4 indept news 15 laporan utama 25 reportase202.70.136.12/assets/downloads/warta/warta yankes... ·...

52
Indept News Laporan Utama Reportase 25 15 4 Untuk melaksanakan data berskala nasional, perlu dilakukan registrasi kanker Seperti apa penyelenggaraan pelayanan rawat jalan eksekutif di rumah sakit Butuh komitmen dan awareness lintas sektor untuk menyukseskan pengendalian resistensi antimikroba

Upload: buidieu

Post on 11-Aug-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Indept News Laporan Utama Reportase25154Untuk melaksanakan data berskala nasional, perlu dilakukan registrasi kanker

Seperti apa penyelenggaraanpelayanan rawat jalan eksekutifdi rumah sakit

Butuh komitmen dan awarenesslintas sektor untuk menyukseskanpengendalian resistensiantimikroba

12 INDIKATOR KELUARGA SEHAT

Ikut KB Bersalin

Di FasyankesImunisasi

Dasar

Lengkap

ASI Eksklusif

Pantau Tumbuh

Balita

Penderita TB

Paru Berobat

Sesuai Standar

Penderita

Hipertensi

Berobat TeraturGangguan Jiwa

Diobati dan

Tidak

Diterlantarkan

Tidak

Merokok

Pakai

Air Bersih

Gunakan

Jamban Sehat

Ikut JKN

DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATANKEMENTERIAN KESEHATAN R.I

Tindakan Nyata Tumbuh dari Rasa Empati dan Kepedulian ''Gerakan Seribu Sehari''

Tindakan Nyata Tumbuh dari Rasa Empati dan Kepedulian ''Gerakan Seribu Sehari''

Manfaatkan kertas bekas Matikan komputer dan peralatan listrik, jika sudah tidak dipergunakan

Kurangi menggunakan plastik/sterofoam

Gunakan tempat sampah tertutup : Pisahkan antara sampah basah,

sampah kering dan sampah berbahaya

Minimalkan penggunaan kendaraan pribadi ke kantor

atau maksimalkan penumpang dalam 1 mobil

Tidak merokok

Beraktivitas �sik, sekurangnya 30 menit

tiap hari

Cuci tangan pakai sabun sesering mungkin

Konsumsi makanan bergizi seimbang :

Makan buah dan sayur 3 – 5 porsi sehari

Sehatdi tempat kerja

Sehatdi tempat kerja

Indonesia merupakan negara keempat dengan jumlah populasi terbanyak di dunia. Dari 10 negara dengan

jumlah penduduk terbanyak di dunia, hanya Indonesia yang belum mempunyai data registrasi kanker nasional. Data ini akan ada bila data kanker yang diperoleh mencakup seluruh data kanker dari populasi atau masyarakat, bukan hanya data yang berasal dari rumah sakit saja. Untuk menghasilkan data kanker, kita harus melakukan proses pengumpulan data sistematik dari penemuan, karateristik dan outcome dari penyakit keganasan yang dilaporkan untuk membantu menilai dan mengendalikan keganasan/kanker. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan bersama Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) sedang mengupayakan adanya data tersebut. Sehingga akhirnya dapat diketahui nilai beban kanker serta diketahui dampak intervensi dalam pencegahan dan pengendalian kanker. Terkait hal ini, redaksi akan menyajikan indepth news mengenai registrasi kanker nasional.

Rubrik Laporan Utama akan menambah wawasan dan pemahaman terkait Permenkes nomor 11 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Rawat Jalan Eksekutif di Rumah Sakit. Pada Warta Yankes Edisi III akan dibahas juga mengenai Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) yang merupakan suatu gerakan dalam rangka mengendalikan terjadinya kuman-kuman resisten terhadap antibiotik, sehingga masalah ini perlu ditangani dengan penggunaan antibiotik secara bijak serta penerapan pengendalian infeksi secara benar.

Profil kali ini menyajikan tentang Indonesia Healthcare Forum (IndoHCF) menjadi salah satu mitra pemerintah baik pusat maupun daerah, yang berfokus kepada dalam upaya pembangunan kesehatan di Indonesia khususnya SPGDT Pra-Rumah Sakit, Kesehatan Ibu & Anak, Inovasi Alat Kesehatan, Inovasi e-Health dan Inovasi Robotik Kesehatan.

Akhir kata, semoga Warta Yankes Edisi III ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman kita bersama terutama terkait program dan layanan di Kementerian Kesehatan dalam upaya penguatan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia.

Sekretaris Ditjen Pelayanan KesehatanDr. dr. Agus Hadian Rahim, Sp. OT (K), M.Epid, MH. Kes

SALAM REDAKSI

t SUSUNAN REDAKSI

PENANGGUNG JAWAB Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan

REDAKTUR - Dr. dr. Agus Hadian Rahim, SpOT (K), M.Epid, MH.Kes - Yuliana Sriwahyuni, SH, MH

PENYUNTING- dr. Yuwanda Nova, SH, MARS - Eti Ekawati, SH, MH - Ani Mindo Chaerani, SE - Auliyana Zahrawani T, SKM- Helly Oktaviani, SKM, MARS

- Denny Sugarna - Inu Wisnujati, S.Kom - Desi Syetiani, S.Sos - dr. Asral Hasan, MPH - Teti Ratnawati, S.Sos, MM - dr. Agus Kamal Purba, MPH - Retna Pusparini, S.Kep - Dra. Akas Yekti Angembani

GRAPHIC DESIGN- Lydia Okva Anjelia, S.I.Kom- Rachmat Fathoni, S.Sos- Rohmad Fajri Susetyo, S.I.Kom

FOTOGRAFER - Ika Juniarti, S.Sos- Dini Iswari Putri, S.I.Kom

SEKRETARIAT - Ahmad Rifai, SH - Leonardo Michael Matitaputty, SH - Diyan Sri Harnanto, SH - Bayu Koli Nugroho, SH - Meidina Terianawati, ST

Selamat Membaca !

1

DAFTAR ISI

Pastikan Kualitas Data Penderita Kanker

04

15

LAPORAN UTAMA

Penyelenggaraan Pelayanan Rawat Jalan Eksekutif di Rumah Sakit

Kemenkes telah menerbitkan Permenkes tentang Penyelenggaraan Pelayanan Rawat Jalan Eksekutif di Rumah Sakit. Tetapi, peraturan itu dinilai telah menciptakan diskriminasi bagi peserta Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN). Lantas, apakah maksud adanya peraturan tersebut.

Hingga saat ini besaran beban kanker berskala nasional di Indonesia masih belum tersedia. Untuk melaksanakan ketersediaan data, perlu dilakukan registrasi kanker. Sejauh ini bagaimana hambatan

dalam mengumpulkan data.

INDEPTH NEWS

02

20 Serangan jantung adalah kondisi darurat medis, apabila tidak ditangani dengan segera dapat berujung pada kematian. Seperti apa cara membantu orang yang terkena serangan

seperti itu ?

PROFILE DENGAN BHD MASYARAKAT SIGAP DAN TANGGAP

KEADAAN GAWAT DARURAT

25

REPORTASE

Kementerian Kesehatan tidak bisa berjuang sendiri dalam menghadapi permasalahan resistensi antimikroba. Butuh komitmen dan awareness lintas sektor untuk

menyukseskan pengendalian tersebut.

Komitmen dan Awareness Lintas Sektor Kunci Sukses Pengendalian Resistensi Antimikroba

30 38Ayo Manfaatkan Toga dan Akupresur untuk Asuhan Mandiri (Self Care) dalam

Keluarga Indonesia.Penuaan, suatu proses alami setiap manusia

dan identik dengan kepikunan. Namun, apakah kepikunan dapat dicegah ?

OPINIAPAKAH KEPIKUNAN DAPAT DI CEGAH ???

03

INDEPTH NEWS

Pastikan Kualitas Data

Penderita Kanker

Hingga saat ini besaran beban kanker berskala nasional di

Indonesia masih belum tersedia. Berdasarkan hasil Population Based Cancer Registry (PBCR) Jakarta yang telah dilaporkan ke WHO-The International Agency for Research on Cancer (IARC) bahwa data insidens kanker di Indonesia tidak dapat dimasukkan ke data insidens kanker di lima benua atau dikenal dengan Cancer Incidens In 5 Continents (CI5).

Hal ini disebabkan, karena masih rendahnya pemeriksaan mikroskopik sebagai standard baku emas diagnosis kanker, hanya 74,6 persen dari standard pencapaian 75 persen, kemudian tingginya keganasan yang tidak diketahui lokasi tumor primernya sekitar lebih 10 persen dari standard 2,5 persen.

Sehingga data tersebut dikelompokkan ke dalam data estimasi kanker, yaitu Globocan 2012. Data Globocan tersebut masih dikategorikan sebagai frekuensi karena cakupan insidens kanker Jakarta hanya mewakili 4 persen populasi Indonesia, padahal standard cakupan lebih 10 persen populasi negara.

Mengingat Indonesia merupakan negara yang sangat luas dan mempunyai jumlah penduduk yang sangat banyak, maka tidak memungkinkan pengumpulan data

04

kanker dari seluruh populasi di Indonesia.

Sesuai dengan WHO-IARC klasifikasi jenis data kanker bahwa Kementerian Kesehatan bersama Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) bidang Data dan Informasi menargetkan adanya ketersediaan data insidens kanker berkualitas tinggi dengan cakupan 10 – 15 persen dari seluruh penduduk Indonesia.

Berawal dari Registrasi Kanker

Untuk melaksanakan ketersediaan data tersebut, perlu dilakukan registrasi kanker yang merupakan proses pengumpulan, penyimpanan, pengolahan dan analisa informasi tentang kasus kanker dalam suatu populasi atau rumah sakit untuk menghasilkan statistik keadaan kanker berdasarkan struktur data, serta menghasilkan kerangka kerja bagi penanggulangan kanker.

Berdasarkan struktur data, terdapat berbagai jenis registrasi kanker, yaitu pertama, registrasi kanker berbasis populasi adalah suatu kegiatan registrasi kanker yang secara sistematik mengumpulkan informasi kanker pada seluruh kasus kanker yang dilaporkan oleh berbagai sumber data pada populasi di wilayah yang sudah ditetapkan yang bertujuan untuk mendukung kegiatan pengendalian beban kanker sesuai dengan kondisi masyarakat; kedua, registrasi kanker berbasis rumah sakit adalah suatu kegiatan pencatatan pelaporan semua kasus kanker yang berkunjung ke rumah sakit tersebut; ketiga, registrasi kanker berbasis patologi

anatomi yaitu kegiatan pencatatan dan pelaporan kanker pada laboratorium patologi anatomi sesuai dengan morfologi diagnose kanker; keempat, registrasi kanker berbasis organ spesifik, misalnya registrasi kanker payudara, registrasi kanker leher rahim, registrasi kanker darah dan lain sebagainya.

“Dari jenis registrasi kanker ini, WHO melalui badan yang bernama International Agency for Research on Cancer (IARC) dan International Agency for Cancer Registration (IACR) menetapkan bahwa data beban kanker yang diakui secara internasional adalah registrasi kanker berbasis populasi,” ungkap Ketua Bidang Data dan Informasi KPKN, dr. Evlina Suzanna, SpPA.

Hal lain disampaikan, bahwa registrasi kanker ini satu-satunya registrasi penyakit spesifik kanker yang sangat penting guna menilai beban kanker dan juga mengukur dampak intervensi dalam pencegahan dan pengendalian kanker. Registrasi kanker berbasis

populasi sebagai sumber informasi yang unik dan penting untuk pengawasan program kesehatan tentang kanker di masyarakat, termasuk data insidens kanker yang merupakan salah satu dari 25 indikator yang disepakati para Menteri Kesehatan Negara anggota WHA. Untuk kanker, secara spesifik dibutuhkan data tentang insidens kanker dengan jenis kanker per 1000 penduduk. Data ini hanya akan dapat diperoleh dengan adanya sistem registrasi kanker berbasis populasi yang baik, bukan data yang berasal dari rumah sakit saja.

dr. Evlina Suzanna, SpPA menambahkan kanker yang merupakan penyakit dengan berbagai jenis organ dari masing-masing jenis kanker membutuhkan diagnosis dan penanganan spesifik dari para ahli multidisiplin. Karena menimbulkan masalah secara luas, tetapi spesifik, perlu ada suatu standar pencatatan pelaporan baku yang dapat menjadi acuan bagi semua negara, sehingga data beban kanker tersebut dapat dibandingkan, dan dapat

Ketua Bidang Data dan Informasi KPKN, dr. Evlina Suzanna, SpPA.

05

menjadi dasar penanggulangan secara spesifik. Karena itu, WHO-IARC-IACR menetapkan sistem pencatatan terstandar untuk kanker, yaitu Registrasi Kanker berbasis populasi.

“Setelah diperoleh struktur data, maka data difungsikan untuk mengetahui besaran masalah yang kemudian menjadi acuan dalam menetapkan program prioritas dan untuk memonitor serta mengevaluasi program,” jelas dr. Evlina.

Agar proses registrasi kanker berjalan dengan baik, maka diperlukan pembentukan registrasi kanker nasional untuk mendapatkan data kanker sesuai standard WHO-IARC. Sejalan dengan hal tersebut, dilakukan penunjukan rumah sakit

rujukan kanker nasional melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor HK.02.02/Menkes/410/2016 tentang Rumah Sakit Pelaksana Registrasi Kanker dan Rumah Sakit Pusat Pengendali Data Beban Kanker Nasional.

Diantaranya, RSUP H. Adam Malik Medan-Sumatera Utara; RSUP M. Djamil Padang-Sumatera Utara; RSUP M. Hoesin Palembang-Sumatera Selatan; RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat-DKI Jakarta; RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung-Jawa Barat; RSUP dr. Kariadi Semarang-Jawa Tengah; RSUP dr. Sardjito Sleman-DI Yogyakarta; RSUD dr. Soetomo Surabaya-Jawa Timur; RSUP Sanglah Denpasar-Bali; RSUD dr. Soedarso Pontianak-Kalimantan Barat; RSUD H.A.

