analisa upaya pemerintah italia dalam …
TRANSCRIPT
ANALISA UPAYA PEMERINTAH ITALIA DALAM MENANGGULANGI
IMIGRAN ILEGAL PERIODE 2014 - 2019
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Messayu Elisa Mega Irawan
11141130000072
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
ANALISA UPAYA PEMERINTAH ITALIA DALAM MENANGGULANGI
IMIGRAN ILEGAL PERIODE 2014 - 2019
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli atau merupakan
hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 6 Januari 2021
Messayu Elisa Mega Irawan
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Messayu Elisa Mega Irawan
NIM : 11141130000072
Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
“ANALISA UPAYA PEMERINTAH ITALIA DALAM MENANGGULANGI
IMIGRAN ILEGAL PERIODE 2014 – 2019”
dan telah memenuhi syarat untuk diuji,
Jakarta, 6 Januari 2021
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi, Pembimbing,
M. Adian Firnas, S.IP, M.Si M. Adian Firnas, S.IP, M.Si
NIP: NIP:
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
ANALISA UPAYA PEMERINTAH ITALIA DALAM MENANGGULANGI IMIGRAN
ILEGAL PERIODE 2014 - 2019
oleh
Messayu Elisa Mega Irawan
11141130000072
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Januari 2021.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional.
Ketua, Sekretaris,
M.Adian Firnas, S.IP, M.Si Irfan Hutagalung, LL.M
NIP: NIP:
Penguji I, Penguji II,
Badrus Sholeh, S.Ag., M.A., Ph.D Robi Sugara, M.Sc
NIP: 197102111999031002 NIP:
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 22 Januari 2021.
Ketua Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
M.Adian Firnas, S.IP, M.Si
NIP :
iv
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisa tentang analisa upaya pemerintah Italia dalam menanggulangi
imigran ilegal periode 2014-2019. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui upaya apa
yang diterapkan oleh Italia untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dalam penulisannya,
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif.
Pengumpulan data yang didapatkan adalah dengan cara melalui proses wawancara dan
menggunakan studi kepustakaan, yakni melalui buku, jurnal, dokumen pemerintah, serta
sumber terkait lainnya.
Skripsi ini berisi tentang arus imigran ilegal yang masuk ke Italia secara berskala
dimana dalam 10 tahun kebelakang ini Italia sedang menghadapi krisis imigran yang sulit
untuk di tangani, pasca meletusnya Arab Spring yang terjadi di negara-negara Afrika Utara
dan Timur Tengah khususnya Tunisia, Libya dan Suriah menjadikan ketiga negara tersebut
berbondong-bondong untuk mengungsi ke wilayah yang lebih aman.
Inilah yang membuat penulis ingin menganalisa skripsi ini dengan menggunakan
Konsep Keamanan Nasional dan Kerjasama Internasional serta konsep imigrasi internasional
dalam rangka melindungi keamanan Italia. Konsep Keamanan Nasional dipakai penulis untuk
menganalisa kebijakan lapangan yang dilakukan sedangkan Kerjasama Internasional dipakai
untuk menganalisa kerjasama antara Italia Uni Eropa terkait dengan permasalahan imigran
ilgeal yang masuk melaui perbatasan-perbatasan yang rentan di Italia. Lalu Konsep Imigrasi
untuk mengidentifikasi asal imigran dan kerjasama Italia dengan negara-negara ketiga.
Kata kunci : imigran ilegal, imigrasi italia, konsep keamanan nasional, konsep kerjasama
luar negeri, konsep imigrasi internasional.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah Rabbil Alamin, segala puji syukur kepada Allah SWT atas segala karunia,
rahmat, nikmat, dan petunjuknya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “Analisa Upaya Pemerintah Italia Dalam Menanggulangi Imigran Ilegal Periode
2014 - 2019” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana hubungan
internasional. Penulis sadar bahwa terselesaikannya skripsi ini bukan hanya dari kerja keras
penulis sendiri tetapi merupakan bagian dari dukungan dan bantuan orang orang terdekat
dalam penyelesaian skripsi ini.
Skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan, dukungan dan bimbingan
dari banyak pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang turut membantu dan mensupport untuk dapat menyelesaian skripsi
ini, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Ibu Karlina Ratmadja dan Ayah Asep Mega Irawan atas kesabaran dan dedikasinya
dalam menghadapi penulis dan selalu setia mendampingi penulis kemanapun penulis
melangkah pergi.
2. Bapak Adian Firnas, dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk
mengkoreksi dan memberikan masukan terhadap terselesaikannya skripsi ini dengan
baik dan diwaktu yang tepat.
3. Mustafa, Teman dekat penulis yang selalu penulis andalkan kapanpun penulis merasa
mulai jenuh dengan segala rutinitas yang ada, terimakasih atas dukungan, do’a dan
waktu yang telah kamu berikan kepada saya.
4. Teman-teman HI C yang penulis sayangi, terimakasih telah menemani penulis dari
pertamakali kuliah sampai sekarang, khusunya kepada Nada, Jaka, Yuana, Fira, Alif,
Dea, Hana, Risfi, Jaya, Andam, Akil, Imtiaz, Unggul, Akbar, Nanda, Ola, Diah, Leha,
Sasa, Tirana, Hanin, dkk.
vi
5. Teman-teman KKN AMRETA 2017 di Bojong Ulfa, Sarah, Afif, Nanda, Farihah,
Mulqi, Dodi, Rizqi, Haedar, Sufyan, Melikha, Irin, dan Faris penulis menghaturkan
ucapan terimakasih yang banyak kepada kalian atas sebulan yang berharga.
6. Sahabat sejati penulis, Arzyfana 2014, semoga Allah selalu menjaga kalian.
7. Sahabat karib sewaktu penulis duduk di bangku SMP, Edelfan 2010. Elsa, Dea, Elga ,
Ladya, Ai , Neli yang selalu membuat penulis untuk cepat pulang dan ingin bertemu
dengan mereka.
8. Sahabat PENA, Pipit, Elsa, Neli, Ayang yang selalu menjadi pendengar setia prnulis
ketika penulis pulang kampung.
9. Teman-Teman di Kostan Rawa Indah, Cucu, Ifa, Muma, Zahra yang selalu
mengingatkan penulis supaya cepat-cepat untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Kaka kelas penulis khusunya HI 2012 ka Labib Syarif, ka Rakhmat, ka Bimo, ka
Entis yang sudah penulis repotkan untuk memberi arahan dan masukan atas
terciptanya skripsi ini.
Tanpa bantuan, bimbingan dan support dari berbagai pihak tidak mungkin skripsi ini
dapat terselesaikan. Namun demikian penulis menyadari masih banyak dapat kekurangan
dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
untuk perbaikan kedepan.
Bandung, 6 Januari 2021.
Messayu Elisa Mega Irawan
vii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ............................................................................. ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ......................... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ............................................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... v
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................. xi
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Pernyataan Masalah ........................................................................................................ 1
B. Pertanyaan Penelitian ...................................................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
D. Tinjauan Pustaka ............................................................................................................. 7
E. Kerangka Teoretis ......................................................................................................... 10
1. Konsep Kerjasama Internasional ............................................................................... 11
2. Konsep Keamanan Nasional ..................................................................................... 12
3. Konsep Imigrasi ........................................................................................................ 13
F. Metode Penelitian ......................................................................................................... 14
G. Sistematika Penulisan ................................................................................................... 15
BAB II ...................................................................................................................................... 18
PERKEMBANGAN DAN HAMBATAN PENYELESAIAN MASALAH IMIGRAN
ILEGAL DI ITALIA................................................................................................................ 18
A. Perkembangan Arus Ilegal yang Masuk ke Italia ......................................................... 18
B. Faktor yang membuat Imigran ilegal masuk ke Italia ................................................. 23
1. Faktor Internal ........................................................................................................... 25
2. Faktor Eksternal ........................................................................................................ 27
C. Respon Uni Eropa dan Italia terhadap isu krisis pengungsi ......................................... 30
D. Hambatan yang di alami Italia dalam meminimalisir arus imigran ilegal .................... 33
BAB III .................................................................................................................................... 36
KEBIJAKAN REGULASI ITALIA DALAM MENANGGULANGI ARUS IMIGRAN
ILEGAL ................................................................................................................................... 36
viii
A. Kebijakan Regulasi Imigran Italia ................................................................................ 36
B. Integrasi Imigran Ilegal di Italia ................................................................................... 39
C. Dampak Kebijakan Regulasi dan Integrasi Imigran di Italia ........................................ 41
D. Hubungan Italia dengan Uni Eropa dalam meminimalisir Imigran ilegal periode 2014-
2019 ...................................................................................................................................... 44
1. Implementasi Penerapan Common European Asylum System (CEAS) .................... 44
2. Implementasi Dublin Regulation .............................................................................. 47
3. Kebijakan Sharing Burden dan Responbilities.......................................................... 48
BAB IV .................................................................................................................................... 50
ANALISA UPAYA PEMERINTAH ITALIA DALAM MENYELESAIKAN DAN
MENANGGULANGI IMIGRAN ILEGAL ............................................................................ 50
A. Upaya Perlindungan Perbatasan Italia dalam menanggulangi imigran ilegal periode
2014-2019............................................................................................................................. 50
B. Pengaruh Kebijakan Schengen Agreement terhadap Eurospectic di kawasan Italia dan
Scandinavia .......................................................................................................................... 53
C. Peran dan kerjasama UNHCR dalam memanimalisir imigran ilegal di Italia .............. 55
D. Kerjasama Italia dan International Organization For Migration (IOM) Terkait Imigran
Ilegal ..................................................................................................................................... 59
E. Kerjasama Italia dengan Frontex .................................................................................. 60
1. Operation Mare Nostrum .......................................................................................... 62
2. Operasi Triton ........................................................................................................... 64
3. Operasi Themis ......................................................................................................... 67
F. Kerjasama Italia dengan Libya dalam Menekan Arus Imigran Ilegal yang Masuk ..... 68
BAB V ..................................................................................................................................... 73
PENUTUP................................................................................................................................ 73
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. xii
LAMPIRAN 1 ....................................................................................................................... xxiv
LAMPIRAN 2 .................................................................................................................... xxviii
ix
DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR
Gambar 1.1. Rute Penyebaran imirgan ilegal yang Masuk ke Italia..........................................2
Grafik 2.1 Jumlah Imigran ilegal yang datang ke Italia periode 2014-2020…………………20
Gambar 2.2 Menunjukan rute imigran yang masuk melalui jalur laut Mediterania…………23
Gambar 2.3 Struktur Sistem Pendidikan Nasional di Italia………..................………………30
Tabel 3.1 Jumlah Imigran dan Pencari suaka di Italia periode 2014-2019…………………42
Gambar 3.2 Peta Distribusi Penyebaran Imigran di Italia periode 2014-2019………………47
Gambar 4.1. Peta Penyebaran Operasi Mare Nostrum……………….........................………57
Gambar 4.2 Peta persebaran Operasi Triton……………........................................…………59
x
DAFTAR SINGKATAN
CEAS : Common European Asylum System
CIR : Italian Refugee Council
EC : European Community
Europol : European Policy
FRONTEX : Frontieres Exterieures
HAM : Hak Asasi Manusia
IOM : International Organization for Migration
MOU : Momerandum of Understanding
OECD : Organization Economic Cooperation and Development
PBB : Persekutuan Bangsa-Bangsa
TCN : Third Country Nationals
UE : Uni Eropa
UNHCR : United Nations High Commissioner for Refugees
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil wawancara dengan Lotfi Fatima Ezzahra dari staff immigration
coustura di Monza, daerah regional selatan Lombardia di Italia.
Lampiran 2 MoU antara Italia dengan Libya
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Italia adalah negara kesatuan republik parlementer di Eropa Selatan. Letak
geografisnya di sebelah utara berbatasan dengan Swiss, Perancis, Slovenia dan Austria, serta
di sebelah selatan terdapat laut Mediterania. Italia merupakan salah satu negara di Eropa yang
memiliki potensi untuk terjadinya aktivitas imigran ilegal. Hal tersebut dikarenakan, letak
Italia yang berada di wilayah semenanjung yang memiliki beberapa pulau baik besar maupun
kecil sehingga memiliki banyak pintu masuk seperti melalui jalur udara, batas darat ataupun
pelabuhan.1
Selama tiga dekade terakhir, Italia telah mengalami transformasi besar, pergeseran
dari bangsa emigran yang mana saat ini ada sekitar 5.216.902 penduduk Italia masih tinggal
di luar negeri, berubah menjadi negara dengan tujuan imigran. Sejak tahun 1970 sampai hari
ini, warga negara asing dengan ijin tinggal reguler di Italia telah meningkat sepuluh kali lipat,
dimana pertumbuhan imigran tampaknya tak terbendung. Imigran yang datang pada tahun
1970 berkisar 620,000 sedangkan total imigran pada tahun 2019 ada sekitar 6.200.000 orang.2
Krisis imigran yang dimulai pada pertengahan abad ke-20 membuat Italia
menyandang sebagai salah satu negara dengan penerima imigran terbanyak di Eropa.
Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) mengamati bahwa dari Januari 2014
hingga Maret 2019, imigran teratas di antara lebih dari lima juta pengungsi yang datang
1 Roberto Orsi, "The Quiet Collapse of the Italian Economy". The London School of Economic. 2 Heckman Friedrich, 2004. Ilegal Migration: What Can We Know And What Can We Explain? The
Case of Italy, international migration review, Volume 38 Hal.106.
2
melalui laut Mediterania adalah imigran yang berasal dari Afrika Utara (46,7%), Timur
Tengah (20,9%), dan Asia (9,4%). Dari para imigran yang tiba di Eropa melalui laut pada
tahun 2014 hingga tahun 2019, sebanyak 58% adalah laki-laki di atas 18 tahun (77% dari
orang dewasa), 17% adalah perempuan di atas 18 tahun (22% dari orang dewasa) dan sisanya
25% adalah perempuan di bawah usia 18 tahun.3
Gambar 1.1. Rute Penyebaran imigran ilegal yang Masuk ke Italia
Sumber : Pew Research Center
Imigran ilegal yang berasal dari luar Italia adalah imigran yang ingin mendapatkan
perlindungan dari tekanan atau ancaman keamanan yang disebabkan oleh konflik di negara-
negara tempat mereka berasal yang bertujuan untuk mendapatkan kehidupan yang jauh lebih
baik dari negara asalnya. Selain itu pasca meletusnya Arab Spring yang terjadi di negara-
3 Phillip Connor Krogstad & Jens Manuel. "Many worldwide oppose more migration – both into and
out of their countries". Pew Research Center. Retrieved 2 Juli 2020. "Inmigración y medio ambiente centran la
inquietud de los”
3
negara Timur Tengah dan Afrika Utara khusunya negara Tunisia, Mesir dan Libya
mendorong ketiga negara tersebut berbondong-bondong untuk mengungsi ke wilayah yang
lebih aman.4
Kementrian dalam negeri Italia mencatat sebanyak 11.471 imigran telah tiba di Italia
sepanjang 2016. Mayoritas Imigran berasal dari Eropa Timur (Rumania, Albania dan
Ukraina), Afrika Utara (Maroko, Tunisia, Libya), Timur Tengah (Irak, Suriah) dan anak
benua India (India, Pakistan, Bangladesh, dan Sri Lanka). Jumlah ini jauh lebih sedikit dari
17 ribu yang datang dalam periode yang sama pada tahun lalu, dan 85 ribu imigran pada
2018.5 Di negara-negara Eropa Selatan, pengaturan imigran ilegal telah sering digunakan
sebagai langkah kebijakan pasca-kontrol. Kemendagri sendiri sering disalahkan oleh
sejumlah besar masyarakat karena ketidakmampuan mereka untuk menghentikan reproduksi
sistem imigrasi yang tidak teratur.
Banyak Imigran yang datang melalui jalur laut dan mendarat di pulau Lampedusa
ataupun Sisilia. Sisilia menjadi salah satu pintu gerbang masuknya imigran ilegal ke Italia.
Sisilia sendiri merupakan sebuah pulau yang terletak di laut tengah, menjadikan pulau ini
berbatasan langsung dengan semenanjung Italia di sebelah selatan dan dipisahkan oleh selat
Messina. Pulau Sisilia bentuknya menyerupai segitiga dengan luas 25.708 km2, di sebelah
utara terdapat sebuah teluk yang menjadi perbatasan Sisilia, yaitu teluk Palermo dan di
sebelah timur diapit oleh teluk Catania.6
Kapal-kapal ilegal masuk ke perairan ini pada tahun 1970-1980, Italia telah membuka
pintu bagi para imigran dengan hampir tidak adanya kontrol eksternal dengan prosedur
4 Juan Ramos, "Push And Pull Factors Of Migration," Science Trends, 8 Desember 2018, diakses pada
6 Juli 2020, https://sciencetrends.com/politics-economics-influence-push-pull-factorsmigration/. 5 Clayton, J., & Holland, Over one million sea arrivals reach Europe in 2015. Retrieved from UNHCR:
http://www.unhcr.org/5683d0b56.html 5 December 2015, diakses pada 7 Juli 2020. 6 “Lampedusa and Immigration at the Mediterranean: Tragedies, Dilemmas and International
Conflicts. A Crossroad for Europe". Diakses 21 Juli 2020.
4
keamanan dan peraturan yang mengatur masuknya para imigran, para imigran bisa masuk
dan bebas visa untuk tinggal dan menetap di Italia. Namun pada tahun 1990-an Italia telah
memperketat peraturan imigrasi dan mengontrol posisi dan kedatangan imigran ilegal. Pada
tahun 1991 tercatat sebanyak lebih dari 360 ribu imigran di Italia atau sekitar 0,6 persen dari
populasi penduduk. Selanjutnya pada tahun 2001 naik menjadi 2,3 persen dan pada 2010
sekitar 2,7 juta dari total populasi penduduk asli Italia sendiri.7
Peningkatan imigran ilegal setiap tahun, membuat pemerintah Italia merancang
rencana-rencana untuk meminimalisir datangnya imigran ilegal yang datang ke Italia. Seperti
membangun kerjasama dengan Uni Eropa dalam menerapkan kebijakan border control,
menerapkan kebijakan patroli perbatasan di laut Mediterania seperti Operation Mare
Nostrum (OMN) yang merupakan suatu operasi penjagaan keamanan perbatasan laut dan
kerjasama internasional serta kerjasama dengan anggota Uni Eropa. Selain itu, berbagai
upaya telah dilakukan oleh pemerintah Italia dalam merancang kebijakan untuk membuat
operasi-operasi di wilayah jalur Mediterania seperti kebijakan pembuatan Operasi Sopia atau
operasi Med Eunavfor, operasi Themis, operasi patrol yang bertujuan untuk mencegah
imigran ilegal masuk ke Italia baik melaui jalur darat ataupun jalur laut Mediterania.8
Kebijakan Italia dalam menanggulagi imigran ilegal direspon oleh Uni Eropa dengan
munculnya European Agenda on Migration yang berisi bagaimana sikap Uni Eropa dalam
upaya penanganan krisis untuk meminimalisir imigran ilegal pada waktu dekat dan jangka
panjang. Dalam waktu yang singkat, beberapa kebijakan UE meliputi penyelamatan imigran
di laut, merelokasi pengungsi, menangkap jaringan penyelundup, dan menyediakan
pemukiman kembali di seluruh negara UE, selain itu tujuan dari European Agenda on
7 Mauro Albani, "La popolazione straniera residente in Italia nel 2014". ISTAT. (22 September 2014).
Diakses pada 7 Juli 2020.
8 Frontex Triton operation to 'support' Italy's Mare Nostrum. Diakses 17 Juli 2020.
5
Migration adalah menjalin kerja sama dengan negara ketiga dalam menangkal akar migrasi
serta membantu negara-negara Uni Eropa garis depan dalam mengatur kedatangan imigran,
khususnya imigran ilegal. Untuk jangka kedepan, kebijakan EAM meliputi penurunan
migrasi ilegal secara menyeluruh, penyelematan di laut dan pengamanan perbatasan
eksternal, serta memperkuat kebijakan suaka UE, dan pembuatan kebijakan migrasi legal.9
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk menganalisis upaya
pemerintah Italia dalam menanggulangi imigran ilegal Periode 2014-2019. Alasan dipilihnya
periode diatas karena pada periode tersebut pasca meletusnya Arab Spring dikawasan Afrika
Utara dan Timur Tengah, hal inilah yang membuat arus imigran ilegal yang datang ke Italia
melebihi kapasitas yang ada, dimana hal tersebut menjadikan perekonomian Italia menjadi
tidak stabil. Kasus ini merupakan kasus yang sangat menarik karena berpotensi menjadi
masalah yang lebih besar daripada krisis ekonomi yang sedang di hadapi oleh Italia dalam
beberapa tahun kebelakang.
Terkait dengan pertanyaan penelitian diatas, diharapkan akan bisa menghasilkan
kesimpulan, saran serta cara yang efektif untuk menangani gelombang imigran ilegal di
dunia, salah satunya di Indonesia. Sehingga akan menjadi masukan bagi pemerintah secara
umum untuk mengarahkan permasalahan imigran supaya bisa berdampak positif bagi kondisi
ekonomi, politik dan sosial bagi kehidupan bernegara. Analisa upaya pemerintah Italia ini
akan menjadi fokus utama penelitian ini. Peneliti akan mengidentifikasi semua aspek dan
kondisi negara Italia pasca banyaknya imigran yang masuk pada periode 2014-2019 serta
implementasi kebijakan serta kerjasama Italia dalam menanggulangi imigran ilegal.
9 European Commission, “European Agenda on Migration – Legislative documents” : 2016. Diakses
pada 25 Agustus 2020.
6
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pernyataan masalah diatas, maka penulis mencoba untuk meneliti
permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
“Bagaimana upaya pemerintah Italia dalam menanggulangi arus imigran ilegal periode 2014-
2019?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui upaya yang diterapkan oleh Italia untuk mengatasi imigran yang ilegal.
2. Untuk menjelaskan hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Italia dalam menyelesaikan
masalah imigran ilegal.
3. Untuk mengetahui respon apa yang diberikan Italia dalam menanggulangi permasalahan
imigran ilegal.
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk:
1. Agar penulisan ini dapat menyumbang ilmu pengetahuan di bidang Hubungan
Internasional, khususnya HI kawasan Eropa.
2. Agar penelitian ini dapat memberikan gambaran dan kesimpulan kepada siapapun yang
membacanya mengenai respon Italia dalam mengatasi masalah imigran ilegal.
3. Sebagai referensi tambahan bagi setiap aktor hubungan internasional, baik itu individu,
organisasi, pemerintah, maupun organisasi non-pemerintah baik dalam tingkat nasional,
regional maupun internasional tentang bagaimana kerjasama Pemerintah Italia dalam
menanggulangi peningkatan arus imigran ilegal.
7
D. Tinjauan Pustaka
Terdapat beragam tulisan yang telah mengkaji tema serupa, yaitu mengenai analisa
upaya pemerintah Italia dalam menganggulangi imigran ilegal yang masuk ke negara mereka,
baik secara legal maupun ilegal.
Beberapa dari tulisan yang penulis temukan, ada yang telah penulis rangkum, Pertama
adalah skirpsi dengan judul “Strategi Italia Dalam Mengatasi Masalah Pengungsi Suriah Di
Italia Periode 2012-2014”
Dalam skripsi yang ditulis oleh Aprilian Cena ini, dibahas bahwa gambaran umum
mengenai Strategi Italia dalam Mengatasi Masalah Pengungsi Suriah di Italia pada Periode
2012-2014. Pembahasan skripsi April menjelaskan bahwa peningkatan pengungsi Suriah di
Italia sangat berkaitan erat dengan krisis pengungsi karena seiring dengan terjadinya puncak
krisis pengungsi yang melanda Italia pada tahun 2012 pasca meletusnya Arab Spring di
Suriah.
Inti dari skripsi Cena menegaskan bahwa memberikan perlindungan terhadap
pengungsi Suriah di Italia adalah merupakan salah satu poin dari penegakan Hak Asasi
Manusia sehingga menerima para pengungsi tersebut merupakan suatu kewajiban bagi Italia.
Meskipun para pengungsi yang datang berdampak kurang baik terhadap bidang politik,
ekonomi, dan keadaan sosial Italia saat itu. Salah satu strategi Italia untuk menangani
pengungsi Suriah adalah memperhatikan nilai-nilai konvensi tahun 1951 dan Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia 1948.10
Persaamaan tulisan diatas dengan skripsi penulis adalah keduanya sama-sama
membahas tentang cara dan kerjasama yang dilakukan Italia dan penanggulangannya dalam
menanggulangi dan meminimalisir arus imigran ilegal dan pengungsi yang masuk serta
10 UNHCR, Europe Refugees and Migrants Emergency Response: Nationality of Arrivals to Greece,
Italy, and Spain January-December 2015.
