uts landasan pedagogik
TRANSCRIPT
LANDASAN PEDAGOGIK
1. Apa arti pedagogik? Mengapa guru harus memahami pedagogik? Jelaskan secara logik alasan
ilmiah dan filsafiahnya?
JAWAB:
Menurut Uyoh Sadulloh (2010:1), pedagogik merupakan ilmu yang membahas pendidikan, yaitu
ilmu pendidikan anak. Jadi, pedagogik mencoba menjelaskan tentang seluk-beluk pendidikan anak,
pedagogik merupakan teori pendidikan anak. Pedagogik berasal dari Bahasa Yunani, “paedos”
yang berarti anak laki-laki dan “agogos” artinya mengantar, membimbing. Hoogveld (Sadulloh,
2020:2) mendefinisikan pedagogik ialah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke
arah tujuan tertentu, yaitu agar kelak ia mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya.
Sehingga dengan kata lain pedagogik ialah ilmu mendidik anak.
Berbeda dengan Langeveld (Sadulloh, 2010:2), Beliau membedakan
istilah pedagogik dan pedagogi. Pedagogik diartikan dengan ilmu mendidik, lebih menitikberatkan
kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan. Suatu pemikiran bagaimana kita membimbing
anak, mendidik anak. Sedangkan pedagogi berarti pendidikan, yang lebih menekankan kepada
praktik, menyangkut kegiatan mendidik, kegiatan membimbing anak.
Mendidik menurut Darji Darmodiharjo (Sadulloh, 2010:7) ialah menunjukkan usaha yang lebih
ditujukan kepada pengembangan budi pekerti, hati nurani, semangat. Kecintaan, rasa kesusilaan,
ketaqwaan, dan lainnya. Guru seyogyanyalah mengayomi siswa dengan memberikan contoh
teladan. Konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yang sangat terkenal yakni Ing Madya
Mangun Tulodo yang berarti apabila pendidik berada di depan maka ia harus member contoh yang
baik terhadap anak didiknya; Ing madya Mangun Karso, apabila pendidik berada di tengah maka ia
harus mendorong kemauan anak, membangkitkan kreativitas dan hasrat untuk berinisiatif dan
berbuat; Tut Wuri Handayani, berarti mengikuti dari belakang. Handayani berarti mendorong,
memotivasi, atau membangkitkan semangat. Kata Tut Wuri, berarti pendidik diharapkan dapat
melihat, menemukan, dan memahami bakat atau potensi yang muncul dan terlihat pada anak
didik, untuk selanjutnya mengembangkan pertumbuhan yang sewajarnya dari potensi-potensi itu.
Teori tabularasa empirisme John Locke di mana seorang anak merupakan kertas putih yang belum
ditulisi apapun sehingga segala kecakapan dan kemampuan serta pengetahuan ia dapatkan dari
pengalaman dengan bantuan panca indra. Teori nativisme menerangkan bahwa anak sudah
membawa bakatnya masing-masing ketika lahir. Kemudian teori konvergensi di mana teori ini
memadukan empirisme dan nativisme yaitu anak memliki potensi luar biasa yang dimilikinya sejak
lahir dan bakatnya tersebut haruslah dikembangkan sehingga faktor lingkunganlah yang berperan
dalam pengembangannya.
Melihat adanya ketiga pendapat mengenai aliran pendidikan di atas maka pendidik hendaknya
menjadi fasilitator dalam mendidik serta mengembangkan bakat serta potensi peserta didik secara
maksimal agar kelak menjadi orang yang dapat berguna dalam kehidupan bermasyarakat. Dan
istilah Tut Wuri Handayani lebih mengarah ke teori konvergensi di mana perkembangan bakat
anak dipengaruhi oleh pembawaan serta lingkungan. Dan itulah diperlukannya keterampilan
pedagogik bagi seorang guru.
1. Jelaskan makna dan peranan dari komponen-komponen pendidikan di bawah ini;
a) Tujuan pendidikan
b) Hakikat anak
c) Peranan guru
d) Alat pendidikan yang paling utama
e) Situasi pendidikan
JAWAB:
a) Tujuan pendidikan
Tujuan berisi arah atau hasil yang ingin dicapai setelah dilaksanakannya pembelajaran. Tujuan
pendidikan ada yang jangka pendek dan jangka panjang. Di sini juga terdapat berbagai macam
tujuan dalam pendidikan, yakni: (a) tujuan pendidikan nasional, bersifat umum dan merupakan
tujuan global dari setiap usaha pendidikan yang dilakukan yang tertuang dalan Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003; (b) tujuan institusional, berarti tujuan yang hendak dicapai oleh institusi yakni
sekolah, di mana tujuan ini dihubungkan dengan tujuan umum dalam bentuk kompetensi lulusan
setiap jenjang pendidikan yang mencakup standar kompetensi pendidikan dasar, menengah,
kejuruan, dan jenjang pendidikan tinggi; (c) tujuan kurikuler, ialah tujuan yang ingin dicapai oleh
setiap bidang studi tertentu sehingga masing-masing mata pelajaran berbeda-beda tujuannya; (d)
tujuan instruksional/tujuan pembelajaran, ialah penjabaran khusus dari tujuan kurikuler di mana
akan terdapat suatu kompetensi khusus yang akan dicapai siswa setelah pembelajaran, yang
biasanya meliputi kompetensi dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pada akhir dari pendidikan ialah dicapainya tujuan pendidikan dan akan menghasilkan perubahan
tingkah laku yang diharapkan berdasarkan klasifikasi dalam ranah taksonomi Bloom. Sehingga
peranan tujuan pendidikan ini mengarahkan apa yang harus dilakukan serta dicapai oleh peserta
didik sehingga dapat membentuk perubahan tingkah laku yang positif dan akan membawa
manfaat praktis dalam kehidupan bermasyarakat.
