uu 21/1957, menetapkan undang undang darurat...

26
UU 21/1957, MENETAPKAN UNDANG UNDANG DARURAT NOMOR 14 TAHUN 1952 TENTANG PERUBAHAN DAN PENAMBAHAN PERATURAN PEMUNGUTAN PAJAK PERALIHAN, PAJAK UPAH DAN PAJAK KEKAYAAN (LEMBARAN NEGARA TAHUN 1952 NO. 87) SEBAGAI UNDANG UNDANG Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 21 TAHUN 1957 (21/1957) Tanggal: 31 JANUARI 1957 (JAKARTA) _________________________________________________________________ Tentang: MENETAPKAN UNDANG-UNDANG DARURAT NOMOR 14 TAHUN 1952 TENTANG PERUBAHAN DAN PENAMBAHAN PERATURAN PEMUNGUTAN PAJAK PERALIHAN, PAJAK UPAH DAN PAJAK KEKAYAAN (LEMBARAN-NEGARA TAHUN 1952 NO. 87) SEBAGAI UNDANG-UNDANG Presiden Republik Indonesia, Menimbang: bahwa berdasarkan Pasal 96 ayat 1 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia, Pemerintah telah menetapkan Undang-undang Darurat tentang perubahan dan penambahan peraturan pemungutan pajak peralihan, pajak upah dan pajak kekayaan (Undang-undang Darurat No. 14 tahun 1952, Lembaran Negara tahun 1952 No. 87); bahwa peraturan-peraturan yang termaktub dalam Undang-undang Darurat tersebut perlu ditetapkan sebagai Undang-undang; Mengingat: Pasal 97 jo. Pasal 89 dan Pasal 117 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia; Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat; MEMUTUSKAN: Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PENETAPAN UNDANG- UNDANG DARURAT NO. 14 TAHUN 1952 TENTANG PERUBAHAN DAN PENAMBAHAN PERATURAN PEMUNGUTAN PAJAK PERALIHAN, PAJAK UPAH DAN PAJAK KEKAYAAN SEBAGAI UNDANG-UNDANG. Pasal I Peraturan-peraturan yang termaktub dalam Undang-undang Darurat No. 14 tahun 1952 tentang perubahan dan penambahan peraturan pemungutan pajak peralihan, pajak upah dan pajak kekayaan ditetapkan sebagai Undang-undang dengan perubahan-perubahan dan tambahan-tambahan sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal II Ordonansi Pajak Peralihan 1944 (Lembaran Negara No. 17 tahun 1944), sebagaimana ini telah diubah semenjak jadinya, terakhir dengan Undang-undang No. 34 tahun 1953 (Lembaran Negara tahun 1953 No. 84) diubah seterusnya sebagai berikut: *1454 I.Pasal 1 dibaca sebagai berikut:

Upload: lyminh

Post on 10-May-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UU 21/1957, MENETAPKAN UNDANG UNDANG DARURAT …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10792.pdf · pengertian "beroep of bedrijf" juga termasuk kerja jabatan dan perbuatan-perbuatan,

UU 21/1957, MENETAPKAN UNDANG UNDANG DARURAT NOMOR 14 TAHUN 1952 TENTANG PERUBAHAN DAN PENAMBAHAN PERATURAN PEMUNGUTAN PAJAK PERALIHAN, PAJAK UPAH DAN PAJAK KEKAYAAN (LEMBARAN NEGARA TAHUN 1952 NO. 87) SEBAGAI UNDANG UNDANG

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Nomor: 21 TAHUN 1957 (21/1957)

Tanggal: 31 JANUARI 1957 (JAKARTA)

_________________________________________________________________

Tentang: MENETAPKAN UNDANG-UNDANG DARURAT NOMOR 14 TAHUN 1952 TENTANGPERUBAHAN DAN PENAMBAHAN PERATURAN PEMUNGUTAN PAJAK PERALIHAN, PAJAKUPAH DAN PAJAK KEKAYAAN (LEMBARAN-NEGARA TAHUN 1952 NO. 87) SEBAGAIUNDANG-UNDANG

Presiden Republik Indonesia,

Menimbang:

bahwa berdasarkan Pasal 96 ayat 1 Undang-undang Dasar SementaraRepublik Indonesia, Pemerintah telah menetapkan Undang-undang Darurattentang perubahan dan penambahan peraturan pemungutan pajak peralihan,pajak upah dan pajak kekayaan (Undang-undang Darurat No. 14 tahun1952, Lembaran Negara tahun 1952 No. 87);

bahwa peraturan-peraturan yang termaktub dalam Undang-undang Darurattersebut perlu ditetapkan sebagai Undang-undang;

Mengingat:

Pasal 97 jo. Pasal 89 dan Pasal 117 Undang-undang Dasar SementaraRepublik Indonesia;

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PENETAPAN UNDANG- UNDANG DARURAT NO.14 TAHUN 1952 TENTANG PERUBAHAN DAN PENAMBAHAN PERATURAN PEMUNGUTANPAJAK PERALIHAN, PAJAK UPAH DAN PAJAK KEKAYAAN SEBAGAI UNDANG-UNDANG.

Pasal I

Peraturan-peraturan yang termaktub dalam Undang-undang Darurat No. 14tahun 1952 tentang perubahan dan penambahan peraturan pemungutan pajakperalihan, pajak upah dan pajak kekayaan ditetapkan sebagaiUndang-undang dengan perubahan-perubahan dan tambahan-tambahansehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal II

Ordonansi Pajak Peralihan 1944 (Lembaran Negara No. 17 tahun 1944),sebagaimana ini telah diubah semenjak jadinya, terakhir denganUndang-undang No. 34 tahun 1953 (Lembaran Negara tahun 1953 No. 84)diubah seterusnya sebagai berikut:

*1454 I.Pasal 1 dibaca sebagai berikut:

Page 2: UU 21/1957, MENETAPKAN UNDANG UNDANG DARURAT …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10792.pdf · pengertian "beroep of bedrijf" juga termasuk kerja jabatan dan perbuatan-perbuatan,

"Pasal 1. (1) Dengan nama "Pajak Pendapatan" dipungut pajak ataspendapatan, pajak mana berlaku untuk orang pribadi yangbertempat-kediaman di Indonesia. (2) Pajak pendapatan berlaku pulauntuk orang pribadi yang tidak bertempat-kediaman di Indonesia, tetapimempunyai sumber pendapatan seperti yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat(2)".

II.ke-1.Pasal 2 diubah sebagai berikut: Setelah ayat pertama disipkansuatu ayat baru, yang berbunyi: "(1a) Kalau kewajiban pajak menurutPasal 8c, ayat (1) dan (2), hanya ada selama sebagian dari tahuntakwim, maka bagian ini (masa pajak) menggantikan tahun takwim itu";ke-2 Ayat 2a, angka ke-1 dan ke-2 kata-kata: "in het leatste geval"dihapuskan; ke-3 Setelah ayat 2a disisipkan suatu ayat baru, yangberbunyi: "(3)Untuk menjalankan ayat (2) dari Pasal ini, juga untukmenjalankan Pasal 9, huruf a, Pasal 10, ayat (5) Pasal 11 , ayat (2),huruf c, Pasal 15, ayat (4) dan Pasal 16, ayat (2), maka padapengertian "beroep of bedrijf" juga termasuk kerja jabatan danperbuatan-perbuatan, pekerjaan-pekerjaan dan jasa-jasa dari segalasifat apapun. ke-4Ayat (4), dihapuskan; ke-5Ayat kelima kini dijadikanbernomor ayat keempat.

III.Sesudah Pasal 2 disisipkan pasal baru yang berbunyi sebagaiberikut:

"Pasal 2a"

"Untuk pelaksanaan ordonansi ini termasuk pula dalam keuangan umumIndonesia: keuangan dari daerah-daerah swatantra di Indonesia dan danapensiun, pensiun janda dan anak yatim piatu yang diadakan untukpegawai daerah swatantra itu, pun juga subsidi yang diberikan untuktenaga guru pada sekolah partikelir yang dibebankan pada anggaranbelanja Indonesia".

IV.Pasal 3 diubah sebagai berikut: ke-1.Anak-bagian huruf a dan hurufb, dihapuskan: ke-2.Pada anak-bagian huruf c, kata: "Buitenzorg"diganti dengan "Bogor"; ke-3.Pada anak-bagian huruf 1 kata-kata: "vieren twintig honderd gulden" diganti dengan: "vijfduizend rupiah";ke-4.Anak-bagian huruf n dibaca sebagai berikut: "penghasilan yangdibebankan kepada keuangan umum Indonesia, sekedar penghasilan inioleh Pemerintah Republik Indonesia dibebaskan dari pajak."

V.Pasal 5 diubah sebagai berikut: ke-1.Pada anak-bagian huruf c dariayat pertama, kata-kata: "twaalfonderd gulden" diubah menjadi "zes endertig honderd rupiah"; ke-2.Pada anak-bagian huruf d dari ayatpertama, kata-kata: "twaalfhonderd gulden" yang dua kali dipakai,diganti dua kali dengan kata-kata: "zos en dertig honderd rupiah";kata-kata: "achttien honderd gulden", "een en twintig honderd gulden"dan "vier en twintig tiotideid gulden" diganti masing-masing dengankata-kata: "vier en vijftig honderd rupiah", "drie en zestig honderdrupiah" en "twee en zoventing honderd rupiah"; ke-3.Anak-bagian huruff dari ayat pertama dihapuskan; ke-4.Ayat (2) dibaca sebagai berikut:"(2)Mengenai mereka, yang tidak bertempat-kediaman di Indonesia, makauntuk perhitungan jumlah bersih yang diperoleh sebagai hasil modal dankerja hanya dipotongkan : *1455 ke-1.biaya, beban, susut benda sertapenghapusan piutang dan iuran yang ditentukan pada ayat pertama daripasal ini huruf a, b dan c; ke-2.bunga hutang yang dijamin olehhypotheek atas harta-tetap yang terletak di Indonesia atau atas hakyang ada pada itu: satu dan lain dengan tidak mengurangi apa yangditentukan pada Pasal 5a".

Page 3: UU 21/1957, MENETAPKAN UNDANG UNDANG DARURAT …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10792.pdf · pengertian "beroep of bedrijf" juga termasuk kerja jabatan dan perbuatan-perbuatan,

VI.Pada Pasal 6 kata-kata: "wordt als inkomen van haren echtgenootbeschouwd", diganti dengan: "zomede haar uit vorige jaren stammende,onverrekende verliezen als bedoeld bij artikel Sa worden beschaud alsinkomen, onderschei-denlijk verliozen van haar ochtgenoot".

VII.Pasal 7 dibaca sebagai berikut:

"Pasal 7"

"Bilamana, dipandang dari tanda-tanda kemampuan yang nampak,pendapatan bersih dari seorang wajib-pajak yang bertempat kediaman diIndonesia, berjumlah kurang dari lima ribu rupiah maka menyimpang dariPasal 2, 4,5 dan 5a dianggapnya cukup dengan pemasukan menurut ukuranitu dalam salah satu kelas dari tarip A dari Pasal 8 yang berlaku".

VIII.Pasal 8 dibaca sebagai berikut:

"Pasal 8."

(1)Kecuali apa yang ditentukan pada ayat (5) dan ayat (6) dari pasalini pajak yang terhutang ditetapkan menurut tarip A dan B yang dimuatpada tabel nomor 1 dan 2 yang berikut, dengan memperhatikan yangditentukan pada ayat-ayat yang berikut dari pasal ini. (2)Dengan tidakmengurangi yang ditentukan pada Pasal 7, maka menetapkan pajak yangterhutang, mengenai mereka, yang pendapatan bersihnya kurang dari limaribu rupiah, terjadi dengan menggolongkan dalam kelas yang tertinggidari kelas- kelas dari tarip A yang jumlah pajaknya berada di bawahsuatu jumlah yang sama dengan tiga peratus dari pendapatan bersih.(3)Mengenai mereka, yang bertempat kediaman di Indonesia, makapelakuan tarip B terjadi dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dibawah ini:

a.Pendapatan bersih wajib-pajak yang tidak kawin, sebelum atas itudijalankan tarip, ditinggikan dengan lima peratus;b.Untuk tiap orang keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurusdari wajib-pajak, yang berada penuh dalam tanggungannya, juga untuktiap orang anak-angkat, maka pendapatan bersih, sebelum atas itudijalankan tarip, dikurangkan menurut skala di bawah ini: untuk 1orang dengan ...........Rp. 600,- untuk 2 orang dengan...........Rp.1.140,- untuk 3 orang dengan ...........Rp.1.620,- untuk4 orang dengan ...........Rp.2.040,- untuk 5 orang dengan...........Rp.2.400,- untuk 6 orang dengan ...........Rp,2.700,- untuk7 orang dengan ...........Rp.2.940,- untuk 8 orang dengan...........Rp.3.120,- untuk 9 orang dengan ...........Rp.3.240,- untuk10 orang dan lebih dengan ................Rp.3.300,-c.Wajib-pajak yang pendapatan bersihnya dapat dikurangkan berdasarkanketentuan pada huruf (b), tidak dianggap sebagai yang tidak kawin.(4)Dalam hal pendapatan bersih setelah dikurangkan karena potongankeluarga menurut ayat (3) huruf b dari pasal ini, menunjukkan suatujumlah kurang dari lima ribu rupiah, maka tarip B tidak berlaku. Makapajak ditetapkan menurut tarip A dengan memperhatikan ketentuan padaayat (2) dari pasal ini dengan pengertian, bahwa kata "pendapatanbersih" yang dipakai pada ayat itu, dibaca sebagai *1456"pendapatan-sisa", yakni pendapatan bersih dikurangkan dengan potongankeluarga. (5)Penetapan pajak yang terhutang oleh orang yang mempunyaipendapatan bersihnya kurang dari lima ribu rupiah dan semata- mataterdiri dari pensiun dan yang dipersamakan dengan itu atau pendapatanberkala untuk keperluan ongkos hidup, dilakukan menurut tarip yangditetapkan oleh Menteri Keuangan. (6)Penetapan pajak yang terhutang

Page 4: UU 21/1957, MENETAPKAN UNDANG UNDANG DARURAT …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10792.pdf · pengertian "beroep of bedrijf" juga termasuk kerja jabatan dan perbuatan-perbuatan,

oleh mereka yang bertempat kediaman di daerah kepulauan Riau dansepanjang mengenai yang pendapatan bersihnya setelah ditambah ataudikurangi menurut apa yang ditentukan pada ayat(3) menunjukkan jumlahkurang dari tiga puluh dua ribu rupiah, dilakukan dengan mempergunakansecara yang sama apa yang ditentukan pada ayat (2) sampai dengan 4dari pasal ini, menurut tarip "A-Riau" dan "B-Riau",yang dimuat padatabel nomor 3 dan 4 yang berikut."

