bappelitbangda.bandungbaratkab.go.id · web viewsejarah kabupaten bandung barat. sebelum terbitnya...

27
I. SEJARAH KABUPATEN BANDUNG BARAT Sebelum terbitnya Undang-Undang Otonomi Daerah, pemekaran Kabupaten Bandung sudah menjadi wacana. Saat itu Gubernur Jawa Barat telah mengeluarkan surat kepada Bupati Bandung untuk mengkaji rencana pembentukan kabupaten baru. Usulan gubernur waktu itu adalah pembentukan Kabupaten Padalarang yang mencakup Bandung Barat dan Kota Administratif Cimahi. Tuntutan pemekaran wilayah kabupaten Bandung, dilihat dari kondisi geografis dan faktor lainnya oleh beberapa kalangan dinilai dapat dipahami. Berdasarakan kondisi itulah pada tanggal 9 agustus 1999 para tokoh masyarakat Bandung Barat membentuk Forum Pendukung Percepatan Pemekaran Kabupaten Bandung Barat yang dipimpin ketuanya Drs.H.Endang Anwar, setahun kemudian terbentuk lagi Forum Peduli Bandung Barat dan Forum Pemuda Bandung Barat yang kemudian berbagai LSM dan Forum bergabung dalam satu wadah yaitu Komite Pembentukan Kabupaten Bandung Barat (KPKBB). KPKBB bersama elemen masyarakat Bandung Barat mengawali upaya perjuangannya dengan melaksanakan “Deklarasi Bersama” untuk terus berjuang agar Bandung Barat menjadi Daerah Otonom terpisah dari Kabupaten Bandung, di Ngamprah pada tanggal 30 Agustus 2003. Lahirnya Kabupaten Bandung Barat melalui pertimbangan dan proses yang panjang disamping memperhatikan aspirasi yang berkembang di masyarakat. Aspirasi dan keinginan masyarakat itu dituangkan secara formal dalam Surat Keputusan DPRD Kabupaten Bandung Nomor 11 Tahun 2004 tanggal 20 Agustus 2004 tentang Persetujuan DPRD Kabupaten Bandung terhadap Pembentukan Kabupaten Bandung Barat. Di tingkat provinsi, lahir Surat Keputusan DPRD Propinsi Jawa Barat Nomor 135/Kep.DPRD-7/2005 tentang persetujuan DPRD terhadap pembentukkan Kabupaten Bandung Barat. Kemudian disusul dengan surat Gubernur Jawa Barat kepada Menteri Dalam Negeri bernomor 135.1/1197/Desen tertanggal 11 April 2005 perihal Usul Pembentukan Kabupaten Bandung Barat di Provinsi Jawa Barat, dan akhirnya ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukkan Kabupaten Bandung Barat di Provinsi Jawa Barat dengan pusat pemerintahan di I-1

Upload: others

Post on 14-Mar-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: bappelitbangda.bandungbaratkab.go.id · Web viewSEJARAH KABUPATEN BANDUNG BARAT. Sebelum terbitnya Undang-Undang Otonomi Daerah, pemekaran Kabupaten Bandung sudah menjadi wacana

I. SEJARAH KABUPATEN BANDUNG BARAT

Sebelum terbitnya Undang-Undang Otonomi Daerah, pemekaran Kabupaten Bandung sudah menjadi wacana. Saat itu Gubernur Jawa Barat telah mengeluarkan surat kepada Bupati Bandung untuk mengkaji rencana pembentukan kabupaten baru. Usulan gubernur waktu itu adalah pembentukan Kabupaten Padalarang yang mencakup Bandung Barat dan Kota Administratif Cimahi.

Tuntutan pemekaran wilayah kabupaten Bandung, dilihat dari kondisi geografis dan faktor lainnya oleh beberapa kalangan dinilai dapat dipahami. Berdasarakan kondisi itulah pada tanggal 9 agustus 1999 para tokoh masyarakat Bandung Barat membentuk Forum Pendukung Percepatan Pemekaran Kabupaten Bandung Barat yang dipimpin ketuanya Drs.H.Endang Anwar, setahun kemudian terbentuk lagi Forum Peduli Bandung Barat dan Forum Pemuda Bandung Barat yang kemudian berbagai LSM dan Forum bergabung dalam satu wadah yaitu Komite Pembentukan Kabupaten Bandung Barat (KPKBB). KPKBB bersama elemen masyarakat Bandung Barat mengawali upaya perjuangannya dengan melaksanakan “Deklarasi Bersama” untuk terus berjuang agar Bandung Barat menjadi Daerah Otonom terpisah dari Kabupaten Bandung, di Ngamprah pada tanggal 30 Agustus 2003.

Lahirnya Kabupaten Bandung Barat melalui pertimbangan dan proses yang panjang disamping memperhatikan aspirasi yang berkembang di masyarakat. Aspirasi dan keinginan masyarakat itu dituangkan secara formal dalam Surat Keputusan DPRD Kabupaten Bandung Nomor 11 Tahun 2004 tanggal 20 Agustus 2004 tentang Persetujuan DPRD Kabupaten Bandung terhadap Pembentukan Kabupaten Bandung Barat. Di tingkat provinsi, lahir Surat Keputusan DPRD Propinsi Jawa Barat Nomor 135/Kep.DPRD-7/2005 tentang persetujuan DPRD terhadap pembentukkan Kabupaten Bandung Barat. Kemudian disusul dengan surat Gubernur Jawa Barat kepada Menteri Dalam Negeri bernomor 135.1/1197/Desen tertanggal 11 April 2005 perihal Usul Pembentukan Kabupaten Bandung Barat di Provinsi Jawa Barat, dan akhirnya ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukkan Kabupaten Bandung Barat di Provinsi Jawa Barat dengan pusat pemerintahan di Kecamatan Ngamprah yang disahkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 2 Januari 2007.

Sebagai penyelenggaraan pemerintahan, ditujuk Penjabat Sementara (PJs) Bupati Bandung Barat yaitu Drs.H.Tjatja Kuswara, SH.MH hingga terpilihnya Bupati dan Wakil Bupati Bandung Barat pertama yaitu Drs.H.Abubakar M.Si dan Drs.Ernawan Natasaputra yang dilantik pada tanggal 17 juli 2008 oleh Gubernur Jawa Barat Achmad Heriawan, Lc atas nama Presiden.

I-1

Page 2: bappelitbangda.bandungbaratkab.go.id · Web viewSEJARAH KABUPATEN BANDUNG BARAT. Sebelum terbitnya Undang-Undang Otonomi Daerah, pemekaran Kabupaten Bandung sudah menjadi wacana

II. GEOGRAFI

Kabupaten Bandung Barat terletak diantara 107° 11' BT sampai dengan 107° 45' BT dan 06° 41,3’ LS sampai dengan 07o 7,2’ LS, dengan luas sebesar 1.305,77 km² atau 130.577 Ha, dengan batas wilayah sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Cianjur, sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang dan Kota Cimahi, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur.

