laporan praktikum ekwan panjalu kelompok c2

59
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN EKOLOGI HEWAN DI SITU LENGKONG PANJALU Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Ekologi Hewan Dosen : DR. Eming Sudiana, M.Si. Disusun oleh : KELOMPOK C2 Ai Santi Damayanti Ade Nina Yuliana Adi Hadiana Annisa Puspita Rahmini Igus Julius M. Saeffulloh Rudi Ari Nugraha Susi Sulastri Yanti Susilawati Winda Yuni Deninta PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GALUH 2012

Upload: uchiw

Post on 24-Jul-2015

287 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

0

LAPORAN

KULIAH KERJA LAPANGAN EKOLOGI HEWAN

DI SITU LENGKONG PANJALU

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah Ekologi Hewan

Dosen : DR. Eming Sudiana, M.Si.

Disusun oleh :

KELOMPOK C2

Ai Santi Damayanti

Ade Nina Yuliana

Adi Hadiana

Annisa Puspita Rahmini

Igus Julius

M. Saeffulloh

Rudi Ari Nugraha

Susi Sulastri

Yanti Susilawati

Winda Yuni Deninta

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS GALUH

2012

Page 2: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dari (http://id.wikipedia.org/wiki/ekologi) menyebutkan bahwa

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan

lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunanioikos ("habitat")

dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik

interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan

lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst

Haeckel (1834-1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai

kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.

Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan

berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor

biotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan

faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan,

tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan

tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas,

dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem

yang menunjukkan kesatuan. (Anonym. 2010 dalam

http://id.wikipedia.org/wiki/ekologi)

Situ Lengkong Panjalu berada di Desa/Kecamatan Panjalu

Kabupaten Ciamis yang telah ditetapkan sebagai cagar alam. Keadaan

vegetasi di dalam cagar alam ini cukup beranekaragam jenisnya, sebagian

besar merupakan hutan primer yang masih utuh dengan tumbuhan yang

didominasi diantaranya : Kihaji (Dysaxilum), Kondang (Ficus variegata),

Huru (Litsea sp), Kiara (Ficus sp), Kileho (Sauraula sp), Bungur

(Lagerstromia sp), sedangkan tumbuhan bawah diantaranya : Rotan

(Calamus sp), Tepus (Zingiberaceae) dan Langkap (Arenga sp).

Page 3: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

2

Satwa Liar yang banyak dan mudah dijumpai adalah : Kalong

(Pteropus vampyrus) juga beberapa jenis burung seperti Burung Hantu

(Otusscops), Elang (Haliastur indus), Raja Udang (Halcion chloris) dan

Walik (Treron griccipilla).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana faktor Abiotik Ekosistem Terestrial (daratan) Situ

Lengkong?

2. Bagaimana Estimasi Populasi Hewan Tanah ?

3. Bagaimana faktor Abiotik dan Biotik Ekosistem Perairan Situ

Lengkong?

4. Bagaimana Estimasi Populasi Kalong ?

5. Bagamana cara memetakan Situ lengkong?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penyusunan

laporan KKL ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui faktor Abiotik Ekosistem Terestrial (daratan) Situ

Lengkong

2. Mengetahui struktur dan komposisi fauna aktif di permukaan tanah

pada daerah berkanopi dan tidak berkanopi.

3. Mengetahui pengaruh faktor lingkungan di dua lokasi terhadap

kelimpahan masing-masing kelompok taksa hewan tanah yang

ditemukan.

4. Mengetahui faktor Abiotik dan Biotik Ekosistem Perairan Situ

Lengkong

5. Mengetahui Pemetaan Situ Lengkong

Page 4: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komponen Abiotik

a. Temperatur

Temperatur atau suhu merupakan faktor pembatas bagi

kehidupan ekosistem. Laju metabolisme organisme poikilotrem sangat

dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Ada interaksi negatif antara suhu

dan ketinggian tempat (altitude) dan posisi garis lintang (latitude).

Suhu diukur dengan termometer dengan °C, °F dan oK. (Eming dan

Dadi. 2010)

Tinggi rendahnya suhu sangat dipengaruhi oleh adanya cahaya

matahari. Terjadinya perubahan suhu dari panas ke dingin atau

sebaliknya sangat berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup

yang ada di dalam suatu ekosistem. Perubahan itu dapat

mengakibatkan perubahan iklim dan curah hujan yang akan

mempengaruhi metabolism tubuh makhluk hidup. (Vicky Widuri. 2010.

dalam http://authorscream.com/presentation/VICKYwiduri-390803-

ekosistem-biologi-vicky-chintia-widuri-0901145120-education-ppt-

powerpoint/).

b. Kelembaban udara

Kelembaban udara sering diukur dengan nilai relatifnya, yaitu

kelembaban relatif udara (relative humidity/HR), menggambarkan

perbandingan antara tekanan uap air pada saat itu dengan uap air

jenuh pada suhu yang sama. Kelembaban relatif udara (%) diukur

dengan higrometer, psikometer berdasarkan pembacaan suhu kering

dan suhu basah. (Eming dan Dadi. 2010)

Suhu dan kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap

keanekaragaman spesies (Ng dan Sivasothi, 2001; Lovelock, 1993

dalam Dony 2010 pada

Page 5: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

4

http://dony.blog.uns.ac.id/2010/05/31/komponen-biotik-dan-abiotik-

lingkungan-mangrove/).

c. Derajat Keasaman (pH)

pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan

tingkat keasaman (atau ke basaanyang dimiliki oleh suatu larutan.

Yang dimaksudkan “keasaman” di sini adalah konsentrasi ion

hidrogen(H+) dalam pelarut air.Nilai pH berkisar dari 0 hingga 14.

Suatu larutan dikatakan netral apabila memiliki nilai pH=7. Nilai pH>7

menunjukkan larutan memiliki sifat basa, sedangkan nilai pH<7

menunjukan keasaman (Rizqi, Muhammad 2010 dalam

http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2010/11/02/derajat-

keasaman-ph/)

Nilai pH 7 dikatakan netral karena pada air murni ion H+

terlarut dan ion OH- terlarut (sebagai tanda kebasaan) berada pada

jumlah yang sama, yaitu 10-7 pada kesetimbangan. Penambahan

senyawa ion H+ terlarut dari suatu asam akan mendesak

kesetimbangan ke kiri (ion OH- akan diikat oleh H+ membentuk air).

Akibatnya terjadi kelebihan ion hidrogen dan meningkatkan

konsentrasinya (Rizqi, Muhammad 2010 dalam

http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2010/11/02/derajat-

keasaman-ph/).

Ph sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia

mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam

air. Selain itu ikan dan mahluk-mahluk akuatik lainnya hidup pada

selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita

akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang

kehidupan mereka (Rizqi, Muhammad 2010 dalam

http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2010/11/02/derajat-

keasaman-ph/).

Besaran pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14

(sangat basa/alkalis). Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan

Page 6: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

5

yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang

basa (alkalin). Sedangkan pH = 7 disebut sebagai netral (Rizqi,

Muhammad 2010 dalam

http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2010/11/02/derajat-

keasaman-ph/).

Fluktuasi pH air sangat di tentukan oleh alkalinitas air tersebut.

Apabila alkalinitasnya tinggi maka air tersebut akan mudah

mengembalikan pH-nya ke nilai semula, dari setiap “gangguan”

terhadap pengubahan pH (Rizqi, Muhammad 2010 dalam

http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2010/11/02/derajat-

keasaman-ph/).

Dengan demikian kunci dari penurunan pH terletak pada

penanganan alkalinitas dan tingkat kesadahan air. Apabila hal ini

telah dikuasai maka penurunan pH akan lebih mudah dilakukan (Rizqi,

Muhammad 2010 dalam

http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2010/11/02/derajat-

keasaman-ph/).

Sifat keasaman dan kebasaan tanah yang dinyatakan dengan

nilai pH. (Menurut Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985) pH tanah adalah

suatu ukuran aktivitas ion hydrogen dalam larutan air tanah dan

dipakai sebagai ukuran keasaman tanah. Sebetulnya keasaman dan

kebasaan tanah merupakan pencerminan kadar, baik ion H+ maupun

ion OH- (Krisanisus 2011 dalam

http://krisanisus.blogspot.com/2011/11/v-

behaviorurldefaultvmlo_6102.html).

pH meter soil tester merupakan alat pengujian yang paling

murah, dan paling banyak digunakan. Bentuk alat ini seperti kerucut

dimana bagian bawahnya semakin runcing untuk ditancapkan pada

tanah. Pada bagian atasnya terdapat skala ukuran menunjukkan nilai

pH dan kelembaban. Meskipun tidak seakurat dan selengkap hasil test

laboratorium, namun alat ini mudah digunakan oleh siapa saja,

Page 7: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

6

dimana kita tinggal menancapkan alat tersebut pada tanah untuk

kemudian dilihat pada skala pHnya yang terletak pada bagian atasnya.

Nilai pH yang tercantum pada skala menunjukkan kondisi nyata dari

lahan kita. Alangkah baiknya bila kita melakukan pengujian di

beberapa tempat sehingga hasil pengujian tersebut lebih mewakili

(Yoyos 2010 dalam http://yoyos1.wordpress.com/2010/02/24/kondisi-

tanah/).

d. Kadar Garam (salinitas)

Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut

dalam air. Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan

saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan

sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara

definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan

sebagaiair payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai

5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine (anonym 2012 dalam

http://id.wikipedia.org/wiki/Salinitas).

2.2 Komponen Biotik

a. Populasi

Populasi adalah sekumpulan individu dengan ciri-ciri yang sama

(spesies) yang hidup menempati ruang yang sama

padawaktu tertentu. Anggota-anggota populasi secara alamiah saling

berinteraksi satu sama lain dan bereproduksi di antara sesamanya.

Konsep populasi banyak dipakai dalam ekologi dan genetika.

Ekologiwan memandang populasi sebagai unsur dari sistem yang lebih

luas. Populasi suatu spesies adalah bagian dari suatu komunitas.

Selain itu, evolusi juga bekerja melalui populasi. Ahli-ahli genetika, di

sisi lain, memandang populasi sebagai sarana atau wadah bagi

pertukaran alel-alel yang dimiliki oleh individu-individu anggotanya.

