v. hasil dan pembahasan - repository.ipb.ac.id v...bagian dasar sungai merupakan endapan pasir atau...

25
23 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Habitat dan Penutupan Lahan di Lokasi Penelitian Lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah hutan dataran rendah dan hutan pegunungan bawah. Klasifikasi tersebut mengacu pada skema klasifikasi tipe-tipe hutan bagi Sulawesi berdasarkan ketinggian (Whitten et al. 1987). Tipe hutan pada suatu ketinggian dipengaruhi oleh suhu dan arus awan. Berdasarkan pembagian zona vegetasi utama berdasarkan ketinggian lokasi oleh Wirawan (1981, diacu dalam TNC & BTNLL 2002) lokasi penelitian termasuk ke dalam zona vegetasi dataran rendah dan sub-pegunungan. Peta jalur pengambilan data di lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 8. Ketinggian lokasi penelitian terletak antara 600-1500 m dpl. Wilayah Resort Mataue dan Resort Lindu memiliki topografi mendatar hingga curam. Topografi yang curam lebih mendominasi pada kedua lokasi tersebut. Garis kontur yang rapat mengindikasikan topografi yang curam. Hal tersebut dapat dilihat pada lampiran. Bentang alam lokasi penelitian merupakan dua sisi pegunungan dengan ketinggian puncak pegunungan antara 1100-1900 m dpl. Bentang alam wilayah Resort Mataue berada pada sisi sebelah barat dan wilayah Resort Lindu pada sisi timur laut pegunungan. Puncak tertinggi dari pegunungan yang membelah kedua lokasi penelitian tercatat 1917 m dpl pada peta rupa bumi Indonesia. Berdasarkan garis kontur pada peta jalur pengambilan data, lokasi pengambilan data di Resort Mataue lebih landai dibandingkan di Resort Lindu. Jalur penelitian di Resort Mataue terdapat 3 jalur. Masing-masing jalur termasuk ke dalam pangkuan wilayah Desa Mataue, Sungku dan Namo secara administratif. Jalur penelitian di Resort Lindu terdapat 2 jalur. Masing-masing jalur termasuk ke dalam pangkuan wilayah Desa Tomado dan Puroo secara administratif. Jalur penelitian pada masing-masing Resort dapat dilihat pada gambar 8.

Upload: dangkhanh

Post on 19-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V...Bagian dasar sungai merupakan endapan pasir atau tanah. Jika debit air sungai besar maka warna air sungai akan menjadi keruh. Hal

23

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kondisi Habitat dan Penutupan Lahan di Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah hutan dataran rendah dan

hutan pegunungan bawah. Klasifikasi tersebut mengacu pada skema klasifikasi

tipe-tipe hutan bagi Sulawesi berdasarkan ketinggian (Whitten et al. 1987). Tipe

hutan pada suatu ketinggian dipengaruhi oleh suhu dan arus awan. Berdasarkan

pembagian zona vegetasi utama berdasarkan ketinggian lokasi oleh Wirawan

(1981, diacu dalam TNC & BTNLL 2002) lokasi penelitian termasuk ke dalam

zona vegetasi dataran rendah dan sub-pegunungan. Peta jalur pengambilan data di

lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 8.

Ketinggian lokasi penelitian terletak antara 600-1500 m dpl. Wilayah

Resort Mataue dan Resort Lindu memiliki topografi mendatar hingga curam.

Topografi yang curam lebih mendominasi pada kedua lokasi tersebut. Garis

kontur yang rapat mengindikasikan topografi yang curam. Hal tersebut dapat

dilihat pada lampiran.

Bentang alam lokasi penelitian merupakan dua sisi pegunungan dengan

ketinggian puncak pegunungan antara 1100-1900 m dpl. Bentang alam wilayah

Resort Mataue berada pada sisi sebelah barat dan wilayah Resort Lindu pada sisi

timur laut pegunungan. Puncak tertinggi dari pegunungan yang membelah kedua

lokasi penelitian tercatat 1917 m dpl pada peta rupa bumi Indonesia. Berdasarkan

garis kontur pada peta jalur pengambilan data, lokasi pengambilan data di Resort

Mataue lebih landai dibandingkan di Resort Lindu.

Jalur penelitian di Resort Mataue terdapat 3 jalur. Masing-masing jalur

termasuk ke dalam pangkuan wilayah Desa Mataue, Sungku dan Namo secara

administratif. Jalur penelitian di Resort Lindu terdapat 2 jalur. Masing-masing

jalur termasuk ke dalam pangkuan wilayah Desa Tomado dan Puroo secara

administratif. Jalur penelitian pada masing-masing Resort dapat dilihat pada

gambar 8.

Page 2: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V...Bagian dasar sungai merupakan endapan pasir atau tanah. Jika debit air sungai besar maka warna air sungai akan menjadi keruh. Hal

24

Gambar 8 Peta jalur pengambilan data di lokasi penelitian

Jalur pengambilan data pada kedua lokasi berupa jalan setapak,

punggungan bukit, dan mengikuti aliran sungai. Terdapat banyak jalan masuk ke

dalam hutan pada bagian hutan yang dekat dengan pemukiman. Jalan setapak

yang ada akan mengarah kepada satu punggungan perbukitan. Keberadaan jalan

setapak juga merupakan jalur pengangkutan rotan. Gambaran kondisi jalur

pengamatan tersebut dapat dilihat pada gambar 9.

Page 3: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V...Bagian dasar sungai merupakan endapan pasir atau tanah. Jika debit air sungai besar maka warna air sungai akan menjadi keruh. Hal

25

Gambar 9 Jalur pengamatan di punggungan bukit.

Habitat adalah suatu daerah yang terdiri dari beberapa kawasan, baik fisik

maupun biotik, yang merupakan satu kesatuan, dan dipergunakan sebagai tempat

hidup serta berkembangbiaknya satwaliar (Alikodra 2002). Pada penelitian ini

lokasi penelitian terbagi ke dalam tiga klasifikasi tipe habitat, yaitu tipe habitat

hutan, habitat peralihan, dan kebun. Kondisi ketiga tipe habitat tersebut akan

dijelaskan sebagai berikut.

a. Tipe Habitat Hutan

Habitat hutan merupakan habitat alami, lantai hutan tidak rapat (terbuka),

dan tidak terdapat anakan kakao. Di Resort Mataue tipe habitat ini dapat dijumpai

berbatasan langsung dengan pemukiman hingga jarak beberapa kilometer dari

pemukiman.

Sungai pada habitat hutan di lokasi penelitian memiliki karakteristik lebar

antara 3-10 m. Dinding sungai berupa tanah maupun tebing batuan. Dasar sungai

berupa pasir maupun batuan-batuan keras. Sungai dan anak-anak sungai yang

mengalir ke arah Mataue berasal dari satu sungai besar yang disebut Binangga

Oo. Binangga adalah nama lokal setempat untuk sungai. Sungai yang mengalir ke

daerah Lindu terdapat lebih dari satu sumber sungai besar. Sungai yang mengalir

ke arah Lindu yang merupakan lokasi penelitian berasal dari Binangga Larono

Bohe.