Secara administratif Kabupaten Bandung Barat terdiri dari 16 (enam belas) Kecamatan, yaitu: Kecamatan Padalarang, Cikalongwetan, Cililin, Parongpong, Cipatat, Cisarua, Batujajar, Ngamprah, Gununghalu, Cipongkor, Cipeundeuy, Lembang, Sindangkerta, Cihampelas, Rongga dan Saguling serta terbagi kedalam 165 Desa. Adapun kecamatan terluas adalah Kecamatan Gununghalu dengan luas 160,62 km² atau 16.062 Ha (12,30%) dan luas kecamatan terkecil adalah Kecamatan Batujajar dengan luas 31,87 km² atau 3.187 Ha (2,44%).

Kabupaten Bandung Barat didominasi oleh kemiringan lereng yang sangat terjal (>40%). Kecamatan Gununghalu merupakan kecamatan yang mempunyai kemiringan lereng sangat terjal terluas (13.480 Ha). Adapun kemiringan lereng datar (0-8%) merupakan kemiringan lereng dengan luas dominan kedua. Kemiringan lereng 8-15% cenderung untuk berada di beberapa kecamatan saja.

Ketinggian wilayah di Kabupaten Bandung Barat secara umum berkisar antara 200 – 2200 m dpl. Persentase ketinggian terbesar adalah 500 – 1000 m dpl, yaitu seluas 59.614,15 ha atau sebesar 46,68% dari luas Kabupaten Bandung Barat, sedangkan ketinggian terkecil yaitu 1500 - 2000 m dpl dengan luas 10.480,39 ha atau sebesar 8,10% dari luas Kabupaten Bandung Barat.

Berdasarkan kemiringan lereng dan beda tinggi serta kenampakan di lapangan, morfologi Kabupaten Bandung Barat dikelompokkan menjadi 4 (empat) satuan morfologi, yaitu morfologi pedataran, morfologi landai, morfologi perbukitan dan morfologi pegunungan.

I-2

Page 3: bappelitbangda.bandungbaratkab.go.id · Web viewSEJARAH KABUPATEN BANDUNG BARAT. Sebelum terbitnya Undang-Undang Otonomi Daerah, pemekaran Kabupaten Bandung sudah menjadi wacana

III. PEMERINTAHAN

Pada awal pembentukan Kabupaten Bandung Barat tahun 2007, secara administratif Kabupaten Bandung Barat terbagi kedalam 15 Kecamatan dan 165 Desa. Pada tahun 2011, terbentuk kecamatan baru hasil pemekaran dari Kecamatan Batujajar, yaitu Kecamatan Saguling berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 20 tahun 2011 tentang Pembentukan Kecamatan Saguling, sehingga jumlah kecamatan bertambah menjadi 16 (enam belas), dengan jumlah desa tetap yaitu sebanyak 165 Desa yang terbagi kedalam 2.338 RW dan 8.851 RT.

Dalam pelaksanaan tugas pemerintahan, Bupati Bandung Barat selaku Kepala Daerah Kabupaten Bandung Barat dibantu oleh beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Inspektorat, 12 (dua belas) Dinas, 6 (enam) Badan, 5 (lima) Kantor, dan 16 (enam belas) Kecamatan. Pada akhir tahun 2015, jumlah Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat berjumlah 9.862 orang, terdiri atas 822 orang struktural, dan 9.040 orang sebagai Fungsional Umum dan Fungsional Tertentu.

I-3

Page 4: bappelitbangda.bandungbaratkab.go.id · Web viewSEJARAH KABUPATEN BANDUNG BARAT. Sebelum terbitnya Undang-Undang Otonomi Daerah, pemekaran Kabupaten Bandung sudah menjadi wacana

IV. VISI DAN MISI KABUPATEN BANDUNG BARAT

Visi Pemerintahan Daerah Kabupaten Bandung Barat sebagaimana tertuang pada RPJMD Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013-2018, yaitu : “Mewujudkan Masyarakat Yang Cerdas, Rasional, Maju, Agamis Dan Sehat Berbasis Pada Pengembangan Dan Pemberdayaan Potensi Wilayah”.

Untuk mewujudkan Visi tersebut di atas, dirumuskan 6 (enam) Misi antara lain, yaitu:

1. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui kualitas birokrasi dalam melayani masyarakat;

2. Meningkatkan kualitas pelayanan prima dalam bidang pendidikan dan kesehatan yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

3. Meningkatkan kemandirian dan daya saing ekonomi masyarakat, untuk optimalisasi penyerapan tenaga kerja dan penanggulangan kemiskinan;

4. Memantapkan pengelolaan prasarana dan sarana, sumberdaya alam dan lingkungan hidup melalui pembangunan berkelanjutan;

5. Meningkatkan kesalehan dan modal sosial berdasarkan nilai agama dan kearifan budaya lokal;

6. Meningkatkan pemberdayaan pemerintahan dan masyarakat desa.

V. APBD

Besaran nilai APBD dalam lima tahun terkahir yaitu sejak tahun 2010 hingga 2014 telah mengalami kenaikan hampir dua kali lipat baik dalam hal pendapatan maupun belanja. Dalam hal pendapatan, pada tahun 2010 pendapatan daerah sebesar Rp.990.683.083.155,43, dan pada tahun anggaran 2015 Pendapatan pada APBD sebesar Rp. 2.172.653.129.230,-. Belanja Daerah pada tahun 2010 sebesar Rp.1.198.403.512.438,43 sedangkan pada tahun 2015 sebesar Rp.2.362.755.160.677,29.

Peningkatan pada sektor pendapatan sebagian besar bersumber dari Dana Perimbangan terutama pada Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus (DAK)

I-4

Eselon 2Eselon 3

Eselon 4Eselon 5

0

100

200

300

400

500

600

29

146

574

73

Jumlah Jabatan Struktural Tahun 2015

Page 5: bappelitbangda.bandungbaratkab.go.id · Web viewSEJARAH KABUPATEN BANDUNG BARAT. Sebelum terbitnya Undang-Undang Otonomi Daerah, pemekaran Kabupaten Bandung sudah menjadi wacana

serta penambahan pada Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak. Khusus pada sektor Pendapatan Asli Daerah terjadi peningkatan yang sangat signifikan yaitu pada tahun 2010 sebesar Rp. 43.047.572.305,- dan pada tahun 2015 sebesar Rp.284.203.549.356,- dengan realisasi sebesar Rp. 314,608,109,974.71.

VI. KEPENDUDUKAN & INDIKATOR MAKRO SOSIAL

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung Barat, jumlah penduduk Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2015 sebanyak 1.669.980 jiwa dengan komposisi (menurut jenis kelamin) relatif seimbang, yaitu jumlah penduduk laki-laki sebanyak 848.662 jiwa (50,83%) dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 821.318 jiwa (49,18%). Dibandingkan dengan tahun 2014, jumlah penduduk pada tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 1,52%.

.

