raperda rdtrk news

Upload: memet77

Post on 12-Jul-2015

109 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN POSORANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSONOMOR .TAHUN 2005 TENTANG

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN KOTA POSODENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. b. c. Mengingat : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. bahwa pergeseran paradigma pembangunan yang berkembang saat ini memberikan hak Otonomi Daerah dalam penyelenggaraan pembangunan sesuai dengan potensi yang ada. bahwa dalam penyelenggaraan pembangunan diperlukan pengaturan ruang untuk mengantisipasi pertumbuhan dan perkembangan kawasan kota, yang semakin kompleks agar tidak menimbulkan permasalahan. bahwa untuk maksud huruf a dan b di atas, maka perlu diatur dan ditetapkan dalam suatu Peraturan Daerah. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1969, tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara RI Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1822); Undang Undang Republik Indonesia Nomor : 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501); Undang-undang Republik Indonesia Nomor : 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup; Undang Undang Republik Indonesia Nomor : 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421); Undang-Undang Nomor: 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125 , Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran serta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3660); Peraturan Pemerintah Nomor: 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3721); Peraturan Daerah Propinsi Sulawesi Tengah Nomor: 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Sulawesi Tengah;

8. 9.

Raperda RDTR Poso

1

10. Peraturan Daerah Tingkat II Poso Nomor: 15 Tahun 1994 tentang Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) Daerah Tingkat II Poso; 11. Peraturan Daerah Kabupaten Poso Nomor 9 Tahun 2000 tentang Kewenangan Daerah Kabupaten Poso (Lembaran Daerah Kabupaten Poso Tahun 2000 Nomor 9 Seri D Nomor 1); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Poso Nomor : 12 Tahun 2005 tentang Pembentukan Kecamatan Poso Kota Utara dan Kecamatan Poso Kota Selatan di Wilayah Kecamatan Poso Kota Kabupaten Poso; 13. Peraturan Daerah Kabupaten Poso Nomor....Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Poso Tahun 2005 2025; 14. Peraturan Daerah Kabupaten Poso Nomor 1 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Poso Tahun 2005 2010. Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN POSOdan

BUPATI POSOMEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN KOTA POSO TAHUN 2005 - 2010 BAB 1 KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Poso; 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah; 3. Kepala Daerah adalah Bupati Poso; 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Poso selanjutnya disebut DPRD Kabupaten Poso; 5. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Poso selanjutnya disebut BAPPEDA Kabupaten Poso; 6. Instansi Teknis adalah Instansi Lingkup Pemerintah Daerah yang menangani Pemberian Izin. 7. Ruang adalah Wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara sebagai tempat manusia dan tempat manusia dan mahluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan guna memelihara kelangsungan hidupnya; 8. Kawasan Kota / Perkotaan adalah Kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi Kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,

Raperda RDTR Poso

2

9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.

Pariwisata dan Distribusi Pelayanan Jasa Pemerintah, Pelayanan Sosial dan Kegiatan Ekonomi; Perdagangan adalah kegiatan jual beli barang dan atau jasa yang dilakukan secara terus menerus dengan tujuan pengalihan hak atas barang dan jasa dengan disertai imbalan atau kompensasi; Jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud fisik dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu; Agropolitan adalah kota yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha Agribisnis, mampu untuk melayani, mendorong, dan menarik kegiatan pembangunan pertanian (Agribisnis) di wilayah sekitarnya. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Poso adalah rencana pemanfaatan ruang khususnya wilayah kota secara terperinci yang disusun untuk penyiapan perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan kota; Wilayah perencanaan adalah wilayah yang diarahkan pemanfaatan ruangnya sesuai dengan masing-masing jenis rencana; Ruang kota adalah kesatuan peruntukan penyediaan fasilitas jasa distribusi dan lain-lain untuk kepentingan perencanaan fisik kota; Blok Peruntukan adalah bagian dari unit lingkungan yang mempunyai peruntukan pemanfaatan ruang tertentu dibatasi oleh jaringan pergerakan dan atau jaringan utilitas; Kawasan Kota Poso adalah meliputi wilayah Kecamatan Poso Kota, Kecamatan Poso Kota Utara, dan Kecamatan Poso Kota Selatan; Pasal 2

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Poso adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran peraturan daerah ini. BAB II PENATAAN RUANG Pasal 3 Prinsip Penataan Ruang Penataan Ruang Kawasan Kota Poso berdasarkan prinsip Kelestarian Sumberdaya Pesisir, Kesesuaian Lahan, Keterkaitan Kawasan dan Hubungan Fungsional, Pertumbuhan Ekonomi, Berorientasi pada Kesejahteraan Masyarakat, dan Penataan Ruang yang Partisipatif. Pasal 4 Asas Penataan Penataan Ruang Kawasan Kota Poso berasaskan pada Kepentingan Umum, Optimalisasi Pemanfaatan Ruang, Dinamis dan Fleksibel, serta Praktis dan Kompromistis. Pasal 5 Visi dan Misi Penataan Ruang

Raperda RDTR Poso

3

(1) Visi Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Kota Poso adalah : Terwujudnya Kota Poso Sebagai Kota Perdagangan dan Jasa yang Berbasis pada Pengembangan Agropolitan. (2) Misi Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Kota Poso adalah : a. Menciptakan keseimbangan dan keserasian fungsi lingkungan maupun intensitas penggunaan ruang dalam wilayah perencanaan. b. Mewujudkan optimalisasi pemanfaatan ruang, sehingga diperoleh suatu efesiensi dan efektifitas dalam pemanfaatan ruang. c. Pengembangan pemanfaatan ruang yang lebih seimbang dan merata serta menciptakan hubungan guna ruang yang terkait secara fungsional. d. Pengembangan, pengaturan, dan pengendalian pelaksanaan pembangunan dalam rangka optimalisasi pemanfaatan potensi fisik, sosial, dan ekonomi guna mempersiapkan dan mewujudkan Kota Poso sebagai Kawasan Perdagangan dan Jasa serta berbasis Agropolitan. e. Peningkatan hubungan fungsional, perdagangan, dan produksi dengan kota-kota lain dalam rangka mendukung Kota Poso sebagai Kawasan Andalan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) . f. Pemenuhan kebutuhan dan aspirasi penduduk, dalam bentuk penyediaan pelayanan sosial, administratif, dan ekonomi yang berangsur meningkat lebih baik sejalan dengan dinamika kegiatan yang ada. g. Menyiapkan perwujudan ruang, dalam rangka pelaksanaan program pembangunan perkotaan. Pasal 6 Penyelenggaraan Penataan Ruang Kawasan

(1)a. b.

