vol. 9, no. 3, nopember 2016 - journal |...

6
31 Vol. 9, No. 3, Nopember 2016 Veterina Medika Pengaruh Pemberian Kombinasi Vitamin C dan Vitamin E sebagai Tindakan Preventif terhadap Gambaran Histopatologi Hepar Mencit yang dipapar Boraks Effects of Vitamin C and Vitamin E Combinationas Prevention on The Liver Histopathological in Mice (Mus musculus) Treated With Borax Lita Purwita Sari 1 , Thomas Valentinus Widiyatno 2 , Indah Norma Triana 2 1 Mahasiswa PPDH Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga 2 Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Kampus C Unair, Jalan Mulyorejo, Surabaya-60115 Telp. 031-5992785, Fax. 031-5993015 Email: [email protected] Abstract The aim of this research was to evaluate the effect of vitamin C and vitamin E combination as prevention on liver histopathological in mice (Mus musculus) exposured borax. Twenty five male mice of BALB/c strain were randomly divided into five groups; P0 was given distilated water, P1 was given 260 mg/kg/day of borax, P2 was given combination of 28 mg/kg/day vitamin C and 105 mg/kg/day of vitamin E solutions and 260 mg/kg/day of borax, P3 was given combination of 56 mg/kg/day vitamin C and 210 mg/kg/day of vitamin E solutions and 260 mg/kg/day of borax, P4 was given combination of 112 mg/kg/day vitamin C and 420 mg/kg/day of vitamin E solutions and 260 mg/ kg/day of borax. Borax solutions on P2, P3, and P4 groups treated in a hour after each groups treated with combination of vitamin C and vitamin E solutions. The treatment were given by oral. The treatment were done every day for 14 day. Thesample were observed increased Kupffer cells, vacuole degeneration, karyorrhexis, and karyolysis. The sample were compared and showed no significant difference. In conclusion, combination of vitamin C and vitamin E as a prevention couldn’t prevent damage to liver cells of mice exposed borax. Keywords :borax, antioxidant, vitamin C, vitamin E, histopathologic Pendahuluan Salah satu bahan tambahan makanan yang banyak digunakan di pasaran yaitu boraks (Pane dkk, 2012).Boraks jika dikonsumsi terus menerus mengakibatkan kerusakan hepar.Hepar merupakan organ yang bersifat sensitif terhadap bahan atau zat yang bersifat toksik. Salah satu fungsi hepar yaitu detoksifikasi, dimana bahan obat maupun bahan yang bersifat toksik seperti boraks, setelah di absorbsi di usus halus dan masuk ke dalam peredaran darah kemudian mengalami detoksifikasi dalam hepar (Tatukude dkk., 2014). Penggunaan antioksidan dapat mencegah terjadinya kerusakan sel akibat radikal bebas. Beberapa antioksidan antara lain yaitu vitamin C dan vitamin E. Vitamin E adalah antioksidan yang bekerja pada membran sel, sedangkan

Upload: others

Post on 31-Aug-2019

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

31

Vol. 9, No. 3, Nopember 2016Veterina Medika

Pengaruh Pemberian Kombinasi Vitamin C dan Vitamin E sebagai Tindakan Preventif terhadap Gambaran Histopatologi Hepar Mencit yang dipapar Boraks

Effects of Vitamin C and Vitamin E Combinationas Prevention on The Liver Histopathological in Mice (Mus musculus) Treated With Borax

Lita Purwita Sari1, Thomas Valentinus Widiyatno2, Indah Norma Triana2

1Mahasiswa PPDH Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga 2Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Kampus C Unair, Jalan Mulyorejo, Surabaya-60115Telp. 031-5992785, Fax. 031-5993015

Email: [email protected]

