hut ke-52 kota parepare, cipta karya pasar sentral lakessi...

4
HALAMAN 8 Newsletter URBAN SECTOR DEVELOPMENT REFORM PROJECT KEMENTERIAN KEUANGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BH KA IN I EK AL ATUNGG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BANK DUNIA Penanggungjawab : Redaktur : Editor : Desain Grafis : Dwityo A. Soeranto Erwin A. Setyadhi Elkana Catur H. Bhima Dhananjaya Sentot Pambudi Sentot Darminto Maulana Alfred Alvin Faizal Kirimkan Berita dan Artikel Anda untuk dapat dimuat pada USDRP NewsLetter, ke Alamat Email [email protected] www.usdrp-indonesia.org Berita dan Informasi lainnya dapat juga dibaca/diperoleh pada Website USDRP USDRP Newsletter dapat diperoleh di : Direktorat Jenderal Cipta Karya - Kementerian Pekerjaan Umum Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Keuangan Kementerian Dalam Negeri World Bank Office Jakarta Atau hubungi : Management and Technical Advisory Services to CPMU- USDRP Jl. Hang Jebat VIII No.1 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12130 Telp. 021-72780810, 021-72780813 Fax 021-7397522 MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN URBAN SECTOR DEVELOPMENT REFORM PROJECT Direktorat Jenderal Cipta Karya Hut ke-52 Kota Parepare, Pasar Sentral Lakessi Diresmikan............................hal 1 Daftar Isi Pasar Sentral Lakessi yang pembangunannya dimulai sejak tahun 2008 dengan dana pinjaman melalui USDRP, merupakan pasar lama yang dibangun kembali oleh Pemkota Parepare dan memiliki kapasitas untuk menampung sebanyak 2.038 pedagang, dimana 1.761 merupakan pedagang yang sebelumnya berdagang dipasar lama tersebut. Hal ini sesuai dengan Rencana Tindak Pemindahan Pedagang (RTPP) yang telah disusun oleh Pemkot dan disepakati dengan para pedagang. Pembangunan pasar semi modern yang lebih bersih, aman dan tertata dengan baik ini diharapkan akan mampu meningkatkan pedapatan para pedagangnya, yang pada gilirannya..............(Bersambung hal 7) Keterbukaan Informasi Publik dan PPID....................hal 4 USDRP Tingkatkan Kapasitas Pemda dalam Manajemen Keuangan dan Pengelolaan Aset Daerah....hal 2 Parepare, 17 Februari 2012 Pasar Sentral Lakessi yang didanai melalui Urban Sector Development Reform Project (USDRP) diresmikan oleh Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo dengan didampingi Plt. Walikota Parepare, H. Sjamsu Alam. bertepatan dengan Ulang Tahun ke-52 Kota Parepare yang perayaannya dipusatkan di Islamic Center Kota Parepare. Acara di Islamic Center, selain dihadiri oleh Gubernur Sulsel, juga hadir Wakil Gubernur, Agus Arifin Nu'mang, Anggota DPR/MPR RI, Tamsil Linrung, Mantan-mantan Walikota Parepare, pimpinan dan anggota DPRD, pejabat muspida, sejumlah bupati di Sulsel, tokoh masyarakat, dan lainnya. HUT ke-52 Kota Parepare, Pasar Sentral Lakessi Diresmikan Parepare Alokasi 47 Miliar Pagu Wilayah........................hal 3 10 Pemda USDRP Belajar PEL dari Kabupaten Garut...hal 6 SKPD Diminta Menunjang Pengembangan Ekonomi.....hal 8 Volume 3, tahun V / MTAS-CPMU FEBRUARI 2012 Volume 3, tahun V / MTAS-CPMU FEBRUARI 2012 Palangka Raya, 20 Januari 2012 Untuk Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) Pemerintah Kota Palangka Raya menyelenggarakan workshop I Penetapan klaster ekonomi yang dilaksanakan pada Selasa (17/) kemarin di ruang rapat Peteng Karuhei II. Workshop II penetapan strategi dan agenda program PEL Kota Palangka Raya dilaksanakan pada bulan Februari mendatang. Dalam sambutan Wali Kota HM Riban Satia MSi yang dibacakan oleh Sekda Kota Palangka Raya Sanijan S Toembak CES, berharap pada akhirnya nanti dapat menetapkan satu atau dua klaster ekonomi yang akan menjadi fokus awal dalam PEL di Palangka Raya. "Apabila klaster ekonomi yang menjadi fokus sudah terpilih, maka saya sarankan tiap SKPD dapat menunjang pilihan prioritas tersebut, supaya pengembangan ekonomi lokal Palangka Raya dapat terbaca kemajuannya dengan jelas dan dapat dirasakan masyarakat pelaku usaha," kata Sanijan. Menurut Sanijan, meskipun pada tahun 2012 ini hanya mengembangkan ekonomi lokal kepada satu atau dua klaster ekonomi unggulan, bukan berarti klaster ekonomi lain ditinggalkan, tetapi menjadi prioritas pengembangan pada tahun- tahun berikutnya. "Pada workshop II nanti, tim pelaksana PEL akan menetapkan strategi dan agenda program pengembangan ekonomi lokal kota Palangka Raya untuk jangka menengah 5 tahun kedepan, hingga klaster-klaster ekonomi termuat dalam penyusunan strategis dan agenda program dan agenda pragram tersebut," ujar Sanijan. Sanijan juga menegaskan, meskipun program pengembangan PEL ini diawali dengan Program Urban Sector Development Reform Project (USDRP), namun program PEL akan terus berlangsung walau USDRP sudah selesai. Karena menurut Sanijan PEL merupakan kebutuhan seluruh masayarakat Palangka Raya. "Program ini menunjukkan keberpihakan kepada ekonomi kerakyatan/UMKM masyarakat kota Palangka Raya," pungkasnya. (Sumber : http://www.kaltengpos.web.id/) SKPD DIMINTA MENUNJAMG PENGEMBANGAN EKONOMI

