ekonomiislamfeunj.files.wordpress.com viewsejarah pemikiran ekonomi islam . abu yusuf (113 – 182 h...

34
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM ABU YUSUF (113 – 182 H / 731 – 798 M) Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Syariah Disusun oleh : Dewi Mentari (8105108036) Dina Madarina D. (8105108047) Dwi Maryani (8105108045) Riva Eliza Umniyah (8105108023) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI KONSENTRASI PENDIDIKAN EKONOMI KOPERASI JURUSAN EKONOMI & ADMINISTRASI 1

Upload: donhi

Post on 27-Apr-2018

222 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: ekonomiislamfeunj.files.wordpress.com viewSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM . ABU YUSUF (113 – 182 H / 731 – 798 M) Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM

ABU YUSUF (113 – 182 H / 731 – 798 M)

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Syariah

Disusun oleh :

Dewi Mentari (8105108036)

Dina Madarina D. (8105108047)

Dwi Maryani (8105108045)

Riva Eliza Umniyah (8105108023)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

KONSENTRASI PENDIDIKAN EKONOMI KOPERASI

JURUSAN EKONOMI & ADMINISTRASI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2014

1

Page 2: ekonomiislamfeunj.files.wordpress.com viewSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM . ABU YUSUF (113 – 182 H / 731 – 798 M) Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM

ABU YUSUF (113 – 182 H / 731 – 798 M)

I. Biografi Abu Yusuf (113 – 182 H / 731 – 798 M)

Dalam literatur Islam Abu Yusuf sering disebut dengan Imam Abu Yusuf

Ya’qub bin Ibrahim bin habib bin Khunais bin Sa’ad Al- Anshari Al- Jalbi Al-Kufi Al-

Bagdadi. Lahir di Kufah, Irak pada tahun 731 M (113 H) dan meninggal dunia di

Baghdad pada tahun 798 M (182 H). Beliau hidup pada masa transisi dua zaman

kekhalifahan besar, yaitu akhir masa Dinasti Umayyah dan Abasiyyah. Beliau berasal

dari suku Bujailah, salah satu suku bangsa Arab. Keluarganya disebut Ansari karena

dari pihak ibunya masih mempunyai hubungan dengan kaum Ansar (pemeluk Islam

pertama dan penolong Rasulullah SAW di Madinah). Keluarganya sendiri bukan

berasal dari lingkungan berada. Namun demikian, sejak kecil, ia mempunyai minat

yang sangat kuat terhadap ilmu pengetahuan. Hal ini tampak dipengaruhi oleh suasana

kufah yang ketika itu merupakan salah satu pusat peradaban islam, tempat para

cendikiawan muslim dari seluruh penjuru dunia islam datang silih berganti untuk

saling bertukar pikiran tentang berbagai bidang keilmuan.

Abu Yusuf menimba berbagai ilmu kepada banyak ulama besar. Menurut

penuturannya beliau menjadi murid Abu Hanifah selama 17 tahun dan sejumlah

ulama terkemuka pada masa itu. seperti Abu Muhammad atho bin as-saib Al-Kufi,

sulaiman bin Mahram Al-A’masy, Hisyam bin Urwah, Muhammad bin Abdurrahman

bin Abi Laila, Muhammad bin Ishaq bin Yassar bin Jabbar, dan Al-Hajjaj bin Arthah.

Ia pun terkenal sebagai salah satu murid terkemuka Abu Hanifah. Karena melihat

bakat dan semangat serta ketekunan Abu Yusuf dalam belajar, Imam Abu Hanifah

menyanggupi untuk membiayai semua keperluan pendidikannya, bahkan biaya hidup

keluarganya. Imam Abu Hanifah sangat mengharapkan agar Abu Yusuf kelak dapat

melanjutkan dan menyebarluaskan Mazhab Hanafi ke berbagai dunia Islam.

Meskipun ia sebagai murid Abu hanifah, ia tidak sepenuhnya mengambil pendapat

Abu Hanifah.

Sepeninggal gurunya, Abu Yusuf bersama Muhammad bin Al-Hasan Al-

Syaibani menjadi tokoh pelopor dalam menyebarkan dan mengembangkan madzhab

Hanafi. Secara umum, Abu Yusuf mendalami ilmu fikih. Karena kertertarikan beliau

dalam bidang fikih. Sepeninggal Abu Hanifah, Abu Yusuf menggantikan

2

Page 3: ekonomiislamfeunj.files.wordpress.com viewSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM . ABU YUSUF (113 – 182 H / 731 – 798 M) Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi

kedudukannya sebagai guru pada perguruan Imam Abu Hanifah. Ketika itu Abu

Yusuf tetap mewarisi prinsip gurunya yang tidak mau memegang jabatan apapun

dalam bidang pemerintahan, terutama jabatan kehakiman. Namun, sejak Imam Abu

Hanifah wafat, keadaan ekonomi keluarganya semakin lama semakin memburuk, hal

itu membuat karir keilmuannya tidak berkembang. Sehingga pada tahun 166 H/782 M

beliau pun meninggalkan Kufah dan pergi ke Baghdad. Abu Yusuf menemui khalifah

Abbasiyah al-Mahdi (159 H/775 M – 169 H/785 M) yang langsung mengangkatnya

sebagai hakim di Baghdad Timur. Dan disinilah karier keilmuannya berkembang

hingga beliau memegang jabatan dalam kehakiman. Ketekunan dalam belajar

membuat Abu Yusuf menyusun buku-buku yang merupakan buku pertama tentang

kajian fikih yang beredar pada masa itu. Dalam lingkungan peradilan dan mahkamah-

mahkamah resmi, banyak dipengaruhi dan diwarnai oleh Mazhab Hanafi, sehingga

membuat Abu Yusuf terkenal ke berbagai negeri seiring dengan perkembangan

Mazhab Hanafi. Beliau pun banyak mempelajari hadist dan meriwayatkan hadist.

Banyak diantara para ahli hadist yang memuji kemampuannya dalam periwayatan

hadist.

Atas bimbingan para gurunya dan berkat ketekunan dan kecerdasan seorang

Abu Yusuf tumbuh dan berkembang menjadi seorang yang alim yang sangat

dihormati dan disegani banyak kalangan, baik ulama, penguasa dan masyarakat

umum. Tidak jarang pendapatnya dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan

masyarakat. Bahkan tidak sedikit orang yang ingin belajar kepadanya. Di antara tokoh

besar yang menjadi muridnya adalah Muhammad bin Al-Hasan Al- Syaibani, Ahmad

bin hambal, Yazid bin Harun Al-Wasithi, Al-Hasan bin Ziyad Al-lu’lui, dan yahya bin

Adam Al-qarasy. Jabatan penting yang pernah diamanahi pada Abu Yusuf :

1. Pada tahun 159-169 H/775-785 M Abu Yusuf diangkat sebagai hakim oleh

Khalifah Abbasiyah, al Mahdi di Baghdad Timur. Jabatan ini terus dipegangnya

sampai masa kekhalifahan al Hadi pada tahun 169-170 H/785-786 M. Jabatan

yang dipegangnya pada masa ini hanya memberi wewenang kepadanya untuk

memutuskan perkara yang diajukan serta memberi fatwa bagi yang

membutuhkannya.

