kesehatannya, guna mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera sesuai misi dari Nawacita. Untuk itu dibutuhkan langkah ke depan dalam percepatan program Pelayanan Kesehatan Tradisional Intergrasi di fasilitas kesehatan berupa:

Mempercepat penyelesaian penyusunan dan/atau review pedoman/standar dibidang pelayanan kesehatan tradisional integrasi sebagai regulasi/kebijakan yang akan mendukung percepatan pencapaian indikator renstra pelayanan kesehatan tradisional.

Sosialisasi dan atau advokasi secara intensif dalam rangka pencapaian integrasi dalam mendukung pelayanan kesehatan tradisional di fasilitas pelayanan kesehatan.

Melaksanakan peningkatan kapasitas dokter dibidang Pelayanan Kesehatan tradisional integrasi (Pelatihan Akupuntur Medik Dasar, Herbal medik bagi Dokter di Rumah Sakit maupun saintifikasi jamu) sesuai dengan data sasaran guna mendukung percepatan pencapaian indikator Renstra Pelayanan Kesehatan Tradisional dengan melibatkan Dinas Kesehatan Provinsi dalam menentukan sasaran peserta pelatihan.

Mengupayakan dukungan pembiayaan pelayanan akupunktur melalui mekanisme Jaminan Kesehatan Nasional.

1

2

3

4

32

Page 36: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

Jadilah MasyaraKat Cerdas MeMilih Pengobatan

Masyarakat pada umumnya lebih memilih pengobatan mana yang cocok dan tidak cocok, atau mendengar rekomendasi dari teman dan bisa juga informasi

diterima dari media sosial dimana banyak iklan pengobatan alternatif dengan menyembuhkan segala penyakit. Tentu hal ini membuat masyarakat bingung pengobatan mana yang harus ditempuh dari sekian banyak pengobatan alternatif di Indonesia.

medIa INFo

33

Page 37: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

Perlu kita ketahui, pengobatan alternatif atau saat ini lebih tepat disebut pengobatan non konvensional merupakan pengobatan berdasarkan ilmu diluar biomedik yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan dan non tenaga kesehatan.

Pengobatan non konvensional ini juga dibagi menjadi dua, yaitu pengobatan tradisional dan pengobatan komplementer. Pengobatan tradisional merupakan gabungan pengetahuan ketrampilan dan praktik yang berdasarkan pada teori, keyakinan dan pengalaman adat budaya tertentu, baik yang dapat dijelaskan ataupun tidak digunakan untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan, diagnosis, perbaikan maupun pengobatan fisik maupun jiwa. Sedangkan untuk pengobatan komplementer, yaitu bentuk perawatan kesehatan yang bukan merupakan bagian dari tradisi Negara yang bersangkutan dan tidak terintegrasi ke dalam sistim perawatan kesehatan yang dominan.

Bahwa Kementerian Kesehatan telah mengatur pengobatan tradisional melalui Peraturan Pemerintah Nomor 103 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional yang terdiri dari tiga bagian, yaitu pelayanan kesehatan tradisional empiris, komplementer dan integrasi.

Pelayanan Kesehatan tradisional

eMPiris

Pelayanan kesehatan tradisional empiris dimaksudkan penerapan kesehatan yang manfaat dan keamanannya

terbukti secara empiris, sudah dijamin turun-menurun atau ilmu yang diturunkan. Misalnya, pijat dan jamu.

“Masyarakat harus cerdas, seseorang yang mempunyai keahlian tradisional empiris ini hanya boleh melakukan pijat dan meramu jamu, tidak boleh memasukan sesuatu ke badan manusia, melukai ataupun menoreh-noreh,” ungkap Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional, Dra. Meinarwati, Apt, M.Kes saat dialog pada acara Metro TV yang mengangkat tema Legalitas Pelayanan Kesehatan Non Konvensional (10/3).

Pelayanan kesehatan tradisional empiris diberikan oleh penyehat tradisional dalam rangka upaya promotif dan preventif, dengan pendekatan biokultural. Penyehat tradisional ini hanya dapat menerima klien sesuai dengan keilmuan dan keahlian yang dimilikinya, apabila penyehat tradisional berhalangan, maka praktik tidak dapat digantikan oleh penyehat tradisional lainnya.

