user · web viewbapak dan ibu memiliki 3 orang putri yang sangat menawan. putri pertama ibu sudah...

17
Tugas Live In 28 April 2014 – 3 Mei 2014 Sesuai dengan ‘tradisi’ yang sudah ada di SMA Tarakanita 2, tahun ini, kami, anak-anak kelas 10 tahun ajaran 2013-2014 mendapat kesempatan untuk ikut serta dalam kegiatan “Live In”. Kegiatan “Live In” merupakan kegiatan hidup di tengah-tengah masyarakat dan melakukan kegiatan aktivitas di desa layaknya seorang masyarakat desa. Kegiatan “Live In” ini diadakan dengan tujuan agar murid-murid dapat merasakan hidup di desa dengan segala kesederhanaannya. Dalam rentang waktu 4 hari 3 malam, kami harus ikut masuk ke dalam kehidupan orang tua asuh kami dan melakukan kegiatan masyarakat desa. Selama ini, kita hanya berdiam diri di kota menikmati kenyamanan seluruh fasilitas yang ada. Namun tak pernah sekalipun kita membuka mata untuk melihata apa yang terjadi di dunia luar. Sehingga dalam kesempatan ini, kami sekaligus melakukan pengamatan atas kehidupan masyarakat desa. Baik dari segi nilai dan norma, perilaku, kondisi alam, mata pencaharian dan masih banyak lagi. Kegiatan “Live In” pada tahun ini akan diadakan di Kelurahan Pesu. Kelurahan Pesu ini kemudian terbagi lagi menjadi 4 desa, antara lain Desa Pesu, Desa Mawen, Desa Tegal, dan Desa Sarap. Jarak antar desa yang satu dengan desa lainnya dapat dikatakan tidak terlalu jauh. Umumnya, jarak antar dusun ditempuh dengan menggunakan sepeda. Rumah yang kami tempati selama 4 hari terletak di Desa Mawen. Desa Mawen merupakan Janice Alberta XA / 12 || Maria Stefani XA / 16

Upload: others

Post on 26-Sep-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: User · Web viewBapak dan ibu memiliki 3 orang putri yang sangat menawan. Putri pertama ibu sudah dewasa, bahkan sudah menikah dan memiliki seorang anak berusia 5 tahun yang bernama

Tugas Live In

28 April 2014 – 3 Mei 2014

Sesuai dengan ‘tradisi’ yang sudah ada di SMA Tarakanita 2, tahun ini, kami, anak-

anak kelas 10 tahun ajaran 2013-2014 mendapat kesempatan untuk ikut serta dalam kegiatan

“Live In”. Kegiatan “Live In” merupakan kegiatan hidup di tengah-tengah masyarakat dan

melakukan kegiatan aktivitas di desa layaknya seorang masyarakat desa. Kegiatan “Live In”

ini diadakan dengan tujuan agar murid-murid dapat merasakan hidup di desa dengan segala

kesederhanaannya. Dalam rentang waktu 4 hari 3 malam, kami harus ikut masuk ke dalam

kehidupan orang tua asuh kami dan melakukan kegiatan masyarakat desa. Selama ini, kita

hanya berdiam diri di kota menikmati kenyamanan seluruh fasilitas yang ada. Namun tak

pernah sekalipun kita membuka mata untuk melihata apa yang terjadi di dunia luar. Sehingga

dalam kesempatan ini, kami sekaligus melakukan pengamatan atas kehidupan masyarakat

desa. Baik dari segi nilai dan norma, perilaku, kondisi alam, mata pencaharian dan masih

banyak lagi.

Kegiatan “Live In” pada tahun ini akan diadakan di Kelurahan Pesu. Kelurahan Pesu

ini kemudian terbagi lagi menjadi 4 desa, antara lain Desa Pesu, Desa Mawen, Desa Tegal,

dan Desa Sarap. Jarak antar desa yang satu dengan desa lainnya dapat dikatakan tidak terlalu

jauh. Umumnya, jarak antar dusun ditempuh dengan menggunakan sepeda. Rumah yang

kami tempati selama 4 hari terletak di Desa Mawen. Desa Mawen merupakan salah satu desa

yang cukup luas. Desa Mawen kemudian terbagi lagi menjadi 3 daerah.