2. Pada masa pemerintahan Khalifah Harun ar Rasyid, tahun 170-194 H/786-809 M,

beliau menjabat sebagai ketua para hakim (Qadi al Qudah) atau hakim agung

seperti ketua Mahkamah Agung pada masa sekarang sebuah jabatan tertinggi

dalam lembaga peradilan. Salah satu bentuk penghormatan dan pengakuan

3

Page 4: ekonomiislamfeunj.files.wordpress.com viewSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM . ABU YUSUF (113 – 182 H / 731 – 798 M) Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi

pemerintah atas keluasan dan kedalaman ilmunya. Pada masa ini, wewenang dan

tanggungjawabnya sebagai hakim lebih luas, yaitu disamping memutuskan

perkara, juga bertanggungjawab menyusun materi hukum yang diterapkan oleh

para hakim. Wewenangnya yang paling penting adalah mengangkat para hakim di

seluruh negeri. Abu Yusuf meninggal pada tahun 182 H/798 M.

II. Karya- Karya Abu Yusuf

Sekalipun disibukkan dengan berbagai aktivitas mengajar dan birokrasi, Abu

Yusuf masih meluangkan waktu untuk menulis. Karya ilmiah dan tulisannya adalah

sebagai bentuk respon dari berbagai gejala dan problematika masyarakat yang

berkenaan dengan tatanan sosial dan agama. Beberapa karya tulisnya yang terkenal

adalah:

1. Al-Jawami’, kitab ini banyak memuat tentang hal yang berkenaan dengan

pendidikan.

2. Ar-Radd ‘Ala Siyar Al-Auza’i, kitab ini memuat beberapa pendapat dan

pandangan Abu Yusuf tentang beberapa hukum islam yang merupakan himpunan

dari beberapa kritikan dan sanggahan-sanggahan beliau terhadap pendapat al-

Auza’i seputar perang dan jihad.

3. al-Atsar, sebuah kitab yang menghimpun hadits-hadits yang diriwayatkan dari

para gurunya dan juga dari ayahnya. Ia mengemukakan pendapat gurunya, Imam

Abu hanifah, kemudian pendapatnya sendiri dan menjelaskan sebab terjadinya

perbedaan pendapat mereka.

4. Ikhtilaf Abi Hanifah wa Ibn Abi Laila, kitab ini membahas tentang perbandingan

fiqih yang mengemukakan pendapat Imam Abu Hanifah dan Abi Laila serta

perbedaan pendapat mereka. 

5. Adab al-Qadhi, sebuah kitab yang memuat tentang ketentuan-ketentuan yang

harus dipenuhi oleh seorang hakim (Qadhi).

6. Al-Kharaj, kitab ini memuat tentang banyak masalah-masalah yang erat kaitannya

dengan fenomena sosial. Kitab ini merupakan kitab terpopuler dari karya-

karyanya. Di dalam kitab ini, ia menuangkan pemikiran fiqihnya dalam berbagai

aspek, seperti keuangan negara, pajak tanah, pemerintahan dan musyawarah.

Kitab ini ditulis atas permintaan Khalifah Harun Al-Rasyid untuk pedoman dalam

menghimpun pemasukan atau pendapatan negara dari Kharaj, Ushr, Zakat, dan

4

Page 5: ekonomiislamfeunj.files.wordpress.com viewSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM . ABU YUSUF (113 – 182 H / 731 – 798 M) Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi

jiz'ah. Kitab ini dapat digolongkan sebagai 'Public Finance' dalam pengertian

ekonomi modern.

Selain kitab-kitab di atas, menurut Ibnu Nadim (wafat 386 H/995 M), seorang

sejarawan, masih banyak buku yang disusunnya. Diantaranya Kitab as-Salah

(mengenai shalat), Kitab az-Zakah (mengenai zakat), Kitab as-Siyam (mengenai

puasa), Kitab al-Bai’ (mengenai jual beli), Kitab al-Fara’id (mengenai waris), dan

Kitab al-Wasiyyah (tentang wasiat).

III. Landasan Berfikir dan Visi ekonomi

Sistem ekonomi yang dikehendaki oleh Abu yusuf adalah satu upaya untuk

mencapai kemaslahatan ummat. Kemaslahatan ini didasarkan pada al-Qur’an, al-

Hadits, maupun landasan-landasan lainnya. Hal inilah yang nampak dalam

pembahasannya kitab al-Kharaj. Kemaslahatan yang dimaksud oleh Abu Yusuf

adalah yang dalam terminologi fiqh disebut dengan Maslahah/kesejahteraan, baik

sifatnya individu (mikro) maupun (makro) kelompok. Secara mikro juga diharapkan

bahwa manusia dapat menikmati hidup dalam kedamaian dan ketenangan dalam

hubungan interaksi sosial antar sesama dan diatur dengan tatanan masyarakat yang

saling menghargai antar masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya.

Ukuran kesejahteraan, menurut Abu Yusuf dapat diukur dari beberapa aspek,

yaitu keseimbangan, (tawazun), kehendak bebas (al-Ikhtiar), tanggung jawab/keadilan

(al-‘adalah)/accountability), dan berbuat baik (al-Ikhsan). Semua mekanisme dan

ukuran kemaslahatan Abu Yusuf berpangkal dari al Qur’an dan as-sunnah yang

menjadi pijakan utama untuk melahirkan konsep tauhid yang merupakan komitmen

total terhadap semua kehendak Allah, dan menjadikannya sebagai nilai dan semua

tindakan manusia. Dengan visi kesejahteraan (maslahah) inilah Abu Yusuf dapat

memberi sumbangan besar bagi kesejahteraan dan keadilan kestabilan ekonomi pada

zaman keemasan Islam/Dinasti ‘Abasiyyah (periode Harun al-Rasyid).

Dalam hal yang berhubungan pemerintahan Abu Yusuf menyusun sebuah

kaidah fiqh yang sangat populer, yaitu Tasrruf al-Imam `ala Ra`iyyah Manutun bi al-

Mashlaha (setiap tindakan pemerintah yang berkaitan dengan rakyat senantiasa terkait

dengan kemaslahatan mereka). Ia menekankan pentingnya sifat amanah dalam

mengelola uang negara, uang negara bukan milik khalifah, tetapi amanat Allah dan

rakyatnya yang harus dijaga dengan penuh tanggung jawab. Dengan melihat dari

bagaimana kebijakan Abu Yusuf dalam hal ekonomi, menunjukkan bahwa

5

Page 6: ekonomiislamfeunj.files.wordpress.com viewSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM . ABU YUSUF (113 – 182 H / 731 – 798 M) Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi

perkembangan pemikiran ekonomi dalam islam telah memberikan suatu pencerahan

dan kontribusi positif. Melihat dari bagaimana pendapat Abu Yusuf tentang fluktuasi

harga memberikan kesimpulan bahwa system ekonomi yang ada belum tentu bisa

diterima, tergantung pada keadaan dan situasi yang terjadi pada suatu tempat.