Dinamika frekuensi alel dalam suatu populasi menjadi perhatian utama

Page 8: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

7

dalam kajian genetika populasi (anonym 2012 dalam

http://id.wikipedia.org/wiki/Populasi_%28biologi%29).

b. Kalong

Kalong (pteropus vampyrus) adalah anggota bangsa kelelawar

dari mangga Pteropus keluarga pteropodidae. Anonymous (2012)

mengidentifikasi kalong sebagai satu-satunya keluarga (familia) dari

sub ordo Megachiroptera yang masih bertahan. Secara anatomi dan

morfologi kalong termasuk mamalia peralihan sehingga memiliki

kekhasan. Dengan bentangan sayap hingga 170cm dan berat

mencapai 1500gr, kalong adalah spesies nokturnal yang secara

evolusioner bertahan dengan cara hidupnya. Pada siang hari spesies

ini beristirahat menggantung pada cabang atau ranting pepohonan

menggunakan jarinya dan mulai sore hari hidup lebih aktif dengan

tujuan mencari makanan. Dengan daya jelajah hingga 40 mil, pada

keesokan harinya kalong-kalong tersebut kembali ke habitatnya untuk

beristirahat (Eming dan Dadi. 2010).

Habitat kalong di Situ Panjalu tidak saja berkisar di area Situ

Panjalu tetapi dapat mencapai radius beberapa meter menjangkau

tempat area mencari makan. Jika area pencarian makan kalong

mengalami kerusakan maka populasi kalong di Situ Panjalu akan

mengalami gangguan. Mengingat kondisi faktual daerah di sekitar Situ

Panjalu mengalami perubahan maka pencacahan secara periodik

populasi kalong dapat memberikan informasi dini yang berharga

dalam rangkan konservasi area yang dimaksud (Eming dan Dadi.

2010).

Page 9: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

8

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah :

1. Studi Pustaka yaitu mencari informasi dari berbagai referensi buku dan

internet

2. Pengamatan (observasi), yaitu teknik pengumpulan data melalui

pengamatan langsung kepada obyek penelitian. Menurut Soeratno &

Lincolin Arsyad (1993) dalam (ahmad 2009) pada

http://damandiri.or.id/file/ahmadsuyutiunairbab4.pdf, menyatakan

bahwa pengamatan atau observasi merupakan “cara pengumpulan

data dengan jalan melakukan pencatatan secara cermat dan

sistematik”. Teknik observasi biasanya dilakukan bersamaan dengan

teknik lain untuk mengamati keadaan fisik, lokasi atau daerah

penelitian secara sepintas lalu (on the spot) dan dengan melakukan

pencatatan seperlunya (ahmad, 2009).

3. Wawancara (interview), yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan

melalui tatap muka dan wawancara antara pengumpul data (pencacat)

dengan responden. Wawancara dilakukan secara langsung

menanyakan dan mencatat data yang diperoleh dari responden

Metode yang digunakan dalam melaksanakan penelitian adalah

sebagai berikut:

A. Faktor Abiotik Ekosistem Terestrial (daratan) Situ Lengkong

dan Estimasi Populasi Hewan Darat

1. Alat dan Bahan

Alat

Soil tester

Termometer

Higrometer sling

Bahan

Formalin

Sabun colek

Air

Page 10: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

9

Cangkul

Toples bekas astor

Sterofom

Kantung plastik

2. Cara kerja

Membentuk tim kerja menjadi 6, yaitu A1, A2, A3, B1, B2, dan

B3. Dengan tugas nya A1 dan B1 pada perjalanan pertama

adalah memasang patok dan jebakan, sedangkan yang lainnya

mengestimasi populasi hewan dan mengidentifikasi faktor

abiotik. Sedangkan pada hari kedua seluruh tim kerja

melakukan estimasi populasi hewan dan mengidentifikasi faktor

abiotik.

Hari pertama praktikum dimulai dengan memasangan patok di

50 titik di sekitar Situ Lengkong pada siang hari oleh tim kerja

A1 (patok 1-25) dan B1 (patok 26-50) serta memasang alat

ukur curah hujan di tempat yang terbuka tepatnya pada patok

ke-13 dan patok ke-38 dan mengukur curah hujan keesokan

harinya jika terjadi hujan.

Setiap tim kerja berangkat 3 jam sekali secara bergantian,

dengan rincian A1 dan B1 Pukul .00, A2 dan B2 pukul .00, serta

A3 dan B3 pukul .00

Memberi perlakuan pada setiap patok yaitu :

o Melubangi tanah dengan cangkul setinggi dan sebesar toples

bekas astor

o Menanam toples dalam lubang tersebut

o Memperkirakan agar permukaan tanah sama dengan

permukaan bibir toples bekas astor

o mengisi toples dengan larutan formalin 4% setinggi 1,5cm

s.d. 2cm dan meneteskan sedikit larutan deterjen,

mencegah jangan sampai tanah masuk ke dalam toples.

o Di tempat terdapat patok menyimpan toples bekas astor

yang berisi air sebanyak 100 ml dan mengukur kembali

Page 11: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

10

setelah disimpan selama 2 jam. Toples tersebut di kubur

sampai batas permukaan dan bagian dalamnya dibiarkan

tidak terkubur, kemudian bagian dalmnya diolesi sabun dan

dimasukan formalin sebanyak 5 ml bertujuan sebagai trap

hewan yang berada di tempat patok.

o Mengukur pH dan kelembaban tanah dengan Soil tester

o Mengukur suhu dengan termometer.

o Mengukur kelembaban udara dengan higrometer sling

o Mencatat hasil sementara.

Pada esok harinya tepat jam 06.00 tim A1 dan B1 berangkat

kembali menglilingi danau untuk mengamati alat-alat yang

telah dipasang pada setiap patok dan memberi perlakuan pada

setiap patok sebagai berikut :

o Mencatat hewan yang terjebak pada trap

o Mengukur suhu disekitar patok menggunakan thermometer

o Mengukur kelembaban udara dengan higrometer sling

o Mengukur pH dan kelembaban tanah menggunakan soil

tester

Selanjutnya A2 dan B2 berangkat pukul 09.00 dengan tugasnya

mengambil hewan yang terjebak pada setiap trap.

Selanjutnya A3 dan B3 berangkat pukul 11.00 dengan tugasnya

mengambil hewan yang terjebak pada setiap trap serta

mengambil kembali semua alat yang telah dipasang pada setiap

patok

B. Faktor Abiotik dan Biotik Ekosistem Perairan Situ Lengkong

1. Alat yang diperlukan

Termometer air raksa

Secchi Disc

Bola Kasur

Salinometer

Page 12: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

11

Tongkat

Meteran atau tali rapia

PH indikator

Pelampung (bisa diganti Botol minuman)

Botol Winkler (250 ml)

Labu erlenmeyer (250 ml)

2. Bahan yang diperlukan

Larutan MnSO4

Larutan Iodida alkalis

Larutan Na2S2O3

Larutan amilum

Larutan NaCO3

Indikator Phenolphtalein

Larutan H2SO4

Indikator Metil Jingga

3. Cara Kerja

a. Mengukur Suhu Air

Mengambil sampel air dari 2 arah yaitu timur dan barat,

masing-masing 3 titik spot dan masing masing titik tersebut di

ambil 3 sampel yaitu dipermukaan air, di tengah dan di dasar.

pengukuran dapat digunakan dengan menggunakan alat yaitu

botol minuman diikatkan pada tongkat

Memasukan termometer pada botol tersebut kemudian

tenggelamkan kedalam air dampai gelembung udaranya hilang

biarkan selama 5 menit dengan asumsi bahwa selama 5 menit

tersebut suhu dalam botol sama dengan suhu luar.

Alat yang digunakan adalah termometer air raksa,

dengan cara termometer ditenggelamkan dalam air dengan

seutas tali kemudian dibiarkan sampai air raksa tidak bergerak

(± 5 menit). Kemudian baca nilai pada termometer tersebut

Page 13: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

12

b. Mengukur Kecerahan Air

Alat yang digunakan adalah Secchi Disc. Pengukuran

kecerahan dilakukan dengan memasukkan Secchi disc melalui

seutas tali ke dalam perairan sampai warna hitam-putih dari

Secchi disc tidak kelihatan. Jarak antara jari yang memegang

tali (tepat di permukaan air) dengan Secchi disc pada saat

hilangnya warna tersebut merupakan kecerahan perairan

tersebut kemudian setelah secchi disk tidak keliatan tahan dan

ukurlah panjang tali dengan menggunakan meteran. Hasil

pengukuran dapat diklasifikasikan berikut:

Perairan berkecerahan baik : lebih dari 60 cm

Perairan berkecerahan sedang: lebih kurang 30 cm

Perairan berkecerahan buruk : kurang dari 10 cm.

c. Kedalaman Air

Pengukuran kedalaman suatu perairan dapat dilakukan

dengan memasukkan tongkat atau tali (yang diberi pemberat)

ke dalam perairan sampai tongkat tersebut mencapai dasar

kemudaian mengukur tali atau tongkat tersebut dengan

meteran

d. Pengukuran pH

Mengambil sampel air dari 2 arah yaitu timur dan barat,

masing-masing 3 titik spotkemudian tiap spot di bagi lagi 3

bagiantitik dan masing masing titik tersebut di ambil 3 sampel

yaitu dipermukaan air, di tengah dan di dasar. pengukuran

dapat digunakan dengan menggunakan alat yaitu volumeter

yang telah dimodivikasi dengan penutup karet dan di beri

benang dan diikatkan pada tongkat

Memasukan alat tersebut ke dalam air, alat ini digunakan

untuk mengambil sampel air di tengah dan di dasar perairan.

