raperda pengelolaan usaha pertambangan mineral dan batu bara kab mlg
TRANSCRIPT
ANALISIS RAPERDA PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN
BATU BARA
Eduardus Marius Bo
*Dosen FH & Magister Ilmu Hukum Unmer Malang**Ketua Pusat Kajian Konstitusi FH UNMER Malang*
*Direktur Lembaga Legislasi Indonesia Malang (LLIM)**Trainer SCBD Bersertifikat LAN-DEPDAGRI*
Catatan Umum
• Apa saja yang menjadi kewenangan pemerintah daerah dalam pengelolaan pertambangan mineral dan batubara menurut undang-undang yang berlaku?
• Komponen apa saja yang merupakan pendapatan daerah dari pengelolaan pertambangan? – Apakah komponen “Izin Usaha Pertambangan”?– Apakah komponen “Pajak Daerah”?
Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota
• Pasal 8 (1) Kewenangan pemerintah kabupaten/kota dalam pengelolaan
pertambangan mineral dan batubara, antara lain, adalah: a. pembuatan peraturan perundang-undangan daerah; b. pemberian IUP dan IPR, pembinaan, penyelesaian konflik masyarakat, dan pengawasan usaha pertambangan di wilayah kabupaten/kota dan/atau wilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil; c. pemberian IUP dan IPR, pembinaan, penyelesaian konflik masyarakat dan pengawasan usaha pertambangan operasi produksi yang kegiatannya berada di wilayah kabupaten/kota dan/atau wilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil; d. penginventarisasian, penyelidikan dan penelitian, serta eksplorasi dalam rangka memperoleh data dan informasi mineral dan batubara; e. pengelolaan informasi geologi, informasi potensi mineral dan batubara, serta informasi pertambangan pada wilayah kabupaten/kota;
f. penyusunan neraca sumber daya mineral dan batubara pada wilayah kabupaten/kota;
g. pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat dalam usaha pertambangan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan;
h. pengembangan dan peningkatan nilai tambah dan manfaat kegiatan usaha pertambangan secara optimal;
i. penyampaian informasi hasil inventarisasi, penyelidikan umum, dan penelitian, serta eksplorasi dan eksploitasi kepada Menteri dan gubernur;
j. penyampaian informasi hasil produksi, penjualan dalam negeri, serta ekspor kepada Menteri dan gubernur;
k. pembinaan dan pengawasan terhadap reklamasi lahan pascatambang; dan
l. peningkatan kemampuan aparatur pemerintah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan.
• Apa tidak sebaiknya, pengaturan dalam Raperda ini hanya menyangkut hal-hal yang menjadi kewenangan daerah saja.
Pendapatan Daerah dalam Pengelolaan Pertambangan
Pasal 128 UU No. 2 Tahun 2009 menyatakan: (1) Pemegang IUP atau IUPK wajib membayar pendapatan
negara dan pendapatan daerah.(5) Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas: a. pajak daerah; b. retribusi daerah; dan c. pendapatan lain yang sah berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
• Persoalan:– Pajak daerah terhadap objek apa
yang dimaksud?– Retribusi daerah terhadap objek apa
yang dimaksud?
• Jika menggunakan UU No. 28Tahun 2009 tentang PDRD sebagai rujukan, ternyata secara limitatif objek Pajak dan Retribusi Daerah sudah ditentukan.
UU No. 28/2009 tentang PDRD• Pasal 2 ayat (2) UU No. 28/2009 tentang PDRD
menyatakan:Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas:
a. Pajak Hotel;b. Pajak Restoran;c. Pajak Hiburan;d. Pajak Reklame;e. Pajak Penerangan Jalan;f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;g. Pajak Parkir;h. Pajak Air Tanah;i. Pajak Sarang Burung Walet;j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dank. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pasal 57• (1) Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah kegiatan
pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang meliputi:a. asbes;b. batu tulis;c. batu setengah permata;d. batu kapur;e. batu apung;f. batu permata;g. bentonit;h. dolomit;i. feldspar;j. garam batu (halite);
k. grafit;l. granit/andesit;m. gips;n. kalsit;o. kaolin;p. leusit;q. magnesit;r. mika;s. marmer;t. nitrat;u. opsidien;v. oker;w. pasir dan kerikil;x. pasir kuarsa;
y. perlit;z. phospat;aa. talk;bb. tanah serap (fullers earth);cc. tanah diatome;dd. tanah liat;ee. tawas (alum);ff. tras;gg. yarosif;hh. zeolit;ii. basal;jj. trakkit; dankk. Mineral Bukan Logam dan Batuan lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Dikecualikan dari objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:a. kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan
yang nyata-nyata tidak dimanfaatkan secara komersial, seperti kegiatan pengambilan tanah untuk keperluan rumah tangga, pemancangan tiang listrik/telepon, penanaman kabel listrik/telepon, penanaman pipa air/gas;
b. kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang merupakan ikutan dari kegiatan pertambangan lainnya, yang tidak dimanfaatkan secara komersial; dan
c. pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
• Jadi, UU No. 28/2009 membatasi Jenis Pajak Daerah Kabupaten/Kota, dalam konteks pembahasan Raperda ini, hanya “Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan”.
• Lalu apa makna penormaan dalam Pasal 92 ayat (1), dan ayat (2) Raperda ini? – Perlu dipikirkan kembali.
• Pasal 1 angka 30. – Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah
mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan batubara.
• Demikian juga, Retribusi terhadap objek apa?
• Dalam UU No. 28/2009, disebutkan jenis retribusi daerah yang limitatif juga.