Latar belakang pemikirannya tentang ekonomi, setidaknya dipengaruhi

beberapa faktor, baik intern maupun ekstern. Faktor intern muncul dari latar

belakang pendidikannya yang dipengaruhi dari beberapa gurunya. Hal ini nampak

dari, setting social dalam penetapan kebijakan yang dikeluarkannya, tidak

keluar dari konteksnya. Ia berupaya melepaskan belenggu pemikiran yang telah

digariskan para pendahulu, dengan cara mengedepankan rasionalitas dengan tidak

bertaqlid. Faktor ekstern, adanya system pemerintahan yang absolute dan terjadinya

pemberontakan masyarakat terhadap kebijakan khalifah yang sering menindas rakyat.

Ia tumbuh dalam keadaan politik dan ekonomi kenegaraan yang tidak stabil, karena

antara penguasa dan tokoh agama sulit untuk dipertemukan. Dengan keadaan sosial

seperti itulah Abu Yusuf tampil dengan pemikiran ekonomi al-Kharaj.

Dengan pemikiran ekonomi Abu Yusuf ini hendaklah dapat mendorong kita

untuk menjadi umat yang menghubungkan antara agama dan ekonomi, karena hal

yang berhubungan dengan kegiatan manusia tersebut telah di jelaskan hukumnya

didalam Al-Qur`an dan Hadis. Kesejahteraan/ mashlahah itu terbagi dalam dua

komponen yaitu manfaat dan berkah. Yang mana berkah tersebut dapat diperoleh

dengan menerapkan prinsip dan nilai Islam dalam kegiataan ekonominya.

IV. Tentang kitab Al Kharaj

Salah satu karya Abu Yusuf yang sangat terkenal adalah Kitab al-Kharaj

(buku tentang perpajakan). Kitab yang ditulis oleh Abu Yusuf ini bukanlah kitab

pertama yang membahas masalah al-Kharaj atau perpajakan. Para sejarahwan muslim

sepakat bahwa orang pertama yang menulis kitab dengan mengangkat tema al-Kharaj

adalah Mu’awiyah bin Ubaidillah bin Yasar yang wafat pada 170 H, seorang Yahudi

yang memeluk agama Islam dan menjadi sekertaris khalifah Abu Abdillah Muhammad

al-Mahdi (158-169 H/ 755-785 M). Namun sayangnya, karya pertama di bidang

perpajakan dalam islam tersebut hilang ditelan zaman. Abu Yusuf adalah orang

pertama yang memperkenalkan konsep perpajakan di dalam karyanya al-Kharāj.

Kitab ini ditulis atas permintaan Khalifah Harun Alr- Rashid, ketika beliau ingin

mengatur sistem baitulmal, sumber pendapatan negara seperti al-kharāj, al-’ushr dan

6

Page 7: ekonomiislamfeunj.files.wordpress.com viewSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM . ABU YUSUF (113 – 182 H / 731 – 798 M) Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi

al-jizyah. Demikian pula cara pendistribusian harta-harta tersebut dan cara

menghindari manipulasi, kezaliman. Bahkan juga bagaimana mewujudkan harta-harta

tersebut, untuk kepentingan penguasa. Abu Yusuf menuliskan bahwa Amir al-

Mu’minin telah memintanya untuk mempersiapkan sebuah buku yang komprehensif

yang dapat digunakan sebagai petunjuk pengumpulan pajak yang sah, untuk

menghindari penindasan terhadap rakyat. Pemikirannya tentang hukum yang

berhubungan dengan distribusi, rampasan perang, kepemilikan tanah, pajak tanah,

pajak-pajak hasil pertanian, kemudian diperluas dengan diskusi tentang pajak-pajak

dengan istilah kharāj yang kemudian menghasilkan beberapa istilah seperti ’ushr,

zakat atau sadaqah yang dilengkapi dengan cara-cara bagaimana mengumpulkan serta

mendistribusikan setiap jenis harta tersebut sesuai dengan syari’ah Islam berdasarkan

dalil-dalil naqliyah (al-Qur’an dan Hadist) dan aqliyah (Rasional).

Al Kharaj adalah merupakan kitab pertama yang menghimpun semua

pemasukan dan pengeluaran Negara berdasarkan dalil Al Qur`an dan sunnah Rasul

SAW. Kitab ini dapat digolongkan sebagai Public Finance dalam pengertian ekonomi

modern. Kitab ini berupaya membangun sebuah sistem keuangan publik yang mudah

dilaksanakan yang sesuai dengan hukum islam yang sesuai dengan persyaratan-

persyaratan ekonomi. Dengan pengamatan dan analisisnya yang tinggi, Abu Yusuf

dalam kitab ini sering menggunakan ayat-ayat Al Qur’an dan Sunnah Nabi saw serta

praktek dari para penguasa saleh terdahulu sebagai acuannya sehingga membuat

gagasan-gagasannya relevan dan mantap.

Kitab karya Abu Yusuf diberi nama al-Kharāj, didasarkan kepada pemilihan

persoalan mayoritas yang dibahas dalam kitab tersebut yaitu pajak, jizyah, serta

terinspirasi dari penjelasan tentang beberapa persoalan yang menjelaskan tentang

administrasi pemerintahan. Selain itu kharāj diartikan sebagai harta yang dikeluarkan

oleh pemilik tanah untuk diberikan kepada negara ada bagian lain kharāj diartikan

dengan apa yang dibayarkan untuk pajak tanah pertanian atau pajak hasil bumi

Mengupas tentang kebijakan fiskal, pendapatan negara dan pengeluaran. Namun, ada

juga beberapa refleksi dalam bukunya tentang pasar dan penetapan harga, seperti

bagaimana harga itu ditentukan dan dampak berbagai pajak. Disamping itu, buku

tersebut mengkaji status non-muslim di negara Islam, tempat ibadah mereka dan

hukum kriminal.

Suatu studi yang komparatif mengenai buku itu menunjukkan bahwa berabad-

abad sebelum adanya suatu kajian yang sistematis mengenai keuangan publik di barat,

7

Page 8: ekonomiislamfeunj.files.wordpress.com viewSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM . ABU YUSUF (113 – 182 H / 731 – 798 M) Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi

Abu Yusuf telah berbicara tentang kemampuan dan kemudahan para pembayar pajak

dalam pemungutan pajak. Ia menolak dengan tegas penanaman pajak dan

menekankan pentingnya pengawasan yang ketat terhadap para pemungut pajak untuk

menghindari korup dan penindasan. Ia dengan tulus menganggap penghapusan

penindasan dan jaminan kesejahteraan rakyat sebagai tugas utama penguasa. Ia juga

menekankan pembangunan infrastruktur dan menyarankan berbagai proyek

kesejahteraan. Kitab Al Kharaj mencakup berbagai bidang, antara lain:

1. Tentang Pemerintahan, Ia mengemukakan bahwa seorang penguasa bukanlah

seorang raja yang dapat berbuat secara diktator. Ia adalah seorang khalifah yang

mewakili Tuhan di bumi ini untuk melaksanakan perintah-Nya. Oleh karena itu

penguasa harus bertindak atas nama Allah S.W.T. Dalam hubungan hak dan

tanggung jawab pemerintah terhadap rakyat, ia menyusun sebuah kaidah fikih

yang sangat populer yaitu Tasharaf al-imam manuthum bi al Maslahah. (setiap

tindakan pemerintah yang berkaitan dengan rakyat senantiasa terkait dengan

kemaslahatan).

