pedagogik transformatif

43
JAWABAN Soal pedagogik transformatif HALAMAN NAMA : YUSRI, S.Pd NIM : 408511148 JURUSAN : SERTIFIKASI GURU MELALUI JALUR PENDIDIKAN A. SOAL PEDAGOGIK TRANSFORMATIF 1. Jelaskan secara komperensif yang dinamakan quantum teaching! 2. Jelaskan teori Piaget tentang apa yang dinamakan aliran konstruktivis! 3. Uraikan teori informasi dan aplikasi dalam pembelajaran Matematika untuk suatu pokok bahasan tertentu yang ada di SMP! 4. Aplikasikan teori Ausubel ke dalam suatu model pembelajaran dalam suatu pokok bahasan tertentu yang ada di SMP! 5. Terapkan teori Bruner ke dalam suatu model pembelajaran dalam suatu pokok bahasan tertentu yang ada di SMP! 6. Buatlah tangga pembelajaran metematika dalam pokok bahasan system persamaan linear yang ada di SMP! 7. Rancang dalam bentuk suatu Rencana Pembelajaran dengan model Problem Based Instructional dalam pokok bahasan yang ada di SMP. 8. Menurut pengalaman anda, apa kelebihan dan kekurangan dalam penerapan cooperative learning. B. PEMBAHASAN 1. QUANTUM TEACHING menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar lewat pemaduan unsur-unsru seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang diajarkan. Dengan menggunakan metode quantum teaching kita akan dapat menggabungkan

Upload: yusri-zulkifli

Post on 10-Jun-2015

2.908 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pedagogik Transformatif

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

NAMA : YUSRI, S.Pd

NIM : 408511148

JURUSAN : SERTIFIKASI GURU MELALUI JALUR PENDIDIKAN

A. SOAL PEDAGOGIK TRANSFORMATIF

1. Jelaskan secara komperensif yang dinamakan quantum teaching!

2. Jelaskan teori Piaget tentang apa yang dinamakan aliran konstruktivis!

3. Uraikan teori informasi dan aplikasi dalam pembelajaran Matematika untuk

suatu pokok bahasan tertentu yang ada di SMP!

4. Aplikasikan teori Ausubel ke dalam suatu model pembelajaran dalam suatu

pokok bahasan tertentu yang ada di SMP!

5. Terapkan teori Bruner ke dalam suatu model pembelajaran dalam suatu pokok

bahasan tertentu yang ada di SMP!

6. Buatlah tangga pembelajaran metematika dalam pokok bahasan system

persamaan linear yang ada di SMP!

7. Rancang dalam bentuk suatu Rencana Pembelajaran dengan model Problem

Based Instructional dalam pokok bahasan yang ada di SMP.

8. Menurut pengalaman anda, apa kelebihan dan kekurangan dalam penerapan

cooperative learning.

B. PEMBAHASAN

1. QUANTUM TEACHING menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses

belajar lewat pemaduan unsur-unsru seni dan pencapaian-pencapaian yang

terarah, apapun mata pelajaran yang diajarkan. Dengan menggunakan metode

quantum teaching kita akan dapat menggabungkan keinstimewaan-keistimewaan

belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang dapat melejitkan prestasi

siswa.

Quantum teaching adalah penggubahan belajar yang meriah, dengan

segala nuansanya, juga menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan-

perbedaan yang memaksiamalkan momen balajar.

Pengajaran quantum teaching mencakup petunjuk untuk menciptakan

lingkungan belajar yang efektif, merancang pengajaran, menyampaikan isi dan

memudahkan proses belajar.

Dengan maksud untuk membantu hasil belajar siswa, maka quantum

teaching juga sangat baik untuk diterapkan dalam pengajaran pada setiap mata

peljaran termasuk Matematika. Sehingga mengjarkan Matematika dengan

Page 2: Pedagogik Transformatif

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

pembelajran quantum teaching lbih menarik dan menantang bagi siswa dan hal

ini akan menggarahkan prose balajar mengajar dan akhirnya hasil belajar yang

diharapkan tercapai.

Quantum teaching juga merupakan suatu proses pembelajaran dengan

menyediakan latar belakang dan strategi untuk meningkatkan proses belajar

dan membuat proses belajar tersebut lebih menyenangkan. Cara ini

memberikan sebuah gaya yang memberdayakan siswa untuk berprestasi lebih

dari yang dianggap mungkin. Juga membantu guru memperluas keterampilan

siswa, memotivasi siswa, sehingga guru akan memperoleh kepuasan yang lebih

besar dari pekerjaannya.

Kerangka pembelajaran Qantum Teaching dikenal dengan Tandur, yang

merupakan rangkaian adanya konsep Tumbuhkan, Alami, Namai, Demontrasi,

Ulangi, dan Rayakan. Kerangka ini dapat membuat siswa menjadi tertarik dan

merninat pada setiap paelajran dan dapat memastikan siswa mengalami

pembelajaran , berlatih, menjadikan isi pelajaran nyata bagi siswa itu sendiri

dan mencapai sukses.

Kerangka rancangan pembelajaran quantum teching adalah sebagi

berikut:

a. Tumbuhkan

Guru membuat pertanyaan tentang kemampuan siswa dengan

memanfaatkan pengalam siswa dan mencari tanggapan, manfaat serta

komintmen sisw. Guru membuat strategi dengan melakukan aplikasi ataupun

ceritera tentang pembelajaran yang besangkutan.

b. Alami

Guru memanfaatkan pengetahuan dan keingintahuan siswa berdasrkan

pengalan siswa dan mampu mengasah otak siswa agar dapat menyelaesaika

masalah. Siswa dapat memahami informasi ataupun kegainta serta

memanfaatkan fasilitas yang ada sesuai dengan kebutuhan siswa.

c. Namai

Pemberian nama (simbol-simbol atau rumus-rumus Matematika)

ataupun pemberian idenatitas dan mendefinisikan suatu pernyataan. Guru

mengajarkan konsep, keterampilan berfikir, dan strategi belajar dengan

menggunakan gambar, warna, alat bantu, kertas, atau alat yang lainnya. Siswa

dapat mengetahuai informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat dan segainya

berdasrkan pengalaman agar pengetahuan tersebut berarti.

d. Demontrasikan

Guru memberi peluang untuk menterjemahkan dan menerapkan

pengetahuan siswa ke dalam pembelajaran yang lain dalam kehidupannya.

Page 3: Pedagogik Transformatif

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

Siswa dapat memperagakan atau mengaplikasikan tingkat kecakpannya dengan

pelajaran.

e. Ulangi

Guru mengulangi hal-hal yang kurang jelas bagi siswa. Siswa dapat

dengan mudah memahami dan mengetahui peljaran tersebut. Guru

memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengerjakan pengetahuan kepada

siswa yang lain.

f. Rayakan

Mengadakan perayaan bagi siswa akan mendorong siswa memperkuat

rasa tanggung jawab dan mengamati proses belajar sendiri. Perayaan tersebut

akan engajrkan siswa mengenai motivasi belajar, kesuksesan, langkah menuju

kemenangan. Pujian yang didapatkan akan mendorong siswa agar tetap dalam

keadaan bersemangat dalam belajar mengajar.

Biasanya pada saat siswa mencapai sesatu, siswa hanya melanjutkan

kegiatan selanjutnya, tanpa menciptakan daya pendorong untuk mengulangi

keberhasilan itu. Sebagai guru kiranya menanamkan bibit kesuksesan dan selalu

menghubungkan belajar dengan peryaan, peryaan tersebut membangun

keinginan untuk sukses dan peryan tersebut dapat dilakukan dengan tepuk

tangan, pujian dan memberi penilaian.

