makalah gastropoda ekwan

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekologi adalah ilmu pengetahuan tentang hubungan antara organisme dan lingkungannya. Menurut Odum (1971) dalam Dharmono (2015) ekologi mutakhir adalah studi yang mempelajari struktur dan fungsi ekosistem atau alam dimana manusia adalah bagian dari alam. Struktur di sini menunjukkan suatu keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu termasuk kerapatan atau kepadatan, biomas, penyebaran potensi unsur-unsur hara (materi), energi, faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang mencirikan keadaan sistem tersebut, sedangkan fungsinya menggambarkan hubungan sebab akibat yang terjadi dalam sistem. Jadi pokok utama ekologi adalah mencari pengertian bagaimana fungsi organisme di alam. Ekologi hewan bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Dharmono, 2015). Salah satu bab pada mata kuliah ekologi hewan ini yaitu Respon dan Adaptasi Hewan, berisi 1

Upload: dian-safitri

Post on 08-Nov-2015

472 views

Category:

Documents


43 download

DESCRIPTION

makalah ekologi hewan bekicot

TRANSCRIPT

Makalah Etnobotani

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ekologi adalah ilmu pengetahuan tentang hubungan antara organisme dan lingkungannya. Menurut Odum (1971) dalam Dharmono (2015) ekologi mutakhir adalah studi yang mempelajari struktur dan fungsi ekosistem atau alam dimana manusia adalah bagian dari alam.

Struktur di sini menunjukkan suatu keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu termasuk kerapatan atau kepadatan, biomas, penyebaran potensi unsur-unsur hara (materi), energi, faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang mencirikan keadaan sistem tersebut, sedangkan fungsinya menggambarkan hubungan sebab akibat yang terjadi dalam sistem. Jadi pokok utama ekologi adalah mencari pengertian bagaimana fungsi organisme di alam.Ekologi hewan bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Dharmono, 2015).Salah satu bab pada mata kuliah ekologi hewan ini yaitu Respon dan Adaptasi Hewan, berisi tentang; macam respon dasar hewan, adaptasi hewan (adaptasi struktural, adaptasi fungsional), dan pola tingkah laku hewan.Pada makalah ini akan dikaji mengenai pola migrasi dan tingkah laku gastropoda/bekicot.1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat diambil dari makalah ini, yaitu:

1. Bagaimana pola migrasi pada hewan gastropoda/bekicot?2. Bagaimana tingkah laku pada gastropoda/bekicot ?1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Pola migrasi pada hewan gastropoda/bekicot.2. Tingkah laku pada gastropoda/bekicot.1.4. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :

1. Menganalisis Pola migrasi pada hewan gastropoda/bekicot.2. Menganalisis tingkah laku pada gastropoda/bekicot.

1.5. Manfaat PenulisanSecara garis besar penyusunan makalah penelitian ini bertujuan untuk :

1. Sebagai media informasi bagi para pembaca mengenai pola migrasi dan tingkah laku gastropoda/bekicot.2. Sebagai bahan acuan dalam penyusunan berbagai macam tulisan, buku ataupun manuskrip berkaitan dengan gastropoda/bekicot.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1. Gambaran Umum Gastropoda

Salah satu kelas dari Molluska yang bernilai ekonomis penting adalah Gastropoda. Secara umum, kelas Gastropoda merupakan kelas terbesar dari Mollusca lebih dari 60.000 sampai 80.00 spesies yang telah teridentifikasi dan 15.000 diantaranya dapat dilihat dalam bentuk fosilnya.Kelas ini dikenal juga dengan nama bekicot dan siput atau dalam bahasa Inggris snail dan slugs. Fosil dari kelas tersebut secara terus-menerus tercatat mulai awal zaman Cambrian. Meskipun nama bekicot sering digunakan untuk semua anggota kelas ini, namun biasanya hanya jenis yang memiliki shell eksternal dimana bagian-bagian lunak dapat menarik dirinya ke dalam cangkangnya sedangkan jenis yang hanya memiliki shell yang kecil disebut sebagai siput.

