upaya pemerintah indonesia dalam menanggulangi...
TRANSCRIPT
UPAYA PEMERINTAH INDONESIA DALAM
MENANGGULANGI MASALAH PENDIDIKAN ANAK
TKI DI SARAWAK PERIODE 2014-2018
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Saleha Mufida
11141130000093
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018/1440 H
i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
UPAYA PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGGULANGI
MASALAH PENDIDIKAN ANAK TKI DI SARAWAK
PERIODE 2014-2018
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 September 2018
Saleha Mufida
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Saleha Mufida
NIM : 11141130000093
Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
UPAYA PEMERINTAH INDONESIA DALAM
MENANGGULANGI MASALAH PENDIDIKAN ANAK TKI DI
SARAWAK PERIODE 2014-2018
dan telah memenuhi syarat untuk diuji.
Jakarta, 27 September 2018
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing
Ahmad Alfajri, MA Ahmad Alfajri, MA
NIP. NIP.
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
UPAYA PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGGULANGI
MASALAH PENDIDIKAN ANAK TKI DI SARAWAK
PERIODE 2014-2018
oleh
Saleha Mufida
11141130000093
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal
11 Oktober 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional.
Ketua, Sekretaris,
Ahmad Alfajri, MA
NIP. Eva Mushoffa, MHSPS
NIP.
Penguji I, Penguji II,
Robi Sugara, M. Sc
NIP. Inggrid Galuh M., MHSPS
NIP.
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 11 Oktober
2018
Ketua Program Studi Hubungan Internasional
FISIP UIN Jakarta
Ahmad Alfajri, MA
NIP.
iv
ABSTRAK
Skripsi ini secara khusus bertujuan untuk menganalisis upaya Pemerintah
Indonesia dalam menangani persoalan pendidikan anak Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) di Sarawak pada periode 2014-2018. Sebanyak 3.600 anak Indonesia di
Sarawak yang tidak mendapatkan pendidikan menjadi latar belakang penelitian
ini. Pendidikan adalah hak bagi setiap orang berdasarkan hukum nasional dan
internasional. Oleh karena itu, setiap negara berkewajiban untuk memenuhi hak
pendidikan seluruh warga negaranya dan seluruh negara di dunia berkewajiban
untuk melindungi hak pendidikan seluruh warga dunia. Dalam hal ini, Pemerintah
Indonesia bertanggung jawab dalam memenuhi hak pendidikan anak-anak
Indonesia di Sarawak. Penelitian ini tidak hanya memberikan informasi mengenai
upaya Pemerintah Indonesia dalam memenuhi hak pendidikan anak-anak
Indonesia di Sarawak saja, tetapi juga menganalisis seberapa efektif pelaksanaan
upaya-upaya tersebut.
Penelitian skripsi ini menggunakan metode kualitatif. Untuk teknik
pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi pustaka
yang berasal dari buku, jurnal, artikel, laporan resmi, dan berita daring. Skripsi ini
menggunakan bantuan Teori Liberalisme dan Konsep Diplomasi sehingga
ditemukan bahwa Pemerintah Indonesia bertanggung jawab dalam memenuhi hak
pendidikan bagi anak-anak TKI di Sarawak dan upaya pemerintah tersebut tidak
terlepas dari proses diplomasi dengan Pemerintah Malaysia. Upaya-upaya
pemerintah dalam menangani persoalan ini antara lain, membentuk Community
Learning Center (CLC), mengirimkan guru bina, menerbitkan paspor,
menerbitkan akta kelahiran, dan menyelenggarakan Sidang Itsbat Nikah.
Kata kunci: Pendidikan Anak TKI, Anak TKI di Sarawak, Community Learning
Center
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi Rabbil „Alamin, segala puji dan syukur selalu penulis
ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan nikmatnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian untuk skripsi ini tepat pada waktunya. Sholawat
serta salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga, sahabat dan seluruh pengikut beliau.
Rasa syukur tidak hentinya dirasakan atas keberhasilan penulis dalam
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Pemerintah Indonesia dalam
Menanggulangi Masalah Pendidikan Anak TKI di Sarawak Pada 2014-2018”
masih menyisakan kebanggaan dan kebahagiaan dalam diri penulis. Selama
menjalani aktivitas perkuliahan di Program Studi Hubungan Internasional, FISIP
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis dengan senang hati akan menyampaikan
rasa terima kasih sedalam-dalamnya ke beberapa pihak yang dirasa memberikan
kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses
penyelesaian skripisi ini dari awal sampai berhasil terselesaikan.
Dengan segala hormat dan rasa kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan
terimakasih (jazaakumullah khair) kepada:
1. Orang tua Penulis, Abah Zaenal Abidin dan Umi Anny Lutfianti yang
selalu memberikan dukungan tiada henti secara moril dan materil. Kakak
penulis, Mas Zaini Fikri, Mas Muh. Hidayatu Rusydi, Mbak Shohifatu
Zahroh dan adik penulis, Lulu Hayatunnufus, yang selalu berada di sisi
vi
penulis dalam suka dan duka proses penulisan skripsi sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini,
2. Dosen Pembimbing yang saya cintai dan banggakan, Bapak Ahmad
Alfajri, M.A, selaku Ketua Program Studi Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah bersedia
membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini, tiada henti
memberikan motivasi, serta kritik dan saran yang membangun bagi penulis
hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik,
3. Segenap jajaran civitas akademika Program Studi HI UIN Jakarta, Ms.
Devi, Kak Muti, Kak Tisha, Bu Eva, Bu Inggrid, Bu Rahmi, Pak Lanang,
Pak Taufiq, Pak Nazar, Pak Aiyub, Pak Dani, Pak Adian, Pak Robi, Pak
Bambang, Pak Idzam, Pak Sirojuddin, Pak Syafiq, Pak Pangi, Pak
Mardian yang telah memberikan segudang ilmu serta wawasan yang baru
bagi penulis selama masa perkuliahan,
4. Para staff Kemdikbud, Pak Syahrir dan Pak Rekso`yang telah membantu
penulis dalam memperoleh data untuk penelitian ini.
5. Para Staff KJRI Kuching, Pak Dadang, Pak Nasrul, Bu Ringgi, Mbak Atik,
Pak Kiki, Pak Taufan serta Pak Lucky dan Kak Kaissa yang telah
membantu penulis memperoleh data untuk penelitian skripsi ini hingga
berkenan mengizinkan penulis menempati apartemennya selama penelitian
dan menyisihkan banyak waktunya untuk mendiskusikan penelitian ini
dengan penulis.
vii
6. Teman seperbimbingan penulis, Alif Daffa Satria Dores, Wina Sumiati,
dan Sakhna Fawatihul Bilad yang selalu membantu penulis dalam
menyusun skripsi, menjadi pendengar yang baik saat penulis berkeluh
kesah tentang skripsi dan menemani perjuangan pada masa akhir
perkuliahan,
7. Teman-teman sedunia sesurga penulis sejak SMP, Aini, Ismi, Putri, Siska,
Ulfa, dan Icha, terima kasih atas dukungan semangat dan do‟a selama
penulis mengerjakan skripsi ini dan juga untuk menjadi bagian terindah
dalam kehidupan penulis sejak masa SMP sampai perkuliahan,
8. Keluarga besar Al-Ghozali Islamic Bording School, para asaatiz, ustadzaat,
adik-adik santri, dan para alumni yang telah memberikan dukungan dan
doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,
9. Sepupu-sepupu kesayangan, Ghazy, Naufal, Rizka, Salma, Fahma, Nafis,
Shofi, Haris, Aan, Riris, Alfi, Shodik, Mila, Fina, Ema, dan Kiki yang
selalu memberikan dukungan dan mengingatkan penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi,
10. Teman-teman penulis semasa kuliah, khususnya The GRIDDLES, Olla,
Nanda, Hanin, Diah R., Sasa dan anak-anak HI kelas C lainnya yaitu, Alif,
Arkan, Afif, Aqil, Oby, Unggul, Fira, Andam, Yuni, Widya, Mayang,
Hana, Risfi, Annisa Rizka, Tirana, Beben, Bimo, Fikri, Yusti, Yuana, Nada,
Messayu, Imtiyas, Jaka, Jaya, Aria Koms, dan Lathifa, terima kasih telah
mewarnai kehidupan perkuliahan penulis yang takkan pernah penulis
lupakan,
viii
11. Teman-teman penulis semasa kuliah lainnya, anak-anak HI angkatan 2014,
anak-anak FISIP angkatan 2014, teman-teman KKN, terima kasih telah
mewarnai kehidupan perkuliahan penulis yang takkan pernah penulis
lupakan.
Penulis berharap segala dukungan dan bantuan ini mendapatkan balasan dari
Allah SWT. Terakhir, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dan hal-hal
lainnya yang terkait skripsi ini dapat disampaikan melalui
[email protected]. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan bagi setiap pembacanya dan bagi perkembangan studi Ilmu Hubungan
Internasional.
Jakarta, 27 September 2018
Saleha Mufida
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ v
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................. xiv
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Pernyataan Masalah ................................................................................................ 1
B. Pertanyaan Masalah .............................................................................................. 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................. 10
D. Tinjauan Pustaka ................................................................................................... 11
E. Kerangka Pemikiran .............................................................................................. 14
1. Liberalisme ....................................................................................................... 14
2. Diplomasi .......................................................................................................... 19
F. Metode Penelitian ................................................................................................. 22
G. Sistematika Penulisan ........................................................................................... 24
BAB II ............................................................................................................................... 26
PERSOALAN ANAK TKI DI SARAWAK MALAYSIA .............................................. 26
A. Kelengkapan Dokumen Resmi .............................................................................. 26
1. Akta Kelahiran .................................................................................................. 27
2. Paspor ................................................................................................................ 29
3. Visa ................................................................................................................... 31
B. Kesulitan dalam Mengakses Pendidikan Formal .................................................. 32
C. Anak TKI Putus Sekolah....................................................................................... 35
BAB III ............................................................................................................................. 38
COMMUNITY LEARNING CENTER (CLC) .................................................................... 38
A. Gambaran Umum CLC (Community Learning Center) ........................................ 38
B. Sejarah Community Learning Center (CLC) ........................................................ 39
C. Community Learning Center (CLC) Sarawak....................................................... 41
x
D. Guru Bina .............................................................................................................. 46
BAB IV ............................................................................................................................. 48
UPAYA PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGGULANGI MASALAH
PENDIDIKAN ANAK TKI DI SARAWAK PERIODE 2014-2018 ............................... 48
A. Pembentukan Community Learning Center (CLC)............................................... 48
1. Pembentukan Community Learning Center (CLC) di Sabah ............................ 48
2. Pembentukan Community Learning Center (CLC) di Sarawak ........................ 53
B. Penerbitan Paspor .................................................................................................. 57
C. Kepemilikian Visa Pelajar atau Student Pass ....................................................... 60
D. Penerbitan Akta Kelahiran .................................................................................... 61
E. Penyelenggaraan Sidang Itsbat Nikah (Pengesahan Perkawinan) ........................ 64
F. Penyediaan Sekolah Lanjutan bagi Anak-Anak Lulusan CLC Sarawak .............. 67
BAB V .............................................................................................................................. 70
KESIMPULAN ................................................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... xv
xi
DAFTAR TABEL
Tabel I.A.1 Data Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri Indonesia Tahun 2011
s.d. 2017 ….……………………………………………………………………….2
Tabel IV.D.1 Data Anak TKI yang Memperoleh Akta Kelahiran dari KJRI
Kuching ………………………………………………………………………….62
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar III.C.1 Peresmian CLC Binu Plantation …………………….……….…44
Gambar III.C.2 Peta Sebaran CLC di Sarawak …………………..…………..….45
Gambar IV.B.1 Pelayanan Keimigrasian Program “Jemput Bola” ……….……..58
Gambar IV.D.1 Contoh Akta Kelahiran ……………………………………….. 63
Gambar IV.E.1 Sidang Itsbat Nikah di KJRI Kuching ….………………………66
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data CLC di Wilayah Sarawak hingga Agustus 2018 ……...….…xxx
Lampiran 2 Daftar Nama Guru Bina di CLC Wilayah Sarawak, Malaysia......xxxiv
Lampiran 3 Data Paspor yang Diterbitkan KJRI Kuching dalam Program „Jemput
Bola‟………………………………………...………………………………..xxxvii
Lampiran 4 Wawancara dengan Dadang Hermawan, Koordinator Penghubung
CLC Sabah dan Sarawak via Whatsapp …………………………………………..li
Lampiran 5 Wawancara dengan Nasrullah Ali Fauzi, Koordinator Penghubung
CLC di Sarawak via Whatsapp …………………………………………………..lii
Lampiran 6 Wawancara dengan Lucky Fathria Jatnika, Koordinator Penghubung
CLC di Sarawak via Whatsapp ………………………………………….……... liii
Lampiran 7 Wawancara dengan Lucky Fathria Jatnika, Koordinator Penghubung
CLC di Sarawak ………………………………………………………………....lvi
Lampiran 8 Wawancara dengan Rosyati Rosidin, Pelaksana Fungsi Konsuler,
Konsulat Jenderal Republik Indonesia Kuching ………………………..…….... lxi
Lampiran 9 Wawancara dengan Ringgi Perdini, Pelaksana Fungsi Penerangan,
Sosial dan Budaya, Konsulat Jenderal Republik Indonesia Kuching via Whatsapp
...………………………………………………………………………………...lxii
Lampiran 10 Foto Bangunan dan Kegiatan Community Learning Center (CLC)
……………………………………………..…………………………………....lxiv
xiv
DAFTAR SINGKATAN
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BNP2TKI Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia
BPS KPM Bahagian Pendidikan Swasta, Kementerian Pendidikan Malaysia
CLC Community Learning Center
CRC Convention on the Right of the Child
Dirjen GTK Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Disdukcapil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
ICC Indonesia Community Center
ICCPR International Covenant on Civil and Political Rights
ICJ International Court of Justice
IESCR International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights
ILO International Labour Organisation
Kemendagri Kementerian Dalam Negeri Indonesia
Kemendikbud Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
KPM Kementeriantabel Pendidikan Malaysia
KUA Kantor Urusan Agama
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
MI Madrasah Ibtidaiyah
MTs Madrasah Tsanawiyah
NGO Non Govermental Organization
NRD National Registration Departement
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
PLKS Pas Lawatan Kerja Sementara RM Ringgit Malaysia
SBJK Sekolah Bimbingan Jalinan Kasih
SD Sekolah Dasar
SDG 4 Sustainable Development Goal 4
SI Sekolah Indonesia
SIT Sekolah Indonesia Terbuka
SMA Sekolah Menengah Atas
SMK Sekolah Menengah Kejuruan
SMP Sekolah Menengah Pertama
TKI Tenaga Kerja Indonesia
UDHR Universal Declaration of Human Rights
UMP Universiti Malaysia Pahang
UNCHR United Nations Commission on Human Rights
UNESCO United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization
UNHCR United Nations High Commissioner for Refugees
UUD Undang-Undang Dasar
UUD RI Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
WNI Warga Negara Indonesia
Kemendikbud Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Keberangkatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri merupakan
salah satu sektor yang menyumbang nilai cukup besar bagi devisa negara. Deputi
Perlindungan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia (BNP2TKI), Lisna Y. Poelongan mengatakan bahwa jasa pengiriman
alias remitansi TKI menyumbang 10% nilai Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN), sehingga para TKI dijuluki sebagai „Pahlawan Devisa Negara‟.
Namun, dalam waktu yang bersamaan para TKI ini juga melahirkan persoalan,
misalnya anak-anak dari para TKI tidak mendapatkan layanan pendidikan yang
akan diteliti dalam skripsi ini.
Berdasarkan Data Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
dari BNP2TKI tahun 2011-2017, Malaysia hampir selalu berada pada urutan
pertama negara tujuan para tenaga kerja asal Indonesia. Berikut ini merupakan
data mengenai jumlah tenaga kerja luar negeri yang ditempatkan oleh pemerintah
Indonesia ke Malaysia melalui BNP2TKI yang diolah dari laporan Data
Penempatan dan Perlindungan TKI BNP2TKI Tahun 2011-2017.1
1 Badan Nasional Penempatan dan Perlindun gan Tenaga Kerja Indonesia, “Data Penempatan dan
Perlindungan TKI Periode Tahun 2015”, tersedia di http://www.bnp2tki.go.id/read/11034/Data-
Penempatan-dan-Perlindungan-TKI-Periode-Tahun-2015.html diunduh pada 14 Maret 2018.
2
Tabel I.A.1 Data Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri Indonesia Tahun
2011 s.d. 2017
Tahun Total TKI ke Luar Negeri Jumlah TKI ke Malaysia
2011 586.802 134.12
2012 494.609 134.023
2013 512.168 150.236
2014 429.872 127.827
2015 275.736 97.635
2016 234.451 87.623
2017 261.82 88.991
Sumber : Data Penempatan dan Perlindungan TKI BNP2TKI, Tahun 2011-2017
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kebanyakan tenaga kerja asal
Indonesia bekerja di Malaysia, sehingga tidak aneh apabila seringkali tersiar kabar
bahwa tenaga kerja asal Indonesia terjerat kasus hukum di Malaysia. Masalah
pendidikan anak-anak TKI di Malaysia, khususnya di Sarawak2 belakangan ini
menjadi fokus perhatian media massa. Sebagaimana dilansir dari Republika.co.id
Rabu, 12 April 2017, Konsul Jenderal Republik Indonesia untuk Sarawak,
Malaysia, Jahar Gultom mengatakan bahwa sekitar 3.600 anak TKI usia sekolah
terpaksa tidak mengenyam pendidikan formal. Mereka tinggal di perkebunan
sawit yang jauh di pedalaman, sehingga mereka sulit mendapatkan akses untuk
pendidikan dan mereka juga tidak dapat diterima di sekolah pemerintah karena
regulasi setempat mengatur bahwa pekerja asing tidak diperbolehkan membawa
keluarga.3
2 Sarawak atau Serawak dalam bahasa Indonesia merupakan salah satu negara bagian Malaysia
yang beribu kota di Kuching. 3 Andi Nur Aminah, “3.600 Anak TKI Serawak tak Bersekolah Formal,” tersedia di
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/04/12/ooa1y8384-3600-anak-tki-serawak-
tak-bersekolah-formal diakses pada 19 April 2018.
3
Negeri Sarawak atau dalam bahasa Indonesia adalah Serawak merupakan
salah satu negara bagian Malaysia yang beribu kota di Kuching. Negeri Sarawak
merdeka pada 16 September 1963 sebagai negara bagian (dalam federasi
Malaysia). Sarawak menggunakan bahasa Malaysia sebagai bahasa resmi negara
dan bahasa Inggris digunakan dalam bidang hukum dan peradilan. Sarawak terdiri
dari 11 daerah yang disebut Bahagian, yaitu Kuching, Samarahan, Sri Aman,
Betong, Sarikei, Mukah, Sibu, Kapit, Bintulu, Miri dan Limbang. Tiap Bahagian
tersebut dipimpin oleh seorang Residen.
Sarawak berbatasan dengan Laut Natuna, Laut Cina Selatan dan Brunei
Darussalam di utara, Negeri Sabah di Timur, Kalimantan Barat dan Pulau Sarasan
di Barat, dan Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur di Selatan. Sarawak
mencakup 40% wilayah Malaysia dengan jumlah penduduk 2.420.009 jiwa
berdasarkan data estimasi statistik dari Jabatan Perangkaan Malaysia tahun 2010.
Penduduk Sarawak terdiri dari beberapa etnis, yaitu Iban (30%), Cina (26,5%),
Melayu (23,1%), Bidayuh (8,4%), Malanau (5,8%), dan lainnya (6,3%).
Mayoritas penduduk Sarawak beragama Kristen, Buddha, Tao, dan Islam.4
Pemerintahan Sarawak berdasar pada dua konstitusi, yaitu Konstitusi Negeri
(negara bagian/otonomi wilayah), dan Konstitusi Federal (Perlembagaan negeri
dan Perlembagaan Persekutuan).5 Sarawak memiliki perkebunan sawit yang luas,
sehingga Sarawak menjadi salah satu pusat perkebunan kelapa sawit di Malaysia.
Para pekerja di perkebunan sawit tersebut mayoritas berasal dari Indonesia,
4 Konsulat Jenderal Republik Indonesia, “Profil Negeri Sarawak, Malaysia,” tersedia di
https://www.kemlu.go.id/kuching/lc/Pages/Malaysia.aspx diakses pada 28 Juli 2018. 5 Konsulat Jenderal Republik Indonesia, “Profil Negeri Sarawak, Malaysia,” tersedia di
https://www.kemlu.go.id/kuching/lc/Pages/Malaysia.aspx diakses pada 28 Juli 2018.
4
misalnya perusahaan kelapa sawit Woodman Group yang memiliki lahan seluas
40.000 hektar di Miri, Sarawak telah mempekerjaan 8.000 orang dengan 80%
diantaranya merupakan tenaga kerja asal Indonesia.6
Para TKI yang bekerja di Sarawak ada yang diberangkatkan oleh
pemerintah secara legal dan banyak pula yang berangkat degan prosedur ilegal.
Malaysia sebagai negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia, tepatnya
negara bagian Sabah dan Sarawak dengan Provinsi Kalimantan, membuka jalan
yang sangat lebar bagi para tenaga kerja yang ingin berangkat ke Malaysia tanpa
prosedur yang benar.7
Upaya pengiriman tenaga kerja ilegal ke Malaysia ini dilakukan melalui
jalur-jalur terlarang. Sebagaimana berita yang dilansir dari JawaPos.com Minggu,
21 Januari 2018, 17 orang warga negara Indonesia hampir menjadi tenaga kerja
yang dikirim secara ilegal. Mereka dibawa dari Pontianak menggunakan jasa
travel. Sesampainya di Entikong, para korban diarahkan ke Sarawak melalui jalur
terlarang di Jalan Patoka yang menghubungkan Dusun Entikong Benuan,
Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau dengan Kampung Entubuh, Sarawak
Malaysia.8 Dengan kata lain, mereka tidak melalui Pos Lintas Batas Negara.
Semakin banyak warga negara Indonesia yang bekerja di Malaysia, maka
masalah yang dialami oleh para TKI dan anak TKI disana pun semakin banyak
6 Feby Dwi Sutianto, “Mayoritas Pekerja Kebun Sawit di Sarawak Adalah WNI,” tersedia di
https://finance.detik.com/industri/d-3150796/mayoritas-pekerja-kebun-sawit-di-sarawak-adalah-
wni diakses pada 28 Juli 2018. 7 Ilham Safutra, “Lewat Jalur Tikus Indonesia-Malaysia, 17 WNI Nyaris Jadi TKI Ilegal,” tersedia
di https://www.jawapos.com/read/2018/01/21/182897/lewat-jalur-tikus-indonesia-malaysia-17-
wni-nyaris-jadi-tki-ilegal diakses pada 9 April 2018. 8 Ilham Safutra, “Lewat Jalur Tikus Indonesia-Malaysia, 17 WNI Nyaris Jadi TKI Ilegal,” tersedia
di https://www.jawapos.com/read/2018/01/21/182897/lewat-jalur-tikus-indonesia-malaysia-17-
wni-nyaris-jadi-tki-ilegal diakses pada 9 April 2018.
5
dan kompleks, dalam hal ini adalah masalah pendidikan. Tenaga kerja asal
Indonesia kebanyakan bekerja di perkebunan-perkebunan sawit di Sabah dan
Sarawak. Mereka tergolong sebagai pekerja tidak terampil. Mereka memiliki
periode kerja selama 10 tahun, namun tidak diperbolehkan menikah dan
membawa keluarga kesana.9
Selain itu, peraturan ketenagakerjaan di Sarawak (section 119 of Sarawak
Labour Ordinance) menyatakan bahwa pekerja asing di bawah PLKS (Pas
Lawatan Kerja Sementara) tidak diperbolehkan membawa tanggungan. Namun
pada kenyataannya, tidak dipungkiri banyak tenaga kerja yang menikah dan
memiliki beberapa anak. Hal ini kemudian melahirkan permasalahan baru yaitu
anak-anak TKI tidak dapat memiliki dokumen resmi lengkap, sehingga mereka
sulit mendapatkan akses layanan pendidikan.
Ketika anak-anak TKI di Sarawak tidak mengenyam pendidikan, maka
mereka tidak dapat memperbaiki kondisi keluarga dan dapat memberi kerugian
bagi negara. Kerugian bagi pemerintah Indonesia adalah terjadinya peningkatan
jumlah warga negara yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah.
Dengan banyak warga negara yang tidak berpendidikan, maka pertumbuhan
ekonomi negara akan cenderung terhambat disebabkan perusahaan-perusahaan
hanya ingin mempekerjakan tenaga-tenaga ahli yang mumpuni. Pada akhirnya,
jumlah pengangguran akan meningkat.
Pada tahun 2001, pemerintah Malaysia mengeluarkan Akta Perburuhan dan
Akta Pendidikan. Peraturan tersebut mulai membatasi kebebasan para TKI yang
9 Department of Labour Peninsular, Ministry of Human Resources. Policy on Employment of
Foreign Workers. 2014. Putra Jaya, Kuala Lumpur.
6
sebelumnya dapat bebas bekerja dan menyekolahkan anaknya tanpa dokumen.
Sejak tahun 2002, seluruh pekerja asing dan pelajar asing harus memiliki
dokumen yang lengkap. Hal tersebut yang kemudian menghambat para anak TKI
untuk memperoleh pelayanan pendidikan.
Ketika anak-anak TKI di Malaysia sulit mendapatkan pendidikan,
sebetulnya akan menjadi persoalan juga bagi Malaysia. Bukan tidak mungkin
sebagian TKI akan meninggalkan Malaysia demi pendidikan anak-anaknya.
Sementara Malaysia bergantung pada para TKI yang bekerja di perusahaan-
perusahaan sawit. Apabila banyak TKI yang meninggalkan Malaysia disebabkan
anak-anaknya kesulitan dalam memperoleh pendidikan, maka hal ini akan
memberikan kerugian bagi pemerintah Malaysia.
Pada prinsipnya, Pemerintah Malaysia dapat menerima pelajar asing yang
akan belajar di sekolah-sekolah Malaysia baik Sekolah Kerajaan maupun sekolah
swasta selama dapat memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan. Namun,
kebanyakan pelajar warga negara Indonesia tidak mampu melengkapi beberapa
persyaratan, diantaranya dokumen pribadi anak, status keimigrasian orang tua,
tempat tinggal dan ketersediaan tempat.10
Menghubungkan dengan fakta yang ada bahwa pendidikan adalah
kebutuhan dasar seluruh manusia dan hak setiap insan untuk memperolehnya
sebagaimana yang dinyatakan pada pasal 26 “Universal Declaration of Human
Rights” tahun 1948 bahwa “everyone has the right to education”. Selanjutnya,
10
Konsulat Jenderal Republik Indonesia Kota Kinabalu, “Pelayanan Pendidikan untuk Anak-Anak
WNI di Sabah, Malaysia,” tersedia di https://www.kemlu.go.id/kotakinabalu/id/arsip/lembar-
informasi/Pages/PELAYANAN-PENDIDIKAN-UNTUK-ANAK-ANAK-WNI-DI-SABAH-
MALAYSIA.aspx diakses pada 14 Maret 2018.
7
pada Deklarasi Jomtien, Thailand bahwa pendidikan untuk semua (education for
all) adalah komitmen masyarakat global untuk menyediakan pendidikan dasar
bagi semua anak, remaja, dan dewasa.11
Namun, peraturan pemerintah Malaysia
mengenai pendidikan belum mampu melindungi hak pendidikan anak-anak
sebagai masyarakat dunia.
Selain itu, pendidikan merupakan tanggung jawab negara untuk
memfasilitasi warga negaranya. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 dan
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
mengatur berbagai kewajiban Pemerintah dalam memenuhi hak setiap warga
negaranya dalam memperoleh pendidikan dimanapun mereka berada. Berdasarkan
undang-undang tersebut, pemerintah masih memiliki beberapa pekerjaan yang
belum terlaksana dengan baik, khususnya pemenuhan hak pendidikan warga
negara yang tinggal di luar negeri.
Dalam sistem pendidikan Indonesia, seluruh warga negara Indonesia harus
menjalankan program pendidikan selama sembilan tahun, yaitu meliputi Sekolah
Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat selama
6 tahun serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah
(MTs), atau bentuk lain yang sederajat selama tiga tahun.12
Setiap penduduk, baik
warga negara Malaysia maupun warga negara asing diperbolehkan untuk
mengikuti pendidikan di sekolah-sekolah yang sudah disediakan pemerintah
11
United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), ”Education for
All Movement,” tersedia di http://www.unesco.org/new/en/education/themes/leading-the-
international-agenda/education-for-all/ diakses pada 10 April 2018. 12
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar.
8
Malaysia. Namun, warga negara Malaysia lebih diutamakan untuk mendapatkan
pendidikan.
Bagi warga negara asing yang ingin mendapatkan pelayanan pendidikan di
sekolah-sekolah swasta atau kerajaan Malaysia harus menunggu sampai tersedia
tempat sekolah. Terdapat beberapa persyaratan bagi warga negara asing yang
ingin mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah-sekolah di Malaysia, yaitu
memiliki legalitas sebagai warga negara asing, memiliki cukup umur, dan
tersedianya tempat.13
Serangkaian peraturan tersebut pada dasarnya tidak bisa menjadi alasan
anak-anak tidak memperoleh pendidikan. Apalagi anak-anak merupakan aset
keluarga dan negara yang semestinya dipelihara dan dididik dengan sebaik-
baiknya karena masa depan negara ada di tangan mereka. Dalam hal ini, baik
Indonesia maupun Malaysia harus turut terlibat dalam menyelesaikan masalah ini
karena hak atas pendidikan adalah salah satu prinsip utama yang mendukung
Agenda Pendidikan 2030
Selain itu, tujuan dari Sustainable Development Goal 4 atau SDG 4 yaitu
„ensure inclusive and equitable quality education and promote lifelong learning
opportunities for all‟ yang diadopsi oleh masyarakat internasional. Selain itu,
Malaysia dan Indonesia merupakan negara anggota United Nations Educational,
13
Desy Anastasia Christie, “Upaya Indonesia dalam Menangani Pendidikan Anak Tenaga Kerja
Indonesia di Sabah Malaysia,” eJurnal Hubungan Internasional 4 (2016): 1163.
9
Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) yang semestinya turut
menjunjung misi UNESCO mengenai pendidikan sebagai hak asasi manusia.14
Adapun beberapa hal lain yang menyebabkan banyaknya anak TKI belum
mendapatkan layanan pendidikan adalah kurangnya tenaga pendidik,15
, akses
yang sulit untuk menuju lembaga pendidikan,16
anak dari tenaga kerja asing tidak
dapat diterima di sekolah kerajaan karena regulasi setempat tidak membolehkan
tenaga kerja asing membawa keluarganya,17
ketersediaan sekolah masih sedikit,
dan kesadaran para orang tua yang minim mengenai arti penting dan manfaat
pendidikan bagi anak-anaknya. Persoalan-persoalan tersebut tidak mampu diatasi
oleh para orang tua saja, tetapi peran pemerintah sangat dibutuhkan.
