upaya pemerintah indonesia dalam meningkatkkan …
TRANSCRIPT
i
UPAYA PEMERINTAH INDONESIA DALAM
MENINGKATKKAN KUNJUNGAN WISATAWAN
TIONGKOK KE INDONESIA MELALUI KAMPANYE
„WODERFUL INDONESIA‟ TAHUN 2015
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
oleh:
Dayang Haviza
NIM. 1113113000066
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul :
UPAYA PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENINGKATKAN
KUNJUNGAN WISATAWAN TIONGKOK KE INDONESIA
MELALUI KAMPANYE „WONDERFUL INDONESIA‟ TAHUN 2015
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 Desember 2017
Dayang Haviza
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : DayangHaviza
NIM : 1113113000066
Program Studi : Hubungan Internasional
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
UPAYA PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENINGKATKAN
KUNJUNGAN WISATAWAN TIONGKOK KE INDONESIA MELALUI
KAMPANYE „WONDERFUL INDONESIA‟ TAHUN 2015
dan telah memenuhi syarat untuk diuji.
Jakarta, 29 Desember 2017
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing
A. Alfajri, M.A Ahmad Syaifuddin Zuhri, S. IP., L.M
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
UPAYA PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENINGKATKAN
KUNJUNGAN WISATAWAN TIONGKOK KE INDONESIA MELALUI
KAMPANYE „WONDERFUL INDONESIA‟ TAHUN 2015
Oleh
Dayang Haviza
1113113000066
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12
Januari 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.
Ketua, Sekretaris,
A. Alfajri, M.A Eva Mushoffa, MHSPS
Penguji I, Penguji II,
Irfan R. Hutagalung, LL.M A. Alfajri, M.A
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 12 Januari 2018.
Ketua Program Studi Hubungan Internasional
FISIP UIN Jakarta
A. Alfajri, M.A
v
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisa upaya pemerintah Indonesia untuk meningkatkan
kunjungan wisatawan Tiongkok ke Indonesia melalui kampanye „Wonderful
Indonesia‟di tahun 2015.Skripsi ini dianalisa dengan menggunakan konsep soft
power dan multi-track diplomacy. Pemilihan kedua konsep ini karena adanya
kampanye „Wonderful Indonesia‟ sebagai branding pariwisata Indonesia yang
dapat dikategorikan sebagai bagian dari soft power yang dimiliki Indonesia.
Sedangkan adanya upaya Indonesia untuk menarik wisatawan Tiongkok yang
dilakukan dengan melibatkan banyak stackholdersejalan dengan konsep multi-
track diplomacy yang terdiri dari 9 track diplomasi.
Tingginya jumlah China outbound tourism yang mencapai 117 juta jiwa di
tahun 2015, besarnya jumlah diaspora etnis Tionghoa di Indonesia (2.832.510 juta
jiwa), tingginya kerjasama yang terjalin antara Indonesia dan Tiongkok, dan
besarnya potensi pariwisata yang dimiliki Indonesia dapat menjadi alasan bagi
wisatawan Tiongkok untuk berwisata ke Indonesia. Sayangnya bagi wisatawan
Tiongkok Indonesia bukanlah tujuan utama wisata. Wisatawan Tiongkok lebih
memilih Korea Selatan, Hongkong, dan Thailand di tahun 2015, sedangkan
Indonesia sendiri menempati urutan ke 12 sebagai tujuan wisata masyarakat
Tiongkok.Fakta-fakta inilah yang mendorong penulis untuk menjadikan
wisatawan Tiongkok sebagai objek utama dalam penelitian.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi pustaka dan
wawancara. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana upaya
pemerintah untuk menarik minat wisatwan asal Tiongkok ke Indonesia melalui
kampanye „Wonderful Indonesia‟ di tahun 2015. Penelitian ini memberikan
gambaran umum mengenai konsep „Wonderful Indonesia‟ serta pemasarannya di
Tiongkok dan implikasinya terhadap pariwisata Indonesia di tahun 2015,
gambaran umum mengenai China outbound tourism, dan gambaran umum
mengenai perkembangan pariwisata Indonesia hingga tahun 2015.
Keseriusan Indonesia untuk meningkatkan sektor pariwisatanya dapat
dilihat dengan diresmikannya „Wonderful Indonesia‟ dan „Pesona Indonesia‟
sebagai branding pariwisata Indonesia. Sedangkan upaya yang dilakukan
Indonesia terhadap peningkatan kunjungan wisatawan Tiongkok tahun 2015 dapat
dilihat dengan adanya event-event pariwisata Indonesia di Tiongkok, adanya
bebas visa kunjungan bagi wisatawan Tiongkok yang aktif sejak Juni 2015,
adanya pemasaran pariwisata Indonesia melalui beragam media massa online dan
offline, serta adanya keterlibatan masyarakat untuk ikut mempopulerkan branding
pariwisata Indonesia, dan menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke
Indonesia.
Kata kunci : Wonderful Indonesia, Wisatawan Tiongkok, Pariwisata
Indonesia.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, puji dan syukur penulis panjatkan terhadap
kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam penulis juga
tidak lupa untuk haturkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW.
Dalam pengerjaan skripsi ini, penulis juga berterima kasih kepada pihak-
pihak yang turut terlibat didalamnya karena berkat motivasi, doa dan bantuan
mereka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karenanya, penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Allah SWT yang dengan limpahan rahmat, ridho, dan izinnya penulis
dapat merasakan begitu banyak kebahagiaan, termasuk kebahagiaan untuk
dapat menyelesaikan penulisan skripsi.
2. Kedua orang tua penulis,bapak, bunda, serta kedua adik penulis Raja
Taufikal Asa, dan Tengku Wan Ristania. Terima kasih untuk cinta tanpa
henti, terima kasih untuk doa, dukungan, dan kehangatannya.
3. Keluarga besar Datuk Sutan Pareman, dan Datuk Aba, terutama Kak Inel,
Kak Ires, Kak Ranti, Nanang, Nidya, Pak Guru, Kak Nora, Faiza, dan Rio.
Terima kasih untuk terus ada dalam tawa dan tangis.
4. Bapak Adian Firnas, M.Si, selaku Ketua Program Studi Hubungan
Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarief
Hidayatullah Jakarta yang telah menyetujui permohonan penyusunan
skrispi.
5. Bapak Ahmad Syaifuddin Zuhri, S.IP, L.M, selaku dosen pembimbing
yang telah sabar membimbing penulis dan memberikan bimbingan dan
motivasi dalam proses penulisan skripsi hingga akhir.
6. Dosen-dosen Hubungan Internasional UIN Jakarta, atas segala
keikhlasannya memberikan ilmu yang bermanfaat selama proses
perkuliahan.
7. Ibu Nailis Sa‟adah, selaku staf Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran
Pariwisata Pasar Asia Pasifik.Terima kasih atas ketersedian waktunya
untuk wawancara, dan melengkapi data-data skripsi.
8. Mas Khaidar Munawwar, selaku Asisten Deputi Pengembangan
Pemasaran Pariwisata Mancanegara. Terima kasih atas ketersedian
waktunya untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan penulis dalam
penulisan skripsi.
9. Sahabat-sahabat penulis di PMDG Putri 1; Toes, Mpok Ika, Buroh, Sekar
Oncom, dan Mince. Terima kasih selalu ada dalam sedih dan senang,
vii
terima kasih untuk tetap saling berbagi dan memotivasi hingga saat ini.
Allah yar‟aanaa.
10. Anggun, Mas Jawa, Ibu, dan Teh Anggi. Terima kasih untuk setiap
kebersamaan yang terjalin, untuk saling menguatkan dan memotivasi.
11. Sahabat-sahabat penulis selama kuliah; Desi, Sherly, Tika, dan Diza.
Terima kasih untuk banyak direpotkan dan selalu memotivasi penulis
selama perkuliahan, terima kasih untuk tidak bosan memotivasi dan
mendengar keluh kesah penulis dalam menyelesaikan skripsi sambil
ngegalau. Bagi penulis kalian bukan hanya teman, tapi juga mentor dalam
menata hati.
12. Teman-teman KKN 216, khususnya Ubet, Bangsuk, Arbil, dan Indra.
Terima kasih untuk selalu ada saat dibutuhkan, terima kasih untuk
atmosfer pertemanan yang menyenangkan hingga saat ini.
13. Sahabat-sahabat penulis selama magang di BPPK Kementrian Luar Negeri
RI; Norra, Alifa, dan Insi. Terima kasih untuk pertemanan yang positif,
dan motivasinya.
14. Serta, untuk semua pihak yang turut berkontribusi dalam penyelesaian
skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian
dengan pahala. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan.
Karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi
ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan wawasan bagi pembaca dan literatur
studi hubungan internasional.
Jakarta, 29 Desember 2017
Dayang Haviza
viii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIALISME............................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI......................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... iv
ABSTRAK.............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR........................................................................................... vi
DAFTAR ISI........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. xi
DAFTAR GRAFIK............................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN..................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Pernyataan Masalah.................................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian.................................................................................. 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................................... 8
D. Tinjauan Pustaka......................................................................................... 9
E. Kerangka Pemikiran.................................................................................. 16
1. Soft Power........................................................................................... 16
2. Multi-Track Diplomacy....................................................................... 19
F. Metodologi Penelitian............................................................................... 23
G. Sistematika Penulisan................................................................................ 25
BAB II GAMBARAN UMUM PARIWISATA INDONESIA DAN
KONSEP „WONDERFUL INDONESIA‟.................................... 28
A. Gambaran Umum Pariwisata Indonesia.................................................... 28
1. Perkembangan pariwisata Indonesia Hingga tahun 2014................... 28
2. Daya Tarik dan Tantangan Pariwisata Indonesia................................ 33
B. Gambaran Umum Konsep „Wonderful Indonesia‟................................... 35
1. Filosofi Konsep dan Logo „Wonderful Indonesia‟............................. 35
2. Target dan Aktualisasi Kampanye „Wonderful Indonesia‟................. 39
3. Strategi Pemasaran Kampanye „Wonderful Indonesia‟...................... 46
4. Kontribusi Kampanye „Wonderful Indonesia‟ Terhadap Indonesia... 50
ix
BAB III ANALISA PRILAKU WISATAWAN TIONGKOK................... 55
A. China Outbound Tourism.......................................................................... 55
B. Prilaku dan karakteristik Wisatawan Tiongkok........................................ 61
BAB IV UPAYA INDONESIA DALAM MENINGKATKAN
KUNJUNGAN WISATAWAN TIONGKOK KE INDONESIA
TAHUN 2015................................................................................ 68
A. Upaya Indonesia dalam Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Asal
Tiongkok Tahun 2015............................................................................... 72
1. Kerjasama Pemerintah Indonesia dan Pemerintah
Tiongkok............................................................................................. 72
2. Kerjasama Pemerintah Indonesia dan
Masyarakat.......................................................................................... 78
3. Kerjasama Pemerintah Indonesia danMedia Massa........................... 80
BAB V PENUTUP..................................................................................... 86
A. Kesimpulan............................................................................................... 86
B. Saran.......................................................................................................... 91
Daftar Pustaka....................................................................................................... xv
Lampiran............................................................................................................ xxiii
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Realisasi Wisman 2011-2015................................................................. 43
Tabel 2: Kunjungan Wisman Tiongkok ke Indonesia........................................... 45
Tabel 3: China Outbound Tourism and Consumption.......................................... 60
Tabel 4: Biaya Belanja Wisman di Indonesia Tahun 2015................................... 64
Tabel 5: Aktivitas Wisata Alam Wisatawan Tiongkok Tahun 2015-2016........... 75
Tabel 6: Media Sumber Informasi Wisatawan Tiongkok Tahun 2015................. 84
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Main Thematic Pilars.......................................................................... 37
Gambar 2: Philosophy of Colour and Shape......................................................... 38
Gambar 3:Marketing Framework Wisman........................................................... 47
Gambar 4: Pencapaian Makro Ekonomi Sektor Pariwisata Indonesia 2015…..... 51
Gambar 5: Perbandingan Pariwisata Indonesia 2014-2015.................................. 52
Gambar 6: Pemasangan LED di Beijing International Airport T2....................... 83
Gambar 7: Pemasangan VDP di Beijing International Airport T3c..................... 83
Gambar 8: Pemasangan VDP di Beijing International Airport T3d..................... 83
Gambar 9: Pemasangan VDP di Shanghai International Airport T1&T2............. 84
Gambar 10: Pemasangan VDP di Shanghai International Airport T1&T2........... 84
Gambar 11: Pemasangan VDP di Shanghai International Airport T2................. 84
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1: Top Destinanation China Outbound Tourism 2015................................ 7
xiii
DAFTAR SINGKATAN
ADEX Asia Dive Expo
AFC Asian Food Channel
ASEAN The Association of Southeast Asian Nations
ASEANTA The Association of Southeast Asian Nations Tourism Association
Asdep Asisten Deputi
Bandara Bandar Udara
BAPPENAS Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BAS Branding, Advertising, dan Selling
CAAC Civil Aviation Administraton of China
CAIT Clearance Approval for Indonesia Territory
CCTV China Central Television
CITM China International Travel Mart
CIQP Customs, Immigration, Quarantine, Port
CNTA China National Tourism Administration
CSMEF China Internattonal Small and Medium Enterprises Far
CTE Chengdu International Tourism Expo
DAPERNAS Dewan Perancang Nasional
DEPARI Dewan Pariwisata Indonesia
Dll Dan Lain-Lain
DOT Destination, Origin, dan Time
Dsb Dan Sebagainya
DTI Dewan Tourisme Indonesia
FDI Foreign Direct Investment
HAM Hak Asasi Manusia
HONET Hotel National and Tourism
ISIS Islamic State in Iraq and Al-Sham
xiv
ITB Berlin Internationale Tourismus Borse Berlin
K-Pop Korean-Pop
KTI Kawasan Timur Indonesia
LED Light-Emitting Diode
LPN Lembaga Pariwisata Negara
MICE Meeting, Incentive, Convention, dan Exhibition
NOTAM Notice to Airman
MP3EI Master Plan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia
PDB Produk Domestik Bruto
POSE Paid Media, Owned Media, Social Media, dan Endorse
PPI Persatuan Pelajar Indonesia
RAPBN Rencana Anggaran Pelaksaan Belanja Negara
Repelita Rencana Pembangunan Lima Tahun
Rp Rupiah
SBY Susilo Bambang Yudhoyono
UNESCO The United Nations Educational, Scientific, and Cultural
Organization
UNWTO United Nations World Tourism Organization
USD United States Dollar
VDP Vertical Digital Panel
WEF World Economic Forum
WTM london World Travel Market London
YTI Yayasan Tourisme Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Tulisan ini secara khusus menyoroti pariwisata sebagai objek utamanya.
Ini disebabkan karena sektor pariwisata mampu meningkatkan perekonomian
sebuah negara. Sektor pariwisata juga selalu berjalan beriringan dengan nation
branding di mata dunia internasional. Untuk itu diperlukan kampanye yang
terorganisir dengan melibatkan banyak pihak selain pemerintah, apalagi jika
mengingat potensi pariwisata Indonesia yang besar.
Saat ini pariwisata menjadi sektor penting penyumbang devisa bagi
banyak negara, termasuk Indonesia. Diantaranya meningkatkan jumlah ekspor,
menciptakan sejumlah lapangan pekerjaan baru, mendorong pembangunan
infrasktruktur, dan meningkatkan devisa negara dari kunjungan wisatawan dalam
dan luar negeri. Di tahun 2015, kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia
berkontribusi terhadap peningkatan devisa negara sebesar 144 triliun rupiah, dan
penyerapan 11,3 juta pekerja baru.1
Potensi pariwisata Indonesia yang besar disebabkan oleh keindahan dan
keberagaman alam serta budayanya. Secara geografis, Indonesia terletak antara
Benua Asia dan Benua Australia, antara Samudra Hindia dan Samudra
1 Kementrian Pariwisata RI, Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Kementrian Pariwisata
2015 (Jakarta: Biro Perencanaan dan Keuangan Sekretariat Kementrian Pariwisata RI, 2016).
2
Pasifik,2serta antara Sirkum Mediteranian dan Sirkum Pasifik. Hal inilah yang
membuat Indonesia memiliki kekayaan alam yang menakjubkan.
Indonesia tercatat sebagai archipelagic stateyang terdiri dari 17.504
pulau.3 Disamping itu kekayaan flora dan fauna Indonesia juga sangat besar.
Indonesia memiliki 1.500 jenis flora yang mencangkup 15,5% total flora di dunia,
lebih dari 20.000 jenis fauna, dan 74 tipe jenis ekosistem.4 Hal ini menunjukkan
adanya kekayaan alam yang berlimpah yang dimiliki Indonesia yang dapat
menjadi daya tarik pariwisata Indonesia di mata dunia internasional.
Dilihat dari kekayaan budayanya, Indonesia yang terbentang dari Sabang
sampai Marauke memiliki 8000-11.000 suku dengan 300-400 bahasa5. Dimana
tiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing seperti makanan dan minuman
tradisional, senjata, pakaian, lagu daerah, tari tradisional, dan kerajinan tangan.
Hal ini tentu menjadi daya tarik pariwisata tersendiri bagi wisatawan asing.
Meskipun memiliki potensi pariwisata yang besar nyatanya pariwisata
Indonesia belum mampu menjadi primadona di mata masyarakat dunia. Merujuk
pada data yang disajikan UNWTO dalam UNWTO highlights 2016, 10 negara
yang paling banyak dikunjungi di tahun 2015 adalah; Prancis, AS, Spanyol, China,
2Badan Pusat Statistik, Statistik Indonesia: Statistical Yearbook of Indonesia 2015 (2015), p. 5,
tersedia di http://istmat.info/files/uploads/47409/statistical_yearbook_of_indonesia_2015.pdf
diakses tanggal 28 Desember 2017 pukul 09:48. 3Destination Indonesia, tersedia di http://media.lonelyplanet.com/shop/pdfs/indonesia-9-getting-
started.pdf/ diakses tanggal 15 Juli 2017 pukul 07:29. 4Hariyawan A. Wahyudi, Catatan Akhir tahun: Indonesia Masih Menjadi Surga Penemuan
Spesies Baru (Mongbay Indonesia, 2014), tersedia di
http://www.mongbay.co.id/2014/12/30/catatan-akhir-tahun-indonesia-masih-menjadi-surga-
penemuan-spesies-baru/ diakses tanggal 12 Juli 2017 pukul 15:56. 5Destination Indonesia, tersedia di http://media.lonelyplanet.com/shop/pdfs/indonesia-9-getting-
started.pdf/ diakses tanggal 15 Juli 2017 pukul 07:29.
3
Italia, Turki, Jerman, Inggris, Mexiko, dan Rusia.6Untuk itu diperlukan eksplorasi
yang lebih matang untuk memasarkan pariwisata Indonesia dan meningkatkan
kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia.
Indonesia, dalam meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara tahun
2015 telah melakukan banyak upaya. Salah satunya dengan melakukan
brandingpariwisata dengan kampanye „Wonderful Indonesia‟, melalui kampanye
ini pariwisata Indonesia menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara
sebanyak 10 juta kunjungan di tahun 2015. Sasaran utamanya adalah lima negara
yang memiliki minat besar terhadap alam dan budaya Indonesia serta menjadi
langganan pariwisata ke Indonesia setiap tahunnya, yaitu; Singapura, Malaysia,
Australia, Tiongkok, dan Jepang.7
„Wonderful Indonesia‟ merupakan salah satu nation branding yang
diciptakan pemerintah untuk meningkatkan pariwisata Indonesia, sekaligus untuk
memberikan citra positif Indonesia di mata internasional. Sebelumnya pemerintah
meluncurkan „Visit Indonesia Year‟ sebagai nation branding Indonesia tahun
1992. Lalu ada „Visit Indonesia‟ di tahun 2000 sebagai tema tahunan pariwisata
Indonesia dan branding Indonesia di mata dunia internasional.8
6 United Nations World Tourism Organization, UNWTO Highlights 2016 (2016), p. 6, tersedia di
https://www.e-unwto.org/doi/pdf/10.18111/9789284418145 diakses tanggal 21 Januari 2018 pukul
16:56. 7Kementrian Pariwisata, Analisis Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Kawasan 3 Great
Triwulan III-2015(Jakarta: Asdep PenelitiandanPengembanganKebijakanKepariwisataan, 2015), p.
2. 8
Gusti Idriasih, Diplomasi Indonesia Melalui Kampanye Wonderful Indonesia dalam
Meningkatkan Paiwisata Indonesia di Dunia Internasional Tahun 2011-2015(Riau: Universitas
Riau, Vol. 3, No. 1, 2016), p. 3, tersedia di
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/view/9292 diakses tanggal 09 Juli 2017 pukul
11:41.
4
Tahun 2010 pemerintah kembali mencanangkan „Visit Indonesia Year‟
dan „Visit Museum Year‟ sebagai branding pariwisata Indonesia. Pemerintah
kemudian menggantinya dengan „Wonderful Indonesia‟ dan „Pesona Indonesia‟ di
tahun 2011 atas prakarsa menteri pariwisata Indonesia, Arief Yahya.9
Meskipun telah diresmikan sejak tahun 2011, branding „Wonderful Indonesia‟
dan „Pesona Indonesia‟ baru dikukuhkan tahun 2014 sesuai dengan Keputusan
Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor KM.03/UM.001/MP/2014 tentang
Logo „Wonderful Indonesia dan/atau Logo „Pesona Indonesia‟.10
Adanya kampanye „Wonderful Indonesia‟ sebagai salah satu upaya nation
branding dirasa perlu dilakukan oleh pemerintah. Hal ini menjadi langkah awal
pemerintah dalam upaya meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke
Indonesia dan menciptakan serta memperkuat citra positif Indonesia di mata
internasional.11
Selain itu, adanya nation branding juga merupakan salah satu
faktor keberhasilan dalam upaya peningkatan pariwisata.
Contohnya dapat kita lihat dari Malaysia dengan branding„Malaysia Truly
Asia‟-nya yang mampu menyedot perhatian dunia internasional, dan hingga saat
ini Malaysia terkenal dengan pariwisata hijau dan birunya yang didukung dengan
9
Gusti Idriasih, Diplomasi Indonesia Melalui Kampanye Wonderful Indonesia dalam
Meningkatkan Paiwisata Indonesia di Dunia Internasional Tahun 2011-2015(Riau: Universitas
Riau, Vol. 3, No. 1, 2016), p. 3, tersedia di
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/view/9292 diakses tanggal 09 Juli 2017 pukul
11:41. 10
Rakhman Priyatmoko, Tingkat Kesadaran Pramuwisata terhadap Branding Wonderful
Indonesiadan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata (Jakarta: Asdep
Litbang Kebijakan Kepariwisataan, Vol. 1, No. 1, 2016), p. 7. 11
Coni Maharani, Rini Andari, dan Tomy Andrianto, Pengaruh Brand Positioning Wonderful
Indonesia Terhadap Keputusan Wisatawan Mancanegara untuk Berkunjung ke
Indonesia(Universitas Pendidikan Indonesia, Vol. IV, No. 1, 2014), p. 4, tersedia di
http://ejournal.upi.edu/index/.php/thejournal/article/download/ diakses tanggal 11 Juli 2017 pukul
15:25.
5
iklim tropis dan keindahan pantainya. The United Nations World Tourism
Organization (UNWTO) bahkan memprediksikan ada sekitar 1,6 miliyar
wisatawan asing yang berkunjung ke Malaysia di tahun 2020 karena kematangan
nation branding yang gencar dilakukan Malaysia.12
Pentingnya nation branding selain untuk menciptakan citra positif
negaranya juga ditujukan untuk menarik investor asing, serta memberikan
pengaruh secara ekonomi dan politik. Menurut Simon Anholt dalam
wawancaranya dengan CFR.org ada dua hal yang harus diperhatikan dalam upaya
nation branding. Pertama, dalam upaya national branding sebuah negara
sepatutnya mengetahui potensi branding yang dimilikinya, kedua Anholt
menekankan pada pentingnya manajemen nation branding yang terstruktur yang
merupakan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku bisnis.13
Pengembangan pariwisata Indonesia dilakukan dengan mengeksplorasi
destinasi wisatanya. Dimana saat ini pemerintah fokus pada pengembangan 10
bagian destinasi wisata; Great Bali, Great Batam, dan Great Jakarta, Great
Sumatra, Great Bandung, Great Yogyakarta, Great Surabaya, Great Kalimantan,
Great Sulawesi, dan Great Maluku Papua.14
Sedangkan untuk pengukuran
keberhasilan dan laporan pariwisatanya pemerintah membaginya menjadi empat
12
Loganathan Nanthakumar, Thirunaukarasu Subramaniam, dan Mori Kogid, Is „Malaysia Truly
Asia‟? Forecasting Tourism Demand from Asean Using Sarima Approach (Torismos: An
International Multidiciplinary Journal of Tourism , Vol. 7, No. 1, 2012), p. 367-368. 13
Lee Hudson Teslik, Nation Branding Explained (2007), tersedia di
https://www.cfr.org/backgrounder/china-north-korea-relationship diakses tanggal 12 Juli 2017
pukul 11:56. 14
Shintya Dewi Lupita Sari, Performansi Branding Wonderful Indonesia dalam Pemasaran
Pariwisata Mancanegara (skripsi), Universitas Gadjah Mada, 2016, hl. 29.