Di Desa Mawen tersebut, kami tinggal bersama keluarga Ibu Suprihatin. Letaknya

tidak begitu jauh dari kelurahan, bisa ditempuh dengan berjalan kaki maupun dengan motor

atau sepeda. Di sepanjang perjalanan menuju Desa Mawen dari Kelurahan, terbentang

hamparan sawah yang begitu luas dan lapang. Umumnya, sawah-sawah tersebut ditanami

padi. Daerah tersebut pun beriklim tropis sehingga sangat cocok untuk pertumbuhan padi.

Maka mayoritas penduduk desa bermata pencaharian sebagai petani. Selain padi, ada pula

pisang, mangga, dan pepaya. Dari segi pola pemukiman, jelas terlihat rumah-rumah di Dusun

Mawen berdekatan satu dengan yang lain. Selain itu, tidak seperti di kota, masih cukup

banyak lahan kosong yang ditutupi oleh pepohonan maupun dijadikan tempat untuk

memelihara ternak.

Janice Alberta XA / 12 || Maria Stefani XA / 16

Page 2: User · Web viewBapak dan ibu memiliki 3 orang putri yang sangat menawan. Putri pertama ibu sudah dewasa, bahkan sudah menikah dan memiliki seorang anak berusia 5 tahun yang bernama

Rumah Ibu Suprihatin dapat dibilang cukup modern dengan segala kesederhanaannya.

Temboknya sudah terbuat dari bata, bercat hijau muda yang warnanya sudah memudar.

Lantainya belum berubin dan terbuat dari semen. Atapnya masih terbuat dari kayu tanpa

plafon, namun cukup untuk melindungi kami sekeluarga dari terik matahari dan hujan. Listrik

pun sudah ada, termasuk televisi dan radio, walaupun lantainya belum berubin. Katanya,

Kecamatan Wedi ini, termasuk Desa Mawen pernah dilanda gempa dahsyat pada tahun 2006

yang menghancurkan semua rumah di sini tanpa sisa. Karena itu, rumah-rumah di desa ini

adalah bangunan baru. Rumahnya pun tergolong cukup luas. Di belakang rumah masih

terdapat tempat untuk hewan-hewan peliharaan Ibu Suprihatin. Dari kambing, ayam, hingga

merpati. Hewan-hewan tersebut dipelihara dan apabila sedang dibutuhkan, hewan tersebut

dapat dijual ke pasar. Walaupun ibu memiliki ayam, telur yang dipakai untuk dikonsumsi

dibeli dari pasar, bukan hasil sendiri. Telur yang dihasilkan ayam peliharaan biasanya

dibiarkan menetas.

Keluarga Ibu Suprihatin terdiri dari 5 orang. Bapak, yang berprofesi sebagai petani.

Selain sebagai petani, bapak juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai penebang pohon.

Ibu Suprihatin sendiri adalah seorang ibu rumah tangga. Biasanya ibu bangun di pagi hari

lalu menyiapkan makanan untuk anak-anak, mengantar mereka ke sekolah, lalu ibu bersantai

di rumah. Namun, jika sedang panen, seperti seminggu setelah kami meninggalkan desa, ibu

juga turut membantu bapak memotong padi. Bapak dan ibu memiliki 3 orang putri yang

sangat menawan. Putri pertama ibu sudah dewasa, bahkan sudah menikah dan memiliki

seorang anak berusia 5 tahun yang bernama Mohammad Junaed Fahri. Ia sudah membangun

keluarga sendiri dan tak lagi tinggal bersama bapak dan ibu. Meski begitu, pada akhir pekan

biasanya ia mengunjungi bapak dan ibu sambil mengajak serta anak dan suaminya. Putri

kedua bernama Titis. Saat ini, ia masih duduk di bangku SMP 3. Kemarin itu, ia baru saja

akan menghadapi Ujian Nasional, sehingga kami sempat membantunya dalam mata pelajaran

Matematika. Putri bungsu dalam keluarga Ibu Suprihatin bernama Puput. Ia masih kelas 5.

Walaupun masih lebih muda dari kami berdua, Titis dan Puput adalah anak yang baik dan

sangat mandiri.