Wahab Syahranie Samarinda-Kalimantan Timur; RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar-Sulawesi Selatan; RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado-Sumatera Utara; dan RSUD Dok II Jayapura-Papua.

Fasyankes Punya Tugas Registrasi Kanker

Setiap fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) memiliki tugas dan fungsi masing-masing, seperti yang dijelaskan pada alur teknis kerja registrasi kanker berbasis populasi.

Pada alur teknis kerja registrasi kanker berbasis populasi, dijelaskan setiap rumah sakit (termasuk rumah sakit rujukan nasional/regional) sebagai sumber data melakukan registrasi kanker berbasis rumah sakit (kasus kejadian dan kasus kematian akibat keganasan dan suspek keganasan) yang berasal dari seluruh instalasi sumber data,

06

yaitu instalasi patologi anatomi (histologi dan sitologi yang menunjukkan keganasan), instalasi patologi klinik (penanda tumor yang tidak normal dan aspirasi sumsum tulang yang menunjukkan keganasan), instalasi radiologi/radiodiagnostik (untuk diagnosa, follow up, dan penentuan stadium terkait kasus keganasan), instalasi radioterapi (untuk diagnosa keganasan), pemulasaraan jenazah (untuk penyebab dasar, penyebab antara, dan penyebab langsung berupa diagnosa keganasan dan terkait keganasan), instalasi farmasi (untuk kemoterapi), instalasi bedah sentral (untuk diagnosa pre-op dan/atau post-op keganasan), dan lain-lain sesuai dengan analisa situasi rumah sakit masing-masing mengenai instalasi yang dapat dijadikan sumber data kasus keganasan.

Sedangkan untuk fasilitas pelayanan kesehatan selain rumah sakit (puskesmas, klinik, laboratorium PA/PK swasta), kantor pendataan pasien kanker yang ditangani di luar Indonesia, yayasan kanker, perhimpunan kedokteran indonesia, kantor asuransi kesehatan, dan praktek pengobatan tradisional juga mengumpulkan data kasus kejadian dan kasus kematian akibat keganasan dan suspek keganasan. Dengan tugas mencatat seluruh data kasus atau suspek kanker serta kematian akibat kanker di wilayahnya, kemudian melaporkan data kepada Rumah Sakit Pemantau Kualitas Data di regionalnya melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Selanjutnya mencatat dan memantau kasus terduga kanker

maupun yang telah terdiagnosis kanker yang putus (dropout) pengobatan di RS dengan menggunakan pengobatan pengganti (alternatif).

Kemudian, kasus kematian akibat kanker di populasi ini, dikumpulkan secara rincian data seluruh penyebab kematian (bukan jumlah) yang dapat berasal dari Suku Dinas Kesehatan, Biro Pusat Statistik, dan Kantor Kelurahan.

Untuk membangun Registrasi Kanker Berbasis Populasi, rumah sakit melaporkan seluruh data Registrasi Kanker Berbasis Rumah Sakit (domisili regional dan non regional) sedangkan instansi sumber data lainnya melaporkan kasus kejadian dan kasus kematian akibat keganasan (data beban kanker) dari penduduk wilayah cakupan (domisili regional). Selain data, seluruh instansi juga menyerahkan laporan kegiatan ke Dinas Kesehatan Provinsi.

Dilanjutkan, bagaimana tugas Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Bahwa Dinas Kesehatan Provinsi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan registrasi kanker berbasis populasi di wilayah kerjanya dan bekerjasama dengan rumah sakit rujukan nasional yang telah ditetapkan pusat kualitas data di regional tersebut. Kemudian, Dinas Kesehatan Provinsi meneruskan pelaksanaan tugas ke Dinas Kesehatan Kab/kota yang ditentukan.

Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota berwenang meminta/mengumpulkan data dari seluruh fasilitas pelayanan kesehatan serta

instansi sumber data lainnya. Data beban kanker dan laporan kegiatan tersebut kemudian akan diteruskan ke kantor Registrasi Kanker Berbasis Populasi di Regional yaitu Rumah Sakit Rujukan Nasional di Regional. Untuk rumah sakit, juga melaporkan data Registrasi Kanker Berbasis Rumah Sakit (pasien berasal dari dalam maupun luar wilayah cakupan/domisili regional) untuk dikompilasi untuk melihat duplikasi juga untuk saling melengkapi data dari pola sistem rujukan.

Sementara itu, tugas Kantor Registrasi Kanker Berbasis Populasi di Regional mengirimkan umpan balik berupa data beban kanker yang sudah terverifikasi ke Dinas Kesehatan Provinsi.Dan, Dinas Kesehatan Provinsi memberikan umpan balik berupa data beban kanker yang sudah diverifikasi oleh Kantor Registrasi Kanker Berbasis Populasi di Regional serta laporan analisis data regional dari Kementerian Kesehatan kepada seluruh instansi sumber data Registrasi Kanker Berbasis Populasi di Regional.

Sebagai kantor Registrasi Kanker Berbasis Populasi di Regional, Rumah Sakit Rujukan Nasional di Regional mengirimkan data beban kanker diantaranya kasus kanker dan kematian akibat

07

Pertemuan Workshop Cancer Registry Bagi Petugas di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Dinas Kesehatan Provinsi

kanker serta laporan kegiatan wilayahnya (sesuai standard pelaporan registrasi kanker) ke Pusat Pengendali Mutu data beban kanker nasional yaitu RS Kanker Dharmais di Jakarta.

Pusat Pengendali Mutu data beban kanker Nasional menggabungkan seluruh data beban kanker dari regional, lalu melakukan verifikasi dan manajemen data terhadap data tersebut kemudian memberi umpan balik data beban kanker terverifikasi tersebut ke Kantor Registrasi Kanker Berbasis Populasi di Regional.

Pusat Pengendali Mutu data beban kanker nasional melakukan koordinasi dengan Pusat Data dan Informasi Kanker WHO-IARC-IACR yang berkedudukan di Lyon,

Prancis dalam hal penetapan kualitas data di Indonesia. Pusat Pengendali Mutu data beban kanker nasional melakukan analisis terhadap data beban kanker regional dan nasional serta mengkonsultasikannya ke WHO-IARC-IACR serta menyusun laporan kegiatan dari regional kemudian melaporkannya ke Sekretaris Jenderal, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, serta Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Pusat Pengendali Mutu data beban kanker nasional juga melaporkan laporan kegiatan Registrasi Kanker Berbasis Populasi Regional dan Nasional serta melaporkan kepada

Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN).

Kemudian, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan memberi umpan balik laporan analisis data regional ke Dinas Kesehatan Provinsi juga Pemerintah Daerah di Regional tersebut.

Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui Pusat Data dan Informasi mempublikasikan data beban kanker nasional dan melaporkan data beban kanker agar dapat diakses para pengguna/pemerhati data kanker.

Setelah menerima umpan balik dari Pusat Pengendali Mutu Data Beban Kanker Nasional, masing-masing instansi sumber data membuat laporan beban kanker sesuai dengan standard pelaporan yang ditetapkan.

08

dr. Evlina juga menjelaskan secara ringkas tahapan pelaksanaan registrasi kanker. Hal yang perlu dilakukan, yaitu Pertama, pengumpulan (ekstraksi) sumber data. Data yang di ekstraksi diperoleh dari berbagai departemen/instalasi di Rumah Sakit tersebut yaitu Sistem Informasi Rumah Sakit, Rekam Medik, Patologi Anatomi, Radioterapi, Radiodiagnostik/Radiologi, Patologi Klinik, Radioterapi, Farmasi, Instalasi Gawat Darurat, Rehabilitasi Medik, Kejiwaan, Gizi klinis, Jantung, Pemulasaraan Jenazah, Unit Follow Up, Unit Paliatif, Kelompok Staf Medik Fungsional (SMF) Anak, dan departemen/instalasi lain yang mungkin menemukan kasus keganasan.

Kedua, abstraksi data. Data dari berbagai sumber digabungkan menjadi satu file (kompilasi data), dikombinasi dan menghilangkan duplikasi data, lalu diabstraksi di dalam lembar abstrak SRiKandI. Pada tahap abstraksi data, lembar

abstrak SRiKandI dilengkapi dengan mengekstrak data dari status rekam medik.

Ketiga, lakukan koding dan pengendalian mutu. Setelah diabstraksi, data dikoding sebelum dilakukan verifikasi I. Verifikasi I dilakukan pada lembar abstrak dengan memeriksa kesesuaian data antar variabel dengan memperhatikan informasi penting lainnya. Kemudian data dientri kedalam software CanReg. Selanjutnya, dilakukan verifikasi II untuk menilai kembali kesesuaian antar variabel termasuk dengan gambaran epidemiologi kanker menurut fitur pengendali mutu dalam software CanReg. Data yang masih meragukan dikonsultasikan ke validator. Jika tidak ada data yang meragukan, tetap dilakukan validasi sampel data untuk menilai kualitas data. Data kasus kejadian kanker divalidasi dengan angka kematian oleh karena penyakit kanker yang ada di rumah sakit dan di masyarakat (data DCO/Death Certificate Only). Kegiatan Pengendalian mutu disesuaikan

dengan standar WHO-IARC yang akan menilai.

Keempat, manajemen data. Pada tahap ini, dilakukan stratifikasi kualitas data sesuai dengan standard WHO-IARC-IACR.

Kelima, analisis dan pelaporan data. Dilakukan pengolahan data univariat, bivariat dan multivariat. Pengolahan data univariat dilakukan untuk menghasilkan data deskriptif epidemiologi seperti tingkat morbiditas, jumlah mortalitas, dan harapan hidup. Data dapat dipergunakan untuk berbagai jenis penelitian sebagaimana fungsi data tersebut.

Dalam mengumpulkan data, dr. Evlina menjelaskan beberapa kesulitan terutama dari sumber data, antara lain Pertama, adanya kebijakan bahwa data rekam medis yang tidak aktif dapat dimusnahkan setelah 5 tahun, akan menyulitkan pengumpulan data kanker, karena sifat registrasi kanker yang melakukan pencatatan retrospekstif. Kedua, adanya variable yang tidak dapat diisi karena kurang lengkapnya pengisian rekam medik. Ketiga, belum adanya pendanaan untuk kegiatan registrasi kanker terutama untuk yang berbasis populasi, sehingga disarankan pengumpulan data dapat dilakukan secara pasif.

09

Keempat, belum semua fasyankes di daerah denominator populasi (wilayah yang sudah ditentukan) dilatih sehingga perlu ada tindakan khusus terutama dalam hal keseragaman definisi operasional.

Mengejar data Nasional yang diakui Internasional

Jumlah kasus angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan kanker di Indonesia, dijelaskan dr. Evlina bahwa angka kesakitan kanker yang dikenal dengan insidens kanker yang memenuhi standar kualitas data WHO-IARC dipublikasikan dalam CI5. Data kanker Indonesia belum ada dalam CI5. Padahal, angka kesakitan dan kematian sangat penting dalam memberikan arah kebijakan untuk pengendalian kanker. Karena itu, WHO-IARC menghitungkan perkiraan/estimasi angka kesakitan dan kematian kanker di Indonesia dalam GLOBOCAN. Menurut Globocan 2012, di Indonesia, angka kesakitan kanker adalah 133,5 / 100.000 penduduk (ASRw) dan angka kematian kanker adalah 89,3 / 100.000 penduduk, dengan rincian sebagai berikut:

Untuk melakukan proses pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan semua data kanker dari seluruh fasyankes oleh tenaga terlatih sesuai wilayah populasi yang ditentukan.

Prinsip pencatatan kanker menurut registrasi kanker adalah satu kasus kanker hanya dicatat satu kali sepanjang masa. Penekanannya adalah kasus kanker, bukan jumlah orang penderita kankernya. Karena itu, WHO-IARC menetapkan syarat-syarat kualitas data kanker, yakni:

Pertama, kelengkapan berdasarkan cakupan 100 persen kasus kanker (termasuk suspek kanker) pada populasi yang ditentukan, kemudian kelengkapan variabel yang disepakati dari usia, alamat, letak tumor primer dan morfologi.

Kedua, dapat dibandingkan dengan menggunakan ICD-O sebagai dasar koding, harus mempunyai definisi operasional yang sama untuk masing-masing variable. Juga mempunyai definisi yang sama untuk multiple primary.

Ketiga, validitas data kanker dari persentase yang didiagnosa melalui pemeriksaan mikroskopis minimal 80 persen, persentase tumor yang tidak diketahui organ primernya kurang dari 10 persen, data yang diperoleh dari sertifikat kematian kurang dari 10 persen. Keempat, kualitas waktu (timeliness). Dalam pelaporan registrasi kanker, kasus kanker yang dilaporkan adalah kasus yang sudah mempunyai cukup waktu untuk dilakukan berbagai pemeriksaan secara rinci dan mendapatkan tatalaksana yang sesuai dengan standarnya. Tidak ada patokan standar tentang rentang waktunya, tetapi umumnya lebih dari 2 tahun setelah kasus kanker didiagnosa. Dalam Laporan WHO-IARC (CI5) yang dipublikasi tahun 2012, data kanker yang dilaporkan adalah tahun kejadian/diagnosa 2003-2007. Untuk Publikasi CI5 tahun 2018 nanti, data yang dilaporkan adalah tahun kejadian/diagnosa 2008-2012.

10

Selanjutnya, dr. Evlina memaparkan proses pengumpulan data registrasi kanker di Indonesia menurut KPKN. Pertama, menetapkan wilayah populasi. Seharusnya mencakup seluruh populasi Indonesia. Tetapi karena Indonesia adalah negara yang besar, luas dan dipisahkan oleh laut, maka untuk membangun Registrasi Kanker Nasional dipilih wilayah dengan minimal 10 persen

populasi Indonesia yang berasal dari daerah urban dan rural yang mempunyai akses ke rumah sakit dengan fasilitas diagnosis dan terapi kanker yang baik.

Kedua, karena harus mencakup 100 persen kasus kanker maupun suspek kanker di wilayah yang sudah ditetapkan, maka seluruh fasyankes maupun instansi yang terkait dengan data kematian harus

dilibatkan. Fasyankes harus dilatih agar terdapat keseragaman dalam proses pengumpulan data. Ketiga, pengumpulan data berjenjang dari layanan primer hingga pusat (Kementerian Kesehatan).

