upaya pemerintah indonesia menangani persoalan...

98
UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA OVERSTAY DI KOREA SELATAN PERIODE 2012 2016 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Oleh: Akbar Ali Yafie 11141130000073 PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018/1439 H

Upload: vuongdang

Post on 04-Apr-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI

PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA OVERSTAY DI

KOREA SELATAN PERIODE 2012 – 2016

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

Akbar Ali Yafie

11141130000073

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018/1439 H

Page 2: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA
Page 3: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA
Page 4: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA
Page 5: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

iv

ABSTRAK

Skripsi ini membahas mengenai upaya pemerintah Indonesia menangani

persoalan Tenaga Kerja Indonesia overstay di Korea Selatan periode 2012-2016.

Skripsi ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana upaya pemerintah

Indonesia dalam menangani persoalan Tenaga Kerja Indonesia overstay di Korea

Selatan periode 2012-2016. Skripsi ini berisikan alasan dari para Tenaga Kerja

Indonesia untuk overstay di Korea Selatan. Alasan tersebut meliputi penghasilan

yang cukup besar setiap bulannya. Penghasilan yang cukup besar membuat para

tenaga kerja enggan untuk pulang dan menyebabkan penurunan kuota pengiriman

Tenaga Kerja Indonesia ke Korea Selatan.

Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, maka metode penelitian yang

digunakan adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara

dan sumber-sumber lainnya. Sumber tersebut berupa jurnal, pemanfaatan

dokumen, laporan dari institusi, website yang valid, dan survei. Kerangka

pemikiran Kepentingan Nasional dan Diplomasi Bilateral menjadi alat yang

digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian terkait upaya pemerintah

Indonesia dalam menangani permasalahan TKI overstay.

Kata Kunci: Tenaga Kerja Indonesia, Overstay, Indonesia, Korea Selatan.

Page 6: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah

SWT serta junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan rahmat,

hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi

dengan judul “UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI

PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA OVERSTAY DI KOREA

SELATAN PERIODE 2012-2016”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

menyelesaikan program S1 program studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis sangat

menyadari bahwa terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak

yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik dalam bentuk waktu,

tenaga, fikiran, dll. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terimkasih kepada:

1. Bapak Ahmad Alfajri, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu Hubungan

Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Teguh Santosa, MA selaku Dosen Pembimbing yang telah

berkenan memberikan waktu, pikiran, dukungan dan tenaga untuk

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Keluarga saya tercinta, khususnya Ayah dan Ibu terimakasih banyak atas

segala do’a, dukungan moril dan materil yang tidak pernah bosan untuk

saya, tanpa do’a dan dukungan kalian saya tidak akan menjadi saat ini.

Page 7: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

vi

4. Bapak Tenny Johansen atau bang Tejo. Terima kasih sudah sangat

membantu dalam pengumpulan dan selalu memberikan dukungan untuk

penulis. Rela untuk meluangkan waktunya, meskipun dalam keadaan

sedang sibuk. Terimakasih atas semua bantuannya bang.

5. Sahabat terbaik penulis, Beben, Oby, Ajis yang telah banyak membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Segala bantuan dan motivasi

yang setiap hari dihadapkan kata-kata “skripsi udah ampe mana”, yang

selalu menghibur penulis dikala penulis jenuh dengan skripsi. Dunia tanpa

kalian pasti berwarna hehe.

6. Teruntuk Saniyyah Algadri selaku teman, sahabat, semua peran bisa,

terimakasih untuk waktu dan bantuannya. Tidak pernah berhenti untuk

mendorong penulis untuk tetap mengerjakan skripsi, yang selalu

menemani penulis mencari Wifi gratis. Terimakasih onta, salam 20.

7. Teruntuk adik-adik penulis Nabilah, Najmah termasuk yang telah tiada,

Alm. Dimas. Skripsi ini sebagai bukti memenuhi janji penulis untuk

menyelesaikan segala Pendidikan dengan baik dan tepat waktu. Skripsi ini

juga untuk membuktikan bahwa penulis dapat menyelesaikan jenjang

Pendidikan S1.

8. Teruntuk Ihuntani Squad yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Terimakasih telah menjadi bagian terpenting dari hidup penulis. Tanpa

kalian skripsi tidak dapat berjalan dengan baik. Terimakasih untuk

dukungan kalian selama penulis menempuh kuliah. Eskungga

Esterebastah!

Page 8: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

vii

9. Teman-teman seperjuangan HI angkatan 2014 yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, sukses untuk kalian!

10. Semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini,

termasuk abang barista kopi jangan bosen bang Wifinya di pake terus

hehe. Terimakasih banyak

Terimakasih atas segala bantuan yang tidak ternilai harganya. Penulis

menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan

demi perbaikan kedepannya. Semoga skripsi ini dapat memberikan perkembangan

ilmu pengetahuan khususnya ilmu hubungan internasional.

Jakarta,20 Agustus 2018

Akbar Ali Yafie

Page 9: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Pernyataan Masalah .............................................................................. 1

1.2. Pertanyaan Penelitian .......................................................................... 6

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 6

1.4. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 7

1.5. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 13

1.5.1 Kepentingan Nasional ............................................................... 13

1.5.2 Diplomasi Bilateral .................................................................... 15

1.6. Metode Penelitian ................................................................................. 17

1.7.Sistematika Penulisan ........................................................................... 19

BAB II TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

2.1. Sejarah Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri ............. 20

2.2. Migrasi Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri ................................ 24

2.3. Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri ........................ 27

BAB III TENAGA KERJA INDONESIA DI KOREA SELATAN

3.1. Kerjasama Indonesia dan Korea Selatan ............................................. 34

Page 10: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

ix

3.2. Skema Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia ke Korea Selatan ........... 38

3.3. Tenaga Kerja Indonesia di Korea Selatan ........................................... 44

3.4. Persoalan Tenaga Kerja Indonesia Overstay di Korea Selatan ........... 48

BAB IV UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI

PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA OVERSTAY DI KOREA

SELATAN PERIODE 2012-2016

4.1. Dampak Banyaknya Tenaga Kerja Indonesia Overstay di Korea Selatan

............................................................................................................... 53

4.2. Upaya Pemerintah Indonesia Menangani Persoalan Tenaga Kerja

Indonesia Overstay di Korea Selatan ..................................................... 58

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... xiii

LAMPIRAN ...................................................................................................... xvii

Page 11: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Data Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia yang Bekerja di

Luar Negeri ..................................................................................... 24

Tabel 2.2. Daftar Konvensi yang Telah Diratifikasi Oleh Indonesia ................. 32

Tabel 3.1. Data Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke Korea Selatan ........... 47

Tabel 4.1. Data Tenaga Kerja Indonesia overstay di Korea Selatan

Periode tahun 2012 – 2016 ............................................................... 56

Tabel 4.2 Data Kuota Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia ke

Korea Selatan .................................................................................... 58

Page 12: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Transkrip Wawancara dengan Kepala Seksi Evaluasi Kerjasama,

Kawasan Asia Pasifik dan Amerika, Tenny Johansen ................

Lampiran 2 Transkrip Wawancara dengan Konsuler Kedutaan Besar Republik

Indonesia, M. Aji Surya .............................................................

Lampiran 3 Memorandum Saling Pengertian antara Kementerian Tenaga Kerja

dan Transmigrasi Republik Indonesia dan Kementerian

Ketenagkerjaan dan Perburuhan Republik Korea ......................

Lampiran 4 Transkrip Survei Wawancara dengan Tenaga Kerja Indonesia di

Korea Selatan .............................................................................

Lampiran 5 Laporan Bilateral Meeting dan Penandatangan MoU EPS antara

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Korea

Selatan ........................................................................................

Lampiran 6 Data Tenaga Kerja Indonesia Overstay dan Kuota Tenaga Kerja

Indonesia di Korea Selatan .........................................................

Page 13: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

xii

DAFTAR SINGKATAN

AKAD Antar Kerja Antar Daerah

AKAN Antar Kerja Antar Negara

BNP2TKI Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja

CTKI Calon Tenaga Kerja Indonesia

EPS Employment Permit System

G to G Government to Government

HRDK Human Resources Development Service of Korea

ILO International Labour Organization

MOU Memorandum of Understanding

PPTKILN Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar

Negeri

SLC Standart Labour Contract

TKI Tenaga Kerja Indonesia

WLTF Working Level Task Force for Economic Cooperation

Page 14: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pernyataan Masalah

Indonesia salah satu negara terbanyak yang melakukan pengiriman

warganegaranya untuk bekerja di luar negeri baik atas dasar permintaan dari negara

yang bersangkutan maupun atas dasar keinginan dari para Tenaga Kerja Indonesia

(TKI) yang ingin mencari lapangan kerja di luar negeri. Pada sektor ketenagakerjaan

merupakan salah satu sektor yang memberikan pendapatan devisa terbesar bagi

pendapatan negara. Beberapa kawasan yang menjadi tujuan TKI ke luar negeri antara

lain Timur Tengah, Eropa dan Asia khususnya Korea Selatan. Korea Selatan menjadi

salah satu negara tujuan bagi para tenaga kerja Indonesia.

Hubungan luar negeri Indonesia dengan Korea Selatan secara resmi dibuka

pada 17 September 1973. Hubungan dan kerjasama bilateral kedua negara meningkat

secara drastis dalam beberapa dekade terakhir terutama kedua negara memasuki

kemitraan strategis yang ditandai dengan penandatangan Joint Declaration on

Strategic Partnership oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono

dan Presiden Korea Selatan Roh Moo Hyun pada tanggal 4 Desember 2006 di

Jakarta.1

1 Hubungan Bilateral RI – Korsel, http://kbriseoul.kr/kbriseoul/index.php/id/indokor, diakses

pada tanggal 1 Maret 2018.

Page 15: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

2

Perjanjian dari Joint Declaration ini mencakup 3 (tiga) pilar kerjasama, yaitu:

1) kerjasama politik dan keamanan, 2) kerjasama ekonomi, perdagangan, investasi

dan ketenagakerjaan dan 3) kerjasama sosial budaya. Dalam sektor ketenagakerjaan

Indonesia mulai melakukan pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Korea

Selatan sejak tahun 1994 dengan melalui mekanisme Industrial Trainee Program.

Namun sebelumnya Korea Selatan belum memperbolehkan tenaga kerja asing bekerja

di Korea Selatan.

Pada tahun 2004 Korea Selatan baru secara resmi menerima kehadiran dari

tenaga kerja asing melalui skema Employment Permit System (EPS). Kemudian

Indonesia menandatangani MoU EPS tersebut dengan pihak Korea Selatan pada

tanggal 13 Juli 2004 untuk melakukan pengiriman TKI dengan format Government to

Government (G to G).

Program G to G ini merupakan skema penempatan TKI ke luar negeri oleh

pemerintah yang hanya dapat dilakukan dengan melakukan perjanjian tertulis antara

Pemerintah pengirim dengan Pemerintah pengguna atau pengguna berbadan hukum

di negara tujuan penempatan. Pengiriman dan penerimaan TKI ini dilakukan oleh

pemerintah Indonesia melalui Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga

Kerja (BNP2TKI) dan pemerintah Korea Selatan melalui Human Resources

Development Service of Korea (HRDK).2

2 Hubungan Bilateral, http://www.kemlu.go.id/seoul/id/Pages/HUBUNGAN-BILATERAL.aspx,

diakses pada tanggal 1 Maret 2018.

Page 16: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

3

Dari program tersebut akan melahirkan sebuah kebijakan yang tentunya

berguna bagi kedua negara Indonesia maupun Korea Selatan. Kebijakan tersebut

dapat menjadikan persyaratan bagi para tenaga kerja baru untuk masuk dan bekerja di

Korea Selatan setelah memiliki kontrak kerja dengan pemilik perusahaan. Manfaat

dari penerapan sistem ini, seperti penanganan keberangkatan dari para pekerja lebih

teratur dan teroganisir. Selain itu, dari segi pembiayaan juga lebih murah, dan hak-

hak dari para tenaga kerja asing ini sama dengan warga negara Korea Selatan.

Selain itu, pengiriman TKI dari penggunaan program G to G ini salah satu

cara pencegahan terhadap permasalahan-permasalahan yang dialami oleh para tenaga

kerja dikarenakan adanya perjanjian yang jelas seperti Memorandum of

Understanding (MoU) antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Korea Selatan

tentang pengiriman tenaga kerja. Hal tersebut membuat pengiriman para tenaga kerja

ini lebih teratur dan dapat dipantau sehingga bisa meminimalisir adanya pelanggaran-

pelanggaran yang dilakukan oleh pihak majikan maupun oleh tenaga kerjanya itu

sendiri.3

Dari data 2012 sampai akhir 2016, Indonesia telah menempatkan 40.725 TKI

di Korea Selatan.4 Hal ini didasari oleh minimnya tenaga kerja bagi usaha kecil

menengah di Korea Selatan Domestic Small and Medium Sized Enterprises (SMEs).

Dibalik banyaknya TKI yang menetap di Korea Selatan terdapat beberapa

3 Ayona Adita Prihantika, Faktor Keberhasilan Perlindungan TKI Yogyakarta di Korea Selatan,

UMY FISIP, 2012, 168. 4 Dokumen Data Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Tahun 2016,

BNP2TKI, 2016, 7.

Page 17: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

4

permasalahan yang menjadi perhatian bagi kedua negara yaitu TKI overstay di Korea

Selatan. Dalam hal ini TKI overstay adalah tenaga kerja yang melanggar izin tinggal

atau tenaga kerja yang telah habis masa dari kontrak kerjanya, namun tetap

melakukan pekerjaan di Korea Selatan.5

Di Korea Selatan diperkirakan setiap tahunnya terdapat ribuan TKI/WNI

overstay yang tersebar di berbagai wilayah. Melalui program EPS, para pekerja hanya

diberikan masa tenggang 3 tahun oleh pemerintah Korea Selatan. Mengutip dari salah

satu jurnal penelitian, pada tahun 2011 tercatat sebanyak 5.718 orang, tahun 2012

tercatat 6.197 orang, tahun 2013 sebanyak 6.723 orang dan tahun 2014 sebanyak

7.237.6

Pada umumnya TKI yang bekerja di Korea Selatan memiliki penghasilan

cukup besar setiap bulannya, yaitu Rp15.000.000, 00 hingga Rp30.000.000, 00. Hal

tersebut yang menjadikan salah satu faktor utama dalam permasalahan TKI overstay

di Korea Selatan. Karena upah yang diberikan cukup besar, para pekerja ini memilih

untuk overstay yaitu tetap berada di Korea Selatan meskipun waktu izin tinggal

mereka telah habis. Permasalahan dari TKI overstay ini kian marak terjadi di Korea

5 Di Korea Selatan Pekerjaan TKI Paling Banyak Disukai,

http://www.bnp2tki.go.id/read/10303/Di-Korea-Selatan-Pekerjaan-TKI-Paling-Banyak-Disukai, diakses pada tanggal 3 Maret 2018.

6 Siva Anggita Maharani, Kebijakan Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan dalam

Menangani TKI Overstay di Korea Selatan, Universitas Diponegoro, Vol.2 No.4 2016, 283.

Page 18: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

5

Selatan, menurut data pada tahun 2015 dan 2016 terdapat 7000-an TKI illegal yang

habis masa tinggalnya atau overstay.7

Oleh karena itu, permasalahan dari TKI overstay ini menjadi perhatian khusus

bagi kedua negara. Dalam upaya menangani permasalahan tersebut, pemerintah

Indonesia telah melakukan beberapa upaya seperti tindakan persuasif. Selain itu

pemerintah Indonesia telah melakukan perundingan terhadap pemerintah Korea

Selatan guna meminta amnesty (pengampunan) untuk para TKI bermasalah.

Termasuk para TKI overstay yang pada akhirnya pemerintah Korea Selatan

mengabulkan permintaan dengan memberikan amnesty (pengampunan) serta

kemudahan untuk proses pemulangan.

Melihat dari fenomena tersebut, menarik untuk dikaji bahwa permasalahan

TKI overstay menjadi isu bagi bilateral Indonesia dan Korea Selatan. Oleh karena itu,

tema ini diangkat menjadi sebuah penelitian yang berjudul “Upaya Pemerintah

Indonesia Menangani Persoalan Tenaga Kerja Indonesia Overstay Di Korea

Selatan Periode 2012-2016”. Analisa dari permasalahan ini adalah TKI overstay dan

upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia terhadap permasalahan tersebut di Korea

Selatan.

