usdrp dukung peningkatan kinerja reformasi bidang tpa...
TRANSCRIPT
HALAMAN 8
NewsletterURBAN SECTOR DEVELOPMENT REFORM PROJECT
KEMENTERIANKEUANGAN
KEMENTERIANDALAM NEGERI
BADAN PERENCANAANPEMBANGUNAN
NASIONAL
B H K AI N IE K A L A T U N G G
KEMENTERIANPEKERJAAN UMUM
BANK DUNIA
Penanggungjawab :
Redaktur :
Editor :
Desain Grafis :
Dwityo A. Soeranto
Erwin A. SetyadhiElkana Catur H.
Bhima DhananjayaSentot PambudiSentot Darminto
MaulanaAlfred
Alvin Faizal
Kirimkan Berita dan Artikel Anda untuk dapat dimuat pada
USDRP NewsLetter, ke Alamat Email
www.usdrp-indonesia.org
Berita dan Informasi lainnya dapat juga dibaca/diperoleh
pada Website USDRP
USDRP Newsletterdapat diperoleh di :
Direktorat Jenderal Cipta Karya - Kementerian Pekerjaan UmumBadan Perencanaan Pembangunan Nasional
Kementerian KeuanganKementerian Dalam NegeriWorld Bank Office Jakarta
Atau hubungi :
Management and Technical Advisory Services to CPMU- USDRP
Jl. Hang Jebat VIII No.1Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12130
Telp. 021-72780810, 021-72780813 Fax 021-7397522
MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN P E N Y E L E N G G A R A A N PEMBANGUNAN PERKOTAAN
URBAN SECTOR DEVELOPMENT REFORM PROJECT
Direktorat JenderalCipta Karya
USDRP DukungPeningkatan KinerjaReformasi Bidang TPA.........hal 1
Daftar Isi
kabupaten/kota peserta USDRP, terdiri dari penjabat eselon III atau IV dan staf yang mengelola penanganan keluhan dan website pemda, serta perwakilan dari Bank Dunia.
Workshop ini menghadirkan pembicara dari yang pusat, diantaranya adalah Anggota Komisi Informasi Pusat, Direktur e-Government Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta Kepala Bidang Fasilitasi Pengaduan Pusat Penerangan Kementerian Dalam Neger i . Bebe rapa top i k yang d ib icarakan mel iput i kebi jakan keterbukaan informasi, kebijakan e-government Pemerintah dan kebijakan Penanganan keluhan masyarakat di pemerintah daerah. Turut dihadirkan juga pembicara dari Kota Yogyakata, Kota Parepare dan Kota Cimahi yang membagi...............(Bersambung hal 7)
Pola Pembiayaan Pembangunan PadaEra Desentralisasi................hal 3
Kemenkominfo Konsolidasikan TugasPejabat PPID.........................hal 2
Jakarta, 22 November 2011
Dalam rangka mendorong terwujudnya pembaruan tata pemerintahan dasar yang merupakan salah satu komponen utama Urban Sector Development Reform Project (USDRP), Central Project Management Unit (CPMU) USDRP kembal i melaksanakan kegiatan capacity building berupa Workshop Peningkatan Kapasitas Kiner ja Komponen Reformasi Transparans i , Pa r t i s i pas i dan Akuntabilitas (TPA).
Workshop yang dibuka oleh Direktur Bina Program Ditjen Cipta Karya, Antonius Budiono, berlangsung selama 2 (dua) hari dari tanggal 21-22 November 2011 dan bertempat di Hotel Jayakarta-Yogyakarta. Workshop ini diikuti oleh peserta yang mewakili 10
USDRP Dukung Peningkatan KinerjaReformasi Bidang TPA
Sepuluh Kabupaten/KotaUSDRP Ikut Pelatihan PEL...hal 2
TPP Lakessi Beri WaktuHingga Senin.........................hal 4
Kunci Sukses DaerahTergantung PengembanganEkonomi Lokal......................hal 5
BANTUAN USDRP DALAM PENGELOLAANSARANA PRASARANA PERKOTAAN
Volume 2, tahun V / MTAS-CPMU DESEMBER 2011
Volume 2, tahun V / MTAS-CPMU DESEMBER 2011
Susun Action Plan, Pemkab Pangkep dan Pemkab Barru MenujuOpini WTP..............................hal 6
Yogyakarta, 21 November 2011
Direktur Bina Program, Ditjen Cipta Karya, Antonius Budiono dengan didampingi oleh Ketua CPMU USDRP, Dwityo A. Soeranto membuka acara Workshop Pengelolaan Sarana Prasarana Urban Sector Development Reform Project (USDRP) di Yogyakarta. Dalam acara ini, Direktorat Jenderal Cipta Karya melalui USDRP memberikan bantuan pengembangan kapasitas bagi aparat pemerintah daerah peserta USDRP dalam pengelolaan sarana dan prasarana yang dibangun melalui program USDRP.
