vancojero-setyawan-2

Upload: iidee-vet

Post on 09-Mar-2016

235 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ujhuiddf

TRANSCRIPT

1. Gangguan metaabolisme pada ternak ruminansia merupakan perubahan:a. Kompleks dari segi klinis memiliki keterkaitan dengan reproduksi.

b. Sederhana dari segi klinis memilki keterkaitan dengan reproduksi.

c. Kompleks dari segi klinis tidak memiliki keterkaitan dengan reproduksi.

d. Sederhana dari segi klinis tidak memiliki keterkaitan dengan reproduksi.

2. Paresis puerpuralis secara nyata diakibatkan oleh:

a. Tingginya kadar glucose dalam darah dan kegagalan kel. Adrenal.

b. Tingginya kadar kalsium dalam darah dan kegagalan kel. Thyroid.

c. Rendahnya kadar glucose dalam darah dan kegagalan kel. Parathyroid.

d. Rendahnya kadar kalsium dalam darah dan kegagalan kel. Parathyroid.

3. Predisposisi dari paresis puerpuralis yaitu:

a. Sapi gemuk, produksi susu rendah, pakan kualitas tinggi.

b. Sapi gemuk, produksi susu tinggi, pakan kualitas tinggi.

c. Sapi kurus, produksi susu tinggi, pakan kualitas rendah.

d. Sapi kurus, produksi susu rendah, pakan kualitas rendah.

4. Factor komplikasi paresis puerpuralis yaitu:a. Vomitus, pluritis, torsio uteri.

b. Pneumonia, prolapsus uteri, acetonemia.c. Pneumonia, vomitus, acetonemia, (prolaps uteri, kembung).

d. Kembung, torsio uteri, acetonemia.

5. Defferensial diagnose paresis puerpuralis sebelum melahirkan:

a. Metritis Septika, Calving Injuri, Rupture Uteri.

b. Mastitis Akut, Hydrops, Metritis Septika.

c. Calving Injuri, Toxemia, Arthritis Akut.

d. Fraktura Pelvis, Toxemia, Rupture Uteri.

6. Pengobatan paresis puerpuralis dilakukan dengan pemberian:

a. Preparat calcium 350 Kg berat badan, 250-400 cc.b. Preparat calcium 350 Kg berat badan, 700-1500 cc.

c. Preparat MgSO4 350 Kg berat badan, 700-1500 cc.

d. Preparat corticosteroid 350 Kg berat badan, 250-400 cc.

7. Ketosis pada sapi dikarakteristik dengan:

a. Hypoglycaemia, ketonemia, berat badan naik, produksi susu naik.

b. Ketonemia, inkoordinasi, berat badan turun, produksi susu turun.

c. Hypoglycaemia, ketonemia, exitability, produksi susu turun.

d. Hypoglycaemia, ketonemia, berat badan turun, produksi susu trun, [ketonuria, exitability, inkoordinasi (sometimes)].

8. Ketosis terjadi bila:

a. Intake karbohidrat cukup dan insufisiensi kel. Adrenal.

b. Intake karbohidrat rendah dan insufisiensi kel. Thyroid.

c. Intake karbohidrat tinggi dan insufisiensi kel. adrenal

d. Intake karbohidrat rendah dan insufisiensi kel. adrenal

9. Kadar glucose dalam darah penderita ketosis:

a. 7 mg/ml.

b. 17 mg/ml.

c. 37 mg/ml.

d. 47 mg/ml.

10. Kadar badan keton dalam darah penderita ketosis:a. 2 15 mg/100 ml.

b. 0 5 mg/100 ml.

c. 7 10 mg/100 ml.

d. 15 75 mg/100 ml.

11. Gejala klinis ketosis terdiri dari tipe:

a. Klinis, pernafasan, hypomagnecemia.

b. Subklinis, pencernaan,syaraf, (milk fever).

c. Syaraf, pernafasan, hypomagnecemia.

d. Subklinis, syaraf, hypomagnecemia.

12. Deferensial diagnose ketosis yaitu:

a. Atoni uteri, benda asing, arthritis, vaginitis.

b. Metritis, arthtritis, encephalitis, tendenitis.

c. Atoni rumen, benda asing, pneumonia, metritis.

d. Arthritis, atoni rumen, encephalitis, tendenitis.

13. Grass tetany pada sapi yaitu: gangguan metabolism pada sapi laktasi yang ditandai oleh:

a. Hypocalcaemia.

b. Hypophosphataemia.

c. Hypermagnecaemia.

d. Hypomagnecemia.