Penelitian ini memiliki batasan jangkauan waktu, yaitu pada tahun 2012

sampai 2016. Dalam kurun waktu tersebut, terjadi peningkatan yang cukup signifikan

7 Maharani, Kebijakan Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan dalam Menangani TKI

Overstay di Korea Selatan, 283.

Page 19: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

6

dalam permasalahan overstay ini. Oleh sebab itu pemerintah Indonesia dituntut untuk

mengambil langkah persuasif dalam penanganan permasalahan tersebut.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Dari beberapa pemarapan yang telah diuraikan di atas, terlihat sebuah pokok

permasalahan, yaitu bagaimana upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia

dalam menangani permasalahan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang overstay di

Korea Selatan?

1.3 Tujuan dan Manfat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian:

1.3.1.1 Mengetahui secara detail sebab-sebab dari adanya permasalahan

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) overstay dan bagaimana dampak

dari permasalahn tersebut terhadap hubungan bilateral Indonesia

dan Korea Selatan.

1.3.1.2 Mengetahui upaya-upaya dari pemerintah Indonesia dalam

melindungi Hak Asasi Manusia (HAM) warga negara Indonesia

yang berada di luar negeri, khususnya di Korea Selatan.

Page 20: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

7

1.3.1.3 Mengetahui bagaimana pemerintah Indonesia melakukan upaya

diplomasi dengan pemerintah Korea Selatan dalam menangangi

permasalahan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) overstay di Korea

Selatan.

1.3.2 Manfaat Penelitian:

1.3.2.1 Mengembangkan secara lebih dalam ilmu pengetahuan mengenai

hubungan bilateral Indonesia dan Korea Selatan serta upaya yang

dilakukan pemerintah Indonesia dalam menangani permasalahan

yang menimpa warga negara Indonesia di Korea Selatan.

1.3.2.2 Menjadi acuan untuk bahan penelitian yang berkaitan dengan

upaya yang dilakukan Indonesia terhadap Korea Selatan dalam

menangani permasalahan TKI overstay, sekaligus memahami

langkah diplomasi lebih dikedepankan pemerintah Indonesia

dalam melindungi warga negara Indonesia di luar negeri.

1.4 Tinjauan Pustaka

Pada dasarnya terdapat beberapa penelitian terdahulu yang sekiranya relevan

dengan masalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang overstay di Korea Selatan. Di

antaranya dari jurnal yang ditulis oleh Adharinalti dengan judul “Perlindungan

Page 21: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

8

Terhadap Tenaga Kerja Indonesia Irregular di Luar Negeri”. Jurnal tersebut

diterbitkan oleh Media Pembinaan Hukum Nasional pada tahun 2012.

Dalam tulisannya, Adharinalti menjabarkan bagaimana seorang TKI

mendapat perlindungan hukum yang tertera pada Undang-Undang Pasal 77-84

tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri

(PPTKI LN). Peraturan tersebut mengatakan bahwa setiap TKI memiliki hak untuk

memperoleh perlindungan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan, mulai

dari pra penempatan, masa penempatan, hingga purna penempatan.

Menurut tulisan Adhrinalti pada masa penempatan para TKI sering kali

mendapatkan masalah yang menyangkut legalitas dari pengiriman TKI ke luar negeri.

Hal tersebut tentu didasari bahwa setiap negara memiliki wewenang untuk

mengirimkan orang-orang asing dan juga mengembalikannya ke negara asalnya. Atas

dasar tersebut banyak dari para TKI yang tidak memiliki dokumen yang sah

mendapatkan pengusiran atau pemulangan secara paksa, tidak hanya berlaku terhadap

para pekerja melainkan juga terhadap keluarganya.

Penyebab dari maraknya tenaga kerja yang berangkat secara gelap/lewat

belakang (tidak berdokumen) antara lain biaya yang lebih murah serta prosesnya yang

lebih cepat. Permasalahan dari tenaga kerja yang tidak berdokumen merupakan

masalah serius karena dari hal tersebut akan menjadi rawan dalam perlindungan

hukum bagi yang bersangkutan. Oleh sebab itu, para TKI tersebut sering

mendapatkan hal tidak selayaknya seperti tidak diberikan tempat tinggal yang pantas,

Page 22: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

9

selain itu para TKI juga sering tidak mendapatkan jatah makan yang tidak

selayaknya.

Penelitian dari Adharinalti juga menjabarkan hak-hak yang dimiliki oleh

seorang TKI seperti hak kebebasan (basic freedom), persamaan di hadapan hukum

(due process), hak untuk memiliki kerahasiaan pribadi (right to privacy), persamaan

sebagai warga negara (equality with nationals), kebebasan untuk berkumpul (right to

union activities), menyampaikan pendapat (transfer of earnings) dan hak untuk

mendapatkan informasi (right to information). Namun dalam penelitian Adharinalti

memiliki ruang lingkup cukup luas yaitu luar negeri, tidak secara spesifik

menentukan dimana negara yang diteliti.8

Sebenarnya, dalam tulisan Adharinalti cukup menarik, di mana Adharinalti

memaparkan secara detail dari topiknya yaitu tentang perlindungan para TKI di luar

negeri meskipun yang berstatus irregular. Namun dalam penelitian kali ini lebih

menspesifikasi para TKI yang berstatus irregular itu adalah para TKI yang overstay

di mana para TKI ini telah melanggar izin tinggal atau tenaga yang telah habis masa

dari izin tinggalnya, namun tetap melakukan pekerjaan. Sedangkan penelitian yang

akan diteliti lebih memfokuskan pada negara Korea Selatan.

Penelitian kedua, yaitu jurnal yang ditulis oleh Imanuella Tamara Geerards

dengan judul “Tindakan Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Arab Saudi dalam

Menangani Permasalahn TKI di Arab Saudi”. Dalam tulisannya Imanuella

8 Adharinalti, Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja Indonesia Irregular di Luar Negeri, Media

Pembinaan Hukum Nasional, Vol. 1 No. 1 April 2012. 159, 170.

Page 23: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

10

menjabarkan secara spesifik bagaimana pemerintah Indonesia melalukan program

penempatan TKI di Arab Saudi.

Hal tersebut dikatakan bahwa para TKI ini meninggalkan Indonesia untuk

bekerja diluar negeri dengan cara yang spontan tanpa melalui prosedur yang dibuat

oleh pemerintah Indonesia. Pada akhirnya tahun 1970-an pemerintah Indonesia

membuat program penempatan TKI ke luar negeri dengan tujuan memenuhi

permintaan tenaga kerja dari luar negeri dan memenuhi minat TKI yang ingin bekerja

di luar negeri.

Penelitian dari Imanuella juga menjelaskan bagaimana dampak positif dari

program penempatan TKI di Arab Saudi. Dampak positif yang didapatkan bagi TKI

itu sendiri bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan bagi dirinya sendiri dan

meningkatkan kesejahteraan keluarganya, yaitu melalui gaji yang diterima dan

meningkatkan keterampilan TKI karena memiliki pengalaman bekerja di luar negeri.

Imanuella juga menjelaskan bahwa selain dari dampak positif yang didapat

dari program penempatan TKI di luar negeri, terdapat juga dampak negatifnya seperti

TKI seringkali mendapatkan perlakuan yang tidak sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan serta perlakuan-perlakuan yang tidak sesuai dengan hak asasi

manusia. Namun tentunya dalam hal ini pihak pemerintah Indonesia tidak tinggal

diam atas perlakuan tersebut.

Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan pemerintah Arab Saudi telah

melakukan beberapa tindakan dalam menangani permasalahn TKI ini, dari kebijakan

yang hanya bersifat umum hingga kebijakan yang bersifat administratif. Kebijakan

Page 24: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

11

yang secara umum ini meliputi beberapa aspek seperti aspek peningkatan kualitas

para TKI, aspek sistem informasi, aspek perlindungan TKI dan aspek pengawasan.

Sedangkan kebijakan bersifat administratif menurut Imanuella meliputi pembuatan

hukum seperti peraturan UU PPTKILN yang dikeluarkan pada tanggal 18 Oktober

2004.9

Penelitian dari Imanuella ini tentu berbeda dengan penelitian yang dilakukan

oleh Adharinalti yang hanya memfokuskan pada aturan dan hak-hak yang dimiliki

oleh seorang TKI, sedangkan Imanuella lebih memberikan spesifikasi tentang

bagaimana dampak dari program penempatan TKI di luar negeri. Penjelasan dan

penjabaran yang dilakukan Imanuella sebenarnya cukup bagus dalam penelitiannya.

Namun dalam penelitian kali ini, hanya ingin melihat bagaimana upaya yang

dilakukan pemerintah Indonesia dalam menangani permasalahn TKI yang secara

khusus para overstay.

Jika penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Adharinalti yang

memfokuskan kepada aturan dan hak yang dimiliki oleh seorang TKI dan penelitian

yang dilakukan oleh Imanuella yang memberikan penjabaran tentang bagaimana

dampak dari program penempatan TKI tersebut. Berbeda dengan penelitian berupa

skripsi yang ditulis oleh Desty Purwanti dengan judul “Kebijakan Pemerintah

Indonesia dalam Menangani Permasalahn PRT di Arab Saudi tahun 2006-2012”.

9 Imanuella Tamara Geerards, Tindakan Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Arab Saudi

dalam Menangani Permasalahan TKI di Arab Saudi, Universitas Airlangga, Vol. 21 No. 4 Oktober 2008, 362-366.

Page 25: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

12

Jika penelitian yang dilakukan oleh Adharinalti dan Imanuella hanya

membahas dengan tema besar TKI yang memiliki pengertian cukup luas bisa meliputi

tenaga kerja dibidang formal maupun informal, berbeda dengan Desty yang

memfokuskan penelitian pada pekerja Pembantu Rumah Tangga (PRT). Selanjutnya

penelitian dari Desty menjabarkan tidak hanya permasalahan-permasalahan yang

dialami oleh para pekerja Indonesia di luar negeri, namun juga menjabarkan faktor-

faktor yang menjadi timbulnya permasalahan tersebut.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Desty, faktor-faktor yang menjadi

dasar timbulnya masalah PRT di Arab Saudi diantaranya: proses perekrutan yang

masih didominasi oleh para calo/sponsor, pelatihan yang tidak sesuai dengan

kebutuhan jasa, kurang memadainya koordinasi dari pemangku kepentingan/lembaga

dan tentu faktor dari kualitas sumber daya manusianya itu sendiri. Selain itu Desty

juga mengharapkan peran dari pemerintah Indonesia yang secara serius menangani

permasalahan-permasalahan TKI di luar negeri khususnya di Arab Saudi melalui jalur

diplomasi.

Selain dari faktor-faktor tersebut Desty juga menyebutkan beberapa kebijakan

dari pemerintah Indonesia dalam menangani permasalahan PRT di Arab Saudi

melalui Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

(BNP2TKI) dalam upaya meningkatkan kualitas penempatan dan keamanan

perlindungan TKI dan Satgas TKI yang merupakan organisasi ad hoc untuk

membantu memperjuangkan permasalah PRT/WNI khususnya dibidang hukum.

Page 26: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

13

Selain itu ada juga peran dari para perwakilan Indonesia dalam melindungi PRT di

luar negeri.10

Beberapa literatur yang telah dijelaskan, penelitian ini memiliki tema besar

yaitu mengenai upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia dan Korea Selatan dalam

menangani permasalahan TKI overstay ini. Kemudian, permasalahan dari TKI

overstay akan dianalisa dengan beberapa teori dan konsep seperti teori

neoliberalisme, interdepedensi dan konsep hubungan bilateral.

1.5 Kerangka Pemikiran

Untuk menjelaskan permasalahan dari penelitian ini, maka analisa penelitian

ini menggunakan beberapa kerangka pemikiran, seperti kepentingan nasional dan

diplomasi bilateral. Kerangka pemikiran tersebut yang kemudian menjadi alat analisa

untuk menggambarkan permasalahan TKI overstay serta upaya diplomasi pemerintah

Indonesia terhadap Korea Selatan dalam menangani masalah tersebut.

1.5.1 Kepentingan Nasional

Kepentingan nasional ini memiliki peran yang sangat penting dalam

menjelaskan dan memahami perilaku internasional. Kepentingan nasional merupakan

dasar untuk menjelaskan bagaimana perilaku luar negeri suatu negara.11

10

Desty Purwanti, Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Menangani Permasalahan PRT di Arab Saudi Tahun 2006 – 2012, Skripsi, FISIP UIN, 2013, 3-5.

Page 27: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

14

Menurut Nuechterlein, definisi kepentingan nasional belum memiliki

keputusan yang cukup pasti di antara para ahli. Dalam mendefinisikan kepentingan

nasional, Nuechterlein memandang bahwa kepentingan nasional merujuk pada

kebutuhan dan keinginan yang dirasakan oleh negara dalam melakukan hubungannya

dengan negara lain pada lingkungan eksternal.12

Menurut Nuechterlein terdapat

empat bagian penting dalam kepentingan nasional yaitu: defence interests, economic

interests, world order interests, dan ideological interests.13

Defence interests, kepentingan yang mengedepankan perlindungan terhadap

suatu negara, sistem pemerintahan dan warga negaranya atas ancaman yang bersifat

fisik yang dilakukan oleh negara lain. Economic interests, kepentingan yang

mengedepankan kesejahteraan ekonomi suatu negara dalam hubungannya terhadap

negara lain. World order interests, kepentingan yang mengedepankan pada

pemeliharaan sistem ekonomi suatu negara termasuk politik negara demi

mengamankan posisi negara hingga warga negaranya dapat melakukan aktivitas

sebagaimana mestinya. Ideological interests, mengedepankan perlindungan beberapa

nilai yang dianut oleh suatu negara sebagai hal yang bersifat universal.14

11

Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochammad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 35.

12 Donald E. Nuechterlein, National Interests and Foreign Policy: A Conseptual Framework for

Analysis and Decision-Making, Bristish Journal of International Studies, Vol. 2 No. 3, Oktober 1976, 247.

13 Donald E. Nuechterlein, National Interests and Foreign Policy: A Conseptual Framework for

Analysis and Decision-Making, 248. 14

Donald E. Nuechterlein, National Interests and Foreign Policy: A Conseptual Framework for Analysis and Decision-Making, 248.

Page 28: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

15

Dalam konteks ini, kepentingan nasional dengan bagian economic interests

digunakan untuk memahami kepentingan yang dimiliki oleh Indonesia dalam

peranannya menangani TKI overstay di Korea Selatan. Urgensi dalam memahami

kepentingan tersebut memiliki keterkaitan dengan kepentingan yang dikedepankan

oleh negara dalam proses interaksi diplomasi. Mengingat sebagaimana yang

disebutkan oleh Sukawarsini Djelantik dalam bukunya yang berjudul Diplomasi

antara Teori dan Praktik bahwa “diplomat melakukan diplomasi untuk mengejar

kepentingan nasionalnya….”15

1.5.2 Diplomasi Bilateral

Diplomasi merupakan istilah yang biasa dipergunakan semenjak beberapa

tahun yang lalu bagi sebuah cabang ataupun disiplin ilmu mengenai hubungan luar

negeri berdasarkan pada yang tertera dalam diploma-diploma, yaitu dokumen-

dokumen tertulis.

Menurut Satow Barston, diplomasi merupakan manajemen hubungan antar

negara atau hubungannya antar negara dengan para aktor hubungan internasional

lainnya. Negara, melalui perwakilannya berusaha untuk menyampaikan,

mengkoordinasikan dan mengamankan segala kepentingan nasional khusus atau yang

15

Sukawarsini Djelantik, Diplomasi antara Teori dan Praktik (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), 14

Page 29: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

16

lebih luas. Adapun hal tersebut dilakukan melalui koresponden, pembicaraan tidak

resmi, saling menyampaikan cara pandang, lobby, kunjungan dan aktivitas lainnya.16

Pada dasarnya diplomasi merupakan suatu keadaan yang mengacu pada

hubungan politik dan budaya yang melibatkan dua negara. Pada saat ini, kebanyakan

dari kegiatan diplomasi internasional dilakukan secara bilateral. Contohnya,

penandatangan perjanjian, adanya pertukaran Duta Besar dan kunjungan kenegaraan.