I-5

2010 2011 2012 2013 2014 2015 -

50,000,000,000

100,000,000,000

150,000,000,000

200,000,000,000

250,000,000,000

300,000,000,000

43,047,572,305

79,017,129,779

113,213,153,86

1

176,874,685,84

1

245,795,835,59

2

284,203,549,35

6

PENDAPATAN ASLI DAERAH

2010 2011 2012 2013 2014 2015

1,400,000 1,450,000 1,500,000 1,550,000 1,600,000 1,650,000 1,700,000

1,510,284 1,551,422 1,582,326 1,614,495 1,644,984 1,669,980

Jumlah Penduduk Kab. Bandung Barat Tahun 2010-2015

Page 6: bappelitbangda.bandungbaratkab.go.id · Web viewSEJARAH KABUPATEN BANDUNG BARAT. Sebelum terbitnya Undang-Undang Otonomi Daerah, pemekaran Kabupaten Bandung sudah menjadi wacana

Selama tiga tahun terakhir, IPM Kabupaten Bandung Barat mengalami peningkatan dari 74,63 pada tahun 2013 menjadi 74,92 pada tahun 2014 dan pada tahun 2015 menjadi 75,35. Pergerakan yang sama juga terjadi pada ketiga indeks IPM, yaitu indeks kesehatan meningkat dari angka 73,84 pada tahun 2013, menjadi 73,88 pada tahun 2014, dan menjadi 73,93 pada tahun 2015 ; indeks pendidikan meningkat dari 85,71 pada tahun 2013 menjadi 85,81 pada tahun 2014, dan menjadi 85,97 pada tahun 2015, sedangkan indeks daya beli meningkat dari 64,35 pada tahun 2013 menjadi 65,07 pada tahun 2014, dan menjadi 66,16 pada tahun 2015.

Tabel Pencapaian IPM Tahun 2015 Menurut Kecamatan

Kecamatan Kesehatan Pendidikan Daya Beli IPM

AHH Indeks AMH RLS Indek PPP Indeks Indeks Peringkat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Cililin 68,68 72,80 99,67 9,20 86,90 643,34 65,48 75,06 7

2. Cihampelas 68,37 72,28 99,96 9,30 87,31 644,88 65,83 75,14 6

3. Sindangkerta 67,39 70,65 99,09 8,21 84,31 636,44 63,88 72,95 12

4. Gununghalu 66,01 68,36 97,67 7,95 82,79 634,53 63,44 71,53 13

5. Rongga 64,15 65,25 95,12 6,85 78,65 636,19 63,83 69,24 16

6. Cipongkor 62,36 62,26 99,63 7,04 82,07 647,21 66,37 70,23 14

7. Batujajar 68,07 71,78 98,86 9,40 86,79 651,48 67,36 75,31 5

8. Saguling 63,36 63,93 97,48 6,89 80,30 643,17 65,44 69,89 15

9. Lembang 69,63 74,38 99,93 9,21 87,09 664,57 70,38 77,29 1

10.

Parongpong 70,30 75,49 98,80 8,81 85,45 649,76 66,96 75,97 2

I-6

2013 2014 20150

10

20

30

40

50

60

70

80

90

73.84 73.88 73.93

85.71 85.81 85.97

64.35 65.07 66.16

74.63 74.92 75.35

Grafik Peningkatan IPM

Indeks KesehatanIndeks PendidikanIndeks Daya BeliIPM

Page 7: bappelitbangda.bandungbaratkab.go.id · Web viewSEJARAH KABUPATEN BANDUNG BARAT. Sebelum terbitnya Undang-Undang Otonomi Daerah, pemekaran Kabupaten Bandung sudah menjadi wacana

11.

Cisarua 68,05 71,75 96,54 8,70 83,70 644,08 65,65 73,70 9

12.

Ngamprah 66,48 69,13 99,34 10,12

88,71 660,79 69,51 75,78 4

13.

Padalarang 67,25 70,42 99,97 9,10 86,87 662,71 69,96 75,75 3

14.

Cipatat 67,34 70,57 97,60 7,91 82,63 656,80 68,59 73,93 8

15.

Cipeundeuy 67,21 70,34 98,36 8,23 83,86 639,76 64,65 72,95 11

16.

Cikalongwetan 67,84 71,41 97,90 7,43 81,78 646,32 66,17 73,12 10

Bandung Barat 69,36 73,93 98,52 9,13 85,97 646,29 66,16 75,35

VII. EKONOMI MAKRO

Kinerja perekonomian Kabupaten Bandung Barat tahun 2015 secara riil ditunjukkan oleh laju pertumbuhan ekonomi (LPE) atas dasar harga konstan tahun 2000, yang mengalami pertumbuhan sebesar 5,22 persen. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya maka terjadi perlambatan sebesar 0,49 poin dimana tahun 2014 mencapai 5,71 persen.

Gambar Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bandung Baratdan Provinsi Jawa Barat Tahun 2011-2015 (Persen)

Salah satu indikator yang sering digunakan untuk menggambarkan struktur ekonomi suatu wilayah adalah distribusi persentase sektoral. Indikator tersebut memperlihatkan kontribusi nilai tambah setiap sektor dalam pembentukan PDRB, sehingga akan tampak sektor-sektor yang menjadi pemicu pertumbuhan (sektor andalan) di wilayah yang bersangkutan.

PDRB Kecamatan Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013-2015 (Juta Rp.)

No Kecamatan 2013 2014* 2015**

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Rongga 218,961.13 229,732.94 239,080.51

2 Gununghalu 363,684.22 381,900.90 397,797.69

3 Sindangkerta 270,883.62 284,259.83 295,818.86

4 Cililin 343,305.54 361,906.99 377,331.66

I-7

2011 2012 2013 2014 2015 4.00

5.00

6.00

7.00 6.50 6.50

6.34

5.06 5.03

5.75 6.04 5.94

5.71

5.22

Propinsi Jawa Barat Kabupaten Bandung Barat

Page 8: bappelitbangda.bandungbaratkab.go.id · Web viewSEJARAH KABUPATEN BANDUNG BARAT. Sebelum terbitnya Undang-Undang Otonomi Daerah, pemekaran Kabupaten Bandung sudah menjadi wacana

5 Cihampelas 367,748.59 387,940.85 405,606.34

6 Cipongkor 339,989.09 355,809.61 370,073.18

7 Batujajar 930,789.31 982,253.05 1,036,058.40

8 Saguling 149,528.87 157,707.36 163,736.20

9 Cipatat 578,299.20 608,504.40 635,467.95

10 Padalarang 2,316,171.57 2,458,040.34 2,598,981.06

11 Ngamprah 716,734.20 761,376.05 805,245.06

12 Parongpong 461,028.69 488,647.85 517,058.89

13 Lembang 1,119,714.37 1,189,326.30 1,261,723.17

14 Cisarua 351,158.35 371,438.98 391,194.10

15 Cikalongwetan 655,195.91 689,960.57 723,306.46

16 Cipeundeuy 368,888.09 388,514.34 406,151.48

Kab. Bandung Barat

9,552,080.77 10,097,320.36 10,624,631.00

Sumber : BPS dan BAPPEDA Kabupaten Bandung Barat 2015

Gambar Struktur Ekonomi Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 (Persentase)

PDRB per kapita atas dasar harga berlaku

menggambarkan besarnya nilai tambah domestik bruto per penduduk secara nominal. PDRB per kapita atas dasar berlaku selama kurun waktu 2013-2015 menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. PDRB per kapita/tahun atas dasar berlaku Kabupaten Bandung Barat tahun 2013 sebesar 15.534.761,- rupiah, tahun 2014 sebesar 17.046.865,- rupiah dan pada tahun ini mencapai 18.529.243,- Rupiah.