Menerapkan pembelajaran kuantum teaching di kelas memanfaatkan

dua sisi pengajaran , yaitu konteks di kelas meliputi 4 aspek, antara lain:

1. Suasana kelas mencakup bahasa yang dipilih, cara menjalin rasa

simpati dengan siswa, dan sikap guru terhadap sekolah serta beajar, susana

atau keadaan ruangan menunjukkan arean belajar yang dipengaruhi emosi guru

dapt menciiptakan suasana kelas denan niat, hubungan, kegembiaraan,

pengambilan resiko saling memiliki dan keteladanan.

2. Landasan meupakan kerangka kerja yan gmeliputi tujua,

keyakinan, kesepakatan, kebijakan, peosedur, dan aturan bersama yang

memberi gru dan siswa dalam komunitas belajar.

3. Lingkngan merupakan cara guru menata kelas yang meliputi:

cahaya lampu di ruangan, pengaturan meja, kursi dan tanaman. Lingkunagan

kelas mempengaruhhi kemampuan dari siswa. Untuk berfokus dan menyerap

informasi. Pemakaian alat bantu akan menampilkan isi pelajaran dan dapat

menghidupkan gagasan kedalam kehidupan nyata. Pengaturan bangku

mendukung hasil belajar.

4. Rancangan pengajaran merupakan penciptaan terarah tehadap

unsur-unsur penting yang cisa menimbulkan minat siswa, mendalami makna

dan memperiki proses tukar menukar informasi. Dalam rancangan pengajaran,

Page 4: Pedagogik Transformatif

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

guru dapat denan mudah mneyrtakan siswa, mempersiapkan kesuksesan siswa

dan melibarkan seriapkecaerdasan dan modalitas siswa.

Penerapan quantum teching ditinjau dari isi pengajran mekputi 4 aspek,

antara lin:

1. Penyajian mencakup pengajran materi sesuai dengan kurikulim

yang telah ditetapkan dan guru menyesuaikannya dengan kondisi ingkungan,

waktu siswa serta alat bantu. Dalam penyajian yan efektif, yang akan

memberikan pengalan belajar yan gdinamis bagi siswa. Guru juga dapat

menyampaikan materi dengan komunikasi nonverbal yaitu dengan

menggunakan ekspresi wajah, kontak mata dan nada suara.

2. Fasilitas mencakup interaksi pelajaran dengan kurikulum agar

dapat memudahkan siswa mempelajari suatu pengajaran dengan fasilitas yan

gada seperti penyajian materi dengan alat bantu OHP. Guru dapat menggunakan

stratei belajar seperti: penyajian materi dengan gan menggunakan konsep

(simbol). Mengubah intonasi dan kecakapan suara, menggunakan gerakan

tangan, mendorong siswa untuk aktif dalam kagiatan belajar mengajar,

membuat singkatan, memanfaatkan pengalaman nyata.

3. Keterampilan belajar yaitu anggapan bahwa siswa belajar lebih

cepat dan ebih efektif jika siswa menguasi eterampokan penting, diantarnya

konsentrasi terfokus, ara mencata, oraganisasi, persiapan tes, dan membaca

cepat, serta teknik mengingat. Dengan keterampilan penting, diantaranya:

konsentrasi terfokus, cara mencatat, organisasi, persiapan tes, dan membaca

cepat, serta teknik mengingat. Dengan keterampilan belajar yang epat, semua

siswa dapat m emahami sebaian besar informasi dalam waktu yang singkat

untuk menjelaskan informasi dan m embuat guru bebas untuk mjau dalam

kurikulum atau menambahkan kegiatan pengayaan yang praktis.

4. Keterapilan hidup akan membentuk dan merubah suasana dari

landasan belajar di kelas dengan menggunakan dan mengajarkan komunikasi

yang tampak.

Dalam pembelajran quantum teaching juga digukan satu set prinsip yang

disebut elapan kunci keunggulan. Delapan kunci ini menyediakan cara yang

bermanfaat untuk mendapatkan keselarasan dan keja sama. Delapan kunci ini

memasang kerangka kerja bagi lingkungan yang saling mendukung dan

mempercayai di mana setiap orang ingin dihargai dan dihormati. Adapun

delapan kunci tersebut adalah:

1. Integritas (kejujuran). Bersikaplah jujur, tulus dan menyeluruh.

2. Kegagalan awal kesuksesan. Memahami bahwa kegagalan hanyalah

memberikan inforasi yang dibutuhkan untuk sukses. Kegagalan itu tidak ada,

Page 5: Pedagogik Transformatif

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

yang ada hanyalah hasil dan umpan balik. Semua bermanfaat jika kita

menemukan hikmahnya.

3. Berbicaralah dengan niat baik. Berbicaralah dengan pengertian

positif, bertanggungjawablah untuk komunikasi yang jujur dan lurus.

4. Hidup saat ini. Memusatkan perhatian pada saat sekarang ini, dan

memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.

5. Komitmen, penuhi janji dan kewajiban.

6. Tanggung jawab. Bertanggungjawablah atas setiap tindakan

sendiri.

7. Sikap luwes atau felesibel, berkiaplah tebuka terhadap perubahan

atau pendekatan yang baru yang dapat membatu dalam memperolah hasil yang

diinginkan.

8. Keseimbangan. Menjaga keserasan pikiran, tubuhdan jiwa. Ketiga

bidang ini harus senantisa dibangun dan dijaga.

Tentu saja siswa tidak akan mengikuti kunci-kunci tersebut jika guru

tidak melakukan hal yang sama. Seperti yang dikatakan oleh Emerson (2000:5)

senyaring apapun kata-kata yang guru katakan, saya tidak dapat mendengar

sepatah katapun. Jadi mengajar kunci ini adalah dengan memberikan

ketaladanan. Dan untuk memperkenalkan kunci-kunci tersebut, guru dapat

menunjukkan dengan cerita dan perumpamaan berdasarkan kehidupan dan

pengalaman pribadi.

2. PIAGET menyatakan bahwa setiap anak harus membagun sendiri pengetahuan,

pengetahuan-pengetahuan itu dikonstruksi sendiri oleh anak melalui operasi-

operasi. Hal itu menegaskan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak

melalui asimilasi dan akomodasi.

Lebih jauh Piaget mengemukan bahwa pengetahuan tidak diperoleh oleh

seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan perkembangan kognitif anak

tergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi

dengan lingkungan. Sedangkan perkembangan kognitif itu sendiri merupakan

proses berkesinambungan tentang keadaan keditakseimbangan dan keadaan

keseimbangan.

Oleh sebab itu perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada setiap

tahap tertentu cara maupun kemampaun anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda

berdasarkan kematangan intelektual. Pembangunan pengetahuan dalam pikiran

seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata

yang dimilikinya. Belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan skemata

Page 6: Pedagogik Transformatif

Generator respons

Kontrol eksekutifKontrol eksekutif

LINGKUNGAN

EfektorJ A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaringan laba-laba dan bukan sekedar

tersusun secara hirarkhis.

Sebagaimana telah dikemukan bahwa menurut teori belajar konstruktivisme,

pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran

siswa. Artinya bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur

pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata

lain, siswa tidak diperlakukan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan ilmu

pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.

3. TEORI PEMROSESAN INFORMASI (TEORI BELAJAR SIBERNETIK) Didasarkan pada

asumsi bahwa memori manusia itu merupakan sistem yang aktif dalam

menyeleksi, mengorganisasi dan mengubah informasi menjadi sandi/kode dan

keterampilan bagi penyimpanannya untuk dipelajari.

Pendekatan teori pemrosesan informasi didasarkan pada pendekatan kongnitif.

