urgensi gagasan kerjasama indonesia...
TRANSCRIPT
URGENSI GAGASAN KERJASAMA INDONESIA DENGAN
UNITED NATIONS DEVELOPMENT PROGRAMME (UNDP)
DALAM MENGINISIASI PROGRAM ARCHIPELAGIC AND
ISLAND STATES FORUM (AIS FORUM)
TAHUN 2017-2018
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Ahmad Bayhaqi
11141130000003
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
URGENSI GAGASAN KERJASAMA INDONESIA DENGAN UNITED
NATIONS DEVELOPMENT PROGRAMME (UNDP) DALAM MENGINISIASI
PROGRAM ARCHIPELAGIC AND ISLAND STATES FORUM (AIS FORUM)
TAHUN 2017-2018
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya
asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 Oktober 2019
Ahmad Bayhaqi
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Ahmad Bayhaqi
NIM : 11141130000003
Program Studi : Hubungan Internasional
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
URGENSI GAGASAN KERJASAMA INDONESIA DENGAN UNITED
NATIONS DEVELOPMENT PROGRAMME (UNDP) DALAM MENGINISIASI
PROGRAM ARCHIPELAGIC AND ISLAND STATES FORUM (AIS FORUM)
TAHUN 2017-2018
dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Jakarta, 28 Oktober 2019
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing
Ahmad Alfajri, MA. Teguh Santosa, MA.
NIP. NIP.
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
URGENSI GAGASAN KERJASAMA INDONESIA DENGAN UNITED
NATIONS DEVELOPMENT PROGRAMME (UNDP) DALAM MENGINISIASI
PROGRAM ARCHIPELAGIC AND ISLAND STATES FORUM (AIS FORUM)
TAHUN 2017-2018
Oleh
Ahmad Bayhaqi
11141130000003
telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18
November 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.
Ketua, Sekretaris,
Ahmad Alfajri, MA. Khoirun Nisa, MA.Pol.
NIP. NIP.
Penguji I, Penguji II,
Ahmad Alfajri, MA. Febri Dirgantara Hasibuan, MM.
NIP. NIP.
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 18 November
2019
Ketua Program Studi Hubungan Internasional
FISIP UIN Jakarta
Ahmad Alfajri, MA.
NIP.
v
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisa mengenai urgensi dari Pemerintah Indonesia
melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman bersama United Nations
Development Programme (UNDP) dengan menginisiasi sebuah pembentukan
program kerjasama Archipelagic and Island States Forum (AIS Forum) pada
tahun 2017-2018. Diketahui bahwa program AIS Forum bukanlah satu-satunya
forum atau kerjasama internasional yang mengangkat isu kelautan dengan
Indonesia turut memiliki peran aktif di dalamnya, karena banyak inisiatif forum
atau kerjasama internasional yang serupa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui apa urgensi dan kepentingan nasional Indonesia dalam menginisiasi
pembentukan AIS Forum.
Metode kualitatif dan deskriptif eksplanatif menjadi metode penelitian
yang digunakan dalam skripsi ini dengan melakukan teknik pengumpulan data
melalui studi pustaka dalam hal ini melalui sumber buku, jurnal ilmiah, artikel,
surat kabar, data elektronik (internet), arsip, laporan resmi, dan dokumen.
Diplomasi Maritim, Kepentingan Nasional, dan blue economy merupakan
kerangka pemikiran yang digunakan untuk mengetahui dan menggambarkan apa
urgensi diinisiasinya AIS Forum oleh Indonesia. Setidaknya melalui kerangka
pemikiran dalam penelitian ini ditemukan beberapa kepentingan nasional
Indonesia yaitu AIS Forum sebagai salah satu media untuk mewujudkan cita-cita
besar atau visi Indonesia sebagai negara Poros Maritim Dunia, dan juga
pembentukan AIS Forum sebagai salah satu bentuk upaya untuk menjaga
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta sebagai salah satu upaya
untuk menciptakan perekonomian kelautan Indonesia yang berkelanjutan melalui
konsep blue economy.
Kata Kunci: Indonesia, Archipelagic and Island States Forum (AIS Forum),
Diplomasi Maritim, Kepentingan Nasional, blue economy.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Segala puji dan syukur bagi Allah Subhanahu wa ta‟ala yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang, berkat rahmat dan hidayah-Nya lah penulis bisa
berada pada titik ini dengan segala pengharapan ridho dan keberkahan hidup
hanya digantungkan kepada-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan
dan penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW berserta keluarga dan
sahabatnya.
Skripsi berjudul “Urgensi Gagasan Kerjasama Indonesia dengan UNDP
dalam Menginisiasi Program AIS Forum Tahun 2017-2018” tidak bisa
diselesaikan penulis dengan baik tanpa adanya dukungan serta bantuan baik
berupa materi maupun imateriel dari orang lain. Dengan segenap rasa hormat dan
kerendahan hati, penulis sangat ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Teguh Santosa, MA selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa
menyempatkan waktu, gagasan, dan tenaganya untuk terus memberikan
arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orangtua penulis, Bapak H. Khuzain dan Ibu Hj. Muniroh yang tidak
pernah putus memberikan dukungan dan doanya kepada penulis serta menjadi
salah satu alasan utama bagi penulis untuk bisa segera menyelesaikan skripsi
ini. Saudara kandung dan ipar terlebih Bahrul Amiq H. serta seluruh
keponakan penulis, juga seluruh keluarga besar penulis yang selalu
mendukung penulis dalam hal apapun.
vii
3. Bapak Ahmad Alfajri, MA selaku ketua program studi Hubungan
Internasional serta seluruh jajaran staf dan dosen Hubungan Internasional
FISIP UIN Jakarta yang tidak henti-hentinya memberikan ilmunya sejak
pertama kali penulis menimba ilmu sebagai mahasiswa hingga saat ini.
4. Bapak Febri Dirgantara Hasibuan, MM. dan Bapak Ahmad Alfajri, MA.
selaku Dosen Penguji Skripsi ini.
5. Teman-teman penulis Abdillah Alfathin Yusha, Husen Haikal Al Hadar, M.
Fikri Kodri, Fitri Khairani Aldira Situmeang, Dewi Maharani, Veriska
Widya, Allyn Phita Oktaviani, Mutmainnah, dan teman-teman kelas HI-A
UIN Jakarta 2014 serta seluruh teman-teman angkatan 2014 Hubungan
Internasional FISIP UIN Jakarta.
6. Kawan bernyanyi dan tertawa bersama yang turut memberikan banyak
dukungan, motivasi serta pembelajaran Afriana Awdady, Dewi Rahmawati
Permana, Roy Zulfikar, Abdul Muiz, Faishol Muttaqin, Ahmad Rivaldi
Sudrazat, Alfi Ahli F, serta CILPACASTRA, DPH PSM UIN Jakarta
2018/2019, Pengurus PSM UIN Jakarta periode 2017/2018 dan 2018/2019,
dan seluruh adik-adik, teman-teman serta keluarga besar PSM UIN Jakarta.
7. Bapak Ibu Dewan Guru dan teman-teman semasa sekolah dulu dari tingkat
taman kanak-kanak (TK) hingga Madrasah Aliyah.
8. Seluruh Tim dan teman-teman Kelompok KKN 169 UIN Jakarta 2017
Kampung Sinarwangi serta Direktorat Timur Tengah, Direktorat Jenderal
Asia Pasifik dan Afrika-Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia atas
kesempatannya untuk mendapatkan banyak ilmu dan pengalamannya.
viii
9. Semua pihak yang turut memberikan kontribusi serta semua orang yang
dikenal dan kenal penulis hingga detik ini, terimakasih banyak.
Hanya Allah Subhanahu wa ta‟ala yang pantas membalas semua kebaikan,
dukungan, dan doa semua pihak, semoga senantiasa mendapat lindungan dari-
Nya. Aamiin. Terakhir, penulis sangat menyadari akan penulisan skripsi ini yang
masih memiliki kekurangan dan belum menyentuh kesempurnaan, sehingga kritik
dan saran dari berbagai pihak sangat membantu penulis untuk menjadikan penulis
lebih baik dari sebelumnya. Dengan segala kekurangan yang ada, semoga skripsi
ini kedepannya dapat memberikan manfaat bagi pembaca serta sumbangsih
terhadap perkembangan kajian Ilmu Hubungan Internasional.
Jakarta, 28 Oktober 2019
Ahmad Bayhaqi
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL .............................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .....................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ..................................iv
ABSTRAK .........................................................................................................v
KATA PENGANTAR .......................................................................................vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ..............................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pernyataan Masalah .........................................................................1
1.2 Pertanyaan Penelitian .......................................................................6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................6
1.4 Tinjauan Pustaka ..............................................................................7
1.5 Kerangka Teoretis ............................................................................12
1.5.1 Diplomasi Maritim .................................................................12
1.5.2 Kepentingan Nasional ............................................................14
1.5.3 Konsep Blue Economy ...........................................................16
1.6 Metode Penelitian ............................................................................18
1.7 Sistematika Penulisan ......................................................................20
BAB II ARCHIPELAGIC AND ISLAND STATES FORUM (AIS FORUM)
2.1 Latar Belakang Terbentuknya Archipelagic and Island States Forum
(AIS Forum) ....................................................................................22
2.2 Fokus Utama Archipelagic and Island States Forum (AIS Forum) .27
2.2.1 Perubahan Iklim dan Manajemen Bencana ............................28
2.2.2 Tantangan dan Peluang Ekonomi ...........................................30
2.2.3 Penanganan Sampah Plastik di Laut ......................................32
2.2.4 Tata Kelola Maritim ................................................................35
BAB III KERJASAMA INDONESIA DALAM FORUM INTERNASIONAL
TENTANG ISU KELAUTAN DAN NEGARA KEPULAUAN
3.1 ASEAN Maritime Forum (AMF) .......................................................38
3.2 Indian Ocean Rim Association (IORA) ...........................................42
3.3 Pacific Island Forum (PIF) ...............................................................46
x
3.4 Our Ocean Conference ......................................................................49
3.5 Coral Triangle Initiative (CTI) .........................................................52
3.6 Kerjasama Bilateral ..........................................................................55
BAB IV URGENSI KERJASAMA INDONESIA DENGAN UNITED NATIONS
DEVELOPMENT PROGRAMME (UNDP) DALAM MENGINISIASI
TERBENTUKNYA AIS FORUM
4.1 Langkah Konkret AIS Forum dan Respon Negara Partisipan terhadap
Pembentukan AIS Forum ................................................................60
4.2 Kepentingan Nasional Indonesia .......................................................67
4.2.1 Visi Poros Maritim Dunia ......................................................68
4.2.2 Menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) ....................................................................................77
4.2.3 Ekonomi Lingkungan Kelautan Indonesia ..............................83
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................90
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................xv
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Roadmap Menuju Poros Maritim ......................................................... 72
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Peta Kawasan CTI-CFF ................................................................... 53
Gambar 4.1 Kebijakan Kelautan Indonesia ......................................................... 74
Gambar 4.2 Perbatasan RI dengan 10 Negara Tetangga ...................................... 78
xiii
DAFTAR SINGKATAN
AIS Archipelagic and Island States
AIS FORUM Archipelagic and Island States Forum
AIS SBS Archipelagic and Island States-Startup and Business
Summit
AMF ASEAN Maritime Forum
AMSs ASEAN Member States
ASCCO ASEAN Security Community Plan of Action Coordinating
Conference
ASEAN Association of Southeast Asian Nation
BPPP Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan
BPS Badan Pusat Statistik
CBM Confidence Building Measures
CTI Coral Triangle Initiative
CTI-CFF Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and
Food Security
DK PPB Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa
EAMF Expanded ASEAN Maritime Forum
FAO Food and Agriculture Organization
G20 Group of Twenty
HAM Hak Asasi Manusia
IJMF Indonesia-Japan Maritime Forum
IORA Indian Ocean Rim Association
IOR-ARC Indian Ocean Rim Association for Regional Co-operation
IUU Illegal, Unreported, and Unregulated
KTT Konferensi Tingkat Tinggi
MSG Melanesian Spearhead Group
MSRP Maritime Silk Road Point
MTCRC Marine Technology Cooperation Research Center
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
NPWP National Parliament of West Papua
NRFPB Federal Republic of West Papua
OOC Our Ocean Conference
OPM Organisasi Papua Merdeka
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
PD Preventive Diplomacy
PDB Produk Domestik Bruto
PERPRES Peraturan Presiden
PIF Pacific Islands Forum
xiv
PIDF Pacific Islands Development Forum
PFD Post Forum Dialog
PMD Poros Maritim Dunia
PTM Pertemuan Tingkat Menteri
RI Republik Indonesia
RPJPN Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
RRT Republik Rakyat Tiongkok
SBY Susilo Bambang Yudhoyono
SDGs Sustainable Development Goals
SDM Sumber Daya Manusia
SIDS Small Island Development States
SPF South Pacific Forum
SREB Silk Road Economic Belt
TNI Tentara Nasional Indonesia
TOC Transnational Organized Crime
ULMWP United Liberation Movement for West Papua
UNCLOS United Nation Convention on the Law of the Sea
UNDP United Nations Development Programme
UNFCCC COP Climate Change Conference-United Nations Framework
Convention on Climate Change
UNWTO World Tourism Organization A United Nations Specialized
Agency
UUD Undang-Undang Dasar
VAP Viantiane Action Program
WPNCL West Papua National Coalition for Liberation
WWF World Wildlife Fund
ZEE Zona Ekonomi Eksklusif
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pernyataan Masalah
Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang telah diakui oleh dunia
internasional melalui konvensi hukum laut Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-III,
UNCLOS 1982 (United Nation Convention on the Law of the Sea 1982) yang
kemudian disahkan atau diratifikasi oleh Indonesia dengan Undang-Undang (UU)
Nomor 17 Tahun 1985.1 Terdiri dari gugusan-gugusan pulau yang jumlahnya
kurang lebih 17.504 baik pulau-pulau besar maupun kecil, dengan luas wilayah
laut sekitar 5,9 juta km2 (belum termasuk landas kontinen atau continental sheft)
yang terbagi atas 3,2 juta km2 perairan teritorial dan 2,7 km
2 perairan Zona
Ekonomi Eksklusif serta panjang garis pantai 95,161 km, hal tersebut menjadikan
Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan terbesar di dunia.2
Sebagai negara kepulauan terbesar sudah sepatutnya Indonesia mempunyai
tujuan kedepannya untuk menjadi negara dengan memiliki kekuatan maritim yang
lebih dari negara-negara lain. Mengenai tujuannya tersebut, Indonesia berupaya
untuk melakukan beberapa kebijakan terutama sejak tahun 2014 dengan
mendorong visi nasional yaitu menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim
1Ridwan Lasabuda. Tinjauan Teoritis: Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan dalam
Perspektif Negara Kepulauan Republik Indonesia. [Jurnal Ilmiah Platax ISSN: 2302-3589 Vol. 1-
2, Januari 2013 http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax], (Manado: Laboratorium Pengelolaan
Wilayah Pesisir Terpadu Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi,
Januari 2013), 93. 2Ridwan Lasabuda. Tinjauan Teoritis: Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan dalam
Perspektif Negara Kepulauan Republik Indonesia, 93.
2
Dunia (PMD).3 Sebagai langkah konkret Indonesia menuju poros maritim dunia,
pada 20 Februari 2017, Presiden Joko Widodo mengesahkan Peraturan Presiden
(Perpres) Nomor 16 Tahun 2017 tentang Kebijakan Kelautan Indonesia.4 Untuk
meneguhkan identitas nasional Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelago)
dengan meningkatkan dan memiliki kekuatan di bidang kemaritiman, kebijakan
tersebut secara garis besar merupakan upaya untuk mengamankan atau
melindungi perekonomian serta kepentingan keamanan Indonesia dalam sektor
kemaritiman.5
Kebijakan Kelautan Indonesia tidak mungkin dijalankan tanpa adanya
beberapa kendala, dimana dengan luas wilayah lautan Indonesia yang begitu luas
barang tentu permasalahan-permasalahan yang dialami Indonesia sebagai negara
kepulauan pun semakin kompleks dengan tantangan semakin besar juga, terutama
dalam beberapa isu politik global yang menjadi perhatian bagi negara-negara
kepulauan seperti perubahan iklim, pencemaran laut, penanganan sampah plastik
laut, illegal fishing ditambah dengan adanya ancaman-ancaman terhadap
keamanan maritim seperti aktivitas kejahatan perompakan dan serangan kejahatan
bersenjata di laut yang mengancam stabilitas negara. Hal tersebut tentu menambah
beban Indonesia untuk memposisikan diri sebagai poros maritim dunia.
3Ludiro Madu. Urgensi Indian Ocean Rim Association (IORA) dalam Diplomasi Maritim
Indonesia. [Intermestic: Journal of International Studies e-ISSN.2503-443X Volume 2, No. 2, Mei
2018(171-187) doi:10.24198/intermestic.v2n2.5], (Bandung: Departemen Hubungan Internasional
FISIP UNPAD, Mei 2018), 173. 4Humas Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Presiden Jokowi Teken Perpres Kebijakan
Kelautan Indonesia. (01 Maret 2017). Diakses dari https://setkab.go.id/presiden-jokowi-teken-
perpres-kebijakan-kelautan-indonesia/ pada 05 September 2019 pukul 16.43 WIB. 5I Gusti Bagus Dharma Agastia, A. A. Banyu Perwita. Jokowi‟s Maritime Axis: Change
and Continuity of Indonesia‟s Role in Indo-Pacific. [Journal of ASEAN Studies, Vol. 3, No. 1
ISSN 2338-1361 print/ISSN 2338-1353 electronic], (CBDS Bina Nusantara University and
Indonesian Association for International Relations, 2015), 32.
3
Indonesia dalam rangka untuk mewujudkan dan mejalankan kebijakan
tersebut, perlu adanya komunikasi dengan melakukan beberapa kerjasama baik
dalam lingkup regional maupun antarkawasan. Dengan mengikuti beberapa forum
atau kerjasama internasional yang bergerak dibidang kelautan merupakan salah
satu langkah tepat dan penting bagi Indonesia untuk memperkuat visi Indonesia
menjadi poros maritim dunia.6 Sebagai aktor regional dan global, Indonesia
dengan poros maritim pun harus mengambil bagian untuk menjaga keamanan
maritim berdasarkan kebijakan luar negeri yang bebas dan aktif selain juga dalam
mendukung kemakmuran dan stabilitas regional.7 Hal tersebut membuktikan
bahwa Indonesia tidak bisa berdiri sendiri untuk mewujudkan kebijakan tersebut,
perlu adanya aktor lain baik aktor regional maupun internasional untuk
menjalankan kebijakan tersebut.
Beberapa kerjasama serta forum baik regional maupun internasional yang
Indonesia turut aktif dalam kerjasama atau forum tersebut antara lain yakni Indian
Ocean Rim Association (IORA) dimana Indonesia menjadi ketua pada periode
2015-2017, Coral Triangle Initiative (CTI) yang merupakan sebuah hasil dari
tindak lanjut gagasan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2006,
Pacific Islands Forum (PIF) dengan posisi Indonesia sebagai salah satu mitra
dialog, Our Ocean Conference, ASEAN Maritime Forum (AMF) serta beberapa
kerjasama lain baik kerjasama bilateral-antar negara, multilateral maupun
6Dedi Dinarto. Indonesia‟s „Global Maritime Fulcrum‟: The Case of Abu Sayyaf. (03 Mei
2016). Diakses dari https://thediplomat.com/2016/05/indonesias-global-maritime-fulcrum-the-
case-of-abu-sayyaf/ pada 07 September 2019 pukul 15.48 WIB. 7Wahyu Wardhana. Poros Maritim: Dalam Kerangka Sejarah Maritim dan Ekonomi
Pertahanan. Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 18 No. 3 Tahun 2016. (Pusat Studi Sumber
Daya Ekonomi Pertahanan-Universitas Pertahanan Indonesia, 2016), 383.
4
beberapa organisasi internasional yang memiliki fokus terhadap kelautan dan
negara kepulauan.8
Pada tahun 2017, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman dengan menggandeng United Nations Development
Programme (UNDP) menginisiasi untuk membentuk sebuah Forum Archipelagic
and Island States/AIS Forum dengan tujuan untuk mengangkat isu kelautan dalam
mitigasi dampak perubahan iklim ke level global, pembentukan forum ini pun
sudah disepakati oleh 20 delegasi negara-negara kepulauan dan pulau terutama
negara di Kawasan Asia Pasifik dalam konferensi Archipelagic and Island
States/AIS yang digelar di Jakarta.9 Selanjutnya pada Oktober 2018, dalam
pertemuan tingkat pejabat tinggi (Senior Official Meeting/SOM) ke-3
Archipelagic and Island States Forum di Manado dimana dalam pertemuan ini
telah disepakati sebuah draf Deklarasi Manado yang berisi tentang detail
pembentukan AIS Forum.10
Bersama dengan 21 negara partisipan antara lain Cabo Verde, Kuba, Siprus,
Fiji, Guinea Bissau, Indonesia, Jamaika, Jepang, Malta, Madagaskar, Papua New
Guinea, Filipina, Saint Kitts and Navis, Sao Tome and Principe, Seychelles,
Singapura, Sri Lanka, Suriname, Timor Leste, Tonga, dan Britania Raya bersama-
8Kemeterian Luar Negeri Republik Indonesia. Diakses dari https://kemlu.go.id/portal/id
pada 07 September 2019 pukul 16.30 WIB 9Biro Perencanaan dan Informasi Kemenko Bidang Kemaritiman. Konferensi AIS Sepakati
Pembentukan Forum Negara Kepulauan Atasi Dampak Perubahan Iklim. (23 November 2017).
Diakses dari https://maritim.go.id/konferensi-ais-sepakati-pembentukan-forum-negara-kepulauan/
pada 07 September 2019 pukul 16.48 WIB 10
Humas Kemenko Kemaritiman. Delegasi SOM Sepakati Deklarasi Pembentukan Forum
Negara Kepulauan dan Negara Pulau. (31 Oktober 2018). Diakses dari
https://maritim.go.id/delegasi-som-sepakati-deklarasi-pembentukan-forum-negara-kepulauan-dan-
negara-pulau/ pada 09 September 2019 pukul 17.26 WIB
5
sama dengan AIS Forum dalam Deklarasi Manado memperkuat kerjasama dalam
4 fokus utama yaitu mitasi perubahan iklim dan manajemen bencana, tantangan
dan peluang ekonomi, penanganan sampah plastik di laut, dan tata kelola maritim
yang baik.11
Diharapkan juga dengan dibentuknya AIS Forum ini, negara-negara
anggota saling memberikan sinergi dan inisiatif sebagai bentuk kolaborasi untuk
mendapatkan solusi yang cerdas dan inovatif untuk berbagai permasalahan yang
ada baik antara negara anggota maupun dengan mitra kerjasama.12
AIS Forum bukanlah satu-satunya inisiatif internasional yang mengangkat
isu kelautan, sudah ada beberapa forum dan kerjasama baik regional maupun
internasional yang mempunyai perhatian terhadap isu kelautan sebelumnya.
Inggris dan Singapura sebagai bagian dari anggota AIS Forum pun sudah
menyuarakan dan berharap bahwa forum yang digagas oleh Pemerintah Indonesia
bersama UNDP tersebut dapat memberikan hasil yang pasti dan membawa
perubahan dengan fokus membahas isu-isu yang lebih nyata dan dapat
dipraktikkan terutama oleh negara-negara anggota AIS Forum.13
Oleh karena itu,
menarik untuk mengetahui urgensi dan kepentingan dari Indonesia yang bersama-
sama UNDP dengan menggagas sebuah forum internasional tentang kelautan.
Dengan latar belakang penelitian ini, maka penelitian yang akan dilakukan dengan
mengambil tema mengenai urgensi dibentuknya Archipelagic and Island State
11
Archipelagic and Island States Forum. Manado Joint Declaration on the Establishment of
the Archipelagic and Island States Forum. (01 November 2018). 12
Archipelagic and Island States Forum. Manado Joint Declaration on the Establishment of
the Archipelagic and Island States Forum. 13
CNN Indonesia. Banyak Forum Laut, Inggris Harap Gagasan RI Lebih Konkret. (Kamis,
01 November 2018 23.02 WIB). Diakses dari
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20181101211629-106-343368/banyak-forum-laut-
inggris-harap-gagasan-ri-lebih-konkret pada 09 September 2019 pukul 15.58 WIB
6
Forum (AIS Forum) yang merupakan gagasan dari Pemerintah Indonesia dengan
United Nations Development Programme (UNDP) di tengah keberadaan inisiatif
kelautan internasional lainnya.
1.2 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pernyataan masalah tersebut, maka pertanyaan penelitian yang
akan diajukan pada penelitian ini adalah: Apa urgensi dibentuknya Archipelagic
and Island States Forum/AIS Forum melalui gagasan kerjasama antara
Pemerintah Indonesia dengan United Nations Development Programme
(UNDP) pada tahun 2017-2018?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa serta mengetahui apa urgensi dan
kepentingan Indonesia dengan berkerjasama dengan United Nations Development
Programme (UNDP) dalam menginisiasi pembentukan program Archipelagic and
Island States Forum (AIS Forum) pada tahun 2017-2018 di tengah banyaknya
forum atau kerjasama serupa, terutama beberapa forum atau kerjasama serupa
yang Indonesia juga turut aktif di dalamnya seperti Indian Ocean Rim Association
(IORA), Coral Triangle Initiative (CTI), Pacific Islands Forum (PIF), Our Ocean
Conference, ASEAN Maritime Forum (AMF) serta beberapa forum, kerjasama,
dan organisasi internasional lain baik kerjasama bilateral maupun multilateral
yang memiliki fokus terhadap isu kelautan dan negara kepulauan.
Manfaat dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui lebih jauh mengenai
kerjasama Indonesia dan United Nations Development Programme (UNDP)
7
dalam terbentuknya program Archipelagic and Island States Forum (AIS Forum)
pada tahun 2017-2018. Lebih memahami teori dan konsep yang telah dipelajari
dalam kajian hubungan internasional terlebih mengenai Diplomasi Maritim,
Kepentingan Nasional dan juga konsep blue economy dengan menggunakan teori
dan konsep tersebut untuk menganalisa peristiwa yang terjadi dalam ruang
lingkup hubungan internasional dalam hal ini mengenai forum internasional
tentang isu kelautan dan negara kepulauan.
Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dan memberikan
tambahan informasi dan pemikiran sebagai referensi bagi pembaca terlebih bagi
mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional dalam melihat beberapa fenomena
dalam ruang lingkup hubungan internasional.
1.4 Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai kerjasama Indonesia dalam beberapa forum atau
kegiatan internasional lain yang mengangkat isu kelautan telah banyak dilakukan
sebelumnya dalam beberapa Tinjauan Pustaka yang telah ada. Tinjauan pustaka
tersebut diharapkan dapat menjadi sebuah pembeda sekaligus sebagai rujukan dan
referensi tambahan bagi penelitian ini. Dimana penelitian ini mencoba untuk
merujuk kepada beberapa penelitian terkait yang sudah ada yang secara tidak
langsung memiliki relevansi dengan penelitian yang akan di lakukan.
