vacum extraction, word
DESCRIPTION
VETRANSCRIPT
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
No. Rekam Medis : 612079
Nama : Ny. A
Usia : 25 tahun
TTL : Cianjur, 18/07/1988
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda
R. Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Bojong Koneng RT 03/03, Desa Cikaroya,
Kec. Warung Kondang, Kab. Cianjur.
Status : Menikah
Tgl Masuk : 13 Januari 2015, pukul : 22.00 WIB
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Mules yang semakin kuat sejak 13 jam lalu
RPS : G2P1A0 merasa hamil 9 bulan, mengeluh mules yang semakin sering
dan kuat sejak pukul 09.00 WIB, keluar cairan banyak dari jalan
lahir, berwarna jernih, tidak berbau, bercampur lendir dan sedikit
darah sejak pukul 16.30 WIB. OS telah dipimpin meneran sejak pukul
20.00 WIB oleh bidan. Gerakan anak masih dirasakan ibu.
RPD : Pasien menyatakan tidak pernah sakit berat sehingga harus dirawat di
rumah sakit sebelumnya.Pasien mengaku tidak pernah didiagnosis
menderita hipertensi, asma, alergi ataupun diabetes.
RPK : Pasien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus,
alergi dan asma dalam keluarga. Keluarga pasien tidak memiliki
keturunan kembar.
RPO : Tidak pernah berobat
R.Psikososial : Pasien adalah ibu rumah tangga dan tidak bekerja. Suami pasien
merupakan seorang petani. Pasien menyangkal merokok ataupun
menggunakan obat-obatan terlarang selama kehamilan.
1
C. RIWAYAT OBSTETRI
Riwayat Kehamilan
1. G2P1A0
2. HPHT : 17 – 04 - 2014
3. TP : 24 – 01 - 2015
4. PNC : Bidan, 4 kali
5. KB : Menggunakan KB suntik progestin 3 bulan sekali selama 3 tahun.
Pasien sudah berhenti menggunakan kontrasepsi terakhir pada Januari
2013.
6. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas
N
o.
Tahun
Partus
Tempat
Partus
Umur
Hamil
Jenis
Persalinan
Penolong
Persalinan
Penyulit Anak
Kel/BB
Ket
.
1 2009 Rumah 9 Bln Spontan Paraji - 2300 g H-
♀
2 Hamil ini
Riwayat Haid
1. Menarche : Usia 13 tahun
2. Siklus haid : 28 hari teratur
3. Lama haid : 7 hari
4. Nyeri Haid : Disangkal
Riwayat Menikah
1. ♀, 18 tahun, SMP, Ibu rumah tangga
2. ♂, 23 tahun, SMP, Petani
3. Menikah sah, 1 kali, lama pernikahan 7 tahun
D. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Komposmentis
Tanda-tanda Vital
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 88x/menit (kuat, cukup, regular)
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,7ºC
2
Antropometri
TB : 154 cm
BB : 65 kg
BMI : 22.7
Kenaikan BB : 10 kg
E. STATUS GENERALIS
Kepala : Normochepal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+)/(+),
isokor ka=ki
Leher : Pembesaran KGB (-/-), pembesaran tiroid (-/-).
Toraks : Normochest dan gerak simetris
Paru-paru : VF simetris (+/+), vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : Bunyi jantung I/II murni regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : (Lihat status obstetri)
Ekstremitas :
Ekstr. Atas : Akral hangat , RCT< 2 detik, edema (-), sianosis (-)
Ekstr. Bawah : Akral hangat , RCT< 2 detik, edema (-), sianosis (-)
F. STATUS OBSTETRI
Inspeksi
1. Kepala/Muka : Chloasma gravidarum (-)
2. Thorax : Hiperpigmentasi areola mamae (+), colostrum (-)
3. Abdomen : Cembung tegang, striae gravidarum (+), linea nigra (+),
bekas operasi (-)
Palpasi
1. TFU : 31 cm
2. LP : 95 cm
3. Leopold I : Teraba massa lunak, kurang bundar, tidak melenting
4. Leopold II : Bagian memanjang ada disebelah kanan, dan bagian kecil
disebelah kiri
5. Leopold III : Teraba massa keras, bundar, melenting
6. Leopold IV : Divergen
7. Letak Anak : Letak kepala, 1/5, punggung kanan
3
8. His : 3-4 kali/10’/40”
Auskultasi
