upaya pemerintah kabupaten merangin dalam …

94
1 UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM MENGATASI DAMPAK PENAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI) (Studi Kasus pada Penambangan Metode Lubang Jarum di Desa Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin) Skripsi Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Pemerintahan Oleh: HIPNI WALHUDA NIM: SIP. 151983 Pembimbing : Yuliatin,S.Ag.,M.HI Tri Endah Karya Lestiyani, S.IP.,M.IP PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2020

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

1

UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM MENGATASI DAMPAK

PENAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI)

(Studi Kasus pada Penambangan Metode Lubang Jarum di Desa Simpang Parit

Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin)

Skripsi

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat guna

memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S.1)

dalam Ilmu Pemerintahan

Oleh:

HIPNI WALHUDA

NIM: SIP. 151983

Pembimbing :

Yuliatin,S.Ag.,M.HI

Tri Endah Karya Lestiyani, S.IP.,M.IP

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2020

Page 2: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

2

1 ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM

MENGATASI DAMPAK PENAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI) (Studi Kasus

pada Penambangan Metode Lubang Jarum di Desa Simpang Parit Kecamatan Renah

Pembarap Kabupaten Merangin)” bertujuan: pertama, mengetahui dampak

Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) metode lubang jarum di Desa Simpang Parit

Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin terhadap ekonomi masyarakat. Kedua,

mengetahui dampak PETI terhadap lingkungan. Ketiga, upaya pemerintah Kabupaten

Merangin dalam mengatasi dampak negatif PETI metode lubang jarum di Desa Simpang

Parit Kecamatan Renah Pembarap.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis dan Sumber data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Instrumen pengumpulan data yang

digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang

digunakan Menurut Miles & Huberman analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi

secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi.

Hasil penelitian ini adalah pertama, dampak PETI metode lubang jarum terhadap

ekonomi masyarakat terlihat dari adanya perubahan perilaku masyarakat dari yang

semula sebagai petani karet berubah menjadi penambang, secara ekonomi tentunya terjadi

dampak positif dimana adanya peningkatakan kesejahteraan masyarakat. Kedua, dampak

PETI metode lubang jarum terhadap lingkungan terlihat dari dampak negatif yang

ditimbulkan seperti munculnya lubang, pencemaran air dan udara akibat aktivitas

tambang. Ketiga, upaya pemerintah dalam mengatasi dampak Penambangan Emas Tanpa

Izin PETI metode lubang jarum diantaranya memberikan himbauan kepada masyarakat

untuk menghentikan, serta melakukan razia secara rutin dan berkala guna melakukan

pemberantasan yang dilakukan oleh pihak aparat ke polisian, selain itu juga pemerintah

daerah juga melarang penjualan solar ke daerah pertambangan guna menghentikan

aktivitas pertambangan

Kata kunci : Tambang, Emas, Ilegal, Pemda Merangin

Page 3: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

3

Page 4: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

4

Page 5: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

5

Page 6: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

6

MOTTO

فاستغفروه ثم تىبىا إليه هى أوشأكم مه الرض واستعمركم فيها

إن ربي قريب مجيب Artinya : Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu

pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah

kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi

memperkenankan (doa hamba-Nya). QS. Hud: 61)

“jangan takut berbeda untuk meraih kesuksesan”

- HIPNI WALHUDA-

“semua mimpi kita dapat menjadi kenyataan.

Bila kita mempunyai keberanian untuk mengejarnya”

-Walt Disney”

Page 7: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

7

PERSEMBAHAN

Terima kasih kepada Allah SWT, khusus skripsi ini kupersembahkan untuk yang

amat kucintai dan kasihi kedua orang tuaku yang tersayang, keluarga yang selalu

support dan terima kasih atas semua motivasi, pengorbanan, serta doa yang diberikan,

semoga sebuah pemikiran ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin.

Page 8: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

8

2 KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul

UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM MENGATASI DAMPAK

PENAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI)

(Studi Kasus pada Penambangan Metode Lubang Jarum di Desa Simpang Parit Kecamatan

Renah Pembarap Kabupaten Merangin) Kemudian tidak luput pula sholawat Beriring salam kepada Nabi Besar

Muhammad SAW, yang telah memberi kita petunjuk dari alam kebodohan menuju alam

yang terang benderang seperti yang kita rasakan pada saat sekarang ini, terang bukan

karna lampu yang menyinari dan bukan pula karna bulan dan matahari akan tetapi

terangnya karna ilmu pengetahuan serta iman dan Islam.

Skripsi ini disusun sebagai sumbangan pemikiran terhadap perkembangan Ilmu

pemerintahan dan memenuhi sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata

Satu (S.I) pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Syari‟ah Universitas Islam Negeri

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Pada kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati

penulis sampaikan hasil penelitian yang penulis upayakan secara maksimal dengan

segenap keterbatasan dan kekurangan yang penulis miliki sebagai manusia biasa namun

berbekal pengetahuan yang ada serta arahan dan bimbingan,juga petunjuk dari Ibu Dra.

Ramlah, M.Pd.I, selaku pembimbing I dan Ibu Dr. Maryani, S.Ag, M.HI selaku

pembimbing II yang selalu meluangkan waktu ditengah kesibukan beliau yang luar biasa

untuk memberi bimbingan dengan sabar, saran, dan kritik yang membangun, menebarkan

keceriaan serta optimisme kepada penulis dan akan selalu penulis ingat. Untuk itu penulis

ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini, penulis telah berusaha dengan

semaksimal mungkin untuk kesempurnaan skripsi ini, namun karena keterbatasan ilmu

pengetahuan dan pengalaman penulis, sehingga masih terdapat kejanggalan dan

kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA. Rektor UIN STS Jambi

2. Bapak Dr. A.A. Miftah, M.Ag Dekan Fakultas Syari‟ah UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

3. Bapak H.Hermanto Harun, Lc.,M.HI.,Ph.D Wakil Dekan 1 Fakultas Syariah

UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Page 9: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

9

4. Ibu Dr. Rahmi Hidayati, S.Ag.,M.HI, Wakil Dekan ll Fakultas Syariah UIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

5. Ibu Dr. Yuliatin, S.Ag.,M.HI Wakil Dekan lll dan Kerjasama Fakultas

Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

6. Ibu Mustiah, RH, S.Ag., M.Sy Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas

Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

7. Ibu Tri Endah Karya Lestiyani, S.IP.,M.IP Sekretaris Jurusan Ilmu

Pemerintahan Fakultas Syari‟ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

8. Ibu Dr. Yuliatin,S.Ag.,M.HI Pembimbing l

9. Ibu Tri Endah Karya, S.IP.,M.IP pembimbing II

10. Bapak / Ibu Dosen, Karyawan dan Karyawati Fakultas Syari‟ah UIN Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi.

11. Kepada teman-teman seperjuangan Ilmu Pemerintahan 2015 semua pihak

yang telah banyak membantu baik moril maupun materil sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan dengan baik.

Sepenuhnya hanya dapat memanjatkan do‟a yang sebanyak-banyaknya kepada

kehadirat Allah SWT, semoga jasa-jasa itu menjadi „amal Jariyah bagi mereka semuanya

dan mendapakan ridho Allah SWT.

Demikian semoga Allah SWT senantiasa memberi hidayah-Nya kepada kita

semua. Amiin Yarobbal „alamiiin.

Jambi, Oktober 2019

Penulis

Hipni Walhuda

NIM: SIP. 151983

Page 10: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

ABSTRAK .................................................................................................................. ii

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ........................................................... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... v

MOTTO ...................................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ...................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................................ viii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. x

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5

C. Batasan Masalah ..................................................................................................... 5

D. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 5

E. Kegunaan Penelitian .............................................................................................. 6

F. Kerangka Teori ....................................................................................................... 6

1. Pertambangan...................................................................................................... 7

2. Izin Usaha Penambangan .................................................................................... 10

3. Kejahatan Lingkungan Hidup ............................................................................. 11

4. Penambang Ilegal ................................................................................................ 14

5. Dampak Aktivitas Pertambangan terhadap Lingkungan ..................................... 15

6. Kebijakan Publik ................................................................................................. 20

7. Ekologi ............................................................................................................... 26

8. Konsep Pembangunan ........................................................................................ 27

9. Manajemen dan Fungsi Manajemen ................................................................... 29

G. Tinjauan Pustaka .................................................................................................... 31

BAB II METODE PENELITIAN ............................................................................. 35

A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian ................................................................. 35

Page 11: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

11

B. Pendekatan Penelitian ............................................................................................. 35

C. Jenis dan Sumber Data ............................................................................................ 36

D. Instrumen Pengumpulan Data ................................................................................ 37

E. Teknik Analisis Data .............................................................................................. 38

F. Teknik Penjamin Keabsahan Data ......................................................................... 41

G. Sistematika Penulisan ............................................................................................ 42

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Desa Simpang Parit .................................................................................... 44

B. Gambaran Umum Desa Simpang Parit.................................................................... 45

C. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Simpang Parit ............................................. 49

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Dampak Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) metode lubang jarum di Desa

Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin terhadap sosial

ekonomi masyarakat ............................................................................................... 53

B. Dampak Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) metode lubang jarum di Desa

Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin terhadap lingkungan 64

C. Upaya dan Kendala dalam pemberantasan Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI)

metode lubang jarum di Desa Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten

Merangin ................................................................................................................. 71

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 80

B. Saran ...................................................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 82

LAMPIRAN-LAMPIRAN......................................................................................... 84

GAMBAR-GAMBAR ................................................................................................ 85

CURCULUM VITAE ................................................................................................ 86

Page 12: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) adalah salah satu pertambangan

tidak resmi yang kini menjadi ancaman bagi semua pihak, baik dari pihak

pemerintah Kabupaten Merangin khususnya dan pemerintah Provinsi Jambi

pada umumnya maupun masyarakat yang secara langsung terkena dampak

PETI berupa kerusakan lingkungan.

Salah satu kegiatan PETI juga dilakukan di Desa Simpang Parit

Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin yang dikenal dengan

metode lubang jarung. Berdasarkan hasil pengamatan di Desa Simpang Parit

Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin diketahui bahwa selain

menggunakan alat berat, kegiatan penambangan emas juga dilakukan dengan

cara menggali lubang dengan kedalam mencapai 30 hingga ratusan meter,

dimana material diangkut menggunakan derek untuk dilakukan proses

pemisahan bebatuan dengan biji emas, kegiatan ini disebut dengan

penambangan emas metode lubang jarum. Ukuran lubang yang digali cukup

sempit, hanya di depan lubang saja yang ukurannya 1-2 meter, namun ketika

beberapa meter kebawah, lubang sangat kecil, apalagi setelah sampai di dasar

lubang.1

1 Hasil Observasi di Desa Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten

Merangin, tanggal 14 November 2018

Page 13: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

13

Di dasar lubang terdapat beberapa lubang lagi, ukuran lubang hanya bisa

jongkok atau menunduk dengan lebar hanya bisa untuk berpaspasan dengan

teman lain ketika ganti tugas atau shif. Dengan penerangan yang terbatas senter

kening dan lampu dari listrik gengset dari atas, kegiatan kikis mengikis dasar

lubang terus dilakukan.

Kasus kerusakan lingkungan hidup yang terjadi di Kabupaten Merangin

pada saat ini adalah banyaknya kegiatan PETI yang mengakibatkan terjadi

kerusakan lingkungan disekitarnya berupa pencemaran air dan tanah yang

dikarenakan adanya galian-galian pada tanah dan sungai. Awalnya kegiatan

PETI dilakukan secara sederhana dan tidak merusak lingkungan yakni kegiatan

pertambangan secara manual dengan menggunakan alat yang terbuat dari kayu

yang diberi nama “Dulang” sebagai pekerjaan sampingan. Akan tetapi dengan

menurunnya pendapatan di sektor ekonomi karena anjloknya harga karet yang

berkepanjangan membuat masyarakat sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari menyebabkan masyarakat mulai melakukan kegiatan PETI dengan

menggunakan mesin atau alat tambang yang berkapasitas lebih besar. Hal ini

yang menjadi penyebab timbulnya dampak negatif berupa kerusakan

lingkungan. Dengan melakukan kegiatan PETI ini penghasilan masyarakat

setiap harinya bisa bertambah tanpa menghiraukan dampak yang ditimbulkan

dari aktifitas PETI yang tidak terkendali.

Kegiatan PETI di Kabupaten Merangin dilakukan masyarakat atas dasar

desakan ekonomi yang semakin sulit untuk dipenuhi, sehingga masyarakat

mengambil jalan pintas untuk mencari mata pencaharian baru dengan cara

Page 14: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

14

menambang emas secara ilegal dan tanpa mengikuti aturan yang berlaku.

Padahal pemerintah Kabupaten Merangin beserta aparat telah membuat

peraturan tentang pelarangan melakukan aktivitas PETI yang bersifat ilegal

(tidak resmi) namun masyarakat masih saja melakukannya.

Pertambangan adalah serangkaian kegiatan dalam rangka upaya

pencarian, penggalian, pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian

(mineral, batu bara, panas bumi dan migas). Pertambangan secara hukum ada

dua jenis yaitu pertambangan resmi dan pertambangan tidak resmi.

Pertambangan resmi adalah pertambangan yang memiliki izin dan memiliki

tempat pertambangan yang khusus serta memperhatikan dampaknya terhadap

masyarakat. Sedangkan pertambangan yang tidak resmi adalah pertambangan

yang tidak memiliki izin dari pemerintah dan tidak memiliki tempat yang

khusus serta tidak memperdulikan dampaknya terhadap masyarakat.

Kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini seperti tanah yang dulunya

banyak terdapat areal persawahan sekarang sudah berubah menjadi lubangan,

tanah yang dulunya subur kini menjadi tandus akibat penggalian pertambangan

yang berlebihan yang menyebabkan hilangnya kesuburan tanah. Selain itu

terjadinya penurunan kualitas air dimana banyaknya air sungai yang tercemar

merkuri (Hg) yang apabila dikonsumsi oleh masyarakat dapat mengganggu

kesehatan dan sekaligus merupakan ancaman bagi keberlangsungan hidup

manusia. Dampak terhadap manusia dan lingkungan yang paling parah adalah

adanya sifat biomagnifikasi dimana logam-logam tersebut akan ikut berpindah

Page 15: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

15

dari tubuh predator awal sehingga terakumulasi dan terus bertambah didalam

tubuh predator akhir misalnya dari ikan ke manusia.

Berdasarkan informasi yang diperoleh di Desa Simpang Parit Kecamatan

Renah Pembarap Kabupaten Merangin diketahui bahwa Aktivitas Penambang

Emas Tanpa Izin (PETI) model Lubang Jarum yang berada di Desa Simpang

Parit Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin Jambi terus berlanjut

meski beragam musibah terjadi. Belasan orang tewas tertimbun pada tahun

2016 lalu. Dan terbaru tujuh orang tewas pada awal September 2018. 2

Sosialisasi mengenai bahaya penambangan emas model Lubang Jarum

dan razia oleh aparat keamanan juga kerap dilakukan. Namun warga tak jera

tetap saja melakukan aktivitasnya. Alasannya jelas, karena kebutuhan ekonomi.

Mereka mengaku terpaksa melakukan kegiatan ilegal lantaran sektor

perkebunan karet dan kelapa sawit yang selama ini menopang hidup mereka

tak lagi menjanjikan. Harga karet dan kelapa sawit terjun bebas.

Itulah mengapa pinggiran sungai di Desa Simpang Parit, Kecamatan

Renah Pembarap penuh tambang emas lubang jarum yang memiliki kedalaman

ratusan meter. Oleh karena itu, penulis berkeinginan untuk mengangkatnya

dalam bentuk penelitian dengan judul “Upaya Pemerintah Kabupaten

Merangin Dalam Mengatasi Dampak Penambangan Emas Tanpa Izin

(PETI) (Studi Kasus pada Penambangan Metode Lubang Jarum di Desa

Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin)”

2Hasil Wawancara di Desa Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten

Merangin, tanggal 14 November 2018

Page 16: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

16

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan Latar Belakang diatas maka peneliti mendapat pokok-pokok

permasalahan penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana dampak Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) metode lubang

jarum di Desa Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten

Merangin terhadap ekonomi masyarakat?

2. Bagaimana dampak Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) metode lubang

jarum di Desa Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten

Merangin terhadap lingkungan?

3. Apa upaya pemerintah dalam mengatasi dampak negatif Penambangan

Emas Tanpa Izin (PETI) metode lubang jarum di Desa Simpang Parit

Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin?

C. Batasan Masalah

Untuk memudahkan dalam penulisan karya ilmiah sehingga

mendapatkan hasil yang diharapkan, maka perlu penulis memberi batasan

permasalahan yang akan dibahas, sehinga tidak keluar dari topik permasalahan

yaitu mengkaji tentang upaya pemerintah dalam mengatasi dampak

Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) metode lubang jarum di Desa Simpang

Parit Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

Page 17: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

17

1. Untuk mengetahui dampak Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) metode

lubang jarum di Desa Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap

Kabupaten Merangin terhadap ekonomi masyarakat.

2. Untuk mengetahui dampak Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) metode

lubang jarum di Desa Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap

Kabupaten Merangin terhadap lingkungan.

3. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam mengatasi dampak negatif

Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) metode lubang jarum di Desa

Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin.

E. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini meliputi Tiga

hal, yaitu:

1. Secara praktis kegunaan penelitian diharapkan dapat memberikan

pemahaman kepada masyarakat luas mengenai dampak Penambangan Emas

Tanpa Izin (PETI) metode lubang jarum di Desa Simpang Parit Kecamatan

Renah Pembarap Kabupaten Merangin terhadap lingkungan dan sosial

ekonomi masyarakat.

2. Untuk menambah pengetahuan mengenai dampak Penambangan Emas

Tanpa Izin (PETI) metode lubang jarum di Desa Simpang Parit Kecamatan

Renah Pembarap Kabupaten Merangin terhadap sosial ekonomi masyarakat.

3. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar strata satu (S1) dalam Ilmu

Pemerintahan Fakultas Syari‟ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Page 18: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

18

F. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan uraian ringkas tentang teori yang digunakan

dan cara menggunakan teori itu dalam menjawab pertanyaan penelitian.3 Agar

penelitian ini lebih terarah dan tepat sasaran, maka penulis menganggap perlu

menggunakan kerangka teori sebagai landasan berfikir guna mendapatkan

konsep yang benar dan tepat dalam penyusunan skripsi ini sebagai berikut :

1. Pertambangan

a. Definisi Pertambangan

Pertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang melakukan

ekstraksi mineral dan bahan tambang lainnya dari dalam bumi (kegiatan

mengeluarkan sumber daya alam dari dalam bumi). Sedangkan

penambangan adalah proses pengambilan material yang dapat di ekstraksi

dari dalam bumi, dan tambang adalah tempat atau lokasi terjadinya kegiatan

penambangan. Dalam hukum positif yang dimaksud dengan pertambangan

adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,

pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi

penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, kontruksi, penambangan,

pengelolaan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan

pasca tambang.4 Dari uraian diatas penulis menyimpulkan pertambangan

adalah suatu kegiatan industri maupun perorangan dimana bahan galian

mineral diproses dan dipisahkan dari material pengikut yang tidak

diperlukan.

3 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah, (Jambi: Syariah Press

2014), hlm. 14 4 Undang-undang Minerba Nomor 4 Tahun 2009 Pasal 1

Page 19: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

19

Dalam industri mineral, proses untuk mendapatkan mineral-mineral

yang ekonomis biasanya menggunakan metode ekstraksi, yaitu proses

pemisahan mineral-mineral dari batuan terhadap mineral pengikut yang

tidak diperlukan. Mineral-mineral yang tidak diperlukan akan menjadi

limbah industri pertambangan dan mempunyai kontribusi yang cukup

signifikan pada pencemaran dan dekradasi lingkungan. Industri

pertambangan sebagai industri hulu yang menghasilkan sumberdaya mineral

dan merupakan sumber bahan baku bagi industri hilir yang diperlukan oleh

ummat manusia diseluruh dunia. Adapun jenis dan manfaat sumber daya

mineral bagi kehidupan manusia modren semakin tinggi dan semakin

meningkat sesuai dengan tingkat kemakmuran dan kesejahteraan suatu

negara. Sementara sumber daya mineral itu sendiri dapat diartikan sebagai

sumber daya yang diperoleh dari hasil ekstraksi batu-batuan yang ada di

bumi.

b. Dasar Hukum Pertambangan

Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar Tahun 1945 menyebutkan

bahwa bumi air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh

negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Hal ini berarti pemerintah

pada prinsipnya memiliki kewajiban untuk bertindak sebagai pelaksana

kebijakan negara dalam melakukan pengelolaan dan pemanfaatan sumber

daya alam yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dengan kata

lain berdasarkan pasal tersebut pemerintah merupakan pemeran utama

Page 20: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

20

dalam optimalisasi pengusahaan dan pemanfaatan potensi sumber daya alam

sekaligus pemilik sumber daya alam tersebut.

Indonesia merupakan negara kaya akan galian (tambang) emas, perak,

minyak, gas bumi, batubara, dan lain-lain yang dikuasai oleh negara.

Pemanfaatan sumber daya alamnya harus secara berkelanjutan dan

seoptimal mungkin bagi kepentingan rakyat. Dengan demikian, dalam

pengusahaan potensi sumber daya alam tersebut, pemerintah harus

mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Pada dasarnya pertambangan mempunyai karakteristik, yang salah

satunya bersifat non-reneweble (tidak dapat diperbarui). Pertambangan yang

memiliki karasteristik ini beresiko lebih tinggi dan pengusahaannya

memiliki dampak lingkungan baik fisik maupun sosial yang relatif lebih

tinggi pula dibandingkan dengan pengusahaan komoditi pada umumnya.

Mineral dan batubara merupakan sumber daya alam yang dikuasai negara,

oleh karenanya pengelolaannya harus memberi nilai tambah bagi

perekonomian nasional guna mencapai kemakmuran dan kesejahteraan

rakyat. Untuk mencapai tujuan diatas, maka pengelolaan pertambangan

mineral dan batubara harus berasazkan manfaat, keadilan dan

keseimbangan, serta keberpihakan kepada kepentingan bangsa.

Jadi yang menjadi dasar hukum pertambangan yaitu pasal 33 Undang-

undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu :

• Ayat (2) Cabang-cabang produksi yang penting dan menguasai hajat

hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

Page 21: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

21

• Ayat (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran

rakyat.

2. Izin Usaha Penambangan

Berdasarkan UU No. 11 tahun 1967, Kuasa Pertambangan (KP)

adalah wewenang yang diberikan kepada badan atau perseroan untuk

melaksanakan usaha pertambangan. Setelah UU No. 4 tahun 2009

diberlakukan, maka KP diubah menjadi Izin Usaha Pertambangan (IUP). KP

yang diberlakukannya sebelum ditetapkannya UU No. 4 tahun 2009 dan PP

No. 23 tahun 2010 tetap diberlakukan sampai jangka waktu terakhir, serta

wajib:5

1. Disesuaikan menjadi IUP atau Izin Pertambangan Rakyat (IPR) sesuai

dengan ketentuan PP No. 23 tahun 2010 dalam jangka waktu paling

lambat tiga bulan sejak berlakunya PP tersebut.

2. Menyampaikan rencana kegiatan pada seluruh wilayah KP sampai

dengan jangka waktu berakhirnya KP.

3. Melakukan pengolahan dan pemurnian di dalam negri dalam jangka

waktu paling lambat lima tahun sejak berlakunya UU No. 4 tahun 2009.

Sebagaimana diatur dalam pasal 1 (7) UU No. 4 tahun 2009 tentang

pertambangan mineral dan batubara (UU Minerba), Izin Usaha

Pertambangan (IUP) adalah izin usaha yang diberikan untuk usaha

pertambangan. Merupakan wewenang pemerintah, dalam pengolahan

5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan

Kegiatan Usaha Pertambangan

Page 22: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

22

pertambangan mineral dan batu bara, untuk memberikan IUP. Pasal 6

peraturan pemerintah No.23 tahun 2010 tentang pelaksanakan kegiatan

usaha pertambangan mineral dan batubara (PP 23/2010) mengatur bahwa

IUP diberikan oleh menteri, gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan

kewenangannya. IUP diberikan kepada:

1. Badan usaha, yang dapat berupa Badan Usaha Swasta, Badan Usaha

Milik Negara. atau Badan Usaha Milik Daerah.

2. Koperasi.

3. Perseorangan, yang dapat berupa perseorangan yang merupakan warga

Negara Indonesia, perusahaan firma, atau perusahaan komanditer.

Pemberian IUP akan dilakukan setelah diperoleh WIUP (Wilayah Izin

Usaha Pertambangan). Dalam satu WIUP dimungkinkan untuk diberikan

satu IUP maupun beberapa IUP. Dalam pasal 36 UU Minerba membagi

IUP kedalam dua tahap, yaitu:

a) IUP Eksploirasi, yang meliputi kegiatan penyelidikan umum,

eksplorasi, dan studi kelayakan.

b) IUP Operasi produksi, yang meliputi kegiatan konstruksi,

penambangan, pengolahan dan pemurnian serta pengangkutan dan

penjualan.

3. Kejahatan Lingkungan Hidup

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1 disebutkan:

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

Page 23: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

23

keadan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Lingkungan sebagai sumber daya merupakan asset yang dapat

diperlukan untuk mensejahterakan masyarakat. Hal ini sesuai dengan

perintah Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan

bahwa, bumi, air dan kekayaan alam terkandung di dalamnya di

pergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.6 Dengan

demikian, menurut Soemarwoto sumber daya lingkungan mempunyai daya

regenerasi dan asimilasi yang terbatas. Selama eksploitasi atau permintaan

pelayanan ada di bawah batas daya regenerasi atau asimilasi, sumber daya

terbarui itu dapat di gunakan secara lestari.7

Kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan lingkungannya,

etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut

lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan

lingkungan tetap terjaga. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan

sehubungan dengan penerapan etika lingkungan sebagai berikut:8

a. Manusia merupakan bagian dari lingkungan yang tidak terpisahkan

sehingga perlu menyayangi semua kehidupan dan lingkungan selain

dirinya sendiri.

6 Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945

7 Otto Soemarwoto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, (Gadjah Mada. University,

Yogyakarta, 2010), hlm. 141 8 Sonny Keraf, 2002, Etika Lingkungan, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas)

Page 24: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

24

b. Manusia sebagai bagian dari lingkungan, hendaknya selalu berupaya

untuk menjaga terhadap pelestarian, keseimbangan dan keindahan alam.

c. Kebijaksanaan penggunana sumber daya alam yang terbatas termasuk

bahan energi.

d. Lingkungan disediakan bukan untuk manusia saja, melainkan juga untuk

makhluk hidup yang lain.

Maka dari itu, fokus pada masalah lingkungan yang kita hadapi pada

hakekatnya adalah masalah ekologi manusia. Masalah itu timbul karena

perubahan lingkungan yang menyebabkan lingkungan itu tidak atau kurang

sesuai lagi untuk mendukung kehidupan manusia, akibatnya ialah

terganggunya kesejahteraan manusia9

Selain merupakan pelanggaran terhadap UU yang berlaku, keberadaan

penambangan emas tanpa izin mengakibatkan kerusakan lingkungan yang

disebabkan oleh penggalian tanah dan membuat lubang-lubang raksasa yang

dilakukan. Kerusakan lingkungan tersebut adalah suatu gangguan terhadap

lingkungan alam. Dan menurut Hoefnagels manusia dan lingkungan adalah

terikat secara tak terpisahkan. Gangguan terhadap lingkungan ini adalah

gangguan terhadap manusia itu. Gangguan terhadap lingkungan alam yang

merupakan dampak dari adanya kegiatan penambangan emas tanpa izin

dipandang sebagai pelanggaran terhadap norma kehidupan masyarakat

terutama norma hukum, dan dapat digolongkan sebagai kejahatan, karena

9 Otto Soemarwoto. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. (Jakarta : Penerbit

Djabatan, 1991)

Page 25: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

25

kerugian yang diakibatkan sangat merugikan baik itu manusia maupun

lingkungan itu sendiri.10

4. Penambang Ilegal

Pertambangan merupakan kegiatan, teknologi, dan bisnis yang

berkaitan dengan industri pertambangan mulai dari prospeksi, eksplorasi,

evaluasi, penambangan, pengolahan, pemurnian, pengangkutan, sampai

pemasaran. Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya

pencarian, penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan

penjualan bahan galian (mineral, batubara, panas bumi, migas). Selain itu,

Pertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang melakukan ekstraksi

mineral dan bahan tambang lainnya dari dalam bumi. Penambangan adalah

proses pengambilan material yang dapat diekstraksi dari dalam bumi.

Tambang adalah tempat terjadinya kegiatan penambangan.11

Pertambangan liar atau Pertambangan tanpa izin adalah ilegal karena

di sebagian besar negara, sumber daya mineral bawah tanah adalah milik

negara. Karenanya, sumber daya alam tersebut hanya bisa ditambang oleh

operator berlisensi menurut hukum dan peraturan yang ditetapkan oleh

pemerintah.12

Pertambangan yang paling ilegal terjadi di daerah pedalaman atau

situs pertambangan yang ditinggalkan. Rendahnya produktivitas dan

10

Ibid. 11

Iskandar. 2008. Teknik Keberhasilan Reklamasi dan Penutupan Tambang: Keberhasilan

Reklamasi Lahan Bekas Tambang untuk Tujuan Revegetasi. Fakultas Pertanian IPB. Bogor 12

Dyahwanti, N.I. 2007. Kajian Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Kegiatan

Penambangan Pasir Di Daerah sabuk Hijau Gunung Sumbing (Studi Kasus Di Desa Kwadungan

Gunung) Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung. Thesis. Semarang : Program Magister

Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana Universitas Diponegoro

Page 26: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

26

produksi yang terbatas adalah karakteristik utama pertambangan ilegal.

Namun demikian, ukuran negara dan frekuensi fenomena tersebut dapat

mengubah mikro-produksi ini menjadi bagian yang terlihat jelas pada

tingkat produksi nasional.13

Adapun dampak yang terjadi akibat pertambangan liar tersebut

diantaranya berkurangnya sumber keseimbangan alam seperti hutan, air dan

tanah yang subur sebagian besar disebabkan oleh kegiatan pertambangan

yang menghasilkan polutan yang sangat besar sejak awal eksploitasi sampai

proses produksi dan hanya mementingkan keuntungan pribadi tanpa

memperhatikan faktor kelestarian lingkungan.14

5. Dampak Aktivitas Pertambangan terhadap Lingkungan

Menurut Salim setiap kegiatan pembangunan di bidang pertambangan

pasti menimbulkan dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif

dari kegiatan pembangunan di bidang pertambangan adalah:15

1. Memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi

nasional;

2. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) ;

3. Menampung tenaga kerja, terutama masyarakat lingkar tambang;

4. Meningkatkan ekonomi masyarakat lingkar tambang;

5. Meningkatkan usaha mikro masyarakat lingkar tambang;

6. Meningkatkan kualitas SDM masyarakat lingkar tambang; dan

7. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat lingkar tambang.

13

Ibid 14

Suparmoko, M.R.. 2000. Ekonomika Lingkungan. Yogyakarta : Edisi Pertama.BPFE. 15

Abbas Salim. 2007, Asuransi dan Manajemen Risiko, Raja Gramedia Persada. Jakarta

Page 27: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

27

Dampak negatif dari pembangunan di bidang pertambangan adalah:

1. Kehancuran lingkungan hidup;

2. Penderitaan masyarakat adat;

3. Menurunnya kualitas hidup penduduk lokal;

4. Meningkatnya kekerasan terhadap perempuan;

5. Kehancuran ekologi pulau-pulau; dan

6. Terjadi pelanggaran HAM pada kuasa pertambangan

Meningkatnya kebutuhan sumberdaya mineral di dunia telah memacu

kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya mineral serta untuk

mendapatkan lokasi-lokasi sumberdaya mineral yang baru. Konsekuensi dari

meningkatnya eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya mineral harus diikuti

dengan usaha-usaha dalam pencegahan terhadap dampak yang ditimbulkan

sebagai akibat dari eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya mineral tersebut.16

Dampak sosial ekonomi merupakan dampak aktivitas pertambangan

pada aspek sosial ekonomi yang dapat bersifat positif dan negatif. Dampak

positif akibat aktivitas pertambangan diantaranya adalah terjadinya

peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), terciptanya lapangan pekerjaan,

dan peningkatan ekonomi bagi masyarakat di sekitar wilayah pertambangan

sedangkan dampak negatif dari adanya aktivitas pertambangan adalah

terjadinya penurunan pendapatan bagi masyarakat yang bergerak di sektor

pertanian, karena menurunnya kualitas lahan yang digunakan.

16

Noor, Op.Cit., 183

Page 28: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

28

Hasil penelitian Budimanta menunjukkan bahwa aktivitas

penambangan di daerah Bangka Belitung memberikan berbagai dampak

positif dan negatif pada kehidupan warga. Dampak positif akibat aktivitas

penambangan diantaranya adalah meningkatnya penghasilan devisa bagi

Negara, terciptanya lapangan pekerjaan. Selain itu, adanya perbaikan

infrastruktur seperti akses jalan ke Penagan dari Pangkal Pinang menjadi

semakin mudah dan kondisi jalanan semakin baik. Waktu tempuh menjadi

semakin efisien dibandingkan sebelumnya yang membutuhkan waktu hingga

dua hari bagi para pejalan kaki. Pada aspek ekonomi, pendapatan yang

diperoleh warga menjadi semakin meningkat. Hal ini terlihat dari adanya

kemampuan warga untuk mendirikan rumah permanen yang terbuat dari

bahan bata dan semen, dibandingkan kondisi sebelumnya yang hanya terbuat

dari kayu penyangga.17

Perubahan ekologi di wilayah pertambangan terjadi karena adanya

aktivitas eksploitasi terhadap sumberdaya alam tambang. Perubahan ekologi

ini mengakibatkan perubahan sosial di sekitar wilayah pertambangan.

