visi.misi.pendidikan.nasional bdm um mlg 04 2008

27
VISI – MISI SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNTUK KEBANGKITAN INDONESIA MENGHADAPI GLOBALISASI – LIBERALISASI DAN POSTMODERNISME (WAWASAN NATION AND CHARACTER BUILDING) * I. POTENSI DAN KEUNGGULAN INDONESIA RAYA Tujuan dan visi-misi pendidikan nasional dalam rangka pembudayaan (moral) Pancasila bersifat amat fundamental dan komprehensif; mulai kewajiban menegakkan sistem kenegaraan Pancasila sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi seutuhnya, termasuk melaksanakan amanat: ....memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa...”. Amanat mendasar ini dapat diwujudkan berkat modal dasar yang dianugerahkan Allah Yang Maha Kuasa dan diwarisi sebagai potensi unggul dan budaya luhur bangsa Indonesia Raya. Amanat dimaksud terkandung dalam nilai- nilai filosofis-ideologis dan konstitusional di dalam Pembukaan UUD Proklamasi 1945. Amanat mendasar ini mengandung makna ganda: 1. Meningkatkan kesejahteraan rakyat, terutama dengan menegakkan asas moral sila V Pancasila dan UUD 45 pasal 33 dan 34 yang terjabar sebagai ekonomi Pancasila (ekonomi kerakyatan, dan demokrasi ekonomi); dan 2. Membina kualitas dan integritas SDM Indonesia yang unggul-kompetitif-terpercaya; sebagai wujud nation and character building sebagai manusia dan warga negara NKRI demi tegaknya integritas sistem kenegaraan Pancasila. Keunggulan Indonesia Raya Kita bangsa Indonesia wajib bersyukur dan bangga atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa bahwa bangsa dan NKRI diberkati dengan berbagai keunggulan potensial, terutama: 1. Keunggulan natural (alamiah): nusantara Indonesia amat luas (15 juta km 2 , 3 juta km 2 daratan + 12 juta km 2 lautan, dalam gugusan 17.584 pulau); amat subur dan nyaman iklimnya; amat kaya sumber daya alam (SDA); * Makalah disajikan dalam Musyawarah Nasional Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus, di Kampus Universitas Negeri Malang 4 – 8 April 2008 MNS-Lab. Pancasila UM-04-08 1

Upload: san-louphlii-tha

Post on 21-Jan-2016

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sancita

TRANSCRIPT

Page 1: Visi.misi.Pendidikan.nasional BDM UM Mlg 04 2008

VISI – MISI SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNTUK KEBANGKITAN INDONESIA MENGHADAPI

GLOBALISASI – LIBERALISASI DAN POSTMODERNISME(WAWASAN NATION AND CHARACTER BUILDING)*

I. POTENSI DAN KEUNGGULAN INDONESIA RAYATujuan dan visi-misi pendidikan nasional dalam rangka pembudayaan

(moral) Pancasila bersifat amat fundamental dan komprehensif; mulai kewajiban menegakkan sistem kenegaraan Pancasila sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi seutuhnya, termasuk melaksanakan amanat: “....memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa...”.

Amanat mendasar ini dapat diwujudkan berkat modal dasar yang dianugerahkan Allah Yang Maha Kuasa dan diwarisi sebagai potensi unggul dan budaya luhur bangsa Indonesia Raya. Amanat dimaksud terkandung dalam nilai-nilai filosofis-ideologis dan konstitusional di dalam Pembukaan UUD Proklamasi 1945. Amanat mendasar ini mengandung makna ganda: 1. Meningkatkan kesejahteraan rakyat, terutama dengan menegakkan asas moral

sila V Pancasila dan UUD 45 pasal 33 dan 34 yang terjabar sebagai ekonomi Pancasila (ekonomi kerakyatan, dan demokrasi ekonomi); dan

2. Membina kualitas dan integritas SDM Indonesia yang unggul-kompetitif-terpercaya; sebagai wujud nation and character building sebagai manusia dan warga negara NKRI demi tegaknya integritas sistem kenegaraan Pancasila.

Keunggulan Indonesia RayaKita bangsa Indonesia wajib bersyukur dan bangga atas berkat rahmat Allah

Yang Maha Kuasa bahwa bangsa dan NKRI diberkati dengan berbagai keunggulan potensial, terutama:1. Keunggulan natural (alamiah): nusantara Indonesia amat luas (15 juta km2, 3

juta km2 daratan + 12 juta km2 lautan, dalam gugusan 17.584 pulau); amat subur dan nyaman iklimnya; amat kaya sumber daya alam (SDA); amat strategis posisi geopolitiknya: sebagai negara bahari (maritim, kelautan) di silang benua dan samudera sebagai transpolitik-ekonomi dan kultural postmodernisme dan masa depan.

2. Keunggulan kuantitas-kualitas manusia (SDM) sebagai rakyat dan bangsa; merupakan asset primer nasional: 235 juta dengan karakteristika dan jatidiri yang diwarisinya sebagai bangsa pejuang (ksatria)…… ---silahkan dievaluasi bagaimana identitas dan kondisi kita sekarang!--- dalam era reformasi.

3. Keunggulan sosiokultural dengan puncak nilai filsafat hidup bangsa (terkenal sebagai filsafat Pancasila) yang merupakan jatidiri nasional, jiwa bangsa, asas kerokhanian negara dan sumber cita nasional sekaligus identitas dan integritas nasional.

4. Keunggulan historis; bahwa bangsa Indonesia memiliki sejarah keemasan: kejayaan negara Sriwijaya (abad VII - XI); dan kejayaan negara Majapahit (abad XIII - XVI) dengan wilayah kekuasaan kedaulatan geopolitik melebihi NKRI sekarang (dari Taiwan sampai Madagaskar).