6
triwulan di tahun 2015 ini, yang masing-masing triwulannya berjarak tiga bulan
selama kurun waktu satu tahun.15
Selain dengan mengembangkan destinasi wisata, pemasaran pariwisata
juga membutuhkan strategi yang tepat. Strategi pemasaran pariwisata ini salah
satunya dilakukan berdasarkan pendekatan destination, origin, dan time (DOT).
Berkaitan dengan pendekatan Origin, Tiongkok menjadi target utama pasar
pariwisata Indonesia,16
hal ini didasarkan pada banyaknya warga negara Indonesia
keturunan Tionghoa yang sejak lama ada di Indonesia. Diaspora masyarakat
Tiongkok di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia, jumlahnya mencapai
2.832.510 jiwa di tahun 2010 atau 1,2% dari total penduduk Indonesia saat itu.17
Hal ini dapat menjadi peluang dalam menarik wisatawan Tiongkok untuk
mengunjungi Indonesia dengan alasan pribadi seperti mengunjungi sanak famili
atau sekedar melihat perkembangan masyarakat etnis Tionghoa di Indonesia.
Apalagi dengan besarnya jumlah China outbound tourismyang terus meningkat.
Jumlah China outbound tourism bahkan menempati peringkat terbesar pertama di
dunia, jumlahnya mampu mencapai 117 juta jiwa di tahun 2015, meningkat
drastis dari tahun 2001 yang hanya mencapai 10 juta jiwa.18
15
Kementrian Pariwisata RI, Analisis Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Kawasan 3 Great
Triwulan I-2015(Jakarta: Asisten Deputi Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan,
2015). 16
Dr. M. Iqbal Alamsjah, MA, Paparan Kementrian Pariwisata RI untuk KIDi ke-6 2016
(Yogyakarta: Kepala Biro Hukum dan Komuniasi Publik Kementrian Pariwisata RI, 2016), p. 49. 17
10 Negara dengan Diaspora Tionghoa terbesar di Dunia, Indonesia Peringkat Pertama!,
tersedia di http://indochinatown.com/jakarta/10-negara-dengan-diaspora-tionghoa-terbesar-di-
dunia-indonesia-peringkat-pertama/2570 diakses tanggal 10 Desember 2017 pukul 15:49. 18
The Tourism Market in China (EUSME Centre, 2015), p. 12, tersedia di
www.ccilc.pt/sites/default/files/eusme_centre_report_-_tourism_market_in_china_update_-
_sept_2015.pdf diakses tanggal 28 Juli 2017 pukul 13:34.
7
Selain itu, di tahun 2015 ini presiden Joko Widodo melihat adanya
peluang baru kerjasama Indonesia dan Tiongkok dalam bidang investasi,
perdagangan, dan pembangunan infrastruktur.19
Hal ini juga dapat dilihat sebagai
faktor meningkatnya kunjungan wisatawan Tiongkok ke Indonesia dengan
motivasi kunjungan bisnis. Kenyataan tersebut menjadi tantangan baru bagi
Indonesia untuk menarik minat wisatawan Tiongkok ke Indonesia.
Sayangnya meskipun memiliki potensi pariwisata yang besar dan
banyaknya peluang outbound tourism dari Tiongkok Indonesia belum mampu
menarik banyak wisatawan Tiongkok dan menjadikan pariwisatanya sebagai
tujuan utama wisatawan Tiongkok.Wisatawan Tiongkok lebih tertarik
mengunjungi negara-negara lain, seperti yang terlihat dalam grafik:
Grafik 1: Top Destination China Outbound Tourism 2015
Sumber: The Tourism Market in China, 2015.
19
Fokus Perhatian Kunjunagn Jokowi ke Tiongkok (2015), tersedia di http://id.china-
embassy.org/indo/zgyyn/t1252073.htm diakses tanggal 07 Desember 2017 pukul 11:55.
8
Berdasarkan fakta yang ada, maka Indonesia perlu melakukan serangkaian
upaya yang lebih efektif untuk meningkatkan pariwisatanya di Tiongkok. Apalagi
jika mengingat prilaku wisatawan Tiongkok yang terkenal royal dalam berwisata
yang dapat menjadi sumber devisa bagi Indonesia. Seperti yang dijelaskan dalam
UNWTO highlights 2016, biaya belanja China outbound tourism tahun 2015
mencapai 292.2 miliar USD, dan merupakan yang terbesar diatara outbound
tourism dari negara lain.20
Dalam melakukan upayanya, pemerintah tentu tidak dapat melakukannya
sendiri. Diperlukan kerjasama dan kolaborasi dengan masyarakat, pelaku bisnis,
dan terutama media untuk dapat meningkatkan citra pariwisata Indonesia di
Tiongkok, dan menrik wisatawan Tiongkok untuk lebih banyak mengunjungi
Indonesia di tahun-tahun berikut.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan penjabaran di atas, maka pertanyaan penelitian yang diajukan
dalam penelitian ini adalah: “Apa Upaya Indonesia untuk Meningkatkan
Kunjungan Wisatawan Tiongkok Tahun 2015 melalui Kampanye Wonderful
Indonesia ?”.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dalam penelitiannya, penulis akan memaparkan beberapa tujuan:
20
United Nations World Tourism Organization, UNWTO Highlights 2016 (2016), p. 6, tersedia di
https://www.e-unwto.org/doi/pdf/10.18111/9789284418145 diakses tanggal 21 Januari 2018 pukul
16:56.
9
Penelitian ini menjelaskan bagaimana upaya Indonesia -dengan semua
lapisan masyarakat- untuk meningkatkan kunjungan wisatawan Tiongkok
tahun 2015 melalui kampanye „Wonderful Indonesia‟.
Penelitian ini juga memberikan penjelasan mengenai gambaran umum
kampanye „Wonderful Indonesia‟ terkait target, strategi dan pencapaiannya
di tahun 2015, khususnya untuk pasar Tiongkok.
Penelitian ini berusaha menjelaskan bagaimana kampanye „Wonderful
Indonesia‟ sebagai sebuah branding dalam meningkatkan citra positif
Indonesia di Tiongkok tahun 2015.
Selain itu, beberapa manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah:
Dapat menjadi bahan referensi untuk mengetahui apa upaya Indonesia
untuk meningkatkan kunjungan wisatawan asal Tiongkok tahun 2015.
Dapat menjadi pengingat dan semangat untuk terus mencintai dan bangga
terhadap kekayaan alam, budaya, dan tradisi Indonesia, khususnya bagi
masyarakat Indonesia itusendiri.
Dapat menjadi pertimbangan pembuat kebijakan dalam merumuskan
kebijakan yang berkaitan dengan pariwisata Indonesia, khususnya
mengenai Tiongkok.
D. TinjauanPustaka
Dalam penelitiannya, penulis menggunakan tiga referensi sebagai tinjauan
pustakanya. Referensi pertama merupakan sebuah jurnal berjudul Diplomasi
Indonesia MelaluiKampanye Wonderful Indonesia
10
dalamMeningkatkanPariwisata Indonesia di DuniaInternasionalTahun 2010-
2015. Jurnal ini ditulis oleh Gusti Idriasih tahun 2016 dari Universitas Riau.
Penggunaan jurnal ini oleh penulis dilatar belakangi oleh adanya persamaan
interest antara keduanya yang sama-sama mengkaji kampanye „Wonderful
Indonesia‟ sebagai strategi dalam meningkatkan pariwisata Indonesia di luar
negeri.
Dalam penelitiannya, Gusti menjelaskan tentang pentingnya pariwisata
sebagai aset bangsa dan alat diplomasi Indonesia yang layak. Selain itu ia juga
mejelaskan tentang bagaimana peran kampanye „Wonderful Indonesia‟ sebagai
nation branding Indonesia dalam meningkatkan pariwisata Indonesia tahun 2010-
2015. Sepakat dengan Gusti, mengingat besarnya potensi alam yang dimiliki
Indonesia penulis juga menilai bahwa selain budaya pariwisata juga memiliki
peluang yang besar untuk dijadikan alat diplomasi Indonesia dan menjadi salah
satu upaya nation branding Indonesia di mata dunia internasional.
Dalam penelitiannya Gusti menggunakan teori neorealisme untuk menganalisa
upaya diplomasi Indonesia dalam meningkatkan pariwisatanya di dunia
internasional, dengan mengambil negara bangsa sebagai aktor utamanya. Ada
juga teori diplomasi kebudayaan sebagai bagian dari soft diplomacy mengingat
pariwisata merupakan salah satu bagian dari kebudayaan. Yang terakhir jurnal ini
menggunakan konsep multi-track diplomacy untuk menjelaskan upaya diplomasi
Indonesia dalam meningkatkan pariwisatanya di mata dunia internasional.
11
Sejalan dengan Gusti, dalam penelitiannya penulis juga menggunakan konsep
multi-track diplomacyuntuk menjelaskan upaya Indonesia dalam meningkatkan
kunjungan wisatawan asal Tiongkok ke Indonesia. Perbedaan penggunaan teori
antara penulis dan Gusti terletak pada ketidaaan penggunaan teori neorealisme
dalam penelitian penulis. Hal ini disebabkan karena teori neorealisme, yang
meskipun juga menempatkan non-state actor sebagai aktor penting dalam
hubungan internasional, tidak berada dalam satu garis linear dengan konsep soft
power dan konsep multi-track diplomacy.
Dalam tulisannya, Gusti juga menjelaskan sejarah singkat pariwisata
Indonesia dari zaman penjajahan Belanda hingga sebelum tahun 2011. Penulis
juga dapat menemukan penjelasan mengenai branding yang dilakukan Indonesia
dalam sektor pariwisata mulai dari „Visit Indonesia Year‟ dan „Visit Museum
Year‟ di zaman pemerintahan orde baru hingga „Wonderful Indonesia‟ yang
diluncurkan tahun 2011. Penjelasan Gusti dalam jurnalnya tentu saja melengkapi
data-data yang dibutuhkan penulis dalam tulisannya.
Penjelasan mengenai gambaran umum „Wonderful Indonesia‟ tahun 2011-
2015 juga dapat penulis temukan dalam tulisan Gusti. Penjelasannya mencangkup
target dan strategi pemerintah melalui kampanye „Wonderful Indonesia‟, logo,
pasar, destinasi utama„Wonderful Indonesia‟, pencapaian pariwisata, country
branding, serta peningkatan devisa Indonesia dari sektor pariwisata melalui
kampanye „Wonderful Indonesia‟.
12
Perbedaan mendasar yang ada antara jurnal tulisan Gusti dan penelitian yang
penulis lakukan dapat dilihat dari judul kedua tulisan. Jika Gusti menjelaskan
upaya diplomasi Indonesia dalam meningkatkan pariwisatanya di dunia
internasional penulis hanya fokus pada peningkatan pariwisata Indonesia di
Tiongkok. Rentan waktu yang ditentukan oleh keduanya pun berbeda, Gusti
mengambil rentan waktu empat tahun (2011-2015) dan penulis mengambil rentan
waktu hanya di tahun 2015. Dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan
penulis lebih spesifik jika dibandingkan dengan tulisan Gusti.
Referensi kedua merupakan jurnal karangan Aripin dari Universitas
Mulawarman. Jurnal dengan judul Upaya Indonesia dalam Meningkatkan Jumlah
Kunjungan Wisatawan China Tahun 2010-2015 ini ditulis pada 2015 lalu.
Menurut Aripin besarnya kekayaan alam yang dimiliki Indonesia, harga
wisata yang relatif murah, dan adanya duta wisata dari tiap-tiap daerah menjadi
modal utama Indonesia dalam meningkatkan pariwisatanya. Meskipun sepakat
dengan Aripin penulis juga meyakini bahwa akulturasi budaya Indonesia dengan
budaya beberapa negara seperti Belanda, Tiongkok, India, dan Arab yang dibawa
sejak sebelum masa penjajahan turut memperkaya budaya Indonesia dan juga
menjadi salah satu daya tarik wisata.
Dalam tulisannya Aripin mengemukakan alasannya memilih China sebagai
objek penelitiannya. Baginya pertumbuhan ekonomi China yang pesat yang
menjadikan wisatawan China sebagai wisatawan yang royal, besarnya populasi
13
masyarakat China, dan ketertarikan wisatawan China pada Bali menjadi alasannya
untuk meneliti upaya Indonesia dalam meningkatkan kunjungan wisatawan China.
Hampir sama dengan Aripin, penulis juga melihat adanya potensi China
outbound tourism yang besar, perilaku wisatawan China yang royal dan potensi
wisata yang besar yang dimiliki Indonesia sebagai hal yang menarik yang
mendorong penulis untuk meneliti bagaimana upaya Indonesia untuk dapat
menarik wisatawan China dan meningkatkan perekonomian Indonesia dari sektor
pariwisata. Karena seperti yang kita ketahui bersama bahwa saat ini pariwisata
menjadi penyumbang devisa negara yang potensial.
Perbedaan mendasar antara tulisan Aripin dan penulis adalah adanya
penggunaan konsep „Wonderful Indonesia‟ sebagai fokus utama upaya Indonesia
untuk meningkatkan kunjungan wisatawan asal Tiongkok ke Indonesia dalam
tulisan penulis. Penulis juga hanya melakukan penelitian untuk tahun 2015
bukan untuk tahun 2010-2015 seperti yang ada dalam tulisan Aripin.
Untuk penggunaan teori meskipun terdapat persamaan penggunaan teori
multi-track diplomacydalam kedua tulisan, kedunya tetap memiliki perbedaan
penggunaan teori. Perbedaan yang ada terletak pada penggunaan teori soft power
oleh penulis dan penggunaan konsep pariwisata oleh Aripin. Dalam penulisannya
Aripin juga tidak menyebutkan adanya peranan penting nation branding
dalam peningkatan pariwisata, berbeda dengan pemikiran penulis yang
menganggap bahwa nation branding merupakan faktor penting meningkatnya
kunjungan wisatawan Tiongkok ke Indonesia.
14
Meskipun begitu baik penulis ataupun Aripin keduanya sama-sama
menekankan pentingnya promosi dalam upaya meningkatkan citra pariwisata
Indonesia dan kunjungan wisatawan asal Tiongkok ke Indonesia. Menurut Aripin
dan penulis adanya promosi wisata yang baik dapat menarik minat bahkan
kecintaan masyarakat Tiongkok terhadap alam dan budaya Indonesia.
Meskipun terdapat beberapa perbedaan mendasar antara tulisan Aripin dan
penulis, namun jurnal karangan Aripin tetap membantu penulis dengan
membeberkan beberapa fakta tentang bagaimana upaya Indonesia untuk menarik
wisatawan Tiongkok ke Indonesia. Upaya-upaya tersebut merupakan kolaborasi
antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Tiongkok, serta pemerintah
Indonesia dengan pelaku bisnis, masyarakat, dan media. Hal ini semakin
menguatkan asumsi bahwa pariwisata dapat menjadi alat diplomasi yang baik bagi
Indonesia.
Referensi ketiga merupakan jurnal terbitan Donghua University tahun
2016. Jurnal ini berjudul „Analisis Perilaku Wisatawan Tiongkok di Luar Negeri:
Sebuah Studi Literatur‟, yang ditulis oleh Supriadi Purwanto dan Wang Ling.
Penggunaan jurnal ini sebagai salah satu tinjauan pustaka penulis
disebabkan oleh adanya persamaan persepsi antara Supriadi, Wang, dan penulis.
Ketiganya sama-sama sepakat bahwa saat ini sektor pariwisata merupakan sektor
penting penyumbang devisa negara. Keduanya juga sepakat menganggap
Tiongkok sebagai pasar potensial bagi pariwisata Indonesia. Hal ini didasarkan
15
pada banyaknya jumlah China outbound tourism dan gaya hidup
masyarakatnya yang terbiasa melakukan wisata.
Sesuai dengan tujuan yang dikemukakan, jurnal ini bertujuan untuk dapat
menjadi pertimbangan bagi pembuat kebijakan dan pengembang pariwisata untuk
dapat berinovasi dalam menarik China outbound tourism ke pasar pariwisata
Indonesia. Berawal dari memahami perilaku wisatawan Tiongkok seperti yang
dipaparkan dalam jurnal ini, penulis menjadi tertarik untuk meneliti lebih jauh apa
saja upaya Indonesia dalam menarik wisatawan asal Tiongkok ke dalam pasar
pariwisatanya.
Jurnal ini menjelaskan pentingnya menganalisis perilaku wisatawan
Tiongkok. Dimana perilaku yang ada dapat menjadi acuan bagi Indonesia untuk
menjadikan pariwisata Indonesia sesuai dengan harapan masyarakat Tiongkok.
Dalam hal ini wisatawan Tiongkok lebih menyukai destinasi wisata yang aman,
nyaman, dan bertarif terjangkau. Wisatawan Tiongkok juga mengapresiasi tour
guide yang mampu berbahasa Mandarin, sehingga dapat memudahkan perjalanan
wisata mereka.
Dari jurnal ini penulis dapat mengambil kesimpulan mengenai hal-hal
yang dapat dilakukan Indonesia untuk menarik wisatawan Tiongkok. Indonesia
perlu meningkatkan promosi pariwisatanya, terutama dengan melancarkan dan
memperbarui konten pariwisata di website resmi dan media sosial, serta
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mampu berbahasa Mandarin.
Upaya ini dilakukan dengan mengingat tingginya ketergantungan wisatwan
16
Tiongkok terhadap internet dalam berwisata, dan banyaknya jumlah wisatawan
Tiongkok yang melakukan perjalanan individu.
Dalam urusan belanja, wisatawan Tiongkok yang juga terkenal sebagai
wisatawan yang royal cenderung membeli barang-barang elektronik dan barang-
barang ber-merk di toko-toko yang sudah direkomendasikan oleh kerabatnya.
Untuk itu bagi Indonesia perlu untuk dapat meningkatkan kualitas produksi
barangnya dan menyesusaikan dengan permintaan pasar. Hal ini menjadi sangat
penting karena menurut Supriadi dan Wang biaya belanja wisatawan dapat
meningkatkan pemasukan negara baik di level mikro ataupun makro.
E. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitiannya, penulis menganggap penggunaan konsep soft power
dan multi-track diplomacy sebagai konsep yang relevan dalam menjelaskan
diplomasi Indonesia dalam upaya peningkatan kunjungan wisatawan Tiongkok
melalui Kampanye „Wonderful Indonesia‟ Tahun 2015.
1. Soft Power
Dalam hubungan internasional, kepemilikan power oleh aktor hubungan
internasional merupakan sebuah kekuatan untuk mempengaruhi aktor lain agar
melakukan apa yang diinginkannya.21
Dalam hal ini powermerupakan alat untuk
mencapai sebuah kepentingan. Dahulu power identik dengan kekuatan militer,
dimana penggunaannya dalam hubungan internasional disebut dengan istilah
21
Joseph S. Nye, Jr, Soft Power (Camegie Endowment for Internasional Peace, Foreign Policy, No.
80Twentieth Anniversary, 1990), p. 154.
17
hard power. Namun saat ini, seiring dengan perubahan isu dan fenomena
internasional power tidak lagi identik dengan kekuatan militer.
Pergeseran makna power diiringi oleh peralihan isu-isu dalam hubungan
internasional, dan peralihan upaya diplomasi menjadi lebih soft (negosiasi) . Isu-
isu dalam hubungan internasional yang awalnya hanya mengcangkup tentang
perang dan perdamaian berkembang menjadi isu yang semakin kompleks seperti
lingkungan, HAM, budaya, dan pariwisata.
Berbeda dengan hard power yang menggunakan kekuatan militer, ancaman,
dan sanksi ekonomi dalam upaya pencapaian kepentingannya, soft power lebih
menekankan pada penggunaan cara-cara yang lebih halus seperti negosiasi dengan
budaya, pariwisata, dll sebagai instrumennya. Soft power pertama kali
diperkenalkan oleh Joseph Nye pada 1990. Bagi Nye, soft power merupakan
upaya untuk menarik aktor lain untuk melakukan yang kita inginkan tanpa adanya
paksaan.22
Penggunaan hard power oleh aktor hubungan internasional merupakan
tindakan meminta -dengan paksaan- pada aktor lain untuk melakukan apa yang
diinginkannya, sedangkan penggunaan soft power merupakan tindakan untuk
mempengaruhi aktor lain dan membuatnya menyetujui serta menginginkan apa
yang kita inginkan. Penggunaan soft power juga membutuhkan adanya pengaturan
strategi yang tepat yang nantinya memberikan preferensi pada aktor lain.23
Dari
22
Ernest J. Wilson, Hard Power, Smart Power, Smart Power (Sagepub: The ANNALS of the
American Academy of Political and Social Science, 2008), p. 14. 23
Joseph S. Nye, Jr, Soft Power (Camegie Endowment for Internasional Peace, Foreign Policy, No.
80 Twentieth Anniversary, 1990), p. 166-168.
18
penjelasan tersebut maka dapat dilihat bahwa pengaruh soft power dinilai lebih
kuat dibandingkan dengan hard power.
Soft power yang lekat dengan budaya dan ideologi merupakan sesuatu yang
sulit dipahami, dan sulit diukur. Soft power bagi negara-negara superpower
merupakan pelengkap kapabilitas hard power yang dimilikinya, sedangkan bagi
negara-negara lemah kepemilikan soft power dapat menambal kekurangan hard
power-nya. Soft power bagi banyak negara juga digunakan untuk merekonstrusi
identitas nasional bangsanya.24
Kapabilitas soft power sebuah negara berasal dari adanya kapasitas budaya,
ilmu pengetahuan, tekhnologi, kemampuan membangun komunikasi yang efektif
dan efisien, serta kerjasama.25
Hal ini menjadikan soft power terkoneksi dengan
akses-akses politik. Dimana saat ini kebijakan luar negeri sebuah negara sedikit
banyaknya dipengaruhi oleh adanya pertimbangan hal-hal tersebut.26
Dalam mencapai tujuan nasional dengan motivasi peningkatan ekonomi, saat
ini banyak negara-negara yang telah meninggalkan penggunaan hard power.
Penggunaan hard power dalam mencapai tujuan ekonomi dianggap terlalu mahal
dan justru beresiko melemahkan perekonomian negara tersebut.27
Maka jelas
bahwa pengembangan sektor pariwisata merupakan instrumen yang sah untuk
24
Sook Jong Lee and Jan Melissen, Public Diplomacy and Soft Power in East Asia (New York:
Palgrave Macmillan, 2011), p. 1-12. 25
Joseph S. Nye, Jr, Soft Power (Camegie Endowment for Internasional Peace, Foreign Policy, No.
80 Twentieth Anniversary, 1990), p. 163. 26
Ernest J. Wilson, Hard Power, Smart Power, Smart Power (Sagepub: The ANNALS of the
American Academy of Political and Social Science, 2008), p. 14. 27
Joseph S. Nye, Jr, Soft Power (Camegie Endowment for Internasional Peace, Foreign Policy, No.
80 Twentieth Anniversary, 1990), p. 159-160.
19
dapat meningkatkan perekonomian Indonesia. Pengembangan sektor pariwisata
ini tentunya juga didukung dengan perbaikan sarana dan transportasi serta
dengan adanya branding yang dapat menarik minat masyarakat internasional.
Banyak negara yang telah sukses memperoleh keuntungan politik dan
ekonomi melalui penggunaan soft power. Contohnya Jepang, yang
memberdayakan soft power-nya pertama kali di Asia untuk memperoleh
keuntungan ekonomi, hal ini dilakukan Jepang mengingat kapasitasnya yang
terbatas untuk menggunakan kekuatan militer. Contoh lainnya Korea Selatan yang
mampu meningkatkan devisa negara melalui promosi budaya K-Pop.28
Merujuk pada Jepang dan Korea Selatan, meskipun dengan instrumen yang
sedikit berbeda, maka selayaknya pariwisata Indonesia mampu menciptakan
nation branding yang kemudian memuluskan upaya pencapaian tujuan nasional
Indonesia. Apalagi jika mengingat potensi pariwisata yang dimiliki Indonesia dan
kelemahan militer Indonesia saat ini.
2. Multi-Track Diplomacy
Diplomasi menurut H. Agus Salim seperti yang dijelaskan oleh Drs. Aiyub
Mohsin, MA, MM dalam bukunya yang berjudul “Diplomasi” merupakan sebuah
cara untuk mencapai tujuan nasional sebuah negara yang sebelumnya sudah
terangkum dalam bentuk kebijakan luar negeri.29
Dalam diplomasi modern tugas
diplomasi tidak hanya menjangkau aspek politik, namun juga melebar ke berbagai
28
Sook Jong Lee and Jan Melissen, Public Diplomacy and Soft Power in East Asia (New York:
Palgrave Macmillan, 2011), p. 12. 29
Aiyub Mohsin,Diplomasi (Jakarta, 2010), p.6.
20
aspek, termasuk ekonomi. Dalam diplomasi modern, peran media massa dan
individu juga tidak dapat disepelekan, mengingat cangkupannya yang semakin
luas,30
dan multi-track diplomacy merupakan bagian dari diplomasi modern.
Multi Track-Diplomacy juga merupakan diplomasi terbuka.Diplomasi tebuka
ditandai dengan tidak adanya perjanjian, kerjasama, ataupun negosiasi yang
dilakukan secara sembunyi-sembunyi, dan tidak adanya perubahan kesepekatan
yang dilakukan dengan rahasia setelahnya.31
Hal inilah yang membuat diplomasi
terbuka lebih efektif digunakan saat ini, karena dengan adanya keterbukaan para
diplomat dapat meminimalisir rasa curiga yang bisa saja timbul dalam proses
diplomasi.
