pernyataan bebas plagiarisme -...
TRANSCRIPT
PERUBAHAN KEBIJAKAN UZBEKISTAN TERKAIT
PEMBANGUNAN ROGUN HYDROPOWER PLANT DI
TAJIKISTAN TAHUN 2016
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.sos)
Oleh:
Afif Notodewo
NIM: 1113113000069
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
PERUBAHAN KEBIJAKAN UZBEKISTAN TERKAIT PEMBANGUNAN
ROGUN HYDROPOWER PLANT DI TAJIKISTAN TAHUN 2016
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 2 Januari 2019
Afif Notodewo
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Afif Notodewo
NIM : 1113113000069
Program Studi : Hubungan Internasional
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
PERUBAHAN KEBIJAKAN UZBEKISTAN TERKAIT PEMBANGUNAN
ROGUN HYDROPOWER PLANT DI TAJIKISTAN TAHUN 2016
Dan telah memenuhi syarat untuk diuji.
Jakarta, 2 Januari 2019
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing
Ahmad Al Fajri, M.A Ahmad Al Fajri, M.A
NIP. NIP.
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
PERUBAHAN KEBIJAKAN UZBEKISTAN TERKAIT PEMBANGUNAN
ROGUN HYDROPOWER PLANT DI TAJIKISTAN TAHUN 2016
Oleh
Afif Notodewo
1113113000069
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16 Januari
2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.
Ketua, Sekertaris,
Ahmad Al Fajri, M.A Eva Mushoffa, MHSPS
Penguji I, Penguji II,
Robi Sugara, M.Sc Febri Dirgantara Hasibuan, MM
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 16 Januari 2019
Ketua Program Studi Hubungan Internasional,
FISIP UIN Jakarta,
Ahmad Al Fajri, M.A
iv
ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai perubahan kebijakan Uzbekistan terkait
pembangunan Rogun Hydropower Plant (HPP) di Tajikistan tahun 2016. Tajikistan
rencananya akan kembali membangun bendungan yang sempat mangkrak pada era
Uni Soviet. Jika sudah rampung, bendungan tersebut akan menjadi bendungan
tertinggi dunia dengan tinggi 335 m. Namun, pembangunan Rogun HPP mendapat
kecaman dari Uzbekistan karena khawatir akan menghambat laju air dan
menyebabkan kerugian pada pertanian kapasnya. Akan tetapi, pada 2016 Uzbekistan
melakukan perubahan kebijakannya dengan mendukung dan ikut serta dalam
mendanai pembangunan Rogun HPP. Tujuan skripsi ini adalah untuk menjawab
pertanyaan penelitian “mengapa Uzbekistan melakukan perubahan kebijakan terkait
pembangunan Rogun HPP di Tajikistan tahun 2016?” Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif yang bersifat dekripstif analitis dengan teknik
pengumpulan data sekunder. Dalam proses analisa, skripsi ini menggunakan teori
neoklasikal realisme, konsep kebijakan luar negeri, dan konsep kepentingan nasional
sebagai alat analisis. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa terdapat 2 faktor
yang mempengaruhi perubahan kebijakan Uzbekistan, yakni intervening variable
berupa pergantian presiden yang merupakan decision maker Uzbekistan dan systemic
incentive berupa perubahan geopolitik yang merubah peta Asia Tengah, yakni dengan
Tajikistan yang mengalami peningkatan relative material power dengan dibangunnya
Rogun HPP. Serta menurunnya relative material power Uzbekistan sehingga tidak
bisa mengontrol 2 permasalah regional di Asia Tengah, yakni distribusi air dan
persediaan energi. Sehingga, tidak ada pilihan bagi Uzbekistan selain mendukung
pembangunan Rogun HPP.
Kata kunci : Uzbekistan, Tajikistan, Rogun Hydropower Plant, Perubahan
Kebijakan Luar Negeri
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrrahim, segala puji dan syukur selalu saya ucapkan kepada
Allah swt atas segala rakhmat dan nikmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Sholawat serta salam tak lupa dihaturkan kepada Nabi Muhammad saw.
Dalam pengerjaan skripsi ini, saya menyampaikan rasa terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu jalan dan selesainya
skripsi ini baik itu dari sisi tenaga, pikiran, hingga doa. Berikut ini saya ucapkan
terimakasih kepada :
1. Keluarga , Ayah dan ibu Ismunanto dan Widoretno, Serta para adik Ghina
Ayu Dersanala dan Mahatmadi Ariq Mayangkara yang telah memberikan doa,
dukungan, cinta, nasehat hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Bapak Ahmad Al Fajri, M.A, selaku Ketua Program Studi Hubungan
Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen pembimbing saya yang sangat
berkontribusi besar dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Dosen-dosen Hubungan Internasional UIN Jakarta. Terima kasih atas segala
ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan.
4. Sahabat seperjuangan Skripsi, Daus, Faizal, Revy, Alif, Fikri, Nisa yang
saling memberikan semangat satu sama lain.
vi
5. Teman – teman HI-B, The Bagols, Komplek, Gesrek, dan Antabur, Adam
Risman, Cahyo, Omi, Jody, Vita, Yugo, Fikri, Rickmandaru, terimakasih
telah menemani sampai detik ini.
6. Kawan – kawan HI-2013 dan senior dan junior penulis yang tidak bisa
disebutkan satu per satu, terimakasih kerjasamanya.
7. Sahabat-sahabat lainnya dan teman-teman HI UIN Jakarta angkatan 2013
yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih telah memberikan
energi positif kepada penulis selama masa perkuliahan.
Penulis berharap segala dukungan dan bantuan ini mendapatkan balasan dari
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, kritik
dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa
mendatang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi setiap
pembacanya dan bagi perkembangan studi Hubungan Internasional.
Jakarta, 2 Januari 2019
Afif Notodewo
vii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................................................. ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ............................................................. iii
ABSTRAK ................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................................. v
DAFTAR ISI .............................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………...……1
A. Pernyataan Masalah……...………………………………………….… 1
B. Pertanyaan Penelitian………………………………………………… 8
C. Tujuan Penelitian……...……………………………………….……… 8
D. Manfaat Penelitian................................................................................. 8
E. Tinjauan Pustaka………..………………………………………..…… 9
F. Kerangka Teoritis…...………………………………………….………. 11
Neoklasikal Realisme............................................................………..... 11
Konsep Kebijakan Luar Negeri.......................................................... .. 14
Konsep Kepentingan Nasional........................................................... .. 17
G. Metode Penelitian….……………………………………………….…....17
H. Sistematika Penulisan…….………………………………………….… 18
BAB II PEMBANGUNAN ROGUN HYDROPOWER PLANT....................... 21
A. Geografis dan Geopolitik Asia Tengah................…………………….….. 22
B. Kepentingan Nasional Tajikistan............................................……….…… 24
viii
BAB III RESPON UZBEKISTAN TERKAIT PEMBANGUNAN ROGUN
HYDROPOWER PLANT TAHUN 2016.................................................. 37
1. Penolakan Uzbekistan terkait Pembangunan Rogun Hydropower Plant… ...37
2. Perubahan Kebijakan Uzbekistan terkait Pembangunan Rogun Hydropower
Plant…………………………..................................................................... ...46
BAB IV ANALISIS PERUBAHAN KEBIJAKAN UZBEKISTAN TERKAIT
PEMBANGUNAN ROGUN HYDROPOWER PLANT........................... 49
A. Intervening Variable : Pergantian Presiden...............................................50
B. Systemic Incentive : Distribusi Air dan Supply Energi............................. 59
B.1 Distribusi Air.................................................................................59
B.2 Supply Energi............................................................................. 63
BAB V PENUTUP………………………………………………………….…….. 71
A. Kesimpulan………………………………………………………………… 71
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................74
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.A.1 Variabel dalam Neoklasikal Realisme ............................................... 12
Gambar II.A.1 Peta sungai Amu Darya dan Syr Darya ............................................ 23
Gambar II.B.2 Kondisi Rogun HPP era Uni Soviet .................................................. 28
Gambar II.B.3 Grafik penggunaan dan perbandingan laju air sungai Vakhsh ......... 29
Gambar II.B.4 Gambaran umum mengenai sungai Amu Darya ............................... 30
Gambar II.B.5 Bendungan-bendungan Tajikistan di Sungai Vakshs ........................ 31
Gambar III.B.6 Langkah pertama pembangunan Rogun HPP oleh Salini Impregilo 35
Gambar III.A.1 Peta letak Rogun HPP dan perkebunan kapas Uzbekistan ............... 38
Gambar III.A2. Transformasi Aral Sea ...................................................................... 40
x
DAFTAR SINGKATAN
CAPS Central Asia Power System
GDP Gross Domestic Product
HPP Hydropower Plant
PLTA Pembangkit Listrik Tenaga Air
SCO Shanghai Cooperation Organization
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Skripsi ini menganalisa mengenai perubahan kebijakan Uzbekistan terkait
pembangunan Rogun Hydropower Plant (HPP) di Tajikistan tahun 2016. Pada
periode itu, Uzbekistan mempunyai respon yang berbeda dalam menyikapi
pembangunan bendungan yang terletak di daerah Rogun, Tajikistan. Rogun HPP
diproyeksikan untuk menjadi bendungan terbesar di dunia.
Sebelum membahas lebih lanjut, ada baiknya untuk membahas kondisi di
Asia Tengah terlebih dahulu. Asia Tengah dulunya merupakan bagian dari Uni
Soviet sebelum runtuh pada 1991. Asia Tengah diapit oleh Tiongkok di sebelah
barat, Afghanistan di selatan, dan Rusia di utara. Kawasan ini merupakan kawasan
landlock - tidak memiliki laut. Semenjak runtuhnya Uni Soviet, Asia Tengah
memiliki 2 permasalahan utama, yakni distribusi air dan energi.1 Perlu diketahui
bahwa negara-negara di Asia Tengah terbagi menjadi dua kategori, yakni negara
Upstream dan Downstream.2 Negara Upstream terdiri dari Tajikistan dan
1 Jakhongir Kakhkharov,”Central Asian Security and Water/energy Relations between Uzbekistan
and Tajikistan”,Munich Personal RePEc Archieve, no. 64024, (2013), hal.1 2 Dataran di Asia Tengah terbagi menjadi 2 kategori, yakni hulu atas (upstream) dan hulu bawah
(downstream). Negara Upstream terdiri dari Tajikistan dan Kyrgyztan. Sedangkan negara
Downstream terdiri dari Uzbekistan, Kazakhztan, dan Turkmenistan.
2
Kyrgyztan. Sedangkan negara Downstream terdiri dari Uzbekistan, Turkmenistan,
dan Kazakhstan.3
Negara Upstream dan Downstream memiliki masalahnya masing-masing.
Negara-negara Upstream memiliki kekurangan akan sumber daya energi.
Sedangkan, negara-negara Downstream memiliki kekurangan akan air. Negara-
negara Downstream, khususnya Uzbekistan sangat bergantung kepada negara-
negara Upstream akan sumber daya air guna mengirigasi pertaniannya.4 positifnya
kedua wilayah downstream dan upstream memiliki keunggulan dan potensi yang
berbeda, yakni negara Upstream memiliki potensi akan hydropower plant atau
PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) karena terletak di hulu atas. Sedangkan
negara Downstream memiliki cadangan minyak, gas, dan batubara.
Pada era Uni Soviet, potensi kedua wilayah diatur dan membentuk sebuah
sistem yang disebut Central Asia Power System (CAPS)5. Operasi sistem tersebut
pada intinya adalah pertukaran potensi di kedua wilayah. Pada musim panas,
ketika musim irigasi tiba dan debit air sedang tinggi-tingginya, negara upstream
merilis air dari bendungannya kepada negara downstream. Sebaliknya, pada
musim dingin ketika air di pegunungan membeku sehingga menyebabkan PLTA
tidak berfungsi secara maksimal, maka negara downstream mengirim pasokan
gasnya yang dikonvensi menjadi listrik kepada negara upstream.
3 Akhmetkaliyeva Saule, “Rogun Dam Project : Challenges and Prospects”, Eurasian Research
Institute”, No.49, (Januari 2016), hal.1 4 Akhmetkaliyeva Saule, “Rogun Dam Project : Challenges and Prospects), hal.1
5 CAPS juga merupakan infratstruktur perlistrikan di Asia Tengah yang pernah dibangun oleh Uni
Soviet pada 1970 yang menghubungkan ke setiap negara Asia Tengah. Tujuannya adalah untuk
memenuhi kebutuhan irigasi dan energi kawasan.
3
Namun, runtuhnya Uni Soviet menghilangkan sistem tersebut. Sistem yang
telah dibuat oleh Uni Soviet berubah menjadi perdagangan di antara negara Asia
Tengah.6 Permasalahan terjadi pada awal 2008 yang mana merupakan musim
dingin terparah yang pernah melanda Asia Tengah. Pada musim dingin, Tajikistan
biasa untuk mengimpor gas dari negara tetangganya, Uzbekistan. Namun, pada
tahun yang sama Uzbekistan menaikan harga gasnya hingga tahun-tahun
berikutnya.7Perbandingannya, pada 2005 Uzbekistan menjual $100 juta/1000
barel gas. Akan tetapi, di tahun berikutnya harga tersebut terus dinaikan oleh
Uzbekistan hingga menyentuh angka $240/1000 barel.8
Tajikistan tidak menyanggupi kenaikan harga yang diberikan oleh Uzbekistan.
Terdapat kebuntuan kesepakatan di antara kedua belah pihak. Oleh karenanya,
Tajikistan mengalami musim dingin yang parah dan menyakitkan pada tahun-
tahun tersebut, yakni dengan listrik yang hanya menyala 3 jam sehari. Dengan ini,
kebutuhan akan energi menjadi tujuan utama kebijakan luar negeri Tajikistan.
Tajikistan merupakan negara yang memiliki keterbatasan akan sumber daya
karena 93 persen dari permukaannya merupakan dataran tinggi pegunungan yang
mana sulit untuk ditanami tumbuh-tumbuhan.9 Satu-satunya hal potensial yang
dimiliki Tajikistan adalah air yang berasal dari pegunungan yang mengelilinginya.
6 Jakhongir Kakhkharov,”Central Asia Security and Water/Energy Relations between Uzbekistan
and Tajikistan”, hal.2 7 Jakhongir Kakhkharov,”Central Asia Security and Water/Energy Relations between Uzbekistan
and Tajikistan”, hal.2 8 Jakhongir Kakhkharov,”Central Asia Security and Water/Energy Relations between Uzbekistan
and Tajikistan”, hal.2 9 Joshua Kucera, “Tajikistan‟s dream” The Wilson Quarterly”, Vol.37 No.3, (summer, 2013).
4
Pegunungan tersebut memiliki gletser terbesar di dunia yang juga memiliki
potensi untuk dijadikan sumber daya energi.10
Masyarakat Tajikistan sangat menderita pada musim dingin karena arus air
yang berasal dari gletser tersebut membeku. Akibatnya, Pasokan listrik untuk
kebutuhan sehari-hari tidak terpenuhi.11
Presiden Tajikistan, Emomali Rahmon
sangat mempertaruhkan harapannya terhadap mega proyek Rogun HPP sebagai
solusi untuk menyelesaikan masalah energi di Tajikistan.12
Rogun Hydropower Plant akan dibangun dengan tinggi 335 m dengan
menghasilkan tegangan sebesar 3,600 megawatt akan diproyeksikan menjadi
bendungan terbesar di dunia. Bendungan ini terletak pada sungai Vakhsh yang
merupakan anak sungai terbesar dari sungai Amu darya –salah satu sungai
terbesar di Asia Tengah. Sebelumnya, Rogun HPP pernah dibangun pada era Uni
Soviet saat masih berkuasa. Namun, konstruksi pembangunan berakhir seiring
dengan runtuhnya Uni Soviet pada 1990. Proyek tersebut berhenti selama 22
tahun hingga akhirnya kembali dilanjutkan pada 2008. Pada tahun 2012
pembangunan ditunda kembali karena menunggu persetujuan dari World Bank
untuk melakukan riset terlebih dahulu atas permintaan dari Tajikistan.13
Kebijakan Tajikistan untuk melanjutkan mega proyek tersebut menimbulkan
pro dan kontra. Pembangunan Rogun Hydropower Plant yang akan dibangun
Tajikistan mendapat pertentangan dari negara-negara Downstream, khususnya
10
Joshua Kucera, Tajikistan‟s dream” The Wilson Quarterly. 11
Joshua Kucera, Tajikistan‟s dream” The Wilson Quarterly. 12
Joshua Kucera, Tajikistan‟s dream” The Wilson Quarterly. 13
Eva Kleingeld, “The Rogun Dam in Tajik-Uzbek Official Discourse”, Leiden University, (31
Mei 2016), hal.11
5
Uzbekistan. Menurutnya pembangunan Rogun Hydropower Plant tersebut akan
dapat merugikan pihak Uzbekistan dan negara Downstream lainnya.14
Islam Karimov selaku presiden Uzbekistan menentang keras pembangunan
Rogun HPP dengan alasan bahwa bendungan tersebut akan beroperasi pada
musim dingin, sehingga akan menyebabkan banjir. Pertama, untuk memenuhi
kebutuhan energi pada musim dingin, tentunya bendungan akan menampung air
yang dikumpulkan pada musim panas yang mana merupakan waktu irigasi
sehingga menyebabkan kelangkaan air. Sedangkan, Uzbekistan membutuhkan air
itu untuk irigasi perkebunan kapasnya. Kedua, bendungan tersebut akan dibangun
di daerah Rogun yang rawan akan gempa dan jika itu terjadi Uzbekistan akan
mendapatkan banjir kiriman akibat gempa tersebut.