Hubungan bilateral merupakan suatu keadaan yang menggambarkan adanya

sebuah hubungan yang saling mempengaruhi atau adanya hubungan timbal balik

antara dua negara. Menurut Kusumohamidjojo bahwa usaha untuk memenuhi

kebutuhan nasionalnya masing-masing negara tentu tidak dapat menghindari adanya

interdepedensi, di mana hal tersebut secara tidak langsung memaksa suatu negara

untuk bekerjasama.17

Dalam konteks penelitian ini, pemerintah Indonesia menangani permasalahan

TKI overstay di Korea Selatan dilakukan dengan cara diplomasi. Diplomasi yang

dimaksud berupa perundingan antar wakil masing-masing negara untuk

menyelasaikan permasalahan TKI ini. Tentunya diplomasi yang dilakukan

pemerintah Indonesia terhadap Korea Selatan dalam menangani permasalahan TKI

overstay lebih mengedepankan melalui jalur pemerintahan.

16

Djelantik, Diplomasi antara Teori dan Praktik, 4. 17

Budiono Kusumohamidjojo, Hubungan Internasional: Kerangka Studi Analitis (Jakarta: Bina Cipta, 1987), 1.

Page 30: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

17

Alasan dari penggunaan diplomasi untuk menggambarkan usaha pemerintah

Indonesia dan Korea Selatan dalam membahas persoalan-persoalan ketenagakerjaan.

Perlunya menggunakan diplomasi dalam menyikapi permasalahan TKI overstay di

Korea Selatan, karena diplomasi itu sendiri memiliki tujuan yang cukup baik demi

terciptanya cara-cara damai. Diplomasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia

terhadap pemerintah Korea Selatan sebagai bentuk perlidungan diplomatik Indonesia

dalam melindungi warga negaranya yang berada di Korea Selatan, termasuk para TKI

overstay.

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif, menurut Denzin dan

Lincoln, penelitian kualitatif merupakan suatu aktifitas yang menggunakan

pengamatan di lokasi tempat berbagai fakta, data, bukti atau hal lainnya yang

berkaitan dengan riset. Peneliti atau pengkaji kualitatif akan masuk secara langsung

ke lapangan untuk memunculkan representasi yang didapat dari catatan lapangan,

wawancara, pembicaraan, fotografi, rekaman, dan catatan pribadi.18

Oleh sebab itu, penelitian ini akan menggunakan kualitatif karena

memerlukan pengamatan secara langsung untuk menggambarkan segala

18

Setiawan Santan K, Menulis Ilmiah Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010), 5.

Page 31: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

18

permasalahan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Overstay yang berdampak pada

hubungan bilateral Indonesia dengan Korea Selatan. Hal ini juga akan melihat upaya

yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam menangani permasalahan tersebut

dengan pihak Korea Selatan.

Menurut Carey dan Posavac terdapat beberapa prosuder dalam pengumpulan

data kualitatif yang mungkin menjadi pertimbangan seperti, observasi kualitatif,

tinjauan dokumen, wawancara dan materi audio dan visual.19

Dari keeempat sumber

data tersebut, penelitian ini akan menggunakan teknik pengumpulan data melalui

tinjauan dokumen, wawancara dan observasi.

Untuk teknik wawancara itu sendiri, akan mewawancari beberapa

narasumber yang memiliki keterkaitan dengan permasalahan TKI overstay di Korea

Selatan. Pertama, salah satu pegawai dari Badan Nasional Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja (BNP2TKI) yaitu Tenny Johansen selaku Kepala Seksi

Evaluasi Kerjasama, Kawasan Asia Pasifik dan Amerika.

Kedua, M. Aji Surya selaku Konsuler Kedutaan Besar Republik Indonesia

di Seoul, Korea Selatan. Dari kedua responden tersebut diharapkan penulis dapat

mengetahui secara detail mengenai topik penelitian ini.

Sedangkan untuk teknik survei itu sendiri, akan membuat kuisioner yang

isinya beberapa pertanyaan mengenai alasan untuk bekerja di Korea Selatan hingga

kendala dalam bekerja disana.

19

Mohamad Lamsuri, Samsul Hadi, Mutrofin, Metode Riset Evaluasi (Yogyakarta: Lakbang Grafika, 2011), 255-260.

Page 32: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

19

1.7 Sistematika Penulisan

Pada Bab I penelitian ini berbicara mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian dan kerangka teori yang digunakan untuk menjawab

rumusan masalah dari penelitian ini. Selain itu, pada bab ini juga membahas metode

penelitian dan sistematika penulisan.

Pada Bab II penelitian ini berbicara mengenai sejarah awal hubungan bilateral

antara Korea Selatan dengan Indonesia sejak pasca kolonialisme. Selain itu, pada bab

ini membahas sejarah dari pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri hingga

perlindungannya di luar negeri.

Pada Bab III penelitian ini berbicara mengenai tenaga kerja Indonesia yang

berada di Korea Selatan, serta proses pengiriman para tenaga kerja Indonesia ke

Korea Selatan. Selain itu, pada bab ini akan membahas beberapa permasalahan yang

terjadi pada tenaga kerja Indonesia di Korea Selatan

Pada Bab IV penelitian ini membahas permasalahan TKI overstay, di mana

tenaga kerja yang melanggar izin tinggal atau tenaga yang telah habis masa dari izin

tinggalnya, namun tetap melakukan pekerjaan di Korea Selatan. Selain itu, bab ini

juga membahas bagaimana upaya yang dilakukan antara pemerintah Korea Selatan

dan pemerintah Indonesia dalam upaya mengatasi permasalahan TKI overstay.

Pada Bab V adalah bab penutup, di mana bab ini membahas kesimpulan

mengenai beberapa hal terkait upaya kerjasama Korea Selatan dan Indonesia dalam

mengatasi permasalahan TKI secara umum dan TKI overstay secara khusus.

Page 33: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

20

BAB II

TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

2.1 Sejarah Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri

Sebenarnya bermigrasi merupakan salah satu cara untuk mendapatkan

kehidupan yang lebih baik dan merupakan hak dasar bagi setiap individu. Tentu saat

ini sudah jutaan orang ikut terlibat dari gelombang migrasi global yang sangat

dinamis ini. Migrasi juga telah menyebabkan dunia kehilangan batas

konvensionalnya. Gelombang migrasi telah membuka batas-batas negara, hukum dan

bahkan budaya.

Ada banyak alasan mengapa orang lebih memilih untuk bermigrasi, salah satu

alasan tersebut adalah dalam rangka mencari penghidupan yang lebih layak dari

sebelumnya. Migrasi karena pekerjaan adalah hal yang paling umum terjadi, hal

tersebut tentu dapat dijumpai di berbagai belahan dunia. masyarakat dari kelompok

paling miskin di negara berkembang melakukan migrasi ke negara-negara yang lebih

kaya.

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiiliki

keberagaman yang cukup kompleks. Tidak heran juga Indonesia memiliki sejarah

yang cukup panjang. Melihat sejarahnya, isu dari migrasi ini bukanlah hal yang baru

Page 34: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

21

di Indonesia. Isu migrasi ini sudah dikenal sejak zaman pemerintahan Belanda (1596-

1942).

Pada tahun tersebut pemerintah Hindia Belanda mulai menduduki beberapa

daerah pada waktu yang berbeda-beda selama lebih dari 350 tahun (1596-1942).

Willem Daendels yang merupakan salah satu Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang

pertama kali menerapkan sistem kerja rodi saat membuat jalan sepanjang hampir

1.000 Kilometer untuk keperluan militer. Banyak orang secara terpaksa bermigrasi

untuk pekerjaan ini.20

Pengiriman tenaga kerja Indonesia yang dilakukan oleh Belanda pertama kali

diberangkatkan dari Batavia (Jakarta) pada 21 Mei 1890 menggunakan kapal SS

Koringin Emma. Perjalanan yang ditempuh cukup jauh ini singgah di negeri Belanda

dan tiba di Suriname pada 9 Agustus 1890. Pengiriman TKI gelombang pertama ini

terdiri dari 94 orang yaitu 61 pria dewasa, 31 wanita dan 2 anak-anak.21

Program dari migrasi tenaga kerja ini terus belanjut hingga memasuki masa

kemederkaan, Orde Lama, Orde Baru dan reformarsi. Tanggal 3 Juli 1947 merupakan

tanggal bersejarah bagi Lembaga Kementerian Perburuhan dalam era kemerdakaan

Indonesia. Melalui peraturan pemerintah No 3/1947 dibentuklah lembaga yang secara

20

Sulistyowati Irianto, Titiek Kartika, Tirtawening Parikesit, dkk, Akses Keadilan dan Migrasi Global (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011), 4-7.

21 Sejarah Penempatan TKI Hingga BNP2TKI, http://www.bnp2tki.go.id/frame/9003/Sejarah-

Penempatan-TKI-Hingga-BNP2TKI, diakses pada tanggal 7 Maret 2018.

Page 35: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

22

khusus mengurus permasalahan perburuhan di Indonesia dengan nama Kementerian

Perburuhan.22

Seiring dengan berjalannya waktu pada tahun 1970-an, migrasi internasional

mulai menunjukkan eksistensinya di Indonesia. Pada tahun tersebut juga pemerintah

mulai melakukan pengerahan Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) dan Antar Kerja

Antar Negara (AKAN). Kemudian dimasukan ke dalam Peraturan Pemerintah No. 4

Tahun 1970. Dalam pengaturan tersebut memberikan berbagai pihak pemerintah dan

pihak swasta untuk melakukan pengaturan pengiriman TKI ke luar negeri.23

Dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah tersebut, maka segala

pengurusan tenaga kerja bisa dipegang oleh swasta selain pemerintah. Pada awal

1979, baru ada upaya secara langsung oleh pemerintah untuk melakukan pengiriman

tenaga kerja Indonesia ke luar negeri yang biasa dikenal dengan program G to G

(Government to Government). Pengiriman tenaga kerja ke luar negeri dianggap

mampu menyelesaikan permasalahan angka pengangguran dalam negeri.

Pada saat itu, angka pengangguran yang cukup tinggi, pemutusan hubungan

kerja (PHK) akibat krisis ekonomi, membuat pemerintahan Orde Baru mulai gencar

melakukan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri. Hal ini bisa dilihat berdasarkan

jumlah yang ada mulai Repelita I hingga Repelita V pada tabel berikut:

22

Sejarah Penempatan TKI Hingga BNP2TKI, http://www.bnp2tki.go.id/frame/9003/Sejarah-Penempatan-TKI-Hingga-BNP2TKI, diakses pada tanggal 7 Maret 2018.

23 Ana Sabhana Azmy, Negara dan Buruh Migran Perempuan: Menelaah Kebijakan

Perlindungan Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono 2004-2010 (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2012), 44.

Page 36: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

23

Tabel 2.1

Data Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia yang Bekerja di Luar Negeri

Selama Repelita I – Repelita V

Repelita Periode Jumlah Tenaga Kerja

Repelita I 1969 – 1974 5.624

Repelita II 1974 – 1979 17.042

Repelita III 1979 – 1984 96.410

Repelita IV 1984 – 1989 292.262

Repelita V 1989 – 1994 652.272

Sumber: Sukamdi, Memahami Migrasi Pekerja Indonesia ke Luar Negeri, 2007

Berdasarkan data, dapat dilihat bahwa sejak Repelita I menunjukan jumlah

tenaga kerja internasional mengalami peningkatan. Akan tetapi, peningkatan justru

terlihat cukup drastic terjadi pada periode 1979 – 1984 (Repelita II) ke 1984 – 1989

(Repelita III). Pada periode tersebut terlihat peningkatan lima kali lipat dari jumlah

sebelumnya. Pada periode berikutnya, meskipun mengalami peningkatan yang lebih

sedikit dari sebelumnya, secara konsisten jumlahnya menjadi cukup banyak. Pada

tahun-tahun berikutnya, peningkatan jumlah tenaga kerja di luar negeri terus

bertambah hingga pada periode 1989 – 1994 mencapai di atas 650 ribu orang.24

24

Sukamdi, Memahami Migrasi Pekerja Indonesia ke Luar Negeri, Universitas Gadjah Mada, Vol.18 No.2, 2007, 116-117.

Page 37: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

24

2.2 Migrasi Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri

Pada dasarnya migrasi internasional tidak ada bedanya dengan migrasi

kependudukan pada umumnya. Migrasi internasional merupakan salah satu bentuk

perpindahan penduduk yang melewati batas-batas wilayah negara. Migrasi

internasional dapat dikatakan pula sebagai migrasi yang melewati batas politik antar

negara. Adapun migrasi internasional dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:25

1. Migrasi sementara: biasanya dilakukan oleh para pekerja pendatang atau

pekerja kontrak luar negeri dalam jangka waktu tertentu untuk bekerja dan

mengirimkan penghasilannya ke negara asalnya.

2. Migrasi professional: biasa dilakukan oleh orang yang memiliki

kualifikasi sebagai manager, esekutif, teknisi atau sejenisnya, atau orang

yang mencari lahan pekerjaan yang melalui pasar tenaga kerja

internasional untuk keahlian-keahlian tertentu.

3. Migrasi illegal: biasa dilakukan oleh orang yang memasuki suatu wilayah

negara, biasanya untuk mencari pekerjaan tanpa adanya dokumen dan

perijinan yang lengkap.

4. Migrasi terpaksa: migrasi ini meliputi para pencari suaka dan orang-orang

yang terpaksa pindah karena faktor eksternal maupun internal, seperti

bencana alam atau konflik dalam negerinya.

5. Migrasi yang kembali: biasa dilakukan oleh orang yang telah kembali ke

negara asalnya setelah tinggal dalam jangka waktu tertentu di negara lain.

25

Elisabeth Dewi, Migrasi Internasional dan Politik Luar Negeri Indonesia, 1-3.

Page 38: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

25

Sebenarnya terdapat juga dua motif yang mendasari perpindahan tenaga kerja

antar negara atau migrasi internasional. Motif yang pertama adalah mereka yang

bekerja ke luar negeri dengan tujuan untuk menjual tenaga, keterampilan atau

kemampuan mereka. Biasanya motif ini berasal dari negara-negara berkembang ke

negara-negara maju, atau dari negara dengan kategori miskin ke negara dengan

kategori kaya, atau dari negara dengan surplus tenaga kerja ke negara yang

mengalami kekurangan tenaga kerja.

Motif kedua adalah mereka bekerja ke luar negeri dengan tujuan penjualan

teknologi atau penanaman modal. Arus utama dari motif kedua ini umumnya adalah

dari negara-negara maju ke negara-negara berkembang.26

Seperti halnya pada migrasi penduduk secara umum, tidak ada faktor tunggal

yang menjadi latar belakang terjadinya migrasi tenaga kerja internasional. Terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi adanya migrasi tenaga kerja internasional, yaitu

faktor mikro dan makro. Faktor makro melihat terjadinya migrasi tenaga kerja

internasional karena adanya perbedaan kesempatan kerja serta gaji/upah antara negara

pengirim dan penerima. Oleh sebab itu, adanya aliran migrasi tenaga kerja dari

negara dengan upah rendah ke negara dengan upah tinggi dengan tujuan untuk

memaksimalkan pendapatan.

Ternyata faktor ekonomi sering dianggap sebagai faktor yang paling mendasar

dalam mendorong penduduk untuk melakukan mobilitas atau migrasi. Namun,

migrasi internasional ini juga berkaitan dengan selain ekonomi, yaitu faktor politik

26

Mulyadi S, Ekonomi Sumber Daya Manusia (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2003), 35.

Page 39: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

26

seperti perang, gangguan politik dan dekolonisasi ternyata juga dapat menjadi faktor

mendasar dari individua tau kelompok untuk melakukan mobilitas penduduk lintas

negara.

Migrasi tenaga kerja yang dilakukan oleh negara berkembang seperti

Indonesia pada dasarnya disebabkan adanya perbedaan ekonomi antar negara.

rendahnya tingkat upah di tambah dengan sulitnya mencari pekerjaan yang layak di

negara sendiri dan adanya kesempatan kerja yang cukup tinggi dengan gaji yang

tinggi di negara-negara maju, cenderung mendorong migrasi tenaga kerja dari negara-

negara berkembang ke negara-negara maju.27

Berdasarkan pemaparan, dapat dilihat bahwa faktor pendorong dari adanya

fenomena migrasi tenaga kerja ke luar negeri adalah faktor ekonomi dan non-

ekonomi. Namun faktor ekonomi merupakan faktor dominan adanya migrasi tenaga

kerja ke luar negeri. Oleh karena itu, pemerintah selain melihat keuntungan ekonomis

dari fenomena TKI yang bekerja di luar negeri perlu juga menjalankan fungsinya

dalam melindungi para TKI demi menjaga kesejahteraan para TKI di luar negeri.