PDRB Per Kapita Per Tahun Kabupaten Bandung BaratTahun 2013-2015 (Rupiah)

I-8

Pertanian; 11.46Pertam-bangan;

0.35

Industri; 39.98Perdagangan/ Ho-

tel/ Restoran; 22.76

Jasa-Jasa; 6.89

Lainnya; 18.56

Page 9: bappelitbangda.bandungbaratkab.go.id · Web viewSEJARAH KABUPATEN BANDUNG BARAT. Sebelum terbitnya Undang-Undang Otonomi Daerah, pemekaran Kabupaten Bandung sudah menjadi wacana

2013 2014 2015

13,893,687.40

17,046,865.21 18,529,243.03

5,767,119.01 6,273,529.09 6,520,538.72

PDRB per Kapita ADH Berlaku (Rp) PDRB per Kapita ADH Konstan (Rp)

Catatan *) = Angka Perbaikan **) = Angka Sangat Sementara

VIII. PENDIDIKAN

Pada Tahun 2015, persentase penduduk Kabupaten Bandung Barat usia 10 tahun ke atas yang berpendidikan SD ke bawah sebesar 58,77 persen; tamat SMP sebesar 21,60 persen; tamat SMU/SMK sebesar 16,29 persen; dan sebanyak 3,34 persen yang tamat pendidikan tinggi (Akademi/ Perguruan Tinggi). Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Persentase Tingkat Pendidikan Penduduk Usia 10 Tahun Ke AtasMenurut Jenis Kelamin di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015

NoJenjang

PendidikanPenduduk 10 Tahun Keatas

Laki- laki Perempuan Laki-laki+ Perempuan1 < SD 13,03 15,40 14,202 SD 41,83 45,53 43,643 SLTP sederajat 22,26 22,44 22,354 SMU sederajat 19,19 13,65 16,475 Akademi/PT 3,70 2,98 3,35Kab. Bandung Barat 100 100 100

Sumber : Bappeda dan BPS Kabupaten Bandung Barat, IPM Tahun 2015

Komposisi tingkat pendidikan masyarakat berdasarkan tabel 1.4 di atas, dibandingkan dengan tahun sebelumnya tidak mengalami perubahan yang berarti. Persentase penduduk yang belum/tidak tamat SD dan hanya tamat SD masih tinggi, yaitu mencapai lebih dari 50 persen, walupun telah mengalami penurunan. Diperlukan upaya terobosan yang sungguh-sungguh agar dapat menjamin semua penduduk yang berpendidikan rendah berminat meneruskan sekolahnya dengan tidak dibatasi atribut pendidikan formal. Kemungkinan upaya menyekolahkan kembali penduduk berpendidikan rendah (SD ke bawah) relatif lebih sulit dibandingkan penduduk yang berpendidikan SLTP keatas.

I-9

Page 10: bappelitbangda.bandungbaratkab.go.id · Web viewSEJARAH KABUPATEN BANDUNG BARAT. Sebelum terbitnya Undang-Undang Otonomi Daerah, pemekaran Kabupaten Bandung sudah menjadi wacana

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur partisipasi pendidikan diantaranya adalah Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Sekolah (APS). Indikator-indikator tersebut menunjukkan seberapa besar anak usia menurut tingkat pendidikan tertentu berada dalam lingkup pendidikan dan penyerapan dunia pendidikan formal terhadap penduduk usia sekolah. Usia pendidikan yang dimaksud, untuk SD usianya 7-12 tahun, SLTP usia 13-15 tahun, SLTA usia 16-18 dan perguruan tinggi (PT) usia 19-24.

APK Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang PendidikanDi Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015

No Jenjang PendidikanAPK Tahun 2015

Laki-laki Perempuan Total(1) (2) (3) (4) (5)1 SD 102,09 99,43 100,782 SLTP 96,38 94,97 95,733 SLTA 53,11 63,50 57,88

Sumber : Bappeda dan BPS Kabupaten Bandung Barat, IPM Tahun 2015

Pada tabel terlihat bahwa APK SD untuk laki-laki di Kabupaten Bandung Barat lebih dari 100 persen. Artinya terdapat siswa, baik lebih muda maupun lebih tua, yang berusia di luar batasan usia sekolah dasar (kurang dari 7 tahun atau lebih dari 12 tahun). Hal ini dimungkinkan banyak masyarakat di wilayah Kabupaten Bandung Barat menyekolahkan anaknya ke Sekolah Dasar pada usia 5-6 tahun, disisi lain di daerah pedesaan masih banyak anak yang usianya di atas 12 tahun, tetapi masih duduk dibangku SD.

Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan tingkat partisipasi sekolah penduduk pada satu kelompok umur tertentu yang bersekolah pada tingkat yang sesuai dengan kelompok umurnya. APM selalu lebih rendah dibandingkan APK, karena pembilang APM lebih kecil dari pembilang APK sementara pembaginya sama. APM membatasi usia siswa sesuai dengan usia sekolah dan jenjang pendidikan sehingga angkanya lebih kecil. APM adalah indikator yang menunjukkan proporsi penduduk yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan dan usianya sesuai dengan usia sekolah pada jenjang pendidikan tersebut.

APM menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikandi Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015

I-10

Page 11: bappelitbangda.bandungbaratkab.go.id · Web viewSEJARAH KABUPATEN BANDUNG BARAT. Sebelum terbitnya Undang-Undang Otonomi Daerah, pemekaran Kabupaten Bandung sudah menjadi wacana

SD SLTP SLTA0

20

40

60

80

100

Sumber : Bappeda dan BPS Kabupaten Bandung Barat, IPM Tahun 2015

IX. KESEHATAN

Pemerintah Kabupaten Bandung Barat senantiasa melaksanakan program-program yang bertujuan untuk peningktan kesejahteraan masyarakat,salah satunya yaitu dalam bidang kesehatan. Dilihat dari berbagai indikator, kualitas kesehatan masyarakat Bandung Barat selalu mengalami peningkatan.

Berdasarkan survey Data Makro Sosial tahun 2015, indeks kesehatan pada IPM Kabupaten Bandung Barat mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 indeks kesehatan sebesar 73,84 poin, tahun 2014 sebesar 73,88 poin dan pada tahun 2015 sebesar 73,93 poin. Begitu pula dengan Angka Harapan Hidup (AHH) yang merupakan indikator dalam perhitungan IPM, pada tahun 2013 AHH sebesar 69,30 tahun, tahun 2014 sebesar 69,33 tahun, dan pada tahun 2015 AHH mencapai 69,36 tahun.

