usahatani mina padi

7
1. Usahatani mina padi Salah satu optimalisasi potensi lahan sawah irigasi dan peningkatan pendapatan petani adalah dengan merekayasa lahan dengan teknologi tepat guna. Cara yang dapat dilakukan yaitu dengan mengubah strategi pertanian dari sistem monokultur ke sistem diversifikasi pertanian, misalnya menerapkan teknologi budidaya Mina Padi. Dengan adanya pemeliharaan ikan di persawahan selain dapat meningkatkan keragaan hasil pertanian dan pendapatan petani juga dapat meningkatkan kesuburan tanah dan air juga dapat mengurangi hama penyakit pada tanaman padi. Sistem usaha tani minapadi telah dikembangkan di Indonesia sejak satu abad yang lalu (Ardiwinata, 1987). Selain menyediakan pangan sumber karbohidrat, sistem ini juga menyediakan protein sehingga cukup baik untuk meningkatkan mutu makanan penduduk di pedesaan (Syamsiah et all. 1988).Dengan teknologi yang tepat, minapadi dapat memberi pendapatan yang cukup tinggi. Keuntungan yang didapat dari usahatani minapadi berupa peningkatan produksi padi dan ikan, mengurangi penggunaan pestisida, pupuk anorganik, penyiangan dan pengolahan tanah (Suriapermana, et all., 1994) 2. Agroforestry Konsepsi agroforestry dirintis oleh suatu tim dari Canadian International Development Centre, yang bertugas untuk mengindentifikasi prioritas-prioritas pembangunan di bidang kehutanan di negara-negara berkembang dalam tahun 1970-an. Oleh tim ini dilaporkan bahwa hutan-hutan dinegara tersebut belum cukup dimanfaatkan. Penelitian yang dilakukan dibidang kehutananpun sebagian besar hanya ditujukan kepada dua aspek produksi kayu, yaitu eksploitasi secara selektif di hutan alam dan tanaman hutan secara terbatas.

Upload: gita-tawankz

Post on 07-Feb-2016

46 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Usahatani Mina Padi

1. Usahatani mina padi

Salah satu optimalisasi potensi lahan sawah irigasi dan peningkatan pendapatan petani adalah

dengan merekayasa lahan dengan teknologi tepat guna. Cara yang dapat dilakukan yaitu dengan

mengubah strategi pertanian dari sistem monokultur ke sistem diversifikasi pertanian, misalnya

menerapkan teknologi budidaya Mina Padi. Dengan adanya pemeliharaan ikan di persawahan

selain dapat meningkatkan keragaan hasil pertanian dan pendapatan petani juga dapat

meningkatkan kesuburan tanah dan air juga dapat mengurangi hama penyakit pada tanaman padi.

Sistem usaha tani minapadi telah dikembangkan di Indonesia sejak satu abad yang lalu

(Ardiwinata, 1987). Selain menyediakan pangan sumber karbohidrat, sistem ini juga

menyediakan protein sehingga cukup baik untuk meningkatkan mutu makanan penduduk di

pedesaan (Syamsiah et all. 1988).Dengan teknologi yang tepat, minapadi dapat memberi

pendapatan yang cukup tinggi. Keuntungan yang didapat dari usahatani minapadi berupa

peningkatan produksi padi dan ikan, mengurangi penggunaan pestisida, pupuk anorganik,

penyiangan dan pengolahan tanah (Suriapermana, et all., 1994)

2. Agroforestry

Konsepsi agroforestry dirintis oleh suatu tim dari Canadian International Development Centre,

yang bertugas untuk mengindentifikasi prioritas-prioritas pembangunan di bidang kehutanan di

negara-negara berkembang dalam tahun 1970-an. Oleh tim ini dilaporkan bahwa hutan-hutan

dinegara tersebut belum cukup dimanfaatkan. Penelitian yang dilakukan dibidang kehutananpun

sebagian besar hanya ditujukan kepada dua aspek produksi kayu, yaitu eksploitasi secara selektif

di hutan alam dan tanaman hutan secara terbatas.

Menurut International Council for Research in Agroforetry, mendefinisikan Agro forestry

sebagai berikut :

" Suatu sistem pengelolaan lahan dengan berasaskan kelestarian, yang meningkatkan hasil lahan

secara keseluruhan, mengkombinasikan produksi tanamaan (termasuk tanaman pohon-pohonan)

dan tanaman hutan dan/atau hewan secara bersamaan atau berurutan pada unit lahan yanag sama,

dan menerapkan cara-cara pengelolaan yang sesuai dengan kebudayaan penduduk setempat".

(King dan Chandler, 1978)

Dalam suatu seminar mengenai Agroforestry dan pengendalian perladangan berpindah-pindah, di

Jakarta Nopember 1981, mendefinisikan Agroforestry sebagai berikut 

" Suatu metode penggunaan lahan secara oftimal, yang mengkombinasikan sitem-sistem

produksi biologis yang berotasi pendek dan panjang (suatu kombinasi kombinasi produksi

kehutanan dan produksi biologis lainnya) dengan suatu cara berdasarkan azas kelestarian, secara

bersamaan atau berurutan, dalam kawasan hutan atau diluarnya, dengan bertujuan untuk

mencapai kesejahteraan rakyat " (Satjapradja, 1981).