8
kebijakan apa saja yang telah dikeluarkan oleh Italia di periode sebelumnya. Sedangkan
perbedaan skripsi Cena dengan skripsi penulis adalah jika skripsi di atas mengambil periode
penelitian dari tahun 2012-2014, sedangkan skripsi penulis akan melakukan penelitian dari
tahun 2014-2019. Selain itu, Skripsi diatas menggunakan konsep strategi dan konsep
humanitarian assistance yang berdasarkan kaitannya dengan krisis pengungsi, maka penulis
akan berfokus memakai konsep Keamanan Internasional dan Kerjasama dalam kaitannya
untuk menganilisa lebih lanjut tentang upaya pemerintah Italia dalam menanggulangi imigran
ilegal yang masuk ke Italia periode 2014-2019.
Kedua, yaitu sebuah jurnal tulisan dari Hediana yang berjudul “Upaya Pemerintah
Italia dalam Menangani Imigran Ilegal dari Afrika Utara” .
Dalam Jurnal diatas dijelaskan bahwa imigran ilegal keberadaanya dapat
menimbulkan kekhawatiran dan ketidaknyamanan serta berpeluang menimbulkan gangguan
sosial, keamanan politik bahkan biasa mempengaruhi ketertiban masyarakat. Jumlah
kedatangan para imigran yang tidak sebanding dengan angka penyelesaian atau penempatan
di Italia, termasuk imigran yang dipulangkan secara sukarela dan dideportasi, keberadaan
mereka sangat rentan baik dari sisi status, ekonomi, serta psikologi sehingga berpeluang
dimanfaatkan oleh jaringan penyelundup manusia, narkoba serta kegiatan kriminal lainnya
termasuk jaringan terorisme internasional.11 Hal ini dapat menimbulkan dampak serta
berbagai masalah bagi Italia.
Jika diteliti lebih lanjut, Jurnal yang ditulis oleh Hediana tersebut melihat tentang
bagaimana para imigran bisa mencapai Italia yang dikarenakan pasca Arab Spring kondisi
dari negara-negara di Afrika Utara cenderung tidak aman. Oleh karena itulah Italia menjadi
pelabuhan tempat para imigran berteduh.
11 Batters by Paul dan Joseph M.Siracusa, Globalization and Human security, Rowman & Littlefield
Publisher, inc :2009.
9
Fokus utama dalam Jurnal Hediana adalah tentang upaya pemerintah Italia dalam
menangangi imigran ilegal yang datang dari Afrika Utara. Meskipun sama-sama membahas
tentang bagaimana cara Italia menanggulangi imigran-imigran ilegal, namun penelitian
penulis akan berfokus terhadap respon Italia mengenai isu krisis pengungsi dan
memfokuskan kepada dua faktor penting yang mempengaruhi imigran ilegal yang masuk ke
Italia yaitu faktor pendorong dan adanya faktor penarik. selain itu skripsi penulis akan
menganalisa kepentingan apa saja yang mendorong kerjasama Italia dengan negara ketiga
melalui konsep kepentingan nasional, kerjasama internasional, dan keamanan nasional.
Literatur terakhir yang menjadi acuan penulis adalah skripsi dari Hary mahasiswa HI
UIN Jakarta dengan judul “Kebijakan Yunani dalam Menanggulangi Imigran yang Melewati
Turki Periode 2010-2013”
Masuknya imigran ilegal ke Yunani dimulai dari bergabungnya Yunani menjadi
negara anggota Uni Eropa di tahun 1981 selain itu kondisi negara ini berbatasan langsung
dengan Turki yang berada di benua Asia, hal inilah yang membuat Yunani menjadi sasaran
utama para imigran dan para pengungsi untuk mencari pekerjaan atau mengungsi baik hanya
sekedar transit untuk pergi ke negara lainnya maupun untuk tinggal secara permanent.
Terlebih lagi dengan kondisi perekonomian negara Yunani yang mulai terpuruk sejak tahun
2008 membuat negara tersebut di ujung tanduk kebangkrutan.
Skripsi yang ditulis Hary ini menjelaskan akan arus imigran ilegal yang masuk ke
Yunani secara beruntun dimana pada tahun 2008 Yunani dihadapkan dengan krisis ekonomi
yang sulit untuk dapat di selesaikan. Terlebih lagi, karena adanya implementasi Peraturan
Dublin 2 beban negara ini juga bertambah yang membuat mewajibkan Yunani untuk
10
tanggung jawab terhadap imigran yang masuk dan juga kurangnya kerjasama dengan Turki
selaku negara tetangga.12
Konsep Keamanan Nasional dipakai penulis untuk menganalisa kebijakan lapangan
yang dilakukan Yunani seperti pembangunan pagar besi, Operation Shield dan Operation
Xenios Zeus. Sedangkan pada Konsep Kebijakan Luar Negeri dipakai untuk menganalisa
inisiasi Yunani kepada Uni Eropa yaitu melakukan protes di European Commision terkait
revisi Dublin II Regulation. Lalu Konsep Imigrasi untuk mengidentifikasi asal imigran dan
kebijakan kerjasama Yunani dengan Frontex.13
Tulisan Hary diatas berbeda dengan skripsi penulis. Konsep penelitian yang penulis
gunakan dalam skripsi ini adalah perspektif realisme dan konsep imigrasi sedangkan
argumentasi dari tulisan Hary adalah upaya preventive diplomacy yang dilakukan oleh
pemerintah Turki dan Yunani dalam menanggulangi imigran ilegal yang melintas Turki.
Disamping itu perbedaan yang lain terletak pada pengambilan periode waktu, penulis
memilih memfokuskan penelitian akan skripsi ini pada periode tahun 2014-2019, sedangkan
skripsi yang ditulis oleh Hary diatas diteliti pada periode tahun 2010-2013.
E. Kerangka Teoretis
Penulis akan menggunakan beberapa konsep dalam mengangkat permasalahan yang
diteliti, pertama peneliti akan memakai: Konsep Kerjasama Internasional, Keamanan
Nasional, dan konsep Imigrasi Internasional. Dengan menggunakan konsep-konsep diatas,
penelitian ini akan melihat lebih dalam bagaimana analisa kerjasama Italia dalam
menanggulangi imigran ilegal di tahun 2014-2019.
12 Baldwin Martin, Migration between Greece and Turkey: From the Exchange of Populations to Non
Recognition of Borders. 2006. Hal. 1-6 13Frontex, Greek Ministry for Public Order. The Wallstreet Journal dapat diakses
http://hellenicleaders.com/blog/amnesty-internationals-report-on-immigration-in-greece-a-call-for-international-
action/#.VwYz2Pl96Cg pada 7 Juli. 12.45
11
1. Konsep Kerjasama Internasional
Kerjasama Internasional adalah hubungan antar negara yang memiliki tujuan dengan
berlandaskan kepentingan yang sama. Kerjasama internasional terdiri dari seperangkat
aturan, prinsip-prinsip, norma-norma, dan prosedur pembuat keputusan yang mengatur akan
jalannya rezim internasional14. Fokus utama dari teori Hubungan Internasional adalah
mempelajari tentang penyebab-penyebab dan kondisi-kondisi yang menciptakan kerjasama.
Kerjasama dapat tercipta sebagai akibat dari penyesuaian-penyesuaian perilaku aktor-aktor
dalam merespon ataupun mengantisipasi pilihan-pilihan yang diambil oleh aktor-aktor
lainnya. Kerjasama dapat dijalankan dalam suatu proses perundingan yang diadakan secara
nyata atau karena masing-masing pihak saling tahu sehingga tidak lagi diperlukan suatu
perundingan.
Kerjasama internasional menurut Thomas Bernauer di kutip dari Kate
O’Neill, adalah cara mengubah perilaku atau keadaan dan aktor-aktor
lainnya ke arah yang dimaksudkan oleh pihak yang bekerja sama,
dalam memecahkan masalah-masalah yang dirancang untuk
menyelesaikan dan melakukannya dengan cara yang efisien dan adil.15
Definisi tersebut kemudian dapat disangkut-pautkan dengan kerjasama yang
dilakukan Italia dalam kondisi menghadapi imigran ilegal yang masuk ke negara mereka.
Italia setidaknya sudah bekerjasama dengan UE, Frontex, UNHCR, IOM juga negara ketiga
khususnya Libya untuk menghadang imigran ilegal yang lewat melalui berbagai macam
perbatsan khusunya jalur laut dalam hal menanggulangi arus imigran yang masuk ke Italia.
14 Lisa Martin, Neo liberalism dalam International Relations Theories:Discipline and Diversity. 2007,
h.11. 15 Kate O’Neill. The Environment and Internasional Relations. 2009, h. 106
12
Kerjasama internasional muncul karena keadaan dan kebutuhan masing-masing
negara yang berbeda sedangkan kemampuan dan potensi yang di miliki pun juga tidak sama.
Hal ini menjadikan suatu negara membutuhkan kemampuan dan kebutuhannya yang ada di
negara lain. Kerjasama internasional akan menjadi sangat penting yang harus dipelihara dan
dimaksimalkan agar tumbuh rasa persahabatan dan saling pengertian antar negara satu
dengan lainnya.16
2. Konsep Keamanan Nasional
Menurut Barry Buzan keamanan nasional berkaitan dengan masalah kelangsungan
hidup (survival) Sekuritisasi dapat diartikan sebagai versi ekstrim dari politisasi. Dimensi
sejarah berakibat bagaimana ancaman dipersepsikan. Berdasarkan buku Buzan yang berjudul
Security: A New Framework for Analysis yang mengatur tentang perluasan subjek keamanan
Buzan membagi keamanan kedalam lima dimensi yaitu: militer, ekonomi, lingkungan, sosial,
dan politik.17
Kebijakan Italia dalam hal sekuritasi di wujudkan dengan diperketatnya perbatasan
antara Italia dengan negara-negara non anggota Uni Eropa seperti perbatasan laut dengan
Albania, Tunisia maupun Libya. Selain itu, Italia sebagai negara transit untuk arus pengungsi
dan pencari suaka yang masif, harus lebih aman. Karena jika Italia tidak melindungi
perbatasannya dari orang luar yang berbahaya yang dapat menyebabkan kemerosotan
identitas budaya nasional dan eropa. Rosie berpendapat bahwa pengungsi dan pencari suaka
16 James E Dougherty & Pfaltzgraff Robert L. Contending Theories, (New York: Harper and Row
Publisher, 1997), hal. 418-419. 17 Barry Buzan, People, State, and Fear: An Agenda for International Security Studies in the Post Cold
War Era, second edition, New York: Harvester Wheatsheaf, 1990. h. 106 .
13
merupakan ancaman eksistensial bagi identitas kolektif Italia dan Eropa, dan beban keuangan
yang besar untuk negara tersebut.18
Disini Italia telah memberikan teladan dengan mencontohkan kurangnya kontrol
perbatasan dan tidak menganggap masalah imigran ilegal merupakan salah satu masalah
besar yang harus diselesaikan. Kurangnya kontrol pemerintah terhadap pengendalian arus
imigran ilegal yang selalu meningkat setiap tahunnya, saat ini ada sekitar 11 persen dari total
penduduk Italia yang merupakan imigran dan hampir setengah nya adalah imigran ilegal. Hal
ini menandakan adanya indikasi melemahnya konsep keamanan nasional yang dimiliki Italia.
Hal inilah yang menjadi ancaman terbesar Italia dalam menghadapi isu imigran ilegal saat ini.
3. Konsep Imigrasi
Menurut Michael P. Todaro dan Lydia Marusko, bahwa terjadinya imigran ilegal
adalah karena ketidakmampuan suatu negara untuk memberikan lapangan pekerjaan yang
menyebabkan banyaknya pengangguran sehingga orang tersebut lebih memilih pindah dari
negara asalnya dengan harapan memiliki rasa aman di negara tujuan dan mendapatkan
pekerjaan dan upah yang pantas.19
Upah yang kecil di negara asal pun akan membuat migran tersebut membayangkan
negara tujuannya memiliki upah pekerjaan yang jauh lebih besar, sehingga walaupun tempat
asal migran tetap tersedia lapangan pekerjaan, namun migran lebih tertarik pindah ke negara
yang memiliki upah lebih besar. Hal ini terjadi karena tingkat kemelaratan yang tinggi dan
adanya harapan seseorang untuk mendapatkan kehidupan yang layak, sehingga mereka
mencari suaka ke negara-negara yang lebih baik dan aman.
18 Scammell, Rosie "Mediterranean migrant crisis: number of arrivals in Italy in 2015 passes 50,000".
The Guardian : 7 June 2015. Diakses pada 19 Juli 2020. 19 Todaro, Michael P. and Lydia Marusko, 1987. Illegal Migration and US Immigration Reform: A
Conceptual Framework. Population Development Review 13 Hal. 101-114
14
F. Metode Penelitian
Tipe penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deksriptif. Yaitu tipe penelitian
yang mana penulis terlebih dahulu akan menggambarkan permasalahannya secara general,
lalu kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Data yang diperoleh selanjutnya
akan dianalisis secara kualitatif untuk kemudian disajikan secara deskriptif, yaitu cara
menulis dengan menggambarkan, menguraikan, dan menjelaskan sesuai dengan
permasalahan yang erat kaitannya dengan penelitian ini.
M.Nazir dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian”, berpendapat bahwa
deskriptif adalah penelitian yang mempelajari persoalan dalam masyarakat dan tata cara yang
berlaku dalam masyarakat dan didalam keadaan tertentu.20
Selain dengan studi penelitian, penulisan skripsi ini juga melakukan wawancara
sebagai salah satu teknik pengumpulan data. Wawancara merupakan salah satu teknik
pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada responden dari
peneliti yang kemudian jawaban-jawabannya dicatat dan dirangkum.21 Terkait dengan skripsi
ini, penulis akan melakukan wawancara dengan salah satu responden yang memiliki
keterkaitan dengan topik penelitian, khususnya dalam tema arus imigran ilegal yang masuk
ke Italia.
Wawancara terkait penelitian ini akan ditujukan kepada satu responden. Yaitu,
ditujukan kepada Lotfi Fatima Ezzahra yang merupakan seorang warga negara pemegang
dual citizenship yaitu penduduk berkebangsaan ganda Maroko – Italia dan sudah menetap di
Italia selama 15 tahun, dan juga sebagai kepala staff immigration coustura di Monza, daerah
regional selatan Lombardia di Italia.
20 M.Nazir, Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Utama. 2005, hal. 54. 21 M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor : Ghalia
Indonesia, 2002) hlm. 85.
15
Data primer dan sekunder dalam penulisan ini akan dicapai dari informasi yang
dimuat dalam sumber buku, jurnal, artikel, karya ilmiah, situs internet, serta sumber-sumber
data sekunder lainnya yang dirasa layak untuk penulis memakainya sebagai data pendukung
penyusunan penelitian ini..22
Teknik penulisan dalam skripsi ini merujuk pada buku panduan penyusunan proposal
dan penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Guna untuk menganalisa data,
penulis akan menerapkan metode deskriptif analitis. Yaitu, metode dengan menggambarkan
suatu hal yang menjadi objek penelitian, dan diharapkan mampu menjawab berbagai
permasalahan yang tengah dihadapi. Proses ini terbagi menjadi beberapa bagian yaitu
penyajian data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan. Proses tersebut diharapkan dapat
memberikan ketepatan dalam mengolah data penelitian dari skripsi ini.
G. Sistematika Penulisan
Penelitian ini akan disusun dalam lima bab. Rinciannya adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan dan manfaat Penelitian
1.4. Tinjauan Pustaka
1.5. Kerangka Teoritis
1.5.1. Konsep Kerjasama Internasional
1.5.2 . Konsep Keamanan Nasional
1.5.3. Konsep Imigrasi Internasional
22 M. Nazir. Metode Penelitian Bogor. Ghalia Utama Hal 29.
16
1.6. Metode Penelitian
1.7. Sistematika Penulisan
BAB II Perkembangan dan Hambatan Penyelesaian Masalah Imigran di Italia
2.1. Peningkatan Arus Ilegal Yang Datang Ke Italia
2.2. Faktor yang mempengaruhi Imigran ilegal datang ke Italia
2.2.1. Faktor Pendorong : Kebutuhan Ekonomi
2.2.2. Faktor Penarik : Keadaan Sosial di Italia
2.3. Respon Italia terhadap isu krisis imigran ilegal
2.4. Hambatan yang di alami Italia dalam meminimalisir arus imigran ilegal
BAB III Kebijakan Regulasi Italia Dalam Menanggulangi Arus Imigran Ilegal
3.1. Kebijakan Regulasi Imigran Italia
3.2. Integrasi Imigran Ilegal di Italia
3.3.Dampak Kebijakan Regulasi Imigran di Italia
3.4. Hubungan Italia dengan Uni Eropa dalam meminimalisir Imigran ilegal periode
2014-2019
3.4.1. Implementasi Penerapan Common European Asylum System (CEAS)
3..2. Implementasi Dublin Regulation
3.4.3 Kebijakan Sharing burden and Responbilities
BAB IV Analisa Pemerintah Italia dalam Menanggulangi Masalah Imigran Ilegal
4.1. Upaya Perlindungan Perbatasan Italia dalam menanggulangi imigran ilegal
periode 2014-2019
17
4.2. Peran dan kerjasama UNHCR dalam memanimalisir imigran ilegal di Italia
4.3. Kerjasama Italia dan International Organization For Migration (IOM) Terkait
Imigran Ilegal
4.4. Kerjasama Italia dengan Frontex
4.4.1. Operation Mare Nostrum
4.4.2. Operation Triton
4.4.3 Operation Themis
4.5. Kerjasama Italia dan Libya dalam Menanggulangi dan Menekan Arus Imigran
Ilegal yang Masuk
BAB V
5.1. Kesimpulan
18
BAB II
PERKEMBANGAN DAN HAMBATAN PENYELESAIAN MASALAH IMIGRAN
ILEGAL DI ITALIA
Bab ini akan membahas tentang perkembangan arus imigran ilegal yang masuk
melalui jalur laut Mediterania hingga faktor-faktor yang mempengaruhi bagi para imigran
ilegal untuk datang dan menetap di Italia. Selain itu, bab ini berusaha untuk mengetahui
tentang kesulitan dan hambatan yang dialami Italia dalam meminimalisir arus imigran ilegal
yang datang secara beruntun.
A. Perkembangan Arus Ilegal yang Masuk ke Italia
Sekitar tahun 1970-an ada kurang dari 300.000 warga negara asing di Italia. Jumlah
mereka meningkat sampai setengah juta pada akhir 1980-an, namun karena adanya kebijakan
Uni Eropa akan kuota pengungsi, jumlah imigran menurun menjadi seperempat menjadi
125.000 orang. Italia mulai dianggap sebagai negara tujuan oleh imigran dari daerah
berkembang sebagai dunia baru untuk mencari pekerjaan, sebagian karena efek perpindahan
selebihnya karena perundang-undangan yang ketat yang berlaku di negara Afrika lainnya.
Hari ini, perkiraan jumlah imigran ilegal yang tinggal di Italia sekitar 6.200.000 orang per
2020.23
Hukum komprehensif pertama tentang imigrasi disetujui pada tahun 1986. Sementara
itu kehadiran imigran yang telah mendaftarkan dirinya secara legal mengalami peningkatan
yang konsisten. Dalam kurun waktu 1986 terdapat 450.000 orang diberikan izin untuk tujuan
kerja dan 220.080 untuk penyatuan kembali keluarga. Populasi imigran mengalamai
peningkatan sekitar 8.000 per tahun di 1990 dimana imigran terdaftar dan kemudian
23 Roberto Orsi, "The Quiet Collapse of the Italian Economy". The London School of Economics :
2013.
19
teregulasi, sedangkan pada periode dari 1990 sampai 1999 terdapat sebanyak 217.718
imigran ilegal yang datang ke Italia.24
Secara keseluruhan Italia adalah negara tujuan untuk imigran dari berbagai negara-
negara di Afrika, terutama Afrika Utara, dari tanduk Afrika dan Afrika Barat, Somalia,
Tunisia, Aljazair, Eritrea, dan Morocco. Negara penyelundup (atau negara transit) adalah
negara di Libya dan Pantai Barat yang digunakan untuk tempat berkumpulnya imigran ilegal
guna untuk mencapai sebuah pulau di Italia yaitu pulau Lampedusa di Italia. Libya yang telah
dikenal sebagai pusat penyelundupan utama bagi para migran yang diarahkan ke Italia, dan
penyelundupan diposisikan di sepanjang titik yang menghubungkan mereka dengan
menyelundupkan kapal yang beroperasi di sepanjang jalan dari Afrika Timur dan Barat.25
Kementerian dalam negeri Italia mencatat sebanyak 36.000 imigran berasal dari
Nigeria, 20.000 dari Eritrea dan 12.000 dari Guinea. Sebuah laporan dari UNHCR
menunjukkan bahwa 88% migran yang tiba di Italia memulai perjalanan mereka di Libya, di
pantai utara Afrika. Jadi sementara negara di Eropa lainnya berurusan dengan masuknya
imigran dari Suriah dan Afghanistan, krisis yang terjadi di Italia sangat berbeda.26
Sejak tahun 2014, setiap bulan ribuan imigran berusaha untuk menyeberangi laut
Mediterania tengah untuk menuju Italia, mempertaruhkan nyawa mereka di atas kapal yang
tidak aman termasuk kapal pukat ikan27. Banyak dari mereka melarikan diri dari kampung
halaman yang dilanda kemiskinan atau negara-negara yang dilanda perang dan mencari
24 J Clayton & Holland, Over one million sea arrivals reach Europe in 2015. Diakses from UNHCR:
http://www.unhcr.org/5683d0b56.html 5 December 2015, diakses pada 7 Juli 2020. 25 “Lampedusa and Immigration at the Mediterranean: Tragedies, Dilemmas and International
Conflicts. A Crossroad for Europe". Festival d'Europa. Archived from the original on 6 September 2015.
Diakses 21 Juli 2020. 26 ibid 27 "Libya's people smugglers: inside the trade that sells refugees hopes of a better life | World news".
The Guardian. Diakses 22 Juli 2020.
20
peluang ekonomi yang lebih baik di Eropa.28 Sementara di Italia khususnya bagian selatan di
pulau Lampedusa, pulau ini menerima sejumlah besar orang Afrika dan Timur Tengah yang
diangkut oleh penyelundup dan LSM yang beroperasi di sepanjang pantai yang tidak
dikontrol oleh Italia.29
Grafik 2.1 Jumlah Imigran Ilegal yang datang ke Italia periode 2014-2020
sumber : https://www.statista.com/statistics/623514/migrant-arrivals-to-italy
Pada 2014, ada 170.100 imigran ilegal tiba di Italia melalui jalur laut, angka ini naik
296 % dibanding tahun 2013. Sekitar 141.484 pelancong diangkut dari Libya. Sebagian besar
imigran ini berasal dari Suriah, Eritrea, dan berbagai negara di Afrika Barat.30 Dari bulan
Januari hingga April 2016, sekitar 1.600 migran meninggal dalam rute dari Libya menuju ke
Lampedusa, hal tersebut menjadikannya rute migran paling mematikan di dunia.31 Sebagai
konsekuensi dari kecelakaan kapal migran Libya pada April 2015, EU meluncurkan operasi
28 Scammell, Rosie "Mediterranean migrant crisis: number of arrivals in Italy in 2015 passes 50,000".
The Guardian : (7 June 2015). Diakses 19 Juli 2020. 29 Joe Daunt, "Video: The EU migrant crisis explained in 90 seconds – Telegraph". The Daily
Telegraph. London : 22 April 2015. Diakses 28 Juni 2020. 30 Analisi Paolo Gentiloni, Pagella Politica. 22 Juli 2020. 31 "Hundreds of Migrants Believed Dead in Shipwreck Off Libya, Says UNHCR". The Wall Street
Journal. 19 April 2015. Diakses 19 April 2015.
170,100
153,842
181,436
117,153
23.037
11,4715,655
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
200,000
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
21
militer yang dikenal sebagai Operasi Sophia. Hasilnya, lebih dari 13.000 migran telah
diselamatkan dari laut selama operasi tersebut. 32
Selanjutnya, ada 153.842 imigran yang datang melalui laut Mediterania ke Italia pada
tahun 2015, 9% angka tersebut lebih sedikit dari tahun sebelumnya. Sebagian besar
pengungsi dan migran yang menuju ke Italia berasal dari Eritrea, Nigeria, dan Somalia,
sedangkan jumlah pengungsi Suriah menurun tajam, karena sebagian besar dari mereka
mengambil rute Mediterania Timur dari Turki ke Yunani.33
Tiga bulan pertama di tahun 2016 jumlah migran yang diselamatkan di laut dibawa ke
pelabuhan Italia selatan mengalami peningkatan yang drastis. Pada April 2016, hampir 6.000
sebagian besar migran Afrika sub-Sahara mendarat di Italia dalam empat hari. Pada Juni
2016, lebih dari 10.000 migran diselamatkan dalam kurun waktu kurang dari tiga hari.34
Pada 2016, 181.100 migran tiba di Italia melalui laut, lalu pada April 2017, lebih dari
8.000 migran diselamatkan di dekat Libya dan dibawa ke Italia dalam kurun waktu tiga hari.
