pengaruh pendidikan kesehatan melalui media ...repository.unjaya.ac.id/861/2/raudatul...
TRANSCRIPT
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
i
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI MEDIA AUDIO
VISUAL TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN SISWA
TENTANG PREMENSTRUAL SYNDROME DI MTsN
SEYEGAN SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
STIKES A.Yani Yogyakarta
RAUDATUL JANNAH
10/PSIK/3210005
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2014
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
ii
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
iii
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI MEDIA AUDIO
VISUAL TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN SISWA
TENTANG PREMENSTRUAL SYNDROME DI MTsN
SEYEGAN SLEMAN
Raudatul Jannah1, Retno Mawarti
2, Dwi Susanti
3
INTISARI
Latar belakang: Sebelum terjadinya menstruasi, sekitar 7-10 hari seorang wanita
akan mengalami gejala perubahan fisik maupun emosional yang dikenal dengan
premenstrual syndrom. Pengetahuan tentang premenstrual syndrome harusnya
sudah dimiliki oleh para remaja putri. Pemberian pengetahuan dapat dilakukan
dengan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan membutuhkan media serta
metode dalam penyampaian informasi. Media audio visual adalah salah satu
media yang dapat digunakan dalam pemberian pendidikan kesehatan di sekolah.
Media ini lebih menarik dan lebih berefek karena melibatkan dua indra yaitu
pengelihatan dan pendengaran yang dapat memaksimalkan penerimaan informasi.
Tujuan: Diketahuinya pengaruh pendidikan kesehatan melalui media audio visual
terhadap peningkatan pengetahuan siswa tentang premenstrual syndrome.
Diketahuinya pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang
premenstrual syndrome. Diketahuinya pengetahuan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan tentang premenstrual syndrome.
Metode: Rancangan penelitian ini termasuk penelitian pra eksperimental dengan
design pre-test and pos-test group tanpa adanya kelompok pembanding. Jumlah
sampel yang digunakan adalah 60 responden di MTsN Seyegan Sleman. Analisa
bivariabel yang digunakan adalah Wilcoxon signed rank test.
Hasil: Pengetahuan siswa sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebagian besar
kategori kurang sebanyak 70%. Pengetahuan siswa sesudah diberikan pendidikan
kesehatan sebagian besar kategori baik sebanyak 61,67%. Analisa Wilcoxon
signed rank test menunjukkan signifikansi p-value = 0,000 < α = 0,05. Ini berarti
ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan melalui media audio visual
terhadap peningkatan pengetahuan siswa tentang premenstrual syndrome di
MTsN Seyegan Sleman.
Kesimpulan: Adanya pengaruh pemberian pendidikan kesehatan melalui media
audio visual terhadap peningkatan pengetahuan siswa tentang premenstrual
syndrome di MTsN Seyegan Sleman.
Kata Kunci: Pendidikan kesehatan, media audio visual, pengetahuan tentang
premenstrual syndrome.
1 Mahasiswa Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
2 Dosen STIKES Aisyiyah Yogyakarta
3 Dosen STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
iv
THE INFLUENCE OF HEALTH EDUCATION THOUGH AUDIO
VISUAL MEDIA TOWARD THE INCREASE OF STUDENTS’
KNOWLEDGE ON PREMENSTRUAL SYNDROME AT MTsN
SEYEGAN SLEMAN
Raudatul Jannah1, Retno Mawarti
2, Dwi Susanti
3
ABSTRACT
Background: Before the menstruation happens for approximately 7-10 days, a
woman will experience a physical or emotional change phenomenon known as
premenstrual syndrome. Female teenagers must have knowledge on premenstrual
syndrome. The pursuit of this knowledge can be done through health education.
Health education, like other educations in general, requires media and methods in
delivering the information. One of them is an audio-visual media that can be used
to deliver the health education at school. This media is more interesting and
effective because it involves two perceived senses namely sight and hearing that
maximally promote the information acceptance.
Objective: This research aims at knowing the influence of health education
though audio-visual media to increase students’ knowledge on premenstrual
syndrome. Knowing students’ knowledge on premenstrual syndrome before
giving health education. Knowing students’ knowledge on premenstrual syndrome
after giving health education.
Method: The research design is categorized as a pre-experimental research that
has two domains called a design pre-test and a post-test group without a group
comparator. The sample used in this research consisted of 60 respondents at
MTsN Seyegan in Sleman. The bi-variable analysis used was called Wilcoxon
signed rank test.
Results: Students’ knowledge prior to providing the health education as mostly
categorized as 70% lower. Students’ knowledge after to providing the health
education as mostly categorized as 61,67% good. The analysis of Wilcoxon signed
rank test shows the significance of p-value = 0,000 < α = 0,05. This means that
there is an influence of health education though audio-visual media toward the
increase of students’ knowledge on premenstrual syndrome at MTsN Seyegan in
Sleman.
Conclusion: There is an influence of health education though audio-visual media
toward the increase of students’ knowledge on premenstrual syndrome at MTsN
Seyegan in Sleman.
Keywords: health education, audio visual media, knowledge on premenstrual
syndrome.
1 Nursing student of STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
2 Lecturer of STIKES Aisyiyah Yogyakarta
3 Lecturer of STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
v
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
tulis yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta,
Raudatul Jannah
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan melalui Media Audio Visual
terhadap Peningkatan Pengetahuan Siswa Tentang Premenstrual Syndrome
Di MTsN Seyegan Sleman”. Skripsi ini telah dapat diselesaikan atas bimbingan,
arahan, dan bantuan berbagai pihak, dan pada kesempatan ini penulis ucapkan
terima kasih kepada :
1. dr. I. Edy Purwoko, Sp. B, Selaku Ketua STIKES A. Yani Yogyakarta
2. Dewi Retno pamungkas MNg selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan STIKES A.
Yani Yogyakarta
3. Ida Nursanti,S.Kep.,Ns.,MPH selaku penguji yang telah memberikan masukan
dan arahan.