Mata air yang terdapat pada lokasi penelitian di Mataue berupa mata air

yang keluar dari cekungan-cekungan pertemuan antara dua punggungan.

Binangga Oo mendapatkan suplai air dari banyak mata air yang terdapat di

Page 4: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V...Bagian dasar sungai merupakan endapan pasir atau tanah. Jika debit air sungai besar maka warna air sungai akan menjadi keruh. Hal

26

punggungan-punggungan bukit yang dilewatinya. Mata air yang terdapat di Lindu

di lokasi penelitian adalah berasal dari Uwe Puroo dan Uwe Kulowo. Mata air

tersebut terdapat pada bagian bawah daerah aliran sungai Binangga Oo.

Terdapat 19 spesies pohon yang terdapat pada tipe habitat hutan. Spesies

pohon yang terdapat di hutan dapat dilihat pada tabel 2. Nilai INP tertinggi

dimiliki oleh Erythrina subumbrans. Pohon-pohon yang terdapat di tipe habitat

hutan memiliki tipe tajuk yang rapat dan tinggi. Tipe penutupan tajuk yang rapat

ini menyebabkan penetrasi cahaya matahari sampai ke lantai hutan sangat sedikit.

Sehingga kondisi tipe habitat hutan pada bagian bawah tajuk relatif memiliki

kelembaban udara yang tinggi.

Tabel 2 Daftar spesies pohon pada tipe habitat hutan. No Nama daerah Nama ilmiah INP

1 Aa Ficus sp 18,08 2 ampoi Ficus sp 10,46 3 baka Magnolia condali 10,96 4 bune Glochidion sp 21,06 5 balintunga Bischoffia javanica 11,52 6 birako Schefflera sp 10,96 7 cempaka Elmerilia ovallis 10,96 8 kume Palaquium quercifolium 10,46 9 konkone 11,52

10 loncaibo Nuclea sp 10,96 11 rodo Erythrina subumbrans 33,44 12 manggis hutan 11,52 13 marangkapi Villebrunea rubencens 21,93 14 palili Lithocarpus sp 30,15 15 lebanu 10,96 16 miyapo Macaranga hipsida 18,08 17 pinang Pinanga caesia 21,42 18 pandan Pandanus sp 10,96 19 wune Glochidion rubrum 22,48

Hutan dan vegetasinya yang terdapat di lokasi penelitian secara ekologis

memiliki banyak fungsi. Karakteristik lapisan tanah di lokasi penelitian yang

merupakan hasil patahan Palu-Koro memiliki ketebalan tanah yang relatif tipis

dibandingkan lapisan batuan lapuk dan batuan keras. Akar vegetasi hutan yang

mencengkeram tanah dan menembus batuan di bawahnya merupakan pembentuk

tanah yang alami. Akar vegetasi hutan juga membuat lapisan tanah lebih kokoh.

Page 5: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V...Bagian dasar sungai merupakan endapan pasir atau tanah. Jika debit air sungai besar maka warna air sungai akan menjadi keruh. Hal

27

Air mudah meresap melalui permukaan tanah yang masih muda. Jika tanah tidak

tercengkeram vegetasi diatasnya maka akan mudah longsor jika terjadi peresapan

air yang besar. Terutama pada saat hujan besar dimusim penghujan. Daun dari

vegetasi merupakan penyedia humus bagi tanah. Tumpukan serasah dedaunan di

lantai hutan menyebabkan kondisi permukaan tanah yang ditutupinya menjadi

lembab. Pelapukan batuan menjadi tanah akan terbantu oleh kelembaban yang

ditimbulkan oleh tumpukan serasah.

Jalur pengambilan data tipe habitat hutan di Resort Mataue berada pada

ketinggian 875 m dpl hingga 1.500 mdpl dan di Resort Lindu berada pada

ketinggian 1.125 m dpl hingga 1.425 m dpl. Rata-rata kelembaban udara relatif

pada jalur pengambilan data tipe habitat hutan di Resort Mataue adalah 91 % dan

di Resort Lindu 100 %.

b. Tipe Habitat Peralihan

Habitat peralihan merupakan habitat pada lokasi penelitian yang berada

antara habitat hutan dengan habitat kebun. Ciri dari habitat ini yaitu terdapat

anakan kakao dan kopi , lantai hutan yang rapat oleh anakan pohon, strata tajuk

lebih terbuka daripada habitat hutan, dan kelerengan yang landai. Hutan sekunder

dan areal terbuka yang terdapat diantara hutan dan kebun termasuk ke dalam tipe

habitat peralihan.

Daerah peralihan merupakan daerah yang memiliki topografi yang relatif

datar. Karakteritik sungai pada tipe habitat ini adalah dangkal, dengan lebar

sungai dapat mencapai 20 m. Bagian dasar sungai merupakan endapan pasir atau

tanah. Jika debit air sungai besar maka warna air sungai akan menjadi keruh. Hal

ini terjadi karena material endapan dasar sungai yang berupa pasir dan tanah

teraduk, serta dangkalnya kedalaman sungai.

Terdapat 24 spesies pohon yang dijumpai pada tipe habitat peralihan.Nilai

INP tertinggi dimiliki oleh Erythrina subumbrans. Spesies vegetasi yang terdapat

di habitat peralihan dapat dilihat pada tabel 3.

Page 6: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V...Bagian dasar sungai merupakan endapan pasir atau tanah. Jika debit air sungai besar maka warna air sungai akan menjadi keruh. Hal

28

Tabel 3 Daftar spesies pohon pada tipe habitat peralihan. No Nama daerah Nama ilmiah INP

1 bayur Pterospermum javanicum 3,01 2 belobo 2,98 3 berau 11,15 4 beringin putih Ficus sp 21,68 5 cemara gunung Chataranthus roseus 9,94 6 cempaka Elmerilia ovallis 8,08 7 kaha Castanopsis accuminatissima 3,43 8 kauwatu Siphonodon celastrineus 6,07 9 rodo Erythrina subumbrans 55,55

10 lamwangi Ficus septica 15,08 11 lao Lindera apoensis 3,79 12 lengaru Alstonia scholaris 10,03 13 loliya Cryptocarya sp 3,01 14 loncaibo Dizoxylun sp 3,10 15 mangga hutan Mangifera indica 4,36 16 miyapo Macaranga hispida 3,28 17 mpomaria Engelhartia rigida 20,13 18 orio 2,98 19 pakinau Finschia sp 3,10 20 kuhiyo Evodia sp 28,89 21 palili Lithocarpus sp 44,01 22 wonce Evodia celebica 12,32 23 wulala Syzigium sp 13,10 24 wune Glochidion rubrum 7,97

Kondisi habitat peralihan yang telah ditebangi pohon-pohon yang

berukuran besarnya menyebabkan tanah pada daerah peralihan mudah longsor jika

teresapi air dalam jumlah besar. Pada bagian daerah peralihan yang terlewati

aliran sungai, dinding sungai yang berupa batuan yang mudah lapuk akan

menyebabkan dinding sungai mudah runtuh.

