variasi kerusakan cangkang gastropoda air tawar di situ
TRANSCRIPT
Variasi Kerusakan Cangkang Gastropoda Air Tawar di Situ Mahoni Universitas Indonesia
Muhabidin, Wisnu Wardhana, Noverita Dian Takarina
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok,Depok, 16424, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Cangkang rusak pada Gastropoda dapat disebabkan oleh rendahnya derajat keasaman dan serangan predator. Penelitian tentang cangkang rusak pada Gastropoda air tawar di Situ Mahoni belum banyak dikaji. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui jenis-jenis yang mengalami kerusakan dan tipe kerusakan pada jenis tersebut. Sampel Gastropoda diambil di bagian inlet, midlet, outlet di Situ Mahoni dengan Peterson Grab dan diukur panjang (tinggi) cangkang. Terdapat beberapa jenis yang ditemukan dan memperlihatkan kerusakan cangkang yaitu Bellamya javanica, Pila sp., Pomacea canaliculata, Melanoides tuberculata, M. granifera, M. riqueti dan Thiara scabra. Pola yang kerusakan cangkang yang teramati di inlet, midlet, dan outlet adalah erosi pada apeks dan hilangnya bagian apeks kebanyakan pada ukuran sedang.
Variation of Shell Damage of Freshwater Gastropods at Situ Mahoni University of Indonesia
Abstract
Damage of shell on Gastropods can be caused by low pH and predator attack. Not so many investigation on damage shell of freshwater Gastropods at Situ Mahoni has been done. The aim of research is to know species performing damage condition and the type of conditions recorded. Samples were taken in inlet, midlet, and outlet at Situ Mahoni using Peterson Grab and measured for shell length (shell height). Some species found and possessed damage are Bellamya javanica, Pila sp., Pomacea canaliculata, Melanoides tuberculata, M. granifera, M. riqueti, and Thiara scabra. Pattern of shell damage in inlet, midlet and outlet are erotion on apex and apex removal recorded mostly on medium size.
Keywords: shell damage, freshwater Gastropod, apex, pH, Situ Mahoni
Pendahuluan
Keutuhan cangkang Gastropoda sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan perairan
baik fisika, kimia, dan biologis. Karenanya, cangkang Gastropoda dapat dimanfaatkan sebagai
indikator biologis terhadap polusi lingkungan. Palpandi et al. (2010: 53-54) melaporkan
bahwa cangkang Gastropoda dapat digunakan sebagai biomonitor logam berat. Cangkang
Moluska termasuk cangkang Gastropoda, dalam penelitian arkeologi juga dapat digunakan
untuk mengkaji lingkungan masa lampau. Kalsium karbonat yang terkandung dalam
cangkang dapat mencegah pengapuran dan dapat bertahan dalam kurun waktu yang lama.
Variasi kerusakan..., Muhabidin, FMIPA UI, 2015
Pengamatan cangkang tersebut juga dapat digunakan untuk menentukan habitat (Kirana 2013:
3-4).
Zuchsin et al. (2003: 36) menyatakan bahwa predator dan kondisi lingkungan mampu
menyebabkan kerusakan cangkang Gastropoda. Predator mengambil bagian lunak Gastropoda
untuk dimakan. Adakalanya saat pemangsaan, cangkang dipecah terlebih dahulu atau ditelan
bulat-bulat. Kondisi lingkungan yang ekstrim seperti arus yang kuat, pH rendah, dan
hantaman batuan yang keras dapat menyebabkan kerusakan cangkang.
Situ Mahoni masih tergolong bersih pada awal pembangunanya pada tahun 1983.
Masuknya limbah dari perumahan dan sampah dari pengunjung situ berpotensi mencemari
lingkungan situ. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya busa di bagian inlet dan sampah
plastik di tepi midlet. Di beberapa bagian situ juga mengalami pendangkalan akibat
sedimentasi yang tinggi. Sedimentasi dalam situ dapat berupa materi organik dan anorganik
yang terbawa aliran masuk ke Situ Mahoni.
Penelitian mengenai struktur komunitas Gastropoda di Situ Mahoni telah dilakukan
oleh Sencaki (2010: 26). Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa spesies Brotia
costula dan Melanoides tuberculata memiliki cangkang yang tidak utuh. Hal ini terlihat dari
hilangnya bagian ujung cangkang atau apeks dan adanya lubang-lubang kecil pada permukaan
cangkang. Diduga penurunan pH air akibat cemaran limbah merupakan faktor penyebab
kondisi tersebut. Hasil survey pendahuluan pada awal penelitian memperlihatkan bahwa
banyak cangkang Gastropoda yang rusak di pinggiran danau. Beberapa cangkang terlihat
sengaja dipecah oleh masyarakat. Bagian lunak gastropoda kemungkinan diambil sebagai
umpan ikan, yaitu terlihat karena adanya aktivitas masyarakat yang memancing di Situ
Mahoni.