4. Retno Mawarti,M.Kes selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu
untuk membimbing dan mengarahkan.
5. Dwi Susanti S.,Kep.,Ns selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu
untuk membimbing dan mengarahkan.
6. Kepala sekolah MTsN Seyegan Sleman yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk melakukan penelitian.
7. Siswi kelas VII MTsN Seyegan Sleman yang sudah bersedia menjadi
responden.
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat untuk semua pihak.
Yogyakarta, 2014
Raudatul Jannah
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
viii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii
INTISARI…………………………………………………………………. iii
ABSTRAK ………… …. ............................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................ vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL………………………………………………………… x
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………... . xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
E. Keaslian Penelitian ............................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 8
A. Premenstrual Syndrome .................................................................... 8
B. Pengetahuan ....................................................................................... 10
C. Pendidikan Kesehatan ........................................................................ 14
D. Media Pendidikan Kesehatan ............................................................. 15
E. Landasan Teori ................................................................................... 18
F. Kerangka Teori................................................................................... 20
G. Kerangka Konsep .............................................................................. 21
H. Hipotesis ............................................................................................ 21
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 22
A. Rancangan Penelitian ........................................................................ 22
B. Lokasi dan Waktu ............................................................................ 23
C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 23
D. Variabel Penelitan ............................................................................. 24
E. Definisi Operasional.......................................................................... 24
F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ................................................ 25
G. Validitas dan Reliabilitas .................................................................. 26
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 26
I. Etika Penelitian ................................................................................. 27
J. Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 30
B. Pembahasan Penelitian ....................................................................... 33
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
ix
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 40
B. Saran ..................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 41
LAMPIRAN-LAMPIRAN
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
x
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1. Definisi Operasional ..................................................................... 24
Tabel 4.1. Tabel Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden .................. 31
Tabel 4.2. Tabel Tingkat Pengetahuan Sebelum Pendidikan Kesehatan ....... 32
Tabel 4.3. Tabel Tingkat Pengetahuan Sesudah Pendidikan Kesehatan ........ 33
Tabel 4.4. Tabel Tingakat Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Pendidikan
Kesehatan …………………………………………………………………. 33
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1. Kerucut Elger Dale ………………………………………….. 16
Gambar 2.2. Bagan Kerangka Teori ………………………………………. 20
Gambar 2.3. Bagan Kerangka Konsep Penelitian………………………….. 21
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Jadwal penelitian
Lampiran 2. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4. Kuisioner Pengetahuan tentang Premenstrual Syndrome
Lampiran 5. Jawaban Kuisioner
Lampiran 6. SAP (Satuan Acara Penyuluhan) Premenstrual Syndrome
Lampiran 7. Hasil Analisa Data
Lampiran 8. Surat Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 9. Surat Balasan Studi Pendahuluan
Lampiran 10. Surat Izin Penelitian
Lampiran 11. Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 12. Lembar Konsultasi Dosen Pembimbig
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa yang sangat penting karena masa peralihan
ke masa dewasa. Pada masa remaja seorang anak perempuan akan mengalami
pubertas ditandai dengan menstruasi. Menstruasi atau haid adalah perdarahan
secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi)
endometrium (Proverawati, 2009).
Sebelum terjadinya menstruasi, sekitar 7-10 hari seorang wanita akan
mengalami gejala perubahan fisik maupun emosional yang dikenal dengan
premenstrual syndrom (PMS). Gejala fisik yang pada umumnya sering muncul
diantaranya perut kembung, payudara terasa nyeri, pusing, nyeri perut bagian
bawah, serta daerah panggul terasa nyeri dan tertekan. Gejala emosional yang
umum dialami yaitu mudah tersinggung, cemas karena PMS, mudah marah,
kurang berenergi atau lelah (Devi, 2009).
Premenstrual syndrom merupakan kondisi medis umum yang
mempengaruhi aktivitas sosial, produktivitas kerja dan kualitas hidup. Survey di
Amerika Serikat tahun 1982 menunjukan sekitar 40% perempuan mengalami
premenstrual syndrome (Rika dan Wahyuni, 2010). Menurut penelitian yang
dilakukan di Elminia University, premenstrual syndrome berpengaruh pada
aktivitas sehari-hari yaitu paling tinggi berefek pada skala sedang. Adapun
pengaruh premenstrual syndrome yang paling banyak terjadi yaitu sulit untuk
berkonsentrasi, produktivitas menurun, sering menunda pekerjaan (Hamid dkk,
2013).
Di Indonesia angka kejadian premenstrual syndrome dari seluruh populasi
wanita usia reproduktif sebanyak 85% terdapat 60-75% mengalami premenstrual
syndrome sedang dan berat (Andrews, 2009). Berdasarkan penelitian di Daerah
Istimewa Yogyakarta, tepatnya di SMAN 11 Yogyakarta didapatkan data bahwa
98,8% siswi mengalami premenstrual syndrome serta menimbulkan kecemasan
dengan tingkat sedang. Sebagian besar dari mereka bingung apa yang sedang
mereka alami serta bagaimana cara mengatasinya. Akibatnya aktivitas sehari-hari
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
2
menjadi terganggu, terutama siswi kurang berkonsentrasi ketika belajar di sekolah
(Presti, 2010).
Uraian di atas menunjukan bahwa masih kurangnya pengetahuan remaja
tentang premenstrual syndrome baik dari segi pengetahuan tentang tanda dan
gejala maupun cara mengatasinya. Oleh sebab itu, sangat penting untuk
meningkatkan pengetahuan remaja mengenai premenstrual syndrome.
Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu (Wawan dan Dewi, 2011).
Adapun salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan tentang
premenstrual syndrome yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan. Hal ini
berkaitan dengan peran perawat sebagai educator atau pendidik. Perawat sebagai
pendidik dapat memberikan penyuluhan sehingga terjadi perubahan perilaku dari
klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan sama halnya dengan pendidikan pada umumnya yaitu
membutuhkan media serta metode dalam penyampaian informasi. Pemilihan
media maupun metode sangatlah penting agar penyampaian informasi menjadi
lebih menarik dan lebih mudah dipahami oleh penerima informasi. Ada beberapa
metode dan media yang bisa digunakan dalam menyampaikan pendidikan
kesehatan di sekolah misalnya dengan media visual, audio, audiovisual, metode
ceramah, metode FGD (focus group discussion), poster, booklet serta mading.
Setiap metode yang dapat diterapkan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing (Sanjaya, 2006).
Media audio visual adalah salah satu media yang dapat digunakan dalam
pemberian pendidikan kesehatan di sekolah mengenai premenstrual syndrome.
Media audio visual yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga
mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, film, slide
suara (Sanjaya, 2006). Media ini dianggap lebih menarik dan lebih berefek karena
melibatkan dua indra yaitu pengelihatan dan pendengaran yang dapat
memaksimalkan penerimaan informasi. Kebijakan pemerintah terkait kesehatan
reproduksi sudah diatur di dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun
2009 mulai dari pasal 71 sampai pasal 77. Pada pasal 72 bagian (d) dikatakan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
3
bahwa setiap orang berhak memperoleh informasi, edukasi dan konseling
mengenai kesehatan reproduksi.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 20 Mei 2014 di
MTsN Seyegan didapatkan informasi bahwa para siswi belum pernah memperoleh
pendidikan kesehatan. Hasil wawancara terhadap 10 siswi dari 76 siswi kelas VII
didapatkan hasil bahwa 10 siswi tidak memahami tentang premenstrual syndrome.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, gejala premenstrual syndrome yang paling
sering dialami adalah nyeri perut, pusing, sakit pinggang, gampang marah serta
mudah lelah menjelang menstruasi. Para siswi tidak menyadari bahwa hal tersebut
merupakan tanda dan gejala premenstrual syndrome. Para siswi juga mengaku
sulit berkonsentrasi ketika proses belajar mengajar. Dua diantara 10 siswi pernah
beristirahat di UKS karena mengalami premenstrual syndrome. Hasil wawancara
terhadap kepala sekolah didapatkan informasi bahwa di sekolah belum pernah
mendapatkan pendidikan kesehatan terkait premenstrual syndrome. Pentingnya
pengetahuan mengenai premenstrual syndrome membuat peniliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan melalui media audio
visual terhadap peningkatan pengetahuan siswa tentang premenstrual syndrom di
MTsN Seyegan Sleman.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: ―Adakah pengaruh pendidikan kesehatan
melalui media audio visual terhadap peningkatan pengetahuan siswa tentang
premenstrual syndrome”?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya pengaruh pendidikan kesehatan melalui media audio
visual terhadap peningkatan pengetahuan siswa tentang premenstrual
syndrome.
2. Tujuan Khusus
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
4
a. Diketahuinya tingkat pengetahuan siswa sebelum diberikan pendidikan
kesehatan tentang premenstrual syndrome.
b. Diketahuinya tingkat pengetahuan siswa setelah diberikan pendidikan
kesehatan melalui media audio visual tentang premenstrual syndrome.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan
wawasan untuk menambah pengetahuan dalam pemberian pendidikan
kesehatan tentang premenstrual syndrome melalui media audio visual
terhadap tingkat pengetahuan siswi.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Memberikan masukan dalam membuat kebijakan dan program yang tepat
mengenai premenstrual syndrome.
3. Bagi Para Siswi MTs N Seyegan Sleman
Memberikan masukan agar lebih memahami tentang premenstrual syndrome.
E. Keaslian Penelitian
1. Wibowo, S. (2013), dengan judul ―Pengaruh Promosi Kesehatan Metode
Audio Visual dan Metode Buku Saku Terhadap Peningkatan Pengetahuan
Mengenai Penggunaan Monosodium Glutamat (MSG) pada Ibu Rumah
Tangga‖. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah promosi kesehatan
metode audio visual dan promosi kesehatan menggunakan buku saku.
Variabel terikatnya yaitu peningkatan pengetahuan penggunaan monosodium
glutamat (MSG). Penelitian in menggunakan metode quasi experimental
dengan rancangan penelitian one-group pretest-postest design. Subyek
penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang berjumlah 60 orang. Hasil
analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat pengaruh promosi kesehatan
baik metode audio visual dengan p = 0,00, maupun metode buku saku dengan
p = 0,00, terhadap peningkatan pengetahuan penggunaan MSG. Tidak
terdapat perbedaan rerata antara kelompok perlakuan metode audio visual dan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
5
kelompok perlakuan metode buku saku. Persamaan dalam penelitian ini
terletak pada salah satu variable bebas yaitu pengaruh promosi kesehatan
menggunakan media audio visual. Perbedaan dalam penelitian ini terletak
pada variabel terikat yang akan diteliti yaitu pengetahuan siswa tentang pre
menstrual syndrome. Metode yang akan digunakan yaitu pra experimental
dengan rancangan penelitian one-group pretest-postest design. Subyek yang
akan diteliti oleh penulis adalah siswi kelas VII MTs N Seyegan Sleman.
