vi analisis pendapatan usahatani kembang kol 6.1 … · total tenaga kerja yang digunakan dalam...

15
VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit, lahan, tenaga kerja, dan alat-alat pertanian yang digunakan pada saat melakukan kegiatan budidaya. 6.1.1 Bibit Kembang kol yang ditanam oleh petani responden pada kelompok tani ”Suka Tani” adalah jenis Royal Green yang dibeli di toko pertanian atau bibit lokal yang didatangkan dari Lembang dengan jenis Cempaka dalam bentuk benih. Petani juga sedang mencoba membuat benih sendiri dari hasil produksi sebelumnya. Bibit Royal Green diperoleh petani dengan membeli dari toko pertanian yang terdapat di Cipanas dan Cisarua. Apabila membuat benih sendiri petani responden memperolehnya dari kembang kol yang dipilih berbentuk sempurna, sehingga akan menghasilkan bibit yang baik kualitasnya. Kembang kol ini sengaja tidak dipanen serta dipelihara, hingga menghasilkan buah yang berisi biji. Biji tersebut kemudian dijemur sampai kering dan siap untuk disemai. Apabila tidak langsung disemai dapat disimpan didalam botol yang tertutup rapat tujuannya adalah untuk menjaga kualitas benih agar tetap memiliki daya kecambah yang baik. Benih yang dibeli dari toko pertanian terlebih dahulu di semai di lahan persemaian selama 1-1.5 bulan. Untuk luasan lahan satu hektar bibit kembang kol yang di butuhkan sebanyak 25,000 bibit kembang kol ditambah dengan bibit cadangan yang digunakan untuk penyulaman sebanyak 20 persen dari bibit yang dibutuhkan, sehingga total bibit yang dibutuhkan sebanyak 10 amplop benih kembang kol. Setiap satu amplop kembang kol berisi 10 gram bibit yang bisa menghasilkan 3000 batang bibit. Harga setiap satu amplop kembang kol seharga Rp 100,000,-, sehingga untuk lahan tersebut akan menghabiskan biaya untuk bibit sebesar Rp 1,000,000,-. Jarak tanam yang umum digunakan petani responden dalam usahatani kembang kol adalah 50 x 50 cm. Untuk luasan 1 hektar kembang kol

Upload: doandat

Post on 11-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 … · Total tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh proses budidaya sejumlah 93.1 HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol

Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran

produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit, lahan, tenaga kerja, dan

alat-alat pertanian yang digunakan pada saat melakukan kegiatan budidaya.

6.1.1 Bibit

Kembang kol yang ditanam oleh petani responden pada kelompok tani

”Suka Tani” adalah jenis Royal Green yang dibeli di toko pertanian atau bibit

lokal yang didatangkan dari Lembang dengan jenis Cempaka dalam bentuk benih.

Petani juga sedang mencoba membuat benih sendiri dari hasil produksi

sebelumnya. Bibit Royal Green diperoleh petani dengan membeli dari toko

pertanian yang terdapat di Cipanas dan Cisarua.

Apabila membuat benih sendiri petani responden memperolehnya dari

kembang kol yang dipilih berbentuk sempurna, sehingga akan menghasilkan bibit

yang baik kualitasnya. Kembang kol ini sengaja tidak dipanen serta dipelihara,

hingga menghasilkan buah yang berisi biji. Biji tersebut kemudian dijemur

sampai kering dan siap untuk disemai. Apabila tidak langsung disemai dapat

disimpan didalam botol yang tertutup rapat tujuannya adalah untuk menjaga

kualitas benih agar tetap memiliki daya kecambah yang baik. Benih yang dibeli

dari toko pertanian terlebih dahulu di semai di lahan persemaian selama 1-1.5

bulan.

Untuk luasan lahan satu hektar bibit kembang kol yang di butuhkan

sebanyak 25,000 bibit kembang kol ditambah dengan bibit cadangan yang

digunakan untuk penyulaman sebanyak 20 persen dari bibit yang dibutuhkan,

sehingga total bibit yang dibutuhkan sebanyak 10 amplop benih kembang kol.

Setiap satu amplop kembang kol berisi 10 gram bibit yang bisa menghasilkan

3000 batang bibit. Harga setiap satu amplop kembang kol seharga Rp 100,000,-,

sehingga untuk lahan tersebut akan menghabiskan biaya untuk bibit sebesar Rp

1,000,000,-. Jarak tanam yang umum digunakan petani responden dalam

usahatani kembang kol adalah 50 x 50 cm. Untuk luasan 1 hektar kembang kol

Page 2: VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 … · Total tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh proses budidaya sejumlah 93.1 HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar

64

akan menghasilkan panen sebanyak 12 ton. Untuk luasan lahan 0.4 ha akan

membutuhkan bibit kembang kol sebanyak 12,000 bibit atau sama dengan tiga

amplop bibit kembang kol. Biaya bibit yang dikeluarkan untuk luasan rata-rata

(0.4 ha) sebesar Rp 400,000,-.