Penelitian mengenai kerusakan cangkang Gastropoda yang dikaitkan dengan indikator
perubahan lingkungan di Situ Mahoni belum dilakukan. Kondisi cangkang yang rusak dapat
dijadikan sebagai indikator. Akan tetapi, inventarisasi dari jenis-jenis yang mengalami
kerusakan dan tipe kerusakan sebagai respon lingkungan perlu ditinjau. Hal tersebut terkait
karena adanya lebih dari dua jenis Gastropoda yang mengalami tipe kerusakan yang sama
atau berbeda. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis-jenis yang
mengalami kerusakan dan tipe kerusakan pada cangkang dari Gastropoda tersebut.
Tinjauan Pustaka Gastropoda air tawar umumnya hidup di sungai, kolam atau situ. Organisme tersebut
Variasi kerusakan..., Muhabidin, FMIPA UI, 2015
pada berbagai tipe substrat sebagai bentos. Substrat dapat berupa batuan, tumbuhan air atau
sedimen (Kariono et al. 2013: 58, Marwoto et al. 2011: 1).
Kebanyakan Gastropoda bernafas dengan insang. Bentuk insang bipectinate dimiliki
oleh kelompok Prosobranchia. Insang sekunder dimiliki oleh kelompok Opistobranchia.
Struktur gelembung seperti ‘paru-paru’ dimiliki oleh kelompok Pulmonata (Suwignyo et al.
2005: 134).
Beberapa jenis yang umum ditemui di berbagai perairan tawar di Indonesia khususnya
Jawa Barat seperti Bellamya javanica, Brotia testudinaria, Lymnea rubiginosa, dan
Melanoides tuberculata (Fadhilah et al. 2013: 14) termasuk Pila ampullaceal dan Pomacea
canaliculata (Schneider et al. 1998-99: 61). Jenis-jenis tersebut dapat ditemui di berbagai
habitat seperti sawah, sungai, danau atau rawa-rawa.
Cangkang Gastropoda umumnya berbentuk spiral. Bentuk cangkang Gastropoda air
tawar amat beragam tergantung pada jenisnya. Bagian-bagian cangkang Gastropoda
(termasuk Gastropoda air tawar) dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Bagian-bagian cangkang gastropoda air tawar [Sumber: Marwoto et al. 2011: 5]
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengamatan cangkang Gastropoda adalah sebagai
berikut.
a. Ukuran cangkang yang meliputi panjang dan lebar cangkang. Panjang cangkang diukur
dari dasar hingga ujung cangkang, sedangkan lebar cangkang diukur dari ujung seluk
utama hingga ujung bibir luar pada cangkang.
b. Arah putaran cangkang yaitu sinistral (Gambar 2. B), dan dekstral (Gambar 2. A, C, D, E).
c. Jumlah gelung atau seluk pada cangkang.
Variasi kerusakan..., Muhabidin, FMIPA UI, 2015
d. Kehadiran operkulum.
e. Warna dan ornamentasi pada cangkang.
f. Bentuk cangkang, seperti tertera pada Gambar 2.
Gambar 2. Berbagai macam bentuk cangkang Gastropoda air tawar Keterangan: : A) gulungan benang; B) gulungan benang berbahu; C) cakram; D) membulat; dan E) contong
[Sumber: Marwoto et al. 2011: 4]
` Cangkang Gastropoda dapat dikelompokkan berdasarkan panjang cangkang. Burch
(1989: 26) membagi kelompok ukuran menjadi tiga yaitu kecil, sedang, dan besar (Gambar
3).
Gambar 2.2.(3). Kelompok ukuran cangkang Gastropoda air tawar. [Sumber: Burch 1989: 26. Telah diterjemahkan dari aslinya]
Al-Dabbas et al. (2014: 412) menyatakan bahwa aspek kimiawi dan morfologi pada
cangkang dipengaruhi kondisi habitat Gastropoda. Kondisi habitat yang berbeda
mengakibatkan kandungan kimia pada cangkang berbeda. Al-Dabbas et al. (2014: 412) juga
mengungkapkan bahwa ukuran dan lubang pada permukaan cangkang gastropoda dapat
Variasi kerusakan..., Muhabidin, FMIPA UI, 2015
menunjukkan perbedaan asal (habitat) Gastropoda yang diambil. Cangkang Gastropoda yang
ada di sungai berukuran lebih kecil dibanding yang ada di garis pantai. Lubang pada
permukaan cangkang juga banyak ditemui pada cangkang yang ada di sungai dibandingkan
cangkang yang ada di garis pantai. Hal tersebut dapat digunakan dalam studi perubahan
lingkungan secara periodik.