IX.ke-1.Pasal 8b, ayat (4) dihapuskan; ke-2.Pasal 8c, ayat (4) diubahsehingga berbunyi sebagai berikut: (4)Dari mereka, yang kewajibanpajaknya dimulai pada atau setelah 1 Januari atau berakhir dalam tahuntakwim, pajak ditetapkan atas sekian pertiga ratus enampuluh bagiandari jumlah yang diperoleh dengan pelakuan Pasal 8 atau Pasal 8a,sebanyak jumlah hari dari masa pajak, dengan pengertian bahwa tiapbulan yang penuh yang termasuk pada masa pajak itu dihitung sebanyaktiga puluh hari. Pada itu maka untuk pelakuan Pasal 8 dan 8apendapatan bersih yang diperoleh selama masa pajak dihitung dahuluhingga jumlah setahun."

X.Pada Pasal 8d kata-kata: "de tarieven B" diganti dengan: "het tariefB" dan kata-kata: "vier en twintig honderd gulden" diganti dengan"vijfduizend rupiah."

XI.Pasal 8e dihapuskan.

XII.Dari Pasal 9, anak-bagian huruf-huruf d, e dan g dihapuskan.

XIII.Pasal 10 dibaca sebagai berikut:

"Pasal 10"

"(1)Ketetapan-pajak ditetapkan oleh para kepala inspeksi keuanganmasing-masing sekedar mengenai daerah jabatannya. (2)Dengan menyimpangdari yang ditentukan pada ayat pertama, maka ketetapan pajak dariwajib-pajak yang dimaksudkan pada Pasal 7 ditetapkan oleh panitia,kecuali jika penetapan ketetapan-ketetapan pajak dari wajib-pajaktersebut menurut putusan kepala inspeksi keuangan harusdiselenggarakan olehnya sendiri. (3)Dari panitia yang dimaksud padaayat 2, maka anggotanya ditunjuk bagi daerah-daerah di Jawa danMadura, Sumatera dan Kalimantan oleh Bupati dan bagi daerah-daerah diSulawesi, Maluku dan Sunda- Kecil oleh Kepala Daerah (tingkat Bupati)dan selanjutnya oleh Wali Kota. (4)Jumlah anggota panitia, tempatkedudukan dan daerah kewajibannya ditunjuk oleh Gubernur bersangkutan.Menteri Keuangan menetapkan peraturan tentang penyusunan dan carabekerjanya panitia itu,juga tentang upah para anggotanya.(5)Wajib-pajak yang bertempat kediaman di Indonesia, dan wajib pajakyang tidak bertempat kediaman di Indonesia yang pendapatannyadiperoleh dari harta tetap yang terletak di Indonesia atau dari hakyang ada pada itu, dari piutang, yang pokok hutangnya dijamin olehhypotheek atas harta tetap atau hak demikian, maupun dari pekerjaanatau perusahaan yang dilakukan di Indonesia, dikenakan pajak olehpenguasa, dalam daerah siapa mereka bertempat kediaman, harta tetapterletak, atau pekerjaan atau perusahaan dilakukan, kecuali bilaMenteri Keuangan menentukan lain. (6)Pada penetapan tempat menurutayat dahulu, maka keadaan pada awal tahun takwim atau masa pajakadalah menentukan. (7)Wajib pajak yang lain, yang tidak bertempatkediaman di Indonesia dikenakan pajak oleh kepala inspeksi keuanganJakarta."

*1457 XIV.Pasal 11 diubah sebagai berikut: ke-1.Pada ayat (I )

Page 5: UU 21/1957, MENETAPKAN UNDANG UNDANG DARURAT …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10792.pdf · pengertian "beroep of bedrijf" juga termasuk kerja jabatan dan perbuatan-perbuatan,

anak-bagian huruf c. kata-kata: "dan wel van endero beschoidon,"diganti dengan "dan wel van andoro aantokoningon on boaschoidon.";ke-2.Pada ayat (2), anak-bagian huruf c, kata-kata: "hetbelastinggebied" yang dipakai dua kali, juga kata-kata: "dat gebied",diganti denggan: Indonesia"; ke-3.Pada ayat (3) kata-kata "tenzif dezeis berekend naar-eenzuiver inkomon van minder dan vier en twintighonderd guldon", diganti dengan: "tonzij doze wordt vastgesteld mettoepassing van artikel 7".

XV.Dalam Pasal 12 ayat (3) nomor Pasal "14c" diganti dengan "14d".

XVI.Ayat (7) dari Pasal 14 dibaca sebagai berikut: "(7)Suatu salinandari keputusan itu diberikan kepada wajib pajak dengan jalanpengiriman selaku surat dinas terdaftar maupun atas tanda terima yangdibubuhi tanggal."

XVII.Setelah Pasal 14b disisipkan suatu pasal baru, yang berbunyisebagai berikut:

"Pasal 14c"

"(1)Ketentuan pada Pasal 13 hingga serta 14b tidak berlaku bagiketetapan pajak yang ditetapkan dengan pelakuan Pasal 7.(2)Wajib-pajak yang berkeberatan terhadap ketetapan-pajak yangdikenakan kepadanya menurut Pasal 7, dapat memasukkan suatu suratkeberatan kepada penguasa-penguasa termaksud pada Pasal 10 ayat (3)dalam waktu tiga bulan setelah pemberian surat ketetapan-pajak.(3)Kewajiban membayar ketetapan pajak tidak ditunda oleh pemasukansuatu surat keberatan. (4)Surat keberatan diputus oleh penguasatermaksud setelah tentang itu diterima nasehat dari panitia yang telahmenetapkan ketetapan pajak itu. (5)Bila surat keberatan tidakdimasukkan dalam waktu yang ditentukan, maka wajib pajak tidakditerima dalam keberatannya, kecuali jika dapat dinyatakan bahwa waktuitu oleh keadaan-keadaan istimewa tidak mungkin dapat diperhatikan.(6)Salinan dari keputusan itu diberikan kepada panitia yang telahmenetapkan ketetapan pajak, juga kepada wajib pajak dengan jalanpengiriman selaku surat dinas terdaftar, maupun atas tanda terima yangdibubuhi tanggal."

XVIII.ke-1.Pasal 14c dan 14 d kini dijadikan bernomor masing-masing14d dan 14e; ke-2.Pasal yang dijadikan bernomor 14 d diubah sebagaiberikut:

a.pada ayat pertama kata-kata: "dedert den aanvang van hetkalenderjaar vijf jaren", diganti dengan: "sedert het einde van hetkalenderjaar drie jaren":b.setelah ayat 5 diadakan suatu ayat baru, yang berbunyi: "(6)Tagihansusulan tidak terjadi, bila pendapatan bersih yang dijadikan dasaruntuk itu kurang dari lima ribu rupiah."

XIX.Pasal 15 diubah sebagai berikut: ke-1.Ayat 2 diganti dengan 3 ayatbaru yang berbunyi sebagai berikut: (2)Kohir yang memuatketetapan-pajak yang ditetapkan oleh kepala inspeksi keuangan,ditetapkan oleh kepala inspeksi itu; kohir yang memuat ketetapan-pajakyang ditetapkan oleh panitia yang dimaksudkan pada pasal 10 ayat 2,ditetapkan oleh penguasa-penguasa termaksud pada pasal 10 ayat 3.(2a)Kepala inspeksi keuangan dan penguasa-penguasa termaksud, menguruspemungutan pajak yang terhutang menurut kohir yang ditetapkan olehmereka, juga pelaksanaan yang tertib dari apa yang ditentukan padaayat 3, 4, 5 dan 6 dari pasal ini. (2b)Oleh atau atas nama Menteri

Page 6: UU 21/1957, MENETAPKAN UNDANG UNDANG DARURAT …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10792.pdf · pengertian "beroep of bedrijf" juga termasuk kerja jabatan dan perbuatan-perbuatan,

Dalam Negeri dapat diadakan peraturan-peraturan *1458 tentangpemungutan pajak yang terhutang menurut kohir-kohir yang ditetapkanoleh penguasa-termaksud pada pasal 10 ayat 3; ke-2.Pada ayat 3 setelahkata: "belastingschuldigen" disisipkan kata-kata: "dan wel, in degevahen omschreven in artikel 11 lid 2, onderdelen a en b, aan dealdaar aangeduide personen"; ke-3.Pada ayat 4 kata-kata: "hetbelastinggebied" yang dipakai tiga kali, juga kata-kata: "dat gebied",diganti dengan: "Indonesia"; selanjutnya kata-kata: "bedrijf ofberoep" dibaca sebagai: "beroop of bedrijf"; ke-4.Setelah ayat 5disisipkan ayat baru yang berbunyi: "(6) Dalam hal wajib-pajak atauorang yang disebut pada ayat 3 tidak mempunyai rumah atautempat-kediaman yang terang surat penetapan pajak disimpan di kantorkepala inspeksi untuk wajib-pajak maka hal itu diumumkan dalam BeritaNegara dan dalam surat kabar harian yang diterbitkan dalam wilayahkepala inspeksi keuangan yang bersangkutan dan penyimpanan itu berlakusebagai penyerahan sedang sebagai tanggal penyerahan dianggap harikeenam-puluhnya sesudah tanggal nomor Berita Negara di mana pengumumantersebut dimuatnya."

XX.Pasal 17, ayat 5 dihapuskan dan diganti dengan suatu pasal baruyang berbunyi:

"Pasal 17a"

(1)Sesuai dengan aturan-aturan yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan,maka para majikan dapat dibebani kewajiban untuk melakukan potonganpajak yang terhutang atas upah yang dimiliki oleh buruhnya dan untukmenyetor jumlah potongan itu di Kas Negeri. (2)Kalau kewajiban yangdimaksudkan pada ayat pertama dipenuhi dengan seksama, maka kepadamereka yang berkewajiban pajak karena menerima upah, tidak dikenakanketetapan-pajak, kecuali atas permohonannya sendiri atau kalau pajakyang terhutang atas pendapatan-bersih yang penuh, lebih jumlahnyadaripada jumlah potongan, yang telah disetor atas nama mereka mengenaimasa setahun takwim atau masa pajak bersangkutan. (3)Dalam hal suatuketetapan-pajak dikenakan, maka diadakan perhitungan dengan yang telahdisetor atas nama wajib-pajak sesuai dengan yang ditentukan pada ayatpertama; apa yang lebih disetor dikembalikan kepada buruh yangbersangkutan. (4)Bila ternyata, bahwa upah terhutang atau dibayarkandengan tidak dipenuhinya dengan seksama kewajiban yang dimaksudkanpada ayat pertama, atau dengan tidak diturutnya dengan tertib aturan-aturan yang dikeluarkan untuk pelaksanaan pasal ini, maka kepalainspeksi keuangan dapat mengenakan kepada majikan yang lalai karenaitu suatu ketetapan-pajak untuk menagih kemudian yang kurang disetoritu menurut keterangan-keterangan yang ada padanya. (5)Atasketetapan-tagihan-kemudian berlaku sesuai ketentuan-ketentuan dalamordonansi pajak upah: pasal 15 dengan pengecualian ayat pertama, pasal16 hingga serta 22, dari pasal 23, kalimat pertama yang penuh, daripasal 24 ayat 2 dan 6, pasal 25 dan juga pasal 26. (6)Untuk pelakuanpasal ini, maka pada upah yang dimiliki oleh buruh juga termasuk yangdibayarkan kepada bekas buruh atau kepada para ahli-warisnya dan orangsepeninggalnya karena suatu kerja jabatan atau perhubungan kerja yangtelah lampau. (7)Pajak yang terhutang atas gaji, gaji istirahat, uangtunggu, sokongan, pensiun dan lain-lain hasil yang dibebankan kepadakeuangan umum Indonesia, dipotongkan dari pendapatan itu dan disetordi Kas Negeri menurut aturan-aturan yang akan ditetapkan oleh MenteriKeuangan. Ayat 2 dan 3 dari pasal ini berlaku sesuai untuk itu."