Page 14: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

13

Pengukuran pH perairan dapat dilakukan dengan pH

meter portabel. Sebelum digunakan, alat ini harus dikalibrasi

yaitu dengan memasukkan pH probe ke dalam larutan buffer

(pH - 7) dan apabila belum menunjukkan angka 7 aturlah pH

meter untuk membaca pH 7. Cucilah probe dengan akuades,

lap dengan tissue dan kemudian masukkan probe ke dalam

larutan buffer (pH = 4) dan aturlah pH meter untuk dapat

membaca pH 4. Cucilah probe dengan aquades dan setelah

dikeringkan dengan tissue kemudian masukkan ke dalam

sampel air. Bacalah pH nya dan cucilah probe dengan akuades

sebelum digunakan untuk mengukur sampel yang lain. Cara

pengukuran yang lain dengan menggunakan kertas pH yang

kemudian dibandingkan dengan pH standar,

e. Kadar Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut dapat diukur dengan metode Winkler

yang telah dimodifikasi

Pengukuran dengan metode Winkler

Reagen yang diperlukan:

1) Larutan MnSO4 (364 gram MnSO4, dilarutkan dalam

akuades hingga 1 liter)

2) Larutan Iodida alkalis (700 gram KOH dan 150 gram KI

diarutkan dalam akuades hingga 1000 ml)

3) H2SO4 pekat dengan BJ 1,83-1,84

4) Larutan Natrium Thiosulfat (Na2S2O3) 0,025 N (6,205

gram Na2S2O3 dilarutkan dalam akuades yang sudah

didihkan hingga 1000 ml. tambahkan 5 ml khloroform

dan simpan dalam lemari es.

5) Larutan kanji (amilum). Tambahkan 0,5 gram amilum

kedalam 100 ml akuades, aduk sambil didihkan sampai

larut. Biarkan beberapa jam. Yang akan dipakai adalah

bagian larutan yang bening sebelah atas, sesudah

Page 15: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

14

ditambah dengan 1,25 gram asam salisilat sebagai

pengawet.

Cara Kerja :

1) Memasukan sampel air kedalam botol Winkler 250

ml. kemudian dengan menggunakan pipet berskala,

masukan 1 ml MnSO4 ke dalam sampel tersebut

2) Dengan cara yang sama, kemudian memasukan 1 ml

KOH-KI, dan botol sampel segera ditutup lalu

campuran tersebut dikocok beberapa kali. Biarkan

sebentar hingga endapan berkumpul dibawah dan

cairan bening sebelah atas. Seandainya sampel tidak

mengandung oksigen terlarut, maka endapan yang

terjadi berwarna putih.

3) Dengan pipet bersekala lalu memasukan 1 ml

H2SO4pekat. Endapan akan larut dan terjadi cairan

bening yang berwarna kekuning-kuningan. Botol

yang telah ditutup dikocok kembali.

Titrasi

1) Didalam labu erlenmeyer berukuran 250 ml,

kemudian memasukan 100 ml dari sampel air yang

sudah diolah diatas dan dititrasi dengan larutan

Na2S2O3 0,025 N hingga larutan berwana kuning

muda.

2) Memasukan 10 tetes larutan amilum, larutan

ssekarang berwarna biru.

3) Titrasi dilanjutkan hingga warna biru tetap hilang.

4) Mencatat berapa ml larutan Na2S2O3 yang terpakai.

5) Melakukan sekali lagi agar lebih teliti. Pemakaian

Na2S2O3, dari titrasi dirata-ratakan (=Q ml).

6) Maka 2Q adalah oksigen terlarut dalam satuan mg/l

atau 2 Q x 0,698 adalah oksigen dalam satuan ml/l

Page 16: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

15

4) Seandainya larutan Na2S2O3 yang dipakai tidak tepat

bernormalisasi0,025 N, maka melakukan koreksi. Bila

nirmalisasi riil = Nr, maka Oksigen Terlarut Nr/0,025

x 2 mg/l

f. Kadar Karbondioksida Bebas Terlarut

Mengukur CO2 bebas yang terlarut dilakukan dengan

metodealkalimetri.

Reagen yang diperlukan :

a. Melarutkan Larutan NaCO31/44 N (0.909 gram NaCO3

kedalam akuadeshingga 1 liter)

b. Indikator phenolphtalein 0,5% (melarutkan 0,5 gram

phenolphtalein kedalam 100 ml alkohol 96%)

Cara kerja :

a. Memasukan 100 ml sampel air kedalam labu erlenmeyer

250 ml dan tambahkan 5 tetes indikator phenolphtalein

(larutan tidak berwarna)

b. Melarutan di titrasi dengan 1/44 NaCO3 hingga memberikan

warna merah jambu muda (titrasi sambil digoyang).

c. Melakukan titrasi berulang agar lebih teliti, lalu menghitung

rata-ratanya

d. Kadar CO2 bebas (mg/l) = ml NaCO3 x 10

g. Mengukur kadar garam (salinitas)

Kadar garam bisa diukur dengan menggunakan

Salinometer. Kadar garam diukur dari 4 titik sampel yaitu

utara, selatan timur dan barat dan tiap titik tersebut diukur

pada bagian pinggir, tengah dan dekat nusa.

h. Kelembaban

Kelembaban di ukur dengan menggunakan alat

hygrometer sling. Kelembaban yang di cari yaitu tiap spot.

Kelembabab di ukur dengan perbandingan suhu kering yang

Page 17: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

16

ada di termometer kering dengan suhu basah yang ada pada

termometer basah setelah diputar.

C. Estimasi Populasi Kalong

1. Alat yang diperlukan

Tally Counter 5 buah

Alat Tulis (kertas format, pensil, papan kerani)

Kompas

2. Cara Kerja

Menentukan spot di empat arah dengan titik pusat nusa, yaitu

di sebelah utara, selatan, timur, dan barat. Di tiap titik di

siagakan delapan orang anggota untuk menghitung keluar dan

masuknya kalong.

Para anggota di setiap spot berangkat lebih awal yaitu sebelum

kalong diperikrakan keluar untuk mencari makan dan sebelum

kalong kembali ke Nusa Gede.

Memperkirakan waktu keluar kalong untuk mencari makan yaitu

pukul 16.30 WIB, sehingga para penghitung disiagakan, sampai

terlihat tidak ada lagi kalong yang keluar

Kemudian menghitung setiap kalong yang keluar selang waktu

5 menit dan mencatatnya

Kemudian esok harinya menyiagakan kembali para penghitung

pada 4 titik yang telah di tentukan dengan penghitungan di

mulai pada pukul 05.00 WIB. sampai terlihat tidak ada lagi

kalong yang masuk

D. Pemetaan Situ Lengkong

1. Alat yang diperlukan

Kertas Milimeter Block

Kompas Bidik

Tali rapia ukuran 20 m

Page 18: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

17

Busur derajat

Papan krani

Pensil

Patok bambu bendera sebanyak dua buah

Penggaris

Kertas catatan lapangan

2. Cara Kerja

Menentukan titik pengamatan pertama

Kemudian membentangkan tali rapia 20 meter yang pada setiap

ujungnya telah dipasangkan patok berbendera

Satu orang peraktikan bertugas untuk menembak sudut yang

terjadi dari patok 1 ke patok 2. Kemudian mencatat sudutnya

Menandai bekas pemancangan patok 2 dengan patok penanda,

sementara 2 patok berbendera bergerak ke arah selanjutnya

Membentangkan kembali patok-patok dan tali rapia dengan titik

patok 1 menempati patok penanda yang ditinggalkan oleh

petugas patok 2

Petugas pemegang kompas kembali membidik sudut yang

terjadi antara patok 1 dan patok 2. Kemduian mencatat kembali

sudut hasil bidikan tersebut

mengulangi pekerjaan dengan patok berbendera bergerak

seperti langkah 3 dan seterusnya hingga pada akhirnya

pengamat tiba di tempat bidikan pertama

kemudian mem petabuat di basecamp di atas kertas

milimeterblock dengan menggunakan skala tertentu (misalnya

untuk bentangan 20 meter di lapangan diwakili dengan ukuran

1 cm diatas kertas millimeter block)

Page 19: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

18

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELUSURAN DARATAN

TABEL HASIL PENGAMATAN EKOSISTEM DARAT

(HARI PERTAMA)

KELOMPOK A1 & B1

Lokasi : A1 (dari arah barat ke timur), B1 (dari arah utara ke timur)

Tanggal : 5 juni 2012

Jam : 13.35 – 15.27

Musim : kemarau peralihan

Cuaca : cerah

KELOMPOK A2 & B2

Lokasi : A2 (dari arah barat ke timur), B2 (dari arah utara ke timur)

Tanggal : 5 juni 2012

Jam : 15.00 – 18.07

Musim : Kemarau peralihan

Cuaca : Cerah

Page 20: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

19

TABEL 4.1

HASIL PENGAMATAN EKOSISTEM DARAT A2 DAN B2 SORE

Spot

Fisik Kimia Biologi

Udara Tanah PH

Tanah

Tumbuhan Hewan

Kelembaban (mmHg)