Multi-track diplomacy merupakan diplomasi yang terdiri dari gabungan first-
track dan second-track diplomacy yang juga bertujuan untuk menciptakan
keamanan dan perdamaian dunia. First-track diplomacy merupakan upaya
negosiasi yang dijalankan oleh pemerintah, sedangkan second-track diplomacy
merupakan upaya negosiasi yang dijalankan oleh aktor-aktor lain selain
pemerintah yang perannya juga tidak dapat disepelekan. Menurut Joseph
Montville, second-track diplomacy berperan penting untuk memberikan atau
menyampaikan hal-hal penting yang tidak dapat dijangkau oleh
pemerintah.32
30
R.P. Barston, Modern Diplomacy (New York: Longman Inc, 1988), p. 3-4. 31
S. L Roy, Diplomasi (Jakarta: CV Rajawali, 1991), p. 79. 32
Robert Chrismas,Multi-Track Diplomacy and Canada‟s Indigenous People (Canadiaan
Mennonote University, Vol. 44/45, No. 2/1, 2012/2013), p. 14.
21
Adanya penggabungan antara track one dan track two dalam proses diplomasi
mengindikasikan bahwa multi-track diplomacy dalam prosesnya melibatkan
banyak pihak dan dijalankan dari berbagai arah meskipun tetap dalam satu
tujuan.33
Seperti dalam penelitian kali ini meskipun melibatkan banyak aktor
dalam proses pelaksanaannya, tetap ada persamaan tujuan yang ingin dicapai,
yaitu untuk meningkatkan kunjungan wisatawan Tiongkok ke Indonesia melalui
kampanye „Wonderful Indonesia‟.
Multi-track diplomacy melibatkan sembilan track dalam menjalankan
diplomasinya, yaitu:
1. Track one, Government.Diplomasi yang dijalankan oleh track one ini
seringkali gagal dalam misinya karena pelaksanaannya tidak secara
langsung dengan bertatap muka dengan pihak terkait.
2. Track two, non-government/profesional. Menjalankan fungsi diplomasinya
melalui cara menganalisa, mencegah, dan menyelesaikan konflik-konflik
internasional dengan non-state actors.
3. Track three, Bussiness. Fokus pada kegiatan diplomasi yang dapat
memberikan produksi dan menghasilkan keuntungan, selain itu juga dapat
mendukung pihak-pihak lainnya dalam menjalankan fungsi
diplomasinya.Track three ini juga dapat memberikan informasi dan
membangun kemitraaninformal dalam menjalankan fungsi diplomasinya.
4. Track four, Private Citizen. Dalam hal ini tiap individu ikut terlibat atau
ikut berpartisipasi dalam upaya diplomasi, hal ini biasanya lebih mudah
33
Tersedia di http://imtd.org/multi-track-diplomacydiakses tanggal 16 Januari 2017 pukul 10:49.
22
diterima karena dilakukan antar masyarakat sebuah negara ke masyarakat
negara lain dan tidak banyak menimbulkan kecurigaan.
5. Track five, Research, training,and education. Merupakan jalur diplomasi
yang membawa kesuksesan misinya melalui pengajaran berdasarkan data-
data yang konkrit hasil observasi.
6. Track six, Activism. Dijalankan melalui pemberian advokasi dalam hal
pencapaian dan penjagaan perdamaian, dimana individu dapat membuat
perubahan bahkan menggerakkan massa yang nantinya akan
mempengaruhi pemerintah dalam pengambilan keputusannya.
7. Track seven, Religion. Meskipun perannya terlihat sangat samar namun
fanatisme agama yang seringkali ada mampu mengubah stigma
masyarakat dan pemerintah sebuah negara dalam mengambil keputusan.
8. Track eight, Funding. Diplomasi ini biasanya dilakukan oleh kelompok-
kelompok pemilik dana untuk mendanai aktivitas jalur lain dalam
menjalankan fungsi diplomasinya.
9. Track nine, Communication and media.Seperti yang kita tahu bahwa
kekuatan komunikasi dan media mempunyai peranan yang sangat kuat
dalam pemberian informasi dan pemahaman kepada negara dan
masyarakat negara lainnya, hal ini dikarenakan komunikasi dan media
mampu menembus semua lapisan masyarakat dan merupakan sarana
paling dekat dalam pemberian informasi.34
34
John W.McDonald, Multi-Track Diolomacy: A Positive Approach to Peace (Institute for Multi-
Track Diplomacy, Occasional Paper No: 22, 2014).
23
Adanya koordinasi dan kerjasama yang baik antar aktor merupakan kunci dari
keberhasilan diplomasi, ini dikarenakan adanya hubungan saling ketergantungan
yang kuat antar tiap-tiap aktor. Contohnya saja antara pemerintah (track one) dan
masyarakat (track four) dimana pemerintah tidak akan dapat mengeluarkan
kebijakan yang efektif tanpa memperdulikan opini masyarakat. Atau antara para
pakar, akademisi (track five) dan pemerintah (track one) dimana pendapat para
ahli dan akademisi tidak akan ada gunanya tanpa kerjasama dengan pemerintah
yang membuat kebijakan dan mengimplementasikannya.35
Demi meningkatkan kunjungan wisatawan asal Tiongkok ke Indonesia
melalui „Wonderful Indonesia‟ tahun 2015 juga dibutuhkan peranan seluruh
stackholder untuk bekerja sama dengan pemerintah. Dalam hal ini peneliti
menyoroti adanya kolaborasi yang efektif antara pemerintah Indonesia dengan
pemerintah Tiongkok, pemerintah Indonesia dengan masyarakat, dan pemerintah
Indonesia dengan media.
F. Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian sosial, untuk itu teknik analisa data secara
kualitatif dianggap lebih relevan untuk digunakan. Penelitian kualitatif berusaha
mengkonstruksi dan memahami realita sosial yang ada dengan memperhatikan
proses, dan peristiwa yang ada secara mendetail. Adanya keterlibatan peneliti
35
Robert Chrismas, Multi-Track Diplomacy and Canada‟s Indigenous People (Canadian
Mennonote University, Vol. 44/45, No. 2/1, 2012/2013), p. 22.
24
dalam penelitian kualitatifnya serta terbatasnya subjek dalam jumlah yang sedikit
menjadikan penelitian kualitatif biasanya berkaitan dengan analisa tematik.36
Selain adanya penggunaan metode penelitian kualitatif, penelitian ini juga
merupakan penelitian yang deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Hal ini
dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan mengklarifikasi suatu fenomena sosial
yang terjadi dengan cara mendeskripsikan variabel-variabel yang berkaitan
dengan masalah yang dianalisa.37
Sedangkan pendekatan studi kasus ini merupakan bentuk pendekatan yang
dilakukan secara intensif, mendalam, dan komprehensif. Dilakukan dengan cara
meneliti variabel-variabel terkait serta dengan meneliti hubungan antar variabel-
variabel yang memungkinkan adanya penjelasan secara rinci. Pendekatan studi
kasus ini bisa saja dilakukan dengan menganalisa individu, kelompok, ataupun
negara,38
namun dalam penelitian ini pendekatan studi kasus dilakukan dengan
menganalisa negara.
Deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan dengan menganalisa upaya
Indonesia dengan kampanye „Wonderful Indonesia‟ yang dalam penelitian ini
merupakan variabel “x”, adapun peningkatan kunjungan wisatawan Tiongkok ke
Indonesia dalam hal ini merupakan variabel “y”. Sedangkan pendekatan studi
kasus yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penelitian mengenai variabel-
variabel terkait.
36
Gumilar R. Somantri, Memahami Metode Kualitatif(Universitas Indonesia, Vol. 9. No. 2, 2005),
tersedia dihttp://journal.ui.ac.id/index.php/humanities/article/viewFile/122/118 diakses tanggal
07Juni 2016 pukul 11:42. 37
Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), p. 20. 38
Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), p. 22.
25
Pengumpulan data ini bertujuan untuk memperoleh sumber-sumber yang
relevan dalam penelitian.39
Dalam pengumpulan datanya, penelitian ini
menggunakan metode pengambilan data studi pustaka dan wawancara. Dimana
dengan adanya wawancara analisa upaya Indonesia dalam meningkatkan
kunjungan wisatawan Tiongkok ke Indonesia melalui kampanye „Wonderful
Indonesia‟ dapat dilakukan secara lebih mendalam.
Sedangkan untuk sumber data penelitian penulis mengambil data yang
bersumber dari primary sources dan secondary sources. Primary sources
merupakan sumber data yang berasal dari wawancara yang telah dilakukan
penulis sebelumnya. Sedangkan secondary sources merupakan sumber data yang
berasal dari laporan instansi, jurnal, artikel, skripsi, thesis, buku, dan media
massa.40
G. Sistematika Penulisan
Penelitian ini, akan di bagi menjadi lima bab. Bab satuakan memaparkan
mengenai latar belakang masalah beserta permasalahannya. Kemudian ada juga
tinjauan pustaka, kerangka teoritis, metode penelitian, dan sistematika penulisan
penelitian.
Bab duaakan menjelaskan mengenai gambaran umum pariwisata Indonesia
secara singkat dan kampanye „Wonderful Indonesia‟. Disini akan dijelaskan
sejarah pembentukan dan perkembangan „Wonderful Indonesia‟ dalam upaya
39
Farid Al Ghofari, Analisis Tingkat Pengangguran di Indonesia (Semarang, 2010), p. 73, tersedia
di http://eprints.undip.ac.id/26483/1/Skripsi.pdfdiakses tanggal 07Juni 2016 pukul 00:40. 40
Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), p. 53.
26
meningkatkan pariwisata Indonesia. Pemaparan mengenai strategi dan target
„Wonderful Indonesia‟ dalam upaya menarik wisatawan. Dalam bab ini juga
akan dijelaskan mengenai pembentukan dan makna logo serta pencapaian dan
kontribusi kampanye „Wonderful Indonesia‟ bagi Indonesia.
Kemudian, pada bab tiga penulis akanmemaparkan mengenai minat,
perilaku, dan karakteristik wisatawan Tiongkok dalam berwisata. Baik itu dalam
konsumsi, perolehan informasi pariwisata, ataupun tujuan dan pemilihan
berwisata. Selain itu ada juga penjelasan mengenai China outbound tourism. Bagi
penulis penjelasan mengenai hal ini secara tidak langsung dapat memberikan
gambaran dan menjadi acuan dalam menyusun strategi pemasaran pariwisata
Indonesia di Tiongkok.
Pada bab empat, penulis akan menganalisa tiap-tiap variabel dan keterkaitan
antar satu sama lainnya dengan menggunakan teori yang relevan. Analisis yang
dimaksud dalam hal ini adalah adanya upaya Indonesia untuk menigkatkan
kunjungan wisatawan Tiongkok tahun 2015 melalui kampanye „Wonderful
Indonesia‟berdasarkan konsep soft power dan multi-track diplomacy yang
dilakukan oleh pemerintah hingga masyarakat. Namun disini penilis hanya akan
menjelaskan mengenai peran pemerintah, masyarakat, dan media dalam upaya
meningkatkan kunjungan wisatawan asal Tiongkok ke Indonesia.
Terakhir bab lima. Bab lima berisi penutup yang berupa kesimpulan dan
saran. Dalam hal ini kesimpulan penelitian dirumuskan dari keseluruhan bab satu
hingga bab empat, dan sudah menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan di
27
awal penelitian. Saran yang ada pun diharapkan dapat menjadi pertimbangan
dalam merancang strategi pariwisata untuk menarik minat masyarakat dunia,
khususnya Tiongkok untuk berkunjung ke Indonesia.
28
BAB II
GAMBARAN UMUM PARIWISATA INDONESIA DAN KONSEP
„WONDERFUL INDONESIA‟
A. Gambaran Umum Pariwisata Indonesia
A.1. Perkembangan Pariwisata Indonesia Hingga Tahun 2014.
Indonesia dengan kekayaan alam dan budayanya sejak dulu memang
sudah diminati banyak wisatawan dunia. Perkembangan pariwisata Indonesia
sejak dulu mengalami dinamika yang fluktuatif. Meskipun belum mampu menjadi
primadona di kawasan Asia Pasifik, pariwisata Indonesia bahkan sudah populer
sejak masa penjajahan Belanda, yang tentunya dipromosikan dan digerakkan oleh
pemerintahan Hindia Belanda saat itu.
Pada era penjajahan Belanda pariwisata Indonesia awalnya tidak hanya
terpusat pada Bali, destinasi pariwisata Indonesia tersebar di berbagai daerah.
Destinasi pariwisata Indonesia di Jawa Barat terfokus di Bandung, Bogor,
Sindanglaya, Sukabumi, dan Cirebon. Destinasi pariwisata di Jawa tengah
terfokus di Kaliurang dan Gunung Merapi. Destinasi pariwisata di Jawa Timur
terfokus di Malang. Di Sumatera terfokus di Bukit Tinggi, dan Pematang Siantar.
Di Sulawesi terfokus di daerah Rurukan, dan Malino.41
41
Rimsky K. Judisseno, Destination Strategies in Tourist Development in Indonesia, 1945–2014:
Problems of Bali Centredness(thesis), Victoria University: Collage of Arts Victoria University
2015, p. 59.
29
Pengembangan Bali sebagai destinasi pariwisata Indonesia baru dimulai
sejak tahun 1920-an, dan langsung menjadi primadona pariwisata Indonesia di
mata internasional.42
Pemerintah Hindia Belanda saat itu bahkan membentuk
badan pariwisata sendiri yang disebut dengan Vereeniging Toeristen Verkeeruntuk
mengembangkan sektor pariwisata secara lebih koordinatif dan memperoleh
keuntungan darinya.43
Baiknya di era penjajahan Belanda aksesibilitas pariwisata Indonesia
justru lebih memadai dibanding masa-masa awal kemerdekaan Indonesia. Di awal
masa pemerintahan Soekarno pariwisata Indonesia mengalami penurunan dan
mengadapi banyak hambatan terkait situasi politik dan ekonomi nasional yang
saat itu belum stabil.44
Pemerintah kemudian membentuk Hotel National and
Tourism (HONET) sebagai institusi yang menangani pariwisata Indonesia, dan
selanjutnya pariwisata Indonesia semakin berkembang dan ramai.45
Tahun 1955 Indonesia memiliki Yayasan Tourisme Indonesia (YTI) yang
dikelola oleh swasta dan bersifat komersil. Selanjutnya pemerintah membentuk
42
Rimsky K. Judisseno, Destination Strategies in Tourist Development in Indonesia, 1945–2014:
Problems of Bali Centredness(thesis), Victoria University: Collage of Arts Victoria University
2015, p. 60. 43
Gusti Idriasih, Diplomasi Indonesia Melalui Kampanye Wonderful Indonesia dalam
Meningkatkan Paiwisata Indonesia di Dunia Internasional Tahun 2011-2015 (Riau: Universitas
Riau, Vol. 3, No. 1, 2016), p. 3, tersedia di
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/view/9292 diakses tanggal 09 Juli 2017 pukul
11:41. 44
Rimsky K. Judisseno, Destination Strategies in Tourist Development in Indonesia, 1945–2014:
Problems of Bali Centredness(thesis), Victoria University: Collage of Arts Victoria University
2015, p. 63. 45
Gusti Idriasih, Diplomasi Indonesia Melalui Kampanye Wonderful Indonesia dalam
Meningkatkan Paiwisata Indonesia di Dunia Internasional Tahun 2011-2015 (Riau: Universitas
Riau, Vol. 3, No. 1, 2016), p. 3, tersedia di
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/view/9292 diakses tanggal 09 Juli 2017 pukul
11:41.
30
Dewan Tourisme Indonesia(DTI) pada 1957 yang oleh Dewan Perancang
Nasional(DEPERNAS) dimasukkan sebagai sektor pengembangan perekonomian
negara, dari sinilah dimulai era baru pembangunan pariwisata Indonesia untuk
meningkatkan perekonomian negara. Untuk meningkatkan sumber daya manusia
di bidang parwisata pemerintah juga mendirikan Akademi Perhotelan dan
Akademi Pariwisata pada tahun 1962.46
Di era pemerintahan Soeharto, pemerintah membentuk Lembaga
Pariwisata Negara (LPN) pada tahun 1967. Dua tahun kemudian LPN dibubarkan
dan diserahkan kembali pada pihak swasta, Dewan Pariwisata Indonesia
(DEPARI),47
hal ini disebabkan oleh banyaknya masalah struktural yang ada
dalam LPN. Di masa Orde Baru ini sektor pariwisata masuk dalam rencana
pembangunan jangka panjang, atau yang dikenal dengan Rencana Pembangunan
Lima Tahun (Repelita I – Repelita V).
Pada masa Repelita I pemerintah membuka kantor cabang kepariwisataan
Indonesia di banyak negara, dan membentuk BAPPENAS berdasarkan pada
Instruksi Presiden no. 9 tahun 1969. Pada masa Repelita II pariwisata Indonesia
masih menitik beratkan Bali sebagai destinasi andalannya. Pada masa Repelita III
pariwisata Indonesia mulai berkontribusi terhadap peningkatan devisa negara dan
46
Achmad Rifqi, Dandi Anugera, dan Syifa PF, Pariwisata Indonesia: Sejarah Pembangunan
Kepariwisataan Nasional, Trend Produk dan Pasar, Pemasaran Pariwisata 2015 (Bandung:
Sekolah tinggi Pariwisata, 2015), p. 13-14, tersedia di www.scribd.com diakses tanggal 23
November 2017 pukul 11:14. 47
Achmad Rifqi, Dandi Anugera, dan Syifa PF, Pariwisata Indonesia: Sejarah Pembangunan
Kepariwisataan Nasional, Trend Produk dan Pasar, Pemasaran Pariwisata 2015 (Bandung:
Sekolah tinggi Pariwisata, 2015), p. 16, tersedia di www.scribd.com diakses tanggal 23 November
2017 pukul 11:14.
31
lapangan pekerjaan baru.48
Tahun 1982 presiden Soeharto bahkan mengesahkan
adanya Rencana Anggaran Pelaksaan Belanja Negara (RAPBN) untuk sektor
pariwisata sebagai sektor penting penghasil devisa negara.49
Di awal masa reformasi pariwisata Indonesia mengalami penurunan yang
drastis. Hal ini dilatar belakangi oleh adanya kisruh politik dalam negeri pasca
tumbangnya Orde Baru dan adanya transisi sistem politik Indonesia menjadi lebih
demokratis,50
maraknya aksi terorisme juga memperburuk citra keamanan dan
pariwisata Indonesia.51
Di tahun 2001 pemerintah juga mengubah nomenklatur
Kementrian Pariwisata dan Kesenian menjadi Kementrian Budaya dan
Pariwisata52
yang tentunya juga berdampak negatif pada perkembangan pariwisata
Indonesia.
Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono geliat pariwisata
Indonesia mulai bangkit dan stabil sejak tahun 2007.53
Sayangnya di era SBY
48
Esti, Pembangunan Kepariwisataan: Overview, Tantangan, dan Kebijakan Pembangunan ke
Depan (Jakarta: BAPPENAS, Edisi 03, 2013), p. 18-19, tersedia di
http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/131031-[_Konten_]-
Pembangunan%20kepariwisataan.pdf diakses tanggal 23 November 2017 pukul 12:08. 49
Bungaran Antonius Simanjuntak, Flores Tanjung, dan Rosramadhana Nasution, Sejarah
Pariwisata: Menuju Perkembangan Pariwisata Indonesia (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2017), p. 18-19. Tersedia di https://books.google.co.id diakses tanggal 23 November
2017 pukul 14:01. 50
Rimsky K. Judisseno, Destination Strategies in Tourist Development in Indonesia, 1945–2014:
Problems of Bali Centredness(thesis), Victoria University: Collage of Arts Victoria University
2015, p. 137-139. 51
Esti, Pembangunan Kepariwisataan: Overview, Tantangan, dan Kebijakan Pembangunan ke
Depan (Jakarta: BAPPENAS, Edisi 03, 2013), p. 22, tersedia di
http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/131031-[_Konten_]-
Pembangunan%20kepariwisataan.pdf diakses tanggal 23 November 2017 pukul 12:08. 52
Rimsky K. Judisseno, Destination Strategies in Tourist Development in Indonesia, 1945–2014:
Problems of Bali Centredness(thesis), Victoria University: Collage of Arts Victoria University
2015, p. 153. 53
Industri Pariwisata Indonesia, tersedia di https://wwww.indonesia-
investments.com/id/bisnis/industri-sektor/pariwisata/item6051? diakses tanggal 23 November
2017 pukul 14:16.
32
pengembangan dan promosi pariwisata Indonesia masih terfokus di Bali, presiden
SBY melalui Peraturan Presiden No. 48 Tahun 2004 yang tertuang dalam Master
Plan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI) bahkan menegaskan
Bali sebagai area destinasi pariwisata berbasis ekonomi.54
Master Plan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
merupakan program oemerintah Indonesia sera oemrintahan SBY yang ditujukan
untuk mempercepat dan memperkuat perekonomian Indonesia yang dilakukan
melalui 6 bidang, salah satunya pariwisata. Sayangnya pembangunan dan
pengembangan pariwisata yang dilakukan melalui program MP3EI masih terpusat
di luar Kawasan Timur Indonesia(KTI),55
sedangkan potensi pariwisata di wilayah
tersebut sangatlah besar.
Baiknya, branding pariwisata sebagai bagian dari promosi pariwisata yang
dimiliki Indonesia mulai dikenal luas sejak masa pemerintahan SBY. Tahun
2008 pemerintah meluncurkan logo brand pariwisata „Visit Indonesia Year‟ yang
kemudian mengalami perubahan menjadi „Wonderful Indonesia‟ di tahun 2010.56
Di masa ini pariwisata Indonesia tiap tahunnya mengalami peningkatan dengan
meningkatnya jumlah wisatawan domestik dan mancanegara yang berkunjung ke
Indonesia.
54
Rimsky K. Judisseno, Destination Strategies in Tourist Development in Indonesia, 1945–2014:
Problems of Bali Centredness(thesis), Victoria University: Collage of Arts Victoria University
2015, p. 158. 55
Kementrian Pariwisata RI, Analisis Kesiapan Destinasi dalam Rangka Pencapaian Target 20
Juta Wisatawan Mancanegara pada Tahun 2019 (Jakarta: 2015), p. 1. 56
Shintya Dewi Lupita Sari, Performansi Branding Wonderful Indonesia dalam Pemasaran
Pariwisata Mancanegara (skripsi), Universitas Gadjah, Mada 2016, p. 38.
33
Sejak pelantikannya tahun 2014 Joko Widodo memasukkan sektor
pariwisata sebagai salah satu sekor prioritas pembangunan Indonesia, seperti yang
terangkum dalam Nawa Cita kepemimpinan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Hal ini
menandakan keseriusan pemerintah dalam mengeksplorasi sektor pariwisata
sebagai salah satu sektor penting untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat
Indonesia. Apalagi dengan didukung oleh sektor lain seperti infrastruktur, maritim,
energi, dan pangan yang juga terangkum dalam Nawa Cita kepemimpinan Joko
Widodo dan Jusuf Kallatahun 2014-2019.57
A.2. Daya Tarik dan Tantangan Pariwisata Indonesia
Indonesia yang masih tergolong sebagai negara berpendapatan menengah
kebawah faktanya memiliki kekayaan alam dan budaya yang berlimpah. Saat ini,
berdasarkan Peraturan Presiden No. 50 tahun 2011 Indonesia tercatat memiliki 50
destinasi pariwisata nasional, 88 area destinasi pariwisata strategis, dan 222
daerah pembangunan pariwisata nasional.58
UNWTO juga memprediksi bahwa trend pariwisata dunia sejak tahun
2015 akan mengalami pergeseran, dimana negara-negara berkembang, khususnya
yang berada di Asia Pasifik, akan lebih sering dikunjungi dibandingkan dengan
57
Ratna Suranti, Upaya Promosi Potensi Pariwisata Indonesia untuk Meningkatkan Perekonomian
Nasional (Bandung: Asisten Deputi Strategi Pemasaran Pariwisata Mancanegara Deputi Bidang
Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementrian Pariwisata RI, 2016). 58
Rimsky K. Judisseno, Destination Strategies in Tourist Development in Indonesia, 1945–2014:
Problems of Bali Centredness(thesis), Victoria University: Collage of Arts Victoria University
2015, p. 1.
34
negara-negara maju di Eropa dan Amerika.59
Bagi Indonesia, hal ini tentunya
menjadi peluang untuk meningkatkan pariwisatanya.
Keunggulan lain yang dimiliki pariwisata Indonesia terletak pada daya
saing harga pariwisatanya yang murah, dan sumber daya manusianya yang dapat
diandalkan.60
Selain itu, di mata internasional masyarakat Indonesia dinilai ramah
dan berjiwa seni tinggi, hal ini yang kemudian membuat mereka merasa aman dan
hangat saat mengunjungi Indonesia.
Sayangnya sejak dulu eksplorasi pariwisata Indonesia masih belum
dilakukan secara maksimal. Dalam pembangunannya, minimnya penyediaan
insfrastruktur, dan aksesibilitas terhadap destinasi pariwisata Indonesia yang
hanya terfokus di Jawa dan Bali turut melemahkan sektor pariwisata Indonesia.