XXI.Pasal 19 diubah sebagai berikut: ke-1.Pada ayat 1 kata-kata: "hetvijfde lid van artikel 17" diganti dengan: "artikel 17a"; ke-2.Akhirpasal 19 dibubuhi dengan suatu ayat baru, yang berbunyi: *1459 "(4)

Page 7: UU 21/1957, MENETAPKAN UNDANG UNDANG DARURAT …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10792.pdf · pengertian "beroep of bedrijf" juga termasuk kerja jabatan dan perbuatan-perbuatan,

Ppitang untuk membayar pajak kedalu-warsa setelah lima tahun, dihitungdari akhir tahun, atas mana pajak dipungut."

XXII.Pada pasal 21, ayat 2 kata-kata: "de hoofden van de inheemscherechtsgemeenschappen en beambten bedoeld in het laatste lid vanartikel 10" diganti dengan; "de leden van de in artikel 10 bedoeldecommissien van aginslag."

XXIII.Pasal 22 diubah sebagai berikut: ke-1.Pada ayat 1 kata-kata:dimulai dengan "Bankiers" dan berakhir dengan "nemen", diganti dengan:"Personen die hier telande een bedrijf uitoefenen"; ke-2.Setelah ayat1 disisipkan suatu ayat baru yang berbunyi: "(2)Kewajiban yang dimuatpada ayat pertama berlaku pula untuk para pengurus termasuk padanyapersero-persero kerja, para wakil dan para penyelesai daribadan-badan-hukum, yang melakukan suatu perusahaan di Indonesia"-,ke-3.Ayat 2 kini dijadikan bernomor ayat 3.

XXIV.Pasal 30 diubah sebagai berikut: ke-1.Ayat 2 dibaca sebagaiberikut: "(2)Ordonansi ini dapat disebut "Ordonansi Pajak Pendapatan1944"; ke-2.Pasal 30 ayat 4 dihapuskan.

Pasal III

1)Atas permohonan wajib-pajak yang melakukan suatu perusahaan diIndonesia, maka hasil bersih dari perusahaan itu yang diperhatikanuntuk pengenaan pajak pendapatan atas tahun 1950 dan tahun-tahunberikutnya ditetapkan menurut ketentuan pada atau atas kekuatan pasal2, ayat 1, 2 dan 3 dari Undang-undang No. 1 tahun 1954 (LembaranNegara 1954 No. 8) tentang perubahan dan penambahan dari "Ordonnantieop de vennootschapsbe-lasting 1925" yang memberikan pula aturankelengkapan lebih lanjut mengenai pemungutan pajak ini. (2)Apa yangditentukan dalam ayat di atas tidak berlaku terhadapperusahaan-perusahaan yang diselenggarakan dalam wilayah kepulauanRiau.

Pasal IV

Ordonansi pajak upah (Lembaran Negara No. 611 tahun 1934), sebagaimanaini telah diubah semenjak jadinya, terakhir dengan Undang-undang No.15 tahun 1951 (Lembaran Negara 1951 No. 91), diubah seterusnya sebagaiberikut:

I. Pada pasal 9A diadakan perubahan-perubahan sebagai berikut:ke-1.Ayat 1 dibaca sebagai berikut: "(1) Besarnya pajak, jika upahyang terhutang atau yang dibayarkan untuk masa upah yang dihitungmenjadi upah tahunan berjumlah:

a. kurang dari Rp. 6.000,- : 3%b. Rp. 6.000,- hingga Rp. 12.000,- : 5%c. Rp. 12.000,- hingga Rp. 18.000,-: 7%d. Rp 18.000,- hingga Rp. 30.000,- : 10%e. Rp. 30.000,- atau lebih 15% dari upah itu". ke-2.Setelah ayatpertama disisipkan ayat baru yang berbunyi sebagai berikut: "(1 bis)Terhadap upah yang dibayarkan atau terhutang kepada buruh yangbertempat-kediaman dalam wilayah kepulauan Riau, maka besarnya pajak,jika upah yang terhutang atau yang dibayarkan untuk masa upah yangdihitung menjadi upah tahunan berjumlah:

a. kurang dari Rp. 6.000,- : 3% *1460 b. Rp. 6.000,- hingga Rp.12.000,- : 6%

Page 8: UU 21/1957, MENETAPKAN UNDANG UNDANG DARURAT …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10792.pdf · pengertian "beroep of bedrijf" juga termasuk kerja jabatan dan perbuatan-perbuatan,

c. Rp. 12.000,- hingga Rp. 18.000,- : 8%d. Rp. 18.000,- hingga Rp. 30.000,- : 11%e. Rp. 30.000,- atau lebih 15% dari upah itu"; ke-3.Pada ayat 2kata-kata "het verige lid" diganti dengan "devorige leden".

II. Pada pasal 9B diadakan perubahan-perubahan sebagai berikut:ke-1.Ayat 1 diganti dengan dua ayat baru, yang berbunyi:

(1) Dengan menyimpang dari pasal 9A, ayat 1, maka peratus pemungutanatas.

a. tantieme, hadiah dan lain-lain upah, yang biasanya hanya sekaliatau setahun sekali diberikan, jugab. ganti-rugi karena kerja lembur atau karena melakukan kerja dalamkeadaan-keadaan istimewa, maupun ganti-rugi karena melakukan kerjatambahan, yang bertalian dengan kerja jabatan, ditentukan atas carasebagai yang dimaksudkan pada ayat berikut.

(2) Upah atau ganti-rugi, setelah ganti-rugi yang dimaksudkan padahuruf (b) saja yang dihitung hingga jumlah setahun menurut pasal 9A,ayat 2 dan 3, dijumlahkan pada jumlah setahun dari upah yang lainnya,yang terhutang atau dibayarkan atas masa-upah, dalam mana upah-upahitu dibayarkan. Gunggungan kedua jumlah menunjuk, dengan pemakaiantabel tarip pada pasal 9A, ayat 1 atau ayat 1 bis, huruf a hinggaserta e, kepada peratus pemungutan yang benar"; ke-2.Ayat 2 dijadikanbernomor ayat 3 dan dibacasebagai berikut: "(3) Dari upah seperti yangdimaksud pada ayat satu huruf a, bilamana tidak dikenakan pajakpendapatan, maka dalam hal buruh yang bersangkutan pada saat penetapanpendapatannya tidak bertempat-kediaman lagi di Indonesia ataupun telahmeninggal, pajaknya dihitung menurut tarip A dan B seperti yangdisebut dalam pasal 8 ayat 1 dari Ordonansi pajak pendapatan 1944dengan penglaksanaan selaras dengan ayat kedua dari pasal tersebut."

III. Dalam pasal 9C, ayat ’ kata-kata "voorti- guldeii" diganti dengan"honderd rupiah".

IV.Pasal 10 diubah sebagai berikut: ke-1.Anak-bagian huruf-huruf b, ddan e dihapuskan; ke-2.Pada anak-bagian huruf j, maka "artikel 17 lid5" dibaca "artikel I 7a" dan "overgangsbelasting" menjadi dua kali"inkomstenbelasting". ke-3.Anak-bagian huruf k akan berbunyi:

"k. upah, terhutang atau dibayarkan oleh karena kerja yang dilakukantidak di Indonesia atau yang dibebankan kepada suatu badan umum luarnegeri’.

V. Pada pasal 18 kata-kata "De Minister van Financien" diganti dengan"Het Hoofd van de Dienst der belastingen".

VI. Setelah pasal 53, disisipkan pasal baru yang berbunyi:

Pasal 53a"

"Menteri Keuangan berhak mengeluarkan peraturan-peraturan yangdiperlukan untuk menambah dan menjalankan ordonansi ini." *1461 PasalV

Ordonansi Pajak Kekayaan 1932 (Lembaran Negara No. 405 tahun 1932)sebagaimana ini telah diubah semenjak jadinya, terakhir denganUndang-undang No. 15 tahun 1951 (Lembaran Negara No. 91 ), diubahseterusnya sebagai berikut:

Page 9: UU 21/1957, MENETAPKAN UNDANG UNDANG DARURAT …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10792.pdf · pengertian "beroep of bedrijf" juga termasuk kerja jabatan dan perbuatan-perbuatan,

I.Pasal 15 dibaca sebagai berikut:

"Pasal 15"

"Kalau kekayaan bersih kurang jumlahnya dari dua ratus lima puluh riburupiah maka pajak tidak terhutang. Kalau jumlahnya kekayaan bersih itudua ratus lima puluh ribu rupiah atau lebih, maka terhutang limarupiah dari setiap jumlah dari seribu rupiah, dengan mana kekayaanbersih itu melebihi jumlah dua ratus empat puluh sembilan riburupiah".

II.Pasal 16 dihapuskan. III. Ayat 213 dan 4 dari pasal 17 dihapuskan.IV. Setelah pasal 65 disisipkan pasal baru yang berbunyi:

"Pasal 65a"

"Menteri Keuangan berhak mengeluarkan peraturan-peraturan yangdiperlukan untuk menambah dan menjalankan ordonansi ini."

Pasal VI

Undang-undang Darurat No. 6 tahun 1952 (Lembaran Negara 1952 No. 29)dicabut.

Pasal VI

(1) Undang-undang ini berlaku semenjak hari diundangkan dan berlakusurut, kecuali apa yang ditentukan pada dua ayat-ayat berikutnya daripasal ini, hingga 1 Januari 1952, dengan pengertian bahwaperaturan-peraturan seperti termaktub dalam pasal 11 dan pasal V tidakberlaku terhadapnya jika mengenai:

a. pajak yang terhitung atas sesuatu masa sebelum 1 Januari 1952.

b. pajak yang termaktub dalam ketetapan seperti dimaksud dalam pasal 7dari ordonansi pajak pendapatan 1944 yang ditetapkan sebelumberlakunya Undang-undang Darurat No. 14 tahun 1952.

(2) Peraturan-peraturan yang termaksud dalam pasal IV tidak berlakuterhadap pajak atas upah yang terhutang atau dibayarkan atas sesuatumasa sebelum 1 Januari 1952 kecuali pajak atas upah menurut arti dalampasal 9B ayat 3 dari Ordonnantie op de Loonbelasting.

(3) Untuk pemungutan pajak pendapatan dan pajak kekayaan ataupun pajakupah maka peraturan-peraturan yang termaktub dalam pasal 11, pasal IVdan pasal V mengenai pajak yang terhutang atas masa itu tidak berlakuterhadap wajib-pajak ataupun buruh yang bertempat-kediaman di wilayahkepulauan Riau pada suatu masa mulai sesudah 31 Desember 1952 dansebelum 1 Januari 1954.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkanpengundangan undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran NegaraRepublik Indonesia.

*1462 Disahkan di Jakarta pada tanggal 31 Januari 1957 PRESIDENREPUBLIK INDONESIA,

SUKARNO

Page 10: UU 21/1957, MENETAPKAN UNDANG UNDANG DARURAT …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10792.pdf · pengertian "beroep of bedrijf" juga termasuk kerja jabatan dan perbuatan-perbuatan,

Diundangkan pada tanggal 8 April 1957

MENTERI KEHAKIMAN ai,

SUNARYO

MENTERI KEUANGAN ai,

JUANDA

MEMORI PENJELASAN MENGENAI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENETAPANUNDANG-UNDANG DARURAT NOMOR 14 TAHUN 1952 TENTANG PERUBAHAN DANPENAMBAHAN PEMUNGUTAN PAJAK PERALIHAN, PAJAK UPAH DAN PAJAK KEKAYAAN(LEMBARAN NEGARA 1952 No.87) SEBAGAI UNDANG-UNDANG

BAGIAN UMUM

Pokok terpenting yang tersimpul dalam rancangan Undang-undang ini,oleh penurunan tarip pajak peralihan (kemudian berhubung dengan usulperubahan terminologi, disebut pajak pendapatan, lihat di bawah I) danpemungutan-pemungutan yang berhubungan dengan itu, yakni pajak upahdan pajak kekayaan untuk daerah-daerah dari wilayah Indonesia di manauang rupiah merupakan alat pembayaran yang syah dan penambahan taripyang berhubungan dengan itu untuk keperluan pemungutan pajak-pajaktermaksud di dalam daerah kepulauan Riau (yang meliputi kawedananTanjung Pinang, Lingga, Karimun dan Pulau Tujuh) di mana beredar pulauang straits-dollar sebagai alat pembayaran.

ad. 1. Penurunan tarip ini disebabkan oleh dua rupa hal :

(1) Sebagian, disebabkan karena tingkat harga barang di dalam negeriterus membubung sejak berlakunya perubahan tarip yang terakhir, yaknipada 1 Januari 1951. (Undang-undang Darurat No. 37 tahun 1950,Lembaran Negara 1950 No. 79, disahkan dengan Undang-undang No. 15tahun 1951, Lembaran Negara 1951 No. 91). (2) Sebagian adalah hasildari pertimbangan-pertimbangan yang agak prinsipiil, mengenaikedudukan yang harus ditempati sekarang ini oleh pajak pendapatan ditengah-tengah susunan dari pajak dan pemungutan-pemungutan Indonesiaseluruhnya.

ad. 1. Jika tarip pajak pendapatan yang berlaku untuk tahun 1951dibanding dengan tarip yang berlaku untuk tahun 1949 dan 1950, makapenurunan pajak hanya terdapat pada golongan pendapatan yang rendahsaja. Penurunan ini yang paling besar terdapat pada golongan-golonganyang terendah, sedangkan pada pendapatan di atas Rp. 24.000,- setahunpenurunan ini menjadi berkurang dengan lambat laun, kemudian dengancepat pada pendapatan di atas Rp. 36.000,- setahun, hingga padapendapatan Rp. 60.000,- setahun dicapai lagi tingkat pajak yang lama.