Berdasarkan data PBB, sekitar 80.000 pengungsi terdaftar di pusat-pusat pengungsi Italia
pada semester pertama di 2017, meningkat sebanyak 14% jika dibandingkan dengan periode
waktu yang sama di tahun sebelumnya, 2016. Pada Juni 2017, 10.000 pencari suaka dijemput
di Laut Mediterania oleh penjaga pantai Italia dan kapal laut lainnya dalam beberapa hari.35
Duta Besar Uni Eropa Maurizio Massari menyatakan keprihatinannya tentang
penyerapan kedatangan pengungsi di garis pantai Italia, yang telah mencapai angka 200.000
jiwa pada 2017. Akibatnya, kapal bantuan asing yang berlabuh di pelabuhan Italia tidak lagi
dapat menerima imigran ilegal karena kebijakan penerimaan yang lebih ketat dan melampaui
32 "On the Mediterranean refugee patrol with the Bundeswehr". Deutsche Welle. Diakses 22 Juli 2020. 33 "Statistiche immigrazione". Italian Ministry of the Interior. Diakses 13 Agustus 2020. 34 "Italian coastguard and navy rescue 3,300 migrants off coast of Libya". Deutsche Welle. 35 Hilfeschrei aus Italien! Das Land droht mit krassen Massnahmen gegen Flüchtlinge (in German).
Blick – Ausland. Diakses 29 Juli 2020.
22
batas di pusat-pusat suaka Italia sendiri. Sejak Februari 2017, pemerintah Italia mendanai
penjaga pantai Libya, dan sejak saat itu banyak imigran ilegal yang terpaksa kembali ke
Libya. 36
Sebagian besar literatur tentang imigrasi ilegal membatasi ruang lingkup untuk
deskripsi pada pola fenomena dan hubungan mereka dengan hukum dan ekonomi, tanpa
memberikan bukti kuantitatif tentang dampaknya terhadap imigran ilegal. Alasan di balik
kegagalan ini terutama terkait dengan kualitas data yang digunakan untuk pengukuran
imigrasi ilegal yang berupa ketakutan imigran ilegal oleh pemerintah nasional di perbatasan
Uni Eropa. Namun, ketakutan di perbatasan adalah satu-satunya proxy yang digunakan untuk
mengukur imigran ilegal dan meskipun kekurangannya dapat dianggap sebagai dasar yang
andal untuk analisis kuantitatif.37
Banyak imigran yang dieksploitasi oleh geng penyelundupan manusia di Libya yang
telah mengalami kebrutalan, termasuk pelecehan seksual dan perdagangan manusia. Negara
ini diganggu oleh kekerasan dan pelanggaran hukum. Lebih dari 88.000 migran telah
menyeberangi laut Mediterania ke Italia sejauh tahun ini, dan hanya seperempat dari jumlah
imigran ilegal yang tiba dengan keadaan selamat.38
Perahu penyelamat Italia telah menyelamatkan ribuan sepanjang perjalanan berbahaya
Tapi hanya sebagian kecil dari mereka cenderung mendapatkan status pengungsi formal-Italia
yang diberikan hanya kepada 20 orang untuk status tersebut di 2015. Barbara Molinario dari
UNHCR mengatakan bahwa pada 2015, sebagian besar migran berencana untuk pindah ke
negara Eropa lainnya-tetapi banyak yang terhambat dan sekarang tinggal dan mendaftar
36 Hayden, Sally. "Migrants deaths in Mediterranean reach record percentage". The Irish Times:2017. 37 Feher, Margit (18 August 2015). "Hungary Deploys 'Border Hunters' to Keep Illegal Immigrants
Out". The Wall Street Journal. Diakses 18 Juli 2020. 38 Arena MB. Nascimbene & G. Zincone, ‘Legal and political overview Italy’, (Amsterdam University
Press : 2006)
23
untuk program relokasi pelebaran di Italia. Hal tersebut bisa memakan waktu, dan
menyebabkan masalah logistik bagi para anggota di Uni Eropa lainnya .39
B. Faktor yang membuat Imigran ilegal masuk ke Italia
Arus imigran ilegal yang masuk ke Italia datang secara berskala dimana dalam tahun
kebelakang Italia sedang menghadapi krisis ekonomi yang sulit untuk di tangani, imigran
ilegal yang berasal dari luar Italia adalah imigran yang ingin mendapatkan perlindungan dari
tekanan atau ancaman keamanan yang disebabkan oleh konflik di negara-negara tempat
mereka berasal yang bertujuan untuk mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik dari
negara asalnya. Selain itu pasca terjadinya Arab Spring yang terjadi di negara-negara Timur
Tengah dan Afrika Utara berbondong-bondong untuk mengungsi ke wilayah yang lebih
aman.40
Gambar 2.1 Menunjukan rute imigran yang masuk melalui jalur laut Mediterania
Sumber: Data UNHCR, 2019.
Pada tahun 2014, The European Commission memperkirakan setidaknya 4.5 juta
imigran ilegal tinggal di negara anggota Uni Eropa. Hampir 890,000 orang telah ditangkap
39 Caponio, Policy networks e immigrazione. Il caso delle politiche sociali a Milano e a Napoli, in A.
Colombo & G. Sciortino (eds.), Stranieri in Italia. Assimilati ed esclusi, (Bologna: Il Mulino : 2002). 40 Juan Ramos, "Push And Pull Factors Of Migration," Science Trends, 8 Desember 2018, diakses
pada 6 Juli 2020, https://sciencetrends.com/politics-economics-influence-push-pull-factorsmigration/.
24
tiap tahun saat sedang berusaha masuk ke wilayah Uni Eropa. Berikut adalah beberapa faktor
para imigran khusunya imigran dari negara- negara di Afrika berimigrasi ke Italia.41
Di Nigeria, negara ini terbebankan oleh kelompok pemberontak Boko Haram, yang
telah menewaskan ribuan orang dan mengganggu kehidupan jutaan orang di Nigeria dan
negara tetangga lainnya di Afrika. PBB memperingatkan bahwa dalam beberapa tahun
kekerasan yang terjadi di Nigeria telah meninggalkan jutaan orang kelaparan.42
Sedangkan di Eritrea, banyak yang melarikan diri setiap bulannya. PBB kemudian
menyebutnya disebut pelanggaran hak asasi manusia yang berat dari apa yang telah terjadi di
Eritrea. Di negara ini di mulai dari usia 17 tahun, wajib militer sudah diberlakukan. Beberapa
tentara pergi untuk melakukan wajib militer selama 24 bulan minimal, dan laporan PBB
menyamakan kondisi mereka sebagai perbudakan bukanlah wajib militer43. Dua negara diatas
hanyalah dua contoh dari faktor yang mempengaruhi imigran untuk datang ke Italia. Negara
Afrika masing-masing memiliki masalah mereka sendiri, dan krisis kemiskinan memiliki
banyak penyebab dalam mendorongnya upaya imigrasi ke negara-negara di Eropa.
Selain itu di Libya, secara politis kondisi negara ini tidak stabil, dengan adanya
parlemen saingan, yang didukung oleh menentang militer dan pasukan milisi, juga
mengendalikan petak besar negara. Sementara pemerintah hanya memiliki kekuasaan
terbatas, seperti milisi bersenjata menempel ke satu sisi atau lain-semua sementara
memerangi sisa terakhir dari negara Islam di negeri tersebut. Ketidakstabilan telah
menjadikannya sebagai pusat perdagangan manusia dari Afrika44, Hal inilah yang membuat
41 European Commission, 2017, European Border and Coast Guard Agency (Frontex), available at
URL: http://europa.eu/european-union/about-eu/agencies/frontex. 42 "The World Today" (PDF). Diakses tanggal 18 Juli 2020. The designations employed and the
presentation of material on this map do not imply the expression of any opinion whatsoever on the part of the
Secretariat of the United Nations concerning the legal status of any country. 43 Reparations for Injuries Suffered in the Service of the United Nations, ICJ, 1949, hlm. 178. 44 ibid
25
imigran berbondong-bondong untuk menuju Italia tanpa pilihan untuk mencapai sebuah
kesejahteraan hidup.
1. Faktor Internal
Menurut data UNHCR, disebutkan bahwa sebanyak 782.500 migran telah mengambil
jalur berbahaya di persimpangan Laut Mediterania. Selain itu, IOM (Organisasi Migrasi
Internasional) memperkirakan bahwa lebih dari 28.000 jiwa menyeberang dari Libya menuju
ke Italia dengan jalur laut Mediterania. Jumlah tersebut, menurut IOM, adalah yang tertinggi
di Eropa Selatan sejak krisis Arab Spring pada tahun 2010, ketika beberapa konflik pecah di
negara Timur Tengah dan Afrika Utara. 45
Jumlah imigran yang berada di Italia sekitar 1.824.000 orang pada tahun 2007.
Laporan dari OECD menyebutkan bahwa sejak 2007, jumlah imigran yang mendapatkan izin
untuk tinggal dan bekerja hanya berjumlah sekitar 650.000 orang. Sedangkan pada akhir
tahun 2010 ada penurunan pengajuan izin tinggal dan bekerja sebanyak 550.000 orang, dan
pada tahun 2012 mencapai titik terendahnya mencapai 440.000 orang.46 Ini menunjukkan
bahwa hampir setengah dari jumlah penduduk migran yang ada di Italia merupakan imigran
yang tidak tercatat secara resmi atau ilegal. Angka sensus imigran yang tidak akurat tersebut
menunjukkan bahwa imigrasi di Italia sangatlah sulit untuk ditangani.47
Sampai saat ini faktor yang paling mendorong para Imigran untuk datang ke Eropa
adalah kondisi kemiskinan, kondisi keamanan yang buruk terus menerus, kekerasan seksual -
dan pelanggaran hak asasi manusia yang sangat serius juga kekurangan kebutuhan primer
seperti makanan, layanan kesehatan, kesejahteraan dan pekerjaan yang melanda negaranya.
45 UNHCR, 2017, Europe Monthly Report , available at URL: https://reliefweb.int/report/italy/unhcr-
europe-monthly-report-september-2017. 46 OECD Glossary of Statistical Terms - EU15 Definition". stats.oecd.org. Diakses 13 Juli 2020. 47 2006 OECD data, cited in World migration 2008, Hammersmith Press, 2008, ISBN 978-92-9068-
405-3, pp. 409–10.
26
Upah yang dihasilkan sebagai buruh atau tenaga kerja di Italia masih lebih baik tiga
sampai lima kali lipat dibandingkan buruh yang bekerja di negera mereka. Sebagai contoh,
buruh-buruh imigran di pabrik di area Lombardia yaitu daerah utara Italia, mereka mematok
para imigran yang bekerja 8 jam perhari dengan upah 56 euro/hari atau sekitar 1680 Euro per
bulan. 48 Angka yang sangat besar untuk bekerja sebagai pekerja buruh.
Faktor selanjutnya adalah kelebihan populasi, Kelebihan populasi adalah masalah
yang cenderung dihadapi oleh negara berkembang. Over Population adalah kondisi dimana
pertumbuhan populasi melebihi daya dukung suatu daerah atau lingkungan yang mereka
tinggali. Populasi berlebih dapat disebabkan oleh peningkatan kelahiran, penurunan angka
kematian, peningkatan imigrasi, atau bioma yang tidak berkelanjutan dan menipisnya sumber
daya.49 Virginia Abernethy mencatat bahwa imigrasi adalah jalan singkat yang menyediakan
bantuan darurat untuk kelebihan penduduk dan menghentikan populasi dari mengatasi
konsekuensi kelebihan penduduknya dan yang mengekspor kelebihan penduduk menuju
lokasi atau negara lain. 50
Faktor pendorong selanjutnya adalah reunifikasi keluarga di negara tempat tinggal
baru. Beberapa imigran yang tidak memiliki dokumen berusaha untuk hidup dengan anggota
keluarga lainnya.Memiliki keluarga yang telah berimigrasi atau berasal dari komunitas yang
sama dengan banyak imigran adalah prediktor yang jauh lebih baik dari pilihan seseorang
untuk melakukan imigrasi. Visa reunifikasi keluarga dapat diterapkan oleh penghuni yang sah
atau imigran yang telah dinaturalisasi untuk membawa anggota keluarga mereka ke negara
48 Baldwin Martin, Southern European labour markets and immigration: A structural and functional
analysis. Employment in English, as MMO Working Paper 5, Panteion University : 2002, hal 19. 49 Donella Meadows, "Poverty Causes Population Growth Causes Poverty". Donella Meadows
Institute. (1986). Archived from the original on 30 October 2013. Diakses 19 Juli 2020. 50 Virginia Abernethy & Lundberg, Jan C. "The Road to Overpopulation is Roads". Culture Change.
Archived from the original on 19 January 2012. Diakses 4 Juli 2020.
27
tujuan secara legal, kekurangannya visa ini jumlahnya sangat terbatas dan memiliki kuota
yang hanya dibatasi setahun sekali. 51
Alasan lainnya adalah faktor Pendidikan, para imigran cenderung ingin memiliki
kehidupan yang lebih baik untuk anak-anak mereka dan hidup berhasil di negara baru.
Sedangkan faktor yang terakhir adalah konflik bersenjata dan situasi politik yang tidak stabil
seperti kerusuhan sipil dan politik juga konflik bersenjata di wilayah Afrika dan Timur
Tengah yang memicu negara-negara tersebut memutuskan untuk hijrah ke negara yang lebih
aman. Studi dari Pew Hispanic Center telah menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah dan peningkatan kemiskinan, terutama ketika dikaitkan dengan krisis langsung, dapat
meningkatkan tingginya kemungkinan imigrasi ilegal.52
2. Faktor Eksternal
Sebuah survey menyebutkan jika faktor Eksternal lebih banyak mempengaruhi
imigran ilegal untuk sampai di Italia. Stabilnya kondisi politik dan finansial di Italia sejak
tahun 1952 dikarenakan oleh bergabungnya Italia sebagai negara anggota Uni Eropa, hal ini
membuat Italia sebagai lahan emas bagi negara-negara di Afrika Utara dan Timur Tengah.
Bahkan pekerja serabutan yang bekerja di Italia dapat memperoleh sekitar empat sampai
enam kali lebih besar daripada gaji yang diterima di negara asalnya.53
Faktor selanjutnya adalah kondisi geografis Italia yang menjadi persimpangan dari
Afrika dan Eropa, hal ini bukan hanya sebagai tujuan akhir para imigran dari Timur Tengah
dan Afrika melainkan dapat menjadi pintu gerbang atau batu loncatan ke negara-negara maju
di Uni Eropa lainnya.
51 N. C. Aizenman"Young Migrants Risk All to Reach U.S." The Washington Post. , (28 August 2006).
Archived from the original on 11 October 2007. Diakses 13 Juli 2020. 52 Suro, Roberto (2 March 2005). "Survey of Mexican Migrants, Part One: Attitudes about Immigration
and Major Demographic Characteristics" (PDF). Pew Hispanic Center. Archived (PDF) from the original on 11
December 2009. Diakses 11 December 2009. 53 Juan Ramos, "Push And Pull Factors Of Migration," Science Trends, 8 Desember 2018, diakses
pada 6 Juli 2020, https://sciencetrends.com/politics-economics-influence-push-pull-factorsmigration/.
28
Selain itu, imigran yang sudah menetap minimal lima tahun di Italia, bisa mengajukan
kepundudukan melalui permesso di soggiorno, yaitu permament residence yang diberikan
oleh pemerintah Italia kepada imigran yang datang, dengan batas minimal tinggal di Italia
selama lima tahun berturut-turut dan tidak meninggalkan Italia sampai batas waktu yang
ditentukan. Jika imigran memenuhi kriteria dan syarat-syarat yang diajukan oleh pihak
imigrasi, maka mereka dianggap pantas untuk mendapatkan permanent resident dan setelah
lima tahun berikutnya bisa mengajukan kependudukan Italia citizenship bahkan bisa
mengajukan pergantian kewarganegaraan di Cuestura (kantor imigrasi). Keuntungan utama
menjadi permenant resident di negara yang sudah maju adalah mendapat perlindungan dan
hak untuk memilih pemilu yang sama seperti penduduk asli.54
Faktor penarik lainnya adalah adanya layanan kesehatan disediakan untuk semua
warga dan penduduk dengan sistem campuran publik ataupun swasta. Bagian publik adalah
layanan kesehatan nasional, Servizio Sanitario Nazionale (SSN), yang diselenggarakan di
bawah departemen kesehatan dan dikelola secara regional55.
Italia memiliki pelayanan kesehatan nasional yang secara otomatis menanggung
semua warga negara dan hukum warga asing. Hal ini didanai oleh perusahaan dan nilai
tambah pajak pendapatan yang dikumpulkan oleh pemerintah pusat dan didistribusikan
kepada pemerintah daerah, yang bertanggung jawab untuk memberikan perawatan. Warga
menerima sebagian besar perawatan primer gratis, perawatan rawat inap, dan pemeriksaan
kesehatan. Manfaat hukum lainnya termasuk perawatan kehamilan, perawatan khusus,
perawatan rumah, perawatan hospis, obat pencegahan, dan obat-obatan. Pasien membuat janji
terlebih dahulu untuk kunjungan khusus dan prosedur dan beberapa obat rawat jalan. Hal
54 Moritz, Michael D. "The Value of Your Ancestors: Gaining 'Back-Door' Access to the European
Union Through Birthright Citizenship" . Duke Journal of Comparative & International Law . 26 : 239–240
(2015). 55 Frisina Doetter, Lorraine and Götze, Ralf "The Changing Role of the State in the Italian Healthcare
System", TranState Working Papers No. 150 : 2014.
29
tersebut dibebaskan dari pembagian biaya yang berlaku untuk wanita hamil, pasien dengan
HIV atau penyakit kronis lainnya, dan anak kecil dan orang dewasa yang lebih tua yang
berpenghasilan rendah. Selain itu, asuransi kesehatan swasta memiliki peran yang tidak
terbatas dalam sistem cakupan kesehatan di seluruh Italia.56
Dalam sektor pendidikan, pendidikan merupakah hal yang tidak dipungut biaya di
Italia dan pendidikan gratis tersedia untuk anak dari semua bangsa yang tinggal di Italia.
Italia memiliki sistem pendidikan swasta dan publik. Pendidikan di Italia adalah wajib dari 6
sampai 16 tahun, dan dibagi menjadi lima tahap: TK (Scuola dell'infanzia), sekolah dasar
(Scuola primaria atau Scuola elementare), sekolah menengah bawah (Scuola secondaria di
Primo Grado atau Scuola media Inferiore), sekolah menengah atas (Scuola secondaria di
Secondo Grado atau Scuola media Superiore) dan Universitas (Università). Pendidikan
tersedia gratis di Italia dan pendidikan gratis tersedia untuk anak dari semua bangsa yang
merupakan Permanent Resident di Italia. Italia sendiri memiliki sistem pendidikan swasta dan
publik yang merupakan salah satu terbaik di dunia. 57
Gambar 2.2 Struktur Sistem Pendidikan Nasional di Italia58
56 Office of health Economics. "International Comparison of Medicines Usage: Quantitative Analysis"
(PDF). Association of the British Pharmaceutical Industry. Archived from the original (PDF) on 11 November
2015. Diakses 17 Juli 2020. 57 Giuseppe Bertola & Daniele Checchi, Oppedisano Veruska (December 2007). Private School
Quality in Italy (PDF). Discussion Paper Series. IZA Institute of Labor Economics (IZA DP No. 3222). 58 European Commission, Structure of the National Education System in Italy”, 2019.
30
Sumber:https://eacea.ec.europa.eu/nationalpolicies/eurydice/sites/eurydice/files/artboards_wi
ki_2018_2019_it.png.
C. Respon Uni Eropa dan Italia terhadap isu krisis pengungsi
Berdasarkan aturan Uni Eropa yang telah disepakati, bahwa ada nilai-nilai standar
tinggi yang kuat dalam memastikan imigran untuk diperlakukan dengan cara yang sama pada
sistem yang terbuka dan adil, dimanapun mereka berada di negara-negara anggota Uni Eropa.
Kedatangan imigran dipastikan mendapatkan perlakuan yang baik dari setiap negara anggota
Uni Eropa, dan negara-negara keanggotaan tersebut harus mematuhi aturan yang sudah
ditetapkan. Uni Eropa telah menyerukan sebuah aturan yang menuntut negara-negara
anggotanya untuk tidak membatasi imigran dan negara-negara anggota memiliki kewajiban
secara sukarela untuk menerima orang-orang yang membutuhkan perlindungan
internasional.59 Namun, kenyataan yang ada pada saat kedatangan para imigran, respon
beberapa negara anggota Uni Eropa cenderung berbeda-beda.
59 European Union – Guide. politics.co.uk. “Member states take it in turns to assume the presidency of
the Council of Ministers for six months at a time in accordance with a pre-established rota”.
31
Permasalahan krisis imigran semakin menjadi ketika Italia mendeteksi terjadinya
sejumlah migrasi ilegal bersamaan dengan kasus krisis pengungsi. Lebih dari 1.8 Juta orang
diketahui telah melakukan penyeberangan ilegal menuju Eropa. Pasca terjadinya Arab Spring
yang melanda negara sub-sahara Afrika dan Timur tengah, Uni Eropa merespon kejadian
tersebut dengan memberikan berbagai macam dukungan seperti dukungan untuk transisi
politik, dukungan untuk pembangunan ekonomi, dukungan untuk membantu pengembangan
kontak dari orang-ke-orang, atau dari orang ke pemerintahan dan membantu meningkatkan
kerjasama regional.60
Selain hal diatas, Uni Eropa memberikan dukungan tehadap masing-masing negara
yang dilanda kerusuhan pasca meletusnya gejolak Arab Spring dengan basis yang berbeda
pada setiap negara, sehingga memastikan kebutuhan dan prioritas individu diperhitungkan.
Dukungan Uni Eropa sendiri berfokus pada slogan "3 Ms" yaitu Money, Mobility, Market.
UE memberikan dana sampai € 5,7 miliar euro yang telah dianggarkan untuk dukungan
hibah kepada lingkungan selama periode 2014-2013. Uang tersebut diberikan untuk
mendukung pendirian dan perluasan bisnis serta pembiayaan infrastruktur dan sebanyak
€2,5 miliar diberikan untuk kebutuhan rekonstruksi dan perluasan pembangunan.61
Dalam hal mobilitas, program tempus juga ditingkatkan untuk mendukung
modernisasi pendidikan tinggi di Mediterania Selatan dan untuk memperluas kerjasama
dengan universitas-universitas di Uni Eropa pada tahun 2012 dan 2013. Selain itu, Uni Eropa
berjanji akan memfasilitasi visa dan penerimaan kembali ke negara-negara di Afrika Utara
dan Timur Tengah untuk masuk ke wilayah di Uni Eropa. Dalam sektor perdagangan,
prioritas UE dalam sektor pasar adalah memperkuat dukungan dan kerja sama dengan
organisasi masyarakat sipil. Uni Eropa meningkatan akses pasar serta integrasi progresif
60 Europpean Commission, “The EU's response to the 'Arab Spring” diakses pada 24 Juli 2020. 61 ibid
32
ekonomi ke dalam pasar tunggal UE yang akan menjadi tujuan utama dari negosiasi Wilayah
Perdagangan Bebas Dalam dan Komprehensif (DCFTA) . DCFTA akan lebih dari sekadar
menghapus tarif untuk mencakup semua masalah peraturan yang relevan dengan
perdagangan, seperti perlindungan investasi dan pengadaan publik.62
Selanjutnya, di tahun 1993 Italia meratifikasi Perjanjian Schengen yang
menghapuskan kontrol paspor antara negara anggota Eropa dan mandat kontrol yang ketat
untuk orang yang datang dari negara non-anggota. Italia menerapkan kontrol ini dan
bergabung dengan Zona Schengen di 1997, namun hal ini malah mempermudah masuknya
migran ilegal yang datang, karena posisi Italia sendiri terletak di tepi Eropa Barat yang
makmur yang merupakan bagian dari zona Schengen eksklusif, setelah periode 1997 Italia
memainkan peran perbatasan di imigrasi, dengan imigran yang setiap hari mencoba
penyeberangan laut berbahaya dari Mesir dan Afrika Utara meskipun otoritas Italia mencoba
untuk menghentikan mereka. 63
Pada awal abad ke-21, perhatian internasional difokuskan pada pulau Lampedusa,
yang terletak sekitar 70 mil (sekitar 110 km) dari pantai Tunisia. Puluhan ribu imigran yang
prospektif dan imigran ilegal membuat keputusan untuk menyebrang dengan cara berbahaya
ke pulau-pulau di Italia.64 Hasilnya dalah ratusan orang tewas dalam kecelakaan di laut, hal
ini terjadi karena kapal yang dipakai untuk mengangkut para imigran di Lampedusa sering
diisi di luar kapasitas seharusnya. Lampedusa yang merupakan tempat pendaratan Italia yang
terdekat ke Afrika Utara dan merupakan titik masuk ke Eropa setiap tahun untuk ribuan
pencari suaka.