Pemerintah Daerah menyelenggarakan penataan ruang kawasan untuk kemakmuran rakyat;

(2) Penyelenggaraan penataan ruang tersebut ayat (1) memberikan wewenang kepadaPemerintah Daerah untuk ; mengatur dan menyelenggarakan penataan ruang kota; mengatur tugas dan kewajiban orang dan masyarakat sehubungan dengan penataan ruang kawasan kota; c. mengatur hak dan kewajiban orang dan masyarakat sehubungan dengan penataan ruang kawasan kota. (3) Pelaksanaan ketentuan tersebut ayat (2) dilakukan dengan tetap menghormati hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang dan anggota masyarakat. Pasal 7 Proses dan Prosedur Penataan Ruang Kawasan (1) Perencanaan tata ruang dilakukan melalui proses dan prosedur penyusunan rencana tata ruang kawasan; (2) Perencanaan tata ruang dilakukan dengan mempertimbangkan : a. keseimbangan dan keserasian fungsi budidaya dan fungsi lindung, dimensi waktu, teknologi, sosial budaya, serta fungsi pertahanan keamanan;

Raperda RDTR Poso

4

b. aspek-aspek pengelolaan secara terpadu meliputi aspek sumberdaya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan, fungsi dan estetika lingkungan serta kualitas tata ruang. (3) Perencanaan tata ruang mencakup perencanaan struktur dan pola tata ruang, yang meliputi tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara dan tata guna sumber daya lainnya. Pasal 8 (1) Rencana tata ruang ditinjau kembali dan disempurnakan dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan jenis perencanaannya; (2) Peninjauan kembali atau perubahan rencana tata ruang sebagaimana disebut ayat (1) dilakukan dengan tetap memperhatikan hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang dan masyarakat. Pasal 9 (1) Pemanfaatan kegiatan penyusunan program pemanfaatan ruang dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang; (2) Pemanfaatan ruang diselenggarakan secara bertahap sesuai dengan jangka waktu rencana tata ruang kawasan. Pasal 10 Pemanfaatan ruang dikembangkan dalam pola pengelolaan tata guna tanah, tata guna air, dan tata guna udara serta sumber daya alam lainnya dengan memperhatikan asas-asas penataan ruang. Pasal 11 Hak dan Kewajiban terhadap Manfaat dan Kualitas Tata Ruang (1) Setiap orang dan atau badan berhak menikmati manfaat ruang termasuk nilai ruang akibat penataan ruang kawasan kota; (2) Setiap orang dan atau badan berhak untuk : a. mengetahui rencana detail tata ruang kawasan; b. berperan serta dalam penyusunan rencana detail tata ruang kawasan, pemanfaatan dan pengendaliannya. Pasal 12 (1) Setiap orang dan atau badan wajib mentaati rencana detail tata ruang yang telah ditetapkan; (2) Setiap orang dan atau badan wajib ikut serta memelihara kualitas ruang. BAB III RENCANA DETAIL TATA RUANG Pasal 13 (1) Rencana detail tata ruang disusun/ditetapkan oleh Kepala Daerah berdasarkan atas kekuasaan, kewenangan dan tanggung jawabnya sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku; (2) Ruang lingkup RDTR Kawasan Kota Poso, berada dalam batas-batas wilayah administratif Kecamatan Poso Kota, Poso Kota Utara dan Poso Kota Selatan yang mencakup wilayah administratif 15 (lima belas) Kelurahan.

Raperda RDTR Poso

5

(3) Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Poso disusun untuk jangka waktu 5 tahun (Tahun 2005-2010) : (4) Rencana Detail Tata Ruang Kawasan khususnya wilayah kota memuat materi-materi sebagai berikut : a. Kebijaksanaan pengembangan penduduk, mencakup arahan distribusi penduduk sampai dengan akhir tahun perencanaan yang dirinci pada tiap unit lingkungan; b. Rencana pemanfaatan ruang kota mencakup lokasi kegiatan atau peruntukan sampai dengan akhir tahun perencanaan yang dirinci kedalam blok-blok peruntukan; c. Rencana struktur pelayanan kegiatan kota, mencakup arahan tata jenjang kapasitas dan intensitas menurut jenis kegiatan pelayanan sampai dengan akhir tahun perencanaan pada seluruh wilayah kota; d. Rencana sistem jaringan pergerakan, mencakup arahan sistem jaringan pergerakan seluruh sistem jaringan jalan atau sistem jaringan jalan primer dan sekunder. e. Rencana sistem jaringan utilitas kawasan, mencakup arahan sistem jaringan utilitas (jaringan air bersih, jaringan air kotor/limbah, jaringan telepon, jaringan listrik, jaringan drainase dan pengelolaan sampah) sampai dengan akhir tahun perencanaan; f. Rencana kepadatan bangunan, mencakup arahan maksimum perbandingan luas lahan yang tertutup bangunan dan atau bangunan-bangunan yang terletak dalam petak peruntukan dengan luas lahan petak peruntukannya dalam tiap blok peruntukan; g. Rencana ketinggian bangunan, mencakup arahan ketinggian maksimum dan atau minimum bangunan-bangunan untuk setiap blok peruntukan; h. Rencana perpetakan bangunan, mencakup arahan luas petak-petak peruntukan bangunan yang terdapat dalam setiap blok peruntukan sampai dengan akhir tahun perencanaan; i. Rencana garis sempadan, mencakup arahan jarak antara as jalan dengan rumah maupun dengan pagar halaman; j. Rencana tahapan pelaksanaan pembangunan, mencakup arahan prioritas pelaksanaan pembangunan selama 5 tahun yang disesuaikan dengan Repetada; Pasal 14 Peran Dan Fungsi Rencana Detail Tata Ruang (1) Rencana Detail Tata Ruang sebagai matra keruangan Program Pembangunan Kota Poso; (2) Untuk menyelenggarakan peran tersebut ayat (1) ini Rencana Detail Tata Ruang berfungsi sebagai : a. pengakomodasi perkembangan pertumbuhan kawasan; b. pengarahan program pembangunan; c. pengendalian pemanfaatan ruang. Pasal 15 Strategi Penataan Ruang

(1) Penataan Ruang Kawasan Kota Poso diarahkan untuk mewujudkan visi Kota Poso menjadikota Perdagangan dan jasa dengan basis pengembangan Agropolitan.

(2) Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Poso diarahkan padapengembangan pemanfaatan ruang yang lebih seimbang dan merata serta menciptakan hubungan guna ruang yang terkait secara fungsional. (3) Pengembangan kawasan agropolitan diartikan sebagai kota pertanian yang tumbuh dan

Raperda RDTR Poso

6

berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, dan menarik kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya. Sementara itu, kawasan agropolitan juga diarahkan sebagai sistem fungsional kawasan-kawasan yang ditunjukkan dari adanya hirarkhi keruangan kawasan berupa daerah penghasil bahan baku, sentra produksi, pusat industri pengolahan, dan pusat regional/perdagangan. (4) Selanjutnya strategi Penataan Ruang Kawasan Kota Poso juga diarahkan untuk mewujudkan Kota Poso sebagai Ibu kota Kabupaten Poso melalui Pengembangan Potensi Lokasi Yang Strategis, Pengembangan Potensi Sarana Prasarana, Pengembangan Kawasan Pemerintahan, Pengembangan Potensi Sumberdaya Manusia, dan Pengembangan Suasana Kondusif dalam rangka pemulihan di segala bidang. (5) Dalam pengembangan struktur ruang kota dilakukan beberapa strategi sebagai berikut : a) Pembagian zona peruntukan dilakukan mempunyai maksud agar terjadi pemilahan ruang berdasarkan atas kesamaan fungsi dan karakteristik pengembangan tertentu. Pertimbangan utama atas dilakukannya pengelompokan tersebut adalah arahan fungsi kawasan, blok-blok peruntukan yang potensial, dan struktur spasial serta daya tampung kependudukan. b) Pengembangan struktur ruang diarahkan pada pengembangan struktur zona/sub wilayah yang saling menunjang antara zona permukiman, perdagangan, pelayanan, perikanan, industri, perkantoran, distribusi, rekreasi, cagar budaya, kawasan militer, kehutanan, dan perkebunan sehingga akan tercipta keterpaduan kawasan. c) Pengembangan/penetapan lokasi pelayanan pada masing-masing zona dalam mendukung dan memenuhi kebutuhan pengembangan. d) Pengembangan keterkaitan antar zona dalam kawasan dan dengan kawasan lain melalui pengembangan sistem jaringan pergerakan. Keterkaitan antar zona dalam kawasan dilakukan untuk mendukung pengembangan lokasi-lokasi unggulan. . Pasal 16 Struktur Ruang Kota