5. Keunggulan sistem kenegaraan Pancasila sebagai negara Proklamasi 17 Agustus 1945; terjabar dalam asas konstitusional UUD 45:

* Makalah disajikan dalam Musyawarah Nasional Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus, di Kampus Universitas Negeri Malang 4 – 8 April 2008

MNS-Lab. Pancasila UM-04-081

Page 2: Visi.misi.Pendidikan.nasional BDM UM Mlg 04 2008

a. NKRI sebagai negara berkedaulatan rakyat (demokrasi);b. NKRI sebagai negara hukum (Rechtsstaat);c. NKRI sebagai negara bangsa (nation state);d. NKRI sebagai negara berasas kekeluargaan (paham persatuan, wawasan

nasional dan wawasan nusantara);e. NKRI menegakkan sistem kenegaraan berdasarkan UUD Proklamasi yang

memancarkan asas konstitusionalisme melalui tatanan kelembagaan dan kepemimpinan nasional dengan identitas Indonesia, dengan asas budaya dan asas moral filsafat Pancasila yang memancarkan identitas martabatnya sebagai sistem filsafat theisme-religious. Asas demikian memancarkan keunggulan sistem filsafat Pancasila (sebagai bagian dari sistem filsafat Timur) dalam menghadapi tantangan dan godaan masa depan: neo-liberalisme, neo-imperialisme dalam pascamodernisme yang mengoda dan melanda bangsa-bangsa modern abad XXI.Keunggulan potensial demikian sinergis dan berpuncak dalam kepribadian

SDM Indonesia sebagai penegak kemerdekaan dan kedaulatan NKRI yang memancarkan budaya dan moral Pancasila dalam mewujudkan cita-cita nasional. Potensi nasional dan keunggulan NKRI akan ditentukan oleh kuantitas-kualitas SDM yang memadai + UUD Negara yang mantap terpercaya ---bukan kontroversial sebagaimana UUD 45 amandemen---. Melalui pendidikan nasional kita membina SDM unggul-kompetitif-terpercaya sebagai subyek penegak dan bhayangkari sistem kenegaraan Pancasila – UUD Proklamasi!

II. POTENSI SOSIOPSIKOLOGIS DAN KULTURAL INDONESIAKita sebagai bagian dari generasi pejuang kemerdekaan, dan demi generasi

penerus berkewajiban senantiasa menegakkan NKRI sebagai sistem kenegaraan Pancasila, negara Proklamasi 1945. Kesetiaan dan kebanggaan nasional kita, mulai mewarisi semangat Kebangkitan Nasional yang diabadikan dalam integritas NKRI sebagai negara bangsa (nation state) hanya terjamin kelestariannya berkat pembudayaan nilai dasar negara Pancasila.

Tekad bangsa demikian, terpancar sebagai motivasi dan tujuan dalam sistem pendidikan nasional. Motivasi dan tujuan dimaksud dapat dihayati sebagai visi-misi kelembagaan sistem pendidikan nasional, yang terjabar dalam strategi dan program sistem pendidikan nasional; terutama:1. Membudayakan nilai (moral) dasar negara Pancasila sebagai fungsi asas

kerokhanian bangsa dan negara Indonesia, sebagai asas moral dan kepribadian bangsa sebagaimana terjabar dalam UUD Proklamasi 1945.

2. Menegakkan identitas (jatidiri) dan integritas Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya, beradab dan bermartabat sebagai pancaran dan perwujudan pengamalan nilai luhur ajaran sistem filsafat Pancasila: dalam integritas theisme-religious.

3. Meningkatkan pemberdayaan potensi (SDM) rakyat dan bangsa Indonesia sesuai dengan kondisi-potensi nusantara (= negara masyarakat agraris dan kelautan), dengan mengembangkan SDM unggul-kompetitif-terpercaya (sebagaimana terumus dalam tujuan pendidikan nasional) sebagai pengelola sumber daya alam nasional.

4. Nilai fundamental ad. 1. dan 2. menjiwai dan melandasi budaya dan moral pengembangan modal dasar ekonomi nasional dengan memberdayakan ekonomi kerakyatan nusantara, sebagai negara pertanian dan negara kelautan.

MNS-Lab. Pancasila UM-04-082

Page 3: Visi.misi.Pendidikan.nasional BDM UM Mlg 04 2008

Pengembangan ini menjadi dasar dan soko guru ketahanan nasional bangsa sebagai bagian dari wujud kejayaan nasional NKRI.

5. Menegakkan dan membudayakan sistem kenegaraan Pancasila (berdasarkan UUD Proklamasi) dalam tatanan budaya dan ekonomi nusantara dengan dijiwai asas moral dan budaya politik ideologi Pancasila. Maknanya, pembudayaan moral dasar negara Pancasila akan menjamin integritas SDM warga negara yang bermartabat sebagai subyek bhayangkari integritas sistem kenegaraan Pancasila.

Berdasarkan motivasi dan visi-misi kelembagaan demikian akan dikembangkan, dikelola dan dirumuskan kebijaksanaan, strategi dan program kelembagaan dalam sistem pendidikan nasional yang secara filosofis-ideologis dinamis dalam asas perundangan yang berkembang.

III. LANDASAN DAN WAWASAN FILOSOFIS – IDEOLOGIS DAN KONSTITUSIONAL

Sebagai bangsa dan negara modern, kita mewarisi nilai-nilai fundamental filosofis-ideologis yang ditegakkan dalam asas normatif konstitusional, yakni UUD Proklamasi 1945.

Nilai-nilai fundamental dimaksud terutama filsafat hidup bangsa (i.c. filsafat Pancasila) yang oleh pendiri negara (PPKI) dengan musyawarah mufakat ditetapkan dan disahkan sebagai dasar negara Indonesia merdeka (dalam UUD Proklamasi 45 seutuhnya). Berdasarkan legalitas dan otoritas PPKI maka UUD Proklamasi sesungguhnya mengikat (imperatif) seluruh komponen bangsa, bahkan seluruh generasi bangsa untuk setia menegakkan dan membudayakannya. Asas demikian diakui dan berlaku secara universal sebagaimana terlukis dengan ringkas dalam bagian III. B di bawah.

A. Sistem Filsafat Pancasila Sebagai Asas Kerokhanian Bangsa dan NegaraFilsafat Pancasila cukup memberikan kedudukan yang tinggi dan mulia atas

kedudukan dan martabat manusia (sila I dan II); karenanya ajaran HAM berdasarkan Pancasila mengutamakan asas normatif theisme-religious:1. bahwa HAM adalah karunia dan anugerah Maha Pencipta (sila I dan II);

sekaligus amanat untuk dinikmati dan disyukuri oleh umat manusia.2. bahwa menegakkan HAM senantiasa berdasarkan asas keseimbangan dengan

kewajiban asasi manusia (KAM). Artinya, HAM akan tegak hanya berkat (umat) manusia menunaikan KAM sebagai amanat Maha Pencipta.

3. kewajiban asasi manusia (KAM) berdasarkan filsafat Pancasila, ialah:a. manusia wajib mengakui sumber (HAM: life, liberty, property) adalah

Tuhan Maha Pencipta (sila I).b. manusia wajib mengakui dan menerima kedaulatan Maha Pencipta atas

semesta, termasuk atas nasib dan takdir manusia; danc. manusia wajib berterima kasih dan berkhidmat kepada Maha Pencipta, atas

anugerah dan amanat yang dipercayakan kepada (kepribadian) manusia.Tegaknya ajaran HAM ditentukan oleh tegaknya asas keseimbangan HAM dan KAM; sekaligus sebagai derajat (kualitas) moral dan martabat manusia.