2. Tentang Keuangan, Ia menyatakan bahwa uang negara bukan milik khalifah dan

sultan, tetapi amanat Allah S.W.T. dan rakyatnya yang harus dijaga dengan penuh

tanggung jawab. Hubungan penguasa dengan kas negara sama seperti hubungan

seorang wali dengan harta anak yatim yang diasuhnya

3. Tentang Pertanahan Ia meminta kepada pemerintah agar hak milik tanah rakyat

dihormati, tidak boleh diambil dari seseorang lalu diberikan kepada orang lain.

Tanah yang diperoleh dari pemberian dapat ditarik kembali jika tidak garap

selama tiga tahun dan diberikan kepada yang lain.

4. Tentang Perpajakan Ia berpendapat bahwa pajak hanya ditetapkan pada harta

yang melebihi kebutuhan rakyat yang ditetapkan berdasarkan kerelaan mereka.

5. Tentang Peradilan Ia mengatakan bahwa jiwa dari suatu peradilan adalah

keadilan yang murni. Penghukuman terhadap orang yang tidak bersalah dan

pemberian maaf terhadap orang yang bersalah adalah suatu penghinaan, terhadap

lembaga peradilan. Menetapkan hukum tidak dibenarkan berdasarkan hal yang

syubhat. Kesalahan dalam mengampuni lebih baik daripada kesalahan dalam

menghukum. Orang yang ingin menggunakan kekuasaan untuk mencampuri

persoalan keadilan harus ditolak dan kedudukan seseorang atau jabatannya tidak

boleh menjadi bahan pertimbangan dalam persoalan keadilan.

8

Page 9: ekonomiislamfeunj.files.wordpress.com viewSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM . ABU YUSUF (113 – 182 H / 731 – 798 M) Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi

V. Hasil Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf

Dengan latar belakang sebagai seorang fuqaha beraliran ahl ar-ra’yu. Abu

Yusuf cenderung memaparkan berbagai pemikiran ekonominya dengan menggunakan

perangkat analisis qiyas yang didahului dengan melakukan kajian yang mendalam

terhadap Alquran, hadits nabi, atsar shahabi, serta praktik para penguasa yang shaleh.

Landasan pemikirannya, seperti yang telah disinggung adalah mewujudkan al-

mashlahah al-‘ammah (kemaslahatan umum).

Abu Yusuf mengungkapkan teori yang justru berlawanan dengan teori dan

asumsi yang berlaku di masanya. Pemikiran kontroversialnya ada pada sikapnya yang

menentang pengendalian dan penetapan harga (tas’īr) oleh pemerintah. Pada zaman

Abu Yusuf, asumsi yang berkembang adalah “apabila tersedia sedikit barang maka

harga akan mahal dan jika tersedia banyak maka harga akan murah”. Tetapi beliau

menolak asumsi masyarakat tersebut. Menurutnya tidak selamanya persediaan barang

sedikit (supply) menyebabkan harga (price) mahal, demikian pula persediaan barang

banyak mengakibatkan harga akan murah. Karena pada kenyataannya harga tidak

tergantung pada penawaran (supply) saja, tetapi juga bergantung pada kekuatan

permintaan (demand). Oleh karena itu peningkatan atau penurunan harga tidak selalu

berhubungan dengan peningkatan atau penurunan penawaran akan barang.

Menurut Abu Yusuf, ada variabel lain yang ikut mempengaruhi harga, tetapi

tidak dijelaskan secara rinci. Bisa saja variabel tersebut adalah pergeseran dalam

permintaan atau jumlah uang yang beredar di suatu negara atau terjadinya

penimbunan dan penahanan barang. Bagi Abu Yusuf, tinggi rendahnya harga adalah

bagian dari ketentuan Allah. Manusia tidak dapat melakukan intervensi atas urusan

dan ketetapan-Nya. Dapat dipastikan, bahwa konsep "ekonomi makro" tidak

ditemukan dalam al-Kharāj karya Abu Yusuf dan juga belum dikenal di dunia Barat

sampai beberapa abad pasca Abu Yusuf.

Adapun mengenai persoalan fakir miskin (fuqara') dan konsep kelas sosial,

tidak dibahas oleh Abu Yusuf. Deskripsi masyarakat yang dibuat Abu Yusuf,

mencerminkan bahwa hubungan produksi dari satu sisi merupakan hubungan antara

umat Islam dengan kaum dhimmi dalam Dar al-Islam atau hubungan umat Islam

dengan komunitas nonmuslim dalam Dar al-Harb. Dalam hubungan model pertama

pendapatan bersumber dari al-kharaj dan al-jizyah. Sedangkan hubungan model

kedua, pendapatan bersumber dari al-ghanimah yang sebagiannya didistribusikan

untuk baitulmal. Selain itu, pemerintah juga menarik bea cukai dari pedagang kafir

9

Page 10: ekonomiislamfeunj.files.wordpress.com viewSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM . ABU YUSUF (113 – 182 H / 731 – 798 M) Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi

harbi atas barang dagangan mereka yang masukke negara Islam. Adapun umat Islam

diwajibkan untuk mengeluarkan zakat sebagai bentuk solidaritas sosial mereka

sesama muslim yang membutuhkan.

A. Negara dan Aktivitas Ekonomi

Berikut ini adalah beberapa pemikiran Abu Yusuf tentang aktivitas

ekonomi negara yang dapat mensejahterakan rakyatnya, yaitu:

1. Untuk pengadaan fasilitas infrastruktur, negara bertanggung jawab untuk

memenuhinya agar dapat meningkatkan produktivitas tanah, kemakmuran

rakyat serta pertumbuhan ekonomi. Semua biaya yang dibutuhkan bagi

pengadaan proyek publik, seperti pembangunan tembok dan bendungan, harus

ditanggung oleh negara. Namun jika proyek tersebut hanya menguntungkan

suatu kelompok tertentu, biaya proyek akan dibebankan kepada mereka

sepantasnya, pernyataan ini tampak terlihat ketika ia mengomentari proyek

pembersihan kanal-kanal pribadi.