Masalah mengenai distribusi air merupakan hal yang paling sering digembar-
gemborkan oleh Islam Karimov. Perlu diketahui bahwa Uzbekistan merupakan
negara agraris, terutamanya adalah kapas yang merupakan sumber pendapatan
nomor 3 bagi Uzbekistan. Oleh karena itu, Uzbekistan merupakan salah satu
penghasil kapas terbaik di dunia. Akan tetapi tanaman kapas sangat membutuhkan
banyak air dalam proses pertumbuhannya. Sedangkan, Uzbekistan hanya
meletakan harapannya kepada sungai Amu Darya dan Syr Darya yang menjadi
sumber air yang dimilikinya.15
14
World Bank, “”irrigation in Central Asia : Social, Economic, and Ecological Aspect”,
www.worldbank.org/eca/environment, diakses pada 8 Agustus 2018. 15
World Bank, “”irrigation in Central Asia : Social, Economic, and Ecological Aspect”,
www.worldbank.org/eca/environment, diakses pada 8 Agustus 2018.
6
Pada saat Uni Soviet berkuasa, Uzbekistan sudah terlebih dahulu dialokasikan
sebagai penghasil kapas untuk kebutuhan negara. Dengan tanaman ini yang
membutuhkan banyak air, Uni Soviet memanfaatkan secara besar-besaran arus air
dari Sungai Amu Darya dan Syr Darya guna sebagai irigasi untuk keperluan
agrikulturnya.16
Tentunya dengan dibangunnya Rogun Hydropower Plant menjadi momok
yang menakutkan bagi Uzbekistan. Diperkirakan jumlah GDP (Gross Domestic
Bruto) Uzbekistan akan menurun sebesar 2 persen, kerugian yang dicapai oleh
Uzbekitan diperkirakan mencapai angka 600 juta Dollar/tahun. Selain itu karena
Uzbekistan bertumpu pada ladang kapas yang membutuhkan banyak air, dengan
volume air yang berkurang akan mengakibatkan rusaknya tanaman tersebut dan
mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran yang mencapai angka
300.000 jiwa.17
Tentunya, jika pembangunan bendungan terbesar itu beroperasi
maka Uzbekistan adalah negara yang paling dirugikan dalam hal ini.
Akibatnya hubungan bilateral kedua negara menjadi buruk yang
mengakibatkan Islam Karimov mengeluarkan kebijakan memblokade jalur kereta
api dari Uzbekistan ke Tajikistan Selatan pada 2009.18
Perlu di garis bawahi,
bahwa Uzbekistan adalah satu-satunya akses bagi Tajikistan untuk menjalin
hubungan dengan dunia luar. Selain itu, Uzbekistan juga menarik diri dari CAPS
16
Nancy Lubin, “Uzbekistan : The Challenges Ahead”, Middle East Journal” Vol.43 No.4,
(Autumn, 1989), hal.628 17
Mirzo Jalivov, “Impact of Rogun Dam Uzbekistan Agriculture”, International Journal of water
resource and environmental engineering, Vol.3, (Juli, 2011). 18
Asia-plus, “Rail link connected Uzbekistan and Southern Tajikistan expected to reopen for
traffic tommorrow”, diakses dari https://news.tj/en/news/tajikistan/economic/20180228/rail-link-
connecting-uzbekistan-and-southern-tajikistan-expected-to-reopen-for-traffic-tomorrow-j, pada 28
Februari 2018.
7
yang telah dibangun sejak 1970. Keluarnya Uzbekistan membuat CAPS runtuh
karena sebagian infrastruktur perlistrikan berpusat di Uzbekistan.19
Dalam konferensi persnya, Islam Karimov mengatakan bahwa permasalahan
mengenai sumber air dapat memicu konflik dan perang.20
Ia melakukan protes
keras kepada Tajikistan terkait pembangunan mega proyek tersebut. Dalam
pernyataannya itu, disimpulkan bahwa Islam Karimov juga secara tidak langsung
menyindir kebijakan Tajikistan yang dapat menyebabkan peperangan di antara
kedua belah pihak.
Namun, pada 2016 semua itu berbanding terbalik. Tahun tersebut
merupakan peresmian peletakan batu pertama pembangunan Rogun HPP yang
diresmikan langsung oleh Emomali Rahmon, presiden Tajikistan. Respon
Uzbekistan pada saat itu diam seolah-olah tidak tertarik kembali untuk membahas
permasalahan bendungan yang selama ini ditentangnya. Sampai pada akhirnya,
pada 2017 Uzbekistan turut membantu dalam mendanai pembangunan Rogun
HPP.
Dapat disimpulkan bahwa respon Uzbekistan berbeda menjadi terhadap
pembangunan Rogun Dam Project di Tajikistan pada 2016. Berbeda dengan
tahun-tahun sebelumnya di mana Uzbekistan sangat menentang keras
pembangunan mega proyek tersebut karena dapat merugikannya. Lantas, mengapa
19
Lidia Parkhomchick, “Tajikistan and Uzbekistan ; sign of political and economic
rapprochement”, No. 101, (Februari 2017), 20
Raushan Nurshayeva, “Uzbek leader sounds warning over Central Asia water dispute”,
https://www.reuters.com/article/centralasia-water/uzbek-leader-sounds-warning-over-central-asia-
water-disputes-idUSL6E8K793I20120907, diakses pada 7 September 2012.
8
Uzbekistan melakukan perubahan respon terkait pembangunan Rogun
Hydropower Plant di Tajikistan yahun 2016?
B. Pertanyaan Penelitian
Mengapa Uzbekistan melakukan perubahan kebijakan terkait pembangunan
Rogun Hydropower Plant di Tajikistan tahun 2016?
C. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis mengenai kebijakan Uzbekistan yang berubah terhadap
Rogun Hydropower Plant di Tajikistan tahun 2016.
2. Menggambarkan kondisi ekonomi politik internasional di kawasan
Asia Tengah.
3. Menjelaskan dampak yang akan dihasilkan oleh pembangunan Rogun
Hydropower Plant di Tajikistan terhadap kawasan Asia Tengah.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memperkaya khazanah Ilmu
Hubungan Internasional, khususnya mengaplikasikan teori dan konsep
untuk menganalisa mengenai kebijakan Uzbekistan yang berubah
terhadap Rogun Hydropower Plant di Tajikistan tahun 2016.
9
E. Tinjauan Pustaka
Pembahasan dengan tema pembangunan Rogun HPP dan keterkaitan
mengenai kebijakan Uzbekistan pernah ditulis dalam beberapa literatur. Dalam
tinjauan pustaka, penelitian ini menggunakan 3 literatur, yakni jurnal yang
berjudul Tajikistan‟s dream tahun 2013 yang ditulis oleh Joshua Kucera yang
dipublikasikan oleh Wilson Quarterly, jurnal karya Richard Weitz yang berjudul
Uzbekistan‟s New Foreign Policy yang dirilis oleh Central Asua- Caucasus
Institute Silk Road Studies Program, dan tesis karya Eva Kleingeld yang berjudul
The Rogun Dam in Tajik-Uzbek Official Discource yang dikeluarkan oleh Leiden
University tahun 2016.
Pertama, jurnal yang berjudul Tajikistan‟s Dream memiliki fokus penelitian
kepada pentingnya pembangunan Rogun HPP sebagai kepentingan nasional
Tajikistan. Persamaan Tajikistan‟s Dream dengan skripsi ini adalah membahas
mengenai Rogun HPP yang mana merupakan salah satu variabel dalam penelitian
ini. Perbedaannya, fokus pembahasan Tajikistan‟s Dream hanya kepada Rogun
HPP, sedangkan fokus pembahasan skripsi ini adalah perubahan kebijakan
Uzbekistan terkait pembangunannya.
Kedua, jurnal yang berjudul Uzbekistan‟s New Foreign Policy membahas
mengenai perubahan kebijakan luar negeri Uzbekistan sejak 2016 yang
disebabkan oleh perubahan kondisi politik dalam negeri. Persamaannya,
pembahasan jurnal Uzbekistan‟s New Foreign Policy terkait kepada pemaparan
kebijakan-kebijakan Uzbekistan yang berubah, termasuk perihal hubungan antara
10
Uzbekistan-Tajikistan yang disebabkan oleh pembangunan Rogun HPP.
Sedangkan perbedaannya, pembahasan jurnal Uzbekistan‟s New Foreign Policy
terlalu luas hingga mencakup perubahan kebijakan Uzbekistan di kawasan Asia
Tengah serta global. Oleh karena itu, pembahasan jurnal Uzbekistan‟s New
Foreign Policy terlalu luas dan tidak fokus. Sedangkan, skripsi ini hanya berfokus
kepada perubahan Uzbekistan terkait pembangunan Rogun HPP secara lebih
mendalam.
Ketiga, tesis karya Eva Kleingeld yang berjudul The Rogun Dam in Tajik-
Uzbek Official Discource yang fokus penelitiannya membahas mengenai
dinamika hubungan Uzbekistan-Tajikistan perihal Rogun HPP. Tesis ini
menggunakan teori konstruktivisme sebagai alat analisis. Kemudian, metode
penelitian yang digunakan adalah “explanation building analysis”.
Persamaannya, tesis The Rogun Dam in Tajik-Uzbek Official Discource dan
skripsi ini memaparkan dan menjelaskan peta konflik antara Uzbekistan-
Tajikistan terkait pembangunan Rogun HPP, serta membahas kebijakan
Uzbekistan terkait bendungan tersebut. Perbedaannya, tesis The Rogun Dam in
Tajik-Uzbek Official Discource menggunakan teori konstruktivisme sebagai alat
analisis, sedangkan skripsi ini menggunakan neoklasikal realisme. Serta, tesis The
Rogun Dam in Tajik-Uzbek Official Discource tidak secara fokus menjawab
pertanyaan mengapa Uzbekistan melakukan perubahan kebijakan terkait Rogun
HPP pada 2016.
11
F. Kerangka Teori
Dalam menganalisis untuk menjawab pertanyaan penelitian “mengapa
Uzbekistan melakukan perubahan kebijakan terhadap pembangunan Rogun HPP
di Tajikistan tahun 2016”, skripsi ini menggunakan teori neoklasikal realisme,
serta menggunakan 2 konsep, yaitu kebijakan luar negeri dan kepentingan
nasional.
a. Neoklasikal Realisme
Neoklasikal realisme pertama kali dikemukakan oleh Gideon Rose pada 1998
dalam tulisannya yang berjudul “Neoclasical Realism and Theory of Foreign
Policy”. Teori ini merupakan perpaduan dari realisme klasik dan juga neorealisme
karena sama-sama mengatakan bahwa ambisi kebijakan luar negeri suatu negara
dipengaruhi oleh sistem internasional dan kapabilitas power yang dimiliki suatu
negara. Akan tetapi, realisme klasik dan neorealsisme tersebut dikembangkan
kembali oleh Gideon Rose dengan menambahkan bahwa faktor eksternal tersebut
tidak sertamerta langsung mempengaruhi kebijakan luar negeri, melainkan
bersifat tidak langsung dan kompleks karena harus disaring terlebih dahulu oleh
decision maker.21
Kebijakan luar negeri suatu negara ditentukan oleh decision maker perception.
Akan tetapi tidak serta merta keputusan tersebut rasional. Hal ini karena decision
maker tidak selalu mempunyai kebebasan penuh dalam mengeluarkan suatu
keputusan. Terdapat faktor-faktor internal yang dapat mempengaruhi keputusan-
21
Gideon Rose, “Neoclassical Realism and Theories of Foreign Policy”, vol.51, hal.147
12
keputusan tersebut. Seperti struktur negara, kondisi sosial, politik, dan lain-lain.
Setiap negara memiliki kondisi sosial politik yang berbeda-beda yang
menyebabkan negara yang memiliki kapablitas yang sama dapat mengeluarkan
suatu kebijakan yang berbeda.22
Gideon Rose menyebutkan bahwa neoklasikal terbagi menjadi 2 variabel,
yakni systemic incentives (independent variale) dan internal faktor (intervening
variable). Systemic incentives adalah respon negara dalam menanggapi kondisi
anarki yang tidak pasti guna mengendalikan dan membentuk lingkungan eksternal
mereka. Sedangkan internal faktor merupakan kelanjutan dari systemic incentives
di mana decision maker negara akan menyusun suatu kebijakan luar negeri untuk
menanggapi international pressurre tersebut.23
Dalam hal ini, berbeda dengan
neorealisme yang menganggap negara sebagai billiardball yang hanya akan
bergerak karena adanya benturan dari luar dan tidak memperhatikan faktor yang
terjadi pada struktur internal bola tersebut.24
Bagan 1.1 Variabel dalam Neoklasikal Realisme
Sumber : Gideon Rose. “Neocalssical Realism and Theory of Foreign Policy ”, World
Politics, vol.51, no.1 (Oktober 1998)
22
Gideon Rose, “Neoclassical Realism and Theories of Foreign Policy”, vol.51, hal.147 23
Gideon Rose, “Neoclassical Realism and Theories of Foreign Policy”, vol.51, hal.156 - 153 24
Brian Rathbun, “A Rose byAny Other Name : Neoclassical as the Logical and Necessary
Extension of Structural Realism”, vol.17, hal. 304
13
Bagan di atas menjelaskan bagaimana suatu negara mengeluarkan kebijakan
luar negeri. Seperti yang telah dikatakan bahwa yang mempengaruhi negara untuk
mengeluarkan kebijakannya adalah systemic incentives dan intervening variable.
Seperti bagan di atas bahwa systemic incentive tidak langsung menghasilkan
kebijakan luar negeri melainkan harus ditafsirkan terlebih dahulu oleh faktor-
faktor dalam negeri atau intervening variable. Setelah di proses oleh faktor
internal barulah keluar kebijakan luar negeri yang dihasilkan.
Neoklasikal realisme sangat memperhatikan dengan apa yang disebut sebagai
kapabilitas relative material power. Ketika relative material power suatu negara
meningkat, maka negara tersebut akan memberikan pengaruh yang besar terhadap
sistem internasionalnya. Relative material power tersebut nantinya akan menjadi
bahan pertimbangan bagi decision maker dalam menentukan kebijakan luar negeri
suatu negara. Relative material power tersebut bisa berbentuk militer, ekonomi,
sumber daya alam, dan bahkan kekuatan struktur sosial negara tersebut.25
Dengan ini dapat dikatakan bahwa neoklasiskal realisme selain dipengaruhi
oleh teori struktural juga dipengaruhi konstruktivisme. Seperti yang telah
dikatakan bahwasannya neoklasikal realisme secara tidak langsung mengakui
adanya hubungan antara systemic level dengan unit level. Oleh karena itu,
neoklasikal juga sepakat dengan asumsi kontruktivisme yang menyatakan bahwa
realitas internasional yang anarki bukanlah suatu yang given, melainkan hasil
25
Gideon Rose, “Neoclassical Realism and Theories of Foreign Policy”, vol.51, hal.145
14
konstruksi dan shared idea dari negara-negara tersebut. Intinya, negaralah yang
menciptakan kondisi anarki tersebut.26
Dengan begitu, teori neoklasikal realisme digunakan sebagai kacamata
analisis dalam menjawab pertanyaan yang ada, yakni mengapa Uzbekistan
melakukan perubahan respon terkait pembagunan Rogun HPP di Tajikistan tahun
2016? Padahal dengan adanya proyek tersebut dapat merugikan Uzbekistan itu
sendiri. Penggunaan neoklasikal realisme dianggap tepat karena di Uzbekistan
sendiri terdapat faktor systemic pressure dan faktor internal mengenai kebijakan
Uzbekistan di tahun 2016.
b. Konsep Kebijakan Luar Negeri
Kebijakan luar negeri merupakan pengambilan keputusan atau kebijakan aktor
hubungan internasional yang ditunjukan kepada aktor lain untuk memenuhi
kepentingan nasionalnya.27
Dalam proesnya, politik luar negeri melibatkan cita-
cita, strategi, tindakan, metode, panduan, arahan, pemahaman, kesepakatan, dan
sebagainya.28
Oleh karena itu, kebijakan suatu negara tentunya akan berpengaruh
kepada negara lain dan bahkan internasional. Tidak jarang kepentingan-
kepentingan tersebut berbenturan antara satu dengan yang lainnya sehingga
menimbulkan konflik yang tentunya berdampak pada internasional.
26
Gideon Rose, “Neoclassical Realism and Theories of Foreign Policy”, vol.51, hal.152 27
Anak Agung Banyu Perwita, “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional”. (Bandung : Pt Remaja
Rosdakarya, 2005), hal 47 28
Robert Jackson, georg Sorensen, “Introduction to international Relation : Theories and
Approach.(New York: Oxford University Inc, 2013), hal 439
15
Ada baiknya untuk memisahkan kata dari politik luar negeri guna agar kita
paham dalam membedakan antara politik luar negeri dan politik domestik. Potlitik
luar negeri atau kebijakan luar negeri terdiri dari 2 komponen, yakni politik
(policy) dan luar negeri (foreign). Pertama, definisi dari politik adalah usaha
untuk menggapai kehidupan yan lebih baik.29
Usaha tersebut dapat dicapai dengan
berbaga cara yang kadang bertentangan dengan yang lainnya. Menurut salah satu
pakar politik, Hoogerwerf menjelaskan bahwa objek dari politik adalah kebijakan
pemerintah, proses terbentuknya, serta akibat-akibatnya.30
Politik identik dengan kebijakan umum (public policy, beleid) yang
merupakan kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok
politik dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk mencapai tujuan tersebut.31
Dalam buku dasar-dasar ilmu politik karya Miriam Budiarjo menyatakan bahwa
setiap masyarakat mempunyai beberapa tujuan bersama. Cita-cita bersama ini
dicapai melalui usaha bersama dan untuk itu perlu ditentukan rencana-rencana
yang mengikat yang dituang dalam kebijakan oleh pihak yang berwenang.32
Sedangkan arti kata luar negeri (foreign) dari politik luar negeri adalah untuk
membatasi wilayah analisis agar tidak terlalu luas. Jadi fokus dari kajian ini
hanyalah sebatas faktor-faktor dari luar negara. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa politik luar negeri adalah studi manajemen hubungan eksteral dan
aktivitas-aktivitas aktor hubungan internasional, seperti yang dibedakan dari
29
Miriam Budiarjo, “Dasar-dasar Ilmu Politik”. (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003), hal 13 30
A. Hoogerwerf, Politicologie: Begrippen en Problemen (Alpena an den Rijn: Samson Uitgeberij,
1972), hlm 38-39 31
Miriam Budiarjo, “Dasar-dasar Ilmu Politik”. (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003), hal 20 32
Miriam Budiarjo, “Dasar-dasar Ilmu Politik”. (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003), hal 20
16
kebijakan dalam negerinya untuk mencapai kepentingannya yang juga melibatkan
cita-cita, strategi, tindakan, metode, panduan, arahan, pemahaman, kesepakatan,
dan sebagainya.33
Politik luar negeri terdiri dari tujuan-tujuan dan tindakan-
tindakan yang dimaksudkan untuk memandu keputusan dan tindakan pemerintah
yang menyangkut urusan-urusan eksternal, terutama hubungan dengan negara
asing
Para pakar Ilmu Hubungan Internasional memberikan penjelasan yang
berbeda-beda perihal pengertian dari kebijakan luar negeri. Menurut James
Rosenau, kebijakan luar negeri merupakan upaya suatu negara yang ditunjukan
melalui sikap dan aktivitasnya untuk memenuhi kepentingan nasionalnya.