2.3 Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, jumlah tenaga kerja Indonesia yang

terus meningkat setiap periodenya membuat pemerintah Indonesia memberikan

perhatian khusus terhadap para tenaga kerja yang berada di luar negeri. Pada

27

Yunita Wahyu Pratiwi, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Migrasi Internasional Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri tahun 2007: Studi Kasus Tenaga Kerja Indonesia Asal Kabupaten Majalengka Propinsi Jawa Barat, Skripsi, Universitas Sebelas maret, 2007, 33-34

Page 40: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

27

awalnya, permasalahan dari tenaga kerja ini hanya bersifat hukum privat. Namun

dalam perkembangannya, negara dianggap perlu untuk melakukan intervensi dalam

hubungan industrial.

Dalam melakukan intervensinya negara dianggap perlu membuat sebuah

regulasi yang mengatur permasalahan ketenagakerjaan, sehingga, ketenagakerjaan

tidak lagi sebagai hukum privat, melainkan hukum public. Dalam konteks

penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri, alasan inilah yang mengharuskan

negara membuat sebuah instrument legal dalam perlindungan tenaga kerja Indonesia

yang bekerja di luar negeri, baik dengan menyusun peraturan perundang-undangan

atau meratifikasi beberapa Konvensi yang terkait permasalahan tenaga kerja migran.

Adapun perlindungan mengenai tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar

negeri tertuang dalam Pasal 1 poin (4) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 yang

menjelaskan bahwa perlindungan tenaga kerja Indonesia merupakan segala upaya

melindungi kepentingan calon tenaga kerja Indonesia maupun tenaga kerja Indonesia

dalam mewujudkan pemenuhan hak-hak sesuai dengan peraturan perundang-

undangan, baik sebelum, selama, maupun sesudah bekerja.

Adapun dalam memberikan perlindungan hukum untuk para tenaga kerja

Indonesia diatur dalam Undang-Undang No 39 Tahun 2004 Pasal 77 yang

menyatakan bahwa:

1. Setiap calon tenaga kerja Indonesia atau tenaga kerja Indonesia berhak

mendapatkan perlindungan yang sesuai dengan peraturan perundang-

undangan

Page 41: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

28

2. Perlindungan yang dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan mulai dari pra

penempatan, masa penempatan, sampai dengan purna penempatan.28

Selain peraturan tersebut para tenaga kerja Indonesia memiliki pengaturan

yang secara mendetail, tidak hanya dari hukum nasional tetapi hukum internasional.

Peraturan yang terkait dengan perlindungan dan penempatan tenaga kerja antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pencegahan Segala

Tindak Pidana Perdagangan Manusia.

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia

3. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagaian Segala

Urusan Pemerintahan Antar Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

4. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2006 tentang Badan Nasional

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI).

5. Instruksi Presiden Nomor 06 Tahun 2006 mengenai Kebijakan Reformasi

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.29

28

Sunawar Sukowati, Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Luar Negeri Menurut Undang-Undang No.39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang, 2011, 23-24

29 Hadi Subhan, Perlindungan TKI Pada Masa Pra Penempatan, Selama Penempatan Dan

Purna Penempatan, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kementerian Hukum dan Hak asasi Manusia, 2012, 15-17

Page 42: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

29

Keseriusan pemerintah Indonesia dalam melindungi permasalahan

ketenagakerjaan juga terlihat dari bergabungnya Indonesia menjadi anggota

International Labour Organization (ILO). Indonesia telah bergabung dalam anggota

ILO sejak tahun 1950. Indonesia merupakan negara pertama di Asia dan negara ke

lima di dunia yang telah meratifikasi seluruh konvensi pokok ILO. Sejak menjadi

anggota ILO, Indonesia telah meratifikasi 18 konvensi. Konvensi tersebut terdiri dari

delapan konvensi pokok, delapan konvensi umum dan dua konvensi lainnya.30

Tabel 2.2

Daftar Konvensi yang Telah Diratifikasi Oleh Indonesia

Konvensi No. 19 mengenai Kesetaraan

Perlakuan (Konpensasi Kecelakaan)

Disahkan oleh Indonesia melalui

Lembar Negara No. 53 Tahun 1929

Konvensi No. 27 mengenai Pencatatan

Beban (Paket yang Dikirim dengan

Kapal Besar)

Disahkan oleh Indonesia melalui

Lembar Negara No. 117 Tahun 1933

Konvensi No. 29 mengenai Kerja Paksa Disahkan oleh Indonesia melalui

30

Gita F. Lingga dan Tauvik Muhammad, Perkembangan Ketenagakerjaan di Indonesia, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2011, 46-47

Page 43: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

30

Lembar Negara No. 261 Tahun 1933

Konvensi No. 45 mengenai Kerja

Bawah Tanah (bagi perempuan)

Disahkan melalui Lembar Negara No.

219 Tahun 1937

Konvensi No. 69 mengenai Sertifikasi

Juru Masak Kapal

Keputusan Presiden No. 4 Tahun 1992

Konvensi No. 81 mengenai Pengawasan

Perburuhan

UU No. 21 Tahun 2003

Konvensi No. 87 mengenai Kebebasan

Berserikat dan Perlindungan Hak

Berorganisasi

Keputusan Presiden No. 83 Tahun 1998

Konvensi No. 88 mengenai Pelayanan

Ketenagakerjaan

Keputusan Presiden No. 36 Tahun 2002

Konvensi No. 98 mengenai Hak

Berorganisasi dan Perjanjian Kerja

Bersama

UU No. 18 Tahun 1956

Konvensi No. 100 mengenai Upah yang

Sama untuk Jenis Pekerjaan yang sama

UU No. 80 Tahun 1957

Konvensi No. 105 mengenai

Penghapusan Kerja Paksa

UU No. 19 Tahun 1999

Konvensi No. 106 mengenai Istirahat

Akhir Pekan (Komersial dan

UU No. 3 Tahun 1961

Page 44: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

31

Perkantoran)

Konvensi No. 111 mengenai

Diskriminasi (Pekerjaan dan Jabatan)

UU No. 21 Tahun 1999

Konvensi No. 120 mengenai Kebersihan

(Komersial dan Perkantoran)

UU No. 3 Tahun 1969

Konvensi No. 138 mengenai Upah

Minimum

UU No. 20 Tahun 1999

Konvensi No. 144 mengenai Konsultasi

Tripartit (Standar Perburuhan

Internasional)

Keputusan Presiden No. 26 Tahun 1990

Konvensi No. 182 mengenai

Penghapusan Bentuk-bentuk Teburuk

Pekerjaan untuk Anak

UU No. 1 Tahun 2000

Konvensi 185 mengenai Dokumen

Identitas Pelaut

UU No. 1 Tahun 2008

Sumber: Perkembangan Ketenagakerjaan di Indonesia, 2011

Dengan beberapa payung hukum dari skala nasional maupun internasional,

maka para TKI luar negeri ini akan terlindungi segala hak dan kewajibannya. Adapun

beberapa hak para tenaga kerja Indonesia di luar negeri adalah mendapatkan

kebebasan dalam mengeluarkan pendapat dan kebebasan berserikat merupakan hal

penting untuk dicapai, kebebasan menganut agama dan keyakinan serta kesempatan

Page 45: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

32

untuk menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan yang dianut, mendapatkan upah

sesuai dengan standar upah yang berlaku di negara tersebut, dan masih banyak lagi

hak yang perlu dipenuhi.31

Selain hak-hak tersebut setiap TKI juga memiliki kewajiban seperti menaati

setiap peraturan perundang-undangan baik dalam negeri maupun di negara tujuan,

menaati dan melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan perjanjian kerja, membayar

segala biaya pelayanan penempatan TKI di luar negeri sesuai dengan peraturan

perundang-undangan dan melaporkan segala kedatangan, keberadaa dan kepulangan

kepada perwakilan Republik Indonesia di negara tujuan.32

31

Basani Situmorang, Menghimpun dan Mengetahui Pendapat Ahli Mengenai Pengertian Sumber-Sumber Hukum Mengenai Ketenagakerjaan, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Hukum dan HAM, 2010, 37

32 I Dewa Rai Astawa, Aspek Perlindungan Hukum Hak-Hak Tenaga Kerja Indonesia di Luar

Negeri, Tesis, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro, 2006, 163

Page 46: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

33

BAB III

TENAGA KERJA INDONESIA DI KOREA SELATAN

3.1 Kerjasama Indonesia dan Korea Selatan

Pada dasarnya setiap negara pasti memiliki kelebihan, kekurangan dan

kepentingan yang berbeda-beda dalam kebutuhannya. Hal ini yang kemudian

mendorong negara tersebut untuk melakukan hubungan dan kerjasama internasional.

Hubungan kerjasama yang dilakukan antar negara di dunia diperlukan untuk

memenuhi segala kebutuhan hidup dan eksistensi keberadaan suatu negara dalam tata

pergaulan internasional. Khususnya yang menyangkut dengan kebutuhan ekonomi,

tentu negara sangat membutuhkan bantuan negara lain untuk memenuhinya.

Page 47: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

34

Dalam mencapai suatu kepentingan dan keinginan suatu negara terhadap

negara lain, maka diperlukan adanya jalinan kemitraan antar negara baik secara

bilateral maupun multilateral. Kemitraan ini diyakini sebagai alternatif demi

terciptanya sebuah tatanan dunia yang stabil.

Hal ini juga yang dilakukan oleh Indonesia, menjalin kerjasama dengan Korea

Selatan. Kerjasama Indonesia dan Korea Selatan pertama kali terbentuk sejak

pembukaan diplomatic kedua negara pada tahun 1966. Kerjasama di antara kedua

pemerintahan ini dilaksanakan secara multidimensi dalam berbagai bidang, seperti

politik, sosial dan budaya, ekonomi hingga pada ketenagakerjaan.

Hubungan bilateral kedua negara mengalami perkembangan dan peningkatan

yang cukup baik setelah ditandatanganinya deklarasi bersama pembentukan

kemitraan strategis Joint Declaration between the Republic of Indonesia and the

Republic of Korea pada kunjungan Presiden Roh Moohyun ke Jakarta pada tanggal 3-

5 Desember 2006.33

Dengan ditandatanganinya deklarasi tersebut, diharapkan dapat

lebih ditingkatkan serta dikembangkan hubungan dan kerjasama kedua negara tidak

hanya dari segi kuantitas, tetapi juga kualitas.

Dalam memandang hubungan bilateral Indonesia dan Korea Selatan juga

harus kerangka yang lebih luas, yaitu hubungan multilateral. Seperti dalam beberapa

pertemuan, Korea Selatan dan Indonesia sering bertemu dalam ASEAN+3, East Asia

Summit (EAS), Asia-Europe Meeting (ASEM) dan G-20. Dari berbagai pertemuan

33

Je Seong Jeon dan Yuwanto, Era Emas Hubungan Indonesia – Korea (Jakarta: Buku Kompas, 2014), 9.

Page 48: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

35

tersebut, yang terpenting adalah pertemuan yang berhubungan dengan ASEAN.

Dalam pertemuan tersebut juga Korea Selatan telah diterima ASEAN sebagai mitra

dialog (dialog partner) pada tahun 1989.

Sebelumnya pendirian dari ASEAN+3 ini dilatarbelakangi oleh krisis moneter

tahun 1997, di mana pendirian sistem kerja ini mengikutsertakan Korea Selatan,

China dan Jepang. Setiap tahunnya pemerintah Korea Selatan secara rutin ikut serta

dalam beberapa pertemuan, terhitung sekitar 24 kali pertemuan ASEAN dan 65

pertemuan yang berhubungan dengan ASEAN+3.34

Selain dari pertemuan-pertemuan tersebut, kerjasama antara Indonesia dan

Korea Selatan juga terjalin pada bidang budaya dan pariwisata. Hal tersebut terbukti

dari Indonesia telah meratifikasi persetujuan kerjasama kebudayaan dengan Korea

Selatan yaitu agreement on cultural cooperation yang ditandatangi pada 28

November 2000.35

Hal tersebut dapat dibuktikan dari berdirinya Pusat Kebudayaan

Korea atau biasa disebut Korean Cultural Center (KCC). Tujuan dari dibangunnya

KCC ini untuk memperkenalkan dan meningkatkan persahabatan antara kedua negara

melalui pertukaran kebudayaan.36

Kerjasama yang telah dibangun antar kedua negara dapat dikatakan sebagai

hubungan yang saling mengisi satu sama lain. Hal tersebut dapat terlihat dari

terjalinnya kerjasama dalam berbagai bidang, selain itu Korea Selatan yang

34

Yuwanto, Era Emas Hubungan Indonesia – Korea, 11. 35

Mischa Guzel Madian, Analisa Kerjasama Indonesia – Korea Selatan dalam Pengembangan Pesawat Tempur KAI KF-X / IF-X, Tesis, FISIP UI, 2012, 36

36 Korean Cultural Center, Tujuan Pendirian, http://id.korean-culture.org/id/6/contents/341,

diakses pada tanggal 4 Mei 2018

Page 49: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

36

merupakan negara industri pasti memerlukan berbagai sumber daya. Bagi Korea

Selatan, Indonesia merupakan salah satu negara sasaran yang paling memberikan

harapan.

Dalam kerjasama industri, Indonesia dan Korea Selatan telah melakukan

mekanisme pertemuan berupa Working Level Task Force for Economic Coorperation

(WLTF). Dalam setahun WLTF dilaksanakan dalam dua kali. Dalam naungan WLTF

terdapat delapan Working Group yaitu Working Group on Trade and Investment,

Working Group of Industrial Cooperation, Working Group Energy and Mineral

Resource, Working Group Construction and Infrastructure, Working Group of

Environmental Cooperation, Working Group on Agriculture, Forestry and Fisheries,

Working Group on Defence Industry dan Working Group on Policy Support and

Financing for Development.37

Kerjasama industri tersebut tentu memerlukan tenaga kerja untuk

menjalankan mesin-mesin industrinya. Korea Selatan selain kekurangan dari sumber

daya alamnya, negara tersebut juga kekurangan tenaga kerja. Disamping kurangnya

angkatan kerja yang tersedia, masyarakat Korea Selatan telah memiliki tingkat

kemakmuran yang cukup tinggi. Umumnya kurang berminat dalam bekerja di sektor

industri terutama pada bagian pekerjaan yang memiliki kategori dangerous, dirty and

difficult (3D). Untuk memenuhi kebutuhan tersebut Korea Selatan mengambil

langkah dengan membuka pintu masuk bagi tenaga kerja asing.

37

Muhammad Nizar Syarief, Kerjasama Indonesia – Korea Selatan di Bidang Manufaktur, Skripsi, FISIP UNHAS, 2016, 33-34

Page 50: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

37

Indonesia mulai mengirim tenaga kerja ke Korea Selatan sejak tahun 1994

melalui mekanisme yang disebut dengan Industrial Trainee Program. Namun

sebelumnya, penggunaan nama trainee ini karena waktu itu undang-undang

ketenagakerjaan Korea Selatan belum memperbolehkan tenaga kerja asing bekerja di

Korea Selatan. Baru pada tahun 2004 Korea Selatan menerima secara resmi para

tenaga kerja asing ini dengan skema Employment Permit System (EPS).

Indonesia baru menandatangi Memorandum of Understanding (MoU) dari

EPS ini pada tanggal 13 Juli 2004, sedangkan untuk pengiriman para Tenaga Kerja

Indonesia (TKI) dilakukan dengan format Government to Government (G to G).

Sebenarnya MoU ini sudah diperpanjang dua kali yaitu pada tahun 2008 dan 2012.

Dibawah MoU ini juga, segala pengiriman dan penerimaan TKI dilakukan

pemerintah Indonesia melalui Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga

Kerja (BNP2TKI) dan pemerintah Korea Selatan melalui Human Resources

Development Service of Korea (HRDK).38

3.2 Skema Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia ke Korea Selatan

Pada dasarnya penempatan dari TKI ke Korea Selatan ini menggunakan

program Government to Government (G to G) yang dimulai sejak tahun 2004, sejak

ditandatanganinya MoU antara Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Republik Indonesia dengan Kementrian Ketenagakerjaan dan Perburuhan Republik

38

Kementerian Luar Negeri, Hubungan Bilateral, http://www.kemlu.go.id/seoul/id/Pages/HUBUNGAN-BILATERAL.aspx, diakses pada tanggal 5 Mei 2018.

