bab i persepak bolaan italia

Upload: pgranzhue

Post on 14-Jul-2015

157 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang MasalahSepak bola, suatu olahraga dengan tingkat kekerasan tertinggi di dunia dan juga berbagai masalah yang hampir setiap harinya selalu ada. Walaupun begitu, olahraga ini juga termasuk olah raga yang berkembang cukup pesat. Ini dibuktikan dengan hanya berselang 20 tahun sejak sepak bola diperkenalkan oleh Negara Inggris olahraga ini sudah digandrungi oleh mayoritas masyarakat dunia. Sepak bola juga memiliki kisah horror, yaitu ketika orang bar-bar dengan penuh kebrutalan bermain sepak bola dengan 25 orang setiap timnya. Bola yang dimainkan adalah kepala manusia yang masih berlumuran darah, yang berasal dari kepala rakyat jelata yang berstatus kriminal. Meskipun sepak bola penuh dengan kekerasan tetapi dalam sepak bola juga terdapat banyak taktik dan strategi yang mengesankan. Beberapa taktik dalam sepak bola adalah total football yang diperkenalkan oleh negara kincir angin, kick and rush yang diperkenalkan oleh negara Inggris dan juga Catenaccio atau pertahanan gerendel milik negeri Pizza, Italia. Italia merupakan suatu Negara yang berada di kawaasan Eropa selatan. Suatu Negara dengan tradisi sepak bola yang sudah sangat mengental di hati warga Italia. Dan juga merupakan negeri bertabur bintang sepak bola dan taktik yang jitu. Sebegitu hebatkah sepak bola Italia ? Benarkah mereka menempati kasta tertinggi di dunia sepak bola ?. Mungkin terlalu berlebihan jika Italia dengan pertahanan gerendelnya disebut sebagai nomer satu di jagad sepak bola. Tetapi percayalah, bahwa Italia sebagai salah satu penghuni kasta atas dunia sepak bola, sebanding dengan Brasil. Buktinya, hanya Italia-lah, Negara yang sanggup meraih gelar 2 piala dunia dan medali emas olimpiade secara berurutan. Hanya di Italia pula sepak bola mempengaruhi perikehidupan dan menjadi alat politik para penguasa. Sejarah

1

mencatat, dictator Fasis Benito Mussolini pernah memanfaatkan sepak bola demi kepopuleran paham fasis-nya. Pada akhir tahun 80-an banyak yang mengkritik tentang cara bermain kesebelasan Italia yang ekstra bertahan. Itu jelas kritikan yang salah. Bagaimanapun, catenaccio tetaplah salah satu seni dalam sepak bola. Dengan pasukan catenaccio ini pulalah Italia berhasil menyabet 3 kali gelar dunia dan 1 kali gelar Eropa. Alasan kami mengambil judul, Geliat persepak bolaan Italia dalam pentas dunia karena kami ingin agar pembaca lebih tahu tentang bagaimana sejarah persepak bolaan di Italia dan sepak terjang negeri pizza ini dalam pentas dunia.

1.2. Batasan MasalahKarena keterbatasan pengetahuan, waktu, dan buku penunjang, serta agar permasalahan dalam makalah ini dapat terarah pada titik permasalahan yang jelas, maka kami perlu membatasi cakupan permasalahan di makalah ini, yaitu : 1. Sejarah perkembangan sepak bola Italia 2. Jejak juara timnas Italia 3. Strategi timnas Italia (Catenaccio/pertahanan gerendel) 4. Kostum timnas Italia dari masa ke masa 5. Profil pemain legenda Italia 6. Profil pelatih legenda Italia 7. Profil pemain Italia masa kini

1.3.

TujuanMakalah ini tidak begitu saja kami buat, tetapi ada tujuannya juga, yaitu : 1) Agar pembaca mengetahui secara pasti prestasi apa sajakah yang telah berhasil diukir timnas Italia. 2) Supaya pembaca mengetahui lebih mendalam taktik pertahanan gerendel milik Italia

2

3) Agar pembaca mengerti siapa sajakah orang di balik kesuksesan timnas Italia di ajang dunia.

1.4. Manfaat PembahasanManfaat praktis dari penyusunan buku ini adalah : 1. Dapat digunakan sebagai buku penunjang sepak bola 2. Dapat mencontoh perjuangan pemain dan pelatih Italia yang bekerja keras, sehingga menjadi seperti ini 3. Dapat mencontoh cara bermain sepak bola ala Italia 4. Dapat menambah ilmu pengetahuan tentang sepak bola Italia

1.5.

Sumber data dan MetodeKami sebagai penulis mencari sumber data di berbagai tempat, mulai

perpustakaan umum, milik sendiri, dan pinjam dari teman. Dalam penulisan ini kami menggunakan metode Deskriptif Kualitatif atau dengan banyak membaca buku.

3

PEMBAHASAN2.1. SEJARAH PERKEMBANGAN SEPAK BOLA DI ITALIABelum ada Paolo Maldini, tak ada Gianluigi Buffon, Francesco Totti pun belum lahir. Tidak ada pula pemain top mancanegara semacam Kaka, Sheva, Ronaldo, ataupun Zidane. Lebih dari berabad-abad silam, belum ada bintangbintang lapangan hijau di Italia. Namun, sepak bola sudah sangat membumi antusiasme besar berlimpah sudah terlihat pada masyarakat Italia sejak dahulu kala. Jauh sebelum pelaut-pelaut Inggris, Swiss, dan Skotlandia memperkenalkan sepak bola pada abad-19, bangsa Italia sudah mengenal sejenis olahraga yang mirip sepak bola. Pada abad ke-15, sudah terlihat remaja-remaja Fiorence bermain olahraga yang dinamakan Guico Del Calcio Fiorentina di beberapa tanah lapang di kota ini yang sekilas mirip sepak bola. Bahkan, jauh sebelum itu, kekaisaran Romawi kuno biasanya mengadakan pertandingan mengolah bola yang dinamakan Piede Palla. Giovanni de Bardi seorang penulis Italia dalam bukunya yang berjudul Discorso Sopra II Gioco del Calcio Fiorentino juga menggambarkan dengan jelas bagaimana olahraga kuno yang dimainkan dengan tangan dan kaki menggunakan sebuah kulit bulat berkembang luas. De Bardi menegaskan bahwa saat itu olahraga ini tidak hanya dimainkan di Florence saja, tetapi di beberapa kota juga ada seperti Bologna, Padova, Urbino, Mantova, dan Venezia. Pendapat De Bardi dikuatkan Antonio Scaino dalam sebuah buku berjudul Trattato Del Gioco Della Palla. Dalam bukunya itu Scaino menyebutkan bahwa ketika sekolah-sekolah di Inggris mulai mengembangkan sepak bola modern, di Italia perkembangan itu juga terjadi. Hanya tidak serapi dan terorganisasi dengan baik seperti di Inggris. Selain tidak rapi, ada kendala lain yang muncul. Seperti larangan yang dikeluarkan pemerintah setempat. Larangan itu muncul karena banyaknya Insiden yang terjadi pada olahraga itu. Akibat temperamen penduduk

4

yang mudah meledak, nyaris setiap kali dimainkan, olahraga itu selalu berujung dengan kekerasan.

2.1.1.