Pemecahan skeleton adalah proses fragmentasi pada cangkang (untuk organisme
bercangkang) atau skeleton. Proses tersebut akan menghasilkan fragmen/potongan/pecahan.
Fragmen cangkang didefinisikan sebagai bagian cangkang yang mengalami pemecahan dan
kondisi cangkang kurang dari 90% dari kondisi aslinya. Pada Gastropoda dapat dilihat dari
panjang cangkang (Powell et al. 1989: 578). Fragmentasi dapat disebabkan oleh predator
maupun kondisi lingkungan tertentu. Kerusakan oleh predator umumnya karena pemangsaan.
Dalam memecah cangkang, predator tersebut dilengkapi dengan organ-organ
pendukung yaitu rahang, paruh, cakar, mandibular, thorakopoda, tulang faring dan gigi
tenggorokan, empedal, serta bibir cangkang (Zuchsin et al. 2003: 37-39). Riyanto (2003: 22)
mengungkapkan beberapa predator pada Gastropoda air tawar seperti keong mas adalah
semut, capung, kepiting, ikan, katak, bebek, burung, tikus, dan manusia. Pada proses
pemecahan cangkang, predator memiliki mekanisme tertentu. Mekanisme tersebut antara lain
pembenturan (crushing), pengeboran (drilling), penimpaan (pounding), pengupasan (peeling),
pemotongan (chipping), dan penggoyangan (shaking) (Cadée 2001: 33).
Kondisi lingkungan tertentu juga dapat bertindak dalam memecah cangkang. Zuchsin
et al. (2003: 36) menyatakan kondisi lingkungan tersebut diantaranya energi yang besar pada
lingkungan, disolusi dan bioerosi.
Investigasi mengenai cangkang rusak pernah dilakukan pada jenis Gastropoda
Calliamax biplicata. Seperti halnya moluska lain, Gastropoda tersebut umum diserang oleh
predator. Tipe kerusakan yang tercatat diantaranya abrasi pada apeks, hilangnya apeks, lubang
akibat aktivitas predator pengebor, pecahan pada mulut cangkang dan gelung utama.
Situ Mahoni merupakan salah satu situ di kampus Universitas Indonesia. Secara
geografis, Situ Mahoni terletak pada 06o21’59.3” – 06o21’39.0” LS dan 106o49’36.9” –
106o49’26.1” BT. Situ tersebut diapit oleh beberapa bangunan yaitu Fakultas Tekhnik dan
Fakultas Ekonomi di bagian utara, dan Fakultas Ilmu Budaya dan Pusat Studi Jepang pada
bagian Selatan (Sencaki 2010: 12).
Luas situ mencapai 52753 m2 (Tirta 2013: 1) dengan kedalaman 1-4 meter (Pemkot Depok
2010: II-41). Situ Mahoni bersama situ lainnya mulai dibangun pada tahun 1983 dan
diresmikan tahun 1987 (Tirta 2013: 1).
Variasi kerusakan..., Muhabidin, FMIPA UI, 2015
Kondisi Situ Mahoni berdasarkan pemantauan terakhir dapat dikatakan dalam kondisi
kritis. Kondisi situ pada beberapa bagian dipenuhi sampah plastik. Pada bagian inlet ditemui
busa dan di sekitar area tersebut terjadi pendangkalan (Tirta 2013: 1, Pemkot Depok 2010: II-
39-41). Situ Mahoni juga terlihat tidak terawat dengan warna air coklat tua. Penurunan
kondisi tersebut tidak lepas dari beberapa faktor. Saluran air yang bermuara ke situ dijadikan
saluran buangan domestik yang berasal dari Pasar Kemiri dan masyarakat Beji. Selain itu,
aktivitas masyarakat yang berkunjung dan kurang paham akan lingkungan sering kali
membuang sampah di situ atau sekitar situ (Pemkot Depok 2010: II-39-41). Penyebab lain
yang diduga menyebabkan Situ Mahoni kritis bahwa Situ Mahoni merupakan aliran singgah
sungai Ciliwung. Secara tidak langsung sampah-sampah yang terbawa Sungai Ciliwung
masuk ke Situ Mahoni (Tirta 2013: 1).
Metodologi Pengambilan sampel dilakukan di Situ Mahoni, Universitas Indonesia. Sampel diambil dari 6
titik yang telah ditentukan (Gambar 4). Pengambilan sampel dilakukan 2 – 7 Februari 2015.