62Europpean Commission, “EU's response to the “Arab Spring”: The State-of-Play after Two Years”,
Brussels : 8 February 2013. Diakses pada 24 Agustus 2020. 63 Stephen Kabera, 2008, Transparency and Proportionality in the Schengen Information System and
Border Control Co-operation, Martinus Nijhoff, Boston, h. 45. 64Hancock, M. Donald; Conradt, David P.; Peters, B. Guy; Safran, William; Zariski, Raphael (11
November 1998). Politics in Western Europe : an introduction to the politics of the United Kingdom, France,
Germany, Italy, Sweden, and the European Union (2nd ed.). Chatham House Publishers. ISBN 978-1-56643-
039-5. list of Western European countries Italy.
33
Salah satu aspek yang paling penting dari respon Italia terhadap kebijakan imigrasi
Italia mengacu pada kesejahteraan imigran. Untuk tujuan ini, para legislator telah
mengalokasikan dana untuk kebijakan integrasi, dana yang digunakan untuk kursus bahasa,
kegiatan antarbudaya, perumahan, asuransi kesehatan dan pendidikan. Bagian penting lain
dari kebijakan imigrasi pertama yang dibuat oleh Italia mengacu pada aksesibilitas untuk
tinggal permanen dan bahkan naturalisasi bagi imigran. Sebelum hukum imigrasi konsolidasi
diaktifkan, kebijakan imigrasi Italia telah terbukti berhasil antara 2012 dan 2015, jumlah
imigran ilegal turun dari hampir 8.000 ke 5.200 imigran.65
D. Hambatan yang di alami Italia dalam meminimalisir arus imigran ilegal
Menurut Eurobarometer survey sebanyak 49% dari penduduk Italia percaya bahwa
imigrasi adalah masalah politik utama yang dihadapi oleh Italia, jauh di atas terorisme dengan
persentasi sebesar 8% dan situasi ekonomi sebanyak 24%. Sikap Italia terhadap imigran
menjadi kurang dan tidak toleran. Ketidakpercayaan dan dalam beberapa kasus, ketakutan
dan permusuhan meningkat secara signifikan.66 Menurut survey nasional baru-baru ini Italia
setuju dengan hanya menerima imigran dengan kuota yang telah ditetapkan dan tidak
melebihi batas. Hal ini sangat cepat meningkat dari 46% pada bulan September 2016 menjadi
50% pada bulan Januari 2019, sementara posisi ‘terbuka’ untuk warga Italia yang menerima
imigran menurun dari 26% pada bulan September 2016 sampai 19% pada bulan Januari
2019.
Di balik sikap yang berubah ini juga merupakan situasi pasar buruh Italia yang sulit
dan keyakinan bahwa imigran dapat mencuri pekerjaan dari orang asli Italia. Dampak
emosional terhadap populasi peristiwa ini telah besar dan mempengaruhi persepsi kolektif
imigran pada umumnya, terutama di kalangan orang tua dan orang yang minim akan edukasi.
65 Law No. 555 of 13 June 1912 on Italian citizenship" Law No. 555, on Italian citizenship “(PDF) (in
Italian). Italian Ministry of Foreign Affairs . Diakses 15 Juli 2020. 66 Caroline Sawyer, Textbook on Immigration and Aylum Law, OUP Oxford, 2012 : Oxford, h. 194.
34
Italia setidaknya sudah memberilkan dana sebesar lima miliar euro untuk diberikan kepada
negara-negara pengirim imigran supaya tidak lagi mengirim imigran ilegal melalui jalur laut
mediterania ke Italia. 67
Selain itu, poin dari Dublin Regulation yang berisi tentang aturan bahwa setiap
pencari suaka harus mengajukan klaim ke negara dimana pada kali pertama mereka masuk.
Hal inilah yang membuat Italia terbebani dan mengajukan kerjasama untuk sharing burden
bersama anggota Uni Eropa yang lainnya. Salah satu tujuan utama dari Dublin Regulation ini
adalah untuk mencegah pemohon dari mengirimkan aplikasi ke beberapa negara anggota Uni
Eropa yang lain. Tujuan berikutnya tentu saja untuk meminimalisir jumlah imigran yang
meningkat secara cepat, yang dikirim dari negara asal pendatang imigran itu sendiri.68
Italia menerima puluhan ribu imigran baik secara legal maupun imigram ilegal per
tahunnya. Sebuah negara yang tidak besar dengan batas-batas yang sebagian besar wilayah
laut yang luas dan sulit untuk dijaga. Italia dipaksa untuk menyediakan perlindungan untuk
semua imigran serta menyaring mereka sebelum mereka mencapai negara-negara Uni Eropa
lainnya.69 Selama dua dekade terakhir, prasangka xenophobia70 dan permusuhan telah
meningkat secara signifikan. Berbagai imigran yang datang ke Italia telah membangkitkan
stereotip terburuk dari rasisme yang tersembunyi. Media dan opini publik juga ikut
mempengaruhi satu sama lain dalam mengidentifikasi dan melihat sebuah fenomena imigran
ilegal, hal tersebut seringkali tidak berdasar pada fakta yang ada dan cenderung berlebihan,
Bukti nyata imigran yang datang pada periode tahun 1950-an dan 1960-an diarahkan dan
ditempatkan di Selatan Italia yang terkenal dengan pusat argicultur, Hal tersebut dikarenakan
67 "Recognition of the Italian Citizenship" . Consulate General of Italy in New York. April 9, 2015 .
Diakses 15 Juli 2020. 68 Katrien Desimpelerae, The Dublin Regulation: Past, Present, Future, Ghent University, Belgia, h. 74
(2015). 69 Mauro Albani, "La popolazione straniera residente in Italia nel 2014". ISTAT. , (22 September
2014). Diakses pada 7 Juli 2020. 70 Xenophobia adalah rasa keditaksukaan atau ketakutan penduduk lokal terhadap para pendatang baru
di tanah air mereka.
35
takutnya penduduk lokal khusunya di daerah utara Italia akan imigran dalam mengambil
wilayah pekerjaan mereka sebagai penduduk asli Italia.71
Melihat persentase yang relatif cukup besar dari xenofobia, hal ini dapat meluas dan
membuat hal objektif tentang kecemasan sosial. Namun, kedatangan pengungsi dan pencari
suaka dan juga imigran menimbulkan pergeseran sentimen xenophobia dan rasisme terhadap
imigran dari bangsa Arab dan rakyat Afrika khususnya terhadap orang kulit hitam.72
Xenophobia dan rasisme tidak pergi jauh dari pandangan orang Italia atas imigran yang
datang. Beberapa diantara mereka takut akan direbutnya suatu wilayah atau sebuah
pekerjaan.
Kesulitan Italia ditambah karena adanya peraturan Dublin II Regulation yang
mengharuskan negara pertama yang menjadi singgahan imigran haruslah bertanggung jawab
penuh atas perlindungan maupun pengurusan dokumen para pendatang tersebut. Italia yang
sedang di bebani oleh peraturan tersebut harus menyediakan kamp pengungsi serta kebutuhan
hidup sehari-hari bagi para pendatang. Hal tersebut menyebabkan kebijakan regulasi Italia
terganggu. Banyak kamp pengungsi yang kelebihan kapasitas karena banyaknya imigran
yang masuk sehingga keamanan, kebersihan maupun keadaan lingkungan penampungan tidak
terjaga.73
Hal inilah yang menjadi akar permasalahan skripsi ini dan akan di jelaskan lebih
terperinci tentang kebijakan regulasi dan upaya pemerintah Italia dalam menanggulangi
imigran ilegal yang masuk.
71 Judith Sunderland, L’intolleranza quotidiana La violenza razzista e xenofoba in Italia, diakses 17
Juli 2020. 72 ibid 73 Melissa Coburn, Race and Narrative in Italian Women's Writing Since Unification, Fairleigh
Dickinson, 2013 hlm. 11.
36
BAB III
KEBIJAKAN REGULASI ITALIA DALAM MENANGGULANGI ARUS IMIGRAN
ILEGAL
Bab ini bertujuan untuk menguraikan tentang riwayat berbagai macam kebijakan
Italia mengenai regularisasi imigran serta kerjasama Italia dengan berbagai macam organisasi
didalamnya dan juga menjelaskan beberapa kesepakatan antara Italia dalam menanggulangi
imigran ilegal periode 2014-2019.
A. Kebijakan Regulasi Imigran Italia
Jumlah imigran yang meningkat dengan cepat dalam beberapa tahun terakhir di Italia
terjadi karena ketidakstabilan politik di beberapa negara di Afrika Utara dan Timur Tengah.
Salah satu negara dengan akses mudah ke Eropa adalah Italia. Italia yang telah melihat
gelombang imigran besar-besaran yang meminta suaka dalam beberapa tahun terakhir.
Kemudian, Italia mulai membuat berbagai kebijakan untuk menangani krisis imigrasi dengan
cara yang kompleks.74
Hukum Italia pertama di Imigrasi dikenal secara informal sebagai hukum Foschi
(1986) dan hukum Martelli (1989). Keduanya relevan dalam mengakui hak para migran dan
meningkatkan status pekerja asing dan para pencari suaka. Namun, mereka tidak efektif
dalam mengatur aliran migrasi ekonomi dan mengurangi imigrasi yang tidak teratur, karena
kedua hukum tersebut tidak menyediakan sumber daya yang cukup untuk penerimaan dan
bantuan atau untuk menegakkan pengusiran imigran yang ilegal. 75
74 Peter Alegi, “Italy’s new Citizenship Law”, Bologna: II Mulino, 1992. USMRA-SI ,website
http://www.expatsinitaly.com/node/140. Diakses 16 Agustus 2020. 75 "Analysis of the external dimension of the EU's asylum and immigration policies" (PDF). 2010,
European Parliament. Diakses 22 Agustus 2020.
37
Ketidakmampuan secara sistematis dalam menangani imigrasi tidak teratur ini
mengakibatkan pemerintah Italia menggunakan cara dengan memulangkan imigran ilegal
dalam rangka untuk melegalkan status orang asing yang tinggal di Italia. Hukum ini
dipisahkan untuk pertama kalinya dalam masalah kemanusiaan dari kebijakan imigrasi, dan
mencoba untuk menyeimbangkan tekanan dari masyarakat sipil pada integrasi dan pengungsi
dengan tuntutan untuk kontrol yang lebih efektif atas arus imigrasi yang ada.76
Tabel 3.1 Jumlah Imigran dan Pencari suaka di Italia periode 2011-201977
Sumber : Eurostat, 2019.
Dari segi perundang-undangan, Italia sudah memiliki beberapa regulasi yang
didalamnya mengatur mengenai permasalahan imigran. Pertama, adalah undang-undang
nomor 286/1998 dan undang-undang nomor 189/2002 yang berbicara mengenai regulasi
pengaturan orang asing dan perlakuan setara antar warga negara dan pencari suaka, inti dari
undang-undang tersebut adalah untuk memperketat norma untuk membantu memulangkan
76 “Immigration Policy Implementation In Italy”, 2009. New York: Russell Sage Foundation. 77 http://appsso.eurostat.ec.europa.eu/nui/show.do?dataset=migr_asyappctza&lang=ena
309,045
335,290
431100
626,965
1,322,850
1,260,920
712,250
647,170
721,090
0 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
38
imigran yang masuk secara ilegal. Para imigran yang ditemukan di perairan internasional,
yang sebelumnya berada di luar kekuatan patroli Italia, dapat dikirim kembali ke negara
mereka atau ke negara transit di negara pertama kali mereka masuk.78
Kedua, adalah undang-undang nomor 91/1992 yang mengatur mengenai regulasi
naturalisasi lewat pernikahan dan pemberian kewarganegaraan bagi anak imigran yang
datang ke Italia sebelum usia 12 tahun. Ketiga, undang-undang nomor 205/1993, 215/2003,
dan UU nomor 216/2003 yaitu Hukum Mancino mengenai konsep yang mengatur mengenai
hukum perlakuan adil dan larangan diskriminasi atas kekerasan, ras, agama dan bangsa.79
Keempat, pada tahun 2017, Italia mengadopsi undang-undang nomor 46/2017 yang
mengatur langkah-langkah imigrasi dan kontrol perbatasan baru bagi para pencari suaka.
Italia menetapkan beberapa langkah imigrasi dan kontrol suaka baru. Secara khusus, hal ini
memperkenalkan artikel baru pada Consolidated Immigration Act yang memperluas kriteria
untuk menilai imigran yang masuk dan meminimalisir imigran dengan risiko melarikan diri
tanpa pemberian sidik jari. Namun demikian, Italia tetap menjadi salah satu negara yang
menyediakan prosedur pemrosesan tercepat ketika akan mengeluarkan visa pengungsi.80
Salah satu aspek terpenting dari kebijakan imigrasi Italia mengacu pada kesejahteraan
imigran. Untuk tujuan ini, legislator telah mengalokasikan dana untuk kebijakan integrasi.
Dana tersebut digunakan untuk kursus bahasa, kegiatan antar budaya, perumahan, dan
pendidikan. Bagian lain yang tak kalah penting dari kebijakan imigrasi pertama yang dibuat
oleh Italia mengacu pada aksesibilitas ke tempat tinggal permanen dan bahkan naturalisasi
bagi imigran. Sebelum undang-undang imigrasi konsolidasi diaktifkan, kebijakan imigrasi
78 Brierley W and Giacometti L, Italian national identity and the failure of regionalism, in B Jenkins
and S Sofos (eds), Nation and Identity in contemporary Europe, London:1996, Routledge, pp. 172-197. 79 La Spina, A. 1996, ‘Partiti e mercato: le politiche di regolazione’, in Il gigante dai piedi. d'argilla, in
M. Cotta and F. Isernia (eds), pp. 273-336 80 Chaloff J, Current Research into Education for Immigrants in Italy, Paper presented in the 4th
International Metropolis Conference, Washington DC, December 1999.
39
Italia telah terbukti berhasil antara 2014 dan 2019, jumlah tahanan suaka turun dari hampir
8.000 menjadi 5.200.81
Undang-undang mengenai hak imigran dan aliran imigrasi di Italia dijelaskan dalam
UU Kewarganegaraan 1992 (No. 91, 5 Februari 1998) tentang peraturan imigrasi dan status
hukum orang asing di Italia (No. 40, 6 Maret UU konsolidasi No. 286, 25 Juli), dan reformasi
pusat-kanan di 2002, yaitu norma yang mengenai Imigrasi dan suaka (No. 189, 30 July). Oleh
karena itu penulis akan mencurahkan lebih banyak perhatian pada isi dari ketiga tindakan ini,
dan untuk proses politik dan tindakan publik yang terhubung dengan mereka. Bahkan, tidak
hanya kebijakan, tetapi juga konteks pembuatan kebijakan Italia, yang dapat berubah dalam
waktu yang sangat singkat.82
B. Integrasi Imigran Ilegal di Italia
Sebagian besar kebijakan imigrasi Italia didasarkan pada integrasi imigran dalam
masyarakat setempat. Kebijakan paling penting tentang imigrasi di Italia merujuk pada aspek-
aspek berikut: pertama, memungkinkan imigran untuk berpartisipasi dalam masyarakat
dengan cara yang sama seperti warga negara Italia. Kedua, menemukan cara berkomunikasi
dengan negara asal imigran dalam upaya membangun posisi mereka. Ketiga, menghormati
konvensi internasional sehubungan dengan status pengungsi dan pencari suaka, Keempat,
mengandalkan kegiatan budaya yang membawa imigran dan warga negara lebih dekat dalam
kasus migran dari negara-negara Eropa. Keempat menawarkan posisi yang setara untuk
imigran UE dan non-UE yang datang ke Italia berdasarkan visa kerja.83
81 Tim Stockholm (2015) The Mediterranean Migrant Crisis: A Critical Challenge to Global Nation‐
States. London: University of East London, Centre for Social Justice and Change. Working Paper Series No. 3. 82 Raithel, Silvia (9 February 2016). "The Common European Asylum System: Its History, Content, and
Shortcomings – The Michigan Journal of International Law". The Michigan Journal of International Law.
Retrieved 30 Agustus 2020. 83 Hammar T, European Immigration Policy. A Comparative Study.1985 : Cambridge University Press.
40
Gambar 3.1 Peta Distribusi Penyebaran Imigran di Italia periode 2014-201984
Tidak hanya Hukum keimigrasian yang dipertimbangkan ketika membuat kebijakan
imigrasi Italia, tetapi lebih banyak hukum nasional diintegrasikan dengan cara yang
membantu baik warga negara dan warga negara asing diintegrasikan. Dalam hal imigrasi,
pemerintah Italia mengatur mengenai sistematika dokumen dan kuota untuk para migran.
Pemerintah Italia juga memiliki program mengenai mekanisme integrasi Patto per
l’integrazione yaitu kebijakan integrasi imigran di Italia yang berjalan dibawah Kementerian
Tenaga Kerja dan Kebijakan Sosial.85
Poin penting dari Patto per l’integrazione adalah mengetahui prinsip-prinsip dasar
konstitusi Republik Italia dan organisasi serta cara kerja lembaga publik , mempelajari bahasa
Italia lisan, setidaknya imigran bisa mencapai hingga level A2, selain itu integrasi ini
84 https://www.lifeinitaly.com/wp-content/uploads/2018/08/europeanunionmaps.jpg 85 Elena Caneva, The Integration of Migrants in Italy: An Overview of Policy Instruments and Actors,
publication, Department of Social and Political Studies, University of Milan (European University Institute,
2014).
41
membantu para imigran untuk mengetahui kehidupan sipil di Italia, yaitu sistem kesehatan,
sekolah, layanan sosial, organisasi kerja, sistem pajak, dll. Hal ini juga mewajibkan imigran
untuk mengirim anak-anak mereka ke sekolah untuk mematuhi peraturan pendidikan wajib
dan terakhir bertujuan untuk menyatakan perjanjian dengan piagam kewarganegaraan dan
nilai integrasi yang berlaku di Italia.86
C. Dampak Kebijakan Regulasi dan Integrasi Imigran di Italia
Fenomena imigrasi telah menciptakan perubahan radikal yang mendalam di Italia.
Masyarakat telah mempengaruhi beberapa aspek kehidupan sosial, budaya, ekonomi dan
politik. Italia sedang dalam proses menemukan keseimbangan yang tepat antara kebutuhan
masyarakat Italia dan kebutuhan imigran. Refleksi pada kebutuhan ini tidak harus terbatas
hanya pada lingkungan kerja tetapi lebih ke reorganisasi umum masyarakat yang akan
ditandai dengan positif dan campuran etnis.87
Asosiasi asing di Italia tersebar di seluruh semenanjung Italia. Sekitar 893 asosiasi
ditemukan pada 2019, di mana 74% adalah budaya, 83% untuk bantuan dan layanan
teknologi informasi, 72% untuk bantuan perumahan, dan 70% untuk nasihat hukum. Ada
juga sejumlah asosiasi yang memberikan bantuan dengan pekerjaan atau dukungan ekonomi.
Meskipun asosiasi memiliki keterbatasan, mereka memainkan peran mendasar bagi imigran,
terutama selama tahap pertama setelah kedatangan, di mana mereka membutuhkan sejumlah
besar dukungan untuk menghadapi masalah sehari-hari seperti kendala bahasa, perumahan,
ataupun pekerjaan serta masalah psikologis dan integrasi secara umumnya. 88
86 "Italy, Migration Policy Centre-MPC, October 13,2015, diakses pada 29 Agustus 2020,
http://www.migrationpolicycentre.eu/italy/. 87 Schmid, Alex, "Links Between Terrorism and Migration: An Exploration" (PDF). Terrorism and
Counter-Terrorism Studies. 2016. doi:10.19165/2016.1.04 88 Sopemi, “Immigration and Foreign Presence in Italy”, 1998-1999, Rome: Fondazione CENSIS,
January 2000.
42
Selain itu, asosiasi juga memainkan peran yang sangat penting bagi warga Italia.
Bahkan, pedagogik (pertemuan, seminar pendidikan antar budaya dll) dan artistik (pameran,
etnis inisiatif musik, tari, dan kursus seni), mendukung dialog antar budaya semua orang yang
tinggal di masyarakat Italia yang baru termasuk penduduk asli Italia.89
Sayangnya, jumlah orang Italia yang menganggap imigran membahayakan budaya
dan identitas mereka sendiri ada sekitar 23,9%, ancaman ketenagakerjaan sebanyak 29,2%
atau ancaman ketertiban umum dan keselamatan sekitar 39,7%. Hal tersebut terus menjadi
meningkat secara signifikan. Dalam konteks inilah perdebatan tentang partisipasi politik para
imigran baru-baru ini meningkat.90 Menurut keputusan Legislatif undang-undang nomor
286/1998 pasal 9, paragraf 4, orang asing non-UE dengan izin tinggal yang sah dapat
berpartisipasi dalam kehidupan publik setempat, melaksanakan hak untuk memilih ketika
ditentukan oleh hukum yang sah.91
Selain itu Hukum kewarganegaraan Italia dalam Undang-undang No. 91 yang di
sahkan tanggal 5 Februari 1992 yang mengatur tentang kewarganegaraan Italia yang
diperoleh atas pernikahan. Atas dasar warga negara asing yang menikah dengan warga negara
Italia. Pasal 5 ini berisi tentang pasangan asing atau tanpa kewarganegaraan dari seorang
warga negara Italia akan memperoleh kewarganegaraan Italia setelah pernikahan dan tinggal
secara sah setidaknya selama enam bulan di wilayah Italia, atau setelah tiga tahun dari
tanggal pernikahan, jika belum dibubarkan, dibatalkan, atau efek perdata dinyatakan
memiliki berhenti dan asalkan belum ada pemisahan yang sah.92
89 Ibid hal 44. 90 Veneziani, M. La rivoluzione conservatrice in Italia: genesi e sviluppo dell’ideologia italiana fino ai
nostri giorni. Varese: Sugarco, second edition (first edition 1987). 91 Triandafyllidou, A, “Immigrants and National Identity in Europe”, London: Routledge, in press,
2001. 92 Raithel, Silvia (9 February 2016). "The Common European Asylum System: Its History, Content,
and Shortcomings – The Michigan Journal of International Law". The Michigan Journal of International Law.
Retrieved 30 November 2017.
43
Namun, karena banyaknya dampak yang terjadi, pernikahan bisa menjadi salah satu
alasan imigran untuk bertahan, dan banyak dari mereka sengaja untuk memalsukan dokumen
sebagai syarat untuk tinggal dan menetap di Italia dan membayar penikahan palsu sebagai
batu loncatan untuk menetap dan mendapatkan pekerjaan di Italia. Akibat dari perbuatan
seperti ini adalah mendekam di penjara selama tiga tahun dan denda sebesar lima juta euro.93
Italia termasuk salah satu negara yang menganut asas Ius Sanguinis yaitu suatu hak
kewarganegaraan yang bisa diperoleh oleh seseorang berdasarkan kewarganegaraan yang
didapat dari garis keturunan. Namun disisi lain, Italia sangat menerima toleransi de facto
mengenai kewarganegaraan ganda dalam pertukaran untuk menjaga hubungan yang kuat
dengan imigran dan para pencari suaka. Dalam prinsip ius sanguinis dan penyebarannya di
banyak sistem hukum Eropa Kontinental, Italia membuat kebijakan yang sangat sederhana
untuk imigran yang menetap di negaranya, karena hanya dibutuhkan waktu 5 tahun untuk
proses naturalisasi dalam rangka mendapatkan kewarganegaraan Italia. Hal tersebut
berdasarkan upaya kebijakan Italia untuk membangun teori yang disederhanakan dari
undang-undang kewarganegaraan di Italia.94
Gambaran yang muncul dari analisis fenomena imigrasi di Italia adalah situasi yang
terus berkembang. Faktanya, selain banyaknya imigran yang tinggal di Italia sejak 15 tahun
terakhir, sekitar 160 ribu imigran baru telah tiba di Italia setiap tahun untuk mencari
keberuntungan mereka, meskipun, sebagian besar datang secara ilegal. Namun, kebijakan
imigrasi yang dibuat semakin diperketat dari waktu ke waktu dengan alasan utama arus
imigran ilegal yang berkelanjutan.95
93 Peter Alegi, “Italy’s new Citizenship Law”, Bologna: II Mulino, 1992. USMRA-SI ,website
http://www.expatsinitaly.com/node/140. Diakses 16 Agustus 2020. 94 Godam, “Daftar Negara Penganut Asas Kewarganegaraan Ius Soli dan Ius Sanguinis”, 2012.