Suhu 0C

Serasah Suhu

0C Kelembaban

mmHg Jenis Jumlah Jenis Jumlah

1 84 Ranting,

Daun 23 55 6,9 - -

Semut 4

Laba laba 1

Rametuk ~

Ulat tritip 1

2 92 Daun jambu,

Daun bambu 26 40 7 - -

Semut merh 4

Semut hitam 3

3 78 Daun bambu, Daun nangka

24 44 6,9 - - Semut merah 1

Semut hitam 3

4 85 Rumput 26 60 6,8 - - Semut hitam 1

5 60 Rumput 24 50 6,8 Rumput Semut hitam 7

6 65 Daun

singkong, Rumput

26 60 6,7 rumput - rametuk ~

7 85 Rumput 24 68 6,8 - - Semut hitam 1

jangkrik 1

8 65 Jerami, Daun

singkong 24 70 6,6 - - Cacing 1

9 92 Jerami,

Padi 22 63 6,8 - -

rametuk ~

Semut hitam 9

Semut merah 1

10 92

Daun

singkong, Daun alba

23 62 6,9

belalang 2

Belalang kecil 2

11 92 Daun

singkong, Daun ubi

24 45 6,9

Semut hitam

besar 1

Semut hitam

kecil 1

12 65 Rumput 24 38 6,9 Semut hitam

besar 20

13 71 Rumput 23 50 6,8 Semut hitam 5

Laba laba 1

14 92 Rumput 22 69 6,8 Semut hitam 18

15 84

Buah singkong

karet, Rumput daun

singkong,

22 35 6,9 Semut merah 4

16 84

Daun cengkeh,

Daun kelapa, Rumput

22 58 6,8

Semut hitam 4

Cacing 1

17 92 Jerami 22 60 6,8 Semut hitam 8

Larva 1

18 92 Daun alang

alang 22 50 6,9 Semut 2

19 84 Rumput 22 48 6,9 Semut hitam 1

20 84 Jerami 23 67 6,6 Semut hitam 6

21

84

Jerami

22

70

6,6

Semut hitam

20

Laba laba 1

22 84 Jerami, Rumput

22 75 6,8 - -

23 91 Jerami 22 40 6,9 Semut 4

24 78 Rumput,

Daun pisang 22 79 6,9 - -

25 78 Rumput 22 55 6,8 semut 11

Laba laba 1

26 84 23 24,5 Semut 2

Jangkrik 1

27 76 23 25 Laba laba 1

Page 21: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

20

28 80 23 24,5 Semut 1

29 8o 23 24 Laba laba 1

30 77 22,5

25 Belalang 1

31 77 22,5

24,5

semut 1

lalat 3

32 76 23,5

24 semut 2

33 92 24 25 cacing 1

semut 2

34 80 23 24,5 cacing 2

semut 2

35 69 23 24,5 - -

36

84

24

25

cacing 1

semut 4

lalat 1

37 64 23 24,5 jangkrik 1

cacing 1

38 63 26 25 cacing 4

39 69 26 25 cacing 1

Semut kecil 3

40 57 27 25 semut 2

Kuul 1

41 77 25 24,5 semut 3

cacing 1

42 63 25 24,5 lalat 2

43 67 25,5

25 semut 3

44 60 26 25,5 semut 1

45 70 25 24 semut 5

kuul 1

46 63 24 25

kuul 1

cacing 1

semut 1

47

72

26

24

Antanan/

kaki kuda

semut

1

Laba laba 2

Capung jarum 1

48 65 25 24 Semut hitam 2

kuul 1

49 65 24 24 semut 3

kuul 1

50 78 28 26

semut 16

kuul 1

Laba laba 1

Sumber : Hasil pengamatan GTK DARATAN TIM A2 DAN B2, tanggal 05

Juni 2012

KELOMPOK A3 & B3

Lokasi : A3 (dari arah barat ke timur), B3 (dari utara ke timur)

Tanggal : 5 juni 2012

Jam : 17.00 – 19.18

Musim : kemarau peralihan

Cuaca : cerah

Page 22: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

21

TABEL 4.2

HASIL PENGAMATAN EKOSISTEM DARAT A3 DAN B3 SORE

SPOT WAKTU HEWAN

KETERANGAN JENIS JUMLAH

1. 17.00 Semut Drosophila

1 6

-

2. 17.01 - - Letak toples lebih tinggi dari

permukaan tanah

3. 17.06 - - Letak toples lebih tinggi dari

permukaan tanah

4. 17.10 Drosophila 5 -

5. 17.15 - - -

6. 17.22 Semut 3 -

7. 17.28 Semut Jangkrik Drosophila

1 1 1

-

8. 17.33 Drosophila 1 -

9. 17.38

Semut hitam

Semut merah Drosophila

1

1 1

-

10. 17.42 Semut hitam Drosophila

3 1

-

11. 17.49 Capung 1 -

12. 17.50 Semut hitam

Jangkrik

2

1 -

13. 17.53 Semut

bersayap

1 -

14. 17.56

Semut

Laba-laba Drosophila

1

1 1

-

15. 17.59 Semut hitam 4 -

16. 18.01 Semut terbang 1 -

17. 18.25 Semut hitam 2 -

18. 18.27 Semut hitam Drosophila

2 5

-

19. 18.30 - - -

20. 18.31

Kumbang Laba-laba

Semut hitam Lege

5 1

1 1

-

21. 18.46

Semut Laba-laba Nyamuk

Kumbang

4 1 1

1

-

22. 18.59 - - -

23. 19.05 - - -

24. 19.10 - - -

25. 19.18 - - -

26. 18.57 Semut 1 -

27. 18.53 - - -

28. 18.50 - - -

29. 18.45 Balalang kecil 1 -

Page 23: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

22

Belalang besar 1

30. 18.32

Jangkrik Semut besar Drosophila

Lalat

1 1 6

1

-

31. 18.30

Drosophila Semut

Nyamuk Semut kecil

Belalang Laba-laba kecil

1 1 1 1

1 1

-

32. 18.29 Drosophila 1 -

33. 18.27 Drosophila Nyamuk

Serangga

2 1

1

-

34. 18.25 - - -

35. 18.23 Jangkrik 1 -

36. 18.21 - - -

37. 18.17 - - -

38. 18.16

Drosophila

Jangkrik Semut

2

1 2

-

39. 18.15 Kumbang 1 -

40. 18.12 Drosophila 1 -

41. 17.45 - - -

42. 17.42 - - -

43. 17.38 Anak capung 1 -

44. 17.34 Drosophila

Semut 1 2

-

45. 17.28 Drosophila 2 -

46. 17.22 Semut 2 -

47. 17.15 Drosophila

Semut 1 1

-

48. 17.10 Semut hitam 1 -

49. 17.05 - - -

50. 17.00

Semut Laba-laba

Jangkrik Semut hitam

1 1

1 1

-

Sumber : Hasil pengamatan GTK DARATAN TIM A3 DAN B3,

tanggal 05 Juni 2012

TABEL HASIL PENGAMATAN EKOSISTEM DARATAN

(HARI KEDUA)

KELOMPOK A1 & B1

Lokasi : A1 (dari arah barat ke timur), B1 (dari arah utara ke timur)

Page 24: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

23

Tanggal : 6 juni 2012

Jam : 06.30 – 09.00

Musim : kemarau peralihan

Cuaca : cerah

TABEL 4.3

HASIL PENGAMATAN EKOSISTEM DARAT A1 DAN B1 PAGI

Spot Waktu Hewan Tumbuhan

Jenis Jumlah Jenis Jumlah

1 07.05

Jangkrik kecil kumbang

Laba laba Semut merah

1 1

2

Rumput teki

Sedikit

2 07.16 Semut hitam

Kumbang

17

1

Rumput teki

Rumput teki

Sedikit

Sedikit

3 07.31 Semut hitam Kumbang

5 1

Rumput …..

Banyak

4 07.40

Kumbang Ulat hitam

Nyamuk Semut hitam Laba laba

Anak jangkrik

1

1 1 5 1

1

-

- - - -

-

-

- - - -

-

5 07.48

Ulat Nyamuk Rametuk

1 1 ~

….. Banyak

6 07.58 Semut hitam Laba laba

Semut merah

2

….. …..

….. …..

Banyak Banyak

Banyak Banyak

7 08.10

Anak jangkrik Semut hitam Semut merah

drosophila rametuk

2 1 1

1

….. …..

….. ….. …..

Banyak Banyak

Banyak Banyak Banyak

8 08.16 - - - -

9 08.20

Jangkrik

Semut hitam kararangge

1 7

10

….. …..

…..

Sedikit Sedikit

Sedikit

10 08.30

Belalang jangkrik .. Semut hitam

2 2

2

…..

….. …..

Banyak

Banyak Banyak

11 08.40

Laba laba jangkrik semut

1

1 3

…..

….. …..

Sedikit

Sedikit Sedikit

Page 25: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

24

12 08.43 Semut hitam besar ..

1

….. ….. …..

Banyak Banyak Banyak

13 08.45

kumbang Laba laba

Semut hitam drosophila

1 1 1

1

….. ….. …..

Banyak Banyak Banyak

14 08.46

jangkrik Laba laba

Semut

2 2

1

Putri malu Sedikit

15 08.47

Laba laba

semut rametuk

4 3

1

….. …..

…..

Sedikit Sedikit

Sedikit

16 08.50

cacing kumbang Semut hitam

1

1 2

…..

….. …..

Banyak

Banyak Banyak

17 08.52

kumbang Semut hitam besar Rametuk

1

2

….. …..

Sedikit Sedikit

18 08.55 ulat Belalang besar

1 2

….. …..

Sedikit Sedikit

19 08.58 belalang rametuk

2 20

….. …..

Sedikit Sedikit

20 09.00

Anak katak kumbang

jangkrik belalang Semut hitam

1

3 1 1

2

…..

….. ….. …..

…..

Sedikit

Sedikit Sedikit Sedikit

Sedikit

21 09.04 Belalang 5 ….. ….. …..

Banayk Banyak Banyak

22 09.10 belalang

jangkrik 5

1 nyalingit Banyak

23 09.13

kumbang Laba laba jangkrik

Semut hitam kararangge

1 1 2

5 2

….. …..

….. …..

Banyak Banyak

Banyak

24 09.18 - -

..... ….. …..

…..

Banyak Banyak Banyak

Banyak

25 09.20 Semut hitam besar

2

…..

….. …..

Banyak

Banyak Banyak

Sumber : Hasil pengamatan GTK DARATAN TIM A1 DAN B1, tanggal 06

Juni 2012

Page 26: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

25

Keterangan : “……” : jenis tumbuhan atau hewan yang tidak diketahui

nama spesiesnya.