Pastikan Data Insidens Kanker Berkualitas Tinggi

Registrasi kanker ini memiliki banyak manfaat, seperti

11

Foto Bersama saat Workshop Cancer Registry Bagi Petugas di RS Rujukan Nasional dan Dinas Kesehatan

12

13

mengetahui situasi dan permasalahan kanker yang sebenarnya terjadi di masyarakat, maka pemegang kebijakan dapat merecanakan kegiatan penanggulangan yang tepat guna dan efisiensi. Data registrasi kanker juga dapat dipakai para klinisi untuk dapat merencanakan langkah penanganan kanker yang lebih baik, lebih terarah dan sesuai dengan kondisi di masyarakat. Oleh karena itu, angka kesakitan kanker yang dikenal dengan insidens kanker harus memiliki kualitas tinggi.

Insidens kanker dikatakan berkualitas tinggi, jika mencakup 100 persen kasus kanker maupun suspek kanker di wilayah/daerah yang sudah ditentukan dengan diagnosa secara histopatologi (microscopic verification) minimal 80 persen dan tidak diketahuinya data lokasi primer tumor kurang dari 10 persen. Karena perlu mencatat seluruh data kasus kanker dan angka kematian akibat kanker di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan dan biro pencatatan daerah yang ada di wilayah populasi yang sudah ditetapkan, maka yang menjadi sumber data untuk registrasi kanker berbasis populasi, adalah :

Pertama, data kanker dari seluruh penduduk wilayah yang ditentukan di seluruh Rumah Sakit di wilayah yang ditentukan. Kedua, data

kanker dari seluruh penduduk wilayah yang ditentukan yang berobat ke Rumah Sakit di luar wilayah yang ditentukan. Ketiga, data kanker dari seluruh penduduk wilayah yang ditentukan yang berobat ke Puskesmas termasuk Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Bidan Desa baik kegiatan dalam gedung maupun luar gedung. Keempat, data kanker dari seluruh penduduk wilayah yang ditentukan di seluruh Klinik swasta/fasilitas kesehatan lainnya seperti laboratorium PA atau PK di wilayah yang ditentukan. Kelima, data kanker dari seluruh penduduk wilayah yang ditentukan yang berobat ke klinik swasta di luar wilayah yang ditentukan. Keenam, data seluruh kematian dan akibat kanker yang dijelaskan jenis organ tertentunya dari kelurahan, kecamatan dan BPS di wilayah yang ditentukan. (Misalnya meninggal karena kanker payudara, atau karena paru, dan lain sebagainya).

Untuk mendapatkan data kanker berbasis populasi dengan kualitas yang baik sangat diperlukan adanya dukungan kegiatan Registrasi Kanker Berbasis Rumah Sakit (Hospital Based Cancer Registry/HBCR) yang baik pula. Kegiatan HBCR dilakukan dengan multi tahap, yaitu diawali dengan penelusuran/penemuan kasus, pengumpulan data/abstraksi, verifikasi (penentuan kode,

pemeriksaan sesuai tatalaksana kanker maupun epidemiologi kanker), pengendalian mutu (kelengkapan, konsistensi, kualitas data), manajemen data hingga analisis dan pelaporan.

dr. Evline sebagai ketua bidang data dan informasi KPKN mengharapkan data registrasi kanker nasional ini dapat terkumpul dengan baik, sehingga negara dan daerah dapat mengetahui beban kanker di masyarakat, baik perkotaan maupun pedesaan. Selain itu, Indonesia dapat menyusun program pengendalian kanker yang sesuai spesifik daerah dan data insidens kanker di Indonesia dapat berkualitas baik, sehingga dapat dipublikasikan di Cancer Incidens in 5 Continents (CI5) WHO.

“Hasil data kanker untuk insidens tahun 2008-2012 diupayakan telah terkumpul di RS Kanker Dharmais pada pertengahan Desember 2016, kemudian diolah dan dikonsultasikan ke IARC. Jika data sudah baik, akan dikirimkan ke Kementerian Kesehatan untuk dilegalisasi dan ditampilkan di Web Resmi Kemenkes oleh Pusat Data dan Informasi. Data dari Pusdatin Kemenkes ini yang kemudian dapat diberikan ke lintas sektor. Diharapkan pada Maret 2017, Indonesia sudah mempunyai data insidens kanker,” harap dr. Evlina.

14

LAPORAN UTAMA

Guna memberikan akses kepada masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan rawat jalan yang lebih cepat, nyaman dan akuntabel. Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K) menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 11 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Rawat Jalan Eksekutif di Rumah Sakit.

Namun terbitnya peraturan ini, ternyata membawa anggapan negatif bahwa layanan rawat jalan eksekutif justru menciptakan diskriminasi bagi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan peserta jaminan kesehatan yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah.

“Pelayanan rawat jalan eksekutif telah ada sebelum JKN diresmikan. Awal mula adanya untuk memperluas akses pelayanan dengan memanfaatkan kelebihan Sumber Daya Manusia (SDM), sarana prasarana ataupun waktu pelayanan yang tidak terbatas hanya pada jam kerja saja, kemudian dibukalah rawat jalan eksekutif di RS Pemerintah dengan tetap memperhatikan sisi keamanan, kenyamanan, kemudahan tanpa mengabaikan keselamatan pasien,” ungkap Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan, dr. Tri Hesty Widyastoeti, Sp.M, MPH.

Artinya peraturan rawat jalan eksekutif bukan hanya dibuat untuk sistem JKN, karena peraturan ini selain berlaku untuk

peserta JKN tertentu, tetapi berlaku bagi pasien umum yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan rawat jalan yang lebih cepat, lebih nyaman dan akuntabel.

Selain itu, pemanfaatan adanya rawat jalan eksekutif, agar penduduk yang punya kemampuan ekonomi menengah keatas dapat mengakses pelayanan kesehatan di atas standar dan membuka peluang asuransi swasta untuk menciptakan produk yang bisa mengakomodasi peserta JKN yang ingin mendapat pelayanan di atas standar, karena menurut peraturan perundangan memungkinkan Coordination Of Benefit (COB) antara asuransi swasta dan BPJS Kesehatan.Penyelenggaraan pelayanan rawat jalan dilakukan di rumah sakit kelas A, kelas B dan kelas

Penyelenggaraan Pelayanan Rawat Jalan Eksekutif di Rumah Sakit

15

Terbitnya Peraturan Menteri Kesehatan nomor 11 tahun

2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Rawat Jalan Eksekutif di Rumah Sakit membawa respon positif dan negatif, karena pasalnya layanan rawat jalan eksekutif hanya dapat diakses bagi peserta umum dan peserta JKN mandiri.

Dijelaskan pada Permenkes tersebut bahwa pelayanan rawat jalan eksekutif ini adalah rawat jalan nonreguler di rumah sakit yang diselenggarakan melalui pelayanan dokter spesialis-subspesialis dalam satu fasilitas ruangan terpadu secara khusus tanpa menginap di rumah sakit dengan sarana dan prasarana

di atas standar. Sedangkan penyelenggaraanya dilakukan di rumah sakit kelas A, kelas B dan kelas C yang terakreditasi milik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Masyarakat/RS Privat.

Pelayanan rawat jalan eksekutif

Pelayanan Rawat Jalan Eksekutifharus memiliki alur pelayanan tersendiri dan tidak boleh mengganggu pelayanan rawat jalan reguler. Dengan sifat one stop service, mulai dari pendaftaran, pemeriksaan medik, pelayanan penunjang medik dan pelayanan lainnya dalam satu zona area pelayanan.

Pelayanan penunjang medik

Seperti Apa Layanan Rawat Jalan Eksekutif ?

C yang terakreditasi, baik milik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Masyarakat/RS Privat.

Sementara itu, berapa tarif yang harus dibayarkan peserta ? pada Permenkes ini menjelaskan bahwa besaran tarif pelayanan rawat jalan eksekutif di setiap rumah sakit ditetapkan oleh masing-masing kepala atau direktur rumah sakit sesuai dengan perhitungan pola tarif rumah sakit. Sedangkan peserta JKN, besaran tarif pelayanan rawat jalan eksekutif di rumah sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.

Lantas, bagaimana cara masyarakat mengakses pelayanan rawat jalan

eksekutif. Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan menjawab masyarakat dapat mengakses rawat jalan eksekutif secara langsung pada setiap hari kerja, karena alur pelayanan ini harus tersendiri dan tidak boleh mengganggu pelayanan rawat jalan reguler, bersifat one stop service, mulai dari pendaftaran, pemeriksaan medik dan pelayanan lainnya dalam satu zona area pelayanan. Untuk peserta JKN harus memiliki surat rujukan dari fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, membuat pernyataan mematuhi ketentuan sebagai pasien rawat jalan eksekutif dan bersedia membayar selisih biaya pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan.

Namun, apabila rumah sakit hanya memiliki jumlah tenaga dokter spesialis dan subspesialis yang terbatas, maka pelayanan rawat jalan eksekutif dapat dilaksanakan di luar jam kerja rawat jalan reguler.

Pada akhirnya, peraturan yang diundangkan tanggal 7 April 2016 dibuat untuk memberikan kepastian hukum bagi penyelenggaraan pelayanan rawat jalan eksekutif, sehingga nantinya masyarakat dapat lebih cepat, nyaman, akuntabel dan tanpa ragu mengakses pelayanan ini, terlebih bagi masyarakat yang sudah memiliki asuransi pribadi.

16

pada pelayanan rawat jalan eksekutif dapat terintegrasi dengan pelayanan penunjang yang telah ada di rumah sakit. Pelayanan rawat jalan eksekutif dapat diselenggarakan setiap hari kerja; pada jam kerja/sore hari maupun hari libur yang disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit.

Sedangkan rumah sakit privat menyelenggarakan pelayanan rawat jalan eksekutif dilarang mendayagunakan dokter spesialis – subspesialis yang bekerja pada rumah sakit milik Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah pada jam kerja.

Syarat peserta yang ingin mengakses rawat jalan eksekutif, dengan cara harus memiliki surat rujukan dari Fasilitas Pelayanan Tingkat Pertama (FKTP), membuat pernyataan mematuhi ketentuan sebagai pasien rawat jalan eksekutif dan bersedia membayar selisih biaya pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sementara itu, untuk besaran tarif ditetapkan oleh masing-masing Kepala atau Direktur Rumah Sakit sesuai dengan perhitungan pola tarif rumah sakit. Bagi peserta JKN, besaran tarif sesui dengan peraturan.

Rumah Sakit penyelenggara pelayanan rawat jalan eksekutif harus menjaga mutu pelayanan melalui pemantauan, evaluasi dan perbaikan yang dilakukan oleh penanggung jawab rawat jalan eksekutif atau pelaksana lain yang ditetapkan Kepala atau Direktur Rumah Sakit.

Pemantauan, evaluasi dan perbaikan diutamakan pada ; Pertama, waktu tunggu pelayanan rawat jalan eksekutif; Kedua, tingkat kepuasan pasien; dan Ketiga, jumlah kunjungan perbulan.

Ketenagaan Rawat Jalan Eksekutif

Baik dan buruknya suatu pelayanan, ditentukan oleh ketenagaan yang bekerja di wilayah kerja tersebut. Seperti halnya, ketenagaan di rawat jalan eksekutif terdiri dari pertama, dokter spesialis – subspesialis dan kedua, tenaga kesehatan lain serta tenaga nonkesehatan.

Pelayanan kesehatan di rawat jalan eksekutif tepat waktu sesuai yang dijadwalkan. Tidak boleh merangkap pada pelayanan kesehatan lainnya pada waktu yang sama, kecuali pada kondisi darurat.

Dokter spesialis – subspesialis paling sedikit berjumlah tiga

dalam satu disiplin ilmu. Apabila jumlah dokter tidak memenuhi, maka pelayanan rawat jalan eksekutif hanya dapat dilaksanakan di luar jam kerja pelayanan rawat jalan reguler. Sementara itu, tenaga kesehatan lain serta tenaga nonkesehatan, disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan.

Pembentukan penanggung jawab pelayanan rawat jalan eksekutif maupun pengorganisasian dibentuk melalui Surat Keputusan Kepala atau Direktur Rumah Sakit, dapat bergabung dengan organisasi rawat jalan yang telah ada atau berdiri sendiri sesuai dengan kebutuhan organisasi rumah sakit. Pembinaan dan Pengawasan

Menteri, Gubernur dan Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan rawat jalan eksekutif di rumah sakit sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing. Hal ini juga melibatkan Asosiasi Perumahsakitan, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan organisasi profesi terkait.

Sedangkan dalam rangka pengawasan, Menteri melalui Direktur Jenderal dapat memberhentikan pelayanan rawat jalan eksekutif di rumah sakit yang tidak memenuhi ketentuan permenkes ini.

17

KETENAGAAN 1. Jadwal pelayanan sudah ditentukan dengan tepat waktu

2. Tidak boleh merangkap pada waktu yang sama, kecuali kondisi darurat 3. Dokter berjumlah 3 orang dalam satu disiplin ilmu,

apabila tidak memenuhi, maka rajal eksekutif dilaksanakan di luar jam kerja pelayanan rajal reguler4. RS Privat dilarang mendayagunakan dokter yang bekerja pada RS milik Pemerintah pada jam kerja

RAWAT JALAN EKSEKUTIF 1. Rajal Eksekutif dibentuk melalui SK Kepala/ Direktur RS

2. Pembentukan penanggung jawab rajal eksekutif3. Dapat berdiri sendiri atau bergabung dengan

organisasi rajal yang sudah ada4. Lokasi tersendiri dan terpisah dengan rawat jalan reguler

5. Perhatikan fungsi keamanan, kenyamanan dan kemudahan pelayanan tanpa mengabaikan keselamatan pasien

6. Bangunan dan sarpras memperhatikan kebutuhan pasien disabilitas dan kebutuhan khusus lainnya

18

RUMAH SAKIT 1. RS harus menjaga mutu pelayanan melalui pemantauan, evaluasi dan perbaikan

2. Peserta JKN, besaran tarif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

3. Peserta Umum, besaran tarif RS ditentukan Kepala/Direktur RS sesuai perhitungan pola tarif rumah sakit

4. RS melakukan penilaian mandiri dengan format penilaian mandiri, dan disampaikan kepada Menteri (RS kelas A), Kadinkes

Provinsi (RS kelas B), Kadinkes Kab/Kota (RS kelas C; pemberi izin)

5. RS kelas A, kelas B, kelas C RS Publik dan Privat yang terakreditasi

PELAYANAN RAWAT JALAN EKSEKUTIF 1. Memiliki alur pelayanan tersendiri dan tidak boleh

mengganggu pelayanan rawat jalan reguler, dengan one stop service dalam satu zona area pelayanan.