Dari permasalahan tersebut di atas, telah jelas bahwasannya pemerintah
Indonesia harus mengupayakan pemenuhan kebutuhan layanan pendidikan bagi
para anak TKI di Malaysia, khususnya negara bagaian Sarawak yang belum
memiliki Sekolah Indonesia Luar Negeri. Oleh sebab itu, masalah ini dianggap
menarik untuk dijadikan penelitian. Penulis akan fokus melihat upaya Pemerintah
Indonesia dalam menangani masalah pendidikan anak TKI di Sarawak sejak tahun
2014-2018. Pemilihan periode ini didasarkan pada masa pemerintahan Presiden
14
United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), “Right to
education,” tersedia di https://en.unesco.org/themes/right-to-education diakses pada 25 April
2018. 15
Latief, “BNP2TKI Perjuangkan Pendidikan di Malaysia,” tersedia di
https://ekonomi.kompas.com/read/2015/09/19/175956626/BNP2TKI.Perjuangkan.Pendidikan.Ana
k.TKI.di.Malaysia diakses pada 12 Maret 2018. 16
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, “Tiga Bentuk Layanan Pendidikan untuk Anak TKI
di Sabah, Malaysia,” tersedia di https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2015/11/-tiga-bentuk-
layanan-pendidikan-untuk-anak-tki-di-sabah-malaysia-4831-4831-4831 diakses pada 12 Maret
2018. 17
Yohanes Kurnia Irawan, “Mengunjungi Sekolah untuk Anak TKI Sawit di Sarawak, Malaysia,”
tersedia di
https://regional.kompas.com/read/2016/07/26/06415591/mengunjungi.sekolah.untuk.anak.tki.sawit
.di.sarawak.malaysia diakses pada 12 Maret 2018.
10
Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Penulis ingin melihat sejauh mana
upaya Pemerintah Indonesia dibawah Presiden Joko Widodo dalam mengani isu
ini.
B. Pertanyaan Masalah
Dari pernyataan masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan masalah
sebagai berikut:
Bagaimana upaya Pemerintah Indonesia dalam menanggulangi masalah
pendidikan anak TKI di Sarawak periode 2014-2018?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Mengetahui permasalahan yang dialami para TKI di Sarawak.
b) Mengetahui secara mendalam masalah pendidikan anak-anak TKI di
Sarawak;
c) Mengetahui upaya pemerintah Indonesia dalam menangani masalah
pendidikan anak-anak TKI di Sarawak; dan
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan bagi para
peneliti selanjutnya, khususnya pada program studi Ilmu Hubungan
Internasional;
11
b) Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur Ilmu Hubungan
Internasional yang secara khusus mengkaji bidang pendidikan (soft
diplomacy); dan
c) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menjadi bahan
bacaan bagi masyarakat luas.
D. Tinjauan Pustaka
Penulis telah melakukan tinjauan pustaka terkait dengan penelitian yang
akan dilakukan dan penulis menemukan berbagai karya tulis ilmiah untuk
memberikan signifikansi serta sebagai pelengkap atau pembanding topik
penelitian skripsi yang akan dilakukan, antara lain:
Tesis tahun 2013 dari Shylvia Windary, mahasiswi Ilmu Hubungan
Internasional, Universitas Gajah Mada yang berjudul Kerjasama Indonesia
– Malaysia dalam Bidang Pendidikan Anak TKI di Sabah. Windary
menjelaskan dalam tesisnya bahwa telah dilakukan beberapa upaya untuk
menangani kurangnya pendidikan anak-anak TKI, seperti pendirian pusat belajar.
Lembaga non pemerintah seperti Humana mengadakan pembelajaran bagi anak
TKI dan perusahaan memfasilitasi tempat dan juga bangunan sekolah.
Dalam hal ini, pemerintah Indonesia telah mengupayakan pengiriman guru
Indonesia melalui Kemdikbud yang akan ditempatkan di pusat-pusat Humana.
Pemerintah Indonesia juga telah mendirikan Sekolah Indonesia Kota Kinabalu
(SIKK) yang telah diresmikan pada tahun 2008, melakukan legalisasi, dan istbat
12
(penetapan) nikah untuk TKI yang tidak memiliki buku nikah. Buku nikah itu
akan mempermudah para TKI dalam mengurus akta kelahiran anak-anak mereka.
Dalam tesis ini, Wulandary tidak membatasi penelitiannya pada periode
tertentu, sehingga penelitiannya kurang terfokus periodisasinya. Namun, secara
keseluruhan penulis melihat penelitian Windary sudah baik dalam memaparkan
upaya pemerintah dalam menanggulangi masalah pendidikan anak TKI di Sabah
serta mengkaitkannya dengan teori. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
Wulandary adalah objek penelitiannya yang berfokus pada negara bagian Sabah.
Selanjutnya, skripsi dari Shavira Lisdiany S. yang berjudul Upaya
Indonesia Memenuhi Hak Pendidikan bagi Anak TKI dan PATI di Johor
Bahru. Dalam penelitian ini, Shavira lebih cenderung membahas mengenai
pendidikan anak-anak TKI dari segi Hak Azasi Manusia dan hukum, baik itu
hukum nasional Malaysia dan Indonesia maupun hukum internasional. Pada
bagian hasil penelitian dijelaskan bahwa Konsulat Jenderal Republik Indonesia
(KJRI) Johor Bahru telah melakukan berbagai upaya terkait isu pendidikan anak
di Johor Bahru.
Pertama, Konsul Jenderal Republik Indonesia untuk Johor Bahru, Tufiqur
Rijal melakukan courtesy call dengan Pengerusi Jawatan Kuasa Pendidikan,
Penerangan, Pembangunan Usahawan dan Koperasi Negeri Johor. Kedua,
pendirian Sekolah Indonesia Terbuka (SIT) Johor Bahru. Ketiga, pengoperasian
van untuk mengantar jemput siswa. Keempat, pendataan potensi jumlah anak usia
sekolah di Johor Bahru. Kelima, Itsbat pernikahan. Keenam, kunjungan Presiden
13
Joko Widodo ke Perdana Menteri Malaysia. Ketujuh, Pendirian Indonesia
Community Center (ICC) di Muar dan Pahang.
Objek penelitian Shavira adalah pendidikan anak TKI di Johor Bahru,
sementara objek penelitian penulis adalah di Sarawak. Menurut penulis, Shavira
tidak perlu menjelaskan pengoperasian van sebagai upaya pemerintah untuk
memenuhi hak pendidikan anak TKI di Johor Bahru pada sub tersendiri karena
upaya tersebut masih dapat dijelaskan pada sub pendirian SIKK atau pendirian
ICC.
Kemudian artikel yang berjudul Statelessness and the Lives of the
Children of Migrants in Sabah, East Malaysia dari Catherine Allerton.18
Artikel ini memuat penelitian etnografi yang fokus pada masalah “statelessness”
yang terjadi di Sabah, Malaysia. Allerton mengemukakan beberapa masalah
statelessness di Sabah yaitu: pertama, persoalan anak-anak migran di Sabah.
Kedua, persoalan statelessness di Sabah. Ketiga, fenomena statelessness bukan
merupakan etnografi.
Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
keduanya sama-sama mengkaji masalah anak-anak migran. Namun penelitian ini
tidak berfokus pada pendidikan, melainkan pada ranah etnografi. Menurut penulis,
penelitian ini sudah menjelaskan dengan baik fenomena stateless dan kehidupan
anak-anak migran di Sabah.
18
Catherine Allerton, Statelessness and the lives of the children of migrants in Sabah, East
Malaysia, 19:26-34, 2014 (jurnal online); tersedia di
http://eprints.lse.ac.uk/55806/1/Allerton_Statelessness-and-the-lives-of-the-children-of-migrants-
in-Sabah_2014.pdf diunduh pada 10 Maret 2018.
14
E. Kerangka Pemikiran
Dalam membantu menjawab pertanyaan penelitian “Upaya
Pemerintah Indonesia dalam Menanggulangi Masalah Pendidikan Anak
TKI di Sarawak Periode 2014-2018”, penelitian ini akan berpacu kepada
beberapa konsep yang menjadi kerangka pemikiran untuk menganalisis
latar belakang yang mendorong pemerintah Indonesia melakukan upaya-
upaya dalam menanggulangi masalah pendidikan anak TKI di Sarawak
pada periode 2014-2018.
1. Liberalisme
Liberalisme merupakan teori hubungan internasional yang tertua yang
lahir untuk memperjuangkan kebebasan dan membatasi kekuasaan negara.
Pada masa itu, kekuasaan negara yang absolut telah merenggut hak-hak warga
negara tanpa batasan. Hal itu kemudian mendorong kaum liberalis
menyuarakan kebebasan politik, demokrasi, dan hak-hak yang dijamin secara
konstitusional, serta memberikan keistimewaan bagi kebebasan individu dan
kesetaraan di mata hukum.19
Kaum liberal meyakini bahwa legitimasi tatanan politik domestik
bergantung pada supremasi hukum dan pernghormatan atas hak asasi warga
negaranya. Pada dasarnya, ide hak asasi manusia universal berasal dari tradisi
Hukum Alam. Kemudian pada masa Pencerahan di Barat terjadi perdebatan
mengenai hak manusia yang berangkat dari pengalaman para individu berjuang
19
Scott Burchill, et.al., Theories of International Relations Third Edition. New York: Plagrave
Macmillan. 2005. Hal. 55.
15
melawan aturan negara yang sewenang-wenang, sehingga lahirlah The Magna
Carta pada 1215 yang merupakan perkembangan dari English Common Law
dan The Bill of Rights pada 1689. Dalam hal ini, beberapa intelektual Barat
juga telah berkontribusi yaitu Grotius (the law of nations), Rousseau (the social
contract), dan Locke (popular consent, limits of sovereignty).20
Manusia telah dikaruniai hak asasi oleh Tuhan yang melekat pada diri
masing-masing individu sejak terlahir ke dunia. Hak asasi ini bersifat universal,
sehingga berlaku untuk semua tanpa memandangan kebangsaan, status, jenis
kelamin, atau ras. Menurut kaum liberalis, perluasan dari hak-hak ini juga
sangat penting berkaitan dengan kebijakan luar negeri dan hubungan
internasional. Hak asasi ini memberikan landasan hukum bagi emansipasi,
keadilan, dan kebebasan. Pelanggaran terhadap hak asasi merupakan tindakan
yang merusak dan menghina martabat manusia.
Dalam hal ini, kaum liberal bertugas mengembangkan dan
mempromosikan standar moral yang akan menghasilkan persetujuan universal.
Namun, dalam mewujudkan hal tersebut, negara diperlukan untuk
mengorbankan sebagian usahanya dalam mengejar kepentingan nasional.
Pencapaian kaum liberal pada periode Perang Dunia Kedua adalah
pembentukan kode-kode hukum, instrument, dan institusinya. Instrumen yang
terpenting yaitu Universal Declaration of Human Rights atau UDHR (1948),
the International Covenant on Civil and Political Rights atau ICCPR (1966)
dan the International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights atau
20
Scott Burchill, et.al., Theories of International Relations Third Edition. New York: Plagrave
Macmillan. 2005. Hal. 67
16
IESCR (1966), sedangkan institusi yang paling signifikan melindungi hak asasi
manusia adalah the International Labour Organisation (ILO) and the
International Court of Justice (ICJ).21
Liberalisme memiliki prinsip-prinsip dasar yang meliputi kebebasan
individu, partisipasi politik, hak milik pribadi, dan kesempatan yang setara.
Masyarakat penganut demokrasi liberal melaksanakan prinsip-prinsip tersebut
untu mencapai suatu tujuan. Para ahli politik mengidentifikasi sebuah prinsip
dasar liberalisme yaitu pentingnya kebebasan individu. Liberalisme sangat
menjunjung kebebasan moral yakni berkaitan dengan hak-hak setiap manusia
untuk diperlakukan dan tanggung jawab setiap manusia dalam memperlakukan
manusia lainnya.
Liberalisme yang ideal dapat diwujudkan dengan adanya komitmen
bersama terhadap empat institusi dasar. Pertama, setiap warga negara memiliki
kesamaan hak hukum dan hak sipil lainnya. Kedua, pemerintah negara yang
efektif dimana perwakilan legislatif mendapatkan otoritas dari persetujuan para
pemilih dan menjalankan wewenang secara bebas tanpa kekangan dengan tetap
memegang prinsip-prinsip dasar sipil. Ketiga, ekonomi yang berdasar pada
pengakuan atas hak miliki pribadi, termasuk kepemilikian alat-alat produksi.
Keempat, keputusan ekonomi dibentuk oleh kekuatan supply dan demand, baik
dalam lingkup domestik maupun internasional, dan bebas dari kontrol ketat
birokrasi.22
21
Scott Burchill, et.al., Theories of International Relations Third Edition. New York: Plagrave
Macmillan. 2005. Hal. 67-68. 22
Bertrand Bardie, et.al., International Encyclopedia of Political Science. Los Angeles: Sage.
2011. Pp. 1434.
17
Terdapat tiga pemikir utama liberal klasik yang membentuk fondasi
pemikiran liberalisme yang saat ini mempengaruhi alnalisis global. Pertama,
John Locke yang berpendapat bahwa kehadiran negara adalah untuk menjamin
kebebasan warga negaranya, membiarkan mereka menghidupi kehidupannya
dan menggapai kebahagiaannya tanpa ada campur tangan dari pihak lain.
Kaum liberal berbeda pendapat dengan kaum realis dalam memandang negara.
Menurut kaum liberal, negara hanya sebagai entitas konstitusional (rechstaat),
sementara kaum realis memandang negara sebagai pusat dan instrument utama
kekuasaan (machstaat).23
Bagi kaum liberal, kesejahteraan dan kebebasan individu selalu menjadi
tujuan, sementara negara hanya sebagai alat atau instrumen kelembagaan untuk
mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu diharuskan adanya konstitusi modern
yang berfungsi menjamin negara mencapai tujuan tersebut dan tidak melanggar
hak-hak setiap individu warga.24
Locke menggunakan argumennya bahwa seluruh manusia secara alamiah
bebas dan setara untuk menjustifikasi legitimasi pemerintah yang dihasilkan
dari kontrak sosial. Kontrak sosial terjadi ketika masyakat memberikan
sebagian haknya kepada pemerintah untuk memastikan kestabilan negara,
memperoleh kehidupan yang nyaman, kebebasan, dan kekayaan. Pemerintah
yang mampu melindungi hak-hak masyarakat dan meningkatkan
23
Robert Jackson dan George Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional terj. Dadan
Suryadipura. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005. Hal. 142. 24
Aleksius Jemadu, Politik Global dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2014. Hal.
34.
18
kesejahteraannya akan dapat bertahan, sementara yang tidak mampu akan
digantikan dengan pemerintah baru.25
Negara dalam pandangan liberalisme memiliki peran penting dalam
melindungi hak warga negaranya dan terdapat konsekuensi hukum apabila
negara melakukan pelanggaran terhadap hak warga negaranya. Dalam
pendekatan liberalisme, negara memiliki tugas untuk memfasilitasi pencapaian
tujuan individu atau kelompok sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi.
Misalnya, negara melakukan penegakan hukum untuk menjamin atau
melindungi setiap individu yang terlibat dalam suatu kontrak antara satu
individu dengan yang lainnya.26
Kedua, Jeremy Betham yang memperkenalkan istilah „hukum
internasional‟. Menurut Betham, hukum internasional berperan penting dalam
mengatur hubungan negara-negara yang menganut demokrasi konstitusional.
Mereka mematuhi hukum internasional agar kebebasan individu yang mereka
cita-citakan diakui oleh masyarakat dunia dalam konteks hubungan
internasional.27
Ketiga, Immanuel Kant yang berargumen bahwa apabila negara-negara
di dunia menghargai kebebasan individu dan saling menghargai satu sama lain,
maka pada akhirnya akan tercipta perdamaian abadi. Kant menyebut negara-
25
Alex Tuckness, Locke‟s Political Philosophy, In : Edward N, Zalta (ed.). The Standford
Encyclopedia of Philosophy (Spring Edition, 2016). Tersedia di
https://plato.stanford.edu/entries/locke-political/ diakses pada 07 Juni 2018. 26
Aleksius Jemadu, Politik Global dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2014. Hal.
32. 27
Aleksius Jemadu, Politik Global dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2014. Hal.
34.
19
negara ini dengan istilah “republik”. Kant juga meyakini bahwa konflik dan
perang yang selalu mewarnai sistem anarki internasional dapat dicegah dengan
kepatuhan negara-negara dengan hukum internasional.28
Hak memperoleh pendidikan merupakan bagian dari hak asasi manusia
atau hak seluruh individu yang dijunjung oleh kaum liberal dan merupakan
kewajiban negara dalam pelaksanaannya. Setelah memaparkan teori
liberalisme dari tiga ahli tersebut, penulis menganggap teori liberalisme dari
John Locke dapat digunakan untuk menganalisa upaya pemerintah Indonesia
dalam memberikan layanan pendidikan bagi anak TKI di Sarawak yang tidak
mendapatkan akses pendidikan.
2. Diplomasi
Diplomasi secara teori merupakan praktik pelaksanaan hubungan antar
negara melalui perwakilan resmi.29
Diplomasi dapat ditempuh melalui berbagai
bidang, misalnya kerjasama, kesepakatan, resolusi konflik, dan sebagainya.
Sebagaimana diungkapkan oleh Louise Diamond dan Ambassador John
McDonald adalah sebagai berikut:
“Diplomacy is a peaceful political process between nation-states that seeks the
structure, shape and manage over time a system of international relationships to
secure the nation‟s interest. Utilized in the pursuit of many kinds of objectives-
political, economic, national, trade, aid, human rights, arms control, scientific,
cultural, and academic enrichment – diplomacy is both a peacebuilding and a
peacemaking activity. It works at the government level enhance trust, confidence,
28
Robert Jackson dan George Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional terj. Dadan
Suryadipura. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005. Hal 142. 29
Plano, Jack C. dan Roy Olton, The International Relations Dictionary, terj. Wawan Djuanda.
England: Clio Press-Ltd. 1982. Hal. 201.
20
and understanding among nations as well as to provide negotiations, mediations,
crisis intervention, and conflict resolution; it also seek to prevent war.”30
Adapun diplomasi menurut R.P. Barston adalah sebagai manajemen
hubungan antarnegara atau hubungan antara negara dengan aktor-aktor
hubungan internasional lainnya, baik state actor maupun non state actor.
Negara melalui perwakilan resmi dan aktor-aktor lain berusaha untuk
menyampaikan, mengkoordinasikan, dan mengamankan kepentingan nasional
yang dilakukan melalui korespondensi, pembicaraan tidak resmi, saling
menyampaikan cara pandang, lobi, kunjungan, dan aktivitas-aktivitas lainnya
yang terkait.31
Diplomasi merupakan cara-cara untuk mencapai tujuan serta memperoleh
hasil yang diharapkan dalam hubungan internasional dengan menggunakan
kercerdasan dan kelincahan berkenaan dengan pelaksanaan hubungan resmi
antara pemerintah dari negara-negara berdaulat.32
Seiring perkembangan
zaman, diplomasi tidak hanya sebatas dilakukan oleh negara saja, akan tetapi
aktor-aktor non negara dalam hubungan internasional juga melakukan praktik
diplomasi.
Metode diplomasi terbagi menjadi dua, yaitu hard diplomacy dan soft
diplomacy. Hard diplomacy adalah cara suatu negara untuk mencapai
kepentingan nasional yang dilakukan dengan pendekatan hard power. Sebelum
kita memahami apa itu hard power dan soft power, perlu kita ketahui apa
30
Louise Diamond and Ambassador John McDonald, Multi Track Diplomacy: A System Approach
to Peace, Third Edition. United States of America: Kumarian Press, inc. 1996. Pp. 26. 31
Sukawarsini Djelantik, Diplomasi antara Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2008.
Hal. 4. 32
T. May Rudy, S.H., Teori, Etika dan Kebijakan Hubungan Internasional, Bandung: Angkasa,
1992. Hal. 57.
21
definisi dari power itu sendiri. Menurut Joseph Nye, “power: as an ability to
affect others to achieve the outcomes one wants.”33
Hard power dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mencapai suatu
tujuan melalui tindakan koersif atau ancaman. Berdasarkan sejarah, Hard
power dapat diukur berdasarkan beberapa kriteria yaitu jumlah populasi, luas
wilayah, geografi, sumber daya alam, kekuatan militer, dan kekuatan
ekonomi.34
Dengan kata lain, hard power identik dengan penggunaan kekuatan
militer seperti perang atau baku tembak. Contoh diplomasi yang menggunakan
hard power adalah perang di Timur Tengah antara Israel dengan Palestina.
Menurut Nye, Soft power adalah kemampuan untuk membentuk
preferensi orang lain, tanpa menggunakan kekerasan atau paksaan, tetapi
melalui aset tidak berwujud seperti kepribadian yang menarik, budaya, nilai
politik, institusi, dan kebijakan yang sah.35
Legitimasi merupakan pokok dari
soft diplomacy. Ketika suatu negara mampu menarik dan meyakinkan aktor
lain dengan nilai-nilai atau praktik tertentu, maka soft power negara tersebut
dianggap berhasil. Contohnya adalah Hollywood dan Broadway merupakan
aspek soft power budaya Amerika yang siginifikan.
Menurut Lukes, Soft power dapat digambarkan dengan kemampuan suatu
aktor membuat aktor lain melakukan sesuatu yang bukan merupakan
33
Joseph S. Nye Jr., Foreign Policy. Carneige Endowment for International Peace, No. 80,
Twentieth Anniversary, (Autumn, 1990). Pp. 154. 34
Joseph S. Nye Jr., Public Diplomacy and Soft Power. Annals of the American Academy of
Political and Social Science. Vol. 616 (March 2008). Hal 95. 35
Joseph S. Nye Jr., Public Diplomacy and Soft Power. Annals of the American Academy of
Political and Social Science. Vol. 616 (March, 2008). Hal 95.
22
keinginannya atau tidak melakukan sesuatu yang merupakan keinginannya.36
Mc Clory menyebutkan ada beberapa bentuk soft power yaitu sejarah, budaya,
seni, pendidikan, lingkungan bisnis, prestasi, olahraga, industri pariwisata, dan
lain-lain.37
Berdasarkan penjabaran konsep diplomasi diatas dari Joseph Nye, Lukes,
dan Mc Clory, penulis menganggap konsep diplomasi soft power dapat
digunakan dalam menganalisis upaya pemerintah Indonesia dalam
menanggulangi masalah pendidikan anak TKI di Sarawak. Khususnya
mengenai diplomasi Pemerintah Indonesia dengan Malaysia untuk menangani
persoalan pendidikan anak TKI.
F. Metode Penelitian
Dalam meneliti permasalahan ini, penulis akan menggunakan metode
kualitatif. Menurut Strauss dan Corbin, penelitian kualitatif adalah jenis penelitian
yang akan menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan
menggunakan prosedur-prosedur statistis atau metode-metode kuantitatif lainnya.
Secara umum, penelitian kualitatif dapat digunakan dalam penelitian tentang
sejarah, kehidupan masyarakat, tingkah laku, aktivitas sosial, dan lain-lain.38
Penelitian kualitatif menghasilkan data yang bersifat deskriptik seperti
dokumen resmi, dokumen pribadi, perkataan tertulis atau lisan, dan catatan
36
S. Lukes, Power: A Radical View, second ed. London: Palgrave Macmillan. 1974. 37
J. Mc Clory, The New Persuaders II: A 2011 Global Ranking of Soft Power. London: Institute
for Government. 2011. Hal. 11. 38
Pupu Saeful Rahmat, Penelitian Kualitatif. Jurnal Equilibrium Vol. 5. No. 9. Januari-Juni 2009.
Hal. 2.
23
lapangan mengenai orang-orang dan perilaku yang diamati. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk memberikan gambaran realita empiris mengenai suatu fenomena
secara mendalam.39
Penelitian ini akan menjelaskan mengenai fenomena masalah
pendidikan yang dihadapi anak-anak TKI di Malaysia serta bagaimana upaya
pemerintah Indonesia dalam menanganinya.
Jenis data yang akan digunakan adalah data primer dan sekunder. Data
primer didapatkan melalui wawancara kepada beberapa ahli terkait masalah yang
diteliti dan observasi. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka baik berupa
buku-buku teks, jurnal, artikel, laporan tahunan, surat kabar harian atau
elektronik, serta data-data lainnya yang berkaitan dengan penelitian dan
memenuhi kualifikasi untuk dijadikan referensi. Pengumpulan data dilakukan
melalui tiga tahap, yaitu deskriptif analitis, studi pustaka, dan wawancara.
Penulis melakukan wawancara dengan beberapa pihak terkait, yaitu Dadang
Hermawan selaku Koordinator Penghubung CLC di Sabah dan Sarawak,
Nasrullah Ali Fauzi dan Lucky Fathria Jatnika selaku Koordinator Penghubung
CLC di Sarawak, Rosyati Rosidin selaku Pelaksana Fungsi Konsuler Konsulat
Jenderal Republik Indonesia Kuching, dan Ringgi Perdini selaku Pelaksana
Fungsi Penerangan, Sosial dan Budaya Konsulat Jenderal Republik Indonesia
Kuching.
39
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2003. Hal. 3.
24
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari tujuh sub bab, yaitu pernyataan masalah, pertanyaan
masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat, tinjauan pustaka, kerangka
teoritis, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II PERSOALAN ANAK TKI DI SARAWAK MALAYSIA
Pada bab ini akan dijelaskan permasalahan yang dialami anak-anak
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Sarawak, selanjutnya akan dipaparkan masalah
pendidikan anak TKI di Sarawak secara terperinci.
BAB III HAK PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM
NASIONAL DAN INTERNASIONAL
Pembahasan awal pada bab ini adalah mengenai peraturan internasional
yang berbicara tentang pendidikan bagi masyarakat internasional dan selanjutnya
akan dijelaskan mengenai pendidikan menurut aturan nasional Indonesia.
BAB IV UPAYA PEMERINTAH INDONESIA DALAM
MENANGGULANGI MASALAH PENDIDIKAN ANAK TKI
DI SARAWAK PADA PERIODE 2014-2018
Bagian ini akan memuat analisis mengenai peran pemerintah Indonesia
dalam menangani masalah pendidikan anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di
Sabah Malaysia. Penjelasan pada bagian ini juga akan dilengkapi dengan analisis
peran pemerintah Malaysia dalam mendukung program pendidikan pemerintah
Indonesia untuk anak TKI di Sarawak. Penulis juga akan menganalisa hambatan
pemerintah Indonesia dalam menangani masalah pendidikan anak TKI di
25
Sarawak. Bab ini memuat bagian inti dari penelitian yaitu menjawab pertanyaan
masalah melalui analisis dengan teori liberalisme dan konsep diplomasi.
BAB V PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dari pembahasan dan analisis pada bab-bab
sebelumnya serta saran-saran bagi para civitas akademika yang akan melakukan
penelitian yang serupa atau memiliki minat dalam topik pembahasan yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
26
BAB II
PERSOALAN ANAK TKI DI SARAWAK MALAYSIA
Keberadaan para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Sarawak Malaysia tidak
luput dari berbagai persoalan. Demi mencari penghidupan yang lebih baik, banyak
TKI yang berangkat bekerja ke luar negeri tidak melalui prosedur yang legal.
Mereka berangkat ke luar negeri dibantu oleh para mafia yang biasa
menyelundupkan Warga Negara Indonesia (WNI), khususnya ke Malaysia. Dari
proses keberangkatan yang tidak sesuai prosedur, maka tercipta berbagai masalah.
Persoalan yang menimpa para TKI itu tidak sebatas merugikan dan menyulitkan
para TKI saja, melainkan persoalan itu menurun kepada anak dan cucunya.
Berikut ini beberapa persoalan yang menimpa anak-anak TKI di Sarawak.
A. Kelengkapan Dokumen Resmi
Salah satu persoalan yang dihadapi anak-anak Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) di Sarawak adalah kelengkapan dokumen kewarganegaraan, meliputi akta
lahir, paspor, dan visa pelajar. Untuk mengakses pendidikan formal di Sarawak
sama dengan di negara lain, yakni dibutuhkan dokumen-dokumen yang lengkap
dari peserta didik. Persoalan ini menjadi penghambat bagi anak-anak TKI di
Sarawak dalam mengakses pendidikan formal karena kebanyakan dari mereka
tidak memiliki dokumen kewarganegaraan yang lengkap.
27
1. Akta Kelahiran
Salah satu persoalan yang menghambat anak-anak TKI di Malaysia
mendapatkan pelayanan pendidikan adalah kepemilikan akta kelahiran.
Sebagian anak TKI di Malaysia atau dalam hal ini di Sarawak lahir dari orang
tua yang menikah tanpa surat resmi (akta nikah), sehingga pembuatan akta
lahir tidak dapat dilakukan. Padahal akta kelahiran merupakan salah satu
persyaratan bagi setiap anak untuk belajar di lembaga pendidikan. Selain itu,
akta kelahiran merupakan salah satu pernyaratan untuk pembuatan paspor.
Berkaitan dengan tenaga kerja migran, pada tahun 2002, pemerintah
Malaysia mengeluarkan kebijakan tentang keimigrasian yaitu Malaysian
Immigration Act Number 1154A/2002 (sebelumnya Immigration Act of 1959
dan 1963). Peraturan tersebut secara resmi berlaku sejak 1 Maret 2005.
Malaysian Immigration Act Number 1154A/2002 mewajibkan para pekerja
migran di Malaysia bekerja secara formal, memiliki dokumen-dokumen legal,
dan mereka tidak diperbolehkan membawa keluarganya dan menikah selama
masa kontrak kerja.
Pada kenyataannya, banyak pekerja asal Indonesia yang melanggar
peraturan tersebut sehingga tercipta masalah baru bagi anak-anak migran
Indonesia yang dilahirkan di Malaysia. Anak-anak ini sulit untuk memperoleh
akta kelahiran yang dikeluarkan dari Departemen Registrasi Nasional Malaysia
karena keberadaan mereka illegal dan kemudian status mereka menjadi anak-
anak tanpa dokumen.
28
Secara garis besar, terdapat beberapa hambatan masyarakat di Malaysia
tidak mendaftarkan kelahiran putra-putrinya. Pertama, mendaftarkan kelahiran
di Malaysia membutuhkan biaya, baik biaya administrasi maupun biaya
transportasi menuju kantor National Registration Departement (NRD). Kedua,
persyaratan yang dibutuhkan untuk mendaftarkan kelahiran sulit untuk
dilengkapi, khususnya pembuatan akta kelahiran yang dilakukan 42 hari
setelah kelahiran („late‟ birth registration). Ketiga, kriteria dan prosedur
pembuatan akta kelahiran terlambat („late‟ birth registration) berbeda-beda
pada masing-masing kantor NRD.
Keempat, anak-anak yang orang tuanya tidak berdokumen, atau telah
meninggal dunia atau tidak dapat diusut keberadaannya juga kesulitan dalam
melengkapi dokumen pendukung.40
Kelima, khusus bagi para pengungsi dan
pencari suaka di Semenanjung Malaysia pada dasarnya dapat memperoleh akta
kelahiran bagi anaknya, namun petugas NRD mengharuskan mereka membuat
United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) refugee card
sebelum mengajukan pembuatan akta kelahiran.
Padahal kartu tersebut hanya tersedia bagi para pengungsi saja. Dengan
kata lain, para pencari suaka tidak akan bisa memperoleh akta kelahiran bagi
anak-anaknya. Keenam, larangan menikah bagi para pekerja migran membuat
para pengungsi, pencari suaka, dan migran illegal tidak mengurus pembuatan
40
Child Rights Coalition Malaysia. Status Report on Children‟s Rights in Malaysia. Kuala
Lumpur: Malaysian Child Resource Institute. 2012. Hal. 10.
29
akta kelahiran bagi anaknya karena mereka memiliki risiko ditangkap atau
ditahan.41
Dari beberapa sebab tersebut, ada beberapa sebab khusus yang
melatarbelakangi masyarakat miskin dan masyarakat terpencil di Sabah dan
Serawak tidak mendaftarkan kelahiran, yaitu jarak tempuh yang jauh dan biaya
yang besar untuk menuju kantor NRD, kesadaran orang tua yang kurang
mengenai arti penting prosedur pencatatan kelahiran, dan pernikahan orang tua
yang tidak terdaftar secara resmi.
