irenneagustina.files.wordpress.com · web viewidentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia...

59
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI PERCOBAAN IV IDENTIFIKASI KANDUNGAN KIMIA SIMPLISIA Disusun oleh : Nama : 1. Kintyas Asokawati (G1F014069) 2. Irenne Agustina Tanto (G1F014071) 3. Alifah Itmi Mushoffa (G1F014073) 4. Gasti Giopenra Benarqi (G1F014075) Golongan / Kelompok : IVA / Radix 2 Nama Asisten : Nisadiyah, Curie, Retno Tanggal Praktikum : 7 Desember 2015 Dosen Pembimbing : Harwoko, M.Sc.,Apt.

Upload: lecong

Post on 05-May-2018

259 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PERCOBAAN IV

IDENTIFIKASI KANDUNGAN KIMIA SIMPLISIA

Disusun oleh :

Nama : 1. Kintyas Asokawati (G1F014069)

2. Irenne Agustina Tanto (G1F014071)

3. Alifah Itmi Mushoffa (G1F014073)

4. Gasti Giopenra Benarqi (G1F014075)

Golongan / Kelompok : IVA / Radix 2

Nama Asisten : Nisadiyah, Curie, Retno

Tanggal Praktikum : 7 Desember 2015

Dosen Pembimbing : Harwoko, M.Sc.,Apt.

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2015

Page 2: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

1

IDENTIFIKASI KANDUNGAN KIMIA SIMPLISIA

I. TUJUAN PRAKTIKUM

Mampu melakukan reaksi warna terhadap simplisia nabati agar

diketahui beberapa kandungan kimia.

II. PENDAHULUAN

Tumbuhan memiliki banyak kandungan senyawa kimia yang dapat

dimanfaatkan sebagai bahan obat. Terkadang, banyak penyakit yang tidak

dapat disembuhkan dengan obat kimia melainkan dapat disembuhkan dengan

obat alami dari tumbuhan (Depkes RI, 1995).

Untuk mengetahui mutu dari simplisia yang akan kita gunakan,

dapat dilakukan pemeriksaan yaitu secara organoleptik, makroskopik,

mikroskopik, serta secara kimia. Mengetahui kandungan senyawa apa saja

yang terkandung dalam simplisia yang akan kita gunakan juga penting dalam

pemanfaatan simplisia tersebut untuk pengobatan (Depkes RI, 2007).

Dari uraian tersebut maka praktikan melakukan identifikasi simplisia,

uji kemurnian, dan skrining fitokimia sehingga dapat diketahui kemurnian

dan senyawa apa saja yang terkandung dalam simplisia tersebut. Identifikasi

kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk

mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji secara

kualitatif adanya senyawa kandungan dalam sampel yang digunakan seperti

misalnya tanin, saponin, flavonoid, steroid terpenoid, alkaloid, serta

kandungan kimia lainnya (Depkes RI, 2007).

Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa yang

terdapat pada suatu tanaman. Hal ini berfungsi sebagai data awal untuk

menentukan metode ekstraksi yang akan digunakan agar komponen aktif

yang terdapat pada sampel dapat diekstrasi secara optimal (Gembog, 2001).

Polifenol

Ditimbang sebanyak 1 gram simplisia kedalam tabung reaksi.

Ditambahkan 5 ml air suling, diekstrak dengan ultrasonik selama 20 menit,

Page 3: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

2

didinginkan dalam campuran air dan es batu. Disentrifuse selama 20 menit

dengan kecepatan 2000 rpm. Sebanyak 25 pl dari larutan pipet kedalam

tabung reaksi . Ditambahkan air suling hingga volume 1 ml. Ditambahkan

berturut- turut 0.5ml larutan Folin Ciocalteau dan 2,5 ml larutan sodium

karbonat 20%. Dikocok hingga homogen. Dibiarkan selama 40 menit dan

warna biru yang terbentuk dibaca dengan spektrofotometer pada panjang

gelombang 725 rpm. Untuk larutan standar ditimbang 10 mg katekin.

Dilarutkan dengan 50 ml air, dipipet masing-masing dari larutan standar 10,

20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90 dan 100 pl. Penambahan pereaksi selanjutnya

sama seperti pada contoh (Gembog, 2001).

Tanin

Tanin merupakan senyawa yang memiliki sejumlah gugus hidroksi

fenolik yang banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan. Terdapat pada bagian

tertentu dari tumbuhan, seperti daun, buah dan batang. Tanin merupakan

senyawa yang tidak dapat dikristalkan, dan membentuk senyawa tidak larut

yang berwarna biru gelap atau hitam kehijauan dengan logam besi. Tanin

terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh dalam angiospermae terdapat

khusus pada jaringan kayu. Menurut batasannya tanin dapat bereaksi

dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air. Di

dalam tumbuhan, letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma,

tetapi bila jaringan rusak misalnya bila hewan memakannya, maka reaksi

penyamakan dapat terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar

dicapai oleh cairan pencerna hewan. Salah satu fungsi utama tanin dalam

tumbuhan ialah sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan (Gunawan,

2004).

Alkaloida

Alkaloida merupakan senyawa organik yang bersifat basa, memiliki

atom nitrogen dan pada umumnya memiliki aktivitas fisiologi. Pada dunia

tumbuh-tumbuhan, alkaloida terdapat pada berbagai famili dan bangsa.

Alkaloida ditemukan pada berbagai bagian dari tumbuhan seperti pada biji,

buah, daun, batang dan akar. Pereaksi yang umum untuk uji alkaloida adalah

Page 4: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

3

pereaksi Bouchardat (Iodium dalam kalium iodida), pereaksi Mayer (Kalium

Merkuri Iodida), dan Dragendorff (Kalium Bismuth Iodida). Kebanyakan

alkaloida berupa zat padat yang berbentuk kristal. Alkaloida biasanya tidak

berwarna dan mempunyai rasa pahit, sangat sukar larut dalam air, tetapi

garamnya yang terbentuk dengan asam selalu mudah larut dalam air,

Alkaloida bebas mudah larut dalam eter, kloroform dan pelarut lainnya yang

bersifat non polar (Mutiatikum et al., 2010).

Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang

kebanyakan heterosiklik dan terdapat ditetumbuhan (tetapi ini tidak

mengecualikan senyawa yang berasal dari hewan). Asam amino, peptida,

protein, nukleotid, asam nukleik, gula amino dan antibiotik biasanya tidak

digolongkan sebagai alkaloid. Dengan prinsip yang sama, senyawa netral

yang secara biogenetik berhubungan dengan alkaloid termasuk digolongan ini

(Mutiatikum et al., 2010).

Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut kesamaan sumber asal

molekulnya (precursors), didasari dengan metabolisme pathway (metabolic

pathway) yang dipakai untuk membentuk molekul itu. Kalau biosintesis dari

sebuah alkaloid tidak diketahui, alkaloid digolongkan menurut nama

senyawanya, termasuk nama senyawa yang tidak mengandung nitrogen

(karena struktur molekulnya terdapat dalam produk akhir, sebagai contoh:

alkaloid opium kadang disebut "phenanthrenes"), atau menurut nama

tumbuhan atau binatang dimana senyawa itu diisolasi. Jika setelah alkaloid itu

dikaji, penggolongan sebuah alkaloid diubah menurut hasil pengkajian itu,

biasanya mengambil nama amine penting-secara-biologi yang mencolok

dalam proses sintesisnya (Mutiatikum et al., 2010).

Saponin

Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar

luas pada tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk larutan koloidal

dalam air dan membentuk busa yang mantap jika dikocok dan tidak hilang

dengan penambahan asam (Leswara, 2005).

Saponin adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak

macam tanaman. Saponin ada pada seluruh tanaman  dengan konsentrasi

Page 5: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

4

tinggi pada bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman

dan tahap pertumbuhan. Fungsi dalam tumbuh-tumbuhan tidak diketahui,

mungkin sebagai bentuk penyimpanan karbohidrat, atau merupakan waste

product dari metabolisme tumbuh-tumbuhan. Kemungkinan lain adalah

sebagai pelindung terhadap serangan serangga (Leswara, 2005).

Sifat-sifat Saponin adalah:

a.    Mempunyai rasa pahit

b.    Dalam larutan air membentuk busa yang stabil

c.    Menghemolisa eritrosit

d.   Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi

e.    Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidrok-sisteroid lainnya

f.     Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi

g.    Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula

empiris yang mendekati.

Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan tegangan

permukaan (surface tension). Dengan hidrolisa lengkap akan dihasilkan

sapogenin (aglikon) dan karbohidrat (hexose, pentose dan saccharic acid).