DJJ : 145 kali/menit
Pemeriksaan Luar Genitalia
1. Vulva/vagina : Tidak ada kelainan
2. Perineum : Tidak ada kelainan
Pemeriksaan Dalam
1. Vagina : Tidak ada kelainan
2. Portio : Tidak teraba
3. Ostium : Pembukaan lengkap
4. Ketuban : (-) , sisa cairan jernih bercampur sedikit lendir dan darah
5. Kepala : St +2, caput (+), UUK kanan depan
G. DIAGNOSIS
G2P1A0 parturien aterm kala II dengan partus lama
H. PLANNING
R/ Partus buatan per vaginam
IVFD Line
Pasang Kateter
Skin test cefotaxime 22.25, cefotaxime inj. 22.40 WIB
Observasi KU, TTV, DJJ, His
Diberikan drip oksitosin 5 IU pukul 22.45 WIB
I. LAPORAN EKSTRAKSI VAKUM
1. Penderita dalam posisi litotomi
2. Dilakukan tindakan dan antiseptik di daerah vulva dan sekitarnya
3. Kandung kencing dikosongkan dan dan dilakukakn pemeriksaan dalam
Vulva dan vagina tidak ada kelainan
Pembukaan lengkap
Ketuban (-), sisa cairan jernih
Kepala st +3 UUK Kanan depan
4. Dilakukan anestesi lokal
4
5. Cup dilicinkan dengan parafin, dimasukkan kedalam jalan lahir dan diletakkan pada
kepala anak dengan cara 2 jari tangan kanan membuka labia mayora dan dengan 2 jari
tangan kanan cup ditekan pada kepala anak. Dengan satu jari diperiksa apakan ada
jaringan serviks vagina yang terjepit. Seorang asisten perlahan-lahan
memompatekanan sampai 0,6 atm, dibiarkan 5 menit sampai terbentuk kaput dengan
baik
6. Tangan kanan memegang pengait untuk menarik, 3 jari tangan kiri dimasukkan ke
dalam jalan lahir untuk mengarahkan tarikan dengan cara telunjuk dan jari tengah
diletakkan pada pinggir cup, sedangkan ibu jari pada bagian tengah cup.
7. Dilakukan episiotomi mediolateral
8. Penarikan dilakukan saat ada his dan ibu disuruh mengedan
9. Arah tarikan mula-mula mendatar sampai subocciput dibawah simfisis. Kemudian
dibawa ke atas ke arah perut ibu, sehingga lahirlah ubun-ubun besar, dahi, mata,
hidung, mulut dan dagu pada perineum
10. Setelah seluruh kepala bayi lahir, cup dilepaskan dengan cara menghilangkan tekanan,
kemudian anak dilahirkan seperti biasa.
11. Jam 23.10 lahir bayi perempuan dengan ekstraksi vakum
BB 2800 gram, PB 47 cm, Apgar 1’:3, 5’:5
Disuntikkan oksitosin 10 IU intramuskular, kontraksi baik
12. Jam 23.15 lahir placenta spontan lengkap, perdarahan ± 250 cc
13. Dilakukan eksplorasi jalan lahir, terdapat ruptur perineum derajat III
14. Dilakukan penjahitan luka ruptur dan luka episiotomi
J. LAPORAN PARTUS
Pukul 22:50 : Pembukaan lengkap sejak pasien datang, ibu mules-mules
(His 3-4x/10’/40”)
Pukul 23:00 : Dilakukan Vacum Ekstraksi dan dipimpin untuk meneran
Pukul 23:10 : Bayi lahir spontan, jenis kelamin perempuan BB: 2800 gram, PB: 47cm
APGAR 1': 3, 5': 5 , kelainan kongenital tidak ada
Pukul 23:15 : Lahir plasenta secara spontan lengkap, panjang tali pusat 50 cm
Pukul 23:20 : Dilakukan pejahitan ruptur perineum derajat III sebanyak 6 jahitan dalam,
5 jahitan subkutis, 7 jahitan luar. Perdarahan ± 250 cc
K. DIAGNOSIS POST PARTUM
5
P2Ao partus maturus dengan VE a.i kala II memanjang
L. OBSERVASI KEADAAN POST PARTUM
KU : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
N : 82 x/mnt
R : 18 x/mnt
S : afebris
Jumlah Perdarahan : 250 cc
Kontraksi : Baik
M. PENATALAKSAAAN
Cefaroksil 2 x 500mg
Asam Mefenamat 3 x 500 mg
SF 1x 1
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
EKSTRAKSI VAKUM
A. DEFINISI
Ekstraksi vakum adalah suatu tindakan bantuan persalinan di mana janin
dilahirkan dengan ekstraksi menggunakan tekanan negatif (daya hampa udara) dengan
alat vakum (negative-preasure vacuum extractor) yang dipasang dikepalanya. Hanya
sebagai alat ekstraksi tidak baik sebagai alat rotasi.