Hal ini tentu berdampak pada kunjungan wisatawan asing.61
Bahkan banyak
diantara masyarakat dunia yang tidak mengenal Indonesia namun mengenal Bali.
Kelemahan industri pariwisata Indonesia juga tidak lepas dari sering
adanya perubahan nomenklatur Kementrian Pariwisata. Perubahan nomenklatur
ini tentu juga berpengaruh pada tanggung jawab institusi secara keseluruhan dan
manajemen pembangunan pariwisata secara khusus. Dimana perubahan
59
United Nations World Tourism Organization, UNWTO Tourism Highlights 2014 Edition(2014),
p. 3, tersedia di www.e-unwto.org/doi/pdf diakses tanggal 13 Desember 2017 pukul 13:11. 60
Kementrian Priwisata RI, Rencana Strategis Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata
Tahun 2015-2019 (Jakarta: 2015), p. 18-20. 61
Kementrian Pariwisata RI, Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementrian Pariwisata Tahun 2015
(Jakarta: Biro Perencanaan dan Keuangan Sekretariat Kementrian Pariwisata, 2016).
35
manajemen pembangunan pariwisata lama bisa saja bertentangan dengan
manajemen pembangunan pariwisata baru.62
Dalam pembangunannya, tantangan yang dihadapi pariwisata Indonesia
terletak pada tidak adanya keselarasan mata rantai usaha pariwisata, dan
kurangnya kesadaran masyarakat sekitar atas potensi pariwisata yang dimiliki.63
Dalam pengembangannya, kendala yang dihadapi berupa tidak kondusifnya
lingkungan usaha parwisata yang ada, serta rendahnya nilai, jumlah, dan
pertumbuhan investasi.64
B. Gambaran Umum Konsep „Wonderful Idonesia‟
B.1. Filosofi Konsep dan Logo „Wonderful Indonesia‟
Brandingberasal dari kata brandyang berarti merk. Sedangkan kegiatan untuk
memperkuat dan mempublikasikan merk disebut dengan branding.65
Branding
juga dapat berarti sebagai sebuah tindakan untuk memberikan gambaran tentang
sesuatu yang dilakukan melalui media offline dan online, endorse, serta public
diplomacy.66
62
Rimsky K. Judisseno, Destination Strategies in Tourist Development in Indonesia, 1945–2014:
Problems of Bali Centredness(thesis), Victoria University: Collage of Arts Victoria University
2015, p. 1. 63
Kementrian Pariwisata RI, Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementrian Pariwisata Tahun 2015
(Jakarta: Biro Perencanaan dan Keuangan Sekretariat Kementrian Pariwisata, 2016), hl. 1. 64
Kementrian Pariwisata RI, Rencana Strategis Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata
Tahun 2015-2019 (Jakarta: 2015), p. 7. 65
Shintya Dewi Lupita Sari, Performansi Branding Wonderful Indonesia dalam Pemasaran
Pariwisata Mancanegara (skripsi), Universitas Gadjah Mada,2016, p. 37. 66
Koh Buck Song, Brand Singapore: How Nation Branding Built Asia‟s Leading Global City
(Singapore: Marshall Cavendish Bussiness, 2011), p.6.
36
Dalam mempromosikan pariwisatanya Indonesia memilih nama „Wonderful
Indonesia‟ sebagai branding pariwisata Indonesia untuk pasar internasional dan
„Pesona Indonesia‟ sebagai branding pariwisata Indonesia untuk pasar domestik.67
Selain sebagai sebuah branding pemilihan nama „Wonderful Indonesia‟ dan
„Pesona Indonesia‟ juga dapat dijadikan sebuah citra dan identitas baru bagi
pariwisata Indonesia.
Mengingat pentingnya identitas dalam hubungan internasional, maka tiap
negara perlu memiliki identitas yang membedakannya dengan negara-negara lain,
tak terkecuali Indonesia. Namun nyatanya identitas Indonesia sebagai negara
muslim yang demokratis saja tidak cukup menjadikannya berbeda dengan negara-
negara lain. Diperlukan adanya identitas baru bagi Indonesia sebagai pembeda dan
sebagai nation branding dan sebagai alat diplomasi baru bagi tercapainya tujuan
dan kepentingan nasional Indonesia.
Nation branding dapat dibangun melalui export, foreign direct investment,
dan pariwisata. Saat ini pariwisata dinilai sebagai sektor terbaik dalam upaya
nation branding, untuk itu Indonesia melakukan rebranding dalam bidang
pariwisata. Rebranding dalam bidang pariwisata dilakukan melalui kampanye
„Wonderful Indonesia‟ untuk pasar domestik dan internasional serta „Pesona
Indonesia‟ untuk pasar domestik. Rebranding pariwisata ini diresmikan oleh
67
Ratna Suranti, Upaya Promosi Potensi Pariwisata Indonesia untuk Meningkatkan Perekonomian
Nasional (Bandung: Asisten Deputi Strategi Pemasaran Pariwisata Mancanegara Deputi Bidang
Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara, 2016).
37
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia, Arief Yahya pada 17-18 Januari
2011 di Kamboja dalam Forum Menteri Pariwisata ASEAN.68
Untuk menguatkan branding diperlukan sebuah logo dengan filososfi
maknanya sendiri. Branding„Pesona Indonesia‟ digunakan untuk pasar domestik
dengan sasaran wisatawan dalam negeri, sedangkan branding„Wonderful
Indonesia‟ digunakan untuk pasar mancanegara dengan sasaran wisatawan
domestik dan mancanegara. Logo „Wonderful Indonesia‟ diaplikasikan dengan
latar belakang hitam atau putih, dan kadang diaplikasikan dengan latar belakang
warna wonders untuk logo pariwisata atau destinasi tertentu.69
Warna wonders dalam logo „Wonderful Indonesia‟ ini juga termasuk
dalam bagian dari pilar tematik dalam promosi pariwisata Indonesia. Kelima
warna ini merupakan satu kesatuan yang menjadi sistem untuk mengaplikasikan
logo „Wonderful Indonesia‟ dan „Pesona Indonesia‟, dimana setiap destinasi yang
akan dipublikasikan harus menampilkan warna wondersyang ada.70
Kelima warna
ini membawa arti masing-masing untuk ditampilkan sebagai bagian branding:71
Gambar 1: Main Thematic Pilars
68
Tourism Ministry Set to Launch Wonderful Indonesia Campaign, tersedia di
http://amp.kontan.co.id/news/tourism-ministry-set-to-launch-wonderful-indonesia-campaign-1
diakses tanggal 25 Desember 2017 pukul 14:37. 69
I Gde Pitana, Era Baru Promosi Pariwisata Indonesia (Bali: Deputy for International Marketing,
2016). 70
Kementrian Pariwisata RI, Logo Wonderful Indonesia dan Logo Pesona Indoonesia (Jakarta:
2014). 71
Kementrian Pariwisata RI, Buku Panduan Logo (Jakarta: 2014), p. 6.
38
Sumber:Paparan Ogilvy.72
a. Natural, mengusung tema keindahan alam Indonesia.
b. Cultural, mengusung tema keramahan budaya Indonesia.
c. Sensory, mengusung tema kelezatan kuliner Indonesia.
d. Modern, mengusung tema dinamika kehidupan urban Indonesia.
e. Adventurous, mengusung tema wisata petualangan di Indonesia.
Secara filosofis, penggunaan kata Wonderful dan Pesona ditujukan untuk
memberikan kesan yang luar biasa menakjubkan dari pariwisata Indonesia. Logo
„Wonderful Indonesia‟ dan „Pesona Indonesia‟ ini menggunakan lambang burung
dengan sayap terbentang sebagai konsep dasarnya. Hal ini dikarenakan status
burung sebagai satwa dengan populasi terbesar di Indonesia dan sebagai
perlambang kedamaian dalam hidup. Kepak sayap burung yang melebar memiliki
arti kebebasan dan keterbukaan,73
dalam artian kekayaan pariwisata Indonesia
menjangkau siapapun dan dimanapun.
Penggunaan burung garuda sebagai lambang „Wonderful Indonesia‟ dan
„Pesona Indonesia‟ memiliki lima warna dengan maknanya masing-masing:74
Gambar 2: Philosophy of Colour and Shape
72
Shintya Dewi Lupita Sari, Performansi Branding Wonderful Indonesia dalam Pemasaran
Pariwisata Mancanegara (skripsi), Universitas Gadjah Mada, 2016, p. 43. 73
Kementrian Pariwisata RI, Buku Panduan Logo (Jakarta: 2014), p.2. 74
Kementrian Pariwisata RI, Logo Wondeful Indonesia dan Logo Pesona Indonesia (Jakarta: 2014).
39
Sumber:Buku Panduan Logo, 2014.
a. Warna hijau bermakna kreativitas, ramah lingkungan, dan keselarasan.
b. Warna ungu bermakna daya imajinasi, iman, dan kesatuan jiwa raga.
c. Warna jingga bermakna inovasi, hasrat perubahan, dan keterbukaan.
d. Warna biru bermakna universalitas, kedamaian, dan konsistensi.
e. Warna magenta bermakna keseimbangan, kepekaan, dan pemikiran
praktis.
B.2. Target dan Aktualisasi Kampanye „Wonderful Indonesia‟
Pariwisata Indonesia secara keseluruhan, di tahun 2015 menargetkan
kunjungan wisatawannya sebanyak 10 juta kunjungan. Tahun 2015 realisasi
kunjungan wisatawan ke Indonesia meningkat sebesar 7,52% menjadi 10.144.913
kunjungan dari 9.435.411 kunjungan di tahun 2014. Dimana kunjungan
wisatawannya dibagi dalam empat caturwulan per satu tahun; caturwulan satu
(Januari-Maret), caturwulan dua (April-Juni), caturwulan tiga (Juli-September),
dan caturwulan empat (Oktober-Desember) atau dua semester; semester pertama
(Januari-Juni), dan semester kedua (Juli-Desember).75
75
Kementrian Pariwisata RI, Analisis Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Kawasan 3 Great
Triwulan I-2015 (Jakarta: Asisten Deputi Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan,
2015), p. 2-9.
40
Target kunjungan wisatawan pada semester pertama berjumlah 4,5 juta
kunjungan atau sebesar 45%, dan 5,5 juta kunjungan atau 55% pada semester
kedua. Pada semester kedua Indonesia target jumlah kunjungan wisatwan
Indonesia lebih tinggi dibanding semester pertama. Dimana kunjungan wisatawan
tertinggi diperkirakan akan terjadi pada buan Juni, Agustus, dan Desember. Hal
ini disebabkan oleh adanya bebas visa kunjungan yang mulai efektif berlaku pada
semester kedua.76
Secara keseluruhan performansi kunjungan wisatawan mancangera ke
Indonesia tahun 2015 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2014. Total
kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia tahun 2014 hanya mencapai
9.435.411 kunjungan, sedangkan di tahun 2015 total kunjungan wisatawan
mancanegara ke Indonesia mencapai 10.406.759 kunjungan.77
Januari 2015 kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mengalami
penurunan dibanding Januari tahun 2014 (723.029 kunjungan dari 753.079) atau
menurun sebesar 3,99%, namun tetap melampaui target yang diproyeksikan
mencapai 700.000 kunjungan. Februari 2015 kunjungan wisatawan mancanegara
ditargetkan mencapai 750.000 kunjungan namun berhasil tembus pada 786.653
kunjungan, atau meningkat sebesar 11,95% dari Februari 2014.78
76
Kementrian Pariwisata RI, Analisis Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Kawasan 3 Great
Triwulan I-2015 (Jakarta: Asisten Deputi Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan,
2015), p. 3-9. 77
Kementrian Pariwisata RI, Data Kunjungan Wisatawan Mancanegara Tahun 2015, (Jakarta:
2015). 78
Kementrian Pariwisata RI, Analisis Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Kawasan 3 Great
Triwulan I-2015 (Jakarta: Asisten Deputi Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan,
2015), p. 10-13.
41
Maret 2015, kunjungan wisatawan mancanegara diproyeksikan mencapai
750.000 kunjungan namun berhasil mencapai 789.596 kunjungan, artinya
meningkat sebesar 3,13% dari Maret 2014 yang hanya mencapai 765.607
kunjungan.79
Di bulan April 2015 Indonesia memproyeksikan kunjungan
wisatawan mancanegaranya sebanyak 725.000 kunjungan yang kemudian berhasil
menembus angka 749.882 kunjungan, meningkat 3,24% dibanding April 2014
yang hanya mencapai 726. 332 kunjungan.80
Mei 2015, Indonesia memproyeksikan kunjungan wisatawan
mancanegaranya sebanyak 775.000 kunjungan yang kemudian berhasil tembus
pada 793.499 kunjungan, hal ini berarti kunjungan wisman pada Mei 2015
menigkat 5,47% persen dibandingkan Mei 2014 yang hanya mencapai 752.363
kunjungan. Pada Juni 2015 kunjungan wisatawan mancanegara diproyeksikan
mencapai 800.000 kunjungan mamun berhasil mencapai 815.148 kunjungan,
dibandinkan dengan Juni 2014 yang mencapai 851.475 kunjungan maka
kunjungan wisman pada Juni 2015 menurun sebanyak 4,27%.81
Juli 2015, Indonesia menargetkan 800.000 kunjungan wisatawan
mancanegara, faktanya Indonesia berhasil menembus hingga 814.233 kunjungan,
angka ini mengindikasikan peningkatan bila dibandingkan dengan Juli 2014 yang
79
Kementrian Pariwisata RI, Analisis Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Kawasan 3 Great
Triwulan I-2015 (Jakarta: Asisten Deputi Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan,
2015), p. 10-13. 80
Kementrian Pariwisata RI, Analisis Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Kawasan 3 Great
Triwulan II-2015 (Jakarta: Asisten Deputi Penelitian dan Pengembangan Kebijakan
Kepariwisataan, 2015), p. 10-13. 81
Kementrian Pariwisata RI, Analisis Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Kawasan 3 Great
Triwulan II-2015 (Jakarta: Asisten Deputi Penelitian dan Pengembangan Kebijakan
Kepariwisataan, 2015), p. 10-13.
42
hanya tembus pada 777.210 kunjungan atau meningkat sebesar 4,76%. Agustus
2015 kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mencapai 850.542
kunjungan dari 826.821 kunjungan di tahun sebelumnya, meningkat 2,87%,
sedangkan Indonesia sendiri hanya menargetkan 850.000 kunjungan pada Agustus
2015.82
September 2015, Indonesia memproyeksikan kunjungan wisatawan
mancanegara sebanyak 850.000 kunjungan namun berhasil mencapai 869.179
kunjungan, yang artinya meningkat 9,84% dari September 2014 yang hanya
mencapai 791,296 kunjungan.83
Oktober 2014, total kunjungan wisatawan
mancanegara yang berkunjung ke Indonesia 808.767 kunjungan, kemudian pada
Oktober 2015 total kunjungan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke
Indonesia meningkat menjadi 877.798 kunjungan.84
November 2014, total kunjungan wisatawan mancanegara yang
berkunjung ke Indonesia berjumlah 764.461 kunjungan dan pada November
2015 total kunjungan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia
meningkat menjadi 835.408 kunjungan. Desember 2014, total kunjungan
wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia mencapapai 915.334
82
Kementrian Pariwisata RI, Analisis Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Kawasan 3 Great
Triwulan III-2015 (Jakarta: Asisten Deputi Penelitian dan Pengembangan Kebijakan
Kepariwisataan, 2015), p. 10-13. 83
Kementrian Pariwisata RI, Analisis Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Kawasan 3 Great
Triwulan III-2015 (Jakarta: Asisten Deputi Penelitian dan Pengembangan Kebijakan
Kepariwisataan, 2015), p. 10-13. 84
I Gde Pitana, Ringkasan Performansi Wisman (Jakarta: Deputi Bidang Pengembangan
Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementrian Pariwisata RI, 2015), p. 22.
43
kunjungan dan pada Desember 2015 total kunjungan wisatawan mancanegara
yang berkunjung ke Indonesia meningkat menjadi 986.519 kunjungan.85
Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia di tiap
tahunnya juga dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 1: Realisasi Wisman 2011-2015
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 614.328 753.079 785.973
Februari 678.415 702.666 753.079
Maret 725.316 765.607 841.071
April 646.117 726.332 801.873
Mei 700.708 762.363 852.388
Juni 789.594 851.475 872.385
Juli 717.784 777.210 877.584
Agustus 771.009 826. 821 911.704
September 683.584 770.878 791.296 920.128
Oktober 688.341 719.903 808.767 877.798
November 693.867 807.422 746.461 835.408
Desember
860.655 915.334 986.519
Total 7.649.731 8.044.642 8.802.129 9.435.411 10.406.759
Sumber: Ringkasan Performansi Wisman, 2015.
85
I Gde Pitana, Ringkasan Performansi Wisman (Jakarta: Deputi Bidang Pengembangan
Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementrian Pariwisata RI, 2015), p. 22.
44
Kunjungan wisatawan Tiongkok sendiri pada Januari 2015 mengalami
penurunan sebesar 8,74% (80.842 kunjungan) dibanding Januari tahun lalu
yang mencapai 88.853 kunjungan. Februari 2015 kunjungan wisatawan Tiongkok
meningkat sebesar 41,72% (137.181 kunjungan) dari Februari tahun lalu yang
hanya mencapai 96.794 kunjungan. Maret 2015 kunjungan wisatwan Tiongkok
juga tetap mengalami peningkatan sebesar 14,96% dari Maret 2014 (82.687
kunjungan dari 71.927 kunjungan).86
April 2015, kunjungan wisatawan Tiongkok meningkat sebesar 17,86%
(79.000 kunjungan) dari April sebelumnya yang hanya mencapai 67.030
kunjungan. Mei 2015, kunjungan wisatawan Tiongkok meningkat sebesar 27,39%
(70.803 kunjungan) dari Mei 2014 yang hanya mencapai 55.591 kunjungan. Juni
2015, kunjungan wisatawan Tiongkok meningkat sebesar 26,64% (91.038
kunjungan) dibandingkan Juni 2014 yang hanya mencapai 71.887 kunjungan.87
Juli 2015, kunjungan wisatawan Tiongkok meningkat sebesar 20,60%
(117.139 kunjungan) dari Juli 2014 yang hanya mencapai 97.131 kunjungan.
Agustus 2015, kunjungan wisatawan Tiongkok meningkat sebesar 24,97%
(120.658 kunjungan) dari Agustus 2014 yang hanya mencapai 96.550 kunjungan.
September 2015, kunjungan wisatawan Tiongkok meningkat sebesar 14,58%
86
Kementrian Pariwisata RI, Analisis Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Kawasan 3 Great
Triwulan I-2015 (Jakarta: Asisten Deputi Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan,
2015), p. 24. 87
Kementrian Pariwisata RI, Analisis Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Kawasan 3 Great
Triwulan II-2015 (Jakarta: Asisten Deputi Penelitian dan Pengembangan Kebijakan
Kepariwisataan, 2015), p. 23.
45
(94.549 kunjungan) dari September 2014 yang hanya mencapai 82.519
kunjungan.88
Oktober 2015, kunjungan wisatawan Tiongkok meningkat sebesar 11,13%
menjadi 95.176 kunjungan dari yang hanya mencapai 85.640 kunjungan ppada
Oktober 2014.89
November 2015, kunjungan wisatawan Tiongkok meningkat
sebesar 12,49% menjadi 18.835 kunjungan dari yang hanya berjumlah 70.083 di
November tahun lalu.90
Desember 2015, kunjungan wisatawan Tiongkok
meningkat sebesar 3,89% menjadi 78.446 kunjungan dari yang hanya mencapai
75.506 kunjungan pada Desember tahun lalu.91
Perkembangan jumlah kunjungan
wisatawan Tiongkok ke Indonesia dari tahun 2011-2015 dapat dilihat dalam tabel:
Tabel 2: Kunjungan Wisman Tiongkok ke Indonesia
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 34.973 84.703 53.203 88.583 81.969
Februari 52.148 50.262 87.018 96.794 138.439
Maret 34.130 43.542 54.359 71.927 85.126
April 33.252 42.751 54.110 67.030 80.321
Mei 34.746 43.457 52.632 55.581 72.291
Juni 39.437 40.638 62.669 71.887 92.364
Juli 50.873 55.293 71.815 97.131 119.376
Agustus 49.184 52.052 70.006 96.550 122.709
September 43.072 47.652 69.392 82.519 96.278
Oktober 42.274 61.713 58.717 85.640 95.176
November 39.738 48.879 61.763 70.083 78.835
Desember 39.192 47.281 52.237 75.506 78.446
Total 493.019 618.223 747.925 959.235 1.141.320
88
Kementrian Pariwisata RI, Analisis Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Kawasan 3 Great
Triwulan III-2015 (Jakarta: Asisten Deputi Penelitian dan Pengembangan Kebijakan
Kepariwisataan, 2015), p. 26. 89
Kementrian Pariwisata RI, Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Menurut Pintu Masuk
dan Kebangsaan Bulan Oktober 2015 (Jakarta: 2015). 90
Kementrian Pariwisata RI, Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Menurut Pintu Masuk
dan Kebangsaan Bulan November 2015 (Jakarta: 2015). 91
Kementrian Pariwisata RI, Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Menurut Pintu Masuk
dan Kebangsaan Bulan Desember 2015 (Jakarta: 2015).
46
Sumber: Ringkasan Performansi Wisman, 2015.
B.3. Strategi Pemasaran Kampanye „Wonderful Indonesia‟
Kesuksesan strategi pemasaran pariwisata Indonesia tidak hanya diukur
melalui besarnya jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia,
tetapi juga diukur melalui keberhasilan branding itu sendiri. Branding„Wonderful
Indonesia‟ menempati peringkat ke-50 dari 141 negara ditahun 2015,naik dari
peringkat ke-70 dari 140 negara di tahun 2013.92
Dalam pemasarannya, penjualan produk alam (nature) dalam pariwisata
Indonesia mencapai 35%, sedangkan penjualan produk budaya (culture) mencapai
60%, dan penjualan produk buatan (man made) mencapai 5%. Penjualan produk
alam mencangkup wisata bahari, ekowisata, dan wisata petualangan. Penjualan
produk budaya mencangkup wisata warisan budaya dan sejarah, wisata belanja
dan kuliner, serta wisata desa dan kota. Penjualan produk buatan mencangkup
wisata MICE (Meeting, Incentive, Convention, dan Exhibition), wisata olahraga,
dan objek wisata terintegrasi.93
Pemerintah Indonesia memiliki marketing framework sendiri dalam
memasarkan pariwisatanya di mancanegara. Marketing framework yang dibangun
ini dibagi berdasarkan destinasi (destination), daerah asal (origin), dan waktu
(time). Pemasaran destinasi dalam waktu yang tepat didukung dengan strategi
92
Ratna Suranti, Upaya Promosi Potensi Pariwisata Indonesia untuk Meningkatkan Perekonomian
Nasional (Bandung: Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara
Kementrian Pariwisata RI, 2016). 93
Ratna Suranti, Upaya Promosi Potensi Pariwisata Indonesia untuk Meningkatkan Perekonomian
Nasional (Bandung: Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara
Kementrian Pariwisata, 2016).
47
branding, advertising, dan selling (BAS). Dalam hal ini, pemerintah juga
memiliki media strategy yang terdiri dari paid media, owned media, social
media, dan endorse (POSE) untuk memperkuat strategi penjualan pariwisata
Indonesia.94
Gambar 3: Marketing Framework Wisman 2014-2019
Sumber: Era Baru Promosi Pariwisata Indonesia.
Pemasaran pariwisata berdasarkan pendekatan destination, origin, dan
timing (DOT) diimplementasikan dengan cara yang berbeda, yaitu:95
a. Destination. Pendekatan ini didasarkan dengan melihat destinasi-
destinasi pariwisata unggulan yang biasanya diminati banyak
wisatawan. Saat ini pemerintah Indonesia memiliki 14 destinasi
ungguluan dengan tiga fokus destinati yang dibedakan dengan
penggunaan konsep great, yaitu; Great Jakarta, Great Bali, Great
94
Ratna Suranti, Upaya Promosi Potensi Pariwisata Indonesia untuk Meningkatkan Perekonomian
Nasional (Bandung: Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara
Kementrian Pariwisata, 2016). 95
Ratna Suranti, Upaya Promosi Potensi Pariwisata Indonesia untuk Meningkatkan Perekonomian
Nasional (Bandung: Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara
Kementrian Pariwisata, 2016).
48
Batam, Yogyakarta, Semarang, Solo, Bunaken, Wakatobi, Raja Ampat,
Medan, Lombok, Makassar, Bandung, dan Banyuwangi. Setiap daerah
yang masuk dalam konsep greatjuga mempunyai branding-nya
masing-masing yang berada in-line dengan branding„Wonderful
Indonesia‟secara garis besar.96
b. Origin. Pendekatan ini didasarkan dengan melihat negara asal
wisatawan yang paling banyak berkunjung ke Indonesia. Melalui
pendekatan ini diperoleh lima negara yang menjadi sasaran utama
pemasaran pariwisata Indonesia, yaitu; Singapura, Malaysia, Australia,
Tiongkok, dan Jepang. Berdasarkan pendekatan origin wisatawan
Tiongkok diproyeksikan menjadi wisatawan terbanyak yang
berkunjung ke Indonesia,97
mengingat banyaknya diaspora masyarakat
Tiongkok di Indonesia yang bahkan sudah menjadi warga negara asli
Indonesia.
c. Time. Pendekatan ini didasarkan pada pola musiman pasar.
