vektor diagnosis malaria

11
Diagnosis Penyakit Malaria Diagnosis malaria ditegakkan seperti penyakit lainnyaberdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan periksaan laboratorium. Diagnosis pasti malaria harus dilakukan periksaan sediaan darah secara mikroskopik atau test diagnosis cepat (RDT – Rapid Diagnostik Test) 1. Anamnesis Pada anamnesis sangat penting diperhatikan: a. Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal. b. Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik malaria. c. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria. d. Riwayat sakit malaria. e. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir. f. Riwayat mendapat transfusi darah. 2. Pemeriksaan fisik a. Malaria tanpa komplikasi: 1) Demam (pengukuran dengan termometer ≥ 37,5°C). 2) Konjungtiva atau telapak tangan pucat. 3) Pembesaran limpa (splenomegali). 4) Pembesaran hati (hepatomegali). b. Malaria dengan komplikasi dapat ditemukan keadaan dibawah ini:

Upload: dian-kurniasari

Post on 21-Jan-2016

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Vektor Diagnosis Malaria

Diagnosis Penyakit Malaria

Diagnosis malaria ditegakkan seperti penyakit lainnyaberdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan periksaan laboratorium. Diagnosis pasti malaria harus

dilakukan periksaan sediaan darah secara mikroskopik atau test diagnosis cepat (RDT

– Rapid Diagnostik Test)

1. Anamnesis 

Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:

a. Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai

sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.

b. Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah

endemik malaria.

c. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.

d. Riwayat sakit malaria.

e. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.

f. Riwayat mendapat transfusi darah.

2. Pemeriksaan fisik 

a. Malaria tanpa komplikasi:

1) Demam (pengukuran dengan termometer ≥ 37,5°C).

2) Konjungtiva atau telapak tangan pucat.

3) Pembesaran limpa (splenomegali).

4) Pembesaran hati (hepatomegali).

b. Malaria dengan komplikasi dapat ditemukan keadaan dibawah ini:

1) Temperatur rectal (40°C).

2) Nadi cepat dan lemah.

3) Frekuensi nafas > 35/menit pada orang dewasa atau > 40/menit pada

balita,

4) Penurunan derajat kesadaran dengan Glasgow coma scale (GSC) > 1.

5) Manifestasi pendarahan (petekie, purpura, hematom).

6) Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri).

7) Kejang-kejang.

Page 2: Vektor Diagnosis Malaria

Catatan : penderita tersangka malaria berat harus segera dirujuk untuk mendapat

kepastian diagnosis secara mikroskopik dah penanganan Iebih lanjut.

3. Pemeriksaan Laboratorium 

a. Pemeriksaan dengan mikroskop

Pemeriksaan Sediaan Darah (SD) tebal dan tipis di

Puskesmas/Iapangan/rumah sakit untuk menentukan:

1) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).

2) Spesies dan stadium plasmodium.

3) Kepadatan parasit.

Untuk penderita tersangka malaria berat perlu memperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

1) Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa

ulang setiap 6 jam sampai 3 hari berturut-turut.

2) Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-

turut tidak ditemukan parasit maka diagnosis malaria disingkirkan.

b. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostik Test)

Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria,

dengan menggunakan metoda imunokromatografi, dalam bentuk dipstick.

Tes ini sangat bermanfaat pada unit gawat darurat, pada saat terjadi

kejadian luar biasa dan di daerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas lab

serta untuk survei tertentu. Hal yang penting lainnya adalah penyimpanan

RDT ini sebaiknya dalam lemari es tetapi tidak dalam freezer pendingin.

4. Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat:

a. Darah rutin

b. Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali

fosfatase, albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium,

anaIisis gas darah

c. EKG

d. Foto toraks

e. Analisis cairan serebrospinalis

Page 3: Vektor Diagnosis Malaria

f. Biakan darah dan uji serologi

g. Urinalisis

Vektor Penyakit Malaria

1. Vektor Malaria di Indonesia

Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui

gigitan nyamuk Anopheles betina. Berdasarkan survai unit kerja SPP (Serangga

Penular Penyakit) telah ditemukan di Indonesia ada 46 species nyamuk Anopheles

yang tersebar diseluruh Indonesia. Dari spesies-spesies nyamuk tersebut ternyata ada

25 spesies yang dapat menularkan penyakit malaria dengan penyebaran seperti

ditunjukan dalam peta di bawah ini.