*1463 Sejak saat tadi, tingkat harga-harga umum terus membubungtinggi, sedangkan tingkat upah dan pendapatan-pendapatan lain tidakseukuran naiknya. Berhubung dengan itu, maka penyesuaian lebih lanjutdari tarip pajak juga untuk golongan-golongan pendapatan yang lebihtinggi, tidak dapat lebih lama lagi ditunda.

Dalam hubungan ini, ada baiknya untuk mempelajari perbandingan tekananpajak atas pendapatan menurut pajak penghasilan sebelum perang danmenurut pajak pendapatan mengenai tahun 1951. Untuk lampiran I telahdiambil sebagai dasar, tarip yang tinggi dari pajak Pendapatan tahun1941, yang pada waktu penyusunannya dipengaruhi oleh bahaya perang

Page 11: UU 21/1957, MENETAPKAN UNDANG UNDANG DARURAT …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10792.pdf · pengertian "beroep of bedrijf" juga termasuk kerja jabatan dan perbuatan-perbuatan,

yang mengancam, dan persamaan tenaga-beli (koopkracht-acquivalentie)dari Rupiah sekarang diperkirakan 1/3 dari rupiah sebelum perang suatuperkiraan yang sebetulnya masih jauh dari kebenarannya.

Dengan demikian maka terbukti, bahwa tekanan pajak atas pendapatanrendah menurut tarip pajak pendapatan tahun 1951, adalah sedikitkurang dari pada dalam tahun 1941, sedangkan ataspendapatan-pendapatan di atas Rp. 36.000,- ada pembebanan lebih berat,yang meningkat hingga 27% (pada pendapatan Rp. 150.000,-) dan kemudianmenurun lagi dengan lambat.

Jika kita hendak memperhatikan pengurangan tenaga-beli yang sebenarnyadari rupiah kini, dibanding dengan satuan uang sebelum perang, makagambaran tadi tentunya akan lebih buruk.

Pada ini harus diingat pula, bahwa tekanan pajak sesudah perang daripajak "tidak langsung" (indirecte belastingen) - dalam hal inidiartikan pajak yang langsung atau tidak langsung (dengan jalanmeninggikan "kostprijs") menekan pembelanjaan pendapatan -- adalahberlipat dari pada tekanan dari pajak semacam ini yang dipungutsebelum tahun 1942.

Hal tadi, digambarkan pada Lampiran II.

Berdasarkan keadaan inilah, maka diadakan pertimbangan-pertimbangansebagai berikut:

ad. 2. Seperti terbukti pada lampiran tersebut adi, maka pada masasesudah perang tampak di Indonesia suatu pergeseran mengenai tekananpajak dari pajak yang langsung ke pajak yang tidak langsung.

Dari beberapa pihak terdapat hasrat untuk memandang gejala(verschijnsel) ini sebagai suatu perkembangan yang tidak diinginkandari sistem pajak Indonesia. Diakui, bahwa pembangunan Negara kitayang berdaulat ini meletakkan syarat-syarat yang berat kepada keuangannegara, dalam keadaan mana sukar dicari jalan lain guna memenuhinya,selain dengan mengadakan pajak-pajak baru dan mempertinggipemungutan-pemungutan tidak langsung yang sudah ada. Akan tetapi,orang menyesalkan akan keharusan ini, karena jsutru perkembangan tadidipandang sebagai suatu langkah kemunduran dari cita-cita, dalam manatiap orang dengan sungguh dan teliti harus dikenakan pajak menurut"Kuatpikul"-nya masing-masing, oleh suatu sistem pajak dalam manapajak yang dipungut atas pendapatan, akan menempati kedudukan ditengah-tengahnya.

Terhadap soal ini, Pemerintah pertama-tama hendak kemukakan, bahwamenurut tingkat ilmu pengetahuan pajak pada masa ini, telah diakuikekurangan-kekurangannya pengertian kuat-pikul yang lama, sebagaipangkal pendirian guna membangun suatu sistem pajak. Selain dari padaitu, ia hendak kemukakan dengan istimewa bahwa suatu sistem pajaktidak mungkin dapat dibayangkan terlepas dari masyarakat, di manasistem tadi akan dipergunakan.

Sebagai diketahui, keadaan masyarakat di Indonesia ini, menunjukkansuatu corak sosial-ekonomi yang tertentu, suatu corak dari yangdisebut "underdevelopped *1464 areas." Mengenai hal ini, dapat disebutsebagai faktor-faktor yang menyolok mata yakni banyaknya penduduk yangsebagian besar hanya mencapai tingkat pendapatan yang rendah;sebaliknya pada sebagian golongan kecil terdapat modal yang "zwevend"yang tidak dipakai untuk penanaman modal dalam jangka panjang dan

Page 12: UU 21/1957, MENETAPKAN UNDANG UNDANG DARURAT …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10792.pdf · pengertian "beroep of bedrijf" juga termasuk kerja jabatan dan perbuatan-perbuatan,

berhubung dengan itu tidak terlihat.

Selain dari pada itu, mengenai soal pendapatan sendiri, terlihatbanyak perbedaan yang disebabkan oleh caranya bagaimana pendapatantadi diperoleh dan dalam bentuk apa didapatnya (berupa uang,barang-barang atau benda immaterial, yakni jasa-jasa); kesemuanya iniditinjau dari sudut keadaan aparat fiskal pemerintahan yang masihdalam keadaan pembangunan, yang serba kekurangan alat-alat gunamengadakan pendaftaran dan pemeriksaan yang tepat terhadap parawajib-pajak, pendapatan-pendapatan dan kekayaan-kekayaan.

Dalam keadaan masyarakat yang demikian tadi, maka suatu pajak langsungyang mengenai pendapatan (dan kekayaan) hanya dapat menempatikedudukan yang bersahaja, sedangkan titik-berat harus diletakkankepada pajak-pajak yang mengenakan pendapatan, pada saat pendapatanitu dibelanjakan.

Sesuai dengan ini, maka dalam susunan pajak Indonesia,pemungtan-pemungutan seperti bea-masuk, cukai, pajak penjualan, apayang disebut Inducement-certificaten dan sebagainya mengambil tempatyang penting.

Perlu diterangkan di sini, bahwa pemungutan-pemungutan ini padadasarnya tidak ditujukan terhadap keperluan hidup yang pertama,sedangkan barang-barang mewah dikenakan pajak menurut tarip-tariptingkat yang terperinci (gedifferentieerd).

Dengan demikian tercapailah suatu peningkatan (progressiviteit) dalamtekanan pajak, yang sesuai dengan pikiran kuat-pikul.Keuntungan-keuntungan yang didapatnya dari pajak tersebut tadi ialah :

a. bahwa pajak itu kurang memberikan kemungkinan untuk penyelundupandari pada pajak yang melulu dikenakan atas seluruh jumlah pendapatan;b. bahwa, para wajib-pajak lebih mudah menghasilkanpemungutan-pemungutan ini, karena pajaknya sudah tersimpul dalam hargapembelian barang-barang yang bersangkutan; dengan demikian parawajib-pajak dibebaskan dari menaruh dan menyimpan uang yang diperlukanguna melunasi suatu pajak penghasilan yang langsung;c. bahwa dengan demikian modal-modal yang "melayang" (zwevend)memberikan sumbangan juga kepada keuangan negara, selama itu tampakdigunakan untuk penghidupan yang mewah dan pembelanjaan yang tinggioleh para pemiliknya;d. bahwa pajak itu tidak meletakkan syarat-syarat yang terlampau beratpada aparat fiskal-administratif dalam kapasitasnya pada masa ini;e. bahwa pajak itu memberikan kemungkinan untuk mendapatkanpenghasilan-penghasilan yang besar yang diperlukan pada keadaansekarang ini bagi keuangan negara, yang tidak diperolehnya denganmelalui jalan mengadakan suatu pajak penghasilan langsung.

Dengan uraian di atas tadi, cukuplah sekiranya dibuktikan, bahwa aksendari sistem pajak Indonesia terletak pada pajak tidak langsung; danselanjutnya, bahwa beban yang berat yang diletakkan oleh tingkat hargapada masa ini -- dalam ini termasuk sumbangan yang besar daripemungutan-pemungutan tidak langsung -- atas pendapatan parawajib-pajak menyebabkan perlunya diadakan peringatan tekanan daripajak penghasilan.

Alasan-alasan yang berhubungan dengan pemungutan pajak seperti disebutdi atas untuk mengusulkan penambahan tarip terhadap orang yangbertempat-kediaman di daerah kepulaun Riau adalah sebagai berikut:

Page 13: UU 21/1957, MENETAPKAN UNDANG UNDANG DARURAT …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10792.pdf · pengertian "beroep of bedrijf" juga termasuk kerja jabatan dan perbuatan-perbuatan,

a. Seperti dapat dimaklumi juga maka kepulauan Riau dari dahulu kala(sejak *1465 1829) tidak termasuk wilayah pabean Indonesia. Kedudukankhusus sebagai "daerah bebas" yang dengan demikian diberikan kepadabagian dari wilayah negara ini mengakibatkan bahwa di daerah itu tidakdipungutnya bea-masuk dan keluar pun juga cukai; pajak yang taklangsung seperti pajak penjualan yang dipungut di bagian lain dariwilayah Indonesia tidak dikenal di daerah Riau. Untuk lengkapnyadimintakan perhatian bahwa sejak tanggal 1 Pebruari 1949 dalam halmengekspor pun dari daerah Riau dipungut bea-keluar atas karet;demikianpun halnya dengan bea-keluar-tambahan-sementara atas karet dantimah sejak tanggal 4 Pebruari 1952. Hubungan dagang yang erat yangselalu ada dengan Singapore karena letaknya kepulauan itumengakibatkan bahwa sudah lama sebelum perang dunia kedua, peredaranstraits-dollar selainnya uang rupiah (gulden) di sana diperkenankan.b. Kenyataan bahwa kepulauan Riau telah dianggap sebagai "daerahbebas" pada waktu sebelum perang tidak dapat menimbulkankeadaan-keadaan yang tidak diingini seperti yang dijumpai pada waktusesudah perang terakhir ini. Tingkatan harga tidak memberikankelonggaran yang cukup untuk menguntungkan penyelundupan dengan perahumelalui daerah ini yang sukar dalam hal pengawasannya. Bersamaandengan timbulnya bahaya perang di negeri ini dalam tahun 1940 makaberlakulah peraturan divisen dan semenjak itu (dan lebih-lebih sesudahperang sebagai akibat dari peraturan-peraturan yang senantiasa menjadiserat dan mengekang perdagangan internasional yang dahulu adalahbekas) daerah kepulauan Riau menjadi pusat dari perdagangan gelap yangberkembang baik dengan Malaka. Tingkat harga pasaran dunia yang sangatmembubung dan uang Singapore yang begitu menarik menjadi sebab-sebabutama dari penyaluran barang dan hasil dari negeri ini ke Malakamelalui kepulauan Riau. Uang dollar bebas yang diperoleh secarademikian dipergunakan lagi untuk membelanjai pemasukan barang secaragelap di negeri ini untuk mana terutama dalam tahun-tahun pertamasesudah perang boleh dikatakan dapat dimintakan tiap harga yangdikehendaki. Maka dari pada itu straits dollar dari sesudah perangyang begitu kuat telah mendesak kedudukan uang gulden/rupiah yangmerosot harganya di daerah ini; imbangan antara kedua uang itu di sanaditentukan oleh penilaian gelap.c. Sebagai akibat dari keadaan-keadaan yang disebut di atas makakepulauan Riau, jika dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya dariIndonesia telah menjadi daerah yang sangat makmur. Tingkatan ongkoshidup penduduk dengan demikian rata-rata menjadi lebih tinggi daripadadi bagian lainnya dari wilayah negeri ini.d. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alasan-alasan yangmenyebabkan penurunan pajak yang diusulkan tidak dapat dilakukanterhadap pemungutan pajak pada mereka yang bertempat-kediaman didaerah istimewa ini; oleh karena itu untuk mereka tidak dapatdikemukakan alasan-alasan yang tepat untuk menurunkan pajak kurangdari pada semula oleh sebab alasan-alasan dari tekanan pajak atasbenda yang berat ditiadakan dan tingkatan harga yang berlaku untuknyatidak meningkat sedemikian, sehingga dalam hal ini harus diadakankelonggaran pada pemungutan Pajak pendapatan, upah dan kekayaan.e. Maka berhubung dengan ini dimuat peraturan pada pasal 6 ayat 4Undang-undang Darurat tahun 1952 No. 14 (Lembaran Negara 1952 No. 87;Tambahan Lembaran Negara No. 346) yang menjadi dasar rancangan ini,menurut mana Undang-undang Darurat itu tidak berlaku bagi wajib-pajakyang bertempat-kediaman di dalam daerah kepulauan Riau, dan terhadapupah yang terhutang atau dibayarkan kepada buruh yangbertempat-kediaman di daerah tersebut. Peraturan ini mengakibatkanantara lain bahwa terhadap mereka tetap berlaku tarip pajak pendapatandan upah tahun 1951 selama berlakunya Undang-undang Darurat berhubung

