asosiasi gastropoda pada ekosistem padang …repository.umrah.ac.id/4168/1/dody nofriandi...1...

20
1 Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Pulau Beralas Pasir Kabupaten Bintan Dody Nofriandi¹, Ita Karlina², Try Febrianto³ [email protected] Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Penelitian mengenai asosiasi gastropoda pada ekosistem padang lamun di perairan Pulau Beralas Pasir, Kabupaten Bintan, telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Juli 2019. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis jenis dan kelimpahan gastropoda serta jenis dan kerapatan lamun. Metode transek linier kuadrat digunakan untuk pengambilan sampel gastropoda dan lamun. Pengumpulan data dilakukan di enam transek dengan plot pengamatan berukuran 1 X 1 m 2 . Hasil penelitian diperoleh 9 jenis gastropoda yang termasuk ke dalam 3 ordo, 7 famili, dan 8 genus, yaitu Cerithidea obtusa, Cerithium columna, Cerithium lividulum, Canarium urceus, Lambis lambis, Polinices flemingianus, Pollia fumosa, Morula nodulosa, dan Conus lividus. Rata-rata kelimpahan gastropoda sebesar 1,43 individu/m 2 yang tergolong rendah. Sedangkan untuk lamun Lamun diperoleh 6 jenis yang termasuk ke dalam 2 famili dan 6 genus, yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Cymodocea rotundata, Halodule uninervis, dan Syringodium isoetifolium. Rata-rata kerapatan lamun sebesar 157,77 tegakan/m 2 dan tergolong dalam kondisi yang rapat. Kata kunci: asosiasi, Beralas Pasir, gastropoda, lamun PENDAHULUAN Padang lamun merupakan tempat hidup berbagai biota perairan dari berbagai jenis. Hutomo dan Azkab (1987) menerangkan biota yang berasosiasi pada padang lamun, yaitu porifera, hidrozoa, actinia, madreporaria, poliketa, ekhinodermata, gastropoda, sefalopoda, dekapoda, stomatopoda, dan tunikata.

Upload: others

Post on 09-Jan-2020

29 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang …repository.umrah.ac.id/4168/1/DODY NOFRIANDI...1 Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Pulau Beralas Pasir Kabupaten

1

Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Pulau

Beralas Pasir Kabupaten Bintan

Dody Nofriandi¹, Ita Karlina², Try Febrianto³

[email protected]

Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas

Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Penelitian mengenai asosiasi gastropoda pada ekosistem padang lamun di

perairan Pulau Beralas Pasir, Kabupaten Bintan, telah dilaksanakan pada bulan

Februari sampai dengan Juli 2019. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis

jenis dan kelimpahan gastropoda serta jenis dan kerapatan lamun. Metode transek

linier kuadrat digunakan untuk pengambilan sampel gastropoda dan lamun.

Pengumpulan data dilakukan di enam transek dengan plot pengamatan berukuran

1 X 1 m2. Hasil penelitian diperoleh 9 jenis gastropoda yang termasuk ke dalam 3

ordo, 7 famili, dan 8 genus, yaitu Cerithidea obtusa, Cerithium columna,

Cerithium lividulum, Canarium urceus, Lambis lambis, Polinices flemingianus,

Pollia fumosa, Morula nodulosa, dan Conus lividus. Rata-rata kelimpahan

gastropoda sebesar 1,43 individu/m2 yang tergolong rendah. Sedangkan untuk

lamun Lamun diperoleh 6 jenis yang termasuk ke dalam 2 famili dan 6 genus,

yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Cymodocea

rotundata, Halodule uninervis, dan Syringodium isoetifolium. Rata-rata kerapatan

lamun sebesar 157,77 tegakan/m2 dan tergolong dalam kondisi yang rapat.

Kata kunci: asosiasi, Beralas Pasir, gastropoda, lamun

PENDAHULUAN

Padang lamun merupakan tempat hidup berbagai biota perairan dari berbagai

jenis. Hutomo dan Azkab (1987) menerangkan biota yang berasosiasi pada

padang lamun, yaitu porifera, hidrozoa, actinia, madreporaria, poliketa,

ekhinodermata, gastropoda, sefalopoda, dekapoda, stomatopoda, dan tunikata.

Page 2: Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang …repository.umrah.ac.id/4168/1/DODY NOFRIANDI...1 Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Pulau Beralas Pasir Kabupaten

2

Dari literatur tersebut, gastropoda merupakan satu di antara biota yang berafiliasi

terhadap komunitas padang lamun.

Gastropoda merupakan anggota moluska yang sebagian besar bercangkang.

Cangkang berasal dari materi organik dan anorganik yang didominasi oleh

kalsium karbonat, (Saripantung et al. 2013). Menurut Sianu et al. (2014),

komunitas gastropoda merupakan komponen yang penting dalam rantai makanan

di padang lamun, yaitu sebagai biota dasar pemakan detritus dan serasah dari daun

lamun yang jatuh serta mensirkulasi zat-zat yang tersuspensi di dalam air guna

mendapatkan makanan.

Komunitas gastropoda pada ekosistem padang lamun diduga dipengaruhi oleh

kondisi lamun. Kondisi lamun yang mengalami penurunan kualitas dikhawatirkan

akan mempengaruhi keberadaan gastropoda. Menurut Hitalessy et al. (2015),

kehadiran gastropoda sangat ditentukan oleh adanya vegetasi lamun yang ada di

daerah pesisir. Tekanan dan perubahan lingkungan dapat mempengaruhi jumlah

jenis dan perbedaan pada struktur komunitas gastropoda.