6.1.2 Lahan

Sebagian besar Lahan yang digunakan petani responden untuk

berusahatani kembang kol merupakan lahan milik orang lain yang memberikan

izin kepada para petani untuk mengolahnya. Para pemilik tersebut bersedia

meminjamkan tanah mereka kepada petani, alasannya bahwa pemilik ingin tanah

mereka dirawat dan digunakan untuk sesuatu yang menghasilkan sehingga dapat

saling mengguntungkan kedua belah pihak. Pemilik merasa aman dengan tanah

yang mereka tinggalkan, sedangkan petani bisa menjaga tanah tanpa harus diupah

tetapi dapat mencari nafkah dari kegiatan usahatani dengan menggunakan lahan

tersebut.

Untuk mengelola lahan tersebut petani sama sekali tidak dibebani biaya

sewa ataupun biaya lainnya, namun sekali waktu pemilik lahan berkunjung ke

lahan mereka. Petani memberikan sebagian hasil panennya, jika pemilik lahan

datang tepat pada saat panen. Oleh karena itu, biaya sewa lahan dimasukkan ke

dalam biaya yang diperhitungkan. Nilai sewa lahan per ha sebesar Rp. 500,000,-

per musin tanam, karena biaya sewa untuk satu hektar lahan per tahun sebesar Rp

1,500,000,- sedangkan dalam satu tahun dapat dilakukan tiga kali musim tanam

kembang kol. Pada lahan rata-rata (0.4 Ha), biaya sewa dikenakan sebesar Rp

200,000,- per musim tanam.

Rata-rata kepemilikan lahan pada kelompok tani ”Suka Tani” berkisar

antara 0.2 ha sampai 1 hektar. Luasan lahan yang ditanami kembang kol oleh

petani responden berkisar rata-rata lahan 0.4 hektar. Sehingga dalam perhitungan

analisis usahatani kembang kol menggunakan luasan lahan tanaman kembang kol

rata-rata (0.4 ha) dan satu hektar.

Page 3: VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 … · Total tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh proses budidaya sejumlah 93.1 HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar

65

6.1.3 Tenaga Kerja

Tenaga kerja untuk bidang pertanian kembang kol pada kelompok tani ini

berasal dari tenaga kerja dalam keluarga yaitu tenaga kerja yang berasal dari

anggota keluarga petani dan tenaga kerja luar keluarga yaitu tenaga kerja yang

merupakan tenaga upahan. Jadwal atau waktu kerja yang diberlakukan di Desa

Tugu Utara khususnya pada kelompok tani ”Suka Tani” adalah mulai pukul 07.00

sampai pukul 15.00 (delapan jam kerja) untuk tenaga kerja laki-laki dan tenga

kerja wanita dimulai pukul 07.00 sampai pukul 13.00 (enam jam). Tingkat upah

rata-rata yang dibayarkan untuk tenaga kerja laki-laki adalah Rp 30,000,- per hari

dan untuk tenaga kerja wanita adalah Rp 20,000,- per hari. Jumlah anggota

keluarga yang terlibat dalam usahatani kembang kol rata-rata sebanyak dua orang

yaitu petani dan istri petani. Kontribusi masing-masing tenaga kerja pada setiap

proses usahatani kembang kol dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Penggunaan Tenaga Kerja dalam Usahatani Kembang Kol Per Hektar Per Musim Tanam

No Kegiatan Usahatani Penggunaan Tenaga Kerja (HKP) Total Persentase

(%) Luar Keluarga Dalam Keluarga L P L P

1 Persiapan Lahan 70 - 14 - 84 41.7 2 Penanaman 15 2.1 3 2.1 22.2 11.0 3 Pemupukan dan

Penyiangan 14 19.6 14 11.2 58.8 29.2

4 Perawatan 0.0 Penyulaman 0 2.1 3 2.4 7.5 3.7 Penyemprotan 16 - 8 - 24 11.9

5 pemanenan 4 - 1 - 5 2.5 Total 119 23.8 43 15.7 201.5

100.0 Nilai Tenaga Kerja (000) 3570 714 1290 471 6045

Tenaga kerja laki-laki lebih banyak digunakan pada saat kegiatan

persiapan lahan/pengolahan lahan dan penyemprotan. Tenaga kerja perempuan

lebih banyak digunakan pada kegiatan penanaman, pemupukan dan penyiangan.