Page 14: UU 21/1957, MENETAPKAN UNDANG UNDANG DARURAT …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10792.pdf · pengertian "beroep of bedrijf" juga termasuk kerja jabatan dan perbuatan-perbuatan,

dengan pajak yang terhutang mengenai masa sesudah 31 Desember 1951;demikian pun dengan pemungutan pajak kekayaan yang mengenai tarip danbatas permulaan yang dinaikkan sampai Rp. 250.000,-f. Mempergunakan dengan begitu saja tarip tahun 1951 di daerahkepulauan Riau akan menyebabkan bahwa sebagai akibat dari perhitungandi muka dari *1466 pendapatan upah dollar ke dalam uang rupiahpeningkatan tarip akan menekan terlalu berat kepada golongan-golonganpendapatan yang lebih rendah. Untuk mengatur soal ini Kepala JawatanPajak di Jakarta telah mengeluarkan petunjuk untuk para pejabat yangbersangkutan, menurut mana dalam hal perhitungan pajak ataspendapatan, upah dan kekayaan yang dinyatakan dalam straits dollarharus dipergunakan tarip yang berlaku seolah-olah hal ini dinyatakandalam straits dollar dari pada dalam uang rupiah; maka perhitungan kelain uang harus ditiadakan. Suatu contoh dapat menjelaskan apa yangdiuraikan di atas:atas pendapatan sebesar Rp. 50.000,- bilamanawajib-pajak kawin dan tidak mempunyai tanggungan keluarga -- menuruttarip B 1951 dikenakan pajak pendapatan sebesar Rp. 17.540,-; ataspendapatan yang nominal sama dalam straits-dollars menurut peraturantersebut dikenakan pajak sebesar S 17.540,-g. Dipandang dari sudut ketentuan hukum adalah tidak baik untukmelangsungkan peraturan khusus yang berdasarkan petunjuk jawatanseperti termaktub pada f. Hal ini sekarang diatur dalam rancangan inidengan memuat tarip rupiah yang khusus yang melulu berlaku di daerahRiau dalam pasal 8 dari ordonansi pajak pendapatan 1944, di mana dalamhal penyusunannya diperhatikan pula perhitungan di muka daripendapatan dollar ke dalam uang rupiah yang diharuskan olehUndang-undang. Tarip pajak upah telah disesuaikan dengan tarip rupiahyang baru dari pajak pendapatan pada pasal 9A dari ordonansi pajakupah. Berhubung dengan kepentingan keuangan yang kecil tidak dipandangperlu terhadap pemungutan pajak kekayaan mengadakan tarip tersendiriuntuk Riau.

II. Tarip yang "biasa" yang diusulkan untuk pajak pendapatan -- yangdengan demikian tidak berlaku di kepulauan Riau -- mempunyaisifat-sifat tersendiri sebagai berikut :

a. Tarip B mulai dengan pendapatan Rp. 5.000,- setahun. Jumlahpajaknya pada pendapatan ini adalah 3% (Rp. 150,-). Terhadapbagian-bagian pendapatan berikutnya, dipungut persentase yang naikdengan lambat-laun. Inilah apa yang disebut "persentase-marginal" yangdimulai dengan 5% dan selanjutnya dinaikkan hingga pada pendapatan Rp.30.000,- besarnya pajak adalah 10% dari seluruh pendapatan. Terhadappendapatan-pendapatan yang agak cepat sedemikian rupa hingga padapendapatan-pendapatan yang besarnya berturut-turut Rp.60.000,- dan Rp.120.000,-, jumlah pajaknya berturut-turut 25% dan 40% dari pendapatan.Di atas pendapatan yang tersebut belakangan tadi, persentase-marginalnaik dengan lambat laun hingga 75%, yakni untuk pendapatan-pendapatanyang besarnya Rp. 300.000,- dan lebih. Pada tingkat ini, jumlah pajakadalah ñ 57 1/2 % dari seluruh pendapatan, untuk selanjutnya naikdengan perlahan-lahan hingga mendekati batas: 75%. Bahwa pada mulanyapeningkatan terjadi dengan kecepatan yang dipersingkat pada pendapatanRp. 30.000,- ke atas, adalah berdasarkan pertimbangan, bahwa padaumumnya justru di atas batas inilah pendapatan mempunyai ruang untukmembiayai pengeluaran yang bersifat agak mewah maupun untuk tabungan.Dari pendapatan inilah dapat diminta sumbangan yang agak besar bagikeuangan Negara. Selain dari pada itu Pemerintah hendak mengemukakan,bahwa juga untuk pendapatan yang lebih tinggi, tarip baru inimengandung suatu tujuan yang berarti, yang diberikan dengan maksud danharapan agar dengan demikian perhatian kepada penabung (domesticsaving) dapat lebih dicurahkan. Pemerintah justru memandang soal

Page 15: UU 21/1957, MENETAPKAN UNDANG UNDANG DARURAT …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10792.pdf · pengertian "beroep of bedrijf" juga termasuk kerja jabatan dan perbuatan-perbuatan,

pembentukan dan penanaman modal (dari penduduk) asli ini, sebagaisuatu usaha pokok guna mempertinggi kemakmuran Indonesia dan berharapagar penurunan pajak tadi dapat pula memberikan sumbangannya untukitu. Dalam hubungan ini kiranya dapat ditunjuk kepada KeputusanPenghapusan Pajak perseroan 1953 menurut mana diadakan kemungkinanuntuk penghapusan yang bebas dari pajak atas penanaman modal baru danpenanaman modal yang akan diselenggarakan. Selanjutnya telah diajukanrancangan Undang-undang baru untuk menetapkan tarip pajak perseroanuntuk 1953 dan tahun-tahun berikutnya di mana diusulkan tarip khususyang agak lunak untuk perseroan-perseroan terbatas yang didirikansesudah penyerahan kedaulatan selama beberapa tahun sesudahpendiriannya. b. Sebagai dasar, diambil rencana tarip bagi orang yangkawin yang tidak mempunyai tanggungan anak dan keluarga lainnya, untukorang yang tidak *1467 kawin. Pajaknya diatur sedemikian rupa hinggapendapatan bersihnya ditinggikan dulu dengan 5%, sebelumdipergunakannya tarip baru ini. Sebagai diketahui tarip yang kiniberlaku bagi orang yang tidak kawin, disusun sedemikian rupa, hinggapersentase-marginal selalu 4% lebih tinggi dari pada persentase yangberlaku bagi orang yang kawin. Dengan mengadakan perbandingandemikian, maka orang yang tidak kawin yang pendapatannya rendah,dibebani lebih berat daripada mereka yang pendapatannya lebih tinggi.Untuk pendapatan-pendapatan yang paling tinggi, maka kenaikanpersentase-marginal dengan 4% tadi berarti, bahwa pajak bagi orangyang tidak kawin, sama besarnya dengan pajak bagi orang yang kawin,yang pendapatannya ñ 5% lebih tinggi. Dipandang dari sudutkesederhanaan dan pula untuk mendapatkan perbandingan yang sama gunasemua wajib-pajak, maka sebaik-baiknya dalam tarip baru, persentase 5ini diperluas hingga semua golongan pendapatan. Bahwa dengan begini,tarip yang diusulkan lebih menguntungkan sedikit orang yang tidakkawin, dari pada tarip sekarang ini, tidak dapat dikatakan tidakpatut; sifat pengeluaran orang yang tidak kawin pada umumnya lebihbanyak memberikan sumbangan kepada hasil pajak yang tidak langsungmengenai pendapatan dari pada orang yang kawin. Selanjutnya perbedaanpenghasilan antara sistem yang kini dan sistem yang diusulkan, tidakseimbang dengan kesederhanaan teknis, mengingat jumlah wajib-pajakyang sangat sedikit mengenai ini. Mengenai potongan keluarga, makadalam rancangan Undang-undang ini, tabel yang sulit dari pasal 8 ayat4 dari ordonansi, yang kini berlaku, diganti dengan peraturan,berdasarkan pedoman yang lebih mengutamakan arti tujuan sosial daripotongan keluarga. Berhubung dengan itu, maka para wajib-pajak,mengenai bebannya yang disebabkan oleh karena mempunyai tangungan anakdan keluarga lainnya, akan diperlakukan sama, dengan tidak memandangdalam golongan pendapatan mana mereka dimasukkan. Pedoman ini menujuke sistem, dalam mana pendapatan dikurangkan dengan jumlah yang tetapbagi tiap orang anak, sebelum tarip dipergunakan. Bahwa dengan begitusistem tadi teknis lebih sederhana, dapat dianggap sebagai penambahankeuntungan, yang tidak dapat diabaikan dengan begitu saja. Mengenaiperaturan besarnya potongan, peraturan baru ini tidak jauh berbedadengan yang berlaku kini. Besarnya jumlah-jumlah yang diambil untukpotongan keluarga adalah sedemikian rupa, hingga dapat memenuhi duasyarat : 1. jumlah-jumlah itu dapat dibagi dengan dua belas, yangmaksudnya agar potongan-potongan bulanan, dengan mudah dapatdijalankan. 2. jumlah-jumlah itu menunjukkan untuk tiap orang anaksuatu degressi yang tertentu.

Kelanjutan dari merosotnya harga uang Indonesia dan naiknya tingkatharga-harga barang pada tahun-tahun yang lampau, menyebabkan, bahwabanyak wajib-pajak yang masuk pada golongan, dalam mana penetapanpajak didasarkan atas tanda-tanda kemakmuran yang menyatakan perihalkehidupan (pasal 7 dari ordonansi) dan tarip A yang berlaku untuk itu,

Page 16: UU 21/1957, MENETAPKAN UNDANG UNDANG DARURAT …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10792.pdf · pengertian "beroep of bedrijf" juga termasuk kerja jabatan dan perbuatan-perbuatan,

telah melampaui batas pendapatan Rp. 2.400,- yang sudah ditetapkanitu, hingga dengan begitu mereka berada di luar cara peraturanpenetapan pajak yang tersendiri bagi mereka. Rancangan Undang-undangyang bersangkutan ini memperbaiki keadaan lama dengan menaikkan bataspendapatan tersebut tadi hingga Rp. 5.000,-, sedangkan tarip A telahdisesuaikan dengan itu, dengan jalan meluaskan jumlah kelas-kelaspajak hingga 17 yang disertai kenaikan dengan lambat-laun darijumlah-jumlah yang terhutang, hingga *1468 didapatnya persesuaiandengan tarip B yang baru. Agar dapat dinyatakan dengan jelas, bahwasecara biasa tarip A berlaku terhadap para wajib-pajak, dalam manabukan pendapatannya, akan tetapi kapasitas membayarnya yang dijalankankader (maatstaf) dari pemungutan, maka dalam tabel baru yangbersangkutan tidak disebut perihal golongan-golongan pendapatan. Untukmenjelaskan tarip A terhadap mereka, yang pendapatannya dapatdiketahui dengan pasti dan tidak termasuk dalam pelakuan pasal 7, makapasal 8 ayat 2 dan 5 baru yang diusulkan memberi petunjuk seperlunya;mengenai hal ini, lihat pasal II, sub VIII dari rancanganUndang-undang yang bersangkutan. Berhubung dengan diturunkan taripdari pajak pendapatan, maka dalam rancangan Undang-undang terdapatpenyesuaian penurunan tarip dari pajak upah yang berhubungan denganitu. Dalam skala dari pasal 9A ayat 1 dari ordonansi yangbersangkutan, persentase-pajak untuk upah yang jumlahnya kurang dariRp. 6.000,- setahun, adalah 3%; hingga kini besarnya persentase iniuntuk kelas-kelas-upah di atas Rp. 1.500,- dan Rp. 2.400,- setahun,berturut-turut 4% dan 5%. Upah yang jumlahnya setahun berada di antaraRp. 6.000,- dan Rp. 12.000,- dikenakan pajak sebanyak 5% di atasjumlah itu; persentase yang kini berlaku, yakni 7,10 dan 15 tetapdipergunakan dengan mengadakan pergeseran dari kelas-kelas-upah yangberhubungan dengan itu. Dalam hubungan ini bolehlah diterangkan, bahwahanya dalam beberapa hal saja, pajak-upah dijalankan terhadap upah diatas Rp. 5.000,-setahun; dengan begitu pajak upah itu digunakansebagai pemungutan di muka (voorheffing) dari pajak pendapatan 1) danperhitungan kelak dengan ketetapan-pajak pendapatan. Akan tetapibiasanya dalam hal ini tidak dikenakan pajak upah (lihat pasal 10,anak-bagian huruf y), oleh karena para majikan menurut pasal 17 ayat 5(pasal 17a baru) dari ordonansi pajak pendapatan, telah ditunjuk untukmemotong pajak yang tersebut di belakang ini.