Pulau Beralas Pasir, Desa Teluk Bakau, Kabupaten Bintan memiliki beragam

ekosistem, termasuk ekosistem lamun yang ditemukan di sekitar pulau. Berkaitan

dengan hal tersebut, Gosari dan Haris (2012) menyatakan komunitas lamun

memegang peranan penting baik secara ekologis, maupun biologis di daerah

pantai dan estuaria. Sehingga dengan demikian penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang Lamun di

Perairan Pulau Beralas Pasir Kabupaten Bintan”.

Page 3: Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang …repository.umrah.ac.id/4168/1/DODY NOFRIANDI...1 Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Pulau Beralas Pasir Kabupaten

3

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Juli 2019.

Pengumpulan, pengamatan, dan pengukuran sampel di perairan Pulau Beralas

Pasir, Desa Teluk Bakau, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan. Alat dan

bahan serta peta lokasi penelitian disajikan pada (Tabel 1; Gambar 1).

Tabel 1. Alat dan bahan penelitian

Parameter Satuan Alat/Bahan

Parameter Biologi Jenis gastropoda

Kelimpahan gastropoda Jenis lamun Kerapatan lamun

-

ind/m2

- ind/m2

Pedoman identifikasi gastropoda

Plot 1 X 1 m2 Pedoman identifikasi lamun Plot 1 X 1 m2

Parameter Perairan Suhu Salinitas

pH DO

Substrat

oC o/oo

- mg/l

-

Multitester Refractometer

Multitester Multitester

Visualisasi

Lainnya

Koordinat lokasi Dokumentasi

Alat tulis Penandaan sampel Wadah sampel

derajato

-

- - -

Global Positioning System (GPS) Kamera

Buku, pena, pensil Kertas label Plastik sampel

Mengawetkan sampel - Formalin

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

Page 4: Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang …repository.umrah.ac.id/4168/1/DODY NOFRIANDI...1 Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Pulau Beralas Pasir Kabupaten

4

Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif, yaitu metode

penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kondisi yang diteliti.

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh dari observasi atau survei, yaitu pengamatan langsung terhadap variabel

yang diteliti. Kemudian, data sekunder berasal dari studi literatur terhadap

sumber-sumber pustaka terkait dengan penelitian, seperti salinan peraturan

perundang-undangan, laporan lembaga negara, jurnal, prosiding, buku, skripsi,

tesis, disertasi, dan sumber lainnya.

Penentuan Titik Sampling

Penentuan titik sampling gastropoda dan lamun berdasarkan purposive

sampling dengan transek yang dibentangkan secara sistematis ke arah laut.

Berdasarkan penyebaran padang lamun, maka ditentukan sebanyak 6 transek pada

bagian utara pulau. Koordinat titik sampling ditentukan dengan menggunakan

perangkat GPS (Global Positioning System) dan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Koordinat titik sampling di perairan Pulau Beralas Pasir

Titik

Sampling

Koordinat

Bujur Lintang

Transek 1 104.675438 1.053455 Transek 2 104.675406 1.054238

Transek 3 104.675353 1.055075 Transek 4 104.674677 1.055976

Transek 5 104.675492 1.056008 Transek 6 104.676404 1.056007

Penentuan Transek dan Plot Pengamatan

Mengacu pada Hitalessy et al. (2015), pengambilan sampel gastropoda dan

lamun menggunakan metode transek linear kuadrat, yaitu transek ditempatkan

Page 5: Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang …repository.umrah.ac.id/4168/1/DODY NOFRIANDI...1 Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Pulau Beralas Pasir Kabupaten

5

sejajar dengan garis pantai. Panjang transek yang digunakan adalah sejauh 100

meter ke arah laut, dengan jarak antar plot atau petak pengamatan sejauh 20

meter, sehingga dalam satu transek terdiri dari 5 plot pengamatan. Pengumpulan

data dilakukan di 6 transek dengan jarak antar transek sejauh 100 meter. Ukuran

plot pengamatan gastropoda dan lamun yang digunakan, yaitu berukuran 1 X 1

m2. Sketsa transek dan plot pengamatan disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Sketsa transek dan plot pengamatan gastropoda dan lamun (Nugraha et al. 2019,

dengan modifikasi)

Pengamatan Gastropoda dan Lamun

Gatropoda

Pengamatan gastropoda dilakukan dengan pengambilan dokumentasi berupa

foto dari tiap jenis gastropoda yang ditemukan. Pengamatan kelimpahan

gastropoda dengan menghitung tiap jenis yang masuk dalam plot pengamatan.

Untuk jenis gastropoda yang hidup di dalam substrat dilakukan penggalian

sedalam 10 cm. Tiap jenis gastropoda yang ditemukan dikumpulkan masing-

masing satu sampel. Sampel dicuci dan diawetkan dengan formalin 10 persen

untuk kemudian dimasukkan ke dalam kantung plastik yang sudah diberi label.

Sampel dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi lebih lanjut. Identifikasi

Page 6: Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang …repository.umrah.ac.id/4168/1/DODY NOFRIANDI...1 Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Pulau Beralas Pasir Kabupaten

6

gastropoda mengacu pada situs marinespesies.org. Identifikasi jenis gastropoda

dilakukan dengan cara mengamati bentuk cangkang, warna, corak, dan jumlah

putaran cangkang.