Berdasarkan pendekatan ini kunjungan wisatawan mancanegara ke
Indonesia menjadi lebih ramai pada semester kedua, atau pada bulan
Juli hingga Desember. Asumsi ini didasarkan pada historis kunjungan
96
Shintya Dewi Lupita Sari, Performansi Branding Wonderful Indonesia dalam Pemasaran
Pariwisata Mancanegara (skripsi), Universitas Gadjah Mada, 2016, p. 29. 97
I Gde Pitana, Era Baru Promosi Pariwisata Indonesia (Bali: Deputy for Internastional Marketing,
2016).
49
wisman di tahun-tahun sebelumnya dan pemberlakuan bebas visa
kunjungan yang mulai aktif pada dua.98
Pendekatan branding, advertising, dan selling (BAS) yang juga masuk
dalam marketing framework pariwisata Indonesia di mancanegara
diimplementasikan dengan cara:99
a. Branding. Pendekatan branding diimplementasikan melalui placement di
website, media ruang, televisi, media cetak, famtrip, dan festival.
b. Advertising. Pendekatan advertising diimplementasikan melalui palcement
di media cetak, placement dalam event,blocking sale di televisi,
pembuatan bahan promosi, dan kolaborasi dengan pelaku industri
pariwisata. Pendekatan advertising ini memerlukan adanya deregulasi
aksesibilitas yang meliputi perbaikan insfrastruktur darat, laut, dan udara
serta adanya kemudahan lainnya seperti bebas visa kunjungan untuk 90
negara yang diresmikan oleh presiden Joko Widodo pada 18 September
2015 melalui Peraturan Presiden Nomor 104 Tahun 2015.100
c. Selling. Pendekatan selling diimplementasikan melalui tardeshows, sales
mission, fasilitas penjualan paket wisata yang biasanya dilakukan oleh
pelaku industri pariwisata atau biro perjalanan, dan partisipasi pada bursa
pariwisata; ITB Berlin, WTM london, CITM China, dsb. Dalam
98
Kementrian Pariwisata RI, Analisis Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Kawasan 3 Great
Triwulan I-2015(Jakarta: Asisten Deputi Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan,
2015), p. 3. 99
I Gde Pitana, Era Baru Promosi Pariwisata Indonesia (Bali: Deputy for Internastional Marketing,
2016). 100
169 Negara Resmi Dibebaskan dari Visa untuk Kunjungan ke Indonesia, tersedia di
http://www.imigrasi.go.id/index.php/berita/berita-utama/996-196-negara-resmi-dibebaskan-dari-
visa-untuk-kunjungan-ke-indonesia diakses pada 17 Desember 2017 pukul 12:37.
50
implementasinya, pendekatan strategi selling juga diimplementasikan
melalui paid media, owned media, social media, dan endorser. Tahun
2015 ini Indonesia menunjuk Philip Kotler (bapak Marketing Dunia)
sebagai brand ambassador„Wonderful Indonesia‟.
B.4. Kontribusi Kampanye „Wonderful Indonesia‟ terhadap Indonesia
Sektor pariwisata saat ini telah menjadi sektor penting bagi banyak negara
untuk meningkatkan pendapatan nasional negaranya, tak terkecuali Indonesia.
Melalui industri pariwisatanya Indonesia bukan hanya dapat meningkatkan devisa
negaranya tetapi juga dapat memperluas peranan sektor privat dalam upaya
peningkatakan perekonomian negara, meningkatkan kualitas insfrastruktur, dan
menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakatnya.101
Namun tingginya potensi pariwisata yang dimiliki Indonesia dan
rendahnya popularitas pariwisata Indonesia jika dibandingkan dengan Malaysia,
Singapura, dan Thailand menjadi semangat baru bagi Indonesia untuk
memperkuat sektor pariwisatanya. Saat ini, pariwisata Indonesia melalui
kampanye „Wonderful Indonesia‟ bertujuan untuk meningkatkan kontribusi
ekonomi kepariwisataan Indonesia, dan meningkatkan daya saing kepariwisataan
Indonesia. Tujuan pariwisata Indonesia yang ada dapat dicapai dengan
101
Rimsky K. Judisseno, Destination Strategies in Tourist Development in Indonesia, 1945–2014:
Problems of Bali Centredness(thesis), Victoria University: Collage of Arts Victoria University
2015), p. 1.
51
meningkatkan citra kepariwisataan Indonesia, dan menciptakan diversifikasi
destinasi pariwisata.102
Kampanye „Wonderful Indonesia‟ yang telah digalakkan oleh pemerintah
dalam upaya meningkatkan sektor pariwisata Indonesia nyatanya dapat
memberikan identitas baru bagi Indonesia. Adanya wajah baru Indonesia di mata
internasional ini juga turut mendorong tercapainya kepentingan nasional
Indonesia, baik dalam aspek politik maupun ekonomi. Dengan kata lain,
pariwisata merupakan alat diplomasi bagi terwujudnya kepentingan nasional
Indonesia.
Pada era pemerintahan Joko Widodo pariwisata bahkan masuk sebagai
salah satu sektor implementasi Nawa Cita yang secara global dimaksudkan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Implikasi peningkatan dan
pengembangan sektor pariwisata bagi Indonesia dapat terlihat seperti yang
terangkum dalam tabel berikut:103
102
Kementrian Pariwisata RI, Rencana Strategis Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata
Tahun 2015-2019 (Jakarta: 2015), p. 7. 103
Kementrian Pariwisata RI, Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementrian Pariwisata 2015 (Jakarta:
Biro Perencanaan dan Keuangan Sekretariat Kementrian Pariwisata RI, 2016), p. 2-55.
52
Gambar 4: Pencapaian Makro Ekonomi Sektor pariwisata Indonesia 2015
Sumber:Lakip Kemenpar, 2015.
Jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia di tahun 2015 masih
berada jauh dibawah negara-negara pesaing. Seperti Malaysia yang mencapai 23,1
juta kunjungan, Singapura yang mencapai 15,1 juta kunjungan, dan Thailand yang
mencapai 29,8 juta kunjungan. Di tahun 2014 dengan jumlah kunjungan yang
hanya mencapai 9 juta kunjungan, Indonesia baru menyumbang 9% dari total 97,
22 juta kunjungan wisatawan di negara-negara ASEAN, 3% dari total 263 juta
kunjungan wisatawan di Asia Pasifik, dan 0,8% dari total dari total 1.138 juta
kunjungan wisata dunia.104
104
Kementrian Pariwisata RI, Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementrian Pariwisata Tahun 2015
(Jakarta: Biro Perencanaan dan Keuangan Sekretarian Kementrian, 2016), p. 26-28.
53
Gambar 5: Perbandingan Pariwisata Indonesia 2014-2015
Sumber: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementrian Pariwisata.
Secara mikro pencapaian sektor pariwisata Indonesia dapat dilihat dari
meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia
yang mencapai lebih dari 10 juta kunjungan, dan kunjungan wisatawan domestik
yang mencapai 255 kunjungan, serta adanya peningkatan peringkat branding
„Wonderful Indonesia‟ menjadi peringkat ke-50 versi World Economic Forum
(WEF).105
Adanya peningkatan pencapaian oleh sektor pariwisata ini
mengindikasikan suksesnya pembangunan citra positif Indonesia di mata
internasional.
Pariwisata Indonesia juga memperoleh penghargaan dalam UNWTO
Award for Exellence and Innovation in Tourism dalam UNWTO Awards ke-
12 di Madrid tahun 2015, penghargaan dalam ASEANTA Awards tahun 2015,
penghargaan sebagai World Best Halal Tourism Destination dan World Best Halal
Honeymoon dalam World Halal Travel Awards tahun 2015, dan penghargaan
sebagai World Best Snorkling Destination. Selain itu, masuknya Gunung Sewu
105
Kementrian Pariwisata RI, Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementrian Pariwisata Tahun 2015
(Jakarta: Biro Perencanaan dan Keuangan Sekretariat Kementrian Pariwisata, 2016), p. 3.
54
sebagai anggota Global Geopark Network UNESCO pada September 2015 juga
merupakan pencapaian pariwisata Indonesia yang perlu diapresiasi dengan baik.106
106
Kementrian Pariwisata RI, Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementrian Pariwisata Tahun
2015(Jakarta: Biro Perencanaan dan Keuangan Sekretariat Kementrian Pariwisata, 2016), hl. 34-35.
55
BAB III
ANALISA PERILAKU WISATAWAN TIONGKOK
A. China Outbound Tourism
Pariwisata berbeda dengan perjalanan, karena tidak semua perjalanan
merupakan kegiatan berwisata. Pariwisata merupakan sebuah keadaan dan
hubungan yang timbul dari sebuah perjalanan jarak jauh yang bersifat sementara
dan tidak untuk kepentingan pekerjaan.107
Pariwisata yang sejatinya merupakan
sebuah perjalanan untuk bersenang-senang juga berkaitan dengan berbagai aspek
lainnya dalam kehidupan, khususnya ekonomi.
Saat ini sektor pariwisata dan sektor ekonomi memiliki keterkaitan yang erat.
Di satu sisi perkembangan pariwisata dapat menambah devisa bagi banyak negara,
dan menciptakan lapangan kerja baru. Di sisi lainnya pertumbuhan ekonomi juga
mampu mendorong perbaikan infrastruktur ke depannya mampu meningkatkan
jumlah wisatawan.108
Kegiatan pariwisata tentu melibatkan wisatawan sebagai subjek wisata. Jika
pariwisata diartikan sebagai travel for pleasure maka wisatawan yang merupakan
subjek dari pariwisata dapat diartikan sebagai travellers for pleasure. Perjalanan
wisata yang dilakukan wisatawan memberikan pengalaman baru bagi wisatawan
di luar kebiasaan dan keseharian mereka, entah itu berkaitan dengan gaya hidup,
107
Ni Luh Henny Andayani, S. ST. Par., M. Par, Manajemen Pemasaran Pariwisata (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2014), p. 1-2. 108
Yulia Endah Sukma Purnamasari, Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan
Wisatawan Asing Berlibur di Kota Semarang (Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro (skripsi), 2011, p. 1-2, tersedia di http://eprints.undip.ac.id/26858/1/Skripsi..3(r).pdf
diakses tanggal 26 November 2017 pukul 13:30.
56
budaya, kuliner, dll.109
Demi adanya pengalaman ini banyak orang yang bahkan
rela melakukan perjalanan ke luar negeri dan mengeluarkan banyak biaya, atau
yang dikenal masyarakat luas sebagai outbound tourism.
China outbound tourism merupakan masyarakat Tiongkok yang melakukan
perjalanan wisata ke luar negeri, sedangkan China inbound tourism merupakan
warga negara asing yang melakukan perjalanan wisata ke Tiongkok. Sejak
beberapa tahun terakhir jumlah China inbound tourism mengalami penurunan, hal
ini disebabkan oleh polusi udara dan rendahnya keamanan pangan di negara
tersebut. Sedangkan untuk China outbound tourism jumlahnya terus meningkat
tiap tahunnya, bahkan menjadi yang terbesar di dunia, meskipun dengan rumitnya
regulasi yang ditetapkan pemerintah Tiongkok.110
China inbound tourism mayoritas datang dari negara-negara Asia. Di tahun
2011 dari 15 negara yang menempati posisi teratas yang berkunjung ke China 10
diantaranya merupakan negara yang berada di kawasan Asia; Korea Selatan,
Jepang, Rusia, Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Vietnam, Mongolia,
Filipina, Kanada, Australia, Jerman, Indonesia, Thailand, dan India.111
Di tahun
109
Erik Cohen, A Phenomenology of Tourist Experience (Jerusalem: Hebrew University of
Jerusalem, 1979), p.179-181, tersedia di www.researchgate.net diakses tanggal 29 November 2017
pukul 21:44. 110
The Tourism Market in China (EUSME Centre, 2015), p.15, tersedia di
www.ccilc.pt/sites/default/files/eusme_centre_report_-_tourism_market_in_china_update_-
_sept_2015.pdf diakses tanggal 28 November 2017 pukul 06:48. 111
China Outbound Tourism in 2011, tersedia di
https://www.travelchinaguide.com/tourism/2011statistics/outbound.htm diakses tanggal 27
November 2017 pukul 10:32.
57
2012 pasar wisata China juga ramai dikunjungi oleh wisatawan Asia; Korea
Selatan, Jepang, Rusia, Amerika Serikat, dan Malaysia.112
Di tahun 2013 mayoritas wisatawan yang berkunjung ke China masih berasal
dari negara-negara Asia, lima negara teratas yang berkunjung ke China di tahun
ini ditempati oleh; Korea Selatan, Jepang, Rusia, Amerika Serikat, dan
Vietnam.113
Di tahun 2014 China inbound tourismmayoritas berasal dari Asia,
lima besarnya berasal dari; Korea Selatan, Jepang, Rusia, Amerika Serikat, dan
Vietnam.114
Terakhir di tahun 2015 wisatawan yang berkunjung ke China paling
banyak berasal dari Korea Selatan, Jepang, Vietnam, Amerika Serikat, dan
Rusia.115
Di tahun 2011 jumlah China inbound tourism tercatat mencapai 135,42 juta
wisatawan. Tiga tahun selanjutnya jumlahnya semakin menurun, dimana
jumlahnya hanya mencapai 132,30 juta wisatawan di tahun 2012, 129,07 juta
wisatawan di tahun 2013, dan 128,49 juta wisatawan di tahun 2014. Di tahun
112
China Outbound Tourism in 2012, tersedia di
https://www.travelchinaguide.com/tourism/2012statistics/outbound.htm diakses tanggal 15
Desember 2017 pukul 10:33. 113
China Outbound Tourism in 2013, tersedia di
https://www.travelchinaguide.com/tourism/2013statistics/outbound.htm diakses tanggal 15
Desember 2017 pukul 10:45. 114
China Outbound Tourism in 2014, tersedia di
https://www.travelchinaguide.com/tourism/2014statistics/outbound.htm diakses tanggal 15
Desember 2017 pukul 10:53. 115
China Outbound Tourism in 2015, tersedia di
https://www.travelchinaguide.com/tourism/2015statistics/outbound.htm diakses tanggal 15
Desember 2017 pukul 10:56.
58
2015 jumlah China inbound tourism baru bertambah menjadi 133,82 juta
wisatawan.116
Sedangkan jumlah China outbound tourism merupakan yang terbanyak di
dunia. Pertumbuhan jumlahnya pun tiap tahun terus mengalami peningkatan yang
berarti meski terkendala dengan rumitnya relugasi yang mengatur China outbound
tourism yang akan melakukan perjalanan ke luar negeri. Contohnya dapat dilihat
dari regulasi yang mengurus biro perjalanan wisata di yang menangani outbound
tourist di Tiongkok harus memiliki izin terlebih dahulu, izin perjalanan yang ada
juga harus diperbarui tiap dua tahun sekali dan memberikan jaminan bagi tiap
wisatawan.117
Besarnya jumlah outbound touristdari Tiongkok disebabkan oleh
meningkatnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok secara signifikan dan gaya hidup
masyarakatnya yang gemar berwisata. Pemerintah Tiongkok bahkan
mendukugnya dengan memberikan hari libur resmi dan cuti bagi pelajar dan
karyawannya sebagai bagian dari upaya mensejahterakan masyarakatnya,118
serta
sebagai respon terhadap banyaknya jumlah penerbangan internasional dan bebas
visa yang diberlakukan oleh banyak negara.119
116
China Tourism Statistical Bulletin, tersedia di http://en.cnta.gov.cn/Statistics/TourismStatistics/
diakses tanggal 28 November 2017 pukul 09:08. 117
The Tourism Market in China (EUSME Centre,2015), p. 19-20, tersedia di
www.ccilc.pt/sites/default/files/eusme_centre_report_-_tourism_market_in_china_update_-
_sept_2015.pdf diakses tanggal 05 Desember 2017 pukul 15:20. 118
Supriadi Purwanto, dan Wang Ling, Analisa Perilaku Wisatawan Tiongkok di Luar Negeri:
Sebuah Studi Literatur (Donghua University: Glorious Sun School of Bussiness Administration,
Vol. 20, No. 1, 2016), p. 57-58. 119
China Outbound Tourism in 2013, tersedia di
https://www.travelchinaguide.com/tourism/2013statistics/outbound.htm diakses tanggal 27
November 2017 pukul 13:04.
59
Di tahun 2011 jumlah China outbound tourism tercatat mencapai 70,25 juta.
6,13 juta wisatawannya berpergian ke luar negeri karena tuntutan pekerjaan,
sedangkan 64,11 juta wisatawan lainnya berpergian ke luar negeri dengan alasan
pribadi seperti berlibur dan mengunjungi keluarga. Di tahun 2011 Korea Selatan
menjadi negara utama tujuan wisatawan Tiongkok, sedangkan Indonesia hanya
menempati urutan ke-11 sebagai negara tujuan wisatawan Tiongkok.120
Di tahun 2012, jumlah China outbound tourism merupakan yang terbesar di
dunia dan mencapai 83,19 juta. Di tahun ini negara utama tujuan wisatawan
Tiongkok adalah Hongkong, dan Indonesia berada di urutan ke-14 sebagai negara
tujuan wisatawan Tiongkok.121
Di tahun 2013, jumlah China outbound tourism
mencapai 98,19 juta wisatawan, dan Hongkong tetap menjadi pilihan utama
wisatawan Tiongkok sedangkan Indonesia masih menempati urutan ke-14 sebagai
negara tujuan wisatawan Tiongkok di tahun ini.122
Jumlah China outbound tourism di tahun 2014 mencapai 107 juta wisatawan.
Di tahun ini mayoritas wisatawan China mengunjungi negara-negara Asia seperti
Hongkong, Korea Selatan, Thailand, Taiwan, Makau, Jepang, Singapura,
Malaysia, dan Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya kemiripan budaya,
makanan, dan gaya hidup. Di Tahun ini juga Indonesia menjadi negara ke-9
120
China Outbound Tourism in 2011, tersedia di
https://www.travelchinaguide.com/tourism/2011statistics/outbound.htm diakses tanggal 26
November 2017 pukul 13:50. 121
China Outbound Tourism in 2012, tersedia di
https://www.travelchinaguide.com/tourism/2012statistics/outbound.htm diakses tanggal 26
November 2017 pukul 13:57. 122
China Outbound Tourism in 2013, tersedia di
https://www.travelchinaguide.com/tourism/2013statistics/outbound.htm diakses tanggal 27
November 2017 pukul 13:04.
60
sebagai negara tujuan wisatawan Tiongkok, sedangkan di urutan pertama masih
ditempati oleh Hongkong.123
Di tahun 2015 jumlah China outbound tourism mencapai 117 juta wisatawan,
dan Indonesia keluar dari 10 besar negara tujuan wisatawan Tiongkok.124
Secara
ringkas, total China outbound tourism dan pengeluarannya saat berpergian ke luar
negeri dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3: China Outbound Tourism and Consumptions
China Outbound Tourism China Outbound Tourism
Consumption
2015 117 million $ 104.5 billion
2014 107 million $ 89.64 billion
2013 98.18 million $ 128.7 billion
2012 83.18 million $ 102 billion
2011 70.25 million $ 69 billion
Sumber: China National Tourism Administration (2011-2015), dan Travel China Guide (2011-
2015).
Tahun 2015, jumlah China outbound tourism yang berkunjung ke Indonesia
mencapai 1.141.320 orang dengan rata-rata lama tinggal selama enam hingga
123
China Outbound Tourism in 2014, tersedia di
https://www.travelchinaguide.com/tourism/2014statistics/outbound.htm diakses tanggal 27
November 2017 pukul 13:34. 124
China Outbound Tourism in 2015, tersedia di
https://www.travelchinaguide.com/tourism/2015statistics/outbound.htm diakses tanggal 27
November 2017 pukul 14:00.
61
tujuh hari. Sedangkan untuk total pengeluaran wisatawan Tiongkok di Indonesia
sepanjang tahun 2015 mencapai 981,46 juta USD.125
B. Perilaku dan Karakteristik Wisatawan Tiongkok
Perjalanan wisata yang dilakukan oleh wisatawan tentu memiliki motivasinya
tersendiri. Kali ini akan dijelaskan terlebih dahulu tentang apa yang menjadi
motivasi seseorang melakukan perjalanan, selanjutnya akan dijelaskan mengenai
bagaimana karakteristik wisatawan Tiongkok. Hal ini untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang dapat menarik minat masyarakat Tiongkok untuk berwisata ke
Indonesia.
Untuk dapat menarik minat wisatawan Tiongkok diperlukan adanya strategi
yang apik dan berdasar. Dalam hal ini perlu untuk mengenal dan mengetahui
bagaimana karakteristik dan perilaku wisatawan Tiongkok dalam berwisata dan
hal-hal yang menjadi motivasi mereka untuk melakukan perjalanan ke luar negeri.
Secara umum Abraham Maslow seperti yang dituliskan oleh Robert Christie
Mill menyebutkan ada tujuh faktor yang menjadi motivasi seseorang melakukan
perjalanan wisata:126
a. Kebutuhan fisik. Kebutuhan fisik dalam hal ini diartikan dengan adanya
sesuatu yang berbeda dari keseharian yang dijalankan wisatawan.
Munculnya motivasi seperti ini dilatar belakangi oleh kejenuhan yang
125
I Gde Pitana, Ringkasan Performansi Wisman (Jakarta: Deputi Bidang Pengembangan
Pemasaran Pariwisata Mancanegara, 2015), p. 38. 126
Robert Christie Mill, Tourism the Internatinal Bussiness (edisi terjemahan) oleh Budi Sastrio
(Jakarta Utara: Raja Grafindo Persada 2000), p. 47-54.
62
timbul karena serangkaian rutinitas melelahkan yang biasanya dijalankan
oleh wisatawan.
b. Keamanan. Keamanan dalam hal ini diartikan dengan keamanan pribadi
dan identik dengan maslaah kesehatan, contohnya saat seseorang
memutuskan untuk berlibur ke pantai karena anjuran dokter untuk lebih
banyak berjemur di bawah sinar matahari.
c. Kebersamaan. Dalam hal ini kebersamaan bermakna adanya waktu luang
yang dihabiskan dengan orang-orang terdekat di sebuah tempat yang indah
atau sekedar untuk nostalgia mengenang masa lalu.
d. Penghargaan. Penghargaan disini dapat berarti penghargaan terhadap diri
sendiri atau penghargaan terhadap orang lain. Penghargaan terhadap diri
sendiri bisa dengan menghadiri konferensi, rapat bisnis, dsb. Sedangkan
penghargaan terhadap orang lain bisa berbentuk kunjungan wisata ke suatu
tempat yang dikunjungi oleh idolanya.
e. Aktualisasi diri. Dalam hal ini berwisata juga berarti pengembangan diri,
pencarian inspirasi, dll.
f. Mengetahui dan memahami sesuatu. Dengan melakukan perjalananwisata
seseorang dapat mempelajari sesuatu yang baru, seperti budaya, alam, adat
istiadat baru yang berhasil ditemuinya sepanjang perjalanan wisata.
g. Estetika. Dalam hal ini berwisata ditujukan untuk menikmati keindahan-
keindahan yang ada di lokasi wisata.
Adanya motivasi untuk travelling juga didasari oleh beberasa faktor internal
yang kemudian melatar belakangi keinginan dan keputusannya untuk melakukan
63
travelling. Sedangkan daya tarik pariwisata suatu destinasi merupakan faktor
eksternal yang menarik seseorang untuk menentukan tujuan wisatanya. Dengan
kata lain keputusan seseorang untuk travelling didasari oleh pemilihan waktu,
dana, dan kepentingan yang tepat serta dipengaruhi oleh citra atau image destinasi
tersebut.127
Bagi masyarakat Tiongkok berwisata menjadi salah satu hal penting untuk
menunjukkan status sosialnya, untuk itu mereka berlomba-lomba mengunjungi
tempat-tempat baru dan membelanjakan uang mereka di tempat tersebut,
wisatawan Tiongkok bahkan menjadi yang paling royal dalam hal konsumsi dan
belanja. Hal ini sesuai dengan pola hidup mereka yang memang suka bersenang-
senang, dan rata-rata penduduk Tiongkok menghabiskan 230 USD per tahun
untuk hal ini.128
Di tahun 2015, biaya belanja wisatawan Tiongkok merupakan yang tertinggi
di dunia yang mencapai 292.2 miliar USD, meningkat 26,2% dibanding tahun
2014 yang hanya mencapai 234.7 miliar USD. Besarnya biaya belanja wisatawan
Tiongkok bahkan mengalahkan besaran biaya wisatawan Amerika Serikat yang
mencapai 112.9 miliar USD di tahun2015.129
Beda halnya di Indonesia, biaya
belanja wisatawan Tiongkok di Indonesia tidak lebih besar dibandingkan dengan
127
Rami F. Tawil, and Ahmed M. Al Tamimi, Understanding Chinese Tourists‟ Travel
Motivations: Investigating the Pperceptions of Jordan Held by Chinese Tourist(Jordan:
Philadelphia University, Vol. 4 No. 17, 2013), p. 165-166. 128
Sho Kawano, Joshua Lu, Ricky Tsang, CFA, and Jingyuan Liu, The Asian Consumer: The
Chinese Tourist Boom (The Goldman Sachs Group Inc, 2015), p. 3. 129
United Nations World Tourism Organization, UNWTO Highlights 2016, p. 6, tersedia di
https://www.e-unwto.org/doi/pdf/10.18111/9789284418145 diakses tanggal 21 Januari 2018 pukul
16:56.