Menurutnya, kebijakan luar negeri memasuki fenomena yang luas dan kompleks
yang meliputi internal life dan eksternal need, seperti atribut nasional,
kebudayaan, kapabilitas, dan lain-lain.34
Dalam mengklasifikasikan sumber-sumber kebijakan luar negeri, Howard
Lentner membaginya menjadi dua kelompok, yaitu determinan luar negeri dan
determinan domestik. Determinan luar negeri mengacu kepada keadaan di level
systemic pada suatu waktu tertentu. Sedangkan, determinan domestik merupakan
keadaan atau kondisi dalam negeri.35
Hubungannya dengan isu dalam skripsi ini, tentunya terdapat 2 faktor yang
mempengaruhi Uzbekistan melakukan perubahan kebijakannya terhadap Rogun
33
Robert Jackson, georg Sorensen. 2013. “Introduction to international Relation : Theories and
Approach. New York: Oxford University Inc. hal 439 34
James N. Rosenau, “Wprld Politics : an Introduction”,(New York : The Free Press, 1976), hal.27 35
Howard lentner, “Foreign Policy Analysis: A Comparative and Conceptual Approach”, (Ohio :
Bill and Howell Co, 1974), hal.105-171
17
HPP di Tajikistan tahun 2016, yaitu faktor internal dan eksternal sesuai yang
dijelaskan oleh Rosenau. Perubahan kebijakan itu dikeluarkan tidak lain dengan
tujuan untuk memenuhi kepentingan nasionalnya.
c. Konsep Kepentingan Nasional
Seperti yang sudah dibahas pada subbab sebelumnya bahwa tujuan akhir dari
kebijakan luar negeri adalah untuk memenuhi kepentingan nasionalnya. Banyak
Sarjana Ilmu Hubungan Internasional yang menjelaskan mengenai konsep
kepentingan nasional. Skripsi ini menggunakan konsep kepentingan nasional yang
dijelaskan oleh Gideon Rose.
Menurut Gideon Rose dalam jurnalnya yang berjudul Neoclassical Realism
Theory and Foreign Policy, setiap negara mengeluarkan kebijakan luar negeri
untuk memenuhi kepentingan nasionalnya. Namun, tidak semata-mata
kepentingan nasional tersebut bisa langsung terpenuhi. Untuk memenuhinya, para
decision makers harus melihat dulu kepada apa yang disebut sebagai relative
material power atau kapabilitas yang dimiliki oleh suatu negara, seperti militer,
ekonomi, sosial budaya, dan lain-lain. Semakin tinggi relative material power,
maka akan semakin mudah bagi negara untuk menguasai lingkungan sekitarnya
untuk memenuhi kepentingan nasionalnya.36
G. Metode Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan metode kualtitatif sebagai teknik analisa.
Penelitian yang menggunakan metode kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung
36
Gideon Rose, “Neoclassical Realism and Theories of Foreign Policy”, vol.51, hal.156
18
menggunakan analisis dengan pendekatan induktif, serta menggunakan landasan
teori sebagai alat ukur untuk menganalisa kenyataan sosial.37
Penelitian yang
bersifat deskriptif dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan klarifikasi mengenai
fenomena dan kenyataan sosial.38
Menurut Strauss dan Corbin, yang dimaksud dengan penelitian kualitatif
adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat
dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari
pengukuran kuantitatif.39
Sedangkan John Creswell penelitian sebagai suatu
pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala
yang sentral.40
Skripsi ini hanya menggunakan data sekunder. data sekunder yang
dimaksud adalah melalui studi kepustakaan dari buku, jurnal ilmiah, surat kabar
baik cetak maupun elektronik.
H. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab I diisi dengan pernyataan masalah, guna menjelaskan latar
belakang permasalahan penelitian ini dan menjadikannya sebagai isu yang
menarik untuk diteliti yang dilanjutkan dengan manfaat serta tujuan penelitian. Di
bagian ini dipaparkan juga tinjauan pustaka, kerangka pemikiran yang dalam hal
37
Pupu Saeful Rahmat, “Penelitian Kualitatif”, Equilibrium , Jurnal Vol.5 No.9, (Januari-Juni
2009), Hal.1 38
Sanapiah Faisal, “Format-Format Penelitian Sosial”, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2010),
hal.20 39
Anselm Strauss dan Juliet Corbin, “Basic of Qualitative Research: Technic and Procedures for
Developing Grounded Theory, second edition”, (London: SAGE Publication, 1998), hlm. 11-13. 40
Raco, “Metode Penelitian Kualitatif : Jenis, Katarestik, dan Kegunaannya”, (Jakarta : PT
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010), hal.7
19
ini penulis menjelaskan grand theory neoklasikal realisme guna menjawab
pertanyaan penelitian, di akhir akan dijelaskan pula metode penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II ROGUN HYDROPOWER PLANT DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP UZBEKISTAN
BAB II membahas seluk beluk dari pembangunan mega proyek Rogun
Hydropower Plant di Tajikistan seperti proses, letak, spesifikasi, dan manfaat
yang dihasilkan oleh Tajikistan sendiri. Bab ini juga akan memaparkan mengenai
kondisi Tajikistan yang mengharuskannya untuk membangun bendungan tersebut.
Dengan tujuan untuk menyatakan pentingnya bendungan tersebut bagi Tajikistan.
BAB III RESPON UZBEKISTAN TERHADAP
PEMBANGUNAN ROGUN HYDROPOWER PLANT
BAB III membahas respon Uzbekistan terhadap Rogun Hydropower Plant
di Tajikistan. Pada awalnya Uzbekistan menentang keras atas pembangunan mega
proyek tersebut. Akan tetapi mulai pada 2016 dan seterusnya kebijakan itu
Uzbekistan mendukung pembangunan mega proyek tersebut. Tujuannya untuk
membahas secara lebih rinci mengenai perubahan kebijakan yang dilakukan oleh
Uzbekistan yang mana pada awalnya menolak keras pembangunan Rogun HPP
menjadi mendukung pembangunannya.
20
BAB IV ANALISIS PERUBAHAN RESPON UZBEKISTAN
TERHADAP PEMBANGUNAN ROGUN HYDROPOWER PLANT DI
TAJIKISTAN TAHUN 2016.
Bab IV menjawab pertanyaan penilitian mengenai mengapa Uzbekistan
melakukan perubahan respon terkait pembangunan Rogun Hydropower Plant di
Tajikistan tahun 2016. Padahal dengan pembangunan mega proyek tersebut
Uzbekistan merupakan pihak yang paling dirugikan dalam hal ini.
BAB V PENUTUP
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan yang dapat dikerucutkan
sesuai dengan analisa yang dilakukan pada bagian sebelumnya.
21
BAB II
PEMBANGUNAN ROGUN HYDROPOWER PLANT
Pada bab ini dijelaskan mengenai pembangunan Rogun Hydropower
Plant. Bendungan ini merupakan kebijakan luar negeri Tajikistan untuk
memenuhi kebutuhan energi yang menjadi agenda terbesarnya. Bab ini teridiri
dari 3 subbab, yakni pertama kondisi geografis dan geopolitik di Asia Tengah dan
kedua kepentingan nasional Tajikistan.
Subbab pertama membahas mengenai kondisi dan berbagai permasalahan
geografis dan geopolitik Asia Tengah. Di bagian ini akan menjelaskan mengenai
iklim cuaca, kondisi lahan, permasalahan utama, dan ketergantungan negara-
negara di sana dengan kehidupan agraris sebagai penghasilan utama masyarakat di
sana. Perebutan power akan energi dan distribusi air menjadi salah satu penyebab
konflik terbesar di Asia Tengah. Pembahasan ini penting untuk dibahas karena
nantinya akan digunakan sebagai bahan untuk mengenalisis sikap politik
Uzbeksitan dan Tajikistan.
Subbab kedua akan membahas mengenai kepentingan nasional Tajikistan
yang mana untuk membangun Rogun HPP untuk memenuhi kebutuhan energi
negaranya, khususnya pada musim dingin. Pada 2007 terjadi musim dingin
terparah di Asia Tengah yang menyebabkan Tajikistan mengalami krisis energi
terparah yang pernah terjadi. Serta membahas detail mengenai pembangunan
Rogun HPP itu sendiri.
22
A. Geografis dan Geopolitik Asia Tengah
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Rogun HPP, pembahasan
mengenai kondisi geografis dan geopolitik di Asia Tengah merupakan suatu yang
penting untuk dibahas. Pembahasan ini merupakan penunjang untuk memahami
latar belakang dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan Rogun HPP.
Teritorial Asia Tengah memiliki luas sekitar 40 juta km2 yang terdiri dari 5
negara, yakni Tajikistan, Kyrgyztan, Uzbekistan, Kazahstan, dan Turkmenistan.
Sebagian besar dari wilayah Asia Tengah merupakan stepa dan padang pasir.
Musim di Asia Tengah pada umumnya adalah kering dan terbagi menjadi dua,
yakni musim dingin yang sangat dingin dan musim panas yang begitu panas.
Musim panas terjadi pada bulan Juli dengan rata-rata suhu 25 C sampai dengan 32
C. Sedangkan musim dingin terjadi pada bulan Januari dengan rata-rata suhu 25 C
hingga –3 C.41
Karena hanya terdiri dari padang stepa dan pasir, maka Asia Tengah
sangat membutuhkan sistem irigasi guna menyuburkan wilayah yang memiliki
potensi kesuburan. Untuk melakukan sistem irigasi, Asia Tengah hanya
memanfaatkan dari 2 sungai besar, yakni Syr Darya dan Amudarya. Kedua sungai
tersebut merupakan sumber air terbesar di Asia Tengah. Sungai-sungai tersebut
melintas di negara-negara Asia Tengah yang berasal dari Tajikistan dan
Kyrgyztan yang berujung pada danau Aral Sea di Uzbekistan dan Turkmenistan.42
41
Shokhrukh-Mirzo Jalilov, “Impact of Rogun Dam on Downstream Uzbekistan Agriculture”,
North Dakota State University (May 2010), hal.7 42
Shokhrukh-Mirzo Jalilov, “Impact of Rogun Dam on Downstream Uzbekistan Agriculture”,
hal.7
23
Gambar II.A.1. Peta sungai Amu Darya dan Syr Darya
Sumber:https://www.researchgate.net/figure/Map-of-Central-Asia_fig1_237515181 ,
diakses pada 2018
Kecuali Kazakhstan, negara-negara di Asia Tengah bergantung kepada
sistem irigasi untuk kebutuhan agrikulturnya. Menurut data dari PBB
(Perserikatan Bangsa-Bangsa) bahwa sekitar 60% masyarakat pedesaan di Asia
Tengah berpenghasilan dari sungai Amudarya dan Syr darya. Uzbekistan
merupakan negara di Asia Tengah yang tingkat ketergantungannya paling tinggi
terhadap sungai itu. Sekitar 20 juta masyarakat Uzbekistan bergantung kepada
sistem irigasi.43
Dari data di bawah ini kita dapat melihat bahwa Uzbekistan
adalah negara terbesar dalam menggunakan air untuk sistem irigasi.
Selain itu, permasalahan di Asia Tengah adalah tidak meratanya sumber
daya alam seperti minyak, gas, dan batubara. Negara seperti uzbekistan,
Kazakstan, dan Turkmenistan adalah contoh dari negara Asia Tengah yang
43
Shokhrukh-Mirzo Jalilov, “Impact of Rogun Dam on Downstream Uzbekistan Agriculture”,
hal.7
24
memiliki cadangan sumber daya tersebut. Akan tetapi, Tajikistan dan Kyrgystan
merupakan negra yang tidak memiliki cadangan gas dan minyak. Kelebihan
mereka adalah memiliki potensi untuk hydropwer plant karena daerahnya yang
pegunungan dan banyak memiliki air terjun. Terkadang, perbedaan-perbedaan
tersebut membuat konflik di Asia Tengah menjadi tidak terelakan lagi.44
Pada dasarnya setiap negara harus memenuhi kebutuhan dalam negerinya.
Namun, kebutuhan atau kepentingan tersebut terkadang berbenturan dengan yang
lainnya. Setiap negara berusaha untuk mendapatkan power untuk memenuhi
kepentingan nasionalnya. Dalam kasus yang terjadi di Asia Tengah, sungai Amu
Darya dan Syr Darya merupakan sumber mata air terbesar di Asia Tengah yang
menjadi rebutan negara-negara di sana. Perbedaan kepentingan terjadi pada
negara upstream dan downstream di mana yang satu membutuhkan sungai itu
untuk dijadikan sumber daya energi, sedangkan yang satunya membutuhkan laju
sung tersebut untuk kebutuhan agrikulturnya.
B. Kepentingan Nasional Tajikistan
Menurut Eurasian Reasearch Institue, Kurang lebih sekitar 70 persen
masyarakat Tajikistan mengalami krisis energi ketika musim dingin tiba.45
Akibatnya, indusutri dalam negeri tidak dapat berjalan sehingga Tajikistan
mengalami kerugian sebesar 200 juta USD per tahun. Jumlah itu merupakan 3
44
Shokhrukh-Mirzo Jalilov, “Impact of Rogun Dam on Downstream Uzbekistan Agriculture”,
hal.7 45
Saule Akhmetkaliyeva, “Rogun Dam Project : Challenges and Prospects”, Eurasian Research
Institute, No.49 (Januari 2016), hal.1
25
persen dari GDP Tajikistan. Perlu digaris bawahi, setelah runtuhnya Uni Soviet,
permasalahan terbesar Tajikistan adalah kondisi energi yang tidak memadai.46
Fakta mengatakan bahwa Tajikistan merupakan negara temiskin dan
kurang berkembang dibanding dengan negara eks Uni Soviet lainnya. Produksi
dalam negeri negara ini termasuk yang terendah di Asia Tengah. Salah satu
masalah terbesarnya adalah mengenai infrastruktur penghasil listrik yang kurang
memadai sehingga masyarakat menderita kekurangan listrik sepanjang tahun.
Krisis ini diperparah dengan Tajikistan yang belum melakukan investasi perihal
pembangkit listrik.47
Awal tahun 2007 merupakan musim dingin terparah yang pernah dilewati
oleh Asia Tengah. Suhu pada saat itu mencapai titik terendah, yakni -50 C.
Tajikistan merupakan negara yang paling menderita dalam hal ini. Membekunya
aliran sungai Syr darya dan Amu Darya membuat debit air menjadi sangat kecil
sehingga membuat Hydropower plant menjadi tidak begitu berfungsi hingga
Tajikistan mengalami defisit energi. Menurut sumber yang didapat dari rferl.org
menyatakan bahwa Tajikistan hanya mampu menghasilkan 3 jam listrik/hari.
Untuk melawati musim dingin dan karena keterbatasan energi, masyarakat
Tajikistan menebang pohon untuk dijadikan kayu bakar guna menghangatkan diri.
46
Daryl Fields, “Tajikistan‟s Winter Energy Crisis : Electricity Supply and Demand
Alternatives”,Energy Sector Management Assistance Program (November 2012), hal.i 47
Daryl Fields, “Tajikistan‟s Winter Energy Crisis : Electricity Supply and Demand Alternatives”,
hal.i
26
Sejumlah data menunjukan sekitar 700.000 hektar hutan sudah ditebang oleh
masyarakat Tajikistan.48
Uzbekistan menjual harga gas dan batubaranya dengan harga yang lebih
murah di pasaran. Namun, harga terebut terus meningkat setiap tahunnya. Pada
2005, Uzbekistan menjual $100 juta/1000 barel gas. Akan tetapi, di tahun
berikutnya harga tersebut terus dinaikan oleh Uzbekistan hingga menyentuh
angka $240/1000 barel. Pada waktu yang bersamaan, Uzbekistan lebih tertarik
untuk menjual gas dan minyaknya kepada Rusia dibandingkan Tajikistan. Perlu
diketahui bahwa harga yang ditawar oleh Rusia lebih tinggi, yakni $300/1000
barel.49
Akibatnya, Uzbekistan tidak mengalokasikan minyak dan gasnya lebih
banyak kepada Tajikistan.50
Menurut data yang diberikan Bank Dunia, terdapat 3 opsi untuk
menyelesaikan permasalahan di Tajikistan, yakni51
1. Melakukan reformasi finansial untuk meningkatkan power sector.
2. Mengeluarkan kebijakan untuk menghemat pengunaan energi.
3. Meningkatkan pemasukan energi, baik impor, produksi dalam negeri,
maupun keduanya.