Tinjauan Pustaka yang pertama adalah jurnal yang berjudul “Kerjasama
(Segitiga Maritim Dunia) Indonesia-Tiongkok-Rusia: Membangun Keamanan
Maritim Asia Tenggara” oleh Adi Rio Arianto yang merupakan Dosen Hubungan
8
Internasional Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Dalam jurnal
ini dijelaskan mengenai bagaimana Indonesia melakukan kerjasama dengan
Tiongkok dan Rusia dalam hal keamanan maritim kawasan Asia Tenggara melalui
skema Kerjasama Poros Maritim Dunia, Silk Road Economic Belt (SREB) dan
Maritime Silk Road Point (MSRP), serta Program of Development of Siberia and
Far East.14
Meskipun dalam tujuan untuk membangun keamanan maritim Asia
Tenggara, namun Indonesia disini melakukan kerjasama dengan aktor luar
kawasan yaitu Tiongkok (Asia Timur) dan Rusia (Eurasia) serta melibatkan
Amerika Serikat (Asia Pasifik) dimana kerjasama tersebut turut memberikan
dampak terhadap keamanan maritim dunia secara tidak langsung.15
Posisi
Indonesia dalam kerjasama ini bisa mendapatkan keuntungan dengan dapat
memperkuat nilai strategis Indonesia sebagai poros maritim dunia meskipun
setiap negara dalam hal ini Tiongkok dan Rusia pun memiliki tujuan untuk
mewujudkan kepentingan masing-masing dalam skema masing-masing (Tiongkok
dan Rusia).
Jurnal ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang sedang diteliti yakni
bagaimana Indonesia memperluas jangkauan dengan melakukan beberapa
kerjasama dengan negara lain dalam hal sektor kelautan atau maritim. Namun,
penelitian dalam jurnal tersebut menekankan pada kerjasama Indonesia dengan
14
Adi Rio Arianto. Kerjasama “Segitiga Maritim Dunia” Indonesia-Tiongkok-Rusia:
Membangun Keamanan Maritim Asia Tenggara. Jurnal Power of International Relation Vol. 1 No.
2 Februari 2017 ISSN:2528-7192. (Medan: LPPM Universitas Potensi Utama, 2017), 188-204. 15
Adi Rio Arianto. Kerjasama “Segitiga Maritim Dunia” Indonesia-Tiongkok-Rusia:
Membangun Keamanan Maritim Asia Tenggara. 199.
9
Tiongkok dan Rusia dalam upaya peningkatan keamanan maritim Asia Tenggara.
Sedangkan dalam penelitian ini lebih mengarah pada kerjasama Indonesia
bersama UNDP dengan membentuk Forum Negara Kepulauan dan Negara Pulau
(AIS Forum) dengan mengangkat isu kelautan beserta permasalahan di dalamnya.
Kedua, sebuah skripsi yang berjudul “Kepemimpinan Indonesia di Indian
Ocean Rim Association (IORA) dalam Mendukung Kebijakan Indonesia sebagai
Poros Maritim Dunia” oleh Astari Dewi Widyawati Departemen Ilmu Hubungan
Internasional FISIP Universitas Hasanuddin 2017. Dalam skripsi ini dijelaskan
bagaimana latar belakang Indonesia dapat mejabat sebagai ketua IORA pada
periode 2015-2017 serta peran Indonesia selama menjabat sebagai ketua IORA
dan juga dampak dari implementasi kebijakan Indonesia selama menjabat sebagai
ketua IORA terhadap upaya merealisasikan kebijakan Indonesia sebagai poros
maritim dunia.16
Dengan menggunakan beberapa konsep yakni Regionalisme,
Geopolitik, dan Organisasi Internasional, Astari Dewi Widyawati melihat bahwa
Indonesia memiliki kesempatan luas selama menjabat sebagai ketua IORA untuk
memberikan pengaruh dalam visi Indonesia sebagai poros maritim dunia dengan
mendapatkan peran lebih untuk memberikan pengaruhnya di kawasan Samudra
Hindia.17
Seperti halnya sebelumnya, bahwa adanya kesamaan dimana membahas
mengenai peran aktif Indonesia dalam kerjasama internasional yang menitik
16
Astari Dewi Widyawati. Tugas Akhir: Kepemimpinan Indonesia di Indian Ocean Rim
Association (IORA) dalam Mendukung Kebijakan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
(Makassar: Skripsi Hubungan Internasional Universitas Hasanuddin, 2017) 17
Astari Dewi Widyawati. Tugas Akhir: Kepemimpinan Indonesia di Indian Ocean Rim
Association (IORA) dalam Mendukung Kebijakan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
10
beratkan pada isu kelautan. Dengan perbedaan yang terletak pada fokus penelitian
dimana Astari Dewi Widyawati secara garis besar membahas mengenai peran
Indonesia sebagai ketua IORA dalam upaya untuk merealisasikan visinya sebagai
poros maritim dunia dalam hal ini lebih fokus pada kerjasama Indonesia di Indian
Ocean Rim Association (IORA). Sedangkan dalam penelitian ini lebih
memfokuskan pada kerjasama dalam Archipelagic and Island States (AIS) Forum
dan urgensi pembentukannya oleh Indonesia dan UNDP.
Ketiga yakni jurnal yang berjudul “Diplomasi Maritim dalam Keberhasilan
Patroli Terkoordinasi Indonesia-Malaysia-Singapura di Selat Malaka” oleh
Lintang Suproboningrum dan Yandry Kurniawan Departemen Ilmu Hubungan
Internasional Universitas Indonesia. Dalam jurnal ini menjelaskan bagaimana
kerjasama keamanan Indonesia-Malaysia-Singapura sebagai negara pantai dalam
upaya mengamankan Selat Malaka dari ancaman keamanan non-tradisional.18
Dimana peran penting dari sebuah wilayah maritim dalam perdagangan dunia,
tidak terkecuali wilayah Selat Malaka yang menjadi tempat strategis dan jalur
pelayaran internasional karenanya negara pesisir membangun mekanisme
kerjasama keamanan multilateral untuk menangani masalah kejahatan non-
tradisional dengan menyepakati terbentuknya Patroli Terkoordinasi Malaysia,
Singapura dan Indonesia pada tahun 2004.19
18
Lintang Suproboningrum dan Yandry Kurniawan. Diplomasi Maritim dalam
Keberhasilan Patroli Terkoordinasi Indonesia-Malaysia-Singapura di Selat Malaka. Jurnal
Politica Vol. 8 No. 2 November 2017 ISSN: 2087-7900. (Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR
RI-Sekretariat Jenderal DPR RI, 2017). 19
Lintang Suproboningrum dan Yandry Kurniawan. Diplomasi Maritim dalam
Keberhasilan Patroli Terkoordinasi Indonesia-Malaysia-Singapura di Selat Malaka.
11
Jurnal oleh Lintang Suproboningrum dan Yandry Kurniawan memiliki
kesamaan dengan penelitian ini yakni sama-sama menggunakan aspek diplomasi
maritim yang dilakukan oleh Indonesia dalam melakukan kerjasama internasional.
Namun, dalam hal ini jurnal diatas lebih menekankan pada kerjasama antara
Indonesia dengan Malaysia dan Singapura dengan fokus pada keamanan non-
tradisional di kawasan Selat Malaka. Sedangkan dalam penelitian ini lebih
memfokuskan pada kerjasama Indonesia dalam Archipelagic and Island States
(AIS) Forum yang merupakan hasil inisiasi dari Pemerintah Indonesia dengan
UNDP.
Berdasarkan beberapa tinjauan pustaka, dapat dilihat bahwa penelitian ini
berbeda dengan Tinjauan Pustaka yang telah ada, meskipun secara umum
Tinjauan Pustaka tersebut membahas hal yang sama yakni mengenai kerjasama
internasional yang dilakukan oleh Indonesia dengan melaksanakan diplomasi
maritim dan mengangkat isu maritim dalam pendekatannya. Namun, penelitian ini
lebih mengarah pada bagaimana urgensi atau kepentingan dari Indonesia yang
bekerjasama dengan UNDP dalam pembentukan program Archipelagic and Island
States (AIS) Forum. Oleh karena itu, dengan beberapa kesamaan terutama masih
dalam satu topik yakni kerjasama internasional Indonesia mengenai isu kelautan
maka penelitian ini menggunakan beberapa studi kepustakaan di atas sebagai
Tinjauan Pustaka dalam penelitian ini.
12
1.5 Kerangka Teoretis
Sebagai kerangka berpikir, penelitian ini akan mencoba menggambarkan
apa kepentingan Indonesia dalam melakukan kerjasama dengan United Nations
Development Programme (UNDP) dalam menginisiasi pembentukan program
Archipelagic and Island States Forum (AIS Forum) dengan menggunakan
pendekatan Diplomasi Maritim, Kepentingan Nasional serta konsep Blue
Economy. Oleh karenanya, diharapkan dengan menggunakan beberapa
pendekatan tersebut dapat menjelaskan apa urgensi dibentuknya Archipelagic and
Island States Forum (AIS Forum) melalui program yang diinisiasi oleh Indonesia
dengan United Nations Development Programme (UNDP).
1.5.1 Diplomasi Maritim
Diplomasi secara umum memiliki artian sebagai alat manajemen yang
dilakukan oleh suatu negara dalam melakukan hubungan antar negara
sebagai upaya untuk mencapai kepentingan nasional dari pelaksanaan
politik luar negeri suatu negara tersebut.20
Selanjutnya konsep diplomasi
tersebut berkembang seiring dengan isu dan aktor yang ada yang mana
melahirkan berbagai bentuk dan jenis diplomasi, salah satunya adalah
diplomasi maritim (maritime diplomacy). Diplomasi Maritim merupakan
sebuah upaya perundingan atau negosiasi yang dilakukan oleh dua pihak
atau lebih mengenai kerjasama kemaritiman.21
Selain itu juga dapat
20
Najamuddin Khairur Rijal. Smart Maritime Diplomacy: Diplomasi Maritim Indonesia
Menuju Poros Maritim Dunia. Jurnal Global & Strategis, Th. 13, No. 1 2019 ISSN 2442-9600.
(Cakra Studi Global Strategis HI Universitas Airlangga, 2019) 21
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia Tahun 2015-2019. (April 2015)
13
diartikan sebagai upaya pelaksanaan politik luar negeri yang bertujuan
untuk memaksimalkan potensi wilayah lautan atau dalam bidang
kemaritiman guna memenuhi kepentingan nasional sesuai dengan ketentuan
nasional dan hukum yang berlaku.22
Sementara itu, menurut Miere dalam tulisannya yang berjudul
Maritime Diplomacy in the 21th Century: Drivers and Challenges,
mengungkapkan bahwa diplomasi maritim tidak hanya berarti menggunakan
diplomasi untuk mengelola konflik dan ketegangan antar negara terkait
permasalahn maritim melalui penyusunan instrumen hukum internasional,
melainkan adanya juga penggunaan aset atau sumber daya dalam ruang
lingkup maritim dengan tidak hanya melibatkan aktor negara (policy maker)
namun juga melibatkan seluruh aspek terutama analis dan akademisi untuk
turut memberikan kajian mengenai perkembangan yang terjadi dalam
hubungan internasional dan keamanan global.23
Dalam hal ini, pelaksanaan
diplomasi maritim dapat dilakukan dengan berbagai langkah baik
melibatkan penggunaan senjata atau kekuatan militer dalam menghadapi
ancaman keamanan maritim maupun menggunakan instrument non-
militeristik dengan mengedepankan hubungan kerjasama.24
22
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia. Kebijakan Kelautan
Indonesia. 2017. 23
Christian Le Miere. Maritime Diplomacy in the 21th Century: Drivers and Challenges.
2014. Dalam Najamuddin Khairur Rijal. Smart Maritime Diplomacy: Diplomasi Maritim
Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia. Jurnal Global & Strategis, Th. 13, No. 1 2019 ISSN
2442-9600. (Cakra Studi Global Strategis HI Universitas Airlangga, 2019) 24
Christian Le Miere. Maritime Diplomacy in the 21th Century: Drivers and Challenges.
2014. Dalam Najamuddin Khairur Rijal. Smart Maritime Diplomacy: Diplomasi Maritim
Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia
14
Diplomasi maritim dalam hal ini dilakukan Indonesia dengan
melakukan gagasan atau pembentukan Forum Negara Kepulauan dan
Negara Pulau atau Archipelagic and Island States (AIS Forum) dimana
sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki tujuan dengan menyatukan
negara-negara kepulauan dan pulau di dunia untuk membentuk sebuah
forum dalam penanganan isu kelautan dan permasalahannya.
1.5.2 Kepentingan Nasional
Kepentingan Nasional merupakan salah satu konsep penting sebagai
dasar bagaimana suatu negara melakukan hubungan internasionalnya
dengan tujuan dan ambisi negara baik dalam hal sisi ekonomi, militer,
maupun budaya, dimana kepentingan nasional sangat erat memiliki kaitan
dengan power negara sebagai tujuan maupun instrumen untuk mencapai
cita-cita negara tersebut.25
Menurut Hans J. Morgenthau, konsep kepentingan nasional berdasar
pada tradisi politik dan konteks kultural dalam politik luar negeri dimana
keputusan di pegang penuh oleh negara bersangkutan.26
Dimana
terbentuknya kepentingan nasional tersebut tidak lepas dari kondisi dan
sejarah negara tersebut serta tradisi dan kebiasaan negara yang dapat
menjadi acuan terhadap langkah atau kebijakan yang akan di gunakan oleh
negara tersebut. Selain itu juga dalam bukunya yang berjudul Politics
25
Arry Bainus dan Junita budi Rachman. Editorial: Kepentingan Nasional dalam Hubungan
Internasional. Intermestic: Journal of International Studies e-ISSN.2503-443X Volume 2, No. 2,
Mei 2018 (109-115) doi: 10.24198/intermestic.v2n2.1. (Departemen HI Universitas Padjadjaran,
2018), 109-115. 26
P.Anthonius Sitepu. Studi Hubungan Internasional. (Yogyakarta: Graha Ilmu. 2011), 165.
15
Among Nations, Hans J. Morgenthau juga mengartikan kepentingan nasional
sebagai upaya negara untuk melindungi identitas nasional yakni wilayah
atau teritorial, identitas politik, serta identitas kultural seperti tradisi, norma,
dan sejarah dari upaya gangguan negara atau bangsa lain.27
Selain itu dengan terciptanya sebuah kebutuhan yang ada dalam suatu
negara tersebut juga akan memunculkan sebuah kepentingan nasional baik
berdasarkan kondisi internal, seperti halnya kondisi politik-ekonomi, militer,
dan sosial-budaya maupun kondisi eksternal dari negara tersebut. Dengan
demikian, kepentingan nasional secara konseptual dipergunakan untuk
menjelaskan perilaku politik luar negeri dalam mencapai sebuah tujuan dari
suatu negara tersebut.28
Seperti halnya Jack C. Plano dan Roy Olton
menyebutkan bahwa kepentingan nasional terdiri dari beberapa elemen yaitu
pertahanan diri (self-preservation), kemerdekaan (independence),
perekonomian yang sejahtera (economic well-being), integritas wilayah
(territorial integrity), dan keamanan militer (military security).29
Namun, upaya pencapaian kepentingan nasional suatu negara tersebut
tidak hanya ditempuh melalui jalur militer bisa juga dilakukan dengan
menempuh jalur non-militeristik dengan lebih mengedepankan terjalinnya
sebuah kerjasama baik ruang lingkup regional maupun internasional. Karena
sejatinya kepentingan-kepentingan nasional dari setiap negara turut
memberikan cerminan serta gambaran bagaimana negara tersebut dalam
27
Hans J. Morgenthau. Politik Antar Bangsa (Politics Among Nations). Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia, 2010. 28
P.Anthonius Sitepu. Studi Hubungan Internasional. 163. 29
Jack C. Plano dan Roy Olton. Kamus Hubungan Internasional. Terj. Wawan Juanda.
Bandung: Putra A. Bardin, 1999. 7
16
artian kepentingan nasional suatu negara dapat memperlihatkan identitas
nasional dari negara tersebut.
Indonesia dalam hal ini tentu memiliki kepentingan nasional dalam
melakukan kegiatan-kegiatan politik luar negerinya. Salah satunya dengan
menginisiasi terbentuknya Archipelagic and Island States (AIS Forum).
Serta berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, konsep kepentingan nasional
dianggap mampu menjelaskan pertanyaan dalam penelitian ini sebagaimana
dengan apa yang diartikan oleh Hans J. Morgenthau serta Jack C. Plano dan
Roy Olton yaitu untuk melindungi identitas nasional dan integritas wilayah,
serta menciptakan kesejahteraan perekonomian nasional.
1.5.3 Konsep Blue Economy
Istilah atau konsep blue economy (ekonomi biru) pertama kali di
perkenalkan oleh Gunter Pauli pada tahun 2010 melalui karyanya yang
berjudul The Blue Economy: 10 years-100 innovations-100 million jobs.30
Menurut Gunter Pauli blue economy memiliki makna “blue ocean-blue sky”
dimana dapat dipahami bahwa pendekatan blue economy dapat mampu
menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat dengan
kondisi laut dan langit yang tetap biru.31
Dimana konsep blue economy
berupaya menyeimbangkan pemanfaatan potensi ekonomi laut secara
30
Dhita Anggraini Ayuningtyas. Kepentingan Indonesia dalam Indian Ocean Rim
Association (IORA) tahun 2015. eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2018, 6 (1) 001-014 e-
ISSN 2477-2623, ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id. (2018) 31
Wulandari Cahyasari. Model Blue Economy di Kawasan Asia Pasifik (Studi Kasus:
Penerapan Model Blue Economy Pada Industri Perikanan Indonesia. Jum Fisip Vol. 2 No. 1
Februari 2015. (Pekanbaru: Hubungan Internasional Universitas Riau, 2015)
17
optimal dengan memperhatikan kesinambungan pelestariannya melalui
elemen keamanan laut, diplomasi kelautan, konektifitas laut, budaya
kelautan dan sumberdaya kelautan.32
Selain itu, konsep blue economy difokuskan pada kondisi negara-
negara berkembang dengan wilayah perairan atau Small Island Development
States (SIDS) dengan ditujukan untuk mengatasi beberapa permasalahan
seperti mengatasi kelaparan, meningkatkan perekonomian rakyat dengan
mendorong terciptanya lapangan pekerjaan serta berbagai peluang usaha,
menciptakan kehidupan laut dan wilayah lautan yang berkelanjutan,
meminimalisir risiko bencana terutama di daerah pesisir serta mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim.33
Dengan itu pendekatan konsep blue economy
tersebut berupaya untuk medorong aktivitas dengan meminimalisir
terciptanya limbah (minimize waste), memperluas inklusi sosial, penerapan
dan penggunaan teknologi yang inovatif dan adaptif, serta mendorong
tercapainya multiplier effect hasil penelitian dan pengembangan.34
Dengan kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan, menjadikan isu
global seperti perubahan iklim, keamanan maritim, keberlangsungan
32
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Wapres Jusuf Kalla Ajak Masyarakat
Dunia Kembangkan Ekonomi Biru dan Perangi Kejahatan Laut. (23 September 2016). Diakses
dari https://ex.kemlu.go.id/id/berita/siaran-pers/Pages/Wapres-Jusuf-Kalla-Ajak-Masyarakat-
Dunia-Kembangkan-Ekonomi-Biru-dan-Perangi-Kejahatan-Laut-.aspx pada 11 September 2019
pukul 03.05 WIB 33
Dhita Anggraini Ayuningtyas. Kepentingan Indonesia dalam Indian Ocean Rim
Association (IORA) tahun 2015. 34
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan
Perikanan. Inovasi Kelautan dan Perikanan Memperkuat Konsep Ekonomi Biru. (Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan,
2013)
18
ketersediaan sumberdaya dan ekosistem laut dan pesisir menjadi beberapa
tantangan bagi Indonesia dan dunia secara umum. Dimana konsep blue
economy memberikan alternatif terutama bagi negara-negara yang
notabenenya merupakan negara kepulauan dan negara pulau. Archilepagic
and Island States Forum (AIS Forum) sendiri merupakan forum yang
memiliki fokus mengenai mitasi perubahan iklim dan manajemen bencana,
tantangan dan peluang ekonomi kawasan laut, penanganan sampah plastik di
laut, dan tata kelola maritim yang baik dimana hal tersebut erat kaitannya
dengan blue economy. Oleh karena itu, konsep blue economy dianggap
dapat memberikan gambaran apa urgensi atau kepentingan Indonesia dalam
menginisiasi pembentukan program AIS Forum.
1.6 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif dimana merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang didapat
dengan cara mengumpulkan beberapa sumber yang telah ada sebelumnya.35
Penelitian kualitatif ini dapat dianalisis dalam berbagai format, diantaranya kajian
peluang yang ditawarkan dengan melalui format riset observasi, wawancara, riset
sumber dokumen dan riset media.36
Berdasarkan pada pertanyaan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini
maka tipe penelitian ini bersifat deskriptif eksplanatif yakni kegiatan penelitian
dalam hubungan internasional yang berupaya melihat permasalahan yang ada
35
William Lawrence Neuman, Basics of Social Research: Qualitatives and Quantitarive
Approach. (UK: Pearson International, 2007), 110. 36
Lisa Harrison, Metodologi Penelitian Politik. (Jakarta: Kencana, 2007), 89.
19
melalui pengumpulan data dan kemudian dikaitkan dengan teori dalam hubungan
internasional.37 Metode deskriptif digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk
memberikan gambaran apa urgensi Pemerintah Indonesia dengan menggandeng
United Nations Development Programme (UNDP) dalam menginisiasi
pembentukan program Archipelagic and Island States Forum (AIS Forum) pada
tahun 2017-2018.
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka
(library research) yakni dengan cara menghimpun data sekunder dalam hal ini
adalah sumber-sumber data dan informasi dari literatur-literatur yang relevan
seperti buku, jurnal ilmiah, artikel, surat kabar, data elektronik (internet), arsip
dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang dibahas.
Selanjutnya setelah semua data terkumpul, analisis data dilakukan sesuai
dengan prosedur dan teknis pengolahan data yakni antara lain
dilakukan pemilahan atau klasifikasi data, dilakukan penyunting data dan juga
pemberian kode data untuk membangun kinerja analisis data, selanjutnya
dilakukan konfirmasi data yang memerlukan verifikasi data serta pendalaman
data, dan terakhir dilakukan analisa data sesuai dengan pembahasan hasil
penelitian untuk kemudian ditarik sebuah kesimpulan. Analisis data ini dilakukan
sebagai langkah memudahkan data untuk dipahami.
Teknik deduktif digunakan sebagai metode penulisan, dimana dengan
terlebih dahulu melakukan pemaparan masalah atau menggambarkan
permasalahan secara umum yang kemudian dilanjutkan dengan menarik sebuah
37
Mohtar Mas’oed. Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi. (Jakarta:
LP3ES, 1990), 223.
20
kesimpulan yang lebih bersifat khusus di akhir penelitian. Data yang telah
diperoleh baik melalui data primer maupun sekunder dilakukan analisis data
secara kualitatif yang hasilnya disajikan secara deskriptif eksplanatif dengan
menguraikan, menggambarkan dan menjelaskan sesuai dengan permasalahan
yang ada untuk di tarik sebuah kesimpulan.
1.7 Sistematika Penulisan
Penelitian ini akan terbagi ke dalam lima bab dengan sistematika penulisan
sebagai berikut:
BAB 1, Pendahuluan dalam bab ini berisikan pernyataan masalah yang
secara umum membahas mengenai topik yang akan diteliti, kemudian pertanyaan
penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka untuk mengetahui
perbedaan penelitian sejenis yang terkait dengan topik penelitian yang telah
diteliti sebelumnya, kerangka teoretis yang berguna sebagai alat analisa,
selanjutnya metode penelitian, dan yang terakhir sistematika penulisan.
BAB II, Archipelagic and Island State Forum (AIS Forum). Dimulai dengan
sejarah latar belakang terbentuknya Archipelagic and Island State Forum (AIS
Forum) pada tahun 2017-2018. Selanjutnya dalam bab ini juga lebih diperdalam
dengan penjelasan apa itu AIS Forum serta fokus utama dari AIS Forum, yaitu
mitigasi perubahan iklim dan manajemen bencana, tantangan dan peluang
ekonomi, penanganan sampah plastik di laut, serta tata kelola maritim.
BAB III, Kerjasama Indonesia dalam Forum Internasional tentang Isu
Kelautan dan Negara Kepulauan, bab ini akan menguraikan mengenai hubungan
21
Indonesia dengan negara lain dalam bentuk kerjasama atau forum internasional
yang membahas mengenai isu kelautan dan negara kepulauan. Dalam hal ini
antara lain ASEAN Maritime Forum (AMF), Indian Ocean Rim Association
(IORA), Coral Triangle Initiative (CTI), Pacific Island Forum (PIF) Our Ocean
Conference, serta beberapa kerjasama regional maupun internasional lainnya yang
Indonesia turut aktif di dalamnya.
BAB IV, Urgensi Kerjasama Indonesia dengan United Nations Development
Programme (UNDP) dalam Menginisiasi Terbentuknya AIS Forum. Dalam bab
ini akan adanya analisa dan menggambarkan bagaimana serta apa urgensi
Indonesia menginisiasi terbentuknya AIS Forum. Selanjutnya pada bab ini juga
akan memuat mengenai teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai alat analisa untuk menjawab pertanyaan penelitian.
BAB V, Penutup dimana bab ini merupakan hasil akhir dari penelitian yang
terdiri dari penutup, kesimpulan yang berisi jawaban dari pokok permasalahan
yang di angkat dalam penelitian ini setelah dilakukan analisis dengan
menggunakan kerangka berpikir atau konsep serta metode penelitian dengan
menyimpulkan semua masalah yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya.
22
BAB II
ARCHIPELAGIC AND ISLAND STATES FORUM (AIS FORUM)
Pada bab sebelumnya, telah dipaparkan mengenai pernyataan masalah
dengan kerangka teoritis yang digunakan sebagai alat analisa untuk mengetahui
urgensi Indonesia bersama dengan United Nations Development Programme
(UNDP) dalam menginisiasi pembentukan program Archipelagic and Island
States Forum (AIS Forum) pada tahun 2017-2018. Pada bab ini akan di perdalam
mengenai apa itu AIS Forum beserta latar belakang terbentuknya dan fokus utama
dari terbentuknya forum ini.