Seperti yang kita ketahui, manusia adalah makhluk sosial. Sehingga sungguh tidak

mungkin seorang individu dapat hidup tanpa individu yang lain. Di desa pun demikian.

Antara individu yang satu dengan individu yang lain, individu dengan masyarakat, maupun

masyarakat dengan masyarakat terjadi suatu hubungan interaksi.

Janice Alberta XA / 12 || Maria Stefani XA / 16

Page 3: User · Web viewBapak dan ibu memiliki 3 orang putri yang sangat menawan. Putri pertama ibu sudah dewasa, bahkan sudah menikah dan memiliki seorang anak berusia 5 tahun yang bernama

Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu,

individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok dalam masyarakat. Agar dapat

terjadi interaksi sosial, dibutuhkan adanya kontak sosial dan komunikasi. Dalam kehidupan

sehari-hari, manusia senantiasa melakukan kontak dengan manusia lainnya. Misalnya, kontak

ayah dengan anak, kontak ibu dengan anak, kontak antar teman, kontak antar tetangga,

kontak antar anggota karang taruna, kontak antara guru dengan murid, dan masih banyak lagi.

Dan melalui kontak sosial tersebut terjadi komunikasi antar pelaku.

Berlangsungnya proses interaksi sosial di Desa Mawen didasarkan oleh banyak

faktor. Salah satunya adalah imitasi. Imitasi adalah tindakan untuk meniru orang lain sebagai

tokoh ideal. Seperti di rumah yang kami tempati, sosialisasi di keluarga membuat anak-anak

cenderung meniru kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh orang tuanya. Tidak hanya di

rumah, imitasi pun terjadi di sekolah, atau di kalangan teman sebaya. Selain itu, adapula

faktor berupa simpati dan empati. Umumnya, apabila sedang ada hajatan maupun pesta

perayaan, seluruh warga masyarakat akan berkumpul dan turut serta menyumbangkan tenaga

maupun bahan makanan untuk membantu. Dan apabila ada yang meninggal, seperti saat

gempa pada tahun 2006 yang menimpa Desa Mawen dan sekitarnya, warga akan ikut berduka

cita bersama walaupun mungkin tidak dekat atau tidak mengenal keluarga korban.

Di tengah masyarakat desa pun banyak terdapat kegiatan kerjasama. Setiap periode

tertentu, masyarakat desa melakukan gotong royong. Para remaja pun juga melakukan

kerjasama dalam bentuk organisasi karang taruna. Semua ini tidak luput dari interaksi antar

anggota masyarakat. Proses interaksi sosial ini disebut proses interaksi sosial asosiatif. Proses

interaksi ini cenderung menciptakan persatuan dan menggalang solidaritas di antara masing-

masing anggota kelompok yang melakukan interaksi sosial tersebut.Namun, ada pula proses

interaksi sosial disasosiatif yakni proses interaksi yang mengarah ke perpecahan, seperti

bentuk persaingan di sekolah untuk mendapatkan peringkat, hingga konflik berupa tawuran

antar sekolah.

Segala bentuk-bentuk interaksi sosial tersebut terjadi secara terus-menerus yang

berkesinambungan dan kemudian memunculkan adanya nilai dan norma dalam masyarakat.

Ada banyak nilai-nilai yang ada di desa. Ada yang positif, namun adapula yang negatif.

Namun, menurut pengamatan kami, nilai-nilai positif di desa bukan hanyalah berupa angan-

angan atau impian. Nilai-nilai berupa nilai kebersamaan, kepedulian, kesopanan, disiplin,

gotong-royong terlihat begitu nyata dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, di desa kami,

Janice Alberta XA / 12 || Maria Stefani XA / 16

Page 4: User · Web viewBapak dan ibu memiliki 3 orang putri yang sangat menawan. Putri pertama ibu sudah dewasa, bahkan sudah menikah dan memiliki seorang anak berusia 5 tahun yang bernama

Desa Mawen ini seringkali diadakan ronda malam yang dilakukan secara bergilir untuk

menjaga keamanan dan ketertiban desa. Nilai kesopanan pun masih begitu terlihat. Karena

posisi rumah yang berdekatan, umumnya masyarakat desa sungguh mengenal satu sama lain,

tak hanya tetangganya, namun juga seluruh masyarakat di dalam desa yang luas itu.