Penyehat tradisional merupakan tenaga yang ilmu dan keterampilannya diperoleh melalui turun-menurun atau pendidikan nonformal. Apabila terdapat penyehat tradisional yang berasal dari tenaga kesehatan, maka harus melepaskan profesi sebagai tenaga kesehatan.

“Disinilah peran masyarakat, apabila ada penyehat tradisional dan tenaga kesehatan tradisional yang menggunakan alat kedokteran dan penunjang diagnostik kedokteran. Segera laporkan. Karena penggunaan alat dan teknologi harus memiliki izin dari Menteri,” tegas Direktur Yankes Tradisional.

Selain itu, masyarakat harus bertanya, apakah penyehat tradisional memiliki STPT (Surat Terdaftar Penyehat Tradisional) yang dikeluarkan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota tanpa dipungut biaya dan berlaku

34

Page 38: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

untuk jangka waktu dua tahun. Setiap penyehat tradisional hanya dapat memiliki satu STPT dan hanya berlaku untuk satu tempat praktik. Sedangkan STPT dinyatakan tidak berlaku, apabila dicabut berdasarkan ketentuan perundang-undangan, masa berlaku habis dan tidak diperpanjang, tenaga yang bersangkutan pindah tempat praktik, tenaga yang bersangkutan meninggal dunia dan atas permintaan penyehat tradisional.

Dalam memberikan pelayanan wajib melaporkan jumlah klien, jenis penyakit, metode dan cara pelayanan. Laporan ini secara berkala kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melalui Pusat Kesehatan Masyarakat setempat.

Seorang penyehat tradisional wajib menaati kode etik dan apabila ditemukan pelanggaran kode etik, maka akan dilakukan tindakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bersama Asosiasi Penyehat Tradisional.

Penyehat tradisional dalam memberikan pelayanan kesehatan tradisional empiris mempunyai hak memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien/keluarga; menerima imbalan jasa; dan mengikuti pelatihan promotif bidang kesehatan. Untuk kewajiban yang harus dipenuhi, yaitu (1) memberikan pelayanan yang aman dan bermanfaat bagi kesehatan, tidak membahayakan jiwa atau melanggar susila, kaidah agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, tidak bertentangan dengan norma dan nilai yang hidup dalam masyarakat, serta tidak bertentangan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat; (2) memberikan informasi yang jelas dan tepat kepada klien tentang perawatan pelayanan kesehatan tradisional empiris yang dilakukan; (3) menggunakan alat yang aman bagi kesehatan dan sesuai dengan metode/keilmuannya; (4) menyimpan rahasia kesehatan klien; (5) membuat catatan status kesehatan klien.

35

Page 39: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

Pelayanan Kesehatan tradisional KoMPleMenter

Selanjutnya, pelayanan kesehatan tradisional komplementer

merupakan pelayanan kesehatan tradisional dengan menggunakan ilmu biokultural dan ilmu biomedis yang manfaat dan keamanannya terbukti secara ilmiah. Seperti akupuntur dan herbal.

“Untuk keahlian akunpuntur maupun herbal harus memiliki pendidikan minimal diploma tiga dan bergabung pada Perhimpunan Akupuntur Terapis Indonesia (HAKTI). Tetapi Kementerian Kesehatan masih memberikan waktu bila terapis akupuntur yang non D3 sudah berpraktek sebelum tahun 2014 atau saat UU Tenaga Kesehatan diterbitkan, masih boleh diberikan sertifikat sampai dengan tahun 2020. Apabila dokter umum ingin memiliki

kompetensi tambahan akupuntur, dokter tersebut harus memperoleh sertifikat kompetensi,” tambah Dra. Meinarwati.

Pelayanan kesehatan tradisional komplementer diberikan oleh tenaga kesehatan tradisional dalam rangka upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dan harus sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan dan standar prosedur operasional. Apabila tenaga kesehatan tradisional ini berhalangan, maka dapat digantikan dengan tenaga kesehatan tradisional lain yang memiliki kompetensi dan kewenangan yang sama. Jika tidak mampu memberikan pelayanan wajib merujuk pasien/kliennya ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tradisional lain.