Kerusakan lingkungan seperti pencemaran air, polusi udara dan kekeringan

air, mampu mengubah sistem mata pencaharian masyarakat desa yang

awalnya bergerak di sektor pertanian menjadi sektor non pertanian. Menurut

Noor permasalahan yang sering muncul dari kegiatan eksplorasi dan

17

Budimanta, A. 2007. Kekuasaan dan Penguasaan Sumberdaya Alam Studi Kasus

Penambangan Timah di Bangka. Jakarta: Indonesia center for sustainable development.

Page 29: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

29

eksploitasi sumberdaya mineral adalah terjadinya penurunan kualitas

lingkungan hidup seperti pencemaran pada tanah, udara, dan hidrologi air.18

Di Indonesia dapat kita jumpai beberapa contoh lokasi tambang yang

telah mengalami penurunan kualitas lingkungan, antara lain tambang timah di

Pulau Bangka, tambang batu bara di Kalimantan Timur dan tambang tembaga

di Papua. Lubang-lubang bekas penambangan dan pembukaan lapisan tanah

yang subur pada saat penambangan, dapat mengakibatkan daerah yang

semula subur menjadi daerah yang tandus. Diperlukan waktu yang sangat

lama untuk kembali ke dalam kondisi semula. Polusi dan degradasi

lingkungan akan terjadi pada semua tahap dalam aktivitas pertambangan.

Tahap tersebut dimulai pada tahap prosesing mineral dan semua aktivitas

yang menyertainya seperti penggunaan peralatan survei, bahan peledak, alat-

alat berat, limbah mineral padat yang tidak dibutuhkan.

Menurut Noor permasalahan yang ditimbulkan dalam penggunaan batu

bara adalah pencemaran udara berupa kandungan belerang yang dilepaskan

oleh hasil pembakaran batu bara pada pembangkit listrik, dan debu batu bara

(partikel-partikel halus) hasil pembakaran yang masuk ke udara.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Qomariah dampak

akibat aktivitas pertambangan batu bara bukan hanya menimbulkan

pencemaran udara yang mengakibatkan penurunan kesehatan saja, melainkan

juga timbulnya cekungan besar yang dikelilingi tumpukan tanah bekas galian

yang telah bercampur dengan sisa-sisa bahan tambang (tailing). Pada saat

18

Noor, Op.Cit., hal 184

Page 30: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

30

musim hujan, cekungan tersebut dialiri air dan berubah menjadi danau. Sisa-

sisa bahan tambang mengalir ke sungai-sungai dan menutupi lahan pertanian

serta areal perkebunan.19

Hal ini mengakibatkan hilangnya vegetasi (tanaman) populasi satwa liar

dan menurunnya kualitas air. Sementara itu di daerah bagian hilir pasca

tambang, rawan terjadinya bencana erosi akibat sedimentasi tanah.

Di beberapa daerah yang memiliki potensi penambangan pasir seperti

Kabupaten Magelang dan Kabupaten Temanggung, aktivitas penambangan

mengakibatkan timbulnya tebing-tebing bukit yang rawan longsor akibat

penambangan yang tidak memakai sistem berteras. Hal ini mengakibatkan

semakin tingginya tingkat erosi di daerah pertambangan, berkurangnya debit

air permukaan atau mata air, menurunnya produktivitas lahan pertanian, dan

tingginya lalu lintas kendaraan drum truk di jalan desa yang kemudian

membuat rusaknya jalan, serta timbulnya polusi udara. Sementara itu, di

beberapa daerah lain di Indonesia seperti Bangka Belitung, Kabupaten

Sumbawa Provinsi NTB dan Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan,

aktivitas pertambangan mengakibatkan terjadinya pencemaran air dan

degradasi lahan. Hilangnya fungsi atas sungai bagi masyarakat seperti air

sungai Tongo-Sejorong yang pada awalnya digunakan warga untuk minum,

membersihkan makanan, mandi, mencuci, minum ternak. Sungai tercemar

oleh limbah yang berasal dari konsentrator aktivitas limbah dan pembukaan

19

Qomariah, R. 2002. Dampak Pertambangan Tanpa Izin Batu Bara Terhadap Kualitas

Sumberdaya Lahan dan Sosial Ekonomi Masyarakat [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Page 31: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

31

hutan di bagian hulu. Selain itu, terjadinya kekeringan air sumur milik warga

akibat adanya aktivitas pengeboran.

6. Kebijakan Publik

a. Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan Publik Pada dasarnya banyak batasan atau definisi apa

yang dimaksud dengan kebijakan publik (public policy) dalam literatur-

literatur ilmu politik. Masing-masing definisi tersebut memberi

penekanan yang berbeda-beda. Perbedaan ini timbul karena masing-

masing ahli mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Sementara di

sisi yang lain, pendekatan dan model yang digunakan oleh para ahli pada

akhirnya juga akan menentukan bagaimana kebijakan publik tersebut

hendak didefinisikan.20

Definisi kebijakan publik yang dikemukakan oleh

Thomas R. Dye dalam Syafiie menyatakan bahwa “kebijakan publik

adalah apapun juga yang dipilih pemerintah, apakah mengerjakan sesuatu

atau tidak mengerjakan (mendiamkan) sesuatu itu (whatever government

choose to do or not to do)”.21

Dye dalam Harbani Pasolong mengemukakan bahwa bila

pemerintah mengambil suatu keputusan maka harus memiliki tujuan

yang jelas, dan kebijakan publik mencakup semua tindakan pemerintah,

jadi bukan semata-mata merupakan pernyataan keinginan pemerintah

atau pejabat pemerintah saja.22

Sementara Carl Friedrich mengemukakan

20

Budi Winarno, Kebijakan Publik :Teori dan Proses, CAPS, Yogyakarta, 2007, hal. 16 21

Inu Kencana Syafiie, Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia (SANKRI), Bumi

Aksara, Jakarta, 2006, hal. 106 22

Harbani Pasolong, Teori Administrasi Publik. Alfabeta, Bandung, 2010, hal. 112

Page 32: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

32

bahwa: Kebijakan sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan oleh

seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu

yang memberikan hambatan-hambatan dan peluang-peluang terhadap

kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam

rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau

suatu maksud tertentu.23

Namun demikian, satu hal yang harus diingat dalam

mendefinisikan kebijakan, adalah bahwa pendefinisian kebijakan tetap

harus mempunyai pengertian mengenai apa yang sebenarnya dilakukan

oleh pemerintah, daripada apa yang diusulkan dalam tindakan mengenai

suatu persoalan tertentu. Definisi mengenai kebijakan publik akan lebih

tepat bila definisi tersebut mencakup pula arah tindakan atau apa yang

dilakukan dan tidak semata-mata menyangkut usulan tindakan. Winarno

mengemukakan bahwa definisi yang lebih tepat mengenai kebijakan

publik adalah sebagaimana definisi yang dikemukakan oleh James

Anderson yaitu “kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai

maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam

mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan”. Konsep kebijakan ini

dianggap tepat karena memusatkan perhatian pada apa yang sebenarnya

dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan oleh

pemerintah.24

23

Budi Winarno, Op.Cit., hal. 17 24

Ibid., hal. 18

Page 33: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

33

Amir Santoso dalam Winarno dengan mengkomparasi berbagai

definisi yang dikemukakan oleh para ahli yang menaruh minat dalam

kebijakan publik mengemukakan bahwa pada dasarnya pandangan

mengenai kebijakan publik dapat dibagi ke dalam dua wilayah kategori

yaitu: Pertama, pendapat ahli yang menyamakan kebijakan publik dengan

tindakan-tindakan pemerintah. Para ahli dalam kelompok ini cenderung

menganggap bahwa semua tindakan pemerintah dapat disebut sebagai

kebijakan publik. Kedua, menurut Amir Santoso berangkat dari para ahli

yang memberikan perhatian khusus kepada pelaksanaan kebijakan. Para

ahli yang masuk dalam kategori ini terbagi dalam dua kubu, kubu

pertama melihat kebijakan publik dalam tiga lingkungan, yakni

perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan dan penilaian dan kubu

kedua memandang kebijakan publik sebagai suatu hipotesis yang

mengandung kondisi-kondisi awal dan akibatakibat yang bisa

diramalkan.25

Lebih lanjut, Effendi mengemukakan bahwa pengertian kebijakan

publik dapat dirumuskan sebagai: Pengetahuan tentang kebijakan publik

adalah pengetahuan tentang sebab-sebab, konsekuensi dan kinerja

kebijakan serta program publik, sedangkan pengetahuan dalam kebijakan

publik adalah proses menyediakan informasi dan pengetahuan untuk para

eksekutif, anggota legislatif, lembaga peradilan dan masyarakat umum

25

Ibid., hal, 17

Page 34: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

34

yang berguna dalam proses perumusan kebijakan serta yang dapat

meningkatkan kinerja kebijakan.26

Berdasarkan definisi dan pendapat para ahli di atas, maka dapat

dikemukakan bahwa kebijakan publik merupakan tindakan-tindakan

tertentu yang dilakukan oleh pemerintah ataupun pejabat pemerintah.

Setiap kebijakan yang dibuat pemerintah pasti memiliki suatu tujuan,

sehingga kebijakan publik berguna untuk memecahkan masalah atau

problem yang ada dalam kehidupan masyarakat. Kebijakan publik sangat

perlu adanya karena tugas pemerintah sebagai pelayan masyarakat yang

harus merumuskan tindakan-tindakan untuk masyarakat.

b. Tahap-Tahap Kebijakan Publik

Charles Lindblom dalam Winarno mengemukakan bahwa proses

pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena

melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji oleh aktor

pembuat kebijakan. Oleh karena itu, beberapa ahli politik yang menaruh

minat untuk mengkaji kebijakan publik membagi proses-proses

penyusunan kebijakan publik ke dalam beberapa tahap. Tujuan

pembagian seperti ini adalah untuk memudahkan dalam mengkaji

kebijakan publik.27

Tahap-tahap kebijakan publik yang dikemukakan

oleh Dunn adalah sebagai berikut:28

1) Tahap Penyusunan Agenda

26

Inu Kencana Syafiie, Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia (SANKRI), Bumi

Aksara, Jakarta, 2006, hal. 106 27

Budi Winarno, Op.Cit., hal. 32 28

Ibid.

Page 35: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

35

Sejumlah aktor yang dipilih dan diangkat untuk merumuskan masalah-

masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah ini

berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda

kebijakan, karena tidak semua masalah menjadi prioritas dalam

agenda kebijakan publik. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke

agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu

masalah mungkin tidak disentuh sama sekali, sementara masalah lain

ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena

alasan-alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.

2) Tahap Formulasi Kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas

oleh para aktor pembuat kebijakan. Masalah-masalah tersebut

kemudian didefinisikan untuk kemudian dicari solusi pemecahan

masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai

alternative atau pilihan kebijakan (policy alternatives/policy options)

yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk

ke dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan

masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai

tindakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini,

masing-masing aktor akan “bermain” untuk mengusulkan pemecahan

masalah tersebut.

Page 36: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

36

3) Tahap Adopsi Kebijakan

Berbagai macam alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para aktor

perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan

tersebut diadopsi untuk tindakan lebih lanjut dalam kebijakan publik

dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur

lembaga atau keputusan peradilan.

4) Tahap Implementasi Kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatam elit,

jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu,

keputusan program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif

pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan

oleh badan-badan pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah

diambil dilaksanakan oleh badan-badan pemerintah yang

memobilisasi sumberdaya finansial dan manusia. Pada tahap

implementasi ini muncul berbagai kepentingan yang akan saling

bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para

pelaksana (implementors), namun beberapa yang lain mungkin akan

ditentang oleh para pelaksana.

5) Tahap Evaluasi Kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau

dievaluasi, hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana kebijakan

yang dibuat telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik

pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam

Page 37: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

37

hal ini, memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena

itu, ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi

dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak

yang diinginkan.

7. Ekologi

Ekologi didefinisikan sebagai ilmu tentang hubungan timbal-balik

antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali

diperkenalkan oleh Haeckel, seorang ahli biologi, pada pertengahan

dasawarsa 1860-an. Ekologi berasal dari bahasa yunani yaitu oikos yang

berarti rumah tangga, dan logos yang berarti ilmu, sehingga secara harfiah

ekologi berarti ilmu tentang rumahtangga makhluk hidup.29

Menurut

Silalahi hal yang paling penting dari ekologi ialah konsep ekosistem.

Ekosistem ialah suatu ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik

antara makhluk hidup dengan lingkungannya.30

Dalam sistem ini, semua komponen bekerja secara teratur sebagai

suatu kesatuan. Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup (biotic) dan tak

hidup (abiotic) di suatu tempat yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan

yang teratur. Keteraturan terjadi disebabkan oleh adanya arus materi dan

energi yang terkendalikan oleh arus informasi antara komponen dalam

ekosistem itu. Ketentuan ekosistem menunjukkan adanya suatu

keseimbangan tertentu dari ekosistem. Keseimbangan ini bukan statis

melainkan dinamis, karena berubah-ubah. Perubahan ini dapat besar atau

29

Kristanto, P. 2004. Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi Yogyakarta, hal. 42 30

Silalahi, M.D. 2001. Hukum Lingkungan dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan

Indonesia. Bandung: PT. Alumni, hal. 71

Page 38: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

38

kecil, dilakukan baik oleh manusia maupun secara alami. Sama halnya

dengan Adiwibowo yang menyatakan bahwa dalam ekologi dipelajari

bagaimana makhluk hidup berinteraksi timbal balik dengan lingkungan

hidupnya baik yang bersifat hidup (biotic) maupun tak hidup (abiotic)

sedemikian rupa, sehingga terbentuk suatu jaring-jaring sistem kehidupan

pada berbagai tingkatan organisasi. Di dalam ekosistem, tumbuhan, hewan,

dan mikro organisme saling berinteraksi melakukan transaksi materi dan

energi membentuk satu kesatuan sistem kehidupan.31

8. Konsep Pembangunan

Konsep pembangunan biasanya melekat dalam konteks kajian suatu

perubahan, pembangunan disini diartikan sebagai bentuk perubahan yang

sifatnya direncanakan; setiap orang atau kelompok orang tentu akan

mengharapkan perubahan yang mempunyai bentuk lebih baik bahkan

sempurna dari keadaan yang sebelumnya; untuk mewujudkan harapan ini

tentu harus memerlukan suatu perencanaan. Pembangunan secara berencana

lebih dirasakan sebagai suatu usaha yang lebih rasional dan teratur bagi

pembangunan masyarakat yang belum atau baru berkembang.32

Adapun pembangunan menurut beberapa ahli yaitu : pembangunan

menurut Rogers adalah perubahan yang berguna menuju sustu sistem sosial

dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak suatu bangsa. Selanjutnya

menurut W.W Rostow pembangunan merupakan proses yang bergerak

31

Adiwibowo, S (Editor). 2007. Ekologi Manusia. Bogor: Institut Pertanian Bogor, hal. 17 32

Subandi, Ekonomi Pembangunan (cetakan kesatu), Alfabeta, Bandung, 2011, hal. 9

Page 39: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

39

dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat terbelakang ke masyarakat

negara yang maju.33

Pembangunan mula-mula dipakai dalam arti pertumbuhan

ekonomi.Sebuah masyarakat dinilai berhasil melaksanakan pembangunan,

bila pertumbuhan ekonomi masyarakat tersebut cukup tinggi. Dengan

demikian, yang diukur adalah produktivitas masyarakat atau produktivitas

negara setiap tahunnya.34

Dalam bidang sosial, usaha-usaha pembangunan pada umumnya

diarahkan untuk mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap dalam

masyarakat yang lebih kondusif bagi pembaharuan, pembangunan,

pembangunan dan pembinaan bangsa. Dalam hal ini termasuk

pengembangan motivasi kegairahan usaha yang bersifat produktif. Dan yang

lebih penting adalah dapat dikembangkan suatu proses pendewasaan

masyarakat melalui pembinaan dan dorongan serta adanya energi.

Pembangunan sebenarnya meliputi dua unsur pokok; pertama, masalah

materi yang mau dihasilkan dan dibagi, dan kedua, masalah manusia yang

menjadi pengambil inisiatif, yang menjadi manusia pembangun.

Bagaimanapun juga, pembangunan pada akhirnya harus ditujukan pada

pembangunan manusia; manusia yang dibangun adalah manusia yang

kreatif, dan untuk bisa kreatif ini manusia harus merasa bahagia, aman, dan

bebas dari rasa takut.

33

Rochajat Harun & Elvinaro Ardianto, Komunikasi Pembangunan dan Perubahan Sosial.

Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hal. 3 34

Ibid.

Page 40: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

40

Pembangunan pada hakekatnya adalah suatu proses transformasi

masyarakat dari suatu keadaan pada keadaan yang lain yang makin

mendekati tata masyarakat yang dicita-citakan; dalam proses transformasi

itu ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu keberlanjutan (continuity) dan

perubahan (change), tarikan antara keduanya menimbulkan dinamika dalam

perkembangan masyarakat.

9. Manajemen dan Fungsi Manajemen

Manajemen berasal dari bahasa kata manage yang artinya mengatur.

Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dan

fungsi-fungsi manajemen itu (Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan,

Pengendalian). Jadi, Manajemen itu merupakan suatu proses untuk

mewujudkan tujuan yang diinginkan. Untuk memperoleh gambaran yang

lebih jelas mengenai manajemen, berikut ini akan diungkapkan oleh para

ahli. Menurut Stoner dan Wankel yang dikutip oleh Siswanto adalah:

Management is the process of planning, organizing, leading, and

controlling, the effort or organizing members and of using all other

organizational resources to achieve stated organi zational goals.

(Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,

dan upaya pengendalian anggota organisasi dan penggunaan sumber daya

organisasi lainnya demi tercapainya tujuan organisasi yang telah dicapai).

Menurut Hasibuan yaitu: Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur

proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya

secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Page 41: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

41

Dari definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa manajemen adalah

ilmu dan seni untuk melaksanakan funsi-fungsi manajemen, dimana fungsi-

fungsi manajemen tersebut bertujuan untuk mencapai tujuan bersama,

individu, dan masyarakat secara efektif dan efisien dengan memanfaatkan

sumber daya yang ada.

Menurut Sastrohadiwiryo fungsi-fungsi manajemen terdiri dari:

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah proses dari rangkaian kegiatan untuk

menetapkan terlebih dahulu tujuan yang diharapkan pada suatu jangka

waktu tertentu atau periode waktu yang telah ditetapkan, serta tahapan

yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tersebut.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah proses dan rangkaian kegiatan dalam

pembagian pekerjaan yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota

kelompok pekerjaan, penentuan hubungan pekerjaan yang baik diantara

mereka, serta pemeliharaan lingkungan dan fasilitas pekerjaan yang

pantas.

c. Pengarahan (Directing)

Pengarahan adalah satu rangkaian kegiatan untuk memberi

petunjuk atau instruksi dari seorang atasan kepada bawahan atau

beberapa bawahan, atau kepada orang yang diorganisasikan dalam

kelompok formal dan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan.

Page 42: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

42

d. Pemotivasian (Motivating)

Pemberian motivasi adalah suatu proses dan rangkaian kegiatan

yang seorang manajer dalam memberikan inspirasi, semangat, dan

kegairahan kerja serta dorongan kepada karyawan untuk dapat

melakukan suatu kegiatan sebagaimana yang diharapkan.

e. Pengendalian (Controlling)

Pengendalian adalah suatu proses dan rangkaian kegiatan untuk

mengusahakan agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan dan tahapan yang harus dilalui. Dengan

demikian, apabila ada kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana dan

tahapan, perlu diadakan suatu tindakan perbaikan (corrective action)

G. Tinjauan Pustaka

1. Kresna Wardhna. Dampak lingkungan akibat pertambangan tanpa izin

(PETI) emas (studi kasus tentang efektivitas lembaga lingkungan dalam

pengendalian dampak lingkungan akibat aktivitas PETI di Kalimantan).

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa efektivitas kelembangaan

lingkungan dalam penanganan PETI di Kalimantan Barat masih rendah. Hal

tersebut dapat dilihat dari semakin meningkatnya perkembangan PETI dan

semakin meningkatnya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh PETI.

Belum efektifnya lembaga-lembaga tersebut dalam melaksanakan

penertiban PETI disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: lokasi, operasi

penertiban, perijinan, penegakan hukum, pendanaan dan faktor kegiatan KK

dan KP. Meningkatnya perkembangan PETI berpengaruh terhadap

Page 43: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

43

peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar lokasi PETI. Selain itu,

dampak sosial budaya yang ditimbulkan PETI adalah meningkatnya

kriminalitas, gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat seperti

perjudian, minuman keras dan prostitusi di sekitar lokasi PETI.35

2. Supriadi, Penerapan Ketentuan Pidana Terhadap Tindak Pidana

Penambangan Emas Tanpa Izin (Studi Penelitian di Kabupaten Aceh Jaya).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa alasan-alasan tidak diterapkannya

ketentuan pidana terhadap tindak pidana penambangan emas tanpa izin yaitu

dikhawatirkan akan menimbulkan efek baru (konflik sosial) di kalangan

masyarakat dan tidak adanya koordinasi diantara unsur penyelenggara

pemerintah Kabupaten Aceh Jaya guna merumuskan kebijakan hukum

(peraturan daerah) dalam rangka penerapan ketentuan pidana terhadap

tindak pidana penambangan emas tanpa izin. Akibat tidak diterapkannnya

ketentuan pidana terhadap tindak pidana penambangan emas tanpa izin yaitu

terjadi kerusakan lingkungan yang tidak terkendali, mengancam

keselamatan penambangan dan menciptakan kondisi kesehatan yang buruk

bagi pelaku dan masyarakat sekitarnya. Upaya yang ditempuh oleh pihak

terkait dalam pencegahan terjadinya pencemaran lingkungan hidup akibat

penambangan emas tanpa izin yaitu melakukan pembinaan berupa

pemberian izin di wilayah petambangan rakyat, melakukan penyuluhan

terpadu dengan instansi terkait, melakukan penertiban dan melakukan

35

Kresna Wardhna, 2002. Dampak lingkungan akibat pertambangan tanpa izin (PETI)

emas (studi kasus tentang efektivitas lembaga lingkungan dalam pengendalian dampak lingkungan

akibat aktivitas PETI di Kalimantan). Tesis. Universitas Indonesia

Page 44: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

44

sosialisasi kepada pelaku usaha pertambangan mengenai penanganan limbah

pertambangan.36

3. Widya Novita Sari, Penertiban Terhadap Kegiatan Pertambangan Emas

Tanpa Izin (PETI) di Kabupaten Dharmasraya. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kegiatan penambangan emas tanpa izin secara

subtansial menunjang pembangunan ekonomi dan sosial masyarakat di

sekitar lokasi pertambangan. Namun kebanyakan kegiatan penambangan

tersebut menimbulkan kerusakan lingkungan serta mengabaikan

perlindungan terhadap kesehatan dan keselamatan penambangan maupun

masyarakat disekitar lokasi tambang.37

36

Supriadi, 2015. Penerapan Ketentuan Pidana Terhadap Tindak Pidana Penambangan

Emas Tanpa Izin (Studi Penelitian di Kabupaten Aceh Jaya). Skripsi. Fakultas Hukum Universitas

Syiah Kuala 37

Widya Novita Sari, 2016. Penertiban Terhadap Kegiatan Pertambangan Emas Tanpa

Izin (PETI) di Kabupaten Dharmasraya. Skripsi. Hukum Administrasi Negara. Fakultas Hukum

Universitas Andalas

Page 45: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

45

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini terfokus di Desa Simpang Parit Kecamatan Renah

Pembarap Kabupaten Merangin. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-

Juli 2019

B. Pendekatan Penelitian

Dalam upaya mencari dan mengumpulkan data yang akurat, penelitian

yang penulis lakukan bersifat kualitatif. Peneliti kualitatif adalah peneliti yang

bermaksud untuk menggambarkan dan memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek peneliti misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan

lain-lain. Secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai

metode ilmiah.38

Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk

memahami secara mendalam mengenai dampak Penambangan Emas Tanpa

Izin (PETI) metode lubang jarum di Desa Simpang Parit Kecamatan Renah

Pembarap Kabupaten Merangin terhadap lingkungan dan sosial ekonomi

masyarakat.

38

Lexi J. Moleong. Metodelogi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2005), Ed. Revisi. hlm.6

34

Page 46: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

46

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

sumbernya dialapangan.39

Karena penelitian ini peneliti kualitatif dimana

peneliti merupakan instrumen penelitian maka data primer pada

penelitian ini diperoleh dengan cara observasi dan wawancara. Dalam hal

ini peneliti mencari dan mengumpulkan data yang berkenaan dan

langsung berkaitan dengan pokok permasalahan dalam penelitian. Data

primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hasil wawancara.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain

sebagai pendukung data primer yang dipandang berkaitan dengan pokok

kajian yang diteliti. Data sekunder bersumber dari dokumen-dokumen,

baik berupa dokumen-dokumen resmi maupun bahan perpustakaan

lainnya.40

Walaupun data tersebut diperoleh dari orang lain atau

dokumen lain tetapi data tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pendukung

sumber data utama. Adapun data sekunder yang digunakan dalam

penelitian ini antara lain arsip, dokumentasi (foto), dan dokumen yang

berhubungan dengan penelitian.

39

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah, (Jambi: Syariah Press

2014), hlm. 178 40

Ibid., hlm. 179

Page 47: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

47

2. Sumber Data

Sumber data berupa responden dan informan dikatakan juga sebagai

sumber dat berupa orang (person). Sumber data peristiwa-peristiwa atau

kejadian selama observasi berlangsung dikatakan juga sebagai sumber data

berupa tempat (palce). Sedangkan sumber data berupa dokumen-dokumen

atau berupa literatur-literatur pustaka dikatakan juga sebagai sumber data

berupa huruf, angka, gambar dan simbol-simbol.41

Jadi sumber data yang diambil oleh peneliti adalah manusia dan

materi. Adapun sumber data yang meliputi manusia antara lain : pemerintah

Desa Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin, data

jumlah penambangan ilegal dan data-data lain yang berhubungan dalam

penelitian ini.

D. Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengawasan,

peninjauan, penyelidikan riset. Observasi berasal dari bahasa latin yang

berarti “melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada

kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul,

dan mempertimbangkan hubungan, antar aspek dalam fenomena tersebut.42

41

Ibid., hlm. 36 42

Iin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara (Jatim: Bayumedia

Publishing, 2004), hlm. 1

Page 48: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

48

Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data

suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-

chescking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang

diperoleh sebelumnya. Observasi disini diartikan sebagai kegiatan

mengamati secara langsung Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) metode

lubang jarum di Desa Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap

Kabupaten Merangin.

2. Dokumentasi

Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan metode dokumentasi

atau kepustakaan untuk memperkuat kebenaran data yang akan di analisis.

Metode dokumentasi adalah pengumpulan data melalui data peninggalan

tertulis seperti arsip, dan termasuk buku-buku tentang pendapat, teori, dan

lai-lain yang berhubungan dengan penelitian.43

Penggunaan metode dokumentasi ini sangat berguna untuk

mendapatkan data catatan gambaran yang ada kaitannya dengan penelitian

ini.

3. Wawancara

Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya

menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Pokok-pokok yang menjadi dasar pertanyaan diatur sangat terstruktur.

Wawancara ini bertujuan untuk mencari jawaban terhadap hipotesis kerja.44

43

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2008), Cet 4, hlm.

102 44

Lexy. Op.Cit, hlm. 190

Page 49: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

49

Sedangkan wawancara tidak terstruktur pertanyaan tidak disusun

terlebih dahulu. Wawancara ini menemukan informasi yang bukan baku

atau informasi tunggal. Responden biasanya terdiri atas mereka yang

terpilih saja karena sifat-sifatnya yang khas. Biasanya mereka memiliki

pengetahuan dan mendalami situasi, dan mereka lebih mengetahui informasi

yang dibutuhkan.45

Metode wawancara ini digunakan untuk memperoleh data atau

informasi langsung melalui tanya jawab. Peneliti melakukan wawancara ini

dengan Pemerintah Desa dan masyarakat serta penambang yang terdapat di

Desa Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin yang

mengetahui tentang Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) metode lubang

jarum.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data secara sistematis

untuk mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan. Analisis data

menurut Bogdan dalam Sugiyono yaitu proses mencari dan menyusun secara

sistematik data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain.46

Analisis data kualitatif bersifat induktif,

yaitu analisis berdasarkan data yang diperoleh.

Menurut Miles & Huberman analisis terdiri dari tiga alur kegiatan

yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan

45

Ibid., hlm. 192 46

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif dan Kombinasi (Mixed

Methods).(Bandung: Alfabeta, 2016), h. 334

Page 50: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

50

kesimpulan/verifikasi. Mengenai ketiga alur tersebut secara lebih lengkapnya

adalah sebagai berikut:47

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data

kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data

berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi penelitian

kualitatif berlangsung. Selama pengumpulan data berlangsung, terjadilan

tahapan reduksi selanjutnya (membuat ringkasan, mengkode, menelusur

tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi, membuat memo). Reduksi

data/transformasi ini berlanjut terus sesudah penelian lapangan, sampai

laporan akhir lengkap tersusun.

Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi data

merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data

dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya

dapat ditarik dan diverifikasi. Dengan reduksi data peneliti tidak perlu

mengartikannya sebagai kuantifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakan

dan ditransformasikan dalam aneka macam cara, yakni: melalui seleksi

yang ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya

dalam satu pola yang lebih luas, dan sebagainya. Kadangkala dapat juga

47

Milles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: Universitas Indonesia Press,

1992), h. 16

Page 51: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

51

mengubah data ke dalam angka-angka atau peringkat-peringkat, tetapi

tindakan ini tidak selalu bijaksana.

2. Penyajian Data

Miles & Huberman membatasi suatu penyajian sebagai sekumpulan

informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Mereka meyakini bahwa

penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama

bagi analisis kualitatif yang valid, yang meliputi: berbagai jenis matrik,

grafik, jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan

informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih.

Dengan demikian seorang penganalisis dapat melihat apa yang sedang

terjadi, dan menentukan apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah

terus melangkah melakukan analisis yang menurut saran yang dikisahkan

oleh penyajian sebagai sesuatu yang mungkin berguna.

3. Menarik Kesimpulan

Penarikan kesimpulan menurut Miles & Huberman hanyalah

sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-

kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu

mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran

penganalisis (peneliti) selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada

catatan-catatan lapangan, atau mungkin menjadi begitu seksama dan

menghabiskan tenaga dengan peninjauan kembali serta tukar pikiran di

antara teman sejawat untuk mengembangkan kesepakatan intersubjektif

Page 52: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

52

atau juga upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan

dalam seperangkat data yang lain. Singkatnya, makna-makna yang muncul

dari data yang lain harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan

kecocokannya, yakni yang merupakan validitasnya. Kesimpulan akhir

tidak hanya terjadi pada waktu proses pengumpulan data saja, akan tetapi

perlu diverifikasi agar benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Secara

skematis proses analisis data menggunakan model analisis data interaktif

Miles dan Huberman dapat dilihat pada bagan berikut:

Gambar 2. Teknik Analisis Data

F. Teknik Penjamin Keabsahan Data

1. Perpanjangan Pengamatan

Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke

lapangan, melakukan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,

melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah

ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti

hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk rapport,

Simpulan atau Verifikasi

Pengumpulan Data Penyajian Data

Reduksi Data

Page 53: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

53

semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling mempercayai

sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.48

2. Peningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara

lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian

data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara

membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau

dokumentasi yang terkait dengan temuan yang akan diteliti.

3. Triangulasi

Triangulasi adalah sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang telah ada. Dengan menggunakan triangulasi sebenarnya peneliti telah

melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya

peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredebilitas data,

yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan

data dan berbagai sumber data.49

G. Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan penulis dan menyusun pemahaman tentang

sekripsi agar berjalan dengan apa yang telah penulis tentukan sebelumnya,

maka ditentukan susunan dan sitematika penulisan sebagai berikut:

48

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif....h. 117 49

Ibid.

Page 54: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

54

Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari : Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Batasan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Kerangka Teori,

Tinjauan Pustaka.

Bab II Metode Penelitian, yang terdiri dari : Tempat dan Waktu penelitian,

Pendekatan Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Instrumen Pengumpulan Data,

Teknik Analisis Data, Tenik Pemilihan Informan, Sistematika Penulisan dan

Jadwal Penelitian.

Bab III Gambaran Umum Lokasi Penelitian, yang Terdiri dari : Sejarah dan

Geografis Kabupaten Merangin, Struktur Perangkat Desa Simpang Parit

Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin.

Bab IV Temuan Lapangan dan Pembahasan, terdiri dari: dampak Penambangan

Emas Tanpa Izin (PETI) metode lubang jarum di Desa Simpang Parit

Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin terhadap lingkungan, dan

dampak Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) metode lubang jarum di Desa

Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin terhadap

sosial ekonomi masyarakat.

Bab V Penutup, yang terdiri dari: Kesimpulan, Saran dan Kata Penutup.

Page 55: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

55

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Desa Simpang Parit

Desa Simpang Parit dikenal sejak tahun 1941, pada masa itu sudah

terbentuk sebuah perkampungan yang waktu itu dipimpin oleh Depati

Malindan yang bernama Datuk Melano. Adapun makna dari nama Desa

Simpang Parit yaitu Parit berarti lobang, dimana terdapat sebuah parit besar

yang digunakan untuk benteng atas penyerangan belanda pada masa itu,

tanjung berarti sebidang tanah yang dikepung oleh Sungai Batang Merangin,

sehingga terbentuklah nama Desa Simpang Parit.