2. Pelayanan penunjang medik dapat terintegrasi dengan pelayanan penunjang yang ada di rumah sakit, dan diselenggarakan setiap

hari kerja dan hari libur, sesuai kebutuhan RS. 3. Dapat diakses oleh pasien umum dan pasien JKN, kecuali PBI dan peserta

jamkes milik daerah. 4. Syarat membawa surat rujukan dari FKTP, membuat pernyataan sebagai pasien rawat jalan eksekutif dan bersedia membayar selisih

biaya pelayanan sesuai dengan ketentuan.

Apa itu Pelayanan Rawat Jalan Eksekutif ?

“Pemberian pelayanan kesehatan rawat jalan nonreguler di rumah sakit yang diselenggarakan melalui pelayanan dokter spesialis-subspesialis dalam satu fasilitas

ruangan terpadu secara khusus tanpa menginap di Rumah Sakit dengan sarana dan prasarana di atas standar”

19

DENGAN BHD MASYARAKAT SIGAP DAN TANGGAP KEADAAN GAWAT DARURAT

Kita pernah mendengar ada orang yang masih muda dan tampak sehat meninggal secara

mendadak karena serangan jantung. Masih segar diingatan kita hal yang menimpa artis Adjie Massaid dan juga presenter Ricky Jo dimana sebelumnya tidak tampak sakit sama sekali bahkan Adjie terkena serangan setelah berolahraga. Kondisi seperti ini dikenal dengan Henti Jantung Mendadak. Henti jantung mendadak adalah salah satu kondisi darurat medis yang jika tidak segera ditangani dapat berujung pada kematian. Saat ini Henti Jantung Mendadak merupakan penyebab kematian tertinggi ketiga di Jakarta.

Bagi kita yang awam tentu bertanya-tanya apakah ada yang bisa dilakukan untuk mencegah serangan tersebut? Apakah penderita akan bisa bertahan dari serangan? Bagaimana cara untuk membantu orang yang terkena serangan seperti itu?

Berikut hasil wawancara redaksi Warta Yankes dengan ketua IndoHCF yang juga mantan Sekjen Kemenkes RI, Dr. dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS mengenai pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) bagi awam yang

PROFILE

DENGAN BHD MASYARAKAT SIGAP DAN TANGGAP

KEADAAN GAWAT DARURAT

20

menjadi tanggung jawab pemerintah. Dan dengan semakin tingginya Penyakit Tidak Menular (PTM) terutama penyakit jantung koroner, maka selain perlu ditingkatkan upaya promotif preventif, juga perlu adanya peningkatan kewaspadaan dalam upaya pertolongan pertama bila ada pasien terkena serangan jantung, termasuk juga beberapa kedaruratan lain (tenggelam, tersengat arus listrik, dll ), dapat segera dilakukan pertolongan dengan cepat dan tepat sehingga dapat mengurangi resiko kematian/ kecacatan.

Pelatihan BHD ini akan secara periodik dilakukan tidak hanya di DKI Jakarta, sebagai bagian dari penguatan SPGDT PRA RS. Kegiatan-kegiatan pelatihan tersebut bekerjasama dengan perhimpunan profesi terkait antara lain PKGDI (Perhimpunan Kedokteran Gawat Darurat Indonesia), PERKI dan lain sebagainya.

Q : Apakah tujuan diadakan Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) Bagi Awam?

Solusi JKN; Penelitian di bidang kesehatan; Penguatan SPGDT Pra Hospital di Cirebon, Kendal,dan Tuban; serta Pelatihan Bantuan Hidup Dasar bagi 1000 masyarakat awam yang terkait dengan pelayanan publik di DKI jakarta.

Pada bulan Mei 2017 mendatang, IndoHCF akan menyelenggarakan IndoHCF Innovation Award, yaitu sebuah acara penghargaan bagi insan dalam negeri yang melakukan inovasi dalam bidang kesehatan, khususnya SPGDT Pra-Rumah Sakit, Kesehatan Ibu & Anak, Inovasi Alat Kesehatan, Inovasi e-Health dan Inovasi Robotik Kesehatan.

Kegiatan Indo HCF selalu melibatkan stakeholder kesehatan yang terkait, dari pelbagai bidang dan komunitas. Saat ini pun sedang memperkuat jejaring dengan membentuk membership sesuai peminatan bidang kesehatannya

Q : Apa yang melatarbelakangi Indonesia Healthcare Forum mengadakan Pelatihan Bantuan Hidup Dasar/ BHD bagi awam?

A : Program SPGDT khususnya Pra Rumah sakit perlu didukung oleh semua pihak, karena tidak mungkin hanya

diselenggarakan selama kurang lebih satu bulan di Jakarta oleh IndoHCF yang bekerjasama dengan pemerintah daerah DKI Jakarta dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI).

Q: Apakah Indonesia Healthcare Forum itu?

A: Indonesia Health Care Forum (IndoHCF ) dibentuk pada April 2014 sebagai bagian dari Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT. IDS Medical Systems Indonesia. Keberadaan IndoHCF diharapkan dapat menjadi salah satu mitra pemerintah baik pusat maupun daerah, dalam upaya pembangunan kesehatan di Indonesia. Lingkup kegiatannya saat ini berfokus pada bidang emergency & disaster, kesehatan ibu dan anak, JKN, isu strategis nasional, diklat, riset dan pemberian penghargaan dalam aspek inovasi di bidang kesehatan.

Kegiatan-kegiatan yang telah diselenggarakan oleh IndoHCF antara lain seminar dan workshop dengan topik SPGDT Pra-Rumah Sakit dan Kesehatan Ibu & Anak; Diskusi Panel bulanan bertajuk Harapan, Kenyataan dan

21

A : Pelatihan BHD bagi awam dilaksanakan karena kita sadari bahwa tenaga kesehatan tidak selalu ada di tempat kejadian. Bila makin banyak masyarakat awam yang terampil dalam melakukan BHD, diharapkan pelbagai kejadian kedaruratan medis dapat segera diatasi dengan cepat dan tepat sehingga dapat mengurangi kejadian fatal yang tidak diharapkan.

Q : Siapa sajakah yang dapat mengikuti Pelatihan tersebut?

A : Peserta pelatihan BHD dipilih dari pihak yang terkait langsung dengan pelayanan publik antara lain polisi, petugas pemadam kebakaran, pengemudi bus/taksi, satpam, Pramuka, dan sebagainya. Kedepan

diharapkan ada regulasi bahwa di setiap area publik harus tersedia AED dan harus ada petugas disekitarnya yang terlatih. Seperti halnya dengan alat pemadam kebakaran yang harus ada di setiap bangunan dan bahkan perumahan, maka diharapkan AED juga harus ada berdekatan dengan alat pemadam kebakaran.

Q : Pihak/unsur mana sajakah yang ikut terlibat dalam pelaksanaan pelatihan ini?

A : Pelatihan Bantuan Hidup Dasar bagi awam yang telah dilaksanakan dari tanggal 26 Juli – 31 Agustus 2016 dilaksanakan atas kerjasama antara IndoHCF dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI).

Terdapat total peserta

pelatihan sebanyak 1,067 peserta yang datang dari 15 instansi yang telah mengikuti pelatihan ini, antara lain:

a. Dinas Kesehatan DKI Jakarta – termasuk staff awam dan medis dari Puskesmas di wilayah DKI Jakarta,

b. Dinas Perhubungan DKI Jakarta,

c. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta,

d. Biro Umum Pemprov. DKI Jakarta,

e. Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta,

f. PT Kereta Api Indonesia,

g. PT KAI Commuterline Jabodetabek,

h. PT Reska Multi Usaha – penyedia layanan awak kabin kereta api, diikuti oleh para awak kabin yang bertugas di kereta api,

i. PT Blue Bird, TBK – diikuti oleh para supir taxi dan petugas pelatihan,

j. PT GO-JEK Indonesia – diikuti oleh para supir Go-Jek dan SatGas Gojek per area,

k. PT Sinar Prapanca – penyedia layanan personel security, diikuti oleh para staff security (satpam) yang bertugas di berbagai perusahaan di Jakarta,

l. Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut,

m. RS Marinir Cilandak.

22

Q : Bagaimana mekanismenya jika ingin mengikuti pelatihan tersebut?

A : Apabila terdapat jadwal pelatihan di kemudian hari, perwakilan instansi atau peserta dapat menghubungi Sekreriat IndoHCF melalui email di [email protected] dengan melampirkan data diri yang dibutuhkan, antara lain nama lengkap, instansi/institusi (bila ada), alamat sesuai KTP, umur, alamat email, dan nomor handphone. Untuk kegiatan pelatihan saat ini baru diagendakan di DKI jakarta, diharapkan dimungkinkan di daerah lain

Q : Apa manfaat mengikuti pelatihan tersebut?

A : Peserta mendapatkan pengetahuan dan keterampilan bantuan hidup dasar pada kasus henti jantung dan dapat menerapkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pengetahuan bantuan hidup dasar yang didapatkan oleh peserta berupa resusitasi jantung dan paru, pengetahuan penggunaan alat AED serta pertolongan pertama pada henti napas akibat tersedak, tersengat listrik, dan tenggelam.

Selain itu, peserta yang telah lulus dari pelatihan ini mendapatkan kartu lisensi bantuan hidup dasar tingkat 1 dan 2 dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) dengan

masa berlaku selama 3 tahun. Kartu ini diberikan sebagai tanda identifikasi bahwa peserta benar-benar telah mendapatkan pelatihan bantuan hidup dasar dan memiliki sertifikasi dari PERKI atas pemberian bantuan hidup dasar agar kedepannya pada saat peserta memberikan bantuan, namun korban tidak tertolong, pemberi bantuan tidak disalahkan.

Q : Lalu apa manfaatnya bagi masyarakat luas?

A : Masyarakat DKI Jakarta secara tidak langsung mendapatkan manfaat positif dengan meningkatnya jumlah orang yang telah memiliki pengetahuan pertolongan

pertama pada serangan jantung di tengah-tengah masyarakat. Misalnya apabila terjadi kasus serangan tiba-tiba di tempat umum dan terdapat salah satu peserta yang telah mengikuti pelatihan ini, peserta tersebut dapat mengarahkan permintaan bantuan yang tepat dan memberikan pertolongan pertama kepada korban, termasuk dalam hal penggunaan alat Automatic External Defibrilator (AED) sehingga tingkat keselamatan korban serangan jantung dapat ditingkatkan.

Q : Mengapa Provinsi DKI Jakarta dipilih sebagai lokasi pelaksanaan program ini?

23

A : Serangan jantung masih merupakan salah satu penyebab kematian yang menempati urutan ke-3 di wilayah DKI Jakarta. Selain itu Jakarta merupakan kota metropolitan dengan populasi yang sangat besar, memilik tingkat kemacetan tinggi, dan masyarakat pada umumnya belum optimal melaksanakan pola hidup sehat.

Q : Apakah akan dilaksanakan juga di provinsi lain?

A : Sebelumnya IndoHCF telah melaksanakan pelatihan bantuan hidup dasar telah dilaksanakan atas kerjasama dengan PKGDI dan Dinas Kesehatan di kota Cirebon, Kabupaten Kendal dan Kabupaten Tuban pada bulan Mei-Juni 2016. Pelatihan ini dilaksanakan seiring dengan tibanya periode arus mudik lebaran yang kerap memakan korban kecelakaan. Pelatihan bantuan hidup dasar ini diikutioleh para staff awam dan medis yang merupakan medical first responder dari berbagai

puskemas dan rumah sakit di masing-masing daerah. Selain pelatihan bantuan hidup dasar, diberikan juga pelatihan koordinasi antar SKPD untuk memperkuat Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu di masing-masing daerah agar waktu respon terhadap kecelakaan dapat diperkecil sehingga memperbesar kesempatan korban untuk dapat diselamatkan.

Q : Sejauh ini bagaimana dukungan/tanggapan dari pemerintah terkait program ini?

A : Wakil Gubernur DKI Jakarta, Bapak Djarot Saiful Hidayat mengapresiasi positif pelaksanaan pelatihan bantuan hidup dasar bagi awam. Dalam sambutannya pada acara penutupan Pelatihan Bantuan Hidup Dasar bagi Awam tanggal 6 September 2016 lalu mengatakan bahwa sebaiknya setiap tempat umum yang ramai dikunjungi masyarakat dibekali dengan alat pacu jantung semi otomatis dan agar staff awam dibekali dengan pengetahuan

pertolongan bantuan hidup dasar agar dapat membantu korban apabila terjadi kasus serangan jantung. Selain itu beliau menyambut positif pemberian kartu bantuan hidup dasar kepada para peserta yang telah mengikuti pelatihan sebagai tanda pengenal pada saat peserta berada di lapangan.

Q : Apa harapan Indonesia Healthcare Forum terhadap adanya program ini?

A : Diharapkan program ini memberikan kontribusi positif bagi pelayanan kesehatan di Indonesia dalam hal ini khususnya di wilayah DKI Jakarta dalam mengedukasi masyarakat atas pentingnya pengetahuan pertolongan pertama yang cepat dan tepat bagi korban serangan jantung sehingga angka kematian akibat serangan jantung dapat ditekan.

Diharapkan juga akan banyak CSR-CSR lain yang mempunyai kegiatan mendukung program pembangunan manusia di bidang kesehatan.