Untuk setiap tenaga kesehatan tradisional harus memiliki kompetensi yang dibuktikan dengan sertifikat kompetensi dari hasil uji kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Setiap tenaga kesehatan tradisional yang menjalankan praktik wajib memiliki STRTKT (Surat Tanda Registrasi Tenaga Kesehatan Tradisional) berlaku lima tahun dan SIPTKT (Surat Izin Praktik Tenaga Kesehatan Tradisional). SIPTKT dinyatakan tidak berlaku apabila dicabut berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang; tenaga yang bersangkutan pindah tempat praktik/kerja; tenaga yang bersangkutan meninggal dunia;

36

Page 40: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

Pelayanan Kesehatan tradisional integrasi

Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang mengombinasikan pelayanan kesehatan konvensional dengan pelayanan kesehatan tradisional komplementer, baik bersifat sebagai pelengkap atau pengganti. Pelayanan kesehatan tradisional integrasi dilakukan secara bersama oleh tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan tradisional untuk pengobatan/perawatan pasien dan diselenggarakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang telah ditetapkan oleh pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan yang bersangkutan.

Sebelumnya pelayanan kesehatan tradisional integrasi dilakukan di rumah sakit harus dengan persetujuan dari pimpinan rumah sakit berdasarkan rekomendasi komite medik. Kemudian yang bukan merupakan rumah sakit, harus mendapatkan rekomendasi dari tim yang dibentuk oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

dan atas permintaan tenaga kesehatan tradisional.

Surat registrasi tersebut diberikan oleh konsil setelah memenuhi persyaratan yang meliputi memiliki ijazah pendidikan di bidang kesehatan, memiliki sertifikat kompetensi, memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental; mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi; serta membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. Untuk SIPTKT diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atas rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di Kabupaten/Kota tempat tenaga kesehatan tradisional melakukan praktik. SIPTKT masih berlaku sepanjang STRTKT masih berlaku dan tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIPTKT. Jadi, tenaga kesehatan tradisional hanya memiliki paling banyak dua SIPTKT yang berlaku untuk satu tempat.

Tenaga kesehatan tradisional dalam memberikan pelayanan kesehatan tradisional komplementer mempunyai hak, yaitu : memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan dan standar prosedur operasional; memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien/klien atau keluargannya; dan menerima imbalan jasa. Untuk kewajibannya, antara lain (1) memberikan pelayanan kesehatan tradisional komplementer sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan dan standar prosedur operasional serta kebutuhan pasien/klien; (2) merujuk pasien/klien dalam keadaan yang mengancam jiwa dan kegawatdaruratan atau keadaan-keadaan lain yang tidak dapat ditangani; (3) merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien/klien; (d) menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kesehatan tradisional komplementer.

37

Page 41: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

Penggunaan obat di Pelayanan Kesehatan

tradisional

Penyehat tradisional dan tenaga kesehatan tradisional dalam menggunakan Obat Tradisional harus memenuhi standar atau persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Mereka dapat memberikan obat kepada kline/pasien berupa obat tradisional yang diproduksi oleh industri/usaha obat tradisional yang sudah berizin serta memiliki nomor izin edar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan untuk

obat tradisional racikan sendiri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain obat tradisional, penyehat tradisional dan tenaga kesehatan tradisional dapat memberikan surat permintaan obat tradisional secara tertulis untuk klien/pasien.

Adapun penyehat tradisional dilarang memberikan dan menggunakan obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, narkotika dan psikotropika serta bahan berbahaya, radiasi, invasif dan menggunakan alat kesehatan, tumbuhan, hewan

dan mineral yang dilarang sesuai ketentuan perundang-undangan. Selain itu juga, tenaga kesehatan tradisional dilarang memberikan dan menggunakan obat keras, narkotika dan psikotropika serta bahan berbahaya, radiasi, invasif dan alat kesehatan yang tidak sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Penyehat tradisional dan tenaga kesehatan tradisional dilarang menjual dan mengedarkan obat tradisional racikan sendiri tanpa izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

38

Page 42: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

Inilah yang harus masyarakat tahu, bahwa masyarakat

sebagai klien atau pasien harus tahu hak dan kewajibannya. Klien dalam menerima pelayanan kesehatan tradisional empiris mempunyai hak, sebagai berikut (1) mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang pelayanan kesehatan tradisional empiris yang akan dilakukan; (2) mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan; (3) menolak tindakan pelayanan kesehatan tradisional empiris dan (4) mendapatkan isi catatan status

kesehatan. Kewajiban klien itu, diantaranya memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya dan memberikan imbalan jasa atas pelayanan kesehatan tradisional empiris yang diterima.