Lamun

Identifikasi jenis lamun dilakukan dengan cara mengamati morfologi lamun

seperti daun, rimpang, dan akar. Pengamatan kerapatan lamun dengan menghitung

jumlah tegakan lamun yang masuk dalam plot pengamatan. Tiap jenis lamun yang

ditemukan akan dikumpulkan masing-masing satu sampel tegakan utuh. Sampel

dicuci dengan air laut dan dimasukkan ke dalam kantung plastik yang sudah diberi

label. Sampel lamun tiap jenis diperlukan untuk keperluan dokumentasi berupa

foto. Untuk jenis lamun yang sulit diidentifikasi di lapangan, maka sampel dibawa

ke laboratorium untuk diidentifikasi lebih lanjut. Identifikasi lamun mengacu pada

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 200 (2004) tentang Kriteria Baku

Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun.

Pengukuran Parameter Perairan

Pengukuran parameter perairan meliputi parameter fisika dan kimia perairan.

Parameter yang diukur dalam penelitian, yaitu suhu, salinitas, derajat keasaman

(pH), oksigen terlarut (DO), dan substrat. Seluruh sampel parameter perairan

diambil langsung di lapangan atau secara in situ. Pengukuran suhu, derajat

keasaman (pH), dan okesigen terlarut (DO) perairan dilakukan dengan

menggunakan multitester. Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan

refractometer. Pengamatan dan penentuan jenis substrat dasar pada lokasi

Page 7: Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang …repository.umrah.ac.id/4168/1/DODY NOFRIANDI...1 Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Pulau Beralas Pasir Kabupaten

7

penelitian dilakukan dengan metode pengamatan visual. Parameter perairan yang

sesuai bagi biota laut mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

Nomor 51 (2004) tentang Baku Mutu Air Laut dan studi literatur yang terkait

dengan gastropoda dan lamun.

Pengolahan Data

Kelimpahan Gastropoda

Kelimpahan diartikan sebagai satuan jumlah individu yang ditemukan per

satuan luas. Menurut Alfathoni et al. (2017), perhitungan kelimpahan jenis

gastropoda dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan: Di = Kelimpahan jenis (individu/m2)

ni = Jumlah individu dari jenis ke-i (individu) A = Luasan area pengamatan (m2)

Kerapatan Lamun

Kerapatan lamun diartikan sebagai satuan jumlah tegakan yang ditemukan per

satuan luas. Kerapatan lamun dihitung menggunakan persamaan umum yang

mengacu pada Kawaroe et al. (2016), dengan rumus:

Keterangan: D = Kerapatan jenis (tegakan/m2)

Ni = Jumlah tegakan dari jenis ke-i (tegakan) A = Luasan area pengamatan (m2)

Page 8: Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang …repository.umrah.ac.id/4168/1/DODY NOFRIANDI...1 Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Pulau Beralas Pasir Kabupaten

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Gastropoda di Perairan Pulau Beralas Pasir

Jenis Gastropoda

Jenis gastropoda yang ditemukan pada padang lamun beranekaragam dengan

jumlah 9 spesies yang termasuk ke dalam 3 ordo, 7 famili, dan 8 genus. Hasil

identifikasi jenis gastropoda disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis-jenis gastropoda di padang lamun Pulau Beralas Pasir

Ordo Famili Genus Spesies

Caenogastropoda

Potamididae Cerithidea Cerithidea obtusa

Cerithiidae Cerithium Cerithium columna

Cerithium lividulum

Littorinimorpha Strombidae

Canarium Canarium urceus

Lambis Lambis lambis

Naticidae Polinices Polinices flemingianus

Neogastropoda

Pisaniidae Pollia Pollia fumosa

Muricidae Morula Morula nodulosa

Conidae Conus Conus lividus

Data Tabel 3 menunjukkan bahwa jenis-jenis gastropoda yang ditemukan, yaitu

C. obtusa, C. columna, C. lividulum, C. urceus, L. lambis, P. flemingianus, P.

fumosa, M. nodulosa, dan C. lividus. Jika dibandingkan dengan beberapa literatur,

jumlah jenis gastropoda pada padang lamun di perairan Pulau Beralas Pasir

tergolong rendah.

Gastropoda yang ditemukan di padang lamun pada penelitian Hitalessy et al.

(2015) sebanyak 7 jenis di Lamongan, Jawa Timur, yaitu Strombus urceus,

Strombus fasciatus, Cyprea vitellus, Vexillum plicarium, Vexillum rugosum,

Conus radiata, dan Cerithiun granosum. Kemudian, penelitian Wahyuni et al.

(2017) di pesisir Pulau Tunda, Banten, menemukan kepadatan tertinggi

gastropoda pada suatu stasiun pengamatan dari famili Cerithiidae, yaitu Cerithium

Page 9: Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang …repository.umrah.ac.id/4168/1/DODY NOFRIANDI...1 Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Pulau Beralas Pasir Kabupaten

9

columna, Clypeomorus moniliferus, Clypeomurus caoralium, dan Cerithium

cobelty.