(1) Pengembangan Kota Poso diarahkan membentuk pola kipas, dimana pengembanganutama perkotaan diarahkan menuju arah barat dan selatan, serta pengembangan terbatas ke arah timur. Pengembangan ke arah barat ditujukan untuk memperkuat fungsi Kota Poso sebagai Pusat Kegiatan Wilayah dan memperkuat pola hubungan regional terutama dengan Kota Palu. Pengembangan ke arah selatan bertujuan untuk memperkuat pola-pola interaksi dengan wilayah kecamatan yang lain dan memperkuat pula jalur wisata terutama ke Obyek Wisata Danau Poso (Wilayah Pamona). Realisasi arah pengembangan ke dua arah tersebut dilakukan melalui pengembangan Kawasan Sub Kota di Moengko Baru (bagian utara) dan Sub Kota di Kawua (bagian selatan). Untuk pengembangan ke arah timur merupakan kawasan pengembangan kawasan rekreasi, perikanan, perkebunan, dan permukiman. Untuk memperkuat pengembangan ke arah timur ini perlu diperkuat dengan memfungsikan Lawanga sebagai kawasan sub kota bagian timur. Namun demikian, pengembangan ke arah timur tersebut bersifat agak terbatas karena terkendala oleh kondisi topografi wilayah (wilayah berbukit). (2) Pengembangan dan penguatan fungsi perkotaan dilakukan melalui zonasi fungsi kawasan yang terdiri dari Kawasan Perdagangan, Kawasan Pemerintahan (Kabupaten dan Propinsi), Kawasan Pelayanan dan Perkantoran, Kawasan Permukiman Perkotaan, Kawasan Permukiman Terbatas, Kawasan Permukiman dan Perdagangan Sekunder, Kawasan Industri (Agroindustri), Kawasan Pendidikan, Kawasan Penyimpanan dan Distribusi Barang,

Raperda RDTR Poso

7

Kawasan Sungai dan Sempadan Sungai, Kawasan Pantai dan Sempadan Pantai, Kawasan Hijau, dan Kawasan Cagar Budaya. Pengembangan struktur ruang juga diarahkan pada kawasan perairan laut, yaitu berupa penataan jalur penangkapan ikan Ia dan Ib.

Pasal 17 Rencana Pemanfaatan Ruang Kota (1) Rencana pemanfaatan ruang kota mengatur lokasi kegiatan sampai dengan akhir tahun perencanaan; (2) Rencana pemanfaatan ruang, khususnya wilayah kota sebagaimana tersebut ayat (1) adalah : a. Kawasan Pemerintahan Kawasan pemerintahan adalah kawasan yang diarahkan untuk lokasi berbagai jenis kantor/dinas/instansi/ badan/departemen dalam satu kompleks lokasi untuk meningkatkan efektivitas pelayanan. Pengembangan kawasan pemerintahan mencakup kawasan pemerintahan kabupaten dan Lokasi kawasan pemerintahan berada pada wilayah Kelurahan Gebangrejo (Blok E1) untuk kawasan pemerintahan kabupaten. b. Kawasan Perdagangan Kawasan perdagangan adalah sebagai wadah pengembangan fungsi utama perkotaan, yaitu kegiatan perdagangan skala menengah dan besar. Kawasan perdagangan diarahkan untuk melayani fungsi lokal (Kota Poso) dan fungsi regional. Lokasi kawasan perdagangan berada pada Kelurahan Gebangrejo, Kayamanya, Bonesompe, Kawua, dan Ranononcu untuk perdagangan lokal (Kota Poso) dan Kelurahan Lembomawo untuk perdagangan regional. Lokasi perdagangan lokal (Kota Poso) berada pada Blok E1, F4, A2, A5, B2, B3, sedangkan lokasi perdagangan regional berada pada Blok E4. c. Kawasan Permukiman Perkotaan Kawasan permukiman perkotaan adalah kawasan di luar kawasan lindung yang diperuntukkan sebagai lingkungan tempat tinggal atau tempat tinggal yang berada di daerah perkotaan. Lokasi kawasan ini berada pada Kelurahan Gebangrejo dan Kayamanya atau berada pada Blok F4, E2, dan E3. d. Kawasan Pendidikan Kawasan yang diperuntukan untuk lokasi berbagai macam pelayanan pendidikan. Pengembangan kawasan pendidikan diarahkan untuk efisiensi dan efektivitas pengelolaan dan penyediaan sarana dan prasarana pendukung pendidikan. Lokasi kawasan ini berada pada Kelurahan Kawua atau berada pada Blok B1. e. Kawasan Sentra Industri Kayu Hitam Kawasan yang diperuntukan untuk lokasi sentra produksi dan sekaligus pemasaran berbagai produk olahan kayu hitam. Lokasi kawasan ini berada pada Kelurahan Ranononcu atau berada pada Blok B3. f. Kawasan Agroindustri

Raperda RDTR Poso

8

Pengembangan kawasan agroindustri ini terutama diarahkan untuk pengolahan hasil perkebunan, kehutanan, dan perikanan. Lokasi kawasan ini berada pada Kelurahan Moengko atau berada pada Blok F3. g. Kawasan Industri Kawasan industri adalah Kawasan yang sesuai untuk lokasi berbagai jenis industri dan pelayanan industri yang ditujukan untuk menciptakan keuntungan aglomerasi. Lokasi kawasan ini berada pada Kelurahan Moengko dan Lawanga atau berada pada Blok F3 dan A1. h. Kawasan Pelayanan dan Perkantoran Kawasan pelayanan dan perkantoran diarahkan untuk lokasi berbagai pelayanan sosial, ekonomi, olah raga, dan peribadatan. Lokasi kawasan ini berada pada Kelurahan Gebangrejo, Bonesompe, Moengko Baru, Kasintuwu, Lombogia, Kawua atau berada pada Blok A2, A3, A4, B1, E1, E2, E3, E4, F1, dan F3. i. Kawasan Permukiman dan Perdagangan Sekunder Kawasan ini dialokasikan untuk permukiman perkotaan yang didukung oleh kegiatan perdagangan skala kecil dan menengah. Lokasi kawasan ini berada pada Kelurahan Sayo dan Kayamanya atau berada pada Blok A5, F4, dan B2. j. Kawasan Permukiman Terbatas Kawasan ini diperuntukan untuk permukiman dalam luasan dan intensitas yang terbatas untuk tujuan perlindungan kondisi lingkungan perkotaan dan kondisi sungai. Lokasi kawasan ini berada pada Kelurahan Gebangrejo dan Kawua atau berada pada Blok A2, B1, E1, dan E3. k. Kawasan Permukiman dan Perdagangan Terbatas Kawasan ini diperuntukan untuk permukiman dan perdagangan dengan mempertahankan arsitektur peninggalan budaya. Lokasi kawasan ini berada pada Kelurahan Bonesompe atau berada pada Blok A2. tetap

