upaya pemerintah daerah dalam memberdayakan lanjut usia oleh puskesmas...

96
i UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM MEMBERDAYAKAN LANJUT USIA OLEH PUSKESMAS RAWAT INAP DISTRIK MARIAT KABUPATEN SORONG TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Konsentrasi:Pemerintahan Daerah Oleh: YONASUS SESKO SEMBAI NIM: 17610067 PROGRAM MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD” YOGYAKARTA 2019

Upload: others

Post on 05-Mar-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM MEMBERDAYAKAN

    LANJUT USIA OLEH PUSKESMAS RAWAT INAP

    DISTRIK MARIAT KABUPATEN SORONG

    TESIS

    Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai DerajatMagister pada Program Studi Ilmu Pemerintahan

    Konsentrasi:Pemerintahan Daerah

    Oleh:YONASUS SESKO SEMBAI

    NIM: 17610067

    PROGRAM MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

    SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

    YOGYAKARTA

    2019

  • iii

    PERNYATAAN

    Yang bertanda-tangan di bawahini, saya:

    Nama :YONASUS SESKO SEMBAI

    NomorMahasiswa : 17610067

    Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul: Upaya

    Pemerintah Daerah dalam Memberdayakan Lanjut Usia Oleh Puskesmas Rawat

    Inap Distrik Mariat Kabupaten Sorong, adalah karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan

    karya saya dalam tesis ini telah disebutkan dalam teks dan telah dicantumkan dalam daftar

    pustaka.

    Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya

    bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh

    dari tesis ini.

    Yogyakarta, 09 September 2019

    Yang MembuatPernyataan

    YONASUS SESKOSEMBAI17610067

  • iv

    Halaman Persembahan

    Tesis ini kupersembahkan kepada :

    Fifi Mariana Fanindi (Istri)Khefaz Cannavaro Sembai (Anak)Khesar Vallderama Sembai(Anak)Ayah Khilion Sembai, S. Pd (Alm)

    Ibunda Apiah Rumsano (Alm)Decelince Rumsano, S. Pd (Bunda)

    Korneles Sembai (Kaka)Nelince Sembai (Kaka)Anace Sembai (Kaka)

    Bripka. Theo Rudi Gaitey (Ade)Salmon Pikelson Sembai (Ade)

    Marthen Fanindi. S.KM (Bpk Mertua)Elisabeth Suarni (Ibu Mertua)

    Merlin Juwita Fanindi, S.Pd (Ade)Doan Irando Fanindi, S.P ( Ade)Auleman Ricardo Fanindi (Ade)

    Aristoteles Fanindi (Ade)Michael Kamasean Fanindi (Anak)

    Naftali Ruatakurey (Orang Tua wali)Martha Pedai (Orang Tua wali)

    Selve Veronika Ruatakurey, S. Kom ( Ade)Lina Agustina Gloria Ruatakurey, S. Pd ( Ade)

    Henry Putranto Ruatakurey (Ade)Kristina Yekwam, S. Sos (Sahabat Sejati)

    Terima kasih atas Doa, semangat, dandukungan moral spiritual,

    sehinggaTesis ini dapatku selesaikan.

  • v

    Motto

    “Segala perkara dapat kutanggung di dalam DiaYang memberi kekuatan padaku”(Filipi4:13)

    Hidup ini seperti sepeda.Agar tetap seimbang, kau harus terus bergerak

    (Albert Einstein)

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Dengan selesainya penulisan Tesis ber judul Upaya Pemerintah Daerah dalam

    Memberdayakan Lanjut Usia Oleh Puskesmas Rawat Inap Distrik Mariat Kabupaten

    Sorong ini, saya ingin mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah

    memberikan kekuatan dan kesehatan kepada saya. Tesisini saya buat sebagai persyaratan

    akademis untuk menyelesaikan studi di Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan

    Konsentrasi Pemerintahan Daerah, Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa

    “APMD” Yogyakarta.

    Saya menyadari sepenuhnya, bahwaTesis ini dapat saya selesaikan berkat

    bantuan banyak orang.Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan tulus saya

    mengucapkan banyak terima kasih kepada:

    1. Bapak Dr. Supardal, M.Si, selaku Direktur Program Magister Sekolah

    Tinggi Pembangunan Desa “APMD” Yogyakarta.

    2. Bapak Dr. Tri Nugroho, E.W, selaku pembimbing, yang telah memberikan

    arahan, saran, koreksi dan masukan yang berarti untuk menyempurnakan

    Tesis ini.

    3. Bapak Habib Muhsin, S.Sos, M.Si, selaku pembimbing II, yang telah

    membimbing, mengoreksi dan memberikan semangat, sehingga penulisan

    Tesis ini dapat selesai pada waktunya.

    4. Bapak Bupati Tambrauw, Gabriel Assem, SE, M.Si, yang telah

    memberikan kesempatan dan dukungan kepada saya untuk menempuh studi

    lanjut di Program Magister Ilmu Pemerintahan, STPMD “APMD”,

    Yogyakarta.

    5. Bapak Wakil Bupati, Bapak Meshak Yekwam, SH.

  • vii

    6. Sekda Kabupaten Tambrauw, Bapak Engelbertus Kocu, S.Hut. MM

    7. Kabag Kesra, Bapak Kornelis Baru, S.Sos

    8. Kebid Anggaran KeuanganTambrauw, Bapak Agus Biwem, S.Sos. M.Si

    9. Kepala Distrik Sausapor, Bapak Ferdinand Mofu, S.KM

    10. Staf ahli Bupati Bidang Pemerintahan, Bapak Musce J.W Woria, S.IP

    11. Kepala Dinas Kesehatan Kab. Sorong, Ibu Dr. Lidia Kurniawan

    12. Kepala Bidan Kesmas Kab. Sorong, Nikodemus Ulim, Amk

    13. Staf Dinas Kesehatan Kab. Sorong, Abner Burdam

    14. Kepala Puskesmas Rawat Inap Mariat, Ronney C N Kalesaran

    15. Kasubag TU Puskesmas Rawat Inap Mariat, S.R Windeay

    16. Kader Posyandu di Puskesmas Rawat Inap Mariat

    17. Anggota dan keluarga Lansia di Posyandu Puskesmas Rawat Inap Mariat

    18. Kepada Teman-Teman Pascasarjanah Angkatan 20-B

    19. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf/Karyawan Sekolah Tinggi

    Pembangunan Masyarakat Desa “AMPD” Yogyakarta yang telah

    memberikan bantuan sehingga saya dapat menyelesaikan studi di Program

    Studi Magister Ilmu Pemerintahan.

    Penulis berharap Tesis ini dapat bermanfaat bagi para pihak, khususnya pemerintah

    Kabupaten Sorong dan Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat.

    Yogyakarta, 09 September 2019

    Yonasus Sesko Sembai

    Nim: 17610067

  • viii

    DAFTAR ISI

    HalHALAMAN JUDUL………………………………………………….......... iHALAMAN PENGESAHAN………………………………………............ iiPERNYATAAN…………………………………………………….............. iiiHALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………................ ivMOTTO........................................................................................................... vKATA PENGANTAR........………………………………………............... viDAFTAR ISI.....……………………………………………………….......... viiiDAFTAR TABEL.……………………………………………………......... xINTISARI..…………………………………………………………............. xiABSTRACT……………………………………………………………........... xiiBAB I PENDAHULUAN

    A. LatarBelakangMasalah.………………………….......... 1B. FokusPenelitian.………………………………............... 9C. RumusanMasalah..…………………………………....... 10D. TujuanPenelitian………………………………………... 10E. Manfaat.............................................................................. 11F. KerangkaKonseptual………………………………........ 11

    1. PemberdayaanMasyarakat………………………… 112. PemberdayaanLansia ………………………............ 183. UpayaPemberdayaanLansia………………………. 244. Program-program Lansia ………………………….. 29

    G. MetodePenelitian....………………………………......... 331. JenisPenelitian ………………………….…............. 332. ObyekPenelitian ………………………………........ 343. LokasiPenelitian ………………………………........ 344. TeknikPemilihanInforman........................................ 355. TeknikPengumpulanData..……………………........ 376. TeknisAnalisis Data.....…………………………...... 38

    BAB II PROFIL KABUPATEN SORONG, DISTRIK MARIATDAN PUSKESMAS RAWAT INAPA. Profil Kabupaten Sorong 40

    1. Letak Geografis dan Luas Wilayah 402. Demografi 413. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, Program

    Pemerintah Daerah Kabupaten Sorong di BidangKesehatan

    49

    4. Pagu Anggaran Kesehatan yang Berhubungandengan Lansia

    53

    5. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin 54

  • ix

    6. Angka Harapan Hidup 567. Sarana Kesehatan 57

    B. Profil Distrik Mariat 581. Letakdan Batas-batas 582. Geomorfologi dan Lingkungan Hidup 593. Demografi 604. Pembagian Wilayah di DistrikMariatdan Rata-rata

    Jumlah Penduduk per RT62

    5. Program Promosi Kesehatan di DistrikMariat 626. Sarana Kesehatan di Distrik Mariat 63

    C. Profil Puskesmas Rawat Inap 631. Visi, MisidanTujuanPuskesmas 642. Kebijakan Mutu dan Janji Layanan 653. Tenaga Kerja Puskesmas Rawat Inap 664. Pelayanan Puskesmas 685. Pelayanan Kesehatan Lansia 696. Pelayanan Kesehatan Tradisional 757. Pelayanan Kesehatan Olah Raga 768. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan

    Keluarga (PIS-PK)76

    BAB III ANALISIS UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAMMEMBERDAYAKAN LANJUT USIA DI PUSKESMASRAWAT INAP

    78

    A. Upaya Pemerintah Daerah dalam Memberdayakan Lansia 781. Pentingnya Pemberdayaan Lansia 782. Upaya Pemerintah Daerah dalam Memberdayakan

    Lansia: Meningkatkan Kualitas dan AksesibilitasKesehatan

    83

    3. Upaya Puskesmas Rawat Inap Mariat 884. Mengupayakan Anggaran untuk Program

    Pemberdayaan Lansia103

    B. Kendala-kendala yang Dihadapi dalam MemberdayakanLansia

    107

    BAB IV PENUTUP 112A. Kesimpulan...………………………………………........ 112B. Saran ......….…………………………………….............. 113

    DaftarPustaka............................................................................................... 114Lampiran

  • x

    DAFTAR TABEL

    No. Judul Tabel HalTabel II.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kepala

    Keluarga42

    Tabel II.2 Jumlah Penduduk Lanjut Usia 43Tabel II.3 Jumlah Penduduk Menurut Agama 44TabelII. 4 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan 45Tabel II.5 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan 47Tabel II.6 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Kabupaten Sorong di

    Bidang Kesehatan49

    Tabel II.7 Analisis SWOT untuk Menentukan Strategi 50Tabel II.8 Strategi dan Program di Bidang Kesehatan, termasuk

    Lansia51

    Tabel II.9 Program yang Berhubungan dengan Lansia Tahun 2018-2022

    52

    Tabel II.10 Pagu Anggaran Kesehatan yang Berhubungan denganLansia

    53

    Tabel II.11 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin 54Tabel II.12 Sarana Kesehatan Tahun 2018 57Tabel II.13 Jumlah Penduduk per Kampung Menurut Jenis Kelamin

    di Distrik Mariat60

    Tabel II.14 Jumlah Penduduk Menurut Agama di Distrik Mariat 61Tabel II.15 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Distrik Mariat 61Tabel II.16 Pembagian Wilayah di Distrik Mariat dan Rata-rata

    Jumlah Penduduk per RT62

    Tabel II. 17 Status Tenaga Kerja Puskesmas Rawat Inap Mariat 66Tabel II. 18 Jenis Kelamin Tenaga Kerja Puskesmas Rawat Inap