Upload: dangminh

Post on 26-Jul-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

HALAMAN 8

NewsletterURBAN SECTOR DEVELOPMENT REFORM PROJECT

KEMENTERIANKEUANGAN

KEMENTERIANDALAM NEGERI

BADAN PERENCANAANPEMBANGUNAN

NASIONAL

B H K AI N IE K A L A T U N G G

KEMENTERIANPEKERJAAN UMUM

BANK DUNIA

Penanggungjawab :

Redaktur :

Editor :

Desain Grafis :

Dwityo A. Soeranto

Erwin A. SetyadhiElkana Catur H.

Bhima DhananjayaSentot PambudiSentot Darminto

MaulanaAlfred

Alvin Faizal

Kirimkan Berita dan Artikel Anda untuk dapat dimuat pada

USDRP NewsLetter, ke Alamat Email

[email protected]

www.usdrp-indonesia.org

Berita dan Informasi lainnya dapat juga dibaca/diperoleh

pada Website USDRP

USDRP Newsletterdapat diperoleh di :

Direktorat Jenderal Cipta Karya - Kementerian Pekerjaan UmumBadan Perencanaan Pembangunan Nasional

Kementerian KeuanganKementerian Dalam NegeriWorld Bank Office Jakarta

Atau hubungi :

Management and Technical Advisory Services to CPMU- USDRP

Jl. Hang Jebat VIII No.1Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12130

Telp. 021-72780810, 021-72780813 Fax 021-7397522

MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN P E N Y E L E N G G A R A A N PEMBANGUNAN PERKOTAAN

URBAN SECTOR DEVELOPMENT REFORM PROJECT

Direktorat JenderalCipta Karya

Hut ke-52 Kota Parepare,Pasar Sentral LakessiDiresmikan............................hal 1

Daftar Isi

P a s a r S e n t r a l L a k e s s i y a n g pembangunannya dimulai sejak tahun 2008 dengan dana pinjaman melalui USDRP, merupakan pasar lama yang dibangun kembali oleh Pemkota Parepare dan memiliki kapasitas untuk m e n a m p u n g s e b a n y a k 2 . 0 3 8 pedagang, dimana 1.761 merupakan pedagang yang sebelumnya berdagang dipasar lama tersebut. Hal ini sesuai dengan Rencana Tindak Pemindahan Pedagang (RTPP) yang telah disusun oleh Pemkot dan disepakati dengan para pedagang.

Pembangunan pasar semi modern yang lebih bersih, aman dan tertata dengan baik ini diharapkan akan mampu meningkatkan pedapatan para p e d a g a n g n y a , y a n g p a d a gilirannya..............(Bersambung hal 7)

Keterbukaan InformasiPublik dan PPID....................hal 4

USDRP Tingkatkan Kapasitas Pemda dalamManajemen Keuangan danPengelolaan Aset Daerah....hal 2

Parepare, 17 Februari 2012

Pasar Sentral Lakessi yang didanai melalui Urban Sector Development Reform Project (USDRP) diresmikan oleh Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo dengan didampingi Plt. Walikota Parepare, H. Sjamsu Alam. bertepatan dengan Ulang Tahun ke-52 Kota Parepare yang perayaannya dipusatkan di Islamic Center Kota Parepare.

Acara di Islamic Center, selain dihadiri oleh Gubernur Sulsel, juga hadir Wakil Gubernur, Agus Arifin Nu'mang, Anggota DPR/MPR RI, Tamsil Linrung, Mantan-mantan Walikota Parepare, pimpinan dan anggota DPRD, pejabat muspida, sejumlah bupati di Sulsel, tokoh masyarakat, dan lainnya.

HUT ke-52 Kota Parepare,Pasar Sentral Lakessi Diresmikan

Parepare Alokasi 47 MiliarPagu Wilayah........................hal 3

10 Pemda USDRP BelajarPEL dari Kabupaten Garut...hal 6

SKPD Diminta MenunjangPengembangan Ekonomi.....hal 8

Volume 3, tahun V / MTAS-CPMU FEBRUARI 2012

Volume 3, tahun V / MTAS-CPMU FEBRUARI 2012

Palangka Raya, 20 Januari 2012

Untuk Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) Pemerintah Kota Palangka Raya menyelenggarakan workshop I Penetapan klaster ekonomi yang dilaksanakan pada Selasa (17/) kemarin di ruang rapat Peteng Karuhei II. Workshop II penetapan strategi dan agenda program PEL Kota Palangka Raya dilaksanakan pada bulan Februari mendatang.