KELOMPOK A2 & B2

Lokasi : A2 (dari arah barat ke timur), B2 (dari arah utara ke timur)

Tanggal : 6 juni 2012

Jam : 09.00 – 11.00

Musim : kemarau peralihan

Cuaca : cerah

TABEL 4.4

HASIL PENGAMATAN EKOSISTEM DARAT A2 DAN B2 PAGI

Spot Hewan Tumbuhan

jenis jumlah waktu jenis jumlah Waktu

1 Rametuk 20 09.00 rumput 09.01

2 Rametuk 4 09.06 Rumput gajah 09.05

3 Rametuk 1 09.15 Rumput gajah Rumput jampang pait

09.14

4

Tataman Semut

kecil Semut hitam

besar

1 1 1

09.19 Rumput gajah

09.20

5 - - - Rumput areuy

babadotan

09.25

6 semut 1 09.33 Rumput Bunga mamataharian

09.34

7 rametuk 2 09.39 Rumput gajah 09.40

8 R u s a k

9 - - - ilalang 09.47

10 rametuk 18 09.49 rumput 09.50

11 tataman 1 09.53 - - -

12 -

- - Rumput jampang pait

09.55

13

Semut

hitam Laba laba

1 1

09.56

Rumput jampang

biasa

09.57

14 lalat 1 09.58

Putri malu Jampang kuda

Jampang biasa Harendong antanan

09.59

Page 27: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

26

15 - - - Lameta Jampang kuda

10.00

16 - - - Jampang biasa 10.01

17 R u s a k

18 rametuk banyak 10.04 Ilalang Bunga mamataharian

10.03

19 rametuk 10 10.05 ilalang 10.06

20 semut 4 10.07 Kerema Padi

10.08

21 Semut hitam

3 10.09 Balakbak Lameta

Ubi jalar

10.10

22 - - - Jampang kuda 10.15

23 belalang 1 10.21 Teki Jampang kuda

10.22

24 - - - Jampang kuda

Jampang pait

10.25

25 semut 2 10.30 Jampang kuda 10.31

26 - - 10.20

27 - - 10.17

28 - - 10.14

29 - - 10.11

30 - - 10.09

31 lalat 2 10.08

32 lalat 5 10.06

33 R u s a k

34 semut 2 10.05

35 - - 10.04

36 - - 10.03

37 lalat 1 10.02

38 lalat 2 10.01

39 lalat 1 10.00

40 - - 09.59

41 lalat 1 09.58

42 semut 2 09.56

43 - - 09.52

44 - - 09.49

45 lalat 1 09.42

46 lalat 6 09.46

47 - - 09.31

48 - - 09.24

49 - - 0917

50 Semut Laba laba

5 2

09.07

Sumber : Hasil pengamatan GTK DARATAN TIM A2 DAN B2,

tanggal 06 Juni 2012

KELOMPOK A3 & B3

Lokasi : A3 (dari arah barat ke timur), B3 (dari arah utara ke timur)

Tanggal : 6 juni 2012

Page 28: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

27

Jam : 10.58 – 12.40

Musim : kemarau peralihan

Cuaca : cerah

TABEL 4.5

HASIL PENGAMATAN EKOSISTEM DARAT A3 DAN B3 PAGI

Spot Waktu Hewan

Keterangan Jenis Jumlah

1. 10.58 Semut merah

Drosophila

5

Banyak (~)

Letak toples lebih tinggi

dari permukaan tanah

2. 11.06 - - Letak toples lebih tinggi

dari permukaan tanah

3. 11.18 - - -

4. 11.21 Drosophila

Belalang

4

1 -

5. 11.28 Drosophila 4 -

6. 11.33 Drosophila 2 -

7. 11.44

Laba-laba

Drosophila Jangkrik Semut merah

1

2 1 1

Rusak tertimbun tanah

8. 11.51 - - -

9. 11.56 R u s a k t e r i s i a i r

10. 12.00 - - -

11. 12.02

Semut

Lalat Drosophila

1

1 Banyak (~)

-

12. 12.03 Lalat Semut

Semut hitam

1 2

1

-

13. 12.04 Semut hitam

Drosophila

1

1 -

14. 12.06 Semut hitam 2 -

15. 12.08 Semut kecil

Semut besar

1

1 -

16. 12.10 Laba-laba

Semut

1

1 Rusak

17. 12.15 - - -

18. 12.16 Semut hitam

Drosophila

1

2 -

19. 12.17

Semut hitam

Drosophila Kumbang

2

Banyak (~) 1

-

20. 12.20 Lalat 4 -

21. 12.24 Semut Drosophila

1 Banyak (~)

-

22. 12.30 Kecoa 1 -

23. 12.34 Semut 1 -

24. 12.38 - - -

25. 12.40 - - -

26. 11.56 - - -

27. 11.54 Drosophila Semut terbang

2 12

-

28. 11.56 Drosophila 2 -

Page 29: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

28

Semut terbang 1

29. 11.47 Semut terbang Semut hitam Drosophila

1 3 1

-

30. 11.46 Semut terbang Drosophila

Laba-laba

1 1

1

-

31. 11.45 Semut hitam 8 -

32. 11.44 Semut terbang

Drosophila

9

1 -

33. 11.43 R u s a k

34. 11.42 Drosophila 1 -

35. 11.41 - - -

36. 11.39 Cacing Drosophila

1 3

-

37. 11.38 Semut terbang Semut hitam kecil

4 3

-

38. 11.37 Semut terbang 8 -

39. 11.36 Semut terbang Drosophila

Semut merah

2 1

1

-

40. 11.35

Semut hitam

Drosophila Semut terbang Kumbang

8

2 3 1

-

41. 11.34 Semacam drosophila

Semut hitam kecil

2

2

-

42. 11.32 - - -

43. 11.29 Lalat 1 -

44. 11.27 - - -

45. 11.22 Semut hitam Semut terbang

1 4

-

46. 11.17 Semut terbang 1 -

47. 11.13 Semut hitam Semut terbang

1 1

-

48. 11.08 Drosophila 3 -

49. 11.02 Seperti drosophila

1 -

50. 10.54

Semut hitam bersayap

Seperti drosophila

1 1

-

Sumber : Hasil pengamatan GTK DARATAN TIM A3 DAN B3, tanggal 06

Juni 2012

Tabel 4.6

Data hasil Kerja Penelusuran Daratan Sore Hari

SPOT WAKTU

FISIK KIMIA

UDARA TANAH

pH Tanah Kelembaban

(mmHg) Suhu (0C) Serasah

Suhu

(0C)

Kelembaban

(mmHg)

1 15.30 84

- 23

55 6,9

2 15.49 92 Daun jambu,daun

26 40 7

Page 30: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

29

TIDAK

DIHITUNG!

Bambu

3 15.58 78 Daun bambu,

daun nangka 24 44 6,9

4 16.15 85 Rumput 26

60 6,8

5 16.23 60 Rumput 24

50 6,8

6 16.31 65 Rumput,daun

singkong 26 60 6,7

7 16.40 85 Rumput 24

68 6,8

8 16.47 65 Jerami, daun

singkong 24 70 6,6

9 17.02 92 Jerami, padi 22

63 6,8

10 17.11 92 Daun pisang,

daun alba 23 62 6,9

11 17.15 92 Daun singkong,

ubi, rumput 24 45 6,9

12 17.19 65 Rumput 24

38 6,9

13 17.24 71 Rumput 23

50 6,8

14 17.27 82 Rumput 22

69 6,8

15 17.31 84

Buah sinhgkong

karet, rumput, daun singkong

22 35 6,9

16 17.33 84

Daun cengkeh, d. kelapa

Rumput

22 58 6,8

17 17.35 82 Jerami 22

60 6,8

18 17.36 23 Daun alang2 22

50 6,9

19 17.39 23 Rumput 22

48 6,9

20 17.41 84 Jerami 23

67 6,6

21 17.43 84 Jerami 22

70 6,6

22 17.50 84 Jerami, rumput 22

75 6,8

23 17.57 91 Jerami 22

40 6,9

24 18.01 78 Rumput, d.pisang 22

79 6,9

25 18.06 78 Rumput2 22

55 6,8

26 17.36 84 23

24.5

27 17.31 76 23

25

28 17.26 80 23

24.5

29 17.21 80 23

24

30 17.16 77 22.5

25

Page 31: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

30

31 17.12 77 22.5

ANTANAN/KAKI KUDA

24.5

TIDAK ADA SOIL TESTER!

32 17.08 76 23.5

24

33 17.06 92 24

25

34 17.02 80 23

24.5

35 17.00 69 23

24.5

36 16.57 84 24

25

37 16.52 64 23

24.5

38 16.50 63 26

25

39 16.48 69 26

25

40 16.45 57

27

25

41 16.41 77 25

24.5

42 16.37 63 25

24.5

43 16.32 67 25.5

25

44 16.27 60 26

25.5

45 16.19 70 25

24

46 16.12 63 24

25

47 16.04 72 26

24

48 15.54 65 25

24

49 15.43 65 24

24

50 15.18 78 28

26

Rata-Rata 74.2 24.4

23.9 56.4 7

Sumber : Hasil Pengelompokan data kelompok 2C

Page 32: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

31

Tabel 4.7

Data hasil Kerja Penelusuran Daratan Pagi Hari

SPOT WAKTU

FISIK KIMIA

UDARA TANAH pH

Tanah

Kelembaban (mmHg)

Suhu (0C) Suhu (0C)

Kelembaban (mmHg)

26 09.02 78 25.5 24.5 65 4.7

27 08.57 77 26 25 52 5.4

28 08.51 84 25.5 25 60 5

29 08.46 77 24 24 60 5

30 08.42 89 25 24.5 50 5.7

31 08.40 84 23 24 60 5

32 08.39 76 23.5 23 80 4

33 08.36 77 25 24.5 50 5.7

34 08.33 84 25 24.5 65 4.8

35 08.31 77 24.5 24 80 3.9

36 08.29 77 24.5 25 70 4.5

37 08.27 77 24 23.5 75 4.8

38 08.25 84 24 24 70 4.6

39 08.23 77 24.5 24 45 5.8

40 08.21 84 24.5 24 30 6.3

41 08.19 71 25 24.5 40 5.8

42 08.15 92 26 25 40 6

43 08.09 92 26 25 55 5.4

44 08.06 77 23.5 23 40 5.8

45 07.57 77 24 23 55 5.4

46 07.48 77 24 23 50 5.5

47 07.40 77 24 23 35 6

48 07.31 92 24 23 25 6.2

49 07.18 84 23 22 40 6

50 06.42 71 23 22.5 47.5 5.8

Rata-rata 80.48 24.44 23.9 53.58 5.324

Sumber : Hasil Pengelompokan data kelompok 2C

Page 33: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

32

4.7 HASIL ESTIMASI HEWAN TANAH

Tabel 4.3

Estimasi Populasi Hewan Tanah Nokturnal

Nomor

Taksa

∑ Semut Kuul

Laba-

laba

Semut hitam

Capung Cacing Jangkrik Belalang Ulat Semut merah

Rawon Siraru Semut

Terbang kumbang Nyamuk

Lalat buah

Lalat Katak

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)