14. Secara normal kadar Mg (Magnesium) dalam darah sapi:a. 0,1 0,9 mg/100 ml.

b. 0,3 1,0 mg/100 ml.

c. 1,8 3,0 mg/100 ml.

d. 3,0 9,0 mg/100 ml.

15. Gejala klinis per-akut dari grass tetany yaitu:

a. Exitability, salvias, nafsu makan turun, otot normal.

b. Exitability, convulsi, salivasi, risus sardonicus.

c. Tidak mau makan, otot normal, goyah, mati.

d. Goyah, convulsi, salivasi, risus sardonicus.

16. Defferensial diagnose grass tetany yaitu:

a. Keracunan, ketosis, encephalitis.

b. Keracunan, pleuritis, arthritis.

c. Keracunan, caginitis, pleuritis.

d. Arthritis, pleurtis, tendenitis.

17. Paralysis post partum pada sapi, suatu kondisi mengikuti:a. Hypoglycaemia.

b. Hypomagnecaemia.

c. Hypophosphataemia.

d. Hypocalcemia.

18. Pada saat nekropsi terhadap penderita paralysis post partum ditemukan:

a. Necrosis otot paha, degenerasi jantung, infiltrasi leucocyte.

b. Necrosis otot paha, myocarditis, degenerasi hati.

c. Infiltrasi leucocyte, pleuritis, oedema jantung.

d. Degenerasi hati, pleuritis, arthritis.

19. Unsur yang diduga hilang dari sel pada penderita paralisis post partum yaitu :

a. P

b. Mg

c. Ca

d. K

20. Myocarditis pada penderita paralysis postpartum kemungkinan besar oleh :

a. Pengulangan pemberian glukosa

b. Pengulangan pemberian preparat Mg

c. Pengulangan pemberian calcium

d. Pengulangan pemberian K

21. Paralysis postpartum selalu dihubungkan dengan kejadian :

a. Paresis puerpuralis

b. Ketosis

c. Endometritis

d. Pregnancy toksemia

22. Pregnancy toksemia pada domba biasanya dikaitkan dengan :

a. Kebuntingan, dengan pakan tidak cukup

b. Kebuntingan, dengan pakan rendah

c. Kebuntingan, dengan pakan tinggi

d. Kebuntingan dengan pakan berlebih

23. Volume lochia sapi yang baru beranak pertama kali:

a. 100 ml

b. 200 ml

c. 300 ml

d. 400 ml

24. Pengeluaran lochia berhenti pada hari ke..

a. 5

b. 15

c. 25

d. 35

25. Pengeluaran lochia melebihi dari normal biasanya diakibatkan karena kejadian :

a. Torsio uteri

b. Rupture uteric. Endometritis

d. Arthritis

26. Endometritis pada sapi..

27. Kasus diatas disebabkan oleh

28. Prinsip pengobatan terhadap endometritis :

a. Perbaikan pakan dan jaga ketenangan hewan

b. Perbaiki pakan dan beri antibiotic secara general

c. Perbaiki sirkulasi darah dan membunuh kuman

d. Membunuh kuman dan jaga ketenangan hewan

29. Penyebab abortus pada sapi terdiri dari :

a. Contagious, sporadic, secara sekunder, buatan

b. Enzootic, epidemic, spesifik, alami

c. Systemic, spesifik, alami, endemic

d. Spesifik, alami, buatan, epidemic

30. Gangguan perkembangan konseptus (embryopathy) pada tahapan sebelum nidasi dapat menyebabkan:

a. Defect genetic.

b. Abortus.

c. Mummifikasi.

d. Mutasi genetic.

31. Komplikasi metritis puerpuralis:

a. Endometritis, arthritis, endocarditis.

b. Pyameia, pluritis, arthritis.

c. Pneumonia, polyarthritis, endocarditis.d. Pneumonia, retikulosit, arthritis.

32. Metritis puerpuralis harus dapat dipisahkan dari bentuk primer:

a. Pluritis.

b. Arthritis.

c. Myositis.

d. Pericarditis.33. Kombinasi pengobatan metritis puerpuralis yang dianggap cukup baik :

a. Vitamin, antibiotic, kortison

b. Oxytosin, estrogen, penicilline

c. Cortisone, estrogen, ..atrophine

d. Estrogen, adrenalin, penicillin

34. Dibawah ini tidak termasuk penyebab infertilitas :

a. Hernia scrotalis

b. Hypospadios

c. Indigesti

d. Hipoplacia ovarium

35. Dibawah ini sekelompok virus yang tidak menyebabkan embrio pathie :

a. Adeno virus.b. Retrovirus.c. Herpes virus.d. Myxo virus.