2. Untuk mengimplementasikan berbagai kebijakan ekonomi yang dapat

mensejahterakan rakyat, negara membutuhkan administrasi yang efisien dan

jujur serta disiplin moral yang tegas dan rasa tanggung jawab dalam menunjuk

para pejabatnya. Abu Yusuf menyarankan agar negara menunjuk pejabat yang

jujur dan amanah dalam berbagai tugas. Ia mengecam keras perlakuan kasar

terhadap para pembayar pajak oleh petugas pajak dan menganggapnya sebagai

tindakan kriminal. Ia juga berpendapat bahwa perlakuan yang adil dan jujur

terhadap para pembayar pajak tanpa penindasan memiliki dampak yang

bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pendapatan pajak.

3. Negara harus memberikan upah dan jaminan di masa pensiun kepada mereka

dan keluarganya yang berjasa dalam menjaga wilayah kedaulatan Islam atau

mendatangkan sesuatu yang baik dan bermanfaat bagi kaum Muslimin.

4. Abu Yusuf memberikan saran tentang berbagai kebijakan yang harus

digunakan oleh negara untuk meningkatkan hasil tanah dan pertumbuhan

ekonomi. Menurutnya, pemerintah berkewajiban untuk membersihkan kanal-

kanal dan membangun lagi yang baru. Pemerintah juga harus membangun

bendungan untuk meningkatkan produktivitas tanah dan pendapatan negara.

5. Semua jenis tanah mati dan tak bertuan harus diberikan kepada seseorang

yang dapat mengembangkan dan menanaminya serta membayar pajak yang

10

Page 11: ekonomiislamfeunj.files.wordpress.com viewSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM . ABU YUSUF (113 – 182 H / 731 – 798 M) Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi

diterapkan pada tanah tersebut. Tindakan seperti ini akan membuat negara

berkembang dan pajak pendapatan akan meningkat.

6. Untuk meningkatkan kesejahteraan umum dan menjamin pemanfaatan

sumber-sumber sepenuhnya, sumber daya seperti air, rumput, dan sebagainya

tidak boleh dibatasi pada individu tertentu, tetapi harus disediakan secara

gratis bagi semua.

7. Dalam hal pendistribusian pendapatan negara, hendaknya hal tersebut

ditujukan demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Karena alquran sendiri

telah memerintahkan agar pendistribuasian harta dilakukan secara adil dan

tidak menumpuk di tangan segelintir orang.

8. Menurut Abu Yusuf pembangunan sistem ekonomi dan politik, mutlak

dilaksanakan secara transparan, karena asas transparan dalam ekonomi

merupakan bagian yang paling penting guna mencapai perwujudan ekonomi

yang adil dan manusiawi.

B. Keuangan Publik

1) Ghanimah, adalah segala sesuatu yang dikuasai oleh kaum muslim dari harta

orang kafir melalui peperangan. Dikatakan Abu Yusuf bahwa ghaminah

merupakan sumber pemasukan Negara. Pos ini dapat digolongkan sebagai

pemasukan yang tidak tetap bagi Negara.

2) Shadaqah, sebagai salah satu instrumen keuangan Negara, zakat tetap

menjadi salah satu sumber keuangan Negara pada saat itu.

3) Pajak (Kharaj)

Di bawah ini dijelaskan perpajakan tanah menurut Abu Yusuf yang

didalamnya meliputi status dan jenis pajak yang akan dikenakan:

1) Wilayah lain (di luar Arabia) dibawah kekuasaan Islam, dibagi 3 bagian.

a. Wilayah yang diperoleh melalui peperangan.

b. Wilayah yang diperoleh melalui perjanjian damai.

c. Wilayah yang dimiliki oleh muslim di luar Arabia (usyr)

2) Wilayah yang berada dibawah perjanjian damai, dibagi 2 bagian.

a. Penduduknya yang kemudian masuk Islam (Usyr)

b. Mereka yang tidak memeluk Islam (Kharaj)

3) Tanah taklukkan, dibagi 4:

a. Ketika penduduknya masuk Islam sebelum kekalahan. (Usyur)

11

Page 12: ekonomiislamfeunj.files.wordpress.com viewSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM . ABU YUSUF (113 – 182 H / 731 – 798 M) Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi

b. Apabila tanah taklukkan tidak dibagikan dan tetap dimiliki (Kharaj)

c. Jika khalifah membagikan tanah tsb untuk pejuang (Usyur)

d. Jika ditahan oleh negara (Usyur dan Kharaj)

4) Zakat

Di antara objek pajak yang menjadi perhatiannya adalah: pertama,

zakat pertanian. Jumlah pembayaran zakat pertanian adalah sebesar usyr yaitu

10% dan 5%, tergantung dari jenis tanah dan irigasi. Yang termasuk kategori

tanah ‘usryiyah menurut Abu Yusuf adalah:

1. Lahan yang termasuk jazirah arab, meliputi hijaz, makkah, madinah dan

yaman.

2. Tanah tandus / mati yag dihidupkan kembali oleh orang islam.

3. Setiap tanah taklukan yang dibagikan kepada tentara yang ikut berperang,

seperti kasus tanah khaibar

4. Tanah yang diberikan kepada orang islam, seperti tanah yang dibagikan

melalui institusi iqta kepada orang-orang yang berjasa bagi Negara.

5. Tanah yang dimiliki oleh orang islam dari Negara, seperti tanah

sebelumnya dimiliki oleh raja-raja Persia dan keluarganya, atau tanah yang

ditinggalkan oleh musuh yang terbunuh atau melahirkan diri dari

peperagan.

Kedua, objek zakat yang menjadi perhatiannya adalah zakat dari hasil

mineral atau barang tambang lainnya. Abu yusuf dan ulama hanafiyah

berpendapat bahwa standar zakat untuk barang-barang tersebut, tarifnya

seperti ganimah 1/5 atau 20% dari total produksi.

5) Faiy'

Faiy’ adalah segala sesuatu yag dikuasai kaum muslimin dari harta

orang kafir tanpa peperangan, temasuk harta yang mengikutinya, yaitu kharaj

tanah tersebut, jizyah perorangan dan usyr dari perdagangan. Semua harta

faiy’ dan harta- harta yang mengikutinya berupa kharaj, jizyah dan usyr

merupaka harta yang boleh dimanfaatkan oleh kaum muslimin dan disimpan

dalam Bait Al-Mal, semuanya termasuk kategori pajak dan merupakan sumber

pendapatan tetap bagi Negara, harta tersebut dapat dibelanjakan untuk

memelihara dan mewujudkan kemaslahatan Umat.

12

Page 13: ekonomiislamfeunj.files.wordpress.com viewSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM . ABU YUSUF (113 – 182 H / 731 – 798 M) Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi

6) Usyr (Bea Cukai)

Usyr merupakan hak kaum muslim yang diambil dari harta

perdagangan ahl jimmah dan penduduk kaum harbi yang melewati perbatasan

Negara islam. Usyr dibayar dengan cash atau barang. Abu yusuf, melaporkan

bahwa abu musa al- as’ari, salah seorang gurbernur, pernah menulis kepada

khalifah umar bahwa para pedagang muslim dikenakan bea dengan tarif

sepersepuluh di tanah – tanah harbi.