Pada ekstraksi vakum, keadaan fisiologis yang diharapkan adalah terbentuknya
kaput suksadeneum pada kepala janin sebagai kompensasi akibat penghisapan/ tekanan
negatif. Kemudian setelah kepala menempel pada mangkuk vakum tarikan dilakukan
dengan bantuan tenaga dari ibu (bersamaan dengan saat his/ gerakan mengejan)
mengandalkan penempelan kaput tersebut pada mangkuk vakum.
Vakum memberi tenaga tambahan untuk mengeluarkan bayi, dan biasanya
digunakan saat persalinan sudah berlangsung terlalu lama dan ibu sudah terlalu capek
serta tidak kuat meneran lagi.
B. SYARAT EKSTRASI VAKUM
Ekstraksi vakum dapat dilakukan dengan syarat sebagai berikut :
1. Janin aterm, letak kepala, atau bokong
2. Janin harus dapat lahir pervaginam ( tidak ada disproporsi sefalopelvik)
3. Pembukaan serviks sudah lengkap (pada multigravida, dapat pada pembukaan
minimal 5 - 7 )
4. Kepala janin sudah engaged
5. Selaput ketuban sudah pecah, atau jika belum harus dipecahkan
6. Harus ada kontraksi uterus (his) dan tenaga mengejan ibu (reflex mengejan baik).
7. tidak boleh ada mukosa vagina atau jaringan servix yang terjepit antara ekstraktor
vakum dengan kepala janin
8. Penurunan kepala janin minimal Hodge II
9. Tekanan vakum sampai mencapai 50 mmHg
7
Gambar 1 : Kepala bayi turun ke panggul
C. ALAT EKSTRAKTOR VAKUM
Alat ekstraktor vakum terdiri atas:
1. Cup sejenis mangkuk dari logam yang agak mendatar dengan berbagai ukuran
biaswanya 3, 5, dan 7 cm (diameter 30 samapi dengan 60 mm) dengan lubang di
tengah-tengahnya. Ekstraktor utama yang ada terdiri dari mangkuk yang terbuat dari
karet yang lembut atau plastik dan bukan dari logam.
Dua macam ekstraktor vakum yang sering digunakan adalah mangkuk polimer
silikon dan mangkuk plastik sekali pakai yang lebih kecil.
2. Pipa / selang karet yang pada ujung yang satu dihubungkan dengan mangkuk dan
pada ujung yang lain dihubungkan dengan suatu alat penarik dari logam.
3. Rantai dari logam yang berhubungan dengan alat bundar dan datar; alat tersebut
dimasukan ke dalam rongga mangkuk sehingga dapat menutup lubangnya;
selanjutnya rantai dimasukan ke dalam pipa karet dan setelah ditarik kuat, dikaitkan
kepada alat penarik.
4. Pipa karet yang pada ujung yang satu dihubungkan dengan alat penarik dan dengan
ujung yang lain dengan botol penampung cairan yang terisap (lendir, darah, air
ketuban, dan sebagainya)
5. Manometer untuk membuat dan mengatur tekanan negatif dan pompa tangan atau
elektrik untuk mengisap udara, yang berhubungan dengan botol penampung dan
menyelenggarakan vakum antara mangkuk dan kepala janin.
8
Gambar 2: Ekstraktor Vacuum
Dalam pemakaian ekstraktor vakum, mangkok yang dipilih harus sesuai dengan
besarnya pembukaan, keadaan vagina, turunnya kepala janin dan tenaga untuk tarikan
yang dipelukan. Umumnya yang dipakai ialah mangkok dengan diameter 50 mm.
Macam-macam mangkok:
1. Mangkok logam : - malmstorm cup
- anterior cup
- posterior cup
2. Mangkok plastik : - plastik keras
- plastik lunak yang berasal dari bahan silicon
Gambar 3: Macam-Macam Mangkok
9
10
Gambar 3: Jenis-Jenis
Mangkok Dari Bahan Logam
Gambar 4 : Mangkok Dari Bahan Plastik
D. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN VAKUM EKSTRAKSI
Keuntungan vakum ekstraksi
1. Cup dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, Hodge III atau kurang dengan
demikian mengurangi frekuensi SC
2. Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, Cup dapat dipasang pada belakang
kepala, samping kepala ataupun dahi.
3. Tarikan tidak dapat terlalu berat. Dengan demikian kepala tidak dapat dipaksakan
melalui jalan lahir. Apabila tarikan terlampau berat cup akan lepas dengan
sendirinya.
4. Cup dapat dipasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya pada
pembukaan 8-9 cm, untuk mempercepat pembukaan. Untuk ini dilakukan tarikan
ringan yang kontinu sehingga kepala menekan pada servik. Di samping itu cup tidak
boleh terpasang lebih dari ½ jam untuk menghindari kemungkinan timbulnya
perdarahan pada otak.