Dalam sambutan Wali Kota HM Riban Satia MSi yang dibacakan oleh Sekda Kota Palangka Raya Sanijan S Toembak CES, berharap pada akhirnya nanti dapat menetapkan satu atau dua klaster ekonomi yang akan menjadi fokus awal dalam PEL di Palangka Raya.

"Apabila klaster ekonomi yang menjadi fokus sudah terpilih, maka saya sarankan tiap SKPD dapat menunjang pilihan prioritas tersebut, supaya pengembangan ekonomi lokal Palangka Raya dapat terbaca kemajuannya dengan jelas dan dapat dirasakan masyarakat pelaku usaha," kata Sanijan.

Menurut Sanijan, meskipun pada tahun 2012 ini hanya mengembangkan ekonomi lokal kepada satu atau dua klaster ekonomi unggulan, bukan berarti klaster ekonomi lain ditinggalkan, tetapi menjadi prioritas pengembangan pada tahun-tahun berikutnya.

"Pada workshop II nanti, tim pelaksana PEL akan menetapkan strategi dan agenda program pengembangan ekonomi lokal kota Palangka Raya untuk jangka menengah 5 tahun kedepan, hingga klaster-klaster ekonomi termuat dalam penyusunan strategis dan agenda program dan agenda pragram tersebut," ujar Sanijan.

Sanijan juga menegaskan, meskipun program pengembangan PEL ini diawali dengan Program Urban Sector Development Reform Project (USDRP), namun program PEL akan terus berlangsung walau USDRP sudah selesai. Karena menurut Sanijan PEL merupakan kebutuhan seluruh masayarakat Palangka Raya. "Program ini menunjukkan keberpihakan kepada ekonomi kerakyatan/UMKM masyarakat kota Palangka Raya," pungkasnya. (Sumber : http://www.kaltengpos.web.id/)

SKPD DIMINTA MENUNJAMGPENGEMBANGAN EKONOMI

HALAMAN 2

NewsletterURBAN SECTOR DEVELOPMENT REFORM PROJECT

NewsletterURBAN SECTOR DEVELOPMENT REFORM PROJECT

HALAMAN 7

HUT ke-52 Kota Parepare......................(sambungan dari hal 1)

juga mampu meningkatkan pendapatan asli daerah Pemkot Parepare.

Pengelolaan pasar ini nantinya akan berbeda dengan pengelolaan pasar di Kota Parepare pada umumnya, dimana pasar akan dikelola oleh UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) Khusus, yang tidak hanya menangani pasar, tetapi juga menyangkut keamanan, kebersihan dan perparkiran.

Pada sambutan perayaan HUT Kota Parepare ke-52, Plh Walikota Parepare, Sjamsu Alam menyampaikan, “kondisi yang kondusif di Parepare mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih dinamis, berbagi jenis usaha baru tumbuh, mulai dari pedagang kaki lima, UKM yang berbasis usaha rumah tangga, sampai dengan tumbuhnya pasar-pasar modern, showroom-showrom dan perbankan”.

Sjamsu Alam menambahkan “bahwa di tahun 2011 ini pemerintah kota bersama masyarakat telah menyelesaikan pembangunan beberapa proyek infrastruktur, seperti Pasar Sentral Lakessi, SMAN 1 dan Kantor Camat Bacukiki Barat, serta mengharapkan kesediaan Gubernur untuk meresmikannya dengan menandatangani prasasti dan mengujungi ketiga proyek tersebut”.

Sementara itu Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, pada sambutannya menyampaikan “keberhasilan pembangunan yang telah dilakukan dan dirasakan saat ini bukanlah hasil orang-perorang, tetapi merupakan hasil kerja bersama untuk mewujudkannya”.

Gubernur, berharap, hari jadi tersebut bisa menjadi momentum untuk mengoreksi dan mengevaluasi apa yang telah diperbuat pemerintah untuk kepentingan rakyat. "Apa yang kita perbuat makin baik dan menjadikan daerah semakin maju serta berkembang di masa datang. Tidak ada hari tanpa perubahan dan tiada hari tanpa penyempurnaan," tambah Syahrul.

Rangkaian acara HUT yang dipusatkan di Islamic Center, diakhiri dengan penandatangan tiga proyek insfrastruktur yang telah selesai pada tahun 2011 lalu dan kemudian dilajutkan dengan kunjungan ke lokasi proyek tersebut. (Sumber : MTAS to CPMU USDRP)

Volume 3, tahun V / MTAS-CPMU FEBRUARI 2012Volume 3, tahun V / MTAS-CPMU FEBRUARI 2012

USDRP TINGKATKAN KAPASITAS PEMDADALAM MANAJEMEN KEUANGAN DAN PENGELOLAAN ASET DAERAH

Jakarta, 31 Januari 2012

Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam penyediaan pelayanan publik dan pelaksanaan good governance, merupakan salah satu tujuan Urban Sector Development Reform Project (USDRP) melalui komponen Urban Institutional Development Program (UIDP) yang mendukung pemerintah daerah peserta USDRP untuk merencanakan, melaksanakan dan memantau Pembaruan Tata Pemerintahan (Urban Reform Program) dalam 3 aspek, salah satunya adalah Pembaruan Pengelolaan Keuangan Daerah (PKD).