“Mengingat sarana dan prasarana yang dibangun melalui USDRP dibiayai oleh pinjaman dari Bank Dunia, maka perlu kiranya jaminan ketahanan dan keberlanjutan bangunan untuk bisa membiayai pengembalian pinjaman tersebut,” tegas Antonius.
USDRP melalui komponen Urban Investment telah memberikan bantuan kepada Pemda peserta USDRP berupa pembangunan 7 unit pasar, masing-masing satu pasar di Kabupaten Parigi Moutong, Kota Parepare, Kota Cimahi dan Kota Palangkaraya, tiga pasar di Kabupaten Sidenreng Rappang serta satu terminal di Kabupaten Parigi Moutong. Disamping itu, terdapat 5 pasar dalam tahap penyelesaian pembangunan, yaitu satu pasar di Kota Palopo dan Kota Banda Aceh, serta tiga pasar di Kabupaten Barru. Sedangkan Kota Sawahlunto dan Kabupaten Morowali,
saat ini sedang menyelesaikan proses pelelangan pembangunan Pasar dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
Dalam perkembangannya, perlu dilakukan pengelolaan bangunan yang berupa pemeliharaan dan perawatan sesuai dengan pedoman yang ada untuk menghindari penurunan kualitas dan kegagalan bangunan serta menjamin kenyamanan dan keselamatan penggunanya.
Acara workshop ini dihadiri oleh perwakilan dari Dinas PU dan komponen PIU USDRP dari 10 kabupaten/kota peserta USDRP. Narasumber yang dihadirkan berasal dari Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan, Ditjen Cipta Karya, Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Permukiman Kementerian PU, serta para profesional dari Ikatan Ahli Fisika Bangunan (IAFBI) dan Himpunan Ahli Perawatan Bangunan Indonesia (HAPBI).
Diharapkan, setelah mengikuti workshop ini peserta dapat memahami dan melaksanakan secara profesional pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung, memahami dan menyusun manajemen pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung, memahami dan melaksanakan langkah-langkah untuk menjamin keberlanjutan bangunan gedung beserta prasarana dan sarananya agar selalu dalam kondisi laik fungsi. (Sumber : http://ciptakarya.pu.go.id/)
Bantuan USDRP dalamPengelolaan Sarana danPrasarana Perkotaan............hal 8
HALAMAN 2
NewsletterURBAN SECTOR DEVELOPMENT REFORM PROJECT
NewsletterURBAN SECTOR DEVELOPMENT REFORM PROJECT
HALAMAN 7
USDRP Dukung Peningkatan...............(sambungan dari hal 1)
pengalaman pelaksanaan reformasi bidang TPA di masing-masing Daerah.
Workshop ini juga dilengkapi dengan kunjungan peserta ke Pemerintah Kota Yogyakarta, yang dimaksudkan untuk melihat dari dekat mekanisme pelaksanaan penanganan keluhan di Kota Yogyakarta yang lebih di kenal dengan UPIK (Unit Pelayanan Informasi dan Keluhan), serta pada bagian pengelola website yang berada pada bidang Teknologi Informatika dan Telematika (TIT). Di akhir acara, aparat Pemerintah Daerah peserta USDRP dibagi menjadi 2 kelompok yaitu : kelompok pengelolaan website dan penanganan keluhan untuk kemudian melakukan diskusi mengenai pengelolan website dan penanganan keluhan yang baik, serta menghasilkan rencana kerja.