Kebanyakan dari mereka masih memiliki hubungan kekerabatan. Ibu asuh kami, Ibu

Suprihatin, bahkan memiliki 4 saudara di Desa Mawen yang tinggal berdekatan. Pada saat

kami tinggal di rumah Ibu Suprihatin pun, tak jarang ada sanak saudaranya yang datang.

Suatu kali, keponakan Ibu datang untuk menginap dan membantu-bantu ibu. Di dalam

keluarga sendiri, nilai kebersamaan juga dapat terbilang sangatlah kental. Tak seperti di kota,

di mana sebuah keluarga tidak lagi bertingkah seperti keluarga. Sikap individual di desa

jarang sekali ditemukan. Saat makan pagi maupun makan malam, seluruh anggota keluarga

saling membantu satu sama lain dan duduk bersama untuk menyantap makanan yang ada.

Kemudian, kami akan duduk di ruang tengah sambil berbincang dan menonton televisi.

Bahkan, Puput, anak Ibu Suprihatin yang paling kecil pernah berujar, Bapak seringkali

mendongeng menggunakan wayang. Jadi di tengah kesibukan masing-masing, mereka masih

bisa meluangkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga.

Menurut kami, nilai-nilai ini sungguh berfungsi dengan baik. Nilai kebersamaan dan

kekeluargaan di desa masih begitu kental sehingga kesenjangan sosial yang ada pun tidak

menimbulkan masalah besar. Mereka sudi membantu satu sama lain yang membutuhkan

bantuan. Jikalau sedang musim panen pun, mereka rela berbagi apa yang mereka punya

kepada orang lain. Nilai-nilai inilah yang mendorong masyarakat Desa Mawen menjadi

masyarakat yang berbudi luhur karena mereka berhasil merealisasikan nilai sosial yang

bermutu tinggi tersebut. Nilai-nilai ini jugalah yang meningkatkan solidaritas dalam

masyarakat. Sebagai contoh, ketika ada seorang warga desa yang meninggal, semua warga

tanpa terkecuali akan ikut berkabung. Ataupun apabila ada yang sakit, umumnya akan

diumumkan ke warga desa yang lain dan akan dikumpulkan iuran untuk menjenguk warga

desa tersebut.Walaupun tidak kenal, mereka akan tetap datang untuk menunjukkan rasa

simpati mereka. Ataupun apabila Karena kebersamaan dan rasa percaya satu sama lain yang

sangat tinggi, sistem nilai ini memberikan rasa nyaman dan aman bagi anggota masyarakat.

Mereka saling menghargai satu sama lain, saling percaya satu sama lain. Kontras dengan

kondisi kota yang masih perlu dilengkapi dengan satpam, kamera CCTV, dan lain-lain,

mereka tidak merasa perlu untuk menutup pintu rumah mereka. Bahkan tidak ada pagar yang

memisahkan antara jalan raya dengan rumah. Mungkin kita berpikir, apakah tidak takut

Janice Alberta XA / 12 || Maria Stefani XA / 16

Page 5: User · Web viewBapak dan ibu memiliki 3 orang putri yang sangat menawan. Putri pertama ibu sudah dewasa, bahkan sudah menikah dan memiliki seorang anak berusia 5 tahun yang bernama

kemasukkan pencuri? Tidak, mereka percaya rumah mereka tetap aman dengan pintu terbuka

dan tak ada yang berniat jahat untuk mengambil kepunyaan orang lain. Nilai reli

gius pun masih dapat terhitung tinggi, karena mereka tidak berani melakukan perbuatan

kriminal karena dianggap dosa. Tidak ada perasaan iri ataupun egois, karena mereka percaya

satu sama lain dan terbuka untuk berbagi dengan sesama mereka.