l. Kawasan Sub Kota Kawasan sub kota adalah kawasan yang diorientasikan menjadi kawasan pertumbuhan baru yang dirahkan untuk menguatkan keterkaitan regional. Khusus untuk Lawanga dan Kawua diarahkan pula sebagai ibukota Kecamatan Poso Kota Utara dan Poso Kota Selatan. Lokasi kawasan ini berada pada Kelurahan Moengko Baru, Lawanga dan Kawua atau berada pada Blok F1, F3, A1, A4, dan B2. m. Kawasan Penyimpanan dan Distribusi Barang Kawasan ini diperuntukan untuk mendukung kegiatan distribusi barang yang pemanfaatan lahannya terdiri dari fasilitas penyimpanan (gudang) dan berbagai fasilitas lain yang mendukung kegiatan distribusi barang (pelabuhan dan fasilitas penunjang pelabuhan). Lokasi kawasan ini berada pada Kelurahan Lawanga atau berada pada Blok A3. n. Kawasan Rekreasi Kawasan rekreasi adalah kawasan yang diperuntukan bagi pengembangan obyek wisata dan fasilitas penunjangnya.

Raperda RDTR Poso

9

Lokasi kawasan ini berada pada Kelurahan Kayamanya , Lawanga, Tegalrejo, dan Madale atau berada pada Blok F2, F1, A3, A4, C1, dan C3. o. Kawasan Sentra Perikanan Kawasan sentra perikanan adalah kawasan yang diarahkan menjadi pusat produksi dan pelayanan perikanan dalam hal ini perikanan tangkap. Lokasi kawasan ini berada pada Kelurahan Gebangrejo, Lawanga, dan Madale kawasan pantai atau berada pada Blok F2, A4, dan C1. p. Kawasan Perkebunan Kawasan perkebunan adalah kawasan yang fungsi utamanya diperuntukan bagi kegiatan perkebunan karena didukung oleh kondisi topografi dan tanah yang sesuai. Lokasi kawasan ini berada pada Kelurahan Bukit Bambu, Lombogia, Tegalrejo, Madale Lembomawo, Kayamanya, dan Moengko atau berada pada Blok A4, A5, B2, B3, C1, C3, D1, D2, dan D3. q. Kawasan Pertanian Kawasan ini peruntukannya diarahkan untuk kegiatan pertanian guna mengembangkan berbagai komoditas unggulan. Lokasi kawasan ini berada pada Kelurahan Kawua, Kayamanya, Gebangrejo, Moengko, Moengko Baru, dan Kawua atau berada pada Blok F3 dan B1. r. Kawasan Jalur Penangkapan Ikan Ia Kawasan ini diperuntukkan bagi nelayan dengan klasifikasi : peralatan alat penangkap ikan menetap dan alat penangkap ikan tidak menetap yang tidak dimodifikasi, kapal perikanan tanpa motor dengan ukuran kurang dari 10 m. Kawasan ini mempunyai rentang wilayah 1-3 mil laut. s. Kawasan Jalur Penangkapan Ikan Ib Kawasan ini diperuntukkan bagi nelayan dengan klasifikasi peralatan : alat penangkap ikan tidak menetap yang dimodifikasi; kapal perikanan tanpa motor atau bermotor tempel dengan ukuran kurang dari 12 m atau kurang dari 5 GT; pukat cincin (purse seine dengan ukuran kurang dari 150m); jaring insang hanyut dengan ukuran kurang dari 1000 m. Kawasan ini mempunyai rentang wilayah 3-4 mil laut. t. Kawasan Khusus Militer/Kepolisian Kawasan yang peruntukannya dikhususkan bagi pembangunan kompleks militer/kepolisian. Lokasi kawasan ini berada pada Kelurahan Ranononcu, Kawua, Moengko, dan Kayamanya atau berada pada Blok E1, B1, B3, dan F3. u. Kawasan Penyangga (Buffer) Bagian dari kawasan yang terletak diantara Zona Lindung dan Zona Pemanfaatan. Zona Penyangga merupakan Zona Pemanfaatan terbatas yang berfungsi untuk mengurangi tekanan pemanfaatan dari zona budi daya terhadap zona lindung. Lokasi kawasan ini berada pada kawasan sepanjang garis pantai (200 m ke arah laut). v. Kawasan Cagar Budaya Kawasan yang berada pada lokasi bangunan-bangunan hasil budaya manusia yang bernilai seni/budaya tinggi. Kawasan Bonesompe (Blok A2) ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya.

Raperda RDTR Poso

10

w. Kawasan Lahan Konservasi Kawasan lahan konservasi adalah kawasan yang karena kondisi fisik lahan diarahkan untuk perlindungan kawasan sekitarnya maupun kawasan bawahannya untuk pengaturan tata air, pencegahan erosi dan banjir. Lokasi kawasan ini berada pada Kelurahan Moengko, Moengko Baru, dan Kayamanya atau pada Blok A4, B2, B3, C1, C2, C3, D2, D3, E2, dan F3. x. Sempadan Pantai Kawasan-kawasan tertentu disepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Garis sempadan terhadap pantai adalah 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Lokasi kawasan ini berada sepanjang pantai Kota Poso. y. Sempadan Sungai Kawasan-kawasan tertentu disepanjang sungai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Lebar sempadan Sungai Poso adalah 15 m, sedangkan sungai-sungai kecil yang meliputi sungai Sungai Kuala Tonipa, Sungai Kuala Kayamanya, Sungai Kuala Kalengaru, Sungai Kuala Kagila, Sungai Kuala Kayombo, Sungai Kuala Pangasa, Sungai Kuala Mawongi, Sungai Kuala Tambaro, dan Sungai Koyo Toyado sempadannya 10 m. Lokasi kawasan ini berada sepajang kanan kiri sungai yang berada di Kota Poso. Pasal 18 Kebijaksanaan Pengembangan Penduduk (1) Kebijaksanaan pengembangan penduduk mengarahkan kepadatan penduduk untuk setiap blok peruntukan sampai Tahun 2010; (2) Pada prinsipnya strategi pengembangan aspek kependudukan diarahkan pada : a) Meningkatkan daya dukung Kawasan Kota Poso guna menerima penduduk, baik pada zona pengembangan aktivitas perkotaan maupun pada zona pendukungnya. b) Mengarahkan kepadatan dan persebaran penduduk sesuai dengan arahan fungsi zona pengembangan pada masing-masing blok peruntukan sehingga dapat dicapai efisiensi dan efektifitas dalam pemanfaatan prasarana kawasan yang dikembangkan. c) Meningkatkan kualitas pendidikan sehingga dapat dihasilkan mutu pendidikan yang baik dan berkualitas guna mendukung Kota Poso sebagai Ibukota Propinsi Sulawesi Timur dan pengembangan Kawasan Agropolitan. (3) Pengaturan sebaran penduduk akan membentuk variasi kepadatan penduduk sebagai berikut : a) Kepadatan tinggi adalah kawasan pusat kota (70 jiwa/ha) b) Kepadatan menengah/sedang adalah daerah transisi (daerah antara pusat kota dengan daerah pinggiran kota) (50 jiwa/ha) c) Kepadatan rendah adalah wilayah lingkungan pinggiran kota (30 jiwa/ha). (4) Rencana distribusi kepadatan penduduk kota selengkapnya dapat dilihat pada peta rencana distribusi kepadatan penduduk kota Tahun 2005-2010. Pasal 19 Rencana Struktur Pelayanan Kegiatan Kota