Page 51: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

38

Korea pada tahun 2004. Sejak tahun tersebut juga, Indonesia bersama dengan

Pemerintah Korea Selatan melakukan perjanjian atau kesepakatan tentang tata cara

dan mekanisme pemberangkatan para TKI.

Tata cara yang digunakan adalah sistem Employment Permit System (EPS). Ini

merupakan kebijakan ketenagakerjaan dari Pemerintah Korea Selatan yang

menetapkan bahwa setiap tenaga kerja asing hanya dapat bekerja setelah pemerintah

negara asal pekerja membuat perjanjian bilateral dengan Pemerintah Korea Selatan.

Sejauh ini Korea Selatan telah melakukan perjanjian dengan 15 negara dalam

kerangka EPS yaitu Bangladesh, Cambodia, China, Indonesia, Kyrgyzstan, Mongolia,

Myanmar, Nepal, Pakistan, Philippines, Sri Lanka, Thailand, Timor Leste, Vietnam

dan Uzbekistan. Selama tahun 2012 terdapat 188,000 pekerja dari 15 negara.39

Sistem EPS ini para tenaga kerja asing memiliki visa kerja maksimum tiga

tahun lamanya, namun dapat diperpanjang satu tahun 10 bulan dengan syarat pemilik

perusahaan yang mengajukannya. Jika kontrak kerja telah diperbarui, maka para

pekerja dapat bekerja di Korea Selatan dengan total empat tahun 10 bulan. Setelah itu

para TKI diharuskan kembali ke Indonesia dan dapat diizinkan bekerja kembali di

Korea Selatan setelah dapat panggilan dari perusahaan Korea Selatan.40

Pada tanggal 2 Juli 2012, Korea Selatan membuat kebijakan baru yaitu Re-

entry Employment System, di mana kebijakan ini memungkinkan untuk para pekerja

39

Min Ji Kim, The Republic of Korea’s Employment Permit System (EPS): Background and Rapid Assessment, Thesis University of Oxford, 2015, 5

40 South Korea’s Employment Permit System a Successful Government to Government

Model, 2

Page 52: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

39

asing dapat kembali di Korea Selatan setelah tiga bulan kepulangan. Adapun syarat-

syarat yang harus dipenuhi yaitu:41

1. Pekerja tersebut tidak berpindah perusahaan atau berpindah dari tempat

kerja awal.

2. Pekerja tersebut merupakan pekerja yang bekerja di bidang pertanian,

pertenakan dan manufaktur dengan tempat kerja jumlah pekerja kurang

dari 50.

3. Pekerja tersebut harus memiliki kontrak lebih dari satu tahun setelah

bekerja kembali di Korea Selatan.

4. Pemilik perusahaan harus memenuhi segala persyaratan dalam penerbitan

izin kerja kembali, termasuk batasan kerja dan tempat bekerja.

Dalam menjalankan sistem EPS ini, tentu harus memiliki lembaga-lembaga

yang diberikan kepercayaan dalam keseluruhan pelaksanaan sistem EPS. Adapun

lembaga tersebut terdiri dari:42

1. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia

(KEMNAKERTRANS) adalah lembaga pemerintahan yang bertanggung

jawab dalam segala pengiriman Tenaga Kerja Indonesia ke Korea Selatan.

41

South Korea’s Employment Permit System a Successful Government to Government Model, 3

42 Memorandum Saling Pengertian antara Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Republik Indonesia dan Kementerian Ketenagkerjaan dan Perburuhan Republik Korea, Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia ke Republik Korea, 3-4.

Page 53: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

40

2. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja (BNP2TKI)

merupakan lembaga negara yang secara langsung bertanggung jawab

dalam merekrut dan mengirimkan Tenaga Kerja Indonesia.

3. Kementerian Ketenagakerjaan dan Perburuhan Republik Korea (MOEL)

merupakan lembaga pemerintah yang bertanggung jawab untuk menerima

para pekerja Indonesia yang dikirim ke Korea Selatan berdasarkan EPS.

4. Human Resources Development Service of Korea (HRDK) adalah

lembaga yang dibiayai dengan anggaran pemerintah Korea Selatan guna

mengelola daftar pencari kerja dan penerima Tenaga Kerja Indonesia.

Sesuai dengan sistem EPS para Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) ini

harus memiliki beberapa syarat yang dimulai dari sesi pendaftaran, penyeleksian dan

penempatan. Pada sesi pendaftaran, tentu para CTKI ini harus menyiapkan beberapa

prosuder yang telah ditetapkan oleh BNP2TKI yang tentunya masih sesuai dengan

sistem EPS. Adapun beberapa kualifikasi umum untuk para CTKI yaitu:43

1. Berusia minimal 18 hingga 39 tahun (tidak lebih dari usia 39 tahun pada

saat tanggal pelaksaan test)

2. Tidak pernah memiliki catatan kejahatan yang diancam oleh hukuman

penjara atau hukuman yang lebih tinggi

3. Tidak memiliki catatan perintah deportasi atau keberangkatan dari Korea

4. Tidak memiliki larangan untuk melakukan keberangkatan dari Indonesia.

43

Memorandum Saling Pengertian antara Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia dan Kementerian Ketenagkerjaan dan Perburuhan Republik Korea, 6.

Page 54: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

41

Setelah para CTKI dinyatakan lulus dalam kualifikasi tersebut, pihak dari

BNP2TKI mengirimkan pemberitahuan mengenai ujian atau tes yang harus diikuti,

yaitu ujian EPS-TOPIK. Ujian tersebut berisikan beberapa soal yang terdiri dari dua

bagian, yaitu reading terdiri dari 25 soal dan listening terdiri dari 25 soal.44

Jika para CTKI ini dinyatakan lolos dalam seleksi ujian EPS-TOPIK, maka

proses selanjutnya adalah penempatan TKI ke Korea Selatan melalui proses G to G.

Berikut tahap-tahap penempatan bagi program G to G:45

1. Para CTKI yang dinyatakan lolos dalam ujian Bahasa Korea atau EPS-

TOPIK melakukan pengiriman data pelamar untuk melamar pekerjaan di

Korea Selatan melalui BNP2TKI

2. Setelah data telah terkumpul di BNP2TKI maka data tersebut akan dikirim

kembali oleh pihak BNP2TKI ke Database HRD Korea dengan

menggunakan aplikasi WEB SPAS. Hal tersebut hanya dapat dilakukan

oleh pihak BNP2TKI

3. Proses selanjutnya adalah proses verifikasi, di mana proses ini dilakukan

oleh tim EPS HRD Korea Selatan. Proses dari verifikasi ini merupakan

kewenangan pihak HRD Korea sepenuhnya untuk menentukan Tenaga

44

Pengumuman Tambahan Pembuatan Soal Tes Terkait dengan Bidang Pekerjaan dalam Tes Kemampuan Bahasa Korea, http://www.bnp2tki.go.id/read/10808/PENGUMUMAN-TAMBAHAN-PEMBUATAN-SOAL-TES--TERKAIT-DENGAN--BIDANG-PEKERJAAN--DALAM-TES-KEMAMPUAN-BAHASA-KOREA-CBT-KHUSUS-.html, diakses pada tanggal 10 Mei 2018.

45 Pengumuman Penting Proses Penempatan ke Korea Program G to G,

http://www.bnp2tki.go.id/read/9969/PENGUMUMAN-PENTING-PROSES--PENEMPATAN-KE-KOREA-PROGRAM-G-TO-G.html, diakses pada tanggal 10 Mei 2018.

Page 55: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

42

Kerja yang terpilih. Adapun proses verifikasi data pelamar ini hal yang

paling penting, di mana proses ini adalah pencocokan nama dan tanggal

lahir TKI disesuaikan dengan saat mendaftar EPS-TOPIK. Jika terdapat

kesalahan satu huruf atau perbedaan data dengan ketika mendaftar EPS-

TOPIK, maka data tersebut berhak untuk dikembalikan. Proses scan

passport pun harus dilakukan sejelas mungkin pada bagian wajah.

4. Selanjutnya data dari CTKI ini akan di verifikasi kembali oleh tim

Imigrasi Korea Selatan untuk mengetahui secara detail apakah CTKI ini

sebelumnya pernah menjadi TKI illegal di Korea Selatan. Jika terbukti

pernah menjadi TKI illegal maka data tersebut akan di blacklist, tentunya

TKI tidak akan bisa untuk bekerja di Korea Selatan.

5. Hasil dari verifikasi data tersebut akan menghasilkan dua keputusan, yaitu

disetujui dan ditangguhkan/dibatalkan. Untuk status data disetujui maka

data tersebut selanjutnya akan ditawarkan ke perusahaan atau majikan di

Korea Selatan. Namun untuk data dengan status ditangguhkan maka akan

dikembalikan ke BNP2TKI untuk ditindaklanjuti letak kesalahannya.

Setelah melalui perbaikan, data tersebut akan dikirim kembali ke HRD-

Korea. Sedangkan untuk status dibatalkan maka data tersebut tidak dapat

diperbaiki.

6. Selanjutnya calon pengguna memilih CTKI berdasarkan kualifikasi

masing-masing. Jika salah satu data tersebut memiliki kualifikasi yang

dibutuhkan, maka calon pengguna akan melaporkan ke HRD-Korea di

Page 56: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

43

Ulsan. Laporan tersebut akan menghasilkan Standard Labor Contract

(SLC) untuk CTKI dan menginformasikan SLC tersebut ke BNP2TKI.

7. Jika CTKI telah mendapatkan SLC, maka CTKI akan mendapatkan

panggilan dari BNP2TKI untuk mengikuti kegiatan Preliminary Training.

Selesai dengan prelim, maka CTKI tinggal menunggu Visa kerja dan

panggilan terbang untuk bekerja di Korea Selatan berdasarkan data yang

berada di SLC.

3.3 Tenaga Kerja Indonesia di Korea Selatan.

Sejarah hubungan diplomatik antara Indonesia dan Korea Selatan tercatat

cukup baik dalam berbagai bidang. Hubungan diplomatik kedua negara telah

berlangsung sejak tahun 1966. Selama masa itu juga, telah banyak aktivitas yang

dilakukan oleh kedua negara. Hal tersebut demi mempererat hubungan kedua negara,

di mana bukan hanya sekedar hubungan diplomatic, melainkan juga melalui

kerjasama dalam arus saling menguntungkan.

Hubungan diplomatik Indonesia dengan Korea Selatan semakin dipererat

dengan melakukan kerjasama dalam bidang ketenagakerjaan yang berdasarkan

kepentingan kedua negara. Berikut jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang

bekerja di Korea Selatan sejak tahun 2012 hingga 2016.

Page 57: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

44

Tabel 3.1

Data Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke Korea Selatan

Tahun 2012 s.d 2016

No Tahun Jumlah TKI

1 2012 6.410

2 2013 9.441

3 2014 7.382

4 2015 5.505

5 2016 5.662

Sumber: Data Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja

Indonesia Tahun 2016

Berdasarkan data, dapat dilihat bahwa TKI yang berada di Korea Selatan

menunjukan akan yang fluktuatif. Pada tahun 2012, jumlah TKI yang berada di Korea

Selatan sebanyak 6.410. Berbeda dengan tahun selanjutnya, 2013 menunjukan angka

yang sedikit meningkat yaitu 9.441. Sedangkan pada tahun 2014, menunjukan angka

Page 58: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

45

yang sedikit menurun yaitu 7.382. Angka penurunan terus berlangsung hingga tahun

2016 yaitu 5.662.46

Bukan tanpa alasan para TKI ini menjadikan Korea Selatan sebagai negara

tujuan untuk mengadu nasib. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, banyak faktor

para TKI ini bekerja ke luar negeri. Salah satunya adalah faktor ekonomi yaitu

dengan harapan memperbaiki taraf kehidupannya. Hal tersebut juga lah yang

diharapkan para TKI bekerja di Korea Selatan dengan harapan dapat memperbaiki

taraf kehidupan.

Korea Selatan yang merupakan salah satu negara maju dengan tingkat

kesejahteraan yang cukup tinggi, tidak hanya penduduknya namun juga para

pekerjanya termasuk para pekerja asing. Hal tersebut lah yang dialami oleh para TKI

yang bekerja di Korea Selatan. Memiliki kehidupan yang cukup baik, seperti gaji

yang terbilang besar. Menurut hasil survei terhadap beberapa TKI, ada yang

mengatakan bahwa:

“Perbandingan kerja di pabrik Indonesia dengan kisaran

perbulan rata-rata 3.5 Juta kotor dan di Korea Selatan perbulan

rata-rata 15 Juta bersih. Kesimpulannya buruh di Indonesia bisa

beli rumah dengan kerja selama 20 tahun (di cicil) dan di Korea

Selatan cukup 3 tahun bisa beli rumah (Cash)”.47

46

Dokumen Data Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Tahun 2016, BNP2TKI, 2016, 7.

47 Hasil Survei Kepada Tenaga Kerja Indonesia yang Bekerja di Korea Selatan melalui Google

Form, https://docs.google.com/forms/d/1LJh5cmcI5OWyyS8R1aTJF4txtU5fQlIR6Topig9_uYU/edit#response=ACYDBNiideCF5Kdmfxh3CDLO_RjiVaV1brPNMLf-pmynAPtKYy_P5PCkmA7haQ, diakses pada tanggal 18 Mei 2018.

Page 59: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

46

Selain masalah upah yang cukup tinggi, ternyata para TKI yang kebanyakan

bekerja sebagai buruh disana memiliki keuntungan lainnya seperti mendapatkan nilai-

nilai kehidupan selama bekerja. Menurut hasil dari survei ada yang mengatakan

bahwa tingkat kedisiplinan bekerja di Korea Selatan cukup tinggi. Tentu, hal tersebut

membawa pengaruh positiv bagi pekerja yang dapat diimplementasikan jika mereka

pulang ke Indonesia.48

Masih banyak lagi cerita yang menggambarkan para TKI yang bekerja di

Korea Selatan menjadi pekerja yang cukup sejahtera. Namun, dibalik cerita tersebut

tentu terdapat kesulitan-kesulitan yang dihadapi para TKI selama menjalani

kehidupan di Korea Selatan, terutama pada awal penempatan. Salah satunya adalah

kesulitan dalam komunikasi menggunakan Bahasa yang berbeda.

Sebenernya penguasaan Bahasa pada negara tujuan merupakan hal yang

cukup penting karena penguasaan Bahasa itu sendiri berimbas baik untuk para TKI

dalam menjalankan pekerjaanya. Sebagai contoh para TKI di Korea Selatan, menurut

hasil survei sering mendapatkan kesulitan dalam berbahasa Korea Selatan dan hal

tersebut membuat para pekerja salah paham dalam melaksanakan pekerjaanya.

48

Hasil Survei Kepada Tenaga Kerja Indonesia yang Bekerja di Korea Selatan melalui Google Form, https://docs.google.com/forms/d/1LJh5cmcI5OWyyS8R1aTJF4txtU5fQlIR6Topig9_uYU/edit#response=ACYDBNicNwcIPUj5I6r1VdjwGQgclyhEPWUN5arYDdltojnoQmsxaZrrIegUzA, diakses pada tanggal 19 Mei 2018.

Page 60: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

47

Meskipun para TKI di Korea Selatan ini telah mempelajari Bahasa dan mengikuti

ujian persyaratan, tetapi para TKI masih mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.49

Selain dari kesulitan berbahasa para TKI ini juga mengalami kesulitan dalam

melaksanakan beribadah. Hal tersebut terbukti dalam diskusi antara TKI di Korea

Selatan dengan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj. Menurut salah satu TKI

bahwa yang mendapat kemudahan dalam memenuhi hak beribadah seperti shalat lima

waktu dan jumatan hanya sekitar lima sampai sepuluh persen. Hal tersebut mudah

jika, atasannya berbaik hati dan mengizinkannya.

Mendapatkan perizinan dalam memenuhi hak beribadah bukan tanpa alasan,

larangan untuk shalat ini ternyata berasalan mengganggu aktivitas kerja. Hal tersebut

dikarenakan lokasi dari tempat beribadah seperti masjid sangat jarang. Perjalanan dari

tempat kerja hingga ke masjid bisa memakan waktu sampai satu jam.50

Kesulitan-kesulitan yang dialami para TKI ini, tentu akan sangat terasa

mudah di hadapi dengan faktor pendorong untuk memperbaiki taraf hidupnya.