Kontribusi tenaga kerja pria dalam usahatani ini sebesar 80 persen dari total

pemakaian tenaga kerja. Hal ini di akibatkan oleh kegiatan budidaya kembang

Page 4: VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 … · Total tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh proses budidaya sejumlah 93.1 HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar

66

kol ini banyak melakukan kegiatan yang berat dan membutuhkan banyak tenaga

seperti pengolahan lahan yang dilakukan dengan menggunakan cangkul karena

lokasi usahatani yang berbukit-bukit dan lahan yang miring, serta fasilitas jalan

yang belum memadai, sehingga tidak dapat dijangkau atau dilalui oleh mesin

traktor. Kegiatan penyemprotan dan panen hanya mampu dilakukan oleh tenaga

kerja pria.

Gambar 8. Kondisi Lokasi Usahatani Kembang Kol Petani Kelompok ”Suka

Tani” Tahun 2009

Total tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh proses budidaya

sejumlah 201.5 HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar keluarga

sebanyak 142.8 HKP (71 persen) dari total tenaga kerja yang digunakan dan dari

dalam keluarga sebanyak 56 HKP (29 persen). Jumlah tenaga kerja wanita yang

digunakan dalam usahatani kembang kol telah dikonversikan kedalam hari kerja

pria dengan nilai konversi 0.7 HKP. Menurut (Hernanto, 1989), dalam teknis

perhitungan, dapat dipakai konversi tenaga kerja dengan cara membandingkan

tenaga pria sebagai ukuran baku, yaitu : 1 pria = 1 hari kerja pria (HKP) ; 1 wanita

= 0.7 HKP. Penggunaan tenaga kerja paling banyak digunakan dalam kegiatan

pemupukan dan penyiangan yaitu sebanyak 31 persen.

Page 5: VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 … · Total tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh proses budidaya sejumlah 93.1 HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar

67

Tabel 17. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Kembang Kol Per Rata-rata 0,4 Hektar Per Musim Tanam

No Kegiatan Usahatani Penggunaan Tenaga Kerja (HKP) Total Persentase

(%) Luar Keluarga Dalam Keluarga L P L P

1 Persiapan Lahan 24 - 8 - 32 35.3 2 Penanaman 0 2.8 2 1.4 6.2 6.8 3 Pemupukan dan

Penyiangan 7 9.8 7 4.9 28.7 31.6

4 Perawatan Penyulaman - 1.4 2 1.4 4.8 5.3 Penyemprotan - - 16 - 16 17.6

5 pemanenan 2 - 1 - 3 3.3 Total 33 14 36 7.7 90.7

100.0 Nilai Tenaga Kerja (000) 990 420 1,080 231 2,721

Pada luasan rata-rata (0.4 ha) tenaga kerja pria juga lebih banyak

digunakan pada saat persiapan lahan. Kontribusi tenaga kerja pria dalam usahatani

ini sebesar 75 persen dari total pemakaian tenaga kerja atau sebesar 70 HKP.

Total tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh proses budidaya sejumlah 93.1

HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar keluarga sebanyak 47 HKP

(50.3%) dan dari dalam keluarga sebanyak 43.7 HKP(49.7%). Tenaga kerja

wanita dikonversi kedalam hari kerja pria dengan nilai konversi 0.7 HKP.

Penggunaan tenaga kerja paling banyak digunakan adalah pada kegiatan

pegolahan, pemupukan dan penyiangan. Karena dalam kegiatan usahatani

pengolahan lahan dilakukan masih dengan menggunakan cangkul, karena lokasi

usahatani berada pada daerah yang curam dan belum tersedia fasilitas jalan untuk

mesin traktor dan kendaraan besar lainnya. Pemupukan dan penyiangan dilakukan

dengan bersamaan, sehingga membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak.

Kontribusi masing-masing tenaga kerja pada setiap proses usahatani kembang kol

dapat dilihat pada Tabel 17 diatas.

Page 6: VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 … · Total tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh proses budidaya sejumlah 93.1 HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar

68

6.1.4 Alat-alat Pertanian

Dalam usahatani kembang kol jenis alat-alat pertanian yang digunakan

seperti cangkul, sprayer, kored, pisau dan golok. Cangkul digunakan untuk

megemburkan tanah atau untuk menggolah lahan. Koret dan golok digunakan

petani untuk membersihkan/mengiangi gulma, dan rumput ataupun semak-semak

yang mengganggu tanaman, serta pisau potong untuk digunakan pada saat panen.

Sprayer digunakan untuk menyemprotkan pestisida. Peralatan tersebut biasanya

merupakan milik petani sendiri, namun jumlahnya tidak seimbang dengan luas

lahan yang dimiliki. Hal ini disebabkan karena masing-masing buruh tani atau

tenaga kerja luar keluarga membawa alat masing-masing.