Senbetulnya, telah tersedia mobile registration yang diaplikasikan oleh
perwakilan masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Sabah
dan Sarawak, namun cakupannya masih terbatas dan proses untuk
mendapatkan akta kelahiran dalam kasus pendaftaran kelahiran terlambat
masih sangat lambat. Selain itu, petugas dari NRD terkadang menolak
mengakui perkawinan yang terdaftar di pengadilan lokal di Sabah dan
Sarawak. Hal tersebut menyebabkan anak-anak kerap kali tidak memperoleh
akta kelahiran atau nama ayahnya dihilangkan dari akta kelahiran.42
2. Paspor
Anak-anak TKI di Sarawak kebanyakan tidak memiliki paspor
disebabkan mereka datang ke Malaysia bersama orang tuanya secara ilegal
tanpa surat jalan resmi atau paspor; atau mereka lahir di Sarawak dari orang tua
41
Child Rights Coalition Malaysia. Status Report on Children‟s Rights in Malaysia. Kuala
Lumpur: Malaysian Child Resource Institute. 2012. Hal. 11. 42
Child Rights Coalition Malaysia. Status Report on Children‟s Rights in Malaysia. Kuala
Lumpur: Malaysian Child Resource Institute. 2012. Hal. 10.
30
yang tidak memiliki paspor dan Akta Nikah, sehingga mereka tidak dapat
mengurus pembuatan paspor; atau tempat tinggal yang jauh di wilayah
terpencil, sehingga mereka kesulitan akses dan biaya untuk mendatangi KJRI
di Kuching.
Paspor adalah dokumen resmi atau surat keterangan yang dikeluarkan
oleh pemerintah untuk seorang warga negara yang akan mengadakan
perjalanan ke luar negeri.43
Oleh karena itu, setiap warga negara yang ingin
melakukan perjalanan ke negara lain harus memiliki paspor. Apalagi untuk
menetap dalam kurun waktu yang lama, maka mereka juga harus memiliki visa
atau izin tinggal. Anak-anak TKI di Sarawak yang tidak memiliki paspor
berarti keberadaannya ilegal. Oleh karena itu, mereka tidak bisa mendapatkan
pelayanan pendidikan di Sarawak.
Pemerintah Malaysia telah berkali-kali mendeportasi TKI yang tidak
memiliki dokumen keimigrasian atau paspor disebabkan tidak memiliki bukti
lahir atau kedua orang tuanya tidak memiliki paspor. Pada Maret 2018 lalu, 75
TKI dideportasi dari Malaysia dan tercatat lahir di Sabah. Sebagian besar dari
mereka telah berusia 20 tahun keatas. Para TKI yang lahir di Malaysia itu tidak
memiliki akta kelahiran, sehingga mereka kesulitan mendapatkan dokumen
kependudukan Malaysia ataupun paspor Indonesia. Kesulitan itu diturunkan
juga dari kesalahan orang tua mereka yang tidak memiliki dokumen yang sah
sebagai pekerja dan pendatang asing di Malaysia.
43
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima
31
Dari sekian banyak kasus anak TKI kelahiran Malaysia yang dideportasi,
salah satunya adalah Kurniawati. Dia lahir di Sarawak 19 tahun lalu dan
selama itu di belum pernah menginjakkan kaki di Indonesia. Kurniawati tidak
memiliki tanda pengenal seperti paspor, bahkan kartu tanda penduduk. Selama
19 tahun di Sarawak, Kurniawati tidak pernah bersekolah dan dia baru belajar
membaca dari temannya saat dia ditahan di penjara selama dua bulan. Setelah
tiba di Indonesia, dia baru mengurus identitas kependudukannya sebagai
WNI.44
3. Visa
Hampir keseluruhan anak-anak TKI di Sarawak tidak memiliki izin
tinggal atau visa. Visa merupakan izin atau persetujuan memasuki negara lain
atau tinggal sementara di negara lain yang berwujud cap dan paraf yang
dibubuhkan oleh pejabat perwakilan negara yang bersangkutan pada paspor
pemohon.45
Kembali ke persoalan paspor, disebabkan mereka tidak memiliki
paspor, maka mereka tidak bisa memperoleh visa, sementara paspor adalah
salah satu persyaratan dalam pengajuan pembuatan visa.
Visa memiliki beberapa jenis, yaitu Visa on Arrival, Visa Bisnis, Visa
Kunjungan Keluarga, Visa Kerja, Visa Belajar atau Pelajar, dll. Dalam hal ini,
anak-anak TKI di Sarawak yang tinggal dan ingin belajar lembaga-lembaga
pendidikan di Sarawak harus memiliki Visa Pelajar atau student pass.
44
Yohanes Kurnia Irawan, “Kurniawati Lahir dan 19 Tahun di Malaysia, Pulang Kampung
sebagai WNI,” tersedia di
https://regional.kompas.com/read/2016/11/10/19445911/kurniawati.lahir.dan.19.tahun.di.malaysia.
pulang.kampung.sebagai.wni diakses pada 21 Mei 2018. 45
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima
32
B. Kesulitan dalam Mengakses Pendidikan Formal
Malaysia telah dikenal sebagai negara yang sukses dalam mengembangkan
pendidikan dasar dan menengah. Namun, Malaysia masih harus menghadapi
tantangan karena masih banyak masyarakat marginal dan masyarakat kurang
beruntung belum mendapatkan akses pendidikan di Malaysia, misalnya anak-anak
dari pengungsi, pencari suaka, migran illegal, dan anak-anak tanpa
kewarganegaraan. Sebab utama mereka tidak memiliki akses terhadap pendidikan
formal adalah sekolah-sekolah pemerintah tidak semuanya menerima anak
berkewarganegaraan asing dan tidak menerima anak-anak tanpa dokumen
lengkap.
Pada dasarnya peraturan pemerintah Malaysia tersebut bertolak belakang
dengan Pasal 12 Konstitusi Pemerintah Pusat yang berbunyi “prohibits
discrimination against any citizen on the grounds only of religion, race, descent
or place of birth.” Pemerintah mengakui bahwa peraturan tersebut sejalan dengan
prinsip United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization
(UNESCO) yaitu “Education for All” dan upaya mencapai pendidikan dasar yang
menyeluruh.
Terkait dengan pendidikan bagi anak tanpa kewarganegaraan, Wakil
Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin pada 2010 menyatakan bahwa “the
government will ensure that stateless children are given education in line with the
principles of ensuring education for all children irrespective of religion, race or
location.” Selanjutnya pada September 2013, Menteri Pendidikan Malaysia
33
mengumumkan rencananya untuk menjadikan Sekolah Bimbingan Jalinan Kasih
(SBJK) di Kuala Lumpur dapat diakses oleh anak-anak tanpa kewarganegaraan.46
Beberapa hambatan anak migran ilegal tidak mendapatkan akses pendidikan
di Malaysia yaitu:
1. Tidak memiliki akta kelahiran.
Pada 2009, pemerintah Malaysia mengumumkan bahwa anak-anak
yang telahir di Malaysia tanpa akta kelahiran dapat memperoleh pengesahan
kelahiran dari Departemen Kesejahteraan Sosial atau kepala desa untuk
mengikuti kegiatan belajar di sekolah-sekolah umum serta mengikuti ujian
resmi di Malaysia. Namun, kesadaran para orang tua migran ilegal dan para
guru mengenai kebijakan ini masih sangat kurang.47
2. Jumlah lembaga pendidikan khusus anak migran yang masih minim dan
kurang diperhatikan pemerintah.
Terdapat pusat-pusat pembelajaran berbasis masyarakat atau sekolah
yang memberikan pendidikan tingkat dasar kepada anak-anak migran, seperti
Humana School yang tersebar di Sabah dan Sarawak. Pusat pembelajaran ini
dikelola oleh Lembaga Swadaya Masyarkat (LSM) dan diawasi ketat atau
dioperasikan oleh United Nations High Commissioner for Refugees
46
Child Rights Coalition Malaysia. Status Report on Children‟s Rights in Malaysia. Kuala
Lumpur: Malaysian Child Resource Institute. 2013. Hal. 27-28. Tersedia di
http://www.mcri.org.my/wp-content/uploads/20131230-CRC-Report-English-FINAL.pdf diunduh
pada 20 Maret 2018. 47
Child Rights Coalition Malaysia. Status Report on Children‟s Rights in Malaysia. Kuala
Lumpur: Malaysian Child Resource Institute. 2012. Pp. 19.
34
(UNCHR).48
Namun, sekolah-sekolah ini kurang mendapat dukungan dari
pemerintah dan warga negara Malaysia, baik secara finansial maupun moral.
3. Kesempatan yang kecil bagi para anak-anak migran untuk melanjutkan
pendidikan
Kesempatan yang kecil bagi anak-anak migran untuk melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi menyebabkan mereka kurang motivasi untuk
belajar. Banyak dari mereka putus sekolah untuk memasuki dunia kerja
membiayai hidup keluarganya.49
Kesulitan yang dialami anak-anak TKI dalam mengakses pendidikan tidak
terbatas pada persoalan kelengkapan dokumen saja, akan tetapi meliputi
ketersediaan transportasi umum yang sangat minim, keberadaan tempat tinggal
yang sangat jauh dari sekolah, dan ketidakmampuan dalam membayar biaya
transpot.
Sekolah formal yang letaknya paling dekat dengan ladang-ladang sawit di
Sarawak hanya Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) di Sabah. Sementara
jarak SIKK dengan ladang sawit di Sarawak sekitar 90-600 Km. Oleh karena itu,
anak-anak TKI yang tinggal di ladang-ladang sawit di Sarawak hanya dapat
mengakses pendidikan di CLC. Meskipun begitu, pada dasarnya CLC
48
Makhtar M., et.al., Right to Education for Irregular Migrant Children in Malaysia: A
Comparative Analysis. Malaysia: Pertanika Journal Social Sciences & Humanities. 2015. Vol. 23.
Hal. 91. 49
Child Rights Coalition Malaysia. Status Report on Children‟s Rights in Malaysia. Kuala
Lumpur: Malaysian Child Resource Institute. 2012. Pp 20.
35
memberikan layanan pendidikan yang sama dengan SIKK, hanya saja CLC
merupakan kelas jauh dari SIKK.50
C. Anak TKI Putus Sekolah
Angka rata-rata putus sekolah di Malaysia telah mengalami penurunan,
namun permasalahan ini masih membutuhkan perhatian khusus. Angka putus
sekolah lebih tinggi terjadi pada anak laki-laki, sementara angka penyelesaian
sekolah lebih tinggi pada anak-anak perempuan. Anak-anak yang putus sekolah
ini sebagian besar berasal dari keluarga kurang mampu. Mereka putus sekolah
untuk bekerja dan menghidupi keluarganya.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) setempat telah mengamati bahwa
angka putus sekolah untuk anak laki-laki dan perempuan yang tinggi di Sabah dan
Sarawak disebabkan oleh transportasi yang terbatas untuk mengakses sekolah,
membantu pertanian keluarga atau pekerjaan lainnya, merawat adik-adik yang
masih kecil, melakukan pernikahan dini, dan kurang dukungan keluarga untuk
bersekolah.51
Ketersediaan sekolah menengah yang masih kurang juga menjadi
salah satu sebab anak-anak tidak melanjutkan sekolahnya.
Salah seorang guru di Community Learning Center (CLC) Lavang Sarawak,
Nurdin Citro Finsae menyatakan bahwa sekolahnya telah meluluskan murid-
murid sebanyak dua kali, namun murid-muridnya masih berada di ladang (tidak
melanjutkan sekolah) karena orang tuanya masih harus bekerja. Menurut Nurdin,
50
Wawancara dengan Dadang Hermawan, M.Ed., Koordinator Penghubung CLC Sabah-Sarawak
melalui pesan Whatsapp pada 7 Juni 2018 s.d. 8 Agustus 2018. 51
Child Rights Coalition Malaysia, Status Report on Children‟s Rights in Malaysia (Kuala
Lumpur: Malaysian Child Resource Institute, 2012), 20.
36
anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) harus pulang ke Indonesia untuk
melanjutkan sekolah jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), sementara mereka
tidak dapat pulang sendiri ke Indonesia. Nurdin berharap pemerintah Indonesia
segera mendirikan sekolah tingkat SMA di Sarawak untuk mereka anak-anak
TKI.52
Sebetulnya persoalan ketersediaan sekolah menengah bukan hanya pada
tingkat SMA, akan tetapi juga pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Sampai saat ini, di ladang belum tersedia sekolah formal untuk tingkat SMP.
Beberapa CLC tingkat SMP sudah terbentuk, akan tetapi belum memperoleh izin
dari pemerintah setempat. Oleh karena itu, anak-anak TKI di ladang di Sarawak
sebagian besar hanya memperoleh layanan pendidikan tingkat dasar saja.
Alasan lain anak-anak TKI tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke
tingkat menengah karena sekolah-sekolah kerjaan Malaysia hanya menerima
siswa dengan persyaratan yang lengkap, yaitu dokumen pribadi anak, status
imigrasi orang tua, tempat tinggal, dan ketersediaan tempat. Sementara anak-anak
TKI di Malaysia, khususnya di Sarawak sebagian besar tidak mampu memenuhi
persyaratan tersebut.53
Selain itu, penerimaan siswa warga negara Malaysia lebih
didahulukan ketimbang warga negara asing.
52
Media Indonesia. Lulus SMP, Anak TKI di Sarawak Putus Sekolah. Tersedia di
http://www.mediaindonesia.com/read/detail/73890-lulus-smp-anak-tki-di-sarawak-putus-sekolah
diakses pada 17 Mei 2018. 53
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kota Kinabalu. Pelayanan Pendidikan untuk
Anak-Anak WNI di Sabah, Malaysia. Tersedia di
https://www.kemlu.go.id/kotakinabalu/id/arsip/lembar-informasi/Pages/PELAYANAN-
PENDIDIKAN-UNTUK-ANAK-ANAK-WNI-DI-SABAH-MALAYSIA.aspx diakses pada 14
Maret 2018.
37
Dari penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa persoalan mendasar
yang dihadapi anak-anak TKI di Sarawak meliputi kelengkapan dokumen,
ketersediaan sekolah, dan akses menuju sekolah. Sebesar apapun persoalan yang
dihadapi, para TKI harus tetap berusaha memperjuangkan pendidikan bagi anak-
anaknya, misalnya dengan mengurus kelengkapan dokumen resmi. Pendidikan
bagi anak-anak TKI betul-betul harus diperjuangkan demi menggapai masa depan
yang lebih baik dan untuk memutus rantai kemiskinan.
38
BAB III
COMMUNITY LEARNING CENTER (CLC)
A. Gambaran Umum CLC (Community Learning Center)
CLC (Community Learning Center) adalah pusat kegiatan belajar non
formal yang letaknya tersebar di ladang-ladang sawit di wilayah Sabah dan
Sarawak. Penyelenggara CLC di Sarawak merupakan perusahaan perkebunan
sawit di Bintulu dan Miri Sarawak. CLC di Sarawak hanya memberikan layanan
pendidikan jenjang dasar dan menengah. CLC memberikan akses pendidikan bagi
anak-anak usia sekolah yang tidak sekolah, anak-anak yang belum sekolah, anak-
anak buta aksara, dan anak-anak dengan kebutuhan pendidikan yang tidak dapat
mengakses pendidikan formal.54
CLC yang tersebar di Sabah dan Sarawak berafiliasi dengan Sekolah
Indonesia Kota Kinabalu (SIKK). SIKK sebagai sekolah induk memberikan
dukungan bagi CLC SD dan SMP yang tersebar di Sabah dan Sarawak berupa
dukungan pembelajaran serta pembiayaan.55
Siswa-siswi yang menyelesaikan
studi di CLC akan mendapatkan ijazah yang sama dengan siswa-siswi SIKK yaitu
ijazah yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan.56
Ijazah tersebut diperoleh
54
Caraka KBRI Kuala Lumpur. “Refleksi Layanan Pendidikan Anak Indonesia di Malaysia.”
Tersedia di kbrikualalumpur.org/w/wp-content/uploads/.../CARAKA-FEBRUARI-for-print.pdf
diunduh pada 25 Juni 2018. 55
SILN-CLC Malaysia Booklet. Layanan Pendidikan Bagi Anak-anak Indonesia Di Malaysia.
KualaLumpur. 2016. Hal. 21. 56
Wawancara dengan Dadang Hermawan, M.Ed., Koordinator Penghubung CLC Sabah-Sarawak
melalui pesan Whatsapp pada 7 Juni 2018 s.d. 8 Agustus 2018.
39
melalui Program Pendidikan Kesetaraan Kejar Paket A, B, dan C. Program terebut
diselenggarakan oleh KJRI Kota Kinabalu yang dibantu oleh SIKK.57
Pada tahun 2016, pembinaan SIKK dan CLC dialihkan dari beberapa
Direktorat di Kemendikbud ke Direktorat Pembinaan Pelayanan Khusus (PKLK).
Selain perubahan keperngurusan, pola anggaran juga mengalami perubahan
dimana sebelumnya berupa Bantuan Sosial (Bansos) menjadi Bantuan Pemerintah
(Bapem).58
CLC merupakan satu-satunya layanan pendidikan alternatif yang dapat
diakses oleh anak-anak TKI ketika sekolah Malaysia tidak menerima mereka dan
sekolah internasional tidak terjangkau biayanya.
B. Sejarah Community Learning Center (CLC)
Pada tahun 2004, dalam acara Annual Consultation, Presiden Megawati
Soekarno Putri dan Perdana Menteri Ahmad Badawi sepakat mengakomodasi
pendidikan bagi anak-anak Indonesia di Sabah. Dalam hal ini adalah pengiriman
guru-guru ke Sabah untuk membantu pendidikan anak-anak Indonesia.
Kesepakatan tersebut kembali dipertegas pada Annual Consultations 2006 antara
Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono dengan Perdana Menteri Abdullah Ahmad
Badawi di Putrajaya.59
57
SILN-CLC Malaysia Booklet. Layanan Pendidikan Bagi Anak-anak Indonesia Di Malaysia.
KualaLumpur. 2016. Hal. 22. 58
SILN-CLC Malaysia Booklet. Layanan Pendidikan Bagi Anak-anak Indonesia Di Malaysia.
KualaLumpur. 2016. Hal. 23. 59
Caraka KBRI Kuala Lumpur. “Refleksi Layanan Pendidikan Anak Indonesia di Malaysia.”
Tersedia di kbrikualalumpur.org/w/wp-content/uploads/.../CARAKA-FEBRUARI-for-print.pdf
diunduh pada 25 Juni 2018.
40
Dalam Annual Consultation 2008 di Kuala Lumpur pada 11 Januari 2008,
Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dengan Perdana
Menteri Malaysia Abdullah Badawi menyepakati pendirian Sekolah Indonesia
Kota Kinabalu (SIKK).60
SIKK mulai beroperasi pada tanggal 1 Desember 2008
setelah memperoleh ijin dari Kementerian Pelajaran Malaysia dan beberapa
lembaga terkait di Sabah Malaysia. Saat itu SIKK berperan memberikan
pendidikan bagi anak Indonesia di Malaysia Timur dengan menyewa ruangan di
Komplek Ruko Alamesra, Kota Kinabalu.61
Pada 22 Desember 2013, SIKK memiliki gedung permanen di Komplek
Kota Kinabalu Industrial Park (KKIP) Kota Kinabalu yang diresmikan oleh
Mendikbud M. Nuh. Keberadaan SIKK ternyata belum dapat menampung anak-
anak Indonesia usia sekolah di Malaysia Timur. Berdasarkan data tahun 2010 dari
Konsulat Jenderal Republik Indonesia Kota Kinabalu, lebih dari 50.000 anak-anak
Indonesia yang telah memiliki paspor dan memiliki dokumen perjalanan yang sah
belum mendapatkan pendidikan. Dari jumlah tersebut baru sekitar 10.000 yang
telah ditangani melalui NGO International Humana Child Aid Society.
Di Sabah, masih banyak anak Indonesia yang belum terlayani
pendidikannya dan Humana hanya mampu menampung 7.796 anak dengan pola
pembelajaran membaca, menulis, dan menghitung (Calistung), sehingga para
siswa sulit untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Oleh karena itu,
Pemerintah Indonesia melalui KJRI Kota Kinabalu mendirikan Community
60
Caraka KBRI Kuala Lumpur. “Refleksi Layanan Pendidikan Anak Indonesia di Malaysia.”
Tersedia di kbrikualalumpur.org/w/wp-content/uploads/.../CARAKA-FEBRUARI-for-print.pdf
diunduh pada 25 Juni 2018. 61
SILN-CLC Malaysia Booklet. Layanan Pendidikan Bagi Anak-anak Indonesia Di Malaysia.
KualaLumpur. 2016. Hal. 17.
41
Learning Center (CLC) di Sabah secara masif sebagai terobosan untuk
menyediakan akses layanan pendidikan bagi anak-anak Indonesia di Sabah.62
CLC di Sabah diresmikan oleh Kemendikbud pada Oktober 2010 dan oleh
Pemerintah Malaysia pada 25 November 2011.63
Pada 2015, telah terdapat
sebanyak 207 CLC. Pada 2017, jumlah CLC bertambah menjadi 227 CLC,
Learning Center Humana 239 pusat belajar, dengan jumlah siswa keseluruhan
termasuk SIKK sebanyak 24.700 siswa. Jumlah siswa juga mengalami
peningkatan dari tahun 2015 sebanyak 24.113 siswa.64
Pada Desember 2016,
jumlah CLC di Sabah menjadi 219 buah.65
C. Community Learning Center (CLC) Sarawak
Community Learning Center (CLC) di wilayah Sarawak diselenggarakan
oleh perusahaan perkebunan sawit sejak beberapa tahun yang lalu. CLC Sarawak
memberikan akses pendidikan dasar dan pendidikan menengah pertama bagi
anak-anak Indonesia dari pekerja perkebunan sawit di wilayah Sarawak. Pihak
perusahaan menyediakan fasilitas pembelajaran berupa gedung, bahan dan sarana
62
Caraka KBRI Kuala Lumpur. “Refleksi Layanan Pendidikan Anak Indonesia di Malaysia.”
Tersedia di kbrikualalumpur.org/w/wp-content/uploads/.../CARAKA-FEBRUARI-for-print.pdf
diunduh pada 25 Juni 2018. 63
Wawancara dengan Dadang Hermawan, M.Ed., Koordinator Penghubung CLC Sabah-Sarawak
melalui pesan Whatsapp pada 7 Juni 2018 s.d. 8 Agustus 2018. 64
Caraka KBRI Kuala Lumpur. “Refleksi Layanan Pendidikan Anak Indonesia di Malaysia.”
Tersedia di kbrikualalumpur.org/w/wp-content/uploads/.../CARAKA-FEBRUARI-for-print.pdf
diunduh pada 25 Juni 2018. 65 Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kota Kinabalu. “KJRI Kota Kinabalu
Meresmikan CLC Ladang Ong Yah Ho Di Kinabatangan, Sandakan, Sabah Malaysia.” Tersedia
di https://www.kemlu.go.id/id/berita/berita-perwakilan/Pages/KJRI-Kota-Kinabalu-Meresmikan-
CLC-Ladang-Ong-Yah-Ho--Di-Kinabatangan,-Sandakan,-Sabah-Malaysia.aspx diakes pada 14
Oktober 2018.
42
belajar serta guru lokal (guru pamong) yang berasal dari para pekerja migran
Indonesia, direkrut dan dibayar oleh pihak perusahaan.
Untuk melakukan koordinasi penyelenggaraan dan pengelolaan CLC di
wilayah Sarawak, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur telah
menugaskan seorang tenaga Koordinator Penghubung CLC, Nasrullah Ali Fauzi,
S.Sos., MA. Dan Lucky Fathria Jatnika, S.H.66
Sejak tahun 2015, pemerintah
Indonesia menunjukkan komitmennya dalam menangani persoalan pendidikan
bagi anak-anak TKI di Sarawak. Pada awal Maret 2015, Presiden Republik
Indonesia, Joko Widodo mengadakan kesepakatan dengan Perdana Menteri
Malaysia, Najib Razak mengenai pemberian izin CLC untuk pelayanan
pendidikan bagi anak-anak TKI di Sabah dan Sarawak.
Dalam pertemuan dengan KJRI Kuching pada 14 Agustus 2015, Menteri
Kebajikan, Wanita dan Pembangunan Keluarga Negeri Sarawak, Datuk Fatimah
menyampaikan bahwa Kabinet Negeri Sarawak telah menyetujui permintaan
Indonesia soal izin operasional CLC di Sarawak.67
Upaya pemerintah tidak
berhenti sampai disitu, KJRI Kuching terus mengupayakan keberadaan CLC di
Sarawak memperloleh pengakuan secara resmi dari pemerintah setempat agar
CLC dapat memberikan pelayanan pendidikan sebagaimana institusi pendidikan
lainnya di Indonesia.
66
SILN-CLC Malaysia Booklet. Layanan Pendidikan Bagi Anak-anak Indonesia Di Malaysia.
KualaLumpur. 2016. Hal. 17. 67
Nasrullah Ali Fauzi, “Pelayanan Pendidikan untuk Anak Indonesia di Malaysia Menteri
Sarawak Puji CLC Ladang Tiga.” Tersedia di https://www.kemlu.go.id/kuching/id/berita-
agenda/berita-perwakilan/Pages/Pelayanan-Pendidikan-untuk-Anak-Indonesia-di-Malaysia-
Menteri-Sarawak-Puji-CLC-Ladang-Tiga-.aspx diakses pada 22 Juli 2018.
43
Setelah melalui proses yang panjang dan pemeriksaan CLC oleh
Kementerian Pendidikan Malaysia (KPM), pada 22 Oktober 2016 pengurusan
perizinan delapan buah CLC di Sarawak telah disetujui dengan penyerahan
sertifikat persetujuan oleh Ahmad Lotfi Bin Zubir, Wakil Direktur Bagian
Pendidikan Swasta, Kementerian Pendidikan Malaysia (KPM).68
Hingga Oktober
2016, telah ada 16 CLC yang beroperasi di Sarawak yakni delapan diantaranya
telah memperoleh izin resmi dari pemerintah setempat. Dari 2.800 anak-anak TKI
di Sarawak, baru sebanyak 892 anak yang memperoleh layanan pendidikan di
CLC, diantaranya adalah 37 siswa TK (Taman Kanak-kanak), 671 siswa Sekolah
Dasar (SD), dan 121 siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP).69
Pada 20 Desember 2016, pemerintah Malaysia mengakui seluruh CLC di
Sarawak yang berjumlah 16 buah ditandai dengan acara penyerahan secara resmi
Surat Kelulusan Pembentukan 8 CLC oleh Bahagian Pendidikan Swasta,
Kementerian Pendidikan Malaysia (BPS-KPM). Delapan CLC tersebut adalah
CLC Sungai Klad (Trademinds, Miri), CLC Pinang (Sarawak Oil Palms
Berhad/SOPB, Miri), CLC Sungai Balim (SOPB, Miri), CLC Sungai Trus
(SOPB,Miri), CLC Saremas (Wilmar, Bintulu), CLC Segarmas (Wilmar, Bintulu),
CLC Rinwood Pelita Mukah (Rinwood, Mukah), dan CLC Ladong (Tradewins,
Simunjan). Sebelumnya, pada 22 Oktober 2016, BPS-KPM telah lebih dahulu
menyerahkan surat kelulusan kepada delapan CLC, yaitu CLC Ladang Tiga
68
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching, “CLC di Sarawak telah diakui secara
resmi oleh pemerintah Malaysia.” Tersedia di https://www.kemlu.go.id/kuching/id/berita-
agenda/berita-perwakilan/Pages/CLC-di-Sarawak-telah-diakui-secara-resmi-oleh-pemerintah-
Malaysia.aspx diakses pada 27 Juni 2018. 69
SILN-CLC Malaysia Booklet. Layanan Pendidikan Bagi Anak-anak Indonesia Di Malaysia.
KualaLumpur. 2016. Hal. 26.
44
SPAD (Sarawak Plantation), CLC Ladang Mutiara (Tradewinds), CLC Rajawali-
Derawan (Sime Darby), CLC Lavang Special (Sime Darby), CLC Pekaka (Sime
Darby), CLC Galasah (SPOB), CLC Lambir (SOPB), dan CLC Telabit (SOPB).70
Upaya pemerintah dalam menyediakan CLC bagi anak-anak TKI di
Sarawak belum berakhir meskipun telah ada 16 CLC diakui oleh pemerintah
Malaysia. Hal ini dilakukan karena CLC yang ada belum memenuhi kebutuhan
pendidikan anak-anak Indonesia di Sarawak. Selain itu, Bapak Presiden RI Joko
Widodo juga menjanjikan pendirian 50 CLC di Sarawak saat kunjungannya ke
Kuching, Sarawak pada 22 November 2017.71
Hasil dari kunjungan tersebut
adalah peresmian tiga CLC baru oleh Duta Besar RI untuk Malaysia Bapak Rusdi
Kirana pada 18 Oktober 2017, yaitu CLC Pasira, CLC Ladang Retus, dan CLC
Pelitanah.72
Gambar III.C.1 Peresmian CLC Binu Plantation
Sumber: Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching, Tahun 2018
70
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching. “Seluruh CLC di Sarawak Kini Diakui
Pemerintah Malaysia.” Tersedia di https://www.kemlu.go.id/kuching/id/berita-agenda/berita-
perwakilan/Pages/Seluruh-CLC-di-Sarawak-Kini-Diakui-Pemerintah-Malaysia.aspx diakses pada
28 Juni 2018. 71
Portal Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kuala Lumpur. “Dubes Rusdi Kirana Resmikan 17
CLC Baru di Sarawak.” Tersedia di http://atdikbudkl.org/2018/03/18/dubes-rusdi-kirana-
resmikan-17-clc-baru-di-sarawak/ diakses pada 20 Juli 2018. 72
Portal Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kuala Lumpur. “3 CLC Baru di Sibu Sarawak
Diresmikan.” Tersedia di http://atdikbudkl.org/2017/10/22/3-clc-baru-di-sibu-sarawak-diresmikan/
diakses pada 20 Juli 2018.
45
Duta Besar RI untuk Malaysia Bapak Rusdi Kirana kembali meresmikan 17
CLC di Sarawak pada 15-16 Maret 2018, sehingga jumlah CLC di Sarawak
menjadi 36 CLC.73
Target pendirian 50 CLC telah terpenuhi dengan peresmian 18
CLC baru oleh Duta Besar RI di Kuala Lumpur, Rusdi Kirana pada 5-8 Juni 2018
yang bersamaan dengan bulan suci Ramadhan. Sebanyak 18 CLC tersebut
didirikan di Bintulu, Miri, Sibu, Mukah, Sri Aman, Semarahan, dan Kuching.
Hingga saat ini, telah terdapat 54 CLC yang beroperasi dan memberikan
pelayanan pendidikan bagi 2.010 anak TKI di Sarawak sebagaimana data
terlampir.74
Gambar III.C.2 Peta Sebaran CLC di Sarawak
Sumber: Lucky Fathria J., SH., Koordinator Penghubung CLC Wilayah Sarawak,
Tahun 2018
Keterangan Gambar : Tanda Merah adalah CLC yang sudah terdaftar di JPNS
Tanda kuning adalah CLC yang belum terdaftar di JPNS
73
Portal Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kuala Lumpur. “Dubes Rusdi Kirana Resmikan 17
CLC Baru di Sarawak.” Tersedia di http://atdikbudkl.org/2018/03/18/dubes-rusdi-kirana-
resmikan-17-clc-baru-di-sarawak/ diakses pada 15 Agustus 2018. 74
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching. “Peresmian 18 CLC Sarawak oleh Duta
Besar RI Kuala Lumpur.” Tersedia di https://www.kemlu.go.id/kuching/id/berita-agenda/berita-
perwakilan/Pages/PERESMIAN-18-CLC-SARAWAK-OLEH-DUTA-BESAR-RI-KUALA-
LUMPUR.aspx di akses pada 16 Agustus 2018.
46
D. Guru Bina
Sebagian guru yang mengajar di CLC di wilayah Sarawak berasal dari
pekerja migran Indonesia yang direkrut dan dibayar oleh perusahaan, mereka
dikenal dengan guru pamong.75
Sebagian lainnya yang mengajar di CLC Sarawak
adalah guru bina yaitu guru asal Indonesia yang dikirim oleh pemerintah melalui
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) setelah
mengikuti seleksi dan mendapatkan pelatihan/pembekalan. Pemerintah Indonesia
dapat mengirim tenaga pendidik bagi CLC-CLC di Sarawak setelah 16 CLC
mendapatakan status resmi dari pemerintah Malaysia.