Pendekatan kognitif menyarankan bahwa salah satu yang paling penting yang

mempengaruhi proses belajar mengajar adalah kondisi internal individu. Itulah

sebabnya pengetahuan awal menjadi perhatian penting bagi pengamat teori

kognitif. Mereka memfokuskan perhatian individu dan pengembangan dalam

kognisi. Berbeda dengan penganut behavioristik yang melihat hukum-hukum

belajar yang berlaku umum baik bagi binatang maupun manusia dalam semua

situasi. Inilah salah satu alasan bahwa tidak ada model kognitif tunggal, ataupun

teori belajar lain yang dapat mewakili semua bidang (lapangan).

Pendekatan teori pemrosesan (pengolahan) informasi juga menganalogikan cara

kerja komputer sebagai model belajar manusia. Itulah sebabnya teori permrosesan

informasi disebut dengan teori belajar sibernertik.

Sebagai cara kerja komputer, pikiran manusia mencakup informasi melakikan

kerja mengubag bentuk dan isi, menyimpan dan menempatkannya, dan

menghasilkan respon, oleh karena itu, pengolahan melibatkan pengumpulan atau

pengelompokan dan penyandian informasi atau encoding, penyimpanan informasi

atau retensi, dan mengingat kembali atau retrieval.

Model Pemrosesan informasi mencoba menjelaskan bagaimana terjadinya proses

belajar pada setiap fase pemrosesan informasi mulai dari awal sampai akhir dari

suatu kegiatan belajar.

Model pemrosesan informasi itu dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai

berkut:

Page 7: Pedagogik Transformatif

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

Gambar Model pemrosesan informal

(diadaptasi dari Robert Gagne, 1985)

Dalam model diatas informasi dalam bentuk energi fisik tertentu diterima oleh

reseptor yang peka terhadap energi dalam bentuk tertentu. Reseptor-reseptor ini

mengirimkan tanda-tanda dalam berntuk impuls-impuls elektrokimia, ke otak. Jadi

transformasi pertama yang dialami informasi berbagai bentuk energi ke satu

bentuk yang sama.

4. TEORI AUSUBEL DAN APLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Teori Ausubel terkenal dengan belajar bermakna dan pentingnya pengulangan

sebelum belajar dimulai. Belajar bermakna dapat dimaknai sebagai usaha (proses)

pembelajaran agar siswa memanfaatkan atau mengaitkan pengetahuan yang telah

dimilikinya untuk merespon informasi baru yang akan dikuasai.

Menurut psikologi kognitif ( Solso, 1991; Matlin, 1998), pengalaman sebelumnya

ikut menentukan makna informasi yang diterima oleh seseorang. Setiap orang mencoba

menginterpretasi informasi yang diterimanya berdasarkan pengalaman sebelumnya

atau pengetahuan yang dimiliki ( pre – knoeledge). Pengalaman pengalaman budaya ,

pengalaman-pengalaman sosial ikut terbawa ke dalam ruang kelas ketika belajar

matematika. Pengalaman baru dan pengalaman lama berinteraksi, sehingga terjadi

transformasi yang hasilnya disimpan di dalam pikiran dalam bentuk skema baru.

Menurut Ausubel ( Dahar, 1988: 117; Suparno, 1997: 54), faktor yang paling

penting dan mempengaruhi belajar adalah apa yang diketahui siswa, agar pembelajaran

matematika bermakna bagi siswa, konsep baru atau informasi baru yang akan

disampaikan harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada pada struktur

kognitif dan terkait dengan kenyataan hidup yang dialami siswa. Jika pengetahuan yang

baru tidak berhubungan dengan pengetahuan yang ada, maka pengetahuan baru itu

Page 8: Pedagogik Transformatif

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

akan dipelajari siswa melalui belajar hafalan. Karena pengetahuan yang baru tidak di

asosiasikan dengan pengetahuan yang ada.

Untuk mengetahui apa saja yang telah dimiliki siswa berkaitan dengan materi

pembelajaran, guru dapat membuat peta konsep dan melakukan tes mengetahui

kemampuan awal yang dimiliki siswa. Berdasarkan analisis peta konsep dan

penguasaan awal siswa, guru dapat melakukan pengaturan awal (advance organizer)

untuk membantu siswa menginterpretasikan informasi baru. Memanfaatkan

pengetahuan yang dimiliki siswa dalam merekonstruksi pengetahuan baru melalui

pemecahan masalah.

Teori belajar bermakna dari ausubel memberikan dukungan penting dalam

pengembangan model PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan

Menyenangkan)

Menurut Ausubel ( Dahar, 1988: 150), peta konsep adalah hubungan secara

bermakna konsep-konsep dalam bentuk proporsi-proporsi. Proporsi-proporsi

merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan dengan kata-kata dalam

satu unit semantik.

Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika apa yang disebut “advanced

Organizer (AO)” (pengatur kemajuan) didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik

dan tepat kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar (AO) adalah konsep atau informasi

umum yang mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada

siswa.

Ausubel percaya bahwa “advance Organizer” dapat memberi tiga macam manfaat, yakni:

1. dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi belajar yang akan

dipelajari oleh siswa.

2. dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang sedang

dipelajari siswa saat ini dengan apa yang telah dipelajari siswa sedemikian rupa

sehingga,

3. mampu membantu siswa untuk memahami bahan be;ajar secara lebih mudah.

Untuk itu, pengetahuan guru terhadap isi mata pelajaran harus sangat baik. Hanya

dengan demikian seorang guru akan menemukan informasi, yang menurut Ausubel

sangat abstrak, umum, dan inklusif, yang mewadahi apa yang akan diajarkan itu. Selain

itu, logika berpikir guru juga dituntut sebaik mungkin. Tanpa memiliki logika berpikir

yang baik, maka guru akan kesulitan memilah-milah materi pelajaran, merumuskannya

dalam rumusan yang singkat dan padat serta mengurutkan materi demi materi itu ke

dalam struktur urutan yang logis dan mudah dipahami.

Page 9: Pedagogik Transformatif

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

Secara umum teori Ausubel dalam praktek adalah sebagai berikut:

a. Menentukan tujuan-tujuan instruksional

b. Mengukur kesiapan siswa (minat, kemampuan, struktur kognitif) baik melalui

tes awal, interview, review, pertanyaan, dan lain-lain.

c. Memilih materi pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk penyajian konsep-

konsep kunci.

d. Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasai siswa dari materi tersebut.

e. Menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang harus

dipelajari.

f. Membuat dan menggunakan “AO”, paling tidak dengan cara membuat rangkuman

terhadap materi yang baru saja diberikan, dilengkapai dengan uraian singkat

yang menunjukkan relevansi (keterkaitan) materi yang sudah diberikan itu

dengan materi baru yang akan diberikan.

g. Mengajar siswa memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sudah

ditentukan dengan memberi fokus pada hubungan yang terjalin antara konsep-

konsep yang ada.

h. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

Sekalipun selama ini metode ceramah dan metode-metode ekspositoris yang lain

banyak digugat karena di anggap kurang mendorong proses berpikir dan proses belajar

aktif pada siswa, tidak berarti bahwa metode-metode tersebut dapat ditingkatkan begitu

saja. David P Ausubel adalah salah satu pakar dalam bidang pendidikan dan psikologi

yang berpendapat bahwa metode ceramah merupakan metode yang sangat efektif

apabila dipakai secara tepat.