Untuk pengguna pelayanan kesehatan tradisional komplementer, pasien memiliki hak, yaitu (1) mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang pelayanan yang akan dilakukan; (2) meminta pendapat tenaga kesehatan tradisional lain; (3) mendapatkan

pelayanan sesuai dengan kebutuhan; (4) menolak tindakan pelayanan kesehatan tradisional komplementer; dan (5) mendapatkan isi catatan kesehatan. Kewajiban pasien, yaitu (1) memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya; (2) mematuhi nasihat dan petunjuk tenaga kesehatan tradisional; (3) mematuhi ketentuan yang berlaku di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tradisional; dan (4) memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

haK dan KewaJiban MasyaraKat Pengguna Pelayanan Kesehatan tradisional

LakUkan Cek MeDiS ke DOkTeR

Memang pengobatan non konvensional lebih banyak dipilih masyarakat karena dianggap lebih murah. Namun, pengobatan ini tentunya tidak bisa dijadikan sebagai pengganti pengobatan medis.

Sebelum kita menentukan jenis pengobatan apa yang akan dipilih, terlebih dahulu lakukan cek medis ke dokter yang berkompeten dengan penegakan diagnosis atau hasil pemeriksaan cek laboratorium, rontgen dan sebagainya, sehingga diketahui jenis penyakit yang di derita. Setelah kita mengetahui jenis penyakit yang diderita, kemudian diskusikan bersama keluarga pengobatan jenis apa yang akan dijalani. Perlu dipahami bahwa dengan mengetahui secara pasti diagnosa penyakit yang diderita, akan meminimalkan kesalahan dalam menentukan jenis pengobatan alternatif yang dipilih.

39

Page 43: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

kondisi di lapangan, tentunya berbeda dengan ketentuan yang

ada atau peraturan yang dibuat. Sama halnya, dengan peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang dalam pelaksanaannya ternyata masih banyak kekurangan. Melihat berbagai kekurangan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Kementerian Kesehatan sebagai regulator lantas melakukan evaluasi dan solusi, langkah terbaik apa yang harus ditempuh, sehingga dapat meningkatkan pemberian pelayanan kesehatan bagi peserta jaminan kesehatan.

Tepatnya, 7 Oktober 2015, Presiden Joko Widodo menandatangani Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan.

bayi Peserta bantuan iuran otoMatis Jadi Peserta JaMinan Kesehatan nasional

Tentunya, perubahan ini melihat hasil evaluasi pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) selama dua tahun ini. Diantaranya, bayi yang lahir dari pasangan PBI ini masih belum terjamin oleh BPJS Kesehatan.

Seorang bayi lahir dari pasangan PBI ini. Dalam peraturan sebelumnya, BPJS tidak menjamin kebutuhan biaya persalinan dan pelayanan kesehatan bayi, karena syarat kepesertaan JKN harus punya nomor induk kependudukan di dalam kartu keluarga, maka dipastikan BPJS Kesehatan tidak menjamin. Akhirnya, bayi tersebut menjadi pasien umum dan keluarga pasien harus membayar biaya perawatan bayi tersebut selama di rumah sakit, padahal jelas orangtua bayi masuk pada kepesertaan PBI. Permasalahan inilah, yang sering

dihadapkan pada pasien PBI.

Dengan adanya PP Nomor 76/2015 dijelaskan bahwa bayi yang dilahirkan oleh ibu kandung yang terdaftar sebagai PBI Jaminan Kesehatan secara otomatis ditetapkan sebagai PBI Jaminan Kesehatan. Setelah itu, bayi yang telah dilahirkan harus didaftarkan pada BPJS Kesehatan terdekat dengan pelayanan kelas III dan keluarga pasien menyertakan fotokopi kartu keluarga maupun KTP orangtua bayi.

Selanjutnya, perubahan lainnya mengenai Perubahan Data PBI Jaminan Kesehatan. Sebelumnya diatur, perubahan bisa dilakukan dengan: a. penghapusan data Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu yang tercantum sebagai PBI Jaminan Kesehatan karena tidak lagi memenuhi kriteria; dan

40

Page 44: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

b. penambahan data Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu untuk dicantumkan sebagai PBI Jaminan Kesehatan karena memenuhi kriteria Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu.