Diakses pada 2 September 2020. 95 Scarcella, Roberto (21 August 2016). "In Europa la fabbrica della cittadinanza: così funziona il
business dei passaporti comprati". La Stampa.it (in Italian). Retrieved 29 June 2020.
44
Akibatnya, ada rasa ketidakpuasan imigran yang meluas terhadap kebijakan, yang
seharusnya tidak hanya didasarkan untuk melawan arus ilegal, akan tetapi penerimaan
kembali perjanjian, pusat tinggal sementara, atau bahkan tampilan sederhana imigrasi di
ketentuan kerja. Sebaliknya, Imigran perlu berinvestasi lebih banyak di jalur hukum dapat
dicapai dengan menciptakan suasana koeksistensi di mana imigran dan penduduk asli diminta
untuk menunjukkan tanggung jawab timbal balik.
D. Hubungan Italia dengan Uni Eropa dalam meminimalisir Imigran ilegal periode
2014-2019
1. Implementasi Penerapan Common European Asylum System (CEAS)
Semua negara Uni Eropa merupakan anggota PBB yang menandatangani Deklarasi
Hak Asasi Manusia, Konvensi Geneva 1951 dan Protokol 1967 sehingga terikat pada rezim
perlindungan HAM dan perlindungan pengungsi. Padahal dalam lingkup regionalnya, negara-
negara tersebut terikat dengan beberapa rezim yaitu freedom of movement dan keamanan
regional.96
Divergensi elemen konstitutif seperti aturan dan prosedur antar rezim terlihat cukup
kentara. Tercantum dalam UNHCR: The Refugee Convention 1951 pasal 33, asas “non
refoulement” yaitu melarang suatu negara untuk mengusir pengungsi ke negara asalnya di
mana kehidupannya akan terancam” (UNHCR, 1992). Negara-negara Eropa juga telah
meratifikasi Protokol 1967 yang merupakan penyempurnaan beberapa pasal di Konvensi
Geneva mengenai definisi pengungsi. Asas non-refoulement sebetulnya diadopsi dalam
treaty pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa Pasal 63 (1), “setiap negara anggota harus
96 European Asylum Support Office, “2012 Annual Report on the Situation of the Asylum in the EU
and on the Activities of the EASO”, Luxembourg : EASO, 2013, hal.43
45
mengusung cara-cara penanganan pengungsi sesuai dengan prinsip-prinsip dalam Konvensi
Geneva”.97
Sikap negara-negara Uni Eropa berubah saat jumlah pengungsi dan pencari suaka
yang tiba di Eropa sejak tahun 2015 melonjak drastis dan terkesan kurang terkendali. Mereka
masuk dari berbagai penjuru khususnya jalur laut yang kemudian singgah di Italia dan
Yunani, dan jalur darat, melintasi perbatasan Turki-Eropa. Lonjakan jumlah imigran dan
pencari suaka ini ternyata merupakan masalah krusial bagi Uni Eropa dan negara anggotanya.
Diprediksi peningkatan tajam akan trus terjadi karena zona perang dan konflik di Afrika dan
Timur Tengah semakin meluas dan belum terselesaikan. Terlebih lagi di benak para
pengungsi dan pencari suaka, hidup di Eropa dirasa mampu menjamin masa depan mereka.98
Kemudian pada perkembangannya pada 1999 muncullah CEAS atau Common
European Asylum System sebagai kerangka legislatif dalam penyelesaian masalah pengungsi
di kawasan tersebut. Pembentukan CEAS disandarkan pada artikel 14 dalam Deklarasi
Universal HAM 1948 berisi terdapat hak-hak pencari suaka serta pengungsi untuk terhindar
dari tindakan kekerasan dari negara lain. CEAS merupakan sistem yang menyajikan standar
minimum bersama mengenai perlakuan terhadap pencari suaka di negara – negara anggota
UE. Kebijakan ini dibentuk oleh Komisi Eropa sebagai badan eksekutif Eropa dalam
kerangka pilar Justice and Home Affair (JHA) dengan tujuan agar semua negara anggota ikut
bertanggung jawab dalam perlindungan pengungsi.99
Kebijakan yang dikenal sebagai Common European Asylum System ini mengatur
semua sistem penerimaan suaka yang dilakukan oleh EU. Dalam krisis pengungsi ini,
implementasi CEAS ternyata tidak dijalankan oleh semua negara anggota, seperti yang
dijelaskan sebelumnya bahwa poin legislasi yang bersifat directive ternyata tidak
97 Ibid hal 44. 98 European Commission, The Common European Asylum System. Publication Office. European
Commission : 2016. Diakses pada 24 Januari 2021. 99 Ibid hal 13.
46
diimplementasikan oleh semua negara anggota. Seperi contoh Polandia yang hanya memilih
imigran dan pengungsi yang beragama kristen, Spanyol yang tidak menyutujui secara
keseluruhan kuota yang masuk ke negaranya, sedangkan Perancis dan Jerman melakukan
banding ke pihak komisi Eropa karena merasa beban imigran yang masuk ke negaranya lebih
besar jika dibanding dengan negara Uni Eropa lainnya.100
Sejak berhentinya CEAS sebagai kerangka kebijakan pengungsi, Uni Eropa
membutuhkan penanganan darurat terhadap masalah krisis. Departemen Dalam Negeri dan
Migrasi Uni Eropa sendiri berpendapat kebijakan pengungsi dan suaka Uni Eropa yang
dibutuhkan ialah kebijakan yang mencakup penanganan migrasi legal dan ilegal serta
keamanan internal. Hal ini menyebabkan Uni Eropa mempresentasikan European Agenda on
Migration yang dibentuk pada tanggal 13 Mei 2015.101
European Agenda on Migration berisi berbagai langkah Uni Eropa dalam upaya
penanganan krisis pada waktu dekat dan jangka panjang. Dalam waktu dekat, beberapa
kebijakan Uni Eropa yang telah dilakukan oleh Italia meliputi penyelamatan imigran di laut,
menangkap jaringan penyelundup, merelokasi pengungsi dan menyediakan 28 pemukiman
kembali di seluruh negara Uni Eropa, salah satunya di Sisilia dan Sardegna yang merupakan
daerah di Italia yang rawan dimasuki oleh imigran ilegal dan para pengungsi. Serta menjalin
kerja sama dengan negara ketiga seperti dengan Turki dan Libya dalam menangkal akar
migrasi serta membantu negara-negara Uni Eropa di garis depan dalam mengatur kedatangan
migrasi lainnya. Untuk jangka panjang, kebijakan itu meliputi penurunan migrasi ilegal
secara insentif, penyelematan di laut dan pengamanan perbatasan eksternal, dan memperkuat
kebijakan suaka Uni Eropa, serta pembuatan kebijakan migrasi legal.
100 Silvia Morgades, “The Externalisation of the Asylum Function in the European Union”, GRITIM
Working Series Number 4, Spring 2010. Hal. 3. Universitat Pompeu Fabra. 101 European Commission, The Common European Asylum System. Publication Office. European
Commission : 2016. Diakses pada 24 Januari 2021.
47
2. Implementasi Dublin Regulation
Dublin Regulation adalah aturan yang menetapkan negara mana yang bertanggung
jawab untuk memeriksa permohonan suaka yang diajukan di salah satu negara anggota di Uni
Eropa. Inti dari Peraturan Dublin adalah tanggung jawab untuk memeriksa klaim terutama
dengan negara anggota yang memainkan peran terbesar dalam masuk atau izin tinggal
seorang pencari suaka dan imigran di wilayah Uni Eropa. 102Dublin Regulation berfungsi
sebagai perlindungan bagi para pencari suaka selama proses penentuan hasil aplikasi serta
menjelaskan peraturan-peraturan diantara negara penerima. Hal ini menciptakan sistem yang
dapat mendeteksi masalah-masalah yang mungkin dapat terjadi di tiap wilayah sehingga
dapat ditangani dari akar masalahnya.103
Dublin Regulation yang diterapkan oleh Uni Eropa membuat seluruh negara anggota
Uni Eropa dapat memilih untuk apakah seorang pencari suaka akan diproses di negara tujuan
atau dikembalikan ke negara Uni Eropa pertama dia datangi, selama negara tersebut memiliki
sistem yang baik dan efektif (Magyar, 2016).104
Pada tahun 2006 laporan Dewan Eropa tentang penerapan Dublin Regulation II dalam
pelaksanaanya dianggap tidak adil mendistribusikan aplikasi suaka sehingga kembali terjadi
lagi amandemen baru terhadap Dublin Regulation II dan di gantikan Dublin Regulation III.
Aturan terbaru ini diadopsi pada tahun 2013 dan mulai berlaku pada tahun 2014, tujuan
utama regulasi ini adalah untuk membuat akses perlindungan yang cepat terhadap pencari
suaka dan imigran yang datang dapat mengurangi biaya bagi setiap negara anggota dengan
102 ”Dublin Regulation”, https://ec.europa.eu/home-affairs/what-wedo/policies/asylum/examination-of
applicants_en, diakses pada tanggal 8 Agustus 2020. 103 AIDA, “The Dublin System in the First Half of 2017 Key figures from Selected European
Countries”, Agustus 2020, hal 5 104 Ibid hal.7
48
cara menghalangi pencari suaka yang memasukkan lebih dari satu aplikasi pengajuan serta
meningkatkan prosedur suakanya (EASO, 2016).105
3. Kebijakan Sharing Burden dan Responbilities
Istilah pembagian beban sering digunakan untuk mencerminkan cara perdebatan
tentang ketidaksetaraan yang nyata dirasakan dalam distribusi biaya yang timbul saat
penanganan imigran dan pengungsi telah dilakukan. Argumennya adalah berdasarkan Pasal
14 (1) Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang menyatakan bahwa “Setiap orang berhak
mencari dan menikmati suaka di negara lain karena alasan penganiayaan." 106
Italia telah mengusulkan kepada negara anggota Uni Eropa yang lain untuk berbagi
tanggung jawab akan kuota imigran dan pencari suaka yang masuk, namun beberapa negara
ada yang menolak dan ada juga yang menyetujuinya. Finlandia adalah satu-satunya negara
UE yang tidak memberikan suaranya terhadap usulan ini. Rumania, Republik Ceko, Slovakia
dan Hongaria memilih menolak ajakan tersebut untuk menampung 120.000 imigran,
termasuk pengungsi dari Suriah dan negara-negara bergolak lain. Berbeda dengan Polandia,
yang awalnya menolak proposal tersebut namun akhirnya setuju dengan konsep sharing
burden dan sharing responsbility ke semua negara anggota di Uni Eropa.107
Standar dan alokasi sharing burden yang diterapkan oleh Uni Eropa terkait
permasalahan imigran tidak diterima dengan baik oleh seluruh masyarakat Eropa, khusunya
warga Italia sendiri. Imigran dianggap sebagai sumber masalah oleh banyak masyarakat Italia
yang merugikan baik secara materil maupun secara moril. Atas dasar tersebut, kecenderungan
105 Journal of the Abroad, 2013. Public order Minister appeals for EU’s help with illegal migration
problems. Dapat diakses di http://journaloftheabroad.wordpress.com/2013/06/21/public-order-minister-appeals-
for-eus-help-with-illegal-migration-problems/ pada 1 September 2020. 16.00 106 Patricia Weiss Fagan, “Uprooted and Unrestored: A comparative review of durable solutions for
people displaced by conflict in Colombia and Liberia” Policy Development and Evaluation Service, UNHCR,
August 2020. 107 European Council on Refugees and Exiles, 2008. Sharing Responsibility for Refugee Protection in
Europe: Dublin Reconsidered. ECRE. Dapat diakses di http://www.ecre.org/component/content/article/134.html
pada 1 September 2020.
49
untuk menentang kebijakan yang dikeluarkan Uni Eropa meningkat, mulai dari hal yang
bersifat spontan seperti penyampaian pendapat hingga hal yang bersifat terorganisir seperti
pembentukkan gerakan dan organisasi formal. Gerakan-gerakan sosial yang diinisiasi oleh
masyarakat langsung juga terjadi secara signifikan, hal tersebut didorong oleh tindakan-
tindakan yang berdasarkan kebencian terhadap para imigran seperti demonstrasi, pidato
kebencian, hingga diskriminasi terhadap pengungsi.108
Gambar 3.3. Distribusi Sharing Burden pengungsi di Uni Eropa109
Sumber : Eurostat, 2019.
Terlepas dari konflik yang terjadi di dalam maupun luar negeri, Italia berusaha
menjalin kerjasama dengan frontex dan negara-negara ketiga seperti Libya, Mesir dan
Tunisia terkait pengembalian imigran ilegal yang telah tertangkap, tetapi hal ini tidak berjalan
baik karena proses yang berbelit-belit, hal inilah yang menjadi dasar tindakan tegas dari
Pemerintah Italia untuk melakukan serangkaian operasi-operasi untuk menjaga perbatasan
dari penyelundupan imigran ilegal di jalur mediterania dan untuk menanggulangi serta
menekan laju arus imigran ilegal yang akan di bahas lebih rinci pada bab berikutnya
108 Bovens, L. et al. (2012). Measuring Common Standards and Equal Responsibility-Sharing in EU
Asylum Outcome Data. Diakses pada 1 Agustus 2020. 109 Sources: Eurostat; IWH.
50
BAB IV
ANALISA UPAYA PEMERINTAH ITALIA DALAM MENYELESAIKAN DAN
MENANGGULANGI IMIGRAN ILEGAL
Bab ini menguraikan jawaban dari pertanyaan penelitian tentang upaya-upaya yang
dikeluarkan Italia dalam menyelesaikan masalah imigran ilegal setelah diterapkannya
kebijakan sebelumnya yaitu regularisasi dan penjalinan kerjasama dengan negara ketiga.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian diatas penulis akan menggunakan beberapa konsep
diantaranya konsep Kerjasama Internasional, Keamanan Nasional, dan konsep Imigrasi
Internasional.
A. Upaya Perlindungan Perbatasan Italia dalam menanggulangi imigran ilegal
periode 2014-2019
Barry Buzan dalam bukunya yang bertajuk : People State and Fear: An Agenda for
International Security Studies in Post-Cold War Era, menyimpulkan bahwa keamanan yang
dimaksud di dalam pendekatan ini tidak sebatas pada keamanan saja, tetapi mencakup
keamanan militer, politik, ekonomi, sosial dan lingkungan. Menurut Buzan, sektor militer
hanyalah salah satu aspek penting dari konsep keamanan. Sementara itu, keamanan yang
lebih luas dan menyeluruh akan dipengaruhi pula oleh seklor polilik, ekonomi, sosial dan
lingkungan baik dari peringkat individu, nasional, regional dan juga global.110
Buzan mengatakan, “If a multisector approach to security was to be fully meaningful,
referent objects other than the state had to be allowed into the picture.”111. Dalam buku
diatas, Buzan menjelaskan tentang isu keamanan tidak lagi hanya ada dalam sektor militer
namun juga ada dalam sektor ekonomi, sektor politik, sektor kemasyarakatan dan sektor
110 Barry Buzan, People States and Fear: An Agenda for International Security Studies in Post Cold
War Era, Second Edition, (Inggris: Harvester Wheatsheaf, 1991), 116-134. 111 Barry Buzan et al, 1993, Identity, Migration, and the New Security Agenda in Europe, London:
Pinter, hal. 24-7
51
lingkungan. Aktor yang terlibat tidak lagi hanya negara melainkan juga organisasi
internasional seperti, kelompok kepentingan dan kelompok penekan (perusahaan multi-
nasional dan trans-nasional), organisasi non-goverment (global, regional dan lokal), kaum
epistemik, individu, partai politik dan lain-lain). Penulis menggunakan buku Security a New
Framework for Analysis untuk memahami konsep sekuritisasi, dasar-dasar konsep
sekuritisasi dan pembahasan 5 sektor penting sekuritisasi lainnya.112
Dalam kaitannya dengan kasus yang akan di bahas pada skripsi ini, imigran dianggap
menjadi masalah yang mengganggu dan harus dihadapi Italia karena mempengaruhi 3 aspek,
yaitu keamanan politik, sosial, dan ekonomi. Kebijakan ini harus dilaksanakan karena dalam
aspek ekonomi, imigran mendominasi sektor pekerjaan bergaji minim, terlebih lagi
banyaknya imigran ilegal yang tidak terdaftar secara sah sehingga mereka bekerja dengan
tidak membayarkan pajak penghasilan (tax). Hal ini mengakibatkan warga asli Italia yang
mulai khawatir tidak mendapatkan pekerjaan dimana kondisi ekonomi Italia sedang
mengalami krisis dan tingkat pengangguran yang naik secara tajam sejak imigran
berdatangan dalam beberapa dekade terakhir.
Dalam aspek sosial, isu imigran ini sudah sangat menyebabkan keresahan bagi para
warga asli Italia dikarenakan kebijakan regularisasi yang mudah untuk menjadi warga Italia,
ditambah lagi warga asli (mayoritas orang tua) yang masih menganut paham Ius Sanguinis
yang berarti hanya orang yang memiliki darah keturunan Italia lah yang dapat menjadi warga
asli Italia.113 Ditambah lagi banyaknya sentimen negatif di kalangan warga asli bahwa para
imigran hanya menjadi beban bagi Italia. Sedangkan dalam aspek politik, isu imigran menjadi
perhatian utama dari partai politik. Partai yang sedang berkuasa saat itu sangat mendukung
112 Barry Buzan, Ole Weaver, and Jaap de Wilde, A New Framework for Analysis. (Lynne Rienner
Publishers : London. 1998). 113 Godam, “Daftar Negara Penganut Asas Kewarganegaraan Ius Soli dan Ius Sanguinis”, 2012.
Diakses pada 2 September 2020.
52
tentang keberadaan imigran, sedangkan partai sekutu cenderung anti terhadap imigran.
Keresahan warga asli Italia diwakili oleh partai ekstrimis Forza Italia dan partai Gerakan
Bintang Lima yang dengan tegas menolak adanya imigran di Italia dan beranggapan bahwa
Italia hanya boleh ditinggali oleh warga mereka sendiri. Dalam kasus politik internasional,
Italia didesak oleh Uni Eropa untuk menyelesaikan masalah imigran ini karena juga
berdampak kepada Negara-negara anggota lainnya.114
Italia sendiri telah melakukan serangkaian upaya keamanan untuk menanggulangi dan
menekan arus imigran ilegal yang masuk ke negaranya. Pada tahun 2014, Italia
menandatangani perjanjian dengan negara ketiga termasuk Aljazair, Nigeria, dan Libya.
Kerja sama ini mencakup bantuan teknis, seperti penyediaan peralatan dan teknologi untuk
memerangi migrasi ilegal, pengaturan jalur pertukaran informasi, dan keterlibatan aparat
kepolisian negara ketiga dalam operasi patroli laut. Perjanjian penerimaan kembali juga telah
ditandatangani dengan beberapa negara asal, termasuk Albania (1997), Rumania (1997) dan
Nigeria (2000). Sesuai dengan instrumen ini, setiap kali warga negara dari negara tersebut
ditemukan tinggal secara ilegal di Italia, imigran ilegal tersebut dapat segera dipulangkan ke
negara asalnya.115
Untuk mengatasi permasalahan akan arus imigran yang datang secara tidak teratur,
Pemerintah Italia membuat berbagai kerjasama-kerjasama dan serangkaian Operasi di Jalur
Mediterania untuk menyelesaikan masalah atas laju pertumbuhan imigran ilegal yang masuk
ke Italia.
114 Barry Buzan, People States and Fear: An Agenda for International Security Studies in Post Cold
War Era, Second Edition, (Inggris: Harvester Wheatsheaf, 1991), 116-134. 115 European Commission, “European Agenda on Migration – Legislative documents” : 2016. Diakses
pada 25 Agustus 2020.
53
B. Pengaruh Kebijakan Schengen Agreement terhadap Eurospectic di kawasan
Italia dan Scandinavia
Schengen adalah zona bebas paspor yang mencangkup sebagian besar wilayah Uni
Eropa, yang memungkinkan seluruh warga Uni Eropa bebas melintasi batas negara di
anggota Uni Eropa lainnya. Selain itu juga ada kebijakan visa bersama untuk Schengen Area
untuk mempermudah kebebasan gerak melintasi batas negara. Sedangkan Schengen
Agreements adalah perjanjian yang menyebabkan penciptaan Area Schengen di wilayah
Eropa, di mana pemeriksaan perbatasan internal yang sebagian besar telah dihapuskan
perjanjian ini disahkan pada tahun 1995. Yang pada awalnya hanya melibatkan tujuh negara
anggota Uni Eropa. Perkembangan yang dibawa oleh Perjanjian Schengen ini telah
dimasukkan dalam badan peraturan yang mengatur Uni Eropa. Saat ini, Wilayah Schengen
mencakup sebagian besar Negara UE, kecuali Bulgaria, Kroasia, Siprus, Irlandia, Rumania
dan Inggris. Schengen Agreement merupakan kebijakan yang diterapkan di kawasan Eropa
baik anggota Uni Eropa maupun Non Uni Eropa meskipun ada beberapa negara yang tidak
menerapkan Schengen ini.116
Adanya peraturan ini, mengimplikasikan keamanan yang membuat masyarakat di Uni
Eropa merasa ketakutan akan tingginya jumlah imigran ilegal dan para pengungsi yang
datang. Hal tersebut dapat membuktikan jika ketakutan masyarakat Eropa dengan adanya
imigran dari luar EU lebih besar daripada imigran dari dalam EU sendiri. Inilah yang menjadi
salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh Schengen Agreement dan Uni Eropa terutama
terkait dengan opini publik dalam menanggapi fenomena imigran ini. ini juga dapat memicu
munculnya euroscepticism yang disebabkan oleh adanya peraturan schengen. Dan lebih
pentingnya lagi kawasan yang disasar adalah kawasan Scandinavia yang memiliki social
116 European commision, 2017. Schengen Area. (online) available at: http://ec.europa.eu/home-
affairs/what-we-do/policies/borders-andvisas/schengen_en.
54
welfare yang sangat menjanjikan bagi imigran untuk menetap dan melangsungkan kehidupan
barunya di tempat baru.117
Isu lain yang menjadi permasalah Schengen Agreement serta implementasinya ke
negara negara di Uni Eropa adalah tentang mata uang tunggal Euro. Pada awalnya
Eurosceptic hanya berfokus pada Eropa Utara. Yaitu Swedia dan Denmark, permasalahan
ekonomi dan pembuatan mata uang tunggal (Euro) menjadi pokok utama atas lahirnya
Eurosceptic. Penggunaan mata uang tunggal dinilai menimbulkan banyak permasalahan dan
kerugian-kerugian yang masuk negaraUni Eropa lainnya. Kemerosotan Euro membuat
pertumbuhan perekonomian negara-negara kawasan yang menggunakan mata uang Euro
(Eurozone) juga menurun. Euro juga dinilai gagal memenuhi janji untuk mewujudkan
kemakmuran, lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Karena pada
kenyataannya Eurozone ini menjatuhkan perekonomian negara anggota anggota di Uni Eropa
serta Italia yang mengalami nilai tukar atau kurs Euro yang begitu rendah, yang
menyebabkan relokasi dan deindustrialisasi. Euro juga terbukti tidak dapat menyelesaikan
permasalahan krisis moneter pada tahun 2008 yang terjadi di Yunani, hal tersebut yang
membuat Uni Eropa semakin sulit untuk keluar dari krisis utang dan dapat menyebabkan
resiko terjadi resesi.118
Untuk mengurangi dampak dari Euroscepticism yang disebabkan oleh Imigran yang
dibuat oleh Schengen ini maka diterapkan kebijakan border control di kawasan Uni Eropa.
Kebijakan border control tersebut merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Uni Eropa
untuk anggota Schengen. Ada beberapa negara yang mengikuti kebijakan tersebut dan salah
satunya Swedia dan Denmark. Pada saat musim gugur di tahun 2015 Swedia tidak dapat lagi
menampung dan menjamin tempat tinggal layak bagi para pendatang baru. Layanan sosial
117 Paul Taggar, and Szczerbiak Aleks, The Party Politics of Euroscepticism in EU Member and
Candidate States. 2002. Sussex European Institute. University of Sussex, Arts A Building Falmer, Brighton. 118 Ibid hal.39.