Gambar 4. Lokasi pengambilan sampel penelitian [Sumber: GoogleMaps 2015: 1]
Keterangan: inlet (merah), midlet (kuning), outlet (putih)
Penelitian ini menggunakan peralatan yang digunakan di lapangan dan di
laboratorium. Peralatan lapangan yang digunakan adalah GPS [Garmin], kamera [SONY],
Variasi kerusakan..., Muhabidin, FMIPA UI, 2015
baki, Peterson Grab, kantong plastik, alat tulis, kertas pH [Merck], dan ziplock [Bagus].
Peralatan yang digunakan di laboratorium adalah kaca pembesar, buku identifikasi Van
Benthem Jutting (1956), jangka sorong. Bahan yang digunakan pada penelitian terdiri atas
sampel gastropoda air tawar, sampel sedimen, kertas, millimeter block, tisu, alkohol 70%, dan
pewarna Rose Bengal.
Penentuan lokasi titik-titik pengambilan pada penelitian dilakukan di 3 stasiun yaitu
stasiun 1 di aliran masuk (inlet), stasiun 2 di tengah (midlet) bagian tepi, stasiun 3 di saluran
keluar (outlet). Masing-masing stasiun terdiri atas 2 titik pengambilan. Pengambilan hanya
dilakukan di tepi karena berdasarkan survey banyak sekali cangkang gastropoda rusak yang
ditemukan di tepian danau.
Parameter lingkungan derajat keasaman dan tipe substrat diukur di lokasi penelitian.
Derajat keasaman air diukur dengan kertas pH. Parameter tipe substrat ditentukan secara
visual. Sampel Gastropoda dan sedimen diambil di titik yang telah ditentukan dengan
Petersan Grab.
Sampel Gastropoda diambil cangkangnya kemudian dibersihkan. Adapun alur
pengamatan cangkang rusak tercantum pada Gambar 5.
Gambar 5. Alur cara kerja pengamatan cangkang rusak
Data yang didapatkan ditabulasi menggunakan MS Excel. Ada tidaknya perbedaan jumlah
Variasi kerusakan..., Muhabidin, FMIPA UI, 2015
cangkang rusak berdasarkan tempat pengambilan dianalisis menggunakan uji Kruskal-Wallis
dengan bantuan perangkat lunak IBM SPSS Versi 21.
Hasil Penelitian Gastropoda yang ditemukan di Situ Mahoni terdiri atas 7 spesies. Adapun jenis-jenis
gastropoda tersebut tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis Gastropoda yang ditemukan di Situ Mahoni
Famili Spesies Lokasi Viviparidae Bellamya javanica inlet, midlet, outlet Ampullaridae Pila sp.
Pomacea canaliculata midlet inlet
Thiaridae Melanoides tuberculata Melanoides granifera Melanoides riqueti Thiara scabra
inlet, midlet, outlet inlet, outlet inlet, outlet midlet, outlet
Sencaki (2010: 25) melaporkan bahwa jenis Gastropoda yaitu Bellamya javanica, Pila sp.,
Pomacea canaliculata, Melanoides tuberculata, Melanoides granifera, dan Thiara scabra
telah ditemukan di Situ Mahoni. Pada penelitian ini, terdapat penambahan jenis yaitu
Melanoides riqueti.
Tabel 2 menunjukkan bentuk, ukuran, dan tipe kerusakan yang teramati dari jenis
Gastropoda air tawar yang ditemukan di Situ Mahoni.
Tabel 2. Bentuk, ukuran, dan tipe kerusakan pada cangkang Gastropoda air tawar di Situ Mahoni
Jenis Bentuk Ukuran Tipe kerusakan
Bellamya javanica Kerucut membulat Sedang, kecil Erosi apeks, apeks hilang, lubang
Pomacea canaliculata Membulat Besar, sedang, kecil Erosi apeks, apeks hilang Pila sp. Kecil Pecah di bibir luar Melanoides tuberculata
Contong
Sedang, kecil Apeks hilang Melanoides granifera Sedang
Melanoides riqueti Sedang, kecil Thiara scabra Sedang Erosi apeks
Gambar 6 menunjukkan tipe kerusakan yang teramati pada cangkang Gastopoda air
tawar yang diambil di Situ Mahoni.
Variasi kerusakan..., Muhabidin, FMIPA UI, 2015
Gambar 6. Tipe kerusakan cangkang Bellamya javanica (a-b), Pomacea canaliculata (c), Pila sp. (d), Melanoides tuberculata (e), M. granifera (f), M. riqueti (g), dan Thiara scabra (h)
[Sumber: Dokumentasi pribadi]
erosi apeks apeks hilang
lubang
erosi apeks
apeks hilang apeks hilang
apeks hilang
Pecah di bibir luar
erosi apeks
a b
c d
e f
g h
Variasi kerusakan..., Muhabidin, FMIPA UI, 2015
Tabel 3 menunjukkan jumlah cangkang rusak dari Gastropoda air tawar di Situ
Mahoni di inlet. Tabel 3. Jumlah cangkang rusak Gastropoda air tawar di bagian inlet
Lokasi Jenis
Tipe kerusakan Erosi apeks Apeks hilang
Ukuran Cangkang k s b k s b
inlet Bellamya javanica 3 62 - 9 43 - Pomacea canaliculata 1 2 2 1 1 - Melanoides tuberculata - - - - 28 - Melanoides granifera - - - - 8 - Melanoides riqueti - - - 19 - - Keterangan: k (cangkang ukuran kecil), s (cangkang ukuran sedang), b (cangkang ukuran besar), - (tidak
ditemukan).