2.1 Latar Belakang Terbentuknya Archipelagic and Island State Forum (AIS
Forum)
Berawal dari dampak terjadinya perubahan iklim, Indonesia sebagai
negara kepulauan tentu terdampak dengan adanya kondisi tersebut antara lain
dengan tenggelamnya pesisir pantai karena naiknya permukaan air laut serta
terjadinya banjir rob dan abrasi yang terjadi di beberapa wilayah pesisir di
Indonesia.38
Dampak ini pun secara garis besar juga dirasakan oleh beberapa
negara-negara kepulauan dan negara pulau lainnya yang notabenenya
memiliki permasalahan yang sama akibat terjadinya perubahan iklim.39
38
Biro Perencanaan dan Informasi Kemenko Bidang Kemaritiman. Indonesia Inisiasi Kerja
Sama Antar Negara Kepulauan dan Negara Pulau. Siaran Pers, 22 November 2017. Diakses dari
https://maritim.go.id/indonesia-inisiasi-kerja-sama-antar-negara-kepulauan-dan-negara-pulau/
pada 21 September 2019 pukul 21.31 WIB 39
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Indonesia Inisiasi Kerja Sama Antar
Negara Kepulauan dan Negara Pulau. Siaran Pers, 22 November 2017. Diakses dari
http://www.bpkp.go.id/berita/read/18975/0/Indonesia-Inisiasi-Kerja-Sama-Antar-Negara-
Kepulauan-dan-Negara-Pulau.bpkp pada 21 September 2019 pukul 21.43 WIB
23
Dalam hal ini, isu dampak perubahan iklim merupakan tantangan nyata
bagi semua negara tidak terkecuali negara kepulauan dan negara pulau.
Terlebih dampak perubahan iklim tersebut memunculkan permasalahan isu
kelautan yang secara garis besar dialami oleh negara kepulauan dan negara
pulau dimana perlu mendapatkan perhatian lebih oleh dunia internasional
karena laut merupakan salah satu sumber kehidupan serta aspek yang penting
dalam kehidupan masyarakat dunia yang tidak bisa dilepaskan. Oleh karena
itu diperlukan adanya upaya-upaya bersama untuk menangani permasalahan
yang ada tersebut dengan meningkatkan fokus perhatian terhadap isu kelautan
terutama dalam mitigasi dampak perubahan iklim ke tingkat global.
Sejalan dengan permasalahan sama yang dialami oleh beberapa negara
kepulauan dan negara pulau, pada November 2017, tepatnya pada saat
Konferensi Forum Archipelagic and Island States/AIS Forum yang digelar di
Jakarta atau pertemuan tingkat pejabat tinggi (Senior Official Meeting/SOM)
ke-1 Archipelagic and Island States Forum yang dihadiri oleh 20 delegasi
negara kepulauan dan negara pulau terutama di negara-negara Kawasan Asia
Pasifik dengan melalui diskusi bersama untuk menghasilkan sebuah solusi
dan inovasi mengenai permasalahan yang sedang dihadapi, Pemerintah
Indonesia melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dengan
menggandeng United Nations Development Programme (UNDP)
menginisiasi untuk membentuk sebuah AIS Forum.40
40
Biro Perencanaan dan Informasi Kemenko Bidang Kemaritiman. Konferensi AIS Sepakati
Pembentukan Forum Negara Kepulauan Atasi Dampak Perubahan Iklim.
24
Selanjutnya pada tanggal 6-8 September 2018, sebagai tuan rumah
Indonesia kembali menyelenggarakan pertemuan tingkat pejabat tinggi/SOM
(Senior Official Meeting) Archipelagic and Island States Forum ke-2 di
Jakarta yang merupakan sebuah kelanjutan dari SOM AIS Forum ke-1 pada
November 2017.41
Sejumlah 46 negara kepulauan dan negara pulau diundang,
dengan pembahasan mengenai pentingnya sebuah adaptasi dan tindakan
mengurangi dampak bencana terutama bencana yang diakibatkan oleh
terjadinya perubahan iklim, pengelolaan sampah plastik laut, menyadarkan
akan pentingnya blue economy untuk meningkatkan peluang perekonomian
tanpa merusak lingkungan, menciptakan tata kelola kemaritiman yang baik,
dimana pertemuan ini dirancang dengan saling berbagai pengetahuan dan
kerjasama teknis antar negara peserta.42
Melalui diskusi panjang sebelumnya, tepat pada tanggal 31 Oktober
2018, dalam pertemuan tingkat pejabat tinggi (Senior Official Meeting/SOM)
Archipelagic and Island States Forum ke-3 di Manado, Sulawesi Utara
sebanyak 17 delegasi yang menghadiri pertemuan antara lain Filipina, Jepang,
Cabo Verde, Kuba, Fiji, Guinea Bissau, Siprus, Indonesia, Jamaika, Papua
New Guinea, Saint Kitts and Navis, Seychelles, Singapura, Malta, Timur
Leste, Srilanka dan Inggris telah menyepakati draf Deklarasi Manado yang
41
Kementerian Komunikasi dan Informasi RI. Indonesia Tawarkan Solusi Cerdas dan
Inovatif dalam Pertemuan Negara Kepulauan dan Negara Pulau ke-2. Artikel GPR, 13 September
2018. Diakses dari https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/14369/indonesia-tawarkan-
solusi-cerdas-dan-inovatif-dalam-pertemuan-negara-kepulauan-dan-negara-pulau-ke-
2/0/artikel_gpr pada 21 September 2019 pukul 22.42 WIB 42
Kementerian Komunikasi dan Informasi RI. Indonesia Tawarkan Solusi Cerdas dan
Inovatif dalam Pertemuan Negara Kepulauan dan Negara Pulau ke-2.
25
berisi tentang detail pembentukan AIS Forum.43
Dengan rencana draf tersebut
akan didiskusikan secara lanjut serta di umumkan pada saat pertemuan
tingkat Menteri Forum AIS keesokan harinya pada tanggal 01 November
2018.44
Pada 01 November 2018, para menteri dan pejabat senior dalam
pertemuan tingkat pejabat tinggi (Senior Official Meeting/SOM) Archipelagic
and Island States Forum sepakat mendeklarasikan Forum Negara Pulau dan
Kepulauan atau Archipelagic and Island States Forum (AIS Forum) dengan
deklarasi mengenai mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dengan mekanisme
pembiayaan inovatif pada tindakan iklim, ekonomi biru, serta pemanfaatan
laut yang berkelanjutan dengan memanfaatkan sumber daya laut secara
efektif.45
Forum ini diharap akan memberikan manfaat bagi 21 negara
anggota antara lain Cabo Verde, Kuba, Siprus, Fiji, Guinea Bissau, Indonesia,
Jamaika, Jepang, Malta, Madagaskar, Papua New Guinea, Filipina, Saint
Kitts and Navis, Sao Tome and Principe, Seychelles, Singapura, Sri Lanka,
Suriname, Timor Leste, Tonga, dan Britania Raya dengan saling berbagi
pengetahuan dan memberikan sinergi serta inisiatif sebagai bentuk kolaborasi
untuk mendapatkan solusi yang cerdas dan kreatif untuk berbagai
permasalahan yang ada baik antara negara anggota maupun dengan mitra
43
Humas Kemenko Kemaritiman. Delegasi SOM Sepakati Deklarasi Pembentukan Forum
Negara Kepulauan dan Negara Pulau. Diakses pada 21 September 2019 pukul 23.59 WIB 44
Humas Kemenko Kemaritiman. Delegasi SOM Sepakati Deklarasi Pembentukan Forum
Negara Kepulauan dan Negara Pulau. 45
UNDP Indonesia. Archipelagic and Island States Ministers Reach a Milestone with
Declaration on Sustainable Ocean Climate Actions. 2018. Diakses dari
https://www.id.undp.org/content/indonesia/en/home/presscenter/pressreleases/2018/9/archipelagic-
and-island-states-ministers-reach-a-milestone-with-.html pada 22 September 2019 pukul 00.26
WIB
26
kerjasama.46
Selain itu juga AIS Forum sebagai wadah bagi pemerintah untuk
terlibat dan berkolaborasi dengan berbagai sektor pemangku kepentingan,
baik dengan sektor swasta, masyarakat madani, akademisi maupun pihak lain
tentang berbagai inisiatif mengenai dampak perubahan iklim serta
perlindungan laut.47
Pembentukan AIS Forum oleh Pemerintah Indonesia yang bekerjasama
dan mendapatkan dukungan penuh dari UNDP dalam hal ini sebagai langkah
dari UNDP sendiri untuk mewujudkan 17 Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) terutama tujuan
nomor 13 mengenai penanganan perubahan iklim dan tujuan nomor 14
tentang menjaga ekosistem laut. Sejalan dengan fokus dari AIS Forum, SDGs
nomor 13 membahas mengenai komitmen serta aksi dari memerangi
terjadinya perubahan iklim serta dampaknya seperti halnya mitigasi dan
adaptasi terhadap bencana alam yang disebabkan oleh perubahan iklim di
semua negara.48
Terutama bagi negara-negara kepulauan dan pulau yang
mana kejadian tersebut sangat rentan terjadi.
Selain itu juga, tujuan nomor 14 mengenai konservasi dan pemanfaatan
sumber daya lautan, maritim, dan samudra untuk pembangunan secara
berkelanjutan. Sebagaimana targetnya antara lain pada tahun 2020 dengan
46
Archipelagic and Island States Forum. Manado Joint Declaration on the Establishment of
the Archipelagic and Island States Forum. (01 November 2018). 47
UNDP Indonesia. Archipelagic and Island States Ministers Reach a Milestone with
Declaration on Sustainable Ocean Climate Actions. 48
SDGs Indonesia. 13 Penanganan Perubahan Iklim. Diakses dari
https://www.sdg2030indonesia.org/page/21-tujuan-tigabelas pada 11 Desember 2019 pukul 11.48
WIB.
27
meningkatkan sistem pengelolaan dan perlindungan terhadap ekosistem laut
dan pesisir dengan secara efektif terus menekan pengambilan ikan secara
berlebihan, illegal fishing, dan praktik-praktik pemancingan atau
penangkapan ikan yang destruktif.49
Selanjutnya pada tahun 2025 berupaya
untuk mencegah serta secara signifikan mengurangi segala jenis polusi
kelautan dalam hal ini termasuk sampah plastik laut yang semakin hari
semakin banyak jumlahnya dilautan, dan pada tahun 2030 melalui
menajemen perikanan dan budidaya pariwisata perairan yang berkelanjutan
diharapkan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat terutama
masyarakat pesisir di seluruh negara terlebih bagi negara berkembang
kepulauan kecil serta pasar bagi nelayan kecil.50
2.2 Fokus Utama Archipelagic and Island State Forum (AIS Forum)
Archipelagic and Island States Forum (AIS Forum) dalam Deklarasi
Manado memperkuat kerjasama dengan memiliki 4 fokus utama yaitu
mitigasi perubahan iklim dan manajemen bencana, tantangan dan peluang
ekonomi, penanganan sampah plastik di laut, dan tata kelola maritim yang
baik.51
49
SDGs Indonesia. 14 Menjaga Ekosistem Laut. Diakses dari
https://www.sdg2030indonesia.org/page/22-tujuan-empatbelas pada 11 Desember 2019 pukul
12.03 WIB. 50
SDGs Indonesia. 14 Menjaga Ekosistem Laut. 51
Archipelagic and Island States Forum. Manado Joint Declaration on the Establishment of
the Archipelagic and Island States Forum.
28
2.2.1 Perubahan Iklim dan Manajemen Bencana
Perubahan iklim telah menjadi isu global yang harus mendapatkan
perhatian lebih dan perlu ada tindakan-tindakan nyata untuk mengatasinya
karena perubahan iklim itu sendiri dapat mengakibatkan permasalahan salah
satunya terjadinya bencana alam. Sebagaimana menurut laporan penilaian
kelima dari Panel antar Pemerintah untuk Perubahan Iklim PBB (5th
Assessment Report of Intergovermental Panel on Climate Change) Dimana
perubahan iklim tersebut dapat menimbulkan dampak yang sangat merugikan
bagi sebagian besar negara-negara di belahan dunia terlebih masyarakat di
dalamnya, dimana terjadinya dampak ekstrem dalam perubahan iklim tersebut
antara lain menciptakan berubahnya ekosistem, terganggunya produksi
pangan serta ketersediaan air bersih, menyebabkan terjadinya kerusakan
infrastruktur dan pemukiman masyarakat, serta meningkatkan konsekuensi
bagi kesehatan yang mana hal tersebut mengancam kesejahteraan manusia.52
Khususnya negara-negara yang berada pada wilayah kering, kepulauan kecil,
dan wilayah tropis akan lebih tinggi resiko dari adanya perubahan iklim
karena selain faktor dari geografis, topografis, dan demografis, umumnya
negara-negara pada wilayah tersebut memiliki keterbatasan dalam hal
pendanaan, kapasitas serta keahlian sumber daya manusia dan teknologi.53
52
IPCC, 2014. Climate Change 2014: Impacts, Adaptation, and Vulnerability. Dalam
Konvergensi Adaptasi Perubahan Iklim dan Pengurangan Risiko Bencana (API-PRB) oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (Jakarta, Desember 2017) 53
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Konvergensi Adaptasi Perubahan Iklim
dan Pengurangan Risiko Bencana (API-PRB). (Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, 2017)
29
Dampak perubahan iklim akan sangat mempengaruhi kehidupan bumi
di masa mendatang. Seperti halnya pemanasan global yang berdampak pada
mencairnya es di kutub dan suhu di pegunungan salju akan menghangat
dengan itu negara-negara di dunia terlebih negara kepulauan dan negara pulau
akan mendapatkan dampak yang lebih dari terjadinya perubahan iklim
tersebut. Bahkan perubahan iklim global akan sangat mempengaruhi
perubahan pola aliran dalam hal ini seperti jumlah curah hujan tahunan
dimana secara global curah hujan tahunan terus meningkat misalnya di daerah
lintang tengah dan tinggi di belahan bumi utara, yakni 0,5-1% per dekade,
dan daerah tropis meningkat 0,2-0,3% per dekade selama abad ke-20.54
Hal
tersebut tentu akan memberikan dampak terhadap negara kepulauan dan
negara pulau, misalnya dengan meningkatnya permukaan air laut yang
mengakibatkan tenggelamnya beberapa pulau dan bahkan negara kepulauan
dan negara pulau akan terancam tenggelam.
Perlu adanya adaptasi dengan melakukan upaya mengurangi kerentanan
masyarakat dan ekositem terhadap terjadinya perubahan iklim dan guna untuk
mengurangi dampak dari bencana yang diakibatkan oleh perubahan iklim
dengan melakukan mitigasi. Dalam hal ini negara-negara kepulauan dan
negara pulau yang lebih rentan dan terancam akan dampak bencana yang
diakibatkan oleh terjadinya perubahan iklim turut menyuarakan akan
pentingnya isu mengenai perubahan iklim, salah satunya dalam Archipelagic
54
Sri Nurhayati Qodriyatun. Bencana Hidrometeorologi dan Upaya Adaptasi Perubahan
Iklim. Info Singkat Kesejahteraan Sosial. Vol.V,No. 10/II/P3DI/Mei/2013. Pusat Pengkajian,
Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI, 2013.
30
and Island States Forum (AIS Forum) yang salah satu fokus utamanya yaitu
mengenai bagaimana mengatasi dengan melakukan adaptasi dan mitigasi
terhadap permasalahan perubahan iklim yang menjadi ancaman nyata bagi
seluruh negara terlebih negara kepulauan dan negara pulau.
2.2.2 Tantangan dan Peluang Ekonomi
Secara umum masyarakat di negara kepulauan dan negara pulau akan
bergantung pada perekonomian dalam sektor kelautan. Sektor kelautan
menjadi aspek penting dengan turut berkontribusi terhadap perekonomian
global, dengan memanfaatkan laut menjadi salah satu bagian dari sumber
pendapatan perekonomian negara seperti budidaya perikanan, sektor
pariwisata bahari, industri dan jasa maritim, energi terbaharukan dari laut
serta sebagai media aktivitas ekonomi pelayaran dan perdagangan
internasional.
Pada tahun 2015, menurut data dari WWF (World Wild Fund for
Nature) bersama-sama dengan The Global Change Institute and The Boston
Consulting Group total nilai aset kelautan dunia menembus nilai 24 triliun
dolar AS yang terdiri dari potensi yang diambil langsung dari sektor
perikanan, tumbuhan mangrove, terumbu karang dan padang lamun sekitar
6,9 triliun dolar AS, sektor transportasi laut sekitar 5,2 triliun dolar AS,
penyerapan karbon 4,3 triliun dolar AS dan beberapa jasa atau sektor lainnya
31
sekitar 7,8 triliun dolar AS dengan sekitar hampir 2/3 produk dari kelautan
tersebut sangat tergantung pada kondisi laut yang sehat.55
Namun, menurut FAO (Food and Agriculture Organization), 90 persen
dari stok perikanan dunia pada saat ini dalam kondisi yang cukup
menguatirkan dimana 61 persen diantaranya sudah mengalami tangkap penuh
(fully exploited) dan 29 persen sisanya tangkap lebih (over exploited).56
Seiring dengan meningkatnya permintaan global terhadap perikanan tersebut
juga turut meningkatkan jumlah pelanggaran seperti dengan secara terus
menerus terjadinya eksploitasi terhadap sumber daya kelautan serta terjadinya
illegal fishing. Seperti contohnya Indonesia perihal terjadinya illegal fishing
telah mengalami kerugian setidaknya sekitar Rp. 300 triliun setiap
tahunnya.57
Selain perikanan, sumber laut lainnya yang menjadi komoditas utama
adalah minyak, gas alam, dan mineral bawah laut yang tentu memiliki nilai
ekonomi tinggi selaras dengan permintaan yang tinggi, karena seiring dengan
pertumbuhan ekonomi global kebutuhan mengenai bahan bakar serta mineral
bawah laut juga akan turut meningkat karena bahan tersebut merupakan salah
satu elemen untuk menggerakkan industri.58
Perlu diketahui juga bahwa
55
Arif Satria. Politik Kelautan dan Perikanan, Catatan Perjalanan Kebijakan Era SBY
hingga Jokowi. Cet. 1 ed. 1. (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Desember 2015), 7. 56
Arif Satria. Politik Kelautan dan Perikanan, Catatan Perjalanan Kebijakan Era SBY
hingga Jokowi. 57
Hasyim Widhiarto. Jokowi Declares War on Illegal Fishing. (Jakarta, 18 November
2014). Diakses dari https://www.thejakartapost.com/news/2014/11/18/jokowi-declares-war-illegal-
fishing.html pada 24 September 2019 pukul 01.07 WIB 58
Amelia Rahmawaty. Peluang dan Tantangan Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia di
Era Globalisasi (Bagian 1). Forum Kajian Pertahanan Maritim, Kajian 2015. Diakses dari
32
sepertiga dari minyak dunia terletak di wilayah lepas pantai dan laut dalam.59
Kondisi ini pun telah menjadi tantangan tersendiri bagi sektor perekonomian
kelautan dimana akan berdampak pada masa yang akan datang apabila sektor
ini terus di eksploitasi tanpa adanya pengelolaan laut yang berkelanjutan.
Seiring pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat juga
bertambahnya kesepakatan perdagangan internasional dan tingkat konsumsi
dunia yang turut meningkat, peranan laut dalam hal ini transportasi maritim
akan ikut meningkat demi memenuhi permintaan ekonomi global.60
Pelaksanaan kegiatan tersebut pun turut meningkatkan permasalahan dengan
maraknya aktivitas perompakan, pembajakan, bahkan terorisme. Dalam hal
ini Archipelagic and Island States Forum (AIS Forum) berupaya menjadi
wadah bagi negara partisipan sebagai sarana untuk memperluas kerjasama
dalam permasalahan ekonomi, baik dalam meningkatkan peluang ekonomi
kelautan maupun kerjasama ekonomi antar negara partisipan AIS Forum.
2.2.3 Penanganan Sampah Plastik di Laut
Kondisi perairan laut global saat ini banyak mengundang keprihatinan
berbagai pihak, salah satunya yaitu dengan adanya pencemaran laut yang
bersumber dari sampah plastik, yang secara umum sampah plastik tersebut
http://www.fkpmar.org/peluang-dan-tantangan-indonesia-menuju-poros-maritim-dunia-di-era-
globalisasi-bagian-i/ pada 24 September 2019 pukul 01.35 WIB 59
World Ocean Review. Marine Resources-Opportunities and Risks. 2014.Tersedia di
http://worldoceanreview.com/wp-content/downloads/wor3/WOR3_english.pdf dalam Amelia
Rahmawaty. Peluang dan Tantangan Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia di Era Globalisasi
(Bagian 1).
60
Amelia Rahmawaty. Peluang dan Tantangan Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia
di Era Globalisasi (Bagian 1).
33
berasal dari aktivitas daratan dan pada akhirnya terbawa ke laut meskipun
tidak sedikit pula sampah plastik itu juga berasal dari aktivitas yang ada di
lautan.61
Jumlah presentasi sampah laut secara global dari keseluruhan
sampah yang mencemari lautan sekitar 60-80% terdiri dari sampah plastik
yang tersebar dan terkumpul di beberapa titik di samudra yang dikenal
dengan pusaran samudra (ocean gyres) atau zona konvergensi (convergence
zones) dimana tempat kumpulan sampah terperangkap karena bertemunya
arus dingin dan arus panas samudra.62
Dimana kumpulan sampah lautan terbesar berada di kawasan Samudra
Pasifik (The Great Pacific Garbage Patch) yang dihimpit secara langsung
oleh Jepang dan Amerika Serikat, yang bahkan presentasi sampah plastik
mencapai 90-95% dari total keseluruhan sampah laut yang ada.63
Jumlah
tersebut dapat dilihat bahwa perlu adanya tindakan serius mengenai
penanggulangan sampah plastik yang ada di laut, karena selain mencemari
lingkungan sampah plastik laut dapat turut merusak ekosistem laut yang ada.
Dengan jumlah sebanyak 150 ton plastik tersebar di lautan dunia
bahkan jumlah tersebut akan bertambah sebesar 250 juta ton jika aktifitas
61
Kementerian Luar Negeri RI. Penanganan Sampah Plastik Laut (Marine Plastic
Debris). Isu Khusus, 10 April 2019. Diakses dari
https://kemlu.go.id/portal/id/read/172/halaman_list_lainnya/penanganan-sampah-plastik-laut-
marine-plastic-debris pada 26 September 2019 pukul 16.03 WIB 62
Davilla Prawidya Azaria. Perlindungan Lingkungan Laut samudra Pasifik dari
Gugusan Sampah Plastik Berdasarkan Hukum Lingkungan Internasional. Jurnal Mahasiswa
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, 2014. Diakses dari https://e-
resources.perpusnas.go.id:2075/publications/35099/perlindungan-lingkungan-laut-samudra-
pasifik-dari-gugusan-sampah-plastik-berdasa pada 24 September 2019 pukul 15.36 WIB atau bisa
diakses melalui http://hukum.studentjournal.ub.ac.id/ 63
Davilla Prawidya Azaria. Perlindungan Lingkungan Laut samudra Pasifik dari
Gugusan Sampah Plastik Berdasarkan Hukum Lingkungan Internasional.
34
urbanisasi, produksi, dan konsumsi terus berlanjut.64
Hal tersebut akan
berdampak pada kondisi lingkungan laut yang tidak sehat dimana menurut
laporan dari World Economic Forum dan Ellen MacArthur Foundation, pada
tahun 2050 memperkirakan akan lebih banyak jumlah plastik daripada jumlah
ikan apabila tidak adanya upaya untuk menggunakan plastik secara efektif
dan efesien dengan memanfaatkan plastik paska-guna serta menghentikan
penggunaan plastik berbasis fosil dan mengurangi jumlah penggunaan
plastik.65
Keberadaan sampah plastik di laut tidak hanya akan mengancam
ekosistem dan biota laut, melainkan juga akan berpotensi menyebabkan
tercemarnya rantai makanan oleh mikro-plastik tersebut yang dalam keadaan
tertentu akan mengikat bahan berbahaya.66
Karena selain menimbulkan
bencana ekologis yang dampaknya mulai dirasakan, menumpuknya sampah
palstik di laut akan menimbulkan kerugian ekonomi secara global terutama
dalam bidang perikanan, perkapalan, pariwisata, dan bisnis asuransi dengan
total mencapai kerugian sebesar 1,2 miliar dolar Amerika.67
Hal tersebut turut
sangat berpengaruh kepada negara kepulauan dan negara pulau yang keadaan
64
World Bank. Laporan Sintesis: Hotspot Sampah Laut Indonesia. Kajian Cepat, April
2018. 65
World Economic Forum, Ellen MacArthur Foundation, dan McKinsey & Company. The
New Plastics Economy; Rethinking the Future of Plastics. 19 Januari 2016. Dalam World Bank.
Laporan Sintesis: Hotspot Sampah Laut Indonesia. 66
Lily Aprilya Pregiwati. KKP Komitmen Tangani Dampak Sampah Plastik di Wilayah
Pesisir dan Laut. Siaran Pers, Nomor: SP23/SJ.07/II/2017. 67
Teddy Prasetiawan. Upaya Mengatasi Sampah Plastik di Laut. Info Singkat Bidang
Kesejahteraan Sosial, Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual dan Strategis Vol. X, No.
10/II/Puslit/Mei/2018. (Jakarta: Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, 2018)
35
negara sangat bergantung pada kondisi laut serta hasil sumber daya dari laut
tersebut.
Permasalahan sampah plastik saat ini bukan hanya menjadi persoalan
domestik namun sudah dapat dikatakan sebagai permasalahan yang sudah
melampaui batas negara (transboundary).68
Dengan itu, berbagai forum
internasional pun banyak yang memiliki fokus terhadap permasalahan
sampah plastik di laut yang mana telah menjadi sebuah isu lingkungan global
yang membutuhkan banyak dukungan dari masyarakat global. Tidak
terkecuali dalam Archipelagic and Island States Forum (AIS Forum) yang
salah satu fokus utama dalam forum ini adalah mengenai penanganan
terhadap sampah plastik di laut.
2.2.4 Tata Kelola Maritim
Tata kelola kemaritiman dan kelautan dapat diartikan sebagai sebuah
proses interaksi atau hubungan yang terjadi antara sektor publik dengan privat
yang dilakukan untuk menemukan solusi dan memecahkan persoalan di
bidang kelautan dengan upaya untuk meningkatkan kesempatan sosial-
ekonomi di bidang kelautan dan kemaritiman atau sebagai upaya untuk
mengatur kegiatan publik pada wilayah laut serta pemanfaatan sumber daya
alam lautan.69
Dimana tata kelola maritim lebih mengarahkan pada pola atau
68
Sekretariat Kabinet RI. Aksi untuk Mengatasi Sampah Laut, Persoalan Serius Nan
mengkhawatirkan. 06 Oktober 2017. Diakses dari https://setkab.go.id/aksi-untuk-mengatasi-
sampah-laut-persoalan-serius-nan-mengkhawatirkan/ pada 26 September 2019 pukul 16.21 WIB 69
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Laporan Prakarsa strategis Kemaritiman
dan SDA. Jakarta, Desember 2016. 6. Diakses dari
36
struktur dan hubungan yang mengatur, mengontrol, dan mempengaruhi sektor
pelayaran dan pelabuhan.70
Terlebih dengan semakin pesatnya arus
perdagangan di laut, tata kelola maritim sangat diperlukan sebagai upaya
untuk meningkatkan efektifitas dalam kegiatan di wilayah laut.
Salah satu aktivitas di wilayah laut yaitu adanya perdagangan
internasional yang dimana kurang lebih 90% mempergunakan wilayah laut
sebagai jalur logistiknya, selain itu juga sekitar 2/3 minyak dunia berasal dari
lepas pantai dengan setengah jumlah tersbut dikirimkan menuju kilang
minyak dengan menggunakan kapal tanker melalui lautan.71
Dimana aktivitas
pelayaran dan perdangangan dunia semakin hari semakin pesat.