Abstract

The aim of this research was to evaluate the effect of vitamin C and vitamin E combination as prevention on liver histopathological in mice (Mus musculus) exposured borax. Twenty five male mice of BALB/c strain were randomly divided into five groups; P0 was given distilated water, P1 was given 260 mg/kg/day of borax, P2 was given combination of 28 mg/kg/day vitamin C and 105 mg/kg/day of vitamin E solutions and 260 mg/kg/day of borax, P3 was given combination of 56 mg/kg/day vitamin C and 210 mg/kg/day of vitamin E solutions and 260 mg/kg/day of borax, P4 was given combination of 112 mg/kg/day vitamin C and 420 mg/kg/day of vitamin E solutions and 260 mg/kg/day of borax. Borax solutions on P2, P3, and P4 groups treated in a hour after each groups treated with combination of vitamin C and vitamin E solutions. The treatment were given by oral. The treatment were done every day for 14 day. Thesample were observed increased Kupffer cells, vacuole degeneration, karyorrhexis, and karyolysis. The sample were compared and showed no significant difference. In conclusion, combination of vitamin C and vitamin E as a prevention couldn’t prevent damage to liver cells of mice exposed borax.

Keywords :borax, antioxidant, vitamin C, vitamin E, histopathologic

PendahuluanSalah satu bahan tambahan makanan

yang banyak digunakan di pasaran yaitu boraks (Pane dkk, 2012).Boraks jika dikonsumsi terus menerus mengakibatkan kerusakan hepar.Hepar merupakan organ yang bersifat sensitif terhadap bahan atau zat yang bersifat toksik. Salah satu fungsi hepar yaitu detoksifikasi, dimana bahan obat maupun bahan yang bersifat toksik

seperti boraks, setelah di absorbsi di usus halus dan masuk ke dalam peredaran darah kemudian mengalami detoksifikasi dalam hepar (Tatukude dkk., 2014).

Penggunaan antioksidan dapat mencegah terjadinya kerusakan sel akibat radikal bebas. Beberapa antioksidan antara lain yaitu vitamin C dan vitamin E. Vitamin E adalah antioksidan yang bekerja pada membran sel, sedangkan

32

Lita Purwita S., Thomas V., Indah N. Pengaruh Pemberian Kombinasi Vitamin C....

vitamin C bekerja pada sitosol. Juga dapat diketahui bahwa vitamin C dapat meregenerasi vitamin E secara efektif. Dengan mekanisme kerja yang berbeda, jika kedua vitamin ini digunakan bersamaan diharapkan akan memberikan efek yang optimal dalam menghadapi aktifitas radikal bebas (Wresdiyawati, et al., 2007). Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang efek pemberian kombinasi vitamin C dan vitamin E sebagai tindakan preventif terhadap gambaran histopatologi hepar mencit yang dipapar boraks.

Materi dan Metode PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di

Kandang Hewan Coba Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, pembuatan sediaan histopatologi hepar mencit dilakukan di Laboratorium Departemen Patologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Februari 2016.

Hewan coba yang digunakan adalah mencit (Mus musculus) jantan galur BALB/c dewasa. Alat penelitian yang digunakan adalah kandang hewan coba, kawat jala, tempat pakan, tempat minum, sonde, dan timbangan digital. Bahan yang digunakan dalam penilitian ini adalah boraks, vitamin C, vitamin E, aquadest steril, minyak, pakan, air minum, sekam, dan formalin 10%.

Mencit jantan 25 ekor dibagi menjadi lima kelompok perlakuan dengan lima ulangan pada masing-masing perlakuan. Sebelum mendapat perlakuan, mencit tersebut diadaptasikan selama tujuh.Pemberian larutan boraks, vitamin C dan vitamin E diberikan secara peroral menggunakan sonde selama 14 hari.

Rincian perlakuan sebagai berikut; P0 (aquadest steril), P1 (boraks dosis 260 mg/Kg BB/ hari), P2 (vitamin C dosis 28 mg/Kg BB/ hari + vitamin E dosis 105

mg/Kg BB/ hari + boraks dosis 260 mg/Kg BB/ hari), P3 (vitamin C dosis 56 mg/Kg BB/ hari + vitamin E dosis 210 mg/Kg BB/ hari + boraks dosis 260 mg/Kg BB/ hari), dan P4 (vitamin C dosis 112 mg/Kg BB/ hari + vitamin E dosis 420 mg/Kg BB/ hari + boraks dosis 260 mg/Kg BB/ hari). Pemberian vitamin C dan vitamin E dilakukan satu jam sebelum pemberian boraks. Pada hari ke-15, dilakukan dislokasi servikalis dan pengambilan organ hepar yang selanjutnya dibuat preparat histopatologi.