Kelompok pengelola website menyimpulkan beberapa hal yang dibutuhkan dalam membangun dan mengelola sebuah website untuk tetap sustain/eksis (tidak hanya keberadaan website tapi juga data dan informasinya) : (1) Komitmen dari masing-masing petugas/pengelola dalam membangun dan mengelola website, (2) Kelembagaan, pengelolaan website ada 2 (pengelola software/hardware dan pengelola konten/isi website). Pengelola adalah orang/SKPD yang berkompeten di bidangnya dan hanya diperlukan 1 Portal (tidak dalam bentuk link/website terpisah seperti pada umumnya) dan (3) Standar Operational Prosedur terkait publikasi informasi, yang akan di atur dalam bentuk Peraturan Walikota/Bupat (berisi SKPD yang ditugaskan, data/informasi yang dipublikasi, waktu publikasi dan media publikasi). Sedangkan kelompok penanganan keluhan menyimpulkan, penanganan keluhan masyarakat idealnya ditangani oleh satu tim (lembaga) secara terpadu, terkoordinasi, terintegrasi dalam satu sistem kerja dan memliki SOP yang merupakan standar kerja dan sesuai denga tupoksi masing-masing, selain itu disimpukan juga beberapa Prinsip Penanganan keluhan, yaitu : (1) Mudah, masyarakat mudah menyampaikan keluhan dan Pemda juga dengan mudah menerima keluhan dari masyarakat, (2) Cepat, dalam menyampaikan keluhan cepat dengan melalui alat (sms, website, telepon, dll) dan diharapkan pula dengan cepat Pemda dapat perespon keluhan dari masyarakat, (3) Murah, hal ini terkait dengan penganggaran untuk mengelola website, dengan biaya yang rendah dapat menghasilkan output yang optimal. (Sumber : http://ciptakarya.pu.go.id/)
Volume 2, tahun V / MTAS-CPMU DESEMBER 2011Volume 2, tahun V / MTAS-CPMU DESEMBER 2011
Kunci Sukses Daerah...........................(sambungan dari hal 5) Ketua Project Manajement Unit - Urban Sektor Development Reform Project (PMU-USDRP), Ir H Bahagia mengungkapkan, sebagai bagian dari agenda fasil itasi pelaksanaan pengembangan ekonomi lokal di daerah, USDRP telah mendorong daerah untuk membentuk satu tim yang kuat yang bekerja untuk memikirkan, merencanakan dan melaksanakan agenda-agenda pengembangan secara baik, terkoordinasi, bersinergi dan berkelanjutan.
Dia mengatakan, pihaknya akan mengidentifikasi kluster ekonomi unggulan yang dapat menjadi kekuatan pengembangan ekonomi lokal, mengidentifikasi stakeholder baik di pemerintahan daerah, sektor swasta, produsen, maupun masyarakat.
“Selain itu juga untuk mengidentifikasi agenda program dan kegiatan yang mampu mendorong tercapainya tujuan pengembangan ekonomi lokal yang tepat dan sejalan dengan rencana pembangunan daerah yang tertuang dalam RTRW, RPJMD dan dokumen perencanaan pembangunan lainnya,” paparnya. (Sumber : http://www.medanbisnisdaily.com/)
Mataram, 9 November 2011
Kementerian Komunikasi dan Informatika memfasilitasi lokakarya konsolidasi tugas pokok dan fungsi serta penyusunan rencana kerja pejabat pengelola informasi daerah, yang digelar di kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Rabu.
Penyelenggaraan lokakarya konsolidasi tugas pokok dan fungsi serta penyusunan rencana kerja Pejabat Pengelola Informasi Daerah (PPID) yang diikuti 46 orang pejabat dari lima provinsi itu juga didukung Australia Indonesia Partnership for Desentralitation (AIPD).
Kelima provinsi itu adalah Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai tuan rumah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Papua, dan Papua Barat.
Sekretaris Daerah (Sekda) NTB H Muhammad Nur pada pembukaan kegiatan itu menekankan pentingnya pemahaman para pejabat pengelola informasi di daerah, sebagaimana diamanatkan oleh Undang Undang (UU) Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP), dan Permendagri Nomor 6 Tahun 2011.
"Diharapkan para pejabat pengelola infomasi mampu mengimplementasikan UU KIP sesuai ketentuan yang berlaku, yang pada gilirannya akan semakin mendorong kemajuan pembangunan daerah," ujarnya.