Ditambah lagi dengan faktor upah yang cukup tinggi, kesulitan apapun akan dihadapi

demi memenuhi kepentingannya. Tidak heran juga atas dasar upah yang cukup tinggi

tersebut, menimbulkan permasalahan baru yaitu para TKI menjadi betah untuk

berlama-lama tinggal disana atau dengan kata lain overstay, melanggar izin tinggal

49

Survei Google Form, https://docs.google.com/forms/d/1LJh5cmcI5OWyyS8R1aTJF4txtU5fQlIR6Topig9_uYU/edit#response=ACYDBNicNwcIPUj5I6r1VdjwGQgclyhEPWUN5arYDdltojnoQmsxaZrrIegUzA, diakses pada tanggal 19 Mei 2018

50 Indah Wulandari, TKI Korea Minta PBNU Fasilitasi Pemenuhan Hak Beribadah,

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/14/09/29/ncn6fq-tki-korea-minta-pbnu-fasilitasi-pemenuhan-hak-beribadah, diakses pada tanggal 22 Mei 2018.

Page 61: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

48

atau tenaga kerja yang telah habis masa dari kontrak kerjanya, namun tetap

melakukan pekerjaan di Korea Selatan.

3.4 Persoalan Tenaga Kerja Indonesia Overstay di Korea Selatan.

Indonesia yang merupakan salah satu negara terbesar dalam melakukan

pengiriman warga negaranya untuk bekerja di luar negeri baik atas permintaan negara

tersebut atau inisiatif aktif dari pelaksaan penempatan TKI yang mencari pekerjaan di

luar negeri. Atas dasar banyaknya pengiriman tersebut, tentu menimbulkan

permasalahan baru. Permasalahan klasik yang sering terjadi antara lain menyangkut

legalitas para TKI ini di luar negeri.

Pada dasarnya permasalahan dari TKI illegal ini merupakan masalah yang

rumit dan cukup kompleks untuk di selesaikan. TKI illegal merupakan warga negara

Indonesia yang memilih untuk bekerja di luar neger melalui prosedur penempatan

TKI yang tidak dianjurkan (Non Prosedural). Prosuder yang tidak dianjurkan disini

adalah memalsukan dokumen dan memanipulasi data diri calon TKI dan

mengabaikan prosuder penempatan TKI yang sudah diatur oleh undang-undang serta

ketentuan peraturan lainnya.51

Lebih spesifik mengenai tenaga kerja illegal diungkapkan dalam Forum Sadar

Hukum Indonesia, yang tergolong dalam praktek tenaga kerja illegal adalah:52

51

Apa itu TKI Ilegal, http://info.bnp2tki.go.id/home/info_detail/475, diakses pada tanggal 23 Mei 2018.

52 Forum Sadar Hukum Indonesia, Kiat Meraih Peluang Kerja di Luar Negeri (Jakarta: Niaga

Swadaya, 2009), 110.

Page 62: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

49

1. Berangkat ke luar negeri dengan hanya berbekal paspor atau tidak

mempunyai paspor (masuk negara lain secara gelap)

2. Bekerja di luar negeri namun tidak memiliki visa kerja

3. Proses dan prosuder untuk menjadi tenaga kerja legal telah dilalui dengan

baik, namun terdapat satu kesalahan dalam persyaratan atau yang tidak

terpenuhi. Hal ini bila tetap dilanjutkan dan tetap berangkat ke luar negeri,

maka hal ini tergolong sebagai tenaga kerja illegal

4. Tenaga kerja yang bekerja melalui prosuder resmi, namun saat tiba di luar

negeri berpindah tempat kerja, melarikan diri dari majikan tanpa melalui

pengurusan ulang dokumen yang baru

5. Tetap melakukan pekerjaan di luar negeri meskipun masa izin tinggal/izin

bekerja telah habis tanpa memperpanjang dokumen tersebut.

Dalam konteks ini para pekerja TKI overstay di Korea Selatan atau tetap

melakukan pekerjaaan di Korea Selatan meskipun masa izin tinggal/izin bekerja telah

habis tanpa memperpanjang dokumen tersebut. Pada dasarnya TKI dapat dikatakan

overstay karena mereka tinggal/bekerja di suatu negara dengan melibihi batas waktu

yang telah ditentukan dalam dokumen atau visa tanpa melakukan perpanjangan izin

tinggal di negara tersebut.

Sebenarnya banyak faktor yang melatarbelakangi para TKI ini untuk menjadi

overstay, seperti adanya oknum nakal dari Pelaksana Penempatan TKI Swasta

(PPTKIS) atau Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI). Dalam kasus ini

Page 63: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

50

banyak dari PJTKI atau PPTKIS yang menetapkan tarif pemberangkatan yang tidak

sesuai dengan peraturan penempatan tenaga kerja. Hal tersebut tentu, menjadikan

para TKI ini terlibat hutang dan mau tidak mau para TKI ini harus bekerja tanpa

digaji untuk beberapa waktu. Pada akhirnya para TKI ini memustuskan untuk tinggal

lebih lama dari waktu yang diperbolehkan untuk mencari uang tambahan demi

menutupi hutang.53

Faktor lainnya adalah penghasilan yang cukup tinggi. Pada umumnya upah

yang diterima oleh para TKI yang bekerja di luar negeri cukup tinggi. Salah satunya

adalah di Korea Selatan, menurut Ferry Sofwan selaku Kepala Dinas Tenaga Kerja

dan Transmigrasi Jawab Barat bahwa gaji para TKI ini dalam sebulan sekitar Rp

14.000.000,00. Gaji tersebut bisa lebih besar jika para TKI bekerja lembur, gaji yang

diterima bisa mencapai Rp 30.000.000,00.54

Dengan penghasilan yang cukup besar, alasan para TKI ini overstay di Korea

Selatan adalah kekhawatiran mereka. Pada umumnya para TKI khawatir untuk pulang

ke Indonesia karena tidak akan mendapatkan penghasilan yang sama dengan di Korea

Selatan. Penghasilan yang cukup tinggi hingga 30 Juta perbulan membuat para TKI

53

Muhammad Arief Iskandar, Keluhan TKI Bagi Presiden Jokowi, https://www.antaranews.com/berita/466980/keluhan-tki-bagi-presiden-jokowi, diakses pada tanggal 26 Mei 2018.

54 Ai Rika Rachmawati, Gaji TKI di Korea Selatan Rp 30 Juta per Bulan, Berminat?,

http://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/2017/12/03/gaji-tki-di-korea-selatan-rp-30-juta-bulan-berminat-415093, diakses pada tanggal 26 Mei 2018.

Page 64: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

51

ini takut untuk pulang ke Indonesia karena jika pulang, maka mereka tidak akan bisa

mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu hanya sebulan.55

Faktor-faktor tersebut menjadi catatan panjang, alasan para TKI untuk

overstay di Korea Selatan. Ditambah lagi, Korea Selatan sebagai negara yang sangat

menjunjung tinggi hak asasi manusia. Sehingga para TKI disana keamanannya sangat

dijamin. Tidak heran, jika jarang terdengar bahwa para TKI ini mendapatkan

perlakuan yang tidak baik.56

Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia perlu untuk

melakukan langkah yang cukup represif untuk menangani permasalahan ini demi

mempertahankan kerjasama antar kedua negara khususnya dalam bidang

ketenagakerjaan.

55

Hasil Wawancara dengan Konsuler Kedutaan Besar Republik Indonesia, M. Aji Surya, pada tanggal 10 Mei 2018, pukul 21.36 WIB.

56 Hasil Wawancara dengan Kepala Seksi Evaluasi Kerjasama, Kawasan Asia Pasifik dan

Amerika, Tenny Johansen, pada tanggal 6 April 2018, pukul 14.39 WIB.

Page 65: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

52

BAB IV

UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI

PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA OVERSTAY

DI KOREA SELATAN PERIODE 2012-2016

4.1 Dampak Tenaga Kerja Indonesia Overstay di Korea Selatan

Sebenarnya setiap orang berhak memiliki kehidupan yang lebih baik dari

sebelumnya, seperti para tenaga kerja. Mereka rela melakukan pekerjaan di negara

lain dengan harapan mendapat kehidupan yang lebih baik. Termasuk para tenaga

kerja Indonesia yang bekerja di Korea Selatan. Para TKI ini dapat bekerja di Korea

Selatan melalui jalur G to G¸ yaitu perjanjian bilateral antara Korea Selatan dengan

15 negara termasuk Indonesia.

Page 66: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

53

Melalui program G to G Indonesia telah menandatangani MoU dengan

pemerintah Korea Selatan untuk menempatkan TKI di Korea Selatan. Menurut data,

dari tahun 2012 hingga tahun 2016 Indonesia telah menempatkan TKI sebanyak

34.400 pekerja di Korea Selatan melalui skema EPS. TKI yang berada di Korea

Selatan ini mendapatkan upah yang cukup besar setiap bulannya bisa mendapatkan

Rp 14.000.000,00. Upah tersebut bisa lebih besar jika para TKI mengambil jatah

lembur, upah yang didapatkan bisa mencapai Rp 30.000.000,00.

Besarnya dari upah yang diterima, penempatan dari TKI di Korea Selatan ini

ternyata mendapat permasalahan baru yaitu para TKI yang tidak ingin pulang ke

Indonesia dan memilih untuk overstay, tetap melakukan pekerjaan di Korea Selatan

meskipun batas waktu izin tinggal telah berakhir. Menurut data dari tahun 2012

hingga tahun 2016, jumlah dari para TKI yang overstay menunjukan angka yang terus

meningkat. Berikut data tersebut:

Tabel 4.1

Data Tenaga Kerja Indonesia overstay di Korea Selatan

Periode tahun 2012 – 2016

No Tahun

Jumlah TKI Overstay di

Korea Selatan

1 2012 6.197

2 2013 6.723

Page 67: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

54

3 2014 7.237

4 2015 7.267

5 2016 7.181

Sumber: Korean Immigration Service, 2016.

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa setiap tahun terjadi

peningkatan TKI yang overstay. Dari tahun 2012 TKI yang berstatus overstay

bertambah sebanyak 526, sehingga total di tahun 2013 terjadi peningkatan sebanyak

6.723. Peningkatan itu terus terjadi hingga pada tahun 2015, menunjukan angka

7.267. Namun, pada tahun 2016 terjadi sedikit penurun menjadi 7.181, meskipun

tidak terlalu signifikan.57

Hal tersebut diperkuat dengan informasi dari Imigrasi Korea yang

mengatakan bahwa jumlah TKI yang berstatus overstayer setiap tahunnya mengalami

peningkatan. Pada tahun 2016 jumlah TKI yang melarikan diri dari pengguna

sehingga menjadi illegal dengan status overstayer mancapai lebih dari 7.000 orang,

sebagian besar merupakan TKI yang berada pada sektor perikanan. Alasan untuk

melarikan diri karena beban kerja yang terlalu berat dan waktu kerja yang terlalu

panjang.58

57

Data dari Sekretaris 1 KBRI Seoul, Mulyadi. 58

Hasil Laporan Pertemuan Bilateral dan Penandatanganan MoU EPS antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Korea, 5 Desember 2016, Bertempat di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI).

Page 68: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

55

Maraknya permasalahan TKI overstay yang setiap tahunnya makin

meningkat, tentu hal ini menimbulkan dampak tersendiri. Dampak dari banyaknya

TKI overstay yang berada di Korea Selatan adalah menurunnya kuota penerimaan

TKI ke Korea Selatan.59

Hal tersebut dapat dilihat pada data berikut:60

Tabel 4. 2

Data Kuota Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia ke Korea Selatan

Year Quota TKI

2012 9.900

2013 7.300

2014 6.000

2015 5.800

2016 4.400

Sumber: Ministry of Employment and Labor of Korea, 2016.

Pemerintah Korea akan memberikan kuota bagi para TKI sesuai dengan

penilaian mereka antara lain faktor banyak sedikitnya dari para overstayer. Jika para

TKI overstay ini dianggap sudah terlalu banyak, maka kuota tersebut akan dialihkan

ke negara lain yang telah melakukan perjanjian G to G dengan Korea Selatan seperti

59

Hasil Wawancara dengan Kepala Seksi Evaluasi Kerjasama, Kawasan Asia Pasifik dan Amerika, Tenny Johansen, pada tanggal 6 April 2018, pukul 14.39 WIB.

60 Data dari Sekretaris 1 KBRI Seoul, Mulyadi.

Page 69: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

56

Bangladesh, Cambodia, China, Indonesia, Kyrgyzstan, Mongolia, Myanmar, Nepal,

Pakistan, Philippines, Sri Lanka, Thailand, Timor Leste, Vietnam dan Uzbekistan.61

Menurut Nusron Wahid, selaku Kepala Badan Nasional Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), bahwa hal tersebut merupakan

persoalan bagi BNP2TKI dalam meningkatkan jumlah TKI ke Korea Selatan.

Pemerintah Korea Selatan membatasi kuota TKI di Korea Selatan karena masih

banyak para TKI overstay disana. Jika dilihat, penempatan TKI di Korea Selatan

merupakan program G to G yang telah dirintis sejak 2004. Menurut Nusron,

pemerintah Korea Selatan mengancam akan menutup program tersebut jika jumlah

TKI overstay semakin banyak.62

Dalam konteks ini, jika dianalisa dengan kepentingan nasional, Indonesia

berusaha untuk mempertahankan kepentingan ekonominya dengan Korea Selatan

yaitu agar para TKI tetap dapat bekerja di Korea Selatan. Besarnya penghasilan yang

diperoleh para pekerja membuat para pekerja enggan untuk pulang kembali ke

Indonesia. Hal tersebut dapat berdampak buruk bagi Indonesia. Banyak TKI yang

terancam tidak bisa masuk ke Korea Selatan karena masih banyak TKI di negara

tersebut yang tidak bersedia pulang ke tanah air.

61

Hasil Wawancara dengan Konsuler Kedutaan Besar Republik Indonesia, M. Aji Surya, pada tanggal 10 Mei 2018, pukul 21.36 WIB.

62 Tok Suwarto, 7.000 TKI Ilegal di Korea Selatan Hambat Peningkatan Kuota,

http://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/2015/06/28/332783/7000-tki-ilegal-di-korsel-hambat-peningkatan-kuota, diakses pada tanggal 1 Juli 2018.

Page 70: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

57

Akibat dari dampak buruk tersebut Indonesia harus mengurangi kuota

pengiriman TKI ke Korea Selatan. Selain dari pengurangan kuota, kerjasama

Indonesia dengan Korea Selatan dalam bidang pengiriman tenaga kerja terancam

dihentikan. Menurut data BNP2TKI bahwa jasa pengiriman uang atau remitansi dari

Korea Selatan dari tahun 2012 hingga 2016 mencapai 920.648.028 USD.63

Tidak

heran melihat dari sumbangan tersebut para TKI sering disebut sebagai pahlawan

devisa.

Selain dapat meningkatkan devisa, para TKI yang bekerja di luar negeri

dinilai penting untuk meningkatkan kesejahteraan dan untuk mengurangi angka

pengangguran yang belum dapat diserap oleh keterbatasan lapangan pekerjaan di

Indonesia. Jika kuota pengiriman tenaga kerja ke Korea Selatan semakin sedikit atau

bahkan diberhentikan, dapat menambah pengangguran baru di Indonesia. Hal tersebut

dapat berdampak buruk bagi negara seperti munculnya permasalahan sosial dan

lainnya.

4.2 Upaya Pemerintah Indonesia Menangani Persoalan Tenaga Kerja

Indonesia Overstay di Korea Selatan.

Pada dasarnya Indonesia memiliki jumlah angkatan kerja yang cukup

melimpah. Hal tersebut didukung oleh pertumbuhan penduduk yang terus meningkat

63

Dokumen Data Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Tahun 2016, BNP2TKI, 2016, 21.

Page 71: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

58

setiap tahunnya. Indonesia merupakan negara yang memiliki limpahan bonus

demografi, dengan demikian tidak heran jika banyaknya penduduk berbanding lurus

dengan jumlah lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja Indonesia. Maka dari itu,

pemerintah Indonesia memiliki tugas besar untuk mampu menciptakan lapangan

pekerjaan bagi angkatan kerja baru, jika tidak maka ancaman pengangguran di depan

mata.