Para guru bina telah mendapatkan pembekalan dari Dirjen GTK sebelum
mengajar di Sarawak, sehingga mereka lebih siap dalam menjalankan tugas
mengajarnya, baik dalam hal kompetensi maupun mental untuk menetap di tempat
yang jauh dari perkotaan dan serba keterbatasan. Kedatangan guru bina dari
Indonesia sangat membantu para guru pamong dalam proses kegiatan belajar
mengajar. Sampai saat ini, Guru Bina yang mengajar di sejumlah CLC di Sarawak
sebanyak 23 orang, 15 guru diantaranya tiba di Sarawak pada Mei 2017 dan 8
orang lainnya tiba pada Agustus 2017.76
Pengiriman guru Indonesia untuk mengajar anak-anak TKI di CLC di
Sarawak relatif lebih baru ketimbang di beberapa wilayah lain di Malaysia, seperti
Kota Kinabalu, Johor Bahru, dan Tawau. Sehingga tidak heran, apabila jumlah
75
SILN-CLC Malaysia Booklet. Layanan Pendidikan Bagi Anak-anak Indonesia Di Malaysia.
KualaLumpur. 2016. Hal. 17. 76
Wawancara dengan Nasrullah Ali Fauzi, Koordinator Penghubung CLC Wilayah Sarawak
melalui pesan Whatsapp pada 8 Juni 2018 s.d. 9 Agustus 2018.
47
guru Indonesia di Sarawak yang mengajarkan anak-anak TKI saat ini relatif lebih
sedikit dibandingkan dengan beberapa wilayah lainnya di Malaysia Bagian Timur.
Pengiriman guru untuk mengajar anak-anak TKI di Malaysia telah dilakukan oleh
Pemerintah Indonesia sejak tahun 2006.
Pada pemberangkatan tahap tersebut, pemerintah mengirim guru non PNS
untuk mengajar di beberapa pusat pembelajaran di Sabah, Malaysia. Para guru
tersebut bertugas mengajar selama dua tahun kontrak kerja. Sampai saat ini, telah
ada 320 guru yang mendapatkan tugas mengajar di Sabah, Malaysia.77
Jumlah
guru Indonesia di Sabah terlampau jauh lebih banyak ketimbang guru Indonesia di
Sarawak.
Pengiriman guru bina untuk mengajar di CLC di Sarawak oleh pemerintah
Indonesia baru mulai terlaksana pada tahun 2017. Hingga saat ini, pengiriman
guru ke Sarawak sudah terlaksana dalam dua tahap. Pada tahap pertama, sebanyak
15 guru tiba di Sarawak pada Mei 2017 dan pada tahap kedua, sejumlah 8 guru
tiba pada Agustus 2017.78
Keberadaan guru bina sangat membantu kelancaran
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di CLC-CLC di Sarawak.
77
Kurniasih Budi, “Pemerintah Kirim Guru ke Malaysia untuk Layani Anak TKI.” Tersedia di
https://edukasi.kompas.com/read/2018/05/07/08100041/pemerintah-kirim-guru-ke-malaysia-
untuk-layani-anak-tki diakses pada 17 Juli 2018. 78
Wawancara dengan Nasrullah Ali Fauzi, Koordinator Penghubung CLC Wilayah Sarawak
melalui pesan Whatsapp pada 8 Juni 2018 s.d. 9 Agustus 2018.
48
BAB IV
UPAYA PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGGULANGI
MASALAH PENDIDIKAN ANAK TKI DI SARAWAK
PERIODE 2014-2018
Untuk menanggulangi masalah pendidikan anak-anak TKI di Sarawak yang
meliputi persoalan kelengkapan dokumen kewarganegaraan, kesulitan mengakses
pendidikan, dan putus sekolah, pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa
upaya sebagai wujud pemenuhan hak pendidikan bagi warga negaranya di
Sarawak. Dari beberapa tokoh liberalis, penulis menggunakan Teori Liberalisme
dari John Locke untuk menganalisa upaya pemerintah Indonesia dalam
memberikan layanan pendidikan bagi anak TKI di Sarawak karena Indonesia
sebagai negara berkewajiban untuk menjamin pelaksanaan hak-hak warga
negaranya. Beberapa upaya tersebut antara lain:
A. Pembentukan Community Learning Center (CLC)
Terdapat perbedaan dalam upaya pembentukan Community Learning Center
(CLC) di Sabah dan Sarawak. Untuk dapat melihat perbedaan upaya pembentukan
CLC di kedua tempat tersebut, maka penulis membaginya menjadi dua bagian:
1. Pembentukan Community Learning Center (CLC) di Sabah
Upaya pembentukan Community Learning Center (CLC) di Sabah
merupakan bentuk soft diplomacy Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah
Malaysia dalam rangka pemberian akses layanan pendidikan bagi anak-anak
49
TKI di Sarawak. Dalam hal ini, diplomasi dilakukan melalui pertemuan
government to government antara kedua pemimpin negara hingga pertemuan
para diplomat atau Perwakilan Pemerintah Indonesia dengan kunjungan ke
berbagai Instansi terkait di Malaysia. Pada Annual Consultation 2004,
Presiden Megawati Soekarno Putri dan Perdana Menteri Abdullah Ahmad
Badawi telah menyepakati pemberian akses pelayanan pendidikan bagi anak-
anak Indonesia di Malaysia. Namun, kesepakatan tersebut belum berhasil
merealisasikan pembentukan sekolah khusus untuk anak-anak TKI di
Malaysia, dalam hal ini adalah CLC di Sarawak.
Pada 12 Januari 2006, Presiden Indonesia dan Perdana Menteri Malaysia
melakukan perundingan di Bukut Tinggi. Dalam perundingan tersebut, kedua
negara menyepakati bahwa kerjasama perlindungan TKI akan dituangkan
dalam nota kesepahaman/Memorandum of Understanding (MoU). MoU
tersebut pada akhirnya ditandatangani oleh Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Indonesia, Erman Suparno, dan Menteri Dalam Negeri Malaysia,
Radzi Sheikh Ahmad seusai acara konferensi pers hasil KTT D-8, pada 13 Mei
2006 di Nusa Dua Bali. Penandatanganan MoU disaksikan oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi. 79
MoU tersebut secara garis besar meliputi empat aspek, yaitu penempatan
TKI informal di Malaysia, penyalahgunaan visa kunjungan sosial oleh TKI
untuk bekerja di Malaysia, pendidikan bagi anak TKI, pelatihan mengenai
79
Hadyu Ikrami. “Penanganan Masalah TKI Ilegal oleh Pemerintah RI,” International Law in News, Vol. 5. No. 4. Juli 2008. Hal. 837-839.
50
kebudayaan, dan sebagainya. Meskipun telah ditandatangani MoU mengenai
pendidikan bagi anak TKI, namun pemberian akses layanan pendidikan bagi
anak TKI belum terealisasi secara nyata. Dalam Annual Consultation 2008 di
Kuala Lumpur, pada 11 Januari 2008, Presiden Republik Indonesia Susilo
Bambang Yudhoyono dengan Perdana Menteri Malaysia Abdullah Badawi
menyepakati pendirian Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK).80
Kesepakatan yang dicapai oleh Pemerintah Indonesia dan Malaysia
dalam Annual Consultation, perundingan di Bukit Tinggi dan penandatanganan
MoU di Nusa Dua Bali dapat dikategorikan sebagai soft diplomacy Pemerintah
Indonesia dalam rangka memberikan pelayanan pendidikan bagi anak-anak
TKI di Sarawak. Sebagaimana telah disebutkan dalam penjelasan kerangka
konseptual bahwa diplomasi terbagi menjadi dua metode, yaitu hard diplomacy
dan soft diplomacy.
Kesepakatan yang dicapai oleh Pemerintah Indonesia dan Malaysia
dikategorikan ke dalam soft diplomacy karena diplomasi yang dilakukan
Pemerintah Indonesia dengan Malaysia dalam rangka memberikan pelayanan
pendidikan bagi anak TKI di Sarawak tidak menggunakan pendekatan hard
power atau tindakan koersif, melainkan menggunakan pendekatan soft power
seperti perundingan kedua kepala negara serta pertemuan antara pihak-pihak
terkait dari masing-masing Negara.
80
Caraka KBRI Kuala Lumpur. “Refleksi Layanan Pendidikan Anak Indonesia di Malaysia.”
Tersedia di kbrikualalumpur.org/w/wp-content/uploads/.../CARAKA-FEBRUARI-for-print.pdf
diunduh pada 25 Juni 2018.
51
Selanjutnya, untuk menindak lanjuti MoU yang telah ditandatangani pada
2006 lalu, Menlu RI melalui surat No. 120/DI/ VI/2008/02/01 tanggal 16 Juni
2008 mengajukan permintaan kepada Mendiknas RI untuk mendirikan SIKK.
Sebetulnya telah ada dasar hukum terkait pelaksanaan Sekolah Indonesia Luar
Negeri yaitu Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Luar Negeri dan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 151/U/1981. Sehingga pendirian
SIKK bukan hal baru yang sulit diwujudkan dan pada tanggal 1 Desember
2008, Sekolah Indonesia Kota Kinabalu, bakal calon sekolah induk dari CLC
Sabah dan Sarawak secara resmi beroperasi.81
Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa diplomasi government to government antara Pemerintah Indonesia dan
Malaysia dalam rangka pemberian layanan pendidikan bagi anak TKI telah
berhasil.
SIKK terdaftar sebagai sekolah “Ekspatriat School” yaitu sekolah yang
diperuntukkan untuk anak-anak yang orang tuanya berprofesi sebagai
ekspatriat, diplomat, atau professional. Namun, pada kenyataannya sekolah
tersebut menerima anak-anak Indonesia dari semua kalangan, termasuk anak-
anak buruh migran. Persoalan ini disampaikan oleh SIKK kepada Kementerian
Dalam Negeri Malaysia. Pada tahun 2010, pihak Kementerian berbincang
dengan Setia Usaha Kerajaan dan pihak Imigresen, sehingga diputuskan bahwa
SIKK dapat menerima anak-anak buruh migran yang memiliki akta kelahiran.
Dari peristiwa tersebut dapat dikatakan bahwa SIKK juga turut melakukan
81
Caraka KBRI Kuala Lumpur. “Refleksi Layanan Pendidikan Anak Indonesia di Malaysia.”
Tersedia di kbrikualalumpur.org/w/wp-content/uploads/.../CARAKA-FEBRUARI-for-print.pdf
diunduh pada 25 Juni 2018.
52
upaya-upaya diplomasi dalam rangka memberikan pelayanan pendidikan bagi
anak-anak TKI.
Pada dasarnya SIKK hanya dapat memberikan pendidikan secara formal.
Sementara banyak sekali anak-anak TKI yang tidak memiliki akta kelahiran.
Oleh karena itu, dicarikan solusi untuk menyediakan akses pendidikan bagi
anak-anak TKI, yakni pembentukan CLC (Community Learning Center).
Setelah dicapai kesepakatan antara Pemimpin Malaysia dan Indonesia dalam
rangka pemberian pendidikan bagi anak TKI di Malaysia, maka upaya
berikutnya ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan negara dan lembaga-
lembaga struktural terkait. Dalam hal ini, KJRI Kota Kinabalu sebagai
Perwakilan Pemerintah Indonesia di Sabah menjalani tugas diplomatiknya
dengan membentuk CLC yang diperuntukkan bagi anak-anak TKI di ladang-
ladang sawit di Sabah.
Berdasarkan Pasal 2 Pembagian Perwakilan Pemerintah Indonesia di
Luar Negeri terdiri dari perwakilan diplomatik, yang meliputi Kedutaan Besar
Republik Indonesia (KBRI) dan Perutusan Tetap Republik Indonesia serta
perwakilan konsuler, yang meliputi Konsulat Republik Indonesia (KRI) dan
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI). Dalam hal ini, Perwakilan
Pemerintah Indonesia yang berperan dalam memberikan pelayanan bagi anak-
anak TKI di Sabah adalah KBRI Kuala Lumpur dan KJRI Kota Kinabalu.
Secara umum, tugas dan fungsi seorang diplomat adalah mewakili
sebuah negara-bangsa di negara penerima dan memperjuangkan kepentingan
53
yang ditugaskan kepadanya (representing), melindungi kepentingan nasional
negara dan warga negara yang diwakilinya di negara penerima berdasarkan
batas-batas hukum internasional (protecting), melaksanakan fungsi sebagai
negosiator yang memperjuangkan kepentingan negara yang diwakilinya
(negotiating), dan meningkatkan kerjasama multi dimensional diantara negara
yang diwakilinya dengan negara penerima (promoting).
KJRI Kota Kinabalu memang tidak memiliki kewenangan sebagai
perwakilan diplomatik dan bertindak mewakili negaranya. Namun, KJRI Kota
Kinabalu secara tidak langsung tetap menjalankan tugas diplomatik dengan
melakukan permohonan izin operasional CLC di Sabah dalam rangka
melindungi kepentingan warga negara dari Negara Pengirim. Dengan kata lain,
KJRI Kota Kinabalu telah melakukan fungsi protecting yang merupakan salah
satu fungsi atau tugas diplomat.
CLC di Sabah mulai diresmikan oleh Pemerintah Indonesia pada 2010
dan diresmikan oleh Pemerintah Malaysia pada November 2011. Seiring
bejalannya waktu, CLC terus dibentuk di Sabah untuk memenuhi kebutuhan
pemberian layanan pendidikan bagi anak-anak TKI. Peran KJRI Kota Kinabalu
dalam membentuk CLC menunjukkan bahwa KJRI juga telah melakukan
fungsi negotiating atau negosiasi dengan Malaysia sebagai Negara Tujuan
dalam mencapai kepentingan nasional Indonesia sebagai Negara Pengirim.
2. Pembentukan Community Learning Center (CLC) di Sarawak
Untuk upaya pembentukan CLC di Sarawak, sejak tahun 2010,
Pemerintah Indonesia melalui Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI)
54
Kuching dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur
berusaha melobi perusahaan yang mempekerjakan Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) untuk berupaya secara maksimal dalam memberikan perhatian dan
pelayanan pendidikan bagi anak-anak TKI di Sarawak.
Upaya yang dilakukan perusahaan sawit dalam memberikan pelayanan
pendidikan anak TKI adalah memberikan sarana dan prasarana yang
menunjang aktivitas pembelajaran di CLC serta memberikan pelatihan bagi
guru-guru yang merupakan pegawai perusahaan. Guru-guru yang mengajar di
CLC berasal dari pegawai perusahaan sawit yang direkrut oleh perusahaan. Hal
itu terjadi disebabkan oleh CLC yang belum mendapatkan permit dari
Pemerintah Malaysia, sehingga Pemerintah Indonesia belum bisa mengirimkan
guru bina dari Indonesia.
Meskipun CLC belum mendapatkan izin operasional, CLC di Sarawak
sudah beroperasi dan memberikan pelayanan pendidikan bagi anak-anak TKI
di ladang-ladang Sarawak. Hal ini menunjukkan keberhasilan KJRI Kuching
dalam melobi perusahaan sawit untuk ikut serta memberikan pelayanan
pendidikan bagi anak-anak dari para pekerja migran asal Indonesia. CLC-CLC
di Sarawak terus beroperasi dengan sarana dan prasarana seadanya sembari
menunggu kesepakatan Pemerintah Indonesia dan Malaysia dalam pemberian
pelayanan pendidikan bagi anak TKI.
Pada dasarnya, Pemerintah Indonesia dengan Malaysia telah sepakat
mengakomodasi pendidikan bagi anak-anak Indonesia di Malaysia. Namun,
55
kesepakatan belum terealisasi secara maksimal. Pada tahun 2015, Pemerintah
Indonesia dan Malaysia kembali membuat kesepakatan terkait pemberian
pelayanan pendidikan bagi anak TKI di Sarawak, yakni pemberian izin
operasional CLC di Sarawak. Kesepakatan yang dicapai Pemerintah Indonesia
dan Malaysia ini merupakan bentuk keberhasilan soft diplomacy Pemerintah
Indonesia dalam rangka memberikan pelayanan pendidikan bagi anak TKI di
Sarawak.
Izin operasional CLC tidak cukup hanya diperoleh dari Pemerintah
Malaysia saja, tetapi juga harus disetujui oleh pemerintah setempat, dalam hal
ini adalah Negara Bagian Sarawak. Oleh karena itu, KJRI Kuching juga
melakukan negosiasi dengan Pemerintah Negara Bagian Sarawak, Dinas
Pendidikan Negeri Sarawak, dan Pemerintah Negeri Sarawak di tingkat daerah
dalam rangka permohonan izin operasional CLC.82
Diplomasi KJRI Kuching
dengan Pemerintah Negara Bagian Sarawak dan beberapa lembaga
pemerintaham lainnya menunjukkan bahwa KJRI Kuching juga melaksanakan
fungsi representing.
Dalam pertemuan dengan KJRI Kuching pada 14 Agustus 2015, Menteri
Kebajikan, Wanita dan Pembangunan Keluarga Negeri Sarawak, Datuk
Fatimah menyampaikan bahwa Kabinet Negeri Sarawak telah menyetujui
permintaan Indonesia soal izin operasional CLC di Sarawak.83
Pencapaian ini
82
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching, “CLC di Sarawak telah diakui secara
resmi oleh pemerintah Malaysia.” Tersedia di https://www.kemlu.go.id/kuching/id/berita-
agenda/berita-perwakilan/Pages/CLC-di-Sarawak-telah-diakui-secara-resmi-oleh-pemerintah-
Malaysia.aspx diakses pada 27 Juni 2018. 83
Nasrullah Ali Fauzi, “Pelayanan Pendidikan untuk Anak Indonesia di Malaysia Menteri
Sarawak Puji CLC Ladang Tiga.” Tersedia di https://www.kemlu.go.id/kuching/id/berita-
56
menunjukkan upaya pemerintah Indonesia dalam memberikan pelayanan
pendidikan bagi anak-anak CLC di Sarawak telah dilakukan secara maksimal.
Setelah melalui proses yang panjang dan pemeriksaan CLC oleh
Kementerian Pendidikan Malaysia (KPM), pada 22 Oktober 2016, permohonan
perizinan delapan buah CLC di Sarawak telah disetujui dengan penyerahan
sertifikat persetujuan oleh Ahmad Lotfi Bin Zubir, Wakil Direktur Bagian
Pendidikan Swasta, Kementerian Pendidikan Malaysia (KPM).84
Meskipun
demikian, upaya pemerintah dalam penyediaan pelayanan pendidikan bagi
anak-anak TKI di Sarawak tidak hanya sampai disitu.
Setelah 8 CLC memperoleh izin operasional dari KPM, KJRI Kuching
masih terus berupaya dalam mengurus izin operasional seluruh CLC yang ada.
Setelah CLC memperoleh izin dari KPM, CLC masih harus diurus
perizinannya ke Jabatan Pendidikan Negeri Sarawak (JPNS). Mendaftarkan
CLC di Wilayah Sarawak ke KPM dan JPNS merupakan tugas KJRI Kuching
yang dilaksanakan oleh seorang Koordinator Penghubung CLC.
Tantangan bagi Koordinator Penghubung dalam mengurus perizinan
CLC adalah harus mendatangi CLC-CLC di ladang yang tersebar dengan jarak
yang cukup jauh hingga 900-an km.85
Dalam menjalankan fungsi protecting,
KJRI Kuching juga berusaha melegalisasi seluruh anak siswa CLC yang
agenda/berita-perwakilan/Pages/Pelayanan-Pendidikan-untuk-Anak-Indonesia-di-Malaysia-
Menteri-Sarawak-Puji-CLC-Ladang-Tiga-.aspx diakses pada 22 Juli 2018. 84
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching, “CLC di Sarawak telah diakui secara
resmi oleh pemerintah Malaysia.” Tersedia di https://www.kemlu.go.id/kuching/id/berita-
agenda/berita-perwakilan/Pages/CLC-di-Sarawak-telah-diakui-secara-resmi-oleh-pemerintah-
Malaysia.aspx diakses pada 27 Juni 2018. 85
Wawancara dengan Nasrullah Ali Fauzi, Koordinator Penghubung CLC Wilayah Sarawak
melalui pesan Whatsapp pada 8 Juni 2018 s.d. 9 Agustus 2018.
57
tersebar di ladang-ladang di Sarawak dengan berbagai upaya yang akan
dijelaskan pada sub-sub berikut.
B. Penerbitan Paspor
Penerbitan paspor merupakan salah satu upaya lain yang dilakukan
Pemerintah Indonesia dalam rangka memperlancar proses pendidikan anak-anak
TKI. Penerbitan paspor dalam program “Jemput Bola” sangat efektif dalam
mempermudah anak-anak TKI mendapatkan pelayanan pendidikan, apalagi
program ini dilaksanakan di ladang, sehingga anak-anak TKI tidak perlu
berangkat jauh-jauh ke KJRI Kuching untuk melakukan pembuatan paspor. Dari
program “Jemput Bola”, KJRI Kuching telah menerbitkan 670 paspor, sebagian
besar diantaranya adalah paspor bagi anak-anak TKI.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching, Sarawak telah
menerbitkan 1.000 paspor yang terhitung sejak Januari 2018.86
Meskipun
demikian, masih banyak WNI yang terkendala dalam pembuatan paspor,
khususnya para TKI yang bertempat tinggal di ladang sawit yang jaraknya jauh
dari kantor JRI di Kuching. Untuk mengatasi persoalan ini, maka KJRI Kuching
mengadakan program pelayanan keimigrasian “Jemput Bola”, yakni pegawai
KJRI bidang imigrasi mendatangi ladang sawit untuk memberikan pelayanan
pembuatan paspor bagi para TKI yang tinggal di ladang sawit sekitar.87
86
Suci Sekarwati. “Status Kewarganegaraan Anak-Anak TKI di Malaysia Jadi Sorotan.” Tersedia
di https://dunia.tempo.co/read/1070739/status-kewarganegaraan-anak-anak-tki-di-malaysia-jadi-
sorotan diakses pada 05 Agustus 2018. 87
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching, “KJRI KuchingLakukan Pelayanan
Keimigrasian „Jemput Bola.” Tersedia di https://www.kemlu.go.id/kuching/id/berita-
58
Gambar IV.B.1 Pelayanan Keimigrasian Program “Jemput Bola”
Sumber: Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching, Tahun 2016
Sebetulnya sasaran KJRI dalam program pelayanan keimigrasian “Jemput
Bola” bukan hanya ditujukan bagi anak-anak TKI, akan tetapi orang tuanya juga.
CLC sebagai pemberi layanan pendidikan bagi anak-anak TKI di ladang turut
andil dalam mendukung terealisasinya program pelayanan keimigrasian “Jemput
Bola”. Keberadaan CLC yang secara terbuka menerima kedatangan seluruh anak-
anak TKI untuk bersekolah, baik yang memiliki dokumen lengkap maupun yang
tidak lengkap, membuat CLC dapat memperoleh data mengenai jumlah anak TKI
yang belum memiliki dokumen kewarganegaraan yang lengkap, dalam hal ini
adalah paspor.
Dari data anak-anak TKI yang tidak memiliki paspor akan diperoleh
informasi juga mengenai kepemilikian paspor orang tua mereka. CLC akan
melaporkan data-data terkait kepada KJRI, ketika ditemukan banyak anak-anak
TKI beserta orang tuanya tidak memiliki paspor, KJRI akan menyelenggarakan
program pelayanan keimigrasian “Jemput Bola” untuk mempermudah para WNI
agenda/berita-perwakilan/Pages/KJRI-Kuching-lakukan-Pelayanan-keimigrasian-
%E2%80%9CJemput-Bola%E2%80%9D.aspx diakses pada 19 Agustus 2018.
59
memiliki paspor. Dari runtutan peristiwa tersebut menunjukkan bahwa keberadaan
CLC secara nyata memberikan banyak nilai-nilai positif bagi para TKI, bukan
hanya memberikan pelayanan pendidikan bagi anak-anak mereka, tetapi juga
mendukung legalisasi keberadaan mereka.
KJRI Kuching telah melaksanakan program keimigrasian “Jemput Bola”
sejak 2017. Pada program Jemput Bola pertama, KJRI Kuching menerbitkan
sebanyak 218 paspor, tepatnya pada 17 Mei 2017. Selanjutnya pada 15 November
2017, KJRI Kuching kembali mengadakan program “Jemput Bola” dan
menerbitkan 126 paspor. Dalam program “Jemput Bola” ketiga pada 24 Februari
2018, diterbitkan sebanyak 306 paspor dan pada 18 Agustus 2018, dalam program
“Jemput Bola” keempat, KJRI menerbitkan 20 paspor. Program Jemput Bola
tersebut dilaksanakan empat kali di empat lokasi yang berbeda, yaitu pertama di
CLC Rajawali, kedua di CLC Parkcity, ketiga di CLC Simedarby, dan keempat di
CLC Jelalong.
Dari data paspor yang sudah diterbitkan oleh KJRI Kuching (terlampir)
beserta penjelasan mengenai program “Jemput Bola” menunjukkan bahwa
pemerintah Indonesia melalui KJRI Kuching telah berupaya secara maksimal
dalam menerbitkan paspor bagi anak-anak TKI di Sarawak yang tujuannya untuk
melegalisasi keberadaan mereka dan melancarkan pemberian pelayanan
pendidikan bagi mereka.
60
C. Kepemilikian Visa Pelajar atau Student Pass
Upaya Pemerintah Indonesia dalam mengurus penerbitan visa pelajar oleh
Imigresen Sarawak bagi anak-anak CLC dapat dikatakan belum maksimal karena
belum ada anak-anak CLC yang memperoleh visa pelajar.88
Padahal Pemerintah
Malaysia mengharuskan semua murid CLC memiliki visa pelajar.
Setelah izin pendirian CLC Sarawak disetujui oleh pemerintah Malaysia,
semua pelajar yang bersekolah di CLC harus memiliki visa pelajar. Untuk
pengurusan visa pelajar, mereka harus memiliki paspor terlebih dahulu. Oleh
karena itu, dalam rangka mempermudah pembuatan paspor bagi anak-anak TKI
yang tinggal di ladang, maka KJRI mengadakan “Reach Out” untuk melakukan
pembuatan dan pembaharuan paspor anak-anak buruh migran Indonesia.
Pelaksanaan “Reach Out” pertama kali dilakukan pada 17 Februari 2017 di CLC
Ladang Tiga, Miri yang diikuti 150 pelajar dari 7 buah CLC yang berada di Miri
dan sekitarnya.89
Meskipun demikian, hambatan dalam penerbitan visa pelajar bukan hanya
pada persoalan kepemilikan akta kelahiran, akan tetapi memang penerbitan visa
pelajar oleh Imigresen Sarawak ini masih diupayakan oleh KJRI Sarawak.
88
Wawancara dengan Ringgi Perdini, Pelaksana Fungsi Penerangan, Sosial dan Budaya, Konsulat
Jenderal Republik Indonesia melalui pesan Whatsapp pada 14 September 2018. 89
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching, “Perlindungan terhadap pelajar CLC.”
Tersedia di https://www.kemlu.go.id/kuching/id/berita-agenda/berita-
perwakilan/Pages/Perlindungan-terhadap-pelajar-CLC-.aspx diakses pada 19 Agustus 2018.
61
D. Penerbitan Akta Kelahiran
Upaya Pemerintah Indonesia dalam penerbitan akta kelahiran bagi anak-
anak TKI di Sarawak dianggap masih belum efektif mempermudah pemberian
pelayanan pendidikan. Hingga saat ini, KJRI Kuching baru menerbitkan tiga buah
akta kelahiran anak-anak TKI. Padahal akta kelahiran merupakan salah satu
persyaratan dalam mengakses pendidikan dan juga persyaratan dalam pembuatan
paspor. Upaya ini belum maksimal dilakukan oleh KJRI Kuching karena masih
menunggu konfirmasi dari Kementerian Dalam Negeri Indonesia (Kemendagri).
Persoalan registrasi kelahiran atau status kewarganegaraan memiliki relasi
yang cukup erat dengan persoalan akses pendidikan, khusunya bagi anak-anak
TKI yang tidak memiliki dokumen lengkap. Dengan banyak anak warga negara
Indonesia di Sarawak yang tidak memiliki akta kelahiran dan mengalami kesulitan
mengakses pendidikan, maka kantor perwakilan Indonesia di Malaysia bekerja
sama dengan Kementerian Dalam Negeri Indonesia (Kemendagri) dalam
menerbitkan akte lahir anak-anak TKI di Malaysia.
Selain untuk kebutuhan dalam mengakses pendidikan, pencatatan kelahiran
menjadi kewajiban bagi seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di
luar negeri. Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2006, tentang
Administrasi Kependudukan, setiap WNI yang berada di luar negeri wajib
melaporkan kepada pemerintah setempat dan/atau Perwakilan Republik Indonesia
(RI) yang meliputi tempat tinggalnya mengenai keberadaan, kepindahan,
perubahan alamat, status izin tinggal, serta kejadian penting lainnya (seperti
kelahiran, perkawinan, perceraian, maupun kematian). Bagi setiap WNI yang
62
berada di luar negeri dan menetap lebih dari lima hari sangat dianjurkan untuk
melaporkan keberadaannya kepada Perwakilan RI setempat. Hal tersebut akan
memudahkan WNI yang bersangkutan apabila mendapatkan persoalan di luar
negeri karena Perwakilan RI memiliki data dirinya.90
Sebagai wujud upaya pemerintah dalam menangani masalah kepemilikian
akta kelahiran anak-anak TKI di Sarawak, maka pada 21 November 2017, KJRI
Kuching menerbitkan akta kelahiran bagi tiga anak TKI. Berikut ini data ketiga
anak TKI yang diberikan akta kelahiran oleh KJRI Kuching :
Tabel IV.D.1 Data Anak TKI yang Memperoleh Akta Kelahiran dari KJRI
Kuching
NO NAMA TEMPAT
LAHIR
TANGGAL
LAHIR
NAMA
BAPAK
NAMA
IBU
1. Fadly Simunjan 28 November 2013 Marsandy Nurlina
2. Muhammad
Ikmal Bintulu 14 Januari 2013
Fian
Muadding Sumarni
3. Sainal
Abidin Entikong 24 Oktober 2014
Ridwan
Rauf
Anisa Binti
Caco
Sumber: Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching, Tahun 2017
Akta Kelahiran yang diterbitkan oleh KJRI Kuching sama dengan Akta
Kelahiran yang diterbitkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
(Disdukcapil). Berikut adalah contoh Akta Kelahiran yang diterbitkan oleh KJRI
Kuching:
90
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching. “Pendaftaran Diri.” Tersedia di
https://www.kemlu.go.id/kuching/id/layanan-konsuler/pelayanan-wni/Pages/Pendaftaran-Diri.aspx
diakses pada 3 Agustus 2018.
63
Gambar IV.D.1 Contoh Akta Lahir yang Diterbitkan KJRI Kuching
Sumber: Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching, Tahun 2017
Pada 22 November 2017 lalu saat kunjungan Presiden Joko Widodo ke
Sarawak dalam acara Temu Kangen WNI di Stadion Perpaduan, Kuching,
Sarawak, Malaysia, beliau mengatakan kepada ribuan WNI, “Anak-anak yang
lahir, semuanya tolong diurus Akta Kelahirannya di Konjen. Semuanya diurus
agar nanti kalau sudah dewasa ada pegangan hukumnya, ada Akta Kelahirannya.”