    Mariat66

    Tabel II. 19 Jenis Pendidikan Tenaga Kerja Puskesmas Rawat InapMariat

    67

    Tabel II. 20 Agama TenagaKerja Puskesmas Rawat Inap Mariat 68Tabel II. 21 NamaPosyandu, Jeniskelamin, Jumlah, Usia dan

    Pendidikan Anggota Kelompok Lansia69

    Tabel II. 22 Kegiatan LanjutUsia di Puskesmas Rawat Inap 72Tabel II. 23 Rekapitulasi Kegiatan Lansia per Bulan Tahun 2018 74

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    No. Judul Gambar HalGambar II.1 Peta Administrasi Provinsi Papua Barat 41Gambar II.2 Angka Harapan Hidup (AHH) Tahun 2011-2016 56Gambar III.1 Dokumentasi Kegiatan Edukasi Peserta Lansia dan

    Prolaris Oleh Puskesmas Rawat Inap tahun 201889

    Gambar III.2 Dokumentasi Kegiatan Posyandu Lansia OlehPuskesmas Rawat Inap tahun 2018

    93

    Gambar III.3 Dokumentasi Kegiatan Senam Peserta Lansia danProlanis Oleh Puskesmas Rawat Inap Tahun 2018

    97

  • xii

    INTISARI

    Angka harapan hidup masyarakat Kabupaten Sorong terus meningkat. Iniberarti jumlah lansia potensial meningkat, sementara itu banyak keluarga tidak mampumerawat lansia, karena mereka harus bekerja. Dalam situasi itu, pemberdayaan lansiamenjadi sesuatu yang sangat penting, untuk diteliti. Masalah yang ingin dijawab:bagaimana upaya pemerintah daerah dalam memberdayakan Lansia di Puskesmas RawatInap Distrik Mariat Kabupaten Sorong? Tujuannya: mendeskripsikan upaya pemerintahdaerah dalam memberdayakan Lansia di Puskesmas Rawat Inap dan kendala-kendala yangdihadapi.

    Metode penelitian yang digunakan: metode deskriptif-kualitatif, dengan obyekpenelitian: upaya pemerintah daerah dalam memberdayakan Lansia, dan berlokasi diPuskesmas Rawat Inap Distrik Mariat Kabupaten Sorong. Teknik pemilihan informanyang digunakan adalah teknik purposive, dengan 14 informan. Teknik pengumpulan data:Observasi, Wawancara, Dokumentasi. Teknik analisis data: reduksi data, penyajian datadan penarikan kesimpulan.

    Hasil penelitian sebagai berikut:Upaya yang dilakukan dalam pemberdayaan lansia di Puskesmas Rawat Inap DistrikMariat Kabupaten Sorong adalah: di tingkatKabupaten, pemerintah daerah melakukanpromosi kesehatan agar tumbuh kesadaran akan pentingnya hidup sehat; danpemberdayaan masyarakat secara luas. Di tingkat Distrik, di Puskesmas Rawat Inapmeningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi hidup sehat agar para lansia maumemeriksakan dirinya; meningkatkan motivasi para kader pendamping agar merekamemiliki motivasi melayani dengan tulus hati dan sabar.Ini semua merupakan upayapemerintah dalam menciptakan situasi dan kondisi (enabling) yang memungkinkanpotensi lansia berkembang. Selain itu pemerintah daerah berupaya: di tingkat Kabupaten,meningkatkan kualitas dan aksesibilitas kesehatan, yang meliputi: peningkatan kualitasSDM Kesehatan, pelayanan kesehatan para lansia, peningkatan kualitas kelembagaankesehatan. Kemudian di tingkat Distrik, Puskesmas Rawat Inap, meningkatkanpemeriksaan rutin bagi lansia, kerja sama lintas sektor dan stake- holders; menambah alat-alat kesehatan, mobil untuk ambulance dan puskesling; mengupayakan anggaran untukkeberlangsungan pemberdayaan lansia. Ini semua merupakan upaya pemerintah daerahuntuk memberikan daya (empowering) kepada para lansia agar lebih berdaya. Kemudian,pemerintah daerah berupaya melindungi (protecting) lansia dengan memberikanperlindungan dan jaminan social, serta melindungi para lansia dari ancaman penyakit,kebiasaan buruk (merokok), penelantaran, kekerasan, penyalahgunaan dan kemiskinan. Inisemua merupakan upaya pemerintah daerah untuk melindungi (protecting) para lansia dariancaman yang dapat membahayakan, bahkan mematikan para lansia. Kendala yangdihadapi pemerintah daerah dalam memberdayakan lansia adalah pandangan yang kelirumasyarakat bahwa pelaksanaan program pemberdayaan lansia ini hanya merupakan tugaspokok Puskesmas Rawat Inap sepenuhnya. Kendala lain adalah aturan pelaksanaan yangtelah disepakati seringkali tak dilaksanakan, Selain itu, banyak masyarakat Distrik Mariatyang potensial, belum berpartisipasi untuk keberlanjutan dan kemandirian pos lansia(menjadi UKBM), baik dengan memberikan dana, sarana-prasarana maupun tenaga.Selain itu ada kendala: cuaca buruk; pengadaan stic (alat untuk mendeteksi dini);kesejahteraan para kader yang tidak sama antara kader darikelurahan dan gereja;“penyakit” lupa para lansia pada jadwal pemeriksanaan sehingga kesehatan lansia takterkontrol secara rutin.

    Kata-kata Kunci: Pemberdayaanlansia, PuskesmasRawatInap

  • xiii

    ABSTRACT

    The life expectancy of the people in Sorong Regency continues to increase.This means the number of potential elderly is increasing, while many families are unableto care for the elderly, because they have to work. In that situation, the empowerment ofthe elderly becomes significant to be investigated. The problem to be answered: how arethe efforts of the local government in empowering the elderly in the Mariat InpatientDistrict Health Center in Sorong Regency? The aim: to describe the efforts of localgovernments in empowering the inpatient elderly in the Health Center and the obstaclesencountered.

    The research method used: descriptive-qualitative method, with the object ofresearch: the efforts of the local government in empowering the elderly, and is located inthe Inpatient Health Center Mariat District, Sorong Regency. The informant selectiontechnique chosen was the purposive technique, with 9 informants. Data CollectionTechnique Observation, Interview, Documentation. Data analysis techniques: datareduction, data presentation and conclusion drawing.

    The results of this study are as follows: The efforts made in empowering theelderly in the Mariat Inpatient District Health Center in Sorong Regency are: at theregency level, the local government conducts health promotion so that it grows awarenessof the importance of healthy living; and broad community empowerment. At the districtlevel, at the Inpatient Health Center improves communication, information and educationon healthy living so that the elderly want to have their check-ups; increase the motivationof the accompanying medical staff so that they have the motivation to serve sincerely andpatiently. This is all the government's effort in creating situations and conditions thatenable the potential of the elderly to develop.

    In addition, the local government serious efforts : at the regency level, toimprove the quality and accessibility of health, which includes: improving the quality ofhealth human resources, health services for the elderly, improving the quality of healthinstitutions. Then at the District level, the Inpatient Health Center, increasing routinechecks for the elderly, cross-sectoral cooperation and stake holders; add medical devices,cars for ambulances and puskesling; seeking a budget for the sustainability of the elderlyempowerment. These are all efforts of the local government to empower the elderly.

    Then, the local government seeks to protect the elderly by providing socialprotection and security, as well as protecting the elderly from the threat of disease, badhabits (smoking), neglect, violence, abuse and poverty. These are all efforts of the localgovernment to protect the elderly from threats that can endanger, even kill the elderly.

    The obstacle faced by the local government in empowering the elderly is themistaken view of the community that the implementation of the empowerment programfor the elderly is only the main task of the Inpatient Health Center. Another obstacle is thatthe agreed implementation rules are often not fully obeyed. In addition, many potentialMariat District communities have not participated in the sustainability and independenceof the elderly post (becoming UKBM), either by providing funds, facilities and personnel.In addition there are obstacles: bad weather; procurement of stic (a tool for earlydetection); the welfare of staff that is not the same between those from the village andchurch; "forgetful Illness" of the elderly on the examination schedule so that elderly healthis not routinely controlled.

    Key-words: empowering the elderly, the Mariat Inpatient District HealthCenter

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Lansia adalah suatu proses alamiah yang tidak dapat dihindari, proses

    ini berlangsung secara berkesinambungan yang selanjutnya akan menyebabkan

    perubahan pada jaringan tubuh dan akhirnya mempengaruhi fungsi dan

    kemampuan badan secara keseluruhan. Kemajuan ekonomi, perbaikan

    lingkungan hidup dan majunya ilmu kedokteran mampu meningkatkan umur

    harapan hidup para lansia dan ada kecenderungan harapan hidup akan

    bertambah lebih cepat karena majunya teknologi yang semakin berkembang.

    Banyak anggapan yang menyatakan bahwa lansia hanya menimbulkan masalah

    dan membebani anggota keluarga, masyarakat, dan lingkungan tempat tinggal

    mereka.

    Pada tahun 2000 penduduk lansia di seluruh dunia diperkirakan

    sebanyak 426 juta atau sekitar 6,8%. Jumlah ini akan meningkat hampir dua

    kali lipat pada tahun 2025, yaitu menjadi sekitar 9,7% dari total penduduk

    dunia. Di Indonesia, diperkirakan mulai tahun 2010 terjadi ledakan jumlah

    penduduk lansia yang mencapai 9,77% dari total penduduk (tahun 2010) dan

    menjadi 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, dan balitanya tinggal 6,9%, hal

    ini menyebabkan jumlah penduduk lansia tersebar di dunia (Badan Pusat

  • 2

    Statistik dalam Nesry Oderista Damanik ([email protected]

    diunduh tanggal 3 Juni 2018)

    Peningkatan jumlah lansia ini berpotensi menimbulkan beberapa

    masalah pokok. Ada tiga permasalahan pokok yang dihadapi lansia dikaitkan

    dengan status sosialnya, yaitu: (1) Lansia bercerai, masalah yang dihadapi

    pendapatan, interaksi sosial, pengasingan, identitas baru, kehilangan interaksi

    keluarga; (2) Lansia janda/duda, masalah yang dihadapi kehilangan, kesepian,

    relokasi, kesehatan, dukungan; (3)Lansia menikah kembali, masalah yang

    dihadapi anak-anak yang asing, menentukan pilihan hubungan baru, masalah

    penyesuaian (Indrawati dalamNesry Oderista

    Damanik,[email protected] diunduh tanggal 3 Juni 2018)

    Sebagai lansia tentu mereka memiliki kebutuhan yang berbeda dengan

    kelompok usia lainnya. Lansia ditandai dengan perubahan fisik dan psikologi,

    sosial dan ekonomi yang cenderung mengarah pada penyesuaian diri yang sulit

    di lingkungan keluarga dan masyarakat karena hidupnya merasa kurang

    dibutuhkan di dalam keluarga dan lingkungannya.

    Sosialisasi di lingkungan yang memiliki tingkat usia sebaya akan

    menjadi hiburan tersendiri sehingga kebersamaan, itu dapat mengubur kesepian

    yang biasanya mereka alami.

    Sebenarnya Panti Jompo terbentuk atas dasar kasih sayang pihak lain

    terhadap para lansia yang tidak mendapatkan kasih sayang di luar panti, baik

    di keluarganya maupun di warga masyarakat. Namun terkadang kehadiran

    panti jompo membuat para lansia menjadi serasa kurang dihargai oleh anak-

    mailto:[email protected]:[email protected]

  • 3

    anaknya. Anak-anaknya merasa direpotkan dengan keberadaan mereka

    sehingga para lansia dimasukkan ke panti jompo.