Klub sepak bola pertama di ItaliaWalaupun sudah ada larangan dari pemerintah setempat, tetapi antusiasme

penduduk tak bisa dibendung. Tak heran pelaut-pelaut Inggris memperkenalkan sepak bola modern itu ketika di Florence. Sepak bola langsung berkembang dengan sangat cepat. Pemerintah setempat mulai mencabut larangan mereka karena sepak bola modern yang penuh dengan peraturan dianggap dapat mencegah kekerasan. Sejak 1863, ketika FA berdiri di Inggris mulailah penyebaran sepak bola ke penjuru dunia, termasuk Italia. Di Italia pelaut-pelaut itu pertama-tama mengunjungi Turin, Milan, dan Genoa. Sedikit demi sedikit sepak bola modern mulai marasuk di jiwa penduduk Italia, khususnya kawasan Turin, Milan, dan Genoa. Lapangan dengan standar FA pun dibuat. Tak hanya itu, beberapa kompetisi tingkat lokal dan satu lagi untuk kaum pendatang. Melihat kondisi itu, tak butuh waktu yang lama untuk menuggu berdirinya sebuah klub sepak bola. Benar saja, pada tahun 1890 berdirilah klub sepak bola pertama di Italia, namanya Internazionale Torino, disusul Pro Vercelli (1892), dan Genoa Cricket and Football Club pada 7 September 1893 (kini berganti nama Genoa 1893). Bagai cendawan di musim hujan, klub-klub lain pun berdiri, tak lama berselang Udinese pada 1896, Juventus (1897), Milan (1899) dan lain-lain.

2.1.2.

Kompetisi resmi dimulaiPerkembangan yang sedemikian pesatnya membuat celah antara kompetisi

lokal dan pendatang lenyap. Kompetisi amatir itu pun bergabung pada 1897. Geliat sepak bola Italia memuncak pada 1898 sebuah pertemuan antara berbagai kalangan pecinta sepak bola di Italia diadakan di kota Turin.

5

Hasil pertemuan yang diadakan pada 15 Maret 1898 itu adalah terbentuknya sebuah organisasi yang khusus mengurusi sepak bola Italia. Organisasi itu dinamakan Federazione Italiana Gioco Calcio atau disingkat dengan FIGC dengan empat klub sebagai anggota, yakni : Genoa, FC Torinose, Internazionale Of Torino dan Gymnastic Society of Torino. Sementara klub-klub lain belum menyatakan kesediaannya untuk bergabung. Saat itulah titik tolak sepak bola modern di Italia di mulai. Tonggak sejarah dan momen yang dinanti-nantikan masyarakat Italia akhirnya terjadi juga. Yaitu dengan terbentuknya sebuah kompetisi resmi yang terjadi setelah 2 bulan berdirinya FIGC. Kompetisi kecil selama satu hari pada tanggal 8 Mei 1898 yang diselenggarakan FIGC itu terselenggara berkat dukungan kuat dari penguasa yang ada saat itu yakni Royal House Of Savoy. Kompetisi kecil ini akhirnya dimenangkan oleh Genoa dan piala diserahkan oleh Duca Degli Abruzzi, anggota Royal House Of Savoy. Melihat kompetisi itu berjalan dengan sangat lancar, semakin banyak klubklub yang berminat masuk ke dalam keanggotaan FIGC. Bahkan, pada tahun 1908, FIGC harus memecah kompetisi menjadi 2 wilayah bagian, yaitu utara dan selatan. Ini dikarenakan banyaknya klub yang ingin ikut ambil bagian dalam kompetisi yang diselenggarakan FIGC. Pada saat itulah sepak bola modern Italia mengalami fase perkembangan pesat.

2.1.3. Lahirnya Tim Nasional ItaliaSemakin majunya kompetisi domestic, membuat FIGC berpikir sudah saatnya untuk membentuk tim nasional. Maka, pada akhir 1909, dirumuskanlah pembentukan tim nasioanal pertama. Setahun kemudian, tim nasional terbentuk di bawah kepelatihan Umberto Meazza. Tim nasional Italia yang pertama itu beranggotakan beberapa pemain local ternama yang kebanyakan berasal dari AC Milan dan Us Ausonia.

6

Untuk menguji ketangguhan tim racikan Umberto Meazza itu, diadakanlah sebuah partai persahabtan melawan timnas Perancis. Pertandingan persahabatan melawan Perancis itu diadakan di stadion Civico Arena, Milan pada tanggal 15 Mei 1910. Tampil sebagai kapten kesebelasan dari Italia adalah Francesco Cali, seorang pemain kebanggaan SS Doria. Hasil pertandingan itu menakjubkan dan sangat memuaskan. Italia mencetak rekor membanggakan pada pertandingan debut itu. Perancis dihajar telak 6 2. Tampil sebagai pahlawan adalah penyerang asal AC Milan, Pietro Lana yang mencetak hat-trick. Hat-trick Lana itu juga mencatatkan sejarah sebagai hat-trick pertama Italia dan juga kemenangan pertama Italia di pentas Internasional. Satu ancaman bagi sepak bola dunia telah terjadi akibat kelahiran tim nasional Italia yang kelak berjuluk Gli Azzuri.

2.2. Jejak Juara Tim Nasional ItaliaItalia merupakan salah satu tim kuat dunia. Tim dengan mega bintangnya di lapangan hijau. Dan suatu tim penemu pertahanan gerendel yang seringkali membuat sebal tim lawan. Timnas Italia hingga tahun 2006 sudah mampu mengoleksi 3 gelar piala dunia, 1 gelar piala Eropa, dan 1 gelar emas olimpiade. Jadi, tidak salah jika Italia pantas disejajarkan dengan tim papan atas lainnya layaknya Brasil, Jerman, atau Argentina. Pada bagian ini kami akan menjelaskan bagaimana timnas Italia sampai berhasil mengoleksi cukup banyak gelar di pentas Internasional. Inilah ulassannya :

2.2.1. Juara Piala Dunia 1934 ( juara atau mati )Pada piala dunia pertama di Uruguay Italia dipaksa absent setelah Italia dililit krisis ekonomi pada tahun 1930. Padahal perlu biaya yang cukup besar untuk mengirim kontingen ke Uruguay. Penebusan dilakukan pada piala dunia 1934. kebetulan piala Jules Rimet (sebutan piala dunia kala itu) digelar di negeri sendiri.

7

Tak pelak antusiasme public Italia pun meledak-ledak. Termasuk dictator Fasis Benito Mussolini. Dia sangat bernafsu karena ajang ini dinilai sebagai alat yang efektif untuk propaganda paham fasisnya. Mussolini ingin Italia dikenal dunia dan diakui kebesarrannya sehingga pengaruhnya akan makin luas. Demi ambisinya itu, Mussolini tidak segan-segan ancaman bengis. Tim asuhan Vittorio Pozzo harus bisa jadi juara. Jika gagal siap-siap saja kepala Vittorio Pozzo dan tim asuhannya dipenggal. Saking berambisinya juara, para pemain Italia diberi menu latihan khusus di tempat isolasi. Bahkan, para pemain lebih mirip disiapkan untuk perang dibanding bermain bola. Namun hasil gemblengan itu mengesankan mental para pemain menjadi kuat. Meski dibayang-bayangi ancaman pemenggalan pemain tidak grogi. Italia melenggang mulus dibabak awal setelah mengalahkan AS 7-1 dan diperempat final mengalahkan Spanyol 1-0. Semangat pun makin membumbung setelah mengalahkan Austria 1-0 di semifinal. Di partai final, pemain Italia berjuang seperti tentara di medan perang. Italia akhirnya berhasil mengalahkan Cekoslowakia di final dengan skor 2-1. Italia menjadi juara dan selamatlah nyawa skuad Gli Azzuri. Skuad juara Italia Pelatih Formasi Pemain inti : Vittorio Pozzo : 2-3-2-3 : Combi, Monzeglio, Ferraris, Monti, Allemandi, Bertolin, Guaita, Ferrari, Meazza, Orsi, Schiavo.