Presiden Joko Widodo juga sudah meminta kepada Duta Besar Indonesia untu
Malaysia, Bapak Rusdi Kirana supaya persoalan akta kelahiran bagi anak-anak
TKI di Malaysia diurus secepatnya.91
Pada kenyataannya, harapan Bapak Presiden Joko Widodo belum dapat
diwujudkan secara maksimal karena penerbitan akta kelahiran oleh KJRI Kuching
belum lagi dilaksanakan setelah penerbitan tiga akta lahir pertama pada 21
November 2017 lalu. Ketiga akta kelahiran yang sudah diterbitkan tersebut hanya
91
Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil,, “Jokowi Tekankan Pentingnya Akta
Kelahiran Anak TKI di Malaysia.” tersedia di http://dukcapil.kemendagri.go.id/detail/jokowi-
tekankan-pentingnya-akta-kelahiran-anak-tki-di-malaysia diakses pada 15 September 2018.
64
sebagai percontohan untuk akta kelahiran yang akan diterbitkan oleh KJRI
Kuching pada waktu yang akan datang. Menurut salah satu staff KJRI Pelaksana
Fungsi Konsuler, Rosyati Rosidin, KJRI Kuching masih menunggu konfirmasi
dari Kemendagri soal penerbitan akta kelahiran. Kalau Kemendagri sudah
menginformasikan kepada KJRI Kuching untuk menerbitkan akta kelahiran, maka
KJRI Kuching akan langsung memulai penerbitan.92
E. Penyelenggaraan Sidang Itsbat Nikah (Pengesahan Perkawinan)
Upaya Pemerintah Indonesia dalam menyelenggarakan Sidang Itsbat Nikah
sudah maksimal, namun masih belum efektif dalam mempermudah pemberian
pelayanan pendidikan anak TKI di Sarawak karena tujuan dasar penyelenggaraan
Itsbat Nikah adalah untuk mempermudah pembuatan akta kelahiran. Sementara
KJRI masih belum maksimal dalam penerbitan akta kelahiran bagi anak-anak
TKI.
Akta lahir merupakan salah satu persyaratan mutlak bagi anak-anak Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) di Sarawak untuk memperoleh pendidikan formal.
Sementara untuk mendapatkan akta lahir, pernikahan orang tua harus tercatat
secara resmi di negara. Hal ini menjadi kendala bagi para TKI di Sarawak karena
berdasarkan regulasi setempat para pekerja asing tidak diperkenankan melakukan
pernikahan. Oleh karena itu, para TKI yang ingin menikah di Sarawak memilih
untuk melakukan kawin siri atau perkawinan tanpa dicatat oleh pemerintah
setempat.
92
Wawancara dengan Rosyati Rosidin, Pelaksana Fungsi Konsuler, KJRI Kuching pada 14
September 2018. Di KJRI Kuching.
65
Kawin siri tidak memiliki kekuatan di mata hukum negara, sehingga apabila
di kemudian hari terjadi masalah yang berhubungan dengan pernikahan seperti
perceraian, pembagian warisan, hak asuh anak, maka pihak yang bersengketa
tidak bisa memperoleh perlindungan hukum karena tidak ada bukti pelaksanaan
pernikahan. Dampak negatif lain dari nikah siri adalah anak-anak yang dilahirkan
tidak dapat memiliki akta lahir dan persoalan tersebut akan meluas pada masalah
hukum lainnya, seperti tidak bisa mengakses pendidikan formal, tidak bisa
memiliki paspor, bahkan tidak memperoleh hak waris.
Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, pemerintah Indonesia melalui
KJRI bersama dengan Mahkamah Agung Republik Indonesia mengadakan sidang
itsbat nikah (pengesahan perkawinan) bagi para pasangan TKI di Sarawak. Itsbat
nikah merupakan pengesahan perkawinan yang telah berlangsung pada suatu
waktu yang lalu menurut syariat agama Islam, namun belum dicatat oleh Kantor
Urusan Agama (KUA) atau lebih dikenal dengan istilah Nikah Siri. Jadi
pernikahan yang disahkan pada itsbat nikah akan dicatat sesuai dengan waktu
pernikahan pada masa lalu.93
KJRI Kuching bersama Mahkamah Agung RI melaksanakan Sidang
Pengesahan Perkawinan WNI di Luar Negeri (Itsbat Nikah) di KJRI Kuching
untuk pertama kalinya pada 26, 27, 28 Maret 2012. Sidang Itsbat ini dilakukan
untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi suami isteri
beserta anak-anaknya di luar negeri, salah satunya adalah persoalan pendidikan.
93
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching. “191 Pasangan WNI sertai Sidang
Itsbat Nikah di KJRI Kuching.” Tersedia di https://www.kemlu.go.id/kuching/id/berita-
agenda/berita-perwakilan/Pages/191-pasangan-WNI-sertai-Sidang-Itsbat-Nikah-di-KJRI-
Kuching.aspx diakses pada 07 Agustus 2018.
66
Pada sidang itsbat pertama, terdapat 110 pasangan suami istri WNI di Sarawak
yang dinikahkan secara resmi.94
Gambar IV.E.1 Sidang Itsbat Nikah di KJRI Kuching
Sumber: Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching, Tahun 2016
KJRI Kuching kembali mengadakan Itsbat Nikah untuk kali kedua pada 26,
27, dan 28 Sepetmber 2016. Dari 191 pasangan yang mendaftar, hanya 108
pasangan yang mengikuti persidangan Itsbat Nikah. Sejumlah pasangan yang
batal hadir dalam sidang Itsbat Nikah memiliki berbagai macam alasan,
diantaranya adalah paspor yang sedang diurus untuk izin kerja, dokumen
pendukung belum lengkap, dan ongkos menuju KJRI Kuching terlalu besar. Itsbat
Nikah tersebut terselenggara atas kerjasama KJRI Kuching dengan Direktorat
Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Mahkamah Agung, dan Pengadilan
Agama Jakarta Pusat.95
94
Mohamad Iqbal. “ KJRI Kuching Targetkan 100 Pasangan WNI Dinikahkan.” Tersedia di
https://equator.co.id/kjri-kuching-targetkan-100-pasangan-wni-dinikahkan/ diakses pada 07
Agustus 2018. 95
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching. “191 Pasangan WNI sertai Sidang
Itsbat Nikah di KJRI Kuching.” Tersedia di https://www.kemlu.go.id/kuching/id/berita-
agenda/berita-perwakilan/Pages/191-pasangan-WNI-sertai-Sidang-Itsbat-Nikah-di-KJRI-
Kuching.aspx diakses pada 07 Agustus 2018.
67
Pada Sidang Itsbat ketiga yang diselenggarakan oleh KJRI Kuching pada
16-18 Mei 2017,96
sejumlah 253 pasangan WNI telah mengikuti sidang
pengesahan perkawinan dari 255 pasangan yang mendaftarkan diri.97
Setiap
pasangan yang mengikuti Itsbat Nikah dibebankan biaya sebesar RM38 atau
setara dengan Rp116 ribu yang langsung dikirim ke rekening Pengadilan Agama
Jakarta.98
Setelah masing-masing pasangan melakukan sidang Itsbat Nikah dan
dinyatakan sah oleh Pengadilan Agama, maka mereka akan diberikan buku atau
kutipan akta nikah oleh KJRI Kuching sebagai bentuk pengesahan
perkawinannya.
Pelaksanaan Sidang Itsbat Nikah merupakan salah satu upaya yang tepat
dilakukan Pemerintah Indonesia untuk melindungi hak-hak warga negaranya.
Dalam hal ini adalah untuk memudahkan anak-anak TKI di Sarawak dalam
memperoleh akses pendidikan.
F. Penyediaan Sekolah Lanjutan bagi Anak-Anak Lulusan CLC Sarawak
Pada dasarnya Pemerintah Indonesia belum menyediakan sekolah lanjutan
khusus bagi anak-anak lulusan CLC Sarawak. Upaya pendirian sekolah lanjutan
bagi anak-anak lulusan CLC ini baru menjadi wacana Pemerintah Indonesia yang
mungkin akan dilaksanakan pada beberapa tahun ke depan. Jadi sejauh ini anak-
96
Kalbar Pro Kalimantan Barat. “Ketika 255 Pasangan Buruh Migran Indonesia di Kuching
Dinikahkan.” Tersedia di http://kalbar.prokal.co/read/news/1112-ketika-255-pasangan-buruh-
migran-indonesia-di-kuching-dinikahkan.html diakses pada 07 Agustus 2018. 97
Dedi. “253 Suami-Istri WNI Catatkan Perkawinan di Kuching.” Tersedia di
https://kalbar.antaranews.com/berita/349078/253-suami-istri-wni-catatkan-perkawinan-di-kuching
diakses pada 07 Agustus 2018. 98
Kalbar Pro Kalimantan Barat. “Ketika 255 Pasangan Buruh Migran Indonesia di Kuching
Dinikahkan.” Tersedia di http://kalbar.prokal.co/read/news/1112-ketika-255-pasangan-buruh-
migran-indonesia-di-kuching-dinikahkan.html diakses pada 07 Agustus 2018.
68
anak lulusan CLC melanjutkan sekolahnya di Indonesia melalui program beasiswa
atau mencari sekolah sendiri dan dengan biaya sekolah yang ditanggung sendiri.
Berdasarkan kebijakan pemerintah Malaysia, anak-anak TKI non
professional worker hanya diperbolehkan tinggal di Malaysia sampai usia 12
tahun. Oleh karena itu, anak-anak TKI setelah lulus dari Community Learning
Center (CLC) Sekolah Dasar (SD) di Sarawak harus melanjutkan pendidikannya
di Indonesia. Namun, pemerintah belum mempersiapkan sekolah lanjutan di
Indonesia yang dikhususkan bagi anak-anak TKI lulusan CLC Sarawak.
Berbeda dengan anak-anak TKI lulusan CLC Sabah, mereka telah
disediakan sekolah tingkat atas di Pulau Sebatik, Kalimatan Utara, yaitu SMK
Mutiara Bangsa99
dan SMA 1 Sebatik Tengah.100
Selain itu, terdapat juga
beberapa sekolah di Indonesia yang menyediakan beasiswa bagi mereka, yaitu
Sekolah Permata Insani Tangerang, Islamic Village Karawaci, SMKN 2
Wonogiri, SMA IT AlHuda Wonogiri, SMA Muhammadiyah 1 Ngawi, dan
SMA/SMK Kabupaten Nunukan101
dan SMKN 2 Simpang 4 Tanah Bumbu
Banjarmasin.102
Untuk sekolah lanjutan bagi anak-anak TKI lulusan CLC Sarawak,
Pemerintah Indonesia belum menyediakan sekolah khusus untuk mereka, namun
99
Tribun Kaltim.co, “SMK Mutiara Bangsa Sebatik juga Disiapkan Tampung Anak TKI.”
Tersedia di http://kaltim.tribunnews.com/2015/04/09/smk-mutiara-bangsa-sebatik-juga-disiapkan-
tampung-anak-tki diakses pada 19 September 2018. 100
Tribun Kaltim.co, “ Siapkan Asrama Anak TKI, Dirjen Dikmen Kunjungi Pulau Sebatik.”
Tersedia di http://kaltim.tribunnews.com/2015/04/09/siapkan-asrama-anak-tki-dirjen-dikmen-
kunjungi-pulau-sebatik diakses pada 19 September 2018. 101
Netralnews.com, “147 Anak TKI di Sabah, Ikuti Program Beasiswa.” Tersedia di
http://www.netralnews.com/news/pendidikan/read/89593/174-anak-tki-di-sabah-ikuti-program-
beasiswa diakses pada 19 September 2018. 102
Pikiran Rakyat, “Anak-Anak TKI Sabah Mendapatkan Beasiswa.” Tersedia di
http://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2015/06/22/332027/anak-anak-tki-sabah-mendapatkan-
beasiswa diakses pada 19 September 2018.
69
ada sekolah yang menyediakan beasiswa penuh bagi mereka yaitu SMA IT (Islam
Terpadu) Permata Insani Tangerang.103
Sebetulnya untuk sekolah jenjang SMP,
anak-anak TKI di ladang wilayah Sarawak dapat belajar di CLC SMP yang
tersebar di Sarawak, namun sampai saat ini baru tersedia 9 CLC SMP dan belum
memiliki permit. Sebagian orang tua yang memiliki perhatian besar bagi
pendidikan anaknya, mereka memulangkan anak-anaknya saat duduk di bangku
kelas 5 atau setelah lulus SD untuk melanjutkan pendidikan berikutnya di
Indonesia.
Untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi anak-anak usia 12 tahun
yang tidak dapat menempuh pendidikan di Sarawak, Pemerintah Indonesia juga
merencanakan pelaksanaan program repatriasi, yaitu mengembalikan anak-anak
tersebut ke Indonesia untuk melanjutkan pendidikannya. Untuk menunjang
program tersebut, pemerintah mewacanakan pendirian Boarding School yaitu
sekolah berasrama di wilayah perbatasan Indonesia dengan Sarawak.104
Namun,
pendirian boarding school ini masih dalam tahap perencanaan.
103
Wawancara dengan Lucky Fathria Jatnika, SH., Koordinator Penghubung CLC Wilayah
Sarawak melalui pesan Whatsapp pada 16 Agustus 2018 s.d. 2 September 2018. 104
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching, “Boarding School diharapkan dapat
atasi permasalahan pendidikan anak TKI di Sarawak.” Tersedia di
https://www.kemlu.go.id/kuching/id/berita-agenda/berita-perwakilan/Pages/Boarding-School-
diharapkan-dapat-atasi-permasalahan-pendidikan-anak-TKI-di-Sarawak.aspx pada 10 September
2018.
70
BAB V
KESIMPULAN
Penyebaran TKI di beberapa negara untuk bekerja memang memberikan
sumbangsih yang besar bagi devisa negara, namun keberadaan mereka di negara
tujuan bukan terbebas dari berbagai persoalan, justru semakin menambah daftar
tugas dan pekerjaan pemerintah. Belum lagi persoalan TKI yang satu selesai,
sudah muncul persoalan yang baru, sehingga menyebabkan satu persoalan saja
menjadi kompleks, bahkan menurun kepada anak cucunya. Misalnya persoalan
kelengkapan dokumen kewarganegaraan yang terjadi pada sebagian tenaga kerja
Indonesia di Malaysia menyebabkan anak keturunannya juga mengalami
persoalan yang serupa bahkan ditambah persoalan-persoalan lainnya.
Persoalan pendidikan bagi anak TKI menjadi persoalan besar yang saat ini
sedang ditangani oleh Pemerintah Indonesia di Sarawak, Malaysia. Pada 2017
lalu, Bapak Jahar Gultom, Konsul Jenderal RI Kuching mengatakan bahwa
terdapat 3.600 anak TKI yang terpaksa tidak mengenyam pendidikan karena
ketidaklengkapan dokumen kewarganegaraan, meliputi paspor dan akta lahir,
serta lokasi tempat tinggal yang jauh dari lembaga pendidikan. Untuk mengatasi
persoalan ini, pemerintah telah melakukan berbagai upaya.
Upaya pertama yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam menangani
persoalan ini adalah membentuk CLC dan mengirim tenaga pendidik. Upaya
perolehan izin CLC dilakukan melalui soft diplomacy. Pada tahun 2010,
Pemerintah Indonesia melalui KJRI Kuching dan KBRI Malaysia telah bekerja
71
sama dengan perusahaan pengguna TKI dalam upaya pemberian layanan
pendidikan bagi anak-anak TKI. Perusahaan membentuk CLC sebagai tempat
belajar bagi anak-anak TKI, menyediakan sarana dan prasarana lainnya untuk
menunjang kegiatan pembelajaran, merekrut guru untuk mengajar di CLC, dan
juga mengeluarkan gaji bagi guru-guru tersebut. Pada awal tahun 2015, Presiden
Joko Widodo dan PM Najib Razak menyepakati pemberian izin operasional bagi
CLC di Sarawak.
Pada 14 Agustus 2015, Kabinet Negeri Sarawak menyetujui permintaan
Indonesia soal izin operasional CLC di Sarawak melalui Menteri Kebajikan,
Wanita dan Pembangunan Keluarga Negeri Sarawak, Datuk Fatimah. Setelah
melalui pemeriksaan CLC oleh Kementerian Pendidikan Malaysia (KPM), pada
22 Oktober 2016 pengurusan perizinan delapan buah CLC di Sarawak disetujui.
Hingga Oktober 2016, telah ada 16 CLC yang beroperasi di Sarawak dan
memberikan layanan pendidikan bagi 892 anak TKI. Delapan dari 16 CLC telah
memperoleh izin resmi dari pemerintah setempat.
Pada 20 Desember 2016, pemerintah Malaysia mengakui seluruh CLC di
Sarawak yang berjumlah 16 CLC. Pembentukan CLC masih dilakukan secara
terus-menerus. Pada 18 Oktober 2017, diresmikan tiga buah CLC; pada 15-16
Maret 2018, diresmikan 17 CLC; dan pada 5-8 Juni 2018, diresmikan 18 CLC.
Hingga saat ini, terdapat 54 CLC yang sudah beroperasi di Sarawak dan
memberikan pelayanan pendidikan bagi 2.010 anak TKI. Selanjutnya Pemerintah
Indonesia melalui Dirjen GTK mengirim tenaga pendidik/Guru Bina untuk
mengajar di CLC wilayah Sarawak sejumlah 15 guru pada Mei 2017 dan 8 guru
72
pada Agustus 2017. Pembentukan CLC dan pengiriman guru adalah upaya yang
sangat efektif dalam menyediakan layanan pendidikan bagi anak-anak TKI.
Upaya kedua yang dilakukan Pemerintah Indonesia dalam menangani
persoalan pendidikan anak TKI di Sarawak adalah Penerbitan Paspor. Selain
memberikan pelayanan pembuatan paspor di kantor, KJRI juga mengadakan
program Jemput Bola untuk mempermudah anak-anak TKI beserta orang tuanya
dalam membuat paspor. Program Jemput Bola dilaksanakan oleh KJRI setelah
mendapatkan informasi dari CLC mengenai jumlah anak TKI dan orang tuanya
yang tidak memiliki paspor.
Program Jemput Bola tersebut telah dilaksanakan empat kali di empat lokasi
yang berbeda, yaitu pertama di CLC Rajawali, kedua di CLC Parkcity, ketiga di
CLC Simedarby, dan keempat di CLC Jelalong. Dari program Jemput bola ini,
KJRI menerbitkan sebanyak 670 paspor bagi anak-anak TKI beserta orang tuanya.
Program Jemput Bola adalah upaya yang efektif untuk memudahkan para TKI dan
anak-anaknya memiliki paspor. Dengan begitu, anak-anak dapat melengkapi
dokumen persyaratan untuk memperoleh layanan pendidikan.
Upaya pemerintah yang ketiga dalam menangani persoalan pendidikan anak
TKI adalah penerbitan akta kelahiran. KJRI Kuching baru menerbitkan akta
kelahiran bagi tiga anak TKI pada 21 November 2017, yaitu atas nama Fadly,
Muhammad Ikmal, dan Sainal Abidin. Sejak setelah itu, KJRI belum lagi
menerbitkan akta kelahiran karena masih memiliki kendala dengan Disdukcapil.
Padahal penerbitan akta kelahiran adalah upaya yang sangat efektif untuk
mempermudah anak-anak TKI mendapatakan layanan pendidikan.
73
Upaya pemerintah yang keempat dalam menangani persoalan pendidikan
anak TKI adalah mengadakan Sidang Itsbat Nikah atau pengesahan perkawinan.
KJRI Kuching untuk pertama kalinya mengadakan Sidang Itsbat Nikah pada 26,
27, 28 Maret 2012, dimana 110 pasangan melakukan itsbat nikah. Pada Sidang
Itsbat kedua, pada 26, 27, dan 28 Sepetmber 2016, sebanyak 108 pasangan
melakukan Itsbat Nikah. Pada Sidang Itsbat ketiga, pada 16-18 Mei 2017,
sebanyak 253 pasangan. Sidang Itsbat Nikah yang dilaksanakan oleh KJRI
merupakan upaya pemerintah Indonesia yang efektif dalam mendukung
penerbitan akta kelahiran dan memudahkan anak-anak TKI mendapatkan layanan
pendidikan.
Upaya pemerintah dalam menyediakan sekolah lanjutan bagi anak-anak
lulusan CLC Sarawak dapat dikatakan belum terwujud karena untuk saat ini
mereka hanya mengandalkan beasiswa yang disediakan oleh beberapa sekolah di
Indonesia dan sebagian dari mereka mencari sekolah sendiri di Indonesia dan
bersekolah dengan biaya sendiri. Adapun pendirian Boarding School yang
diwacanakan oleh Pemerintah Indonesia masih dalam tahap perencanaan.
xv
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Badie, Bertrand, et al., International Encyclopedia of Political Science. Los
Angeles: Sage, 2011.
Burchill, Scott, et al., Theories of International Relations Third Edition. New
York: Plagrave Macmillan, 2005.
Department of Labour Peninsular, Ministry of Human Resources. Policy on
Employment of Foreign Workers. 2014. Putra Jaya, Kuala Lumpur.
Djelantik, Sukawarsini. Diplomasi antara Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2008.
Jackson, Robert dan George Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional
terj. Dadan Suryadipura. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Jemadu, Aleksius. Politik Global dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2014.
Louise Diamond and Ambassador John McDonald, Multi Track Diplomacy: A
System Approach to Peace, Third Edition. United States of America:
Kumarian Press, inc. 1996. Pp. 26.
Lukes, S., Power: A Radical View, second ed. London: Palgrave Macmillan.
1974.
xvi
Mc Clory, J., The New Persuaders II: A 2011 Global Ranking of Soft Power.
London: Institute for Government. 2011.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya,
2003.
Nowak M., dalam A. Eide, K. Krause, A. Rosas, (eds.). „The Right to Education‟,
Economic, Social, and Cultural Rights, Martinus Nijhoff Publisher:
Dordecht, 2001.
Plano, Jack C. dan Roy Olton, The International Relations Dictionary, terj.
Wawan Djuanda. England: Clio Press-Ltd., 1982.
Rudy, T. May. Teori, Etika dan Kebijakan Hubungan Internasional, Bandung:
Angkasa, 1992.
Jurnal
Allerton, Catherine. “Statelessness and the lives of the children of migrants in
Sabah, East Malaysia.” Tilburg Law Review: Journal International and
European Law 19 (Agustus 2014): 26-34 (jurnal on-line); tersedia di
http://eprints.lse.ac.uk/55806/1/Allerton_Statelessness-and-the-lives-of-the-
children-of-migrants-in-Sabah_2014.pdf diunduh pada 10 Maret 2018.
Christie, Desy Anastasia .“Upaya Indonesia dalam Menangani Pendidikan Anak
Tenaga Kerja Indonesia di Sabah Malaysia,” eJurnal Hubungan
xvii
Internasional Vol. 4, No. 4 (2016): 1161-1176 (jurnal on-line); tersedia di
http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/site/?p=2403 diunduh pada 13 Maret
2018.
Jr., Joseph S. Nye, Public Diplomacy and Soft Power. Annals of the American
Academy of Political and Social Science. Vol. 616 (March, 2008).
Jr., Joseph S. Nye, Foreign Policy. Carneige Endowment for International Peace,
No. 80, Twentieth Anniversary, (Autumn, 1990).
M., Makhtar, et.al. “Right to Education for Irregular Migrant Children in
Malaysia: A Comparative Analysis.” Malaysian Pertanika Journal Social
Sciences & Humanities 23 (2015): 85-96 (jurnal-online); tersedia di
http://pertanika.upm.edu.my/Pertanika%20PAPERS/JSSH%20Vol.%2023%
20(S)%20Nov.%202015/08%20JSSH%20Vol%2023%20(S)%20Nov%202
015_pg85-96.pdf diundug pada 25 April 2018.
Rahmat, Pupu Saeful. “Penelitian Kualitatif.” Jurnal Equilibrium Vol 5. No. 9
(Januari-Juni 2009): 1-8.
Taib, Fahisham. ”Invisible, Vulnerable and Marginalized Children in Malaysia”.
Malaysian Journal of Paediatrics and Child Health Online Early, Vol. 18,
No. 2 (Februari 2012): 1-5 (jurnal on-line); tersedia di
http://www.mjpch.com/index.php/mjpch/article/viewFile/295/206 diunduh
pada 15 April 2018.
xviii
Tuckness, Alex. “Locke‟s Political Philosophy.” In : Edward N, Zalta (ed.). The
Standford Encyclopedia of Philosophy (Spring Edition, 2016). Tersedia di
https://plato.stanford.edu/entries/locke-political/ diakses pada 07 Juni 2018.
Situs dan Artikel Resmi
Australian Human Rights Commission. What is Universal Declaration of Human
Rights? Tersedia di https://www.humanrights.gov.au/publications/what-
universal-declaration-human-rights diakses pada 19 Juni 2018.
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. “Data
Penempatan dan Perlindungan TKI Periode Tahun 2015.” Tersedia di
http://www.bnp2tki.go.id/read/11034/Data-Penempatan-dan-Perlindungan-
TKI-Periode-Tahun-2015.html diunduh pada 14 Maret 2018.
Caraka KBRI Kuala Lumpur. “Refleksi Layanan Pendidikan Anak Indonesia di
Malaysia.” Tersedia di kbrikualalumpur.org/w/wp-
content/uploads/.../CARAKA-FEBRUARI-for-print.pdf diunduh pada 25 Juni
2018.
Child Rights Coalition Malaysia. Status Report on Children‟s Rights in Malaysia.
Kuala Lumpur: Malaysian Child Resource Institute. 2012.
Child Rights Coalition Malaysia. Status Report on Children‟s Rights in Malaysia.
Kuala Lumpur: Malaysian Child Resource Institute. 2013. Hal. 27-28.
xix
Tersedia di http://www.mcri.org.my/wp-content/uploads/20131230-CRC-
Report-English-FINAL.pdf diunduh pada 20 Maret 2018.
Convention on the Rights of the Child
Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah. Data Sekolah Luar Negeri di
Malaysia semester Genap 2017/2018. Tersedia di
http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/sp/2/350400 diakses pada 20 Juni
2018.
General Comments E/C.12/1999/10 dalam Damanik, Jayadi et al. Perlindungan &
Pemenuhan Hak Atas Pendidikan, Jakarta: Komnas HAM. 2005. Hal. 22-
25.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, “Indonesia Meratifikasi Kovenan
Hak-hak Sipil dan Politik dan Kovenan Hak-hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya.” Tersedia di https://www.kemlu.go.id/id/berita/siaran-
pers/Pages/Indonesia-Meratifikasi-Kovenan-Hak-hak-Sipil-dan-Politik-dan-
Kovenan-Hak-hak-Ekonomi-Sosial-dan-Buda.aspx diakses pada 21 Juni
2018.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “Kemendikbud Lakukan Monitoring
dan Evaluasi 24 Lokasi Layanan Pendidikan anak TKI,” tersedia di
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2015/11/kemendikbud-lakukan-
xx
monitoring-dan-evaluasi-24-lokasi-layanan-pendidikan-anak-tki--4836-
4836-4836 diakses pada 24 April 2018.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “Tiga Bentuk Layanan Pendidikan
untuk Anak TKI di Sabah, Malaysia,” tersedia di
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2015/11/-tiga-bentuk-layanan-
pendidikan-untuk-anak-tki-di-sabah-malaysia-4831-4831-4831 diakses pada
12 Maret 2018.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1990 tentang
Pengesahan Convention on the Right of the Child (Konvensi tentang Hak-
Hak Anak). Tersedia di
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/inc/buka.php?czoyNToiZD0xOTAwKz
kwJmY9a3AzNi0xOTkwLnBkZiI7 diakses pada 20 Juni 2018.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kota Kinabalu. “KJRI Kota
Kinabalu Meresmikan CLC Ladang Ong Yah Ho Di Kinabatangan,
Sandakan, Sabah Malaysia.” Tersedia di
https://www.kemlu.go.id/id/berita/berita-perwakilan/Pages/KJRI-Kota-
Kinabalu-Meresmikan-CLC-Ladang-Ong-Yah-Ho--Di-Kinabatangan,-
Sandakan,-Sabah-Malaysia.aspx diakes pada 14 Oktober 2018.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kota Kinabalu. “Pelayanan
Pendidikan untuk Anak-Anak WNI di Sabah, Malaysia.” Tersedia di
https://www.kemlu.go.id/kotakinabalu/id/arsip/lembar-
xxi
informasi/Pages/PELAYANAN-PENDIDIKAN-UNTUK-ANAK-ANAK-
WNI-DI-SABAH-MALAYSIA.aspx diakses pada 14 Maret 2018.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kota Kinabalu. Pelayanan
Pendidikan untuk Anak-Anak WNI di Sabah, Malaysia. Tersedia di
https://www.kemlu.go.id/kotakinabalu/id/arsip/lembar-
informasi/Pages/PELAYANAN-PENDIDIKAN-UNTUK-ANAK-ANAK-
WNI-DI-SABAH-MALAYSIA.aspx diakses pada 14 Maret 2018.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching “Pelayanan Pendidikan
untuk Anak Indonesia di Malaysia Menteri Sarawak Puji CLC Ladang
Tiga.” Tersedia di https://www.kemlu.go.id/kuching/id/berita-
agenda/berita-perwakilan/Pages/Pelayanan-Pendidikan-untuk-Anak-
Indonesia-di-Malaysia-Menteri-Sarawak-Puji-CLC-Ladang-Tiga-.aspx
diakses pada 22 Juli 2018.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching, “Boarding School
diharpkan dapat atasi permasalahan pendidikan anak TKI di Sarawak.”
Tersedia di https://www.kemlu.go.id/kuching/id/berita-agenda/berita-
perwakilan/Pages/Boarding-School-diharapkan-dapat-atasi-permasalahan-
pendidikan-anak-TKI-di-Sarawak.aspx diakses pada 23 April 2018.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching, “Perlindungan terhadap
pelajar CLC.” Tersedia di https://www.kemlu.go.id/kuching/id/berita-
agenda/berita-perwakilan/Pages/Perlindungan-terhadap-pelajar-CLC-.aspx
diakses pada 19 Agustus 2018.
xxii
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching, “Profil Negeri Sarawak,
Malaysia,” tersedia di
https://www.kemlu.go.id/kuching/lc/Pages/Malaysia.aspx diakses pada 28
Juli 2018.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching. “191 Pasangan WNI
sertai Sidang Itsbat Nikah di KJRI Kuching.” Tersedia di
https://www.kemlu.go.id/kuching/id/berita-agenda/berita-
perwakilan/Pages/191-pasangan-WNI-sertai-Sidang-Itsbat-Nikah-di-KJRI-
Kuching.aspx diakses pada 07 Agustus 2018.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching. “CLC di Sarawak telah
diakui secara resmi oleh pemerintah Malaysia.” Tersedia di
https://www.kemlu.go.id/kuching/id/berita-agenda/berita-
perwakilan/Pages/CLC-di-Sarawak-telah-diakui-secara-resmi-oleh-
pemerintah-Malaysia.aspx diakses pada 27 Juni 2018.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching. “KJRI Kuching Lakukan
Pelayanan Keimigrasian „Jemput Bola.” Tersedia di
https://www.kemlu.go.id/kuching/id/berita-agenda/berita-
perwakilan/Pages/KJRI-Kuching-lakukan-Pelayanan-keimigrasian-
%E2%80%9CJemput-Bola%E2%80%9D.aspx diakses pada 19 Agustus 2018.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching. “Pendaftaran Diri.”