Pengamatan dilakukan terhadap lima lapangan pandang untuk tiap preparat histopatologi hepar dengan mikroskop pada perbesaran 400×. Kerusakan sel yang diamati yaitu adanya aktivasi sel kupffer, degenerasi vakuola, karioreksis, dan kariolisis. Tingkat kerusakan hepar dinilai menggunakan metode skoring (Arsad dkk, 2014), yaitu; skor 0 apabila dalam satu lapang pandang tidak dijumpai kerusakan, skor 1 apabila dalam satu lapang pandang dijumpai kerusakan <30%, skor 2 apabila dalam satu lapang pandang dijumpai kerusakan 30% - 50%, dan skor 3 apabila dalam satu lapang pandang dijumpai kerusakan >50%. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL).Analisis data menggunakan uji Kruskall Wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann Whitney.

Hasil dan PembahasanPerubahan gambaran histopatologi

yang diamati antara lain peningkatan jumlah sel Kuppfer, degenerasi vakuola, karioreksis, dan kariolisis.

Hasil pengamatan peningkatanjumlah sel Kuppfer disajikan pada Tabel 1.1.

33

Vol. 9, No. 3, Nopember 2016Veterina Medika

Tabel 1.1 Peningkatan Jumlah Sel Kupfer Akibat Pemberian Vitamin C dan Vitamin E pada Gambaran Histopatologi

Hepar Mencit yang dipapar Boraks.Perlakuan Skor Peningkatan Jumlah

Sel Kupffer(Mean ± SD)

P0 0,60 ± 0,54a

P1 2,80 ± 0,44d

P2 2,20 ± 1,44bcd

P3 2,00 ± 0,00bc

P4 1,88 ± 0,83b

Keterangan : superskrip yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata.

Berdasarkan Tabel 1.1, hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata (p<0,05) antara kelompok perlakuan P0 dengan P1, P2, P3, dan P4. Tidak ada perbedaan nyata antara kelompok perlakuan P1, P2, P3, dan P4.

Hasil pengamatan degenerasi vakuola disajikan pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Degenerasi Vakuola Akibat Pemberian Vitamin C dan Vitamin E pada Gambaran Histopatologi Hepar

Mencit yang dipapar Boraks.Perlakuan Skor Degenerasi

Vakuola(Mean ± SD)P0 1,40 ± 0,54a

P1 3,00 ± 0,00bc

P2 3,00 ± 0,00bc

P3 2,80 ± 0,44b

P4 2,80 ± 0,44b

Keterangan : superskrip yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata.

Berdasarkan Tabel 1.2, hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata (p<0,05) antara kelompok perlakuan P0 dengan P1, P2, P3, dan P4. Tidak terdapat perbedaan nyata (p<0,05) antara kelompok perlakuan P1, P2, P3, dan P4.

Hasil pengamatan sel karioreksis disajikan pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3 Karioreksis Akibat Pemberian Vitamin C dan Vitamin E pada

Gambaran Histopatologi Hepar Mencit yang dipapar Boraks.

Perlakuan Skor Karioreksis(Mean ± SD)

P0 0,60 ± 0,54a

P1 3,00 ± 0,00bc

P2 3,00 ± 0,00bc

P3 2,80 ± 0,44b

P4 2,60 ± 0,54b

Keterangan : superskrip yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata.

Berdasarkan Tabel 1.3, hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata (p<0,05) antara kelompok perlakuan P0 dengan P1, P2, P3, dan P4. Tidak terdapat perbedaan nyata (p<0,05) antara kelompok perlakuan P1, P2, P3, dan P4.

Hasil pengamatan sel kariolisis disajikan pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4 Kariolisis Akibat Pemberian Vitamin C dan Vitamin E pada

Gambaran Histopatologi Hepar Mencit yang dipapar Boraks.