2.2.2. Emas Olimpiade 1936 ( racikan pemain muda Pozzo )Prestasi Italia di Olimpiade tidak lepas dari sosok pelatih bertangan dingin Vittorio Pozzo. Karena hanya saat di bawah kepelatihannya Italia berhasil

8

merebut emas olimpiade. Sebuah raihan hebat mengingat Pozzo hanya mengandalkan pemain-pemain muda yang miskin pengalaman. Di saat-saat akhir penentuan pemain yang akan dibawa, Pozzo tiba-tiba memilih untuk membawa pemain muda yang berasal dari beberapa perguruan tinggi bahkan ada yang belum pernah bermain di kompetisi local. Pozzo lalu melatih mereka bagaimana cara bermain menggunakan taktik andalannya, Metodo. Berangkat ke Berlin dengan tekad penuh, para pemain yang rata-rata berumur 21 tahun itu pulang dengan membawa medali kemenangan. Dipimpin oleh Annibale Frossi yang bermain menggunakan kacamata. Italia menundukkan Austria dengan skor 2-1 di babak Final. Kedua gol kemenangan Italia dilesakkan Frossi. Emas pertama dan satu-satunya hingga saat ini. Setelah sekian puluh tahun lamanya, prestasi di Olimpiade 1936 tak juga mampu diulang. Terakhir, di Olimpiade 2004 yang diadakan di Athena, Yunani, Italia hanya meraih medali perunggu setelah di kalahkan Argentina, 0-3 di semifinal. Perunggu itu merupakan perunggu kedua setelah pada tahun 1928 Italia juga meraih perunggu. Skuad emas Olimpiade 1936 Pelatih Formasi Pemain inti = Vittorio Pozzo = 2-3-2-3 = Venturini, Foni, Rava, Baldo, Diccini, Locatelli, Mancini, Biagi, Frossi, Bertoni, Gabrioto.

2.2.3. Juara Piala Dunia 1938 ( Treble winner Italia )Setelah sukse merebut piala dunia 1934 dan emas olimpiade 1936 Italia dating ke Perancis dengan penuh nafsu. Mereka ingin meraih treble winners dalam 4 tahun. Prestasi monumental yang akan dikenang sepanjang zaman. Tak ada yang berani meremehkan ambisi Giuseppe Meazza dkk kala itu. Saingan terberat Italia

9

yaitu Austria tapi ternyata Austria dicoret sehingga membuat Italia di atas kertas menjadi tim terkuat. Status itu membuat Pozzo makin rajin berinovasi. Meski sudah mempunyai trio pemain terbaik dunia kala itu (Colaussi, Piola, dan Meazza) Pozzo tetap merumuskan taktik yang lebih jitu. Seolah belum yakin benar dengan strateginya yang lama. Strategi metodo, racikan yang sukses mengantarkan Italia menjuarai Piala Dunia 1934 sedikit diperbarui. Pozzo memperkenalkan posisi stopper ke timnya. Hilangnya Austria dari perhelatan ternyata tak mengurangi ancaman terhadap Italia. Jerman mencoba menggunakan berbagai cara untuk memenangkan turnamen ini. Enam bintang tim Austria direkrut tim panser. Untunglah tim bajakan Austria ini kalah dari Swiss di babak pertama. Lawan terberat lainnya adalah Brasil. Negara yang diperkuat pemain genius Leonidas da Silva. Benar saja, akhirnya Brasil bertemu Italia di semi final. Beruntunglah Italia, pelatih Brasil Pimenta melakukan blunder. Karena menganggap Italia tim enteng. Pimenta menyimpan Leonidas untuk final kesempatan ini tak dilewatkan Pozzo. Brasil ditekuk 2-1. sejarah pun terjadi Italia akhirnya menjadi tim pertama yang berhasil merebut Piala Dunia kedua kalinya setelah di partai Final mengalahkan Huangaria 4-2. Skuad Juara Dunia 1938 Pelatih Formasi Tim inti = Vittorio Pozzo = 2-3-2-3 = Foni, Oliviera, Rava, Serantoni, Andreolo, Locatelli, Piola, Biavati, Meazza, Ferrasi dan Colaussi.

2.2.4. Juara Eropa 1968 ( bukan hanya fakor keberuntungan )Gelar juara Eropa 1968 adalah satu-satunya trofi Eropa Italia hingga saat ini. Gelar itu didapat dengan penuh liku. Banyak orang menilai bahwa gelar itu hanya faktor keberuntungan. Benarkah demikian ? Tak bisa disalahkan, keberuntungan

10

memang berperan besar dalam kejayaan Italia pada saat itu. Peristiwanya terjadi di partai semifinal Italia melawan Uni Soviet. Partai yang akhirnya dimenagkan Italia dengan cara yang tidak biasa, lemparan koin. Koin, rasanya terlalu hina jika kesuksesan Italia menjuarai Piala Eropa semata-mata hanya karena koin. Perjuangan dan semangat pastilah memegang peranan yang tak kalah penting. Hal itu tergambar bagaimana Dino Zoff cs bermain dengan semangat dan determinasi yang tinggi selama 120 menit(90 menit waktu normal dan 30 tambahan). Jika akhirnya Italia harus lolos lewat undian, itu karena mereka terlebih dulu telah dengan gagah mengatasi gencarnya serangan Uni Soviet. Semangat tim Italia juga dibuktikan di final melawan Yugoslavia. Semangat pantang menyerah membuat Giacinto Faccheti dkk tetap bermain optimal walaupun kelelahan menyerang karena harus melakoni 2 partai final dalam kurun waktu yang berdekatan. Di partai final pertama, kedua tim bermain imbang. Namun, karena saat itu belum mengenal system adu penalty dan pengundian koin diharapkan untuk partai final, maka kedua tim mesti melakukan partai ulangan. Di partai kedua yang diadakan dua hari berselang inilah pemain-pemain Italia menunjukkan semangatnya. Di saat pemain Yugoslavia terseok karena capek, pemain-pemain Italia dengan motivasi berlipat tampil luar biasa dan akhirnya Yugoslavia digulung 2 gol tanpa balas. Italia pun menjadi juara Eropa. Skuad Juara Eropa 1968 Pelatih = Ferrucio Val Careggi Formasi = 5-4-4-1 atau 1-3-3-3 Tim inti = Dino Zoff, Salvadore, Burgnich, Guarneri, Rosato, Farcheti, Domenghini, De Sisti, Mazzola, Anasti, dan Riva.