Nur juga menekankan penyiapan kelembagaan, penggunaan mekanisme, pendampingan SDM dan penerapan kebijakan yang harus mendapat perhatian serius dalam pengelolaan informasi di daerah.
Dalam mengimplementasikan UU KIP itu, gubernur harus menunjuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi atau pejabat yang bertanggung jawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan informasi di Badan Publik............................................(Bersambung hal 7)
KEMENKOMINFO KONSOLIDASIKANTUGAS PEJABAT PPID
Kemenkominfo Konsolidasi................(sambungan dari hal 2)
Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif dan badan lain yang tugas pokok dan fungsinya berkaitan dengan penyelenggaraan negara yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari APBN dan/atau APBD. Badan Publik juga mencakup organisasi non pemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari APBN dan/atau APBD, sumbangan masyarakat dan/atau luar negeri.
Disarankan agar PPID melekat di tingkat provinsi atau unit kerja yang relatif dekat dengan gubernur. Demikian pula jika harus ada di tingkat kabupaten/kota maka juga harus melekat dengan satuan kerja yang relatif dekat dengan kepala daerah.
Khusus Badan Publik Swasta, perlu ditunjuk Chief Information Officer (CIO) yang tugas pokok dan fungsinya menyerupai PPID di pemerintahan.
Selain itu, setiap daerah provinsi juga harus memiliki Komisi Informasi Provinsi selaku lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan UU KIP dan peraturan pelaksanaannya, seperti menetapkan petunjuk teknis standar layanan informasi publik dan menyelesaikan sengketa informasi publik melalui mediasi dan/atau ajudikasi non litigasi.
Sejauh ini, umumnya sebagian besar provinsi di Indonesia belum menetapkan lima orang anggota komisi informasi, termasuk Provinsi NTB karena beragam penyebab, antara keterlambatan merampungkan tahapan demi tahapan dalam proses seleksi. (Sumber : http://www.antaranews.com/)
Sepuluh Kabupaten/Kota.....................(sambungan dari hal 2)
Sebelum penutupan pelatihan, beberapa wakil peserta menyampaikan atau mempresentasikan simulasi perumusan action plan. Selain kegiatan pelatihan ini, selanjutnya dirangakikan dengan kegiatan lanjutan yaitu workshop dan kunjungan lapangan serta On the Job Training ke luar negeri. (Sumber : http://ciptakarya.pu.go.id/)
SEPULUH KABUPATEN/KOTA USDRPIKUT PELATIHAN PEL
Jakarta, 19 Desember 2011
Sedikitnya sepuluh kabupaten/kota peserta Urban Sector Development Reform Project (USDRP) mengikuti pelatihan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) selama lima hari di Bandung, 12 – 16 Desember 2011.
Pelatihan ini dalam rangka peningakatan kapasitas pemerintah daerah peserta USDRP dan menciptakan kesadaran mengenai pentingnya PEL untuk pembangunan lokal di era desentralisasi.
Pelatihan dibuka oleh Ketua Central Project Management Unit (CPMU) USDRP, Dwityo A. Soranto, dan juga melibatkan fasiliatator pendamping PEL dan menampilkan narasumber dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI).
Pelatihan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kesadaran dari pemerintah daerah peserta USDRP untuk membangun sinergi dari semua potensi lokal untuk menciptakan kemitraan diantara para stakeholder PEL dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan sekaligus menyusun strategi, program dan kegiatan PEL yang merupakan bagian dari RPJM Daerah.
Materi yang diberikan kepada peserta oleh para narasumber berkaitan dengan Pengembangan PEL dimana ada sembilan materi utama antara lain: Pengertian PEL; Indetikikasi dan Pemilihan Klaster; Pemasaran dan Pengembangan Klaster; Pemberdayaan UMKM; Penguatan Kelompok; Pengembangan Kemitraan Stakeholder; Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran; Perumusan Strategi (Analisa SWOT); dan Perumusan Action Plan.