5. Vakum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk memutar kepala dan mengadakan
fleksi kepala (misalnya pada letak dahi).
6. Tenaga mengenai puncak kepala tidak terlalu kuat, kebutuhan anestesia berkurang,
mudah pemakaiannya, trauma perineum sedikit, dan memberi kemampuan bagi
kepala untuk menentukan jalan keluar dari panggul ibu.
7. Dapat digunakan untuk membuktikan adanya disproporsi sefalopelvik
8. Kini telah dikembangkan vakum dari karet yang kurang traumatik dan lebih mudah
penggunaannya.
Kerugian vakum ekstraksi
1. Traksi hanya dapat dilakukan ketika ada kontraksi rahim.
2. Pemakaian terbatas pada janin yang aterm.
11
3. Persalinan lebih lama dibandingkan ekstraksi cunam.Karena waktu yang
diperlukan untuk pemasangan cup sampai dapat ditarik relatif lebih lama
dibandingkan forceps ( ± 10 menit ). Cara ini tidak dapat dipakai apabila ada
indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat misalnya pada fetal distress ( gawat
janin ).
4. Membutuhkan perhatian untuk memelihara kevakuman.
5. Alatnya relative mahal dibandingkan forceps biasa.
Morbiditas dan mortalitas rendah, tetapi sering terjadi pembentukan kaput.
Gambar 6 : Caput Succedaneum
E. INDIKASI EKSTRAKSI VAKUM
Pemakaian ekstraktor vakum memiliki indikasi yang sama dengan pemakaian
cunam, ditambah dengan: gawat bayi dengan syarat-syarat bagi cunam belum dan bagi
ekstraksi vakum sudah dipenuhi, dalam hal ini sectio sesarea kurang cepat untuk
menyelamatkan bayi. Prinsip: keadaan yang memerlukan pertolongan persalinan kala
dua yang dipercepat, karena jika diperlambat dapat membahayakan keadaan ibu dan atau
janin. Ekstraktor vakum hanya dapat digunakan pada persentasi belakang kepala.
Distosia presentasi belakang kepala.
12
Gambar 5. Pembentukan Kaput
F. KONTRAINDIKASI EKSTRAKSI VAKUM
Pemakaian ekstraksi vakum mempunyai kontraindikasi sebagai berikut:
1. Prematuritas karena kepala terlampau lembut dan mudah terjadi kerusakan
intrakranial.
2. Kelainan letak kepala janin
a) Letak muka karena bola mata dapat keluar dari orbita dan mengisi mangkok.
b) Letak dahi.
c) Kelainan putar paksi.
3. Disproporsi sefalopelvik.
4. Ruptura uteri membakat ( imminens).
5. Keadaan ibu dimana ibu tidak boleh mengejan, misalnya pada penyakit jantung
berat, preeklampsia berat, asma berat, dan sebagainya.
6. Fetal distres.
Ekstraksi vakum pada letak bokong dapat dilakukan apabila telah diyakini benar bahwa
tidak ada disproporsi sefalopelvik, pembukaan sudah lengkap, dan ada indikasi untuk
mengakhiri persalinan, misalnya : keadaan gawat janin.
G. TEKHNIK PEMASANGAN EKSTRAKTOR VAKUM
Tehnik pemasangan ekstraktor vakum adalah sebagai berikut:
1. Penderita diletakan dalam posisi litotomi.
2. Antisepsis genitalia eksterna dan sekitarnya. vulva dan sekitarnya dibersihkan
dengan kapas sublimat atau kapas lisol dan kemudian dengan tinctura jodii 2%.
Kandung kemih dan rektum harus kosong.
3. Anestesi regional (blok pudendus) pada kepala yang masih tinggi atau anestesi lokal
(infiltrasi) pada kepala yang sudah di dasar panggul. Jangan dilakukan dalam
narkose umum.
4. Apabila his tidak adekuat, diperbaiki dulu dengan infus ptosin atau suntikan
oksitosin 2,0 – 2,5 unit im.
5. Nilai kembali pembukaan, sifat serviks dan vagina, turunnya kepala dan posisi
kepala dengan empat jari dalam vagina.
13
Gambar 7: Menilai Penurunan Kepala ke dalam Rongga Panggul
6. Pilih mangkok yang akan dipakai. Mangkok yang akan dipakai harus disesuaikan
dengan besarnya pembukaan, keadaan vagina, turunnya kepala dan tenaga yang
diperlukan supaya tarikan berhasil. Dalam praktek umumnya mangkok nomor 5
paling sering digunakan.
7. Mangkok dicelup dalam air sabun steril atau dibasahi seluruhnya dengan spiritus
sabun (jangan memakai minyak karena licin dan mudah lepas) lalu dimasukan ke
dalam vagina.