48
Mumin Ahmadi, “Operation firewood aims to cut down Tajik Deforestation”,
https://www.rferl.org/a/tajikistan-firewood-deforestation-/28248692.html, diakses pada Oktober
2018. 49
Jakhongir Kakhkharov,”Central Asia Security and Water/Energy Relations between Uzbekistan
and Tajikistan”, hal.2 50
Jakhongir Kakhkharov,”Central Asia Security and Water/Energy Relations between Uzbekistan
and Tajikistan”, hal.2 51
World Bank Assessement : Key Issues for Consideration on the proposed Rogun Hydropower
Project,
27
Tajikistan memilih untuk kembali membangun Rogn HPP. Emomali Rahmon
menilai bahwa Rogun HPP merupakan solusi jangka panjang untuk memenuhi
kepentingan nasional Tajikistan.
Selain digunakan untuk kepentingan energi, Emomali Rahmon
menggunakan Rogun HPP sebagai identitas nasional negaranya. Kurangnya
identitas nasional sebagai pemersatu bangsa merupakan salah satu masalah
terbesar Tajikistan. Kurangnya rasa persatuan masyarakat Tajikistan berakibat
pada perang sipil selama 5 tahun dari 1992-1997. Perang sipil tersebut terjadi
untuk memperebutkan kekuasaan di Tajikistan.52
Perang sipil tersebut terjadi karena memperebutkan kekuasaan yang pada
akhirnya menyebabkan 40.000 orang tewas dan diperkirakan kurang lebih
100.000 masyarakat Tajikistan kehilangan tempat tinggal hingga harus menjadi
refugees ke negara lain.53
Peristiwa itu tentunya menimbulkan trauma kepada
masyarakat Tajikistan. Untuk menghindari terulangnya peritiwa tersebut,
Emomali Rahmon berupaya untuk mendirikan suatu icon, yakni Rogun HPP
sebagai pemersatu bangsa.54
Pada akhirnya, Tajikistan memutuskan untuk meneruskan pembangunan
megaproyek Rogun HPP yang dulu sempat dibangun oleh Uni Soviet pada 1970.
Akan tetapi, proyek tersebut pernah berhenti ketika Uni Soviet runtuh pada 1991.
52
Mutahir Ahmed, “Civil war in Tajikistan : Internal Strife and External Response”, Pakistan
Institue of International Affairs, vol.7 No.4 (Oktober 1994), hal. 88 53
Dov Lynch, “The Tajik Civil War and Peace Process”, New york University (Oktober 2014),
hal. 50 54
Filippo Menga, “ Building a nation through a dam : the case of Rogun in Tajikistan”,
Nationalties Papers, Vol.43 No.3 (2015), hal.481
28
Pembangunan megaproyek tersebut terhambat lagi akibat perang sipil Tajikistan
yang terjadi selama 5 tahun. Wacana pembangunan Rogun HPP bangkit kembali
tepatnya setelah musim dingin terparah yang terjadi pada 2007 yang
menyebabkan krisis energi di Tajikistan.
Gambar II.B.2. Kondisi bendungan Rogun era Uni Soviet
Sumber : “Tajikistan Launched giant Dam to End Power Shortage”
http://saudigazette.com.sa/article/548164/World/Asia/Tajikistan-launches-giant-dam-to-
end-power-shortage
Rogun HPP pada nantinya akan menjadi bendungan terbesar di dunia
dengan tinggi 335 meter. Volume pengisian air diperkirakan mencapai 13,5 km3.
Serta, power yang dihasilkan oleh Rogun HPP dapat mencapai 3600 MW.
Rencananya Rogun HPP akan memiliki 6 turbin. Setiap turbinnya akan
menghasilkan 600 MW. Jika pembangun Rogun HPP rampung, maka Tajikistan
29
tidak hanya mencukupi kebutuhan domestiknya tapi juga dapat mengekspornya ke
Afghanistan, Iran, dan Tiongkok.55
Rogun HPP akan dibangun di sungai Vaksh yang merupakan anak sungai
utama dari sungai Amu Darya. Anak sungai Vaksh memberikan 27% arus laju air
kepada sungai utama Amu Darya yang merupakan sumber air dan sistem irigasi
negara-negara Asia Tengah, khususnya negara Downstream.56
Gambar II.B.3. Grafik penggunaan dan perbandingan laju air anak sungai
Vakhsh,
Sumber : Shokhrukh-Mirzo Jalilov, “Impact of Rogun Dam on Downstream Uzbekistan
Agriculture”, hal.3
55
Kh.s Karimov,”Rogun Hydropower Plant Projection in Tajikistan : Expected Benefit for
neigboring country”, World Applied Science Journal, Vo.26 No.2 (September 2013), hal.241 56
Shokhrukh-Mirzo Jalilov, “Impact of Rogun Dam on Downstream Uzbekistan Agriculture”,
hal.10
30
Pada tabel yang di sebelah kiri menjelaskan perbandingan penggunaan air
di sungai Amu Darya. Dalam tabel itu terlihat bahwa Uzbekistan dari awal tahun
1990 sampai dengan 2010, penggunaan jumlah debit air hampir menyamai
gabungan penggunaan dari keseluruhan negara Asia Tengah lainnya. Tabel ini
menunjukan bahwa pentingnya air di sungai Amu Darya bagi Uzbekistan.
Sedangkan, tabel kedua menjelaskan bahwa sungai Vakhsh memiliki kontribusi
yang besar dalam menyumbang air ke sungai utama, yaitu sungai Amu Darya.57
Gambar II.B.4. Gambaran umum mengenai sungai Amu Darya
Sumber : Shokhrukh-Mirzo Jalilov, “Impact of Rogun Dam on Downstream Uzbekistan
Agriculture”, hal.10
57
Shokhrukh-Mirzo Jalilov, “Impact of Rogun Dam on Downstream Uzbekistan Agriculture”,
hal.3
31
Kondisi sungai Vakhsh sebelumnya sudah memiliki beberapa bendungan
yang dibangun oleh Uni Soviet di antaranya bendungan Nurek, Shurob, Sangtuda,
Perepadnaya, dan lain-lain. Bendungan tersebut (selain Nurek) merupakan
bendungan yang berkapasitas kecil dan belum cukup untuk memenuhi kebutuhan
energi Tajikistan pada saat musim dingin.
Gambar. II.B.5 Bendungan-bendungan Tajikistan di Sungai Vakshs.
Sumber : Shokhrukh-Mirzo Jalilov, “Impact of Rogun Dam on Downstream Uzbekistan
Agriculture”, hal.23
32
Sebelumnya, Tajikistan juga sudah memiliki bendungan terbesar nomor 2
di dunia, yakni bendungan Nurek yang juga dikonstruksikan pada era Uni Soviet
juga, tepatnya pada 1960-1980. Bendungan ini juga terletak di sungai Vakhsh.
Tinggi bendungan tersebut berbeda tipis dengan Rogun HPP dengan mencapai
mencapai 300 m. Namun, adanya bendungan Nurek belum mencukupi kebutuhan
energi domestik Tajikistan. Bendungan Nurek dirancang oleh Uni Soviet untuk
beroperasi pada musim panas. Selain untuk memenuhi energi, bendungan Nurek
diciptakan untuk sebagai sistem irigasi negara-negara downstream.58
Pembangun Rogun HPP tidaklah berjalan lancar. Terdapat 2 faktor yang
menghambat dalam pembangunannya. Fakor pertama adalah mengenai hubungan
politik antara Uzbekistan-Tajikistan dan permasalahan keuangan. Diketahui
bahwa pembanguna Rogun HPP menyentuh angka 2,2 milyar USD. Namun,
pembangunan Rogun HPP mendapat dukungan besar dari masyarakat Tajikistan
karena dapat menjadikan Tajikistan negara yang kaya akan sumber energi.59
Pada 2008, Tajikistan meminta Bank Dunia untuk memberikan penilaian
terhadap pembangunan Rogun HPP. Akhirnya, pada 2011 Bank Dunia setuju
untuk melakukan penilaian tersebut. Dalam melakukan penelitian tersebut, Bank
Dunia menilai dua, yakni Techno-Economic Assesement Study (TEAS) dan
Environmental and Social Impact Assessement Study (ESIA). Penilaian TEAS
adalah mengenai teknologi yang digunakan dalam bendungan tersebut menyalahin
58
Kh.s Karimov,”Rogun Hydropower Plant Projection in Tajikistan : Expected Benefit for
neigboring country”, hal.241 59
Kh.s Karimov,”Rogun Hydropower Plant Projection in Tajikistan : Expected Benefit for
neigboring country”, hal.241
33
standar internasional atau tidak. Sedangkan, ESIA nantinya digunakan untuk
mengetahui dampaknya terhadap lingkungan, khususnya negara di hulu bawah.60
Dalam melakukan penilaian tersebut, Bank Dunia memiliki beberapa
objektif terhadap pembangunan Rogun HPP, yakni 61
1. Menilai kelayakan dari bendungan Rogun HPP dari segi tekhnikal,
ekonomi, lingkungan, dan perspektif sosial.
2. Mengajukan dan memberikan perbandingan desain Rogun HPP
yang cocok untuk kebutuhan energi Tajikistan.
3. Melakukan konsultasi dengan kepada negara tetangga untuk
meminimalisir dampak yang terjadi.
Bank Dunia tidak secara langsung melakukan penilaian terhadap
pembangunan Rogun HPP. Namun, Bank Dunia hanya membiayai proses
daripada assesement study. Sedangkan penilaian dilakukan oleh pemerintah
Tajikistan dengan menunjuk konsultan internasional. Untuk meneliti TEAS
pemerintah Tajikistan menunjuk Coyne & Bellier. Sedangkan, untuk meneliti
ESIA, Tajikistan menunjuk Poyry Energy Ltd.62
Pembangunan Rogun HPP baru bisa berjalan setelah dilakukan penelitian
di bawah naungan Bank Dunia yang telah selesai pada 2012. Menurut laporan
Bank Dunia, pembangunan Rogun HPP dapat menimbulkan dampak kepada
60
Kh.s Karimov,”Rogun Hydropower Plant Projection in Tajikistan : Expected Benefit for
neigboring country”, hal.241 61
World Bank Assessement : Key Issues for Consideration on the proposed Rogun Hydropower
Project, hal.3 62
Kh.s Karimov,”Rogun Hydropower Plant Projection in Tajikistan : Expected Benefit for
neigboring country”, hal.242
34
penduduk yang tinggal di sekitar wilayah Rogun dan kepada negara-negara
downstream. Selama masa pembangunan, maka masyarakat yang tinggal di
wilayah pembangunan yang kurang lebih sekitar 6 desa, harus segara melakukan
pemindahan untuk menghindari dampak yang terjadi selama pembangunan.63
Untuk negara-negara downstream, dampak yang dihasilkan oleh Rogun
HPP disebabkan melalui 2 cara, yakni pada masa pengisian waduk dan pada saat
Rogun HPP beroperasi. Menurut data Bank Dunia, volume waduk Rogun HPP
adalah 1290 m. Dengan volume sebesar itu, maka waktu yang dibutuhan untuk
memenuhi isi dari waduk sebesar itu adalah 16 tahun. Selama pengisian waduk,
laju air ke negara downstream akan menurun sebesar 0,83 bcm. Dalam
penelitiannya, selain menjelaskan dampak-dampak dari pembangunan Rogun
HPP, Bank Dunia juga memberikan beberapa solusi untuk meminimalisir dampak
yang terjadi.64
Selain itu, Bank Dunia juga mengeluarkan beberapa saran dalam
pembangunan Rogun HPP yang nanti akan dijelaskan pada bab berikutnya.
Intinya, setelah penelitian selesai dilakukan, barulah Emomali Rahmon selaku
presiden Tajikistan meletakan batu pertama pembangunan sebagai lambang
peresmian pada 2016. Dalam mengerjakan pembangunan, Tajikistan menunjuk
mitra dari Italia, yakni Salini Impregilo.65
63
World Bank Assessement : Key Issues for Consideration on the proposed Rogun Hydropower
Project, hal.13 64
World Bank Assessement : Key Issues for Consideration on the proposed Rogun Hydropower
Project, hal.13 65
Salini Impregilo, https://www.salini-impregilo.com/en/projects/in-progress/rogun-dam.html.
35
Salini Impregilo merupakan perusahaan kontraktor yang berasal dari
Milan, Italia. Perusahaan tersebut bergerak dalam bidang pembangunan
megaporyek infrastruktur, seperti jalan tol, bandara, hyrdrolic, dan juga
bendungan. Selain Tajikistan, Salini Impregilo pernah bekerjasama mengerjakan
berbagai proyek negara seperti Amerika Serikat, Prancis, dan lain-lain.66
Pada November 2016, Salini Impregilo mulai mengerjakan pembangunan
Rogun HPP. Dalam membangun bendungan langkah pertama adalah mengalihkan
laju air di sungai tersebut agar titik di mana bendungan tersebut berdiri
dibebaskan dari laju air agar bisa diletakan fondasi pertama. Langkah tersebut
telah dilakukan oleh Salini Impregilo.
Gambar III.B.6. Langkah pertama pembangunan Rogun HPP oleh Salini
Impregilo
66
Salini Impregilo, https://www.salini-impregilo.com/en/.
36
Sumber : Salini Impregilo, https://www.salini-impregilo.com/en/projects/in-progress/rogun-
dam.html
Menurut Salini Impregilo pembanguan Rogun HPP akan terbagi menjadi 4
komponen utama. Tingginya pengeluaran yang paling besar dalam pembangunan
megaproyek tersebut adalah ketika mendirikan bendungan beton tingginya
mencapai 335 m. Pada 2017, Salini Impregilo bertemu dengan Emomali Rahmon
untuk membahas pembangunan Rogun HPP lebih lanjut. Kedua belah pihak
mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan 2 dari 6 turbin pada 2018.
Rencananya 2 turbin tersebut akan sudah bisa beroperasi pada tahun tersebut.67
Seperti yang telah dijelaskan, bahwa negara downstream mengecam
pembangunan Rogun HPP karena dapat merugikan agrikulturalnya. Uzbekistan
merupakan negara yang paling aktif dalam menentang pembangunan megaproyek
tersebut. Kecaman itu bukan karena berbagai alasan, Uzbekistan merupakan
negara Asia tengah yang paling bergantung kepada sektor agrikulturnya.
Mengenai respon Uzbekistan terhadap pembangunan Rogun HPP akan dijelaskan
pada bab berikutnya.
67
Asia-plus, “Tajik President and Salini Impegrilo CEO meet in Dushanbe ti discuss construction
of Rodun Dam”, https://www.salini-impregilo.com/static/upload/taj/tajik-president-and-salini-
impregilo-ceo-meet-in-dushanbe.pdf, diakses pada November 2018.
37
BAB III
RESPON UZBESITAN TERKAIT PEMBANGUNAN ROGUN
HYDROPOWER PLANT
Bab III membahas mengenai respon Uzbekistan terkait pembangunan
Rogun HPP di Tajikistan. Bab ini terdiri dari dari dua subbab, yakni penolakan
Uzbekistan terhadap pembangunan Rogun HPP dan perubahan Uzbekistan terkait
pembangunan Rogun HPP. Pada subbab pertama akan menjelaskan penolakan
Uzbekistan terkait bendungan tersebut dengan lebih detail. Selanjutnya, pada
subbab kedua akan dijelaskan perubahan respon Uzbekistan yang pada awalnya
menentang menjadi turut mendukung pemangunan Rogun HPP.
A. Penolakan Uzbekistan terhadap Pembangunan Rogun HPP
Uzbekistan merupakan negara yang sangat keras dalam menentang
pembangunan megaproyek Rogun HPP yang terletak di anak sungai Vakhs,
sungai Amudarya, Tajikistan. Penolakan Uzbekistan terkait pembangunan Rogun
HPP juga disertai beberapa alasan. Alasan tersebut adalah mengenai terbatasnya
persediaan air ke negaranya, mengenai isu lingkungan terkait Aral Sea, mengenai
permasalahan dam safety, terakhir mengenai meningkatnya kompetisi terkait
ekspor listrik. Subbab ini akan menjelaskan mengenai permasalahan tersebut satu
per satu.
Alasan pertama adalah mengenai akan terhambatnya persediaan air jika
bendungan tersebut berhasil didirikan. Diketahui, pembangunan megaproyek
Rogun HPP menimbulkan kecaman dari negara downstream, khususnya
38
Uzbekistan. 97 % dari penggunaan sungai Amu Darya adalah untuk sistem irigasi.
Di antara negara-negara Asia Tengah, Uzbekistan merupakan yang paling
bergantung kepada sektor agrikulturnya, yakni kapas.68
Berhektar-hektar tanaman
kapas terancam untuk mati akibat dari berkurangnya laju air yang disebabkan oleh
pembangunan Rogun HPP.