Petani responden tidak selalu membeli alat-alat pertanian setiap musim

tanam sebab setiap alat yang digunakan memiliki umur teknis lebih dari dua tahun

Sampai tidak dapat digunakan lagi. Nilai penyusutan alat-alat pertanian yang

digunakan oleh petani responden Desa Tugu Utara pada kelompok tani

”SukaTani” dapat dilihat pada tabel 18.

Tabel 18. Penggunaan Peralatan Usahatani Kembang Kol Per Musim Tanam Pada Kelompok Tani ”Suka Tani” Per Rata-Rata Luasan Lahan

No Jenis Alat Jumlah

(Buah) Harga (Rp)

Nilai (Rp) Umur Teknis

(Tahun)

Penyusutan (Rp/Tahun)

1 Cangkul 3 50,000 150,000 3 50,000 2 Sprayer 2 400,000 800,000 5 160,000 3 Kored 2 20,000 40,000 3 13,333 4 Golok 1 40,000 40,000 3 13,333 5 Pisau 2 20,000 40,000 3 13,333 6 Sabit 1 20,000 20,000 3 6,666 Jumlah 256,665

Penggunaan alat-alat pertanian untuk setiap budidaya adalah sama, hanya

jumlah yang dimiliki petani tergantung kepemilikan luas lahan petani. Tabel 18

dan Tabel 19 menunjukkan nilai penyusutan peralatan pertanian yang digunakan

dalam usahatani kembang kol pada luasa 1 hektar yaitu sebesar Rp 256,665,- per

tahun, sedangkan pada luasan lahan rata-rata (0.4 ha) nilai penyusutan sebesar Rp

153,331,- per tahun. Penyusutan dihitung dengan metode garis lurus dengan

Page 7: VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 … · Total tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh proses budidaya sejumlah 93.1 HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar

69

asumsi peralatan tersebut tidak dapat digunakan lagi setelah melewati umur

teknis.

Tabel 19. Penggunaan Peralatan Usahatani Kembang Kol Per Musim Tanam Pada Kelompok Tani ”Suka Tani” Per Hektar

No Jenis

Alat Jumlah (Buah)

Harga (Rp)

Nilai (Rp)

Umur Teknis (Tahun)

Penyusutan (Rp/Tahun)

1 Cangkul 2 50,000 100,000 3 33,333 2 Sprayer 1 400,000 400,000 5 80,000 3 Kored 2 20,000 40,000 3 13,333 4 Golok 1 40,000 40,000 3 13,333 5 Pisau 1 20,000 20,000 3 6,666 6 Sabit 1 20,000 20,000 3 6,666 Jumlah 153,331

Selain lahan dan tenaga kerja, biaya yang dikeluarkan petani adalah biaya

pemupukan dan pestisida. Pupuk yang digunakan petani adalah pupuk kandang,

urea, ZA, KCL, TSP dan NPK. Biaya yang dikeluarkan petani untuk pemupukan

pada luasan satu hektar adalah sebesar Rp 4,020,000,- per musim tanam. Adapun

perincian rata-rata penggunaan dan biaya pemupupuk petani untuk usahatani

kembang kol dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Rata-rata penggunaan Biaya Pemupukan Petani Responden per Hektar

Komponen Jumlah (kg) Harga (Rp/Satuan) Nilai (Rp) Pupuk Kandang 12,000 175 2,100,000 Urea 300 1,400 420,000 KCL 300 1,500 450,000 TSP 300 2,000 600,000 ZA 300 1,500 450,000 Total 4,020,000

Pada luasan lahan rata-rata (0,4 hektar) biaya yang dikeluarkan petani

untuk pemupukan adalah sebesar Rp 1,608,000,- per musim tanam. Adapun

perincian rata-rata penggunaan dan biaya pemupukan petani responden untuk

usahatani kembang kol per rata-rata luasan lahan dapat dilihat pada Tabel 21.

Page 8: VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 … · Total tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh proses budidaya sejumlah 93.1 HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar

70

Tabel 21. Rata-rata penggunaan Biaya Pemupukan Petani Responden per Rata-rata Luasan Lahan (0.4 ha)

Komponen Jumlah (kg) Harga (Rp/Satuan) Nilai (Rp)

Pupuk Kandang 4,800 175 840,000 Urea 120 1,400 168,000 KCL 120 1,500 180,000 TSP 120 2,000 240,000 ZA 120 1,500 180,000 Total 1,608,000

Untuk pestisida petani responden menggunakan pestisida yang

disemprotkan terdiri dari insektisida (Curacron dan proklem), Fungsida

(polarem), penyubur ( supergro) dan perekat (dustic). Penyemprotan untuk lahan

satu hektar petani menggeluarkan biaya pestisida sebesar Rp 1,060,000,- yang

dilakukan oleh tiga orang tenaga kerja selama dua hari yang terdiri dari satu orang

tenaga kerja dalam keluarga dan dua orang tenaga kerja luar keluarga dan untuk

lahan 0,4 ha petani mengeluarkan biaya pestisida sebesar Rp 414,000,- per musim

tanam dan hanya dilakukan oleh satu orang tenaga kerja keluarga selama dua hari.