Page 2: Usahatani Mina Padi

Nair (1989) setelah meninjau kembali definisi-definis tersebut, mengusulkan untuk

menggunakan definisi yang dirumuskan oleh Lundgren dan Raintree sebagai berikut :

" Agroforestri adalah suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan lahan teknologi,

dimana tanaman keras berkayu (pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis palm, bambu, dsb) ditanam

bersamaan dengan tanaman pertaian, dan/atau hewan, dengan suatu tujuan tertentu dalam suatu

bentuk pengaturan spasial atau urutan temporal, dan didalamnya terdapat interaksi-interaksi

ekologi dan ekonomi diantara berbagai komponen yang bersangkutan" (Nair, 1989)

Menurut definisi tersebut mencakup selang variasi yang cukup luas dan dapat diklasifikasikan

berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut :

a. Dasar struktural ; menyangkut–komponen, seperti sistem-, seperti sistem silvikultur,

silvopastur, agrisilvopastur.

b. Dasar fungsional ; menyangkut fungsi utama atau peranan dari sistem, terutama komponen

kayu-kayuan.

c. Dasar sosial ekonomi ; menyangkut tingkat masukan dalam pengelolaan (masukan rendah,

masukan tinggi) atau intensitas dan skala pengelolaan, atau tujuan-tujuan usaha (subsistem,

komersial, intermedier)

d. Dasar ekologi ; menyangkut kondisi lingkungan dan kecocokan ekologi dan sistem.

Bentuk Bentuk Agroforestri

Beberapa model Agroforestri yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut :

a. "Agrisilvopastur ", yaitu penggunaan lahan secara sadar dan dengan pertimbangan masak

untuk memproduksi sekaligus hasil-hasil pertanian dan kehutanan.

b. "Sylvopastoral system ", yaitu suatu sistem pengelolaan lahan hutan untuk menghasilkan kayu

dan memelihara ternak.

c. "Agrosylvo-pastoral system ", yaitu suatu sistem pengelolaan lahan hutan untuk memproduksi

hasil pertanian dan kehutanan secara bersamaan, dan sekaligus untuk memelihara hewan ternak.

d. "Multipurpose forest ", yaitu sistem pengelolaan dan penanaman berbagai jenis kayu, yang

tidak hanya untuk hasil kayunya, akan tetapi juga daun-daunan dan buah-buahan yang dapat

digunakan sebagai bahan makanan manusia, ataupun pakan ternak.

3. USAHATANI TERPADU

• Sebagian besar petani di Indonesia adalah petani kecil dengan karakteristiknya adalah (i)

penguasaan sumberdaya sangat terbatas; (ii) sangat mengantungkan hidupnya pada usahatani;

(iii) tingkat pendidikan rendah; dan (iv) secara ekonomi tergolong miskin. Saat ini diperlukan

teknologi yang sesuai untuk diterapkan oleh petani kecil, diantaranya penerapan sistem usahatani

terpadu.

• Keuntungan dari usahatani terpadu antara lain: (a) mampu meningkatkan pendapatan rumah

Page 3: Usahatani Mina Padi

tangga; (b) mengurangi risiko kegagalan panen; (c) memberikan tambahan lapangan kerja bagi

keluarga; (d) meningkatkan efisiensi pengunaan sumberdaya; (e) dapat menyediakan pangan

bagi keluarga; (f) meningkatkan produktivitas lahan; dan (g) memperbaiki kesejahteraan rumah

tangga petani.

• Berbagai hasil penelitian di Indonesia menunjukkan usahatani terpadu mempunyai banyak

keunggulan dibandingkan dan satu cabang usahatani. Syam, et al. (1996), integrasi ternak dengan

tanaman mempunyai banyak keunggulan, antara lain: (a) meningkatkan pendapatan bersih

usahatani hamper dua kali; (b) dapat meningkatkan gizi masyarakat; (c) sapi dapat digunakan

sebagai tenaga kerja, selain sebagai tabungan keluarga; (d) penanaman rumput unggul dan gamal

dapat menyediakan bahan pakan ternak; (e) gamal dan pupuk kandang dapat meningkatkan

kesuburan tanah; (f) mengurangi pemakaian pupuk an-organik sampai 50%; (g) pertambahan

bobot badan harian ternak; dan (h) meningkatkan produktivitas tanaman dan ternak

• Keunggulan-keunggulan usahatani terpadu cukup prospektif untuk di kembangkan di berbagai

agroekosistem Indonesia. Namun demikian, skala usahatani yang kecil sering membuat rumah

tangga tani tidak mampu memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Oleh karena itu, mereka

berupaya memperoleh pendapatan lainnya dari berbagai sumber, baik usaha off-farm maupun

non-farm.