24

REPORTASE

Menghadapi permasalahan terkait Resistensi

Antimikroba, Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan menggelar Seminar Peningkatan Kewaspadaan Pengendalian Resistensi Antimikroba (PRA) Lintas Sektor yang dilaksanakan di Jawa Timur (Surabaya dan Jember) dan Bandung, Jawa Barat. Acara lintas sektor ini dihadiri oleh perwakilan dari Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Peternakan dan Dinas Pertanian.

Program Pengendalian Resistensi Antimikroba merupakan suatu gerakan dalam rangka mengendalikan terjadinya kuman-kuman resisten terhadap

antibiotik, sehingga masalah ini perlu ditangani dengan penggunaan antiobiotik secara bijak serta penerapan pengendalian infeksi secara benar.

Kasubdit Pelayanan Medik dan Keperawatan Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan, dr. Nani H Widodo, Sp.M, MARS menyatakan bahwa permasalahan terkait dengan resistensi anti mikroba tengah menjadi isu dalam dunia kesehatan yang membutuhkan perhatian khusus. “Beberapa fakta yang belum diketahui sebagian besar masyarakat adalah bahwa sebagian besar makanan kita potensial mengandung antibiotik. Penggunaan antibiotik pada sektor pertanian, peternakan dan

Komitmen dan Awareness Lintas Sektor Kunci Sukses Pengendalian Resistensi Antimikroba

perikanan yang menyebabkan infeksi pada hewan makin sulit diobati dan mengakibatkan penurunan produksi dan peningkatan biaya,” jelas dr. Nani (2/9) di Surabaya.

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Prof. Dr. dr. Kuntaman, Sp.MK. Menurutnya, risiko penyebaran kuman resisten dari binatang ternak, kontaminasi makanan bakteri resisten antibiotik, serta makanan tersebut bisa menyebabkan manusia terinfeksi bakteri kebal antibiotik dan berdampak pada kesehatan manusia. Penyalahgunaan antibiotik juga menjadi pemicu terjadinya resistensi anti mikroba. Terdapat tiga penyalahgunaan,

Foto Bersama Komitmen dan Awareness Lintas Sektor

25

yaitu overuse (penggunaan antibiotik berlebihan pada infeksi ringan), misuse (kesalahan penggunaan antibiotik karena tidak adanya sarana diagnostik), serta underuse (penyalahgunaan karena kurangnya finansial untuk mendapatkan antibiotik yang tepat).

Untuk mengendalikan penyalahgunaan tersebut, Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan memberikan edukasi terkait hal tersebut. Untuk fasyankes, dilakukan program Antibiotik Bijak serta monev antibiotik, sedangkan untuk tenaga medis dilakukan Diklat AMR untuk memberikan edukasi pemberian antibiotik secara bijak. Tak lupa, masyarakat pun akan diberikan edukasi terkait hal tersebut melalui seminar awam dan promosi kesehatan.

“Komitmen penerapkan PRA secara optimal melalui penggunaan antibiotik secara bijak kami harapkan benar-benar mampu dilakukan oleh para SDM Kesehatan. Demikian pula diharapkan untuk masyarakat dapat dilakukan upaya-upaya meningkatkan awareness tentang pengendalian resistensi antimikroba seperti melalui program Gema Cermat (Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat),” pungkas dr. Nani.

Sementara itu, Seminar Peningkatan Kewaspadaan Pengendalian Resistensi Antimikroba di Jember dibuka oleh Anggota DPR Bidang Kesehatan Drs. Ayub Khan, M.Si yang menyampaikan perlu adanya pemahaman tentang pemakaian obat antibiotik di masyarakat, sehingga tidak membeli obat antibiotik secara bebas.

Hadir pula perwakilan dari RSUD dr. Sutomo Surabaya dr. Fendy Natulatan, Sp.B, Sp.BA menjelaskan banyak hal tentang resistensi antimikroba. Bahwa efek samping dari antibiotik yang terdiri dari toksisitas yaitu gangguan di ginjal dan hati, interaksi dengan obat lain dapat mempengaruhi/dipengaruhi efek obat lain, reaksi hipersensitivitas yaitu reaksi anafilaksis, Steven Johnson Syndrome, gangguan kehamilan/janin pewarnaan gigi (tetrasiklin), gangguan hati pada wanita hamil serta resistensi muunculnya ‘SUPERBUGS’.Diharapkan kepada masyarakat dapat menggunakan antibiotik secara Bijak, cegah resistensi. Antibiotik hanya digunakan untuk infeksi bakteri. Masyarakat agar tidak membeli antibiotik sendiri (tanpa resep), tidak menyimpan antibiotik dan tidak memberikan antibiotik sisa kepada orang lain.

26

Upaya Kemenkes Tekan Angka Kematian Akibat Resistensi Antimikroba

Guna menekan angka kematian akibat dari resistensi antimikroba, Kementerian Kesehatan menyatukan persepsi secara nasional untuk sadar akan pengendalian resistensi antimikroba ini.

Resistensi antimikroba ini, bila tidak segera diatasi dapat meningkatnya biaya kesehatan karena penyakit semakin sulit diobati, waktu perawatan menjadi lebih lama dan resiko kematian semakin besar, dapat diperkirakan akan banyak penduduk yang meninggal karena resistensi antimikroba.

Merujuk pada data pada tahun 2015, diperkirakan 10 juta orang meninggal. Penggunaan antibiotik

tidak hanya pada kesehatan, namun pada sektor pertanian, perikanan dan peternakan pun sudah semakin meningkat. Ini yang harus dikendalikan.

Demikian disampaikan Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Uus Sukmara, SKM, M.Epid pada kegiatan Sosialisasi Advokasi Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (2/9) di Bandung.

Sementara itu, Mariyatul Qibtiyah, S.Si, Apt, SpFRS selaku Sekretaris Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) menambahkan bahwa meningkatnya angka kematian akibat resistensi antimikroba sampai tahun 2013 sebesar 700.000 per tahun. Dengan meningkatnya angka tersebut dikhawatirkan akan mengancam seluruh penduduk dunia. “Makin panjangnya daftar infeksi bakteri pada manusia yang sulit bahkan tidak bisa diobati dengan antibiotik,” papar dia.

Dilanjutkannya, masalah resistensi antimikroba adalah masalah yang kompleks karena bersifat multi dimensi dan multifaktor serta banyak stakeholders. Untuk itu dibutuhkan manajemen koordinasi lintas sektor antara kesehatan manusia, kesehatan hewan dan ketahanan keamanan pangan dalam penanganannya agar menjadi komprehensif.

Kasie rawat jalan dan gawat darurat, Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan, dr. Ira Melati, MKM mengatakan Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2015 tentang Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut.

Terdapat 20 Rumah Sakit Pemerintah menjadi Pilot Project untuk memonitoring resistensi antimikroba yaitu : RSUD Dr.

27

Soetomo Surabaya, RSUP dr. Kariadi Semarang, RSUP H. Adam Malik Medan, RSUP dr. M. Djamil Padang, RSUP dr. M. Husein Palembang, RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

Lalu, RSUP Fatmawati Jakarta, RSUP Persahabatan Jakarta, RSJPD Harapan Kita Jakarta, RSAB Harapan Kita Jakarta, RSPI Sulianti Saroso Jakarta, RS Kanker Dharmais Jakarta, RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung.

“Terakhir RSUP dr. Sardjito Yogyakarta, RSUP Soeradji

Tirtonegoro Klaten, RSUD Moewardi, RSUD Saiful Anwar, RSUP Sanglah Denpasar, RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dan RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado,” jelas dia.

dr. Ira Melati menambahkan kebijakan PPRA di rumah sakit, yaitu pertama, pembentukan Tim PPRA; kedua, penyusunan kebijakan antibiotik rumah sakit (hospital antibiotic policy) dan pedoman penggunaan antibiotik (antibiotic guideline);ketiga, penanganan kasus infeksi berat/kompleks/ infeksi dengan (Multi

Drugs Resistant Organism), melibatkan multidisiplin profesi, 4 pilar dan KPRS; keempat, peningkatan pemahaman klinisi terhadap.

Masyarakat Harus Sadar Fungsi Antibiotik

Masyarakat perlu mendapat edukasi atau pembelajaran mengenai fungsi antibiotik. Mengingat angka kematian akibat resistensi antimikroba dari tahun ke tahun meningkat dan sering tidak terdeteksi.

dr. Nani H. Widodo, Sp.M, MARS Menyerahkan secara Simbolis Kaos ‘’Gunakan Antibiotik dengan Bijak’’

28

“Masyarakat harus tahu bahwa bakteri bisa menjadi lawan atau kawan, artinya ada bakteri yang merugikan dan adapula yang menguntungkan bahkan sangat dibutuhkan manusia. Semakin dilawan, maka bisa mengalahkan sel-sel manusia”, ungkap Sekretaris Komite Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA), Mariyatul Qibtiyah, S.Si, Apt, SpFRS dihadapan peserta seminar awam peningkatan kewaspadaan pengendalian resistensi antimikroba (2/9) di Bandung.

Sebagai contoh, apabila kita terserang flu pasti kita

membutuhkan antibiotik. Padahal, antibiotik itu berfungsi untuk menyembuhkan infeksi bakteri, sedangkan flu disebabkan oleh virus. Maka, antibiotik tidak memberikan efek apapun terhadap virus. Penggunaan antibiotik yang tidak perlu, akan berakibat resistensi terhadap antibiotik. Dengan demikian, masyarakat harus bijak menggunakan antibiotik agar tidak terjadi resistensi. “Gunakan antibiotik sesuai dengan resep dokter,” jelasnya.

Sementara itu, dr. Ira Melati, MKM menambahkan akan terus

melakukan pemantauan terhadap antibiotik yang dijual tanpa resep dokter.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Komisi IX DPR RI, Dede Yusuf Macan Effendi, ST mengingatkan bahwa masyarakat jangan selalu minum antibiotik, minumlah sesuai dengan penggunaan. “Jika sakit minumlah obat sesuai resep dokter, istirahat yang cukup, konsumsi sayur dan buah, melakukan aktivitasi fisik setiap hari dan paling penting tidak merokok,” tegasnya.

Edukasi Masyarakat Untuk Bijak Menggunakan Antibiotik

29

OPINI

Ayo manfaatkan Toga dan Akupresur Untuk asuhan mandiri (Self Care) dalam keluarga Indonesia

Pembangunan kesehatan sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dari pembangunan nasional, mengarah kepada mempertahankan kondisi sehat dan tidak sakit serta produktif melalui upaya promotif dan preventif. Salah satu strategi pembangunan kesehatan adalah mendorong masyarakat agar mampu memelihara kesehatannya, serta mengatasi gangguan kesehatan ringan secara mandiri melalui kemampuan asuhan mandiri.

Pemerintah telah menerbitkan kebijakan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2016 tentang upaya pengembangan kesehatan tradisional melalui asuhan mandiri

(self care) dengan pemanfaatan taman obat keluarga dan keterampilan yaitu akupresur. Petunjuk praktis pemanfaatan TOGA dan akupresur ini sangat bermanfaat dan dapat dilakukan secara mandiri di keluarga maupun masyarakat. Disamping itu diharapkan juga kemampuan petugas kesehatan di Puskesmas perlu ditingkatkan dalam membina dan mengembangkan pelayanan kesehatan tradisional dengan menggunakan ramuan melalui pemanfaatan TOGA dan menggunakan keterampilan akupresur.

Arah kebijakan ini memperkuat upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit serta pemberdayaan masyarakat dapat dipenuhi salah satunya oleh pelayanan kesehatan

tradisional yang berorientasi pada upaya menyehatkan dan mempertahankan sekaligus meningkatkan kualitas hidup seseorang. Peningkatan kesadaran, motivasi, dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat akan mempercepat pencapaian status kesehatan yang optimal.

Dengan melakukan asuhan mandiri berarti kita telah berupaya merubah paradigma pengobatan kuratif menjadi promotif dan preventif, yang bermanfaat untuk efisiensi dan efektivitas bagi keluarga dalam menjaga kesehatan diri sendiri dan keluarganya. Sesuai dengan anjuran Menteri kesehatan, diharapkan kunjungan masyarakat ke Puskesmas merupakan kunjungan dalam rangka konsultasi kesehatan bukan untuk mengobati sakitnya.

30

Bagaimanakah bentuk asuhan mandiri yang memanfaatkan Taman Obat Keluarga (TOGA) dan keterampilan itu ?Asuhan mandiri kesehatan merupakan upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan mengatasi gangguan kesehatan ringan secara mandiri oleh individu dalam keluarga, kelompok atau masyarakat dengan memanfaatkan TOGA dan keterampilan. Sedangkan TOGA atau Taman Obat Keluarga adalah sekumpulan tanaman berkhasiat obat untuk kesehatan keluarga yang ditata menjadi sebuah taman dan memiliki nilai keindahan. Sedangkan keterampilan dengan akupresur adalah salah satu jenis/cara perawatan kesehatan tradisional yang dilakukan melalui teknik penekanan di permukaan tubuh atau bagian tubuh lain, pada titik-titik akupunktur dengan menggunakan jari, atau alat bantu yang berujung tumpul.

Beberapa tanaman yang ada di TOGA dapat dimanfaatkan oleh keluarga atau kelompok masyarakat. Tanaman-tanaman ini sudah digunakan secara turun menurun oleh orangtua kita terdahulu dan merupakan warisan budaya bangsa dalam pengobatan tradisional Indonesia. Sampai saat

ini masyarakat Indonesia masih menggunakan tanaman ini dalam kehidupan sehari-hari, tentulah penggunaannya sudah dinyatakan aman bagi kesehatan kita.

Sebelum menggunakan bahan tanaman dari TOGA ini, perlu diperhatikan dalam memilih bahannya seperti: akar, rimpang, umbi, kulit batang, kayu, daun, bunga, buah, atau seluruh tanaman (herba), apakah bahan tersebut masih segar, warnanya cerah, tidak berjamur (kapang). Bahan yang akan digunakan, terlebih dahulu harus dicuci dengan air mengalir dan cara pembuatan ramuan harus menggunakan air minum atau air bersih. Begitu juga dengan peralatan yang digunakan untuk membuat ramuan tanaman obat sebaiknya periuk/kuali dari tanah liat atau panci dari bahan gelas/kaca, atau stainless steel. Untuk alat pemotong dan pengaduk, gunakan yang terbuat dari bahan

kayu, dan untuk saringan dari bahan kain, plastik, atau nilon. Jangan menggunakan peralatan dari bahan alumunium, timah, atau tembaga karena mudah bereaksi dengan tanaman obat yang berakibat dapat meracuni/menjadi toksik serta mengurangi khasiat tanaman obat tersebut.