Tarif usyr ditetapkan sesuai dengan status pedagang. Jika ia muslim

maka ia akan dikenakan zakat pedagang sebesar 2,5% dari total barang yang

dibawanya. Sedangkan ahl jimah dikenakan tariff 5%, kafir harbi, dikenakan

tarif 10%. Selain itu, kafir harbi dikenakan bea sebanyak kedatangan mereka

ke Negara islam dengan barang yang sama tetapi, bagi pedagang muslim dan

pedagang ahl jimmah bea hanya dikenakan sekali dalam setahun Dalam

pengumpulan bea, abu yusuf mensyaratkan dua hal yang harus

dipertimbangkan. Pertama, barang-barang tersebut haruslah barang-barang

yang dimaksudkan untuk diperdagangkan.Kedua, nilai barang yang dibawa

tidak kurang dari 200 dirham.

VI. Metode Pemberian Tanah Kepada Warga Negaranya

Kepemilikan Negara

Kebijakan fiskal Islam tentang tanah-tanah yang sangat luas yang ada di

jazirah arab yang tidak dimiliki oleh siapapun atau tidak bertuan akan segera diambil

oleh negara. Negara sebagai pemilik tanah-tanah kosong memiliki otoritas untuk

memberikannya kepada seseorang dengan tujuan agar tanah tersebut dapat digarap

dan memberikan pendapatan bagi negara melalui pajak tanah. Ada dua metode yang

dilakukan negara dalam pemberian tanah kepada warga negaranya, yaitu melalui

pemberian secara resmi melalui institusi iqta dan melalui perolehan hak karena

menghidupkan tanah yang mati.

1. Institusi Iqta

Iqta merupakan prosedur dari pemberian tanah kosong yang dilakukan

oleh negara. Dalam sistem fiskal Islam, istilah itu mengarah pada

penganugerahkan tanah kosong sebagai sebuah hadiah dari negara untuk

seseorang yang dapat mengembangkan dan mengolah tanah. Abu Yusuf

13

Page 14: ekonomiislamfeunj.files.wordpress.com viewSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM . ABU YUSUF (113 – 182 H / 731 – 798 M) Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi

merekomendasikan bahwa para penguasa boleh memberikan tanah-tanah yang

tidak dimiliki siapapun sebagai iqta.

2. Menghidupkan Tanah yang Mati

Pada prinsipnya tanah yang mati itu milik negara. Namun, bagi warga

kepemilikannya berhubungan dengan usahanya mengelola lahan yang mati

tersebut. Sudah menjadi aturan umum, bahwa siapapun yang menghidupkan

lahan tersebut akan menjadi pemiliknya. Abu Yusuf mengatakan usaha itu

termasuk membajak, menabur dan mengairi tanah. Dalam pandangannya tentang

masalah tanah dan pertanian, Abu Yusuf mengemukakan dalam Kitab al-Kharaj:

Menggarap tanah tak produktif sangat dihargai oleh Rasulullah SAW dan menyia-

nyiakannya sangat tidak disukai. Itu mengikuti hadist Rasulullah SAW: “Pemilik

asli tanah itu adalah Allah SWT dan Rasulullah SAW dan kalian sesudah itu.

Barangsiapa yang menghidupkan tanah yang mati (tak digarap) merupakan

perbuatan yang amat mulia. Untuk mendapatkan hasil produksi yang lebih besar

dengan cara penyediaan fasilitas dalam perluasan lahan pertanian, Abu Yusuf

lebih cenderung menyetujui negara mengambil bagian dari hasil produksi

pertanian para penggarap daripada penarikan sewa dari lahan pertanian.

VII. Administrasi Kharaj

Terhadap administrasi keuangan Abu Yusuf mempunyai pandangan

berdasarkan pengalaman praktis tentang administrasi pajak dan dampaknya terhadap

ekonomi. Penekanannya pada sifat administrasi pajak berpusat pada penilainnya yang

kritis terhadap lembaga Qabalah, yaitu sistem pengumpulan pajak pertanian dengan

cara ada pihak yang menjadi penjamin serta membayar secara lumpsum kepada

negara dan sebagai imbalannya penjamin tersebut memperoleh hak untuk

mengumpulkan kharaj dari para petani yang menyewa tanah tersebut, tentu dengan

pembayaran sewa yang lebih tinggi daripada sewa yang diberikan kepada negara. Abu

Yusuf meminta agar pemerintah segera menghentikan praktik sistem Qabalah tersebut

karena pengumpulan pajak yang dilakukan secara langsung, tanpa keberadaan pihak

penjamin akan mendatangkan pemasukan yang lebih besar. Menurutnya, agar dapat

memperoleh keuntungan dari kontrak Qabalah, biasanya pihak penjamin mengenakan

pajak yang melebihi kemampuan para petani.

Penolakan Abu Yusuf tersebut disebabkan sistem Qabalah bertentangan

dengan prinsip-prinsip keadilan dan mengabaikan kemampuan membayar. Dalam

14

Page 15: ekonomiislamfeunj.files.wordpress.com viewSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM . ABU YUSUF (113 – 182 H / 731 – 798 M) Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi

mengejar keuntungan, penjamin biasanya memberikan beban tambahan terhadap para

petani dengan menerapkan beban ilegal yang melampaui kemampuan mereka.

VIII. Kebijakan Strategis Abu Yusuf

Di bawah kekuasaan Harun al-rasyid, isu al-Kharaj menjadi topik yang

sangat aktual dibicarakan para intelektual bagdad. Kecemelangan pikirnya, yang

mampu memadukan agama, tradisi dan budaya dalam menyikapi permasalahan yang

terjadi, menjadikan beliau menjdi lambang hati nurani bangsa dan pengikutnya. Abu

Yusuf membenahi mekanisme ekonomi dengan jalan membuka jurang pemisah

antara kaya dan miskin. Ia memandang bahwa masyarakat memiliki hak dalam

campur tangan ekonomi, begitu juga sebaliknya pemerintah tidak memiliki hak bila

ekonomi tidak adil. Oleh karenanya ada dua hal pokok penting yang dilakukan Abu

Yusuf. Pertama, menentukan tingkat penetapan pajak yang sesuai dan seimbang,

dalam upaya menghindari Negara dari resesi ekonomi. Kedua, pengaturan

pengeluaran pemerintah sesuai dengan kebijakan umum. Menurutnya dari beberapa

yang perlu dibenahi, diantaranya Income, Expenditure, dan mekanisme pasar.