b) Hakikat anak
Anak ialah manusia yang masih kecil. Di sini kita fokuskan terhadap anak dalam rentang usia 6-12
tahun atau anak pada usia sekolah dasar. Pada masa anak-anak, mereka mengalami
perkembangan dunia kecerdasan yang sangat pesat. Mereka aktif mempelajari apa yang ada di
lingkungannya, dorongan untuk mengetahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar.
Anak sebagai individu yang memiliki karakteristik tertentu dalam dirinya yang membedakan ia
dengan individu lainnya. Oleh karena itu anak didik di sekolah hendaklah difasilitasi dalam
pengembangan kemampuannya.
Anak mempunyai peranan yang sangat besar karena merupakan pbjek dari pendidikan, merekalah
yang akan dididik, dibentuk kepribadiannya, dibimbing, serta diayomi dalam membentuk
kepribadian serta tingkah laku yang baik dan dewasa.
c) Peranan guru
Guru adalah pendidik di sekolah. Menurut UU Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005, guru adalah
pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Peranan guru sebagai pendidik sangatlah besar. Guru membentuk sikap siswa, menjadi contoh
teladan bagi siswa-siswanya, bukan hanya sekedar mengajar. Menurut WF Connell, ada tujuh
peran seorang guru, yakni sebagai: pendidik, model, pengajar dan pembimbing, pelajar,
komunikator terhadap masyarakat setempat, pekerja administrasi, dan setiawan terhadap
lembaga.
d) Alat pendidikan yang paling utama
Alat pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu
kedewasaan. Alat pendidikan juga berarti langkah-langkah yang diambil demi kelancaran proses
pendidikan. Alat pendidikan umumnya didefinisikan sama dengan media. Namun, di sini ada
beberapa alat pendidikan yang dibedakan oleh ahli.
1. Menurut Ahmad D. Marimba, alat pendidikan terdiri dari: a) alat-alat yang memberikan
perlengkapan berupa kecakapan berbuat dan pengertian hafalan; b) alat-alat untuk memberi
pengertian, membentuk sikap, minat, dan cara berpikir; 3) alat-alat yang membawa ke arah
keheningan batin, kepercayaan dan pengarahan diri sepenuhnya kepadaNya
2. Suwarno membagi alat-alat pendidikan: a) alat pendidikan positif jika ditunjukkan agar anak
mengerjakan sesuatu yang baik berupa pujian dan negatif jika tujuannya menjaga supaya anak
didik jangan mengerjakan sesuatu yang jelek berupa larangan; b) alat pendidikan preventif yang
mencegah sebelum anak melakukan sesuatu yang tidak baik dan korektif jika maksudnya
memperbaiki perilaku anak; c) alat pendidikan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan
3. Madyo Ekosusilo, alat pendidikan dibedakan menjadi: a) alat pendidikan material yang bersifat
material untuk menunjang pencapaian tujuan pendidikan atau disebut dengan media
pembelajaran dan alat pendidikan yang bersifat non-material yakni berupa keadaan atau
dilakukan dengan sengaja sebagai sarana dalam kegiatan pendidikan.
4. Alat pendidikan menurut Langeveld ialah: a) perlindungan; b) kesepahaman; c) kesamaan arah
dalam pikiran dan perbuatan; d) perasaan bersatu; e) pendidikan karena kepentingan diri sendiri
5. Sedangkan menurut Uyoh Sadulloh, alat-alat pendidikan meliputi: a) pembiasaan; b)
pengawasan; c) perintah; d) larangan; e) hukuman
Alat-alat pendidikan amatlah penting peranannya, diantaranya ialah sebagai pembiasaan dan
pengawasan, perintah dan larangan, serta ganjaran dan hukuman dalam kegiatan pendidikan agar
tujuan dalam proses pendidikan yang sudah ditentukan dapat tercapai dengan maksimal.
e) Situasi pendidikan
Situasi pendidikan merupakan kondisi yang ditandai dengan adanya sejumlah kandungan pokok
yang terdapat pada kegiatan pendidikan pendidikan, yaitu adanya peserta didik, pendidik, dan
tujuan pendidikan yang ketiganya terintegrasi melalui proses pembelajaran. Menurut Uyoh
Sadulloh (2010:111), situasi pendidikan ialah situasi yang diciptakan di mana pendidik melakukan
interaksi kepada anak didik untuk mencapai tujuan tertentu dan dilaksanakan dengan penuh
kesadaran dan kewaspadaan. Di sini akan terjadi proses interaksi belajar-mengajar antara guru-
siswa untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Peranan situasi pendidikan ini amatlah penting karena di sinilah terjadi proses transfer ilmu dan
nilai dari guru ke siswa. Situasi pendidikan juga dapat berarti latar atau tempat di mana
berlangsungnya pendidikan yang dibedakan menjadi pendidikan informal, formal, dan non-formal.