Pada tahun 1984 dibentuklah Desa Simpang Parit, begitupun keberadaan

Pemerintahan Desa Simpang Parit ini dengan perubahan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, maka kepemimpinan atau yang menjabat sebagai

kepala Desa Simpang Parit tetap mengikuti perubahan tersebut, sehingga

sampai saat ini Desa Simpang Parit sudah beberapa kali diganti masa jabatan

kepemimpinan, berikut daftar nama Kepala Desa yang pernah menjabat dan

mempimpin sampai sekarang:

Tabel. 3.1

Daftar Nama Kepala Desa Yang Pernah Menjabat

No Nama Jabatan Masa Bakti

1 H. Ridwan Kepala Desa 1984-1999

2 Seh Samad Kepala Desa 1999-2009

3 Mustarupi Kepala Desa 2009-2015

4 H. Saidina Ali Pjs Kepala Desa 2015-2016

5 Mustarupi Kepala Desa 2016-2022

44

Page 56: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

56

B. Gambaran Umum Desa Simpang Parit

Desa Simpang Parit merupakan salah satu desa yang terdapat di

Kecamatan Renah Pembarap. Menurut tutur di Marga Renah Pembarap,

“Puyang” mereka berasal dari Jawa Mataram dan Minangkabau. Yaitu

Panatih Lelo Majnun, Panatih Lelo Baruji dan Panatih Lelo Majanin.

Sedangkan dari Minangkabau Syech Rajo, Syech Beti dan Syech Saidi Malin

Samad. Cerita tentang sejarah Marga Renah Pembarap mengenai “Syech

Rajo, Syech Beti dan Syech Saidi Malin Samad” juga ditemukan di Marga

Senggarahan. 50

Sejarah Mataram merupakan wujud ikrar kedatangan dari Kerajaan-

kerajaan yang mengakui kebesaran Mataram. Sedangkan Minangkabau

merupakan kedatangan masyarakat dari Kerajaan Pagaruyung yang hidup di

ulu Sungai Batanghari.

Penghormatan terhadap “Alam sekato Rajo” dan Ikrar terhadap

Kerajaan Jambi dan Minangkabau ditandai dengan berbagai seloko. Di Marga

Sungai Tenang dikenal seloko “Tegak Tajur, Ilir ke Jambi. Lipat Pandan Ke

Minangkabau. Sedangkan di Marga Jujuhan, Marga VII Koto dan Marga IX

Koto dikenal seloko “Jika mengadap ia ke hilir, jadilah beraja ke Jambi. Jika

menghadap hulu maka Beraja ke Pagaruyung. Barbara Watson Andaya

sendiri memberikan istilah “hubungan otonom Hulu-hilir.51

50

http://musri-nauli.blogspot.com/2017/05/depati-duo-silo.html 51

http://musri-nauli.blogspot.com/2017/05/depati-duo-silo.html

Page 57: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

57

Kata Renah Pembarap berasal dari kata Renah dan Pembarap. Renah

adalah tanah yang rendah. Sedangkan “Pembarap” berasal dari kata

“membarap‟ yang berarti “keputusan”.

Versi yang lain menyebutkan “pembarap” artinya tua dimana tempat

Marga Renah Pembarap merupakan tanah kepemimpinan yang tua didalam

Luak XVI. Dengan demikian maka Renah Pembarap adalah Tempat untuk

mengambil keputusan-keputusan penting di Luak XVI. Penghormatan

terhadap Renah Pembarap dapat dijumpai di Marga Senggarahan.

Tembo Marga Renah Pembarap kemudian ditetapkan oleh Raja Jambi

yaitu Sultan Anom Seri Mogoro yang disebut tanah Depati atau Tanah

Batin[3] Yang ditandai dengan Piagam Lantak Sepadan yang menyatakan

wilayah Marga Renah Pembarap[4]. Menurut Datuk H Abubakar didalam

tulisannya “Masyarakat Adat Guguk Jambi”, Piagam Lantak Sepadan

bertarikh 1170 h/1749 Masehi. Dalam silsilah Raja Jambi, periode 1740-1770

dipimpin oleh Sultan Astra Ingologo.

Didalam Peta “Scketskaart Residentie Djambi (Adatgemeenschappen

(Marga‟s). Marga Renah Pembarap berbatasan dengan Marga Pangkalana

Jambu, Marga Tanah Renah, Batin IX Ulu, Marga Senggrahan, Marga Peratin

Tuo dan Marga Serampas.

Menurut Tembo, Marga Renah Pembarap berbatasan dengan Marga

Senggarahan yang ditandai dengan “Dari Muara Sungai jambun terus meniti

jalan ke telun sungai kasen terus ke teluk ske sungai semantung. Sedangkan

dengan Marga Pangkalan Jambu ditandai dengan “Kemulau Rendah, Ulu

Page 58: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

58

Sungai Batu Putih, Pematang Punggung Parang. Sedangkan menurut Marga

Pangkalan Jambu, batasnya adalah Bukit Gajah Berani. Dengan Marga Tiang

Pumpung yang ditandai dengan Sungai Kunyit, Bukit Gedang, Bukit Mujo

napal takuk rajo, Dengan Marga Tanah Renah ditandai di Muara Panco di

Sungai Belarik di Sungai .

Hubungan kekerabatan dengan Marga Tiang Pumpung, Marga

Senggrahan ditandai dengan seloko “Gedung di tiang pumpung, Pasak di

Pembarap. Dan kunci di Senggrahan. Mereka mengaku keturunan dari Sri

Saidi Malin Samad. Sri Saidi Malin Samad mempunyai saudara Siti Baiti dan

Syech Raja. Syech Raja diakui sebagai “puyang” Renah Pembarap.

Sedangkan Siti Baiti “puyang” Marga Tiang Pumpung.

Pusat Marga Renah Pembarap terletak di Guguk dan dipimpin Depati

Nan Duo Silo sehingga dikenal Marga nan duo Silo. Silo adalah “duduk

bersila” dua orang yang memimpin Pemerintahan Marga Renah Pembarap.

Yaitu Depati Mangkuyudo dan Depati Mangkurajo.

Marga Renah Pembarap terdiri dari Dusun Palegai Panjang, Dusun Air

Batu, Dusun Baru. Dusun Parit, Dusun Kebun. Dusun Air Batu dipimpin oleh

Depati Karang Seni, Dusun Baru dipimpin Purbogede, Dusun Parit dipimpin

oleh Depati Melindau. Dusun Palegai panjang kemudian dikenal sebagai

Desa Guguk.

Marga Renah Pembarap kemudian menjadi kecamatan Renah Pembarap

Kabupaten Merangin yang terdiri dari Desa Air Batu, Desa Durian Batakuk,

Desa Guguk, Desa Markeh, Desa Muara Bantan, Desa Simpang Parit, Desa

Page 59: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

59

Renah Medan, Desa Simpang Muara Panco Timur, Desa Parit Ujung

Tanjung, Desa Simpang Tiga Muara Panco dan Desa Talang Segegah

Adapun Kecamatan Renah Pembarap berdiri berdasarkan Peraturan

Daerah Kabupaten Merangin Nomor 06 Tahun 2006 dan diresmikan pada

tanggal 05 Juli 2007 oleh Bupati Merangin H. Rotani Yutaka, SH dengan luas

wilayah : 333.80 Km2 beribukota Desa Simpang Parit dengan jumlah desa

sebanyak 12 desa terdiri dari :

1. Desa Muara Panco Barat

2. Desa Muara Panco Timur

3. Desa Talang Segegah

4. Desa Durian Betakuk

5. Desa Muara Bantan

6. Desa Parit Ujung Tanjung

7. Desa Guguk

8. Desa Markeh

9. Desa Air Batu

10. Desa Simpang Parit

11. Desa Marus Jaya

12. Desa Renah Medan

Desa Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap dibagi menjadi 5

wilayah dusun yaitu:

1. Dusun Talang Semayam Aur Gading

2. Dusun Kebun

Page 60: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

60

3. Dusun Parit

4. Dusun Ujung Tanjung

5. Dusun Tanjung Rendah

Desa Simpang Parit berpenduduk sebanyak 1.246 jiwa yang terdiri dari

laki-laki sebanyak 647 jiwa dan perempuan sebanyak 599 jiwa, dimana

jumlah tersebut terhimpun dalam 219 KK yang tersebut dalam 5 (lima) dusun

sebagaimana disebut di atas tadi.

C. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Simpang Parit

Struktur organisasi disini berarti kerjasama atau pembagian tugas

antara personil pemerintah serta masyarakat untuk melakukan

pembangunan. Sebagai organisasi kerja, maka untuk mencapai organisasi

itu harus di susun sebagai tata laksana yang dapat melaksanakan tugasnya

masing-masing, baik tujuan umum maupun tujuan khusus menurut jenis dan

tingkat masing-masing. Agar tujuan yang hendak di capai itu terlaksana,

maka perlu adanya kerjasama antara pemerintahan desa dengan masyarakat

desa, saling memiliki tanggung jawab dalam mengelola desa. Apabila hal

tersebut terlaksana denagan baik, akan terciptalah adanya kerja sama yang

harmonis dan lancar atara masing-masing pengurus sehingga akan dapat

terjamin suksesnya penyelenggaraan program kegiatan pemerintah desa

sesuai dengan yang telah di tetapkan.

Adapun struktur organisasi pemerintahan desa Desa Simpang Parit

Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin adalah sebagai berikut :

Page 61: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

61

D. Metode-metode Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI)

Berdasarkan hasil wawancara dengan berbagai informan diketahui

bahwa terdapat banyak metode yang digunakan oleh masyarakat di

Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin dalam melakukan

penambangan emas tanpa izin (PETI), diantaranya adalah:

1. Menggunakan Alat Berat (Ekskavator)

Bagi meraka yang memiliki modal besar, maka penggunaan alat

berat dalam penambangan emas tanpa izin merupakan hal yang biasa,

dimana mereka biasanya menyewa alat berat dari jasa rental atau bahkan

Kasi

Pemerintahan

Saidina Ali

Kepala Seksi

Kesejahteraan

Ahmad Fahmi

Kepala Desa

Mustarupi

B P D

Sekretaris Desa

Abdul Muzapar

Talang Semayam

Aur Gading

M. Izin

Dusun

Kebun

Hamidi

Dusun Tanjung

Rendah

Adnan

Kaur Umum dan

Perencanaan

Hasan Ali

Kaur Keuangan

Zul Ihsan

Kepala Dusun

Dusun

Parit

Burlian

Dusun Ujung

Tanjung

M. Taufiq

Page 62: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

62

mereka membeli sendiri alat berat tersebut yang digunakan untuk

mengeruk sungai atau lahan persawahan/perkebunan untuk mendapatkan

material tambang, material tersebut kemudian dialiri air dalam sebuah

wadah yang mereka sebut asbuk. Kemudian setelah dipisahkan antara

bebatuan dan pasir emas, maka akan disatukan dengan menggunakan

bahan kimia mercuri.

2. Menggunakan Mesin Dompeng

Selain menggunakan alat berat, masyarakat juga ada yang

menggunakan mesin dompeng untuk menambang emas, mesin tersebut

diletakan pada rakit yang terbuat dari kayu.

Page 63: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

63

3. Menggunakan Mesin Robbins

4. Menggunakan Dulang

5. Metode Lubang Jarum

Page 64: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

64

BAB IV

TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN

A. Dampak Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) metode lubang jarum di

Desa Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin

terhadap ekonomi masyarakat.

Aktivitas pertambangan emas tanpa izin merupakan suatu aktivitas

pertambangan yang tidak diperbolehkan berdasarkan undang-undang

pertambangan yang berlaku. Pertambangan tanpa izin tidak hanya terjadi di

Kabupaten Merangin akan tetapi di berbagai daerah lainnya seperti di daerah

Kabupaten Bungo dan Sarolangun juga terdapat penambang tanpa izin,

meskipun dengan metode yang berbeda-beda.

Penambang emas tanpa izin dalam penelitian ini lebih dikenal dengan

sebutan metode lubang jarum yang dilakukan oleh individu atau sekelompok

orang yang memiliki hubungan kekeluargaan dan tidak memiliki izin dalam

beroperasinya. Penggunaan istilah metode lubang jarum dikarena lubang

tambang yang dibuat oleh penambang sangat kecil sekali, hanya bisa memuat

satu orang saja dan tidak bisa dua orang secara bersamaan untuk turun ke

lubang tambang, sehingga dengan lubang yang sangat kecil tersebut

masyarakat biasa menyebutnya dengan metode lubang jarum. Hal ini

sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Mustarupi selaku Kepala Desa Simpang

Parit:

“...masyarakat biasa menyebutnya lubang jarum, karena tambang yang

digali tersebut sangat kecil layaknya seperti lubang jarum, sehingga

menjadi umum bagi masyarakat untuk menyebutnya dengan istilah

tambang lubang jarum, soal siapa yang memberikan nama tersebut kami

53

Page 65: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

65

tidak jelas, yang pastinya merupakan istilah saja, karena jenis tambang

itu banyak, ada yang menggunakan mesin dompeng, ada yang

menggunakan ekskavator, ada juga yang menggunakan dulang..”52

Gambaran mengenai penambangan emas ilegal dengan metode lubang

jarum terlihat pada gambar berikut:

Gambar 1.

Mulut Tambang Emas Lubang Jarum

Gambar 2.

Penggalian pada Tambang Emas Lubang Jarum

52

Wawancara dengan Bapak Mustarupi selaku Kepala Desa Simpang Parit, tanggal 2 Juli

2019

Page 66: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

66

Pemahaman Masyarakat Terhadap Penambangan Emas Tanpa Izin

(PETI) Metode Lubang Jarum di Desa Simpang Parit Kecamatan Renah

Pembarap Kabupaten Merangin terdapat dua pandangan masyarakat, ada yang

berpandang positif dan ada yang berpandangan negatif. Mereka yang memiliki

sikap positif dalam penelitian ini yaitu masyarakat yang secara tidak langsung

menyetujui bahkan ada yang cenderung setuju terhadap keberadaan aktifitas

PETI di Metode Lubang Jarum di Desa Simpang Parit.

Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan responden, menunjukkan

bahwa masyarakat yang memiliki sikap positif tersebut sebagian besar

merupakan responden yang mempunyai mata pencaharian sebagai pedagang,

peraih dan pengerit. Profesi ini tentu saja berkaitan erat dengan aktifitas PETI

Metode Lubang Jarum di Desa Simpang Parit, mereka secara tidak langsung

telah merasakan dampak ekonomi dari adanya PETI Metode Lubang Jarum di

Desa Simpang Parit. Bagi mereka, selain meningkatkan kesejahteraan para

pekerja tambang, PETI juga menjadi sumber pendapatan berupa uang tunai

bagi mereka. Hal ini tentu saja mempengaruhi sikap para responden ini untuk

tidak ragu-ragu dalam menyikapi keberadaan PETI Metode Lubang Jarum di

Desa Simpang Parit. Semua ini dilakukan semata-mata hanyalah untuk

memenuhi segala kebutuhan hidup mereka. Namun tidak dapat dipungkiri juga

bahwa selain berdampak dari aspek ekonomi, sebagian besar dari mereka juga

prihatin atas dampak dari aktifitas PETI ini terhadap kawasan hutan, satwa dan

aliran sungai.