Analisa yang akan digunakan yaitu Nonparametric Wilcoxon Signed Rank test
2. Iga (2009) dengan judul ―Promosi Kesehatan Menggunakan Media Audio
Visual dalam Meningkatkan Pengetahuan, Persepsi dan Sikap Terhadap
Pencegahan HIV/AIDS Bagi Calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di
Kabupaten Ngada-NTT‖. Metode dalam penelitian ini adalah eksperimen
semu (quasi eksperimental) dengan rancangan non-equivalent control group
with pretest and posstest design. Subyek pada penelitian ini adalah calon
tenaga kerja Indonesia(PJTKI) di Kabupaten Ngada. Jumlah responden pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masing sebanyak 30 orang.
Analisis data menggunakan uji statistik paired t-test dan uji independent t-test.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada peningkatan yang bermakna pada
pengetahuan, persepsi dan sikap calon tenaga kerja Indonesia terhadap
pencegahan HIV/AIDS yang dilakukan pada kelompok kontrol dan
eksperimen. Promosi kesehatan menggunakan media audio visual VCD dapat
meningkatkan pengetahuan, presepsi, dan sikap calon TKI terhadap
pencegahan HIV/AIDS. Penelitian Yohana Iga (2009) ini memiliki kesamaan
dengan penelitian seperti yang akan penulis lakukan, yaitu sama-sama
menggunakan variabel media pendidikan kesehatan audio visual sebagai
variabel bebas. Sedangkan perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian
yang penulis lakukan adalah variabel terikat, metode, subyek penelitian, dan
analisa. Variabel terikat pada peneltian tersebut adalah pengetahuan, persepsi
dan sikap terhadap pencegahan HIV/AIDS, sedangkan pada penelitian yang
akan penulis lakukan adalah pengetahuan tentang premenstrual syndrome.
Metode yang akan digunakan penulis dalam penelitiannya yaitu pra
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
6
eksperimental dengan rancangan one-group pretest-postest. Subyek yang akan
diteliti oleh penulis adalah siswi kelas VII MTs N Seyegan Sleman. Analisa
yang akan digunakan yaitu Nonparametric Wilcoxon Signed Rank test.
3. Badriyah (2012) dengan judul ―Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang
Premenstrual Syndrome (PMS) pada Siswi Kelas XI di Sekolah Menengah
Atas Negeri 3 Seragen‖. Jenis penelitian adalah diskriptif kuantitatif. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswi kelas XI SMA N 3 Sragen. Jumlah sampel
sebanyak 80 siswi dan teknik pengambilan sampel dengan sample random
sampling. Analisa data menggunakan analisa univariat. Hasil analisa data
didapatkan untuk tingkat pengetahuan remaja putri tentang PMS paling
banyak pada tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 50 responden (62,5%),
kemudian sebanyak 23 responden (28,75%) pada tingkat pengetahuan
cukup, dan paling sedikit tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 7
responden (8,75%). Persamaan dalam penelitian ini yaitu variabel yang akan
diteliti yaitu peningkatan pengetahuan tentang premenstrual syndrome.
Perbedaan dalam penelitian ini terletak jumlah variabel yaitu pada penelitian
ini menggunakan variabel tunggal sedangkan pada penelitian yang akan
peneliti lakukan menggunakan dua variabel yaitu bebas dan terikat. Metode
yang akan digunakan yaitu pra experimental dengan rancangan penelitian one-
group pretest-postest design. Subyek yang akan diteliti oleh penulis adalah
siswi kelas VII MTs N Seyegan Sleman. Analisa yang akan digunakan yaitu
Nonparametric Wilcoxon Signed Rank test.
4. Regina (2012) dengan judul ―Perbandingan Pendidikan Kesehatan Melalui
Media Audio Visual dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Siswa Tentang
Kesehatan Reproduksi Remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali Jawa
Tengah‖. Metode penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan desain non
equivalen pre-post design. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pendidikan kesehatan menggunakan media audio visual dan pendidikan
kesehatan menggunakan leaflet. Sedangkan variable terikatnya yaitu tingkat
pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja di SMP Negeri 2
Ampel Boyolali. Subyeknya merupakan siswa SMP yang berjumlah 140
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
7
siswa. Sebanyak 70 siswa diberikan pendidikan kesehatan menggunakan
media audio visual dan sebanyak 70 siswa diberikan pendidikan kesehatan
menggunakan leaflet. Analisis data menggunakan Nonparametric Wilcoxon
Signed Rank test. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh pendidikan kesehatan baik media audio visual dengan p = 0,00,
maupun menggunakan leaflet p = 0,00, terhadap peningkatan pengetahuan
penggunaan MSG. Berdasarkan uji Kolmogrov Smirnov didapatkan nilai p =
0,020 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara pendidikan kesehatan
menggunakan media audio visual dan menggunakan leaflet. Penelitian Regina
(2012) ini memiliki kesamaan dengan penelitian seperti yang akan penulis
lakukan, yaitu sama-sama menggunakan variabel media pendidikan kesehatan
audio visual sebagai variabel bebas dan sama –sama menggunakan metode
pra eksperimental one group pre-post test design serta menggunakan uji
Nonparametric Wilcoxon Signed Rank test. Sedangkan perbedaan penelitian
tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan adalah variabel terikat..
Variabel terikat pada peneltian tersebut tingkat pengetahuan siswa tentang
kesehatan reproduksi remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali, sedangkan
pada penelitian yang akan penulis lakukan adalah pengetahuan tentang
premenstrual syndrome.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTsN Seyegan Sleman yang berlokasi di
Watukarung Margoagung, Seyegan, Sleman. Jumlah setiap kelas dari kelas
VII-IX masing-masing terdiri dari enam kelas, rata-rata tiap kelas ada 36 anak.