Gb. X Vektor Malaria di Indonesia

Sumber : Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009

Disuatu daerah tertentu apabila terdapat vektor malaria dari salah satu species

nyamuk Anopheles, belum tentu di daerah lain juga mampu menularkan penyakit

malaria. Nyamuk Anopheles dapat dikatakan sebagai vektor malaria apabila

Page 4: Vektor Diagnosis Malaria

memenuhi suatu persyaratan tertentu diantaranya seperti yang di sebutkan dibawah

ini :

a. Kontaknya dengan manusia cukup besar.

b. Merupakan species yang selalu dominan.

c. Anggota populasi pada umumnya berumur cukup panjang, sehingga

memungkinkan perkembangan dan pertumbuhan plasmodium hingga

menjadi sporosoit

d. Ditempat lain terbukti sebagai vektor

2. Siklus Hidup Nyamuk Anopheles

Berdasarkan tempat hidupnya, nyamuk Anopheles dikenal dua tingkatan

kehidupan yaitu :

a. Tingkatan di dalam air.

b. Tingkatan di luar tempat berair (darat/udara).

Gb. X Siklus Hidup Nyamuk Anopheles

Untuk kelangsungan kehidupan nyamuk diperlukan air. Tingkatan kehidupan

yang berada di dalam air ialah: telur. jentik, kepompong. Setelah satu atau dua hari

telur berada didalam air, maka telur akan menetas dan keluar jentik. Jentik yang baru

keluar dari telur masih sangat halus seperti jarum. Dalam pertumbuhannya jentik

Anopheles mengalami pelepasan kulit sebanyak empat kali.

Page 5: Vektor Diagnosis Malaria

Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan jentik antara 8-10 hari tergantung

pada suhu, keadaan makanan serta spesies nyamuk. Dari jentik akan tumbuh menjadi

kepompong (pupa) yang merupakan tingkatan atau stadium istirahat dan tidak makan.

Pada tingkatan kepompong ini memakan waktu satu sampai dua hari. Setelah cukup

waktunya, dari kepompong akan keluar nyamuk dewasa yang telah dapat dibedakan

jenis kelaminnya. Setelah nyamuk bersentuhan dengan udara, tidak lama kemudian

nyamuk tersebut telah mampu terbang. Nyamuk betina kebanyakan hanya kawin satu

kali selama hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi setelah 24 -48 jam dari saat

keluarnya dari kepompong.

3. Aspek Perilaku (Bionomik) Nyamuk

a. Perilaku mencari darah.

Perilaku mencari darah nyamuk dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:

1) Perilaku mencari darah dikaitkan dengan waktu. Nyamuk Anopheles

pada umumnya aktif mencari darah pada waktu malam hari. Apabila

dipelajari dengan teliti, ternyata tiap spesies mempunyai sifat tertentu.

Ada spesies yang aktif mulai senja hingga menjelang tengah malam

dan sampai pagi hari.

2) Perilaku mencari darah dikaitkan dengan tempat. Terdapat dua

golongan nyamuk, yaitu: eksofagik yang lebih senang mencari darah

diluar rumah dan endofagik yang lebih senang mencari darah didalam

rumah.

3) Perilaku mencari darah dikaitkan dengan sumber darah. Berdasarkan

macam darah yang disenangi, dapat dibedakan atas: antropofilik

apabila lebih senang darah manusia, zoofilik apabila nyamuk lebih

senang menghisap darah binatang dan golongan yang tidak

mempunyai pilihan tertentu.

4) Frekuensi menggigit, telah diketahui bahwa nyamuk betina biasanya

hanya kawin satu kali selama hidupnya. Untuk mempertahankan dan

memperbanyak keturunannya, nyamuk betina hanya memerlukan

darah untuk proses pertumbuhan telurnya. Tiap berapa hari sekali

Page 6: Vektor Diagnosis Malaria

nyamuk akan mencari darah. Interval tersebut tergantung pada spesies,

dan dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban. Siklus ini disebut

siklus gonotrofik. Untuk iklim Indonesia memerlukan waktu antara 48-

96 jam.

b. Perilaku istirahat.