Kelas Gastropoda memiliki keanekaragaman habitat yang sangat luas. Gastropoda umumnya hidup di laut tetapi ada sebagian yang hidup di darat. Beberapa jenis juga bisa ditemukan di danau, sungai, selokan kecil, muara, intertidal yang berbatu atau berpasir, laut, bahkan di gurun pasir juga ada. Ditemukannya Gastropoda di berbagai macam habitat, dapat disimpulkan bahwa Gastropoda merupakan kelas yang paling sukses di antara kelas yang lain. Anatomi, perilaku, makan dan adaptasi reproduksi dari Gastropoda sangat bervariasi antara satu kelompok dengan kelompok yang lainnya.

Gambar. 2.1. Bekicot (Achatina fulica)

2.2. Taksonomi Bekicot (Achatina fulica)

Klasifikasi :

Phylum : Mollusca

Class : Gastropoda

Ordo : Pulmonata

Subordo : Stylommotophora

Famili : Achatinidae

Genus : Achatina

Species :Achatina fulica(Sumber : Jasin, 1984: 141)

2.3. Pola MigrasiMigrasi adalah perpindahan suautu individu dari suatu tempat ketempat lainnya. Migrasi sering terjadi sepanjang masa sejak dahulu sampai sekarang. Yang menjadi motivasi migrasi adalah karena kesulitan hidup di daerah asal dan mencari tempat hidup serta sumber pangan yang lebih baik lagi. Selain itu migrasi juga terjadi karena adanya bencana yang terjadi di daerah asal, sehingga untuk melanjutkan hidup memerlukan habitat yang sesuai dengan populasi tersebut.Migrasi hewanadalah sebuah gerakan periodik hewan dari tempat di mana ia telah tinggal ke daerah yang baru dan kemudian melakukan perjalanan kembali ke habitat asli. Faktor hewan bermigrasi merupakan biasanya untuk mencari makanan yang berlimpah dan tempat yang baik untuk berkembang biak. Migrasi hewan musiman merupakan fenomena yang paling menakjubkan dari elemen alam.2.4. Tingkah Laku

Perilaku adalah aktivitas suatu organisme akibat adanya suatu stimulus. Dalam mengamati perilaku, kita cenderung untuk menempatkan diri pada organisme yang kita amati, yakni dengan menganggap bahwa organisme tadi melihat dan merasakan seperti kita. Ini adalah antropomorfisme (Y: anthropos = manusia), yaitu interpretasi perilaku organisme lain seperti perilaku manusia. Semakin kita merasa mengenal suatu organisme, semakin kita menafsirkan perilaku tersebut secara antropomorfik.

Kelas Gastropoda biasanya disebut keong atau siput. Bentuk cangkang keong pada umumnya seperti kerucut dari tabung yang melingkar seperti konde (gelung,whorl). Puncak kerucut merupakan bagian yang tertua, disebut apex. Sumbu kerucut disebut columella. Gelung terbesar disebut body whorl dan gelung-gelung di atasnya disebut spire (ulir). Alat indera pada keong meliputi mata, tentakel, osphradia dan statocyt. Mata sederhana atau kompleks, biasanya terletak di pangkal tentakel yang berfungsi untuk mendeteksi perubahan intensitas cahaya. Tentakel sepasang atau dua pasang, selain mata terdapat sel peraba dan chemoreceptor (Howells, 2005 dalam Mustamin, B. 2011).

Seringkali suatu perilaku hewan terjadi karena pengaruh genetis (perilaku bawaan lahir atau innate behavior), dan karena akibat proses belajar atau pengalaman yang dapat disebabkan oleh lingkungan. Pada perkembangan ekologi perilaku terjadi perdebatan antara pendapat yang menyatakan bahwa perilaku yang terdapat pada suatu organisme merupakan pengaruh alami atau karena akibat hasil asuhan atau pemeliharaan, hal ini merupakan perdebatan yang terus berlangsung. Dari berbagai hasil kajian, diketahui bahwa terjadinya suatu perilaku disebabkan oleh keduanya, yaitu genetis dan lingkungan (proses belajar), sehingga terjadi suatu perkembangan sifat.