Dalam rangka mendukung pelaksanaan Pembaruan Tata Pemerintahan di bidang PKD, khususnya proses implementasi manajemen keuangan dan pengelolaan aset daerah, USDRP bekerja sama dengan Lembaga Penyelidik Ekonomi dan Mayarakat – Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia (LPEM-FEUI) melakukan pelatihan yang diikuti oleh 10 pemerintah daerah peserta USDRP yang masing-masing daerah diwakili 3 orang peserta yang berasal dari Bappeda, Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD), serta Inspektorat Kabupaten/Kota.

“USDRP mendorong Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan reformasi di bidang PKD yang menekankan pada aspek penyiapan serta penguatan regulasi dan kelembagaan dalam bidang keuangan daerah berupa Perda Pokok-Pokok Keuangan Daerah dan Peraturan terkait Sistem dan Prosedur Akuntansi”, kata Elkana Catur, Pelaksana Harian Ketua CPMU USDRP yang membacakan sambutan pembukaan Direktur Bina Program, DJCK, Kementerian Pekerjaan Umum.

Elkana menambahakan “Selain itu USDRP juga mendorong pelaksanaan publikasi laporan keuangan yang telah teraudit, mencakup opini, laporan neraca, arus kas dan realisasi anggaran. Hal ini sebagai bagian upaya untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas manajemen Pemerintah Daerah”.

“Apa yang kami dorong merupakan upaya mengawal pelaksanaan Peraturan terkait Keuangan Daerah, seperti

pelayanan informasi kepada publik; melakukan verifikasi bahan informasi publik; melakukan uji konsekuensi atas informasi yang dikecualikan; melakukan pemutakhiran informasi dan dokumentasi; dan menyediakan informasi dan dokumentasi untuk diakses oleh masyarakat.

Dalam rangka melaksanakan tugasnya, PPID berwenang menolak memberikan informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; berwenang meminta dan memperoleh informasi dari unit kerja/komponen/ satuan kerja yang menjadi cakupan kerjanya.

PPID juga berwenang mengkoordinasikan pemberian pelayanan informasi dengan PPID Pembantu dan atau Pejabat Fungsional yang menjadi cakupan kerjanya; menentukan atau menetapkan suatu informasi dapat/tidaknya diakses oleh publik; dan menugaskan PPID Pembantu dan atau Pejabat Fungsional untuk membuat, mengumpulkan, serta memelihara informasi dan dokumentasi untuk kebutuhan organisasi.

Kesimpulan dan SaranPemerintah daerah (termasuk di dalamnya DPRD) sebagai badan publik, harus bermitra dengan pers, terutama untuk membuka informasi publik kepada masyarakat, serta hasil-hasil kegiatan dan prestasi yang dicapai pemerintah daerah.

Bukan hanya dengan pers, kemitraan juga perlu dijalin pemerintah daerah dengan organisasi kemasyarakatan (ormas), lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan berbagai pihak.

Bentuk kemitraan bisa dilakukan dengan melibatkan masyarakat dalam menghimpun, mengolah, menghasilkan, dan menyebarkan informasi, karena informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta bagian penting bagi ketahanan nasional.

Informasi publik harus dikelola dengan baik, karena pengelolaan informasi publik merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan masyarakat informasi.

Untuk tersedianya informasi yang dapat dipertanggungjawabkan perlu didukung dokumentasi yang lengkap, akurat, dan faktual. Di sinilah benang merah perlunya pemerintah daerah menunjuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID).

UU KIP menegaskan bahwa setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap pengguna informasi publik, tetapi tetap ada pengecualian.

Selain informasi publik yang dikecualikan atau tidak dapat diberikan, setiap badan publik dan PPID harus mengetahui dan memilah mana informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala, mana informasi yang wajib diumumkan secara serta-merta, dan mana informasi yang wajib tersedia setiap saat.

Mengakhiri tulisan ini, kami menyarankan kiranya pemerintah daerah mempersiapkan dan menunjuk PPID yang kompeten di bidangnya dalam menjalankan aktivitas pengelolaan dan pelayanan informasi kepada publik.

PPID tidak harus berlatar-belakang pendidikan formal ilmu komunikasi, karena yang lebih penting adalah menguasai bidang pengelolaan informasi dan dokumentasi atau keterampilan dalam hal mengumpulkan, mengolah, mengorganisir, menyimpan, menyebarluaskan atau diseminasi, dan memberikan pelayanan informasi secara profesional. (Sumber : http://www.kinerja-sulsel.org/)

Permendagri, Peraturan Pemerintah terkait dan lain sebagainya”, ungkap Elkana.

Pelatihan yang rencananya dilaksanakan selama 5 hari, dari tanggal 27 Februari sampai dengan 2 Maret 2012, dilaksanakan di Hotel D’Wangsa, Jakarta Pusat, menghadirkan pengajar-pengajar dari LPEM-UI yang sudah berpengalaman dalam berikan pelatihan-pelatihan terkait dengan akuntansi keuangan dan pengelolaan aset daerah.