Untuk mewujudkannya beliau mengambil langkah sebagai berikut :

1. Menggantikan sistem wazifah dengan sistem muqasamah

Wazifah adalah sistem pemungutan pajak yang ditentukan berdasarkan

pada nilai tetap, tanpa membedakan ukuran kemampuan wajib pajak atau

mungkin dapat dibahasakan dengan pajak-pajak yang dipungut dengan ketentuan

jumlah yang sama secara keseluruhan. Sedangkan muqasamah adalah system

pemungutan pajak yang diberlakukan berdasarkan nilai yang tidak tetap (berubah)

dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan dan persentase penghasilan atau

pajak proporsional. Penggantian sistem ini diakukan dalam rangka mencapai

ekonomi yang adil. Orang-orang yang dikumpulkan untuk bermusyawarah

mengungkapkan, bahwa belakangan ini tanah-tanah subur lebih banyak

dibandingkan dengan tanah-tanah yang tidak subur, dan mereka juga

mengungkapkan banyaknya tanah sisa yang tidak dikerjakan (nonproduktif) dan

sedikitnya tanah garapan yang digunakan sebagai subyek kharaj. Menurut

pandangan mereka , jika tanah yang tidak digarap yang kami miliki akan

dikenakan kharaj seperti halnya tanah garapan yang subur, maka kami tidak akan

bisa mengerjakan tanah atau lahan-lahan yang ada sekarang, lantaran

ketidakmampuan kami untuk membayar kharaj terhadap tanah yang non-produktif

15

Page 16: ekonomiislamfeunj.files.wordpress.com viewSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM . ABU YUSUF (113 – 182 H / 731 – 798 M) Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi

tersebut, dan jika tanah tersebut tidak dikelola dalam waktu seratus tahun, maka ia

tetap akan menjadi subyek kharaj atau tetap tidak akan pernah digarap selamanya,

dan jika memang demikian halnya maka bagi orang-orang yang menggarap tanah

ini untuk keperluan sehari-hari tidak bisa dikenai kharaj. Konsekuensinya, saya

menyadari bahwa biaya yang tetap dalam bentuk barang (tha’am) atau uang

(dirham) tidak diberlakukan kepada orang-orang disamping keadaan mereka yang

tidak memungkinkan, juga tidak mempunyai keuntungan yang dapat

disumbangkan kepada pemerintah, terutama dalam membayar pajak. Dalam

metode penilaian pajak tanah muqasamah, para petani dikenakan pajak dengan

menggunakan rasio tertentu dari total produksi dari yang mereka hasilkan. Rasio

ini bervariasi sesuai dengan jenis tanaman, sistem irigasi dan jenis tanah

pertanian. Abu Yusuf merekomendasikan tarif yang berbeda dengan

mempertimbangkan irigasi yang digunakan. Tarif yang ditetapkan olehnya adalah:

1. 40 % dari produksi yang diirigasi oleh hujan alami

2. 30 % dari produksi yang diirigasi oleh hujan buatan

3. ¼ dari produksi panen musim panen

2. Membangun fleksibilitas sosial

Problematika muslim dan non-muslim juga tidak lepas dari pembahasan

Abu Yusuf, yaitu tentang kewajiban warga negara non-Muslim untuk membayar

pajak. Abu Yusuf memandang bahwa warga Negara sama dihadapan hukum,

sekalipun beragama non-Islam. Dalam hal ini Abu Yusuf membagi tiga golongan

orang yang tidak memiliki kapasitas hukum secara penuh, yaitu Harbi,

Musta’min, dan Dzimmi. Kelompok Musta’min dan Dzimmi adalah kelompok

asing yang berada di wilayah kekuasaan Islam dan membutuhkan perlindungan

keamanan dari pemerintah Islam, serta tunduk dengan segala aturan hukum yang

berlaku. Perhatian ini diberikan Abu Yusuf dalam rangka memberi pemahaman

keseimbangan dan persamaan hak dan juga mekanisme penetapam pajak jiz’ah.

Pembayaran jiz’ah oleh non-muslim, bukanlah sebagai hukuman atas

ketidakpercayaan mereka terhadap Islam, sebab hal ini bertentangan dengan al-

Qur’an (2): 256 ; tidak ada paksaan dalam agama. Jiz’ah tidak diberlakukan bagi

perempuan, anak-anak, orang miskin dan kalangan tidak mampu. Bagi yang tidak

mampu membayar, mereka juga wajib dilindungi dan disantuni.

16

Page 17: ekonomiislamfeunj.files.wordpress.com viewSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM . ABU YUSUF (113 – 182 H / 731 – 798 M) Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi

Berkaitan dengan jiz’ah ini, Abu Yusuf secara khusus membahasnya yang

ditujukan kepada Harun al-Rasyid. Beliau mengatakan “siapa saja yang memaksa

warga yang bukan muslim, atau meminta pajak kepada mereka di luar

kemampuannya, maka aku termasuk golongannya. Jiz’ah, jika dihadapkan pada

konteks realitas sosial ekonomi masyarakat, maka pendapat Abu Yusuf di atas

kiranya lebih mengarah pada tingkat keseimbangan dan nilai-nilai keadilan yang

manusiawi. Hal ini dilakukan sebagai ukuran material dan kemampuan

masyarakat dalam menunaikan kewajibannya sebagai warga Negara. Pemahaman

fleksibilitas yang dibangun Abu yusuf juga terlihat dari sikapnya yang toleran

pada non-Muslim dalam memberi izin melakukan transaksi perdagangan di

wilayah kekuasaan Islam.

Hal lain, yang dilakukan Abu Yusuf adalah menolak pendapat yang

melarang pedagang Islam untuk berdagang di wilayah Dar al_harbi. Hal ini

dilakukan guna membuka peluang untuk kontribusi bagi pembangunan dan

penyebaran tekhik perdagangan ke seluruh dunia, seperti Cina, Afrika, Asia

Tengah, Asia Tenggara dan Turki. Dari sikap Abu Yusuf di atas, terlihat bahwa ia

memperhatikan hubungan baik antar Negara, pengembangan ekonomi

perdagangan, serta upaya mensikapi perekonomian masyarakat sebagai antisipasi

jika terjadi krisis kebutuhan pokok.

3. Membangun sistem politik dan ekonomi yang transparan

Transparansi yang dibangun Abu Yusuf terlihat ketika beliau

mendeskripsikan income negara yang meliputi ghanimah dan fai’ sebagai

pemasukan yang sifatnya incidental revenue, sedangkan kharāj, jizyah, ‘ushr dan

sadaqah/zakat sebagai pemasukan yang sifatnya permanent revenue. Abu Yusuf

memberi interpretasi yang jelas tentang aturan Alquran dalam surat al-Anfal ayat

41 yang artinya:

”....Ketika engkau mengambil setiap barang rampasan, seperlima darinya

adalah milik Allah dan Rasul, saudara-saudara dekatnya, anak yatim,

orangorang miskin dan musafir..”.

Interpretasi dari istilah seperlima dalam ayat ini di kalangan para ahli fikih

terjadi perbedaan pandangan. Dalam kitab al-Kharāj Abu Yusuf seperlima

tersebut menurut:

17

Page 18: ekonomiislamfeunj.files.wordpress.com viewSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM . ABU YUSUF (113 – 182 H / 731 – 798 M) Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi

”Riwayat Qais bin Muslim yang diriwayatkan dari Hasan bin Muhammad

bin Hanafiyah, dibagi menjadi tiga bagian, yaitu untuk Nabi (Para Khalifah

penggantinya setelah beliau wafat), untuk keluarga terdekat dan untuk kelompok

anak yatim, fakir miskin dan musafir” (Yusuf, 1302: 21).