1. Bagaimana anda menerapkan teori perkembangan kognitif, teori sosial, emosional dan
keputusan moral dalam pembelajaran di kelas?
JAWAB:
Sebelum menjawabnya, mari terlebih dahulu kita mempelajari satu persatu mengenai teori
perkembangan kognitif, teori sosial, emosional dan keputusan moral.
a) Teori perkembangan kognitif merupakan teori yang berhubungan dengan perkembangan
intelegensi anak, kemampuan anak dalam memeperoleh pengetahuan-pengetahuan baru. Teori
perkembangan kognitif yang paling dikenal ialah teori perkembangan kognitif Piaget. Piaget
menggabungkan dua skema, yakni asimilasi, menggabungkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan lama dan akomodasi, menyesuaikan diri terhadap pengetahuan baru. Berikut ialah
tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget.
PERIODE USIA DESKRIPSI PERKEMBANGAN
Sensorimot
or
0-2
tahun
Pengetahuan anak diperoleh melalui interaksi fisik, baik dengan orang atau
objek (benda). Skema-skemanya baru berbentuk refleks-refleks sederhana,
seperti menggenggam atau menghisap
Praoperasio
nal
2-6
tahun
Anak mulai menggunakan simbol-simbol untuk merepresentasikan dunia
secara kognitif. Simbol-simbol itu seperti kata-kata dan bilangan yang
dapat menggantikan objek, peristiwa dan kegiatan
Operasi
Konkret
6-11
tahun
Anak sudah dapat membentuk operasi-operasi mental atas pengetahuan
yang mereka miliki. Mereka dapat menambah, mengurangi, dan
mengubah. Anak sudah dapat memecahkan masalah secara logis. Maka
inilah usia tepat untuk anak bersekolah di jenjang sekolah dasar. Anak
berpikir secara logik tetapi dengan menggunakan benda atau media
konkrit
Operasi
Formal
11
tahun
sampai
dewasa
Periode ini merupakan operasi mental pada level tinggi. Anak sudah bisa
menghubungkan peristiwa abstrak dan sudah dapat memecahkan masalah
Penerapan teori perkembangan kognitif ini dalam proses pembelajaran di kelas ialah: (1)
Menggunakan benda konkrit dalam pembelajaran; (2) menggunakan peralatan visual; (3)
memanfaatkan lingkungan sekitar; (4) memastikan presentasi yang singkat dengan jawaban
sederhana; dan (5) mengkondisikan siswa agar menganalisis mulai dari tingkatan sederhana
menuju yang kompleks agar tingkat kemampuan kognitifnya berkembang (secara induktif); (6)
pengajaran discovery
b) Teori sosial ialah teori yang berkenaan dengan lingkungan sosial dan hubungan
interpersonal. Teori ini menekankan bagaimana anak dapat mengembangkan keterampilan
sosialnya sesuai dengan kebudayaan masyarakat di sekitarnya. Perkembangan sosial anak
dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua serta guru terhadap anak dalam
mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta
mendorong dan memberikan contoh kepada anak bagaimana menerapkan norma-norma tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penerapannya dalam proses pembelajaran, maka yang harus dilakukan guru ialah: (1)
mengkondisikan proses pembelajaran yang mengeksplore keterampilan sosial siswa seperti
adanya interaksi dalam kerja kelompok; (2) memberikan contoh konkrit tentang bagaimana cara
penerapan interaksi sosial; (3) penanaman nilai budi pekerti; (4) menampilkan isu-isu sosial
sehingga siswa dilatih untuk berpikir kritis dalam menyikapi masalah-masalah sosial
c) Perkembangan emosional. Emosi merupakan perasaan-perasaan tertentu yang dialami saat
menghadapi suatu situasi tertentu. Emosional anak dipengaruhi oleh orang-orang di sekitar anak.
Mereka belajar dan meniru bagaimana orang di sekitar memberikan reaksi emosi terhadap
sesuatu. Emosional anak terjadi akibat respons yang ia berikan terhadap stimulus.
Peran guru dalam memfasilitasi perkembangan emosi anak ketika mereka berada di sekolah
sangatlah vital. Hal ini disebabkan karena aktivitas anak bersama teman-temannya yang lain
banyak terjadi di sekolah, khususnya di dalam kelas. Hubungan jiwa antara guru-siswa dapat
membantu berkembangnya kecerdasan emosi anak sehingga mereka dapat belajar saling
menghargai, memahami, dan meniru nilai-nilai budi pekerti yang ditanamkan oleh gurunya. Ini
berarti bahwa pribadi seorang guru mampu memberikan suatu “model” bagaimana ia seharusnya.