64
wisatawan asal Jepang dan Australia, seperti yang dapat dilihat dalam tabel
berikut:130
Tabel 4: Biaya Belanja Wisman di Indonesia Tahun 2015
2015 Length of stay Expenditure per visit Revenue for Indonesia
Australia 10,33 days 1.616,88 USD 1.882,82 USD
Jepang 6,27 days 1.138,45 USD 641,61 USD
Tiongkok 6,58 days 1.059,27 USD 1.322,82 USD
Malaysia 5,11 days 710,00 USD 1.161,68 USD
Singapura 4,30 days 658,74 USD 1.183, 42 USD Sumber: Statistical Report on Visitor Arrivals to Indonesia 2015, 2015.
Di Tiongkok perjalanan wisata ramai diminati baik oleh orang dewasa ataupun
remaja. Orang dewasa yang berusia 45 tahun mayoritas melakukan perjalanan ke
luar negeri dengan tujuan bisnis ataupun mengunjungi sanak keluarga.131
Bagi
kaum muda dengan usia 15-35 tahun perjalanan ke luar negeri ditujukan
untukpendidikan atau sekedar berwisata. Biasanya mereka berwisata untuk
merayakan kelulusan dari universitas, atau sekedar mengikuti trend anak muda
masa kini.132
Secara umum, wisatawan Tiongkok didominasi oleh mereka yang berusia
antara 26-49 tahun. Mereka yang berada dalam rentang usia ini memiliki
penghasilan yang baik dengan latar pendidikan yang baik, motivasi mereka dalam
berpergian ke luar negeri juga beragam mulai alasan bisnis hingga pelesiran.
130
Kementrian Pariwisata RI, Statistical Report on Visitor Arrivals to Indonesia 2015 (Jakarta:
Deputy Assistant for Research and Development on Tourism Policy Ministry of Tourism of
Indonesia, 2015), p. 23-25. 131
The Tourism Market in China (EUSME Centre, 2015), p. 19-20, tersedia di
www.ccilc.pt/sites/default/files/eusme_centre_report_-_tourism_market_in_china_update_-
_sept_2015.pdfdiakses tanggal 30November 2017 pukul 22:07. 132
Sho Kawano, Joshua Lu, Ricky Tsang, CFA, and Jingyuan Liu, The Asian Consumer: The
Chinese Tourist Boom (The Goldman Sachs Group Inc, 2015), p. 6-8.
65
Diurutan kedua wisatawan Tiongkok diisi oleh mereka yang berusia 18-25 tahun,
perjalanan mereka didanai oleh orang tua dan hanya untuk kepentingan liburan.
Sedangkan mereka yang berusia lanjut (+50 tahun) tidak banyak yang melakukan
perjalanan ke luar negeri karena alasan penurunan pendapatan dan kesehatan.133
Selama beberapa tahun terakhir banyak wisatawan Tiongkok yang memilih
untuk melakukan travelling ke negara-negara Asia karena singkatnya waktu
tempuh (3-4 jam), dan perbedaan budaya yang tidak terlalu menonjol. Mayoritas
mengunjungi Hong Kong, Jepang, dan Korea Selatan karena adanya relaxasing
visaselama 18 bulan yang diberlakukan oleh ketiga negara tersebut, serta adanya
perbedaan harga yang cukup signifikan.134
Wisatawan Tiongkok dengan ekonomi menengah ke atas biasanya melakukan
perjalanan wisata ke luar negeri dua kali dalam satu tahun. Mayoritas mereka
menyukai tempat-tempat wisata budaya yang unik dan autentik, mereka bahkan
menyisihkan 25% pendapatan mereka khusus untuk berwisata dan
membelanjakan barang-barang mewah. Namun biasanya mereka tetap memilih
penerbangan dengan biaya murah. Sebagian dari mereka juga bepergian ke luar
negeri untuk tujuan memperoleh perawatan kesehatan terkemuka yang lebih
canggih.135
133
Rakotonanahary Fanomezantsoa Nasolomampionana, Profil of Chinese Outbound Tourists:
Characteristics and Expenditures (China: Nanjing University of Aeronautics and Astronautics,
American Journal of Tourism Management, Vol. 3 No. 1, 2014), p. 20-21. 134
Sho Kawano, Joshua Lu, Ricky Tsang, CFA, and Jingyuan Liu, The Asian Consumer: The
Chinese Tourist Boom (The Goldman Sachs Group Inc, 2015), p. 6-7. 135
The Tourism Market in China (EUSME Centre, 2015), p. 20-21, tersedia di
www.ccilc.pt/sites/default/files/eusme_centre_report_-_tourism_market_in_china_update_-
_sept_2015.pdf diakses tanggal 01 Desember 2017 pukul 09:17.
66
Masih berkaitan dengan alasan kesehatan, wisatwan Tiongkok juga menyukai
wisata olahraga seperti scuba diving, dan bermain sky di daratan bersalju seperti
Kanada dan Jepang. Disamping itu, banyak masyarakat Tiongkok di usia muda
berpergian ke luar negeri untuk alasan pendidikan dimana hal ini juga dapat
meningkatkan kunjungan wisata orang tua mereka ke luar negeri untuk alasan
menemui anak-anaknya, dalam hal ini mereka lebih tertarik memilih Amerika
Serikat dan Inggris sebagai tujuan pendidikan.136
Wisatawan Tiongkok yang berkunjung ke luar negeri melalui biro perjalanan
biasanya mengunjungi destinasi budaya, selanjutnya mereka mengunjungi pusat
belanja dan menghabiskan banyak uang di tempat tersebut.137
Mereka memilih
wisata dengan menggunakan jasa biro perjalanan beralasan bahwa perjalanan
bersama dirasa lebih nyaman, aman, dan murah.138
Hal ini dilatar belakangi oleh
budaya mereka yang gemar berkelompok, selain itu adanya kendala bahasa juga
membuat mereka lebih nyaman berada dalam kelompok dengan pemandu wisata
yang mampu melayani mereka dengan baik.139
Namun saat ini mulai banyak wisatawan Tiongkok yang memilih melakukan
perjalanan wisata secara independen karena minimnya kemampuan pemandu
136
The Tourism Market in China (EUSME Centre, 2015), p. 21-22, tersedia di
www.ccilc.pt/sites/default/files/eusme_centre_report_-_tourism_market_in_china_update_-
_sept_2015.pdf diakses tanggal 01 Desember 2017 pukul 09:40. 137
The Tourism Market in China (EUSME Centre, 2015), p. 24, tersedia di
www.ccilc.pt/sites/default/files/eusme_centre_report_-_tourism_market_in_china_update_-
_sept_2015.pdf diakses tanggal 01 Desember 2017 pukul 10:47. 138
Supriadi Purwanto, dan Wang Ling, Analisa Perilaku Wisatawan Tiongkok di Luar Negeri:
Sebuah Studi Literatur (Donghua University: Glorious Sun School of Bussiness Administration,
Vol. 20, No. 1, 2016), p. 62. 139
Rakotonanahary Fanomezantsoa Nasolomampionana, Profil of Chinese Outbound Tourists:
Characteristics and Expenditures (China: Nanjing University of Aeronautics and Astronautics,
American Journal of Tourism Management, Vol. 3 No. 1, 2014), p. 20-21.
67
wisata dalam menggunakan bahasa mandarin. Saat ini banyak wisatawan yang
lebih memilih perjananan wisata secara individual dengan pertimbangan
penggunaan waktu yang lebih fleksibel. Mereka yang berwisata secara inividual
biasanya memiliki ketergantungan terhadap penggunaan internet dalam pencarian
informasi, dan didominasi oleh kawula muda yang memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi dan ingin mengembangkan diri.140
Selain menikmati keindahan alam, dan gemar berbelanja, wisatawan Tiongkok
juga menikmati interaksi sosial yang terjalin dengan masyarakat sekitar tempat
wisata, inilah yang membedakannya dengan wisatawan barat.141
Wisatawan
Tiongkok juga dikenal sebagai wisatawan yang canggih dan mandiri. Mereka
tidak takut untuk melakukan perjalanan keluar negeri yang memiliki perbedaan
bahasa dan budaya secara individual karena ketergantungan mereka pada internet
dalam pencarian informasi saat melakukan perjalanan.142
Untuk itu mereka
biasanya tertarik pada destinasi wisata dengan branding image yang baik.143
Selain dalam pemilihan destinasi, perilaku wisatawan Tiongkok dalam
konsumsi juga perlu dianalisa untuk mengetahui dan menyediakan produk yang
mereka sukai. Konsumsi tidak selalu dikaitkan dengan kebutuhan pangan seperti
140
Supriadi Purwanto, dan Wang Ling, Analisa Perilaku Wisatawan Tiongkok di Luar Negeri:
Sebuah Studi Literatur (Donghua University: Glorious Sun School of Bussiness Administration,
Vol. 20, No. 1, 2016), p. 62-63. 141
Supriadi Purwanto, dan Wang Ling, Analisa Perilaku Wisatawan Tiongkok di Luar Negeri:
Sebuah Studi Literatur (Donghua University: Glorious Sun School of Bussiness Administration,
Vol. 20, No. 1, 2016), p. 63. 142
Rakotonanahary Fanomezantsoa Nasolomampionana, Profil of Chinese Outbound Tourists:
Characteristics and Expenditures (China: Nanjing University of Aeronautics and Astronautics,
American Journal of Tourism Management, Vol. 3 No. 1, 2014), p. 20-21. 143
Rami F. Tawil, and Ahmed M. Al Tamimi, Understanding Chinese Tourists‟ Travel
Motivations: Investigating the Perceptions of Jordan Held by Chinese Tourist (Jordan:
Philadelphia University, Vol. 4 No. 17, 2013), p. 168.
68
makanan dan minuman, tapi juga mencangkup tempat tinggal, dan barang.
Keputusan wisatawan untuk mengkonsumsi sesuatu didasarkan pada
pertimbangan kualitas, daya tarik, harga, kegunaan, dan ketersediaan produk serta
kepuasan konsumsi.144
Dalam hal belanja dan konsumsi, wisatawan Tiongkok terobsesi dengan
barang-barang mewah ber-merk dengan harga murah.145
Hal ini biasanya mereka
temukan di Jepang, Korea Selatan, dan Hongkong dengan selisih harga 20-30%
lebih rendah dibanding di Tiongkok, contohnya untuk peralatan daapur merk
Zojirushi yang harganya lebih murah 80% di Tokyo dibandingkan dengan harga
jual di Shanghai.146
Di Finlandia wisatawan Tiongkok bahkan tetap tidak
mengurangi kegemaran mereka dalam berbelanja meski mengalami penurunan
pendapatan. Mereka tetap bisa berbelanja dengan harga diskon yang ada.147
Selain itu, dalam hal konsumsi meskipun wisatawan Tiongkok tetap lebih
menyukai masakan Tiongkok atau masakan lokal dengan cita rasa yang sama,
meskipun mereka tetap mengunjungi restoran lokal untuk sekedar mengetahui cita
rasa masakan daerah lokasi wisata148
fakta ini dirasa masuk akal mengingat
144
Cuiting Xu, Identifying Chinese Tourists Demands and Expectations in Finland (Thesis), Imatra:
Saimaa University of Applied Sciences 2014, p. 15. 145
What Drives Chinese Outbound Tourism, tersedia di
http://www.eastasiaforum.org/2016/12/16/what-drives-chinese-outbound-tourism/ diakses tanggal
01 Desember 2017 pukul 12:37. 146
Sho Kawano, Joshua Lu, Ricky Tsang, CFA, and Jingyuan Liu, The Asian Consumer: The
Chinese Tourist Boom (The Goldman Sachs Group Inc, 2015), p. 3-9. 147
Cuiting Xu, Identifying Chinese Tourists Demands and Expectations in Finland (Thesis), Imatra:
Saimaa University of Applied Sciences 2014, p. 20-21, tersedia di
https://www.theseus.fi/bitstream/handle/10024/89195/Xu_Cuiting.pdf?sequence=1 diakses tanggal
05 Desember 2017 pukul 12:10. 148
What Drives Chinese Outbound Tourism, tersedia di
http://www.eastasiaforum.org/2016/12/16/what-drives-chinese-outbound-tourism/ diakses tanggal
01 Desember 2017 pukul 12:37.
69
outbound tourist Tiongkok rata-rata berpenghasilan 1.330 USD per bulannya, atau
masyarakat dengan kelas ekonomi menengah keatas. Dalam setahun mereka bisa
menghabiskan waktu sekitar dua minggu untuk berlibur ke luar negeri dengan
satu atau dua kali perjalanan.149
Secara umum wisatawan Tiongkok biasanya memilih negara-negara yang
terkenal menjual barang-barang mewah dengan harga murah sebagai tujuan utama
wisatanya, dengan kata lain motivasi belanja merupakan dorongan terkuat bagi
banyak wisatawan Tiongkok untuk berwisata.150
Sama halnya seperti di Indonesia,
di tahun 2015 wisatawan Tiongkok yang datang ke Indonesia lebih banyak
mengeluarkan uangnya untuk biaya belanja (2.869,33 USD) dibanding biaya
liburan yang hanya mencapai 1.078,34 USD.151
Selanjutnya untuk pemilihan destinasi wisata di Indonesia, biasanya mereka
menyukai wisata air, untuk itu mereka lebih memilih mengunjungi pantai dan
laut untuk berjemur, menikmati keindahan alam, diving, dll.Selain itu mereka
juga menikmati aktivitas budaya dari berbagai negara.152
Tahun 2015, persentase
wisatawan Tiongkok yang melakukan aktivitas wisata budaya mencapai 138,24%,
149
Prof. Beverley Sparks, PhD, and Dr. Grace Wen Pan, Chinese outbound Tourism:
Understanding Their Attitudes, Constrains and Use of Information Sources(Griffith University:
2009), p. 16-17. 150
Nailis Sa‟adah, pada tanggal 5 September 2017, pukul 11:15. 151
Kementrian Pariwisata RI, Statistik Profil Wisatawan Mancanegara 2015 (Jakarta: Asisten
Deputi Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan, 2015), p. 46. 152
Nailis Sa‟adah, pada tanggal 5 September 2017,pukul 11:15.
70
aktivitas wisata alam mencapai 78,86%, dan aktivitas wisata buatan mencapai
68,05%.153
Ketertarikan Wisatawan Tiongkok terhadap wisata bahari menjadi keuntungan
sendiri bagi Indonesia yang memiliki garis pantai sepanjang 108.000 km dan
merupakan yang terpanjang di dunia.154
Indonesia juga terkenal dengan keindahan
pantai dan lautnya. Sebut saja Pantai Kelingking di Nusa Penida atau Pantai
Balangan di Kuta yang terkenal karena keindahannya,155
lalu ada Pantai
Plengkung di Banyuwangi atau Pulau Nias di Sumatra Utara sebagai salah satu
lokasi selancar terbaik didunia,156
dan Raja Ampat di Papua Barat yang terkenal
dengan keindahan bawah lautnya.157
Menurut Nailis Sa‟adah –staff deputi bidang pengembangan pemasaran
pariwisata pasar Asia Pasifik- dilihat dari karakteristiknya, bagi masyarakat
Indonesia wisatawan Tiongkok dikenal sebagai wisatawan yang penuh
perhitungan dalam membelanjakan uangnya dan wisatawan yang tidak praktis,
serba ingin cepat, dan banyak bicara.158
Hal ini didasarkan pada pola hidup
153
Kementrian Pariwisata RI, Statistik Profil Wisatawan Mancanegara 2015 (Jakarta: Asisten
Deputi Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan, 2015), p. 80-86. 154
Kementrian Pariwisata RI, Strategi Pengembangan Wisata Bahari (Jakarta: 2015). 155
Tersedia di https://www.tripadvisor.co.id/Attractions-g294225-Activities-c61-t52-
Indonesia.html diakses tanggal 09 Januari 2018 pukul 15:27. 156
Tersedia di http://planetsurfonline.com/index.php/blog/10-lokasi-surfing-terbaik-di-
indonesia/80 diakses tanggal 09 Januari 2018 pukul 15:56. 157
Kevin Bond, 5 Lokasi Diving yang Selalu masuk Bucket List Diver Kelas Dunia, (2017),
tersedia di https://travel.idntimes.com/destination/kevin-sullivan/5-lokasi-diving-terbaik-didunia-yang-wajib-dikunjugi-traveller-c1c2/full diakses tanggal 09 Januari 2018 pukul 16:01. 158
Nailis Sa‟adah, pada tanggal 5 September 2017, pukul 11:15.
71
mereka yang memang terbiasa untuk membelanjakan uang dan melakukan sesuatu
secara efektif dan efisien.159
159
Ahmad Syaifuddin Zuhri, S. IP., L.M, pada tangal 8 Desember, pukul 14.34.
72
BAB IV
UPAYA INDONESIA DALAM MENINGKATKAN KUNJUNGAN
WISATAWAN TIONGKOK KE INDONESIA TAHUN 2015
A. Upaya Indonesia dalam Meningkatkan Kunjungan Wisatawan
Tiongkok melalui Kampanye „Wonderful Indonesia‟ Tahun 2015
A.1. Kerjasama Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Tiongkok
Pemerintah Indonesia dalam mempromosikan pariwisata di Tiongkok dan
dalam menarik minat wisatawan Tiongkok tentu memerlukan kerjasama dengan
pemerintah Tiongkok. Upaya pertama yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk
menarik minat wisatawan Tiongkok ke Indonesia adalah dengan pemberlakuan
bebas visa kunjungan untuk wisatawan Tiongkok. Berdasarkan Peraturan Presiden
No. 69 Tahun 2015 bebas visa kunjungan ini mulai aktif diberlakukan sejak Juni
2015 untuk 45 negara.160
Negara-negara yang mendapat fasilitas bebas visa kunjungan dari pemerintah
Indonesia yaitu; Thailand, Malaysia, Singapura, Brunei Darusalam, Filipina, Chili,
Maroko, Peru, Vietnam, Ekuador, Kamboja, Laos, Myanmar, Hongkong, Makau,
Tiongkok, Rusia, Korea Selatan, Jepang, Amerika Serikat, Kanada, Selandia Baru,
Mexiko, Inggris, Jerman, Perancis, Belanda, Italia, Spanyol, Swis, Belgia, Swedia,
160
Kementrian Pariwisata RI, Analisis Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Kawasan 3
Great: Analisis Isu-Isu Stratejik Periode Januari-September 2015(Jakarta: Asisten Deputi
Penelitan dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan, 2015), p. 18.
73
Austria, Denmark, Norwegia, Finlandia, Polandia, Hungaria, Ceko, Qatar, Uni
Emirat Arab, Kuwait, Bahran, Oman, dan Afrika Selatan.161
Mengenai bebas visa kunjungan yang diberikan pemerintah Indonesia,
Tiongkok masuk sebagai salah satu dari 30 negara yang mendapat bebas visa
kunjungan khusus untuk keperluan wisata dan diperbolehkan masuk melalui
sembilan Tempat Pemeriksaan Imigrasi; Bandar Udara Soekarno-Hatta; Bandar
Udara Ngurah Rai; Bandar Udara Kualanamu; Bandar Udara Juanda; Bandar
Udara Hang Nadim; Pelabuhan Sri Bintan Pura; Pelabuhan Batam Center;
Pelabuhan Sekupang; Pelabuhan Tanjung Uban.162
Adanya Bebas Visa Kunjungan yang mulai aktif sejak Juni 2015 mampu
meningkatkan kunjungan wisatawan Tiongkok ke Indonesia. Hal ini dibuktikan
dengan adanya peningkatan kunjungan wisatawan Tiongkok di semester kedua
tahun 2015 yang mencapai 590.820 kunjungan, sedangkan di semester pertama
tahun 2015 (sebelum adanya Bebas Visa Kunjungan) jumlah kunjungan
wisatawan Tiongkok ke Indonesia hanya mencapai 550.510 kunjungan.163
Selain itu pemerintah Indonesia juga mengadakan beberapa event dan
pameran di Tiongkok untuk memasarkan pariwisatanya, yaitu:164
161
Kementrian Pariwisata RI, Analisis Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Kawasan 3
Great: Analisis Isu-Isu Stratejik Periode Januari-September 2015(Jakarta: Asisten Deputi
Penelitan dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan, 2015), p. 18. 162
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI (2015), tersedia di
http://www.imigrasi.go.id/phocadownloadpap/PeraturanPresiden/pelaksanaan%20peraturan%20pe
raturan%20presiden%20nomor%2069 diakses tanggal 23 Desember 2017 pukul 15:09 163
I Gde Pitana, Ringkasan Performansi Wisman (Jakarta: Deputi Bidang Pengembangan
Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementrian Pariwisata RI, 2015), p. 40. 164
Kementrian Pariwisata RI, Kegiatan Pameran Pasar Asia Pasifik Tahun 2015 (Jakarta: Asisten
Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Pasar Asia Pasifik Kementrian Pariwisata, 2015).
74
a) Asia Dive Expo (ADEX). Dilaksanakan di Beijing Convention Center
pada 11-13 September 2015.
b) China Internattonal Small & Medium Enterprises Far (CSMEF) 2015.
Dilaksanakan di Poly World Trade Center Ghuangzhou pada 10-13
Oktober 2015.
c) China Inernational Travel Mart (CITM) 2015. Dilaksanakan di Kunming
Dianchi International Convention & Exhibition Centre pada 13-15
November 2015 dengan dana Rp. 7.000.000.000.
d) Chengdu International Tourism Expo (CTE) 2015. Dilaksanakan di
Century City New International Convention &Exhibition Center pada 3-5
Desember 2015.
Upaya selanjutnya yaitu adanya deregulasi asas cabotage untuk cruise asing
dimana penumpang dapat naik dan turun di lima pelabuhan Indonesia; Belawan,
Medan; Tanjung Priok, Jakarta; Tanjung Perak, Surabaya; Benoa, Bali; Soekarno-
Hatta, Makassar.165
Deregulasi untuk sabotage cruise asing dimaksudkan untuk
mendukung promosi dan peningkatan wisata bahari Indonesia, yang didukung
dengan adanya Peraturan Menteri Perhubungan No.PM 121 tahun 2015 tentang
pemberian kemudahan bagi wisatawan dengan menggunakan kapal pesiar (cruise)
berbendera asing.166
165
Kementrian Pariwisata RI, Siaran Pers Kunuungan Wisman 2015 Lampaui Target (2016),
tersedia di http://kemenpar.go.id/asp/detil.asp?c=16&id=3101 diakses tanggal 23 Januari 2018
pukul 06:04. 166
Direktoran Jenderal Bea dan Cukai, Warta Bea Cukai: Informasi Terpercaya Kepabeaan dan
Cukai (Jakarta: Vol. 48, No, 24, 2016), p. 6-8, tersedia di
http://repository.beacukai.go.id/download/2016/06/3e7ff9d9e789c1459ea1da261d5d3098-
softcopy-wbc-edisi-juni_(29-6-16).pdf diakses tanggal 23 Januari 2018 pukul 10:55.
75
Adanya deregulasi cabotage cruise asing ini sejalan dengan besarnya minat
wisatawan Tiongkok untuk melakukan perjalanan menggunakan cruise yang
jumlahnya mencapai 2.48 juta perjalanan di tahun 2015.167
Selain itu data statistik
memperlihatkan bahwa 47,53% wisatwan Tiongkok memilih aktivitas wisata
bahari saat mengunjungi Indonesia.168
Hal ini menunjukkan tingginya minat
wisatawan Tiongkok terhadap wisata bahari Indonesia, dimana jumlahnya di
tahun 2016 meningkat setelah adanya deregulasi sabotage cruise di tahun 2015,
sedangkan untuk wisata ekologi dan petualangan justru mengalami penurunan.169
Tabel 5: Aktivitas Wisata Alam Wisatawan Tiongkok Tahun 2015-2016
Wisata Bahari Wisata Ekologi Wisata Petualangan
2015 47,53% 18,87% 13,15%
2016 15,07% 16,04% 11,48%
Sumber: Statistik Profil Wisatawan Mancanegara.
Deregulasi selanjutnya dilakukan melalui penghapusan ketentuan Clearance
Approval for Indonesia Territory (CAIT) tanggal 30 September 2015. Dereguasi
ini disahkan melalui Peraturan Presiden No.105 Tahun 2015 tentang Kunjungan
Kapal Wisata (Yacht) Asing ke Indonesia.Negara-negara yang mendapat Bebas
Visa Kunjungan dari pemerintah Indonesia juga berhak masuk Indonesia
167
Value-Added Output of China‟s Marine Tourism Hits 1 Trillion Yuan (2016), tersedia di
http://m.chinadaily.com.cn/en/2016-10/06/content_26978473.htm diakses tanggal 23 Januari 2018
pukul 06:11. 168
Kementrian Pariwisata RI, Statistik Profil Wisatawan Mancanegara 2015 (Jakarta: Asisten
Deputi Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan, 2015), p. 80. 169
Kementrian Pariwisata RI, Statistik Profil Wisatawan Mancanegara 2016 (Jakarta: Asisten
Deputi Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan, 2016), p. 84.