1 1

2 1

1

31

1

26

36

2

17

4

2

1

21

3

5

5

4

1 5

1

2 1

1 5

10

5

20 1

1

1 20

22

6

2 11

19

32

7 1

2

3

1 32

2

39

8

2

1

2

9

8

1

11

1

20

10

5

1 2

25

8

11 1

1 3

1 2

8

12

2

1

3

13

1 2 2

1

1 1

1

6

14 2

3

2

1

7

15 3

4 4

1

1

12

16

1

1 1

1

Page 34: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

33

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)

17

4

18

1

22

18

2

1

19

5

22

19

2

1

30

33

20

1 5

1

8

1 7

21 3

1 3

1

1

8

22

5

1 5

11

23 2

1

1 6

2

1

12

24

2

2

25 1

1

3

5

26

2

1

3

27

3

12

2

3

28

1 2

1

5

1

2

9

29

1 6

1

1

7

30

1 1

1

0

31

11

5 2 2

3

18

32

2

9

1

2

33

2

1

3

34

4

1

4

35

5 3

8

36

1

7

3 1

8

37

3

2 1

8

4

14

38

4

8

4

39

3

1

2

1

4

40

1

10

1

3 3

2

12

Page 35: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

34

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)

41

5

2

5

42

6

2

6

43

1

1

1 1 2

44 1

2 1

45

1 2 8

2

4

13

46 1 2

1

1

5

47 7

2 1 1

2

1

13

48

1

1

3

2

49

1

4

2

5

50 16 1 1 12

3

1

33

∑ individu 39.00 8.00 34.00 186.00 2.00 17.00 24.00 15.00 4.00 71.00 139.00 2.00 53.00 20.00 3.00 107.00 7.00 2.00 733

K total 3.30 16.08 3.30 0.69 64.31 7.57 5.36 8.57 32.2 1.81 0.93 64.31 2.43 6.43 42.87 1.20 18.3 64.3 344

F 0.24 0.14 0.34 0.76 0.04 0.18 0.34 0.10 0.34 0.18 0.26 0.02 0.32 0.20 0.06 0.44 0.08 0.04 4.08

KR 0.01 0.05 0.01 0.00 0.19 0.02 0.02 0.02 0.09 0.01 0.00 0.19 0.01 0.02 0.12 0.00 0.05 0.19 1.00

FR 0.06 0.03 0.08 0.19 0.01 0.04 0.08 0.02 0.08 0.04 0.06 0.00 0.08 0.05 0.01 0.11 0.02 0.01 1.00

NP 0.07 0.08 0.09 0.19 0.20 0.07 0.10 0.05 0.18 0.05 0.07 0.19 0.09 0.07 0.14 0.11 0.07 0.20 2.00

pi 0.034 0.041 0.046 0.094 0.098 0.03 0.049 0.025 0.09 0.025 0.033 0.096 0.0427 0.034 0.070 0.056 0.04 0.1 1.00

log pi -1.466 -1.39 -1.33 -1.0262 -1.007 -1.5 -1.3058 -1.607 -1.05 -1.607 -1.4787 -1.02 -1.3691 -1.4703 -1.1569 -1.25 -1.4 -1 -23.5

H` 0.05 0.056 0.062 0.0966 0.0991 0.05 0.0646 0.03972 0.09 0.0397 0.0491 0.098 0.0585 0.04978 0.0806 0.07 0.05 0.1 1.21

Sumber : hasil penghitungan kelompok C2 pada praktek EKWAN 2012

Page 36: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

35

B. HASIL PENGUKURAN FAKTOR ABIOTIK DAN BIOTIK EKOSISTEM PERAIRAN

Tabel 4.4

Hasil Kerja Perairan Pada Pagi hari

Lokasi Waktu

(WIB)

Suhu oC Kecerahan Air

(cm)

PH DO

Kedalaman

(m) alkalinitas CO2terlarut kelembaban

Atas Tengah Dasar Atas Tengah Dasar

Timur

Spot

1

Pinggir

07.10

24,5 24,5 24 60 6 6 6 20 1.59 P=0 1.5 77

Tengah 25 25 24,5 60 6 6 6 11,6 3.26 P=0

1.75 67

Dekat

Nusa 24 24 24,5 65 6 6 6 14,2 0.92 P=0 1.5 84

Spot

2

Pinggir

08.10

24 24 24,5 63 6 6 6 15 1.68 P=0

1.5 84

Tengah 24 25 25 67

6 6 6 15 3 P=0

2 84

Dekat

Nusa 24,5 24,5 25 63 6 6 6 10 O.79

P=0 1 84

Spot

3

Pinggir

25 25 25 65 6 6 6 15 2.88 P=0 1.5 84

Tengah 24 24 24 67,5 6 6 6 15 2.76 P=0 1.5 81

Dekat

Nusa 24,5 24 24 65 6 6 6 10 2.69 P=0 1 77

Rata-rata 24,4 24,4 24,5 63,94 6 6 6 13.98 2.35

1.47 80

Page 37: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

36

Barat

Spot

1

Pinggir

06.30

26

25

25 70

5

6

5 - 0.9

P=0 1.5 74

Tengah

26

25

26 70

6

6

6 - 1.47 P=0 1.5 92

Dekat

Nusa - - - - - - - - - - - -

Spot

2

Pinggir

08.30

26

25

26 65 6 5 7 - 1.45

P=0 1 80

Tengah 25 25 25 75 7 6 5 - 2.10 P=0 1.5 77

Dekat

Nusa 25 25 25 65 7 6 5 - 1.40 P=0 2 84

Spot

3

Pinggir

25 25 25 70 5 6 5 - 1.1 P=0

1 84

Tengah 25 26 25 70 6 5 5 - 1.95 P=0

1.5 77

Dekat

Nusa 26 25 25 70 6 6 5 - 1.6

P=0 1.5 84

Rata-rata 25,5 25,1 25,3 69,4 6 5,75 5,4 - 1.50 1.44 81.5

Sumber : hasil pengamatan GTK PERAIRAN pada tanggal 06 Juni 2012

Page 38: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

37

Tabel 4.5

Tabel Hasil Kerja Perairan Pada Sore hari

Lokasi Waktu (WIB)

Suhu oC Kecerahan

Air

PH

DO Kedalaman

(m) alkalinitas CO2terlarut kelembaban

Atas Tengah Dasar Atas Tengah Dasar

Timur

Spot 1

Pinggir

13.55

26 26 25 65 cm

6 6 6 7

1,45 P=0 1,5 59

Tengah 25 25 25

65 cm 6 6 6

5 3,19 P=0

1,5 64

Dekat Nusa

26,5 26 25 75 cm

6 6 6 4

1,48 P=0 1 70

Spot 2

Pinggir

15.05

26 26 25 65 cm 5 6 6 3 1,52

P=0 1 74

Tengah 26 25,5 25 60 cm 6 6 6

3 3,9 P=0

1 70

Dekat Nusa

26 25 25 65 cm 6 6 6 3 0,91

P=0 1 77

Spot 3

Pinggir

16.30

26 25 24 60 cm 6 6 6

5 2,74 P=0

1,5 70

Tengah 25 25 24 55 cm 6 6 6

4 2,97 P=0

1,5 77

Dekat Nusa

25 25 25 55 cm 6 6 6

3 3,15 P=0

1 70

Rata-rata 25,7 25,4 24,7 59,4 cm 5,9 6 6 4,1

mg/L 2.37 1.22

70

Barat

Spot 1

Pinggir 13.30 WIB

26 26 60 cm 6 5 - 2 m 4 64

Page 39: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

38

Tengah 25 26 60 cm 5 5 - 1,90 m 4,5 70

Dekat Nusa

25 26 60 cm 6 5 - 1,30 m 2,5 77

Sumber : hasil pengamatan GTK PERAIRAN pada tanggal 05 Juni 2012

Page 40: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

39

C. HASIL ESTIMASI POPULASI KALONG

Tabel 4.6

Hasil Pengamatan Populasi Kalong Keluar Mencari Makan

Di Sekitar Situ Lengkong

No Waktu/

5 menit

Lokasi

Timur Barat Selatan Utara

1 17.55 0 3 0 0

2 18.00 1 15 0 4

3 18.05 0 9 2 5

4 18.10 0 1 1 0

5 18.15 0 0 0 0

6 18.20 0 0 0 1

7 18.25 0 0 0 0

Jumlah 1 28 3 10

Total 42

Sumber : hasil pengamatan GTK KALONG pada tanggal 05 Juni 2012

1. Populasi kalong terbang mencari makan:

a. Populasi kalong terbang mencari makan dimulai pada pukul 17.55

WIB

b. Puncak tertinggi jumlah populasi kalong terbang mencari makan

pukul 18.00WIB

c. Saat terakhir populasi kalong terbang keluar mencari makan pukul

18.25 WIB

d. Jumlah total populasi kalong yang terbang untuk mencari makan 42

ekor

e. Gambaran grafiknya

Page 41: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

40

Tabel 4.7

Hasil Pengamatan Populasi Kalong Yang datang Untuk

Istirahat

Di Sekitar Situ Lengkong

No Waktu/5

Menit

Lokasi

Timur Barat Selatan Utara

1 04.35 0 7 0 0

2 04.40 0 3 0 0

3 04.45 0 5 0 0

4 04.50 0 5 0 0

5 04.55 6 9 1 0

6 05.00 12 5 0 0

7 05.05 11 10 0 5

8 05.10 16 0 0 8

9 05.15 19 11 0 10

10 05.20 17 19 0 3

11 05.25 18 8 2 9

12 05.30 26 0 0 39

13 05.35 32 0 0 33

14 05.40 45 0 0 23

15 05.45 4 0 0 0

16 05.50 23 0 0 0

17 05.55 54 0 0 0

18 06.00 313 0 0 0

19 06.05 10 0 0 0

3

20

16

20

100

5

10

15

20

25

17.55 18.00 18.05 18.10 18.15 18.20 18.25

Jum

lah

kal

on

g

Interval waku

Grafik Estimasi Populasi Kalong (sore)