Ada beberapa kondisi yang merupakan aspek penting dalam membentuk pola hubungan antara
guru-siswa (James L. Paul, 1954:303-304): (1) Guru-siswa saling menghormati satu sama lain
secara positif, karena siswa memerlukan rasa aman dan bernilai di mata gurunya; (2) Guru
menyampaikan sikap penuh arti dalam ranah belajar dan menuju keberhasilan; (3) Guru
menunjukkan kesediaan dan kemampuan untuk memecahkan masalah dan konflik; (4) Guru
sebagai pribadi yang mengamankan.
Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya:
1) Merancang pembelajaran yang menarik dan dapat memberikan motivasi serta semangat siswa
dalam belajar
2) Hindari mengingat kesalahan-kesalahannya yang pernah terjadi di masa lampau
3) Tanggap dan fokus terhadap isi dari materi pembelajaran
4) Membangun pengulangan terhadap tindakan positif siswa
5) Mendorong siswa mengontrol setiap tugas sekolahnya
6) Tetap melibatkan siswa secara aktif
7) Penggunaan bahasa sederhana, secara langsung, netral
d) Keputusan moral
Moral adalah kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Nilai-nilai moral berupa
seruan untuk berbuat baik dengan orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara
kebersihan, menjaga hak-hak orang lain, larangan berbuat jahat atau istilahnya amar ma’ruf nahi
munkar. Seseorang dikatakan bermoral apabila menjunjung nilai-nilai moral yang berlaku dalam
masyarakat. Penanaman nilai-nilai moral pada anak-anak hendaknya ditanamkan sejak dini.
Perkembangan moral anak terjadi melalui pendidikan langsung, identifikasi, dan proses coba-coba
Anak-anak belajar untuk menjadi baik dengan dihadapkan pada perbuatan baik dan tindakan
melalui model orang-orang terkenal (melalui teks dan multimedia) dan yang lebih diperkuat oleh
penilaian guru tentang moral, etika, dan perilaku agar tidak memilih model yang salah. Ini adalah
pendekatan langsung ke dalam pendidikan moral yang melibatkan membuat siswa melek moral
dasar untuk mencegah mereka terlibat dalam perilaku tidak bermoral dan merugikan diri sendiri
atau orang lain (Santrock 2001, hal. 108)
1. Coba anda analisis kondisi guru dan sekolah di Indonesia dewasa ini dan bandingkan dengan
standar pendidikan nasional (8 standar) yang ditetapkan pemerintah. Standar mana yang tidak
ada atau melebihi dari pandangan Colin Marsh tentang penyiapan menjadi guru.?
JAWAB:
Kita ketahui bahwa ada 8 Standar Nasional Pendidikan telah ditetapkan, yakni sebagai berikut.
a) Standar Kompetensi Lulusan
Pada Permendiknas No 23 Tahun 2006 pasal 1 ayat (1) dan (2), Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam
menentukan kelulusan peserta didik yang meliputi SKL satuan pendidikan dasar dan menengah,
SKL lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan SKL minimal mata pelajaran. Untuk jenjang
pendidikan dasar, SKL ditujukan agar siswa dapat meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut. SKL ini menyempit tatkala dibedakan berdasarkan kelompok mata pelajaran. Masing-masing
kelompok mata pelajaran akan berbeda standar yang dipatok sebagai SKL. Sedangkan kemudian
SKL ini akan kembali mengerucut ketika dikelompokkan berdasarkan mata pelajaran-mata
pelajaran dalam setiap jenjang pendidikan. Untuk SKL per mata pelajaran inilah yang selanjutnya
menjadi rujukan dalam pengembangan standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
kurikulum KTSP.
Dalam implementasi SKL di sekolah, guru telah mengupayakan kegiatan pembelajaran dapat
mengarahkan serta membimbing siswa dalam mencapai SKL per mata pelajaran yang telah
ditenatukan. Jika ada siswa atau beberapa siswa yang tidak mencapai SKL maka akan diberikan
remedial. Dalam pemaparan Collin Marsh, Beliau tidak menjelaskan mengenai SKL yang harus
dicapai oleh siswa. Di Indonesia, untuk mencapai SKL maka selain guru menerapkan kegiatan
pembelajaran yang student centered, sekolah pun memfasilitasinya dengan beragam alat peraga
seperti pengadaan kit media pembelajaran, pelayanan bakat siswa seperti adanya muatan local
dan ekstrakurikuler, pemberian contoh teladan kepada siswa, dan lain-lain.
b) Standar Isi
Pada Permendiknas No 22 Tahun 2006 standar isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
yang selanjutnya disebut Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi
minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang
terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar sehingga guru dengan mudah merumuskan
tujuan instruksional yang harus dicapai siswa. Implementasi mengenai standar ini dapat dilihat
dalam penyusunan program tahunan dan program semester, silabus, serta RPP yang dibuat guru.
Sekolah mempunyai peranan penting dalam pengembangan standar isi karena pada perumusan
tujuan instruksional diserahkan menjadi hak otonomi masing-masing pihak sekolah yang
disesuaikan dengan karakteristik siswa dan lingkungan.