Menurut Ausubel , metode-metode ekspositoris merupakan metode-metode yang

sangat efektif untuk mentransfer hasil-hasil penemuan di masa lalu kepada generasi

berikutnya. Disebutkan pula oleh ausubel bahwa baik metode-metode ekspositoris

maupun metode-metode yang lain, termasuk metode penemuan dan metode-metode

lain yang dimaksudkan untuk mengaktifkan siswa, semuanya masih memberikan hasil

pembelajaran yang baik atau hasil pembelajaran yang buruk. Hal tersebut masih

bergantung pada pelaksanaannya di dalam kelas. Berkaitan dengan hasil pembelajaran,

Ausubel membedakan antara kegiatan belajar yang bermakna dan kegiatan belajar yang

tak bermakna, dimana siswa hanya menghafal apa yang diajarkan guru tanpa

memahami makna atau isi dari apa yang dihafalkan.

Menurut Ausubel, belajar bermakna timbul jika siswa mencoba menghubungkan

pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimilikinya. Jika pengetahuan baru tidak

berhubungan dengan pengetahuan yang ada, maka pengetahuan itu akan dipelajari

Page 10: Pedagogik Transformatif

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

siswa melalui belajar hafalan. Hal ini disebabkan pengetahuan yang baru tidak

diasosiasikan dengan pengetahuan yang ada.

Menurut Ausubel, metode-metode ekspositoris yang digunakan dalam proses

pembelajaran akan sangat efektif dan menghasilkan kegiatan belajar yang bermakna

apabila dipenuhi dua syarat berikut :

1. Syarat pertama : siswa memiliki meaningful learning set, yaitu sikap mental yang

mendukung terjadinya kegiatan belajar yang bermakna. Contoh sikap mental

semacam ini adalah siswa betul-betul mempunyai keinginan yang kuat untuk

memahami hal-hal yang akan dipelajari, dan berusaha untuk mengaitkan hal-hal

baru yang dipelajari dengan hal-hal lama yang telah ia ketahui, yang kiranya

relevan.

2. Syarat kedua : materi yang akan dipelajari atau tugas yang akan dikerjakan siswa

adalah materi atau tugas yang bermakna bagi siswa. Artinya materi atau tugas

tersebut terkait dengan struktur kognitif yang pada saat itu telah dimiliki siswa,

sehingga dengan demikian siswa bisa mengasimilasikan pengetahhuan -

pengetahuan baru yang dipelajari itu kedalam struktur kognitif yang ia miliki.

Dengan demikian struktur kognitif siswa mengalami perkembangan. Ausubel

mengemukakan 2 prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam penyajian

materi pembelajaran bagi siswa, yaitu :

a. Prinsip deferensiasi progresif ( progressive differentiation principle ) yang

menyatakan dalam penyajiaan materi pembelajaran bagi siswa materi atau

gagasan yang bersifat paling umum atau paling inklusif harus disajikan

terlebih dahulu, sesudah itu disajikan materi atau gagasan yang lebih detil.

Prinsip ini didasarkan pada pandangan ausubel ahwa cara balajar yang

efisien adalah cara belajar yang mengupayakan adanya pemahaman terhadap

struktur dari materi atau bidang ilmu yang dipelajari. Dengan mengunakan

prinsip diferensiasi progresif tersebut , struktur dari materi atau bidang ilmu

yang dipelajari akan berhasil dengan baik.

b. Prinsip ekonsiliasi integratif ( integravite reconciliation principle), yang

menyatakan bahwa materi atau informasi yang baru dipelajari perlu

direkonsiliasikan dan diitegrasikan dengan materi atau informasi yang sudah

lebih dulu dipelajari pada bidang keilmuan yang bersangkutan. Sehubungan

dengan itu proses pembbelajaran harus distrukturisasi secara sedemikian

hingga setiap pelajaran atau materi yang baru terkait secara cermat dengan

materi yang telah disajikan dan dipelajari sebelumnya.menurut ausubel,

setiap bidang ilmu mempunyai struktur tersendiri yang jelas. Lebih lanjut

ausubel menegaskan bahwa agar siswa bisa mempelajari materi pada suatu

Page 11: Pedagogik Transformatif

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

pembelajaran pada suatu bidang ilmu secara efektif, siswa harus memahami

struktur dari bidang ilmu tersebut.

Pengorganisir Awal

Untuk membantu guru dalam mengajar dengan mengunakan prinsip tersebut

diatas, Ausubel mengemukakan apa yang disebut pengorganisir awal, yaitu suatu materi

atau suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk mengawali pembelajaran untuk suatu

materi tertentu, khususnya pembelajaran dengan sesuatu materi yang baru.

Pengorganisir awal dimaksud untuk membantu siswa dalam mempersiapkan

struktur kognitif yang dimiliki agar siap menerima materi pembelajaran yang baru.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran

Matematika

Kelas / Semester VIII / 1

Standar Kopetensi Menggunakan Teorema Pythagoras dalam

pemecahan masalah

Kompetensi Dasar Menggunakan Teorema Pythagoras untuk

menentukan panjang sisi-sisi segitiga siku-siku dan

memecahkan masalah pada bangun datar yang

berkaitan dengan Teorema Pythagoras.

Indikator 1. Siswa dapat menemukan teorema pytagoras

2. Siswa dapat menentukan panjang salah satu sisi

segitiga siku-siku, jika kedua sisi yang lain

diketahui dengan teorema pytagoras

3. Siswa dapat menggunakan teorema pytagoras

untuk menyelesaikan soal-soal pada bidang datar

atau bangun ruang

Tujuan

Pembelajaran

Setelah proses pembelajaran,Siswa dapat

menggunakan teorema pytagoras untuk

menyelesaikan masalah pada bangun datar dan

bangun ruang

Wak

tu

Tahapan

PelajaranKegiatan Guru Kegiatan Siswa Ket.

10’ Pendahuluan

1. Menginformasika

n tujuan

Page 12: Pedagogik Transformatif

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

Wak

tu

Tahapan

PelajaranKegiatan Guru Kegiatan Siswa Ket.

pembelajaran

2. Mengali

pengetahuan

prasyarat siswa

berupa soal-saoal

tentang:

a.kuadrat dan

akar kuadrat

suatu bilangan

b. Jenis-

jenis segitiga

c.Luas persegi

dan luas segitiga

3. Memotivasi siswa

dengan

menghubungkan

pengetahuan

prasyarat dengan

materi yang akan

dipelajari dan

hubungannya

dengan kehidupan

sehari-hari.

1. Menjawab

pertanyaan

guru tentang

materi

prasyarat

2. Siswa

memperhatik

an tayangan

animasi

tentang

bidang datar

yang

membangung

teorema

pytagoras

Materi

tentang

kuadrat,

akar

kuadrat,

jenis-jenis

segitiga

dan luas

persegi dan

segitiga

sudah

diajarkan

di kelas VII

Kegiatan inti 1. Menginformasika

n tentang

Pythagoras lahir

sekitar tahun 582

SM di pulau

Samos, Yunani.

Beliau

menemukan dan

membuktikan

sebuah rumus

sederhana dalam

Siswa

mendengarkan

informasi dari

guru

Melakukan

kegiatan /

mengerjakan

Page 13: Pedagogik Transformatif

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

Wak

tu

Tahapan

PelajaranKegiatan Guru Kegiatan Siswa Ket.

geometri tentang

hubungan panjang

ketiga sisi pada

segitiga siku-siku.

2. Membagi siswa

atas beberapa

kelompok

3. Membagikan LKS

1

4. Membimbing

siswa

menemukan

teorema

pytagoras dengan

mengerjakan LKS

1

kegiatan pada

LKS 1

Aplikasi Memberikan soal uji

kemampuan untuk

melihat

kebermaknaan

pengetahuan.