• Lalu jika ditarik retribusi, masuk jenis retribusi yang mana? Sehingga secara yuridis dapat dibenarkan.
Retribusi Menurut UU No.28/2009
(1) Jenis Retribusi Jasa Umum adalah:a. Retribusi Pelayanan Kesehatan;b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil;d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
f. Retribusi Pelayanan Pasar;g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;j. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;k. Retribusi Pengolahan Limbah Cair;l. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;m. Retribusi Pelayanan Pendidikan; dann. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
• Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah:a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;c. Retribusi Tempat Pelelangan;d. Retribusi Terminal;e. Retribusi Tempat Khusus Parkir;f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;g. Retribusi Rumah Potong Hewan;h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;j. Retribusi Penyeberangan di Air; dank. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah:a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman c. Retribusi Izin Gangguan;d. Retribusi Izin Trayek; dane. Retribusi Izin Usaha Perikanan.
UU No 2 Tahun 2009 Ttg Pertambangan
• Pasal 1 angka 2. – Mineral adalah senyawa anorganik yang
terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.
• Angka 3. – Batubara adalah endapan senyawa organik
karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan.
• Angka 4. – Pertambangan Mineral adalah pertambangan kumpulan mineral
yang berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah.
• Angka 5. – Pertambangan Batubara adalah pertambangan endapan karbon
yang terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut, dan batuan aspal.
PP No 23 Tahun 2010 Ttg PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN
MINERAL DAN BATUBARAPasal 2 (1) Pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara ditujukan untuk
melaksanakan kebijakan dalam mengutamakan penggunaan mineral dan/atau batubara untuk kepentingan dalam negeri.
(2) Pertambangan mineral dan batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelompokkan ke dalam 5 (lima) golongan komoditas tambang:
a. mineral radioaktif meliputi radium, thorium, uranium, monasit, dan bahan galian radioaktif lainnya;
b. mineral logam meliputi litium, berilium, magnesium, kalium, kalsium, emas, tembaga, perak, timbal, seng, timah, nikel, mangaan, platina, bismuth, molibdenum, bauksit, air raksa, wolfram, titanium, barit, vanadium, kromit, antimoni, kobalt, tantalum, cadmium, galium, indium, yitrium, magnetit, besi, galena, alumina, niobium, zirkonium, ilmenit, khrom, erbium, ytterbium, dysprosium, thorium, cesium, lanthanum, niobium, neodymium, hafnium, scandium, aluminium, palladium, rhodium, osmium, ruthenium, iridium, selenium, telluride, stronium, germanium, dan zenotin;
c. mineral bukan logam meliputi intan, korundum, grafit, arsen, pasir kuarsa, fluorspar, kriolit, yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika, magnesit, yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldspar, bentonit, gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit, zirkon, wolastonit, tawas, batu kuarsa, perlit, garam batu, clay, dan batu gamping untuk semen;
d. batuan meliputi pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah diatome, tanah serap (fullers earth), slate, granit, granodiorit, andesit, gabro, peridotit, basalt, trakhit, leusit, tanah liat, tanah urug, batu apung, opal, kalsedon, chert, kristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayu terkersikan, gamet, giok, agat, diorit, topas, batu gunung quarry besar, kerikil galian dari bukit, kerikil sungai, batu kali, kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang, kerikil berpasir alami (sirtu), bahan timbunan pilihan (tanah), urukan tanah setempat, tanah merah (laterit), batu gamping, onik, pasir laut, dan pasir yang tidak mengandung unsur mineral logam atau unsur mineral bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan; dan
e. e. batubara meliputi bitumen padat, batuan aspal, batubara, dan gambut.
Analisis Teknis Perundang-undangan
Konsiderans:Huruf d: bahwa berdasarkan
pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan c, maka perlu menetapkan… kata “menetapkan” diganti “membentuk” (vide: UU No. 12 Tahun 2011) .
• Dasar Hukum (Mengingat):– Angka 3 diganti : UU No. 12 Tahun
2011 tentang P3.
• Pasal 4 huruf a:– Frasa: pembuatan peraturan perundang-
undangan daerah, diganti: Pembuatan peraturan daerah.
– Pasal 92 ayat (1) dan ayat (5) perlu didiskusikan ulang?.
• Pasal 112 dst:– Frasa ditunjuk oleh Bupati, sebaiknya dirumuskan
bentuk hukumnya: – Misalnya: Pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat ... dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk oleh bupati diubah menjadi:
– Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat ... dilakukan oleh pejabat yang diangkat dengan keputusan Bupati.
• Bab XII– Sebaiknya dipisahkan dalam Bab
tersendiri antara Ketentuan administrasi dan Ketentuan Pidana.
• Bab XIV:– Ditambahkan : Pelaksanaan Perda
ini akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
NASKAH AKADEMIS
• Pembuatan Naskah Akademis harus disesuaikan dengan UU No.12 Tahun 2011.
Sistematika Naskah Akademik • JUDUL • KATA PENGANTAR • DAFTAR ISI
– BAB I PENDAHULUAN – BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS – BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN TERKAIT – BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS – BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP
MATERI MUATAN UNDANG-UNDANG, PERATURAN DAERAH PROVINSI, ATAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
– BAB VI PENUTUP • DAFTAR PUSTAKA • LAMPIRAN: RANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
• Dari sudut normatif ini, kiranya dalam banyak hal NA Raperda ini perlu diperbaiki:– Format;– Substansi.
DPRD Kabupaten Malang(eduard m. bo)
Malang, 2-12-2011
TERIMAKASIH…..