    Dari berbagai kejadian yang ada, pemerintah menyadari bahwa sudah

    saatnya mengapresiasi para lansia dengan bersikap adil yang tidak dapat

    disamakan dengan perlakuan terhadap anak-anak dan para remaja. Pemerintah

    memiliki mekanisme untuk memberdayakan lansia sesuai dengan umur

    mereka, membantunya melalui tahap perkembangan, dan menyertakannya

    dalam proses transformasi pendidikan moral. Dengan demikian mereka merasa

    didampingi dan diberdayakan oleh pemerintah.

    Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 Pasal 9 disebutkan

    bahwa upaya pemberdayaan lansia dimaksudkan agar lansia tetap dapat

    melaksanakan fungsi sosialnya dan berperan aktif secara wajar dalam hidup

    bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, baik bagi lansia potensial maupun

    lansia tidak potensial.

    Untuk dapat memberdayakan kelompok lansia, diperlukan suatu

    program yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan para lansia. Beberapa

    program untuk para lansia difokuskan pada kesehatan lansia. Kesehatan fisik

    memang penting namun kebutuhan lansia untuk terus bersosialisasi dengan

    teman sebaya (kesehatan sosial) juga penting dalam menopang kesehatan

    psikis lansia.

    Dari observasi peneliti melihat bahwa dalam menjalankan pelayanan

    publik, Pemerintah Kabupaten Sorong melalui Dinas Kesehatan telah

    melakukan program-program kesehatan, termasuk program lansia. Program ini

  • 4

    di lapangan dilaksanakan oleh Puskesmas (Pusat Kesehatan masyarakat)

    dengan melaksanakan beberapa kegiatan, yaitu:pertama, pembentukan pos

    lansia pada masing-masing RT (Rukun Tetangga). Hal ini dimaksudkan agar

    pelayanan lansia lebih mudah dijangkau oleh para lansia. Kedua, melakukan

    pelayanan-pelayanan rutin setiap minggu, yaitu senam untuk lansia,

    penyuluhan tentang penyakit-penyakit yang sering menyerang lansia.

    Pemerintah Kabupaten Sorong melalui Dinas Kesehatan tidak hanya

    memberikan pelayanan pada pos-pos lansia saja, melainkan juga menyediakan

    sarana prasarana, misalnya: sarana untuk pemeriksaan gula darah, kolesterol

    dan asam urat.

    Program pembentukan pos-pos lansia di Kabupaten Sorong

    merupakan bentuk kepedulian pemerintah daerah kepada masyarakat,

    khususnya lansia. Realitas ini menjadi faktor utama direkomendasikannya

    konsep nilai Good Governance. Pemerintahan yang baik adalah pemerintahan

    yang dalam melaksanakan kewenangan dan kebijakan selalu berpihak pada

    kepentingan masyarakat, dimana masyarakat adalah orang-orang yang

    berkumpul dari berbagi macam golongan yang mempunyai hubungan satu

    sama lain dan memiliki kepentingan yang sama.

    Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah

    telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lansia, yang

    ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia

    untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga

    dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan

  • 5

    sosial dan kesehatan pada kelompok lansia ini, pemerintah telah mencanangkan

    pelayanan kesehatan lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan

    lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan lansia tingkat

    lanjutan adalah Rumah sakit.

    Puskesmas merupakan salah satu lembaga yang mampu

    memberdayakan kesehatan lansia. Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi

    fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada

    masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha

    kesehatan pokok, sebagai unit Pelaksanaan Teknis Dinas Kesehatan

    Kota/Kabupaten yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

    kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2004, dalam Nesry Oderista

    Damanik, [email protected] diunduh tanggal 3 Juni 2018).

    Pemerintah Kabupaten Sorong melalui Dinas Kesehatan telah

    melakukan upaya meningkatkan Pemberdayaan lansia melalui beberapa

    puskesmas, salah satunya adalah Puskesmas Distrik Mariat.

    Dari observasi peneliti mengetahui bahwa masalah kesehatan yang

    menonjol di Distrik Mariat, terutama pada golongan masyarakat miskin sebagai

    berikut: Pendapatan dan kesejahteraan yang rendah menyebabkan mereka lebih

    memfokuskan sumber penghasilannya pada pemenuhan kebutuhan makanan

    dari pada kesehatan. Disamping itu, lingkungan perumahan yang tidak sehat,

    sebagian karena tinggal di pemukiman kumuh, menyebabkan tingkat kesehatan

    masyarakat menjadi rendah dan rentan terhadap berbagai wabah penyakit.

    Permasalahan lainnya adalah masih rendahnya perilaku serta pengetahuan

    mailto:[email protected]

  • 6

    masyarakat mengenai kesehatan. Sementara itu ketidakmampuan

    mengkonsumsi makanan yang bergizi dalam jumlah yang cukup, menyebabkan

    tingkat gizi pada masyarakat juga masih rendah, sehingga upaya untuk

    memenuhi mutu gizi masyarakat masih jauh dari harapan.

    Sarana dan prasarana kesehatan dasar masih perlu ditingkatkan

    kapasitasnya terutama yang terkait dengan Puskesmas Pembantu, Polindes, dan

    Poskesdes. Dengan sarana dan prasarana yang ada saat ini pelayanan kesehatan

    belum dapat menyebar secara merata pada seluruh lapisan masyarakat dengan

    mutu yang lebih baik. Di samping itu kita masih menghadapi keterbatasan

    dalam sumberdaya pembiayaan dan sumberdaya manusia, termasuk tenaga

    medik, dan para medik.

    Masalah awal yang diketahui peneliti dalam pemberdayaan lansia

    adalah 1) keterbatasan dana untuk pengadaan Stick untuk pemeriksaan gula

    darah, asam urat dan kolesterol para lansia; 2) cuaca buruk, dan sulit diduga

    sering menjadi penghalang dalam melakukan kunjungan; 3) kesejahteraan

    kader; 4) lansia sendiri sering lupa pada jadwal pendampingan dan

    pemeriksaan; 5) keluarga terbatas waktu dan perhatiannya kepada anggota

    keluarga yang sudah lansia; 6) belum ada gerakan dari masyarakat yang

    signifikan untuk memberdayakan para lansia, karena seharusnya pemberdayaan

    lansia ini menjadi tugas seluruh masyarakat dan tenaga kesehatan hanya

    membantu. Sementara ini justru terbalik, tenaga kesehatan merupakan inisiator,

  • 7

    dinamisator dan sekaligus operator untuk gerakan pemberdayaan lansia.

    Depkes RI, 2004, dalam Nesry Oderista Damanik,

    [email protected] diunduh tanggal 3 Juni 2018).

    Dari kondisi yang terbatas tersebut, peneliti berminat untuk

    melakukan penelitian dengan judul Upaya Pemerintah Daerah dalam bidang

    kesehatan, dengan memfokuskan diri pada Pemberdayaan Lansia di Puskesmas

    Rawat Inap Distrik Mariat Kabupaten Sorong.

    Penelitian ini bukanlah satu-satunya penelitian tentang upaya

    pemerintah daerah dalam memberdayakan lansia. Ada beberapa peneliti yang

    telah melakukan penelitian sebidang, yaitu:

    1. Nesry Oderista Damanik, Tahun 2013, melakukan penelitian dengan judul

    “Pelayanan Sosial Lansia (Studi Kasus pada Enam Orang Warga Binaan

    Sosial di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang

    Siantar)”, dari Universitas Sumatra Utara.Dengan metode penelitian

    deskriptif kualitatif, peneliti ini sampai pada hasil penelitian sebagai

    berikut: Pelayanan sosial lansia yang diberikan UPT Pelayanan Sosial

    Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar terlaksana dengan baik,

    terlihat dengan kepuasan pelayanan yang dirasakan oleh enam orang

    warga binaan sosial lansia meskipun masih ada beberapa hal yang perlu

    dibenahi demi peningkatan kualitas pelayanan.

    2. Ramadhani Bodan Puspitasari Arsiyah, Tahun 2015, melakukan penelitian

    dengan judul “Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan Lansia di

    Kabupaten Sidoarjo”, dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Metode

    mailto:[email protected]

  • 8

    penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif.

    Hasil penelitiannya sebagai berikut: bahwa pemerintah Kabupaten

    Sidoarjo dalam menjalankan pemberdayaan lansia cukup bagus. Hal

    tersebut didukung oleh adanya bimbingan keagamaan dan mental spiritual,

    serta dukungan kesehatan berupa posyandu lansia dan senam lansia.

    Pelatihan keterampilan berupa kerajinan tangan umum, serta bantuan

    sosial berupa uang Rp 300.000 bagi lansia kurang mampu dan sakit-

    sakitan. Sedangkan beberapa faktor penghambat dalam pemberdayaan

    lansia antara lain: Pertama, belum adanya koordinasi diantara tiga SKPD

    yaitu Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, Dinas Kesehatan, dan Badan

    Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana

    (BPMKB). Kedua, kurang validnya pendataan lansia di Kabupaten

    Sidoarjo di tingkat desa atau kelurahan. Ketiga, kurangnya kesadaran

    lansia tentang pentingnya pemberdayaan untuk kehidupan mereka

    (http://ojs.umsida.ac.id, diunduh tanggal 26 Juni 2018).

    3. Andi Nur Pratiwi Fatmala, Tahun 2016, melakukan penelitian dengan

    judul ”Evaluasi Kinerja Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam

    Pemberdayaan Lansia (Studi Kasus Pusat Pelayanan Sosial Lansia

    Mappaka Sunggu Kota Pare-pare)”, dari Universitas Muhammadiyah

    Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dan penelitian

    ini bertujuan untuk memahami dan mendalami fenomena yang ada secara

    rinci, sistematis dan fakta.

  • 9

    Hasil penelitiannya sebagai berikut: pemerintah Provinsi Sulawesi

    Selatan dalam memberdayakanlansia belum optimal. Antara pihak Dinas Sosial

    Provinsi Sulawesi Selatan dan unit pelaksana teknis daerah Mappaka Sunggu

    dalam memberdayakan lansia masih belum terlaksana secara penuh, karena ada

    4 pelayanan pemberdayaan yang tercapai, namun masih ada 4 pelayanan yang

    belum optimal atau belum tercapai, dan 3 pelayanan tidak tercapai sama sekali.

    Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam memberikan pemberdayaan

    kepada lansia belum optimal (http://repository.umy.ac.id. diunduh tanggal 26

    Juni 2018)

    Jika penelitian ini dibandingkan dengan ketiga penelitian terdahulu,

    maka kekhasan penelitian ini terletak dalam focus penelitiannya, yaitu bahwa

    penelitian ini akan meneliti pentingnya pemberdayaan lansia di Puskesmas

    Rawat Inap Distrik Mariat; upaya pemerintah daerah Kabupaten Sorong dalam

    merencanakan pemberdayaan lansia; upaya pemerintah daerah kabupaten

    Sorong dalam melaksanakan pemberdayaan lansia; penganggaran program

    pemberdayaan lansia; evaluasi atas upaya pemberdayaan lansia; serta kendala

    yang dihadapi dalam memberdayakan lansia.