Siswa

memikirkan apa

yang telah

mereka pelajari

dan mengerjakan

soal yang

diberikan

Penutup

Mengingatkan siswa

Pada suatu segitiga,

jika kuadrat sisi-

sisinya memenuhi

aturan teorema

Pythagoras, maka

segitiga tersebut

adalah segitiga siku-

siku.

Menuliskan

Kesimpulan

Page 14: Pedagogik Transformatif

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

Wak

tu

Tahapan

PelajaranKegiatan Guru Kegiatan Siswa Ket.

. Mengerjakan

soal:

Uji Materi Prasyarat:

1. Hitunglah hasil dari kuadrat bilangan berikut:

a. 42 b. 8 2 c. 13 2 d. 172

2. Tentukan nilai dari akar bilangan berikut :

a. √9 b. √20 c. √81 d. √1225

3. Sebutkan jenis-jenis segitiga ditijau dari sudutnya

4. Sebutkan jenis-jenis segitiga ditijau dari sisinya.

5. Manakah yang merupakan segitiga siku-siku.

a. b. c.

Kegiatan 1.

Menunjukkan hubungan antara panjang sisi-sisi segitiga siku-siku.

1. Sediakan selembar kertas HVS, penggaris, dan busur derajat

2. Buat segitiga siku-siku dengan panjang sisi siku-sikunya sebagai berikut:

i. 3 cm dan 4 cm

ii. 6 cm dan 8 cm

iii. 5 cm dan 12 cm

(dibuat ukuran sebenarnya)

3. Misalkan sisi siku-sikunya dengan a dan b, sisi terpanjangnya c. ukurlah sisi

terpanjang pada segitiga tersebut. Catatlah hasil pengukuranmu pada table berikut:

Page 15: Pedagogik Transformatif

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

Segitiga a b c c2 a2 + b2

i … … … … …

ii ... … … … …

iii … … … … …

4. Amati dengan seksama kolom c2 dan a2 + b2 pada table yang telah kamu buat. Apa

yang kamu peroleh? Adakah hubungan antara c2 dan a2 + b2? Buatlah kesimpulan.

Uji Kemampuan

1. Gunakan Teorema Pythagoras untuk menentukan nilai p

p p 17 p

14 13

5 10 15

(a) (b) (c)

5. TIORI BELAJAR BRUNER

Aplikasi Teori Bruner Dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan:

1. Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan.

Misal : untuk contoh mau mengajarkan bentuk bangun datar persegi

panjang, sedangkan bukan contoh adalah berikan bangun segitiga dan jajar

genjang.2. Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep.

Misalnya berikan pertanyaan kepada sibelajar seperti berikut ini ” apakah

nama bentuk kubus satuan yang sering digunakan untuk menakar isi drum

minyak rumah? Berapa cm ukuran ubin-ubin yang dapat digunakan?3. Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari

jawabannya sendiri. Misalnya Jelaskan ciri-ciri/ sifat-sifat dari bangun ruang tersebut?

Page 16: Pedagogik Transformatif

Untuk gambar a ukurannya:

Untuk gambar b ukurannya:

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

4. Ajak dan beri semangat si belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya. Jangan dikomentari dahulu atas jawaban siswa, kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu si belajar untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya. Berikut ini disajikan contoh penerapan teori belajar Bruner dalam

pembelajaran matematika di sekolah menengah pertama.

1. Pembelajaran menemukan rumus luas bangun datar?

Untuk tahap contoh berikan bangun persegi dengan berbagai ukuran,

sedangkan bukan contohnya berikan bentuk-bentuk bangun datar lainnya

seperti, persegi panjang, jajar genjang, trapesium, segitiga, segi lima, segi enam,

lingkaran.

a. Tahap Enaktif(a)

(b) (c)Panjang = 20 satuan

Lebar = 1 satuan

Panjang = 10 satuanLebar = 2 satuan

Untuk gambar c ukurannya: Panjang = 5 satuan

Lebar = 4 satuan

b. Tahap IkonikPenyajian pada tahap ini apat diberikan gambar-gambar dan Anda

dapat berikan sebagai berikut.

No Gambar

persegi

panjang

Luas yang

dihitung dari

membilang

banyak

satuan

persegi ( L )

Banyak

satuan

ukuran

panjan

g

Banya

k

satuan

ukuran

lebar

Hubungan

antara

satuan

panjang

dengan

1 …… …… …… ……

2…… …… …… ……

Page 17: Pedagogik Transformatif

l

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

3…… …… …… ……

4

…… …… …… ……

c. Tahap SimbolisSiswa diminta untuk mngeneralisasikan untuk menenukan rumus luas daerah

persegi panjang. Jika simbolis ukuran panjang p, ukuran lebarnya l , dan luas

daerah persegi panjang L

l petak

p petakmaka jawaban yang diharapkan L = p x l satuan

Jadi luas persegi panjang adalah ukuran panjang dikali dengan ukuran lebar.

d. Membuat dan Menggambar Jaring-jaring KubusLangkah kegiatan pembelajaran adalah:

a. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan menugasi siswa membawa

paling sedikit 3 doos kecil berbentuk kubus dari rumah. Di kelas tiap siswa

dengan caranya sendiri diminta untuk megiris doos itu menurut

rusuknya sehingga dperoleh babaran atau rebahannya. Babaran atau

rebahan doos itu harus berbentuk bangun datar gabungan yang bila

dilipat menurut rusuk yang teriris akan membentuk kubus seperti semula.Dengan cara ini siswa melakukan tahap enaktif dalam memperoleh jaring-

jaring kubus dengan memperhatikan rebahan kubus. Siswa

langsung menemukan cara memilih rusuk yang diiris sehingga rebahannya

bila dilipat kembali akan terbentuk seperti semula. Namun ada

kemungkinan siswa mengiris rusuk sedemikian rupa sehingga bila

bangun rebahannya dilipat kembal tidak diperoleh kubus seperti semula,

misalnya ada bagian sisi yang ompong/kosong karena menumpuk pada

sisi lain/ sisi-sisi yang saling menutup. Atau mungkin rebahannya

tidak lagi berbetuk bangun datar gabungan.Berpandu pada hasil kerja siswa guru membimbing siswa untuk

mengidentifikasi ciri-ciri (syarat) dari bangun babaran atau rebahan

kubus sehingga bila dilipat menurut rusuk yang tak teriris membentuk

Page 18: Pedagogik Transformatif

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

bangun kubus seperti semula ( bangun babaran atau rebahan yang

sedemikian oleh siswa mungkin ditemukan lebih dari satu macam).

Setelah itu barulah guru mengkomunikasikan bahwa bangun babaran

atau rebahan yang sedemikian itulah yang disebut ”jaring-jaring kubus”.

b. Pada tahap Ikonik, dengan berpandu pada hasil kerja siswa

diminta menggabar bangun babaran atau rebahan kubus yang berupa

jaring-jaring. Dengan mengingat syarat atau ciri-ciri dari suatu babaran

kubus yang berupa jaring-jaring kubus. Jaring-jaring kubus adalah

rangkaian bangun yang diperoleh dari enam persegi yang sama,

dalam susunan tertentu. Kemudian siswa diminta untuk menggambar

jaring-jaring kubus yang lain, Misal contoh dua jaring-jaring tersebut

bentuk adalah sebagai berikut.

Bentuk jaring-jaring yang merupakan contoh

Bentuk jaring-jaring yang bukan merupakan contoh:

c. Tahap Simbolis, untuk tahap simbolis siswa dapat ditugasi untuk membuatjaring-jaring kubus dengan kertas bufalo yang baru, kemudian

membuat kubus dengan ukuran yang tertentu.

Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan:

1. Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan.

2. Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep.

3. Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswauntuk

mencari jawabannya sendiri.