Flavonoida

Flavonoida merupakan senyawa polifenol yang mempunyai struktur

dasar C6-C3-C6. Golongan terbesar flavonoida mempunyai cincin piral yang

menghubungkan rantai karbonnya. Senyawa flavonoida selalu terdapat pada

tumbuhan dalam bentuk glikosida dimana satu atau lebih gugus hidroksi fenol

berikatan dengan gula. Gugus hidroksil selalu terdapat pada atom C 5 dan 7

pada cincin A dan juga pada atom C 3’, 4’ dan 5’ pada cincin B. Flavonoida

berupa senyawa yang larut dalam air dan tetap ada dalam lapisan air setelah

ekstrak ini dikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoida berupa senyawa

fenol, karena itu warnanya berubah bila ditambahkan basa atau amonia.

Flavonoida mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu

menunjukkan pada pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar UV dan

spektrum sinar tampak. Flavonoida umumnya terdapat dalam tumbuhan,

terikat pada gula sebagai glikosida. Flavonoida merupakan senyawa golongan

fenol alam bersifat antibakteri (Mutiatikum et al., 2010).

Page 6: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

5

Katekol

Katekol adalah benzena diol memiliki rumus C6H 4(OH)2. Ini

adalah isomer dari resorsinol dan hidroquinon . Katekol pertama kali pada

tahun 1839 oleh kimiawan Jerman Hugo Reinsch dengan mencoba

untuk menyaring katekin dari getah pohon akasia . Ia menemukan bahwa

catechin terdekomposisi selama pemanasan untuk katekol. Produksi industri

katekol berlangsung melalui oksidasi fenol dengan hidrogen

peroksida (Mutiatikum et al., 2010).

Sekitar 50% dari katekol sintetis yang dihasilkan digunakan untuk

pembuatan insektisida . Aplikasi lain meliputi pembuatan parfum dan obat-

obatan . Ada juga sebuah blok bangunan umum dalam sintesis organik

(Mutiatikum et al., 2010).

Pada salah satu tahap pemrosesan hasil panen padi, gabah ditumbuk

dengan lesung atau digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas

dari isinya. Bagian isi inilah, yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau

bahkan hitam, yang disebut beras (Leswara, 2005).

Pati

Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam

air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan

utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan

kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang.

Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai sumber energi yang

penting (Gembog, 2001).

Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin,

dalam komposisi yang berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras (pera)

sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket. Amilosa memberikan

warna ungu pekat pada tes iodin sedangkan amilopektin tidak

bereaksi (Poedjiadi, 2009).

Page 7: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

6

Lendir

Lendir atau getah adalah istilah umum untuk menyebut cairan kental

yang keluar dari tubuh, baik tumbuhan maupun hewan. Namun demikian,

penggunaan getah pada hewan terbatas, yaitu untuk menyebut

cairan limfa (getah bening) (Syamsuni, 2007).

Pada tumbuhan, getah adalah segala sesuatu yang bersifat cair dan

kental yang keluar dari batang atau daun yang terluka. Dengan demikian tidak

dibedakan apakah cairan itu merupakan cairan nutrisi dari pembuluh

tapis, lateks, atau resin. Lateks dan resin merupakan cairan yang dihasilkan

dari pembuluh khusus. Bagi tumbuhan fungsinya adalah sebagai alat

pertahanan diri (Gunawan, 2004).

Lateks dihasilkan oleh banyak tumbuhan anggota bangsa Malpighiales

(misalnya suku Apocynaceae dan Euphorbiaceae). Resin, hars, atau cairan

damar merupakan cairan kental dan agak transparan yang mengeras bila

terkena udara. Resin dihasilkan oleh banyak anggota bangsa Pinales serta

sejumlah anggota Dipterocarpaceae dan Burseraceae. (Syamsuni, 2007).

Lignin

Lignin atau zat kayu adalah salah satu zat komponen

penyusun tumbuhan. Komposisi bahan penyusun ini berbeda-beda

bergantung jenisnya. Lignin terutama terakumulasi pada batang tumbuhan

berbentuk pohon dan semak. Pada batang, lignin berfungsi sebagai bahan

pengikat komponen penyusun lainnya, sehingga suatu pohon bisa berdiri

tegak (seperti semen pada sebuah batang beton) (Gembog, 2001).

Berbeda dengan selulosa yang terbentuk dari gugus karbohidrat,

struktur kimia lignin sangat kompleks dan tidak berpola sama.

Gugus aromatik ditemukan pada lignin, yang saling dihubungkan dengan

rantai alifatik, yang terdiri dari 2-3 karbon. Proses pirolisis lignin

menghasilkan senyawa kimia aromatis berupa fenol, terutama kresol (Depkes

RI, 1995).

Fenol

Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna

yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5O H  dan strukturnya

Page 8: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

7

memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil (Harbone,

2005).

Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml.

Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion

H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion

fenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam air (Harbone, 2005).

Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih

asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, dimana

fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya

tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital

antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang

mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan

anionnya (Leswara, 2005).

Antraquinon

Antrakuinon, anthracenedione juga disebut atau dioxoanthracene

adalah aromatik senyawa organik dengan rumus C14H8O2. Beberapa isomer

yang mungkin, masing-masing dapat dilihat sebagai kuinon derivatif. Para

antrakuinon panjang, bagaimanapun, hampir selalu mengacu pada salah satu

isomer tertentu, 9,10-antrakuinon ( IUPAC: 9,10-dioxoanthracene)

dimana keto kelompok terletak pada cincin pusat. Ini adalah sebuah blok

bangunan dari banyak pewarna dan digunakan dalam pemutihan pulp untuk

pembuatan kertas. Ini adalah sangat padat kristalin kuning,

kurang larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik panas. Misalnya,

hampir sepenuhnya larut dalam etanol dekat suhu kamar tetapi 2,25 g akan

larut dalam 100 g etanol mendidih (Depkes RI, 2007).

9,10-antrakuinon diperoleh industri oleh oksidasi antrasena , reaksi

yang dilokalisasi pada cincin pusat. Kromium (VI) adalah oksidan yang khas.

Hal ini juga disiapkan oleh reaksi Friedel-Crafts dari benzena dan anhidrida

ftalat di hadapan AlCl3. Asam o-benzoylbenzoic yang dihasilkan kemudian

mengalami siklisasi, membentuk antrakuinon. Reaksi ini berguna untuk

memproduksi antrakuinon tersubstitusi. Para reaksi Diels-Alder

dari naphthoquinone dan butadiena dehidrogenasi oksidatif diikuti oleh juga

Page 9: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

8

akan menghasilkan 9,10-antrakuinon. Terakhir, BASF telah mengembangkan

suatu proses yang berlangsung melalui dimerisasi asam dikatalisis dari

stirena untuk memberikan 1,3-diphenylbutene, yang kemudian dapat diubah

menjadi anthaquinone tersebut. Hal ini juga muncul melalui reaksi Ricky-

Alder , retro Reaksi-Diels-Alder (Depkes RI, 2007).

Dalam (1905) klasik reaksi organik yang disebut sintesis Bally-Scholl,

bernama setelah Oscar Bally dan Roland Scholl , antrakuinon mengembun

dengan gliserol membentuk benzanthrone. Dalam reaksi ini, kuinon pertama

kali dikurangi dengan tembaga logam dalam asam sulfat (mengkonversi satu

keton kelompok menjadi metilen kelompok) setelah gliserol ditambahkan.

Cara uji atrakinon yaitu dipipet 5 ml filtrat fraksi kloroform,

dikeringkan dengan evaporator,ditambahkan 10 ml air. Dikocok dan disaring.

Pada 5 ml filtrat ditambahkan 5 ml boraks 5%, dikocok dan dilihat dibawah

sinar UV. Panjang gelombang 366 nm sebelum 30 menit untuk uji semi

kualitatif ditimbang 20 mg antrakinon dilarutkan dengan 10 ml kloroform.

Dipipet masing-masing dari larutan ini 10, 20, 40, 60, 80dan 100 pl

kedalam tabung reaksi, dikeringkan dengan evaporator, ditambahkan 5 ml

boraks 5% dikocok dan dilihat pancaran floresensinya dibawah sinar UV.

Larutan contoh dibandingkan dengan standar (Mutiatikum et al., 2010)

Aleuron

Aleuron merupakan polisakarida yang melimpah setelah selulosa,

berfungsi sebagai penyimpan energi. Sekitar 20% dari alueron adalah

amilosa (larut) dan 80 % amilopektin. Aleuron banyak terdapat pada padi-

padian, kentang dan jagung (Depkes RI, 2007).

III. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu spatula, beaker glas,

dropple plate, gelas objek, gelas penutup, mikroskop, batang

peangaduk/jarum bertangkai, set tabung reaksi, kompor listrik/hot plate,

penangas air, kawat kassa, dan pipet tetes

Bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu serbuk simplisia (daun,

bunga, buah, kulit buah, batang, akar, rimpang, dan herba), larutan iodium 0,1

Page 10: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

9

N ,larutan iodium 0,02 N, larutan floroglusin 1 %, etanol 90%, larutan HCl

25%, gliserin, akuades, larutan NaCl 2 %, larutan gelatin, KOH 0,5 N, larutan

hidrogen peroksida, asam asetat, PH indikator universal, toluena, besi(III)

klorida, etanol 80%, kapas, kertas saring, tisu, dan lap.

IV. CARA KERJA

1. Aleuron

- Ditambahkan larutan iodium 0,1 N- Aleuron dan Butir globoid menjadi berwarna kuning

2. Pati

- Ditempatkan dalam media air- Diirigasi dengan larutan iodium 0,02 N- Pada batas antara air dan larutan iodium akan terlihat

butir pati berwarna biru dan bila pati telah berlamela, lamelanya akan terlihat jelas.

3. Lignin

- Ditempatkan pada dropple plate- Ditambah lartutan floroglusinol 1% (dalam etanol

90%)- Didiamkan sampai semua etanol menguap- Ditambah 1 tetes asam klorida 25% dan diaduk

dengan batang pengaduk/jarum bertangkai- Dipindahkan keatas gelas objek dan diambil gliserin, - Diamati dibawah mikroskop

Cuplikan (Sampel)

Hasil

Cuplikan Simplisia

Hasil

Cuplikan Simplisia

Hasil

Page 11: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

10

4. Saponin

- Dimasukkan dalam tabung reaksi- Ditambah akuadest 10 ml- Ditutup dan dikocok kuat-kuat selama 30 detik- Dibiarkan tabung pada posisi tegak selama 30 menit- Apabila terjadi buih (mirip sarang lebah) setinggi

minimal 1 cm dan stabil selama 10-15 menit, menunjukan adanya saponin

5. Tanin (zat samak)

- Dipanaskan dengan air sebanyak 10 ml selama 30 menit di atas penangas air

- Disaring, filtrate selama 5 ml ditambah Natrium Klorida 2% sebanyak 1 ml

- Bila terjadi suspense atau endapan, disaring melalui kertas saring

- Ditambah larutan gelatin 1% sebanyak 5 ml- Terbentuknya endapan menunjukan adanya tannin

atau zat samak

6. Antrakinon

- Dididihkan selama 2 menitdengan 10 ml KOH 1,5 N dan 1 ml larutan hydrogen peroksida

- Setelah dingin, suspense disaring melalui kapas- Filtrate sebanyak 5 ml ditambah dengan asam

asetatsebanyak 10 tetes- Lapisan atas sebanyak 5 ml dipindahkandengan pipet

dan dimasukkan kedalam tabung reaksi- Ditambah KOH 0,5 N- Warna merah yang terjadi pada lapisan air (basa)

menunjukan adanya senyawa antrakinon

Serbuk tumbuhan

Hasil

Serbuk Simplisia

Hasil

Serbuk Simplisia

Hasil

Page 12: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

11

7. Polifenol

- Dipanaskan dengan air sebanyak 10 ml selama 10 menit diatas penengas air mendidih

- Disaring panas-panas, setelah dingin ditambah pereaks ibesi (II) klorida sebanyak 3 tetes

- Terjadi warna biru menunjukan adanya polifenolat- Uji diulang dengan filtrate hasil pendidihan simplisia

dengan etanol 80% selama 10 menit di atas penangas air

8. Lemak

- Dilarutkan dalam kloroform- Diteteskan dengan kertas saring

9. Terpen

- Ditambahkan sitoborat

10. Alkaloid

- Ditambah reagen Dragendorff- Ditimbulkan warna

Serbuk Simplisia

Hasil

Serbuk Simplisia

Hasil

Serbuk Simplisia

Hasil

Serbuk Simplisia

Hasil

Page 13: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

12

V. DATA PENGAMATAN

1. Turnera ulmifolia L

No Pengujian Sebelum Sesudah Hasil Gambar

1. Aleuron CoklatKuning

kemerahanNegatif

2. Pati Coklat Kuning Negatif

3. Polifenol CoklatCoklat

kemerahan-

4. Saponin Coklat Coklat pudar Negatif -

5. Lemak Coklat Coklat Negatif

Page 14: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

13

6. Alkaloid Coklat Orange Positif

2. Apium gravieolens

No Pengujian Sebelum Sesudah Hasil Gambar

1. Aleuron HijauKuning

kemerahanNegatif

2. Pati HijauMerah

kekuninganNegatif

3. Polifenol Hijau Coklat bening -

Page 15: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

14

4. Saponin Hijau Hijau pudar Positif

5. Lemak Hijau Hijau Negatif

6. Alkaloid Hijau Orange Positif

3. Zingiber officinale

No Pengujian Sebelum Sesudah Hasil Gambar

1. AleuronCoklat muda

Hitam Negatif

2. PatiCoklat muda

Orange Negatif

3. LemakCoklat muda

Coklat Negatif

Page 16: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

15

4. Alkaloid

Coklat muda

Orange Positif

5. Saponin

Coklat muda

Kuning Negatif

6. Polifenol

Coklat muda

Kuning Negatif

4. Curcuma domestica

No Pengujian Sebelum Sesudah Hasil Gambar

1. AleuronKuning Hijau

kehitamanNegatif

2. Pati

Kuning Kuning Negatif

Page 17: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

16

3. Saponin

Kuning Kuning muda Negatif

4. Polifenol

Kuning Setelah ditambah etanol:

kuning mudaSetelah

ditambah FeCl3:

orange tua

Negatif

5. Lemak

Kuning Kuning Negatif

6. Alkaloid

Kuning Kuning kecoklatan

Negatif

5. .Citrus L.

No Pengujian Sebelum Sesudah Hasil Gambar

1. Aleuronkuning Kuning

kecoklatanNegatif

Page 18: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

17

2. Pati

Kuning Kuning Negatif

3. Saponin

Kuning Kuning Negatif

4. Polifenol

Kuning Coklat Positif

5. LemakKuning Kuning Negatif

6. Alkaloid

Kuning Birukehijauan Positif

6. Orthosiphon aristatus

No Pengujian Sebelum Sesudah Hasil Gambar

Page 19: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

18

1. AleuronHijau Kuning

kecoklatanNegatif

2. Pati

Hijau Hijautua Negatif

3. Saponin

Hijau Hijau Positif

4. Polifenol

Hijau Coklat Positif

5. LemakHijau Hijau Negatif

6. Alkaloid

Hijau Birukehijauan Positif

7. Amaranthus tricolor

No Pengujian Sebelum Sesudah Hasil Gambar

Page 20: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

19

1. Aleuron Hijau Coklat Negatif

2. Pati HijauKuning

keputihanNegatif

3. Polifenol Hijau Coklat Tua -

4. Saponin Hijau Hijau Positif

5. Lemak Hijau Putih Negatif

6. Alkaloid Hijau Orange Positif

Page 21: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

20

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil vs Literatur

1. Apium gravieolens

Seluruh herba seledri mengandung glikosida apiin (glikosida flavon),

isoquersetin, dan umbelliferon. Juga mengandung mannite, inosite,

asparagine, glutamine, choline, linamarose, pro vitamin A, vitamin C, dan B.

Kandungan asam-asam dalam minyak atsiri pada biji antara lain : asam-asam

resin, asam-asam lemak terutama palmitat, oleat, linoleat, dan petroselinat.

Senyawa kumarin lain ditemukan dalam biji, yaitu bergapten, seselin,

isomperatorin, osthenol, dan isopimpinelin (Gembog, 2001).

Herba seledri dilakukan 6 buah pengujian meliputi aleuron, pati,

saponin, polifenol, lemak, dan alkaloid untuk mengetahui ada atau tidaknya

kandungan kimia senyawa tersebut.

Uji aleuron dilakukan dengan menaruh sedikit cuplikan sampel yang

berupa irisan atau serbuk herba seledri kemudian ditambahkan iodium 0,1 N.