Hal yang cukup menarik adalah penyampaian materi Pemasaran dan Pengembangan Klaster serta Pemberdayaan UMKM. Peserta sangat antusias untuk menanyakan berbagai hal yang berkaitan dengan pemasaran dan UMKM. Selain itu, peserta yang dibagi per kelompok per daerah melakukan praktek/latihan analisa SWOT..............................................(Bersambung hal 7)
HALAMAN 6
NewsletterURBAN SECTOR DEVELOPMENT REFORM PROJECT
NewsletterURBAN SECTOR DEVELOPMENT REFORM PROJECT
HALAMAN 3
SUSUN ACTION PLAN, PEMKAB PANGKEP DAN PEMKAB BARRUMENUJU OPINI WTP
Volume 2, tahun V / MTAS-CPMU DESEMBER 2011Volume 2, tahun V / MTAS-CPMU DESEMBER 2011
Pangkep, 7 Desember 2011
Bupati Pangkep, Syamsuddin A. Hamid menyampaikan terima kasih atas kesediaan Kepala BPKP Sulsel dalam menyelenggarakan kerjasama dan memberi bimbingan kepada aparat Pemerintah Kabupaten Pangkep dalam menyusun laporan keuangan daerah dengan baik dan benar sehingga Opini WTP dapat diraih. Demikian juga Wakil Bupati Barru, Drs. H.A. Anwar Aksa menyampaikan sambutan Bupati Barru yang intinya mengajak kerjasama dengan BPKP dalam mengembangkan s istem perencanaan pembangunan daerah, ser ta mengembangkan kualitas SDM di bidang Akuntansi dan Keuangan. Hal ini mereka ungkapkan pada acara penandatanganan rencana aksi antara Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan dengan Pemerintah Kab. Pangkep dan Kab. Barru 1 Desember 2011. Kamis, 1 Desember 2011, Kepala Perwakilan BPKP Sulsel, Abi Rusman Tjokronolo, melakukan kunjungan kerja dalam rangka Penandatanganan rencana aksi antara Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan dengan Pemerintah Kab. Pangkep dan Kab. Barru.
Kegiatan Penandatanganan penyusunan Rencana Aksi yang dilaksanakan secara terpisah di masing-masing kantor Pemerintah Kabupaten tersebut, dihadiri oleh seluruh Kepala SKPD dan para Pejabat di jajaran Pemerintah Kabupaten Pangkep dan Kabupaten Barru.
Penyusunan rencana aksi yang berlangsung di Pemkab Pangkep dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan Bimtek dan Pelatihan pengembangan tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan pada Inspektorat Kab. Pangkep. Dalam sambutannya Inspektur Kab. Pangkep, Drs. H.M. Yasin menyampaikan beberapa poin penting yang diharapkan dapat segera diterapkan pada setiap SKPD yakni perbaikan atau penataan aset dan penyelesaian utang piutang. “BPKP hadir sebagai mitra yang dapat membimbing kita dalam pengelolaan dan penataan aset yang baik dan benar”. lanjutnya.
Jakarta, 21 Desember 2011
Perkembangan selama 10 tahun terakhir Isu yang paling banyak dibicarakan adalah terkait dengan pembangunan yang berasal dari dana perimbangan seperti DAU, DAK, dan lain-lain. Dana APBN yang ke daerah, pada tahun 2011 mungkin besarannya mencapai sekitar 450 Triliun yang akan di daerahkan untuk perkotaan dan atau perdesaan, yang mana pada awal otonomi hanya 38 Triliun jadi dalam rentang 10 tahun terjadi lompatan yang sangat besar, yang menjadi pertanyaan adalah dana sebesar itu digunakan untuk apa?
Sumber pendanaan lainnya, yaitu pemerintah dapat memberikan pinjaman atau hibah kepada pemerintah daerah. Disamping pemerintah, pinjaman juga bisa dilakukan antar pemerintah daerah, bank, non bank, atau ke masyarakat. Namun selama 10 tahun otonomi daerah sudah berkalan, hal ini tidak pernah terdengar. Sebagai contoh pembiyaan untuk mengatasi masalah banjir, Pemerintah DKI Jakarta mengapa tidak meminjam dana dari Bank Jabar misalnya, kenapa tidak dilakukan dan apa yang menjadi masalahnya.