Sebagai manusia percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, kita juga bersyukur atas potensi jasmani-rokhani, dan martabat unggul, agung dan mulia manusia berkat anugerah kerokhaniannya ---sebagai terpancar dari akal-budinuraninya--- sebagai subyek budaya (termasuk subyek hukum) dan subyek moral. (M. Noor Syam 2007: 147-160)

MNS-Lab. Pancasila UM-04-083

Page 4: Visi.misi.Pendidikan.nasional BDM UM Mlg 04 2008

Berdasarkan ajaran suatu sistem filsafat, maka wawasan manusia (termasuk wawasan nasional) atas martabat manusia, menetapkan bagaimana sistem kenegaraan ditegakkan; sebagaimana bangsa Indonesia menetapkan NKRI sebagai negara berkedaulatan rakyat dan negara hukum. Kedua asas fundamental ini memancarkan identitas dan keunggulan sistem kenegaraan RI berdasarkan Pancasila – UUD 45.

Ajaran luhur filsafat Pancasila memancarkan identitas theisme-religious sebagai keunggulan sistem filsafat Pancasila dan filsafat Timur umumnya --- karena sesuai dengan potensi martabat dan integritas kepribadian manusia---.Bagaimana menegakkan, mewariskan, membudayakan dan melestarikan nilai-nilai fundamental kebangsaan dan kenegaraan Indonesia diamanatkan kepada fungsi sistem pendidikan nasional; termasuk kewajiban semua keluarga warga negara Indonesia yang memiliki kesetiaan dan kebanggaan nasional. Juga merupakan kewajiban semua infrastruktur dan suprastruktur dalam wilayah kekuasaan hukum NKRI!

B. Dasar Negara Pancasila Sebagai Sistem Ideologi Nasional Tegaknya suatu bangsa dan negara ialah kemerdekaan dan kedaulatan

sebagai wujud kemandirian, integritas dan martabat nasional. Bagi bangsa Indonesia dapat dinyatakan sebagai: Integritas Sistem Kenegaraan Pancasila – UUD Proklamasi.

Dalam analisis kajian normatif-filosofis-ideologis dan kritis atas UUD 45 (amandemen) dan dampaknya dalam hukum ketatanegaraan RI, dapat diuraikan landasan pemikiran berikut:1. Baik menurut teori umum hukum ketatanegaraan dari Nawiasky, maupun Hans

Kelsen dan Notonagoro diakui kedudukan dan fungsi kaidah negara yang fundamental yang bersifat tetap; sekaligus sebagai norma tertinggi, sumber dari segala sumber hukum dalam negara. Karenanya, kaidah ini tidak dapat diubah, oleh siapapun dan lembaga apapun, karena kaidah ini ditetapkan hanya sekali oleh pendiri negara (Nawiasky1948: 31 – 52; Kelsen 1973: 127 – 135; 155 – 162; Notonagoro 1984: 57 – 70; 175 – 230; Soejadi 1999: 59 – 81). Sebagai kaidah negara yang fundamental, sekaligus sebagai asas kerokhanian negara dan jiwa konstitusi, nilai-nilai dumaksud bersifat imperatif (mengikat, memaksa). Artinya, semua warga negara, organisasi infrastruktur dan suprastruktur dalam negara imperatif untuk melaksanakan dan membudayakannya.Sebaliknya, tiada seorangpun warga negara, maupun organisasi di dalam negara yang dapat menyimpang dan atau melanggar asas normatif ini; apalagi merubahnya.

2. Dengan mengakui kedudukan dan fungsi kaidah negara yang fundamental, dan bagi negara Proklamasi 17 Agustus 1945 (baca: NKRI) ialah berwujud: Pembukaan UUD Proklamasi 1945. Maknanya, PPKI sebagai pendiri negara mengakui dan mengamanatkan bahwa atas nama bangsa Indonesia kita menegakkan sistem kenegaraan Pancasila – UUD 45. Asas demikian terpancar dalam nilai-niai fundamental yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 45 sebagai kaidah filosofis-ideologis Pancasila seutuhnya. Karenanya dengan jalan apapun, oleh lembaga apapun tidak dapat diubah. Karena Pembukaan ditetapkan hanya 1 X oleh pendiri negara (the founding fathers, PPKI) yang memiliki legalitas dan otoritas pertama dan tertinggi (sebagai penyusun yang mengesahkan UUD negara dan lembaga-lembaga negara).

MNS-Lab. Pancasila UM-04-084

Page 5: Visi.misi.Pendidikan.nasional BDM UM Mlg 04 2008

Artinya, mengubah Pembukaan dan atau dasar negara berarti mengubah negara; berarti pula mengubah atau membubarkan negara Proklamasi (membentuk negara baru; mengkhianati negara Proklamasi 17 Agustus 1945). Siapapun dan organisasi apapun yang tidak mengamalkan dasar negara Pancasila ---beserta jabarannya di dalam UUD negara---; bermakna pula tidak loyal dan tidak membela dasar negara Pancasila, maka sikap dan tindakan demikian dapat dianggap sebagai makar (tidak menerima ideologi negara dan UUD negara). Jadi, mereka dapat dianggap melakukan separatisme ideologi dan atau mengkhianati negara.

3. Penghayatan kita diperjelas oleh amanat pendiri negara di dalam Penjelasan UUD 45; terutama melalui uraian: keempat pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 45 (sebagai asas kerokhanian negara dan Weltanschauung bangsa) terutama:

"4. Pokok pikiran yang keempat yang terkandung dalam "pembukaan" ialah negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemnusiaan yang adil dan beradab.Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.III. Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan dalam pasal-pasalnya.

Pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar Negara Indonesia. Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum (Rechtsidee) yang menguasai hukum dasar negara, baik hukum yang tertulis (Undang-Undang Dasar) maupun hukum yang tidak tertulis.

Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya."Jadi, kedudukan Pembukaan UUD 45 berfungsi sebagai perwujudan dasar

negara Pancasila; karenanya memiliki legalitas supremasi dan integritas filosofis-ideologis secara konstitusional (terjabar dalam Batang Tubuh dan Penjelasan UUD 45).

Sistem kenegaraan RI secara formal adalah kelembagaan nasional yang bertujuan menegakkan asas normatif filosofis-ideologis (in casu dasar negara Pancasila) sebagai kaidah fundamental dan asas kerokhanian negara di dalam kelembagaan negara bangsa (nation state) dengan membudayakannya.