Semakin maraknya kegiatan pelayaran dan perdagangan dunia juga
akan turut memunculkan beberapa aktivitas lain, salah satunya dengan
maraknya aktivitas kejahatan yang ada di laut. Berbagai kejahatan tersebut
antara lain pembajakan (sea piracy), terorisme dan perompakan bersenjata
(maritime terrorism and armed robbery), serta kejahatan lintas batas negara
atau Transnational Organized Crime (TOC) dan lain sebagainya. Dengan
hampir kejahatan lintas batas negara (TOC) dilakukan di laut atau
menggunakan media laut seperti terjadinya pencurian ikan (illegal fishing),
pencurian kayu (illegal logging), peredaran obat terlarang (illicit drug
trafficking), perdagangan manusia (human trafficking), serta penyelundupan
https://www.bappenas.go.id/files/5115/0460/0330/Laporan_Prakarsa_Strategis_Bidang_Kemariti
man_dan_SDA.pdf pada 28 September 2019 pukul 13.34 WIB 70
Michael Roe. Maritime Governance and Policy –Making: The Need for Process Rather
than Form. The Asian Journal of Shipping and Logistics Vol. 29 No. 2 August 2013 pp. 167-186. 71
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Laporan Prakarsa strategis Kemaritiman
dan SDA. Jakarta, Desember 2016. 14
37
senjata (arm smuggling).72
Hal tersebut menjadikan keamanan maritim pun
semakin terancam serta perlu adanya tata kelola maritim yang baik guna
untuk meminimalisir terjadinya kejahatan maritim dan meningkatkan
keamanan maritim global.
Selain itu, jika terjadi tata kelola maritim yang buruk hal itu akan
menimbulkan kerugian dimana misalnya pembiayaan global dari tata kelola
yang buruk seperti saja dalam hal penangkapan ikan laut diperkirakan akan
menghabiskan kurang lebih sekitar $50 miliar setahun.73
Hal tersebut belum
diakumulasikan dengan sektor lain serta ditambah kerugian dari terjadinya
kejahatan maritim.
Oleh karena itu, Archipelagic and Island States Forum (AIS Forum)
dalam hal ini memiliki fokus terhadap tata kelola maritim yang baik dengan
memberikan wadah dan sebagai tempat mengkaji serta membentuk formula
tata kelola maritim yang baik dengan harapan dapat memberikan manfaat
bagi berbagai pihak terutama negara anggota.74
Dengan posisi sebagai negara
kepulauan dan negara pulau itu pun, negara-negara dalam Forum AIS tersebut
tentu sangat bergantung pada tata kelola maritim yang baik sebagai upaya
untuk mempertahankan dan mencapai kepentingan masing-masing baik
dalam segi ekonomi, politik, sosial, maupun budaya.
72
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Laporan Prakarsa strategis Kemaritiman
dan SDA. Jakarta, Desember 2016. 8 73
The International Bank for Reconstruction and Development/The World Bank. Laporan
Pembangunan Dunia 2010: Pembangunan dan Perubahan Iklim. Terj. Chriswan Sungkono.
Jakarta: Salemba Empat, 2010. 216 74
CNN Indonesia. Banyak Forum Laut, Inggris Harap Gagasan RI Lebih Konkret.
Kamis, 01 November 2018 23.02 WIB
38
BAB III
KERJASAMA INDONESIA DALAM FORUM INTERNASIONAL
TENTANG ISU KELAUTAN DAN NEGARA KEPULAUAN
Dalam bab sebelumnya telah dibahas mengenai latar belakang dan
penjelasan apa itu Archipelagic and Island States Forum (AIS Forum) serta fokus
utama dari AIS Forum, yaitu mitigasi perubahan iklim dan manajemen bencana,
tantangan dan peluang ekonomi, penanganan sampah plastik di laut, serta tata
kelola maritim. Selanjutnya pada bab ini akan dijelaskan mengenai beberapa
forum atau kerjasama serupa Archipelagic and Island States Forum yang sama-
sama membahas mengenai isu kelautan dan negara kepulauan, dimana Indonesia
turut aktif di dalamnya.
3.1 ASEAN Maritime Forum (AMF)
Sebagai kawasan dengan luas wilayah lautan yang didominasi oleh lautan,
ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) yang merupakan organisasi
kawasan melihat perlu adanya kerjasama dibidang keamanan maritim karena
kawasan Asia Tenggara merupakan jalur laut internasional dan rute perdagangan
yang vital, hal ini pun yang mendasari pembentukan ASEAN Maritime Forum
(AMF).75
Diawali pada KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) ASEAN Ke-9 di Bali
tahun 2003 dan disepakatinya Deklarasi ASEAN Concord II (Bali Concord II)
yang merupakan kesepakatan atau rencana pembentukan ASEAN Community
75
Tabloid Diplomasi. ASEAN Maritime Forum (AMF). Agustus 2010. Diakses dari
http://www.tabloiddiplomasi.org/asean-maritime-forum-amf/ pada 30 September 2019 pukul 16.10
WIB
39
dengan salah satu pilarnya yaitu mengenai forum keamanan bersama atau politik-
keamanan.76
Selanjutnya pada KKT ASEAN Ke-10 tahun 2004 di Vientiane,
menindaklanjuti Bali Concord II, forum tersebut mengadopsi Rencana Aksi
Komunitas ASEAN (Plan of Action/PoA) dan juga Viantiane Action Program
(VAP) yang merupakan kegiatan jangka menengah periode 2004-2010 untuk
merealisasikan pembentukan Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN (ASEAN
Political-Security Community/APSC) yang salah satu poin didalamnya adalah
mengenai promosi kerjasama keamanan maritim ASEAN melalui pembentukan
ASEAN Maritime Forum (AMF).77
Selanjutnya pada tahun 2006 di Sekretariat ASEAN pada kegiatan
Konferensi Koordinasi Rencana Aksi Komunitas Keamanan ASEAN (ASEAN
Security Community Plan of Action Coordinating Conference/ ASCCO),
Indonesia mengusulkan untuk menyelenggarakan Workshop tentang pembentukan
AMF.78
Tidak hanya itu, Indonesia pada tahun selanjutnya (2007) juga melakukan
Lokakarya Pembentukan AMF di Batam dimana hasil dari lokakarya tersebut
berupa konsep pendirian AMF dan diajukan Indonesia pada ASEAN Senior
76
Tabloid Diplomasi. Konsep Pembentukan ASEAN Maritime Forum. Agustus 2010.
Diakses dari http://www.tabloiddiplomasi.org/konsep-pembentukan-asean-maritime-forum/ pada
30 September 2019 pukul 15.56 WIB 77
Tabloid Diplomasi. Konsep Pembentukan ASEAN Maritime Forum. Agustus 2010 78
Kartinawati. Peran ASEAN Maritime Forum (AMF) dalam Keamanan Perairan di Asia
Tenggara. eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 1 (3): 715-730 ISSN 0000-0000.
ejournal.hi.fisip-unmul.org, 2013.
40
Officer Meeting (SOM) di Singapura pada Mei 2008.79
Selanjutnya pada tahun
2009, tepatnya pada KTT ASEAN Ke-14 di Cha-am Hua Hin, Vietnam, Indonesia
kembali mengajukan konsep mengenai pembentukan AMF. Hingga pada 28-29
Juli 2010 di Surabaya, Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan AMF pertama
dimana AMF merupakan upaya Indonesia untuk mengembangkan pembahasan isu
maritim secara komprehensif di ASEAN.80
Pembentukan ASEAN Maritime Forum (AMF) tertuang dalam blueprint
APSC (2009-2015) dalam butir A.2.5 Mempromosikan Kerja Sama Maritim
ASEAN.81
Adapun tujuan spesifik dibentuknya AMF antara lain adalah:82
1. Mengembangkan kerjasama maritim melalui adanya dialog dan konsultasi
konstruktif mengenai isu-isu kemaritiman yang menjadi kepentingan dan
perhatian bersama serta sejalan dengan ketentuan Hukum Laut Konvensi PBB
tahun 1982 atau United Nations Convention on the Law of the Sea
(UNCLOS) serta perjanjian dan konvensi internasional yang relevan;
2. Mempromosikan dan mengembangkan pemahaman serta pandangan umum
antara negara-negara anggota ASEAN (ASEAN Member States/AMSs)
mengenai isu-isu maritim regional dan global;
3. Sebagai upaya untuk berkontribusi dalam menciptakan atau upaya menuju
Confidence Building Measures (CBM) dan Preventive Diplomacy (PD);
79
Najamuddin Khairur Rijal. Kepentingan Nasional Indonesia dalam Menginisiasi
ASEAN Maritime Forum (AMF). Indonesia Perspective, Vol. 3, No. 2 (Juli-Desember 2018): 159-
179 80
Kementerian Luar Negeri RI. Diplomasi Indoenesia 2010. Januari, 2011. 85 81
Trialen Lumban Gaol. Peran ASEAN Maritime Forum (AMF) dalam Menjaga
Keamanan Maritim (Studi Kasus Perompakan di Perairan Selat Malaka). Jom FISIP Volume4
No. 1 Februari 2017. Hubungan Internasional Universitas Riau, 2017. 82
Tabloid Diplomasi. Konsep Pembentukan ASEAN Maritime Forum. Agustus 2010
41
4. Mendorong serta meningkatkan kemampuan negara-negara anggota ASEAN
untuk mengelola persoalan mengenai kemaritiman melalui adanya konsultasi
tanpa mengganggu hak-hak, kedaulatan, dan integritas teritorial;
5. Melakukan penelitian kebijakan yang berorientasi pada masalah-masalah
maritim regional yang spesifik serta mempromosikan pembangunan
kapasitas, meningkatkan pelatihan dan kerjasama teknis keselamatan,
keamanan, dan perlindungan lingkungan maritim;
6. Berkontribusi pada pembentukan Komunitas Politik-Keamanan ASEAN
sebagaimana dimaksud dalam Bali Concord II.
Selanjutnya dengan adanya perluasan peserta dialog, terbentuklah
Expanded ASEAN Maritime Forum (EAMF) dimana merupakan forum dialog
mengenai maritim dengan perluasan peserta dialog yaitu 8 negara Mitra Wicara
ASEAN seperti Amerika Serikat, Australia, Republik Rakyat Tiongkok (RRT),
Jepang, India, Korea, Rusia, dan Selandia.83
Expanded ASEAN Maritime Forum
(EAMF) dibentuk selang 2 tahun setelah AMF. Dengan adanya perluasan peserta
dialog, EAMF diputuskan menjadi forum dialog untuk Track 1.5 yaitu perpaduan
antara unsur pemerintah dan non-pemerintah seperti akademisi dan sebagainya
yang mana sebelumnya AMF hanya forum dialog antar pemangku kepentingan
atau Track 1.84
83
Dara Yusilawati. Masyarakat ASEAN: Membangun Kiprah Maritim Indonesia di
Kawasan. Masyarakat ASEAN Edisi 14 Desember 2016, ISSN 24601683. Kementerian Luar
Negeri RI, Desember 2016. 84
Dara Yusilawati. Masyarakat ASEAN: Membangun Kiprah Maritim Indonesia di
Kawasan.
42
Indonesia dalam hal ini memiliki peranan penting terhadap pembentukan
ASEAN Maritime Forum (AMF) yang mana sebagai upaya untuk memajukan
kerjasama dibidang kemaritiman terutama di kawasan ASEAN seperti
peningkatan konektifitas maritim serta sebagai upaya penanggulangan berbagai
ancaman dan kejahatan maritim seperti perompakan, terorisme, penyelundupan
dan perdagangan orang, obat-obatan terlarang dan sumberdaya alam, pencurian
ikan, dan sebagainya.
3.2 Indian Ocean Rim Association (IORA)
Indian Ocean Rim Association (IORA)-for Regional Co-operation (IOR-
ARC) berdiri pada tahun 1997 sebagai asosiasi atau wadah yang menjembatani
terjalinnya sebuah kerjasama antar negara-negara di kawasan lingkar Samudra
Hindia atas inisiasi negara di kawasan tersebut termasuk Indonesia.85
Dibentuknya
IORA dianggap perlu karena melihat bagaimana adanya kebutuhan untuk
menciptakan sebuah institusi regional yang pada tahun 1990an semakin gencar
terjadi serta karena juga posisi strategis dari kawasan Samudra Hindia yang
menjadi pusat arus perdagangan internasional dari Asia ke Eropa maupun
sebaliknya serta menghubungkan tiga benua yaitu Australia, Asia, dan Afrika
termasuk Timur Tengah di dalamnya.86
Selain itu Samudra Hindia memiliki potensi ekonomi dimana merupakan
kawasan yang memberikan pasar besar dengan jumlah penduduk sekitar 2,5 miliar
85
Dion Maulana Prasetya dan Heavy nala Estriani. Diplomasi Maritim Indonesia dalam
Indian Ocean Rim Association (IORA): Peluang dan Tantangan. Insignia Journal of International
Relation Vol. 5, No. 2, November 2018, 96-108 86
Dion Maulana Prasetya dan Heavy nala Estriani. Diplomasi Maritim Indonesia dalam
Indian Ocean Rim Association (IORA): Peluang dan Tantangan.
43
dengan sekitar 70% perdagangan dunia melewati kawasan ini, memproduksi
sekitar 1/3 produksi tuna dunia, menyimpan sekitar 55% cadangan minyak dunia
dan 40% cadangan gas dunia serta berbagai cadangan mineral yang tentu memiliki
nilai ekonomis tinggi.87
Selanjutnya pada Pertemuan Tingkat Menteri ke-13 di Perth, nama Indian
Ocean Rim Association (IORA)-for Regional Co-operation (IOR-ARC) diubah
guna meningkatkan kesadaran publik bahwa forum ini merupakan wadah
pemersatu negara-negara Samudra Hindia sebagai satu kawasan dan diubah
menjadi Indian Ocean Rim Association (IORA).88
Dengan memanfaatkan laut
sebagai sumber ekonomi bagi negara-negara anggotanya, IORA turut memberikan
wadah sebagai tempat mengembangkan kerjasama di bidang ekonomi dan
perdagangan.
Tujuan utama berdirinya IORA adalah untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan dan seimbang bagi seluruh negara anggota dan
menciptakan landasan yang kuat bagi kerjasama ekonomi regional melalui upaya-
upaya fasilitasi perdagangan dan menghilangkan hambatan-hambatan
perdagangan, selain dalam hal fasilitasi perdagangan kerjasama ini juga memiliki
prioritas dalam hal keselamatan dan keamanan maritim, manajemen perikanan,
87
Tabloid Diplomasi. Indian Ocean Rim Association (IORA) Peran Indonesia
Memperkuat Kerjasama di Kawasan Samudera India. Februari 2015. Diakses dari
http://www.tabloiddiplomasi.org/indian-ocean-rim-association-iora-peran-indonesia-memperkuat-
kerjasama-di-kawasan-samudera-india/ pada 01 Oktober 2019 pukul 00.36 WIB 88
Kementerian Luar Negeri RI. Kerjasama Regional: Indian Ocean Rim Association.
September 2019. Diakses dari https://kemlu.go.id/portal/id/read/167/halaman_list_lainnya/idndian-
ocean-rim-association pada 30 September 2019 pukul 16.53 WIB
44
manajemen resiko bencana alam, kerjasama akademis dan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta pertukaran kebudayaan dan pariwisata.89
Sebagai forum kerjasama antar negara terbesar di kawasan Samudra
Hindia, IORA terdiri dari 21 negara anggota yaitu Afrika Selatan, Australia,
Bangladesh, Komoros, India, Indonesia, Iran, Kenya, Madagaskar, Malaysia,
Mauritius, Mozambik, Oman, Seychelles, Singapura, Somalia, Sri Lanka,
Tanzania, Thailand, Uni Emirat Arab, dan Yaman; serta 7 negara mitra dialog
yaitu Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Jerman, Mesir, Perancis, dan Republik
Rakyat Tiongkok (RRT).90
Hal ini memperlihatkan kekuatan IORA dimana
separuh dari negara anggota G20 (Group of Twenty) terlibat (Afrika Selatan,
Australia, India, Indonesia, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Jepang, RRT, dan
Perancis) dan 4 dari 5 anggota tetap DK PPB (Dewan Keamanan Perserikatan
Bangsa-Bangsa).
Indonesia dalam hal ini turut aktif dalam forum kerjasama IORA, dimana
kawasan Samudra Hindia menjadikan Indonesia secara geografis dan geo-strategis
menjadi sangat penting baik dalam konteks kepentingan ekonomi maupun perihal
pertahanan keamanan global.91
Hingga pada periode 2015-2017, pada Pertemuan
Tingkat Menteri (PTM) IORA Ke-15 di Padang, Indonesia secara resmi
memegang jabatan sebagai Ketua IORA dengan Wakil Ketua dipegang oleh
89
Kementerian Luar Negeri RI. Kerjasama Regional: Indian Ocean Rim Association.
September 2019. 90
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. IORA Masa Depan Ekonomi Dunia.
Diakses dari https://kominfo.go.id/content/detail/9424/iora-masa-depan-ekonomi-
dunia/0/artikel_gpr pada 30 September 2019 pukul 17.25 WIB 91
Tabloid Diplomasi. Indian Ocean Rim Association (IORA) Peran Indonesia
Memperkuat Kerjasama di Kawasan Samudera India. Februari 2015.
45
Afrika Selatan. Selama masa jabatannya Indonesia menetapkan tema yaitu
“Strengthening Maritime Cooperation in a Peaceful and Stable Indian Ocean”
dan merupakan satu-satunya ketua IORA yang menetapkan tema selama masa
keketuaan.92
Dengan harapan sebagai upaya memperkuat regionalisme dan
kerjasama di kawasan Samudra Hindia.
Kesempatan ini juga dilihat Indonesia sebagai peluang, dimana kawasan
Samudra Hindia menjadi sumber investasi potensial dengan 41% dari seluruh nilai
realisasi investasi atau total nilai mencapai USD 3,05 miliar, Indonesia sebagai
salah satu pusat pariwisata dunia dengan nilai total 146,8 miliar atau sekitar 121,8
juta wisatawan dari negara-negara kawasan Samudra Hindia, serta meningkatkan
pendapatan (surplus) perdagangan Indonesia dengan 14 negara IORA pada tahun
2016.93
Oleh karena itu, IORA menjadi salah satu fokus Indonesia dalam
meningkatkan kerjasama kawasan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun
sosial budaya.
Selain itu, peranan Indonesia dalam IORA selama masa ketetuaannya
(2015-2017) yaitu dengan disetujuinya gagasan dan prakarsa strategis Indonesia
antara lain pembentukan IORA Concord sebagai outcome strategis 20 tahun IORA
dan upaya memperkuat regionalisme di kawasan Samudra Hindia serta
penyelenggaraan KTT IORA (one-off) pada Maret 2017, dimana Indonesia
92
Kementerian Luar Negeri RI, Kerjasama Regional: Indian Ocean Rim Association,
September 2019, diakses pada 01 Oktober 2019 pukul 01.11 WIB. 93
Tabloid Diplomasi, Preivous Issue: Inisiatif dan Perkembangan Kerja Sama Ekonomi
dalam Kerangka IORA, Maret 2017, diakses dari http://www.tabloiddiplomasi.org/insiatif-dan-
perkembangan-kerja-sama-ekonomi-dalam-kerangka-iora/ pada 01 Oktober 2019 pukul 01.42
WIB.
46
menetapkan prioritas dalam hal ini bertujuan untuk memajukan kerjasama dan
penguatan institusi IORA itu sendiri.94
3.3 Pacific Islands Forum (PIF)
Forum Kepulauan Pasifik atau Pacific Islands Forum (PIF) merupakan
sebuah organisasi kawasan negara-negara Pasifik yang di dirikan pada tahun 1971
dengan nama South Pacific Forum (SPF), terdiri dari 18 negara anggota yaitu
Australia, Cook Islands, Federasi Mikronesia, Fiji, Kaledonia Baru, Kiribati,
Nauru, Niue, New Zealand, Palau, Papua New Guinea, Polinesia Prancis,
Republic Marshall Islands, Samoa, Solomon Islands, Tonga, Tuvalu, dan
Vanuatu.95
Forum ini dibentuk sebagai upaya untuk meningkatkan kerjasama di
negara-negara kawasan Pasifik dengan tujuan ekonomi dan politik.
Pada tahun 1989, PIF mulai mengadakan pertemuan rutin yaitu Post
Forum Dialogue (PFD) dimana bertemunya negara anggota PIF dengan negara-
negara mitra dialog di tingkat Menteri, dimana hingga saat ini terdapat 18 mitra
dialog dari PIF yaitu Amerika Serikat, Filipina, India, Indonesia, Italia, Jepang,
Jerman, Kanada, Kuba, Malaysia, Prancis, Republik Korea, Republik Rakyat
China, Spanyol, Thailand, Turki, Uni Eropa, dan United Kingdom.96
Hadirnya
mitra dialog sebagai upaya meningkatkan kerjasama terutama diluar kawasan.
94
Kementerian Luar Negeri RI, Kerjasama Regional: Indian Ocean Rim Association,
September 2019, diakses pada 04 Oktober 2019 pukul 14.02 WIB. 95
Pacific Islands Forum Secretariat, The Pacific Islands Forum, diakses dari
https://www.forumsec.org/who-we-arepacific-islands-forum/ pada 04 Oktober 2019 pukul 23.30
WIB. 96
Pacific Islands Forum Secretariat, The Pacific Islands Forum, pada 04 Oktober 2019
pukul 23.59 WIB.
47
Selain itu, tujuan kedepan atau visi dari PIF antara lain sebagai upaya
untuk menciptakan perdamaian, harmoni, keamanan, inklusi sosial guna
meningkatkan kesejahteraan, serta kemakmuran di kawasan Pasifik.97
Dimana
pertemuan terbaru PIF, Konferensi Tingkat Tinggi Pacific Islands Forum (KTT
PIF) ke-50 yang diselenggarakan di Funafuti, Tuvalu pada 13-16 Agustus 2019.98
Forum Kepulauan Pasifik (PIF) ke-50 yang diselenggarakan di Tuvalu ini
merupakan sebuah tonggak penting dalam sejarah Kepulauan Pasifik yang mana
akan berdampak pada masa depan geopolitik kompleks Pasifik Selatan terlebih
juga berdampak pada kawasan Indo-Pasifik secara lebih luas.99
Indonesia sendiri telah menjadi mitra dialog PIF sejak tahun 2001, dimana
tidak pernah tidak hadir dalam pertemuan PFD-PIF.100
Keikutsertaan Indonesia
dalam Forum Kepulauan Pasifik atau PIF merupakan sebagai salah satu upaya
Pemerintah Indonesia untuk menempatkan kembali kebijakan luar negeri RI
dengan melakukan pendekatan terhadap negara-negara Pasifik yang mana selama
ini selalu memberi penekanan pada negara-negara ASEAN, negara barat, dan
look east policy, serta untuk meningkatkan citra Indonesia di dunia internasional
dan menggalang dukungan terhadap Indonesia dalam forum internasional, serta
97
Pacific Islands Forum Secretariat, The Pacific Islands Forum, pada 05 Oktober 2019
pukul 00.16 WIB. 98
Kementerian Luar Negeri RI, Indonesia Perkuat Kerja Sama Perubahan Iklim dengan
Pasifik pada KTT PIF ke-59 di Tuvalu, diakses dari
https://kemlu.go.id/portal/id/read/533/berita/indonesia-perkuat-kerja-sama-perubahan-iklim-
dengan-pasifik-pada-ktt-pif-ke-50-di-tuvalu pada 05 Oktober 2019 pukul 01.20 WIB. 99
Balaji Chandramohan, The Pacific Islands Forum at 50: The evolving geopolitics in the
South Pacific were on full display at the 50th
PIF, 19 Agustus 2019, diakses dari
https://thediplomat.com/2019/08/the-pacific-islands-forum-at-50/ pada 05 Oktober 2019 pukul
01.31 WIB. 100
Kementerian Luar Negeri RI, Kerjasama Regional: Pacific Island Forum (PIF),
diakses dari https://kemlu.go.id/portal/id/read/132/halaman_list_lainnya/pacific-island-forum-pif
pada 05 Oktober 2019 pukul 00.49 WIB.
48
sebagai upaya untuk mendekatkan diri dengan negara-negara di Kawasan Pasifik
terlebih dalam rangka upaya untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).101
Indonesia semakin berperan penting bagi Pasifik, namun hal ini terhampat
dimana tantangan yang paling terlihat yaitu adanya kekhawatiran negara-negara
Pasifik terhadap situasi di Papua Barat, yang mana isu Papua Barat menjadi salah
satu isu yang mendapat banyak perhatian dari Forum Kepulauan Pasifik atau
Pacific Islands Forum (PIF).102
Vanuatu, salah satu negara Pasifik yang sangat
vokal terhadap isu Papua Barat bahkan rencananya pertemuan PIF 2020 akan
diadakan di Vanuatu yang mana isu Papua Barat kemungkinan besar akan menjadi
bagian penting dari agenda, meskipun itu negara Pasifik lainnya tidak begitu
vokal dan hanya dengan secara konsisten menyatakan keprihatinan tentang
permasalahan Papua Barat melalui PIF.103
Namun sementara itu, pada KTT PIF ke-50 beberapa isu yang menjadi
perhatian bersama yaitu mengenai keamanan regional, perubahan iklim, dan
keamanan maritim yang mana isu perubahan iklim, isu kelautan, dan bencana
alam tersebut banyak menjadi permasalahan dari negara kepulauan, dimana
negara-negara Pasifik yang notabenenya negara kepulauan dan pulau sangat
rentan terhadap ancaman dan dampak dari terjadinya perubahan iklim yang hal
101
Kementerian Luar Negeri RI, Kerjasama Regional: Pacific Island Forum (PIF),
diakses pada 05 Oktober 2019 pukul 00.59 WIB. 102
Balaji Chandramohan, The Pacific Islands Forum at 50: The evolving geopolitics in the
South Pacific were on full display at the 50th
PIF, 19 Agustus 2019, diakses pada 05 Oktober 2019
pukul 01.53 WIB. 103
Balaji Chandramohan, The Pacific Islands Forum at 50: The evolving geopolitics in the
South Pacific were on full display at the 50th
PIF, 19 Agustus 2019, diakses pada 05 Oktober 2019
pukul 02.03 WIB.
49
tersebut tentu akan menimbulkan banyak kerugian negara. Oleh karena itu
Indonesia menyatakan sikap dengan bersedia untuk memperjuangkan kepentingan
negara kepulauan pada Konferensi Perubahan Iklim ke-25 (Climate Change
Conference-United Nations Framework Convention on Climate
Change/UNFCCC COP 25) di Santiago, Chile pada Desember 2019 mendatang,
dan juga pada kesempatan yang sama dalam KTT PIF, Pacific Islands Forum
mengesahkan Kainaki II Declaration for Urgent Climate Change Action dan
sepakat untuk menyusun 2050 Strategy for the Blue Pacific Continent.104
Hal
tersebut berguna dan sebagai salah satu upaya untuk menghadapi perubahan iklim
yang saat ini menjadi salah satu ancaman khususnya bagi negara-negara
kepulauan dan seluruh negara secara umum.