Penelitian Litaay et al. (2017) sebanyak 34 jenis gastropoda di Pulau Tanakek,

Sulawesi Selatan, yaitu Aluco aluco, Chicoreus capucinus, Conus eximus, Conus

ferrugineus, Conus magus, Conus varius, Cymbiola vesvertillo, Cypraea annulus,

Cypraea talpa, Cypraea tigris, Cypraea vitellus, Engina alveolata, Engina

armilata, Engina concinna, Lambis lambis, Lambis truncata, Littoraria scabra,

Nassarius arcularius, Nassarius jacksonianus, Nassarius olivaceus, Nassarius

reeveanus, Nassarius stolatus, Nassarius venustus, Nerita squamulata, Oliva

tigridella, Oliva taeniata, Polinices mammilla, Polinices melanostomus, Pyrene

decussata, Rhinoclavis vertagus, Strombus labiatus, Strombus urceus, Thais

tuberosa, dan Trochus californicus.

Di antara jenis-jenis gastropoda yang ditemukan pada penelitian-penelitian

tersebut, jenis yang juga ditemukan di Pulau Beralas Pasir, yaitu C. urceus (satu

famili dengan Strombus urceus), C. columna, C. lividus (satu famili dengan Conus

eximus), L. lambis, dan P. flemingianus (satu famili dengan Polinices

melanostomus). Jenis gastropoda pada famili Strombidae dan Cerithiidae

merupakan jenis yang umum ditemukan pada padang lamun.

Kelimpahan Gastropoda

Kelimpahan gastropoda dari 9 jenis yang ditemukan memiliki nilai yang

berbeda. Hasil perhitungan kelimpahan gastropoda disajikan pada tabel 4.

Page 10: Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang …repository.umrah.ac.id/4168/1/DODY NOFRIANDI...1 Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Pulau Beralas Pasir Kabupaten

10

Tabel 4. Kelimpahan gastropoda di padang lamun Pulau Beralas Pasir

Jenis

Gastropoda

Titik Sampling Rata-Rata

T1 T2 T3 T4 T5 T6

C. obtusa 0,6 0,2 - - - - 0,13

C. columna 0,6 - - - 0,2 - 0,13

C. lividulum - - - - 0,2 - 0,03

C. urceus 0,4 0,2 1,2 0,4 0,6 0,2 0,50

L. lambis - - - 0,2 - - 0,03

P. flemingianus 0,2 - - - - - 0,03

P. fumosa 0,4 0,2 0,2 - - - 0,13

M. nodulosa 0,4 0,2 0,4 - 1,2 - 0,37

C. lividus 0,2 - 0,2 - - - 0,07

Total Kelimpahan 2,8 0,8 2 0,6 2,2 0,2 1,43

Data Tabel 4 menunjukkan bahwa total kelimpahan gastropoda tertinggi pada

T1 sebesar 2,8 individu/m2 dan terendah pada T6 sebesar 0,2 individu/m2. Jika

dibandingkan dengan beberapa literatur, kelimpahan gastropoda di padang lamun

Pulau Beralas Pasir tergolong rendah. Penelitian Alfathoni et al. (2017)

mendapatkan hasil kelimpahan total gastropoda pada padang lamun sebesar 2,55

individu/m2; Litaay et al. (2017) sebesar 4,61 individu/m2; Saripantung et al.

(2013) sebesar 22,84 individu/m2; kemudian, Creed dan Kinupp (2011) sebesar

57,68 individu/m2. Berdasarkan literatur tersebut, rata-rata kelimpahan gastropoda

di Pulau Beralas Pasir sebesar 1,43 individu/m2 memiliki nilai yang lebih kecil

sehingga kelimpahannya tergolong rendah. Selanjutnya, kelimpahan gastropoda

tiap jenis disajikan pada Gambar 3.

Page 11: Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang …repository.umrah.ac.id/4168/1/DODY NOFRIANDI...1 Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Pulau Beralas Pasir Kabupaten

11

Gambar 3. Kelimpahahan gastropoda tiap jenis

di padang lamun Pulau Beralas Pasir

Data Gambar 3 menunjukkan bahwa kelimpahan gastropoda tiap jenis dari

kelimpahan tertinggi ke terendah bertutut-turut, yaitu C. urceus sebesar 0,50

individu/m2, M. nodulosa sebesar 0,37 individu/m2, C. obtusa, C. columna, dan P.

fumosa sama-sama memiliki kelimpahan sebesar 0,13 individu/m2, C. lividus

sebesar 0,07 individu/m2, dan yang sama-sama terendah C. lividulum, L. lambis,

dan P. flemingianus sebesar 0,03 individu/m2.

Kelimpahan tertinggi jenis C. urceus juga ditemukan pada penelitian Litaay et

al. (2017) dengan kelimpahan S. urceus (satu famili dengan C. urceus) berkisar

antara 0,40-2,20 individu/m2, sedangkan kelimpahan yang rendah pada L. lambis

berkisar antara 0,06-0,13 individu/m2. Hasil penelitian Hitelessy et al. (2015) juga

serupa, yaitu S. urceus dengan kelimpahan tertinggi sebesar 0,18 individu/m2, dan

kemudian diikuti kelimpahan yang lebih rendah pada Conus radiatus (satu famili

dengan C. lividus) sebesar 0,08 individu/m2, dan Cerithium granosum (satu famili

dengan C. columna dan C. lividulum) sebesar 0,07 individu/m2. Kemudian,

Page 12: Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang …repository.umrah.ac.id/4168/1/DODY NOFRIANDI...1 Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Pulau Beralas Pasir Kabupaten

12

penelitian Creed dan Kinupp (2011) menemukan kelimpahan jenis gastropoda

Polinices sp. yang rendah dengan hanya 0,01 individu/m2. Fenomena ini juga

terjadi pada penelitian di perairan Pulau Beralas Pasir dengan kelimpahan

tertinggi pada jenis C. urceus, sedangkan kelimpahan yang lebih rendah pada jenis