Dari sistem pembagian harta yang dilaksanakan oleh Abu Yusuf, akan

terlihat dari empat bagiannya didistribusikan untuk prajurit, sedangkan

seperlimanya disimpan pada bendahara umat atau baitulmal untuk kepentingan

umat. Hal ini sesuai dengan ajaran Alquran surat al-Anfal ayat 41 yang mengatur

tentang distribusi harta rampasan perang tersebut. Melihat beberapa pertimbangan

yang lebih mengacu kepada kebijakan Umar yang berlandaskan ayat di atas, Abu

Yusuf dalam kitab al-Kharāj memaparkan tentang distribusi harta ini dengan

menjelaskan perwujudan dari alokasi anggaran, maka interpretasi dari tindakan

tersebut, merupakan implementasi dari asas transparansi sistem dan politik

ekonomi yang melingkupi beberapa aspek, seperti transparansi terhadap tentara

sebagai keamanan negara, gaji pegawai, perbaikan masjid, lampu penerang, serta

beberapa kepentingan lain yang sifatnya maslahah ’ āmmah (Yusuf, 1302: 1920).

4. Menciptakan sistem ekonomi yang otonom

Upaya menciptakan sistem ekonomi yang otonom terlihat pada pandangan

Abu Yusuf dalam penolakannya atas intervensi pemerintah dalam pengendalian

dan penetapan harga. Dalam hal ini beliau berpendapat bahwa jumlah banyak dan

sedikitnya barang tidak dapat dijadikan tolok ukur utama bagi naik dan turunnya

harga, tetapi ada variabel lain yang lebih menentukan. Pendapat Abu Yusuf ini

berdasarkan hadis Rasulullah SAW:

”Diriwayatkan dari Abdu al-Rahman bin Abi Laila, dari Hikam

Bin’Utaibah yang menceritakan bahwa pada masa Rasulullah harga pernah

melambung tinggi, sehingga sebagian masyarakat mengadu kepada Rasulullah

dan meminta agar Rasulullah membuat ketentuan tentang penetapan harga ini.

Maka Rasulullah berkata, ‘Tinggi dan rendahnya harga barang merupakan

bagian dari keterkaitan dengan keberadaan Allah dan kita tidak dapat

mencampuri terlalu jauh bagian dari ketetapan tersebut.” (Yusuf, 1302: 87).

Teori harga Abu Yusuf tersebut memposisikan terbalik dari teori ekonomi

konvensional yang menyatakan bahwa, naik dan turunnya harga ditentukan oleh

permintaan dan penawaran komoditi (Teori Supply and Demand). Meskipun Abu

18

Page 19: ekonomiislamfeunj.files.wordpress.com viewSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM . ABU YUSUF (113 – 182 H / 731 – 798 M) Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi

Yusuf tidak secara tegas menolak keterkaitan supply dan demand, namun secara

eksplisit memuat pemahaman bahwa tingkat naik dan turunnya produksi tidak

akan berpengaruh terhadap harga.

19

Page 20: ekonomiislamfeunj.files.wordpress.com viewSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM . ABU YUSUF (113 – 182 H / 731 – 798 M) Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi

KESIMPULAN

Abu Yusuf adalah seorang ulama dan hakim yang hidup pada jaman

pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Lahir di Kufah pada tahun 113 H (731 M) dan

meninggal dunia di Baghdad pada tahun 182 H (798 M). Sekalipun Abu Yusuf

berasal dari keluarga yang tidak mampu, ia tetap bersemangat dalam mencari ilmu

kepada para ulama-ulama besar diantaranya Abu Hanifah. Sehingga pada akhirnya,

Abu Yusuf menjadi seorang ulama, hakim, dan ahli ekonomi yang terkenal pada

masanya.

Berdasar pada uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pemikiran

Abu Yusuf adalah berbentuk pemikiran ekonomi kenegaraan, mengupas tentang

kebijakan fiskal, yang berkenaan dengan pendapatan negara. Hal ini terlihat dari

muatan pemikirannya mengenai pendapatan negara, pengeluaran. Peranan teori

ekonomi yang dirumuskan oleh Abu Yusuf pada masa itu sangatlah besar kepada

pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Karena teori yang dirumuskannya mengacu pada

bagaimana pemerintah harus melakukan tindakan ekonomi yang baik serta dapat

mensejahterakan rakyatnya. Sehingga Khalifah Harun Al-Rasyid banyak menerapkan

teori Abu Yusuf untuk menjalankan perekonomian negara.

Namun demikian, kita mengakui bahwa pemikirannya dalam al-kharaj

tidaklah merupakan survei lengkap dalam kajian ekonomi, tetapi upayanya yang

mengedepankan Maslahah ‘Ammah sebagai visi utama pemikiran ekonominya

dalam upaya menciptakan keseimbangan ekonomi pada masa pemerintahan Harun al-

Rasyid. Hal ini merupakan bagian esensial dalam mengarahkan ekonomi yang lebih

etis, manusiawi dan berkeadilan. Pemikiran ekonomi Abu Yusuf dalam kitab al-

kharaj di atas jika ditarik dalam konteks kekinian dalam upaya pembenahan terhadap

krisis ekonomi Indonesia yang mengarah pada krisis fundamental ini, kiranya akan

memberi kontribusi yang positif dan berharga dalam upaya mempertautkan antara

agama dan ekonomi, disamping perlunya rekontruksi dan elaborasi dengan beberapa

pemikiran lain, terutama yang berkaitan dengan budaya, politik, dan etika modern.

Rekontruksi kearah itu kiranya perlu memperhatikan beberapa aspek yang erat

kaitannya dengan kebijakan etis. Penelaahan ekonomi dengan menggunakan

pendekatan agama mutlak diperlukan guna mewujudkan Indonesia yang sejahtera.

20

Page 21: ekonomiislamfeunj.files.wordpress.com viewSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM . ABU YUSUF (113 – 182 H / 731 – 798 M) Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi

DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman Azim Karim, 2010. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam .Jakarta: Rajawali Press

http://alkalinkworld.files.wordpress.com/2009/11/pemikiran-ekonomi-islam-abu-yusuf.pdf

http://din07130062.wordpress.com/2009/05/11/pemikiran-ekonomi-islam-klasik-abu-yusuf/

http://dunia-angie.blogspot.com/2013/10/sejarah-pemikiran-ekonomi-islam-periode.html

http://yufi season.blogspot.com/2013/12/sejarah-dan-peta-pikiran-ekonomiislam.html

https://www.facebook.com/ekis.stain.wtp/posts/606171256060615

Rahmani Timorita Yulianti. 2008. Pemikiran Ekonomi Islam Abu Yusuf. Jurnal Universitas

Islam Indonesia (UII) Yogyakartahal 1-26

Rahmani Timorita Yulianti. 2008. Pemikiran Ekonomi Islam Abu Yusuf. Jurnal Universitas

Islam Indonesia (UII) Yogyakartahal 1-26

21