BAB III

METODE PENELITIAN3.1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan makalah berjudul Pola Migrasi dan Tingkah Laku Gastropoda/Bekicot adalah dengan praktikum dan pengumpulan data dari literatur. Berikut langkah-langkah praktikumnya :

1. Menyiapkan 8 ekor bekicot yang berukuran relatif sama kemudian membagi menjadi 2 kelompok bekicot.

2. Meletakkan masing-masing kelompok bekicot pada daerah berbeda yaitu daerah gelap dan terang.

3. Mengamati setiap 3 jam sekali mengenai jarak yang ditempuh dari setiap titik awal, sudut pergerakan dari setiap titik awal, arah pergerakan, dan aktivitas yang dilakukan yaitu aktivitas makan, aktivitas kawin dan aktivitas ekskresi.

4. Membuat grafik jarak dan pergerakan yang dilakukan oleh masing-masing bekicot.

3.2. Tempat dan Waktu Pengumpulan Data

a. Tempat pengumpulan data

Tempat penelitian dalam penyusunan makalah ini yaitu di Desa Tiwingan Baru, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, tepatnya di pulau Pinus.b. Waktu pengambilan data Waktu prngumpulan data yaitu pada hari Rabu, 18 Februari 2015 sampai hari Kamis, 19 Februari 2015.BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Tabel Hasil Pengamatan Pola Migrasi & Tingkah Laku Gastropoda