Raperda RDTR Poso

11

(1) Pengembangan fasilitas diarahkan pada pertimbangan efisiensi jangkauan pelayanan bagipenduduk serta pengembangan sistem pusat-pusat lingkungan pemukiman kota. Strategi pengembangan fasilitas ini diarahkan sesuai dengan bentuk dan fungsi yang disandangnya, baik bagi skala kota maupun dalam skala yang lebih luas (regional), dengan tetap mengacu pada jangkauan keterlaksanaan yang ditunjukan dengan intensitas pelayanan. (2) Rencana struktur pelayanan kegiatan kota merupakan arahan tata jenjang kepastian dan intensitas kegiatan-kegiatan pelayanan dalam kota; (3) Kegiatan-kegiatan sebagaimana tersebut dalam ayat (1) meliputi fungsi kegiatan: a. Pasar; b. Perdagangan; c. Pemerintahan; d. Pendidikan; e. Kesehatan; f. Peribadatan; g. Hiburan dan Olah Raga; h. Pelayanan dan Perkantoran; i. Penyimpanan dan Distribusi Barang; j. Pos dan Telekomunikasi. Pasal 20 Rencana Struktur Kegiatan Pasar (1) Rencana struktur kegiatan pasar berupa pasar umum dengan skala lokal (kota) dan skala pelayanan regional; (2) Pasar umum sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah terletak pada Blok E1 (pasar lokal) dan Blok E4 (pasar regional). Pasal 21 Rencana Struktur Pelayanan Kegiatan Perdagangan (1) Rencana struktur pelayanan kegiatan perdagangan meliputi : a. Skala kegiatan sekunder dengan skala pelayanan regional berupa pasar dan pertokoan; b. Skala kegiatan sekunder dengan skala pelayanan lokal berupa pasar lokal, warung, dan kios; c. Bank dengan skala pelayanan regional/lokal; d. Penginapan dengan skala pelayanan regional/lokal; e. Rumah makan dengan skala pelayanan regional/lokal; f. Agen perjalanan dengan skala pelayanan regional/lokal; g. Pergudangan dengan skala pelayanan regional/lokal; (3) Alokasi fungsi kegiatan perdagangan sebagaimana tersebut ayat (1) diatur sebagaimana disebut pada pasal 6 ayat (2) huruf b. Pasal 22 Rencana Struktur Pelayanan Pemerintahan

Raperda RDTR Poso

12

(1) Kawasan pemerintahan adalah kawasan yang diarahkan untuk lokasi berbagai jeniskantor/dinas/instansi/badan/departemen dalam satu kompleks lokasi untuk meningkatkan efektivitas pelayanan. (2) Pengembangan kawasan pemerintahan di Kota Poso dibedakan : a. Kawasan pemerintahan tingkat propinsi dalam rangka mendukung Kota Poso sebagai Ibu Kota Propinsi Sulawesi Timur (Blok E2); b. Kawasan pemerintahan Kabupten Poso (Blok E1). (3) Alokasi fungsi kegiatan perdagangan sebagaimana tersebut ayat (1) diatur sebagaimana disebut pada pasal 6 ayat (2) huruf a. Pasal 23 Rencana Struktur Pelayanan Kegiatan Pendidikan (1) Pengembangan struktur pelayanan pendidikan diarahkan pada kawasan permukiman dan kawasan pendidikan. Kawasan pendidikan adalah kawasan yang diperuntukan untuk lokasi berbagai macam pelayanan pendidikan. Pengembangan kawasan pendidikan diarahkan untuk efisiensi dan efektivitas pengelolaan dan penyediaan sarana dan prasarana pendukung. Lokasi kawasan pendidikan berada pada Blok B1. (2) Rencana struktur pelayanan kegiatan pendidikan di Kota Poso dibagi menjadi : a. Taman Kanak-kanak (TK); b. Sekolah Dasar (SD); c. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP); d. Sekolah Menengah Umum/kejuruan (SMU/SMK); e. Perguruan Tinggi. (2) Alokasi ruang untuk fungsi kegiatan pendidikan sebagaimana tersebut ayat (1) diatur sebagaimana dimaksud pada pasal 15 ayat (2) huruf d. Pasal 24 Rencana Struktur Pelayanan Kegiatan Kesehatan (1) Rencana struktur pelayanan kegiatan kesehatan ini berupa dokter praktek, puskesmas, klinik bersalin, Pusat Kesehatan Masyarakat, Apotik, dan Rumah Sakit. Pasal 25 Rencana Struktur Pelayanan Kegiatan Peribadatan (1) Rencana struktur pelayanan kegiatan Peribadatan terdiri dari 2 (dua) jenjang yaitu : a. Jangkauan pelayanan regional, berupa masjid; b. Jangkauan pelayanan lokal, berupa musholla. Pasal 26 Rencana Struktur Pelayanan Kegiatan Hiburan dan Olahraga (1) Rencana struktur pelayanan kegiatan hiburan dan olahraga yaitu gedung serbaguna dan lapangan olahraga; Pasal 27 Rencana Struktur Pelayanan dan Perkantoran

Raperda RDTR Poso

13

(1) Rencana struktur pelayanan kegiatan perkantoran terdiri dari 4 (empat) jenjang yaitu: a. Skala pelayanan regional; b. Skala pelayanan kabupaten; c. Skala pelayanan kecamatan; d. Skala pelayanan desa; (2) Alokasi ruang untuk fungsi kegiatan sebagaimana tersebut ayat (1) diatur sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (2) huruf h.

Pasal 28 Rencana Struktur Pelayanan Penyimpanan dan Distribusi Barang

(1) Pelayanan ini diperuntukan untuk mendukung kegiatan distribusi barang yang pemanfaatanlahannya terdiri dari fasilitas penyimpanan (gudang) dan berbagai fasilitas lain yang mendukung kegiatan distribusi barang (pelabuhan dan fasilitas penunjang pelabuhan). (2) Lokasi kawasan pelayanan penyimpanan dan distribusi barang berada pada Blok A3. (3) Alokasi ruang untuk fungsi kegiatan sebagaimana tersebut ayat (1) diatur sebagaimana dimaksud pada pasal 16 ayat (2) huruf m. Pasal 29 Rencana Struktur Pelayanan Kegiatan Pos dan Telekomunikasi Rencana struktur pelayanan kegiatan Pos dan Telekomunikasi dapat dikembangkan dalam 2 jenjang yaitu : a. Skala kegiatan primer dengan jangkauan pelayanan regional; b. Skala pelayanan sekunder dengan jangkauan pelayanan lokal. Pasal 30 Rencana Sistem Jaringan Jalan (1) Rencana sistem jaringan jalan dimaksud untuk mendukung arahan penataan dan perkembangan kota, sehingga dapat memunculkan efisiensi kegiatan dan pemanfaatan ruang kota serta menghindarkan terjadinya konflik antar fungsi kegiatan. (2) Rencana pengembangan sistem dan jaringan transportasi didasarkan pada fungsi masingmasing jalan, beban arus lalu-lintas, serta banyaknya pusat-pusat kegiatan yang mendorong bangkitan lalu-lintas. (3) Pengembangan lalu-lintas darat terdiri dari lokal dan regional, lalu-lintas lokal berupa pergerakan penduduk Kota Poso dan sekitarnya, sedangkan lalu-lintas regional terkait dengan keberadaan Jalan Trans Sulawesi. (4) Untuk meningkatkan hubungan antar bagian wilayah kota (BWK), direncanakan pengembangan jalan sebagai berikut : Peningkatan jalan Kayamanya Bonesompe Pembangunan jembatan Kayamanya Bonesompe Revitalisasi Jalan Lingklar Lembomawo Moengko Peningkatan Jalan Lawanga Bukit Bambu - Sayo Pembangunan jalan baru ruas Kawua Ranononcu

Raperda RDTR Poso

14

Pembangunan Jembatan Penghubung Ranonuncu Lembomawo. (5) Pengembangan klas jalan perlu dilakukan pada : a. Rencana jalan lingkar (Lembomawo - Moengko) direncanakan klasnya sebagai arteri, untuk membagi beban lalu-lintas regional. b. Jalan pesisir pantai dari Kelurahan Lawanga ke Timur direncanakan kelasnya sebagai kolektor, untuk merangsang pertumbuhan wilayah kota bagian timur.