    B. Fokus Penelitian

    Dengan memperhatikan seluruh latare belakang masalah tersebut,

    peneliti menentukan focus penelitian ini sebagai berikut:

    1. Upaya Pemerintah Daerah dalam memberdayakan lansia di Puskesmas

    Rawat Inap Distrik Mariat Kabupaten Sorong, dengan rincian:

    http://repository.umy.ac.id/

  • 10

    a. Pentingnya pemberdayaan lansia oleh Puskesmas Rawat Inap Distrik

    Mariat;

    b. Upaya pemerintah daerah Kabupaten Sorong dalam merencanakan

    pemberdayaan lansia;

    c. upaya pemerintah daerah kabupaten Sorong dalam melaksanakan

    pemberdayaan lansia;

    d. Penganggaran untuk program pemberdayaan lansia;

    2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam memberdayakan lansia oleh

    Puskesmas Rawat Inap Distrik Mariat

    C. Rumusan Masalah

    Dengan mempertimbangkan latar belakang masalah dan focus

    penelitian, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana Upaya Pemerintah Daerah dalam memberdayakan lansia oleh

    Puskesmas Rawat Inap Distrik Mariat Kabupaten Sorong

    2. kendala-kendala yang dihadapi dalam memberdayakan lansia di Puskesmas

    Rawat Inap Distrik Mariat Kabupaten Sorong

    D. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan:

    1. Mendeskripsikan upaya Pemerintah Daerah dalam memberdayakan lansia di

    Puskesmas Rawat Inap Distrik Mariat Kabupaten Sorong.

    2. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam memberdayakan lansia di

    Puskesmas Rawat Inap Distrik Mariat Kabupaten Sorong

  • 11

    E. Manfaat Penelitian

    1. Bagi Puskesmas Rawat Inap Distrik Mariat Kabupaten Sorong, sebagai

    bahan masukan dan acuan dalam peningkatan pemberdayaan lansia.

    2. Bagi masyarakat umum, sebagai informasi dalam upaya peningkatan

    pemberdayaan lansia.

    3. Bagi Ilmu Pengetahuan, penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan Ilmu

    Pemerintahan, khususnya Kebijakan Publik mengenai pemberdayaan lansia.

    F. Kerangka Konseptual

    1. Pemberdayaan Masyarakat

    a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

    Pemberdayaan merupakan terjemahan kata Inggris

    “empowerment,” yang bermakna “mampu”, tapi juga “mempunyai kuasa”

    (Wrihatnolo dan Dwidjowijoto dalam http://www.google.http:

    /abstrak.ta.uns.ac.id. diunduh tanggal 28 Juni 2018

    Istilah pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai upaya

    memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh individu, kelompok, dan

    masyarakat luas agar mereka miliki kemampuan untuk melakukan

    pilihan dan pengontrol lingkungannya agar dapat memenuhi

    keinginannya, termauk aksesbilitasnya terhadap sumber daya yang terkait

    dengan pekerjaannya, aktivitas sosialnya, dan lain-lain.Karena itu, World

    Bank (Dalam Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, 2017:28),

    mengartikan pemberdayaan sebagai upaya untuk memberikan

    kesempatan dan kemampuan kemampuan kepada kelompok masyarakat

    http://www.google.http:%20/http://www.google.http:%20/

  • 12

    (miskin) untuk mampu dan berani bersuara (voice) atau menyuarakan

    pendapat, ide, atau gagasan, serta kemampuan dan berani untuk memilih

    (choice) sesuatu atau (konsep, metode, produk, tindakan, dan lain-lain)

    yang terbaik bagi pribadi, keluarga dan masyarakatnya. Sejalan dengan

    itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya peningkatan

    kemampuan masyarakat (miskin, marginal, terpinggirkan) untuk

    menyampaikan pendapat dan atau kebutuhannya, pilihan-pilihannya,

    berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi, dan mengelola kelembagaan

    masyarakatnya secara bertanggungjawab (accountable) demi perbaikan

    kehidupannya.

    Dalam pengertian tersebut, pemberdayaan mengandung arti

    perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan setiap individu dan masyarakat,

    antara lain dalam arti:

    1) Perbaikan ekonomi, terutama kecukupan pangan;

    2) Perbaikan kesejahteraan sosial (pendidikan dan kesehatan);

    3) Kemerdekaan dari segala bentuk penindasan;

    4) Terjaminnya keamanan;

    5) Terjaminnya hak asasi manusia yang bebas dari rasa takut dan

    kekhawatiran

    Hal itu, tidak hanya berlaku di Indonesia, bahkan World Bank

    telah menetapkan pemberdayaan sebagai salah satu ujung-tombak dari

    strategi Trisula (Three-pronged strategy) untuk memerangi kemiskinan

    yang dilaksanakan sejak memasuki dasarwarsa 90-an,yang terdiri dari

  • 13

    penggalakan peluang (Promoting oppoertunit) fasilitasi pemberdayaan

    (facilitating empowerment) dan peningkatan keamanan

    (enhacingsecurity) (dalam Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato,

    2017:26).

    Menurut Talcott Person, pemberdayaan adalah sebuah proses

    dimana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai

    pengontrolan atas kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang

    mempengaruhi kehidupannya, sehingga dalam proses pemberdayaan

    tersebut, orang yang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan

    kekuasaan cukup dapat mempengaruhi kehidupannya dan orang lain

    (Alfianti dalam https://sosiologi79.blogspot.com. diunduh tanggal 22

    Juni 2018)

    Soetomo menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah

    sebuah pendekatan yang memberikan kesempatan, wewenang yang lebih

    besar kepada masyarakat terutama masyarakat lokal untuk mengelola

    proses pembangunannya (Soetomo dalam chikacimoet.blogspot.com.

    diunduh tanggal 23 Juni 2018).

    Subeno dan Narimo (dalam Totok Mardikanto dan Poerwoko

    Soebiato, 2017:75) mengartikan proses pemberdayaan masyarakat

    sebagai upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokaldalam

    merencanakan, memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang

    dimiliki melalui conlletive action dan networking sehingga pada akhirnya

  • 14

    mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi,

    dan sosial.

    Menurut Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato (2017:61),

    sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk

    memperkuat dan atau mengoptimalkan keberdayaan (dalam arti

    kemampuan dan satu keunggulan bersaing) kelompok lemah dalam

    masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah

    kemiskinan. Sebagai proses, pemberdayaan merujuk pada kemampuan,

    untuk berpatisipasi memperoleh kesempatan dan atau mengakses

    sumberdaya dan layanan yang di perlukan guna memperbaiki mutu

    hidupnya (baik secara indivudual, kelompok, dan masyarakatnya dalam

    arti luas). Dengan pemahaman seperti itu, pemberdayaan dapat diartikan

    sebagai proses terencana guna meningkatkan skala/upgrade utilitas dari

    obyek yang diberdayakan.

    Pemberdayaan tidak boleh menciptakan ketergantungan, tetapi

    harus mampu mendorong semakin terciptanya kreativitas dan

    kemandirian masyarakat agar semakin memiliki kemampuan untuk

    berswakarsa, swadaya, swadana, dan swakelola bagi terselenggaranya

    kegiatan-kegiatan guna terciptanya tujuan, harapan, dan keinginan-

    keinginan masyarakat sasaranya. Pemberdayaan yang dilakukan harus

    selalu mengacu kepada terwujudnya kesejahteraan ekonomi masyarakat

    dan peningkatan harkatnya sebagai manusia.

  • 15

    Menurut Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato (2017:61),

    pemberdayaan masyarakat adalah proses partisipatif yang memberi

    kepercayaan dan kesempatan kepada masyarakat untuk mengkaji

    tantangan utama pembangunan mereka dan mengajukan kegiatan-

    kegiatan yang dirancang untuk mengatasi masalah tersebut. kegiatan ini

    kemudian menjadi basis program daerah, regional dan bahkan program

    nasional.

    Menurut Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato (2017:33)

    dalam bidang kesehatan, pemberdayaan masyarakat dapat diartikan

    sebagai penyediaan layanan kesehatan dasar (terutama bagi kelompok

    miskin) yang mudah, cepat, dan murah dengan memanfaatkan

    pengobatan “modern” dan atau pengobatan tradisional yang teruji

    kemajuran dan keamanannya. Pemberdayaan bidang kesehatan, juga

    menyankut kemandirian masyarakat untuk mengorganisir lembaga-

    lembaga swadaya masyarakat (LSM, KSM, PKK, Dasawisma, Posyandu,

    dan lain-lain.) untuk mengurangi faktor resiko penyakit dan menghimpun

    iuran kesehatan, termasuk meningkatkan kemampuan untuk memerangi

    kapitalisasi medik yang lebih menekankan praktik-praktik kuratif

    dibanding preventif dan promotif.

    b. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat

    Tahapan pemberdayaan masyarakat, menurut Totok Mardikanto

    dan Poerwoko Soebiato(2017:34, meliputi:

  • 16

    1) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi

    masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah

    pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki

    potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat

    yang sama sekali tanpa daya, karena jika demikian akan sudah

    punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu,

    dengn mendorong memotivasikan, dan membangkitkan kesadaran

    akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk

    mengembangkannya.

    2) Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat

    (empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih

    positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perbuatan

    ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan

    berbagai masukan (input), serta pembukaan akses kedalam berbagai

    peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi

    berdaya.Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang pokok adalah

    peningkatan taraf pendidikan,dan derajat kesehatan, serta akses

    dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal,

    teknologi,informasi lapangan kerja, dan pasar masukan berupa

    pemberdayaan ini menyankut pembangunan prasarana dan sarana

    dasar fisik, seperti irigasi, jalan, listrik maupun sosial seperti sekolah

    dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau oleh

    masyarakat pada lapisan paling bawah, serta ketersediaan lembaga-

  • 17

    lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di perdesaan dimana

    terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya amat kurang. Untuk

    itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya,

    karena program-program umum yang berlaku tidak selalu dapat

    menyentu lapisan masyarakat ini.

    3) Pemberdayaaan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses

    pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah

    lemah, oleh karena kurangnya keberdayaan dalam menghadapi yang

    kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang

    lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan

    masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari

    interaksi, karena hal itu justru akan mengedirkan yang kecil dan

    melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya

    untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta

    eksploitasiyang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat

    bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada

    berbagai program pemberian (charity) dalam buku Pemberdayaan

    Masyarakat (Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato 2017:28)

    2. Pemberdayaan Lansia

    Konsep Pemberdayaan lansia dikaji dari Permensos Nomor 5 Tahun

    2018 tentang Standar Nasional PemberdayaanLansia.

  • 18

    a. Pengertian dan Standar:

    Pemberdayaan Lanjut Usia adalah “upaya membantu lansia dalam

    memulihkan dan mengembangkan fungsi sosialnya” (Permensos

    Nomor 5 Tahun 2018 Pasal 1)

    Untuk melakukan pemberdayaan usia lanjut secara nasional,

    diperlukan Standar Nasional Pemberdayaan Lansia. Standar tersebut

    dimaksudkan untuk:1) memberikan acuan bagi Pemerintah Daerah

    kabupaten, dan masyarakat dalam pembentukan lembagadan

    pelaksanaan Pemberdayaan Lansia (Bdk. Pasal 2); 2) memberikan

    perlindungan bagi lansia yang memerlukan Pemberdayaan;

    meningkatkan kualitas dan jangkauan penyelenggaraan

    PemberdayaanLansia; dan menjadi pedoman bagi Pemerintah Daerah

    kabupaten/kota, dan masyarakat dalam pembentukan lembaga dan

    PemberdayaanLansia (Bdk. Pasal 3)

    b. Prinsip:

    Prinsip PemberdayaanLansia adalah:

    1) Diutamakan tetap dalam lingkungan keluarga, panti merupakan

    alternatif terakhir;

    2) non-diskriminatif dan imparsial;dan

    3) pelayanan yang holistik, komprehensif, dan inklusif (Pasal 5)

    c. Tujuan:

    Pemberdayaan Lansia bertujuan agar:

  • 19

    1) Mampu melaksanakan keberfungsian sosial Lansia yang meliputi

    kemampuan dalam melaksanakan peran, memenuhi kebutuhan,

    memecahkan masalah, dan aktualisasi diri; dan

    2) terciptanya lingkungan sosial yang mendukung

    keberfungsian sosial Lansia (Pasal 6).

    d. Sasaran:

    Sasaran pemberdayaan lainsidi keluarga, di masyarakat, ataupanti

    sosial meliputi:

    1) Lansia Telantar;

    2) keluarga Lansia miskin;

    3) Lansiayang mengalami gangguan fungsi sosial;dan

    4) Lansiayang mengalami gangguan fisik/bedridden (Pasal 7)

    e. Metode:

    Pemberdayaan dilaksanakan dengan:

    1) Metode individu dan keluarga: dilakukan melalui pendekatan

    pendampingan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar Lansia;

    2) Metode kelompok: dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan

    partisipasi masyarakat dengan melibatkan sumberdaya lokal dan

    nilai- nilai masyarakat setempat; serta

    3) Metode panti social (pengorganisasian dan pengembangan

    masyarakat): dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan lansia

    secara individu dan kelompok yang melibatkan interdisipliner.