Selain itu juga dihadirkan Narasumber dari Pemerintah Kota Solo dan Kota Tangerang sebagai Pemda yang telah mengembangkan praktek yang baik dalam pengelolaan keuangan daerah untuk dapat menjadi contoh bagi pelaksanakan Pembaruan di bidang PKD bagi pemerintah daerah peserta USDRP. (Sumber : MTAS to CPMU USDRP)

Keterbukaan Informasi Publik.............(sambungan dari hal 5)

Ada beberapa tugas yang dibebankan kepada PPID yaitu mengkoordinasikan dan mengkonsolidasikan pengumpulan bahan informasi dan dokumentasi dari PPID Pembantu; menyimpan, mendokumentasikan, menyediakan dan memberi

TO EMPOWER LOCAL GOVERNMENT IN IMPLEMENTING URBAN DEVELOPMENT

R E P U B L I C O F I N D O N E S I AM I N I S T R Y O F P U B L I C W O R K S

D I R E C T O R A T E G E N E R A L O F H U M A N S E T T L E M E N T SU R B A N S E C T O R D E V E L O P M E N T R E F O R M P R O J E C T

Sampaikan Kritik dan Saran atau Keluhan Mengenai Program USDRP

secara online melalui Website USDRP :

0813 8 813 2 333Kirim SMS ke nomor :

HALAMAN 6

NewsletterURBAN SECTOR DEVELOPMENT REFORM PROJECT

NewsletterURBAN SECTOR DEVELOPMENT REFORM PROJECT

HALAMAN 3

10 PEMDA USDRPBELAJAR PEL DARI KABUPATEN GARUT

Volume 3, tahun V / MTAS-CPMU FEBRUARI 2012Volume 3, tahun V / MTAS-CPMU FEBRUARI 2012

Parepare, 10 Februari 2012

Setidaknya dianggarkan Rp 47 Milyar dana yang diambil dari APBD Parepare Tahun 2012 untuk Pagu Indikatif Wilayah. Di mana alokasi anggaran ini terbagi habis untuk kegiatan pembangunan di empat kecamatan yang ada di Kota Parepare yakni Kecamatan Bacukiki, Kecamatan Bacukiki Barat, Kecamatan Ujung, dan Kecamatan Soreang.

Sebuah langkah baru dan untuk pertama kalinya diterapkan di Kota Parepare, bahkan hanya dua di Indonesia, yang satunya adalah Kabupaten Sumedang.

"Penerapan ini memungkinkan semua hasil Musrenbang di tingkat kelurahan, yang selanjutnya dibawa ke kecamatan bisa diwujudkan," ungkap Ketua Bappeda Amiruddin Idris,SH,MH ketika menerima tim FIPO yang melakukan penilaian kinerja Pemerintahan Daerah.

Menurutnya, alokasi anggaran sudah pasti dilaksanakan karena ada jaminannya yang tertuangkan dalam Nota Kesepahaman antara DPRD Parepare dengan Pemerintah Kota Parepare tentang Kebijakan Umum Pagu Indikatif Tahun Anggaran 2012. Pagu Indikatif ini adalah rancangan awal program prioritas dan patokan anggaran yang diberikan kepada SKPD dan plafon anggaran wilayah kecamatan.

Dalam estimasi belanja langsung APBD 2012 sebesar Rp. 187.743.800.000,- peruntukannya terbagi tiga yaitu untuk Pagu Indikatif SKPD/sektoral sebanyak Rp. 111.338.000.000,- dan Pagu Indikat i f Wi layah/kecamatan sebanyak Rp. 47.000.000.000,- serta alokasi anggaran belanja untuk Dana Alokasi Khusus (DAK) sebanyak Rp. 29.405.800.000,-

Pagu wilayah sebesar Rp. 47 Milyar itu sebanyak 50 persen dialokasikan berdasarkan pembagian dan proporsionalitas dengan melihat jumlah kelurahan di setiap kecamatan. Selebihnya 50 persen lagi dialokasikan berdasarkan perhitungan variabel yang ada yaitu jumlah penduduk (35 persen), jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (30), jumlah rumah tangga

miskin (15), luas wilayah (10), jumlah penerimaan PBB (5), dan jumlah kelompok tani dan nelayan (5 persen).

Sehingga setelah dihitung-hitung maka ditetapkan untuk Kecamatan Soreang mendapat Pagu Wilyah sebesar Rp. 14.072.180.844,-, Kecamatan Ujung Rp. 11.092.058.338,-, Kecamatan Bacukiki Rp. 8.887.191.685,- dan Kecamatan Bacukiki Barat Rp. 12.948.569.133,-

Namun karena terjadi defisit anggaran sebagaimana banyak dialami daerah lain tahun 2011 lalu, maka Pagu Wilayah yang direncanakan sebesar Rp. 47 Milyar tidak bisa seluruhnya dialokasikan. Selain itu, kata Amiruddin Idris, umumnya SKPD belum bisa menerima usulan Pagu Wilayah ini. Kemudian juga, prosesnya masih baru sehingga banyak kegiatan yang tidak sesuai perundang-undangan.