GambarIII.A.1 : Peta letak Rogun HPP dan perkebunan kapas
Uzbekistan
Sumber : http://mandalaprojects.com/ice/ice-cases/tajik-dam.htm
Menurut laporan dari Bank Dunia, Uzbekistan merupakan negara yang
sangat diperhitungkan di Asia Tengah. Hal itu terbukti dengan Uzbekistan
menjadi negara dengan ekonomi terbaik di kawasan tersebut. Perlu digaris bawahi
bahwa pertumbahan GDP dan industri di Uzbekistan tidak kurang dari 8% pada
68
Shokhrukh-Mirzo Jalilov, “Impact of Rogun Dam on Downstream Uzbekistan Agriculture”,
hal.7
39
sebelas tahun belakangan ini. Sebagian besar perekonomian disokong oeh sektor
agrikulturnya, khususnya kapas.69
Namun dalam prosesnya, Tanaman kapas merupakan tanaman yang sangat
membutuhkan banyak air. Masalahnya, Asia Tengah jarang sekali mengalami
hujan karena daerahnya yang mayoritas stepa dan juga padang pasir. Oleh karena
itu, tanaman kapas sangat bergantung kepada sistem irigasi. Sumber irigasi dari
perkebunan kapas Uzbekistan adalah danau aral sea dan sungai Amu Darya.70
Namun, Aral sea tidak bisa dijadikan sumber irigasi untuk perkebunan
kapasnya lagi. Perlu diketahui, Aral Sea merupakan danau terbesar nomor 4 di
dunia. Danau ini merupakan hasil pertemuan dari sungai Amu Darya dan Syr
Darya. Akibat dari penggunaan sistem irigasi secara besar-besaran oleh Uni
Soviet, Kini kondisi air di Aral Sea sungguh sangat memprihatinkan. Kedalaman
air berkurang sebanyak 11 meter3
yang mana merupakan setengah dari kedalaman
pada tahun 1960.71
Selain itu, penggunaan pestisida secara masif turut
mempengaruhi air bersih di Aral Sea yang mempengaruhi kesehatan
masyarakat.72
Dampaknya terjadi pada sektor ekonomi, terutama sektor perikanan
dan juga peningkatan penyakit seperti TBC dan kanker paru-paru akibat polusi di
kawasan.73
69
The World Bank, “Uzbekistan : Economic Development and Reform : Achieveent and
challanges”, Uzbekistan Economic Report (April 2013), hal.vii 70
Shokhrukh-Mirzo Jalilov, “Impact of Rogun Dam on Downstream Uzbekistan Agriculture”,
North Dakota State University (May 2010), hal.7 71
Nancy Lubin, “Uzbekistan : The Challenges Ahead”, Middle East Journal”, hal.629 72
Nancy Lubin, “Uzbekistan : The Challenges Ahead”, Middle East Journal”, hal.629 73
Ataniyazova, “Health and Ecological Consequece of the Aral Sea Crisis” the 3rd Water Forum
(Maret 2003), 3
40
Gambar III.A2. Transformasi Aral Sea
Sumber: Aral Sea “ https://blog.education.nationalgeographic.org/2018/03/21/once-
written-off-for-dead-the-aral-sea-is-now-full-of-life/”, diakses pada 2018.
Dengan kondisi Aral sea yang sudah tidak memungkinkan untuk dijadikan
sumber irigasi, maka sumber terbesar dari sistem irigasi perkebunan kapas
Uzbekistan adalah sungai amudarya. Sungai ini merupakan yang terpangjang di
Asia Tengah dengan panjang 2,540 km. Dari zaman dahulu kala, sungai ini sudah
menjadi sumber daya untuk menyuburkan tanah kering di Asia Tengah. Sungai ini
merupakan sungai besar yang terbentuk dari anak anak sungai, yakni sungai
Kashkadarya, Sherabad, Sukhandarya, Kafirnigan,Vaksh, dan Panj.74
74
UNEP, “Environment and Sceurity in the Amu Darya Basin ”, Environment and Security
(2011), hal. 11
41
Sungai ini merupakan sungai transnasional yang melewati meliputi
Tajikistan, dan Kyrgyztan pada hulu atas. Melelehnya salju dan gletser di kedua
negara tersebut nantinya akan mengisi laju air kepada sungai Amu Darya
melewati anak-anak sungai seperti yang telah disebutkan. Perlu diketahui bahwa
anak sungai Vakhs yang merupakan tempat dibangunnya megaproyek RHPP
adalah penyumbang laju air terbesar sekitar 27%.75
Dari pernyataan di atas dapat kita pahami bahwa sungai Vakshs memiliki
pengaruh yang besar terhadap perkebunan kapas yang merupakan kepentingan
nasional terbesar Uzbekistan. Perkebunan tersebut merupakan sektor yang sangat
vital bagi tulang punggung perekonomian negara. Tentunya, jika kepentingan
nasionalnya terganggu, maka Uzbekistan tidak akan tinggal diam dan langsung
mengambil langkah konkret.
Terbukti, ketika Tajikistan berencana untuk membangun kembali Rogun
HPP yang tentu akan menghambat sistem irigasi yang berakibat kepada rusaknya
perkebunan kapas Uzbekistan. Pembangunan Rogun HPP, Uzbekistan merupakan
negara yang paling vokal dalam mengecam pembangunannya. Akibat
pembangunan megaproyek tersebut mengakibatkan munculnya perang dingin di
antara kedua belah pihak.
Uzbekistan membutuhkan sistem irigasi di musim panas karena pada saat
itu kapas sedang membutuhkan supply air yang banyak. Di era Uni Soviet telah
diatur untuk dilakukannya sistem pertukaran. Pada musim panas, Uzbekistan bisa
75
Shokhrukh-Mirzo Jalilov, “Impact of Rogun Dam on Downstream Uzbekistan Agriculture”,
hal.7
42
mendapatkan supply air yang dihasilkan dari bendungan Nurek.76
Sedangkan,
bendungan Rogun pada nantinya akan digunakan pada musim dingin untuk
memenuhi kebutuhan listrik Tajikistan yang defisit pada saat itu.
Alasan kedua adalah mengenai isu dam safety. Seperti yang telah
dijelaskan bahwa Tajikistan akan membangun bendungan terbesar di dunia
dengan tinggi 335 m. Rogun HPP terletak di anak sungai Vakhsh yang merupakan
daerah seismik atau rawan gempa. Uzbekistan mengkhawatirkan jika bendungan
tersebut hancur karena gempa, maka wilayah yang berada di hulu bawah,
khususnya Uzbekistan akan terkena banjir sebagai dampaknya.77
Permasalahan yang dipermasalahkan oleh Uzbekistan adalah terkait
tingginya bendungan. Dengan tinggi 335 m, maka bendungan tersebut akan rentan
hancur jika terjadi gempa. Uzbekistan dapat mentoleransi pembangunan
bendungan tersebut jika berkapasitas lebih kecil dari rencana yang akan dibangun.
Uzbekistan sama sekali tidak mau berkompromi dengan tinggi bendungan yang
diajukan oleh Tajikistan.
Menurut jurnal yang dibuat oleh Sonoko ito yang berjudul “Conflict over
hydropower between Tajikistan and Uzbekistan” Alasan terakhir mengenai
mengapa Uzbekistan menolak pembangunan Rogun HPP adalah terkait akan
meningkatnya persaingan ekspor listrik di Asia Tengah. Diketahui bahwa
Uzbekistan merupakan negara penghasil listrik terbesar di Asia Tengah. Target
76
Shokhrukh-Mirzo Jalilov, “Impact of Rogun Dam on Downstream Uzbekistan Agriculture”,
hal.11 77
Sonoko Ito, “Conflict over Hydropower Plant Project between Tajikistan and Uzbekistan”,
International of Water Resource Development (Agustus 2015)
43
utama dari penjualan energi listriknya adalah Afghanistan dengan harga 0,75 US
Dollar/Gwh. Sedangkan, jika Rogun HPP didirikan, Tajikistan akan menjual
dengan harga yang jauh lebih murah, yakni 0,35 US Dollar/Gwh.78
Hal yang ditakutkan Uzbekistan adalah tidak dapat lagi menjual listriknya
kepada Afghanistan yang mana menjadi market utamanya. Menurut Onga dalam
karya disertasinya yang membahas mengenai kebijakan luar negeri Uzbeksitan
terkait kerjasama regional terkait permasalahan air mengatakan bahwa Uzbeksitan
meminta Afghanistan untuk tidak membeli listrik yang dijual oleh Tajikistan. Jika
Afghanistan membelinya, maka secara bersamaan Uzbekistan akan berhenti untuk
mengekspor listriknya.79
Akibat perseteruannya dengan Tajikistan mengenai pembangunan Rogun
HPP, pada 2009 Uzbekistan resmi mencabut diri dari CAPS (Central Asia Power
System) yang mana merupakan sistem pembangkit listrik yang telah dibuat oleh
Uni Soviet untuk memenuhi kebutuhan energi di Asia Tengah.80
Kondisi ini
membuat Tajikistan menjadi semakin terpojok karena tidak lagi bisa membeli
persediaan gas dan batubara dari Uzbekistan dan Turkmenistan pada musim
dingin.81
78
Sonoko Ito, “Conflict over Hydropower Plant Project between Tajikistan and Uzbekistan”,
International of Water Resource Development (Agustus 2015) 79
Sonoko Ito, “Conflict over Hydropower Plant Project between Tajikistan and Uzbekistan”,
International of Water Resource Development (Agustus 2015) 80
Uzbekistan Withdraws from Central Asia Power Grid, http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-
pacific/8388406.stm, diakses pada September 2018. 81
Uzbekistan Withdraws from Central Asia Power Grid, http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-
pacific/8388406.stm, diakses pada September 2018.
44
Selain memberhentikan supply sumber dayanya ke Tajikistan, Uzbekistan
juga memblokade jalur transportasi baik darat maupun udara. Perlu di garis
bawahi, bahwa Uzbekistan merupakan akses bagi Tajikistan untuk ke dunia luar.
Banyak dari kargo-kargo yang pada awalnya ingin masuk ke Tajikistan tapi
tertahan di uzbekistan. Akibatnya, hal ini menjadikan Tajikistan sebagai negara
terpencil di Asia Tengah. Ulah Uzbekistan ini diduga untuk menghambat
pembangunan Rogun HPP.82
Dalam pernyataan persnya, Islam Karimov mengatakan bahwa
permasalahan mengenai distribusi air dapat menyebabkan perang. Pernyataan
Karimiov ini menyindir sikap dari pembangunan Rogun HPP yang dapat
menimbulkan tensi di Asia Tengah.83
Pada September 2012, Islam Karimov
mengatakan
“water resource could become a problem in the future an could escalates tension
not nly in our region, but on every continent”
Pernyataan tersebut menyindir negara tetangganya, Tajikistan yang sedang
menuju proses dalam pembangunan Rogun HPP. Uzbekistan mengatakan bahwa
Tajikistan telah melanggar hukum internasional dengan tidak berkonsultasi
terlebih dulu kepadanya terkait pembangunan Rogun HPP.84
82
Tajikistan Accused Uzbekistan of Economic Blokade, https://www.bbc.com/news/world-asia-
17599930, diakses pada September 2018. 83
The Rogun Dam : Regional Conflict and Opportunity, Central Eurasia Standard (May 2013),
hal.11 84
Eva Kleingeld, “The Rogun Dam Tajik-Uzbek Official Discourse”, Universiteit Leiden (Mei,
2016), hal.33
45
Sebelumnya, seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa
Tajikistan meminta Bank Dunia untuk melakukan penilaian terhadap RHPP pada
2008. Namun, penelitian baru diadakan apada 2012 dan baru menuai hasil pada
2014. Penelitian ini diajukan oleh Tajikistan dengan maksud untuk meredam
kecaman dari negara downstream, terutama Uzbeksitan yang dari awal begitu
vokal. Hasil penelitian Bank Dunia menunjukan bahwa pembangunan Rogun HPP
adalah suatu yang bisa diselesaikan. Permasalahan supply air merupakan yang
dipermasalahkan oleh negara downstream menurutnya hanyalah permasalahan
teknis yang bisa diselesaikan.85
Hasil penelitian ini tentunya di kecam oleh
Uzbekistan yang tidak terima dengan hasil penelitian tersebut dengan beberapa
alasan.
Mengenai penilaian Bank Dunia, Uzbekistan sangat menolak hasil penelitian
tersebut. Di dalam laporan penelitian itu, Bank Dunia mengatakan sebelumnya
bahwa Uzbekistan turut berpartisipasi di dalamnya. Namun, hal itu dibantah oleh
pihak Uzbekistan. Dalam konfrensi di Kazakztan 2014 yang mempertemukan
negara-negara Asia tengah untuk membahas perihal penilaian Bank Dunia terkait
Rogun HPP, Perdana Menteri Uzbekistan, Rustam Azimov mengatakan bahwa
Uzbekistan tidak dilibatkan dalam penilaian yang dilakukan oleh Bank Dunia.86
Selain itu, Rustam Azimov mengatakan bahwa penelitian Bank Dunia itu
tidaklah kredible. Seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya bahwa Bank
85
World Bank Assessement : Key Issues for Consideration on the proposed Rogun Hydropower
Project. 86
Uzbekistan: Rogun Hydropower Project Threatens to whole region,
https://www.uzdaily.com/articles-id-28719.htm, diakses pada September 2018.
46
Dunia tidak secara langsung dalam melakukan penelitian itu. Melainkan
dilakukan oleh konsultan internasional yang ditunjuk oleh pemerintah Tajikistan,
yakni Coyne & Bellier dan Poyry Energy Ltd yang berasal dari prancis dan
Inggris.87
Pada intinya, Uzbeksitan menolak pembangunan Rogun HPP karena
merasa yang paling dirugikan dalam hal ini. Oleh karena itu, Uzbekistan menuntut
keras pembangunan megaproyek terbesar Tajikistan itu. Namun, ditahun-tahun
berikutnya tidak dapat dipungkiri bahwa Uzbekistan melakukan perubahan
kebijakannya terkait pembangunan Rogun HPP. Lebih detailnya akan dijelaskan
pada subbab berikutnya.
B. Perubahan Kebijakan Uzbekistan terkait Pembangunan Rogun HPP
Pada 2016 presiden Uzbekistan mengeluarkan pernyataan mengejutkan
dengan mendukung pembangunan Rogun HPP. Uzbekistan siap mendukung dan
membantu pebangunan Rogun HPP asal tidak melanggar hukum dan sesuai
dengan prosedur internasional. Pada tahun itu, kedua presiden bertemu dalam
pertama kalinya semenjak 2000. Dalam pertemuannya, kedua presiden membahas
permasalahan di kedua negara, terutama permasalahan Rogun HPP yang selama
ini selalu diperbincangkan. Dalam pertemuan tersebut, Uzbekistan sepakat untuk
mengambil andil dalam pembangunan Rogun HPP.88
87
Uzbekistan: Rogun Hydropower Project Threatens to whole region,
https://www.uzdaily.com/articles-id-28719.htm, diakses pada September 2018. 88
Kamila Aliyeva, “Uzbekistan May Take Part in Construction Rogun HPP”,
https://www.azernews.az/region/128592.html, diakses pada September 2018.
47
2016 merupakan tahun di mana diresmikannya pembangunan Rogun HPP.
Namun, pada saat yang sama Uzbekistan tidak merespon ataupun menentang
pembangunan megaproyek tersebut seperti sebelumnya. Pada tahun itu, presiden
Uzbekistan menegeluarkan pernyataan 89
it‟s time to turn to problems and boldy solve them for the good people. Taking advantage
of this favorable atsmophere in relations with neigboring countries, first of all, we must
begin to address the accumulated transboundary water probles and challenges. One of
the most issues is the construction and operation of the Rogun HPP.
“Sudah saatnya untuk menyelesaikan permasalahan yang ada untuk kebaikan banyak
orang. Melakukan kerjasama yang menguntungkan dengan menjalin hubungan baik
dengan negara tetangga. Pertama-tama, kita mulai dengan menyelesaikan permasalahan
air perbatasan. Salah satu isu terbesarnya adalah pembangunan dan pengoperasiam Rogun
HPP”.
Dapat disimpulkan bahwa respon Uzbekistan berbeda menjadi lebih halus
terhadap pembangunan Rogun HPP di Tajikistan pada 2016. Bahkan pada 2016,
Uzbekistan melakukan perubahan kebijakan terkait pembangun Rogun HPP
dengan turut andil dan mendukung pembangunannya. Selain itu, Uzbekistan juga
kembali menjalin hubungan kerjasama dengan Tajikistan dengan kembali
membuka jalur darat maupun udara dari Taskhent ke Dushanbe, kembali
mengirim pasokan gas ke Tajikistan, kembali membuka akses visa, dan
melakukan pertemuan kunjungan bilateral kepala negara.
89
Better Reap the Fruits of Rogun HPP together,
https://www.pressreader.com/uzbekistan/uzbekistan-today-english/20180420/281543701522132,
diakses pada Desember 2018
48
Pada 2016 Uzbekistan melakuakan perubahan kebijakan dengan menyatakan
dukungannya terhadap pembangunan Rogun HPP. Pada tahun itu, kedua presiden
bertemu dalam pertama kalinya semenjak 2000. Dalam pertemuannya, kedua
presiden membahas permasalahan di kedua negara, terutama permasalahan Rogun
HPP yang selama ini selalu diperbincangkan. Dalam pertemuan tersebut,
Uzbekistan sepakat untuk mengambil andil dalam pembangunan Rogun HPP.90
Selain itu, Dukungan Uzbekistan terhadap Rogun HPP juga dinyatakan
langsung Emomali Rahmon selaku presiden Tajikistan dengan mengatakan “In
this regard, we welcome Uzbekistan‟s support for development of hydropower
facilities in tajikistan” Hubungan-hubungan yang terdahulu terhambat sudah
diperbaiki. Seperti membuka kembali jalur darat dan udara, pengiriman gas dan
sumber daya lainnya ke Tajikistan, dan mencabut sanksi visa regime.91
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya di mana Uzbekistan sangat
menentang keras pembangunan mega proyek tersebut. Padahal, pembangunan
yang terletak di anak sungai Amu Darya tersebut akan memperkecil laju air yang
tentunya akan mempengaruhi kondisi ladang kapas yang menjadi tumpuan
Uzbekistan dalam menjalankan roda ekonominya. mengapa Uzbekistan
melakukan perubahan respon terkait pembangunan Rogun Hydropower Plant di
Tajikistan tahun 2016?
90
Kamila Aliyeva, “Uzbekistan May Take Part in Construction Rogun HPP”,
https://www.azernews.az/region/128592.html, diakses pada September 2018. 91
Kamila Aliyeva, “Uzbekistan May Take Part in Construction Rogun HPP”,
https://www.azernews.az/region/128592.html, diakses pada September 2018.
49
BAB IV
ANALISIS PERUBAHAN KEBIJAKAN UZBEKISTAN TERKAIT
PEMBANGUNAN ROGUN HDYROPOWER PLANT DI TAJIKISTAN
TAHUN 2016
Bab ini menganalisis serta menjawab pertanyaan mengapa Uzbekistan
melakukan perubahan kebijakan terkait pembangunan Rogun HPP di Tajikistan
tahun 2016. Padahal, pembangunan megaproyek tersebut akan merugikan
Uzbekistan yang salah satunya merugikan perkebunan kapas miliknya yang mana
merupakan salah satu pendapatan terbesar negara tersebut.