IV. SISTEM KENEGARAAN PANCASILA SEBAGAI FUNGSI SISTEM BUDAYA

Sesungguhnya secara filosofis-ideologis-konstitusional bangsa Indonesia menegakkan kemerdekaan dan kedaulatan dalam tatanan negara Proklamasi, sebagai NKRI berdasarkan Pancasila-UUD 45, dengan asas dan identitas fundamental, adalah fungsional sebagai asas kerokhanian-normatif-filosofis-ideologis dalam UUD 45. Artinya, dasar negara Pancasila (filsafat Pancasila) ditegakkan dan dikembangkan sebagai sistem ideologi negara (ideologi nasional). Secara kelembagaan negara, ditegakkan sebagai sistem kenegaraan (in casu: sistem kenegaraan Pancasila; analog dengan: sistem negara kapitalisme-liberalisme; dan sosialisme, atau marxisme-komunisme).

Demi integritas sistem kenegaraan Pancasila sebagai diamanatkan UUD Proklamasi 45, maka secara imperatif (mutlak, mengikat dan memaksa) Pemerintah

MNS-Lab. Pancasila UM-04-085

Page 6: Visi.misi.Pendidikan.nasional BDM UM Mlg 04 2008

bersama semua komponen bangsa berkewajiban untuk menegakkan dan membudayakannya; dalam makna menegakkan: N-Sistem Nasional.

A. Filsafat Pancasila Sebagai Sistem Ideologi NasionalBahwa sesungguhnya UUD Negara adalah jabaran dari filsafat negara

Pancasila sebagai ideologi nasional (Weltanschauung); asas kerokhanian negara dan jatidiri bangsa. Karenanya menjadi asas normatif-filosofis-ideologis-konstitusional bangsa; menjiwai dan melandasi cita budaya dan moral politik nasional, terjabar secara konstitusional:1. Negara berkedaulatan rakyat (= negara demokrasi: sila IV).2. Negara kesatuan, negara bangsa (nation state, wawasan nasional dan wawasan

nusantara: sila III), ditegakkan sebagai NKRI.3. Negara berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat): asas supremasi hukum demi

keadilan dan keadilan sosial: oleh semua untuk semua (sila I-II-IV-V); sebagai negara hukum Pancasila.

4. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab (sila I-II) sebagai asas moral kebangsaan kenegaraan RI; ditegakkan sebagai budaya dan moral manusia warga negara dan politik kenegaraan RI.

5. Negara berdasarkan asas kekeluargaan (paham persatuan: negara melindungai seluruh tumpah darah Indonesia, dan seluruh rakyat Indonesia. Negara mengatasi paham golongan dan paham perseorangan: sila III-IV-V); ditegakkan dalam sistem ekonomi Pancasila (M Noor Syam, 2000: XV, 3).

Semua asas filosofis-ideologis demikian terjabar dalam UUD Proklamasi; karenanya kewajiban semua lembaga negara dan kepemimpinan nasional untuk melaksanakan amanat konstitusional dimaksud; terutama NKRI dengan identitas sebagai negara demokratis dan negara hukum menegakkan HAM dengan asas dan praktek budaya dan moral politik yang dijiwai moral filsafat Pancasila ---yang beridentitas theisme-religious---. Amanat konstitusional ini secara kenegaraan terutama menegakkan moral Ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab; dalam NKRI sebagai negara hukum (Rechtsstaat) demi supremasi hukum dan keadilan serta keadilan sosial (oleh semua, untuk semua!).

Sistem kenegaraan RI secara formal adalah kelembagaan nasional yang bertujuan mewujudkan asas normatif filosofis-ideologis (in casu dasar negara Pancasila) sebagai kaidah fundamental dan asas kerokhanian negara di dalam kelembagaan negara bangsa (nation state).

Perwujudan Sistem NKRI Berdasarkan Pancasila - UUD 45

skema 1 (MNS, 1985)

MNS-Lab. Pancasila UM-04-086

T A P M P R

P A N C A S I L A

U U D 45

Page 7: Visi.misi.Pendidikan.nasional BDM UM Mlg 04 2008

Asas normatif fundamental ini bersumber dari sistem filsafat Pancasila yang memancarkan identitas martabatnya sebagai sistem filsafat theisme-religious. (Bandingkan dengan berbagai sistem filsafat yang melandasi sistem kenegaraan dari: negara komunisme, negara liberalisme-kapitalisme; negara sosialisme, zionisme maupun fascisme). Jadi, bangsa dan NKRI secara normatif memiliki integritas dan kualitas keunggulan sistem kenegaraan; karenanya kita optimis dapat menjadi bangsa dan negara jaya (MNS, 2000: 45)

B. Sistem Budaya dan Ideologi Sebagai Sistem NasionalMenegakkan filsafat Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional,

secara kebangsaan dan kenegaraan berwujud sistem kenegaraan Pancasila. Sebab, setiap sistem kenegaraan dilandasi sistem filsafat dan atau sistem ideologi.

Kesadaran dan kebanggaan nasional suatu bangsa terpancar dalam asas kebangsaan (nasionalisme); sebagai wujud kesadaran jatidiri bangsa (jatidiri nasional, identitas nasional) yang ditegakkan dalam semua bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Sistem kenegaraan demikian berwujud dikembangkannya dan ditegakkannya berbagai sistem nasional sebagai pengamalan dan pembudayaan dasar negara dan ideologi negara.

Pengembangan dan pembudayaan sistem nasional ini sebagai wujud kesadaran nasional dan wawasan nasional; sekaligus sebagai fungsi dari asas imperatif konstitusional sistem ideologi nasional. Sebaliknya, tidak dikembangkan dan dibudayakannya N-sistem nasional adalah fenomena degradasi nasional yang bermuara: disintegrasi nasional; dan keruntuhan sistem kenegaraannya.

Secara formal-struktural-kenegaraan asas normatif filosofis-ideologis Pancasila dikembangkan (dijabarkan) dalam tatanan kenegaraan sebagai terlukis dalam skema berikut.