Pada PP terbaru ini, disebutkan perubahan data sebagaimana dimaksud pada PBI Jaminan Kesehatan dilakukan dengan : a. penghapusan; b. penggantian; atau c. penambahan. Penghapusan dilakukan apabila PBI Jaminan Kesehatan tidak lagi memenuhi kriteria sebagai Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu, meninggal dunia atau terdaftar lebih dari satu kali.

Sementara penggantian dilakukan dengan ketentuan: a. terdapat Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu yang belum masuk dalam data PBI Jaminan Kesehatan; b. terdapat penghapusan data PBI Jaminan Kesehatan; dan c. belum melampaui jumlah nasional PBI Jaminan Kesehatan.

Penambahan dilakukan apabila: a. terdapat Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu yang belum masuk dalam data PBI Jaminan Kesehatan; dan b. melampaui jumlah nasional PBI Jaminan Kesehatan.

“Penggantian dan penambahan sebagaimana dimaksud dapat berasal dari Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu yaitu: a. pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja dan belum bekerja setelah lebih dari 6 (enam) bulan; b. korban bencana pascabencana; c. pekerja yang memasuki masa pensiun; d. anggota keluarga dari pekerja yang meninggal dunia; e. bayi yang dilahirkan oleh ibu kandung dari keluarga yang terdaftar sebagai PBI Jaminan Kesehatan; f. tahanan/warga binaan pada rumah tahanan negara/lembaga pemasyarakatan; dan/atau g. penyandang masalah kesejahteraan sosial,” demikianlah bunyi Pasal 11 ayat 7 PP Nomor 76 tahun 2015.

Kemudian dalam PP tersebut disisipkan tiga pasal antara Pasal 11 dan Pasal 12, yaitu Pasal 11 A, Pasal 11B dan Pasal 11C. Yang isinya, mencakup bahwa perubahan data

PBI Jaminan Kesehatan diverifikasi dan divalidasi oleh Menteri, dalam hal ini Menteri Sosial. Dalam hal perubahan data PBI Jaminan Kesehatan tidak mengakibatkan jumlah nasional PBI Jaminan Kesehatan terlampaui, Menteri menetapkan perubahan data PBI Jaminan Kesehatan. Penetapan perubahan data dilakukan paling lama setiap enam bulan.

“Menteri (Sosial) menyampaikan penetapan perubahan data PBI Jaminan Kesehatan kepada Menteri (Kesehatan) dan Dewan Jaminan Semesta Nasional (DJSN), selanjutnya Menteri (Kesehatan) mendaftarkan perubahan PBI Jaminan Kesehatan sebagai peserta program JKN kepada BPJS Kesehatan,” bunyi Pasal 11 C Ayat 1 dan 2.

Pasal 15 juga mengalami perubahan, Peraturan sebelumnya penetapan jumlah PBI Jaminan Kesehatan pada tahun 2014 dilakukan dengan menggunakan hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial tahun 2011 sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Menteri dan berkoordinasi dengan Menteri yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan di bidang Keuangan dan Menteri atau Pimpinan Lembaga terkait.

Selanjutnya, Pasal 15 mengalami revisi yang berbunyi pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku jumlah PBI Jaminan Kesehatan tahun 2015 ditetapkan oleh Menteri berdasarkan basis data terpadu tahun 2014 yang telah diverifikasi dan divalidasi, setelah berkoordinasi dengan Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan, serta Menteri atau Pimpinan Lembaga terkait.

Demikianlah bunyi PP tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan. PP ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.

41

Page 45: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

Pengaduan Pelayanan JKn.

laPorKan...!!!

Keluhan masyarakat terhadap pelayanan

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) memang tidak bisa terbendung, baik dari sisi pelayanan kesehatan, ketersediaan obat maupun ketersediaan ruang rawat inap. Untuk mendapatkan informasi ketersediaan ruang rawat inap ini, masyarakat harus menghubungi via telephone atau mendatangi satu per satu rumah sakit. Cara mendapatkan informasi seperti itu, membutuhkan waktu yang cukup lama, apalagi ternyata hasil yang diinginkan tidak terpenuhi, artinya kita hanya membuang waktu dan tenaga saja.

42

Page 46: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

Kementerian Kesehatan mewajibkan rumah sakit untuk menginformasikan ketersediaan ruang rawat inap yang informasinya diberikan secara langsung melalui fasilitas pelayanan informasi/petugas rumah sakit dan pemberian informasi secara tidak langsung melalui papan pengumuman atau website yang tentunya berbasis data realtime. Demikianlah bunyi Pasal 22A pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 99 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 Tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional.