Dalam merespon pembangunan Rogun HPP, Uzbekistan merupakan
negara yang paling vokal untuk menentang. Pertentangan itu akhirnya membuat
buruk hubungan kedua negara antara Uzbekistan dan Tajikistan. Dalam
menentang pembangunan megaproyek Rogun HPP, Uzbekistan melakukan
berbagai langkah, seperti memutuskan hubungan komunikasi dari jalur darat, serta
menarik diri dari Central Asia Power System yang telah dibangun pada zaman Uni
Soviet guna memenuhi kebutuhan akan energi di Asia Tengah.
Namun, pada 2016 Uzbekistan melakukan perubahan kebijakannya terkait
pembangunan Rogun HPP dengan mendukung dan membiayai pembangunannya.
Hal ini sungguh kontradiksi dengan fakta-fakta sebelumnya bahwa Uzbekistan
merupakan negara yang menentang keras pembangunan megaproyek tersebut.
50
Pada 2016 Uzbekistan mengeluarkan kebijakan yang berbanding terbalik untuk
mendukung pembangunan itu.
Dari fakta-fakta tersebut timbullah sebuah pertanyaan, yakni mengapa
Uzbekistan melakukan perubahan kebijakan untuk mendukung pembangunan
megaproyek Rogun HPP yang selama ini dikecamnya? Padahal pembangunan
tersebut dapat merugikan Uzbekistan sebagaimana yang digembar-gemborkan
Uzbekistan di tahun-tahun sebelumnya. Untuk menjawab pertanyaan itu, seperti
yang telah tercantum di kerangka teoritis, skripsi ini akan menggunakan
neoklasikal realisme.
Seperti yang telah dijelaskan pada bab I bahwa neoklasikal realisme yang
dikemukakan oleh Gideon Rose berasumsi bahwa negara akan merespon
ketidakpastian dari sistem internasional yang anarki untuk membentuk dan
mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Dalam neoklasikal realisme terdapat 2
faktor yang mempengaruhi kebijakan suatu negara, yakni Intervening Variable
dan Systemic Incentive. Skripsi ini akan terdiri dari 2 subbab, yakni analisa
mengenai intervening variable dan systemic incentive dalam menjelaskan
fenomena yang terjadi.
A. Intervening Variable : Pergantian Presiden
Subbab ini akan membahas bagaimana decision maker Uzbekistan sangat
berpengaruh kepada kebijakan luar negeri Uzbekistan terkait perubahan kebijakan
terhadap pembangunan Rogun HPP di Tajikistan. Menurut Shairbek Juraev dalam
jurnalnya yang berjudul “Central Asia‟s Cold War? Water and Politics in Uzbek-
51
Tajik Relations” permasalahan mengenai pembangunan Rogun HPP merupakan
permasalahan tekhnis yang bisa diselesaikan dengan diplomasi, diskusi, dan
kerjasama. Namun, kedua negara tidak kunjung melakukan diplomasi dan diskusi
untuk menyelesaikan permasalahan terkait pembangunan ini karena terdapatnya
misstrust atau ketidak percayaan di antara kedua pemimpin. Hal ini disebabkan
karena hubungan yang buruk kedua semenjak 1997 usai perang saudara di
Tajikistan berakhir. Pada saat itu, Islam Karimov selaku presiden Uzbekistan turut
ikut campur dan membantu dalam pemberontakan untuk menggulingkan rezim
Emomali Rahmon.92
Tidak lama setelah itu, terjadi ledakan bom di Taskhent, ibu kota
Uzbekistan. Penyerangan itu diduga mengarah kepada Islam Karimov selaku
presiden Uzbekistan. Akibat dari serangan itu, 13 orang meniggal dunia dan 120
orang luka-luka.93
Islam Karimov menduga serangan itu berasal dari IMU
(Islamic Movement of Uzbekistan) yang bermarkas dari Tajikistan dan masuk
melewati Uzbekistan Selatan. Islam Karimov menuduh Tajikistan tidak serius
dalam mengontrol aktivitas Islam ekstrimis di negaranya.94
Kasus ledakan bom yang terjadi di Taskhent membuat Uzbekistan
memperketat keamanan nasionalnya. Setelah kejadian itu, Uzbekistan menebar
ranjau di perbatan antara Uzbekistan,Tajikistan, dan Kyrygyztan tepatnya di
lembah fergana guna mencegah masuknya ekstrimis Islam dari arah gunung.
92
Shairbek Juraev, “Central Asia‟s Cold War? Water and Politics in Uzbek-Tajik Relations”,
Ponars Eurasia No.217 (September 2012), hal.2 93
The Associated Press, “Bombs Kill at Uzbekistan Government Offices”,
https://www.nytimes.com/1999/02/17/world/bombs-kill-13-at-uzbekistan-government-
offices.html, diakses pada Oktober 2018. 94
Shairbek Juraev, “Central Asia‟s Cold War?”, Ponars Eurasia, No.217 (September 2012)
52
Akan tetapi, korban yang berjatuhan malah berasal dari penduduk Tajikistan dan
Kyrgyztan yang menembus angka 100 orang.95
Akibat peristiwa tersebut
membuat hubungan antara Uzbeksitan-Tajikistan semakin memanas.
Akibat semakin memanasnya hubungan kedua negara, Uzbekistan dan
Tajikistan masing-masing mengeluarkan sanksi visa regime96
pada 2001. Terakhir
kali kedua negara bertemu adalah pada 2000 di Dushanbe dalam rangka
kunjungan multilateral untuk menemui 4 negara Central Asia Economic Union.
Kemudian, Islam Karimov singgah lebih lama untuk melakukan pertemuan
kepada Emomali Rahmon untuk menandatangani Treaty on Eternal friendship97
.
Pada pertemuan tersebut, Islam Karimov mengibaratkan hubungan antara
Uzbekistan-Tajikistan dengan “one people, speaking two languange”.98
Hubungan kedua semakin memanas dan mencapai titik puncak ketika
Tajikistan berencana untuk membangun kembali Rogun HPP pada 2008.
Mendengar kabar tersebut, Uzbekistan merespon langsung dengan menarik diri
dari Central Asia Power System pada 2009, memutus hubungan komunikasi dan
memblokade dari jalur darat dan udara.
, hal. 2 95
Bruce Pannier, “Uzbekistan : Government Announces Effort to Clear Borders of Landmine”,
https://www.rferl.org/a/1054401.html, di akses pada Oktober 2018. 96
Sebelumnya Uzbekistan dan Tajikistan menyepakati bebas visa kepada masyarakatnya untuk
bebas mengunjungi Uzbekistan-Tajikstan tanpa visa. Namun, setelah terjadi konflik di antara
kedua belah pihak, kesepakatan itu dicabut oleh Uzbekistan. 97
Treaty of eternal friendship berisi kesepakatan untuk melakukan hubungan baik dan kerjasama
antara Uzbekistan-Tajikistan. 98
Edwar Lemon, “The Transformation of Uzbek-Tajik Relation”,
https://jamestown.org/program/transformation-uzbek-tajik-relationship/, diakses pada November
2017.
53
Hubungan kedua negara membaik pada 2016. Hal ini disebabkan oleh
pergantian presiden Uzbekistan dari Islam Karimov kepada Shavkat Mirziyoyev.
Pergantian presiden disebabkan oleh meninggalnya Islam Karimov yang
memimpin Uzbekistan sejak 1991. Kedua presiden memiliki gaya kepemimpinan
yang berbeda sehingga juga menghasilkan kebijakan luar negeri yang berbeda.
Kondisi ini seperti apa yang dijelaskan oleh Gideon Rose terkait intervening
variable atau persepsi decision makers mengenai suatu permasalahan.
Shavkat Mirziyoyev pada awalnya merupakan perdana menteri Uzbekistan
sejak 2003 hingga wafatnya Islam Karimov pada 2016. Ketika Karimov wafat,
Mirziyoyev ditunjuk oleh dewan tertinggi sebagai presiden interim untuk mengisi
kekosongan kursi kepresidenan pada 8 Desember 2018 sambil menunggu
diadakannya pemilu. Pada pemilu yang diadakan pada 14 Desember 2018,
Mirziyoyev keluar sebagai pemenang dan resmi menjabat sebagai presiden
Uzbekistan.99
Mirziyoyev merupakan sosok yang sudah dikenal dalam perpolitikan
Uzbekistan. Beliau pernah menjabat sebagai gubernur di Jizzakh (1996-2001) dan
Samarqand (2001-2003). Pada 2003 beliau terpilih sebagai perdana menteri
hingga menjabat sebagai presiden interim pada 2016. Ketika menjabat sebagai
presiden, Mirziyoyev melakukan reformasi di Uzbekistan dengan menyatakan100
,
99
Shavkat Miromonovich Mirziyoyev, https://upclosed.com/people/shavkat-mirziyoyev/, diakses
pada Desember 2018. 100
Mjusa Server, “Judicial and governace reform in Uzbekistan”,http://isdp.eu/publication/judicial-
governance-reform-uzbekistan/, diakses pada Desember 2018.
54
“It is the end the period whenn people worked for government. Instead the
government must work for the people”.
Perlu diketahui bahwa sistem politik Uzbekistan membuat presiden
menjadi sosok yang penting dalam menentukan kebijakan luar negeri. Menurut
Margaret G. Herman, presiden dapat berpengaruh dalam mengarahkan kebijakan
luar negeri suatu negara jika political leader/presiden memiliki kekuatan untuk
turut serta dalam berpartisi menentukan kebijakan luar negeri dan memiliki hak
yang kuat dalam menentukan keputusannya.101
Dengan ini, maka gaya kebijakan
luar negeri uzbekistan dipengaruhi oleh political leader-nya.
Semenjak Uzbekistan berdiri pada 1991, Islam Karimov merupakan
presiden terpilih yang dulunya merupakan mantan sekretaris Uzbekistan
Communist Party pada 1989. Semenjak menjabat mejadi presiden Uzbekistan,
Islam Karimov tidak melakukan banyak perubahan pada reformasi ekonomi dan
politik. Sistem politik Uzbekistan dari awal berdiri hingga detik ini menyerupai
sistem politik sentralisasi atau otoriter. Oleh karena itu, Kebijakan dalam dan luar
negeri masih sangat ditentukan oleh presiden.102
Pada awalnya, pemilihan presiden di Uzbekistan terjadi setiap 5 tahun
sekali. Namun, Undang-undang tersebut diubah pada referendum nasional yang
diadakan pada 2002 menjadi 7 tahun sekali. Tentunya, hal ini membuat kekuasaan
presiden semakin lebih kuat. Sejak 1991, Islam Karimov terus terpilih menjadi
101
Jiu Eun Lee, “The non institutional factors of Foreign Policy Decision-Making Uzbekistan”,
Internatiol Area Studies Review, Vol.13 No.2 (Juni 2010), hal. 128 102
Bernado teles Fazendairo, “Uzbekistan‟s Defensive self-Reliiance”, International Affairs
Vol.93 No.2 (2017), Hal.1
55
presiden Uzbekistan. Pemilihan tersebut mendapatkan kritik dari negara barat
karena terdapat ketidakadilan. Islam Karimov yang memiliki kekuatan besar di
eksekutif melarang pihak oposisi untuk masuk dalam pemilihan. Jika oposisi
memberontak, maka Islam Karimov akan mencapnya sebagai anti-state activity
dan bahkan memasukannya ke penjara. Selain itu, Islam Karimov merupakan
sosok otoriter dengan melakukan berbagai sensor terhadap pengkritik pemerinah.
Selain itu, Islam Karimov menggunakan media secara masif sebagai alat
propagandanya.103
Islam Karimov dan Shavkat Mirziyoyev memiliki pendekatan berbeda
dalam memimpin Uzbekistan. Tentunya, perbedaan tersebut juga menghasilkan
output/kebijakan luar negeri yang berbeda dari yang sebelumnya. Presiden yang
sebelumnya -Islam Karimov- lebih cenderung lebih tertutup dan tidak percaya
kepada negara tetangganya. Hal ini terbukti dengan keluarnya Uzbekistan dari
beberapa institusi regional, seperti Eurasian Economic Commnunity, Collective
Treaty Organization, dan Central Asia Power System.
Walaupun Islam Karimov dan Shavkat Mirziyoyev memiliki satu arah
kebijakan luar negeri yang sama, yakni sama-sama berusaha untuk
memaksimalkan keamaanan nasional dan kedaulatan dengan membatasi
ketergantungan dengan negara lain. Namun, Mirziyoyev menggunakan
pendekatan atau taktik yang berbeda dibandingkan dengan pendahulunya.
103
European Forum for Democaricy and Solidarity
56
Mirziyoyev menggunakan pendekatan dengan cara menjalin hubungan yang
hangat terutama di kawasan regional.104
Pada tahun pertama setelah Shavkat Mirziyoyev menjabat sebagai
presiden Uzbekistan. Mirziyoyev melakukan kunjungan kepada negara-negara
tetangganya, khususnya Tajikistan. Tujuan dari Mirziyoyev sendiri adalah untuk
meningkatkan kerjasama ekonomi, mengakhiri permasalahan yang belum
terselesaikan, mempermudah akses travelling, dan meningkatkam solidaritas di
antara negara-negara Asia Tengah.105
Kedua tokoh bisa menghasilkan perubahan yang berbeda karena terdapat
perbedaan latar belakang di antara keduanya. Islam Karimov merupakan sisa
peninggalan Uni Soviet, beliau ditunjuk sebagai secretary Communist Party untuk
memegang wilayah Uzbekistan pada saat itu. Gaya kepemimpinan stalinisme
masih melekat pada diri Islam Karimov. Oleh karena itu, banyak dari para peneliti
yang mengatakan bahwa kepemimpinan Islam karimov merupakan neo-
stalinisme.106
Islam Karimov merupakan sosok diktaktor yang pernah memimpin
Uzbekistan. Kekuasaan eksekutif merupakan yang paling berpengaruh di
Uzbekistan. Presiden boleh kapan saja untuk merubah konstitusi jika memang
104
Richard Weltz, “Uzbekistan‟s New Foreign Policy: Change and Continuity under New
Leadership”, Silk Road Paper (Januari 2018), Hal.5 105
Richard Weltz, “Uzbekistan‟s New Foreign Policy: Change and Continuity under New
Leadership”, Silk Road Paper (Januari 2018), Hal.9
106
Esref Yalikilicki, “A Galve of Islam Karimov „s Autoritarian Legacy in Uzbekistan”,
https://www.dailysabah.com/op-ed/2016/09/10/a-glance-at-islam-karimovs-authoritarian-legacy-
in-uzbekistan, diakses pada Januari 2019.
57
diinginkan. Diketahui, Islam Karimov sudah mengandemen undang-undang
Uzbekistan sebanyak 3 kali, yaitu pada 1997, 2002, dan 2014. Perubahan inilah
yang membuat Islam Karimov tetap bisa menjabat sebagai presiden dalam waktu
yang lama.
Meninggalnya Islam Karimov yang digantikan oleh Shavkat Mirziyoyev
dipercaya tidak akan membuat Uzbekistan ke arah yang lebih baik. Hal ini
dikarenakan Shavkat Mirziyoyev merupakan perdana menteri yang ditunjuk
langsung oleh Islam Karimov sendiri. Namun, faktanya Shavkat Mirziyoyev
melakukan kebijakan yang berbeda dengan pendahulunya. Mirziyoyev justru
melakukan demokratisasi di internal dan eksternal.
Perbedaan yang dilakukan oleh Shavkat Mirziyoyev dipercaya untuk
menarik investor. Tentunya, apa yang dilakukan oleh Mirziyoyev menuai hasil
positif, yaitu terciptanya lapangan kerja lebih dari 336.000 pada 2017 dan volume
ekspor meningkat sebanyak 15%.107
Perubahan ini sebenarnya sudah diinginkan
oleh Mirziyoyev ketika ia masih menjabat sebagai perdana menteri. Dalam
pernyataannya, beliau mengatakan,108
Some people tell me that I did not know about everything in country when I was a prime
minister? I knew everything, but the environment was bad. Now I am talking about it
openly, even if some people do not like it. Several years the so-called „rats‟, „the children
of some people‟ did much to spoil the country's investment fund. Corruption is implicated
107
__, “over 336.000 jobs created in Uzbekistan in 2017 -Presiden”,
https://www.uzdaily.com/articles-id-42087.htm, diakses pada Januari 2019. 108
Madina Zhalil, “President of Uzbekistan :” When I was Prime Miniser in Uzbekistan I Knew
Everything in mw Country”, https://qazaqtimes.com/en/article/30234, diakses pada 25 Januari
2019.
58
in many investment projects, and in some projects, it is 50%. Corruption was also in
transport policy, both internal and external.
Beberapa orang mengatakan bahwa saya tidak tahu apapun ketika menjabat sebagai
perdana menteri? Saya tahu semuanya, namun keadaan sedang buruk kala itu. Sekarang
saya akan membuka semuanya, beberapa tahun yang lalu disebut sebagi tahun “tikus”-
korupsi. Terdapat beberapa oknum yang menghancurkan dana investasi negara. Korupsi
telah berimplikasi kepada projek investasi sebesar 50%. Korupsi sudah menjadi kebijakan
negara, baik internal maupun eksternal.
Pernyataan di atas merupakan merupakan ungkapan sekaligus kritik dari Shavkat
Mirziyoyev kepada pemerintahan sebelumnya di mana era diktaktor dan korupsi
terjadi secara besar-besaran.
Selain menarik investor, perubahan yang dilakukan oleh Shavkat
Mirziyoyev bertujuan untuk menjadikan dirinya sebagai bapak perubahan.