IV. Mengenai tarip yang berlaku dalam kepulauan Riau dapat ditunjukkepada hal-hal yang khusus seperti tersebut di bawah ini: a. Tarippajak pendapatan Riau. Pertama harus dikemukakan, bahwa jalannyaperaturan sementara dari jawatan mengenai pemungutan pajak di Riauuntuk tahun 1952 dan 1953 seperti tercantum di bawah II huruf ftermaksud adalah memuaskan akan tetapi pelaksanaan secara konsekwendari cara pemungutan menurut ukuran yang dinyatakan dalam nilai uangrupiah untuk pajak-pajak atas pendapatan (upah) dan kekayaanmenghendaki bahwa peraturan Undang-undang dari perihal tersebut jugadidasarkan atas alat pembayaran nasional dan tidak atasstratis-dollar. Dengan memperhatikan perhitungan di muka yangdiharuskan yang mengenai pendapatan yang dinyatakan dalam straitsdollar maka untuk merencanakan tarip khusus untuk Riau dapatdipergunakan susunan dari tarip B 1952 yang biasa; dengan demikiandapat dipastikan juga adanya hubungan yang saling mempengaruhi antaradua tarip itu. Perhitungan atas dasar 1: 3,75 dengan mempergunakantarip tersebut tadi dengan sendirinya membawa kenaikan peningkatan dandengan demikian juga tekanan pajak. Tarip B 1952 yang biasa olehkarena itu, dapat pula dengan begitu saja dipergunakan terhadap wajibpajak di Riau, akan tetapi dengan demikian dalam golongan pendapatanyang lebih rendah akan terdapat pengenaan yang lebih rendah daripadasekarang sebagai akibat dari berlakunya tarip B 1951 yang dinyatakan

Page 17: UU 21/1957, MENETAPKAN UNDANG UNDANG DARURAT …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10792.pdf · pengertian "beroep of bedrijf" juga termasuk kerja jabatan dan perbuatan-perbuatan,

dalam straits dollar. Akibat yang tidak diharapkan ini telahdihindarkan dengan mengadakan kenaikan peningkatan yang lebih cepatuntuk golongan pendapatan yang rendah dari pada yang berlaku menuruttarip B 1952 yang biasa. Mulai dari Rp. 32.000,- kedua tarip tersebutberjalan sejajar. *1469 Pada Lampiran III dari Penjelasan ini dimuatsuatu daftar di mana dapat dilihat perbedaan tekanan pajak menuruttarip B 1951 dan B 1954 Riau untuk berbagai-bagai golongan pendapatan.Harus diperhatikan pula bahwa dalam cara memperhitungkan jumlah yangdikenakan pajak terhadap yang tak kawin dan wajib-pajak yang mempunyaitanggungan keluarga tidak diadakan perubahan. Terhadap golonganterakhir ini harus diperhatikan pula bahwa potongan keluarga barudapat dilakukan setelah pendapatan bersih diperhitungkan di muka kedalam uang rupiah. Tarip A 1954 Riau pada azasnya tetap sama dengantarip A yang biasa. Jumlah-jumlah yang diubah berhubungan denganpembagian dengan 3,75.

b. Tarip pajak upah. Oleh karena tarip 1952 dari pasal 9A dariordonansi pajak upah yang mengenai persentase dari tarip bertingkatyang tersimpul di dalamnya mempunyai hubungan dengan garis-peningkatdari tarip B 1952 yang biasa dari ordonansi pajak pendapatan 1944,maka, dari sebab peningkatan tarip B 1954 Riau sekarang dipercepat,penyesuaian dari tarip pajak upah tidak dapat diabaikan. Persentasetarip dari pasal 9A yakni berturut-turut 3, 5, 7, 10 dan 15 ditetapkanuntuk Riau berturut-turut sebesar 3, 6, 8, 11 dan 15.

V. Suatu akibat dari kenaikan tingkat harga umum pada keadaantenaga-beli yang tetap atau berkurang, ialah, bahwa berbagai-bagaiminimal yang terdapat pada ordonansi pajak pendapatan dan pajak-upahharus dinaikkan. Dipersilahkan melihat perubahan-perubahan yangdiusulkan pada pasal 5, ayat 1 dari peraturan pajak yang tersebutpertama dan pasal 9c ayat 2 dari yang tersebut belakangan (pasal II,sub V, ke-1 dan ke-2, dan pasal IV, sub III dari rancanganUndang-undang ini).

VI. Akhirnya dalam rangkaian penjelasan umum yang telah diberikan diatas terus diadakan perubahan juga pada tarip dari pajak kekayaan.Pemungutan ini, yang maksudnya hendak mengenakan kuat-pikul yang lebihditerbitkan karena memiliki kekayaan, hanya dapat dibayar daripendapatan. Ditinjau dari sudut alasan-alasan yang diuraikan di mukatadi, yang menuju kepada pengurangan tekanan dari pajak pendapatan,terutama pengaruhnya pajak tak langsung, kenaikan tingkat harga padakeadaan berkurangnya tenaga-beli dan memajukan "domestic saving" -maka jelaslah kiranya, bahwa pemungutan pajak kekayaan hanya dapatdiadakan atas kekayaan-kekayaan yang besar, dari mana dapat diharapkanpendapatan yang meningkat itu, dapat dianggap adil. Dalam rancanganUndang-undang diusulkan pula, agar pemungutan mulai diadakan padakekayaan bersih sebesar Rp. 250.000,-; sekarang ini besarnya bataspermulaan adalah Rp. 25.000,-. Persentase tarip telah ditetapkan 1/2,yang sesuai dengan persentase yang ada, dengan kenaikan 100 opsentensejak 1947. Potongan sebelum tarip digunakan, mengenai Rp. 249.000,-yang pertama dari kekayaan, memberikan peningkatan yang diingini dalamtarip. Berhubung dengan kecilnya kepentingan keuangan maka tidaklahdiusulkan tarip khusus yang bertahan dengan pemungutan pajak kekayaandari wajib-pajak yang bertempat-kediaman di kepulauan Riau. Pembesarantekanan pajak di sini dicapai oleh karena batas pengenaan pajak dengansendirinya diturunakn menjadi Rp. 250.000,- dibagi dengan 3,75 yangsama dengan sebesar 66.666 straits-dollar.

BAGIAN KHUSUS

Page 18: UU 21/1957, MENETAPKAN UNDANG UNDANG DARURAT …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10792.pdf · pengertian "beroep of bedrijf" juga termasuk kerja jabatan dan perbuatan-perbuatan,

Pasal II.

Sub. 1. Sebutan pajak tersebut dengan nama "pajak peralihan" tidaksesuai lagi dengan sifatnya pemungutan itu yang menjadi tetap. Olehkarena itu diusulkan *1470 perubahan nama pajak dan ordonansi itu.

Selanjutnya telah menjadi kebiasaan untuk mempergunakan istilah bahasaIndonesia dalam hal menyebut pajak dan ordonansinya itu, walaupun teksdalam bahasa Belanda di bagian-bagian yang tidak diubah masih menjaditeks yang resmi. Untuk memberi kedudukan hukum kepada di dalam praktekmaka dalam rancangan Undang-undang pasal 1 dan pasal 30 ayat 2 (videsub.XXIV, ke-1) disusun di dalam bahasa Indonesia sehingga untukselanjutnya hendaknya disebut "pajak pendapatan" dan "Ordonansi pajakpendapatan 1944."

Pasal II.

sub. II:

ke-1. Perubahan ini dijelaskan pada IX. ke-2. Kata-kata "in hetlaatste geval" yang terdapat dalam pasal 2, ayat 2a ke-1 dan ke-2telah tidak berarti lagi sejak perubahan teks-teks tersebut denganUndang-undang Lembaran Negara 1951 No. 91. ke-3. Dengan disiapkannyaayat 3 yang baru, berarti dimasukkannya dengan tegas dalam ordonansi,tafsiran dari istilah "beroep of bedrijf", yang telah dipakai sejakpermulaan; yaitu sesuai dengan aturan kewajiban pajak dari mereka yangtinggal di luar negeri, menurut ordonansi pajak pendapatan 1932 (videpasal 2 sub c). ke-4. Perubahan ini dijelaskan pada sub. III.

sub. III.

Pasal 2 ayat 4 (lama) dalam hal pelaksanaan pasal 2 ayat 4 diberikansesuatu kelonggaran kepada pengertian "keuangan umum Indonesia" antaralain kepada keuangan daerah swatantra. Semenjak dimuat Undang-undangitu dalam Lembaran Negara 1951 No. 91 dan Undang-undang Darurat dalamLembaran Negara 1951 No. 87 maka pengertian itu penting juga untukayat II dari pasal 17 (ayat ke-7 dari pasal 17a yang sekarangdirencanakan, pada sub XX) maupun untuk ayat ke-1 dari pasal 8a.Selanjutnya istilah tersebut dimuat pada bagian huruf n dari pasal 3(vide sub IV, ke-4) yang diusulkan. Barang sesuatu menyebabkandimuatnya peraturan dari ayat ke-4 bagi pasal 2 dalam pasal 2a yangtersendiri yang berlaku umum.

Sub. IV. :

ke-1. Pengecualian yang termaktub, dalam anak-bagian huruf a dan bdari pasal 3, dapat dihilangkan, karena Pajak-Bumi, Pajak pemakaiantanah (gebruiksgrondbelasting) dan Pajak panen padi (tiede van hetrijatgewas) telah dihapuskan, dan juga telah menjadi maksud Pemerintahuntuk mengakhiri pemungutan pajak serupa, yang berlaku pula ditanah-tanah partikelir. Kepada Jawatan Pajak akan diperintahkan untuktidak memperhatikan penghasilan yang dikenakan pajak berupa itu, kalaupemungutan itu belum berakhir. ke-2. Kenaikan batas pendapatan hinggaRp. 5.000,- di bawah batas mana pendapatan upah, melulu dikenakanpajak upah, adalah mempunyai hubungan dengan perubahan tarip A padapasal 8, hingga jumlah pendapatan sebanyak itu. ke-3. Redaksi darianak-bagian n diperluas, supaya dapat dimasukkan pada itu segalapendapatan diperoleh dari jabatan Negeri, yang oleh Pemerintahdikecualikan atau yang akan dikecualikan dari pajak. Pengecualianpajak ini telah diberikan untuk : a. yang disebut "kortverbandtoelage

Page 19: UU 21/1957, MENETAPKAN UNDANG UNDANG DARURAT …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10792.pdf · pengertian "beroep of bedrijf" juga termasuk kerja jabatan dan perbuatan-perbuatan,

dan bonus" beserta "bijalag"-nya; b. "bijalag" atas pengiriman uang keluar negeri; c. bijalag "spaar remise"; *1471 d. tambahan kepada paraahli menurut keputusan Pemerintah dalam Lembaran Negara 1951 No. 20.

Sub. V.

ke-4. Berhubung dengan kenyataan, bahwa kewajiban-pajak yang obyektifdari mereka yang tidak bertempat-kediaman di Indonesia, selalu hanyamerupakan sebagian daripada pendapatan seluruhnya, yaitu hanyapenghasilan yang tertentu, yang diperoleh di Indonesia, yangditerangkan lanjut pada pasal 2, ayat 2, maka atas alasan-alasantheoretis maupun praktis adalah tidak perlu untuk memberi potonganuntuk beban kepribadian (persoonlijke lasten) yang tidak adahubungannya dengan penghasilan di Indonesia. Aturan pasal 5 ayat 2sekarang berbeda daripada aturan dari ordonansi pajak pendapatan 1932(pasal 23), dan juga berbeda dari pada yang lazim terdapat dalamUndang-undang pajak lain-lain negeri. Teks yang baru berarti kembalikepada keadaan dulu.

Sub. VIII.