55
dan pendidikan yang disediakan kotamadya tidak dapat lagi diberikan bagi imigran
dikarenakan kasus hukum dan proses permohonan suaka yang masih belum dapat dijalankan
dan masih terbengkalai. Di bulan Oktober kebijakan keras dilakukan pemerintah Swedia
yaitu memberlakukan pembatasan bagi pencari suaka dan dikurangi drastis. Kebijakan
lainnya yaitu hanya memberikan masa tinggal sementara dan hak atas reunifikasi dengan
keluarga para imigran melalui undang-undang internasional. Dengan adanya kebijakan
tersebut membuat imigran yang datang ke Swedia menjadi turun.119
Gelombang imigran yang datang ini mengancam national interest yang dipertahankan
masyarakat di kawasan Uni Eropa, khususnya Scandinavia yang termasuk Finlandia Swedia
dan Denmark karena adanya Social Security yang menjadikan salah satu alasan imigran
berdatangan ke Eropa Utara. Namun, tidak ada tanggapan dari Uni Eropa terkait krisis
imigran yang melanda wilayah mereka tersebut. Akhirnya negara-negara Scandavia membuat
kebijakan untuk melakukan kontrol perbatasan sebagai respon dari krisis imigran yang
menyebabkan Euroscepticism diwilayah Scandinavia. Dan untuk kembali menjalankan
kerjasama di Uni Eropa terkait hal ini maka dibuatlah kebijakan patroli perbatasan bersama
negara-negara Scandinavia termasuk Swedia dan Denmark juga Finlandia.120
C. Peran dan kerjasama UNHCR dalam memanimalisir imigran ilegal di Italia
Peraturan tentang status pengungsi telah diatur oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) yang dikenal dengan sebutan UNHCR (United Nations High Commissioner for
Refugees). UNHCR adalah komisi khusus PBB yang bergerak di bidang pengungsi yang
119 Frøydis, Johannessen, What effect will border controls have on Nordic cooperation?. 2016.
(online). Available at: http://www.norden.org/en/newsand-events/news/what-effect-will-border-controls-have-
on-nordic-cooperation 120 Ibid hal 12.
56
mengatur tentang masalah yang berkaitan dengan imigran dan pencari suaka. Pembentukan
UNHCR dibentuk karena didasari atas krisis yang dialami setelah Perang Dunia II. 121
Dengan adanya Protokol imigrasi sejak tahun 1954 dan 1972, hal tersebut membuat
Italia ikut serta untuk mendatangani Konvensi 1951 Jenewa yang berkaitan dengan status
pengungsi dan pencari suaka. Efek penuh dari Konvensi ini diamankan pada tahun 1990,
ketika undang-undang telah memberlakukan penghapusan batasan geografis. Sejak itu, Italia
ikut berpartisipasi aktif dalam upaya Uni Eropa untuk menyelaraskan suaka dan migrasi serta
kebijakan dan untuk membangun sistem suaka eropa secara bersama.122
Fungsi UNHCR adalah mengatur dan melindungi hak-hak dari pengungsi yang
meliputi jaminan atas suaka atau perlindungan di negara penerima, dalam perihal para
pengungsi yang berusaha memasuki wilayah negara penerima tidak sedikit yang bermasalah
dalam dokumen karena mereka memasuki wilayah tersebut dalam keadaan yang sangat
terburu-buru dan tanpa adanya persiapan. Adapun respon dari negara penerima seperti yang
diatur dalam Pasal 31 UNHCR yaitu tidak boleh menjatuhi hukuman atas masuknya
pengungsi secara illegal ke dalam wilayah territorial negaranya tetapi memberi jaminan bagi
mereka yang masuk ke negaranya sebagai bentuk maksud bai2k kedatangan para imigran
tersebut. Sehubungan dengan masih diperlukannya perlindungan terhadap pengungsi
mengakibatkan UNHCR tetap ada dan menjadi alasan tetap berjalannya institusi ini.123
Peran UNHCR disamping memberikan perlindungan juga memberikan bantuan
materi. Lembaga tersebut mengkoordinir penyediaan dan pemberian bantuan, mengelola atau
membantu manangani tenda-tenda penampungan individu atau sistem penampungan,
121 Achmad Romsan dkk, 2003, 2003, Pengantar Hukum Pengungsi Internasional: Hukum
Internasional dan Prinsip-Prinsip Perlindungan Internasional, Sanic Offset, Bandung, Indonesia hlm 164. 122UNHCR, 2016, Europe’s Refugee Emergency Response. Diakses 25 Agustus 2020. 123 UNHCR, “ 2015 UNHCR Subregional Operations Profile-Northren, Western, Central, and Southern
Europe,” Diakses pada 2 September 2020
57
merancang proyek-proyek khusus untuk kelompok rentan seperti perempuan, anak-anak, dan
orang-orang lanjut usia yang merupakan 80% dari suatu populasi “normal” pengungsi.124
Populasi pengungsi yang terus meningkat secara drastis selama sepuluh tahun terakhir
membuat UNHCR sebagai badan utama yang mengatasi permasalahan pengungsi juga harus
bekerja lebih berat untuk mengawal para pengungsi untuk mendapatkan bantuan. Hingga
akhir 2015, UNHCR telah berhasil mengawal 16,1 juta pengungsi untuk mendapatkan akses
ke negara-negara penerima.125
Dari keseluruhan jumlah pengungsi dibawah penanganan UNHCR tersebut, sekitar
201.400 pengungsi telah berhasil kembali ke negara asal, 107.100 telah ditransmigrasi ke
wilayah lain, serta 32.000 telah dinaturalisasi oleh negara penerima. Secara keseluruhan,
UNHCR telah berhasil menangani sekitar 8,8 juta imigran atau sebesar 55% dari jumlah 52
total pengungsi untuk mendapatkan tempat berlindung di negara-negara anggota UNHCR.126
Pentingya UNHCR bagi Italia diimplementasikan dalam beberapa bentuk program,
salah satunya adalah Praesidium Project. Program ini berfokus pada daerah Sicilia dan
Lampedusa yang merupakan dua wilayah yang sering didatangi oleh para imigran ilegal.
Dalam program tersebut UNHCR tidak hanya berfokus pada penerimaan suaka dan
pengungsi melainkan ikut serta memberikan bantuan kemanusiaan.127 Program ini secara
langsung berkoordinasi dengan pemerintah Italia melalui Ministry of Interior-Department for
Civil Liberties and Immigration. Selain itu program tersebut diikuti dengan beberapa
124 UNHCR,“Konvensi Dan Protokol Mengenai Status Pengungsi,” 1967. Hal. 5 125 UNHCR, Northern, Western, Central, and Southern Europe, 2015, Hal. 7. 126 (UNHCR), United Nations High Commissioner for Refugees. "UNHCR Refugees/Migrants
Response – Mediterranean". 127 Vicky Tennant dan Jane Janz, Refugee Protection and International Migration: a Review of
UNHCR Operational Role in Southern Italy, PDES, September 2009. Hal. 3-5
58
organisasi seperti International Organization for Immigration (IOM), Save for Children, dan
Italian Red Cros.128
Pada 2014, UNHCR memberikan bantuan dana sebesar 25 juta euro di setiap wilayah
Italia untuk membantu imigran ilegal. Bantuan tersebut merupakan dana tambahan dari
UNHCR yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar para imigran, seperti kebutuhan
sandang, pangan, dan papan. Bantuan tersebut berupa kebutuhan dasar manusia merupakan
bentuk humanitarian assistance dari UNHCR.129
Strategi ini diterapkan oleh Italia dalam rangka untuk mempermudah serta
meringankan beban bagi negaraya dalam memenuhi kebutuhan dasar para imigran ilegal. Hal
tersebut dilakukan untuk melindungi serta memenuhi kebutuhan dasar imigran tersebut yang
merupakan salah satu implementasi dari komitmen Italia terhadap penegakan Deklarasi
Universal HAM 1948 dan Konvensi Jenewa 1951. Sejak UNHCR mulai mengevakuasi
orang-orang yang membutuhkan perlindungan internasional dari Libya pada akhir 2017 lalu,
sebanyak 4.000 imigran yang telah dipulangkan dari negara-negara di Uni Eropa, sebagian
kecil imigran menuju Nigeria karena posisinya yang dekat dengan Libya. Sementara sisanya,
sekitar 800 orang dipindahkan ke Italia dan 300 dibawa ke pusat transit darurat di
Rumania.130
128 Ibid, Hal. 2. 129 UNHCR, Northern, Western, Central, and Southern Europe, 2015, Hal. 4. 130 European Council on Refugees and Exiles, 2008. Sharing Responsibility for Refugee Protection in
Europe: Dublin Reconsidered. ECRE. Retrieved 2008-03-31.
59
D. Kerjasama Italia dan International Organization For Migration (IOM) Terkait
Imigran Ilegal
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) adalah organisasi antar pemerintah
yang memberikan layanan dan nasihat tentang migrasi kepada pemerintah dan migran,
termasuk pencari suaka internal, pengungsi, dan pekerja migran. Pada September 2016, IOM
menjadi organisasi terkait di PBB. IOM awalnya didirikan pada tahun 1951 sebagai komite
antar pemerintah untuk Migrasi Eropa (ICEM) untuk membantu memukimkan kembali
orang-orang yang terlantar akibat Perang Dunia II.131
IOM berkomitmen pada prinsip bahwa migrasi yang manusiawi dan tertib akan
menguntungkan para migran dan juga masyarakat. Sebagai organisasi internasional
terkemuka untuk migrasi, IOM bertindak dengan mitranya di komunitas internasional untuk
membantu dalam memenuhi tantangan operasional yang berkembang dari manajemen
keimigrasian, mendorong pembangunan sosial dan ekonomi melalui migrasi internasional
dan menjunjung tinggi martabat manusia dan kesejahteraan para migran. Per Maret 2019,
Organisasi Internasional untuk Migrasi ini memiliki 173 negara anggota dan delapan negara
pengamat.132
Misi IOM di Italia berfungsi sebagai kantor koordinasi negara Mediterania, baik
dalam hal operasional maupun dalam hal mengembangkan strategi pengelolaan aliran
migrasi. Kegiatan mencakup berbagai bidang intervensi, seperti dalam kerjasama teknis,
counter-trafficking dan bantuan kepada korban, migrasi dan pembangunan, buruh dan migrasi
melingkar, membantu sukarela kembali termasuk reintegrasi di negara asal, memfasilitasi
penyatuan keluarga melalui Pengujian DNA, kegiatan informasi publik untuk
mempromosikan pemahaman yang lebih baik dari fenomena migrasi, inisiatif penelitian,
131 Megan Bradley (2017). "The International Organization for Migration (IOM): Gaining Power in the
Forced Migration Regime". Refuge: Canada's Journal on Refugees. 33 (1): 97 132 "Observer States". International Organization for Migration. 2015-02-11. Diakses 11 Agustus 2020.
60
pekerjaan medis termasuk pencegahan penyebaran penyakit dan fasilitasi informasi dan akses
ke perawatan kesehatan masyarakat oleh imigran di Italia.133
IOM juga bekerja untuk membantu memastikan manajemen migrasi yang tertib dan
manusiawi, untuk mempromosikan kerja sama internasional dalam masalah migrasi, untuk
membantu dalam mencari solusi praktis untuk masalah imigrasi dan untuk memberikan
bantuan kemanusiaan kepada para imigran yang membutuhkan, baik itu pengungsi, pencari
suaka, ataupun orang yang terlantar.134
IOM Italia mempromosikan dialog melalui workshop dan seminar internasional
tentang topik yang berhubungan dengan migrasi, hal ini mengembangkan informasi dan
program pelatihan untuk pejabat dan praktisi IOM juga melakukan proyek percontohan untuk
migrasi selektif (identifikasi dan penilaian keterampilan calon migran di bidang tekanan
migrasi utama) serta menguraikan orientasi dan modul integrasi bagi pekerja migran.135 IOM
juga hadir di Lampedusa bersama dengan UNHCR, Save the Children dan Italy Red Cross di
lokasi pendaratan di Sisilia dan di pusat resepsi di Trapani, Caltanissetta, Siracusa, di mana
organisasi ini memberikan informasi kepada para migran mengenai hak mereka dan pada
setiap risiko yang berhubungan baik secara legal maupun ilegal untuk tinggal di Italia.136
E. Kerjasama Italia dengan Frontex
Konsep kerjasama internasional telah digunakan secara khusus dalam literatur tentang
hubungan internasional yang memperdebatkan bagaimana kerjasama muncul dan bertahan
dalam suatu sistem internasional yang anarkis. Definisi standarnya adalah bahwa kerjasama
terjadi ketika para aktor negara menyesuaikan perilaku mereka dengan preferensi aktual atau
133 "IOM Releases New Data on Migrant Fatalities Worldwide: Almost 40,000 Since 2000". IOM –
International Organization for Migration. Diakses 29 September 2020. 134 International Organization for Migration, Diakses pada 2 September 2020 How the World Views
Migration: IOM - Gallup World Poll. 135 "Migration Flows to Europe – Quarterly Overview" (PDF). International Organisation of Migration.
October 2017. Diakses pada 4 September 2020. 136“Irregular Migrant, Refugee Arrivals in Europe Top One Million in 2015 : IOM". Diakses 20
September 2020.
61
yang diantisipasi dari orang lain (Axelrod & Keohane 1985: 226). Oleh karena itu, konsep
kerjasama internasional menggambarkan interaksi-interaksi untuk mencapai tujuan
bersama.137
Menurut KJ Hostli Kerjasama internasional adalah bentuk hubungan yang dilakukan
oleh suatu negara dengan negara lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan
untuk kepentingan negara-negara di dunia. Kerjasama internasional, yang meliputi kerjasama
di bidang politik, sosial, pertahanan keamanan, kebudayaan, dan ekonomi, berpedoman pada
politik luar negeri masing-masing negara. Karena pada hakikatnya, semua negara di dunia ini
tidak dapat berdiri sendiri untuk memenuhi kebutuhan terlebih lagi dalam meningkatkan
perkembangan dan kemajuan untuk masing-masing aktor negara.138
Kerjasama Italia dengan negara-negara Uni Eropa dalam hal pencari suaka dan
imigrasi mulai intensif dibicarakan sejak tahun 1990. Ketika itu muncul kebutuhan untuk
bersama guna mengatur proses dan standar penerimaan pengungsi dan pencari suaka di
wilayah UE. Kerjasama ini berguna untuk mencegah upaya-upaya para pencari suaka untuk
mencoba memasuki wilayah negara-negara UE dengan melakukan aplikasi di beberapa
negara setelah mereka mendapatkan penolakan di satu negara UE. Untuk itulah pada tahun
1990, 15 negara UE menyepakati adanya The Dublin Convention yang mengatur pencari
suaka akan mendapatkan satu kali pelayanan pencarian suaka di tempat pertama mereka
masuk.139
137 Keohane, “After hegemony : cooperation and discord in the world political economy”, 1984.
Princeton, NJ: Princeton University Press. 138 K.J Holsti, Politik Internasional, Kerangka Untuk Analisis , Jilid II, Terjemahan M. Tahrir Azhari,
(Jakarta: Erlangga, 1988), 652-653. 139 AIDA, “The Dublin System in the First Half of 2017 Key figures from Selected European
Countries”, Agustus 2020, hal 5.
62
1. Operation Mare Nostrum
Operasi Mare Nostrum adalah operasi angkatan laut dan udara yang dijalankan
selama setahun yang dimulai oleh pemerintah Italia pada 18 Oktober 2013, yang membawa
setidaknya 150.000 migran ke Eropa, terutama dari Afrika dan Timur Tengah. Operasi ini
berakhir pada tanggal 31 Oktober 2014 dan digantikan oleh Frontex 's Operation Triton.
Operasi ini dinamai setelah nama Romawi kuno dalam bahasa Latin untuk laut Mediterania
(Mare Nostrum yang berarti "Laut Kami").140
Gambar 4.1. Peta Penyebaran Operasi Mare Nostrum141
Komisi Eropa telah memberikan dukungan keuangan untuk operasi ini sebanyak € 1,8
juta Euro dari External Borders Fund. Mare Nostrum dioperasikan oleh Angkatan Laut Italia
untuk melihat dan memantau kapal-kapal yang beroperasi di dekat pantai Libya.142
Komponen pencarian dan penyelamatan operasi ini diklaim oleh kelompok-kelompok
140 "Frontex Joint Operation 'Triton' – “Concerted efforts to manage migration in the Central
Mediterranean". European Commission. 7 October 2014. Diakses pada 19 Agustus 2020. 141https://m.bpb.de/gesellschaft/migration/newsletter/195076/flucht-nach-europa. 142 Bodger, Julian (15 April 2015). "EU under pressure over migrant rescue operations in the
Mediterranean". The Guardian. Diakses 21Agustus 2020.
63
advokasi seperti Dewan Eropa untuk pengungsi dan telah menyelamatkan ribuan nyawa,
tetapi operasi itu secara politis tidak populer dan sangat mahal hanya untuk satu negara Uni
Eropa. Pemerintah Italia telah meminta dana tambahan untuk melanjutkan operasi, dari
negara-negara anggota UE lainnya, tetapi mereka tidak menawarkan dukungan yang
diminta.143
Dalam menajalankan operasi Mare Nostrum pihak Italia harus mengeluarkan dana
yang tidak sedikit, yaitu 9 juta Euro per bulan (Amnesti Internasional, 2014: 22). Biaya yang
tinggi ini ditanggung oleh pemerintah Italia sendiri, karena lemahnya dukungan dari negara-
negara di Uni Eropa. Italia tidak hanya menjadi negara tujuan, tetapi juga menjadi negara
transit bagi migran. Dijadikannya Italia sebagai negara transit mengakibatkan meluasnya
migrasi ireguler ke negara-negara lain di Uni Eropa lainnya khusunya negara di Eropa Utara
seperrti Swedia dan Jerman yang juga menjadi tujuan utama migran untuk ditinggali
(Reuters, 2016).144
Operasi ini berakhir pada tanggal 31 Oktober 2014 dan digantikan oleh Frontex 's
Operation Triton, yang mengoperasikan kemampuan pencarian dan penyelamatan yang lebih
kecil. Pengakhiran Mare Nostrum telah dikritik sebagai penyebab meningkatnya angka
kematian di antara para migran ke Eropa di Mediterania, yang meningkat sepuluh kali lipat
antara tahun 2014 dan 2015. Dua bencana kapal karam utama migran yang bersama-sama
menewaskan lebih dari 1000 orang dalam rentang waktu satu minggu pada bulan April 2015
menyebabkan panggilan untuk memperbarui operasi tersebut.145
143 Kingsley, Patrick (15 April 2015). "Migrants can't be left to die in the seas of Europe". The
Guardian. Diakses 19 Agustus 2020. 144 Europe's response: "Face-saving not a life-saving operation". Amnesty International. 24 April
Diakses pada 2 September 2020 Diakses 24 April Diakses pada 2 September 2020. 145 Kingsley, Patrick; Bonomolo, Alessandra; Kirchgaessner, Stephanie. "700 migrants feared dead in
Mediterranean shipwreck". The Guardian. Diakses 19 April 2020.
64
Operasi ini dihentikan pada satu tahun setelah dibentuk. Akibat meningkatnya angka
migrasi ireguler dan kematian di laut, Operasi Mare Nostrum dapat dikatakan tidak efektif
karena belum dapat mencapai tujuan awal guna menekan angka pertumbuhan imigran ilegal
dan mengurangi angka kematian di Mediterania. Setelah dihentikannya Operasi Mare
Nostrum, Italia tetap menunjukkan konsistensi dalam mematuhi hukum laut dan HAM,
dengan tetap melakukan pengawasan dan penyelamatan di laut. Hal tersebut diperkuat
pernyataan Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi yang berkomitmen untuk menjadikan
masalah di Mediterania sebagai fokus kebijakan luar negerinya dan migrasi dijadikan agenda
politik yang penting.146
2. Operasi Triton
Triton adalah operasi yang dilakukan oleh Frontex, badan keamanan perbatasan Uni
Eropa. Operasi ini, di bawah kendali Italia, dimulai pada 1 November 2014 dan berakhir pada
1 Februari 2018 ketika digantikan oleh Operasi Themis. Operasi ini melibatkan sumbangan
sukarela dari 15 negara Eropa lainnya (baik negara anggota UE dan bukan anggota).
Kontributor sukarela saat ini untuk Operasi Triton adalah Kroasia, Islandia, Finlandia,
Norwegia, Swedia, Jerman, Belanda, Prancis, Spanyol, Portugal, Austria, Swiss, Rumania,
Polandia, Lithuania, dan Malta147.
146 Frontex Triton operation to 'support' Italy's Mare Nostrum". ANSA. 16 October 2014. Diakses 15
Juli 2020. 147 "Frontex Joint Operation 'Triton' – Concerted efforts to manage migration in the Central
Mediterranean". European Commission. 7 October 2014. Retrieved 15 September 2020.
65
Gambar 4.2 Peta persebaran Operasi Triton148
Operasi ini dilakukan setelah Italia mengakhiri Operasi Mare Nostrum, yang dinilai
terlalu mahal untuk didanai satu negara. Tidak seperti Mare Nostrum, Operasi Triton
berfokus pada perlindungan perbatasan daripada pencarian dan penyelamatan, dan beroperasi
lebih dekat ke pantai Italia Pemerintah Italia menghabiskan biaya € 9 juta per bulan untuk
operasi yang berlangsung 12 bulan tersebut. Pemerintah Italia telah meminta dana tambahan
dari negara-negara anggota UE lainnya tetapi mereka tidak menawarkan dukungan yang
diminta.149 Aset operasi terdiri dari dua pesawat pengintai, tiga kapal dan tujuh tim staf yang
mengumpulkan intelijen dan melakukan proses penyaringan / identifikasi. Anggarannya
diperkirakan mencapai € 2,9 juta per bulan. 150
Operasi Triton berfokus pada aktivitas patroli perbatasan atas nama Uni Eropa dan
Penjaga Pantai Italia. Sejak operasi ini dimulai, jumlah migran yang tenggelam saat melintasi
Laut Tengah Mediterania telah menurun secara dramatis sejak dengan April 2015, kapal
148 https://www.ansa.it/webimages/img_457x/2014/10/14/3ae980dea04eb71d8ad27e4d42b2a418.jpg
149 Speri, Alice (4 October 2014). "Italy Is About to Shut Down the Sea Rescue Operation That Saved
More Than 90,000 Migrants This Year". VICE News. Diakses pada 2 September 2020. 150 "Frontex Joint Operation 'Triton' – Concerted efforts to manage migration in the Central
Mediterranean". European Commission. 7 October 2014. Diakses pada 9 September 2020
66
karam migran Libya mengakibatkan hanya kurang dari 1.000 kematian yang terjadi.
Organisasi Internasional untuk Migrasi mengatakan bahwa kematian di laut telah menurun
sembilan kali setelah berakhirnya Operasi Mare Nostrum151. The New York Times
melaporkan bahwa awal 2015 melihat penurunan 1.600% dalam jumlah migran tenggelam
ketika mencoba untuk menyeberangi Mediterania dibandingkan dengan periode yang sama
pada awal 2014. Pada 2015, kapal perang Kroasia BŠ-72 Andrija Mohorovičić bergabung
dengan upaya penyelamatan operasi tersebut.152
Pada 20 April 2015, setelah kecelakaan kapal migran Libya terjadi, para menteri Uni
Eropa mengusulkan untuk menggandakan ukuran Operasi Triton tetapi itu masih akan
meninggalkan misi dengan sumber daya lebih sedikit daripada opsi penyelamatan yang
dikelola Italia sebelumnya ( Operation Mare Nostrum ) yang anggarannya lebih dari 3 kali
lebih besar, memiliki 4 kali jumlah pesawat153 dan memiliki mandat yang lebih luas untuk
melakukan operasi pencarian dan penyelamatan untuk melintasi Laut Mediterania.154
Pada 23 April, pertemuan darurat lima jam diadakan dan kepala negara Uni Eropa
sepakat untuk melipat gandakan anggaran Operasi Triton menjadi €120 juta euro untuk
periode 2015-2016. Para pemimpin UE mengklaim bahwa ini akan memungkinkan
kemampuan operasional yang sama seperti yang dimiliki Operation Mare Nostrum pada
2013-2014. Sebagai bagian dari perjanjian, Inggris, yang posisinya saat itu masih menjadi
151 Denti, Antonio (19 April 2015). "Hundreds drown off Libya, EU leaders forced to reconsider
migrant crisis". Reuters. 152 "Andrija Mohorovičić" to take part in Joint Operation Triton". Ministry of Defence of the Republic
of Croatia. Diakses 10 October 2017. 153 Mackenzie, James; Emmott, Robin (20 April 2015). "Migrants' bodies brought ashore as EU
proposes doubling rescue effort". Reuters. Diakses 21 September 2020. 154 Kirchgaessner, Stephanie; Traynor, Ian; Kingsley, Patrick (20 April 2015). "Two more migrant
boats issue distress calls in Mediterranean". The Guardian. Diakses 21 April Diakses pada 2 September 2020
67
anggota dari UE sepakat untuk mengirim HMS Bulwark, dua kapal patroli angkatan laut dan
tiga helikopter untuk bergabung dengan Operasi.155
3. Operasi Themis
Operasi Themis mendukung upaya Italia dalam kontrol perbatasan, pengawasan dan
pencarian serta penyelamatan di Mediterania Tengah. Operasi gabungan ini dimulai pada
Februari 2018 dan menggantikan operasi Triton, yang diluncurkan pada tahun 2014. Operasi
Themis memiliki fokus penegakan hukum yang lebih baik sambil terus memasukkan
pencarian dan penyelamatan sebagai komponen penting. Wilayah operasinya mencakup Laut
Tengah Tengah dari perairan yang meliputi aliran dari Aljazair, Tunisia, Libya, Mesir, Turki
dan Albania. Petugas yang dikerahkan oleh agen Frontex juga mendukung otoritas Italia
dalam pendaftaran migran yang tiba di perbatasan.156
Operasi ini mencerminkan kebutuhan otoritas Italia, serta prioritas Frontex, Operasi
Themis juga memiliki komponen keamanan yang signifikan, termasuk pengumpulan intelijen
dan langkah-langkah lain yang bertujuan mendeteksi pejuang asing dan ancaman teroris
lainnya di perbatasan luar. Operasi ini membagikan informasi ini dengan otoritas Italia dan
Europol. Semua aset yang digunakan dalam kerangka Operasi Themis beroperasi di bawah
komando Kementerian Dalam Negeri Italia.157
Seperti operasi pendahulunya, Operasi Themis menjalankan prosedur keamanan
perbatasan di negara-negara Eropa sesuai dengan prinsip yang berlaku di EU. Baru-baru ini,
misalnya, Direktur Eksekutif Frontex Fabrice Leggeri mengatakan kepada sebuah terbitan
155 Sridharan, Vasudevan (24 April 2015). "EU to triple funding for 'Operation Triton' to tackle
Mediterranean migrant crisis". International Business Times. Diakses 24 April Diakses pada 2 September 2020 156 Mackenzie, James and Emmott, Robin. "Migrants' bodies brought ashore as EU proposes doubling
rescue effort". Reuters. Diakses 21 Agustus 2020. 157 Frontex Themis operation to 'support' Italy's Triton". ANSA. 20 Septembe 2018. Diakses 11
September 2020.