Memang kehidupan di desa dapat dibilang cukup tertib. Norma-norma di desa Mawen

ini menurut kami kurang tegas dan cukup ringan. Biasanya norma-norma tersebut adalah

norma tidak tertulis. Tapi bukan berarti norma ditiadakan dari masyarakat. Norma kesopanan

masih terlihat jelas di kalangan masyarakat. Ketika ada yang berkunjung ke rumah tetangga,

walaupun pintu rumah terbuka lebar, mereka tetap mengetuk pintu, tidak langsung masuk

tanpa izin. Untuk norma kesusilaan, pacaran di depan umum, seperti menunjukkan kasih

sayang yang terkadang melewati batas sangatlah dilarang karena dianggap tidak pantas. Tapi,

masih banyak remaja yang pacaran secara sembunyi-sembunyi. Untuk norma kebiasaan,

para muda-mudi maupun anak-anak masih seringkali menyapa para orang tua yang ada jika

bertemu walau hanya sekedar bertegur sapa. Ketika kami berada di desa, para orang-tua

masih menanggapi sapaan kami. Tidak ada yang berpura-pura tidak kenal maupun tidak

mendengar. Seperti yang tadi sudah disinggung, norma tata kelakuan masih kurang tegas.

Misalnya, jika terjadi tawuran, masyarakat tidak akan mengambil tindakan yang bersifat

koersif, melainkan menyerahkannya kepada pihak yang berwajib. Setelah melaporkan

pelanggaran yang terjadi, pihak berwajib akan memberikan peringatan, tapi tidak

memberikan sanksi dahulu. Ketika pelanggar telah diberi peringatan sebanyak tiga kali

barulah diambil tindakan.

Norma yang berlaku kebanyakan adalah norma adat. Banyak adat istiadat kebiasaan

yang dapat kita temukan di Desa Mawen. Contohnya ketika ada perkawinan, akan

diselenggarakan hajatan yang berlangsung paling singkat seminggu. Selama hajatan itu,

keluarga dari calon pengantin akan mengadakan pesta makan-makan dan mengundang

seluruh desa. Dalam hal ini, nilai gotong royong sangatlah terlihat. Ibu-ibu akan membantu

memasak dan menyiapkan segala sesuatu. Bapak-bapak akan meminjamkan barang dan

tenaga. Para remaja terutama yang terlibat dalam Tarang Karuna akan mengembalikan

barang-barang pinjaman dan ikut membersihkan. Seluruh desa ikut berpartisipasi dalam

setiap event. Ada juga peraturan desa yang mengatur kehidupan sehari-hari. Salah satunya

adalah norma tentang aturan penyewaan lahan. Pemerintah desa dapat menyewakan tanah

Janice Alberta XA / 12 || Maria Stefani XA / 16

Page 6: User · Web viewBapak dan ibu memiliki 3 orang putri yang sangat menawan. Putri pertama ibu sudah dewasa, bahkan sudah menikah dan memiliki seorang anak berusia 5 tahun yang bernama

resmi pemerintah kepada masyarakat untuk dijadikan lahan bersawah. Pemerintah

menentukan harga dasar pembelian sebesar Rp. 2.500.000,00,- sehingga calon pembeli harus

memberikan tawaran harga beli yang dapat bersaing untuk mendapatkan lahan tersebut.

Proses sosialisasi pun juga terjadi di lingkungan masyarakat desa. Nilai dan norma

tersebut disosialisasikan oleh orang tua maupun dari pihak sekolah. Yang terutama dan utama

adalah sosialisasi primer yang terjadi di keluarga. Keluargalah yang pertama kali

menanamkan kebiasaan, nilai dan norma dalam diri anak. Proses sosialisasi primer adalah

dasar bagi anak sebelum anak memasuki lingkungan masyarakat. Jika nilai yang

disosialisasikan yang baik-baik, maka anak pun akan berperilaku baik. Sebaliknya, apabila

keluarga cenderung tidak peduli akan anak dan nilai yang disosialisasikan buruk, maka anak

pun akan berperilaku buruk.

Karena penanaman nilai dan norma yang baik dan tegas di keluarga Ibu Suprihatin,

anak-anaknya pun menjadi anak yang penurut dan patuh. Sedari kecil, mereka sudah

dibiasakan untuk mandiri dan diajak turut serta dalam mengambil tugas-tugas rumah tangga,

seperti menyapu, mencuci piring, mencuci baju, dan lain-lain. Pembagian tugas pun

terlaksana dengan sangat baik sehingga rumah dapat terjaga kebersihan dan kerapihannya. Di

sekolah pun, sosialisasi yang dilakukan tentunya baik. Terbukti dari kebiasaan Titis dan

Puput yang selalu belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah pada sore hari. Tentunya sekolah

mendorong mereka untuk menjadi anak-anak yang tekun.