Cara memasang mangkok :
a. Mula-mula mangkok dalam posisi agak miring dimasukan ke dalam introitus
vagina sambil menekan comisura posterior ke belakang dan kemudian
diselipkan ke dalam vagina.
b. Kemudian mangkok diputar sehingga menghadap kepala.
c. Dalam letak belakang kepala mangkok dipasang pada oksiput atau sedekat-
dekatnya. Bila oksiput tidak jelas letaknya atau persentasi lain, maka mangkok
dipasang dekat pada sakrum ibu, terutama bila kepala masih tinggi.
d. Letak mangkok pada kepala harus sedemikian rupa sehingga arah tarikan
nantinya tegak lurus dengan mangkok. Pada letak dahi diusahakan supaya mata
janin tidak tercekap oleh mangkok.
e. Periksalah apakah ada jaringan ibu yang terjepit (dengan satu atau dua jari
diperiksa di sekitar mangkok apakah ada jaringan serviks atu vagina yang
terjepit). Apabila ada jaringan terjepit maka ini harus dilepaskan dari jepitan.
1 2
14
3 4
Gambar 8 : Cara Meletakkan Mangkok Vakum
9. Lalu dipompa oleh pembantu (udara dikeluarkan) sehingga tercapai tekanan negatif
dalam botol, pipa-pipa dan mangkok. Kulit kepala janin disedot ke dalam mangkok
dan mangkok melekat pada kepala. Supaya mangkok melekat benar-benar (ini
sangat penting) mangkok harus diisi penuh dengan kulit dan jaringan bawah kulit
secara perlahan-lahan. Dengan pompa lekatan erat dicapai dengan meningkatkan
tekanan negatif dalam 3 tahap:
a. Mula-mula dipompa sampai minus 0,2 kg per cm persegi, tunggu 2 menit.
b. Lalu dipompa lagi sampai minus 0,4 kg per cm persegi, tunggu 2 menit
c. Akhirnya dipompa sampai minus 0,6 kg per cm persegi. Bila perlu dapat
ditambah lagi sampai minus 0,7 atau 0,8. Pemeriksaan dalam ulangan harus
dilakukan setiap kali setelah tekanan dinaikan
9. Setelah tekanan yang diinginkan tercapai masih ditunggu lagi 2 menit lagi
sebelum tarikan definitif dimulai bersama dengan his sambil wanita disuruh meneran
seperti pada persalinan biasa dengan kedua lengan wanita merangkul dan menarik
lipat lutut ke arah kepala ibu.Bila his sudah timbul sebelum tekanan yang
dikehendaki tercapai, ekstraktor vakum boleh ditarik ala kadarnya supaya kepala
lebih turun dan bila kemudian his hilang tarikan ringan diteruskan secara kontinu
agar kepala tidak naik kembali.
H. CARA TARIKAN PADA EKSTRAKTOR VAKUM
Tarikan definitif pada ekstraktor vakum sinkron dengan his dan tenaga meneran.
Di luar his tarikan definitif tidak boleh dilakukan karena kurang efektif. Jadi tarikan pada
ekstraktor vakum sifatnya berkal (intermittent). Dulu ekstraksi ini dipakai juga dengan
15
tarikan kontinu pada pembukaan kecil, misalnya 4 cm dengan mangkok nomor 3, untuk
mempercepat pembukaan. Akan tetapi sekarang usaha ini tidak dilakukan lagi karena
waktu tindakan terlampau lama dan dianggap berbahaya bagi anak.
Arah tarikan harus sesuai dengan turunnya kepala (seperti pada cumam) dan
tegak lurus dengan mangkok :
Kepala tinggi → Arah tarikan ke dorsal
Kepala tengah → Arah tarikan datar
Kepala di dasar panggul → Arah tarikan ke atas (ventral)
Cara tarikan :
1. Mula-mula ekstraktor vakum ditarik oleh tangan kanan pada pegangan yang
berbentuk palang, sambil tangan kiri berusaha supaya mangkok tidak lepas dari
kepala. 3 jari tangan kiri dimasukkan ke dalam vagina: ibu jari ditempatkan ke
pinggir mangkok bagian depan, jari telunjuk dan jari tengah dikepala anak, ventral
dari mangkok. Apabila tangan kanan mengadakan ekstraksi, bersamaan ibu jari
menekan mangkok bagian depan kepada kepala. Jadi ada kerja sama antara tangan
kanan dan tangan kiri. Penarikan ekstraktor vakum dilakukan bersamaan dengan
pegangan 3 jari ini (drei-finger griff). Arah tarikan sesuai dengan sumbu jalan lahir.
Tarikan pada ekstraktor vakum sifatnya berkala, sinkron dengan HIS dan tenaga
meneran.