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa di bagian inlet terdapat dua tipe kerusakan
cangkang yang teramati yaitu erosi apeks dan apeks hilang. Kerusakan erosi apeks tinggi pada
jenis Bellamya javanica ukuran sedang yaitu sebanyak 62 buah. Kerusakan apeks hilang
tinggi pada jenis dan ukuran yang sama yaitu Bellamya javanica ukuran sedang sebanyak 43
buah diikuti jenis Melanoides tuberculata ukuran sedang sebanyak 28 buah.
Jumlah cangkang rusak dari Gastropoda air tawar yang diambil di midlet tercantum
pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah cangkang rusak Gastropoda air tawar di bagian midlet
Lokasi Jenis
Tipe kerusakan
Erosi apeks Apeks hilang Lubang Pecah
bibir luar Ukuran
k s s s k midlet Bellamya javanica 21 28 12 6 -
Pila sp. - - - - 1 Melanoides tuberculata - - 7 - -
Keterangan: k (cangkang ukuran kecil), s (cangkang ukuran sedang), b (cangkang ukuran besar), - (tidak ditemukan).
Berdasarkan tabel dan gambar tersebut nampak bahwa di bagian midlet terdapat empat
tipe kerusakan yaitu erosi apeks, apeks hilang, pecah di bibir, dan lubang pada cangkang.
Cangkang dengan erosi apeks tinggi pada Bellamya javanica ukuran sedang sebanyak 28
buah dan ukuran kecil sebanyak 21 buah. Cangkang dengan apeks hilang tinggi pada jenis dan
ukuran yang sama yaitu Bellamya javanica ukuran sedang sebanyak 12 buah. Cangkang
Variasi kerusakan..., Muhabidin, FMIPA UI, 2015
dengan pecah di bibir dan lubang pada cangkang berjumlah sedikit dan secara berturut-turut
sebanyak 1 buah dan 6 buah.
Tabel 5 memperlihatkan jumlah cangkang rusak Gastropoda air tawar yang diambil di
outlet. Tabel 5. Jumlah cangkang rusak Gastropoda air tawar di bagian oulet
Lokasi Jenis
Tipe kerusakan Erosi apeks Apeks hilang
Ukuran Cangkang k s b k s b
outlet Bellamya javanica 8 66 - - 15 - Melanoides tuberculata - - - 4 29 - Melanoides granifera - - - - 12 - Melanoides riqueti - - - - 3 - Thiara scabra - 1 - - - -
Keterangan: k (cangkang ukuran kecil), s (cangkang ukuran sedang), b (cangkang ukuran besar), - (tidak ditemukan).
Berdasarkan tabel dan gambar tersebut dapat dikatakan bahwa tipe kerusakan
cangkang yang teramati ada dua yaitu erosi apeks dan apeks hilang. Kerusakan dengan tipe
erosi apeks tinggi pada Bellamya javanica ukuran sedang sebanyak 66 buah. Kerusakan
dengan tipe apeks hilang tinggi pada Melanoides tuberculata ukuran sedang.
Jumlah cangkang rusak di masing-masing tempat pengambilan ditampilkan pada
Gambar 7.
Gambar 7. Jumlah cangkang rusak paling banyak dari Gastropoda air tawar di masing-masing tempat pengambilan
Berdasarkan gambar tersebut, terlihat bahwa baik di inlet, midlet, maupun di outlet
terdapat kerusakan yang sama yaitu cangkang dengan bagian apeks tererosi dan cangkang
62
43
28
12
66
29
0 10 20 30 40 50 60 70
erosi apeks
apeks hilang
erosi apeks
apeks hilang
erosi apeks
apeks hilang
inle
t m
idle
t ou
tlet
jumlah
Variasi kerusakan..., Muhabidin, FMIPA UI, 2015
dengan bagian apeks hilang. Intensitas cangkang dengan tipe kerusakan erosi apeks juga lebih
tinggi dibandingkan cangkang dengan tipe kerusakan apeks hilang di tiga tempat
pengambilan. Jika dilihat dari jumlah total dari komposit tersebut, maka cangkang rusak
paling banyak ditemukan di inlet. Hal tersebut berbeda dengan analisis statistik dilakukan .