  • 20

    Metode ini dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang (Bdk. Pasal 9 dan 10)

    f. Bentuk:

    Pemberdayaan Lansia dilaksanakan dalam bentuk:

    1) Motivasi dandiagnosis psikososial: merupakan upaya yang

    diarahkan untuk memahami permasalahan psikososial dengan

    tujuan memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan

    keberfungsian sosial

    2) Perawatan dan pengasuhan: upaya untuk menjaga, melindungi, dan

    mengasuh agar dapat melaksan akan fungsi sosialnya

    3) Pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan: merupakan

    usaha pemberian keterampilan kepada Lansia agar mampu hidup

    mandiri dan atau produktif

    4) Bimbingan mental spiritual: merupakan kegiatanyang dilakukan

    untuk meningkatkan pengetahuan serta memperbaiki sikap dan

    perilaku berdasarkan ajaran agama

    5) Bimbingan fisik: merupakan kegiatan untuk memelihara dan

    meningkatkan kesehatan jasmani Lansia

    6) Bimbingan sosial dan konseling psikososial: merupakan semua

    bentuk pelayanan bantuan psikologis yang ditujukan untuk

    mengatasi masalah psikososial agar dapat meningkatkan

    keberfungsian sosial

  • 21

    7) Pelayanan aksesibilitas: merupakan penyediaan kemudahan bagi

    Lansia guna mewujudkan kesamaan hak dan kesempatan dalam

    segala aspek kehidupan

    8) Bantuan dan asistensi sosial: merupakan upaya yang dilakukan

    berupa pemberian bantuan kepada Lansiayang mengalami

    guncangan dan kerentanan sosial agar dapat hidup secara wajar

    9) Bimbingan resosialisasi: merupakan kegiatan untuk

    mempersiapkan Lansia agar dapat diterima kembali kedalam

    keluarga dan masyarakat

    10) Bimbingan lanjut: merupakan kegiatan pemantapan kemandirian

    Lansia setelah memperoleh pelayanan Pemberdayaan; dan/atau

    11) Rujukan: merupakan pengalihan layanan kepa dapihak lain agar

    Lansia memperoleh pelayanan lanjutan atau sesuai dengan

    kebutuhan (Bdk. Pasal 11, 12-22)

    g. Tahapan:

    1) Pendekatan awal: meliputi: sosialisasi dan konsultasi; identifikasi;

    motivasi; seleksi dan penetapan; dan penerimaan.

    2) Pengungkapan dan pemahaman masalah atau asesmen: merupakan

    kegiatan mengumpulkan, menganalisis, serta merumuskan masalah,

    kebutuhan, potensi, dansumber yang meliputi aspek fisik,psikis,

    sosial, spiritual, dan budaya yang dapat dimanfaatkan dalam

    Pemberdayaan Lansia

  • 22

    3) Penyusunan rencana pemecahan masalah: merupakan kegiatan

    penetapan rencana Pemberdayaan Lansia

    4) Pemecahan masalah atau intervensi: merupakan pelaksanaan

    rencana pemecahan masalah Lansia

    5) Resosialisasi: merupakan kegiatan menyiapkan Lansia untuk

    diterima kembali dilingkungan keluarga dan lingkungan sosial agar

    dapat melaksanakan fungsi sosialnya dalam masyarakat

    6) Terminasi: merupakan kegiatan pengakhiran Pemberdayaan kepada

    Lansia; dan

    7) Pembinaan lanjut: merupakan kegiatan yang diberikan kepada

    Lansia yang telah selesai mengikuti Pemberdayaan, di dalam

    maupun di luar lembaga (Bdk. Pasal 23-24, 30-35).

    h. Peran Masyarakat:

    Masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk

    berperan dalam penyelenggaraan pemberdayaan lansia

    Peran masyarakat dapat dilakukan oleh: perseorangan; keluarga;

    organisasi keagamaan; organisasi sosial kemasyarakatan; lembaga

    swadaya masyarakat; organisasi profesi; badanusaha; lembaga

    kesejahteraan sosial; dan/atau lembaga kesejahteraan sosial asing yang

    memiliki izin operasional.

    Peran masyarakatdapat berbentuk pemikiran, tenaga, sarana, dan

    dana, serta dapat dilakukan melalui kegiatan: membuat forum

    komunikasi; melakukan penelitian; membentuk lembaga rehabilitasi;

  • 23

    mengadakan seminar dan diskusi; memberikan saran dan

    pertimbangan dalam program pemberdayaan lansia; menyediakan

    sumber daya manusia pelaksana pemberdayaan lansia sebagai Relawan

    Sosial; menghubungkan lansia dengan sistem sumber pelayanan; dan

    menyisihkan atau menyediakan dana badan usaha untuk penanganan

    Lansia (Pasal 53-54).

    3. Upaya Pemberdayaan Lansia.

    Upaya Pemerintah Daerah dalam memberdayakan lansia dikaji dari

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 tentang

    Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lansia.

    a. Pengertian dan Penggolongan

    Dalam peraturan pemerintah tersebut yang dimaksud dengan “lanjut

    usia atau lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam

    puluh) tahun ke atas. Lansia digolongkan menjadi dua, yaitu: lansia

    potensial dan lansia tidak potensial. Lansia Potensial adalah lansia

    yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang

    dapat menghasilkan barang dan/atau jasa. Sedangkan Lansia Tidak

    Potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga

    hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Pasal 1)

    b. Upaya Pemberdayaan Lansia

    Upaya pemberdayaan lansia, menurut Peraturan Pemerintah tersebut,

    digolongkan menjadi dua, yaitu pemberdayaan lansia potensial dan

    tidak potensial (Pasal 2).

  • 24

    Upaya pemberdayaan lansia potensial meliputi :

    1) pelayanan keagamaan dan mental spiritual;

    2) pelayanan kesehatan;

    3) pelayanan kesempatan kerja;

    4) pelayanan pendidikan dan pelatihan;

    5) pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan

    fasilitas, sarana, dan prasarana umum;

    6) pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum;

    7) bantuan sosial (Pasal 3)

    c. Upaya pemberdayaan lansia tidak potensial meliputi :

    1) pelayanan keagamaan dan mental spiritual;

    2) pelayanan kesehatan;

    3) pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan

    fasilitas, sarana dan prasarana umum;

    4) pemberian kemudahan dalamlayanan dan bantuan hukum;

    5) perlindungan sosial (pasal 3)

    d. Pelaksanaan Upaya Pemberdayaan Lansia

    Upaya pemberdayaan lansia dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung

    jawab Pemerintah dan masyarakat (Pasal 4) dan dilaksanakan secara

    terkoordinasi antara Pemerintah dan masyarakat (Pasal 5).

    Pelaksanaan upaya pemberdayaan lansia meliputi:

    1) Pelayanan keagamaan dan mental spiritual: bertujuan mempertebal

    rasa keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

  • 25

    Bimbingan beragama dimaksudkan untuk memberikan tuntunan

    dan pegangan hidup serta ketenangan bagi lansia di hari tuanya

    agar lebih memantapkan keyakinan sesuai dengan agama dan

    kepercayaan masing-masing. Pelayanan ini diselenggarakan

    melalui peningkatan kegiatan keagamaan sesuai dengan agama dan

    keyakinannya masing-masing; dan meliputi: bimbingan beragama;

    dan pembangunan sarana ibadah dengan penyediaan aksesibilitas

    bagi lansia (Bdk. Pasal 6-7)

    2) Pelayanan kesehatan: bertujuan memelihara dan meningkatkan

    derajat kesehatan dan kemampuan lansia agar kondisi fisik, mental,

    dan sosialnya dapat berfungsi secara wajar, dilaksanakan melalui

    peningkatan: penyuluhan dan penyebar luasan informasi kesehatan

    lansia; upaya penyembuhan (kuratif), yang diperluas pada bidang

    pelayanan geriatrik/gerontologik; dan pengembangan lembaga

    perawatan lansia yang menderita penyakit kronis dan/atau penyakit

    terminal. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia

    yang tidak mampu,diberikan keringanan biaya sesuai dengan

    ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Bdk. Pasal

    8)

    3) Pelayanan kesempatan kerja: dimaksudkan memberi peluang untuk

    mendayagunakan pengetahuan, keahlian, kemampuan,

    keterampilan, dan pengalaman yang dimilikinya; dan dilaksanakan

    pada sektor formal dan non formal, melalui perseorangan,

  • 26

    kelompok/organisasi, atau lembaga baik Pemerintah maupun

    masyarakat (Bdk. Pasal 9)

    4) Pelayanan pendidikan dan pelatihan: dimaksudkan untuk

    meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, kemampuan,

    dan pengalaman lansia potensial sesuai dengan potensi yang

    dimilikinya; dilaksanakan oleh lembaga pendidikan dan pelatihan,

    baik yang diselenggarakan Pemerintah maupun masyarakat sesuai

    dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku

    (Bdk. Pasal 16)

    5) Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan

    fasilitas, sarana, dan prasarana umum: dimaksudkan sebagai

    perwujudan rasa hormat dan penghargaan kepada lansia;

    dilaksanakan melalui: pemberian kemudahan dalam pelayanan

    administrasi pemerintahan dan masyarakat pada umumnya;

    pemberian kemudahan dalampelayanan dan keringanan biaya;

    pemberian kemudahan dalam melakukan perjalanan; penyediaan

    fasilitas rekreasi dan olahraga khusus; Juga dimaksudkan untuk

    memberikan aksesibilitas tertutama di tempat-tempat umum yang

    dapat menghambat mobilitas lansia (Bdk. Pasal 17)

    6) Pemberian kemudahan dalamlayanan dan bantuan hokum:

    dimaksudkan untuk melindungi dan memberikan rasa aman kepada

    lansia; dilaksanakan melalui: penyuluhan dan konsultasi hukum;

  • 27

    layanan dan bantuan hukumdi luar dan/atau di dalampengadilan

    (Bdk. Pasal 34)

    7) Bantuan sosial: Bantuan sosial diberikan kepada lansia potensial

    yang tidak mampu agar lansia dapat meningkat kantaraf

    kesejahteraannya; bersifat tidak tetap, berbentuk material,

    finansial, fasilitas pelayanan dan informasi guna mendorong

    tumbuhnya kemandirian. Bertujuan untuk: memenuhi kebutuhan

    hidup lansiapotensial yang tidak mampu; mengembangkan usaha

    dalamrangka meningkatkan pendapatan dan kemandirian;

    mendapatkan kemudahan dalam memperoleh kesempatan

    berusaha. Pemberian bantuan sosial dilakukan dengan

    memperhatikan: keahlian, keterampilan, bakat, minat, dan

    kemampuan lansia potensial yang tidak mampu serta tujuan

    pemberian bantuan sosial. Pemberian bantuan sosial dapat

    diberikan kepada lansia potensial yang tidak mampu perorangan

    atau kelompok untuk melakukan usaha sendiri atau kelompok

    usaha bersama dalamsektor usaha non formal (Bdk. Pasal 36-39)

    Perlindungan Sosial: Pemberian perlindungan sosial dimaksudkan

    untuk memberikan pelayanan bagi lansia tidak potensial agar dapat

    mewujudkan taraf hidup yang wajar; dilaksanakan melalui

    pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial yang diselenggarakan baik

    didalam maupun di luar panti. Lanjut usia tidak potensial terlantar

    yang meninggal dunia dimakamkan sesuai dengan agamanya dan

  • 28

    menjadi tanggung jawab Pemerintah dan/atau masyarakat (Bdk.