2. Setelah seluruh kepala lahir, bahu dan badan anak dilahirkan seperti biasa kemudian
ventil dilepas perlahan-lahan supaya udara masuk ke dalam botol dan tekanan
negatif hilang. Mangkok dapat dilepaskan dari kepala anak. Apabila mangkok sukar
lepas karena sangat erat hubungannya dengan kepala maka pipa karet yang
menghubungkan botol dengan pegangan dilepas terlebih dahulu. Dengan ekstraktor
vakum lahirnya kepala dapat diusahakan perlahan-lahan seperti pada partus spontan.
Karena itu perlukaan jalan lahir ringan.
3. Lamanya tindakan sebaiknya tidak melebihi 20 menit, maksimum 40 menit.
Ekstraksi yang terlampau lama dianggap berbahaya bagi janin.
16
1 2
3 4
5 6
Gambar 9 :Cara Melakukan Ekstraksi Vakum
Beberapa ketentuan mengenai vakum ekstraksi :
1. Cup tidak boleh di pasang pada ubun-ubun besar.
2. Penurunan tekanan harus berangsur-angsur.
3. Cup dengan tekanan negatif tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam.
4. Penarikan waktu ekstraksi hanya dapat dilakukan pada waktu his dan ibu mengedan.
5. Apabila kepala masih agak tinggi (H III) sebaiknya dipasang cup yang terbesar
(diameter 7 cm).
6. Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi.
7. Vakum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi prematur.
I. KOMPLIKASI
Dengan dipenuhinya ayarat-syarat: pembukaan sudah lengkap atau hampir
lengkap, kepala janin sudah sampai Hodge III dengan tidak adanya disproporsi
sefalopelvik, janin dengan persentasi belakang kepala dan kepala janin tidak lembek
seperti pada maserasi atau prematuritas, bahaya atau timbulnya komplikasi tidak benar.
Yang mungkin terjadi ialah:
17
1. Pada ibu :
a. Robekan bibir cervik atau vagina karena terjepit antara kepala bayi dan cup.
b. Robekan kandung kencing dan rektum, fistula.
c. Komplikasi perdarahan karena atonia dan komplikasi infeksi.
2. Pada anak :
a. Cepalohematoma memerlukan pemantauan dan biasanya menghilang dalam 3-4
minggu. Dapat terjadi juga subgaleal hematoma.
Gambar 10. Subgaleal Hematoma
b. Perdarahan subaponeurotik.
c. Fetal distress.
d. Trauma janin.
e. Infeksi.
f. Ekskoriasi kulit kepala.
g. Asfiksi / anoksi.
h. Paresis / paralisis.
18
i. Fraktura tulang tengkorak.
j. Perdarahan intrakranial sangat jarang terjadi dan memerlukan perawatan neonatus
segera.
Perdarahan intrakranial pada neonatus merupakan salah satu komplikasi
serius yang saat ini telah banyak dilaporkan. Perdarahan intrakranial adalah yang
mengambil tempat pada rongga potensial di dalam rongga tulang kepala. Jenis
perdarahan intrakranial pada neonatus yang lahir dengan ekstraksi vakum yang
pernah dilaporkan meliputi: perdarahan epidural (ekstradural), subdural, dan
perdarahan subarakhnoid. Perdarahan intrakranial pada neonatus mempunyai arti
yang penting karena salah satu faktor penyebab kematian perinatal, atau cacat fisik
dan retardasi mental.
Tingginya angka kejadian perdarahan intrakranial dan gangguan fungsi otak
mengurangi kepopuleran ekstraksi vakum (ventouse) sebagai alat bantu persalinan
di negara-negara seperti: Amerika serikat, Inngeris, Kanada, Australia, dan
beberapa negara asia seperti: India, Malaysia, Singapura, dan Filipina.
k. Abrasi kulit kepala (biasa dan tidak berbahaya) dan laserasi dapat terjadi.
Bersihkan dan periksa laserasi untuk menentukan apakah diperlukan jahitan.
Nekrosis sangat jarang terjadi.
l. Caput succedaneum artificialis akan hilang dalam beberapa hari.
Vakum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk melahirkan kepala waktu
SC. Untuk ini harus ada pompa listrik sehingga penurunan tekanan berangsur-angsur
dengan teratur. Dengan pompa listrik tekanan dapat diturunkan sampai -0,75 atm.
Dalam waktu 60 detik.
Cara mengatasi komplikasi ekstraksi vakum:
1. Infus taransfusi
2. Antibiotik
3. Reposisi trauma
4. Menjahit perlukaan
J. KEGAGALAN EKSTRAKSI VAKUM
1. Ekstraksi vakum gagal jika:
a. Kepala janin tidak turun pada setiap tarikan.