Jalur pengambilan data tipe habitat peralihan berada pada ketinggian 650

m dpl hingga 1.125 mdpl di Resort Mataue sedangkan di Resort Lindu berada

pada ketinggian 1.050 m dpl 1.250 m dpl. Rata-rata kelembaban udara relatif

87 % di Resort Mataue dan 100 % di Resort Lindu.

c. Tipe Habitat Kebun

Tipe habitat ini merupakan areal perkebunan kakao, kopi, dan ladang yang

terdapat didalam kawasan TNLL dan yang berbatasan langsung dengan kawasan

Page 7: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V...Bagian dasar sungai merupakan endapan pasir atau tanah. Jika debit air sungai besar maka warna air sungai akan menjadi keruh. Hal

29

TNLL. Jalur pengambilan data pada tipe habitat ini berada pada ketinggian 650 m

dpl hingga 900 m dpl di Resort Mataue dan di Resort Lindu antara 1.050 m dpl

hingga 1.125 m dpl. Habitat ini memiliki karakteristik menempati topografi datar,

dekat dengan aliran sungai, dan tidak terdapat jenis pohon hutan maupun pohon

hutan sekunder diantaranya. Rata-rata kelembaban udara 74 % di Resort Mataue

dan 100 % di Resort Lindu.

Beberapa spesies pohon hutan dapat dijumpai pada tipe habitat ini.

Spesies-spesies pohon tersebut dapat dilihat pada tabel 4. Spesies-spesies tersebut

dijumpai sebagai peneduh jalan angkut maupun sebagai penanda batas

kepemilikan kebun.

Tabel 4 Spesies pohon yang dijumpai pada habitat kebun No Nama daerah Nama ilmiah

1 beringin Ficus sp

2 jambu air Syzygium aqueum

3 bendo Arthocarpus elastic

4 balintunga Bischiffia javanica

5 mpomaria Engelhartia rigida

6 lamwangi Ficus septica

7 cengkeh Eugenia aromatic

Sebagai suatu hasil perubahan bentuk tutupan lahan karena aktifitas

manusia (anthropogenic), matriks ini mengikuti suatu pola keterjangkauan dan

kemudahan oleh manusia. Para penggarap kebun dan ladang membuka kebun

maupun area perladangan pada daerah yang relatif datar. Daerah yang datar

merupakan pilihan pertama untuk membuka kebun kopi, kebun coklat, maupun

berladang. Topografi yang datar memudahkan dalam akses mengolah lahan,

mempermudah proses pembukaan lahan, pengolahan lahan, dan pemanenan hasil

kebun dan ladang.

Air merupakan kebutuhan dasar bagi mahluk hidup. Tidak terkecuali

tumbuhan. Dalam hal ini termasuk tanaman kakao, kopi, dan tanaman ladang.

Posisi suatu area terhadap sumber air dalam hal ini sungai merupakan

pertimbangan selanjutnya dalam hal pemilihan pembukaan lahan sebagai kebun

dan ladang. Daerah landai ataupun curam masih dipilih sebagai area kebun karena

dekat dengan sumber air. Akses terhadap air yang mudah bagi para penggarap

Page 8: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V...Bagian dasar sungai merupakan endapan pasir atau tanah. Jika debit air sungai besar maka warna air sungai akan menjadi keruh. Hal

30

kebun dan ladang mengurangi satu beban dalam pengolahan lahan yaitu mereka

tidak perlu repot menyirami kebun maupun ladangnya. Meskipun harus disiram,

letak sumber air tidak terlalu jauh.

Kombinasi antara topografi yang datar dan dekat dengan aliran sungai

merupakan prioritas utama dalam pemilihan suatu area menjadi kebun dan ladang.

Area datar dan dekat dengan air memiliki karakteristik tanah yang kaya akan

humus pada saat masih berupa hutan. Hal ini dikarenakan area ini memiliki humus

yang lebih tebal yang tertahan oleh vegetasi dan mendapat limpahan humus dari

area yang lebih curam diatasnya.

5.2. Analisis Usaha (effort analysis)

Besarnya usaha untuk menemukan satu individu reptil diukur berdasarkan

jumlah waktu pengamatan dan luasan daerah yang teramati. Total hari

pengamatan adalah 35 hari. Jumlah hari pengamatan di Resort Mataue adalah 27

hari dan di Resort Lindu 8 hari. Pengamatan dilakukan pada siang dan malam

hari. Kondisi cuaca selama hari pengamatan dibagi ke dalam dua kategori yaitu

cerah dan hujan. Perbandingan kondisi cuaca hari hujan selama pengamatan dapat

dilihat pada gambar 10.

Gambar 10 Perbandingan jumlah hari hujan dengan hari cerah di kedua Resort.

Total waktu pengamatan adalah 10.886 menit. Lamanya waktu

pengamatan pada jalur pengamatan di Resort Mataue adalah 4.320 menit pada

siang hari dan 4.406 menit pada malam hari dan di Resort Lindu 900 menit pada

15

12

4 4

9

18

1

7

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

Mataue Cerah Mataue Hujan Lindu Cerah Lindu Hujan

Pengamantan Siang Pengamatan Malam

Page 9: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V...Bagian dasar sungai merupakan endapan pasir atau tanah. Jika debit air sungai besar maka warna air sungai akan menjadi keruh. Hal

31

siang hari dan 1.260 menit pada malam hari. Pada selang waktu pengamatan siang

hari di Resort Mataue tercatat 45 individu dan 34 individu pada malam hari. Pada

selang waktu pengamatan siang hari di Resort Lindu tercatat 9 individu dan 14

individu pada malam hari. Perbandingan nilai usaha untuk menemukan satu

individu reptil pada siang dan malam hari dimasing-masing resort dapat dilihat

pada gambar 11.

Gambar 11 Perbandingan nilai usaha untuk menemukan satu spesies reptil

Besarnya nilai usaha berdasarkan waktu untuk menemukan satu individu

pada siang hari di masing-masing resort tidak berbeda jauh. Hanya memiliki

selisih 4 menit. Perbedaan mencolok terdapat pada pengamatan malam.

Dibutuhkan waktu yang lebih lama yaitu 40 menit untuk menemukan satu

individu spesies reptil di Resort Mataue dibandingkan di Resort Lindu. Waktu

yang dibutuhkan untuk menemukan satu individu spesies reptil di Resort Lindu

sebesar 90 menit.

Panjang jalur pengamatan adalah 15,21 mil atau 24,48 km. Panjang jalur

di Resort Mataue adalah 16,7 km dan 8,3 km di Resort Lindu. Perbandingan

panjang jalur pengamatan antar tipe habitat pada masing-masing resort dapat

dilihat pada gambar 12. Total individu reptil yang teramati dan teridentifikasi

adalah 102 individu. Jika asumsikan penyebaran reptil pada garis transek di kedua

resort merata, masing-masing individu spesies reptil dapat dijumpai pada rentang

jarak 204,73 meter di jalur pengambilan data Resort Mataue dan 361,05 meter di

Resort Lindu.

0 20 40 60 80 100 120 140

Pengamatan Malam

Pengamatan Siang

waktu (menit)

Lindu

Mataue

Page 10: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V...Bagian dasar sungai merupakan endapan pasir atau tanah. Jika debit air sungai besar maka warna air sungai akan menjadi keruh. Hal

32

Gambar 12 Perbandingan panjang jalur pengamatan per tipe habitat antar resort

Lebar maksimum area pengamatan dari garis transek adalah 10 meter.

Maksimum area teramati selama pengambilan data adalah 244.781,22 meter

persegi. Berdasarkan luas area maksimum teramati tersebut tidak sepenuhnya

termasuk ke dalam kawasan TNLL. Hal ini berarti tidak lebih dari 0,1 % dari total

luas masing-masing resort telah teramati.

Global Positioning Position Receiver merupakan salah satu komponen

utama pengambilan data reptil di lokasi penelitian. Alat ini digunakan untuk

mengumpulkan informasi koordinat titik perjumpaan dengan spesies reptil dan

titik jalur pengambilan data. Penelitian ini menggunakan dua tipe GPS Receiver

yang berbeda yaitu Garmin 76 dan Garmin 76 Csx. Berdasarkan pengalaman pada

saat pengambilan data, GPS Receiver Garmin 76 CSx memiliki kemampuan

menentukan koordinat titik lebih cepat dibandingkan Garmin 76. Terdapat

beberapa hari dari total hari pengamatan yaitu 35 hari data GPS Receiver tidak

dapat dikumpulkan. Tertanggal 19 Juli 2008 hingga 2 Agustus 2008 data

koordinat titik lokasi penelitian tidak dapat dikumpulkan. Hal ini disebabkan

karena tidak terdapatnya GPS Receiver itu sendiri. Pengumpulan data titik jalur

ulang pada rentang tanggal diatas dilakukan pada tanggal 20 Agustus 2008 dengan

hanya mengumpulkan data jalur pengamatan saja.

5.3. Kekayaan Spesies Reptil

Total individu individu spesies reptil yang tertangkap dan teridentifikasi

selama pengambilan data adalah 102 individu. Berdasarkan hasil pengamatan di

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

Kebun

Peralihan

Hutan

panjang jalur (km)

Tipe

 hab

itat

Lindu Mataue

Page 11: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V...Bagian dasar sungai merupakan endapan pasir atau tanah. Jika debit air sungai besar maka warna air sungai akan menjadi keruh. Hal

33

lokasi penelitian berhasil teridentifikasi 17 spesies reptil di lokasi penelitian.

Daftar nama spesies tersebut dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5 Kekayaan spesies reptil di lokasi penelitian. Famili Tipe Habitat ∑individu

Species Kebun Peralihan Hutan

Agamidae Bronchocela celebensis Gray, 1845 6 14 20 Bronchocela cristatella Kuhl, 1820 4 4 8

Gekkonidae Cosymbotus platyurus Scheneider, 1790 6 6

Scincidae Eutropis multifasciatus Kuhl, 1820 15 23 38 Eutropis grandis 1 1 Eutropis rudis 1 1 Sphenomorphus parvus 5 5 Sphenomorphus tropidonotus 1 4 2 7

Varanidae Varanus salvator 2 2

Colubridae Ahaetulla prasina prasina Boie, 1827 2 2 Boiga irregularis Merrem, 1802 3 3 Dendrelaphis pictus pictus Gmelin, 1789 1 1 Lycodon stormi Boettger, 1892 1 1 Psammodynates pulverulentus Boie, 1827 1 1 2 Rhabdophis chrysargoides Gunther, 1837 1 1 Xenochrophis trianguligerus Boie, 1827 1 1

Viperidae Tropidolaemus waglerii Wagler, 1830 1 2 3

Catatan spesies reptil di kawasan TNLL telah ada pada Lore Lindu

National Park Management Plan 1981-1986 (WWF 1981). Tercatat 8 spesies ular,

2 spesies Scincidae, dan 1 spesies Gekkonidae dalam laporan yang disusun oleh

WWF tersebut. Perkembangan selanjutnya tercatat 21 spesies ular, 1 spesies

Varanidae, 8 spesies Scincidae, 6 spesies Gekkonidae, 1 spesies Dibamidae, 4

spesies Agamidae, 1 spesies Emydidae, dan 2 spesies Geoemydidae. Spesies-

spesies reptil tersebut tercatat di dalam Draft Rencana Pengelolaan 2002-2027

TNLL volume I yang disusun oleh The Nature Conservancy-Indonesia

Programme, Balai Taman Nasional Lore Lindu, dan Direktorat Jenderal

Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Baik dalam catatan WWF tahun 1981

maupun Draft RPTNLL tahun 2002 tidak tercantum secara spesifik dimana

habitat ditemukannya masing-masing spesies reptil.

Tercatat 5 spesies kadal dari famili Scincidae di lokasi penelitian. Kadal

dari Genus Eutropis dengan ukuran tubuh yang relatif besar lebih mudah

Page 12: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V...Bagian dasar sungai merupakan endapan pasir atau tanah. Jika debit air sungai besar maka warna air sungai akan menjadi keruh. Hal

34

dijumpai di lokasi penelitian. Perbandingan ukuran SVL antara genus Eutropis

dengan genus Sphenomorphus dapat dilihat pada gambar 13.

Gambar 13 Perbandingan ukuran antara genus Eutropis dengan Sphenomorphus

Spesies dari genus Eutropis juga lebih mudah diidentifikasi keberadaannya

dari suara pergerakannya yang berisik saat mengetahui keberadaan manusia atau

terkejut. Spesies dari genus Sphenomorphus memiliki dimensi tubuh yang lebih

kecil dibandingkan genus Eutropis. Sphenomorphus parvus dan Sphenomorphus

tropidonotus dijumpai pada tempat-tempat seperti di bawah kayu lapuk di

pinggiran sungai maupun di bawah tumpukan serasah lantai hutan. Foto dari

Sphenomorphus parvus dan Sphenomorphus tropidonotus dapat dilihat pada

gambar 14.

Keterangan : Sebelah kiri Sphenomorphus parvus

Sebelah kanan Sphenomorphus tropidonotus Gambar 14 Sphenomorphus parvus dan Sphenomorphus tropidonotus

Terdapat 2 spesies dari famili Agamidae yang dijumpai di lokasi

penelitian. Kedua spesies tersebut memiliki penampilan fisik yang hampir mirip

jika dilihat secara sekilas. Kedua spesies tersebut yaitu Bronchocela cristatella

dan Bronchocela celebensis. Famili Gekkonidae tercatat 1 spesies yaitu

Total 

0 50 100 150 200 250

Eutropis multifasciatus

Eutropis Grandis

Eutropis rudis

Sphenomorphus tropidonotus

Sphenomorphus parvus

panjang (mm)

Spesies

Badan

Ekor

SVL

Page 13: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V...Bagian dasar sungai merupakan endapan pasir atau tanah. Jika debit air sungai besar maka warna air sungai akan menjadi keruh. Hal

35

Cosymbotus platyurus. Varanus salvator merupakan spesies dari famili Varanidae

yang dijumpai di lokasi penelitian.

Spesies dari sub-ordo Serpentes (ular) mendominasi dalam hal perjumpaan

spesies yaitu 7 spesies. Tercatat 6 spesies dari famili Colubridae dan 1 spesies dari

famili Viperidae.

Berdasarkan jumlah spesies reptil yang dijumpai di lokasi penelitian, tipe

habitat peralihan merupakan yang paling kaya akan spesies reptilnya. Hal ini

dikarenakan tipe habitat tersebut memiliki daya dukung yang lebih besar dari tipe

habitat kebun dan lebih mudah untuk diamati keberadaan spesies reptilnya

dibandingkan tipe habitat hutan. Daya dukung yang dimaksud adalah pakan yaitu

serangga. Keberadaan serangga mengundang satwa mangsa dari reptil dan satwa

reptil itu sendiri untuk datang.

Perbandingan nilai indeks hasil perhitungan dengan persamaan Margalef

dan Menhinick dapat dilihat pada gambar 15. Antara nilai kedua indeks

menunjukkan kecenderungan yang berbeda pada perbandingan nilai indeks

kekayaan spesies pada masing-masing tipe habitat. Indeks Margalef

menunjukkan tipe habitat yang tertinggi nilai kekayaan spesiesnya adalah tipe

habitat peralihan. Hal ini berkorelasi positif dengan tabel 5. Indeks Menhinick

menunjukkan hal yang berbeda. Tipe habitat yang paling tinggi nilai kekayaan

spesiesnya adalah tipe habitat hutan.

Gambar 15 Indeks kekayaan spesies reptil

Grafik pertambahan perjumpaan spesies reptil selama penelitian

ditunjukkan pada gambar 16. Pertambahan jumlah spesies pada selang hari ke-1

hingga hari ke-9 terlihat signifikan. Selanjutnya tidak terdapat pertambahan

jumlah spesies yang ditemui dari hari ke-9 hingga hari ke-23. Hari ke-23 sampai

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

Kebun Peralihan Hutan

Nilai Ind

eks

Tipe Habitat

Indeks Menhinick

Indeks Margalef

Page 14: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V...Bagian dasar sungai merupakan endapan pasir atau tanah. Jika debit air sungai besar maka warna air sungai akan menjadi keruh. Hal

sepuluh ha

perlahan h

Pe

menunjuk

jenis yang

pada sela

mendatar

jumlah spe

5.4. Kean

Ke

berbeda-b

diperband

Wiener. P

nilai kean

digunakan

Ke

Gambar 1

peralihan

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18Pe

rtam

baha

n jenis

ari selanjutn

hingga kemu

Gamb

rtambahan

kkan angka 5

g akan dijum

ang hari ke

dari selang

esies yang s

nekaragama

eanekaragam

eda. Nilai

dingkan men

Persamaan in

nekaragama

n.

eanekaragam

17. Pada G

memiliki ni

1 3 5 7

nya pertamb

udian mend

bar 16 Kurv

jumlah s

5,58 %. Hal

mpai tidak a

e-8 hingga

g hari ke-32

signifikan ji

an Spesies R

man spesie

keanekarag

nggunakan i

ni digunaka

an spesies

man spesie

Gambar 17

ilai keaneka

7 9 11 13

bahan juml

datar hingga

va spesies ar

spesies pad

l tersebut ti

akan lebih si

hari ke-22

2 hingga ha

ika lamanya

Reptil

es reptil pa

gaman spes

indeks yang

an karena m

yang relati

es pada ja

dapat dilih

aragaman sp

15 17 19 2

Ha

ah spesies y

a hari terakh

rea berdasa

da hari k

dak berarti

ignifikan la

2 lebih pa

ari ke-42. M

a pengamata

ada masing

sies pada m

g dihitung d

merupakan p

if paling d

alur pengam

hat bahwa

pesies tertin

21 23 25 27

ri ke i

yang ditemu

hir pengamb

arkan waktu

ke-28 hing

bahwa pert

agi. Stagnasi

anjang dari

Masih terdap

an ditambah

g-masing ja

masing-mas

dengan pers

persamaan

dikenal dan

matan dap

jalur peng

nggi. Nilai k

29 31 33 3

ukan naik s

bilan data.

u.

gga hari k

tambahan ju

i kurva men

stagnasi k

pat pertamb

h.

alur pengam

sing tipe h

amaan Shan

untuk meng

n paling ba

pat dilihat

gamatan M

keanekarag

35 37 39 41

36

secara

ke-32

umlah

ndatar

kurva

bahan

matan

abitat

nnon-

gukur

anyak

pada

Mataue

gaman

1

Page 15: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V...Bagian dasar sungai merupakan endapan pasir atau tanah. Jika debit air sungai besar maka warna air sungai akan menjadi keruh. Hal

37

terendah pada lanskap Mataue adalah jalur pengamatan Mataue Kebun. Hal ini

dikarenakan pada setiap trip pengamatan tipe habitat peralihan paling sering

dijumpai. Setiap trip pengamatan melalui tiga tipe habitat yang ada. Jumlah

spesies yang tercatat pada jalur pengamatan Mataue peralihan merupakan yang

terbanyak dengan jumlah total individu yang juga terbanyak.

Gambar 17 Indeks keanekaragaman spesies reptil per jalur pengamatan.

Nilai keanekaragaman tertinggi pada lanskap Lindu terdapat pada jalur

pengamatan Lindu hutan. Nilai terendah terdapat pada jalur pengamatan Lindu

kebun. Jumlah spesies yang tercatat pada jalur pengamatan Lindu hutan dan Lindu

peralihan sama yaitu 4 spesies. Nilai indeks yang berbeda dikarenakan jumlah

individu yang ditemukan pada jalur pengamatan Lindu peralihan lebih banyak.

Sehingga nilai proporsi pada jalur pengamatan Lindu peralihan lebih rendah.Jalur

pengamatan Lindu kebun memiliki nilai indeks terendah. Hanya terdapat 3 spesies

selama trip pengamatan.

Hasil perhitungan keanekaragaman pada masing-masing habitat

menunjukkan bahwa habitat hutan memiliki nilai indeks keanekaragaman spesies

reptil tertinggi. Perbandingan nilai indeks pada masing-masing tipe habitat dapat

dilihat pada gambar 18.

1.401.61

1.43 1.39

0.98 0.96

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

Mataue Kebun

Mataue Peralihan

Mataue Hutan

Lindu Hutan

Lindu Peralihan

Lindu Kebun

Inde

ks Keane

karagaman

Jalur Pengamatan

Page 16: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V...Bagian dasar sungai merupakan endapan pasir atau tanah. Jika debit air sungai besar maka warna air sungai akan menjadi keruh. Hal

38

Gambar 18 Indeks keanekaragaman spesies reptil per tipe habitat.

Secara keseluruhan, tipe habitat hutan memiliki nilai indeks

keanekaragaman yang tertinggi. Hal ini tidak berkorelasi positif dengan tabel

kekayaan spesies yang menunjukkan tipe habitat peralihan yang paling beragam

spesies reptilnya. Penggunaan suatu indeks untuk mengukur derajat

keanekaragaman suatu habitat maupun ekosistem memang belum ada kesepakatan

yang sama antar peneliti ekologi. Masing-masing persamaan indeks memiliki

asumsi berbeda dengan tingkat sensitivitas yang berbeda pula. Sensitivitas

tersebut berkaitan dengan jumlah jenis yang ditemukan dengan jumlah masing-

masing individu yang ditemukan yang merupakan komponen utama dalam

menghitung nilai suatu indeks.

5.5.Kemerataan Spesies Reptil

Pada Gambar 19 dapat dilihat bahwa nilai kemerataan maksimum terdapat

pada jalur pengamatan Lindu hutan. Hal ini dikarenakan jumlah spesies yang

ditemukan sama dengan jumlah total individu yang tercatat pada jalur tersebut.

Gambar 19 Grafik perbandingan kemerataan spesies pada jalur pengamatan.

1.45

1.691.73

1.30

1.40

1.50

1.60

1.70

1.80

Kebun Peralihan Hutan

0.870.73

0.891

0.710.87

0.000.200.400.600.801.001.20

Mataue Kebun

Mataue Peralihan

Mataue Hutan

Lindu Hutan

Lindu Peralihan

Lindu Kebun

Inde

ks Kem

erataan

Jalur Pengamatan

Page 17: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V...Bagian dasar sungai merupakan endapan pasir atau tanah. Jika debit air sungai besar maka warna air sungai akan menjadi keruh. Hal

39

Jalur pengamatan Mataue kebun dan Lindu kebun memiliki nilai

kemerataan yang sama yaitu 0,87. Hal ini bisa terjadi meskipun jumlah spesies

dan jumlah total individu yang ditemui pada kedua jalur pengamatan berbeda

jauh. Tercatat 5 spesies dengan jumlah total individu 26 pada jalur pengamatan

Mataue peralihan dan 3 spesies dengan jumlah total individu 7 pada jalur

pengamatan Lindu peralihan.

Kaitan antara jumlah spesies, jumlah total individu, dan nilai derajat

kemerataan pada kedua jalur pengamatan mengindikasikan adanya jenis yang

mendominasi pada salah satu jalur pengamatan secara mencolok. Spesies tersebut

adalah Eutropis multifasciatus pada jalur pengamatan Mataue peralihan. Jumlah

Eutropis multifasciatus pada jalur pengamatan Mataue hutan yang tercatat adalah

11. Spesies ini juga mendominasi pada jalur Mataue kebun dengan jumlah

individu 4 namun berbanding jumlah total individu yang lebih kecil daripada

pada jalur pengamatan Mataue kebun yaitu 7. Gambar dari Eutropis multifasciatus

dapat dilihat pada gambar 20.

Gambar 20 Eutropis multifasciatus pada jalur pengamatan Mataue kebun.

Secara keseluruhan, tipe habitat hutan merupakan tipe habitat dengan

derajat kemerataan spesies reptil yang tertinggi. Perbandingan nilai indeks

kemerataan antara ketiga tipe habitat dapat dilihat pada gambar 21. Besaran nilai

indeks kemerataan spesies dari ketiga tipe habitat memiliki nilai diatas 0,5 maka

kemerataan spesies pada masing-masing tipe habitat cukup merata. Meskipun

habitat peralihan memiliki jumlah spesies yang lebih banyak akan tetapi

didalamnya juga terdapat spesies yang mendominasi yaitu Eutropis

multifasciatus. Spesies ini juga mendominasi pada habitat kebun.

Page 18: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V...Bagian dasar sungai merupakan endapan pasir atau tanah. Jika debit air sungai besar maka warna air sungai akan menjadi keruh. Hal

40

Gambar 21 Indeks kemerataan spesies reptil per tipe habitat

Dominasi salah satu spesies pada tipe habitat hutan yang tidak sebesar

pada kedua habitat lainnya, jumlah masing-masing individu yang tidak terpaut

jauh, dan jumlah total individu yang tidak lebih banyak dari dua habitat lainnya

inilah yang pada akhirnya menunjukkan bahwa habitat hutan paling merata

spesiesnya.

5.6. Sebaran Keanekaragaman Spesies Reptil

Sebaran spesies-spesies reptil pada masing-masing tipe habitat pada

awalnya akan menggunakan GPS receiver untuk menentukan posisi koordinat.

Akan tetapi pada penerapan di lapangan terdapat kendala dari GPS receiver yang

digunakan. Kendala tersebut diantaranya keakuratan titik koordinat dan lamanya

waktu yang dibutuhkan untuk mengetahui posisi satu spesies.

Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, masing-masing spesies

memiliki tipe pengunaan tipe habitat yang berbeda. Pada masing-masing tipe

habitat tersebut masing-masing spesies memiliki tipe penggunaan ruang yang

berbeda. Tipe penggunaan ruang tersebut berkaitan dengan aktivitas harian satwa

reptil.

Dua spesies dari famili Agamidae (bunglon) dijumpai di lokasi penelitian.

Bronchocela celebensis tersebar di habitat kebun dan peralihan. Spesies ini

merupakan spesies endemik Sulawesi. Spesies ini dijumpai pada ranting-rating

pohon dan diatas dedaunan di pinggiran sungai pada habitat peralihan. Sebagai

satwa reptil yang aktif dimalam hari (nocturnal) baik untuk mencari makan

maupun mencari pasangan, spesies ini dijumpai berkelompok pada satu titik pada

habitat peralihan. Jika dijumpai satu individu spesies ini pada satu titik maka

0.810.71

0.89

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1 2 3Kebun                   Peralihan                 Hutan

Page 19: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V...Bagian dasar sungai merupakan endapan pasir atau tanah. Jika debit air sungai besar maka warna air sungai akan menjadi keruh. Hal

41

disekitarnya pasti terdapat individu lainnya. Bronchocela cristatella dijumpai

pada tipe habitat kebun dan hutan. Pada tipe habitat kebun kedua spesies tersebut

dijumpai secara bersamaan. Keberadaan kedua spesies tersebut pada habitat kebun

tidak jauh dari badan air. Baik itu badan air yang alami maupun buatan manusia.

Hal ini dikarenakan kebun tempat ditemukannya Bronchocela cristatella terletak

setelah melewati hutan. Mangsa dari kedua spesies bunglon tersebut adalah

serangga. Serangga banyak terdapat pada habitat peralihan karena habitat tersebut

lebih terbuka dibandingkan habitat hutan. Pada gambar 22 dapat dilihat

Bronchocela cristatella sedang memangsa serangga di habitat peralihan.

Gambar 22 Bronchocela celebensis sedang memangsa serangga

Hanya terdapat satu spesies dari famili Gekkonidae (tokek dan cicak) yang

dijumpai di lokasi penelitian. Cosymbotus platyurus hanya ditemukan pada habitat

kebun. Spesies ini ditemukan pada bangunan pondok-pondok yang terdapat

didalam kebun. Kebun tersebut juga pada kebun yang dekat ke arah pemukiman

manusia. Kemungkinan spesies ini terdapat di kebun karena aktifitas manusia.

Spesies ini aktif pada malam hari. Pada siang hari spesies ini bersembunyi di sela-

sela kayu pondok maupun bagian dari pondok yang gelap.

Lima spesies dari famili Scincidae (kadal) dijumpai di lokasi penelitian.

Eutropis multifasciatus merupakan spesies yang paling banyak ditemukan.

Spesies ini sepertinya halnya spesies kadal lainnya menggunakan daerah-daerah

terbuka yang terdapat di kebun dan peralihan untuk berjemur dan mencari makan.

Terdapat tiga spesies yang hanya dijumpai pada satu tipe habitat. Eutropis

grandis hanya dijumpai pada peralihan, Eutropis rudis pada habitat kebun, dan

Sphenomorphus parvus pada habitat hutan. Howard (2007) mengatakan bahwa

Page 20: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V...Bagian dasar sungai merupakan endapan pasir atau tanah. Jika debit air sungai besar maka warna air sungai akan menjadi keruh. Hal

42

Eutropis grandis tidak pernah dijumpai di hutan sekunder, perkebuann, maupun

jenis tutupan lahan karena aktifitas manusia yang lain.

Eutropis grandis dan Eutropis rudis sangat sensitif dengan kedatangan

manusia. Ketika sedang berjemur, jika terdapat suara aktifitas manusia maka akan

segera berlari dan bersembunyi. Hal ini menyebabkan kedua spesies ini sulit

untuk ditangkap di lapangan. Sphenomorphus parvus hanya dijumpai di hutan.

Spesies kadal ini berukuran kecil dan memiliki penggunaan ruang yang spesifik di

habitat hutan. Pertemuan antara dua punggungan yang beberapa diantaranya

merupakan mata air merupakan daerah ditemukannya spesies ini di hutan. Daerah

ini memiliki serasah yang tebal dan beberapa tumpukan kayu lapuk di sisi aliran

airnya. Untuk menemukan spesies ini dilakukan dengan membongkar-bongkar

serasah dan tumpukan kayu lapuk serta melihat dan mendengarkan pergerakan

spesies ini akibat usikan tersebut. Satu genus dari spesies ini yaitu

Sphenomorphus tropidonotus memiliki tipe penggunaan habitat yang lebih luas.

Sphenomorphus tropidonotus ditemukan pada ketiga tipe habitat. Keberadaan

spesies ini tidak jauh dari aliran air. Tumpukan kayu lapuk dan serasah di

pinggiran sungai merupakan tempat ditemukannya spesies ini. Ukuran tubuh yang

relatif kecil dari Sphenomorphus parvus dan Sphenomorphus tropidonotus

membuat kedua spesies tersebut memiliki mangsa yang ukurannya lebih kecil dari

mangsa spesies dari genus Eutropis. Semut dan serangga berukuran kecil yang

banyak terdapat di bawah serasah dan tumpukan kayu merupakan mangsa dari

kedua spesies Sphenomorphus tersebut.

Varanus salvator dijumpai di habitat peralihan. Spesies ini sangat sensitif

dengan kehadiran manusia. Daerah terbuka di pinggiran sungai merupakan lokasi

dijumpainya spesies ini. Varanus salvator dapat dijumpai hutan tropis, hutan

bakau, dan areal perkebunan (Lauprasert 2001). Spesies ini aktif pada siang hari

(diurnal). Penggunaan ruang di habitat peralihan kemungkinan merupakan insting

dari spesies ini menghindari ancaman dari keberadaan aktifitas manusia di kebun

dan akses yang lebih mudah untuk mencari mangsa serta berjemur daripada

habitat hutan.

Delapan spesies ular dijumpai di lokasi penelitian. Penggunaan ruang dari

masing-masing spesies ular tersebut secara garis besar termasuk ke dalam spesies

Page 21: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V...Bagian dasar sungai merupakan endapan pasir atau tanah. Jika debit air sungai besar maka warna air sungai akan menjadi keruh. Hal

43

arboreal, terrestrial, dan fossorial. Salah satu ular fossoriali yaitu Lycodon stormii.

Ular ini merupakan spesies ular endemic dari Sulawesi. Spesies ini merupakan

ular penghuni lapisan bawah tanah yang aktif pada malam hari (Lang de & Vogel

2001). Ular ini memangsa kadal, katak dan jenis ular lainnya. Gambar dari

Lycodon stormii dapat dilihat pada gambar 23.

Gambar 23 Lycodon stormii ular endemik Sulawesi

Ahaetulla prasina prasina dijumpai pada habitat peralihan pada siang hari

dan malam hari. Spesies ular arboreal ini aktif menjelajah pada siang hari. Pada

malam hari spesies ini akan diam pada satu ranting pohon-pohon pada batas

antara habitat peralihan dengan kebun. Mangsa utama dari Ahaetulla prasina

prasina adalah kadal dan katak (Henderson & Binder 1980, diacu dalam Lang de

& Vogel 2001). Kemungkinan salah satu faktor yang menarik Ahaetulla prasina

prasina untuk datang di habitat peralihan adalah banyaknya individu spesies kadal

yang banyak terdapat di habitat peralihan. Gambar dari Ahaetulla prasina prasina

yang sedang menjelajahi daerah peralihan dapat dilihat pada gambar 24.

Gambar 24 Ahaetulla prasina prasina di habitat peralihan

Page 22: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V...Bagian dasar sungai merupakan endapan pasir atau tanah. Jika debit air sungai besar maka warna air sungai akan menjadi keruh. Hal

44

Boiga irregularis memiliki sifat penjelajah dalam mencari mangsa. Dua

kali dijumpai spesies ini menjelajahi permukaan tanah pada malam pada habitat

peralihan. Kedua lokasi tempat ditemukannya menjelajah pada habitat peralihan

memiliki karakteristik yang sama yaitu daerah terbuka dengan permukaan tanah

yang bersih dari vegetasi. Saat diam maka ular ini dijumpai menempati ranting

pohon yang cukup tinggi di pinggiran sungai. Spesies ini tersebar secara acak

pada habitat peralihan sesuai dengan perilaku mencari mangsanya. Dalam de Lang

(2001) dikatakan bahwa spesies ini dapat ditemukan pada berbagai macam tipe

habitat , mulai dari mangrove, hutan pegunungan, daerah perkebunan, hingga

sekitar pemukiman penduduk. Mangsa dari Boiga irregularis adalah kadal, katak,

burung dan telurnya, serta mamalia kecil seperti kelelawar (Lang de & Vogel

2001). Gambar dari Boiga irregularis sedang menjelajahi daerah peralihan dapat

dilihat pada gambar 25.

Keterangan : Sebelah kiri Boiga irregularis sedang menjelajahi daerah peralihan

Sebelah kanan Kepala dari Boiga irregularis Gambar 25 Boiga irregularis di lokasi penelitian.

Dendrelaphis pictus pictus dan Psammodynates pulverulentus merupakan

spesies yang dijumpai pada habitat peralihan yang memiliki sebaran yang serupa

dalam hal penggunaan ruang pada malam hari. Kedua spesies tersebut dijumpai

dalam perilaku diam pada malam hari di ranting-ranting pohon maupun semak di

pinggiran sungai dengan tajuk yang tertutup diatasnya. Lang de (2001)

mengatakan bahwa Dendrelaphis pictus pictus dapt dijumpai pada hutan dataran

rendah dan hutan sub-pegunungan, khususnya daerah peralihan yang terbuka.