Untuk mengatasi permasalahan pengangguran tersebut pemerintah Indonesia

perlu mengambil beberapa langkah demi menekan angka pengangguran, salah

satunya adalah melakukan kerjasama pengiriman tenaga kerja ke luar negeri.

Kerjasama tersebut dilakukan oleh beberapa negara salah satunya adalah Korea

Selatan.

Indonesia mulai mengirim tenaga kerja ke Korea Selatan sejak tahun 1994

melalui mekanisme yang disebut dengan Industrial Trainee Program. Namun

sebelumnya, penggunaan nama trainee ini karena saat itu undang-undang

ketenagakerjaan Korea Selatan belum memperbolehkan tenaga kerja asing bekerja di

Korea Selatan. Baru pada tahun 2004 Korea Selatan menerima secara resmi para

tenaga kerja asing ini dengan skema Employment Permit System (EPS).64

Employment Permit System atau sistem izin penempatan kerja merupakan

sistem yang diterapkan oleh Korea Selatan untuk menghapus diskriminasi upah

64

Kementerian Luar Negeri, Hubungan Bilateral, http://www.kemlu.go.id/seoul/id/Pages/HUBUNGAN-BILATERAL.aspx, diakses pada tanggal 1 Juli 2018.

Page 72: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

59

antara pekerja asing dan pekerja warga negara Korea Selatan. Di bawah sistem EPS

ini para pekerja mendapatkan upah yang layak di atas upah minimum.65

Namun,

program ini tidak luput dari masalah baru, yaitu adanya tenaga kerja overstay. Para

TKI juga tidak luput dari permasalahan ini.

Permasalahan TKI overstay yang kian marak di Korea Selatan,

menimbulkan dampak tersendiri untuk pengiriman TKI menuju Korea Selatan,

seperti turunnya angka kuota pengiriman hingga terancam di berhentikan pengiriman

tenaga kerja. Untuk itu, pemerintah Indonesia melalui perwakilannya melakukan

beberapa upaya dengan mengedepankan cara-cara damai yaitu diplomasi, seperti:

1. Program pemutihan.

2. Melakukan kerjasama antara BNP2TKI dengan HRD Korea Selatan

untuk memperkerjakan TKI purna di perusahaan Korea Selatan yang

berada di Indonesia.

3. Memberikan pelatihan dan penyuluhan berwirausaha untuk para purna

TKI.

Program pemutihan atau program pulang sukarela. Indonesia melalui

perwakilannya di Korea Selatan mendesak pihak Korea Selatan untuk memberikan

pengampunan bagi para TKI illegal termasuk para overstayer yang ingin pulang ke

65

Jeon dan Yuwanto, Era Emas Hubungan Indonesia – Korea, 113-114.

Page 73: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

60

negara asal.66

Hasilnya pihak pemerintah Korea Selatan bersedia melaksanakan

program pemutihan bagi para TKI overstay di Korea Selatan. Program tersebut

dilaksanakan selama periode Maret – September 2016. Jika melewati batas waktu

tersebut maka diberlakukan peraturan umum seperti black list hingga denda.67

Selain program pemutihan, pemerintah Indonesia melalui BNP2TKI

melakukan kerjasama dengan HRD Korea Selatan mengenai penempatan kerja TKI

purna di perusahaan Korea di Indonesia. Awal dari kerjasama tersebut ditandai

dengan ditempatkannya 120 TKI purna di 34 perusahaan Korea Selatan di Indonesia

pada tahun 2011.

Selanjutnya pada tahun 2012 dan 2013 HRD Korea melakukan pelatihan

pada 90 TKI purna berupa pelatihan Bahasa dan quality control. Pelatihan tersebut

dilakukan kurang lebih selama enam minggu yang kemudian 50 dari 90 TKI purna

dapat dipekerjakan oleh perusahaan Korea yang berada di Indonesia. Adapun

perusahaan-perusahaan Korea di Indonesia yang merekrut TKI purna yaitu,

perusahaan Happy Dream, Power Tech, PT Myungjun Indonesia, Dong A Decal,

Samick Akki, Indoweb, Deok W, Cosmax, dan masih banyak lagi.68

66

Hasil Wawancara dengan Kepala Seksi Evaluasi Kerjasama, Kawasan Asia Pasifik dan Amerika, Tenny Johansen, pada tanggal 6 April 2018, pukul 14.39 WIB.

67 Kementerian Luar Negeri, Konsultasi Konsuler RI – Korea Selatan Bahas TKI Overstay,

https://www.kemlu.go.id/id/berita/Pages/Konsultasi-Konsuler-RI---Korea-Selatan-Bahas-TKI-Overstayer.aspx, diakses pada tanggal 3 Juli 2018.

68 Maharani, Kebijakan Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan dalam Menangani TKI

Overstay di Korea Selatan, 286.

Page 74: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

61

Upaya lainnya dalam menangani permasalahan TKI overstay ini adalah

memberikan pelatihan dan penyuluhan bagi para TKI purna. Hal tersebut dilakukan

agar para TKI mau pulang ke Indonesia dan membuka usaha sendiri di negara sendiri.

Kegiatan wirausaha ini dapat menjadi pilihan yang tepat untuk mengatasi

permasalahan ini sekaligus menjadi pemecahan terhadap permasalahan pengangguran

di Indonesia. Hal ini didukung dengan modal yang dimiliki para TKI, sangat

disayangkan jika tidak dimanfaatkan secara maksimal dengan alasan minim

keterampilan.69

Program dari pembekalan keterampilan melalui pelatihan dan penyuluhan

bagi para TKI purna secara serentak digelar di puluhan kabupaten/kota dengan total

peserta sebanyak 10.500 orang.70

Program tersebut pertama dilaksanakan di Jawa

Barat pada 8-9 dan 16-17 April 2015. Kegiatan tersebut digelar di Kabupaten Garut

dengan dua lokasi yaitu Kecamatan Cisurupan dan Kecamatan Bayombong.

Sedikitnya ada 100 TKI purna yang menghadiri kegiatan ini. Adapun bentuk

pelatihan ini berupa ketahanan pangan yang berfokuskan pada pelatihan budidaya

jamur dan sayuran.71

69

Hasil Wawancara dengan Konsuler Kedutaan Besar Republik Indonesia, M. Aji Surya pada tanggal 10 Mei 2018, pukul 21.36 WIB.

70 Latief, Setelah Pelatihan Pemberdayaan, TKI Purna Harus Jadi Pahlawan Desa,

https://ekonomi.kompas.com/read/2015/10/03/230726226/Setelah.Pelatihan.Pemberdayaan.TKI.Purna.Harus.Jadi.Pahlawan.Desa, diakses pada tanggal 10 Juli 2018.

71 Arief Setyadi, BNP2TKI Bina TKI Purna untuk Berwirausaha,

https://news.okezone.com/read/2015/04/09/337/1131211/bnp2tki-bina-tki-purna-untuk-berwirausaha, diakses pada tanggal 10 Juli 2018.

Page 75: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

62

Menurut Nusron Wahid selaku Kepala Badan Nasional Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) bahwa ada tiga aspek penting

dalam membuka wirausaha. Pertama ada barang yang dibuat dan ada yang membuat.

Kedua ada yang membeli barang tersebut. Ketiga adanya akses pendanaan. Program

dari pelatihan dan penyuluhan ini bertujuan untuk para TKI agar dapat mengelola

keuangan dari remitansi untuk pengembangan usaha-usaha produktif bagi

peningkatan kesejahteraan TKI dan keluarganya.72

Upaya pemerintah Indonesia dalam menangani permasalahan TKI overstay

ini dapat dianalisa dengan menggunakan kerangka pemikiran diplomasi bilateral.

Dalam menggunakan analisa diplomasi bilateral bahwa suatu masalah dapat

diperundingkan dengan negara lain secara lisan maupun tulisan. Selain itu diplomasi

juga dinilai sebagai usaha untuk menciptakan suatu hubungan atau kontak langsung

secara bersahabat yang saling pengertian melalui konsensi timbal balik.

Jika diplomasi diterapkan dalam penelitian ini, maka dapat dijelaskan bahwa

pemerintah Indonesia melalui perwakilan yang berada di Korea Selatan meminta

pihak Korea Selatan untuk memberikan pengampunan bagi para TKI overstay yang

ingin pulang tanpa dikenakan sanksi. Hasilnya pihak Korea Selatan menyetujui

program tersebut yang berdampak pada penurunan para TKI overstay di Korea

Selatan. Merujuk pada data yang disebutkan oleh Korean Immigration Service,

72

Latief, Setelah Pelatihan Pemberdayaan, TKI Purna Harus Jadi Pahlawan Desa, https://ekonomi.kompas.com/read/2015/10/03/230726226/Setelah.Pelatihan.Pemberdayaan.TKI.Purna.Harus.Jadi.Pahlawan.Desa, diakses pada tanggal 10 Juli 2018.

Page 76: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

63

menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan penurunan angka TKI overstay dari

tahun 2015 hingga 2016 sebesar 86 orang.

Untuk itu, dalam penelitian ini menggunakan diplomasi bilateral. Pada

dasarnya diplomasi bilateral lebih menggambarkan pada adanya sebuah diplomasi

yang melibatkan dua negara saling mempengaruhi atau adanya hubungan timbal balik

antara dua pihak. Dalam hal ini dapat dilihat dari kerjasama kedua negara seperti

kerjasama antara BNP2TKI dengan HRD Korea Selatan untuk memperkerjakan TKI

purna di perusahaan Korea Selatan yang berada di Indonesia.

Untuk dapat melaksanakan upaya tersebut tentu harus ada kerjasama dari

kedua negara. Sulitnya mengatasi permasalahan TKI overstay ini karena adanya

faktor yang mempekerjakan para TKI overstay ini. Para TKI tidak akan overstay, jika

tidak ada yang mempekerjakan mereka. Permasalahan semacam ini yang tidak bisa

ditangani oleh satu pihak saja, namun kedua belah pihak.

Maka dari itu, pihak Korea Selatan memberikan sanksi tegas bagi penyedia

kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing atau TKI overstay dengan denda

3.000.000 Korean Won atau sekitar Rp30.000.000, 00. Selain itu, bagi perusahaan

yang tertangkap mempekerjakan tenaga kerja overstay tidak diperbolehkan menerima

pekerja asing selama tiga tahun.73

73

Maharani, Kebijakan Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan dalam Menangani TKI Overstay di Korea Selatan, 290.

Page 77: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

64

Oleh sebab itu, penanganan masalah ketenagakerjaan ini harus dilakukan

dengan tetap menjaga hubungan baik yang sudah terjalin dari kedua negara. Dengan

adanya hubungan bilateral yang terjalin dengan baik antara Indonesia dan Korea

Selatan, permasalahan tersebut dapat dikoordinasikan melalui upaya diplomasi dan

bentuk kerjasama. Terlebih Indonesia dan Korea Selatan masing-masing saling

mendapatkan keuntungan. Indonesia sebagai negara pengirim dapat meningkatkan

perekonomian negara dengan adanya remitansi, Korea Selatan dapat meningkatkan

produksi dari adanya pekerja asing.

Page 78: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

65

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Skripsi ini telah melakukan penelitian mengenai upaya pemerintah Indonesia

menangani persoalan tenaga kerja Indonesia yang overstay di Korea Selatan periode

2012-2016. Salah satu pencapaian besar yang diraih oleh Indonesia adalah, adanya

kebijakan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri mampu mendongkrak pendapatan

devisa terbesar bagi negara. Selain itu, pengiriman tenaga kerja ke luar negeri

dianggap cukup berhasil dalam mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran

yang ada di Indonesia.

Untuk itu, Indonesia perlu menjalin hubungan dengan beberapa negara dalam

melakukan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri, seperti Korea Selatan. Hubungan

bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan diresmikan pada September 1973.

Indonesia sudah mulai mengirimkan tenaga kerja ke Korea Selatan sejak 1994,

namun saat itu pemerintah Korea Selatan belum mengizinkan adanya tenaga kerja

asing. Pemerintah Korea Selatan baru mengizinkan adanya tenaga kerja asing pada

Page 79: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

66

2004. Sejak saat itu, Indonesia terus meningkatkan hubungan bilateralnya dengan

Korea Selatan terutama dalam sektor ketenagakerjaan.

Hubungan antara kedua negara meningkat pesat terutama pada masa jabatan

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada akhir tahun 2006, pemerintah Indonesia

dan Korea Selatan menandatangani Joint Declaration on Strategic Partnership (3

pilar kerjasama). Salah satu isi dalam perjanjian tersebut, terdapat kerjasama antar

kedua negara dalam sektor ketenagakerjaan. Perjanjian kerjasama tersebut diharapkan

dapat menguatkan hubungan antar kedua negara.

Minimnya sumber daya manusia (SDM) di Korea Selatan, membuat negara

maju tersebut membutuhkan lebihnya tenaga kerja. Korea Selatan menjadi sasaran

bagi pemerintah Indonesia untuk mengirimkan tenaga kerjanya. Mengingat Korea

Selatan dan Indonesia sudah memiliki perjanjian kerjasama tentang ketenagakerjaan.

Menurut data yang dikeluarkan oleh BNP2TKI, sejak 2012 sampai 2016, Indonesia

berhasil menempatkan 40.725 TKI di Korea Selatan.

Dibalik suksesnya penempatan TKI di Korea Selatan, terdapat permasalahan

yang menjadi perhatian dan dapat mempengaruhi hubungan bilateral antar kedua

negara yaitu TKI yang overstay di Korea Selatan. TKI overstay adalah tenaga kerja

Indonesia yang sudah habis masa kerjanya namun tetap melakukan pekerjaan di

Korea Selatan. Hal ini tentu melanggar perjanjian peraturan ketenagakerjaan, padahal

para pekerja hanya diberikan waktu 3 tahun bekerja. Mengutip dari salah satu jurnal

Page 80: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

67

penelitian, setiap tahunnya angka TKI yang overstay di Korea Selatan semakin

meningkat, hingga tahun 2014 terdapat 7.237 TKI overstay di Korea Selatan.

Hal ini menjadi masalah yang cukup serius bagi kedua negara. Pemerintah

Korea Selatan akan mengurangi penerimaan tenaga kerja dari Indonesia, bahkan

pemerintah Korea Selatan juga mengancam akan menutup perjanjian kerjasama

dalam sektor ketenagakerjaan apabila persoalan ini tidak dapat diselesaikan. Namun

disisi lain, masih banyak calon tenaga kerja Indonesia (CTKI) yang ingin bekerja di

Korea Selatan. Apabila CTKI tidak berhasil ditempatkan di Korea Selatan, tentu akan

membuat masalah baru bagi Indonesia yang akan berdampak ke angka pengangguran

dan kemiskinan. Persoalan ini menjadi salah satu nilai evaluasi yang serius bagi

pemerintah Indonesia untuk mengeluarkan upaya demi mempertahankan kepentingan

nasional Indonesia.

Dalam penelitian ini, penulis menemukan 3 upaya diplomasi yang dikeluarkan

oleh pemerintah Indonesia untuk mengurangi TKI overstay yang berada di Korea

Selatan. Pertama, program pemutihan. Dalam program ini, pemerintah Korea Selatan

memberikan amnesty kepada para TKI illegal termasuk TKI yang overstay di Korea

Selatan. Pemerintah Korea Selatan memberikan waktu 6 bulan yaitu Maret-

September 2016, jika melewati batas waktu tersebut maka akan diberlakukan denda

dan sistem blacklist.

Kedua, melakukan kerjasama antara BNP2TKI dengan HRD Korea Selatan

untuk memperkerjakan para TKI purna di perusahaan Korea Selatan yang berada di

Page 81: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

68

Indonesia. Hingga tahun 2013, tercatat 50 TKI purna dapat bekerja di perusahaan

Korea Selatan yang berada di Indonesia.

Ketiga, memberikan pelatihan dan penyuluhan bagi para TKI. Upaya ini

dilakukan agar para TKI berkemauan untuk pulang dan bisa membuka usaha sendiri.

Upaya ini juga cukup efektif karena dapat mengatasi masalah pengangguran dan

dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Indonesia.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kerangka pemikiran kepentingan

nasional dan diplomasi bilateral sebagai dasar dalam menjawab pertanyaan masalah.