Beberapa analisis dan media barat membandingkannya dengan Deng Xioping di
Tiongkok, dan Mikhail Gorbachev di Rusia. Perubahan yang dilakukan oleh
Shavkat Mirziyoyev kini disebut sebagai “Uzbek Spring”.109
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pergantian presiden atau
descision maker Uzbekistan mempengaruhi hubungan antara Uzbekistan dan
Tajikistan. Mirziyoyev memiliki pendekatan yang berbeda dengan Islam
Karimov. dalam hal ini, Mirziyoyev berencana untuk menyelesaikan
permasalahan dengan Tajikistan melalui jalur kerjasama dan diplomasi, salah
109
Rob Sobhani, “Why Ameica mustWelcome Uzbek Spring”,
https://www.washingtontimes.com/news/2018/jul/22/why-america-must-welcome-the-uzbek-
spring/, diakses pada Januari 2019.
59
satunya adalah permasalahan mengenai pembangunan Rogun HPP yang selama
ini diperdebatkan.
B. Systemic Incentive : Distribusi air dan Permasalahan Energi
Dalam isu ini terdapat 2 faktor eksternal yang mempengaruhi Uzbekistan
melakukan perubahan kebijakannya terhadap pembangunan Rogun HPP. Faktor
eksternal tersebut yaitu distribusi air dan permasalahan energi. Untuk kejelasan
lebih lanjut, akan dipaparkan secara lebih rinci di bawah ini.
B.1 Distribusi Air
Pertama, pembahasan ini akan berbicara mengenai permasalahan distribusi
air di Asia Tengah yang merupakan salah satu dari faktor eksternal yang
mempengaruhi kebijakan Uzbekistan. Perbincangan seputar ini semakin memanas
ketika Tajikistan berencana untuk membangun kembali Rogun HPP. Pada
awalnya, Uzbekistan menolak. Namun, akhirnya menyetuui pada 2016 ketika
Shavkat Mirziyoyev menjabat sebagai presiden menggantikan Islam Karimov.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa Karimov dan Mirziyoyev memiliki
pandangan yang berbeda dalam menyelesaikan permasalahan ini. Jika Karimov
lebih memilih untuk melakukan konflik, maka sebaliknya Mirziyoyev lebih
memilih jalur diplomasi untuk menyelesaikan permasalahan Rogun HPP. Seperti
yang telah dijelaskan, bahwa permasalahan mengenai Rogun HPP sebenarnya
60
hanyalah permasalahan teknis dan bisa diselesaikan dengan jalur kerjasama dan
diplomasi.110
Hasil penelitian Bank Dunia menyatakan bahwa permasalahan Rogun HPP
yang digugat oleh Uzbekistan merupakan permasalahan teknis dan bisa
diselesaikan melalui diskusi dan jalur diplomasi. Dalam penelitian Bank Dunia,
yakni laporan yang berjudul Environmental and Social Impact Assessement Study
(ESIA) memberikan solusi terhadap dampak yang akan dihasilkan oleh Rogun
HPP.111
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa hal yang
ditakutkan oleh Uzbekistan mengenai pembangunan Rogun HPP adalah dapat
mengurai laju air ke negeranya dan berakibat fatal pada sektor perkebunan
kapasnya. Menurut Bank Dunia, permasalahan yang dihasilkan oleh Rogun HPP
disebabkan oleh 2 cara, yakni pada saat pengisian bendungan yang akan memakan
waktu sekitar 16 tahun dan dari cara bendungan tersebut beroperasi. Bank Dunia
menjelaskan dalam studinya bahwa kedua resiko tersebut dapat diminimalisir.112
Solusi tersebut adalah dengan mengolaborasikan fungsi Nurek HPP
dengan Rogun HPP. Seperti yang telah dijelaskan pada bab II bahwa Tajikistan
sudah memiliki bendungan besar sebelumnya, yakni Nurek HPP yang digunakan
sebagai sistem irigasi negara-negara downstream. Jika Rogun HPP sudah
110
Shairbek Juraev, “Central Asia‟s Cold War? Water and Politics in Uzbek-Tajik Relations”,
Ponars Eurasia No.217 (September 2012), hal.2 111
World Bank Assessement : Key Issues for Consideration on the proposed Rogun Hydropower
Project, 112
World Bank Assessement : Key Issues for Consideration on the proposed Rogun Hydropower
Project,
61
dibangun, laporan Bank Dunia menjelaskan bahwa Tajikistan mengindikasikan
untuk membedakan penggunaannya antara alokasi (pengisian bendungan) dan
sistem irigasi.
Uzbekistan memerlukan persediaan air pada musim panas sebagai sistem
irigasinya. Namun, Rogun HPP rencananya hanya akan digunakan dan beroperasi
pada musim dingin. Uzbekistan mengkhawatirkan hal tersebut dapat
menyebabkan berkurangnya laju air ke negaranya akibat dari pengalihan air yang
digunakan untuk mengisi bendungan dan bukan untuk sistem irigasi ke negara
downstream saat musim panas. Untuk meminimalisirnya, Bank Dunia
menyarankan untuk menggunakan dan mengoptimalkan fungsi dari kedua
bendungan (Rogun dan Nurek). Bank Dunia mengatakan pada saat musim irigasi
tiba,Tajikistan akan menggunakan kedua bendungan tersebut untuk memenuhi
kebutuhan persediaan air negara downstream sehingga pembangunan bendungan
tersebut tidak terlalu berdampak padanya.
Pemerintah Tajikistan mengatakan bahwa dengan adanya Rogun HPP
yang terletak di atas Nurek HPP maka akan bermanfaat bagi Asia Tengah itu
sendiri. Sistem baru yang dijelaskan di atas dapat memudahkan untuk mengatur
laju air dengan lebih efektif. Dengan volume air yang mencukupi, yakni 8.600
juta m3, maka Rogun HPP dan Nurek HPP dapat mencegah bencana alam di
kawasan. Rogun HPP akan tetap menjaga arus air pada titik minimum resiko
62
kekeringan di sungai Amudarya, khususnya pada musim kering. Sehingga Rogun
HPP dapat menjamin bahwa sungai Amudarya terhindar dari kekeringan.113
Menurut penjelasan tersebut Rogun HPP memiliki kontribusi bagi
Uzbekistan. Rogun HPP berkontribusi kepada perkebangan teknologi irigasi
Uzbekistan. Selama ini, Uzbekistan selalu bergantung kepada kondisi sungai Amu
Darya untuk melakukan sistem irigasi. Namun dengan adanya Rogun HPP,
Uzbekistan dapat menggunakannya kapan pun saat dibutuhkan. Dengan ini, maka
hasil produksi dari kapas Uzbekistan juga akan terus meningkat dan membawa
profit yang lebih besar.114
Pada 5 Juli 2017, Perdana Menteri Uzbekistan Abdulaziz Komilov
menyatakan untuk tidak lagi beroposisi melawan pembangunan Rogun HPP dan
turut menghormati kebijakan Tajikistan dalam hal ini. Dalam pernyataannya,
beliau menyatakan115
The interest of both uptream and downstream countries should be considered. We do not
sat thar out Tajik friends should stop the construction of the Rogun Dam. Go ahead and
build it, but we hold to certain guarantees in accordance with these conventios that have
been signed by you
113
Lea Melnikova, “Rogun-Hyropower Generating Controversy in Central Asia”, Acta
Universitatis Et Silviculturae Mendelianae Brunensis, Vo.62 No.6 (2014), hal.3 114
Lea Melnikova, “Rogun-Hyropower Generating Controversy in Central Asia”, Acta
Universitatis Et Silviculturae Mendelianae Brunensis, Vo.62 No.6 (2014), hal.3
115
The Diplomat, “Tajikstan Resumes Supplying Uzbekistan with Electricity”,
https://www.hydropowercongress.com/en/tajikistan-resumes-supplying-uzbekistan-with-
electricity/, diakses pada November 2018
63
Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa Uzbekistan sudah tidak
mempermasalahkan pembangunan Rogun HPP. Namun, Tajikistan harus
memenuhi konvensi-konvensi yang sudah mereka sepakati sebelumnya mengenai
pembagian distribusi di Asia Tengah.
Tidak seperti Islam Karimov yang lebih mengedepankan misstrust kepada
Tajikistan yang menganggap Rogun HPP sebagai alat politik untuk
mempermainkannya. Berbeda dengan Mirziyoyev yang lebih mempercayakan hal
tersebut kepada Tajikistan dan lebih mengedepankan kepada jalur diplomasi dan
kerjasama. Rencananya, Uzbekistan akan bekerjasama dengan Tajikistan dengan
mendanai sebesar 178,2 juta Dollar untuk pembangunan bendungan-bendungan di
Tajikistan dengan tujuan membangkitkan kembali sistem energi listrik di antara
kedua negara. Menurut Richard Weiltz dalam jurnalnya “Uzbekistan‟s New
Foreign Policy: Change and Continuity under New Leadership” mengatakan
bahwa pembangunan Rogun HPP sudah tidak dapat dihentikan, untuk itu strategi
terbaik adalah untuk menjamin keberlangsungan air dan supply listrik yang murah
pada musim panas.116
B.2 Supply Energi
Permasalahan energi dan distribusi air menjadi hal yang sensitif di Asia
Tengah setelah runtuhnya Uni Soviet pada 1991. Setiap negara berkeinginan
untuk memenuhi kebutuhan listriknya secara mandiri. Tentunya ini menjadi
116
Richard Weltz, “Uzbekistan‟s New Foreign Policy: Change and Continuity under New
Leadership”, Silk Road Paper (Januari 2018), Hal.36
64
masalah baru bagi negara-negara di Asia Tengah dengan bertambahnya energi
yang dibutuhkan, penggunaan karbon yang berlebihan, dan juga cost yang
dikeluarkan. Beruntung bagi negara downstream yang memiliki cadangan minyak,
gas, dan batubara yang melimpah sehingga bisa bertahan pada cuaca ekstrim yang
terjadi pada 2008. Sebaliknya, negara upstream yang hanya mengandalkan PLTA
dan tidak memiliki investasi terhadap energi mengalami krisis energi pada tahun
itu.
Sebelumnya telah disebutkan bahwa Uzbekistan era Mirziyoyev
berencana untuk mendanai pembangunan bendungan-bendungan di Tajikistan.
Tujuan tersebut dibangun untuk keperluan bilateral kedua negara serta multilateral
untuk kembali membangkitkan Central Asia Power System (CAPS).
Membangkitkan CAPS merupakan salah satu dari tujuan Tajikistan untuk
memenuhi kebutuhan litriknya secara murah dan efisien. Sementara itu, tujuan
Uzbekistan adalah untuk memperat solidaritas antar negara di Asia Tengah dan
juga mendapatkan akses listrik yang lebih murah pada musim panas.117
Pada era sekarang CAPS masih ada, namun sudah usang dan harus
diperbarui. Semenjak runtuhnya Uni Soviet, pertukaran energi tersebut berubah
menjadi perdagangan di antara keduanya. Hal ini membuat CAPS menjadi tidak
berjalan maksimal karena setiap negara berusaha untuk memenuhi kebutuhan
energinya masing-masing. Padahal, setiap negara-negara di Asia Tengah
mengakui membutuhkan dibangkitkannya kembali CAPS. Namun dalam
117
Richard Weltz, “Uzbekistan‟s New Foreign Policy: Change and Continuity under New
Leadership”, Silk Road Paper (Januari 2018), Hal.36
65
membangkutkan kembali, CAPS mengalami berbagai hambatan, yakni
Kazakahstan yang menunda untuk berpartisipasi pada 2009 dengan alasan untuk
memenuhi kebutuhan energinya tersediri terlebih dahulu dan juga Uzbekistan
yang menarik diri dari CAPS pada tahun yang sama.118
Keluarnya Uzbekistan merupakan langkah mundur bagi sistem perlistrikan
di Asia Tengah. Seperti yang telah dijelaskan pada bab III bahwa Uzbekistan
merupakan aset penting bagi kelanjutan CAPS karena 60% infrastrukturnya
bertempat di Uzbekistan. Dengan keluarnya Uzbekistan, maka dapat dikatakan
CAPS telah runtuh. Alasan Uzbekistan menarik diri dari CAPS diduga karena
konflik dengan Tajikistan yang disebabkan pembangunan Rogun HPP. Selain itu,
Islam Karimov menganggap bahwa Uzbekistan tidak membutuhkan CAPS
dengan berasumsi bahwa Uzbekistan merupakan beberapa negara di dunia yang
mempunyai cadangan energi yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya.119
Uzbekistan memiliki peranan penting dalam CAPS karena memiliki posisi
yang strategis. Posisi Uzbekistan diapit oleh Tajikistan dan Kyrgyztan pada
sebelah timur, serta Turkmenistan dan Kazakhstan di sebalah barat. Dapat
dikatakan bahwa Uzbekistan merupakan tempat transit untuk menyalurkan listrik
di Asia Tengah. Jika Uzbekistan menarik diri dari CAPS, maka yang dirugikan
118
Asia-plus,“ Uzbeistan power system expected to begin operating in parallel with Tajik Power
System”, https://asiaplustj.info/en/news/tajikistan/economic/20171222/uzbekistans-power-system-
expected-to-begin-operating-in-parallel-with-tajik-power-system, diakses pada November 2018. 119
Farkhord Aminjonov,”Limitations of Central Asia Energy Security Policy”, CIGI Papers
No.103 (Mei 2016), hal.3
66
bukan hanya negara upstream, namun Asia Tengah lah yang akan terkena
dampaknya.120
Hancurnya CAPS berdampak kepada Asia Tengah dan bahkan Uzbekistan
sendiri. CAPS pada dasarnya didesain sesuai dengan sumber daya yang dimiliki
oleh masing-masing negara Asia Tengah. Seperti negara upstream yang
mengandalkan hydropower plant dan negara downstream yang mengandalkan
minyak, gas, dan batubaranya. Dengan hancurnya CAPS, maka akan merubah
sistem ini. Negara upstream tidak mendapatkan akses minyak, gas, dan batubara.
Sedangkan, negara downstream, khususnya Uzbekistan tidak mendapatkan akses
hydropower plant.
Rogun HPP merupakan salah satu proyek yang dicanangkan untuk
membangkitkan kembali CAPS. Seperti yang telah dijelaskan bahwa Rogun HPP
akan menghasilkan tegangan listrik sebesar 3600 MW. Jika proyek tersebut telah
rampung, maka Tajikistan akan menjadi penghasil listrik terbesar di Asia Tengah
melampaui Uzbekistan sendiri.121
Dengan ini, maka relative material power
Tajikistan meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan Uzbekistan. Sesuai
dengan perkataan Gideon Rose negara dengan relative material power yang tinggi
akan menguasai negara lainnya.
Turunnya relative material power Uzbekistan disebabkan oleh
kepercayaan diri Islam Karimov dengan mengatakan “the republic will be fully
120
Gulnura Toralieva, “Destruction of Central Asia Power Grid: Causes and Implications”, hal.1 121
The Diplomat, “Tajikstan Resumes Supplying Uzbekistan with Electricity”,
https://www.hydropowercongress.com/en/tajikistan-resumes-supplying-uzbekistan-with-
electricity/, diakses pada November 2018
67
independent when it gains the energy independence”. Islam Karimov meyakini
bahwa Uzbekistan adalah salah satu negara di dunia yang telah mencapai energy
independence. Hal ini terbukti dengan Uzbekistan yang menarik diri dari CAPS
yang sekaligus bertujuan untuk melemahkan Tajikistan.122
Sebenarnya, asumsi Islam Karimov keliru terhadap energy independence
negaranya. Faktanya adalah bahwa infrastruktur perlistrikan di Uzbeksitan sudah
tua dan tidak layak pakai karena sudah out-to date. Dengan infrastruktur yang
seperti itu maka energi yang dihasilkan tidak efektif dan efisien sehingga harus
diperbaharui atau renovasi. Rencananya Uzbekistan akan merenovasinya pada
2018.123
Selain itu, penarikan diri Uzbekistan dari CAPS dan penolakannya
terhadap pembangunan Rogun HPP merupakan langkah mundur pemerintah
Uzbekistan. Seperti yang telah dijelaskan bahwa dengan runtuhnya CAPS maka
Uzbekistan akan kehilangan akses energi hydropower plant. Perlu diketahui
bahwa kebutuhan energi Uzbekistan hanya mengandalkan pada cadangan natural
gasnya. Untuk memenuhi kebutuhan domestikanya, Uzbekistan memberikan
subsidi agar harganya dapat dijangkau oleh masyarakatnya.124
Uzbekistan hanya memanfaatkan sumber energi dari cadangan gasnya.
Itupun dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan domestik. Untuk
122
Farkhord Aminjonov,”Limitations of Central Asia Energy Security Policy”, CIGI Papers
No.103 (Mei 2016), hal.3 123
Farkhord Aminjonov,”Limitations of Central Asia Energy Security Policy”, CIGI Papers
No.103 (Mei 2016), hal.4 124
Farkhord Aminjonov,”Limitations of Central Asia Energy Security Policy”, CIGI Papers
No.103 (Mei 2016), hal.4
68
meningkatkan penjualan gas di pasar internasional akan bergantung kepada
kondisi penggunaan gas dalam negeri. Perlu diketahui bahwa Uzbekistan
memberikan subsidi gas kepada masyarakatnya agar harganya dapat terjangkau.
Penekanan hanya fokus untuk kebutuhan domestik membuat Uzbekistan tidak
mendapatkan revenue dan tidak memungkinkan untuk mengalokasikannya pada
sektor lain.
Untuk mendapatkan revenue dari cadangan gasnya, Uzbekistan tentunya
juga menjualnya pada pasar internasional. Namun, harga yang dijual Uzbekistan
relatif lebih mahal karena sudah mengalokasikan subsidi kepada domestiknya
secara besar-besaran. Harga yang harus dibayar oleh masyarakat Uzbekistan
adalah 50 US Dollar per 1000 m3 pada 2014-2015. Sedangkan harga yang dijual
Uzbekistan di pasar internasional menembus 5-8 kali lipatnya. Dalam
mengalokasikan subsidi kepada masyaraktnya, Uzbekistan harus mengeluarkan
dana sebesar 10 milyar US Dollar per tahunnya.125
Pengelolaan energi yang tidak efisien dan infrastruktur yang out-to date
merupakan tantangan bagi pemerintah Uzbekistan untuk mencukupi kebutuhan
akan energi. Kerugian yang didapat Uzbekistan terkait infrastruktur yang tidak
memadai mengeluarkan biaya yang diperkirakan sebanding dengan 4,5% GDP per
tahun. Sedangkan, kerugian yang hanya berkisar pada sektor gas mencapai 1,8 m3.