11

2.2.5. Juara dunia 1982 ( keajaiban Rossi )Italia berangkat ke Piala Dunia 1982 diiringi dengan pesimisme. Hancur lebur di Piala Eropa 1980 masih terus membayangi. Belum lagi pelatih Enzo Bearzot yang begitu keras kepala mempertahankan taktik Catenaccio dan juga tentang banyaknya pemain Italia yang sudah uzur dibawa Bearzot. Menghadapi kritik tajam dari Pers Italia, Bearzot bungkam. Kritikan pun semakin menjadi-jadi ketika menghadapi tim kuda hitam Polandia, Peru, dan Kamerun di babak pertama Italia hanya meraih hasil seri. Italia hanya lolos ke babak kedua berkat keunggulan selisih gol. Bencana kembali terjadi. Di babak kedua Italia dipaksa untuk masuk grup neraka. Ini artinya sama saja menunda kematian. Di grup ini, Italia bercokol bersama juara bertahan Argentina dan tim mega bintang Brasil. Berada di grup maut, Bearzot tidak bergeming. Dia seolah makin menantang pers usulan untuk mengganti Rossi karena terbukti tidak dapat mencetak gol dijawabnya dengan selalu memasang Rossi sebagai starter. Sepertinya pendapat medialah yang benar. Rossi tetap saja tidak dapat mencetak gol saat melawan Argentina. Walaupun secara mengejutkan Italia berhasil menundukkan Argentina. Namun, semua berubah 1800 derajat ketika melawan Brasil. Italia yang tidak diunggulkan sukses menghantam tim samba 3-2. Rossi menjadi pahlawannya. Dialah actor kemenangan karena berhasil mencetak hat-trick ke gawang Brasil. Opini public pun berubah. Italia yang tidak diunggulkan mulai masuk daftar kandidat juara. Polandia yang menghadang di semi final dibabat dengan skor 2-0. Kini saat penentuan tiba. Selangkah lagi Italia bisa meraih gelar Piala dunia ketiganya. Namun, Jerman yang menantang di babak Grand Final bukan lawan enteng. Pertemuan hebat tak terhindarkan. Berkat pertahanan super rapat, Italia akhinya menundukkan Jerman dengan skor 3-1. Italia juara dan taktik pertahanan Catenaccio pun merebak ke penjuru dunia. Skuad juara Dunia 1982 Pelatih = Enzo Bearzot

12

Formasi = 1-3-3-2-1 Tim Inti = Dino Zoff, Scirea, Gentile, Bergomi, Collovati, Orialir, Tardeli, Conti, Rosi dan Graziani.

2.3. Strategi Timnas Italia (Catenaccio)Sejak zaman dahulu sepak bola sudah mendarah daging di bumi Italia. Tak sedikit orang yang kepalanya hanya ada tentang sepak bola. Orang-orang seperti inilah yang akhirnya berhasil membuat inovasi tentang sepak bola. Sejak debutnya hingga sekarang, Italia telah beberapa kali terjadi revolusi atau evolusi di sektor taktik dan strategi. Saat pertama kali memperkenalkan diri ke dunia di bawah asuhan Umberto Meazza pada 1910, Italia masih memakai taktik Ortodoks yang diturunkan dari Inggris. Tidak lama kemudian, kehadiran orang-orang kreatif yang penuh dengan imajinasi membuat perubahan yang signifikan di tubuh Italia. Italia tak hanya lagi meniru, tetapi juga menciptakan sendiri metode bermain yang kemudian terkenal dan malah ditiru oleh Negara-negara lain. Hingga saat ini, Italia dikenal sebagai tim yang memiliki pertahanan dan juga pemain bertahan yang hebat dunia. Sosok yang dianggap sebagai pelopor inovasi taktik di Italia adalah Vittorio Pozzo. Pada akhir dekade 20-an, hampir semua tim di seluruh dunia memakai formasi 2-3-5 / formasi pyramid. Dan sisanya menggunakan formasi WM yang diciptakan oleh Herbert Chapman, pelatih Arsenal. Formasi pyramid adalah formasi pertama yang berusaha membagi konsentrasi antara penyerangan dan pertahanan. Sebelumnya, kebanyakan tim hanya fokus menyerang dengan melupakan sektor pertahanan. Makanya, kebanyakan formasi sebelun ditemukannya formasi pyramid lebih banyak menumpuk pemain didepan, seperti 0-0-10, 1-2-7, dan 1-1-8. Sementara, formasi WM adalah pengembangan dari formasi pyramid. Diciptakan oleh Chapman untuk mengatasi perubahan aturan offside yang membuat kebutuhan akan banyaknya penyerang dalam jumlah besar menjadi

13

tidak perlu. Formasi WM juga memperkenalkan posisi baru dalam sepak bola, yaitu stopper. Jadi, marking. Pozzo tidak memakai keduanya. Alasannya jika menggunakan formasi pyramid pemain tengahnya tidak cukup. Sedangkan formasi WM dianggap tidak cocok dengan karakter timnya. Maka dengan kejeniusannya, diciptakanlah formasi baru. Pozzo menyadari barisan pertahanannya membutuhkan dukungan dari tengah karena itu, dia menarik 2 penyerangnya untuk dijadikan gelandang. Formasi inilah yang dinamakan Metodo. dari formasi inilah berkembang taktik bertahan man to

2.3.1. Serangan balik cepat MetodoSekilas Metodo sepert gabungan WM dan pyramid. Tetapi, Pozzo meminta para pemainnya untuk memperketat pertahanan berbeda dengan WM dan pyramid yang pertahanannya tidak terlalu di urus. Di formasi Pozzo ini pula pemain bertahan ditugaskan untuk melakukan serangan balik cepat. Bukan dengan mengumpan bola langsung ke depan, melainkan dengan membawa bola secara berantai dari belakang-tengah-depan. Taktik Pozzo disambut baik oleh pemainnya. Taktik ini dianggap menghemat tenaga. Saat taktik ini dimainkan di PD 1934, dunia terperangah. Di final, saat berhadapan dengan Cekoslovakia yang bermain dengan pola 2-3-5, Italia memperlihatkan Metodo lebih unggul. Para pengamat menilai bahwa Metodo tidak terlalu menguras stamina, sehingga Italia menang. Pozzo tidak terpaku kepada formasi yang telah diciptakannyaitu. Pemikirannya dinamis, menganalisis kekurangan dan kelebihan Metodo. Alhasil, saat PD 1978 Italia bermain sedikit berbeda. Pozzo mengubah posisi gelandang tengah yang tadinya lebih berfungsi untuk menyerang menjadi lebih bertahan. Dia menamakan formasi barunya itu dengan sebutan sistema. Sekali lagi, pelatih jenius itu membuktikan bahwa taktik modifikasinya jauh lebih baik dari pola 2-3-5. Di partai final PD 1938, Italia melawan Hungaria yang

14

menggunakan formasi 2-3-5. Italia menang 4-2 dengan permainan lebih cepat dan hemat energi. Garis besar taktik ini bertahan hingga akhir 40-an, kala Pozzo akhirnya mengundurkan diri dari kursi kepelatihan tim nasional Italia.

2.3.2. Pertahanan gerendel yang menyebalkanSetelah berakhirnya era Pozzo, taktik di Italia yang paling berkembang adalah Catenaccio atau pertahanan gerendel. Taktik ini berkonsentrasi untuk bertahan dan menyebabkan lawan-lawan Italia menggerutu karena dianggap merusak keindahan sepak bola. Taktik ini telah mendapat tempat di salah satu buku sepak bola sejarah paling efisien. Sebenarnya taktik ini bukan asli buatan Italia. Sebenarnya, Catenaccio adalah turunan dari formasi 4-3-3 milik Swiss yang diciptakan Karl Rappan yang dimodifikasi Nereo Rocco. Awalnya Catenaccio didesain hanya untuk menghindari kekalahan. Catenaccio ala Rocco berpola 2-3-3-3. Inovasi terbesar dari Catenaccio adalah memperkenalkan posisi baru, yaitu Sweeper. Dialah kunci pertahanan berlapis. Lainnya, ramuan serangan balik yang efisien dan tidak buang tenaga. Oleh Rocco, taktik ini dianggap berbeda dengan permainnan-permainnan bertahan lainnya. Dengan taktik ini, Rocco membawa Trestina ( tim lemah saat itu ) menduduki Runner-up serie-A. Maka menjamurlah Catenaccio di Italia.