Indikator-inditaor kesehatan lainnya dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah:

Kondisi Status Gizi MasyarakatBerdasarkan Indikator BB/TB Tahun 2012 - 2015

No KONDISI 2012 2013 2014 2015

1. Sangat Kurus 0.04 % 0.02 % 0,02 % 0,02 %2. Kurus 3.58 % 2.64 % 3,06 % 2,89 %3. Normal 83.01 % 85.65 % 86,72 % 88,47 %4. Gemuk 13.37 % 11.68 % 10,19 % 8,62 %

Sumber Data : Hasil BPB Dinas Kesehatan, 2015

Kondisi Status Gizi MasyarakatBerdasarkan Indikator BB/U Tahun 2012 - 2015

No STATUS GIZI 2012 2013 2014 2015

1. Gizi Sangat Kurang 1.23 % 0.58 % 0,61% 0,32 %2. Gizi Kurang 7.07 % 6.92 % 6,46 % 6,20 %

I-11

Page 12: bappelitbangda.bandungbaratkab.go.id · Web viewSEJARAH KABUPATEN BANDUNG BARAT. Sebelum terbitnya Undang-Undang Otonomi Daerah, pemekaran Kabupaten Bandung sudah menjadi wacana

No STATUS GIZI 2012 2013 2014 2015

3. Gizi Baik 88.52 % 89.77 % 90,59 % 90,72 %4. Gizi Lebih 3.18 % 2.74 % 2,35 % 2,75 %

Sumber Data : Hasil BPB Dinas Kesehatan, 2015

Dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat Bandung Barat tidak lepas dari faktor sarana, prasarana dan Sumber Daya Manusia yang ada. Tabel berikut menyajikan data sarana dan prasaran yang terdapat di Kabupaten Bandung Barat.

Data Sarana & Prasarana Kesehatan Di Kab. Bandung Barat tahun 2015

No KecamatanR.S/

UPTD RS

R.SBersalin

KlinikPolind

esPuskes

masPustu

PraktikDokter

PraktikBidan

Apotik

1 Cililin 1 0 2 2 2 5 20 40 112 Cihampelas 0 0 2 0 2 3 14 49 103 Sindangkerta 0 0 3 0 2 5 3 44 34 Gununghalu 0 0 3 3 1 5 4 14 25 Rongga 0 0 0 1 1 5 3 15 06 Cipongkor 0 0 0 0 2 3 4 40 07 Batujajar 0 0 6 1 1 3 7 33 128 Lembang 1 1 8 7 4 6 25 58 139 Parongpong 0 0 8 2 2 3 11 66 8

10 Cisarua 1 0 3 4 2 5 5 32 611 Ngamprah 2 0 5 6 2 3 46 80 1812 Padalarang 1 0 24 2 3 3 56 48 1713 Cipatat 0 0 6 7 3 4 9 48 614 Cipeundeuy 0 0 2 9 2 4 5 43 115 Cikalong.Wtn 0 0 3 15 2 4 11 34 316 Saguling 0 0 1 0 1 0 2 38 0

TOTAL 6 1 76 59 32 61 225 645 110 Sumber: Dinas Kesehatan, Kab. Bandung Barat Tahun 2015

X. POTENSI UNGGULAN DAERAH

A. PERTANIANSektor pertanian merupakan unggulan di Kabupaten Bandung Barat, hal ini

terlihat pula dari sebagian besar angkatan kerja penduduk Kabupaten Bandung Barat bekerja di sektor pertanian yaitu sebesar 27,5%. Berkaitan dengan Visi dan Misi Kabupaten Bandung Barat, sektor pertanian menjadi perhatian utama yaitu dengan rencana pengembangan agroindustri.

Kabupaten Bandung Barat mempunyai potensi beberapa komoditas unggulan komparatif maupun kompetitif di bidang pertanian tanaman hortikultura yaitu sayuran, buah-buahan yang terdiri dari alpukat, jambu biji, pisang, pepaya, sirsak. Potensi komoditas sayuran yang cukup strategis dikembangkan di Kabupaten Bandung Barat yaitu kentang, kembang kol, tomat, cabe merah, cabe

I-12

Page 13: bappelitbangda.bandungbaratkab.go.id · Web viewSEJARAH KABUPATEN BANDUNG BARAT. Sebelum terbitnya Undang-Undang Otonomi Daerah, pemekaran Kabupaten Bandung sudah menjadi wacana

rawit, bawang daun, kubis, buncis, labu siam, lobak, wortel, terung, ketimun, kangkung dan lain-lain, sedangkan dari potensi komoditas tanaman hias, Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu penghasil terbsesar pada skala nasional, beberpa tanman hias yang menjadi andalan diantaranya Bunga krisan, anggrek, anthurium, melati, palem, sedap malam, dracanea, mawar, gerbera, anyelir galdiol dan helicona. Sebaran komoditas tersebut terletak di sebelah utara Kabupaten Bandung Barat yaitu di Kecamatan Lembang, Parongpong dan Cisarua.

Selain komoditas tersebut, Kabupaten Bandung Barat juga mempunyai komoditas yang cukup strategis untuk dikembangkan di sebelah selatan Kabupaten Bandung Barat yaitu padi sawah, jagung, dan kacang-kacangan.

Tabel Data Potensi Luas Tanam, Luas Panen dan Produktivitas Tanaman Pangan di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013 - 2014

No Komoditas

Potensi tahun 2013 Potensi tahun 2014 Luas

Tanam (Ha)

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Luas Tanam

(Ha)

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

1 Padi Sawah 35.478 37.093 235.748 6,36 39.508 37.536

2 Padi Ladang 4.785 4.538 16.755 3,69 4.216 5.463

3 Jagung 3.258 2.951 17.329 5,87 3.476 1.948

4 Ubi Kayu 3.315 3.719 67.254 18,08 3.656 3.607

5 Ubi Jalar 423 438 5.478 12,51 374 460

6 Kacang Kedelai 602 570 777 1,36 1.712 1.763

7 Kacang Tanah 359 423 551 1,30 265 336 Sumber Data : Distanbunhut, Kab. Bandung Barat, 2014

B. PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN

Berdasarkan data rekapitulasi, komoditas perkebunan yang memberi paling banyak kontribusi produksi di 16 Kecamatan yaitu: teh, kelapa, karet dan kopi. Area perkebunan terluas berada di 3 Kecamatan yaitu: Cipatat, Cipeundeuy, dan Cikalongwetan. Di Kabupaten Bandung Barat terdapat dua jenis perkebunan yaitu perkebunan rakyat dan perkebunan milik negara. Potensi komoditas perkebunan yang cukup strategis untuk dikembangkan diantaranya kelapa, teh, aren, cengkeh, kopi, karet, kakao, lada, paneli, niam, serehwangi, kemiri, kapuk, jahe, tembakau, jarak dan kapulaga.

Data potensi Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) di Kabupaten Bandung Barat

I-13

Page 14: bappelitbangda.bandungbaratkab.go.id · Web viewSEJARAH KABUPATEN BANDUNG BARAT. Sebelum terbitnya Undang-Undang Otonomi Daerah, pemekaran Kabupaten Bandung sudah menjadi wacana

C. PETERNAKAN DAN PERIKANAN

Sapi perah merupakan salah satu ternak unggulan Kabupaten Bandung Barat. Populasi ternak terbanyak terdapat di Kecamatan Lembang, Cisarua dan Parongpong. Selain faktor ketersediaan pakan, wilayah tersebut juga merupakan wilayah dataran tinggi dengan suhu yang sejuk dan cocok bagi perkembangan optimal sapi perah.