Kemudian dilihat perubahan warna yang terbentuk. Hasil uji positif apabila

terdapat aleuron dan butir globoid yang berubah warna menjadi berwarna

kuning. Dari hasil praktikum didapatkan warna larutan yang tadinya hijau

menjadi kuning kemerahan. Hal ini menunjukkan hasil negatif, tidak terdapat

butir globoid. Hasil ini sesuai dengan literatur yang mengatakan tidak adanya

kandungan alueron pada herba seledri (Waluyo, 2006).

Uji Pati dilakukan dengan menaruh cuplikan simplisia dalam

media air di plat tetes, kemudian diirigasi dengan larutan iodium 0,02 N.

Dilihat perubahan warna yang terjadi. Hasil uji positif apabila terlihat butir

pati berwarna biru dan bila pati telat berlamela, lamelanya akan nampak lebih

Page 22: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

21

jelas. Dari hasil praktikum dilihat perubahan warna yang terjadi yaitu hijau

menjadi merah kekuningan menunjukkan hasil negatif (Waluyo, 2006).

Uji saponin dilakukan dengan mencampurkan 100 mg serbuk herba

seledri ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml akuades. Kemudian tabung

reaksi ditutup dan di kocok kuat-kuat selama 30 detik. Kemudian dibiarkan

tabung dalam posisi tegak selama 30 menit. Hasil uji positif apabila terbentuk

buih (mirip sarang lebah) setinggi minimal 1 cm dan stabil selama 10-15

menit. Dari hasil praktikum didapatkan perpendaran warna larutan sampel

namun terdapat buih pada larutan sampel tersebut. Dapat disimpulkan hasil

ini positif terhadap adanya saponin dalam herba seledri (Gunawan, 2004).

Uji Polifenol dilakukan dengan menaruh 2 gram serbuk sampel pada

tabung reaksi. Kemudian dipanaskan dengan akuades sebanyak 10 ml selama

10 menit diatas penangas air mendidih. Disaring panas-panas, setelah dingin

ditambah pereaksi besi (III) klorida sebanyak 3 tetes. Terjadinya warna hijau-

biru menunjukkan adanya polifenolat. Uji diulang dengan fibrat hasil

pendidihan serbuk simplisia sampel dengan etanol 80 % selama 10 menit di

atas penangas air. Dari hasil praktikum didapatkan warna larutan sampel yang

awalnya hijau berubah menjadi coklat bening . Lalu ketika ditambahkan besi

(III) klorida berubah menjadi hijau pekat dan terbentuk gelembung gas

(Poedjiadi, 2009).

Uji lemak dilakukan dengan menaruh sedikit sampel dalam plat

tetes, kemudian ditetesi sedikit kloroform. Lalu dicelukan kertas saring ke

dalamnya. Dilihat apakah terdapat bekas berwarna mengkilap pada kertas

saring atau tidak. Jika ada, maka sampel tersebut mengandung lemak. Dari

hasil praktikum didapatkan kertas saring tetap kering meski telah dicelupkan

kedalam sampel. Hasil ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa

tidak ada kandungan lemak dalam sampel (Poedjiadi, 2009).

Uji alkaloid dilakukan dengan menaruh sedikit sampel pada plat

tetes. Kemudian ditetesi sedikit reagen dragendorff. Hasil pengujian positif

apabila timbul warna oranye pada sampel. Dari hasil praktikum didapatkan

perubahan warna dari hijau menjadi orange. Dapat disimpulkan hasil ini

Page 23: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

22

positif terhadap adanya alkaloid dalam sampel herba seledri (Poedjiadi,

2009).

2. Turnera   ulmifolia   L

Kandungan kimia dari bunga pukul 8 yaitu daun dan batang

mengandung saponin dan polifenol. Daunnya juga mengandung flavonoid.

Bunga pukul 8 dilakukan 6 buah pengujian meliputi aleuron, pati, saponin,

polifenol, lemak, dan alkaloid untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan

kimia senyawa tersebut (Gembog, 2001).

Uji aleuron dilakukan dengan menaruh sedikit cuplikan sampel yang

berupa irisan atau serbuk rimpang temulawak kemudian ditambahkan iodium

0,1 N. Kemudian dilihat perubahan warna yang terbentuk. Hasil uji positif

apabila terdapat aleuron dan butir globoid yang berubah warna menjadi

berwarna kuning. Dari hasil praktikum didapatkan warna larutan yang tadinya

coklat berubah menjadi kuning kemerahan setelah pentesan larutan Iodium

0,1 N. Dapat disimpulkan hasil dari pengujian negatif terhadap adanya

kandungan aleuron pada bunga pukul 8. Hasil ini tidak sesuai dengan literatur

yang mengatakan tidak adanya kandungan alueron pada bunga pukul 8

(Waluyo, 2006).

Uji Pati dilakukan dengan menaruh cuplikan simplisia dalam media

air di plat tetes, kemudian diirigasi dengan larutan iodium 0,02 N. Dilihat

perubahan warna yang terjadi. Hasil uji positif apabila terlihat butir pati

berwarna biru dan bila pati telat berlamela, lamelanya akan nampak lebih

jelas. Dari hasil praktikum terdapat perubahan warna coklat menjadi kuning..

Dapat disimpulkan hasil ini negatif terhadap adanya pati dalam bunga pukul 8

ini. Hasil ini tidak sesuai dengan literatur yang mengatakan tidak adanya

kandungan pati pada bunga pukul 8 (Poedjiadi, 2009).

Uji saponin dilakukan dengan mencampurkan 100 mg serbuk rimapng

temulawak ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml akuades. Kemudian

tabung reaksi ditutup dan di kocok kuat-kuat selama 30 detik. Kemudian

dibiarkan tabung dalam posisi tegak selama 30 menit. Hasil uji positif apabila

terbentuk buih (mirip sarang lebah) setinggi minimal 1 cm dan stabil selama

Page 24: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

23

10-15 menit. Dari hasil praktikum didapatkan perpendaran warna larutan

sampel namun tidak terdapat buih pada larutan sampel tersebut. Dapat

disimpulkan hasil ini negatif terhadap adanya saponin dalam bunga pukul 8.

Hasil ini tidak sesuai dengan literatu, karena bunga pukul 8 mengandung

saponin (Gunawan, 2004).

Uji Polifenol dilakukan dengan menaruh 2 gram serbuk sampel

pada tabung reaksi. Kemudian dipanaskan dengan akuades sebanyak 10 ml

selama 10 menit diatas penangas air mendidih. Disaring panas-panas, setelah

dingin ditambah pereaksi besi (III) klorida sebanyak 3 tetes. Terjadinya warna

hijau-biru menunjukkan adanya polifenolat. Uji diulang dengan fibrat hasil

pendidihan serbuk simplisia sampel dengan etnaol 80 % selama 10 menit di

atas penangas air. Dari hasil praktikum didapatkan warna larutan sampel yang

awalnya kuning berubah menjadi kuning muda. Lalu ketika ditambahkan besi

(III) klorida berubah menjadi kuning tua dan terbentuk gelembung gas. Dapat

disimpulkan bunga pukul 8 negatif terhadap adanya senyawa polifenol. Hasil

ini tidak sesuai dengan literatur yang menyebutkan tidak adanya kandungan

senyawa polifenol dalam bunga pukul 8, karena bunga pukul 8 mengandung

polifenol (Mutiatikum, dkk. 2010).

Uji lemak dilakukan dengan menaruh sedikit sampel bunga pukul 8

dalam plat tetes, kemudian ditetesi sedikit kloroform. Lalu dicelupkan kertas

saring ke dalamnya. Dilihat apakah terdapat bekas berwarna mengkilap pada

kertas saring atau tidak. Jika ada, maka sampel tersebut mengandung lemak.

Dari hasil praktikum didapatkan kertas saring tetap kering meski telah

dicelupkan kedalam sampel. Hasil ini tidak sesuai dengan literatur yang

menyatakan bahwa tidak ada kandungan lemak dalam sampel (Depkes RI,

2007).

Uji alkaloid dilakukan dengan menaruh sedikit sampel pada plat tetes.

Kemudia ditetesi sedikit reagen dragendorff. Hasil pengujian positif apabila

timbul warna oranye pada sampel. Dari hasil praktikum didapatkan

perubahan warna dari hijau menjadi orange. Dapat disimpulkan hasil ini

positif terhadap adanya alkaloid dalam sampel bunga pukul 8 (Poedjiadi,

2009).