2.3.3. Catenaccio tak sekedar taktikCatenaccio ala Rocco mendominasi Italia hingga awal 60-an. Lalu datanglah Helenio Herrera yang melakukan perubahan yang signifikan. Oleh Herrera pertahanan semakin diperkuat menjadi 1-4-4-1. Sejak saat itulah catenaccio menguasai Italia. Bertahan menjadi lebih diprioritaskan ketimbang menyerang. Sentuhan sesaat Herrera di tim nasional meninggalkan kesan yang lama. Timnas Italia menjadi sangat kuat di pertahanan.

15

2.4. Kostum Timnas ItaliaDalam sepak bola, kostum bukan sekedar penutup aurat, namun lebh dari itu. Kostum dianggap sebagai sesuatu yang sakral. Symbol dari pengabdian dan kebanggaan. Begitu juga bagi timnas Italia. Kostum timnas Italia hanya diperuntukkan bagi mereka yang benar-benar pantas seperti perkataan pelatih Italia Marcello Lippi. Saking pentingnya arti sebuah kostum, julukan Italia (Gli Azzuri berarti Biru) bahkan berasal dari warna kostum utama yang telah dikenakan. Sepanjang berjalannya waktu, kostum Italia telah sekian kali mengalami perubahan. Dari perubahan kecil, hingga perubahan yang sangat ekstrim. Menyimak sejarah perjalanan kostum timnas Italia ternyata sama menariknya dengan perjalanan dan prestasi timnas Italia sendiri Dulu, ketika timnas Italia pertama kali didirikan, kondisinya sangat memprihatinkan. Sangat miskin dan dengan biaya sangat terbatas. Akibatnya, menjelang partai perdana melawan Perancis pada 15 Mei 1910, manajemen tim Italia kelabakan. Mau tahu sebabnya ? Timnas Italia pada saat itu belum memiliki kostum resmi dan tidak memiliki dana yang cukup untuk membelinya. Akhirnya, diambillah langkah darurat. Para pemain dibelikan kaus berwarna putih polos yang berharga sangat murah, sedangkan untuk celana dan kaus kaki para pemain memakai celana dan kaus kaki klub masing-masing. Jadilah timnas Italia tampil untuk pertama kalinya dengan seragam berwarna-warni di bagian bawah. Kondisi mengenaskan ini bisa terobati berkat kemenangan telak yang diperoleh timnas Italia. Delapan bulan kemudian, saat bertanding melawan Hungaria penampilan Italia berubah. Kostum dadakan yang dipakai untuk partai pertama ditinggalkan. Sebagai gantinya Italia mengenakan kaus biru dengan bordiran perisai lambang Dinasti Savoy. Tentu saja kaus itu juga dengan celana dan kaus kaki yang seragam. Perisai Savoy plus warna biru dipilih sebagai wujud penghormatan kepada dinasti Savoy yang menguasai Italia pada saat itu.

16

2.4.1. Mempertahankan warna biruReferendum yang diadakan rakyat Italia pada tahun 1946 memutuskan untuk mengubah Negara ini menjadi republik. Maka, runtuhlah dinasti Savoy yang saat itu dipimpin oleh Umberto II. Namun, kejadian itu tidak serta-merta menghilangkan peninggalan dinasti yang telah menguasai Italia sejak 1861 itu. Ini terlihat saat Gli Azzuri tampil pertama kalinya usai PD II. Warna biru yang merupakan warna khas dinasti Savoy dipertahankan. Yang berubah hanyalah logo dari perisai Savoy menjadi perisai tiga warna yang diambil dari warna bendera Italia. Sementara untuk motif dan corak kostum, tidak banyak terjadi perubahan. Hanya ditambah kerah dan pengikat mirip jalinan tali sepatu di bagian atas dada. Awal 60-an, perubahan terjadi di bagian logo perisai tiga warna yang terpampang gagah di sisi kiri mendapat tambahan tulisan Italia di bagian atasnya. Kostum juga agak berubah, kostum timnas Italia ditambahkan kerah lengkap dengan kancing di bagian dada. Penambahan tulisan FIGC di bagian tengah logo terjadi pada awal 80-an. Kostum dengan model berkerah tetap dipertahankan. Variasi baru terjadi di bagian ujung kerah dan lengan baju. Untuk lebih menambah nuansa Italia, di bagian itu diwarnai dengan warna bendera Italia. Setelah menjuarai PD 1982, Gli Azzuri dengan bangga menambahkan tiga bintang di bagian dada sebagai pertanda telah menjuarai PD 3 kali. Kemajuan teknologi juga berdampak pada kostum Italia. Perubahan besarbesaran terjadi menjelang piala eropa 2000. Italia tampil dengan kostum yang lain daripada yang lain. Kostum yang dinamakan Combat itu didesain lebih ketat hingga melekat di badan. Bahan yang digunakan juga bisa mendatangkan rasa nyaman kepada para pemain. Model kostum seperti itu dipertahankan hingga sekarang. Jika berubah paling-paling hanya desain yang tidak terlalu terlihat dan tidak signifikan, kecuali perubahan letak perisai dari dada kiri ke bagian tengah.

17

2.5. Pemain legenda ItaliaDari tahun1887 atau saat pertama kali Italia mendirikan organisasi sepak bola sudah banyak pemain yang merumput bersama Italia. Pada awalnya pemainpemain ini bermain hanya untuk kesenangan. Akan tetapi pada awal abad-19 sepak bola sudah menjadi suatu pekerjaan yang banyak menghasilkan uang. Sampai saat ini menurut data FIGC ( organisasi sepak bola di Italia ) Italia telah memiliki lebih dari 3000 pemain tim nasional. Mulai pemain yang hanya bermain 1 kali sampai pemain yang bermain lebih dari 300 kali. Pemain-pemain yang mencapai 300 pertandingan membela Italia inilah yang akhirnya mendapat sebutan legenda Italia. Banyak legenda-legenda Italia ini yang memberikan sumbangsih gelar pada timnas Italia. Pemain inilah yang akan kami angkat dalam pembicaraan di subbab ini. Pemain yang benar-benar mengabdi pada sepak bola Italia.

2.5.1. Giuseppe MeazzaGiuseppe Meazza adalah pemain Italia pertama yang mendunia.Kontribusinya kepada Gli Azzuri sungguh sulit disamai. Pada debutnya melawan Swiss, Meazza langsung memikat banyak orang lewat dua gol yang dibuatnya. Vittorio Pozzo senang karena dia mendapatkan striker yang bisa menjawab tantangan dictator Italia saat itu, Benito Mussolini. Tantangannya adalah agar timnas Italia tampil sebagai juara di piala dunia 1934, jika gagal kepala seluruh anggota tim akan dipenggal. Meazza tidak gentar, dia punya rasa percaya diri dan ambisi yang tinggi. Meazza tampil brilian di Piala dunia. Bak macan kelaparan, Italia dibawa menjadi juara. Kelemahan Meazza adalah sifat arogannya, dia dianggap selalu mengejek kipper dengan gayanya mencetak gol. Di Piala dunia 1938 menjadi puncak karier Meazza., dia ditunjuk sebagai kapten dan dia tampil total. Bahkan ketika kejadian memalukan saat melawan Brasil di semifinal. Ketika itu Italia

18

mendapat hadiah penalty dan Meazza sebagai algojonya. Saat dia mengambil ancang-ancang celananya melorot, kontan semua orang tertawa. Tapi Meazza cuek saja dan menendang. Gol, gol itulah yang memastikan Italia ke final dan tampil sebagai juara.