Tersedia di https://www.kemlu.go.id/kuching/id/layanan-
xxiii
konsuler/pelayanan-wni/Pages/Pendaftaran-Diri.aspx diakses pada 3
Agustus 2018.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching. “Peresmian 18 CLC
Sarawak oleh Duta Besar RI Kuala Lumpur.” Tersedia di
https://www.kemlu.go.id/kuching/id/berita-agenda/berita-
perwakilan/Pages/PERESMIAN-18-CLC-SARAWAK-OLEH-DUTA-
BESAR-RI-KUALA-LUMPUR.aspx di akses pada 16 Agustus 2018.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching. “Seluruh CLC di Sarawak
Kini Diakui Pemerintah Malaysia.” Tersedia di
https://www.kemlu.go.id/kuching/id/berita-agenda/berita-
perwakilan/Pages/Seluruh-CLC-di-Sarawak-Kini-Diakui-Pemerintah-
Malaysia.aspx diakses pada 28 Juni 2018.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia Kuching. “Boarding School diharpkan
dapat atasi permasalahan pendidikan anak TKI di Sarawak.” Tersedia di
https://www.kemlu.go.id/kuching/id/berita-agenda/berita-
perwakilan/Pages/Boarding-School-diharapkan-dapat-atasi-permasalahan-
pendidikan-anak-TKI-di-Sarawak.aspx diakses pada 23 April 2018.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib
Belajar.
xxiv
Portal Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kuala Lumpur. “3 CLC Baru di Sibu
Sarawak Diresmikan.” Tersedia di http://atdikbudkl.org/2017/10/22/3-clc-
baru-di-sibu-sarawak-diresmikan/ diakses pada 20 Juli 2018.
Portal Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kuala Lumpur. “Dubes Rusdi Kirana
Resmikan 17 CLC Baru di Sarawak.” Tersedia di
http://atdikbudkl.org/2018/03/18/dubes-rusdi-kirana-resmikan-17-clc-baru-
di-sarawak/ diakses pada 20 Juli 2018.
SILN-CLC Malaysia Booklet. Layanan Pendidikan Bagi Anak-anak Indonesia Di
Malaysia. KualaLumpur. 2016.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Sebelum
Amandemen
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Amandemen ke-4
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO),
”Education for All Movement,” tersedia di
http://www.unesco.org/new/en/education/themes/leading-the-international-
agenda/education-for-all/ diakses pada 10 April 2018.
xxv
United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO),
“Right to education,” tersedia di https://en.unesco.org/themes/right-to-
education diakses pada 25 April 2018.
United Nations General Assembly (UNGA). Convention on the Rights of the
Child. A/RES/44/25 61st Plenary Meeting. Tersedia di
http://www.un.org/documents/ga/res/44/a44r025.htm diakses pada 20 Juni
2018.
United Nations General Assembly (UNGA). International Covenant on
Economic, Social and Cultural Rights adopted and opened for signature,
ratification and accession by General Assembly Resolution 2200A (XXI) of
16 Desember 1966. Tersedia di
https://www.ohchr.org/EN/ProfessionalInterest/Pages/CESCR.aspx diakses
pada 21 Juni 2018.
Universal Declaration of Human Rights Article 26
Situs Berita Online
Aminah, Andi Nur. “3.600 Anak TKI Serawak tak Bersekolah Formal,” tersedia
di
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/04/12/ooa1y8384-
3600-anak-tki-serawak-tak-bersekolah-formal diakses pada 19 April 2018.
xxvi
Budi, Kurniasih. “Pemerintah Kirim Guru ke Malaysia untuk Layani Anak TKI.”
Tersedia di
https://edukasi.kompas.com/read/2018/05/07/08100041/pemerintah-kirim-
guru-ke-malaysia-untuk-layani-anak-tki diakses pada 17 Juli 2018.
Dedi. “253 Suami-Istri WNI Catatkan Perkawinan di Kuching.” Tersedia di
https://kalbar.antaranews.com/berita/349078/253-suami-istri-wni-catatkan-
perkawinan-di-kuching diakses pada 07 Agustus 2018.
Iqbal, Mohamad. “ KJRI Kuching Targetkan 100 Pasangan WNI Dinikahkan.”
Tersedia di https://equator.co.id/kjri-kuching-targetkan-100-pasangan-wni-
dinikahkan/ diakses pada 07 Agustus 2018.
Irawan, Yohanes Kurnia. “Mengunjungi Sekolah untuk Anak TKI Sawit di
Sarawak, Malaysia,” tersedia di
https://regional.kompas.com/read/2016/07/26/06415591/mengunjungi.sekol
ah.untuk.anak.tki.sawit.di.sarawak.malaysia diakses pada 12 Maret 2018.
Irawan, Yohanes Kurnia.“Kurniawati Lahir dan 19 Tahun di Malaysia, Pulang
Kampung sebagai WNI,” tersedia di
https://regional.kompas.com/read/2016/11/10/19445911/kurniawati.lahir.da
n.19.tahun.di.malaysia.pulang.kampung.sebagai.wni diakses pada 21 Mei
2018.
Kalbar Pro Kalimantan Barat. “Ketika 255 Pasangan Buruh Migran Indonesia di
Kuching Dinikahkan.” Tersedia di http://kalbar.prokal.co/read/news/1112-
xxvii
ketika-255-pasangan-buruh-migran-indonesia-di-kuching-dinikahkan.html
diakses pada 07 Agustus 2018.
Kalbar Pro Kalimantan Barat. “Ketika 255 Pasangan Buruh Migran Indonesia di
Kuching Dinikahkan.” Tersedia di http://kalbar.prokal.co/read/news/1112-
ketika-255-pasangan-buruh-migran-indonesia-di-kuching-dinikahkan.html
diakses pada 07 Agustus 2018.
Latief, “BNP2TKI Perjuangkan Pendidikan di Malaysia,” tersedia di
https://ekonomi.kompas.com/read/2015/09/19/175956626/BNP2TKI.Perjua
ngkan.Pendidikan.Anak.TKI.di.Malaysia diakses pada 12 Maret 2018.
Media Indonesia. Lulus SMP, Anak TKI di Sarawak Putus Sekolah. Tersedia di
http://www.mediaindonesia.com/read/detail/73890-lulus-smp-anak-tki-di-
sarawak-putus-sekolah diakses pada 17 Mei 2018.
Netralnews.com, “147 Anak TKI di Sabah, Ikuti Program Beasiswa.” Tersedia di
http://www.netralnews.com/news/pendidikan/read/89593/174-anak-tki-di-
sabah-ikuti-program-beasiswa diakses pada 19 September 2018.
Pikiran Rakyat, “Anak-Anak TKI Sabah Mendapatkan Beasiswa.” Tersedia di
http://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2015/06/22/332027/anak-anak-
tki-sabah-mendapatkan-beasiswa diakses pada 19 September 2018.
Safutra, Ilham .“Lewat Jalur Tikus Indonesia-Malaysia, 17 WNI Nyaris Jadi TKI
Ilegal,” tersedia di
xxviii
https://www.jawapos.com/read/2018/01/21/182897/lewat-jalur-tikus-
indonesia-malaysia-17-wni-nyaris-jadi-tki-ilegal diakses pada 9 April 2018.
Sekarwati, Suci. “Status Kewarganegaraan Anak-Anak TKI di Malaysia Jadi
Sorotan.” Tersedia di https://dunia.tempo.co/read/1070739/status-
kewarganegaraan-anak-anak-tki-di-malaysia-jadi-sorotan diakses pada 05
Agustus 2018.
Sutianto, Feby Dwi. “Mayoritas Pekerja Kebun Sawit di Sarawak Adalah WNI,”
tersedia di https://finance.detik.com/industri/d-3150796/mayoritas-pekerja-
kebun-sawit-di-sarawak-adalah-wni diakses pada 28 Juli 2018.
Tribun Kaltim.co, “ Siapkan Asrama Anak TKI, Dirjen Dikmen Kunjungi Pulau
Sebatik.” Tersedia di http://kaltim.tribunnews.com/2015/04/09/siapkan-
asrama-anak-tki-dirjen-dikmen-kunjungi-pulau-sebatik diakses pada 19
September 2018.
Tribun Kaltim.co, “SMK Mutiara Bangsa Sebatik juga Disiapkan Tampung Anak
TKI.” Tersedia di http://kaltim.tribunnews.com/2015/04/09/smk-mutiara-
bangsa-sebatik-juga-disiapkan-tampung-anak-tki diakses pada 19 September
2018.
Wawancara
Wawancara dengan Dadang Hermawan, M.Ed., Koordinator Penghubung CLC
Sabah-Sarawak melalui pesan Whatsapp pada 7 Juni 2018 s.d. 8 Agustus
2018.
xxix
Wawancara dengan Lucky Fathria Jatnika, SH., Koordinator Penghubung CLC
Wilayah Sarawak melalui pesan Whatsapp pada 16 Agustus 2018 s.d. 2
September 2018.
Wawancara dengan Nasrullah Ali Fauzi, Koordinator Penghubung CLC Wilayah
Sarawak melalui pesan Whatsapp pada 8 Juni 2018 s.d. 9 Agustus 2018.
Wawancara dengan Ringgi Perdini, Pelaksana Fungsi Penerangan, Sosial dan
Budaya, Konsulat Jenderal Republik Indonesia melalui pesan Whatsapp
pada 14 September 2018.
Wawancara dengan Rosyati Rosidin, Pelaksana Fungsi Konsuler, KJRI Kuching
pada 14 September 2018. Di KJRI Kuching.
xxx
LAMPIRAN 1
Data CLC di Wilayah Sarawak hingga Agustus 2018
Sumber : Lucky Fathria J., SH., Koordinator Penghubung CLC Wilayah Sarawak
NO NAMA CLC SYARIKAT LOKASI GURU
PAMONG
GURU
BINA
JMLH
MURID STATUS KETERANGAN
01 Ladang Ladong Tradewinds Simunjan 1 2 55
Sudah
terdaftar
Sudah
beroperasi
-
02 Ladang Melur
Gemilang Tradewinds Simunjan 1 - 25
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC sudah
diserahkan kepada
JPNS & BPS-KPM
03 Ladang Indranika
Jaya
WFM
Holdings Samarahan 1 - 15
Belum
terdaftar
Belum
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC belum
diserahkan kepada KP
CLC Sarawak
04 Ladang United
Teamtrade
WFM
Holdings
Balai
Ringin 3 - 24
Belum
terdaftar
Belum
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC belum
diserahkan kepada KP
CLC Sarawak
05 Ladang Tabaruk
Abadi
WFM
Holdings Sri Aman 2 - 12
Belum
terdaftar
Belum
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC belum
diserahkan kepada KP
CLC Sarawak
06 Ladang DOR
Klauh
Felcra
Berhad Sri Aman 1 - 15
Belum
terdaftar
Belum
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC belum
diserahkan kepada KP
CLC Sarawak
07 Ladang Retus
Rantau Tradewinds Sibu 1 - 26
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC sudah
diserahkan kepada
JPNS & BPS-KPM
08 Ladang Pasira Tradewinds Sibu 3 - 35
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC sudah
diserahkan kepada
JPNS & BPS-KPM
09 Ladang Pelitanah Tradewinds Sibu 2 - 50
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC sudah
diserahkan kepada
JPNS & BPS-KPM
10 Rinwood (Pelita)
Mukah Rinwood Mukah 1 1 26
Sudah
terdaftar
Sudah
beroperasi
-
11 Ladang Sebakong Rinwood Mukah 1 - 37
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC sudah
diserahkan kepada
JPNS & BPS-KPM
12 Ladang Judan Tradewinds Mukah 1 - 20
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC sudah
diserahkan kepada
JPNS & BPS-KPM
13 Ladang Worldsign Worldsign
Harvest Balingian 2 - 44
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC sudah
diserahkan kepada
JPNS & BPS-KPM
14 Ladang KUB
Sepadu KUB Mukah - - -
Belum
terdaftar
Belum
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC belum
diserahkan kepada KP
CLC Sarawak
xxxi
15 Ladang Balingian Felcra Balingian 2 - 18
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC belum
diserahkan kepada KP
CLC Sarawak
16 Ladang Rajawali Sime Darby Bintulu 2 2 138
Sudah
terdaftar
Sudah
beroperasi
-
17 Ladang Borneo
Agro R
Borneo Agro
R Bintulu 1 - 18
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC sudah
diserahkan kepada
JPNS & BPS-KPM
18 Ladang Gayanis KTS Bintulu 4 - 98
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC belum
diserahkan. Masih
tunggu bukti pas
pelajar.
19 Ladang Lavang
Special Sime Darby Bintulu 2 2 88
Sudah
terdaftar
Sudah
beroperasi
-
20 Ladang Pekaka Sime Darby Bintulu - 2 102
Sudah
terdaftar
Sudah
beroperasi
-
21 Wilmar Saremas Wilmar Bintulu 3 2 144
Sudah
terdaftar
Sudah
beroperasi
-
22 Wilmar Segarmas Wilmar Bintulu 3 2 85
Sudah
terdaftar
Sudah
beroperasi
-
23 Ladang Metanik SOPB Urun 2 - 17
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC belum
diserahkan kepada KP
CLC Sarawak
24 Ladang Keresa Keresa Bintulu 1 - 10
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC sudah
siap dan sudah
diserahkan kepada KP
CLC Sarawak
25 Ladang Smart1 Solid Bintulu 1 - 23
Belum
terdaftar
Belum
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC belum
diserahkan kepada KP
CLC Sarawak
26 Ladang Lana Samling Bintulu 1 - 15
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC masih
dilengkapi
27 Ladang Jelalong Samling Belaga/
Bintulu 3 - 54
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC masih
dilengkapi
28 Ladang Belaga Samling Belaga/
Bintulu 2 - 30
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC masih
dilengkapi
29 Ladang Urun Urun Urun/
Bintulu 1 - 15
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC belum
diserahkan kepada KP
CLC Sarawak
30 Ladang DD
Plantations DD Bintulu 1 - 20
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC belum
diserahkan kepada KP
CLC Sarawak
31 Al-Hijrah Ladang
Mutiara Tradewinds Miri 2 1 53
Sudah
terdaftar
Sudah
beroperasi
-
32 Ladang Greenfield Greenfield Miri 1 - 10
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC belum
diserahkan. Masih
tunggu arahan Kantor
Pusat.
33 Ladang Smart2 Tawakkal Miri - - 22
Belum
terdaftar
Belum
Dokumen permohonan
penubuhan CLC belum
diserahkan kepada KP
xxxii
beroperasi CLC Sarawak
34 Ladang Sachiew Yu Wang
Group Miri 2 - 27
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC sudah
diserahkan kepada
JPNS & BPS-KPM
35 Ladang SUAI 2,
Telabit SOPB Miri 2 - 53
Sudah
terdaftar
Sudah
beroperasi
-
36 Ladang Sungai
Trus SOPB Miri 1 1 18
Sudah
terdaftar
Sudah
beroperasi
-
37 Ladang Simalau Jaya Tiasa Miri - - -
Belum
terdaftar
Belum
beroperasi
Syarikat ini masih
belum mau membentuk
CLC
38 Ladang Sungai
Balim SOPB Miri 1 1 21
Sudah
terdaftar
Sudah
beroperasi
-
39 Ladang Galasah SOPB Miri 2 1 49
Sudah
terdaftar
Sudah
beroperasi
-
40 Ladang Pinang SOPB Miri 1 1 28
Sudah
terdaftar
Sudah
beroperasi
-
41 Ladang Alto Alto Miri 1 - 25
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC sudah
diserahkan kepada
JPNS & BPS-KPM
42 Ladang BHB WTK Miri 2 - 38
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC sudah
diserahkan kepada KP
CLC Sarawak
43 Ladang Tiga,
SPAD SPAD-SPB Miri 2 2 72
Sudah
terdaftar
Sudah
beroperasi
-
44 Ladang Sungai
Klad Tradewinds Miri 2 1 21
Sudah
terdaftar
Sudah
beroperasi
-
45 Ladang Binu Tradewinds Miri 2 - 25
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC sudah
diserahkan kepada KP
CLC Sarawak
46 Ladang Empresa Yu Wang Miri 2 - 35
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC sudah
diserahkan kepada KP
CLC Sarawak
47 Ladang Sg. Laong Yu Wang Miri 2 - 15
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC sudah
diserahkan kepada KP
CLC Sarawak
48 Ladang Timbarap
5 SOPB Miri 1 - 20
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC sudah
diserahkan kepada
JPNS & BPS-KPM
49 Ladang Lambir SOPB Miri 2 2 66
Sudah
terdaftar
Sudah
beroperasi
-
50 Ladang BLD
Lambir BLD Lambir Miri 2 - 32
Belum
terdaftar
Belum
beroperasi
Syarikat ini masih
belum mau
mengoperasikan CLC,
masih tunggu arahan
Kantor Pusat
51 Ladang Linau
Mewah
Linau
Mewah Miri 1 - 22
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC sudah
diserahkan kepada
JPNS & BPS-KPM
xxxiii
52 Ladang Taniku SOPB Miri 2 - 32
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC sudah
diserahkan kepada
JPNS & BPS-KPM
53 Ladang Merapok Tradewinds Lawas 1 - 16
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC sudah
diserahkan kepada
JPNS & BPS-KPM
54 Ladang Trusan Tradewinds Lawas 2 - 51
Belum
terdaftar
Sudah
beroperasi
Dokumen permohonan
penubuhan CLC sudah
diserahkan kepada
JPNS & BPS-KPM
J U M L A H 85 23 2,010
xxxiv
LAMPIRAN 2
Daftar Nama Guru Bina di CLC Wilayah Sarawak, Malaysia
Sumber: Nasrullah Ali Fauzi, Koordinator Penghubung CLC Wilayah Sarawak
NO NAMA
LENGKAP L/P
MULAI
BERTUGAS
MATA
PELAJARAN
TEMPAT
TUGAS
LOKASI
CLC
01 Adrias Wuranto L 01/05/2017 SD: Guru Kelas
CLC Al-
Hijrah
Ladang
Mutiara
Miri
02 Ahmad Adib
Budiman L 01/05/2017
SD: A.Islam,
PKn, IPS
SMP: Semua
Subject Kecuali
Math dan IPA
CLC
Ladang
Rajawali
Bintulu
03 Alfaeni P 01/08/2017
SD: Guru Kelas
SMP: PKn,
Matematika,
IPA,IPS,Pend.Ag
ama Islam
CLC
Ladang
Ladong
Simunjan
04 Fachrizal Yoga
Pamungkas L 01/05/2017 SD: Guru Kelas
CLC
Ladang
Sungai
Balim
Miri
05 Fahimatunnajah P 01/05/2017
SD: Guru Kelas
SMP: Math,
B.Indonesia,
Penjas,
SBK,IPS,PKn,
IPA, PAI
CLC
Ladang
Galasah
Miri
06 Gaguk Dwi
Saputro L 01/05/2017
SD: Guru Kelas
SMP: B.Inggris,
Matematika
CLC
Wilmar
Segarmas
Bintulu
07 Haris Cempaka L 01/05/2017
SD: Guru Kelas
1,4,6
A.Islam,
B.Inggris
CLC
Rinwood
(Pelita)
Mukah
Mukah
xxxv
08 Junaidi L 01/08/2017
SD: Guru Kelas
SMP: PKN,
Matematika,
B.Inggris,
Pend.Agama
Islam
CLC
Ladang
Pekaka
Bintulu
09 Mohamad Nur
Arif Rahman L 01/05/2017
SD: Guru Kelas
IPA,PAI,
B.Indonesia,
Penjaskes,SBK
CLC
Ladang
Tiga,
SPAD
Miri
10 M. Ilhamsyah L 01/05/2017
SD: Guru Kelas
SMP: IPA,
B.Inggris, TIK
CLC
Ladang
Lavang
Special
Bintulu
11 Muhammad
Isnaeni L 01/08/2017 SD: Guru Kelas
CLC
Ladang
Sungai
Trus
Miri
12 Muhammad Salim
J. L 01/08/2017
SD: Matematika,
Penjaskes, TIK
CLC
Wilmar
Saremas
Bintulu
13 Muntohar L 01/08/2017
SD: Guru Kelas
SMP: IPS,
Penjaskes
CLC
Wilmar
Segarmas
Bintulu
14 Nurdin Citro
Finsae L 01/08/2017
SD: Guru Kelas
SMP:
B.Indonesia,
Penjaskes
CLC
Ladang
Lavang
Specia
Bintulu
15 Nurul Hayat L 01/05/2017
SD: Guru Kelas
B.Indonesia,
Penjaskes,
B.Inggris
CLC
Sungai
Klad
Miri
16 Ridha Rangga
Radesakh L 01/08/2017
SD: Guru Kelas
IPS, Matematika,
PKn, B.Inggris
CLC
Ladang
Tiga,
SPAD
Miri
17 Rindi Darmanita P 01/05/2017 SD: Guru Kelas
CLC
Ladang
Pinang
Miri
18 Rita Agustin P 01/05/2017 SD: Math, IPA,
Agama Islam,
CLC
Ladang Miri
xxxvi
PJOK, SBK
SMP: Math,IPA
Agama Islam
Lambir
19 Rizki Sutrisno L 01/05/2017
SD: Guru Kelas
SMP: IPA, IPS,
SBK
CLC
Ladang
Pekaka
Bintulu
20 Taufan Bahtiar L 01/05/2017
SD: Guru Kelas
SMP:
B.Indonesia,
B.Inggris, TIK
CLC
Ladang
Ladong
Simunj
an
21 Uray Yandi
Rusnanda L 01/05/2017
SD: Agama Islam,
B.Inggris, SBK
CLC
Wilmar
Saremas
Bintulu
22 Winni Andika Sari
Gultom P 01/08/2017
SD: Guru Kelas
SMP: Matemaika,
IPA
CLC
Ladang
Rajawali
Bintulu
23 Yatestha
Jayanimita P 01/08/2017
SD: IPS,
B.Indonesia,
PKn,POJK, SBK
SMP: IPS,
B.Indonesia, PKn,
SBK
CLC
Ladang
Lambir
Miri
xxxvii
LAMPIRAN 3
Data Paspor yang Diterbitkan KJRI Kuching dalam Program „Jemput Bola‟
Sumber: Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching
NO TANGGAL
PENERBITAN NAMA NO PASPOR
1 17-05-2017 ABDUL LATIF BIN BACO B2694386
2 17-05-2017 KUSNADI B2694385
3 17-05-2017 ANTON SAMPELALO AT856597
4 17-05-2017 ARNI BINTI HAIRANI AT856596
5 17-05-2017 ARIF -
6 17-05-2017 MUID BIN MISTAR B2694390
7 17-05-2017 YUSUF -
8 17-05-2017 FIRMANSYAH - 9 17-05-2017 LAELA KOMARIYAH -
10 17-05-2017 MARIA SUSNANCI - 11 17-05-2017 YATENO - 12 17-05-2017 HANAFI - 13 17-05-2017 SAGIYO - 14 17-05-2017 SUSY TJHIN - 15 17-05-2017 PETRUS KADJA KORO - 16 17-05-2017 SYAHRUDIN - 17 17-05-2017 ARFAN BIN MILE - 18 17-05-2017 ABDUL HAMID - 19 17-05-2017 JITRON BAY - 20 17-05-2017 SAKKIRI BIN SANGKALA - 21 17-05-2017 ARMAN EFENDI - 22 17-05-2017 ADAM CANGKU - 23 17-05-2017 SUNARI - 24 17-05-2017 ABDUL RAHMAN MAKKU - 25 17-05-2017 LA MALULO - 26 17-05-2017 SOHRA ABDUL HAMID - 27 17-05-2017 NURJIAH BAHAR BAHARUDDIN - 28 17-05-2017 AMIR NURDIN - 29 17-05-2017 WAHADI BIN WIDAH - 30 17-05-2017 NURKHIMA AT856635
31 17-05-2017 ANIR BIN JADUH -
32 17-05-2017 HAJRAH ABBAS AT856634
33 17-05-2017 RIZAL YOGA WIBOWO AT856633
34 17-05-2017 BAINI AFIFAH AT856632
35 17-05-2017 NUR AISYAH ANTO AT856631
36 17-05-2017 DAHLIAH AT856630
37 17-05-2017 DAYA BINTI LAHASSE -
38 17-05-2017 NURLELA EMELIA AT856629
39 17-05-2017 SRI AYU JUMIATI AT856628
40 17-05-2017 JAMALUDDIN KAIMUDDIN -
41 17-05-2017 SARIMAH AT856627
42 17-05-2017 RUZAINI BINTI ABDUL KADI AT856626
xxxviii
43 17-05-2017 AINA SALSABILA AT856625
44 17-05-2017 KASRINA HISE AT856624
45 17-05-2017 SRI NUR HAMDANA AT856624
46 17-05-2017 SIARA PARISI -
47 17-05-2017 WINDAH AT856623
48 17-05-2017 DARMAWAN - 49 17-05-2017 RAHBIAH YUNGKO - 50 17-05-2017 RIANA PUTRI AT856622
51 17-05-2017 MUHAMMAD YASIN AT856638
52 17-05-2017 ROY AT856621
53 17-05-2017 ARIAL BIN JUSTANG AT856620
54 17-05-2017 SAHRIL BIN ARIP AT856619
55 17-05-2017 MUHLIS AT856618
56 17-05-2017 LUSIANA MAHMUD AT856617
57 17-05-2017 DUDDIN HALE -
58 17-05-2017 SALMAN AT856658
59 17-05-2017 SYAHRIL AT856657
60 17-05-2017 MUHAMMAD SOPIAN AT856656
61 17-05-2017 MUHAMMAD FAUZAN ABDILLAH AT856655
62 17-05-2017 LA ODE SYAHRUL HAIDA -
63 17-05-2017 MUHAMAD HAIKAL AT856654
64 17-05-2017 SYAMSIAH KADE -
65 17-05-2017 FAKRULFISAN AT856653
66 17-05-2017 MUHAMMAD RIZWAN BIN
MUHAMMADONG AT856652
67 17-05-2017 MUHAMAD ISWANDI BIN
MUHAMMADONG AT856651
68 17-05-2017 IRHAM AT856650
69 17-05-2017 ALIF AT856637
70 17-05-2017 DARUS SALAM AT856649
71 17-05-2017 MOHAMMAD HASRYADI AT856648
72 17-05-2017 MUHAMMAD AZIIZUN AT856647
73 17-05-2017 MUHAMMAD RIVALDO AGUS -
74 17-05-2017 ADITTYA NOVELLA AT856646
75 17-05-2017 RAZA AT856645
76 17-05-2017 ALDIANSYAH SAPUTRA AT856660
77 17-05-2017 SLAMET SUYANTO - 78 17-05-2017 DARMAJI TUKIMAH - 79 17-05-2017 MUHAMMAD CAHYO TASMIN AT856659
80 17-05-2017 SINTIA AT856644
81 17-05-2017 MEINIA ELVIAN PUTRI AT856643
82 17-05-2017 HAFISAH AT856642
83 17-05-2017 NUR AKMA AFIDA AT856641
84 17-05-2017 SIAN SANODDIN -
85 17-05-2017 RAFIDA AT856668
86 17-05-2017 ADASIA PAPO -
87 17-05-2017 JOELYANA BALQIS B2694389
88 17-05-2017 HANSINA SAIN -
89 17-05-2017 DIANA BINTI ZAINUDDIN - 90 17-05-2017 ERNI BINTI BAHA - 91 17-05-2017 NASLING MASING - 92 17-05-2017 SABIR BADARING - 93 17-05-2017 MAHMUD -
xxxix
94 17-05-2017 DADANG DARMAWAN - 95 17-05-2017 FIKRAM ARIANTO AT856667
96 17-05-2017 MUHAMAD AWVALARDHAN AT856666
97 17-05-2017 ALDI BIN ARMANSYAH AT856665
98 17-05-2017 MUHAMAD ROJIBUR ROZAQ AT856664
99 17-05-2017 INDRA MAWARDI -
100 17-05-2017 YUSRI RUSDI AT856663
101 17-05-2017 INDRA TARA AT856662
102 17-05-2017 DONI ABRIAN VEGA AT856681
103 17-05-2017 DIRHAM -
104 17-05-2017 TITTO RAGA AT856680
105 17-05-2017 MUHAMMAD DANI AT856679
106 17-05-2017 SURYADI AT856678
107 17-05-2017 BABA AT856677
108 17-05-2017 DURI AHMAN AT856676
109 17-05-2017 VIKRAM AT856675
110 17-05-2017 MUJI HARTONO -
111 17-05-2017 ASING AT856674
112 17-05-2017 NIRMA AT856673
113 17-05-2017 MOHAMAD HAFIZUL HAKIM AT856672
114 17-05-2017 ADITIA AT856671
115 17-05-2017 AGUNG AT856670
116 17-05-2017 HIKMAL WIJAYA AT856669
117 17-05-2017 FEBIAN AT856689
118 17-05-2017 NUR FITRIA AT856688
119 17-05-2017 SITI HAFIZOH AT856687
120 17-05-2017 IFTI LIYANA AT856686
121 17-05-2017 LINA AT856685
122 17-05-2017 FITRI ABDULLAH AT856684
123 17-05-2017 SALINI AT856683
124 17-05-2017 AYU NINCY AT856682
125 17-05-2017 CINTA MAULIDA AT856704
126 17-05-2017 AIDIT AT856694
127 17-05-2017 MOHAMAD SABRI AT856693
128 17-05-2017 FEBRIANSYAH BIN DAUD AT856692
129 17-05-2017 SYAHIDAL AZHAR ASMAN AT856691
130 17-05-2017 FIRMANSYAH AT856690
131 17-05-2017 ROSALINDA YUSTIAWATI AT856703
132 17-05-2017 SEPTINA AYU TIARA AT856702
133 17-05-2017 NURJAMILAH BINTI JAMALUDIN AT856701
134 17-05-2017 HAIRUN NIHZAM AT856712
135 17-05-2017 SITI NURHALIZA AT856700
136 17-05-2017 HUMAYZIYA BATRISYIAH BINTI
KHADRAWI AT856699
137 17-05-2017 RAFA SHAPUTRA AT856711
138 17-05-2017 MUHAMMAD AZIZUL AT856710