Permenkes yang baru diundangkan tanggal 8 Januari 2016 ini, juga menambahkan

tentang informasi penanganan pengaduan. Dijelaskan pada Pasal 39A, setiap peserta atau masyarakat dapat menyampaikan pengaduan terhadap pelayanan JKN yang disampaikan kepada fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan yang sudah menyediakan sarana pengaduan yang dikelola bersama-sama ataupun sendiri-sendiri. Apabila masyarakat tidak puas dengan penyelesaian pengaduan oleh fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan, maka pengaduan dapat disampaikan secara berjenjang kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan Menteri.

Kemudian (Pasal 39A) fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan

wajib menyusun mekanisme pengelolaan pengaduan dari peserta atau masyarakat dengan mengedepankan asas penyelesaian yang cepat dan tuntas. Dalam hal fasilitas kesehatan berupa fasilitas kesehatan tingkat pertama, maka penyusunan mekanisme pengelolaan pengaduan dapat dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Pada Permenkes Nomor 99 Tahun 2015 ini memang menambahkan Pasal khusus untuk mengatur akses informasi pelayanan dan penanganan pengaduan keluhan pelayanan bagi peserta Jaminan Kesehatan Nasional. Namun ada beberapa Pasal yang mengalami perubahan.

43

Page 47: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

Pasal yang mengalami perubahan, diantaranya pada pasal 3 terdapat perubahan dan penambahan berupa keharusan tersedianya Fasilitas Laboratorium Pratama di faskes tingkat pertama, bila tidak dapat tersedia, maka BPJS Kesehatan dapat bekerjasama dengan laboratorium tingkat pratama.

Selanjutnya, ada penambahan pertasal 4 ayat 4 bahwa dalam hal perjanjian kerjasama dilakukan antara BPJS Kesehatan dengan Fasilitas Kesehatan yang membentuk jejaring harus ditandatangani oleh unsur fasilitas kesehatan dan semua jejaringnya. Kemudian diantara Pasal 4 dan Pasal 5 disisipkan satu pasal, yakni Pasal 4A yang berbunyi BPJS Kesehatan wajib melaporkan secara berkala kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah mengenai seluruh fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Pasal ini sebuah penegasan karena memang jelas ketersediaan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah, seperti yang tercantum pada Pasal 35 Perpres 12 Tahun 2013.

Pasal 5 ayat 2 juga mengalami perubahan, yaitu ketentuan persyaratan kerja sama dengan BPJS Kesehatan

dan Fasilitas Kesehatan harus mempertimbangkan aksesibilitas, kecukupan antara jumlah fasilitas kesehatan dengan jumlah peserta yang harus dilayani, kapasitas fasilitas kesehatan, serta jumlah penduduk di wilayah tersebut.

Perubahan terjadi pada Pasal 8 yang dimaksud bahwa apabila di suatu Kecamatan tidak terdapat dokter, maka BPJS Kesehatan dapat bekerja sama dengan praktik bidan/praktik perawat untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pratama sesuai dengan kewenangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Persyaratan bagi praktik bidan/praktik perawat terdiri atas Surat Ijin Praktik (SIP); Nowor Pokok Wajib Pajak (NPWP); dan surat kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan Kesehatan Nasional. Persyaratan ini harus mendapatkan rekomendasi dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Organisasi Profesi.

Pada Pasal 9 disisipkan dua ayat, yakni ayat 2a dan ayat 2b, dengan bunyi, sebagai berikut : ayat 2a, Seleksi dan kredensialing melibatkan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Asosiasi Fasilitas Kesehatan. Ayat 2b, dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Asosiasi Fasilitas Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2a) tidak terlibat dalam

seleksi dan kredensialing, maka BPJS Kesehatan dalam melakukan penetapan hasil secara bersama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Asosiasi Fasilitas Kesehatan.

Kemudian, pada Pasal 10 kembali dipertegas bahwa perpanjangan kerja sama antara fasilitas kesehatan dengan BPJS Kesehatan setelah dilakukan rekredensialing. Rekredensialing dilakukan dengan menggunakan kriteria teknis dan penilaian kinerja yang disepakati bersama, serta ketentuan melibatkan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Asosiasi Fasilitas Kesehatan.