68
Malta bahwa kedatangan migran di Italia pada April 2019 telah meningkat 400%
dibandingkan dengan periode serupa pada 2018.158
F. Kerjasama Italia dengan Libya dalam Menekan Arus Imigran Ilegal yang
Masuk
Mengenai dampak kebijakan Italia terhadap situasi migran di Libya, Amnesty
International berpendapat bahwa ada kesepakatan antara perjanjian bilateral Italia-Libya
dengan meningkatnya jumlah migran yang ditempatkan di tahanan di Libya. Kesepakatan itu
membuat Italia berkomitmen untuk memberikan pelatihan dan sumber daya kepada penjaga
pantai Libya serta mendanai pusat-pusat migran, bersama dengan Uni Eropa, di mana
diperkirakan 4.500 orang saat ini ditahan.159
Pada tahun 2014, perjanjian bilateral tambahan ditandatangani dan langkah-langkah
kerjasama yang signifikan diperkenalkan di bawah kepresidenan Silvio Berlusconi. Program
penerbangan charter yang dibiayai oleh Italia untuk memindahkan migran tidak berdokumen
ke negara asal mereka dilaksanakan. Peralatan teknis dan program pelatihan disediakan untuk
mengontrol perbatasan Libya dengan lebih baik, termasuk kapal patroli dan peralatan sidik
jari. 160
Demikian pula, pembangunan pertama kamp untuk migran tidak berdokumen yang
dibiayai oleh Italia dibuat pada tahun 2003 di Gharyan, dekat Tripoli. Kamp tambahan
dibiayai pada tahun-tahun berikutnya, misalnya di Kufra dan Sebah. Isi rinci dari perjanjian
Juli 2003, yang mengatur kerja sama praktis antara pasukan keamanan kedua negara, tetap
berada di luar jangkauan publik. Selain itu, ada beberapa perjanjian informal yang isinya juga
158 ibid 159 Amnesty International (2005) Italy: Forcible Return/Fear for Safety/Fear of Torture. PUBLIC AI
Index: EUR 30/002/2005, 18 March. Diakses pada 15 Agustus 2020. 160 Paoletti, E. (forthcoming) ‘Agreements between Italy and Libya on Migration’, in Phillips, A. and
Ratcliffe, R. (eds), 1,001 Lights: The Best of British New Middle Eastern Studies. Cambridge: Cambridge
Scholars Publishing.
69
tidak pasti. Informalitas dan kerahasiaan seputar perjanjian sejauh ini menjadi ciri kerja sama
antara Italia dan Libya.161
Baru pada tahun 2008 hubungan bilateral mendapatkan dorongan lebih lanjut ketika
Silvio Berlusconi, mantan Perdana Menteri Italia dan Kolonel Muammar Al Gadhafy
menandatangani perjanjian persahabatan dan kerjasama (Trattato di amicizia) di Benghazi
pada tanggal 30 Agustus 2008. Perjanjian luas itu dinegosiasikan selama bertahun-tahun dan
disimpulkan untuk memberi kompensasi Libya atas kerusakan yang diakibatkan oleh masa
kolonial Italia. Italia berkomitmen untuk membayar $5 miliar selama periode 20 tahun,
termasuk pembangunan jalan raya yang telah lama diminta dari Tunisia ke Mesir. Jumlah
yang dialokasikan ke Libya memperkirakan investasi di sektor bangunan, serta beasiswa
untuk siswa Libya yang ingin belajar di Italia. Selain itu, perusahaan minyak nasional Italia,
ENI, memperpanjang kontrak Libya selama dua puluh lima tahun. 162
Keuntungan lain yang berasal dari Trattato di amicizia terletak pada kenyataan bahwa
Pasal 19 yang menyatakan bahwa para pihak berkomitmen untuk memperkuat kontrol
perbatasan untuk mengekang migrasi yang tidak sah. Dalam kunjungannya ke Benghazi,
Berlusconi juga mendorong implementasi cepat dari perjanjian sebelumnya Desember 2007
yang pada 2008, untuk diterapkan sepenuhnya.163
Pada 2 November, Memorandum of Understanding (MoU) 2017 antara Italia dan
Libya tentang kerjasama pembangunan,imigrasi ilegal, perdagangan manusia, penyelundupan
bahan bakar dan juga penguatan keamanan perbatasan, ditandatangani oleh Pemerintah Libya
161 Coluccello, S. and Massey, S. ‘Out of Africa: The Human Trade between Libya and Lampedusa’,
Trends in Organized Crime : 2005 hlm. 10, 77–90. 162 Aliboni, R. (2002) ‘Mediterranean Security and Cooperation: Interest and Role of Italy and Libya’.
Paper presented at the conference on ‘Libya and Italy as a New Model for North—South Relations’, Tripoli, 14–
15 April 163 Andrijasevic, R. (2006) ‘How to Balance Rights and Responsibilities on Asylum at the EU's
Southern Border of Italy and Libya’. Working Paper No. 27, Centre on Migration, Policy and Society,
University of Oxford. Diakses pada 3 September 2020.
70
yang diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Kesepakatan itu dipimpin oleh Fayez
al-Sarraj.164 MoU tersebut ditandatangani untuk 'memotong' rute Mediterania bagi para
migran yang datang dari Afrika, melalui Libya, untuk mencegah mereka mencapai pantai
Italia dan kemudian memasuki Uni Eropa (UE). Salah satu penerapannya menghasilkan
pembentukan beberapa pusat penahanan bagi pengungsi dan migran di wilayah Libya, yang
dibiayai oleh pemerintah Italia dan dijalankan oleh orang Libya 165
Di bawah perjanjian ini, Italia memberikan pelatihan dan sumber daya kepada penjaga
pantai Libya dan mendanai pusat-pusat migran, bersama dengan UE. Diperkirakan sekitar
4.500 orang ditahan di pusat tahanan. Badan Pengungsi PBB (UNHCR) telah menghitung
bahwa sekitar 36.000 orang telah dicegat oleh penjaga pantai Libya dan dikembalikan ke
Libya sejak perjanjian ditandatangani. 166
Pada akhir Oktober, Menteri Luar Negeri Italia, Luigi di Maio, berjanji untuk
memperbaiki perjanjian yang dapat diubah sewaktu-waktu dengan perhatian khusus pada
pusat dan kondisi para imigran. Secara khusus, pemerintah berjanji untuk meningkatkan
'koridor kemanusiaan' bagi orang-orang yang rentan di luar Libya dan meningkatkan
keberadaan UNHCR, yang saat ini hanya memiliki akses terbatas ke pusat-pusat penahanan.
Di Maio juga mengatakan bahwa Italia akan memastikan kepulangan 'sukarela' dan membuka
hotspot di Libya untuk mengidentifikasi, mendaftar dan mengambil sidik jari penuntut suaka
meskipun Libya bukan merupakan tanda tangan Konvensi Pengungsi 1951 dan jelas bukan
tempat yang aman. Selain itu, ada sedikit jaminan bahwa hotspot mengarah pada perbaikan
kondisi hak asasi manusia penuntut suaka dan migran.167
164 Human Rights Watch (2008) ‘US/Libya: Rice Should Press Tripoli to Improve Rights’. Available
from: http://www.hrw.org/english/docs/2008/09/02/libya19736.html . Diakses pada 23 September 2020. 165 Pastore, ‘Italy's Migration Contradiction’. Available from: http://www.opendemocracy.net/people-
migrationeurope/article_1744.jsp 2004 Diakses pada 20 September 2020. 166 UNHCR‘Stop ai respingimenti’. Available from: http://www.unhcr.it/news/dir/26/view/558/stop-ai-
respingimenti-in-libia-55800.html Diakses pad a 5 July 2020 167 ibid
71
MoU Italia-Libya 2017 diperbarui hanya sebulan setelah sebuah surat kabar Italia,
L'Avvenire, mengungkapkan bahwa pemerintah Italia bekerja sama dengan kepala penjaga
pantai Zawiyah yang terkenal di Libya, Abd al-Rahman 'Bija' Milad, untuk menghentikan
arus pengungsi yang datang dari pantai Libya. Dalam laporan Dewan Keamanan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) 2017, Bija diidentifikasi sebagai orang yang secara konsisten
dikaitkan dengan penyelundup manusia lainnya dan kekerasan terhadap para migran. 168
Tampaknya eksploitasi ilegal Bija sudah terkenal di Italia sebagaimana dikonfirmasi
oleh laporan Kementerian Pertahanan Italia pada tahun yang sama yang menurutnya Bija
telah mengendalikan bisnis penyelundupan dari barat Tripoli ke perbatasan dengan Tunisia
sejak 2015. Namun, segera setelah publikasi laporan tersebut, kasus Bija ikut serta dalam
diskusi setelah penandatanganan MoU.169
Pendaratan meningkat pesat dari tahun 2004 hingga 2008. Kedatangan ini mungkin
berasal dari kebijakan imigrasi yang ketat yang telah diterapkan Libya selama beberapa tahun
terakhir sebagai tanggapan atas kerjasamanya dengan Italia dan Uni Eropa. Pada Januari
2008, pemerintah Libya memutuskan untuk mendeportasi semua orang asing yang tidak
berdokumen, termasuk calon pencari suaka ke negara para imigran tersebut berasal170.
Kerjasama sering kali disertai dengan transfer kebijakan yang diharapkan secara
bertahap meningkatkan kapasitas hukum dan teknis negara penerima untuk mengelola arus
migrasi (legal atau tidak) dan suaka. Kelompok penelitian "Transit Migration" mengamati
168 Paoletti, E. (2008) ‘Readmission Agreements between Italy and Libya: A Relation among
Unequals?’ Paper presented at the Workshop on Readmission and Enforced Return – Ninth Session of the
Mediterranean Research Meeting, Montecatini Terme, 12–15 March. 169 Paoletti, E. (forthcoming) ‘Agreements between Italy and Libya on Migration’, in Phillips, A. and
Ratcliffe, R. (eds), 1,001 Lights: The Best of British New Middle Eastern Studies. Cambridge: Cambridge
Scholars Publishing. 170 Dell'Interno, Ministero (2007) ‘L'Accordo Italia—Libia sul pattugliament’, 29 December. Available
from:http://www.interno.it/mininterno/export/sites/default/it/sezioni/sala_stampa/comunicati/0866-2007-12-
29_I_contenuti_dellxaccordo_con_la_Libia.html_8783098.html. Diakses 11 September 2020.
72
proses bertahap transfer kebijakan, atau Europeanization, dengan mengacu pada sistem
migrasi dan kontrol perbatasan171
Dalam kasus Libya, ketahanan pola bilateral yang didasarkan pada interaksi informal
yang dibentuk oleh masalah keamanan jangka pendek mungkin memenuhi syarat dampak
transfer kebijakan tersebut, karena mungkin tidak secara langsung kondusif untuk perbaikan
besar. Untuk saat ini, situasi migran dan pengungsi di Libya tampaknya tidak mungkin akan
membaik sebagai hasil dari pola kerja sama yang diperkuat. Selain itu, dorongan untuk
fleksibilitas dan pengoperasian, yang sejauh ini telah membentuk kerja sama bilateral dalam
migrasi antara Italia dan Libya, mungkin dianggap oleh aktor Eropa lainnya sebagai opsi
yang bisa diterapkan untuk mengatasi keengganan Libya untuk meningkatkan standar
perlindungan pengungsi dan kepatuhan hak asasi manusia terhadap imigran.172
171 Zincone, G. and Caponio, T. (2006) ‘Immigrant and Immigration Policy-Making: The Case of
Italy’, IMISCOEWorkingPaper:Country Report. 172 ibid
73
BAB V
PENUTUP
Bagian ini merupakan bab terakhir sebagai penutup dari beberapa bab sebelumnya. Selain
itu bagian ini berisikan kesimpulan yang terdiri dari bab pertama sampai bab akhir. Pada
bagian terakhir ini membantu memberikan ringkasan singkat dari inti permasalahan yang
dibahas dimulai dari gambaran umum penanggulangan imigran ilegal di Italia, dampak yang
dihasilkan dari imigran ilegal, hambatan yang dialami oleh Italia dalam meminimalisir
imigran serta beberapa kebijakan dan kerjasama untuk merespon dampak tersebut.
A. Kesimpulan
Letak geografis Italia yang sangat strategis berada di wilayah semenanjung Eropa
Selatan yang berbatasan langsung dengan jalur laut Mediterania yang terletak di antara benua
Eropa dan Afrika, membuat Italia menjadi target utama para imigran ilegal yang masuk untuk
tinggal dan menetap di wilayahnya.
Pasca meletusnya Arab Spring yang terjadi di negara-negara Timur Tengah dan
Afrika Utara, para imigran berbondong-bondong untuk datang ke Italia. Alasannya mereka
adalah ingin mendapatkan perlindungan dari tekanan atau ancaman keamanan yang
disebabkan oleh konflik di negara-negara tempat mereka berasal yang bertujuan untuk
mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik dari negara asalnya.
Meningkatnya imigran ilegal setiap tahun, membuat pemerintah Italia merancang
rencana-rencana untuk meminimalisir datangnya imigran ilegal yang datang ke Italia seperti
membangun kerjasama dengan Uni Eropa dalam menerapkan kebijakan border control,
menerapkan kebijakan patroli perbatasan di laut Mediterania, melakukan serangkaian operasi
dijalur laut Mediterania seperti Operation Mare Nostrum, Operasi Triton dan Operasi Themis
74
yang merupakan suatu operasi penjagaan keamanan perbatasan laut dan kerjasama
internasional.
Respon normal yang dilakukan oleh Uni Eropa dengan berpedoman pada prinsip
Dublin Regulation dan CEAS ternyata menimbulkan masalah di negara-negara terdepan
yang menjadi pintu masuk pencari suaka ke Eropa. Akibatnya, Italia kewalahan menerima
pencari suaka. Namun, Italia lebih memilih untuk tetap menerima migran dan para pencari
suaka di negaranya terlepas pandangan pro dan kontra dari penduduk asli Italia sendiri. Hal
tersebut dilakukan sebagai bentuk konsistentsi terhadap penegakan nilai-nilai HAM yang
sesuai dengan Konvensi 1951 dan Deklarasi Universal HAM 1948, yaitu tentang memberikan
perlindungan serta kehidupan yang layak bagi para imigran yang pencari suaka yang masuk
ke wilayahnya.
Upaya kerjasama antara Italia dengan Libya dinilai berhasil dengan terciptanya MoU
antara Italia dan Libya yang disahkan pada 2 November 2017. MoU tersebut ditandatangani
untuk memotong rute Mediterania bagi para imigran yang datang dari Afrika khusunya
imigran yang masuk melalui perbatasan Libya, dan untuk mencegah imigran ilegal mencapai
pantai Italia dan kemudian memasuki negara Uni Eropa lainnya.
Dari hasil uraian sebelumnya, pertanyaan penelitian skripsi ini telah berhasil terjawab
dengan tebentuknya MoU antara Italia dan Libya, berbagai macam operasi di jalur
Mediterania dan upaya kerjasama Italia dengan Libya, Frontex, IOM, UNHCR untuk
menanggulangi imigran ilegal yang masuk serta direvisinya Dublin II Regulation membuat
beban Italia sangat berkurang karena arus imigran di perbatasan dapat di tekan serta adanya
kebijakan sharing responsibilities bagi negara anggota Uni Eropa untuk turut membantu
dalam menampung para imigran maupun para pencari suaka.
xii
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Arena MB, Nascimbene & G. Zincone, 2006. Legal and political overview Italy,
Amsterdam University Press.
Buzan, Barry (et.al.). 1998. Security: A New Framework for Analysis. Lynne Rienner
Publishers : London.
Buzan, Barry. 1990. People, State, and Fear: An Agenda for International Security
Studies in the Post Cold War Era. New York: Harvester Wheatsheaf.
Buzan, Barry. 1991. New Patterns of Global Security in the Twenty-first Century,
Lynne Rienner Publishers : London.
Caneva, Elena. 2014. The Integration of Migrants in Italy: An Overview of Policy
Instruments and Actors. European University Institute.
Caponio. 2002. Policy networks e immigrazione. Il caso delle politiche sociali a
Milano e a Napoli In A. Colombo & G. Sciortino (eds.), Stranieri in Italia. Assimilati ed
esclusi. Bologna: Il Mulino.
Coburn, Melissa. 2013. Race and Narrative in Italian Women's Writing Since
Unification. Fairleigh Dickinson Press.
De Divitiis, Valerio. 2011. Considerations over Factors Empowering Radicalization
in the European Union Perspectives on immigration and terrorism. Department of Social and
Political Studies : University of Milan. ISSN 1874 -6376.
De Haas, H. (2007). The myth of invasion: Irregular migration from West Africa to
the Maghreb and the European Union. Oxford:International Migration Institute.
xiii
Desimpelerae, Katrien. 2015. The Dublin Regulation: Past, Present, Future, Ghent
University : Belgia.
Dougherty, James & Pfaltzgraff Robert L. 1997. Contending Theories. New York:
Harper and Row Publisher.
Hammar T, European Immigration Policy. A Comparative Study. 1985 : Cambridge
University Press.
Hancock, M. Donald, dkk. 1998. Politics in Western Europe : an introduction to the
politics of the United Kingdom, France, Germany, Italy, Sweden, and the European Union
(2nd ed.). Chatham House Publishers. ISBN 978-1-56643-039-5.
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,
Bogor : Ghalia Indonesia.
Holsti, K.J. 1998. Politik Internasional, Kerangka Untuk Analisis. Jilid II,
Terjemahan M. Tahrir Azhari, Jakarta: Erlangga.
Ioannis, Cholezas and Tsakloglou Panos. 2008. The Economic Impact of Immigration
in Greece: Taking Stock of the Existing Evidence.
Martin, Baldwin. 2002. Southern European labour markets and immigration: A
structural and functional analysis. Panteion University.
Martin, Baldwin. 2006. Migration between Greece and Turkey: From the Exchange of
Populations to Non Recognition of Borders. Panteion University.
Martin, Lisa L. 2007. Noe liberalism dalam Internasional Relations
Theories:Discipline and Diversity. Oxford University Press.
Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Utama.
Paul, Batters and Joseph M.Siracusa. 2009. Globalization and Human security.
Rowman & Littlefield Publisher.
xiv
Roberto Orsi, 2013. The Quiet Collapse of the Italian Economy. The London School
of Economics. Archived from the original on 19 November 2014.
Romsan, Achmad, dkk. 2003. Pengantar Hukum Pengungsi Internasional: Hukum
Internasional dan Prinsip-Prinsip Perlindungan Internasional. Bandung : Sanic Offsite.
Siracusa, Joseph M dan Paul Battersby. 2009. Globalization and Human security,
Rowman & Littlefield Publisher.
Todaro, Michael P. and Lydia Marusko, 1987. Illegal Migration and US Immigration
Reform: A Conceptual Framework. Population Development
Triandafyllidou, Anna. 2001. Immigrants and National Identity in Europe, London:
Routledge Press.
W, Brierley and Giacometti L. 1996. Italian national identity and the failure of
regionalism, in B Jenkins and S Sofos (eds), Nation and Identity in contemporary Europe.
London: Routledge.
Artikel dan Jurnal :
Abernethy, Virginia & Lundberg, Jan C. 2012. "The Road to Overpopulation is
Roads". Culture Change. Archived from the original on 19 January 2012. Diakses 4 Juli
2020.
Albani, Mauro. 2011. La popolazione straniera residente in Italia nel 2011. ISTAT.
(22 September 2011). Diakses pada 7 Juli 2020.
Alegi, Peter. 1992. Italy’s new Citizenship Law, Bologna: II Mulino, 1992. USMRA-
SI ,website http://www.expatsinitaly.com/node/140. Diakses 16 Agustus 2020.
Amnesty International. 2005. Italy: Forcible Return/Fear for Safety/Fear of Torture.
PUBLIC AI Index. Diakses 3 Juli 2020.
Analisi Paolo Gentiloni, Pagella Politica. 22 Juli 2020.
xv
Analysis of the external dimension of the EU's asylum and immigration policies. 2010.
European Parliament. Diakses 22 Agustus 2020.
Andrija, Mohorovičić to take part in Joint Operation Triton. Ministry of Defence of
the Republic of Croatia. Diakses 10 October 2020.
Andrijasevic, R. 2006. How to Balance Rights and Responsibilities on Asylum at the
EU's Southern Border of Italy and Libya’. Working Paper No. 27, Centre on Migration,
Policy and Society, University of Oxford. Diakses pada 3 September 2020.
Bertola, Giuseppe & Daniele Checchi, 2007. Oppedisano Veruska. Private School
Quality in Italy (PDF). Discussion Paper Series. IZA Institute of Labor Economics (IZA DP
No. 3222).
Bovens, L. et al. 2012. Measuring Common Standards and Equal Responsibility-
Sharing in EU Asylum Outcome Data. Diakses pada 1 Agustus 2020.
Bradley, Megan. 2017. "The International Organization for Migration (IOM):
Gaining Power in the Forced Migration Regime". Refuge: Canada's Journal on Refugees. 33
(1): 97
Chaloff, J. 1998. Current Research into Education for Immigrants in Italy, Paper
presented in the 4th International Metropolis Conference, Washington DC, December 1999.
Clayton, J., & Holland, 2015. Over one million sea arrivals reach Europe in 2015.
Retrieved from UNHCR: http://www.unhcr.org/5683d0b56.html 5 December 2015, diakses
pada 7 Juli 2020.
Coluccello, S. and Massey, S. 2005. Out of Africa: The Human Trade between Libya
and Lampedusa. Trends in Organized Crime. hlm. 10, 77–90
Denti, Antoni. 2015. Hundreds drown off Libya, EU leaders forced to reconsider
migrant crisis. Reuters.
xvi
Donella Meadows. 1986. Poverty Causes Population Growth. Archived from the
original on 30 October 2013. Diakses 19 Juli 2020.
Feher, Margit. 2015. Hungary Deploys 'Border Hunters' to Keep Illegal Immigrants
Out. The Wall Street Journal. Diakses 18 Juli 2020.
Ferruccio, Pastore and Paoletti, E. 2008. Readmission Agreements between Italy and
Libya: A Relation among Unequals? Paper presented at the Workshop on Readmission and
Enforced Return – Ninth Session of the Mediterranean Research Meeting, Montecatini
Terme, 12–15 March.
Frisina Doetter, Lorraine and Götze, Ralf. 2011. The Changing Role of the State in
the Italian Healthcare System, TranState Working Papers No. 150 : 2011.
Heckmann, Friedrich. 2004. Ilegal Migration: What Can We Know And What Can We
Explain? The Case of Italy. International migration review Volume 38 Hal.1106.
Human Rights Watch. 2008. ‘US/Libya: Rice Should Press Tripoli to Improve
Rights’. Available from: http://www.hrw.org/english/docs/2008/09/02/libya19736.html .
Diakses pada 23 September 2020.
Immigration Policy Implementation In Italy, 2009. New York: Russell Sage
Foundation.