*) = N = sejumlah sistem nasional, terutama: 1. Sistem filsafat Pancasila2. Sistem ideologi Pancasila3. Sistem Pendidikan Nasional (berdasarkan) Pancasila4. Sistem hukum (berdasarkan) Pancasila 5. Sistem ekonomi Pancasila6. Sistem politik Pancasila (= demokrasi Pancasila)7. Sistem budaya Pancasila8. Sistem Hankamnas, Hankamrata

skema 2 (MNS, 1988)

MNS-Lab. Pancasila UM-04-08

N-SISTEM NASIONAL

SOSIO-BUDAYA & FILSAFAT HIDUP

SISTEM EKONOMISISTEM POLITIK

SISTEM HUKUM NASIONAL

FILSAFAT HUKUMFILSAFAT NEGARA

N E G A R A H U K U M

NUSANTARA (ALH-SDA) & BANGSA (SDM) INDONESIA

7

Page 8: Visi.misi.Pendidikan.nasional BDM UM Mlg 04 2008

Secara fundamental: normatif-filosofis-ideologis dan konstitusional skema di atas melukiskan asas normatif: praktek budaya dan moral politik bangsa negara sebagaimana tersurat dan tersirat dalam UUD Proklamasi (UUD 45). Pengamalan amanat dimaksud terjabar dalam UUD 45, dan dikembangkan di dalam Tap MPR No. XVII/MPR/1998 serta dilengkapi dengan Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang HAM.

Semua sistem nasional di atas dikembangkan melalui pendidikan nasional ---terutama PTN-PTS--- untuk dirumuskan secara konstitusional oleh kelembagaan negara yang berwenang (MPR, DPR, DPD dan Pemerintah). Kemudian proses pelaksanaan menjadi kewajiban seluruh kelembagaan negara, rakyat warga negara dan semua infrastruktur (orsospolbud).

V. SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL INDONESIASetiap bangsa modern menegakkan sistem (tatanan) kebangsaan dan

kenegaraannya dijiwai, dilandasi dan dipandu oleh nilai pandangan hidup (filsafat hidup, Weltanschauung dan Volkgeist) bangsanya. Artinya, nilai-nilai fundamental ini merupakan jiwa bangsa (jatidiri nasional, identitas dan kepribadian bangsa); sebagai perwujudan asas kerokhanian bangsa.

Nilai-nilai fundamental ini bagi bangsa merdeka dan berdaulat ditegakkan dan dikembangkan (baca: dibudayakan) sebagai sistem filsafat dan atau sistem ideologi nasional (= sistem ideologi negara). Budaya dan peradaban modern menunjukkan bagaimana identitas dan integritas sistem filsafat dan atau sistem ideologi dimaksud ditegakkan sebagai sistem kenegaraan. Dinamika sosial politik internasional, sistem kenegaraan meliputi: kapitalisme-liberalisme, sosialisme, marxisme-komunisme; naziisme-fascisme. Ajaran klassik, terutama: theokratisme, zionisme dan fundamentalisme. Karenanya, Indonesia sebagai bangsa dan negara merdeka dan berdaulat yang sejajar dengan bangsa-bangsa modern, wajar menegakkan sistem kenegaraan (berdasarkan) Pancasila (baca: sistem kenegaraan Pancasila).

Antar sistem kenegaraan, in casu antar sistem filsafat dan atau sistem ideologi modern itu sesungguhnya senantiasa berjuang merebut (politik) supremasi dan dominasi. Dalam dinamika globalisasi – liberalisasi dan postmodernisme terutama dipelopori oleh Amerika Serikat (USA) sebagai panglima dari Sekutu penganut ideologi kapitalisme-liberalisme, termasuk Unie Eropa.

Dalam dinamika kompetitif global itu marxisme-komunisme-atheisme yang semula dipimpin oleh kubu Unie Soviet ---yang runtuh akibat reformasi 1989--- sekarang kubu blok Timur (komunisme) secara tidak langsung dipimpin RRC. Kondisi mereka, makin mengalami keruntuhan, karena tidak dipercaya oleh rakyat dan bangsanya sendiri. Namun dalam NKRI, kader-kader PKI terus bangkit yang dilandasi dendam kesumat karena kegagalan kudeta (1948 dan 1965). Motivasi dendam ini cukup kuat untuk membalas semua komponen bangsa Indonesia yang mengalahkannya (baca: menumpas, mengikis) paham marxisme-komunisme-atheisme, termasuk melalui Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 yang masih berlaku! (Cermati dan hayati skema 3).

Tegasnya, setiap bangsa senantiasa berjuang melalui pendidikan dan pembudayaan untuk mengembangkan potensi kepribadian manusia berdasarkan pandangan hidup bangsanya (filsafat hidup, dasar negara, ideologi negara, ideologi nasional). Tiada bangsa yang berjuang tanpa dijiwai dan dilandasi nilai-nilai fundamental kebangsaan dan kenegaraannya.

MNS-Lab. Pancasila UM-04-088

Page 9: Visi.misi.Pendidikan.nasional BDM UM Mlg 04 2008

Bangi bangsa Indonesia kita bersyukur ajaran filsafat Pancasila sinergis dengan nilai-nilai keagamaan sebagai terpancar dari sila I (Ketuhanan Yang Maha Esa). Karenanya, sistem filsafat Pancasila sebagai bagian dari sistem filsafat Timur, memancarkan identitas dan integritas martabatnya sebagai sistem filsafat theisme-religious. Inilah identitas dan integritas yang memancarkan keunggulan martabatnya sesuai integritas martabat kepribadian dan kerokhanian manusia. Hanya dengan integritas theisme-religious ini martabat dan moral kemanusiaan terjamin sebagaimana kodratnya.

Sesungguhnya, visi-misi pendidikan dalam keluarga (mikro, personal) terutama tegaknya mental dan moral yang bermartabat theisme-religious ---sedangkan ipteks dan budaya umumnya adalah pelengkap---. Demikian pula visi-misi sistem pendidikan nasional bangsa Indonesia (makro, nasional) terutama:1. Melaksanakan amanat konstitusional: “.......memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa.....”2. Melaksanakan visi-misi:”...... nation and character building......” dalam makna

manusia (SDM, bangsa) yang berbudaya dan beradab, serta berkarakter luhur (bermoral) yang menjadi landasan bangsa – negara yang jaya!

3. Membudayakan nilai dasar negara Pancasila sebagai asas kerokhanian bangsa, jiwa bangsa dan jatidiri nasional sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat, sebagai identitas dan integritas bangsa dan SDM Indonesia.

Visi-misi demikian hanya terwujud melalui sistem pendidikan nasional yang dijiwai, dilandasi dan dipandu oleh sistem filsafat ---termasuk filsafat pendidikan--- Indonesia yakni filsafat Pancasila. Pelaksanaan pendidikan nasional senantiasa berdasarkan dan berorientasi kepada potensi natural dan kultural (sosiobudaya bangsa); dalam NKRI potensi dimaksud meliputi:1. Potensi natural: geografi dan semua kandungannya (sumber daya alam)

termasuk geostrategis kenegaraan Indonesia: bahwa nusantara Indonesia berwatak kelautan dan agraris, di khatulistiwa yang kaya hutan alam tropis. Potensi natural ini melahirkan budaya kehidupan:a. Mengembangkan pertanian rakyat sebagai modal dasar (sumber daya

alam/SDA) ekonomi rakyat pedesaan; (SDA pertanian).b. Mengembangkan SDA kelautan dengan mengembangkan SDM nelayan

sebagai subyek dan bagian dari ekonomi kerakyatan (SDA kelautan), yang didukung ipteks canggih dan mantap.

c. Meningkatkan perhatian demi kesejahteraan kaum buruh (pekerja) sebagai potensi SDM kekaryaan.

d. Pertambangan dan kehutanan;e. Perdagangan.