Istirahat bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya: istirahat yang sebenarnya

selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara yaitu

pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah. Meskipun pada umumnya nyamuk

memilih tempat yang teduh, lembab dan aman untuk beristirahat tetapi apabila diteliti

lebih lanjut tiap spesies ternyata mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Ada spesies

yang hanya hinggap tempat-tempat dekat dengan tanah (An. aconitus) tetapi ada pula

species yang hinggap di tempat-tempat yang cukup tinggi (An.sundaicus).

Pada waktu malam ada nyamuk yang masuk kedalam rumah hanya untuk

menghisap darah orang dan kemudian langsung keluar. Ada pula yang baik sebelum

maupun sesudah menghisap darah orang akan hinggap pada dinding untuk

beristirahat.

c. Perilaku berkembang Biak.

Nyamuk Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih tempat

perindukan atau tempat untuk berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan dan

kebutuhannya Ada species yang senang pada tempat-tempat yang kena sinar matahari

langsung (An. sundaicus), ada pula yang senang pada tempat-tempat teduh (An.

umrosus). Oleh karena perilaku berkembang biak ini sangat bervariasi, maka

diperlukan suatu survai yang intensif untuk inventarisasi tempat perindukan, yang

sangat diperlukan dalam program pemberantasan.

4. Keterangan mengenai vektor yang perlu dipelajari ialah:

a) Umur populasi vektor.

Umur nyamuk bervariasi tergantung pada spesies dan dipengaruhi keadaan

lingkungan. Ada banyak cara untuk mengukur unsur populasi nyamuk. Salah satu

cara yang paling praktis dan cukup memungkinkan ialah dengan melihat beberapa

persen nyamuk porous dari jumlah yang diperiksa. Nyamuk parous adalah nyamuk

Page 7: Vektor Diagnosis Malaria

yang telah pernah bertelur, yang dapat diperiksa dengan perbedahan indung telur

(ovarium). Misalnya dari 100 ekor nyamuk yang dibedah indung telurnya ternyata 80

ekor telah parous, maka persentase parous populasi nyamuk tersebut adalah 80%.

Penentuan umur nyamuk ini sangat penting untuk mengetahui kaitannya dengan

penularan malaria. Data umur populasi nyamuk dapat juga digunakan sebagai

parameter untuk menilai dampak upaya pemberantasan vektor (penyemprotan,

pengabutan dan lain-lain).

b) Distribusi musiman.

Distribusi musiman vektor sangat penting untuk diketahui. Data distribusi

musiman ini apabila dikombinasikan dengan data umur populasi vektor akan

menerangkan musim penularan yang tepat. Pada umumnya satu spesies yang

berperan sebagai vektor memperlihatkan pola distribusi manusia tertentu. Untuk

daerah tropis seperti di Indonesia pada umumnya densitas atau kepadatan tinggi pada

musim penghujan, kecuali An. sundaicus di pantai selatan Pulau Jawa dimana

densitas tertinggi pada musim kemarau

c) Penyebaran vektor.

Penyebaran vektor mempunyai arti penting dalam epidemiologi penyakit yang

ditularkan serangga. Penyebaran nyamuk dapat berlangsung dengan dua cara yaitu:

cara aktif, yang ditentukan oleh kekuatan terbang, dan cara pasif dengan perantaraan

dan bantuan alat transport atau angin.

Hiswani. 2011. Gambaran Penyakit dan Vektor Malaria di Indonesia. Medan :

Universitas Sumatra Utara.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3760/1/fkm-hiswani11.pdf. Diakses

pada tanggal 10 Oktober 2013.

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Epidemiologi Malaria di Indonesia.

http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/buletin/BULETIN%20MALARIA.pdf. Diakses

pada tanggal 12 Oktober 2013

Page 8: Vektor Diagnosis Malaria

Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2008.

Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia.

http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Pedoman_Penatalaksana_Kasus_Malaria

_di_Indonesia.pdf. Diakses pada tanggl 12 Oktober 2013