Collin Marsh tidak menjelaskan secara rinci apa saja lingkup materi minimal dan tingkat
kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal yang seharusnya menjadi bagian
terpenting sebagai refleksi keberhasilan proses pendidikan di sekolah.
c) Standar Proses
Dalam Permendiknas No 41 Tahun 2007, standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.
Kondisi di lapangan, sudah terlihat adanya pelaksanaan permendiknas ini di mana guru-guru telah
membuat rencana pembelajaran, melaksakannya, serta memberikan penilaian terhadap hasil
belajar siswa dan kemudian akhirnya dilakukan pengawasan dalam proses pembelajaran.
Collin Marsh menjelaskan juga mengenai hal-hal yang ada pada standar proses. Namun, Beliau
tidak menyebutnya dengan RPP melainkan dengan Satuan Perencanaan
(1) Prencanaan Pembelajaran
Dalam satuan perencanaan, Collin Marsh menyatakan bahwa ada beberapa katrakteristik, yakni:
judul satuan, deskripsi tingkat kelas dan jumlah siswa, alasan untuk satuan, tujuan, sasaran, hasil,
isi, memilih dan merancang aktivitas pembelajaran, dan evaluasi.
(2) Dalam proses pembelajaran, Collin Marsh menyatakan guru juga memberikan motivasi
terlebih dahulu kepada siswa sebelum memasuki inti pembelajaran. Guru juga menggunakan
beberapa instruction mode dalam mengajar. Pengorganisasian serta pengelolaan kelas diatur agar
guru-siswa dapat berinteraksi secara efektif sehingga diperlukan keterampilan guru dalam me-
manage kondisi siswa sebelum memulai pembelajaran.
(3) Penilaian hasil belajar terdapat pada chapter 18. Collin Marsh (2008) menyatakan bahwa
penilaian biasanya dilakukan untuk Diagnosis belajar dan memonitor kemajuan, memprediksi
prestasi masa depan, memotivasi peserta didik, diagnosa proses pengajaran. Penilaian berbasis
hasil merupakan salah satu jenis penilaian yang diungkapkan olehCollin Marsh bagaimana
seorang guru harus mampu menilai kemampuan siswa di akhir pembelajaran.
(4) Pengawasan atau dalam istilah Collin Marsh ialah pencatatan dan pelaporan. Pencatatan ini
dilakukan untuk membantu guru memantau perkembangan hasil belajar siswa, memberikan info
kepada orang tua, memberikan arahan mengenai masa depan siswa, dan sebagai laporan kepada
pemerintah.
d) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Dalam Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, ada 7 Permendiknas yang mengatur secara
terpisah mengenai ini. Permendiknas No 12 mengatur tentang standar pengawas, Permendiknas
No. 13 mengatur mengenai standar kepala sekolah, Permendiknas No. 16 mengatur menganai
kualifikasi akademik, Permendiknas No. 24 tahun 2008 mengatur standar tenaga administratif,
Permendiknas No. 25 mengatur tentang tenaga perpustakaan, Permendiknas No. 26 tahun 2008
mengatur standar tenaga laboratorium, dan Permendiknas No.`27 tahun 2008 mengatur tentang
standar kualifikasi dan kompetensi konselor.
Melihat kondisi di lapangan, pelaksanaan keseluruh tenaga kependidikan ini dirasa sudah cukup
baik. Namun, ada beberapa sekolah yang masih belum memiliki kelengakapan pegawai
administrasi sehingga terkadang tugas-tugas yang seharusnya dilakukan oleh ahlinya malah
diserahkan kepada guru padahal guru sudah memiliki tugasnya sendiri.
Collin Marsh tidak terlalu memaparkan mengenai standar pendidik dan tenaga kependidikan.
Beliau menjelaskan mengenai kompetensi guru yang menghendaki adanya standar professional
guru dalam mengajar, kompetensi kerja, adanya pelatihan bagi guru. Guru harus mempunyai
sebuah kompetensi profesional yang memiliki atribut yang diperlukan untuk kinerja yang sesuai
standar internasional (Gonczi, Hager & Oliver 1990). Artinya, profesional memiliki seperangkat
atribut yang relevan seperti pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan sikap. Menurut Butler
(1990:2) atribut dapat mencakup pengetahuan khusus, keterampilan kognitif, keterampilan teknis,
keterampilan interpersonal, sifat-sifat (seperti tingkat energi pribadi dan tipe kepribadian tertentu)
dan, akhirnya, sikap yang menimbulkan pola perilaku yang diinginkan.
e) Standar Sarana dan Prasarana
Pada Permendiknas No. 24 Tahun 2007, setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang
meliputi ruang kelas, ruang perpustakaan, laboratorium IPA, ruang pimpinan, ruang guru, tempat
beribadah, ruang UKS, jamban, gudang, ruang sirkulasi, tempat bermain/berolahraga. Di Indonesia
masih ada sekolah yang belum memiliki ruang perpustakaan khusus, laboratorium IPA, serta ruang
peribadatan yang dapat menunjang kegiatan keagamaan di sekolah. WC pun masih banyak yang
tidak sehat dan bersih. Lahan sekolah pun terbatas untuk kegiatan olahraga sehingga siswa
seringkali diajak ke luar sekolah untuk mencari lapangan kosong untuk berolahraga. Serta dengan
lahan yang sempit, maka siswa cenderung untuk bermain di kelas pada saat jam istirahat.