76
menggunakan kapal wisata asing dengan izin tinggal Bebas Visa Kunjungan
selama 30 hari, termasuk Tiongkok.170
Penghapusan ketentuan CAIT ini kemudian dapat memudahkan wisatawan
mancanegara untuk pengurusan dokumen customs, immigration, quarantine, port
(CIQP) saat mengunjungi Indonesia.171
Melalui Perpres No. 105 Tahun 2015 ini
juga wisatawan Tiongkok dapat keluar masuk wilayah Indonesia melalui 18 pintu
masuk pelabuhan yang tersebar di DI Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Batrat,
Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Bali, NTT, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Maluku, dan Papua.172
Upaya lainnya yaitu dengan meluncurkan rute penerbangan langsung
Beijing-Denpasar sebanyak tiga kali dalam satu minggu menggunakan pesawat
Garuda Indonesia Airbus A330 sejak 13 Januari 2015. Pemerintah Indonesia dan
Garuda Indonesia juga menyiapkan dana untuk ekspansi jalur penerbangan
Indonesia untuk tahun 2016 sebanyak 500 juta USD173
untuk membuka rute
170
Kementrian Keuangan RI, Peraturan Presiden Repuiblik Indonesia Nomor 105 Tahun 2015,
tersedia di http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2015/105TAHUN2015PERPRES.pdf
diakses tanggal 23 Januari 2018 pukul 09:08. 171
Direktoran Jenderal Bea dan Cukai, Warta Bea Cukai: Informasi Terpercaya Kepabeaan dan
Cukai (Jakarta: Vol. 48, No, 24, 2016), p. 6-8, tersedia di
http://repository.beacukai.go.id/download/2016/06/3e7ff9d9e789c1459ea1da261d5d3098-
softcopy-wbc-edisi-juni_(29-6-16).pdf diakses tanggal 23 Januari 2018 pukul 10:55. 172
Kementrian Keuangan RI, Peraturan Presiden Repuiblik Indonesia Nomor 105 Tahun 2015,
tersedia di http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2015/105TAHUN2015PERPRES.pdf
diakses tanggal 23 Januari 2018 pukul 09:08. 173
Garuda Indonesia, Kliping Jendela Informasi Kita (2015), p. 19, tersedia di
https://aboutus.garuda-indonesia.com/wp-content/uploads/2015/11/E-Kliping-30-November-
2015.pdf diakses tanggal 09 Januari 2018 pukul 16:55.
77
penerbangan dari Chengdu, Chongqing, Ningbo, Kunming, Jinan, Harbin, Xi‟an,
Shenyang, dan Zhengzhou dengan Manado, dan Denpasar di tahun 2015 ini.174
Tanggal 22 Mei 2015 Pemerintah Indonesia mendapat izin resmi dari Civil
Aviation Administraton of China (CAAC) untuk rute penerbangan langsung
Denpasar-Ghuangzou. Selanjutnya di bulan Juni Indonesia kembali membuka
jalur penerbangan dengan menggunakan pesawat charter untuk menghubungkan
Papua-China, hal ini dilakukan untuk mempersingkat waktu tempuh wisata yang
lebih lama jika menggunakan transportasi darat dan laut.175
Selanjutnya, pemerintah Indonesia dan pemerintah China bersama-sama
membuka akses penerbangan yang menghubungkan Tiongkok-Indonesia pada
Winter Season (26 Oktober 2014-29 Maret 2015) dan Summer Season (29 Maret
2015-24 Oktober 2015) menggunakan maskapai penerbangan Garuda Indonesia,
China Southern, China Eastern, Air China, Xiamen Airlines, dan Hainan Eastern
yang menghubungakan koto-kota besar di China (Ghuangzhou, Shanghai, Beijing,
Hangzhou, Shenzen, Xiamen, Nanning, dan Fuzhou) dengan Indonesia.176
Adanya rute penerbangan langsung yang menghubungkan China dengan
Indonesia ini ditujukan untuk mempermudah aksesibilitas pariwisata Indonesia
yang juga menjadi bagian dari deregulasi pariwisata Indonesia melalui perbaikan
174
Kementrian Pariwisata RI, Analisis Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Kawasan 3
Great Triwulan I-2015(Jakarta: Asisten Deputi Penelitian dan Pengembangan Kebijakan
Kepariwisataan, 2015), p. 18. 175
Kementrian Pariwisata RI, Analisis Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Kawasan 3
Great Triwulan II-2015(Jakarta: Asisten Deputi Penelitian dan Pengembangan Kebijakan
Kepariwisataan, 2015), p. 18. 176
Kementrian Pariwisata RI, Statistik Profil Wisatawan Mancanegara 2015 (Jakarta: Asisten
Deputi Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan, 2015), p. 28-55.
78
insfrastruktur fisik pembangunan akses udara.Deregulasi insfrastruktur ini
dilakukan dalam rangka mewujudkan 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara
ke Indonesia.
A.2. Kerjasama Pemerintah Indonesia dan Masyarakat
Di tahun 2015 peranan masyarakat Indonesia dalam upaya meningkatkan
kunjungan wisatawan asal Tiongkok ke Indonesia melalui kampanye „Wonderful
Indonesia‟ belum terlihat dengan jelas. Masyarakat baru menjadi partisipan dalam
mengkampanyekan pariwisata Indonesia, belum ada kegiatan yang secara
langsung digerakkan oleh masyarakat. Saat ini juga mulai muncul gagasan untuk
membentuk sebuah forum resmi untuk mengkampanyekan „Wonderful Indonesia‟
oleh Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Tiongkok, namun karena belum ada
konsep yang matang rencana ini belum bisa dilaksanakan di tahun 2015.177
Namun bukan berarti masyarakat abai terhadap adanya kampanye
„Wonderful Indonesia‟di Tiongkok. Contoh nyatanya dapat dilihat dari partisipasi
delegasi dari Riau yang ditunjuk langsung oleh pemerintah pusat untuk mewakili
Indonesia pada event 12th
China Expo 2015 di Guangxi pada 18-23 September
2015.178
12th
China Expo 2015 ini juga ditujukan untuk mempererat kerjasama
negara-negara ASEAN dengan China, salah satunya kerjasama pariwisata dengan
177
Nailis Sa‟adah, pada tanggal 5 September 2017, pukul 11:15. 178
Tampil Mewakili Indonesia pada The 12th
China Expo Nanning, Guangxi China, Menteri
Perdagangan: Riau Luar Biasa(2015), tersedia di https://m.goriau.com/berita/bengkalis/tampil-
mewakili-indonesia-pada-the-12th-china-expo-nanning-guangxi-china-menteri-perdagangan-riau-
luar-biasa.html diakses pada 26 Desember 2017 pukul 15:20.
79
tema “21th
Maritime Silk Road Tourism Development and Cooperation” yang
sudah digelar sejak 29 Mei 2015.179
Disini perwakilan dari Riau tidak hanya mempromosikan keindahan alam
dan budaya asli Riau seperti Pantai Lancang Kuning, tari Serampang 12, dsb,
mereka juga menggandeng perusahaan ekspor impor PT. Duta Graha Invesindo
untuk ikut berpartisipasi pada event 12th
China Expo 2015.180
Delegasi Riau yang
terdiri dari 108 orang ini juga menampilkan budaya lain seperti lagu Bengawan
Solo untuk menunjukkan bagaimana keindahan dan keberagaman budaya
Indonesia. Kali ini ada 11.000 pengunjung yang datang mengunjungi booth
Indonesia.181
Adanya kerjasama pemerintah dengan masyarakat juga dibuktikan dari
adanya pengajaran Bahasa Mandarin dengan mendatangkan pengajarnya secara
langsung dari China.182
Hal ini juga dapat dilihat sebagai bagian dari upaya
pemerintah untuk meningkatkan kunjungan wisatawan asal Tiongkok ke
Indonesia mengingat minimnya sumber daya manusia yang mampu berbahasa
Mandarin sehingga menjadi kendala tersendiri bagi wisatawan Tiongkok yang
berkunjung ke Indonesia.
179
2015 CAEXPO Tourism Held in Guilin, tersedia di
http://news.travel168.net/travel_fair_review/20150529/36879.html diakses tanggal 24 Januari
2018 pukul 08:27. 180
Tampil Mewakili Indonesia pada The 12th China Expo Nanning, Guangxi China, Menteri
Perdagangan: Riau Luar Biasa(2015), tersedia di https://m.goriau.com/berita/bengkalis/tampil-
mewakili-indonesia-pada-the-12th-china-expo-nanning-guangxi-china-menteri-perdagangan-riau-
luar-biasa.html diakses pada 26 Desember 2017 pukul 15:20. 181
Riau Kirim 108 Delegasi ke 12th
China Expo 2015, tersedia di http://m.transriau.com/read-893-
2015-09-20-riau-kirim-108-delegasi-ke-the-12th-china-asean-expo-
2015.html#sthash.nAUWr82r.Vxd2nOfq.dpbs diakses tangal 24 Januari 2018 pukul 07:37. 182
Pendidikan Bahasa Mandarin jadi Jembatan Komunikasi Kebudayaan RI-Tiongkok(2015),
tersedia di http://id.chineseembassy.org/indo/zgyyn/t1252066.htm diakses tanggal 25 Desember
2017 pukul 11:52.
80
Adanya sumber daya manusia yang fasih berbahasa Mandarin diharapkan
dapat terserap oleh industri-industri pariwisata yang ada di Indonesia, sehingga
memudahkan wisatawan Tiongkok yang mengunjungi Indonesia dalam wisatanya.
Selain itu adanya sumber daya manusia yang fasih berbahasa Mandarin juga dapat
menjadi aset baru bagi pengurangan jumlah pengangguran di Indonesia seiring
banyaknya lowongan pekerjaan yang membutuhkan sumber daya yang mampu
berbahasa Mandarin dan dapat menjadi peluang usaha tersendiri, khususnya di
bidang pariwisata, budaya, dan pendidikan.
Dengan ini maka jelas sudah bahwa kerjasama antara pemerintah
Indonesia dengan masyarakat, yang dalam konsep multi-track diplomacy masuk
dalam track four sangat penting untuk dilakukan. Sebabnya karena pemerintah
saja tidak cukup mampu untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat secara
langsung tanpa campur tangan masyarakat itu sendiri.
A.3. Kerjasama Pemerintah Indonesia danMedia Massa
Adanya kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan media
menunjukkan relevansi konsep multi-track diplomacy untuk penelitian ini.
Pemasaran pariwisata Indonesia di Tiongkok melalui media massa dipromosikan
melalui strategi branding, advertising, dan selling (BAS)dengan memanfaatkan
paid media, owned media, social media, dan endorser (POSE) dalam
pengaplikasiannya.
Melalui strategi selling pemerintah Indonesia menunjuk Diana Huntley
sebagai endorserdan host dalam program TV Wondernesiatahun 2015 untuk
81
pasar Tiongkok. Pemilihan endorser didasarkan pada banyaknya followers di
media sosial183
sehingga pemasaran yang dilakukan oleh endorser dapat dilihat
oleh banyak orang dan diharapkan menarik minat mereka untuk berwisata ke
Indonesia.
Selain Diana Huntley, pemerintah Indonesia juga menunjuk Nadya
Hutagalung dari Indonesia, Mae Tan dari Singapura, dan Luke Latty dari
Australia sebagai endorser dan host dalam program TV Wondernesia184
yang
tayang pada Desember 2015-Maret 2016. Program TV Wondernesia ini
ditayangkan di seluruh TLC Asia Pasifik dan memiliki 12 episode dengan
masing-masing episodenya berdurasi 23 menit, selain itu TV Wondernesia juga
dipromosikan oleh endorser dari ketiga Negara di media sosial yang mereka
miliki untuk dapat menarik banyak penonton dalam program TV Wondernesia.185
Implementasi upaya promosi pariwisata Indonesia melalui media massa di
mancanegara, khususnya Tiongkok juga dapat dilihat dari adanya web resmi
pariwisata Indonesia www.indonesia.travel. Pemerintah Indonesia juga
mempublikasikan pariwisata Indonesia melalui media sosial seperti facebook
183
Dr. M. Iqbal Alamsjah, MA, Paparan Kementrian Pariwisata RI untuk KIDi ke-6 2016(Jakarta:
Kepala Biro Hukum dan Komunikasi Publik Kementrian Pariwisata RI, 2016), p. 62. 184
”Wondernesia” Sasar 20 Juta Turis Mancanegara (2016), tersedia di
http://traveling.bisnis.com/read/20151207/85/499370/wondernesia-sasar-20-juta-turis-
mancanegara diakses tanggal 24 Januari 2018 pukul 11:33. 185
Menpar Luncurkan Program TV Wondernesia (2015), tersedia di
http://industri.bisnis.com/read/20151208/12/499500/menpar-luncurkan-program-tv-wondernesia
diakses tanggal 24 Januari 2018 pukul 11:48.
82
(indonesia.travel) dan twiter (@indtravel) yang ketiganya merupakan owned
media kementrian pariwisata Indonesia yang dapat diakses oleh siapapun.186
Untuk publikasi pariwisata Indonesia melalui paid media bisa dilihat pada
situs perjalanan online seperti tripadvisor, agoda, ctrip, dsb.187
Selain itu promosi
pariwisata Indonesia juga dilakukan dengan mengiklankan „Wonderful Indonesia‟
di televisi nasional Tiongkok,188
seperti China Central Television (CCTV) China,
dan Channel News Asia.189
Selain publikasi dengan cara placement publikasi „Wonderful Indonesia‟
juga dilakukan melalui media ruang. Publikasi melalui media ruang ini tidak
hanya dilakukan di Tiongkok tetapi juga dilakukan di Singapura, hal ini penting
dilakukan mengingat Singapura yang menjadi hub airport banyak wisatawan
mancanegara yang akan ke Indonesia.190
Publikasi pada media ruang Tiongkok
tahun 2015 dipasang dengan menggunakan Bahasa Mandarin selama dua bulan
(11 September – 5 November 2015):191
a. Pemasangan light-emitting diode (LED)berukuran 133”sebanyak dua unit.
LED ini dipasang di Beijing Capital International Airport T2.
186
I Gde Pitana, Ringkasan Performansi Wisman (Jakarta: Deputi Bidang Pengembangan
Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementrian Pariwisata RI, 2015). 187
Khaidar Munawar, pada tanggal 8 Januari 2018 pukul 13:38. 188
Ratna Suranti, Upaya Promosi Potensi Pariwisata Indonesia untuk Meningkatkan
Perekonomian Nasional (Jakarta: Asisten Deputi Strategi Pemasaran Pariwisata Mancanegara
Kementrian Pariwisata RI, 2016). 189
Bernadus Wijayaka,Promosi “Wonderful Indonesia” Mulai Gebrak Pariwisata Indonesia,
(2015), tersedia di http://www.beritasatu.com/figur/299457-promosi-wonderful-indonesia-mulai-gebrak-pariwisata-indonesia.html diakses tanggal 09 Januari 2018 pukul 19:43. 190
Garuda Indonesia, Kliping Jendela Informasi Kita (2015), p. 3, tersedia di
https://aboutus.garuda-indonesia.com/wp-content/uploads/2015/11/E-Kliping-30-November-
2015.pdf diakses tanggal 09 Januari 2018 pukul 20:06. 191
Kementrian Pariwisata RI, Laporan Kegiatan Publikasi Media Ruang di Pasar Tiongkok Tahun
2015 (Jakarta: Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara, 2015), p. 1-8.
83
b. Pemasangan vertical digital panel (VDP) berukuran 106” sebanyak 62
unit. Pemasangannya dilakukan di Beijing Capital International Airport
T3c.
c. Pemasangan vertical digital panel (VDP) berukuran 82” sebanyak 20 unit.
Pemasangannya dilakukan di Beijing Capital International Airport T3d.
d. Pemasangan vertical digital panel (VDP) berukuran 70” sebanyak 36 unit.
Pemasangannya dilakukan di Shanghai Pudong International Airport T1
dan T2.
84
e. Pemasangan vertical digital panel (VDP) berukuran 98” sebanyak 9 unit.
Pemasangannya dilakukan di Shanghai Pudong International Airport T2.
Besarnya upaya promosi pariwisata Indonesia yang dilakukan melalui
media massa, dan didasarkan pada marketing framework Banding, Advertising,
dan Selling (BAS) di Tiongkok mampu menjadikan media massa sebagai media
sumber informasi bagi wisatawan Tiongkok dalam berwisata ke Indonesia, seperti
yang terlihat dalam tabel berikut:192
Tabel 6: Media Sumber Informasi Wisatawan Tiongkok Tahun 2015
192
Kementrian Pariwisata RI, Statistik Profil Wisatawan Mancanegara 2015 (Jakarta: Asisten
Deputi Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan, 2015), p. 46.
85
Laman Resmi 13,65%
Sosial Media 21,44%
Televisi 5,72%
Papan Informasi 10,58%
Internet Lainnya 42,60%
Sumber: Statistik Profil Wisatawan Mancanegara 2015.
86
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seperti yang kita ketahui, saat ini pariwista menjadi salah satu aspek
penting bagi banyak negara untuk dapat meningkatkan perekonomiannya.
Pariwisata dapat membawa dampak lanjutan yang berasal dari kunjungan
wisatawan seperti meningkatkan jumlah ekspor, menciptakan sejumlah lapangan
pekerjaan baru, mendorong pembangunan infrasktruktur, dan meningkatkan
devisa negara.
Pentingnya sektor pariwisata juga disadari oleh Indonesia yang kaya akan
keindahan alam dan budayanya. Untuk itu di era pemerintahan Presiden Joko
Widodo pariwisata menjadi salah satu leading sector penggerak ekonomi
Indonesia yang tertuang dalam Nawa Cita kepemimpinan Joko Widodo dan Jusuf
Kalla. Sayangnya dengan semua potensi yang ada pariwisata Indonesia belum
mampu menjadi primadona bagi wisatawan dunia, dengan ini maka diperlukan
branding dan strategi pemasaran yang apik untuk dapat menarik minat wisatawan.
Sejak tahun 2011 pemerintah meresmikan „Wonderful Indonesia‟dan
„Pesona Indonesia‟ sebagai branding pariwisata Indonesia. Branding baru yang
diluncurkan Indonesia menyasar Singapura, Malaysia, Australia, Tiongkok, dan
Jepang sebagai pasar primernya, yang artinya pemerintah meluncurkan strategi
yang lebih matang untuk menarik wisatawan dari kelima negara ini. Namun dalam
tulisan kali ini penulis hanya akan mengambil Tiongkok sebagai objek
87
penelitiannya, penelitian ini juga fokus pada bagaimana upaya Indonesia untuk
menarik minat wisatawan Tiongkok ke Indonesia di tahun 2015.
Pemilihan Tiongkok sebagai objek penelitian bukan tanpa alasan. Alasan
pertama karena besarnya potensi wisata alam, dan budaya yang dimiliki Indonesia.
Indonesia memiliki 800-11.000 suku dengan 300-400 bahasa, 1.500 flora, dan
+20.000 fauna, Indonesia juga tercatat sebagai archipelagic stateyang terdiri dari
17.504 pulau. Hal ini dapat menjadi alat jual dalam menarik wisatawan Tiongkok
yang menyukai wisata air seperti pantai dan menyukai wisata budaya yang masih
orisinil dan unik.
Alasan kedua yaitu banyaknya jumlah diaspora masyarakat Tiongkok di
Indonesia yang bahkan sudah ada dari sebelum masa penjajahan. Jumlahnya
mencapai 2.832.510 jiwa di tahun 2010 atau 1,2% dari total penduduk Indonesia
saat itu, jumlah ini merupakan yang terbesar di dunia. Dengan begitu maka
banyak pula warisan budaya Indonesia yang terakulturasi dengan budaya asli
Tiongkok seperti adanya kebiasaan minum teh, adanya Klenteng Sam Poo Kong
yang bisa menjadi objek wisata menarik, dll, ini tentu menjadi pertimbangan
sendiri bagi masyarakat Tiongkok untuk berwisata ke Indonesia.
Alasan ketiga yaitu eratnya hubungan bilateral serta kerjasama antara
Indonesia dan Tiongkok yang sudah terjalin sejak awal kemerdekaan Indonesia.
Apalagi di era pemerintahan Joko Widodo Tiongkok tercatat sebagai salah mitra
strategis Indonesia yang banyak berinvestasi dan bekerjasama dengan Indonesia
khususnya dalam bidang pembangunan infrastruktur. Adanya serangkaian
88
kerjasama ini juga dapat menjadi salah satu faktor kunjungan masyarakat
Tiongkok ke Indonesia, untuk menghadiri undangan atau pertemuan bisnis,
sekaligus berwisata.
Alasan keempat karena banyaknya jumlah China outbound tourism,
jumlahnya mencapai 117 miliar di tahun 2015, dan menjadi yang terbesar di dunia.
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya perekonomian Tiongkok dan evolusi gaya
hidup masyarakatnya yang gemar berwisata. Saat ini bagi mayoritas masyarakat
Tiongkok berwisata juga menjadi ajang untuk memperlihatkan status sosial
mereka, sehingga tak jarang alasan mereka untuk berpergian ke luar negeri
sekedar untuk mengikuti trend yang biasanya dilakukan oleh kawula muda
berusia di bawah 35 tahun.
Alasan kelima yaitu karena karakteristik wisatawan Tiongkok yang
terkenal royal dalam berwisata. Tujuan utama mereka dalam berwisata ke luar
negeri adalah untuk membeli barang-barang mewah dengan harga lebih murah.
Mengingat tujuan ini maka biasanya wisatawan Tiongkok mengunjungi Korea
Selatan, Hongkong, dan Jepang dengan alasan perbedaan harga barang di
ketiganegara tersebut lebih murah dibandingkan dengan di China.
Penggunaan konsep soft power dan multi-track diplomacy dipilih sebagai
konsep yang relevan untuk menganalisa upaya Indonesia dalam meningkatkan
kunjungan wisatawan asal Tiongkok melalui kampanye „Wonderful
Indonesia‟tahun 2015. Ini karena pariwisata merupakan bagian dari instrumen soft
power. Dimana adanya kampanye „Wonderful Indonesia‟ sebagai nation
89
brandingIndonesia di mata internasional juga dapat menjadi alat diplomasi
Indonesia untuk mencapai national interest-nya seperti meingkatkan
perekonomian negara.
Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia tentu tidak dapat dilakukan
secara mandiri tanpa melibatkan aktor lain seperti masyarakat, media, dan pelaku
bisnis, diperlukan kolaborasi yang lebih intensif untuk dapat menembus seluruh
lapisan masyarakat. Untuk itu tulisan ini mencoba menjelaskan bagaimana upaya
pemerintah Indonesia dalam menarik minat wisatawan Tiongkok melalui
kerjasama dengan pemerintah Tiongkok, masyarakat, dan media, baik itu warga
negara Indonesia ataupun warga negara Tiongkok.
1. Kerjasama pemerintah Indonesia dengan pemerintah Tiongkok.
a) Adanya bebas visa kunjungan khusus untuk tujuan berwisata bagi
masyarakat Tiongkok yang resmi dikeluarkan sejak Juni 2015.
b) Adanya Event Asia Dive Expo (ADEX)pada 11-13 September 2015,
China International Small & Medium Enterprises Far (CSMEF) pada 10-
13 Oktober 2015, China Inernational Travel Mart (CITM) pada 13-15
November 2015, dan Chengdu International Tourism Expo (CTE) pada 3-
5 Desember 2015.
c) Deregulasi asas cabotage untuk cruise asing dimana penumpang dapat
naik dan turun di lima pelabuhan Indonesia; Belawan, Medan; Tanjung
Priok, Jakarta; Tanjung Perak, Surabaya; Benoa, Bali; Soekarno-Hatta,
Makassar.
90
d) Penghapusan ketentuan Clearance Approval for Indonesia Territory
(CAIT) tanggal 30 September 2015. Dereguasi ini disahkan melalui
Peraturan Presiden No.105 Tahun 2015 tentang Kunjungan Kapal Wisata
(Yacht) Asing ke Indonesia. Hal ini ditujukan untuk memudahkan
wisatawan mancanegara untuk pengurusan dokumen customs, immigration,
quarantine, port (CIQP) saat mengunjungi Indonesia.
e) Pembukaan jalur penerbangan langsung dengan maskapai pesawat
Indonesia dan Tiongkok untuk menghubungkan Tiongkok-Indonesia
secara langsung.
2 .Kerjasama pemerintah Indonesia dengan masyarakat.
Di tahun 2015 peran masyarakat belum terlihat jelas karena belum ada
kegiatan atau tindakan yang diadakan secara langsung oleh masyarakat. Meskipun
begitu peranan masyarakat tetap bisa dirasakan melalui partisipasi masyarakat
Riau sebagai perwakulan Indonesia dalam 12th
China Expo 2015 di Guangxi pada
18-23 September 2015, saat itu mereka juga menampilkan beberapa kekayaan
alam dan budaya Riau seperti foto-foto keindahan Pantai Lancang Kuning, dan
penampilan tari khas Riau, Serampang 12.
Hasil kerjasama pemerintah dan masyarakat yang lainnya dapat dilihat dengan
adanya pengiriman pengajar Bahasa Mandarin dari Tiongkok ke Indonesia.
Dengan adanya program ini maka pertukaran budaya antara kedua negara akan
semakin lebih mudah masuk dan diterima dengan baik, sehingga kunjungan
wisatawan Tiongkok ke Indonesia juga diharapkan dapat terus meningkat.
91
3 .Kerjasama pemerintah Indonesia dengan media.