4. Ajak dan beri semangat si belajar untuk memberikan pendapat

berdasarkan intuisinya. Jangan dikomentari dahulu atas jawaban

siswa, kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu si belajar

untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya.

5. Tidak semua materi yang ada dalam matematika sekoah dasar

dapat dilakukan dengan metode penemuan.

6. TANGGA-TANGGA PEMBELAJARAN MATEMATIKA dalam pokok bahasan sistem

persamaan linear dua variabel

1. Siswa dapat menjelaskan pengertian kalimat yang benar dan kalimat yang salah.

Page 19: Pedagogik Transformatif

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

2. Siswa dapat menjelaskan kalimat terbuka, peubah, dan konstanta melalui contoh.

3. Siswa dapat menentukan himpunan penyelesaian dari suatu kalimat terbuka.

4. Siswa dapat menjelaskan pengertian persamaan, penyelesaian dan himpunan

penyelesaian suatu persamaan dengan satu peubah.

5. Siswa dapat menjelaskan persamaan-persamaan yang ekuivalen

6. Siswa dapat menyelesaikan persamaan linear dua variabel

7. MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH

1. Pengertian

Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah model pembelajaran dengan

pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun

pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan ketrampilan yang lebih tinggi dan

inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri (Arends,

1997).

Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang

harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan

memecahkan masalah, serta mendapatkan pengetahuan dan konsep penting.

Pendekatan pembelajaran ini mengutamakan proses belajar, dimana tugas guru harus

memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri.

Pembelajaran berdasarkan masalah penggunaannya di dalam tingkat berpikir yang lebih

tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar (Arends,

1997).

Guru dalam model pembelajaran berdasarkan masalah berperan sebagai penyaji

masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu menemukan masalah, dan pemberi

fasilitas penelitian. Selain itu, guru menyiapkan dukungan dan dorongan yang dapat

meningkatkan pertumbuhan inkuiri dan intelektual siswa. Pembelajaran berdasarkan

masalah juga dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan aktivitas belajar

siswa, baik secara individual maupun secara kelompok. Disini guru berperan sebagai

pemberi rangsangan, pembimbing kegiatan siswa, dan penentu arah belajar siswa.

Hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran berdasarkan masalah

adalah memberikan siswa masalah yang berfungsi sebagai batu loncatan untuk proses

inkuiri dan penemuan. Disini guru mengajukan masalah, membimbing dan memberikan

petunjuk minimal kepada siswa dalam memecahkan masalah.

Page 20: Pedagogik Transformatif

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

2. Ciri-ciri Model pembelajaran Berdasarkan Masalah

a) Pengajuan Masalah atau Pertanyaan

Pengaturan pembelajaran berdasarkan masalah berkisar pada masalah atau

pertanyaan yang penting bagi siswa maupun masyarakat. Menurut Arends

(1997), pertanyaan dan masalah yang diajukan itu haruslah memenuhi kriteria

sebagai berikut :

1. Autentik: masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata siswa

daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.

2. Jelas: masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan

masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa.

3. Mudah dipahami: masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami siswa.

Selain itu, masalah disusun dan dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan

siswa.

4. Luas dan Sesuai dengan Tujuan Pembelajaran: masalah yang disusun dan

dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup

seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan

sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus

didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

5. Bermanfaat: masalah yang disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat,

baik bagi siswa sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pembuat

masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir dan memecahkan masalah siswa, serta membangkitkan

motivasi belajar siswa.

b) Keterkaitannya dengan Berbagai Disiplin Ilmu

Masalah yang diajukan dalam pembelajaran berdasarkan masalah hendaknya

mengaitkan atau melibatkan berbagai disiplin ilmu.

c) Penyelidikan yang Autentik

Penyelidikan yang diperlukan dalam pembelajaran berdasarkan masalah bersifat

autentik. Selain itu, penyelidikan diperlukan untuk mencari penyelesaian

masalah yang bersifat nyata. Siswa menganalisis dan merumuskan masalah,

mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis

informasi, melaksanakan eksperimen, membuat kesimpulan

d) Menghasilkan dan memamerkan hasil/karya

Pada pembelajaran berdasarkan masalah, siswa bertugas menyusun hasil

penelitiannya dalam bentuk karya (karya tulis atau penyelesaian) dan

Page 21: Pedagogik Transformatif

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

memamerkan hasil karyanya. Artinya, hasil penyelesaian masalah siswa

ditampilkan atau dibuatkan laporannya.

d) Kolaborasi

Pada pembelajaran berdasarkan masalah, tugas-tugas belajar berupa masalah

harus diselesaikan bersama-sama antar siswa dengan siswa, baik dalam

kelompok kecil maupun kelompok besar, dan bersama-sama antar siswa dengan

guru.

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari lima langkah

(Arends, 1997). Kelima langkah itu dimulai dengan orientasi guru dan siswa pada

masalah serta diakhiri dengan penyajian dan analisis kerja siswa. Kelima langkah itu

adalah :

Langkah-langkah Model

Pembelajaran Berdasarkan

Masalah

Kegiatan yang dilakukan guru

1. Orientasi siswa pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang dibutuhkan, dan

memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas

pemecahan masalah.

2. Mengorganisir siswa dalam

belajar

Guru membagi siswa kedalam kelompok.

Guru membantu siswa dalam mendefi-nisikan

dan mengorganisir tugas-tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah.

3. Membimbing penyelidikan

individual maupun kelompok.

Guru mendorong siswa untuk mengum-pulkan

informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen

dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan

dan pemecahan masalah.

4. Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan

menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,

vodeo dan model dan membantu mereka

membagi tugas dengan temannya.

5. Menganalisis dan

mengevaluasi proses

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi

atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan

Page 22: Pedagogik Transformatif

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

pemecahan masalah proses yang digunakan.

4. Pelaksanaan Model pembelajaran Berdasarkan Masalah

Pelaksanaan model pembelajaran berdasarkan masalah meliputi beberapa kegiatan

berikut ini.

Pendahuluan

Pada kegiatan ini guru mengingatkan siswa tentang materi pelajaran

yang lalu, memotivasi siswa, mengkomunikasikan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai secara rinci dan jelas, dan menjelaskan model pembelajaran yang akan

dijalani.

Kegiatan Inti

Guru bersama siswa membahas konsep/teori yang diperlukan dalam

kegiatan pemecahan masalah dan membahas soal-soal yang belum tuntas.

Selanjutnya guru melaksanakan fase-fase pembelajaran berdasarkan masalah.

Fase I Mengorientasikan Siswa pada Masalah

Pada kegiatan ini, guru mengajukan masalah kepada siswa dan

meminta siswa mengemukakan ide mereka untuk memecahkan

masalah tersebut.

Fase 2. Mengorganisir Siswa untuk Belajar

Pada kegiatan ini, siswa dikelompokkan secara bervariasi dengan

memperhatikan kemampuan, rasial, etnis dan jenis kelamin yang

didasarkan pada tujuan yang ditetapkan. Jika terdapat perbedaan

kelompok, maka guru dapat memberikan tanda pada kelompok itu. jika

diperlukan, guru dapat membagi kelompok itu berdasarkan

kesepakatan bersama antara siswa dengan guru.

Fase 3. Membantu Siswa Memecahkan Masalah

Pada kegiatan ini, siswa melakukan penyelidikan / pemecahan secara

bebas, baik kelompok besar maupun kelompok kecil. Dalam kegiatan ini

tyugas guru mendorong siswa mengumpulkan data dan melaksanakan

eksperimen aktual, hingga mereka benar-benar mengerti dimensi

situasi permasalahannya. Tujuannya adalah agar siswa dalam

Page 23: Pedagogik Transformatif

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

mengumpulkan informasi cukup untuk mengembangkan dan

menyusun ide-idenya sendiri. Demikian pula, guru harus banyak

membaca masalah pada berbagai buku sumber yang berguna

membantu siswa mengumpulkan informasi, mengajukan

permasalahan / pertanyaan yang dapat dipikirkan siswa, dan

memberikan berbagai jenis informasi yang diperlukan siswa dalam

menjelajah dan menemukan penyelesaian.