Jumlah siswi kelas VII sebanyak 76 orang mayoritas usianya 13 tahun dan 16
siswi belum menstruasi.
MTsN Seyegan Sleman memiliki UKS, tetapi peran UKS tersebut
belum dapat dimanfaatkan secara maksimal. Berdasarkan hasil wawancara
salah satu guru menyatakan bahwa Ruang UKS hanya difungsikan sebagai
tempat istirahat sementara bagi siswa yang mengalami kelelahan, tidak ada
program-program berkelanjutan yang dijalankan. Gedung UKS juga sedang
dilakukan pembongkaran sehingga ruang UKS untuk sementara disatukan di
ruang perpustakaan.
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi diperoleh siswi dari
pelajaran IPA. Pada bagian kurikulum kelas VII tidak ada materi tentang
kesehatan reproduksi terkait premenstrual syndrome. Berdasarkan informasi
yang diperoleh, di MTsN Seyegan Sleman belum pernah mendapatkan
pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang
premenstrual syndrome.
2. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini berjumlah 60 siswi sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan oleh peneliti. Hasil penelitian karakteristik siswa kelas
VII MTsN Seyegan Sleman disajikan pada tabel berikut.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
31
Tabel 4.1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
1. Umur Frekuensi (F) Persentase (%)
12 tahun
13 tahun
14 tahun
15 tahun
16 tahun
2 40 14 3 1
3,3 66,7 23,3 5,0 1,7
2. Pendidikan Orang Tua
Ayah:
SD
SMP
SMA
5 43 12
8,3 71,7 20,0
Ibu:
SD
SMP
SMA
10 35 15
16,7 58,3 25,0
3. Pekerjaan Orang Tua
Ayah:
Wiraswasta
Buruh
Petani
10 43 7
16,7 71,7 11,7
Ibu:
Wiraswasta
IRT
Petani
Buruh
3
46 6 5
5,0
76,7 10,0 8,3
Sumber: Data Primer (2014)
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar umur responden di MTsN
Seyegan Sleman adalah 13 tahun sebanyak 40 siswi (66,7%) dan paling
sedikit adalah 16 tahun sebanyak satu siswi (1,7%). Karakteristik responden
menurut pendidikan orang tua yang terbanyak yaitu ayah dengan pendidikan
SMP sebanyak 43 orang (71,7%) dan ibu dengan pendidikan SMP sebanyak
35 orang (58,3%) dan yang paling sedikit yaitu ayah dengan pendidikan SD
sebanyak 5 orang (8,3%) dan ibu dengan pendidikan SD sebanyak 10 orang
(16,7%). Sebagian besar pekerjaan orang tua responden yaitu ayah sebagai
buruh sebanyak 43 orang (71,7) serta ibu sebagai ibu rumah tangga sebanyak
46 orang (76,7) dan yang paling sedikit yaitu ayah sebagai petani sebanyak 7
orang (11,7%) serta ibu sebagai wiraswasta sebanyak 3 orang (5,0%).
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
32
3. Tingkat Pengetahuan Siswa Sebelum Pemberian Pendidikan Kesehatan
tentang Premenstrual Syndrome
Hasil analisis data tingkat pengetahuan siswa sebelum pemberian
pendidikan kesehatan tentang PMS di MTsN seyegan Sleman dapat dilihat
pada tabel berikut.
Table 4.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Siswa Sebelum
Dilakukan Pemberian Pendidikan Kesehatan tentang PMS
Tingkat pengetahuan Frekuensi (F) Persentase (%)
Baik - -
Cukup 18 30
Kurang 42 70
Total 60 100
Sumber: Data Primer (2014)
Tabel 4.2 menunjukkan tingkat pengetahuan siswa sebelum dilakukan
pemberian pendidikan kesehatan tentang premenstrual syndrome sebagian
besar adalah kurang sebanyak 42 siswi (70%).
4. Tingkat Pengetahuan Siswa Sesudah Pemberian Pendidikan Kesehatan
tentang Premenstrual Syndrome
Hasil analisis data tingkat pengetahuan siswa sebelum pemberian
pendidikan kesehatan tentang PMS di MTsN Seyegan Sleman dapat dilihat
pada tabel berikut.
Table 4.3
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Siswa Sesudah
Dilakukan Pemberian Pendidikan Kesehatan tentang PMS
Tingkat pengetahuan Frekuensi (F) Persentase (%)
Baik 37 61,67
Cukup 21 35
Kurang 2 3,33
Total 60 100
Sumber: Data Primer (2014)
Tabel 4.3 menunjukkan tingkat pengetahuan siswa sesudah dilakukan
pemberian pendidikan kesehatan tentang premenstrual syndrome sebagian
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
33
besar adalah baik sebanyak 37 siswi (61,67%) dan paling sedikit adalah
kurang sebanyak 2 siswi (3,33%).
5. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audio Visual terhadap
Pengetahuan tentang Premenstrual Syndrome
Berikut ini adalah tabel tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehtan tentang premenstrual syndrome.
Table 4.4
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Siswa Sebelum dan Sesudah
Dilakukan Pemberian Pendidikan Kesehatan tentang PMS
Tingkat
pengetahuan
tentang PMS
Sebelum Sesudah Z p-
value n % n %
Baik - - 37 61,67 -6,699 0,000
Cukup 18 30 21 35
Kurang 42 70 2 3,33
Total 60 100 60 100
Sumber: Data Primer (2014)
Table 4.4 menunjukan Uji hipotesis menggunakan analisis uji statistik
Nonparamteric Wilcoxon Signed Rank Test menunjukan nilai p-value =
0,000 < α = 0,005 yang berarti ada pengaruh pendidikan kesehatan melalui
media audio visual terhadap pengetahuan siswa tentang premenstrual
syndrome di MTsN Seyegan Sleman.