2.5.2. Dino ZoffDino Zoff memulai kariernya di tim nasional terbilang lambat. Menjelang Piala Dunia 1966, namanya baru masuk nominasi untuk menempati posisi penjaga gawang Gli Azzuri setelah penampilan apiknya bersama Mantova. Bersama Emrico Albertosi, Roberto Anzolin, dan Pierluigi nizzaballa, Zoff dipanggil pelatih timnas saat itu, Edmondo Fabbri. Namun, akhirnya Zoff dibuang. Zoff kecewa berat saat itu, tapi dia bisa menghibur diri berkat kelahiran anaknya. Setelah terjadi pergantian pelatih dari Fabbri kepada Fernccio Valcareggi membawa angina segar bagi Zoff. Valcareggi mempercayakan sepenuhnya gawang Italia kepada Zoff pada piala eropa 1968. Zoff membalasnya dengan gelar, Zoff dianggap memiliki kelebihan didalam ketenangan serta kemampuannya mengorganisasi pertahanan. Pada umur 40 tahun, Zoff yang tampil sebagai kapten sukses membawa Italia merebut piala dunia 1982. Tak ada pemain Italia lain yang memiliki karier seindah Zoff yang mengawali karier dengan gelar dan menutupnya dengan gelar juga.

2.5.3. Paolo RossiPada 1980, karier Paolo Rossi hancur. Dia divoonis bersalah terlibat skandal pengaturan skor dan mendapat hukuman skorsing 2 tahun. Setelah, segalanya berubah cepat beberapa saat sebelum skorsingnya berakhir Rossi dipinang Juventus. Agaknya itu pertanda bagus. Benar, secara controversial pelatih Italia saat itu, Enzo Bearzot memanggilnya di piala dunia tahun 1982. Bearzot berpikir Rossi akan mencetak banyak gol, prediksi itu ternyata salah. Rossi nyaris tak berkutik dipartai melawan Polandia.

19

Di partai kedua nelawan Peru dia malah diganti pada awal babak kedua karena mati kutu dikawal bek lawan. Begitupun melawan Kamerun dan Argentina. Pers Italia lalu mengecam kebijakan Bearzot mempercayakan posisi striker utama kepada Rossi. Bearzot tetap cuek dan Rossi membayarnya kontan. Di partai hidup mati melawan Brasil, dia tampil trengginas. Tidak tanggungtanggung, Rossi mencetak hat-trick dan Italia menang 3-1 dan lolos ke semifinal. Di semifinal, Rossi memborong dua gol kemenangan Italia atas Polandia. Satu gol lagi dicetaknya di partai puncak melawan Jerman Barat. Trofi pun diraih, Rossi tampil sebagai pencetak gol terbanyak di turnamen itu. Namanya yang buruk kontan harum, FROM ZERO TO HERO. Rossi, seorang pesakitan yang dalam waktu singkat berubah menjadi pahlawan.

2.5.4. Roberto BaggioDekade 90-an, tidak ada pemain Italia yang lebih sensasional selain Roberto Baggio. Dipuja layaknya dewa dan dicaci seperti penjahat. Tapi, tak ada yang menggugat kemampuannya. Baggio adalah mutiara, salah seorang talenta terbesar yang pernah lahir di bumi Italia. Hanya Baggio yang bisa mengguncang jagat sepak bola Italia. Hanya Baggio pula yang pada masa itu sanggup mengingatkan kembali pada kejeniusan seorang Diego Maradona. Tak heran jika Gli Azzuri sangat membutuhkan tenaganya. Sejak tampil dipartai debutnya pada 1988, Baggio langsung menjadi andalan di lini depan. Baggio dianugerahi gelar pemain terbaik Eropa dan Dunia secara bersamaan pada 1993. Baggio tampil cemerlang selama Piala Dunia, sayang di partai akhir justru terjadi anti klimaks. Baggio tampil buruk saat melawan Brasil, ditambah dia gagal melakukan eksekusi dalam drama adu penalty. Baggio dituding sebagai biang kegagalan, tapi kebesaran dan kehebatan takkan takluk hanya karena itu. Baggio bangkit dan publik kembali memujanya. Bahkan, saat partai perpisahan diadakan mengenang jasa pemain berjuluk THE DIVING PONYTAIL itu.

20

2.5.5. Paolo MaldiniDengan 126 partainya untuk tim nasional, Paolo Maldini menjadi pemain Italia yang paling banyak membela Negara. Namanya, sudah menjadi legenda bahkan sebelum dia memutuskan pensiun dari Gli Azzuri. Setelah Piala Eropa 2002, Maldini memutuskan untuk mundur dari timnas dan hanya berkonsentrasi di klub. Tak sedikit orang yang meminta Maldini untuk mencabut kembali keputusannya itu, bahkan pelatih Italia saat itu Giovani Trapatoni yang memintanya langsung. Sumbangsih Maldini diawali sejak memperkuat timnas U21. kemudian, dia diangkat ke tim senior menjelang Piala Eropa 1988 bersama Franco Baresi. Maldini menjadi momok utama semua striker dunia. Keduanya bagai pasangan sejati.

2.6. Pelatih legenda Italia

Kesuksesan timnas Italia tak bisa dilepaskan dari tangan seorang pelatih. Pelatih adalah seorang yang bertugas mengatur pemain dan taktik bertanding. Dan juga seorang pemimpin di luar lapangan. Italia mempunyai banyak pelatih berkelas. Salah satu ciri khas pelatih Italia adalah hampir semua pelatih Italia menggunakan taktik catenaccio atau pertahanan gerendel. Sampai saat ini pelatih yang dianggap terbaik di Italia adalah Vittorio pozzo. Pelatih yang jenius mengantarkan skuad Italia menjuarai 2 piala dunia dan juara Olimpiade secara beruntun. Selain Vittorio Pozzo masih banyak lagi pelatih legenda Italia. Seperti Arrigo Sacchi, Valcareggi, Enzo Bearzot dan juga mantan kiper terbaik Italia Dino Zoff. Di bawah ini akan kami jelaskan tentang bagaimana sepak terjang pelatihpelatih legenda Italia ini berhasil mengantarkan Italia ke puncak tertinggi suatu kejuaraan. Dan kami juga menjelaskan bagaimana kehidupannya masa itu. Maka, tak heran ketika Baresi mundur, Maldini-lah yang menjadi penggantinya sebagai

21

kapten Gli Azzuri. Tapi, karier Maldini yang masih gemilang itu masih menyisakan noda. Apalagi kalau bukan gelar bersama timnas. Memang tak ada gading yang tak retak.

2.6.1. Vittorio PozzoTak ada pelatih Italia yang segemilang Vittorio Pozzo. Dialah pelatih terbesar yang pernah dilahirkan di bumi Italia. Saat menukangi Gli Azzuri, Pozzo merebut piala dunia 1934 dan 1938 serta medali emas Olimpiade 1936. tugas pertama yang gagal, Italia kalah 1-5 dari Austria dan Pozzo di depak. Pada kesempatan yang kedua Italia juga menuai kegagalan bahkan Italia kalah secara secara memalukan dari Hungaria dengan skor 1-7. tahun 1929 dia diangkat oleh presiden FIGC untuk menjadi pelatih lagi, akan tetapi dia tidak mau. Presiden FIGC saat itu terus membujuknya dan Pozzo akhirnya kembali menjadi pelatih dengan syarat yang diajukannya, yaitu dia tidak akan menerima gaji. Pozzo telah mengevaluasi penyebab kegagalannya dan dia berhasil membawa Italia ke tangga juara.