Ketentuan Pasal 11 diubah pula. Pada Permenkes sebelumnya, fasilitas kesehatan mengajukan keberatan terhadap hasil kredensialing dan rekredensialing dilaksanakan oleh BPJS Kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pada Permenkes saat ini (PMK 99/2015) fasilitas kesehatan mengajukan keberatan kepada Dinas Kesehatan Provinsi, sekaligus Dinas Kesehatan Provinsi menindaklanjuti keberatan yang diajukan fasilitas kesehatan dengan membentuk tim penyelesaian keberatan.

Diantara Pasal 15 dan Pasal 16 disisipkan satu pasal, yakni Pasal 15A yang berbunyi, sebagai berikut seluruh

44

Page 48: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan wajib memberikan informasi mengenai hak dan kewajiban pasien termasuk mengenai pelayanan JKN. Sebenarnya, Pasal ini sudah pula dijelaskan pada Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Artinya sebelum ada JKN pun, hak dan kewajiban pasien sudah melekat dan dengan Permenkes 99 ini kembali diperkuat dengan kerja sama yang baik antara fasilitas kesehatan dengan BPJS Kesehatan agar saling mendukung dan melengkapi proses penjelasan tersebut.

Selanjutnya, Pasal 16 terdapat perubahan tentang cakupan pelayanan kesehatan non spesialistik di fasilitas kesehatan tingkat pratama. Perubahan yang dihapuskan, yaitu transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis. Artinya pada Pasal 18, pelayanan rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis mencakup pelayanan transfusi darah sesuai kompetensi fasilitas kesehatan dan kebutuhan medis dihapuskan dari Pasal 18.

Pada Pasal 22 dan Pasal 23 disisipkan satu pasal, yakni Pasal 22A, yang berbunyi sebagai berikut (1) Rumah Sakit wajib menginformasikan ketersediaan ruang rawat inap untuk pelayanan JKN; (2) Informasi dapat diberikan secara langsung dan tidak langsung; (3) Pemberian informasi secara langsung dilakukan dengan menyediakan fasilitas

pelayanan informasi atau dilakukan oleh petugas Rumah Sakit; (4) Pemberian informasi secara tidak langsung dilakukan melalui papan pengumuman atau website.

Hal ini menanggapi keluhan mengenai penuhnya rumah sakit ataupun ketidaktersediaan tempat tidur di rumah sakit. Selain itu juga, kewajiban rumah sakit terkait dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Perubahan lainnya, terdapat pada Pasal 25 dengan tujuan untuk memperlancar penyediaan obat rujuk balik, yakni untuk menjamin pemenuhan obat program rujuk balik BPJS Kesehatan harus melakukan kerja sama dengan apotek, ruang farmasi atau instalasi farmasi di fasilitas kesehatan tingkat pertama yang mudah diakses oleh peserta JKN.

Diantara Pasal 32 dan Pasal 33 disisipkan satu pasal, yakni Pasal 32A yang berbunyi, sebagai berikut bahwa terdapat pelayanan nonkapitasi yang diberikan oleh jejaring fasilitas kesehatan, BPJS Kesehatan membayarkan langsung klaim pembiayaan pelayanan tersebut kepada jejaring fasilitas kesehatan.

Ketentuan Pasal 39 ayat 3 terjadi perubahan, bahwa BPJS Kesehatan wajib melaporkan hasil Utilization Review secara berkala kepada Menteri

dan DJSN. Kata “wajib” ditambahkan pada revisi ini. Kemudian, Pasal 39A dan Pasal 39B ditambahkan terkait penanganan pengaduan.

Perubahan Pasal 41 tentang jangka waktu harus terakreditasinya fasilitas kesehatan untuk dapat bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Bahwa fasilitas kesehatan tingkat pertama harus menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dalam jangka waktu tujuh tahun sejak Peraturan Menteri ini berlaku. Artinya, fasilitas kesehatan tingkat pertama, diberi waktu tenggang sampai sebelum 1 Januari 2023. Kemudian, Rumah Sakit diberi waktu lima tahun, sebelum 1 Januari 2021.

Demikianlah beberapa perubahan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 99 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 Tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional. Semoga pelayanan kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional ini semakin memprioritaskan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.

45

Page 49: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

rubrik FOTO bEriTa

Transformasi Budaya Kerja di dalam suatu organisasi pemerintahan penting artinya sebagai pengembangan untuk meningkatkan performa aparatur dalam menjalankan tugas sebagai abdi negara, dan juga regulasi dan deregulasi kebijakan pemerintahan.