Dengan tidak utuhnya Pagu Wilayah itu bisa diterapkan, maka hanya pagu minimal sebesar 50 persen atau sebesar Rp. 23.500.000.000,- dengan dibagi jumlah kelurahan yang ada. Sementara di Kota Parepare ini terdapat 22 kelurahan, maka setiap kelurahan mendapatkan anggaran sebesar Rp. 1.068.181.818,-

Berdasarkan pembagian dengan melihat jumlah kelurahan itu, maka Kecamatan Soreang yang mempunyai 7 kelurahan mendapatkan anggaran Rp. 7.477.272.727,-. Kecamatan Bacukiki Barat denga 6 kelurahan mendapat anggaran Rp. 6.409.090.909,-. Kecamatan Ujung dengan 5 kelurahan mendapat anggaran Rp. 5.340.909.090,-. Kecamatan Bacukiki dengan 4 kelurahan mendapat anggaran Rp. 4.272.727.273,-. (Sumber : http://www.pareparekota.go.id/)

PAREPARE ALOKASIKAN 47 MILIAR PAGU WILAYAH

Jakarta, 29 Februari 2012

Sebagai bagian dari rangkaian acara Workshop I Pengembangan Ekonomi Lokal – USDRP yang dilakukan sejak tanggal 27-28 Februari 2012 di Hotel Grand Alia Cikini – Jakarta, kemarin rombongan peserta workshop yang terdiri dari Tim PEL dari 10 Pemda Peserta USDRP melakukan kunjungan lapangan ke Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Rombongan yang dipimpin oleh Plh. Ketua CPMU USDRP, Elkana Catur. diterima di Rumah Dinas Bupati Garut oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Garut , Iman Ali Rahman mewakili Bupati Garut yang sedianya akan menyambut rombongan.

Elkana Catur dalam sambutan pengantar rombongan menyampaikan “Tujuan rombongan yang terdiri dari 10 Pemda Peserta USDRP, bermaksud mendapatkan penjelasan dan melihat langsung pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Lokal yang telah barhasil dilakukan di Kabupaten Garut”.

“Kondisi Alam Kabupaten Garut yang kurang lebih hampir sama dengan kondisi sebagian besar Pemda Peserta USDRP dan kesamaan kluster-kluster ekonomi lokal yang dikembangan, menjadikan Kabupaten Garut menjadi pilihan untuk tempat melakukan kunjungan lapangan”, tambah Elkana.

Sementara itu Iman Ali dalam sembutan penerimaan rombongan menyampaikan “Kondisi alam Garut yang didominasi oleh 81,39% kawasan lindung, mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang diambil, dengan lebih mendorong kegiatan pengembangan ekonomi pada sektor-sektor berbasis ekosistem/ekologi, salah satunya berupa pertanian yang memberikan kontribusi pada

pengembangan sektor UMKM yang memberikan kontribusi 26%”.

“Dalam kaitan pengembangan ekonomi lokal, ada beberapa sektor yang secara khusus dikembangkan dibidang mulai pertanian, perkebunan, perternakan, energi dan pariwisata yang dalam implementasinya tidak bertentangan dengan kondisi alam garut yang didominasi dengan kawasan lindung”, tambah Imam.

Imam juga mengukapkan “Bentuk intervensi pemerintah dalam pengembagan ekonomi lokal, berupa dukungan berupa pengembangan keterampilan dan penerbitkan kebijakan-kebijakan yang mendukung pelaksanaan PEL”.

Imam yang pada kesempatan tersebut didampingi oleh unsur-unsur SKPD terkait juga memberikan kesempatan kepada rombongan untuk menyampaikan pertanyaan-pertanyaan terkait pelaksanaan PEL di Kabupaten Garut.

Hania Rahma, selaku Koordinator Konsultan PEL USDRP mewakili 10 Pemda Peserta USDRP menyampaikan “Permasalahan yang dihadapi oleh Pemda Peserta secara umum hampir sama, yaitu pelaksanaan PEL baru masuk tahap produksi dan budidaya, belum masuk tahap produksi ataupun pema saran, sehingga membutuhkan kiat-kiat untuk dapat memberikana nilai tambah dan memasarkan produk yang menjadi pilihan kluster di 10 Pemda Peserta USDRP”.

Rombongan selanjutnya mengunjungi Sentra Peternakan Domba Tangkas di Desa Rancabango - Kecamatan Tarogong Kaler dan Sentra Penyamakan Kulit di Desa Sukaregang, Kecamatan Sukaregang, untuk melihat langsung dan berdialog dengan para peternak dan pengerajin kulit, sehingga mendapatkan informasi yang dapat diterapkan untuk mendukung pelaksanaan PEL di masing-masing daerah. (Sumber : MTAS to CPMU USDRP)