C. lividulum, L. lambis, dan P. flemingianus.

Menurut Aji et al. (2018), gastropoda dari famili Strombidae memiliki sebaran

yang luas, termasuk jenis C. urceus. Seperti anggota famili Strombidae lainnya, C.

urceus mampu beradaptasi dengan baik dan merupakan spesies siput yang paling

dominan ditemukan pada daerah pesisir. Kelompok siput ini menghuni padang

lamun dan memakan alga atau material detritus pada substrat berlumpur, berpasir,

atau pecahan karang. Penjelasan tersebut sesuai dengan kondisi perairan Pulau

Beralas Pasir yang memiliki substrat pasir kasar dan pasir berkerikil pada lokasi

pengamatan dengan ditemukan kelimpahan gastropoda yang tinggi pada jenis C.

urceus.

Kondisi Lamun di Perairan Pulau Beralas Pasir

Jenis Lamun

Jenis lamun yang ditemukan beranekaragam dengan jumlah 6 spesies yang

termasuk ke dalam 2 famili dan 6 genus. Hasil identifikasi jenis lamun disajikan

pada Tabel 5.

Tabel 5. Jenis-jenis lamun di perairan Pulau Beralas Pasir

Famili Genus Spesies

Hydrocharitaceae

Enhalus Enhalus acoroide

Thalassia Thalassia hemprichii

Halophila Halophila ovalis

Potamagetonaceae

Cymodocea Cymodocea rotundata

Halodule Halodule uninervis

Syringodium Syringodium isoetifolium

Page 13: Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang …repository.umrah.ac.id/4168/1/DODY NOFRIANDI...1 Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Pulau Beralas Pasir Kabupaten

13

Data Tabel 5 menunjukkan bahwa padang lamun di perairan Pulau Beralas

Pasir merupakan tipe vegetasi campuran dengan ditemukannya 6 jenis lamun,

yaitu E. acoroides, T. hemprichii, H. ovalis, C. rotundata, H. uninervis, dan S.

isoetifolium. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 200 (2004)

menyatakan padang lamun adalah hamparan lamun yang terbentuk oleh satu jenis

lamun yang disebut vegetasi tunggal, dan lebih dari satu jenis lamun yang disebut

vegetasi campuran. Sesuai dengan pernyataan Asmidar (2015) bahwa di seluruh

kepulauan Indonesia, padang lamun campuran terdiri tujuh jenis relatif umum

terjadi.

Jika dibandingkan dengan beberapa literatur, jumlah jenis lamun di perairan

Pulau Beralas Pasir tergolong separuh atau 50 persen dari total jenis lamun yang

ada di Indonesia. Menurut Sjafrie et. al (2018), terdapat 15 jenis lamun di perairan

Indonesia, namun jenis lamun yang umumnya dapat ditemukan adalah 12 jenis.

Menurut Arkham et al. (2015), Kabupaten Bintan memiliki keanekaragaman jenis

lamun yang tinggi di Indonesia dengan ditemukannya 10 jenis lamun. Kemudian,

Nugraha et al. (2019) menemukan 8 jenis lamun di Desa Teluk Bakau, yaitu E.

acoroides, T. hemprichii, C. rotundata, C. serrulata, H. uninervis, H. ovalis, H.

minor, dan S. isoetifolium. Berdasarkan literatur tersebut, dari 8 jenis lamun di

Desa Teluk Bakau, terdapat 2 jenis lamun yang tidak ditemukan pada lokasi

pengamatan di perairan Pulau Beralas Pasir, yaitu H. minor dan C. serrulata.

Kerapatan Lamun

Kerapatan lamun dari 6 jenis yang ditemukan memiliki nilai yang berbeda

antar jenis. Hasil perhitungan kerapatan lamun disajikan pada tabel 6.

Page 14: Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang …repository.umrah.ac.id/4168/1/DODY NOFRIANDI...1 Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Pulau Beralas Pasir Kabupaten

14

Tabel 6. Kerapatan lamun di perairan Pulau Beralas Pasir

Jenis Lamun Titik Sampling Rata-

Rata T1 T2 T3 T4 T5 T6

E. acoroides 28,4 32,4 7,4 23,6 39,4 23,8 25,83

T. hemprichii 58,2 86,2 93,6 66,8 138,6 53 82,73

H. ovalis 15,6 10,6 3,6 3,4 9,4 - 7,10

C. rotundata 32,6 12,8 4,2 2,8 23,4 - 12,63

H. uninervis 28,4 15,6 28,4 - - - 12,07

S. isoetifolium - 21,2 - 42,6 40,6 - 17,40

Total Kerapatan 163,2 178,8 137,2 139,2 251,4 76,8 157,77

Data Tabel 6 menunjukkan bahwa total kerapatan lamun tertinggi pada T5

sebesar 251,4 tegakan/m2 dan terendah pada T6 sebesar 76,8 tegakan/m2. Gosari

dan Haris (2012) membagi tingkat kerapatan lamun menjadi 5 skala, yaitu skala 5

dengan kondisi sangat rapat (> 175 tegakan/m2), skala 4 kondisi rapat (125-175

tegakan/m2), skala 3 kondisi agak rapat (75-125 tegakan/m2), skala 2 kondisi

jarang (25-75 tegakan/m2), dan skala 1 kondisi sangat jarang (< 25 tegakan/m2).