Page 25: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

24

3. Curcuma domestica

Di Indonesia satu-satunya bagian yang dimanfaatkan adalah rimpang

temulawak untuk dibuat jamu godog. Rimpang temulawak mengandung

minyak atsiri,saponin, flavonoid, alkaloid dan tanin. Kandungan kimia

temulawak terdiri dari:

Pati (48,18 – 59,64%)

Serat (2,58 – 4,83%)

Minyak atsiri (phelandren, kamfer, tumero, sineol,borneol, dan

Xanthorrhizol (1,48 – 1,63%)

Kurkuminoid (kurkumin dan desmetoksikurkumin(1,6 – 2,2%)

(Siagian, 2006)

Rimpang temulawak ini dilakukan 6 buah pengujian meliputi aleuron,

pati, saponin, polifenol, lemak, dan alkaloid untuk mengetahui ada atau

tidaknya kandungan kimia senyawa tersebut.

Uji aleuron dilakukan dengan menaruh sedikit cuplikan sampel yang

berupa irisan atau serbuk rimpang temulawak kemudian ditambahkan iodium

0,1 N. Kemudian dilihat perubahan warna yang terbentuk. Hasil uji positif

apabila terdapat aleuron dan butir globoid yang berubah warna menjadi

berwarna kuning. Dari hasil praktikum didapatkan warna larutan yang tadinya

kuning berubah menjad biru kehitaman setelah pentesan larutan Iodium 0,1

N. Dapat disimpulkan hasil dari pengujian negatif terhadap adanya

kandungan aleuron pada rimpang temulawak. Hasil ini sesuai dengan literatur

yang mengatakan tidak adanya kandungan alueron pada rimpang temulawak

(Gunawan, 2004).

Uji Pati dilakukan dengan menaruh cuplikan simplisia dalam media

air di plat tetes, kemudian diirigasi dengan larutan iodium 0,02 N. Dilihat

perubahan warna yang terjadi. Hasil uji positif apabila terlihat butir pati

berwarna biru dan bila pati telat berlamela, lamelanya akan nampak lebih

jelas. Dari hasil praktikum, tidak didapatkan perubahan warna pada sampel.

Warna sampel tetap kuning meski diirigasi dengan larutan iodium 0,02 N.

Dapat disimpulkan hasil ini negatif terhadap adanya pati dalam kunyit ini.

Page 26: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

25

Hasil ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan danya kandungan

pati dalam rimpang temulawak ini sekitar 48,18 – 59,64%.

Uji saponin dilakukan dengan mencampurkan 100 mg serbuk rimapng

temulawak ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml akuades. Kemudian

tabung reaksi ditutup dan di kocok kuat-kuat selama 30 detik. Kemudian

dibiarkan tabung dalam posisi tegak selama 30 menit. Hasil uji positif apabila

terbentuk buih (mirip sarang lebah) setinggi minimal 1 cm dan stabil selama

10-15 menit. Dari hasil praktikum didapatkan perpendaran warna larutan

sampel namun tidak terdapat buih pada larutan sampel tersebut. Dapat

disimpulkan hasil ini negatif terhadap adanya saponin dalam rimpang

temulawak. Hasil ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan dalam

rimpang temulawak tidak terkandung saponin (Leswara, 2005).

Uji Polifenol dilakukan dengan menaruh 2 gram serbuk sampel pada

tabung reaksi. Kemudian dipanaskan dengan akuades sebanyak 10 ml selama

10 menit diatas penangas air mendidih. Disaring panas-panas, setelah dingin

ditambah pereaksi besi (III) klorida sebanyak 3 tetes. Terjadinya warna hijau-

biru menunjukkan adanya polifenolat. Uji diulang dengan fibrat hasil

pendidihan serbuk simplisia sampel dengan etnaol 80 % selama 10 menit d

atas penangas air. Dari hasil praktikum didapatkan warna larutan sampel yang

awalnya kuning berubah menjadi kuning muda. Lalu ketika ditambahkan besi

(III) klorida berubah menjadi kuning tua dan terbentuk gelembung gas. Dapat

disimpulkan rimpang temulawak negatif terhadap adanya senyawa polifenol.

Hasil ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan tidak adanya kandungan

senyawa polifenol dalam rimpang temulawak (Leswara, 2005).

Uji lemak dilakukan dengan menaruh sedikit sampel rimpang

temulawak dalam plat tetes, kemudian ditetesi sedikit kloroform. Lalu

dicelukan kertas saring ke dalamnya. Dilihat apakah terdapat bekas berwarna

mengkilap pada kertas saring atau tidak. Jika ada, maka sampel tersebut

mengandung lemak. Dari hasil praktikum didapatkan kertas saring tetap

kering meski telah dicelupkan kedalam sampel. Hasil ini sesuai dengan

literatur yang menyatakan bahwa tidak ada kandungan lemak dalam sampel

(Gunawan, 2004).

Page 27: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

26

Uji alkaloid dilakukan dengan menaruh sedikit sampel pada plat tetes.

Kemudia ditetesi sedikit reagen dragendorf. Hasil pengujian positif apabila

timbul warna oranye pada sampel. Dari hasil praktikum didapatkan

perubahan warna dari kuning menjadi kuning kecoklatan. Dapat disimpulkan

hasil ini negatif terhadap adanya alkaloid dalam sampel rimpang temulawak

(Gembog, 2001).

4. Zingiber officinale

Jahe memiliki beberapa kandungan kimia yang berbeda. Rimpang

jahe mengandung minyak atsiri, damar, mineral sineol, fellandren, kamfer,

borneol, zingiberin, zingiberol, gigerol ( misalnya di bagian-bagian merah),

zingeron, lipidas, asam aminos, niacin, vitamin A, B1, C dan protein. Minyak

jahe berwarna kuning dan kental. Minyak ini kebanyakan mengandung

terpen, fellandren, dextrokamfen, bahan sesquiterpen yang dinamakan

zingiberen, zingeron damar, pati (Gembog, 2001).

Beberapa kandungan kimia pada tiga jenis jahe dapat dilihat pada

Tabel berikut:

Tabel Karakteristik Jenis Jahe

Karakteristik (bb) Jenis Jahe

Jahe Besar Jahe Kecil Jahe Merah

Minyak atsiri (%) 1,62-2,29 3,05-3,48 3,90

Pati (%) 55,10 54,70 44,99

Serat (%) 6,89 6,59 8,99

Sumber : Setyaningrum dan Saparinto (2013)

Selain kandungan-kandungan tersebut, rimpang jahe jugamengandung

senyawa fenolik. Beberapa komponen bioaktif dalam ekstrak jahe antara lain

Page 28: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

27

(6)-gingerol, (6)-shogaol, diarilheptanoid dan curcumin. Rimpang jahe juga

mempunyai aktivitas antioksidan yang melebihi tokoferol (Kikuzaki dan

Nakatani, 1993).

Kandungan lain yang terdapat pada jahe antara lain minyak atsiri yang

terdiri dari senyawa-senyawa seskuiterpen, zingiberen, zingeron, oleoresin,

kamfena, limonen, borneol, sineol, sitral, zingiberal, danfelandren. Minyak

atsiri umumnya berwarna kuning, sedikit kental, dan merupakan senyawa

yang memberikan aroma yang khas pada jahe (Soepardie, 2001).Komponen

kimia jahe lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Uji aleuron dilakukan dengan menaruh sedikit cuplikan sampel yang

berupa irisan atau serbuk rimpang temulawak kemudian ditambahkan iodium

0,1 N. Kemudian dilihat perubahan warna yang terbentuk. Hasil uji positif

apabila terdapat aleuron dan butir globoid yang berubah warna menjadi

berwarna kuning. Dari hasil praktikum didapatkan warna larutan yang tadinya

coklat muda berubah menjad hitam setelah penetesan larutan Iodium 0,1 N.

Dapat disimpulkan hasil dari pengujian negatif terhadap adanya kandungan

aleuron pada jahe. Hasil ini sesuai dengan literatur yang mengatakan tidak

adanya kandungan alueron pada jahe (Hidayat, 2007).

Uji Pati dilakukan dengan menaruh cuplikan simplisia dalam media

air di plat tetes, kemudian diirigasi dengan larutan iodium 0,02 N. Dilihat

perubahan warna yang terjadi. Hasil uji positif apabila terlihat butir pati

berwarna biru dan bila pati telat berlamela, lamelanya akan nampak lebih

jelas. Dari hasil praktikum, tidak didapatkan perubahan warna pada sampel.

Warna sampel tetap kuning meski diirigasi dengan larutan iodium 0,02 N.

Dapat disimpulkan hasil ini negatif terhadap adanya pati dalam jahe ini. Hasil

ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan danya kandungan pati

dalam jahe ini (Gembog, 2001).