B. Pembahasan Penelitian
1. Tingkat Pengetahuan Siswa Sebelum Pemberian Pendidikan Kesehatan
tentang Premenstrual Syndrome
Tingkat pengetahuan siswi sebelum dilakukan pemberian pendidikan
kesehatan tentang premenstrual syndrome sebagian besar adalah kurang
sebanyak 42 siswi (70%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
sebelumnya oleh Regina (2012) bahwa pengetahuan siswa sebelum diberikan
pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi adalah kurang sebanyak
51,4%. Pengetahuan merupakan hasil dari proses pengindraan terhadap suatu
obyek tertentu (Wawan dan Dewi 2010). Menurut Natoadmodjo (2007) faktor-
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
34
faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah umur, pendidikan, pekerjaan,
informasi, pengalaman, dan lingkungan sosial budaya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki
pengetahuan tentang premenstrual syndrome kategori kurang. Berdasarkan
karakteristik responden dapat dilihat bahwa umur paling banyak yaitu 13 tahun
serta paling sedikit yaitu 16 tahun sebanyak satu responden sehingga umur
responden yang relatif muda dapat mempengaruhi pengetahuan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Wawan dan Dewi (2010) bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan yaitu umur. Berdasarkan data hasil penelitian
sebelum diberikan pendidikan kesehatan bahwa terdapat responden dengan
jumlah benar paling sedikit yaitu sebanyak 33,3 % pertanyaan yang baru
berumur 13 tahun. Berdasarkan nomor item kuesioner yang paling tidak bisa
dijawab oleh responden yaitu pernyataan nomor 7 dengan jumlah benar
sebanyak 16 atau 26,67% dari 60 responden. Responden yang berumur 12
tahun menjawab salah pada soal tersebut sedangkan responden yang berumur
16 tahun memiliki jawaban yang benar.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan
dan pekerjaan (Wawan dan Dewi, 2010). Pendidikan diperlukan untuk
mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan adalah upaya untuk
memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku yang positif.
Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah untuk
menerima informasi (Wawan dan Dewi, 2010).
Semua responden berpendidikan dan memiliki pekerjaan yang sama yaitu
sebagai siswi kelas VII di MTsN Seyegan Sleman. Berdasarkan karakteristik
responden bahwa pendidikan orang tua paling banyak yaitu SMP, sehingga
dapat menyebabkan kurangnya pengetahuan yang dapat disalurkan kepada
anak. Hal ini dapat dilihat pada responden salah satu responden yang memiliki
nilai terendah sebelum diberikan pendidikan kesehatan. Responden ini
memiliki orang tua yaitu ayah yang berpendidikan SMP dan ibu yang
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
35
berpendidikan SD. Pada responden yang memiliki nilai terendah ke 2 juga
dapat dilihat bahwa responden ini memiliki orang tua dengan pendidikan SMP.
Berdasarkan karakteristik responden pada tabel 4.1 mayoritas pekerjaan
orang tua responden yaitu ayah sebagai buruh dan ibu sebagai ibu rumah
tangga. Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan serta keluarga. Bekerja bagi ibu-ibu akan
mempunyai pengaruh terhadapan kehidupan keluarga (Wawan dan Dewi,
2010). Berdasarkan pekerjaan orang tua responden tersebut kurang mendukung
dalam pemberian informasi kepada anak terkait premenstrual syndrome. Data
penelitian sebelum pendidikan kesehatan menunjukan bahwa responden yang
memiliki nilai terendah memiliki pekerjaan kedua orang tua tersebut yaitu
sebagai buruh dan sebagai ibu rumah tangga (IRT).
Banyaknya siswa yang memiliki pengetahuan kurang sebelum diberikan
pendidikan kesehatan dapat juga disebabkan oleh faktor informasi dan
pengalaman. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah MTsN
Seyegan Sleman, bahwa siswi belum pernah mendapatkan informasi ataupun
pendidikan kesehatan terkait premenstrual syndrome. Responden penelitian
juga memiliki pengalaman yang masih kurang karena umur yang sebagian
besar masih muda. Hal ini sesuai pendapat Natoadmodjo (2007) bahwa faktor
yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya adalah informasi dan
pengalaman.
2. Tingkat Pengetahuan Siswa Sesudah Pemberian Pendidikan Kesehatan
melalui Media Audio Visual tentang Premenstrual Syndrome
Tingkat pengetahuan siswa setelah dilakukan pemberian pendidikan
kesehatan melalui media audio visual tentang premenstrual syndrome adalah
baik sebanyak 37 siswi (61,67%) dan paling sedikit yaitu kurang sebanyak 2
siswi (3,33%). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian
Regina (2012) bahwa tingkat pengetahuan siswa setelah diberikan pendidikan
kesehatan melalui media audio visual sebagian besar adalah baik sebanyak
64,3%. Secara konsep dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah
upaya untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
36
masyarakat agar melaksanakan perilaku hidup sehat. Secara operasional
pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan, meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan praktik masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Notoatmodjo
(2007) bahwa pendidikan kesehatan merupakan pendekatan yang tepat dalam
meningkatkan pengetahuan kesehatan. Pengetahuan tentang premenstrual
syndrome yang baik diharapkan nantinya siswa memiliki sikap dan perilaku
yang positif tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang premenstrual
Syndrome.