Karena dalam Bagian Umum dari Penjelasan ini telah diterangkan artiserta tujuan umum dari aturan tarip baru, maka cukuplah kiranya untukmemberi catatan-catatan di bawah ini :

1. Menyambung pendapat yang telah dianut mengenai kewajiban pajakterbatas dari orang yang tinggal di luar Negeri, seperti tertera padapasal 2 ayat 2, maka wajib pajak ini, tidak dikenakan kenaikan taripatau penurunannya, karena tidak kawin atau karena mempunyai tanggunankeluarga dan hal ini ditegaskan pada permulaan pasal 8 ayat 3 yangbaru.

2. Ayat 7 dari pasal 8 sekarang, yang telah disisipkan denganUndang-undang No. 34 tahun 1953 (Lembaran Negara tahun 1953 No. 84),yang menetapkan minimum pajak yang terhutang oleh orang yang berada diluar negeri, sebesar 3% dari penghasilan yang didapat di Indonsia,dalam teks yang baru, dihilangkan, karena pemakaian tarip A, yangbertalian dengan ketentuan pada ayat 2 (baru), memberikan hasil yangsama.

sub IX. Perubahan pasal 8c ayat 4, yang bertalian dengan dihapuskannyapasal 8b ayat 4 dan disisipkannya pasal 2 ayat la (vide sub II ke-I),hanya bermaksud untuk memberikan suatu aturan teknis yang lebih baik,mengenai penghitungan pajak mereka, yang berkewajiban pajak untukhanya sebagian dari tahun takwim sebagai orang yang tinggal di atau diluar Indonesia.

sub XI. Pasal 8e kini adalah tinggalan dari zaman sebelum Indonesiamerdeka.

Aturan pencegah pajak ganda (dubbele belasting) yang bertalian denganpembatasan kedaulatan pajak Indonesia, yang dihubungkan denganlangsung dengan perundang-undangan fiskal dari Nederland, Suriname danCuracao, dengan sendirinya harus dikeluarkan dari pengundang-undanganpajak nasional.

Dengan dihapuskannya pasal ini, maka kedudukan Nederland, Suriname danCuracao disamakan dengan kedudukan negeri asing lainnya yang berarti,bahwa hanya pengundang-undangan Indonesia mempunyai hak untukmenentukan, terhadap penghasilan-penghasilan mana yang didapat dari

Page 20: UU 21/1957, MENETAPKAN UNDANG UNDANG DARURAT …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10792.pdf · pengertian "beroep of bedrijf" juga termasuk kerja jabatan dan perbuatan-perbuatan,

luar negeri, dapat diberi potongan dari jumlah seluruh pendapatan yangdikenakan pajak Indonesia, untuk mencegah terjadinya pajak ganda(dubele belasting) (vide ordonansi Staatsblad 1934 No. 291,sebagaimana itu telah diubah).

sub XII. Pasal 9, bagian d adalah sisa dari zaman kolonial, dan harusdilenyapkan dari perundang-undangan pajak negara Indonesia yangberdaulat, karena tidak ada alasan lagi untuk memberikan pengecualianpajak, sebagai ganjaran *1472 istimewa kepada beberapa orang ataugolongan yang tertentu.

Anak bagian e dapat dihapuskan berhubung dengan adanya tarip A (videpasal 8 ayat 1 baru) yang muat pengecualian pajak buat kelas yangterendah.

Anak bagian g sekarang praktis tidak berarti lagi, karenaketetapan-ketetapan pajak dari tahun 1945 tidak ada lagi.

sub XIII, XVII, XIX dan XXII.

1. Dasar-dasar untuk menunjuk dan menetapkan kompetensi dari penguasa,yang ditugaskan untuk menetapkan pajak dan yang bertanggung jawab ataspemungutannya dalam pasal 10 dan pasal 15, tidak cukup jelas.

Susunan kata-kata yang baru dan yang diubah dari pasal-pasal inimerupakan suatu konsolidasi dan penyempurnaan lanjut dari pada aturanyang ada.

Aturan ini didasarkan atas pendapat, bahwa buat sebagian terbesar dariwajib pajak yang tingkat penghidupannya sangat rendah dan yangpendapatannya tidak dapat diketahui dengan pasti, dan pula tidakbegitu menentukan untuk daya pikulnya (draagvermogen). InspeksiKeuangan pada umumnya tidaklah merupakan aparat yang tepat untukmenetapkan pajak mereka itu. Dari dulu pengenaan pajak atasgolongan-golongan ini diatur sedemikian rupa, hingga pajaknyadidasarkan atas kemampuan membayar (betalingscapaciteit) yang dapatdilihat pada tanda-tanda kemakmuran yang menyatakan perihal kehidupanmereka (vide pasal 7), dan pertimbangan kemampuan membayar itu,penetapan dan pemungutan pajaknya diserahkan kepada Pamong Praja.

Dasar-dasar fikiran ini kini ditegaskan pada pasal 10 yang baru, danjuga pada ayat 2, 2a dan 2b dari pasal 15 yang baru.

Dalam aturan-aturan yang nanti ditetapkan oleh Menteri Keuanganberkenaan dengan susunan dan cara bekerja dari panitia penetapan ini,maka akan dimuat ketentuan, bahwa ketua-ketua panitia, adalah pegawaipamong praja.

Penunjukan Para Penjabat ini dan anggota-anggota lainnya dari panitiadiserahkan kepada penguasa-penguasa yang tersebut pada pasal 10 ayat3.

Kepada penguasa seperti disebut tadi diserahkan pula dengankemungkinan untuk melimpahkannya untuk memberikan petunjuk- petunjuktentang pemungutan pajak yang bersangkutan, seperti penunjukan orangyang diserahi dengan pemungutan pajak, peraturan tentang penyetoranuang dalam Kas Negeri yang diterima oleh orang yang diserahipemungutan pajak itu dan sebagainya.

Kekuasaan yang dimaksud ialah selain dari soal-soal yang mengenai

Page 21: UU 21/1957, MENETAPKAN UNDANG UNDANG DARURAT …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10792.pdf · pengertian "beroep of bedrijf" juga termasuk kerja jabatan dan perbuatan-perbuatan,

panitia penetapan, termasuk juga penetapan kohir dan pengawasan ataspelaksanaan dan pemungutan pajak.

Akhirnya penguasa-penguasa yang tersebut pada pasal 10 ayat 3 ituditugaskan untuk memberi keputusan atas keberatan yang dimajukanterhadap penetapan pajak, menurut kemampuan membayar wajib pajak yangbersangkutan dengan mengingat pasal

7.

Sudahlah terang, bahwa aturan mengenai keberatan dan "permohonanbandingan", yang tertulis pada pasal 13 hingga dengan pasal 14b, tidakdapat dipakai sama sekali untuk ketetapan-pajak tadi. Maka dari itupasal 14c yang baru, yang menugaskan pegawai tinggi itu untukmenyelidiki dan memberi keputusan atas keberatan adalah suatu aturanyang sesuai sekali dengan keadaan penetapan pajak di atas tadi.

2. Di dalam praktek dirasakan perlu suatu peraturan mengenaipenyerahan surat *1473 ketetapan-pajak kepada orang yang tidakmempunyai tempat-kediaman, yang tertentu. Dalam ayat ke-6 baru (videsub XIX ke-4) yang ditambahkan pada pasal 15 dengan demikian dimuatisi pasal 64 ayat 5a, dari ordonansi pajak pendapatan 1932.

sub XIV. Penggantian kata-kata : " dan wel van andere bescheiden",pada pasal 11, ayat 1 anak-bagian huruf c, dengan "dan wel van andereaantekeningen en bescheiden", mempunyai maksud agar dalam hal-hal, dimana di samping penyeleggaraan pembukuan dalam bahasa Indonesia jugadilakukan pembukuan dalam lain bahasa, dapat dipastikan dengan tidakragu-ragu, bahwa pun diperlihatkannya pembukuan yang terakhir ini,dapat pula dipinta.

sub XVIII. Perubahan-perubahan masa dalam mana tagihan-kemudianmungkin, adalah didasarkan atas pertimbangan bahwa pajak pendapatancoraknya adalah "naheffing", atau dengan lain perkataan bahwaketetapan-pajak (yang rampung) barulah ditetapkan, jika masa daripendapatan atas (tahun pajak) sudah lewat.

Persingkatan masa dari lima hingga tiga tahun. berarti kembali kepadaaturan yang dahulu berlaku bagi pajak pendapatan tahun 1932.

Jika penetapan masa lima tahun didasarkan dahulu atas keadaan alatfiskal Pemerintah, yang belum sempurna disusun, maka sekarangpembangunan dan penyusunan Jawatan Pajak sudah mencapai tingkatsedemikian hingga kita dapat kembali lagi keadaan yang biasa dahulu.

Tetapi walaupun begitu, jawatan pajak belum sedemikian keadaannya,hingga memungkinkan, untuk menjalankan pekerjaan fiskal yangsedemikian intensifnya, hingga kita dapat kembali memakai ketentuan,bahwa tagihan-kemudian harus didasarkan atas "peristiwa baru", yaitukenyataan yang tidak dapat diketahui, dengan keterangan-keteranganyang ada pada Kantor Inspeksi Keuangan, walaupun dengan penyelidikanseseksama-seksamanya.

Dalam hubungan ini, maka kekuasaan lebih luas dari Jawatan Pajak tetapdipertahankan.

Ketentuan yang dimuat dalam ayat 6 baru dari pasal 14d (nomeran baru)mempunyai 2 tujuan. Pertama yang dimaksudkan ialah, agar ketentuan itumencapai tujuan supaya kepada wajib-pajak, yang ketetapan-pajaknyaditetapkan menurut tanda-tanda kemakmuran yang menyatakan perihal

Page 22: UU 21/1957, MENETAPKAN UNDANG UNDANG DARURAT …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10792.pdf · pengertian "beroep of bedrijf" juga termasuk kerja jabatan dan perbuatan-perbuatan,

kehidupan (pasal 7) tidak dapat dijalankan tagihan-kemudian, kecualijika seluruh pendapatan bersihnya ternyata sedemikian tingginya (yaituRp. 5.000,- atau lebih), hingga dapat dipastikan, bahwa ia tersalahtelah dimasukkan dalam golongan wajib-pajak, yang penetapan pajaknyakhusus diatur oleh pasal 7. Pembatasan dari kemungkinan untukmengadakan tagihan-kemudian adalah suatu akibat yang logis, dari corakyang khusus dari aturan penetapan menurut pasal 7, yang melepaskanpendapatan bersih sebagai ukuran dari kemampuan membayar.

Lagi pula kepentingan keuangan dan tagihan kemudian atas pendapatanbersih di bawah Rp. 5.000,- begitu sedikit sekali artinya - hal iniberlaku juga buat wajib-pajak lainnya yang dikenaan menurut tarip A -sehingga praktis dapat diabaikan.

Maksud yang kedua dari ayat 6 ialah, untuk menetapkan, bahwatagihan-kemudian hanya boleh dijalankan oleh Kepala Inspeksi Keuangan,hal ini terlihat dari penetapan batas pendapatan ad. Rp. 5.000- diatasjumlah mana, panitia-panitia yang dimaksudkan pada pasal 10 ayat 2,tidak mempunyai kekuasaan.

sub XX. Pasal 17a yang baru, memberi perumusan yang lebih jelas daridasar-dasar aturan potongan (inhouding) seperti yang telah terwujudmenurut pasal 17 ayat 5, sekarang ini dan menurut aturan-aturanpelaksanaannya.

*1474 Pada itu ditambahkan suatu aturan (ayat 4 dan 5), yangmemungkinkan untuk bertindak terhadap majikan yang lalai, tindakanmana ternyata dibutuhkan dalam beberapa hal dalam praktek.

sub XXI. Permulaan masa kedaluwarsa atau lewat waktu (verjaring)disesuaikan, dengan corak dari "naheffing" yang ada pajak pendapatan.

Dengan ini maka, kedaluwarsa ini disamakan dengan yang berlaku untukpajak upah dan pajak perseroan.

sub XXIII. Hingga kini terdapat kewajiban untuk memberikan keterangandan memperlihatkan buku-buku dan sebagainya yang berhubungan denganpengenaan pajak dari pihak ketiga, dari para pemegang bank,.kasir, danorang atau pendirian-pendirian lainnya sebagai demikian. Keterangansemacam ini, yang mengenai wajib-pajak - fihak ketiga biasanya hanyamengenai keuangan atau bagian-bagian kekayaan lainnya.

Tetapi pada praktek penetapan pajak dalam beberapa hal, dirasakankebutuhan akan keterangan-keterangan mengenai penyerahan (leveranties)dari bahan-bahan mentah dan bahan-bahan pakai oleh importir, pengusahapaberik, pedagang besar dan sebagainya kepada wajib-pajak, yangmenjadi pengusaha atau pedagang kecil, untuk mengadakan pengawasanatas tata-usaha perusahaan (bedrijfsadministratie) dan atas suratpemberitahuan (aangifte) wajib-pajak tersebut.

Tata-usaha ini, seringkali memperlihatkan kekurangan yang sedikitbanyak agak besar, yang membikin tata-usaha itu tidak cukup untukdijadikan dasar penetapan dari pendapatan yang agak boleh dipercayadari wajib-pajak yang bersangkutan.