Terkait dengan masalah pinjaman PP 54 akhirnya terpaksa dirubah, selama kurun waktu 5 tahun yang diperdebatkan adalah antara menghasilkan dengan menguntungkan. Selama ini dalam pengamatan saya, mana ada Proyek Pemerintah yang menguntungkan. Sebagai contoh proyek-proyek Pemerintah yang tidak menguntungkan bahkan malah merugi antara lain : PLN, PDAM dan lainnya. Karena proyek-proyek pemerintah sebagian besar penggunannya atau untuk melayani masyarakat tidak mampu dan itu adalah kewajiban pemerintah.
Selama 5 tahun terakhir berdebat untuk merevisi PP 54 termasuk tidak saja penerusan pinjaman antara pemerintah, tapi pemerintah daerah dapat saling meminjamkan antar daerah. Sekarang pinjaman ke BUMD di stop, harus melalui pemerintah daerah, supaya menggugah Pemda selaku pemilik supaya lebih terbuka lagi di masa yang akan datang. Dalam PP 30 terminologinya tidak hanya menghasilkan tapi juga bermanfaat
Pada kesempatan tersebut Kepala Perwakilan BPKP Sulsel menyatakan bahwa adanya kelemahan dalam Sistem Pengendalian Intern (SPI) khususnya pada lingkungan pengendalian, penilaian resiko dan kegiatan pengendalian yang menyebabkan Opini WTP tidak tercapai. Kelemahan SPI tersebut terlihat dari banyaknya kasus pencatatan yang tidak akurat, perencanaan yang tidak memadai, laporan kegiatan yang tidak melalui mekanisme APBD dan belum adanya Standar Operating Procedure berupa peraturan kepala Daerah yang mengatur hal-hal yang terkait dengan laporan keuangan daerah.
Oleh karena itu Bupati Pangkep, Syamsuddin A. Hamid mengharapkan komitmen dan keseriusan aparat Pemkab. Pangkep sehingga permasalahan yang dialami dapat terselesaikan dengan baik, Lebih lanjut beliau menyampaikan terima kasih atas kesediaan Kepala BPKP Sulsel dalam menyelenggarakan kerja sama ini, semoga BPKP dapat membimbing aparat Pemerintah kabupaten Pangkep dalam menyusun laporan keuangan daerah dengan baik dan benar sehingga Opini WTP dapat diraih.
Pada kegiatan penyusunan Rencana Aksi selanjutnya, bertempat di ruang Pola Kantor Bupati Barru, Wakil Bupati Barru, Drs. H.A. Anwar Aksa menyampaikan sambutan Bupati Barru yang intinya mengajak kerjasama dengan BPKP dalam mengembangkan sistem perencanaan pembangunan daerah, mengembangkan kualitas SDM dibidang Akuntansi dan Keuangan sehingga administrasi pemerintahan daerah dapat berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada dan bisa menekan kemungkinan adanya pelanggaran yang pada ahirnya tercipta pemerintahan daerah yang bersih dan berwibawa serta berintegritas dengan pemahaman dan komitmen pada prinsip good governance dan clean goverment.
Akhirnya beliau mengharapkan komitmen bersama ini menjadi kesempatan yang membahagiakan sehingga dapat menjalankan peran masing-masing guna menghasilkan rencana aksi yang jelas, pas dan terjadwal dalam mendorong peningkatan kapasitas dan kapabilitas manajemen pemerintahan daerah. (Sumber : http://www.bpkp.go.id/)
POLA PEMBIAYAAN PEMBANGUNANPADA ERA DESENTRALISASI
Tulisan Bersambung dari Acara Expert Group Meeting (EGM) - USDRP - bagian 1
secara ekonomi dan sosial, khususnya untuk pinjaman jangka panjang.
Kedua lewat hibah, pemda bisa menerima dan memberikan dari dan kemana-mana bukan hanya dari pemerintah, bahkan dari masyarakat perorangan. Kecuali pinjaman dari luar negeri, harus melalui pemerintah, pinjaman yang diterus hibahkan, atau hibah yang diterushibahkan atau hibah yang diteruspinjamkan, tapi hibah yang diteruspinjamkan sekarang kita hindari dulu.