139 17-05-2017 WIDYA NATASHA BINTI NURSHAH AT856698
140 17-05-2017 IRMAYANTI AT856697
141 17-05-2017 NORHALIMAH AT856696
142 17-05-2017 FERDI AT856709
143 17-05-2017 ADESUKMA AT856695
144 17-05-2017 ARDIAN BIN ZAINUDDIN AT856742
145 17-05-2017 HAJAR AL ASWAD AT856708
xl
146 17-05-2017 ALIEF AT856741
147 17-05-2017 MOHAMMAD KHALID AT856707
148 17-05-2017 MUHAMMAD ALDI AT856706
149 17-05-2017 HASRUL EMAN AT856705
150 17-05-2017 STEFANUS ANDIKA CAWA AT856740
151 17-05-2017 ADRI NUSFAS AT856735
152 17-05-2017 MOHAMAD WAHYU AT856739
153 17-05-2017 UMUL PADILA AT856736
154 17-05-2017 SERI MUHAELA AT856714
155 17-05-2017 AHMAD AMINULLAH AT856738
156 17-05-2017 NURDEFI AT856720
157 17-05-2017 KAMILA ANNISA AT856713
158 17-05-2017 NUNUNG FAHDIANA AT856733
159 17-05-2017 ADRIAN RAHMAT RASYID AT856737
160 17-05-2017 TIARA LESTARI AT856734
161 17-05-2017 HARISA AT856732
162 17-05-2017 HARDIANA AT856721
163 17-05-2017 NUR ILHAM BIN BAHARUDDIN AT856731
164 17-05-2017 SAFA SOFIANTI BINTI MUHAMMAD
YUSUF AT856730
165 17-05-2017 SITI AT856722
166 17-05-2017 GUNTUR AT856729
167 17-05-2017 NUR FADJILA RAMADAN AT856719
168 17-05-2017 NURUL NASRIN AT856728
169 17-05-2017 RISKAM BINTI ABDULLAH AT856727
170 17-05-2017 ANNISA YANTO AT856723
171 17-05-2017 SYAZRIN SYASWANI AT856718
172 17-05-2017 MUHAMMAD FARDHI MAS BIN
JIANTO AT856726
173 17-05-2017 WAN NUR ADAM SALEH AT856725
174 17-05-2017 HERMINA ENJELINA TIA AT856724
175 17-05-2017 KURNIA AT856717
176 17-05-2017 ZASKYAH FAUZI AT856716
177 17-05-2017 MOHAMAD IRWAN RHIO AT856753
178 17-05-2017 ZIVILIA AMANDA AT856715
179 17-05-2017 MOHAMMAD DANIEL HAFIZAN AT856752
180 17-05-2017 REMA MELATI SAFII AT856743
181 17-05-2017 WAHIT ALPATONI AT856751
182 17-05-2017 SITI NURHALIZA AT856744
183 17-05-2017 LALU ANDRIAN SYAHPUTRA AT856750
184 17-05-2017 MOHAMMAD SARMIN AT856749
185 17-05-2017 RADIT AT856745
186 17-05-2017 MOHAMMAD DANI AT856748
187 17-05-2017 MUHAMMAD IRFAN AT856746
188 17-05-2017 MOHAMMAD FAIZAL AT856747
189 17-05-2017 RISKI ADITIA AT856757
190 17-05-2017 YUDA ABDUL MUAD AT856756
191 17-05-2017 CARLOS UMAR AT856768
192 17-05-2017 GIMAS SAPUTRA AT856755
193 17-05-2017 SAHRA TIARA AT856761
194 17-05-2017 PATMA BIRING AT856762
195 17-05-2017 RAHMA WATI AT856763
196 17-05-2017 PADILA SALSABILA SALMAN AT856764
xli
197 17-05-2017 NUR IZATUL ALIA AT856765
198 17-05-2017 MUHAMMAD NUR IKHSAN
SAPUTRA AT856766
199 17-05-2017 NUR AZIZAH AT856767
200 17-05-2017 ASRUL AT856754
201 17-05-2017 ASWAH AT856760
202 17-05-2017 ANAFIH SAIPUL AT856759
203 17-05-2017 KASMIR AT856758
204 17-05-2017 ADEL AT856771
205 17-05-2017 MOHAMAD HAFIZ NAZRIZAN AT856772
206 17-05-2017 YUDAR MAULI SARAWAHYU AT856773
207 17-05-2017 YADE SAPUTRA MUHAMMAD
NASIR AT856774
208 17-05-2017 YUHASRIADI OMA AT856783
209 17-05-2017 MUHAMED RAMDOA BIN JUPRIN AT856775
210 17-05-2017 ERIL HARUM AT856781
211 17-05-2017 MUHAMMAD ALIF IKRAM AT856780
212 17-05-2017 REPAN ANDITA AT856769
213 17-05-2017 MUHAMAD FATAHULA AT856770
214 17-05-2017 KHALIL GIBRAN AT856779
215 17-05-2017 FITRIANI AMBO ENRE AT856778
216 17-05-2017 SALSABILA AT856777
217 17-05-2017 SAHRAH TATO AT856782
218 17-05-2017 AIRIN SALZABILA RUSLI AT856776
219 15-11-2017 JOKO SUSILO -
220 15-11-2017 LAZARUS NGAMPA AU051760
221 15-11-2017 SULAEMAN BIN SALA AU051765
222 15-11-2017 RABIA BALO AU051766
223 15-11-2017 ADI HALLA AU051767
224 15-11-2017 YUNUS TALAN AU051768
225 15-11-2017 ABDUL HALIK AU051769
226 15-11-2017 NURIANI JAMALUDIN B2875643
227 15-11-2017 BASUNI BIN TUKIYO B2875644
228 15-11-2017 ELISABETH YACOBETH -
229 15-11-2017 IMAM WIDIYANTO -
230 15-11-2017 AGUS SUBUR -
231 15-11-2017 MARHAM BIN NAHAR -
232 15-11-2017 MUSLIMIN HERMAN -
233 15-11-2017 OKY DWI HARTONO PRIYO -
234 15-11-2017 GUSTINI BINTI ZAILANI AU051777
235 15-11-2017 SUMERI WAHYUDI -
236 15-11-2017 SUNARMI AU051759
237 15-11-2017 SUMIATI -
238 15-11-2017 RENI ALIAHMAD AU051779
239 15-11-2017 SUPARTIANI -
240 15-11-2017 SUWITO SAMAD AU051758
241 15-11-2017 NANIK - 242 15-11-2017 SUHARDI NURDIN - 243 15-11-2017 ISHAK AL QUMAR - 244 15-11-2017 JUMRAWATI SAPA - 245 15-11-2017 IKSAN BIN SAHRIR - 246 15-11-2017 AMINAH - 247 15-11-2017 ARFAH -
xlii
248 15-11-2017 NURSEHA - 249 15-11-2017 MUSTIADI AU051783
250 15-11-2017 IRMA ANDI SETIAWAN - 251 15-11-2017 TOMMY ANDHIKA HALIM - 252 15-11-2017 HERMAN SIMON - 253 15-11-2017 NASIR BUJANG - 254 15-11-2017 SHANDY MAHMUDDIN - 255 15-11-2017 ABDUR RAHMAN - 256 15-11-2017 JON - 257 15-11-2017 RUSLAN - 258 15-11-2017 NURAENI LIBU - 259 15-11-2017 DERAWI - 260 15-11-2017 MARIA FATIMA PAINNEON - 261 15-11-2017 RODI MUHAMAD - 262 15-11-2017 NABO SAMSUDI - 263 15-11-2017 MUNAKIB TUKI - 264 15-11-2017 BONG MIAU LI - 265 15-11-2017 HAKIM - 266 15-11-2017 SUPRIADI - 267 15-11-2017 LIM LIE SIAT B2875651
268 15-11-2017 LIM NGAN FUNG B2875648
269 15-11-2017 TJU LIE CEN B2875649
270 15-11-2017 LIM LIE LING B2875650
271 15-11-2017 ASRIANTO -
272 15-11-2017 MARCE KELIN AU051787
273 15-11-2017 RUMASE HIDAYAT -
274 15-11-2017 ARIS MUNANDAR -
275 15-11-2017 NANANG SETIAWAN B2875652
276 15-11-2017 KASMA -
277 15-11-2017 ROSNI RABAI -
278 15-11-2017 SIRAJUDDIN BIN YUNUS -
279 15-11-2017 RIVARD ARNOLUS OEMATAN -
280 15-11-2017 BURHAN -
281 15-11-2017 LATIFUL CHOHAR BIN SUDJAI -
282 15-11-2017 TERIANUS IO -
283 15-11-2017 BINTAR SUGIARTO -
284 15-11-2017 SURIANTI BINTI JUMAKKA -
285 15-11-2017 TUTU RAMANG -
286 15-11-2017 HIKARDI SALAMA -
287 15-11-2017 SAKRAWATI LASADI -
288 15-11-2017 FITRIA -
289 15-11-2017 RIZAL IKWAWAN -
290 15-11-2017 PUTRI SAKAN -
291 15-11-2017 ILEBBI LABENNI -
292 15-11-2017 CINDRASAH -
293 15-11-2017 AKIE LASARAKA -
294 15-11-2017 MARTINUS LATIF -
295 15-11-2017 YOHANES FALLO -
296 15-11-2017 WALGIYONO -
297 15-11-2017 ANDIK NURMAWATI -
298 15-11-2017 ALI SOFII -
299 15-11-2017 SUCIPTO -
300 15-11-2017 NASIKUN -
xliii
301 15-11-2017 KARJANI KAMARI KATIJAN -
302 15-11-2017 RINAH TANJONG LASESE -
303 15-11-2017 MUHAMMAD AKHBAR IMRAN -
304 15-11-2017 MUHAMAD ZULHIJRULLAH BIN
KHADRAWI -
305 15-11-2017 MUHAMMAD ASRIZUL -
306 15-11-2017 DEHNY ARDIYANZA -
307 15-11-2017 KAMELIA -
308 15-11-2017 WIRANDA -
309 15-11-2017 RISKI WAHYU SAPUTRA -
310 15-11-2017 HENDRI ABDUL MAJID -
311 15-11-2017 WAHYUNI -
312 15-11-2017 DARLINA BINTI RIYADI -
313 15-11-2017 PUTRI BINTI HERMAN -
314 15-11-2017 NUR SYAKILLA SAHIRA NANA -
315 15-11-2017 EKA HERLINARIA SAPUTRI -
316 15-11-2017 USWATUL HASANAH BINTI RIYADI -
317 15-11-2017 MUHAMMAD YUSRI RAHMADAN -
318 15-11-2017 NURAZIZAH BINTI
MUHAMMADONG -
319 15-11-2017 SITI NURFAZILA BINTI KHADRAWI -
320 15-11-2017 FITRI AYU NINASIH BINTI
ZULKARHAN -
321 15-11-2017 AZLINA -
322 15-11-2017 NURFAIZAH BINTI
MUHAMMADONG -
323 15-11-2017 AZMA UL UZNA -
324 15-11-2017 SAKINA -
325 15-11-2017 ADILAHSARI ARDIANTO -
326 15-11-2017 SITTI HADIJA SAING -
327 15-11-2017 ARIAL HERU NAWIR -
328 15-11-2017 MUHAMMAD RESKI PUTRA BIN
ZAINUDDIN -
329 15-11-2017 DWI ANDIKA -
330 15-11-2017 MOHAMAD AIDIL DAMAYANA
PITRA BIN DAMING -
331 15-11-2017 MOHAMMAD CHAIRIL -
332 15-11-2017 FEBRIANI SYAWAL -
333 15-11-2017 PUTERI ALQISYAIRIN BINTI
SOLIHIN -
334 15-11-2017 MEIZAN PRATAMA NURDIANTO -
335 15-11-2017 NISSYA RAMADHANI BIN
ABDULLAH -
336 15-11-2017 NURUL SILVIA -
337 15-11-2017 JEFIAN QOIROTUN NIKMAH -
338 15-11-2017 NUR AIN SYAFIKA -
339 15-11-2017 NATASYA -
340 15-11-2017 HENDRIK -
341 15-11-2017 NABILA SAFITRI -
342 15-11-2017 QIFANDI IBRAHIM -
343 15-11-2017 NUR HIKMAH -
344 15-11-2017 DEWA INDRA JAYA -
345 24-02-2018 MASYUR MAKSAHURI AU195316
xliv
346 24-02-2018 HERMAN MUSLIN AU195317
347 24-02-2018 SHOLEH KHODIN AU195408
348 24-02-2018 TOMI SAMSUL AU195407
349 24-02-2018 ANOM WIRATNO AU195405
350 24-02-2018 SUJIBNO BIN SAHWAT -
351 24-02-2018 SALEHE AU195406
352 24-02-2018 JUFRI GEGO AU195404
353 24-02-2018 ERIC ABDULLAH -
354 24-02-2018 DIDIK HARIYANTO AU195259
355 24-02-2018 FIDELIS TANGGU DEKU AU195258
356 24-02-2018 ADAM BIN SAIE AU195319
357 24-02-2018 AMILUDDIN AU195321
358 24-02-2018 FIRMAN AU195293
359 24-02-2018 NASRI GEGO AU195403
360 24-02-2018 ARIFIN KURUSI AU195294
361 24-02-2018 EFFENDY BIN ABDULLAH AU195295
362 24-02-2018 SUMARTONO -
363 24-02-2018 WARDANA KUDDU AU195266
364 24-02-2018 SUDARNI LAKASAU AU195322
365 24-02-2018 SUMADI AU195402
366 24-02-2018 SATILA AU195326
367 24-02-2018 SUKARDI MANSUR AU195401
368 24-02-2018 SAMSUL -
369 24-02-2018 SOLEMAN TALAN AU195327
370 24-02-2018 ASMAYADI AU195257
371 24-02-2018 TAUFIK HAIRONI -
372 24-02-2018 RICO MORNI AU195400
373 24-02-2018 MARUKI MUSLEH AU195399
374 24-02-2018 NURHAYATI AU195265
375 24-02-2018 RAHMAN -
376 24-02-2018 SALMAN LARAMANG AU195398
377 24-02-2018 MUSTAPA AU195397
378 24-02-2018 RIKARDUS -
379 24-02-2018 SYAMSUL BAHRI -
380 24-02-2018 TAJUDDIN RAMPEI AU195396
381 24-02-2018 TOBIAS TODA GOLLU AU195395
382 24-02-2018 MULIADI ASMONI AU195394
383 24-02-2018 HASMI AU195380
384 24-02-2018 PUAD HASAN AU195393
385 24-02-2018 RAHMAT BIN SAHARUDIN AU195272
386 24-02-2018 HATATI BINTI MASSERE AU195337
387 24-02-2018 RUHUL QUDUS AU195392
388 24-02-2018 MASLIANA LAMALU AU195379
389 24-02-2018 LISA BINTI SOLIHIN AU195285
390 24-02-2018 SALIM -
391 24-02-2018 NUR DIANA -
392 24-02-2018 HARIATI BINTI LAHO AU195286
393 24-02-2018 NENY YULYANTI AU195378
394 24-02-2018 NISMAWATI -
395 24-02-2018 HIMDAH BINTI ZAENI AU195287
396 24-02-2018 HASNI PALALOI AU195275
397 24-02-2018 IRMAWATI LANGA AU195264
398 24-02-2018 MIRA AU195288
xlv
399 24-02-2018 KURNIA BUJANG SALEH AU195263
400 24-02-2018 YUPA LADARISA -
401 24-02-2018 IDAH BINTI SEMMANG AU195339
402 24-02-2018 SUYITNO AU195391
403 24-02-2018 IRMA -
404 24-02-2018 HAJRAH BINTI JUNEDA AU195341
405 24-02-2018 MIRAH NGADIO AU195377
406 24-02-2018 DIBYO SARWONO AU195256
407 24-02-2018 LAMAMMA LAJUMA AU195343
408 24-02-2018 SUWARDI KAMARUDDIN AU195390
409 24-02-2018 SAIFUL INTA AU195389
410 24-02-2018 ALI IMRON AU195296
411 24-02-2018 NURHAUATI -
412 24-02-2018 ARTASIH AU195376
413 24-02-2018 JAMALUDDIN NURDIN AU195344
414 24-02-2018 DARA LAMARU AU195375
415 24-02-2018 ALEX NYAMBO AU195297
416 24-02-2018 HANISA SUDIRMAN AU195374
417 24-02-2018 DARWIS HABO AU195345
418 24-02-2018 ASMAWATI MUHAMAD SALUK AU195289
419 24-02-2018 IIN MULIANI AU195373
420 24-02-2018 NURSANI MOHTASOR AU195262
421 24-02-2018 AMINAH TAHIR AU195290
422 24-02-2018 ASPAH CENA AU195291
423 24-02-2018 MUHAMMAD KHAIRIL RIEZANIEY AU195347
424 24-02-2018 ATENG BINTI ELIN AU195292
425 24-02-2018 CICCI GAJI -
426 24-02-2018 AIDIL RAHMAN AU195255
427 24-02-2018 BINTANG RATTE AU195372
428 24-02-2018 HANAPI AU195254
429 24-02-2018 HERNAWATI BT HARPAEN -
430 24-02-2018 HAMIRI JIKRI AU195253
431 24-02-2018 FUAT HASAN BIN IQKRAM -
432 24-02-2018 HELMI BASIR AU195354
433 24-02-2018 YOSEF CAWA AU195276
434 24-02-2018 ASTUTIK -
435 24-02-2018 SUHENDRA ALHAD AU195261
436 24-02-2018 SANIRAN AU195388
437 24-02-2018 ICHA NOVIANA SARI AU195371
438 24-02-2018 ZOHRIL RIZWAN AU195387
439 24-02-2018 TAHIR SIGALAGA AU195277
440 24-02-2018 LINDAWATI -
441 24-02-2018 EEN ANDIK -
442 24-02-2018 HUNIATI AU195370
443 24-02-2018 DARMADI KARIM AU195252
444 24-02-2018 SALIM -
445 24-02-2018 NURDIANA BINTI MALIK -
446 24-02-2018 SALLEH AU195355
447 24-02-2018 SABURI HAIDIR -
448 24-02-2018 RABUDIN AMAT AU195260
449 24-02-2018 SITTI AMA AU195369
450 24-02-2018 ASMA DURUSE AU195386
451 24-02-2018 REMI AJI AU195271
xlvi
452 24-02-2018 DADI SUKKU AU195251
453 24-02-2018 DARUS SALAM AU195250
454 24-02-2018 MUHAMMAD SYAKIR AU195385
455 24-02-2018 RATEMI AU195301
456 24-02-2018 DAING NAI AU195278
457 24-02-2018 BAHAR RAUP AU195249
458 24-02-2018 SUMRIYEH AU195270
459 24-02-2018 SUPARMAN AU195384
460 24-02-2018 AYU SITI MINA AU195279
461 24-02-2018 DENI BIN KASAN AU195280
462 24-02-2018 ASMAT AU195298
463 24-02-2018 NURUL KHOMARIAH BINTI MOH
SEN -
464 24-02-2018 RISNA SEMMAILA -
465 24-02-2018 ANTONI AU195281
466 24-02-2018 SANTIE JULI AU195302
467 24-02-2018 ANDRIAN AU195383
468 24-02-2018 RINDI AU195269
469 24-02-2018 AGUS BIN RASHID NIA AU195282
470 24-02-2018 SITI AISYAH AU195268
471 24-02-2018 ANDIKA AU195283
472 24-02-2018 FITRIANI RAJAB AHMAD AU195248
473 24-02-2018 ADO AU195382
474 24-02-2018 ABU BIN NORDIN AU195299
475 24-02-2018 JUSNA BASOK -
476 24-02-2018 ARDI BIN HAMIDI AU195284
477 24-02-2018 WULAN DARI AU195267
478 24-02-2018 BAHARUDIN AU195381
479 24-02-2018 WIJI ASTUTIK AU195303
480 24-02-2018 MANTO AU195300
481 24-02-2018 SARIFUDDIN BIN SANGKA AU195247
482 24-02-2018 NURDIN AU195246
483 24-02-2018 ANTON AU195356
484 24-02-2018 FERDI BIN TABRANI -
485 24-02-2018 AHMAD TRIONO AU195245
486 24-02-2018 BASIR BIN MUHAMMAD AU195357
487 24-02-2018 NASRUDIN AU195335
488 24-02-2018 AZIS DIKI BIN SAMAD AU195358
489 24-02-2018 MIRATI AU195334
490 24-02-2018 MANSUR BIN AJIRON AU195324
491 24-02-2018 UDIN BUJANG AU195368
492 24-02-2018 PATAHUL ANAM BIN URUN AU195338
493 24-02-2018 ABDUL GHAFUR AU195359
494 24-02-2018 LAGE HALANG AU195340
495 24-02-2018 MAWARNI SAMID AU195342
496 24-02-2018 HERMAN SODA AU195360
497 24-02-2018 BOLENG BIN YIRIN AU195361
498 24-02-2018 MUHAMMAD FAIZAL RUSLI AU195315
499 24-02-2018 IWAN LANDENG -
500 24-02-2018 DARMAWAN BIN NASIR AU195362
501 24-02-2018 NASRI AU195314
502 24-02-2018 ISMAIL LOPPENG AU195367
503 24-02-2018 MUHIBAN AU195346
xlvii
504 24-02-2018 MOHD RESYAWAN BIN ALI AU195349
505 24-02-2018 IDRIS ALMUBDI AU195363
506 24-02-2018 IBRAHIM AU195365
507 24-02-2018 MUDIONO BIN MARWAT AU195313
508 24-02-2018 MUHAMMAD CEP JOHAR AU195348
509 24-02-2018 HARTAWAN AU195312
510 24-02-2018 MUHAMMAD NUR LANGGI AU195311
511 24-02-2018 LANNING LATIF AU195310
512 24-02-2018 LALU HANDILUN AU195309
513 24-02-2018 JABAR HASAN -
514 24-02-2018 MUHAMAD TAUFIKURRAHMAN AU195308
515 24-02-2018 MAHDI AU195307
516 24-02-2018 ALI AU195364
517 24-02-2018 RUSTAM BIN JUPRI AU195351
518 24-02-2018 MOCHAMMAD ROTIB AU195306
519 24-02-2018 IRWAN BIN YUSUF AU195353
520 24-02-2018 PATIMAH ELPI ASAMAT AU195350
521 24-02-2018 ROSMIATI BINTI JARAIN AU195352
522 24-02-2018 RISKA MAJID AU195305
523 24-02-2018 SUCIK ITA NINGSIH AU195320
524 24-02-2018 SUPRIANA -
525 24-02-2018 SRIANI AU195304
526 24-02-2018 MINATUN AU195273
527 24-02-2018 ANTO -
528 24-02-2018 USMAN AU195274
529 24-02-2018 DJUMAIN SAUNA AU195318
530 24-02-2018 RUDI LANAU AU195333
531 24-02-2018 MUAZ AU195323
532 24-02-2018 MUHASWARI MUSTARING AU195332
533 24-02-2018 OTMAS MADA AU195330
534 24-02-2018 BENTAR NURDIN AU195325
535 24-02-2018 RAHMAN BIN MUHAMMAD NUR -
536 24-02-2018 HAERUL ANWAR AU195328
537 24-02-2018 NIKMALUDDIN AU195329
538 24-02-2018 MUNASIR -
539 24-02-2018 LANDENG TANGNGA -
540 24-02-2018 JUNAIDIN AU195336
541 24-02-2018 MUHAMMADE LAUPE -
542 24-02-2018 LUKMAN -
543 24-02-2018 HADIS AU195331
544 24-02-2018 MUHRI AU195366
545 24-02-2018 HERNIATI AU195449
546 24-02-2018 NAHA AU195448
547 24-02-2018 DOMINGGUS NAI BILI AU195409
548 24-02-2018 WARNO AU195471
549 24-02-2018 SUPIANI MOHA AU195447
550 24-02-2018 ABD SAMAD AU195470
551 24-02-2018 SELVIANI MUHAMMAD IDRIS AU195446
552 24-02-2018 DARSAM -
553 24-02-2018 MAHUDIN AU195469
554 24-02-2018 SUHADA AU195445
555 24-02-2018 TARWI AU195468
556 24-02-2018 HASNI AU195444
xlviii
557 24-02-2018 SADAKAH AU195410
558 24-02-2018 MUHAMAD TAYUB AU195467
559 24-02-2018 MARIYANI DASING AU195443
560 24-02-2018 SARIPUDDIN AU195466
561 24-02-2018 UNASIH AU195442
562 24-02-2018 AMRI DG NAKKU AU195465
563 24-02-2018 ANGGRIANI BT NURDIN ANWAR AU195441
564 24-02-2018 MAMA AU195464
565 24-02-2018 HARIS AU195463
566 24-02-2018 NORHASAN AU195440
567 24-02-2018 HENRA AU195462
568 24-02-2018 ABDUL LATIF AU195461
569 24-02-2018 AHMAD BANA AU195439
570 24-02-2018 TEGUH SELAMET AU195460
571 24-02-2018 NUKMAN AU195438
572 24-02-2018 A WE TENRI SANGKA NILWADY AU195416
573 24-02-2018 NUDIANA SEWA AU195415
574 24-02-2018 JUWADI AU195437
575 24-02-2018 SARIPUDIN SAUPA AU195459
576 24-02-2018 SUAIDIN AU195413
577 24-02-2018 GUNAJI AU195436
578 24-02-2018 SUARDI MUIS AU195458
579 24-02-2018 HAMID AU195435
580 24-02-2018 ARIFIN SAENO -
581 24-02-2018 YOSEP NOFRIYANTO MALI DAO AU195434
582 24-02-2018 BAKRI AU195457
583 24-02-2018 ALISYBAN -
584 24-02-2018 JIMUN AU195433
585 24-02-2018 ARIANTO AU195455
586 24-02-2018 SYAHRIR AU195432
587 24-02-2018 ASIS AU195456
588 24-02-2018 SAIN AU195431
589 24-02-2018 RAHMAWATI AU195422
590 24-02-2018 ABDUL RAHMAN AU195430
591 24-02-2018 JABIR MAMAN AU195414
592 24-02-2018 KATILAH AU195429
593 24-02-2018 AKSA YUNUS AU195454
594 24-02-2018 NURHAYATI AU195412
595 24-02-2018 HANIA AU195428
596 24-02-2018 SUKMAWATI AU195418
597 24-02-2018 NATALIA FATIMA ABU LELO AU195427
598 24-02-2018 ASAN AU195451
599 24-02-2018 HASNAH AU195426
600 24-02-2018 SIRMADI -
601 24-02-2018 ANGGUN AU195450
602 24-02-2018 SASMITA DG BAU AU195425
603 24-02-2018 RABASIAH AU195419
604 24-02-2018 KIKI AU195424
605 24-02-2018 RABASIA AU195420
606 24-02-2018 SYAMSIAH AU195423
607 24-02-2018 ILYAS ABDUL RAHIM AU195452
608 24-02-2018 MUHAMMAD BASIR BIN DASING -
609 24-02-2018 SITTI TALLASSI AU195421
xlix
610 24-02-2018 RISMAN KAMMISI AU195411
611 24-02-2018 MOHAMAD NASIR AU195417
612 24-02-2018 ADI -
613 24-02-2018 ICAL BAHA AU195453
614 24-02-2018 HERMAN AU195475
615 24-02-2018 AFIQAH FIRZANAH AU195476
616 24-02-2018 NURUL ASISA AU195481
617 24-02-2018 JHENNY MALTA LUGITA AU195484
618 24-02-2018 FADILAH YASIRUN AU195485
619 24-02-2018 NURHALIZA AU195486
620 24-02-2018 JAMILAH AU195491
621 24-02-2018 NADIR JABAR -
622 24-02-2018 ARIEL BACHTIAR AU195488
623 24-02-2018 RIDHO AL HABIB AU195494
624 24-02-2018 OKTOVIANA BASTIANA AU195495
625 24-02-2018 LUNA DWI FEBIOLA AU195497
626 24-02-2018 AISHAH AU195500
627 24-02-2018 MUH KHAERUL HOLQI AU195474
628 24-02-2018 ARIL YANGSYAH AU195477
629 24-02-2018 NUR SALINA AU195478
630 24-02-2018 ALFIAN ALDO AU195479
631 24-02-2018 EGI WINATA ZAINUDIN AU195480
632 24-02-2018 AFDAL AU195472
633 24-02-2018 NABILA BAHAR AU195473
634 24-02-2018 ERFAN AU195482
635 24-02-2018 HENDRY AU195483
636 24-02-2018 SANDRY AU195489
637 24-02-2018 FADLI BIN BUDI AU195490
638 24-02-2018 MOHAMMAD RAMADAN BIN ARIP AU195492
639 24-02-2018 NURDIN SAMSUL AU195493
640 24-02-2018 MOHAMAD AZIZ AU195496
641 24-02-2018 MUHAMMAD ALIF JUMLIAS AU195498
642 24-02-2018 MUHAMMAD ADAM JUMLIAS AU195499
643 24-02-2018 AHMAD DANI -
644 24-02-2018 MUHAMMAD NASRULLAH -
645 24-02-2018 MOHAMAD ASDI GUNAWAN -
646 24-02-2018 MUHAMMAD AKBAR SUWITO -
647 24-02-2018 RAHMAT AMIRULLAH EDY -
648 24-02-2018 MUHAMMAD HAIZAM -
649 24-02-2018 SAHRUL -
650 24-02-2018 RALISYA AU195487
651 18-08-2018 MUHAMMAD JIBRAN -
652 18-08-2018 ABDUL JABAR AL AFGAN - 653 18-08-2018 NUR SYAWAL MANSYUR - 654 18-08-2018 WILSON SEMBRI - 655 18-08-2018 NURHIDAYAH UMAR -
656 18-08-2018 SAZYA UMAIRAH BINTI
ABDULLAH
-
657 18-08-2018 MIRANDA - 658 18-08-2018 REZKY ALYA PUTRI SEMBRI - 659 18-08-2018 RAHMAT RAJAB - 660 18-08-2018 MUHAMMAD AIDIL SAMUDRA - 661 18-08-2018 LUKMAN HAKIM BURHAN -
l
662 18-08-2018 AHMAD PADLAN - 663 18-08-2018 YUSRI MUSLIMIN - 664 18-08-2018 MUHAMMAD FERDI HASAN ALI - 665 18-08-2018 PUTRA BASRI -
666 18-08-2018 MUHAMMAD ALL SAMIR BIN
RUSMAN
-
667 18-08-2018 MUHAMMAD ANDIKA PRATAMA
SETIYO
-
668 18-08-2018 NABILA SITI AISAH AL HUMAIROH -
669 18-08-2018 MUHAMMAD DAFA AZKA
SAPUTRA
-
670 18-08-2018 RIKI MUHTAR -
li
LAMPIRAN 4
Wawancara dengan Dadang Hermawan, Koordinator Penghubung CLC Sabah dan
Sarawak via Whatsapp
Waktu : 7 Juni 2018 s.d. 8 Agustus 2018
Narasumber : Dadang Hermawan, Koordinator Penghubung CLC Sabah dan
Sarawak
Q : Pak, setahu saya CLC itu bukan sekolah formal, lalu apakah pemerintah
sudah menyediakan sekolah formal untuk anak-anak TKI di Sarawak?
A : Kalau namanya ya… pelaksanaannya sebagai kelas jauh SIKK (Sekolah
Indonesia Kota Kinabalu). Ijazahnya juga sama dengan anak SIKK, bukan
paket. CLC itu polanya seperti SMP Terbuka.
Q : Berarti pelajaran yang diberikan sama ya, Pak?
A : Ya sama.
Q : Kalau ada anak dari ladang yang ingin sekolah di SIKK, apakah ada akses
kendaraannya Pak?
A : Bis sih ada, tapi jarak tempuhnya 90 s.d. 600 KM, jadi mereka belajarnya di
CLC.
Q : Apakah CLC itu untuk jenjang SD saja Pak?
A : Untuk SD dan SMP, yang sudah establish justru SMP.
Q : Bagi siswa yang sudah lulus SMP harus mencari sekolah Kerajaan Malaysia
atau kembali ke Indonesia?
A : Ke Indonesia
lii
LAMPIRAN 5
Wawancara dengan Nasrullah Ali Fauzi, Koordinator Penghubung CLC di
Sarawak via Whatsapp
Waktu : 8 Juni 2018 s.d. 9 Agustus 2018
Narasumber : Nasrullah Ali Fauzi, Koordinator Penghubung CLC di Sarawak
Q : Pak, bolehkah saya minta data mengenai pengiriman guru Indonesia ke
Sarawak sejak tahun 2014-2018?
A : Guru Indonesia ke Sarawak baru 23 orang.
Q : Apakah 23 guru tersebut dikirim dalam satu tahap Pak?
A : 15 orang datang Mei 2017, 8 orang datang Agustus 2017.
Q : Sekolah lanjutan bagi anak-anak lulusan CLC itu apa ya Pak? Sementara
CLC itu baru sampai tingkat SMP kan Pak?
A : CLC Sarawak sementara ini yang resmi hanya SD. Sekolah lanjutan masih
dijajaki.
Q : Berarti anak-anak lulusan CLC Sarawak belum pasti dapat melanjutkan
sekolahnya kemana ya Pak?
A : Mereka dapat ijazah resmi SD dari SIKK. Untuk kelanjutan tingkat SMP,
tidak bisa di Sarawak. Mereka sementara ini mencari sekolah sendiri di
Indonesia.
Q : Jadi 54 CLC yang sudah dibangun di Sarawak seluruhnya tingkat SD ya
Pak?
A : CLC bukan dibangun, tapi dibentuk. Jangan bayangkan seperti sekolah
formal.
Q : Apakah SIKK ada yang tingkat SMP Pak?
A : SIKK dari TK sampai SMA
Q : Apakah bisa lulusan CLC SD dari Sarawak melanjutkan SMP dan SMA di
SIKK?
A : Pada prinsipnya bisa.
Q : Jarak ladang Sarawak dengan SIKK kan sangat jauh sehingga tidak
terjangkau oleh anak-anak untuk sekolah di SIKK dan pulang ke ladang
Sarawak. Apakah SIKK memiliki asrama yang dapat digunakan mereka
Pak?
A : Itulah masalahnya. Anak itu tidak dapat diam di Sabah tanpa orang tua yang
tinggal di Sabah.
liii
LAMPIRAN 6
Wawancara dengan Lucky Fathria Jatnika, Koordinator Penghubung CLC di
Sarawak via Whatsapp
Waktu : 16 Agustus 2018 s.d. 2 September 2018.