Fase 4. Membantu Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Pemecahan Masalah

Pada kegiatan ini, guru menyuruh salah seorang anggota kelompok

untuk mempresentasikan hasil pemecahan masalah kelompok dan

membantu siswa jika mereka mengalami kesulitan. Kegiatan ini

berguna untuk mengetahui hasil sementara pemahaman dan

penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan.

Fase 5. Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah

Pada akhir kegiatan ini, guru membantu menganalisis dan

mengevaluasi proses berpikir siswa. Sedangkan siswa menyusun

kembali hasil pemikiran dan kegiatan yang dilampaui pada setiap

tahap-tahap pembelajaran.

Penutup

Guru membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran dan memberikan tugas

untuk diselesaikan di rumah.

RENCANA PEMBELAJARAN-1

Satuan Pendidikan : SMP

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : IX/ Gasal

Pokok Bahasan : Sistem Persamaan Linear

Sub Pokok Bahasan : Sistem Persamaan Linear dua Variabel

Alokasi Waktu : 2 X 40 menit

A. KOMPETENSI DASAR

1. Menggunakan sifat dan aturan tentang sistem persamaan linear dua variabel dalam

menyelesaikan masalah.

Page 24: Pedagogik Transformatif

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

B. INDIKATOR

1. Menuliskan definisi sistem persamaan linear dua variabel dengan kata-kata sendiri.

2. Menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel

3. Memberikan tafsiran terhadap solusi dari masalah

C. MATERI POKOK

1. Sistem persamaan linear tiga variabel

D. MATERI PRASYARAT

1. Operasi hitung dalam bilangan

2. Operasi hitung pada bentuk aljabar

3. Persamaan linear satu variabel

E. MEDIA

1. Kertas dan Ballpoint

F. SUMBER PEMBELAJARAN

1. Buku penunjang yang terkait dengan sistem persamaan linear dua variabel

G. MODEL DAN STRATEGI PEMBELAJARAN

1. Model pembelajaran berdasarkan masalah

2. Diskusi, ceramah disertai tanya jawab, pemecahan masalah

H. SKENARIO PEMBELAJARAN

Tahapan

K E G I A T A N

WaktuGuru Siswa

Awal

TAH

AP I

ORI

ENTA

SI S

ISW

A PA

DA

MAS

ALAH

1. Memberikan motivasi kepada siswa dan

mengingatkan siswa mengenai materi

prasayarat.

2. Menjelaskan tujuan pembelajaran

3. Mengemukakan manfaat sistem persamaan

linear dua variabel dalam kehidupan sehari-

hari

4. Mengelompokkan siswa menjadi beberapa

kelompok yang terdiri dari 4-5 orang tiap

kelompok, anggota kelompok hendaknya

terdiri dari siswa yang kemampuannya

heterogen. Selanjutnya membagikan buku

siswa-1, buku siswa-2, dan LKS-1

1. Mendengarkan penjelasan

guru

2. Mendengarkan penjelasan

guru

3. Mendengarkan penjelasan

guru

4. Membuat kelompok

sesuai dengan arahan

guru.

5’

Page 25: Pedagogik Transformatif

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

Tahapan

K E G I A T A N

Waktu

Guru Siswa

IntiTA

HAP

II

MEN

GO

RGAN

ISAS

IKAN

SIS

WA

UN

TUK

BELA

JAR

1. Menyuruh siswa untuk berdiskusi tentang

hal-hal yang belum jelas dari masalah-1, 2,

3, 4 yang terdapat pada buku siswa bagian

pertama (diharapkan siswa telah

membacanya di rumah).

2. Memberikan kesempatan bertanya kepada

siswa.

1. Memahami masalah-1, 2,

3, 4 dengan cermat,

bersama dengan teman

kelompoknya.

2. Bertanya kepada guru jika

ada hal-hal yang belum

jelas.

5’

TAH

AP II

I M

EMBI

MBI

NG

PEN

YELI

DIK

AN IN

DIV

IDU

AL

MAU

PUN

KEL

OM

POK

1. Menyuruh siswa berdiskusi dengan teman

kelompoknya untuk menjawab pertanyaan

LKS-1 No.1

2. Guru berkeliling dan memberi scafolding

pada kelompok yang mengalami kesulitan.

Memperhatikan jawaban siswa yang

menarik.

1. Tiap kelompok berdiskusi

dengan teman

sekelompoknya untuk

menjawab pertanyaan

LKS-1 No.1.

2. Terus mencoba untuk

menjawab pertanyaan

LKS-1 No.1

5’

TAH

AP IV

MEN

GEM

BAN

GKA

N D

AN

MEN

YAJIK

AN H

ASIL

KAR

YA

1. Menunjuk kelompok siswa yang telah

selesai menjawab untuk menuliskan

jawabannya di papan tulis. Sekaligus juga

menyuruh kelompok yang mempunyai

jawaban menarik untuk menuliskan

jawabannya di papan tulis

1. Salah seorang siswa

mencatatnya di papan

tulis, anggota lain

memberikan alasan

jawabannya. Kelompok

lain memperhatikan

jawaban temannya.

5’

Page 26: Pedagogik Transformatif

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

Tahapan

K E G I A T A N

Waktu

Guru Siswa

TAH

AP V

MEN

GAN

ASLI

SIS

DAN

MEN

GEV

ALU

ASI P

ROSE

S PE

MEC

AHAN

MAS

ALAH

1. Menyuruh siswa untuk membandingkan

jawaban dari beberapa kelompok yang

telah dituliskan di papan tulis melalui

diskusi kelas.

2. Menyuruh siswa mengomentari

penyelesaian-penyelesaian yang mereka

anggap tidak benar. Memberikan

kesempatan untuk menuliskannya di papan

tulis.

3. Bagi kelompok yang kurang paham

disilahkan untuk bertanya, dan usahakan

kalau bisa yang menjelaskannya adalah

kelompok siswa yang sudah memahami

penyelesaian masalahnya

4. Menyuruh siswa untuk menuliskan jawaban

yang benar.

1. Membandingkan jawaban

dari kelompok lain

dengan diskusi kelas.

2. Mengomentari proses

penyelesaian masalah.

3. Bertanya bagi kelompok

yang belum paham dan

bagi kelompok yang

sudah paham

dipersilahkan untuk

menjelaskan kembali

penyelesaian masalah

yang ditanyakan

temannya. Meyimpulkan

konsep dan prinsip yang

telah mereka peroleh.

4. Menuliskan jawaban yang

benar

6’

TAH

AP II

I

MEM

BIM

BIN

G P

ENYE

LID

IKAN

IND

IVID

UAL

M

AUPU

N K

ELO

MPO

K

1. Menyuruh siswa berdiskusi dengan teman

kelompoknya untuk menjawab pertanyaan

LKS-1 No.2, No.3, No.4.

2. Menyuruh siswa untuk memperhatikan

masalah-1 yang terdapat pada LKS-1. Minta

untuk menyelesaikannya.

3. Jika tidak ada siswa yang dapat

menyelesaikan masalah-1, suruh siswa

untuk menjawab pertanyaan LKS-1 No.1,

No.2, No.3 halaman 4-5.