Yang berikut, pola pendanaan ada dua kedepannya, APBN yang terkait tugas dan fungsi kementerian dan lembaga, atau tugas Pemda, harus di danai APBD, jangan diperdebatkan sumber dana APBD. silahkan dari pusat, pinjam, hibah, PAD, yang penting pengelolaannya harus melalui mekanisme APBD. Sehingga di APBN pun selama ini dibagi menjadi dua. Pertama bagian anggaran untuk Kementerian dan Lembaga, dan yang kedua untuk non Kementrian dan Lembaga, jadi fungsi kementerian keuangan hanya sebagai kasir, t idak mengintervensi mengenai substansi.
Pinjaman luar negeri ada dua klaster yang bisa kita gunakan, digunakan Kementrian atau Lembaga yang bersangkutan, atau diteruskan. Agar memudahkan proses dan pelaksanaan dana pinjaman, seyogyanya dibuat perjanjian atau agreement yang detail dan lengkap baik pinjaman dan hibah dengan segala antispasinya, hal ini untuk menghindari apabila terjadinya perubahan-perubahan dan hal-hal lainnya. Yang ingin ditekankan Kemenkeu, hubungan keuangan harus duduk diatas hubungan fungsi kalau tidak akan menimbulkan permasalahan antar kementrian yang terkait.
Peruntukkan kegiatannya itu, walaupun untuk Pemda, tetap dari Kementerian harus memantau, Pemda sebagai Implementing Agency, Kementerian sebagai Executing Agency. Apapun harus dibawah kontrol Kementerian terkait, contoh Mass Rapit Tranport (MRT) harus dibawah pantauan Kemenhub. (Sumber : Paparan Direktur Pinjaman dan Kapasitas Daerah, Ditjen PKD, Kementerian Keuangan)
HALAMAN 4
NewsletterURBAN SECTOR DEVELOPMENT REFORM PROJECT
NewsletterURBAN SECTOR DEVELOPMENT REFORM PROJECT
HALAMAN 5
Parepare, 5 Desember 2011
Tim Pemindahan Pedagang (TPP) Pasar Lakessi Parepare kembali memberikan toleransi waktu kepada pedagang calon “penghuni” pasar semi modern tersebut untuk berembug. Batas waktu diberikan kepada mereka untuk mencapai kesepakatan secara internal mengenai harga lods, kios, dan toko.
Pada pertemuan ketiga dengan agenda utama sosialisasi mengenai tata cara pemindahan, pengundian, dan mekanisme lainnya di Ruang Data Kantor Wali Kota Parepare, Jumat (2/12), perwakilan pedagang belum mencapai kesepakatan atau belum menentukan angka (jumlah) berapa yang mereka inginkan.
Karena itu, Wakil Ketua TPP HA Faisal A Sapada yang memimpin pertemuan tersebut kembali memberikan tenggat waktu lagi kepada mereka untuk mengambil keputusan terhadap tawaran yang telah diberikan pemerintah (TPP) pada pertemuan sebelumnya di pelataran Pasar Semi Modern Lakessi, Sabtu (26 Nopember 2011) lalu.
“Kita tidak mungkin begini terus. Kita harus segera mengambil keputusan supaya bapak-bapak dan ibu-ibu (pedagang) bisa segera beraktifitas di pasar baru yang sudah kita inginkan bersama untuk dipindahi,” kata Faisal di awal pertemuan.
Karena itulah, berhubung para pedagang secara internal belum menyepakati harga maka Tim TPP kembali memberikan tenggat waktu hingga Senin (5/12) untuk mengambil keputusan dan kemudian menyampaikannya kepada TPP.
Pada pertemuan terakhir ini, TPP menegaskan bahwa diestimasikan harga jual terendah sebesar Rp. 11 juta lebih, sementara paling tinggi Rp. 77,4 juta lebih, dijamin sudah murah dan tidak memberatkan pedagang. Apalagi, kata Faisal, pihak pemerintah sudah dua kali menurunkan harga tetapi pedagang belum naik.
Menanggapi adanya perwakilan pedagang yang meminta agar pemerintah menggratiskan pedagang masuk ke Lakessi dengan
dalih sudah menjadi tugas pemerintah, Faisal menanggapi taktis dengan merujuk pada ketentuan hukum yang ada.