Perlakuan Skor Kariolisis(Mean ± SD)

P0 0,80 ± 0,44a

P1 3,00 ± 0,00b

34

Lita Purwita S., Thomas V., Indah N. Pengaruh Pemberian Kombinasi Vitamin C....

P2 3,00 ± 0,00b

P3 3,00 ± 0,00b

P4 3,00 ± 0,00b

Keterangan : superskrip yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata.

Berdasarkan Tabel 1.4, hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata (p<0,05) antara kelompok perlakuan P0 dengan P1, P2, P3, dan P4. Tidak terdapat perbedaan nyata (p<0,05) antara kelompok perlakuan P1, P2, P3, dan P4.

Hasil pengamatan gambaran histopatologis disajikan pada gambar 1.

P4

P3

P2

P2

P0 P1

Gambar 1. Perbandingan histopatologi kerusakan sel hepar mencit dengan pewarnaan HE menggunakan mikroskop perbesaran 400× ( ) : sel Kupffer, ( ) : degenerasi vakuola, ( ) : karioreksis, ( ) : kariolisis.

P2

35

Vol. 9, No. 3, Nopember 2016Veterina Medika

Pada kelompok perlakuan P0 atau kelompok kontrol negatif, dapat ditemukan adanya sel Kupffer, degenerasi vakuola, karioreksis,dan kariolisis yang seharusnya normal. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya keadaan awal hepar dari tiap mencit yang berbeda-beda, kondisi kandang yang kurang ideal, dan kondisi psikologis mencit karena pemberian perlakuan yang berulang, mencit dipaksa minum lewat sonde dan setiap perlakuan akan terjadi kontak dengan manusia.

Pada kelompok perlakuan P1 atau kontrol positif, yang hanya diberikan larutan boraks, mempunyai skor peningkatan jumlah sel Kupffer, degenerasi vakuola, karioreksis, dan kariolisis paling tinggi.Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian boraks dapat menyebabkan kerusakan sel hepar. Menurut Adinugroho (2013), terakumulasinya boraks dalam tubuh akan menyebabkan rusaknya membran sel hepar yang kemudian akan diikuti kerusakan pada sel parenkim hepar. Hal ini terjadi karena gugus aktif boraks (B = O) akanmengikat protein dan lipid tak jenuh sehingga menyebabkan peroksidasi lipid. Reaksi ini akan berlangsung terus secara berantai dan berakhir apabila bertemu dengan radikal bebas lain atau antioksidan.

Tubuh memerlukan antioksidan eksogenus dalam jumlah yang memadai agar mampu menginduksi kerja sistem antioksidan seluler sehingga mampu menekan kerusakan sel yang berlebihan.Menurut Li and Schellhorn (2007), vitamin C merupakan donor elektron.Vitamin C mendonorkan elektron dari dua ikatan antara karbon kedua dan ketiga dari enam molekul karbon. Setelah mendonorkan elektronnya, vitamin C akan menghilang dan digantikan oleh radikal askobil, yaitu zat yang terbentuk akibat vitamin C kehilangan elektronnya. Apabila dibandingkan dengan radikal bebas, radikal askorbil ini relatif lebih

stabil dan tidak reaktif yang kemudian akan dimetabolisme dengan cara hidrolisis.

Vitamin E bersifat mudah teroksidasi sehingga dapat melindungi senyawa lain dari oksidasi. Pada sel membran, vitamin E akan mencegah oksidasi lemak. Dalam jaringan lemak, antioksidan dari vitamin E akan menyerang lipid peroksida yang merupakan hasil dari reaksi antara lipid dan radikal bebas. Lipid peroksida dianggap berbahaya karena dicurigai sebagai penyebab penyakit degeneratif (Lamid, 1995).

Mekanisme vitamin C dan vitamin E menghentikan reaksi berantai radikal bebas yaitu vitamin E akan menangkap radikal bebas, namun vitamin E akan berubah menjadi vitamin E radikal, kemudian vitamin C akan mengikat vitamin E radikal yang terbentuk pada proses pemutusan reaksi radikal bebas oleh vitamin E. Vitamin E akan berubah menjadi vitamin E bebas sehingga dapat berfungsi kembali sebagai antioksidan (Pavlovic et al., 2005).