Collin Marsh memposisikan lingkungan belajar sebagai faktor penting dalam memberikan
motivasi belajar anak. Pengaturan tata letak ruangan, pencahayaan, serta keberadaan sekolah itu
yang tidak dekat dengan jalan raya. Kemudian sara pembelajaran seperti media dan sumber
belajar juga dijelaskan oleh Marsh Collin ssecara lengkap sehingga guru hanya memilih media apa
yang cocok dipergunakan dalam pembelajaran.
f) Standar Pengelolaan
Pengelolaan pendidikan menurut Permendiknas No. 19 Tahun 2007 meliputi perencanaan program
yang berisi visi, misi, tujuan serta rencana kerja sekolah; kemudian pelaksanaan rencana kerja;
serta pengawasan dan evaluasi.
Di Indonesia rencana kerja sekolah sering disebut Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). RPS ini
disusun oleh pihak sekolah dan komite sekolah. proses penyusunan RPS tidak kalah penting
dengan dokumen RPS yang merupakan hasil dariproses tersebut. Terkadang ada sekolah yang
aktif dalam merancang RPS namun buruk dalam pelaksanaannya. Seyogyanyalah sekolah bersama
anggota komite lain melakukan evaluasi rencana kerja sekolah kemudian mencari solusi atas
kendala-kendala yang ditemui di sekolah.
Collin Marsh menyatakan bahwa para pemegang kebijakan harus terlibat secara aktif dalam
perencanaan RPS, hubungan dalam budaya sekolah harus tercipta dengan baik. Rencana
Pengembangan Sekolah merupakan rencana keseluruhan dari sistem, inisiatif sekolah, kebijakan
dan prioritas karena bertujuan untuk perbaikan sekolah yang jelas dan berkelanjutan.
g) Standar Pembiayaan
Menurut Permendiknas No 69 Tahun 2009, mengenai pembiayaan operasional di sekolah. Di
Indonesia diberlakukan pendanaan BOS yang membantu pihak sekolah dalam menunjang
ketersediaannya fasilitas serta sarana dan prasarana di sekolah. Collin Marsh tidak menjelaskan
bagaimana standar pembiayaan yang ideal dalam pelaksanaan pendidikan.
h) Standar Penilaian
Standar penilaian diatur oleh Permendiknas No 20 Tahun 2007 di mana di sini dijelaskan bahwa
penilaian dilakukan oleh pendidik dalam rangka melihat pencapaian hasil belajar siswa
berdasarkan KKM dan KKB. Kemudian dilakukan ujian semester. Dan di akhir jenjang pendidikan
akan dilaksanakan ujian sekolah dan ujian nasional yang hasilnya nanti akan digunakan sebagai
tolak ukur untuk menuju jenjang pendidikan berikutnya. Di Indonesia telah diberlakukan UN dan
disediakan program remidi serta Program Paket A/B/C yang dapat memberikan kesempatan
kembali bagi siswa untuk mencapai ketuntasan minimal yang telah ditetapkan sebelumnya.
Collin Marsh tidak menjelaskan bagaimana standar penilaian yang ideal dalam pelaksanaan
pendidikan. Hanya telah dipaparkan pada point (c) mengenai proses penilaian dalam standar
proses bahwa Collin Marsh menjelaskan juga dengan detail mengenai bentuk dan alat penilaian,
alasan melakukan penilaian, sasaran melakukan penilaian, penilaian berbasis hasil, pentingnya
pencatatan dan pelaporan dalam melakukan penilaian.
1. Prinsip-prinsip apa yang harus ada dalam pendidikan di sekolah menurut Collin Marsh, dimulai
dari konsepsi tentang siswa, guru, tujuan dan hasil pendidikan, dan bagaimana langkah-langkah
management untuk mencapai hasil pendidikan yang efektif, serta bagaimana selayaknya
hubungan sekolah dengan orang tua?
JAWAB:
a) Siswa
Siswa adalah individu-individu yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Mereka mamiliki
kemampuan intelektual yang beragam dan itu adalah ciri khas dari mereka masing-masing. Dalam
kemampuan kognitifnya, siswa SD umumnya berada dalam tahapan operasional konkret (dalam
tahap perkembangan kognitif Piaget) di mana mereka memerlukan suatu objek yang konkrit yang
dapat memberikan stimulus dalam pengembangan aspek kognitif mereka. Umumnya karakteristik
siswa dalam tahapan ini ialah: (1) dapat menggunakan sistem klasifikasi yang berbeda; (2) dapat
mengenali stabilitas dunia fisik; (3) dapat mengenali bahwa elemen-elemen dapat berubah tanpa
kehilangan karakteristik dasarnya (conservation); (4) dapat merangking objek yang berbeda sesuai
perintah, contohnya berdasarkan ukuran (serialising); (5) membangun lebih banyak sosiometri dan
makin turunnya pendekatan egosentris ketika berkomunikasi dengan orang lain
b) Guru
Guru atau biasa kita sebut sebagai pendidik di sekolah merupakan orang yang bertanggung jawab
membimbing siswa untuk mencapai kedewasaan. Dalam Undang-Undang No. 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevealuasi peserta didik, pada
pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan fomal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Ciri
seorang pendidik ialah: (1) memiliki kewibawaan; (2) mengenal anak didiknya; (3) membantu anak
didiknya; (4) mampu menjadi teladan bagi siswa; (5) Guru berfungsi sebagai pendidik disamping
sebagai pengajar. Guru membentuk sikap siswa, menjadi contoh atau teladan bagi siswa-siswanya.