31

Penulis : dr. TUTI ASWANI, M.Si

Akupresur dilakukan dengan pemijatan pada titik-titik tertentu di permukaan tubuh dengan cara ditekan sebanyak 30 kali sampai terasa ngilu dan sebaiknya dilakukan 1-2 kali sehari. Penekan dapat menggunakan jari tangan, telapak tangan, siku atau alat bantu lain yang berujung tumpul dan menggunakan minyak sebagai pelicin. Akupresur dilarang dilakukan pada kondisi pingsan, penyakit infeksi, penyakit kelainan darah, dan ada luka. Tidak semua kasus dapat dilakukan akupresur, masih ada beberapa kasus atau

penyakit yang dilarang untuk dilakukan pemijatan akupresur seperti kondisi :• Kegawatdaruratan medik • Kasus yang perlu pembedahan • Keganasan • Penyakit akibat hubungan

seksual • Penyakit infeksi • Penggunaan obat pengencer

darah/antikoagulan • Diketahui ada kelainan

pembekuan darah • Daerah luka bakar, borok, dan

luka parut yang baru • Kondisi diatas tidak

diperboleh untuk dilakukan akupresur, oleh karena dapat membahayakan nyawa seseorang (kontraindikasi medik).

32

IBU NIFAS DAN MENYUSUI

PADA BALITA

Meningkatkan produksi air susu ibu (ASI). Produksi ASI ditingkatkan ketika jumlah ASI berkurang.

1. Meredakan batuk Batuk adalah reflek tubuh untuk membersihkan jalan nafas, akibat adanya sumbatan jalan nafas bagian bawah oleh penumpukan lendir/dahak.

Temulawak Pegagan

Meniran

• Ramuan yang diberikan terdiri dari Rimpang temulawak sebanyak 7 iris, Meniran sebanyak ½ genggam, Pegagan sebanyak ¼ genggam dan air 3 gelas Cara pembuatan, campurkan semua bahan kemudian direbus dalam air mendidih selama 10-15 menit dengan api kecil. Diminum 2x sehari pagi dan menjelang tidur malam.

• Akupresur untuk meningkatkan jumlah ASI dapat dilakukan pemijatan pada perpotongan garis tegak lurus dari sudut kuku bagian kelingking.

• Lokasi yang terletak 4 jari di bawah tempurung lutut di tepi luar tulang kering.

• Ramuan yang dapat diberikan yaitu rimpang kencur sebesar 2 jari telunjuk orang dewasa, dikupas dan diparut (parutannya dialasi daun pisang), tambahkan air ¾ cangkir lalu diperas dan disaring dengan menggunakan kain bersih/saringan teh, diminum 4-5 kali sehari 1 sendok makan.

• Akupresur untuk meredakan

batuk dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang letaknya 2 jari di atas pergelangan tangan, segaris ibu jari tangan.

• Lokasi yang terletak pada pertengahan antara tempurung lutut dan mata kaki luar, 2 jari ke sisi luar dari tulang kering.

Manfaatkan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) dan Keterampilan dalam Mengatasi Gangguan Kesehatan di KeluargaAnggota keluarga yang terdiri dari Bapak, Ibu, anak dan anggota keluarga lainnya pernah mengalami kondisi

gangguan kesehatan terutama pada anggota keluarga yang rentan, misalnya balita, lansia, ibu hamil. Pemanfaatan TOGA dan akupresur ini dapat dilakukan oleh diri sendiri maupun keluarga. Beberapa penanganan gangguan kesehatan ringan, antara lain seperti di bawah ini :

33

2. Meningkatkan nafsu makanSeringkali pada balita keinginan makan berkurang atau menurun, namun jika lebih dari 1 minggu dapat mengakibatkan kekurangan zat gizi.

• Ramuan yang dapat diberikan yaitu ambil biji ketumbar sebanyak 1 sendok teh lalu ditumbuk, seduh dengan air hangat 1 cangkir, tambahkan madu secukupnya, aduk rata. Berikan selagi hangat, minum 1 kali sehari selama 1 minggu.

• Akupresur untuk meningkatkan nafsu makan dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang letaknya lekukan belakang mata kaki bagian dalam.

• Lokasi yang terletak pada 4 jari ke atas dari mata kaki bagian dalam.

• Lokasi yang terletak pada 3 jari di atas pertengahan pergelangan tangan bagian dalam.

• Lokasi yang terletak 4 jari di bawah tempurung lutut di tepi luar tulang kering.

Ketumbar

PADA ANAK USIA SEKOLAH

1. Mengatasi gatal-gatal biduran • Ramuan yang dapat diberikan yaitu 1 buah umbi

rumput teki, segenggam sambiloto, 1 batang sereh dan 1 ibu jari lengkuas dimemarkan. Semua bahan dicampur dan direbus di dalam air mendidih sebanyak 3 gelas selama 10- 15 menit dengan api kecil. Dapat diiminum 2x sehari sebelum makan.

• Lokasi yang terletak 3 jari di atas dan sisi dalam tempurung lutut.

• Akupresur untuk mengatasi gatal-gatal biduran dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang terletak antara lipat siku sebelah luar dan tonjolan tulang siku.

2. Nyeri haid Pada wanita remaja sering ditandai dengan sakit pada daerah perut bawah akibat menstruasi.

• Ramuan yang dapat diberikan yaitu rimpang temulawak 3 iris, asam Jawa secukupnya, Biji kedawung 8 butir, daun sembung 1/3 genggam dan gula aren secukupnya, air 3 gelas. Didihkan air, masukkan biji kedawung yang sudah dimemarkan, setelah 5 menit masukkan rimpang temulawak, asam jawa dan daun sembung. Rebus selama 10 menit, masukkan gula aren menjelang rebusan

34

LANSIA

akan diangkat. Diminum dalam keadaan hangat 3 kali sehari selama nyeri haid.

• Akupresur untuk mengurangi nyeri haid dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang letaknya 4 jari di atas mata kaki bagian dalam.

• Akupresur pemijatan dilakukan pada lokasi yang terletak 4 jari di bawah tempurung lutut di tepi luar tulang kering.

2. Mengatasi stressStress merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan ketegangan pada tengkuk dan bahu disertai perasaan tidak tenang.

• Ramuan yang dapat diberikan : Pegagan 1 genggam, air 1 gelas, pegagan direbus dalam air mendidih selama 10 menit, lalu diminum 3 x sehari.

• Akupresur untuk mengatasi stres dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang letaknya di lekukan garis pergelangan tangan bagian dalam, segaris dengan jari kelingking.

• Lokasi yang terletak di belakang kepala, 1 ibu jari di atas batas rambut bagian belakang.

• Lokasi yang terletak di puncak bahu, pertengahan antara tengkuk dan pangkal lengan.

1. Mengatasi mual dan muntahDaya tahan tubuh merupakan kemampuan yang dimiliki tubuh untuk melindungi diri dari berbagai serangan penyakit.

• Ramuan yang dapat diberikan berupa 1 ibu jari jahe merah dan 1 iris temulawak dimemarkan, kemudian, 1 jumput pegagan dan gula merah dipotong kecil-kecil. Semua bahan dicampur dan direbus di dalam air 1 ½ gelas hingga mendidih selama 10-15 menit dengan api kecil. Ramuan ini diminum hangat-hangat 2 hari sekali sebanyak 1 gelas. Larangan bagi ibu hamol dan yang sedang menkonsumsi obat pengencer darah.

• Akupresur untuk meningkatkan daya tahan tubuh dilakukan pemijatan pada lokasi yang letaknya 4 jari di atas mata kaki bagian dalam.

• Lokasi yang terletak 4 jari di bawah tempurung lutut di tepi luar tulang kering.

35

2. Mengatasi sulit tidurSulit tidur pada lansia merupakan kondisi kesulitan tidur berulang atau mempertahankan tidur pulas.

• Ramuan yang dapat diberikan berupa I buah biji pala dicuci bersih lalu ditumbuk halus, seduh dengan air panas ¾ cangkir, tambahkan 1 sendok makan madu, diminum 1-2 kali sehari ,minum selagi masih hangat.

• Akupresur untuk mengatasi sulit tidur dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang letaknya di lekukan garis pergelangan tangan bagian dalam, segaris dengan jari kelingking.

• Juga dapat dilakukan pada lokasi yang terletak pada 3 jari di atas pertengahan pergelangan tangan bagian dalam.

3. Mengatasi nyeri pinggangNyeri pinggang ditandai dengan ketegangan pada otot pinggang disertai rasa nyeri.

• Ramuan yang dapat diberikan yaitu Jahe merah sebesar 1 jempol, Sereh 2 batang, Air 2 gelas, gula merah 1 sendok makan dan garam seujung sendok Cara pembuatan: Jahe dibakar dan memarkan, rebus jahe dengan sereh dengan sedikit air. Setelah menyusut tambah sedikit gula merah, aduk-aduk dan dinginkan. Minum selagi hangat-hangat pagi dan sore.

• Akupresur untuk mengatasi nyeri pinggang dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang letaknya di pinggang sejajar dengan pusar, selebar 2 jari tangan ke samping kiri dan kanan dari garis tengah tubuh.

• Lokasi yang terletak di pertengahan lipat lutut.

Semoga tulisan diatas diharapkan baik petugas kesehatan maupun masyarakat dapat bekerjasam secara harmonis dan intensif agar dapat tercapai masyarakat sehat yang mandiri sekaligus melestarikan warisan budaya bangsa.

36

4. Mengatasi sesak nafasSesak nafas ditandai dengan suara yang berbunyi/mengi saat mengeluarkan nafas.

• Ramuan yang dapat diberikan adalah 4 batang tanaman patikan kebo direbus dengan air 3 gelas tambahkan gula secukupnya. Rebus seluruh bahan sampai airnya tinggal ¾, diminum 3 x sehari.

• Akupresur untuk mengatasi sesak nafas dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang letaknya di bawah tengkuk, setengah jari ke arah luar.

• Pada lokasi yang terletak di garis tengah tubuh bagian depan setinggi sela iga ke-4 (sejajar dengan puting susu).

• Lokasi yang terletak pada pertengahan antara tulang tempurung lutut dengan mata kaki bagian luar, 2 jari tepi luar tulang kering.

5. Mengatasi sembelitDitandai dengan sulit dan jarangnya buang air besar karena kotoran keras.

• Ramuan yang dapat diberikan untuk mengatasi sembelit dengan 2 buah Mengkudu masak di parut beri sedikit garam kemudian diperas dan disaring, dapat diminum 2 x sehari.

• Akupresur untuk mengatasi sembelit dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang letaknya 4 jari ke atas dari punggung pergelangan tangan segaris jari tengah.

• Pada lokasi yang terletak di punggung tangan pada tonjolan tertinggi ketika ibu jari dan telunjuk dirapatkan.

• Lokasi yang letaknya 4 jari di bawah tempurung lutut di tepi luar tulang kering.

Sumber : Buku Saku 1: Petunjuk Praktis Toga Dan Akupresur Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional

37

Apakah Kepikunan Dapat Dicegah ?P vroses penuaan adalah suatu

proses alami pada setiap manusia. Menjadi tua adalah

proses biologis yang pasti terjadi. Di dunia ini pasti akan berharap penuaan yang dicapai adalah penuaan yang penuh kebahagiaan dan penuaan yang tetap mampu mengenang masa-masa indah di masa lalunya. Akan menyedihkan jika seorang lupa dengan anggota keluarganya. Menjadi lupa akan hal yang biasa ia kerjakan sehari-hari, tiba-tiba keluar rumah tanpa memahami arah pulang/ rumah, bahkan ada yang sampai memiliki hubungan yang tidak baik dengan anak cucunya karena ia berperilaku dan memiliki sikap yang tidak seperti biasanya. Bersikap terlalu sensitif dan lupa akan nilai-nilai/ norma yang pernah diajarkan pada anak cucunya. Keluarga akan melihat kakek dan nenek yang berbeda di rumah. Tidak seperti ketika kakek dan nenek yang dikenal. Lantas apakah kondisi demikian akan membuat keluarga menjadi kondusif atau terkendali? Jawabannya tentu tidak. Akan banyak perubahan yang terjadi di keluarga. Keluarga akan memiliki kebiasaan dansikap yang baru dalam menghadapi kakek dan nenek atau para lanjut usia. Para lanjut usia juga akan mengalami perubahan pada dirinya dan membuat ia merasa tidak nyaman. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli yang sangat khusus meneliti tentang penuaan mengatakan jika kepikunan adalah suatu proses yang tidak menyenangkan yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan untuk memanggil kembali informasi yang telah tersimpan. Kegagalan yang dimaksud terutama pada para

lanjut usia, salah satunya disebabkan oleh penurunan-penurunan fungsi yang dimiliki. Hal ini tentunya akibat proses generatif yang terjadi secara alamiah.

Karena pikun merupakan suatu proses yang tidak menyenangkan, maka pertanyaannya apakah mungkin meminimalisasi kepikunan? Penelitian yang dilakukan oleh para ahli gerontology menyatakan beberapa hal yang selanjutnya mampu meminimalisasi proses kepikunan, yaitu :

1. Jika seseorang berada pada kondisi fisik dan mental yang sehat. Kondisi mental yang sehat di mulai dari diri sendiri dan keluarga. Seseorang diharapkandapat beradaptasi dengan masalah dan mengkomunikasikan jika dirasa sulit diatasi. Memberikan kesempatan bagi tubuh untuk berada pada situasi “relaks”/nyaman. Membiarkan tubuh selalu tegang dan dilingkari masalah membuat menurunnya fungsi kognitif dan konsentrasi. Hal ini lambat laun akan mempengaruhi kemampuan daya ingat.