Berdasarkan literatur tersebut, rata-rata kerapatan lamun di perairan Pulau Beralas

Pasir sebesar 157,77 tegakan/m2, yang masuk dalam skala 4 dengan kondisi yang

rapat.

Padang lamun dengan kondisi baik di perairan Pulau Beralas Pasir dikarenakan

pada lokasi tersebut belum banyak aktivitas masyarakat yang dapat mengancam

kondisi lamun. Aktivitas yang ada di sekitar lokasi penelitian terdiri atas Resort

White Sand Island di bagian selatan pulau serta pondok penginapan dan

pemancingan milik masyarakat setempat di bagian barat laut pulau. Kondisi ini

belum memberikan dampak yang besar terhadap padang lamun sehingga nilai

kerapatannya masih baik. Selanjutnya, kerapatan lamun tiap jenis disajikan pada

Gambar 4.

Page 15: Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang …repository.umrah.ac.id/4168/1/DODY NOFRIANDI...1 Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Pulau Beralas Pasir Kabupaten

15

Gambar 4. Kerapatan lamun tiap jenis di perairan Pulau Beralas Pasir

Data Gambar 4 menunjukkan bahwa kerapatan lamun dari kerapatan tertinggi

ke terendah bertutut-turut, yaitu T. hemprichii sebesar 82,73 tegakan/m2, E.

acoroides sebesar 25,83 tegakan/m2, S. isoetifolium 17,40 sebesar tegakan/m2, C.

rotundata sebesar 12,63 tegakan/m2, H. uninervis sebesar 12,07 tegakan/m2, dan

terakhir H. ovalis sebesar 7,10 tegakan/m2. Menurut Asmidar (2015), kerapatan

lamun persatuan luas sangat bervariasi bergantung pada jenis substrat dan jenis

lamun. Hal ini disebabkan karena masing-masing jenis lamun memiliki tipe

morfologi daun yang berbeda, misalnya spesies lamun yang memiliki tipe

morfologi daun yang berbentuk pita kecil, daun berbentuk pita sedang, daun yang

berbentuk pita besar dan bentuk daun normal.

T. hemprichii memiliki kerapatan tertinggi sedangkan H. ovalis memiliki

kerapatan terendah di perairan Pulau Beralas Pasir. Menurut Philips dan Menez

(1988), T. hemprichii memiliki panjang daun berkisar antara 10-40 cm dengan

lebar daun 0,4-1 cm, sedangkan H. ovalis memiliki panjang daun berkisar antara

1-4 cm dengan lebar daun 0,5-2 cm. Sehingga diduga laju fotosintesis

Page 16: Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang …repository.umrah.ac.id/4168/1/DODY NOFRIANDI...1 Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Pulau Beralas Pasir Kabupaten

16

berlangsung lebih baik pada jenis lamun T. hemprichii. Selain itu, menurut

Asmidar (2015), lamun jenis H. ovalis merupakan jenis populasi lamun yang

seringkali menjadi perintis dan dapat melimpah bersama jenis lainnya.

Menurut Sjafrie et. al (2018), berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari

366 lokasi di Indonesia, T. hemprichii merupakan jenis lamun yang memiliki

sebaran jenis paling luas di Indonesia, ditemukan di 310 lokasi, sedangkan H.

ovalis ditemukan di 223 lokasi. Menurut Patty dan Rifai (2013), T. hemprichii

seringkali mendominasi vegetasi campuran serta dapat tumbuh pada berbagai

jenis substrat mulai dari lumpur, pasir, pasir berukuran sedang dan kasar sampai

pecahan-pecahan karang. Jenis T. hemprichii dapat membentuk vegetasi tunggal

pada pasir kasar dan menjadi dominan hanya pada substrat keras. Penjelasan

tersebut sesuai dengan kondisi perairan Pulau Beralas Pasir yang memiliki

substrat pasir kasar dan pasir berkerikil pada lokasi pengamatan dengan

ditemukan kerapatan yang tinggi pada jenis T. hemprichii.

Parameter Perairan

Parameter perairan meliputi parameter fisika dan kimia. Hasil pengukuran

parameter perairan disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil pengukuran parameter perairan Pulau Beralas Pasir

Parameter

Perairan

Titik Sampling Rata-

Rata T1 T2 T3 T4 T5 T6

Suhu (oC) 31,80 31,77 31,50 31,40 31,40 31,67 31,59

Salinitas (‰) 28,33 29,00 29,00 29,33 29,67 29,00 29,06

pH 8,20 8,20 8,33 7,73 7,77 7,93 8,03

DO (mg/l) 5,80 5,83 5,90 5,83 5,83 6,07 5,88

Substrat Pasir Kasar

Pasir Kasar

Pasir Kasar

Pasir Berkerikil

Pasir Berkerikil

Pasir Berkerikil

-

Page 17: Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang …repository.umrah.ac.id/4168/1/DODY NOFRIANDI...1 Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Pulau Beralas Pasir Kabupaten

17

Data Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai suhu tertinggi pada T1 sebesar 31,80

oC dan terendah pada T4 dan T5 sebesar 31,40 oC. Menurut Hitelessy et al.