Setelah dilaukan pendidikan kesehatan melalui media audio visual
responden yang memiliki kategori tingkat pengetahuan baik dengan nilai
tertinggi 88,89. Hal ini dapat dipengaruhi oleh penggunaan media pendekatan
pendidikan kesehatan yang sesuai. Media audio visual adalah alat yang dapat
membantu untuk menstimulasi indra penglihatn dan pendengaran (Mubarak,
2011). Kelebihan yang dimiliki media audio visual antara lain lebih menarik
dan lebih berefek karena melibatkan dua indra yaitu pengelihatan dan
pendengaran yang dapat memaksimalkan penerimaan informasi serta dapat
diputar kembali.
Media pendidikan kesehatan atau alat bantu merupakan sekumpulan alat
yang digunakan oleh pendidik dalam memberikan informasi. Alat bantu sering
disebut dengan alat peraga karena berfungsi untuk memperagakan sesuatu
dalam proses pendidikan (Natoadmodjo, 2007). Alat peraga disusun
berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan manusia tentang pemahaman
informasi ditangkap oleh panca indera. Semakin banyak indra yang digunakan
dalam menangkap informasi maka akan mempermudah seseorang untuk
mendapatkan kesimpulan terhadap informasi. Penggunaan media audio visual
merupakan salah satu alat yang dapat digunakan dalam penyampaian
pendidikan kesehatan di sekolah.
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan terdapat nomor pernyataan
kuesioner yang hampir bisa dijawab semua oleh keseluruhan responden. 98,3%
responden bisa menjawab dengan benar setelah diberikan pendidikan kesehatan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
37
melalui media audio visual. Pernyataan tersebut lebih dapat diingat oleh
responden yang menyatakan bahwa sakit perut merupakan salah satu gejala
fisik yang ditimbulkan ketika mengalami premenstrual syndrome. Berdasarkan
data tersebut dapat kita lihat bahwa penggunaan media audio visual dalam
penyampaian pendidikan kesehatan dapat memberikan pengaruh terhadap
perubahan pengetahuan.
Berdasarkan data hasil penelitian sesudah diberikan pendidikan
kesehatan melalui media audio visual terdapat dua responden yang memiliki
tingkat pengetahuan kurang tentang premenstrual syndrome. Hal ini
depengaruhi oleh bebrapa faktor misalnya umur, pendidikan, pekerjaan yang
dapat dibuktikan berdasarkan tabel karakteristik responden yaitu pada tabel
4.1. Responden tersebut masing masing berumur 13 tahun serta pendidikan
orang tua yaitu SMP dan pekerjaan orang tua adalah keduanya sebagai petani.
Ini sesuai dengan Natoatmodjo (2007) bahwa faktor-faktor di atas dapat
mempengaruhi pengetahuan.
3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audio Visual terhadap
Pengetahuan tentang Premenstrual Syndrome
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan tingkat pengetahuan siswa
sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebagian besar tergolong kategori
kurang dan setelah intervensi pengetahuan siswa meningkat menjadi sebagian
besar tergolong tingkat pengetahuan dengan kategori baik. Peningkatan
pengetahuan siswa disebabkan siswa menerima informasi berupa suara dan
gambar sehingga tidak membosankan dan diterima oleh dua indra yaitu
pengelihatan dan pendengaran. Adanya pengaruh pendidikan kesehatan
melalui media audio visual terhadap peningkatan pengetahuan siswa tentang
premenstrual syndrome di MTsN Seyegan Sleman ditunjukan dari hasil uji
hipotesis menggunakan analisisi uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test
dengan signifikansi p-value = 0,000 < α = 0,05. Hasil uji tersebut menunjukan
adanya pengaruh pendidikan kesehatan melalui media audio visual terhadap
pengetahuan siswa tentang premenstrual syndrome.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
38
Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan masih ada siswa yang kategori tingkat
pengetahuannya tetap sebanyak 7 orang yaitu 5 orang dari kategori cukup ke
cukup serta dua orang dari kategori kurang ke kurang. Tidak adanya
peningkatan kategori tingkat pengetahuan siswa setelah diberikan pendidikan
kesehatan disebabkan oleh faktor karakteristik siswa yaitu bakat, minat, sikap,
motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan daya tangkap. Hal ini
sesuai dengan teori Uno (2011) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
hasil belajar adalah karakteristik siswa. Hal yang sama diungkapkan oleh
Slameto (2010) bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya
adalah jasmani, psikologis dan kelelahan.
Hasil uji Wilcoxon yang ditampilkan pada table 4.5 menunjukan terdapat
59 responden yang mengalami peningkatan rank atau nilai dari sebelum dan
sesudah dilakukan intervensi. Artinya bahwa hampir semua responden
mengalami peningkatan nilai pengetahuan setelah diberikan pendidikan
kesehatan melalui media audio visual. Hasil ini sesuai dengan Sanjaya (2006)
yang menyatakan media audio visual memiliki kelebihan yaitu lebih menarik
dan lebih berefek karena melibatkan dua indra yaitu pengelihatan dan
pendengaran yang dapat memaksimalkan penerimaan informasi.
Terdapat juga satu responden yang memperoleh nilai yang sama sebelum
dan sesudah intervensi yaitu dengan nilai 62,96 dengan kategori cukup ke
cukup. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seprti usia yang masih muda,
pendidikan dan pekerjaan orang tua yang tidak berkaitan dengan bidang
kesehatan. Berdasarkan tabel karakteristik, responden ini berusia 13 tahun
dengan pendidikan orang tua yaitu ayah SD dan Ibu SMP serta pekerjaan yaitu
buruh dan wiraswasta. Selain itu hasil belajar siswa juga dipengaruhi oleh
keadaan jasmani, psikologis, serta kelelahan (Slameto, 2010).