Berdasarkan analisis, jumlah cangkang rusak (dari Tabel 4.3.(4)) yang mengalami kerusakan
berdasarkan tempat pengambilan tidak berbeda (p > 0.05, Lampiran 1).
Pembahasan Jenis-jenis yang ditemukan merupakan jenis gastropoda air tawar yang umum ditemui di
persawahan. Djajasasmita (1999: 8-9) menyatakan jenis tersebut termasuk ke dalam famili
dari kelas Gastropoda yang ditemui di sawah. Hal tersebut dapat dijelaskan terkait kondisi
Situ Mahoni sebelum dijadikan situ. Daerah tersebut merupakan areal persawahan.
Kemungkinan saat pembangunan situ dilakukan, masih terdapat gastropoda yang hidup di
lingkungan tersebut, sehingga dapat ditemui hingga sekarang.
Erosi pada cangkang ditunjukkan dengan ausnya bagian ujung cangkang.
Kondisi tersebut juga terlihat dari pengelupasan lapisan pigmen pada cangkang. Pada
penelitian ini erosi sering ditemui pada apeks cangkang. Erosi pada ujung cangkang juga telah
dilaporkan oleh beberapa peneliti. Marshall et al. (2008: 426) melaporkan erosi pada apeks
cangkang Thais gradata yang diambil di lingkungan perairan dekat daratan dan perairan yang
dekat laut. Cangkang yang diambil di lingkungan perairan dekat darat menunjukkan lebih
sering mengalami erosi pada bagian apeks. Glass dan Darby (2009: 1090) melaporkan bahwa
apeks cangkang Pomacea paludos nampak tererosi pada derajat keasaman rendah yaitu pH ≤
6.3.
Cangkang yang tererosi dapat disebabkan oleh disolusi dan pH rendah. Pengukuran
pH menunjukkan pH asam yaitu berkisar 5.75-6. Nilai tersebut paling rendah ditemui di inlet.
Nilai pH lebih tinggi ditemui di midlet dan outlet yaitu pH = 6. Kondisi tersebut didukung
oleh tekstur dari substrat yang ditemukan yaitu substrat tekstur berlumpur. Substrat dengan
tekstur berlumpur memiliki partikel-partikel halus yang mampu berikatan dengan bahan
organik dan bersifat asam. Hal tersebut berpotensi dalam pengikisan lapisan cangkang melalui
mekanisme kimiawi yaitu hilangnya kalsium pada cangkang terutama pada bagian yang
paling tua dari cangkang. Marshall (et al. 2008: 425) menyatakan bahwa apeks merupakan
bagian yang paling tua dan sering tererosi. Disolusi merupakan kondisi senyawa yang mampu
dititrasi oleh kalsium karbonat (Powell et al. 1989: 557, 561). Jika kondisi senyawa semakin
Variasi kerusakan..., Muhabidin, FMIPA UI, 2015
asam, maka senyawa kalsium karbonat yang harus dilepaskan semakin banyak. Glass dan
Darby (2009: 1091) menambahkan ambang batas derajat keasaman yang mampu
menimbulkan gangguan fisik bagi gastropoda air tawar adalah 2-5 mg/l Ca2+.
Hilangnya bagian apeks diduga merupakan kelanjutan dari erosi bagian apeks.
Menipisnya lapisan pada apeks mengakibatkan apeks mudah rapuh, akibatnya apeks dapat
pecah dan hilang dari cangkang.
Lubang yang ditemukan pada cangkang Bellamya javanica kemungkinan disebabkan
oleh aktivitas predator pengebor. Lubang yang teramati terlihat menembus cangkang. Tofan
(2011: 34) melaporkan bahwa lubang yang sama (hingga mampu menembus cangkang) juga
ditemukan pada cangkang dan operkulum dari Cerithidea cingulata akibat pemangsaan oleh
Chicoreus capucinus.
Pecah pada bibir luar pada cangkang Pila sp. kemungkinan juga disebabkan oleh
aktivitas predator pemotong (chipping) atau pengupas (peeling). Hal tersebut dikarenakan
predator tipe tersebut menyerang bagian cangkang yang menunjukkan pertumbuhan. Bagian
bibir luar (bukaan cangkang) merupakan bagian cangkang yang terbarukan (Glass & Darby
2009: 1090). Kelompok predator tipe ini diantaranya lobster dan kepiting (Zuchsin et al.
2003: 39). Pada pengamatan di Situ Mahoni ditemukan lubang di tepian yang diduga
merupakan lubang kepiting.