Jenis dan jumlah pestisida yang digunakan pada luasan satu hektar dapat dilihat

pada Tabel 22.

Tabel 22. Tabel Rata-rata penggunaan dan Pestisida Petani Responden per Hektar dan per rata-rata luasan lahan (0.4 ha)

Komponen Jumlah Fisik Harga

(Rp/Satuan) Nilai (Rp) Nilai (Rp)

1ha 0,4Ha Curacron(liter) 1 0.5 190,000 190,000 95,000 Proklem (grm) 4 1.5 90,000 360,000 135,000 Polarem (kg) 6 2 50,000 300,000 100,000 Supergro (liter) 5 2 22,000 110,000 44,000 Dustic (liter) 5 2 20,000 100,000 40,000 Total 1,060,000 414,000

Page 9: VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 … · Total tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh proses budidaya sejumlah 93.1 HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar

71

6.2 Analisis Pendapatan Usahatani Kembang Kol

Analisis usahatani kembang kol pada kelompok tani Suka Tani

menggambarkan besarnya penggunaan input-input produksi dan biaya-biaya yang

harus dikeluarkan selama proses usahatani berlangsung. Kegiatan usahatani ini

bertujuan untuk memperoleh pendapatan optimal, sebagai imbalan atas usaha dan

kerja yang telah dijalankan petani.

Analisis yang dilakukan mengacu pada selisih antara penerimaan dan

biaya yang dikeluarkan, yang meliputi biaya tunai dan biaya total. Biaya tunai

adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk tunai, seperti biaya bibit, pupuk,

tenaga kerja luar keluarga dan peralatan yang digunakan selama kegiatan

usahatani kembang kol. Biaya total adalah biaya yang tidak dikeluarkan oleh

petani dalam bentuk tunai tetapi dihitung sebagai biaya, seperti tenaga kerja dalam

keluarga, sewa lahan dan penyusutan peralatan. Analisis usahatani kembang kol

yang dilakukan dalam penelitian ini di bedakan berdasarkan rata-rata luas lahan

0,4 ha dan luas lahan satu hektar.

Pada usahatani kembang kol, penerimaan total diperoleh petani dari

produksi yang dihasilkan dikalikan dengan harga yang berlaku. Produksi rata-rata

kembang kol per luasan rata-rata lahan per musim tanam adalah 5,000 kg, dengan

luasan rata-rata lahan usahatani kembang kol seluas 0.4 ha. Hasil panen ini selain

di jual, juga dikonsumsi sendiri oleh petani rata-rata sebanyak 0.5 persen (22 kg)

dari total hasil panen. Maka, produksi rata-rata kembang kol per rata-rata luasan

lahan per musim tanam setelah dikurangi dengan tingkat kegagalan panen sebesar

10 persen adalah 4,478 kg. Sehingga penerimaan petani yang diperoleh sebesar

Rp13,500,000,- per luasan rata-rata lahan. Penerimaan petani pada luas lahan satu

hektar sebesar Rp. 33,750,000,- dengan asumsi perhitungan yang sama.

Biaya yang dikeluarkan petani responden terdiri dari biaya tunai dan biaya

di perhitungkan. Biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani responden kembang

kol meliputi biaya bibit, biaya tenaga kerja luar keluarga, biaya pemupukan,

biaya obat-obatan. Biaya yang diperhitungkan yang dikeluarkan petani responden

meliputi biaya biaya penyusutan, biaya tenaga kerja dalam keluarga dan biaya

sewa.

Page 10: VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 … · Total tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh proses budidaya sejumlah 93.1 HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar

72

Alokasi biaya terbesar dalam sarana produksi adalah untuk pupuk kandang

dan pupuk kimia. Rata-rata penggunaan pupuk kandang perluasan pupuk

kandang per luasan rata-rata lahan permusim tanam adalah 4,800 kg, sehingga

biaya yang dikeluarkan untuk membeli pupuk kandang yang didatangkan dari

peternakan setempat sebesar Rp 840,000,-. Rata-rata penggunaan pupuk kandang

per hektar per musim tanam sebesar 12,000 kg, sehingga biaya yang dikeluarkan

untuk pembelian pupuk kandang untuk luasan satu hektar sebesar Rp 2,100,000,-

per musim tanam. Pemberian pupuk kandang dilakukan pada saat penanaman.