Sapi potong di Kabupaten Bandung Barat terdapat di 3 kecamatan, dimana lingkungan dan kondisi alamnya mendukung bagi pertumbuhan sapi potong. Populasi kerbau tersebar di 13 Kecamatan, dengan populasi tertinggi terdapat di Kecamatan Rongga. Ternak domba tersebar di 16 Kecamatan. Hal ini dikarenakan ternak domba merupakan komoditi yang mudah beradaptasi dan hidup dimanapun, baik di dataran rendah dan tinggi. Kecamatan yang merupakan sentra domba diantarannya kecamatan: Rongga, Gununghalu dan Padalarang. Selanjutnya populasi kambing di Kabupaten Bandung Barat tersebar di 16 Kecamatan kecuali di Kecamatan Cipatat, Cisarua, Ngamprah, Lembang dan Parongpong yang saat ini kontribusi ternaknya masih sangat kecil. Tetapi pemanfaatan daging kambing relatif kurang diminati untuk konsumsi, selama ini produksi ternak kambing dijual keluar Kabupaten Bandung Barat seperti ke Jakarta, Karawang, Bekasi dan daerah lainnya. Sentra populasi kambing terdapat di Kecamatan Clililin dan Cipongkor.,

Rekapitulasi Populasi TernakKabupaten Bandung Barat Tahun 2012 - 2015

No

Populasi Ternak

Tahun2012 2013 2014 2015

Ternak

I-14

No NamaPerkebunan

NamaPerusahaan

Jenis Tanaman

Luas Tanam (ha)

Produktivitas (Kg/hektar)

1 Nyalindung PT. NyalindungKaret 439.960,00 2.090Teh - -

2 Montaya PT. Perkebunan Nusantara VIII Teh 706,82 2.817

3 Panglejar (Pangheotan)

PT. Perkebunan Nusantara VIII

Teh 1.266,53 2.351Karet 1.198,75 2.022

4 Bayabang Pasir Ucing

PT. PP. Bayabang Indonesia

Kakao 811,62 2.218Karet 642,67 1.140

5 Nyomplong Rawa Asih Sri Budaya Sakti Kakao - -

6 Cimangsud PT. Wiria CakraKaret 200,00 -Kakao - -

7 Lembang Dano PT. Lembang Dano I Teh - -

8 Gunung Masigit PT. Siwano Jaya Sakti Karet 53,62 -

Sumber Data :Distanbunhut, Kab. Bandung Barat, 2015

Page 15: bappelitbangda.bandungbaratkab.go.id · Web viewSEJARAH KABUPATEN BANDUNG BARAT. Sebelum terbitnya Undang-Undang Otonomi Daerah, pemekaran Kabupaten Bandung sudah menjadi wacana

1 Sapi Potong 7.435 5.185 6.529 6.3092 Sapi Perah 41.795 33.795 34.664 35.8533 Domba 433.155 437.487 441.249 446.2804 Kambing 350.18 35.106 35.429 35.2815 Kuda 3.376 3.384 3.432 3.4016 Kerbau 3.523 3.558 3.581 3.630

Unggas1 Ayam Buras 1.794.425 1.812.369 1.829.768 1.848.7982 Ayam Pedaging 4.290.036 4.300.761 4.049.754 4.322.2923 Ayam Petelur 179.755 179.980 182.608 180.4304 Itik 232.878 235.207 237.138 239.934

Sumber Data : Dinas Peternakan & Perikanan, Kab. Bandung Barat, 2015

Tabel data Potensi Unggulan Komoditas Hasil PeternakanKabupaten Bandung Barat Tahun 2012 - 2014

No Komoditas Peternakan

Produktivitas (Tahun)2012

(Kg/Tahun)2013

(Kg/Tahun)2014

(Kg/Tahun)1 Daging Sapi 3.020.000 4.354.433 3.334.0002 Daging Ayam 20.669.000 20.721.000 20.269.0003 Daging Domba 1.120.000 1.491.000 1.486.1504 Susu 88.476.671 71.541.300 77.049.0615 Telur ayam 1.652.000 1.654.000 1.660.0006 Telur ITik 710.000 793.000 875.000

Sumber Data : Dinas Peternakan & Perikanan, Kab. Bandung Barat, 2014

Kabupaten Bandung Barat yang memiliki 2 (dua) waduk besar di Jawa

Barat yang memiliki potensi besar. Selama ini waduk tersebut dimanfaatkan sebagai tempat usaha budidaya ikan di Kolam Jaring Apung (KJA). Wilayah yang potensial penyumbang terbesar pada usaha KJA ini adalah Kecamatan Cipeundeuy (waduk Cirata) yaitu sekitar 59% produksi total produksi KJA. Selain itu usaha perikanan lainnya yang terdapat di Kabupaten Bandung Barat yaitu usaha pembenihan ikan, usaha budidaya ikan pada kolam air tenang, minapadi, dan penangkapan ikan di perairan umum.

Tabel Produksi Komoditas Perikanan UnggulanKabupaten Bandung Barat Tahun 2013-2014

No Komoditas

Tahun 2013 2014KAT(ton)

Mina Padi (ton)

KJA(ton)

KAT(ton)

Mina Padi (ton)

KJA(ton)

1 Mas 289,40 5,50 18.038,22 260.46 1,92 19.8422 Nila 414,48 10,45 15.245,80 435.21 9,19 16.5343 Patin - - 2.650,82 858.27 - 555,534 Lele 802,12 - 601,77 71.74 - 3.3905 Gurame 69,34 - 120,41 5.88 - 506 Lain-lain 7,05 - 68,59 7.05 - 27

Jumlah 1.582,38 15,95 36.725,60 1.638,61 11.11 40.398.03 Sumber Data : Dinas Peternakan & Perikanan, Kab. Bandung Barat, 2014

KAT : Kolam Air Tenang, KJA : Kolam Jaring Apung

I-15

Page 16: bappelitbangda.bandungbaratkab.go.id · Web viewSEJARAH KABUPATEN BANDUNG BARAT. Sebelum terbitnya Undang-Undang Otonomi Daerah, pemekaran Kabupaten Bandung sudah menjadi wacana

Data Budi Daya PerikananDi Kabupaten Bandung Barat Tahun 2012 -2015

No Kecamatan Pembenihan (Ha)

KAT(Ha)

Mina Padi (Ha)

KJA (Ptk)

1 Lembang - 9.69 - -2 Parongpong - 0.55 - -3 Cisarua - 4.20 - -4 Cikalongwetan - 19.00 16.70 -5 Cipeundeuy 43.10 73.30 50.88 25.8126 Ngamprah 1.00 10.66 9.20 -7 Cipatat 3.50 46.66 10.00 -8 Padalarang 1.70 11.01 - -9 Batujajar - 4.04 - 90

10 Cihampelas 1.57 13.29 - 1.99511 Cililin - 9.88 5.50 3.45012 Cipongkor 1.00 15.09 - 43613 Rongga 1.50 3.86 5.00 -14 Sindangkerta - 17.53 19.00 -15 Gununghalu 8.45 38.39 15.50 -16 Saguling - 2.42 - 538

Jumlah 2015 64.02 241.45 131.78 32.321Jumlah 2014 43.99 254.05 94.32 33.046Jumlah 2013 - 260.67 105.42 -Jumlah 2012 - 274.39 131.78 -

Sumber Data : Dinas Peternakan & Perikanan, Kab. Bandung Barat, 2015

D. PARIWISATA

Berdasarkan kondisi geografisnya, Kabupaten Bandung Barat memiliki potensi pariwisata yang cukup banyak terutama wisata yang bertema alam. Pengembangan wisata alam yang ramah lingkungan menjadi salah sasaran utama pembangunan Kabupaten Bandung Barat.