c) Tujuan dan Hasil Pendidikan
Tujuan membantu guru dan siswa untuk berfokus pada apa yang akan dievaluasi. Harus ada
hubungan yang erat antara, tes dan daftar tugas yang diberikan oleh guru dengan tujuan dari
unit pelajarannya. Sehingga umpan balik yang diterima murid dari penilaian itu memungkinkan
mereka tahu apakah mereka mencapai standar yang diperlukan atau tidak.
Dengan adanya rumusan tujuan maka guru akan mudah dalam menyusun kegiatan pembelajaran,
media apa yang digunakan, metode pembelajaran, serta merancang alat tes yang sesuai dalam
rangka pencapaian tujuan tersebut. Di lain sisi, tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-
nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan
memiliki dua fungsi yaitu memberikan arahan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh
segenap pendidikan.
Tujuan pendidikan menurut Collin Marsh terbagi menjadi: (1) Tujuan Behavioral. Tujuan-tujuan
ini berfokus pada perubahan yang teramati dan terukur pada siswa. Biasanya, penganut tujuan
perilaku membutuhkan tiga kriteria yang harus dipenuhi, yaitu: bukti prestasi, kondisi kinerja dan
tingkat kinerja yang dapat diterima. (2) Tujuan Istruksionalyakni tujuan yang ingin dicapai oleh
mata pelajaran tertentu. Menurut Collin Marsh, ada beberapa kriteria yang memungkinkan guru
dan pengembang kurikulum untuk menghasilkan tujuan instruksional yang efektif meliputi: ruang
lingkup, konsistensi, kesesuaian, validitas, kelayakan, spesifisitas
Tujuan instruksional erat hubungannya dengan taksonomi Bloom di mana Bloom
mengkelompokkan ada tiga domain yang harus diukur, yakni domain kognitif yang terdiri dari
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi; domain afektif yang terdiri
dari menerima, menanggapi, menghargai, terorganisasi, karakterisasi dengan nilai; dan domain
psikomotor yang keluar dari persepsi dasar untuk perkembangan kreatifitas.
Hasil pendidikan
Willis dan Kissane (1997) mendefinisikan “outcomes/hasil”sebagai gambaran yang
mencerminkan kompetensi siswa dalam jangka panjang yang memberikan bayangan yang berarti
di luar sekolah, dan yang juga bisa digunakan pada rincian dari setiap isi kurikulum, urutan
tertentu, atau pedagogi.
Menurut Spady (1993), ‘pendidikan yang berorientasi pada hasil’ (OBE) berarti memfokuskan dan
mengorganisasikan suatu program sekolah serta upaya pencapainnya pada hasilagar semua siswa,
agar bisa diimplementasikan ketika mereka berada di masyarakat.
d) Langkah-langkah management dalam mendapatkan hasil pendidikan yang efektif
Hasil pendidikan yang efektif akan didapat jika terdapat pengaturan dalam perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi serta pengawasan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan guru di
kelas. Untuk mendapatkan hasil pendidikan yang efektif maka diupayakan beberapa hal berikut:
(1) Perumusan tujuan dari pendidikan/pembelajaran yang jelas sehingga siswa mengerti untuk
apa ia belajar
(2) Prose pembelajaran yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penilaian, serta pengawasan
hendaknya mengarahkan ketercapaian tujuan pendidikan yang telah dirumuskan. Strategi
pembelajaran pun dirancang sedemikian rupa sehingga siswa merasakan adanya pengalaman
yang ia dapatkan ketika proses pembelajaran berlangsung.
(3) Selalu mengoptimalkan penggunaan sumber-sumber belajar dari apapun dan manapun selagi
masih berkenaan dengan materi pembelajaran yang diajarkan.
(4) Bebaskan siswa dalam mengembangkan bakat dan potensi mereka. Guru hanya sebagai
fasilitator bukan mandor.
(5) Kemudian fungsi dari manajemen sekolah hendaknya aktif dalam perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, serta pengawasan dalam pendidikan.
(6) Pentingnya refleksi dari setiap kegiatan pendidikan berupa laporan mengenai perkembangan
hasil belajar siswa sehingga akan dicarikan solusi dalam mengatasi permasalahannya dan akan
meningkatkan kualitas program yang sudah dianggap baik.