Pupuk kandang dimasukkan ke dalam lubang tanam yang sebelumnya telah

dibuat.

Penggunaan pupuk kimia pada kegiatan usahatni kembang kol terdiri dari

pupuk urea, TSP, KCL dan ZA yang dibeli dengan harga masing-masing Rp

1,400,- per kilogram, Rp 2,000,- per kilogram, Rp 1,500,- per kilogram, Rp

1,500,- per kilogram. Rata-rata penggunaan pupuk kimia perluasan 1 hektar lahan

dalam satu musim tanam masing-masing adalah 300 kilogram. Sedangkan pada

luasan rata-rata lahan (0.4) pupuk yang digunakan masing-masing pupuk adalah

sebanyak 120 kg.

Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja luar keluarga untuk lahan satu

hektar adalah sebesar Rp 4,284,000,- per musim tanam atau sama dengan 142.8

HKP. Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk tenga kerja pada luasan rata-rata

lahan adalah sebesar Rp 1,410,000,- per musim tanam atau menggunakan tenaga

kerja sebanyak 47 HKP.

Biaya yang diperhitungkan terdiri dari biaya tenaga kerja dalam keluarga,

penyusutan alat-alat pertanian dan sewa lahan. Tenaga kerja dalam keluarga yang

digunakan dalam usahatani kembang kol oleh petani responden Kelompok ”Suka

Tani” untuk luasan rata-rata adalah sebesar 43.7 HKP dan untuk satu hektar

sebesar 58.7 HKP. Tenaga kerja dalam keluarga ini hanya terdiri dari istri dan

petani sendiri. Istri petani dan petani sendiri dianggap sebagai buruh tani dalam

kegiatan usahatani kembang kol tersebut, sehingga istri petani dan petani juga

deberi upah seperti tenaga kerja luar keluarga Hasil analisis pendapatan per luasan

rata-rata lahan dan luasan hektar per musim tanam petani kembang kol di Desa

Tugu Utara pada kelompok tani ”Suka Tani” dapat dilihat di Tabel 23.

Page 11: VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 … · Total tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh proses budidaya sejumlah 93.1 HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar

73

Tabel 23. Analisis Pendapatan Usahatani Kembang Kol Per Luasan Lahan/Musim Tanam Petani Responden Pada Kelompok Tani ”Suka Tani” Desa Tugu Utara Saat Harga Kembang Kol Rp 3,000,-

Uraian

Kembamg Kol 1 H Kembang Kol 0,4 Ha

Jumlah Fisik

Harga (Rp/Sat)

Nilai (Rp)

Jumlah Fisik

Harga (Rp/Sat)

Nilai (Rp)

Penerimaan: Hasil Panen (Kg) 12,500 3,000 37,500,000 5,000 3,000 15,000,000 Penjualan (Kg) 11,206 3,000 33,618,000 4,478 3,000 13,434,000 Konsumsi Sendiri (Kg) 60 3,000 180,000 25 3,000 75,000 Resiko Panen (Kg) 1,250 3,000 3,750,000 500 3,000 1,500,000 Total Penerimaan 11,250 3,000 33,750,000 4,500 3,000 13,500,000 Pengeluaran:

Biaya Tunai Benih 10 100,000 1,000,000 4 100,000 400,000 Pupuk:

a. Urea (kg) 300 1,400 420,000 120 1,400 168,000 b. ZA (kg) 300 1,500 450,000 120 1,500 180,000 c. TSP (kg) 300 2,000 600,000 120 2,000 240,000 d. KCL (kg) 300 1,500 450,000 120 1,500 180,000 e. Pupuk Kandang (kg) 12,000 175 2,100,000 4,800 175 840,000 Pestisida : a. Curacron (Liter) 1 190,000 190,000 0.5 190,000 95,000 b. Proklem( Gram) 4 90,000 360,000 1.5 90,000 135,000 c. Polarem (Kg) 6 50,000 300,000 2 50,000 100,000 d. Supergro (Liter) 5 22,000 110,000 2 22,000 44,000 e. Dustic (Liter) 5 20,000 100,000 2 20,000 40,000 Tenaga Kerja Luar Keluarga 142.8 30,000 4,284,000 47 30,000 1,410,000 Total Biaya Tunai 10,364,000 3,832,000 Biaya Diperhitungkan

Penyusutan alat 256,665 153,331 Tenaga Kerja Dalam Keluarga 58.7 30,000 1,761,000 43.7 30,000 1,311,000 Sewa Lahan 500,000 200,000 Total Biaya Diperhitungkan 2,517,665 1,664,331 Biaya Total 12,881,665 5,496,331 Pendapatan Atas Biaya Tunai 23,386,000 9,668,000 Pendapatan Atas Biaya Total 20,868,335 8,003,669 R/C Atas Biaya Tunai 3.3 3.5 R/C Atas Biaya Total 2.6 2.5