www.bandaacehkota.go.id

www.sidenrengrappangkab.go.id

www.parigimoutongkab.go.id

www.barrukab.go.id

www.morowalikab.go.id

Kota Banda Aceh

Kabupaten Sidenreng Rappang

Kabupaten Parigi Moutong

Kabupaten Barru

Kabupaten Morowali

DAFTAR ALAMAT WEBSITEKABUPATEN/KOTA PESERTA USDRP

Kota Cimahi

Kota Palopo

Kota Parepare

Kota Palangkaraya

Kota Sawahlunto

www.cimahikota.go.id

www.palopokota.go.id

www.pareparekota.go.id

www.palangkaraya.go.id

www.sawahluntokota.go.id

HALAMAN 4

NewsletterURBAN SECTOR DEVELOPMENT REFORM PROJECT

NewsletterURBAN SECTOR DEVELOPMENT REFORM PROJECT

KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIKDAN PPID

Informasi publik yang dikecualikan sehingga tidak dapat diberikan oleh badan publik, yaitu informasi yang dapat membahayakan negara; informasi yang berkaitan dengan kepentingan perlindungan usaha dari persaingan usaha tidak sehat; informasi yang berkaitan dengan hak-hak pribadi; informasi yang berkaitan dengan rahasia jabatan; dan/atau informasi publik yang diminta belum dikuasai atau didokumentasikan.

Selain informasi publik yang dikecualikan atau tidak dapat diberikan, setiap badan publik dan PPID harus mengetahui dan memilah mana informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala, mana informasi yang wajib diumumkan secara serta-merta, dan mana informasi yang wajib tersedia setiap saat.

Badan PublikDalam UU KIP dijelaskan bahwa badan publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau organisasi nonpemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri.

Daftar badan publik tertuang dalam Peraturan Komisi Informasi Nomor : 1 tahun 2010, Tanggal 30 April 2010.

Badan publik tersebut antara lain lembaga eksekutif, lembaga legislatif, lembaga yudikatif, serta badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari APBN/APBD, seperti Komisi Yudisial, KPU, Dewan Pers, Dewan Pendidikan, KONI, Badan Pengawas Pemilu, Badan Narkotika Nasional, Taman Kanak-Kanak, SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi.

Juga termasuk organisasi non-pemerintah sesuai dengan undang-undang keterbukaan informasi publik, seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persekutuan Gereja Indonesia, Persatuan Umat Katolik, WALUBI, Parisada Hindu Dharma Indonesia, YLBHI, Walhi, serta berbagai organisasi dalam masyarakat lainnya sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari APBN/D, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri.

Jika ada badan publik yang dengan sengaja menyembunyikan atau tidak menyediakan informasi secara terbuka, maka badan publik tersebut bisa dituntut. Begitulah tuntutan yang ada dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) yang mulai berlaku sejak April 2010.

Instansi pemerintah, kepolisian, militer, kejaksaan, pengadilan, partai politik, BUMN, lembaga pendidikan, lembaga swadaya masyarakat (LSM), yayasan, dan organisasi lain yang anggaran atau dananya berasal dari APBN/APBD atau sumbangan masyarakat, harus menyiapkan diri menghadapi UU KIP.

UU KIP mewajibkan semua badan publik tersebut menyediakan informasi publik secara transparan. Di antara informasi publik yang harus dibuka secara transparan adalah semua rencana kebijakan publik, penggunaan keuangan, dan kegiatan yang dilakukan badan publik.

Meskipun demikian, tetap ada yang dikecualikan, yaitu informasi yang dirahasiakan dan hanya boleh diminta dengan beberapa persyaratan.

Volume 3, tahun V / MTAS-CPMU FEBRUARI 2012Volume 3, tahun V / MTAS-CPMU FEBRUARI 2012

Jakarta, 28 Februari 2012

Dulu, semua informasi tertutup, kecuali yang dibuka. Sekarang, semua informasi terbuka, kecuali yang ditutup. Dulu, jangankan informasi pribadi, informasi publik pun banyak yang sengaja ditutup. Sekarang, jangankan informasi publik, informasi pribadi pun banyak yang sengaja dibuka.

Di era keterbukaan informasi dan kebebasan pers dewasa ini, semua informasi seolah-olah bebas dibuka dan disampaikan kepada publik, termasuk rekening pribadi pejabat publik dan video koleksi pribadi sepasang kekasih atau sepasang suami isteri.

Apa boleh buat, kita sekarang sudah berada di era keterbukaan informasi dan kebebasan pers. Media massa begitu bebas ‘’melempari’’ kita beragam informasi dan hiburan. Media massa memotret segala aspek kehidupan kita. Segala-galanya diberitakan, difilmkan, disinetronkan, di-reality show-kan, disiarkan secara langsung, disiarulangkan, dan sebagainya. Melalui polling, talk show, dan berbagai macam rubrik atau program acara, media massa memaksa kita menceritakan rahasia kita, bahkan sampai tak ada lagi yang disembunyikan.

Media massa juga banyak menyoroti pengelolaan pemerintahan, badan publik, pejabat publik, serta berbagai hal seputar informasi publik. Maka kasus korupsi, kolusi, nepotisme di pemerintahan pun banyak yang terekspos di media massa.

Haruskah kita memusuhi atau menghindari wartawan? Haruskah pemerintah daerah membuat jarak atau aturan dalam menghadapi wartawan? Jawabnya tidak, karena wartawan dan media massa sesungguhnya adalah mitra dalam pembangunan, bahkan pers disebut-sebut sebagai pilar keempat demokrasi, setelah eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Pemerintah daerah (termasuk di dalamnya DPRD) sebagai badan publik, justru harus bermitra dengan pers, terutama untuk membuka informasi publik kepada masyarakat, serta hasil-hasil kegiatan dan prestasi yang dicapai pemerintah daerah.