1. Berdiskusi dengan teman

kelompoknya untuk

menjawab pertanyaan

LKS-1 No.2, No.3, No.4.

2. Mencoba menjawab

masalah-1 yang terdapat

pada LKS-1 secara diskusi

kelompok.

3. Menjawab pertanyaan

LKS-1 No.1, No.2, No.3

halaman 4-5.

12’

TAH

AP IV

MEN

GEM

BAN

GKA

N D

AN

MEN

YAJIK

AN H

ASIL

KAR

YA 1. Menunjuk kelompok yang telah selesai

menjawab untuk menuliskan jawabannya di

papan tulis. Sekaligus juga menyuruh

kelompok yang mempunyai jawaban yang

menarik untuk menuliskan jawabannya di

papan tulis.

1. Salah seorang siswa

mencatat di papan tulis,

anggota lain memberikan

alasan jawabannya.

Kelompok lain

memperhatikan jawaban

temannya.

6’

Page 27: Pedagogik Transformatif

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

Tahapan

K E G I A T A N

Waktu

Guru Siswa

TAH

AP V

MEN

GAN

ALIS

IS D

AN M

ENG

EVAL

UAS

I PRO

SES

PEM

ECAH

AN M

ASAL

AH

1. Menyuruh siswa untuk membandingkan

jawaban dari beberapa kelompok yang

telah dituliskan di papan tulis melalui

diskusi kelas.

2. Menyuruh siswa mengomentari

penyelesaian-penyelesaian yang mereka

anggap tidak benar. Memberikan

kesempatan untuk menuliskannya di papan

tulis.

3. Bagi kelompok yang kurang paham

disilahkan untuk bertanya, dan usahakan

kalau bisa yang menjelaskannya adalah

kelompok siswa yang sudah memahami

penyelesaian masalahnya

4. Menyuruh siswa untuk menuliskan jawaban

yang benar.

1. Membandingkan jawaban

dari kelompok lain dengan

diskusi kelas.

2. Mengomentari proses

penyelesaian masalah.

3. Bertanya bagi kelompok

yang belum paham dan

bagi kelompok yang sudah

paham dipersilahkan

untuk menjelaskan

kembali penyelesaian

masalah yang ditanyakan

temannya. Meyimpulkan

konsep dan prinsip yang

telah mereka peroleh.

4. Menuliskan jawaban yang

benar

6’

TAH

AP II

I

MEM

BIM

BIN

G

PEN

YELI

DIK

AN IN

DIV

IDU

AL

MAU

PUN

KEL

OM

POK

1. Menyuruh siswa untuk memperhatikan

masalah-2 yang terdapat pada LKS-1. minta

siswa untuk menyelesaikannya.

2. Jika tidak ada siswa yang dapat

menyelesaiakan masalah-2 tersebut, suruh

siswa untuk menjawab LKS-1 No.1, No.2,

dan No.3 halaman 6-7.

1. Mencoba menjawab

masalah-2 yang terdapat

pada LKS-1 secara diskusi

kelompok.

2. Menjawab pertanyaan

LKS-1 No.1, No.2, dan

No.3 halaman 6-7.

16’

TAH

AP IV

MEN

GEM

BAN

GKA

N D

AN M

ENYA

JIKAN

H

ASIL

KAR

YA

1. Menunjuk kelompok siswa yang telah

selesai menjawab untuk menuliskan

jawabannya di papan tulis. Sekaligus juga

menyuruh kelompok yang mempunyai

jawaban menarik untuk menuliskan

jawabannya di papan tulis.

1. Salah seorang siswa

mencatatnya di papan

tulis, anggota lain

memberikan alasan

jawabannya. Kelompok

lain memperhatikan

jawaban temannya.

6’

Page 28: Pedagogik Transformatif

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

Tahapan

K E G I A T A N

Waktu

Guru Siswa

TAH

AP V

MEN

GAN

ALIS

IS D

AN M

ENG

EVAL

UAS

I PRO

SES

PEM

ECAH

AN M

ASAL

AH

1. Menyuruh siswa untuk membandingkan

jawaban dari beberapa kelompok yang

telah dituliskan di papan tulis melalui

diskusi kelas.

2. Menyuruh siswa mengomentari

penyelesaian-penyelesaian yang mereka

anggap tidak benar. Memberikan

kesempatan untuk menuliskannya di papan

tulis.

3. Bagi kelompok yang kurang paham

disilahkan untuk bertanya, dan usahakan

kalau bisa yang menjelaskannya adalah

kelompok siswa yang sudah memahami

penyelesaian masalahnya

4. Menyuruh siswa untuk menuliskan jawaban

yang benar.

1. Membandingkan jawaban

dari kelompok lain dengan

diskusi kelas.

2. Mengomentari proses

penyelesaian masalah.

3. Bertanya bagi kelompok

yang belum paham dan

bagi kelompok yang sudah

paham dipersilahkan

untuk menjelaskan

kembali penyelesaian

masalah yang ditanyakan

temannya. Meyimpulkan

konsep dan prinsip yang

telah mereka peroleh.

4. Menuliskan jawaban yang

benar

8’

akhir

Memberikan soal uji pengetahuan yang

terdapat pada buku siswa, sebagai tugas untuk

di rumah

Melihat soal uji pengetahuan

pada buku siswa bagian

pertama untuk di kerjakan di

rumah

J. Hasil Belajar

Produk : Konsep sistem persamaan linear tiga variabel

Proses : Memberikan masalah nyata, memodelkan masalah secara matematika, memahami

masalah, merencanakan pemecahan masalah dan menganalisa serta

mengevaluasi kembali hasil pemecahan masalah

Psikomotor : Terampil memecahkan masalah

Afektif : Bekerjasama, jujur mengungkapkan pendapat dan senang belajar matematika

8. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN COOPERATIVE LEARNING

Page 29: Pedagogik Transformatif

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

1. Kelebihan cooperative learning yaitu:

a. Meningkatkan harga diri tiap individu

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar.

c. Konflik antar pribadi berkurangS

d. sikap apatis berkurang

e. Pemahaman yang lebih mendalam

f. Retensi atau penyimpanan lebih lama

g. Meningkatkan kebaikan budi,kepekaan dan toleransi.

h. Cooperative learning dapat mencegah keagresivan dalam sistem

kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpamengorbankan

aspek kognitif.

i. Meningkatkan kemajuan belajar(pencapaian akademik) Meningkatkan

kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif

j. Menambah motivasi dan percaya diri

k. Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi teman-

teman sekelasnya

l. Mudah diterapkan dan tidak mahal

2. Kelemahan cooperative learning yaitu:

a. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Kondisi seperti ini

dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran

dilakuakan di luar kelas seperti di laboratorium matematika, aula ataudi

tempat yang terbuka.

b. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang

lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain

dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa

minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai.

Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya

menumpang pada hasil jerih payahnya. Hal ini tidak perlu

dikhawatirkan sebab dalam cooperative learning bukan kognitifnya

saja yang dinilai tetapi dari segi afektif dan psikomotoriknya juga

dinilai seperti kerjasama diantara anggota kelompok, keaktifan dalam

kelompok serta sumbangan nilai yang diberikan kepada kelompok.

c. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik

atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan

kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama

Page 30: Pedagogik Transformatif

J A W A B A N S o a l p e d a g o g i k t r a n s f o r m a t i f HALAMAN

dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila disandingkan

dengan orang lain.

d. Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau

secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan

tersebut. Dalam cooperative learning pembagian tugas rata, setiap

anggota kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah

didapatnya dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawaban secara

individu.

Cooperative learning merupakan model pembelajaran yang dapat

memotivasi belajar siswa dimana kekurangan yang mungkin terjadi dapat

diminimalisirkan.