    Pasal 35)

    4. Program-program Lansia

    Menurut Endang Ambarwati beberapa contoh program yang seringkali

    diberikan kepada penderita lansia sebagai berikut (Boedhi-Darmojo,

    2015:860-869):

    a. Fisioterapi: latihan ini dimulai dari aktifitas fisik yang paling ringan

    kemudian secara bertahap hingga maksimal yang bisa dicapai oleh

    individu, misalnya:

    1) Aktifitas di tempat tidur

    2) Posisioning, menempatkan gerak tubuh secara baik, benar dan

    nyaman. Untuk ini kadangkala diperlukan alat bantu seperi bantal,

    guling;dan alih baring (dilakukan setiap 2 jam), latihan pasif dan

    aktif pada lingkup gerak sendi anggota tubuh.

    3) Mobilisasi

    a) Latihan bangun sendiri, duduk, berpindah, dari tempat tidur ke

    kursi, berdiri, berjalan dan untuk itu kadangkala diperlukan alat

    bantu.

    b) Melakukan latihan untuk mempertahankan kekuatan otot (senam

    lansia, senam pernapasan, dan lain-lain)

    c) Latihan fisik yang bertujuan untuk mempertahankan aktifitas

    kehidupan sehari-hari dan sebaiknya dilakukan secara rutin

    (minimal seminggu 3-5 kali).

  • 29

    b. Terapi Okupasi: Program ini merupakan latihan yang ditujukan untuk

    mendukung aktifitas kehidupan sehai-hari, dengan berbagai macam

    bentuk latihan dan permainan, atau langsung aktifitas yang sesuai

    dengan yang diinginkan, misalnya latihan jongkok- berdiri, latihan

    mempersiapkan makan dan minum, dsb. Dapat juga

    latihan dalam bentuk permainan, misalnya melempar bola, merangkai.

    Dalam menjalaankan aktifitas pribadi adakalanya diperlukan

    modifikasi peralatan (misalnya cangkir, piring, sendok, garpu, alat

    tulis, dan lain-lain)

    c. Ortotik- prostetik

    Di dalam aktifitas sehari-hari lansia kadangkala membutuhkan ortotik

    (alat bantu/ penopang) untuk keseimbangan dan stabilitas berjalan,

    berupa walker, atau diperlukan dynamic splint untuk stabilitas sendi

    lutut. Bila dilakukan alat pengganti bagian tubuh yang hilang maka

    prostetik dibuat yang sesuai dengan kondisi lansia. Beberapa hal yang

    diperhatikan dalam pembuatan alat bantu ini antara lain: bahan baku

    yang lebih ringan, model yang lebih sederhana, sehingga mudah

    dipergunakan.

    d. Terapi Wicara

    Program ini tidak selalu ditujukan untuk latihan berbicara saja, tetapi

    dierlukan juga untuk latihan dengan gangguan fungsi menelan apabila

    ditemukan adanya kelemahan otot- otot pengunyah sekitar tenggorok.

  • 30

    Hal ini sering terjadi pada penderita paska stroke dengan kelumpuhan

    saraf vagus, saraf lidah, dan daerah wajah.

    e. Sosial Medik

    Petugas sosial medik memerlukan data-data pribadi maupun keluarga

    yang tinggal bersama lansia atau panti dimana lansia berada. Hal ini

    sangat penting untuk melihat kondisi/struktur tempat tinggal yang

    berkaitan dengan aktifitas pribadi lansia. Misalnya: adanya anak yang

    tinggal didalam rumah, sebaiknya dibuat landai. Kamar mandi dengan

    WC jongkok atau duduk, sebaiknya dimodifikasi dan diberi bantuan

    pegangan tangan, dsb. Penerangan didalam ruangan sebaiknya terang,

    dan sebaiknya tidak ada karpet yang sering dilewati.

    Keberadaan binatang rumah (kucing, anjing) juga menjadi perhatian,

    karena sering menghalangi jalan dan membuat resiko terjatuh. Kondisi

    lantai kamar mandi yang licin perlu perhatian khusus.Bila perlu ada

    tempat duduk di kamar mandi dan menggunakan gayung air yang

    kecil. Penting juga diketahui anggota keluarga yang tinggal bersama

    lansia, dan bagaimana hubungannya selama ini, mungkin ada care

    giver yang selalu mendampingi dsb. Tingkat sosial ekonomi perlu

    diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi kehidupan lansia

    secara keseluruhan.

    f. Psikologi

    Sebelum menentukan program rehabilitasi medik kepada lansia, harus

    memperhatikan keadaan emosinya. Secara psikologik seorang lansia

  • 31

    mempunyai ciri-ciri yang khas/stereotype psikologik lansia dan

    biasanya sifat ini sesuai dengan kondisi psikologik semasa muda.

    Ada beberapa stereotipe psikologik lansia antara lain :

    1) Tipe konstruktif: mempunyai integritas baik, toleransi tinggi,

    humoristik, fleksible dan tahu diri .

    2) Tipe ketergantungan: bersifat pasif, tak berambisi, senang

    mengalami pensiun, senang berlibur.

    3) Tipe defensif: emosinya tidak terkontrol, memegang teguh

    kebiasaan, tidak senang masa pensiun.

    4) Tipe bermusuhan (hostility): agresif, curiga, iri hati pada yang

    muda,takut mati,selalu mengeluh.

    5) Tipe membenci/menyalahkan diri sendiri (selfhaters): kritis

    terhadap kesalahan diri sendiri, menganggap kematian sebagai

    suatu kejadian yang membebaskan dari penderitaan.

    g. Senam Lansia

    Menurut WHO pada Internasional Consesus Development

    Converence, di Roma, Italia,(dalam Dede Nasrullah, 2016:214-215)

    oesteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa

    tulang yang rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang dari

    penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada akhirnya menimbulkan

    akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan resiko terjadinya patah

    tulang.Oleh karena itu, senam osteoporosis merupakan solusi mudah

    dan murah untuk mengatasi kerapuhan dan patah tulang.

  • 32

    1) Lakukan senam ini selama 15 menit, namun akan lebih baik jika

    dilakukan selama 50 menit. Jangan berlebihan dan juga jangan

    kekurangan. Senam ini akan membantu kepadatan tulang.

    2) Senam ini sebenarnya hanya melakukan gerakan tertentu. Gerakan

    senam ini tidak boleh melompat dan juga membungkuk. Gerakan

    senam sebaiknya gerakan ringan dan berulang-ulang. Seperti

    gerakan menaik-turunkan tangan secara berulang-ulang, atau

    gerakan lainnya.

    3) Hasil melakukan senam. Ketika kita melakukan senam secara rutin

    selama 14 minggu dengan frekuensi 3 kali selama seminggu,

    hasilnya adalah tubuh menjadi lebih sehat dan bugar.

    4) Konsumsi makanan seimbang. Konsumsi makanan yang seimbang

    setelah berolahraga agar kebutuhan nutrisi tubuh terutama kalsium

    tercukupi. Vitamin D dari matahari harus cukup. Waktu melakukan

    senam, sebaiknya di waktu pagi dan dibawah sinar

    matahari,sehingga dapat memaksimalkan potensi tubuh.

    Tubuhdapat menyerap sinar matahari, vitamin D, dan sekaligus

    melunturkan tubuh agar tidak kaku.

  • 33

    G. Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitan

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

    kualitatif. dengan pendekatan analisis deskriptif. Menurut Nana Syaodih

    Sukmadinata, (2011: 73), penelitian deskriptif kualitatif ditujukan untuk

    mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena-fenomena yang ada,baik

    bersifat alamiah maupun rekayasa manusia, yang lebih memperhatikan

    mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan. Selain itu,

    penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau

    pengubahan pada variabel-variabel yang diteliti, melainkan menggambarkan

    suatu kondisi apaadanya. Menurut Moleong (2017: 6), penelitian kualitatif

    adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

    yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

    tindakan dan lain-lain secara holistik dan cara deskriptif dalam bentuk kata-

    kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

    memanfaatkan berbagai metode alamiah.

    Selain itu, Sugiono, (2013: 9) mengemukakan penelitian kualitatif sebagai

    metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,

    digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti

    adalah sebagai instrumen kunci, dan hasil penelitian kualitatif lebih

    menekankan makna daripada generalisasi.

  • 34

    2. Objek penelitian

    Yang menjadi objek penelitian disini adalah upaya pemerintah daerah

    dalam memberdayaan lanjut usia di Puskesmas Mariat Kabupaten Sorong

    3. Lokasi penelitian

    Lokasi penelitian ini di Puskesmas Rawat Inap Mariat Kabupatean Sorong

    Provinsi Papua Barat

    4. Teknik Pemilihan Informan

    Untuk menentukan informan, peneliti menggunakan teknik purposive.

    Artinya informan dipilih karena informan memiliki informasi yang berguna

    untuk menjawab masalah yang telah peneliti rumuskan. Informan berjumlah

    14 informan dengan identitas sebagai berikut:

    No Nama

    Umur dan

    Jenis Kelamin Pendidikan Jabatan

    L P

    1 dr. Lidia

    Kurniawan 46 Dr

    Kepala Dinas

    Kesehatan

    Kabupaten

    Sorong

    2 Nikodemus Ulim 49 D3

    Kepala Bidang

    Kesmas Dinas

    Kesehatan

    Kabupaten

    Sorong

    3 dr. Ronney.c.n

    Kalesaran 48 S.Ked

    Kepala

    Puskesmas

    4 I Wayan Sarjana,

    S.Kep.M.Kes 52 S2

    Bagian

    Pengembangan

    Lanjut Usia

    5 Fifi Mariana

    Fanindi, Amk 30 D3

    Pemegang

    Program

    Lanjut Usia

    6 Yunice Safkaur,

    S. Kep 45 S1

    Pemegang

    Program

    Lanjut Usia

  • 35

    7 Mustika 33 SMA

    Kader

    Posyandu

    Semangat Baru

    Kelurahan

    Klasamen

    8 Stefanus, D

    Syatauw 61 STM

    Kader

    Posyandu

    Lansia Siloam,

    Kelurahan

    Mariyai

    9 Badriah 46 SMA

    Kader

    Posyandu dan

    Anggota

    Kel.mbah

    Ngatim dari

    Kelp. Nusa

    Indah,

    Kelurahan

    Mariyai

    10 Socrates Erari 76 SMP

    Anggota

    Lansia

    Posyandu

    Siloam,

    Kelurahan

    Mariyai

    11 Mbah Ngatim 66 SD

    Anggota

    Lansia

    Posyandu

    Nusa Indah,

    Kelurahan

    Mariyai

    12 Margaretha

    Sipahelut 78 SR

    Anggota

    Lansia

    Posyandu

    Syallom,

    Kelurahan

    Klamalu

    13 Dian Erari, S.Pd 31 S1

    Anggota

    Keluarga

    Lansia Siloam

    14 Vivian Sipahelut 48 SMA

    Anggota

    keluarga

    Lansia

    Syallom,

    Kelurahan

    Klamalu

  • 36

    Dari identitas informan terlihat bahwa informan berjumlah: 14 orang,

    yang terdiri dari laki-laki, 5 orang dan perempuan: 9 orang, dengan usia

    berkisar antara 30 sampai 78 tahun. Mereka berpendidikan SD (2 orang),

    SMP (1 orang), SMA/STM (4 orang), D3 (2 orang), S1 (4 orang) dan S2 (1

    orang).