(2015), suhu di habitat gastropoda berkisar antara 28-34 oC. Kemudian,

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 (2004) menetapkan rentang

suhu yang sesuai bagi lamun berkisar antara 28-30 oC. Namun jika mengacu

Rahman et al. (2016), suhu yang sesuai dengan kehidupan lamun berkisar antara

26,5-32,5 oC. Diperkuat oleh pernyataan Hitelessy et al. (2015), kisaran suhu

optimal bagi spesies lamun adalah 20 oC -30 oC. Berdasarkan literatur tersebut,

rata-rata suhu di perairan Pulau Beralas Pasir sebesar 31,59 oC masih sesuai bagi

kehidupan gastropoda dan lamun.

Nilai salinitas tertinggi pada T5 sebesar 29,67 ‰ dan terendah pada T1 sebesar

28,33 ‰. Menurut Litaay et al. (2017), kisaran salinitas bagi kehidupan

makrozoobentos berkisar antara 25-40 ‰. Kemudian, Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup Nomor 51 (2004) menetapkan rentang salinitas yang sesuai

bagi lamun berkisar antara 33-34 ‰. Namun jika mengaju Riniatsih dan

Endrawati (2013), lamun daerah tropis umumnya tumbuh optimal pada salinitas

20-35 ‰. Diperkuat oleh pernyataan Rugebregt (2015), lamun memiliki

kemampuan toleransi yang berbeda terhadap salinitas, tetapi sebagian besar

memiliki kisaran yang lebar, yaitu antara 10-40 ‰. Berdasarkan literatur tersebut,

rata-rata salinitas di perairan Pulau Beralas Pasir sebesar 29,06 ‰ masih sesuai

bagi kehidupan gastropoda dan lamun.

Nilai derajat keasaman (pH) tertinggi pada Stasiun T3 sebesar 8,33 dan

terendah pada T4 sebesar 7,73. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51

(2004) menetapkan rentang pH bagi biota laut berkisar antara 7,00-8,5.

Page 18: Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang …repository.umrah.ac.id/4168/1/DODY NOFRIANDI...1 Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Pulau Beralas Pasir Kabupaten

18

Berdasarkan acuan tersebut, rata-rata pH di perairan Pulau Beralas Pasir sebesar

8,03 sesuai bagi kehidupan gastropoda dan lamun.

Nilai oksigen terlarut (DO) tertinggi pada T6 sebesar 6,07 mg/l dan terendah

pada T1 sebesar 5,80 mg/l. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51

(2004) menetapkan rentang DO bagi biota laut sebesar > 5 mg/l. Berdasarkan

acuan tersebut, rata-rata DO di perairan Pulau Beralas Pasir sebesar 5,88 mg/l

sesuai bagi kehidupan gastropoda dan lamun.

Secara keseluruhan substrat di perairan Pulau Beralas Pasir didominasi oleh

pasir dengan jenis pasir kasar di T1, T2, dan T3 serta pasir berkerikil di T4, T5,

dan T6. Pada T4, T5, dan T6 memiliki substrat yang lebih kasar disebabkan oleh

banyaknya puing-puing karang mati di lokasi pengamatan tersebut. Menurut

Suhana et al. (2018), secara keseluruhan tipe sedimen pantai timur Pulau Bintan

adalah pasir sedikit berkerikil (slightly gravelly sand) yang didominasi oleh pasir

(sand). Sebanyak 95,22 % sedimen Pantai Trikora 2 di Desa Teluk Bakau adalah

pasir (sand), sedangkan 4,78 % adalah kerikil (gravel).

Secara umum, kondisi substrat di keenam transek sesuai untuk lamun dengan

ditemukannya 6 jenis lamun dan kerapatan padang lamun dalam kondisi yang

rapat. Namun untuk gastropoda, kondisi substrat kurang baik dengan

ditemukannya jenis dan kelimpahan gastropoda yang tergolong rendah. Menurut

Litaay et al. (2017), substrat yang lebih halus memiliki lebih banyak kandungan

bahan organik sehingga lebih mendukung kehidupan gastropoda. Sedangkan

substrat pecahan karang memiliki sumber nutrien yang lebih sedikit sehingga

tidak membentuk ekosistem yang kompleks.

Page 19: Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang …repository.umrah.ac.id/4168/1/DODY NOFRIANDI...1 Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Pulau Beralas Pasir Kabupaten

19

KESIMPULAN

Gastropoda yang ditemukan di ekosistem padang lamun di perairan Pulau

Beralas Pasir terdiri dari 9 jenis yang termasuk ke dalam 3 ordo, 7 famili, dan 8

genus, yaitu C. obtusa, C. columna, C. lividulum, C. urceus, L. lambis, P.

flemingianus, P. fumosa, M. nodulosa, dan C. lividus. Rata-rata kelimpahan

gastropoda sebesar 1,43 individu/m2 yang tergolong rendah.

Lamun yang ditemukan di perairan Pulau Beralas Pasir terdiri dari 6 jenis yang

termasuk ke dalam 2 famili dan 6 genus, yaitu E. acoroides, T. hemprichii, H.

ovalis, C. rotundata, H. uninervis, dan S. isoetifolium. Rata-rata kerapatan lamun

sebesar 157,77 tegakan/m2 dan tergolong dalam kondisi yang rapat.

DAFTAR PUSTAKA

Aji, L.P., Widyastuti, A., Capriati, A. 2018. Struktur Komunitas Moluska di

Padang Lamun Perairan Kepulauan Padaido dan Aimando Kabupaten Biak

Numfor, Papua. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 3(3): 219-234.