Dalam rumah sendiri, jarang sekali ada pelanggaran nilai dan norma. Dan jikalau ada ,

Ibu Suprihatin tidak akan memberi sanksi berupa kekerasan, melainkan dalam bentuk

sosialisasi partisipatoris. Jadi, anak-anak dipercaya dapat sadar akan norma-norma yang ada

dan tahu mana yang baik dan mana yang buruk.

Banyak sekali anggota masyarakat yang berperan dalam proses sosialisasi anak.

Dimulai dari keluarga, teman sebaya di sekitar rumah, sekolah, hingga media massa. Yang

paling dominan di masa kini adalah peran media massa. Di Desa Mawen, belum terdapat

jaringan internet, jika adapun masih kurang baik. Namun, mayoritas masyarakat Desa Mawen

sudah memiliki radio, terlebih lagi televisi. Di rumah kami, khususnya, televisi sering sekali

dipakai sebagai hiburan di kala bosan. Terutama karena sepulang dari sekolah, anak-anak

tidak memiliki pekerjaan lain, sehingga biasanya mereka nonton bersama ibu. Film-film yang

ditonton sebenarnya tidak pantas untuk anak seusia mereka. Tayangan yang biasa mereka

tonton berupa sinetron. Sinetron, tentunya sangatlah berbahaya bagi anak-anak, karena

Janice Alberta XA / 12 || Maria Stefani XA / 16

Page 7: User · Web viewBapak dan ibu memiliki 3 orang putri yang sangat menawan. Putri pertama ibu sudah dewasa, bahkan sudah menikah dan memiliki seorang anak berusia 5 tahun yang bernama

banyak adegan mesra yang belum pantas dan juga kata-kata kasar. Dan anehnya, tidak ada

halangan dari orang tua ataupun anjuran akan mana yang layak ditonton dan mana yang

tidak. Untuk radio pun, lagu yang diputar berupa dangdut. Dan bila didengar dengan jelas,

lagu-lagu tersebut mengandung banyak kata yang sangatlah tidak pantas.

Walaupun nilai dan norma di desa diterapkan serta dijalankan dalam kehidupan

masyarakat sehari-hari, tetap saja dapat ditemukan perilaku yang menyimpang atau perilaku

yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang ada. Memang, norma yang ada biasanya

secara lisan atau tidak tertulis, namun norma tersebut tetap diakui di masyarakat.

Penyimpangan yang ditemukan melanggar peraturan desa dan juga adat istiadat yang berlaku

di sana. Budaya ideal adalah keadaan yang aman dan tentram, tapi nyatanya tetap saja ada

yang namanya pencurian, yang merupakan salah satu contoh perilaku menyimpang yang

bersifat mutlak. Terdapat juga penyimpangan yang telah menyesuaikan diri ke dalam

kebudayaan masyarakat Desa Mawen, yaitu konsumsi minuman keras. Tidak ada peraturan

mengenai minuman keras. Anak-anak remaja diperbolehkan untuk mengkonsumsi minuman

keras asal tidak menimbulkan keributan. Tetapi penyimpangan ini memiliki norma

penghindaran dimana penyimpangan dilakukan secara sembunyi-sembunyi atau hanya pada

saat hajatan berlangsung dan tidak pada siang hari di tempat terbuka sehingga pelaku

penyimpangan tidak mendapat celaan dari masyarakat sekitar.

Perilaku menyimpang ini biasa dilakukan oleh pihak remaja. Umumnya disebabkan

oleh faktor intelegensi, di mana mungkin mereka kurang mendapatkan pendidikan mengenai

etika dalam masyarakat. Peran keluarga pun mungkin tidak harmonis atau broken home

sehingga anak terjerumus ke hal-hal yang tidak baik. Faktor sanksi yang tidak tegas dan

tergolong ringan pun tidak menimbulkan efek jera bagi pelanggar. Bahkan tidak ada aturan

mengenai rokok ataupun alkohol! Dan sangat mungkin perilaku menyimpang tersebut

merupakan hasil meniru dari media massa, terutama sinetron atau berita yang mengandung

begitu banyak unsur kekerasan.