Dalam Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan KBB disebutkan bahwa rencana pembangunan kawasan wisata daerah diarahkan pada: ekowisata, wisata agro, desa wisata, wisata danau, wisata budaya dan pembangunan terminal tour. Lokasi ekowisata di Kabupaten Bandung Barat dibagi kedalam 3

I-16

2010 2011 2012 2013 2014 -

5,000.00

10,000.00

15,000.00

20,000.00

25,000.00

30,000.00

35,000.00

40,000.00

45,000.00

Data Produksi Ikan Tahun 2010-2014

Jum

lah

(Kg)

Page 17: bappelitbangda.bandungbaratkab.go.id · Web viewSEJARAH KABUPATEN BANDUNG BARAT. Sebelum terbitnya Undang-Undang Otonomi Daerah, pemekaran Kabupaten Bandung sudah menjadi wacana

(tiga jalur) utama, yaitu jalur utara yang meliputi lokasi Gunung Tangkubanparahu, Bumi Perkemahan Cikole, Penangkaran Buaya, Jayagiri (Lintas Hutan), Maribaya, Curug Omas, dan Taman Yunghun di Kecamatan Lembang, Situ Lembang, Taman Bunga Cihideung, dan Taman Wisata Berkuda di Kecamatan Parongpong, Curug Cimahi serta Curug Panganten di Kecamatan Cisarua.

Di jalur selatan terdapat lokasi ekowisata Gunung Padang di Kecamatan Sindangkerta, Curug Malela di Kecamatan Rongga, Bumi Perkemahan Curug Sawer, Situs Batu Payung, dan Situs Mundinglaya di Kecamatan Cililin. Di jalur barat terdapat lokasi ekowisata Situ Ciburuy di Kecamatan Padalarang, Goa Pawon, Goa Terusan Air Sanghiang Tikoro, Pemandian Air Panas, dan Curug Jawa di Kecamatan Cipatat, Waduk Saguling, dan Air Panas Cibaligo di Kecamatan Ngamprah, Bumi Perkemahan Sela Gombong, dan Perkebunan Teh Panglejar di Kecamatan Cikalongwetan, serta Waduk Cirata di Kecamatan Cipeundeuy.

Sedangkan untuk Wisata Agro, dibagi ke dalam beberapa jenis, yaitu: wisata agro perkebunan dan budidaya tanaman perkebunan serta penataan kebun, wisata agro tanaman hias, buah-buahan, sayuran dan sejenisnya, wisata agro tanaman pangan, peternakan, perikanan, kehutanan dan wisata agro industri. Adapun arahan pembangunannya meliputi wilayah Kecamatan Cisarua, Cikalongwetan, Lembang, Gununghalu, Rongga dan Cililin.

FOTO

E. ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

Di wilayah Kabupaten Bandung Barat terdapat 2 (dua) Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yaitu PLTA Saguling dan PLTA Cirata, namun area pelayanan jaringan listriknya diperuntukan untuk sambungan jaringan listrik Jawa-Bali. Selain itu, akan dibangun pula pembangkit listrik lainnya dengan sistem Pump Storage yaitu di wilayah Kecamatan rongga yang menggunakan aliran sungai Cisokan.

Dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat Bandung Barat khususnya dalam penyediaan jaringan listrik bagi masyarakat miskin, dilaksanakan pembangunan jaringan listrik perdesaan yang meliputi pemasangan Sambungan Rumah dan Instalasi Rumah dengan sumber dana dari APBD Kabupaten Bandung Barat dan APBN.

Sebagai lapangan usaha yang memiliki kontribusi cukup besar dalam hal PDRB kabupaten, sektor pertambangan merupakan salah satu sektor andalan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Potensi bahan galian di Kabupaten Bandung Barat cukup banyak dan tersebar di berbagai wilayah, yaitu Kecamatan Cihampelas, Padalarang, Sindangkerta, Cipatat, Cikaongwetan,

I-17

Page 18: bappelitbangda.bandungbaratkab.go.id · Web viewSEJARAH KABUPATEN BANDUNG BARAT. Sebelum terbitnya Undang-Undang Otonomi Daerah, pemekaran Kabupaten Bandung sudah menjadi wacana

Batujajar dan Cililin, dengan jenis komoditas yang beragam pula yaitu andesit, tanah urug, pasir, kapur, dan batuan lainnya.

Dalam hal potensi energi khususnya energi terbarukan, Kabupaten Bandung Barat memiliki cadangan energi panas bumi yang cukup besar yaitu sekitar 100 Mwe (Mega Watt Electric) di wilayah Gunung Tangkubanparahu.

F. PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

Kontribusi sektor industri terhadap PDRB tahun 2015 sebesar 42,82%. Adapun Jumlah perusahaan industri berdasarkan jenisnya yaitu industri besar, menengah dan pada tahun 2015 tercatat sebanyak 235 unit yang terdiri dari 83 industri besar, 70 industri menengah dan 82 industri kecil. Jumlah tersebut mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun 2014, yaitu 80 industri besar, 65 industri menengah dan 80 industri kecil.

Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB tahun 2015 sebesar 21,95%. Dalam hal perdagangan khususnya pasar tradisional, di Kabupaten Bandung Barat terdapat 9 unit pasar tradisional yang dikelola pemerintah daerah, yaitu Pasar Panorama Lembang, Pasar Cisarua, Pasar Tagog Padalarang, Pasar Curug Agung, Pasar Rajamandala, Pasar Cililin, Pasar Batujajar, Pasar Sindangkerta, serta Pasar Cikalongwetan.

Adapun Nilai Ekspor Bersih Perdagangan di Kabupaten Bandung Barat pada Tahun 2015 sebesar Rp.460.911.624,14, meningkat apabila dibandingkan dengan nilai pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp. 391.186.762,27

G. KOPERASI DAN UMKM

Jumlah koperasi di Kabupaten Bandung Barat sejak tahun 2008 hingga 2011 terus mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2008 terdapat 576 koperasi, tahun 2009 sebanyak 608 unit, tahun 2010 sebanyak 638 unit, sedangkan pada tahun 2015 mencapai 854 unit dan 424 unit diantaranya adalah koperasi aktif atau sebesar 49,65%. Bila dibanding tahun 2014, terjadi peningkatan yaitu pada tahun 2014 terdapat 823 unit koperasi dan yang aktif sebanyak 397 atau 48,24%.

I-18

20132014

2015

75 80 8355 65 70

74 80 82

Jumlah Industri

Industri Besar Industri MenengahIndustri Kecil

Page 19: bappelitbangda.bandungbaratkab.go.id · Web viewSEJARAH KABUPATEN BANDUNG BARAT. Sebelum terbitnya Undang-Undang Otonomi Daerah, pemekaran Kabupaten Bandung sudah menjadi wacana

Sedangkan jumlah UMKM pada tahun 2014 yang dibina sebanyak 2.286 unit dan pada tahun 2015 sebanyak 2.658 unit. Jenis-jenis UKM / UMKM yang terdapat di Kabupaten Bandung Barat diantaranya bergerak di bidang usaha makanan kerajinan, hiasan, dan aksesoris.