Uji saponin dilakukan dengan mencampurkan 100 mg serbuk rimpang

temulawak ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml akuades. Kemudian

tabung reaksi ditutup dan di kocok kuat-kuat selama 30 detik. Kemudian

dibiarkan tabung dalam posisi tegak selama 30 menit. Hasil uji positif apabila

terbentuk buih (mirip sarang lebah) setinggi minimal 1 cm dan stabil selama

Page 29: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

28

10-15 menit. Dari hasil praktikum didapatkan perubahan warna dari coklat

muda menjadi kuning. Dapat disimpulkan hasil ini negatif terhadap adanya

saponin dalam rimpang temulawak. Hasil ini sesuai dengan literatur yang

menyebutkan dalam jahe tidak terkandung saponin (Gembog, 2001).

Uji Polifenol dilakukan dengan menaruh 2 gram serbuk sampel pada

tabung reaksi. Kemudian dipanaskan dengan akuades sebanyak 10 ml selama

10 menit diatas penangas air mendidih. Disaring panas-panas, setelah dingin

ditambah pereaksi besi (III) klorida sebanyak 3 tetes. Terjadinya warna hijau-

biru menunjukkan adanya polifenolat. Uji diulang dengan fibrat hasil

pendidihan serbuk simplisia sampel dengan etnaol 80 % selama 10 menit d

atas penangas air. Dari hasil praktikum didapatkan warna larutan sampel yang

awalnya kuning berubah menjadi kuning muda. Lalu ketika ditambahkan

besi(III) klorida berubah menjadi kuning tua. Dapat disimpulkan jahe negatif

terhadap adanya senyawa polifenol. Hasil ini sesuai dengan literatur yang

menyebutkan tidak adanya kandungan senyawa polifenol dalam jahe

(Poedjiadi, 2009).

Uji lemak dilakukan dengan menaruh sedikit sampel rimpang

temulawak dalam plat tetes, kemudian ditetesi sedikit kloroform. Lalu

dicelukan kertas saring ke dalamnya. Dilihat apakah terdapat bekas berwarna

mengkilap pada kertas saring atau tidak. Jika ada, maka sampel tersebut

mengandung lemak. Dari hasil praktikum didapatkan kertas saring tetap

kering meski telah dicelupkan kedalam sampel. Hasil ini sesuai dengan

literatur yang menyatakan bahwa tidak ada kandungan lemak dalam sampel

(Gunawan, 2004).

Uji alkaloid dilakukan dengan menaruh sedikit sampel pada plat tetes.

Kemudia ditetesi sedikit reagen dragendorf. Hasil pengujian positif apabila

timbul warna oranye pada sampel. Dari hasil praktikum didapatkan

perubahan warna dari coklat muda menjadi oranye. Dapat disimpulkan hasil

ini positif terhadap adanya alkaloid dalam sampel jahe. Hasil ini tidak sesuai

dengan literatur (Leswara, 2005).

5. Citrus L.

Page 30: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

29

Jeruk mengandung unsur-unsur senyawa kimia yang bemanfaat,

misalnya: asam sitrat, asam amino (triptofan, lisin), minyak atsiri (sitral,

limonen, felandren, lemon kamfer, kadinen, gerani-lasetat, linali-lasetat,

aktilaldehid, nonildehid), damar, glikosida, asam sitrun, lemak, kalsium,

fosfor, besi, belerang vitamin B1 dan C. Selain itu, jeruk juga mengandung

senyawa saponin dan flavonoid yaitu hesperidin (hesperetin 7-rutinosida),

tangeretin, naringin, eriocitrin, eriocitrocide. Hesperidin bermanfaat untuk

antiinflamasi, antioksidan, dan menghambat sintesis prostaglandin.

Hesperidin juga menghambat azoxymethane (AOM) yang menginduksi

karsinogenesis pada colon kelinci, dan juga menghambat N-butil-N-(4-

hidroksi-butil) nitrosamin yang menginduksi karsinogenesis pada kandung

kemih tikus (Chang, 2001). Jeruk juga mengandung 7% minyak essensial

yang mengandung citral, limonen, fenchon, terpineol, bisabolene, dan

terpenoid lainnya. Guo, et al. (2006) telah meneliti bahwa D-Limonene dapat

menghambat proliferasi dan menginduksi apoptosis pada sel HL-60 dan sel

K562 (Syamsuni, 2007).

Buah jeruk berkhasiat sebagai obat batuk, obat penurun panas, dan

obat pegal linu. Selain itu, buah jeruk nipis juga bermanfaat sebagai obat

disentri, sembelit, ambeien, haid tidak teratur, difteri, jerawat, kepala

pusing/vertigo, suara serak batuk, menambah nafsu makan, mencegah rambut

rontok, ketombe, flu/demam, menghentikan kebiasaan merokok, amandel,

penyakit anyang-anyangan, mimisan, radang hidung (getahnya), dan lain

sebagainya (Leswara, 2005).

Uji aleuron dilakukan dengan menaruh sedikit splikan sampel yang

berupa irisan atau serbuk rimpang temulawak kemudian ditambahkan iodium

0,1 N. Kemudian dilihat perubahan warna yang terbentuk. Hasil uji positif

apabila terdapat aleuron dan butir globoid yang berubah warna menjadi

berwarna kuning. Dari hasil praktikum didapatkan warna larutan yang tadinya

kuning menjadi kuning kecoklatan setelah penetesan larutan Iodium 0,1 N.

Dapat disimpulkan hasil dari pengujian negatif terhadap adanya kandungan

aleuron pada jeruk. Hasil ini sesuai dengan literatur yang mengatakan tidak

adanya kandungan alueron pada jeruk (Agoes, 2007).

Page 31: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

30

Uji Pati dilakukan dengan menaruh cuplikan simplisia dalam media

air di plat tetes, kemudian diirigasi dengan larutan iodium 0,02 N. Dilihat

perubahan warna yang terjadi. Hasil uji positif apabila terlihat butir pati

berwarna biru dan bila pati telat berlamela, lamelanya akan nampak lebih

jelas. Dari hasil praktikum, tidak didapatkan perubahan warna pada sampel.

Warna sampel tetap kuning meski diirigasi dengan larutan iodium 0,02 N.

Dapat disimpulkan hasil ini negatif terhadap adanya pati dalam jeruk ini.

Hasil ini sesuai dengan literatur yang menyatakan tidak adanya kandungan

pati dalam jeruk ini (Agoes, 2007).

Uji saponin dilakukan dengan mencampurkan 100 mg serbuk rimpang

temulawak ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml akuades. Kemudian

tabung reaksi ditutup dan di kocok kuat-kuat selama 30 detik. Kemudian

dibiarkan tabung dalam posisi tegak selama 30 menit. Hasil uji positif apabila

terbentuk buih (mirip sarang lebah) setinggi minimal 1 cm dan stabil selama

10-15 menit. Dari hasil praktikum didapatkan perubahan warna dari coklat

muda menjadi kuning. Dapat disimpulkan hasil ini negatif terhadap adanya

saponin dalam rimpang temulawak. Hasil ini tidak sesuai dengan literatur

yang menyebutkan dalam jeruk terkandung saponin (Purnomo, 2005).

Uji Polifenol dilakukan dengan menaruh 2 gram serbuk sampel pada

tabung reaksi. Kemudian dipanaskan dengan akuades sebanyak 10 ml selama

10 menit diatas penangas air mendidih. Disaring panas-panas, setelah dingin

ditambah pereaksi besi (III) klorida sebanyak 3 tetes. Terjadinya warna hijau-

biru menunjukkan adanya polifenolat. Uji diulang dengan fibrat hasil

pendidihan serbuk simplisia sampel dengan etanol 80 % selama 10 menit d

atas penangas air. Dari hasil praktikum didapatkan warna larutan sampel yang

awalnya kuning berubah menjadi kuning muda. Lalu ketika ditambahkan

besi(III) klorida berubah menjadi coklat . Dapat disimpulkan jeruk positif

terhadap adanya senyawa polifenol. Hasil ini tidak sesuai dengan literatur

yang menyebutkan tidak adanya kandungan senyawa polifenol dalam jeruk.

Uji lemak dilakukan dengan menaruh sedikit sampel rimpang

temulawak dalam plat tetes, kemudian ditetesi sedikit kloroform. Lalu

dicelukan kertas saring ke dalamnya. Dilihat apakah terdapat bekas berwarna

Page 32: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

31

mengkilap pada kertas saring atau tidak. Jika ada, maka sampel tersebut

mengandung lemak. Dari hasil praktikum didapatkan kertas saring tetap

kering meski telah dicelupkan kedalam sampel. Hasil ini sesuai dengan

literatur yang menyatakan bahwa tidak ada kandungan lemak dalam sampel

(Gunawan, 2004).