Dalam menganalisa masalah penulis menemukan poin-poin kesamaan dengan 2

kerangka pemikiran tersebut. Jika dilihat menggunakan teori kepentingan nasional,

Korea Selatan merupakan peluang bagi tenaga kerja Indonesia untuk mengurangi

angka kemiskinan dan pengangguran yang ada di Indonesia. Oleh sebab itu, jika

hubungan antar kedua negara terganggu maka kepentingan nasional Indonesia pun

akan terganggu. Dalam menagani masalah TKI overstay pemerintah Indonesia wajib

menciptakan beberapa upaya diplomasi kepada Korea Selatan agar hubungan

kerjasama antar kedua negara tidak renggang.

Jika dilihat menggunakan teori diplomasi bilateral, Indonesia melakukan

diplomasi kepada pemerintah Korea Selatan agar para TKI illegal termasuk TKI

overstayer ini dapat pulang tanpa dikenakan sanksi. Selain itu lembaga BNP2TKI dan

HRD Korea Selatan juga melakukan kerjasama untuk memperkerjakan para TKI

Page 82: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

69

purna di perusahaan Korea Selatan yang berada di Indonesia. Hal ini tentu saja

merupakan salah satu upaya guna mengurangi TKI overstay di Korea Selatan.

Skripsi ini menyimpulkan, upaya yang dilakukan untuk mengurangi TKI

overstay yang berada di Korea Selatan cukup menunjukan proses yang baik. Hal ini

dibuktikan dengan adanya penurunan tingkat angka TKI overstay di Korea Selatan

setelah adanya upaya diplomasi tersebut.

Page 83: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Azmy, Ana Sabhana. 2012. Negara dan Buruh Migran Perempuan: Menelaah

Kebijakan Perlindungan Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono

2004-2010. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Djelantik, Sukawarsini. 2008. Diplomasi antara Teori dan Praktik. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Forum Sadar Hukum Indonesia. 2009. Kiat Meraih Peluang Kerja di Luar Negeri.

Jakarta: Niaga Swadaya

Kusumohamidjojo, Budiono. 1987. Hubungan Internasional: Kerangka Studi

Analitis. Jakarta: Bina Cipta.

Lamsuri, Mohamad, Samsul Hadi dan Mutrofin. 2011 Metode Riset Evaluasi.

Yogyakarta: Lakbang Grafika.

Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Nasution, Nazaruddin. 2016. Dinamika Politik Luar Negeri Indonesia. Depok:

Yayasan Bina Insan Cita.

Parikesit, Tirtawening, Sulistyowati Irianto, Titiek Kartika, dkk. 2011. Akses

Keadilan dan Migrasi Global. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan Mochammad Yani. 2011. Pengantar Ilmu

Hubungan Internasional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sarwono, Jonathan. 2011. Mixed Methods: Cara Menggabung Riset Kuantitatif dan

Riset Kualitatif Secara Benar. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Setiawan Santan K, 2010, Menulis Ilmiah Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta:

Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Yuwanto dan Je Seong Jeon. 2014. Era Emas Hubungan Indonesia – Korea. Jakarta:

Buku Kompas.

Page 84: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

xiv

Jurnal

Adharinalti. 2012. Perlindungin Terhadap Tenaga Kerja Indonesia Irregular di Luar

Negeri. Media Pembinaan Hukum Nasional, Vol. 1 No. 1.

Astawa, I Dewa Rai. 2006. Aspek Perlindungan Hukum Hak-Hak Tenaga Kerja

Indonesia di Luar Negeri, Tesis, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro.

Geerards, Imanuella Tamara. 2008. Tindakan Pemerintah Indonesia dan Pemerintah

Arab Saudi dalam Menangani Permasalahan TKI di Arab Saudi. Universitas

Airlangga, Vol. 21 No. 4.

Kim, Min Ji. 2015. The Republic of Korea’s Employment Permit System (EPS):

Background and Rapid Assessment, Thesis University of Oxford.

Madian, Mischa Guzel. 2012. Analisa Kerjasama Indonesia – Korea Selatan dalam

Pengembangan Pesawat Tempur KAI KF-X / IF-X, Tesis, FISIP UI.

Maharani, Siva Anggita. 2016. Kebijakan Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan

dalam Menangani TKI Overstay di Korea Selatan. Universitas Diponegoro,

Vol.2 No.4.

Muhammad, Tauvik dan Gita F. Lingga. 2011. Perkembangan Ketenagakerjaan di

Indonesia, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Noveria, Mita. 2017 Migrasi Berulang Tenaga Kerja Migrasi Internasional: Kasus

Pekerja Migran Asal Desa Sukorejo Wetan, Kabupaten Tulungagung, Jurnal

Kependudukan Indonesia, Vol. 12 No. 1.

Nuechterlein, Donald E. 1976. National Interests and Foreign Policy: A Conseptual

Framework for Analysis and Decision-Making, Bristish Journal of International

Studies, Vol. 2 No. 3.

Pratiwi, Yunita Wahyu. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Migrasi

Internasional Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri tahun 2007: Studi Kasus

Tenaga Kerja Indonesia Asal Kabupaten Majalengka Propinsi Jawa Barat,

Skripsi, Universitas Sebelas Maret.

Prihantika, Ayona Adita. 2012. Faktor Keberhasilan Perlindungan TKI Yogyakarta

di Korea Selatan. UMY FISIP.

Purwanti, Desty. 2013. Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Menangani

Permasalahan PRT di Arab Saudi Tahun 2006 – 2012. Skripsi, FISIP UIN.

Page 85: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

xv

Subhan, Hadi. 2012. Perlindungan TKI Pada Masa Pra Penempatan, Selama

Penempatan Dan Purna Penempatan, Badan Pembinaan Hukum Nasional,

Kementerian Hukum dan Hak asasi Manusia.

Sukamdi. 2007. Memahami Migrasi Pekerja Indonesia ke Luar Negeri, Universitas

Gadjah Mada, Vol.18 No.2.

Sukowati, Sunawar. 2011. Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Luar

Negeri Menurut Undang-Undang No.39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas

Negeri Semarang.

Syarief, Muhammad Nizar. 2016. Kerjasama Indonesia – Korea Selatan di Bidang

Manufaktur, Skripsi, FISIP UNHAS.

Dokumen

Dokumen Data Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Tahun 2014,

BNP2TKI, 2014.

Internet

Hubungan Bilateral RI – Korsel. http://kbriseoul.kr/kbriseoul/index.php/id/indokor.

Hubungan Bilateral. http://www.kemlu.go.id/seoul/id/Pages/HUBUNGAN-

BILATERAL.aspx.

Di Korea Selatan Pekerjaan TKI Paling Banyak Disukai,

http://www.bnp2tki.go.id/read/10303/Di-Korea-Selatan-Pekerjaan-TKI-Paling-

Banyak-Disukai.

Linangkung, Erfanto. TKI Terancam Tak Bisa Masuk Korea Selatan karena

Overstay. http://daerah.sindonews.com/read/902431/22/tki-terancam-tak-bisa-

masuk-korea-selatan-karena-overstay-1410942971.

Sejarah Penempatan TKI Hingga BNP2TKI.

http://www.bnp2tki.go.id/frame/9003/Sejarah-Penempatan-TKI-Hingga-

BNP2TKI.

Page 86: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

xvi

Korean Cultural Center. Tujuan Pendirian, http://id.korean-

culture.org/id/6/contents/341.

Pengumuman Tambahan Pembuatan Soal Tes Terkait dengan Bidang Pekerjaan

dalam Tes Kemampuan Bahasa Korea.

http://www.bnp2tki.go.id/read/10808/PENGUMUMAN-TAMBAHAN-

PEMBUATAN-SOAL-TES--TERKAIT-DENGAN--BIDANG-PEKERJAAN--

DALAM-TES-KEMAMPUAN-BAHASA-KOREA-CBT-KHUSUS-.html.

Pengumuman Penting Proses Penempatan ke Korea Program G to G.

http://www.bnp2tki.go.id/read/9969/PENGUMUMAN-PENTING-PROSES--

PENEMPATAN-KE-KOREA-PROGRAM-G-TO-G.html.

Apa itu TKI Ilegal. http://info.bnp2tki.go.id/home/info_detail/475.

Iskandar, Muhammad Arief. Keluhan TKI Bagi Presiden Jokowi.

https://www.antaranews.com/berita/466980/keluhan-tki-bagi-presiden-jokowi

Rachmawati, Ai Rika. Gaji TKI di Korea Selatan Rp 30 Juta per Bulan, Berminat?,

http://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/2017/12/03/gaji-tki-di-korea-selatan-

rp-30-juta-bulan-berminat-415093.

Suwarto, Tok. 7.000 TKI Ilegal di Korea Selatan Hambat Peningkatan Kuota,

http://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/2015/06/28/332783/7000-tki-ilegal-di-

korsel-hambat-peningkatan-kuota.

Latief. Setelah Pelatihan Pemberdayaan, TKI Purna Harus Jadi Pahlawan Desa,

https://ekonomi.kompas.com/read/2015/10/03/230726226/Setelah.Pelatihan.Pe

mberdayaan.TKI.Purna.Harus.Jadi.Pahlawan.Desa

Setyadi, Arief. BNP2TKI Bina TKI Purna untuk Berwirausaha,

https://news.okezone.com/read/2015/04/09/337/1131211/bnp2tki-bina-tki-

purna-untuk-berwirausaha,

Page 87: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

Lampiran 1 Transkrip Wawancara dengan Tenny Johansen

WAWANCARA PERTAMA

Transkrip Wawancara dengan Informan 1 Tenny Johansen

Jabatam : Kepala Seksi Evaluasi Kerjasama, Kawasan Asia Pasifik dan

Amerika

Hari/Tanggal : 6 April 2018

Akbar : Assalamualaikum, terimakasih pak sebelumnya telah menyempatkan

waktunya, saya akan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai permasalahan TKI

overstay di Korea Selatan

Tenny : Silahkan tanyakan apa yang diperlukan

Akbar : Apa alasan dari para pekerja Indonesia memilih Korea Selatan negara tujuan

untuk bekerja, selain penghasilan yang cukup besar?

Tenny : Korea Selatan merupakan salah satu negara yang menjungjung tinggi Hak

Asasi Manusia, termasuk para pekerja lokal maupun pekerja asing.

Akbar : Apakah sistem kerja di Korea Selatan memiliki sistem yang cukup ketat?

Tenny : Sebenarnya tidak terlalu ketat, pada dasarnya kita bekerja pasti harus sesuai

dengan kontrak kerja yang tertera. Jadi kalo dibilang ketat, engga juga karena kita

harus sesuai dengan kotrak tersebut.

Akbar : Apakah permasalahan TKI overstay ini cukup penting untuk diatasi?

Tenny : sangat penting, karena semakin banyak TKI dengan status overstay di Korea

Selatan, maka dapat mempengaruhi kuota pengiriman TKI kesana.

Page 88: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

Akbar : Sejauh ini, apakah pihak Korea Selatan telah menurunkan angka kuota

tersebut?

Tenny : Sudah, dapat dilihat nanti data-data akan menyusul. Saya akan kasih kontak

yang bisa dihubungi mengenai data-data ini.

Akbar : Upaya apa yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam menangani

permasalahan ini?

Tenny : Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan pemerintah Korea menanggulangi

permasalahan ini dengan cara memberikan pemutihan dokumen untuk para TKI yang

ingin pulang ke Indonesia tanpa dikenakan sanksi. Namun, kembali lagi, kebijakan

ini ternyata masih memiliki respon yang kurang dari para TKI disana. Selain program

pemutihan, pemerintah Indonesia meminta kepada pemerintah Korea Selatan untuk

menindak atau mensanksi para pengguna jasa yang mempekerjakan TKI overstay.

Akbar : Sejauh ini, apakah ada upaya lain untuk menangani permasalahan ini?

Tenny : Cuman itu yang dapat saya berikan informasinya, mungkin untuk dapat lebih

jelasnya bisa didapatkan di beberapa media atau narasumber lainnya.

Akbar : Baiklah, terimakasih banyak pak untuk waktunya.

Page 89: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

Lampiran 2 Transkrip Wawancara dengan M. Aji Surya

WAWANCARA KEDUA

Transkrip Wawancara dengan Informan 2 M. Aji Surya

Jabatan : Konsuler Kedutaan Besar Republik Indonesia di Seoul, Korea

Selatan

Hari/Tanggal : 10 Mei 2018

Akbar : Assalamualaikum, terimakasih pak sebelumnya telah menyempatkan

waktunya, saya akan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai permasalahan TKI

overstay di Korea Selatan

Aji : Iya, tidak apa-apa silahkan tanyakan yang diperlukan

Akbar : Apa alasan dari para pekerja Indonesia memilih untuk overstay di Korea

Selatan?

Aji : Alasannya adalah, jika para pekerja ini pulang ke indonesia, maka mereka

takut tidak dapat menghasilkan penghasilan yang sama seperti di Korea Selatan.

Selain itu, para pekerja menganggap, jika mereka pulang mereka tidak bisa menjadi

wirausaha. Hal tersebut dikarenakan, mereka hanya memiliki mental pekerja bukan

pengusaha. Selain itu para pekerja kita telah memiliki lifestyle yang berubah.

Akbar : Maksud dari lifestyle yang telah berubah seperti apa?

Page 90: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

Aji : Iya biasa mereka dengan kehidupan yang serba kecukupan tiba-tiba pulang

ke Indonesia dengan kehidupan yang dikatakan pas-pasan tentu mereka tidak akan

mau pulang ke Indonesia. Diibaratkan orang kaya takut untuk jatuh miskin.

Akbar : Bagaimana posisi TKI ini dibandingkan dengan tenaga kerja asing lainnya?

Aji : Sebenernya TKI kita ini sama saja dengan pekerja asing lainnya atau sama

saja dengan para pekerja lokal.

Akbar : Apakah ada keistimewaan dari para TKI dimata pengguna disana?

Aji : Berdasarkan hasil survei yang telah kita lakukan, para TKI ini dikenal

dengan rajin, terus para TKI ini relative penurut. Tetapi, para TKI ini memiliki

kekurangan yaitu Bahasa.

Akbar : Apa dampak dari banyaknya pekerja TKI overstay bagi kerjasama Indonesia

dengan Korea Selatan?

Aji : jika para TKI overstay ini sudah melebihi batas yang ditentukan, maka kuota

akan dialihkan ke negara lain. Namun, untuk batasan tersebut sebenernya tidak dapat

ditentukan, karena yang berhak menentukan dari pihak pemerintah Korea. Jadi,

jumlah TKI overstay dapat mempengaruhi kuota pengiriman untuk angkatan kerja

selanjutnya.

Akbar : Bagaimana peran perwakilan Indonesia dalam melakukan diplomasinya

demi mempertahankan kuota pengiriman tenaga kerja Indonesia?

Aji : Pertama adalah perwakilan kita memberikan penyadaran publik, bahwa para

pekerja setelah kontraknya habis maka disegerakan untuk pulang. Kedua adalah

memberikan pelatihan berwirausaha, jadi ketika mereka pulang ke Indonesia, mereka

siap untuk menjadi berwirausaha. Ketiga adalah perwakilan kita disana terus

berkoordinasi dengan HRD Korea untuk memberikan sanksi bagi mereka yang

mempekerjakan TKI illegal termasuk overstay.

Page 91: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA

TKI Overstayer in Korea :

Year E - 9 E - 10 Total Overstayer

2012 4,744. 649. 6,197.

2013 5,048. 752. 6,723.

2014 5,317. 836. 7,237.

2015 5,102. 935. 7,269.

2016 4,841. 965. 7,181.

2017 4,816. 1,066. 7,626.

2018 Mar. 4,890. 1,068. 7,734.

Source : Korea Immigration Service

Quota TKI for Korea

Year Quota TKI

2012 9,900

2013 7,300.

2014 6,000.

2015 5,800.

2016 4,400.

2017 5,200

2018 4,300.

Source : Ministry of Employment and Labor of Korea

It means Quota TKI (Korea can receive maximum No. of TKIs by EPS), 1. It does not mean total number of TKIs entered Korea,

2. The reason is by selection of job seeker (K. Company), who select TKIs.

3. Quota TKI is only for Manufacturing field. (Fishery field does not have a quota for each country).

Page 92: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA
Page 93: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA
Page 94: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA
Page 95: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA
Page 96: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA
Page 97: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA
Page 98: UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42782/2/AKBAR...UPAYA PEMERINTAH INDONESIA MENANGANI PERSOALAN TENAGA KERJA INDONESIA