A. Daerah TerangTabel 4.1. Pengamatan Daerah TerangNoBekicotWaktuSudut (o)Jarak (cm)Kegiatan

112.I03.00200336Memanjat pohon

12.II03.00310580Berjalan

12.III03.00150520Memanjat pohon

12.IV03.0095160Makan

212.I06.00220410Diam

12.II06.00335577Berjalan

12.III06.00158505Diam

12.IV06.00110162Diam

312.I, 12.II, 12.III, 12.IV00.0000-

B. Daerah Gelap

Tabel 4.2. Pengamatan Daerah GelapNoBekicotWaktuSudut (o)Jarak (cm)Kegiatan

112.I03.0070243Diam

12.II03.008028Berjalan

12.III03.00350760Berjalan

12.IV03.00260155Berjalan

212.I06.0070243Diam

12.II06.008529Berjalan

12.III06.003451278Berjalan

12.IV06.0047285Diam

312.I, 12.II, 12.III, 12.IV00.0000-

Tabel Parameter Lingkungan

A. Gelap (pukul 03.00)

Tabel 4.3. Parameter Daerah Gelap pukul 03.00

NoNama AlatKegunaanPengulanganKisaranSatuan

123

1AltimeterMengukur ketinggian tempat40404040mdpl

2HygrometerMengukur kelembapan udara92929392-93%

34 in 1Mengukur intensitas cahaya0000Lux

4Soil testerMengukur Kelembapan tanah100100100100%

Mengukur pH tanah6,26,26,46,2-6,4-

5TermometerMengukur suhu udara25252424-25C

B. Terang (pukul 03.00)

Tabel 4.4. Parameter Daerah Terang pukul 03.00

NoNama AlatKegunaanPengulanganKisaranSatuan

123

1AltimeterMengukur ketinggian tempat40404040mdpl

2HygrometerMengukur kelembapan udara94939593-95%

3Soil testerMengukur Kelembapan tanah100100100100%

Mengukur pH tanah6,56,56,46,4-6,5-

5TermometerMengukur suhu udara25262525-26C

C. Gelap (pukul 06.00)Tabel 4.5. Parameter Daerah Gelap pukul 06.00

NoNama AlatKegunaanPengulanganKisaranSatuan

123

1AltimeterMengukur ketinggian tempat40404040mdpl

2HygrometerMengukur kelembapan udara92949492-94%

34 in 1Mengukur intensitas cahaya442453604442-604Lux

4Soil testerMengukur Kelembapan tanah50435043-50%

Mengukur pH tanah6,56,56,66,5-6,6

5TermometerMengukur suhu udara25252525C

6.AnemometerMengukur kecepatan angin0000m/s

D. Terang (jam 06.00)

Tabel 4.6. Parameter Daerah Terang pukul 06.00

Titik pengambilanNoNama AlatKegunaanPengulanganKisaranSatuan

11

12223

I1AnemometerMengukur kecepatan angin0000m/s

2TermometerMengukur suhu udara25252525C

34 in 1Mengukur intensitas cahaya356356356356Lux

4Termometer Mengukur suhu udara26,926,926,926,9C

5Higrometer Mengukur kelembapan udara88,98988,988,9-89%

II1AnemometerMengukur kecepatan angin0000m/s

2TermometerMengukur suhu udara25252525C

34 in 1Mengukur intensitas cahaya1384188513841384-1885Lux

4Termometer Mengukur suhu udara26,726,826,926,7-26,9C

5Higrometer Mengukur kelembapan udara9796,59696-97%

III1AnemometerMengukur kecepatan angin0000m/s

2TermometerMengukur suhu udara25252525C

34 in 1Mengukur intensitas cahaya1256138412531253-1384Lux

4Higrometer Mengukur kelembapan udara96969696%

Sketsa pergerakan bekicot

Gambar 4.1. Sketsa bekicot 1-4 (daerah terang)

Gambar 4.2. Sketsa bekicot 1-2 (daerah gelap)

Gambar 4.3. Sketsa bekicot 3-4 (daerah gelap)

4.2. Pembahasan Praktikum awal dilakukan pada hari Rabu (Kamis dini hari) pukul 00.00. Pengamatan dilakukan tiap 3 jam sekali, yaitu pukul 03.00, 06.00, dan pada pukul 00.00. Hanya saja pada pukul 00.00 (pengamatan terakhir) tejadi hujan lebat sehingga praktikum dihentikan sebelum selesai. Pengamatan dilakukan pada waktu malam karena hewan ini termasuk hewan nokturnal (melakukan kebanyakan aktivitas hidupnya di malam hari).

Bekicot yang diamati dalam praktikum ini berjumlah 8 ekor, di mana 4 ekor untuk daerah yang agak terang dan 4 ekor lagi di daerah yang agak gelap. Daerah terang merupakan daerah yang lebih dekat ke sumber cahaya light trap, sedangkan daerah gelap berada lebih jauh dari light trap. Pada awal kegiatan diletakkan di titik yang sama, menghadap ke utara, barat, timur dan selatan. Setelah beberapa jam kemudian diamati ternyata bekicot memiliki arah pergerakan yang berbeda dengan jarak tempuh bekicot yang berbeda pula. Beberapa aktivitas yang dilakukuan bekicot ini diantaranya berdiam diri, berjalan, hingga ada yang menaiki pohon. Namun pada umumnya bekicot tidak banyak melakukan aktivitas karena hewan ini banyak terlihat diam dan istirahat. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa bekicot lebih banyak melakukan aktivitas di tempat teduh atau istirahat di bawah semak-semak, berlindung dari cahaya sekitar (cahaya dari light trap). Hal ini karena bekicot termasuk hewan noktural yaitu hewan yang tidak suka terhadap cahaya sehingga pada siang dan pagi hari bekicot lebih banyak diam dan pada malam hari bergerak aktif menjauhi sumber cahaya atau mencari makanan terdekat.