Media audio visual adalah alat yang dapat membantu untuk menstimulasi
indra penglihatan dan pendengaran (Mubarak, 2011). Menurut Sanjaya (2006),
media audio visual memiliki kelebihan yaitu lebih menarik dan lebih berefek
karena melibatkan dua indra yaitu pengelihatan dan pendengaran yang dapat
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
39
memaksimalkan penerimaan informasi. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
Wibowo (2013) yang menghasilkan promosi kesehatan metode audio visual
dapat meningkatkan pengetahuan mengenai penggunaan monosodium
glutamat (msg) pada ibu rumah tangga. Hal ini juga didukung dari hasil
penelitian Iga (2009) yang menghasilkan promosi kesehatan menggunakan
media audio visual dapat meningkatkan pengetahuan, persepsi dan sikap calon
TKI terhadap pencegahan HIV/AIDS. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh
penelitian Regina (2012) yang menghasilkan media audio visual lebih efektif
dalam pemberian pendidikan kesehatan dibandingkan dengan menggunakan
leaflet.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan yang dapat menjadi
pertimbangan penelitian berikutnya. Keterbatasan tersebut meliputi:
1. Peneliti belum bisa mengendalikan variabel yang dapat mempengaruhi
pengetahuan yaitu faktor pengalaman dan informasi.
2. Pendidikan kesehatan dilakukan setelah jam pulang sekolah sehingga siswi
kurang berkonsentrasi.
3. Peneliti belum mendapatkan data terkait lama responden mengalami
menstruasi.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
40
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu hipotesis diterima
yang ditunjukkan dari hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test dengan signifikansi p-
value = 0,000 < α = 0.05 yang berarti ada pengaruh pendidikan kesehtan melalui
media audio visual terhadap pengetahuan siswa tentang premenstrual syndrome di
MTsN Seyegan Sleman.
B. Saran
1. Bagi Responden/Siswi
Diharapkan para siswi aktif memperhatikan serta mencatat ringkasan ketika
diberikan penyuluhan sehingga bisa dipelajari kembali.
2. Bagi Instansi Sekolah
Pihak sekolah hendaknya bekerjasama dengan pihak puskesmas untuk
memberikan pendidikan kesehatan terkait element yang mencakup kesehatan
reproduksi agar pendidikan kesehatan yang diberikan dapat lebih efektif. Selain
itu juga bisa dengan menempelkan poster-poster terkait kesehatan reproduksi di
madding sekolah serta ruang UKS.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat mengontrol variabel yang tidak
dikendalikan oleh peneliti yaitu informasi dan pengalaman serta lebih
memperhatikan karakteristik responden yang akan diteliti.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
41
DAFTAR PUSTAKA
Andrews, G. (2009). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Badriyah. (2012). Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Premenstrual
Syndrome (PMS) pada Siswi Kelas XI di Sekolah Menengah Atas Negeri 3
Seragen. KTI. Surakarta: Stikes Kusuma Husada Surakarta.
Depkes RI. (2009). Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.
Devi, M. (2009). Hubungan Kebiasaan Makan dengan Kejadian Sindrom Pra
Menstruasi Pada Remaja Putri. Teknologi dan Kejuruan, 32(2):197-208.
Elvira, SD. (2010). Sindrom Pramenstruasi, Normalkah. Jakarta : FKUI.
Haimd, M.A.A.E., Moghazi, D.A.E., Moustafa, M.F., and Emam, E.A. (2013).
Knowladge and Practice of Female Employee About Premenstrual Syndrome
and its Effect on Daily Life Activities in Elminia University. Life Science
Journal, 10(1):234-243.
Hidayat, A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi 2. Jakarta:
Salemba medika.
Ibrahim, R. dan Syaodih, N. (2010). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Iga, M. (2009). Promosi Kesehatan Menggunakan Media Audio Visual dalam
Meningkatkan Pengetahuan, Persepsi dan Sikap Terhadap
PencegahanHIV/AIDS Bagi Calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di
Kabupaten Ngada-NTT. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Lowdermilk, LD and Perry, ES. (2007). Maternity and Women’s Health Care. China:
Mosby Elsevier.
Mubarak, WI. (2011). Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika
Natoadmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka
Cipta.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
42
Natoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Pratita, R. dan Margawati, A. (2013). Hubungan Antara Derajat Syndrome
Pamenstruasi dan Aktivitas Fisik dengan Perilaku Makan pada Remaja Putri.
Jurnal of Nutrician College, 2(4):645-651.
Presti, O.H. (2010). Hubungan Pre Menstrual Syndrome dengan Tingkat Kecemasan
pada Remaja. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Proverowati, A. dan Misaroh, S. (2009). Menarche Menstruasi Pertama Penuh
Makna. Yogyakarta: Nuha Medika.
Regina E.R. (2012). Perbandingan Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audio
Visual dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Siswa Tentang Kesehatan
Reproduksi Remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali Jawa Tengah. Skripsi.
Yogyakarta: Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
Rika, dan Wahyuni. (2010). Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Sindroma Pre
Menstruasi pada Siswi SMP Negeri 4 Surakarta. Gaster, 7(2):555-563.
Riwidikdo, H. (2006). Statistik kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Saryono, dan Sejati, W. (2009). Sindrom Premenstruasi. Yogyakarta: Nuha Medika
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta
Sugiyono (2010). Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Uno, H.B. (2011). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Wawan, A dan Dewi, M. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
43
Wibowo, S. dan Suryani, D. (2013). Pengaruh Promosi Kesehatan Audio Visual dan
Metode Buku Saku Terhadap Peningkatan Pengetahuan Penggunaan
Monosodium Glutamat (MSG) pada Ibu Rumah Tangga. ISSN, 7(2):55.