Secara umum tujuan pengembangan kinerja adalah agar individu, organisasi dan suatu sistem yang ada dapat berjalan secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan ideal dari individu maupun organisasi tersebut. Pada akhirnya diharapkan tata kepemerintahan yang baik, atau yang lebih dikenal dengan good governance, dapat terwujud.

Kebijakan Reformasi Birokrasi membawa ASN ke dalam era yang membutuhkan disiplin dan komitmen tinggi dalam menjalankan tugas sebagai aparatur negara. Sehingga dalam rangka mewujudkan Reformasi Birokrasi, sangatlah penting untuk terus melakukan perbaikan dalam hal pengelolaan SDM dan penataan unit organisasi di lingkungan masing-masing unit kerja.

TRanfORMaSi BUDaya keRja MenUjU GOOD GOveRnanCe Dan CLean GOveRnMenT

46

Page 50: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

DiRekTORaT PeLayanan keSeHaTan TRaDiSiOnaL

Tanggal 17 s.d 20 Maret 2016, Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional mengadakan Pertemuan Konsolidasi Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia di kota Solo, Jawa Tengah.

Pada kesempatan itu, peserta Konsolidasi melakukan kunjungan studi banding ke Tawang Mangu, di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional atau B2P2TOOT .

B2P2TOOT memprioritaskan pada Saintifikasi Jamu, dari hulu ke hilir, mulai dari riset etnofarmatologi tumbuhan obat dan JAMU, pelestarian, budidaya, pascapanen, riset praklinik, riset klinik, teknologi, menajemen bahan JAMU, penelitian iptek, pelayanan iptek, dan diseminasi s.d community empowerment. Selanjutnya, peserta mengunjungi Poltekkes Klaten dan melakukan studi banding ke jurusan jamu dan akupunktur.

Peserta Konsolidasi juga menerima kuliah berisi motivasi dan game-game interaksi dengan tujuan mengubah sikap menjadi lebih baik. Pada malam terakhir di tutup dengan acara ramah tama dengan konsep gala dinner ala nusantara dimana peserta makan malam dengan pakaian adat istiadat yang menunjukkan tradisi dan kekayaan budaya bangsa.

Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional, Dra. Meinarwati, Apt, M.Kes menyampaikan arahan bahwa pertemuan konsolidasi ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan disiplin, sehingga mutu dan kualitas Sumber Daya Manusia Direktorat menjadi lebih baik.

47

Page 51: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal

PeninGkaTan keMaMPUan PeGaWaiDiRekTORaT faSiLiTaS PeLayanan keSeHaTan

Perubahan manajemen yang baik, tidak hanya melihat out put, akan tetapi juga melihat out come. Reformasi secara total perlu dilakukan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih (clean governance) komunikasi efektif untuk menumbuhkan persamaan persepsi. Untuk itu dukungan pegawai yang memahami akan hak dan kewajiban merupakan tuntutan yang harus segera dibenahi. Sesuai dengan tema peningkatan kapasitas pegawai tahun ini yaitu: “Dengan Kebersamaan Kita Bangun Kinerja untuk Mewujudkan Peningkatan Mutu Fasyankes “.

Diharapkan kegiatan peningkatan pegawai ini dapat meningkatkan produktivitas dan kinerja yang selanjutnya akan berimplikasi dengan tunjangan kinerja sehingga aplikasi dari peraturan-peraturan kepegawaian yang ada dapat tercapai secara optimal. Untuk meningkatkan kualitas, produktivitas dan daya saing, perlu segera dilakukan terobosan salah satunya adalah dengan meningkatkan budaya kerja. Hal ini sangat terkait dengan proses pembangunan karakter, sikap dan perilaku pegawai.

Dari kegiatan peningkatan kamampuan pegawai ini masing-masing pegawai mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan. Selain itu, dapat diperoleh metode yang terbaik agar tiap orang dapat bekerjasama dengan rekan kerja yang memiliki karakteristik berbeda, peningkatan kemampuan untuk memahami orang lain, dan peningkatan kepedulian atas pekerjaan orang lain.

48

Page 52: DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANyankes.kemkes.go.id/assets/downloads/warta/Warta Yankes Ed 1 Tah… · Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal