v. hasil dan pembahasan 5.1. potensi wisata wilayah seksi ... 5... · melintasi pegunungan muller....

54
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi Bungan Berdasarkan Rencana Pengelolaan Taman Nasional Betung Kerihun, di Wilayah Seksi Bungan terdapat beberapa objek wisata seperti telihat pada tabel 5. Tabel 5. Potensi Objek Wisata di Wilayah Seksi Bungan Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun No Kegiatan Wisata Objek Keterangan 1. 2. 3. 4. Lintas Borneo Arung Jeram Penelusuran Gua Penjelajahan Sungai Rute Lintas Kapuas Mahakam Jeram-jeram Sungai Kapuas Diang Kaung, Diang Balu, Diang Tahapun. Sungai Kapuas, Sungai Bungan Sudah berjalan Belum berjalan Sudah berjalan Sudah berjalan Sumber : RPTN Taman Nasional Betung Kerihun Sesuai dengan karakteristik wilayah dengan topografi yang berbukit dan hasil identifikasi objek yang memiliki potensi untuk pengembangan wisata petualangan. Beberapa jeram-jeram di hulu Sungai Kapuas, adanya gua-gua prasejarah dan adanya jalur sejarah perjalanan Lintas Borneo yang pernah dilakukan oleh Dr. Nieuwenhuis seorang ilmuan berkebangsaan Belanda pada tahun 1894, mendasari pengelola kawasan untuk membuat paket-paket wisata petualangan di wilayah tersebut. Kegiatan wisata Lintas Borneo sudah berjalan sebelum adanya penunjukan kawasan Taman Nasional Betung Kerihun. Masyarakat setempat sudah memiliki jaringan kerjasama dengan biro perjalanan internasional untuk mendatangkan pengunjung secara rutin sejak tahun 1994 hingga sekarang. Perjalanan melintasi provinsi Kalimantan Barat hingga ke Kalimantan Timur yang dilakukan oleh

Upload: phamtruc

Post on 07-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi Bungan

Berdasarkan Rencana Pengelolaan Taman Nasional Betung Kerihun, di

Wilayah Seksi Bungan terdapat beberapa objek wisata seperti telihat pada tabel 5.

Tabel 5. Potensi Objek Wisata di Wilayah Seksi Bungan Kawasan

Taman Nasional Betung Kerihun

No Kegiatan Wisata Objek Keterangan

1.

2.

3.

4.

Lintas Borneo

Arung Jeram

Penelusuran Gua

Penjelajahan Sungai

Rute Lintas Kapuas –

Mahakam

Jeram-jeram Sungai Kapuas

Diang Kaung, Diang Balu,

Diang Tahapun.

Sungai Kapuas, Sungai Bungan

Sudah berjalan

Belum berjalan

Sudah berjalan

Sudah berjalan Sumber : RPTN Taman Nasional Betung Kerihun

Sesuai dengan karakteristik wilayah dengan topografi yang berbukit dan

hasil identifikasi objek yang memiliki potensi untuk pengembangan wisata

petualangan. Beberapa jeram-jeram di hulu Sungai Kapuas, adanya gua-gua

prasejarah dan adanya jalur sejarah perjalanan Lintas Borneo yang pernah

dilakukan oleh Dr. Nieuwenhuis seorang ilmuan berkebangsaan Belanda pada

tahun 1894, mendasari pengelola kawasan untuk membuat paket-paket wisata

petualangan di wilayah tersebut.

Kegiatan wisata Lintas Borneo sudah berjalan sebelum adanya penunjukan

kawasan Taman Nasional Betung Kerihun. Masyarakat setempat sudah memiliki

jaringan kerjasama dengan biro perjalanan internasional untuk mendatangkan

pengunjung secara rutin sejak tahun 1994 hingga sekarang. Perjalanan melintasi

provinsi Kalimantan Barat hingga ke Kalimantan Timur yang dilakukan oleh

Page 2: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

warga Belanda pada masa lampau tersebut, menjadi daya tarik utama bagi

pengunjung mancanegara.

Kegiatan wisata Arung Jeram sudah dipersiapkan oleh pengelola kawasan

bersama Yayasan WWF Indonesia dan Tim Scouting Yogjakarta sejak tahun

2003. Kegiatan yang dilakukan berupa survai rute pengarungan serta melatih

masyarakat Desa Nanga Bungan sebagai pemandu arung jeram. Sedangkan

penyelenggaraan kegiatan wisata arung jeram ini masih belum berjalan, karena

masih membutuhkan sarana dan prasarana penunjang.

Selain kedua potensi di atas, wilayah ini juga memiliki beberapa gua yang

pernah dihuni oleh manusia prasejarah. Di dalam gua Diang Kaung, Diang Balu

dan Diang Tahapun terdapat beberapa peninggalan dari manusia prasejarah

tersebut. Beberapa lukisan pada dinding gua dapat memberikan informasi tentang

sejarah kehidupan manusia masa lampau. Kunjungan ke lokasi ini masih terbatas

dari kalangan ilmuan dan personil dari stasiun televisi, baik dari dalam negeri

maupun mancanegara.

Potensi wisata lainnya adalah Penjelajahan Sungai. Sungai Kapuas yang

merupakan sungai terpanjang di Indonesia (1.321 km) berhulu di kawasan Taman

Nasional Betung Kerihun. Daya tarik wisata penjelajahan sungai ini adalah saat

pengunjung melintasi jeram-jeram besar di hulu sungai Kapuas dan sungai

Bungan, dengan latar belakang hutan hujan tropis yang lebat memberikan

suasana Borneo yang khas. Paket ini dipersiapkan sebagai pilihan jika pengunjung

memiliki keterbatasan waktu kunjungan atau keterbatasan kemampuan berjalan

kaki (tracking), karena seluruh kegiatan penjelajahan sungai ini menggunakan

Perahu Tempel (Long Boat).

5.2. Pengembangan Program Interpretasi Lingkungan

Dari data potensi atraksi seperti telihat pada tabel 5 di atas, atraksi yang

dapat dikembangkan selain atraksi petualangan adalah program interpretasi

lingkungan. Latar belakang objek wisata Wilayah Seksi Bungan seluruhnya

berupa hutan hujan topis, tampilan lain yang dapat disaksikan adalah aktivitas

masyarakat setempat dalam mamanfaatkan sumber daya alam dan lahan serta

Page 3: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

berbagai bentuk jeram sepanjang sungai yang dilalui akan menjadi objek menarik

untuk program interpretasi lingkungan. Keterpaduan atraksi petualangan dan

interpretasi lingkungan dapat dilahat pada tabel 6.

Tabel 6. Program Pengembangan Interpretasi Lingkungan

No Kegiatan Wisata Objek Interpretasi Tema Interpretasi

1. 2. 3. 4.

Lintas Borneo Arung Jeram Penelusuran Gua Penjelajahan Sungai

Keragaman tumbuhan, satwa dan ekosistem. Berbagai bentuk jeram Peninggalan manusia prasejarah Kehidupan masyarakat tradisional memanfaatkan SDA dan lahan

Keanekaragaman Hayati Fungsi Hutan sebagai Pengatur Tata Air Sejarah Kehidupan Manusia Kearifan lokal

Perjalanan Lintas Borneo merupakan rute perjalanan terpanjang dibanding

atraksi lainnya, kegiatan ini membutuhkan waktu 14 (empat belas) hari perjalanan

dengan 7 (tujuh) hari berupa jalan kaki (tracking) menyusuri lebatnya hutan

Kalimantan. Berbagai tipe ekosistem di lewati dalam menyusuri jalur tersebut,

mulai dari ekosistem hutan sekunder di sekitar permukiman Nanga Bungan dan

Tanjung Lokang, ekosistem hutan Dipterocarpaceae bukit, ekositem hutan

berkapur , ekosistem hutan sub gunung dan ekosistem hutan gunung yaitu ketika

melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini

adalah keanekaragaman hayati. Program Interpretasi atraksi ini berisi penjelasan

tentang fungsi hutan sebagai sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya dan

sebagai habitat satwa liar. Beragamnya tipe ekosistem tersebut menandakan

bahwa kawasan ini juga memiliki jenis tumbuhan dan satwa liar beraneka ragam

yang membentuk ekosistem. Pada program ini pengunjung selain mendapatkan

pengetahuan juga akan menggugah penunjung untuk melestarikan lingkungan.

Sketsa jalur interpretasi terlihat pada lampiran 9.

Page 4: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

Rute arung jeram di wilayah Sungai Bungan sangat berbeda dengan lokasi

lainnya, karena melintasi sungai terpanjang di Indonesia (1.321 km), dengan latar

belakang pemandangan berupa hutan hujan tropis yang masih lebat. Tema

interpretasi yang tepat adalah fungsi hutan sebagai pengatur tata air. Keberadaan

air sungai kapuas sangat tergantung kepada hutan yang ada di bagian hulunya. Hal

ini karena hutan memiliki fungsi hidrologis yang dapat mengatur pasokan air di

sungai tersebut dengan mengalirkan air hujan melalui proses siklus hidrologi. Air

sungai Kapuas yang jernih dan latar belakang hutan yang masih lebat akan

melengkapi atraksi petualangan melewati jeram-jeram sepanjang ± 15 (lima belas)

km tersebut. Program interpretasi pada atraksi ini menyampaikan pesan dan

informasi tentang keterkaitan hutan dan air. Sehingga wisatawan akan tergugah

untuk melestarikan hutan agar siklus hidrologi tetap berjalan. Sketsa jalur

interpretasi terlihat pada lampiran 10.

Atraksi penelusuran gua prasejarah pada tiga gua yaitu Diang Kaung, Diang

Balu dan Diang Tahapun selain dapat menyaksikan berbagai bentuk ornamen gua,

wisatwan juga dapat menyaksikan berbagai peninggalan manusia prasejarah

seperti tulisan-tulisan purbakala di dinding gua dan beberapa bahan keramik,

permata (manik-manik) dan sisa-sisa bahan makanan yang sudah berbentuk fosil.

Bukti peninggalan purbakala tersebut akan membuktikan sejarah kehidupan

manusia di wilayah ini. Tema interpretasi yang dapat dikembangkan pada atraksi

ini adalah pengetahunan tentang sejarah kehidupan manusia. Wisatawan akan

memperoleh pengetahuan tentang kedekatan hubungan manusia dengan alam,

sehingga akan menggugah wisatawan untuk hidup secara bijak dalam

memanfaatkan alam. Sketsa jalur interpretasi terlihat pada lampiran 11.

Wisatawan yang menikmati atraksi penjelajahan sungai, dengan melewati

Sungai Kapuas dan Sungai Bungan akan melihat perbedaan yang nyata antara

hutan primer dan hutan sekunder akibat aktivitas manusia. Perladangan di

sepanjang Sungai Bungan akan memperlihatkan kegiatan masyarakat dalam

memanfaatkan lahan untuk perladangan dengan sistem gilir balik. Sistem

perladangan ini tidak lagi membuka lahan pada hutan primer, tetapi

memanfaatkan hutan sekunder tua bekas perladangan dengan rotasi yang telah

Page 5: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

disepakati secara adat. Adanya rotasi pembukaan lahan perladangan tersebut dapat

mengurangi degradasi hutan primer wilayah ini, sehingga ruang perladangan

masyarakat di wilayah ini dapat ditetapkan secara permanent. Tema interpretasi

pada atraksi ini adalah kearifan lokal, wisatawan akan mendapat informasi dan

pemahaman tentang kegiatan masyarakat setempat yang masih memiliki kearifan

untuk mengelola alam dangan tetap menjaga kepentingan ekologis di samping

kebutuhan ekonomi. Sketsa Jalur Interpretasi terlihat pada lampiran 12.

5. 3. Penilaian dengan Kriteria Standar Objek dan Daya Tarik Wisata Alam

Berdasarkan data jenis objek dan hasil penilaian dengan menggunakan

Kriteria Standar Objek dan Daya Tarik Wisata Alam, diperoleh hasil sebagaimana

tertera dalam tabel 7.

Tabel 7. Rekapitulasi nilai identifikasi jenis dan penilaian objek dan daya tarik

wisata alam Wilayah Seksi Bungan No

Bentuk Objek

Lokasi

Nilai

Bobot

Nilai x Bobot

Nilai Maks

Kategori

1. 2. 3. 4.

Sungai Darat Gua Jeram

Sungai Kapuas Sungai Bungan Jalur Tracking Desa Tanjung Lokang – Gunung Muller (Lintas Borneo) Diang Kaung Diang Balu Diang Tahapun Sungai Kapuas

175 155 190 145 135 150 175

6 6 6 6 6 6 6

1050 930 1140 870 810 900 1050

1080 1080 1440 1080 1080 1080 1080

Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik

Sumber : Penilaian objek melalui survai lapangan

5.3.1. Objek Berbentuk Sungai

Berdasarkan sejarah penunjukan kawasan Betung Kerihun menjadi

kawasan lindung, fungsi hidrologis kawasan menjadi alasan utama. Hal ini

Page 6: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

dikarenakan Sungai Kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia

(1.321 Km) melintasi kawasan TNBK hingga puncaknya di Gunung Cemaru yang

bagian paling timur. Sungai kapuas memiliki fungsi yang sangat penting bagi

masyarakat Kalimantan Barat yaitu fungsi sosial, terutama untuk ketersedian air

bagi kehidupan sehari-hari masyarakat, fungsi ekologis sebagai habitat berbagai

jenis ikan air tawar dan fungsi ekonomi sebagai jalur perdagangan penting bagi

masyarakat Kalimantan Barat. Sedangkan fungsi wisata Sungai Kapuas belum

dimanfaatkan secara maksimal.

Bagian perhuluan Sungai Kapuas memiliki potensi besar untuk

dikembangkan sebagai objek wisata. Selain predikat sebagai sungai terpandang di

Indonesia, hulu Sungai kapuas juga diuntungkan karena letaknya berada di

tengah-tengah Pulau Kalimantan (Heart of Borneo) dan latar belakang sungai

berupa hutan hujan tropis (Tropical Rain Forest) yang masih lebat. Berdasarkan

keadaan-keadaan tersebut, pemanfaatan Sungai Kapuas sebagai objek wisata akan

memiliki daya tarik khusus.

Khusus untuk Sungai Kapuas dan Sungai Bungan yang digunakan sebagai

jalur transportasi masuk kawasan Wilayah Seksi Bungan, memiliki potensi berupa

jeram-jeram yang bisa dilewati Perahu Tempel (Long Boat) maupun dengan

Perahu Karet. Kondisi arus sungai semakin ke hulu semakin deras dan disertai

jeram-jeram besar di beberapa titik, menjadi daya tarik utama untuk

mengembangkan wilayah tersebut sebagai destinasi Paket Penjelajahan Sungai

(White Water Cruise).

Berdasarkan penilaian dengan Kriteria Standar Objek dan Daya Tarik

Wisata Alam, nilai dari objek sepanjang Sungai Kapuas yang berada dalam

kawasan TNBK adalah 1050 sedangkan nilai maksimum adalah 1080. Dari data

hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa Sungai Kapuas memiliki nilai yang

hampir maksimum. Tabulasi hasil penilaian elemen-elemen objek tersebut dapat

dilihat pada lampiran 1.

Adanya ladang-ladang masyarakat pada sisi kiri dan kanan pinggir sungai

pada jalur yang dilewati wisatawan menikmati atraksi penjelajahan sungai

membuat sebagian lahan ditumbuhi semak belukar dan permudaan. keberadaan

Page 7: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

permudaan alam pada areal bekas-bekas ladang membuat sebagian jalur yang

dilalui kehilangan keasliannya, terutama di sekitar perkampungan.

Desa Bungan yang merupakan desa terakhir di hulu Sungai Kapuas,

berada di dalam kawasan Taman Nasional Betung Kerihun. Guna memenuhi

kehidupan sehari-hari, masyarakatnya memanfaatkan sumber daya alam sekitar

pemukiman mereka, seperti memungut hasil hutan, berburu, berladang dan

mencari ikan. Pemanfaatan lahan hutan menjadi areal perladangan tanah kering

yang dibuat di sepanjang kiri dan kanan sungai hingga ke puncak-puncak bukit.

Hal ini dilakukan masyarakat secara berpindah setiap tahun. Namun perpindahan

areal perladangan dan letak perladangan setiap tahun harus ada kesepakatan

secara adat oleh masyarakat Desa Bungan, batas-batas perpindahan tersebut sudah

mereka sepakati secara adat. Sehingga batas areal perladangan yang mereka buat

dapat diketahui secara permanen dan tidak ada lagi perladangan yang dibuat di

hutan primer. Keberadaan areal perladangan tersebut dapat dilihat pada gambar 7.

Ladang/Bekas Ladang

Gambar 7. Areal perladangan di sekitar Sungai Kapuas dan Sungai Bungan

Page 8: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

Elemen-elemen lain yang menjadi penilaian untuk objek Sungai Kapuas

seluruhnya mendapat nilai tertinggi seperti keragaman aktifitas wisata yang bisa

dilakukan, keragaman riam-riam yang dilewati, keragaman panorama sepanjang

sungai, lama pengarungan dan variasi kegiatan selain pengarungan sungai.

Dengan demikian berdasarkan Kriteria Standar Penilaian Objek dan Daya Tarik

Wisata Alam, Sungai Kapuas sangat potensial sebagai objek wisata.

Gambar 8. Panorama hutan primer di sisi kiri dan kanan Sungai Kapuas

Sedangkan penilaian terhadap objek Sungai Bungan diperoleh nilai 930

dan batas nilai maksimumnya adalah 1080. Hal ini dikarenakan sepanjang jalur

Sungai Bungan antara Desa Nanga Bungan dan Desa Tanjung Lokang telah dibagi

oleh masyarakat kedua desa sebagai areal perladangan, sehingga sudah tidak ada

hutan primer yang terlihat dari pinggir sungai sampai puncak-puncak bukit.

Selain itu riam yang dilewati lebih sedikit dibanding Sungai Kapuas. Di sepanjang

jalur Sungai Bungan hanya dijumpai tiga variasi arus yaitu Under Cut (patahan),

Page 9: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

Standing Wave (berombak) dan Flat (datar berarus). Semakin beragam bentuk

arus tersebut tentunya akan meningkatkan perolehan nilai dari objek.

Nilai positif yang dapat diperoleh dari objek Sungai Bungan adalah

sebagai pembanding dari Sungai Kapuas, antara panorama sungai yang masih

relatif asli dengan panorama sungai yang sudah mengalami perubahan akibat

aktifitas manusia. Selain itu aktifitas masyarakat berladang sepanjang Sungai

Bungan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang melewati jalur ini

sehingga muncul variasi pemandangan selain berupa hutan primer. Secara

keseluruhan objek Sungai Kapuas dan Sungai Bungan memiliki elemen-elemen

objek yang potensial dikembangkan sebagai tujuan wisata. Hal ini berdasarkan

penilaian dengan Kriteria Standar ODTW sebagian besar elemen objek memiliki

nilai maksimum, penilaian tersebut terlihat pada lampiran 1.

Gambar 9. Panorama hutan sekunder bekas perladangan masyarakat di sisi kiri dan kanan Sungai Bungan

5.3.2. Objek Berbentuk Darat

Jalur masuk kawasan Taman Nasional Betung Kerihun seluruhnya berupa

jalur sungai, namun setelah mencapai kawasan beberapa elemen objek harus

Page 10: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

dicapai melalui darat sehingga penilaian dengan Kriteria Standar ODTW yang

dilakukan dengan daftar penilaian objek berbentuk darat.

Jalur tracking dari Desa Tanjung Lokang hingga ke Batas Provinsi

Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur, yang menjadi rute perjalanan Paket

Wisata Lintas Borneo. Paket wisata tersebut sudah lebih dahulu berjalan sebelum

ditetapkannya kawasan Taman Nasional Betung Kerihun, sejak tahun 1994 paket

ini sudah secara intensif dilakukan oleh biro-biro perjalanan dari Kalimantan

Barat dan Kalimantan Timur. Namun pengelolaan potensi tersebut belum

dilakukan oleh pihak pengelola kawasan. Penilaian dengan Standart ODTW akan

menjadi bahan masukan bagi pihak pengelola dan mitra-mitranya yang bergerak

di bidang wisata agar seluruh elemen objek yang ada sepanjang rute perjalanan

Lintas Borneo khususnya yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Betung

Kerihun dapat dimanfaatkan optimal.

Berdasarkan daftar nilai Kriteria Standar Objek dan Daya Tarik Wisata

Alam (lampiran 1), diperoleh jumlah hasil penilaian objek sebesar 1140

sedangkan nilai maksimum yang dapat diberoleh adalah 1440. Hasil penilaian

yang tidak mencapai maksimum ini dikarenakan beberapa elemen objek

mengalami perubahan keaslian akibat adanya areal perladangan, vandalisme pada

beberapa elemen objek dan beberapa elemen objek sangat sensitif terhadap

kehadiran pengunjung terutama satwa liar. Gunung Muller yang menjadi batas

Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur merupakan habitat dari

Kelempiau (Hylobahes mullerii). Sehingga keberadaan elemen objek ini harus

memperhatikan nilai sensitifitas tersebut. Selain itu faktor kebersihan juga harus

mendapat perhatian pengelola kawasan terutama yang berdekatan dengan

perkampungan. Faktor kerawanan kawasan terhadap kebakaran, perambahan dan

gangguan flora fauna juga menjadi elemen penting dalam penilaian tersebut,

adanya pemukiman masyarakat di dalam kawasan ini menjadi ancaman utama

terhadap faktor kerawanan terhadap sumber daya alam tersebut.

Secara keseluruhan elemen-elemen objek yang dinilai dengan Kriteria

Standar ODTW sebagian besar mendapat nilai maksimum, sehingga masih sangat

potensial sebagai objek unggulan kawasan ini. Paket Lintas Borneo (Cross

Page 11: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

Borneo) sudah cukup dikenal oleh para penggemar kegiatan petualangan

mancanegara, sebagai tujuan petualangan baru selain pendakian 7 (tujuh) puncak

dunia (Seven Summit) atau pendakian puncak Cincin Gunung Api (Ring of Fire).

Sehingga membutuhkan peran berbagai pihak yang terkait dengan pengembangan

wisata wilayah ini untuk lebih mengenalkan atraksi ini kepada masyarakat luas.

Pengembangan program interpretasi lingkungan pada atraksi ini akan

memberikan nilai lebih kepada wisatawan berupa pengetahuan tentang fungsi

hutan. Sehingga wisatawan tidak hanya sekedar melintasi jalur petualangan tetapi

juga memperoleh pengetahuan dengan melihat berbagai objek yang dilewati.

Gambar 10. Perbatasan Provinsi Kalimantan Barat – Kalimantan Timur (Batas kawasan TNBK) titik puncak perjalanan Lintas Borneo

5.3.3. Objek Berbentuk Gua

Salah satu kekhasan wilayah timur kawasan Taman Nasional Betung

Kerihun adalah adanya formasi batuan kapur (formasi kars). Gua-gua tersebut

sebagian besar merupakan habitat Burung Walet Hitam (Collocalia sp), yang

dikelola oleh masyarakat sekitar untuk dikomersilkan sarangnya.

Page 12: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

Gua-gua kapur yang terletak di tengah-tengah rimbunnya hutan Kalimantan

tersebut terdapat 3 (tiga) gua memiliki peninggalan prasejarah. Gua Diang

Kaung, Gua Diang Balu dan Gua Diang Tahapun . Berdasarkan peninggalan

prasejarah yang ada di dalamnya, memperlihatkan bahwa gua-gua tersebut pernah

dihuni oleh manusi prasejarah. Beberapa tulisan pada dinding gua berbentuk

simbol-simbol alam menjalaskan situasi kehidupan manusia prasejarah pada

zamannya.

Pada gua Diang Kaung ditemukan tulisan-tulisan purbakala di langit-langit

gua dan beberapa manik-manik batu (permata) di temukan di lantai gua.

Sedangkan Diang Balu terdapat beberapa tulisan purbakala pada langit-langit gua

dan benda-benda menyerupai meja dan kursi dari batu. Pada gua Diang Tahapun

ditemukan perbedaan dari kedua gua tersebut di atas, adanya tulang belulang

manusia di dalam gua dan beberapa Tempayan Keramik membuktikan bahwa

tempat ini menjadi lokasi pemakaman oleh manusia zaman dahulu. Namun dari

bukti benda-benda di dalam gua ini berupa tempayan keramik dengan ornamen-

ornamen yang sudah lebih modern, membuktikan bahwa peninggalan tersebut dari

zaman yang berbeda dari kedua gua diatas yaitu Diang Kaung dan Diang Balu.

Jauh sebelum suku dayak menghuni Pulau Kalimantan, Gua Diang Kaung

telah digunakan sebagai tempat tinggal oleh manusia prasejarah. Hal ini

diindikasikan dengan banyaknya jumlah lukisan gua dan artefak purba yang

ditemukan di lokasi tersebut. Indikasi lain yang menunjukkan bahwa Diang

Kaung merupakan tempat tinggal manusia prasejarah adalah (a) mudah dicapai,

(b) dekat dengan anak sungai atau sumber air lainnya, (c) tidak jauh dari tempat

mereka mencari makan, (d) dekat dengan sumber bahan peralatan, (e) memiliki

ruang yang cukup besar dengan permukaan tanah yang rata, sirkulasi udara baik,

cukup terang, tidak terlalu lembab, sekaligus mudah dalam melakukan

pengintaian terhadap pergerakan binatang maupun musuh (Himakova IPB, 2005).

Dengan demikian bahwa gua-gua tersebut telah di huni oleh manusia jauh

sebelum peradaban modern seperti sekarang ini. Pontensi tersebut tentu menjadi

daya tarik tersendiri sebagai rute perjalanan wisata gua prasejarah untuk

mengungkap dan mempelajari sejarah kehidupan manusia.

Page 13: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

Berdasarkan penilaian dengan Kriteria Standar Objek dan Daya Tarik

Wisata Alam terhadap 3 (tiga) gua tersebut, diperoleh hasil penilaian 870 untuk

Diang Kaung, 810 untuk Diang Balu dan 900 untuk Diang Tahapun. Nilai

maksimum yang dapat diperoleh jika setiap elemen penilaian mendapat angka

tertinggi adalah 1080.

Hasil nilai yang tidak mencapai nilai maksimal ketiga gua tersebut

dikarenakan beberapa elemen gua sudah tidak asli lagi akibat perbuatan manusia.

Hal ini karena gua-gua sekitar objek menjadi habitat Burung Walet yang dikelola

penduduk aktifitas manusia di sekitarnya juga mengancam keutuhan objek.

Diantaranya dengan membuat coretan pada dinding gua (vandalisme) sehingga

nilai keaslian gua tersebut menjadi berkurang. Selain itu akibat kebakaran hutan

pada tahun 1997, menyebabkan vegetasi di sekitar gua ikut terbakar sehingga

menggangu proses ekologis di lingkungan gua, akibatnya proses pembentukan

ornamen gua terhenti sehingga ornamen-ornemen tersebut mengering. Bentuk-

bentuk kerusakan gua ini akan menjadi masukan bagi pengelola kawasan untuk

mempertahankan keaslian objek tersebut.

Gambar 11. Gua Diang Kaung terdapat tulisan prasejarah

Page 14: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

Gambar 12.Tempayan Keramik di dalam Gambar 13.Peti jenazah di dalam Gua Tahapun Gua Tahapun

Gambar 14. Tulisan prasejarah di langit-langit gua Diang Balu dapat mengungkap sejarah kehidupan manusia masa lalu

Page 15: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

5.3.4. Objek Berbentuk Jeram

Bentuk aktifitas wisata petualangan yang lain yang potensial dikembangkan

di Wilayah Seksi Bungan adalah Arung Jeram. Sejumlah jeram dengan tingkat

kesulitan (grade) antar II – V+ dapat ditemukan di wilayah ini. Panjang sungai

yang memungkinkan untuk pengembangan aktifitas petualangan ini adalah

sepanjang 27,10 Km dan terbagi menjadi tiga trip (tiga hari) pengarungan.

Dimulai dari Riam Matahari hingga ke Riam Bangbe sepanjang 15,57 Km

menjadi trip pertama pengarungan, trip ke dua dari Riam Bang Be hingga ke Desa

Nanga Bungan dengan panjang pengarungan 6,29 Km dan trip ketiga Dari Desa

Nanga Bungan ke titik akhir Riam Batu Lintang sepanjang 5,24 Km (Scouting

Tim, 2003). Sepanjang rute pengarungan Sungai Kapuas terdapat beberapa buah

riam yang dilewati, seperti terlihat pada tabel 8.

Tabel 8. Potensi objek berbentuk jeram di hulu Sungai Kapuas

No.

Stasiun Waktu (dtk)

Grade

Beda Tinggi

(m)

Panjang Jeram (m)

Lebar (m)

Nama Jeram

1 I-II 7 5 4 30 30 Matahari 3 II-III 30 2+ 1 60 25 Mokotori 4 III – IV 10 3 2 40 15 Pelangan 5 IV – V 20 3 2,5 50 15 Pulas 7 V – VI 10 3+ 1.5 30 20 Bang Be 8 VI – VII 40 2 1 45 15 Menuhut

10 VII – VIII 20 2 1,5 40 35 Apin 11 VIII – IX 25 2+ 1,5 40 40 Batu Lintang

Sumber : Scouting Tim Jogjakarta (2003)

Berdasarkan penilaian dengan Kriteria Standar ODTW terhadap objek

berbentuk jeram di hulu Sungai Kapuas tersebut diperoleh nilai sebesar 1050

sedangkan nilai maksimum yang bisa deperoleh adalah 1080. Angka tersebut

menunjukkan bahwa hasil penilaian mendekati angka maksimum.

Gambar 15. Mengarungi jeram di hulu sungai terpanjang di Indonesia, menjadi daya tarik utama untuk menghadirkan wisatawan

Page 16: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

Dengan demikian nilai untuk masing-masing elemen yang diukur pada

objek tersebut hampir seluruhnya mendapat nilai tertinggi. Hanya ada satu elemen

objek yaitu kondisi air sungai yang sewaktu-waktu keruh di saat setelah terjadinya

hujan, sehingga elemen ini tidak mendapatkan nilai tertinggi. Hal ini dapat terjadi

karena adanya pembukaan lahan oleh masyarakat untuk perladangan pada daerah

sekitar perkampungan. Sehingga permukaan tanah yang terbuka tercuci oleh air

hujan dan mengalir ke sungai. Berdasarkan penilaian tersebut, secara keseluruhan

Sungai Kapuas sebagai objek arung jeram sangat potensial untuk dikembangkan.

5.4. Pemanfaatan Ruang oleh Masyarakat

Keberadaan 2 (dua) desa di dalam kawasan Taman Nasional Betung Kerihun

khususnya di wilayah pemangkuan Seksi Bungan, menjadi salah satu kesulitan

dalam penataan zonasi kawasan. Hal ini dikarenakan pihak pengelola kawasan

harus mengakomodir ruang sosial masyarakat yang bermukim di desa tersebut

didalam penetapan zonasi.

Desa Bungan berada di daerah paling hulu sungai Kapuas. Sedangkan Desa

Tanjung Lokang berada di daerah paling hulu Sungai Bungan yang merupakan

anak Sungai Kapuas. Ruang-ruang yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa

tersebut terutama ruang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti

berladang, berburu, menangkap ikan dan memungut hasil hutan. Lokasi desa di

dalam Wilayah Seksi Bungan tersebut dapat dilihat pada gambar 16.

Page 17: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

Gambar 16. Desa Bungan dan Desa Tanjung Lokang yang berada dalam kawasan Taman Nasional Betung Kerihun

Page 18: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

5.4.1. Pemanfaatan Ruang oleh Masyarakat Desa Bungan

Seperti pada umumnya masyarakat pedalaman yang tinggal di sekitar

hutan, masyarakat Desa Nanga Bungan memiliki ketergantungan yang sangat kuat

dengan sumber daya hutan. Ketergantungan ini terjadi karena sulitnya akses untuk

mencapai sentra-sentra ekonomi dari wilayah permukiman mereka dan didukung

oleh masih tersedianya sumber daya alam dari dalam hutan. Masyarakat

memanfaatkan areal hutan untuk berladang, berburu, menangkap ikan dan

memungut hasil hutan. Kegiatan masyarakat tersebut dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Pemanfaatan Ruang Masyarakat Desa Nanga Bungan di Kawasan

Taman Nasional Betung Kerihun

No Pemanfaatan

Ruang Batas Lokasi Keterangan 1 Perladangan Riam Batu Lintang - Lebar ladang hingga ke

Riam Bang Be Puncak-puncak bukit di (S.Kapuas) Kiri – kanan Sungai Kapuas Desa Bungan – Riam Bakang (S. Bungan)

2 Menangkap Ikan Riam Batu Lintang - Lebar sungai ± 50 m Riam Matahari (S. Kapuas)

Nanga Bungan – Riam Bakang (S. Bungan)

3 Berburu Sepan Suwa Hara Anak Sungai Kapuas

Sepan Meloloi Sungai Pono Sepan (S. Tesapan) Anak Sungai Kapuas

4 Mengumpulkan hasil Sepanjang Sungai Kapuas Hingga ke puncak-puncak Hutan Antara Riam Batu Lintang - bukit di kiri dan kanan sungai

Riam Matahari – Riam Bakang

5 Permukiman Desa Persimpangan Sungai Desa Bungan terbagi dua

Bungan

Kapuas – Sungai Bungan

di sisi kiri dan kanan Sungai Kapuas

Sumber : Hasil pendataan di lapangan (2007)

Perladangan yang dibuat masyarakat Desa Nanga Bungan berada di sisi kiri

dan kanan Sungai Kapuas dan Sungai Bungan yang merupakan anak Sungai

Kapuas. Hal ini terjadi karena masyarakat Desa Bungan memanfaatkan jalur

Page 19: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

sungai sebagai jalur transportasi satu-satunya yang ada, sehingga dalam

pemanfaatan lahan selalu berpatokan pada sungai dan anak sungai. Sedangkan

batas lebar ladang adalah puncak-puncak bukit yang berada di kiri dan kanan

sungai.

Berdasarkan analisis spasial tutupan lahan Wilayah Seksi Bungan lebar

perladangan dari sisi kiri atau kanan sungai rata-rata maksimum 1000 m dan

berdasarkan analisis spasial topografi wilayah perladangan tersebut, puncak-

puncak bukit yang menjadi areal perladangan rata-rata berjarak 1000 m (1 km)

dari pinggir sungai. Pertimbangan pemilihan batas maksimum perladangan hingga

ke puncak bukit adalah untuk mempermudah pengawasan areal ladang terhadap

serangan hama dari jalur sungai. Hal tersebut menjadi dasar dalam penentuan luas

buffer yang digunakan dalam analisis spasial, yaitu 1000 m.

Sedangkan batas awal dan akhir areal perladangan masyarakat Desa Bungan

tersebut menggunakan batas-batas alam seperti riam/jeram atau anak sungai.

Batas-batas tersebut sudah disepakati melalui musyawarah adat oleh seluruh

masyarakat Desa Nanga Bungan.

Batas awal perladangan Desa Nanga Bungan adalah dari Riam Batu Lintang

hingga ke Riam Bang Be di jalur Sungai Kapuas dan Desa Nanga Bungan hingga

Riam Bakang untuk jalur Sungai Bungan. Ladang-ladang masyarakat tersebut

ditanami padi tahunan dan diselingi jenis-jenis sayuran. Sistem perladangan yang

mereka lakukan adalah sistem gilir balik, yaitu perpindahan ladang setiap tahun

bisa dilakukan sampai batas-batas alam yang sudah ditentukan melalui

kesepakatan adat tersebut, dan dapat kembali ke areal ladang yang telah

ditinggalkan. Kegiatan perladangan dimulai dengan penebangan pohon,

pembakaran, penanaman dan pemeliharaan. Bekas-bekas perladangan tersebut

membentuk formasi hutan sekunder yang permanen. Letak ladang dan musim

mulai berladang setiap tahunnya juga disepakati melalui musyawarah adat.

Dengan demikian batas ruang perladangan untuk masyarakat Desa Nanga Bungan

terbentuk secara permanen menggunakan batas-batas alam yang sudah disepakati

bersama oleh masyarakat setempat. Lokasi ladang-ladang tersebut tidak akan

meluas melewati batas kesepakatan masyarakat yang telah terbentuk karena

Page 20: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

sistem perladangan digunakan oleh masyarakat adalah sistem gilir balik dengan

tidak membuka lahan pada hutan primer atau lahan baru. Menurut Atok (1998),

bahwa ladang gilir balik adalah pengganti sebutan ladang berpindah. Istilah

ladang berpindah dinilai tidak mencerminkan hal yang sebenarnya di lapangan.

Masyarakat adat Dayak di Kalimantan tidak berpindah semau-maunya, tetapi

berpindah pada tanah yang di masing-masing dusun secara adat dialokasikan

untuk perladangan. Hal itu dilakukan untuk memberi kesempatan kepada tanah

untuk subur kembali. Pola demikian mencerminkan masyarakat Dayak arif

terhadap lingkungan hidup.

Sedangkan pemanfaatan ruang untuk kegiatan mengumpulkan hasil hutan

seperti Rotan, Kulit Kayu, Daun Pandan dan buah-buahan hutan, hampir sama

bentuknya dengan ruang perladangan, yaitu dengan memanfaatkan jalur sungai

sebagai jalur transportasi. Ruang yang dimanfaatkan hingga ke puncak-puncak

bukit di kiri dan kanan sungai. Ruang kegiatan tersebut secara tak langsung

dibatasi oleh alam karena adanya jeram/riam besar yang sulit dilewati oleh perahu

tempel yang menjadi sarana trasportasi utama masyarakat setempat. Riam yang

membatasi ruang tersebut adalah Riam Batu Lintang hingga Riam Matahari untuk

jalur Sungai Kapuas dan Desa Nanga Bungan hingga ke Riam Bakang untuk jalur

Sungai Bungan.

Faktor alam, biaya, tenaga dan waktu menjadi pembatas ruang masyarakat

Desa Nanga Bungan untuk memanfaatkan hasil hutan di dalam kawasan Taman

Nasional Betung Kerihun. Untuk melewati riam/jeram besar seperti Riam

Matahari yang menjadi batas ruang dibutuhkan waktu 1 (satu) jam dan juga

sangat menguras tenaga seluruh penumpang perahu untuk menarik perahu ke

darat agar dapat melewati riam tersebut. Harga bahan bakar minyak yang sangat

tinggi (Bensin Rp. 10.000,-/liter) juga membatasi ruang gerak masyarakat Nanga

Bungan untuk memanfaatkan hasil hutan sehingga masyarakat setempat

menghindari melewati riam-riam besar yang membutuhkan banyak bahan bakar

untuk melewatinya.

Riam-riam yang sulit dilewati perahu juga menjadi faktor pembatas

Masyarakat Nanga Bungan dalam memanfaatkan sungai untuk menangkap ikan.

Page 21: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

Setiap hari selalu ada saja anggota masyarakat yang menangkap ikan dengan jala,

pukat atau pancing. Mereka menangkap ikan hanya untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari tanpa ada kegiatan komersialisasi seperti menjual secara langsung atau

mengolah jadi bahan makanan lain. Sehingga eksploitasi ikan di ruang yang

dimanfaatkan oleh masyarakat sehari-hari tidak terjadi. Batas ruang yang

dimanfaatkan sangat kecil, karena hanya menggunakan jalur sungai dari Riam

Bakang sampai Riam Matahari untuk jalur Sungai Kapuas dan Desa Nanga

Bungan hingga ke Riam Bakang untuk jalur Sungai Bungan serta muara anak-

anak sungai dari kedua sungai utama tersebut.

Kegiatan berburu binatang yang umum dilakukan oleh masyarakat sekitar

kawasan hutan juga dilakukan oleh masyarkat Desa Nanga Bungan. Namun ruang

yang mereka manfaatkan juga sangat kecil dan lokasinya sudah permanen.

Dengan adanya lokasi-lokasi sumber air asin dari dalam tanah yang menjadi

lokasi berbagai jenis satwa untuk minum, menjadi lokasi berburuh binatang yang

permanen oleh masyarakat setempat. Jenis binatang yang mereka buru hanya jenis

Babi Hutan (Sus barbatus) sedangkan mamalia lainnya tidak akan terganggu.

Tiga buah sumber air asin dalam bahasa setempat disebut Sepan,menjadi

titik lokasi berburu utama oleh masyarakat setempat, yaitu Sepan Suwa Hara,

Sepan Tesapan di Sungai Kapuas dan Sepan Mololoi di Sungai Pono yang

merupakan anak Sungai Bungan. Namun tidak tertutup kemungkinan perburuan

dilakukan pada lokasi-lokasi perladangan yang sering dirusak oleh binatang

buruan terutama jenis Babi Hutan.

Kebiasaan masyarakat setempat yang lebih menyenangi untuk

mengkonsumsi jenis Babi Hutan (Sus barbatus) membuat jenis-jenis mamalia lain

terutama yang dilindungi undang-undang seperti Rusa (Cervus sp), Kijang

(Muntiacus muncak) dan kancil (Tragulus napu) tidak terancam keberadaannya.

Belum adanya prilaku komersialisasi untuk hasil buruan antar masyarakat Desa

Bungan juga tidak akan mendorong eksploitasi satwa buruan, hususnya jensi Babi

Hutan. Dengan demikian ruang yang mereka manfaatkan untuk berburu juga

dapat tetap permanen, tanpa ada desakan untuk memperluas lokasi berburu (Ngo,

1998).

Page 22: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

Letak permukiman yang mereka bangun sudah permanen yaitu

dipersimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Bungan dan dibuat di 2 (dua) sisi

sungai yaitu kiri dan kanan Sungai Kapuas hingga ke sisi kiri Sungai Bungan.

Jumlah penduduk Desa Nanga Bungan sebanyak 65 (enampuluh lima ) kepala

keluarga dengan jumlah jiwa sebanyak 282 orang (BTNBK, 2006). Batas-batas

ruang aktifitas sehari-hari masyarakat Nanga Bungan di luar dan di dalam

kawasan Wilayah Seksi Bungan Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun dapat

dilihat pada gambar 17.

5.4.2. Pemanfaatan Ruang oleh Masyarakat Desa Tanjung Lokang

Pola hidup masyarkat Desa Nanga Bungan dan Tanjung Lokang tidak jauh

berbeda, mereka tetap menggantungkan hidup sehari-hari dari sumber daya alam

dari hutan. Aktifitas seperti berladang, berburu, menangkap ikan dan

mengumpulkan hasil hutan tetap mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari. Kedua desa tersebut juga dihuni masyarakat dari sub etnik suku

Dayak yang sama yaitu Punan Hovongan. Mereka juga memiliki kekerabatan

yang kuat dengan suku Dayak di pedalaman Sungai Mahakam di Kalimantan

Timur, sehingga mereka membuat jalan setapak tradisional untuk menghubungkan

wilayah Hulu Kapuas dan Hulu Mahakam. Kedekatan kekerabatan tersebut

membuat penduduk kedua wilayah dapat saling mengunjungi melalui jalan

setapak tradisional tersebut.

Keberadaan gua kapur yang menjadi habitat Burung Walet Hitam

(Collocalia maxima) membedakan aktivitas masyarakat Desa Nanga Bungan dan

Tanjung Lokang. Para pemilik gua yang merupakan penemu pertama lokasi gua

mempekerjakan beberapa orang penduduk untuk menjaga dan melakukan proses

pemanenan Sarang Burung Walet. Kegiatan-kegiatan masarakat Desa Tanjung

Lokang tersebut dapat dilihat pada tabel 10.

Page 23: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

Tabel 10. Pemanfaatan Ruang Aktifitas Sehari-hari Masyarakat Desa Tanjung Lokang di Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun

No Pemanfaatan Ruang Batas Lokasi Keterangan

1 Perladangan Riam Bakang – Goa Diang Lebar ladang hingga ke

Kaung (S. Bungan) Puncak-puncak bukit di Kiri – kanan Sungai Kapuas

2 Menangkap ikan Riam Bakang – S. Bulit Lebar sungai ± 50 m

3 Mengumpulkan Sarang Gua-gua kapur sepanjang 56 gua dan 27 gua terdapat

burung walet Sungai Bungan dan sarang burung walet Sungai Bulit

4 Berburu Sepan Haruroi Anak Sungai Bungan Sepan Deren Anak Sungai Bungan Sepan Berakan Anak Sungai Bungan

5 Mengumpulkan hasil Riam Bakang Hingga ke puncak-puncak hutan Berakan bukit di kiri dan kanan sungai

6 Permukiman Desa Hulu Sungai Bungan Sisi Kanan Sungai Bungan

Tanjung Lokang

Sumber : Hasil pendataan di lapangan (2007)

Lokasi ladang masyarakat Desa Tanjung Lokang telah disepakati secara adat

dengan masayrakat setempat dan masyarakat Desa Nanga Bungan, yaitu mulai

dari Riam Bakang di Sungai Bungan dan Diang Kaung di Sungai Bulit.

Sedangkan lebar ladang hingga ke puncak-puncak bukit di sebelah kiri dan kanan

Sungai Bungan dan Sungai Bulit. Jenis yang ditanam oleh penduduk Desa

Tanjung Lokang umumnya sama dengan masyarakat desa lainnya di Kalimantan,

yaitu Padi tahunan dan diselingi dengan sayuran untuk kebutuhan sehari-hari.

Hasil panen yang diperoleh tidak dikomersialisasikan karena hanya untuk

memenuhi kebutuhan keluarga sepanjang tahun. Sistem perladangan yang

dilakukan juga dengan sistem gilir balik, dengan batas-batas alam dan musim

berladang yang sudah permanen dan disepakati secara adat. Adanya kesepakatan

Page 24: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

lokasi berladang dan kebiasaan hasil panen hanya untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari, tampa ada keinginan untuk mengeksploitasi lahan hutan.

Lokasi mencari ikan bagi masyarakat Desa Tanjung lokang, hanya

memanfaatkan sungai Bungan dan Sungai Bulit dengan Batas dari Riam Bakang

yang menjadi titik batas yang mereka sepakati dengan Desa Nanga Bungan

hingga ke Sungai Bulit. Tidak adanya usaha komersialisasi dan adanya pelarangan

menyetrum ikan serta menggunakan racun dalam menangkap ikan, menyebabkan

tidak ada upaya eksploitasi sehingga ruang yang mereka manfaatkan juga tidak

akan berkembang jauh dari perkampungan.

Keberadaan gua-gua kapur yang menjadi habitat Burung Walet (Collocalia

maxima) di wilayah Desa Tanjung Lokang telah dimanfaatkan secara komersial

oleh masyarakat desa tersebut. Para penemu pertama lokasi gua secara bergiliran

mengelola gua untuk dipanen hasilnya. Dari 56 (limapuluh enam) buah gua yang

terdapat di seluruh perbukitan kapur di daerah ini, 27 (duapuluh tujuh) buah gua

menjadi habitat Burung Walet. Setiap gua sudah dijadikan hak milik oleh masing-

masing penemu pertama sehingga bisa dikelola sendiri ataupun diperjual belikan

kepada pihak lain dalam jangka waktu tertentu. Adanya kegiatan komersialisasi

ini menyebabkan hasilnya menurun setiap tahun, dan gua-gua yang dieksploitasi

sudah mengalami kerusakan berat, karena sebagian ornamen gua telah rusak dan

tulisan-tulisan (vandalisme) telah merubah nilai alami dinding-dinding gua.

Adanya usaha komersialisasi Sarang Burung Walet ini tentu tidak akan

memperluas ruang pemanfaatan, namun akan semakin memperkecil ruang

tersebut.

Seperti halnya masyarakat Desa Nanga Bungan, di kebiasaan masyarakat

Desa Tanjung Lokang dalam kegiatan berburu binatang juga sama. Mereka

memanfaatkan sumur-sumur air asin (Sepan) untuk lokasi berburu. Karena pada

waktu-waktu tertentu dan sudah mereka (pemburu) ketahui, satwa-satwa liar

tersebut berkumpul minum air asin yang keluar dari dalam tanah tersebut. Lokasi

pereburuan mereka adalah Sepan Haruroi yang merupakan anak Sungai Bungan,

Sepan Deren yang letaknya 30 (tiga puluh) menit perjalanan dari Desa Tanjung

Lokang dan Sepan Berakan yang terletak di hulu Sungai Bungan. Tidak adanya

Page 25: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

upaya komersialisasi kegiatan ini dan jenis yang diburu juga terbatas hanya jenis

Babi Hutan, tidak akan menimbulkan kekhawatiran upaya-upaya konservasi jenis

di wilayah ini.

Pola kehidupan tradisonal memanfaatkan hasil hutan untuk pemenuhan

hidup sehari-hari juga dilakukan oleh masyarakat Desa Tanjung Lokang. Mereka

mengumpukan Rotan, Kulit Kayu dan Buah-buahan hutan. Namun kegiatan ini

hanya bersifat selingan diantara kegiatan berladang dan berburu. Hasil hutan yang

utama yang mereka kumpulkan umumnya bahan kerajinan tangan, seperti Rotan

dan Daun Pandan untuk membuat tikar, dan berbagai bentuk keranjang. Batas

ruang kegiatan pengumpulan hasil hutan ini mengikuti batas ruang berladang dan

berburu yaitu dari Riam Bakang hingga ke Berakan.

Desa Tanjung Lokang dibuat hanya satu sisi yaitu sisi kanan Sungai

Bungan, dibuat memanjang mengikuti alur sungai, hal ini dilakukan karena sungai

menjadi jalur transportasi utama untuk mobilitas penduduk dalam beraktifitas

sehari-hari. Saat ini terdapat 52 (limapuluh dua) buah rumah permanen, 1(satu)

rumah adat, 1 (satu) bangunan Sekolah Dasar, 1 (satu) bangunan Puskesmas dan 1

(satu) bangunan Ekolodge. Pada musim pembukaan lahan perladangan, hampir

semua penduduk bermalam di pondok-pondok ladang dan akan kembali ke

kampung setelah kegiatan penanaman. Jumlah penduduk Desa Tanjung Lokang

sebanyak 144 kepala keluarga dengan 558 jiwa (BTNBK, 2006).

Pola pemanfaatan ruang yang digunakan masyarakat Desa Tanjung Lokang

tetap menggunakan ruang koridor sungai sebagai sumbu jalur, karena jalur

trasportasi utama hanya melewati sungai, yaitu Sungai Bungan dan Sungai Bulit.

Bentuk pemanfaatan ruang dari aktifitas penduduk seperti berladang, berburu,

menangkap ikan, mengumpulkan sarang walet dan mengumpulkan hasil hutan

dapat dilihat pada gambar 18.

Page 26: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

Gambar 17. Peta Pemanfaatan Ruang Aktivitas Masyarakat Desa Nanga Bungan di Wilayah Seksi Bungan Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun

Page 27: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

Gambar 18. Pemanfaatan Ruang Masyarakat Aktivitas Sehari-hari Masyarakat Desa Tanjung Lokang Di wilayah Seksi Bungan kawasan Taman Nasional Betung Kerihun

Page 28: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

5.4.3. Analisis Keruangan Pemanfaatan Ruang Masyarakat Desa Nanga

Bungan dan Tanjung Lokang

Berdasarkan hasil tumpang susun (overlay) peta tematik pemanfaatan

ruang oleh masyarakat kedua desa yaitu berladang, berburu binatang, menangkap

ikan, mengumpulkan hasil hutan, mengumpulkan sarang burung walet dan dua

desa yang menjadi pemukiman permanen penduduk desa tersebut, dapat dibuat

batasan pemanfaatan ruang berbentuk poligon. Dasar penetuan ruang hasil overlay

tersebut adalah membentuk poligon ruang berdasarkan ruang terluas (ruang

paling besar) yang digunakan untuk aktivitas-aktiitas tersebut. Dari analisis

spasial dengan GIS diperoleh luas ruang seperti terlihat pada tabel 11 dan 12.

Tabel 11. Luas Ruang Aktifitas Masyarakat Desa Nanga Bungan dan Desa Tanjung Lokang

No Bentuk Ruang Identitas Ruang Luas (Hektar)

1 Polygon Ruang Aktifitas Masyarakat 7.133 Desa Nanga Bungan

2 Polygon Ruang Aktifitas Masyarakat 6.235

Desa Tanjung Lokang Jumalah 13.368

Sumber : hasil analisis spasial

Tabel 12. Luas wilayah Seksi Bungan Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun

No Bentuk Ruang Identitas Ruang Luas (Hektar)

1

Polygon

Wilayah Seksi Bungan

356.950

Sumber : hasil analisis spasial

Berdasarkan data hasil analisis spasial diperoleh luas ruanga aktifitas sehari-

hari masyarakat Desa Nanga Bungan dan Tanjung Lokang adalah 13.368 hektar.

Sedangkan luas Wilayah Seksi Bungan adalah 356.950 hektar. Dengan demikian

luas ruang aktifitas masyarakat kedua desa tersebut hanya 3,74 % dari luas

wilayah seksi Bungan.

Page 29: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

Berdasarkan kondisi yang ada (existing) bahwa ada ruang di dalam kawasan

Taman Nasional Betung Kerihun khususnya Wilayah Seksi Bungan yang

dimanfaatkan oleh penduduk setempat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

sehari-hari, untuk itu pihak pengelola kawasan harus mengakomudir ruang

pemanfaatan tradisonal atau zona khusus sesuai dengan aturan perundangan yang

berlaku.

Menurut Mackinnon (1993), keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi

banyak tergantung pada kadar dukungan dan penghargaan yang diberikan kepada

kawasan yang dilindungi oleh masyarakat disekitarnya. Bila pelestarian dianggap

suatu yang positif manfaatnya, penduduk setempat sendiri yang akan bekerjasama

dengan pengelola dalam melindungi kawasan itu dari pengembangan yang

membahayakan. Hasil overlay seluruh kegiatan pemanfaatan ruang oleh penduduk

di 2 (dua) desa dalam kawasan Taman Nasional Betung Kerihun dapat dilihat

pada gambar 19.

Pengelolaan taman nasional di Indonesia dilakukan dengan sistem zonasi.

Kawasan Taman Nasional Komodo merancang zonasi untuk membiarkan

kegiatan tradisional oleh komunitas lokal, dan pada saat yang bersamaan menjaga

lingkungan alam yang paling berharga dan sensitif di kawasan taman nasional,

zona-zona tersebut adalah Zona Inti, Zona Rimba dengan Kegiatan Wisata

Terbatas, Zona Pemanfaatan Wisata, Zona Pemanfaatan Tradisional, Zona

Penelitian dan Pelatihan Khusus, dan Zona Pemanfaatan Tradisional (Erdmann,

2004). Sedangkan di Taman Nasional Bunaken membagi zona kawasan ke dalam

bentuk yang lebih sederhana yaitu zona konservasi inti, zona pariwisata dan zona

masyarakat (Erdmann et al, 2004).

Dari dua kawasan taman nasional di atas, penataan zona wisata dan zona

tradisional dibuat secara terpisah, hal ini dikarenakan pemanfaatan potensi

kawasan untuk kepentingan tersebut berbeda ruang. Sedangkan di kawasan

TNBK khususnya Wilayah Seksi Bungan kegiatan pemanfaatan dilakukan pada

ruang yang sama untuk aktivitas masyarakat setempat dan kegiatan wisata.

Page 30: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

Gambar 19 Pemanfaatan Ruang Aktifitas Masyarakat Desa Nanga Bungan dan Tanjung Lokang di dalam Wilayah Seksi Bungan

Page 31: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

5.5. Potensi Wisata Wilayah Seksi Bungan

Sebelum adanya penunjukan kawasan sebagai taman nasional pada tahun

1995, kegiatan wisata alam di dalam kawasan sudah berjalan. Dimulai dengan

adanya wisata Lintas Borneo yang merupakan napak tilas perjalanan peneliti

berkebangsaan Belanda pada tahun 1894, melintasi kalimantan dengan menyusuri

Sungai Kapuas hingga ke hulu dan berjalan kaki menembus hutan Kalimantan

menyeberangi Pegunungan Muller kemudian menuju ke hilir Sungai Mahakam

(Kalimantan Timur) menuju kota Samarinda. Kegiatan tersebut secara intensif

dikelola oleh berbagai biro perjalanan sejak tahun 1994, yaitu pada peringatan 100

tahun perjalanan Dr. Niewenhuis melintasi Borneo tersebut.

Kegiatan wisata lain yang sudah berjalan adalah penelusuruan gua

prasejarah. Adanya lukisan-lukisan purbakala pada dinding gua ternyata menarik

minat para pengunjung yang memang memiliki kegemaran bertualang untuk

datang ke tempat ini. Wilayah ini juga diuntungkan dengan posisinya yang berada

di tengah-tengah pulau Kalimantan (Heart of Borneo) sehingga daya tariknya

terhadap pengunjung semakin kuat.

5.5.1. Kegiatan Wisata Lintas Borneo

Jalur perjalanan Lintas Borneo ini dimulai dari Kota Putussibau yang

menjadi titik kedatangan para wisatawan. Kemudian menggunakan perahu tempel

menyusuri Sungai Kapuas hingga ke Desa Nanga Bungan. Hari selanjutnya

menyusuri Sungai Bungan hingga ke Desa Tanjung Lokang. Dari desa tersebut

dilanjutkan berjalan kaki selama 5 (lima) hari menembus hutan Kalimantan

hingga ke Gunung Muller letak perbatasan Kalimantan Barat dan Kalimantan

Timur. Kemudian dilanjutkan berjalan kaki hingga ke hulu Sungai Mahakam

selama 2 (dua) hari. Sungai Mahakam di telusuri selama 3 (tiga) hari

menggunakan perahu motor dan kapal motor hingga ke Kota Samarinda.

Berdasarkan penelusuran di internet terdapat 3 (tiga) biro perjalanan

Indonesia yang memiliki jaringan kerjasama dengan biro perjalanan internasional

menjual kegiatan wisata Lintas Borneo tersebut. Biro-biro perjalanan yang

menjual paket-paket wisata petualangan tersebut adalah Persada Kusuma Wisata

Page 32: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

Palangkaraya, Indonesia Adventure Jakarta dan Indonesia Trekking Jakarta.

Bentuk promosi paket wisata yang dijual dalam website oleh biro perjalanan

tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Sumber: www.adventureindonesia.com

Gambar 20. Promosi Paket Wisata Lintas Borneo

Pemanfaatan ruang untuk kegiatan wisata ini hanya memanfaatkan jalur

sungai dan jalan setapak tradisional. Namun terkait dengan wisata, objek

sepanjang jalur perjalanan harus memiliki daya tarik, memiliki sisi pandang (view)

yang menarik, memberikan inspirasi bagi yang melihat serta memberikan aspirasi

untuk memelihara dan mengkonservasi. Sehingga ruang yang dibutuhkan akan

lebih luas dari jalur yang dilewati.

Kondisi topografi yang berbukit-bukit, akan mempermudah menentukan batas

ruang yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata Lintas Borneo ini. Letak jalur

Page 33: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

perjalanan pada umumnya mengikuti aliran sungai, maka puncak-puncak bukit di

sisi kiri dan kanan sungai dapat menjadi batas titik pandang wisatawan yang

melintasi jalur tersebut sekaligus menjadi garis batas pemanfaatan ruang kegiatan

wisata ini. Adanya pembatasan ruang ini akan memerikan kemudahan kepada

pihak pengelola kawasan untuk memberikan perlakuan pengelolaan terhadap

ruang tersebut. Jalur perjalanan kegiatan wisata Lintas Borneo dapat dilihat pada

lampiran 4.

5.5.2. Kegiatan Wisata Penelusuran Gua Prasejarah

Ruang yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata Penelusuran Gua

Prasejarah hampir sama dengan Lintas Borneo, yaitu melewati Sungai Kapuas dan

Sungai Bungan hingga ke Desa tanjung Lokang. Kemudian dilanjutkan berjalan

kaki (tracking) menuju guga-gua kapur yang terdapat di sisi kiri dan kanan Sungai

Bulit. Terdapat 3 (tiga) lokasi gua yang memiliki peninggalan prasejarah berupa

lukisan goa dan beberapa benda prasejarah, yaitu Gua Diang Kaung, Gua Diang

Balu dan Gua Diang Tahapun. Ketiga gua tersebut merupakan bagian dari 56 gua

yang terdapat di wilayah ini. Keberadaan ketiga gua tersebut yang berdekatan

dengan gua-gua habitat sarang walet membutuhkan perlakuan pengelolaan

tersendiri, salah satunya dengan menempatkan ketiga objek tersebut dalam sebuah

ruang pemanfaatan.

Selain itu sepanjang rute pencapaian lokasi gua juga dibutuhkan pengelolaan

objek pendukung lain serta penataan ruang, agar perjalanan panjang mencapai

objek tidak menimbulkan kebosanan bagi para wisatawan. Untuk itu pembatasan

ruang hingga ke puncak-puncak bukit yang menjadi garis batas pandangan

wisatawan yang melewati jalur ini, seperti perlakuan pada jalur wisata Lintas

Borneo perlu dilakukan juga.

Kegiatan wisata penelusuran gua prasejarah ini tidak seintensif kegiatan

wisata Lintas Borneo, namun di tahun beberapa stasiun televisi pernah datang

untuk meliput objek tersebut. Stasiun TV 7 melalui acara Jejak Petualang pernah

meliput objek ini di tahun 2004, National Geographic pada tahun 2006 dan Trans

TV melalui acara Jelajah pada tahun 2007 mengunjungi tempat ini (Balai TNBK,

Page 34: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

2006). Jalur perjalanan mencapai objek-objek gua tersebut dapat dilihat pada

lampiran 5.

5.5.3. Potensi Kegiatan Wisata Penjelajahan Sungai

Pemanfaatan potenis objek berupa jeram-jeram di Sungai Kapuas dan

Sungai Bungan dengan latar belakang hutan hujan tropis serta aktifitas tradisional

masyarakat sekitar kawasan, dapat digabung dengan atraksi-atraksi budaya. Desa

Nanga Bungan dan Tanjung Lokang memiliki atraksi seni budaya yang terpelihara

dengan baik oleh anggota masyarakatnya. Karena setiap desa memiliki kelompok

kesenian yang sering tampil di acara-acara adat mereka. Potensi ini dapat

dimanfaatkan untuk melengkapi objek alam yang dapat dinikmati di sepanjang

sungai.

Ruang yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata ini hanya di jalur sungai,

yaitu Sungai Kapuas hingga ke Riam Matahari dan Sungai Bungan hingga ke

Desa Tanjung Lokang. Kedua jalur sungai tersebut merupakan gabungan antara

kegiatan wisata Lintas Borneo dan kegiatan Wisata Arung Jeram. Adanya

tumpang tindih pemanfaatan ruang tersebut tidak akan menambah ruang baru di

dalam kawasan Taman Nasional Betung Kerihun. Jalur perjalanan kegiatan wisata

Penjelajahan Sungai (White Water Cruise) dapat dilihat pada lampiran 6.

5.5.4. Potensi Kegiatan Wisata Arung Jeram

Arung jeram sebenarnya perpaduan antara olahraga, rekreasi, petualangan,

dan pendidikan. Unsur rekreasi terletak pada usaha mengatasi rasa takut. Selain

itu, alam sekitar sungai juga menyuguhkan pemandangan yang lain dengan

suasana keseharian bagi orang kota; suasana yang bisa menyegarkan pikiran yang

sehari-hari sarat dengan rutinitas. Bermain air sambil menikmati teriknya sinar

matahari merupakan sensasi rekreatif lain yang jarang dialami dalam kehidupan

sehari-hari (Surono, 2005). Aktifitas wisata ini semakin diminati dikarenakan ada

unsur petualangan di dalamnya. Terbukti dengan semakin banyaknya operator

wisata arung jeram di Jawa dan Bali. Di Pulau jawa diwakili Operator Arus Liar

dan Riam Jeram yang beroperasi di daerah Sukabumi. Di Bali ada operator Sobek

Page 35: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

yang beroperasi di Sungai Ayung. Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun

khususnya di hulu Sungai Kapuas memiliki jeram-jeram yang potensial untuk di

kembangkan atraksi ini. Survei jalur wisata arung jeram di Sungai Kapuas yang

dilakukan oleh Scouting Jogjakarta (2003), diperoleh hasil sebagai berikut :

a. Riam Matahari/Bon Maton Lo

Jeram dengan tingkat kesulitan/grade 5, dengan beda tinggi sepanjang jeram

4 m, panjang jeram 40 m lebar 30 m. Banyak percepatan arus dengan gelombang

besar dan hole beruntun, bila terjatuh/perahu terbalik sangat membahayakan

karena lintasan sangat rumit, manuver yang tepat dibutuhkan untuk dapat

melaluinya karena terdapat banyak batuan penghalang. Di akhir jeram, terdapat

jatuhan (drop) + 3 m hampir selebar perahu posisi tepat ditengah jeram, diantara

batu besar seperti gawang. Jeram ini hanya bisa dilewati oleh orang yang sudah

berpengalaman dan harus mempunyai keahlian khusus untuk kemampuan rescue.

Pengamatan/scouting dengan ketelitian yang tinggi untuk jeram ini sangat

diperlukan.

b. Riam Mokotori

Merupakan jeram yang paling atas atau jeram pertama memasuki rangkaian

riam Lapan. Jeram yang mempunyai grade 2 dengan lebar 10 meter dan panjang

jeram 15 meter, pada musim kemarau melewati jeram ini tidak akan begitu sulit

dibandingkan musim penghujan karena sepanjang lintasan akan dipenuhi oleh

standing wave yang terbentuk karena penyempitan dari penampang jeram dan

jeram ini relatif landai.

c. Riam Pelangan

Jeram yang mempunyai panjang sekitar 60 meter dan lebar sekitar 25 meter

dengan tingkat kesulitan 2+ yang mempunyai gradien atau beda tinggi 2 meter ini

mudah untuk diarungi, karena bentuk lintasan yang lurus dan tidak memerlukan

maneuver perahu dan untuk membaca arus cukup berada di atas perahu (read and

run) atau cukup kita lakukan apabila kita akan memasuki jeram ini.

Page 36: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

d. Riam Pulas/Bon Pulas

Pada awal memasuki jeram ini terdapat lidah air pada arus utama dan

terdapat juga pillow yang membentuk hidrolik. Jeram yang memiliki panjang 50

meter dan lebar 15 meter ini terdapat 5 buah pillow yang membentuk hole di

sepanjang arus utama yang berderet sejajar, untuk melintasi jeram ini perahu

harus bermaneuver di antara pillow tersebut dan pengintaian jeram cukup kita

lakukan dari atas perahu (read and run). Jeram ini tergolong jeram yang

mempunyai grade 2+, dengan beda tinggi 1,5 meter.

e. Riam Bang Be/Bon Bang Be

Arus utama pada jeram Bang Be terbagi menjadi dua, diantara riam delapan

jeram Bang Be tergolong jeram dengan tingkat kesulitan tinggi, dengan grade 3+.

Di bagian tengah kiri terdapat batu besar penghalang, pada sisi kanan terdapat

hidrolik dengan drop 1 m yang bisa menahan perahu, untuk jalur yang paling

aman dalam melintasi jeram ini adalah pada sisi terkiri mengikuti lidah air yang

terletak di sisi kiri batu besar, manuver dibutuhkan secara cermat dan cepat,

karena dengan jarak yang relatip rapat terdapat pillow serta stopper yang bisa

membuat perahu terbalik. Lebar jeram 20 meter tersebut, panjang 30 meter dan

beda tinggi mencapai 1,7 meter.

f. Riam Manuhut/Bon Menuhut

Jeram terakhir dari rangkaian riam lapan ini merupakan dua buah jeram

yang letaknya saling berdekatan dan mempunyai spesifikasi yang hampir sama,

untuk melintasi jeram ini, pengintaian/scouting dapat dilakukan dari atas perahu

(read and run). Rangkaian dua jeram ini memiliki panjang 50 meter dan lebar 15

meter serta beda tinggi 0.5 meter. Jeram dengan tingkat kesulitan 2 ini dapat

mudah dilalui karena letak arus utamanya yang lurus dari awal jeram sampai akhir

jeram.

g. Riam Apin

Jeram lurus, cukup mudah dilewati bergrade 2. lintasan bersih dari

rintangan, terdapat 2 ombak/standing wave di sisi kanan dan kiri. Jeram ini cukup

panjang yaitu 40 m dengan lebar 35 m serta beda tinggi 1,5 m.

Page 37: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

h. Riam Batu Lintang

Jeram ini sedikit membutuhkan manuver, tetapi tidak terlalu beresiko. Ada

beberapa rintangan yang bisa dihindari tergantung pengintaian/scouting dari tim,

yaitu hole cukup besar dan strainer. Memiliki standing wave sedang. Grade 2+

dengan panjang jeram 40 m dan lebar 40 m dan beda tinggi 1,5 m.

variasi tingkat kesulitan melewati jeram dan trip pengerungan yang dapat

dibagi menjadi tiga, sehingga dapat dilengkapi dengan aktifitas lain seperti

berkemah dan berenang. Rute Perjalanan dan letak potensi jeram-jeram tersebut

dapat dilihat pada lampiran 7.

5.6. Analisis Keruangan untuk Kegiatan Wisata

Bentuk potensi-potensi wisata yang ada di Wilayah Seksi Bungan yang

sudah berjalan (exist) adalah kegiatan wisata Lintas Borneo dan kegiatan wisata

Penelusuruan Gua Prasejarah. Sedangkan kegitan wisata yang potensial

dikembangkan adalah kegiatan wisata Arung Jeram dan kegiatan wisata

Penjelajahan Sungai (White Water Cruise). Setelah dilakukan input data berupa

titik koordinat objek dan titik koordinat fasilitas wisata yang ada, kemudian

dengan bantuan perangkat lunak Arc View 3.3 dilakukan proses overlay terhadap

semua layer (sungai, topografi, batas wilayah seksi, desa, objek wisat) seperti

terlihat pada (lampiran. 8). Kemudian dibuffer sesuai dengan kriteria pembuatan

buffer yaitu selebar 1000 m (1 km) dari Sungai Kapuas dan Sungai Bungan yang

menjadi sumbu jalur semua aktivitas wisata. Gambar pemanfaatan ruang wisata

Wilayah Seksi Bungan dapat dilihat pada gambar 21 dan 22.

Page 38: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

Gambar 21. Buffer Jalur Wisata di Wilayah Seksi Bungan Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun

Page 39: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

Gambar 22. Peta Pemanfaatan Ruang Wisata Wilayah Seksi Bungan Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun

Page 40: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

Ruang wisata yang terbentuk berdasarkan analisis spasial di atas, diperoleh

luas ruang sebesar 16.537 hektar, atau seluas 4,63 % dari luas Wilayah Seksi

Bungan. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Luas Ruang Wisata dan Wilayah Seksi Bungan

No Bentuk Ruang Identitas Ruang Luas (Hektar)

1

2

Polygon Polygon

Ruang Wisata Wilayah Seksi Bungan Wilayah Seksi Bungan

16.537 356.950

Sumber : hasil analisis spasial

5.7. Rencana Zona Pemanfaatan

Penentuan ruang yang digunakan (exist) saat ini untuk aktifitas sehari-hari

masyarakat Desa Nanga Bungan dan Tanjung Lokang serta ruang yang digunakan

untuk kegiatan wisata, dapat dijadikan dasar untuk membentuk rencana zona

pemanfaatan kawasan. Dalam penentuan zona secara permanen perlu dilakukan

analisis-analisis teknis untuk mempermudah penentuan zonasi di lapangan dan

penyusuaian dengan beberapa peraturan pemerintah tentang zonasi taman

nasional.

Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam

Hayati dan Ekosistemnya menjelaskan bahwa kawasan taman nasional dikelola

dengan sistem zonasi yang terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan dan zona lain

sesuai dengan keperluan (Dephut, 1990). Sehingga sudah menjadi keharusan

dalam pengelolaan taman nasional untuk melakukan penataan zona. Zona

pemanfaatan yang akan menjadi hasil dari penelitian ini akan menjadi masukan

dalam penyusunan zonasi kawasan TNBK secara keseluruhan.

Sedangkan kriteria zona pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam

P. 56/Menhut-II/2006 adalah :

a. Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau berupa formasi

ekosistem tertentu serta formasi geologinya yang indah dan unik.

Page 41: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

b. Mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan daya

tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam.

c. Kondisi lingkungan yang mendukung pemanfaatan jasa lingkungan,

pengembangan pariwisata alam, penelitian dan pendidikan.

d. Merupakan wilayah yang memungkinkan dibangunnya sarana prasarana bagi

kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan, pariwisata alam, rekreasi, penelitian

dan pendidikan.

e. Tidak berbatasan langsung dengan zona inti.

Kriteria di atas akan menjadi dasar dalam penetapan rencana zona

pemanfaatan dan areal-areal wisata di dalamnya. Berdasarkan kajian potensi dan

luasan dan peruntukan seperti yang telah dibahas di atas, kriteria tersebut telah

terpenuhi untuk merencanakan zona pemanfaatan di wilayah ini.

Hasil overlay pemanfaatan ruang untuk aktivitas masyarakat dan ruang

kegiatan wisata, memperlihatkan bahwa kedua ruang memiliki letak yang hampir

sama, karena kedua kegiatan tersebut mengunakan sumbu jalar yang sama berupa

sungai, yaitu Sungai Kapuas, Sungai Bungan dan Sungai Bulit. Sedangkan lebar

ruang juga sama-sama menggunakan puncak-puncak bukit sebagai batas sisi kiri

dan kanan ruang.

Dari hasil overlay peta tersebut kemudian dilakukan penyesuaian terhadap

batas alam seperti sungai dan puncak bukit serta batas kawasan Taman Nasional

Betung Kerihun. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pengelolaan kawasan,

terutama dalam proses pembuatan batas definitif zona pemanfaatan dan

konsultasi publik dalam rangka sosialisasi rencana zonasi terutama kepada

masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan.

Pembagian ruang di wilayah ini menggunakan sungai sebagai garis tengah

atau sumbu ruang, yaitu Sungai Kapuas hingga ke Riam Matahari dan Sungai

Bungan dari Desa Nanga Bungan hingga ke Perbatasan Provinsi Kalimantan Barat

– Kalimantan Timur . Sedangkan batas sisi kiri dan kanan zona pemanfaatan

tersebut menggunakan batas puncak-puncak bukit, anak sungai seperti sungai

Bulit dan Sungai Brooi yang merupakan anak Sungai Bungan. Proses overlay

Rencana zona pemanfaatan terlihat pada gambar 22 dan 23.

Page 42: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

Gambar 23. Overlay Peta Pemanfaatan Ruang oleh Masyarakat dan Peta Pemanfaatan Ruang Kegiatan Wisata

Page 43: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

PETA RENCANA ZONA PEMANFAATAN WILAYAH SEKSI BUNGAN

Gambar 24. Rencana Zona Pemanfaatan Wilayah Seksi Bungan Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun

Page 44: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

Hasil analisis spasial diperoleh luas rencana zona pemanfaatan seperti

terlihat pada tabel 11.

Tabel 14. Luas Rencana Zona Pemanfaatan Wilayah Seksi Bungan

Sumber : Hasil analisis spasial

No Bentuk Ruang Identitas Ruang Luas

(Hektar)

1 2

Polygon Polygon

Rencana Zona Pemanfaatan Wilayah Seksi Bungan

19.822 356.950

Zona pemanfaatan seluas 19.822 hektar tersebut berarti 5,55 % dari luas

wilayah Seksi Bungan. Hal tersebut berarti ruang yang akan difungsikan untuk

kegiatan perlindungan dan pengawetan berupa Zona Rimba dan Zona Inti masih

tersisa seluas 337.127 hektar.

5.8. Penataan Ruang Wisata dalam Zona Pemanfaatan

Dengan mempertimbangkan visi dan misi pemanfaatan taman nasional

untuk pariwisata serta ketepatan mengenai lingkup kegiatan pariwisata yang dapat

dilakukan, maka pemanfaatan taman nasional pada masing-masing zona,

khususnya pemanfaatan adalah sebagai pusat pelayanan pariwisata dengan fungsi

utama untuk pengembangan sarana dan prasarana pelayanan pariwisata tanpa

mengesampingkan fungsi-fungsi lain yang dapat dikembangkan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku ( Ditjen PHKA, 2001).

Guna mencapai penyelenggaraan wisata yang berkelanjutan dengan

mengedepankan prinsip keseimbangan ekologi, ekonomi dan sosial maka di

dalam zona pemanfaatan perlu dilakukan penataan ruang (areal) sesuai dengan

potensi dan peruntukannya secara optimal.

Sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pembagian areal wisata

dalam zona pemanfaatan tersebut adalah aspek sosial masyarakat setempat

Page 45: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

seperti lokasi pemukiman, kegiatan perladangan, menangkap ikan, berburu dan

mengumpulkan hasil hutan, aspek ekonomi yaitu berbagai potensi sumber daya

alam yang dapat dimanfaatkan secara lestari seperti lokasi objek-objek wisata

potensial dan aspek ekologi seperti lokasi habitat satwa endemik atau ekosistem

khusus yang peka terhadap gangguan.

Menurut Gunn (1997) bahwa prinsip dasar untuk memahami semua

disain adalah land use dibanding yang lainnya. Seorang perencana yang

menggunakan pendekatan tradisional dan kontemporer dalam rancangannya harus

memperhatikan persepsi dan kepuasan pengunjung terhadap sumber daya yang

ada. Ruang pada tapak tidak sekedar tanah kosong yang tidak memiliki bangunan,

tetapi semua harus dirancang secara fungsional. Selanjutnya perlu dilakukan

pengelompokan jenis kegiatan dan fasilitas di dalam satu areal tertentu.

Kemudian di jelaskan oleh Forster (1974) dalam Gunn (1994), di dalam

zona pemanfaatan dapat di bagi menjadi beberapa areal pemanfaatan wisata

sehingga peruntukan ruang dapat berjalan optimal. Pembagian areal tersebut

terdiri dari :

a. Areal Wisata Intensif :

b. Areal Wisata Umum

c. Areal Wisata Alami

d. Arial Wisata Alami Khusus

e. Areal Khusus Perlindungan Masyarakat Setempat

Guna mendukung pembagian areal-areal tersebut dilakukan overlay antara

Peta Potensi Wisata dengan peta tutupan lahan, tipe ekosistem dan peta

pemanfaatan sumber daya alam oleh masyarakat setempat seperti terlihat pada

gambar 24 dan 25.

Page 46: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

Gambar 25. Overlay Peta Potensi Wisata, Peta Tutupan Lahan dan Peta Pemanfaatan Sumber Daya Alam oleh Masyarakat

Page 47: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

Gambar 26. Overlay Peta Potensi Wisata, Peta Tipe Ekosistem dan Peta Pemanfaatan Sumber Daya Alam oleh Masyarakat

Page 48: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

Hasil dari overlay peta-peta di atas diperoleh pembagian areal wisata yaitu

areal pemanfaatan intensif, areal wisata umum, areal wisata alami, areal wisata

alami khusus dan areal wisata khusus untuk perlindungan masyarakat, seperti

terlihat pada tabel 13.

Tabel 15. Luas areal wisata dalam zona pemanfaatan wilayah Seksi Bungan

No

Ruang

Identitas Ruang

Luas (Ha)

Perbandingan dgn Zona Pemanfaatan

(%) 1. 2. 3. 4. 5.

Polygon Polygon Polygon Polygon Polygon Jumlah

Areal wisata Intensif Areal Wisata Umum Areal Wisata Alami Arial Wisata Alami Khusus Areal Khusus Perlindungan Masyarakat

2.136 4.321 10.027 3.250

88 19.822

10,8 21,8 50,6 16,4 0,4

Sumber : Analisis spasial

Pembagian areal wisata tersebut di dalam zona pemanfaatan dapat dilihat

pada gambar 26.

Page 49: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

Gambar 27. Pembagian Areal Wisata dalam Zona Pemanfaatan Wilayah Seksi Bungan Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun

Page 50: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

Dasar dari pembagian areal wisata dalam zona pemanfaatan tersebut dengan cara

overlay adalah mengelompokkan jenis aktivitas pemanfaatan lahan oleh masyarakat

setempat dan keberadaan objek wisata dalam zona pemanfaatan tersebut, yaitu :

a. Wilayah permukiman masyarakat menjadi areal perlindungan khusus, yaitu

wilayah permukiman Desa Bungan dan Tanjung Lokang.

b. Wilayah dengan pembukaan lahan untuk kegiatan pertanian masyarakat dan

jalur lalu lintas wisatawan menjadi areal wisata umum, yaitu wilayah Sungai

Bungan dari Permukiman Desa Bungan hingga Desa Tanjung Lokang yang

menjadi koridor kedua desa tersebut.

c. Wilayah potensial dibangun fasilitas wisata permanen, yaitu lahan hutan

sekunder yang dekat dengan Desa Bungan dan Desa Tanjung Lokang menjadi

areal pemanfaatan intensif.

d. Wilayah terdapat objek dengan kerentanan terhadap gangguan dan adanya

pemanfaatan sumber daya alam non kayu oleh masyarakat dengan tidak

membuka lahan menjadi areal wisata alami yaitu lokasi terdapat objek jeram

dan gua sampai batas pengumpulan hasil hutan non kayu oleh masyarakat Desa

Bungan dan Desa Tanjung Lokang.

e. Wilayah terdapat objek dengan kerentanan terhadap gangguan yaitu habitat

satwa liar (Hylobathes mullerii) dan ekosistem khusus (Dipterocarpaceae

dataran tinggi). Di dalam areal ini tidak ada aktivitas masyarakat memanfaatkan

sumber daya sehingga dapat ditetapkan menjadi areal wisata alami khusus.

Wilayah ini dimulai dari batas aktivitas masyarakat memanfaatkan sumber daya

alam sampai ke batas wilayah Provinsi Kalimantan Timur.

Fungsi dari masing-masing areal wisata di dalam rencana zona pemanfaatan

tersebut adalah :

a. Areal wisata intensif

1) Areal pelayanan pengunjung (service area), segala fasilitas permanen untuk

pelayanan pengunjung yaitu pondok pengunjung, pusat informasi pengunjung

(visitor information centre), darmaga perahu, shelter, menara pengamatan

Page 51: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

satwa, canopy trail, sarana komunikasi (telephone/pemancar radio

komunikasi).

2) Pintu gerbang menuju daerah tujuan (welcome area).

3) Areal budidaya tanaman oleh masyarakat secara terbatas, terutama

pembatasan pada lokasi yang berdekatan dengan lokasi pembangunan fasilitas

wisata.

4) Areal yang menjadi lokasi aktivitas masyarakat setempat yaitu berburu secara

tradisional, menangkap ikan dan memungut hasil hutan.

b. Areal Wisata Umum

1. Areal koridor antara 2 (dua) pusat kunjungan wisata yaitu Desa Nanga

Bungan dan Tanjung Lokang.

2. Jalar transportasi masyarakat Desa Tanjung Lokang ke Desa Nanga Bungan

atau ke ibukota kabupaten (Putussibau).

3. Areal budidaya tanaman oleh masyarakat Desa Bungan dan Desa Tanjung

Lokang berupa kegiatan berladang dan berkebun.

4. Areal yang diperkenankan untuk aktivitas masyarakat setempat yaitu berburu

secara tradisional, menangkap ikan dan memungut hasil hutan.

5. Terdapat objek wisata berbentuk sungai yaitu Sungai Bungan yang menjadi

destinasi atrasi penjelajahan sungai. Hasil Penilaian objek dengan Kriteria

Standar ODTWA diperoleh nilai 930 sedangkan nilai maksimum yang dapat

diperoleh adalah 1030. Berarti kondisi objek wisata perlu peningkatan

pengelolaan.

c. Areal Wisata Alami

1) Di dalam areal wisata alami berupa hutan primer yang belum terganggu.

Objek-objek wisata yang ada di dalamnya berupa jeram dan gua pra sejarah.

2) Pada areal ini masyarakat hanya boleh memungut hasil hutan non kayu,

berburu secara tradisional dan menangkap ikan, sedangkan kegiatan

perladangan dan pembukaan lahan tidak diperkenankan.

3) Terdapat objek wisata berbentuk sungai, dan jeram yang masih alami.

Sedangkan objek berbentuk gua dari hasil penilaian dengan Kriteria Standard

ODTWA, terdapat beberapa gangguan terhadap objek oleh tingkah laku

Page 52: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

manusia. Sehingga perlu pengelolaan khusus untuk memulihkan kondisi alami

gua-gua tersebut.

d. Areal Wisata Alami Khusus

1) Kegiatan wisata pada areal ini memang hanya dibatasi untuk satu kegiatan

wisata yaitu Lintas Borneo.

2) Penilaian dengan Kriteria Estandar ODTWA, objek wisata berbentuk darat

yaitu jalur lintas borneo masih memperlihatkan nilai alami yang tinggi.

3) Kondisi areal yang masih alami dan merupakan habitat berbagai satwa liar,

satu diantarnya merupakan satwa endemik dengan nama lokal Kelampiau

(Hylobathes mullerii). Berdasarkan Peta Tipe Ekosistem, pada areal ini

sebagian besar merupakan ekosistem Dipterocarpaceae dataran tinggi dan

Tipe Hutan Pegunungan yang memiliki fungsi ekologis penting sebagai habitat

satwa liar. Sehingga pengunjung yang melalui areal ini harus didampingi oleh

pemandu untuk menghindari dampak negatif pada areal tersebut.

4) Pada areal ini tidak diperkenankan kegiatan pemungutan hasil hutan.

e. Areal Khusus Perlindungan Masyarakat

Dua lokasi pemukiman yaitu Desa Nanga Bungan dan Desa Tanjung Lokang

dijadikan areal khusus karena ada kehidupan tradisional di lokasi ini yang harus

tetap terjaga. Pada areal ini tidak diperkenankan untuk membangun dan

menyelenggarakan aktivitas wisata. Hal ini untuk menghindari terjadinya

degradasi nilai-nilai sosial budaya masyarakat setempat akibat hadirnya wisatawan

yang sebagian besar berbudaya asing.

5.9. Aplikasi Konsep Ekowisata di Wilayah Seksi Bungan

Konsep ekowisata dalam Pedoman Umum Pengembangan Ekowisata Daerah

(Depdagri, 2000) mensyaratkan bahwa ekowisata memiliki unsur keindahan,

pendidikan (edukasi), dukungan terhadap konservasi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat setempat. Unsur-unsur tersebut dapat di aplikasikan di wilayah seksi

bungan sebagai berikut :

Konsep ekowisata dalam Pedoman Umum Pengembangan Ekowisata Daerah

(Depdagri, 2000) mensyaratkan bahwa ekowisata memiliki unsur keindahan,

Page 53: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

pendidikan (edukasi), dukungan terhadap konservasi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat setempat. Unsur-unsur tersebut dapat di aplikasikan di wilayah seksi

bungan sebagai berikut :

a. Keindahan

1. Hutan hujan tropis yang lebat dengan beranekaragam jenis tumbuhan dan

satwa liar di dalamnya.

2. Riam/jeram, gua prasejarah dengan latar belakang hutan hujan tropis yang

masih utuh.

3. Terdapat pada areal wisata alami dan areal wisata alami khusus.

b. Pendidikan (edukasi)

1. Melalui program interpretasi lingkungan yang bertema keanekaragaman hayati,

fungsi hutan sebagai pengatur tata air, sejarah kehidupan manusia dan kearifan

lokal.

2. Pada areal wisata alami khusus dan areal wisata alami dapat diselenggarakan

program interpretasi lingkungan bertema keanekaragaman hayati, fungsi hutan

sebagai pengatur tata air dan sejarah kehidupan manusia, karena pada areal ini

terdapat habitat satwa liar, jeram/riam dan gua prasejarah.

3. Pada areal wisata umum dapat diselenggarakan program interpretasi

lingkungan bertema kearifan lokal, karena pada areal ini terdapat areal

perladangan masyarakat, yang memiliki kearifan lokal dengan berladang

menggunakan sistem gilir balik dengan daur perladangan tertentu.

c. Dukungan terhadap konservasi

1. Menginspirasi pengunjung untuk melestarikan lingkungan berdasarkan objek

wisata yang telah dilihat melalui program interpretasi.

2. Menginspirasi masyarakat untuk lebih menjaga kelestarian objek di

daerahnya, karena keberadaan objek tersebut telah memiliki nilai ekonomi dari

kegiatan wisata.

Page 54: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Wisata Wilayah Seksi ... 5... · melintasi Pegunungan Muller. Tema Interpretasi yang tepat untuk atraksi ini ... Indonesia, hulu Sungai kapuas

d. Meningkatkan pendapatan masyarakat setempat

1. Mendorong masyarakat untuk melakukan budidaya tanaman bernilai ekonomi

tinggi, terutama untuk mendukung kegiatan wisata wilayah ini yaitu tanaman

pangan dan tanaman bahan baku kerajinan.

2. Mendorong masyarakat setempat untuk terlibat aktif dalam penyediaan jasa

pendukung kegiatan wisata yaitu sebagai pemandu lokal, penyedia

transportasi, porter, pelayanan akomodasi.

3. Kegiatan peningkatan pendapatan masyarakat tersebut dapat dilakukan di areal

wisata umum, areal wisata intensif dan areal perlindungan masyarakat.