    Informan nomor 1 dan 2 dipilih karena mereka berdua memiliki

    informasi mengenai visi, misi Pemerintah Daerah Kabupaten Sorong di

    bidang kesehatan dan program pemberdayaan lansianya, serta upaya-upaya

    yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Sorong dalam pemberdayaan

    lansia.

    Informan nomor 3 sampai nomor 6 dipilih karena mereka memiliki

    informasi tentang Puskesmas Rawat Inap, mengingat mereka bekerja di

    Puskesmas tersebut, khususnya pemegang program lansia.

    Informan nomor 7, 8, 9 dipilih karena mereka adalah kader-kader

    Posyandu Lansia, yang mendampingi para lansia.

    Informan 10, 11, 12 dipilih karena mereka adalah anggota lansia, yang

    menerima pelayanan dari Puskesmas Rawat Inap, sehingga dari mereka

    peneliti dapat menggali informasi tentang dan kepuasan dari pelayanan

    Puskesmas yang mereka terima.

    Informan nomor 13 dan 14 dipilih karena mereka adalah anggota

    keluarga dari para lansia, sehingga peneliti dapat menggali informasi

    tentang pelayanan yang mereka terima, permasalahan yang mereka hadapi

  • 37

    dalam mendampingi anggota keluarganya (yang lansia) dan harapannya

    terhadap pelayanan lansia ke depan.

    5. Teknik Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

    sebagai berikut:

    a. Observasi

    Nasution (dalam Sugiyono, 2010:64) menyatakan bahwa observasi atau

    pengamatan adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya

    bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang

    diperoleh melalui observasi.

    b. Wawancara

    Wawancara merupakan salah satu teknik untuk mendapatkan data dengan

    mengandalkan percakapan secara langsung antara pewawancara

    (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan pihak yang

    diwawancarai (interviewee) untuk menjawab pertanyaan itu.Esterberg

    (dalam Sugiyono, 2010:72)menjelaskan bahwa wawancara merupakan

    pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan gagasan melalui

    teknik tanya jawab yang menghasilkan konstruksi makna tentang sesuatu.

    c. Dokumentasi

    Peneliti menggunakan dokumen- dokumen tertulis untuk mengumpulkan

    data yang diperlukan. Menurut Guba dan Ilncoln (dalam Sugiyono,

    2010:161) dokumen ialah setiap bahan tertulis atau film yang

    dipersiapkan karena ada permintaan seorang peneliti.

  • 38

    6. Teknik Analisis Data

    Adapun teknik analisis data yangdigunakan peneliti yaitu teknik

    analisis data model yang dikembangkan oleh Miles dan Hubermen, yaitu

    analisis data yang dilakukan secara interaktif, yang terdiri dari 3 komponen

    utama, yaitu:

    a. Reduksi data

    Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

    memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Secara

    teknis, kegiatan reduksi data meliputi: perekapan hasil wawancara

    kemudian pengamatan hasil pengumpulan dokumen yang berhubungan

    dengan fokus penelitian.

    b. Penyajian data

    Menyajikan data yaitu penyusunan sekumpulan informasi yang memberi

    kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan.

    Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk

    uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart atau

    sejenisnya. Dalam penelitian ini, secara teknis data-data disajikan dalam

    bentuk teks naratif, tabel, foto.

    c. Penarikan kesimpulan

    Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan

    dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang

    sebelumnya belum pernah ada. Dengan demikian kesimpulan dalam

    penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang

  • 39

    dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak karena masalah dan

    rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara

    dan berkembang setelah penelitian berada dilapangan. Secara teknis

    proses penarikan kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

    mendiskusikan data-data hasil temuan dilapangan dengan teori-teori yang

    dimasukan dalam kerangka konseptual.

  • 40

    BAB II

    PROFIL KABUPATEN SORONG, DISTRIK MARIAT

    DAN PUSKESMAS RAWAT INAP

    A. Profil Kabupaten Sorong

    Profil Kabupaten Sorong ini menggambarkan 1.Luas wilayah dan

    letak geografis; 2.Demografi; 3.Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pemerintah

    Daerah Kabupaten Sorong di Bidang Kesehatan; 4.Anggaran Kesehatan yang

    Berhubungan dengan Lansia; 5.Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin;

    6.Angka Harapan Hidup; 7.Sarana Kesehatan

    1. Luas Wilayah dan Letak Geografis

    Kabupaten Sorong merupakan salah satu daerah yang terletak di

    kepala burung Pulau Papua.Secara geografis Kabupaten Sorong terletak

    pada koordinat 130o 40’ 49” - 132o 13’ 48” BT dan 00o 33’ 42” - 01o 35’

    29” LS.

    Sementara secara administrasi pemerintahan, Kabupaten Sorong

    merupakan bagian dari Provinsi Papua Barat, dengan batas-batas sebagai

    berikut:

    Sebelah Utara : Samudera Pasifik dan Selat Dampir

    Sebelah Selatan : Laut Seram

    Sebelah timur : Kabupaten Tambrauw dan Kabupaten Sorong

    Selatan.

  • 41

    Sebelah Barat : Kota Sorong, Kabupaten Raja Ampat dan Laut

    Seram

    Berdasarkan Keputusan MK RI Nomor.127/PUU-VII/2009 tanggal 25

    januari 2010 dan UU RI Nomor. 14 Tahun 2013,maka wilayah Administrasi

    Kabupaten Sorong berkurang Satu distrik, Yaitu Distrik Moraid yang secara

    hukum menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Tambrauw. Luas wilayah

    Kabupaten Sorong setelah berkurangnya distrik Moraid menjadi 13.174,99

    Km2, yang terbagi dalam 30 Distrik.

    Gambar II. 1

    Peta Administrasi Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat

    2. Demografi

    a. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kepala Keluarga

    Penduduk Kabupaten Sorong berjumlah 115.598 jiwa, yang terbagi

    dalam jenis kelamin laki-laki berjumlah 62.087 jiwa dan perempuan

    berjumlah 53.511 jiwa, dan Kepala Keluarga berjumlah 33.147 KK. Ini

  • 42

    berarti pemerintah daerah Kabupaten Sorong melayani kesehatan

    115.598 jiwa.

    Penduduk per Distrik menurut Jenis Kelamin dan Kepala Keluarga

    di Kabupaten Sorong terlihat dalam tabel berikut:

    Tabel II.1

    Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kepala Keluarga

    No Distrik Laki-Laki Perempuan Jumlah KK1 Makbon 1,531 1,470 3,001 7132 Beraur 762 650 1,412 3333 Salawati 5,657 5,069 10,726 3,1464 Seget 2,791 1,745 4,536 9885 Aimas 21,029 18,348 39,377 12,3606 Klamono 2,378 2,011 4,389 1,2297 Sayosa 583 481 1,064 2698 Segun 984 845 1,829 5049 Mayamuk 7,427 6,501 13,928 4,00110 Salawati Selatan 704 622 1,326 30111 Klabot 587 518 1,105 22512 Klawak 731 652 1,383 30313 Maudus 457 330 787 19814 Mariat 7,188 6,238 13,426 4,09815 Klayili 840 712 1,552 39316 Klaso 398 307 705 16917 Moisegen 1,717 1,534 3,251 97018 Sorong 306 237 543 15119 Bagun 436 350 786 19620 Wemak 368 371 739 19521 Sunook 348 245 593 13522 Buk 637 552 1,189 24623 Saengkeduk 302 247 136 54924 Malabotom 573 542 1,115 32625 Konhir 585 4899 1,074 21926 Klasafet 503 493 996 26427 Hobard 345 309 654 15528 Salawati Tengah 1,410 1250 2,660 76329 Botain 252 145 397 3830 Sayosa Timur 258 245 506 123

    TOTAL 62,087 53,511 115,598 33,147Sumber: Bappeda Kabupaten Sorong 2017-2022

  • 43

    b. Jumlah Penduduk Lanjut Usia

    Di Kabupaten Sorong, peserta program pemberdayaan lansia mulai

    usia 45 tahun.

    Tabel II. 2

    Jumlah Penduduk Lanjut Usia

    No Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah1 45 – 49 4,131 3,158 7,2892 50 – 54 2,813 2,386 5,1993 55 – 59 2,151 1,673 3,8244 60 – 64 1,448 1,070 2,5185 65 – 69 1,026 693 1,7196 70 – 74 526 411 9377 >75 624 336 960

    TOTAL 12,719 9,727 22,446Sumber: Bappeda Kabupaten Sorong 2017-2022

    Dari tabel terlihat bahwa peserta program pemberdayaan lansia

    berjumlah 22.446 jiwa, terdiri dari laki-laki berjumlah 12.719 jiwa dan

    perempuan berjumlah 9.727 jiwa. Ini berarti pemerintah Daerah

    Kabupaten Sorong melayani 22.446 jiwa melalui program pemberdayaan

    lansia. Ini berarti 19,42% dari total penduduk Kabupaten Sorong.

    c. Jumlah Penduduk Menurut Agama

    Penduduk Kabupaten Sorong yang berjumlah 115,598 jiwa terbagi

    menurut agama sebagai berikut: pemeluk agama Islam berjumlah 55.786

    jiwa, pemeluk agama Kristen berjumlah 53.001, pemeluk agama Katolik

    berjumlah 6.464 jiwa, pemeluk agama Hindu berjumlah 247 jiwa dan

    Budha berjumlah 100 jiwa. Ini terlihat di Tabel II. 3

    Data penduduk menurut agama ini penting mengingat dalam

    memberdayakan lansia, pemerintah daerah perlu melakukan pendekatan

  • 44

    berdasarkan agama dan melibatkan para tokoh agama.Hal ini karena pada

    umumnya para lansia mendapatkan kekuatan hidup dan penghiburan dari

    Tuhan melalui para tokoh agama dan sesama penganut agamanya.

    Tabel II. 3

    Jumlah Penduduk Menurut Agama

    No Distrik Islam Kristen Katholik Hindu Budha1 Makbon 175 2,809 17 0 02 Beraur 33 1,267 112 0 03 Salawati 8,698 1,816 145 55 124 Seget 715 3,752 68 1 05 Aimas 21,087 15,861 2,227 142 586 Klamono 759 2,740 885 5 07 Sayosa 53 866 145 0 08 Segun 652 1,116 61 0 09 Mayamuk 10,010 3,286 605 15 1210 Salawati

    Selatan933 387 6 0 0

    11 Klabot 12 1,087 5 1 012 Klawak 67 1,312 4 0 013 Maudus 18 637 132 0 014 Mariat 9,225 3,431 726 26 1815 Klayili 92 1,318 142 0 016 Klaso 13 648 44 0 017 Moisegen 1,660 1,253 338 0 018 Sorong 23 422 98 0 019 Bagun 18 568 200 0 020 Wewak 13 704 21 1 021 Sunook 14 549 30 0 022 Buk 66 1,121 2 0 023 Saengkeduk 45 407 97 0 024 Malabotom 638 365 112 0 025 Konhir 24 991 58 1 026 Klasafet 54 897 45 0 027 Hobard 22 550 82 0 028 Salawati

    Tengah529 2,103 28 0 0

    29 Botain 119 276 2 0 030 Sayosa Timur 17 462 27 0 0

    TOTAL 55,786 53,001 6,464 247 100Sumber: Bappeda Kabupaten Sorong 2017-2022

  • 45

    d. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

    Data penduduk menurut pendidikan ini penting untuk melihat agen

    pemberdayaan lansia yang dapat diharapkan dan peningkatan kapasitas

    mereka.