Alfathoni, M.H.T., Karlina, I., Jaya, Y.V. 2017. Hubungan Kerapatan Lamun

Terhadap Kelimpahan Gastropoda di Desa Tanjung Siambang, Dompak

Tanjungpinang Kepulauan Riau. [Skripsi]. Tanjungpinang: Universitas

Maritim Raja Ali Haji.

Arkham, M.N., Adrianto, L., Wardiatno, Y. 2015. Studi Keterkaitan Ekosistem

Lamun dan Perikanan Skala Kecil (Studi Kasus: Desa Malang Rapat dan

Berakit, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau). Sosek KP 10(2): 137-148.

Asmidar. 2015. Analisis Hubungan Beberapa Faktor Fisika Oseanografi Dengan

Kerapatan Ekosistem Lamun di Perairan Puntondo Kabupaten Takalar. Jurnal

Ilmu Perikanan Octopus 4(1): 358-364.

Creed, J.C., Kinupp, M. 2011. Small Scale Change in Mollusk Diversity Along A

Depth Gradient in a Seagrass Bed Off Cabo Frio, Southeast Brazil. Brazilian

Journal of Oceanography 59(3): 267-276.

Gosari, B.A.J., Haris, A. 2012. Studi Kerapatan dan Penutupan Jenis Lamun di

Kepulauan Spermonde. Jurnal Torani 22(3): 156-162.

Hitalessy, R.B., Leksono, A.S., Herawati, E.Y. 2015. Struktur Komunitas dan

Asosiasi Gastropoda Dengan Tumbuhan Lamun di Perairan Pesisir Lamongan

Jawa Timur. J-PAL 6(1): 64-73.

Hutomo, M., Azkab, M.H. 1987. Peranan Lamun di Lingkungan Laut Dangkal.

Oseana 12(1): 13-23.

Page 20: Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang …repository.umrah.ac.id/4168/1/DODY NOFRIANDI...1 Asosiasi Gastropoda Pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Pulau Beralas Pasir Kabupaten

20

Kawaroe, M., Nugraha, A.H., Juraij., Tasabaramo, I.A. 2016. Seagrass

Biodiversity at Three Marine Ecoregions of Indonesia: Sunda Shelf, Sulawesi

Sea, and Banda Sea. Biodiversitas 17(2): 585-591.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun 2004. Kriteria Baku

Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004. Baku Mutu Air

Laut.

Litaay, M., Deviana, M., Priosambodo, D. 2017. Biodiversity and Distribution of

Gastropods in Seagrass Meadow of Balangdatu Waters Tanakeke Island South

Sulawesi Indonesia. International Journal of Applied Biology: 67-75.

Nugraha, A.H., Kawaroe, M., Srimariana, E.S., Jaya, I., Apdillah, D., Deswati,

S.R. 2019. Carbon storage in seagrass meadow of Teluk Bakau Bintan Island.

Earth and Environmental Science 278: 1-6.

Patty, I.S., Rifai, H. 2013. Struktur Komunitas Padang Lamun di Perairan Pulau

Mantehage, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax 1(4): 177-186.

Philips, R.C., Menez, E.G. 1988. Seagrass (Smithsonian Contributions to the

Marine Sciences: Number 34). Washington, D.C.: Smithsonian Institution

Press.

Rahman, A.A., Nur, A.I., Ramli, M. 2016. Studi Laju Pertumbuhan Lamun

(Enhalus acoroides) di Perairan Pantai Desa Tanjung Tiram Kabupaten

Konawe Selatan. Sapa Laut 1(1): 10-16.

Riniatsih, I., Endrawati, H. 2013. Pertumbuhan Lamun Hasil Transplantasi Jenis

Cymodocea rotundata di Padang Lamun Teluk Awur Jepara. Buletin

Oseanografi Marina 2 (1): 34-40.

Rugebregt, M.J. 2015. Ekosistem Lamun di Kawasan Pesisir Kecamatan Kei

Besar Selatan, Kabupaten Maluku Tenggara, Propinsi Maluku, Indonesia.

Widyariset 1(1): 79-86.

Saripantung, G.L., Tamanampo, J.F.W.S, Manu, G. 2013. Struktur Komunitas

Gastropoda di Hamparan Lamun Daerah Intertidal Kelurahan Tongkeina Kota

Manado. Jurnal Ilmiah Platax 1(3): 102-108.

Sianu, N.E., Sahami, F.M., Kasim, F. 2014. Keanekaragaman dan Asosiasi

Gastropoda dengan Ekosistem Lamun di Perairan Teluk Tomini. Nikè: Jurnal

Ilmiah Perikanan dan Kelautan 2(4): 156-163.

Sjafrie, N.D.M., Hernawan, U.E., Prayudha, B., Supriyadi, I.H., Iswari, M.Y.,

Rahmat., Anggraini, K., Rahmawati, S., Suyarso. 2018. Status Padang Lamun

Indonesia 2018 Ver. 02. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi LIPI.

Suhana, P.S., Nurjaya, I.W., Natih, N.M.N. 2018. Karakteristik Sedimen Pantai

Timur Pulau Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Dinamika Maritim 7(1): 50-53.

Wahyuni, I., Sari, I.J., Ekanara, B. 2017. Biodiversitas Mollusca (Gastropoda dan

Bivalvia) Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan di Kawasan Pesisir Pulau

Tunda, Banten. Biodidaktika 12(2): 46-56.

WoRMS. 2019. World Register of Marine Species. Tersedia dari:

www.marinespecies.org/. [diacu Juli 2019].