Promosi pemasaran pariwisata Indonesia di Tiongkok yang dilakukan
melalui media dilakukan dengan menggunakan strategi branding, advertising, dan
selling (BAS):
a. Branding. Dilakukan dengan cara placement di ruang terbuka, dan
publikasi pada media ruang. Publikasi pada media ruang dilakukan di
Beijing Capital International Airport dengan menempatkan 2 unit light-
emitting diodi (LED) di terminal 2, 62 unit vertical digital panel di
terminal 3C, 20 unit vertical digital panel di terminal 3D. Lalu ada juga
yang ditempatkan di Shanghai Pudong International Airport melalui 36
unit vertical digital panel di terminal T1 dan T2, serta 9 unit unit vertical
digital panel di terminal T2.
b. Advertising. Dilakukan dengan cara mengiklankan „WonderfulIndonesia‟
di China Central Television (CCTV), dan Channel News Asia, serta
penayangan program TV Wondernesia pada Desember 2015-Maret 2016.
c. Selling. Dilakukan melalui paid media (trripadvisor, agoda, ctrip), owned
media (www.indonesia.travel), social media (indonesia.travel, dan
@idntravel), serta endorser dengan menunjuk Diana Huntley sebagai
brand ambassador „Wonderful Indonesia di Tiongkok tahun 2015.
B. Saran
Dalam hal ini Penulis berharap adanya peningkatan kerjasama pemerintah
dengan masyarakat dalam upaya pemasaran pariwisata Indonesia di Tiongkok,
92
terutama dalam upaya branding. Peran masyarakat dalam upaya branding dinilai
cukup signifikan karena adanya keterbatasan pemerintah untuk menjangkau
semua lapisan masyarakat secara merata. Masyarakat dapat menjadi aktor penting
dalam upaya promosi pariwisata dengan ikut menyebarkan image baik Indonesia,
masyarakat juga dapat memberikan informasi yang lebih signifikan disbanding
pemerintah karena dapat berbaur langsung dengan masyarakat Tiongkok.
Saran selanjutnya yaitu pengadaan tour packages atau travel agent yang
dilengkapi dengan tour guide untuk wisatawan Tiongkok dibawah naungan
pemerintah Indonesia. Bagi penulis dengan adanya tour packagesdan travel agent
ini wisatawan Tiongkok akan mendapat lebih banyak kemudahan saat
mengeksplorasi pariwisata Indonesia, apalagi adanya kendala bahasa sebagai
kendala utama bagi wisatawan Tiongkok yang berkunjung ke Indonesia yang
dapat ikut teratasi dengan adanya tour packages dan travel agent.
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Andayani,Ni Luh Henny S. ST. Par., M. Par, Manajemen Pemasaran
Pariwisata(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014).
Simanjuntak, Antonius,Bungaran Flores Tanjung dan Rosramadhana Nasution,
Sejarah Pariwisata: Menuju Perkembangan Pariwisata Indonesia, (Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2017).
Barston, R.P,Modern Diplomacy (New York: Longman Inc, 1988).
BuckSong,Koh,Brand Singapore: How Nation Branding Built Asia‟s Leading
Global City (Singapore: Marshall Cavendish Bussiness, 2011).
ChristieMill,Robert,Tourism the Internatinal Bussiness(Jakarta Utara: Raja
Grafindo Persada (terj: Tri Budi Sastrio), 2000.
Faisal, Sanapiah, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta:PT. RajaGrafindo
Persada, 2007).
Jong Lee, Sook and Jan Melissen, Public Diplomacy and Soft Power in East
Asia(New York: Palgrave Macmillan, 2011).
Mohsin,Aiyub,Diplomasi(Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2010).
Rifqi,Achmad, Dandi Anugera dan Syifa PF, Pariwisata Indonesia: Sejarah
Pembangunan Kepariwisataan Nasional, Trend Produk dan Pasar, Pemasaran
Pariwisata 2015,(Bandung: Sekolah tinggi Pariwisata, 2015).
Roy,S. L,Diplomasi, (Jakarta: CV Rajawali, 1991).
Laporan Kementrian
Alamsjah,M.A,Dr. M. Iqbal, Paparan Kementrian pariwisata RI untuk KIDi ke-6
2016 (Yogyakarta: Kepala Biro Hukum dan Komunikasi Publik Kementrian
Pariwisata RI, 2016).
Pitana, I Gde,Era Baru Promosi Pariwisata Indonesia(Bali: Deputy for
International Marketing, 2016).
Priyatmoko,Rakhman,Tingkat Kesadaran Pramuwisata terhadap Branding
Wonderful Indonesiadan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi
Pariwisata (Jakarta: Asdep Litbang Kebijakan Kepariwisataan, Vol. 1, No. 1,
2016).
Suranti, Ratna,Upaya Promosi Potensi Pariwisata Indonesia untuk Meningkatkan
Perekonomian Nasional(Bandung: Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran
Pariwisata Mancanegara Kementrian Pariwisata RI, 2016).
xv
Kementrian Pariwisata RI, Analisis Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada
Kawasan 3 Great: Analisis Isu-Isu Stratejik Periode Januari-September
2015(Jakarta: Asisten Deputi Penelitan dan Pengembangan Kebijakan
Kepariwisataan, 2015).
_______, Analisis Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Kawasan 3 Great
Triwulan I-2015(Jakarta: Asisten Deputi
PenelitiandanPengembanganKebijakanKepariwisataan, 2015).
_______, Analisis Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Kawasan 3 Great
Triwulan II-2015(Jakarta: Asisten Deputi Penelitian dan Pengembangan
Kebijakan Kepariwisataan, 2015).
_______, Analisis Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Kawasan 3 Great
Triwulan III-2015(Jakarta: Asisten Deputi Penelitian dan Pengembangan
Kebijakan Kepariwisataan, 2015).
_______, Buku Panduan Logo, (Jakarta: 2014), hl. 6.Kementrian Pariwisata RI,
_______, Capaian Sektor Pariwisata 3 Tahun Jokowi-JK (Jakarta, 2017).
_______, Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Menurut Pintu Masuk dan
Kebangsaan Bulan Desember 2015 (Jakarta: 2015).
_______, Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Menurut Pintu Masuk dan
Kebangsaan Bulan November 2015 (Jakarta: 2015).
_______, Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Menurut Pintu Masuk dan
Kebangsaan Bulan Oktober 2015 (Jakarta: 2015).
_______, Kegiatan Pameran Pasar Asia Pasifik Tahun 2015, (Jakarta: Asisten
Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Pasar Asia Pasifik
Kementrian Pariwisata, 2015).
_______, Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementrian Pariwisata Tahun 2015
(Jakarta: BiroPerencanaan dan Keuangan Sekretariat Kementrian
Pariwisata, 2016).
_______, Laporan Kegiatan Publikasi Media Ruang di Pasar Tiongkok Tahun
2015 (Jakarta: Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata
Mancanegara, 2015), p. 1-8.
_______, Logo Wonderful Indonesia dan Logo Pesona Indoonesia(Jakarta: 2014).
_______, Paparan Kementrian Pariwisata RI untuk KIDi ke-6 2016 (Yogyakarta:
Kepala Biro Hukum dan Komuniasi Publik).
_______, Rencana Strategis Pengembanagan Destinasi dan Industri Pariwisata
Tahun 2015(Jakarta:2015).
xvi
_______, Siaran Pers Kunjungan Wisman 2015 Lampaui Target (2016), tersedia
di http://kemenpar.go.id/asp/detil.asp?c=16&id=3101 diakses tanggal 23
Januari 2018 pukul 06:04.
_______, Statistik Profil Wisatawan Mancanegara 2015 (Jakarta: Asisten Deputi
Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan, 2015).
_______, Statistik Profil Wisatawan Mancanegara 2016(Jakarta: Asisten Deputi
Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan, 2015),
_______, Upaya Promosi Potensi Pariwisata Indonesia untuk Meningkatkan
Perekonomian Nasional (Bandung: Asdep Strategi Pemasaran Pariwisata
Mancanegara, 2016).
Badan Pusat Statistik, Statistik Indonesia: Statistical Yearbook of Indonesia 2015
(Jakarta: 2015).
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Warta Bea Cukai: Informasi Terpercaya
Kepabeaan dan Cukai (Jakarta: Vol. 48, No, 24, 2016), p. 6-8, tersedia di
http://repository.beacukai.go.id/download/2016/06/3e7ff9d9e789c1459ea
1da261d5d3098-softcopy-wbc-edisi-juni_(29-6-16).pdf diakses tanggal
23 Januari 2018 pukul 10:55.
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI (2015), tersedia di
http://www.imigrasi.go.id/phocadownloadpap/PeraturanPresiden/pelaksa
naan%20peraturan%20peraturan%20presiden%20nomor%2069 diakses
tanggal 23 Desember 2017 pukul 15:09.
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI (2015), tersedia di
http://www.imigrasi.go.id/phocadownloadpap/PeraturanPresiden/pelaksa
naan%20peraturan%20peraturan%20presiden%20nomor%2069 diakses
tanggal 23 Desember 2017 pukul 15:09
Kementrian Keuangan RI (2015), Peraturan Presiden Repuiblik Indonesia Nomor
105 Tahun 2015, tersedia di
http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2015/105TAHUN2015PERPR
ES.pdf diakses tanggal 23 Januari 2018 pukul 09:08.
Jurnal dan Artikel
Chrismas,Robert, Multi-Track Diplomacy and Canada‟s Indigenous
People(Canadiaan Mennonote University, Vol. 44/45, No. 2/1, 2012/2013).
Cohen, Erik, A Phenomenology of Tourist Experience(Jerusalem: Hebrew
University of Jerusalem, 1979).
Esti, Pembangunan Kepariwisataan: Overview, Tantangan, dan Kebijakan
Pembangunan ke Depan, (BAPPENAS, Edisi 03, 2013),
xvii
European Union Small and Medium-Sized Enterprises, The Tourism Market in
China (EUSME Centre, 2015).
Fanomezantsoa Nasolomampionana, Rakotonanahary, Profil of Chinese
Outbound Tourists: Characteristics and Expenditures(China: Nanjing University
of Aeronautics and Astronautics, American Journal of Tourism Management, Vol.
3 No. 1, 2014).
Idriasih,Gusti,Diplomasi Indonesia Melalui Kampanye Wonderful Indonesia
dalam Meningkatkan Paiwisata Indonesia di Dunia Internasional Tahun 2011-
2015(Riau: Universitas Riau, Vol. 3, No. 1, 2016).
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Laksamana Cheng Ho dari Tiongkok:
Pelayaran Muhibah dan Syiar Islam di Nusantara(Oseanografi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia).
Kawano, Sho,Joshua Lu, Ricky Tsang, CFA and Jingyuan Liu, The Asian
Consumer: The Chinese Tourist Boom(The Goldman Sachs Group Inc, 2015.
Maharani, Coni,Rini Andari dan Tomy Andrianto, Pengaruh Brand Positioning
Wonderful Indonesia Terhadap Keputusan Wisatawan Mancanegara untuk
Berkunjung ke Indonesia(Universitas Pendidikan Indonesia, Vol. IV, No. 1, 2014).
Nanthakumar,Loganathan, Thirunaukarasu Subramaniam, dan Mori Kogid, Is
„Malaysia Truly Asia‟? Forecasting Tourism Demand from Asean Using Sarima
Approach (Torismos: An International Multidiciplinary Journal of Tourism , Vol.
7, No. 1, 2012).
Purwanto,Supriadi, dan Wang Ling, Analisa Perilaku Wisatawan Tiongkok di
Luar Negeri: Sebuah Studi Literatur(Donghua University: Glorious Sun School of
Bussiness Administration, Vol. 20, No. 1, 2016).
S. Nye, Joseph, Jr, Soft Power(Camegie Endowment for Internasional Peace,
Foreign Policy, No. 80 Twentieth Anniversary, 1990).
Sparks,Prof. Beverley PhD, and Dr. Grace Wen Pan, Chinese outbound Tourism:
Understanding Their Attitudes, Constrains and Use of Information
Sources(Griffith University: 2009).
Tawil,Rami. F, and Ahmed M. Al Tamimi, Understanding Chinese Tourists‟
Travel Motivations: Investigating the Pperceptions of Jordan Held by Chinese
Tourist(Jordan: Philadelphia University, Vol. 4 No. 17, 2013).
Wilson. J. Ernest, Hard Power, Smart Power, Smart Power (Sagepub: The
ANNALS of the American Academy of Political and Social Science, 2008).
W, McDonald, John,Multi-Track Diolomacy: A Positive Approach to Peace
(Institute for Multi-Track Diplomacy: Occasional Paper No:22, 2014).
Skripsi dan Disertasi
xviii
Al Ghofari, Farid,Analisis Tingkat Pengangguran di Indonesia (Semarang:
Universitas Diponegoro, 2010).
K. Judisseno, Rimsky,Destination Strategies in Tourist Development in Indonesia,
1945–2014: Problems of Bali Centredness(Victoria University: Collage of Arts
Victoria University, 2015).
Purnamasari, Yulia Endah Sukma,Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran
Terhadap Keputusan Wisatawan Asing Berlibur di Kota Semarang, (Semarang:
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, 2011).
Sari,Shintya Dewi Lupita,Performansi Branding Wonderful Indonesia dalam
Pemasaran Pariwisata Mancanegara(Universitas Gadjah Mada, 2016).
Xu, Cuiting, Identifying Chinese Tourists Demands and Expectations in Finland,
(Imatra: Saimaa University of Applied Sciences, 2014).
Website
China Outbound Tourism in 2011, tersedia di
https://www.travelchinaguide.com/tourism/2011statistics/outbound.htm
diakses tanggal 27 November 2017 pukul 10:32.
China Outbound Tourism in 2012, tersedia di
https://www.travelchinaguide.com/tourism/2012statistics/outbound.htm
diakses tanggal 15 Desember 2017 pukul 10:33.
China Outbound Tourism in 2013, tersedia di
https://www.travelchinaguide.com/tourism/2013statistics/outbound.htm
diakses tanggal 15 Desember 2017 pukul 10:45.
China Outbound Tourism in 2014, tersedia di
https://www.travelchinaguide.com/tourism/2014statistics/outbound.htm
diakses tanggal 15 Desember 2017 pukul 10:53.
China Outbound Tourism in 2015, tersedia di
https://www.travelchinaguide.com/tourism/2015statistics/outbound.htm
diakses tanggal 15 Desember 2017 pukul 10:56.
China Tourism Statistical Bulletin, tersedia di
http://en.cnta.gov.cn/Statistics/TourismStatistics/ diakses tanggal 28
November 2017 pukul 09:08
Destination Indonesia, tersedia di
http://media.lonelyplanet.com/shop/pdfs/indonesia-9-getting-started.pdf/
diakses tanggal 15 Juli 2017 pukul 07:29.
Fokus Perhatian Kunjunagn Jokowi ke Tiongkok, (2015), tersedia di
http://id.china-embassy.org/indo/zgyyn/t1252073.htm diakses tanggal 07
Desember 2017 pukul 11:55.
xix
Garuda Indonesia, Kliping Jendela Informasi Kita (2015), p. 19, tersedia di
https://aboutus.garuda-indonesia.com/wp-content/uploads/2015/11/E-
Kliping-30-November-2015.pdf diakses tanggal 09 Januari 2018 pukul
16:55.
http://imtd.org/multi-track-diplomacy diakses pada 16 Januari 2017 pukul 10:49.
http://planetsurfonline.com/index.php/blog/10-lokasi-surfing-terbaik-di-
indonesia/80diakses tanggal 23 Desember 2017 pukul 15:56.
http://smartraveller.gov.au/Countries/asia/southeast/Pages/indonesia.aspx#safety_
and_securitydiakses tanggal 23 Desember 2017 pukul 18:12.
https://www.tripadvisor.co.id/Attractions-g294225-Activities-c61-t52-
Indonesia.html diakses tanggal 09 Januari 2018 pukul 15:27.
Industri Pariwisata Indonesia. Tersedia di https://wwww.indonesia-
investments.com/id/bisnis/industri-sektor/pariwisata/item6051? diakses
tanggal 23 November 2017 pukul 14:16.
Teslik,Lee Hudson,Nation Branding Explained, (2007), tersedia di
https://www.cfr.org/backgrounder/china-north-korea-relationship diakses
tanggal 12 Juli 2017 pukul 11:56.
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI (2015), tersedia di
http://www.imigrasi.go.id/phocadownloadpap/PeraturanPresiden/pelaksa
naan%20peraturan%20peraturan%20presiden%20nomor%2069 diakses
tanggal 23 Desember 2017 pukul 15:09.
Kevin Bond, 5 Lokasi Diving yang Selalu masuk Bucket List Diver Kelas Dunia,
(2017), tersedia di https://travel.idntimes.com/destination/kevin-
sullivan/5-lokasi-diving-terbaik-didunia-yang-wajib-dikunjugi-traveller-
c1c2/full diakses tanggal 09 Januari 2018 pukul 16:01.
Menpar Luncurkan Program TV Wondernesia (2015), tersedia di
http://industri.bisnis.com/read/20151208/12/499500/menpar-luncurkan-
program-tv-wondernesia diakses tanggal 24 Januari 2018 pukul 11:48.
Pendidikan Bahasa Mandarin jadi Jembatan Komunikasi Kebudayaan RI-
Tiongkok(2015), tersedia di
http://id.chineseembassy.org/indo/zgyyn/t1252066.htm diakses tanggal
25 Desember 2017 pukul 11:52.
Riau Kirim 108 Delegasi ke 12th
China Expo 2015, tersedia di
http://m.transriau.com/read-893-2015-09-20-riau-kirim-108-delegasi-ke-
the-12th-china-asean-expo-
2015.html#sthash.nAUWr82r.Vxd2nOfq.dpbs diakses tangal 24 Januari
2018 pukul 07:37.
xx
Somantri,Gumilar R,Memahami Metode Kualitatif(Vol. 9. No. 2, 2005), tersedia
dihttp://journal.ui.ac.id/index.php/humanities/article/viewFile/122/118
diakses tanggal 7Juni 2016 pukul 11:42.
Tampil Mewakili Indonesia pada The 12th
China Expo Nanning, Guangxi China,
Menteri Perdagangan: Riau Luar Biasa, (2015), tersedia di
https://m.goriau.com/berita/bengkalis/tampil-mewakili-indonesia-pada-
the-12th
-china-expo-nanning-guangxi-china-menteri-perdagangan-riau-
luar-biasa.html diakses pada 26 Desember 2017 pukul 15:20.
Tourism Ministry Set to Launch Wonderful Indonesia Campaign, tersedia di
http://amp.kontan.co.id/news/tourism-ministry-set-to-launch-wonderful-
indonesia-campaign-1 diakses tanggal 25 Desember 2017 pukul 14:37.
UNWTO Tourism Highlights 2014 Edition, hl. 3, tersedia di www.e-
unwto.org/doi/pdf diakses tanggal 13 Desember 2017 pukul 13:11.
UNWTO Tourism Highlights 2015 Edition, tersedia di www.e-unwto.org/doi/pdf
diakses pada 17 Desember 2017 pukul 12:44.
UNWTO Highlights 2016, p. 6, tersedia di https://www.e-
unwto.org/doi/pdf/10.18111/9789284418145 diakses tanggal 21 Januari
2018 pukul 16:56.
Value-Added Output of China‟s Marine Tourism Hits 1 Trillion Yuan (2016),
tersedia di http://m.chinadaily.com.cn/en/2016-
10/06/content_26978473.htm diakses tanggal 23 Januari 2018 pukul
06:11.
Wahyudi,A.Hariyawan.Catatan Akhir tahun: Indonesia Masih Menjadi Surga
Penemuan Spesies Baru, (Mongbay Indonesia, 2014), tersedia di
http://www.mongbay.co.id/2014/12/30/catatan-akhir-tahun-indonesia-
masih-menjadi-surga-penemuan-spesies-baru/ diakses tanggal 12 Juli
2017 pukul 15:56.
What Drives Chinese Outbound Tourism, tersedia di
http://www.eastasiaforum.org/2016/12/16/what-drives-chinese-
outbound-tourism/ diakses tanggal 01 Desember 2017 pukul 12:37.
”Wondernesia” Sasar 20 Juta Turis Mancanegara (2016), tersedia di
http://traveling.bisnis.com/read/20151207/85/499370/wondernesia-sasar-
20-juta-turis-mancanegara diakses tanggal 24 Januari 2018 pukul 11:33.
169 Negara Resmi Dibebaskan dari Visa untuk Kunjungan ke Indonesia, tersedia
di http://www.imigrasi.go.id/index.php/berita/berita-utama/996-196-
negara-resmi-dibebaskan-dari-visa-untuk-kunjungan-ke-indonesia
diakses pada 17 Desember 2017 pukul 12:37.
xxi
10 Negara dengan Diaspora Tionghoa terbesar di Dunia, Indonesia Peringkat
Pertama!, tersedia di http://indochinatown.com/jakarta/10-negara-
dengan-diaspora-tionghoa-terbesar-di-dunia-indonesia-peringkat-
pertama/2570 diakses tanggal 23 Desember 2017 pukul 21:06.
2015 CAEXPO Tourism Held in Guilin, tersedia di
http://news.travel168.net/travel_fair_review/20150529/36879.html
diakses tanggal 24 Januari 2018 pukul 08:27.
Wawancara
Nailis Sa‟adah (Staff Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Pasar
Asia Pasifik Kementrian Pariwisata RI)
Ahmad Syaifuddin Zuhri (Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta)
Khaidar Munawar (Asisten Deputi Bidang Pemasaran Pariwisata Mancanegara
Kementrian Pariwisata RI)
xxii
LAMPIRAN
Wawancara
Narasumber 1 : Nailis Sa‟adah (Staff Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran
Pariwisata Pasar Asia Pasifik Kementrian Pariwisata RI)
1. Bagaimana karakteristik wisatan Tiongkok secara umum di Indonesia ?
Jawaban: Secara umum wisatawan Tiongok yang saya temui di Indonesia bisa
dibilang perhitungan, dan banyak bicara. Biasanya mereka mengeluhkan tentang
fasilitas pelayanan di sebuah destinasi wisata. Hal ini sebenarnya bisa saja bukan
karena buruknya pelayanan pariwisata di Indonesia, tetapi karena minimnya
msyarakat Indonesia yang mampu berbahasa mandarin. Selain itu mereka juga
memounyai ketergantungan yang tinggi terhadap penggunan internet sebagai
akses untuk kemanapun dan untuk mengetahui apapun terkait pariwisata di
Indonesia.
Dalam hal konsumsi dan belanja, mereka lebih tertarik untuk makan di restoran
masakan China, dan baru mengunjungi restoran masakan Indonesia jika mreeka
uang mereka akan habis. Dalam hal belanja mereka tidak banyak membeli barang-
barang dan kerajinan tangan khas Indonesia. Dan untuk pemlian tiket biasanya
mereka memilih tiket pesawat dengan harga diskon.
2. Bagaimana respon masyarakat Tiongkok terhadap destinasi-destinasi
pariwisata di Indonesia, dan kesan mereka setelah mengunjungi Indonesia ?
Jawaban: meskipun mereka mengakui keindahan alam dan budaya
Indonesianamun kebanyakan wisatawan Tiongkok lebih memilih untuk berwisata
ke Jepang, dan Hongkong. Ini didasari pada latar belakang masyarakatnya yang
terkenal sebagai “orang kaya baru” sehingga mereka lebih menyukai berwisata ke
negara-negara yang menjual barang-barang mewah dengan harga murah.
xxiii
Untuk kesan mereka setelah berwisata ke Indonesia saya rasa bisa dikatakan baik,
karena tidak ada alasan lg untuk banyak mengeluh dengan gencarnya
pembangunan dan promosi pariwisata Indonesia yang ada saat ini.
Narasumber 2 : Ahmad Syaifuddin Zuhri (Dosen Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta)
1. Apa benar seperti yang dikatakan banyak orang bahwa masyoritas
wisatawan Tiongkok di Indonesia bersikap pelit banyak bicara ?
Jawaban: Sebenarnya ini terkait dengan pola hidup masyarakat Tiongkok yang
terbiasa melakukan sesuatu secara efektif dan efisien. Perilaku mereka yang serba
ketat dalam mengeluarkan uang justru bukan karena mereka pelit tetapi karena
mereka terbiasa untuk menggunakan uang untuk keperluan yang penting. Mereka
juga lebih menyukai barang-barang mewah namun tetap berkualitas, karena
biasanya mereka tidak ingin membeli barang yang cepat rusak, sehingga
pembelian barang tersebut tidak bernilai mubazir.
2. Destinasi mana yang biasanya dituju wisatawan Tiongkok saat berada di
Indonesia ?
Jawaban: biasanya mereka tertarik dengan air. Jadi mereka akan leboh memilih
pantai sebagai tujuan destinasi di Indonesia yang memiliki keindahan pantai dan
bawab laut.
Narasumber 3 : Khaidar Munawar (Asisten Deputi Bidang Pemasaran Pariwisata
Mancanegara Kementrian Pariwisata)
1. Terkait adanya strategi pemasaran pariwisata melalui konsep BAS, apa
saja yang sudah dilakukan Indonesia untuk menarik minat wisatawan
Tiongkok di tahun 2015 ?
Jawaban: ada banyak upaya yang kita lakukan seperti publikasi melalui placement
dan media ruang, kita juga memasarkan pariwisata Indonesia dengan
megniklankannya di televisi nasional China, serta merekrut endorser sebagai
brand ambassador pariwisata Indonesia di Tiongkok.