• Diversifikasi pendapatan merupakan salah satu strategi risk management terutama pada kondisi

sulitnya memperoleh layanan jasa asuransi. Selain itu, diversifikasi pendapatan juga dilakukan

karena pendapatan dan usahatani sendiri bersifat musiman, sementara kebutuhan rumah tangga

harus dipenuhi.

4. SILVOFISHERY

Pengertian dan Definisi dari Silvofishery atau Wanamina adalah suatu pola agroforestri yang

digunakan dalam pelaksanaan program perhutanan sosial di kawasan hutan mangrove. Petani

dapat memelihara ikan dan udang atau jenis komersial lainnya untuk menambah penghasilan, di

samping itu ada kewajiban untuk memelihara hutan Mangrove. Jadi prinsip silvofishery adalah

perlindungan tanaman mangrove dengan memberikan hasil dari sektor perikanan. Sistem ini

mampu menambah pendapatan masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian hutan

mangrove. Silvofishery yang telah dikembangkan selama ini menggunakan jenis Rhyzophora sp.

Silvofishery Pengelolaan terpadu mangrove-tambak diwujudkan dalam bentuk sistem budidaya

perikanan yang memasukkan pohon mangrove sebagai bagian dari sistem budidaya yang dikenal

dengan sebutan wanamina (silvofishery). Silvofishery pada dasarnya ialah perlindungan terhadap

kawasan mangrove dengan cara membuat tambak yang berbentuk saluran yang keduanya

mampu bersimbiosis sehingga diperoleh kuntungan ekologis dan ekonomis (mendatangkan

penghasilan tambahan dari hasil pemeliharaan ikan di tambak. Pemanfaatan mangrove untuk

Page 4: Usahatani Mina Padi

silvofishery saat ini mengalami perkembangan yang pesat, karena system ini telah terbukti

mendatangkan keuntungan bagi pemerintah dan nelayan secara ekonomis. Fungsi mangrove

sebagai nursery ground sering dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan perikanan

(sivofishery). Keuntungan ganda telah diperoleh dari simbiosis ini. Selain memperoleh hasil

perikanan yang lumayan, biaya pemeliharaannya pun murah, karena tanpa harus memberikan

makanan setiap hari. Hal ini disebabkan karena produksi fitoplankton sebagai energi utama

perairan telah mampu memenuhi sebagai energi utama perairan telah mampu memenuhi

kebutuhan perikanan tersebut. Oleh karena itu keberhasilan silvofishery sangat ditentukan oleh

produktivitas fitoplankton.

MODEL SILVOFISHERY ATAU MODEL WANAMINA

Secara umum terdapat tiga model tambak wanamina, yaitu; model empang parit, komplangan,

dan jalur. Selain itu terdapat pula tambak sistem tanggul yang berkembang di masyarakat. Pada

tambak wanamina model empang parit, lahan untuk hutan mangrove dan empang masih menjadi

satu hamparan yang diatur oleh satu pintu air. Pada tambak wanamina model komplangan, lahan

untuk hutan mangrove dan empang terpisah dalam dua hamparan yang diatur oleh saluran air

dengan dua pintu yang terpisah untuk hutan mangrove dan empang (Bengen, 2003). Tambak

wanamina model jalur merupakan hasil modifikasi dari tambak wanamina model empang parit.

Pada tambak wanamina model ini terjadi penambahan saluran-saluran di bagian tengah yang

berfungsi sebagai empang. Sedangkan tambak model tanggul, hutan mangrove hanya terdapat di

sekeliling tanggul. Tambak jenis ini yang berkembang di Kelurahan Gresik dan Kariangau

Kodya Balikpapan. Berdasarkan 3 pola wanamina dan pola yang berkembang di masyarakat,

direkomendasikan pola wanamina kombinasi empat parit dan tanggul. Pemilihan pola ini

didasarkan atas pertimbangan:

1. Penanaman mangrove di tanggul bertujuan untuk memperkuat tanggul dari longsor, sehingga

biaya perbaikan tanggul dapat ditekan dan untuk produksi serasah.

2. Penanaman mangrove di tengah bertujuan untuk menjaga keseimbangan perubahan kualitas

air dan meningkatkan kesuburan di areal pertambakan.

Luas permukaan air di dalam tambak budidaya jenis mang-rove yang biasanya ditanam di

tanggul adalah Rhizophora sp. dan Xylocarpus sp. Sedangkan untuk di tengah/pelataran tambak

adalah Rhizophora sp. Jarak tanam mangrove di pelataran umumnya 1m x 2m pada saat

mangrove masih kecil. Setelah tumbuh membesar (4-5 tahun) mangrove harus dijarangkan.

Tujuan penjarangan ini untuk memberi ruang gerak yang lebih luas bagi komoditas budidaya.

Selain itu sinar matahari dapat lebih banyak masuk ke dalam tambak dan menyentuh dasar

pelataran, untuk meningkatkan kesuburan tambak.