Pasal 31 Rencana Pengembangan Terminal dan Halte Angkutan Umum (1) Pengadaan fasilitas terminal dan tempat henti / halte di Kota Poso dimaksudkan untuk menampung angkutan penumpang baik yang datang dari luar kota maupun yang datang dari dalam kota. (2) Terminal penumpang direncanakan untuk terminal tipe A dan terminal tipe C. Terminal tipe A di Lembomawo blok E4 direncanakan untuk melayani lalu-lintas lokal dan regional yaitu angkutan perdesaan (angkudes), angkutan kota dalam propinsi (AKDP) dan angkutan kota antar propinsi (AKAP). Lokasi terminal tipe A memiliki akses ke jalan arteri Trans Sulawesi. Terminal tipe C direncanakan sebagai terminal khusus angkutan kota yang melayani lalulintas penunpang di Kota Poso. Lokasinya direncanakan di Kayamanya, blok A2 yaitu di sisi Timur Pasar Sentral Poso. (3) Rencana pengembangan terminal dan halte angkutan kota ditunjang oleh tempat parkir dan tempat bongkar muat barang. Pasal 32 Rencana Pengaturan Parkir

(1) Rencana pengaturan parkir di Kota Poso sampai Tahun 2010 dilaksanakan dengan parkir dijalan (pemanfaatan sebagian jalan sepanjang tidak mengganggu fungsi jalan, terutama jalan kolektor primer). Penataan kawasan parkir terutama dilaksanakan di sekitar pasar dengan sistem parkir off street. (2) Tempat parkir di Kota Poso diarahkan pada pusat-pusat kegiatan yang telah terbangun dan tidak menyediakan tempat parkir serta pada lokasi pengembangan pusat-pusat kegiatan di kawasan baru (Blok A-1, Blok A-5, Blok B 2, Blok F 1, Blok F 3, dan Blok E 2). Pasal 33 Rencana Sirkulasi Angkutan Umum

(1) Rencana sirkulasi angkutan umum dimaksudkan supaya tidak terjadi persoalan-persoalanlalu lintas, khusunya berupa kemacetan-kemacetan baik yang diakibatkan oleh lalu lintas regional maupun lalu lintas kota. (2) Sarana transportasi di wilayah perencanaan terdiri kendaraan angkutan darat dan angkutan laut. Angkutan darat terdiri dari : bus, minibus, angkutan barang, sedangkan

Raperda RDTR Poso

15

angkutan laut berupa kapal. Jenis pelayanan angkutan umum penumpang di Kota Poso terdiri dari : a. angkutan dalam kota, b. angkutan antar kota dalam propinsi, c. angkutan antar kota luar propinsi. (3) Pola angkutan di wilayah perencanaan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu angkutan penumpang dan angkutan barang. Skala pelayanannya meliputi angkutan lokal dan regional, angkutan lokal melayani rute wilayah perencanaan dan sekitarnya, sedangkan angkutan regional melayani rute antar kota propinsi terutama kota-kota di Propinsi Sulawesi Tengah dengan kota-kota di Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. (4) Pengaturan arus pergerakan juga dikembangkan melalui penyediaan shelter. Shelter adalah tempat pemberhentian sementara kendaraan penumpang. Posisinya direncanakan di titik-titik berkumpulnya calon penumpang, seperti di pusat-pusat kegiatan. Rencana distribusi lokasi shelter adalah : a. Kelurahan Moengko Baru, Blok F 1 b. Pasar Kota/Sentral, Blok F 2 c. Sekitar Dermaga, Blok A 3 d. Kelurahan Bonesompe, Blok A - 2 e. Kelurahan Sayo, Blok A 5 f. Kelurahan Kawua, Blok B 2 g. Kelurahan Gebangrejo, Blok E 1. Pasal 34 Rencana Sistem Jaringan Telepon Rencana sistem jaringan telepon di Kota Poso di masa mendatang diperhitungkan dengan prioritas terhadap permintaan sambungan telepon untuk keperluan sebagai berikut : a. Untuk keperluan industri; b. Untuk keperluan perdagangan dan perkantoran; c. Untuk perumahan. Pasal 35 Rencana Sistem Jaringan Listrik Sistem jaringan listrik sampai dengan akhir tahun perencanaan (Tahun 2010), kebutuhan daya listrik diperhitungkan sebagai 15.608 KVA. Pasal 36 Sistem Jaringan Air Bersih

(1) Pemenuhan air bersih di Kota Poso dilakukan dengan memanfaatkan air bersih dari PDAM,sumur dangkal, sumur pompa (sumur dalam), dan air Sungai Poso. (2) Pengembangan air bersih untuk permukiman dan kepentingan sosial diarahkan melalui optimalisasi pelayanan PDAM dan air sumur dalam dengan tetap memperhatikan kualitas air bersih. (3) Penyediaan air bersih juga diarahkan untuk mendukung pengembangan Kawasan Industri dengan memanfaatkan air sumur dalam dan jaringan PDAM.

Raperda RDTR Poso

16

Pasal 37 Rencana Jaringan Drainase

(1) Rencana bentuk sistem drainase di Kota Poso diarahkan melalui pengembangan salurandrainase, sumur peresapan air hujan (SPAH), dan kolam retensi. (2) Rencana saluran drainase sebagian besar mengikuti jaringan jalan yang ada, rencana SPAH tersebar mengikuti distribusi permukiman, sedangkan rencana kolam retensi menggunakan kolam / DAM eksisting. (3) Rencana outfalll saluran drainase di Kota Poso menggunakan sistem sungai yang ada. (4) Perletakan drainase yang efektif dan efisien harus memperhatikan sistem pembuangannya. (5) Outfall sebaiknya direncanakan pada sungai terdekat untuk menghindari dimensi yang terlalu besar. (6) Sungai Poso merupakan saluran drainase primer kota, demikian juga dengan sungai-sungai kecil maupun anak Sungai Poso yang difungsikan sebagai outfall drainase yang lebih rendah hirarkinya. Pasal 38 Rencana Sistem Pengelolaan Sampah