Page 67: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

67

Responden yang memiliki sikap negatif dalam penelitian ini pada

umumnya adalah masyarakat yang sangat tidak setuju dengan adanya PETI

Metode Lubang Jarum di Desa Simpang Parit, mereka beranggapan bahwa

hutan, kebun, sungai di desanya merupakan tanggung jawab mereka juga

dalam menjaganya, kondisi ini ditunjukan dengan antusias sebagian

masyarakat dalam mendukung tindakan penertiban PETI oleh aparat dan

pemerintah, sikap seperti ini merupakan salah satu kepedulian mereka terhadap

kelestarian hutan. Terdapat banyak manfaat yang telah dirasakan oleh

masyarakat dari fungsi hutan serta manfaat ekologisnya, sehingga masyarakat

menyadari akan pentingnya upaya pelestarian lingkungan. Seperti yang

dinyatakan oleh Ratnawati bahwa adanya perhatian dan kepedulian masyarakat

karena diperolehnya manfaat yang signifikan dari hutan sehingga

meningkatkan minat masyarakat untuk menambah pengetahuan mereka

khususnya hal-hal mengenai hutan dan manfaat hutan. Karena pada dasarnya

ketertarikan masyarakat terhadap suatu objek timbul karena adanya manfaat

bagi masyarakat yang diberikan oleh objek tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui mayoritas penambang emas

metode lubang jarum yang berasal dari Desa Simpang Parit dan desa

sekitarnya, mereka pada umumnya berusia muda. Aktivitas penambang metode

lubang jarum telah dimulai sejak harga karet menurun sangat tajam dari harga

normalnya, yakni kisaran tahun 2013. Hal ini sebagaimana diungkapkan Bapak

Ahmad Fahmi selaku Kepala Seksi Kesejahteraan Desa Simpang Parit:

Page 68: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

68

“...Dulu orang Desa Simpang Parit bermatapencaharian sebagai petani

dan buruh tani, ada yang motong (menyadap) karet kebun sendiri, namun

ada juga motong kebun orang lain, namun rata-ratanya mereka motong

karet, selain itu juga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka

menanam padi di sawah dan berkebun sayur..”53

Beliau melanjutkan:

“...pada tahun 2012 masyarakat Desa Simpang Parit masih berjaya

dengan harga karet yang mencapai Rp. 20.000,- per kilonya, sehingga

rata-rata masyarakat berpenghasilan 3 hingga 4 juta perbulan, sejak tahun

2013 terjadi penurunan harga yang sangat drastis sehingga harga karet

jatuh pada level Rp. 8000 per kilo, yang tentunya berdampak pada

pendapatan masyarakat sehingga menyebabkan masyarakat beralih

profesi menjadi penambang emas..”54

Pada akhir tahun 2013 masyarakat mulai melakukan penambangan

dengan menggali lubang-lubang kecil di kabun milik warga dengan cara dan

peralatan yang sangat sederhana dan memiliki resiko yang tinggi. Selain itu

masyarakat juga dihadapi dengan masalah ekonomi yang semakin

memprihatinkan sebagai dampak dari penurunan harga karet. Berawal dari

harga bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari dari waktu ke

waktu semakin mahal dan jika masih bertumpu pada sektor pertanian tidak

akan cukup untuk menghidupi keluarga. Kondisi tersebut disampaikan oleh

Bapak Asnawi selaku Masyarakat Penambang di Desa Simpang Parit:

“..sejak tahun 2013 banyak masyarakat yang beralih profesi jadi

penambang emas ilegal dengan metode jarum ini, sebenarnya metode

jarum ini bukanlah merupakan metode yang dibuat sendiri oleh

masyarakat di Desa Simpang Parit, namun belajar di desa tetangga

53

Wawancara dengan Bapak Ahmad Fahmi selaku Kepala Seksi Kesejahteraan Desa

Simpang Parit, tanggal 2 Juli 2019 54

Wawancara dengan Bapak Ahmad Fahmi selaku Kepala Seksi Kesejahteraan Desa

Simpang Parit, tanggal 2 Juli 2019

Page 69: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

69

seperti Desa Parit Ujung Tanjung dan desa-desa di Kecamatan Sungai

Manau yang terlebih dahulu menerapkan metode ini..”55

Lebih lanjut beliau menjelaskan:

“..penambangan emas ini dilakukan sebagai bentuk dari peralihan profesi

masyarakat dari sebelumnya sebagai penyadap karet namun karena harga

karet sangat mura dan tidak mencukupi untuk kebutuhan rumah tangga,

maka tambang emas ini merupakan salah satu upaya untuk memenuhi

kebutuhan ekonomi kami..” 56

Kendala yang beragam tersebut menyebabkan banyak petani beralih

bekerja sebagai penambang metode lubang jarum. Hal ini disebabkan juga

karena hasil dari penambangan akan lebih mudah dan cepat digunakan untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga dan pekerjaan itu yang mempunyai

potensi tinggi untuk mendapatkan penghasilan yang tinggi. Hal ini

sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Mustarupi selaku Kepala Desa Simpang

Parit:

“..dengan melakukan penambangan emas metode jarum ini maka

pendapatan masyarakat mulai membaik dan setiap orang dapat bekerja

sebagai penambang tanpa harus memiliki keahlian tertentu, dan proses

mendapatkan uangnya lebih cepat dan tentunya lebih banyak jika

dibandingkan dengan menyadap karet yang harganya sudah tidak layak

lagi..”57

Mayoritas atau 35% dari penduduk Desa Simpang Parit mempunyai mata

pencaharian sebagai penambang penambangan emas metode lubang jarum

yang di dominasi oleh laki-laki setengah baya usia produktif. Akan tetapi

masih ada yang bekerja sebagai petani atau buruh tani yang atau pekerjaan lain

55

Wawancara dengan Bapak Asnawi selaku Masyarakat Penambang di Desa Simpang

Parit, tanggal 2 Juli 2019 56

Wawancara dengan Bapak Asnawi selaku Masyarakat Penambang di Desa Simpang

Parit, tanggal 2 Juli 2019 57

Wawancara dengan Bapak Mustarupi selaku Kepala Desa Simpang Parit, tanggal 2 Juli

2019

Page 70: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

70

seperti pedangan. Mereka adalah orang-orang yang sudah tua yang tidak

mempunyai fisik yang kuat untuk melakukan penambangan

Meskipun telah banyak kejadian yang berakibat hilangnya nyawa

penambang, namun masyarakat tetap saja masih melakoni pekerjaan sebagai

penambang dengan penambangan emas metode lubang jarum, hal ini tidak

terlepas dari hasrat masyarakat yang ingin memenuhi kebutuhan hidupnya

ditengah harga karet yang masih rendah, hal ini sebagaimana diungkapkan oleh

Bapak Adnan selaku Kepala Dusun Tanjung Rendah Desa Simpang Parit:

“..meskipun telah banyak yang meninggal dunia akibat penambangan

metode luabng jarum ini, namun masyarakat masih tetap bertahan dengan

penambangan tersebut, kondisi ini dapat dipahami karena harga karet

masih murah dan belum ada usaha lain yang mampu menggantikan

pekerjaan tersebut..”58

Beliau melanjutkan:

“...tentunya keberadaan penambangan emas metode lubang jarum sangat

berdampak positif bagi ekonomi masyarakat, bukan hanya dibanding

dengan harga karet saat ini saja, bahkan jika dibandingkan dengan

kondisi ekonomi masyarakat ketika harga karet mahal pun masih jauh

menguntungkan dengan melakukan penambangan emas metode lubang

jarum ini, hal ini terlihat dari banyak masyarakat yang telah memiliki

peralatan elektronik seperti TV dan Kulkas serta mesin cuci, bahkan

sudah banyak motor yang dimiliki warga..”59

Hasil wawancara menunjukan bahwa umumnya penambang dilakukan

secara berkelompok dan mereka masih ada hubungan kekeluargaan antara yang

satu dengan yang lain. Pada umumnya penambangan emas metode lubang

jarum merupakan penduduk Desa Simpang Parit, dan desa tetangga yang

berasal dari kalangan anak putus sekolah atau penduduk yang ingin mencoba

58

Wawancara dengan Bapak Adnan selaku Kepala Dusun Tanjung Rendah Desa Simpang

Parit, tanggal 2 Juli 2019 59

Wawancara dengan Bapak Adnan selaku Kepala Dusun Tanjung Rendah Desa Simpang

Parit, tanggal 2 Juli 2019

Page 71: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

71

menjadi penambang karena sebelumnya tidak memiliki pekerjaan. Berdasarkan

hasil penelitian, tingginya atau semakin banyaknya penambangan emas metode

lubang jarum yang melakukan penambangan emas dipicu karena ekoomi yang

semakin memburuk yaitu dilihat dari tingkat pendapatan yang tidak mencukupi

untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Tingkat aktivitas penambangan emas metode lubang jarum dalam

melakukan penambangan dilihat dari lama bekerja yaitu biasanya melakukan

penambangan untuk menggali bahan tambang selama satu hari (dari pagi

hingga sore), bahkan ada sebagaian tambang yang beroperasi 24 jam dengan

bergantian shif, hal ini dikarenakan kondisi tambang yang diberi lampu

sehingga tidak ada perbedaan waktu siang dan malam bagi penambang saat

beekerja. Hal ini sebagaimana diungkapkan Bapak Idham selaku Masyarakat

Penambang di Desa Simpang Parit:

“....aktivitas penambangan emas metode lubang jarum sangat bervariasi,

ada yang berlangsung 24 jam, karena di dalam tambang itukan ada lampu

yang dibersumber dari mesin diesel diluar lubang tambang, biasanya

mereka yang bekerja 24 jam adalah penambang yang berbagai shif antara

penmabng satu dengan yang lainnya..”60

Selain melakukan penambangan ada juga yang berperan sebagai

pengolahan dari bahan tambang menjadikan emas dengan cara mendulang atau

melakukan penggabungan dengan bahan merkuri. Dalam melakukan

penambangan emas penambangan emas metode lubang jarum hanya

menggunakan peralatan yang sederhana seperti senter, pahat dan palu serta

karung goni untuk mengumpulkan hasil tambang.

60

Wawancara dengan Bapak Idham selaku Masyarakat Penambang di Desa Simpang Parit,

tanggal 2 Juli 2019

Page 72: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

72

Gambar 3.

Aktivitas Penggalian Tambang

Gambar 4.

Aktivitas Pengolahan Hasil Tambang

Berdasarkan aspek sosial ekonomi, kegiatan Peti diharapkan dapat

memberikan manfaat tidak hanya terhadap pembangunan tetapi juga terhadap

masyarakat lokal yang berada di sekitar lokasi penambangan. Dalam skala

makro, Peti dilihat sebagai bahaya dan ancaman bagi investasi pertambangan

di Indonesia. Namun, dalam skala mikro penambangan emas dapat

digolongkan sebagai salah satu gerakan “ekonomi kreatif” yang memenuhi

kebutuhan hidup rakyat kecil. Mereka berusaha menggali dan menemukan

Page 73: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

73

butiran emas demi perbaikan hidup ekonomi para penambang. Setiap hari

mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup seperti berbelanja, membayar uang

sekolah anak, berobat, membeli kendaraan bermotor dan meniti masa depan

yang lebih baik.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan informan dan pengamatan

peneliti di lokasi penelitian diketahui bahwa keberadaan Penambang emas

ilegal atau biasa disebut Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Desa

Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin berdampak

secara sosial terhadap kehidupan masyarakat Desa Simpang Parit Kecamatan

Renah Pembarap Kabupaten Merangin, baik dampak secara positif maupun

dampaknya secara negatif, beberapa dampak tersebut diantaranya adalah:

1. Terjadinya Konflik Lahan

Kehadiran Penambang emas ilegal atau biasa disebut Penambangan

Emas Tanpa Izin (PETI) tepatnya di Desa Simpang Parit pernah

mendapatkan pertentangan dari masyarakat lokal. Pertentangan tersebut

tumbuh menjadi konflik terbuka seiring dengan adanya aktivitas tambang

emas “lubang jarum”. Konflik yang terjadi sekitar tahun 2006 tersebut

merupakan konflik yang melibatkan masyarakat lokal dan masyarakat luar

selaku pemodal. Penyebab terjadinya konflik karena dilatarbelakangi oleh

adanya aktivitas penggalian lubang jarum karena kegiatan tersebut telah

merusak perkebunan masyarakat. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh

Bapak Ahmad Fahmi selaku Kepala Seksi Kesejahteraan Desa Simpang

Parit,, berikut pernyataanya:

Page 74: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

74

“...dulu waktu pertamo nian mulai buka penambangan ni ribut juga,

banyak yang marah dan ngamuk di areal, khususnya masyarakat lah,

kareno banyak lahan perkebunan yang rusak, sawah-sawah juga rusak,

selain itu banyak timbul konflik akibat perselihan kepemilikan kebun

...”61

Konflik yang terjadi di Desa Simpang Parit Kecamatan Renah

Pembarap Kabupaten Merangin merupakan konflik terbuka (manifest),

dimana pihak yang berselisih saling melakukan negosiasi terkait

permasalahan kerusakan lingkungan. Hal ini terlihat dengan adanya

kerusakan dari perkebunan masyarakat yang semulanya sebagai sumber

matapencaharaian justru beralih menjadi lahan pertambangan ilegal, dan

ketika rusak tidak dapat dikembalikan fungsinya menjadi lahan

perkebunan atau sawah. Adapun konflik yang terjadi merupakan konflik

yang melibatkan masyarakat lokal dengan pihak penambang.

2. Meningkatkannya kenakalan remaja

Dampak lainnya adalah meningkatnya kenakalan remaja akibat

pengaruh dari minuman keras yang dibawa oleh penambang dari luar

Desa Simpang Parit, dimana minuman tersebut berfungsi sebagai

penghangat badan oleh para penambang. Hal ini sebagaimana

disampaikan oleh Bapak Adnan selaku Kepala Dusun Tanjung Rendah

Desa Simpang Parit:

“...dampak sosialnya kalau yang dirasakan adalah meningkatnya

kenakalan remaja, banyak anak-anak sekolah sudah kenal dengan

minuman keras, minuman ini dibawa oleh penambang dari luar, mereka

menggunakan minuman keras tersebut sebagai penghangat tubuh, karena

61

Wawancara dengan Bapak Ahmad Fahmi selaku Kepala Seksi Kesejahteraan Desa

Simpang Parit, tanggal 2 Juli 2019

Page 75: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

75

memang para penambang ini kerja siang dan malam, sehingga banyak

remaja yang mengenal minuman keras...”62

3. Terjadi Perubahan Perilaku

Selain itu terjadi perubahan perilaku masyarakat dari bertani ke

penambang, hal ini terlihat dari banyaknya petani yang tidak lagi

mengolah lahan sawahnya dan beralih ke profesi sebagai pencari emas

dengan bekerja sebagai penambang, hal ini sebagaimana pengamatan

peneliti dilokasi penelitian dan dibenarkan oleh Bapak Adnan selaku

Kepala Dusun Tanjung Rendah Desa Simpang Parit, berikut

keteranganya:

“...sekarang masyarakat sudah kurang berminat untuk menggarap sawah

sehingga banyak sawah yang tidak digarap (tidur), masyarakat lebih

memilih menjadi penambang ketimbang menggarap sawah, diperparah

harga karet yang selalu turun, naik sebentar harga karet setelah itu turun

lagi untuk jangka waktu yang lama, dahulu masyarakat pulang dari

motong/menyadap karet langsung ke sawah, kalau sekarang banyak yan

gmenjadi penambang emas, akhirnya sawah jarang digarap‟‟.63

B. Dampak Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) metode lubang jarum di

Desa Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin

terhadap lingkungan

Berdasarkan infromasi yang diperoleh pada tahun 2018 tepatnya bulan

Agustus 2018 terjadi longsor pada penambangan lubang jarum di Desa

Simpang Parit yang merupakan desa tetangga dari Desa Simpang Parit, dimana

kejadian tersebut menyebabkan tertimbunnya 7 (tujuh) orang penambang di

lubang jarum tersebut, hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Zainal

selaku Tokoh Masyarakat Desa Simpang Parit:

62

Wawancara dengan Bapak Adnan selaku Kepala Dusun Tanjung Rendah Desa Simpang

Parit, tanggal 2 Juli 2019 63

Wawancara dengan Bapak Adnan selaku Kepala Dusun Tanjung Rendah Desa Simpang

Parit, tanggal 2 Juli 2019

Page 76: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

76

“...masyarakat di sini bukannya tidak trauma dan tidak mau beralih ke

profesi lain, hanya saja tidak ada pilihan lain yang tepat, padahal jika

merujuk kejadian sebelumnya maka masih terngiang ditelinga masyarakat

kejadian pada tahun 2018 lalu dimana tujuh orang warga Desa Simpang

Parit yang tertimbun akibat longsornya tambang, tentunya resiko seperti

hal tersebut telah dipertimbangkan oleh masyarakat di sini..”64

Lebih lanjut beliau menjelaskan:

“..Diduga penyebab longsornya tanah di dalam lubang diakibatkan

bocornya tempat tambang mereka dari Sungai Merangin hingga air masuk

ke dalam lubang jarum, sehingga pekerja yang sedang melakukan aktivitas

terjebak di dalam lobang tersebut..” 65

Kegiatan PETI memberikan dampak baik itu dampak positif maupun

dampak negatif terhadap aspek ekologi dan sosial-ekonomi kepada masyarakat

lokal. Kegiatan PETI pada umumnya tidak ramah lingkungan, karena hanya

mengejar kepentingan dalam waktu singkat seperti halnya bagaimana untuk

mendapatkan uang. Hal ini disebabkan oleh minimnya kesadaran untuk tetap

melestarikan lingkungan. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Bapak Zainal

selaku Tokoh Masyarakat Desa Simpang:

“..Kegiatan Penambangan ilegal ini pastilah berdampak buruk terhadap

lingkungan, perusahaan besar saja yang telah dilakukan analisis dampak

lingkungan (AMDAL) masih saja memiliki dampak terhadap

lingkungannya, apalagi penambangan yang dilakukan sendiri oleh

masyarakat, sudah tentu dampaknya jauh lebih besar, selain tidak ada

kajian penambangan juga dilakukan dengan cara asal-asalan, yang

penting berbiaya mudah dan menghasilkan..”66

64

Wawancara dengan Bapak Zainal selaku Tokoh Masyarakat Desa Simpang Parit, tanggal

2 Juli 2019 65

Wawancara dengan Bapak Zainal selaku Tokoh Masyarakat Desa Simpang Parit, tanggal

2 Juli 2019 66

Wawancara dengan Bapak Zainal selaku Tokoh Masyarakat Desa Simpang Parit, tanggal

2 Juli 2019

Page 77: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

77

Pendapat tersebut sama dengan yang disampaikan oleh Bapak Mustarupi

selaku Kepala Desa Simpang Parit:

“...pastilah memiliki dampak terhadap lingkungan, karena kita tahu

bahwa setiap lobang yang digali tersebut tidak pernah ditimbun kembali,

karena material yang digali kemudian diproses dengan air, sehingga

terbuang. Kita bisa bayangkan 10 atau 20 tahun ke depan, lubang tersebut

tentunya berbahaya dan jelas merusak lingkungan karena bekas lokasi

tambang tidak dapat dijadikan kembali lahan pertanian atau

perkebunan..”67

Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Bapak Idham selaku Masyarakat