2.6.2. Enzo BearzotTahun 1982 memang menjadi milik Bearzot. Berkat kecerdasannya dan keuletannya Italia meraih piala dunia yang telah dirindu hampir seabad. Karir pelatih Bearzot sebenarnya tidak terlalu istimewa, sebelum di timnas dia dia hanya melatih klub kecil. Pada tahun 1969 dia ditunjuk sebagai pelatih timnas U23 dan asisten pelatih timnas senior. Lima tahun lamanya dia berada di bawah Ferrucio Valcareggi, termasuk saat Italia gagal total di piala dunia 1974. Akibat hasil buruk itu Valcareggi mengundurkan diri dan diganti Kulvio Bernardini. Dua tahun kemudian dia ditunjuk sebagai pelatih tunggal timnas Italia. Dia menerapkan taktik yang luar biasa, tapi kritik tetap saja berdatangan, apalagi setelah gagal di piala Eropa 1980. tak ada yang dilakukan Bearzot selain membiarkan kritikan itu. Pada piala dunia 1982, Bearzot melakukan mogok

22

bicara kepada pers yang dianggap sudah keterlaluan. Bearzot membalas kritikan itu dengan membawa pulang piala dunia.

2.6.3. Ferrucio ValcareggiNama Ferruccio Valcareggi ibarat angin penyejuk bagi Italia. Berkat tangan dinginnya, berakhirlah puasa gelar Italia selama 30 tahun. Italia sukses merebut piala Eropa 1968. sayang, kejayaannya ditutup oleh kritik pedas akibat penampilan buruk Italia di piala dunia 1974. Valcareggi mengambil alih kursi pelatih Italia dari Edmondo Kabbri yang mundur akibat kekalahan memalukan dari Korea Utara di piala dunia 1966. Valcareggi ditemani Helenio Herrera, duet pelatih itu tidak bertahan lama. Herrera memilih mundur, itu membuat Valcareggi leluasa mengemas taktik. Berkat kecerdasan Valcareggi Italia menjadi kampiun Eropa pada tahun 1968. dua tahun berselang, nama Valcareggi kembali mengemuka di dunia, namun kali ini karena kegagalan, Italia kalah dari Brazil 1-4 di final piala dunia 1970. kegagalan itu diakibatkan oleh taktik defensive yang terkenal dengan sebutan relay race. Akhirnya Valcareggi mundur dari kursi kepelatihan.

2.6.4. Arrigo SacchiMenyebut Arrigo Sacchi tak bisa lepas dari kesuksessannya yang luar biasa kala mengasuh AC Milan. Sukses di Milan membuat Sacchi digandeng FIGC untuk menduduki jabatan pelatih timnas setelah mundurnya Azegliovicini. Sepanjang waktu menjelang piala dunia 1994, Sacchi terus membenahi timnya. Di piala dunia 1994, Sacchi mempertunjukkan kecerdasannya dalam meramu taktik. Publik Italia yang haus akan permainan sepak bola indah terpuaskan dahaganya. Tak hanya itu.Sacchi juga nyaris mempersembahkan gelar juara jika saja kenahasan tidak perpihak pada timnya saat adu pinalti melawan Brazil di final. Meski gagal, Sacchi tetap dikenal sebagai pelatih besar dan dikenang oleh publik Italia dan dunia.

23

2.6.5. Dino ZoffZoff mengawali karier pelatih bersama timnas Olimpiade 1986. setelah itu, dia kembali ke klub yang lama dibelanya, Juventus. Disana, kiper legendaris ini meraih sukses, yaitu membawa klub itu menjuarai piala UEFA dan Coppa Italia pada musim 1989-1990. Zoff lalu dipindah ke Lazio karena dipecat, prestasinya lumayan dan dia diangkat menjadi presiden klub. Pada juli 1998, dia ditunjuk menggantikan Cesare Maldini. Di bawah kepelatihannya, Italia tumbuh menjadi tim yang disegani. Piala Eropa 2000 menjadi ajang unjuk kebolehan kejeniusan zoff. Dalam partai-partai awal, dia mengintruksikan permainan bertahan yang menjemukan. Italia tampil bak tim yang tidak memiliki niat penuh untuk mencetak gol, namun itu hanya di permukaan. Kerena sebenarnya, semua itu sudah dipertimbangkan Zoff. Di final, Zoff memperlihatkan kepada dunia bagaimana Italia yang sebenarnya. Saat banyak orang berpikir Italia akan kembali bermain defensive. Yang terjadi malah sebaliknya. Gli Azzuri tampil agresif, sayang ketidak beruntungan menyebabkan kegagalan. Zoff mundur setelah piala Eropa 2000, faktor utamanya kritik yang dilontarkan oleh Silvio Berlusconi. Zoff merasa sakit hati karena prestasinya tidak dihargai.

2.7. Pemain Italia masa kiniItalia, Negara yang berada di kawasan Eropa selatan ini tidak diragukan lagi kehebatannya di pentas sepak bola. Kehebatan timnas Italia tidak berarti apa-apa jika tanpa ada kerja keras pamain-pemain Italia. Banyak sekali bintang-bintang sepak bola di Italia. Karena berkat kerja kerasnya pemain-pemain bertalenta tinggi dan juga mempunyai kejeniusan telah lahir. Sebut saja, Gianluigi Buffon, Fabio Cannavaro, Andrea pirlo, Francesco Totti, Alberto Gilardino, dll. Dalam subbab ini kami akan membicarakan tentang bagaimana sosok bintang-bintang Italia masa kini.

24

2.7.1. Gianluigi BuffonPada usia 17 tahun, sudah meniti karir di serie-A Italia. Umur 20 tahun sudah melakukan debut di timnas Italia. Sekarang, sudah menjadi seorang kiper terbaik dunia. Dialah sosok tangguh di bawah mistar gawang, Gianluigi Buffon. Sulit bagi penyerang untuk menembus gawangnya. Pada tahun 2003 Buffon terpilih sebagai pemain terbaik Eropa dan pada tahun 2004 terpilih sebagai kiper terbaik dunia. Saat masih bocah, Buffon lebih suka main sebagai gelandang. Sayang, dia tak punya kemampuan berlari yang memadai. Dia lalu berganti haluan menjadi kiper. Tampil cemerlang bersama Parma, Buffon terpilih ke timnas U-21 Italia. penampilannya memikat sehingga dipanggil timnas senior 1998. Gugup dan nervous itulah yang dialami Buffon pada debutnya di timnas Italia melawan Rusia. Pada tahun 2000 Buffon tidak dapat mengikuti piala Eropa karena cedera. Sedangkan saingan Buffon, Francesco Toldo tampil cemerlang dan terpilih sebagai kiper terbaik piala Eropa 2000. Meski begitu, tidak berarti kiper utama Italia lepas dari Gianluigi Buffon. Setelah sembuh, Buffon menjadi pilihan utama di bawah mistar Italia sampai detik ini

2.7.2. Fabio CannavaroSekilas postur tubuh Fabio Cannavaro tidak ideal untuk posisi bek yang ratarata berbadan besar. Apalagi untuk ukuran Eropa, tingginya hanya 176 cm. Postur yang diragukan untuk memenangi duel-duel udara. Fakta di lapangan sebaliknya. Kekurangannya itu justru menjadi kelebihan. Berkat kekuatan kaki yang kuat, Cannavaro bisa melompat dengan tinggi dan sangat jago dalam duel udara. Cannavaro pernah disebut-sebut sebagai bek berciri tradisional Italia. Bek yang paling cocok memainkan sistem pertahanan catenaccio ala Italia. Blantika sepak bola Italia sempat geger saat kaptan Paolo Maldini mundur dari Gli Azzuri

25

pasca piala dunia 2002. sulit mencari pengganti yang mempunyai karisma dan kemampuan layaknya kapten AC Milan itu. Pelatih timnas Italia saat itu, Giovanni Trappattoni lalu menunjuk Cannavaro sebagai pengganti. Banyak yang terperangah dan kaget mendengar keputusan Mr. Trap. Tapi Cannavaro membuktikan bahwa dia layak menyandang ban kapten. Dari segi karisma mungkin dia masih kalah dari Maldini. Namun tidak dari segi kualitas permainan. Seorang Cannavaro layak disejajarkan dengan seorang Maldini. Pria yang pintar memasak ini sepertinya ingin memberikan persembahan pamungkas untuk negaranya. Ini karena sejak debutnya melawan Irlandia Utara pada tahun 1997, Cannavaro memang belum pernah memberikan gelar untuk bangsanya. Posisi runner-up di piala Eropa 2000 merupakan prestasi tertinggi Cannavaro.