(7) Pemberian achievement dan teguran kepada pihak-pihak yang bekerja dengan baik atau
teguran kepada yang lalai dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan tenaga
kependidikan
e) Hubungan sekolah dan orang tua
Dalam dunia pendidikan, mendidik bukan hanya dibebankan hanya kepada pihak sekolah
khususnya guru, tetapi peran orang tua pun sangat penting. Perjalanan seorang siswa dalam
mencapai kedewasaan dipengaruhi oleh orang-orang di sekelilingnya. Maka sudah seharusnyalah
orangtua dan pihak sekolah bekerja sama dalam menjadi teladan bagi siswa. Peran orang tua
dalam pensuksesan belajar siswa di sekolah amatlah penting, baik dari segi dukungan moril, dana,
pemikiran, pengambilan keputusan bahkan membuat kebijakan di sekolah.
Seorang guru yang baik hendaknya mengkomunikasikan permasalahan siswa dalam melaksanakan
pembelajaran di sekolah. Jika siswa mengalami masalah di rumah maka orang tua akan
memberikan suatu tindakan yang dapat membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. Dan juga
orang tua bertukar pikiran dengan guru bagaimana cara belajar anaknya di sekolah serta
hambatan-hambatan apa saja yang ia temukan ketika belajar di sekolah, bagaimana interaksi
sosialnya dengan teman-teman di sekolah, adakah keantusiasannya dalam mengikuti pelajaran di
sekolah, dll.
Dan juga orang tua berhak untuk ikut berpartisispasi dalam membuat kebijakan sekolah yang
dapat menunjang keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
1. Coba anda bandingkan antara RPS menurut Collin Marsh dengan sistem penyusunan RPS di
Indonesia pada umumnya! Apa kebaikan dan kelemahan di antara kedua konsep tersebut?
JAWAB:
a) RPS di Australia
Gambaran Umum Rencana Pengembangan Sekolah
Data Program
Sistem Informasi
Rencana Pengembangan Sekolah 2005
Rencana Prioritas untuk Melek Huruf, Berhitung dan Kesehatan
Rencana untuk : Bahasa Inggris
Matematika
Informasi lokal
Teknologi dan Perusahaan
Ilmu pengetahuan
Seni Visual
Masyarakat dan Lingkungan
LOTE
Seni
Fisik Pendidikan
Kesehatan
Teknologi Komunikasi
Model Sekolah dan Model Sekolah Kelompok untuk Pengembangan Sekolah di Australia Barat
Sekolah Individu Sekolah Kelompok
TanggungjawabPenguasaanP
rogram Pembelajaran
Infrastruktur
Sumber Daya Manusia
Hasil laporan tahunan,
pendaftaran, kepuasan orang tua,
keuangan sekolahTinjauan dewan
sekolah dan perencanaan
pendukung sekolah,
pengembangan anggaran dan
kebijakan sekolahMengumpulkan
data basis menggunakan hasil
laporan siswa dan menentukan
bentuk laporan untuk orang tua
Mengelola peralatan dan program
pemeliharaan
Menetapkan profil staf yang
disukai
Laporan tahunan pada hasil per
komunitas sekolah yang
rapiDewan daerah
berpartisipasi dan mendukung
komunitas
sekolahMengumpulkan
database menggunakan hasil
laporan siswa dann
menentukan bentuk laporan
kepada orang tua
Bekerjasama dalam
penyebaran sumber daya
Menetapkan profil staf yang
disukai
Sumber: Berdasarkan Departemen Pendidikan Australia Barat. 1999
b) FORMAT-FORMAT RPS di Indonesia
Halaman Pengesahan
Format 1 : Data Sekolah
Format 2 : Gambaran Keadaan Sekolah
Format 3 : Pandangan dan Harapan Pihak-Pihak yang Berkepentingan
Format 4 : Analisis Masalah, Penyebab Masalah, Tujuan dan Penanganan
Format 5 : Rencana Kerja
Format 6 : Jadwal Kegiatan Tahunan
Format 7 : Rencana Pendapatan dan Penggunaan Dana Sekolah
Format 8 : Jadwal Pemantauan Kinerja Sekolah oleh Masyarakat
Kebaikan dan Kelemahan RPS Australia dan Indonesia
KelemahanKelebih
an
RPS
Australi
a
Masih kurang lengkap mengenai komponen-komponen RPS yang akan
dinilai
Program-program strategis sekolah tidak tercantum
o Indikator penilaian dalam pencapaian pelaksanaan RPS telah disusun
sesuai dengan hasil yang ingin dicapai
RPS
Indonesi
a
Format RPS yang begitu “indah” terlihat terkadang pelaksanaannya tak
seindah isinya. Masih banyak sekolah yang mengisi format RPS tatkala akan
dilakukan akreditasi sekolah ataupun ketika pengawas datang ke sekolah
Banyaknya komponen yang akan diisi pada format RPS membuat sekolah
bekerja keras dalam membuat RPS demi tercapainya sekolah yang ideal
bagi siswa
o Rincian komponen RPS disusun sedemikian jelas sehingga akan
mempermudah pengecekan dalam tingkat ketercapaian indikator penilain
RPS