2. Potensi sosiokultral; terutama warisan nilai-nilai ;uhur budaya bangsa (filsafat Pancasila, bahasa nasional dan khasanah budaya lainnya) untuk dikembangkan dan diwariskan sebagai asas-asas normatif nasional.

3. Pengembangan nilai-nilai peradaban: mulai filsafat, hukum, politik, sampai teknologi (ipteks).

Semua potensi nasional dimaksud diabdikan demi potensi SDM dalam NKRI berjumlah: 2007 = 235 juta jiwa; khususnya secara kuantitas SDM ad. 1 a-b-c meliputi 83% dari populasi rakyat NKRI. Artinya, pendidikan nasional seyogyanya memusatkan (prioritas) program pendidikannya untuk pemberdayaan SDM 1. a-b-c. Potensi ini bila dikembangkan menjadi landasan dan sokoguru ekonomi nasional sebagai pemberdayaan ekonomi kerakyatan!

MNS-Lab. Pancasila UM-04-089

Page 10: Visi.misi.Pendidikan.nasional BDM UM Mlg 04 2008

Sebaliknya, menyimpang dari orientasi natural dan kultural ini, kita akan mengalami stagnasi bahkan kebangkrutan nasional. Secara sederhana dapat dihayati melalui contoh berikut:1. Penduduk Pasuruan dan Probolinggo secara natural adalah dididik sebagai

nelayan; sedikit pedagang dan petani. Bila mereka dididik menjadi ahli kehutanan dan perkebunan atau peternakan, akan menyimpang dari nilai sosiobudaya mereka!

2. Penduduk kota Batu atau Pujon dididik alam menjadi petani dan berkebun, sebagian pedagang dan peternak hewan tertentu. Bila mereka diajari menangkap ikan (nelayan) akan menyimpang dari identitas dan kodrat alamiah mereka.

Demikianlah, perumpamaan bangsa Indonesia sekarang. Mereka dalam dilema: ---mereka dididik meraih ipteks canggih, sementara alam mereka adalah pertanian, kelautan/nelayan dan buruh---. Karenanya, ipteks sulit dikuasai; bila dikuasai juga tidak berdaya guna.---mereka kurang dididik dalam bidang pertanian dan kelautan (nelayan, perikanan) sesuai dengan kodrat natural dan sosiobudayanya......sehingga mereka tetap berada dalam kondisi statis (= tidak terdidik) karena tidak fungsional!Jadi, deperlukan reorientasi dan reorganisasi secara mendasar dengan prioritas yang proporsional.

A. Amanat Mencerdaskan Kehidupan BangsaFilsafat Pancasila baik sebagai pandangan hidup bangsa maupun dasar

negara RI secara imperatif menjamin kedudukan, hak dan martabat kepribadian manusia ---karenanya manusia bermartabat menghayati dan menunaikan HAM dalam keseimbangan dengan KAM---.

Berdasarkan asas filosofis-ideologis demikian orang tua (keluarga) bersama masyarakat dan lembaga pendidikan (asas tripusat pendidikan) membudayakan asas-asas moral kemanusiaan berdasarkan filsafat Pancasila ini. Asas-asas filosofis ini secara normatif memiliki integritas moral yang luhur karena dijiwai oleh moral Ketuhanan Yang Maha Esa (theisme-religious), sesuai dengan agama kita masing-masing.

Dalam kurikulum pendidikan nasional ditetapkan: Kurikulum dasar (= kurikulum inti, di PT berlaku MKPK) sebagai asas pembinaan mental dan moral warga negara. Kemudian dilengkapi dengan kurikulum bidang studi (keahlian, profesional).

Semua kurikulum dimaksud bertujuan membina SDM unggul-kompetitif-terpercaya sebagai SDM masa depan yang menegakkan kemerdekaan dan kedaulatan NKRI. Semua nilai dan pengetahuan di atas dijiwai dan dilandasi moral Ketuhanan Yang Maha Esa dan agama masing-masing. Secara nasional program dimaksud terutama sebagai Pendidikan dan Pembudayaan Moral Filsafat Pancasila.

Integritas SDM unggul-kompetitif-terpercaya sebagai wujud nation and character building menjamin kejayaan bangsa dan negara yang bermartabat. Integritas demikian memancarkan ketahanan nasional sekaligus integritas dan martabat nasional sebagai bangsa dan negara yang sederajat dalam pergaulan internasional dalam peradaban postmodernisme. Artinya, bangsa NKRI merdeka, berdaulat dan mandiri dalam dinamika dan tantangan postmodernisme.

Tantangan dimaksud dapat dilukiskan dalam skema 3 berikut.

MNS-Lab. Pancasila UM-04-0810

Page 11: Visi.misi.Pendidikan.nasional BDM UM Mlg 04 2008

INTEGRITAS NASIONAL DAN NKRI SEBAGAI SISTEM KENEGARAAN PANCASILA

*) = UUD 45 Amandemen = Presiden, MPR, DPR, DPD; MK, MA dan BPK (+ KY) (MNS, 2007)+ = UU No. 27 Tahun 1999 tentang Keamanan Negara (yang direvisi): terutama Pasal 107a – 107f.