2.7.3. Andrea PirloSiapa bilang gelandang bertahan harus bertubuh besar dan kekar ? tengoklah Andrea Pirlo, sang gelandang bertahan AC Milan dan Italia. Keberadaannya membuktikan bahwa tak perlu tubuh besar untuk menjadi seorang gelandang bertahan yang handal. Majalah resmi UEFA, Champions juga pernah menyebutkan sosok Andrea Pirlo sebagai salah satu dari the man who changed football atau sosok yang mengubah sepak bola. Tipikal Pirlo sangat fantastis. Dia tak perlu otot dalam merusak serangan lawan. Tak perlu pula bermain kasar. Pemain yang mengawali karirnya sebagai striker ini lebih menggunakan otak, pergerakan dan permainan posisinya sanggup mengunci serangan lawan. Namun bukan hanya karena itu peran pirlo tak tergantikan di klub atau pun timnas. Dia sangat dingin dalam menerapkan deep playmaker atau mengatur irama permainan kecerdikannya dalam mengalirkan serangan dan menjaga tempo permainan disebut-sebut sebanding dengan legenda Italia masa lalu, Gianni

26

Rivera. Bahkan mungkin pirlo lebih hebat. Kemampuannya mengeksekusi freekick setara dengan David Beckam, Roberto Carlos dan Juninho. Buktinya tiga dari 4 golnya di timnas Italia lahir melalui tendangan bebas.

2.7.4. Francesco TottiKuat, bertenaga dan ber teknik tinggi. Begitu pula visi permainannya yang cerdas dan brillian. Itulah gambaran singkat Fransesco Totti di lapangan hijau. Salah satu pemain ber-skill tertinggi di Italia. Roh dan inspirator serangan di Italia. Sayang, suami Ilary Blasi ini mudah emosi. Jika sudah emosi, dia seperti dikuasai iblis. Tingkahnya tak terpuji dan tak peduli lagi akan kaidah sportivitas. Perhatikan saja tingkahnya di Serie-A. totti tercatat sebagai salah satu pemain AS Roma yang paling sering terkena kartu merah. Hingga saat ini dia sudah mengantongi 8 kartu merah. Dan di timnas Italia pernah meludahi salah satu pemain Denmark pada piala Eropa 2004. Walaupun Totti mudah emosi, dia piawai memainkan pos penyerang lubang ataupun striker. Dia bisa memainkan peran ujung tombak tak kalah dibandingkan striker murni Italia. Karena kehebatannya itulah publik Italia tak rela melihat Totti mundur, meskipun tingka lakunya di lapangan sering tak terkendali. Jika saja Totti bisa mengendalikan Iblis kecil di hatinya, bukan tak mungkin Italia akan merengkuh gelar juara Dunia 2006 nanti.

2.7.5. Alberto GilardinoEra baru telah dimulai. Generasi lama seperti Cristian Vieri ataupun Filippo Inzaghi telah berlalu. Kini zamannya bomber muda bertenaga seperti Gilardino. Striker yang dikaruniai insting membunuh kelas atas layaknya predator. Tak perlu keindahan untuk membunuh. Efektivitaslah yang utama. Di Serie-A, produktivitasnya tak perlu diragukan lagi. Musim2003-2004, saat membela parma. Dia sukses melesakkan 23 gol. Hal yang sama terjadi pada musim 2004-2005. lagi-lagi Gilardino sukses mengemas 23 gol, hanya berselisih

27

satu gol dibandingkan top scorer Cristiano Lucarelli. Musim ini, bersama AC Milan dari 15 partai yang dimainkan, Gilardino mencetak 11 gol. Dia ingin menutup musim ini dengan top scorer. Publik Italia ingat benar ketika Gilardino disiasiakan Mr.Trap saat piala Eropa 2004. hasilnya Italia langsung kandas di babak penyisihan. Masa penantian Gilardino tiba juga. Marcello lippi sebagai pelatih Italia yang baru percaya akan kemampuan Gilardino. Pada September 2004, Gilardino dipercaya melakukan debutnya melawan Norwegia. Penampilan perdana Gilardino tidak mengecewakan. Sejak itu, dia selalu menjadi langganan timnas. Kesuburannya di Serie-A pun dibawanya ke timnas Italia. Dari 12 partai yang dimainkan, Gilardino mencetak lima gol. Sekarang sangat sulit untuk mengusik posisinya. Satu tempat di timnas Italia hampir pasti menjadi miliknya.

28

PENUTUP3.1. KesimpulanKesimpulan dari makalah ini adalah bahwa banyak hal yang dilakukan oleh masyarakat Italia sebelum menjadi raksasa dunia sepak bola seperti saat ini. Selain itu sepak bola di Italia maju menurut sejarahnya juga dikarenakan rakyat Italia sudah mengenal olahraga menendang bola saat abad ke-16. Puncak kejayaan Italia yaitu ketika Italia secara beruntun menjuarai piala dunia 1934, emas olimpiade 1936 dan piala dunia 1938. Kejayaan Italia juga tidak dapat dilepaskan dari andil seorang pelatih legenda Italia, Vittorio Pozzo yang memperkenalkan system pertahanan gerendel (catenaccio) yang dipakai hingga sekarang. Sistem pertahanan inilah yang sampai saat ini telah mampu merengkuh 3 gelar juara dunia, 1 juara Eropa dan 1 emas Olimpiade. Selain Vittorio Pozzo, pemain legenda Italia seperti Dino Zoff pun ikut andil memajukan sepak bola Italia. Sepak bola di Italia sempat terpuruk di tahun 90-an. Akan tetapi pada akhirakhir ini sepak bola di Italia mulai meningkat kembali. Bintang-bintang muda Italia mulai menampakkan cahayanya. Harapan baru pun muncul kembali di kalangan pencinta sepak bola Italia. Harapan agar Italia dapat menjuarai Piala Dunia 2006 setelah puasa gelar selama 24 tahun.

3.2. SaranDari permasalahan yang telah dibahas dalam makalah ini saya akan memberi saran pada pembaca, sebaiknya pembaca bisa meneladani sikap para pemain dan pelatih timnas Italia yang berjuang keras tak kenal lelah. Karena berkat kerja keras merekalah timnas Italia dapat menjadi sebuah raksasa sepak bola dunia. Dan dapat meneladani sistem bermain Italia yang cukup baik.

29

Daftar PustakaHerlambang, Adrian S. 2000. Liga Italia. Jakarta : PT. Sportjaya sukses lestari Nursanto, Entong. 2005. Playmaker. Jakarta : PT. Gramedia Rachdyatmaka, Angriyanto. 2006. Gli Azzuri. Jakarta : PT. Gramedia Sunito, Ignatius. 2002. Bola vaganza. Jakarta : PT. Gramedia . 2005. Edizione Speciale Serie-A. Jakarta : PT. Gramedia . 2006. Italia Bangkit. Surabaya : Jawa Pos

30