Penambang di Desa Simpang Parit:

“..kegiatan tambang memang saya akui merusak lingkungan, sebab

kegiatan tersebut membuat lobang yang dalam, selain itu lokasi

pengolahan material tambang juga berdampak pada lingkungannya,

karena kita menggunakan mercury untuk proses pemisahan biji emas

dengan material tambang, tentu berbahaya, namun karena tanahnya

sudah kami beli, tentu bebas mau kami apakan..68

Secara umum masyarakat daerah Merangin diperkiran lebih dari sebagian

penduduknya memiliki kebun karet, lalu kenapa masyarakat lebih memilih

melakukan penambangan emas illegal? Yang jelas nyata akan merusak

lingkungan dalam jangka panjang. Pihak pemerintah juga telah melakukan

berbagai upaya dalam mencegah berlangsungnya aktivitas peti ini, bahkan

telah menelan korban jiwa namun hasilnya nihil, masyarakat hanya berhenti

dari aktivitas penambangan di saat ada petugas melakukan razia, setelah

petugas pulang merekapun kembali melakukan aktivitas tersebut. Hal ini

sebagaimana dikatakan oleh Bapak Mustarupi selaku Kepala Desa Simpang

Parit:

67

Wawancara dengan Bapak Mustarupi selaku Kepala Desa Simpang Parit, tanggal 2 Juli

2019 68

Wawancara dengan Bapak Idham selaku Masyarakat Penambang di Desa Simpang Parit,

tanggal 2 Juli 2019

Page 78: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

78

“...sebenarnya Merangin ini masyarakat umumnya merupakan petani

karet, lebih dari separuhnya memiliki kebun karet, namun mengapa

masyarakat sekarang banyak yang menjadi penambang emas ilegal,

padaha mereka tahu dampak jangka panjang maupun pendeknya yang

merusak lingkungan. Jika kita berharap kepada pemerintah Kabupaten

Merangin, tentu mereka telah berusaha mencegah dengan melakukan

razia, masyarakat hanya berhenti dari aktivitas penambangan di saat ada

petugas melakukan razia, setelah petugas pulang merekapun kembali

melakukan aktivitas kembali..”69

Beliau melanjutkan:

“..berapa hektar sudah kebun karet yang dijadikan lokasi penambangan,

entah berapa petak sawah yang hancur akibat penambangan emas ilegal

ini, padahal mereka tahu akibat dari penambangan tersebut bagi

keberadaan kebun mereka, kebun tersebut tidak bisa lagi ditanami karet

akrena sudah banyak lubangnya, dan itu berbahaya untuk jangka panjang,

bisa saja kebun tersebut anjlok ke bawah karena ada lubang di

bawahnya..” 70

Pendapat tersebut dibenarkan oleh Bapak Ahmad Fahmi selaku Kepala

Seksi Kesejahteraan Desa Simpang Parit:

“..semenjak adanya penambangan di simpang parit ini, banyak sekali

dampak terhadap lingkungannya, ratus petak sawah sudah rusak, puluhan

hektar kebun karet sudah rusak, air sungai dari yang terbesar hingga

sungai terkceilpun sudah keruh, tidak bisa digunakan untuk minum lagi,

selain itu berapa banyak ikan sungai yang mati karena keracunan

mercury, masih banyak lagi dampak terhadap lingkungan yang tidak kita

ketahui karena memang belum pernah ada kajian itu di Desa ini..”71

Beliau melanjutkan:

“..Jadi, jika kita tarik kebelakang, akar dari maraknya aktivitas peti

belakangan ini sedikit banyaknya adalah terletak pada merosotnya harga

komoditi karet yang telah baertahun-tahun lamanya, karet tidak lagi bisa

69

Wawancara dengan Bapak Mustarupi selaku Kepala Desa Simpang Parit, tanggal 2 Juli

2019 70

Wawancara dengan Bapak Mustarupi selaku Kepala Desa Simpang Parit, tanggal 2 Juli

2019 71

Wawancara dengan Bapak Ahmad Fahmi selaku Kepala Seksi Kesejahteraan Desa

Simpang Parit, tanggal 2 Juli 2019

Page 79: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

79

menjadi mata pencaharian masyarakat untuk mencukupi kebutuhan

sehari-hari, harga karet tidak sebanding dengan harga bahan pokok

seperti beras dll. Dalam hal ini pemerintah tidak mampu mengembalikan

harga karet yang stabil, inilah penyebab masyarakat Merangin beralih

mata pencaharian menjadi penambang emas yang harganya cukup

menggiurkan dan bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari bahkan lebih.”72

Tidak hanya kerusakan lingkungan yang ditimbukan oleh kegiatan Peti

tetapi juga menelan korban jiwa yang jumlahnya lebih besar dibandingkan

perusahaan pertambangan. Menurut Inswiasri (2007), hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa kegiatan tambang emas rakyat di berbagai wilayah

mempunyai kesamaan yaitu menggunakan Hg untuk proses amalgamisasi.

Akibat amalgamisasi tersebut, sering muncul pencemaran Hg di lingkungan

pada saat amalgamisasi dan pemijaran sehingga mengkontaminasi sumber air

minum dan ikan yang sangat diperlukan oleh masyarakat sekitar tambang. Oleh

karena itu monitoring lingkungan sangat diperlukan sebagai peringatan dini

bila terjadi pencemaran. disarankan untuk menjaga pencemaran jangan sampai

meluas, perlu ada sentralisasi (tata ruang) kegiatan proses pengolahan tambang

rakyat. Penggunaan alat (retort-amalgam) dalam pemijaran emas perlu

dilakukan agar dapat mengurangi pencemaran Hg. Penyuluhan kepada

masyarakat tentang bahayanya Hg perlu dilakukan. Bagi tenaga kesehatan

perlu ada pelatihan surveilans risiko kesehatan masyarakat akibat pencemaran

Hg di wilayah tambang emas rakyat.

72

Wawancara dengan Bapak Ahmad Fahmi selaku Kepala Seksi Kesejahteraan Desa

Simpang Parit, tanggal 2 Juli 2019

Page 80: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

80

Bapak Zainal selaku Tokoh Masyarakat Desa Simpang Parit meminta

kepada pemerintah daerah agar memberikan solusi yang terbaik kepada

masyarakat dan jangan hanya melarang saja, berikut kutipannya:

“...Pemerintah daerah tidak hanya melarang penambangan emas tanpa

izin, namun juga berusaha mencarikan solusi bagi masyarakat, karena

kegiatan peti itu berkaitan dengan pendapatan dan ekonomi

masyarakat..”73

Seiring dengan kemajuan zaman, pemenuhan akan tuntutan kebutuhan

hidup sehari-hari menjadi hal yang wajib dipenuhi. Demikian pula halnya bagi

masyarakat daerah Merangin yang sebagian besar masyarakatnya

menggantungkan penghidupan dengan mata pencaharian sebagai penambang

emas atau yang disebut oleh sebagian kalangan sebagai penambang emas tanpa

izin (Peti).

Hal ini jika kita melihat dengan cara pandang dampak lingkungan yang

disebabkan oleh aktivitas peti ini tentulah lebih banyak mudoratnya dari pada

manfaatnya, apalagi untuk waktu jangka panjang. Selain pencemaran

lingkungan seperti air yang menjadi keruh, lokasi bekas tambang/dompeng

tersebut hampir tidak ada yang bisa dimanfaatkan lagi, jangankan akan

digunakan untuk bercocok tanam, digunakan untuk mendirikan bangunan saja

sudah tidak memungkinkan, karena bekas tambang/dompeng tersebut, selain

berbatu, bentuknya juga seperti kubangan besar dengan kedalaman beberapa

meter yang berisi air. Lebih mirisnya lagi, lokasi yang dijadikan

tambang/dompeng tersebut sebagian besar adalah kebun karet dan persawahan

73

Wawancara dengan Bapak Zainal selaku Tokoh Masyarakat Desa Simpang Parit, tanggal

2 Juli 2019

Page 81: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

81

yang mana jika sudah ditambang/didompeng kebun karet dan persawahan ini

rusak dan menjadi lahan yang tidak bisa dimanfaatkan lagi.

Langkah dan tindakan yang di ambil pemerintah dalam hal pencegahan

berlangsungnya aktivitas peti dalam kajian peneliti adalah keliru, tindakan

yang di ambil hanya menghabiskan uang dan menyebabkan korban jiwa. Kalau

penulis menganalogikan ibaratkan sebuah Dam di sebuah sungai, tentulah ada

dibangun tempat aliran baru untuk air itu mengalir meski tidak sebesar tempat

mengalir yang seharusnya, jika tidak pastilah air akan melimpah. Artinya jika

ingin mencegah masyarakat dari aktivitas peti tersebut, maka harus ada

alternative mata pencaharian lain yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat

tersebut. Bagaimanapun tidak akan bisa masyarakat di stop langsung dari peti

tanpa sediakan pilahan mata pencaharian yang lain.

Langkah yang mungkin dilakukan adalah mengupayakan harga karet

stabil dan melakukan sosialisasi ke masyarakat secara berkala, jika harga karet

stabil kembali maka masyarakat dengan sendirinya akan perlahan beralih dari

penamabang menjadi pemotong karet tanpa paksaan.

Fakta yang terjadi di masyarakat sekarang adalah karena mereka mau

tidak mau harus melakukan penambangan emas, tidak ada pilihan mata

pencaharian lain yang bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka. Penulis

pernah bertanya dengan masyrakat yang aktivitasnya sebagai penambang emas,

mereka di lubuk hatinya yang paling dalam menyadari bahwa yang

dilakukannya adala merusak lingkungan, dan pekerjaan menambang emas itu

adalah pekerjaan yang berat menguras tenaga, dak tak jarang pula

Page 82: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

82

menyebabkan kecelakaan kerja hingga korban jiwa. Pada dasarnya masyarakat

mau di ajak bekerjasama oleh pemerintah dalam menjaga lingkungan agar

tidak rusak dan tercemar jika mereka memiliki pekerjaan lain yang bisa

memenuhi kebutuhan sehari-hari.

C. Upaya pemerintah dalam mengatasi dampak Penambangan Emas Tanpa

Izin (PETI) metode lubang jarum di Desa Simpang Parit Kecamatan

Renah Pembarap Kabupaten Merangin.

Kilauan emas membuat hampir semua manusia tergiur, dari ingin

memiliki fisiknya hingga menjadikan pundi-pundi rupiah untuk kesejahteraan

hidup di duniawi. Tak jarang manusia menempuh berbagai upaya untuk

memiliki emas tersebut, mulai dari cara paling mudah hingga mampu melewati

cara yang berisiko tinggi. Artinya nyawa di ujung tanduk pun sanggup

dipertaruhkan.

Di Desa Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten

Merangin, ada aktivitas tambang emas ilegal yang ekstrem atau sangat-sangat

berisiko. Adalah tambang emas "lubang jarum" yang hampir umum ada di

Kecamatan Renah Pemberap, Kabupaten Merangin. Penambang emas ilegal

atau biasa disebut Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) tepatnya di Desa

Simpang Parit itu melakukan penambangan dengan metode membuat lubang

galian atau “lubang jarum” sedalam antara 30-50 meter.

Tragisnya lagi lubang yang mereka gali tepat di bawah aliran sungai

dengan arus deras selebar 20 meter yang kedalaman sungainya mencapai tujuh

meter. Sungai itu disebut Sungai Batang Merangin. Lokasi tambang sulit

ditemui masyarakat luar. Kemudian jarak tempuh dua jam kembali dilalui

Page 83: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

83

untuk tiba di pelabuhan perahu bermesin (tempek). Dari pelabuhan perahu

harus melawan arus dengan jarak tempuh satu jam untuk bisa sampai di lokasi

tambang. Lubang para penambang emas ilegal itu pertama digali vertikal

sedalam 10-20 meter, kemudian penambang membuat lubang horizontal lagi

yang mengarah di bawah sungai hingga menembus seberang sungai. Bahkan

tepat di bawah sungai itu penambang membuat cabang-cabang lubang lagi. Hal

ini sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Mustarupi selaku Kepala Desa

Simpang Parit:

“..sebenarnya metode lobang jarum ini sangat dan sangat berbahaya

sekali, kita bisa bayangkan bagaimana lobang yang digali hingga

kedalaman puluhan meter ke dalam tanah, dan terkadang lubang tersebut

berada di bawah sungai, tentu hal ini sangat berbahaya sekali. Diperparah

dengan lokasi yang sangat jauh dari pemukiman masyarakat, sehingga

akses bantuan jika terjadi bencana sangat sulit sekali..”74

Selanjutnya beliau menambahkan:

“...Sungguh luar biasa. Jika kita yang tidak pernah mengambil risiko dan

berkesempatan melihat secara langsung bentuk lubang yang hanya

sebesar ukuran tubuh manusia itu, tentu hanya satu pikiran yang terlintas.

Yakni mati. Pribahasa “nyawa di ujung tanduk” hanya saja masyarakat

penambang tidak peduli dengan hal tersebut. Mereka terus menggali dan

menggali mencari butiran emas yang belum tentu ada di lubang yang

mungkin bisa disebut lubang kematian itu..”75

Meskipun telah menelan puluhan korban, namun Penambangan Emas

Tanpa Izin (PETI) metode lubang jarum di Desa Simpang Parit Kecamatan

Renah Pembarap Kabupaten Merangin masih berjalan hingga sekarang.

Pemerintah Daerah telah berupaya melakukan pemberantasan Penambangan

74

Wawancara dengan Bapak Mustarupi selaku Kepala Desa Simpang Parit, tanggal 2 Juli

2019 75

Wawancara dengan Bapak Mustarupi selaku Kepala Desa Simpang Parit, tanggal 2 Juli

2019

Page 84: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

84

Emas Tanpa Izin (PETI) metode lubang jarum. Hal ini sebagaimana

disampaikan oleh Bapak Mustarupi selaku Kepala Desa Simpang Parit:

“...padahal metode lubang jarum ini sudah banyak menelan korban jiwa,

namun masyarakat masih saja melakukan penambangan, dikarenakan

telah banyak korban yang berjatuhan maka Pemerintah Daerah

Kabupaten Merangin telah berupaya melakukan pemberantasan

Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) metode lubang jarum. Salah satu

upaya yang dilakukan adalah memberikan peringatan atas tindakan ilegal

yang mereka lakukan, baik dengan memberikan sosialisasi maupun

memasang spanduk yang berisi larangan kegiatan PETI yang ditempel di

beberapa lokasi. Dengan harapan masyarakat secara sadar menghentikan

kegiatannya..” 76

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Kapolsek Sei Manau Iptu

Nursan Subagyo:

“..keberadaan PETI metode lubang jarum ini sungguh sangat

mengkhawatirkan dan menggemaskan, kenapa dibilang menggemaskan

karena sudah banyak kejadian lubang yang longsor hingga menelan jiwa

penambang, namun masih saja kegiatan ini dilakukan. Mengkhawatirkan

karena lubang-lubang yang telah dibuat penambang tersebut tidak

ditimbun lagi. Suatu saat lubang itu membahayakan lingkungan dan

masyarakat sendiri..”77

Selanjutnya beliau menambahkan:

“..oleh karena itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Merangin bersama

Polres Merangin dan jajarannya hingga ke Polsek telah berupaya

menghentikan kegiatan tersebut dengan memberikan himbauan kepada

masyarakat, baik melalui lisan yang disampaikan oleh Babinkantibmas

kita pada saat pelaksanaan sholat Jumat di masjid yang ada di desa-desa

yang terdapat kegiatan penambangan. Maupun dilakukan secara tertulis

dengan menyebarkan himbauan dan pemasangan spanduk pada beberapa

lokasi yang dapat mejadi perhatian masyarakat..” 78

76

Wawancara dengan Bapak Mustarupi selaku Kepala Desa Simpang Parit, tanggal 2 Juli

2019 77

Wawancara dengan Bapak Iptu Nursan Subagyo selaku Kapolsek Sei Manau, tanggal 4

Juli 2019 78

Wawancara dengan Bapak Iptu Nursan Subagyo selaku Kapolsek Sei Manau, tanggal 4

Juli 2019

Page 85: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

85

Beliau menjelaskan lebih lanjut:

“...itu proses hukum kita kesulitan karena setiap kali melakukan razia

selalu informasinya sudah bocor, sehingga saat kita ke lokasi yang ada

hanya lubang-lubang tanpa adanya orang-orang, karena memang

masyarakat di sini kompak. Ketika salah mereka ada melihat orang luar

menuju lokasi mereka selalu memberikan informasi, apalagi zaman

sekarang komunikasi sangat canggih melalui handphone informasi sangat

cepat menyebar..” 79

Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Bapak Ahmad Fahmi selaku Kepala

Seksi Kesejahteraan Desa Simpang Parit:

“..pemerintah dearah bersama kepolisian telah sering melakukan razia

terhadap kegiatan penambangan dengan metode lobang jarum ini, hanya

saja razia tersebut selalu bocor, sehingga kepolisian tidak dapat

menangkap pelaku, setelah ada korban yang meninggal barulah mereka

mengaku sebagai temannya penambang, Cuma terkadang polisi segan

untuk menangkapnya ketika itu, sebab saat ada musibah seperti itu

menjadi dilema bagi polisi untuk menahan orang, sementara disisi lain

polisi diberi tugas untuk melakukan evakuasi korban longsor tersebut..”80

Selain memberikan himbauan dan melakukan razia di lokasi-lokasi

penambangan, pemerintah dearah kabupaten Merangin juga melakukan

kebijakan pelarangan penjualan solar ke daerah penambangan emas ilegal,

daerah tersebut antara lain, Kecamatan Renah Pembarap, Kecamatan Sungai

Manau dan Kecamatan Tabir Barat. Selaian langkah tersebut pemerintah juga

telah menyiagakan aparat di setiap SPBU supaya tidak ada masyarakat yang

kecolongan membeli bahan bakar solar untuk penambangan tersebut, namun

langkah ini juga tidak berhasil, faktanya penambang tidak pernah kekurangan

pasokan bahan bakar.