19
b. Janin tidak lahir setelah tiga kali tarikan tanpa penurunan kepala atau setelah 30
menit.
c. Mangkok vakum terlepas dari kepala dua kali pada saat menarik kepala dengan
arah yang tepat dan dengan tekanan negatif maksimal.
d. Mangkok vakum terlepas, mungkin akibat tekanan negatif yang kurang, atau
peningkatan tekanan negatif terlalu cepat sehingga pembentukan kaput
suksadeneum tidak sempurna, atau ada bagian jaringan ibu yang terjepit, atau ada
kebocoran pada alat, atau kemungkinan adanya disproporsi sefalopelvik yang tidak
terdeteksi sebelumnya.
2. Setiap pelaksanaan ekstraksi vakum harus dianggap sebagai percobaan ekstraksi
vakum. Jangan terus melakukan ekstraksi vakum jika tidak terjadi penurunan kepala
janin pada setiap tarikan.
3. Jika ekstraksi vakum gagal, lakukan ekstraksi vakum dalam kombinasi dengan
simfisiotomi atau lakukan seksio sesarea
K. EKSTRAKSI VAKUM DAN SIMFISIOTOMI
Ekstraksi vakum dapat dilakukan dalam kombinasi dengan simfisiotomi pada
keadaan berikut:
1. Kepala janin minimal berada di stasiun 2 atau teraba tidak lebih dari 3/5 di atas
simfisis pubis.
2. Seksio sesarea tidak memungkinkan atau tidak dapat segera dilakukan.
3. Pelaksana tindakan berpengalaman dan ahli dalam melakukan simfisiotomi.
4. Ekstraksi vakum gagal atau diperkirakan gagal.
5. Tidak ada derajat disproporsi yang besar.
PERSALINAN DENGAN KALA II MEMANJANG
A. DEFINISI
Persalinan kala II memanjang (prolonged expulsive phase) atau disebut juga partus
tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat namun tidak menunjukkan
20
kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putaran paksi selama 2 jam
terakhir. Biasanya persalinan pada primitua dapat terjadi lebih lama. Menurut Harjono,
persalinan kala II memanjang merupakan fase terakhir dari suatu partus yang macet dan
berlangsung terlalu lama sehingga timbul gejala – gejala seperti dehidrasi, infeksi,
kelelahan ibu serta asfiksia dan kematian janin dalam kandungan (IUFD).
B. ETIOLOGI
Sebab – sebab terjadinya yaitu multikomplek atau bergantung pada pengawasan
selagi hamil, pertolongan persalinan yang baik dan penatalaksanaannya.
Faktor – faktor penyebabnya adalah :
1. Kelainan letak janin.
2. Kelainan – kelainan panggul.
3. Kelainan his dan mengejan.
4. Pimpinan partus yang salah.
5. Janin besar atau ada kelainan kongenital.
6. Primi tua.
7. Perut gantung atau grandemulti.
8. Ketuban pecah dini.
C. GEJALA KLINIK
1. Pada ibu
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernafasan cepat. Di
daerah lokal sering dijumpai : Ring v/d Bandl, edema vulva, edema serviks, cairan
ketuban berbau dan terdapat mekonium.
2. Pada janin
a. Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur bahkan negatif
b. Air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan dan berbau
c. Caput Succedeneum yang besar
d. Moulage kepala yang hebat
e. IUFD (Intra Uterin Fetal Death)
D. PENATALAKSANAAN
21
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu dengan kala II memanjang yaitu dapat
dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forceps, sectio caesaria, dan lain-lain.
Penatalaksanaannya yaitu sebagai berikut :
1. Tetap melakukan Asuhan Sayang Ibu, yaitu :
Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses persalinan dan
kelahiran bayinya. Dukungan dari suami, orang tua dan kerabat yang disukai ibu sangat
diperlukan dalam menjalani proses persalinan.
Alasan : Hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya dengan dukungan dari
keluarga yang mendampingi ibu selama proses persalinan (Enkin, et al, 2000).
2. Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya membantu ibu untuk
berganti posisi, melakukan rangsangan taktil, memberikan makanan dan minuman,
teman bicara dan memberikan dukungan dan semangat selama persalinan dan
melahirkan bayinya.
3. Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan
anggota keluarganya dengan menjelaskan tahapan dan kemajuan proses persalinan atau
kelahiran bayi kepada mereka.
4. Tentramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani kala II persalinan. Lakukan
bimbingan dan tawarkan bantuan jika diperlukan.