(1) Pengelolaan sampah di Kota Poso diarahkan melalui dua sistem, yaitu sistem setempat dansistem terpusat. Pengelolaan sampah sistem setempat dilakukan dengan cara ditimbun pada suatu lubang (pengomposan) atau dibakar. Sedangkan pengelolaan sistem terpusat meliputi tiga tahapan, yaitu pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir pengomposan. (2) Penggunaan sistem terpusat diprioritaskan di komplek pasar, komplek perdagangan, terminal, tempat-tempat parkir terpusat, dan lingkungan permukiman yang padat. Mengingat luas kapling tanah pekarangan di bagian selatan wilayah Kota Poso masih cukup luas dan tingkat kepadatan bangunan yang masih rendah memungkinkan untuk dikembangkan penggunaan sistem setempat. (3) Untuk mengantisipasi tingginya timbunan sampah yang dihasilkan seperti di pasar, komplek perdagangan, terminal maupun lingkungan permukiman yang padat, maka penanganan masalah sampah perlu diadakan/dikembangkan sesuai kebutuhan, yakni: Insinerator atau street container pada lokasi pasar sentral dan pasar regional, kompleks perdagangan, terminal, dermaga, dan wilayah permukiman kepadatannya tinggi. (4) Untuk menampung dan mengolah sampah perlu dikembangkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang lokasinya diarahkan di Kelurahan Tegalrejo . Pasal 39 Rencana Kepadatan Bangunan (1) Rencana kepadatan bangunan mengatur tentang perbandingan maksimum yang diijinkan antara luas lahan yang tertutup bangunan dan atau bangunan-bangunan dengan luas petak/persilnya pada setiap blok peruntukan;

Raperda RDTR Poso

17

(2) Besaran angka maksimum sebagaimana tersebut ayat (1) selanjutnya disebut dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dengan satuan prosentase; (3) Klasifikasi arahan kepadatan bangunan diatur sebagai berikut : a. Kepadatan bangunan maksimum 60-80% merupakan kepadatan bangunan yang diarahkan untuk kawasan komersial dan perdagangan. b. Kepadatan bangunan maksimum 40-60% merupakan kepadatan bangunan yang diarahkan untuk bangunan permukiman, perdagangan sekunder dan industri. c. Kepadatan bangunan maksimum 20-40% merupakan kepadatan bangunan yang diarahkan untuk kawasan pelayanan dan perkantoran, pemerintahan, pendidikan, dan pemukiman terbatas. d. Kepadatan bangunan maksimum 0-5% merupakan kepadatan bangunan yang diarahkan untuk fungsi rekreasi, perikanan, pertanian dan perkebunan. (4) Rencana kepadatan selengkapnya dapat dilihat pada Peta Rencana Kepadatan Bangunan Tahun 2010 seperti tersebut dalam lampiran keputusan ini. Pasal 40 Rencana Ketinggian Bangunan (1) Rencana ketinggian bangunan mengatur ketinggian maksimum dari permukaan tanah atas bangunan dan atau bangunan-bangunan; (2) Ketentuan mengenai ketinggian maksimum bangunan dijelaskan dengan jumlah lantai dan meter tinggi; (3) Pengaturan tentang ketinggian maksimum dikecualikan bagi bangunan yang berfungsi sebagai fasilitas peribadatan, gudang, gedung pertemuan dan bangunan industri, sedangkan pengaturan tentang jumlah lantai maksimal tetap diperlakukan; (4) Klasifikasi ketinggian bangunan maksimum diatur sebagai berikut : a. Ketinggian bangunan maksimum 20 meter dan jumlah lantai maksimum 1 sampai 4 lantai diarahkan pada petak tanah yang mempunyai nilai tanah tinggi, yaitu pada tepi ruas jalan utama yang berada pada wilayah pusat kegiatan; b. Ketinggian bangunan maksimum 12 meter dan jumlah lantai maksimum 1 sampai 2 lantai diarahkan untuk kawasan perumahan yang sudah berkembang dan pemukiman baru. c. Ketinggian bangunan maksimum 8 meter dan jumlah lantai maksimum 1 lantai diarahkan untuk lahan pertanian. Pasal 41 Rencana Perpetakan Bangunan (1) Rencana perpetakan bangunan dimaksudkan untuk mengantisipasi pertumbuhan bangunan dan efisiensi pemanfaatan ruang kota; (2) Rencana perpetakan bangunan sebagaimana tersebut ayat (1) hanya diberlakukan terhadap terjadinya fragmentasi/pemecahan bidang tanah; (3) Klasifikasi perpetakan bangunan diatur sebagai berikut : a. < 250 m2, diperuntukkan bagi kawasan perdagangan dan permukiman padat. b. 250-500 m2, diperuntukkan bagi kawasan permukiman sedang dan perkantoran. c. 500-1000 m2, diperuntukkan bagi kawasan perkantoran dan permukiman. d. > 1000m 2, diperuntukkan bagi permukiman baru kepadatan rendah dan kawasan industri.

Raperda RDTR Poso

18

Pasal 42 Rencana Garis Sempadan Jalan (1) Rencana garis sempadan dimaksudkan untuk memberikan batas minimum suatu bangunan berada suatu ruang di tempat yang bersangkutan untuk setiap blok peruntukan; (2) Rencana garis sempadan sebagaimana ayat (1) mencakup : a. Sempadan pagar, diukur dari as jalan pada sisi yang bersangkutan; b. Sempadan muka bangunan, diukur dari as jalan pada sisi yang bersangkutan; c. Sempadan samping bangunan, diukur dari batas sisi persil yang bersangkutan; d. Sempadan belakang bangunan, diukur dari batas persil yang bersangkutan. (3) Pengaturan garis sempadan dibedakan atas fungsi perdagangan dan jasa, fungsi campuran dengan fungsi lainnya, yang dalam hal ini diwakili dengan istilah perumahan; (4) Pengaturan garis sempadan disesuaikan dengan kelas dan fungsi jalannya, yaitu : a) Sempadan untuk jalan arteri : Sempadan bangunan (dari as jalan) = 24,0 m Sempadan jalan (dari as jalan) = 12,0 m Sempadan untuk jalan kolektor primer : Sempadan bangunan (dari as jalan) = 18,0 m Sempadan jalan (dari as jalan) = 9,0 m Sempadan untuk jalan kolektor sekunder : Sempadan bangunan (dari as jalan) = 15,0 m Sempadan jalan (dari as jalan) = 7,5 m Sempadan untuk jalan lokal : Sempadan bangunan (dari as jalan) = 12,0 m Sempadan jalan (dari as jalan) = 9,0 m Pasal 43 Rencana Garis Sempadan Sungai Dengan demikian sempadan Sungai Poso adalah 15 m, sedangkan sungai-sungai kecil yang meliputi Sungai Kuala Tonipa, Sungai Kuala Kayamanya, Sungai Kuala Kalengaru, Sungai Kuala Kagila, Sungai Kuala Kayombo, Sungai Kuala Pangasa, Sungai Kuala Mawongi, Sungai Kuala Tambaro, dan Sungai Koyo Toyado sempadannya 10 m. Pasal 44 Rencana Garis Sempadan Pantai Kawasan sempadan pantai memanjang menurut garis pantai dari Blok F 1, Blok F 2, Blok A 2, Blok A 3, Blok A 4 dan Blok C 1. Garis sempadan terhadap pantai adalah 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Pasal 45 Rencana Penanganan Pemanfaatan Ruang Kawasan(1) Rencana

b)

c)

d)

penanganan pemanfaatan ruang mengarahkan jenis-jenis penanganan pemanfaatan ruang kota yang sesuai dengan rencana pemanfaatan ruang kawasan kota Tahun 2008; (2) Penanganan pemanfaatan ruang kawasan kota sebagaimana tersebut ayat (1) dilakukan dalam bentuk :