Penyimpangan yang terjadi sangatlah beraneka ragam. Berdasarkan bentuknya, yang

paling sering terjadi adalah penyimpangan sekunder dari hasil minum-minum para remaja.

Berdasarkan sifatnya, terdapat penyimpangan positif di mana kaum wanita pun ikut menjadi

petani untuk membantu penghasilan keluarga. Berdasarkan pelaku, biasanya penyimpangan

dilakukan individual maupun kelompok.

Janice Alberta XA / 12 || Maria Stefani XA / 16

Page 8: User · Web viewBapak dan ibu memiliki 3 orang putri yang sangat menawan. Putri pertama ibu sudah dewasa, bahkan sudah menikah dan memiliki seorang anak berusia 5 tahun yang bernama

Sebagian besar penyimpangan yang terjadi di Desa Mawen termasuk kenakalan

remaja, yaitu tawuran. Adapula penyimpangan berupa kriminalitas. Biasanya kejahatan

tersebut berupa kejahatan tanpa korban maupun kejahatan kerah biru. Penyimpangan yang

dilakukan biasanya hanya merugikan diri sendiri tanpa merugikan orang lain, contohnya

mabuk-mabukan. Karena penduduk di Desa Mawen masih tergolong ekonomi menengah ke

bawah, kejahatan yang dilakukan tergolong kejahatan kerah biru karena dampaknya tidak

begitu besar. Penyimpangan juga biasa dilakukan secara individual, seperti pencurian.

Walaupun sebenarnya, pencurian yang terjadi juga merupakan salah pemilik rumah yang

menjadi korban. Karena rasa percaya yang terlalu tinggi antara satu sama lain, pintu-pintu

rumah dibiarkan terbuka lebar sehingga sangat mudah untuk orang lain keluar masuk

seenaknya tanpa diketahui. Orang yang tertangkap mencuri juga tidak akan dibawa langsung

ke polisi. Awalnya, mereka hanya akan diberi peringatan, lalu jika mereka mengulangi

perbuatan yang sama, barukah akan dilaporkan ke pihak yang berwajib. Bentuk

penyimpangan yang sering ditemukan adalah alkoholisme. Tidak hanya orang dewasa,

bahkan remaja/pelajar yang masih dibawah umur pun sudah biasa dalam hal mengkonsumsi

minuman keras. Tak jarang juga, hal ini berujung pada kenakalan remaja dalam bentuk

tawuran. Biasanya pada saat hajatan dan banyak remaja yang mabuk, akan terjadi tawuran

antara 2 kelompok yang menyebabkan banyak orang terluka. Tawuran ini akan terus

berlangsung sampai datang bantuan dari pihak instansi keamanan untuk melerai. Rokok juga

sudah bukan lagi menjadi benda asing bagi para remaja. Banyak remaja bahkan anak kecil

yang sudah merokok.

Tampaknya, walaupun ada peraturan desa dan adat istiadat, penyelenggaraan nyata

norma-norma tersebut lebih bebas daripada yang terjadi di kota bebas. Contoh lainnya adalah

mengendarai sepeda motor tanpa memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) dan tidak

menggunakan helm. Banyak remaja-remaja yang membawa motor secara kebut-kebutan dan

tidak berhati-hati. Sekarang pun banyak remaja yang terlihat berpacaran di depan umum

tanpa mempedulikan perkataan dan gosip tetangga. Banyak ditemukan 2 remaja yang sedang

berpacaran sambil berpegangan tangan atau duduk berpangkuan tanpa memperhatikan

batasan-batasan norma. Perilaku menyimpang di sini dipengaruhi oleh faktor media massa.