125
Farkhord Aminjonov,”Limitations of Central Asia Energy Security Policy”, CIGI Papers
No.103 (Mei 2016), hal.4
69
Kondisi ini membuat Uzbekistan-lah yang harus menyesuaikan dengan
kondisi yang ada. Hal inilah yang dilihat oleh Shavkat Mirziyoyev sebagai
presiden Uzbekistan yang baru untuk mereset hubungan Uzbekistan dengan
negara-negara tetangganya, terutama Tajikistan agar terciptanya kooperasi di Asia
Tengah dengan membangun kembali CAPS. Untuk membangun CAPS, maka
Mirziyoyev harus mendukung pembangunan Rogun HPP untuk memperbaiki
hubungannya dengan Tajikistan dan membangun kembali CAPS. Jika CAPS
sudah didirikan kembali, maka Uzbekistan akan mendapatkan akses lisrik yang
dihasilkan oleh Tajikistan.
Dalam pertemuan kedua negara untuk pertama kalinya semenjak 2000.
Kedua negara sepakat untuk melanjutkan kerjasama yang sempat terputus.
Mirziyoyev pun sepakat untuk kembali bekerjasama dengan Tajikistan dengan
membiayai bendungan-bendungannya naik yang sudah jadi maupun yang masih
dalam konstruksi, termasuk Rogun HPP. Dalam pernyataannya, Emomali
Rahmon mengatakan126
we share the view that the existing hydropower facilities and those under construction
will help to resolve the region‟s water and power issue. in this regard we welcome
Uzbekistan‟s support for the development of hydropower facilities in Tajikistan, including
Rogun
Kami melihat bahwa fasilitas bendungan yang ada dan bahkan yang masih dalam
pembangunan dapat membantu kita menyelesaikan permasalahan air dan juga energi.
126
The Diplomat, “Tajikstan Resumes Supplying Uzbekistan with Electricity”,
https://www.hydropowercongress.com/en/tajikistan-resumes-supplying-uzbekistan-with-
electricity/, diakses pada November 2018
70
Dalam hal ini, kami mengapresiasi dukungan Uzbekistan dalam membantu
perkembangan hydropower di Tajikistan, salh satunya Rogun.
Dari pertemuan kedua telah tercapai kesepakatan untuk membangun
kembali CAPS. Namun detailnya masih dalam bentuk proses. Kedua negara
sepakat untuk bekerjasama kembali di bidang energi. Kepala dari perusahaan
energi Tajikistan, Mirzo Ismoilzoda mengatakan bahwa Tajikistan akan kembali
mengekspor 1,5 milyar kWh listrik kepaada Uzbekistan. Uzbekistan akan
membayarnya dengan harga 2 cents/kWh yang merupakan setengah harga dari
harga yang dijual Tajikistan ke Afghanistan, yakni 4 cents/kWh.127
Diketahui, listrik yang dihasilkan oleh hydropower plant lebih murah
daripada dengan listrik yang dihasilkan oleh thermal power. Energi yang
dihasilkan oleh hydropower plant lebih ekonomis dan ramah lingkungan
dibandingkan dengan thermal power. Dengan menggunakan energi hydropower
plant dari Tajikistan maka Uzbekistan dapat menekan harga listriknya serta dapat
mengalihkan gasnya untuk kebutuhan ekonomi dan dalam negeri.
127
The Diplomat, “Tajikstan Resumes Supplying Uzbekistan with Electricity”,
https://www.hydropowercongress.com/en/tajikistan-resumes-supplying-uzbekistan-with-
electricity/, diakses pada November 2018
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dianalisa lebih lanjut dengan kacamata neoklasikal realisme, terdapat
2 faktor yang mempengaruhi kebijakan luar negeri Uzbekistan terkait
pembangunan Rogun HPP, yakni daktor internal dan eksternal. Faktor internal
Uzbekistan pada saat itu berubah karena meninggalnya Islam Karimov yang
digantikan oleh pedana menterinya, Shavkat Mirziyoyev.
Mirziyoyev memiliki pendekatan yang berbeda dengan pendahulunya,
Karimov. Mirziyoyev bertekad untuk memperbaiki hubungan dengan negara
tetangganya, khususnya Tajikistan. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh Karimov
karena memiliki hubungan yang tidak baik dengan negara tetangganya tersebut.
Selain itu, Mirziy0yev juga melihat cara ini baik untuk Uzbekistan kedepannya.
Sedangkan, faktor eksternal yang mempengaruhi kebijakan Uzbekistan terbagi
menjadi dua, yakni distribusi air dan supply energi. Kedua permasalahan tersebut
merupakan permasalahan regional Asia Tengah. Seperti yang telah dijelaskan
bahwa Asia Tengah hanya mengandalkan 2 sungai –Syr darya dan Amu Darya-
sebagai pasokan air yang digunakan untuk melakukan irigasi.
Wilayah di Asia Tengah terbagi menjadi 2, yakni Upstream dan Downstream.
Negara upstream membutuhkan supply energi, sedangkan negara downstream
membutuhkan sistem irigasi yang baik. Dengan dibangunnya Rogun HPP,
72
Uzbekistan khawatir akan terhambatnya laju air akibat bendungan tersebut.
Namun, penelitian Bank Dunia menyatakan bahwa permasalahan mengenai
distribusi air hanyalah permaslahan teknis dan bisa diselesaikan dengan
kerjasama.
Laju air ke Uzbekistan tidak akan terhambat jika dilakukan dengan
manajemen yang baik oleh Tajikistan. Bahkan dengan hadirnya Rogun HPP bisa
menguntungkan Uzbekistan asalkan dilakukan dengan manajemen yang baik dan
benar. Hadirnya Rogun HPP akan menjadi sistem teknologi yang baru bagi
Uzbekistan dan juga dapat menjaga stabilitas volume air di sungai Amu Darya
tetap stabil.
Mengenai persediaan energi, langkah Karimov untuk menarik diri dari CAPS
merupakan langkah yang keliru. Karimov percaya bahwa Uzbekistan merupakan
negara yang sudah mencapai swasembada energi dan tidak membutuhkan CAPS.
Padahal infrastruktur yang dimiliki Uzbekistan sudah tua dan out to date sehingga
tidak bisa menghasilkan energi yang efisien. Serta, Uzbekistan hanya bergantung
kepada cadangan gasnya. Agar masyarakatnya dapat menikmati gas yang murah,
pemerintah Uzbekistan memeberikan subsidi dengan menekan harga serendah-
rendahnya. Akibatnya Uzbekistan tidak bisa mendapatkan revenue dan harga yang
dijual di pasaran menjadi meningkat untuk menutup subsidi negara.
Uzbekistan membutuhkan alternatif untuk menghasilkan energi listrik yang
lebih murah. Salah satu sumber energi terbesar adalah dari Rogun HPP yang
dibangun oleh Tajikistan. Perlu diketahui bahwa harga listrik yang dihasilkan oleh
73
hydropower plant lebih murah dan lebih ramah lingkungan. Dengan bekerjasama
dengan Tajikistan, maka negara itu dapat memberi pasokan listrik dengan harga
yang terjangkau.
Jika meninjau kembali pernyataan Gideon Rose mengenai relative material
power, power yang dimiliki Tajikistan sedang meningkat karena pembangunan
Rogun HPP. Sedangkan power Uzbekistan menurun dalam hal ini. Jika relative
material power negara meningkat, maka ia memiliki pengaruh bagi negara lain
dan Begitu juga sebaliknya. Dalam kasus ini, Uzbekistanlah yang ikut dalam
pengaruh Tajikistan karena relative material powernya yang sedang menurun dan
tidak memiliki pilihan lain selain mendukung pembangunan Rogun HPP.
74
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada, 2010.
Raco. Metode Penelitian Kualitatif : Jenis, Katarestik, dan Kegunaannya. Jakarta
: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010.
Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. Basic of Qualitative Research: Technic and
Procedures for Developing Grounded Theory. London: SAGE Publication,
1998.
Jurnal
Ahmed, Mutahir. “Civil war in Tajikistan : Internal Strife and External
Response”. Pakistan Institue of International Affairs vol.7 No.4 (Oktober
1994)
Akhmetkaliyeva, Saule. “Rogun Dam Project : Challenges and Prospects”.
Eurasian Research Institute No.49 (Januari 2016).
Aminjonov, Farkhord. ”Limitations of Central Asia Energy Security Policy”.
CIGI Papers No.103 (Mei 2016).
Ataniyazova. “Health and Ecological Consequece of the Aral Sea Crisis”. the
3rd Water Forum (Maret 2003).
Baizakova, Zhulduz. “Tajikistan and Uzbekistan : Signs of political and economic
rapprochement”. Eurasian Research Institute (Februari 2017).
Brian, Rathbun, “A Rose by Any Other Name : Neoclassical as the Logical and
Necessary Extension of Structural Realism” Vol.17 (Juni 2008).
Dam, Rogum. “Regional Conflict and Opportunity”. Central Eurasia Standard
(May 2013).
Fazendairo, Bernado. “Uzbekistan‟s Defensive self-Reliiance”. International
Affairs Vol.93 No.2 (2017).
75
Fields, Daryl. “Tajikistan‟s Winter Energy Crisis : Electricity Supply and
Demand Alternatives”. Energy Sector Management Assistance Program
(November 2012).
Ito, Sonoko. “Conflict over Hydropower Plant Project between Tajikistan and
Uzbekistan”. International of Water Resource Development (Agustus
2015)
Jakhongir, Kakhkharov. “Central Asian Security and Water/energy Relations
between Uzbekistan and Tajikistan”. Munich Personal RePEc Archieve,
No. 64024 (2013).
Jalilov, Shokhrukh-Mirzo. “Impact of Rogun Dam on Downstream Uzbekistan
Agriculture”. North Dakota State University (May 2010)
Jalivov, Mirzo. “Impact of Rogun Dam Uzbekistan Agriculture”. International
Journal of water resource and environmental engineering Vol.3, (Juli
2011)
Juraev, Shairbek. “Central Asia‟s Cold War? Water and Politics in Uzbek-Tajik
Relations”. Ponars Eurasia No.217 (September 2012)
Karimov, Kh.s. ”Rogun Hydropower Plant Projection in Tajikistan : Expected
Benefit for neigboring country”. World Applied Science Journal Vo.26
No.2 (September 2013).
Kleingeld, Eva. “The Rogun Dam in Tajik-Uzbek Official Discourse”. Leiden
University (31 Mei 2016).
Kleingeld, Eva. “The Rogun Dam Tajik-Uzbek Official Discourse”. Universiteit
Leiden (Mei, 2016).
Kucera, Joshua. “Tajikistan‟s dream” The Wilson Quarterly” Vol.37 No.3
(summer, 2013).
Lee, Jiu Eun. “The non institutional factors of Foreign Policy Decision-Making
Uzbekistan”. Internatiol Area Studies Review Vol.13 No.2 (Juni 2010).
Lubin. “Uzbekistan : The Challenges Ahead”. Middle East Journal Vol.43 No.4
(Autumn, 1989).
Lynch, Dov. “The Tajik Civil War and Peace Process”. New york University
(Oktober 2014).
76
Melnikova, Lea. “Rogun-Hyropower Generating Controversy in Central Asia”,
Acta Universitatis Et Silviculturae Mendelianae Brunensis Vol.62 No.6
(2014).
Menga, Filippo. “ Building a nation through a dam : the case of Rogun in
Tajikistan”. Nationalties Papers Vol.43 No.3 (2015)
Parkhomchick, Lidia. “Tajikistan and Uzbekistan ; sign of political and economic
rapprochement” No. 101, (Februari 2017).
Rahmat, Pupu Saeful. “Penelitian Kualitatif”. Equilibrium Vol.5 No.9 (Januari-
Juni 2009).
Rose, Gideon. “Neoclassical Realism and Theories of Foreign Policy” vol.51
(Oktober 1998).
UNEP. “Environment and Sceurity in the Amu Darya Basin ”. Environment and
Security (2011),
Weltz. “Uzbekistan‟s New Foreign Policy: Change and Continuity under New
Leadership”.Silk Road Paper (Januari 2018),
Media Elektronik
Ahmadi, Mumin. Operation firewood aims to cut down Tajik Deforestation,
https://www.rferl.org/a/tajikistan-firewood-deforestation-/28248692.html,
diakses pada Oktober 2018.
Aliyeva, Kamila. Uzbekistan May Take Part in Construction Rogun HPP,
https://www.azernews.az/region/128592.html, diakses pada September
2018.
Asia-plus, Let there be gas : Tajiskistan and Uzbekistan reportedly reach
preliminary agreement on resumption of Uzbek gas supplies,
https://news.tj/en/news/tajikistan/economic/20171107/let-there-be-gas-
tajikistan-and-uzbekistan-reportedly-reach-preliminary-agreement-on-
resumption-of-uzbek-gas-supplies , diakses pada 7 November 2017.
Asia-plus, Rail link connected Uzbekistan and Southern Tajikistan expected to
reopen for traffic tommorrow, diakses dari
77
https://news.tj/en/news/tajikistan/economic/20180228/rail-link-connecting-
uzbekistan-and-southern-tajikistan-expected-to-reopen-for-traffic-
tomorrow-j, pada 28 Februari 2018.
Asia-plus, Tajik President and Salini Impegrilo CEO meet in Dushanbe ti discuss
construction of Rodun Dam, https://www.salini-
impregilo.com/static/upload/taj/tajik-president-and-salini-impregilo-ceo-
meet-in-dushanbe.pdf, diakses pada November 2018.
Asia-plus, Uzbeistan power system expected to begin operating in parallel with
Tajik Power System,
https://asiaplustj.info/en/news/tajikistan/economic/20171222/uzbekistans-
power-system-expected-to-begin-operating-in-parallel-with-tajik-power-
system, diakses pada November 2018.
BBCNews. Tajikistan Accused Uzbekistan of Economic Blokade,
https://www.bbc.com/news/world-asia-17599930, diakses pada September
2018.
Esref Yalikilicki, “A Galve of Islam Karimov „s Autoritarian Legacy in
Uzbekistan”, https://www.dailysabah.com/op-ed/2016/09/10/a-glance-at-
islam-karimovs-authoritarian-legacy-in-uzbekistan, diakses pada Januari
2019.
Impregilo, Salini. https://www.salini-impregilo.com/en/projects/in-
progress/rogun-dam.html.
Lemon, Edwar. The Transformation of Uzbek-Tajik Relation,
https://jamestown.org/program/transformation-uzbek-tajik-relationship/,
diakses pada November 2017.
Madina Zhalil, “President of Uzbekistan :” When I was Prime Miniser in
Uzbekistan I Knew Everything in mw Country”,
https://qazaqtimes.com/en/article/30234, diakses pada 25 Januari 2019.
Nurshayeva, Raushan. Uzbek leader sounds warning over Central Asia water
dispute, https://www.reuters.com/article/centralasia-water/uzbek-leader-
78
sounds-warning-over-central-asia-water-disputes-
idUSL6E8K793I20120907, diakses pada 7 September 2012.
Pannier, Bruce. Uzbekistan : Government Announces Effort to Clear Borders of
Landmine. https://www.rferl.org/a/1054401.html, di akses pada Oktober
2018.
Putz, Chaterine. After Cancellations and Delays, Uzbekistan and Tajikistan
Reopen Air Link, https://thediplomat.com/2017/04/after-cancellations-and-
delays-uzbekistan-and-tajikistan-reopen-air-link/, diakses pada 12 April
2017.
Rob Sobhani, “Why Ameica mustWelcome Uzbek Spring”,
https://www.washingtontimes.com/news/2018/jul/22/why-america-must-
welcome-the-uzbek-spring/, diakses pada Januari 2019.
The Associated Press, Bombs Kill at Uzbekistan Government Offices,
https://www.nytimes.com/1999/02/17/world/bombs-kill-13-at-uzbekistan-
government-offices.html, diakses pada Oktober 2018.
The Diplomat, Tajikstan Resumes Supplying Uzbekistan with Electricity,
https://www.hydropowercongress.com/en/tajikistan-resumes-supplying-
uzbekistan-with-electricity/, diakses pada November 2018
The World Bank, Uzbekistan : Economic Development and Reform : Achievment
and challanges, Uzbekistan Economic Report (April 2013), hal.vii
Toralieva, Gulnura. “Destruction of Central Asia Power Grid: Causes and
Implications”, hal.1
Uzbekistan Withdraws from Central Asia Power Grid,
http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/8388406.stm, diakses pada
September 2018.
Uzbekistan: Rogun Hydropower Project Threatens to whole region,
https://www.uzdaily.com/articles-id-28719.htm, diakses pada September
2018.
79
World Bank, irrigation in Central Asia : Social, Economic, and Ecological
Aspect, www.worldbank.org/eca/environment, diakses pada 8 Agustus
2018.
World Bank. Assessement : Key Issues for Consideration on the proposed Rogun
Hydropower Project,
___, Better Reap the Fruit of Rogun HPP Together,
https://www.pressreader.com/uzbekistan/uzbekistan-today
english/20180420/281543701522132, diakses pada Desember 2018
___, “over 336.000 jobs created in Uzbekistan in 2017 -Presiden”,
https://www.uzdaily.com/articles-id-42087.htm, diakses pada Januari
2019.
___, Tajikistan Launched giant Dam to End Power Shortage
http://saudigazette.com.sa/article/548164/World/Asia/Tajikistan-launches-
giant-dam-to-end-power-shortage, diakses 8 Agustus 2018