3.4 Our Ocean Conference
Our Ocean Conference (OOC) merupakan sebuah konferensi atau
pertemuan yang melibatkan para pimpinan baik dari kalangan pemerintah,
pengusaha, masyarakat sipil, dan lembaga penelitian serta akademisi untuk saling
berbagi pengalaman, mengidentifikasi solusi dan berkomitmen untuk bergerak
bersama-sama demi menciptakan kondisi lautan yang bersih, sehat dan
produktif.105
Dimana semakin hari semakin terasa dampak terjadinya pencemaran
lautan, peningkatan suhu lautan akibat perubahan iklim, pemanfaatan sumber daya
laut yang tidak berkelanjutan menjadikan masa depan lautan sebagai salah satu
104
Kementerian Luar Negeri RI, Indonesia Perkuat Kerja Sama Perubahan Iklim dengan
Pasifik pada KTT PIF ke-59 di Tuvalu, diakses pada 05 Oktober 2019 pukul 02.33 WIB. 105
Our Ocean 2019, diakses dari https://ourocean2019.no/ pada 07 Oktober 2019 pukul
00.40 WIB.
50
aspek pertumbuhan ekonomi pun semakin mengkhawatirkan, oleh karena itu perlu
adanya tindakan yang kongkrit dari seluruh aspek yang terlibat.
OOC dalam hal ini hadir sebagai salah satu langkah konkret untuk
mengatasi berbagai permasalahan yang ada di laut dengan menghasilkan beberapa
komitmen dan mengambil tindakan sebagai upaya menjaga keberlanjutan laut.
Pada tahun 2014, OOC pertama kali diselenggarakan dan bertempat di
Washington, Amerika Serikat.106
Dimana sejak tahun 2014, OOC telah berhasil
menghasilkan komitmen dan langkah konkret dengan total senilai 18 USD miliar
dolar serta 12,4 juta kilometer persegi kawasan perlindungan laut.107
Oleh karena
itu, tujuan utama dari pelaksanaan OOC adalah sebagai upaya untuk
meningkatkan kolaborasi dan kemitraan antara berbagai pemangku kebijakan dan
kepentingan laut yang di realisasikan dalam bentuk komitmen konkret.108
Konferensi ini mendorong para pemangku kebijakan dan setiap negara
untuk saling terlibat dengan memberikan komitmen konkret serta secara langsung
berkontribusi terhadap upaya global untuk menjaga dan melestarikan kawasan
laut, serta fokus pada kawasan perlindungan laut, perikanan dan pemanfaatan
sumber daya laut yang berkelanjutan, polusi laut, dan dampak perubahan iklim
terhadap lautan.109
Pertemuan OOC rutin diselenggarakan setiap tahunnya sejak
106
CNN Indonesia, Indonesia Tambah Komitmen Baru Soal Lautan, diakses dari
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181031024603-20-342781/indonesia-tambah-
komitmen-baru-soal-kelautan pada 07 Oktober 2019 pukul 00.42 WIB. 107
Indonesia fo Global Justice, OCC 2018, diakses dari http://igj.or.id/wp-
content/uploads/2018/11/OCC-2018.pdf pada 05 Oktober 2019 pukul 02.57 WIB. 108
Indonesia fo Global Justice, OCC 2018. 109
Indonesia fo Global Justice, OCC 2018,
51
tahun 2014 dan pada tahun 2018 Indonesia dipercaya menjadi negara
penyelenggara yang merupakan pertemuan Our Ocean Conference kelima.
Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar dengan salah satu
fokus untuk memperjuangkan identitas nasional serta kedaulatan dan hak laut baik
melalui kebijakan dalam negeri maupun adanya diplomasi maritim mendapatkan
kesempatan dan dipercaya untuk menjadi negara penyelenggara perhelatan Our
Ocean Conference (OOC) atau OOC kelima pada 29-30 Oktober 2018 di Bali, hal
ini menjadikan Indonesia mendapatkan banyak manfaat sebagai negara tuan
rumah penyelenggara.110
Selain itu juga kesempatan ini sebagai upaya Indonesia
untuk memperlihatkan kepemimpinannya dibidang kelautan dan perikanan
sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.
Dengan mengusung tema “Our Ocean, Our Legacy”, pada
penyelenggaraan OOC 2018 terdapat enam isu utama kelautan yang dibahas, yaitu
mengenai perlindungan kawasan laut (marine protected areas), perubahan iklim
(climate change), keamanan maritim (maritime security), polusi atau pencemaran
lautan (marine pollution), sistem pancing atau perikanan yang berkelanjutan
(sustainable fisheries), dan meningkatkan sistem ekonomi lautan yang
berkelanjutan (sustainable blue economy).111
OOC 2018 telah menghasilkan 287
110
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Our Ocean Conference 2018, Wujudkan
Kepemimpinan Indonesia di Sektor Kelautan dan Perikanan, 31 Oktober 2018, diakses dari
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/15223/our-ocean-conference-2018-wujudkan-
kepemimpinan-indonesia-di-sektor-kelautan-dan-perikanan/0/artikel_gpr pada 07 Oktober 2019
pukul 08.41 WIB. 111
Our Ocean 2018, diakses dari https://ourocean2018.org/?l=home pada 07 Oktober 2019
pukul 09.12 WIB.
52
komitmen konkret baru yang disampaikan oleh sejumlah pemangku kebijakan
baik dari negara, akademisi, sektor swasta maupun pihak lain yang terlibat.112
3.5 Coral Triangle Initiative (CTI)
Coral Triangle Initiative (CTI) merupakan sebuah langkah dan tindak
lanjut dari sebuah gagasan Pemerintah Indonesia yang pada saat itu merupakan
kepemimpinan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), SBY
menyampaikan gagasan tersebut pada tahun 2006 di tengah kegiatan 8th
Convention on Biological Diversity (CBD) yang diselenggarakan di Curitiba,
Brazil.113
Hal tersebut didasari pada keadaan perairan Indonesia serta beberapa
kawasan sekitar (wilayah Indo-Pasifik) yang ditemukan setidaknya terdapat lebih
dari 500 jenis karang, dimana kawasan ini berbentuk segitiga dan mencakup
seluruh atau sebagian wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) enam negara.114
Kawasan ini terdiri dari enam negara yaitu Filipina, Indonesia, Malaysia,
Papua New Guinea, Solomon Islands, dan Timor Leste, dimana kawasan ini
terdapat setidaknya diketahui lebih dari 75% jenis karang, 53% terumbu karang
dunia terdapat di kawasan ini, dengan tersebar lebih dari 3000 jenis ikan,
tersedianya tempat pemijahan dan perkembang biakan ikan tuna yang menopang
industri perikanan jenis ikan tuna terbesar di dunia, dan sebaran hutan bakau
112
CNN Indonesia, Indonesia Tambah Komitmen Baru Soal Lautan. 113
Kementerian Luar Negeri RI, Kerjasama Regional: Coral Triangle Initiave (CTI),
diakses dari https://kemlu.go.id/portal/id/read/136/halaman_list_lainnya/coral-triangle-initiative-
cti pada 07 Oktober 2019 pukul 19.17 WIB. 114
Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security Indonesia, Profil:
Latar Belakang CTI-CFF, diakses dari http://nccctiindonesia.kkp.go.id/?page_id=134 pada 07
Oktober 2019 pukul 19.23 WIB.
53
terbesar di dunia.115
Hal ini memperlihatkan perlu adanya upaya konservasi di
kawasan segitiga terumbu karang dengan melibatkan keenam negara tersebut
secara langsung.
Gambar 3.1: Peta Kawasan CTI-CFF
Sumber: Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security
Indonesia, Profil: Latar Belakang CTI-CFF.116
Dalam sebuah publikasi berjudul ”Economics of Fisheries and
aquaculture in the Coral Triangle” menyebutkan bahwa kawasan ini memiliki
kontribusi sekitar 10% terhadap pasokan hasil sumber daya laut global yang
merupakan sumber penghidupan bagi sekitar 4,6 juta orang, serta memiliki nilai
115
Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security Indonesia, Profil:
Latar Belakang CTI-CFF. 116
Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security Indonesia, Profil:
Latar Belakang CTI-CFF.
54
produksi tahunan sebesar USD 10 miliar.117
Oleh karena itu perlu adanya tata
kelola maritim yang baik untuk meningkatkan kualitas lautan dengan mendorong
terciptanya sumber daya alam yang berkelanjutan.
Aktivitas manusia menjadi salah satu penyebab terancamnya ekosistem
laut, dimana sekitar 85% hingga 90% terumbu karang di kawasan segitiga
terumbu karang (Coral Triangle) secara langsung terancam yang mana melebihi
rata-rata global sekitar 60% dengan adanya aktivitas manusia tersebut seperti
terjadinya eksploitasi terhadap penangkapan ikan secara berlebihan dan dengan
cara yang salah, terjadinya polusi baik dari aktivitas di daratan maupun di lautan
secara langsung, serta terjadinya coral bleacing (pemutihan terumbu karang) yang
berbarengan dengan terjadinya kenaikan suhu lautan.118
Kondisi tersebut ditambah
serta meningkatnya kerusakan hutan mangrove yang sekitar 3 hingga 5 kali dari
laju deforestasi, sekitar 29 persen rusaknya padang lamun, ditambah 50 persen
terumbu karang dunia juga rusak, dan kenaikan suhu seperti saat ini diperkirakan
pada tahun 2050 terumbu karang akan musnah.119
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ragam serta kekayaan sumber
daya laut yang melimpah tentu memiliki peranan penting dalam agenda Coral
Triangle Initiative (CTI) yang merupakan inisiasi dari pemerintah Indonesia itu
117
Asian Development Bank, Choral Triangle Initiative Ratified: Nations Come Together
to Establish Regional Secretariat, 30 Mei 2014, diakses dari https://www.adb.org/news/coral-
triangle-initiative-ratified-nations-come-together-establish-regional-secretariat pada 07 Oktober
2019 pukul 20.06 WIB. 118
World Resources Institute, 85% Terumbu Karang di Coral Triangle Tergolong
“Terancam”, 23 April 2013, diakses dari https://www.wri.org/news/2013/04/85-terumbu-karang-
di-coral-triangle-tergolong-“terancam” pada 07 Oktober 2019 pukul 22.46 WIB. 119
Arif Satria, Politik Kelautan dan Perikanan, Catatan Perjalanan Kebijakan Era SBY
hingga Jokowi. 7.
55
sendiri dengan tujuan untuk meningkatkan kerjasama di kawasan serta sebagai
upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi di lautan. Selain itu,
inisiatif dari Indonesia untuk menggagas CTI tidak bisa lepas dari kepentingan
Indonesia sebagai negara kepulauan baik segi kepentingan politik seperti halnya
keamanan maritim, maupun kepentingan ekonomi.
3.6 Kerjasama Bilateral
Kerjasama Indonesia dalam bidang kemaritiman sangat diperlukan
Indonesia yang notabenenya merupakan sebuah negara kepulauan dengan sektor
perikanan dan kelautan dimana merupakan salah satu sektor yang menjadi
prioritas bagi pemerintah Indonesia. Selain beberapa forum dan kerjasama di
bidang kemaritiman dengan berbagai isu kelautan seperti Asean Maritime Forum
(AMF), Indian Ocean Rim Association (IORA), Pacific Islands Forum (PIF) ,
Our Ocean Conference, serta Coral Triangle Initiative (CTI), Indonesia juga
melakukan dan merancang berbagai forum dan kerjasama bilateral untuk
meningkatkan kerjasama di bidang kemaritiman.
Hubungan atau kerjasama Indonesia dengan negara-negara lain dalam
berbagai bidang tidak terkecuali bidang kemaritiman tentu sudah dimulai sejak
Indonesia merdeka, dimana hingga saat ini Indonesia telah menjalin kerjasama
bilateral dengan 162 negara dan satu wilayah khusus yang berupa non-self
governing territory dengan berbagai isu, salah satunya isu kelautan.120
Dengan
120
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Kerjasama Bilateral, diakses dari
https://kemlu.go.id/portal/id/page/22/kerja_sama_bilateral pada 08 Oktober 2019 pukul 14.46
WIB.
56
dilakukannya kerjasama antarnegara serta diplomasi dibidang kelautan yang
dilakukan antarnegara tentu sebagai salah satu upaya Indonesia untuk menangani
berbagai isu tentang kelautan seperti kejahatan di laut baik perompakan, illegal
fishing, perdagangan illegal, maupun berbagai permasalahan yang terjadi di lautan
lainnya.
Beberapa kerjasama bilateral di bidang kemaritiman yang dilakukan
Indonesia antara lain yaitu Indonesia-Japan Maritime Forum (IJMF) yang
merupakan sebuah forum kerjasama bidang maritim antara Indonesia dengan
Jepang yang bersifat strategis antara kedua negara dengan pembahasan mengenai
kerjasama dalam hal keamanan dan keselamatan maritim, tujuan pembangunan
infrastruktur maritim dan meningkatkan perekonomian, serta industri perikanan
dan perkapalan antar kedua negara.121
Pertemuan antara kedua negara sudah
dilakukan sejak lama namun pembentukan IJMF itu sendiri dibentuk melalui
penandatanganan Memorandum Kerjasama Pembentukan IJMF (Memorandum of
Cooperation to Establish Indonesia-Japan Maritime Forum) yang ditandatangani
oleh Luhut Panjaitan selaku Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Fumio
Kishida, Menteri Urusan Luar Negeri Jepang pada 21 Desember 2016.122
Selain itu sebelumnya, pada 24 Oktober 2015, Indonesia dan Amerika
Serikat saling menyepakati dan menandatangani Nota Kesepahaman Kerjasama di
Bidang Maritim (Memorandum of Understanding on Maritime Cooperation) yang
121
Prashanth Parameswaran, Japan and Indonesia: A New Maritime Forum?, 24 Maret
2015 diakses dari https://thediplomat.com/2015/03/japan-and-indonesia-a-new-maritime-forum/
pada 08 Oktober 2019 pukul 15.31 WIB. 122
Humas Kemenko Kemaritiman, Indonesia-Jepang Bentuk Indonesia-Japan Maritime
Forum, 21 Desember 2016, diakses dari https://maritim.go.id/indonesia-jepang-bentuk-indonesia-
japan-maritime-forum/ pada 08 Oktober 2019 pukul 15.36 WIB.
57
merupakan salah satu bagian dari Kemitraan Strategis Amerika Serikat-Indonesia
sebagai upaya untuk mendukung kepentingan masing-masing, perlindungan
terhadap kawasan laut, dan promosi pembangunan berkelanjutan di sektor
kelautan dengan beberapa inisiasi utama yaitu melindungi masyarakat pesisir dan
perikanan, memberantas tindakan pencurian ikan atau Illegal, Unreported, and
Unregulated (IUU) Fishing, memperluas kerjasama ilmu pengetahuan dan
teknologi bidang kelautan, meningkatkan keamanan laut dan pelabuhan,
mempromosikan upaya terciptanya kegiatan ramah lingkungan dan pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan, meningkatkan keadilan dan membantu korban kerja
paksa dalam industri makanan laut, serta upaya membantu dan melindungi
pergerakan migrasi yang tidak wajar.123
Sejalan dengan Jepang dan Amerika Serikat, pada 29 Maret 2017 dalam
kunjungan kenegaraan Presiden Perancis Francois Hollande ke Indonesia,
Indonesia dan Perancis masing-masing bertekad untuk saling meningkatkan dan
memperkuat kemitraan strategis kedua negara dengan melalui pengembangan
kerjasama dalam bidang kemaritiman.124
Kerjasama bilateral ini selain fokus
terhadap perikanan, transportasi dan logistik, pembuatan kapal, pelayanan
kelautan dan pelabuhan, sumber daya dan energi kelautan dan lepas pantai,
perubahan iklim, serta pariwisata, kerjasama ini juga sebagai upaya untuk
123
U.S. Embassy & Consulates in Indonesia, Fact Sheet: U.S.-Indonesia Maritime
Cooperation, 25 Oktober 2015, diakses dari https://id.usembassy.gov/our-relationship/policy-
history/embassy-fact-sheets/fact-sheet-u-s-indonesia-maritime-cooperation/ pada 09 Oktober 2019
pukul 00.13 WIB. 124
Kementerian Luar Negeri RI, Pernyataan Bersama Oleh Republik Indonesia dan
Republik Perancis Mengenai Kerjasama Maritim, 29 Maret 2017, diakses dari
https://kemlu.go.id/portal/id/read/277/view/pernyataan-bersama-oleh-republik-indonesia-dan-
republik-perancis-mengenai-kerjasama-maritim pada 09 Oktober 2019 pukul 12.59 WIB.
58
meningkatkan hubungan ekonomi dan perdagangan serta pembangunan blue
economy yang merupakan keinginan dan prioritas dari kedua negara.125
Dimana
kedua negara juga sepakat untuk melakukan pertemuan rutin untuk
menindaklanjuti kerjasama ini.
Sebagai gambaran lain, Indonesia juga melakukan kerjasama bilateral
lainnya dalam bidang kemaritiman dengan Korea Selatan yang fokus terhadap
pengembangan riset dan teknologi kelautan dengan didirikannya Pusat Penelitian
dan Kerjasama Teknologi Kelautan (Marine Technology Cooperation Research
Center disingkat MTCRC) pada tahun 2018.126
Sementara itu dengan India yang
merupakan sama-sama negara maritim, kedua negara sepakat untuk
menyelenggarakan Pertemuan Joint Task Force antara RI dan India sebagai upaya
meningkatkan kerjasama maritim antar kedua negara dan berusaha untuk
mempercepat penyelesaian batas maritim di Zona Ekonomi Eksklusif kedua
negara.127
Bahkan pada tahun 2017, Direktorat Kerja Sama Teknik Kementerian Luar
Negeri dan Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan (BPPP) Ambon
menyelenggarakan International Training on Fisheries for African and Middle
East Countries, dengan menggandeng 12 negara sahabat dari Afrika dan Timur
125
Kementerian Luar Negeri RI, Pernyataan Bersama Oleh Republik Indonesia dan
Republik Perancis Mengenai Kerjasama Maritim. 126
Biro Perencanaan dan Informasi Menko Kemaritiman, Pengembangan Riset dan
Teknologi Kelautan melalui Kerja Sama Bilateral RI-Republik Korea, 23 Agustus 2019, diakses
dari https://maritim.go.id/pengembangan-riset-teknologi-kelautan-melalui-kerja-sama-bilateral/
pada 09 Oktober 2019 pukul 14.40 WIB. 127
Kementerian Luar Negeri RI, Indonesia-India Dorong Kerja Sama Ekonomi dan
Maritim, 06 September 2019, diakses dari https://kemlu.go.id/portal/id/read/579/view/indonesia-
india-dorong-kerja-sama-ekonomi-dan-maritim pada 09 Oktober 2019 pukul 14.46 WIB.
59
Tengah.128
Oleh karena itu, kerjasama bilateral Indonesia dalam bidang
kemaritiman tidak hanya dengan satu-dua negara karena mengingat Indonesia
merupakan negara kepulauan dengan sektor perikanan dan kelautan yang menjadi
salah satu prioritas Pemerintah Indonesia.
128
Pemerintah Republik Indonesia & Japan International Cooperation Agency (JICA),
Laporan Tahunan: Kerja Sama Selatan-Selatan Indonesia 2017, ISBN 978-602-73578-4-6,
(Indonesia, 2018), 16-17.
60
BAB IV
URGENSI KERJASAMA INDONESIA DENGAN UNITED NATIONS
DEVELOPMENT PROGRAMME (UNDP) DALAM MENGINISIASI
TERBENTUKNYA AIS FORUM
Untuk menganalisa urgensi kerjasama Indonesia dengan United Nations
Development Programme (UNDP) dalam menginisiasi terbentuknya Archipelagic
and Island States (AIS) Forum tahun 2017-2018, penelitian ini menggunakan
pendekatan Diplomasi Maritim, Kepentingan Nasional serta konsep Blue
Economy. Dalam bab ini penulis berharap dapat menjelaskan apa urgensi dan
kepentingan Indonesia dengan dibentuknya Archipelagic and Island States Forum
(AIS Forum) melalui program yang diinisiasi oleh Indonesia dengan United
Nations Development Programme (UNDP).
4.1 Langkah Konkret AIS Forum dan Respon Negara Partisipan terhadap
Pembentukan AIS Forum
Archipelagic and Island States Forum (AIS Forum) dideklarasikan
pembentukannya pada tanggal 01 November 2018 saat Pertemuan Tingkat Pejabat
Tinggi di Manado, sebagai komitmen bersama negara-negara kepulauan dan
negara pulau dalam melakukan kerjasama untuk mengatasi berbagai tantangan
yang sering dialami oleh negara kepulauan dan pulau seperti adaptasi dan mitigasi
terjadinya perubahan iklim dan bencana, sampah plastik laut, tata kelola maritim
yang baik, dan upaya menggalakkan pengembangan ekonomi biru yang
61
berkelanjutan.129
Beberapa tantangan tersebut akan mengancam terutama bagi
negara-negara kepulauan dan negara pulau yang sangat rentan terhadap dampak
perubahan iklim seperti meningkatnya volume air laut, rusaknya ekosistem lautan
disebabkan oleh sampah plastik di laut, serta menurunnya jumlah ikan dan
beberapa sektor ekonomi kelautan lainnya apabila tidak ada upaya melakukan
ekonomi biru yang berkelanjutan dan tata kelola maritim yang baik.
Dalam pembentukan AIS Forum, Pemerintah Indonesia tidak lepas dari
kerjasama dengan UNDP dimana seperti yang dikatakan oleh Christophe Bahuet
selaku Direktur UNDP Indonesia bahwasanya AIS Forum diharapkan akan
memberikan inisiatif dan inovasi melalui para negara anggota dan untuk negara
anggota dengan berfokus terhadap solusi-solusi pembangunan yang praktikal serta
akan turut memberikan kontribusi terhadap SDGs atau Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan.130
Terutama dalam tujuan pembangunan berkelanjutan nomor 13
mengenai perubahan iklim dan mitigasi bencana serta nomor 14 mengenai
konservasi dan pemanfaatan sumber daya laut, samudra, dan maritim secara
berkelanjutan.
Namun, AIS Forum bukan merupakan satu-satunya forum yang membawa
topik mengenai isu kelautan. Banyak forum atau kerjasama internasional serupa
129
Luhut Pandjaitan dan Christophe Bahuet, Archipelagic and Island States Forum:
Indonesia‟s pivotal role, Academia; opinion, diakses dari
https://www.thejakartapost.com/academia/2018/11/02/archipelagic-and-island-states-forum-
indonesias-pivotal-role.html#_=_ pada 18 Oktober 2019 pukul 12.46 WIB. 130
UNDP Indonesia. Archipelagic and Island States Ministers Reach a Milestone with
Declaration on Sustainable Ocean Climate Actions. 2018. Diakses dari
https://www.id.undp.org/content/indonesia/en/home/presscenter/pressreleases/2018/9/archipelagic-
and-island-states-ministers-reach-a-milestone-with-.html pada 11 Desember 2019 pukul 00.07
WIB
62
yang mengangkat isu kelautan, seperti ASEAN Martitim Forum (AMF) sebagai
salah satu komitmen dari negara-negara di kawasan ASEAN terhadap isu kelautan
dan berbagai permasalahan di dalamnya, Indian Ocean Rim Association (IORA)
yang merupakan wadah terjalinnya kerjasama antara negara-negara di kawasan
Samudra Hindia, Our Ocean Conference dan Coral Triangle Initiative (CTI),
serta Pacific Islands Forum (PIF) dengan mayoritas kawasan terdiri dari negara
kepulauan dan tentu isu kelautan tidak bisa terlepas dari salah satu fokus dari PIF.
Dimana Indonesia pun ikut turut dan terlibat dalam beberapa forum kelautan
tersebut.
Dengan pembentukan AIS Forum di tengah keberadaan inisiatif forum
atau kerjasama internasional lainnya tentu menghadirkan pertanyaan mengenai
urgensi serta bagaimana AIS Forum bisa bertahan dan memberikan banyak
manfaat terhadap negara anggota atau negara partisipan. Karena sebagai salah satu
contohnya tidak jauh dari berdirinya sekretariat AIS Forum berdiri juga gedung
sekretariat Coral Triangle Initiative (CTI) dengan kondisi yang terbelengkalai,
CTI sendiri merupakan bentuk inisiatif dari Filipina, Indonesia, Malaysia, Papua
New Guinea, Solomon Islands, dan Timor Leste sebagai upaya untuk melakukan
kerjasama dalam hal isu kelautan khususnya dalam konservasi terumbu karang.131
Hal tersebut memperlihatkan forum yang digagas oleh enam negara di kawasan
coral triangle ini belum mendapatkan perhatian lebih dari negara anggota.
131
CNN Indonesia. Banyak Forum Laut, Inggris Harap Gagasan RI Lebih Konkret. (Kamis,
01 November 2018 23.02 WIB). Diakses dari
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20181101211629-106-343368/banyak-forum-laut-
inggris-harap-gagasan-ri-lebih-konkret pada 20 Oktober 2019 pukul 22.59 WIB.
63
Inggris dan Singapura turut memberikan pernyataan terhadap berdirinya
AIS Forum, dimana keduanya merupakan juga anggota dari AIS Forum.
Sebagaimana yang di laporkan oleh CNN Indonesia, Manajer Kebijakan Maritim
Internasional Kementerian Luar Negeri Inggris, Adrian Jones pada Pertemuan
Tingkat Menteri AIS Forum 01 November 2018 di Manado mengatakan bahwa:132
“Sudah banyak inisiatif internasional kelautan, cara agar forum ini
membawa perubahan adalah dengan fokus pada hal konkret, praktis,
sehingga dapat menambah nilai dari forum yang sudah ada, Inggris juga
anggota commonwealth. Secara internasional, kami harus
mempertimbangkan praktik mana yang lebih baik, tapi bukan berarti kami
tidak mau berbagi. Semuanya juga sangat penting bagi Inggris yang
memiliki teritori pulau yang tersebar hingga ke Karibia. Kedepannya, kita
harus bisa mengidentifikasi area spesifik yang bisa ditambahkan nilainya
oleh AIS Forum,” (https://www.cnnindonesia.com)
Sebagaimana yang dikatakan oleh Adrian Jones, sebagai anggota
commonwealth juga Inggris tentu memiliki pertimbangan lebih terhadap
kebijakan-kebijakan yang ada di commonwealth. Selain itu, seperti halnya Inggris,
Singapura juga mengatakan dengan banyaknya inisiatif forum atau kerjasama
internasional mengenai isu kelautan, berharap AIS Forum memberikan aksi nyata
bagi negara anggota.133
Semua negara anggota tentu menaruh harapan baru
terhadap berdirinya AIS Forum dengan bersama-sama menjalin kerjasama untuk
menghadapi beberapa tantangan global dan fokus terhadap komitmen bersama
dalam hal isu kelautan.