5. Bantu ibu memilih posisi yang nyaman saat meneran.
6. Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran apabila ada dorongan kuat
dan spontan untuk meneran. Jangan menganjurkan untuk meneran berkepanjangan dan
menahan nafas
7. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
Alasan : Meneran secara berlebihan menyebabkan ibu sulit bernafas sehingga terjadi
kelelahan yang tidak perlu dan meningkatkan resiko asfiksia pada bayi sebagai akibat
turunnya pasokan oksigen melalui plasenta (Enkin, et al, 2000)
8. Anjurkan ibu untuk minum selama kala II persalinan
Alasan : Ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi selama proses persalinan dan
kelahiran bayi. Cukupnya asupan cairan dapat mencegah ibu mengalami hal tersebut
(Enkin, et al, 2000).
9. Adakalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala II persalinan. Berikan rasa aman
dan semangat serta tentramkan hatinya selama proses persalinan berlangsung.
Dukungan dan perhatian akan mengurangi perasaan tegang, membantu kelancaran
proses persalinan dan kelahiran bayinya. Beri penjelasan tentang cara dan tujuan dari
22
setiap tindakan setiap kali penolong akan melakukannya, jawab aetiap pertanyaan yang
diajukan ibu, jelaskan apa yang dialami oleh ibu dan bayinya dan hasil pemeriksaan
yang dilakukan (misalnya TD, DJJ, periksa dalam).
E. MENDIAGNOSA KALA II PERSALINAN DAN MEMULAI MENERAN
1. Cuci tangan (Gunakan sabun dan air bersih yang mengalir)
2. Pakai sarung tangan DTT/steril untuk periksa dalam
3. Beritahu ibu saat, prosedur dan tujuan periksa dalam
4. Lakukan periksa dalam (hati-hati) untuk memastikan pembukaan sudah lengkap (10cm)
lalu lepaskan sarung tangan sesuai prosedur PI
5. Jika pembukaan belum lengkap, tentramkan ibu dan bantu ibu mencari posisi nyaman
(bila ingin berbaring) atau berjalan-jalan disekitar ruang bersalin. Ajarkan cara bernafas
selama kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayinya dan catatkan semua
temuan dalam partograf
6. Jika ibu merasa ingin meneran tapi pembukaan belum lengkap, beritahukan belum
saatnya untuk meneran, beri semangat dan ajarkan cara bernafas cepat selama kontraksi
berlangsung. Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman dan beritahukan untuk
menehan diri untuk meneran hingga penolong memberitahukan saat yang tepat untuk
itu
7. Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantu ibu mengambil
posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk meneran secara efektif dan benar dan
mengikuti dorongan alamiah yang terjadi. Anjurkan keluarga ibu untuk membantu dan
mendukung usahanya. Catatkan hasil pemantauan dalam partograf. Beri cukup minum
dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Pastikan ibu dapat beristirahat disetiap kontraksi
8. Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada dorongan untuk meneran, bantu ibu
untuk memperoleh posisi yang nyaman (bila masih mampu, anjurkan untuk berjalan-
jalan). Posisi berdiri dapat membantu penurunan bayi yang berlanjut dengan dorongan
untuk meneran. Ajarkan cara bernafas selama kontraksi berlangsung. Pantau kondisi
ibu dan bayi dan catatkan semua temuan dalam partograf
9. Berikan cukup cairan dan anjurkan / perbolehkan ibu untuk berkemih sesuai kebutuhan.
Pantau DJJ setiap 15 menit, stimulasi puting susu mungkin dapat meningkatkan
kekuatan dan kualitas kontraksi.
10. Jika ibu tidak ada dorongan untuk meneran setelah 60 menit pembukaan lengkap,
anjurkan ibu untuk mulai meneran disetiap puncak kontraksi. Anjurkan ibu mengubah
23
posisinya secara teratur, tawarkan untuk minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit.
Lakukan stimulasi puting susu untuk memperkuat kontraksi.
11. Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit upaya tersebut diatas atau jika kelahiran bayi
tidak akan segera terjadi, rujuk ibu segera karena tidak turunnya kepala bayi mungkin
disebabkan oleh disproporsi kepala-panggul (CPD).
12. Upaya mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah oksigen
ke plasenta. Dianjurkan mengedan secara spontan (mengedan dan menahan nafas
terlalu lama, tidak dianjurkan)
a. Jika malpresentasi dan tanda-tanda obstruksi bisa disingkirkan, berikan infus
oksitosin.
b. Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala :
1) Jika kepala tidak lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian tulang kepala di
stasion (O), lakukan ekstraksi vakum atau cunam.
2) Jika kepala diantara 1/5-3/5 di atas simfisis pubis, atau bagian tulang kepala di
antara stasion (O)-(-2), lakukan ekstraksi vakum.
3) Jika kepala lebih dari 3/5 di atas simfisis pubis atau bagian tulang kepala di atas
stasion (-2) lakukan seksio caesarea.
24