Para remaja tidak memiliki banyak hal untuk dilakukan sepulang sekolah sehingga mereka

akan menghabiskan waktu mereka di depan televisi untuk menonton sinetron atau

mendengarkan lagu dangdut dari radio. Sinetron atau film yang ditayangkan di saluran

televisi kebanyakan belum disaring apakah cocok untuk penonton dibawah umur. Apalagi

Janice Alberta XA / 12 || Maria Stefani XA / 16

Page 9: User · Web viewBapak dan ibu memiliki 3 orang putri yang sangat menawan. Putri pertama ibu sudah dewasa, bahkan sudah menikah dan memiliki seorang anak berusia 5 tahun yang bernama

orang tua di desa belum memiliki kesadaran untuk mengawasi tontonan anaknya, sehingga

anak dapat mendapatkan banyak informasi yang mungkin mengandung kekerasan atau hal-

hal yang tidak pantas. Banyak lagu-lagu dangdut yang mengandung lirik tidak senonoh dan

tidak cocok untuk didengarkan oleh para remaja. Pergaulan di desa juga terlalu bebas, orang

tua biasanya terlalu memberikan kepercayaan kepada anaknya dengan anggapan mengenal

semua anggota masyarakat di desa tersebut. Sehingga tanpa adanya pengawasan yang tegas,

mereka bisa mendapatkan pengaruh yang tidak baik dari lingkaran pergaulannya. Kehidupan

desa yang penuh kebersamaan dan solidaritas tetap tidak menutup kemungkinan adanya

segelintir orang yang anti sosial. Mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan nilai dan

norma yang berlaku di masyarakat mereka. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan

seseorang untuk menerima perbedaan sosial. Ada sedikit sikap rasisme dan stereotip yang

muncul karena penyimpangan/deviasi biologis seperti ras, suku, dll. Beberapa remaja

terdengar mengejek dan membeda-bedakan ras. Mereka juga memiliki pandangan stereotip

tentang orang yang tinggal di kota. Menurut mereka, orang yang tinggal di perkotaan tidak

dapat mengerjakan pekerjaan rumah karena semuanya telah diselesaikan oleh pembantu,

tidak mengetahui hal-hal dasar sederhana, dll. Ada juga seorang anak perempuan di Desa

Mawen yang mengalami gangguan mental, dia tidak dapat berbicara dan lancar ataupun

berkomunikasi dengan baik. Anak itu tidak disukai dan dikucilkan oleh anak-anak lain

seumurannya, walaupun orang-orang dewasa tetap memperlakukannya sama dengan yang

lain.Dengan adanya penyimpangan, tentu saja akan diadakan pengendalian sosial untuk

mempertahankan stabilitas dan keserasian sosial. Ada yang preventif, yaitu berbentuk

pencegahan sebelum penyimpangan terjadi. Dilakukan dengan cara nasihat atau peringatan

yang kebanyakan dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Ada juga yang represif, yaitu

pengendalian yang dilakukan setelah penyimpangan terjadi untuk penanggulangannya.

Pengendalian di Desa Mawen bersifat kuratif untuk memoerbaiki karena tidak melibatkan si

pelaku penyimpangan dalam proses pengendalian itu sendiri. Pengendalian dapat berupa

pendidikan yang ada di sekolah maupun di rumah. Sayangnya, pendidikan di desa ini belum

memadai. Taraf pendidikannya masih lebih rendah daripada yang ada di perkotaan sehingga

pendidikan moral pun kurang ditanami kepada para murid. Bisa juga berupa pendidikan

agama. Jika terjadi penyimpangan, hal yang pertama kali dilakukan adalah gossip/desas-

desus yang tersebar dengan cepat terutama dikalangan ibu-ibu. Lalu, darisana mulai

munculah sindiran dan cemoohan dari masyarakat sekitar. Jika pelaku penyimpang masih

belum sadar juga, maka akan mendapatkan teguran secara terbuka. Sebagai jalan terakhir

bagi lelaku yang tetap tidak berubah, akan diurus oleh pihak yang berwajib sesuai dengan

Janice Alberta XA / 12 || Maria Stefani XA / 16

Page 10: User · Web viewBapak dan ibu memiliki 3 orang putri yang sangat menawan. Putri pertama ibu sudah dewasa, bahkan sudah menikah dan memiliki seorang anak berusia 5 tahun yang bernama

peraturan yang berlaku. Lembaga yang paling berperan adalam lembaga kepolisian, lembaga

adat dan tokoh masyarakat.

Janice Alberta XA / 12 || Maria Stefani XA / 16

Page 11: User · Web viewBapak dan ibu memiliki 3 orang putri yang sangat menawan. Putri pertama ibu sudah dewasa, bahkan sudah menikah dan memiliki seorang anak berusia 5 tahun yang bernama

Janice Alberta XA / 12 || Maria Stefani XA / 16