Sebagai jabaran UUD 45 dan Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 (karenanya dapat ditegakkan sebagaimana mestinya).skema 3

MNS-Lab. Pancasila UM-04-08

U U D 45

NEO-IMPERIALISMENEO-LIBERALISME

SEKULARISME-PRAGMATISMEDEMOKRASI LIBERAL,

INDIVIDUALISME – AN. HAM KAPITALISME (MATERIALISME)

TAP – MPR *

P A N C A S I L A

NEO-KOMUNISME, NEO-PKI, KGBKEDAULATAN NEGARA (= ETATISME),

KOLEKTIVISME – INTERNASIONALISME MARXISME – KOMUNISME – ATHEISME,

DIALEKTIKA–HISTORIS– MATERIALISME

ERA – REFORMASIPOSTMODERNISME

GLOBALISASI – LIBERALISASI

7. TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966 jo. Tap MPR RI No. I/MPR/2003, Pasal 2 dan 4 6. UUD 45 SEUTUHNYA ……. (PEMBUKAAN, PASAL 29 DAN PENJELASAN )5. NKRI SEBAGAI SISTEM KENEGARAAN PANCASILA4. UUD PROKLAMASI – UUD 1945 NKRI3. DASAR NEGARA (IDEOLOGI NEGARA, IDEOLOGI NASIONAL) PANCASILA2. FILSAFAT HIDUP (WELTANSCHAUUNG) PANCASILA: JATIDIRI

INDONESIA1. SOSIO – BUDAYA NUSANTARA INDONESIA

11

Page 12: Visi.misi.Pendidikan.nasional BDM UM Mlg 04 2008

Amanat mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai amanat nasional adalah visi-misi sistem pendidikan nasional; sekaligus sebagai visi-misi: nation and character building.

Makna filosofis dan fungsional amanat dimaksud, terutama:1. Negara berkewajiban mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat

sebagai prasyarat kehidupan sosial dan naisonal yang sehat sejahtera; dan keadilan sosial......

2. Negara berkewajiban melaksanakan sistem pendidikan nasional demi terbinanya SDM Indonesia yang cerdas dan bermartabat. Makna ini kita alami dalam dinamika berikut:a. Membina manusia Indonesia seutuhnya (MIS) dengan asas tri pusat

pendidikan dan pendidikan seumur hidup;b. SDM Indonesia sebagai diamanatkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, khususnya dalam rumusan: tujuan pendidikan nasional:................

c. SDM Indonesia dalam rumusan umum sebagai SDM berkualitas ---yang dijabarkan penulis, sebagai: SDM unggul-kompetitif-terpercaya sebagai ksatria dan bhayangkari sistem kenegaraan Pancasila.Berdasarkan asas filosofis dan konstitusional ini terkandung makna

fungsional (korelasi) yang menentukan, antara variabel dan fungsi:1. "…. mewujudkan kesejahteraan umum… (= kualitas ekonomi, demokrasi

ekonomi, keadilan ekonomi yang memadai; sebagai karya manusia yang adil dan beradab dalam tatanan keadilan sosial); dengan

2. "….. mencerdaskan kehidupan bangsa…. = manusia sebagai subyek pemangku kedaulatan rakyat, pemilik kolektif negara bangsa; karenanya memiliki hak menikmati kemerdekaan dan kekayaan dalam negara; sekaligus mengemban kewajiban (tanggungjawab) mendidik diri sendiri (= mencerdaskan kehidupan bangsa) supaya mampu mewujudkan cita-cita nasional…..".

Makna fungsional 1 + 2 ialah kesejahteraan ekonomi rakyat sebagai prasyarat untuk terlaksananya pendidikan (visi-misi: mencerdaskan kehidupan bangsa) oleh keluarga demi generasi penerusnya (= mikro). Secara nasional (negara, makro) Pemerintah atas nama negara wajib menjamin kesejahteraan rakyat (ekonomi bangsa) dan pendidikan nasional (mulai pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi) yang memadai. Karena, integritas nasional, kemerdekaan dan kedaulatan NKRI, bahkan juga integritas moral SDM Indonesia ditentukan oleh kuantitas – kualitas pendidikan nasional.

Sebagai bangsa merdeka dan berdaulat kewajiban ini bersifat konstitusional dan imperatif; karenanya Pemerintah atas nama negara tidak selayaknya menyerahkan kewajiban pendidikan nasional kepada siapapun ---investor, PMA; atas nama international school--- yang dapat meruntruhkan integritas dan wawasan nasional Indonesia.

B. SDM Masa Depan IndonesiaDeskripsi dan kriteria SDM yang dicita-citakan terlukis dalam rumusan

tujuan pendidikan nasional (UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Ungkapan SDM unggul-kompetitif-terpercaya, adalah peningkatan dari ungkapan: manusia Indonesia seutuhnya (MIS); dan atau manusia Pancasila; dan atau SDM berkualitas.

MNS-Lab. Pancasila UM-04-0812

Page 13: Visi.misi.Pendidikan.nasional BDM UM Mlg 04 2008

Apapun rumusannya sesungguhnya wajib sesaia dengan tujuan pendidikan naisonal di atas. Artinya, manusia dan warga negara Indonesia masa depan ialah subyek yang memiliki integritas unggul secara mental – moral – kultural dalam menghadapi dinamika dan tantangan globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme. SDM demikian akan tegak-tegar menghadapi tantangan yang menggoda dan melanda masa depan bangsa dan NKRI sebagaimana terlukis dalam skema 3

MemorandumDengan berpedoman kepada pasal-pasal UUD Proklamasi ini, dapat dikembangkan tujuan, isi dan program pembinaan SDM unggul-kompetitif-terpercaya sebagai subyek dalam NKRI. Mereka wajib dikembangkan sesuai kaidah fundamental Pancasila dan UUD Proklamasi; terutama 1. Pembudayaan dasar negara Pancasila, khususnya sila I (Pasal 29) sebagai

landasan moral watak dan kepribadian SDM Indonesia;2. Dalam bidang HAM mulai nilai sila I – II – IV dan V, dan jabarannya dalam

UUD (Pasal 28, 34) perlu pembudayaan dan pengamalan yang nyata. 3. Khusus kondisi sosial ekonomi, karena cukup menyimpang dari nilai dasar

Pancasila dan UUD (terutama sila V dan Pasal 33, 34) maka realitas aktual berupa ekonomi liberal dan penguasaan berbagai sumber daya alam yang vital dan potensial oleh investor, maka pendidikan kita kepada generasi penerus menjadi sekedar propaganda dan kebohongan publik (yang mungkin ditertawakan mereka).

Peraturan Perundangan yang melandasi dan Kelembagaan pelaksana pendidikan nasional wajib dan sungguh-sungguh dijiwai moral Pancasila, dilandasi dan dipandu UUD Proklamasi. Karenanya, ketentuan-ketentuan di bawah ini mutlak (imperatif) untuk ditinjau (direvisi, dicabut) demi kebenaran dan keadilan yang diamanatkan dasar negara Pancasila dan UUD Proklamasi:1. Cermati dan hayati: RUU BHP sebagai peningkatan dari PP No. 61 tahun 1999

tentang PTN sebagai BHMN (sungguh bertentangan dengan Pasal 31 dan 33 UUD Proklamasi);

2. Peraturan Presiden No. 76 dan 77 tahun 2007 tentang PMDN dan PMA yang Tertutup dan Terbuka (terutama: hayati items: 71 – 75) yang membahayakan jatidiri dan integritas kepribadian generasi muda bangsa!