Bekicot bergerak menggunakan kaki yang melebar yang terdapat di bawah badan. Gerakan ini berupa kontraksi berurutan yang dilakukan oleh otot tubuh. Pada bagian bawah kaki terdapat kelenjar yang dapat mengeluarkan lendir pada saat berjalan.Bekicot termasuk keong darat yang pada umumnya mempunyai kebiasaan hidup di tempat lembab dan aktif di malam hari (nocturnal). Sifat nocturnal bekicot bukan semata-mata ditentukan oleh faktor gelap di waktu malam tetapi ditentukan oleh faktor suhu dan kelembaban lingkungannya (Ahmad, 2013). Bekicot senang berada di tempat yang lembab dan banyak terdapat sampah. Hewan ini memakan berbagai tanaman budidaya,oleh karena itu bekicot termasuk salah satu hama tanaman. Lebih lanjut dijelaskan bahwa bekicot sebagai hewan yang rakus, cepat berkembang biak, dan mampu menyesuaikan diri dalam berbagai keadaan. Bekicot memiliki toleransi yang luas terhadap berbagai macam makanan. Bahkan dikatakan bahwa bekicot tahan terhadap persediaan makanan yang terbatas. Bekicot tidak tahan terhadap sinar matahari langsung. Kondisi lingkungan optimal untuk hidupnya adalah di daerah tropis basah. Suhu minimal letal adalah 45 F atau 7,22 C dan bekicot senang di daerah yang mempunyai pH antara 7-8 (Ahmad, 2013).Dari hasil pengamatan parameter lingkungan untuk kawasan Pulau Pinus, Desa Tiwingan Baru Kecamatan Aranio Kab. Banjar memiliki suhu yang cocok untuk kehidupan dari hewan Mollusca ini. Menurut Dharma (1988) bahwa Mollusca merupakan salah satu hewan yang sangat berhasil menyesuikan diri untuk hidup di beberapa tempat dengan berbagai kedaaan. Daerah ini juga tergolong lembap, yang mana kondisi ini cukup disukai oleh bekicot. pH tanah mendekati netral.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Bekicot memiliki pola pergerakan yang mendekati tempat yang lembab, makanan atau menjauhi cahaya.2. Bekicot selama pengamatan memiliki berbagai aktivitas, diantaranya makan, berjalan, hingga menaiki pohon.

5.2 Saran

Setelah membaca dan memahami makalah ini, diharapkan pembaca mendapat pengetahuan yang lebih baik lagi tentang pola migrasi dan tingkah laku gastropoda, khususnya bekicot. Diharapkan nantinya dilakukan penelitian lebih lanjut lagi pada kondisi lain sehingga didapat pengetahuan yang lebih lengkap.DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Mujahidin. 2013. Petunjuk Praktikum Tingkah Laku Hewan. Malang : UIN.

Dharma. 1988. Siput dan Kerang Indonesia I (Indonesian Shell). Jakarta : PT Sarana Graha.

Dharmono. Buku Ajar Ekologi Hewan. 2015. Banjarmasin : Universitas Lambung Mangkurat Press.Gambar 2.1. Bekicot (Achatina fulica) Iman, Aidil. 2012. http:/ /imandos.blogspot.com/2012/02/gastropoda-mollusca-bekicot.html. Diakses pada 26 Mei 2015.

Gambar 4.1. Sketsa bekicot 1-4 (daerah terang). Dokumentasi Pribadi.

Gambar 4.2. Sketsa bekicot 1-2 (daerah gelap). Dokumentasi Pribadi.

Gambar 4.2. Sketsa bekicot 3-4 (daerah gelap). Dokumentasi Pribadi.

Howells, R. 2005. Invasive Applesnail In Texas: Status of these Harmful Snails through Spring 2005. Texas Parks and Wildlife Department, Texas. Dalam https://musbiology08.wordpress.com/2011/04/23/ ekologi-hewan-bekicot-achatina-fulica . Diakses pada 26 Mei 2015.

Jasin, M. 1989. Sistematik Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Surabaya : Sinar Wijaya.

Manurung, Binari. 1995. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Medan : Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP.

Mustamin, B. 2011. Ekologi Hewan (Bekicot). https://musbiology08.wordpress.com/2011/04/23/ekologi-hewan-bekicot-achatina-fulica ). diakses pada 26 Mei 2015.Naparin, Akhmad & Dharmono. 2015. Banjarmasin : Penuntun Praktikum Ekologi Hewan. PMIPA FKIP UNLAM. 6