79

Wawancara dengan Bapak Iptu Nursan Subagyo selaku Kapolsek Sei Manau, tanggal 4

Juli 2019 80

Wawancara dengan Bapak Ahmad Fahmi selaku Kepala Seksi Kesejahteraan Desa

Simpang Parit, tanggal 2 Juli 2019

Page 86: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

86

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Mustarupi selaku Kepala

Desa Simpang Parit:

“..tidak hanya menghimbau dan merazia penambang saja, pemerintah

daerah juga melakukan upaya pemberantasan Pemberantasan

Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) baik metode lubang jarum

maupun menggunakan ekskavator atau mesin dompeng dengan cara

menghentikan penyaluran solar ke daerah penambangan ilegal, karena

solar ini sumber dari kegiatan tersebut..”81

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Bapak Adnan selaku Kepala

Dusun Tanjung Rendah Desa Simpang Parit:

“..saya melihat upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Merangin telah

maksimal dalam melakukan pemberantasan PETI di sini, tidak hanya

upaya dihilir dalam bentuk razia, namun juga dari hulunya seperti

himbauan dan pelarangan penjualan solar, karena kita tahu kegiatan PETI

yang berdampak besar itu adalah penambangan dengan menggunakan

mesin-mesin. Dan kita tahu bahwa mesin yang digunakan umumnya

berbahan bakar solar, dengan adanya pelarangan tersebut tentunya

mengakibatan aktivitas tersebut terhenti..”82

Beliau melanjutkan:

“...hanya saja pelarangan tersebut tidak maksimal menghentikan kegiatan

PETI di sini, karena selalu ada cara bagi penambang untuk memperoleh

minyak solar, bagi penambang dengan metode lubang jarum minyak

solar digunakan untuk menghidupkan mesin diesel yang berfungsi

sebagai penerang dalam lubang dan untuk menyalan mesin blower

sebagai pengganti oksigen dalam lubang, selain keterbatas oksigen di

dalam lubang juga sangat panas. Maka solar sangat penting, oleh sebab

itu mereka berusaha mendatangkan dari luar daerah...”83

Lebih lanjut beliau menjelaskan:

“..salain dari usaha mereka sendiri, penambang juga mendapatkan solar

dari pengumpul solar yang ada di dusun, kelangkaan solar tentunya

81

Wawancara dengan Bapak Mustarupi selaku Kepala Desa Simpang Parit, tanggal 2 Juli

2019 82

Wawancara dengan Bapak Adnan selaku Kepala Dusun Tanjung Rendah Desa Simpang

Parit, tanggal 2 Juli 2019 83

Wawancara dengan Bapak Adnan selaku Kepala Dusun Tanjung Rendah Desa Simpang

Parit, tanggal 2 Juli 2019

Page 87: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

87

menjadi peluang bisnis bagi masyarakat di Desa Simpang Parit, banyak

pemuda yang mencari solar di luar desa, meskipun jauh, namun sangat

menguntungkan karena mereka bisa menjual dengan harga tinggi kepada

penambang

Kepala Desa Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten

Merangin mengakui bahwa aktivitas penambangan emas ilegal dengan metode

“lubang jarum” sudah lama terjadi, namun pihaknya tidak mampu berbuat

banyak “Sudah lama sudah bertahun-tahun. Mereka tidak dikontrol, tidak ada

izin sehingga tidak ada Standar Operasi Prosedur (SOP) nya. Artinya mereka

boleh menggali di kedalam berapa, adakah asuransinya. Nah ini nanti akan

tertibkan. Meskipun sudah ada langkah ke depan mungkin ada regulasi dan

program yang mengatur itu”. Kepala Desa Simpang Parit berharap musibah

tersebut menjadi pembelajaran yang sangat berarti bagi seluruh masyarakat

Merangin, khususnya para pelaku penambangan emas di sejumlah kecamatan

dalam Kabupaten Merangin.

Pihak kepolisian Sektor Renah Pembarap, mengakui bahwa pihaknya

sudah lama mengetahui aktivitas ini. Namun akses yang jauh dan tertutupnya

masyarakat dengan aparat kepolisian membuat penindakan sulit dilakukan.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh kepolisian Sektor Renah

Pembarap/Sungai Manau, diketahui bahwa terdapat puluhan lubang jarum di

Desa Simpang Parit dan telah memakan belasan korban jiwa, dengan rincian

sebagai berikut:

Page 88: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

88

Tabel. 3

Data Kecelakaan PETI Lobang Jarum di DEsa Simpang Parit

No Tahun Jumlah

Lubang Jumlah Kecelakaan Korban

1 2016 23 1 kejadian, longsor lubang

jarum

4 orang

meninggal

2 2017 36 -

3 2018 44 1 kejadian, longsor lubang

jarum

10 korban:

3 selamat

7 meninggal

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti di lapangan,

diketahui bahwa keberadaan Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) Metode

Lubang Jarum di Desa Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten

Merangin terhadap Masyarakat memiliki dampak positif maupun negatif

terhadap masyarakat baik dari ekonomi maupun sosial. Hal ini sebagaimana

diungkapkan juga oleh Bapak Ahmad Fahmi selaku Kepala Seksi

Kesejahteraan Desa Simpang Parit:

“...kegiatan penambangan ini tentulah memiliki dampak positif maupun

negatif. Dampak positifnya tentu memberikan penghasilan lebih bagi

masyarakat dengan kondisi harga karet yang sangat murah, dengan

menambang emas, mereka bisa membangun rumah yang lebih baik, bisa

menyekolahkan anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi, bisa beli

motor dan kebutuhan lainnya..”84

Beliau melanjutkan:

“dampak positif lainnya yakni bertambahnya peluang usaha di DEsa

Simpang parit, toko sembako semakin banyak karena melihat peluang

yang ada, selain itu penjual minyak solar juga semakin banyak, karena

adanya permintaan dari penambang, selain itu juga desa menjadi ramai

pendatang dari luar desa sehingga pergaulan masyarakat menjadi luas”85

84

Wawancara dengan Bapak Ahmad Fahmi selaku Kepala Seksi Kesejahteraan Desa

Simpang Parit, tanggal 2 Juli 2019 85

Wawancara dengan Bapak Ahmad Fahmi selaku Kepala Seksi Kesejahteraan Desa

Simpang Parit, tanggal 2 Juli 2019

Page 89: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

89

Pernyataan tersebut berkesesuaian dengan hasil pengamatan peneliti,

dimana di Desa Simpang Parit banyak sekali masyarakat yang merehab rumah

mereka untuk menjadi lebiih bagus, dan banyak juga yang membangun rumah

dari awal, selain itu banyak sekali terdapat toko sembako di sepanjang jalan

desa, dan beberapa rumah terlihat galon-galon yang berisikan minyak solar dan

bensin untuk dijual kepada penambang.

Lebih lannjut Bapak Ahmad Fahmi selaku Kepala Seksi Kesejahteraan

Desa Simpang Parit menjelaskan:

“..selain berdampak positif, keberadaan penambangan dengan metode

lubang jarum juga berdampak negatif bagi masyarakat, seperti kerusakan

lingkungan, adanya korban jiwa penambang, serta dampak buruk

terhadap kesehatan penambang untuk jangka panjang, karena didalam

lobang tersebut tidak ada oksigen mereka hanya menghirup oksigen dari

blower, tentunya ini kurang sehat..” 86

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Bapak Mustarupi selaku

Kepala Desa Simpang Parit:

“..menurut saya lebih banyak dampak negatifnya dari yang positif, yang

jelas penambangan ilegal ini telah menelan banyak korban jiwa, Teringat

aku akan 2016 lalu. Selasa, 12 April, sekitar pukul 16.00 WIB tepatnya.

Empat orang pekerja tewas tertimbun di lubang jarum PETI di Desa

Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap. para korban bernama Kamal

, Muklis, Juhardi, dan Siem. Mereka tewas tertimbun di lubang yang

diperkirakan berkedalaman 20 meteran...”87

Beliau melanjutkan:

“kemudian selang 2,5 tahun kemudian, korban berjatuhan lagi Minggu, 2

September 2018. Saat itu lokasi PETI lubang jarum, milik M.Yazid,

warga Kelurahan Pematang Kandis, sedang beroperasi dengan jumlah

pekerja 13 orang. Mereka terdiri, sepuluh orang masuk kedalam tambang

86

Wawancara dengan Bapak Ahmad Fahmi selaku Kepala Seksi Kesejahteraan Desa

Simpang Parit, tanggal 2 Juli 2019 87

Wawancara dengan Bapak Mustarupi selaku Kepala Desa Simpang Parit, tanggal 2 Juli

2019

Page 90: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

90

lubang jarum, tiga orang berada di luar tambang. Saat kejadian, air

rembesan bekas tambang lubang jarum bocor, hingga masuk ke lokasi

kejadian. Sepuluh pekerja yang ada di dalam tambang langsung

tenggelam, namun tiga pekerja berhasil selamat dengan kondisi luka-luka

di sekujur tubuhnya, akibat terpental keluar dari lubang jarum yang berisi

air sedalam 28 meter. Dari sepuluh korban itu, tujuh korban masih

tertimbun di dalam lokasi PETI lubang jarum dan dipastikan sudah

meninggal dunia. Tujuh korban yang masih tertimbun tersebut, Gafur,

warga Desa Tanjung Mudo, Kecamatan Renah Pembarab, M.Ali, warga

Desa Sungai Nilau, Kecamatan Sungai Manau, Basri, Maman, Dedi,

Mamat dan Adri, semua warga Jawa Barat. ..”88

Kemudian beliau meneruskan:

“..kalau dampak positifnya palingan ekonomi masyarakat meningkat,

dengan harga karet yang murah tentu tidak sebanding pendapatan mereka

dengan masyarkaat yang hidup sebagai penyadap karet (pemotong

getah), mereka yang ikut nambang bisa beli motor, bangun rumah dan

kebutuhan lain-lain ..”89

Dampak negatif lainya yang peneliti temukan antara lain, beralih

fungsinya sawah dan kebun karet menjadi lokasi penambangan, dibeberapa

lokasi terlihat lubang-lubang yang ditutupi seadanya bekas galian tambang

masyarakat. serta dampak negatif jangka panjang terhadap kesehatan

penambang dan lingkungan bekas tambang.

88

Wawancara dengan Bapak Mustarupi selaku Kepala Desa Simpang Parit, tanggal 2 Juli

2019 89

Wawancara dengan Bapak Mustarupi selaku Kepala Desa Simpang Parit, tanggal 2 Juli

2019

Page 91: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

91

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dampak Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) metode lubang jarum di

Desa Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin

terhadap ekonomi masyarakat terlihat dari adanya peralihan profesi

masyarakat dari petani menjadi penambang, hal ini terjadi karena harga

komoditas karet yang turun sangat jauh, selain itu hasil penambangan telah

meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat sehingga mampu memenuhi

kebutuhan sehari-hari dan membeli perlengkapan elektronik lainnya.

Dampak PETI terhadap sosial masyarakat terlihat dari terjadinya konflik di

masyarakat akibat penggunaan lahan perkebunan dan persawahan sebagai

areal tambang, selain itu meningkatnya kenakalan remaja akibat masuknya

minuman keras yang dibawa penambang, serta terjadinya perubahan

perilaku masyarakat dari petani menjadi penambang.

2. Dampak Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) metode lubang jarum di

Desa Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin

terhadap lingkungan diantaranya lobang yang digali tersebut tidak pernah

ditimbun kembali, karena material yang digali kemudian diproses dengan

air, sehingga terbuang. Kita bisa bayangkan 10 atau 20 tahun ke depan,

lubang tersebut tentunya berbahaya dan jelas merusak lingkungan karena

bekas lokasi tambang tidak dapat dijadikan kembali lahan pertanian atau

perkebunan. Selain itu ratus petak sawah sudah rusak, puluhan hektar kebun

80

Page 92: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

92

karet sudah rusak, air sungai dari yang terbesar hingga sungai terkceilpun

sudah keruh, tidak bisa digunakan untuk minum lagi, selain itu berapa

banyak ikan sungai yang mati karena keracunan mercury.

3. Upaya pemerintah dalam mengatasi dampak Penambangan Emas Tanpa Izin

(PETI) metode lubang jarum di Desa Simpang Parit Kecamatan Renah

Pembarap Kabupaten Merangin diantaranya memberikan himbauan kepada

masyarakat untuk menghentikan, serta melakukan razia secara rutin dan

berkala guna melakukan pemberantasan yang dilakukan oleh pihak aparat

ke polisian, selain itu juga pemerintah daerah juga melarang penjualan solar

ke daerah pertambangan guna menghentikan aktivitas pertambangan di

Desa Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin.

B. Saran

1. Diharapakn Pemerintah daerah tidak hanya melarang penambangan emas

tanpa izin, namun juga berusaha mencarikan solusi bagi masyarakat, karena

kegiatan peti itu berkaitan dengan pendapatan dan ekonomi masyarakat.

2. Diharapkan adanya upaya pemerintah daerah memberikan solusi untuk

meningkatkan pendapatan masyarakat tanpa harus melakukan penambangan

emas tanpa izin.

Page 93: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

93

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdussalam, Victimology, (Jakarta: PTIK, 2010)

Al-Syaukani, Irsyad al- Fuhu. Bairut: Dar al-Fikr, t.t.

Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, Akademi Pressindo,. Jakarta, 1989)

Bambang Waluyo, Viktimologi Perlindungan Korban & Saksi, (Sinar Grafika,.

Jakarta, 2011)

Iin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara (Jatim:

Bayumedia Publishing, 2004),

Iskandar. 2008. Teknik Keberhasilan Reklamasi Dan Penutupan Tambang:

Keberhasilan Reklamasi Lahan Bekas Tambang untuk Tujuan Revegetasi.

Fakultas Pertanian IPB. Bogor

Lexi J. Moleong. Metodelogi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2005), Ed. Revisi

Mustofa, Muhammad.. Kriminologi. (Depok: FISIP UI Press, 2007)

Otto Soemarwoto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, (Gadjah Mada.

University, Yogyakarta, 2010)

Rachmad Syafe‟I, Ilmu Ushul Fiqh. Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999

Said, Ramdhan al Buthi, Dhawabit al-Maslahah Fi al-Shâri’ah al-Islamiyah.

Bairut: Muassah al- Risalah, 1977.

Sayutim Una, Pedoman Penulisan Skripsi, Cet 1 (Jambi: Fakultas Syariah IAIN

STS Jambi dan Syariah Press, 2012)

Sonny Keraf, 2002, Etika Lingkungan, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas)

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2008), Cet 4

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, R dan D, hlm. 349

Suparmoko, M.R.. 2000. Ekonomika Lingkungan. Yogyakarta : Edisi

Pertama.BPFE.

Page 94: UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DALAM …

94

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah, (Jambi: Syariah

Press 2014)

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah, (Jambi: Syariah

Press 2014), hlm. 178

Wahbah al-Zuhaili, Ushul al-Fiqh al-Islami. Damaskus: Dâr al-fikr, 1996.

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Nomor 23 Tahun 2010. Tentang.

Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan

C. Karya Ilmiah

Dyahwanti, N.I. 2007. Kajian Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Kegiatan

Penambangan Pasir Di Daerah sabuk Hijau Gunung Sumbing (Studi Kasus

Di Desa Kwadungan Gunung) Kecamatan Kledung Kabupaten

Temanggung. Thesis. Semarang : Program Magister Ilmu Lingkungan Pasca

Sarjana Universitas Diponegoro

Kresna Wardhna, 2002. Dampak lingkungan akibat pertambangan tanpa izin

(PETI) emas (studi kasus tentang efektivitas lembaga lingkungan dalam

pengendalian dampak lingkungan akibat aktivitas PETI di

Kalimantan).Tesis. Universitas Indonesia.

Supriadi, 2015. Penerapan Ketentuan Pidana Terhadap Tindak Pidana

Penambangan Emas Tanpa Izin (Studi Penelitian di Kabupaten Aceh Jaya).

Skripsi. Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala.

Widya Novita Sari, 2016. Penertiban Terhadap Kegiatan Pertambangan Emas

Tanpa Izin (PETI) di Kabupaten Dharmasraya. Skripsi. Hukum

Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas Andalas.