Dendrelaphis pictus pictus sering dijumpai dekat dengan aliran sungai (Lang de &

Vogel 2001). Hal ini sesuai dengan satwa mangsanya yaitu katak (Lang de &

Page 23: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V...Bagian dasar sungai merupakan endapan pasir atau tanah. Jika debit air sungai besar maka warna air sungai akan menjadi keruh. Hal

45

Vogel 2001) yang banyak terdapat disekitar aliran sungai. Kedua spesies ular ini

merupakan spesies ular yang aktif pada siang hari (diurnal). Gambar dari

Dendrelaphis pictus pictus dan Psammodynates pulverulentus dapat dilihat pada

gambar 26.

Keterangan : Sebelah kiri Psammodynates pulverulentus

Sebelah kanan Dendrelaphis pictus pictus Gambar 26 Dendrelaphis pictus pictus dan Psammodynates pulverulentus.

Psammodynates pulverulentus menghuni vegetasi dengan ketinggian yang

rendah pada tepian sungai atau badan air mulai dari hutan dataran rendah hingga

hutan sub-pegunungan. Pada lokasi penelitian spesies ini dijumpai pada malam

hari. Ular ini merupakan spesies ular yang aktif baik siang maupun malam hari.

Mangsa utama dari ular ini adalah kadal. Akan tetapi terkadang memangsa katak

dan jenis ular lainnya (Lang de & Vogel 2001).

Berbeda dengan kedua spesies Dendrelaphis pictus pictus dan

Psammodynates pulverulentus, Tropidolaemus waglerii yang dijumpai pada

habitat peralihan dan hutan memiliki karakteristik pemilihan ruang yang berbeda.

Tropidolaemus waglerii diam pada ujung ranting pohon yang menjorok kearah

terbuka tanpa tertutup tajuk diatasnya. Tropidolaemus waglerii memilih tipe ruang

seperti ini kemungkinan berkaitan dengan mangsa dari ular ini.

Tipe ruang seperti ini merupakan lintasan bagi mamalia kecil yaitu

kelelawar dan tikus. Tropidolaemus waglerii memiliki perilaku mencari makan

yang pasif. Spesies ini menunggu mangsa untuk lewat kemudian akan menangkap

dan memangsanya. Kebanyakan spesies-spesies ular dari family Viperidae

memangsa mangsa berdarah panas seperti mamalia (Goin et al. 1978). Mamalia

Page 24: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V...Bagian dasar sungai merupakan endapan pasir atau tanah. Jika debit air sungai besar maka warna air sungai akan menjadi keruh. Hal

kecil berd

diatas. Tip

ditemukaa

dilihat Tro

di habitat

Ga

Rh

habitat pe

Lokasi dij

dengan ha

tanah yan

Gambar d

darah panas

pe ruang se

annya spesi

opidolaemu

peralihan.

ambar 27 Tr

habdophis c

ralihan. Spe

ijumpainya

abitat kebun

ng berumpu

ari Rhabdop

Gambar 28

seperti tiku

eperti ini p

ies-spesies

us waglerii y

Tropidolaem

chrysargoid

esies ular in

spesies in

n. Secara sp

t maupun b

phis chrysa

8 Rhabdoph

us sering ka

pada daerah

dari famil

yang kemun

mus waglerii

des merupa

ni dijumpai

ni merupaka

pesifik spes

bersih dari

rgoides dap

his chrysarg

ali dijumpai

h aliran sun

li Agamida

ngkinan sed

i sedang me

akan ular te

pada malam

an daerah

sies ular ini

serasah yan

pat dilihat p

goides dari l

i pada kond

ngai juga m

ae. Pada ga

dang menun

enunggu ma

errestrial ya

m hari dala

peralihan y

i dijumpai p

ng dekat de

pada gambar

lokasi pene

disi ruang se

merupakan l

ambar 27

nggu mangs

angsanya.

ang dijump

am kondisi d

yang berba

pada permu

engan alira

r 28.

litian.

46

eperti

lokasi

dapat

sanya

pai di

diam.

atasan

ukaan

an air.

Page 25: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V...Bagian dasar sungai merupakan endapan pasir atau tanah. Jika debit air sungai besar maka warna air sungai akan menjadi keruh. Hal

Sa

dijumpai

kearah ha

karakterist

tengah be

karena dit

yang lemb

hutan dan

Vogel 200

29.

Se

penggunaa

genus Sph

spesifik b

dalam satu

yang ham

digunakan

Bronchoce

memiliki p

yang ham

Tropidola

penggunaa

ruang ters

mengguna

atu individu

pada bagia

abitat perali

tik penutup

rgerak men

tangkap ole

bab dan ba

n perkebuna

01). Gambar

Gambar 29

cara keselu

an ruang y

henomorphu

berbeda me

u famili bis

mpir sama

n oleh spe

ela cristate

pemilihan t

mpir sama

emus wagl

an ruang y

sebut untuk

akan ruang t

yang masih

an tengah b

ihan. Lokas

pan tajuk y

nyeberangi

eh penulis.

asah seperti

an. Ular ini

r dari Xeno

9 Xenochrop

uruhan satw

yang berbed

us contohny

eskipun me

sa saja mem

maupun s

esies terseb

lla, Dendre

tipe ruang y

pula yaitu

lerii dengan

yang hampi

mencari m

tersebut unt

h juvenil da

badan sung

si tempat d

yang rapat,

sungai dari

Spesies ula

tepian sun

i memangs

chrophis tri

phis triangu

wa reptil pad

da. Antar sp

ya memilik

enempati tip

miliki pemili

sama. Nam

but bisa sa

elaphis pictu

yang hampi

u untuk m

n Ahaetulla

ir mirip. T

makan sedan

tuk diam pa

ari spesies X

gai di habi

dijumpainya

hampir 10

i arah hutan

ar ini dijum

ngai, rawa,

a satwa am

ianguligeru

uligerus di t

da maing-m

pesies dala

ki tipe peng

pe habitat

ihan tipe pe

mun dalam

aja berbeda

us pictus, d

ir sama dan

mencari ma

a prasina p

Tropidolaem

ngkan Ahaet

ada waktu y

Xenochroph

itat hutan y

a spesies u

00%. Spesi

n ke peralih

mpai khususn

kolam, dan

mfibi dan ik

us dapat dili

tipe habitat

masing tipe

am satu gen

ggunaan rua

yang sama

enggunaan r

hal untuk

a. Broncho

dan Tropido

n alokasi pe

akan. Lain

prasina yan

mus wagler

tulla prasin

ang sama y

is triangulig

yang berde

ular ini mem

ies ini diju

han dan ter

nya pada d

n persawah

kan (Lang

ihat pada ga

hutan.

habitat mem

nus seperti

ang yang s

a. Antar sp

ruang dan w

k apa ruan

cela celebe

olaemus wa

enggunaan r

n halnya a

ng memiliki

ii menggun

na prasina h

yaitu malam

47

gerus

ekatan

miliki

umpai

rhenti

daerah

han di

de &

ambar

miliki

pada

secara

pesies

waktu

g itu

ensis,

aglerii

ruang

antara

i tipe

nakan

hanya

m hari.