Raperda RDTR Poso

19

a. pembangunan baru; b. peningkatan; c. perbaikan; d. pemeliharaan. Pasal 46 Tahapan Pelaksanaan Pembangunan (1) Rencana tahapan pelaksanaan pembangunan mengatur prioritas pelaksanaan pembangunan sampai dengan akhir perencanaan; (2) Rencana tahapan pelaksanaan pembangunan sebagaimana tersebut ayat (1) disusun dalam 5 (lima) tahunan yang disesuaikan dengan tahun tahapan Propeda; (3) Rencana tahapan pelaksanaan pembangunan sebagaimana tersebut ayat (1) dilaksanakan dengan penyesuaian terhadap kemungkinan pendanaannya; Pasal 47 Keterbukaan Rencana Detail Tata Ruang (1) Rencana Detail Tata Ruang terbuka untuk umum; (2) Rencana Detail Tata Ruang dipasang pada tempat yang strategis. BAB IV WEWENANG, TUGAS, TANGGUNG JAWAB PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN RENCANA DETAIL TATA RUANG Pasal 48 Tugas, tanggung jawab perencanaan dan pelaksanaan Rencana Detail Tata Ruang merupakan wewenang Pemerintah Daerah. Pasal 49(1) Tugas dan tanggung jawab Perencanaan Kota, sebagaimana pasal 1 Keputusan ini, meliputi

kegiatan penelitian, penyusunan, penetapan dan peninjauan kembali Rencana Detail Tata Ruang; (2) Kegiatan penelitian, penyusunan, penetapan dan peninjauan kembali Rencana Detail Tata Ruang sebagaimana ayat (1) dilaksanakan oleh Kepala Daerah. BAB V PELAKSANAAN, PENGENDALIAN PENGAWASAN DAN PEMELIHARAAN RENCANA DETAIL TATA RUANG Pasal 50 Pelaksanaan Pelaksanaan Rencana Detail Tata Ruang meliputi : a. mewujudkan program pembangunan dalam bentuk pengadaan berbagai proyek sesuai dengan rencana detail tata ruang; b. mewujudkan program pemanfaatan ruang melalui pembangunan sarana dan prasarana melalui ijin peruntukan.

Raperda RDTR Poso

20

Pasal 51 (1) Perwujudan program sebagaimana dimaksud pasal 1 huruf a Peraturan Daerah ini, dilaksanakan oleh dinas teknis; (2) Perwujudan program sebagaimana dimaksud pasal 1 huruf b Peraturan Daerah ini, dilaksanakan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat. Pasal 52 Pengendalian Pengendalian Rencana Detail Tata Ruang dilaksanakan oleh : a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah untuk aspek yang bersifat umum; b. Dinas Permukiman dan Penataan Wilayah dan Badan Pertanahan Nasional untuk aspek yang bersifat teknis. c. BKPRD melalui Pokja Pemanfaatan dan Pengendalian Ruang. Pasal 53 Pengawasan (1) Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang diselenggarakan dalam bentuk pelaporan, pemantauan dan evaluasi; (2) Pengawasan sebagaimana tersebut ayat (1) dilaksanakan oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah; (3) Penertiban terhadap penyimpangan rencana tata ruang dikenakan sanksi administrasi; (4) Penertiban tersebut pada ayat (3) dilaksanakan oleh Dinas Permukiman dan Penataan Wilayah Pasal 54 Pemeliharaan Pemeliharaan Rencana Detail Tata Ruang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah serta Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah. BAB VI PERIZINAN Pasal 55 Fatwa Rencana (1) Setiap rencana tata ruang diatas peruntukan yang telah diijinkan, harus diikuti fatwa rencana; (2) Fatwa rencana sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan oleh Kepala Daerah; (3) Tata cara pemberian fatwa rencana sebagaimana tersebut ayat (1) diatur dengan surat keputusan tersendiri. Pasal 56 Ijin Peruntukan Lahan

Raperda RDTR Poso

21

(1) Setiap peruntukan lahan harus mempunyai ijin Kepala Daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku; (2) Rencana peruntukan lahan sebagaimana ayat (1) harus disertai dengan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (3) Tata cara pemberian ijin sebagaimana tersebut ayat (1) diatur dengan surat keputusan tersendiri. Pasal 57 Ijin Mendirikan Bangunan (1) Setiap rencana pembangunan yang didasarkan atas fatwa rencana, harus mengajukan ijin mendirikan bangunan; (2) Ijin mendirikan bangunan sebagaimana tersebut ayat (1) diberikan oleh Kepala Daerah; (3) Tata cara pemberian ijin sebagaimana tersebut ayat (1) diatur dengan surat keputusan tersendiri. Pasal 58 Retribusi(1) Terhadap ijin peruntukan lahan dan ijin mendirikan bangunan akan dipungut retribusi;

(2) Retribusi sebagaimana tersebut ayat (1) diatur oleh Perda. Pasal 59 Sanksi(1) Barangsiapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pasal 55 ayat (1) dan ayat (2)

keputusan ini dapat dikenakan sanksi administratif; (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud ayat (1) berupa tidak diberikan ijin dan pencabutan IMB. BAB VII PENINJAUAN KEMBALI Pasal 60 Kriteria Peninjauan Kembali (1) Rencana Detail Tata Ruang ditinjau kembali setiap lima tahun; (2) Jangka waktu peninjauan kembali Rencana Detail Tata Ruang Kota dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, selambat-lambatnya 5 (lima) tahun dari perencanaan; (3) Peninjauan kembali sebagaimana ayat (1) memberikan peluang terhadap rencana kota untuk : a. penyempurnaan apabila perkembangan yang terjadi masih sesuai dengan strategi perencanaan kota; b. perencanaan kembali apabila perkembangan yang terjadi tidak sesuai lagi dengan strategi perencanaan kota. (4) Kriteria teknis mengenai kesesuaian dan atau ketidaksesuaian antara perkembangan yang terjadi dan strategi perencanaan kota diatur dan ditetapkan oleh Kepala Daerah.

Raperda RDTR Poso

22

Pasal 61 Tata Cara Peninjauan Kembali(1) Peninjauan Kembali Rencana Detail Tata Ruang Kota diselenggarakan menurut proses dan

prosedur perencanaan tata ruang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (2) Dalam hal Rencana Detail Tata Ruang Kota hanya disempurnakan sebagaimana dimaksud pasal 60 ayat (3) ketentuan-ketentuan peraturannya ditetapkan oleh Kepala Daerah; (3) Dalam hal Rencana Detail Tata Ruang Kota harus direncanakan kembali sebagaimana dimaksud pasal 60 ayat (3) ketentuan-ketentuan peraturannya ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang baru. BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 62(1) Segala ijin peruntukan yang telah ada atau diadakan sebelum berlakunya Peraturan Daerah

ini dinyatakan tetap berlaku;(2) Terhadap ijin peruntukan tersebut ayat (1) jika dipandang perlu maka Kepala Daerah berhak

mengadakan peninjauan kembali untuk disesuaikan dengan ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Daerah ini. BAB IX PENUTUP Pasal 63 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur kemudian. Pasal 64 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Poso.

DITETAPKAN PADA TANGGAL

: DI POSO :

BUPATI POSO

Raperda RDTR Poso

23

Drs. PIET INKIRIWANG, MM.

Raperda RDTR Poso

24