Berdasarkan jumlah cangkang rusak nampak bahwa cangkang yang rusak paling
banyak ditemui pada jenis Bellamya javanica ukuran sedang. Hal tersebut dikarenakan ukuran
ini adalah ukuran yang paling banyak ditemukan. Studi yang dilakukan oleh Munarto (2010:
27-28) tentang gastropoda di Situ Salam menunjukkan bahwa ukuran yang diperoleh berkisar
antara 8.1 mm-21.1 mm sebanyak 344 buah dan merupakan individu yang paling banyak.
Munarto (2010: 27) juga menambahkan bahwa cangkang yang ditemukan mengalami
rompang pada bagian apeks. Dermawan (2010: 29) melaporkan bahwa cangkang Bellamya
javanica yang ditemukan di Situ Agathis memperlihatkan apeks rompang dengan ukuran
antara 12.65 hingga 17.5 mm. Ukuran yang ditemukan memang lebih kecil dibandingkan
dengan yang dideskripsikan dengan buku identifikasi. Perubahan ukuran (penurunan ukuran)
diduga akibat adanya pengaruh aktivitas manusia. Perubahan tersebut terlihat pada tedong
gonggong yang ditangkap secara intensif di kepulauan Riau sebagai bahan makanan. Ukuran
rata-rata jenis yang ditangkap berkisar 45-82 mm tahun 1983, lalu menjadi 36-72 mm tahun
1984, dan kurang dari 40 mm tahun 1985 (Andiarto 1989: 2).
Pada dasarnya kondisi cangkang rusak dapat dijadikan sebagai indikator perubahan
lingkungan. Hal tersebut nampak bahwa kondisi rusak atau respon dari perubahan lingkungan
Variasi kerusakan..., Muhabidin, FMIPA UI, 2015
dapat diamati dengan jelas. Selanjutnya, dilihat dari sisi taksonomi, gastropoda yang ada
diketahui secara jelas secara taksonomi. Hal tersebut termasuk morfologi dan siklus hidup.
Walaupun demikian, berdasarkan penelitian ini kondisi tersebut masih disebut sebagai
‘potensi’. Hal tersebut dikarenakn belum adanya pembanding di tempat yang berbeda. Hal
terseut terkait bahwa syarat indikator juga memiliki sebaran yang luas dan menunjukkan
respon yang sama meskipun tempat yang berbeda (menunjukkan konsistensi respon yang
ditunjukkan dari perubahan lingkungan yang terjadi).
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Jenis-jenis gastropoda air tawar yang ditemukan dan memperlihatkan kerusakan
cangkang yaitu Bellamya javanica dengan tipe kerusakan erosi pada apeks, hilangnya
bagian apeks, dan lubang pada cangkang; Pila sp. dengan tipe kerusakan pecah di
bibir luar; Pomacea canaliculata dengan tipe kerusakan erosi pada apeks dan
hilangnya bagian apeks; Melanoides tuberculata, M. granifera, M. riqueti ketiganya
menunjukkan hilangnya bagian apeks; dan Thiara scabra dengan tipe kerusakan erosi
pada bagian apeks.
b. Pola dari tipe kerusakan pada cangkang yang teramati baik di inlet, midlet, dan outlet
ditunjukkan dengan erosi bagian apeks dan hilangnya bagian apeks pada cangkang.
Saran Penelitian ini masih memiliki kekurangan yaitu pada kelompok ukuran cangkang yang
didapat, parameter lingkungan yang semua tidak terukur, penyebab pasti kerusakan cangkang,
dan waktu yang singkat. Pada penelitian lebih lanjut dapat dilakukan pengukuran parameter
lingkungan dan pengambilan sampel secara berkala dalam waktu yang lebih lama. Langkah
tersebut dapat digunakan sebagai tahap pemantauan mengingat cangkang rusak dapat
berpotensi sebagai indikator lingkungan. Penelitian skala laboratorium dengan semua
kelompok ukuran cangkang dan perlakuan tertentu seperti derajat keasaman tertentu,
pemberian predator, atau pemecahan secara langsung sangat diperlukan. Hal tersebut dapat
digunakan untuk menentukan tipe kerusakan berdasarkan faktor penyebab yang telah
diketahui.
Variasi kerusakan..., Muhabidin, FMIPA UI, 2015
Daftar Pustaka Al-Dabbas, M.A. & M.H. Al-Jaberi. 2014. Crassotreacucullata shells as indicator to
environmental changes in the Iraqi Coastlines. International Journal of Scientific
Research 3(11): 412-416.
Andiarto, H. 1989. Studi ekologi, morfometri tedong gonggong (Strombus canarium Linne,
1758) dan asosianya dengan fauna moluska di perairan Pulau Bintan, Riau. Karya
Ilmiah. Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor: xvii + 120 hlm.
Burch, J.R. 1989. North American freshwater snails. Walkerana 2(6): 1-80.