Senantiasa mewaspadai gerakan separatisme-ideologi, kanan: (neoliberalisme, ekstrim kanan) dan ekstrim kiri (neo-PKI, KGB dan semua komponennya).Demikian untuk kita renungkan bersama seraya membandingkan apa dan bagaimana pelaksanaan sistem pendidikan nasional era reformasi ini. Semoga generasi penerus kita sungguh-sungguh memiliki integritas mental-moral-kultural unggul-kompetitif-terpercaya dengan menegakkan integritas dan kedaulatan NKRI sebagai sistem kenegaraan Pancasila – UUD Proklamasi 1945. SDM demikian perwujudan terlaksananya visi-misi nation and character building.

Malang, 3 April 2008 Ketua Lab. Pancasila UM

Prof. Dr. Mohammad Noor Syam

MNS-Lab. Pancasila UM-04-0813

Page 14: Visi.misi.Pendidikan.nasional BDM UM Mlg 04 2008

KEPUSTAKAAN

Center for Civic Education (CCE) 1994: Civitas National Standards For Civics and Government, Calabasas, California, U.S Departement of Education.

Kartohadiprodjo, Soediman, 1983: Beberapa Pikiran Sekitar Pancasila, cetakan ke-4, Bandung, Penerbit Alumni.

Kelsen, Hans 1973: General Theory of Law and State, New York, Russell & Russell

McCoubrey & Nigel D White 1996: Textbook on Jurisprudence (second edition), Glasgow, Bell & Bain Ltd.

Mohammad Noor Syam 2007: Penjabaran Fislafat Pancasila dalam Filsafat Hukum (sebagai Landasan Pembinaan Sistem Hukum Nasional), disertasi edisi III, Malang, Laboratotium Pancasila.

------------------ 2000: Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia (Wawasan Sosio-Kultural, Filosofis dan Konstitusional), edisi II, Malang Laboratorium Pancasila.

Murphy, Jeffrie G & Jules L. Coleman 1990: Philosophy of Law An Introduction to Jurisprudence, San Francisco, Westview Press.

Nawiasky, Hans 1948: Allgemeine Rechtslehre als System der rechtlichen Grundbegriffe, Zurich/Koln Verlagsanstalt Benziger & Co. AC.

Notonagoro, 1984: Pancasila Dasar Filsafat Negara, Jakarta, PT Bina Aksara, cetakan ke-6.

UNO 1988: HUMAN RIGHTS, Universal Declaration of Human Rights, New York, UNO

UUD 1945, UUD 1945 Amandemen, Tap MPRS – MPR RI dan UU yang berlaku. (1966; 2001, 2003)

UUD Proklamasi 1945; UUD 45 (Amandemen) 1999 – 2002

UU No. 27 tahun 1999; dan UU No. 20 tahun 2003

Wilk, Kurt (editor) 1950: The Legal Philosophies of Lask, Radbruch, and Dabin, New York, Harvard College, University Press.

Harian Kompas No. 249 tahun ke-43,12 Maret 2008

MNS-Lab. Pancasila UM-04-0814

Page 15: Visi.misi.Pendidikan.nasional BDM UM Mlg 04 2008

LAMPIRAN

Lampiran ini melukiskan nilai-nilai fundamental sebagai pancaran ajaran sistem filsafat Pancasila yang menjiwai tatanan kenegaraan dan budaya nasional Indonesia.

Kedudukan dan fungsi nilai dasar Pancasila, dapat dilukiskan sbb:

skema 4

MNS-Lab. Pancasila UM-04-08

7. Sistem Nasional (cermati skema 2)6. Sistem Filsafat Pancasila, filsafat dan budaya

Indonesia: asas dan moral politik NKRI. 5. Ideologi Negara, ideologi nasional.4. Dasar Negara (Proklamasi, Pembukaan UUD

45): asas kerokhanian bangsa, jiwa UUD 45; Grundnorm, basic norm, sumber dari segala sumber hukum.

3. Jiwa dan kepribadian bangsa; jatidiri nasional (Volkgeist) Indonesia.

2. Pandangan hidup bangsa (Weltanschauung).1. Warisan sosio-budaya bangsa.

Nilai DasarFilsafat Pancasila

15

Page 16: Visi.misi.Pendidikan.nasional BDM UM Mlg 04 2008

HAM BERDASARKAN FILSAFAT PANCASILA(DALAM BANDINGAN DENGAN: TEORI NATURAL LAW & TEORI HEGEL)

(MNS, 1983 – 1993; 2003)skema 5

Catatan:Dalam filsafat Islam, sesungguhnya HAM (hidup, kemerdekaan dan hak milik) sebagai anugerah “hanyalah” untuk manusia secara universal. Martabat mulia dan agung manusia, pada hakikatnya berwujud integritas keimanan sebagai martabat kerokhanian manusia. Keimanan (dan ketakwaan) inilah sesungguhnya yang menjadi mahkota dan integritas martabat manusia di hadapan Maha Pencipta. Jadi, kategori keimanan adalah anugerah dan amanat khusus bagi pribadi manusia yang setia dengan komitmen kerokhaniannya, sebagaimana dimaksud (Q 7: 172; dan 49: 17; 51: 56). Asas fundamental dan spiritual sebagai asas kerokhanian bangsa dan negara (NKRI) dimaksud terkandung di dalam dasar negara Pancasila (khususnya sila I dan II).

MNS-Lab. Pancasila UM-04-08

Allah Maha Pencipta Semesta, termasuk umat manusia, Allah Yang Maha Berdaulat dan Maha Pengayom

(Maha Rahman dan Rahim)

HAM = ANUGERAH untuk disyukuri, dinikmatiHak hidup, sekaligus sebagai AMANAT Kemerdekaan, (= Kewajiban Asasi Manusia/KAM) Hak Milik

Asas HAM seimbang dengan KAMNKRI sebagai Sistem Negara Berkedaulatan Rakyat, dan

Sistem Negara Hukum (Rechtsstaat)

NATURAL LAW

Sumber HAM = Alam SemestaLifeLibertyProperty

For Men as IndividualityDitegakkan dalam sistem demokrasi liberal – kapitalisme:Secularisme, Pragmatisme

HEGEL THEORYSumber HAM = Tuhan (God)Life, Liberty & PropertyFor humankind, collectivity, State (Theocratism, Etatism) for State as Represents of God Idea.-------------------------------------Dijiplak dan diterapkan Karl Marx dalam Sistem Kedaulatan Negara (Etatisme, Atheisme, Totalitarianisme)

16