2. Kasih sayang dan perhatian yang tulus membuat kondisi mental yang juga sehat, perasaan dicintai dan tidak ditinggalkan menimalisasi munculnya depresi. Depresi atau kesedihan yang mendalam disertai dengan motivasi yang rendah membuat seseorang berada pada kondisi yang tidak stabil. Kondisi-kondisi demikian juga mampu mempengaruhi kemampuan daya ingat.

Seseorang akan fokus pada kesedihannya saja dan tidak memperhatikan hal lainnya, termasuk sulit berkonsentrasi. Ini juga berpengaruh pada daya ingatnya.

3. Selalu latihan untuk meningkatkan daya ingat, mengulang proses, beri perhatian pada hal sehari-hari seperti membuat jadwal harian, dan mencoba mengaktifkan ingatan ketika lupa dengan cara asosiasi (mencoba mengkaitkan hal yang terlupa dengan hal lainnya/ jangan mudah menyerah dan mengatakan lupa). Ketika sering memanjakan pikiran dengan mengatakan lupa, maka otak tidak akan terlatih untuk memanggil informasi yang tersimpan di “gudang memori”

4. Meningkatkan fungsi kesehatan pikiran dasar, dengan cara lakukan komunikasi yang efektif,

38

Apakah Kepikunan Dapat Dicegah ?sosialisasi, ibadah (peningkatan spiritual), rekreasi pikiran (seperti berpergian, melakukan hobi, olahraga), dan melatih emosi.

5. Sering terlibat dalam kegiatan yang bersifat merangsang kemampuan kognitif/pikir, seperti suka membaca, suka berpergian, gemar belajar, gemar berada dalam kelompok untuk bertukar pikiran, merupakan seseorang yang profesional pada bidangnya sehingga rajin menggunakan kemampuan pikirnya.

6. Memiliki kepribadian yang fleksibel (mudah menyesuaikan kondisi dan tidak mudah stress)

7. Memiliki pasangan yang bijak dan mudah diajak bertukar pikiran

8. Merasa puas dengan prestasi yang dicapai oleh para usia lanjut di usia produktifnya.

Hal diatas menggambarkan jika adalah hal yang mungkin jika seseorang menjaga apa yang diberikan Tuhan YME melalui kemampuan pikir dan kesehatannya. Melatih dan menjaga diri untuk berada pada kondisi fisik dan mental membuat kemampuan seseorang akan tetap bertahan sekalipun ia sudah berada pada usia lanjut. Usia yang bertambah tidak selalu membuat kemampuan kognitif akan hilang. Seseorang yang aktif dalam lingkungannya membuat ia memiliki peluang yang lebih baik untuk mempertahankan kemampuan kognitifnya. Seseorang yang pasif digambarkan sebagai seseorang yang tidak menggunakan peluang waktu untuk menggerakkan pikiran dan fisiknya. Hal ini sangat memudahkan seseorang dekat dengan kelupaan bahkan menuju demensia. Seseorang yang pasif justru akan mendekatkkan dengan berbagai penyakit. Lantas marilah menjaga kesehatan fisik dan mental agar mengurangi resiko kepikunan. Tips latihan otak secara intensif yang dapat dilakukan untuk mencegah kepikunan contohnya :• Latihan untuk melatih perhatian

dan konsentrasi: dapat dilakukan dengan menjaga kontak mata ketika berkonsentrasi, bermain teka teki silang, membaca Koran, dll

• Latihan untuk mempertajam daya ingat jangka panjang: Mendengarkan/bermain music kesukaan, hal ini juga akan meningkatkan memori melalui lirik lagu serta kenangan didalamnya.

• Latihan untuk melatih orientasi, contoh : lihat kalender setiap

hari untuk mengingat hari, tanggal, bulan dan tahun. Bersosialisasi dan menyebutkan nama seseorang yang ditemui. Panggil nama anak dan cucu, serta berjalan-jalan sambil mengingat nama tempat terutama yang sering dilewati (dikunjungi). Dapat disebutkan pula kenangan-kenangan bersama waktu, tempat, atau orang tersebut.

• Latihan untuk menstimulasi fungsi otak dengan cara Senam otak, seperti gerakan menyilang yang umumnnya diajarkan pada gerakan senam lanjut usia.

• Latihan untuk menciptakan kondisi mental yang sehat, seperti melatih emosi, bersikap yang positif, bahagia dan toleransi.

• Latihan untuk mempertajam persepsi, contoh : mengenal suara, wajah, lokasi

Apakah Kepikunan Dapat Dicegah ?

Yuni Hermawaty, M.Psi, PsikologPsikolog di RS Jiwa Dr. Radjiman

Wediodiningrat Lawang

39

MEDIA INFOMENUJU PUSAT KANKER NASIONAL TERKEMUKA

RUMAH SAKIT KANKER “DHARMAIS”

Sebagai rumah sakit pusat kanker nasional, Direktur Utama Rumah Sakit Kanker “Dharmais” Prof dr H Abdul Kadir, PhD, Sp.THT-KL(K), MARS mengatakan pihaknya siap melaksanakan amanah dari pemerintah dengan tekad dan kesungguhan hati. “Kami ingin mengantarkan Rumah Sakit Kanker “Dharmais” tidak hanya sebagai rujukan rumah sakit nasional di bidang kanker, tapi juga menjadi pusat kanker nasional,” katanya.

Dengan demikian, Rumah Sakit Kanker “Dharmais” tidak hanya bergerak di bidang pelayanan dan perawatan “Dharmais” adalah pelayanan, mulai teknologi pengobatan hingga metodologi pengobatan di bidang kanker. Namun, ke depan, kami menyiapkan tiga pilar, yaitu sebagai pusat perawatanV komprehensif di

bidang kanker, pusat riset kanker, dan pusat institut kanker,” ucapnya. Prof Kadir mengatakan saat

ini kegiatan riset dan penelitian di bidang kanker sudah berjalan. Bahkan Rumah Sakit Kanker “Dharmais” dijadikan pusat registrasi kanker untuk Indonesia, bekerja sama dengan rumah sakit kanker di luar Jakarta.

“Dengan pusat registrasi kanker tersebut, kami punya data terkini tentang angka morbiditas masyarakat terhadap kanker, berapa orang yang sakit karena

kanker, termasuk jenis kelamin dan pekerjaan pasien,

jenis-jenis kanker, penyebaran kanker, dan sebagainya,” ujarnya.

Beberapa fasilitas penunjang yang akan disiapkan lebih baik lagi di RS

40

“Dharmais”, seperti ruangan steril dan clinical trial room. Sebagai pusat institut kanker, Rumah Sakit Kanker “Dharmais” tidak hanya memberikan pendidikan formal dan spesialis, tapi juga pendidikan untuk perawat dan pendidikan kepada masyarakat, khususnya di bidang kanker. Dokter ahli Onkologi (kanker) di RS “Dharmais” berjumlah 86 orang ditambah 45 dokter umum.

Sampai saat ini, kanker masih menjadi penyakit mematikan di seluruh dunia. Pusat Data dan

Informasi Kementerian Kesehatan RI mencatat, pada 2012, 8,2 juta orang meninggal akibat kanker.Kanker paru-paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara penyebab terbesar kematian setiap tahun.

Melihat fakta tersebut, Dirut RS Kanker “Dharmais” Prof dr H Abdul Kadir, PhD, Sp.THT-KL(K), MARS, mengatakan pihaknya, memberikan perhatian besar terhadap pencegahan dan perawatan penyakit kanker. Selain melakukan deteksi dini terhadap

kanker, juga dilakukan tindakan promosi dan preventif dalam bentuk edukasi dan sosialisasi melalui unit kesehatan masyarakat dan unit kesehatan perorangan.

Menurut beliau, pencegahan penyakit kanker bisa dilakukan sejak dini dengan hidup sehat. Apa saja perilaku hidup sehat? Prof Kadir merumuskannya dalam singkatan CERDIK, yaitu C (cek kesehatan secara rutin), E (enyahkan asap rokok), R (rajin melakukan aktivitas fisik atau berolahraga), D (diet yang seimbang), I (istirahat yang cukup), dan K (kendalikan stres). “Di samping, itu masyarakat diminta lebih banyak mengkonsumsi sayur dan buah,” tuturnya.

41

Prof Kadir menuturkan, hampir “Dharmais” umumnya stadium 3-4 dan memiliki gejala klinis tingkat lanjut.

Masalahnya, pasien dengan kondisi stadium lanjut, algoritma penanganannya semakin rumit. “Karena itu, kita lakukan operasi, radioterapi, kemoterapi, sampai palliative care,” katanya, menjelaskan.Seandainya pasien datang saat penyakitnya berada di stadium awal , ketahanan hidupnya selama

lima tahun bisa mencapai 60-80 persen. “Jangan heran bila pasien kanker payudara banyak yang selamat. Asal pasien melakukan pencegahan dini. Kalau sudah pada stadium lanjut, angka ketahananhidupnya 22-30 persen,” ujarnya.

Sebagai rumah sakit rujukan tertinggi untuk penyakit kanker, RS Kanker “Dharmais” memiliki laboratorium patologiklinik,patologianatomi, radiolog diagnostik yang

terlengkap dan didukung staf medik dan penunjang medik yang ahli dibidangnya sehingga diagnostik kanker menjadi unggulan. Pengobatan kuratif di RS Kanker “Dharmais” mencakup operasi, kemoterapi, radioterapi, hormonal terapi, target terapi, dan imunoterapi. Untuk mendukung tindakan kuratif, pada 2016, RS Kanker “Dharmais” melakukan penambahan dua pesawat Linac (linear accelerator) tercanggih yang digunakan untuk mesin radioterapi kanker.Sedangkan palliative care adalah tindakan penanganan pasca-perawatan. Pada tahap ini, RS Kanker “Dharmais” tidak lagi mengobati, tapi memperbaiki kondisi pasien atau memperbaiki kualitas hidupnya, termasuk mendampingi secara psikologis dan spiritual. “Karena itu, dalam tim palliative care tidak hanya dokter yang memberikan pengobatan, seperti ketika pasien terasa nyeri, tapi juga perawat, ahli gizi, psikolog, dan pendamping spiritual, yaitu rohaniawan” ujarnya Satu milestone berhasil dicapai RS Kanker “Dharmais” Jakarta di usianya yang ke 23 tahun yakni sukses melaksanakan PBSCT (Peripheral Blood Stem Cell Transplant) pada pasien wanita berusia 40 tahun yang didiagnosis mengidap kanker sel plasma (multiple myeloma).

Didukung tim medis beranggotakan 20 dokter multidisplin dan sarana terbaik se-Indonesia, sang pasien yang menjalani perawatan lebih dari lima pekan (18 Juni-29 Juli 2016) berhasil melalui sejumlah tahapan medis dengan tingkat kesembuhan hampir 50 persen. Biaya

42

pengobatan di RS “Dharmais” pun kurang dari separuh daripada ongkos pengobatan di Singapura yang bisa mencapai Rp 2 miliar.

“Hasil yang dicapai transplantasi stem cell lebih baik dibanding terapi konvensional dengan kemoterapi,” ujar Ketua Team Transplantasi StemCell RS Kanker “Dharmais”, Dr.dr.Doddy Ranuhardy,Sp. PD, KHOM.

Proses awal transplantasi adalah mengambil stem cell (sel punca) dari darah tepi (darah yang beredar ke seluruh tubuh).Sejumlah persiapan telah dilakukan RS Kanker “Dharmais”

Direksi Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

sejak 2011 sebelum menyediakan layanan transplantasi stem cell. Pertama, meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tim medis inti secara rutin dikirim ke Prancis, Belanda, Amerika Serikat, danSingapura untuk peningkatan kompetensi atau melakukan observasi di sejumlah rumah sakit. Kedua, fasilitas obat-obatan termasuk ruang steril obat harus memenuhiindeks kuman yang sangat rendah. Ketiga, enam kamar perawatan steril yang terdiri satu kamar VIP dan lima kamar kelas I dan kelas III. Di Indonesia, kamar

steril hanya tersedia di RS “Dharmais”, RS Dr Karyadi Semarang dan dan RSUD dr. Soetomo Surabaya.

Data di RS Kanker “Dharmais” menunjukkan

saat ini pasien rawat jalan sekitar 800 perhari, melonjak dua kali lipat dibanding dua tahun lalu. Selain itu rata-rata 125 pasien

kanker per tahun yang mampu ditampung di kamar perawatan semi steril. Dengan demikian RS Kanker “Dharmais” masih terus mengembangkan sarana dan prasarana serta membina jejaring untuk kesehatan kanker.

Selain Transplantasi Stem Cell, RS Kanker “Dharmais” juga memiliki beberapa fasilitas dan layanan unggulan lainnya, seperti fasilitas Pet Ct Scan, pelayanan minimall invasive surgery (operasi kanker payudara yang hanya menyayat sedikit bagian payudara saat mengangkat tumor), laparoscopy untuk operasi kanker usus, diagnostik molekuler terpadu untuk diagnostik pengobatan kanker paru-paru, kanker payudara, lekemia kronik, dan cryosurgery.

Layanan terintegrasi merupakan salah satu wujud konkret yang dilakukan RS Kanker “Dharmais” menuju pusat kanker nasional pada 2019.

43

2. Memilih dokter yang tepat

Setiap dokter praktik harus terdaftar atau teregistrasi pada Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) yang diterbitkan oleh KKI. Selain itu, setiap dokter yang berpraktik secara menetap pada suatu sarana pelayanan kesehatan harus memiliki Surat Ijin Praktek (SIP) yang diterbitkan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Nomor SIP dokter dan dokter gigi tercantum pada papan praktik atau pada kertas resep. Sebaiknya setiap keluarga memiliki dokter keluarga atau dokter langganan yang mengetahui catatan riwayat kesehatan.

yang optimal dalam upaya menuju kesembuhan dan perbaikan kondisi pasien. Seperti apakah kita harus cerdas sebagai pasien ?

1. Peka terhadap gangguan kesehatan

Gangguan kesehatan dapat bersifat ringan, sedang dan berat. Apabila kita menderita sakit ringan, seperti flu, batuk, pusing ringan. Kita bisa mengobati dengan cara beristirahat atau membeli obat di apotik. Namun, kita juga harus waspada terhadap gejala yang terasa ringan, misalnya terasa berat di dada, padahal kita memiliki faktor resiko penyakit jantung koroner.