Jumlah Kalong

Page 42: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

41

20 06.10 0 0 0 0

21 06.15 0 0 0 0

22 06.20 1 0 0 0

Jumlah 607 82 3 130

Total 822

Sumber : hasil pengamatan GTK KALONG pada tanggal 06 Juni 2012

2. Populasi kalong datang untuk istirahat:

a. Populasi kalong datang untuk istirahat dimulai pada pukul 04.35

WIB

b. Puncak tertinggi jumlah populasi kalong yang datang untuk istirahat

pada pukul 06.00WIB

c. Saat terakhir populasi kalong yang datang untuk istirahat pada

pukul 06.20 WIB

d. Jumlah total populasi kalong yang datang untuk istirahat sebanyak

822 ekor

e. Gambaran grafiknya

0

50

100

150

200

250

300

350

Jum

lah

Kal

on

g

Interval Waktu

Grafik Estimasi Populasi Kalong (Pagi)

Jumlah Kalong

Page 43: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

42

D. HASIL PEMETAAN

Tabel 4.8

Titik Sudut Situ Lengkong

Titik

ke- Sudut

o Titik

ke- Sudut

o Titik

ke Sudut

o Titik

ke Sudut

o

1 144 101 205 201 240 301 220

2 155 102 70 202 250 302 230

3 153 103 70 203 270 303 230

4 145 104 65 204 290 304 210

5 139 105 85 205 270 305 200

6 135 106 80 206 270 306 180

7 135 107 95 207 260 307 180

8 135 108 85 208 280 308 180

9 50 109 80 209 280 309 160

10 340 110 55 210 300 310 140

11 8 111 55 211 300 311 130

12 21 112 60 212 260 312 130

13 84 113 45 213 260 313 130

14 90 114 70 214 270 314 120

15 34 115 90 215 260 315 120

16 85 116 120 216 280 316 130

17 75 117 110 217 290 317 120

Page 44: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

43

18 75 118 100 218 280 318 160

19 85 119 80 219 230 319 170

20 73 120 75 220 250 320 165

21 67 121 50 221 270 321 165

22 63 122 55 222 260 322 160

23 64 123 70 223 240 323 150

24 39 124 65 224 250 324 140

25 50 125 85 225 260 325 160

26 68 126 125 226 270 326 140

27 122 127 126 227 270 327 130

28 131 128 125 228 310 328 120

29 142 129 144 229 320 329 100

30 138 130 172 230 340 330 95

31 112 131 205 231 330 331 105

32 80 132 130 232 310 332 140

33 46 133 220 233 290 333

34 15 134 207 234 290 334

35 9 135 112 235 300 335

36 352 136 40 236 320 336

37 342 137 45 237 320 337

38 272 138 56 238 300 338

Page 45: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

44

39 21 139 80 239 300 339

40 275 140 55 240 300 340

41 353 141 50 241 300 341

42 2 142 98 242 230 342

43 25 143 108 243 140 343

44 42 144 100 244 130 344

45 30 145 135 245 150 345

46 19 146 127 246 160 346

47 19 147 125 247 160 347

48 25 148 125 248 180 348

49 170 149 142 249 210 349

50 8 150 195 250 190 350

51 0 151 143 251 280 351

52 15 152 146 252 280 352

53 22 153 147 253 300 353

54 54 154 145 254 300 354

55 75 155 142 255 290 355

56 100 156 150 256 290 356

57 125 157 160 257 300 357

58 150 158 175 258 300 358

59 182 159 140 259 300 359

Page 46: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

45

60 185 160 58 260 300 400

61 170 161 55 261 260 401

62 100 162 43 262 240 402

63 86 163 330 263 230 403

64 80 164 350 264 220 404

65 65 165 305 265 210 405

66 56 166 340 266 220 406

67 62 167 20 267 230 407

68 67 168 0 268 220 408

69 82 169 15 269 230 409

70 82 170 15 270 260 410

71 88 171 20 271 270 411

72 67 172 346 272 260 412

73 29 173 355 273 270 413

74 12 174 350 274 280 414

75 12 175 0 275 280 415

76 53 176 0 276 280 416

77 65 177 20 277 260 417

78 74 178 40 278 240 418

79 62 179 350 279 210 419

80 35 180 300 280 200 420

Page 47: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

46

81 290 181 300 281 190 421

82 252 182 300 282 190 422

83 265 183 290 283 220 423

84 265 184 310 284 260 424

85 265 185 320 285 270 425

86 260 186 320 286 260 426

87 255 187 320 287 270 427

88 270 188 300 288 270 428

89 265 189 300 289 260 439

90 272 190 270 290 250 430

91 295 191 170 291 270 431

92 320 192 170 292 270 432

93 33 193 170 293 270 433

94 340 194 180 294 240 434

95 345 195 230 295 230 435

96 2 196 250 296 220 436

97 355 197 260 297 220 437

98 2 198 260 298 220 438

99 15 199 200 299 220 449

100 30 200 240 300 220 440

Sumber : hasil pengamatan GTK PEMETAAN pada tanggal 05 dan 06 Juni 2012

Page 48: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

47

PETA SITU LENGKONG

Gb. 1 Peta Situ Lengkong

Page 49: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

48

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 PENELUSURAN DARATAN

Pada siang-sore hari rata-rata temperatur di sekitar situ Lengkong

24,4oC, begitu pula pada pagi hari rata-rata suhunya sama yaitu 24,4oC.

Perubahan suhu yang tetap tidak terlalu berpengaruh terhadap

produktivitas organisme yang ada di sekitar daratan Situ Lengkong. Suhu

tersebut merupakan suhu yang ideal bagi Hewan-hewan yang ada

disekitar Situ Lengkong untuk hidup dan berkembang biak, dikatakan ideal

karena hewan atau tumbuhan dapat dengan mudah menyesuaikan diri

karena pagi sampai sore suhunya sama.

Kelembaban udara di sekitar Situ lengkong pada sore hari rata-rata

sebesar 74,22mmHg dan rata-rata kelembaban dara pada pengukuran

pagi hari nilainya 80,48mmHg. Artinya pada pagi hari kelembaban lebih

tinggi dikarenakan belum banyak cahaya matahari yang menyinari,

sehingga udara lebih sejuk dibandingkan ketika sore hari.

Pengukuran Kelembaban Tanah dan pH tanah menggunakan Soil

Tester pada pagi hari Kelembaban tanah rata-rata adalah 53,58mmHg

sementara pH tanah rata-rata 5,32. Pengukuran pada sore hari

menunjukkan kelembaban tanah rata-rata 56,44mmHg sementara pH

tanah rata-rata adalah 7 (netral).

4.2.2 HASIL ESTIMASI HEWAN TANAH

Semut hitam merupakan spesies yang paling dominan ditemukan

terbukt di daratatan dari data pada tabel Hasil Estimasi Hewan Tanah di

dapat frekuensi senilai 0.76

Pengaruh faktor abiotik terhadap komunitas hewan tanah sangat

besar pengaruhnya, misalnya pengaruh suhu dan PH tanah, juga faktor

biotik lainnya seperti pohon dan rumput juga mempengaruhi komunitas

hewan tanah.

Page 50: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

49

Berdasarkan hasil pengamatan suhu mempengaruhi komunitas hewan

di suatu area, hewan akan mampu bertahan hidup pada suhu yang

normal, seperti halnya di Situ Lengkong suhu berkisar antara 21OC-27 OC,

suhu yang ideal dan perubahannya tidak terlalu extrem sehingga hewan

mampu menyesuaikan diri dengan mudah terhadap perubahan suhu

tersebut.

pH (derajat keasaman), berpengaruh pada kerja enzim suatu makhluk

hidup, enzim dapat bekerja dengan optimum jika berada pada pH yang

cenderung Normal (5,6). Dengan Instingnya Mahluk hidup akan

menyesuaikan diri dengan kondisi pH kearah normal agar mendukung

terhadap kerja enzim.

Pohon dan Rumput merupakan habitat hewan dan tempat berlindung

dari kelebihan cahaya matahari yang dapat menyebabkan pengupan

cairan yang berlebihan.

4.2.3 PENGUKURAN FAKTOR ABIOTIK DAN BIOTIK EKOSISTEM

PERAIRAN

Suhu dipengaruhi oleh intensitas cahaya, terbukti dari data yang

didapat bahwa suhu pada pagi dan siang hari cenderung lebih tinggi

dibandingkan dengan suhu pada sore hari, dan suhu permukaan perairan

yang mendapat intensitas cahaya lebih banyak (permukaan) lebih tinggi

dari pada suhu dibawah permukaan peraiaran (tengah dan dasar) yang

intensitas cahayanya kurang atau bahkan tidak ada.

Kecerahan perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

- Intensitas Cahaya, semakin banyak intensitas cahaya maka

tingkat kecerahan dalam perairan semakin baik.

- Sedimentasi (tingkat kekeruhan) akan menghalangi

intensitas cahaya, biasanya dipicu oleh Produksi ganggang

biru, semakin banyaknya intensitas cahaya akan

berbanding lurus dengan produksi ganggang biru.

Page 51: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

50

Dari hasil pengamatan didapat bahwa kecerahan rata-rata pada

sore hari yaitu 59.4 cm dan pagi dan siang hari rata-rata 66,70 cm,

membuktikan bahwa kecerahan air situ Lengkong masih tergolong baik.

Kecerahan penting untuk diketahui, apabila kecerahan baik maka akan

banyak keanekaragaman mahluk hidup yang ada di situ Panjalu.

pH (Kadar keasaman) pada perairan situ lengkong rata-rata pada

pagi hari 5.7 sedagkan pada sore hari 5.97 sehingga rata-rata pH nya

adalah 5,84. pH dapat dipengaruhi oleh hujan asam kiriman dari daerah

lain yang jatuh tepat di wilayah Situ Lengkong, kemudian dapat

dipengaruhi juga oleh buangan sawah yang menggunakan pupuk kimia.

Biota/hewan yang hidup diperairan dipengaruhi oleh faktor-faktor

abiotik yang telah dijelaskan di atas seprti intensitas cahaya, semakin

banyaknya intensitas cahaya maka banyak biota yang senang hidup

ditempat tersebut karena, ditempat tersebut bisa didapatkan berbagai

macam makanan misalnya, ganggang biru yang pertumbuhannya dipicu

oleh intensitas cahaya matahari. pH mempengaruhi terhadap kerja enzim

makhluk hidup sehingga dengan instingnya makhluk hidup akan

mendekati perairan yang pH nya cenderung normal, karena pada pH

normal kerja enzim akan optimum.