Uji alkaloid dilakukan dengan menaruh sedikir sampel pada plat tetes.

Kemudia ditetesi sedikit reagen dragendorff. Hasil pengujian positif apabila

timbul warna oranye pada sampel. Dari hasil praktikum didapatkan

perubahan warna dari kuning menjadi biru kehijauan. Dapat disimpulkan

hasil ini positif terhadap adanya alkaloid dalam sampel jeruk. Hasil ini tidak

sesuai dengan literatur (Fahn, 2005).

6. Orthosiphon aristatus

Mengandung minyak atsiri 0,02-0,06% terdiri dari 60 macam

sesquiterpens dan senyawa fenolik. 0,2% flavonoid lipofil dengan

kandungan utama sinensetin, eupatorin, skutellarein, tetrametil eter,

salvigenin, rhamnazin; glikosida flavonol, turunan asam kafeat (terutama

asam rosmarinat dan asam 2,3-dikaffeoil tartarat ), metilripariokromen A 6-

(7,8-dimetoksi-2,2-dimetil [2H,1-benzopiran]-il), saponin serta garam

kalsium (3%) dan myoinositol.4,9,13). Hasil ekstraksi daun dan bunga

Orthosiphon aristatus ditemukan metilripariokromen A atau 6-(7,8-

dimetoksietanon) (Wiryowidagdo, 2007).

Juga ditemukan senyawa golongan flavonoid.

-          Sinensetin ( 5,6,7,3',4'- pentametoksi flavon )

-          Tetrametilskutellarein (5,6,7,4'-tetra metoksi flavon)

-          5-hidroks i 6,7,3',4' tetrametoksi flavone.

-          Salvigenin (5-hidroksi-6,7,4'-trimetoksi flavon)

-          Kirsimaritin (5,6-dihidroksi-7,4'-dimetoksi flavon)

-          Pilloin (5,3’-dihidroksi-7,4’-dimetoksi flavon)

-          Rhamnazin (3,5,4'-trihidroksi-7,3'-dimetoksi flavon).

Juga ditemukan 9 macam golongan senyawa flavon dalam bentuk

aglikon, 2 macam glikosida flavonol, 1 macam senyawa kumarin, asam

Page 33: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

32

kafeat dan 7 macam senyawa depsida turunan asam kafeat, skutellarein

(Wiryowidagdo, 2007).

Uji aleuron dilakukan dengan menaruh sedikit splikan sampel yang

berupa irisan atau serbuk rimpang temulawak kemudian ditambahkan iodium

0,1 N. Kemudian dilihat perubahan warna yang terbentuk. Hasil uji positif

apabila terdapat aleuron dan butir globoid yang berubah warna menjadi

berwarna kuning. Dari hasil praktikum didapatkan warna larutan yang tadinya

kuning menjadi hijau kecoklatan setelah penetesan larutan Iodium 0,1 N.

Dapat disimpulkan hasil dari pengujian negatif terhadap adanya kandungan

aleuron pada daun kumis kucing. Hasil ini sesuai dengan literatur yang

mengatakan tidak adanya kandungan alueron pada daun kumis kucing (Fahn,

2005).

Uji Pati dilakukan dengan menaruh cuplikan simplisia dalam media

air di plat tetes, kemudian diirigasi dengan larutan iodium 0,02 N. Dilihat

perubahan warna yang terjadi. Hasil uji positif apabila terlihat butir pati

berwarna biru dan bila pati telat berlamela, lamelanya akan nampak lebih

jelas. Dari hasil praktikum, tidak didapatkan perubahan warna pada sampel.

Warna sampel tetap kuning meski diirigasi dengan larutan iodium 0,02 N.

Dapat disimpulkan hasil ini negatif terhadap adanya pati dalam daun kumis

kucing ini. Hasil ini sesuai dengan literatur yang menyatakan tidak adanya

kandungan pati dalam daun kumis kucing ini (Fahn, 2005).

Uji saponin dilakukan dengan mencampurkan 100 mg serbuk rimpang

temulawak ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml akuades. Kemudian

tabung reaksi ditutup dan di kocok kuat-kuat selama 30 detik. Kemudian

dibiarkan tabung dalam posisi tegak selama 30 menit. Hasil uji positif apabila

terbentuk buih (mirip sarang lebah) setinggi minimal 1 cm dan stabil selama

10-15 menit. Dari hasil praktikum tidak didapatkan perubahan warna. Dapat

disimpulkan hasil ini positif terhadap adanya saponin dalam daun kumis

kucing. Hasil ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan dalam daun kumis

kucing terkandung saponin (Gunawan, 2004)

Uji Polifenol dilakukan dengan menaruh 2 gram serbuk sampel pada

tabung reaksi. Kemudian dipanaskan dengan akuades sebanyak 10 ml selama

Page 34: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

33

10 menit diatas penangas air mendidih. Disaring panas-panas, setelah dingin

ditambah pereaksi besi (III) klorida sebanyak 3 tetes. Terjadinya warna hijau-

biru menunjukkan adanya polifenolat. Uji diulang dengan fibrat hasil

pendidihan serbuk simplisia sampel dengan etanol 80 % selama 10 menit d

atas penangas air. Dari hasil praktikum didapatkan warna larutan sampel yang

awalnya kuning berubah menjadi kuning muda. Lalu ketika ditambahkan

besi(III) klorida berubah menjadi coklat . Dapat disimpulkan daun kumis

kucing positif terhadap adanya senyawa polifenol. Hasil ini sesuai dengan

literatur yang menyebutkan adanya kandungan senyawa polifenol dalam daun

kumis kucing (Poedjiadi, 2009).

Uji lemak dilakukan dengan menaruh sedikit sampel rimpang

temulawak dalam plat tetes, kemudian ditetesi sedikit kloroform. Lalu

dicelukan kertas saring ke dalamnya. Dilihat apakah terdapat bekas berwarna

mengkilap pada kertas saring atau tidak. Jika ada, maka sampel tersebut

mengandung lemak. Dari hasil praktikum didapatkan kertas saring tetap

kering meski telah dicelupkan kedalam sampel. Hasil ini sesuai dengan

literatur yang menyatakan bahwa tidak ada kandungan lemak dalam sampel

(Gunawan, 2004)

Uji alkaloid dilakukan dengan menaruh sedikir sampel pada plat tetes.

Kemudia ditetesi sedikit reagen dragendorf. Hasil pengujian positif apabila

timbul warna oranye pada sampel. Dari hasil praktikum didapatkan

perubahan warna dari hijau menjadi biru kehijauan . Dapat disimpulkan hasil

ini positif terhadap adanya alkaloid dalam sampel daun kumis kucing. Hasil

ini sesuai dengan literatur (Waluyo, 2006).

7. Amaranthus tricolor

Bayam mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalium, zat besi,

amarantin, rutin, purin, dan vitamin (A, B, dan C). Daun Bayam dilakukan 6

buah pengujian meliputi aleuron, pati, saponin, polifenol, lemak, dan alkaloid

untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan kimia senyawa tersebut

(Gembog, 2001)

Page 35: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

34

Uji aleuron dilakukan dengan menaruh sedikit cuplikan sampel yang

berupa irisan atau serbuk daun bayamkemudian ditambahkan iodium 0,1 N.

Kemudian dilihat perubahan warna yang terbentuk. Hasil uji positif apabila

terdapat aleuron dan butir globoid yang berubah warna menjadi berwarna

kuning. Dari hasil praktikum didapatkan warna larutan yang tadinya hijau

menjadi coklat setelah penetesan larutan Iodium 0,1 N. Dapat disimpulkan

hasil dari pengujian negatif terhadap adanya kandungan aleuron pada daun

bayam. Hasil ini sesuai dengan literatur yang mengatakan tidak adanya

kandungan alueron pada daun bayam (Poedjiadi, 2009).

Uji Pati dilakukan dengan menaruh pelikan simplisia dalam media air

di plat tetes, kemudian diirigasi dengan larutan iodium 0,02 N. Dilihat

perubahan warna yang terjadi. Hasil uji positif apabila terlihat butir pati

berwarna biru dan bila pati telat berlamela, lamelanya akan nampak lebih

jelas. Dari hasil praktikum terjadi perubahan warna hijau menjadi kuning

keputiha.. Dapat disimpulkan hasil ini negatif terhadap adanya pati dalam

daun bayam ini. Hasil ini sesuai dengan literatur yang menyatakan tidak

adanya kandungan pati dalam daun bayam ini (Fahn, A. 2005)

Uji saponin dilakukan dengan mencampurkan 100 mg serbuk rimpang

temulawak ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml akuades. Kemudian

tabung reaksi ditutup dan di kocok kuat-kuat selama 30 detik. Kemudian

dibiarkan tabung dalam posisi tegak selama 30 menit. Hasil uji positif apabila

terbentuk buih (mirip sarang lebah) setinggi minimal 1 cm dan stabil selama

10-15 menit. Dari hasil praktikum tidak didapatkan perubahan warna. Dapat

disimpulkan hasil ini positif terhadap adanya saponin dalam daun bayam.