Saat kita menjadi pasien rumah sakit, seolah kita pasrah bila dihadapkan dengan dokter,

komunikasi yang seharusnya dimanfaatkan pasien hanya sebatas mendengarkan saja. Kita harus meletakkan pasien dan dokter dalam posisi yang sama di dalam proses komunikasi. Karena pada dasarnya, setiap pasien memiliki hak dan kewajiban yang sudah diatur Undang-Undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Untuk itu, pasien harus memanfaatkan komunikasi dengan dokter. Berbicaralah dan carilah informasi kesehatan diri kita yang selengkap-lengkapnya, sehingga nantinya akan memberikan hasil

Kita Harus Cerdas Sebagai Pasien

44

5. Pilihlah fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat

Kita sudah berada pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) artinya kita harus mengikuti proses sistem rujukan berjenjang. Perlu diketahui, bila kita menderita penyakit yang ringan, kita bisa mengunjungi klinik dokter umum atau Puskesmas. Bila diperlukan dokter akan merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit. Ditempat itu tersedia dokter spesialis dan peralatan kesehatan yang dapat menangani kondisi kesehatan gawat darurat.

rekreasi, berkumpul dengan keluarga maupun kegiatan sosial kemasyarakat.

4. Dokter punya kewajiban untuk menjamin perawatan pasien secara kontinyu

Ketika kita sudah menjadi pasien, maka terbentuklah hubungan dokter – pasien; sejak saat itu dokter berkewajiban menjamin bahwa kita akan mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan. Kewajiban itu mencakup penyediaan dokter pengganti pada saat dokter tidak dapat hadir, karena halangan atau kegiatan tertentu.

3. Masyarakat harus paham sifat pekerjaan kedokteran

Profesi kedokteran adalah suatu pekerjaan yang luhur dan mulia karena orientasi utamanya adalah menolong pasien. Dalam melakukan pekerjaannya dokter akan mendahulukan kepentingan pasien daripada kepentingannya sendiri. Dokter seringkali harus bekerja lebih dari jam kerja resminya ketika menangani kesehatan pasiennya. Namun sebagai manusia biasa dokter juga memiliki keterbatasan kemampuan dalam upaya penyembuhan penyakit tertentu, memiliki kebutuhan pribadi seperti beristirahat,

45

6. Informasi yang disiapkan sebelum memeriksakan kesehatan ke dokter

Kita perlu menyiapkan dan membawa dokumen-dokumen atau data tentang pemeriksaan kesehatan terdahulu, serta informasi penting yang kita miliki mengenai kondisi kesehatan atau penyakit yang pernah dialami sebelumnya; terutama terkait dengan gangguan kesehatan saat ini. Dokumen-dokumen, data maupun informasi tersebut dapat berupa hasil pemeriksaan pengujian kesehatan menyeluruh (general check up), pemeriksaan diagnostik (laboratorium, foto rontgen, rekam jantung,dll), dan atau obat-obatan yang pernah digunakan. Dokumen, data dan informasi hendaknya disampaikan dengan benar dan jujur, karena akan digunakan dokter untuk mendukung penetapan diagnosis dan penanganan penyakit.

7. Lakukan pemeriksaan laboratorium sesuai anjuran dokter

Sebelum datang ke dokter, sebaiknya tidak perlu melakukan pemeriksaan atau tes diagnostik, karena dokterlah yang akan menetapkan pemeriksaan diagnostik apa yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi kesehatan kita.

8. Hal-hal yang dilakukan dokter ketika memeriksa kesehatan

Pada awal pertemuan dokter akan mewawancarai mengenai keluhan, tanda dan gejala yang pasien rasakan dan berapa lama telah dialami,

riwayat penyakit sebelumnya maupun riwayat penyakit dalam keluarga, riwayat alergi terhadap obat atau bahan tertentu, kebiasaanhidup sehari-hari, seperti olah raga, diet, merokok, minum-minuman beralkohol dan hal-hal penting lainnya. Selanjutnya dokter akan, memeriksa tanda vital seperti tekanna darah, nadi, pernafasan, detak jantung dan memeriksa bagian tubuh lainnya yang terkait dengan penyakit pasien.

Selanjutnya, pemeriksaan fisik dilakukan dokter dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengar dengan alat tertentu seperti stetoskop (auskultasi). Jika perlu dokter akan melakukan atau menyarankan tes diagnostik tertentu.

9. Seperti apa jenis pemeriksaan atau tes diagnostik

Setelah melakukan pemeriksaan fisik apabila diperlukan dokter akan melakukan atau menyarankan jenis-jenis pemeriksaan atau tes diagnostik/tindakan pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan kondisi kesehatan pasien, tentu saja dokter tidak akan melakukan tindakan yang berlebihan. Karena itu sebaiknya kita bertanya kepada dokter dengan tujuan, manfaat, risiko dan alternatif pemeriksaan atau tindakan pengobatan yang akan dilakukan serta perkiraan biayanya.

Pemeriksaan diagnostik adalah pemeriksaan dengan alat kesehatan tertentu untuk membantu penegakan

diagnosis, misalnya pemeriksaan rontgen, CT Scan, MRI, rekam jantung (EKG), rekam otak (EEG), endoskopi, laboratorium dan sebagainya.

Sedangkan bentuk pengobatan oleh dokter dapat berupa nasehat, pemberian obat dan tindakan tertentu, seperti bedah kecil, bedah besar atau tindakan invasif tertentu.

10. Dokter akan menyampaikan informasi terkait penanganan kesehatan pasien

Setelah melakukan wawancara dan pemeriksaan, maka dokter wajib memberikan informasi tentang diagnosis dan rencana pemeriksaan diagnostik lanjutan bila ada, serta rencana terapi. Selain itu dokter akan menjelaskan tujuan tindakan, alternatif tindakan, manfaat dan risikonya atau efek samping obat yang dapat terjadi. Penjelasan tersebut sangat penting, artinya bagi kita untuk membuat keputusan mengenai persetujuan terhadap rencana tindakan medis yang akan dilakukan.

11. Carilah pendapat kedua (second opinion) dari dokter lain

Pada situasi tertentu kita dapat meminta atau dokter menyarankan untuk mencari pendapat kedua (second opinion) dari dokter lain mengenai hal-hal yang terkait dengan kesehatan kita.

Situasi yang memerlukan pendapat kedua, antara lain

• Apabila kita mempertanyakan tentang kewajaran atau keharusan

46

suatu tindakan medis yang mempunyai risiko yang tinggi, seperti tindakan pembedahan atau tindakan invasive tertentu, misalnya kateterisasi jantung.

• Pertanyaan tentang diagnosis dan rencana pengobatan pada kondisi yang dapat mengancam jiwa atau kehilangan/kecacatan anggota tubuh maupun penyakit kronis yang serius.

• Apabila pengobatan yang dilakukan pada pasien tidak menghasilkan kemajuan pada kondisi kesehatan.

12. Proses pendapat kedua (second opinion)

Bila menginginkan pendapat kedua, kita perlu memberitahukan hal tersebut kepada dokter pertama. Dokter tersebut akan menentukan nama dokter yang akan dimintakan pendapat kedua, namun kita juga dapat mengusulkan nama dokter tersebut.

Selanjutnya dokter akan membuat surat pengantar untuk dokter tersebut dan akan memberikan pendapat secara tertulis. Apabila kita sedang berobat pada dokter umum, maka pendapat kedua tersebut dimintakan dari dokter umum juga. Jika akan berobat pada dokter spesialis tertentu, maka pendapat kedua dimintakan dari dokter spesialis pada bidang yang sama.

13. Semua tindakan harus dengan persetujuan

Setiap tindakan medis yang akan dilakukan dokter pada pasien harus dengan persetujuan pasien atau keluarga pasien. Kewajiban dokter untuk meminta persetujuan tersebut kepada pasien, sedangkan pasien/keluarga pasien berhak untuk memberikan persetujuan atau penolakan.

14. Perlu pahami persetujuan tindakan kedokteran (informed consent)

Persetujuan tindakan kedokteran lebih dari sekedar suatu persetujuan terhadap tindakan medis tertentu. Persetujuan tindakan kedokteran (informed consent) merupakan persetujuan pasien terhadap suatu tindakan kedokteran tertentu yang diberikan berdasarkan telah diterimanya dan dipahaminya penjelasan dokter yang jelas, lengkap tentang diagnosis, tujuan tindakan prosedur, manfaat, risiko, alternatif tindakan dan akibatnya bila tindakan tersebut tidak dilakukan serta prognosis penyakit.

Dengan penjelasan tersebut, kita dapat memahami dengan baik, apakah risiko tindakan tersebut cukup besar atau manfaatnya terlalu kecil sehingga kita dapat mengambil keputusan sesuai keinginan.

15. Cara dan proses pemberian persetujuan tindakan kedokteran

RS akan menyediakan formulir persetujuan tindakan kedokteran (informed consent). Kita harus membaca dengan cermat formulir persetujuan tindakan kedokteran yang telah diisi dengan penjelasan

dokter dan bila kita setuju dengan isinya, maka kita harus menandatangani. Demikian juga dokter yang akan melakukan tindakan medis dan saksi, sebelum kita tanda tangan dokter yang akan melakukan tindakan medis atau dokter anggota tim medis harus memberikan penjelasan yang memadai tentang diagnosis, indikasi tindakan, prosedur tindakan perluasan tindakan yang mungkin dilakukan, keuntungan dan risiko atau komplikasi yang mungkin terjadi serta prognosis kesehatan.

16. Pasien berhak menolak tindakan pemeriksaan diagnostik

Kita berhak untuk menolak tindakan pemeriksaan atau pengobatan yang akan dilakukan oleh dokter setelah kita mendapat penjelasan dari dokter tersebut tentang diagnosis, tujuan tindakan manfaat dan risiko serta akibatnya bila hal tersebut tidak dilakukan; bila terjadi hal yang tidak diharapkan akibat tidak dilakukan saran dokter tersebut, maka hal itu menjadi tanggung jawab kita sendiri.

Penolakan terhadap tindakan kedokteran hendaknya dilakukan secara tertulis. Contoh penolakan tindakan kedokteran ialah pasien yang sejak awal menolak tindakan resusitasi atau perawatan di ruang rawat intensif (ICU) bila kondisi kesehatannya memburuk, sebelum hal tersebut terjadi pasien telah menandatangani penolakan tindakan resusitasi atau perawatan intensif (informed refusal)

47

Tindakan Nyata Tumbuh DariRasa Empati dan Kepedulian

Empati adalah sebuah tindakan yang sederhana tapi mampu

menyatukan seluruh perbedaan. Jika kita lebih berempati, maka kehidupan akan saling melengkapi. Sehingga kekurangan taklagi menghalangi kebahagiaan kita.Berangkat dari kalimatdiatas, maka Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI membuat gerakan yang dinamakan dengan “Gerakan 1000/Hari”.

Jangan dilihat dengan pengumpulan dana Rp 1000/hari, gerakan ini merupakan gerakan nyata kita mewujudkan rasa saling berbagi kasih terhadap sesama khususnya di lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.

Sekedar diketahui, “Gerakan Rp1000/ hari”merupakan pengumpulan dana secara sukarela dari seluruh karyawan/karyawati di lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan,

melalui kotak – kotak yang telah disediakan di setiap bagian di lingkungan Sekretaiat Direktorat Pelayanan Kesehatan.

Adapun manfaat dari gerakan ini dapat kita pergunakan sebagai dana untuk membantu saudara- saudara kita serta keluarganya yang sedang di timpa musibah.

Sedangkan konsep gerakan ini yakni bersifat sukarela, namun dihimbau kepada rekan- rekan di lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan untuk dapat berpartisipasi dalam gerakan ini melalui kotak-kotak yang telah kami sediakan di setiap ruangan kerja.

Lalu, pengisian dana untuk gerakan ini berasal dari pertama, menyisihkan sebagian rejeki dari rekan-rekan sekalian untuk disumbangkan minimal Rp 1000/hari. Kedua, dari sisa perjalanan dinas rekan – rekan pegawai,

kemudian ketiga, Shodaqoh/infaq masing-masing pribadi.

Dan bagaimana bentuk penyaluran dana “GerakanRp 1000/hari” iniakan kita gunakan untuk membantu rekan-rekan kita yang mengalami musibah/kesusahan dengan ketentuan sebagai Pertama, jika ada keluarga dari pegawai PNS maupun Non PNS di lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (meliputi: suami/istri, anak, orang tua ybs) meninggal dunia mendapatkan santunan sebesarRp 1.000.000 (satujuta rupiah).

Kedua, jika ada keluarga dari pegawai PNS maupun Non PNS di lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (meliputi : suami/istri, anak ybs ) sakit dan di rawat di Rumah Sakit mendapatkan santunan sebesar Rp 500.000 (Lima ratus ribu rupiah).Semoga sebagian rezeki kita bisa bermanfaat bagi Saudara sesama.

48

Pemantauan langsung pelaksanaan anggaran yang bersumber Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang Kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan oleh Sekretaris Ditjen Pelayanan Kesehatan, Dr. dr. Agus Hadian Rahim, Sp.OT(K), M.Epid, MH.Kes dan Tim Monev Terpadu Kementerian Kesehatan RI.

RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta mengenal-kan Micra, teknologi alat pacu jantung permanen ini, berukuran panjang 25,9 mm dan berat 2 gram yang digunakan untuk memacu jantung saat keadaan jantung berdetak tidak beraturan.

Dirjen Pelayanan Kesehatan, dr. Bambang Wibowo, Sp.OG(K) melakukan pelantikan kepada 342 Pejabat Administrator dan Pengawas.

Menteri Kesehatan melantik Pimpinan Tinggi Madya Eselon I dan Pimpinan Pratama Eselon II

Dirjen Pelayanan Kesehatan mengikuti Pertandingan Tenis Meja antar Unit Utama dalam rangka HUT RI ke 72 di Kementerian Kesehatan

Kunjungan Kerja Humas UPT Ditjen Pelayanan Kesehatan Meninjau Pelayanan Publik RSUP dr. Sardjito Yogyakarta

FOTO BERITA

49