4.2.4 ESTIMASI POPULASI KALONG

Kalong (Pteropus vampyrus) adalah anggota bangsa kelelawar dari

marga Pteropus keluarga Pteropodidae. Anonymous (2012). Kalong adalah

spesies nocturnal yang secara evolusioner bertahan dengan cara

hidupnya. Pada siang hari spesies ini beristirahat menggantung pada

cabang atau ranting pepohonan menggunakan jarinya dan mulai sore hari

lebih aktif dengan tujuan mencari makan, sebelum pergi kalong akan

mengitari tempat singgahnya untuk menentukan titik kordinat agar pada

waktu kembali tidak tersesat, kalong akan pergi ketempat yang sudah

diketahui terdapat banyak makanan, cara kalong mengetahui adanya

makanan yaitu dengan cara mengeluarkan gelombang ultra sonik.

Page 52: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

51

Populasi kalong terbang mencari makan dimulai pada pukul 17.55WIB.

Puncak tertinggi jumlah populasi kalong terbang mencari makan pukul

18.00WIB. Saat terakhir populasi kalong terbang mencari makan pukul

18.25 WIB. Jumlah total populasi kalong yang terbang untuk mencari

makan 42 ekor

Berdasarkan hasil pengamatan jumlah antara kalong yang pergi

dan kalong yang datang ternyata lebih banyak kalong yang datang,

dikarenakan ada faktor kekeliruan dalam menghitung dan pada waktu

penghitungan kalong berbeda tempat pengamatan antara spot pergi

kalong dan datangnya kalong ini semua dapat terlihat dalam hasil

pengamatan. Diantaranya kalong pergi berjumlah 42 ekor dan kalong

pada waktu datang berjumlah 822 ekor, dengan selisih 780 ekor. Tapi

kami yakin jumlah kalong yang pergi akan sama dengan jumlah kalong

yang datang. Perbedaan tersebut dapat disebkan juga karena ada kalong

yang keluar pada malam hari yang diluar pengamatan.

Pada tahun sebelumya populasi kalong yang diamati di situ

lengkong,Panjalu. Mencapai jumlah ribuan akan tetapi dari tahun ketahun

populasi kalong yang teramati berkurang sangat drastis terbukti dari

pengamatan yang kami lakukan pada tahun ini, hal ini dapat disebabkan

oleh keadaan habitat asli kalong yang sudah mulai terganggu oleh aktifitas

manusia yang kurang peduli terhadap lingkungan sekitar, selain habitat

asli kalong, lingkungan sekitar wilayah situ lengkong pun yang menjadi

tujuan mencari makan sudah berkurang akibat pembangunan yang

dilakukan masyarakat sekitar yang terus menerus tanpa mempedulikan

tata ruang wilayah situ lengkong.

Tata ruang sangat penting dalam upaya pelestarian kalong di situ

lengkong, dengan melakukan tata ruang yang tepat dapat membantu

menanggulangi pengurangan populasi kalong. Dari segi kesadaran

masyarakat pun harus tetap diperhatikan dari mulai penggunaan mesin

perahu yang bising, penangkapan liar kalong untuk kepentingan

Page 53: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

52

pribadi,banyaknya peziarah yang datang pun dapat menjadi salah satu

faktor penyebap berkurangnya populasi kalong.

Page 54: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

53

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Faktor Abiotik dan Biotik Ekosistem Terestrial (daratan) Situ

Lengkong sangat berhubungan erat, apabila faktor Abiotik tersebut

mendukung habitat hidup faktor biotik maka akan berpengaruh

terhadap penyebaran populasi baik itu di daratan maupun perairan.

Pada Estimasi populasi kalong hasil yang diperoleh dipengaruhi

oleh tingkat ketelitian menghitung, sudut pandang penghitungan.

Hasil perhitungan kalong pada waktu sore (kalong Keluar Situ

lengkong) hari lebih sedikit dibandingkan hasil perhitungan pada pagi

hari (kalong yang datang) hal ini dimungkinkan karena adanya kalong

yang keluar pada malam hari yang tidak teramati oleh pengamat.

Penurunan jumlah populasi kalong di Situ Lengkong dari tahun

ke tahun semakin menurun, disebabkan karena banyak faktor antara

lain tata ruang di wilayah Situ Lengkong yang buruk dan kurangnya

kesadaran masyarakat sekitar terhadap lingkungan, serta banyaknya

penziarah yang datang dapat menjadi salah satu faktor penurunan

jumlah poulasi kalong.

B. Saran

1. Alat dan bahan yang diperlukan tidak semua tersedia, jadi untuk

ke depan harus dipersiapkan sebaik-baiknya.

2. Untuk mempergunakan peralatan harus dikalibrasikan lebih dahulu

agar data yang dihasilkan lebih valid.

3. Pendamping lapangan diutamakan yang lebih menguasai keilmuan

tentang teknis lapangan praktikum.

4. Alokasi waktu praktikum ditambah.

Page 55: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

54

5. Panitia di anjurkan tidak merangkap menjadi peserta akan tetapi

dari tingkat lainnya sehingga tidak mengganggu kegiatan

praktikum.

6. Pada saat penentuan spot estimasi populasi kalong panitia

sebaiknya melakukan survei tempat (spot) yang strategis terlebih

dahulu.

Page 56: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

55

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad (2009). Observasi. From

http://damandiri.or.id/file/ahmadsuyutiunairbab4.pdf, 27 Juni 2012

Anonym (2012). Populasi. From

http://id.wikipedia.org/wiki/Populasi_%28biologi%29, 27 Juni 2012

Anonym (2012). Salinitas. From http://id.wikipedia.org/wiki/Salinitas, 27

Juni 2012

Anonym (2010). Ekologi. From http://id.wikipedia.org/wiki/ekologi, 27

Juni 2012

Dadi, & Sudiana, Eming. 2010. Penuntun Praktikum Ekologi. Ciamis :

modul tidak diterbitkan.

Dony (2010). Komponen Biotik dan Abiotik Lingkungan Mangrove. From

http://dony.blog.uns.ac.id/2010/05/31/komponen-biotik-dan-abiotik-

lingkungan-mangrove/, 27 Juni 2012

Krisanisus (2011). Keasaman dan Kebasaan Tanah. From

http://krisanisus.blogspot.com/2011/11/v-

behaviorurldefaultvmlo_6102.html, 27 Juni 2012

Rizqi, Muhammad (2010). Derajat Keasaman pH. From

http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2010/11/02/derajat-

keasaman-ph/, 27 Juni 2012

Vicky, Widuri (2010). Ekosistem. From

http://authorscream.com/presentation/VICKYwiduri-390803-

ekosistem-biologi-vicky-chintia-widuri-0901145120-education-ppt-

powerpoint/, 27 Juni 2012

Yoyos (2010). Kondisi Tanah. From

http://yoyos1.wordpress.com/2010/02/24/kondisi-tanah/, 27 Juni

2012

Page 57: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

56

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tercurah ke hadirat Allah SWT., karena atas berkat,

rahmat, dan ridho-Nya penyusun dapat menuliskan sebuah goresan kecil yang

akan selalu menjadi pengalaman berharga di kehidupan mendatang. Sholawat dan

salam terlimpah kepada baginda agung Nabi Muhammad SAW.

Penyusunan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas

mata kuliah Ekologi Hewan FKIP Biologi Universitas Galuh.

Penyusun telah berusaha secara optimal dan mempersembahkan yang

terbaik namun bukan sesuatu yang sempurna. Itu semua karena kedangkalan dan

keterbatasan ilmu pengetahuan yang penyusun miliki. Oleh karena itu, kritik dan

saran yang bersifat membangun dari pembaca, penyusun harapkan demi perbaikan

di masa yang akan datang.

Dalam penyusunan laporan ini terdapat banyak halangan dan rintangan

yang penyusun hadapi. Tetapi berkat kerja keras, keuletan, motivasi, dan bantuan

dari berbagai pihak akhirnya penyusun dapat menyelesaikan laporan ini. Oleh

karena itu, dengan segala kerendahan hati penyusun ingin menyampaikan rasa

terimakasih kepada :

1. Dr. Eming Sudiana, M.Si selaku dosen mata kuliah Ekologi Hewan yang

telah memberikan tugas laporan ini.

2. Dr. Dadi, M.Si selaku dosen pembimbing Kuliah Kerja Laapangan

Ekologi Hewan .

3. Ayahanda dan Ibunda sebagai orang tua yang pertama kali mendidik

penulis sejak kecil, dengan kasih sayang dan kesabaran untuk mendoakan

serta memberikan motivasi dan bantuan moril maupun materil yang

dirasakan sangat besar artinya.

4. Teman-teman terbaikku yang telah memberikan dorongan dan doannya.

i

Page 58: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

57

5. Rekan-rekan FKIP Universitas Galuh Ciamis Program Studi Pendidikan

Biologi, yang telah membantu memberi saran dalam penyusunan laporan

ini.

6. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang telah

membantu penyusun baik berupa moril maupun materil dalam

penyusunan laporan ini.

Semoga dorongan, bimbingan, bantuan, dan dukungan yang telah

diberikan mendapat imbalan yang sesuai dari Allah SWT.

Terselip kata dan sedikit harapan semoga laporan ini dapat bermanfaat

untuk penyusun khususnya, pembaca pada umumnya, dan apa yang telah kita

lakukan mendapat balasan dan ridho serta berkah dari Allah SWT.

Amin.

Ciamis,30 Juni 2012

Penyusun

ii

Page 59: Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2

58

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ......................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORITIS ....................................................... 3

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 18

A. Faktor Abiotik Ekosistem Terestrial (daratan) Situ Lengkong dan

Estimasi Populasi Hewan Darat......................................................... 18

B. Faktor Abiotik dan Biotik Ekosistem Perairan Situ Lengkong ........ 33

C. Estimasi Populasi Kalong ............................................................ 39

D. Pemetaan Situ Lengkong ........................................................... 40

BAB V PENUTUP ......................................................................... 53

A. Kesimpulan ............................................................................... 53

B. Saran ....................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 55

iii