Narasumber : Lucky Fathria Jatnika, Koordinator Penghubung CLC di Sarawak
Q : Apakah sudah ada sekolah yang didirikan oleh pemerintah khusus untuk
menampung siswa/I lulusan CLC Sarawak, Pak?
A : Sekolah/CLC khusus SMP memang sudah ada, Alhamdulillah sudah ada 9
CLC yang kebetulan ada jenjang SMPnya, hanya saja masih belum ada
permit (ijin), bahasa sedihnya mah masih ilegal, tapi ini yang sedang
diupayakan.
Q : untuk pendidikan tingkat atasnya bagaimana Pak? Untuk SIKK sudah ada
jenjang SMAnya belum Pak?
A : SIKK adalah SILN terlengkap untuk saat ini, mulai dari TK, SD, SMP,
SMA, bahkan SMK.
Q : untuk anak-anak dari ladang Sarawak apakah bisa mengakses SIKK yang
jaraknya jauh Pak?
A : tidak bisa untuk saat ini dikarenakan masalah jarak, biaya, dan legal
dokumen.
Q : Saya dapatkan info bahwa siswa/i lulusan CLC SMP di Sabah sudah
disiapkan sekolah SMK di Nunukan dan Sebatik untuk pendidikan tingkat
atasnya. Bagaimana dengan siswa/i lulusan CLC Sarawak Pak? Apakah
pemerintah sudah menyediakan sekolah tingkat SMA khusus untuk mereka?
A : untuk lulusan CLC tingkat SD akan melanjutkan di CLC yang berada di
ladangnya kemudian diikutsertakan ujian kesetaraan. Untuk yang tingkat
SMA, untuk saat ini ada yang melanjutkan kembali di Indonesia, ada yang
masih di ladangnya, dan ada yang mendapatkan full scholarship di SMA IT
Permata Insani (Tangerang).
Q : Ujian kesetaraan itu dilaksanakan oleh KJRI atau KBRI, Pak?
A : Ujian kesetaraan diadakan langsung oleh SIKK.
Q : Anak-anak yang lulus SMP dan masih berada di ladang, berarti mereka
putus sekolah ya Pak?
A : Lulusan SMP yang masih berada di ladang secara tidak langsung putus
sekolah.
Q : Scholarship itu diurus oleh KJRI atau bagaimana Pak?
A : Scholarship dibantu berbagai pihak, baik dari Kemendikbud, Atdikbud,
Kantor Perwakilan, SIKK, Guru-Guru Bina Sarawak.
Q : Tadi kan Bapak bilang ada 9 CLC tingkat SMP yang berlum berizin.
Apakah 9 CLC itu termasuk dalam 53 CLC yang sudah ada di Sarawak atau
53 CLC tersebut hanya untuk tingkat dasar Pak?
liv
A : 54 CLC itu yang sudah ditumbuhkan di Sarawak, yang sudah memiliki
permit ada 16 CLC, yang sedang dalam proses didaftarkan 15 CLC di KPM
dan JPNS, 23 CLC lagi masih pending (menunggu progress yang 15 CLC
lebih dulu) dan 54 CLC ini tingkat SD, untuk 9 CLC tingkat SMP memang
belum boleh dihitung, tapi secara internal kami sendiri 9 CLC itu terintegral
di Satuan Pendidikan yang ada (contoh CLC Rajawali ada SD dan ada yang
SMP tapi yang terdaftar hanya SDnya saja.
Hal ini sedang diupayakan oleh pemerintah kita terutama Pak Dubes
bersama Kantor Perwakilan di Sarawak (KJRI Kuching), dan lagi jika tidak
ada peran pemerintah rasanya tidak mungkin kita bisa menumbuhkan
sebanyak 54 CLC.
Tumbuh disini pun artinya tidak sekedar dapat berdiri sekolah dan
beroperasi, tapi yang jadi hal utama adalah harus legal baik secara
dokumen,dan administrasi, banyak hal yang belum terselesaikan dan itu
wajar karena masih dalam masa penyempurnaan, dan ini masih terus
ditindaklanjuti secara seksama.
Yang pasti lagi, harus menghormati kebijakan dari pemerintah setempat
Malaysia dalam hal ini Negara Bagian Sarawak.
Q : untuk 9 CLC tingkat SMP itu, boleh saya minta data nama-nama tersebut
Pak?
A : 1. CLC Rajawali
2. CLC Lavang
3. CLC Pekaka
4. CLC Saremas
5. CLC Segarmas
6. CLC Lambir
7. CLC Galasah
8. CLC Pinang
9. CLC Telabit
Q : Ohya Pak, scholarship di SMA IT Permata Insani diberikan oleh Pemerintah
Indonesia atau bagaimana?
A : Diberikan oleh Yayasan Sekolah tersebut.
Q : Pak, anak-anak TKI di Sarawak kan kebanyakan sulit mengakses
pendidikan karena ga punya legal dokumen yang lengkap seperti Akta Lahir
dan Paspor ya, sehingga pemerintah berupaya menyelesaikan persoalan ini
dengan mengadakan Itsbat Nikah, Penerbitan Akta Lahir, dan Paspor. Untuk
mendapatkan data mengenai berapa orang yang sudah diterbitkan akta dan
paspornya saya cari dimana ya Pak?
A : Akses itu hanya ada di Kekonsuleran (akta lahir) dan Imigrasi (paspor).
Q : Apakah ada CLC di Sarawak yang dimiliki oleh pemerintah? Atau
pemerintah hanya membantu pengurusan izim saja?
A : CLC dimiliki oleh perusahaan. Pemerintah, dalam hal ini koordinator
penghubung CLC akan membantu pengurusan permit bagi CLC.
Q : Apakah anak-anak tanpa kelengkapan dokumen tetap bisa bersekolah di
CLC?
lv
A : Bisa, tetapi perusahaan yang mempekerjakan orang tuanya akan didesak
untuk mengurus dokumen anak-anak dari para pekerjanya minimal Surat
Kenal Lahir dan Paspor.
Q : Apa keuntungan yang didapatkan pemerintah Indonesia dan CLC setelah
mendapatkan izin operasional?
A : Yang pasti pengakuan, analoginya sama dengan pasangan yang tinggal
bersama tanpa ikatan pernikahan, kemudian memiliki anak, maka anak
tersebut tidak dapat diakui secara sah menurut hukum. Begitu pula dengan
CLC, ketika CLC sudah memiliki permit, maka siswa-siswanya dapat diakui
dan kemudian akan mudah untuk mengurus Paspor, Surat Kenal Lahir, Visa
Pelajar, dan legal dokumen lainnya.
Q : Kalau ada CLC belum berizin, apakah siswanya dapat membuat Paspor dan
Visa Pelajar?
A : Bisa, dengan menginduk ke CLC yang sudah memiliki permit.
Q : CLC tingkat SMP di Sarawah baru terdapat 9 buah, apakah sejumlah itu
telah memadai untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi seluruh anak
TKI di kebun sawit di Sarawak?
A : Siswa CLC tingkat SMP di Sarawak masih sedikit. Misalnya di CLC
Rajawali, siswa SMPnya hanya tiga orang. Hebatnya orang tua disana,
ketika anaknya sudah berada di kelas 5 atau 6 SD, mereka dipulangkan ke
Indonesia untu melanjutkan sekolah disana.
Q : Berdasarkan berita dari website KRJI Kuching, pemerintah ingin
mendirikan boarding school di Kalimantan bagi anak-anak TKI yang telah
lulus dari CLC. Apakah pemerintah telah mendirikan boarding school
tersebut?
A : Belum didirikan karena memang belum dibutuhkan. Kalau sekolah SMK di
Nunukan yang untuk menampung lulusan CLC SMP dari Sabah memang
didirikan karena siswa lulusan CLC di Sabah sangat banyak, tidak seperti di
Sarawak yang hanya sedikit.
Q : Apakah ada distrik di Sarawak yang belum terdapat CLC?
A : Kalau menurut saya masih ada distrik yang belum punya CLC, di Limbang
dekat perbatasan Brunnei
Q : Apa saja kewajiban perusahaan sawit dalam membantu penyediaan
pelayanan pendidikan bagi anak-anak dari para TKI di perusahaannya?
Sejauh apa keterlibatan perusahaan sawit dalam perusahaan ini?
A : KJRI akan mendorong perusahaan sawit membentuk CLC, perusahaan sawit
yang akan membangun gedung untuk sekolah, mengisi bangunan sekolah,
mengurus permit CLC, mengurus paspor siswa-siswi CLC ke KJRI, dll.
Q : Salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam menangani masalah
pendidikan anak TKI adalah dengan mengadakan Itsbat Nikah bagi para
TKI. Namun, hal ini bertentangan dengan Akta Imigrasi 1959/63 atau
peraturan 39 yang tidak membenarkan pernikahan pekerja asing di
Malaysia. Mengapa program ini tetap dilakukan oleh pemerintah Indonesia?
A : Larangan menikah bagi pekerja asing di Malaysia berada pada ranah hukum
positif. Sementara program Itsbat Nikah yang dilakukan oleh KJRI berada
pada ranah kebijakan.
lvi
LAMPIRAN 7
Wawancara dengan Lucky Fathria Jatnika, Koordinator Penghubung CLC di
Sarawak
Waktu : 9-13 September 2018
Narasumber : Lucky Fathria Jatnika, Koordinator Penghubung CLC di Sarawak
Q : Bagaimana awal mula CLC dibentuk?
A : Pemerintah mengirim guru untuk merintis pendirian sekolah untuk anak-
anak Indonesia di Sabah. Akhirnya yaa itu Pak Dadang dengan terima ikut
itu dan diusut lah kalo dulu dengan PKLK, kalo sekarang dengan PKLN.
Yang penting punya wadahnya dulu. Udah ada nih wadahnya SIKK, dapet
permitnya mulai bangun tempat yang penting bisa sekolah, tapi ternyata
muridnya banyak. Jadi dibikinlah cabang. Mereka ga punya permit, ga akan
mungkin bikin sebangunan untuk nampung semua ekspatriat di ladang. Nah,
caranya numpang, disebutnya cawangan atau cabang. Walaupun sebenernya
maksudnya untuk konteks itu tidak ada yang seperti itu sekolah kita.
Terkecuali ya memang kita sudah punya di banding yaa ada cabangnya. Jadi
yaa dikonsepkan lah seperti itu, tapi kan konsep itu hanya diterima oleh kita
yang punya regulasi seperti itu, tapi kalau Malaysia gak punya. Nah, gak
bisa. Akhirnya apa. Mulai dari sekarang gimana sekolah ladang punya
permit. Yaa buka,akhirnya dapet permit. Awalnya hanya tujuh sekolah,
setelah tujuh, sekian, sekian, sekian, akhirnya sampe SD nya ada, total
hampir dua ratusan lebih CLC. Sebelum dua ratus CLC, ada tantangan baru
namanya CLC non ladang. Kalo udah CLC non ladang, lebih rumit lagi, ada
anak yang hidupnya di luar ladang, tapi ini anak punya orang tua yang
bukan kerjanya di ladang. Kerjanya dimana? macem-macem ya ada yang
serabutan. Banyak disitu permasalahannya, yang ini yang itu. Nah sekarang
kan sudah saya take nih, tinggal bisa dibilang sekarang tuh tinggal maintain
masalah kualitas. Sebenarnya kalo dipikir-pikir sama dengan 3T (terpencil,
terluar, tertinggal).
Q : Apakah masih ada distrik di Sarawak yang belum terdapat CLC?
A : Sebetulnya masih ada distrik yang belum punya CLC, di Limbang, dekat
perbatasan Brunnei.
Q : Bagaimana cara memperoleh Akta Kelahiran?
A : Jadi tiap negeri beda undang-undang. Nah, jangankan tiap negeri, dalam
satu negeri beda distrik aja bahkan satu kantor bisa beda-beda kebijakannya.
Misalnya untuk visa pelajar, kita punya Miri, Bintulu, Kuching. Miri boleh,
eh engga, Miri gak boleh, Bintulu boleh, Kuching abu-abu. Iyaaa jadi lucu
sebenernya. Nah, ini syarat-syaratnya (menunjuk berkas persyaratan
pembuatan akta kelahiran). Saya biasanya suka bawa ini, coba kamu lihat,
apa ini? Kamu lihat ini sejenis apa? KTP, disini disebutnya IC. Bang Amran
dulunya adalah orang konsulat. Saya minta surat pengantar dari dia untuk
lvii
memperkuat persyaratan pembuatan akta kelahiran anak saya. Jadi untuk
mendapatkan Akta Kelahiran, pertama kali harus ke JPN untuk
mendapatkan Sijil Lahir, kemudian ke KJRI untuk mendapatkan Surat
Kenal Lahir, Surat Kenal Lahir diconvert di KJRI, Akta Kelahiran akan
dikeluarkan oleh Disdukcapil. Syarat-syarat untuk mengajukan Sijil Lahir
ke JPN adalah paspor dan visa orang tua, surat nikah orang tua, clinic
card/hospital card, dan surat tugas.
Q : Mengapa anak-anak TKI diperbolehkan tinggal di Malaysia sampai usia 12
tahun, sementara UU Malaysia melarang hal tersebut? Ketika saya ngobrol
sama istrinya Pak Edwan (salah satu staff KJRI), beliau juga bilang ya disini
juga katanya sampai usia dua belas tahun anak itu boleh belajar abis itu
pulang ke Indonesia.
A : Itu bahasannya kalo saya ya, bahasan itu pernah saya denger, tapi pada
prinsipnya tidak ada yang tinggal selain orang yang bekerja disini sebagai
migran-migran. Kalo dia, kalo saya sih ngerasa Bu Edwan hmmm mungkin
bicara ranahnya adalah ranah kebijakan, bukan ranah Undang-undang. Saya
kasih analogi gini, undang-undang tidak boleh membawa hak anak
tanggung yah, tapi adakan orang Indonesia yang bawa? Tetep. Itu analogi
sederhananya, gitu. Di satu sisi undang-undang yang satu ga ngebolehin,
undang undang yang satu ngebolehin. Contoh, kami nih sekarang lagi
terkendala masalah visa guru, ini sekolahnya ada permit, supaya sekolah ini
mengeluarkan teaching permit untuk guru-gurunya yang nanti akan di-
posting disini. Contoh, Pak Taufan di Ladong. Ladong dulu yang harus
punya, yang punya permit. Setelah Ladong punya permit, CLCnya,
kemudian Pak Taufan datang, didaftarkan ke CLC Ladong. Dapet. Anak-
anaknya mana? Yaa anaknya gak ada. Lah, masa iya sekolahnya ada,
gurunya ada, , tapi anaknya gak pernah ada. Anaknya juga harus didaftarin,
tapi mau didaftarin, kami berbenturan dengan undang-undang yang satu
lagi, nah gitu. Karena anak-anak ini persyaratannya tidak lengkap, anak ini
bukan lahir di Serawak. Jadi yaa kalo gitu, makanya saya bilang, kalo bicara
regulasi semua akan tarik tambang, tapi kalo misalnya bicaranya kebijakan,
itu yang sudah seharusnya. Jadi yang harus ketemu itu, nih, KPM, JPN,
PPD, Konsulat atau KJRI, ini ada misalnya Immigration. Sebenernya yang
harus duduk satu meja ini mereka. Nah, itu seharusnya. Dan gak pernah
dalam sejarah mereka ngebincangin ini semua dalam satu tempat. Yang ada
presiden, PM. Zaman Megawati, Abdullah Badawi, dari Megawati,
Abdullah Badawi turun SBY sama Najib, SBY-Najib, setelahnya Jokowi-
Najib. Udah sampe situ. Bawahan-bawahannya dibawa, ya iya dong, masa
bosnya ikut bawahannya gak ada. Pasti bosnya datang, bawahannya ada.
Bawahannya siapa? Menterinyalah, Menteri Pertahanan lah, Menteri
Departemen Hukum dan HAM lah, Menteri apa, semua ikut. Yang berkaitan
dengan anak-anak, Depkumham, pasti surat lahir, eh bukan, Kemlu
(Kementerian Luar Negeri). Sekarang gini, akta lahir yang ngeluarin siapa,
saya tanya?
Q : Dukcapil? Kemendagri?
lviii
A : Yang ngeluarin Surat Lahir sebenernya bukan Mendagri, bukan dari
Kementerian dalam negeri, tapi Disdukcapil. Disdukcapil masuknya mana?
Disdukcapil itu masuknya Dalam Negeri, tapi yang ngeluarin yang kaya
gini, ini Hukum dan HAM. Ahhh kan? Lucu yahh? Kaya misalnya saya
kemarin ke Bandung. Ah ini mah gak usah ke Disdukcapil lagi, ehh terus
gak perlu didaftarin ke Depkumham. Terus jadi kemana? Cukup ke
kelurahan, Dagri. Jadi kalo ini yang ngeluarin Kemlu, udah pasti lain dari
Kemendagri. Ya kan? Gitu.
Q : Jadi kalau di Indonesia kita daftarnya ke kelurahan itukan Disdukcapil, terus
yang menandatangani Kemenkumham Pak?
A : Hmmm, engga. Tapi ini Kemlu kaitannya sama Kementerian Hukum dan
HAM. Kenapa? Terutama nanti kaitannya sama paspor. Paspor itu orang
Imigrasi, orang Imigrasi itu Hukum dan HAM. Analoginya gitu
Q : Nah, tapi kalo dari website yang say abaca, distu dikatakan Kunsulat
Jenderal Republik Indonesia sudah atau akan mengadakan kerja sama
dengan Kemendagri untuk penerbitan Akta Lahir. Nah, disitu dikatakan
Kemendagri.
A : Penerbitan Akta Lahirnya dimana? Satu, harus tau. Di Indonesia kah?
Berarti sifatnya converting. Kalau kamu mau cari buktinya, saya buktinya.
Saya dapatnya pencatatan kelahiran, gak ada yang dapat Akta Kelahiran
disana karena konsep yang kami dapat ini punya convert ke itu. Kenapa
harus convert kesini? Kalo udah ini ngapain kesini? (sambil menunjuk
Surat Lahir dari JPN) karena yang ini mah gak diakui di Indonesia, tapi
ternyata karena orang Indonesia ini diakui. Boleh, nanti untuk ngeluarin
Pencatatan Kelahiran, tapi Bapak harus daftar. Yaa ujung-ujungnya harus
ngeluarin ini juga. Nah, inilah yang nanti dibawa ke Disduk, iniloh Pak,
anak saya udah lahir. Oh yaudah ini Akta Lahir. Saya maunya Akta Lahir.
Ohh yaa engga, ini sudah Akta Lahir. Saya ngeluarin nomor pencatatan
kelahirannya. Udah nomer doang, gak ada yang lain.
Q : Dia yang ngeluarin?
A : Dia yang ngeluarin.
Q : Jadi nomor ininya beda lagi yang dikeluarikan dari Indonesia?
A : Beda, nomor registernya lain. Ini nomor register yang dikeluarkan Konsulat
Tawau saja.
Q : Berarti dia mengeluarkan nomor, berarti dia pun print-kan akta lahir?
A : Hmmm, kaya kertas, yaa kertas disitu ada nomor registrasi, apa gitu.
Q : Bagaimana dengan orang tua yang belum memiliki akta nikah sehingga
menghambat pembuatan Akta Kelahiran bagi anaknya?
A : Mau dia udah nikah 20 tahun, tapi tidak bisa menunjukkan itu hmm buku
nikahnya, dia harus itsbat. Sekarang pertanyaan besarnya, kenapa
pemerintah memberikan fasilitas itu? Padahal secara undang-undang jelas
tidak boleh ibaratnya menikah. Jangankan menikah, mereka bawa orang luar
yang tidak terdaftar, kan pertanyaan besarnya disitu. Tapi kalo yang saya
bilang, kalo undang-undangnya. Kalo sisi perlindungan konsulat tetep wajib
memberikan perlindungan. Yaa gak bisa dipungkiri orang yang kaya gitu
banyak dan bagaimana caranya. Makanya berbicaranya bukan masalah
lix
regulasi, tapi masalah kebijakan. Itulah fungsi dari bilateral. Hubungan
bilateral kedua negara itu kadang-kadang traktat/treaty, convention itu bisa
mengalahkan undang-undang positif di negaranya. Jangan salah loh.
Kenapa? Treaty sama konvensi itu adalah perjanjian yang diikat bersama
dalam konteks warga internasional, bukan masalah masing-masih negara.
Tidak. Coba sekarang apakah undang-undang tentang perburuhan sudah
diratifikasi antara Indonesia dengan Singapura? Kalo belum, dia gak akan
pernah berani Indonesia kirimin migran hmmm apa migrasikan pekerja ke
Singapura. Indonesia sama Malaysia kenapap punya hubungan migrant
worker yang baik misalnya Indonesia ngirim migrant worker. Kenapa? Dua-
duanya saling meratifikasi ILO. Jadi kan International Labour
Organization, itu semua meratifikasi, artinya, menyetujui kalau di undang-
undangnya di hukum positif mereka saat itu menyatakan ini loh gak boleh,
tapi tetep dikirim, tetep ada. Untuk menjaga konvensi yang sudah sama-
sama diratifikasi, dibikinlah sebuah kebijakan. Datenglah pertemuan dua
belah negara. Begini nih Pak Badawi, saya punya pekerja, saya taruh di
kamu. Pekerja ini banyak kasih kamu keuntungan, usahamu lancar,
plantationmu semua kesebar, yang kerja sini. Orang kamu kerja gak? Dulu
pernah kejadia tahun 2003 apa berapa saya lupa. Itu semua pekerja ditarik
sama pemerintah. ditarik pulang karena ada satu gesekan antara Indonesia
dengan Malaysia. Collapse perusahaannya. Jangan salah walaupun mereka
migrant worker, tapi mereka punya arti penting, siapa yang mau kerja, dulu
hanya dua jenis, Indonesia, Filipina. Ada misalkan dari India atau dari apa,
tapi brengsek-brengsek orangnya. Mau bawa yang murah-murah bisa, dari
Vietnam, Myanmar, Laos, bisa berbahasa? Gak bisa. Artinya apa,
komunikasi gak cocok, skillnya mungkin oke sama-sama pekerja kasar, tapi
mereka banyak protesnya gitu. Tapi orang Indonesia lain, orang Indonesia
sebahasa, terus dia manut-manut aja, yang enak-enak oke gitu kan, yaa gak
semua manut sih. Tapi ohh Indonesia dibilang low cost yaa apa sebelas dua
belas lah. Yaudah jadi orang Indonesia. Filipin? Singkirin. Banyak tingkah,
mabok, bunuh, kasus rogol. Udah yang orang-orang Filipin keluar waktu itu
semua. Kalopun ad Filipin-Filipin disini, bukan pekerja-pekerja kasar. Kalo
ada pun mereka pasti ilegal. Tuh jadi hanya Indonesia, makanya ada sebuah
tarik menarik disitu. Indonesia pun butuh mereka mencari kerja, pemerintah
mungkin gak sanggup melayani itu, artinya mengirimlah si pekerja-pekerja.
Tapi keuntungan besar buat Malaysia ketika migrant-migrant worker ini
membangun hmm apa ya kaya menaranya, sawitnya Malaysia. Yaa hampir
semua 80 dalam satu ladang 80 persen itu pasti orang Indonesia. Kamu
bayangin, apalagi yang namanya Velda, itu banyak banget migrant
workernya.
Q : Velda itu apa Pak?
A : Velda tuh kalo di Indonesia PTPN (Perusahaan Perkebunan Negara) milik
BUMN, berarti milik Malaysia. Yaa sekarang, kalo kamu tidak minta
fasilitas yang lain buat warga negaramu disana, warga negaramu gak betah.
Terus anak-anaknya jadi besi, yaa ini anak lahir disini, gak dapet
pendidikan, di Malaysianya bikin masalah, balik ke Indonesianya bego,
lx
bikin masalah. Itu PR bersama, tapi yang memulai siapa? Yaa pemerintah
kita. Pemohon melalui perjanjian bilateral, melalui ratifikasi. Saya mewakili
pekerja. Gak dipungkiri bawa keluarga. Dan harusnya salah imigrasi,
kenapa masih itu atau misalnya. Kalo mau salah-salahan banyak, yang mau
disalahin banyak. Jadi ranahnya sudah tidak berbicara hukum positif, yang
dibicarakan adalah masalah kebijakan internasional, kaitannya dengan
hubungan bilateral kedua negara, konteksnya ASEAN. Ratifikasi,
internasonal, artinya PBB. Jadi, obrolannya harus, memang kenapa yaa kok
bisa begini. Liat dulu, hukum positifnya bagaimana. Boleh sampe 12 tahun,
itu tuh kebijakan kayanya ya, bukan, gak ada.
Q : Kalau untuk ekspatriat yang professional worker itu bisa ya Pak?
A : Yaa iya atuh, kalo ekspatriat sudah pasti dengan gaji yang sekian. Kenapa
ngomongin gaji? Logika aja nih. Kemampuan untuk menanggung supaya
mereka tidak jadi beban negara yang sedang didatangi, contoh misalnya
kalo pergi ke Brunnei. Kamu akan ditanya kamu bawa uang berapa. Berapa
dollar do you have? Biasanya Cuma bilang misalnya 5 hundred. 5 hundred?
It‟s not enough for coming here. Yaa memang gak cukup, emang mahal.
Dan songong amat nih Immigration doang nanyanya duit. Yaa itu memang
wajib. Kamu punya berapa di ATM? Maksudnya di account banknya
berapa. Ya kenapa sampe ditanya itu, supaya kamu gak jadi beban negara
orang. Bukan karena ih songong amat ditanyain berapa duit kita gitu. Bukan
karena itu. Yaa fungsinya supaya dia, ohhh bisa ini kapasitasnya mencukupi
untuk menanggung si keluarga-keluarganya. Apalagi kalo kaya Pak Konjen
mah, ohh ya kalo yang diplomat mah udah paspor item neng, lain cerita.
Paspor itu ada tiga jenis. Ijo, terus ada hmmm biru, terus item. Eh sorry, ijo,
merah, biru, item. Empat custom. Ijo itu kaya kitaa hehe. Merah itu kaya
negara yang udah mulai maju, kaya Malaysia, kalo biru itu biasanya negara-
negara Eropa, Amerika, biru tuh, kalo item diplomat.
Q : Berati istri dan anaknya pun sama Pak? Pakai item juga?
A : Sama. Contoh kamu liat misalnya anggaplah Bu Ringgi. Bu Ringgi
perempuan kan? Kalo dia punya suami, suaminya juga jadi item karena dan
suaminya gak boleh kerja.
lxi
LAMPIRAN 8
Wawancara dengan Rosyati Rosidin, Pelaksana Fungsi Konsuler, Konsulat
Jenderal Republik Indonesia Kuching
Waktu : 9-13 September 2018
Narasumber : Rosyati Rosidin, Pelaksana Fungsi Konsuler, Konsulat Jenderal
Republik Indonesia Kuching di Sarawak
Q : Mengapa KJRI baru hanya menerbitkan empat/tiga Akta Kelahiran,
sementara yang membutuhkan banyak, bagaimana itu Mbak?
A : Oh enggak, ini hanya permulaan saja dulu. Ini nanti ada programnya yang
akan kita buat. Ini hanya percobaan saja dulu.
Q : Sudah sejauh mana persiapan pemerintah dalam merencanakan penerbitan
Akta Kelahiran bagi anak-anak TKI?
A : Sebenernya kalo ini Pak Abdullah yang lebih tau mengenai Surat Akta Lahir
ini karena yang berhubung dengan Jakarta adalah Pak Abdullah, tapi
sementara ini kami juga lagi menunggu jawaban dari Jakarta rencananya
membuat ini kapan bisa dimulai gitu.
Q : Apakah KRJI Kuching bekerja sama dengan Kemendagri dalam
menerbitkan Akta Kelahiran?
A : Oh iya iya.
Q : Saya kan pernah baca di website KJRI Kuching bahwa Pemerintah akan
bekerja sama dengan Kemendagri dalam penerbitan Akta Kelahiran. Berarti
belum terlaksa ya, Mbak? Saya fikir saat ini sudah banyak yang diterbitkan.
A : Nah makanya akan, ada perkataan akan. Ini empat ini hanya percobaan saja,
tapi nanti kita akan membuat, tapi kita juga menunggu jawaban dari Jakarta
karena yang ini bukan kami yang, kami mungkin hanya mengetik. Apa
semua nanti, disana nanti yang, eh tapi ini tinggal print out saja. Kami
cuma mengirim data, mereka yang mengetik. Tanda tangan, ini Pak
Abdullah. Tanda tangan sini, Cuma kami mengirim data ke Jakarta, nanti
Jakarta yang mengisi ini, kemudian kalo udah siap, kami tinggal cetak,
begitu.
lxii
LAMPIRAN 9
Wawancara dengan Ringgi Perdini, Pelaksana Fungsi Penerangan, Sosial dan
Budaya, Konsulat Jenderal Republik Indonesia Kuching via Whatsapp
Waktu : 18 September 2018
Narasumber : Ringgi Perdini
Q : Apa saja upaya pemerintah Indonesia dalam menangani masalah pendidikan
Anak TKI di Sarawak?
A : KJRI Kuching bekerja sama dengan KBRI Kuala Lumpur terus berupaya
melakukan pendekatan kepada Pemerintah Malaysia khususnya Sarawak
agar anak-anak Indonesia yang berada di Sarawak dapat memperoleh akses
pendidikan, karena menurut Labour Ordinance mereka, Tenaga Kerja
Migran tidak boleh menikah atau membawa keluarga untuk bekerja. Setelah
melalui usaha dan negosisasi yang panjang, baru pada tahun 2016
Pemerintah Sarawak baru mengijinkan Pemerintah Indonesia untuk
memberikan akses pendidikan kepada anak-anak Indonesia melalui
pendirian Community Learning Center (CLC). CLC di Sarawak hanya
diperbolehkan untuk memberikan akses pendidikan bagi anak-anak usia 6-
12 tahun (pendidikan level SD). Selain itu, KJRI Kuching juga sedang
mengusahakan agar status anak-anak CLC ini dapat diakui dengan
diberikannya student pass oleh pihak Imigresen Sarawak. Proses pemberian
Student Pass sedang berlangsung saat ini, ada beberapa persyaratan yang
masih perlu dibicarakan dengan pihak Pemerintah Sarawak karena cukup
memberatkan anak-anak TKI.
Q : Apakah pemerintah memiliki grand strategy dalam penanganan masalah
pendidikan anak TKI secara global?
A : Mungkin kalau grand strategy yang applicable untuk semua negara tidak
ada, karena setiap negara permasalahannya berbeda-beda. Bahkan Malaysia
sendiri antara CLC di Sabah dan Sarawak aturannya pun berbeda. Di
Semenanjung Malaysia bahkan tidak diperbolehkan adanya CLC. Yang
utama adalah bagaimana Pemerintah bisa memberikan akses pendidikan
untuk anak-anak Indonesia di luar negeri.
Q : Apakah ada evaluasi berkala yang dilakukan untuk meninjau efektivitas
upaya pemerintah dalam penanganan masalah pendidikan anak TKI?
A : Untuk di Malaysia setiap tahun ada pertemuan antara Atase Pendidikan dan
Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur dengan seluruh fungsi Penerangan Sosial
dan Budaya dari seluruh perwakilan RI di Malaysia untuk membahas isu-isu
pendidikan dan sosial budaya.
Q : Bagaimana Pemerintah Malaysia merespon upaya Pemerintah Indonesia
dalam isu ini dan apakah ada kerjasama yang terjalin?
A : Ada hal-hal yang diakomodir oleh mereka dan ada hal-hal yang memang
mereka tetap sulit untuk mengakomodir.
lxiii
Q : Untuk penerbitan student pass oleh Imigresen Sarawak bagi anak-anak
CLC. Apakah sudah ada anak CLC yang memiliki student pass?
A : Masih dalam proses, belum ada yang dapat.
lxiv
LAMPIRAN 10
Foto Bangunan dan Kegiatan Siswa Community Learning Center (CLC) Sarawak