Italy, Migration Policy Centre - MPC, October 13, 2015, diakses pada 29 September
2018, http://www.migrationpolicycentre.eu/italy/.
Journal of the Abroad, 2013. Public order Minister appeals for EU’s help with illegal
migrationproblems.Diakses dari http://journaloftheabroad.wordpress.com/2013/06/21/public-
order-minister-appeals-for-eus-help-with-illegal-migration-problems/pada 1 September 2020.
Kate O’Neill. 2009. The Environment and Internasional Relations. h. 106
Kingsley, Patric, Bonomolo Alessandra and Kirchgaessner Stephanie. 700 migrants
feared dead in Mediterranean shipwreck. The Guardian. Diakses 19 April 2020.
xvii
Krogstad, Phillip Connor & Jens Manuel. 2011. Many worldwide oppose more
migration – both into and out of their countries. Pew Research Center. Retrieved 2 Juli 2020.
"Inmigración y medio ambiente centran la inquietud de los”
La Spina, A. 1996, ‘Partiti e mercato: le politiche di regolazione’, in Il gigante dai
piedi. d'argilla, in M. Cotta and F. Isernia (eds), (CHECK title) pp. 273-336
Mackenzie, James and Emmott, Robin. "Migrants' bodies brought ashore as EU
proposes doubling rescue effort". Reuters. Diakses 21 Agustus 2020.
Moritz, Michael D. 2015. The Value of Your Ancestors: Gaining 'Back-Door' Access
to the European Union Through Birthright Citizenship. Duke Journal of Comparative &
International Law . Volume 26 : 239–240.
Observer States". International Organization for Migration. 2015-02-11. Diakses 11
Agustus 2020.
Office of health Economics. "International Comparison of Medicines Usage:
Quantitative Analysis" (PDF). Association of the British Pharmaceutical Industry. Archived
from the original (PDF) on 11 November 2015. Diakses 17 Juli 2020
Paoletti, E. (forthcoming) ‘Agreements between Italy and Libya on Migration’, in
Phillips, A. and Ratcliffe, R. (eds), 1,001 Lights: The Best of British New Middle Eastern
Studies. Cambridge: Cambridge Scholars Publishing
Pastore,‘Italy'sMigrationContradiction’.Availablefrom:http://www.opendemocracy.n
et/people-migrationeurope/article_1744.jsp 2004 Diakses pada 20 September 2020.
Patricia Weiss Fagan, “Uprooted and Unrestored: A comparative review of durable
solutions for people displaced by conflict in Colombia and Liberia” Policy Development and
Evaluation Service, UNHCR, August 2020.
xviii
Raithel, Silvia. 2016. The Common European Asylum System: Its History, Content,
and Shortcomings – The Michigan Journal of International Law. The Michigan Journal of
International Law. (9 February 2016). Retrieved 30 Agustus 2020
Ramos, Juan. 2018. Push And Pull Factors Of Migration, Science Trends, 8
Desember 2018, diakses pada 6 Juli 2020, https://sciencetrends.com/politics-economics-
influence-push-pull-factorsmigration/.
Recognition of the Italian Citizenship . Consulate General of Italy in New York. April
9, 2015 . Diakses 15 Juli 2020
Sawyer, Caroline. 2012. Textbook on Immigration and Aylum Law London: Oxford
University Press. h. 194.
Scammell, Rosie "Mediterranean migrant crisis: number of arrivals in Italy in 2015
passes 50,000". The Guardian : (7 June 2015). Diakses 19 Juli 2020.
Scarcella, Roberto. 2016. In Europa la fabbrica della cittadinanza: così funziona il
business dei passaporti comprati. La Stampa.it (in Italian). Retrieved 29 June 2020
Schmid, Alex, 2016. Links Between Terrorism and Migration: An Exploration (PDF).
Terrorism and Counter-Terrorism Studies. 2016. doi:10.19165/2016.1.04.
Sopemi, 2000. Immigration and Foreign Presence in Italy, 1998-1999, Rome:
Fondazione CENSIS, January 2000.
Speri, Alice. 2014. Italy Is About to Shut Down the Sea Rescue Operation That Saved
More Than 90,000 Migrants This Year. VICE News. Diakses pada 2 September 2020.
Sridharan, Vasudevan. 2015. EU to triple funding for 'Operation Triton' to tackle
Mediterranean migrant crisis". International Business Times. Diakses 24 April Diakses pada
2 September 2020
Statistiche immigrazione". Italian Ministry of the Interior. Diakses 13 Agustus 2020.
xix
Stephanie, Kirchgaessner, Traynor, Ian Kingsley and Patrick.2015. Two more migrant
boats issue distress calls in Mediterranean. The Guardian. Diakses 21 April Diakses pada 2
September 2020.
Stephen Kabera, 2008, Transparency and Proportionality in the Schengen
Information System and Border Control Co-operation, Martinus Nijhoff, Boston, h. 45
Study on the Feasibility of Establishing a Mechanism for the Relocation of
Beneficiaries of International Protection (PDF). European Commission. July 2010. Diakses
28 Juli 2020.
Sunderland, Judith. L’intolleranza quotidiana La violenza razzista e xenofoba in
Italia, diakses 17 Juli 2020.
Suro, Roberto. 2005. Survey of Mexican Migrants, Part One: Attitudes about
Immigration and Major Demographic Characteristics (PDF). Pew Hispanic Center. Archived
(PDF) from the original on 11 December 2009. Diakses 11 December 2020.
Tennant,Vicky dan Jane Janz, 2009. Refugee Protection and International Migration:
a Review of UNHCR Operational Role in Southern Italy, PDES, September 2009. Hal. 3-5.
The World Today (PDF). Diakses tanggal 18 Juli 2020. The designations employed
and the presentation of material on this map do not imply the expression of any opinion
whatsoever on the part of the Secretariat of the United Nations concerning the legal status of
any country. Reparations for Injuries Suffered in the Service of the United Nations, ICJ,
1949, hlm. 178.
Tim Stockholm. 2015. The Mediterranean Migrant Crisis: A Critical Challenge to
Global Nation‐States. London: University of East London, Centre for Social Justice and
Change. Working Paper Series No. 3.
Todaro, Michael P. and Lydia Marusko, 1987. Illegal Migration and US Immigration
Reform: A Conceptual Framework. Population Development Review 13 Hal. 101-114
xx
Veneziani, M. La rivoluzione conservatrice in Italia: genesi e sviluppo dell’ideologia
italiana fino ai nostri giorni. Varese: Sugarco, second edition (first edition 1987).
Zincone, G. and Caponio, T. 2006 Immigrant and Immigration Policy-Making: The
Case of Italy, IMISCOE Working Paper : Country Report.
Website dan Laporan Resmi (Report) :
Amnesty International. 24 April Diakses pada 2 September 2020 Diakses 24 April
Diakses pada 2 September 2020.
Bodger, Julian (15 April 2015). "EU under pressure over migrant rescue operations
in the Mediterranean". The Guardian. Diakses 21Agustus 2020.
Daunt, Joe. 2015. Video: The EU migrant crisis explained in 90 seconds – Telegraph.
The Daily Telegraph. London : 22 April 2015. Diakses 28 Juni 2020.
Dell'Interno, Ministero (2007) ‘L'Accordo Italia—Libia sul pattugliament’, 29
December. Diakses 11 September 2020.
DublinRegulation.2020.,https://ec.europa.eu/homeaffairs/whatwedo/policies/asylum/e
xamination of applicants_en, diakses pada tanggal 8 Agustus 2020.
European Commission. 2016. European Agenda on Migration – Legislative
documents Diakses pada 25 Agustus 2020.
European Commission. 2016. The Common European Asylum System. Publication
Office. European Commission
European Commission. 2017, European Border and Coast Guard Agency (Frontex),
available at URL: http://europa.eu/european-union/about-eu/agencies/frontex.
xxi
European Council on Refugees and Exiles. 2008. Sharing Responsibility for Refugee
Protection in Europe: Dublin Reconsidered. ECRE. Dapat diakses di
http://www.ecre.org/component/content/article/134.html pada 1 September 2020.
European Union – Guide. politics.co.uk. Member states take it in turns to assume the
presidency of the Council of Ministers for six months at a time in accordance with a pre-
established rota.
Europpean Commission. 2013. EU's response to the “Arab Spring”: The State-of-
Play after Two Years, Brussels : Media Press. Diakses pada 24 Agustus 2020.
Fakta mengenai Jerman-Migrasi dan Integrasi”, dari website http://www.tatsachen-
ueber-deutschland.de/id/masyarakat/main-content-08/migrasi-danintegrasi.html, diakses pada
tanggal 2 Juli 2020
Frontex Joint Operation Triton. 2014. Concerted efforts to manage migration in the
Central Mediterranean. European Commission. 7 October 2014. Diakses pada 19 Agustus
2020.
Frontex Triton operation to support Italy's Mare Nostrum. ANSA. 16 October 2014. Diakses
15 Juli 2020
Frontex, Greek Ministry for Public Order. The Wallstreet Journal dapat diakses
http://hellenicleaders.com/blog/amnesty-internationals-report-on-immigration-in-greece-a-
call-for-international-action/#.VwYz2Pl96Cg pada 7 Juli 2020. 12.45
Hayden, Sally. "Migrants deaths in Mediterranean reach record percentage". The
Irish Times:2017.
Hilfeschrei aus Italien! Das Land droht mit krassen Massnahmen gegen Flüchtlinge
(in German). Blick – Ausland. Diakses 29 Juli 2020.
Hundreds of Migrants Believed Dead in Shipwreck Off Libya, Says UNHCR". The
Wall Street Journal. 19 April 2015. Diakses 19 April 2015
xxii
International Organization for Migration, Diakses pada 2 September 2020 How the
World Views Migration: IOM - Gallup World Poll. dapat diakses di
https://www.iom.int/news/how-world-views-migration-iom-gallup-world-poll pada 26
Agustus 2020. 05.3
IOM Releases New Data on Migrant Fatalities Worldwide: Almost 40,000 Since
2000. IOM – International Organization for Migration. International Organization for
Migration. Diakses 29 September 2020.
Irregular Migrant, Refugee Arrivals in Europe Top One Million in 2015 : IOM".
Diakses 20 September 2020.
Italian coastguard and navy rescue 3,300 migrants off coast of Libya". Deutsche
Welle.
Kingsley, Patric. 2015. "Migrants can't be left to die in the seas of Europe. The
Guardian. Diakses 19 Agustus 2020.
Lampedusa and Immigration at the Mediterranean: Tragedies, Dilemmas and
International Conflicts. A Crossroad for Europe". Festival d'Europa. Archived from the
original on 6 September 2015. Diakses 21 Juli 2020.
Law No. 555 of 13 June 1912 on Italian citizenship Law No. 555, on Italian
citizenship (PDF) (in Italian). Italian Ministry of Foreign Affairs . Diakses 15 Juli 2020.
Libya's people smugglers: inside the trade that sells refugees hopes of a better life |
World news". The Guardian. Diakses 22 Juli 2020.
Migration Flows to Europe – Quarterly Overview" (PDF). International Organisation
of Migration. October 2017. Diakses pada 4 September 2020.
N. C, Aizenman. 2007. Young Migrants Risk All to Reach U.S." The Washington
Post. (28 August 2006). Archived from the original on 11 October 2007. Diakses 13 Juli
2020.
xxiii
OECD data 2006, cited in World migration 2008, Hammersmith Press, 2008, ISBN
978-92-9068-405-3, pp. 409–10.
OECD Glossary of Statistical Terms - EU15 Definition. stats.oecd.org. Diakses 13
Juli 2020.
On the Mediterranean refugee patrol with the Bundeswehr". Deutsche Welle.
Diakses 22 Juli 2020.
Scammell, Rosie "Mediterranean migrant crisis: number of arrivals in Italy in 2015
passes 50,000". The Guardian : 7 June 2015. Diakses pada 19 Juli 2020.
The Dublin System in the First Half of 2017 Key figures from Selected European
Countries”, Agustus 2020, hal 5.
UNHCR, 2017, Europe Monthly Report , available at URL:
https://reliefweb.int/report/italy/unhcr-europe-monthly-report-september-2017.
UNHCR,‘Stopairespingimenti’.Diakses:http://www.unhcr.it/news/dir/26/view/558/sto
p-ai-respingimenti-in-libia-55800.html Diakses pad a 5 July 2020
UNHCR. 2015. UNHCR Subregional Operations Profile-Northren, Western, Central, and
Southern Europe,” Diakses pada 2 September 2020 .
UNHCR. 2016, Europe’s Refugee Emergency Response. Diakses 25 Agustus 2020.
UNHCR. Europe Refugees and Migrants Emergency Response: Nationality of
Arrivals to Greece, Italy, and Spain January-December 2015, 2016
UNHCR. Konvensi Dan Protokol Mengenai Status Pengungsi,” 1967. Hal. 5
UNHCR. Northern, Western, Central, and Southern Europe, 2015, Hal. 7.
UNHCR. United Nations High Commissioner for Refugees. UNHCR
Refugees/Migrants Response – Mediterranean.
xxiv
LAMPIRAN 1
Hasil Wawancara dengan Lotfi Fatima Ezzahra
( kepala staff immigration coustura di Milano, daerah regional selatan Lombardia di Italia.)
Minggu, 20 September 2020, pukul 11.30 WIB-12.00 WIB
1. What are the interests of Italy in dealing with groups of illegal immigrants with
European Union (be it from an economic, security or other perspective)?
With the existence of joint patrols of three countries, especially by Frontex for looking illegal
immigrant groups, were reduced drastically and really hope that no more illegal immigrants
came, especially from Libya. Then, even though many ships passed by, the vast Mediteranian
Sea and ships. The group of illegal immigrants plus the presence of sea patrols has managed
to narrow their space for landings on the island of Italy.
2. According to your understanding and observations, what do you think about the
events of the European migrant crisis? What are these events becomes a big issue
that can affect the survival of the European Union?
I think yes, because of the current issue of the migrant crisis unprecedented in Europe.
Already a lot migrants entering Europe, but never this badly. So this sort of a touchstone for
their integration program. And there is evidence of the impact is like Brexit (one of the
reasons the UK dropped out on the issue migrants), not to mention there are cases from other
countries where they are does not want to comply with EU policy on refugees. So the issue of
crisis This migrant is indeed a big and very influential issue.
xxv
3. In Italy you are more concerned about the countries on the other side of the
Mediterranean Sea. What future do you see for them in their relation to the EU?
It is difficult to say. In general, we need to reassess the whole policy. The European
Neighbourhood Policy has failed both in the east and in the south. In creating a new one we
should take care not to overestimate our power to actually impact the events in other
countries. We are used to thinking that we can do it, that we have a certain degree of control
and influence over them. But the events of the past few years – Syria, Tunisia and Albania or
Libya – have proven how little we can do there.
4. Given that most of the illegal immigrants arrive through the Mediterranean, it
seems understandable that Italy considers it to be an important topic. But how
would you convince the northern EU countries that migration is also their
concern?
It is a threat for the whole of the EU. 170,000 migrants who arrived illegally on the shores of
Sicily are a proof of that. Many of these people cannot or do not want to be identified – there
are a potential security threat to the whole of Europe in terms of terrorist and criminal
infiltration, besides the economic concerns. Last year’s Ebola virus outbreak in Africa also
underlined the health risks carried by immigrants whose country or area of origin cannot be
ascertained.
5. What are the most significant of these changes, in your view?
There are two main areas. First it is the economy policy of the European Union. From the
beginning the government of Matteo Renzi has declared that Europe should focus on growth
rather than austerity. Throughout our presidency we managed to get EU support for growth-
oriented policies, such as Commission President Jean-Claude Juncker’s investment plan.
xxvi
The second one is migration. This topic was not even on the agenda a few years back, but we
have managed to make a significant difference here. It is important to notice, though, that it
is only the beginning of a process.
6. What are the changes brought by Italy to the EU’s migration policy?
First we have managed to focus the debate within the EU on migration – we have put
especially uncontrolled, illegal migration in the bigger picture of European policy.
The fact that in the Juncker Commission there is a dedicated Commissioner for migration is a
proof of the increased importance the EU puts on this issue. We have also began a debate on
a structured, organised EU approach to migration – rather than ad hoc, emergency
responses, as was the case with the Lampedusa tragedy. All in all, we have created a
monumental change in attitude. We have caused a significant rise of awareness of the
migration topic.
7. But is it a real, visible change?
Well, it is the beginning of discussion – a discussion we never had before. It will take some
time for the true long-term effects to take place. But there have also been some short- and
medium-term developments during our presidency. For example, we have managed to start
operation Triton, coordinated by the EU border agency Frontex.
…which has replaced the Italian operation “Mare Nostrum”
It is important to notice the often-confused difference between “Mare Nostrum” and Triton.
The latter is a border control operation, while the former is a search and rescue programme.
While they may seem similar in practice, they diverge on one important legal aspect, i.e. who
is responsible for the migrants intercepted during the operations. While in the case of “Mare
xxvii
Nostrum” it was us – Italy – that would be obliged to take care of them, in case of Triton, as
it is a border control mission, they fall under jurisdiction of whichever country’s border they
are trying to cross.
8. If immigration is so important, why then has the topic only came up on the EU
agenda recently?
The simple answer is that a common EU approach was not needed until recently. Before, we
used a bi- or multilateral approach, the countries affected by massive migrations managed to
work out a solution between themselves and the countries of origin.
But after 1989, after the end of the Cold War the situation has changed. When there had been
a bipolar world order, the migration situation was much more stable, the countries on the
European doorstep were more stable. But it has changed over the recent years. The world
has become much less stable, many of the countries in our neighbourhood have become
embroiled in internal conflicts. Before it was mostly economic migration, now a huge number
of people are running away from war and persecution. These factors make the previous,
limited in scale, approaches less effective in actually impacting the flow of migrants. We need
a coordinated approach.
9. Do you think that this situation will have a long-term impact on the EU?
Europe was built according to what was called a “functional method”, an apolitical and
technocratic process. It drew its legitimacy from its very success. It has provided prosperity
for Europe for a long time but now it is no longer the case. Now we have a problem. If you
don’t offer public goods to people, they start rejecting you. Maybe this is the end of the
functional method. We’ll see.
xxviii
LAMPIRAN 2
MoU Between Italy and Libya
Memorandum of understanding on cooperation in the fields of development, the fight
against illegal immigration, human trafficking and fuel smuggling and on reinforcing
the security of borders between the State of Libya and the Italian Republic.
The Libyan Government of National Accord and the Italian Government hereinafter referred
to as “The Parties”:
Are determined to work in order to face all the challenges that have negative repercussions on
peace, security and stability within the two countries and in the Mediterranean region in
general.
In the awareness of the sensitiveness of the present transition phase in Libya and given the
necessity to continue on supporting the efforts aimed at national reconciliation, in view of a
stabilization that would allow the formation of a civil and democratic State.
Recognizing that the common historical and cultural heritage and the strong bond of
friendship between the peoples of Libya and Italy are the basis to face the challenges deriving
from continuous and high flows of clandestine migrants.
Reaffirming the principles of sovereignty, independence, territorial integrity and national
unity for Libya, besides the principle of non-interference in internal affairs.
In order to implement the relevant agreements undersigned by the Parties, among which the
Treaty of Friendship, Partnership and Cooperation signed in Bengasi on August 30th 2008 -
xxix
in particular with respect to Article 19 of the same Treaty-, and the Tripoli Declaration of
January 21st 2012 as well as other agreements and memoranda on the subject.
The Parties have acknowledged Italy’s commitment to relaunch dialogue and cooperation
with African Countries of primary relevance for migratory routes, which has led to the
establishment of the ‘Fund for Africa’.
Considering the Italian initiatives implemented pursuant previous bilateral agreements and
memoranda of understanding, besides the support ensured to the revolution of February 17th.
In order to achieve solutions regarding some matters that negatively affect the Parties,
including the clandestine immigration phenomenon and its impact, the fight against terrorism,
human trafficking and fuel smuggling.
Reaffirming the resolute determination to cooperate in identifying urgent solutions to the
issue of clandestine migrants crossing Libya to reach Europe by sea, through the provision of
temporary reception camps in Libya, under the exclusive control of the Libyan Ministry of
Home Affairs, pending voluntary or forced return to the countries of origin, and working at
the same time with the view that countries of origin accept the return of their own citizens, by
concluding agreements to this end with these countries.
Recognizing that the measures and initiatives undertaken to address the illegal migrants’
situation in accordance with this Memorandum must not damage in any way the Libyan
social fabric or threaten the demographic equilibrium of the country or the economic situation
and the security conditions of Libyan nationals.
Highlighting the importance of Libyan land and sea borders’ control and security, in order to
ensure the reduction of illegal migratory flows, the fight against human trafficking and fuel
xxx
smuggling, besides highlighting the importance of benefiting from the experience of the
institutions involved in the fight against clandestine immigration and border control.
Considering the obligations deriving from international customary law and agreements to
which the Parties are bound, including Italy’s membership to the European Union, in the
framework of the legal systems in force in the two Countries, the two Parties confirm their
willingness to cooperate to implement the provisions and the purposes of this Memorandum
agreeing on what follows:
Article 1
The Parties commit themselves to:
A) start cooperation initiatives in conformity with programs and activities adopted by the
Libyan Presidential Council and the Libyan Government of National Accord, as regards the
support to security and military institutions’ in order to stem the illegal migrants’ fluxes and
face their consequences, in accord with what is foreseen by the Treaty of Friendship,
Partnership and Cooperation undersigned by the two countries and by the agreements and
memorandum of understanding undersigned by the Parties.
B) the Italian party provides support and financing to development programs in the
regions affected by the illegal immigration phenomenon, within different sectors, such as
renewable energy, infrastructure, health, transports, human resources development, teaching,
personnel training and scientific research.
C) the Italian party commits to provide technical and technologic support to the Libyan
institutions in charge of the fight against illegal immigration, and that are represented by the
border guard and the coast guard of the Ministry of Defence and by the competent bodies and
departments of the Ministry of Home Affairs.
xxxi
Article 2
In addition, The Parties commit to undertake actions in the following sectors:
1) completion of the system of border control in Southern Libya, according to what is
foreseen in Article 19 of the abovementioned Treaty.
2) adaptation and financing of the above mentioned reception centres already
active compliance with the relevant provisions, making recourse to funds made available by
Italy and the European Union. The Italian party contributes, through the delivery of
medicines and medical equipment, to the improvement of the illegal immigrants’ medical
needs in the centres, in the treatment of communicable and serious chronic diseases.
3) training of the Libyan personnel within the above mentioned reception centres to face
the illegal immigrants’ conditions, supporting the Libyan research centres operating in this
field so that they can contribute to the identification of the most adequate methods to face the
clandestine immigration phenomenon and human trafficking.
4) The Parties collaborate to propose within three months from the signature of this
memorandum, a wider and more complete view of Euro-African cooperation, to eliminate the
causes of irregular immigration, in order to support the countries of origin of immigration in
the implementation of strategic projects for development, raise the level of tertiary sectors to
improve life standards and health conditions, and contribute to the reduction of poverty and
unemployment.
5) support to the international organizations that are present and operate in Libya in the
migration sector in order to continue the efforts that are also aimed at returning migrants’ to
their countries of origin, including through voluntary return.
xxxii
6) start of development programs through adequate job creation initiatives within the
Libyan regions affected by illegal immigration phenomena, human trafficking and fuel
smuggling as “income replacement”.
Article 3
In order to accomplish the purposes of this Memorandum, the parties commit to establishing
a mixed committee, composed of the same number of members for both the parties,
identifying the priorities in action and the instruments to finance, implement and monitor the
commitments undertaken.
Article 4
The Italian party provides for the financing of the initiatives mentioned in this Memorandum
or the ones proposed by the mixed committee indicated in the previous article without
additional obligations for the Italian State’s budget in respect of the allocations already
foreseen, besides making use of available funds from the European Union, in respect of the
laws in force in the two countries.
Article 5
The Parties commit to interpret and apply the present Memorandum in respect of the
international obligations and the human rights agreements to which the two Countries are
parties.
Article 6
The disputes between the Parties regarding the present Memorandum’s interpretation and
application will be friendly negotiated by diplomatic means.
xxxiii
Article 7
The present Memorandum of understanding can be amended upon request of one of the two
Parties through an exchange of notes during the period of its validity.
Article 8
The present Memorandum comes into force from the signature. It has triennial validity and it
will be renovated by tacit agreement at the deadline for an equivalent period, unless a written
notification is presented by one of the two contracting Parties at least three months before the
deadline of the period of validity.
Elaborated and signed in Rome on February 2nd 2017 in two original copies, each one in
Arabic language and Italian language, all texts being equally authentic.
For the Libyan Government of National Accord:
Fayez Mustafa Serraj, President of the Presidential Council.
For the Italian Government :
Paolo Gentiloni, President of the Council of Ministers.