Bukan hanya dengan pers, kemitraan juga perlu dijalin oleh pemerintah daerah dengan organisasi kemasyarakatan (ormas), lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan berbagai pihak. Bentuk kemitraan bisa dilakukan dengan melibatkan masyarakat dalam menghimpun, mengolah, menghasilkan, dan menyebarkan informasi, karena informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta merupakan bagian penting bagi ketahanan nasional.

Kita semua tahu bahwa hak memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia, serta merupakan prasyarat yang mendasar dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik, terbuka, dan akuntabel.

Kita juga tahu bahwa keterbukaan informasi publik merupakan salah satu ciri penting negara demokratis yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, serta merupakan sarana dalam mengoptimalkan partisipasi dan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara, pemerintah daerah, dan badan publik lainnya dan segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik.

Oleh karena itu, informasi publik harus dikelola dengan baik, karena pengelolaan informasi publik merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan masyarakat informasi. Untuk tersedianya informasi yang dapat dipertanggungjawabkan perlu didukung dokumentasi yang lengkap, akurat, dan faktual. Di sinilah benang merah perlunya pemerintah daerah menunjuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID).

Sebelum membahas PPID, ada baiknya kita mengetahui apa yang dimaksud dengan informasi publik dan badan publik.

Informasi PublikDalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) disebutkan bahwa informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun nonelektronik.

Sementara Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan / atau penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang ini, serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik. Jadi kalau tidak berkaitan dengan kepentingan publik, maka informasi tersebut tidak termasuk kategori informasi publik. Artinya, informasi tersebut tidak wajib disediakan oleh badan publik atau PPID.

UU KIP menegaskan bahwa setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap pengguna informasi publik, tetapi tetap ada pengecualian.

Pejabat Pengelola Informasi dan DokumentasiApakah semua badan publik sudah menyiapkan informasi publik yang ada di lingkungannya masing-masing? Apakah semua badan publik sudah memiliki pejabat atau bagian khusus yang menangani informasi dan dokumentasi? Apakah orang-orang yang ditunjuk menangani informasi publik dan dokumentasi memiliki pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan di bidang tersebut?

Inilah salah satu masalah krusial yang dihadapi badan publik. Bisa dipastikan bahwa belum semua badan publik memiliki atau telah menunjuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) yang bertanggungjawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan atau pelayanan informasi.

Kalau belum ada pejabat atau tenaga ahli yang memiliki kemampuan dalam hal penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan atau pelayanan informasi kepada publik, bagaimana mungkin informasi itu dapat disebarluaskan atau dirahasiakan dengan baik.

Kita berharap badan publik dapat mempersiapkan dan menunjuk PPID yang kompeten di bidangnya dalam menjalankan aktivitas pengelolaan dan pelayanan informasi kepada publik.

PPID tidak harus berlatar-belakang pendidikan formal ilmu komunikasi, karena yang lebih penting adalah menguasai bidang pengelolaan informasi dan dokumentasi atau keterampilan dalam hal mengumpulkan, mengolah, mengorganisir, menyimpan, menyebarluaskan atau diseminasi, dan memberikan pelayanan informasi secara profesional.

Pimpinan instansi, lembaga, atau badan publik tidak boleh salah memilih orang dalam merekrut pejabat dari bidang lain yang sama sekali tidak memiliki kompetensi dalam bidang informasi dan dokumentasi. Juga tidak boleh hanya memindahkan staf dari bidang lain menjadi PPID, karena itu bukanlah langkah yang tepat.

Selain itu, masih banyak yang harus diperhatikan oleh badan publik dalam menyongsong pemberlakuan UU KIP, antara menyiapkan sistem manajemen informasi publik yang terorganisasi dan menyiapkan anggaran komunikasi publik.

Sistem manajemen informasi dan pengelolaannya tentu membutuhkan anggaran khusus, apalagi UU KIP ’’memerintahkan’’ badan publik menyediakan informasi publik secara berkala minimal dua kali dalam setahun.

Badan publik juga wajib menyampaikan informasi secara berkala melalui media massa (internal dan eksternal), menyampaikan informasi yang dapat mengancam hajat hidup orang banyak, serta menyampaikan kepada khalayak ramai informasi setiap saat melalui situs website.

Masyarakat menginginkan kemudahan dalam mengakses informasi publik dan UU KIP juga menegaskan hal tersebut. Masyarakat dan UU KIP menuntut informasi publik harus dibuka, maka badan publik harus memilih PPID yang profesional yang harus siap memenuhi tuntutan tersebut.

Tugas dan Wewenang PPIDPPID di lingkungan Pemerintahan Kabupaten bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah dan dalam melaksanakan tugasnya, PPID di lingkungan Pemerintahan Kabupaten dibantu oleh PPID Pembantu yang berada di lingkungan Satuan Kerja Perangkat Daerah dan/atau Pejabat Fungsional...................................................(Bersambung hal 7)

HALAMAN 5