Hasil dari data statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata adanya peningkatan jumlah sel Kupffer, degenerasi vakuola, karioreksis, maupun kariolisis antara kelompok perlakuan P1, P2, P3, dan P4. Tetapi jika dilihat dari skor rata-rata peningkatan jumlah sel Kupffer, degenerasi vakuola, karioreksis, maupun kariolisis terjadi penurunan kerusakan sel seiring dengan peningkatan dosis vitamin C dan vitamin E yang diberikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian kombinasi vitamin C dan vitamin E dengan dosis berturut-turut 28 mg/kg BB/hari dan 56 mg/kg BB/hari, 56 mg/kg BB/hari dan 210 mg/kg BB/hari, atau 112 mg/kg BB/hari dan 420 mg/kg BB/hari, tidak efektiv dalam mencegah kerusakan sel hepar mencit akibat paparan boraks.Pemberian vitamin C dan vitamin E tidak efektif dalam mencegah kerusakan sel hepar akibat paparan boraks dapat disebabkan karena konsentrasi tertinggi

36

Lita Purwita S., Thomas V., Indah N. Pengaruh Pemberian Kombinasi Vitamin C....

boraks dapat ditemukan pada otak, hepar, dan ginjal (Plumlee, 2004). Sedangkan pemberian dosis boraks dalam penelitian ini kemungkinan terlalu besar, sehingga antioksidan, yakni vitamin C dan vitamin E tidak dapat mencegah kerusakan yang diakibatkan oleh boraks.

Kesimpulan Pemberian kombinasi vitamin C dan

vitamin E sebagai tindakan preventif secara per oral tidak dapat mencegah kerusakan sel hepar mencit (Mus musculus) yang dipapar boraks.

Daftar PustakaAdinugroho, N. 2013.Pengaruh

Pemberian Boraks Dosis Bertingkat Terhadap Perubahan Gambaran Makroskopis dan Mikroskopis Hepar Selama 28 Hari (Studi pada Tikus Wistar). Laporan Hasil Karya Tulis Ilmiah. Universitas Diponegoro. Semarang

Arsad, S. S., Norhaizan, M. E., Hazilawati, H. 2014. Histopathologic Changes in Liver and Kidney Tissue from Male Sprague Dawley Rats Treated with Rhaphidophora Decursiva (Roxb.) Schott Extract. J Cytol Histol S4: 001. Doi: 10.4172/2157-7099.S4-001.

Lamid, A. 1995.Vitamin E sebagai Antioksidan. Puslitbang Gizi, Bogor. Media Litbangkes.5(1).

Li, Y., Schellhorn, H. E. 2007. New Development and Novel Perspective for Vitamin C. The Journal of Nutrition: 2171-2184.

Pane, I. S., Devi, N., dan Indra, C. 2012.Analisis Kandungan Boraks pada Roti Tawar yang Bermerek dan Tidak Bermerek yang Dijual di Kelurahan Padang Bulan Kota Medan Tahun 2012. Program Sarjana Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Departemen Kesehatan Lingkungan: 1-8.

Pavlovic, V., Cekic, S., Rankovic, G., and Stoiljkovic, N. 2005.Antioxidant and Pro-oxidant Effect of Ascocbic Acid.Acta Medica Medianae. 44 (1): 65-69.

Plumlee, K. H. 2004. Clinical Veterinary Toxicology. Mosby Elsevier. St. Louis, Missoury.

Tatukude, R. L., L, Loho ., M. P. Lintong. 2014. Gambaran Histopatologi Hati Tikus Wistar yang Diberikan Boraks.Journal e-Biomedik (eBM).2(3).

Wresdiyawati, T., Made, A., Dini, F., Savitri, N., dan Saptina, A. 2007. Pengaruh α-Tokoferol Terhadap profil Superoksidasi Dismutase dan Malondialdehida pada Jaringan Hati Tikus di Bawah Kondisi Stress. Jurnal Veteriner: 20-21.