Biaya total yang dikeluarkan untuk usahatani kembang kol perluasan rata-

rata lahan per musim tanam adalah sebesar Rp 5,496,331,-, sedangkan per hektar

per musim tanam sebesar Rp 12,881,665,-. Pada rata-rata luasan lahan,

Page 12: VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 … · Total tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh proses budidaya sejumlah 93.1 HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar

74

pendapatan yang diperoleh atas biaya tunai pada saat harga kembang kol Rp

3,000,- adalah sebesar Rp 9,668,000,- sedangkan pendapatan atas biaya total per

luasan rata-rata lahan sebesar Rp 8,003,669,-. Pada luasan lahan satu hektar

pendapatan yang diperoleh atas biaya tunai adalah sebesar Rp 23,386,000,-

sedangkan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 20,868,335,-.

Usahatani kembang kol ini dikatakan menguntungkan atau efisien untuk

diusahakan juga dapat dilihat dari nilai perbandingan antara jumlah penerimaan

dengan jumlah biaya yang dikeluarkan (R/C Rasio). Berdasarkan Tabel 23, R/C

rasio atas biaya total yang di peroleh petani dengan luasan lahan satu hektar

adalah sebesar 2.6 yang berarti setiap pengeluaran petani sebesar Rp 1,- akan

mendapatkan imbalan penerimaan sebesar Rp 2.6,-. Nilai R/C yang Lebih dari

satu ini menunjukkan bahwa usahatani kembang kol efisien diusahakan karena

penerimaan yang dihasilkan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Sedangkan

R/C rasio atas biaya total yang diperoleh petani kembang kol dengan luasan lahan

0.4 ha adalah sebesar 2.5 yang berarti setiap pengeluaran petani sebesar Rp 1,-

akan mendapatkan imbalan penerimaan sebesar Rp 2.5,- sehingga usahatani

kembang kol pada luasan 0.4 ha juga efisien untuk diusahakan karena penerimaan

yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan oleh petani.

Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan usahatani

dengan biaya yang dikeluarkan. Penerimaan usahatani akan mengalami

penurunan jika terjadi penurunan harga karena penerimaan usahatani merupakan

perkalian antara jumalah produksi dengan harga kembang kol. Harga kembang

kol sering mengalami fluktuasi, harga terendah yang diterima petani kelompok

tani Suka Tani adalah Rp. 1,000,-. Jadi penerimaan petani ketika harga kembang

kol Rp 1,000,- pada luasan 1 ha adalah Rp 11,250,000,- dan pada luasan rata-rata

adalah Rp 4,500,000,-.

Biaya yang dikeluarkan oleh petani sama seperti pada saat harga kembang

kol sedang normal. Sehingga pendapatan petani atas biaya tunai pada lahan 1 ha

adalah Rp -116,000,- sedangkan pada lahan luasan rata-rata adalah Rp 404,000,-

dan pendapatan atas biaya total pada Luan 1 ha adalahRp -2,282,665,- dan pada

luasan rata-rata adalah Rp -1,317,331,-. Perincian analisis pendapatan rata-rata

Page 13: VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 … · Total tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh proses budidaya sejumlah 93.1 HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar

75

usahatani kembang kol petani kelompok tani ”Suka Tani” ketika harag mengalami

penurunan menjadi Rp 1,000,- dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Analisis Pendapatan Usahatani Kembang Kol Per Luasan Lahan/Musim

Tanam Petani Responden Pada Kelompok Tani ”Suka Tani” Desa Tugu Utara Saat Harga Kembang Kol Rp 1,000,-

uraian

Kembamg Kol 1 Ha

Kembang Kol 0,4 Ha

Jumlah Fisik

Harga (Rp/Sat)

Nilai (Rp) Jumlah Fisik

Harga (Rp/Sat)

Nilai (Rp)

Penerimaan: Hasil Panen (Kg) 12,500 1,000 12,500,000 5,000 1,000 5,000,000 Penjualan (Kg) 11,206 1,000 11,206,000 4,478 1,000 4,478,000 Konsumsi Sendiri (Kg) 60 1,000 60,000 25 1,000 25,000 Resiko Panen (Kg) 1,250 1,000 1,250,000 500 1,000 500,000 Total Penerimaan 11,250 1,000 11,250,000 4,500 1,000 4,500,000 Pengeluaran: Biaya Tunai Benih 10 100,000 1,000,000 4 100,000 400,000 Pupuk: a. Urea 300 1,400 420,000 120 1,400 168,000 b. ZA 300 1,500 450,000 120 1,500 180,000 c. TSP 300 2,000 600,000 120 2,000 240,000 d. KCL 300 1,500 450,000 120 1,500 180,000 e. Pupuk Kandang 12,000 175 2,100,000 4,800 175 840,000 Pestisida : a. Curacron 1 190,000 190,000 1 190,000 95,000 b. Proklem 4 90,000 360,000 2 90,000 135,000 c. Polarem 6 50,000 300,000 2 50,000 100,000 d. Supergro 5 22,000 110,000 2 22,000 44,000 e. Dustic 5 20,000 100,000 2 20,000 40,000 Tenaga Kerja Luar Keluarga