Berhubung dengan ini dalam perubahan dari pasal 22 yang diusulkan,diletakkan peluasan kemungkinan bagi fiskus untuk mengadakanpeperiksaan yang dapat berarti suatu langkah yang maju ke arahperbaikan cara pengenaan pajak.

Page 23: UU 21/1957, MENETAPKAN UNDANG UNDANG DARURAT …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10792.pdf · pengertian "beroep of bedrijf" juga termasuk kerja jabatan dan perbuatan-perbuatan,

Di satu pihak hal ini bermaksud mencegah ditetapkan pajak yang kurangdari pada apa yang harus dibayar kepada Negara dan di lain pihak jikakekurangan pembukuan sedemikian rupa, hingga harus dilakukanpenaksiran dari pendapatan, hal ini menguntungkan wajib-pajak, selamaketerangan-keterangan nyata yang diperoleh, memungkinkan untukmembikin penaksiran yang lebih baik; dengan demikian dapatlah dicegahyang wajib-pajak harus membayar pajak terlalu tinggi.

Buat selanjutnya maka baiklah kiranya diingat, bahwa pertama-tamawajib pajak yang melakukan usaha atau pekerjaan bebas, diwajibkanmengadakan pembukuan yang sempurna dan yang boleh dipercaya (vide 10pasal 10a dari ordonansi) sehingga dapat dicegah penetapan pajak,berdasarkan atas penaksiran, serta segala risiko-risikonya.

Perluasan kewajiban memberitahukan dan kewajiban memperlihatkan hinggakepada mereka yang melakukan pekerjaan bebas, berhubung dengan maksuddari ketentuan di atas, dipandang tidak perlu, lagi pula pada teksyang diusulkan tadi dapat dicegah timbulnya kesulitan berhubung denganadanya perahasiaan jabatan (ambts en beroepsgeheim).

Dijalankannya kekuasaan yang terlalu luas dan terlalu sering olehInspeksi Keuangan yang nantinya diberikan kepadanya menurut pasal 22,berarti suatu tambahan beban yang terlalu berat diatas pundakperusahaan yang sekarang sudah harus mengorbankan banyak waktu dantenaga kerja, untuk memenuhi kepentingan keuangan Negara; dalam halini perlu diingat akan aturan kewajiban memotong pajak pendapatan danpajak upah (vide pasal 17 ayat 5 dan pasal-pasal 13 jo. 23 dariordonansi yang bersangkutan).

Yang dimaksudkan juga ialah, supaya tata-usaha pajak akan menggunakankekuasaan *1475 itu dengan sehemat-hematnya dan rasa penuhtanggung-jawab.

Ad pasal III. Pasal bersangkutan memungkinkan para pengusaha yangdikenakan pajak pendapatan untuk memakai aturan mengenai penghargaankembali (herwaardering) dari alat-alat perusahaan (bedrijfsmiddelen)dan utang-piutang luar negeri yang perlu untuk penetapan pajakPerseroan. Tidak perlu kiranya diuraikan bahwa peraturan tersebutsemata-mata dapat dijalankan untuk pemungutan pajak perseroan danpajak peralihan sehingga karena itu tidak akan dapat dimintapertimbangan di luar hal-hal mengenai lingkungan fiskal.

Peraturan penilaian kembali tidak berlaku terhadap perusahaan yangdiselenggarakan di kepulauan Riau. Melihat kepada keadaan-keadaanseperti yang dimuat dalam bagian umum sub II maka Pemerintah tidakmempunyai alasan untuk memberikan kelonggaran yang sangat besar ituyang disebabkan oleh peraturan penilaian kembali kepada wajib pajakyang bertempat-kediaman di daerah itu.

Apa yang tersebut di atas harus berlaku pula untuk wajib pajak yangbertempat kediaman di luar kepulauan Riau apabila merekamenyelenggarakan suatu perusahaan dalam daerah itu. Oleh karena ituperaturan khusus pada ayat 2 diikatkan kepada penyelenggaraanperusahaan didalam daerah yang sering disebut tadi.

Ad pasal IV. Sub I dan III. Pada perubahan-perubahan ini tidak perludiberikan komentar lebih lanjut, berhubung dengan yang telahdijelaskan dalam bagian umum dari penjelasan ini.

Sub II. Kesempatan untuk merubah ordonansi, juga dipakai untuk

Page 24: UU 21/1957, MENETAPKAN UNDANG UNDANG DARURAT …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10792.pdf · pengertian "beroep of bedrijf" juga termasuk kerja jabatan dan perbuatan-perbuatan,

mengadakan aturan yang adil mengenai pajak upah, yang terhutang atashadiah yang diberikan pada buruh yang hanya bergaji rendah.

Tarip umum dari pajak ini sebesar 15%, yang hingga kini berlaku untukhadiah-hadiah semacam ini, adalah terlalu tinggi untuk mereka tadi.

Secara gampangnya saja, maka oleh aturan yang diusulkan ini ditetapkanbahwa, besarnya pajak yang bersangkutan ditetapkan atas jumlah upahsetahun penuh termasuk pada itu hadiah di atas tadi.

Kecuali ini, makapun lain-lain penghasilan semacam itu, yang diterimasecara berkala atau tidak disamping upah biasa, dimasukkan dalamaturan ini, misalnya uang lembur, premi bahaya (gevaren-premies), uangtunjangan untuk menghadiri rapat-rapat dan sebagainya.

Tarip khusus dari pasal 9B ayat 2 yang berlaku untuk tantieme, hadiahdan penghasilan-penghasilan lainnya semacam itu yang diberikan sesudahburuh yang bersangkutan meninggalkan Indonesia atau sesudah orang itumeninggal dunia diganti dengan tarip pokok yang baru dari pajakpendapatan. Untuk hal-hal semacam ini, maka pajak upah bukan merupakansuatu pemungutan dimuka ("voorheffing") atas pajak pendapatan tetapimerupakan penggantinya.

Sub IV. Pengecualian dari pasal 10 anak bagian huruf b, adalahberhubungan dengan kekuasaan untuk memungut pajak dari Swapraja,sekedar kekuasaan ini belum dicabut oleh berlakunya ordonansi pajakupah (vide ordonansi, dalam Staatsblad 1935 No. 627, Staatsblad 1938No. 422 dan Staatsblad 1947 No. 203, yaitu yang berlaku untukVorstenlanden, Zelfbestuur di Bali dan Zelfbesturende landschappen diluar Jawa dan Indonesia Timur).

Dengan disahkannya Undang-undang Darurat No. 36 tahun 1950 tentangberlakunya Undang-undang dan sebagainya dikeluarkan sebelum terbentukNegara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara 1950 No. 78)dengan Undang-undang No. 4 tahun *1476 1952 (Lembaran Negara 1952 No.43), maka pengecualian ini tidak ada gunanya lagi.

Dihilangkannya anak bagian huruf d adalah mempunyai hubungan dengandihilangkan pasal 9 anak bagian huruf d, dari ordonansi pajakpendapatan 1944; baiklah kita membaca bagian dari penjelasan ini yangmenjelaskan soal ini ad pasal II sub XII.

Kelanjutan anak bagian huruf e, tidak beralasan lagi untukdipertahankan; (upah tagih) (collecteloon) yang bertalian dengan ini,sudah dikenakan pajak pendapatan dan oleh karena untuk pajak ini,telah dilakukan potongan secara luas, tidaklah terdapat keberatansesuatupun lagi untuk menjalankan potongan pajak-upah yang sudahmerupakan pemungutan dimuka (voorheffing) dari pajak pendapatan ataudipakai sebagai gantinya atas collecteloon itu.

Dengan diubahnya anak bagian huruf k maka, berakhirlah sudah kedudukankhusus dari Nederland, Suriname dan Curacao, dan dapatlah terlaksanapendirian fiscaalrechtelijk yang bercorak internasional umum, yaknibahwa berhak untuk memungut pajak atas upah adalah Negara dimanadilakukan kerja yang bersangkutan, dengan pengertian, bahwa terhadapupah yang dibayarkan dari kas Pemerintahan Negara yang membayarkanupah itu, yang berhak.

Ad pasal-pasal V dan VI.

Page 25: UU 21/1957, MENETAPKAN UNDANG UNDANG DARURAT …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10792.pdf · pengertian "beroep of bedrijf" juga termasuk kerja jabatan dan perbuatan-perbuatan,

Untuk mengetahui hal yang mengenai kenaikan minimum kekayaan bersihyang kena pajak sukalah membaca apa yang telah dijelaskan pada bagianumum dari penjelasan ini.

Jumlah opcenten yang berlaku untuk pajak kekayaan semenjak tahun 1947tiap-tiap tahun ditetapkan 100, sekarang telah dimasukkan dalam taripbaru, tetapi oleh karena perubahan Undang-undang ini berlaku suruthingga 1 Januari 1952, maka Undang-undang opcenten yang telahditetapkan buat tahun 1952 harus ditarik kembali.

Penarikan kembali pasal 16 dari ordonansi berdasarkan alasan yang samaseperti penarikan kembali pasal 8 ordonansi pajak pendapatan 1944(vide ad pasal II sub XI, yang bertalian dengan ini).

Dengan dihapuskannya ayat 2, 3 dan 4 dari pasal 17, maka pengecualianpajak kekayaan terhadap Wakil-wakil diplomatik, Konsul dan lain-lainwakil dari Luar Negeri, disamakan dengan yang berlaku untuk pajakpendapatan (vide ayat 9 anak bagian huruf a dari ordonansi tersebut).

Ad pasal VII.

Ayat I sub (b). Peraturan-peraturan dari Undang-undang umumnya berlakusurat sampai 1 Januari 1952. Akan tetapi mungkin juga bahwa penetapanyang didasarkan atas tanda-tanda kemakmuran yang menyatakan perihalkehidupan (lihat pasal 7 dari ordonansi pajak pendapatan 1944)dilakukan sesudah tanggal 1 Januari 1952 akan tetapi sebelumberlakunya Undang-undang Darurat No. 14 tahun 1952. Penetapan iniharus tetap diadakan dan diselesaikan menurut peraturan yang berlakupada waktu penetapannya.

Ayat 2. Pada umumnya dalam hal pemungutan pajak upah yang menentukanialah masa di dalam mana upah dibayarkan atau terhutang. Oleh karenahal itu untuk memenuhi pembayaran kepada buruh yang tidakbertempat-kediaman di negeri ini untuk siapa pajak upah itu adalahpemungutan terakhir akan menyebabkan pembelakangan buruh yangbertempat kediaman di negeri ini, maka untuk upah semacam itu diadakanpengecualian sehingga peraturan umum dari ayat 1 berlaku lagi dantarip baru berlaku terhadap pembayaran yang ditetapkan untuk buruhyang disebut tadi *1477 mengenai masa yang telah lampau sesudahtanggal 1 Januari 1952.

Ayat 3. Dari peraturan dari pasal 6 ayat 4 dari Undang-undang DaruratNo. 14 tahun 1952 seperti yang termaktub pada bagian umum sub II dapatdisimpulkan bahwa pemungutan pajak di daerah Riau mengenai tahun 1952dan 1953 telah atau berlangsung berdasarkan ketentuan-ketentuanUndang-undang yang berlaku untuk seluruh Indonesia sebelum 1 Januari1952. Berhubung dengan itu maka dianggap tidak perlu untuk terhadapdaerah ini juga memberikan daya berlaku surut sampai 1 Januari 1952kepada rancangan ini untuk Riau, seperti diaturnya pada ayat 1 untukbagian lainnya dari daerah Indonesia. Perlakuan surut seperti tersebuttadi di dalam praktek ternyata tidak dapat dilaksanakan; pasaltersebut disusun juga sedemikian rupa sehingga untuk daerah Riaupelaksanaannya baru dapat dijalankan mulai 1 Januari 1954.

Termasuk Lembaran-Negara No. 41 tahun 1957.

Diketahui : Menteri Kehakiman,G.A. MAENGKONG

Di dalam dokumen ini terdapat lampiran dalam format gambar.

Page 26: UU 21/1957, MENETAPKAN UNDANG UNDANG DARURAT …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10792.pdf · pengertian "beroep of bedrijf" juga termasuk kerja jabatan dan perbuatan-perbuatan,

Lampiran-lampiran ini terdiri dari beberapa halaman yang ditampilkansebagai satu berkas.Apabila anda ingin mendapatkan gambar berikutnyaklik dua kali pada gambar di bawah ini.

TABULAR OR GRAPHIC MATERIAL SET AT THIS POINT IS NOT DISPLAYED.

--------------------------------

CATATAN

Di bawah ini terdapat lampiran dalam format gambar. Lampiran-lampiranini terdiri dari beberapa halaman yang ditampilkan sebagai satuberkas.

TABULAR OR GRAPHIC MATERIAL SET AT THIS POINT IS NOT DISPLAYED.

Kutipan: LEMBARAN NEGARA DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA TAHUN 1957 YANGTELAH DICETAK ULANG_________________________________________________________________