Hingga saat ini, AIS Forum sudah berjalan hampir 1 tahun sejak di
deklarasikan. Dimana beberapa agenda yang dilakukan oleh AIS Forum antara
132
CNN Indonesia. Banyak Forum Laut, Inggris Harap Gagasan RI Lebih Konkret. 133
CNN Indonesia. Banyak Forum Laut, Inggris Harap Gagasan RI Lebih Konkret.
64
lain, Innovation and Business Expo yang mana sebagai langkah kerjasama antar
komunitas bisnis ekowisata dengan memberikan fasilitas untuk investasi menuju
bisnis ekowisata kelautan dengan berbagai kegiatan salah satunya yaitu pameran
dan peluncuran produk, selain itu agenda lain dari AIS Forum yaitu Marine
Ecotourism Conference sebagai platform negara-negara peserta AIS Forum untuk
bertukar wawasan tentang penerapan ekonomi biru dan fokus AIS Forum
lainnya.134
Pertemuan Tingkat Menteri dan Pejabat Senior (Ministerial & Senior
Official Meeting) juga merupakan salah satu agenda tahunan AIS Forum, dimana
pada tahun 2019 akan dilaksanakan bersamaan dengan AIS SBS (Startup and
Business Summit) 2019 pada 30 Oktober hingga 01 November 2019 di Manado,
Sulawesi Utara, Indonesia.135
AIS SBS 2019 mengangkat tema “Natural Beauty
and Prosperity: Marine Ecotourism opportunity” yang sekaligus merupakan
sebagai ajang pertemuan tingkat menteri AIS Forum yang ke-2 dan Pertemuan
Tingkat Pejabat Senior (Senior Official Meeting) AIS Forum ke-4.136
AIS SBS (Startup and Business Summit) 2019 merupakan salah satu
bentuk upaya untuk mewujudkan tujuan AIS Forum sebagai wadah negara-negara
kepulauan dan negara pulau untuk menghadapi berbagai tantangan. Pelaksanaan
AIS SBS 2019 memberikan manfaat dengan memperkuat kerjasama antara
pemangku kepentingan negara-negara peserta AIS Forum terutama dalam bisnis
134
AIS Forum, Event Agenda, diakses dari https://www.aisforum.org/ais-sbs-agenda pada
18 Oktober 2019 pukul 01.59 WIB. 135
AIS Forum, AIS Startup and Business Summit 2019, diakses dari
https://www.aisforum.org/aboutsbs pada 18 Oktober 2019 pukul 02.20 WIB. 136
AIS SBS 2019 Documents, AIS SBS 2019 Concept Note, diakses dari
https://www.aisforum.org/aissbs-docs pada pada 18 Oktober 2019 pukul 03.05 WIB.
65
ekowisata kelautan, menciptakan peluang business transactions antara peserta
AIS SBS 2019 yang terdiri dari bisnis multi-nasional, lembaga keuangan, dan
investor di negara-negara peserta AIS Forum, dan sebagai wadah pertukaran
informasi dan pengetahuan serta upaya meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dimana hal tersebut akan turut mendorong terciptanya industri ekowisata
kelautan berbasis lingkungan di negara-negara peserta AIS Forum.137
Pada pertemuan tingkat menteri AIS Forum yang ke-2 ini, terdapat 25
negara partisipan serta beberapa organisasi multilateral seperti Melanesian
Spearhead Group, Pacific Islands Development Forum (PIDF), dan World
Tourism Organization (UNWTO).138
Dalam pertemuan tersebut setiap perwakilan
memaparkan pandangan terhadap tema yang diangkat dalam pertemuan serta
saling memberikan inisiatif dan inovasi terhadap fokus yang sedang menjadi
perhatian dari AIS Forum terlebih mengenai komitmen setiap negara untuk
memerangi perubahan iklim dan menciptakan kelestarian lautan.139
Sektor
kelautan dan maritim bagi negara-negara kepulauan dan negara pulau tentu
menjadi prioritas, dimana dalam hal ini lautan menjadi salah satu aset penting bagi
negara-negara tersebut seperti halnya perikanan dan ekowisata kelautan. Oleh
karena itu penting bagi negara-negara tersebut untuk menjaga ekosistem lautan
agar tidak rusak.
137
AIS Forum, AIS Startup and Business Summit 2019. 138
AIS Forum. Island States Pledge Sustainable Solutions. Di terbitkan di The Jakarta Post
pada Rabu, 02 November 2019. Diakses dari https://www.aisforum.org/aisnews/ri-island-states-
pledge-sustainable-solutions pada 11 Desember 2019 pukul 02.50 WIB. 139
Apriza Pinandita. RI, Island States Pledge Sustainable Solutions. The Jakarta Post: 02
November 2019. Diakses dari https://www.thejakartapost.com/news/2019/11/02/ri-island-states-
pledge-sustainable-solutions.html#_=_ pada 11 Desember 2019 pukul 02.28 WIB.
66
Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan, memang sepatutnya turut aktif
dalam berbagai forum atau kerjasama internasional yang membahas dan
mengangkat isu mengenai kelautan. Oleh karena itu Indonesia menginisiasi
terbentuknya AIS Forum bersama United Nations Development Programme
(UNDP). Karena melihat pentingnya pengelolaan sumber daya laut yang
berkelanjutan untuk membangun negara yang tangguh, pembentukan AIS Forum
oleh Indonesia bersama UNDP juga sebagai upaya untuk mencapai Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), nomor
13 tentang perubahan iklim dan mitigasi bencana serta nomor 14 tentang menjaga
ekosistem laut atau melindungi kehidupan di bawah air dengan melestarikan
sumber daya samudra, laut, dan bahari.140
Dimana kedua SDGs tersebut juga
masuk kedalam fokus utama dari AIS Forum.
Terciptanya inovasi dan inisiatif sangat dibutuhkan dalam pengelolaan
sumber daya alam lingkungan dalam hal ini lautan yang mana menjadi salah satu
sektor penting terhadap keberlangsungan beberapa negara seperti negara
kepulauan dan negara pulau. oleh karena itu juga, sejalan dengan fokus utama dari
AIS Forum UNDP berkomitmen untuk berjalan bersama-sama dengan Pemerintah
Indonesia untuk mewujudkan tujuan baik dari UNDP dengan SDGs-nya maupun
dari Pemerintah Indonesia sendiri.
140
Luhut Pandjaitan dan Christophe Bahuet, Archipelagic and Island States Forum:
Indonesia‟s pivotal role, Academia; opinion, diakses dari
https://www.thejakartapost.com/academia/2018/11/02/archipelagic-and-island-states-forum-
indonesias-pivotal-role.html#_=_ pada 21 Oktober 2019 pukul 01.25 WIB.
67
4.2 Kepentingan Nasional Indonesia
Indonesia mengisiniasi program Archipelagic and Island States Forum
(AIS Forum) melalui kerjasama dan dukungan penuh dari United Nations
Development Programme (UNDP) tentu dengan beberapa pertimbangan
sebelumnya. Salah satunya seberapa penting program ini diselenggarakan dan
manfaat serta hasil yang didapat oleh negara partisipan dan khususnya bagi
Indonesia sebagai negara yang menginisiasi dan menyelenggarakan program ini.
Terbentuknya AIS Forum tentu akan membutuhkan banyak modal baik dana
secara langsung maupun usaha melalui komitmen bersama negara partisipan
untuk menjalankan program-program yang direncanakan.
Sebagai negara yang menginisiasi AIS Forum, Pemerintah Indonesia
memberikan suntikan dana kepada AIS Forum sebesar USD 1 juta atau setara
dengan Rp14 miliar dengan harapan menarik lebih banyak investasi asing ke
Indonesia serta membuka akses pasar baru bagi produk Indonesia.141
Oleh karena
itu, tentu ada kepentingan yang melatarbelakangi keputusan Indonesia dalam
menginisiasi program AIS Forum yang merupakan salah satu bagian dari
kebijakan luar negeri Indonesia. Merujuk pada Hans J. Morgenthau dalam
bukunya yang berjudul Politics Among Nations, kepentingan nasional merupakan
sebuah upaya negara untuk melindungi identitas nasional baik dari sisi wilayah
141
CNN Indonesia, Pemerintah Donasi Rp14 M ke AIS, Akses Pasar Makin Terbuka, 22 Juli
2019 pukul 11.51 WIB, diakses dari https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190722091438-
92-414252/pemerintah-donasi-rp14-m-ke-ais-akses-pasar-makin-terbuka pada 12 Oktober 2019
pukul 02.10 WIB.
68
atau teritorial, identitas politik, maupun identitas kultural seperti tradisi, norma,
dan sejarah dari upaya gangguan dari bangsa atau negara lain.142
Dengan menggunakan pendekatan Diplomasi Maritim, Kepentingan
Nasional serta konsep Blue Economy, analisis mengenai urgensi dan kepentingan
kerjasama Indonesia dan United Nations Development Programme (UNDP)
dalam mengisiniasi program Archipelagic and Island States Forum (AIS Forum)
dalam bab ini akan dianalisa mengenai visi Indonesia dalam Poros Maritim Dunia
yang merupakan implementasi dari diplomasi maritim, kepentingan nasional
Indonesia yang salah satunya yaitu menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), dan ekonomi lingkungan kelautan Indonesia sebagai
implementasi dari konsep blue economy.
4.2.1 Visi Poros Maritim Dunia
Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan terbesar di dunia
dengan wilayah lautan yang jauh lebih luas daripada wilayah daratan yang
mana memiliki posisi strategis di kawasan. Posisi strategis Indonesia
tergambar pada letak geografisnya dimana berada di antara dua benua (Asia
dan Australia) serta dua samudra (Hindia dan Pasifik) yang mana
memungkinkan menjadi persimpangan lalu lintas dunia dan poros
persilangan jalur perekonomian dunia, yaitu jalur antara perdagangan
negara-negara industri dan negara-negara yang sedang berkembang.143
142
Hans J. Morgenthau. Politik Antar Bangsa (Politics Among Nations). Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia, 2010. 143
KBRI Kazakhstan Merangkap Republik Tajikistan, Kementerian Luar Negeri RI,
Geografi Indonesia, diakses dari https://kemlu.go.id/astana/id/pages/geografi/41/etc-menu pada 18
Oktober 2019 pukul 08.17 WIB.
69
Terlebih Samudra Hindia merupakan pusat persaingan antara negara-negara
nuklir yaitu India, Amerika Serikat, dan China.144
Berdasarkan posisi strategis tersebut wajar apabila Indonesia
mempunyai kepentingan fundamental dalam hal penguasaan dan
pemanfaatan wilayah lautan, mempertahankan serta membentuk identitas
dan budaya maritim yang kuat, dan juga memanfaatkan posisi strategis
sebagai upaya untuk menciptakan kemaslahatan dan keamanan di
kawasan.145
Posisi strategis Indonesia tersebut akan memberikan pengaruh
terhadap stabilitas ekonomi, politik, sosial-budaya, dan keamanan baik
dalam ruang lingkup regional maupun internasional.
Sebagai negara kepulauan, wilayah perairan, selat, dan lautan di
antara pulau-pulau Indonesia adalah sebuah satu kesatuan yang menjadi
pemersatu bukan sebuah batas atau pemisah dari belasan ribu pulau-pulau
yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena itu, sebagai bangsa
maritim, Indonesia sadar akan tuntutan dan kebutuhan dalam meningkatkan
visi kelautan, dimana visi kelautan tersebut tertuang dalam visi Indonesia
sebagai negara Poros Maritim Dunia (PMD) yaitu berupaya memposisikan
Indonesia sebagai negara maritim yang berdaulat, maju, mandiri, kuat, serta
144
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim, Laporan Kinerja (LAKIP) 2018,
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, 2018. 145
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman RI, Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun
2017: Kebijakan Kelautan Indonesia, (Jakarta: Kemenko Kemaritiman, 2017), diakses dari
https://maritim.go.id/konten/unggahan/2017/07/Kebijakan_Kelautan_Indonesia_-_Indo_vers.pdf
pada 11 Oktober 2019 pukul 23.50 WIB.
70
memberikan kontribusi aktif dan positif bagi keamanan dan perdamaian
kawasan serta dunia internasional sesuai dengan kepentingan nasional.146
Poros Maritim Dunia merupakan sebuah gagasan strategis untuk
menjamin adanya perkembangan dalam hal industri perikanan dan
perkapalan, konektifitas antar pulau dengan meningkatkan infrastruktur dan
transportasi laut, serta keamanan maritim.147
Dimana kebijakan Poros
Maritim Dunia tersebut merupakan bagian dari Nawacita atau 9 prioritas
pembangunan Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Joko widodo,
sebagaimana pidato Presiden Joko Widodo saat pertama kali dilantik
sebagai Presiden Republik Indonesia tahun 2014:148
“Kita harus bekerja dengan sekeras-kerasnya untuk mengembalikan
Indonesia sebagai negara maritim. Samudra, laut, selat, dan teluk
adalah masa depan peradaban kita. Kita telah terlalu lama
memunggungi laut, memunggungi samudra, memunggungi selat dan
teluk,” (https://kkp.go.id)
Posisi geografis strategis Indonesia yang di antara dua benua dan dua
samudra serta menjadi alur pelayaran laut dunia yang penting menjadikan
Indonesia mendapatkan keuntungan serta dapat memanfaatkan posisi
tersebut guna untuk mewujudkan visi Poros Maritim Dunia. Sebagaimana
dalam UU No 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025, untuk mewujudkan misi Indonesia
146
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman RI, Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun
2017: Kebijakan Kelautan Indonesia. 147
Kementerian Sekretariat Negara RI, Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia, 13
November 2015, diakses dari http://presidenri.go.id/berita-aktual/indonesia-sebagai-poros-
maritim-dunia.html pada 21 Oktober 2019 pukul 01.54 WIB. 148
Andre Notohamijoyo, Reaktualisasi Poros Maritim, Kementerian Kelautan dan
Perikanan RI, 30 Mei 2019, diakses dari https://kkp.go.id/artikel/11073-reaktualisasi-poros-
maritim pada 21 Oktober 2019 pukul 02.16 WIB.
71
sebagai negara maritim yang berdaulat, maju, mandiri, kuat, serta
menciptakan keamanan dan perdamaian kawasan dengan berbasis
kepentingan nasional, perlu adanya arah kebijakan pembangunan, yaitu:149
1. Membangkitkan wawasan dan budaya bahari;
2. Meningkatkan dan menguatkan peran SDM (Sumber Daya Manusia)
di bidang kelautan;
3. Menetapkan wilayah NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia),
aset dan hal-hal terkait di dalamnya termasuk kewajiban yang telah
digariskan oleh hukum laut UNCLOS 1982;
4. Melakukan pengamanan wilayah kedaulatan yurisdiksi dan aset
NKRI;
5. Mengembangkan industri kelautan secara sinergi, optimal dan
berkelanjutan;
6. Mengurangi dampak bencana pesisir dan pencemaran lautan; dan
7. Meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di kawasan pesisir.
Dengan adanya rancangan dan visi jangka panjang serta indikator
yang jelas dan terukur, untuk membangun Poros Maritim Dunia, disusunnya
roadmap (peta jalan) seperti yang digambarkan oleh Mantan Deputi Meneg
PPN/Kepala BAPPENAS Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup, Endah Murniningtyas dalam Ringkasan Laporan: Prakarsa Strategis
149
Endah Murniningtyas, Ringkasan Laporan: Prakarsa Strategis Optimalisasi
Pemanfaatan Potensi Kelautan Menuju Terwujudnya Indonesia Sebagai Poros Maritim, (Jakarta:
Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumberdaya Alam Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/BAPPENAS, Januari 2016).
72
Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan Menuju Terwujudnya Indonesia
Sebagai Poros Maritim, sebagaimana tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1: Roadmap Menuju Poros Maritim
Tahun Capaian
2020
1. PDB (Produk Domestik Bruto) ekonomi kelautan dan kemaritiman
20% dari PDB (11,8 pada tahun 2012).
2. Tol laut dan industri maritim, dengan 24 pelabuhan, 5 hub, 19 feeder
berfungsi penuh serta daya tampung pelabuhan nasional sekitar 30
juta TEUS (2012: 12 juta TEUS).
2030
1. PDB ekonomi kelautan dan kemaritiman 25-30% dari PDB.
2. Biaya logistik di wilayah Indonesia rata-rata 1,25x Jakarta-
Singapura (saat ini 7,5x).
3. Indonesia memiliki 1-2 Kota Bandar Dunia.
4. Riset Laut: kerjasama riset internasional 1x per tahun.
5. Kesatuan sistem pertahanan nasional dan pemisahan pengawalan
sipil dan pengawasan militer.
2045
1. PDB ekonomi kelautan dan kemaritiman 35-40% dari PDB.
2. Biaya logistik di wilayah Indonesia sama dengan Jakarta-
Singapura.
3. Perusahaan pelayaran nasional sudah menguasai 100% pelayaran
dalam negeri.
73
4. Ekspedisi laut lepas (high seas) dan Antariksa untuk eksplorasi hak
kepentingan.
Sumber: Endah Murniningtyas, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumberdaya Alam
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS, Januari 2016.150
Sebagai upaya untuk menuju negara Poros Maritim Dunia, secara
garis besar Indonesia dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo
mendorong pilar utama dalam mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai
negara poros maritim dunia, pilar pembangunan poros maritim tersebut
yaitu mencakup pembangunan kembali budaya maritim Indonesia dengan
meningkatkan kesadaran dan semangat masyarakat, berkomitmen untuk
menjaga dan mengelola sumber daya laut dengan fokus membangun
kedaulatan pangan laut melalui pengembangan industri perikanan dengan
menempatkan nelayan sebagai pilar utama melalui pengembangan sumber
daya manusia, komitmen mendorong pengembangan infrastruktur dan
konektivitas maritim dengan membangun tol laut, pelabuhan laut, logistik,
industri perkapalan, dan juga pariwisata maritim, memperkuat diplomasi
maritim dengan menggandeng mitra Indonesia untuk bekerjasama dalam
bidang kelautan dan membangun kekuatan pertahanan maritim.151
150
Endah Murniningtyas, Ringkasan Laporan: Prakarsa Strategis Optimalisasi
Pemanfaatan Potensi Kelautan Menuju Terwujudnya Indonesia Sebagai Poros Maritim. 151
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Menuju Poros Maritim Dunia, 18 Oktober
2016, diakses dari https://www.kominfo.go.id/content/detail/8231/menuju-poros-maritim-
dunia/0/kerja_nyata pada 13 Oktober 2019 pukul 13.46 WIB.
74
Gambar 4.1: Kebijakan Kelautan Indonesia
Sumber: Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Indonesia Poros
Maritim Dunia, Jakarta, 18 Oktober 2017.152
Salah satu pilar dalam mewujudkan Indonesia sebagai negara Poros
Maritim Dunia adalah dengan memperkuat diplomasi maritim dengan
menggandeng mitra Indonesia untuk bersama-sama melakukan kerjasama
dalam bidang kelautan. Dimana Diplomasi Maritim Indonesia dalam hal ini
merupakan pelaksanaan politik luar negeri yang terkait dengan berbagai
aspek kelautan yang ada baik pada ruang lingkup hubungan bilateral,
regional, maupun global untuk mewujudkan kepentingan nasional Indonesia
serta sesuai dengan ketentuan hukum baik nasional maupun internasional.
152
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Indonesia Poros Maritim Dunia,
Jakarta, 18 Oktober 2017.
75
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2017 mengenai
Kebijakan Kelautan Indonesia, program-program utama dalam
melaksanakan strategi kebijakan diplomasi maritim, yaitu:153
(a) meningkatkan kepemimpinan di dalam berbagai kerjasama di
bidang kelautan baik pada tingkat atau ruang lingkup bilateral,
regional, maupun multilateral; (b) meningkatkan peran aktif dalam
upaya menciptakan dan menjaga perdamaian serta keamanan dunia
dalam bidang kelautan; (c) meningkatkan peran aktif atau
kepemimpinan dalam hal penyusunan berbagai norma internasional
dalam bidang kelautan; (d) mempercepat terjadinya perundingan
penetapan batas maritim wilayah Indonesia dengan beberapa negara
tetangga; (e) percepatan submisi penetapan ekstensi landas kontinen
sesuai dengan hukum internasional; (f) peningkatan peran aktif serta
penempatan warga negara Indonesia di dalam berbagai organisasi
internasional bidang kelautan, dan (g) pembakuan nama pulau.
(Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2017: Kebijakan Kelautan
Indonesia)
Dimana program-program dalam meningkatkan diplomasi maritim tersebut
juga sebagai salah satu upaya negara guna untuk mendukung visi Indonesia
sebagai negara Poros Maritim Dunia.
Dalam mencapai tujuan Indonesia sebagai negara Poros Maritim
Dunia, dibutuhkan adanya arah, orientasi, strategi, dan antisipasi
pembangunan yang efektif, konsisten, dan berkelanjutan, serta berbagai
upaya baik dari segi keunggulan sumber daya, posisi strategis dan
geopolitik, maupun kemampuan militer Indonesia untuk menjawab
tantangan yang ada.154
Salah satu langkah agar dapat mencapai tujuan
menjadi negara Poros Maritim Dunia adalah dengan melakukan kerjasama
internasional yang menjadi salah satu fokus dalam mencapai tujuan tersebut.
153
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman RI, Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun
2017: Kebijakan Kelautan Indonesia 154
Hendra Manurung, Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia, Buku 2 Seminar Nasional
Pakar ke 1 Tahun 2018 ISSN (E): 2615-3343, (2018), 147.
76
Namun segala keputusan yang diambil oleh Indonesia harus dilakukan
dengan tepat terutama dalam menjalankan kerjasama dengan negara lain
dimana Indonesia harus tetap fokus pada tujuan dan berdasar pada
kepentingan nasional.155
Berdirinya Archipelagic and Island States Forum (AIS Forum) yang
merupakan inisiasi dari Pemerintah Indonesia melalui kerjasama dengan
United Nations Development Programme (UNDP) yang merupakan sebuah
forum negara kepulauan dan negara pulau yang fokus terhadap isu kelautan
dengan berbagai permasalahan isu kelautan. Dengan berdirinya AIS Forum,
Indonesia berharap AIS Forum menjadi media bagi Indonesia dalam upaya
mewujudkan Indonesia sebagai negara poros maritim dunia dan
memperlihatkan kepemimpinan Indonesia dalam hal kelautan di kawasan.156
Serta sebagai pintu masuk Indonesia menjadi negara poros maritim dunia,
terlebih dengan telah didirikannya sekretariat AIS Forum di Jakarta.157
Dimana dengan berdirinya AIS Forum bisa dikatakan sebagai tanda
sekaligus salah satu komitmen pemerintah Indonesia untuk mewujudkan visi
Indonesia menjadi negara Poros Maritim Dunia melalui diplomasi maritim
dengan memberikan kontribusi dan peran aktif terhadap kepemimpinan
internasional dalam hal ini kerjasama di bidang kelautan.
155
Poltak Partogi Nainggolan, Rizki Roza, dan Simela Victor Muhamad, Agenda Poros
Maritim Dunia dan Perubahan Lingkungan Strategi, (Jakarta: P3DI Setjen DPR RI dan Azza
Grafika, 2015). 156
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim, Laporan Kinerja (LAKIP) 2018,
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, 2018. 157
CNN Indonesia, Pemerintah Donasi Rp14 M ke AIS, Akses Pasar Makin Terbuka, 22 Juli
2019 pukul 11.51 WIB, diakses pada 12 Oktober 2019 pukul 02.10 WIB.
77
4.2.2 Menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dimana
menurut Konstitusi Negara Indonesia menganut bentuk negara kesatuan
sebagaimana juga sesuai dengan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang
Dasar/UUD 1945 Bab I tentang Bentuk dan Kedaulatan yang berbunyi
bahwa “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk
Republik”.158
NKRI meliputi wilayah negara baik wilayah daratan, wilayah
lautan atau perairan, serta ruang udara yang berada di atasnya. Oleh
karenanya, wilayah perairan Indonesia bukanlah pemisah antar pulau
melainkan penghubung serta satu kesatuan utuh baik dari Pulau Rondo
hingga Merauke, dari Pulau Miangas hingga Pulau Deli, maupun dari Pulau
Sekatung hingga Pulau Dana.159
Sesuai dengan tujuan dari Negara Indonesia yang diatur dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea ke IV yang berbunyi melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.160
Dimana menjaga keutuhan NKRI merupakan
sebuah kewajiban dan keharusan bangsa Indonesia, yang mana menjaga
keutuhan NKRI tentu mengalami beberapa tantangan baik terjadi akibat
faktor dari luar maupun dari dalam Indonesia itu sendiri.
158
Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 1 ayat 1. 159
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman RI, Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun
2017: Kebijakan Kelautan Indonesia. 160
Undang-Undang Dasar 1945, Pembukaan alinea ke-4.
78
Salah satu yang menjadi ancaman terhadap kesatuan dan
kedaulatan wilayah NKRI yaitu belum disepakatinya beberapa batas
wilayah dengan beberapa negara tetangga. Wilayah daratan Indonesia
berbatasan langsung dengan negara Malaysia, Papua New Guinea, dan
Timor Leste, sedangkan wilayah perairan Indonesia berbatasan dengan 10
negara yaitu Australia, Filipina, India, Malaysia, Papua New Guinea,
Republik Palau, Singapura, Thailand, Timor Leste dan Vietnam.161
Terutama beberapa pulau-pulau terluar Indonesia yang mana rentan
menimbulkan permasalahan dengan beberapa negara tetangga.
Gambar 4.2: Perbatasan RI dengan 10 Negara Tetangga (Darat dan Laut)
Sumber: World Bank Document, Draft Rencana Induk: Pengelolaan Batas
Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan 2011-2014, Maret 2011.162
161
World Bank Document, Draft Rencana Induk: Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan
Kawasan Perbatasan 2011-2014, Maret 2011, diakses dari http://documents.worldbank.org/ pada
14 Oktober 2019 pukul 04.24 WIB. 162
World Bank Document, Draft Rencana Induk: Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan
Kawasan Perbatasan 2011-2014.
79
Diketahui juga bahwa wilayah perbatasan merupakan wilayah yang
rawan terhadap terjadinya kejahatan serta pelanggaran lintas batas negara
seperti perdagangan orang dan penyelundupan manusia, penyelundupan
barang, illegal migration, pencurian ikan, perdagangan illegal, perompakan,
kejahatan narkoba dan obat-obatan terlarang, dan lain sebagainya.
Terjadinya pelanggaran tersebut tentu sangat merugikan negara dan juga
melanggar hak asasi manusia, serta terjadinya kerusakan pada lingkungan,
yang mana menyebabakan kerugian ekonomi negara.
Selain batas wilayah, isu separatisme juga menjadi salah satu
ancaman terhadap kesatuan dan kedaulatan wilayah NKRI. Terjadinya
aktivitas gerakan yang menuntut dan memperjuangkan kemerdekaan Papua
dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terjadi sejak
jatuhnya Pemerintahan Orde Baru hingga saat ini. Tuntutan kemerdekaan
dan gerakan separatisme Papua yang di perjuangkan oleh Organisasi Papua
Merdeka (OPM) telah menjadi kampanye dan perhatian dalam dunia
internasional.163
Dimana upaya melakukan kapanye internasional dan jalur
diplomasi yang dilakukan oleh gerakan separatisme Papua hingga saat ini
masih terus dilakukan.