XI. INVESTASI / PENANAMAN MODAL

Iklim investasi di Kabupaten Bandung Barat dapat dikatakan sangat baik dan kondusif, hal ini dapat terlihat dari data investasi yang masuk ke Bandung Barat dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Dalam 3 (tiga) tahun terakhir yaitu tahun 2013 – 2015 jumlah investor skala nasional PMDN meningkat dari 57 perusahaan pada tahun 2013 perusahaan menjadi 77 perusahaan pada tahun 2014 dan 832 perusahana pada tahun 2015, begitu pula pada (Penanaman Modal Asing (PMA) meningkat dari 53 perusahaan pada tahun 2013 menjadi 61 perusahaan pada tahun 2014 dan pada tahun 2015 sebanyak 78 perusahaan.

Hal ini berpengaruh pada nilai investasi yang ditanamkan di Bandung Barat yaitu sebesar Rp.9,7 Triliun pada tahun 2012, Rp.10,6 Trilyun pada tahun 2013 meningkat menjadi RP.13,7 Trilyun pada pada tahun 2014 yang terdiri dari Rp.6,872 T merupakan PMA dan Rp.6,863 T PMDN, dan pada tahun 2015 mencapai Rp.15 Triliun.

I-19

2010 2011 2012 2013 2014 20150

100200300400500600700800900

640 672735 757

823 854

327 344 340 352397 424

Jumlah Koperasi

Jumlah Koperasi Koperasi Aktif

Page 20: bappelitbangda.bandungbaratkab.go.id · Web viewSEJARAH KABUPATEN BANDUNG BARAT. Sebelum terbitnya Undang-Undang Otonomi Daerah, pemekaran Kabupaten Bandung sudah menjadi wacana

Jenis industri sasaran investasi di Kabupaten Bandung Barat cukup beragam, seperti halnya untuk investasi PMA, bidang industrinya terdiri dari Industri makanan, tekstil, kayu, kertas dan percetakan, kimia dan farmasi, karet dan plastik, instrumen kedokteran, presisi, optik dan jam, hotel dan restoran, serta Perumahan, Kawasan Industri & Perkantoran. Sedangkan untuk PMDN adalah industri pertambangan, makanan, tekstil, kayu, kertas dan percetakan, karet dan plastik serta indutri lainnya. Adapun lokasi industri baik PMA maupun PMDN sebagian besar terdapat di Kecamatan Batujajar, Padalarang, dan Ngamprah serta sebagian kecil di Kecamatan Cipatat dan Cipeundeuy.

XII. PEKERJAAN UMUM DAN SARANA LAINNYA

Kondisi infrastrukutur dasar seperti jalan, jembatan dan irigasi di Kabupaten Bandung Barat dari tahun 2008 hingga 2015 terus dilakukan perbaikan baik kualitas maupun kuantitasnya, karena infrastruktur tersebut merupakan salah satu faktor utama untuk mendukung berbagai kegiatan masyarakat baik dalam hal ekonomi, sosial maupun aspek lainnya.

Kabupaten Bandung Barat memiliki ruas jalan kabupaten sepanjang 553,65 Km. Adapun berdasarkan kondisi jalan kabupaten pada tahun 2015, sepanjang 276,72 Km kondisinya baik (49,91%), 76,55 Km kondisinya sedang (13,83%), 72,25 Km kondisinya rusak ringan (13,23%) dan 127,53 Km dalam kondisi rusak berat (23,03%).

I-20

2012 2013 2014 2015 -

1,000,000,000,000

2,000,000,000,000

3,000,000,000,000

4,000,000,000,000

5,000,000,000,000

6,000,000,000,000

7,000,000,000,000

8,000,000,000,000

Nilai Investasi PMA dan PMDN

Nila

i Inv

esta

si

Page 21: bappelitbangda.bandungbaratkab.go.id · Web viewSEJARAH KABUPATEN BANDUNG BARAT. Sebelum terbitnya Undang-Undang Otonomi Daerah, pemekaran Kabupaten Bandung sudah menjadi wacana

2013 2014 20150.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

300.00

166.3

248.19

276.32

120.64

81.9376.55

157.03

87.6273.25

109.68

135.91 127.53

Panjang Jalan Kabupaten pada Berbagai Kondisi (Km)

BaikSedangRusak RinganRusak Berat

Sebagai sarana vital dalam hal transportasi, keberadaan terminal sangat penting adanya dalam suatu daerah. Di Kabupaten Bandung Barat terminal yang tersedia hanya kelas B dan C dengan jumlah masing-masing 2 dan 3 buah

Sarana irigasi yang terdapat di Kabupaten Bandung Barat terdiri dari Irigasi Teknis sebanyak 8 Daerah Irigasi (DI), Irigasi Semi Teknis sebanyak 6 DI dengan cakupan 3.312 ha, Irigasi Sederhana sebanyak 2 DI, Irigasi Pedesaan sebanyak

529 DI dengan total cakupan sebesar 37.000 ha.

XIII. RENCANA PENATAAN RUANG

I-21

Page 22: bappelitbangda.bandungbaratkab.go.id · Web viewSEJARAH KABUPATEN BANDUNG BARAT. Sebelum terbitnya Undang-Undang Otonomi Daerah, pemekaran Kabupaten Bandung sudah menjadi wacana

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah, Kedudukan Kabupaten Bandung Barat pada lingkup nasional berada pada kawasan strategis nasional (KSN) kawasan perkotaan cekungan Bandung.

Di dalam rencana pengembangan wilayah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bandung Barat termasuk ke dalam wilayah pengembangan Cekungan Bandung dan sekitarnya. Wilayah pengembangan Cekungan Bandung meliputi Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, Kota

Bandung dan Kota Cimahi. Wilayah pengembangan Cekungan Bandung merupakan kawasan yang berkembang pesat yang memerlukan pengendalian pemanfaatan ruang terutama di kawasan yang berfungsi sebagai kawasan resapan air. Kegiatan ekonomi di wilayah pengembangan Cekungan Bandung diarahkan pada kegiatan yang mampu mengendalikan pencemaran air, udara dan sampah. Dalam hal ini kegiatan ekonomi utama difokuskan pada perdagangan dan jasa sebagai kegiatan unggulan untuk kawasan perkotaan.

Di wilayah Kabupaten Bandung Barat tedapat 6 Kawasan Strategis Kabupaten, yaitu KSK Perkotaan Padalarang, KSK Agribisnis, KSK Cikalongwetan, KSK Cirata, KSK Saguling dan KSK KBB Bagian Selatan, juga terbagi ke dalam 4 Wilayah Pengembangan yaitu WP Cikalongwetan, Cililin, Lembang dan Ngamprah-Padalarang. Selain itu pengembangan Wilayah Cekungan Bandung diarahkan sebagai pusat pengembangan sumberdaya manusia dalam rangka mendukung pengembangan sektor unggulan pertanian hortikultura, industri, perdagangan

dan jasa, pariwisata, perkebunan, serta perdagangan dan jasa.

I-22