176.2 30,000 5,286,000 55.8 30,000 1,674,000

Total Biaya Tunai 11,366,000 4,096,000 Biaya Diperhitungkan Penyusutan alat 256,665 153,331 Tenaga Kerja Dalam Keluarga

62 30,000 1,860,000 45.6 30,000 1,368,000

Sewa Lahan 50,000 200,000 Total Biaya Diperhitungkan

2,166,665 1,721,331

Biaya Total 13,532,665 5,817,331 Pendapatan Atas Biaya Tunai

(116,000) 404,000

Pendapatan Atas Biaya Total

(2,282,665) (1,317,331)

R/C Atas Biaya Tunai 1.0 1.1 R/C Atas Biaya Total 0.8 0.8

Page 14: VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 … · Total tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh proses budidaya sejumlah 93.1 HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar

76

Berdasarkan Tabel 24, diketahui bahwa pada luasan lahan 1 ha nilai R/C

atas biaya tunai adalah sebesar 1. Hal ini berarti bahwa setiap Rp 1 biaya tunai

yang dikeluarkan petani untuk menanam kembang kol maka petani akan

memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,- sedangkah R/C atas biaya total adalah

sebesar 0.8. hal ini juga berarti bahwa setiap Rp 1,- biaya total yang dikeluarkan

untuk menanam kembang kol akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 0.8,-.

Berdasarkan kenyataan tersebut, bahwa usahatani kembang kol petani pada

kelompok Suka Tani Desa Tugu Utara apabila harganya Rp 1,000,- adalah tidak

menguntungkan untuk diusahakan. Hal ini dikarenakan nilai R/C atas biaya total

kurang dari satu. Begitu halnya pada lahan luasan rata-rata dimana R/C atas biaya

tunai sebesar 1.1 sedangkan R/C atas biaya total adalah 0.8,sehingga usahatani

kembang kol petani pada kelompok ”Suka Tani” Desa Tugu Utara pada luasan

rata-rata apabila harganya Rp 1,000,- adalah tidak menguntungkan untuk

diusahakan.

Dengan kondisi harga yang berfluktuasi maka dilakukan perthintungan

harga pokok produksi. Dengan dasar biaya per unit atau harga pokok tersebut

maka petani dapat menetapkan harga jual sesuai dengan laba/ keuntungan sesuai

dengan tujuan usahatani (Limbong dan Sitorus, 1987). Biaya per unit atau harga

pokok dapat dihitung dengan menambahkan total biaya variabel dan biaya tetap

dibagi dengan hasil penjumlahan produksi normal dan produksi nyata. Produksi

nyata merupakan jumlah produksi yang dihasilkan pada saat kembang kol

dipanen. Sedangkan produksi normal adalah jumlah produksi yang seharusnya di

hasilkan pada saat panen kembang kol. Perhitungan harga pokok produksi dapat

dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Perhitungan Harga Pokok/ Biaya per Kg Kembang Kol

Uraian Luasan 1 Ha Luasan 0,4 Ha Total Biaya tetap (Rp) 2,166,665 1,721,331 Total Biaya Variabel (Rp) 11,366,000 4,096,000 Produksi Normal (Kg) 12,000 4.800 Produksi Nyata (Kg) 11,250 4.500 Harga Pokok Produksi (Rp/Kg) 1,190 1,269

Page 15: VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 … · Total tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh proses budidaya sejumlah 93.1 HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar

77

Tabel 25 menunjukkan harga pokok/biaya per unit kembang kol pada

luasan lahan 1 ha adalah Rp 1,190. Hal ini menunjukkan bahwa harga minimal

yang digunakan untuk menjual kembang kol tidak bisa kurang dari harga pokok

produksi. Bila harga jual kembang kol lebih rendah dari harga pokok maka petani

akan mengalami kerugian. Begitu pula pada luasan lahan rata-rata harga jual

kembang kol harus lebih besar dari harga pokok yaitu sebesar Rp 2,269,-. Bila

harga jual petani lebih rendah dari harga pokok/biaya per unit akan menimbulkan

kerugian bagi petani.