Benny Wenda yang merupakan seorang pemimpin dari United
Liberation Movement for West Papua (ULMWP) terus melakukan upaya
dalam mewujudkan kemerdekaan Papua dan lepas dari NKRI, salah satu
upayanya dengan terus melakukan kampanye baik di kawasan Pasifik
163
Poltak Partogi Nainggolan, Aktivitas Internasional Gerakan Separatisme Papua, Kajian
Vol. 19 No. 3 September 2014, hal. 181-199.
80
Selatan, hingga kawasan Eropa dan Amerika, serta organisasi multilateral
seperti Uni Eropa hingga global seperti PBB.164
Bahkan telah mendirikan
kantor perwakilan Free Papua Movement (Organisasi Papua
Merdeka/OPM) di Oxford, Inggris.165
United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) sendiri
dibentuk di Vanuatu pada 07 Desember 2014 dengan Benny Wenda sebagai
ketua, dimana gerakan ini merupakan wadah dari tiga gerakan pro
kemerdekaan Papua lainnya yaitu Republik Federal Papua Barat (Federal
Republic of West Papua, NRFPB), Koalisi Pembebasan Nasional Papua
Barat (West Papua National Coalition for Liberation, WPNCL), dan
Parlemen Nasional Papua Barat (National Parliament of West Papua,
NPWP).166
Bahkan saat ini, Indonesia masih menjadi sorotan dunia
internasional pasca terjadinya gelombang demonstrasi yang terjadi di Papua
dan Papua Barat dan berlangsung rusuh dengan berujung pada perusakan
beberapa fasilitas publik hingga kantor bupati setempat, akibat kerusuhan
tersebut dilaporkan sebanyak 33 orang tewas dan sebanyak 5.500 orang
mengungsi akibat situasi yang tidak kondusif.167
Hal ini menjadikan
164
Poltak Partogi Nainggolan, Aktivitas Internasional Gerakan Separatisme Papua. 165
Yanto Soegiarto, Isolate Benny Wenda and stop the attention-seeking, Jakarta Globe: 11
Mei 2013, diakses pada 14 Oktober 2019 pukul 05.40 WIB. 166
CNN Indonesia, Benny Wenda, Aktivis Papua Merdeka di Seberang Benua, diakses dari
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190904073441-20-427331/benny-wenda-aktivis-
papua-merdeka-di-seberang-benua pada 14 Oktober 2019 pukul 05.50 WIB. 167
CNN Indonesia, RI Anggap Vanuatu Sponsor Gerakan Separatis Papua, diakses dari
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20190929122625-134-435087/ri-anggap-vanuatu-
sponsor-gerakan-separatis-papua pada 14 Oktober 2019 pukul 06.08 WIB.
81
Indonesia terus mendapatkan desakan dari dunia internasional terutama dari
badan HAM PBB untuk segera menyelesaikan permasalahan isu Papua.
Vanuatu yang merupakan salah satu negara di Pasifik sangat vokal
terhadap isu Papua, dimana Vanuatu menganggap adanya pelanggaran
HAM di Papua yang bahkan sangat mendukung terwujudnya kemerdekaan
Papua dengan memberikan bantuan terhadap kelompok pro kemerdekaan
Papua yaitu sempat menyusupkan tokoh separatis Papua, Benny Wenda
sebagai delegasinya saat agenda pertemuan Vanuatu dengan Komisaris
Tinggi HAM PBB Michaelle Bachelet di Jenewa, Swiss pada bulan Januari
2019 serta sebelumnya beberapa kali mengangkat isu Papua dalam sidang
PBB.168
Selain itu, dukungan Vanuatu terhadap kemerdekaan Papua juga
dituangkan dalam Rancangan Undang-Undang Wantok Blong Yumi atau
UU yang menegaskan posisi dan pengakuan Vanuatu terhadap kemerdekaan
Papua Barat dari Indonesia; serta memberikan status obsever bagi Papua
Barat dalam forum Melanesian Spearhead Group (MSG) dan Pacific
Islands Forum (PIF).169
Indonesia melalui TNI bersama para pemangku kepentingan dalam
hal ini seperti Kementerian Luar Negeri dan Badan Intelijen Negara terus
berusaha untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Papua dan
Papua Barat dengan melakukan beberapa pendekatan terhadap negara-
168
CNN Indonesia, RI Anggap Vanuatu Sponsor Gerakan Separatis Papua. 169
CNN Indonesia, Vanuatu, „Si Kecil‟ di Pasifik Pendukung Kemerdekaan Papua, 02
Oktober 2019 16.56 WIB, diakses dari
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20191002160752-113-436136/vanuatu-si-kecil-di-
pasifik-pendukung-kemerdekaan-papua pada 14 Oktober 2019 pukul 07.09 WIB.
82
negara tetangga dan kawasan.170
Selain itu, Indonesia melakukan banyak
pendekatan melalui berbagai forum regional maupun internasional, seperti
halnya dalam Pacific Islands Forum (PIF) yang mana Indonesia sebagai
negara mitra dialog tidak pernah absen dalam Pertemuan Post Forum
Dialog/PFD-PIF setiap tahunnya karena hal ini merupakan salah satu bagian
dari upaya untuk mendekatkan diri dengan negara-negara di Kawasan
Pasifik serta secara khusus sebagai upaya untuk menjaga keutuhan NKRI.
Selain Pacific Islands Forum (PIF), melalui kerangka kerjasama
baru dalam Archipelagic and Island States Forum (AIS Forum) yang
terbentuk dari inisiasi antara Pemerintah Indonesia dan United Nations
Development Programme (UNDP) pada tahun 2018, dimana diluar fokus
AIS Forum, Indonesia sebagai negara yang menginiasi tentu memiliki
kepentingan nasional di dalamnya.
Salah satu kepentingan nasional dalam hal ini yaitu sebagai upaya
untuk mempertahankan keutuhan NKRI dengan terus melakukan
pendekatan dengan negara lain, terlebih dalam AIS Forum juga terdapat
beberapa negara Pasifik seperti Fiji, Papua New Guinea, dan Tonga serta
dalam pertemuan AIS Forum pada 30 Oktober-01 November 2019 yang
dilaksanakan di Manado, beberapa organisasi multilateral seperti
Melanesian Spearhead Group (MSG) dan Pacific Islands Development
Forum (PIDF) turut hadir dalam pertemuan tersebut. Dengan terus
melakukan upaya pendekatan tersebut, tentu Indonesia berharap dapat
170
CNN Indonesia, TNI Lobi Negara Tetangga Agar Tidak Dukung Papua Merdeka,
diakses dari https://www.cnnindonesia.com/nasional/20191007165637-20-437512/tni-lobi-negara-
tetangga-agar-tidak-dukung-papua-merdeka pada 14 Oktober 2019 pukul 07.09 WIB.
83
meredam isu Papua dan bisa mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
4.2.3 Ekonomi Lingkungan Kelautan Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki
hutan hujan tropis terbesar di dunia, dan memilliki 20% terumbu karang
dunia, 20% hutan bakau dunia, 3 juta hektar padang lamun, serta dilewati
arus yang berasal dari Samudra Pasifik menuju Samudra Hindia sehingga
menjadikan kawasan lautan Indonesia menjadi kaya akan sumber daya dan
makanan. Adanya hutan tropis, hutan bakau, dan padang lamun dengan
kemampuan menyerap emisi tersebut tentu dapat mengurangi emisi gas
rumah kaca dan menjadikan Indonesia sebagai bagian dari solusi masalah
peningkatan suhu bumi atau pemanasan bumi dan perubahan iklim dunia
yang menjadi salah satu permasalahan yang harus mendapatkan perhatian
lebih dunia internasional.171
Sebagai negara maritim, wilayah laut Indonesia merupakan salah
satu potensi strategis dengan memiliki sumber daya yang berlimpah, serta
berbagai bidang kelautan yang memiliki nilai ekonomis serta dapat
memberikan kontribusi terhadap PDB nasional seperti subsektor perikanan,
pariwisata bahari, energi dan sumber daya mineral, perdagangan jalur laut,
perhubungan atau transportasi laut, industri maritim seperti pengilangan
minyak bumi, dan juga jasa kelautan.
171
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman RI, Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun
2017: Kebijakan Kelautan Indonesia.
84
Dalam bidang perikanan yang menjadi salah satu prioritas penting
dalam perekonomian Indonesia, Indonesia memiliki 11 bagian wilayah yang
menjadi Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia
(WPPNRI) dengan total luas wilayah sekitar 5,8 juta km2
serta sekitar
15,32% wilayah administrasi setingkat desa atau kelurahan tepat berada
pada tepi laut dengan sekitar 21,82% penduduk wilayah tersebut memiliki
sumber penghasilan utama dalam bidang subsektor perikanan.172
Perekonomian Indonesia tentu tidak bisa lepas dari industri kelautan dimana
sebagai negara kepulauan, sebagian banyak penduduk Indonesia bermata
penghasilan serta bergantung pada sektor kelautan.
Dalam industri kelautan, perikanan merupakan salah satu bagian
dari sumber daya alam yang menjadi kontributor utama dalam industri
kelautan. Dimana dalam hanya subsektor perikanan, dapat memberikan
kontribusi sebesar 19% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2016
serta berdasarkan neraca perdagangan internasional, komoditas perikanan
mengalami surprus dengan total kenaikan sebesar 1,49% selama periode
2012-2015.173
Tentu hasil ini belum dengan komoditas dan subsektor yang
lain dalam industri dan sektor kelautan, oleh karenanya Indonesia bisa
dikatakan sangat bergantung pada kondisi wilayah lautan sebagai penghasil
sumber daya laut serta sebagai salah satu sumber perekonomian Indonesia.
172
Badan Pusat Statistik Indonesia, Statistik Sumber Daya Laut dan Pesisir 2018: Cantrang
dan Kelestarian Sumber Daya Laut, ISSN: 2086-2806, Badan Pusat Statistik/BPS-Statistics
Indonesia, 2018. 173
Badan Pusat Statistik Indonesia, Statistik Sumber Daya Laut dan Pesisir 2018: Cantrang
dan Kelestarian Sumber Daya Laut.
85
Namun, berbagai ancaman dalam upaya peningkatan perekonomian
serta stabilitas negara menjadi menurun karena terjadinya perubahan iklim,
pencemaran laut, dan penanganan sampah plastik laut yang telah menjadi
isu politik global serta perhatian bagi seluruh negara dunia khususnya bagi
negara-negara kepulauan dan pulau. Ditambah dengan adanya ancaman-
ancaman terhadap keamanan maritim seperti aktivitas kejahatan
perompakan, (Illegal, Unreported, Unregulated)/IUU Fishing, dan serangan
kejahatan bersenjata di laut yang juga turut mengancam efektifitas dalam
perekonomian dan stabilitas negara.
Seperti halnya kegiatan Illegal, Unreported, Unregulated/IUU
Fishing saja menurut WWF (World Wide Fund for Nature) akan merugikan
perikanan global sebesar 45 miliar USD setiap tahunnya.174
Jumlah kerugian
tersebut tentu belum ditambah dengan kejahatan dan ancaman lainnya. Di
Indonesia sendiri WWF juga menyebutkan bahwa IUU Fishing dan
overfishing telah berpengaruh terhadap penurunan jumlah produksi
perikanan, sedangkan subsektor perikanan merupakan salah satu subsektor
yang dijadikan prioritas perekonomian dengan sumber daya yang dapat
diperbaharui serta bernilai ekonomis tinggi.175
Selain itu juga kegiatan-
kegiatan yang mengancam tersebut akan merusak tatanan ekosistem lautan.
Melihat akan pentingnya menjaga ekosistem laut beserta fungsi
lautan sebagai salah satu penyokong perekonomian global dan Indonesia
174
WWF Indonesia, Memberantas Pelaku Kejahatan Perikanan, 23 Maret 2015, diakses
dari https://www.wwf.or.id/?38242/Memberantas-Pelaku-Kejahatan-Perikanan pada 13 Oktober
2019 pukul 21.44 WIB. 175
Badan Pusat Statistik Indonesia, Laporan Perekonomian Indonesia 2018, ISSN: 1858-
0963, Badan Pusat Statistik RI/BPS-Statistics Indonesia, 2018.
86
secara khusus, perlu adanya kesadaran akan hal melindungi sumber daya
yang ada dalam wilayah laut tersebut terutama dengan terjadinya perubahan
iklim yang turut memberikan efek negatif terutama terhadap negara
kepulauan dan negara pulau seperti Indonesia, karena dengan terjadinya
perubahan iklim dan rusaknya ekosistem lautan akan memunculkan
berbagai permasalahan seperti menurunnya kuantitas dan kualitas sumber
daya lautan.
Oleh karena itu, pada tahun 2010, muncul istilah atau konsep Blue
Economy yang diperkenalkan oleh Gunter Pauli melalui bukunya yang
berjudul The Blue Economy: 10 years, 100 innovations, and 100 million
jobs dengan menekankan pada upaya untuk mengembangkan investasi serta
bisnis yang lebih menguntungkan secara ekonomi tanpa mengesampingkan
lingkungan, pemanfaatan sumberdaya alam yang lebih efisien tanpa
melakukan pengerusakan lingkungan dengan menciptakan sistem produksi
yang tentu juga lebih efisien, menghasilkan produk dan nilai ekonomi leih
besar, serta meningkatkan terciptanya lapangan pekerjaan lebih banyak.176
Hal ini tentu karena sistem ekonomi yang lebih cenderung ke arah
eksploitatif dengan melakukan eksploitasi sumberdaya alam yang melibihi
kapasitas serta merusak lingkungan.
Dengan berbagai sumber perekonomian bidang kelautan dalam hal
ini subsektor perikanan, pariwisata bahari, energi dan sumber daya mineral,
perdagangan jalur laut, perhubungan atau transportasi laut, industri maritim
176
Dewan Kelautan Indonesia, Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru,
Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, 2012.
87
seperti pengilangan minyak bumi, dan juga jasa kelautan, perlu adanya
inovasi serta pengembangan ekonomi dalam semua subsektor tersebut
sebagai upaya untuk memanfaatkan atau menggunakan sumber daya dengan
seefektif mungkin guna untuk meminimalisir adanya eksploitasi terhadap
sumberdaya, misalnya dengan memanfaatkan sumberdaya energi
terbaharukan seperti sinar matahari dan angin serta meminimalisir
terciptanya limbah produksi yang hanya menjadi sampah dan sumber
pencemaran lingkungan dengan menuju zero waste.
Dengan terciptanya inovasi-inovasi baru bidang kelautan tentu
akan mempercepat dan meningkatkan ekonomi kelautan tanpa
mengesampingkan lingkungan sebagai salah satu manfaat dan sumber daya.
Dalam hal inovasi pada bidang kelautan, Indonesia telah menciptakan
beberapa inovasi dan teknologi melalui karya anak bangsa seperti alat
pancing gurita bergelombang infrasonik, kantung polybag untuk rumput
laut, mesin ADL (Aerator Dua Lapis) sebagai upaya untuk meningkatkan
kadar oksigen serta cocok untuk digunakan di keramba jaring apung,
teknologi pemberian pakan buatan Indonesia (eFishery) dimana untuk
mengatur dan mengontrol pemberian pakan karena apabila pemberian pakan
berlebihan akan menimbulkan pencemaran pada air, polutan, dan
menyebabkan kematian pada ikan.177
Pada tahun 2018, Archipelagic and Island States Forum (AIS
Forum) terbentuk yang merupakan inisiasi dari Pemerintah Indonesia dan
177
Ristekdikti, Kebangkitan Inovasi Indonesia: Pembangunan Maritim Berbasis
Pengetahuan, Vol 7/II/2017, Jakarta, 2017.
88
United Nations Development Programme (UNDP). Bahkan Indonesia, pada
akhir September 2019 memberikan pendanaan untuk AIS Forum sebagai
pendanaan kegiatan awal serta pembentukan sekretariat AIS forum sebesar
Rp2,8 miliar.178
Hal tersebut merupakan salah satu bentuk upaya serius
Indonesia dalam mendukung langkah-langkah AIS Forum dalam
menjalankan tujuan dan fokus kerjasamanya.
Dengan memiliki fokus terhadap mitasi perubahan iklim dan
manajemen bencana, tantangan dan peluang ekonomi, penanganan sampah
plastik di laut, dan tata kelola maritim yang baik, Indonesia berharap AIS
Forum dapat memberikan langkah konkret dalam memberikan pengaruh
terhadap kondisi laut dan sumberdaya di dalamnya serta sebagai upaya
menciptakan lautan yang sehat. Dimana jika kondisi ekosistem lautan tidak
sehat akan dapat mengganggu keberlanjutan sumberdaya laut, hal tersebut
akan berimbas dan mempengaruhi taraf hidup masyarakat yang mana
apabila hal tersebut berlanjut secara terus menerus akan menimbulkan
permasalahan yang lebih luas bahkan skalanya bukan hanya dalam ruang
lingkup masyarakat pesisir melainkan akan merambah ketingkat
permasalahan negara.
Penting adanya sebuah pembaharuan terhadap sumberdaya lautan
(blue economy) tentu berpengaruh terhadap perekonomian nasional
Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan sektor kelautan yang
178
CNN Indonesia, Luhut Kecewa Tol Laut Tak Ampuh Tekan Selisih Harga, 23 September
2019 pukul 15.34 WIB, diakses dari https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190923123423-
92-432963/luhut-kecewa-tol-laut-tak-ampuh-tekan-selisih-harga pada 14 Oktober 2019 pukul
01.46 WIB.
89
menjadi salah satu prioritas dalam upaya meningkatkan perekonomian
nasional. Oleh karena itu, dengan terbentuknya serta langkah untuk
menginiasi AIS Forum, Pemerintah Indonesia tentu berharap mendapatkan
manfaat lebih seperti halnya dalam penanggulangan permasalahan yang
sering terjadi di negara kepulauan dan negara pulau seperti bencana yang
disebabkan oleh perubahan iklim dengan menciptakan solusi cerdas dan
inovatif; serta dalam hal perekonomian nasional seperti meningkatkan dan
menarik lebih banyak investasi asing yang ke Indonesia dan juga membuka
akses pasar baru bagi produk Indonesia terutama dikalangan negara-negara
AIS Forum.
90
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Skripsi ini membahas mengenai urgensi pembentukan Archipelagic and
Island State Forum (AIS Forum) yang merupakan gagasan dari Pemerintah
Indonesia dengan United Nations Development Programme (UNDP). AIS Forum
diinisiasi pertama oleh Pemerintah Indonesia pada November 2017 saat
Pertemuan Tingkat Pejabat Tinggi (Senior Official Meeting/SOM) di Jakarta
sebagai salah satu bentuk upaya negara-negara kepulauan dan negara pulau
mengatasi ancaman serta dampak dari terjadinya perubahan iklim yang tentu
sangat mempengaruhi stabilitas negara terutama dalam segi ekonomi karena
lautan merupakan salah satu aspek penting sumber kehidupan masyarakat dunia
yang tidak bisa dilepaskan.
Bersama dengan 20 negara anggota lainnya, Indonesia melalui para
menteri dan pejabat senior melakukan pertemuan pada 01 November 2019 dalam
SOM AIS Forum bersama-sama mendeklarasikan Forum Negara Kepulauan dan
Negara Pulau atau Archipelagic and Island State Forum (AIS Forum) dengan
fokus terhadap upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, manajemen
bencana, pengelolaan sampah plastik di laut, terwujudkan ekonomi biru yang
berkelanjutan dengan pemanfaatan sumber daya laut secara efektif, tantangan dan
peluang untuk pertumbuhan ekonomi, dan tata kelola maritim yang baik. AIS
Forum secara garis besar memiliki fokus terhadap isu kelautan dengan berbagai
permasalahan isu kelautan yang ada.
91
Ditengah banyaknya inisiatif forum atau kerjasama internasional bidang
kelautan, AIS Forum bukan satu-satunya forum atau kerjasama internasional
kelautan serupa yang mengangkat isu kelautan dengan Indonesia yang turut aktif
di dalamnya. Terdapat beberapa forum atau kerjasama internasional lainnya,
seperti ASEAN Martitim Forum (AMF) dimana Indonesia salah satu pendiri
ASEAN dan memiliki peran penting dalam kebijakan-kebijakan yang di ambil
oleh ASEAN, Indian Ocean Rim Association (IORA) yang pada periode 2015-
2017 Indonesia mendapatkan kesempatan menjadi ketua IORA, Our Ocean
Conference (OOC) yang pada pelaksanaan OCC kelima Indonesia menjadi tuan
rumah pada Oktober 2018 di Bali, Coral Triangle Initiative (CTI) yang
merupakan inisiatif dari Presiden Indonesia ke 6 Susilo Bambang Yudhoyono
pada tahun 2006, serta Pacific Islands Forum (PIF) dengan posisi Indonesia
sebagai mitra dialog.
Tentu pembentukan AIS Forum oleh Indonesia bukan tanpa alasan,
dimana penulis melalui pendekatan diplomasi maritim, kepentingan nasional, dan
konsep blue economy melihat adanya kepentingan Indonesia dan apa urgensi dari
dibentuknya AIS Forum tersebut. Dimana keputusan Indonesia dengan menginiasi
AIS Forum dipengaruhi juga oleh kepentingan nasional Indonesia yang mana
sebagai salah satu upaya untuk melindungi identitas nasional dan
memperjuangkan kepentingan nasional. Dibentuknya AIS Forum merupakan
salah satu bentuk diplomasi maritim dari pemerintah Indonesia dan juga sebagai
salah satu jalan untuk memperkuat kekuatan maritim Indonesia serta mewujudkan
cita-cita Indonesia sebagai negara Poros Maritim Dunia.
92
Selain itu juga, terdapat kepentingan Indonesia dalam hal untuk
mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan
melakukan pendekatan terhadap beberapa negara, dalam hal ini salah satu
permasalahannya yaitu mengenai isu Papua Barat yang mana dunia internasional
semakin menekan Indonesia untuk menjunjung keadilan HAM di Papua Barat
dengan mendukung upaya kemerdekaan Papua Barat dari NKRI. Oleh karena itu,
Pemerintah Indonesia melalui beberapa pemangku kepentingan terus berupaya
untuk melakukan beberapa pendekatan terhadap negara-negara tetangga dan
kawasan salah satunya dengan melalui berbagai forum regional maupun
internasional. Melalui AIS Forum ini juga menjadi media untuk menggalang
dukungan terhadap Indonesia terlebih terdapat beberapa negara kawasan Pasifik
seperti Fiji, Papua New Guinea, dan Tonga. Dimana dalam kawasan Pasifik
terdapat beberapa negara yang vokal terhadap isu Papua Barat tersebut.
Kepentingan nasional dalam hal ekonomi turut memberikan peranan
penting terhadap pembentukan AIS Forum oleh Indonesia yang mana salah satu
fokus utamanya yaitu tantangan dan peluang ekonomi. Indonesia sebagai negara
kepulauan terbesar di dunia dengan kekayaan alam bahari yang melimpah tentu
melihat lautan sebagai sumber ekonomi yang besar. Melalui AIS Forum, tentu
Indonesia berharap mendapatkan banyak manfaat terutama dalam hal ekonomi
seperti meningkatkan investasi asing yang masuk ke Indonesia serta membuka
akses pasar baru bagi produk Indonesia terutama dikalangan negara-negara AIS
Forum dan juga menciptakan solusi cerdas dalam hal ekonomi kelautan yang
berkelanjutan melalui konsep blue economy.
xv
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementerian
Kelautan dan Perikanan. Inovasi Kelautan dan Perikanan Memperkuat
Konsep Ekonomi Biru. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2013.
Harrison, Lisa. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Kencana, 2007.
IPCC, 2014, Climate Change 2014: Impacts, Adaptation, and Vulnerability,
dalam Konvergensi Adaptasi Perubahan Iklim dan Pengurangan Risiko
Bencana (API-PRB) oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Jakarta, Desember 2017.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Konvergensi Adaptasi
Perubahan Iklim dan Pengurangan Risiko Bencana (API-PRB), Jakarta:
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2017.
Manurung, Hendra. Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia, Buku 2 Seminar
Nasional Pakar ke 1 Tahun 2018 ISSN (E): 2615-3343, 2018.
Mas’oed, Mohtar. Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin dan Metodologi.
Jakarta: LP3ES, 1990.
Morgenthau, Hans J. Politik Antar Bangsa (Politics Among Nations). Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010.
Nainggolan, Poltak Partogi, Rizki Roza, dan Simela Victor Muhamad, Agenda
Poros Maritim Dunia dan Perubahan Lingkungan Strategi, Jakarta: P3DI
Setjen DPR RI dan Azza Grafika, 2015.
Neuman, William Lawrence. Basics of Social Research: Qualitatives and
Quantitarive Approach. UK: Pearson International, 2007.
Plano, Jack C & Olton, Roy. Kamus Hubungan Internasional. Terj. Wawan
Juanda. Bandung: Putra A. Bardin, 1999.
Satria, Arif. Politik Kelautan dan Perikanan, Catatan Perjalanan Kebijakan Era
SBY hingga Jokowi. Cet. 1 ed. 1. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, Desember 2015.
Sitepu, P. Anthonius. Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011.
xvi
The International Bank for Reconstruction and Development/The World Bank.
Laporan Pembangunan Dunia 2010: Pembangunan dan Perubahan
Iklim. Terj. Chriswan Sungkono. Jakarta: Salemba Empat, 2010.
Yusilawati, Dara. Masyarakat ASEAN: Membangun Kiprah Maritim Indonesia di
Kawasan. Masyarakat ASEAN Edisi 14 Desember 2016, ISSN
24601683. Kementerian Luar Negeri RI, Desember 2016.
Dokumen:
AIS SBS 2019 Documents, AIS SBS 2019 Concept Note, diakses dari
https://www.aisforum.org/aissbs-docs pada pada 18 Oktober 2019 pukul
03.05 WIB.
Archipelagic and Island States Forum. Manado Joint Declaration on the
Establishment of the Archipelagic and Island States Forum. 01
November 2018.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Laporan Prakarsa strategis
Kemaritiman dan SDA. Jakarta, Desember 2016. 6. Diakses dari
https://www.bappenas.go.id/files/5115/0460/0330/Laporan_Prakarsa_Str
ategis_Bidang_Kemaritiman_dan_SDA.pdf pada 28 September 2019
pukul 13.34 WIB.
Badan Pusat Statistik Indonesia, Laporan Perekonomian Indonesia 2018, ISSN:
1858-0963, Badan Pusat Statistik RI/BPS-Statistics Indonesia, 2018.
Badan Pusat Statistik Indonesia, Statistik Sumber Daya Laut dan Pesisir 2018:
Cantrang dan Kelestarian Sumber Daya Laut, ISSN: 2086-2806, Badan
Pusat Statistik/BPS-Statistics Indonesia, 2018.
Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security Indonesia,
Profil: Latar Belakang CTI-CFF, diakses dari
http://nccctiindonesia.kkp.go.id/?page_id=134 pada 07 Oktober 2019
pukul 19.23 WIB.