Hasil ini tidak sesuai dengan literatur yang menyebutkan dalam daun bayam

terkandung saponin (Gunawan, 2004)

Uji Polifenol dilakukan dengan menaruh 2 gram serbuk sampel pada

tabung reaksi. Kemudian dipanaskan dengan akuades sebanyak 10 ml selama

10 menit diatas penangas air mendidih. Disaring panas-panas, setelah dingin

ditambah pereaksi besi (III) klorida sebanyak 3 tetes. Terjadinya warna hijau-

biru menunjukkan adanya polifenolat. Uji diulang dengan fibrat hasil

pendidihan serbuk simplisia sampel dengan etanol 80 % selama 10 menit d

Page 36: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

35

atas penangas air. Dari hasil praktikum didapatkan warna larutan sampel yang

awalnya coklat tua. Lalu ketika ditambahkan besi (III) klorida berubah

menjadi hijau kehitaman. Dapat disimpulkan daun bayam positif terhadap

adanya senyawa polifenol. Hasil ini tidak sesuai dengan literatur yang

menyebutkan adanya kandungan senyawa polifenol dalam daun bayam

(Poedjiadi, 2009)

Uji lemak dilakukan dengan menaruh sedikit sampel rimpang

temulawak dalam plat tetes, kemudian ditetesi sedikit kloroform. Lalu

dicelukan kertas saring ke dalamnya. Dilihat apakah terdapat bekas berwarna

mengkilap pada kertas saring atau tidak. Jika ada, maka sampel tersebut

mengandung lemak. Dari hasil praktikum didapatkan kertas saring tetap

kering meski telah dicelupkan kedalam sampel. Hasil ini tidak sesuai dengan

literatur yang menyatakan bahwa tidak ada kandungan lemak dalam sampel

(Gunawan, 2004)

Uji alkaloid dilakukan dengan menaruh sedikir sampel pada plat tetes.

Kemudia ditetesi sedikit reagen dragendorff. Hasil pengujian positif apabila

timbul warna oranye pada sampel. Dari hasil praktikum didapatkan

perubahan warna dari hijau menjadi orange . Dapat disimpulkan hasil ini

positif terhadap adanya alkaloid dalam sampel daun bayam (Gunawan, 2004)

Page 37: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

36

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Goeswin, 2007, Teknologi Bahan Alam, Penerbit ITB, Bandung.

Anwar, E. et al.2004. Pemanfaatan Maltodekstrin Pati Terigu Sebagai Eksipien

dalam Formula Sediaan Tablet dan Niosom, Gajah Mada University

Press, Yogyakarta.

Depkes RI, 1995, Materia Medika Indonesia jilid VI, Depkes RI, Jakarta.

Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia Jilid VI, Depkes RI, Jakarta.

Depkes RI, 2007, Kebijakan Obat Tradisional Nasional Tahun 2007, Depkes RI,

Jakarta.

Fahn, A., 2005, Anatomi Tumbuhan edisi ketiga, Gajah Mada University Press,

Yogyakarta.

Gembog, 2001, Morfologi Tumbuhan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. 

Gunawan, Didik dan Sri Mulyani, 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) jilid I,

Penebar Swadaya, Jakarta.

Hidayat, Estiti B., 2007, Anatomi Tumbuhan Berbiji, ITB, Bandung.

Leswara, 2005, Buku Ajar Kimia Organik, Ari Cipta, Jakarta.

Mutiatikum et al., 2010, Standardisasi Simplisia Dari Buah Miana lectranthus

seutellaroides) yang berasal dari Tiga Tempat Tumbuh Menado,

Kupang dan Papua, Jurnal Penelitian Kesehatan, Vol. 38, No. 1 hal 1-

16.

Purnomo, Sudjino, 2005, Biologi, Sunda Kelapa Pustaka, Jakarta.

Poedjiadi, 2009, Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Soesilo,dkk., 2005, Materi Pokok Biologi, Karunika Jakarta UniversitasTerbuka,

Jakarta

Syamsuni, H. A, 2007, Ilmu Resep, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Waluyo, Joko., 2006, Biologi Dasar, JemberPress, Jember.

Page 38: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

37

Wiryowidagdo, Sumali, 2007, Kimia dan Farmakologi Bahan Alam, EGC,

Jakarta.

LAMPIRAN

TUGAS

1. Sebutkan manfat yang diperoleh jika tersedia simplisia baku

(pembanding)!

Jawab : Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan agar diperoleh simplisia

dengan mutu yang bagus, oleh karena itu disediakan contoh pada

tiap-tiap simplisia dengan mutu yang pasti dan memenuhi syarat

yang mana dapat digunakan sebgai pembanding simplisia. Pada

tiap-tiap penerimaan dan pembelian simplisia tertentu diperlukan

pengujian mutu yang dicocokan dengan simplisia pembanding.

Contoh simplisia pembanding tersebut disimpan pada tempat

secara khusus untuk menjaga mutunya, dan setiap jangka waktu

tertentu dipriksa kembali mutunya, apabila kedapatan penurunan

mutu maka perlu dilakukan pergantian simplisia pembanding

yang baru. Tersedia contoh simplisia baku (pembanding) yang

akan selelu diperbaharui secara periodik. Selain itu manfaatnya

tersedia simplisia baku pebanding adalah untuk belajar mengenal

simplisia dan baku pembanding berguna sekali dalam percobaan

makroskopik, kimia (perhatikan umur simplisia).

2. Apakah yang Saudara ketahui tentang zat identitas dalam simplisia?

Jawab :Zat identitas atau senyawa penanda merupakan senyawa yang

dapat dalam bahan alam dan dideteksi untuk keperluan khusus.

Zat identitas dipakai untuk menandai simplisia tanaman tertentu

dengan syarat zat tersebut tidak dimiliki oleh simplisia tanaman

lain. Syarat-syarat senyawa penanda adalah khas, mempunyai

Page 39: irenneagustina.files.wordpress.com · Web viewIdentifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

38

struktur kimia yang jelas, bersifat stabil, dapat diisolasi, dapat

diukur kadarnya.

3. Bagaimana hasil identifikasi kandungan kimia dengan reaksi warna

dibandingkan dengna cara kromatografi ?

Jawab :Hasil identifikasi kandungan kimia pada reaksi warna hampir sama

dengan hasil identifikasi pada cara kromatografi. Perbedaannya

adalah pada identifikasi kandungan kimia secara kromatografi

hasilnya masih berupa noda atau bercak-bercak pada lempeng,

sehingga harus ditambahkan reagen/pereaksi kimia dahulu untuk

bisa menghasilkan warna yang tampak. Sementara itu pada reaksi

warna hasilnya dapat langsung diamati warnanya secara langsung.

Uji kromatografi ini selain untuk mengidentifikasi kandungan

kimia simplisia juga untuk mengetahui nilai Rf kandungan

simplisia.

Uji dengan reaksi warna dilakukan terhadap hasil penyaringan zat

berkhasiat baik sebagai hasil mikrosublimasi atau langsung

terhadap irisan serbuk simplisia (uji histokimia) dan ekstrak,

meliputi uji lignin, seberin, kutin, minyak lemak, minyak atsiri,

getah dan resin, pati dan aleuron, lender dan pectin, selulosa, zat

zamak atau tannin dan katekol, dioksiantrakinon bebas, fenol,

saponin, flvanoid, karbohidrat, glikosida, glikosida antrakinon

dan steroid contohnya : asam sinamat dipasahkan dalam bentuk

Kristal dari tolu balsam setelah didihkan dengan air

kapur+HCl+kalium permanganat terbentuk benzaldehid.

Kromatografi Lapis Tipis adalah salah satu teknik pemisahan

komponen kimia dengan prinsip adsorbsi dan partisi

menggunakan lempeng berukuran 3x7 cm, yang dilapisi oleh

silica gel sebagai fase adsorban (penyerap) atau disebut fase diam

dan eluen berupa campuran beberapa atau fase gerak yang dapat

memisahkan senyawa kimia dengan baik .