Menurutnya, BPKP mengharuskan biaya yang dihabiskan membangun pasar tersebut semuanya masuk cost recovery. Sehingga, hal itulah yang menjadi pertimbangan mengapa batas minimal Rp 50 miliar tersebut tidak bisa turun lagi dan mengapa para pedagang harus dibebankan pembayaran (pembelian).
Pihaknya juga meyakinkan para pedagang bahwa apa yang dilakukannya bukan untuk kepentingan siapa-siapa atau pihak mana pun selain untuk kepentingan pedagang dan masyarakat secara umum. “Ini bukan soal untung rugi yah, tapi ini soal aturan. Tentu kita semua ingin yang baik. Pedagang pindah dengan baik-baik dan saya tidak perlu masuk penjara,” katanya sedikit bergurau. (Sumber : http://www.pareparekota.go.id/)
TPP LAKESSIBERI WAKTU HINGGA SENIN
KUNCI SUKSES DAERAHTERGANTUNG PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL
Banda Aceh, 25 November 2011
Banda Aceh. Wakil Walikota Banda Aceh, Hj Illiza Sa’aduddin Djamal SE, mengatakan kebangkitan ekonomi daerah atau kawasan di era globalisasi, sangat ditentukan pengembangan ekonomi lokal, apalagi jika potensi ekonomi lokal tersebut dikelola secara lebih efektif dan efisien.
“Namun semua itu sangat tergantung bagaimana penyusunan awal rancangan dan strategi terhadap program pengembangan ekonomi lokal tersebut,” kata Illiza kepada Medan Bisnis, Kamis (24/11).
Menurut wakil walikota, yang paling penting dilakukan untuk mengembangkan ekonomi lokal perkotaan, seperti Kota Banda Aceh, adalah mencermati karakteristik ekonomi perkotaan itu sendiri, dan jika karakteristik itu sudah diketahui dengan tepat, maka fokus pengembangan ekonomi lokal dan daerah dapat terwujud.
“Pengembangan kelembagaan, penciptaan iklim dunia usaha yang kondusif dan pengembangan sumberdaya manusia pun akan mudah dicapai,” imbuh Illiza.
Hal tersebut, sambungnya, dapat dilakukan melalui beberapa tahap, di antaranya pengembangan dan penguatan kemitraan antar stakeholder, penyusunan kajian dan sosialisasi konsep pengembangan masyarakat dan kawasan, penyiapan strategi perencanaan dan penganggaran, serta pelaksanaan.
“Namun yang cukup penting adalah monitoring dan evaluasi, ini tidak boleh diabaikan,” tegasnya.Selaku pemerintah kota, dia berharap kepala SKPK, Asosiasi Forum Pasar Kota Banda Aceh, pihak perbankan, Kadin dan Apindo serta akademisi lebih berperan aktif mendukung program pengembangan ekonomi.
Kluster EkonomiSecara terpisah, ........................................(Bersambung hal 7)...
Kota Cimahi
Kota Palopo
Kota Parepare
Kota Palangkaraya
Kota Sawahlunto
Kota Banda Aceh
Kabupaten Sidenreng Rappang
Kabupaten Parigi Moutong
Kabupaten Barru
www.cimahikota.go.id
www.palopokota.go.id
www.pareparekota.go.id
www.palangkaraya.go.id
www.sawahlunto.go.id
www.bandaacehkota.go.id
www.sidenrengrappangkab.go.id
www.parigimoutongkab.go.id
www.barru.go.id
DAFTAR ALAMAT WEBSITEKABUPATEN/KOTA PESERTA USDRP
Volume 2, tahun V / MTAS-CPMU DESEMBER 2011Volume 2, tahun V / MTAS-CPMU DESEMBER 2011
TO EMPOWER LOCAL GOVERNMENT IN IMPLEMENTING URBAN DEVELOPMENT
R E P U B L I C O F I N D O N E S I AM I N I S T R Y O F P U B L I C W O R K S
D I R E C T O R A T E G E N E R A L O F H U M A N S E T T L E M E N T SU R B A N S E C T O R D E V E L O P M E N T R E F O R M P R O J E C T
Sampaikan Kritik dan Saran atau Keluhan Mengenai Program USDRP
secara online melalui Website USDRP :
0813 8 813 2 333Kirim SMS ke nomor :