Cadée, G.C. 2001. Herring gulls learn to feed on recent invader in the Dutch Waden Sea, the
Pacific oyster Crassostrea gigas. Basteria 65: 33-42.
Dermawan, H. 2010. Studi komunitas gastropoda di Situ Agathis Kampus Universitas
Indoensia, Depok. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Indonesia, Depok: xii + 65 hlm.
Djajasasmita, M. 1999. Keong dan kerang sawah (Seri panduang lapangan). Pusltibang
Biologi, Bogor: x + 57 hlm.
Fadhilah, N., Hj. Masrianih & Hj. Sutrisnawati. 2013. Keanekaragaman gastropoda air tawar
di berbagai macam habitat di Kecamatan Tanambulava Kabupaten Sigi. e-Jipbiol 2(1):
13-19.
Glass, N.H. & P.C. Darby. 2009. The effect of calcium and pH on Florida apple snail
Pomacea paludosa (Gastropoda: Ampullaridae), shell growth and crush weight. Aquatic
Ecology 43: 1085-1093.
Google Maps. 2015. https://www.google.co.id/maps/@-
6.3635381,106.8288482,1539m/data=!3m1!1e3. Akses 20 Januari 2015, pk 10.00. 1
hlm
Kariono, M., A. Ramadhan & Bustamin. 2013. Kepadatan dan frekuensi kehadiran
gastropoda air tawar di Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi. e-Jipbiol 1(1): 57-64.
Kirana, A. D. 2013. Strategi adaptasi lingkungan komunitas penghuni Gua Kidang, Blora,
Jawa Tengah: Studi analisis cangkang moluska. Skripsi. Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta: xiii + 93 hlm.
Marshall, D.J., J.H. Santos, K.M.Y. Leung & W.H. Chak. 2008. Correlation between
gastropod shell dissolution and water chemical properties in tropical estuary. Marine
Environmental Research 66: 422-429
Variasi kerusakan..., Muhabidin, FMIPA UI, 2015
Marwoto, M.R., N.R. Inaningsih, N. Mujiono, Heryanto, Alfiah & Riena. 2011. Keong air
tawar Pulau Jawa (Moluska, Gastropoda). Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Cibinong: 16
hlm.
Munarto. 2010. Studi komunitas gastropoda di Situ Salam Kampus Universitas Indonesia,
Depok. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Indonesia, Depok: xii + 44 hlm.
Palpandi, C., K. Kesavan & A. Shanmugam. 2010. Gastropod shells as biomonitor. Annals of
Biological Research 1(1): 53-60.
PEMKOT DEPOK [Pemerintah Kota Depok]. 2010. Standar lingkungan hidup kota Depok.
Pemerintah Kota Depok, Depok: I-15 + II-80 + III-36 + IV-8 + 67 hlm.
Powell, E.N., G.M. Staff, D.J. Davies & W.R. Callender. 1989. Macrobenthic death
assemblages in modern marine environments: Formation, interpretation, and
application. Aquatic Science 1(4): 555-589.
Riyanto. 2004. Pola distribusi populasi keong mas (Pomacea canaliculata L.) di Kecamatan
Belitang Oku. Sriwijaya 37(1): 70-75.
Schneider, K., U. ter Meulen, R. M. Marwoto, & S. Djojosoebagio. 1998-99. Current situation
of edible snail in Indonesia. Tropiculturai 16-17(2): 59-63.
Sencaki, T. A. 2010. Studi komunitas gastropoda di Situ Mahoni, Kampus Universitas
Indonesia, Depok. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia, Depok: xii + 42 hlm.
Suwignyo, S., B. Widigdo & Y. Wardianto. 2005. Avertebrata air jilid 1. Penebar Swadaya,
Jakarta: iv + 204 hlm.
Tirta, I. 2013. Enam danau UI kritis.
http://www.tempo.co/read/news/2013/12/16/214537675/Enam-Danau-UI-Kritis.
Diakses tanggal 2 Juli 2014, pk 10.00. 1 hlm.
Tofan, S. L. 2011. Lama waktu pemangsaan dan ukuran lubang pengeboran Chicoreus
capucinus (Neogastropoda: Muricidae) terhadap Cerithidae cingulata
(Mesogastropoda: Potamididae). Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Depok: xiv + 58 hlm.
Van Benthem Jutting, W.S.S. 1956. Systematic studies on the non-marine mollusca of the
Indo-Australian Archipelago. Part 2. Treubia 23: 259-477.
Zuchsin, M., M. Stacowitsch & R.J. Stanton Jr. 2003. Patterns and processes of shell
fragmentation in modern and ancient marine environments. Earth-Science Review 63(1-
2): 33-82.
Variasi kerusakan..., Muhabidin, FMIPA UI, 2015