    Tabel II. 4

    Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

    No Distrik Tidak/BelumSekolah

    TidaktamatSD/sederajat

    Tamatsd/Sederajat

    SLTP/sedera-jat

    SLTA/Sede-rajat

    DiplI/II

    Dipl.III/S.Muda

    DiplIV/S I

    SII

    SIII

    1 Makbon 740 526 581 389 577 26 43 113 6 0

    2 Beraur 581 155 339 138 165 1 4 28 0 1

    3 Salawati 2,337 1,853 2,518 1,684 1,949 54 77 239 14 1

    4 Seget 1,548 604 668 611 992 33 18 55 4 3

    5 Aimas 7,920 4,860 4,737 4,993 13,069

    229 689 2,686

    184

    10

    6 Klamono 1,111 659 934 641 902 13 34 92 3 0

    7 Sayosa 377 190 247 123 107 2 3 14 1 0

    8 Segun 489 340 438 249 253 13 16 30 1 0

    9 Mayamuk

    3,679 2,130 2,469 2,321 2,729 66 75 445 9 5

    10 SalawatiSelatan

    379 235 319 146 218 2 4 22 1 0

    11 Klabot 368 145 291 169 110 6 8 12 0 0

    12 Klawak 780 147 185 152 100 0 5 13 0 1

    13 Maudus 212 121 210 96 137 2 4 5 0 0

    14 Mariat 2,954 1,802 1,997 1,897 3,592 113 244 705 27 5

    15 Klayili 496 241 301 195 267 7 8 36 1 0

    16 Klaso 184 95 152 75 145 6 8 38 2 0

    17 Moisegen

    788 600 931 437 427 12 17 36 3 0

    18 Sorong 130 86 89 69 149 1 4 12 2 1

    19 Bagun 288 124 162 81 117 1 3 10 0 0

  • 46

    20 Wemak 323 140 131 69 61 0 3 12 0 0

    21 Sunook 224 61 190 52 52 0 3 10 0 1

    22 Buk 601 131 201 133 105 1 1 15 1 0

    23 Saingkeduk

    116 98 162 67 99 2 0 4 1 0

    24 Malabotom

    248 175 313 170 179 3 5 22 0 0

    25 Konhir 569 124 182 95 99 0 4 1 0 0

    26 Klasafet 258 153 147 143 250 3 7 35 0 0

    27 Hobard 345 72 94 69 61 3 3 7 0 0

    28 SalawatiTengah

    679 480 551 403 464 9 14 59 1 0

    29 Botain 293 39 26 18 18 0 0 3 0 0

    30 SayosaTimur

    233 75 93 43 58 0 1 3 0 0

    Jumlah 29,250 16,461 19,658 15,724 27,451 608 1,305 4,852 261 28

    Sumber: Bappeda Kabupaten Sorong 2017-2022

    Tabel memperlihatkan bahwa penduduk Kabupaten Sorong yang

    dapat diharapkan menjadi agen pemberdayaan masyarakat di bidang

    kesehatan, khususnya Lansia, jika dihitung dari penduduk tamat

    SMP/sederajat, adalah sebagai berikut: Penduduk Tamat SMP berjumlah

    15.724 orang; penduduk tamat SMA/Sederajat berjumlah 27.451;

    penduduk tamat Diploma I-II berjumlah 608 orang; penduduk tamat

    Diploma III/Sarjana Muda berjumlah 1.305 orang; penduduk tamat S1

    berjumlah 4.852 orang; penduduk tamat S2 berjumlah 261 orang dan

    tamat S3 berjumlah 28 orang. Dengan demikian jumlah total penduduk

    yang dapat diharapkan, dilatih, dan diberdayakan untuk menjadi

    pemberdaya masyarakat, termasuk lansia, berjumlah 50.229 orang

    (43,45% dari jumlah total penduduk Kabupaten Sorong).

  • 47

    e. Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan

    Pekerjaan dan jumlah penduduk yang digambarkan di sini adalah

    jenis pekerjaan yang banyak ditekuni oleh penduduk.Ada 23 jenis

    pekerjaan yang ditekuni oleh masyarakat Kabupaten Sorong sebagai

    mata pencaharian mereka.Mereka hidup dari pekerjaan tersebut. Data

    berikut memperlihatkan, jenis pekerjaan yang paling banyak ditekuni

    masyarakat sebagai mata pencaharian adalah mengurus rumah tangga,

    sebanyak 13,733 orang, disusul petani/pekebun, sebanyak 12,697 orang

    dan karyawan swasta, sebanyak 9,663 orang.

    Di bidang kesehatan, pekerjaan dokter ditekuni oleh 34 orang,

    bidan 70 orang, perawat 79 orang dan apoteker 8 orang. Jumlah tenaga

    kesehatan seperti ini jelas tidak mencukupi untuk melayani penduduk

    kabupaten Sorong yang berjumlah 115.598 orang.Oleh karena itu perlu

    pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, termasuk lansia, perlu

    meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan tersebut dan melibatkan

    masyarakat secara luas.

    Tabel II. 5

    Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan

    No Jenis Pekerjaan Jumlah1 Mengurus Rumah Tangga 13,7332 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 3,8383 Tentara Nasional Indonesia (TNI) 4174 Kepolisian RI (Polri) 3515 Perdagangan 2316 Petani/Pekebun 12,6977 Nelayan/Perikanan 4618 Karyawan Swasta 9,6639 Karyawan Bumn 131

  • 48

    10 Karyawan Honorer 39511 Buruh Harian Lepas 51212 Buruh Tani Perkebunan 79213 Tukan Batu 12214 Tukang Kayu 21415 Pendeta 10816 Guru 43917 Sopir 34018 Pedagang 14319 Wiraswasta 4,86620 Dokter 3421 Bidan 7022 Perawat 7923 Apoteker 8

    Sumber: Bappeda Kabupaten Sorong 2017-2022

    3. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, Program Pemerintah Daerah

    Kabupaten Sorong di Bidang Kesehatan

    Visi lengkap Kabupaten Sorong adalah “Kabupaten Sorong Maju

    Bersama, Rakyat Cerdas, Sehat dan Sejahtera 2022”. Uraian ini difokuskan

    pada bidang kesehatan, sesuai dengan focus penelitian. Dalam penjelasan

    visi dikatakan bahwa “maju” mengandung pengertian berubah dari yang

    kurang baik menjadi baik dandari baik menjadi lebih baik.“Maju

    bersama”bermakna bahwa pem bangunan harus dilaksanakan secara

    bersama-samadan hasil-hasil pembangunan merupakan milik bersama

    semua komponen masyarakat.

  • 49

    a. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Kabupaten Sorong di Bidang Kesehatan

    Tabel II. 6

    Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Kabupaten Sorong di Bidang Kesehatan

    PokokVisi

    Misi Tujuan Sasaran IndikatorSasaran

    RakyatSehat

    MengembangkanSumberdayaManusiasehat danmemilikidayasaingtinggi.Penjelasan:PengembanganSDMyangsehatdilakukanmelaluipembangunan saranadanprasaranakesehatan,peningkatanmutupelayanankesehatandanpengadaan tenaga-tenagamedis,pemberianinsentifbagi petugasmedis,pemberianinsentifbagipetugasmedisdanpenyediaansaranaairbersihyangmenjangkauseluruhlapisan masyarakat.berikutpohonkinerjapencapaianmisikabupatensorong

    Meningkatkan layananbidangkesehatan yangberkualitasmeratadanterjangkau

    Meningkatnyakualitaskesehatan

    1. Angkakelangsunganhidupbayi

    2. Angkakematianibumelahirkan

    3. CakupanPelayananKesehatanMasyarakat

    4. Persentasepenyandangcacatfisikdanmental,sertalanjutusiatidakpotensialyangtelahmenerimajaminansosial

    MeningkatnyaAksesPelayananKesehatan

    1. Cakupanlayanansaranakesehatan

    2. PersentaseFasilitasKesehatanTerakreditasi

    3. PresentasepenurunankasuspenyakitmenulardanTidakmenular

    Sumber: RPJMD Kabupaten Sorong, Tahun 2017-2022

  • 50

    “Rakyat sehat” berarti rakyat yang memiliki kondisi fisik, mental, dan

    spiritual terbebas dari penyakit-penyakit yang berbahaya yang

    menhambat aktifitas kehidupannya yang normal karena kecukupangizi

    danmendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai. Rakyat yang sehat

    adalah rakyat yang dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan

    serta dapat menikmati hasil-hasil pembangunan tersebut (RPJMD

    Kabupaten Sorong, Tahun 2017-2022)

    b. Strategi dan Program di Bidang Kesehatan

    Tabel II. 7

    Analisis SWOT untuk Menentukan Strategi

    Strengths Build onStrength

    Optimalisasi layanan kesehatan melaluipeningkatan kualitas dan aksesibilitaskesehatan

    Weaknesses OvercomeWeaknesses

    Meningkatkan kualitas dan kapasitas SDMyang sehat dan berdaya saing melaluipeningkatan kesadaran dan pelayanankesehatan

    Strategicaction

    Meningkatkan Kualitas dan kapasitas SDM yang sehat danBerdaya Saing, melalui peningkatan kualitas dan aksesibilitaskesehatan

    Opportunity ExploitOpportunities

    Meningkatkan Kualitas dan kapasitas SDMyang sehat dan Berdaya Saing, melaluipeningkatan kualitas danaksesibilitas kesehatan

    Threats Block Threats Mendorong pembangunan SDM yang sehatmelalui peningkatan kualitaspelayanankesehatan

    Sumber: RPJMD Kabupaten Sorong, Tahun 2017-2022

    Tabel menunjukkan bahwa strategi yang ditemukan dengan analisis

    SWOT. Adalah meningkatkan kualitas dan kapasitas SDM yang sehat

    dan berdaya saing, melalui peningkatan kualitas dan aksesibilitas

    kesehatan.

  • 51

    Tabel berikut menunjukkan bahwa dari strategi dihasilkan program

    yang dilihat dengan perspektif masyarakat, proses internal dan

    kelembagaan.

    Tabel II. 8

    Strategi dan Program di Bidang Kesehatan, termasuk Lansia

    STRATEGI PERPEKTIF PROGRAMMeningkatkanKualitas dankapasitas SDM yangsehat dan BerdayaSaing, melaluipeningkatan kualitasdan aksesibilitaskesehatan

    PerspektifMasyarakat

    Program peningkatanpelayanan kesehatan anakbalitaProgram peningatankeselamatan ibu melahirkandan anakProgram Peningkatan KualitasPelayanan KBProgram Obat dan PerbekalanKesehatanProgram Pengawasan Obat danMakananProgram Upaya KesehatanMasyarakatProgram peningkatanpelayanan kesehatan anak danremajaProgram perbaikan gizimasyarakatProgram promosi kesehatandan pemberdayaan masyarakatPerlindungan Sosial DanJaminan sosialProgram peningakatanpelayanan kesehatan LANSIA

    Perspektif ProsesInternal

    Program peningkatansumberdaya kesehatan

    PerspektifKelembagaan

    Program pengadaan,peningkatan dan perbaikansarana danprasaranapuskesmas/puskesmaspembantu dan jaringannya

  • 52

    Program Akreditasi ParipurnaProgram Pening