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim, Laporan Kinerja (LAKIP) 2018,
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, 2018.
Dewan Kelautan Indonesia, Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model
Ekonomi Biru, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, 2012.
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia. Kebijakan
Kelautan Indonesia. 2017.
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman RI, Peraturan Presiden Nomor 16
Tahun 2017: Kebijakan Kelautan Indonesia, (Jakarta: Kemenko
Kemaritiman, 2017), diakses dari
xvii
https://maritim.go.id/konten/unggahan/2017/07/Kebijakan_Kelautan_Ind
onesia_-_Indo_vers.pdf pada 11 Oktober 2019 pukul 23.50 WIB.
Kementerian Luar Negeri RI. Diplomasi Indoenesia 2010. Januari, 2011.
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Rencana Strategis (Renstra)
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Tahun 2015-2019. April
2015.
Murniningtyas, Endah. Ringkasan Laporan: Prakarsa Strategis Optimalisasi
Pemanfaatan Potensi Kelautan Menuju Terwujudnya Indonesia Sebagai
Poros Maritim, Jakarta: Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumberdaya
Alam Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS,
Januari 2016.
Pacific Islands Forum Secretariat, The Pacific Islands Forum, diakses dari
https://www.forumsec.org/who-we-arepacific-islands-forum/ pada 04
Oktober 2019 pukul 23.30 WIB.
Pemerintah Republik Indonesia & Japan International Cooperation Agency
(JICA), Laporan Tahunan: Kerja Sama Selatan-Selatan Indonesia 2017,
ISBN 978-602-73578-4-6, Indonesia, 2018.
Pregiwati, Lily Aprilya. KKP Komitmen Tangani Dampak Sampah Plastik di
Wilayah Pesisir dan Laut. Siaran Pers, Nomor: SP23/SJ.07/II/2017.
Ristekdikti, Kebangkitan Inovasi Indonesia: Pembangunan Maritim Berbasis
Pengetahuan, Vol 7/II/2017, Jakarta, 2017.
Tabloid Diplomasi. ASEAN Maritime Forum (AMF). Agustus 2010. Diakses dari
http://www.tabloiddiplomasi.org/asean-maritime-forum-amf/ pada 30
September 2019 pukul 16.10 WIB.
Tabloid Diplomasi. Indian Ocean Rim Association (IORA) Peran Indonesia
Memperkuat Kerjasama di Kawasan Samudera India. Februari 2015.
Diakses dari http://www.tabloiddiplomasi.org/indian-ocean-rim-
association-iora-peran-indonesia-memperkuat-kerjasama-di-kawasan-
samudera-india/ pada 01 Oktober 2019 pukul 00.36 WIB.
Tabloid Diplomasi. Konsep Pembentukan ASEAN Maritime Forum. Agustus
2010. Diakses dari http://www.tabloiddiplomasi.org/konsep-
pembentukan-asean-maritime-forum/ pada 30 September 2019 pukul
15.56 WIB.
Tabloid Diplomasi, Preivous Issue: Inisiatif dan Perkembangan Kerja Sama
Ekonomi dalam Kerangka IORA, Maret 2017, diakses dari
http://www.tabloiddiplomasi.org/insiatif-dan-perkembangan-kerja-sama-
ekonomi-dalam-kerangka-iora/ pada 01 Oktober 2019 pukul 01.42 WIB.
xviii
Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 1 ayat 1.
Undang-Undang Dasar 1945, Pembukaan alinea ke-4.
World Bank. Laporan Sintesis: Hotspot Sampah Laut Indonesia. Kajian Cepat,
April 2018.
World Bank Document, Draft Rencana Induk: Pengelolaan Batas Wilayah
Negara dan Kawasan Perbatasan 2011-2014, Maret 2011, diakses dari
http://documents.worldbank.org/ pada 14 Oktober 2019 pukul 04.24
WIB.
World Economic Forum, Ellen MacArthur Foundation, dan McKinsey &
Company. The New Plastics Economy; Rethinking the Future of Plastics.
19 Januari 2016. Dalam World Bank. Laporan Sintesis: Hotspot Sampah
Laut Indonesia.
Jurnal/Skripsi:
Agastia, I Gusti Bagus Dharma dan A. A. Banyu Perwita. Jokowi‟s Maritime
Axis: Change and Continuity of Indonesia‟s Role in Indo-Pacific. Journal
of ASEAN Studies, Vol. 3, No. 1 ISSN 2338-1361 print/ISSN 2338-1353
electronic. CBDS Bina Nusantara University and Indonesian Association
for International Relations, 2015.
Arianto, Adi Rio. Kerjasama “Segitiga Maritim Dunia” Indonesia-Tiongkok-
Rusia: Membangun Keamanan Maritim Asia Tenggara. Jurnal Power of
International Relation Vol. 1 No. 2 Februari 2017 ISSN:2528-7192.
Medan: LPPM Universitas Potensi Utama, 2017.
Ayuningtyas, Dhita Anggraini. Kepentingan Indonesia dalam Indian Ocean Rim
Association (IORA) tahun 2015. eJournal Ilmu Hubungan Internasional,
2018, 6 (1) 001-014 e-ISSN 2477-2623, ejournal hi.fisip-unmul.ac.id.
2018.
Azaria, Davilla Prawidya. Perlindungan Lingkungan Laut samudra Pasifik dari
Gugusan Sampah Plastik Berdasarkan Hukum Lingkungan
Internasional. Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya,
2014. Diakses dari https://e-
resources.perpusnas.go.id:2075/publications/35099/perlindungan-
lingkungan-laut-samudra-pasifik-dari-gugusan-sampah-plastik-berdasa
pada 24 September 2019 pukul 15.36 WIB atau bisa diakses melalui
http://hukum.studentjournal.ub.ac.id/
Bainus, Arry dan Junita budi Rachman. Editorial: Kepentingan Nasional dalam
Hubungan Internasional. Intermestic: Journal of International Studies e-
ISSN.2503-443X Volume 2, No. 2, Mei 2018 (109-115) doi:
10.24198/intermestic.v2n2.1. Departemen HI Universitas Padjadjaran,
2018.
xix
Cahyasari, Wulandari. Model Blue Economy di Kawasan Asia Pasifik (Studi
Kasus: Penerapan Model Blue Economy Pada Industri Perikanan
Indonesia. Jum Fisip Vol. 2 No. 1 Februari 2015. Pekanbaru: Hubungan
Internasional Universitas Riau, 2015.
Gaol, Trialen Lumban. Peran ASEAN Maritime Forum (AMF) dalam Menjaga
Keamanan Maritim (Studi Kasus Perompakan di Perairan Selat
Malaka). Jom FISIP Volume4 No. 1 Februari 2017. Hubungan
Internasional Universitas Riau, 2017.
Kartinawati. Peran ASEAN Maritime Forum (AMF) dalam Keamanan Perairan di
Asia Tenggara. eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 1 (3): 715-730
ISSN 0000-0000. ejournal.hi.fisip-unmul.org, 2013.
Madu, Ludiro. Urgensi Indian Ocean Rim Association (IORA) dalam Diplomasi
Maritim Indonesia. Intermestic: Journal of International Studies e-
ISSN.2503-443X Volume 2, No. 2, Mei 2018(171-187)
doi:10.24198/intermestic.v2n2.5. Bandung: Departemen Hubungan
Internasional FISIP UNPAD, Mei 2018.
Miere, Christian Le. Maritime Diplomacy in the 21th Century: Drivers and
Challenges. 2014. Dalam Najamuddin Khairur Rijal. Smart Maritime
Diplomacy: Diplomasi Maritim Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia.
Jurnal Global & Strategis, Th. 13, No. 1 2019 ISSN 2442-9600. Cakra
Studi Global Strategis HI Universitas Airlangga, 2019.
Nainggolan, Poltak Partogi, Aktivitas Internasional Gerakan Separatisme Papua,
Kajian Vol. 19 No. 3 September 2014.
Prasetiawan, Teddy. Upaya Mengatasi Sampah Plastik di Laut. Info Singkat
Bidang Kesejahteraan Sosial, Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual dan
Strategis Vol. X, No. 10/II/Puslit/Mei/2018. Jakarta: Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI, 2018.
Prasetya, Dion Maulana dan Heavy Nala Estriani. Diplomasi Maritim Indonesia
dalam Indian Ocean Rim Association (IORA): Peluang dan Tantangan.
Insignia Journal of International Relation Vol. 5, No. 2, November 2018.
Qodriyatun, Sri Nurhayati. Bencana Hidrometeorologi dan Upaya Adaptasi
Perubahan Iklim, Info Singkat Kesejahteraan Sosial, Vol.V,No.
10/II/P3DI/Mei/2013, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi
(P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI, 2013.
Ridwan Lasabuda, Ridwan. Tinjauan Teoritis: Pembangunan Wilayah Pesisir dan
Lautan dalam Perspektif Negara Kepulauan Republik Indonesia. Jurnal
Ilmiah Platax ISSN: 2302-3589 Vol. 1-2, Januari 2013
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax, Manado: Laboratorium
Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Januari 2013.
xx
Rijal, Najamuddin Khairur. Kepentingan Nasional Indonesia dalam Menginisiasi
ASEAN Maritime Forum (AMF). Indonesia Perspective, Vol. 3, No. 2,
Juli-Desember 2018.
Rijal, Najamuddin Khairur. Smart Maritime Diplomacy: Diplomasi Maritim
Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia. Jurnal Global & Strategis, Th.
13, No. 1 2019 ISSN 2442-9600. Cakra Studi Global Strategis HI
Universitas Airlangga, 2019.
Roe, Michael. Maritime Governance and Policy –Making: The Need for Process
Rather than Form. The Asian Journal of Shipping and Logistics Vol. 29
No. 2 August 2013.
Suproboningrum, Lintang dan Yandry Kurniawan. Diplomasi Maritim dalam
Keberhasilan Patroli Terkoordinasi Indonesia-Malaysia-Singapura di
Selat Malaka. Jurnal Politica Vol. 8 No. 2 November 2017 ISSN: 2087-
7900. Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI-Sekretariat Jenderal DPR
RI, 2017.
Wardhana, Wahyu. Poros Maritim: Dalam Kerangka Sejarah Maritim dan
Ekonomi Pertahanan. Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 18 No. 3
Tahun 2016. Pusat Studi Sumber Daya Ekonomi Pertahanan-Universitas
Pertahanan Indonesia, 2016.
Widyawati, Astari Dewi. Tugas Akhir: Kepemimpinan Indonesia di Indian Ocean
Rim Association (IORA) dalam Mendukung Kebijakan Indonesia sebagai
Poros Maritim Dunia. Makassar: Skripsi Hubungan Internasional
Universitas Hasanuddin, 2017.
Berita Online:
AIS Forum, AIS Startup and Business Summit 2019, diakses dari
https://www.aisforum.org/aboutsbs pada 18 Oktober 2019 pukul 02.20
WIB.
AIS Forum, Event Agenda, diakses dari https://www.aisforum.org/ais-sbs-agenda
pada 18 Oktober 2019 pukul 01.59 WIB.
AIS Forum. Island States Pledge Sustainable Solutions. Di terbitkan di The
Jakarta Post pada Rabu, 02 November 2019. Diakses dari
https://www.aisforum.org/aisnews/ri-island-states-pledge-sustainable-
solutions pada 11 Desember 2019 pukul 02.50 WIB.
Asian Development Bank, Choral Triangle Initiative Ratified: Nations Come
Together to Establish Regional Secretariat, 30 Mei 2014, diakses dari
https://www.adb.org/news/coral-triangle-initiative-ratified-nations-come-
together-establish-regional-secretariat pada 07 Oktober 2019 pukul 20.06
WIB.
xxi
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Indonesia Inisiasi Kerja Sama
Antar Negara Kepulauan dan Negara Pulau, Siaran Pers, 22 November
2017, Diakses dari http://www.bpkp.go.id/berita/read/18975/0/Indonesia-
Inisiasi-Kerja-Sama-Antar-Negara-Kepulauan-dan-Negara-Pulau.bpkp
pada 21 September 2019 pukul 21.43 WIB.
Biro Perencanaan dan Informasi Kemenko Bidang Kemaritiman. Indonesia
Inisiasi Kerja Sama Antar Negara Kepulauan dan Negara Pulau. Siaran
Pers, 22 November 2017. Diakses dari https://maritim.go.id/indonesia-
inisiasi-kerja-sama-antar-negara-kepulauan-dan-negara-pulau/ pada 21
September 2019 pukul 21.31 WIB.
Biro Perencanaan dan Informasi Kemenko Bidang Kemaritiman. Konferensi AIS
Sepakati Pembentukan Forum Negara Kepulauan Atasi Dampak
Perubahan Iklim. (23 November 2017). Diakses dari
https://maritim.go.id/konferensi-ais-sepakati-pembentukan-forum-
negara-kepulauan/ pada 07 September 2019 pukul 16.48 WIB.
Biro Perencanaan dan Informasi Menko Kemaritiman, Pengembangan Riset dan
Teknologi Kelautan melalui Kerja Sama Bilateral RI-Republik Korea, 23
Agustus 2019, diakses dari https://maritim.go.id/pengembangan-riset-
teknologi-kelautan-melalui-kerja-sama-bilateral/ pada 09 Oktober 2019
pukul 14.40 WIB.
Chandramohan, Balaji. The Pacific Islands Forum at 50: The evolving geopolitics
in the South Pacific were on full display at the 50th
PIF, 19 Agustus
2019, diakses dari https://thediplomat.com/2019/08/the-pacific-islands-
forum-at-50/ pada 05 Oktober 2019 pukul 01.31 WIB.
CNN Indonesia. Banyak Forum Laut, Inggris Harap Gagasan RI Lebih Konkret.
(Kamis, 01 November 2018 23.02 WIB). Diakses dari
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20181101211629-106-
343368/banyak-forum-laut-inggris-harap-gagasan-ri-lebih-konkret pada
09 September 2019 pukul 15.58 WIB.
CNN Indonesia, Benny Wenda, Aktivis Papua Merdeka di Seberang Benua,
diakses dari https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190904073441-
20-427331/benny-wenda-aktivis-papua-merdeka-di-seberang-benua pada
14 Oktober 2019 pukul 05.50 WIB.
CNN Indonesia, Indonesia Tambah Komitmen Baru Soal Lautan, diakses dari
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181031024603-20-
342781/indonesia-tambah-komitmen-baru-soal-kelautan pada 07 Oktober
2019 pukul 00.42 WIB.
CNN Indonesia, Luhut Kecewa Tol Laut Tak Ampuh Tekan Selisih Harga, 23
September 2019 pukul 15.34 WIB, diakses dari
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190923123423-92-
xxii
432963/luhut-kecewa-tol-laut-tak-ampuh-tekan-selisih-harga pada 14
Oktober 2019 pukul 01.46 WIB.
CNN Indonesia, Pemerintah Donasi Rp14 M ke AIS, Akses Pasar Makin Terbuka,
22 Juli 2019 pukul 11.51 WIB, diakses dari
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190722091438-92-
414252/pemerintah-donasi-rp14-m-ke-ais-akses-pasar-makin-terbuka
pada 12 Oktober 2019 pukul 02.10 WIB.
CNN Indonesia, RI Anggap Vanuatu Sponsor Gerakan Separatis Papua, diakses
dari https://www.cnnindonesia.com/internasional/20190929122625-134-
435087/ri-anggap-vanuatu-sponsor-gerakan-separatis-papua pada 14
Oktober 2019 pukul 06.08 WIB.
CNN Indonesia, TNI Lobi Negara Tetangga Agar Tidak Dukung Papua Merdeka,
diakses dari https://www.cnnindonesia.com/nasional/20191007165637-
20-437512/tni-lobi-negara-tetangga-agar-tidak-dukung-papua-merdeka
pada 14 Oktober 2019 pukul 07.09 WIB.
CNN Indonesia, Vanuatu, „Si Kecil‟ di Pasifik Pendukung Kemerdekaan Papua,
02 Oktober 2019 16.56 WIB, diakses dari
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20191002160752-113-
436136/vanuatu-si-kecil-di-pasifik-pendukung-kemerdekaan-papua pada
14 Oktober 2019 pukul 07.09 WIB.
Dinarto, Dedi. Indonesia‟s „Global Maritime Fulcrum‟: The Case of Abu Sayyaf.
(03 Mei 2016). Diakses dari https://thediplomat.com/2016/05/indonesias-
global-maritime-fulcrum-the-case-of-abu-sayyaf/ pada 07 September
2019 pukul 15.48 WIB.
Humas Kemenko Kemaritiman. Delegasi SOM Sepakati Deklarasi Pembentukan
Forum Negara Kepulauan dan Negara Pulau. (31 Oktober 2018).
Diakses dari https://maritim.go.id/delegasi-som-sepakati-deklarasi-
pembentukan-forum-negara-kepulauan-dan-negara-pulau/ pada 09
September 2019 pukul 17.26 WIB.
Humas Kemenko Kemaritiman, Indonesia-Jepang Bentuk Indonesia-Japan
Maritime Forum, 21 Desember 2016, diakses dari
https://maritim.go.id/indonesia-jepang-bentuk-indonesia-japan-maritime-
forum/ pada 08 Oktober 2019 pukul 15.36 WIB.
Humas Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Presiden Jokowi Teken Perpres
Kebijakan Kelautan Indonesia. (01 Maret 2017). Diakses dari
https://setkab.go.id/presiden-jokowi-teken-perpres-kebijakan-kelautan-
indonesia/ pada 05 September 2019 pukul 16.43 WIB.
Indonesia fo Global Justice, OCC 2018, diakses dari http://igj.or.id/wp-
content/uploads/2018/11/OCC-2018.pdf pada 05 Oktober 2019 pukul
02.57 WIB.
xxiii
KBRI Kazakhstan Merangkap Republik Tajikistan, Kementerian Luar Negeri RI,
Geografi Indonesia, diakses dari
https://kemlu.go.id/astana/id/pages/geografi/41/etc-menu pada 18
Oktober 2019 pukul 08.17 WIB.
Kementerian Komunikasi dan Informasi RI, Indonesia Tawarkan Solusi Cerdas
dan Inovatif dalam Pertemuan Negara Kepulauan dan Negara Pulau ke-
2, Artikel GPR, 13 September 2018, diakses dari
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/14369/indonesia-
tawarkan-solusi-cerdas-dan-inovatif-dalam-pertemuan-negara-
kepulauan-dan-negara-pulau-ke-2/0/artikel_gpr pada 21 September 2019
pukul 22.42 WIB.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. IORA Masa Depan Ekonomi
Dunia. Diakses dari https://kominfo.go.id/content/detail/9424/iora-masa-
depan-ekonomi-dunia/0/artikel_gpr pada 30 September 2019 pukul 17.25
WIB.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Menuju Poros Maritim Dunia, 18
Oktober 2016, diakses dari
https://www.kominfo.go.id/content/detail/8231/menuju-poros-maritim-
dunia/0/kerja_nyata pada 13 Oktober 2019 pukul 13.46 WIB.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Our Ocean Conference 2018,
Wujudkan Kepemimpinan Indonesia di Sektor Kelautan dan Perikanan,
31 Oktober 2018, diakses dari
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/15223/our-ocean-
conference-2018-wujudkan-kepemimpinan-indonesia-di-sektor-kelautan-
dan-perikanan/0/artikel_gpr pada 07 Oktober 2019 pukul 08.41 WIB.
Kemeterian Luar Negeri Republik Indonesia. Diakses dari
https://kemlu.go.id/portal/id pada 07 September 2019 pukul 16.30 WIB.
Kementerian Luar Negeri RI, Indonesia Perkuat Kerja Sama Perubahan Iklim
dengan Pasifik pada KTT PIF ke-59 di Tuvalu, diakses dari
https://kemlu.go.id/portal/id/read/533/berita/indonesia-perkuat-kerja-
sama-perubahan-iklim-dengan-pasifik-pada-ktt-pif-ke-50-di-tuvalu pada
05 Oktober 2019 pukul 01.20 WIB.
Kementerian Luar Negeri RI, Indonesia-India Dorong Kerja Sama Ekonomi dan
Maritim, 06 September 2019, diakses dari
https://kemlu.go.id/portal/id/read/579/view/indonesia-india-dorong-kerja-
sama-ekonomi-dan-maritim pada 09 Oktober 2019 pukul 14.46 WIB.
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Kerjasama Bilateral, diakses dari
https://kemlu.go.id/portal/id/page/22/kerja_sama_bilateral pada 08
Oktober 2019 pukul 14.46 WIB.
xxiv
Kementerian Luar Negeri RI, Kerjasama Regional: Coral Triangle Initiave (CTI),
diakses dari
https://kemlu.go.id/portal/id/read/136/halaman_list_lainnya/coral-
triangle-initiative-cti pada 07 Oktober 2019 pukul 19.17 WIB.
Kementerian Luar Negeri RI. Kerjasama Regional: Indian Ocean Rim
Association. September 2019. Diakses dari
https://kemlu.go.id/portal/id/read/167/halaman_list_lainnya/idndian-
ocean-rim-association pada 30 September 2019 pukul 16.53 WIB.
Kementerian Luar Negeri RI, Kerjasama Regional: Pacific Island Forum (PIF),
diakses dari
https://kemlu.go.id/portal/id/read/132/halaman_list_lainnya/pacific-
island-forum-pif pada 05 Oktober 2019 pukul 00.49 WIB.
Kementerian Luar Negeri RI. Penanganan Sampah Plastik Laut (Marine Plastic
Debris). Isu Khusus, 10 April 2019. Diakses dari
https://kemlu.go.id/portal/id/read/172/halaman_list_lainnya/penanganan-
sampah-plastik-laut-marine-plastic-debris pada 26 September 2019 pukul
16.03 WIB.
Kementerian Luar Negeri RI, Pernyataan Bersama Oleh Republik Indonesia dan
Republik Perancis Mengenai Kerjasama Maritim, 29 Maret 2017,
diakses dari https://kemlu.go.id/portal/id/read/277/view/pernyataan-
bersama-oleh-republik-indonesia-dan-republik-perancis-mengenai-
kerjasama-maritim pada 09 Oktober 2019 pukul 12.59 WIB.
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Wapres Jusuf Kalla Ajak
Masyarakat Dunia Kembangkan Ekonomi Biru dan Perangi Kejahatan
Laut. (23 September 2016). Diakses dari
https://ex.kemlu.go.id/id/berita/siaran-pers/Pages/Wapres-Jusuf-Kalla-
Ajak-Masyarakat-Dunia-Kembangkan-Ekonomi-Biru-dan-Perangi-
Kejahatan-Laut-.aspx pada 11 September 2019 pukul 03.05 WIB.
Our Ocean 2018, diakses dari https://ourocean2018.org/?l=home pada 07 Oktober
2019 pukul 09.12 WIB.
Our Ocean 2019, diakses dari https://ourocean2019.no/ pada 07 Oktober 2019
pukul 00.40 WIB.
Pandjaitan, Luhut dan Christophe Bahuet, Archipelagic and Island States Forum:
Indonesia‟s pivotal role, Academia; opinion, diakses dari
https://www.thejakartapost.com/academia/2018/11/02/archipelagic-and-
island-states-forum-indonesias-pivotal-role.html#_=_ pada 18 Oktober
2019 pukul 12.46 WIB.
Parameswaran, Prashanth. Japan and Indonesia: A New Maritime Forum?, 24
Maret 2015 diakses dari https://thediplomat.com/2015/03/japan-and-
xxv
indonesia-a-new-maritime-forum/ pada 08 Oktober 2019 pukul 15.31
WIB.
Pinandita, Apriza. RI, Island States Pledge Sustainable Solutions. The Jakarta
Post: 02 November 2019. Diakses dari
https://www.thejakartapost.com/news/2019/11/02/ri-island-states-pledge-
sustainable-solutions.html#_=_ pada 11 Desember 2019 pukul 02.28
WIB.
Rahmawaty, Amelia. Peluang dan Tantangan Indonesia Menuju Poros Maritim
Dunia di Era Globalisasi (Bagian 1). Forum Kajian Pertahanan Maritim,
Kajian 2015. Diakses dari http://www.fkpmar.org/peluang-dan-
tantangan-indonesia-menuju-poros-maritim-dunia-di-era-globalisasi-
bagian-i/ pada 24 September 2019 pukul 01.35 WIB.
SDGs Indonesia. 13 Penanganan Perubahan Iklim. Diakses dari
https://www.sdg2030indonesia.org/page/21-tujuan-tigabelas pada 11
Desember 2019 pukul 11.48 WIB.
SDGs Indonesia. 14 Menjaga Ekosistem Laut. Diakses dari
https://www.sdg2030indonesia.org/page/22-tujuan-empatbelas pada 11
Desember 2019 pukul 12.03 WIB.
Sekretariat Kabinet RI. Aksi untuk Mengatasi Sampah Laut, Persoalan Serius Nan
mengkhawatirkan. 06 Oktober 2017. Diakses dari
https://setkab.go.id/aksi-untuk-mengatasi-sampah-laut-persoalan-serius-
nan-mengkhawatirkan/ pada 26 September 2019 pukul 16.21 WIB.
Soegiarto, Yanto. Isolate Benny Wenda and stop the attention-seeking, Jakarta
Globe: 11 Mei 2013, diakses pada 14 Oktober 2019 pukul 05.40 WIB.
UNDP Indonesia, Archipelagic and Island States Ministers Reach a Milestone
with Declaration on Sustainable Ocean Climate Actions. 2018, diakses
dari
https://www.id.undp.org/content/indonesia/en/home/presscenter/pressrele
ases/2018/9/archipelagic-and-island-states-ministers-reach-a-milestone-
with-.html pada 22 September 2019 pukul 00.26 WIB.
U.S. Embassy & Consulates in Indonesia, Fact Sheet: U.S.-Indonesia Maritime
Cooperation, 25 Oktober 2015, diakses dari
https://id.usembassy.gov/our-relationship/policy-history/embassy-fact-
sheets/fact-sheet-u-s-indonesia-maritime-cooperation/ pada 09 Oktober
2019 pukul 00.13 WIB.
Widhiarto, Hasyim. Jokowi Declares War on Illegal Fishing. (Jakarta, 18
November 2014). Diakses dari
https://www.thejakartapost.com/news/2014/11/18/jokowi-declares-war-
illegal-fishing.html pada 24 September 2019 pukul 01.07 WIB.
xxvi
World Ocean Review. Marine Resources-Opportunities and Risks. 2014. Diakses
dari http://worldoceanreview.com/wp-
content/downloads/wor3/WOR3_english.pdf dalam Amelia Rahmawaty.
Peluang dan Tantangan Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia di Era
Globalisasi (Bagian 1).
World Resources Institute, 85% Terumbu Karang di Coral Triangle Tergolong
“Terancam”, 23 April 2013, diakses dari
https://www.wri.org/news/2013/04/85-terumbu-karang-di-coral-triangle-
tergolong-“terancam” pada 07 Oktober 2019 pukul 22.46 WIB.
WWF Indonesia, Memberantas Pelaku Kejahatan Perikanan, 23 Maret 2015,
diakses dari https://www.wwf.or.id/?38242/Memberantas-Pelaku-
Kejahatan-Perikanan pada 13 Oktober 2019 pukul 21.44 WIB.